acute bronchitis

Upload: maya-ranpoel-niuee

Post on 10-Jul-2015

381 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Acute Bronchitis Ketika seseorang menderita bronkitis, tak jarang masih menyisakan tanda tanya walaupun sudah dijelaskan oleh dokter saat penderita bronkitis berobat. Wajar, lantaran suara di masyarakat kadang lebih menakutkan ketimbang penjelasan dokter. Berikut ini adalah pertanyaan yang sering dilontarkan oleh penderita bronkitis. Dok, saya menderita bronkitis, apakah berbahaya ? Apakah bronkitis bisa disembuhkan ? Berapa lama saya harus berobat untuk bronkitis ? dan pelbagai pertanyaan sejenisnya. Penyakit apa sih Bronkitis itu ? Bronkitis ( bronchitis ) adalah peradangan (inflamasi) pada selaput lendir (mukosa) bronchus (saluran pernafasan dari trachea hingga saluran napas di dalam paru-paru). Peradangan ini mengakibatkan permukaan bronchus membengkak (menebal) sehingga saluran pernapasan relatif menyempit. Bronkitis terbagi atas 2 jenis, yakni: bronkitis akut dan bronkitis kronis. Perlu diingat bahwa istilah akut dan kronis adalah terminologi (istilah) berdasarkan durasi berlangsungnya penyakit, bukan berat ringannya penyakit. BRONKITIS AKUT Bronkitis akut pada umumnya ringan. Berlangsung singkat (beberapa hari hingga beberapa minggu), rata-rata 10-14 hari. Meski ringan, namun adakalanya sangat mengganggu, terutama jika disertai sesak, dada terasa berat, dan batuk berkepanjangan. PENYEBAB Penyebab tersering Bronkitis akut adalah virus, yakni virus influenza, Rhinovirus, Adenivirus, dan lain-lain. Sebagian kecil disebabkan oleh bakteri (kuman), terutama Mycoplasma pnemoniae, Clamydia pnemoniae, dan lain-lain. TANDA TANDA Keluhan yang kerap dialami penderita bronkitis akut, meliputi:

Batuk (berdahak ataupun tidak berdahak). Demam (biasanya ringan), rasa berat dan tidak nyaman di dada. Sesak napas, rasa berat bernapas, Kadang batuk darah.

Pemeriksaan:

Pada pemeriksaan menggunakan stetoskop (auskultasi), terdengar ronki, wheezing dengan berbagai gradasi (perpanjangan ekspirasi hingga ngik-ngik) dan krepitasi (suara kretek-kretek dengan menggunakan stetoskop). Biasanya para dokter menegakkan diagnosa berdasarkan riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik. Itu sudah cukup. Adapun pemeriksaan dahak maupun rontgen dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosa dan untuk menyingkirkan diagnosa penyakit lain. PENGOBATAN Sebagian besar pengobatan bronkitis akut bersifat simptomatis (meredakan keluhan). Obat-obat yang lazim digunakan, yakni:

Antitusif (penekan batuk): DMP (dekstromethorfan) 15 mg, diminum 2-3 kali sehari. Codein 10 mg, diminum 3 kali sehari. Doveri 100 mg, diminum 3 kali sehari. Obat-obat ini bekerja dengan menekan batuk pada pusat batuk di otak. Karenanya antitusif tidak dianjurkan pada kehamilan dan bagi ibu menyusui. Demikian pula pada anak-anak, para ahli berpendapat bahwa antitusif tidak dianjurkan, terutama pada anak usia 6 tahun ke bawah. Pada penderita bronkitis akut yang disertai sesak napas, penggunaan antitusif hendaknya dipertimbangkan dan diperlukan feed back dari penderita. Jika penderita merasa tambah sesak, maka antitusif dihentikan. Ekspektorant: adalah obat batuk pengencer dahak agar dahak mudah dikeluarkan sehingga napas menjadi lega. Ekspektorant yang lazim digunakan diantaranya: GG (glyceryl guaiacolate), bromhexine, ambroxol, dan lain-lain. Antipiretik (pereda panas): parasetamol (asetaminofen), dan sejenisnya., digunakan jika penderita demam. Bronkodilator (melongarkan napas), diantaranya: salbutamol, terbutalin sulfat, teofilin, aminofilin, dan lain-lain. Obat-obat ini digunakan pada penderita yang disertai sesak napas atau rasa berat bernapas. Penderita hendaknya memahami bahwa bronkodilator tidak hanya untuk obat asma, tapi dapat juga digunakan untuk melonggarkan napas pada bronkitis. Selain itu, penderita hendaknya mengetahui efek samping obat bronkodilator yang mungkin dialami oleh penderita, yakni: berdebar, lemas, gemetar dan keringat dingin. Andaikata mengalami efek samping tersebut, maka dosis obat diturunkan menjadi setengahnya. Jika masih berdebar, hendaknya memberitahu dokter agar diberikan obat bronkodilator jenis lain. Antibiotika. Hanya digunakan jika dijumpai tanda-tanda infeksi oleh kuman berdasarkan pemeriksaan dokter.

Diskripsi Rontgen. Penderita biasanya membaca hasil rontgen sebelum menyerahkannya ke dokter. Tak jarang diskripsi hasil rontgen membuat penderita ketakutan. Untuk itu, andaikata ada kalimat yang tidak jelas pada diskripsi hasil rontgen, seyogyanya menanyakannya kepada dokter.

cuplikan diskripsi hasil rontgen Cor : bentuk dan besarnya dalam batas normal. Cor adalah nama lain dari jantung. Pulmo : nampak gambaran infiltrat dan seterusnya corakan ramai pada hemithorax kanan dan kiri dan seterusnya. Pulmo adalah jaringan paru. Nah, corakan ramai inilah yang kerap menimbulkan tanda tanya penderita, bahkan tak jarang penderita ketakutan, sampai-sampai ada yang tidak bisa tidur, sebelum mendapatkan penjelasan dokter. Apa pasal ? Ya itu tadi, ada yang menganggap kata corakan identik dengan krowok (bahasa jawa: berlubang). Padahal sejatinya corakan ramai adalah terjemahan dari peningkatan bronchovascular pattern yang artinya gambaran pembuluh darah disekitar bronkus. Dalam keadaan normal, bronchovascular pattern tidak melebihi setengah dari garis vertikal salah satu bagian paru-paru (hemithorax). Pada keadaan tertentu, bronchovascular pattern meningkat melebihi setengah garis vertikal salah satu bagian paru (paru kanan atau paru kiri), termasuk pada bronkitis. Semoga bermanfaat.

ASKEP BRONKITIS AKUT

Posted on Maret 27, 2008 by harnawatiaj Pengertian bronkhitis Bronkhitis adalah hipersekresi mukus dan batuk produktif kronis berulang-ulang minimal selama 3 bulan pertahun atau paling sedikit dalam 2 tahun berturut-turut pada pasien yang diketahui tidak terdapat penyebab lain (Perawatan Medikal Bedah 2, 1998, hal : 490). Anatomi dan fisiologi sistem pernafasan Anatomi sistem pernafasan Saluran pernafasan bagian atas Rongga hidung Rongga hidung dilapisi dengan membran mukosa yang sangat banyak mengandung vaskular yang disebut mukosa hidung. Lendir disekresi secara terus menerus oleh sel sel goblet yang melapisi permukaan mukosa hidung dan bergerak ke belakang ke nasofaring oleh gerakan silia.

