07-helza
TRANSCRIPT
-
8/4/2019 07-Helza
1/8
-
8/4/2019 07-Helza
2/8
HELZA NOVA LITA
137
suntikan dana dari pemerintah sementara hasil
keuntungan yang diperoleh tidak sebanding
dengan suntikan dana tersebut, atau malah
merugi. Untuk itu upaya pembenahan BUMNharus segera diwujudkan untuk mengatasi
permasalahan tersebut, baik dari segi aturan
hukum, ekonomi dan aspek lain yang terkait.
Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah
untuk meningkatkan peranan BUMN dalam
menyukseskan pembangunan nasional dalam
era tahun 2000 ini, adalah dengan melakukan
pembenahan tidak hanya dari sudut ekonomi
namun yang tidak kalah penting adalah instru-
men hukumnya. Pembaharuan ketentuan men-
genai BUMN antara lain dengan keluarnya
UU No. 19 tahun 2003 tentang BUMN.
Dalam undang-undang tersebut, privatisasi
atau swastanisasi merupakan agenda penting
sebagai salah satu upaya untuk melakukan
restrukturisasi BUMN.
PEMBAHASAN
Landasan Hukum BUMN
Pembangunan bidang ekonomi Indonesia
diarahkan untuk terciptanya keadilan dan ke-
mandirian bagi seluruh rakyat Indonesia seba-
gaimana dimuat dalam arah kebijakan GBHN
bidang ekonomi periode 1999 2004 yangdiatur dalam TAP MPR No. IV/MPR/1999,
d a l a m b u t i r 7 m e n y e b u t k a n
menggembangkan kebijakan fiskal dengan
memperhatikan prinsip transparansi, disiplin,
keadilan, efisiensi, efektifitas, untuk menam-
bah penerimaan negara dan mengurangi keter-
gantungan dana dari luar negeri.
Menurut GBHN, kekuatan perekonomian kita
pada dasarnya dapat digolongkan dalam tiga
sektor, yakni: pemerintah (BUMN), koperasi,
dan swasta. Ketiga sektor ini diharapkan dapat
berkembang dengan harmonis atau denganselaras, serasi, dan seimbang sehingga mampu
meningkatkan taraf hidup masyarakat.
BUMN sebagai salah satu pelaku ekonomi di
Indonesia, disamping sektor swasta dan
koperasi, membutuhkan legitimasi hukum
dalam pelaksanaan kegiatan usahanya. Ke-
tentuan-ketentuan hukum yang menjadi
dasar pengelolaan BUMN di Indonesiaadalah:
1. Undang-Undang Dasar 1945
2. UU No. 9 tahun 1969 tentang Bentuk-
Bentuk Usaha Negara
3. UU No. 1 tahun 1995 tentang Perseroan
Terbatas
4. PP No. 12 tahun 1998 tentang Perusa-
haan Perseroan (Persero)
5. PP No. 13 tahun 1998 tentang Perusa-
haan Umum (Perum)
6. PP No. 64 tahun 2001 tentang Penga-
lihan Kedudukan, Tugas dan Kewe-
nangan Menteri Keuangan pada Persero,Perum, Perjan, kepada Menteri Negara
BUMN.
7. UU No. 19 tahun 2003 tentang BUMN
(UU BUMN).
Adapun maksud dan tujuan pendirian
BUMN sebagaimana yang dijelaskan dalam
Pasal 2 UU BUMN yakni:
1. memberikan sumbangan bagi perkem-
bangan ekonomi nasional pada umumnya
dan perekonomian negara pada khusus-
nya;
2. mengejar keuntungan;
3. menyelenggarakan kemanfaatan umum
berupa penyediaan barang dan/atau jasa
yang bermutu tinggi dan memadai bagi
pemenuhan hajat hidup orang banyak;
4. menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha
yang belum dapat dilaksanakan oleh sek-
tor swasta dan koperasi;
5. turut aktif memberikan bantuan kepada
pengusaha golongan ekonomi lemah,
koperasi dan masyarakat.
