09e01711

Upload: rifan

Post on 09-Jan-2016

8 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

eee

TRANSCRIPT

  • PENYELESAIAN KREDIT MACET

    (BERMASALAH) ATAS PINJAMAN NASABAH

    BANK PADA PT. BANK MANDIRI

    CABANG BALIGE

    SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas

    Dan Memenuhi Syarat-syarat

    Untuk Memperoleh

    Gelar Sarjana Hukum Oleh:

    MELISA N. SIHOTANG

    030200143

    Departemen : Hukum Ekonomi

    Program studi : Hukum Ekonomi

    FAKULTAS HUKUM

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

    MEDAN

    2008

    Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository 2008

  • PENYELESAIAN KREDIT MACET (BERMASALAH)

    ATAS PINJAMAN NASABAH BANK PADA PT. BANK

    MANDIRI

    CABANG BALIGE

    SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas

    Dan Memenuhi Syarat-syarat

    Untuk Memperoleh

    Gelar Sarjana Hukum Oleh:

    MELISA N. SIHOTANG

    030200143

    Departemen : Hukum Ekonomi

    Program studi : Hukum Ekonomi

    Disetujui Oleh

    Ketua Departemen

    (Prof. Dr. BISMAR NASUTION, SH, M.Hum)

    NIP. 131570455

    Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

    (Prof.Dr.BismarNasution,SH,M.Hum) (Dr.T.KeizerinaDevi A.,SH,CN,M.H)

    NIP. 131570455 NIP. 132300075

    FAKULTAS HUKUM

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

    MEDAN

    2008

    Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository 2008

  • KATA PENGANTAR

    Segala puji dan syukur bagi Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas

    ridhoNyalah skripsi yang merupakan tugas akhir ini dapat terselesaikan dengan

    baik dan lancar. Atas berkat dan rahmatNya pula sehingga penulis mampu

    menjalani perkuliahan sampai pada akhirnya, sebab tanpa Dia apa yang kita

    kerjakan pasti akan sia-sia.

    Yang menjadi judul skripsi ini adalah:

    Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank

    Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige.

    Terwujudnya skripsi ini bukan merupakan jerih payah penulis sendiri, tetapi

    juga berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini,

    penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

    1. Bapak Prof. Chairuddin P. Lubis, DTM&H,SP.A (K), selaku Rektor

    Universitas Sumatera Utara Medan.

    2. Bapak Prof. DR. Runtung, SH, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas

    Sumatera Utara Medan.

    3. Bapak Prof. DR. Bismar Nasution, SH, M.Hum, selaku Ketua Jurusan

    Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan.

    4. Bapak Prof. DR. Bismar Nasution, SH, M.Hum dan Ibu DR. T. Keizerina

    Devi Azwar, SH, M. Hum, selaku dosen pembimbing I dan II yang sangat

    membantu dan telah sudi meluangkan waktunya untuk membaca dan meneliti

    serta memberikan petunjuk dan pengarahan hingga selesainya skripsi ini.

    Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository 2008

  • 5. Bapak Umar Husin selaku Deputy Regional Manager di Kantor Wilayah I

    PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk Medan, yang telah memberikan izin

    penelitian ke kantor cabang PT. Bank Mandiri.

    6. Bapak Pimpinan PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk RCR I Medan Jl. Imam

    Bonjol No. 7 Lt. IV Medan.

    7. Bapak Pimpinan PT. Bank Mandiri (Persero) Cabang Balige yang telah

    memberikan keterangan dan data yang diperlukan.

    8. Bapak Basril selaku karyawan yang mengurusi bagian kredit macet bagi

    nasabah di PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk RCR I Medan Jl. Imam Bonjol

    No. 7 Lt. IV Medan.

    9. Seluruh staf dan pegawai PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk Cabang Balige dan

    PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk RCR I Medan Jl. Imam Bonjol No. 7 Lt. IV

    Medan yang secara langsung maupun tidak langsung telah membantu.

    10. Ayahanda tercinta, H. Sihotang dan Ibunda tersayang R. Tampubolon yang

    senantiasa memberikan dukungan materi dan moral, doa dan kasih sayang

    kepada penulis. Kiranya Tuhan membalas segala kebaikan dan memberikan

    kesehatan, kelimpahan rezeki serta umur yang panjang, agar kami anak-

    anakmu diberi kesempatan untuk membahagiakan ayahanda dan ibunda.

    11. Seluruh staf pengajar dan staf pendidikan di Fakultas Hukum Universitas

    Sumatera Utara Medan.

    12. Kepada abangku Antonio Johannes Virya Lee tersayang yang telah banyak

    memberikan dukungan baik materil, moril maupun pengetahuan sehingga

    penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.

    Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository 2008

  • 13. Buat adik-adikku Irma Meiwita Sihotang dan Boy Hendra Sihotang yang

    kuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan, juga

    adikku Yunicha Elisabeth Sihotang yang masih Sekolah Dasar, terimakasih

    atas keceriaan dan semangat yang kalian berikan selama ini. Tetap semangat

    dan jadilah yang terbaik dalam setiap aktivitasmu.

    14. Seluruh teman-teman penulis di Fakultas Hukum Univesitas Sumatera Utara,

    antara lain: RR. Era Connysia VX., Kak Eva, Kak Novia, Kak Reny, Erlan,

    Jinoko, Besti, dan seluruh teman-teman stambuk 2003. Terima kasih atas

    dukungan semuanya.

    Dengan kerendahan dan ketulusan hati, penulis menyadari bahwa tanpa

    dukungan dan bantuan dari semua pihak, maka penulis tidak akan mungkin

    mampu untuk menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu, penulis mohon maaf yang

    sebesar-besarnya apabila terdapat kesalahan dan kekurangan selama ini. Biarlah

    Tuhan yang memberkati kita semua. Amin.

    Medan, Mei 2008

    Penulis

    Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository 2008

  • DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR .........................................................................................i

    DAFTAR ISI ..................................................................................................... iv

    ABSTRAKSI ......................................................................................................vi

    BAB I PENDAHULUAN ................................................................................1

    A. Latar Belakang ................................................................................1

    B. Perumusan Masalah ......................................................................12

    C. Tujuan dan Manfaat Penulisan .....................................................12

    D. Keaslian Penulisan ........................................................................14

    E. Tinjauan Kepustakaan ..................................................................15

    F. Metode Penulisan .........................................................................17

    G. Sistematika Penulisan ...................................................................18

    BAB II PEMBERIAN KREDIT DAN OBJEK JAMINAN PADA

    PERBANKAN ............................................................................... ....21

    A. Pengertian Kredit dan Unsur Kredit .............................................21

    B. Prosedur Pemberian Kredit ...........................................................25

    C. Objek Jaminan Kredit ...................................................................31

    D. Berakhirnya Pemberian Kredit .....................................................36

    BAB III KREDIT MACET ATAU KREDIT BERMASALAH

    DALAM DUNIA PERBANKAN ......................................................42

    A. Pengertian Kredit Bermasalah ......................................................42

    B. Faktor- faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Kredit

    Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada

    Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository 2008

  • PT. Bank Mandiri Cabang Balige .................................................45

    C. Akibat Kredit Macet .................................................................... 54

    BAB IV PENYELESAIAN KREDIT MACET (BERMASALAH)

    ATAS PINJAMAN NASABAH BANK ............................................55

    A. Penanganan Atau Penyelesaian Kredit Macet

    (Bermasalah) Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige .................55

    B. Langkah-langkah Yang Ditempuh Bila Terjadi Kredit

    Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank di

    PT. Bank Mandiri Cabang Balige .................................................65

    C. Penghapusan Kredit (Dihapusbukukan) .......................................70

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..........................................................74

    A. Kesimpulan ...................................................................................74

    B. Saran .............................................................................................76

    DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................78

    LAMPIRAN

    Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository 2008

  • ABSTRAKSI

    Salah satu peranan bank yang sangat menonjol adalah sebagai penghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat dalam bentuk pinjaman kredit. Mengingat kondisi perekonomian Indonesia yang masih di bawah standar, dimana pendapatan masyarakat masih dibawah rata-rata, maka dalam hal ini peranan bank dalam bidang penyaluran kredit sangat penting keberadaannya. Kredit sangat dibutuhkan banyak orang atau pihak dalam menata kehidupan ekonomi yang lebih baik. Kebutuhan akan kredit tidak saja diperlukan oleh nasabah umum tetapi juga oleh nasabah yang berbentuk badan usaha (perusahaan).

    Dalam penyaluran kredit, bank banyak mengalami permasalahan yang cukup rumit yang apabila tidak segera diatasi dapat menimbulkan kerugian yang fatal, oleh sebab itu sebelum memberikan kredit pihak bank harus melakukan analisis yang tajam, teliti dan cermat. Setiap bank yang pernah atau sedang beroperasi, pasti pernah mengalami permasalahan kredit. Demikian juga dengan PT. Bank Mandiri Cabang Balige. Dalam skripsi ini dibahas mengenai bagaimana prosedur dan syarat pemberian kredit bagi nasabah, apa saja yang menjadi faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kredit bermasalah serta bagaimana penyelesaian yang dilakukan oleh PT. Bank Mandiri Cabang Balige untuk menyelamatkan kredit macet (bermasalah).

    Dalam penulisan skripsi ini, ada dua metode yang digunakan. Metode pertama dengan studi pustaka yakni penelitian yang dilakukan berdasarkan bahan-bahan bacaan, dengan cara membaca buku-buku, literatur-literatur serta Peraturan Perundang-undangan yang berhubungan dengan materi yang akan dibahas dalam skripsi ini. Sedangkan metode yang kedua adalah metode penelitian lapangan, dimana penelitian dilakukan secara langsung ke lapangan dengan mendatangi objek penelitian untuk melakukan wawancara terhadap karyawan PT. Bank Mandiri Cabang Balige untuk mendapatkan data-data, informasi dan keterangan-keterangan yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini.

    Terhadap nasabah yang melakukan pinjaman kredit kepada PT. Bank Mandiri Cabang Balige pernah mengalami permasalahan dalam pengembaliannya meskipun tidak sampai dalam keadaan taraf macet. Permasalahannya hanya menyangkut keterlambatan dalam pengembalian angsuran/ pinjaman saja. Hal ini bisa terjadi karena beberapa faktor antara lain karena usaha debitur mengalami kendala, adanya penyalahgunaan kredit dan debitur yang bersangkutan meninggal dunia. Untuk mengantisipasi permasalahan tersebut, PT. Bank Mandiri telah menyiapkan strategi yang diharapkan dapat memperkecil bahkan menghindari terjadinya kerugian pada pihak bank yang bersangkutan.

    Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository 2008

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang.

