peran spi menghadapi acfta

41
Oleh: Ardiansyah Parman Sekretaris Jenderal Kementerian Perdagangan Disampaikan pada Seminar dan Musyawarah Nasional X FK-SPI Tahun 2010 Hotel ASTON Primera Pasteur Bandung, 23 April 2010 1 STRATEGI MENINGKATKAN DAYA SAING BUMN MENGHADAPI ACFTA

Upload: ahmad-kurniawan

Post on 08-Apr-2016

55 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: Peran SPI Menghadapi ACFTA

Oleh:Ardiansyah Parman

Sekretaris Jenderal Kementerian Perdagangan

Disampaikan pada Seminar dan Musyawarah Nasional X FK-SPI Tahun 2010

Hotel ASTON Primera Pasteur Bandung, 23 April 2010

1

STRATEGI MENINGKATKAN DAYA SAING BUMN MENGHADAPI ACFTA

Page 2: Peran SPI Menghadapi ACFTA

2

Outline Presentasi

1. Arti Strategis AC-FTA2. Strategi Peningkatan Daya Saing Dalam Rangka

Pelaksanaan AC-FTA3. Daya Saing Perusahaan

Page 3: Peran SPI Menghadapi ACFTA

3

1Arti Strategis AC-FTA

Page 4: Peran SPI Menghadapi ACFTA

4

expanding to Eastern Europe

expanding to Latin America

Main Regional FTAs Main Regional FTAs NAFTA

Population: 445 million

GDP: US$15.857 trillion

EU

Population: 491 million

GDP: US$ 14.38 trillion

CHINA

Population: 1.330 billion

GDP PPP: US$ 6.991 trillion

JAPAN

Population: 127 million

GDP PPP: US$ 4.29 trillion

ASEAN

Population: 575.5 million

GDP: US$ 3.431 billion

FTA Canada – Chile 1997

FTA : Chile – Mexico 1999

FTA : USA – Chile 2004

FTA : USA – Singapore 2004

FTA : USA – Australia 2005

FTA : Mexico – Japan 2005

FTA : Chile – Brunei – NZ –

Singapore 2006

MERCOSURArgentina, Brazil,

Paraguay, Uruguay

FTAA(by 2005)

under negotiation

NAFTAU.S.A.,

Canada,

Mexico

SAPTABangladesh, Bhutan, India,

Maldives,

Nepal, Pakistan, Sri Lanka

China - ASEAN FTA

ASEAN-Japan Comprehensive Economic

Partnership (AJCEP)

Japan-Korea FTA(under negotiation)

Japan-Mexico EPA(signed agreement)

Japan’s Bilaterals:

•Japan-Singapore EPA

•Japan-Philippines EPA

•Japan-Thailand EPA

•Japan-Malaysia EPA

•Japan-Indonesia EPAAFTA

Indonesia, Malaysia, Philippines,

Singapore, Thailand, Brunei,

Vietnam, Laos, Myanmar,

Cambodia

India - ASEAN FTA

EU-MEXICO FTA

EU27 countries

ACP-EUCountries in Africa and

the Caribbean

(approx. 70 countries)

Japan-

Mexico EPA(signed agreement)

Japan-Korea-China FTA (under negotiation)

Australia-New Zealand-ASEAN FTA

Korea - ASEAN FTA

Page 5: Peran SPI Menghadapi ACFTA

5

ASEAN IN THE GLOBAL LANDSCAPEASEAN IN THE GLOBAL LANDSCAPE

Page 6: Peran SPI Menghadapi ACFTA

DiversifikaDiversifika si Pasar Ekspor Non Migassi Pasar Ekspor Non Migas

Sumber: BPS (diolah)

• Telah terjadi pergeseran pasar tujuan ekspor Indone sia, dari negara tradisional ke negara non tradisional. Dominasi pangsa ekspor ke U ni Eropa, Amerika Serikat dan Jepang mulai berkurang, bergeser ke China, Indi a dan negara-negara lainnya.

• Pada Januari 2010 konsentrasi lima pasar ekspor non migas utama (Jepang, China, AS, India dan Singapura) mencapai 61%, lebih rendah dari Januari 2009 sebesar 63%. Perubahan tingkat konsentrasi ini menu njukkan terjadinya diversifikasi pasar, dan diharapkan tingkat konsent rasi 5 pasar utama tersebut terus menurun hingga mencapai 43-47% selama periode 2010-2014.