Hidung berfungsi sebagai penyaring kotoran, melembabkan serta menghangatkan udara yang dihirup ke dalam paru paru. Faring Adalah struktur yang menghubungkan hidung dengan rongga mulut ke laring. Faring dibagi menjadi tiga region ; nasofaring, orofaring, dan laringofaring. Fungsi utamanya adalah untuk menyediakan saluran pada traktus respiratoriun dan digestif. Laring Adalah struktur epitel kartilago yang menghubungkan faring dan trakhea. Fungsi utamanya adalah untuk memungkinkan terjadinya lokalisasi. Laring juga melindungi jalan nafas bawah dari obstruksi benda asing dan memudahkan batuk. Saluran pernafasan bagian bawah. Trakhea Disokong oleh cincin tulang rawan yang berbentuk seperti sepatu kuda yang panjangnya kurang lebih 5 inci, tempat dimana trakea bercabang menjadi bronkus utama kiri dan kanan dikenal sebagai karina. Karina memiliki banyak saraf dan dapat menyebabkan bronkospasme dan batuk yang kuat jika dirangsang. Bronkus Broncus terdiri atas 2 bagian yaitu broncus kanan dan kiri. Broncus kanan lebih pendek dan lebar, merupakan kelanjutan dari trakhea yang arahnya hampir vertikal. Bronchus kiri lebih panjang dan lebih sempit, merupakan kelanjutan dari trakhea dengan sudut yang lebih tajam. Cabang utama bronchus kanan dan kiri bercabang menjadi bronchus lobaris kemudian bronchus segmentaliis. Bronkus dan bronkiolus dilapisi oleh sel sel yang permukaannya dilapisi oleh rambut pendek yang disebut silia, yang berfungsi untuk mengeluarkan lendir dan benda asing menjauhi paru menuju laring. Bronkiolus membentuk percabangan menjadi bronkiolus terminalis yang tidak mempunyai kelenjar lendir dan silia. Bronkiolus terminalis kemudian menjadi bronkiolus respiratori yang menjadi saluran transisional antara jalan udara konduksi dan jalan udara pertukaran gas. Alveoli Paru terbentuk oleh sekitar 300 juta alveoli. Terdapat tiga jenis sel sel alveolar, sel alveolar tipe I adalah sel epitel yang membentuk dinding alveolar. Sel alveolar tipe II sel sel yang aktif secara metabolik, mensekresi surfactan, suatu fosfolipid yang melapisi permukaan dalam dan mencegah alveolar agar tidak kolaps. Sel alveolar tipe III adalah makrofag yang merupakan sel sel fagositosis yang besar yang memakan benda asing dan bekerja sebagai mekanisme pertahanan penting. Fisiologi sistem pernafasan Pernafasan mencakup 2 proses, yaitu : Pernafasan luar yaitu proses penyerapan oksigen (O2) dan pengeluaran carbondioksida (CO2) secara keseluruhan.

Pernafasan dalam yaitu proses pertukaran gas antara sel jaringan dengan cairan sekitarnya (penggunaan oksigen dalam sel). Proses fisiologi pernafasan dalam menjalankan fungsinya mencakup 3 proses yaitu : Ventilasi yaitu proses keluar masuknya udara dari atmosfir ke alveoli paru. Difusi yaitu proses perpindahan/pertukaran gas dari alveoli ke dalam kapiler paru. Transpor yaitu proses perpindahan oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh. Etiologi Adalah 3 faktor utama yang mempengaruhi timbulnya bronchitis yaitu rokok, infeksi dari polusi. Selain itu terdapat pula hubungan dengan faktor keturunan dan status sosial. Rokok Menurut buku Report of the WHO Expert Comite on Smoking Control, rokok adalah penyebab utama timbulnya bronchitis. Terdapat hubungan yang erat antara merokok dan penurunan VEP (volume ekspirasi paksa) 1 detik. Secara patologis rokok berhubungan dengan hiperplasia kelenjar mukus bronkus dan metaplasia skuamus epitel saluran pernafasan juga dapat menyebabkan bronkostriksi akut. Infeksi Eksaserbasi bronchitis disangka paling sering diawali dengan infeksi virus yang kemudian menyebabkan infeksi sekunder bakteri. Bakteri yang diisolasi paling banyak adalah Hemophilus influenza dan streptococcus pneumonie. Polusi Pulusi tidak begitu besar pengaruhnya sebagai faktor penyebab, tetapi bila ditambah merokok resiko akan lebih tinggi. Zat zat kimia dapat juga menyebabkan bronchitis adalah zat zat pereduksi seperti O2, zat zat pengoksida seperti N2O, hidrokarbon, aldehid, ozon. Keturunan Belum diketahui secara jelas apakah faktor keturunan berperan atau tidak, kecuali pada penderita defisiensi alfa 1 antitripsin yang merupakan suatu problem, dimana kelainan ini diturunkan secara autosom resesif. Kerja enzim ini menetralisir enzim proteolitik yang sering dikeluarkan pada peradangan dan merusak jaringan, termasuk jaringan paru. Faktor sosial ekonomi Kematian pada bronchitis ternyata lebih banyak pada golongan sosial ekonomi rendah, mungkin disebabkan faktor lingkungan dan ekonomi yang lebih jelek. Patofisiologi Penemuan patologis dari bronchitis adalah hipertropi dari kelenjar mukosa bronchus dan peningkatan sejumlah sel goblet disertai dengan infiltrasi sel radang dan ini mengakibatkan gejala khas yaitu batuk produktif. Batuk kronik yang disertai peningkatan sekresi bronkus tampaknya mempengaruhi bronchiolus yang kecil kecil sedemikian rupa sampai bronchiolus tersebut rusak dan dindingnya melebar. Faktor etiologi utama adalah merokok dan polusi udara lain yang biasa terdapat pada daerah industri. Polusi tersebut dapat memperlambat aktifitas silia

dan pagositosis, sehingga timbunan mukus meningkat sedangkan mekanisme pertahanannya sendiri melemah. Mukus yang berlebihan terjadi akibat displasia. Sel sel penghasil mukus di bronkhus. Selain itu, silia yang melapisi bronkus mengalami kelumpuhan atau disfungsional serta metaplasia. Perubahan perubahan pada sel sel penghasil mukus dan sel sel silia ini mengganggu sistem eskalator mukosiliaris dan menyebabkan penumpukan mukus dalam jumlah besar yang sulit dikeluarkan dari saluran nafas. Manifestasi klinis Keluhan Batuk, mulai dengan batuk batuk pagi hari, dan makin lama batuk makin berat, timbul siang hari maupun malam hari, penderita terganggu tidurnya. Dahak, sputum putih/mukoid. Bila ada infeksi, sputum menjadi purulen atau mukopuruen dan kental. Sesak bila timbul infeksi, sesak napas akan bertambah, kadang kadang disertai tanda tanda payah jantung kanan, lama kelamaan timbul kor pulmonal yang menetap. Pemeriksaan fisik Pada stadium ini tidak ditemukan kelainan fisis. Hanya kadang kadang terdengar ronchi pada waktu ekspirasi dalam. Bila sudah ada keluhan sesak, akan terdengar ronchi pada waktu ekspirasi maupun inspirasi disertai bising mengi. Juga didapatkan tanda tanda overinflasi paru seperti barrel chest, kifosis, pada perkusi terdengar hipersonor, peranjakan hati mengecil, batas paru hati lebih ke bawah, pekak jantung berkurang, suara nafas dan suara jantung lemah, kadang kadang disertai kontraksi otot otot pernafasan tambahan. Pemeriksaan diagnostik Pemeriksaan radiologis Tubular shadow atau traun lines terlihat bayangan garis yang paralel, keluar dari hilus menuju apeks paru. bayangan tersebut adalah bayangan bronchus yang menebal. Corak paru bertambah Pemeriksaan fungsi paru VEP1 (Volume ekspirasi paksa 1 detik) : menurun. 4,8 liter). 3,1 liter, KV (kapasitas vital) : menurun (normal 1,2 liter). 1,1 liter, VR (volume residu) : bertambah (normal 6,0 liter). 4,2 liter, KTP (kapasitas total paru) : normal (normal KRF (kapasitas residu fungsional) : sedikit naik atau normal (normal 2,2 liter). 1,8 liter, Analisa gas darah Pa O2 : rendah (normal 25 100 mmHg) Pa CO2 : tinggi (normal 36 44 mmHg). Saturasi hemoglobin menurun. Eritropoesis bertambah.