    Dalam perekonomian, peranan bank sangat penting selaku lembaga keuangan

    dengan tugas pokok yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan

    menyalurkannya kembali kepada masyarakat, pengusaha (entrepreneur) untuk

    membiayai sektor riil melalui pemberian kredit1. Kegiatan usaha bank tersebut

    antara lain dalam bentuk pemberian kredit2, penanaman dalam surat-surat

    berharga, kegiatan devisa, penempatan dana kepada bank-bank lain dan

    penyertaan modal usaha yang dilakukan oleh badan hukum lain yang

    kesemuanya tidak terlepas dari resiko yaitu tidak kembalinya sebahagian atau

    bahkan seluruh dana yang disalurkan itu (kredit macet).

    Bank harus dapat mempertanggungjawabkan kepercayaan yang diberikan

    para nasabah (penyimpan) kepadanya. Akan tetapi keterpurukkan akibat krisis

    moneter, krisis ekonomi dan krisis politik yang tidak kunjung selesai, membawa

    dampak yang juga dirasakan pada dunia perbankan3. Dimana salah satu dampak

    yang paling terasa adalah dengan terjadinya kredit bermasalah bahkan sampai

    kredit macet dibeberapa bank, baik itu pada bank pemerintah maupun bank

    swasta dalam jumlah yang sangat besar, akibatnya beberapa bank menjadi

    terancam bangkrut.

    1 M. Bahsan, Pengantar Analisis Kredit Perbankan Indonesia, (Jakarta : CV. Rejeki Agung,

    2003), hal. 1. 2 Ibid, hal. 2. 3 Eko B. Supriyanto, 10 Tahun Krisis Moneter, (Jakarta : InfoBank Publishing, 2007), hal. 8.

    Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository 2008

  • Begitu besarnya kredit bermasalah yang dihadapi oleh perbankan, sehingga

    membawa pengaruh terhadap perekonomian nasional. Oleh sebab itu perlu

    penanganan secara konsepsional. Pada sektor riil seperti bidang industri, properti,

    perdagangan ekspor impor terjadi kelumpuhan yang berakibat terjadinya

    kelumpuhan4. Oleh karena itu maka untuk menggerakkan sektor riil bukanlah

    merupakan tugas yang mudah bagi pemerintah Indonesia. Berbagai usaha telah

    dilakukan pemerintah untuk memperbaiki sektor riil, demikian juga dengan para

    pelaku sektor riil itu sendiri. Mereka berusaha sendiri untuk bangkit

    menyelamatkan pangsa pasar, baik di pasar global maupun domestik. Menyikapi

    kondisi prihatin sektor riil tersebut, dunia usaha Indonesia melalui Kamar

    Dagang dan Industri (KADIN) mengharapkan kebijakan yang lebih jelas untuk

    meningkatkan kembali sektor riil dari keterpurukan yang semakin parah.

    Dalam rangka peningkatan sektor riil tersebut, pemerintah melakukan

    restrukturisasi kredit perbankan5. Program restrukturisasi kredit ini diharapkan

    dapat menggerakkan kembali sektor riil dengan cara meninjau kembali berbagai

    persyaratan kredit, sehingga sektor riil dapat memenuhi kembali kewajibannya

    kembali kepada bank dan usahanya dapat kembali berjalan normal6. Sektor riil

    sangat dipengaruhi sektor perbankan dan sebaliknya pula sektor perbankan

    tergantung kepada sektor riil tersebut. Dengan kata lain, apabila sektor riil tidak

    kunjung membaik maka sektor perbankan juga tidak mungkin meningkat.

    Mengingat sebagian besar bank pada saat ini masih hidup dari pemberian kredit

    4 Ibid, hal. 12. 5 Agus Budianto, Merger Bank Di Indonesia, (Bogor : Ghalia Indonesia, 2004), hal. 61. 6 Eko B. Supriyanto, Sepuluh Tahun Krisis Moneter: Kesiapan Menghadapi Krisis Kedua,

    (Jakarta: InfoBank Publishing, 2007), hal.19.

    Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository 2008

  • kepada sektor riil maka sulit bagi perbankan untuk bangkit apabila sektor riil

    tidak dapat menyerap kredit7.

    Mungkin bagi sektor riil, bunga bank yang tinggi saat ini dapat saja

    diperhitungkan sebagai unsur harga jual yang harus dipikul oleh konsumen.

    Namun karena sekarang ini daya beli sebagian besar masyarakat konsumen masih

    sangat rendah, sehingga sulit bagi sektor riil untuk mampu menjual jasa atau

    barang yang dihasilkan8. Dalam keadaan demikian maka sulit bagi sektor riil

    untuk menerima kredit dari bank yang menetapkan bunga sedemikian tinggi.

    Apabila kredit bermasalah dalam perbankan tidak ditangani secara tuntas

    maka dikhawatirkan akan menjadi salah satu penghambat pertumbuhan

    perkreditan dalam perbankan yang pada akhirnya dapat mengganggu

    pertumbuhan perekonomian9. Adanya kredit bermasalah dalam jumlah yang

    besar juga dapat mengganggu efektifitas kebijaksanaan dalam upaya

    memantapkan suku bunga kredit10.

    Untuk memperlancar penanganan kredit macet atau bermasalah yang

    mengakibatkan tidak bergeraknya sektor riil, maka Bank Indonesia disamping

    memberikan arah dalam upaya turut berperan aktif mendorong pergerakan sektor

    riil dengan cara membuat kebijakan dengan melonggarkan ketentuan

    penanganan kredit bermasalah. Akan tetapi, dalam pelaksanaannya kerap sekali

    menghadapi berbagai permasalahan hukum yakni koordinasi kelembagaan yang

    berbeda dalam kepentingan dan pendekatan dalam proses restrukturisasi kredit,

    7 Ibid, hal. 20. 8 Agus Budianto, Merger Bank di Indonesia, (Bogor: Ghalia Indonesia,2004), hal. 19. 9 Eko B. Supriyanto, 10 Tahun Krisis Moneter, (Jakarta: InfoBank Publishing,2007),

    hal.12. 10 Ibid, hal. 13.

    Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository 2008

  • ketentuan kepailitan, penyelesaian kredit bermasalah yang bersifat multilateral,

    dimana satu bank yang akan merestrukturisasi utang debitor tidak mendapat

    respon dari bank lain11.

    Dengan demikian dalam meneliti aspek-aspek hukum restrukturisasi kredit

    penyelesaian kredit macet ( bermasalah ), perlu terlebih dahulu diketahui dengan

    jelas apa yang sesungguhnya dimaksud dengan kredit macet. Kredit macet

    adalah kredit yang angsuran pokok dan bunganya tidak dapat dilunasi selama

    lebih dari dua masa angsuran ditambah 21 bulan atau penyelesaian kredit telah

    diserahkan kepada Panitia Urusan Piutang Negara (PUPN), Badan Urusan

    Piutang dan Lelang Negara (BPULN) atau telah diajukan ganti rugi kepada

    perusahaan asuransi kredit12.

    Penyelesaian kredit bermasalah yang belum jelas akan mengganggu

    terciptanya sistem perbankan yang sehat. Oleh karena itu, upaya penanganan

    kredit bermasalah selayaknya dilakukan dari berbagai segi antara lain faktor

    intern bank itu sendiri, faktor intern debitur dan faktor-faktor lainnya.

    Faktor intern bank contohnya dikaji kembali apakah pemberian kreditnya

    sudah seimbang dalam arti tidak under financing13 atau over financing14. Apakah

    prosedur pemberian kredit dalam sudah terpenuhi dalam konteks ini adalah

    ketentuan mengenai jaminan atau syarat-syarat umum sebuah perusahaan

    solvabilitas dan rentabilitasnya, yang keseluruhannya menjadi bahan dalam

    11 J. Soedradjad Djiwandono, 10 Tahun Krisis Moneter, (Jakarta : InfoBank Publishing,

    2007), hal. 44. 12 Peraturan Bank Indonesia No.2/ 15/ PBI/ 2000 tentang Restrukturisasi Kredit, pasal 9. 13 Write Off , http://www.jawapos.co.id/indones/jawapos/news/today/analysis/op18-

    1.html.,diakses terakhir tanggal 12 Maret 2008. 14 Ibid, hal-.

    Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository 2008

  • mengambil kebijakan dalam menyelesaikan masalah kredit macet. Disamping itu

    terdapat pula faktor lain yang menjadi celah terjadinya kredit macet misalnya

    ketentuan perundang-undangan perbankan No. 10 tahun 1998 pasal 8 yang lebih

    menitik beratkan pemberian kredit berdasarkan pada keyakinan atas kemampuan

    dan kesanggupan debitur untuk melunasi utangnya dalam waktu yang ditentukan

    sesuai dengan perjanjian15. Apabila hanya didasarkan pada keyakinan maka

    dapat menimbulkan resiko yang cukup besar bagi pihak perbankan, karena

    agunan bukan lagi syarat mutlak dalam pemberian kredit dan bahkan bank tidak

    diwajibkan meminta yang dibiayai yang lazim dikenal dengan agunan

    tambahan16.

    Kolusi antara pejabat bank dengan sejmlah pengusaha (debitur) juga dapat

    menjadi salah satu penyebab lain dari kredit bermasalah sebab dapat merugikan

    keuangan negara dan masyarakat17. Walaupun telah diketahui latar belakang

    permohonan dan faktor-faktor penyebabnya untuk memperoleh jaminan atas

    pencegahan dan cara penyelesaian kredit bermasalah bukanlah hal yang mudah.

    Oleh karena itulah masalah kolusi ini sulit untuk dicegah pelaksanaannya.

    Dengan alasan resiko itulah maka dirasa perlu untuk menyusun langkah-langkah

    yang bertujuan untuk menurunkan jumlah kredit macet pada bank-bank sampai

    pada tingkat yang wajar18.

    15 Undang- Undang No.10 tahun 1998 tentang Perbankan, (Bandung: FokusMedia), pasal 8. 16 M. Bahsan, Pengantar Analisis Kredit Perbankan Indonesia, (Jakarta: CV. Rejeki Agung,

    2003), hal. 5-6. 17 Ibid, hal. 25. 18 J. Soedradjad Djiwandono, 10 Tahun Krisis Moneter, (Jakarta: InfoBank Publishing,

    2007), hal, 65.

    Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository 2008

  • Upayaupaya pencegahan dan penyelesaian kredit macet dengan usaha bank

    yang meliputi bank-bank, Bank Indonesia, Departemen Keuangan dan aparat

    penegak hukum agar pencegahan dan penyelesaian kredit macet ini merupakan

    penyelesaian yang dapat menghindarkan kejadian serupa dimasa yang akan

    datang19. Dilihat dari segi penegakan hukum, terdapat dua faktor penghambat

    yang saling berpengaruh dalam penyelesaian kredit macet. Pertama, pranata

    hukum positif yang ada sekarang sangat terbelakang dibanding dengan kecepatan

    tuntutan perkembangan sistim industri perbankan pada khususnya dan tuntutan

    laju perkembangan bisnis pada umumnya20.

