tinjauan pustaka, landasan teori, kerangka...

13
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Beras memiliki urutan utama dari jenis bahan pangan yang dikonsumsi. Hampir seluruh penduduk Indonesia menjadikan beras sebagai bahan pangan utama. Beras juga merupakan nutrisi penting dalam struktur pangan, karena itu peranan beras memiliki peranan strategis dalam kehidupan bangsa Indonesia (Tarigan, 1997). Pangan pokok umumnya banyak mengandung karbohidrat sehingga berfungsi sebagai sumber kalori utama. Di Indonesia, di antara bahan pangan berkabohidrat, yaitu padi-padian, umbi-umbian dan sagu. Beras merupakan sumber kalori yang terpenting bagi sebagian besar penduduk. Beras diperkirakan menyumbangkan kalori sebesar 6-80 persen dan protein 45-55 persen bagi rata-rata penduduk (Sawit, 1994). Besarnya perhatian pemerintah terhadap ekonomi perberasan ini didasari oleh pertimbangan bahwa beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Oleh sebab itu pihak yang paling perlu diperhatikan dalam penentuan kebijakan pangan, terutama kebijakan perberasan adalah konsumen. Beras masih menjadi sumber pangan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Partisipasi konsumsi beras diberbagai wilayah adalah diatas besaran 90 persen. Kepentingan konsumen perlu dipertimbangkan dalam merumuskan kebijakan dibidang perberasan di Indonesia (Harianto, 2001). Kemiskinan sebagai penyebab gizi kurang menduduki posisi pertama pada kondisi yang umum. Hal ini harus mendapat perhatian serius karena keadaan ekonomi ini relatif mudah diukur dan berpengaruh besar pada konsumsi pangan. Universitas Sumatera Utara

Upload: doquynh

Post on 05-Feb-2018

237 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI,

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Tinjauan Pustaka

Beras memiliki urutan utama dari jenis bahan pangan yang dikonsumsi. Hampir

seluruh penduduk Indonesia menjadikan beras sebagai bahan pangan utama. Beras

juga merupakan nutrisi penting dalam struktur pangan, karena itu peranan beras

memiliki peranan strategis dalam kehidupan bangsa Indonesia (Tarigan, 1997).

Pangan pokok umumnya banyak mengandung karbohidrat sehingga berfungsi

sebagai sumber kalori utama. Di Indonesia, di antara bahan pangan berkabohidrat,

yaitu padi-padian, umbi-umbian dan sagu. Beras merupakan sumber kalori yang

terpenting bagi sebagian besar penduduk. Beras diperkirakan menyumbangkan

kalori sebesar 6-80 persen dan protein 45-55 persen bagi rata-rata penduduk

(Sawit, 1994).

Besarnya perhatian pemerintah terhadap ekonomi perberasan ini didasari oleh

pertimbangan bahwa beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar

penduduk Indonesia. Oleh sebab itu pihak yang paling perlu diperhatikan dalam

penentuan kebijakan pangan, terutama kebijakan perberasan adalah konsumen.

Beras masih menjadi sumber pangan pokok bagi sebagian besar penduduk

Indonesia. Partisipasi konsumsi beras diberbagai wilayah adalah diatas besaran 90

persen. Kepentingan konsumen perlu dipertimbangkan dalam merumuskan

kebijakan dibidang perberasan di Indonesia (Harianto, 2001).

Kemiskinan sebagai penyebab gizi kurang menduduki posisi pertama pada

kondisi yang umum. Hal ini harus mendapat perhatian serius karena keadaan

ekonomi ini relatif mudah diukur dan berpengaruh besar pada konsumsi pangan.

Universitas Sumatera Utara

Golongan miskin menggunakan bagian terbesar dari pendapatan untuk memenuhi

kebutuhan makanan, dimana untuk keluarga-keluarga di negara berkembang

sekitar dua pertiganya (Suhardjo, 1996).

Hal ini juga diperkuat oleh Nainggolan (2005), yang mengatakan bahwa

perbandingan kualitas konsumsi masyarakat perkotaan dan pedesaan

menunjukkan bahwa masyarakat perkotaan memiliki kualitas konsumsi yang lebih

baik. Kondisi ini mengindikasikan perlunya fokus masyarakat desa sebagai target

perbaikan/peningkatan kualitas konsumsi sehingga mampu menaikkan rata-rata

kualitas konsumsi secara nasional.

Sebab masalah rawan pangan yang dialami sebagian besar penduduk desa

semakin meningkat khususnya pada saat ini. Banyak masyarakat miskin yang

tidak mampu membeli beras pada harga pasar yang dinilai cukup mahal.

