1 bab 2 landasan teori dan kerangka pemikiran
TRANSCRIPT
7
1 BAB 2
LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Landasan Teori
Berikut ini merupakan landasan teori yang digunakan untuk melakukan
penelitian ini.
2.1.1 Pengertian Kompensasi
Kompensasi adalah seluruh imbalan yang diterima karyawan atas hasil
kerja karyawan tersebut pada organisasi. Kompensasi bias berupa fisik
maupun nonfisik dan harus dihitung dan diberikan kepada karyawan sesuai
dengan pengorbanan yang telah diberikannya kepada organisasi atau
perusahaan tempat ia bekerja, hal ini didukung oleh Rivai (2004,p357) yang
menyatakan bahwa kompensasi merupakan sesuatu yang diterima karyawan
sebagai kontribusi jasa mereka pada perusahaan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi upah dan kebijakan kompensasi
adalah:
• Pasar tenaga Kerja
Pasar tenaga kerja mempengaruhi desain kompensasi dalam dua cara.
Pertama, tingkat persaingan tenaga kerja sebgaian menentukan batas
rendah atau floor tingkat pembayaran. Jika tingkat pembayaran suatu
perusahaan terlalu rendah, tenaga kerja yang memenuhi syarat tidak akan
bersedia bekerja di perusahaan itu. Kedua, pada saat yang sama, mereka
menekan pengusaha untuk mencari alternative, seperti penyediaan tenaga
kerja asing, yang harganya mungkin lebih rendah,atau teknologi yang
mengurangi kebutuhan akan tenaga kerja.
• Kondisi ekonomi
Salah satu aspek yang juga mempengaruhi kompensasi sebagai salah satu
faktor eksternal adalah kondisi-kondisi ekonomi industry, terutama derajat
tingkat persaingan, yang memperngaruhi kesanggupan untuk membayar
8
perusahaan itu dengan gaji tinggi. Semakin kompetitif situasinya,semakin
rendah kemampuan perusahaan untuk membayar gaji lebih tinggi.
• Peraturan pemerintah
Pemerintah secara langsun gmempengaruhi tingkat kompensasi melalui
pengendalian upah dan petunjuk yang melarang peningkatan dalam
kompensasi untuk para pekerja tertentu pada waktu tertentu, dan hukum
yang menetapkan tingkat tarif upah minimum gaji, pengaturan jam kerja,
dan mencegah diskriminasi. Pemerintah juga melarang perusahaan
memperkerjakan pekerja anak-anak dibawah umur (yang telah
ditetapkan).
• Serikat pekerja
Pengaruh eksternal penting lain pada suatu program kompensasi kerja
adalah serikat kerja. Kehadiran serikat pekerja diperusahaan sector
swasa diperkirakan meningkatkan upah 10 sampai 15 persen dan
menaikkan tunjangan sekitar 20 sampai 30 persen. Serikat pekerja sudah
cenderung untuk menjadi penentu upah, manfaat, dan meningkatkan
kondisi kerja.
2.1.2 Jenis-jenis Kompensasi
Tabel 2.1 merupakan dua jenis umum komponen nyata dari sebuah
program kompensasi menurut Mathis dan Jackson(2006,p419-420) .Dengan
kompensasi langsung, pemberi kerja menukar penghargaan moneter dengan
kerja yang diselesaikan. Para pemberi kerja memberikan kompensasi tidak
langsung-seperti asuransi kesehatan-untuk setiap orang hanya berdasarkan
pada keanggotaan dalam organisasi tersebut. Gaji pokok dan penghasilan
tidak tetap merupakan bentuk paling umum dari kompensasi langsung.
Kompensasi tidak langsung biasanya terdiri atas tunjangan karyawan.
9
Tabel 2.1 Dua jenis umum komponen organisasi
Kompensasi
Langsung Tidak Langsung
Upah
Gaji
Insentif
Asuransi kesehatan/jiwa
Cuti berbayar
Dana pensiun
Sumber : Mathis dan Jackson (2006,h. 419)
2.1.2.1 Upah
Menurut Veithzal rivai (2004,p375) upah merupakan imbalan
financial langsung yang dibayarkan kepada karyawan berdasarkan jam
kerja,jumlah barang yang dihasilkan atau banyaknya pelayanan yang
diiberikan. Jadi tidak seperti gaji yang jumlahnya relatif tetap, besarnya
upah dapat berubah-ubah tergantung pada keluaran yang dihasilkan.
Penggolongan upah :
• Upah sistem waktu
Dalam sistem waktu, besarnya upah ditetapkan berdasarkan
standar waktu seperti jam, hari, minggu, atau bulan. Besarnya upah
system waktu hanya didasarkan kepada lamanya bekerja bukan
dikaitkan dengan prestasi kerjanya.
• Upah sistem hasil
Dalam sistem hasil, besarnya upah ditetapkan atas kesatuan unit
yang dihasilkan pekerja, seperti per potong, meter, liter dan
10
kilogram. Besarnya upah yang dibayar selalu didasarkan kepada
banyaknya hasil yang dikerjakan bukan kepada lamanya waktu
mengerjakannya.
• Upah sistem borongan
Sistem borongan adalah suatu cara pengupahan yang penetapan
besarnya jasa didasarkan atas volume pekerjaan dan lama
mengerjakannya.Penetapan besarnya jasa berdasarkan sistem
borongan cukup rumit, lama mengerjakannya, serta banyak alat
yang diperlukan untuk menyelesaikannya.