    Hukum ekonomi yang kita miliki sekarang tidak mampu mengantisipasi dan

    mengikuti kecepatan gerak perkembangan keragaman dunia bisnis. Masalah

    kedua adalah membengkaknya kredit macet disamping disebabkan faktor pranata

    hukum positif yang ketinggalan, kemudian diperburuk lagi dengan proses

    peradilan yang formalitis, dimana kesenjangan perundang-undangan membuat

    penegakan tidak mampu memberi penyelesaian yang aktual dan memakan waktu

    yang lambat. Sedangkan tuntutan perbankan menghendaki waktu penyelesaian

    masalah kredit yang relatif cepat21.

    Pada prakteknya, jika terjadi kredit macet maka lembaga perkreditan akan

    mencari upaya untuk menyelamatkan kredit dengan cara memberikan

    perpajangan waktu pelunasan kepada debitur dengan maksud untuk memberikan

    kesempatan kepadanya agar dapat melunasi kredit dalam jangka waktu yang

    19 Kajian Restrukturisasi Kredit Industri Tekstil (Studi Kasus Bank M) // http: // www.

    digilib. itb. ac. id/ contact. Html, diakses terakhir tanggal 9 Maret 2008. 20 Teknisi Penyelesaian Kredit Bermasalah Melalui Pendekatan Hukum // http: // www.

    Komisihukum. go. id/ index. html, diakses terakhir tanggal 9 Maret 2008. 21 Ibid, hal. 10- 14.

    Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository 2008

  • diperlukan22. Jika setelah dilakukan tetapi upaya penyelamatan tersebut tidak

    berhasil juga, maka pihak bank terpaksa mengambil kebijakan akhir dengan

    menyerahkan permasalahan tersebut kepada pihak yang berwenang23. Dimana

    jika menyangkut bank-bank swasta diserahkan kepada Pengadilan Negeri dan

    diselesaikan menurut proses peradilan biasa, sedangkan yang berkaitan dengan

    kasus kredit macet pada Bank Usaha Milik Pemerintah (BUMN) diselesaikan

    oleh Panitia Urusan Piutang Negara (PUPN)24.

    Adapun upaya penyelamatan yang dimaksud sebelumnya antara lain :

    1. Penjadwalan kembali (resceduling).

    Yaitu perubahan syarat-syarat pinjaman yang hanya menyangkut jadwal

    pembayaran dan jangka waktu, termasuk masa tenggang, baik yang

    meliputi perubahan besarnya angsuran maupun tidak.

    2. Persyaratan kambali (reconditioning).

    Yaitu perubahan sebagian atau seluruh syarat-syarat pinjaman dan tidak

    terbatas pada perubahan jadwal dan / atau jangka waktu.

    3. Penataan kembali (restructuring).

    Yaitu perubahan syarat-syarat pinjaman yang menyangkut perubahan

    dana dari bank atau konversi seluruh atau sebagian dari pinjaman yang

    menjadi equality perusahaan25.

    Keleluasaan bank untuk bergerak harus dilakukan dengan berpedoman pada

    prinsip kehati-hatian (prudential banking principles)26, dimana suatu bank dapat

    22 Sumber: Data Dari PT. Bank Mandiri RCR 1Medan, tanggal 25 Januari 2008, hal. 4. 23 Ibid, hal. 5. 24 Ibid, hal. 6. 25 Agus Budianto, Merger Bank Di Indonesia. (Bogor : Ghalia Indonesia, 2004), hal. 62.

    Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository 2008

  • melakukan kegiatan penyertaan modal pada bank maupun perusahaan lain di

    bidang keuangan serta untuk mengatasi kegagalan kredit. Sebab dalam usahanya,

    perbankan dapat memberikan kredit dan melakukan kegiatan usaha lainnya,

    wajib menempuh cara-cara yang tidak merugikan bank dan kepentingan nasabah

    yang mempercayakan dananya kepada bank27.

    Kita juga dapat melihat bahwa pemberian kredit oleh suatu bank dapat

    mempengaruhi kesehatan bank karena bagaimanapun juga mengandung resiko

    kegagalan atau kemacetan dalam pelunasannya. Mengingat bahwa kredit tersebut

    bersumber dari dana masyarakat yang disimpan pada bank, maka resiko yang

    dihadapi bank dapat berpengaruh kepada keamanan dana masyarakat tersebut.

    Oleh karena itu, untuk memelihara kesehatan dan meningkatkan daya tahannya,

    bank diwajibkan menyebar resiko dengan mengatur proses penyaluran kredit,

    pemberian jaminan maupun fasilitas lain sehingga tidak hanya terfokus pada

    debitur atau kelompok debitur tertentu28.

    Tahapan analisis pemberian kredit merupakan tahap yang preventif yang

    paling penting sebelum menandatangani isi perjanjian kredit antara pihak bank

    dengan nasabah. Tahap ini bertujuan untuk memperoleh keyakinan bagi pihak

    bank bahwa calon nasabah debitur mempunyai kemampuan untuk melunasi

    kredit yang diberikan29.

    26 Ibid, hal. 37. 27 Kiat Cara Menekan Kredit Bermasalah // http: // www. dki. perbarindo. org/ artikel. html,

    diakses terakhir tanggal 9 Maret 2008. 28 J. Soedradjad Djiwandono, Satu Dasawarsa Krismon: Beberapa Catatan, (Jakarta:

    InfoBank Publishing, 2007), hal. 113. 29 Ibid, hal. 118.

    Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository 2008

  • Secara tradisional, analisis bank terhadap calon nasabah debitur dilakukan

    terhadap aspek yang dikenal dalam dunia perbankan sebagai the five Cs of

    credit yaitu character, capacity, capital, conditions, dan collateral,

    sebagaimana disyaratkan pasal 8 UU nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan30.

    Berdasarkan prinsip tersebut di atas, bila dalam proses atau tahap analisis

    kredit terjadi kekurangtelitian/kesalahan yang menyebabkan terjadinya

    kemacetan pengembalian kredit dikemudian hari, maka yang bertanggung jawab

    atas hal ini adalah bank sebagai badan hukum dan para pengurus serta pemegang

    saham atau pemilik bank secara bersama-sama31.

    Permasalahan utama yang dihadapi perbankan yang semuanya tidak terlepas

    dari kondisi makro ekonomi yang belum menunjukkan tanda-tanda membaik dan

    akan sangat berpengaruh terhadap kinerja bank dan nasabah debiturnya32.

    Namun, permasalahan mendasar yang nantinya sangat berpengaruh terhadap

    bank mendatang adalah masalah Non Performing Loans (NPL) yang dari waktu

    ke waktu cenderung semakin meningkat33.

    Penyehatan perbankan tidak sekedar melakukan pembenahan secara

    administratif, tetapi jauh lebih penting bagaimana lembaga bank mampu

    beroperasi secara normal dan sehat dalam arti bank dapat beroperasi secara wajar

    berdasarkan hitungan-hitungan ekonomi perusahaan34.

    30 M. Bahsan, Pengantar Analisis Kredit Perbankan Indonesia, (Jakarta : CV. Rejeki Agung,

    2003), hal.5. 31 Ibid, hal. 40. 32 Marie Muhammad, Pelajaran dan Antisipasi ke Depan, (Jakarta: InfoBank

    Publishing,2007), hal. 72. 33 Bramantyo Djohanputro, Laporan Penelitian: Non Performing Loan (NPL), (Jakarta: Bank

    Indonesia, 2007), hal. i. 34 Agus Budianto, Merger Bank Indonesia, (Bogor: Ghalia Indonesia,2004), hal. 37.

    Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository 2008

  • Menghadapi perkembangan NPL yang semakin memburuk dan dengan

    memperhatikan kondisi ekonomi makro yang belum membaik, maka Bank

    Indonesia sebagai otoritas moneter mengeluarkan surat keputusan direksi Bank

    Indonesia Nomor 31 / 150 / KEP / DIR, tanggal 12 November 1998 tentang

    restrukturisasi kredit. Restrukturisasi kredit ini dapat dilakukan dengan berbagai

    cara seperti :

    1. Penurunan suku bunga kredit. 2. Pengurangan tunggakan bunga kredit. 3. Pengurangan tunggakan pokok kredit. 4. Perpanjangan jangka waktu kredit. 5. Penambahan fasilitas kredit. 6. Pengambilalihan aset debitur sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 7. Konversi kredit menjadi penyertaan modal sementara pada perusahaan

    debitur35.

    Latar belakang kebijakan tersebut dapat dipahami karena sumber utama

    operasi/ pendapatan bank (sekitar 65 80 %) berasal dari bunga pinjaman,

    sehingga apabila tidak diambil langkah-langkah pembenahan maka akan semakin

    memperburuk kinerja bank dan dapat dipastikan program restrukturisasi kredit

    tidak akan berhasil serta berakibat fatal bagi eksistensi bank36. Melalui kebijakan

    restrukturisasi perkreditan yang digariskan, Bank Indonesia memberikan peluang

    tidak saja pada bank/kreditur, tetapi juga nasabah debitur (sektor riil) untuk

    mengatur kembali usahanya37.

    Adapun restrukturisasi kredit dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti

    memberikan berbagai kemudahan antara lain penurunan suku bunga kredit

    berupa keringanan bunga, jangka waktu kredit, angsuran pokok dan cicilan bunga

    35 Ibid, hal. 63. 36 Ibid, hal. 126. 37 Peraturan Bank Indonesia No. 2/ 15/ PBI/ 2000 tentang Restrukturisasi Kredit, pasal 20.

    Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository 2008

  • serta syarat-syarat kredit lainnya, maka diharapkan debitur mampu bergerak

    kembali, sementara pihak bank yang bersangkutan dapat pula mengatur sumber

    pendapatan utamanya yang berupa bunga dengan lebih realistis38.

    Restrukturisasi kredit tidak dapat diberlakukan kepada semua debitur, tetapi

    hanya kepada debitur yang memiliki prospek usaha yang lebih baik39. Untuk itu

    perlu dilakukan pembicaraan dan kesepakatan bersama antara kreditur dan

    debitur kemudian dilaporkan ke Bank Indonesia40.

    Program restrukturisasi kredit ini tidak banyak maknanya apabila jumlah

    NPL tidak tertangani secara simultan dan bank masih tetap digandrungi oleh

    beban-beban yang menyebabkan timbulnya kerugian. Dalam rencana kerja

    memang sudah dimasukkan langkah-langkah penanganan NPL secara khusus

    dengan program restrukturisasi kredit. Namun problema yang dihadapi adalah

    bahwa dengan adanya kecenderungan semakin membengkaknya NPL, maka

    permasalahannya menjadi semakin komplek disamping masih disangsikan

    apakah program restrukturisasi kredit tersebut debitur sudah memiliki

    kemampuan mengakomodasi berbagai kemudahan yang diberikan bank sesuai

    kesepakatan41.

    Kaitannya dengan upaya pencegahan dan penyelesaian kredit macet ini, perlu

    dibahas masalah tentang asas-asas perbankan, pengertian kredit macet, tindakan

    38 Peraturan Bank Indonesia No.2/ 15/ PBI/ 2000 tentang Restrukturisasi Kredit, pasal 1. 39 Hesty Irawan, Penelitian Tentang Aspek Hukum Restrukturisasi Kredit Dalam Rangka

    Menggerakkan Sektor Riil, Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman HAM RI, 2001.