J anuari 2009

P HIL IP INA

3%

HONG K ONG

3%

T HAIL AND

3%

B E L ANDA

5%

AUS T R AL IA

3%

R E P .K OR E A

5%

MAL AYS IA

6%

INDIA

9%

C HINA

10%

S ING AP UR A

12%

US A

16%

J E P ANG

16%

J E R MAN

3%

S P ANYOL

3%

IT AL IA

3%

J anuari 2010

B E L ANDA

4%P HIL IP INA

3%

HONG K ONG

3%

T HAIL AND

3%

S P ANYOL

2%

IT AL IA

2%J E R MAN

3%

J E P ANG

16%

US A

12%

S ING AP UR A

8%

C HINA

14%

INDIA

11%

MAL AYS IA

9%

R E P .K OR E A

8%

AUS T R AL IA

2%

6

Page 7: Peran SPI Menghadapi ACFTA

7

Impor Indonesia dari RRT Menurut Golongan Penggunaan Barang

Impor barang modal dan bahan baku penolong dari China meningkat pesat dengan

pertumbuhan rata-rata tahunan masing-masing sebesar 51,4% dan 26,0%.

Kedua kelompok barang tersebut digunakan oleh industri dalam negeri untuk

pasar dalam negeri maupun ekspor.

Sumber: BPS, 2010

Consumption Goods

Intermediate Goods

Capital Goods

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

7000

8000

9000

10000

1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

US

$ M

illi

on

0

100

200

300

400

500

600

700

800

Jan 2009 Jan 2010

US

$ M

illi

on

Consumption Goods

Intermediate Goods

Capital Goods

Page 8: Peran SPI Menghadapi ACFTA

8

Skema Skema Tarif Bea MasukTarif Bea Masuk

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

MFN 9.9 9,9 9,5 7,8 7,6 7,5 7,49

CEPT 3.4 2,8 2,8 2,0 1,9 1,9 0

ACFTA 9.9 9,6 9,5 6,4 6,4 3,8 2,9

AKFTA 9.9 9.9 9.5 6,6 6,0 2,6 2,6

AANZ 9.9 9,9 9,5 7,8 7,6 7,5 -

IJEPA 9.9 9.9 9.5 7.8 5,2 4,5 2,97

Perkembangan Skema Bea Masuk

Sumber: Kemendag, 2009

Page 9: Peran SPI Menghadapi ACFTA

9

ChinaChina --ASEAN FTA dan Peluang PasarASEAN FTA dan Peluang Pasar

Potensi kenaikan ekspor Indonesia ke China masih jauh lebih tinggi dibandingkan dengan

kenaikan ekspor China ke Indonesia.

Apabila Indonesia tidak mengikuti FTA dengan China, Indonesia akan dikenakan diskriminasi tarif

dan pasar Indonesia justru terancam oleh ekspansi produk dari ASEAN yang mendapatkan

keuntungan atas tersedianya bahan baku atau produk antara yang lebih murah dari China. Akses

Indonesia ke pasar China terbatas, dan kalah bersaing dengan negara ASEAN lainnya.

Sumber: DANAREKSA RESEARCH INSTITUTE

Page 10: Peran SPI Menghadapi ACFTA

10

2Strategi Peningkatan Daya Saing

dalam Rangka Pelaksanaan AC-FTA

Page 11: Peran SPI Menghadapi ACFTA

11

TIM PENINGKATKAN DAYA SAINGTIM PENINGKATKAN DAYA SAING� Organisasi :

� Pemerintah telah membentuk Tim Koordinasi Penanganan Hambatan Industri dan Perdagangan (SK.Menko Perekonomian No Kep-42/M.EKON/12/2009)

� Pengarah : Menko Perekonomian dan para menteri terkait� Tim Pelaksana : para pejabat Eselon I dari KL terkait dan pelaku

usaha (KADIN dan APINDO) dan 3 Tim Teknis yang fokus kepada:• Penguatan Daya Saing Global • Pengamanan Pasar Domestik• Penguatan Ekspor

� Tugas Tim secara berkala:� Identifikasi dan analisis masalah/hambatan� Koordinasi penyelesaian masalah/hambatan industri dan perdagangan� Pemantauan dan evaluasi penyelesaian hambatan

