09e01001

111
Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009 EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN PERUMAHAN (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara) Oleh: JHON SUMIHARJO HUTABARAT 030903023 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sosial DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2008

Upload: oktaviadn

Post on 12-Dec-2015

16 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

ad

TRANSCRIPT

Page 1: 09E01001

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN PERUMAHAN

(Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara)

Oleh:

JHON SUMIHARJO HUTABARAT

030903023

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2008

Page 2: 09E01001

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dalam suka cita penulis haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini yang berjudul:”Evaluasi Pelaksanaan Program

Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan

Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara)

Skripsi ini merupakan suatu penilaian yang penulis lakukan terhadap pelaksanaan

program pengembangan perumahan di Tapanuli Utara sejak dituangkan dalam Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Tapanuli Utara periode 2004-2009. Penulis

merasakan perlunya melakukan penilaian terhadap program-program yang dilakukan oleh

pemerintah daerah Tapanuli Utara, dan salah satunya adalah program pengembangan

perumahan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam tulisan ini banyak terdapat

kekurangan dalam penulisan, isi dan penyampainnya. Untuk itu penulis mengharapkan

saran dan kritik yang bersifat membangun. Pada kesempatan ini penulis ingin

mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik, Universitas Sumatera Utara;

2. Bapak Prof. Dr. Marlon Sihombing, M.A., selaku Ketua Departemen Ilmu

Administrasi Negara;

3. Ibu Dra. Elita Dewi, M.SP., selaku Dosen Wali penulis;

4. Ibu Dra. Nurlela Ketaren, M.SP., selaku Dosen Pembimbing penulisan skripsi

yang telah banyak memberikan bimbingan dan bantuan yang sangat berharga

dalam penyusunan skripsi ini;

5. Bapak/Ibu dosen Departemen Ilmu Administrasi Negara, pegawai tata usaha

beserta staf Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU;

6. Bapak Tongam Hutabarat, selaku Kepala Dinas Permukiman dan

Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara; Bapak Arnol Poltak

Sitorus, selaku Kepala Bidang Perumahan dan Permukiman, Dinas Kimbangwil

Page 3: 09E01001

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

Taput; Bapak Saul Situmorang, selaku Kepala BAPPEDA Tapanuli Utara; dan

Bapak Ihsar, selaku Developer (pengembang) perumahan di Kabupaten

Tapanuli Utara);

7. Buat K’ Sondang Pane, yang telah banyak memberi bantuan yang sangat berarti

buat penulis;

8. Bapak/ Ibu guru SD No. 174566, Hutabarat Partali Julu, Tarutung; Bapak/Ibu

guru SMP Swasta St. Maria Tarutung; Bapak/Ibu guru SMU N 1 Tarutung;

9. Teristimewa kepada kedua orang tua penulis: Ayahanda H. Hutabarat dan

Ibunda R. Simorangkir, yang telah membina, membesarkan, mendidik

sehingga penulis dapat duduk di bangku perkuliahan dan dapat

menyelesaikannya;

10. Buat abang-abangku, Sanggam Hutabarat, S.Pd, Sandro Hutabarat, S.Si; adik-

adikku: Indra Hutabarat, Patar Hutabarat, Poppy Hutabarat, terima kasih buat

doa dan motivasinya guna penyelesaian studiku;

11. Rekan-rekan mahasiswa AN’ 03: Ezra, Edoe, Edward, Rikardo, Rein, Anggara,

Saor, Elvin, Tarida, Melly, d....l....l...

12. Saudara/saudariku di GMKI Komisariat FISIP-USU: Berkatdo, Rahmawana,

Martin, Sarjani, Novita, Fernando, Melki, Heri, Frans, Rudi, Alex, Roni,

Sandrakh, Susi, Yhonatan, Sertha, Sastri, Marisa, Yehezkiel, B’ Hotler

’Zidane’, B’ Marganda, K’ Debora, K’ Santi, dan yang lainnya yang tidak

dapat kusebutkan satu per satu: UT OMNES UNUM SINT, SYALOM...........

13. Buat rekan-rekan alumni SMUNTA ’03: Angga, Jack Alles, Hardi, Robin,

Amri, Jefri, Ronal, Elly, Langlang, Oka, Seprina, Irene, Atha, Handra, Saut,

Marganti, DNA ( Dohot Na Asing );

14. Buat adek angkatku Indah, Sandra, ”ditunggu kedatangannya di alam

perkuliahan”; Anggraeni ”Titin’, jangan contoh aku yang lama tamat ini ya;

15. Adagio, Angra, Annihilator, Apocalyptica, Ark Storm, Arthemis, Athena,

Avantasia, Benedictum, Casiopea, Concerto Moon, Dark Moor, Death,

Dragonforce, Dragonhammer, Dreamaker, Dream Theater, Edguy, Epica,

Evergrey, Freedom Call, Full Strike, Galloglass, Gamma Ray, Gordian Knot,

Haggard, Hammerfall, Heavenly, Helloween, Hour Glass, Human Fortrees,

Page 4: 09E01001

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

Imperia, Insania, Iron Maiden, Judas Priest, Kamelot, Kenziner, Labyrinth,

Lost Horizon, Loudness, Majestic, Martir, Master Plan, Metallium, Morifade,

Nightwish, Opeth, Pagan’s Mind, Persuader, Powergod, Pyramaze, Rhapsody,

Shaman, Silent Eedge, Sinergy, Sonata Aarctica, Storm, Stratovarius, Stryper,

Sun Caged, Syhmpony X, Thunderstone, Thy Majesty, Tristania, Vision

Divine, Vision Of Atlantis, Watch Tower, Within Temptation, Zero Hour ( The

METAL WARRIORS) ” Wellcome to the Metal Zone”

16. Last but not least………….., seseorang yang jauh disana S. R. R. K. M, yang

selalu mengawasi, memotivasi, mendokan aku: “ sehat kau disitu, ya!!!!!!!”

Penulis tidak dapat membalas semua kebaikan-kebaikan yang telah diterima dari

berbagai pihak. Semoga Tuhan lah yang membalas segala kebaikan mereka dan

memberikan berkatNya, dan skripsi ini juga dapat bermanfaat kepada pembacanya.

Medan, April 2009

Penulis

Jhon S. Hutabarat

NIM: 030903023

Page 5: 09E01001

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

DAFTAR ISI

ABSTRAK………………………………………………………………………........i

DAFTAR ISI……………………………………………………………………........ iii

DAFTAR TABEL........................................................................................................ iv

BAB I: PENDAHULUAN.......................................................................................... 1

A. Latar Belakang…………………………………………………………... 1

B. Perumusan Masalah……………………………………………….…….. 8

C. Tujuan Penelitian…………………………………………………….….. 8

D. Manfaat Penelitian…………………………………………….……….... 9

E. Kerangka Teori…………………………………………………..…….... 9

E. 1. Evaluasi……………………………………………………..……... 9

E. 1. 1. Pengertian Evaluasi…………………………………..…….. .9

E. 1. 2. Jenis-jenis Evaluasi………………………………….…….... 15

E. 1. 3. Proses Evaluasi…………………………………….……….. 20

E. 1. 4. Pendekatan Dalam Evaluasi…………………………..……. 22

E. 2. Pengembangan Perumahan………………………………….... 24

E. 2. 1. Pengertian Perumahan……………………………….…….. 24

E. 2. 2. Aspek-aspek Perencanaan Perumahan……………….…….. 25

E. 2. 3. Program Pembangunan Perumahan dan Permukiman……... 27

E. 2. 4. Kebijakan dan Strategi Nasional Perumahan dan

Permukiman........................................................................................ 32

E. 3. Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan…….... 36

F. Definisi Konsep…...…………………………………………………...... 37

G. Definisi Operasional……………………………………………………. 38

H. Sistematika Penulisan…………………………………………………… 39

BAB II: METODE PENELITIAN……………………………………………….... 40

A. Bentuk Penelitian……………………………………………………..... 40

B. Lokasi Penelitian……………………………………………………..... 40

C. Populasi dan Sampel………………………………………………..…. 40

D. Teknik Pengumpulan Data………………………………………..…… 41

Page 6: 09E01001

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

E. Teknik Analisa Data……………………………………………..…….. 42

BAB III: DESKRIPSI LOKASI PENELTIAN…………………………………… 43

A. Profil Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli

Utara……………………………………………………..….. 43

A. 1.1. Struktur Organisasi……………………………………………. 43

A. 1. 2. Tugas Pokok dan Fungsi………………………………………45

A. 1. 4. Perencanaan Stratejik………………………………………… 46

A. 1. 4. A. Tujuan………………………………………………… 48

A. 1. 4. B. Kebijakan…………………………………………….... 50

A. 1. 4. C. Program Kerja………………………………………… 51

B. Sekilas Tentang Kabupaten Tapanuli Utara…………………………... 52

B. 1. 1. Gambaran Umum Kondisi Daerah…………………………… 52

B. 1. 2. Sejarah Kabupaten Tapanuli Utara…………………………... 60

B. 1. 3. Visi dan Misi Kabupaten Tapanuli Utara................................. 65

B. 1. 4. Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah.......................... 66

BAB IV: PENYAJIAN DATA………………………………………………...… 69

A. Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan................................. 69

B. Program Pengembangan Perumahan...................................................... 78

C. Keberhasilan Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan........... 83

BAB V: ANALISA DATA…………………………………………………….... 86

A. Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan………………..….. 86

B. Keberhasilan Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan.….…. 91

BAB VI: KESIMPULAN dan SARAN…………………………………………. 96

A. Kesimpulan………………………………………………………….. 96

B. Saran………………………………………………………………….. 97

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………. 99

Page 7: 09E01001

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Jumlah Pegawai Negeri Sipil Menurut Eselon, Fungsional, dan Staf Tahun 2008........................................................................... ............. 72

Tabel 2 : Jumlah Pegawai Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah

Kabupaten Tapanuli Utara Berdasarkan Jenjang Pendidikan............ 73

Tabel 3 : Jumlah Dana Untuk Program Pengembangan Perumahan................... 74

Page 8: 09E01001

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN PERUMAHAN (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten

Tapanuli Utara)

Nama : Jhon Sumiharjo Hutabarat NIM : 030903023 Departemen : Ilmu Administrasi Negara Judul : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan

(Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara)

Dosen Pembimbing : Dra. Nurlela Ketaren, M.SP

ABSTRAK Penelitian ini berjudul ” Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan

Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara”.

Perumahan dan permukiman merupakan kebutuhan dasar manusia. Dalam situasi apapun orang pasti berupaya memiliki rumah sebagai tempat tinggal bagi dirinya dan keluarganya, mengembangkan hubungan sosial dan membangun lingkungan permukimannya. Rumah sangat bermakna bagi eksistensi seorang manusia, baik sebagai pribadi, keluarga dan masyarakat.

Perumahan dan permukiman selain berfungsi sebagai wadah pengembangan sumber daya manusia dan pengejawantahan dari lingkungan sosial yang tertib, juga memberikan kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi melalui sektor industri perumahan sebagai penyedia lapangan kerja pendorong pembentukan modal yang besar. Dengan berpijak pada peningkatan dan pemenuhan kebutuhan terhadap perumahan dan permukiman, masyarakat diharapkan dapat meningkatkan produktivitas, aktif berperan serta dalam setiap program pembangunan, serta mampu meningkatkan upaya untuk menghimpun modal dan program pembangunan selanjutnya.

Pelaksanaan program pengembangan perumahan di Kabupaten Tapanuli Utara dimulai pada pertengahan tahun 1990-an dan masih berlangsung sampai dengan sekarang. Hal yang mendasari pelaksanaan program ini adalah karena keterbatasan dari masyarakat terutama PNS untuk memiliki rumah tinggal sendiri. Sehingga pemerintah memasukkan program pengembangan perumahan ini ke dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Tapanuli Utara.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan program pengembangan perumahan di Kabupaten Tapanuli Utara, untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan program ini dan juga untuk mengetahui sudah sejauh mana keberhasilan program pengembangan perumahan ini.

Penelitian ini menggunakan metode wawancara dengan informan kunci yaitu Kepala Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara, Kepala Bagian Perumahan dan Permukiman, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kabupaten Tapanuli Utara, dan Developer (Pengembang) Perumahan di Kabupaten Tapanuli Utara. Dan peneliti juga melakukan wawancara dengan masyarakat yang tinggal

Page 9: 09E01001

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

di perumahan yang ada di Kabupaten Tapanuli Utara. Kemudian data yang diperoleh dari penelitian tersebut dianalisa dengan metode analisa deskriptif kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kawasan perumahan yang dibangun di Kabupaten Tapanuli Utara terdapat di tiga lokasi yang berbeda yaitu di Desa Hutabarat, Kecamatan Tarutung; Desa Silangkitang, Kecamatan Sipoholon; Desa Sitabo-tabo, Kecamatan Siborong-borong. Dari ke tiga kawasan perumahan tersebut belum ada yang selesai tahap pembangunannya disebabkan karena pembangunan yang bertahap yang dilakukan oleh Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara.

Lokasi perumahan PNS Pagar Beringin Permai di Kecamatan Sipoholon berjarak ± 12 Km dari Kota Tarutung, jumlah rumah yang sudah dibangun sebanyak 237 unit, luas tanah per unit 200 m², pembangunan untuk tahap lanjutan seluas 30.844 m².

Pembangunan rumah dilokasi ini masih berlangsung karena permintaan akan rumah oleh masyarakat masih tinggi. Dari 237 unit rumah yang dibangun, semuanya ditempati. Hal ini dipengaruhi karena harga rumah yang masih terjangkau oleh masyarakat terutama PNS yaitu sekitar 50 juta rupiah dan pembayaran dapat dicicil 2 kali dalam setahun. Hal lain yang membuat permintaan akan rumah di lokasi ini cukup tinggi karena luas tanah per unit cukup luas yaitu 200 m².

Lokasi perumahan perumahan PNS Barat Indah Permai di Kecamatan Tarutung berjarak ± 7 Km dari Kota Tarutung, jumlah rumah yang sudah dibangun 135 unit, luas per unit bervariasi yaitu tipe 36 s/d 45, pembangunan untuk tahap lanjutan seluas ± 7 Ha.

Pembangunan rumah dilokasi ini juga masih berlangsung baik untuk pembangunan rumah yang baru, perbaikan/perawatan rumah. Dari 135 unit yang sudah dibangun, hanya 57 unit yang ditempati oleh masyarakat, 75 unit kosong akan tetapi masih dalam kondisi baik sedangkan 3 rumah lagi rusak. Dari 75 unit yang kosong semuanya sudah ada yang memiliki. Akan tetapi karena jarak lokasi perumahan yang cukup jauh dan terletak di kawasan hutan dan juga karena sarana transportasi yang sangat terbatas, sehingga mereka tidak jadi menempati rumah tersebut. Sedangkan harga per unitnya 35 juta rupiah dan pembayarannya dilakukan dengan cara mencicil sekitar 2 juta rupiah per tahun.

Lokasi Perumahan PNS Sitabo-tabo Kecamatan Siborong-borong yang sudah mulai tahap pembangunan dengan lahan yang sudah tersedia seluas ± 5 Ha terletak di Desa Sitabo-tabo, Kecamatan Siborong-borong, jumlah rumah yang akan dibangun sebanyak ± 215 unit dengan tipe 27/150 dan tipe 36/150.

Kondisi perumahan di Kabupaten Tapanuli Utara juga cukup memprihatinkan karena belum memiliki prasarana dan sarana yang memadai seperti jalan, air bersih, sebagian rumah yang layak huni dan sanitasi yang baik, tahapan pembangunan drainase dan saluran pembuangan sanitasi masih kurang baik jika dibandingkan dengan kebutuhan terhadap kelengkapan perumahan dan permukiman yang ada. Disamping itu, rumah yang sudah dibangun di kawasan perumahan tersebut masih ada yang belum ditempati sehingga banyak yang rusak yang nantinya akan membutuhkan dana yang cukup besar untuk melakukan perbaikan, dan lahan yang sebelumnya digunakan untuk perumahan masih ada yang kosong sehingga dijadikan sebagai lahan pertanian, seperti yang terjadi di Perumahan Barat Indah Permai.

Dari hasil temuan dilapangan, peneliti dapat menyimpulkan bahwa pelaksanaan program pengembangan perumahan di Kabupaten Tapanuli Utara belum terlaksana

Page 10: 09E01001

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

dengan baik sesuai dengan apa yang telah direncanakan oleh Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara. Kata Kunci: Evaluasi, Program Pengembangan Perumahan

Page 11: 09E01001

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Dalam menjalani kehidupannya, manusia tidak pernah terlepas dari hal-hal yang

berhubungan dengan tempat dimana dia tinggal dalam kehidupannya sehari-hari. Bagi

manusia kebutuhan akan tempat tinggal merupakan kebutuhan dasar (basic need),

disamping kebutuhan akan sandang dan pangan.

Tempat tinggal memang sangat vital bagi kehidupan manusia. Tanpa tempat

tinggal yang cukup, manusia tidak akan dapat hidup dengan layak. Manusia tidak cukup

dengan terpenuhinya kebutuhan sandang dan pangan, meskipun kenyataannya terdapat

peringkat pemenuhan akan kebutuhan itu dari kebutuhan yang minimum hingga

kebutuhan yang tidak terbatas.

Teori Maslow menyebutkan bahwa sesudah manusia terpenuhi kebutuhan

jasmaninya, yaitu sandang, pangan, dan kesehatan, kebutuhan akan rumah atau tempat

tinggal merupakan salah satu motivasi untuk pengembangan kehidupan yang lebih tinggi

lagi. Tempat tinggal pada dasarnya merupakan wadah bagi manusia atau keluarga dalam

melangsungkan kehidupannya.

Perumahan dan permukiman selain berfungsi sebagai wadah pengembangan

sumber daya manusia dan pengejawantahan dari lingkungan sosial yang tertib, juga

memberikan kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi melalui sektor industri perumahan

sebagai penyedia lapangan kerja pendorong pembentukan modal yang besar. Dengan

berpijak pada peningkatan dan pemenuhan kebutuhan terhadap perumahan dan

permukiman, masyarakat diharapkan dapat meningkatkan produktivitas, aktif berperan

Page 12: 09E01001

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

serta dalam setiap program pembangunan, serta mampu meningkatkan upaya untuk

menghimpun modal dan program pembangunan selanjutnya.

Dalam hal pembangunan di segala bidang khususnya pembangunan perumahan

dan permukiman, masyarakat berperan sebagai pelaku utama, sementara pemerintah

mempunyai kewajiban sebagai pihak yang berkewajiban yang bertugas mengarahkan,

membimbing, dan menciptakan suasana kondusif. Demi tercapainya tujuan pembangunan

nasional maupun daerah, kegiatan masyarakat dan pemerintah harus saling mendukung

dan melengkapi sehingga terjadi satu kesatuan langkah.

Perumahan dan permukiman merupakan kebutuhan dasar manusia. Dalam situasi

apapun orang pasti berupaya memiliki rumah sebagai tempat tinggal bagi dirinya dan

keluarganya, mengembangkan hubungan sosial dan membangun lingkungan

permukimannya. Rumah sangat bermakna bagi eksistensi seorang manusia, baik sebagai

pribadi, keluarga dan masyarakat. Tanpa campur-tangan pihak lain dari luar lingkungan,

mereka pun akan mengusahakan penyelenggaraan rumah dan permukimannya sendiri

secara mandiri dan berdaulat. Terjadi dikotomi antara aksesibilitas terhadap sumber daya

perumahan dan permukiman yang semakin terbatas dan mahal, dengan kebutuhan akan

lokasi tempat tinggal yang aksesibel pada tempat kerja dan usaha, fasilitas umum dan

pusat layanan publik. Diperkuat realitas tekanan sosial, ekonomi dan kependudukan,

maka situasi inilah yang mendorong terjadinya konsentrasi perumahan dan permukiman

yang padat, miskin dan kumuh. Penguasaan dan penggunaan lahan oleh warga masih

banyak yang lemah dari sisi hukum dan administrasi; seperti: bantaran sungai, pinggiran

rel, tanah makam, tanah in-absentia atau menganggur maupun lahan dalam status

penguasaan atau pemilikan pihak lain.

Page 13: 09E01001

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

Dalam paradigma lama dan kepentingan konvensional pembangunan perkotaan,

lingkungan demikian sering berhadapan dengan masalah penggusuran. Hal tersebut

menjadi salah satu bentuk konflik sosial pembangunan dan pengingkaran hak dasar atas

perumahan dan permukiman di daerah perkotaan.

Kebutuhan akan perumahan dan permukiman sebagai hak asasi dan hak dasar

setiap manusia diakui secara universal, menjadi landasan hukum internasional dan

dituangkan dalam DUHAM (Deklarasi Umum Hak-hak Asasi Manusia) Pasal 25 ayat (1),

yang berbunyi “ Setiap orang mempunyai hak untuk mendapatkan standar hidup yang

layak atas kesehatan dan kehidupan serta keluarganya, termasuk makanan, pakaian,

perumahan dan perawatan kesehatan serta pelayanan sosial yang dibutuhkan, dan hak

untuk diperlakukan sama”

Kesepakatan universal telah mengelompokkan rumah sebagai bagian dari hak

dasar bersama dengan layanan kesehatan dan kesejahteraan bagi dirinya dan keluarganya,

termasuk kebutuhan dasar pangan, sandang, perumahan, layanan kesehatan dan

pemenuhan kebutuhan sosial lainnya terutama ketika mengalami pemutusan hubungan

kerja, sakit, cacat, menjanda, masa tua dan atau kondisi ketidakberdayaan di luar kendali

dirinya. Deklarasi hak dasar ini telah diratifikasi oleh 108 negara termasuk Indonesia, dan

membawa konsekwensi kepada negara negara tersebut untuk mengambil langkah-

langkah yang diperlukan dalam rangka merealisasikan hak tersebut. Deklarasi ini

selanjutnya diperkuat oleh Deklarasi PBB tentang pembangunan dan kemajuan sosial

tahun 1969, deklarasi permukiman Vancouver tahun 1976 dan deklarasi PBB di Istanbul

tahun 1996.

Indonesia telah menetapkan dalam pasal 28 ayat 1 Undang-Undang Dasar RI

Page 14: 09E01001

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

tahun 1945, bahwa setiap orang memiliki hak hidup sejahtera lahir dan bathin, bertempat

tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat. Oleh karenanya, rumah

sebagai wadah tempat tinggal perseorangan ataupun dalam entitas sosial baik dalam

bentuk keluarga atau lainnya merupakan hak setiap orang. Secara fungsional rumah

dijadikan sebagai wadah untuk berlindung dari tantangan alam dan ancaman binatang,

sekaligus wadah interaksi sosial keluarga dan pada kasus tertentu mewadahi aktivitas

ekonomi penghuninya. Hak perumahan secara nasional didefinisikan sebagai hak bagi

setiap orang untuk mendapatkan akses menghuni rumah yang layak dalam suatu

komunitas yang aman dan bermartabat secara berkelanjutan. Lebih jauh kelayakan

didefinisikan sebagai kelengkapan rumah dengan jaminan keamanan dan hukum, jaminan

perolehan prasarana, sarana dan utilitas dasar, akses pada pembiayaan, dan atau hal lain

untuk memenuhi martabatnya sebagai manusia. Menghuni rumah yang layak berarti

pengakuan status legal kependudukan yang membuka identitas sosial, akses pada

program peningkatan kesejahteraan serta peluang usaha yang membutuhkan kredibilitas

hunian.

