1 / 4journal.unair.ac.id/downloadfull/jahi5756-b73248acd5fullabstract.pdf · 6 bilateral free...

26
1 / 4

Upload: others

Post on 08-Nov-2020

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 1 / 4journal.unair.ac.id/downloadfull/JAHI5756-b73248acd5fullabstract.pdf · 6 Bilateral Free Trade: Hubungan Perdagangan Indonesia-China dalam Kerangka ACFTA 111 - 127 7 PENGARUH

1 / 4

Page 2: 1 / 4journal.unair.ac.id/downloadfull/JAHI5756-b73248acd5fullabstract.pdf · 6 Bilateral Free Trade: Hubungan Perdagangan Indonesia-China dalam Kerangka ACFTA 111 - 127 7 PENGARUH

Table of Contents

No. Title Page

1 Pengaruh Ikhwanul Muslimin terhadap Politik Luar Negeri Mesir dalam KonflikIsrael-Palestina

1 - 15

2 Analisis Atribut Budaya Nasional dalam Promosi Online Toshiba Corporation 17 - 31

3 Politik Energi Rusia dan Dampaknya terhadap Eropa terkait Sengketa GasRusia-Ukraina 2006-2009

33 - 57

4 EUROPEAN UNION’S PROTECTION POLICY TOWARDS UNITED STATESBEEF IMPORTS ANALYSIS

59 - 92

5 Faktor Penyebab Konflik Pasca Partisi Sudan-Sudan Selatan Tahun 2011-2012 93 - 110

6 Bilateral Free Trade: Hubungan Perdagangan Indonesia-China dalam KerangkaACFTA

111 - 127

7 PENGARUH TRIPS DALAM BISNIS BENIH TRANSGENIK MNC TERHADAP ISUKETAHANAN PANGAN STUDI KASUS: MONSANTO DI LAHAN PERTANIANINDONESIA

129 - 150

8 Konstruksi Identitas dan Politik Luar Negeri Indonesia Dalam Kasus SengketaAmbalat Tahun 2005

151 - 169

9 NORMALISASI HUBUNGAN BILATERAL GEORGIA-RUSIA PASCAKONFLIKTAHUN 2008

171 - 195

10 KETERLIBATAN RUSIA DALAM UPAYA RESOLUSI KONFLIKNAGORNO-KARABAKH ANTARA ARMENIA DAN AZERBAIJAN 2008- 2012

197 - 231

11 Implementasi Heart Of Borneo oleh Indonesia dan Malaysia dalam MengatasiIllegal Logging di Hutan Perbatasan Kalimantan Timur

233 - 248

12 KONEKSI AL-QAEDA DAN AQIM DI MALI UTARA: IDEOLOGI, JARINGAN, DANAKTIVISME

249 - 269

13 STRATEGI JEPANG DAN KOREA SELATAN DALAM MENYELESAIAKANSENGKETA TERITORIAL PULAU TAKESHIMA / DOKDO

271 - 294

14 ETNISITAS DAN POLITIK LUAR NEGERI: RESPON TURKI TERHADAPPENINDASAN ETNIS UYGHUR DI XINJIANG

295 - 317

15 KEBIJAKAN PEMERINTAH AUSTRALIA TERKAIT PERMASALAHANIRREGULAR MARITIME ARRIVALS PERIODE KEPEMIMPINAN PERDANAMENTERI JULIA GILLARD TAHUN 2010-2012

319 - 340

16 Dua Belas Tahun Aksesi Keanggotaan Arab Saudi dalam World TradeOrganization (WTO) : Pengaruh Politik Dalam Negeri

341 - 355

17 PROTEKSIONISME AMERIKA SERIKAT PASCA KRISIS FINANSIAL 2008 357 - 381

18 Pengaruh Krisis Pangan Global 2008 Terhadap Ketahanan Pangan Negara Haiti 383 - 398

19 PENGARUH KEBIJAKAN SERTIFIKASI ECOLABEL UNI EROPA TERHADAPTINGKAT PENJUALAN PRODUK KOMPUTER PERUSAHAAN ASUSTEKCOMPUTER INC. DI KAWASAN UNI EROPA TAHUN 2008-2012

399 - 419

20 PENGARUH CINA TERHADAP TAIWAN TERKAIT PENERIMAAN PRINSIPSATU CINA OLEH TAIWAN TAHUN 2008

421 - 438

21 PENGARUH ASEAN ECONOMIC COMMUNITY TERHADAP STRATEGIAKUISISI YANG DILAKUKAN MAYBANK KE BII

439 - 459

22 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Cina dalam Membuat Regulasi Human OrganTransplantation tahun 2002-2007

461 - 483

2 / 4

Page 3: 1 / 4journal.unair.ac.id/downloadfull/JAHI5756-b73248acd5fullabstract.pdf · 6 Bilateral Free Trade: Hubungan Perdagangan Indonesia-China dalam Kerangka ACFTA 111 - 127 7 PENGARUH

No. Title Page

23 IMPLEMENTASI CONVENTION ON THE ELIMINATION OF ALL FORMSDISCRIMINATION AGAINST WOMEN (CEDAW) TERHADAP KASUSKEKERASAN SEKSUAL DI WILAYAH SHAN MYANMAR PADA 1996-2001

485 - 525

24 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN NILAINON-INTERVENSI PADA ORGANIZATION OF AFRICAN UNITY (OAU)

527 - 538

25 PENGARUH STUDENTS FOR A DEMOCRATIC SOCIETY DAN VIETNAMVETERANS AGAINST WAR (1964-1973) TERHADAP PERUBAHAN KEBIJAKANLUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM MENGAKHIRI PERANG VIETNAM

539 - 561

26 FAKTOR KULTURAL DAN EKONOMI SEBAGAI PENYEBAB PENINGKATANKASUS PERDAGANGAN MANUSIA DI THAILAND PERIOSE 2006-2011

563 - 589

27 PERMINTAAN KENAIKAN UPAH MINIMUM BURUH BANGLADESH OLEHH&M: ANALISIS HUBUNGAN NEGARA DAN PERUSAHAAN

591 - 612

3 / 4

Page 4: 1 / 4journal.unair.ac.id/downloadfull/JAHI5756-b73248acd5fullabstract.pdf · 6 Bilateral Free Trade: Hubungan Perdagangan Indonesia-China dalam Kerangka ACFTA 111 - 127 7 PENGARUH

Vol. 2 - No. 3 / 2013-09TOC : 27, and page : 591 - 612

PERMINTAAN KENAIKAN UPAH MINIMUM BURUH BANGLADESH OLEH H&M: ANALISIS HUBUNGAN NEGARADAN PERUSAHAAN

PERMINTAAN KENAIKAN UPAH MINIMUM BURUH BANGLADESH OLEH H&M: ANALISIS HUBUNGAN NEGARADAN PERUSAHAAN

Author :Trully Erlynda | -Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Abstract

Kenaikan upah buruh bukanlah hal yang menjadi keinginan dari korporasi.Dengan menekan upah buruh, korporasi akan mendapatkan keuntungan karenasemakin rendahnya biaya yang harus dikeluarkan. Namun tidak demikian denganH&M. Mengikuti protes buruh industri garmen yang berlokasi di Bangladesh,H&M turut mendesak pemerintah Bangladesh untuk memenuhi tuntutan buruhyaitu kenaikan upah. Penelitian yang bersifat deskriptif dengan jangkauanpenelitian 2004 hingga 2012 ini menggunakan pendekatan geoekonomi dan faktornegara dalam kajian manufaktur korporasi, kesimpulan yang didapatkan penelitipeforma ekonomi negara yang mampu memberikan keuntungan jangka panjangpada korporasi serta kondisi internal negara yang apabila terjadi instabilitas dapatmenghambat produktivitas korporasi. Atas hipotesis tersebut, menjadi relevanbagi H&M untuk melakukan permintaan kenaikan upah buruh.

