peran spi menghadapi acfta
TRANSCRIPT
Oleh:Ardiansyah Parman
Sekretaris Jenderal Kementerian Perdagangan
Disampaikan pada Seminar dan Musyawarah Nasional X FK-SPI Tahun 2010
Hotel ASTON Primera Pasteur Bandung, 23 April 2010
1
STRATEGI MENINGKATKAN DAYA SAING BUMN MENGHADAPI ACFTA
2
Outline Presentasi
1. Arti Strategis AC-FTA2. Strategi Peningkatan Daya Saing Dalam Rangka
Pelaksanaan AC-FTA3. Daya Saing Perusahaan
3
1Arti Strategis AC-FTA
4
expanding to Eastern Europe
expanding to Latin America
Main Regional FTAs Main Regional FTAs NAFTA
Population: 445 million
GDP: US$15.857 trillion
EU
Population: 491 million
GDP: US$ 14.38 trillion
CHINA
Population: 1.330 billion
GDP PPP: US$ 6.991 trillion
JAPAN
Population: 127 million
GDP PPP: US$ 4.29 trillion
ASEAN
Population: 575.5 million
GDP: US$ 3.431 billion
FTA Canada – Chile 1997
FTA : Chile – Mexico 1999
FTA : USA – Chile 2004
FTA : USA – Singapore 2004
FTA : USA – Australia 2005
FTA : Mexico – Japan 2005
FTA : Chile – Brunei – NZ –
Singapore 2006
MERCOSURArgentina, Brazil,
Paraguay, Uruguay
FTAA(by 2005)
under negotiation
NAFTAU.S.A.,
Canada,
Mexico
SAPTABangladesh, Bhutan, India,
Maldives,
Nepal, Pakistan, Sri Lanka
China - ASEAN FTA
ASEAN-Japan Comprehensive Economic
Partnership (AJCEP)
Japan-Korea FTA(under negotiation)
Japan-Mexico EPA(signed agreement)
Japan’s Bilaterals:
•Japan-Singapore EPA
•Japan-Philippines EPA
•Japan-Thailand EPA
•Japan-Malaysia EPA
•Japan-Indonesia EPAAFTA
Indonesia, Malaysia, Philippines,
Singapore, Thailand, Brunei,
Vietnam, Laos, Myanmar,
Cambodia
India - ASEAN FTA
EU-MEXICO FTA
EU27 countries
ACP-EUCountries in Africa and
the Caribbean
(approx. 70 countries)
Japan-
Mexico EPA(signed agreement)
Japan-Korea-China FTA (under negotiation)
Australia-New Zealand-ASEAN FTA
Korea - ASEAN FTA
5
ASEAN IN THE GLOBAL LANDSCAPEASEAN IN THE GLOBAL LANDSCAPE
DiversifikaDiversifika si Pasar Ekspor Non Migassi Pasar Ekspor Non Migas
Sumber: BPS (diolah)
• Telah terjadi pergeseran pasar tujuan ekspor Indone sia, dari negara tradisional ke negara non tradisional. Dominasi pangsa ekspor ke U ni Eropa, Amerika Serikat dan Jepang mulai berkurang, bergeser ke China, Indi a dan negara-negara lainnya.
• Pada Januari 2010 konsentrasi lima pasar ekspor non migas utama (Jepang, China, AS, India dan Singapura) mencapai 61%, lebih rendah dari Januari 2009 sebesar 63%. Perubahan tingkat konsentrasi ini menu njukkan terjadinya diversifikasi pasar, dan diharapkan tingkat konsent rasi 5 pasar utama tersebut terus menurun hingga mencapai 43-47% selama periode 2010-2014.