    40 Agus Budianto, SH.MH., Merger Bank di Indonesia, (Bogor: Ghalia Indonesia,2004), hal. 63.

    41 Bramantyo Djohanputro, Laporan Penelitian: Non Performing Loan (NPL), (Jakarta: Bank Indonesia, 2007), hal. 63.

    Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository 2008

  • bank yang diperkenankan, tindakan bank yang dilarang, ketentuan atau peraturan

    dalam pemberian kredit, sanksi, dan cara mengatasi dana yang tidak kembali

    (kredit macet).

    B. Perumusan Masalah.

    Hal yang menjadi perumusan masalah sehubungan dengan judul skripsi

    Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Pada PT. Bank Mandiri

    Cabang Balige adalah sebagai berikut :

    1. Bagaimana proses pemberian kredit di PT. Bank Mandiri Cabang Balige?

    2. Faktor- faktor apa yang dapat mempengaruhi terjadinya kredit bermasalah

    atau kredit macet atas pinjaman nasabah di PT. Bank Mandiri Cabang

    Balige?

    3. Bagaimana proses penyelesaian kredit bermasalah atau kredit macet atas

    pinjaman nasabah bank di PT. Bank Mandiri Cabang Balige?

    C. Tujuan dan Manfaat Penulisan.

    Tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

    1. Untuk dapat mengetahui bagaimana prosedur pemberian kredit bagi para

    nasabah PT. Bank Mandiri Cabang Balige. Apakah prosedur yang

    diberikan oleh pihak bank disamakan terhadap semua nasabah atau tidak.

    Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository 2008

  • Disamping itu juga agar diketahui apa saja yang dapat dijadikan objek

    jaminan atau pinjaman tersebut.

    2. Untuk dapat mengetahui dan mengkaji apa saja faktor-faktor yang dapat

    menimbulkan kredit macet terhadap para nasabah di PT. Bank Sumut

    Mandiri Cabang Balige.

    3. Untuk mengetahui bagaimana proses maupun upaya yang dilakukan oleh

    pihak PT. Bank Mandiri Cabang Balige agar kredit macet itu dapat

    diselesaikan dengan baik serta konsekuensi adanya asuransi jiwa kredit.

    Selain tujuan yang disebutkan diatas, adapun manfaat yang diharapkan dari

    penulisan skripsi ini terdiri atas manfaat teoritis dan manfaat praktis yaitu:

    1. Manfaat Teoritis yaitu:

    a. Untuk mengembangkan wawasan dan pengetahuan sekaligus sebagai

    sumbangan ilmu khususnya dalam materi mengenai kredit macet atau

    kredit bermasalah sehingga dapat membantu mempersiapkan diri

    sebagai generasi penerus bangsa yang berwawasan dan bercita-cita

    tinggi.

    b. Untuk memperluas khazanah pengetahuan mengenai penyelesaian

    kredit macet melalui hasil penelusuran teori-teori hukum perbankan

    sebagai dasar hukumnya yang tentunya berkaitan dengan kebijakan

    penyelesaian kredit bermasalah oleh pihak bank yang bersangkutan.

    c. Sebagai bahan informatif dalam permasalahan terkait mengenai dasar-

    dasar pengaturan hukum perbankan khususnya dalam hal perkreditan

    di PT.Bank Mandiri serta kebijakan atau upaya yang akan dilakukan

    Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository 2008

  • pihak bank terkait dalam penyelesaian jika terjadi kredit macet

    sehingga dapat dipahami resiko, prosedur dan hubungan kreditur dan

    debitur dalam perkreditan di dunia perbankan, dimana selama ini

    dianggap rahasia bank.

    2. Manfaat Praktis yaitu:

    a. Untuk mengetahui dengan jelas mengenai mengenai mekanisme

    penyelesaian kredit bermasalah atau kredit macet, dan mengenai

    pihak-pihak yang terlibat dengan perkreditan dalam perbankan.

    b. Kiranya dapat membantu jika suatu saat dihadapkan pada

    penyelesaian kasus serupa yang berkaitan dengan penyelesaian

    kredit macet atau kredit bermasalah dalam perbankan yang dalam

    hal ini dikhususkan pada PT. Bank Mandiri.

    D. Keaslian Penulisan.

    Berdasarkan penelusuran pada perpustakaan Fakultas Hukum Universitas

    Sumatera Utara, maka telah terdapat beberapa judul mengenai kredit macet yaitu:

    1. Dewi Sari, Nim: 010200139, Judul: Pengaturan Maksimum Pemberian

    Kredit Dalam Perbankan Indonesia.

    2. Siska Elisabeth Barimbing, Nim: 010200106, Judul: Tinjauan Terhadap

    Ketentuan Kredit Macet Dalam Perbankan di Indonesia.

    Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository 2008

  • 3. Sri Yanti S.L. Panjaitan, Judul: Penerapan Prinsip Kehati-hatian dalam

    Pemberian Kredit Perbankan (Studi Kasus di PT.Bank Mandiri Cabang

    Zainul Arifin Medan).

    4. Diegi Dona Sari, Nim: 030200065, Judul: Pengaturan Dana UKM

    Melalui Pemberian Kredit Pada PT. Bank Mandiri Cabang Solok Sumbar.

    Dengan demikian maka tidak terdapat permasalahan yang sama dengan

    skripsi ini. Untuk itu skripsi ini dapat dikatakan asli.

    E. Tinjauan Kepustakaan.

    Skripsi ini membahas Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah

    di PT. Bank Mandiri Cabang Balige .

    Menurut Rahmadi Usman, untuk menentukan apakah suatu kredit dikatakan

    macet didasarkan pada kolektibilitas kreditnya. Dimana kolektibilitas adalah

    keadaan pembayaran pokok dan bunga kredit oleh pihak debitur serta tingkat

    kemungkinan diterimanya kembali dana tersebut42.

    Mandala Manurung dan Prathama Raharja menyatakan :

    Kredit yang disalurkan bermasalah jika pengembaliannya terlambat

    dibanding jadwal yang direncanakan, bahkan tidak dikembalikan sama sekali.

    Dalam konteks Indonesia kredit bermasalah (Non Performing Loans) dapat

    dikelompokkan menjadi kredit tak lancar atau kredit macet43.

    42 Rachmadi Usman, Aspek- aspek Hukum Perbankan Di Indonesia, (Jakarta : PT. Gramedia

    Pustaka Utama, 2001),hal. 255. 43 Mandala Manurung dan Pratama Raharja, Uang, Perbankan dan Ekonomi Moneter,

    (Jakarta : Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia,2004), hal. 196.

    Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository 2008

  • Kredit yang masuk golongan lancar dan dalam perhatian khusus dinilai

    sebagai performing loan, sedangkan kredit yang masuk golongan kurang lancar,

    diragukan dan macet dinilai sebagai Non Performing Loans (kredit

    bermasalah)44.

    Menurut Jopie Jusuf kredit bermasalah memiliki pengertian yang lebih luas,

    mulai dari masalah kecil misalnya sekedar menunggak angsuran satu hari karena

    terlambat menyetor, sampai besar misalnya kredit macet yang merupakan kredit

    bemasalah yang besar dan akut45.

    Selanjutnya Gatot Suparmono menjelaskan bahwa nasabah yang memperoleh

    kredit dari bank tidak seluruhnya dapat mengembalikannya dengan lebih tepat

    pada waktu yang diperjanjikan. Pada kenyataannya selalu ada sebagian nasabah

    yang karena suatu sebab tidak dapat mengembalikan kredit kepada bank yang

    telah menjamininya. Nasabah yang tidak dapat membayar lunas hutangnya

    mengakibatkan perjalanan kredit terhenti atau macet. Jadi kredit macet adalah

    suatu keadaan dimana seorang nasabah tidak mampu membayar lunas kredit bank

    tepat pada waktunya. Keadaan yang demikian dalam hukum perdata disebut

    dengan wanprestasi/ingkar janji46.

    44 Sutarno, Aspek- aspek Hukum Perkreditan Pada Bank, (Bandung : Alfabeta,2003), hal.

    263. 45 Jopie Jusuf, Kiat Jitu Memperoleh Kredit Bank, (Jakarta : PT. Elex Media Computindo

    Kelompok Gramedia,2003), hal. 218. 46 Gatot Suparmono, Perbankan Dan Masalah Kredit, (Jakarta : Pradnya

    Paramita,1994),hal.92.

    Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository 2008

  • F. Metode Penulisan.

    Fakta-fakta atau dalil- dalil yang akurat dari hasil penelitian sangat

    mendukung untuk menghasilkan karya tulis ilmiah yang dapat

    dipertanggungjawabkan. Penulisan skripsi ini dilakukan dengan mengumpulkan

    data- data dan informasi yang diperlukan untuk dijadikan bahan dalam penulisan

    skripsi ini.

    Data- data ataupun informasi tersebut harus mempunyai kaitan dan hubungan

    satu sama lain yang berhubungan dengan judul skripsi. Agar dapat memperoleh

    data dalam penulisan skripsi ini maka dilakukan penelitian dengan menggunakan

    metode pendekatan. Metode pendekatan dalam penelitian ini adalah yuridis

    normatif yang dilakukan dengan cara terlebih dahulu meneliti bahan-bahan

    kepustakaan atau menginventarisasi hukum positif yang relevan dengan

    permasalahan yang diteliti dan mengacu kepada norma-norma hukum yang

    terdapat dalam peraturan perundang-undangan atau mengkaji data sekunder.

    Adapun penelitian ini dilakukan dalam dua tahap yaitu :

    1. Penelitian Kepustakaan (Library Research).

    Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data yang berupa perundang-

    undangan, karya ilmiah, majalah, buku- buku dan dokumen lainnya yang

    erat kaitannya dengan masalah yang dibahas dalam sripsi ini.

    2 Penelitian Lapangan (Field Reseacrh).

    Selain penelitian kepustakaan, penulis juga mengadakan penelitian secara

    langsung ke lapangan yaitu dengan mendatangi objek penelitian,dengan

    melakukan cara questioner terhadap karyawan bagian kredit macet dari

    Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository 2008

  • PT. Bank Mandiri Cabang Balige untuk mendapatkan data-data,

    informasi, dan keterangan-keterangan yang diperlukan dalam penulisan

    skripsi.

    G. Sistematika Penulisan.

    Sistematika penulisan dapat dibagi dalam beberapa tahapan yang disebut

    dengan bab, dimana setiap bab akan diuraikan masalahnya secara tersendiri,

    namun masih dalam konteks yang saling berkaitan antara satu dengan yang

    lainnya. Secara sistematis menempatkan materi pembahasan keseluruhannya ke

    dalam 5 (lima) bab yang rinciannya sebagai berikut :

    Bab I . Pendahuluan.

