bab 2 landasan teori dan kerangka pemikiranthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2009-1-00317-mn bab 2.pdf ·...
TRANSCRIPT
8
BAB 2
LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Pengertian manajemen
Menurut Bateman dan Snell dalam bukunya yang berjudul “management : The New
Competitive Lanscape” (2004, p14), manajemen adalah proses bekerja dengan orang dan
berbagai sumber daya untuk menyelesaikan tujuan – tujuan organisasi. Para manajer yang
baik dapat mengerjakan semua ini dengan efektif dan efisien. Efektif adalah dapat mencapai
tujuan organisasi. Efisien adalah untuk mencapai tujuan tersebut dengan menggunakan
seminimal mungkin sumber daya, dan itu, untuk pemakaian terbaik dari uang, waktu, bahan
baku dan manusia.
Sedangkan pengertian menurut ahli-ahli yang lain adalah sebagai berikut :
1. Menurut Horold Koontz dan Cyril O'donnel :
Manajemen adalah usaha untuk mencapai suatu tujuan tertentu melalui kegiatan
orang lain.
2. Menurut R. Terry :
Manajemen merupakan suatu proses khas yang terdiri dari tindakan-tindakan
perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian yang dilakukan
untuk menentukan serta mencapai sasaran yang telah ditentukan melalui
pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya.
3. Menurut James A.F. Stoner :
Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian dan penggunakan sumber
daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
9
4. Menurut Lawrence A. Appley :
Manajemen adalah seni pencapaian tujuan yang dilakukan melalui usaha orang lain.
5. Menurut Drs. Oey Liang Lee :
Manajemen adalah seni dan ilmu perencanaan pengorganisasian, penyusunan,
pengarahan dan pengawasan daripada sumber daya manusia untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.
2.2 Pengertian Manajemen sumber daya manusia
Menurut Robet L. Maltis dan John H. Jacson dalam bukunya “Human Resource
Management” (2006,p3), manajemen sumber manusia berhubungan dengan sistem
rancangan format dalam suatu organisasi untuk menentukan efektivitas dan efisiensi dilihat
dari bakat seseorang untuk mewujudkan sasaran suatu organisasi.
Menurut Dessler ( 2004,p2 ) Manajemen Sumber Daya Manusia adalah proses
memperoleh, melatih, menilai dan memberikan kompensasi kepada karyawan,
memperhatikan hubungan kerja mereka, kesehatan dan keamanan, serta masalah keadilan.
Menurut L.byars dan W.rue ( 2006,p4 ) Manajemen Sumber Daya Manusia adalah
suatu aktivitas yang di desain untuk menyediakan dan mengkoordinasi sumber daya mansia
pada suatu organisasi.
Menurut Mathis dalam bukunya “Human Resource Management” (2003: p34),
manajemen sumber daya manusia berhubungan dengan sistem rancangan format dalam
suatu organisasi untuk menentukan efektivitas dan efisiensi dilihat dari bakat seseorang
untuk mewujudkan sasaran suatu organisasi. Kunci peningkatan kinerja organisasi adalah
dengan memastikan aktivitas sumber daya manusia mendukung usaha organisasi yang
terfokus pada tiga macam, yaitu:
10
• Produktivitas
Diukur dari jumlah output per tenaga kerja, peningkatan tanpa henti pada
produktivitas telah menjadi kompetisi global. Produktivitas tenaga kerja di sebut
organisasi sangat dipengaruhi oleh usaha, program dan sistem manajemen.
• Kualitas
Kualitas suatu barang maupun jasa akan sangat mempengaruhi kesuksesan jangka
panjang organisasi. Jika suatu organisasi mempunyai reputasi menyediakan barang
maupun jasa yang buruk kualitasnya, hal ini akan mengurangi perkembangan dan
kinerja organisasi tersebut.
• Pelayanan
Sumber daya manusia sering kali terlibat pada proses produksi barang atau jasa,
manajemen sumber daya manusia harus diikutsertakan pada saat merancang
proses operasi. Pemecahan masalah harus melibatkan semua karyawan, tidak hanya
manajer, dimana proses tersebut sering kali membutuhkan perubahan pada budaya
perusahaan, gaya kepemimpinan, dan kebijakan dan praktek sumber daya manusia.