Apabila dilihat secara makro, dalam pembangunan khususnya pembangunan

perumahan dan permukiman, seharusnya dilakukan sinkronisasi antara dua sistem, yaitu

perkotaan dan pedesaan. Hal ini harus diupayakan guna menghindari terjadinya over load

(kelebihan beban) pada lingkungan perumahan dalam wilayah perkotaan yang dapat

menimbulkan dampak yang tidak menguntungkan bagi wilayah perkotaan maupun

wilayah di belakangnya (hinterland), yang biasanya adalah wilayah pedesaan.

Oleh karena itu perencanaan pembangunan sebuah perumahan memegang

peranan yang sangat penting dalam mengendalikan laju pembangunan agar berdampak

Page 15: 09E01001

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

positif dan berkesinambungan. Perencanaan itu harus dimulai dari perencanaan rumah-

rumah hingga perencanaan lingkungan permukiman, ruang perkotaan, dan skema

wilayahnya.

Pembangunan di bidang yang berhubungan dengan tempat tinggal beserta sarana

dan prasarananya memang perlu mendapatkan prioritas mengingat tempat tinggal

merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Sudah selayaknya apabila untuk

pembangunan perumahan dan permukiman itu pemerintah mengeluarkan peraturan

perundang-undangan tentang perumahan dan permukiman yang dimaksudkan untuk

memberikan arahan (guide line) bagi pembangunan sektor perumahan dan permukiman.

Peraturan perundang-undangan itu antara lain tertuang dalam Undang-Undang Nomor 4

tahun 1992 dan Undang-Undang Nomor 24 tahun 1992.

Salah satu landasan yang digunakan oleh pemerintah untuk meningkatkan peran

kelembagaan dalam pembangunan perumahan dan permukiman adalah Undang-Undang

Nomor 4 tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman. Undang-Undang itu

menyebutkan bahwa perumahan berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau

lingkungan hunian yang dilengkapi sarana dan prasarana lingkungan, sedangkan

permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan hutan lindung, baik

yang berupa kawasan perkotaan maupun kawasan pedesaan yang berfungsi sebagai

lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung

perikehidupan dan penghidupan.

Pembangunan perumahan dan permukiman sebagai bagian dari program

pembangunan nasional sebetulnya sudah dicanangkan semenjak pemerintahan orde baru

dalam Pembangunan Jangka Panjang tahap I, dengan target terpenuhinya kebutuhan akan

Page 16: 09E01001

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

sarana dan prasarana dasar serta meningkatnya mutu lingkungan perumahan dan

permukiman baik di perkotaan maupun di pedesaan. Adapun realisasi dari pembangunan

perumahan dan permukiman dalam PJP I itu dilaksanakan melalui berbagai program

antara lain program perumahan rakyat, program penyediaan air bersih, dan program

penyehatan lingkungan permukiman dan juga dilaksanakan program penunjang yang

berupa pengembangan sistem pembiayaan, pengembangan teknologi perumahan dan

permukiman yang memberi dukungan operasional dalam rangka pembangunan fisik

perumahan dan permukiman, serta pemantapan dan peningkatan kelembagaan maupun

penyiapan peraturan perundang-undangannya.

Program pengembangan perumahan yang telah ditetapkan dalam Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJM NAS.) dijadikan acuan daerah baik

tingkat satu maupun tingkat dua dalam menyusun Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Daerah. Hal inilah yang mendasari pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara

menetapkan program ini menjadi salah satu program pembangunannya, yang pada

dasarnya dilatarbelakangi pada keterbatasan masyarakat berpenghasilan rendah untuk

memiliki rumah tinggal sendiri. Oleh karena itu, dengan adanya program ini diharapkan

masyarakat akan memiliki rumah tinggal sendiri. Pada Kabupaten ini, program

Pengembangan Perumahan termasuk kategori Multy Years Program, artinya program ini

selalu termasuk ke dalam program kerja tahunan Dinas Permukiman dan Pengembangan

Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara.

Ada dua tujuan yang ditetapkan oleh pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara

berkaitan dengan program pengembangan perumahan tersebut, yaitu: pertama,

mendorong pemenuhan kebutuhan rumah yang layak, sehat, aman, dan terjangkau

Page 17: 09E01001

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

dengan menitikberatkan kepada masyarakat miskin dan berpendapatan rendah; kedua,

meningkatkan kualitas perumahan melalui penguatan lembaga komunitas dalam rangka

pemberdayaan sosial kemasyarakatan agar tercipta masyarakat yang produktif secara

ekonomi dan berkemampuan mewujudkan terciptanya pemukiman yang sehat, harmonis,

dan berkelanjutan.

Di Kabupaten Tapanuli Utara terdapat tiga kawasan perumahan yaitu, di Desa

Hutabarat Partali Julu dan Parbaju Julu (Kecamatan Tarutung), Desa Silangkitang

(Kecamatan Sipoholon), dan di Desa Sitabo-tabo (Kecamatan Siborong-borong). Dari

ketiga kawasan perumahan tersebut, belum ada yang selesai tahap pembangunannya.

Perumahan di Desa Silangkitang mulai dibangun pada pertengahan tahun 1990-an, akan

tetapi belum semua rumah yang sudah dibangun tersebut ditempati. Sedangkan

perumahan yang terdapat di Desa Hutabarat masih dalam tahap pembangunan yang

dimulai sekitar tahun 2002, dan perumahan yang terdapat di Desa Sitabo-tabo masih

dalam tahap perencanaan dan pembangunannya akan dimulai pada bulan Januari 2008.

Permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan pembangunan perumahan tersebut

terletak pada pendanaan sehingga pembangunan perumahan tersebut terkadang

dihentikan untuk sementara waktu seperti pada pembangunan perumahan di Desa

Hutabarat yang sering kali terhenti sehingga pemerintah terkesan tidak serius dalam

pelaksanaan program pengembangan perumahan ini.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merasa tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul : “EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM

PENGEMBANGAN PERUMAHAN” ( Studi Pada Kantor Dinas Pemukiman dan

Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara).

Page 18: 09E01001

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

B. Perumusan Masalah

Dalam mengadakan pembahasan terhadap permasalahan tertentu maka selalu

terdapat masalah yang menyebabkan perlunya diadakan pembahasan, demikian juga

halnya dengan pelaksanaan program pengembangan perumahan. Berdasarkan latar

belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis membuat perumusan masalah sebagai

berikut :

“Bagaimanakah evaluasi pelaksanaan program pengembangan perumahan di kabupaten

Tapanuli Utara sejak dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

tahun 2004-2009”.

C. Tujuan Penelitian

Yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan program pengembangan

perumahan di Kabupaten Tapanuli Utara

b. Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan

program pengembangan perumahan

c. Untuk mengetahui sudah sejauh mana keberhasilan program pengembangan

perumahan di kabupaten Tapanuli Utara

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah:

a. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan kemampuan

berpikir dalam menganalisa fenomena-fenomena yang terjadi dalam lingkup

Page 19: 09E01001

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

pemerintahan daerah melalui penerapan teori-teori yang diperolah selama

perkuliahan.

b. Bagi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik/Departemen Ilmu Administrasi

Negara, penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi dan sebagai

bahan kajian dan perbandingan bagi para mahasiswa yang tertarik terhadap

masalah evaluasi program pembangunan.

E. Kerangka Teori

E.1. Evaluasi

Pada dasarnya evaluasi merupakan suatu pemeriksaan terhadap pelaksanaan suatu

program yang telah dilakukan yang akan digunakan untuk meramalkan,

memperhitungkan, dan mengendalikan pelaksanaan program kedepannya agar jauh lebih

baik. Dengan demikian evaluasi lebih bersifat melihat ke depan daripada melihat

kesalahan-kesalahan di masa lalu, dan diarahkan pada upaya peningkatan kesempatan

demi keberhasilan program.

E.1.1. Pengertian Evaluasi

Evaluasi merupakan suatu usaha untuk mengukur dan memberi nilai secara

objektif pencapaian hasil-hasil yang telah direncanakan sebelumnya dimana hasil

evaluasi tersebut dimaksudkan menjadi umpan balik untuk perencanaan yang akan

dilakukan di depan.

Menurut O.Jones (1994:357), evaluasi adalah suatu aktifitas yang dirancang untuk

menimbang manfaat program dan semua proses pemerintahan. Ia bervariasi dalam

spesifikasi kriteria, teknik pengukuran, metode analisis, dan bentuk rekomendasi.

Spesifikasi mengacu pada identifikasi tujuan-tujuan serta criteria yang harus dievaluasi.

Page 20: 09E01001

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

Pengukuran mengacu pada pengumpulan informasi yang relevan dengan tujuan dan

analisis adalah penerapan dan penggunaan informasi yang dikumpulkan guna membuat

kesimpulan, sedangkan rekomendasi adalah suatu penentuan mengenai apa yang akan

dilakukan selanjutnya.

Evaluasi dilakukan dengan maksud untuk dapat mengetahui dengan pasti apakah

pencapain hasil kemajuan, dan kendala yang dijumpai dalam pelaksanaan rencana

pembangunan dapat dinilai dan dipelajari untuk perbaikan di masa yang akan datang.

Fokus utama evaluasi diarahkan kepada keluaran (outputs), hasil (outcomes), dan dampak

(impacts) dari pelaksanaan rencana pembangunan. Oleh karena itu, dalam perencanaan

yang transparan dan akuntabel, harus disertai dengan penyusunan indicator kinerja

pelaksanaan rencana yang sekurang-kurangnya meliputi;(i) indikator masukan, (ii)

indikator keluaran, dan (iii) indikator hasil (dalam Penjelasan PP No.39 tahun 2006, pasal

12).

Selain definisi di atas, ada sepuluh pertanyaan yang harus dijawab untuk

mengetahui apa yang dimaksud dengan evaluasi (Robert O. Brinkerhoff, dalam Farida

Yusuf Tayibnapis, 2000, 3), yaitu:

1. Apa arti evaluasi ?

Banyak definisi evaluasi dapat diperoleh dari buku-buku yang ditulis oleh ahlinya,

antara lain definisi yang ditulis oleh Ralph Tyler, yaitu evaluasi adalah proses yang

menentukan sampai sejauh mana tujuan pembangunan perumahan dapat dicapai (Tyler,

1950:63). Menyediakan informasi untuk pembuat keputusan, dikemukakan oleh

Cronbach (1963), Stufflebeam (1971), juga Alkin (1969). Malcolm, Provus, pencetus

Page 21: 09E01001

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

Diseperancy Evaluation (1971), mendefinisikan evaluasi sebagai perbedaan apa yang ada

dengan suatu standar untuk mengetahui apakah ada selisih.

Kelompok Konsorsium Evaluasi Standford menolak definisi evaluasi yang

menghakimi (judgemental definition of evaluation) karena menurut mereka bukanlah

tugas evaluator menentukan apakah suatu program berguna atau tidak. Evaluator tidak

dapat bertindak sebagai wasit terhadap orang lain. Maka definisi yang tidak menghakimi

(non judgemental definition of evaluation) tampaknya lebih dapat diterima.

2. Untuk apa evaluasi ?

Scriven (1967) orang pertama yang membedakan antara evaluasi formatif dan

evaluasi sumatif sebagai fungsi evaluasi yang utama . Kemudian Stufflebeam

membedakan evaluasi atas Proactive Evaluation untuk melayani pemegang saham, dan

Retroactive Evaluation untuk keperluan pertanggungjawaban. Evaluasi dapat mempunyai

dua fungsi, yaitu fungsi formatif, evaluasi dipakai untuk perbaikan dan pengembangan

kegiatan yang sedang berjalan (program, orang, produk, dan sebagainya). Fungsi sumatif,

evaluasi dipakai untuk pertanggungjawaban, keterangan, seleksi atau lanjutan. Jadi

evaluasi hendaknya membantu pengembangan, implementasi, kebutuhan suatu program,

perbaikan program, pertanggungjawaban, seleksi, menambah motivasi dan dukungan dari

mereka yang terlibat.

3. Apakah objek evaluasi ?

Hampir semua unit training dapat dijadikan objek suatu evaluasi. Program-

program pembangunan yang telah dirancang oleh pemerintah dapat dijadikan objek

evaluasi terhadap kinerja pemerintah. Penting sekali menentukan dan mengetahui apa

yang akan dievaluasi. Hal ini akan menolong menentukan apa informasi yang

Page 22: 09E01001

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

dikumpulkan dan bagaimana menganalisanya. Hal ini akan membantu pemfokusan

evaluasi. Rumusan tujuan yang jelas akan menghindari salah tafsir dan kesalahpahaman

4. Aspek dan dimensi objek apa yang akan dievaluasi ?

Setelah memilih objek evaluasi, maka harus ditentukan aspek-aspek apa saja dari

objek tersebut yang akan dievaluasi. Masa lalu evaluasi berfokus pada kebanyakan atas

hasil yang dicapai. Akan tetapi pada saat ini usaha evaluasi ditujukan untuk memperluas

dan memperbanyak variabel evaluasi dalm bermacam-macam model evaluasi (Stake,

1967: Stufflebeam, 1959,1974; Alkin, 1969; Provus, 1971)

5. Kriteria apa yang dipakai untuk menilai suatu objek ?

Memilih kriteria yang akan dipakai untuk menilai objek evaluasi merupakan tugas

yang paling sulit dalam evaluasi. Apabila yang dievaluasi hanya pencapai tujuan maka ini

merrupakan pekerjaan yang mudah, namun ini baru sebagian daripada kriteria evaluasi.

Pencapaian tujuan-tujuan yang penting memang merupakan salah satu kriteria yang

penting. Kriteria yang lainnya yaitu identifikasi kebutuhan dari klien yang potensial,

nilai-nilai sosial, mutu dan efisiensi dibandingkan dengan objek-objek alternatif lainnya.

Tampaknya ada persetujuan di antara ahli evaluasi bahwa kriteria yang dipakai untuk

menilai suatu objek tertentu hendaknya ditentukan dalam konteks objek tertentu dan

fungsi evaluasinya. Jadi hal-hal yang harus diperhatikan dalam menentukan kriteria

penilaian suatu objek adalah:

a. Kebutuhan ideal dan nilai-nilai

b. Penggunaan yang optimal dari sumber-sumber dan kesempatan

c. Ketepatan efektivitas training

d. Pencapaian tujuan yang telah dirumuskan dan tujuan penting lainnya

Page 23: 09E01001

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

6. Siapa yang harus dilayani oleh evaluasi ?

Supaya evaluasi betul-betul bermanfaat, maka evaluasi itu harus berguna untuk

klien atau audiensi khusus. Kebanyakan literatur evaluasi tidak menyarankan audiensi

khusus. Namun ada tiga hal yang diusulkan penulis sehubungan dengan tulisan ini, yaitu:

a. Evaluasi dapat mempunyai lebih dari satu audiensi

b. Masing-masing audiensi mempunyai kebutuhan yang berbeda

c. Audiensi khusus kebutuhannya harus dirumuskan dengan jelas pada waktu

memulai rencana evaluasi

7. Apa langkah-langkah dan prosedur yang dilakukan dalam evaluasi

Proses melakukan evaluasi mungkin saja berbeda sesuai persepsi teori yang

dianut. Namun evaluasi harus memasukkan ketentuan dan tindakan sejalan dengan fungsi

evaluasi, yaitu:

a. Memfokuskan evaluasi

b. Mendesain evaluasi

c. Mengumpulkan informasi

d. Menganalisa informasi

e. Melaporkan hasil evaluasi

f. Mengelola evaluasi

g. Mengevaluasi evaluasi

8. Metode apa yang digunakan dalam evaluasi ?

Kiranya pendekatan electic (memilih berbagai metode dari beberapa pilihan

sesuai dengan kebutuhan) merupakan cara yang terbaik. Yang dipilih hendaknya sesuai

dengan situasi dan kondisi setempat. Provus (1971) dan Stufflebeam (1971)

Page 24: 09E01001

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

memperkenalkan beberapa variasi metode evaluasi, disamping disain eksperimen dan

kuasa eksperimen yang tradisional (Campbell & Stanley,1981; Patton, 1980), dengan

metode Naturalistic (Gubu & Lincoln, 1981; Patton,1980), Jury trial (Wolf,1975) dengan

analisa sistem, dan yang lainnya merupakan metode yang sudah lazim dipakai dalm

evaluasi program.

9. Siapa yang akan melakukan evaluasi ?

Untuk menjadi kelompok professional evaluator dituntut mempunyai ciri-ciri

tertentu yang mempunyai latihan yang memadai. Untuk menjadi seorang evaluator yang

kompeten dan dapat diandalkan ia harus mempunyai berbagai ciri, antara lain:

mengetahui dan mengerti teknik pengukuran dan metode penelitian, mengerti tentang

kondisi sosial, dan hakikat objek evaluasi, mempunyai kemampuan human relation, jujur

dan bertanggungjawab. Karena sulit mencari orang yang mempuyai begitu banyak

kemampuan, maka sering dilakukan oleh satu kelompok.

10. Apa standar untuk menilai evaluasi ?

Akhir-akhir ini telah dicoba pengembangan standar untuk kegiatan evaluasi.

Standar yang paling komprehensif dan dikembangkan oleh Committee on Standart

Educational Evaluation Committee (1981) dengan ketuanya Daniel Stufflebeam, yaitu:

a. Utility (bermanfaat dan praktis)

b. Accuracy (secara teknik tepat)

c. Feasibility (realistik yang teliti)

d. Prosperity (dilakukan dengan tegar dan etik)

E.1.2. Jenis-jenis Evaluasi

Secara umum, evaluasi dibagi menjadi atas tiga jenis yaitu :

Page 25: 09E01001

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

1. Evaluasi pada tahap perencanan

Kata “ evaluasi” sering digunakan dalam tahap perencanaan dalam rangka

mencoba memilih dan menentukan skala prioritas terhadap berbagai alternative dan

kemungkinan terhadap cara mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Untuk

itu diperlukan berbagai teknik yang dapat dipakai oleh perencana. Satu hal yang patut

dipertimbangkan dalam kaitan ini adalah bahwa metode-metode yang ditempuh dalam

pemilihan prioritas tidak selalu sama untuk setiap keadaan, melainkan berbeda menurut

hakekat dari permasalahannya sendiri.

2. Evaluasi pada tahap pelaksanaan

Pada tahap ini, evaluasi adalah suatu kegiatan melakukan analisa untuk

menentukan tingkat kemajuan pelaksanaan dibanding dengan rencana. Terdapat

perbedaan antara evaluasi menurut pengertian ini dengan monitoring/ pengendalian.

Monitoring menganggap bahwa tujuan yang ingin dicapai sudah tepat dan bahwa proyek

tersebut direncanakan untuk dapat mencapai tujuan tersebut. Monitoring melihat apakah

pelaksanaan proyek sudah sesuai dengan rencana dan bahwa rencana tersebut sudah tepat

untuk mencapai tujuan. Sedangkan evaluasi melihat sejauh mana proyek masih tetap

dapat mencapai tujuannya, apakah tujuan tersebut sudah berubah.,apakah pencapaian

hasil proyek tersebut akan memecahkan masalah pembangunan yang ingin dipecahkan.

Evaluasi juga mempertimbangkan faktor-faktor luar yang mempengaruhi keberhasilan

proyek tersebut, baik membantu atau menghambat.

3. Evaluasi pada tahap pasca pelaksanaan

Disini pengertian evaluasi hampir sama dengan pengertian pada tahap

pelaksanaan, hanya perbedaannya yang dinilai dan dianalisa bukan lagi tingkat kemajuan

Page 26: 09E01001

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

pelaksanaan dibanding rencana, tetapi hasil pelaksanaan dibanding dengan rencana yakni

apakah dampak yang dihasilkan oleh pelaksanaan kegiatan tersebut sesuai dengan tujuan

yang ingin dicapai.

Dari ketiga jenis evaluasi di atas, penelitian ini merupakan evaluasi pada tahap

pelaksanaan program pengembangan perumahan yang telah ditunagkan dalam Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Tapanuli Utara, dimana penelitian ini

nantinya akan menilai sejauh mana pelaksanaan program pengembangan perumahan di

Kabupaten Tapanuli Utara.

Di samping itu, penelitian ini merupakan evaluasi implementasi kebijakan yang

telah dituangkan ke dalam program-program pembangunan. Maksudnya bahwa penelitian

ini nantinya berusaha untuk mengetahui apakah kebijakan pembangunan yang telah

ditetapkan apakah telah sesuai dengan apa yang telah ditetapkan sebelumnya. Evaluasi

dilakukan untuk memperoleh umpan balik agar dapat dikenali secara dini

peyimpanganpenyimpangan pelaksanaan dari rencana pembangunan, dan kemudian dapat

dirumuskan langkah-langkah perbaikan yang tepat sasaran dan tepat waktu. Evaluasi

dilakukan dengan merujuk pada lintasan sebab akibat, melalui penetapan indikator

kinerja.

Di dalam ilmu evaluasi program, ada banyak model yang bisa digunakan untuk

mengevaluasi suatu program. Meskipun antara satu dengan yang lainnya berbeda, namun

maksudnya sama yaitu melakukan kegiatan pengumpulan data atau informasi yang

berhubungan dengan objek yang dievaluasi, yang tujuannya menyediakan bahan bagi

pengambil keputusan dalam menentukan tindak lanjut program.

Page 27: 09E01001

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

Kaufman dan Thomas membedakan model evaluasi menjadi beberapa model

(dalam Subarsono, 2005, 189) yaitu :

1.Goal Oriented Evaluation Model

Merupakan model yang muncul paling awal. Yang menjadi objek pengamatan

pada model ini adalah tujuan dari program yang sudah ditentukan jauh sebelum program

dimulai. Evaluasi dilakukan secara berkesinambungan, terus-menerus mencek sejauh

mana tujuan tersebut sudah terlaksana di dalam proses pelaksanaan program.

2. Goal Free Evaluation Model

Model ini dapat dikatakan berbeda dengan Goal Oriented Evaluation Model

karena dalam melakukan evaluasi, evaluator tidak perlu memperhatikan apa yang

menjadi tujuan program akan tetapi bagaimana kerjanya program dengan jalan

mengidentifikasi penampilan-penampilan yang terjadi, baik hal-hal yang positif (yaitu hal

yang diharapkan) maupun hal-hal yang negatif (yang sebetulnya tidak diharapkan).

Alasan mengapa tujuan program tidak perlu diperhatikan karena ada kemungkinan

evaluator terlalu rinci mengamati tiap-tiap tujuan khusus. Jika masing-masing tujuan

khusus tercapai, artinya terpenuhi dalam penampilan, tetapi evaluator lupa

memperhatikan sejauh mana masing-masing penampilan tersebut mendukung

penampillan akhir yang diharapkan oleh tujuan umum, maka akibatnya jumlah

penampilan khusus itu tidak banyak manfaatnya.

3. Formatif-Sumatif Evaluation Model

Model ini menunjuk pada adanya tahapan dan lingkup objek yang dievaluasi,

yaitu evaluasi yang dilakukan pada waktu program masih berjalan (evaluasi formatif) dan

ketika program sudah selesai atau berakhir (evaluasi sumatif ).