Page 12: Peran SPI Menghadapi ACFTA

12

STRATEGI I: PENGUATAN DAYA SAING GLOBALSTRATEGI I: PENGUATAN DAYA SAING GLOBAL

Penguatan daya saing, meliputi :� Penataan lahan dan kawasan industri� Pembenahan infrastruktur dan energi, � Pemberian insentif (pajak maupun non pajak lainnya)� Membangun kawasan ekonomi khusus (KEK), � Perluasan akses pembiayaan dan pengurangan biaya bunga (KUR,

Kredit Ketahanan Pangan dan Energi, modal ventura, keuangan syariah, anjak piutang, Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia, dsb);

� Pembenahan sistem logistik; � Perbaikan pelayanan publik (NSW, PTSP/SPIPISE dsb) � Penyederhanaan peraturan� Peningkatan kapasitas ketenagakerjaan

Page 13: Peran SPI Menghadapi ACFTA

13

STRATEGI II: PENGAMANAN PASAR DOMESTIKSTRATEGI II: PENGAMANAN PASAR DOMESTIK

� Pengawasan di Border

� Meningkatkan pengawasan ketentuan impor dan ekspor dalam pelaksanaan FTA

� Menerapkan Early Warning System untuk pemantauan dini terhadap kemungkinan terjadinya lonjakan impor

� Pengetatan pengawasan penggunaan Surat Keterangan Asal barang (SKA) dari Negara Negara mitra FTA

� Pengawasan awal terhadap kepatuhan SNI, Label, Ingridien, kadaluarsa, kesehatan, lingkungan, security dsb.

� Penerapan instrumen perdagangan yang diperbolehkan WTO (safeguard measures) terhadap industry yang mengalami kerugian yang serius (seriously injury) akibat tekanan impor (import surges)

� Penerapan instrumen anti dumping dan countervailing duties atas importasi yang unfair

Page 14: Peran SPI Menghadapi ACFTA

14

STRATEGI II: STRATEGI II: PENGAMANANPENGAMANAN PASAR DOMESTIK (lanjutan)PASAR DOMESTIK (lanjutan)

� Peredaran barang di pasar Lokal

� Task Force pengawasan peredaran barang yang tidak sesuai dengan ketentuan perlindungan konsumen dan industri

� Kewajiban penggunaan label dan manual berbahasa Indonesia

� Promosi penggunaan produksi dalam negeri

� Mengawasi efektifitas promosi penggunaan produksi dalam negeri (Inpres No 2 tahun 2009)

� Mengalakkan program 100% Cinta Indonesia dan Industri Kreatif.

Page 15: Peran SPI Menghadapi ACFTA

15

STRATEGI III: PENGUATAN EKSPORSTRATEGI III: PENGUATAN EKSPOR

� Mengoptimalkan peluang pasar RRT dan ASEAN

� Penguatan peran perwakilan luar negeri (ATDAG/TPC)

� Promosi Pariwisata, perdagangan dan Investasi (TTI)

� Penanggulangan masalah dan kasus ekspor,

� Pengawasan SKA Indonesia

� Peningkatan peran LPEI dalam mendukung pembiayaan ekspor

Page 16: Peran SPI Menghadapi ACFTA

33Daya Saing PerusahaanDaya Saing Perusahaan

16

Page 17: Peran SPI Menghadapi ACFTA

Posisi Indonesia di dunia

1. Negara demokratis terbesar ke tiga di dunia setelah India, USA;

2. Ekonomi terbesar di Asia Tenggara dengan 240 juta penduduk;

3. Pertumbuhan ekonomi tertinggi di dunia (4,5%) setelah RRT dan India;

4. Pendiri (dan “pemimpin”) ASEAN ;5. Anggota G-20.

17

Page 18: Peran SPI Menghadapi ACFTA

Daya Saing Indonesia 2009

• Pertumbuhan ekonomi solid • Krisis global tidak memberi pengaruh yang signifikan• Stabilitas politik terus membaik• Prestasi pemerintahan SBY di periode pertama memberikan dasar

yang kuat untuk pertumbuhan periode berikutnya

NAMUN...