2.1.2.2 Gaji
Menurut Rivai (2004, p379) gaji adalah blas jasa dalam
bentuk uang yang diterima karyawan sebagai konsekuensi dari
kedudukannya sebagfai seorang karyawan yang memberikan
sumbangan dikatakan sebagai bayaran tetap yang diterima seseorang
dari keanggotaan dalam sebuah perusahaan.
2.1.2.3 Gaji Berbasis Kompentensi
Rancangan dari sebagian besar program kompensasi
memberikan penghargaan kepada para karyawan karena telah
menjalankan tugas, kewajiban, dan tanggung jawab mereka. Syarat-
syarat pekerjaan menentukan karyawan memiliki tariff dasar yang lebih
tinggi. Karyawan menerima lebih banyak karena melakukan pekerjaan
yang membutuhkan variasi tugas yang lebih banyak, lebih banyak
pengetahuan dan keterampilan, usaha fisik yang lebih besar, atau
kondisibekerja yg lebih menuntut.
Akan tetapi, beberapa organisasi lebih menekankan
kompetensi dariapada tugas. Beberapa organisasi membayar para
karyawan lebih karena kompetensi yang mereka tunjukkan dairpada
tugas tertentu yang dilakukan. Memberi imbalan kerja atas kompetensi
memberikan penghargaan kepada karyawan menampilkan kepandaian
11
dalam banyak hal yang lebih banyak dan terus mengembangkan
kompetensi mereka. Dalam system imbalan kerja berbasis
pengetahuan (knowledge-based pay KBP) atau imbalan kerja
berbasis keterampilan (skill-based pay SBP), karyawan mulai dari
tingkat imbalan jerha dasar dan menerima kenaikkan ketika mereka
belajar untuk melakukan pekerjaan lain atau memperoleh keterampilan
lain dan oleh karenanya menjadi lebih beharga bagi pemberi kerja.
Ketika organisasi bergerak menuju system berbasis menyebutkan
kompetensi yang dibutuhkan untuk berbagai pekerjaan. Kemudian,
setiap blok kompetensi harus dihargai dengan menggunakan
berbagai data. Kemajuan karyawan hars di mungkinkan, dan mereka
harus dibayar dengan pantas atas semua kompentensi mereka.
Karena rencana kompetensi berfokus pada pertumbuhan dan
pengembangan kompetensi karyawan, para karyawan yan terus
mengembangkan kompetensi mereka juga diuntungkan dengan
menerima kenaikan gaji.
2.1.2.4 Insentif
Menurut Rivai (2004,p384) insentif merupakan imbalan
langsung yang dibayarkan kepada karyawan karena kinerjanya
melebihi standar yang ditentukan.Insentif merupakan bentuk lain
dari upah langsung di luar upah dan gaji yang merupakan kompensasi
tetap,yang biasa disebut kompensasi berdasrkan kinerja (pay for
performance plan).
Menurut Dessler (2005,p412) insentif financial adalah
ganjaran financial yang diberikan kepada karyawan yang produksinya
melampaui standar yang telah ditetapkan sebelumnya.
Dari beberapa pendapat yang telah dikemukakan oleh
beberapa ahli dalam manajemen maka dapat disimpulkan bahwa
insentif merupakan suatu alat yang dapat mendorong seorang karyawan
agar dapat bekerja lebih giat sehingga menghasilkan prestasi kerja yang
lebih baik.
12
2.1.2.4.1 Tujuan Pemberian Insentif
Handoko (2003,p156) menjelaskan tujuan insentif
adalah untuk memperoleh personalia yang berkualitas,
mempertahankan karyawanyang ada sekarang, menjamin
keadilan, menghargai perilaku yang diinginkan, dan
mengendalikan biaya-biaya.
Selain dari itu,tujuan pemberian intensif yaitu
memotivasi kinerja karyawan dalam melaksanakan
pekerjaannya. Budaya perusahaan untuk memberikan insentif
membangkitkan minat dan ketertarikan karyawan terhadap
tujuan perusahaan.
Dari beberapa pernyataan diatas, maka disimpulkan
bahwa tujuan pemberian insentif hendaknya dapat memuaskan
smua pihak baik masyarakat, organisasi maupun karyawan
yang akan menambah semangat kerja karyawan untuk
berprestasi, sehingga pada akhirnya meningkatkan
produktivitas karyawan.
2.1.2.4.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemberian
Insentif
Menurut Heidjrachman dan Husnan (2002,139),
tinggi rendahnya tingkat intensif yang diberikan kepada
karyawan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti:
Penawaran dan permintaan tenaga kerja
Meskipun hukum ekonomi tidaklah bias ditetapkan
secara mutlak dalam masalah tenaga kerja, tetapi tidak bias
diingkari bahwa hukum penawaran dan permintaan tetap
mempengaruhi. Untuk pekerjaan yang membutuhkan
keterampilan (skill) tinggi dan jumlah tenaga kerjanya langka,
maka upah cenderung tinggi.
13
• Organisasi buruh
Ada tidaknya organisasi buruh serta lemah kuatnya
organisasi buruh akan ikut mempengaruhi terbentuknya
tingkat upah.