Page 28: 09E01001

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

Tujuan evaluasi formatif tersebut adalah mengetahui sejauh mana program yang

dirancang dapat berlangsung sekaligus mengidentifikasi hambatan. Dengan mengetahui

hambatan-hambatan, pengambil keputusan secara dini dapat mengadakan perbaikan yang

mendukung kelancaran pencapain tujuan.

Sedangkan evaluasi sumatif bertujuan untuk mengatur ketercapaian program.

Fungsi evaluasi sumatif dalam evaluasi program dimaksudkan sebagai sarana untuk

mengetahui posisi/kedudukan individu di dalam kelompoknya.

Menurut Finance (1994:4 dalam Hanif Nurcholis;2007,276) ada empat tipe

evaluasi yaitu:

1. Evaluasi kecocokan, yaitu menilai apakah kebijakan yang ditetapkan memang cocok

untuk dipertahankan, perlukah diganti dengan kebijakan lain, dan apakah kebijakan

ini cocok dilakukan oleh pemerintah daerah dan bukan oleh swasta

2. Evaluasi efektifitas, yaitu melakukan penilaian apakah kebijakan yang dilaksanakan

tersebut telah menghasilkan hasil dan dampak sesuai dengan tujuan yang diharapkan

3. Evaluasi efisiensi, yaitu melakukan penilaian berdasarkan tolok ukur ekonomis yaitu

seberapa jauh tingkat manfaat dibandingkan dengan biaya dan sumber daya yang

dikeluarkan. Dengan kata lain apakah input yang digunakan sebanding dengan output

yang diharapkan, dan apakah cukup efisien penggunaan keuangan publik dalam

mencapai dampak kebijakan.

4. Evaluasi meta, yaitu melakukan penilaian terhadap proses evaluasi itu sendiri.

Apakah evaluasi yang dilakukan oleh pihak yang berwenang sudah professional ?

Apakah evaluasi yang dilakukan tersebut sensitif terhadap kondisi sosial, kultural dan

Page 29: 09E01001

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

lingkungan ? Apakah evaluasi tersebut menghasilkan laporan yang mempengaruhi

pilihan-pilihan manajerial.

Sedangkan dalam P.P. No.39 tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan

Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan, evaluasi dibedakan atas tiga jenis, yaitu:

1. Evaluasi pada tahap perencanaan (ex-ante), yaitu evaluasi dilaksanakan sebelum

ditetapkannya rencana pembangunan dengan tujuan untuk memilih dan menentukan

skala prioritas dari berbagai alternatif dan kemungkinan cara mencapai tujuan yang

telah dirumuskan sebelumnya.

2. Evaluasi pada tahap pelaksanaan (on-going), yaitu evaluasi dilakukan pada saat

pelaksanaan rencana pembangunan untuk menentukan tingkat kemajuan pelaksanaan

rencana dibandingkan dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.

3. Evaluasi pada tahap pasca pelaksanaan (ex-post), yaitu evaluasi yang dilaksanakan

setelah pelaksanaan rencana berakhir, yang diarahkan untuk melihat apakah

pencapaian (keluaran/hasil/dampak) program mampu mengatasi masalah

pembangunan yang ingin dipecahkan. Evaluasi ini digunakan untuk menilai efisiensi

(keluaran dan hasil dibandingkan masukan), efektivitas (hasil dan dampak terhadap

sasaran), ataupun manfaat (dampak terhadap kebutuhan) dari suatu program.

E.1.3. Proses Evaluasi

Proses evaluasi dimaksudkan untuk menguraikan dan memahami dinamika

internal berjalannya suatu program. Mereka menfokuskan pada jenis-jenis pertanyaan

sebagai berikut : Faktor apa yang hadir bersamaan yang membuat seperti apa program itu

? Apa yang menjadi kekuatan dan kelemahan program itu ? Bagaimana klien dibawa ke

Page 30: 09E01001

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

dalam program dan bagaimana mereka bergerak melalui program sekaligus mereka

sebagai peserta ? Interaksi seperti apa yang trejadi pada staf dan klien ?

Proses evaluasi kebanyakan memerlukan deskripsi rinci tentang berjalannya suatu

program. Setiap deskripsi biasa jadi berdasarkan pada observasi atau wawancara dengan

staf, klien, dan petugas administrasi program. Banyak proses evaluasi terpusat pada

bagaimana program itu dirasakan oleh peserta dan oleh staf. Berupaya membangkitkan

penggambaran secara tepat dan rinci jalannya suatu program terutama membiarkan diri

menggunakan metode kualitatif.

“Proses” sebagai fokus dalam evaluasi berimplikasi pada bagaimana dalam

melihat bagaimana hasil atau keluaran itu dihasilkan daripada hanya melihat hasilnya

semata; itulah , suatu analisis proses dengan mana suatu program membuahkan hasil.

Proses evaluasi itu berkembang, deskriptif, berkesinambungan, luwes, dan induktif.

Evaluator proses mengedepankan pemahaman dan mendokumentasikan realitas dari hari

ke hari suatu program selama pengkajian. Evaluator mencoba mengurai apa yang

sesungguhnya terjadi pada suatu program dalam suatu pencarian pola utama dan nuansa

penting yang memberi karakter program. Proses evaluasi mensyaratkan adanya kepekaan

baik kualitatif maupun kuantitatif yang berubah dalam program selama

perkembangannya; artinya menjadi sangat akrab dengan hal rinci suatu program. Proses

evaluasi memandang tidak hanya aktifitas formal dan hasil yang diharapkan, tetapi juga

menyelidiki pola-pola tidak formal dan akibat yang tidak diharapkan dalam konteks yang

penuh dari implementasi program dan perkembangannya. Akhirnya, proses evaluasi

biasanya memasukkan persepsi orang yang dekat dengan program mengenai bagaimana

Page 31: 09E01001

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

semuanya berjalan. Variasi perspektif bisa dilihat dari orang, dalam hubungannya yang

tidak sama dengan program – dari dalam dan dari luar sumber.

Proses evaluasi mengijinkan pengambil keputusan dan pengguna informasi

memahami dinamika berjalannya suatu program. Setiap pemahaman memungkinkan

orang memutuskan tentang luasan program yang berjalan seperti seharusnya dijalankan.

Proses evaluasi pada umumnya berguna untuk menyatakan cakupan yang disitu program

dapat dikembangkan, seperti halnya menyoroti kekuatan program yang harus dipelihara.

Proses evaluasi juga berguna dalam memungkinkam masyarakat untuk tidak terlibat

secara dekat dalam program– sebagai contoh pemberi dana dari luar, pegawai

pemerintah, dan agensi dari luar– untuk memahami bagaimana program berjalan. Ini

memungkinkan orang luar untuk membuat keputusan yang lebih cerdas tentang

tanggungjawab mereka sendiri mengenai suatu program. Akhirnya, proses evaluasi pada

umumnya berguna untuk menyebarluaskan gagasan dan meniru program dibawah suatu

kondisi dimana program itu telah dilakukan sebagai proyek percontohan atau

dipertimbangkan sebagai model yang berguna untuk ditiru di tempat lain.

E.1.4. Pendekatan Dalam Evaluasi

Pengetahuan tentang evaluasi akan mempengaruhi jawaban tentang evaluasi.

Kualifikasi ini penting karena tidak ada satu definisi pun yang paling tepat untuk

menyatakan evaluasi jika tidak ada prosedur yang paling tepat untuk melakukan evaluasi.

Ada beberapa konsep tentang evaluasi dan bagaimana melakukannya, yang dinamakan

pendekatan evaluasi. Istilah pendekatan evaluasi ini diartikan sebagai beberapa pendapat

tentang apa tugas evaluasi dan bagaimana dilakukan, dengan kata lain tujuan dan

prosedur evaluasi.

Page 32: 09E01001

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

Michael Schriven mengemukakan beberapa pendekatan dalam evaluasi (dalam

Farida Yusuf Tayibnapis, 2000, 64) , yaitu:

a. Pendekatan experimental

Yang dimaksud dengan pendekatan experimental yaitu evaluasi yang berorientasi

pada penggunaan eksperimental science dalam program evaluasi. Pendekatan ini

berasal dari kontrol eksperimen yang biasanya dilakukan dalam penelitian akademik.

Tujuan evaluator yaitu untuk memperoleh kesimpulan yang bersifat umum tentang

dampak suatu program tertentu yang mengontrol sebanyak-banyaknya faktor dan

mengisolasi pengaruh program. Evaluator berusaha menggunakan metode saintifik

sebanyak mungkin.

b. Pendekatan yang berfokus kepada keputusan

Pendekatan ini menekankan pada peranan informasi yang sistematik untuk pengelola

program dalam menjalankan tugasnya. Sesuai dengan pandangan ini, informasi akan

amat berguna apabila dapat membantu para pengelola program membuat keputusan.

Oleh sebab itu, kegiatan evaluasi harus direncanakan sesuai dengan kebutuhan untuk

keputusan program.

c. Pendekatan yang responsif

Dalam pendekatan ini, evaluasi berarti mencari pengertian suatu isu dari berbagai

sudut pandang semua orang yang terlibat, yang berminat, dan yang berkepentingan

dengan evaluasi. Evaluator tidak percaya ada satu jawaban untuk suatu evaluasi

program yang dapat ditemukan dengan tes, kuesioner, atau analisa statistik. Tapi

setiap orang yang dipengaruhi oleh program merasakannya secara unik, dan evaluator

mencoba menolong menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan melukiskan atau

Page 33: 09E01001

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

menguraikan pertanyaan melalui pandangan orang-orang tersebut. Tujuan evaluator

adalah berusaha mengerti urusan program melalui berbagai sudut pandang yang

berbeda.

d. Pendekatan Evaluasi bebas dari tujuan

Evaluasi program secara tradisional artinya mengukur pencapaian suatu

tujuan,berdasarkan perangkat yang dibuat sebelumnya secara hati-hati dari tujuan

yang dapat diukur. Evaluasi bebas dari tujuan artinya mengumpulkan data secara

langsung tentang pengaruh dan efektifitas program tanpa dibatasi oleh focus sempit

yang dinyatakan sebagai tujuan. Pada umumnya, evaluasi bebaas dari tujuan

mesyaratkan evaluator menduga penilaian tentang apakah program itu mencoba

melakukan sesuatu dan malah menfokuskan pada temuan apa yang sebenarnya terjadi

dalam program dan sebagai akibat dari program. Evaluator selanjutnya dapat menjadi

terbuka apakah data muncul dari fenomena suatu program.

E.2.Pengembangan Perumahan

E.2.1.Pengertian Perumahan

Dalam Undang-Undang Nomor 4 tahun 1992 tentang perumahan dan

permukiman, perumahan diartikan sebagai kelompok rumah yang berfungsi sebagai

lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan sarana dan

prasarana.

Secara fisik perumahan merupakan sebuah lingkungan yang terdiri dari kumpulan

unit-unit rumah tinggal dimana dimungkinkan terjadinya interaksi sosial diantara

penghuninya, serta dilengkapi prasarana sosial, ekonomi, budaya, dan pelayanan yang

Page 34: 09E01001

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

merupakan subsistem dari kota secara keseluruhan. Lingkungan ini biasanya mempunyai

aturan-aturan, kebiasaan-kebiasaan serta sistem nilai yang berlaku bagi warganya.

Pengertian perumahan sering dikaitkan dengan pembangunan sejumlah rumah

oleh berbagai instansi baik pemerintah atau swasta dengan disain unit-unit rumah yang

sama atau hampir sama. Jumlah rumah dan kelompok perumahan ini tidak tertentu, dapat

terdiri dari dua atau tiga rumah atau dapat juga sampai ratusan rumah. Bentuknya pun

tidak terbatas hanya pada bangunan satu lantai saja, yang berderet secara horizontal,

melainkan dapat juga merupakan bangunan bertingkat yaitu merupakan rumah susun.

E.2.2. Aspek-aspek Perencanaan Perumahan

Untuk membuat sebuah perencanaan perumahan yang betul-betul dapat menjawab

tuntutan pembangunan perumahan dan permukiman maka perlu dipertimbangkan secara

matang aspek-aspek perencanaannya. Dengan memperhatikan aspek-aspek perencanaan

sepanjang pembangunannya, diharapkan baik arah maupun laju pembangunan perumahan

akan dapat mencapai suatu kondisi dimana jumlah dan kualitasnya sesuai dengan

tuntutan kebutuhan masyarakat. Adapun aspek-aspek yang mendasari perencanaan

pembangunan perumahan tersebut antara lain :

1.Lingkungan

Hal utama yang harus dipertimbangkan dalam perencanaan perumahan adalah

manajemen lingkungan yang baik dan terarah. Karena lingkungan perumahan merupakan

aspek yang sangat menentukan dan keberadaannya tidak dapat diabaikan. Hal tersebut

dapat terjadi karena baik buruknya kondisi lingkungan akan berdampak terhadap

penghuni perumahan.

Page 35: 09E01001

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

Pertimbangan terhadap faktor-faktor lingkungan dalam perencanaan lingkungan

perumahan mutlak diperlukan karena pada hakekatnya proses terbentuknya lingkungan

perumahan merupakan akumulasi dari unit-unit rumah sebagai pembentuk perumahan

tersebut. Oleh karena itu dalam perencanaan perumahan diperlukan juga perencanaan

terhadap lingkungan perumahan tersebut, terkait secara mikro (perencanaan secara detail

terhadap unit-unit rumah) serta makro (perencanaan dan pencermatan terhadap

lingkungan dimana perumahan tersebut berada).

2. Daya Beli (Affortability)

Perencanaan bangunan diharapkan dapat mendukung tercapainya tujuan

pembangunan yang telah dicanangkan sesusi dengan programnya. Didalam perencanaan

perumahan selalu dipikirkan kesesuaian antara ukuran bangunan, kebutuhan ruang,

konstruksi bangunan, ataupun bahan bangunan yang digunakan dengan jangkauan

pelayanannya. Hal itu perlu diantisipasi karena kemampuan rata-rata (kemampuan daya

beli) masyarakat pada wilayah yang satu dengan yang lain tidak sama.

Faktor-faktor yang mempengaruhi daya beli masyarakat antar lain :

a. Pendapatan per kapita sebagian besar masyarakat yang masih rendah (di bawah

standar) ;

b. Tingkat pendidikan sebagian masyarakat, terutama di daerah pedesaan yang

masih relatif rendah ;

c. Pembangunan yang belum merata pada berbagai daerah sehingga memicu

timbulnya kesenjangan sosial dan ekonomi ;

Page 36: 09E01001

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

d. Situasi politik dan keamanan yang cenderung tidak stabil sehingga

mempengaruhi minat dan daya beli masyarakat untuk berinvestasi dan mengembangkan

modal ;

e. Inflasi yang tinggi yang menyebabkan naiknya harga bahan bangunan yang

berdampak dengan melambungnya harga rumah.

3. Kelembagaan

Keberhasilan pembangunan perumahan dalam suatu wilayah, baik di perkotaan

maupun di pedesaan, tidak terlepas dari peran pemerintah sebagai pihak yang

berkewajiban untuk mengarahkan, membimbing, serta menciptakan suasana yang

kondusif bagi terciptanya keberhasilan itu. Masyarakat sebagai pelaku utama

pembangunan memegang peran penting dalam setip program pembangunan yang

dijalankan. Apabila dikaji lebih jauh tentang unsur pelaku pembangunan perumahan,

maka peran swasta dalam hal ini pengembang (kontraktor) sangatlah menentukan

terciptanya arah dan laju pembangunan menuju masyarakat yang adil dan sejahtera

dengan tercukupinya segala kebutuhan, termasuk kebutuhan perumahan.

E.2.3. Program Pembangunan Perumahan dan Permukiman

Program yang dijalankan dalam pembangunan perumahan dan permukiman oleh

pemerintah, terdiri dari program pokok dan program pendukung (Dinas Kimbangwil

Taput, Buku Panduan Penyusunan Program Pengembangan Perumahan, 2004), yaitu:

1. Program Pokok

Program pokok merupakan yang dijalankan dalam rangka mewujudkan berbagai

sasaran dan melaksanakan berbagai kebijakan dalam GBHN 1993 yang meliputi program

Page 37: 09E01001

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

penyediaan dan perbaikan perumahan dan permukiman, program penyehatan lingkungan,

penyediaan dan pengelolaan air bersih, penataan kota dan penataan ruangan.

1.1. Program Penyediaan Perumahan dan Permukiman

Pada prinsipnya program pembangunan perumahan dan permukiman bertujuan

untuk meningkatkan kualitas kehidupan keluarga dan masyarakat serta meningkatkan

kemandirian, kesetiakawanan sosial masyarakat. Program ini dibagi menjadi dua kegiatan

yaitu pembangunan perumahan dan permukiman di perkotaan, dan pembangunan

perumahan dan permukiman di pedesaan.

Program pembangunan perumahan dan permukiman di perkotaan meliputi

beberapa yaitu :

a. Perintisan kawasan permukiman skala dalam bentuk penyediaan kawasan siap

bangun (kasiba), lingkungan siap bangun (lisiba) di wilayah kota yang sudah terbangun

atau di wilayah pengembangan yang berupa pengembangan kota baru;

b. Perintisan pola kerja sama pemerintah dengan dunia usaha dalam

pengembangan perumahan dalam skala besar;

c. Penyiapan dan pengadaan rumah susun sewa di perkotaan;

d. Penyiapan pengadaan rumah yang meliputi rumah inti, rumah sederhana, dan

rumah sangat sederhana;

e. Pengembangan dan pemantapan pola pembinaan khusus bagi masyarakat

berpenghasilan rendah dengan memanfaatkan dana pemerintah dan dana masyarakat

melalui fasilitas hipotek sekunder, kredit pemilikan rumah, kredit perbaikan rumah,

kredit pemilikan kapling siap bangun, kredit pemilikan rumah usaha, kredit pembangunan

rumah, dan kredit rumah sewa

Page 38: 09E01001

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

Program pembangunan perumahan dan permukiman di pedesaan, meliputi

beberapa kegiatan yaitu :

a. Pembangunan rumah percontohan dengan pengadaan rumah desa melalui

pengembangan swadaya masyarakat dalam bentuk sistem arisan serta sistem perguliran;

b. Pengembangan penyuluhan dan pergerakan pasrtisipasi masyarakat dalam

kegiatan swadaya;

c. Penyediaan sarana dan prasarana pedesaan.

1.2. Program perbaikan perumahan dan permukiman

Program perbaikan perumahan dan permukiman dilakukan dengan pendekatan

Tribina (bina manusia, bina lingkungan, dan bina usaha), yang juga dilaksanakan oleh

berbagai instansi terkait untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan kemampuan

pengelolaan dan pemaliharaan sarana dan prasarana yang telah dibangun.

Program ini terdiri dari beberapa kegiatan yaitu :

a. Perbaikan dan peremajaan kawasan perumahan dan permukiman di perkotaan.

Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan mutu lingkungan dan kehidupan masyarakat

terutama masyarakat yang berpenghasilan rendah, melalui perbaikan lingkungan dan

penyediaan prasarana dasar;

b. Pemugaran perumahan dan permukiman di pedesaan. Kegiatan ini dilakukan

dengan pendekatan pembangunan perumahan dan lingkungan secara terpadu yang

mencakup perumahan, permukiman, jalan desa, dan listrik.

1.3. Program penyehatan lingkungan permukiman

Program ini dilaksanakan dalam beberapa kegiatan, yaitu:

Page 39: 09E01001

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

a.Pengelolaan air limbah, yaitu kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan

derajat kesehatan masyarakat dan lingkungannya;

b. Pengelolaan persampahan, yaitu kegiatan yang ditujukan untuk mengendalikan,

mengumpulkan, dan membuanng atau memusnahkan limbah padat guna menghasilkan

lingkungan yang bersih, sehat, dan aman;

c. Penanganan drainase, yaitu suatu kegiatan yang bertujuan untuk menciptakan

lingkungan yang aman, baik terhadap genangan maupun luapan air sungai, serta banjir

yang diakibatkan oleh hujan.

1.4. Program penyediaan dan pengelolaan sarana air bersih

Program ini terbagi dalam dua kegiatan, yaitu :

a. Penyediaan dan pengelolaan air bersih di perkotaan

Kegiatan ini meliputi peningkatan pengelolaan air bersih perpipaan melalui upaya

penurunan kebocoran pada PDAM, peningkatan dan perluasan prasarana air bersih untuk

memenuhi kebutuhan dasar penduduk serta menunjang perkembangan ekonomi kota dan

kawasan pertumbuhan melalui sistem perpipaan dan non perpipaan, peningkatan

pemanfaatan kapasitas produksi yang sudah terpasang melalui perluasan jaringan

distribusi, sambungan rumah, hidran umum, serta peningkatan efisiensi pengelolaan dan

pengusahaan PDAM;

b. Penyediaan dan pengelolaan air bersih di pedesaan

Kegiatan ini direalisasikan dengan cara pengembangan dan penerapan teknologi

tepat guna untuk penyediaan air bersih, peningkatan swadaya masyarakat dalam

penyediaan dan pengelolaan air bersih, peningkatan penyuluhan tentang pentingnya

Page 40: 09E01001

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

penggunaan air bersih bagi kesehatan masyarakat, pengoperasian sarana dan prasarana air

bersih di pedesaan.

1.5. Program Penataan Kota

Program penataan kota dilaksanakan dalam berbagai kegiatan, diantaranya adalah

sebagai berikut:

a. Penyiapan dan penyusunan rencana program jangka menengah (PJM) dalam

rangka pelaksanaan pembangunan prasarana kota terpadu yang mengacu pada rencana

tata ruang dan rencana pengembangan wilayah;

b. Rintisan pengadaan sistem data dan informasi penataan kota yang membantu

informasi dalam rangka pengadaan perumahan dan permukiman.

Pada prinsipnya program penataan kota bertujuan untuk meningkatkan efisiensi

penyedian, pelayanan prasarana dan sarana perkotaan yang mendorong pemantapan

fungsi kawasan-kawasan kota sehingga dapat meningkatkan produktivitas kota dengan

tidak mengesampingkan aspek-aspek pemerataan, lingkungan, dan budaya.

1.6. Program Penataan Bangunan

Program penataan bangunan dilakukan dengan tujuan untuk mewujudkan tata

bangunan dan lingkungan yang terkendali sebagai wujud struktural pemanfaatan ruang

perkotaan yang tertib dan keselamatan bangunan, serta terpeliharanya bangunan dan

lingkungan yang mempunyai nilai, tradisi serta sejarah yang luhur. Program penataan

bangunan terdiri dari beberapa kegiatan, yaitu:

a. Pengendalian ketertiban dan keselamatan bangunan melalui penyusunan peraturan

daerah;

Page 41: 09E01001

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

b. Perintisan penyusunan pedoman teknis dan prosedur pembangunan serta standar

bangunan dan lingkungan;

c. Pemasyarakatan dan penyuluhan produk hukum ataupun produk teknis yang telah

dibuat.

2. Program Pendukung

Program pendukung dalam pembangunan perumahan dan permukiman mutlak

diperlukan karena program inilah yang akan mendukung pelaksanaan pembangunan dan

permukiman.