2.3 Fungsi Manajemen sumber daya manusia
Menurut Gary Dessler (2004,p2), 5 fungsi manajemen yaitu :
• Perencanaan yaitu menentukan sasaran dan standar – standar, membuat aturan dan
prosedur, menyusun rencana – rencana dan membuat pemikiran
• Pengorganisasian yaitu memberikan tugas spesifik kepada setiap bawahan, buat
divisi – divisi, mendelegasikan wewenang kepada bawahan, membuat jalur
wewenang dan komunikasi, mengkoordinasikan pekerjaan bawahan
11
• Penyusunan staf yaitu menentukan tipe orang yang harus dipekerjakan, merekrut
calon karyawan, memilih karyawan, menetapkan standar prestasi, memberikan
kompensasi kepada karyawan, mengevaluasi prestasi, memberikan konseling kepada
karyawan, melatih dan mengembangkan karyawan
• Kepemimpinan yaitu mendorong orang lain untuk menyelesaikan pekerjaan,
mempertahankan semangat kerja, memotivasi karyawan
• Pengendalian yaitu menetapkan standar seperti kuota penjualan, standar kualitas
atau tingkat produksi, memeriksa untuk melihat prestasi yang dicapai dibandingkan
dengan standar – standar ini, melakukan koreksi jika dibutuhkan
Fungsi dari manajemen sumber daya manusia menurut Hasibuan dalam bukunya
yang berjudul ”Manajemen Sumber Daya Manusia” (p24-26) adalah :
1. Perencanaan
Perencanaan adalah proses merencanakan penempatan tenaga kerja agar sesuai
dengan kebutuhan perusahaan, dan efektif, serta efisien dalam membantu
terwujudnya tujuan perusahaan
2. Pengorganisasian
Pengorganisasian adalah kegiatan mengorganisasi karyawan dengan menetapkan
pembagian kerja, hubungan kerja, delegasi wewenang, integrasi, dan koordinasinya
dalam bagian organisasi
3. Pengarahan
Pengarahan atau directing adalah kegiatan mengarahkan semua karyawan agar
dapat bekerja sama, dan bekerja efektif, serta efisien dalam membantu tercapainya
tujuan perusahaan
4. Pengendalian
12
Pengendalian atau controlling adalah kegiatan mengendalikan semua karyawan agar
mentaati peraturan-peraturan perusahaan, dan bekerja sesuai dengan rencana yang
telah ditetapkan. Jika terdapat penyimpangan atau kesalahan, diadakan tindakan
perbaikan, atau penyempurnaan rencana pengendalian karyawan yang meliputi
kehadiran, kedisiplinan, perilaku, kerjasama, pelaksanaan pekerjaan, dan menjaga
situasi lingkungan pekerjaan
5. Perekrutan
Perekrutan atau procurement adalah proses penarikan, seleksi, penempatan,
orientasi, dan induksi untuk mendapatkan karyawan yang sesuai dengan kebutuhan
perusahaan. Perekrutan yang baik akan membantu terwujudnya tujuan.
2.4 Pengertian Manajemen Kinerja
Manajemen Kinerja adalah manajemen tentang menciptakan hubungan dan
memastikan komunikasi yang efektif. Manajemen kinerja memfokuskan pada apa yang
diperlukan oleh organisasi, manajer dan pekerja untuk berhasil (Wibowo 2007, p7).
Menurut Mathis (2006, p113), Kinerja (performance) pada dasarnya adalah apa yang
dilakukan atau tidak dilakukan oleh karyawan. Kinerja karyawan umumnya untuk
kebanyakan pekerjaan meliputi beberapa elemen yaitu kuantitas dari hasil, kualitas dari hasil,
ketepatan waktu dari hasil, kehadiran, kemampuan bekerja sama.
Menurut Payaman J. Simanjuntak (2005,p1) dalam bukunya yang berjudul
“Manajemen dan Evaluasi Kinerja”, Manajemen Kinerja adalah keseluruhan kegiatan yang
dilakukan untuk meningkatkan kinerja perusahaan atau organisasi, termasuk kinerja masing
– masing individu dan kelompok kerja diperusahaan tersebut.
13
Dalam buku Mathis (2006, p377), sistem manajemen kinerja terdiri atas proses
untuk mengidentifikasi, mendorong, mengukur, mengevaluasi, meningkatkan, dan
memberikan penghargaan atas kinerja karyawan.
2.5 Kinerja Karyawan Individual
Menurut Wibowo (2007, p7) kinerja merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai
hubungan kuat dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan konsumen, dan memberikan
kontribusi pada ekonomi. Dengan demikian, kinerja adalah tentang melakukan pekerjaan dan
hasil yang dicapai dari pekerjaan tersebut. Kinerja adalah tentang apa yang dikerjakan dan
bagaimana cara mengerjakannya.
Dessler mengatakan dalam bukunya ”Manajemen Sumber Daya Manusia” (2004,p2),
bahwa menilai kinerja adalah kegiatan membandingkan kinerja aktual bawahan dengan
standar-standar yang telah ditetapkan.
Penilaian kinerja dapat didefinisikan sebagai prosedur apa saja yang meliputi:
1. Penetapan standar kinerja.
2. Penilaian kinerja aktual karyawan dalam hubungan dengan standar-standar yang
telah ditetapkan.
3. Memberikan umpan balik kepada karyawan dengan tujuan memotivasi orang
tersebut untuk menghilangkan penurunan kinerja atau terus berkinerja lebih tinggi.
2.5.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Menurut Gibson (2003,p39), ada tiga perangkat variabel yang mempengaruhi
perilaku dan prestasi kerja atau kinerja, yaitu:
14
1. Variabel individual, terdiri dari : kemampuan dan keterampilan (mental dan fisik),
latar belakang (keluarga, tingkat social), penggajian dan demografis (umur, asal-
usul, jenis kelamin)
2. Variabel organisasional, terdiri dari : sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur
desain pekerjaan
3. Variabel psikologis, terdiri dari : persepsi, sikap, kepribadian, belajar, motivasi.
Tiga faktor utama yang mempengaruhi kinerja individu menurut Mathis (2006,p133)
adalah kemampuan individu untuk melakukan pekerjaan tersebut, tingkat usaha yang
dicurahkan, dan dukungan organisasi. Hubungan ketiga faktor ini diakui secara luas dalam
literature manajemen sebagai :
Kinerja (performance / P ) = Kemampuan (ability / A) x Usaha ( Effort / E ) x
Dukungan ( Support / S )
2.5.2 Usaha karyawan ( Effort)
Menurut Mathis (2006,p114), usaha (effort) adalah usaha yang dikeluarkan
karyawan dalam melaksanakan tugasnya. Usaha yang baik dipengaruhi oleh motivasi bagus
dan semangat kerja yang tinggi. Seorang karyawan harus mempunyai usaha yang tinggi
terhadap pekerjaannya sehingga menciptakan suatu kinerja yang tinggi. Usaha yang
dicurahkan oleh seorang karyawan di pengaruhi oleh motivasi, etika kerja, kehadiran dan
rancangan tugas.