Penganganan Tindakan suportif Pendidikan bagi pasien dan keluarganya tentang : Menghindari merokok Menghindari iritan lainnya yang dapat terhirup. Mengontrol suhu dan kelembaban lingkungan. Nutrisi yang baik. Hidrasi yang adekuat. Terapi khusus (pengobatan). Bronchodilator Antimikroba Kortikosteroid Terapi pernafasan Terapi aerosol Terapi oksigen Penyesuaian fisik Latihan relaksasi Meditasi Menahan nafas Rehabilitasi Prognosis Prognosis jangka panjang maupun jangka pendek bergantung pada umur dan gejala klinik waktu berobat. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pengkajian. Data dasar pengkajian pada pasien dengan bronchitis : Aktivitas/istirahat Gejala : Keletihan, kelelahan, malaise. Ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari hari. Ketidakmampuan untuk tidur. Dispnoe pada saat istirahat. Tanda : Keletihan Gelisah, insomnia. Kelemahan umum/kehilangan massa otot. Sirkulasi Gejala : Pembengkakan pada ekstremitas bawah. Tanda : Peningkatan tekanan darah, peningkatan frekuensi jantung/takikardia berat. Distensi vena leher. Edema dependent Bunyi jantung redup. Warna kulit/membran mukosa normal/cyanosis Pucat, dapat menunjukkan anemi. Integritas Ego

Gejala : Peningkatan faktor resiko Perubahan pola hidup Tanda : Ansietas, ketakutan, peka rangsang. Makanan/cairan Gejala : Mual/muntah. Nafsu makan buruk/anoreksia Ketidakmampuan untuk makan Penurunan berat badan, peningkatan berat badan Tanda : Turgor kulit buruk, edema dependen, berkeringat. Penurunan berat badan, palpitasi abdomen Hygiene Gejala : Penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan Tanda : Kebersihan buruk, bau badan. Pernafasan Gejala : Batuk menetap dengan produksi sputum setiap hari selama minimun 3 bulan berturut turut tiap tahun sedikitnya 2 tahun. Episode batuk hilang timbul. Tanda : Pernafasan biasa cepat. Penggunaan otot bantu pernafasan Bentuk barel chest, gerakan diafragma minimal. Bunyi nafas ronchi Perkusi hyperresonan pada area paru. Warna pucat dengan cyanosis bibir dan dasar kuku, abu abu keseluruhan. Keamanan Gejala : Riwayat reaksi alergi terhadap zat/faktor lingkungan. Adanya/berulangnya infeksi. Seksualitas Gejala : Penurunan libido Interaksi sosial Gejala : Hubungan ketergantungan Kegagalan dukungan/terhadap pasangan/orang dekat Penyakit lama/ketidakmampuan membaik. Tanda : Ketidakmampuan untuk mempertahankan suara karena distress pernafasan Keterbatasan mobilitas fisik. Kelalaian hubungan dengan anggota keluarga lain. Pemeriksaan diagnostik : Sinar x dada : Dapat menyatakan hiperinflasi paru paru, mendatarnya diafragma, peningkatan area udara retrosternal, hasil normal selama periode remisi. Tes fungsi paru : Untuk menentukan penyebab dispnoe, melihat obstruksi, memperkirakan derajat disfungsi. TLC : Meningkat Volume residu : Meningkat. FEV1/FVC : Rasio volume meningkat. GDA : PaO2 dan PaCO2 menurun, pH Normal. Bronchogram : Menunjukkan di latasi silinder bronchus saat inspirasi, pembesaran duktus mukosa.

Sputum : Kultur untuk menentukan adanya infeksi, mengidentifikasi patogen. EKG : Disritmia atrial, peninggian gelombang P pada lead II, III, AVF. Diagnosa keperawatan Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas oleh sekresi, spasme bronchus. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan broncokontriksi, mukus. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan dispnoe, anoreksia, mual muntah. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan menetapnya sekret, proses penyakit kronis. Intoleran aktifitas berhubungan dengan insufisiensi ventilasi dan oksigenasi. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit dan perawatan dirumah. Perencanaan Keperawatan Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret. Tujuan : Mempertahankan jalan nafas paten. Rencana Tindakan: Auskultasi bunyi nafas Rasional : Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas dan dapat dimanifestasikan dengan adanya bunyi nafas. Kaji/pantau frekuensi pernafasan. Rasional : Tachipnoe biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan selama / adanya proses infeksi akut. Dorong/bantu latihan nafas abdomen atau bibir Rasional : Memberikan cara untuk mengatasi dan mengontrol dispoe dan menurunkan jebakan udara. Observasi karakteristik batuk Rasional : Batuk dapat menetap tetapi tidak efektif, khususnya pada lansia, penyakit akut atau kelemahan Tingkatkan masukan cairan sampai 3000 ml/hari Rasional : Hidrasi membantu menurunkan kekentalan sekret mempermudah pengeluaran. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas oleh sekresi, spasme bronchus. Tujuan : Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan yang adekuat dengan GDA dalam rentang normal dan bebas gejala distress pernafasan. Rencana Tindakan: Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan. Rasional : Berguna dalam evaluasi derajat distress pernafasan dan kronisnya proses penyakit. Tinggikan kepala tempat tidur, dorong nafas dalam. Rasional : Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi dan latihan nafas untuk menurunkan kolaps jalan nafas, dispenea dan kerja nafas.

Auskultasi bunyi nafas. Rasional : Bunyi nafas makin redup karena penurunan aliran udara atau area konsolidasi Awasi tanda vital dan irama jantung Rasional : Takikardia, disritmia dan perubahan tekanan darah dapat menunjukkan efek hipoksemia sistemik pada fungsi jantung. Awasi GDA Rasional : PaCO2 biasanya meningkat, dan PaO2 menurun sehingga hipoksia terjadi derajat lebih besar/kecil. Berikan O2 tambahan sesuai dengan indikasi hasil GDA Rasional : Dapat memperbaiki/mencegah buruknya hipoksia. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan broncokontriksi, mukus. Tujuan : perbaikan dalam pola nafas. Rencana Tindakan: Ajarkan pasien pernafasan diafragmatik dan pernafasan bibir Rasional : Membantu pasien memperpanjang waktu ekspirasi. Dengan teknik ini pasien akan bernafas lebih efisien dan efektif. Berikan dorongan untuk menyelingi aktivitas dan periode istirahat Rasional : memungkinkan pasien untuk melakukan aktivitas tanpa distres berlebihan. Berikan dorongan penggunaan pelatihan otot-otot pernafasan jika diharuskan Rasional : menguatkan dan mengkondisikan otot-otot pernafasan. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan dispnoe, anoreksia, mual muntah. Tujuan : Menunjukkan peningkatan berat badan. Rencana Tindakan: Kaji kebiasaan diet. Rasional : Pasien distress pernafasan akut, anoreksia karena dispnea, produksi sputum. Auskultasi bunyi usus Rasional : Penurunan bising usus menunjukkan penurunan motilitas gaster. Berikan perawatan oral Rasional : Rasa tidak enak, bau adalah pencegahan utama yang dapat membuat mual dan muntah. Timbang berat badan sesuai indikasi. Rasional : Berguna menentukan kebutuhan kalori dan evaluasi keadekuatan rencana nutrisi. Konsul ahli gizi Rasional : Kebutuhan kalori yang didasarkan pada kebutuhan individu memberikan nutrisi maksimal. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan menetapnya sekret, proses penyakit kronis. Tujuan : mengidentifikasi intervensi untuk mencegah resiko tinggi Rencana Tindakan: Awasi suhu. Rasional : Demam dapat terjadi karena infeksi atau dehidrasi. Observasi warna, bau sputum. Rasional : Sekret berbau, kuning dan kehijauan menunjukkan adanya infeksi. Tunjukkan dan bantu pasien tentang pembuangan sputum. Rasional : mencegah penyebaran patogen.