Program pendukung dalam pembangunan perumahan dan permukiman antara lain

berupa Program Penelitian dan Pengenbangan Perumahandan Permukiman serta Program

Penyelamatan Hutan, Tanah, dan Air.

1. Program Penelitian dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman

Program penelitian dan pengembangan perumahan dan permukiman bertujuan untuk

meningkatkan kemampuan pendayagunaan kemajuan ilmu pengetahuan terapan, terutama

yang sedang berkembang pesat dan diperhitungkan memiliki pengaruh yang besar bagi

pembangunan. Disamping itu juga diharapkan akan dikembangkan teknologi tepat guna

serta pendayagunaan sepenuhnya bahan baku total yang dilaksanakan oleh pusat-pusat

penelitian dan pengembangan permukiman, termasuk perguruan tinggi.

2. Program Penyelamatan Hutan, Tanah, dan Air

Program Penyelamatan hutan, tanah, air bertujuan untuk melestarikan fungsi dan

kemampuan sumber daya hayati dan non hayati serta lingkungan hidup. Penyediaan dan

pengelolaan air bersih dalam pembangunan perumahan dan permukiman merupakan

Page 42: 09E01001

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

suatu hal yang utama sehingga perlu dilakukan pemberdayaan kegiatan pengembangan

sistem tata guna serta alokasi air bagi pembangunan.

E.2.4. Kebijakan dan Strategi Nasional Perumahan dan Permukiman Ada 3 (tiga) kebijakan dan strategi nasional perumahan dan permukiman yang

dituangkan dalam S.K. Menteri Kimpraswil Nomor 217/2002 tentang Kebijaksanaan dan

Strategi Nasional Perumahan dan Permukiman (KSNPP), yaitu:

1. Melembagakan sistem penyelenggaraan perumahan dan permukiman dengan

melibatkan masyarakat (partisipatif) sebagai pelaku utama, melalui strategi:

a. Penyusunan, pengembangan dan sosialisasi berbagai produk peraturan

perundangundangan dalam penyelenggaraan perumahan dan permukiman.

b. Pemantapan kelembagaan perumahan dan permukiman yang handal dan responsif.

c. Pengawasan konstruksi dan keselamatan bangunan gedung dan lingkungan.

2. Mewujudkan pemenuhan kebutuhan perumahan bagi seluruh lapisan

masyarakat, melalui strategi:

a. Pengembangan sistem pembiayaan dan pemberdayaan pasar perumahan (primer dan

sekunder), meliputi (a) Peningkatan kualitas pasar primer melalui penyederhanaan

perijinan, sertifikasi hak atas tanah, standarisasi penilaian kredit, dokumentasi kredit,

dan pengkajian ulang peraturan terkait; (b) Pelembagaan pasar sekunder melalui SMF

(Secondary Mortgage Facilities), biro kedit, asuransi kredit, lembaga pelayanan

dokumentasi kredit; dan lembaga sita jaminan.

b. Pengembangan pembangunan perumahan yang bertumpu keswadayaan masyarakat,

meliputi (a) Pelembagaan pembangunan perumahan bertumpu pada kelompok

masyarakat (P2BPK); (b) Pengembangan dan pendayagunaan potensi keswadayaan

Page 43: 09E01001

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

masyarakat; (c) Pemberdayaan para pelaku kunci perumahan swadaya; serta (d)

Pengembangan akses pembiayaan perumahan swadaya.

c. Pengembangan berbagai jenis dan mekanisme subsidi perumahan, dapat berbentuk

subsidi pembiayaan; subsidi prasarana dan sarana dasar lingkungan perumahan dan

permukiman; ataupun kombinasi kedua subsidi tersebut.

d. Pemberdayaan usaha ekonomi masyarakat miskin, meliputi (a) Pemberdayaan

masyarakat untuk mengembangkan kemampuan usaha dan hidup produktif; (b)

Penyediaan kemudahan akses kepada sumber daya serta prasarana dan sarana usaha

bagi keluarga miskin, serta (c) Pelatihan teknologi tepat guna, pengembangan

kewirausahaan, serta keterampilan lainnya.

e. Pemenuhan kebutuhan perumahan dan permukiman akibat dampak bencana alam dan

kerusuhan sosial, meliputi (a) Penanganan tanggap darurat; (b) Rekonstruksi dan

rehabilitasi bangunan, prasarana dan sarana dasar perumahan dan permukiman; serta

(c) Pemukiman kembali pengungsi. Penanganan tanggap darurat merupakan upaya

yang harus dilakukan dalam rangka penanganan pengungsi, penyelamatan korban

dampak bencana alam atau kerusuhan sosial, sebelum proses lebih lanjut seperti

pemulangan, pemberdayaan, dan pengalihan (relokasi).

f. Pengelolaan bangunan gedung dan rumah negara, melalui pembinaan teknis

penyelenggaraan dan pengelolaan aset bangunan gedung dan rumah negara.

3. Mewujudkan permukiman yang sehat, aman, harmonis dan berkelanjutan guna

mendukung pengembangan jatidiri, kemandirian, dan produktivitas masyarakat,

melalui strategi:

Page 44: 09E01001

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

a. Peningkatan kualitas lingkungan permukiman, dengan prioritas kawasan permukiman

kumuh di perkotaan dan pesisir, meliputi (a) Penataan dan rehabilitasi kawasan

permukiman kumuh; (b) Perbaikan prasarana dan sarana dasar permukiman; serta (c)

Pengembangan rumah sewa, termasuk rumah susun sederhana sewa (rusunawa).

b. Pengembangan penyediaan prasarana dan sarana dasar permukiman, meliputi (a)

Pengembangan kawasan siap bangun (Kasiba) dan lingkungan siap bangun (Lisiba);

dan (b) Pengembangan lingkungan siap bangun yang berdiri sendiri, yang

berdasarkan RTRW Kabupaten atau Kota, dan Rencana Pembangunan dan

Pengembangan Perumahan dan Permukiman di Daerah (RP4D) yang telah ditetapkan

melalui peraturan daerah. Kasiba dan Lisiba tersebut dimaksudkan untuk

mengembangkan kawasan permukiman skala besar secara terencana dan terpadu

dalam manajemen kawasan yang efektif. Dalam pengembangan Kasiba dan Lisiba

serta kaitannya dengan pengelolaan tata guna tanah, juga perlu dipertimbangkan

pengembangan Bank Tanah untuk lebih mengendalikan harga tanah.

c. Penerapan tata lingkungan permukiman, meliputi (a) Pelembagaan RP4D, yang

merupakan pedoman perencanaan, pemrograman, pembangunan dan pengendalian

pembangunan jangka menengah dan panjang secara sinergi melibatkan kemitraan

pemerintah, dunia usaha dan masyarakat; (b) Pelestarian bangunan bersejarah dan

lingkungan permukiman tradisional; (c) Revitalisasi lingkungan permukiman

strategis; serta (d) Pengembangan penataan dan pemantapan standar pelayanan

minimal lingkungan permukiman untuk mencegah perubahan fungsi lahan,

menghindari upaya penggusuran, mengembangkan pola hunian berimbang,

menganalisis dampak lingkungan melalui Analisa Mengenai Dampak Lingkungan

Page 45: 09E01001

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

(AMDAL), Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL), Rencana Pemantauan

Lingkungan (RPL), serta Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya

Pemantauan Lingkungan (UPL) secara konsisten.

E. 3. Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan

Perubahan kondisi sosial, ekonomi, dan politik yang sangat fundamental

menuntut perlunya sistem perencanaan pembangunan yang komprehensif dan mengarah

kepada perwujudan transparansi, demokratisasi, desentralisasi, dan partisipasi

masyarakat, yang pada akhirnya dapat menjamin pemanfaatan dan pengalokasian sumber

dana pembangunan yang semakin terbatas menjadi lebih efisien dan efektif serta

berkelanjutan.

Salah satu upaya untuk merespon tuntutan tersebut, pemerintah telah

mengundangkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional (SPPN), yang didalamnya diatur sistem perencanaan

pembangunan yang baru yang terdiri dari empat tahapan, yaitu: (1) penyusunan rencana;

(2) penetapan rencana; (3) pengendalian pelaksanaan rencana; (4) evaluasi pelaksanaan

rencana. Perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan evaluasi pelaksanaan rencana

merupakan bagian-bagian dari fungsi manajemen yang saling terkait dan tidak dapat

dipisahkan satu sama lain.

Program-program pembangunan khususnya program pengembangan perumahan

yang telah ditetapkan oleh pemerintah pada saat ini memerlukan suatu pengevaluasian

untuk mengetahui sudah sampai sejauh mana pelaksanaannya karena hal ini berkaitan

Page 46: 09E01001

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

dengan aspek transparansi dan akuntabilitas kinerja pemerintah terhadap pihak-pihak

yang berkepentingan.

Evaluasi pelaksanaan program pengembangan perumahan ini dilakukan untuk

menilai pencapaian pelaksanaan program tersebut, efektifitas, efisiensi, manfaat, dampak,

dan keberlanjutan dari program tersebut. Pengevaluasian ini juga menggunakan

indikator-indikator yang digunakan dalam penyusunan program pengembangan

perumahan ini yang dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

Tapanuli Utara. Dan apakah program ini telah sesuai dengan apa yang menjadi tujuan

yang telah ditetapkan oleh pemerintah daerah yaitu terpenuhinya kebutuhan akan rumah

yang sehat, aman, serasi dengan lingkungan, terjangkau masyarakat terutama yang

berpenghasilan menengah dan rendah dan juga meningkatkan kualitas perumahan melalui

penguatan komunitas lembaga yang ada dalam rangka peningkatan kualitas sosial

kemaasyarakatan.

F. Definisi Konsep

Menurut Masri Singarimbun (1989;17), konsep merupakan unsur penelitian yang

paling penting dan merupakan definisi yang akan dipakai untuk menggambarkan secara

abstrak suatu fenomena sosial.

Berdasarkan uraian di atas, konsep penulis dalam penelitian ini adalah :

1. Evaluasi, merupakan proses penilaian untuk menentukan sampai sejauh mana

tujuan suatu program dapat tercapai.

2. Pelaksanaan Program, merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu

pejabat atau kelompok baik pemerintah atau swasta untuk melaksanakan aktifitas yang

telah dirancang untuk mencapai sasaran kebijaksanaan secara keseluruhan.

Page 47: 09E01001

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

3. Evaluasi pelaksanaan program pengembangan perumahan, merupakan penilaian

yang dilakukan terhadap pelaksanaan program pengembangan perumahan sejak

dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Tapanuli Utara.

G. Definisi Opoerasional

Evaluasi pelaksanaan program pengembangan perumahan diukur dengan

indikator :

1. Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan

a. Kemampuan organisasi melaksanakan program, meliputi :

- Kemampuan sumber daya manusia

- Kemampuan mengatur dan menggunakan sumber dana

- Kemampuan mengatur dan menggunakan sumber daya manusia

b. Memasyarakatkan program, meliputi :

- Adanya koordinasi antar instansi yang terkait

- Dukungan dari masyarakat

2. Program Pengembangan Perumahan

Tersedianya komponen penyelenggara program, yaitu :

- Pelaksana program

- Penilaian Masyarakat

- Sarana dan prasarana yang digunakan

- Peraturan dan ketentuan yang mendukung program pengembangan perumahan

3. Keberhasilan pelaksanaan,dengan indikator :

- Target dan realisasi pelaksanaan program pengembangan perumahan

Page 48: 09E01001

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

H. Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini terdiri atas Latar Belakang, Perumusan Masalah, Tujuan

Penelitian, Manfaat Penelitian, Kerangka Teori, Definisi Konsep,

Definisi Operasional, dan Sistematika Penulisan.

BAB II : METODE PENELITIAN

Bab ini terdiri dari Bentuk Penelitian, Lokasi Penelitian, Populasi dan

Sampel, Teknik Pengumpilan Data, dan Teknik Analisa Data.

BAB III : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini merupakan gambaran umum tentang penelitian ini, sehingga

didalamnya akan dijelaskan mengenai: Gambaran umum tentang kantor

Dinas Pemukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli

Utara, sejarah berdirinya, struktur organisasi, dan tata kerjanya.

BAB IV : PENYAJIAN DATA

Bab ini berisikan tentang data-data yang diperoleh dari hasil penelitian

BAB V : ANALISA DATA

Bab ini berisikan interpretasi dari data-data yang diperoleh sehingga

menjawab permasalahan yang dirumuskan

BAB VI : PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran

Page 49: 09E01001

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

BAB II

METODE PENELITIAN

A. Bentuk Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

deskriptif dengan menggunakan analisa kualitatif. Menurut Hadari Nawawi (1990;64),

metode deskriptif memusatkan perhatian pada masalah-masalah atau fenomena-fenomena

yang ada pada saat penelitian ata masalah yang bersifat actual, kemudian

menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diteliti diiringi dengan interpretasi

rasional yang akurat. Penelitian ini menggambarkan fakta-fakta dan menjelaskan keadaan

dari objek penelitian berdasarkan fakta-fakta sebagaimana adanya, dan mencoba

menganalisa untuk memberi kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan

Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang

menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu (Sugiyono, 2004:90). Maka yang menjadi

populasi dalam penelitian ini adalah pegawai di Kantor Dinas Permukiman dan

Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara yang berjumlah 50 orang.

2. Sampel

Menurut Sugiyono (2004:91), sampel adalah sebagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sedangkan menurut Arikunto (2004:109)

Page 50: 09E01001

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Teknik penentuan sampel yang

digunakan yaitu Proposive Sampling. Menurut Arikunto Proposive Sampling diambil

berdasarkan tujuan penelitian. Berdasarkan kutipan di dalam penelitian ini adalah

responden yang dianggap mengetahui secara mendalam tentang permasalahan penelitian.

Dimana cara pengambilan sampel bukan atas strata, pedoman atau wilayah, tetapi

berdasarkan atas adanya tujuan tertentu dan memakai informan kunci. Adapun yang

menjadi informan kunci disini adalah Kepala Dinas Permukiman dan Pengembangan

Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara, Kabid Perumahan dan Permukiman. Dan untuk

menambah perbendaharaan data, penulis mengambil sampel dari masyarakat dengan

menggunakan teknik sampling insedental, yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan

kebetulan, yakni siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti yang dapat

digunakan sebagai sampel.

D. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data atau informasi, keterangan-keterangan data yang

diperlukan, penulis menggunakan metode sebagai berikut:

1. Pengumpulan Data Primer

Yaitu perolehan data melalui kegiatan penulis langsung untuk mendapatkan data

yang lengkap yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Kegiatan ini dilakukan dengan

cara:

a. Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data dengan menanyakan langsung kepada

responden tentang permasalahn yang berhubungan dengan penelitian ini.

b. Observasi, yaitu pengumpulan data melalui pengamatan secara langsung ke lokasi

penelitian.

Page 51: 09E01001

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

2. Pengumpulan Data Sekunder

Yaitu cara pengumpulan data melalui studi kepustakaan, dokumentasi, dan bahan

lain yang relevan dengan objek penelitian.

E. Teknik Analisa Data

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa data

kualitatif, yaitu analisa data terhadap data yang diperoleh berdasarkan kemampuan nalar

peneliti dalam menghubungkan fakta, data, dan informasi. Jadi teknik analisa data

dilakukan dengan penyajian data yang terdapat melalui keterangan yang diperoleh dari

responden, selanjutnya diinterpretasikan sesuai dengan tujuan penelitian yang telah

dirumuskan.

Page 52: 09E01001

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

A. PROFIL DINAS PERMUKIMAN dan PENGEMBANGAN WILAYAH

KABUPATEN TAPANULI UTARA

1. Struktur Organisasi

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Tapanuli Utara No.03 tahun 2004

tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas-Dinas Daerah Kabupaten Tapanuli

Utara, Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara adalah

instansi yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Bupati Tapanuli Utara.

Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara

dipimpin oleh seorang Kepala Dinas (Eselon IIb). Kepala Dinas ini dibantu oleh 4

(Empat) orang pejabat struktural, yaitu:

Bagian Tata Usaha, yang membawahi 2 sub bagian, yaitu :

1. Sub Bagian Umum Kepegawaian;

2. Sub Bagian Keuangan

Bagian program, Yang membawahi 2 Seksi, yaitu :

1. Seksi Perencanaan Teknis Konstruksi dan Arsitektur;

2. Seksi Pendataan, Evaluasi dan Pelaporan

Bagian Perumahan Permukiman, yang membawahi 2 Seksi yaitu:

1. Seksi Sarana Pemugaran dan Permukiman

2. Seksi Perumahan dan Permukiman

Bagian Penertiban dan Registrasi, yang membawahi 2 Seksi yaitu:

1. Seksi Pengawasan, Perijinan dan Penertiban Bangunan

2. Seksi Inventarisasi dan Registrasi

2. Sumber Daya Manusia

Page 53: 09E01001

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

Jumlah SDM per 31 Desember 2006 untuk memdukung pelaksanaan tugas pokok

dan fungsi Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli adalah

sebanyak 50 orang yang terdiri dari:

Klasifikasi Struktural

1) Pejabat Eselon II 1 orang

2) Pejabat Eselon III 4 orang

3) Pejabat Eselon IV 8 orang

4) Staff PNS 27 orang

5) PTT 5 orang

6) Tenaga Honorer 5 orang

Jumlah 50 orang

Klasifikasi Pendidikan

1) S1 22 orang

2) D III 6 orang

3) SMA Sederajat 20 orang

4) SMP Sederajat 2 orang

Jumlah 50 orang

Klasifikasi Golongan

1) Golongan IV 3 orang

2) Golongan III 31 orang

3) Golongan II 6 orang

Page 54: 09E01001

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

4) PTT 5 orang

5) Tenaga Honorer 5 orang

Jumlah 50 orang

3. Tugas Pokok dan Fungsi

Berdasarkan Keputusan Bupati Tapanuli Utara Nomor 22 Tahun 2004 tentang

tugas dan fungsi Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli

Utara mengemban tugas membantu Bupati Tapanuli Utara dalam menyelenggarakan

pemerintahan daerah di bidang Permukiman dan Pengembangan Wilayah dengan fungsi

sebagai berikut:

1. Melaksanakan pembinaan terhadap bidang kewenangan Dinas Permukiman dan

Pengembangan Wilayah dan peningkatan sarana dan prasarana permukiman;

2. Merumuskan kebijakan pedoman teknis pembinaan penyuluhan perumahan dan

permukiman;

3. Merumuskan kebijakan pedoman teknis perencanaan, kontruksi bangunan

perumahan dan permukiman baik milik Pemerintah, Swasta, dan Masyarakat;

4. Merumuskan kebijakan tata ruang wilayah dan mempersiapkan perencanaan

pemanfaatan ruang;

5. Merumuskan kebijakan teknis pengendalian bidang pembangunan perumahan

permukiman;

6. Mengkoordinasikan dan mengkonsultasikan penerimaan daerah di bidang

permukiman dan pengembangan wilayah yang bersumber dari Pemerintah Pusat,

Propinsi, Daerah, dan Pihak Lain;

Page 55: 09E01001

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

7. Mengadakan kerjasama dengan pihak lain dalam pembangunan perumahan dan

permukiman;

8. Pengelolaan Izin Mendirikan Bangunan (IMB);

9. Pelaksanaan penanggulangan bencana alam;

10. Pengelolaan administrasi umum meliputi ketatausahaan dinas, kepegawaian,

keuangan, peralatan/perlengkapan dan organisasi serta ketatalaksanaan dinas.

4. Perencanaan Strategik

Perencanaan stratejik merupakan rencana pembangunan jangka panjang dan

rencana pembangunan jangka menengah Dinas Permukiman dan Pengembang Wilayah

Kabupaten Tapanuli Utarayang dibuat secara bersama-sama antara pimpinan dan seluruh

komponen organisasi. Perencanaan stratejik bersifat adaptif terhadap perubahan-

perubahan yang berasal dari internal maupun dari lingkungan eksternal organisasi

VISI dan MISI

Visi merupakan cara pandang jauh ke depan, yang merefleksikan cita-cita, yakni

hendak menjadi apa Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten

Tapanuli Utara di masa depan, dan sekaligus menentukan arah perjalanan institusi ini.

Karena Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara

merupakan bagian internal dari pemerintahan Kabupaten Tapanuli Utara, secara logis

visinya merupakan turunan dari/dan mendukung visi Kabupaten Tapanuli Utara.

Penetapan Visi Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten

Tapanuli Utara sangat penting sebagai sumber acuan pelaksanaan tugas yang diemban

Page 56: 09E01001

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

oleh seluruh jajaran pimpinan dan staff dinas. Visi tersebut digali dari keyakinan dasar

dan nilai-nilai yang dianut seluruh anggota organisasi, dengan mempertimbangkan factor

lingkungan sekitarnya.

Adapun visi Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli

Utara adalah: PERUMAHAN/PERMUKIMAN DAN LINGKUNGAN YANG SEHAT,

AMAN, DAN TERATUR

Penjelasan dari Visi tersebut di atas adalah sebagai berikut:

1. Perumahan / Permukiman Yang Sehat, Aman, dan Teratur, artinya

a) Terciptanya Perumahan/Permukiman yang murah serta layak huni;

b) Perumahan/Permukiman yang didukung oleh peraturan-peraturan yang

berlaku serta kebijakan daerah;

c) Ramah lingkungan.

2. Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah yang dimaksud adalah Dinas

Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara.

Untuk mewujudkan visi Dinas Permukiman dan Pemgembangan Wilaayah

Kabupaten Tapauli Utara tersebut, perlu dirumuskan misi yang menggambarkan amanah

apa yang harus dituntaskan oleh organisasi/dinas agar tujuan organisasi dapat terlaksana

dan berhasil sesuai dengan visi yang ditetapkan.

Dengan adanya Misi diharapkan seluruh pegawai dan pihak-pihak lain yang

berkepentingan dapat mengenal Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah

Page 57: 09E01001

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

Kabupaten Tapanuli Utara dan mengetahui peran dan program-program serta hasil yang

akan diperoleh di masa akan datang.

Adapun misi Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten

Tapanuli Utara yaitu:

1) Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Aparatur agar mampu mewujudkan

pelayanan prima;

2) Mewujudkan lingkungan perumahan/permukiman sehat, aman, dan teratur;

3) Membessrdayakan dalam masyarakat pembangunan dan pengembangan wilayah

melalui penyelenggaraan peraturan, pembinaan dan pengawasan pembangunan.

A. Tujuan

Tujuan merupakan implementasi atau penjabaran dai misi dan merupakan sesuatu

(apa) yang akan dicapai atau dihasilkan dalam kurun waktu tertentu 1 (satu) sampai

dengan 5 (lima) tahun (kapan harus dicapai).

Karakteristik tujuan adalah sebagai berikut :

a. Idealistik : mengandung nilai-nilai keluhuran dan keinginan kuat untuk menjadi

baik dan berhasil;

b. Jangkauan ke depan dicapai dalam waktu 5 tahun atau lebih sebagaimana yang

ditetapkan oleh suatu organisasi;

c. Abstrak belum dapat dilihat secara kuantitas karena pencapaian tujuan dapat

berlangsung secara berkesinambungan.