    Bab ini menguraikan hal-hal yang bersifat umum sebagai langkah awal

    dalam penulisan skripsi ini yaitu mulai dari latar belakang, permasalahan, dan

    apa saja manfaat dan tujuan dari penulisan skripsi ini untuk membantu agar

    tulisan ini tidak lari dari topik yang dibahas.

    Penulis juga menerangkan tentang keaslian penulisan skripsi ini, dimana

    tulisan ini ditulis dan dibuat sendiri oleh penulis. Akhirnya bab ini ditutup

    dengan sistematika penulisan yang menerangkan bagian-bagian dari

    keseluruhan bab secara ringkas.

    Bab II. Proses Pemberian Kredit Pada PT. Bank Mandiri.

    Penulis akan menguraikan gambaran umum tentang perkreditan dan

    jaminan dimana akan membahas mulai dari tentang pengertian dan unsur-

    Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository 2008

  • unsur kredit, jenis dan penggolongan kredit, prinsip-prinsip pemberian kredit,

    objek jaminan kredit dan berakhirnya perjanjian kredit.

    Bab III. Kredit Macet atau Kredit Bermasalah Dalam Dunia Perbankan.

    Bab ini menguraikan gambaran umum tentang kredit bermasalah, dimana

    penulis akan membahas mulai dari pengertian kredit bermasalah, faktor-

    faktor yang mempengaruhi terjadinya kredit bermasalah, akibat dari kredit

    bermasalah, dan diakhiri dengan penyelesaian kredit bermasalah.

    Bab IV. Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah

    Bank .

    Dalam bab ini akan dibahas tentang kredit macet (bermasalah) atas

    pinjaman nasabah pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige yang meliputi

    syarat prosedur pemberian kredit bagi nasabah. Selanjutnya menguraikan juga

    tentang objek yang dapat dijadikan jaminan dalam pemberian kredit, Asuransi

    kredit, faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kredit macet

    (bermasalah) atas pinjaman tersebut. Kemudian pada bagian terakhir bab ini,

    penulis juga akan meguraikan tentang bagaimana tindakan yang diambil oleh

    pihak PT. Bank Mandiri Cabang Balige dalam penyelesaian kredit macet (

    bermasalah ) atas pinjaman nasabah di bank tersebut.

    Bab V. Penutup.

    Bab terakhir ini merupakan inti dari pembahasan yang telah diuraikan

    dalam bab-bab sebelumnya yang dikemukakan ke dalam bentuk kesimpulan.

    Dengan membaca kesimpulan penulis berharap para pembaca sudah dapat

    menangkap dan memahami isi yang terkandung dalam skripsi ini. Kemudian

    Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository 2008

  • diakhiri dengan beberapa saran yang diajukan dalam rangka meningkatkan

    kesadaran masyarakat umum tentang pentingnya mengetahui bagaimana

    proses dan prosedur pemberian kredit bagi mereka selaku nasabah bank serta

    masalah-masalah yang mungkin akan dihadapi. Melalui saran ini juga

    diharapkan agar PT. Bank Mandiri Cabang Balige dapat mengambil langkah

    preventif agar jangan sampai terjadi lagi kredit macet (bermasalah) atas

    kredit-kredit yang disalurkan kepada nasabahnya/ masyarakat.

    Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository 2008

  • BAB II

    PROSES PEMBERIAN KREDIT PADA PT. BANK MANDIRI

    A. Pengertian Kredit dan Unsur Kredit.

    Kredit adalah istilah yang tidak asing lagi bagi masyarakat,sebab dalam

    kehidupan masyarakat sehari-hari banyak anggota masyarakat yang melakukan

    jual beli barang dengan cara kreditan. Secara etimologi, kata kredit berasal dari

    bahasa Romawi yaitu credere yang berarti percaya. Dalam bahasa Belanda

    disebut dengan Vertrouwen47. Sedangkan dalam bahasa Inggris disebut dengan

    Believe, trust or confidence. Banyak anggota masyarakat yang menerima kredit

    dari koperasi maupun bank untuk kebutuhannya.

    Jika dihubungkan dengan bank maka berarti bank selaku kreditur percaya

    menanamkan sejumlah uang kepada nasabah atau debitur, karena adanya rasa

    percaya oleh pihak bank bahwa nasabah atau kreditur tersebut mampu melunasi

    pinjamannya dalam jangka waktu yang ditentukan48.

    Bila ditinjau dari ketentuan Pasal 1 angka 11 Undang-undang Nomor 10

    tahun 1998 tentang perbankan maka pengertian kredit adalah penyediaan uang

    atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau

    kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan

    pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan

    pemberian bunga49 . Dari uraian diatas terkandung pengertian bahwa pihak bank

    47 Siharta P.Soerjadi,Segi-segi Hukum Perkreditan di Indonesia, Kertas Kerja Dalam

    Simposium Aspek-aspek Hukum Masalah Perkreditan BPH. 48 Mariam, Darus Badrulzaman, Perjanjian Kredit Bank, (Bandung : Alumni, 1978),hal. 21. 49 Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998, Tentang Perbankan, (Bandung: FokusMedia).

    Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository 2008

  • selaku kreditur, percaya menanamkan sejumlah uang kepada nasabah atau

    debitur, karena debitur dapat dipercaya kemampuannya untuk membayar lunas

    pinjamannya setelah jangka waktu yang telah ditentukan sebelumnya. Dengan

    demikian maka dapat juga dikatakan bahwa pemberian kredit merupakan

    pemberian kepercayaan oleh pihak bank kepada nasabah50.

    Pemberian bank merupakan salah satu usaha bank untuk mendapatkan

    keuntungan, maka bank hanya boleh meneruskan simpanan masyarakat kepada

    nasabahnya dalam bentuk kredit, jika dia betul-betul yakin bahwa debitur akan

    mengembalikan pinjaman yang diterimanya sesuai dengan jangka waktu dan

    syarat-syarat yang telah disetujui oleh kedua belah pihak. Dalam hal ini, perlu

    diperhatikan faktor kemampuan dan kemauan sehingga tersimpul kehati-hatian

    dengan memperhatikan segi keamanan dan keuntungan yang diperoleh dari

    pemberian kredit51.

    Menurut Mariam Darus Badrulzaman dalam bukunya yang berjudul

    Perjanjian Kredit Bank menyatakan bahwa istilah kredit sering dinamakan

    Perjanjian Kredit Bank dimana istilah bank dilekatkan untuk membedakannya

    dengan perjanjian pinjaman uang dimana bukan bank sebagai krediturnya. Jadi

    hal ini menunjukkan bahwa istilah kredit tidak dapat diartikan sebagai istilah

    pinjam uang saja tanpa ada kata bank yang mengikutinya52.

    Dalam Undang-undang Perbankan yaitu Undang-Undang No.10 tahun 1998

    tentang perbankan, kredit digunakan dalam dua istilah,namun mengandung

    50 M. Bahsan, Pengantar Analisis Kredit Perbankan Indonesia, (Jakarta: CV. Rejeki Agung,

    2003), hal. 4. 51 Budi Untung, Kredit Perbankan di Indonesia, (Yogyakarta : Andi,2005) hal.135. 52 Mariam Darus Badrulzaman, Perjanjian Kredit Bank, (Bandung: Alumni, 1978), hal.21.

    Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository 2008

  • makna yang sama untuk pengertian kredit53. Kedua istilah tersebut tergantung

    pada kegiatan usaha yang dijalankan oleh bank, apakah bank dalam menjalankan

    kegiatan usahanya secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah54 .

    Kredit merupakan penyediaan atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan

    itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dan

    pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah

    jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga (Pasal 1 angka 11 UU No.10

    tahun 1998)55.

    Sedangkan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang

    atau tagihan yang dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau

    kesepakatan antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai

    untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu

    dengan imbalan atau bagi hasil (Pasal 1 angka 12 UU Nomor 10 tahun 1998

    tentang perbankan)56.

    Dari kedua rumusan istilah tersebut, perbedaannya terletak pada bentuk

    kontra prestasi yang akan diberikan nasabah peminjam dana (debitur) kepada

    bank (kreditur) atas pemberian kredit atau pembiayaannya57. Pada bank

    konvensional, kontra prestasinya berupa bunga sedangkan pada bank syariah

    53 Undang-Undang No.10 Tahun 1998 tentang Perbankan, (Bandung: FokusMedia). 54 Rahcmadi Usman,Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia, (Jakarta : PT.Gramedia

    Pustaka Utama,2001),hal.236. 55 Undang-Undang No. 10 tahun 1998 tentang Perbankan,(Bandung: FokusMedia), pasal 1

    angka 11. 56 Ibid, pasal 1 angka 12. 57 M. Bahsan, Pengantar Analisis Kredit Perbankan Indonesia, ( Jakarta: CV. Rejeki

    Agung,2003), hal. 4.

    Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository 2008

  • kontra prestasinya berupa imbalan atau bagi hasil sesuai dengan persetujuan atau

    kesepakatan bersama58.

    Dengan demikian kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah ini

    merupakan perjanjian pinjam meminjam (uang) yang dilakukan antara bank dan

    pihak lain (nasabah peminjam dana). Perjanjian pinjam meminjam (uang) itu

    dibuat atas dasar kepercayaan bahwa si peminjam akan melunasi atau

    mengembalikan pinjaman uang atau tagihan tersebut kepada bank dalam

    tenggang waktu yang telah ditentukan disertai pembayaran sejumlah bunga,

    imbalan atau pembagian hasil keuntungan sebagai imbalan jasanya59.

    Dari uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa yang menjadi unsur-

    unsur kredit adalah sebagai berikut :

    1. Kepercayaan. Yaitu adanya keyakinan dari pihak bank atas prestasi yang diberikannya

    kepada nasabah peminjam dana yang akan dilunasinya sesuai dengan yang diperjanjikan sebelumnya.

    2. Waktu. Yaitu adanya jangka waktu tertentu antara pemberian kredit dan

    pelunasannya. Jangka waktu tersebut sebelumnya terlebih dahulu disetujui atau disepakati bersama antara para pihak bank dan nasabah peminjam dana.

    3. Prestasi. Yaitu adanya objek tertentu berupa prestasi dan kontra prestasi pada saat

    tercapainya persetujuan atau kesepakatan perjanjian pemberian kredit antara bank dan nasabah peminjam dana berupa uang dan bunga atau imbalan.

    4. Resiko. Yaitu adanya resiko yang mungkin akan terjadi selama jangka waktu

    antara pemberian dan pelunasan kredit tersebut, sehingga untuk mengamankan pemberian kredit dan menutup kemungkinan terjadinya wanprestasi dari nasabah peminjam dana, maka diadakanlah pengikatan jaminan dan agunan60.

    58 Ibid, hal. 5. 59 Rachmadi, Usman, Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia, (Jakarta: PT.Gramedia

    Pustaka Utama,2001), hal. 238. 60 Ibid, hal. 240.

    Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository 2008

  • B. Prosedur Pemberian Kredit.

