03210094

78
1 PENGELOLAAN DAN PENGEMBANGAN TANAH WAKAF MASJID (Studi Tanah Wakaf Masjid An-Nikmah di Desa Toyoresmi Kec. Gampengrejo Kab. Kediri) SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam (S.HI) OLEH : Ni’am Syahbana (03210094) JURUSAN AL AHWAL AL SYAKHSHIYYAH FAKULTAS SYARI’AH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG 2009

Upload: abdul-rahman-alghazel

Post on 23-Oct-2015

32 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: 03210094

1

PENGELOLAAN DAN PENGEMBANGAN TANAH

WAKAF MASJID

(Studi Tanah Wakaf Masjid An-Nikmah di Desa Toyoresmi Kec.

Gampengrejo Kab. Kediri)

SKRIPSI

Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam (S.HI)

OLEH : Ni’am Syahbana

(03210094)

JURUSAN AL AHWAL AL SYAKHSHIYYAH FAKULTAS SYARI’AH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

2009

Page 2: 03210094

2

2

HALAMAN PENGAJUAN

PENGELOLAAN DAN PENGEMBANGAN TANAH WAKAF MASJID

(Studi Tanah Wakaf Masjid An-Nikmah di Desa Toyoresmi Kec.

Gampengrejo Kab. Kediri)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Jurusan Al Ahwal Al Syakhshiyyah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam (S.HI)

Oleh : Ni’am Syahbana NIM 03210094

Jurusan Al Ahwal Al Syakhshiyyah

Fakultas Syari’ah

Disetujui Oleh: Dosen Pembimbing

H. Isroqunnajah, M,Ag NIP 150278262

Mengetahui, Dekan Fakultas Syari’ah

Drs. H. Dahlan Tamrin, M.Ag. NIP 150216425

Page 3: 03210094

3

3

MOTTO

s9 (#θ ä9$oΨs? §�É9ø9$# 4®Lym (#θ à)Ï�Ζè? $£ϑ ÏΒ šχθ™6 ÏtéB 4 $ tΒ uρ (#θ à)Ï�Ζè? ÏΒ & ó x« ¨β Î* sù ©! $#

ϵÎ/ ÒΟŠ Î=tæ

“ Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum

kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. dan apa saja yang kamu

nafkahkan Maka Sesungguhnya Allah mengetahuinya.” 1

$ y㕃 r'‾≈tƒ tÏ% ©!$# (# þθãΖ tΒ#u (#θ à)Ï�Ρr& ÏΒ ÏM≈t6 ÍhŠsÛ $ tΒ óΟçFö;|¡ Ÿ2 !$£ϑ ÏΒuρ $oΨ ô_t�÷zr& Νä3s9 zÏiΒ

ÇÚ ö‘ F{$# ( Ÿω uρ (#θßϑ£ϑ u‹ s? y]Š Î7y‚ ø9$# çµ÷ΖÏΒ tβθ à)Ï�Ψè? ΝçGó¡ s9 uρ ϵƒÉ‹Ï{$ t↔ Î/ Hω Î) β r& (#θ àÒ Ïϑøó è?

ϵ‹Ïù 4 (#þθ ßϑ n=ôã$# uρ ¨β r& ©! $# ;Í_xî Ïϑ ym

“ Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil

usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi

untuk kamu. dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu

menafkahkan daripadanya, Padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya

melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. dan ketahuilah, bahwa Allah

Maha Kaya lagi Maha Terpuji. ” 2

1 Soenarjo. Al Qur’an dan Terjemahnya. (Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir

Al Qur’an. 1971) QS. Ali Imran; 92 hal:91 2 Ibid. QS. Al- Baqarah; 267 hal: 67

Page 4: 03210094

4

4

PERSEMBAHANPERSEMBAHANPERSEMBAHANPERSEMBAHAN

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang mana karena atas Rahmat,

Taufiq dan hidayahnya, kami dapat menyusun skripsi ini .Shalawat serta salam

selalu tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad saw yang memberi petunjuk

jalan yang benar, terhindar dari jalan yang sesat dan gelap.

Bapak dan Ibuku Do’a dan Ridlomu yang selalu mengiringi perjalanan hidupku,

semoga Allah selalu melimpahkan rahmat dan memberikan yang terbaik untukmu

amin.

Kakak-kakakku dan Adik-adikku Semoga Allah selalu melimpahkan Rahmat dan

Hidayah untuk kalian semua, dan selalu berjuanglah atas nama Allah SWT.

Semua Guru-guruku dari sejak aku lahir hingga ajalku tiba kelak, terimakasih

atas keikhlasannya dalam memberikan ilmu, semoga Allah selalu melimpahkan

Rahmat dan Hidayahnya kepadamu.

Abah yai Prof. Dr. Ahmad Mudhor SH. sekeluarga yang diRahmati Allah, semoga

selalu diberikan kesehatan dan kelancaran amin.

Untuk calon istriku dan anak keturunanku semoga Allah selalu melimpahkan

Rahmat dan Hidayahnya kepadamu untuk bekal bertanggung jawab kehadirat

Allah SWT

Saudara-saudaraku dan teman-temanku semuanya semoga Allah SWT selalu

melimpahkan Rahmat dan Hidayahnya untuk kalian, dalam berjuang mengarungi

perjalanan hidup.

INGAT ”Jangan pernah berhenti dalam berjuang di jalan Allah.”

Page 5: 03210094

5

5

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Demi Allah,

Dengan kesadaran dan rasa tanggung jawab terhadap pengembangan keilmuan,

penulis menyatakan bahwa skripsi dengan judul:

PENGELOLAAN DAN PENGEMBANGAN TANAH

WAKAF MASJID

(Studi Tanah Wakaf Masjid An-Nikmah di Desa Toyoresmi Kec.

Gampengrejo Kab. Kediri)

benar-benar merupakan karya ilmiah yang disusun sendiri, bukan duplikasi atau

memindah data milik orang lain. Jika kemudian hari terbukti bahwa skripsi ini ada

kesamaan, baik isi, logika maupun datanya, secara keseluruhan atau sebagian,

maka skripsi dan gelar sarjana yang diperoleh karenanya secara otomatis batal

demi hukum.

Malang, April 2009 Penulis

Ni’am Syahbana NIM 03210094

Page 6: 03210094

6

6

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Pembimbing penulisan skripsi saudara Ni’am Syahbana NIM 03210094,

mahasiswa Jurusan Al Ahwal Al Syakhshiyyah Fakultas Syari’ah Universitas

Islam Negeri Malang. Setelah membaca, mengamati kembali berbagai data yang

ada didalamnya dan mengoreksi, maka skripsi yang bersangkutan dengan judul:

PENGELOLAAN DAN PENGEMBANGAN TANAH

WAKAF MASJID

(Studi Tanah Wakaf Masjid An-Nikmah di Desa Toyoresmi Kec.

Gampengrejo Kab. Kediri)

Telah dianggap memenuhi syarat-syarat ilmiah untuk disetujui dan diajukan pada

majelis penguji skripsi.

Malang, April 2009 Pembimbing

H. Isroqunnajah, M,Ag NIP 150278262

Page 7: 03210094

7

7

LEMBARAN PENGESAHAN SKRIPSI

Dewan penguji skripsi saudara Ni’am Syahbana, NIM 03210094, mahasiswa

Jurusan Al Ahwal Al Syakhshiyyah Fakultas Syari’ah Universitas Islam Negeri

Maulana Malik Ibrahim Malang angkatan 2003, dengan judul:

PENGELOLAAN DAN PENGEMBANGAN TANAH

WAKAF MASJID

(Studi Tanah Wakaf Masjid An-Nikmah di Desa Toyoresmi Kec.

Gampengrejo Kab. Kediri)

Telah dinyatakan lulus dengan nilai B (memuaskan)

Dewan penguji:

1. Zaenul Mahmudi,M.A ( ____________________ ) NIP: 150295155 ( Ketua )

2. H.Isroqunnajah,M.Ag ( ____________________ ) NIP: 150278262 ( Sekretaris )

3. Dr.Umi Sumbulah,M.Ag ( ____________________ ) NIP: 150289266 ( Penguji Utama )

Malang, Mei 2009 Dekan,

Drs. H. Dahlan Tamrin, M.Ag. NIP 150216425

Page 8: 03210094

8

8

KATA PENGANTAR

ÉΟó¡ Î0 «! $# Ç≈ uΗ÷q§�9 $# ÉΟŠÏm§�9 $#

Puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

karya ilmiah berupa skripsi ini. Shalawat serta salam tidak lupa penulis limpahkan

kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan para

pengikutnya sampai hari akhir.

Penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu

dan mendukung pembuatan karya ilmiah berupa skripsi ini sehingga dapat

terselesaikan, terutama kepada:

1. Prof. Dr. H. Imam Suprayogo, selaku Rektor Universitas Islam Negeri

Malang

2. Drs. H. Dahlan Tamrin, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Syari’ah UIN

Malang.

3. H. Isroqunnajah, M.Ag, selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan

waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis sehingga skripsi ini

dapat terselesaikan.

4. Semua Dosen UIN Malang, khususnya Dosen Fakultas Syari’ah yang telah

memberikan ilmu yang insya Allah bermanfaat dan berguna bagi penulis

untuk taggung jawab selanjutnya.

5. Teman-temanku semuanya, terutama yang di Fakultas Syari’ah angkatan

2003, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu

dalam proses penulisan skripsi ini.

Akhirnya dengan segala keterbatsan pengetahuan dan waktu penulis,

sekiranya dengan segala kelebihan dan kekurangan pada skripsi ini, diharapkan

Page 9: 03210094

9

9

dapat memberikan sumbangan bagi khazanah ilmu pengetahuan, khususnya bagi

pribadi penulis dan Fakultas Syari’ah Jurusan al-Ahwal al-Syakhsiyah, serta

semua pihak yang memerlukan. Untuk itu penulis mohon maaf yang sebesar-

besarnya dan mengharapkan kritik serta saran dari para pembaca demi

sempurnanya karya ilmiah selanjutnya.

Malang, April 2009

Penulis

Page 10: 03210094

10

10

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................ i

HALAMAN PENGAJUAN .................................................................. i

MOTTO ............................................................................................... iii

PERSEMBAHAN ................................................................................ iv

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ............................................... v

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................... vi

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ................................................... vii

KATA PENGANTAR .......................................................................... viii

DAFTAR ISI ........................................................................................ x

ABSTRAK ........................................................................................... xi

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................... 1

B. Batasan Masalah ........................................................ 6

C. Rumusan Masalah ...................................................... 8

D. Tujuan Penelitian ....................................................... 8

E. Kegunaan Penelitian .................................................. 9

F. Sistematika Pembahasan ............................................ 9

BAB II : KAJIAN TEORI

A. Penelitian Terdahulu .................................................. 12

B. Sejarah Perkembangan Wakaf .................................... 14

C. Deskripsi Wakaf ........................................................ 18

1. Perspektif Fiqh …………………………….. 18

2. Perspektif Perundang-undangan ………….. 21

Page 11: 03210094

11

11

Dasar Hukum Perwakafan .......................................... 22

b. Fungsi dan tujuan wakaf ........................................ 20

c. Rukun dan Syarat Perwakafan ................................ 20

d. Macam-macam Perwakafan ................................... 22

e. Pengertian Wakaf Produktif ................................... 25

BAB III : METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian ................................ 28

B. Objek Penelitian ........................................................ 29

C. Sumber Data .............................................................. 29

D. . Metode Pengumpulan Data ........................................ 30

E. Metode Pengolahan Dan Analisis Data ...................... 31

BAB IV : PEMBAHASAN

A. Gambaran Lokasi ....................................................... 34

B. Hasil Penelitian .......................................................... 35

C. Analisis Data ............................................................. 39

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................ 54

B. Saran .......................................................................... 55

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 12: 03210094

12

12

ABSTRAK

Ni’am Syahbana, 2008, PENGELOLAAN DAN PENGEMBANGAN TANAH WAKAF MASJID (Studi Tanah Wakaf Masjid An-Nikmah di Desa Toyoresmi Kec. Gampengrejo Kab. Kediri). Skripsi, Jurusan al-Ahwal al-Syakhsiyah, Fakultas Syari’ah, Universitas Islam Negeri (UIN) Malang. Pembimbing: H. Isroqunnajah M.Ag

Kata kunci: kewenangan, upaya, pengelolaan, pengembangan, wakaf .

Peran wakaf dalam masyarakat masih banyak yang belum sepenuhnya berjalan tertib dan efisien sehingga dalam berbagai kasus harta wakaf tidak terpelihara sebagai mana mestinya. Keadaan demikian disebabkan diantaranya kelalaian atau ketidakmampuan Nazhir dalam mengelola serta mengembangkan harta wakaf dan belum memahami status benda wakaf yang seharusnya dilindungi untuk kesejahteraan umum sesuai dengan tujuan, fungsi dan peruntukan wakaf.

Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah tentang apa yang melatar belakangi munculnya ide pengembangan harta wakaf serta Bagaimana upaya Nazhir dalam mengelola dan mengembangkan Tanah Wakaf masjid An-Nikmah Desa Toyoresmi Kec. Gampengrejo Kab. Kediri. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Sumber data penelitian ini adalah bahan primer dan sekunder yang dihimpun melalui observasi, interview, dokumentasi, kemudian di analisis dengan teknik deskriptif-analisis, content analisis (analisis isi).

Faktor yang melatarbelakangi adanya upaya pengembangan Masjid diantaranya, satu-satunya masjid yang ada di Desa Toyoresmi dan hampir rusak sehingga harus diselamatkan atau dibangun, kemudian adanya bantuan modal untuk kesejahteraan masjid yang di belikan pekarangan untuk perluasan Masjid dan bantuan berupa dua tanah wakaf ladang untuk kesejahteraan masjid. Warga Toyoresmi sendiri juga antusias terhadap pembangunan kembali Masjid, kemudian dimusyawarahkan dengan warga setempat untuk memperbaiki dan membangun Masjid, hasil musyawarah diantaranya, Menetapkan swadaya murni warga setiap panen raya minimal 10 Kg gabah. Hasil pengolahan wakaf ladang untuk kesejahteraan Masjid dan swadaya masuk ke Mal Masjid untuk bisyaroh ustadz, Madrasah, TPA tiap bulannya. Untuk masjid dananya dari kas Masjid kekurangan maka di ambilakan dari tarikan warga sekitar.sebaliknya untuk madrasah dananya dari swadaya murni. Upaya yang dilakukan pengelola diantaranya, membeli tanah wakaf berupa pekarangan untuk memperluas Masjid yang dananya berasal dari urunan warga dan kekurangannya diambilkan dari kas masjid, untuk pengelolaan tanah wakaf ladang yang dikelola oleh nazhir dan hasilnya ditujukan untuk kesejahteraan Masjid dananya dari kas Masjid.

Yang terpenting dalam mengelola harta wakaf adalah memperhatikan akad yang disebutkan oleh wakif, dengan tidak mengesampingkan pendapat para ulama’ serta perundang undangan yang berlaku, dan juga peran masyarakat sekitar, juga nazhir yang mampu memegang amanat sebagaimana seorang nazhir.

Page 13: 03210094

13

13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanah mempunyai arti penting dalam kehidupan manusia karena

mempunyai arti ganda, yaitu sebagai fungsi sosial dan sebagai modal, tanah

sebagai fungsi sosial serta sarana pengikat kesatuan dikalangan masyarakat

Indonesia untuk hidup dan kehidupan, sedangkan sebagai modal tanah merupakan

faktor modal dalam pembangunan. Sebagai modal tanah telah tumbuh sebagai aset

ekonomi yang sangat berharga. Di satu sisi tanah harus dipergunakan dan

dimanfaatkan sebasar-besarnya untuk kesejahteraan rakyat, sedangkan disisi lain

tanah juga harus dijaga kelestariannya.

Tanah merupakan salah satu karunia Tuhan Yang Maha Esa bagi setiap

Bangsa dan Negara, tanah adalah aset berharga yang harus dimiliki setiap manusia

Page 14: 03210094

14

14

dalam kehidupan bermasyarakat khususnya di Indonesia, karena kita tahu

mayoritas sumber ekonomi kehidupan rakyatnya masih bercorak Agraris.

Sebagai karunia Tuhan sekaligus sumber daya alam yang setrategis bagi

Bangsa, Negara dan Rakyat, tanah dapat dijadikan sebagai sarana untuk mencapai

kesejahteraan hidup bangsa Indonesia sehingga perlu campur tangan Negara turut

mengaturnya. Hal ini sesuai amanat sebagaimana tercantum dalam Pasal 33 ayat

(3) UUD 1945 yang berbunyi:

“Bumi, Air, dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.

Sesuai Tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana

diamanatkan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia tahun 1945 antara lain adalah memajukan kesejahteraan umum. Dalam

rangka memajukan kesejahteraan umum, maka salah satunya perlu meningkatkan

peran wakaf sebagai pranata keagamaan yang tidak hanya bertujuan menyediakan

berbagai sarana Ibadah dan social, tetapi juga memiliki kekuatan ekonomi yang

berpotensi, sehingga perlu dikembangkan pemanfaatannya sesuai dengan prinsip

Syari’ah.

