07-helza

Upload: lisbeth-apriyanti

Post on 07-Apr-2018

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/4/2019 07-Helza

    1/8

  • 8/4/2019 07-Helza

    2/8

    HELZA NOVA LITA

    137

    suntikan dana dari pemerintah sementara hasil

    keuntungan yang diperoleh tidak sebanding

    dengan suntikan dana tersebut, atau malah

    merugi. Untuk itu upaya pembenahan BUMNharus segera diwujudkan untuk mengatasi

    permasalahan tersebut, baik dari segi aturan

    hukum, ekonomi dan aspek lain yang terkait.

    Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah

    untuk meningkatkan peranan BUMN dalam

    menyukseskan pembangunan nasional dalam

    era tahun 2000 ini, adalah dengan melakukan

    pembenahan tidak hanya dari sudut ekonomi

    namun yang tidak kalah penting adalah instru-

    men hukumnya. Pembaharuan ketentuan men-

    genai BUMN antara lain dengan keluarnya

    UU No. 19 tahun 2003 tentang BUMN.

    Dalam undang-undang tersebut, privatisasi

    atau swastanisasi merupakan agenda penting

    sebagai salah satu upaya untuk melakukan

    restrukturisasi BUMN.

    PEMBAHASAN

    Landasan Hukum BUMN

    Pembangunan bidang ekonomi Indonesia

    diarahkan untuk terciptanya keadilan dan ke-

    mandirian bagi seluruh rakyat Indonesia seba-

    gaimana dimuat dalam arah kebijakan GBHN

    bidang ekonomi periode 1999 2004 yangdiatur dalam TAP MPR No. IV/MPR/1999,

    d a l a m b u t i r 7 m e n y e b u t k a n

    menggembangkan kebijakan fiskal dengan

    memperhatikan prinsip transparansi, disiplin,

    keadilan, efisiensi, efektifitas, untuk menam-

    bah penerimaan negara dan mengurangi keter-

    gantungan dana dari luar negeri.

    Menurut GBHN, kekuatan perekonomian kita

    pada dasarnya dapat digolongkan dalam tiga

    sektor, yakni: pemerintah (BUMN), koperasi,

    dan swasta. Ketiga sektor ini diharapkan dapat

    berkembang dengan harmonis atau denganselaras, serasi, dan seimbang sehingga mampu

    meningkatkan taraf hidup masyarakat.

    BUMN sebagai salah satu pelaku ekonomi di

    Indonesia, disamping sektor swasta dan

    koperasi, membutuhkan legitimasi hukum

    dalam pelaksanaan kegiatan usahanya. Ke-

    tentuan-ketentuan hukum yang menjadi

    dasar pengelolaan BUMN di Indonesiaadalah:

    1. Undang-Undang Dasar 1945

    2. UU No. 9 tahun 1969 tentang Bentuk-

    Bentuk Usaha Negara

    3. UU No. 1 tahun 1995 tentang Perseroan

    Terbatas

    4. PP No. 12 tahun 1998 tentang Perusa-

    haan Perseroan (Persero)

    5. PP No. 13 tahun 1998 tentang Perusa-

    haan Umum (Perum)

    6. PP No. 64 tahun 2001 tentang Penga-

    lihan Kedudukan, Tugas dan Kewe-

    nangan Menteri Keuangan pada Persero,Perum, Perjan, kepada Menteri Negara

    BUMN.

    7. UU No. 19 tahun 2003 tentang BUMN

    (UU BUMN).

    Adapun maksud dan tujuan pendirian

    BUMN sebagaimana yang dijelaskan dalam

    Pasal 2 UU BUMN yakni:

    1. memberikan sumbangan bagi perkem-

    bangan ekonomi nasional pada umumnya

    dan perekonomian negara pada khusus-

    nya;

    2. mengejar keuntungan;

    3. menyelenggarakan kemanfaatan umum

    berupa penyediaan barang dan/atau jasa

    yang bermutu tinggi dan memadai bagi

    pemenuhan hajat hidup orang banyak;

    4. menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha

    yang belum dapat dilaksanakan oleh sek-

    tor swasta dan koperasi;

    5. turut aktif memberikan bantuan kepada

    pengusaha golongan ekonomi lemah,

    koperasi dan masyarakat.