Peranan BUMN dalam Penggembangan
Perekonomian Nasional
Dalam pelaksanaan pembangunan nasional,
tersedianya dana merupakan faktor
essential yang harus ada disamping fak-
tor-faktor lainnya yakni sumber daya manu-
sia, skill (keahlian), dan sumber daya alam.
-
8/4/2019 07-Helza
3/8
TINJAUAN YURIDIS PRIVATISASI BADAN USAHA MILIK NEGARA
138
Dalam PJP II sumber dana untuk pem-
biayaaan pembangunan nasional dalam bidang
ekonomi diarahkan pada tersedianya dana
yang digali dari kemampuan sendiri, sedang-kan sumber dana luar negeri yang masih
diperlukan merupakan pelengkap, dengan
prinsip peningkatan kemandirian dalam pelak-
sanaan pem-bangunan dan mencegah keteri-
katan serta campur tangan asing.
Persero sangat berperan dalam perekonomian
nasional sebagai penyedia barang dan jasa
untuk pemenuhan kebutuhan konsumsi mau-
pun untuk kebutuhan proses produksi. Sejalan
dengan makin meningkatnya pelaksanaan
pembangunan dan hasil-hasil yang dicapai,
maka produktifitas dan efisiensi seluruh ke-
kuatan ekonomi nasional perlu ditingkatkan
lagi, sehingga peran dan sumbangannya dalam
pembangunan dapat memberikan hasil opti-
mal bagi peningkatan kesejahteraan rakyat.
Soedjono Dirdjosisworo, dalam bukunya
Hukum Perusahaan mengenai Bentuk-Bentuk
Perusahaan (Badan Usaha) di Indonesia,
menjelaskan sesungguhnya kedudukan
Perusahaan Negara mempunyai dua ciri
yakni :
1. Sebagai aparatur perekonomian negara,
yaitu lembaga yang melaksanakan tugas-
tugas pemerintahan di bidang usaha ne-gara. Dalam kedudukan ini perusahaan
milik negara merupakan unsur dari kelem-
bagaan pemerintahan dan tunduk pada
peraturan-peraturan di bidang tata peme-
rintahan, khususnya yang bersangkutan
dengan penguasaan dan pengurusan
kekayaan negara, yang dilimpahkan
kepadanya sebagai modal atau penyertaan
negara, baik yang dipisahkan ataupun yang
tidak dipisahkan.
2. Sebagai salah satu unsur dalam kehidupan
perekonomian nasional disamping perusa-
haan swasta dan koperasi. Dalam kedu-dukan ini perusahaan milik negara meru-
pakan subyek hukum yang dalam lalu lin-
tas hukum perekonomian dan hukum peri-
katan hak dan kewajibannya disesuaikan
dengan badan-badan hukum lainnya.
Selama masa orde lama dan permulaan orde
baru banyak BUMN baru didirikan, disam-
ping BUMN yang berasal dari nasionalisasi
perusahaan asing. Ketika itu perusahaan-perusahaan swasta belum banyak berperan.
Setelah krisis ekonomi dan moneter, banyak
dari BUMN masih berjalan dengan baik dan
memberi kontribusi bagi pembangunan
nasional. Sedangkan perusahaan-perusahaan
besar yang dinamakan konglomerat baru
tumbuh pada akhir masa orde baru. Namun
setelah krisis ekonomi dan moneter tahun
1997, sebagian dari konglomerat ini hancur,
sebabnya antara lain karena melakukan
pengembangan usaha-usaha jangka panjang
dengan meminjam uang jangka pendek dari
perbankan dalam negeri dan asing. Perbuatan
mereka ini tidak dapat dicegah karena KKN
dengan rezim yang berkuasa pada saat itu
(Sutadji, 2003).
Operasional BUMN sebagai salah satu sarana
penerimaan pajak nasional diharapkan dapat
mampu memberikan kontribusi yang besar
untuk pendanaan pembangunan nasional
disamping sumber-sumber lain dari dalam
negeri, sehingga bantuan dari pihak luar
hanya bersifat penunjang. Penerimaan pajak
BUMN untuk tahun 2003 mencapai Rp. 17
triliun. Untuk tahun 2004 Pemerintahmentargetkan bisa menerima pajak sekitar 20
persen dari BUMN. Total target penerimaan
pajak tahun 2004 sebesar Rp. 219,4 triliun.