Menyadari sulitnya akses penduduk miskin terhadap beras yang disediakan

melalui pasar bebas, mulai Juli 1998 pemerintah menerapkan kebijakan baru

berupa Target Subsidi Harga Beras yang dikenal dengan OPK (Saifullah, 2001).

Kemudian berganti nama menjadi RASKIN yang dikelola oleh BULOG. Saat ini

pemasaran beras dilakukan oleh BULOG terbanyak adalah untuk menunjang

program OPK/RASKIN yang menyerap sekitar 75 persen cadangan beras

BULOG. Sisanya disalurkan ke pasar umum karena umumnya petani menjual

gabah di waktu panen dan pada waktu tidak panen mereka akan membeli lagi dari

pasar (Sulaksono, 2003).

Sejak OPK berlangsung pada tahun 1998, pelaksanaannya dinilai cukup relevan.

Hasil evaluasi yang dilakukan oleh Steven R Tabor (2005) terhadap pelaksanaan

OPK tahun 1998/1999 memperlihatkan bahwa program OPK dapat menahan

Universitas Sumatera Utara

penurunan konsumsi kalori 7 persen sampai 8 persen dan konsumsi protein 15

persen hingga 16 persen dari kemungkinan yang terjadi akibat rawan pangan di

masyarakat. Dari segi efisiensi program, model kebijakan OPK pembiyaannya

lima kali lebih efisien dibandingkan dengan program sejenis yang diterapkan di

beberapa negara. Dengan alasan ini pulalah pemerintah mempertahankan program

ini yang sekarang dikenal dengan RASKIN (Sulaksono, 2003).

RASKIN adalah bagian dari Program penanggulangan kemiskinan, yaitu kegiatan

perlindungan sosial berbasis keluarga dalam pemenuhan kebutuhan beras bagi

masyarakat kurang mampu (Anonimus, 2008).

Rumah Tangga Sasaran Penerima RASKIN

Rumah Tangga Sasaran Penerima RASKIN adalah Rumah Tangga Miskin di

Desa/Kelurahan yang berhak menerima RASKIN dan terdaftar dalam Daftar

Penerima Manfaat (DPM) yang ditetapkan oleh kepala desa/lurah sebagai hasil

Musyawarah desa/Kelurahan dan disahkan oleh camat sesuai hasil Pendataan

Program Perlindungan Sosial (PPLSBPS) (Pedum, 2013).

Mekanisme Penetapan Rumah Tangga Sasaran (RTS) Penerima RASKIN

Adapun mekanisme penetapan Rumah Tangga Sasaran Penerima RASKIN

menurut BPS adalah sebagai berikut :

a. RTS yang berhak mendapatkan RASKIN adalah RTS yang terdaftar dalam

PPLSBPS, sebagai RTS Penerima RASKIN di Desa/Kelurahan.

b. Dalam rangka mengakomodasi adanya dinamika RTS di Desa/Kelurahan,

maka Tim Koordinasi Raskin perlu mengadakan Musyawarah Desa (Mudes) /

Musyawarah Kelurahan (Muskel) untuk menetapkan kebijakan lokal :

Universitas Sumatera Utara

1) Melakukan verifikasi nama RTS hasil PPLSBPS yang sudah meninggal,

tidak layak atau pindah alamat keluar Desa/Kelurahan. Untuk kepala RTS

yang meninggal dunia diganti oleh salah satu anggota rumah tangganya.

Sedangkan untuk Rumah Tangga tunggal, RTS yang pindah alamat dan

Rumah Tangga yang tidak layak lagi maka digantikan oleh Rumah Tangga

miskin yang dinilai layak.

2) Rumah Tangga miskin yang dinilai layak untuk menggantikan RTS pada

butir 1 di atas adalah diprioritaskan kepada Rumah Tangga miskin yang

memiliki anggota Rumah Tangga lebih besar terdiri dari balita dan anak usia

sekolah,kepala Rumah Tangganya perempuan, kondisi fisik rumahnya kurang

layak huni,berpenghasilan lebih rendah dan tidak tetap.

3) Pelaksanaan Mudes/Muskel dapat dilaksanakan sepanjang tahun berjalan

sesuai dengan kebutuhan.

4) Hasil verifikasi Mudes/Muskel dimasukkan dalam daftar RTS RASKIN

sesuai model DPM yang ditetapkan oleh Kepala Desa/Lurah dan disahkan

oleh Camat. Selanjutnya RTS RASKIN hasil verifikasi diberikan kartu

Raskin sebagai identitas penerima Raskin.