J anuari 2009
P HIL IP INA
3%
HONG K ONG
3%
T HAIL AND
3%
B E L ANDA
5%
AUS T R AL IA
3%
R E P .K OR E A
5%
MAL AYS IA
6%
INDIA
9%
C HINA
10%
S ING AP UR A
12%
US A
16%
J E P ANG
16%
J E R MAN
3%
S P ANYOL
3%
IT AL IA
3%
J anuari 2010
B E L ANDA
4%P HIL IP INA
3%
HONG K ONG
3%
T HAIL AND
3%
S P ANYOL
2%
IT AL IA
2%J E R MAN
3%
J E P ANG
16%
US A
12%
S ING AP UR A
8%
C HINA
14%
INDIA
11%
MAL AYS IA
9%
R E P .K OR E A
8%
AUS T R AL IA
2%
6
7
Impor Indonesia dari RRT Menurut Golongan Penggunaan Barang
Impor barang modal dan bahan baku penolong dari China meningkat pesat dengan
pertumbuhan rata-rata tahunan masing-masing sebesar 51,4% dan 26,0%.
Kedua kelompok barang tersebut digunakan oleh industri dalam negeri untuk
pasar dalam negeri maupun ekspor.
Sumber: BPS, 2010
Consumption Goods
Intermediate Goods
Capital Goods
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
7000
8000
9000
10000
1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
US
$ M
illi
on
0
100
200
300
400
500
600
700
800
Jan 2009 Jan 2010
US
$ M
illi
on
Consumption Goods
Intermediate Goods
Capital Goods
8
Skema Skema Tarif Bea MasukTarif Bea Masuk
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
MFN 9.9 9,9 9,5 7,8 7,6 7,5 7,49
CEPT 3.4 2,8 2,8 2,0 1,9 1,9 0
ACFTA 9.9 9,6 9,5 6,4 6,4 3,8 2,9
AKFTA 9.9 9.9 9.5 6,6 6,0 2,6 2,6
AANZ 9.9 9,9 9,5 7,8 7,6 7,5 -
IJEPA 9.9 9.9 9.5 7.8 5,2 4,5 2,97
Perkembangan Skema Bea Masuk
Sumber: Kemendag, 2009
9
ChinaChina --ASEAN FTA dan Peluang PasarASEAN FTA dan Peluang Pasar
Potensi kenaikan ekspor Indonesia ke China masih jauh lebih tinggi dibandingkan dengan
kenaikan ekspor China ke Indonesia.
Apabila Indonesia tidak mengikuti FTA dengan China, Indonesia akan dikenakan diskriminasi tarif
dan pasar Indonesia justru terancam oleh ekspansi produk dari ASEAN yang mendapatkan
keuntungan atas tersedianya bahan baku atau produk antara yang lebih murah dari China. Akses
Indonesia ke pasar China terbatas, dan kalah bersaing dengan negara ASEAN lainnya.
Sumber: DANAREKSA RESEARCH INSTITUTE
10
2Strategi Peningkatan Daya Saing
dalam Rangka Pelaksanaan AC-FTA
11
TIM PENINGKATKAN DAYA SAINGTIM PENINGKATKAN DAYA SAING� Organisasi :
� Pemerintah telah membentuk Tim Koordinasi Penanganan Hambatan Industri dan Perdagangan (SK.Menko Perekonomian No Kep-42/M.EKON/12/2009)
� Pengarah : Menko Perekonomian dan para menteri terkait� Tim Pelaksana : para pejabat Eselon I dari KL terkait dan pelaku
usaha (KADIN dan APINDO) dan 3 Tim Teknis yang fokus kepada:• Penguatan Daya Saing Global • Pengamanan Pasar Domestik• Penguatan Ekspor
� Tugas Tim secara berkala:� Identifikasi dan analisis masalah/hambatan� Koordinasi penyelesaian masalah/hambatan industri dan perdagangan� Pemantauan dan evaluasi penyelesaian hambatan
12
STRATEGI I: PENGUATAN DAYA SAING GLOBALSTRATEGI I: PENGUATAN DAYA SAING GLOBAL
Penguatan daya saing, meliputi :� Penataan lahan dan kawasan industri� Pembenahan infrastruktur dan energi, � Pemberian insentif (pajak maupun non pajak lainnya)� Membangun kawasan ekonomi khusus (KEK), � Perluasan akses pembiayaan dan pengurangan biaya bunga (KUR,
Kredit Ketahanan Pangan dan Energi, modal ventura, keuangan syariah, anjak piutang, Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia, dsb);
� Pembenahan sistem logistik; � Perbaikan pelayanan publik (NSW, PTSP/SPIPISE dsb) � Penyederhanaan peraturan� Peningkatan kapasitas ketenagakerjaan
13
STRATEGI II: PENGAMANAN PASAR DOMESTIKSTRATEGI II: PENGAMANAN PASAR DOMESTIK
� Pengawasan di Border
� Meningkatkan pengawasan ketentuan impor dan ekspor dalam pelaksanaan FTA
� Menerapkan Early Warning System untuk pemantauan dini terhadap kemungkinan terjadinya lonjakan impor
� Pengetatan pengawasan penggunaan Surat Keterangan Asal barang (SKA) dari Negara Negara mitra FTA
� Pengawasan awal terhadap kepatuhan SNI, Label, Ingridien, kadaluarsa, kesehatan, lingkungan, security dsb.