• Kemampuan untuk membayar
Meskipun mungkin serikat buruh menuntut upah buruh
yang tinggi, tetapi akhirnya realisasi pemberian upah akan
tergantung pula pada kemampuan membayar dari
perusahaan. Dalam perusahaan, upah merupakan salah
satu komponen biaya produksi. Tingkat upahnya
menyebabkan naiknya biaya produksi sehingga
mengurangi keuntungan.
• Produktivitas
Upah sebenarnya merupakan imbalan atas prestasi
karyawan. Semakin tinggi prestasi karyawan seharusnya
semakin besar pula upah yang akan diterima. Prestasi
demikian biasanya sebagai produktivitas.
• Biaya hidup
Faktor lain yang perlu dipertimbangkan juga adalah biaya
hidup. Di kota-kota besar dimana biaya hidup tinggi upah
juga cenderung tinggi.
• Pemerintah
Pemerintah dengan peraturan-peraturannya juga
memengaruhi tinggi rendahnya upah. Peraturan tentang
upah minimum merupakan batas bawah dari tingkat upah
yang akan dibayarkan.
14
2.1.2.5 Kompensasi Tidak Langsung (Fringe benefit)
Fringe benefit merupakan kompensasi tambahan yang
diberikan berdasarkan kebijakan perusahaan terhadap semua karyawan
sebagai upaya meningkatkan kesejahteraan para karyawan. Contohnya,
berupa fasilitas-fasilitas, seperti: asuransi kesehatan/jiwa, cuti berbayar
dan dana pensiun Mathis dan Jackson (2006).
2.1.3 Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja (job satisfaction) adalah suatu pernyataan emosi yang
menyenangkan yang dihasilkan dari penghargaan terhadap pekerjaan seseorang
dan apa yang anda pikirkan tentang pekerjaan anda (Colquitt, et al.2009:105).
Menurut Sierma & Saragih (2010:145), kepuasan kerja adalah sikap
yang ditunjukkan karyawan terhadap pekerjaan dan situasi kerja yang mereka
hadapi.
Menurut Rivai dan Jauvani (2009:856), kepuasan kerja merupakan
evaluasi yang menggambarkan seseorang atas perasaan sikapnya senang atau
tidak senang, puas atau tidak puas dalam bekerja.
Menurut Robbins &Judge (2008:40), kepuasan kerja adalah perasaan
positif tentang pekerjaan seseorang yang merupakan hasil dari evaluasi
karakteristiknya.
Sementara menurut Gibson, et al. (2009:106), kepuasan kerja erat
kaitannya dengan sikap karyawan terhadap pekerjannya. Hal ini merupakan
hasil dari persepsi karyawan atas pekerjannya.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kepuasan
kerja adalah perasaan positif yang menggambarkan seseorang atas sikapnya
yang dihasilkan dari pekerjaannya.
15
2.1.3.1 Faktor yang Memengaruhi Kepuasan Kerja
Menurut Robbins dan Coulter dalam jurnal Hidayat
(2011:382), terdapat enam faktor yang menentukan kepuasan karyawan,
yaitu:
1. Pekerjaan itu sendiri (work it self)
Pekerjaan itu sendiri merupakan sumber utama dari kepuasan kerja.
Ada beberapa unsur yang paling penting dalam dari kepuasan kerja
yang menyimpulkan bahwa pekerjaan yang menarik dan
menantang, serta perkembangan karir merupakan hal penting untuk
setiap karyawan.
2. Pembayaran (pay)
Upah atau gaji dikenal secara jelas, tetapi hal yang sulit untuk
dimengerti adalah gaji karyawan sekarang dan gaji karyawan
dimasa yang akan datang, keduanya memengaruhi kepuasan kerja.
Karyawan biasanya melihat kompensasi sebagai refleksi bagaimana
manajemen melihat kontribusi yang diberikan oleh perusahaan.
3. Kesempatan promosi (promotion opportunity)
Kesempatan untuk dipromosikan nampaknya memiliki dampak
dalam kepuasan kerja. Hal ini disebabkan karena promosi
mengambil beberapa bentuk yang berbeda dan memiliki
keanekaragaman dari yang menyertai kompensasi.
4. Atasan (supervision)
Hubungan antara supervisor dengan karyawan bisa disebut dengan
functional attraction yang menjelaskan sejauh mana karyawan
merasa atasannya membantu mereka dalam mencapai hasil yang
baik.
5. Rekan kerja (work group)
Kelompok kerja memiliki dampak dalam kepuasan kerja.
Persahabatan, kerjasama dengan rekan kerja merupakan sumber-
sumber utama dari kepuasan kerja secara individu. Kelompok kerja
16
memberikan sumber-sumber semangat, kenyamanan, nasihat, dan
bantuan kepada karyawan individu. Kelompok kerja yang baik
dapat membuat pekerjaan menjadi menyenangkan. Sebaliknya jika
kondisi bahwa karyawan sangat sulit untuk bergaul, maka faktor ini
merupakan dampak dalam kepuasan kerja.
6. Kondisi kerja (working condition)
Keadaan atau suasana di tempat kerja merupakan faktor lain yang
memengaruhi kepuasan kerja. Bila kondisi kerjanya baik, bersih,
atraktif dan nyaman, maka karyawan akan merasa mudah dalam
menjalankan pekerjaannya.