Berdasarkan uraian di atas, maka Dinas permukiman dan Pengembangan Wilayah

Kabupaten Tapanuli Utara menetapkan tujuan sebagai berikut:

Page 58: 09E01001

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

MISI PERTAMA “Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Aparatur agar mampu

mewujudkan pelayanan prima”

Dengan tujuan :

1) Meningkatkan Keterampilan dan Keahlian Aparatur;

2) Menigkatkan Kesejahteraan Aparatur.

MISI KEDUA “Meningkatkan sarana dan prasarana perumahan /permukiman”

Dengan tujuan :

1) Meningkatkan sarana dan praasarana Permukiman dan Perumahan;

2) Meningkatkan sarana dan prasarana Gedung Pemerintah;

3) Meningkatkan sarana dan prasarana pasar.

MISI KETIGA “Memberdayakan Masyarakat dalam Pembangunan dan Pengembangan

Wilayah melalui penyelenggaraan perturan, pembinaan, dan

pengawasan pembangunan”

Dengan tujuan :

1) Meningkatkan partisipasi masyrakat dalam pembangunan dan pengembangan

wilayah melalui penyelenggaraan, pembinaan, dan pengawasan pembangunan.

B. Kebijakan

Strategi pencapaian tujuan menentukan keberhasilan organisasi. Strategi tersebut

dirumuskan dalam kebijakan yang menggambarkan bagaimana Program, dan kegiatan

organisasi dapat dicapai.

Page 59: 09E01001

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

Berdasarkan pengertian di atas, Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah

Kabupaten Tapanuli Utara menetapkan kebijakan sebagai berikut :

1. Kebijakan Teknis :

- Memberikan Pedoman Teknis Perencanaan Sarana dan Prasarana dan

Ketentuan Perizin.

2. Kebijakan Personalia :

- Meningkatkan Kesejahteraan dan Kualitas SDM yang didukung dengan

Sarana dan Prasarana yang memadai

3. Kebijakan Pelayanan :

- Memberikan pelayanan yang cepat dan murah serta yang terbaik bagi

setiap pemohon IMB.

4. Kebijakan Publik :

- Memberdayakan masyarakat untuk mampu merencanakan,

melaksanakan dan memelihara pembangunan.

Keijakan tersebut diatas akan diimplementasikan dalam bentuk surat-surat

keputusan dan akan dijadikan :

- Pedoman Pelaksanaan Kegiatan.

- Mengatur mekanisme kegiatan lanjutan.

- Mengarahkan setiap pejabat dan pelaksana bahwa merreka memperoleh

dukungan untuk bekerja dan mengimplementasikan keputusan.

C. Program Kerja

Page 60: 09E01001

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

Program merupakan kumpulan kegiatan nyata, sistematis dan terpadu yang

dilaksanakan oleh Bidang-Bidang dan Badan pada Dinas guna mencapai tujuan dan

sasaran. Hal-hal yang menjadi landasan penetapan program kerja Dinas Pemukiman dan

Pengembangan Wilayah Utara Kabupaten Tapanuli Utara adalah :

- Memperhatikan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)

Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara.

- Memperhatikan kepentingan masing-masing Bidang dan Bagian yang

terdapat pada Dinas Pemukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten

Tapanuli Utara.

- Mempertimbangkan keadaan masa lampau, kini dan masa yang akan

datang.

- Memperhatikan skala prioritas yang menunjang visi dan misi.

Program ini bersifat jangka menengah sampai dengan 5 tahun dan dapat

dilanjutkan apabila hasil evaluasi diperlukan untuk kelanjutannya (dapat bersifat jangka

menengah dan jangka panjang). Program Perencanaan Strategis Dinas Permukiman dan

Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara untuk mewujudkan visi dan misi

yang telah ditetapkan adalah sebagai berikut :

1. Pemberdayaan usaha mikro.

2. Peningkatan iklim investasi dan realisasi investasi.

3. Pengembangan dan Pemanfaatan Sumber Daya Mineral dan Energi, Sumber Daya

Alam.

4. Rehabilitasi dan Pemulihan Cadangan Sumber Daya Alam.

Page 61: 09E01001

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

5. Penataan Ruang.

6. Pengembangan Kecamatan dan Pengembangan Desa Tertinggal.

7. Pengembangan dan Pemeliharaan Prasarana Transportasi Udara.

8. Pengembangan Perumahan.

9. Pemberdayaan Komunitas Perumahan.

10. Lingkungan Sehat.

11. Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Daerah Kabupaten Tapanuli Utara,

12. Pembangunan/ Perbaikan Pekan dan Fasilitas Umum.

13. Peningkatan Sumber Daya Manusia dan Kesejahteraan Aparatur.

14. Pengurusan IMB dan Registrasi Rumah di Kabupaten Tapanuli Utara.

B. SEKILAS TENTANG KABUPATEN TAPANULI UTARA

B. 1. 1 Gambaran Umum Kondisi Daerah

Kabupaten Tapanuli Utara secara geografis terletak di bagian tengah Provinsi

Sumatera Utara, terletak pada 1°20’ - 2°41’ Lintang utara dan 9841’ Lintang utara dan

98°05’ - 99°16’ Bujur timur pada peta bumi. Kabupaten Tapanuli Utara berada pada

ketinggian 300 – 1500 meter di atas permukaan laut dan kemiringan tanah antara 15 - 44

persen. Berdasarkan letak geografis ini maka daerah Kabupaten Tapanuli Utara

merupakan daerah yang memiliki topografi dan kontur tanah yang beragam yaitu datar,

berombak, bergelombang, dan terjal dengan batas-batas administratif yaitu:

• Sebelah Utara : Kabupaten Toba Samosir

Page 62: 09E01001

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

• Sebelah Timur : Kabupaten Labuhan Batu

• Sebelah Selatan : Kabupaten Tapanuli Selatan

• Sebelah Barat : Kabupaten Tapanuli Tengah dan Humbang Hasundutan

Sedangkan luas Kabupaten Tapanuli Utara yaitu 3.800,31 Km², yang terdiri dari

luas daratan 3.793,71 Km² (379.371 Ha) dan perairan Danau Toba yang berada di

Kecamtan Muara dengan luas 6,60 Km². Dari luas wilayah 379.371 Ha terdapat luas

wilayah yang dapat digunakan untuk lahan sawah seluas 30.376 Ha dan untuk lahan

kering seluas 348.788 Ha, dimana daratannya dipergunakan untuk permukiman, sarana

dan prasarana sosial, ekonomi dan budaya, pertanian dalam arti luas, perhubungan,

pertambangan khususnya bahan galian C, dan hutan semak belukar.

Menurut status pemilikan, kurang lebih 288.922,97 Ha atau 76,20% dari luas

wilayah Kabupaten Tapanuli Utara merupakan tanah adat/marga, sebagian lainnya yakni

sekitar 70,34 atau sekitar 18,62% merupakan tanah Negara, sedangkan selebihnya

merupakan tanah hak milik, hak guna usaha dan hak guna bangunan.

Kabupaten Tapanuli Utara terkenal dengan kesuburan tanah dan keindahan

alamnya. Hal ini karena ditunjang oleh banyaknya gunung-gunung, baik yang masih aktif

maupun dalam kondisi sudah tidak aktif, sekaligus merupakan daerah tangkapan air dan

menciptakan hulu-hulu sungai bagi sungai besar dan kecil yang tersebar di wilayah

Kabupaten Tapanuli Utara. Kabupaten Tapanuli Utara yang letaknya berbatasan pada

Sebelah Utara dengan Kabupaten Toba Samosir, pada Sebelah Selatan dengan Kabupaten

Tapanuli Selatan & Tapanuli Tengah, pada Sebelah Barat dengan Kabupaten Humbang

Page 63: 09E01001

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

Hasundutan dan pada Sebelah Timur dengan Kabupaten Labuhan Batu, mempunyai

posisi yang strategis dan memberikan dampak positif maupun negatif yang cukup besar

terhadap kondisi dan perkembangan Sumatera Utara baik dari aspek ekonomi, Sumber

Daya Manusia maupun kelestarian lingkungan hidup.

Dampak lain yang dirasakan oleh Kabupaten Tapanuli Utara adalah peluang

pasar, baik Dalam Negeri maupun Luar Negeri. Meningkatnya investasi yang masuk

sangat membantu meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi. Kedudukan strategis

tersebut menjadi salah satu peluang di dalam membantu meningkatkan laju pembangunan

Kabupaten Tapanuli Utara dalam Pembangunan Jangka Panjang. Pembangunan fisik di

Kabupaten Tapanuli Utara pada Pembangunan Jangka Panjang Pertama telah

menghasilkan banyak kemajuan dalam segenap aspek kehidupan dan telah meletakkan

dasar yang cukup untuk pengembangan selanjutnya. Pada kawasan pertanian dan

perkebunan di Kabupaten Tapanuli Utara adalah produktif dalam menghasilkan komoditi

pertanian dan perkebunan sehingga masih cukup potensial untuk tetap dipertahankan.

Perkembangan pemanfaatan ruang tumbuh dengan pesat selama Pembangunan

Jangka Panjang Pertama.Hal tersebut selain meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi

daerah juga berimplikasi pada timbulnya permasalahan ruang, antara lain lingkungan,

kesenjangan pertumbuhan antar wilayah, perubahan fungsi lahan dan peningkatan

kebutuhan akan prasarana serta sarana. Perkembangan transportasi selama Pembangunan

jangka Panjang Pertama telah dapat mendukung perkembangan ekonomi Kabupaten

Tapanuli Utara.Transportasi jalan raya masih mendominasi pelayanan pergerakan

angkutan barang dan penumpang antar pusat pertumbuhan.

Page 64: 09E01001

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

Perkembangan prasarana dan sarana pengairan selama Pembangunan Jangka

Panjang Pertama diindikasikan dengan meningkatnya penyediaan prasarana irigasi, dan

pemenuhan kebutuhan akan air bersih melalui penyediaan air yang belum seimbang

dengan penyediaannya walaupun potensi sumber daya air masih memungkinkan

PENDIDIKAN

Pembangunan sektor pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas Sumber

Daya Manusia (SDM) dan merupakan asset utama yang sangat strategis dalam

menggerakkan laju pembangunan. Keberhasilan sektor pendidikan salah satunya dapat

dilihat dari indikator meningkatnya Angka Partisipasi Sekolah (APS). Peningkatan

Angka Partisipasi Sekolah haruslah didukung oleh penyediaan sarana dan prasarana

pendidikan yang memadai baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya.

Ditingkat Sekolah Dasar (SD) jumlah sekolah pada tahun ajaran 2006/2007

sebanyak 390 unit termasuk 4 unit diantaranya Madrasah Ibtidaiyah, dengan jumlah guru

sebanyak 2.671 orang dan banyaknya murid 46.238 siswa. Pada tingkat SMP/ MTS

jumlah sekolah sebanyak 65 unit dimana dua diantaranya adalah MTS. Jumlah tenaga

guru sebanyak 1.254 orang dan siswa yang menuntut ilmu sebanyak 20.864 orang.

Pada tahun ajaran 2006/2007, jumlah Sekolah Menengah Umum (SMU) sebanyak

25 unit termasuk Madrasyah Aliyah sebanyak 1 unit, jumlah tenaga guru sebanyak 679

orang dan murid sebanyak 12.391 siswa. Untuk tingkat Sekolah Menengah Kejuruan

(SMK) pada tahun ajaran 2006/2007 ini tercatat jumlah sekolah 18 unit, guru 398 orang,

dan 4.774 siswa. Rasio murid SD/MI terhadap sekolah pada tahun ajaran 2006/2007

Page 65: 09E01001

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

sebesar 119 dengan perkataan lain setiap SD/MI di Kabupaten Tapanuli Utara rata-rata

menampung sekitar 119 murid. Untuk masing-masing tingkat SMP/MTS dan SMU/MA

rasionya adalah sebesar 321 dan 496 sedangkan pada tingkat SMK 265.

Rasio murid terhadap guru SD/MI tercatat sebesar 17 artinya rata-rata setiap guru

mendidik sekitar 17 murid. Untuk tingkat SMP/MTS, SMU/MA dan SMK masing-

masing memiliki rasio sebesar 17 ; 18 dan 12.

EKONOMI

Dilihat dari kontribusinya terjadi penurunan di sektor pertanian dan peningkatan

di sektor industri, yaitu pada akhir Pelita I sektor pertanian sebesar 38,83 % dan sektor

industri 8,81%, sedangkan tahun ke II Pelita V kontribusi sektor pertanian turun menjadi

18,78% dan sektor industri meningkat menjadi 21,30%. Hal ini berarti struktur ekonomi

di Kabupaten Tapanuli Utara telah bergeser dari ekonomi pertanian ke ekonomi industri.

Meskipun kontribusi sektor pertanian makin menurun dibandingkan sektor

industri tetapi kesempatan kerja masih tetap didominasi oleh sektor pertanian, yaitu pada

tahun 1971 di sektor pertanian sebesar 58,40%, sektor industri 2,84% dan sektor lain

38,76% sedangkan pada tahun 1990 kesempatan kerja di sektor pertanian sebesar 43,84,

sektor industri 14,20% dan sektor lainnya 41,96%.

Pendapatan perkapita Kabupaten Tapanuli Utara, baik berdasarkan harga berlaku

maupun harga konstan makin meningkat, demikian juga distribusinya relatif merata.

Berdasarkan harga berlaku pendapatan perkapita pada akhir Pelita I sebesar Rp 61.200,00

dan pada akhir Pelita V mencapai Rp 1.025.930,00. Dilihat dari segi pemerataannya

Page 66: 09E01001

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

distribusi pendapatan antar kelompok masyarakat relatif masih merata, tetapi antar daerah

Tingkat II masih belum merata. Kabupaten Tapanuli Utara masih mempunyai peluang

untuk meningkatkan pendapatan pada masa mendatang, mengingat banyak potensi yang

belum dimanfaatkan secara optimal, antara lain potensi kawasan industri yang telah

dialokasikan seluas 18.000 ha, disamping adanya zona-zona industri.

Selain itu masih terdapat potensi yang belum dimanfaatkan secara optimal,

diantaranya potensi pariwisata dengan obyek-obyek wisata alam dan kebudayaan khas

Kabupaten Tapanuli Utara. Jumlah penduduk Kabupaten Tapanuli Utara yang besar

merupakan potensi bagi pemasaran hasil produksinya. Selain itu semangat

kewiraswastaan masyarakat Kabupaten Tapanuli Utara dapat dijadikan modal bagi pem-

bangunan di masa mendatang. Jumlah penduduk miskin secara keseluruhan menunjukkan

penurunan. Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Tapanuli Utara menurut hasil Susenas

pada tahun 1984 tercatat sebanyak 5.626.569 orang, pada tahun 1987 turun menjadi

5.010.071 orang dan menurun lagi menjadi 4.786.478 orang pada tahun 1990. Bila dilihat

dari penyebarannya, penduduk miskin di perkotaan menunjukkan peningkatan, walaupun

proporsinya terhadap total penduduk perkotaan berkurang, sedangkan penduduk miskin

di perdesaan terus berkurang

AGAMA

Sesuai dengan Falsafah Negara, pelayanan kehidupan beragama dan kepercayaan

terhadap Tuhan Yang Maha Esa senantiasa dikembangkan dan ditingkatkan. Di

Kabupaten Tapanuli Utara kerukunan antar umat beragama terjalin dengan sangat baik.

Sarana ibadah umat beragama di Kabupaten Tapanuli Utara pada tahun 2006 adalah

Page 67: 09E01001

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

sebagai berikut: Gereja Protestan 805 unit, Gereja Katolik 76 unit, Mesjid 60 unit, dan

Langgar/Surau 16 unit.

KESEHATAN

Jumlah Rumah Sakit Umum yang ada di Kabupaten Tapanuli Utara tahun 2006

sebanyak 1 buah yang berlokasi di Kecamatan Tarutung, sedangkan sarana kesehatan

lainnya pada tingkat kecamatan terdapat sebanyak 18 unit puskesmas (5 unit diantaranya

Puskesmas berstatus rawat inap) dan 59 unit puskesmas pembantu. Polindes sebanyak

156 unit, posyandu ada sekitar 362 unit, apotek sebanyak 6 unit, toko obat sebanyak 14

unit, klinik bersalin swasta 2 unit dan Balai Pengobatan Swasta sebanyak 4 unit.

Jumlah dokter di Kabupaten Tapanuli Utara (tidak termasuk RSU) pada tahun

2006 sebanyak 45 orang yang terdiri dari dokter umum sebanyak 38 orang dan dokter

gigi sebanyak 7 orang, sedangkan tenaga medis bidan tersedia 364 orang, perawat

sebanyak 105 orang. Banyaknya Pasangan Usia Subur (PUS) di Kabupaten Tapanuli

Utara tahun 2006 sebanyak 32.853 PUS dengan akseptor aktif sebanyak 18.062 atau

sekitar 54,98 %. Pada tahun 2006 terdapat 7.014 akseptor baru atau sekitar 98,51 % dari

jumlah Pemenuhan Permintaan Masyarakat (PPM).

AIR MINUM

Air minum merupakan salah satu kebutuhan utama masyarakat, sehingga

pemerintah selalu berupaya membangun sarana air minum. Penyediaan air minum bisa

diusahakan sendiri oleh masyarakat atau perusahaan. Menurut data dari PDAM Mual

Natio Tarutung pada tahun 2006, jumlah pelanggan air minum sebanyak 5.539

pelanggan. Volume air minum yang dikonsumsi pelanggan sebanyak 1.549.668 m3 dan

nilai penjualan Rp. 1,619 miliar rupiah. Kategori/Pelanggan air minum dibedakan

Page 68: 09E01001

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

menurut golongan yaitu Golongan Sosial, Non Niaga dan Niaga. Pelanggan yang

terbanyak yaitu Golongan Non Niaga sebanyak 4.733 pelanggan terdiri dari 4.666

golongan rumahtangga dan 67 golongan pemerintah. Sementara Golongan Niaga

sebanyak sebanyak 644 pelanggan dan Golongan Sosial sebanyak 162 pelanggan.

C. SEJARAH KABUPATEN TAPANULI UTARA

I. Pada Masa Penjajahan Belanda dan Jepang

Pada masa Hindia Belanda, Kabupaten Tapanuli Utara termasuk Kabupaten Dairi

dan Toba Samosir yang sekarang termasuk dalam keresidenan Tapanuli yang dipimpin

seorang Residen Bangsa Belanda yang berkedudukan di Sibolga.

Keresidenan Tapanuli yang dulu disebut Residentie Tapanuli terdiri dari 4

Afdeling (Kabupaten) yaitu Afdeling Batak Landen, Afdeling Padang Sidempuan,

Afdeling Sibolga dan Afdeling Nias. Afdeling Batak Landen dipimpin seorang Asisten

Residen yang ibukotanya Tarutung yang terdiri 5 Onder Afdeling(Wilayah) yaitu Onder

Afdeling Silindung (Wilayah Silindung) ibukotanya Tarutung. Onder Afdeling Hoovlakte

Van Toba (Wilayah Humbang) ibukotanya Siborong-borong. Onder Afdeling Toba

(Wilayah Toba) ibukotanya Balige. Onder Afdeling Samosir (Wilayah Samosir)

ibukotanya Pangururan. Onder Afdeling Dairi Landen (Kabupaten Dairi sekarang)

ibukotanya Sidikalang. Tiap-tiap Onder Afdeling mempuyai satu Distrik (Kewedanaan)

dipimpin seorang Distrikchoolfd bangsa Indonesia yang disebut Demang dan

membawahi beberapa Onder Distrikten (Kecamatan) yang dipimpin oleh seorang Asisten

Demang.

Menjelang Perang Dunia II, distrik-distrik di seluruh keresidenan Tapanuli

dihapuskan dan beberapa Demang yang mengepalai distrik-distrik sebelumnya

Page 69: 09E01001

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

diperbantukan ke kantor Controleur masing-masing dan disebut namanya Demang

Terbeschingking. Dengan penghapusan ini para Asisten Demang yang ada di kantor

Demang itu ditetapkan menjadi Asisten Demang di Onder Distrik bersangkutan.

Kemudian tiap Onder Distrik membawahi beberapa negeri yang dipimpin oleh seorang

kepala Negeri yang disebut Negeri Hoofd. Pada waktu berikutnya diubah dan

dilaksanakan pemilihan, tetapi tetap memperhatikan asal usulnya. Negeri-negeri ini

terdiri dari beberapa kampung, yang dipimpin seorang kepala kampung yang disebut

Kampung Hoafd dan juga diangkat serupa dengan pengangkatan Negeri Hoofd. Negeri

dan Kampung Hoofd statusnya bukan pegawai negeri, tetapi pejabat-pejabat yang berdiri

sendiri di negeri/kampungnya. Mereka tidak menerima gaji dari pemerintah tetapi dari

upah pungut pajak dan khusus Negeri Hoofd menerima tiap-tiap tahun upah yang disebut

Yoarliykse Begroting.

Tugas utama Negeri dan Kampung Hoofd ialah memelihara keamanan dan

ketertiban, memungut pajak/blasting/rodi dari penduduk Negeri/Kampung masing-

masing. Blasting/rodi ditetapkan tiap-tiap tahun oleh Kontraleur sesudah panen padi.

Pada waktu pendudukan tentara Jepang Tahun 1942-1945 struktur pemerintahan

di Tapanuli Utara hampir tidak berubah, hanya namanya yang berubah seperti Asistent

Resident diganti dengan nama Gunseibu dan menguasai seluruh tanah batak dan disebut

Tanah Batak Sityotyo.Demang-demang Terbeschiking menjadi Guntyome memimpin

masing-masing wilayah yang disebut Gunyakusyo.Asisten Demang tetap berada di

posnya masing-masing dengan nama Huku Guntyo dan kecamatannya diganti dengan

nama Huku Gunyakusyo.Negeri dan Kampung Hoofd tetap memimpin

Page 70: 09E01001

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

Negeri/Kampungnya masing-masing dengan mengubah namanya menjadi Kepala Negeri

dan Kepala kampung.

II. Masa Pemerintahan Indonesia Sampai Dengan Sekarang

Sesudah kemerdekaan Republik Indonesia diproklamasikan tanggal 17 Agustus

1945, pemerintah mulailah membentuk struktur pemerintahan baik di pusat dan di

daerah. Dengan diangkatnya Dr. Ferdinand Lumbantobing sebagai Residen Tapanuli,

disusunlah struktur pemerintahan dalam negeri di Tapanuli khususnya di Tapanuli Utara

sebaga iberikut: Nama Afdeling Batak Landen diganti menjadi Luhak Tanah batak dan

sebagai luhak pertama diangkat Cornelis Sihombing. Nama Budrafdeling diganti menjadi

Urung dipimpin Kepala Urung, Para Demang memimpin Onder Afdeling sebagai Kepala

Urung.

Onder Distrik diganti menjadi Urung kecil dan dipimpin Kepala Urung Kecil

yang dulu disebut Asisten Demang. Selanjutnya dalam waktu tidak begitu lama terjadi

perubahan, nama Luhak diganti menjadi kabupaten yang dipimpin Bupati, Urung menjadi

Wilayah yang dipimpin Demang, serta Urung Kecil menjadi Kecamatan yang dipimpin

oleh Asisten Demang.