    Peranan BUMN dalam Penggembangan

    Perekonomian Nasional

    Dalam pelaksanaan pembangunan nasional,

    tersedianya dana merupakan faktor

    essential yang harus ada disamping fak-

    tor-faktor lainnya yakni sumber daya manu-

    sia, skill (keahlian), dan sumber daya alam.

  • 8/4/2019 07-Helza

    3/8

    TINJAUAN YURIDIS PRIVATISASI BADAN USAHA MILIK NEGARA

    138

    Dalam PJP II sumber dana untuk pem-

    biayaaan pembangunan nasional dalam bidang

    ekonomi diarahkan pada tersedianya dana

    yang digali dari kemampuan sendiri, sedang-kan sumber dana luar negeri yang masih

    diperlukan merupakan pelengkap, dengan

    prinsip peningkatan kemandirian dalam pelak-

    sanaan pem-bangunan dan mencegah keteri-

    katan serta campur tangan asing.

    Persero sangat berperan dalam perekonomian

    nasional sebagai penyedia barang dan jasa

    untuk pemenuhan kebutuhan konsumsi mau-

    pun untuk kebutuhan proses produksi. Sejalan

    dengan makin meningkatnya pelaksanaan

    pembangunan dan hasil-hasil yang dicapai,

    maka produktifitas dan efisiensi seluruh ke-

    kuatan ekonomi nasional perlu ditingkatkan

    lagi, sehingga peran dan sumbangannya dalam

    pembangunan dapat memberikan hasil opti-

    mal bagi peningkatan kesejahteraan rakyat.

    Soedjono Dirdjosisworo, dalam bukunya

    Hukum Perusahaan mengenai Bentuk-Bentuk

    Perusahaan (Badan Usaha) di Indonesia,

    menjelaskan sesungguhnya kedudukan

    Perusahaan Negara mempunyai dua ciri

    yakni :

    1. Sebagai aparatur perekonomian negara,

    yaitu lembaga yang melaksanakan tugas-

    tugas pemerintahan di bidang usaha ne-gara. Dalam kedudukan ini perusahaan

    milik negara merupakan unsur dari kelem-

    bagaan pemerintahan dan tunduk pada

    peraturan-peraturan di bidang tata peme-

    rintahan, khususnya yang bersangkutan

    dengan penguasaan dan pengurusan

    kekayaan negara, yang dilimpahkan

    kepadanya sebagai modal atau penyertaan

    negara, baik yang dipisahkan ataupun yang

    tidak dipisahkan.

    2. Sebagai salah satu unsur dalam kehidupan

    perekonomian nasional disamping perusa-

    haan swasta dan koperasi. Dalam kedu-dukan ini perusahaan milik negara meru-

    pakan subyek hukum yang dalam lalu lin-

    tas hukum perekonomian dan hukum peri-

    katan hak dan kewajibannya disesuaikan

    dengan badan-badan hukum lainnya.

    Selama masa orde lama dan permulaan orde

    baru banyak BUMN baru didirikan, disam-

    ping BUMN yang berasal dari nasionalisasi

    perusahaan asing. Ketika itu perusahaan-perusahaan swasta belum banyak berperan.

    Setelah krisis ekonomi dan moneter, banyak

    dari BUMN masih berjalan dengan baik dan

    memberi kontribusi bagi pembangunan

    nasional. Sedangkan perusahaan-perusahaan

    besar yang dinamakan konglomerat baru

    tumbuh pada akhir masa orde baru. Namun

    setelah krisis ekonomi dan moneter tahun

    1997, sebagian dari konglomerat ini hancur,

    sebabnya antara lain karena melakukan

    pengembangan usaha-usaha jangka panjang

    dengan meminjam uang jangka pendek dari

    perbankan dalam negeri dan asing. Perbuatan

    mereka ini tidak dapat dicegah karena KKN

    dengan rezim yang berkuasa pada saat itu

    (Sutadji, 2003).

    Operasional BUMN sebagai salah satu sarana

    penerimaan pajak nasional diharapkan dapat

    mampu memberikan kontribusi yang besar

    untuk pendanaan pembangunan nasional

    disamping sumber-sumber lain dari dalam

    negeri, sehingga bantuan dari pihak luar

    hanya bersifat penunjang. Penerimaan pajak

    BUMN untuk tahun 2003 mencapai Rp. 17

    triliun. Untuk tahun 2004 Pemerintahmentargetkan bisa menerima pajak sekitar 20

    persen dari BUMN. Total target penerimaan

    pajak tahun 2004 sebesar Rp. 219,4 triliun.