� Penerapan instrumen perdagangan yang diperbolehkan WTO (safeguard measures) terhadap industry yang mengalami kerugian yang serius (seriously injury) akibat tekanan impor (import surges)
� Penerapan instrumen anti dumping dan countervailing duties atas importasi yang unfair
14
STRATEGI II: STRATEGI II: PENGAMANANPENGAMANAN PASAR DOMESTIK (lanjutan)PASAR DOMESTIK (lanjutan)
� Peredaran barang di pasar Lokal
� Task Force pengawasan peredaran barang yang tidak sesuai dengan ketentuan perlindungan konsumen dan industri
� Kewajiban penggunaan label dan manual berbahasa Indonesia
� Promosi penggunaan produksi dalam negeri
� Mengawasi efektifitas promosi penggunaan produksi dalam negeri (Inpres No 2 tahun 2009)
� Mengalakkan program 100% Cinta Indonesia dan Industri Kreatif.
15
STRATEGI III: PENGUATAN EKSPORSTRATEGI III: PENGUATAN EKSPOR
� Mengoptimalkan peluang pasar RRT dan ASEAN
� Penguatan peran perwakilan luar negeri (ATDAG/TPC)
� Promosi Pariwisata, perdagangan dan Investasi (TTI)
� Penanggulangan masalah dan kasus ekspor,
� Pengawasan SKA Indonesia
� Peningkatan peran LPEI dalam mendukung pembiayaan ekspor
33Daya Saing PerusahaanDaya Saing Perusahaan
16
Posisi Indonesia di dunia
1. Negara demokratis terbesar ke tiga di dunia setelah India, USA;
2. Ekonomi terbesar di Asia Tenggara dengan 240 juta penduduk;
3. Pertumbuhan ekonomi tertinggi di dunia (4,5%) setelah RRT dan India;
4. Pendiri (dan “pemimpin”) ASEAN ;5. Anggota G-20.
17
Daya Saing Indonesia 2009
• Pertumbuhan ekonomi solid • Krisis global tidak memberi pengaruh yang signifikan• Stabilitas politik terus membaik• Prestasi pemerintahan SBY di periode pertama memberikan dasar
yang kuat untuk pertumbuhan periode berikutnya
NAMUN...