Pada tahun 1946 Kabupaten Tanah Batak terdiri dari 5 (lima) wilayah yaitu

Wilayah Silindung, Wilayah Humbang, Wilayah Toba, Wilayah Samosir dan Wilayah

Dairi yang masing-masing dipimpin oleh seorang Demang. Kecamatan-kecamatan tetap

seperti yang ditinggalkan Jepang.

Pada Tahun 1947 terjadi Agresi I oleh Belanda dimana Belanda mulai menduduki

daerah Sumatera Timur maka berdasarkan pertimbangan-pertimbangan strategis dan

Page 71: 09E01001

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

untuk memperkuat pemerintahan dan pertahanan, Kabupaten Tanah Batak dibagi menjadi

4 (empat) kabupaten. Wilayah menjadi kabupaten dan memperbanyak kecamatan.Pada

tahun 1948 terjadi Agresi II oleh Belanda, untuk mempermudah hubungan sipil dan

Tentara Republik, maka pejabat-pejabat Pemerintahan Sipil dimiliterkan dengan jabatan

Bupati Militer, Wedana Militer dan Camat Militer. Untuk mempercepat hubungan

dengan rakyat, kewedanaan dihapuskan dan para camat langsung secara administratip ke

Bupati.

Setelah Belanda meninggalkan Indonesia pada pengesahan kedaulatan, pada

permulaan tahun 1950 di Tapanuli di bentuk Kabupaten baru yaitu Kabupaten Tapanuli

Utara (dulu Kabupaten Batak), Kabupaten Tapanuli Selatan (dulu Kabupaten Padang

Sidempuan), Kabupaten Tapanuli Tengah (dulu Kabupaten Sibolga) dan Kabupaten Nias

(dulu Kabupaten Nias). Dengan terbentuknya Kabupaten ini, maka kabupaten-kabupaten

yang dibentuk pada tahun 1947 dibubarkan. Disamping itu ditiap kabupaten dibentuk

badan legislatif Dewan Perwakilan Rakyat Sementara yang anggotanya dari anggota

partai politik setempat.

Mengingat luasnya wilayah Kabupaten Tapanuli Utara meliputi Dairi pada waktu

itu, maka untuk meningkatkan daya guna pemerintahan, pada tahun 1956 dibentuk

Kabupaten Dairi yang terpisah dari Kabupaten Tapanuli Utara.

Salah satu upaya untuk mempercepat laju pembangunan ditinjau dari aspek pertumbuhan

ekonomi daerah, pemerataan hasil-hasil pembangunan dan stabilitas keamanan adalah

dengan jalan pemekaran wilayah. Pada tahun 1998 Kabupaten Tapanuli Utara

dimekarkan menjadi dua Kabupaten yaitu Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten

Toba Samosir sesuai dengan Undang-Undang Nomor 12 tahun 1998 tentang

Page 72: 09E01001

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

Pembentukan Kabupaten Toba Samosir dan Kabupaten Mandailing Natal. Kemudian

pada tahun 2003 Kabupaten Tapanuli Utara dimekarkan kembali menjadi dua kabupaten

yaitu Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten Humbang Hasundutan sesuai dengan

Undang-undang No. 9 Tahun 2003 tentang pembentukan Kabupaten Nias Selatan,

Kabupaten Pakpak Bharat dan Kabupaten Humbang Hasundutan.

Setelah Kabupaten Tapanuli Utara berpisah dengan Kabupaten Humbang

Hasundutan jumlah kecamatan di Kabupaten Tapanuli Utara menjadi 15 kecamatan.

Kecamatan yang masih tetap dalam Kabupaten Tapanuli Utara yaitu Kecamatan

Parmonangan, Kecamatan Adiankoting, Kecamatan Sipoholon, Kecamatan Tarutung,

Kecamatan Siata Barita, Kecamatan Pahae Jae, Kecamatan Purbatua, Kecamatan

Simangumban, Kecamatan Pahae Julu, Kecamatan Pangaribuan, Kecamatan Garoga,

Kecamatan Sipahutar, Kecamatan Siborong-Borong, Kecamatan Pagaran, Kecamatan

Muara.

Kabupaten Tapanuli Utara merupakan daerah yang cukup terkenal di kawasan

Nusantara, terutama karena potensi alam dan sumber daya manusianya. Potensi alam

antara lain luasnya lahan kering untuk dijadikan persawahan baru dengan membangun

irigasi. Sebahagian perairan Danau Toba yang dimiliki dan sungai yang cukup banyak

untuk dimanfaatkan potensinya untuk irigasi, pengembangan perikanan maupun

pembangkit tenaga listrik. Keindahan alam dengan panorama khususnya Pulau Sibandang

di kawasan Danau Toba di Kecamatan Muara, dan Wisata Rohani Salib Kasih. Kekayaan

seni budaya asli merupakan potensi daerah dalam upaya mengembangkan kepariwisataan

Nasional.

Page 73: 09E01001

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

Potensi lain terdapat berbagai jenis mineral seperti Kaolin, Batu gamping,

Belerang, Batu besi, Mika, Batubara, Panas bumi dan sebagainya. Potensi sumber daya

manusia sudah tidak diragukan lagi bahwa cukup banyak putera-puteri Tapanuli yang

berjasa baik di pemerintahan, dunia usaha dan sebagainya.Sesuai dengan potensi yang

dimiliki, maka tulang punggung perekonomian Kabupaten Tapanuli Utara didominasi

oleh sektor pertanian khususnya pertanian tanaman pangan dan perkebunan rakyat,

menyusul sektor perdagangan, pemerintahan, perindustrian dan pariwisata. Pada era

informasi dan globalisasi peranan pemerintah maupun pihak swasta semakin nyata dalam

meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah di berbagai sektor/bidang sehingga

pendapatan masyarakat semakin meningkat.

D. 2. Visi dan Misi Kabupaten Tapanuli Utara

D. 2. 1. Visi

Adapun visi pembangunan Kabupaten Tapanuli Utara yang telah disepakati

menjadi acuan dalam penyelenggaraan pembangunan yaitu:“ Mewujudkan kemakmuran

masyarakat berbasis pertanian”

Visi ini telah dijadikan pegangan dan arah dalam menjalankan pembangunan

dengan berbagai hasil yang telah dicapai. Keberhasilan yang dicapai itu mengisyararkan

bahwa visi pembangunan masih relevan secara substansial.

D. 2. 2. Misi

Untuk mencapai visi tersebut disusun misi Kabupaten Tapanuli Utara sebagai

berikut:

Page 74: 09E01001

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

1. Menempatkan sektor pertanian sebagai andalan perekonomian rakyat yang

didukung sektor pariwisata, agroindustri, pertambangan dan energi.

2. Meningkatkan sektor pendidikan dan kesehatan guna penciptaan sumber daya

manusia yang berkualitas dan handal.

3. Menciptakan kondisi yang dinamis bagi terjaminnya kesatuan dan persatuan

yang harmonis.

4. Terciptanya pemerintahan yang baik (good governance) bagi terjaminnya

pelayanan masyarakat yang optimal.

3. Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah

3.1. Strategi pembangunan daerah

Dalam rangka pencapaian visi dan misi tersebut di atas, maka ditetapkan strategi

pembangunan daerah Kabupaten Tapanuli Utara sebagai berikut

1. Optimalisasi pemanfaatan sumber daya alam yang berwawasan lingkungan

2. Peningkatan kualitas sumber daya manusia dan derajat kesehatan

3. Peningkatan sarana dan prasarana

4. Optimalisasi kemitraan

5. Peningkatan inisiatif dan prakarsa serta kerukunan hidup masyarakat

6. Peningkatan profesionalisme aparatur.

3.2. Kebijakan pembangunan daerah

Berdasarkan visi, misi dan strategi pembangunan daerah Kabupaten Tapanuli

Utara di atas, serta berdasarkan Rencana Pembangunan Daerah (RPJMD) Provinsi

Page 75: 09E01001

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

Sumatera Utara dan RPJM Nasional, maka disusun Agenda Pembangunan Kabupate

Tapanuli Utara sebagai berikut:

1. Agenda Pertama: Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat, dengan arah

kebijakan:

a) Pembangunan pertanian

b) Pembangunan industri berbasis pertanian

c) Pembangunan investasi

d) Percepatan pembangunan desa tertinggal

e) Pembangunan kepariwisataan

f) Pembangunan koperasi dan usaha kecil mikro dan menengah

g) Peningkatan pengelolaan sumber daya alam dan pengelolaan lingkungan

hidup

2. Agenda Kedua: Menciptakan Sumber Daya Manusia yang Berkualitas dan

Handal, dengan arah kebijakan:

a) Pembinaan kualitas kehidupan beragama

b) Peningkatan pendidikan yang berkualitas

c) Peningkatan kualitas kesehatan

d) Peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi

e) Pembangunan kependudukan dan keluarga kecil berkualitas dan pemuda

dan olah raga.

Page 76: 09E01001

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

3. Agenda Ketiga: Meningkatkan Kemampuan Aparatur Pemerintah dan

Pelayanan kepada Masyarakat, dengan arah kebijakan:

a) Pembinaan aparatur pemrintah menjadi aparatur yang bersih dan berwibawa

b) Melaksanakan sistem pemerintahanyang transparan dan tanggap

c) Peningkatan kesadaran masyarakat akan taat hokum

d) Peningkatan kemampuan penanggulangan keamanan dan ketertiban dan

penanggulangan bencana

e) Percepatan pembangunan prasarana dan sarana

f) Pembangunan sarana komunikasi

g) Peningkatan dan pengembangan teknologi informasi

Page 77: 09E01001

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

BAB IV

PENYAJIAN DATA

Dalam penelitian ini memerlukan data-data yang dapat diperoleh melalui

dokumen, wawancara mendalam dan observasi. Pada tahap awal peneliti memperoleh

data melalui dokumen atau database yang ada pada Dinas Permukiman dan

Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara. Selain data langsung dari Dinas

Permukiman dan Pengembangan Wilayah, data juga dapat diperoleh melalui akses

internet yang kemudian akan diinterpretasikan. Untuk menambah wacana dalam skripsi

ini maka diperlukan data berupa wawancara kepada orang-orang yang memiliki

hubungan dengan permasalahan penelitian. Wawancara yang dilakukan adalah

wawancara mendalam kepada orang yang tertentu.

A. Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan

Program pengembangan perumahan yang merupakan salah satu program

pembangunan yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten

Tapanuli Utara untuk periode 2004-2009. Tujuan program pengembangan perumahan ini

yaitu: pertama, mendorong pemenuhan kebutuhan rumah yang layak, sehat, aman, dan

terjangkau dengan menitikberatkan kepada masyarakat miskin dan berpendapatan rendah;

kedua, meningkatkan kualitas perumahan melalui penguatan lembaga komunitas dalam

rangka pemberdayaan sosial kemasyarakatan agar tercipta masyarakat yang produktif

secara ekonomi dan berkemampuan mewujudkan terciptanya pemukiman yang sehat,

harmonis, dan berkelanjutan.

Page 78: 09E01001

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

Di Kabupaten Tapanuli Utara terdapat tiga lokasi perumahan dimana

pembangunannya masih berlangsung sampai sekarang. Pembangunan yang dilakukan

berupa membangun rumah yang baru atas permintaan dari masyarakat, perawatan

bangunan atau perbaikan rumah yang belum ditempati dan juga pembangunan sarana dan

prasarana pendukung perumahan seperti parit/drainase, jalan, sekolah, rumah ibadah,

sarana olah raga dan juga rumah toko/ruko.

Ketiga lokasi perumahan tersebut adalah:

1. Lokasi perumahan PNS Pagar Beringin Permai di Kecamatan Sipoholon

berjarak ± 12 Km dari Kota Tarutung, jumlah rumah yang sudah dibangun sebanyak 237

unit, luas tanah per unit 200 m², pembangunan untuk tahap lanjutan seluas 30.844 m².

Pembangunan rumah dilokasi ini masih berlangsung karena permintaan akan

rumah oleh masyarakat masih tinggi. Dari 237 unit rumah yang dibangun, semuanya

ditempati. Hal ini dipengaruhi karena harga rumah yang masih terjangkau oleh

masyarakat terutama PNS yaitu sekitar 50 juta rupiah dan pembayaran dapat dicicil 2 kali

dalam setahun. Hal lain yang membuat permintaan akan rumah di lokasi ini cukup tinggi

karena luas tanah per unit cukup luas yaitu 200 m².

2. Lokasi perumahan perumahan PNS Barat Indah Permai di Kecamatan Tarutung

berjarak ± 7 Km dari Kota Tarutung, jumlah rumah yang sudah dibangun 135 unit, luas

per unit bervariasi yaitu tipe 36 s/d 45, pembangunan untuk tahap lanjutan seluas ± 7 Ha.

Pembangunan rumah dilokasi ini juga masih berlangsung baik untuk

pembangunan rumah yang baru, perbaikan/perawatan rumah. Dari 135 unit yang sudah

dibangun, hanya 57 unit yang ditempati oleh masyarakat, 75 unit kosong akan tetapi

masih dalam kondisi baik sedangkan 3 rumah lagi rusak. Dari 75 unit yang kosong

Page 79: 09E01001

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

semuanya sudah ada yang memiliki. Akan tetapi karena jarak lokasi perumahan yang

cukup jauh dan terletak di kawasan hutan dan juga karena sarana transportasi yang sangat

terbatas, sehingga mereka tidak jadi menempati rumah tersebut.

3. Lokasi Perumahan PNS Sitabo-tabo Kecamatan Siborong-borong yang sudah

mulai tahap pembangunan dengan lahan yang sudah tersedia seluas ± 5 Ha terletak di

Desa Sitabo-tabo, Kecamatan Siborong-borong, jumlah rumah yang akan dibangun

sebanyak ± 215 unit dengan tipe 27/150 dan tipe 36/150.

Untuk lokasi ini pembangunan yang dilakukan masih pada tahap pembukaan jalan

ke lokasi perumahan, pembukaan lahan yang akan dijadikan lokasi perumahan.

Dari data di atas dapat dilihat bahwa permintaan akan rumah di Kabupaten

Tapanuli Utara terutama oleh PNS tergolong cukup tinggi. Ini menandakan bahwa

program pengembangan perumahan merupakan salah satu program yang penting di

Kabupaten Tapanuli Utara. Dalam wawancara dengan bapak Tongam Hutabarat, selaku

Kepala Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara

mengenai seberapa pentingkah program pengembangan perumahan diterapkan di

Kabupaten Tapanuli Utara, beliau mengatakan sebagai berikut

Program pengembangan perumahan ini diterapkan mengingat perumahan dan permukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia dan merupakan salah satu faktor penting dalam peningkatan harkat dan martabat manusia, maka perlu diciptakan kondisi yang dapat mendorong pembangunan perumahan untuk menjaga kelangsungan penyediaan perumahan dan permukiman bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah, masih belum mampu tinggal di rumah yang layak, sehat, aman, serasi, teratur. Pernyataan dia atas diperkuat oleh Bapak Saul Situmorang, selaku Kepala Badan

Perencanaan Pembangunan Daerah Tapanuli Utara sebagai berikut

Program ini sangat penting karena kawasan perumahan yang dibangun di Kabupaten Tapanuli Utara pada dasarnya ditujukan bagi pegawai negeri sipil

Page 80: 09E01001

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

(PNS) baik yang berasal dari Kabupaten ini atau yang merupakan pindahan dari daerah lain karena kemampuan untuk memiliki rumah sangat terbatas, sehingga pemerintah melalui Bappeda dan Dinas Kimbangwil Taput menetapkan rencana ini dalam RPJMD Taput. Pelaksanaan program pengembangan perumahan ini membutuhkan sumber daya

manusia dan juga dana yang cukup banyak. Oleh karena itu dibutuhkan kemampuan

Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah untuk menggunakan sumber daya

tersebut dengan baik.

Jumlah pegawai di Dinas ini per 31 Desember 2007 untuk mendukung

pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah

Kabupaten Tapanuli Utara adalah sebanyak 50 orang yang terdiri dari

Tabel 1 Jumlah Pegawai Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten

Tapanuli Utara No. Uraian Jumlah

1 Pejabat Eselon II 1 orang

2 Pejabat Eselon III 4 orang

3 Pejabat Eselon IV 8 orang

4. Staff PNS 27 orang

5 PTT 5 orang

6 Tenaga Honorer 5 orang

Jumlah 50 orang

Sumber : Dinas Kimbangwil Kabupaten Tapanuli Utara, 2008.

Untuk mendukung segala kinerja pada Dinas Permukiman dan Pengembangan

Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara maka diperlukan pelatihan dan pendidikan yang

nantinya akan dimanfaatkan untuk pencapaian visi dan misi Dinas. Menurut Bapak

Page 81: 09E01001

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

Tongam Hutabarat, selaku Kepala Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah

mengatakan bahwa:

Pendidikan dan pelatihan merupakan suatu hal yang sangat bermanfaat, oleh sebab itu diklat yang dilakukan oleh Dinas Permukiman dan Pengembangan Wialayah dilakukan berdasarkan rencana yang sudah ditentukan oleh Pemda Tapanuli Utara yang dilakukan sekali setahun. Pada pendidikan dan pelatihan tersebut Dinas ini selalu berpartisipasi atau ikut serta dalam kegiatan tersebut. Dengan pendidikan dan pelatihan tersebut pegawai akan dibantu dalam memahami tugas dan tanggungjawabnya sebagai pelayan masyarakat. Berdasarkan data dari Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah bahwa

jenjang pendidikan para pegawai adalah sebagai berikut:

Tabel 2 Persentase Jenjang Pendidikan

No. Jenjang Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)

1. S.1 22 44

2. D. III 6 12

3. D.II - -

4. D.I - -

5. SMA/Sederajat 20 40

6. SMP/Sederajat 2 4

7. SD - -

Jumlah 50 100

Sumber: Dinas Kimbangwil Kabupaten Tapanuli Utara, 2008.

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jenjang pendidikan S.1 dan SMA/Sederajat

merupakan jumlah yang paling dominan atau persentase yang sangat besar untuk mengisi

jabatan di Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara.

Oleh sebab itu untuk jenjang pendidikan yang ada pada Dinas Permukiman dan

Page 82: 09E01001

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara menjadi faktor yang penting untuk

mengisi jabatan yang ada pada dinas tersebut.

Disamping sumber daya manusia, program pengembangan perumahan ini juga

membutuhkan sumber dana yang besar. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas

Permukiman dan Pengembangan Wialayah Kabupaten Tapanuli Utara, jumlah dana yang

dibutuhkan dalam program ini mencapai Rp. 51.020.000.00,-, seperti yang ditunjukkan

tabel berikut :

Tabel 3 Jumlah Dana untuk Program Pengembangan Perumahan

No URAIAN JUMLAH (Rp.) I II III LOKASI PERUMAHAN PNS PAGAR

BERINGIN PERMAI, KECAMATAN SIPOHOLON

1. Pembangunan Prasarana Penerangan Jalan 1.750.000.000,- 2. Peningkatan dan Pembangunan Prasarana dan Sarana

Air Bersih (PSAB) di lokasi perumahan 4.300.000.000,-

3. Pembuatan drainase/parit di lokasi perumahan 4.100.000.000,- 4. Pembangunan prasarana dan sarana jalan 7.900.000.000 Total I…………………………………………….. 18.050.000.000,- LOKASI PERUMAHAN PNS BARAT INDAH

PERMAI, KECAMATAN TARUTUNG

1. Pembangunan Prasarana Penerangan Jalan 2.800.000.000,- 2. Peningkatan dan Pembangunan Prasarana dan Sarana

Air Bersih (PSAB) di lokasi perumahan 3.800.000.000,-

3. Pembuatan drainase/parit di lokasi perumahan 2.670.000.000,- 4. Pembangunan prasarana dan sarana jalan 7.650.000.000,- Total II……………………………………………. 16.920.000.000,- LOKASI PERUMAHAN PNS SITABO-TABO,

KECAMATAN SIBORONG-BORONG

1. Pembangunan Prasarana Penerangan Jalan 2.500.000.000,- 2. Peningkatan dan Pembangunan Prasarana dan Sarana

Air Bersih (PSAB) di lokasi perumahan 4.500.000.000,-

3. Pembuatan drainase/parit di lokasi perumahan 4.050.000.000,- 4. Pembangunan prasarana dan sarana jalan 5.000.000.000,- Total III…………………………………………….. 16.050.000.000,- Total I+II+III……………………………………….. 51.020.000.000,-

Page 83: 09E01001

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

Sumber: Dinas Kimbangwil Kabupaten Tapanuli Utara, 2008.

Besarnya jumlah dana untuk pembangunan perumahan di Kabupaten Tapanuli

Utara menjadi salah satu kendala pembangunan perumahan di Kabupaten Tapanuli,

seperti yang diungkapkan oleh Bapak Arnol Poltak Sitorus, selaku Kepala Bidang

Perumahan dan Permukiman berikut:

Kendala yang sering dihadapi yaitu masih minimnya dana/anggaran dalam pelaksanaan program pengembangan perumahan ini, hal ini diakibatkan karena disamping anggaran yang memang cukup besar untuk pelaksanaan program ini, pemerintah dan juga Dinas ini harus memikirkan anggaran untuk program-program kerja yang lain, juga diakibatkan karena terkadang jumlah biaya yang kita ajukan kepada pemerintah pusat (Kementerian Perumahan Rakyat) tidak sesuai dengan yang kita minta, jadi pelaksanaan pembangunan perumahan ini sering terkendala. Untuk mengatasi masalah dana yang mengakibatkan pelaksanaan program

pengembangan perumahan sering berhenti, maka pemerintah daerah Tapanuli Utara

melalui Dinas Kimbangwil melaksanakan pembangunan perumahan secara bertahap,

artinya jumlah rumah yang akan dibangun tersebut berdasarkan jumlah peminat pada satu

kawasan perumahan dan tetap memperhatikan kapasitas keuangan yang dimiliki oleh

Dinas Kimbangwil maupun Pemerintah Daerah.