Mathis (2006,p115) mengatakan bahwa faktor yang mempengaruhi usaha seorang
karyawan adalah :
1. Motivasi
Menurut Stephen P.Robbins (2003,p208) dalam bukunya yang berjudul “Prilaku
Organisasi”, motivasi adalah kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi untuk
15
tujuan organisasi, yang dikondisikan oleh kemampuan upaya itu dalam memenuhi beberapa
kebutuhan individual.
Menurut Hamzah (2008,p1) dalam bukunya yang berjudul “Teori Motivasi dan
Pengukurannya”, motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah
laku. Dorongan ini berada pada diri seseorang yang menggerakkan untuk melakukan sesuatu
yang sesuai dengan dorongan dalam dirinya.
2. Etika Kerja
Menurut Mathis (2006,p117), etika berhubungan dengan apa yang “ seharusnya “
dilakukan. Bagi professional SDM, ini merupakan cara dimana manajer seharusnya bertindak
sehubungan dengan persoalan SDM yang ada. Persoalan etika dalam manajemen termasuk
persoalan SDM, memiliki 5 dimensi :
• Konsekuensi yang diperpanjang : keputusan etika mempunyai konsekuensi di luar
keputusan itu sendiri
• Lebih dari satu alternatif : ada berbagai alternatif dalam sebagian besar situasi
pembuatan keputusan, sehingga persoalan tersebut mungkin melibatkan sejauh mana
harus “ membengkokkan “ peraturan
• Hasil yang berbaur : keputusan yang memiliki dimensi etika sering melibatkan
pertimbangan atas beberapa hasil yang bermanfaat dengan hasil yang negatif
• Konsekuensi yang tidak pasti : konsekuensi dari keputusan yang memiliki dimensi etika
sering kali tidak diketahui
• Pengaruh-pengaruh pribadi : keputusan etika sering memengaruhi kehidupan pribadi
para karyawan, keluarga mereka, dan orang-orang disekitarnya.
3. Tingkat kehadiran
16
Mathis (2006, p122) mengatakan bahwa karyawan boleh tidak hadir kerja untuk
beberapa alasan. Secara jelas, beberapa ketidakhadiran tidak dapat di hindarkan. Karena
sakit, kematian dalam keluarga, dan alasan-alasan pribadi lainnya atas ketidakhadiran tidak
dapat dihindari dan dapat di mengerti. Akan tetapi, banyak ketidakhadiran yang merupakan
ketidakhadiran yang dapat di hindari, atau ketidakhadiran dengan kesengajaan.
Mengendalikan atau mengurangi ketidakhadiran harus dimulai dengan pengawasan
yang kontinu atas statistic ketidakhadiran pada unit kerja. Satu rumus yang di ajukan untuk
menghitung angka ketidakhadiran adalah sebagai berikut :
Jumlah hari kerja karyawan yang hilang karena ketidakhadiran kerja
selama periode x 100
(rata-rata jumlah karyawan ) x ( jumlah hari kerja)
Lebih mudah untuk mengontrol ketidakhadiran dengan kesengajaan apabila para
manajer memahami penyebabnya dengan lebih jelas. Akan tetapi, berbagai pendekatan
dapat digunakan untuk mengurangi ketidakhadiran dengan kesengajaan. Pendekatan ini
dapat dikategorikan menjadi :
• Pendekatan disipliner : karyawan yang tidak hadir pada awalnya menerima peringatan
secara lisan. Tetapi untuk ketidakhadiran yang selanjutnya, mereka mendapatkan
peringatan tertulis, suspensi atau pemecatan akhir
• Penguatan positif : penguatan positif meliputi metode seperti memberikan bonus,
pengakuan, hari libur, atau penghargaan lain untuk para karyawan atas pemenuhan
standar kehadiran
• Pendekatan kombinasi : dalam teori, pendekatan kombinasi memberi penghargaan atas
perilaku yang diinginkan dan memberi hukuman atas perilaku yang tidak diinginkan.
17
• Ketidakhadiran “tanpa kehadiran” : disini, alasan atas ketidakhadiran tidak begitu berarti,
tetapi karyawan harus mengatur waktu mereka daripada menyuruh manajer untuk
membuat keputusan mengenai ketidakhadiran yang beralasan dan yang tidak beralasan
• Program cuti berbayar ( paid time off – PTO) : beberapa karyawan mempunyai program
cuti berbayar ( PTO) dimana hari libur, hari raya, dan cuti sakit untuk setiap karyawan di
gabung dalam sebuah tabungan PTO.
4. Rancangan Tugas dan Pekerjaan
Menurut Mathis (2006, p133), para karyawan akan cenderung akan bisa bekerja
dengan baik, apabila diberi :
• Tanggung jawab dan otonomi kerja
Dengan di berikannya tanggung jawab dan otonomi kepada karyawan, maka karyawan
akan merasa lebih di hargai, sehingga akan bekerja dengan baik.