Tanah wakaf merupakan salah satu aset tetap, bernilai ekonomis dan

abadi, manfaatnya terus menerus sebagai keperluan hidup hingga akhir hayat.

Aset tanah wakaf tersebut seharusnya dapat digunakan untuk mendongkrak

keterpurukan kehidupan social, ekonomi, dan SDM umat sebagai instrumen

meningkatkan kesejahteraan bangsa.

Page 15: 03210094

15

15

Masyarakat Islam Mulai sadar kembali akan pentingnya peranan wakaf

pada saat ini, oleh karenanya dari pihak pemerintah maupun masyarakat mulai

merehabilitasi kembali wakaf-wakaf yang sudah ada untuk dikembangkan

menjadi wakaf produktif, artinya tidak hanya menjaga aset wakaf tetapi diganti

menjadi bagaimana aset wakaf bisa bermanfaat lebih untuk kesejahteraan umat.

Al-Qur’an sebagai sumber Hukum Islam utama memberi petunjuk umum

tentang pengelolaan harta, menurut Imam Fakhruddin Al-Razi yang berkaitan

dengan distribusi keuangan dalam Islam, salah satunya adalah wakaf, dalam

rangka mengembangkan harta wakaf secara produktif. Ayat-ayat Al-Qur’an

mengenai pengelolaan harta wakaf diantaranya:

Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 267 yang berbunyi :

$ y㕃 r'‾≈tƒ tÏ% ©!$# (# þθãΖ tΒ#u (#θ à)Ï�Ρr& ÏΒ ÏM≈t6 ÍhŠsÛ $ tΒ óΟçFö;|¡ Ÿ2 !$£ϑ ÏΒuρ $oΨ ô_t�÷zr& Νä3s9 zÏiΒ

ÇÚ ö‘ F{$# ( Ÿω uρ (#θßϑ£ϑ u‹ s? y]Š Î7y‚ ø9$# çµ÷ΖÏΒ tβθ à)Ï�Ψè? ΝçGó¡ s9 uρ ϵƒÉ‹Ï{$ t↔ Î/ Hω Î) β r& (#θ àÒ Ïϑøó è?

ϵ‹Ïù 4 (# þθßϑ n=ôã $#uρ ¨βr& ©!$# ;Í_xî Ïϑ ym

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, nafkahkan lah (dijalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang kami keluarkan dari bumi untuk kamu”. “Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu dinafkahkan dari padanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan kamu akan memicingkan mata padanya, dan ketahuilah bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji .” 3

3 Soenarjo, Al Qur’an dan terjemahnya. (Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir

Al Qur’an.1971) QS. Al- Baqarah; 267 hal: 67

Page 16: 03210094

16

16

Dalam Surat Ali-Imran Ayat 92 juga disebutkan,

s9 (#θ ä9$oΨ s? §�É9ø9 $# 4 ®Lym (#θ à) Ï�Ζè? $£ϑÏΒ šχθ™6 ÏtéB 4 $ tΒuρ (#θ à)Ï�Ζè? ÏΒ &óx« ¨β Î* sù ©!$# ϵÎ/

ÒΟŠ Î= tæ

Artinya: “Kamu sekali-kali tidak sampai pada kebaikan (yang sempurna) sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya”.4

Banyaknya koreksi terhadap cara-cara klasik yang diwariskan dalam

memanajemen dan mengembangkan harta wakaf, serta dengan banyaknya

perkembangan ilmu dan peradaban, telah mendorong sebagian pihak pemerintah

dan masyarakat yang memperhatikan problematika wakaf untuk meninjau ulang

cara-cara manajemen harta wakaf.

Sesuai dengan UU terbaru yakni UU No.41 Tahun 2004 Praktek

pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf sebagai pranata keagamaan

yang memiliki potensi dan manfaat ekonomi perlu dikelola secara efektif dan

efisisen untuk kepentingan ibadah dan untuk memajukan kesejahteraan umum,

oleh sebab itu diperlukan kerja keras dari semua pihak, pihak yang paling

berwenang dalam hal ini adalah dari pihak KUA sebagai abdi masyarakat.

Dalam upaya pelaksanaan praktek pengelolaan dan pengembangan yang

sesuai tuntutan Syari’ah, biasanya yang menjadi hambatan utama adalah Dalam

hal Manajemen wakaf apabila tidak diperhatikan akan berimbas pada

penyalahgunaan dan penyelewengan dalam perwakafan, hal inilah yang menjadi

4 Soenarjo, Al Qur’an dan terjemahnya. (Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir

Al Qur’an.1971) QS. Ali Imran; 92 hal: 91

Page 17: 03210094

17

17

salah satu hambatan yang perlu perhatian ekstra dari semua pihak terutama

masyarkat Islam

Pengelolaan dan pengembangan tanah wakaf di Masjid An-Nikmah yang

berada di Kabupaten Kediri sudah mulai sadar akan pentingnya peran tanah wakaf

yang dimiliki untuk dikembangkan menjadi wakaf yang lebih produktif, hal ini

dapat dilihat dengan adanya tindakan yang dilakukan masyarakat atau warga

sekitar masjid yang berinisiatif untuk mengembangkan aset wakafnya, yaitu

ditandai dengan berdirinya sekolah-sekolah diantaranya TPA, MI, dan beberapa

sarana keagamaan. Pembangunan masjid, sekolah, dan beberapa sarana

keagamaan yang dilakukan warga masjid An-Nikmah cukup pesat, mengingat

pelaksanaannya jauh hari sebelum adanya perundang-undangan yang mengatur

tentang wakaf pada UU No. 41 Tahun 2004.

Wakaf berupa Masjid sebenarnya memainkan peranan penting dalam

membangun semangat kebersamaan, memelihara identitas umat, membantu

masyarakat kurang beruntung dan meningkatkan SDM dengan mendirikan

sekolah-sekolah, rumah sakit, dan lain-lain. Peranan wakaf dalam perkembangan

Islam di Indonesia sebenarnya cukup pesat, karena kebiasaan berwakaf sudah

melembaga sedemikian rupa dikalangan umat Islam Indonesia, walaupun hasilnya

belum maksimal seperti yang diharapkan. Artinya, jumlah harta wakaf khususnya

wakaf tanah belum begitu berpengaruh secara signifikan di masyarakat, kenyataan

ini memerlukan penanganan profesional untuk mengembangkan potensi wakaf

sebagai penunjang dakwah islamiyah.

Page 18: 03210094

18

18

Dalam pembukaan UU No.41 Tahun 2004 tentang wakaf telah disebutkan

“Bahwa lembaga wakaf sebagai pranata sosial Keagamaan yang memiliki potensi

dan manfaat ekonomi sehingga perlu untuk dikelola secara efektif dan efisien

untuk kepentingan ibadah dan untuk memajukan kesejahteraan umum.” Dalam

pelaksanaannya di tuntut dari pihak yang berwenang dalam mengelola dan

mengembangkan wakaf agar selalu mengkaitkan dengan penentuan kepentingan

kolektif “umum” dan harus sesuai dengan azas-azas yang telah terbangun sejak

awal disyariatkannya wakaf; yaitu azas keabadian manfaat, bertanggung jawab,

profesionalitas manajemen keadilan sosial dan azas kepastian hukum beresensi

ibadat. Berhubungan dengan tujuan dan lembaga hak atas tanah wakaf.

Pengelolaan dan Pendayagunaan tanah wakaf menjadi penting jika keberadaannya

mampu memenuhi layanan bernilai spiritual dan materiil secara optimal sesuai

dengan tujuan dan fungsi wakaf yang telah tercantum dalam UU No. 41 Tahun

2004 dan sesuai dengan apa yang sudah disyari’atkan dalam Agama.

B. Batasan Masalah

Setelah mengungkapkan latar belakang permasalahan yang akan diteliti,

yaitu mengenai pengelolaan dan pengembangan yang terjadi di Desa Toyoresmi

Kec. Gampengrejo Kab. Kediri, maka perlu adanya ruang lingkup pembahasan

sebagai batasan atas suatu permasalahan yang diteliti. Pelaksanaan pengelolaan

dan pengembangan tanah wakaf Masjid di Desa Toyoresmi tidak terdapat problem

yang serius dan sesuai dengan fungsi dan tujuan wakaf sebagaimana tercantum

dalam UU perwakafan seperti yang diharapkan, mayoritas masyarakat di Desa

Page 19: 03210094

19

19

Toyoresm memberi kepercayaan penuh pada pengurus atau nazhir yang

berwenang, sehingga yang dilakukan pengurus wakaf tidak banyak terdapat

permasalahan , akan tetapi dibalik itu semua masih terdapat hal-hal yang perlu

diluruskan dan diperjelas lagi dalam pengelolaan harta wakaf agar tidak terjadi

permasalahan dikemudian hari.