Diskusikan kebutuhan masukan nutrisi adekuat. Rasional : Malnutrisi dapat mempengaruhi kesehatan umum dan menurunkan tekanan darah terhadap infeksi. Berikan anti mikroba sesuai indikasi Rasional : Dapat diberikan untuk organisme khusus yang teridentifikasi dengan kultur. Intoleran aktifitas berhubungan dengan insufisiensi ventilasi dan oksigenasi. Tujuan : Menunjukkan perbaikan dengan aktivitas intoleran Rencana tindakan: Dukung pasien dalam menegakkan latihan teratur dengan menggunakan exercise, berjalan perlahan atau latihan yang sesuai. Rasional : Otot-otot yang mengalami kontaminasi membutuhkan lebih banyak O2. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan Tujuan : pasien akan mengalami penurunan rasa ketakutan dan ansietas. Rencana tindakan: Kaji tingkat kecemasan (ringan, sedang, berat). Rasional : Dengan mengetahui tingkat kecemasan klien, sehingga memudahkan tindakan selanjutnya. Berikan dorongan emosional. Rasional : Dukungan yang baik memberikan semangat tinggi untuk menerima keadaan penyakit yang dialami. Beri dorongan mengungkapkan ketakutan/masalah Rasional : Mengungkapkan masalah yang dirasakan akan mengurangi beban pikiran yang dirasakan Jelaskan jenis prosedur dari pengobatan Rasional : Penjelasan yang tepat dan memahami penyakitnya sehingga mau bekerjasama dalam tindakan perawatan dan pengobatan. Beri dorongan spiritual Rasional : Diharapkan kesabaran yang tinggi untuk menjalani perawatan dan menyerahkan pada TYME atas kesembuhannya. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit dan perawatan di rumah Tujuan : Mengatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan tindakan. Intervensi : Jelaskan proses penyakit individu Rasional : Menurunkan ansietas dan dapat menimbulkan partisipasi pada rencana pengobatan. Instruksikan untuk latihan afas, batuk efektif dan latihan kondisi umum. Rasional : Nafas bibir dan nafas abdominal membantu meminimalkan kolaps jalan nafas dan meningkatkan toleransi aktivitas Diskusikan faktor individu yang meningkatkan kondisi misalnya udara, serbuk, asap tembakau. Rasional : Faktor lingkungan dapat menimbulkan iritasi bronchial dan peningkatan produksi sekret jalan nafas.

Impelementasi Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan pasien. Agar implementasi/pelaksanaan perencanaan ini dapat tepat waktu dan efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas perawatan, memantau dan mencatat respon pasien terhadap setiap intervensi yang dilaksanakan serta mendokumentasikan pelaksanaan perawatan. Pada pelaksanaan keperawatan diprioritaskan pada upaya untuk mempertahankan jalan nafas, mempermudah pertukaran gas, meningkatkan masukan nutrisi, mencegah komplikasi, memperlambat memperburuknya kondisi, memberikan informasi tentang proses penyakit (Doenges Marilynn E, 2000, Remcana Asuhan Keperawatan) Evaluasi. Pada tahap akhir proses keperawatan adalah mengevaluasi respon pasien terhadap perawatan yang diberikan untuk memastikan bahwa hasil yang diharapkan telah dicapai, Evaluasi merupakan proses yang interaktif dan kontinyu, karena setiap tindakan keperawatan, respon pasien dicatat dan dievaluasi dalam hubungannya dengan hasil yang diharapkan kemudian berdasarkan respon pasien, revisi, intervensi keperawatan/hasil pasien yang mungkin diperlukan. Pada tahap evaluasi mengacu pada tujuan yang telah ditetapkan yaitu : jalan nafas efektif, pola nafas efektif, pertukaran gas adekuat, masukan nutrisi adekuat, infeksi tidak terjadi, intolerans aktivitas meningkat, kecemasan berkurang/hilang, klien memahami kondisi penyakitnya. (Keliat Budi Anna, 1994, Proses Keperawatan) Sumber: 1.Smeltzer, Suzanne C, 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth, ; alih bahasa, Agung Waluyo; editor Monica Ester, Edisi 8, EGC; Jakarta. 2.Carolin, Elizabeth J, Buku Saku Patofisiologi, EGC, Jakarta, 2002. 3.Doenges, Marilynn E, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, ; alih bahasa, I Made Kariasa ; editor, Monica Ester, Edisi 3, EGC ; Jakarta. 4.Tucker, Susan Martin, 1998, Standar Perawatan Pasien; Proses Keperawatan, Diagnosis dan Evaluasi, Edisi 5, EGC, Jakarta. 5.Soeparman, Sarwono Waspadji, 1998, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Penerbit FKUI, Jakarta. 6.Long, Barbara C, 1998, Perawatan Medikal Bedah, 1998, EGC, Jakarta. 7.PRICE, Sylvia Anderson, 1994, Patofisiologi; Konsep Klinis Proses Proses Penyakit, EGC, Jakarta. 8.Keliat, Budi Anna, Proses Keperawatan

Like this:Suka Be the first to like this pos

Fikayatus Shalihah El BirryMinggu, 23 Januari 2011

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN KASUS PENYAKIT BRONCHITIS

BRONKHITIS

I.

DEFINISI Bronkhitis adalah hipersekresi mukus dan batuk produktif kronis berulang-ulang minimal 3 bulan dalam 1 tahun selama 2 tahun berturut-turut pada pasien yang diketahui tidak terdapat penyebab lain. Sekresi yang menumpuk dalam bronkioles mengganggu pernapasan yang efektif.

II.

ETIOLOGI Adalah 3 faktor utama yang mempengaruhi timbulnya bronkhitis yaitu rokok, infeksi, dan polusi. Selain itu terdapat pula hubungan dengan faktor keturunan dan status sosial. a. Rokok Menurut buku Report of the WHO Expert Comite on Smoking Control, rokok adalah penyebab utama timbulnya bronchitis. Terdapat hubungan yang erat antara merokok dan penurunan VEP ( Volume Ekspirasi Paksa ) 1 detik, secara patologis rokok berhubungan dengan hiperplasia kelenjar mukus bronkus dan metaplasia skuamus epitel saluran pernafasan juga dapat menyebabkan bronkostriksi akut. b. Infeksi

Eksarsebasi bronkhitis disangka paling sering diawali dengan infeksi virus yang kemudian menyebabkan infeksi sekunder bakteri. Bakteri yang diisolasi paling banyak adalah hemophilus influenza dan streptococus pneumonia. c. Polusi Polusi tidak begitu besar pengaruhnya sebagai faktor penyebab, tetapi bila ditambah merokok resiko akan lebih tinggi. Zat-zat kimia dapat juga menyebabkan bronkhitis adalah zat-zat pereduksi seperti oksigaen, zat-zat pengoksida seperti N2O, hidrokarbon, aldehid, ozon. d. Keturunan Belium diketahui secara jelas apakah faktor keturunan berperan atau tidak, kecuali pada penderita defisiensi alfa 1-antitripsin yang merupakan suatu problem, dimana kelainan ini diturunkan secara autosom resesif.

e. Faktor sosial ekonomi Kematian pada bronkhitis ternyata lebih banyak pada golongan sosial ekonomi rendah, mungkin disebabkan faktor lingkungan dan ekonomi yang lebih jelek.

III. PATOFISIOLOGI Penemuan patologis dari bronkhitis adalah hipertrofi dari kelenjar mukosa bronkus dan peningkatan sejumlah sel goblet disertai dengan infiltrasi sel radang, dan ini mengakibatkan gejala khas yaitu batuk produktif. Batuk kronik disertai peningkatan sekresi bronkhus tampaknya mempengaruhi bronchiolus yang kecil-kecil sedemikian ripa sampai bronchiolus tersebut rusak dan dindingnya melebar. Faktor etiologi utama adalah merokok dan polusi udara lain yang biasa terdapat pada daerah industri. Polusi tersebut dapat memperkuat aktivitas silia dan pagositosis, sehingga timbunan mukus meningkat, sedangkan mekanisme pertahanannya sendiri melemah. Mukus yang berlebihan terjadi akibat displasia sel-sel penghasil mukus di bronkhus. Selain itu, silia yang melapisi bronkhus mengalami kelumpuhan atau disfungsional serta metaplasia. Perubahan pada sel-sel penghasil mukus dan sel-sel silia ini

mengganggu sistem eskalator mukosilliaris dan menyebabkan penumpukuan mukus dalam jumlah besar yang sulit dikeluarkan dari saluran nafas.