Diharapkan sebesar 20 persen diantaranya
atau Rp 38 - 40 triliun disumbang oleh
BUMN.
Untuk mewujudkan target penerimaan pajak
BUMN untuk pembiayaan pembangunan dan
penyelenggaraan negara, hal ini perlu
dilakukan dengan melihat kondisi tingkat
kesehatan dan kinerja BUMN untuk mencapai
target tersebut. Pencapaian target tersebutharus pula diimbangi dengan budaya
perusahaan yang melaksanakan prinsip-
prinsip good corporate governance atau tata
laksana usaha yang baik. Perusahaan yang
menerapkan prinsip ini, pada umumnya
-
8/4/2019 07-Helza
4/8
HELZA NOVA LITA
139
memperoleh hasil yang lebih baik
dibandingkan dengan perusahaan yang
mengabaikan prinsip-prinsip tersebut. Prinsip-
prinsip ini sangat berkaitan dengan moralitasdan tanggung jawab yang tinggi dari
pelaksana usaha itu sendiri.
Mengantisipasi perkembangan ekonomi
global dan melihat fakta yang ada, BUMN
harus segera berbenah diri untuk mengatasi
berbagai permasalahan yang ada terutama
untuk mengatasi kerugian-kerugian yang dide-
rita. Keterpurukan beberapa kinerja BUMN
yang mengalami kerugian selama ini, perlu
dicari akar permasalahannya sehingga pem-
benahan dapat lebih terencana. Ada banyak
faktor yang mempengaruhi buruknya kinerja
BUMN tersebut, seperti budaya birokrasi dan
intervensi pemerintah yang cukup besar dalam
mempengaruhi kebijakan BUMN, faktor
politik, intervensi pihak asing, serta kualitas
dan moralitas SDM yang berkaitan dengan
permasalahan KKN yang cukup rentan dalam
tubuh BUMN. Untuk mengatasi permasalahan
tersebut maka langkah-langkah yang perlu
dilakukan antara lain dengan merealisasikan
konsep Good Corporate Governance atau tata
laksana perusahaan yang baik harus segera
dilaksanakan untuk membekali SDM yang
berkualitas dan bermoral, strategi bisnis dan
manajemen yang memperhatikan analisis ke-kurangan maupun kelebihan internal dan ek-
sternal perusahaan, serta memperhatikan
perkembangan dan kebutuhan pasar baik
dalam maupun luar negeri. Selain itu satu hal
yang tidak kalah pentingnya sebagai negara
hukum, kita harus tetap menempatkan hukum
sebagai panglima yang memberikan kerangka
aturan pelaksanaan ekonomi yang beretika.
Restrukturisasi dan Privatisasi BUMN
Program restrukturisasi dan privatisasi yang
tertuang dalam UU No. 19 tahun 2003 tentangBUMN merupakan upaya yang dilakukan
pemerintah untuk meningkatkan peranan
BUMN dalam menyukseskan pembangunan
nasional serta mengatasi permasalahan
kerugian dalam tubuh BUMN. Restrukturisasi
merupakan upaya yang dilakukan dalam
rangka penyehatan BUMN yang merupakan
salah satu langkah strategis untuk memper-
baiki kondisi internal perusahaan guna mem-perbaiki kinerja dan meningkatkan nilai peru-
sahaan.
Dalam UU BUMN dijelaskan bahwa priva-
tisasi merupakan penjualan saham perseroan,
baik sebagian maupun seluruhnya, kepada
pihak lain dalam rangka meningkatkan kinerja
dan nilai perusahaan, memperbesar manfaat
bagi negara dan masyarakat, serta memperluas
kepemilikan saham oleh masyarakat. Priva-
tisasi dapat dilakukan dengan cara:
1. Penjualan saham berdasarkan ketentuan
pasar modal.
Yang dimaksud dengan penjualan saham
berdasarkan ketentuan pasar modal antara
lain adalah penjualan saham melalui
penawaran umum (Initial PublicOffering /
Go Public), penerbitan obligasi konversi
dan efek lain yang bersifat ekuitas. Terma-
suk dalam pengertian ini adalah penjualan
saham kepada mitra strategis (direct place-
ment) bagi BUMN yang terdaftar di bursa.