• Tingkat kesejahteraan masih rendah , dengan tingkat pertumbuhan masih di ambang rata-rata dibanding negara-negara tetangga

• Keterbatasan Indonesia dalam integrasi dengan ekonomi global dapat membatasi prospek pertumbuhan jangka panjang

• Indonesia menghadapi kelemahan daya saing

Sumber: Prof. Michael Porter’s Presentation to President SBY, Boston 28 Sep 200918

Page 19: Peran SPI Menghadapi ACFTA

Indonesia Global Competitiveness Index 2010

Source: Global Competitiveness Report (2009-2010

Source: Logistic Performance Index 2010Ket.: Negara yang disurvai sejumlah 155

Logistic Performance Index 2010

19

Page 20: Peran SPI Menghadapi ACFTA

Konsep Daya Saing• Daya saing adalah produktivitas dimana suatu negara, wilayah atau cluster

mendayagunakan modal, sumber daya manusia dan potensi alam-nya. • Produktivitas menentukan ‘standard of living’ dari suatu negara atau wilayah

(tingkat upah, kesejahteraan sosial maupun lingkungan)• Daya saing: Bukan tentang industri apa yang berkompetisi di suatu kawasan,

tapi bagaimana perusahaan berkompetisi dalam industri tersebut• Produktivitas di suatu kawasan merefleksikan apa yang dilakukan perusahaan

domestik maupun asing di kawasan tsb• Produktivitas dari industri “lokal” merupakan hal paling fundamental dalam daya

saing, bukan sekedar hubungan perdagangan dengan pihak luar

• Hanya bisnis yang kompetitif yang dapat menciptakan lapangan kerja yang

sinambung dan upah yang atraktif

• Negara atau kawasan bersaing dalam menawarkan lingkungan paling produktif

untuk bisnis

• Sektor publik dan privat memainkan peran berbeda tapi saling terkait dalam

menciptakan suatu produktivitas ekonomi20

Page 21: Peran SPI Menghadapi ACFTA

Faktor Penentu Daya Saing

• Kekayaan alam saja tidak cukup untuk meningkatkan taraf hidup

• Kondisi makroekonomi yang kondusif akan menciptakan potensi daya saing, namun belum

cukup

• Produktivitas sangat tergantung pada perbaikan kemampuan mikroekonomi dan tingkat

persaingan lokal

Source: On Competition, Prof. Michael Porter

21

Page 22: Peran SPI Menghadapi ACFTA

Daya Saing Mikroekonomi:Berperan penting dalam memperbaiki Lingkungan Bisnis

Context for Firm

Strategy and Rivalry

Context for Firm

Strategy and Rivalry

Related and Supporting Industries

Related and Supporting Industries

Factor(Input)

Conditions

Factor(Input)

ConditionsDemand

ConditionsDemand

Conditions

� Konsumen lokal yang sophisticated dan demanding

� Permintaan lokal yang memadai

� Access to high quality business inputs

–Sumber daya manusia–Modal–Infrastruktur fisik–Infrastruktur IPTEK –Sistem administrasi (e.g.,

perijinan and persetujuan)–Ketersediaan informasi–Sumber daya alam � Akses ke supplier lokal dan