IV. MANIFESTASI KLINIS a. Keluhan 1. Batuk : mulai dengan batuk-batuk pagi hari dan makin lama batuk makin berat, timbul siang hari maupun malam hari, penderita terganggu tidurnya. 2. Dahak : sputum putih atau mukoid, bila ada infeksi sputum menjadi purulen atau mukopuruen dan kental. 3. Sesak : bila timbul infeksi, sesak nafas akan berat kadang-kadang disertai tanda-tanda payah jantung kanan, lama kelamaan akan timbul kor pulmonal yang menetap. b. Pemeriksaan Fisik Pada stadium ini tidak ditemukan kelainan fisis. Hanya kadang-kadang terdengar ronkhi pada waktu ekspirasi dalam. Bila sudah ada keluhan sesak, akan terdengar ronkhi pada waktu ekspirasi maupun inspirasi disertai bising mengi. Juga didapatkan tanda-tanda overinflasi paru seperti barrel chest, kifosis, pada waktu perkusi terdengar hipersonor, peranjakan hati mengecil, batas paru hati lebih ke bawah, pekak jantung berkurang, suara nafas dan suara jantung lemah, kadang-kadang disertai kontraksi otototot pernafasan tambahan.

V.

PEMERIKSAAN

a. Pemeriksaan Radiologis Pemeriksaan foto dada sangat membantu dalam menegakkan atau menyokong diagnosis dan menyingkirkan penyakit-penyakit lain. Bronkhitis bukan suatu diagnosis radiologis. Tubular shadow atau traulines terlihat bayangan garis yang paralel, keluar dari hilus menuju apeks paru, bayangan tersebut adalah bayangan bronkhus yang menebal, corak paru bertambah. b. Pemeriksaan Fungsi Paru

1. 2. 3. 4.

VEP 1( Volume Ekspansi Paksa ! detik ) : menurun KV ( Kapasitas Vital ) : menurun ( normal : 3,1-4,8 liter ) VR ( Volume Residu ) : bertambah ( normal : 1,1-2,1 liter ) KTP yang normal

c. Analisa Gas Darah Pada pasien bronkhitis tidak dapat mempertahankan ventilasi dengan baik, sehingga PaCO2 naik. Saturasi hemoglobin menurun dan timbul sianosis. Terjadi juga vasokontriksi pembuluh darah paru dan penambahan eritropoeisis. d. Pemeriksaan EKG Kelainan EKG yang paling dini adalah rotasi clock wise jantung. Bila sudah terdapat kor pulmonal terdapat deviasi aksis ke kanan dan P-pulmonal pada hantaran II, III dan aVF. Voltase QRS rendah.

VI. PENATALAKSANAAN a. Penyuluhan Penyuluhan tentang bronkhitis kepada para pasien sangat penting. Harus diterangkan hal-hal yang dapat memperberat penyakit, hal-hal yang harus dihindarkan dan bagaimana cara pengobatan dengan baik.

b. Pencegahan 1. Rokok Hubungan rokok dengan penyakit ini sudah jelas. Karena itu merokok harus dihentikan. Meskipun sukar, penyuluhan dan usaha yang optimal harus dilakukan.

2.

Menghindari lingkungan polusi Sebaiknya dilakukan penyuluhan secara berkala pada pekerja pabrik, terutama pada pabrik-pabrik yang mengeluarkan zat-zat polutan yang berbahaya terhadap saluran nafas.

3.

Vaksin Dianjurkan vaksinasi untuk mencegah eksarsebasi, terutama terhadap influenza dan infeksi pneumokokus.

c. Terapi farmakologi Tujuan utama adalah untuk mengurangi obstruksi jalan nafas yang masih mempunyai komponen yang reversibel meskipun sedikit. Dengan pengurangan obstruksi sedikit saja, akan sangat membantu pasien, hal ini dapat dilakukan dengan : 1. 2. 3. Pemberian bronkodilator Pemberian kortikosteroid Mengurangi sekresi mukus

d. Fisioterapi dan Rehabilitasi Tujuannya adalah meningkatkan kapasitas fungsional dan sosial, emosional dan vokasional. Program fisioterapi yang dilaksanakan, berguna untuk : 1. 2. 3. Mengeluarkan mukus dari saluran nafas Memperbaiki efisiensi ventilasi Memperbaiki dan meningkatkan kekuatan fisis

e. Pemberian oksigen jangka panjang Pemberian oksigen terus-menerus dan jangka panjang telah terbukti berguna pada pasien-pasien bronkhitis yang lanjut dengan hipoksia kronik. Hipoksia kronik dapat menyebabkan vasospasme dan hipertensi pulmonal. Pemberian oksigen dalam jangka panjang akan memperbaiki hal-hal di atas, disertai kenaikan toleransi latihan. Biasanya diberikan pada pasien hipoksia yang timbul pada waktu tidur atau waktu latihan.

VII. PROGNOSIS Prognosis jangka pendek maupun jangka panjang bergantung pada umur dan gejala klinis waktu berobat. Pasien dengan penyakit emfisema paru yang lebih dominan, akan lebih baik dari pada pasien dengan penyakit bronkhitis lebih dominan.

ASUHAN KEPERAWATAN

I.

PENGKAJIAN Data dasar pengkajian pada pasien dengan bronkhitis : a. Aktivitas/istirahat Gejala : keletihan, kelelahan, malaise, ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari-hari,

ketidakmampuan untuk tidur. b. Dispnaoe pad saat istirahat Tanda : keletihan, gelisah, insomnia, kelemahan umum/ kehilangan massa otot.

c. Sirkulasi Gejala : pembengkakan pad ekstremitas bawah Tanda : peninkatan peningkatan darah, peningkatan frekuensi jantung. d. Intregitas Ego Gejala : peningkatan faktor resiko perubahan pola hidup Tanda : ansietas, ketakutan e. Makanan/ cairan Gejala : mual / muntah, nafsu makan buruk f. Ketidakmampuan untuk makan

g. Penurunana BB, Peningkatan BB h. Hygiene i. j. Pernafasan Keamanan

k. Seksualitas l. 1. Pemeriksaan Diagnostik

Sinar X dada : dapat menyatakan hiperinflasi paru-paru, mendatarnya diafragma, peningkatan area udara retrosternal, hasil normal selama periode remisi.

2.

Tes Fungsi Paru : untuk menentukan penyebab dispnoe, melihat obstruksi, memperkirakan derajat fungsi.

3.

Sputum : untuk menentukan adanya infeksi, mengidentifikasi patogen.

II. 1.

DIAGNOSA KEPERAWATAN Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d peningkatan produksi sputum

2. 3. 4.

Gangguan pertukaran gas b/d obstruksi jalan nafas oleh sekresi, spasme bronkhus. Pola nafas tidak efektif b/d bronchokontriksi, mukus Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b/d dispnoe, anoreksia, mual/ muntah

III. NURSING CARE PLAN 1. Dx : Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d peningkatan produksi sputum NOC : a. Aspiration Control ( 1918 ) 191801 Mengidentifikasi faktor resiko 191802 Menghindari faktor resiko 191804 Memilih makanan sesuai dengan kemampuan menelan 191805 Memposisikan diri ke samping untuk makan dan minum Keterangan : 1 = Tidak memperlihatkan 2 = Jarang memperlihatkan 3 = Kadang-kadang memperlihatkan 4 = Sering memperlihatkan 5 = Selalu memperlihatkan b. Respiratory Status : Airway Patency ( 0410 ) 041002 Tidak ada ansietas 041003 Tidak merasa tercekik 041004 Rata-rata respirasi dalam rentang yang diharapkan

041005 Irama respirasi dalam rentang yang diharapkan 041006 Mengeluarkan sputum dari jalan nafas Keterangan : 1 = Sangat bemasalah 2 = Cukup bermasalah 3 = Masalah sedang 4 = Sedikit bermasalah 5 = Tidak bermasalah c. Respiratory Status : Ventilation ( 0403 ) 040301 Rata-rata respirasi dalam rentang yang diharapkan 040302 Irama respirasi dalam rentang yang diharapkan 040303 Kedalaman respirasi 040305 Kemudahan dalam bernafas 040306 Mengeluarkan sputum dari jalan nafas 040309 Tidak menggunakan otot nafas tambahan 040310 Tidak ada suara nafas tambahan 040316 Tidak ada nafas pendek 040319 Auskultasi suara nafas dalam rentang yang diharapkan 040321 Bronkhophony dalam rentang yang diharapkan 040327 Tes fungsi paru-paru dalam rentang yang diharapkan Keterangan : 1 = Sangat bemasalah