5) Hasil verifikasi RTS RASKIN dilaporkan oleh Camat kepada Tim

Koordinasi Raskin Kabupaten/Kota.

6) Rumah tangga miskin yang dinilai layak oleh Pemerintah Provinsi dan

Kabupaten/Kota serta belum terdaftar sebagai RTS RASKIN hasil PPLSBPS,

maka dapat diberikan RASKIN Daerah yang bersumber dari Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

Universitas Sumatera Utara

7) Perubahan jumlah RTS RASKIN di setiap Desa/Kelurahan tidak

diperbolehkan mengubah pagu wilayah setempat (Bulog, 2012).

Adapun kriterianya dapat dilihat pada Tabel 2, berikut :

Tabel 2. Kriteria penentuan Rumah Tangga Miskin No Kriteria 1 Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2 per orang 2 Jenis dinding tempat tinggal dari bambu / rumbia / kayu berkualitas rendah /

tembok tanpa diplester 3 Tidak memiliki fasilitas buang air besar / bersama-sama dengan rumah

tangga lain 4 Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik 5 Sumber air minum berasal dari sumur / mata air tidak terlindung / sungai /air

hujan 6 Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar / arang / minyak

tanah 7 Hanya mengkonsumsi daging / susu / ayam satu kali dalam seminggu 8 Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun 9 Hanya sanggup makan sebanyak satu / dua kali dalam sehari 10 Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas / poliklinik 11 Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah : petani dengan luas lahan

500 m2 buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan dan atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan dibawah Rp. 600.000,- per bulan

12 Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga : tidak sekolah / tidak tamat SD/ hanya SD

13 Tidak memiliki tabungan / barang yang mudah dijual dengan minimal Rp. 500.000,- seperti sepeda motor kredit / non kredit, emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya.

Sumber: BULOG 2012

Dari Tabel 2 dapat dilihat kriteria penentuan rumah tangga miskin. Mekanisme

penentuan rumah tangga sasaran dilakukan oleh PPLSBPS adalah dengan

mendata rumah tangga miskin yang layak mendapatkan bantuan program

pendistribusian RASKIN sesuai 14 kriteria penentuan rumah tangga miskin.

Rumah tangga miskin yang dijadikan sebagai RTS penerima RASKIN adalah jika

Universitas Sumatera Utara

rumah tangga miskin tersebut memenuhi minimal 9 kriteria dari 14 kriteria yang

ada.

Mekanisme Pelaksanaan Distribusi RASKIN

Berdasarkan Pedum RASKIN Tahun 2013 mekanisme pelaksanaan distribusi

RASKIN adalah :

1. Bupati/ Walikota mengajukan Surat Permintaan Alokasi (SPA) kepada Kadivre

berdasarkan alokasi pagu RASKIN dan rumah tangga miskin penerima

RASKIN dimasing-masing kecamatan/kelurahan/desa.

2. SPA yang tidak dapat dilayani sebagian atau seluruhnya dalam jangka waktu 3

(tiga) bulan, maka pagu dapat direlokasikan ke daerah lain dengan menerbitkan

SPA baru yang menunjuk pada SPA yang tidak dapat dilayani.

3. Berdasarkan SPA, Kadivre menerbitkan Surat Perintah Pengiriman Beras

(SPPB) untuk masing-masing kecamatan/kelurahan/desa kepada Satuan Kerja

(SATKER) RASKIN. Apabila terdapat tunggakan Harga Penjualan Beras

(HPB) pada periode sebelumnya maka penerbitan SPPB periode berikutnya

ditangguhkan sampai ada pelunasan.

4. Berdasarkan SPPB, SATKER RASKIN mengambil beras di gudang

penyimpanan Peran BULOG. Mengangkut dan menyerahkan RASKIN kepada

pelaksana distribusi di titik distribusi. Kualitas beras yang diserahkan, harus

sesuai dengan standar kualitas BULOG. Apabila tidak memenuhi standar

kualitas maka beras dikembalikan kepada SATKER RASKIN untuk

ditukar/diganti.

Universitas Sumatera Utara

5. Serah terima beras RASKIN dari SATKER RASKIN kepada pelaksana

distribusi di titik distribusi dibuktikan dengan Berita Acara Serah Terima

(BAST) yang merupakan pengalihan tanggungjawab.

6. Pelaksana Distribusi menyerahkan beras kepada rumah tangga miskin

penerima manfaat RASKIN (Bulog, 2012).