2.1.3.2 Dampak Ketidakpuasan Kerja
Menurut Robbins dan Judge (2008:111-112), ada konsekuensi
ketika karyawan menyukai pekerjaan mereka, dan ada konsekuensi
ketika karyawan tidak menyukai pekerjaan mereka. Sebuah kerangka
teoritis (kerangka keluar-pengaruh-kesetiaan-pengabdian) sangat
bermanfaat dalam memahami konsekuensi dari ketidakpuasan. Di
bawah ini menunjukkan empat respon kerangka tersebut, yang berbeda
dari satu sama lain bersama dengan dua dimensi: konstruktif/destruktif
dan aktif/pasif. Respon-respon tersebut didefinisikan sebagai berikut:
1. Keluar (exit): perilaku yang ditunjukkan untuk meninggalkan
organisasi termasuk mencari posisi baru dan mengundurkan
diri.
2. Aspirasi (voice): secara aktif dan kontruktif berusaha
memperbaiki kondisi, termasuk menyarankan perbaikan,
mendiskusikan masalah dengan atasan, dan beberapa bentuk
aktivitas serikat kerja.
3. Kesetiaan (loyalty): secara pasif tetapi optimis menunggu
membaiknya kondisi, termasuk membela organisasi ketika
berhadapan dengan kecaman eksternal dan mempercayai
organisasi dan manajernya untuk “melakukan hal yang benar”.
17
4. Pengabdian (neglect): secara pasif membiarkan kondisi
menjadi lebih buruk, termasuk ketidakhadiran atau
keterlambatan yang terus-menerus kurangnya usaha, dan
meningkatnya angka kesalahan.
2.1.4 Pengertian Stress
Menurut Ivancevick dn Matteson dalam Luthans (2006:441)
mendefinisikan stres sebagai interaksi individu dalam lingkungan. Menurut
pendapat McShane dan Glinow yang dijadikan acuan mengenai stress
(2005)yaitu merupakan reaksi seseorang pada perubahan yang dirasakan
mengganggu dan dapat membuat dirinya terancam.
Mengacu kepada pendapat Greenberg dan Baron (2003) pengertian
stress adalah hasil yang muncul dari pola emosi dan reaksi fisiologis akibat
menghadapi tuntutan dari dalam dan luar organisasi.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa stres
merupakan interaksi antara individu dan lingkungan menghadapi kesempatan
dan tantangan dari dalam maupun dari luar organisasi sehingga mempengaruhi
pola emosi. Reaksi fisiologis dan kondisi seseorang.
2.1.4.1 Pengertian Stress Kerja
Pada umumnya orang menganggap bahwa stres merupakan
suatu kondisi yang negatif, suatu kondisi yang mengarah ke yimbulnya
penyakit fisik maupun mental, atau mengarah ke perilaku yang tidak
wajar. Selye, 1976 dalam Munandar (2008:374) membedakan antara
distress yang destruktif dan eusstress yang merupakan kekuatan yang
positif di mana stres kadangkala dapat diperlukan untuk menghasilkan
prestasi yang tinggi.
Menurut Hasibuan (2007:204) “Stres karyawan timbul akibat
ketidakpuasan kerja tidak terwujud dari pekerjaannya”. Mengacu pada
pendapat Beehr dan Newman dalam Luthans (2006) mengemukakan
stres kerja sebagai situasi yang timbul dari interaksi manusia dengan
18
pekerjaan yang diakibatkan oleh perubahan manusia yang menyimpang
dari fungsi normalnya.
Luthans (2006:441) stres kerja didefinisikan sebagai “Respon
adaptif terhadap situasi eksternal yang menghasilkan penyimpangan
fisik, psikologis, dan atau perilaku pada anggota organisasi”.Menurut
Posner dan Leithor dalam Arden (2006:10) ada dua faktor penting
apakah stres dialami sebagai tak terkendali atau dapat dikuasai.
Dapat disimpulkan bahwa stres kerja merupakan kondisi yang
tercipta dari interaksi antara manusia dan pekerjaan yang mengarah ke
timbulnya penyakit fisik maupun mental karena perubahan manusia
yang memaksa mereka untuk menyimpang dari fungsi normal sehingga
menghasilkan penyimpangan fisik, psikologis dan perilaku pada
anggota organisasi, baik yang dapat terkendali maupun tidak.
Hal lainnya lagi dikemukakan oleh Nadeem Malik
(2011:3066) yang berpendapat bahwa stres kerja terdiri dari:
1) Job content (uraian pekerjaan)
• Bekerja secara berlebihan.
• Pekerjaan yang rumit.
• Pekerjaan yang monoton.
• Terlalu banyak tanggung jawab.
• Ketidakjelasan peran.
2) Working conditions (kondisi kerja)
• kondisi kerja yang buruk.
• Tingkat kebisingan.
• Menuntut kerja secara fisik.
3) Employment conditions (kondisi karyawan)
• Gaji rendah.
• Prospek karir yang rendah.
19
• Kontrak kerja yang fleksibel.
• Ketidakamanan pekerjaan.
4) Social relations at work (hubungan sosial ditempat kerja)
• Gaya kepemimpinan yang buruk.
• Kurangnya dukungan sosial.
• Kurangnya partisipasi dalam mengambil keputusan.
• Hak.
• Diskriminasi.