    Diharapkan sebesar 20 persen diantaranya

    atau Rp 38 - 40 triliun disumbang oleh

    BUMN.

    Untuk mewujudkan target penerimaan pajak

    BUMN untuk pembiayaan pembangunan dan

    penyelenggaraan negara, hal ini perlu

    dilakukan dengan melihat kondisi tingkat

    kesehatan dan kinerja BUMN untuk mencapai

    target tersebut. Pencapaian target tersebutharus pula diimbangi dengan budaya

    perusahaan yang melaksanakan prinsip-

    prinsip good corporate governance atau tata

    laksana usaha yang baik. Perusahaan yang

    menerapkan prinsip ini, pada umumnya

  • 8/4/2019 07-Helza

    4/8

    HELZA NOVA LITA

    139

    memperoleh hasil yang lebih baik

    dibandingkan dengan perusahaan yang

    mengabaikan prinsip-prinsip tersebut. Prinsip-

    prinsip ini sangat berkaitan dengan moralitasdan tanggung jawab yang tinggi dari

    pelaksana usaha itu sendiri.

    Mengantisipasi perkembangan ekonomi

    global dan melihat fakta yang ada, BUMN

    harus segera berbenah diri untuk mengatasi

    berbagai permasalahan yang ada terutama

    untuk mengatasi kerugian-kerugian yang dide-

    rita. Keterpurukan beberapa kinerja BUMN

    yang mengalami kerugian selama ini, perlu

    dicari akar permasalahannya sehingga pem-

    benahan dapat lebih terencana. Ada banyak

    faktor yang mempengaruhi buruknya kinerja

    BUMN tersebut, seperti budaya birokrasi dan

    intervensi pemerintah yang cukup besar dalam

    mempengaruhi kebijakan BUMN, faktor

    politik, intervensi pihak asing, serta kualitas

    dan moralitas SDM yang berkaitan dengan

    permasalahan KKN yang cukup rentan dalam

    tubuh BUMN. Untuk mengatasi permasalahan

    tersebut maka langkah-langkah yang perlu

    dilakukan antara lain dengan merealisasikan

    konsep Good Corporate Governance atau tata

    laksana perusahaan yang baik harus segera

    dilaksanakan untuk membekali SDM yang

    berkualitas dan bermoral, strategi bisnis dan

    manajemen yang memperhatikan analisis ke-kurangan maupun kelebihan internal dan ek-

    sternal perusahaan, serta memperhatikan

    perkembangan dan kebutuhan pasar baik

    dalam maupun luar negeri. Selain itu satu hal

    yang tidak kalah pentingnya sebagai negara

    hukum, kita harus tetap menempatkan hukum

    sebagai panglima yang memberikan kerangka

    aturan pelaksanaan ekonomi yang beretika.

    Restrukturisasi dan Privatisasi BUMN

    Program restrukturisasi dan privatisasi yang

    tertuang dalam UU No. 19 tahun 2003 tentangBUMN merupakan upaya yang dilakukan

    pemerintah untuk meningkatkan peranan

    BUMN dalam menyukseskan pembangunan

    nasional serta mengatasi permasalahan

    kerugian dalam tubuh BUMN. Restrukturisasi

    merupakan upaya yang dilakukan dalam

    rangka penyehatan BUMN yang merupakan

    salah satu langkah strategis untuk memper-

    baiki kondisi internal perusahaan guna mem-perbaiki kinerja dan meningkatkan nilai peru-

    sahaan.

    Dalam UU BUMN dijelaskan bahwa priva-

    tisasi merupakan penjualan saham perseroan,

    baik sebagian maupun seluruhnya, kepada

    pihak lain dalam rangka meningkatkan kinerja

    dan nilai perusahaan, memperbesar manfaat

    bagi negara dan masyarakat, serta memperluas

    kepemilikan saham oleh masyarakat. Priva-

    tisasi dapat dilakukan dengan cara:

    1. Penjualan saham berdasarkan ketentuan

    pasar modal.

    Yang dimaksud dengan penjualan saham

    berdasarkan ketentuan pasar modal antara

    lain adalah penjualan saham melalui

    penawaran umum (Initial PublicOffering /

    Go Public), penerbitan obligasi konversi

    dan efek lain yang bersifat ekuitas. Terma-

    suk dalam pengertian ini adalah penjualan

    saham kepada mitra strategis (direct place-

    ment) bagi BUMN yang terdaftar di bursa.