• Keseimbangan kerja / kehidupan
Salah satu manfaat dari fleksibilitas kerja adalah ia sangat berkaitan dengan usaha
pekerjaan / keluarga oleh para pemberi kerja. Program kerja / kehidupan yang di berikan
oleh para pemberi kerja dapat mencakup banyak hal, seperti penjadwalan kerja yang
fleksibel, pembagian kerja, atau telecomutting. Tujuan dari semua penawaran ini adalah
untuk menyampaikan bahwa para pemberi kerja mengakui tantangan yang dihadapi para
karyawan ketika menyeimbangkan tuntutan kerja / kehidupan
• Kondisi kerja
Lingkungan kerja yang aman dimana resiko kecelakaan dan luka diperhatikan, juga turut
mempengaruhi usaha kerja karyawan
18
2.5.3 Dukungan Organisasi ( Support )
Menurut Payaman (2005,p97) dalam bukunya “Evaluasi Manajemen Kinerja”, kinerja
setiap pekerja atau karyawan dapat ditingkatkan melalui dukungan organisasi antara lain :
• Struktur organisasi yang memuat pembagian tugas yang jelas, serta struktur
kewenangan dan pelaporan pertanggungjawaban yang pasti
• Penyediaan sarana dan peralatan kerja yang lengkap termasuk pilihan penggunaan
teknologi yang tepat
• Penyediaan tempat dan lingkungan kerja yang nyaman, aman, dan sehat, didukung
oleh penyediaan kelembagaan, peralatan dan sarana perlindungan keselamatan dan
kesehatan kerja
• Penyediaan kondisi dan syarat kerja termasuk pengupahan dan jaminan sosial yang
disatu pihak dapat mendorong pertumbuhan perusahaan dan dipihak lain dapat
meningkatkan kesejahteraan pekerja dan keluarganya
• Memberi peluang bagi perusahaan dan pekerja membangun hubungan industrial
yang aman dan harmonis, termasuk kesempatan bernegosiasi untuk merumuskan
perjanjian kerja bersama
• Menyediakan kecukupan anggaran yang dibutuhkan untuk setiap pelaksanaan tugas.
Menurut Mathis (2006,p114), dukungan Organisasi merupakan apa saja yang
diberikan dan ditetapkan perusahaan untuk menunjang proses kerja. Beberapa dukungan
organisasi yang mempengaruhi kinerja karyawan, antara lain:
1. Pelatihan adalah sebuah proses dimana orang mendapatkan kapabilitas untuk membantu
pencapaian tujuan-tujuan organisasional. Dalam pengertian terbatas, pelatihan
memberikan karyawan pengetahuan dan keterampilan yang spesifik dan dapat di
identifikasi untuk digunakan dalam pekerjaan mereka saat ini.
19
2. Standar kinerja, mendefinisikan tingkat yang diharapkan dari kinerja, dan merupakan
pembanding kinerja atau tujuan. Standar kinerja yang realistis, dapat diukur, dipahami
dengan jelas, akan bermanfaat baik bagi organisasi maupun karyawannya.
3. Peralatan dan teknologi merupakan perkakas/perlengkapan yang disediakan oleh
perusahaan untuk menunjang proses kerja. Untuk mendapatkan kinerja yang baik dari
karyawannya, maka sebuah perusahaan harus mempunyai peralatan dan teknologi yang
mendukung. karyawan tersebut telah bekerja keras.
2.5.4 Kemampuan ( Ability )
Menurut Stephen P.Robbins (2003,p50) Kemampuan individu adalah suatu kapasitas
untuk mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan. Dalam bukunya yang berjudul
“Prilaku Organisasi”, seluruh kemampuan seorang individu pada hakikatnya tersusun dalam
dua perangkat, antara lain :
• Kemampuan Intelektual yaitu kemampuan yang diperlukan untuk melakukan
kegiatan mental. Ada tujuh dimensi kemampuan intelektual yang disajikan sebagai
berikut, yaitu kecerdasan numeris, pemahaman verbal, kecepatan perseptual,
penalaran induktif, penalaran deduktif, visualisasi ruang, dan ingatan
• kemampuan fisik yaitu kemampuan yang diperlukan untuk melakukan tugas – tugas
yang menuntut stamina, kecekatan, kekuatan dan ketrampilan serupa. Dengan
memiliki kemampuan intelektual yang bagus juga didukung dengan kemampuan fisik
yang bagus diharapkan perpaduan ini bisa menjadikan kekuatan bagi perusahaan
terutama dalam sumber daya manusia. Kemampuan fisik dalam manusia ini adalah
sebagai berikut : kekuatan dinamis, kekuatan tubuh, kekuatan statis, kondisi tubuh,
keseimbangan dan stamina
20
Menurut Payaman (2005,p10), kemampuan individu dipengaruhi oleh kebugaran fisik
dan kesehatan jiwa individu yang bersangkutan, pendidikan, akumulasi pelatihan, dan
pengalaman kerjanya. Kebugaran fisik membuat orang mampu dan tahan bekerja keras dan
lama. Sebaliknya, pekerja yang kekurangan gizi akan cepat lemah dan lelah, serta tidak
mampu melakukan pekerjaan berat. Demikian juga gangguan kejiwaan akibat rasa frustasi
dan masalah – masalah sosial ekonomi, membuat yang bersangkutan tidak konsisten dan
tidak terkonsentrasi melakukan pekerjaan.
Menurut Mathis (2006,p114), instrument yang mempengaruhi kemampuan ada 3,
yakni :
1. Bakat
Bakat adalah kemampuan yang ada pada seseorang yang dibawanya sejak lahir,
yang diterima sebagai warisan dari orang tua. Bakat-bakat yang dimiliki karyawan tersebut,
apabila diberi kesempatan untuk dikembangkan, maka akan mencapai kinerja yang lebih
tinggi. Sebaiknya seorang karyawan dalam memilih bidang pekerjaan, sebaiknya melihat
aspek bakat yang ada pada dirinya. Untuk itu sebaiknya karyawan tersebut mengikuti
psikotes untuk mengetahui bakatnya sendiri sebelum memilih sebuah pekerjaan.