    Dalam Undang-undang Perbankan tidak ada sama sekali menyinggung

    tentang macam-macam kredit. Meskipun demikian, dalam praktek perbankan

    kredit-kredit yang pernah diberikan kepada nasabahnya dapat dilihat dari

    beberapa segi yakni :

    a. Jangka waktunya. Dari segi jangka waktunya terdapat tiga macam kredit yaitu kredi jangka

    pendek, kredit jangka menengah, dan kredit jangka panjang. b. Kegunaannya. Bila ditinjau dari segi kegunaannya, maka kredit dapat digolongkan

    menjadi tiga (3) macam yaitu kredit investasi, kredit modal kerja, dan kredit profesi.

    Kredit investasi adalah penanaman modal yang bersifat ekspansi, modernisasi maupun rehabilitasi perusahaan. Sedangkan kredit modal kerja adalah kredit yang diberikan untuk kepentingan kelancaran modal kerja nasabah. Jadi, kegunaan daripada kredit ini misalnya untuk pembelian bahan dasar, alat-alat bantu maupun membayar biaya lainnya. Kredit profesi adalah kredit yang diberikan oleh bank semata-mata untuk kepentingan profesinya. Misalnya kredit yang diberikan kepada seorang dokter gigi untuk membeli seperangkat peralatan medisnya.

    c. Pemakaiannya. Menurut pemakaiannya, kredit dapat digolongkan menjadi dua yakni

    kredit konsumtif yaitu kredit yang diberikan kepada nasabah untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Misalnya, kredit untuk membeli alat-alat rumah tangga. Jenis kredit kedua adalah kredit produktif yaitu pembiayaan bank yang ditujukan untuk keperluan usaha nasabah agar produktifitasnya semakin meningkat, misalnya kredit investasi dan kredit modal kerja, karena kedua kredit ini bertujuan untuk meningkatkan produktifitas nasabah.

    d. Menurut sektor yang dibiayai. Macam-macam krredit yang diberikan kepada nasabah dipandang dari

    sektor yang dibiayai oleh bank antara lain kredit perdagangan kreedit pemborongan, kredit perhotelan, kredit percetakan, kredit pengangkutan, kredit perindustrian dan lain-lain61.

    Selain penggolongan macam-macam kredit di atas, masih ada jenis dan

    penggolongan kredit yang lain seperti :

    61 Gatot Supramono, Perbankan dan Masalah Kredit, (Jakarta : Djambatan, 1995),hal 29-31.

    Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository 2008

  • a) Penggolongan berdasarkan dokumentasi terdiri dari :

    1. Kredit dengan perjanjian kredit tertulis.

    2. Kredit tanpa surat perjanjian kredit. Hal ini dapat dibagi ke dalam dua

    bentuk yakni:

    1) Kredit lisan (jarang dilakukan).

    2) Kredit dengan instrumen surat berharga. Misalnya, kredit yang hanya

    lewat dokumen promes, obligasi, kartu kredit dan lain-lain.

    b) Penggolongan kredit berdasarkan objek yang ditransfer, dapat dibagi atas :

    1. Kredit uang (money credit), dimana pemberian dan pengembalian kredit

    dilakukan dalam bentuk uang.

    2. Kredit bukan uang (non money ceredit), dimana kredit diberikan dalam

    bentuk barang dan jasa dan pengembaliannya dilakukan dalam bentuk

    uang.

    c) Penggolongan kredit berdasarkan waktu pencairannya. Kredit ini dapat dibagi

    atas:

    1. Kredit tunai (cash credit), dimana pencairan kredit dilakukan dengan tunai

    atau pemindah bukuan ke dalam rekening debitur.

    2. Kredit tidak tunai (non cash credit), dimana kredit tidak dibayar pada saat

    pinjaman dibuat. Terdiri dari :

    1) Garansi bank atau stand by L/C.

    Dalam hal ini bank akan membayar apabila terjadi perbuatan tertentu,

    misalnya jika pada suatu saat, pihak pemohon garansi tidak

    Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository 2008

  • melaksanakan kewajibannya kepada pihak lain, maka dalam hal

    seperti ini banklah yang akan membayarnya.

    2) Letter of Credit, yang merupakan jaminan kepada penjual/pengirim

    barang dimana bank akan membayar sejumlah uang jika dokumen-

    dokumen tertentu dipenuhi oleh penjual/ pengirim barang62.

    d) Penggolongan kredit menurut cara penarikannya. Kredit ini dapat dibagi atas

    :

    1. Kredit sekali jadi, yaitu kredit yang pencairan dananya dilakukan

    sekaligus, misalnya secara tunai ataupun secara pemindah bukuan.

    2. Kredit rekening koran. Dalam hal ini, baik penyediaan dana maupun

    penarikan dana tidak tidak dilakukan sekaligus, melainkan secara tidak

    teratur kapan saja dan berulang kali. Dapat dilakukan melalui pemindah

    bukuan penarikan cek, bilyet, giro, atau perintah pemindah bukuan

    lainnya.

    3. Kredit berulang-ulang (revolving loan). Kredit semacam ini biasanya

    diberikan terhadap debitur yang tidak memerlukan kredit sekaligus,

    melainkan secara berulang-ulang sesuai kebutuhan, asalkan masih dalam

    batas maksimum dan masih dalam jangka waktu yang diperjanjikan.

    4. Kredit bertahap. Kredit bertahap ini merupakan kredit yang pencairannya

    dilakukan secara bertahap dalam beberapa termin.

    5. Kredit tiap transaksi. Merupakan kredit yang diberikan untuk satu

    transaksi tertentu, dimana pengembalian kredit diambil dari hasil transaksi

    62 Sumber: Data Dari PT. Bank Mandiri RCR 1Medan, tanggal 25 Januari 2008.

    Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository 2008

  • yang bersangkutan. Jadi dalam hal ini, dananya tidak ditarik secara

    berulang-ulang melainkan sekaligus saja yakni untuk tiap transaksi saja63.

    Bank dalam memberikan kredit kepada nasabahnya perlu memperhatikan

    strategi atau pun hal-hal yang dapat dinilai positif untuk menghindari

    kemungkinan terjadinya pengembalian kredit tidak lancar64.

    Berdasarkan penjelasan pasal 8 Undang-undang Nomor 10 tahun 1998

    tentang perbankan, yang harus dinilai oleh bank sebelum memberikan kredit atau

    pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, apa yang dikenal dengan prinsip 5

    C65.

    Pada sasarannya prinsip 5 C ini akan dapat memberikan informasi mengenai

    itikad baik dan kemampuan membayar nasabah untuk melunasi kembali

    pinjaman beserta bunganya66. Adapun prinsip 5C yang dilakukan atau dinilai

    oleh pihak bank yang bersangkutan yaitu:

    1. Penilaian watak (character). Penilaian watak/kepribadian calon debitur dimaksudkan untuk mengetahui kejujuran dan itikad baik calon debitur untuk melunasi atau mengembalikan pinjamannya, sehingga tidak menyulitkan bank di kemudian hari.

    2. Penilaian kemampuan (Capacity). Bank harus meneliti tentang keahlian calon debitur dalam bidang usahanya dan kemampuan manajerialnya, sehingga bank yakin bahwa usaha yang akan dibiayainya dikelola oleh orang-orang yang tepat, sehingga calon debiturnya dalam jangka waktu tertentu dapat melunasi atau mengembalikan pinjamannya.

    3. Penilaian terhadap modal (capital). Bank harus melakukan analisis terhadap posisi keuangan secara menyeluruh mengenai masa lalu dan yang akan datang, sehingga dapat

    63 Sumber: Data Dari PT. Bank Mandiri RCR 1Medan, tanggal 25 Januari 2008. 64 M. Bahsan, Pengantar Analisis Kredit Perbankan Indonesia, (Jakarta: CV. Rejeki Agung,

    2003), hal. 1. 65 Undang-Undang No. 10 tahun 1998 tentang Perbankan, (Bandung: FokusMedia), pasal 8. 66 M. Bahsan, Op.Cit, hal. 4.

    Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository 2008

  • diketahui kemampuan permodalan calon debitur dalam menunjang pembiayaan proyek tata usaha calon debitur yang bersangkutan. Biasanya bank tidak akan memberikan kredit untuk mendanai seluruh biaya usaha nasabah. Oleh sebab itu nasabah wajib menyediakan modal untuk mendanai usaha yang akan dikelolanya itu, sedangkan kredit yang akan diberikan oleh bank itu fungsinya hanya sebagai tambahan modal saja yang jumlahnya lebih sedikit dari pokoknya.

    4. Penilaian terhadap agunan (collateral). Untuk menanggung pembayaran kredit macet, calon debitur umumnya wajib menyediakan jaminan berupa agunan yang berkualitas tinggi dan mudah dicairkan yang nilainya minimal sebesar jumlah kredit atau pembiayaan yang diberikan kepadanya.

    5. Penilaian terhadap prospek usaha nasabah debitur(condition of economy). Bank harus menganalisa keadaan pasar di dalam dan di luar negeri, baik masa lalu maupun masa yang akan datang, sehingga masa depan pemasaran dari hasil proyek tata usaha calon debitur yang dibiayai bank dapat diketahui67.

    Selain hal-hal tersebut diatas, bank juga harus mengetahui tujuan penggunaan

    kredit dan rencana pengembangan kreditnya68.

    Selain prinsip 5 C, bank juga menerapkan prinsip 5 P dalam memberikan

    suatu kredit kepada nasabahnya yakni :

    1. Party (para pihak).

    Para pihak merupakan titik sentral yang diperhatikan dalam setiap

    pemberian kredit. Untuk itu pihak pemberi kredit harus memperoleh suatu

    kepercayaan terhadap para pihak, dalam hal ini debitur tentang

    bagaimana karakter, kemampuannya dan sebagainya.

    2. Purpose (tujuan).

    Tujuan dari pemberi kredit juga sangat penting diketahui oleh pihak

    kreditur. Harus dilihat apakah kredit akan digunakan untuk hal-hal yang

    positif yang benar-benar dapat menaikkan income perusahaan. Dan harus

    67 Ibid, hal. 5. 68 Rachmadi Usman, Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia

    Pustaka Utama, 2001), hal. 247.

    Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository 2008

  • diawasi pula agar kredit tersebut benar-benar diperuntukkan untuk tujuan

    seperti yang diperjanjikan dalam suatu perjanjian kredit.

    3. Payment (pembayaran).

    Dalam hal ini, harus dilihat apakah sumber pembayaran kredit dari calon

    debitur cukup tersedia dan cukup aman, sehingga dengan demikian

    diharapkan bahwa kredit yang akan diluncurkan tersebut dapat dibayar

    kembali oleh debitur yang bersangkutan.

    4. Profitability (perolehan laba).

    Dalam hal ini, kreditur harus memperhatikan dan berantisipasi apakah

    laba yang akan diperoleh oleh perusahaan lebih besar dari pada bunga

    pinjaman dan apakah pendapatan perusahaan dapat menutupi

    pembayaran kredit itu kembali.