Landasan Teori

Efektifitas

Efektifitas adalah pengukuran keberhasilan dalam pencapaian tujuan yang telah

ditentukan sebelumnya. Efektifitas menunjukkan keberhasilan dari segi tercapai

tidaknya indikator yang telah ditetapkan yaitu tepat jumlah, waktu, sasaran, harga,

administrasi dan mutu. Jika kegiatan mendekati indikator berarti makin tinggi

Efektifitasnya. Untuk peningkatan efektifitas ditingkat RTS pemerintah

menerapkan sistem manajemen yang baik, manajemen waktu dan pengelolaan.

Dalam perhitungan persentase efektifitas, dikategorikan efektif apabila mencapai

minimal satu persen dan maksimal seratus persen. (Sugiyono, 2010).

Selain itu skala dan klasifikasi pengukuran kinerja instansi pemerintah yang

disajikan dalam Tabel 3 berikut:

Tabel 3. Skala dan Klasifikasi Pengukuran Efektifitas Kinerja Instansi Pemerintah

Kinerja Kriteria ≤ 40% Sangat tidak efektif 41% - 60% Tidak efektif 61% - 80% Cukup efektif 81% - 90% Efektif 91% - 100% Sangat efektif

Sumber: Depdagri, Permendagri, Tahun 2011

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan Tabel 3 di atas, untuk pendistribusian RASKIN yang dilakukan oleh

BULOG kepada RTS apabila hasilnya menunjukkan persentase yang semakin

besar dapat dikatakan bahwa pendistribusian RASKIN semakin efektif. Demikian

sebaliknya, semakin kecil hasilnya persentase maka menunjukkan pendistribusian

RASKIN semakin tidak efektif.

Distribusi

Menurut Philip Khotler (2005) saluran distribusi adalah serangkaian organisasi

yang saling tergantung dan terlibat dalam proses untuk menjadikan suatu barang

atau jasa siap untuk digunakan atau dikonsumsi.

Pengertian Harga dan Penetapan Harga

Harga

Harga merupakan komponen yang berpengaruh langsung terhadap laba. Selain itu

secara tidak langsung harga juga mempengaruhi biaya. Harga sering sekali

digunakan sebagai indikator nilai apabila harga tersebut dihubungkan dengan

manfaat yang dirasakan atas suatu barang dan jasa.

Menurut Philip Khotler (2005), Pengertian Harga dalam arti sempit merupakan

jumlah uang yang ditagihkan untuk suatu produk atau jasa, sedangkan harga

dalam arti luas adalah jumlah dari nilai yang dipertukarkan konsumen untuk

manfaat memiliki atau menggunakan produk atau jasa.

Universitas Sumatera Utara

Penetapan Harga

Menurut Philip Khotler (2005) Penetapan harga adalah keputusan mengenai

harga-harga yang akan diikuti oleh suatu jangka waktu tertentu (mengenai

perkembangan pasar).

Penetapan harga yang sesuai dan tepat akan membuat konsumen bertahan dengan

produk tersebut karena sesuai dengan daya beli konsumen, dengan demikian

secara tidak langsung dapat mempengaruhi realisasi penjualan.

Harga Pemerintah (Patokan) adalah harga yang ditetapkan oleh pemerintah.

Misalnya, harga RASKIN, harga dasar padi, gula, terigu dan lain sebagainya.

Harga RASKIN di titik distribusi yang ditetapkan BULOG yaitu sebesar Rp

1.600/Kg. Namun, harga tersebut dapat berbeda jika telah berada ditangan

penerima RASKIN. Harga dapat berkisar antara Rp 2.000-2.500/liter (bukan

kilogram) karena untuk biaya angkut/transportasi dari titik distribusi ke penerima

manfaat, serta ditetapkan beberapa kriteria diantaranya membebankan biaya

ongkos kirim RASKIN kepada warga miskin, uang jaga malam selama beras

berada didalam gudang, uang pikul serta uang SPSI (Serikat Pekerja Seluruh

Indonesia) (Sulaksono, 2003).

Harga ditingkat retail (rumah tangga) atau harga aktual adalah diwakili oleh

harga di lembaga distribusi ditambah dengan biaya distribusi dan keuntungan

lembaga penyalur dan yang diperkirakan mencerminkan tingkat efektifitas

diperkirakan.