• Tingkat kesejahteraan masih rendah , dengan tingkat pertumbuhan masih di ambang rata-rata dibanding negara-negara tetangga
• Keterbatasan Indonesia dalam integrasi dengan ekonomi global dapat membatasi prospek pertumbuhan jangka panjang
• Indonesia menghadapi kelemahan daya saing
Sumber: Prof. Michael Porter’s Presentation to President SBY, Boston 28 Sep 200918
Indonesia Global Competitiveness Index 2010
Source: Global Competitiveness Report (2009-2010
Source: Logistic Performance Index 2010Ket.: Negara yang disurvai sejumlah 155
Logistic Performance Index 2010
19
Konsep Daya Saing• Daya saing adalah produktivitas dimana suatu negara, wilayah atau cluster
mendayagunakan modal, sumber daya manusia dan potensi alam-nya. • Produktivitas menentukan ‘standard of living’ dari suatu negara atau wilayah
(tingkat upah, kesejahteraan sosial maupun lingkungan)• Daya saing: Bukan tentang industri apa yang berkompetisi di suatu kawasan,
tapi bagaimana perusahaan berkompetisi dalam industri tersebut• Produktivitas di suatu kawasan merefleksikan apa yang dilakukan perusahaan
domestik maupun asing di kawasan tsb• Produktivitas dari industri “lokal” merupakan hal paling fundamental dalam daya
saing, bukan sekedar hubungan perdagangan dengan pihak luar
• Hanya bisnis yang kompetitif yang dapat menciptakan lapangan kerja yang
sinambung dan upah yang atraktif
• Negara atau kawasan bersaing dalam menawarkan lingkungan paling produktif
untuk bisnis
• Sektor publik dan privat memainkan peran berbeda tapi saling terkait dalam
menciptakan suatu produktivitas ekonomi20
Faktor Penentu Daya Saing
• Kekayaan alam saja tidak cukup untuk meningkatkan taraf hidup
• Kondisi makroekonomi yang kondusif akan menciptakan potensi daya saing, namun belum
cukup
• Produktivitas sangat tergantung pada perbaikan kemampuan mikroekonomi dan tingkat
persaingan lokal
Source: On Competition, Prof. Michael Porter
21
Daya Saing Mikroekonomi:Berperan penting dalam memperbaiki Lingkungan Bisnis
Context for Firm
Strategy and Rivalry
Context for Firm
Strategy and Rivalry
Related and Supporting Industries
Related and Supporting Industries
Factor(Input)
Conditions
Factor(Input)
ConditionsDemand
ConditionsDemand
Conditions
� Konsumen lokal yang sophisticated dan demanding
� Permintaan lokal yang memadai
� Access to high quality business inputs
–Sumber daya manusia–Modal–Infrastruktur fisik–Infrastruktur IPTEK –Sistem administrasi (e.g.,
perijinan and persetujuan)–Ketersediaan informasi–Sumber daya alam � Akses ke supplier lokal dan
perusahaan terkait� Keberadaan cluster
� Peraturan dan undang-undang yang mendorong investasi dan produktivitas
� Semangat kompetisi lokal yang terbuka
Source: On Competition Prof. Michael Porter22
Indonesia’s Business EnvironmentCritical Strength and Weaknesses
• Basic skill yang kuat dan potensi sumber daya manusia yang besar
• Reformasi peraturan yang berlangsung akan mempengaruhi bisnis lebih baik
• Top asian reformer in 2010 World Banking Doing Business ranking
• Financial system yang kuat
• Keterbukaan ekonomi terhadap perdagangan dan investasi
• New Investment Law in 2007
• Potensi cluster yang banyak, khususnya yang berbasis sumber daya alam
WEAKNESSESSTRENGTH
• Infrastruktur logistik dan komunikasi yang lemah
• Supply listrik yang kurang reliable
• Pasar tenaga kerja yang kaku
• Prosedur regulasi dan bea cukai yang kompleks
• Rendahnya kualitas pendidikan
• Ketidakpastian legal system untuk para investor, khususnya di level provinsi
• Dominasi dari bisnis konglomerasi dan BUMN
• Lemahnya kolaborasi dan pengembangan cluster
• Kekurangan advance skill
• Kelemahan sistem ilmu dan teknologi
Sumber: Presentation Prof. Michael Porter’s to President SBY, Boston 28 Sep 2009
23
Daya Saing Produk Ekspor Indonesia di Pasar Dunia
Minyak, gas alam/
sintetik
& produknya
Batu bara & Briket
TPT
Karet dan produk karet
Kertas dan karton
Kopi/teh/kakao dan rempah
Ikan & produk ikan
Produk manufaktur lainnya Furniture/Furnishing
Alas kaki
Pulp & limbah kertas
Minyak hewani/nabati
terproses
Produk Makanan lainnya
Koper dan tas
-1,00%
0,00%
1,00%
2,00%
3,00%
4,00%
5,00%
6,00%
7,00%
8,00%
9,00%
10,00%
11,00%
12,00%
-2,00% -1,00% 0,00% 1,00% 2,00% 3,00% 4,00% 5,00%
Pangsa Pasar Ekspor
Indonesia di Dunia, 2008
Perubahan Pangsa Pasar Ekspor Indonesia di Dunia, 1998-2008
Barang Jasa
• Selama periode 1998-2008, perubahan pangsa pasar ekspor Indonesia menunjukkan kecenderungan positif. Dari 51 kelompok komoditi barang dan jasa, 30 diantaranya mengalami peningkatan pangsa pasar di dunia. Selain itu, 16 kelompok produk diantaranya mempunyai pangsa lebih dari 1% dibandingkan dengan ekspor dunia pada tahun 2008.