    2. Penjualan saham langsung kepada inves-

    tor.

    Yang dimaksud dengan penjualan saham

    langsung kepada investor adalah penjualan

    saham kepada mitra strategis (direct place-ment) atau investor lainnya termasukfi-

    nancial investor. Cara ini, khusus berlaku

    bagi penjualan saham BUMN yang belum

    terdaftar di bursa.

    3. Penjualan saham kepada manajemen dan/

    atau karyawan yang bersangkutan.

    Yang dimaksud dengan penjualan saham

    kepada manajemen (Management BuyOut/

    MBO) dan/atau karyawan ( Employee Buy

    Out/EBO) adalah penjualan sebagian besar

    atau seluruh saham suatu perusahaan lang-

    sung kepada manajemen dan/atau kar-

    yawan perusahaan yang bersangkutan.

    Selanjutnya dalam Pasal 75 UU BUMN be-

    serta penjelasannya dinyatakan bahwa priva-

    tisasi dilakukan dengan memperhatikan prin-

    sip-prinsip transparansi, kemandirian, akun-

  • 8/4/2019 07-Helza

    5/8

    TINJAUAN YURIDIS PRIVATISASI BADAN USAHA MILIK NEGARA

    140

    tabilitas, pertanggungjawaban, dan kewajaran.

    Pelaksanaan privatisasi dilakukan secara

    transparan, baik dalam proses penyiapannya

    maupun dalam pelaksanaannya. Proses priva-tisasi dilaksanakan dengan berpedoman pada

    prosedur privatisasi yang telah ditetapkan

    tanpa ada intervensi dari pihak lain di luar

    mekanisme korporasi serta ketentuan perun-

    dang-undangan yang berlaku. Proses priva-

    tisasi juga dilakukan dengan berkonsultasi

    secara intensif dengan pihak-pihak terkait,

    sehingga proses dan pelaksanaannya dapat

    dipertanggungjawabkan kepada masyarakat.

    Pada pelaksanaannya, privatisasi BUMN

    menimbulkan pro dan kontra dari berbagai

    kalangan. Kelompok yang pro privatisasi,

    memandang bahwa dengan privatisasi,

    BUMN diharapkan dapat tumbuh lebih

    mandiri dan efisien serta mampu bersaing

    secara kompetitif baik di pasar dalam maupun

    luar negeri. Sementara kelompok yang kontra

    dengan program privatisasi ini antara lain

    berkaitan de-ngan kekhawatiran adanya

    kelompok tertentu yang dapat memanfaatkan

    kesempatan memperoleh kepemilikan saham

    BUMN semata-mata hanya untuk kepentingan

    golongan atau pribadi semata, sementara hal

    ini bertentangan dengan tujuan BUMN itu

    sendiri, dimana sebagai badan usaha milik

    negara tidak semata-mata berorientasi menge-jar keuntungan, tetapi juga bertujuan sebesar-

    besarnya untuk kemakmuran rakyat sebagai-

    mana yang diamanatkan dalam Pasal 33 UUD

    1945.

    Pertentangan pelaksanaan privatisasi ini terli-

    hat jelas dalam kasus privatisasi P.T. Indosat,

    yang merupakan salah satu unit usaha yang

    sangat strategis yang memberikan kontribusi

    ekonomi yang cukup besar kepada negara.

    Dengan divestasi saham P.T. Indosat oleh

    Singapore Technologies Telemedia Ltd (STT)

    sebesar 41,94%, kepemilikan saham pemerin-tah RI pada P.T. Indosat tinggal sebesar

    14,96%, sisanya dikuasai public sebesar

    43,10%. Dengan komposisi saham demikian,

    sesuai dengan ketentuan dalam UU no. 1 ta-

    hun 1995 tentang Perseroan Terbatas, hal ini

    tentunya akan sangat mengurangi kekuasaan

    pemerintah RI dalam menentukan kebijakan

    P.T. Indosat.