Keyword : , MNCs, , , Buruh, Konsumsi, , Inflasi, , ,

Daftar Pustaka :1. Anggoro, M Linggar, , (2005). “Tujuan, Perencanaan dan Pelaksanaan Kegiatan Hubungan Masyarakat―,Teori dan Profesi Kehumasan, . Jakarta: : Bumi Aksara2. Daniels, John D., Radebaugh, Lee H & Sullivan, Daniel P, , (2007). “Globalization and International Business"dalam International Business: Environment and Operations,. New Jersey : Pearson Prentice Hall3. Hill, Charles WL, , (0000). “Global Manufacturing and Materials Management―, International Business:Competing in a Global Marketplace, . - : Times Mirror Higher Education Group, Inc,4. Mankiw, Greggory, , (2006). Pengantar Ekonomi Makro,. (Jakarta : Salemba Empat5. Samuelson, Paul S&Nordhaus, William, , (2005). Economics, . New York : McGraw Hill,

Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)

4 / 4

Page 5: 1 / 4journal.unair.ac.id/downloadfull/JAHI5756-b73248acd5fullabstract.pdf · 6 Bilateral Free Trade: Hubungan Perdagangan Indonesia-China dalam Kerangka ACFTA 111 - 127 7 PENGARUH

PERMINTAAN KENAIKAN UPAH MINIMUM BURUH BANGLADESH

OLEH H&M: ANALISIS HUBUNGAN NEGARA DAN PERUSAHAAN

Oleh: Trully Erlynda/070912047

ABSTRAK

Kenaikan upah buruh bukanlah hal yang menjadi keinginan dari korporasi.Dengan menekan upah buruh, korporasi akan mendapatkan keuntungan karenasemakin rendahnya biaya yang harus dikeluarkan. Namun tidak demikian denganH&M. Mengikuti protes buruh industri garmen yang berlokasi di Bangladesh,H&M turut mendesak pemerintah Bangladesh untuk memenuhi tuntutan buruhyaitu kenaikan upah. Penelitian yang bersifat deskriptif dengan jangkauanpenelitian 2004 hingga 2012 ini menggunakan pendekatan geoekonomi dan faktornegara dalam kajian manufaktur korporasi, kesimpulan yang didapatkan penelitipeforma ekonomi negara yang mampu memberikan keuntungan jangka panjangpada korporasi serta kondisi internal negara yang apabila terjadi instabilitas dapatmenghambat produktivitas korporasi. Atas hipotesis tersebut, menjadi relevanbagi H&M untuk melakukan permintaan kenaikan upah buruh.

Kata Kunci: MNCs, Geoekonomi, Inflasi, Konsumsi, Buruh

ABSTRACT

Raising in wage never been a good idea for corporation. Many corporationbelieve, by pressing labor wages, corporation will gain more profit due toreduction of labor cost. However, H&M, a Swedish retail corporation, is derailed.Following the huge garment factory’s labor protest in Bangladesh, H&M insistedBangladesh Government to raise the minimum wage. On this descriptive research,the time scope that being used ranging from 2004 until 2012. Geoecomic andcountry’s factor in locating manufacture are being used in explaining this unsualphenomenon. According to literature references, Bangladesh economicpeformance is about to deliver a long term benefit for H&M. It is also saidBangladesh internal condition affect the H&M productivity in Bangladesh.

Keywords: MNCs, Geoeconomy, Inflation, Consumption, Labor

Page 6: 1 / 4journal.unair.ac.id/downloadfull/JAHI5756-b73248acd5fullabstract.pdf · 6 Bilateral Free Trade: Hubungan Perdagangan Indonesia-China dalam Kerangka ACFTA 111 - 127 7 PENGARUH

Pendahuluan

Sebagai korporasi multinasional, H&M1 memiliki banyak penyuplai yang

menunjang keberlangsungan operasional korporasi ritel mode asal Swedia

tersebut. Diantara penyuplai H&M, terdapat beberapa manufaktur yang berlokasi

di salah satu negara di Asia Selatan, Bangladesh. Bangladesh merupakan salah

satu negara yang belum berkembang yang memiliki beragam konflik internal.

Salah satu konflik yang mendesak dalam Bangladesh adalah konflik buruh.

Bangladesh merupakan negara dengan perekonomian yang tergolong

miskin sehingga tidak memiliki akses yang memadai untuk mengolah sumber

daya alam. Atas dasar tersebut, Bangladesh menitikberatkan pada pendirian

pabrik-pabrik dan kebanyakan penduduk Bangladesh bekerja sebagai buruh

industri garmen. Industri garmen telah menjadi salah satu komoditas ekspor

paling signifikan yang dimiliki Bangladesh selama belasan tahun terakhir dan

berhasil memberikan pendapatannya hingga lebih dari 70% dalam sektor ekspor

(Kamruzzama, 2013).

Terlepas dari jumlah volume ekspor yang besar, perburuhan di Bangladesh

masih sering dihadapkan dengan beragam permasalahan. Keamanan pabrik

garmen adalah salah satu contoh permasalahan yang ada. Di kuarter kedua tahun

2011, terdapat satu pabrik garmen yang mengalami insiden kebakaran dan

menewaskan sedikitnya 21 pekerja dan mengakibatkan luka serius pada 50

pekerja (Hickman, 2012). Pabrik Garmen ini merupakan pabrik dimana para

buruh bekerja memenuhi permintaan bagi merk dagang internasional, salah satu

korporasi multinasional yang mempercayakan berdirinya manufaktur di

Bangladesh adalah riteler mode H&M (Hickman, 2012). Bangladesh juga dikenal

memiliki pabrik garmen untuk memenuhi permintaan pembuatan baju oleh

beberapa merk luar selain H&M seperti Marks&Spencer, Zara, Carrefour,

Walmart dan Tesco (Anonim, 2012)

1 Sebuah perusahaan ritel mode kelas menengah-atas yang berhasil menjadi 3 ritel terbesar didunia

Page 7: 1 / 4journal.unair.ac.id/downloadfull/JAHI5756-b73248acd5fullabstract.pdf · 6 Bilateral Free Trade: Hubungan Perdagangan Indonesia-China dalam Kerangka ACFTA 111 - 127 7 PENGARUH

Selain keamanan dan standarisasi pabrik, permasalahan lain yang menjadi

sorotan internasional adalah pengupahan buruh di Bangladesh. Upah buruh yang

rendah, serta biaya listrik yang juga rendah membuat produk garmen buatan

Bangladesh diminati oleh pengusaha tekstil banyak negara (Gosh & Chowdury,

2012)

Akan tetapi, H&M masih harus berhadapan dengan permasalahan

pengupahan buruh. Dalam pengupahan buruh yang dinilai terlalu rendah,

Korporasi tidak jarang dianggap sebagai pihak yang tidak mau meningkatkan

upah buruh dan hanya bertindak sebagai pihak yang terus melakukan eksploitasi

buruh. Eksploitasi disini dapat diartikan beraneka ragam –mulai dari jam kerja

yang tinggi hingga upah buruh yang terlalu rendah untuk jam kerja tinggi serta

kualitas produk yang bagus. Tuntutan yang diajukan biasanya adalah peningkatan

upah buruh. Akan tetapi, peningkatan dalam hal Pengupahan buruh bisa menjadi

boomerang bagi korporasi ketika semakin banyak buruh yang menuntut kenaikan

upah.

Berdasarkan data yang didapatkan dalam dekade terakhir hanya terdapat

dua kali revisi upah buruh. Revisi pertama terjadi pada tahun 2006 dan pada bulan

Juli tahun 2010 pemerintah Bangladesh memutuskan untuk menaikkan

standarisasi upah buruh. Sebelum kenaikan, upah buruh pada kisaran 1.662 taka

dan setelah kenaikan menjadi 3.000 taka –atau setara dengan $42 perbulan

(Anonim, 2012) Walaupun telah mengalami kenaikan, buruh masih menginginkan

upah upah sebesar 5.000 taka perbulannya (Anonim, 2012). Kenaikan upah buruh

yang pertama kali merupakan respon terhadap meluasnya permasalahan buruh

terkait dengan kenaikan upah buruh minimum. Dalam protes ini tidak hanya

buruh secara acak turun ke jalan tetapi juga didukung oleh asosiasi buruh

(Anonim, 2012)

Sebagai salah satu korporasi yang menanamkan modalnya berupa

penempatan lokasi manufaktur di Bangladesh, pada bulan September 2012, Chief

Executive Officer (CEO) H&M, Karl-John Persson, bertatap muka dengan

Perdana Menteri Bangladesh, Sheikh Hasina di Dakka. Beragam sumber

menyatakan pertemuan ini dilakukan karena Persson merepresentasikan H&M

Page 8: 1 / 4journal.unair.ac.id/downloadfull/JAHI5756-b73248acd5fullabstract.pdf · 6 Bilateral Free Trade: Hubungan Perdagangan Indonesia-China dalam Kerangka ACFTA 111 - 127 7 PENGARUH

dan meminta kepada PM Bangladesh untuk menaikan upah minimum buruh

(Anonim, 2013) H&M sendiri telah lama menjadi mitra dari industri garmen di

Bangladesh yaitu semenjak tahun 1982 saat H&M mulai membutuhkan

Bangladesh sebagai penyuplai dan tahun 1983 saat kantor produksi H&M dibuka

di Bangladesh. Pertemuan dilakukan di ibukota Bangladesh ini bukan terjadi

secara tiba-tiba melainkan karena H&M sendiri juga telah memiliki relasi dengan

Bangladesh.