Menurut Bapak Arnol Poltak Sitorus, selaku Kepala Bagian Perumahan dan

Permukiman, untuk mengatasi masalah-masalah yang muncul pada pelaksanaan program

pengembangan perumahan ini, Dinas Permukiman dan Pengembangan Wialayah

Kabupaten Tapanuli Utara melakukan diskusi dengan pihak terkait, seperti yang beliau

paparkan berikut ini,

Untuk mengatasi masalah yang timbul dalam pelaksanaan program ini, kita mengundang seluruh instansi yang terkait dalam pelaksanaan program ini, seperti Pemerintah Daerah, Bappeda, Dinas-dinas yang lain, PLN, PDAM,

Page 84: 09E01001

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

Developer, Bapertarum, KORPRI, kita memecahkan masalah yang timbul secara bersama-sama. Pernyataan ini didukung oleh Bapak Ihsar Lubis, selaku Pihak Pengembang

kawasan perumahan di Kabupaten Tapanuli Utara berikut,

Selama ini, untuk mengatasi masalah yang kita hadapi, kita sering mengadakan rapat dengan Dinas Kimbangwil Taput, pemda Taput karena bagaimanapun juga mereka tetap sebagai koordinator dalam pelaksanaan pembangunan perumahan ini. Atau kita juga sering meminta saran dari developer yang sebelumnya pernah menjadi pelaksana pembangunan perumahan di kabupaten ini Dalam pelaksanaan program ini, Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah

Kabupaten Tapanuli Utara membutuhkan dukungan dari Dinas lain maupun dari

masyarakat karena keberhasilan dari pelaksanaan program ini juga ditentukan oleh kerja

sama yang dilakukan oleh Dinas ini, seperti yang diungkapkan oleh Bapak Tongam

Hutabarat, selaku Kepala Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah:

Pelaksanaan program pengembangan perumahan ini membutuhkan kerjasama dan koordinasi dengan dinas atau instansi lain, disamping karena keterbatasan dinas ini dalam pelaksanaan program ini, kawasan perumahan yang akan dibangun membutuhkan sarana dan prasarana pendukung seperti listrik, jalan, maupun air bersih, Dan penyediaan sarana dan prasarana tersebut kita serahkan kepada dinas atau instansi lain. Sedangkan menurut Bapak Arnol Poltak Sitorus, selaku Kepala Bagian

Perumahan dan Permukiman, dinas atau instansi yang terlibat dalam pelaksanaan

program ini yaitu:

1. Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah, yang mengurus pelaksanaan pembangunan dan pengembangan perumahan dan fasilitasnya;

2. Dinas Pekerjaan Umum, yang mengurus infrastruktur jalan ke kawasan perumahan yang akan dibangun;

3. Pengurus KORPRI, yang mendata PNS yang berminat untuk mendapat perumahan;

4. PLN, yang mengurus aliran listrik di kawasan perumahan, baik untuk lampu jalan maupun listrik ke tiap-tiap rumah;

Page 85: 09E01001

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

5. PDAM Mual Na Tio, yang mengurus ketersediaan air bersih di kawasan perumahan

Pelaksanaan program pengembangan perumahan ini juga membutuhkan

dukungan dari masyrakat baik masyarakat yang berprofesi sebagai PNS yang nantinya

akan menempati kawasan perumahan tersebut maupun masyarakat yang bersedia

memberikan tanahnya untuk dijadikan sebagai kawasan perumahan. Hal ini dipertegas

oleh Bapak Tongam Hutabarat, selaku kepala Dinas Permukiman dan Pengembangan

Wilayah kabupaten Tapanuli Utara, yang mengatakan bahwa:

Masyarakat terutama yang tinggal di dekat lokasi perumahan sangat mendukung, ini dapat dilihat dari kemauan masyarakat untuk memberikan sebagian dari tanah mereka untuk dijadikan menjadi kawasan perumahan tanpa banyak ‘permintaan’, kemungkinan ini berkaitan dengan dibukanya jalan ke kawasan perumahan, mereka akan semakin mudah membuka lahan pertanian yang baru di lokasi yang selama ini masih kosong di dekat lokasi perumahan tersebut. Dan biasanya apabila pemerintah akan membuka kawasan perumahan yang baru, masyarakat yang berprofesi sebagai PNS sangat antusias mendengarnya karena dengan demikian mereka memperoleh kesempatan untuk memiliki rumah sendiri karena pada dasarnya perumahan yang dibangun di Kabupaten ini masih ditujukan untuk PNS.

Pernyataan di atas juga dipertegas oleh Bapak Ihsar Lubis, selaku pihak

Developer perumahan di Kabupaten Tapanuli Utara yang mengatakan bahwa:

Kita melibatkan masyarakat mulai dari penyedian lahan mereka untuk dijadikan kawasan perumahan, juga kita melibatkan mereka dalam pembangunan unit-unit rumah, istilahnya kita menggunakan jasa tenaga mereka selama pembangunan perumahan tersebut. Berdasarkan pernyataan tersebut, masyarakat sangat mendukung pelaksanaan

program pengembangan perumahan ini. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti

kemampuan yang terbatas dari masyarakat terutama PNS untuk memiliki rumah tinggal

sendiri. Program ini juga membawa dampak positif bagi masyarakat yang tinggal di dekat

kawasan perumahan karena dengan adanya program ini mereka semakin mudah untuk

Page 86: 09E01001

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

membuka areal pertanian/perkebunan yang baru di lahan yang selama ini masih kosong

(belum digarap). Hal ini dapat dilihat dari antusias masyarakat yang tinggi untuk menjual

tanahnya kepada pemerintah tanpa mengalami banyak kendala.

B. Program Pengembangan Perumahan

Di dalam pelaksanaan program pengembangan perumahan ini dibutuhkan

komponen pendukung seperti pelaksana program, sarana dan prasarana pendukung

program dan juga peraturan dan ketentuan yang mendukung program pengembangan

perumahan.

Dalam wawancara dengan bapak Arnol Poltak Sitorus, selaku Kepala Bagian

Perumahan dan Permukiman, mengatakan bahwa:

Yang menjadi pelaksana program pengembangan perumahan ini yaitu: 1. Bapertarum, yang akan menentukan Developer yang menjadi pelaksana

pembangunan perumahan tersebut; 2. Bank pelaksana (sudah harus berstatus Bank Syariah), yang akan

menyediakan dana untuk pembangunan perumahan sesuai dengan anggaran yang dibutuhkan untuk pembangunan perumahan tersebut;

3. Developer (Pengembang), yang menjadi pelaksana pembangunan kawasan perumahan tersebut;

4. Pemerintah Kabupaten, yang akan mengawasi pelaksana pembangunan perumahan

Sedangkan menurut bapak Saul Situmorang, selaku Kepala Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah Tapanuli Utara mengatakan bahwa:

Pelaksanaan program pengembangan perumahan, disamping melibatkan pihak Bapertarum, Bank Pelaksana, Developer, dan pemerintah daerah, juga melibatkan Badan Perencana Pembangunan Daerah Tapanuli Utara untuk memprogramkan kegiatan pendukung pelaksanaan program ini, dan juga ikut dalam penentuan anggaran yang dibutuhkan dalam pelaksanaan program ini.

Page 87: 09E01001

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

Untuk menciptakan kondisi kondusif maka diperlukan fasilitas-fasilitas yang

dapat digunakan dalam melaksanakan tugas para pegawainya. Fasilitas-fasilitas yang

dapat mendukung kinerja dari Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah

Kabupaten Tapanuli Utara dalah sebagai berikut (data dari Dinas Permukiman dan

Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara):

a) Tanah milik Pemda Tapanuli Utara sekitar 950 m²

b) Bangunan Kantor 853 m²

c) Kendaraan Dinas

c. 1. Kendaraan Roda 4 sebanyak 4 unit

c. 2. Kendaraan Roda 2 sebanyak 6 unit

d) Alat-alat Kantor

d. 1. Komputer 10 unit

d. 2. Mesin Tik 5 unit

d. 3. Mesin cetak gambar 1 unit

d. 4. Meja gambar 4 unit

d. 5. Muebelair kantor

Dengan fasilitas yang ada pada dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah

inilah yang akan membantu para pegawai di Dinas ini dalam melaksanakan tugasnya dan

hal ini dikatakan juga oleh bapak Arnol Poltak Sitorus selaku Kepala Bagian Perumahan

dan Permukiman yaitu:

Sarana-sarana ataupun fasilitas yang ada di Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah sangat membantu dalam melaksanakan tugas-tugas para pegawai dan yang paling berpengaruh pada pelaksanaan pendataan dan teknis. Sarana yabg ada pada dinas masih memadai walaupun fasilitas tersebut sering kali tidak dipakai. Dengan adanya sarana yang mempermudah pekerjaan tersebut telah banyak

memberikan kontribusi pada Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten

Tapanuli Utara.

Page 88: 09E01001

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

Pelaksanaan program pengembangan perumahan ini membutuhkan suatu

pedoman pelaksanaan. Disamping Undang-Undang No.4 tahun 1992 tentang Perumahan

dan Permukiman, program ini juga dilaksanakan berdasarkan Kebijakan dan Strategi

Nasional Perumahan dan Permukiman (KSNPP).

Dalam wawancara dengan Bapak Saul Situmorang, selaku Kepala Badan

Perencanaan Pembangunan Daerah Tapanuli Utara, mengatakan bahwa:

Kebijakan dan Strategi Nasional Perumahan dan Permukiman merupakan arahan dasar yang masih harus dijabarkan secara lebih operasional oleh berbagai pihak yang berkepentingan di bidang penyelenggaraan perumahan dan permukiman sehingga pada akhirnya visi yang diharapkan dapat dicapai. Sedangkan menurut Bapak Tongam Hutabarat, selaku Kepala Dinas Permukiman

dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara

Kebijakan dan Strategi Nasional Perumahan dan Permukiman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi penyusunan kebijakan teknis, perencanaan, pemrogaman, dan kegiatan yang berada dan/atau terkait dalam bidang penyelenggaraan pembangunan perumahan dan permukiman baik di lingkungan Departemen, Lembaga Pemerintah Non Departemen, Pemerintah Daerah, Masyarakat, maupun dunia usaha. Kebijakan dan strategi nasional penyelenggaraan perumahan dan permukiman

tahun 2002, dirumuskan berdasarkan berbagai pertimbangan dari kondisi lingkungan

strategis yang ada pada saat ini dan kecenderungan perkembangan ke depan (2020).

Kebijakan nasional ini dirumuskan dalam 3 (tiga) struktur pokok, yaitu berkaitan dengan

kelembagaan, pemenuhan kebutuhan perumahan, dan pencapaian kualitas permukiman.

Sedangkan strategi untuk melaksanakan kebijakan dirumuskan terutama untuk dapat

mencapai secara signifikan substansi strategis dari masing-masing kebijakan. Pertama,

melembagakan sistem penyelenggaraan perumahan dan permukiman dengan pelibatan

masyarakat sebagai pelaku utama, melalui strategi pengembangan peraturan perundang-

Page 89: 09E01001

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

undangan dan pemantapan kelembagaan dibidang perumahan dan permukiman serta

fasilitas pelaksanaan penataan ruang kawasan permukiman yang transparan dan

partisipatif. Kedua, mewujudkan pemenuhan kebutuhan perumahan bagi seluruh laisan

masyarakat, sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia, melalui pemenuhan kebutuhan

rumah yang layak dan terjangkau dengan menitikberatkan kepada masyarakat dan

berpendapatan rendah. Dan ketiga, mewujudkan permukiman yang sehat, aman,

harmonis, dan berkelanjutan guna mendukung pengembangan jati diri, kemandirian, dan

produktivitas masyarakat, melalui perwujudan kondisi lingkungan permukiman yang

responsif dan berkelanjutan.

Untuk mengoptimalkan operasional pembangunan perumahan dan permukiman

maka diperlukan rencana pembangunan yang dirumuskan ke dalam Rencana

Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman di Daerah (RP4D).

Dengan ini pemerintah memberikan solusi dalam penyelesaian pembangunan perumahan

dan permukiman melalui pelaksanaan RP4D dengan melihat sumber daya manusia yang

ada dan kebutuhan masyarakat akan rumah.

Adapun pedoman dalam penyusunan RP4D ini adalah (Deputi Bidang

Pengembangan Kawasan, Kementerian Negara Perumahan Rakyat, Strategi

Pengembangan Kawasan Perumahan dan Permukiman Skala Besar, Batam, 2 Desember

2005)

1. Legalisasinya berdasarkan Keputusan Menteri Negara Perumahan dan

Permukiman Nomor 09/KPTS/M/IX/1999 Tentang Pedoman Penyusunan RP4D;

Page 90: 09E01001

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

2. Pedoman tersebut merupakan acuan kerja bagi pemerintah daerah dalam

penyusunan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan

Permukiman di Daerah;

Dengan pedoman tersebut, maka pemerintah, swasta, dan masyarakat dapat

melakukan kerja sama dengan baik agar visi dan misi yang diterapkan dapat dicapai.

Selain itu kedudukan RP4D adalah:

1. Pada tingkat Kabupaten/Kota merupakan acuan untuk mengatur penyelenggaraan

pembangunan perumahan dan permukiman secara teratur, terencana, dan

terorganisasi;

2. Pada tingkat Propinsi merupakan acuan untuk mengatur dan mengkoordinasikan

pembangunan perumahan dan permukiman khususnya yang menyangkut dua

atau lebih kabupaten/kota yang berbatasan;

3. Pada tingkat Pusat merupakan masukan daerah dalam penyempurnaan kebijakan,

srategi, dan program nasional di bidang pembangunan perumahan dan

permukiman.

Dalam Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman

di Daerah (RP4D) harus berdasarkan peraturan-peraturan yang ada dan melihat kondisi

sosial masyarakat serta kebutuhan masyarakat akan rumah. Oleh sebab itu dalam RP4D

harus memiliki:

1. Penjabaran kebijakan pembanguan perumahan dan permukiman di daerah;

2. Rincian program, target dan sasaran kegiatan dan lokasi dari setiap sektor terkait;

3. Kelembagaan yang mengatur pelaksanaan sampai dengan tingkat desa/kelurahan;

4. Rincian rencana pembiayaan dan sumber dananya;

5. Rincian jadwal pelaksanaan program, kegiatan dan pelakunya (Masyarakat,

Badan Usaha, Pemerintah);

Page 91: 09E01001

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

6. Mekanisme pemantauan, pengawasan, dan pengendalian program dan kegiatan;

7. Mekanisme penyaluran aspirasi para pelaku terkait;

8. Mekanisme pemberdayaan masyarakat;

9. Daftar skala prioritas penanganan kawasan perumahan dan permukiman;

10. Daftar kawasan terlarang (negative list) untuk pengembangan kawasan

perumahan dan permukiman baru.

C. Keberhasilan Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan

Suatu program dapat dikatakan berhasil dilihat dari target dan realisasi dari

program tersebut. Demikian juga dengan program pengembangan perumahan ini.

Keberhasilan dari program ini dapat dilihat dari jumlah rumah yang sudah dibangun,

jumlah rumah yang sudah ditempati oleh masyarakat, sarana-prasarana yang sudah ada.

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan yaitu di Perumahan Pagar Beringin

Permai dan Barat Indah Permai, sarana dan prasarana pendukung seperti pendidikan,

peribadatan, dan transportasi masih sangat minim. Seperti yang diungkapkan oleh bapak

B. Hutabarat, yang tinggal di Perumahan Barat Indah Permai berikut ini

Sarana dan prasarana yang ada masih sangat kurang, yang ada masih untuk pendidikan itupun masih untuk tingkat SLTP, sedangkan untuk SD harus ke desa terdekat seperti desa Hutabarat Partali Julu atau ke kota Tarutung dan SMU harus ke kota Tarutung, demikian juga untuk ibadah kita harus ke desa terdekat seperti desa Partali Julu, Aek Na Sia, Siarang-arang, sarana transportasi belum ada jadinya kita sering menyewa kendaraan. Hal ini dipertegas oleh bapak K. Sipahutar, yang tinggal di Perumahan Pagar

Beringin Permai

Sarana pendukung untuk perumahan ini masih sangat sedikit, seperti untuk pendidikan, mulai dari tingkat SMP sampai SMU belum ada bangunannya jadi kita menyekolahkan anak-anak kita ke kota Tarutung atau ke Sipoholon, parit maupun jalan ke kawasan perumahan ini sudah banyak yang rusak

Page 92: 09E01001

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

Terkhusus di Perumahan Pagar Beringin Permai, pemerintah sudah membangun

ruko, akan tetapi pembangunannya tidak dilanjutkan karena terjadi sengketa tanah antara

pemerintah dengan keluarga pemelik tanah tersebut. Hal ini sangat disesalkan oleh

masyarakat yang tinggal di perumahan tersebut, seperti yang diungkapkan oleh Ibu O.

Boru Napitupulu berikut

Ruko yang berada di depan lokasi perumahan ini sudah lama tidak dilanjutkan pembangunannya karena ada sengketa antara keluarga pemilik tanah itu dengan pemerintah. Masyarakat sangat berharap sengketa itu cepat selesai karena ruko itu sangat penting, selama ini untuk membeli kebutuhan sehari-hari kita harus ke pasar di kota Tarutung atau pasar tradisional di Sipoholon yang jaraknya lumayan jauh.

Keterbatasan sarana dan prasarana pendukung perumahan tersebut juga diakui

oleh bapak Tongam Hutabarat, selaku Kepala Dinas Permukiman dan Pengembangan

Wilayah berikut ini

Untuk sementara kita belum bisa mengatakan kalau sarana dan prasarana yang telah dibangun sudah sesuai rencana karena pelaksanaan pembangunan perumahan tersebut masih berjalan, pembangunan yang kita lakukan juga secara bertahap dan tetap melihat kapasitas keuangan yang ada dalam pelaksanaan pembangunan perumahan tersebut. Sedangkan menurut Bapak Ihsar Lubis, selaku pihak Pengembangan kawasan

perumahan di Kabupaten Tapanuli Utara, pelaksanaan program pengembangan

perumahan di Tapanuli Utara, beliau mengatakan bahwa,

Pelaksanaannya cukup baik dan walaupun terdapat kendala dalam pelaksanaan program ini, pihak Developer tidak terlalu terbebani karena kami hanya pelaksana pembangunan perumahan, dan kendala yang biasanya ada berasal dari pihak pemerintah atau lahan yang menjadi sengketa antara pemerintah dengan masyarakat pemilik tanah.

Page 93: 09E01001

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

BAB IV

ANALISA DATA

Pada bab ini, peneliti akan menganalisa data-data yang telah disajikan pada bab

sebelumnya yang peneliti peroleh dari hasil wawancara dengan informan kunci dan juga

dengan masyarakat yang dijadikan sebagai sampel dalam penelitian.

A. Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan

Program pengembangan perumahan yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah

Tapanuli Utara (PEMDA TAPUT) dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah baik

untuk tingkat nasional maupun daerah ditujukan pada pemenuhan rumah bagi masyarakat

yang memiliki tingkat ekonomi lemah ataupun kurang mampu untuk memiliki rumah

sendiri. Terkhusus di Kabupaten Tapanuli Utara, perumahan yang dibangun oleh

pemerintah masih ditujukan untuk pegawai negeri sipil. Hal ini disebabkan karena

kemampuan para pegawai negeri sipil untuk memiliki rumah sendiri sangat terbatas.

Ada dua tujuan yang ditetapkan oleh pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara

berkaitan dengan program pengembangan perumahan tersebut yang disusun di dalam

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tapanuli Utara periode 2004-2009,

yaitu: pertama, mendorong pemenuhan kebutuhan rumah yang layak, sehat, aman, dan

terjangkau dengan menitikberatkan kepada masyarakat miskin dan berpendapatan rendah;

kedua, meningkatkan kualitas perumahan melalui penguatan lembaga komunitas dalam

Page 94: 09E01001

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

rangka pemberdayaan sosial kemasyarakatan agar terciptanya masyarakat yang produktif

secara ekonomi dan berkemampuan mewujudkan terciptanya pemukiman penduduk yang

sehat, harmonis, dan berkelanjutan. (Dokumen Ringkasan Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2004-2009)

Sedangkan sasaran utama dari pelaksanaan program ini adalah pemenuhan

kebutuhan hunian bagi masyarakat melalui terciptanya pasar primer yang sehat, efisien,

akuntabel, tidak diskriminatif dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat yang

didukung oleh sistem pembiayaan perumahan jangka panjang yang efisien dan akuntabel;

dan terbentuknya pola subsidi yang tepat sasaran, tidak mendistorsi pasar, akuntabel dan

mempunyai kepastian dalam hal ketersediaan setiap tahun. (Dokumen Ringkasan

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2004-

2009).

Dilihat dari tujuan yang telah ditetapkan oleh pemerintah Tapanuli Utara,

program pengembangan perumahan ini mempunyai tujuan dan sasaran yang jelas dimana

pelaksanaan program pengembangan perumahan ini pada dasarnya ditujukan kepada

masyarakat miskin dan berpendapatan rendah yang memiliki keterbatasan untuk

mempunyai rumah tinggal sendiri, dan sasaran dari pelaksanaan program ini yaitu

pemenuhan kebutuhan akan rumah oleh masyarakat. Pelaksanaan program ini juga

memiliki peraturan yang mendukung pelaksanaannya seperti Undang-undang Nomor 4

tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman, S.K. Menteri Kimpraswil Nomor

217/2002 tentang Kebijaksanaan dan Strategi Nasional Perumahan dan Permukiman

(KSNPP), dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Tapanuli Utara. Ini

Page 95: 09E01001

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

menunjukkan bahwa dari segi perencanaan, program ini telah memenuhi karakteristik

perencanaan yang baik. (Malayu Hasibuan dalam Nurlela Ketaren;70)

Dalam pelaksanaan program ini, juga telah tersedia sumber-sumber yang akan

dipergunakan dalam pelaksanaan program ini seperti sumber daya manusia yaitu pegawai

Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah, Kabupaten Tapanuli Utara, sumber

dana yang berasal dari APBD Tapanuli Utara dan dari pemerintah pusat, dan juga

fasilitas-fasilitas yang ada di kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah

yang sangat membantu dalam pelaksanaan program pengembangan perumahan ini. (hasil

wawancara dengan Kabid Perumahan dan Permukiman, 26 Juni 2008).

Program pengembangan perumahan ini mempunyai pasar yang lumayan banyak

yaitu masyarakat yang mempunyai keterbatasan memiliki rumah tinggal sendiri dan juga

pegawai negeri sipil yang juga memiliki keterbatasan memiliki rumah. Pembangunan

perumahan di Tapanuli Utara masih ditujukan untuk PNS, akan tetapi kenyataan di

lapangan yang menempati rumah-rumah tersebut kebanyakan masyarakat non PNS

seperti di Perumahan Barat Indah Permai. Hal ini disebabkan karena jarak yang cukup

jauh, bangunan yang tidak sesuai dengan standar, prasarana dan sarana yang masih

kurang memadai sehingga masyarakat kurang termotivasi untuk tinggal di perumahan

tersebut. (hasil wawancara dengan Bapak Ihsar Lubis, tanggal 28 Juni 2008)

Pelaksanaan program pengembangan perumahan di Kabupaten Tapanuli Utara

masih dilaksanakan oleh pemerintah daerah setempat tanpa bantuan dari pihak swasta.

Pembangunan yang dilakukan juga mengandalkan dana dari APBD dan APBN. Hal ini

dilakukan agar masyarakat mampu membeli rumah karena harga yang masih relatif bisa

Page 96: 09E01001

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

dijangkau. Jika dibandingkan dengan harga rumah yang dibangun oleh swasta yang

tinggi.

Keadaan perumahan di Kabupaten Tapanuli Utara masih kurang bagus karena

disebabkan kurangnya pengawasan yang dilakukan oleh Dinas Permukiman dan

Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara maupun pemerintah daerah, baik

pengawasan terhadap pembangunan rumah yang mengakibatkan rumah yang dibangun

tidak sesuai dengan standar rumah yang layak huni sehingga banyak rumah yang sudah

dibangun cepat rusak dan juga tidak laku karena tidak sesuai dengan apa yang dibutuhkan

oleh masyarakat selaku konsumen, dan juga kurangnya pengawasan terhadap lahan yang

akan dijadikan sebagai lokasi perumahan sehingga lahan tersebut sebagian dijadikan

sebagai lahan pertanian oleh masyarakat. Pada hal tanah tersebut sudah menjadi milik

pemerintah.