    Privatisasi harus dilaksanakan dengan berba-gai pertimbangan yang matang, tidak hanya

    dari sudut ekonomi, namun juga dari sudut

    hukum, sosial politik, budaya, pertahanan dan

    keamanan negara. Tidak semua BUMN harus

    diprivatisasi. Kita harus mampu memilah

    antara BUMN yang perlu diprivatisasi mau-

    pun yang tidak. Hal ini perlu dipertimbangkan

    dan dilaksanakan dengan bijaksana, mengi-

    ngat privatisasi merupakan sarana yang mele-

    galkan perpindahan asset-aset negara yang

    kepada pihak swasta nasional maupun asing.

    Dalam Pasal 77 UU BUMN telah diatur me-

    ngenai ketentuan persero yang tidak bisa

    diprivatisasi, yakni:

    1. Persero yang bidang usahanya berdasarkan

    peraturan perundang-undangan hanya bo-

    leh dikelola kepemilikan saham-saham

    BUMN;

    2. Persero yang bergerak disektor usaha yang

    berkaitan dengan pertahanan dan kea-

    manan negara;

    3. Persero yang bergerak di sektor tertentu

    yang oleh pemerintah diberikan tugas

    khusus untuk melaksanakan kegiatan ter-

    tentu yang berkaitan dengan kepentingan

    masyarakat;

    4. Persero yang bergerak di bidang usahasumber daya alam yang secara tegas ber-

    dasarkan peraturan perundang-undangan

    dilarang untuk diprivatisasi.

    Belajar dari keberhasilan program privatisasi

    di Inggris, dimana pada masa pemerintahan

    perdana menteri Margaret Thatcher, swas-

    tanisasi perusahaan-perusahaan negara di Ing-

    gris memberikan kontribusi yang besar bagi

    pengembangan ekonomi Inggris. Selain itu

    sebagai perbandingan privatisasi perusahaan-

    perusahaan negara di Malaysia, yang lebih

    menekankan kepada keikutsertaan pribumi,maka di Indonesia privatisasi lebih dikarena-

    kan selain memang karena kondisi internal

    BUMN yang banyak merugi, serta ketidak-

    mampuan pemerintah dalam mengelola

    BUMN secara efisien, walaupun intervensi

  • 8/4/2019 07-Helza

    6/8

    HELZA NOVA LITA

    141

    pihak asingpun tidak sedikit dalam menentu-

    kan kebijakan mengenai privatisasi ini.

    Ide privatisasi dicetuskan oleh seorang CEOperusahaan asing pada awal tahun 1990-an,

    yang mengatakan performance BUMN-

    BUMN umumnya kurang baik dibandingkan

    dengan perusahaan swasta, oleh karena itu

    BUMN perlu diprivatisasi, lebih-lebih hutang-

    hutang RI mulai terasa berat pada paruh kedua

    tahun 1990-an. Ketika RI meminta bantuan

    IMF untuk mengatasi kesulitan dalam menga-

    tasi kekurangan pembiayaan pemerintah RI,

    IMF memberikan anjuran untuk mempriva-

    tisasi BUMN melalui penjualan saham-

    sahamnya, baik melalui strategic alliance

    maupun IPO atau direct placement untuk

    mendapatkan tambahan dana. Kemudian ren-

    cana privatisasi ini dituangkan dalam be-

    berapa LOI (Letter of Intent)antara pemerin-

    tah RI dengan IMF (Sutadji, 2003). Selanjut-

    nya dari laporan Staf Ahli Menteri BUMN

    bidang penggembangan usaha dikatakan

    bahwa perusahaan BUMN diharapkan se-

    bagian sudah diprivatisasi pada tahun 2006.

    Kepemilikan saham BUMN oleh pihak swasta

    baik nasional maupun asing dalam program

    privatisasi seharusnya tidak melebihi saham

    kepemilikan negara RI sebesar paling sedikit

    51% dari keseluruhan modal perusahaan yangterbagi dalam saham. Karena kepemilikan

    saham tersebut sangat memiliki peranan

    penting bagi negara RI dalam mengatur kebi-

    jakan BUMN, mengingat bahwa tujuan

    BUMN tidak hanya keuntungan semata-mata

    namun juga untuk menyelenggarakan ke-

    pentingan umum. Keikutsertaan pihak swasta

    nasional maupun asing diharapkan dapat me-

    macu kinerja BUMN yang selama ini diketa-

    hui banyak mengalami kerugian. Namun ka-

    sus divestasi PT. Indosat beberapa waktu yang

    lalu dari sudut ketentuan UUPT telah mem-

    berikan porsi yang lebih besar kepada pihakasing dalam hal ini Singapore Technologies