2. Penjualan saham langsung kepada inves-
tor.
Yang dimaksud dengan penjualan saham
langsung kepada investor adalah penjualan
saham kepada mitra strategis (direct place-ment) atau investor lainnya termasukfi-
nancial investor. Cara ini, khusus berlaku
bagi penjualan saham BUMN yang belum
terdaftar di bursa.
3. Penjualan saham kepada manajemen dan/
atau karyawan yang bersangkutan.
Yang dimaksud dengan penjualan saham
kepada manajemen (Management BuyOut/
MBO) dan/atau karyawan ( Employee Buy
Out/EBO) adalah penjualan sebagian besar
atau seluruh saham suatu perusahaan lang-
sung kepada manajemen dan/atau kar-
yawan perusahaan yang bersangkutan.
Selanjutnya dalam Pasal 75 UU BUMN be-
serta penjelasannya dinyatakan bahwa priva-
tisasi dilakukan dengan memperhatikan prin-
sip-prinsip transparansi, kemandirian, akun-
-
8/4/2019 07-Helza
5/8
TINJAUAN YURIDIS PRIVATISASI BADAN USAHA MILIK NEGARA
140
tabilitas, pertanggungjawaban, dan kewajaran.
Pelaksanaan privatisasi dilakukan secara
transparan, baik dalam proses penyiapannya
maupun dalam pelaksanaannya. Proses priva-tisasi dilaksanakan dengan berpedoman pada
prosedur privatisasi yang telah ditetapkan
tanpa ada intervensi dari pihak lain di luar
mekanisme korporasi serta ketentuan perun-
dang-undangan yang berlaku. Proses priva-
tisasi juga dilakukan dengan berkonsultasi
secara intensif dengan pihak-pihak terkait,
sehingga proses dan pelaksanaannya dapat
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat.
Pada pelaksanaannya, privatisasi BUMN
menimbulkan pro dan kontra dari berbagai
kalangan. Kelompok yang pro privatisasi,
memandang bahwa dengan privatisasi,
BUMN diharapkan dapat tumbuh lebih
mandiri dan efisien serta mampu bersaing
secara kompetitif baik di pasar dalam maupun
luar negeri. Sementara kelompok yang kontra
dengan program privatisasi ini antara lain
berkaitan de-ngan kekhawatiran adanya
kelompok tertentu yang dapat memanfaatkan
kesempatan memperoleh kepemilikan saham
BUMN semata-mata hanya untuk kepentingan
golongan atau pribadi semata, sementara hal
ini bertentangan dengan tujuan BUMN itu
sendiri, dimana sebagai badan usaha milik
negara tidak semata-mata berorientasi menge-jar keuntungan, tetapi juga bertujuan sebesar-
besarnya untuk kemakmuran rakyat sebagai-
mana yang diamanatkan dalam Pasal 33 UUD
1945.
Pertentangan pelaksanaan privatisasi ini terli-
hat jelas dalam kasus privatisasi P.T. Indosat,
yang merupakan salah satu unit usaha yang
sangat strategis yang memberikan kontribusi
ekonomi yang cukup besar kepada negara.
Dengan divestasi saham P.T. Indosat oleh
Singapore Technologies Telemedia Ltd (STT)
sebesar 41,94%, kepemilikan saham pemerin-tah RI pada P.T. Indosat tinggal sebesar
14,96%, sisanya dikuasai public sebesar
43,10%. Dengan komposisi saham demikian,
sesuai dengan ketentuan dalam UU no. 1 ta-
hun 1995 tentang Perseroan Terbatas, hal ini
tentunya akan sangat mengurangi kekuasaan
pemerintah RI dalam menentukan kebijakan
P.T. Indosat.