2 = Cukup bermasalah 3 = Masalah sedang 4 = Sedikit bermasalah 5 = Tidak bermasalah

NIC : a. Airway Suctioning ( 3160 )Intervensi Pastikan kebutuhan oral Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suctioning Informasikan pada keluarga dan klien tentang suctioning Minta klien nafas dalam sebelum suction dilakukan Meningkatkan pengetahuan dan Rasional Kebutuhan oral pasien terpenuhi Indikasi pernafasan dasar gangguan saluran

mencegah terjadinya kekambuhan Mengurangi rasa sakit saat memasukkan kateter suction Meningkatkan perfusi

Berikan O2 dengan menggunakan nasal untuk memfasilitasi suction nasotrakheal Gunakan alat yang steril setiap Ajarkan keluarga bagaimana cara Mencegah terjadinya infeksi

melakukan tindakan Monitor status O2 pasien

Mengetahui kebutuhan O2 pasien Meningkatkan pengetahuan tantang cara melakukan suksion Mempertahankan kebutuhan O2

melakukan suksion

Hentikan suction dan berikan O2 apabila pasien meunjukkan bradikardi,

peningkatan saturasi O2, dll.

b. Airway Management ( 3140 )

Intervensi Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi

Rasional Mendapatkan keadekuatan ventilasi

Meningkatkan pengembangan paru Membantu klien memenuhi kebutuhan O2

Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan Lakukan fisioterapi dada bila perlu

Membantu mengeluarkan sekret Memperlancar saluran jalan nafas Indikasi dasar adanya gangguan saluran pernafasan Meningkatkan pertukaran gas Memberikan rasa nyaman

Keluarkan sekret dengan batuk atau suction

Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan Lakukan suksion pada mayo

Berikan pelembab udara kassa basah NaCl lembab Membantu mengencerkan sekret

Atur intake cairan mengoptimalkan keseimbangan Monitor respirasi dan status O2 Mengetahui kebutuhan O2 pasien

2.

Dx :Gangguan pertukaran gas b/d obstruksi jalan nafas oleh sekresi, spasme bronkhus.

NOC : a. Respiratory Status : Gas Exchange ( 0402 ) 040201 Status mental dalam rentang yang diharapkan 040202 Kemudahan bernafas 040203 Tidak ada sesak nafas saat istirahat 040204 Tidak ada sesak nafas saat beraktivitas 040205 Tidak ada kelelahan 040206 Tidak ada sianosis

040209 PaCO2 dalam batas normal 040212 Volume akhir tidal CO2 dalam batas normal 040213 Hasil rontgen dada dalam rentang yang diharapkan 040214 Keseimbangan perfusi ventilasi Keterangan : 1 = Sangat bemasalah 2 = Cukup bermasalah 3 = Masalah sedang 4 = Sedikit bermasalah 5 = Tidak bermasalah b. Respiratory Status : Ventilation ( 0403 ) 040301 Rata-rata respirasi dalam rentang yang diharapkan 040302 Irama respirasi dalam rentang yang diharapkan 040303 Kedalaman respirasi 040305 Kemudahan dalam bernafas 040306 Mengeluarkan sputum dari jalan nafas 040309 Tidak menggunakan otot nafas tambahan 040310 Tidak ada suara nafas tambahan 040316 Tidak ada nafas pendek 040319 Auskultasi suara nafas dalam rentang yang diharapkan 040321 Bronkhophony dalam rentang yang diharapkan 040226 Hasil rontgen dada dalam rentang yang diharapkan

040327 Tes fungsi paru-paru dalam rentang yang diharapkan Keterangan : 1 = Sangat bemasalah 2 = Cukup bermasalah 3 = Masalah sedang 4 = Sedikit bermasalah 5 = Tidak bermasalah c. Vital Sign Status ( 0802 ) 080201 Suhu 080202 Rata-rata denyut apikal 080203 Rata-rata denyut radial 080204 Rata-rata respirasi 080205 TD sistolik 080206 TD diastolik Keterangan : 1 = Sangat menyimpang dari rentang yang diharapkan 2 = Cukup menyimpang dari rentang yang diharapkan 3 = Menyimpang sedang dari rentang yang diharapkan 4 = Sedikit menyimpang dari rentang yang diharapkan 5 = Tidak menyimpang dari rentang yang diharapkan

NIC : a. Airway Management ( 3140 )Intervensi Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi Meningkatkan pengembangan paru Membantu klien memenuhi kebutuhan O2 Rasional Mendapatkan keadekuatan ventilasi

Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan Lakukan fisioterapi dada bila perlu

Membantu mengeluarkan sekret Memperlancar saluran jalan nafas Indikasi dasar adanya gangguan saluran pernafasan Meningkatkan pertukaran gas Memberikan rasa nyaman

Keluarkan sekret dengan batuk atau suction

Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan Lakukan suksion pada mayo

Berikan pelembab udara kassa basah NaCl lembab Membantu mengencerkan sekret

Atur intake cairan mengoptimalkan keseimbangan Monitor respirasi dan status O2 Mengetahui kebutuhan O2 pasien

b. Respiratory Monitoring ( 3350 )Intervensi Monitor rata-rata, ritme, kedalaman, dan usaha pernafasan Catat adanya pergerakan dada, lihat kesimetrisan, penggunaan otot tambahan, dan retraksi otot intercosta dan Indikasi dasar adanya gangguan saluran pernafasan Rasional Mengetahui status pernafasan

supraklavikular Monitor suara pernafasan yang

mengganggu, seperti suara mendengkur Monitor pola nafas : bradipnea, takipnea, hiperventilasi, pernafasan kussmaul, Mengetahui tambahan adanya suara nafas

pernafasan cheyne stokes, apnea, biot dan pola atastik Monitor kelelahan otot diafragma Tentukan kebutuhan untuk suksion dari hasil auskultasi dengan adanya cracles dan ronkhi Mencegah nafas pendek Mengetahui status pola pernafasan

Auskultasi suara nafas setelah perawatan untuk mencatat hasil Membantu mengeluarkan sekret

Monitor kemampuan pasien untuk batuk dengan efektif Monitor sekret pernafasan Mengetahui perkembangan pasien

Mengeluarkan sekret

Mengetahui kebersihan jalan nafas

c. Acid-Base Management ( 1910 )Intervensi Rasional

Pertahankan kepatenan jaln nafas

Mempermudah klien dalam bernafas Mempertahankan ventilasi

Monitor gas darah arteri dan kadar elektrolit Monitor kehilangan asam (misal : muntah, keluaran dari nasogastrik, diare dan diuretik)

Mengetahui keseimbangan asam-basa dalam tubuh

Posisikan pasien untuk mendapatkan keadekuatan ventilasi (buka jalan nafas dan naikkan posisikan kepala)

Meningkatkan pengembangan paru

Monitor gejala gagal nafas (PaCO2 rendah, PaCO2 tinggi, dan kelelahan otot pernafasan)

Mencegah terjadinya kegegalan dalam bernafas

Monitor pola nafas Berikan terapi Oksigen

Mengetahui status pernafasan Mempertahankan oksigen dalam arteri Memberikan rasa nyaman Meningkatkan kenyamanan pasien

Turunkan konsumsi oksigen Bantu oral Hygiene

3.