perusahaan terkait� Keberadaan cluster

� Peraturan dan undang-undang yang mendorong investasi dan produktivitas

� Semangat kompetisi lokal yang terbuka

Source: On Competition Prof. Michael Porter22

Page 23: Peran SPI Menghadapi ACFTA

Indonesia’s Business EnvironmentCritical Strength and Weaknesses

• Basic skill yang kuat dan potensi sumber daya manusia yang besar

• Reformasi peraturan yang berlangsung akan mempengaruhi bisnis lebih baik

• Top asian reformer in 2010 World Banking Doing Business ranking

• Financial system yang kuat

• Keterbukaan ekonomi terhadap perdagangan dan investasi

• New Investment Law in 2007

• Potensi cluster yang banyak, khususnya yang berbasis sumber daya alam

WEAKNESSESSTRENGTH

• Infrastruktur logistik dan komunikasi yang lemah

• Supply listrik yang kurang reliable

• Pasar tenaga kerja yang kaku

• Prosedur regulasi dan bea cukai yang kompleks

• Rendahnya kualitas pendidikan

• Ketidakpastian legal system untuk para investor, khususnya di level provinsi

• Dominasi dari bisnis konglomerasi dan BUMN

• Lemahnya kolaborasi dan pengembangan cluster

• Kekurangan advance skill

• Kelemahan sistem ilmu dan teknologi

Sumber: Presentation Prof. Michael Porter’s to President SBY, Boston 28 Sep 2009

23

Page 24: Peran SPI Menghadapi ACFTA

Daya Saing Produk Ekspor Indonesia di Pasar Dunia

Minyak, gas alam/

sintetik

& produknya

Batu bara & Briket

TPT

Karet dan produk karet

Kertas dan karton

Kopi/teh/kakao dan rempah

Ikan & produk ikan

Produk manufaktur lainnya Furniture/Furnishing

Alas kaki

Pulp & limbah kertas

Minyak hewani/nabati

terproses

Produk Makanan lainnya

Koper dan tas

-1,00%

0,00%

1,00%

2,00%

3,00%

4,00%

5,00%

6,00%

7,00%

8,00%

9,00%

10,00%

11,00%

12,00%

-2,00% -1,00% 0,00% 1,00% 2,00% 3,00% 4,00% 5,00%

Pangsa Pasar Ekspor

Indonesia di Dunia, 2008

Perubahan Pangsa Pasar Ekspor Indonesia di Dunia, 1998-2008

Barang Jasa

• Selama periode 1998-2008, perubahan pangsa pasar ekspor Indonesia menunjukkan kecenderungan positif. Dari 51 kelompok komoditi barang dan jasa, 30 diantaranya mengalami peningkatan pangsa pasar di dunia. Selain itu, 16 kelompok produk diantaranya mempunyai pangsa lebih dari 1% dibandingkan dengan ekspor dunia pada tahun 2008.

• Kelompok komoditi yang memiliki kinerja yang menggembirakan masih didominasi oleh komoditi yang masih bertumpu pada produk primer.

• Komoditi yang memiliki kinerja paling baik adalah kelompok lemak/minyak hewan/nabati dimana minyak sawit (CPO) merupakan komoditi yang berkontribusi besar.

24

Page 25: Peran SPI Menghadapi ACFTA

Daya Saing Produk Ekspor Indonesia di Pasar Dunia (lanjutan…)

Bahan Tambang, mineral,

logam dan produknya

TPT

Elektronika dan peralatan

listrik

Perlengkapan

teknologi Informasi &

komunikasi

Bahan kimia dan produknya

Kendaraan dan kereta

Peralatan dan mesin industri

Plastik dalam bentuk primer

Parfum dan kosmetik

Buah dan sayur

Plastik dalam bentuk non

primer

Kayu dan produknnya

Tembakau dan produknya

Pakan hewan non serealia.

Produk hewani

Bahan mentah hewan/nabati

lainnya

Pharmaceuticals

SerealiaAlat fotografi & jam

Kulit dan produknyaGula & madu

Building fixtures

Hewan hidup kec. ikan

Travel

Jasa transportasi

Bisnis jasa lainnya

Jasa Komunikasi

Jasa Pemerintahan

Jasa konstruksi

Jasa rekreasi dan budaya

-0,15%

0,35%

0,85%

1,35%

1,85%

-0,30% -0,20% -0,10% 0,00% 0,10% 0,20% 0,30% 0,40% 0,50% 0,60% 0,70%

Pangsa Pasar Ekspor

Indonesia di Dunia, 2008

Perubahan Pangsa Pasar Ekspor Indonesia di Dunia, 1998-2008

Barang Jasa

25

Page 26: Peran SPI Menghadapi ACFTA

Daya Saing Mikroekonomi:Cluster sebagai alat Kebijakan Ekonomi

Cluster meningkatkan produktivitas dan efisiensi• Akses yang efisien terhadap faktor produksi, jasa, buruh/karyawan, informasi, berbagai

lembaga pendukung, dan “barang publik” (e.g. program training, dsb)

• Mempermudah koordinasi dan transaksi antar perusahaan

• Mempercepat penyebaran (adaptasi) dari ‘best practices’

• Perbandingan kinerja yang transparan dan terus menerus, sehingga menjadi insentif untuk perbaikan berkesinambungan dalam berkompetisi

Cluster merangsang dan memungkinkan terjadinya inov asi• Meningkatkan dan merangsang kemampuan untuk terus berinovasi

• Keberadaan supplier dan lembaga pendukung dapat membantu knowledge creation

• Memudahkan dilakukan berbagai eksperimen dengan menggunakan sumber daya lokal

Cluster memfasilitasi komersialisasi• Peluang bagi pendatang baru dan pengembangan lini bisnis baru menjadi lebih jelas

• Komersialisasi produk baru atau perusahaan baru menjadi lebih mudah karena mudahnya mengakses tenaga kerja, supplier, dsb.