Berdasarkan fakta tersebut, terlihat bahwa H&M beraktivitas yang tidak

seumumnya dilakukan oleh korporasai. Namun H&M pada kenyataannya tidak

semata-mata melakukan hal tersebut atas dasar willingness saja melainkah dilatar

belakangi oleh beberapa faktor. Faktor yang pertama berkaitan dengan

Bangladesh sebagai negara yang menitikberatkan pada sektor buruh. Bangladesh

memiliki pasar buruh yang kompetitif. Keadaan ini merupakan akibat dari

peralihan kekuatan geoekonomi yang berpindah dari Cina ke beberapa negara dan

salah satunya Bangladesh.

Sedangkan faktor yang kedua adalah kondisi perekonomian di Bangladesh

yang terkendala inflasi disinyalir memperburuk kondisi stabilisasi ekonomi

Bangladesh sehingga menyebabkan kemunculan protes buruh. Ketika keadaan

Bangladesh kian memburuk, tidak menutup kemungkinan akan merugikan H&M

yang memiliki manufaktur di Bangladesh. Faktor-faktor tersebut kemudian akan

dijadikan pembahasan pada poin-poin berikutnya.

Perpindahan Geoekonomi: Daya Saing Bangladesh dalam Pasar Buruh

Murah

Geoekonomi dapat dijelaskan dalam dua pandangan. Yang pertama adalah

geoekonomi merupakan hubungan antara kebijakan ekonomi dan perubahan yang

terjadi dalam kekuatan nasional serta geopolitik. Atau dengan kata lain, yang

dimaksud dengan geoekonomi adalah konsekuensi geopolitik dari fenomena

ekonomi, atau konsekuensi ekonomi dari tren geopolitik dan kekuatan nasional

(Baru, 2012). Geoekonomi merupakan dinamika ekonomi dari suatu geopolitik

dan melihat negara sebaga satu kesatuan. Geoekonomi menitikberatkan pada

Page 9: 1 / 4journal.unair.ac.id/downloadfull/JAHI5756-b73248acd5fullabstract.pdf · 6 Bilateral Free Trade: Hubungan Perdagangan Indonesia-China dalam Kerangka ACFTA 111 - 127 7 PENGARUH

competition, contending dan containment (Susanto, 2012). Terdapat empat

pertanyaan utama di dalam geoekonomi, yaitu; Kemana arah dinamika ekonomi

berjalan?; Siapa yang menjadi ‘pemimpin’ kekuatan; Siapa yang ‘tenggelam?’

Serta konsekuensi geopolitik apa yang diberikan. Geoekonomi menjadi penting

karena mempengaruhi keputusan korporasi dalam meletakkan manufakturnya dan

melakukan bisnis. Geoekonomi menunjukkan negara-negara mana yang menjadi

powerhouse di sistem internasional yang ada pada saat itu. Powerhouse yang

terjadi pada kurun waktu tertentu menunjukkan adanya peforma ekonomi yang

baik dari satu negara. Tidak menutup kemungkinan juga akan terjadi pergeseran

powerhouse dari satu negara ke negara lain yang menyebabkan negara yang lama

–yang semula menjadi pusat kekuatan, menjadi disrupted sementara kekuatan

baru di negara lain telah muncul (Dicken, 2006).

Dalam bisnis internasional, geokonomi menjadi berarti karena

memberikan pengaruh terhadap eksistensi korporasi baik pada jangka pendek

maupun jangka panjang. Selain itu, juga memberikan pengaruh terhadap

keputusan-keputusan korporasi dalam menanggapi beberapa situasi tertentu yang

bersifat mendesak. Situasi-situasi yang mungkin terjadi adalah aktivitas ekspansi

korporasi, entry mode, serta pemilihan penempatan lokasi manufaktur korporasi.

Implikasi lain yang ditimbulkan adalah adanya ketertarikan korporasi terhadap

suatu negara yang terdiri dari keuntungan yang akan didapat, biaya yang akan

dikeluarkan serta resiko-resiko yang akan diterima korporasi (Hill, 1994).

Salah satu pendekatan dalam geoekonomi adalah global shift (Susanto,

2012). Global shift mengedepankan kontrol terhadap jaringan dan akses modal,

baik human maupun non human capital. Human capital pada umumnya akan

dijaga sebaik mungkin untuk mendukung berjalannya aliran jaringan modal.

Dalam pendekatan ini, juga akan muncul konflik. Jenis konflik yang biasanya

akan muncul adalah kompetisi diantara negara-negara, labor resistance serta

konflik diaspora

Negara-negara yang memiliki tumpuan ekonomi yang sama memiliki

kecenderungan untuk bersaing diantara satu dengan yang lainnya. Persaingan

antara negara ini dilakukan untuk menjadi negara dengan kondisi perekonomian

Page 10: 1 / 4journal.unair.ac.id/downloadfull/JAHI5756-b73248acd5fullabstract.pdf · 6 Bilateral Free Trade: Hubungan Perdagangan Indonesia-China dalam Kerangka ACFTA 111 - 127 7 PENGARUH

yang menarik terutama bagi korporasi yang ingin menanamkan modal. Persaingan

kemudian menjadi umum untuk dilakukan guna mencapai hal tersebut.

Kemunduran satu negara merupakan salah satu peluang bagi negara lain untuk

melakukan penguasaan.

Negara menjadi kompetitif dan negara yang berhasil menjadi powerhouse

mengindikasikan peforma ekonomi yang baik pula dalam satu sektor tumpuan

ekonominya. Dalam negara yang menitikberatkan buruh yang murah guna

mendapatkan investasi berupa pembukaan pabrik atau lokasi manufaktur dari

korporasi multinasional, persaingan negara dilakukan dengan penekanan upah

buruh. Upah buruh menjadi penting karena berkaitan dengan keuntungan yang

akan didapatkan oleh korporasi.

Daya saing Bangladesh menjadi semakin terlihat smenjak terjadinya tren

korporasi yang melakukan pemindahan lokasi manufaktur. Daya saing ini adalah

tanda bahwa sektor pekerja garmen Bangladesh dapat menjadi alternatif

dikarenakan kualitas dari produk yang dihasilkan. Selain itu, permintaan terhadap

industri di Bangladesh juga akan mengalami peningkatan seiring semakin

banyaknya korporasi yang melangkahkan kaki keluar dari Cina. Tidak terkecuali

Bangladesh. H&M yang telah lama menempatkan penyuplai di Bangladesh juga

harus terlibat dalam kompetisi negara dalam pasar buruh ini. Dengan terus

menjalin relasi dengan buruh di Bangladesh, kegiatan operasional H&M juga

dapat berjalan.

Terlepas dari adanya perpindahan arus serta kompetisi dalam sektor pasar

buruh murah ini, ada hal yang perlu diperhatikan bagi korporasi yang

memindahkan lokasi manufaktur di Bangladesh yaitu mengenai protes kenaikan

upah buruh. Buruh-buruh yang bekerja di Bangladesh juga mengajukan tuntutan

kenaikan upah kepada Pemerintah terkait adanya krisis ekonomi serta inflasi yang

melanda Bangladesh. Dibandingkan dengan upah buruh di Cina, Bangladesh

memiliki upah buruh yang kecil. Namun, bukan kendala berarti bagi H&M untuk

menaikkan upah buruh Bangladesh.