• Kelompok komoditi yang memiliki kinerja yang menggembirakan masih didominasi oleh komoditi yang masih bertumpu pada produk primer.
• Komoditi yang memiliki kinerja paling baik adalah kelompok lemak/minyak hewan/nabati dimana minyak sawit (CPO) merupakan komoditi yang berkontribusi besar.
24
Daya Saing Produk Ekspor Indonesia di Pasar Dunia (lanjutan…)
Bahan Tambang, mineral,
logam dan produknya
TPT
Elektronika dan peralatan
listrik
Perlengkapan
teknologi Informasi &
komunikasi
Bahan kimia dan produknya
Kendaraan dan kereta
Peralatan dan mesin industri
Plastik dalam bentuk primer
Parfum dan kosmetik
Buah dan sayur
Plastik dalam bentuk non
primer
Kayu dan produknnya
Tembakau dan produknya
Pakan hewan non serealia.
Produk hewani
Bahan mentah hewan/nabati
lainnya
Pharmaceuticals
SerealiaAlat fotografi & jam
Kulit dan produknyaGula & madu
Building fixtures
Hewan hidup kec. ikan
Travel
Jasa transportasi
Bisnis jasa lainnya
Jasa Komunikasi
Jasa Pemerintahan
Jasa konstruksi
Jasa rekreasi dan budaya
-0,15%
0,35%
0,85%
1,35%
1,85%
-0,30% -0,20% -0,10% 0,00% 0,10% 0,20% 0,30% 0,40% 0,50% 0,60% 0,70%
Pangsa Pasar Ekspor
Indonesia di Dunia, 2008
Perubahan Pangsa Pasar Ekspor Indonesia di Dunia, 1998-2008
Barang Jasa
25
Daya Saing Mikroekonomi:Cluster sebagai alat Kebijakan Ekonomi
Cluster meningkatkan produktivitas dan efisiensi• Akses yang efisien terhadap faktor produksi, jasa, buruh/karyawan, informasi, berbagai
lembaga pendukung, dan “barang publik” (e.g. program training, dsb)
• Mempermudah koordinasi dan transaksi antar perusahaan
• Mempercepat penyebaran (adaptasi) dari ‘best practices’
• Perbandingan kinerja yang transparan dan terus menerus, sehingga menjadi insentif untuk perbaikan berkesinambungan dalam berkompetisi
Cluster merangsang dan memungkinkan terjadinya inov asi• Meningkatkan dan merangsang kemampuan untuk terus berinovasi
• Keberadaan supplier dan lembaga pendukung dapat membantu knowledge creation
• Memudahkan dilakukan berbagai eksperimen dengan menggunakan sumber daya lokal
Cluster memfasilitasi komersialisasi• Peluang bagi pendatang baru dan pengembangan lini bisnis baru menjadi lebih jelas
• Komersialisasi produk baru atau perusahaan baru menjadi lebih mudah karena mudahnya mengakses tenaga kerja, supplier, dsb.