Dalam penelitian kali ini penulis mencoba menguraikan dan menganalisis

permasalahan diantaranya mengenai sistem kepengurusan yang berkaitan dengan

pengurus Masjid dan pengurus harta wakaf, disini masih terdapat kerancuan

dalam hal wewenang kepengurusan yakni ketimpangan kewenangan antara

pengelola masjid dan kepengurusan nazhir, pertama kepengurusan tentang

pembagian harta wakaf dan harta masjid, harta hasil pengelolaan tanah wakaf

untyuk kesejahteraan masjid yang seharusnya menjadi tanggung jawab seorang

nazhir di pegang oleh bendahara masjid, bahkan jumlah hasil pengolahan harta

tanah wakaf lading yang dikelola tidak diketahui bendahara nazhir, hal ini

seharusnya menjadi kewenangan dan tanggung jawab nazhir.

Kemudian dalam hal perlengkapan dan perluasan tanah wakaf Masjid yang

pendanaannya masih terjadi percampuran antara uang kas Masjid dengan Harta

wakaf untuk kesejahteraan masjid. Uang infak, urunan warga, dan hasil dari harta

wakaf ladang yang terkumpul langsung masuk menjadi uang kas masjid tanpa

adanya pembagian. Akan tetapi disisi lain pengambangan yang terjadi dengan

berdirinya TPA dan MI sudah cukup bagus dan pendanaannya diambil dari uang

masjid dan uang warga. Kemudian dalam penggunaan dana yang masuk ke kas

masjid tidak hanya digunakan untuk kesejahteraan masjid akan tetapi terdapat

Page 20: 03210094

20

20

program selain masjid yakni madrasah yang juga menggunakan dana dari kas

masjid, kemudian bisyaroh ustadz dan lain-lain, hal ini masih terjadi perbedaan

pendapat diantara para pengurus masjid dan pengurus nazhir yang seharusnya

memiliki kewenangan, tugas dan tanggung jawab sendiri-sendir.

C. Rumusan Masalah

Setelah mengetahui latar belakang kami dapat merumuskan beberapa

masalah yang dapat dijadikan pembahasan dalam skripsi ini, antara lain:

1. Apa yang melatar belakangi munculnya upaya Nazhir dalam mengelolaan dan

mengembangan harta Tanah Wakaf Masjid di Desa Toyoresmi Kec.

Gampengrejo Kab. Kediri ?

2. Bagaimana upaya yang dilakukan Nazhir dalam mengelola dan

mengembangkan harta Tanah Wakaf ?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian skripsi ini sesuai dengan rumusan masalah diatas yaitu

untuk mengetahui apa saja yang melatar belakangi munculnya upaya Nazhir

dalam mengelolaan dan mengembangan Aset Tanah Wakaf Masjid serta upaya

Nazhir dalam mengelola dan mengembangkan harta Tanah Wakaf Masjid di Desa

Toyoresmi Kec. Gampengrejo Kab. Kediri.

Page 21: 03210094

21

21

E. Kegunaan Penelitian

Kegunaan daripada penelitian ini diharapkan mahasiswa mampu

mengetahui dan mengamalkan ilmu pengetahuan yang sudah diketahui khususnya

dari hasil penelitian ini, dan juga dapat dijadikan sebagai referensi bagi pihak

yang berkecimpung dibidang perwakafan baik dari dari segi praktek pengelolaan

tanah wakaf maupun segi Ilmu pengetahuan.

Dan juga diharapkan kepada mahasiswa selanjutnya agar dapat

mengembangkan dan melakukan penelititian lebih lanjut terutama dalam bidang

perwakafan dimasa yang akan datang baik dari segi praktek maupun teori sebagai

sumbangan pengembangan Ilmu pengetahuan.

F. Sistematika Pembahasan

Pembahasan dalam skripsi ini mengemukakan tentang problematika wakaf

yang terjadi di masyarakat terutama yang terjadi pada masyarakat Islam modern.

Dalam sistematika pembahasan skripsi ini kami uraikan beberapa BAB

yang dimana dari BAB-BAB tersebut saling berhubungan dan tersusun secara

sistematis sebagai berikut :

BAB I Pendahuluan dalam bab ini peneliti mendeskripsikan secara umum

keseluruhan isi skripsi ini mulai dari pendahuluan hingga penutup yang

terdiri dari beberapa Sub Bab, yaitu Latar Belakang permasalahan, Batasan

Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, dan

Sistematika Pembahasan.

Page 22: 03210094

22

22

BAB II Kajian Teori dalam BAB ini mengemukakan kajian terhadap

beberapa hasil penelitian terdahulu atau buku yang terbit sebelumnya,

diantaranya berisi tentang penelitian terdahulu, Sejarah perkembangan

wakaf, dan Deskripsi wakaf yang dibagi menjadi lima bagian yaitu Dasar

hukum wakaf, Fungsi dan tujuan wakaf, Rukun dan syarat perwakafan,

Macam-macam perwakafan dan Penegertian wakaf produktif

BAB III Metode Penelitian dalam BAB ini menguraikan tentang objek

penelitian, karena jenis penelitian ini adalah sosiologis maka metode

penelitian menjelaskan tentang metode penelitian yang digunakan penulis

dalam penelitian ini, yang terdiri dari pendekatan dan jenis penelitian,

kemudian Objek penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, teknik

pengolahan dan analisis data.

BAB IV Pembahasan dalam BAB ini memaparkan subtansi kajian dalam

karya ilmiyah yang merupakan hasil analisis dan interprestasi data dengan

menggunakan metode dan teori yang ditentukan. bab ini berisi tentang

gambaran lokasi, kemudian menguraikan hasil penelitian, dan dilanjutkan

dengan menganalisis data hasil dari penelitian di Masjid An-Nikmah Desa

Toyoresmi Kec. Gampengrejo Kab. Kediri dengan menggunakan beberapa

literatur yang kami dapat, sesuai dengan apa yang menjadi rumusan

masalah dalam penelitian ini.

BAB V Penutup dalam Bab ini merupakan bagian akhir dari tubuh karya

ilmiyah yang diletakkan di bagian akhir, yang menyajikan kesimpulan

secara umum, serta saran yang merupakan anjuran untuk pembaca melalui

Page 23: 03210094

23

23

hasil analisis kritis penulis terhadap hasil kajiannya sendiri sehingga dapat

menemukan kelemahan dan kekurangannya, jadi bab ini merupakan hasil

dari proses pencocokan antara teori dengan masalah yang diteliti dalam

sebuah kesimpulan, kemudian dilanjutkan dengan saran.

Kemudian dilanjutkan dengan

Daftar Pustaka dan

Lampiran-lampiran

Page 24: 03210094

24

24

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Mengenai Penelitian terdahulu kami mengambil beberapa Sampel dalam

abstrak Skripsi yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan penulis,yaitu

tentang pengelolaan tanah wakaf yang bersifat produktif diantaranya:

Dwi Bagus, 2005, “Wakaf Produktif dan Pemberdayaan Ekonomi Umat

(Praktek Perwakafan di Kebon Apel di Desa Andonosari Kec. Tutur Kab.

Pasuruan).” dalam skripsi ini disebutkan bahwa aktifitas dan praktek perwakafan

di kebon apel di Desa Andonosari Kec. Tutur Kab. Pasuruan serta peran wakaf

dalam rangka pemberdayaan ekonomi umat di gunakan untuk pengembangan fisik

Masjid, dan dalam upaya peningkatan kualitas SDM telah dibangun lembaga

pendidikan diantaranya TK, MI, MTS dan Koprasi.

Page 25: 03210094

25

25

Dania Nailul, 2006, Pemahaman Wakaf Produktif Bagi Pengelola Aset

Wakaf (Kasus Di Pondok Pesantren An-Nur Ii Bulu Lawang Kabupaten Malang).

Hasil dari penelitian ini adalah secara umum tingkat pengetahuan pengelola

tentang wakaf produktif cukup tinggi yaitu dengan adanya pengembangan di

bidang lain diantaranya dengan berdirinya, toko, SPBU, dan tempat usaha lain.

Aminullah, 2007, “Pengelolaan Tanah wakaf (Studi Problematika Tanah

Wakaf Masjid Agung Baitul Qadim Kel. Loloan Timur Kec. Negara Kab.

Jembrana Bali).” dalam skripsi ini Aminullah meneliti tentang keadaan tanah

wakaf di Masjid Agung Baitul Qadim yang jumlahnya banyak, dan kebanyakan

wakaf sawah, kebun. Dan tanah wakaf yang dikelola Nazhir adalah tanah yang

sudah bersertifikat. dalam skripsi ini juga dijelaskan peruntukan atau tujuan

Wakaf, bahwa karena wakaf sudah sejak lama keberadaannya, oleh karena itu

sulit diketahui tujuan atau peruntukan benda wakaf dan wakifnya pun belum jelas.