Page 11: 1 / 4journal.unair.ac.id/downloadfull/JAHI5756-b73248acd5fullabstract.pdf · 6 Bilateral Free Trade: Hubungan Perdagangan Indonesia-China dalam Kerangka ACFTA 111 - 127 7 PENGARUH

Semenjak menjadi primadona bagi manufaktur yang tidak memerlukan

tenaga kerja dengan tingkat pendidikan yang memadai, mempertahankan

Manufaktur di Bangladesh memberikan keuntungan karena akan semakin banyak

korporasi yang mencoba untuk menempatkan manufaktur di Bangladesh dan

dalam bisnis, persaingan adalah kegiatan yang seringkali terjadi bahkan sampai

menjatuhkan lawan. Untuk itu, H&M tidak merasa keberatan dengan tuntutan

kenaikan upah karena selain Bangladesh merupakan mitra lama bagi H&M,

Bangladesh juga sedang dalam posisi tawar yang tinggi. H&M juga harus

menghadapai kemungkinan semakin banyaknya korporasi ritel mode yang

menempatkan manufakturnya di Bangladesh dan tidak menutup kemungkinan

bahwa korporasi ritel mode tersebut menggunakan cara yang sama dengan H&M

yaitu outsourcing.

Apabila banyak perusahaaan ritel mode yang serupa, maka industri

garmen di Bangladesh akan mengalami lonjakan permintaan buruh. Adanya arus

perpindahan ini adalah indikasi bahwa peforma ekonomi Bangladesh dalam

keadaan yang baik yang ditandai dengan belum ditemukannya ketakutan

penarikan investor atas kemungkinan kenaikan upah buruh yang signifikan,

seperti yang sebelumnya terjadi di Cina.

H&M, juga menjaga relasi dengan manufaktur di Bangladesh karena

penyuplai merupakan aset yang penting yang dapat memberikan profit dalam

kegiatan opoerasional korporasi. Pemaparan sebelumnya menjelaskan mengenai

permintaan kenaikan upah buruh, yang dapat menjadi tantangan bagi korporasi

manufaktur, yang ternyata juga dihadapi oleh buruh industri garmen di

Bangladesh. Komparasi yang dilakukan adalah permintaan kenaikan upah buruh

Bangladesh dengan negara-negara lain yang sama yaitu negara yang bertumpu

pada sektor buruh dengan harga yang relatif rendah. Komparasi dilakukan karena

selayaknya korporasi, akan melihat perbandingan upah buruh negara demi

keuntungan yang akan diraih. bagi H&M untuk menaikkan upah buruh di

Bangladesh bukanlah suatu persoalan karena masih memiliki upah yang relatif

rendah dibandingkan dengan Cina serta beberapa negara lain dikawasan Asia. Hal

ini masih berujung pada pencarian upah buruh yang relatif rendah guna

Page 12: 1 / 4journal.unair.ac.id/downloadfull/JAHI5756-b73248acd5fullabstract.pdf · 6 Bilateral Free Trade: Hubungan Perdagangan Indonesia-China dalam Kerangka ACFTA 111 - 127 7 PENGARUH

mendukung operasional korporasi untuk jangka panjang. Ditambah dengan

kualitas barang produksi buruh garmen Bangladesh yang baik dengan banyaknya

pergeseran pemindahan lokasi manufaktur ke Bangladesh sebagai indikasi.

Sebagai sebuah korporasi, tentu saja kodrat utama korporasi adalah

pencarian keuntungan semaksimal mungkin, terlepas dari beragam cara yang

harus dilakukan serta citra yang akan didapatkan dari publik atas langkah-langkah

tersebut.

Kondisi Internal Negara dan Pengaruhnya Terhadap Penempatan

Manufaktur Korporasi

Terdapat beberapa unsur yang diperhatikan korporasi dalam menempati

manufaktur. Dalam penentuan lokasi manufaktur ini, terdapat beragam faktor

yang menentukan diantaranya adalah Negara yang terdiri dari subfaktor ekonomi,

politik, budaya, biaya faktor produksi serta hambatan perdagangan (Hill, 1992)

Subfaktor ekonomi memiliki keterkaitan dengan subfaktor politik. Negara

yang demokratis cenderung memiliki sistem ekonomi pasar dan sebaliknya. Pada

dasarnya, dapat diidentifikasi tiga tipe sistem ekonomi yaitu pure market

economy, command economy dan mixed economy. Sama seperti subfaktor politik,

stabilitas serta instabilitas perekonomian suatu negara juga menjadi penentu

tindakan korporasi.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, salah satu faktor yang menjadi

pertimbangan di dalam manufaktur adalah ekonomi terutama stabilisasi ekonomi

suatu negara. Pada dasarnya, salah satu peran negara adalah untuk memacu

pertumbuhan ekonomi secara makro dan memelihara stabilisasinya.

Selain itu, seperti yang telah dinyatakan oleh Samuelson dan Nordhaus

(2005), peran negara, terutama ketika terjadi pergolakan ekonomi di dalamnya,

adalah meningkatkan efisiensi serta menciptakan pemerataan dan keadilan bagi

warga negaranya. Maksimalisasi peran negara tersebut dapat dicapai diantara

melalui agenda perbaikan kegagalan pasar serta memperjuangkan pemerataan

pendapatan penduduk atau golongan tertentu. Hal tersebut dilakukan untuk

Page 13: 1 / 4journal.unair.ac.id/downloadfull/JAHI5756-b73248acd5fullabstract.pdf · 6 Bilateral Free Trade: Hubungan Perdagangan Indonesia-China dalam Kerangka ACFTA 111 - 127 7 PENGARUH

memperoleh stabilisasi ekonomi negara. Negara, dapat saja mengalami masa

kondisi ekonomi yang tidak stabil seperti terjadinya inflasi. Kondisi ekonomi

yang tidak stabil sendiri juga dapat menyebabkan terjadinya konflik.

Inflasi menyebabkan harga barang, terutama barang konsumsi yang sehari-

harinya dibeli oleh masyarakat. Atas peningkatan harga barang tersebut tentu saja

dibutuhkan peningkatan pendapatan individu. Namun dalam kasus Bangladesh,

pendapatan individu2 tidak mengalami peningkatan. Hal ini bukanlsah suatu berita

yang baik bagi para pekerja. Adanya stagnasi pendapatan menyebabkan

keterbatasan budget bagi para pekerja. Budget kemudian menjadi constraint

(Mankiw, 2002) bagi pekerja dalam memenuhi kebutuhan. Dikarenakan

keterbatasan tersebut, tingkat konsumsi yang ada di Bangladesh mengalami

penurunan. Penurunan tingkat konsumsi bukanlah hal yang baik dalam

perekonomian karena konsumsi dikaitkan dengan perputaran aktivitas

perekonomian secara keseluruhan. Tanpa adanya konsumsi, roda perekonomian

tidak dapat berjalan karena tidak ada perputaran uang dalam satu negara.

Selain faktor diatas, faktor yang kemudian turut menjadi perhatian adalah

Buruh merupakan salah satu human capital yang penting dalam korporasi,

terutama korporasi multinasional. Relasi dengan pekerja, serta serikat pekerja juga

hendaknya dijaga dengan baik agar tidak memicu sengketa diantara pihak pekerja

dengan pengusaha atau pemerintah host countries. Tidak seperti yang terjadi di

Bangladesh, terutama pada pekerja di sektor industri garmen. Secara ekonomi,

Bangladesh bukan termasuk negara yang maju namun jika melihat dari GDP

Bangladesh, kita dapat melihat peningkatan pertumbuhan Bangladesh dari tahun

ke tahun. GDP merupakan suatu indikasi perekonomian suatu negara, apakah

negara tersebut mengalami kondisi perekonomian yang baik atau sebaliknya.

Semakin tinggi tingkat GDP, peforma ekonomi suatu negara yang ditunjukkan

juga mengalami peningkatan kualitas. Tidak jarang pula banyak ahli dan awam

yang menghubungkan antara tingkat GDP suatu negara dengan kesejahteraan

masyarakat yang ada.