    5. Protection (perlindungan).

    Terhadap suatu kredit oleh perusahaan, debitur diperlakukan suatu

    perlindungan dari kelompok perusahaan atau jaminan pribadi pemilik

    perusahaan penting diperhatikan, terutama untuk berjaga-jaga sekiranya

    terjadi hal-hal di luar skenario atau di luar prediksi semula69.

    69 Ibid, hal 248-249.

    Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository 2008

  • C. Objek Jaminan Kredit.

    Di dalam perjanjian kredit bank, dilihat dari segi jaminannya, maka jenis

    kredit ada dua yaitu kredit tanpa jaminan (unsecured loan70) atau kredit blanko

    dan kredit dengan jaminan (secured loan71).

    Pada zaman sekarang,kredit tanpa jaminan ini dilarang karena kredit yang

    diberikan oleh bank mengandung resiko. Dalam pelaksanaannya bank harus

    memperhatikan asas-asas perkreditan yang sehat, diantaranya adalah bank tidak

    diperkenankan memberikan kredit tanpa surat perjanjian tertulis, memberikan

    kredit kepada usaha yang sejak semula telah diperhitungkan kurang sehat dan

    akan membawa kerugian, memberikan kredit melampaui batas maksimum

    pemberian kredit (Legal Lending Limit)72.

    Faktor adanya jaminan inilah yang penting diperhatikan oleh bank. Maka

    menurut pasal 8 Undang-Undang Perbankan No.7 tahun 1992 jo Undang-Undang

    No.10 tahun 1998 ditentukan bahwa dalam pemberian kredit, bank umum wajib

    mempunyai keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi

    hutangnya sesuai yang diperjanjikan73.

    Jaminan menurut hukum perdata dapat dibedakan atas :

    1) Jaminan perseorangan (personal quaranty), yaitu jaminan seorang pihak

    ketiga yang bertindak untuk menjamin dipenuhinya kewajiban-kewajiban si

    debitur. Jaminan ini dapat dilakukan tanpa sepengetahuan si debitur. Menurut

    70 Bank Mandiri, Consumer Banking, http://www.bankmandiri.co.id/index.aspx,html.diakses

    terakhir tanggal 12 Maret 2008. 71 Bank Mandiri, Consumer Banking, http://www.bankmandiri.co.id/index.aspx,html, diakses

    terakhir tanggal 12 Maret 2008. 72 Write Off, http://www.jawapos.co.id/indones/jawapos/news/today/analysis/op18-1.html.

    diakses terakhir tanggal 12 Maret 2008. 73 Undang-Undang No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan,(Bandung: FokusMedia), pasal 8.

    Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository 2008

  • Soebekti, oleh karena tuntutan kreditur terhadap seorang penjamin tidak

    diberikan suatu previlege atau kedudukan istimewa dibandingkan atas

    tuntutan-tuntutan kreditur lainnya, maka jaminan perorangan ini tidak banyak

    dipraktekkan dalam dunia perbankan.

    2) Jaminan kebendaan (persoonlijke en zakelijk zekerheid74), yaitu jaminan

    yang dilakukan oleh kreditur dengan debiturnya ataupun antara kreditur pihak

    ketiga yang menjamin tidak dipenuhinya kewajiban-kewajiban si debitur75.

    Jaminan kredit bank lain dapat digolongkan dalam beberapa klasifikasi

    berdasarkan sudut pandang tertentu antara lain :

    1) Jaminan karena Undang-Undang dan karena perjanjian.

    Jaminan karena undang-undang adalah jaminan yang dilahirkan atau

    diadakan oleh seperti jaminan umum, hak previlege dan hak retensi (pasal

    1132, pasal 1134 ayat 1 KUH Perdata). Sedangkan jaminan karena perjanjian

    adalah jaminan yang dilahirkan atau diadakan para pihak sebelumnya seperti

    gadai, hipotik, hak tanggungan dan fidusia.

    2) Jaminan umum dan Jaminan Khusus.

    Pada prinsipnya menurut hukum, segala harta kekayaan debitur akan menjadi

    jaminan bagi perutangannya dengan semua kreditur. KUH Perdata Pasal 1131

    menyatakan bahwa segala kebendaan si berutang, baik yang bergerak

    maupun yang tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang baru akan

    ada dikemudian hari, menjadi tanggungan untuk segala perikatan

    74 Personlijke en zakelijk zekerheid dalam kamus bahasa Belanda berarti jaminan kebendaan. 75 Soebakti,R.Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata pasal 1139, tentang jenis

    jaminan kredit bank.

    Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository 2008

  • perseorangan. Dari pasal ini berarti seluruh harta kekayaan milik debitur

    akan menjadi jaminan pelunasan atas utang debitur kepada semua kreditur76.

    Kekayaan debitur dimaksud meliputi kebendaan bergerak maupun benda

    tetap, baik yang sudah ada pada saat perjanjian hutang piutang diadakan

    maupun yang baru akan ada dikemudian hari yang akan menjadi milik debitur

    setelah perjanjian hutang piutang diadakan. Dengan demikian, tanpa

    terkecuali seluruh harta kekayaan debitur akan menjadi jaminan umum atas

    pelunasan perutangannya, baik yang telah diperjanjikan maupun tidak

    diperjanjikan sebelumnya, sehingga tidak perlu ada perjanjian jaminan

    sebelumnya77.

    Menurut Gatot Supramono jaminan umum ini di dalam praktek perkreditan

    tidak memuaskan kreditur, kurang menimbulkan rasa aman dan terjamin bagi

    kredit yang diberikan. Dengan jaminan umum tersebut kreditur tidak

    mengetahui secara persis berapa jumlah harta kekayaan debitur yang ada

    sekarang dan yang akan ada di kemudian hari, serta kepada siapa saja debitur

    itu berutang, sehingga khawatir hasil penjualan harta kekayaan debitur

    nantinya tidak cukup untuk melunasi hutang-hutangnya. Untuk itu kreditur

    memerlukan adanya benda-benda tertentu yang ditunjuk secara khusus

    sebagai jaminan piutangnya dan itu hanya berlaku bagi kreditur tersebut.

    76 Soebakti,R.Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata pasal 1131, tentang

    jaminan kredit lain pada bank. 77 Rachmadi Usman, Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia

    Pustaka Utama, 2001),hal. 287.

    Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository 2008

  • Jaminan khusus ini timbul karena adanya perjanjian yang khusus diadakan

    antara kreditur dengan debitur78.

    Karena jaminan umum kurang menguntungkan bagi kreditur, maka

    diperlukan penyerahan harta kekayaan tertentu untuk diikat secara khusus

    sebagai jaminan pelunasan utang debitur, sehingga kreditur yang

    bersangkutan mempunyai kedudukan yang diutamakan atau diistimewakan

    atau didahulukan daripada kreditur-kreditur lain dalam pelunasan hutangnya.

    Jaminan yang seperti ini memberikan perlindungan kepada kreditur dan di

    dalam perjanjian akan diterangkan mengenai hal ini79.

    3) Jaminan kebendaan dan jaminan perseorangan.

    Jaminan yang bersifat kebendaan adalah jaminan yang berupa hak mutlak

    atas sesuatu benda, yang mempunyai ciri-ciri memiliki hubungan langsung

    atas benda tertentu dari debitur, dapat dipertahankan terhadap siapapun,

    selalu mengikuti bendanya dan dapat dialihkan, contohnya hipotik, gadai dan

    lain-lain. Sedangkan jaminan perseorangan adalah jaminan yang

    menimbulkan hubungan langsung pada perorangan tertentu, terhadap

    kekayaan debitur umumnya, contoh borgtocht80.

    4) Jaminan pokok, jaminan utama dan jaminan tambahan.

    Sesuai dengan namanya, kredit diberikan kepada debitur berdasarkan

    kepercayaan dari kreditur terhadap kesanggupan pihak debitur untuk

    membayar kembali hutangnya pada waktu yang ditentukan. Karena dalam

    78 Ibid, hal. 288. 79 Soebakti,R.Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, pasal 1134, tentang

    Piutang dan Hak Mendahulukan. 80 Ibid, pasal tentang Jaminan Kebendaan.

    Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository 2008

  • hukum diberlakukan suatu prinsip bahwa kepercayaan tersebut dipandang

    sebagai jaminan pokok dari pembayaran kembali huutang-hutangnya

    dikemudian hari. Sementara jaminan-jaminan lainnya yang bersifat

    kontraktual, seperti hak tanggungan atas tanah, gadai, hipotik, fiducia dan

    sebagainya hanya dianggap sebagai jaminan tambahan atas jaminan utamanya

    berupa jaminan atas barang yang dibiayai dengan kredit tersebut81.

    5) Jaminan atas benda bergerak dan tidak bergerak.

    Pembebanan jaminan kredit didasarkan pada objek bendanya. Kalau yang

    dijadikan jaminan adalah tanah, maka pembebanannya adalah dengan

    menggunakan hak tanggungan atas tanah, sedangkan kalau yang dijadikan

    jaminan adalah benda bergerak, maka pembebanannya adalah dengan

    menggunakan gadai, fiducia, dan cessie82.

    6) Jaminan regulatif dan jaminan non regulatif.

    Jaminan regulatif adalah jaminan kredit yang kelembagaannya sendiri sudah

    diatur secara eksplisit dan sudah mendapat pengakuan dalam peraturan

    perundang-undangan yang berlaku. Yang tergolong ke dalam jaminan

    regulatif ini antara lain adalah hipotik, gadai, hak tanggungan akta pengakuan

    hutang. Sedangkan jaminan non regulatif adalah bentuk-bentuk jaminan yang

    tidak diatur dan tidak khusus diatur dalam berbagai peraturan perundang-

    undangan tetapi dikenal dan dilaksanakan dalam praktek83.

    81 Sumber: Data Dari PT. Bank Mandiri RCR 1Medan, tanggal 25 Januari 2008, hal. 2. 82 Ibid, hal. 3. 83 Ibid, hal.3.

    Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository 2008

  • 7) Saham sebagai agunan tambahan.

    Dalam rangka menunjang perkembangan pasar modal yang sehat, diperlukan

    peran serta perbankan untuk membiayai kegiatan pasar modal, dengan tetap

    memperhatikan prinsip kehati-hatian. Sehubungan dengan itu, bank

    diperkenankan meminta agunan tambahan berupa saham untuk memperoleh

    keyakinan terdapatnya jaminan pemberian kredit. Hal ini dituangkan dalam

    Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 26/ I/ UKU tanggal 7

    September 1993 tentang saham sebagai agunan tambahan kredit. Berdasarkan

    ketentuan ini, bank juga diperbolehkan memberikan kredit dengan agunan

    tambahan berupa saham, baik yang terdaftar maupun yang tidak terdaftar di

    bursa efek84.