2.1.4.2 Faktor-faktor Penyebab Stres Karyawan
Hasibuan (2007:204) mengemukakan faktor-faktor penyebab
stres karyawan, antara lain, yaitu:
1. Beban kerja yang sulit dan berlebihan.
2. Tekanan dan sikap pemimpin yang kurang adil dan wajar.
3. Waktu dan peralatan kerja yang kurang memadai.
4. Konflik antara pribadi dengan pemimpin atau kelompok kerja.
5. Balas jasa yang terlalu rendah.
6. Masalah-masalah keluarga seperti anak, istri, mertua dan lain-
lain.
Menurut Robbin (2003:794) penyebab stres itu ada 3 faktor yaitu:
1. Faktor Lingkungan
Ada beberapa faktor yang mendukung faktor lingkungan, yaitu:
a. Perubahan situasi bisnis yang menciptakan ketidakpastian
ekonomi. Bila perekonomian itu menjadi menurun, orang
menjadi semakin mencemaskan kesejahteraan mereka.
b. Ketidakpastian politik. Situasi politik yang tidak menentu
seperti yang terjadi di beberapa negara seperti Thailand dan
20
Kenya, banyak sekali demonstrasi dari berbagai kalangan yang
tidak puas dengan keadaan mereka. Kejadian semacam ini
dapat membuat orang merasa tidak nyaman. Seperti penutupan
jalan karena ada yang berdemo atau mogoknya angkutan
umum dan membuat para karyawan terlambat masuk kerja.
c. Kemajuan teknologi. Dengan kemajuan teknologi yang pesat
maka banyak perusahaan menambahkan peralatan baru atau
membuat sistem baru. Hal ini membuat karyawan harus
mempelajari dari awal dan menyesuaikan diri dengan
teknologi yang baru.
d. Terorisme adalah sumber stres yang disebabkan lingkungan
yang semakin meningkat pada abad ke-21, seperti dalam
peristiwa penabrakan gedung WTC oleh para teroris,
menyebabkan orang-orang Amerika Serikat merasa terancam
keamanannya dan merasa stres.
2. Faktor Organisasi
Banyak sekali faktor di dalam organisasi yang dapat menimbulkan
stres. Tekanan untuk menghindari kekeliruan atau menyelesaikan
tugas dalam kurun waktu terbatas, beban kerja berlebihan, bos yang
menuntut dan tidak peka, serta rekan kerja yang tidak
menyenangkan. Dari ebberapa contoh di atas, maka dapat
dikategorikan menjadi beberapa faktor di mana contoh-contoh itu
terkandung di dalamnya, yaitu:
a) Tuntutan tugas merupakan faktor yang terkait dengan tuntutan
atau tekanan untuk menunaikan tugasnya secara baik dan
benar.
b) Tuntutan peran berhubungan dengan tekanan yang diberikan
pada seseorang sebagai fungsi dari peran tertentu yang
dimainkan dalam organisasi itu. Konflik peran -menciptakaan
harapan-harapan yang barangkali sulit dirujukkan atau
dipuaskan. Kelebihan peran terjadi bila karyawan diharapkan
21
untuk melakukan lebih daripada yang dimungkinkan oleh
waktu. Ambiguitas peran tercipta bila harapan peran tidak
dipahami dengan jelas dan karyawan tidak pasti mengenai
apa yang harus dikerjakan.
c) Tuntutan antar pribadi adalah tekanan yang diciptakan oleh
karyawan lain. Kurangnya dukungan sosial dari rekan-rekan
dan hubungan antar pribadi yang buruk dapat menimnulkan
stres yang cukup besar, khususnya di antara para karyawan
yang memiliki kebutuhan sosial yang tinggi.
d) Struktur organisasi menentukan tingkat diferensiasi dalam
organisasi, tingkat aturan dan peraturan dan dimana
keputusan itu diambil. Aturan yang berlebihan dan kurangnya
partisipasi dalam pengambilan keputusan yang berdampak
pada karyawan merupakan potensi sumber stres.
3. Faktor Individu
Faktor ini mencakup kehidupan pribadi karyawan terutama faktor-
faktor persoalan keluarga, masalah ekonomi pribadi dan
karakteristik kepribadian bawaan.
a. Faktor persoalan keluarga, survei nasional secara konsisten
menunjukkan bahwa orang menganggap bahwa hubungan
pribadi dan keluarga sebagai sesuatu yang sangat berharga.
Kesulitan pernikahan, pecahnya hubungan dan kesulitan
disiplin anak-anak merupakan contoh masalah hubungan yang
menciptakan stres bagi karyawan dan terbawa ke tempat kerja
b. Masalah Ekonomi. Diciptakan oleh individu yang tidak dapat
mengelola sumber daya keuangan mereka merupakan satu
contoh kesulitan pribadi yang dapat menciptakan stres bagi
karyawan dan mngalihkan perhatian mereka dalam bekerja.
c. Karakteristik kepribadian bawaan. Faktor individu yang
penting mempengaruhi stres adalah kodrat kecenderungan
dasar seseorang. Artinya gejala stres yang diungkapkan pada
22
pekerjaan itu sebenarnya berasal dari dalam kepribadian orang
itu.
Menurut Clark (2002:76) faktor penyebab stres kerja yaitu:
1. Factors intrinsic to the job: noise, lighting, computer screen glare,
uncomfortable temperature, lack of privacy, long hours culture,
isolation.