Menurut Antonius, Antonnina dan Yohanes dalam buku Character Building I
(2004,p51), bakat adalah suatu bentuk kemampuan khusus yang memungkinkan seseorang
memperoleh keuntungan dari hasil pelatihannya sampai satu tingkat lebih tinggi.
2. Minat
Menurut Mathis (2006,p114), minat adalah suatu disposisi yang terorganisir melalui
pengalaman yang mendorong seseorang untuk memperoleh objek khusus, aktivitas,
pemahaman, dan keterampilan untuk tujuan perhatian atau pencapaian. Minat yang tinggi
pada suatu pekerjaan akan memberi dampak yang baik pada kinerja karyawan. Untuk itu,
21
seorang karyawan harus menaruh minat yang tinggi pada suatu pekerjaan. Apabila seorang
karyawan menaruh minat yang tinggi pada suatu pekerjaan tertentu, maka pekerjaan
tersebut akan terselesaikan dengan baik.
3. Faktor Kepribadian
Menurut Robbins (2007,p94) Kepribadian merupakan jumlah total dari cara dimana
seorang individu bereaksi dan interaksi dengan orang lain. Setiap orang pasti memiliki
kepribadian yang berbeda. oleh karena itu, orang tersebut harus bekerja sesuai dengan
kepribadiannya. Contoh orang yang memiliki kepribadian Extravert seharusnya bekerja
sebagai publik relation dari pada bekerja di dalam kantor.
Menurut Antonius (2004,p30) disebutkan bahwa kepribadian adalah organisasi
dinamis didalam individu yang terdiri dari sistem – sistem psikofisik yang menentukan
tingkah laku dan pikirannya secara karakteristik dalam menyesuaikan diri terhadap
lingkungan.
2.6 Hubungan faktor – faktor yang mempengaruhi kinerja
Menurut Robbins (2003,p70), kemampuan mempengaruhi langsung tingkat kinerja
dan kepuasan seorang karyawan melalui kesesuaian kemampuan terhadap pekerjaan. Untuk
memperoleh kesesuaian yang kompatibel, dapat dilakukan hal – hal sebagai berikut :
• Suatu proses seleksi yang efektif akan memperbaiki kesesuaian itu. Suatu analisis
pekerjaan akan memberikan informasi mengenai pekerjaan yang sedang dilakukan
dan kemampuan yang diperlukan individu untuk melakukan pekerjaan dengan
memadai
• Keputusan promosi dan transfer yang mempengaruhi individu yang sudah
dipekerjakan dalam organisasi hendaknya mencerminkan kemampuan para calon
22
• Kesesuaian itu dapat diperbaiki dengan meneliti pekerjaan itu agar dapat disesuaikan
dengan kemampuan.
Marshall (2003,p40) ada lima karakteristik utama dari kemampuan yang pada
akhirnya akan mempengaruhi kinerja individu karyawan, yaitu;
a. Motif (motives), yaitu pikiran-pikiran dan preferensi-preferensi tidak sadar yang
mendorong perilaku merupakan sumber kepuasan. Motif mendorong, mengarahkan,
dan memilih perilaku menuju tindakan atau tujuan tertentu.
b. Watak (traits), yaitu karakteristik yang mengakar pada diri seseorang dan
mencerminkan kecenderungan yang dimilikinya.
c. Konsep diri (self concept ), yaitu gambaran yang dimiliki seseorang mengenai dirinya
sendiri dan hal mencerminkan identitas dirinya.
d. Pengetahuan (knowledge), yaitu informasi yang memiliki makna yang dimiliki
seseorang dalam bidang kajian tertentu.
e. Keterampilan (skill), yaitu kemampuan untuk melakukan suatu pekerjaan fisik atau
mental.
Menurut Ambar Teguh Sulistiyani (2003,p223) “Kinerja seseorang merupakan
kombinasi dari kemampuan, usaha dan kesempatan yang dapat dinilai dari hasil kerjanya” .
Menurut Mathis (2006, p113) dalam bukunya yang berjudul “Human Resource
Management”, banyak faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan individualnya antara
lain kemampuannya, usaha yang dicurahkan, dan dukungan organisasi yang diterimanya.
Sebagian unit SDM dalam organisasi ada untuk menganalisis dan menyampaikan bidang ini.
Peran yang sebenarnya dari unit SDM dalam organisasi seharusnya tergantung pada apa
yang diharapkan oleh manajemen atas. Sehubungan dengan fungsi manajemen mana pun,
23
aktivitas manajemen SDM harus dikembangkan, dievaluasi, dan diubah sehingga mereka
dapat memberikan kontribusi pada kinerja kompetitif organisasi dan individu ditempat kerja.
Menurut Payaman (2005,p10), kinerja individu dipengaruhi oleh banyak faktor yang
dapat digolongkan pada 3 kelompok, yaitu kompetensi individu, dukungan organisasi dan
dukungan manajemen. Payaman (2005,p14) juga mengatakan bahwa kinerja seseorang bisa
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah kepemimpinan, hubungan industrial,
kemampuan dan keterampilan, motivasi, sikap, etos kerja, struktur organisasi, teknologi dan
peralatan atau fasilitas kerja dan kondisi kerja.
Menurut Achmad S. Ruky (2006,p6), kinerja berkaitan dengan usaha, kegiatan, atau
program yang diprakarsai dan dilaksanakan oleh pemimpin organisasi untuk merencanakan,
mengarahkan dan mengendalikan prestasi karyawan.