2 Yang dimaksud dengan individu dalam penelitian ini adalah pekerja atau buruh

Page 14: 1 / 4journal.unair.ac.id/downloadfull/JAHI5756-b73248acd5fullabstract.pdf · 6 Bilateral Free Trade: Hubungan Perdagangan Indonesia-China dalam Kerangka ACFTA 111 - 127 7 PENGARUH

Pengukuran GDP diperoleh dari total pendapatan yang diperoleh semua

orang dalam perekonomian (Mankiw, 2006:5). GDP juga didefinisikan sebagai

nilai pasar dari semua barang dan jasa akhir yang diproduksi dalam sebuah negeri

di suatu periode, yang pada umumnya terjadi dalam kurun waktu 12 bulan atau

satu tahun (Mankiw, 2006: 6).

Terdapat beberapa komponen yang membentuk GDP, antara lain adalah

Konsumsi, yang sejauh ini merupakan penmyumbang GDP terbesar di hampir

setiap negara (Mankiw, 2002: 434); Investasi, yang terdiri dari modal

infrastruktur, peralatan, software serta inventori yang dimililiki oleh negara;

Pemerintah, yang termasuk didalamnya adalah belanja negara dan Net Export,

selisih antara ekspor dan impor barang serta jasa yang terjadi selama setahun

dalam negara tersebut. Industri garmen merupakan salah satu industri yang

menyerap paling banyak tenaga Kerja di Bangladesh dengan jumlah spesifik 3,6

juta jiwa pekerja. Penyerapan jumlah tenaga kerja yang semakin banyak ini

ditunjang dengan adanya fakta bahwa Bangladesh merupakan negara pilihan

banyak korporasi ritel untuk menempatkan lokasi manufaktur dikarenakan upah

buruh yang masih rendah, tidak seperti Cina yang sebelumnya menjadi minat

investor.

Seiring dengan kenaikan upah buruh di Cina, Bangladesh muncul sebagai

pilihan alternatif banyak korporasi multinasional. Bangladesh pada saat ini adaah

negara pengekspor apparel terbesar kedua dengan nilai 18 juta dollar pakaian

diekspor pada tahun lalu. Pada tahun 2010, banyak analis bisnis yang menyatakan

Bangladesh sebagai negara dengan manufacturing power. Analisis tersebut

menyebabkan semakin banyak korporasi multinasional yang ada menempatkan

manufaktur mereka di Bangladesh dengan pertimbangan keuntungan yang akan

diraih oleh korporasi (Yardley, 2012)

Terlepas dari semakin banyaknya industri manufaktur di Bangladesh,

ternyata pendapatan yang diterima tergolong rendah dan tidak sanggup mencukup

kebutuhan sehari-hari. Rendahnya pendapatan mengakibatkan banyak pekerja

yang hidup dibawah garis kemiskinan.

Page 15: 1 / 4journal.unair.ac.id/downloadfull/JAHI5756-b73248acd5fullabstract.pdf · 6 Bilateral Free Trade: Hubungan Perdagangan Indonesia-China dalam Kerangka ACFTA 111 - 127 7 PENGARUH

Sebelumnya, Penjelasan telah menyebutkan bahwa pekerja atau buruh

industri garmen Bangladesh masih sering terlibat konflik dengan pemerintah

Bangladesh. Aksi protes dilatarbelakangi oleh beberapa hal salah satu yang paling

krusial adalah adanya krisis ekonomi yang melanda Bangladesh. Krisis ekonomi

telah menyebabkan teerjadinya inflasi di Bangladesh.

Inflasi, menyebabkan harga barang semakin tinggi namun pada kasus

Bangladesh ditemukan fakta bahwa upah pekerja tersebut tidak mengalami

peningkatan seiring meningkatnya harga kebutuhan yang ada. Keadaan

ketimpangan tersebut membuat upah akhirnya menjadi penghalang di dalam

berkegiatan konsumsi.

Atas adanya constraint tersebut, pekerja, yang juga dibawahi oleh serikat

pekerja ini kemudian mengajukan protes terhadap pemerintah. Budget constraint

tentu menjadi pertimbangan bagi individu untuk melakukan konsumsi.

Mengetahui bahwa inflasi terus memberikan pengaruh terhadap

kemampuan masyarakat untuk melakukan konsumsi, pemerintah tidak kunjung

mengeluarkan kebijakan yang berisikan pengabulan terhadap tuntutan pekerja

industri garmen yang meminta pemerintah untuk menaikkan upah buruh dalam

tempo waktu singkat.

Kendati demikian, upah di Bangladesh tidak mengalami peningkatan

dikarenakan untuk menjaga kompetitif dengan Cina (Dummet, 2013). Logika

yang kemudian ada, ketika tuntutan tidak terpenuhi, cara yang ditempuh oleh

pekerja industri garmen ini adalah untuk melakukan aksi.

Sayangnya, aksi tersebut menyebabkan terjadi konflik yang terus

memanas sehingga membutuhkan penanganan yang lebih serius dari pihak yang

terlibat konflik. Konflik tersebut berpengaruh terhadap korporasi yang memiliki

lokasi manufaktur di Bangladesh yaitu H&M.

Konflik yang berkepanjangan dan disebabkan oleh inflasi tersebut

memengaruhi kegiatan operasional dari H&M itu sendiri, khususnya produksi

pakaian jadi yang berasal di Bangladesh. H&M telah menyatakan bahwa pihak

Page 16: 1 / 4journal.unair.ac.id/downloadfull/JAHI5756-b73248acd5fullabstract.pdf · 6 Bilateral Free Trade: Hubungan Perdagangan Indonesia-China dalam Kerangka ACFTA 111 - 127 7 PENGARUH

korporasi menginginkan untuk menambah volume barang produksi yang berasal

dari Bangladesh.

Namun H&M mendapatkan kendala. Kendala yang dialami oleh korporasi

yang akan membuka toko di Jakarta ini bukan berasal dari internal korporasi

H&M sendiri melainkan dari segi manufaktur H&M yaitu Bangladesh. Adapun

yang dimaksud sebagai kendala oleh H&M adalah kericuhan. Kericuhan yang

sering timbul di Bangladesh menyebabkan H&M mengalami kesulitan dalam

melakukan kegiatan produksi dan peningkatan kegiatan produksi. Seperti yang

diungkapkan oleh Helena Helmersson (Marian, 2012), Head of Sustainability dari

H&M

"The often-recurring strikes and demonstrations disrupt production and causedelays. We want to grow in Bangladesh [...] a stable market will benefit us buyers,

the penyuplais and the workers. We told them how we would like to grow inBangladesh, but that the ongoing instability in the country makes it difficult for us

to plan production and makes us wonder if we dare grow there "

Kericuhan bukanlah kondisi yang baik bagi pabrik untuk beroperasi.

Kondisi yang stabil adalah kondisi ideal dimana kegiatan operasional dapat

berjalan dengan lancar. Bagi H&M sendiri, keadaan yang stabil di Bangladesh

memberikan arus produksi yang lancar dan juga bisa meningkat.

Mengingat 25% dari total produk H&M memang berasal dari Bangladesh

(Marian, 2012), dan kualitas yang diberikan juga bagus, maka H&M sendiri

berencana memperbanyak pasokan dari Bangladesh. H&M berkeinginan untuk

menambah nilai outsourcing tahunan menjadi 3 milyar dollar pertahun hingga

lima tahun kedepan (Anonim, 2012)

Dalam keberlanjutan pemilihan lokasi manufaktur, stabilitas ekonomi

menjadi penting. Instabilitas yang terjadi, dalam kasus Bangladesh ini, telah

berdampak pada kemunculan konflik antara pemerintah dan buruh industri

garmen. Tuntutan terhadap kenaikan upah terus berlanjut seiring dengan inflasi

yang terjadi dan kenaikan harga barang terutama barang-barang pokok.