Dampak dari kurangnya pengawasan tersebut mengakibatkan pembangunan

perumahan lebih terfokus pada perbaikan/rehabilitasi rumah-rumah yang rusak sehingga

pembangunan sering terhenti. Ini mengakibatkan anggaran yang seharusnya ditujukan

untuk pembangunan rumah baru dialokasikan ke perbaikan rumah. Apabila Dinas

Permukiman dan Pengembangan Wilayah melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan

program pengembangan perumahan ini maka proses pelaksanaannya dapat dilakukan

sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah direncanakan, dapat menghemat

penggunaan biaya pembangunan rumah, dan tujuan dari pelaksanaan program ini dapat

tercapai sesuai dengan apa yang telah ditentukan.

Pengawasan yang dilakukan oleh Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah

seharusnya bersifat Cocurent. Pengawasan ini dilakukan secara bersamaan dengan

Page 97: 09E01001

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

pelaksanaan program pengembangan perumahan ini. Tipe pengawasan ini merupakan

proses dimana aspek tertentu dari suatu prosedur harus disetujui terlebih dahulu, atau

syarat tertentu harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum kegiatan tersebut dilakukan untuk

mencapai suatu ketepatan dari pelaksanaan program. (T. Hani Handoko dalam Nurlela

Ketaren;113)

Dilihat dari segi target dari pelaksanaan program ini dimana perumahan yang

dibangun masih ditujukan bagi PNS, akan tetapi kejadian dilapangan yang menempati

perumahan tersebut didominasi oleh masyarakat non PNS seperti di perumahan Barat

Indah Permai. Dari 57 keluarga yang tinggal di perumahan tersebut, sekitar 38 keluarga

merupakan masyarakat dari berbagai profesi seperti petani, purnawirawan TNI/POLRI,

pengusaha, dan pedagang. Sedangkan di Perumahan Pagar Beringin Permai, sebagian

rumah disewakan oleh masyarakat setempat kepada mahasiswa dan yang menempati

perumahan tersebut juga sebagian merupakan petani, pedagang, supir, pengusaha. Hal ini

menandakan bahwa pengawasan terhadap masyarakat yang menempati perumahan

tersebut masih sangat kurang. Ini berdampak pada tujuan dari pelaksanaan pembangunan

perumahan yang masih di luar dari yang telah ditentukan sebelumnya, dimana perumahan

yang dibangun masih untuk PNS yang ada di Tapanuli Utara. Hal ini menunjukkan

kurangnya sosialisasi pelaksanaan program ini kepada masyarakat sehingga tidak ada

kejelasan apakah perumahan yang dibangun tersebut ditujukan kepada masyarakat biasa

seperti pedagang, petani, pengusaha, purnawirawan TNI/POLRI, atau PNS.

Apabila dilihat dari segi pengorganisasian, yang menjadi pelaksana program

pengembangan perumahan ini antara lain Dinas Permukiman dan Pengembangan

Wilayah, yang mengurus pelaksanaan pembangunan dan pengembangan perumahan dan

Page 98: 09E01001

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

fasilitasnya; Dinas Pekerjaan Umum, yang mengurus infrastruktur jalan ke kawasan

perumahan; BAPPERTARUM, yang menentukan Developer yang menjadi pelaksana

pembangunan perumahan; KORPRI, yang mendata PNS yang berminat untuk mendapat

rumah; PLN, yang mengurus pasokan listrik ke tiap-tiap rumah dan lampu jalan; Bank

Pelaksana, yang menyediakan dana untuk pembangunan perumahan sesuai dengan

anggaran yang dibutuhkan untuk pembangunan perumahan; PDAM, yang mengurus

ketersediaan sarana air bersih di lokasi perumahan termasuk sambungan ke tiap-tiap

rumah; pemerintah daerah, yang mengawasi pelaksanaan pembangunan; dan Developer

(Pengembang), yang menjadi pelaksana pembangunan. Pembagian tugas dari masing-

masing Dinas/Instansi tersebut sangat jelas. Dengan adanya pembagian tugas yang jelas

tersebut maka diharapkan pelaksanaan program pengembangan perumahan ini berjalan

sesuai dengan apa yang telah direncanakan. (hasil wawancara dengan Kabid Perumahan

dan Permukiman, 26 Juni 2008)

Keikutsertaan Dinas/Instansi yang lain tersebut dalam pelaksanaan program

pengembangan perumahan dikarenakan jumlah sumber daya manusia yang dibutuhkan

dalam program ini cukup banyak dan program pendukung pelaksanaan program ini tidak

dapat ditangani sendiri oleh Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten

Tapanuli Utara. Ini menunjukkan adanya koordinasi antar Dinas/Instansi yang serasi

(adanya perbandingan yang cocok antara beban tugas dengan pelaksanaan tugas), selaras

(adanya sinkronisasi antara staf dengan pimpinan pada hal-hal yang dikehendaki), dan

seimbang (adanya pembebanan yang proporsional serta sinkronisasi pelaksanaan tugas di

masing-masing bagian dalam unit organisasi). (www.google.com, ”teori-teori motivasi

dalam manajemen SDM, diakses tanggal 26 Maret 2009, pukul 21.10 WIB)

Page 99: 09E01001

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

Sumber daya manusia yang dimiliki oleh Dinas Permukiman dan Pengembangan

Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara merupakan salah satu aspek internal yang akan

mendukung pelaksanaan program pengembangan perumahan. Disamping strategi yang

digunakan dan prioritas pembangunan yang dilakukan oleh Dinas Permukiman dan

Pengembangan Wilayah. Aspek sumber daya manusia ini dilihat dari segi jumlah sumber

daya manusia yang memadai, yang dapat dilihat dari segi kuantitas pegawai yang dimiliki

oleh Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah, adanya tugas pokok dan fungsi

Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah kabupaten Tapanuli Utara dalam

menyelenggarakan tata pemerintahan yang baik.

Pelaksanaan program pengembangan perumahan ini juga memiliki peluang dalam

usaha pemenuhan permintaan akan rumah. Peluang tersebut antara lain:

a) Letak Kabupaten Tapanuli Utara di jalur lintas sumatera sanagat memerlukan

perencanaan tata ruang yang baik dan ramah lingkungan. Pembangunan

kawasan perumahan ditujukan untuk pemenuhan rumah terutama PNS

menuntut adanya perencanaan tata ruang untuk meningkatkan kebersihan dan

kerapian lingkungan.

b) Dari aspek ekonomi, pembangunan perumahan di Kabupaten tapanuli Utara

memiliki peluang yang besar dalam kestabilan ekonomi. Dengan adanya

penataan kawasan perumahan yang baik, maka setiap kegiatan ynag dilakukan

oleh pemerintah, swasta, maupun masyarakat dapat dilakukan dengan baik.

Disamping itu, dengan penataan lingkungan yang baik akan mengundang

investor untuk menanamkam modalnya di Kabupaten Tapanuli Utara.

B. Keberhasilan Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan

Page 100: 09E01001

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

Suatu program dapat dikatakan berhasil apabila target dan realisasi dari program

tersebut sudah tercapai dengan baik, sesuai dengan apa yang telah direncanakan

sebelumnya. Demikian juga dengan program pengembangan perumahan yang ditetapkan

dalam RPJMD Tapanuli Utara periode 2004-2009, dimana perumahan yang dibangun

masih untuk PNS.

Dari hasil pengamatan di Perumahan Pagar Beringin Permai di Kecamatan

Sipoholon dan Perumahan Barat Indah Permai di Kecamatan Tarutung, masih banyak

kekurangan seperti sarana ibadah, pendidikan, jalan ke perumahan tersebut banyak yang

rusak, drainase/parit banyak yang sudah rusak sehingga perumahan tersebut masih

terkesan kurang teratur dan semrawut.

Jumlah rumah yang sudah dibangun di Perumahan Pagar Beringin Permai

sebanyak 237 unit. Permintaan akan rumah di lokasi ini masih tergolong cukup tinggi.

Hal ini dapat dilihat dari pembangunan Perumahan Pagar Beringin Permai tahap ke dua

di Kecamatan Sipoholon masih berlangsung. Ini didasari karena harga rumah per unit

masih dapat dijangkau, luas lahan untuk tiap rumah yang cukup luas yaitu 200 m². Ini

sesuai dengan Teori Kepuasan (Content Theory), dimana dalam teori ini memusatkan

perhatian pada faktor-faktor dalam diri orang yang menguatkan, mengarahkan,

mendukung, dan menghentikan perilakunya. Pada dasarnya teori ini mengemukakan

bahwa seseorang akan bertindak atau semangat untuk dapat memenuhi kebutuhannya

(inner needs). (Malayu S.P. Hasibuan dalam Nurlela Ketaren;96)

Untuk perumahan Barat Indah Permai di Kecamatan Tarutung, masyarakat kurang

termotivasi untuk tinggal disana karena disebabkan letak lokasi yang kurang strategis

yaitu jarak yang cukup jauh dan sarana pengangkutan umum yang ada sangat terbatas.

Page 101: 09E01001

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

Hal ini mengakibatkan jumlah rumah yang ditempati sangat sedikit jika dibandingkan

dengan rumah yang kosong dan juga dibandingkan dengan jumlah rumah yang dibeli

ataupun dihuni.

Sedangkan perumahan PNS Sitabo-tabo di Kecamatan Siborong-borong,

pembangunan yang dilaksanakan adalah masih pada tahap perbaikan lahan yang akan

dijadikan kawasan perumahan, pembukaan jalan ke kawasan perumahan, dan jumlah

rumah yang akan dibangun adalah sebanyak ± 215 unit.

Melihat kenyataan di lapangan, program ini masih belum dapat dikatakan berhasil

karena program ini masih berjalan dan juga sarana dan prasarana pendukung seperti

sarana pendidikan, peribadatan, sarana olah raga pada perumahan ini masih sangat

kurang, seperti yang diungkapkan bapak B. Hutabarat yang tinggal di perumahan Barat

Indah Permai

Sarana dan prasarana yang ada masih sangat kurang, yang ada masih untuk pendidikan itupun masih untuk tingkat SLTP, sedangkan untuk SD harus ke desa terdekat seperti desa Hutabarat Partali Julu atau ke kota Tarutung dan SMU harus ke kota Tarutung, demikian juga untuk ibadah kita harus ke desa terdekat seperti desa Partali Julu, Aek Na Sia, Siarang-arang, sarana transportasi belum ada jadinya kita sering menyewa kendaraan. Pembangunan perumahan di Kabupaten Tapanuli Utara yang masih berjalan

sampai sekarang memang belum optimal karena disebabkan oleh beberapa faktor seperti

kurang meratanya sumber daya manusia pada Dinas Permukiman dan Pengembangan

Wilayah sehingga kurang melibatkan bawahan dalam membuat kebijakan, kurang

memadainya dana yang tersalurkan sehingga pembangunan dilakukan secara bertahap,

fasilitas penunjang dalam melaksanakan tugas masih dianggap kurang memadai, belum

optimalnya kerjasama yang dilakukan oleh pemerintah dengan pihak swasta dalam

pengadaan perumahan di Kabupaten Tapanuli Utara, kurangnya sosialisasi tentang

Page 102: 09E01001

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

program pengembangan perumahan yang dilakukan oleh Dinas Permukiman dan

Pengembangan Wilayah terhadap masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari masih adanya

masyarakat menempati perumahan PNS.

BAB VI

KESIMPULAN dan SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil analisa data dan juga hasil pengamatan langsung yang peneliti lakukan

di lapangan, maka peneliti menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Program pengembangan perumahan yang dilaksanakan oleh Pemerintah

Tapanuli Utara melalui Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah

masih perlu dimasukkan ke dalam RPJMD periode selanjutnya mengingat

masih terbatasnya kemampuan masyarakat terutama yang berprofesi

sebagai PNS untuk memiliki rumah sendiri;

2. Masih lemahnya pengawasan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah

Tapanuli Utara maupun Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah

sehingga masyarakat yang tidak berprofesi sebagai PNS dapat tinggal di

perumahan yang disediakan untuk PNS;

3. Pelaksanaan program pengembangan perumahan di Kabupaten Tapanuli

Utara masih sering mengalami kendala yang pada dasarnya diakibatkan

oleh keterbatasan dana sehingga pemerintah terkesan tidak serius dalam

pelaksanaan program ini;

Page 103: 09E01001

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

4. Masih adanya masalah yang menggangu pelaksanaan program

pengembangan perumahan ini seperti sengketa tanah di perumahan Pagar

Beringin Permai sehingga pembangunan perumahannya terbengkalai;

5. Koordinasi antar instansi/dinas dalam pelaksanaan program

pengembangan perumahan ini sudah berjalan dengan baik, hal ini dapat

dilihat dari banyaknya instansi/dinas yang terlibat dalam program ini dan

melaksanakan tugasnya masing-masing dengan baik;

6. Masih kurangnya perhatian terhadap lahan yang akan dijadikan sebagai

kawasan perumahan sehingga dijadikan areal pertanian oleh masyarakat

padahal lahan tersebut sudah menjadi milik pemerintah;

7. Tingkat kebersihan yang ada di setiap kawasan perumahan dan

permukiman belum tertangani dengan baik, tahapan pembangunan

drainase dan saluran pembuangan sanitasi masih sangat kurang sehingga

pertumbuhan perumahan dan permukiman di Kabupaten Tapanuli Utara

masih terkesan kurang teratur dan semrawut.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti memberikan saran sebagai berikut:

1. Untuk mengurangi beban pemerintah terutama dalam penyediaan dana, ada

baiknya pemerintah melibatkan pihak swasta dalam pelaksanaan program

ini/penyediaan perumahan di Tapanuli Utara;

2. Untuk pembangunan perumahan di Tapanuli Utara di masa yang akan datang

perlu memperhatikan lokasi perumahan tersebut seperti jaraknya dengan ibukota

Page 104: 09E01001

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

kabupaten atau kecamatan karena ini akan mempengaruhi jumlah masyarakat

yang akan tinggal di perumahan tersebut;

3. Perlunya sosialisasi kepada masyarakat tentang program pengembangan

perumahan ini agar tepat sasaran, seperti apakah perumahan yang dibangun

adalah untuk masyarakat biasa, PNS, atau Purnawirawan TNI/POLRI;

4. Masih perlunya pembangunan sarana dan prasarana pendukung perumahan

seperti ruko, tempat ibadah, sarana pendidikan dan juga transportasi yang lebih

memadai;

5. Masih perlunya pengawasan terhadap lahan yang selama ini belum dibangun agar

tidak dijadikan sebagai areal pertanian oleh masyarakat.

Page 105: 09E01001

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan, Rineka Cipta, Jakarta, 2004 Bastian, Indra, Sistem Perencanaan dan Penganggaran Pemerintahan Daerah Di

Indonesia, Salemba Empat, Jakarta, 2006 Hasibuan, Malayu S.P, Manajemen, Dasar, Pengertian, dan Masalah (edisi revisi cet.1),

Bumi Aksara, Jakarta, 2001. Jones, Charles, O, Pengantar Kebijakan Publik, P.T.Radja Grafindo Persada,Jakarta,1994 Ketaren, Dra. Nurlela, Bahan Kuliah Azas-Azas Manajemen, Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik, USU, Medan, 2002. Kuswartojo, Tjuk, Suyurti Amir Salim, Perumahan dan Permukiman yang Berwawasan

Lingkungan,--, Medan, 1998 Moleong, J, Lexy, Metode Penelitian Kualitatif (edisi revisi), Rosda, Bandung, 2005 Nawawi, Hadari, Penelitian Bidang Sosial, Gajah Mada Press, Yogyakarta, 1990

Quinn, Michael Patton, Metode Evaluasi Kualitatif, Pustaka Pelajar, Yogyakarta,2006 Sastra, Suparno, Endy Marlina, Perencanaan dan Pengembangan Perumahan, Andi,

Yogyakarta, 2006 Singarimbun, Masri, Sofian Efendi,Metode Penelitian Survai, LP3ES, Jakarta,1989 Soenarko, H, Public Policy (Pengertian Pokok Untuk Memahami dan Analisa

Kebijaksanaan Pemerintah), Airlangga University Press, Surabaya, 2000

Subarsono, A.G, Analisis Kebijakan Publik, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2005

Sugiono, Metode Penelitian Administrasi, Alfabeta, Bandung, 2004

Page 106: 09E01001

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

Syahrin, Alvi, Pengaturan Hukum dan Kebijakan Pembangunan Perumahan dan Permukiman Berkelanjutan, Pustaka Bangsa Press, Medan, 2003

Tayibnapis, Farida Yusuf, Evaluasi Program, Rineka Cipta, Jakarta, 2000

Wibawa, Samodra, Yuyun Purbokusumo, Agus Pramusinto, Evaluasi Kebijakan Publik, Raja Grafindo, Jakarta, 1994

Williams, Chuck, Manajemen, Salemba Empat, Jakarta, 2001.

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan

Nasional

Peraturan Pemerintah No.39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi

Pelaksanaan Rencana Pembangunan

S.K. Menteri Kimpraswil Nomor 217/2002 tentang Kebijaksanaan dan Strategi Nasional

Perumahan dan Permukiman (KSNPP)

Sumber-sumber lain

www.penataanruang.net/taru/makalah/sekjen_140604.pdf, diakses tanggal 26 September 2008, pukul 15.00 WIB www.kemenpera.go.id/detail_brt.asp?id=59, diakses tanggal 26 September 2008, pukul 15.10 WIB www.sumut.bps.go.id/taput/file/publikasi/kcda/2007/060.tarutung.pdf, diakses tanggal 16 Desember 2008, pukul 16.30 WIB www.google.com, “teori hierarki kebutuhan abraham maslow” diakses tanggal 26 Maret 2009, pukul 21.06 WIB www.google.com, ”akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/02/06/teori-teori-motivasi,diakses tanggal 26 Maret 2009, pukul 21.00 WIB

www.google.com, ”teori-teori motivasi dalam manajemen SDM, diakses tanggal 26 Maret 2009, pukul 21.10

Page 107: 09E01001

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

Daftar pertanyaan wawancara penelitian

I. Kepala Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah,

Kabupaten Tapanuli Utara:

1. Seberapa pentingkah program pengembangan perumahan ini

diterapkan di Kabupaten ini, mengingat masyarakat pada

umumnya memiliki lahan yang cukup untuk mendirikan rumah

pribadi tanpa terpengaruh dampak kenaikan harga-harga bahan

bangunan?

2. Sejauh manakah peranan masyarakat terhadap pelaksanaan

program ini ? Apakah hanya terbatas pada kebersediaan

memberikan tanahnya untuk dijadikan kawasan perumahan atau

hanya sebatas membeli rumah yang telah disediakan

pemerintah?

3. Apa kendala yang sering dihadapi Dinas ini dalam pelaksanaan

program pengembangan perumahan ini?

4. Menurut Bapak apakah peraturan yang sekarang sudah

mendukung pelaksanaan program pengembangan perumahan

ini secara makro?

Page 108: 09E01001

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

5. Apakah sarana dan prasarana yang dibangun sebagai bagian

dari perumahan tersebut sudah sesuai dengan yang

direncanakan sebelumnya?

6. Apa saja usaha yang dilakukan Dinas ini untuk mengatasi

masalah-masalah yang muncul selama pelaksanaan program

ini?

7. Bagaimana sistem tender yang dilakukan oleh Dinas ini dalam

mencari Developer yang akan membantu pelaksanaan program

pengembangan perumahan ini?

II. Kepala Bidang Perumahan dan Permukiman :

1. Dinas apa saja yang terkait dalam pelaksanaan program ini dan

sejauh peranan Dinas-Dinas tersebut dalam pelaksanaan

program pengembangan perumahan ini?

2. Siapa saja pihak-pihak yang menjadi pelaksana program ini?

3. Apakah sumber daya manusia dan sumber daya lainnya yang

dimiliki Dinas ini sudah dapat mendukung pelaksanaan

program ini mengingat begitu banyaknya program yang

menjadi tugas Dinas ini?

4. Apa saja kendala yang dihadapi Dinas ini ketika adanya

sosialisasi program ini terutama sosialisasi kepada masyarakat

yang memiliki profesi sebagai PNS?

5. Apakah sarana dan prasarana yang dimiliki Dinas ini sudah

mencukupi dalam pelaksanaan program pengembangan

perumahan ini?

Page 109: 09E01001

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

6. Apa saja proyek atau kegiatan pendukung yang ditetapkan

Dinas ini untuk mendukung pelaksanaan program ini?

7. Secara umum apakah pembangunan perumahan di Kabupaten

ini sudah berjalan sesuai dengan apa yang telah ditetapkan

dalam RPJMD Taput periode 2004-2009?

III. Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Tapanuli

Utara:

1. Apakah program pengembangan Perumahan ini akan tetap

dimasukkan ke dalam RPJMD periode selanjutnya mengingat

pelaksanaan program ini masih sering mengalami kendala pada

tahap pelaksanaannya?

2. Bagaimana menurut Bapak pelaksanaan program

pengembangan Perumahan ini, apakah sudah sesuai dengan

tujuan dari pelaksanaan program ini yang dituangkan dalam

RPJMD Taput periode 2004-2009?

3. Apakah target dan realisasi dari pelaksanaan program

pengembangan perumahan ini sudah dapat dicapai?

4. Sejauh mana peranan Bappeda Taput dalam pelaksanaan

program pengembangan Perumahan ini, apakah sebatas

merencanakan atau mengawasi pelaksanaan program ini?

5. Menurut Bapak, secara umum apakah pelaksanaan program

pengembangan perumahan ini telah berjalan dengan baik

ataukah masih perlu dilakukan peningkatan pelaksanaannya?

Page 110: 09E01001

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

6. Apa saja usaha yang dilakukan oleh Bappeda Taput untuk

mengatasi masalah yang timbul dalam pelaksanaan program

pengembangan perumahan ini?

7. Apakah ada subsidi yang diberikan pemerintah melalui

Bappeda kepada masyarakat agar dapat memiliki rumah? Kalau

ada, dalam bentuk apa subsidi yang diberikan tersebut?

IV. Pengembang (Developer) Perumahan:

1. Apa saja kendala yang Anda hadapi sebagai Developer yang

dipercaya Pemda Taput dalam melaksanakan program

pengembangan Perumahan ini?

2. Bagaimana tanggapan Anda mengenai pelaksanaan program ini

yang sering mengalami kendala pada tahap pelaksanaannya?

3. Apa saja usaha-usaha yang Anda lakukan untuk mengatasi

kendala-kendala tersebut?

4. Sejauh mana peranan Dinas Kimbangwil Taput, Bappeda

Taput, dan Pemda Taput untuk meminimalisir masalah yang

Anda hadapi sebagai Developer pada tahap pelaksanaan

pembangunan perumahan?

5. Sejauh mana Anda melibatkan masyarakat dalam membantu

Anda melaksanakan pembangunan kawasan perumahan ini?

6. Seberapa besar target yang dibebankan kepada Anda sebagai

Developer untuk pembangunan kawasan perumahan ini?

Page 111: 09E01001

Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009

7. Selain dengan Dinas Kimbangwil Taput, Bapedda Taput, Anda

sebagai Developer apakah melakukan kerjasama dengan pihak

lain dalam membangun kawasan perumahan ini? Kalau ada,

pihak mana saja yang terlibat tersebut?