Menurut Sjafri Mangkuprawira (2007), kinerja sebagai fungsi interaksi antara
kemampuan atau ability (A), motivasi atau motivation (M) dan kesempatan atau opportunity
(O), yaitu kinerja = ƒ (A x M x O). Artinya: kinerja merupakan fungsi dari kemampuan,
motivasi dan kesempatan. Dengan demikian, kinerja ditentukan oleh faktor-faktor
kemampuan, motivasi dan kesempatan. Individu yang memiliki motivasi tinggi dalam
melaksanakan tugasnya, cenderung memiliki kinerja yang tinggi. Namun motivasi yang tinggi
saja tidak cukup, diperlukan juga pegetahuan dan keterampilan untuk melakukan pekerjaan.
Dengan adanya pengetahuan dan keterampilan, memungkinkan individu dapat melakukan
pekerjaan dengan tepat. Disamping itu faktor persepsi juga berperan penting. Jika individu
salah mempersepsikan tugas yang diberikan, mungkin kinerjanya bertolak belakang dengan
tujuan-tujuan yang harus dicapai.
Menurut Mangkunegara dikutip dari wikipedia (2008) menyatakan bahwa faktor yang
mempengaruhi kinerja antara lain : a. Faktor kemampuan secara psikologis kemampuan
24
(ability) pegawai terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan realita (pendidikan).
Oleh karena itu pegawai perlu dtempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan
keahlihannya. b. Faktor motivasi Motivasi terbentuk dari sikap (attitude) seorang pegawai
dalam menghadapi situasi kerja. Motivasi merupakan kondisi yang menggerakkan diri
pegawai terarah untuk mencapai tujuan kerja.
Menurut Gibson dikutip dari wikipedia (2008) ada 3 faktor yang berpengaruh
terhadap kinerja : 1)Faktor individu : kemampuan, ketrampilan, latar belakang keluarga,
pengalaman kerja, tingkat sosial dan demografi seseorang. 2)Faktor psikologis : persepsi,
peran, sikap, kepribadian, motivasi dan kepuasan kerja 3)Faktor organisasi : struktur
organisasi, desain pekerjaan, kepemimpinan, sistem penghargaan (reward system). Kinerja
individual karyawan dipengaruhi oleh faktor motivasi, kemampuan dan lingkungan kerja.
2.7 Pengertian penilaian kinerja karyawan
Menurut pendapat Robert L. Mathis dan John H. Jackson (2006, p382), penilaian
kinerja (performance apraisal) adalah proses mengevaluasi seberapa baik karyawan
melakukan pekerjaan mereka jika dibandingkan dengan seperangkat standar, dan kemudian
mengkomunikasikan informasi tersebut kepada karyawan.
Menurut Simamora (2004,p334 ) “ penilaian kinerja adalah proses yang dipakai oleh
organisasi untuk mengevaluasi pelaksanaan kerja individu karyawan”.
Menurut Dessler dalam bukunya “Manajemen Sumber Daya Manusia” (2004,p2),
mengatakan bahwa menilai kinerja adalah kegiatan membandingkan kinerja aktual bawahan
dengan standar –standar yang telah ditetapkan. Penilaian kinerja dapat didefinisikan sebagai
prosedur yang meliputi :
1. Penetapan standar kinerja
25
2. Pennilaian kinerja aktual karyawan dalam hubungan dengan standar – standar yang
telah ditetapkan
3. Memberi umpan balik kepada karyawan dengan tujuan memotivasi orang tersebut untuk
menghilangkan penurunan kinerja atau terus berkinerja lebih tinggi.
Beberapa alasan untuk menilai kinerja antara lain sebagai berikut :
• Penilaian memberikan informasi tentang dapat dilakukannya promosi dan penetapan gaji
karyawan
• Penilaian memberi suatu peluang bagi manajer dan bawahan untuk meninjau perilaku
yang berhubungan dengan kinerja karyawan
2.7.1 Tujuan dan manfaat Penilaian Kinerja Karyawan
Menurut Gary Dessler (2004,p2), ada beberapa tujuan penilain kinerja, antara lain :
1. Sebagai dasar pengambilan keputusan yang digunakan sebagai promosi, pemberhentian,
dan penetapan besarnya balas jasa yang akan diberikan
2. Untuk mengukur prestasi kerja yaitu sejauh mana karyawan dapat sukses dalam
pekerjaanya.
3. Sebagai alat untuk meningkatkan motivasi kerja karyawan sehingga di capai tujuan
perusahaan untuk mendapatkan hasil yang terbaik
4. Sebagai alat untuk mendorong atau membiasakan para atasan untuk mengobservasi
perilaku bawahan supaya diketahui minat dan kebutuhan karyawannya
5. Sebagai alat untuk melihat kelemahan karyawan dimasa lalu dan meningkatkan
kemampuan karyawan selanjutnya
6. Sebagai kriteria dalam menentukan seleksi dan penempatan karyawan.
Gary Dessler juga mengatakan bahwa dalam penilaian kinerja karyawan, manajer
melakukan penilaian yang terdiri:
26
1. Aktivitas kerja: Mengumpulkan informasi tentang pekerjaan aktual karyawan, data ini
juga menjelaskan tentang aktivitas yang dilakukan oleh karyawan
2. Perilaku: Seorang spesialis juga dapat mengumpulkan informasi tentang perilaku
seseorang seperti tanggapan dan komunikasi
3. Standar performa: Karyawan juga harus mengetahui informasi tentang standar
performa pekerjaan (menyangkut tingkat kuantitas atau kualitas dari setiap
pekerjaan). Manajer akan menggunakan standar tersebut untuk menempatkan
karyawan pada posisi yang tepat dengan standar performa pekerjaannya
4. Konteks pekerjaan: Informasi ini berisi tentang kondisi kerja secara fisik, jadwal
kerja, organisasi, dan konteks sosial
5. Kebutuhan akan sumber daya manusia: merupakan sebuah informasi akan
kebutuhan sumber daya manusia dalam bekerja, seperti pengetahuan akan
pekerjaan atau kemampuan yang dimiliki seseorang dalam bekerja.