26
Cluster & Implementasi KebijakanCluster mencerminkan hubungan keterkaitan fundamental antar pelaku
usaha dan lembaga pendukung dalam persaingan
Cluster menyediakan suatu kerangka kerja untuk mengimplementasikan
kebijakan publik dan mengelola kolaborasi sektor publik-swata untuk
meningkatkan daya saing
ClustersClusters
Specialized Physical Infrastructure
Natural Resource Protection
Environmental Stewardship
Science and TechnologyInfrastructure (e.g., centers, university departments, technology transfer)
Education and Workforce TrainingBusiness Attraction
Export Promotion
Setting standardsMarket Information and Disclosure
27
BELAJAR DARI THAILANDThailand’s Cluster Vision: World Leader in Niche Ma rkets
• Konsentrasi di wilayah-wilayah yang memiliki keunggulan, memberikan dasar dalam
kesuksesan selanjutnya
• Fokus dari kebijakan pemerintah pada ‘meningkatkan daya tarik untuk cluster’ bukan
pada strategi perusahaan di dalam cluster
Source: Sasin Team Analysis, CAON Thailand Cluster
28
Cluster Industri Otomotif Thailand
Source: Sasin Team Analysis, CAON Thailand Cluster
29
Pengembangan Cluster di Indonesia
• Indonesia memiliki kekuatan potensial untuk mengembangkan
berbagai jenis cluster seperti pertanian, pariwisata, produk hutan,
batubara, migas dan pertambangan
• Cluster yang berkembang di Indonesia masih berdasarkan pada
potensi sumber daya alam, dengan aktivitas yang masih minim dari
industri pendukung
• Kebijakan Industri Nasional yang sudah ditetapkan pada tahun
2008 mengidentifikasi sektor-sektor prioritas, namun belum
menyentuh pada usaha untuk pengembangan cluster
• Cluster yang ada sekarang tidak berkembang karena lemahnya
koordinasi antara kementerian negara dan lembaga terkait
Sumber: Prof. Michael Porter’s Presentation to President SBY, Boston 28 Sep 200930
Beberapa Studi Kasus Beberapa Studi Kasus Cluster Unggulan IndonesiaCluster Unggulan Indonesia
31
Land & Plantation
Processing machineries & equipments
Seeds
Fertilizer
R & D
Bank & Financial Institution
Edible Oil Industry
Margarine / ShorteningIndustry
Soap Industry
Salad Oil Industry
Pharmaceutical
Cosmetic Industry
Briqquette & Active Carbon Industry
Paper Industry
Animal Feed Industry
Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI)
Assosiasi Minyak Makan Indonesia (AMMI)
Assosiasi Masyarakat Sawit Indonesia (MAKSI)
Assosisasi Pengusaha Sawit Indonesia (APSI)
Universitas & Lembaga Penelitian
Pusat Penelitian Marihat
Institution For Collaboration
CPO Processing Industry
Strong
Medium
Weak
Cluster Kelapa Sawit (CPO)
Source: MoC-2004 UI Student Project, Indonesian CPO Cluster
Related & Supporting Industries
Input Factors
Food Cluster
Pharmaceutical Cluster
Agrochemical Cluster
32
Government Agencies(e.g. DKP, BAPPENAS/KPEL, Provinces)
Farmers/Growers
Collectors/Traders/
Exporters
ProcessingPlants/
Facilities
Educational, Research & Trade Organisations (e.g. IPB, LIPI, ARLI, etc.)