Secara sitematis harga ditingkat retail dapat diperoleh dari :

Harga jual produsen = Harga Beli + Laba

Pp = Pb + π

Universitas Sumatera Utara

Dimana :

Pp : Harga jual produsen

Pb : Harga beli produsen

π : Laba (keuntungan)

Perbedaan harga dapat di perloeh dari :

Selisih harga Konsumen - Produsen = Harga beli Konsumen – Harga jual

Produsen

∆P = Pk – Pp

Dimana :

∆P : Selisih harga Konsumen- Produsen

Pk : Harga Konsumen

Pp : Harga Produsen (Soekartawi,2010)

Surplus konsumen merupakan pencerminan suatu keuntungan lebih (surplus) yang

dinikmati oleh konsumen karena adanya selisih harga antara harga patokan

dengan harga jual barang tersebut.Surplus konsumen dihitung dari perbedaan

harga dikalikan dengan kuantitas pembeliannya, dengan rumus sebagai berikut :

Dimana :

Sk : Surplus Konsumen

Pa : Harga tertinggi dipasar

Pk : Harga Kesimbangan

Q : Jumlah yang diperjualbelikan (Daniel, 2002).

𝑺𝑺𝑺𝑺 = ( 𝑷𝑷𝑷𝑷 − 𝑷𝑷𝑺𝑺 ) 𝒙𝒙 𝑸𝑸

𝟐𝟐

Universitas Sumatera Utara

Efektifitas Distribusi RASKIN

Kefektifan distribusi RASKIN (Bulog, 2013), dapat dinilai melalui indikator

keberhasilan program RASKIN yaitu :

1. Tepat Sasaran Penerima RASKIN

Raskin hanya di berikan kepada RTS penerima manfaat yang terdaftar dalam

daftar penerima manfaat (DPM).

2. Tepat Jumlah

Jumlah RASKIN yang merupakan hak penerima manfaat adalah sebanyak 15

kg/RTM/bulan selama 12 bulan.

3. Tepat Mutu

Mutu RASKIN yang diperoleh oleh RTS adalah mutu beras sesuai dengan

kriteria mutu RASKIN dari BULOG.

4. Tepat Harga

Harga RASKIN adalah sebesar Rp 1.600/Kg netto di titik distribusi.

5. Tepat Waktu

Waktu pelaksanaan distribusi RASKIN kepada RTS penerima manfaat sesuai

dengan rencana distribusi.

6. Tepat Administrasi

Terpenuhinya persyaratan administrasi secara benar (yakni memiliki KIP

sebagai identitas RTS).

Indikator keefektifan pendistribusian RASKIN ini akan dilihat apakah keenam

indikator tersebut diterima oleh RTS, yang mana dari keseluruhan sampel akan

Universitas Sumatera Utara

dipersentasekan. Apabila Persentase ˃ 80% maka dianggap efektif pendistribusian

RASKIN yang diterima oleh RTS.

Kerangka Pemikiran

Distribusi RASKIN merupakan proses penyaluran beras kepada penduduk miskin

yang telah terdata sebagai masyarakat yang berhak menerima beras RASKIN.

Beras yang didistribusikan ke masing-masing titik distribusi berasal dari gudang

penyimpanan perum BULOG dan yang akan disalurkan kepada pelaksana

distribusi ditingkat kelurahan/desa di titik distribusi yaitu kepala desa/lurah. RTS

yang menerima RASKIN harus sudah terdata terlebih dahulu sebagai rumah

tangga yang berhak atas RASKIN yang dibagikan.

Harga RASKIN yang telah ditetapkan pemerintah adalah Rp 1.600/Kg namun,

harga tersebut bisa berbeda di terima oleh rumah tangga penerima RASKIN di

titik distribusi, karena dibebankan biaya distribusi. Hal tersebut menimbulkan

perbedaan harga ditingkat pemerintah dan rumah tangga.

Alur pendistribusian RASKIN dikatakan efektif jika keenam indikator tersebut

terpenuhi sesuai standar ketetapan BULOG serta mekanisme pendistribusian

berjalan sesuai dengan ketentuan standar mekanisme pendistristribusian RASKIN.

Apabila persentase ke enam indikator tersebut ˃80% maka program

pendistribusian RASKIN di Desa Sitalasari dikatakan efektif.

Berdasarkan uraian diatas, maka untuk lebih memahami hal tersebut dapat dilihat

skema kerangka pemikiran untuk penelitian ini.

Universitas Sumatera Utara

KERANGKA PEMIKIRAN

ALUR DISTRIBUSI RASKIN

Keterangan : : menyalurkan

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Program Distribusi RASKIN

Hipotesis Penelitian

1. Ada surplus konsumen yang diterima oleh tiap rumah tangga sasaran

penerima RASKIN.

2. Program pendistribusian RASKIN di daerah penelitian efektif.

TIDAK EFEKTIF

EFEKTIF KURANG EFEKTIF

BULOG

RASKIN

KEPALA DESA / PELAKSANA DISTRIBUSI

RUMAH TANGGA SASARAN PENERIMA RASKIN

SANGAT EFEKTIF

SANGAT TIDAK EFEKTIF

Universitas Sumatera Utara