Selanjutnya faktor tidak dikelolanya tanah wakaf disebabkan karena sosialisasi

dari Pemerintah, KUA, serta lokasi tanah yang tidak strategis juga karena SDM

SiPengelola juga kurang memadai.

Efi Yuhanafisah, 2007. Implementasi UU No. 41 Tahun 2004 Tentang

wakaf (Studi di KUA Kec. Lowokwaru Kota Malang). Dalam skripsi ini

membahas tentang efektifitas UU No. 41 Tahun 2004 Tentang wakaf disini

sumber data dari sipeneliti hanya terbatas pada informasi dari KUA, dan dalam

hal ini KUA sendiri data administrasinya kurang lengkap, serta dapat diketahui

bahwa hasil dari efektifitas UU ini belum efektif karena data yang terdapat di

KUA kurang lengkap.

Page 26: 03210094

26

26

Dari hasil beberapa penelitian terdahulu terdapat beberapa persamaan yang

melandasi penulis dengan penulis sebelumnya yaitu sama-sama meneliti tentang

praktek pengelolaan wakaf terutama yang berkaitan dengan wakaf yang bersifat

produktif. Akan tetapi terdapat suatu hal yang membedakan antara penulis dengan

penulis sebelumnya, disini penulis ingin menguraikan dan mengungkapkan apa

yang menjadi wewenang dan tugas sebagai seorang Nazhir serta problem kegiatan

pengelolaan dan pengembangannya harta wakaf yang terjadi di masyarakat

tepatnya tanah wakaf di Masjid An Nikmah Desa Toyoresmi Kec. Gampengrejo

Kab. Kediri, kemudian sedikit dikaitkan dengan kajian dalam perspektif Fiqih

berangkat dari sini penulis mencoba menguraikan dengan beberapa argumen para

Fuqoha’

B. Sejarah Perkembangan Wakaf

Berdasarkan maknanya yang umum dan prakteknya, wakaf adalah

memberikan harta atau pokok benda yang produktif terlepas dari campur tangan

pribadi, menyalurkan hasil dan manfaatnya secara khusus sesuai dengan tujuan

wakaf, baik untuk kepentingan perorangan, masyarakat, agama atau umum.5

Praktek perwakafan khususnya tanah milik dikalangan umat Islam sudah

berjalan sebelm pemerintahan kolonial belanda di Indonesia. Hasil penelitian yang

dilakukan Dr. H. Rahmat Djatnika di Jawa Timur membuktikan bahwa praktik

perwakafan yang berdasarkan agama Islam sudah ada sejak abad ke-15.

5 Qahaf, Mundzir. Manajemen Wakaf Produktif. (Jakarta: Khalifa. 2005) Hal: 3

Page 27: 03210094

27

27

Sejarah perkembangan wakaf di Indonesia sendiri sebenarnya bersamaan

dengan datangnya Islam pertama kali di Indonesia, akan tetapi peraturan tentang

wakaf sendiri pertama kali baru dimulai sejak awal abad ke-20 yang dilakukan

pihak pemerintah kolonial Belanda pada tanggal 31 Januari 1905 dengan

mengeluarkan Surat Edaran Sekretaris Goverment no. 435 yang termuat dalam

bijblad No. 6195/1905 tentang Toezichat op den bouw van Mohammedaansche

Bedehuizen. Yang berlaku diseluruh Jawa-Madura kecuali Surakarta-

Yogyakarta.6

Surat edaran masih belum berlaku eektif, tetapi masih dipertahankan

selama 25 tahun. Kemudian pemerintah menyadari ketidak efektifan dengan

mengeluarkan surat edaran baru, pada tanggal 4 Januari 1931 pemerintah

mengeluarkan edaran dari sekretaris

Setelah Indonesia merdeka yang diiringi dengan pembentukan Departemen

Agama (Jawatan Urusan Agama) tanggal 3 Januari 1946 maka wakaf menjadi

wewenang Depag berdasarkan atas PP No. 33/1949 Jo. PP No. 8/1950. Kemudian

berdasarkan Surat Edaran (Jawatan Urusan Agama) No. 5/D/1956 urusan

perwakafan diserahkan kepada Kantor Urusan Agama (KUA). 7

Dalam edaran ini KUA dianjurkan membantu orang-orang yang akan

mewakafkan hartanya lengkap dengan prosedurnya, yaitu:

1. Setiap orang yang akan mewakafkan hartanya supaya membuat pernyataan wakaf dengan saksi yang cukup untuk diberitahukan kepada kantor Depag.

6 Abdul Ghofur Anshori. Hukum Dan Praktek Perwakafan Di Indonesia. Pilar Media. Yogyakarta.

2005. Hal: 40 7 Abdul Ghofur Anshori. Ibid., Hal: 43

Page 28: 03210094

28

28

2. Dalam mewakafkan hartanya supaya ada pernyataan bagi Nazhir yang diserahi mengawasi wakaf tersebut untuk diberitahukan kepada KUA.

3. KUA member tahukan kehendak orang yang berwakaf kepada bupati setempat untuk disahkan.

4. Jika sudah disahkan bupati, baru dilakukan peresmian wakaf yang disaksikan KUA, Pamongpraja, wakif, nazhir dan saksi-saksi.

5. Kamudian ada pemberitahuan pendaftaran banda/tanah wakaf kepada yang bersangkutan, diantaranya kepada pamongpraja dan kantor pendaftaran.

Kemudian muncul peraturan Wakaf yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 28

Tahun 1977 Tentang Perwakafan Tanah Milik, dalam PP ini semua peraturan

produk Belanda beserta ketentuan pelaksanaannya yang bertentangan dengan

ketentuan dalam PP No.28/1977 secara otomatis dinyatakan tidak berlaku lagi.

Tetapi PP. No. 28/1977 hanya mengatur tentang perwakafan tanah dan tidak

mengatur perwakafan selain tanah.8

Seiring dengan diluaskannya kompetensi Pengadilan Agama, maka urusan

perwakafan juga diatur dalam Inpres No. 1/1991 tentang Kompilasi Hukum Islam

tertanggal 22 juli 1991. Untuk melaksanakan Inpres ini Menteri Agama telah

mengeluarkan keputusan MA No. 154/1991 tertanggal 22 juli 1991 yang

berisikan “semua instansi Departemen Agama dan instansi pemerintah lainnya

yang terkait supaya menyebarluaskan Kompilasi Hukum Islam”. Lahirnya

Kompilasi Hukum Islam ini erat kaitannya dengan disahkannya UU No. 7/1989

tentang Peradilan Agama yang memberikan kompetensi lebih luas kepada

Pengadilan Agama dan menjadikan kedudukannya sama dengan Pengadailan 8 Abdul Ghofur Anshori. Hukum Dan Praktek Perwakafan Di Indonesia. Pilar Media. Yogyakarta.

2005. Hal: 50

Page 29: 03210094

29

29

Negeri. Kompetensi yang sebelumnya hanya dibidang perkawinan kemudian

diperluas dibidang kewarisan, wakaf, wasiat, dan hibah. 9

Kemudian pada tanggal 27 Oktober 2004, pemerintah mengeluarkan

sebuah peraturan baru yaitu Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang

wakaf. Undang-undang ini merupakan UU pertama yang mengatur secara khusus

mengatur wakaf. Dengan berlakunya UU ini, semua peraturan mengenai

perwakafan masih berlaku sepanjang tidak bertentangan dan/atau belum diganti

dengan peraturan yang baru berdasarkan UU No.41 Tahun 2004.10

Secara umum UU No.41 Tahun 2004 banyak hal baru dari peraturan

sebelumnya, diantaranya: UU ini membagi benda wakaf menjadi benda tidak

bergerak dan benda bergerak. Benda tidak bergerak contohnya hak atas tanah,

bangunan atau bagian bangunan, tanaman dan benda lain yang berkaitan dengan

tanah, serta hak milik atas rumah susun. Sedangkan benda bergerak contohnya

adalah uang, logam mulia, surat berharga, kendaraan, hak atas kekayaan

intelektual dan hak sewa. Khusus untuk benda bergerak berupa uang, UU No.41

Tahun 2004 mengaturnya dalam 4 pasal yaitu pasal 28 sampai pasal 31. Hal ini

sejalan dengan fatwa Majlis Ulama’ Indonesia pada Tahun 2002 yang isinya

membolehkan wakaf uang.11

Hal lain yang ada dalam UU No.41 Tahun 2004 adalah adanya jangka

waktu wakaf sesuai dengan kepentingan, artinya wakaf dapat kembali pada

pemiliknya sesuai dengan waktu yang ditentukan, kemudian adanya BWI (Badan

9 Abdul Ghofur Anshori. Hukum Dan Praktek Perwakafan Di Indonesia. Pilar Media. Yogyakarta.

2005. Hal: 51 10 Abdul Ghofur Anshori. Ibid., Hal: 52 11 Abdul Ghofur Anshori. Ibid., Hal: 53

Page 30: 03210094

30

30

Wakaf Indonesia) sebagai sebuah lembaga independen yang dibentuk pemerintah

untuk memajukan dan mengembangkan perwakafan Nasional, dan juga mengenai

penyelesaian sengketa yang dapat diselesaikan dengan musyawarah mufakat

maupun bantuan pihak ketiga melalui mediasi, arbitrase dan jalan terakhir melalui

pengadilan.