26

Page 27: Peran SPI Menghadapi ACFTA

Cluster & Implementasi KebijakanCluster mencerminkan hubungan keterkaitan fundamental antar pelaku

usaha dan lembaga pendukung dalam persaingan

Cluster menyediakan suatu kerangka kerja untuk mengimplementasikan

kebijakan publik dan mengelola kolaborasi sektor publik-swata untuk

meningkatkan daya saing

ClustersClusters

Specialized Physical Infrastructure

Natural Resource Protection

Environmental Stewardship

Science and TechnologyInfrastructure (e.g., centers, university departments, technology transfer)

Education and Workforce TrainingBusiness Attraction

Export Promotion

Setting standardsMarket Information and Disclosure

27

Page 28: Peran SPI Menghadapi ACFTA

BELAJAR DARI THAILANDThailand’s Cluster Vision: World Leader in Niche Ma rkets

• Konsentrasi di wilayah-wilayah yang memiliki keunggulan, memberikan dasar dalam

kesuksesan selanjutnya

• Fokus dari kebijakan pemerintah pada ‘meningkatkan daya tarik untuk cluster’ bukan

pada strategi perusahaan di dalam cluster

Source: Sasin Team Analysis, CAON Thailand Cluster

28

Page 29: Peran SPI Menghadapi ACFTA

Cluster Industri Otomotif Thailand

Source: Sasin Team Analysis, CAON Thailand Cluster

29

Page 30: Peran SPI Menghadapi ACFTA

Pengembangan Cluster di Indonesia

• Indonesia memiliki kekuatan potensial untuk mengembangkan

berbagai jenis cluster seperti pertanian, pariwisata, produk hutan,

batubara, migas dan pertambangan

• Cluster yang berkembang di Indonesia masih berdasarkan pada

potensi sumber daya alam, dengan aktivitas yang masih minim dari

industri pendukung

• Kebijakan Industri Nasional yang sudah ditetapkan pada tahun

2008 mengidentifikasi sektor-sektor prioritas, namun belum

menyentuh pada usaha untuk pengembangan cluster

• Cluster yang ada sekarang tidak berkembang karena lemahnya

koordinasi antara kementerian negara dan lembaga terkait

Sumber: Prof. Michael Porter’s Presentation to President SBY, Boston 28 Sep 200930

Page 31: Peran SPI Menghadapi ACFTA

Beberapa Studi Kasus Beberapa Studi Kasus Cluster Unggulan IndonesiaCluster Unggulan Indonesia

31

Page 32: Peran SPI Menghadapi ACFTA

Land & Plantation

Processing machineries & equipments

Seeds

Fertilizer

R & D

Bank & Financial Institution

Edible Oil Industry

Margarine / ShorteningIndustry

Soap Industry

Salad Oil Industry

Pharmaceutical

Cosmetic Industry

Briqquette & Active Carbon Industry

Paper Industry

Animal Feed Industry

Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI)

Assosiasi Minyak Makan Indonesia (AMMI)

Assosiasi Masyarakat Sawit Indonesia (MAKSI)

Assosisasi Pengusaha Sawit Indonesia (APSI)

Universitas & Lembaga Penelitian

Pusat Penelitian Marihat

Institution For Collaboration

CPO Processing Industry

Strong

Medium

Weak

Cluster Kelapa Sawit (CPO)

Source: MoC-2004 UI Student Project, Indonesian CPO Cluster

Related & Supporting Industries

Input Factors

Food Cluster

Pharmaceutical Cluster

Agrochemical Cluster

32

Page 33: Peran SPI Menghadapi ACFTA

Government Agencies(e.g. DKP, BAPPENAS/KPEL, Provinces)

Farmers/Growers

Collectors/Traders/

Exporters

ProcessingPlants/

Facilities

Educational, Research & Trade Organisations (e.g. IPB, LIPI, ARLI, etc.)