    Tujuan penyerahan agunan dalam suatu pemberian kredit adalah sebagai

    sumber pelunasan kredit usaha nasabah yang dibiayai. Apabila usaha yang

    dibiayai bank tidak dapat diharapkan, yaitu mengalami kegagalan, maka

    diharapkan saham yang dijadikan agunan tambahan tersebut dapat dikonversi

    menjadi uang sebagai pelunasan kredit apabila terjadi kemacetan kredit.85

    D. Berakhirnya Pemberian Kredit.

    Setiap perbuatan atau tindakan yang telah dimulai pada umumnya akan

    diakhiri oleh suatu perbuatan tertentu pula. Demikian pula dengan perjanjian

    yang dibuat antara kreditur dan debitur.

    84 Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 26/ I/ UKU tanggal 7 September 1993,

    tentang saham sebagai agunan tambahan kredit. 85 Rachmadi Usman, Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia

    Pustaka Utama, 2001),hal. 287-291.

    Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository 2008

  • Pada pasal 1381 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata disebutkan pula

    bahwa hapusnya atau berakhirnya suatu perjanjian disebabkan oleh peristiwa-

    peristiwa sebagai berikut :

    1. Pembayaran. 2. Penawaran pembayaran tunai diikuti dengan penyimpanan atau penitipan

    (konsignasi). 3. Pembaharuan hutang (novasi). 4. Perjumpaan hutang (kompensasi). 5. Percampuran hutang (konfusio). 6. Penghapusan hutang. 7. Musnahnya barang yang terutang. 8. Batal atau pembatalan. 9. Berlakunya syarat batal. 10. Lewatnya waktu (verjaring) atau daluarsa86. Disamping itu masih ada beberapa hal yang membuat suatu perjanjian itu

    berakhir, misalnya :

    a. Berakhirnya suatu ketetapan waktu dalam suatu perjanjian.

    b. Meninggalnya salah satu pihak dalam beberapa macam perjanjian, seperti

    meninggalnya seorang persero dalam suatu perjanjian firma.

    c. Pada umumnya dalam perjanjian-perjanjian dimana prestasi hanya dapat

    dilaksanakan oleh debitur sendiri dan tidak oleh orang lain87.

    Dari sejumlah cara dan jenis penghapusan perjanjian yang disebutkan dalam

    Pasal 1381 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tersebut pada umumnya hanya

    bercirikan penghapusan perjanjian-perjanjian tertentu88. Khusus mengenai

    86 Soebakti,R.Tjitrosudibio,Kitab Undang-undang Hukum Perdata, (Jakarta : PT.Pradnya

    Paramita,2001) hal. 349. 87 R.Soebekti, Jaminan-jaminan Pemberian Kredit Menurut Hukum Indonesia, (Bandung :

    Citra Adutya Bakti, 1989), hal. 64 88 Soebakti,R.Tjitrosudibio, Kitab Undang-undang Hukum Perdata, (Jakarta : PT.Pradnya

    Paramita,2001), pasal 1381.

    Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository 2008

  • hapusnya perjanjian kredit, adalah sama dengan perjanjian pada umumnya89.

    Dalam perjanjian kredit biasanya dicantumkan tentang kapan mulai dan

    berakhirnya perjanjian tersebut. Syarat-syarat ini biasanya dicantumkan secara

    tegas baik mengenai waktu dan cara berakhirnya. Mengenai cara berakhirnya

    perjanjian kredit pada pokoknya diterangkan sebagai berikut :

    1. Karena Pembayaran.

    Pembayaran adalah kewajiban debitur secara sukarela untuk memenuhi

    perjanjian yang telah diadakan. Dengan adanya pembayaran oleh seorang

    debitur atau pihak yang berutang berarti debitur telah melakukan prestasi

    sesuai perjanjian, dan oleh sebab itu maka perjanjian kredit tersebut

    menjadi hapus atau berakhir90.

    Sesuai dengan maksud undang-undang, pengertian pembayaran betaling

    harus dipahami secara luas, karena bukan hanya pihak pembeli saja yang

    membayar uang harga pembelian, tetapi pihak penjual pun dikatakan

    membayar jika ia menyerahkan atau me-lever barang yang dijualnya91.

    Di dalam perjanjian kredit, pihak yang meminjam harus mengembalikan

    sejumlah uang tambah dengan bunga yang telah ditetapkan dalam

    perjanjian92.

    89 Forum: Meningkatkan RR, http://www.p2kp.org/default.,html. diakses terakhir tanggal 12

    Maret 2008. 90 Ibid, hal- 91 Ibid, hal-. 92 Ibid, hal-.

    Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository 2008

  • 2. Penawaran pembayaran tunai diikuti dengan penyimpanan atau penitipan

    (konsignasi).

    Cara ini dapat dilakukan apabila si kreditur menolak pembayaran. Dengan

    tindakan penawaran tunai yang diikuti dengan penitipan atau

    penyimpanan (konsignasi93), maka debitur telah dibebaskan dari

    pembayaran dan mengakibatkan hapusnya perjanjian. Syarat sahnya

    penawaran pembayaran tunai yang diikuti dengan penyimpanan atau

    penitipan adalah bahwa penawaran pembayaran harus langsung kepada

    kreditur yang merupakan syarat formal harus dilakukan oleh debitur94.

    Penawaran pembayaran harus dilakukan oleh seseorang yang

    berkewajiban untuk seluruh hutang yang telah jatuh tempo. Penawaran

    tersebut juga meliputi jumlah bunga yang harus dibayar oleh debitur.

    Pembayaran yang ditawarkan harus berbentuk mata uang resmi yang sah

    sebagai alat pembayaran dan dilakukan pada tempat yang telah ditentukan

    dalam perjanjian95.

    3. Pembaharuan hutang (novasi).

    Menurut Abdul Kadir Muhammad dalam buku Rachmadi Usman

    Pembaharuan hutang terjadi dengan jalan mengganti hutang lama dengan

    hutang baru, debitur lama dengan debitur baru, dan kreditur lama dengan

    kreditur baru96. Dalam hal ini, nilai hutang lama diganti dengan hutang

    baru terjadilah penggantian objek perjanjian yang disebut dengan novasi

    93 Soebakti,R.Tjitrosudibio, Kitab Undang-undang Hukum Perdata, (Jakarta : PT.Pradnya

    Paramita,2001), pasal 1381. 94 Ibid, pasal. 1381. 95 Ibid, pasal. 1381. 96 Karimsyah, Kredit Sindikasi, (Jakarta: Law Firm), hal. 7.

    Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository 2008

  • objektif97. Di sini hutang lama lenyap. Dalam hal ini terjadi penggantian

    orangnya (subjeknya), maka jika diganti debiturnya, pembaharuan ini

    disebut novasi subjektif pasif98. Jika yang diganti itu krediturnya,

    pembaharuan ini disebut novasi subjektif aktif99. Dalam hal ini hutang

    lama lenyap.

    Pada umumnya pembaharuan hutang yang terjadi dalam dunia perbankan

    adalah dengan mengganti atau memperbaharui perjanjian kredit bank

    yang ada100. Dalam hal ini yang diganti adalah perjanjian kredit banknya

    dengan perjanjian kredit bank yang baru. Dengan terjadinya penggantian

    atau pembaharuan perjanjian kredit, otomatis perjanjian kredit bank yang

    lama berakhir atau tidak berlaku lagi101.

    Pasal 1413 KUH Perdata menyebutkan tiga cara untuk melakukan novasi,

    yaitu:

    a. Dengan membuat suatu perikatan hutang baru yang menggantikan

    perikatan hutang lama yang dihapuskan karenanya.

    b. Dengan cara expromissie, yakni mengganti debitur lama dengan

    debitur baru.

    c. Mengganti debitur lama dengan debitur baru sebagai akibat suatu

    perjanjian baru yang diadakan102.

    97 Ibid, hal. 8. 98 Ibid, hal. 9. 99 Ibid, hal. 10. 100 Soebakti,R.Tjitrosudibio, Kitab Undang-undang Hukum Perdata, (Jakarta : PT.Pradnya

    Paramita,2001), pasal 1381. 101 Ibid, pasal 1413.. 102 Ibid, pasal 1413..

    Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository 2008

  • 4. Perjumpaan hutang (kompensasi).

    Kompensasi adalah perjumpaan dua hutang, yang berupa benda-benda

    yang ditentukan menurut jenis yang dipunyai oleh dua orang atau pihak

    secara timbal balik, dimana masing-masing pihak berkedudukan baik

    sebagai kreditur maupun debitur terhadap orang lain, sampai jumlah

    terkecil yang ada diantara kedua hutang tersebut103.

    Dasar kompensasi ini disebutkan dalam pasal 1425 KUH Perdata.

    Dikatakan jika dua orang saling berhutang satu pada yang lain, maka

    terjadilah antara mereka suatu perjumpaan hutang piutang, dengan mana

    hutang-hutang antara kedua orang tersebut dihapuskan.

    Kondisi demikian ini dijalankan oleh bank dengan cara

    mengkompensasikan barang jaminan debitur dengan hutangnya kepada

    bank, sebesar jumlah jaminan tersebut yang diambil oleh bank104.

    103 Rachmadi Usman, Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia

    Pustaka Utama, 2001),hal. 279. 104 Ibid, hal.279-281.

    Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository 2008

  • BAB III

    KREDIT MACET ATAU KREDIT BERMASALAH DALAM DUNIA

    PERBANKAN

    A. Pengertian Kredit Bermasalah.

    Kasus kredit macet dalam dunia perbankan bukanlah hal yang baru. Kredit

    macet sudah menjadi resiko bagi perbankan sejak lama105. Krisis ekonomi yang

    dimulai pada tahun 1998 tidak lepas dari andil kredit macet di perbankan yang

    harus dibayar mahal dengan obligasi rekapitalisasi dan menjadi beban ekonomi

    nasional hingga saat ini106. Sebagai usaha yang penuh resiko, sebelum

    memberikan kredit sebaiknya pihak bank melakukan analisis kredit dengan teliti,

    cermat, dan seksama yang tentunya dengan didasarkan pada data yang aktual dan

    akurat sehingga bank tidak akan keliru dalam mengambil keputusan apakah akan

    memberikan kredit atau tidak107.

    Bank harus meyakini bahwa kredit yang akan diberikannya kepada pihak

    nasabah debitur dapat dilunasi kembali pada waktunya dan tidak akan

    berkembang menjadi kredit bermasalah atau macet108.

    Jika dilihat dari asal katanya, kredit macet terdiri dari dua kata yakni kredit

    dan macet. Yang dimaksud dengan kredit adalah pinjaman uang secara

    105 Write Off, http://www.jawapos.co.id/indones/jawapos/news/today/analysis/op18-1.html.

    diakses terakhir tanggal 12 Maret 2008. 106 Eko B. Supriyanto, Sepuluh Tahun Krisis Moneter: Kesiapan Menghadapi Krisis Kedua,

    (Jakarta: InfoBank Publishing, 2007), hal.10. 107 DPD Perbarindo DKI Jaya dan Sekitar