C. Deskripsi Wakaf

Pengertian wakaf telah berkembang dikalangan sebagian masyarakat

berbagai definisi, bentuk, jenis benda wakaf juga berkembang mengikuti

perkembangan zaman, yang otomatis mempengaruhi peraturan Perundang-

undangan yang mengatur tentang perwakafan, begitu pula dengan fiqih yang

berkaitan dengan dengan perwakafan yang otomatis juga harus dapat

mempertegas dan memperjelas apa dan bagaimana fiqih wakaf yang sebenarnya

dalam Islam. Berikut beberapa pendapat tentang pengertian wakaf dalam

beberapa perspektif diantaranya:

Perspektif Fiqh

Wakaf ditinjau dari segi Bahasa berasal dari kata dengan makna " وقـف "

aslinya berhenti, diam ditempat, atau menahan.

Manurut arti bahasanya, waqafa berarti menahan atau mencegah, misalnya وقففت

”.saya menahan diri dari berjalan “ عن الشري

Page 31: 03210094

31

31

Dalam peristilahan syara’, wakaf adalah sejenis pemberian yang pelaksanaannya

dilakukan dengan jalan menahan (pemilikan) asal ( حمبيش االصـل), lalu menjadikan

manfaatnya berlaku umum. Yang dimaksud dengan حمبـيش االصـل ialah menahan

barang yang diwakafkan agar tidak diwariskan, digunakan dalam bentuk dijual,

dihibahkan, digadaikan, disewakan, dipinjamkan, dan sejenisnya. Sedangkan

pemanfaatannya adalah dengan menggunakannya sesuai dengan kehendak

pemberi wakaf tanpa imbalan. 12

Dapat juga diartikan memindahkan hak kepemilikan suatu benda abadi

tertentu dari seseorang kepada orang lain (individu) atau organisasi Islam, untuk

diambil manfaatnya dalam rangka ibadah untuk mencari Ridho Allah SWT.

Pengertian wakaf yang sangat luas dan beragam memunculkan berbagai

pengertian wakaf, para ulama’ pun berbeda pendapat dalam mengartikan wakaf

secara terminologi sesuai dengan mazhab yang dianut, di lihat dari kacamata para

Ulama Empat Mazhab;

Imam Hanafi berpendapat, pengertian wakaf adalah menahan benda yang

tetap menjadi milik wakif untuk disedekahkan demi kebaikan artinya kepemilikan

masih ditangan wakif. Dalam hal ini wakif berhak menarik kembali atau

menjualnya dan dapat diwariskan artinya hampir sama dengan peminjaman.

Dalam hal ini beliau juga berpendapat tentang wakaf bagi orang murtad, yaitu jika

orang murtad tersebut wakaf ketika ia masih murtad, maka ditangguhkan, jika ia

12 Mughniyah,Muhammad Jawad. Fikih Lima Mazhab.(Jakarta: Penerbit Lentera.2001) hal: 635

Page 32: 03210094

32

32

kembali Islam, maka wakafnya sah dan jika tetap murtad, maka wakafnya batal.

Jika ia wakaf kemudian ia murtad maka wakafnya batal.13

Sedangkan menurut Imam Maliki mengartikan wakaf yaitu pemilik

menjadikan manfaat benda yang dimiliki, sekalipun dengan menyewa, atau

pemilik menjadikan penghasilannya (seperti dirham), kepada orang yang berhak

dengan bentuk penyerahan dalam kurun waktu tertentu yang ditetapkan oleh

wakif, sedangkan akibat hukum benda wakafnya pemilik masih ditangan wakif,

yang diwakafkan hanya bendanya, dan benda wakaf nya bisa ditentukan jangka

waktunya.14

Imam Syafi’i berpendapat pengertian wakaf adalah melepaskan hak

pengelolaan benda yang wujud yang biasa dimanfaatkan, dengan tetapnya benda

tersebut, wakif dan lainnya dengan syarat pengelolaan yang mubah, dengan tujuan

kebaikan. Akibat hukum kepemilikan benda wakaf yang ditimbulkan menjadi

milik Allah, dan sifat daripada wakaf itu sendiri adalah permanen dan tidak bisa

ditarik kembali atau dikurangi sedikitpun serta tidak bisa dihibahkan, dijual, dan

diwariskan.15

Menurut Imam Hambali wakaf diartikan, malepaskan hak pengelolaan

benda yang wujud yang bisa dimanfaatkan, dengan tetapnya benda tersebut, wakif

dan lainnya, dengan syarat pengelolaan yang mubah, dengan tujuan kebaikan.

Wakaf menurut beliau bersifat permanent dan tidak bisa ditarik kembali atau

13 Hand Book H. Isroqunnajah M.Ag 14 Hand Book H. Isroqunnajah M.Ag 15 Hand Book H. Isroqunnajah M.Ag

Page 33: 03210094

33

33

dikurangi sedikitpun, sedangkan hak kepemilikan dan pengelolaan lepas dari

wakif tidak biasa dihibahkan, dijual dan diwariskan.16

Dari pengertian wakaf para Ulama’ Mazhab menunjukkan permasalahan

wakaf yang dihadapi dalam lingkungannya dan juga kapasitas keilmuwan yang

dimiliki menjadi latar belakang para Ulama’ dalam mengartikan wakaf menjadi

beragam.

Perspektif Perundang-Undangan

Dalam KHI wakaf diartikan yaitu “Perbuatan hukum seorang atau

kelompok orang atau badan hukum yang memisahkan sebagian dari benda

miliknya dan melambangkannya untuk selama-lamanya guna kepentingan Ibadat

atau keperluan umum lainnya sesuai dengan ajaran Islam.”17

Sedangkan dalam UU No.41 Tahun 2004 hampir sama dengan yang

terdapat dalam KHI yaitu wakaf adalah “Perbuatan hukum wakif untuk

memisahkan dan/atau menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk

dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan

kepentingannya guna keperluan Ibadah dan/atau kesejahteraan umum menurut

Syari’ah.” 18

Dengan demikian dari berbagai pengertian wakaf diatas dapat di ambil

kesimpulan bahwa wakaf adalah memindahkan hak kepemilikan suatu benda

tertentu dari seseorang kepada organisasi Islam atau orang lain untuk diambil

manfaatnya dalam rangka ibadah untuk mencari ridha Allah SWT.

16 Hand Book H. Isroqunnajah M.Ag 17 Depag RI.Kompilasi Hukum Islam Di Indonesia.(Jakarta: 2000) Hal: 99 18 Undang-Undang RI No.41 Tahun 2004 Tentang Wakaf

Page 34: 03210094

34

34

1. Dasar Hukum Perwakafan

Al-Qur’an sebagai sumber hokum Islam yang utama memberi petunjuk

secara umum tentang amalan wakaf, dasar hukum yang disyariatkan tentang

wakaf dapat kita ketahui dari ayat-ayat dalam Al-Qur’an dan beberapa hadist Nabi

Muhammad SAW

Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 261 yang berbunyi :

ã≅ sWΒ t Ï%©!$# tβθ à)Ï�Ζ ãƒ óΟßγ s9≡ uθ øΒr& ’ Îû È≅‹Î6y™ «! $# È≅ sVyϑx. >π¬6ym ôM tF u;/Ρr& yì ö7y™ Ÿ≅Î/$ uΖy™ ’ Îû Èe≅ä. 7' s# ç7/Ψ ß™ èπ s'($ ÏiΒ 7π¬6 ym 3 ª! $#uρ ß# Ïè≈ŸÒムyϑÏ9 â!$ t± o„ 3 ª!$#uρ ìì Å™≡ uρ íΟŠÎ=tæ ∩⊄∉⊇∪

Artinya: “Perumpamaan orang-orang yang menafkahkan harta dijalan Allah, adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan seratus biji. Allah melipat gandakan bagi siapa saja yang dia kehendaki. Dan Allah Maha luas lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah : 261). 19

Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 267 yang berbunyi :

$ y㕃 r'‾≈tƒ tÏ% ©!$# (# þθãΖ tΒ#u (#θ à)Ï�Ρr& ÏΒ ÏM≈t6 ÍhŠsÛ $ tΒ óΟçFö;|¡ Ÿ2 !$£ϑ ÏΒuρ $oΨ ô_t�÷zr& Νä3s9 zÏiΒ

ÇÚ ö‘ F{$# ( Ÿω uρ (#θßϑ£ϑ u‹ s? y]Š Î7y‚ ø9$# çµ÷ΖÏΒ tβθ à)Ï�Ψè? ΝçGó¡ s9 uρ ϵƒÉ‹Ï{$ t↔ Î/ Hω Î) β r& (#θ àÒ Ïϑøó è?