Privatisasi harus dilaksanakan dengan berba-gai pertimbangan yang matang, tidak hanya
dari sudut ekonomi, namun juga dari sudut
hukum, sosial politik, budaya, pertahanan dan
keamanan negara. Tidak semua BUMN harus
diprivatisasi. Kita harus mampu memilah
antara BUMN yang perlu diprivatisasi mau-
pun yang tidak. Hal ini perlu dipertimbangkan
dan dilaksanakan dengan bijaksana, mengi-
ngat privatisasi merupakan sarana yang mele-
galkan perpindahan asset-aset negara yang
kepada pihak swasta nasional maupun asing.
Dalam Pasal 77 UU BUMN telah diatur me-
ngenai ketentuan persero yang tidak bisa
diprivatisasi, yakni:
1. Persero yang bidang usahanya berdasarkan
peraturan perundang-undangan hanya bo-
leh dikelola kepemilikan saham-saham
BUMN;
2. Persero yang bergerak disektor usaha yang
berkaitan dengan pertahanan dan kea-
manan negara;
3. Persero yang bergerak di sektor tertentu
yang oleh pemerintah diberikan tugas
khusus untuk melaksanakan kegiatan ter-
tentu yang berkaitan dengan kepentingan
masyarakat;
4. Persero yang bergerak di bidang usahasumber daya alam yang secara tegas ber-
dasarkan peraturan perundang-undangan
dilarang untuk diprivatisasi.
Belajar dari keberhasilan program privatisasi
di Inggris, dimana pada masa pemerintahan
perdana menteri Margaret Thatcher, swas-
tanisasi perusahaan-perusahaan negara di Ing-
gris memberikan kontribusi yang besar bagi
pengembangan ekonomi Inggris. Selain itu
sebagai perbandingan privatisasi perusahaan-
perusahaan negara di Malaysia, yang lebih
menekankan kepada keikutsertaan pribumi,maka di Indonesia privatisasi lebih dikarena-
kan selain memang karena kondisi internal
BUMN yang banyak merugi, serta ketidak-
mampuan pemerintah dalam mengelola
BUMN secara efisien, walaupun intervensi
-
8/4/2019 07-Helza
6/8
HELZA NOVA LITA
141
pihak asingpun tidak sedikit dalam menentu-
kan kebijakan mengenai privatisasi ini.
Ide privatisasi dicetuskan oleh seorang CEOperusahaan asing pada awal tahun 1990-an,
yang mengatakan performance BUMN-
BUMN umumnya kurang baik dibandingkan
dengan perusahaan swasta, oleh karena itu
BUMN perlu diprivatisasi, lebih-lebih hutang-
hutang RI mulai terasa berat pada paruh kedua
tahun 1990-an. Ketika RI meminta bantuan
IMF untuk mengatasi kesulitan dalam menga-
tasi kekurangan pembiayaan pemerintah RI,
IMF memberikan anjuran untuk mempriva-
tisasi BUMN melalui penjualan saham-
sahamnya, baik melalui strategic alliance
maupun IPO atau direct placement untuk
mendapatkan tambahan dana. Kemudian ren-
cana privatisasi ini dituangkan dalam be-
berapa LOI (Letter of Intent)antara pemerin-
tah RI dengan IMF (Sutadji, 2003). Selanjut-
nya dari laporan Staf Ahli Menteri BUMN
bidang penggembangan usaha dikatakan
bahwa perusahaan BUMN diharapkan se-
bagian sudah diprivatisasi pada tahun 2006.