Banking/Finance
Cooperatives
SeaweedSeeds
SeaweedHarvestingEquipment
MarineServices
Transportation & Shipping
CarrageenanMachinery/Equipment
Design& Engineering
Consultant
Packaging& Labeling
Publications (e.g. websites, trade
journals)
SpecialisedChemicals
R & D
PR& Advertising
MarineClusters
Non Food & NonBeverage Clusters
Food & Beverage Clusters
MediumWeak
Strong
Legend
Cluster Rumput Laut
Source: MoC-2004 UI Student Project, Indonesian Seaweed Cluster
33
Cluster Industri Hasil Laut (Fisheries)
Fresh ShrimpSeaweedFresh
Fish Shipyards
Boat builders
Ship equipment
Pharmacy Grade:Shampoo; Tooth paste,
Soap, etc
Industrial Grade:Animal Feed; Paint;
Paper, Ceramic
Food Grade:Softdrink; Ice cream;
Bread; Jam Fishing
Equipment
Ship brokers and agents
Banking andFinance
Universities
R&D
Fisheries High School
Ship owners
ASSOCIATION:Gabungan Asosiasi
Pengusaha Perikanan Indonesia (Gappindo)
Animal Feed
Pharmaceutical
Food Industry
Paper
Cosmetics
Photography
Infrastructure
Demand Factors
Supporting Institution
Industrial Cluster
MediumWeak
Strong
Legend
34
Export
Tourism and
Non-market
Benefits Environmental
Benefits
Recycling
Printing and
Publishing
Packaging
Builders
Merchants
Contractors
Retailers
Equipment
Suppliers
Utilities
Sites
Transport and
Distribution
National
And Local
Government
Marketing/
Design
Market
Intelligent
Proffessional
And Trade
Organization
Specialist
Consultants,
Agents
Infrastructure/services
Chemicals
Tree
Nurseries
Clooning,
Micro-
pop
Planting,
Resctocking,
Harvesting,
Marketing and
Contracting
Cluster Industri Hasil Hutan UniversitiesTraining providers
Research Institute
College
Upgrading & DevelopmentInstitutions
Imported Timber
and wood products
Woodland
Owners
Sawmilling
Panel
Pulp/paper
Fencing,
firewood,
chips, bark
Basic Processing
Paper and
Board
Timber
Frame
Building
Components
Energy
Engineered
Wood
Products
Furniture
Joinery
Pallets and
Packaging
Value Added
Processing
House
Construction
Repair
Maintenance
Improvement
Gardening
DIY
Office and
Industrial
Appications
Domestic
Markets
Overseas
Markets
Customers
No Presence
Weak
Medium
Strong
Cluster focus
Critical Linkage - Strong
Critical Linkage - medium
Critical Linkage - weak
Source: www.forestryscotland.com
35
Proses Pembangunan Berbasis ClusterMengubah Peran dan Tanggung Jawab
Model LamaModel Lama
• Pemerintah mengendalikan pembangunan melalui berbagai kebijakan dan insentif
• Pemerintah mengendalikan pembangunan melalui berbagai kebijakan dan insentif
Model BaruModel Baru
• Pembangunan ekonomi adalah proses kolaborasi yang melibatkan pemerintah di berbagai tingkat, perusahaan, universitas dan lembaga penelitian serta berbagai asosiasi
• Pembangunan ekonomi adalah proses kolaborasi yang melibatkan pemerintah di berbagai tingkat, perusahaan, universitas dan lembaga penelitian serta berbagai asosiasi
� Membangun daya saing harus merupakan proses bottom-up dimana individu, perusahaan, cluster dan berbagai lembaga mengambil peran dan tanggung jawab
� Setiap wilayah dan cluster bisa mengambil peran untuk meningkatkan daya saing
Source: Microeconomics of Competitiveness, Prof. Michael Porter36
Langkah-langkah Menggerakkan Clusteruntuk Pembangunan Berkelanjutan
• Menyatukan berbagai perusahaan dalam cluster, asosiasi perdagangan, lembaga
pendidikan dan lembaga pemerintah terkait
• Mendiskusikan hasil analisis terhadap cluster yang sudah ada
� Identifikasi kebutuhan-kebutuhan untuk analisa lebih lanjut
� Prioritaskan issue-issue kritis untuk ditindaklanjuti
• Mengorganisir tim kerja untuk mengembangkan ‘action plans’ untuk mengatasi
issue-issue kritis yang ditemukan
Sementara pemerintah dan lembaga terkait menyiapkan berbagai
fasilitas pendukung, kesuksesan sebuah cluster juga didorong oleh kerja