2. Cereer development: lack of recognition, lack of job security,
under-promotion, low status.
3. Role in organization.
4. Role ambiguity.
5. Relationship at work: office politics, lack of social support, poor
relationship with manager, interpersonal conflict, bullying
2.1.4.3 Dampak Stres Kerja pada Perusahaan
Schuller dalam Hasibuan (2005:4) mengidentifikasi beberapa
perilaku negatif karyawan yang berpengaruh terhadap organisasi. Stres
yang dihadapi oleh karyawan dapat berkorelasi dengan penurunan
prestasi kerja, peningkatan ketidakhadiran kerja serta tendesi
mengalami kecelakaan. Secara singkat beberapa dampak negatif yang
timbul oleh stres kerja dapat berupa:
1. Terjadinya kekacauan, hambatan baik dalam manajemen maupun
operasional kerja.
2. Mengganggu kenormalan aktivitas kerja
3. Menurunkan tingkat produktivitas
4. Menurunkan pemasukan dan keuntungan perusahaan. Kerugian
financial yang dialami perusahaan karena tidak imbangnya antara
produktivitas dengan biaya yang dikeluarkan untuk membayar
gaji, tunjangan, dan fasilitas lainnya.
23
2.1.4.4 Dampak Stres Kerja pada Individu
Luthans (2006:456) berpendapat bahwa berdasarkan penelitian
diindikasikan tingkat kesulitan, sifat tugas yang dikerjakan, disposisi
personal, disposisi psikologis dan neurotisme mungkin memengaruhi
hubungan stres dan kinerja. Masalah karena tingkat stres yang tinggi
dapat ditunjukkan secara fisik, psikologis, atau prilaku individu.
1. Masalah kesehatan fisik yang berhubungan dengan stres adalah
sebagai berikut:
a. Masalah sistem kekebalan tubuh, di mana terdapat
pengurangan kemampuan untuk melawan sakit dan infeksi
b. Masalah sistem kardiovaskular, seperti tekanan darah tinggi
dan penyakit jantung
c. Masalah sistem musculoskeletal (otot dan rangka), seperti sakit
kepala dan sakit punggung.
d. Masalah sistem gastrointestinal (perut), seperti diare dan
sembelit.
2. Masalah psikologis
Tingkat stres tinggi mungkin disertai kemarahan, kecemasan,
depresi, gelisah cepat marah, tegang dan bosan. Sebuah studi
menemukan bahwa dampak stres yang paling kuat adalah tindakan
agresif, seperti sabotase, agresi antar pribadi, permusuhan dan
keluhan. Jenis maslah psikologis tersebut relevan dengan kinerja
yang buruk, penghargaan diri yang rendah, benci pada pengawasan,
ketidakmampuan untuk berkonsentrasi dan membuat keputusan,
ketidakpuasan kerja.
3. Masalah prilaku
Perilaku langsung yang menyertai tingkat stres yang tinggi
mencakup makan sedikit atau makan berlebihan, tidak dapat tidur,
merokok dan minum, penyalahgunaan obat-obatan.
24
2.1.4.5 Pendekatan Stres Kerja
Ada empat pendekatan terhadap stres kerja, yaitu dukungan
sosial (social support), meditasi (meditation), biofeedback, dan program
kesehatan pribadi (personal wellness programs). Pendekatan tersebut
sesuai dengan pendapat Davis dan Newstorm, (dalam Mangkunegara,
2002:157) yang mengemukakan bahwa “Four approaches that of ten
involve employee and management cooperation for stress management
are social support, meditation, biofeedback and personal wellness
programs”.
1. Pendekatan dukungan social
Pendekatan ini dilakukan melalui aktivitas yang bertujuan
memberikan kepuasan sosial kepada karyawan. Misalnya bercanda.
2. Pendekatan melalui meditasi
Pendekatan ini perlu dilakukan karyawan dengan cara
berkonsentrasi ke alam pikiran, mengendorkan kerja otot dan
menenangkan emosi. Meditasi ini dapat dilakukan selama dua
periode waktu yang masing-masing 15-20 menit. Meditasi biasa
dilakukan di ruangan khusus. Karyawan yang beragama Islam bisa
melakukannya setelah shalat Dzuhur melalui doa dan zikir kepada
Allah SWT.
3. Pendeatan melalui biofeedback
Pendekatan ini dilakukan melalui bimbingan medis. Melalui
bimbingan dokter, psikiater dan psikolog, sehingga diharapkan
karyawan dapat menghilangkan stres yang dialaminya.
4. Pendekatan kesehatan pribadi
Pendekatan ini merupakan pendekatan preventif sebelum terjadinya
stres. Dalam hal ini karyawan secara periode waktu yang continue
memeriksa kesehatan, melakukan relaksasi otot, pengaturan gizi
dan olahraga secara teratur.
25
2.1.5 Kinerja Karyawan
Kinerja merupakan hasil kerja baik itu secara kualitas maupun kuantitas
yang telah dicapai pegawai, dalam menjalankan tugas-tugasnya sesuai dengan
tanggung jawab yang diberikan organisasi, dan hasil kerjanya tersebut
disesuaikan dengan hasil kerja yang diharapkan organisasi, melalui criteria-
kriteria atau standar kinerja pegawai yang berlaku dalam organisasi.Berhasil
tidaknya kinerja yang telah dicapai oleh organisasi tersebut dipengaruhi oleh
tingkat kinerja pegawai secara individual maupun secara kelompok. Hal ini di
dukung oleh pendapat beberapa ahli sebagai berikut :
Pengertian prestasi kerja Menurut Malayu Hasibuan (2005:87) adalah
suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang
dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan
kesungguhan serta waktu.