Page 17: 1 / 4journal.unair.ac.id/downloadfull/JAHI5756-b73248acd5fullabstract.pdf · 6 Bilateral Free Trade: Hubungan Perdagangan Indonesia-China dalam Kerangka ACFTA 111 - 127 7 PENGARUH

Permasalahan pertama muncul karena saat terjadi konflik, akan terus

menunda kegiatan korporasi. Ketika buruh sibuk mengadakan aksi protes turun ke

jalan, maka kegiatan yang ada di manufaktur juga terhenti karena ketiadaan buruh

yang bekerja. Apabila dalam sehari tingkat produksi bisa mencapai skala ribuan,

maka protes tersebut tentu memberikan kerugian bagi pihak korporasi yang dalam

hal ini adalah H&M. Protes yang terjadi di Bangladesh juga bukan hanya sekali

saja melainkan berulang kali. Tentu saja ini menjadi salah satu sumber kerugian

bagi H&M untuk melanjutkan kegiatan produksinya di Bangladesh.

Dengan melihat sumber utama konflik yaitu inflasi yang menyebabkan

ketidakmampuan buruh untuk memenuhi barang kebutuhan, permintaan yang

dilayangkan H&M terhadap Bangladesh mengenai kenaikan upah buruh menjadi

pilihan rasional H&M guna menghindari kerugian yang ada. H&M memiliki

kontribusi yang besar pada bisnis garmen di Bangladesh.

Selain upah buruh, salah satu kendala yang dihadapi oleh H&M dan

diminta adanya perbaikan oleh para buruh adalah kemanan pabrik dan H&M telah

menyanggupi permintaan tersebut walaupu sebelumnya sempat tidak terlaksana,

Fasilitas pabrik sendiri telah dibuat memenuhi standarisasi tertentu sebagaimana

yang telah diinginkan oleh pembeli internasional.

Kemudian permasalahan keterkaitan antara konflik buruh dengan

korporasi selanjutnya terletak pada konsumsi. Upah yang tetap dengan harga yang

terus meroket menyebabkan penurunan konsumsi. Sedangkan dalam pola

melingkar aktivitas makroekonomi, pola konsumsi memengaruhi kegiatan

produksi korporasi. Ketika rumah tangga melakukan konsumsi, akan ada uang

yang dikeluarkan atas konsumsi tersebut. Hal ini menandakan perputaran uang

yang ada berjalan dengan lancar atau terhambat.

Perputaran uang yang ada menandakan pergerakan perekonomian suatu

negara. Tanpa adanya perputaran uang, tidak ada pembelian dan penjualan barang

yang terjadi. Kondisi ketiadaan pembelian dan penjualan barang ini menandakan

pasar yang mati. Akan menjadi berbeda ketika ada kegiatan konsumsi di dalam

suatu negara.

Page 18: 1 / 4journal.unair.ac.id/downloadfull/JAHI5756-b73248acd5fullabstract.pdf · 6 Bilateral Free Trade: Hubungan Perdagangan Indonesia-China dalam Kerangka ACFTA 111 - 127 7 PENGARUH

Ini adalah pertanda bagus bagi korporasi karena dengan pola melingkar

aktivitas makroekonomi, konsumsi akan diolah menjadi keuntungan korporasi dan

kembali menjadi upah buruh, setelah sebelumnya menjadi pemasukan serta

keuntungan bagi korporasi. Pengolahan pemasukan dan keuntungan akan

dibayarkan lagi kepada buruh, yang juga bertindak sebagai salah satu konsumen

di satu negara. Sebagai variabel, Konsumsi juga dipengaruhi oleh beberapa

pilihan, salah satunya adalah pendapatan individu. Pendapatan individu

memengaruhi pilihan pembelanjaan karena menjadi constraint. Kemudian

selanjutnya upah buruh akan digunakan sebagai konsumsi.

Kesimpulan

H&M merupakan korporasi mode terbesar nomor dua sedunia. Sebagai

korporasi mode, persaingan tentu saja menjadi sengit karena permasalahan selera.

Demikian pula dengan H&M yang bersaing dengan riteler mode yang lain seperti

Zara dan Topshop. Secara umum, ketiga korporasi yang berbeda negara asal

tersebut memiliki segmen yang sama yaitu kelas menengah atas. Sama seperti

kebanyakan korporasi, ketiga korporasi ini juga dihadapkan pada persoalan buruh,

terutama eksploitasi.

Bagi H&M, menjaga citra dari korporasi dapat dilakukan dengan beragam

cara diantaranya melalui program CSR serta menjalin kemitraan yang

menguntungkan bagi kedua belah pihak. Kemitraan yang terjalin dengan baik bagi

kedua belah pihak, misalnya negara manufaktur, dapat memberikan kesan bahwa

tidak ada ekploitasi yang disebabkan oleh korporasi. Ini dapat menjadi jawaban

atas tuduhan yang kerap kali dilayangkan bagi H&M yaitu permasalahan

eksploitasi buruh.

Eksploitasi buruh yang ada disini diantaranya adalah jam kerja yang tinggi serta

upah yang tidak maksimal terlepas dari tingginya jam kerja. H&M memang tidak

memiliki manufaktur di negara asalnya. H&M lebih memilih untuk menempatkan

lokasi manufaktur di beberapa negara dengan mempertimbangkan beberapa hal

seperti politik, ekonomi dan budaya. Salah satu negara yang menjadi lokasi

manufaktur dari H&M adalah Bangladesh. Selama ini, kemitraan yang terjalin

Page 19: 1 / 4journal.unair.ac.id/downloadfull/JAHI5756-b73248acd5fullabstract.pdf · 6 Bilateral Free Trade: Hubungan Perdagangan Indonesia-China dalam Kerangka ACFTA 111 - 127 7 PENGARUH

diantara kedua belah pihak tidak banyak menuai pemberitaan yang negatif. Akan

tetapi, persoalan muncul ketika terjadi tuntutan pekerja Bangladesh atas kenaikan

upah. Protes yang terjadi menempatkan H&M pada posisi pihak yang diduga

melakukan eksploitasi terhadap buruh di Bangladesh.

Selain itu, dalam logika korporasi, kenaikan upah adalah hal yang tidak diminati

oleh korporasi akan tetapi yang dilakukan H&M adalah justru bertemu dengan

pemerintah Bangladesh dan meminta adanya kenaikan upah bagi para pekerja.

Atas dasar tersebut kemudian peneliti mencoba menjawab pertanyaan mengapa

H&M melakukan tindakan demikian.

Menggunakan pendekatan geoekonomi serta analisis faktor negara dalam

penempatan lokasi manufaktur, Kesimpulan yang kemudian didapatkan oleh

penulis adalah pertama bahwa Bangladesh adalah primadona baru bagi korporasi

yang ingi membuka manufaktur di negara berkembang. Sehingga, H&M harus

mempertahankan manufaktur di Bangladesh dikarenakan peforma ekonomi yang

baik dari Bangladesh. Selain itu, dikarenakan semakin banyaknya korporasi yang

ingin masuk ke Bangladesh.

Antusiasme korporasi ini bukan terjadi begitu saja terhadap Bangladesh

melainkan didorong oleh beberapa hal. Sebelumnya, Cina adalah primadona yang

serupa dengan kekuatan ekonomi yang sekarang dimiliki oleh Bangladesh akan

tetapi Cina kehilangan pesonanya di mata penanam modal asing yang disebabkan

oleh biaya yang harus dikeluarkan untuk buruh semakin meningkat yang

menyebabkan korporasi banyak melangkahkan kaki keluar dari Cina. Bangladesh

kemudian dipilih menjadi alternatif, terutama sektor industri garmen, dan

berkompetisi dengan negara-negara lain di kawasan Asia Selatan dan Asia

Tenggara.

Mengenai peningkatan upah yang diinginkan oleh buruh industri garmen

Bangladesh, berdasarkan data yang didapatkan penulis, upah yang

direkomendasikan oleh pekerja masih relatif lebih rendah jika dibandingkan

dengan upah buruh di Cina, atau negara-negara lain di kawasan Asia Selatan dan

Asia Tenggara. Sehingga menjadi pilihan rasional bagi H&M untuk meminta

Page 20: 1 / 4journal.unair.ac.id/downloadfull/JAHI5756-b73248acd5fullabstract.pdf · 6 Bilateral Free Trade: Hubungan Perdagangan Indonesia-China dalam Kerangka ACFTA 111 - 127 7 PENGARUH

pemerintah Bangladesh menaikkan upah buruh. Peningkatan upah buruh juga

dirasa relatif lebih murah dibandingkan jika H&M harus memindahkan

manufaktur mereka dikarenakan instabilitas negara Bangladesh sendiri yang dapat

mengancam kegiatan operasional dari H&M.