ϵ‹Ïù 4 (# þθßϑ n=ôã $#uρ ¨βr& ©!$# ;Í_xî Ïϑ ym

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (dijalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang kami keluarkan dari bumi

19 Soenarjo. Al Qur’an dan Terjemahnya. (Jakarta: yayasan penyelenggara penterjemah/pentafsir

Al Qur’an. 1971) hal: 65

Page 35: 03210094

35

35

untuk kamu”. “Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu dinafkahkan dari padanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan kamu akan memicingkan mata padanya, dan ketahuilah bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”.20

Al-Qur’an Surat Ali Imran : 92 yang berbunyi:

s9 (#θ ä9$oΨ s? §�É9ø9 $# 4 ®Lym (#θ à) Ï�Ζè? $£ϑÏΒ šχθ™6 ÏtéB 4 $ tΒuρ (#θ à)Ï�Ζè? ÏΒ &óx« ¨β Î* sù ©!$# ϵÎ/

ÒΟŠ Î= tæ

Artinya “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebaikan (yang sempurna) sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah mengetahui.” (QS: Ali Imran : 92). 21

Dalam Hadist juga disebutkan yang bunyinya:

ابن ادم انقطع عمله اذامات: عن ايب هريرة ان رسول اهللا صلى اهللا عليه وسلم قال

)رواه مسلم(او علم ينتفع به او ولد صا حل يدعو له , صدقة جارية, اال من شالث

Artinya: “Dari Abu Hurairah RA., Sesungguhnya Rasulullah SAW Bersabda: “Apabila anak Adam meninggal dunia, maka putuslah amalnya, kecuali tiga perkara: Shadaqah jariyah, Ilmu yang bermanfaat dan

20 Soenarjo. Ibid., hal: 67 21 Soenarjo. Al Qur’an dan Terjemahnya. (Jakarta: yayasan penyelenggara penterjemah/pentafsir

Al Qur’an. 1971) hal: 91

Page 36: 03210094

36

36

anak sholeh yang mau mendoakan orang tuanya.” (HR. Muslim).22

2. Rukun dan Syarat Wakaf

wakaf dilaksanakan dengan memenuhi unsur wakaf, dalam UU No.41

Tahun 2004 terbagi menjadi beberapa bagaian, rukun wakaf diantaranya:

Wakif yaitu pihak yang mewakafkan harta benda miliknya

Nazhir adalah pengelola banda yang diwakafkan.

Mauquf atau Harta benda wakaf adalah segala benda baik benda begerak maupun

benda tidak begerak yang memiliki daya tahan yang tidak hanya sekali

pakai dan bernilai menurut ajaran Islam.

Sighat atau Ikrar Wakaf yaitu peryataan kehendak wakif yang diucapkan secara

lisan dan/atau tulisan kepada Nazhir untuk mewakafkan harta benda miliknya.

Mauquf’alaih atau Peruntukan harta benda wakaf yaitu ada tempat kemana

diwakafkan harta itu atau tujuan daripada wakaf itu sendiri.

Jangka waktu wakaf adalah jangka waktu penggunaan manfaat harta benda wakaf

Sedangkan dalam rukun wakaf diatas terdapat beberapa syarat lagi yang

harus dipenuhi oleh wakif, mauquf, sighat, mauquf alaih, dan nazhir sesuai

dengan yang telah disyari’atkan dalam UU.

Adapun syarat-syarat wakaf diantaranya; 23

1. Wakaf harus dilakukan secara tunai, tanpa digantungkan kepada akan terjadinya sesuatu peistiwa dimasa yang akan datang, sebab pernyataan wakif dapat beakibat lepasnya hak milik seketika setelah wakif menyatakan berwakaf.

22 Depag RI, Panduan Pemberdayaan Tanah Wakaf Produktif Strategis Di Indonesia. (Jakarta.

2004) hal: 18 23 Abdul Ghofur Anshori. Hukum Dan Praktek Perwakafan Di Indonesia. Pilar Media. Yogyakarta. 2005. Hal:30-31

Page 37: 03210094

37

37

2. Tujuan wakaf harus jelas, maksudnya hendaklah wakaf itu

disebutkan dengan terang kepada siapa diwakafkan.

3. Wakaf merupakan hal yang harus dilaksanakan tanpa syarat boleh khiyar, artinya tidak boleh membatalkan atau melangsungkan wakaf yang telah dinyatakan sebab pernyataan wakaf berlaku tunai dan berlaku selamanya.

3. Fungsi dan Tujuan wakaf

Fungsi dan tujuan harta benda wakaf telah disebutkan dalam pembukaan

UU No.41 Tahun 2004 yaitu Bahwa lembaga wakaf sebagai pranata keagamaan

yang memiliki potensi dan manfaat ekonomi perlu dikelola secara efektif dan

efisien untuk kepentingan ibadah dan memajukan kesejahteraan umum.

Kemudian dalam BAB II Bagian Kedua tentang Tujuan dan Fungsi Wakaf

pasal 4 dan 5, telah disebutkan

Pasal 4, “ Wakaf bertujuan memanfaatkan harta benda wakaf sesuai dengan fungsinya.”

Pasal 5, “ Wakaf berfungsi mewujudkan potensi dan manfaat ekonomi

harta benda wakaf untuk kepentingan ibadah dan untuk mewujudkan kesejahteraan umum.”

Dari kedua pasal diatas sudah cukup jelas menggambarkan apa yang

menjadi tujuan dan fungsi wakaf.

4. Macam- Macam Perwakafan

Perkembangan wakaf yang sangat pesat dalam Islam serta

pemeliharaannya yang baik telah menjadikan aset wakaf berkembang. Hal ini

memunculkan berbagai bentuk macam dan pembentukan wakaf yang beragam.

Wakaf lihat dari segi mauquf

Page 38: 03210094

38

38

Wakaf lihat dari segi mauquf atau benda wakaf, dibagi menjadi dua

macam, yaitu benda wakaf tidak bergerak dan benda bergerak. 24

Benda tidak bergerak misalnya hak atas tanah, bangunan atau bagian

bangunan, tanaman dan benda lain yang berkaitan dengan tanah, serta hak milik

atas rumah susun.

Sedangkan benda bergerak adalah uang, logam mulia, surat berharga,

kendaraan, hak atas kekayaan intelektual dan hak sewa. Khusus untuk benda

bergerak berupa uang, UU No.41 Tahun 2004 mengaturnya dalam 4 pasal yaitu

pasal 28 sampai pasal 31. Hal ini sejalan dengan fatwa Majlis Ulama’ Indonesia

pada Tahun 2002 yang isinya membolehkan wakaf uang.

Wakaf dilihat dari mauquf alaih

Dilihat dari mauquf alaih atau tujuan kepentingannya wakaf dibagi

menjadi dua bagian, yaitu Wakaf Khairi dan Wakaf Ahli.

Wakaf Khairi ialah wakaf yang sejak semula ditujukan untuk kepentingan

umum, tidak dikhususkan untuk orang-orang tertentu.25

Definisi Wakaf Khairi berdasarkan hadis dari Umar Bin Khattab tentang

wakaf yang menerangkan bahwa wakaf Umar tersebut untuk kepentingan umum,

meskipun disebut juga tujuan untuj kerabatnya, agar keluarga besar umar dapat

menikmati hasil harta wakaf.

24 Abdul Ghofur Anshori. Hukum Dan Praktek Perwakafan Di Indonesia. Pilar Media.

Yogyakarta. 2005. Hal: 53 25 Abdul Ghofur Anshori. Hukum Dan Praktek Perwakafan Di Indonesia. Pilar Media.

Yogyakarta. 2005. Hal: 31

Page 39: 03210094

39

39

Wakaf Ahli atau bisa disebut sebagai wakaf keluarga ialah wakaf yang

ditujukan pada orang-orang tertentu seorang atau lebih, baik keluarga wakif atau

bukan.26

Contoh wakaf ahli yang sering dijumpai dimasyarakat, misalnya ada

seorang mewakafkan tanah, buku, masjid, dan lain-lain. Pada seorang kyai karena

kyai punya santri dan pondok pesantren maka Kyai bertanggung jawab atas wakaf

tersebut dan digunakan untuk kepentingan umum dalam mengelola Pondok

Pesantrennya.