Menurut Rivai (2009:549) mengemukakan bahwa kinerja merupakan
perilaku nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang
dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan perannya dalam perusahaan.
Menurut Dessler (2006) kinerja pegawai merupakan prestasi kerja,
yakni perbandingan antara hasil kerja yang dapat dilihat secara nyata dengan
standar kerja yang telah ditetapkan organisasi.
Robbins(2008) mendefinisikan kinerja yaitu suatu hasil yang dicapai
oleh pegawai dalam pekerjaanya menurut kriteria tertentu yang berlaku untuk
suatu pekerjaan.
Mangkunegara (2005) kinerja ialah hasil kerja baik secara kualitas
maupun kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melakukan tugas
sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Adapun tujuan kinerja pegawai menurut Basri dan Rivai (2005):
1. Untuk perbaikan hasil kinerja pegawai, baik secara kualitas ataupun
kuantitas.
2. Memberikan pengetahuan baru dimana akan membantu pegawai dalam
memecahan masalah yang kompleks, dengan serangkaian aktifitas yang
26
terbatas dan teratur, melalui tugas sesuai tanggung jawab yang diberikan
organisasi.
3. Memperbaiki hubungan antar personal pegawai dalam aktivitas kerja
dalam organisasi.
2.1.5.1 Penilaian Kinerja Pegawai
Dalam suatu organisasi penilaian kinerja merupakan
mekanisme penting bagi manajemen untuk digunakan dalam
menjelaskan tujuan, dan standar kinerja, serta memotivasi kinerja
individu secara berkelanjutan (Simamora, 2006).Untuk mengetahui baik
atau buruk kinerja seorang pegawai maka perlu dilakukan penilaian
kinerja, yang pada dasarnya penilaian kinerja merupakan faktor kunci
guna mengembangkan suatu organisasi secara efektif dan efisien.
Penilaian kinerja adalah proses dimana organisasi mengawasi
pelaksanaan kerja individu pegawai (Simamora, 2006).
Menurut Dessler(2006) penilaian kinerja yaitu memberikan
umpan balik kepada pegawai dengan tujuan memotivasi pegawai untuk
menghilangkan kemerosotan kinerja atau berkinerja lebih baik lagi.
Pegawai menginginkan dan memerlukan umpan balik berkenaan
dengan prestasi mereka, dan penilaian menyediakan kesempatan untuk
memberikan umpan balik kepada mereka.Jika kinerja tidak sesuai
dengan standar, maka penilaian memberikan kesempatan untuk
meninjau kemajuan pegawai, dan untuk menyusun rencana peningkatan
kinerja (Dessler, 2006).
Menurut Simamora (2006) umpan balik penilaian kinerja
memungkinkan pegawai mengetahui seberapa baik mereka bekerja jika
dibandingkan dengan standar organisasi.
Manfaat dari penilaian kinerja sendiri dapat dilihat melalui dua
segi manfaat menurut Wexley dan Yukl (dalam Crimson
Sitanggang,2005) yaitu:
27
1. Segi administratif antara lain:
a. Sebagai dasar pembuat keputusan promosi, pemberhentian, dan
mutasi
b. Sebagai alat menetapkan kebutuhan pelatihan
c. Sebagai kriteria dalam seleksi dan penempatan
d. Dasar penilaian manfaat pelatihan
e. Dasar penilaian efisiensi dan produktivitas
f. Metode administrasi penggajian
2. Segi pengembangan pegawai antara lain:
a. Sebagai alat untuk mengenali kelemahan pegawai
b. Alat untuk mengembangkan kemampuan pegawai dengan
memberikan umpan balik
c. Alat untuk meningkatkan motivasi pegawai
d. Alat untuk mendorong pemimpin melakukan pengamatan
terhadapperilaku setiap bawahannya, untuk kemudian dikenali
kebutuhan pelatihannya
e. Alat untuk menunjukan kekurangan masa lalu dan menambah
kekuatan pegawai di masa yang akan dating.
Menurut Dessler (2006) ada lima faktor dalam penilaian kinerja:
1. Kualitas pekerjaan, meliputi: akuisi, ketelitian, penampilan dan penerimaan
keluaran
2. Kuantitas Pekerjaan, meliputi: volume keluaran dan kontribusi
3. Supervisi yang diperlukan, meliputi: membutuhkan saran, arahan atau
perbaikan.
4. Kehadiran, meliputi: regularitas, dapat dipercaya/diandalkan dan ketepatan
waktu
28
5. Konservasi, meliputi: pencegahan, pemborosan, kerusakan dan pemeliharaan.
Dalam melakukan penilaian kinerja pegawai diperlukan langkah-langkah,
berikut langkah-langkah penilaian kinerja (Dessler, 2006):
1. Mendefinisikan pekerjaan, yang berarti memastikan bahwa atasan dan
bawahan sepakat tentang tugas-tugasnya dan standar jabatan.
2. Menilai kinerja, berarti membandingkan kinerja aktual bawahan dengan
standar yang telah ditetapkan dan ini mencakup beberapa jenis tingkat
penilaian.