Kesimpulan yang didapatkan selanjutnya berkenaan dengan aktivitas korporasi.

Atas adanya tuntutan kenaikan upah tersebut, tidak jarang para pekerja melakukan

aksi protes. Aksi protes ini juga disebabkan oleh inflasi yang terus meningkat dan

harga barang juga mengalami peningkatan. Keadaan tersebut membuat buruh

mengalami penurunan konsumsi karena keterbatasn biaya, yang dalam hal ini

adalah upah.

Mengetahui sumber konflik buruh yang terjadi, maka H&M melakukan tindakan

permintaan kenaikan upah tersebut karena apabila keadaan dibiarkan demikian,

maka konsumsi akan menurun dan apabila terjadi penurunan konsumsi maka

menandakan perputaran uang semakin menurun jumlahnya dan tidak ada

pergerakan ekonomi yang signifikan. Padahal, konsumsi berkaitan langsung

dengan bisnis karena dari pembelanjaan tersebut, bisnis-bisnis dapat beroperasi.

Selain itu adanya protes dan konflik menyebabkan buruh meninggalkan pekerjaan

mereka. Hal ini jelas merugikann H&M karena harus kehilangan angka produksi

perharinya apabila buruh terus melakukan konflik. Atas dasar analisis tersebut,

menjadi relevan jika kemudia H&M mengingkan pemerintah Bangladesh untuk

meningkatkan upah buruh. Terlebih H&M juga telah menyatakan bahwa H&M

berkeinginan untuk menambah nilai ekspor yang H&M dapatkan dari Bangladesh

dikarenakan kualitas yang bagus. H&M sendiri juga tidak memerlukan buruh

denga pendidikan yang tinggi sehingga pertimbangan kenaikan upah buruh bisa

menjadi pilihan.

Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, peneliti berupaya membuktikan

bahwa tindakan permintaan kenaikan upah yang dilakukan oleh H&M bukanlah

perilaku korporasi yang menyimpang dari logika-logika korporasi multinasional

yang menempatkan profit pada posisi yang penting. Adanya tindakan tersebut

dilatarbelakangi oleh beberapa faktor yang telah dipaparkan.

Page 21: 1 / 4journal.unair.ac.id/downloadfull/JAHI5756-b73248acd5fullabstract.pdf · 6 Bilateral Free Trade: Hubungan Perdagangan Indonesia-China dalam Kerangka ACFTA 111 - 127 7 PENGARUH

Faktor-faktor yang melatar belakangi tindakan tersebut, jika dibiarkan terus-

menerus malah akan menyebabkan terjadinya kerugian yang menimpa korporasi.

Sebagai korporasi, tentu saja kerugian bukanlah hal yang diinginkan. Untuk

menghindari kemungkinan adanya kerugian yang menimpa korporasi, korporasi

akan melakukan tindakan guna menutup kerugian tersebut dan membalik kerugian

menjadi keuntungan yang kemudian akan didapatkan korporasi pada jangka

panjang.

Pada akhirnya, dibandingkan dengan H&M yang mengalami kerugian

dikarenakan persaingan penempatan lokasi manufaktur dengan korporasi lain,

konflik yang terus bergulir yang menurunkan kegiatan produksi pabrik serta

ketiadaan perputaran uang yang diakibatkan oleh perputaran konsumsi yang tidak

lancar di Bangladesh, menjadi pilihan rasional bagi H&M untuk mengupayakan

kenaikan upah buruh industri garmen.

Daftar Pustaka

Buku

Anggoro, M Linggar, “Tujuan, Perencanaan dan Pelaksanaan Kegiatan

Hubungan Masyarakat”, Teori dan Profesi Kehumasan, (Jakarta: Bumi

Aksara, 2005)

Daniels, John D., Radebaugh, Lee H & Sullivan, Daniel P, “Globalization and

International Business" dalam International Business: Environment and

Operations, (New Jersey: Pearson Prentice Hall, 2007)

Hill, Charles WL, “Global Manufacturing and Materials Management”,

International Business: Competing in a Global Marketplace, (Times

Mirror Higher Education Group, Inc, 1994)

Mankiw, Greggory, Pengantar Ekonomi Makro, (Jakarta: Salemba Empat, 2006)

Mankiw, Greggory, Teori Makroekonomi, (Jakarta: Erlangga, 2002)

Samuelson, Paul S&Nordhaus, William, Economics, (New York: McGraw Hill,

2005)

Silalahi, Ulber, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: UNPAR Press, 2006)

PDF

Page 22: 1 / 4journal.unair.ac.id/downloadfull/JAHI5756-b73248acd5fullabstract.pdf · 6 Bilateral Free Trade: Hubungan Perdagangan Indonesia-China dalam Kerangka ACFTA 111 - 127 7 PENGARUH

Baru, Sanjaya, A New Era of Geo-economics: Assessing the Interplay of

Economic and Political Risk, (IISS Geo-economics and Strategy

Programme: 24 Oktober 2012), http://www.iiss.org/en/events/geo-

economics%20seminars/geo-economics%20seminars/archive/a-new-era-

of-geo-economics-617d/understanding-geo-economics-and-strategy-b0f1

(diakses pada tanggal 21 Februari 2013)

Dicken, Peter, “Global Shift: Changing Geographies of The Global Economy”,

Global Shift: Mapping the Changing Countours of the World Economy,

(London: The Guilford Press, 2006),

http://pc.parnu.ee/~garri/MMG/Maailmamajanduse%20siire.pdf (diakses

pada tanggal 30 Mei 2013)

Hirschman, Albert O, “The On and Off again connection between political and

Economic Progress”, (America Economic Review: 84 No2, 1994),

http://www.academicroom.com/article/and-connection-between-political-

and-economic-progress (diakses pada tanggal 22 Maret 2013)

Md. Kamruzzama et al, “Problems and Prospect of Garments Industry in

Bangladesh and theSupportive Policy Regime”, Current State of Affairs,

18 November 2008,

http://www.bb.org.bd/pub/research/policynote/pn0702.pdf (diakses pada

tanggal 10 Januari 2013)

Artikel dalam Situs

Adam, Shamin dan Chen, Saron, “Asia Soaring Wages Mean Rising Prices

Worldwide”, Bloomberg, 2 April 2013,

http://www.bloomberg.com/news/2013-04-02/asia-soaring-wages-stoke-

inflation-as-factory-costs-rise.html (diakses pada tanggal 3 Juni 2013)

Alimanik, Julfikar, “Killing of Bangladeshi Labor Organizer Signals an

Escalation in Violence”, The NewYork Times, 9 April 2012,

http://www.nytimes.com/2012/04/10/world/asia/bangladeshi-labor-

organizer-is-found-killed.html (diakses pada tanggal 3 Mei 2013)

Page 23: 1 / 4journal.unair.ac.id/downloadfull/JAHI5756-b73248acd5fullabstract.pdf · 6 Bilateral Free Trade: Hubungan Perdagangan Indonesia-China dalam Kerangka ACFTA 111 - 127 7 PENGARUH

Anonim, “Bangladesh increases garment workers' minimum wage”, BBC News,

27 Juli 2010, http://www.bbc.co.uk/news/world-south-asia-10779270

(diakses pada tanggal 20 November 2012)

Anonim, Good Fashion, Ethical Company Organization, 2008,

http://www.ethical-company-organisation.org/ (diakses pada tanggal 22

November 2012)

Anonim, H&M and Controversies It’s All About Company’s Response, Triodos

Bank, 12 Des,ber 2011, http://www.triodos.com/en/investment-

management/who-we-are/news/newsletter-sustainability-research/HM-

and-controversies-its-all-about-companys-responses/ (diakses pada

tanggal 23 November 2012)

Anonim, “H&M: Give Bangladesh Workers Higher Pay”, VOA News, 5

September 2012, http://www.voanews.com/content/hm-wants-higher-

wages-for-bangladeshi-workers/1501999.html (diakses pada tanggal 12

Januari 2013)