Dx : Pola nafas tidak efektif b.d bronkokontriksi, mukus NOC : a. Respiratory Status : Airway Patency ( 0410 ) 041002 Tidak ada ansietas 041003 Tidak merasa tercekik 041004 Rata-rata respirasi dalam rentang yang diharapkan 041005 Irama respirasi dalam rentang yang diharapkan 041006 Mengeluarkan sputum dari jalan nafas

Keterangan : 1 = Sangat bemasalah 2 = Cukup bermasalah 3 = Masalah sedang 4 = Sedikit bermasalah 5 = Tidak bermasalah b. Respiratory Status : Ventilation ( 0403 ) 040301 Rata-rata respirasi dalam rentang yang diharapkan 040302 Irama respirasi dalam rentang yang diharapkan 040303 Kedalaman respirasi 040305 Kemudahan dalam bernafas 040306 Mengeluarkan sputum dari jalan nafas 040309 Tidak menggunakan otot nafas tambahan 040310 Tidak ada suara nafas tambahan 040316 Tidak ada nafas pendek 040319 Auskultasi suara nafas dalam rentang yang diharapkan 040321 Bronkhophony dalam rentang yang diharapkan 040226 Hasil rontgen dada dalam rentang yang diharapkan 040327 Tes fungsi paru-paru dalam rentang yang diharapkan Keterangan : 1 = Sangat bemasalah 2 = Cukup bermasalah

3 = Masalah sedang 4 = Sedikit bermasalah 5 = Tidak bermasalah c. Aspiration Control ( 1918 ) 191801 Mengidentifikasi faktor resiko 191802 Menghindari faktor resiko 191804 Memilih makanan sesuai dengan kemampuan menelan 191805 Memposisikan diri ke samping untuk makan dan minum

Keterangan : 1 = Tidak memperlihatkan 2 = Jarang memperlihatkan 3 = Kadang-kadang memperlihatkan 4 = Sering memperlihatkan 5 = Selalu memperlihatkan

NIC : a. Airway Management ( 3140 )Intervensi Buka jalan nafas, gunakan teknik chin Rasional Mendapatkan keadekuatan ventilasi

lift atau jaw thrust bila perlu Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi Meningkatkan pengembangan paru Membantu klien memenuhi kebutuhan O2

Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan Lakukan fisioterapi dada bila perlu

Membantu mengeluarkan sekret Memperlancar saluran jalan nafas Indikasi dasar adanya gangguan saluran pernafasan Meningkatkan pertukaran gas Memberikan rasa nyaman

Keluarkan sekret dengan batuk atau suction

Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan Lakukan suksion pada mayo

Berikan pelembab udara kassa basah NaCl lembab Membantu mengencerkan sekret

Atur intake cairan mengoptimalkan keseimbangan Monitor respirasi dan status O2 Mengetahui kebutuhan O2 pasien

b. Oxygen Therapy (3320)Intervensi Bersihkan mulut, hidung dan sekresi trakea Batasi merokok Pertahankan kepatenan jalan nafas Atur peralatan oksigen dan berikan pelembab, sistim humidifikasi Berikan tambahan oksigen Monitor aliran oksigen Ganti peralatan oksigen dari masker ke nasal selama makan Monitor kecemasan pasien berhubungan dengan kebutuhan terapi oksiogen Mencegah iritasi pada kulit Kebutuhan oksigen klien terpenuhi Kecepatan aliran oksigen sesuai dengan yang dibuthukan Mempermudah klien waktu makan Kecemasasn klien menurun Menjaga dilakukan Mencegah komplikasai paru-paru Mempermudah klien dalam dalam bernafas Peralatan dalam keadaan siap Rasional kebersihan selama terapi

Monitor Adanya gesekan kulit akibat

peralatan terapi oksigen

Dapat mengerjakan sendiri di rumah, jika memungkinkan

Ajarkan penggunaan terapi oksigen di rumah kepada pasien dan keluarga

c. Cough Enhancement (3250)Intervensi Moniror hasil tes funsi paru, kapasitas vital utama, kekeuatan volume maksimal ekspirasi Rasional Indikasi dasar kepatenan atau gangguan saluran pernafasan

inspirasi,

kekuatan

dalam satu detik (FEV 1) dan FEV 1/ FVC1 Bantu pasien dalam posisi duduk dengan kepala agak fleksi, bahu rileks, dan lutut fleksi Anjurkan pasien untuk beberapa kali untuk nafas dalam Mengeluarkan sekret Meningkatkan pengembangan paru

Anjurkan pasien untuk nafas dalam, tahan dua detik, dan batukkan dua atau tiga kali Mengeluarkan sekret

Anjukan klien untuk menghirup dengan dalam beberapa kali, keluarkan pelan, dan batukkan pada akhir ekspirasi Mengeluarkan sekret

Pada saat p-asiern batuk, berikan penekanan di bawah xiphoid

dengantangan mendatar, bantu pasien fliksi ke depan Tingkatkan hidrasi cairan sistemik Membantu sekret kelancaran pengeluaran

Membantu mengencerkan sekret

4.

Dx :Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b/d dispnoe, anoreksia, mual/ muntah NOC : a. Nutritional Status : Food and Fluid Intake (1008) 100801 Pemasukan makanan lewat mulut 100802 Pemasukan pemberian makan lewat selang 100803 Pemasukan cairan lewat mulut 100804 Pemasukan cairan keterangan : 1 = Tidak adekuat 2 = Sedikit adekuat 3 = Adekuat sedang 4 = Cukup adekuat 5 = Sangat adekuat b. Nutritional Status : Nutrient Intake (1009) 100901 Pemasukan Kalori 100902 Pemasukan Protein 100903 Pemasukan Lemak 100904 Pemasukan Karbohidrat 100905 Pemasukan Vitamin 100906 Pemasukan Mineral keterangan : 1 = Tidak adekuat

2 = Sedikit adekuat 3 = Adekuat sedang 4 = Cukup adekuat 5 = Sangat adekuat c. Weight Control (1612) 161201 Memonitor BB 161202 Mempertahankan secara optimal Intake kal;ori sehari-hari 161203 Melatih keseimbangan dengan pemasukan kalori 161204 Memilih makan dan makanan ringan yang mengandung zat-zat begizi 161209 Mempertahankan keseimbangan cairan keterangan : 1 = Tidak memperlihatkan 2 = Jarang memperlihatkan 3 = Kadang-kadang memperlihatkan 4 = Sering memperlihatkan 5 = Selalu memperlihatkan NIC : a. Nutrition Management (1100)Intervensi Kaji adanya alergi makanan Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi Rasional Mengetahui apakan klien alergi suatu makanan atau tidak Menentukan makanan yang sesuai dengan kebutuhan nutrisi pasien

yang dibutuhkan pasien

Kebutuhan terpenuhi

zat

besi

dalam tubuh

Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe

Kebutuhan akan protein dan vitamin C terpenuhi

Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C Yakinkan diet yang dimakan

Menurunkan konstipasi atau agar BAB pasien lancar

mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi Berikan makanan terpilih (sudah

Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi

dikonsultasikan dengan ahli gizi) Ajarkan pasien bagaiman membuat catatan makan harian Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori Kaji kemampuan pasien untuk Pasien dapat memmbuat catatan

makanan sendiri Mengetahui jumlah kalori yang masuk Informasi dasar untuk perencanaan awal dan validasi awal

mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan

b. Nutrition Monitoring (1160)Intervensi BB pasien dalam batas normal Monitor adanya penurunan BB Rasional Mengetahi status BB pasien Membantu pasien untuk meningkatkan makan Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan Monitor lingkungan selama makan Cara khusus untuk meningkatkan nafsu makan Memberikan rasa nyaman selama makan Observasi kebutuhan nutrisi

Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan Monitor turgor kulit

Monitor mual dan muntah

Mengetahui status turgor kulit Menjaga keseimbangan asam-basa Monitor status nutrisi

Monitor kadar Albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht Monitor makanan kesukaan

Menambah nafsu makan Mengetahui status perkembangan pasien Mengetahui jumlah kalori dan nutrisi yang masuk

Monitor pertumbuhan dan perkembanagan Monitor kalori dan intake nutrisi

Diposkan oleh fikayatus shalihah el birry di 23:26 Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook

0 komentar: Poskan KomentarPosting Lama Beranda Langgan: Poskan Komentar (Atom)

Pengikut

Arsip Blog

2011 (2) o Januari (2) ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN KASUS PENYAK... ANTENATAL CARE (ANC)

Mengenai Sayafikayatus shalihah el birry Lihat profil lengkapku

Template Watermark. Diberdayakan oleh Blogger.