Kepemilikan saham BUMN oleh pihak swasta
baik nasional maupun asing dalam program
privatisasi seharusnya tidak melebihi saham
kepemilikan negara RI sebesar paling sedikit
51% dari keseluruhan modal perusahaan yangterbagi dalam saham. Karena kepemilikan
saham tersebut sangat memiliki peranan
penting bagi negara RI dalam mengatur kebi-
jakan BUMN, mengingat bahwa tujuan
BUMN tidak hanya keuntungan semata-mata
namun juga untuk menyelenggarakan ke-
pentingan umum. Keikutsertaan pihak swasta
nasional maupun asing diharapkan dapat me-
macu kinerja BUMN yang selama ini diketa-
hui banyak mengalami kerugian. Namun ka-
sus divestasi PT. Indosat beberapa waktu yang
lalu dari sudut ketentuan UUPT telah mem-
berikan porsi yang lebih besar kepada pihakasing dalam hal ini Singapore Technologies
Telemedia Ltd untuk menentukan kebijakan
pelaksanaan P.T. Indosat dibandingkan den-
gan pemerintah RI, mengingat kepemilikan
sahamnya yang lebih besar. Kasus divestasi
semacam ini harus segera diluruskan kembali,
karena dikhawatirkan jika juga akan terjadi
pada BUMN yang lain sama artinya kita men-
jual asset-aset strategis milik negara, yangpada akhirnya kita lebih berperan sebagai
pekerja daripada penentu arah kebijakan. Hal
ini sama halnya kita menjual kedaulatan eko-
nomi kita dengan cara diatur dan dikendalikan
oleh pihak asing. Ironi memang kalau kita
harus menjadi kuli di negara sendiri. Di mana
aset-aset BUMN tersebut ada di Indonesia dan
melibatkan banyak tenaga kerja Indonesia,
namun kepemilikan dan kekuasaan kebi-
jakannya lebih didominasi pihak asing.
PENUTUP
BUMN sebagai salah satu pelaku ekonomi di
Indonesia, disamping swasta dan koperasi,
dalam rangka meningkatkan efisiensi dan pe-
ranannya dalam perkembangan ekonomi Indo-
nesia menuntut pembenahan tidak hanya dari
sudut ekonomi, namun juga pengaturan hu-
kumnya.
UU No. 19 tahun 2003 tentang BUMN, mem-
berikan arah baru bagi penggembangan
BUMN. Restrukturisasi dan privatisasi yang
merupakan salah satu pengaturan dalam UU
BUMN, merupakan agenda penting yang
perlu dicermati dalam pelaksanaannya,mengingat privatisasi ini menimbulkan pro
dan kontra dari berbagai kalangan, terutama
jika dikaitkan dengan ketentuan Pasal 33
UUD 1945.
Pada dasarnya, dari sudut pandang ekonomi,
privatisasi dapat memberikan keuntungan bagi
BUMN, disamping itu juga dapat meningkat-
kan efisiensi dan kinerja BUMN agar juga
mampu bersaing dengan pihak swasta. Namun
demikian, sebagai BUMN, privatisasi ini ha-
rus dilakukan dengan bijak dan tetap dalam
aturan hukum yang ada, mengingat misiBUMN tidak hanya mengejar keuntungan
semata, namun juga berorintasi memberikan
kesejahteraan yang sebesar-besarnya bagi
kemakmuran rakyat sebagaimana yang diama-
natkan dalam Pasal 33 UUD 1945.
-
8/4/2019 07-Helza
7/8
TINJAUAN YURIDIS PRIVATISASI BADAN USAHA MILIK NEGARA
142
DAFTAR PUSTAKA
Dirdjosisworo, S. (1997).Hukum
perusahaan mengenai bentuk-bentukperusahaan (badan usaha) di Indonesia.
Ban-dung: Mandar Maju.
Nasution, A. (2003). Stabilitas sistem ke-
uangan, urgensi, implikasi hukum, dan
agendake depan. Makalah Seminar
Pembangunan Hukum Nasional VIII,
Badan Pembinaan Hukum Nasional,
Departemen Kehakiman dan Hak Asasi
Manusia,Denpasar, 14 18 Juli 2003.
Rajagukguk, E. (2003).Hukum ekonomi
Indonesia: memperkuatpersatuan
nasional, mendorong pertumbuhan
ekonomi dan memperluas kesejahteraansosial. Seminar Pembangunan Hukum
Nasional VIII, Badan Pembinaan Hukum
Nasional, Departemen Kehakiman dan
Hak Asasi Manusia, Denpasar 14 18
Juli 2003.
Sutadji, N.S. (2003). Asingisasi BUMN di
Indonesia.Majalah Business dan BUMN
II(03), 08 Juni 08 Juli 2003.
(1995). UU No. 1 tahun1995 tentang Perse-
roan terbatas.
(1995). UU No. 8 tahun 1995 tentang pasar
modal.
(2003). UU No. 19 tahun 2003 tentang
BUMN.
-
8/4/2019 07-Helza
8/8
HELZA NOVA LITA
143