keras dari para pemimpin usaha ’private sector’
37
Peran Pemerintah dalam Pembangunan Cluster
Related and Supporting Industries
Related and Supporting Industries
Factor (Input)
Conditions
Factor (Input)
ConditionsDemand
ConditionsDemand
Conditions
Context for Firm
Strategy and Rivalry
Context for Firm
Strategy and Rivalry
• Menciptakan spesialisasi melalui programs pendidikan dan pelatihan
• Mendirikan universitas yang berbasis riset untuk pengembangan cluster
• Penyediaan dan kompilasi informasi bagi cluster
• Memperbaiki infrastruktur transportasi,komunikasi dan lainnya yang dibutuhkan cluster
• Mensponsori berbagai Forum untuk menyatukan berbagai pihak
• Usaha untuk menarik supplier dan penyedia jasa bagi cluster dari wilayah lain
• Membangun cluster-oriented free trade zones, industrial parks atau supplier parks
• Menghilangkan penghalang bagi kompetisi
• Fokus untuk menarik investment
• Fokus dalam mempromosikan ekspor
• Mengorganisir lembaga pemerintah terkait
• Menciptakan peraturan yang pro-inovasi sehingga berpengaruh pada cluster untuk
- Mengurangi ketidakpastian peraturan
- Merangsang adopsi- Mendorong inovasi produk atau
proses baru• Mensponsori uji produk,
sertifikasi produk dan evaluasi layanan untuk produk dan jasa dalam cluster
• Bertindak sebagai sophisticated buyer dari produk dan jasa cluster
Source: MoC Prof. Michael Porter
38
Peran Sektor Privat dalam Meningkatkan Kualitas Cluster
Context for Firm
Strategy and Rivalry
Context for Firm
Strategy and Rivalry
Related and Supporting Industries
Related and Supporting Industries
Factor (Input)
Conditions
Factor (Input)
Conditions
� Kerjasama dengan pemerintah untuk menyusun regulasi yang mendorong inovasi
� Melakukan pengujian produk-produk lokal dan memperbaiki standar organisasi
� Mendirikan asosiasi berbasis cluster
� Mendorong supplier lokal dan menarik investor secara perorangan maupun kolektif
� Kerjasama dengan pemerintah untuk mempromosikan ekspor
� Membuat direktori para pelaku dalam cluster
� Ikut serta dalam berbagai pameran perdagangan
Demand ConditionsDemand
Conditions
� Ikut mengembangkan kurikulum sekolah kejuruan, akademi maupun universitas
� Mensponsori proyek riset di perguruan tinggi
� Mengumpulkan informasi cluster information melalui asosiasi
� Menjaga hubungan dekat dengan penyedian infrastruktur untuk memenuhi kebutuhan cluster (e.g., data communications, logistics)
� Mengembangkan pelatihan bagi manager dalam hal peraturan, kualitas dan isu-isu manajerial Source: MoC 2005, Prof. Michael Porter
39
REKOMENDASI:Agenda Prioritas untuk Peningkatan Daya Saing
• Peningkatatan Daya Saing berbasis Cluster– Mengadopsi pengembangan cluster sebagai pendekatan sentral dalam
mengelola usaha pemerintah untuk pengembangan bisnis– Mendayagunakan isiatif cluster sebagai alat untuk menarik sektor swasta di
dalam kolaborasi yang lebih efektif dengan pemerintah di level nasional maupun provinsi
– Menggunakan cluster untuk mengelola promosi ekspor dan menarik FDI• Meningkatkan Konektivitas dan Efisiensi Lingkungan B isnis
– Meningkatkan efisiensi transport dan logistik dalam negeri– Memperbaiki infrastruktur komunikasi– Memperbaiki kualitas dan kesinambungan supply listrik– Mereformasi aturan bea cukai dan melanjutkan proses keterbukaan terhadap
perdagangan dan investasi internasional• Koordinasi antar Lembaga (Institution for Collabora tion)
– Melembagakan inisiatif daya saing di dalam struktur pemerintahan– Menyatukan pemerintah pusat dan daerah, sektor swasta, asosiasi perdagangan,
institusi pendidikan ke dalam upaya yang terintegrasi untuk agenda peningkatan daya saing
– Memperbaiki koordinasi antar lembaga dalam hal kebijakan dan implementasinya– Lebih intensif dalam membangun kerjasama regional (ASEAN, APEC)
40
4141