Banking/Finance

Cooperatives

SeaweedSeeds

SeaweedHarvestingEquipment

MarineServices

Transportation & Shipping

CarrageenanMachinery/Equipment

Design& Engineering

Consultant

Packaging& Labeling

Publications (e.g. websites, trade

journals)

SpecialisedChemicals

R & D

PR& Advertising

MarineClusters

Non Food & NonBeverage Clusters

Food & Beverage Clusters

MediumWeak

Strong

Legend

Cluster Rumput Laut

Source: MoC-2004 UI Student Project, Indonesian Seaweed Cluster

33

Page 34: Peran SPI Menghadapi ACFTA

Cluster Industri Hasil Laut (Fisheries)

Fresh ShrimpSeaweedFresh

Fish Shipyards

Boat builders

Ship equipment

Pharmacy Grade:Shampoo; Tooth paste,

Soap, etc

Industrial Grade:Animal Feed; Paint;

Paper, Ceramic

Food Grade:Softdrink; Ice cream;

Bread; Jam Fishing

Equipment

Ship brokers and agents

Banking andFinance

Universities

R&D

Fisheries High School

Ship owners

ASSOCIATION:Gabungan Asosiasi

Pengusaha Perikanan Indonesia (Gappindo)

Animal Feed

Pharmaceutical

Food Industry

Paper

Cosmetics

Photography

Infrastructure

Demand Factors

Supporting Institution

Industrial Cluster

MediumWeak

Strong

Legend

34

Page 35: Peran SPI Menghadapi ACFTA

Export

Tourism and

Non-market

Benefits Environmental

Benefits

Recycling

Printing and

Publishing

Packaging

Builders

Merchants

Contractors

Retailers

Equipment

Suppliers

Utilities

Sites

Transport and

Distribution

National

And Local

Government

Marketing/

Design

Market

Intelligent

Proffessional

And Trade

Organization

Specialist

Consultants,

Agents

Infrastructure/services

Chemicals

Tree

Nurseries

Clooning,

Micro-

pop

Planting,

Resctocking,

Harvesting,

Marketing and

Contracting

Cluster Industri Hasil Hutan UniversitiesTraining providers

Research Institute

College

Upgrading & DevelopmentInstitutions

Imported Timber

and wood products

Woodland

Owners

Sawmilling

Panel

Pulp/paper

Fencing,

firewood,

chips, bark

Basic Processing

Paper and

Board

Timber

Frame

Building

Components

Energy

Engineered

Wood

Products

Furniture

Joinery

Pallets and

Packaging

Value Added

Processing

House

Construction

Repair

Maintenance

Improvement

Gardening

DIY

Office and

Industrial

Appications

Domestic

Markets

Overseas

Markets

Customers

No Presence

Weak

Medium

Strong

Cluster focus

Critical Linkage - Strong

Critical Linkage - medium

Critical Linkage - weak

Source: www.forestryscotland.com

35

Page 36: Peran SPI Menghadapi ACFTA

Proses Pembangunan Berbasis ClusterMengubah Peran dan Tanggung Jawab

Model LamaModel Lama

• Pemerintah mengendalikan pembangunan melalui berbagai kebijakan dan insentif

• Pemerintah mengendalikan pembangunan melalui berbagai kebijakan dan insentif

Model BaruModel Baru

• Pembangunan ekonomi adalah proses kolaborasi yang melibatkan pemerintah di berbagai tingkat, perusahaan, universitas dan lembaga penelitian serta berbagai asosiasi

• Pembangunan ekonomi adalah proses kolaborasi yang melibatkan pemerintah di berbagai tingkat, perusahaan, universitas dan lembaga penelitian serta berbagai asosiasi

� Membangun daya saing harus merupakan proses bottom-up dimana individu, perusahaan, cluster dan berbagai lembaga mengambil peran dan tanggung jawab

� Setiap wilayah dan cluster bisa mengambil peran untuk meningkatkan daya saing

Source: Microeconomics of Competitiveness, Prof. Michael Porter36

Page 37: Peran SPI Menghadapi ACFTA

Langkah-langkah Menggerakkan Clusteruntuk Pembangunan Berkelanjutan

• Menyatukan berbagai perusahaan dalam cluster, asosiasi perdagangan, lembaga

pendidikan dan lembaga pemerintah terkait

• Mendiskusikan hasil analisis terhadap cluster yang sudah ada

� Identifikasi kebutuhan-kebutuhan untuk analisa lebih lanjut

� Prioritaskan issue-issue kritis untuk ditindaklanjuti

• Mengorganisir tim kerja untuk mengembangkan ‘action plans’ untuk mengatasi

issue-issue kritis yang ditemukan

Sementara pemerintah dan lembaga terkait menyiapkan berbagai

fasilitas pendukung, kesuksesan sebuah cluster juga didorong oleh kerja

keras dari para pemimpin usaha ’private sector’

37

Page 38: Peran SPI Menghadapi ACFTA

Peran Pemerintah dalam Pembangunan Cluster

Related and Supporting Industries

Related and Supporting Industries

Factor (Input)