Manfaat penilaian kinerja menurut Fred Luthans (2006, p619) bahwa manajemen
sumber daya manusia tidak lagi berpuas diri hanya dengan mencoba sesuatu yang baru dan
berbeda dan berharap dapat meningkatkan kinerja. Saat ini tekanan terhadap segala sesuatu
perlu dibuktikan bahwa dia memiliki nilai.
2.7.2 Evaluasi Kinerja
Menurut pendapat Payaman J. Simanjuntak (2005, p20), evaluasi kinerja adalah
suatu sistem dan cara penilaian pencapaian hasil kerja suatu perusahaan atau organisasi dan
penilaian pencapaian hasil kerja suatu perusahaan atau organisasi dan penilaian hasil kerja
setiap individu yang bekerja di dalam dan untuk perusahaan tersebut. Evaluasi kinerja terdiri
dari beberapa tahap, yaitu:
• Mengumpulkan dan menyeleksi informasi,
27
• Mendeskripsikan dan menginterpretasikan data,
• Mengembangkan dan mengkaji informasi.
2.8 Uji Validitas dan Reliabilitas
2.8.1 Uji validitas
Menurut Simamora (2004,54-59), validitas merupakan suatu ukuran yang
menunjukkan tingkat kevalidan suatu instrument. Suatu instrument dianggap valid apabila
mampu mengukur apa yang diinginkan. Dengan kata lain, mampu memperoleh data yang
tepat dari variabel yang diteliti.
Dalam menyusun kuesioner, pertanyaan yang diajukan perlu dipastikan. Untuk
menentukannya, sebelumnya sudah harus jelas variabel apa yang diukur. Variabel masih bisa
dipecah menjadi subvariabel atau indikator. Apabila penyusunannya dilakukan sesuai
prosedur, sebenarnya kuesioner telah memenuhi validitas logis. Oleh karena itu, validitas
logis sangat dipengaruhi oleh kemampuan peneliti dalam memahami masalah penelitian,
mengembangkan variabel penelitian, serta menyusun kuesioner.
Validitas logis belum memiliki bukti empiris. Sebuah kuesioner yang disusun secara
hati – hati dan dapat dipertimbangkan valid logis, ada baiknya diuji untuk mengetahui
validitas empirisnya. Untuk menguji tingkat validitas empiris instrumen, peneliti dapat
melakukan try out dengan memakai responden terbatas dahulu. Dari try out ini, ada dua
macam validitas sesuai dengan cara pengujiannya, yaitu validitas eksternal dan validitas
internal.
a. Validitas ekstenal. Validitas instrument dapat dicapai apabila data yang dihasilkan
dari instrument tersebut sesuai dengan data atau informasi lain sesuai dengan
variabel yang diteliti. Menurut Umar(2005,p185), validitas eksternal adalah validitas
28
yang diperoleh dengan cara mengkorelasikan alat pengukur baru dengan tolak ukur
eksternal, yang berupa alat ukur yang sudah valid.
b. Validitas internal. Menurut Simamora (2004,pp59-60), validitas internal dapat dicapai
apabila terdapat kesesuaian antara bagian – bagian kuesioner dengan kuesioner
secara keseluruhan. Dengan kata lain, apabila setiap bagian didalam kuesioner
mendukung “misi” kuesioner secara keseluruhan, yaitu mengungkap variabel
penelitian yang telah ditentukan sebelumnya. Bagian kuesioner dapat berupa butir –
butir pertanyaan secara sendiri – sendiri, dapat pula berupa faktor, yaitu kumpulan
beberapa butir yang memiliki keterkaitan. Sehubungan dengan kenyataan ini, maka
dikenal adanya validitas butir dan validitas faktor.
Dalam penelitian ini akan digunakan uji validitas internal dengan menggunakan
teknik validitas butir. Teknik ini dilakukan dengan mengkorelasikan skor butir – butir
pertanyaan (sebagai variabel X) dengan skor total (sebagai variabel Y). Menurut Sugiyono
(2005,p124), syarat suatu pertanyaan dianggap valid adalah apabila korelasi antara butir
dengan skor total lebih dari 0,3. Jadi bila korelasi antara butir dan skor kurang dari 0,3 maka
butir dalam instrumen tersebut dinyatakan tidak valid.
2.8.2 Uji Reliabilitas
Menurut Umar (2005, p.194) reliabilitas adalah suatu angka indeks yang menunjukan
suatu konsistensi suatu alat pengukur dalam mengukur segala gejala yang sama. Setiap alat
pengukur seharusnya memiliki kemampuan untuk memberikan hasil pengukuran yang
konsisten.
Menurut simamora (2004, p.63-69) reliabilitas adalah tingkat kendala kuesioner.
Kuesioner yang reliabel yaitu kuesioner yang apabila dicobakan secara berulang-ulang
29
kepada kelompok yang sama akan menghasilkan data yang sama. Asumsinya tidak terdapat
perubahan psikologis pada responden.