Anonim, “H&M rival Zara steps up online battle”, Swedish Wire, 29 Agustus

2010, http://www.swedishwire.com/business/5962-ham-rival-zara-steps-

up-online-battle (diakses pada tanggal 12 Oktober 2012)

Anonim, “H&M purchase to double in five years”, The Daily Star, September

2012, http://archive.thedailystar.net/newDesign/news-

details.php?nid=248267 (diakses pada tanggal 4 Mei 2013)

Anonim, “Meeting between the CEO of H&M, Karl-Johan Persson, and the Prime

Minister of Bangladesh”, MarketWatch, 5 September 2012,

http://www.marketwatch.com/story/h-m-hennes-mauritz-ab-meeting-

between-the-ceo-of-hm-karl-johan-persson-and-the-prime-minister-of-

bangladesh-2012-09-05 (diakses pada tanggal 12 Januari 2013)

Anonim, “The End of Cheap China”, The Economist, 10 Maret 2012,

http://www.economist.com/node/21549956 (diakses pada tanggal 3 Mei

2013)

Page 24: 1 / 4journal.unair.ac.id/downloadfull/JAHI5756-b73248acd5fullabstract.pdf · 6 Bilateral Free Trade: Hubungan Perdagangan Indonesia-China dalam Kerangka ACFTA 111 - 127 7 PENGARUH

Anonim, “Truly Fast Fashion: H&M’s Lagerfeld Line Sells Out in Hours”, WWD

, 15 November 2004, http://www.wwd.com/fashion-news/fashion-

features/truly-fast-fashion-h-m-8217-s-lagerfeld-line-sells-out-in-hours-

593089/slideshow?&full=true (diakses pada tanggal 24 Oktober 2012)

Anonim, “UK: New Zara, H&M and Gap online stores inadequate”, Just Style, 24

September 2010, http://www.just-style.com/news/new-zara-hm-and-gap-

online-stores-inadequate_id109037.aspx (diakses pada tanggal 12

Oktober 2012)

Berfield, Susan, “H&M Goes Public With List of Suppliers”, Bloomberg Business

Week, September 2012, http://www.businessweek.com/articles/2013-04-

04/h-and-m-goes-public-with-list-of-suppliers (diakses pada tanggal 26

Maret 2013)

Ceroni, Lara, H&M guest fashion designer collaborations: A history, Elle

Canada, 22 November 2011,

http://www.ellecanada.com/blog/2011/11/22/hm-guest-fashion-designer-

collaborations-a-history/ (diakses pada tanggal 26 Oktober 2012)

Dummet, Mark, “Bangladesh faces food crisis”, BBC, 10 April 2008,

http://news.bbc.co.uk/2/hi/business/7341111.stm (diakses pada tanggal 4

Mei 2013)

Ghosh, Shahana dan K.R. Chowdhury, “Konsumen India berbondong-bondong

beli produk Bangladesh”, Khabar South Asia, 23 Mei 2012,

http://khabarsoutheastasia.com/id/articles/apwi/articles/features/2012/05/

23/feature-02?change_locale=true (diakses pada tanggal 19 Februari

2013)

Hansegard, Jens, “H&M Expresses Concern About Growth in Bangladesh”, The

WallStreet Journal, 28 Mei 2012,

http://online.wsj.com/article/SB100014240527023038074045774316111

42443338.html (diakses pada tanggal 26 Maret 2013)

Hickman, Martin, “21 Workers Die in Fire at H&M factory”, The Independent, 2

Maret 2010, http://www.independent.co.uk/life-style/fashion/news/21-

workers-die-in-fire-at-hm-factory-1914292.html (diakses pada tanggal 23

November 2012)

Page 25: 1 / 4journal.unair.ac.id/downloadfull/JAHI5756-b73248acd5fullabstract.pdf · 6 Bilateral Free Trade: Hubungan Perdagangan Indonesia-China dalam Kerangka ACFTA 111 - 127 7 PENGARUH

Holm, Jakob, “Conditions For H&M’s Workers In Cambodia Are Sub-standard”,

Scandasia, 29 Juni 2006, http://scandasia.com/2524-conditions-for-hms-

workers-in-cambodia-are-sub-standard/ (diakses pada tanggal 23

November 2012)

Keeley, Graham & Clark, Andres, “Zara overtakes Gap to become world's largest

clothing retailer”, The Guardian UK, 11 Agustus 2008,

http://www.guardian.co.uk/business/2008/aug/11/zara.gap.fashion

(diakses pada tanggal 11 Oktober 2012)Lara Ceroni,, H&M guest fashion

designer collaborations: A history, Elle Canada, 22 November 2011

Marian, Petah, “H&M looks to increase Bangladeshi sourcing – reports”, Just

Style, 28 Mei 2012, http://www.just-style.com/news/hm-looks-to-

increase-bangladeshi-sourcing-reports_id114512.aspx (diakses pada

tanggal 4 Mei 2013)

McCallum, Katie, “Is Topshop A Top Shop?”, Village Rhythm Organization, 2

April 2012, http://village.rhythms.org/square/is-topshop-a-top-shop/

(diakses pada tanggal 22 November 2012)

McCallum, Katie, “H&M: The Answer to Ethical Fashion?”, Village Rhythm

Organization, 13 April 2012, http://village.rhythms.org/square/hm-the-

answer-to-ethical-fashion/ (diakses pada tanggal 22 November 2012)

Yardley, Jim, “Export Powerhouse Feels Pangs of Labor Strife”, The New York

Times, 23 Agustus 2012,

http://www.nytimes.com/2012/08/24/world/asia/as-bangladesh-becomes-

export-powerhouse-labor-strife-erupts.html?pagewanted=all&_r=0

(diakses pada tanggal 3 Mei 2013)

Yardley, Jim, “Fighting for Bangladesh Labor, and Ending Up in Pauper’s

Grave”, The New York Times, 9 September 2012,

http://www.nytimes.com/2012/09/10/world/asia/killing-of-bangladesh-

labor-leader-spotlights-grievances-of-workers.html?pagewanted=all

(diakses pada tanggal 3 Mei 2013)

Zhang, Yajun, Tom, Orlik, et al“Cina Begins to Lose Edge as World's Factory

Floor”, WallStreet Journal, 17 Januari 2013,

Page 26: 1 / 4journal.unair.ac.id/downloadfull/JAHI5756-b73248acd5fullabstract.pdf · 6 Bilateral Free Trade: Hubungan Perdagangan Indonesia-China dalam Kerangka ACFTA 111 - 127 7 PENGARUH

http://online.wsj.com/article/SB100014241278873237837045782452417

51969774.html (diakses pada tanggal 4 April 2013)

Zimmerman, Ann & Shah, Neil, “American Taste for Cheap Clothes Fed

Bangladesh Boom”, WallStreet Journal, 12 Mei 2013,

http://online.wsj.com/article/SB100014241278873240597045784755819

83412950.html (diakses pada tanggal 19 Mei 2013)

Sumber Internet Lainnya

“H&M Training Centre in Dhaka, Bangladesh”, H&M,

http://about.hm.com/AboutSection/en/About/Sustainability/Commitment

s/Communities/Community-Projects/Training-Centre-Bangladesh.html

(diakses pada tanggal 19 Februari 2013)

Interbrands, http://www.interbrand.com/en/about-us/Interbrand-about-us.aspx

(diakses pada tanggal 24 Oktober 2012)

“Mission Statement”, H&M,

http://about.hm.com/content/hm/aboutsection/en/About.html (diakses

pada tanggal 23 November 2012)

“Our History”, H&M, http://about.hm.com (diakses pada tanggal 14 Oktober

2012)

“Strategy”, H&M,

http://about.hm.com/AboutSection/en/About/Sustainability/HMConsciou

s/Aboutconscious.html (diakses pada tanggal 19 Februari 2013)

“Vision and Policy”, H&M,

http://about.hm.com/content/hm/aboutsection/en/About/Sustainability/H

MConscious/Vision-and-Policy.html#cm-menu (diakses pada tanggal 19

Februari 2013)

PPT

Susanto, Joko, “Four Approaches in Geoeconomy”, Kuliah Geoekonomi dan

Geokultural, (2012)