Conditions

Factor (Input)

ConditionsDemand

ConditionsDemand

Conditions

Context for Firm

Strategy and Rivalry

Context for Firm

Strategy and Rivalry

• Menciptakan spesialisasi melalui programs pendidikan dan pelatihan

• Mendirikan universitas yang berbasis riset untuk pengembangan cluster

• Penyediaan dan kompilasi informasi bagi cluster

• Memperbaiki infrastruktur transportasi,komunikasi dan lainnya yang dibutuhkan cluster

• Mensponsori berbagai Forum untuk menyatukan berbagai pihak

• Usaha untuk menarik supplier dan penyedia jasa bagi cluster dari wilayah lain

• Membangun cluster-oriented free trade zones, industrial parks atau supplier parks

• Menghilangkan penghalang bagi kompetisi

• Fokus untuk menarik investment

• Fokus dalam mempromosikan ekspor

• Mengorganisir lembaga pemerintah terkait

• Menciptakan peraturan yang pro-inovasi sehingga berpengaruh pada cluster untuk

- Mengurangi ketidakpastian peraturan

- Merangsang adopsi- Mendorong inovasi produk atau

proses baru• Mensponsori uji produk,

sertifikasi produk dan evaluasi layanan untuk produk dan jasa dalam cluster

• Bertindak sebagai sophisticated buyer dari produk dan jasa cluster

Source: MoC Prof. Michael Porter

38

Page 39: Peran SPI Menghadapi ACFTA

Peran Sektor Privat dalam Meningkatkan Kualitas Cluster

Context for Firm

Strategy and Rivalry

Context for Firm

Strategy and Rivalry

Related and Supporting Industries

Related and Supporting Industries

Factor (Input)

Conditions

Factor (Input)

Conditions

� Kerjasama dengan pemerintah untuk menyusun regulasi yang mendorong inovasi

� Melakukan pengujian produk-produk lokal dan memperbaiki standar organisasi

� Mendirikan asosiasi berbasis cluster

� Mendorong supplier lokal dan menarik investor secara perorangan maupun kolektif

� Kerjasama dengan pemerintah untuk mempromosikan ekspor

� Membuat direktori para pelaku dalam cluster

� Ikut serta dalam berbagai pameran perdagangan

Demand ConditionsDemand

Conditions

� Ikut mengembangkan kurikulum sekolah kejuruan, akademi maupun universitas

� Mensponsori proyek riset di perguruan tinggi

� Mengumpulkan informasi cluster information melalui asosiasi

� Menjaga hubungan dekat dengan penyedian infrastruktur untuk memenuhi kebutuhan cluster (e.g., data communications, logistics)

� Mengembangkan pelatihan bagi manager dalam hal peraturan, kualitas dan isu-isu manajerial Source: MoC 2005, Prof. Michael Porter

39

Page 40: Peran SPI Menghadapi ACFTA

REKOMENDASI:Agenda Prioritas untuk Peningkatan Daya Saing

• Peningkatatan Daya Saing berbasis Cluster– Mengadopsi pengembangan cluster sebagai pendekatan sentral dalam

mengelola usaha pemerintah untuk pengembangan bisnis– Mendayagunakan isiatif cluster sebagai alat untuk menarik sektor swasta di

dalam kolaborasi yang lebih efektif dengan pemerintah di level nasional maupun provinsi

– Menggunakan cluster untuk mengelola promosi ekspor dan menarik FDI• Meningkatkan Konektivitas dan Efisiensi Lingkungan B isnis

– Meningkatkan efisiensi transport dan logistik dalam negeri– Memperbaiki infrastruktur komunikasi– Memperbaiki kualitas dan kesinambungan supply listrik– Mereformasi aturan bea cukai dan melanjutkan proses keterbukaan terhadap

perdagangan dan investasi internasional• Koordinasi antar Lembaga (Institution for Collabora tion)

– Melembagakan inisiatif daya saing di dalam struktur pemerintahan– Menyatukan pemerintah pusat dan daerah, sektor swasta, asosiasi perdagangan,

institusi pendidikan ke dalam upaya yang terintegrasi untuk agenda peningkatan daya saing

– Memperbaiki koordinasi antar lembaga dalam hal kebijakan dan implementasinya– Lebih intensif dalam membangun kerjasama regional (ASEAN, APEC)

40

Page 41: Peran SPI Menghadapi ACFTA

4141