Ada dua jenis reliabilitas yaitu reabilitas eksternal dan reliabilitas internal.
a. Reliabilitas Eksternal
Secara garis besar reliabilitas eksternal adalah reliabilitas yang diperoleh dengan
membandingkan hasil dua kelompok data. Ada dua jenis cara untuk menguji reliabilitas
eksternal, yaitu teknik pararel dan teknik ulang.
b. Realibilitas Internal
Realibilitas Internal diperoleh dengan menganalisis data yang berasal dari satu kali
pengujian kuesioner. Adapun teknik reliabilitas internal yang digunakan dalam penelitian ini
adalah teknik Alpha. Menurut simamora (2004,pp.77-78), teknik reliabilitas dengan
menggunakan teknik alpha digunakan untuk mengukur reliabilitas kuisioner dengan kategori
jawaban selain 0 dan 1. Misalnya dari 1 sampai 5. 1 sampai 7, dan seterusnya. Teknik Alpha
dilakukan dengan menghitung varians tiap butir pertanyaan dan varians total dari
pertanyaan-pertanyaan.
2.9 Hipotesis
Menurut Ronny Kountur (2005, pp.109-111), hipotesis merupakan istilah yang lazim
digunakan dalam prosedur ilmiah.
Sesuatu dikatakan ilmiah apabila prosedur membuat kesimpulan mengikuti prosedur
prosedur ilmiah. Prosedur ilmiah dimulai dengan identifikasi masalah, kemudian mencoba
mencari jawaban (sementara) atas permasalahan tersebut dengan membuat hipotesis,
kemudian menguji hipotesis tersebut dan berdasarkan hasil pengujian lalu dibuat
kesimpulan.
30
Sumber: Ronny Kountur, Statistik Praktis (2005, p.110)
Gambar 2.1 Prosedur Ilmiah
Apabila timbul permasalahan, maka akan mencoba mencari jawabannya dan
jawaban tersebut dapat diperoleh dari teori-teori yang sudah ada yang dapat diperoleh dari
laporan hasil penelitian yang sudah pernah dilakukan atau dari buku-buku teks. Berdasarkan
teori-teori yang ada, terutama dari hasil-hasil penelitian yang berhubungan, kemudian
peneliti dapat membuat jawaban sementara. Jawaban sementara ini masih berupa dugaan
atau solusi dari permasalahan tersebut. Jawaban sementara atau dugaan inilah disebut
dengan hipotesis. Dengan kata lain, hipotesis merupakan jawaban sementara atau dugaan
jawaban dari suatu permasalahan.
Ronny Kountur (2005, pp.111-113), hipotesis pada umumnya dinyatakan dalam
bentuk:
Hipotesis nol, dan
Hipotesis alternatif
Hipotesis nol atau dikenal pula dengan istilah null hypothesis yang diberi simbol
H o adalah penyataan hipotesis yang menunjukkan tidak ada perubahan sedangkan hipotesis
31
alternatif atau dikenal pula dengan istilah alternative hypothesis yang diberi simbol H a adalah
penyataan hipotesis yang menunjukkan hasil yang diharapkan. Hipotesis merupakan jawaban
sementara yang diharapkan peneliti dinyatakan dalam bentuk hipotesis alternatif. Itu
sebabnya, hipotesis alternatif kadang-kadang disebut pula research hypothesis yang diberi
simbol H1 .
Kegunaan dari hipotesis perlu dinyatakan dalam dua bentuk sekaligus, yaitu dalam
bentuk hipotesis nol dan hipotesis alternatif adalah yang akan diuji oleh statistik adalah
hipotesis nol sedangkan yang diharapkan oleh peneliti adalah hipotesis alternatif, itu
sebabnya keduanya harus dinyatakan.
Hipotesis diuji dengan teknik statitik, apabila hasil pengujian statistik menunjukkan
bahwa hipotesis ditolak, maka yang dimaksud ditolak di sini adalah hipotesis nolnya. Jika
hipotesis nol ditolak, berarti hipotesis alternatif secara otomatis diterima dan sebaliknya. Jika
hipotesis nol diterima maka hipotesis alternatif ditolak. Tentu yang diharapkan oleh peneliti
adalah supaya hipotesis nol ditolak, dengan demikian hipotesis alternatif yang merupakan
dugaan peneliti bisa diterima. Namun, tidak harus dipaksakan hipotesis nol ditolak. Jika
memang setelah diuji dengan statistik tenyata harus diterima, maka hipotesis nolnya harus
diterima.
2.10 Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran teoritis dibuat dari teori yang telah dikemukakan sebelumnya.
Kerangka ini dibuat sesuai dengan teori yang ada yang sesuai dengan tujuan penelitian.
Penelitian ini menggunakan variabel effort, support, dan ability sebagai variabel X dan
variabel kinerja sebagai variabel Y. Variabel effort memiliki indikator stress dan tekanan
kerja, keinginan mengerjakan tugas, semangat kerja, kehadiran, rancangan tugas dan
32
kondisi kerja. Variabel support memiliki indikator meliputi struktur organisasi, pelatihan dan
pengembangan, kesehatan dan perlindungan kerja, sarana dan peralatan kerja, rekan kerja
dan insentif / bonus. Sedangkan variabel ability memiliki indikator meliputi kemampuan fisik,
kemampuan intelektual, pengalaman kerja, bakat, minat dan faktor kepribadian.
33
Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2008
Gambar 2.2 Kerangka pemikiran
Ability
(X3)
Effort
(X1)
Support
(X2)
Kehadiran
Semangat kerja
Keinginan mengerjakan tugas
Stress dan tekanan kerja
Rancangan tugas
Kondisi kerja
Struktur organisasi
Insentif dan bomus
Rekan kerja
Kesehatan dan perlindungan
Sarana dan peralatan kerja
Pelatihan dan pengembangan
Faktor kepribadian
Minat
Bakat
Pengalaman kerja
Kemampuan intelektual
Kemampuan fisik
Kinerja Karyawan (Y)
Korelasi Pearson
Korelasi Pearson
Korelasi Pearson
Regresi berganda