    Telemedia Ltd untuk menentukan kebijakan

    pelaksanaan P.T. Indosat dibandingkan den-

    gan pemerintah RI, mengingat kepemilikan

    sahamnya yang lebih besar. Kasus divestasi

    semacam ini harus segera diluruskan kembali,

    karena dikhawatirkan jika juga akan terjadi

    pada BUMN yang lain sama artinya kita men-

    jual asset-aset strategis milik negara, yangpada akhirnya kita lebih berperan sebagai

    pekerja daripada penentu arah kebijakan. Hal

    ini sama halnya kita menjual kedaulatan eko-

    nomi kita dengan cara diatur dan dikendalikan

    oleh pihak asing. Ironi memang kalau kita

    harus menjadi kuli di negara sendiri. Di mana

    aset-aset BUMN tersebut ada di Indonesia dan

    melibatkan banyak tenaga kerja Indonesia,

    namun kepemilikan dan kekuasaan kebi-

    jakannya lebih didominasi pihak asing.

    PENUTUP

    BUMN sebagai salah satu pelaku ekonomi di

    Indonesia, disamping swasta dan koperasi,

    dalam rangka meningkatkan efisiensi dan pe-

    ranannya dalam perkembangan ekonomi Indo-

    nesia menuntut pembenahan tidak hanya dari

    sudut ekonomi, namun juga pengaturan hu-

    kumnya.

    UU No. 19 tahun 2003 tentang BUMN, mem-

    berikan arah baru bagi penggembangan

    BUMN. Restrukturisasi dan privatisasi yang

    merupakan salah satu pengaturan dalam UU

    BUMN, merupakan agenda penting yang

    perlu dicermati dalam pelaksanaannya,mengingat privatisasi ini menimbulkan pro

    dan kontra dari berbagai kalangan, terutama

    jika dikaitkan dengan ketentuan Pasal 33

    UUD 1945.

    Pada dasarnya, dari sudut pandang ekonomi,

    privatisasi dapat memberikan keuntungan bagi

    BUMN, disamping itu juga dapat meningkat-

    kan efisiensi dan kinerja BUMN agar juga

    mampu bersaing dengan pihak swasta. Namun

    demikian, sebagai BUMN, privatisasi ini ha-

    rus dilakukan dengan bijak dan tetap dalam

    aturan hukum yang ada, mengingat misiBUMN tidak hanya mengejar keuntungan

    semata, namun juga berorintasi memberikan

    kesejahteraan yang sebesar-besarnya bagi

    kemakmuran rakyat sebagaimana yang diama-

    natkan dalam Pasal 33 UUD 1945.

  • 8/4/2019 07-Helza

    7/8

    TINJAUAN YURIDIS PRIVATISASI BADAN USAHA MILIK NEGARA

    142

    DAFTAR PUSTAKA

    Dirdjosisworo, S. (1997).Hukum

    perusahaan mengenai bentuk-bentukperusahaan (badan usaha) di Indonesia.

    Ban-dung: Mandar Maju.

    Nasution, A. (2003). Stabilitas sistem ke-

    uangan, urgensi, implikasi hukum, dan

    agendake depan. Makalah Seminar

    Pembangunan Hukum Nasional VIII,

    Badan Pembinaan Hukum Nasional,

    Departemen Kehakiman dan Hak Asasi

    Manusia,Denpasar, 14 18 Juli 2003.

    Rajagukguk, E. (2003).Hukum ekonomi

    Indonesia: memperkuatpersatuan

    nasional, mendorong pertumbuhan

    ekonomi dan memperluas kesejahteraansosial. Seminar Pembangunan Hukum

    Nasional VIII, Badan Pembinaan Hukum

    Nasional, Departemen Kehakiman dan

    Hak Asasi Manusia, Denpasar 14 18

    Juli 2003.

    Sutadji, N.S. (2003). Asingisasi BUMN di

    Indonesia.Majalah Business dan BUMN

    II(03), 08 Juni 08 Juli 2003.

    (1995). UU No. 1 tahun1995 tentang Perse-

    roan terbatas.

    (1995). UU No. 8 tahun 1995 tentang pasar

    modal.

    (2003). UU No. 19 tahun 2003 tentang

    BUMN.

  • 8/4/2019 07-Helza

    8/8

    HELZA NOVA LITA

    143