BRONKHITISBronchitis akut Pada anak-anak, bronchitis akut biasanya terjadi berkaitan dengan infeksi virus pada saluran pernafasan. Gejala dari bronchitis akut biasanya meliputi batuk produktif dan nyeri retrosternal pada saat batuk atau menarik nafas dalam. Pada umumnya, bronchitis akut tidak menular, dengan sembuh total dalam 10-14 hari setelah onset gejala. Bronchitis kronik merupakan inflamasi berulang dan degenerasi bronkus yang bisa berhiubungan dengan infeksi aktif. Bronchitis kronik dapat merupakan proses dasar dari suatu penyakit, seperti asma, fibrosis kistik, sindrom diskinesia silia, aspirasi benda asing, atau paparan terhadap iritan jalan nafas. Pada orang dewasa, dikatakan bronchitis kronik apabila terdapat batuk kronik dan pembentukan sputum selama sedikitnya 3 bulan dalam setahun, sekurang-kurangnya dalam dua tahun berturutturut. Patofisiologi Bronchitis akut terjadi karena adanya respon inflamasi dari membrane mukosa bronkus. Pada orang dewasa, bronchitis kronik terjadi akibat hipersekresi mucus dalam bronkus karena hipertrofi kelenjar submukosa dan penambahan jumlah sel goblet dalam epitel saluran nafas. Pada sebagian besar pasien, hal ini disebabkan oleh paparan asap rokok. Pembersihan mukosiliar menjadi terhambat karena produksi mucus yang berlebihan dan kehilangan silia, menyebabkan batuk produktif. Pada anak-anak, bronchitis kronik disebabkan oleh respon endogen, trauma akut saluran pernafasan, atau paparan allergen atau iritan secara terus-menerus. Saluran nafas akan dengan cepat merespon dengan bronkospasme dan batuk, diikuti inflamasi, udem, dan produksi mucus. Apabila terjadi paparan secara kronik terhadap epithelium pernafasan, seperti aspirasi yang rekuren atau infeksi virus berulang, dapat menyebabkan terjadinya bronchitis kronik pada anakanak. Bakteri pathogen yang paling banyak menyebabkan infeksi salurang respirasi bagian bawah pada anak-anak adalah Streptococcus pneumoniae. Haemophilus influenzae dan Moraxella catarrhalis dapat pathogen pada balita (umur 5-18 tahun).

Frekuensi Bronchitis, baik akut maupun kronik, merupakan satu dari 5 penyebab untuk kunjungan anak ke dokter. Bonkitis akut paling banyak terjadi pada anak kurang dari 2 tahun, dengan puncak lain terlihat pada kelompok anak usia 9-15 tahun. Kemudian bronchitis kronik dapat mengenai orang dengan semua umur namun lebih banyak pada orang diatas 45 tahun.

Penyebab Bronchitis kronik dapat disebabkan oleh serangan bronchitis akut yang berulang, yang dapat melemahkan dan mengiritasi bronkus, dan pada akhirnya menyebabkan bronchitis kronik. Penyebab umum untuk bronchitis akut dan kronik pada anak adalah sebagai berikut. Infeksi virus ; adenovirus, influenza, parainfluenza, respiratory syncytial virus, rhinovirus, coxsackievirus, herpes simplex virus. Infeksi bakteri : S pneumonia, M catarrhalis, H influenza, Chlamydia pneumoniae (Taiwan acute respiratory [TWAR] agent), Mycoplasma species. Polusi udara, seperti merokok. Alergi Aspirasi kronik atau refluks gastrointestinal Infeksi fungi Diagnosis Tes Laboratorium - untuk pasien anak yang diopname, dilakukan tes C-reactive protein, kultur pernafasan, kultur darah, kultur sputum, dan tes serum agglutinin untuk membantu mengklasifikasikan penyebab infeksi apakah dari bakteri atau virus. - Untuk anak yang diopname dengan kemungkinan infeksi Chlamydia, mycoplasma, atau infeksi virus saluran pernafasan bawah, lakukan pemeriksaan sekresi nasofaringeal untuk membantu pemilihan antimikroba yang cocok. Serum IgM mungkin dapat membantu. - Untuk anak yang telah diintubasi, ambil specimen dari secret pernafasan dalam untuk pewarnaan gram, tes antigen ahlamydia dan virus, dan kultur bakteri dan virus. - respon terhadap pemberian kortikosteroid dosis tinggi setiap hari dapat dipertimbangkan diagnose dan terapi untuk konfirmasi asma.

- Tes keringat yang negative dengan menggunakan pilocarpine iontophoresis dapat mengeluarkan kemungkinan fibrosis kistik. - Untuk anak yang diduga mengalami imunodefisiensi, pengukuran serum immunoglobulin total, subkelas IgG, dan produksi antibodi spesifik direkomendasikan untuk menegakkan diagnosis. Tes Pencitraan Dapat dijumpai temuan abnormal seperti atelektasis, hiperinflasi, dan penebalan peribronkial. Konsolidasi fokal biasanya tidak nampak. Tes Lainnya Tes fungsi paru dapat memperlihatkan obstruksi jalan nafas yang reversible dengan menggunakan bronkodilator. Penatalaksanaan Terapi Medikasi Terapi ini bertujuan untuk memastikan agar anak mendapat oksigenasi yang cukup. - bronkitis akut Biasanya digunakan antipiretik dan analgesic. Antitusif dan ekspektoran biasa diberikan namun tidak membantu. Penggunaan bronkodilator, percobaan dengan inhalasi albuterol dapat melegakan gejala untuk beberapa pasien. - bronchitis kronik Penggunaan bronkodilator perlu dipertimbangkan,baik beta adrenergic agonist, seperti albuterol atau metaproterenol, atau teofilin bisa efektif. Agen beta adrenergic lebih kurang toksisitasnya, lebih cepat bekerja daripada teofilin. Inhalasi kortikosteroid bisa efektif. o Obat analgesic dan anti piretik ; digunakan untuk mengontrol demam, myalgia, dan arthralgia. Acetaminophen ; pilihan obat untuk rasa nyeri untuk pasien yang tidak bisa menggunakan aspirin atau NSAIDs. Ibuprofen ; pilihan obat untuk rasa nyeri ringan hingga sedang jika tidak ada kontraindikasi. Menghambat reaksi inflamasi dan rasa nyeri, kemungkinan dengan menurunkan aktivitas siklooksigenase yang menghambat sintesis prostaglandin. a. Kortikosteroid sistemik ; obat ini digunakan untuk jangka pendek (3-10 hari) untuk mengontrol episode asma akut yang tidak terkontrol dengan baik. b. Bronkodilator ; dapat menurunkan gejala bronchitis. Contoh : albuterol sulfat. c. Antivirus ; vaksinasi influenza untuk melindungi tubuh dari influenza A dan B, karena itu memberikan proteksi yang lebih untuk bronchitis. Diet Meningkatkan pemberian makanan secara oral pada pasien dengan demam. Aktivitas Minta pasien untuk beristirahat hingga demamnya turun Terapi lanjutan a. Jika terapi antiinflamasi sudah dimulai, lanjutkan terapi hingga gejala menghilang paling kurang 1 minggu. Bronkodilator bisa diberikan jika diperlukan. b. Penatalaksanaan akut dapat dihentikan apabila gejala sudah menghilang, temuan normal pada pemeriksaan fisik, dan fungsi paru normal. c. Pasien yang didiagnosis dengan asma dapat diberikan terapi controller, yaitu inhalasi terapi kortikosteroid, antihistamin, dan inhibitor leukotrin setiap hari.

d. Pasien dengan hipogammaglobulinemia memerlukan terapi pengganti. Komplikasi - Bronkiektasis - Bronkopneumonia - Gagal nafas akut Prognosis a. Bronchitis akut biasanya sembuh total, dengan prognosis yang bagus. b. Pasien dengan bronchitis kronik dan didiagnosis asma, penyakit struktur saluran nafas, atau imunodefisiensi perlu pengawasan secara teratur untuk meminimalkan kerusakan paru dan perkembangan menjadi penyakit paru kronik yang ireversibel