3. Sesi umpan balik, berarti kinerja dan kemajuan bawahan dibahas dan
rencana-rencana dibuat untuk perkembangan apa saja yang dituntut.
2.1.5.2 Indikator Kinerja Pegawai
Adapun indikator dari kinerja pegawai menurut Bernadine (dal
am Mas’ud, 2004) adalah sebagai berikut:
1. Kualitas
Tingkat dimana hasil aktifitas yang dilakukan mendekati sempurna,
dalam arti menyesuaikan beberapa cara ideal dari penampilan
aktifitas ataupun memenuhi tujuan yang diharapkan dari suatu
aktifitas.
2. Kuantitas,
Jumlah yang dihasilkan dalam istilah jumlah unit, jumlah siklus
aktifitas yang diselesaikan.
3. Ketepatan Waktu,
Tingkat suatu aktifitas diselesaikan pada waktu awal yang
diinginkan, dilihat dari sudut koordinasi dengan hasil output serta
memaksimalkan waktu yang tersedia untuk aktifitas lain.
4. Efektifitas,
29
Tingkat penggunaan sumber daya manusia organisasi
dimaksimalkan dengan maksud menaikan keuntungan atau me
ngurangi kerugian dari setiap unit dalam penggunaan sumber daya.
5. Kemandirian,
Tingkat dimana seorang pegawai dapat melakukan fungsi kerjanya
tanpa minta bantuan bimbingan dari pengawas atau meminta turut
campurnya pengawas untuk menghindari hasil yang merugikan.
2.2 Kerangka Pemikiran
Secara garis besar, melalui penelitian ini penulis akan:
• Meneliti pengaruh sistem kompensasi terhadap kinerja karyawan
• Meneliti pengaruh kepuasan kerja karyawan terhadap kinerja karyawan
• Menetliti pengaruh stress kerja karyawan terhadap kinerja karyawan
• Meneliti pengaruh sistem kompensasi,kepuasan kerja karyawandan stress
kerja karyawan terhadap kinerja karyawan
30
Metode Penelitian
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
2.3 Hipotesis
Berdasarkan dari permasalahan yang diajukan dan tujuan penelitian, maka
kesimpulan sementara yang dapat diambil adalah sebagai berikut:
1. Untuk T-1
Ho= Sistem Kompensasi tidak berpengaruh terhadap Kinerja Karyawan
H1= Sistem Kompensasi berpengaruh terhadap Kinerja Karyawan
31
2. Untuk T-2
Ho= Kepuasan Kerja Karyawan tidak berpengaruh terhadap Kinerja
Karyawan
H1= Kepuasan Kerja Karyawan berpengaruh terhadap Kinerja Karyawan
3. Untuk T-3
Ho= Stress Kerja Karyawan tidak berpengaruh terhadap Kinerja Karyawan
H1= Stress Kerja Karyawan berpengaruh terhadap Kinerja Karyawan
4. Untuk T-4
Ho= Sistem Kompensasi,Kepuasan Kerja Karyawan dan Stress Kerja
Karyawantidak berpengaruh terhadap Kinerja Karyawan
H1= Sistem Kompensasi,Kepuasan Kerja Karyawan dan Stress Kerja
Karyawan berpengaruh terhadap Kinerja Karyawan
2.4 Kajian Penelitian Terdahulu
Berikut ini merupakan kajian penelitian terdahulu dari antar variabel.
2.4.1 Hubungan antara Variabel Kompensasi dan Kinerja Karyawan
Berdasarkan hasil penelitian Jane Nelima Wekesa, Silas Nyaroo.M.A
(2013), menunjukkan bahwa system kompensasi yang adil memiliki pengaruh
terhadap kinerja guru-guru sekolah menengah di Kenya yang dikarenakan
kebijakan kompensasi setempat menurunkan semangatdari guru-guru, tidak
meningkatkan kinerja dari guru-guru dan berpengaruh secara negative kepada
guru di sekolah-sekolah.
Menurut hasil penelitianSOPIAH (2013) menunjukkan bahwa adanya
pengaruh kompensasi baik financial maupun non-finansial yang signifikan
secara langsung dan tidak langsung terhadap kinerja daripada para pekerja dari
Bank Syariah di Malang, Indonesia.
H1 = Ada hubungan/pengaruh yang signifikan antara system
kompensasi terhadap kinerja karyawan.
32
2.4.2 Hubungan antara Variabel Kepuasan Kerja Karyawan dan
Kinerja Karyawan
Berdasarkan hasil penelitian Gupta Kavita, Kaur Simran, Gupta
Pramod, Jain Lalit, Sharma Sunil K. (2012) menunjukkan bahwa semakin
senang seseorang terhadap pekerjaannya,ataupun dapat dikatakan semakin
puasnya karyawan tersebut akan berpengaruh pada kinerja yang
emngakibatkan customer senang.
Dan menurut hasil penelitianSOPIAH (2013) menunjukkan bahwa
adanya pengaruh kepuasan kerja karyawan (cukup, puas dan tidak puas)
berpengaruh kepada kinerja karywan (cukup, baik dan tidak baik) pada Bank
Syariah di Malang, Indonesia.
H2 = Ada hubungan/pengaruh yang signifikan antara kepuasan
kerja karyawan terhadap kinerja karyawan.