Wakaf berdasarkan substansi ekonomi

Sedangkan berdasarkan substansi ekonomi atau manajemen wakaf, wakaf

bisa dibagi menjadi dua macam yaitu wakaf langsung dan wakaf produktif .27

Wakaf Langsung, yaitu wakaf untuk memberi pelayanan langsung kepada

orang-orang yang berhak, seperti wakaf masjid yang disediakan sebagai tempat

sholat, wakaf sekolah yang disediakan sebai tempat belajar, wakaf rumah sakit

dan lain-lain. Pelayanan langsung ini benar – benar dirasakan langsung

manfaatnya oleh masarakat dan menjadi modal tetap yang selalu bertambah dari

generasi ke generasi berikutnya

Wakaf Produktif, yaitu harta wakaf yang digunakan untuk kepentingan

produksi, baik dibidang pertanian, perindustrian, perdagangan dan jasa yang

manfaatnya bukan pada benda wakaf secara langsung, tetapi dari keuntungan

bersih hasil pengembangan wakaf yang diberikan kepada orang-orang yang

berhak sesuai dengan tujuan wakaf, disini wakaf produktif diolah untuk dapat

26 Abdul Ghofur Anshori. Ibid., Hal:31 27 Qahaf, Mundzir. Manajemen Wakaf Produktif. (Jakarta: Khalifa. 2005)Hal: 22-23

Page 40: 03210094

40

40

menghasilkan barang atau jasa kemudian dijual kemudian hasilnya dipergunakan

sesuai dengan tujuan wakaf

Jadi perbedaan antara wakaf langsung dan wakaf produktif terletak pada

pola manajemen dan cara pelestarian wakaf. Wakaf langsung membutuhkan

biaya untuk perawatan yang dananya diperoleh dari luar benda wakaf, sedangkan

wakaf produktif sebagian hasilnya diperrgunakan untuk merawat dan

melestarikan benda wakaf dan selebihnya untuk diberikan kepada orang-orang

yang berhak sesuai dengan tujuan wakaf.

Wakaf berdasarkan jangka waktunya

macam-macam wakaf berdasarkan jangka waktunya dibagi menjadi dua

macam.28

Wakaf Abadi, yaitu wakaf yang di ikrarkan selamanya dan tetap berlanjut

sepanjang zaman. Wakaf yang sebenarnya dalam Islam adalah wakaf abadi, yang

pahalanya berlipat ganda dan terus berjalan selama wakaf itu masih ada.

Keabadian wakaf biasanya berlangsung secara alami pada wakaf tanah.

Wakaf Sementara, yaitu wakaf yang sifatnya tidak abadi, baik dikarenakan

oleh bentuk barangnya maupun keinginan wakif sendiri.

Dari sekian banyak macam-macam bentuk wakaf menunjukkan

perkembangan wakaf akan terus berlanjut untuk dalam waktu yang akan datang.

5. Pengertian Wakaf Produktif

Wakaf yang berkembang saat ini masih sedikit sekali yang dikelola secara

produktif dalam bentuk suatu usaha yang hasilnya dapat dimanfaatkan begi pihak-

28 Qahaf, Mundzir. Manajemen Wakaf Produktif. (Jakarta: Khalifa. 2005)Hal: 24

Page 41: 03210094

41

41

pihak yang memerlukan terutama di Indonesia, yang masih banyak masyarakat

miskin.

Pemanfaatan tersebut dilihat dari segi social khususnya untuk kepentingan

keagamaan memang efektif, tetapi dampaknya kurang berpengaruh positif dalam

kehidupan ekonomi masyarakat, apabila peruntukan benda wakaf tidak diimbangi

dengan wakaf yang dapat dikelola secara produktif, maka wakaf sebagai salah

satu sarana untuk mewujudkan kesejahteraan social ekonomi masyarakat tidak

akan terealisasi secara optimal.

Maka dari itu pengertian tentang wakaf produktif harus dipahami oleh

semua pihak terutama yang menangani langsung perwakafan agar mau mengelola

harta wakaf yang memiliki manfaat ibadah dan ekonomis.

Dalam hal ini wakaf produktif diartikan sebagai harta wakaf yang

digunakan untuk kepentingan produksi, baik dibidang pertanian, perindustrian,

perdagangan dan jasa yang manfaatnya bukan pada benda wakaf secara langsung,

tetapi dari keuntungan bersih hasil pengembangan wakaf yang diberikan kepada

orang-orang yang berhak sesuai dengan tujuan wakaf, disini wakaf produktif

diolah untuk dapat menghasilkan barang atau jasa kemudian dijual dan hasilnya

dipergunakan sesuai dengan tujuan wakaf, seperti yang telah dijelaskan dalam

macam-macam bentuk wakaf.

Jadi ciri utama wakaf produktif terletak pada pola manajemen dan cara

pelestarian wakaf, wakaf produktif sebagian hasilnya dipergunakan untuk

merawat dan melestarikan benda wakaf dan selebihnya untuk diberikan kepada

orang-orang yang berhak sesuai dengan tujuan wakaf.

Page 42: 03210094

42

42

Wakaf produktif dapat dilihat dari tujuan dari kepengurusan wakaf itu

sendiri, kepengurusan yang memberikan pembinaan dan pelayanan terhadap

sejumlah harta yang ditujukan untuk merealisasikan perolehan manfaat yang

sebesar mungkin. Tujuan kepengurusan dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Meningkatkan kelayakan produksi harta wakaf hingga mencapai target ideal untuk memberi manfaat sebesar mungkin bagi tujuan wakaf.

2. Melindungi pokok-pokok harta wakaf dengan mengadakan pemeliharaan dan penjagaan yang baik dalam menginvestasikan harta wakaf dan mengurangi sekecil mungkin resiko investasi, sebab harta wakaf merupakan sumber dana abadi yang hasilnya disalurkan untuk berbagai tujuan kebaikan.

3. Melakukan tugas distribusi hasil wawkaf dengan baik kepada tujuan wakaf yang telah ditentukan, berdasarkan pernyataan wakif dalam akte wakaf.sebagaimana juga dituntut untuk mengikuti perubahan social dan ekonomi yang terus berlangsung, dan mempunyai kemampuan administrasi untuk mengambil keputusan yang layak, guna mengatasi setiap perubahan situasi dan kondisi

4. Berpegang teguh pada syarat-syarat wakif, baik itu berkenaan dengan jenis investasi dan tujuannya maupun dengan tujuan wakaf, pengenalan objeknya dan batasan tempatnya, atau bentuk kepengurusan dan seluk beluk cara nazhir bisa menduduki posisi tersebut.

5. Memberikan penjelasan kepada para dermawan dan mendorong mereka untuk melakukan wakaf baru, dan secara umum memberi penyuluhan dan menyarankan pembentukan wakaf baru baik secara lesan maupun dengan cara memberi keteladanan.29

Dari pengertian wakaf produktif diatas sudah sangat jelas bahwa wakaf

yang memiliki nilai keagamaan dan ekonomis sangat dibutuhkan sebagai

penunjang kehidupan bermasyarakat untuk mewujudkan kesejahteraan bersama,

terutama dalam kehidupan sekarang ini.

29 Qahaf, Mundzir. Manajemen Wakaf Produktif. (Jakarta: Khalifa. 2005)Hal: 321-322

Page 43: 03210094

43

43

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Dalam sebuah penelitian diperlukan sebuah pendekatan yang sifatnya

disesuaikan dengan permasalahan dan tujuan yang akan diteliti. Penelitian dalam

penulis lakukan adalah penelitian lapangan, yang memerlukan sebuah pendekatan

kualitatif.

Pendekatan kualitatif digunakan apabila data-data yang dibutuhkan berupa

sebaran-sebaran informasi yang tidak perlu dikuantifikasi.30

30 Buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiyah. (Malang: Fakultas Syari’ah, UIN. 2005) Hal:11

Page 44: 03210094

44

44

Artinya disini data-data hasil penelitian tidak memerlukan analisis

statistic, baik berupa data nominal, maupun interval.

Dengan mengetahui definisi penelitian kualitatif tersebut diatas dapat

diambil pengertian bahwa penelitian ini merupakan penelitian yang sifatnya

alamiah dan bertanggung jawab pada pengamatan yang ada dilapangan. Penelitian

ini bersifat deskriptif, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Tahun 1988

Jakarta Deskriptif adalah menggambarkan apa adanya. Artinya memaparkan atau

menggambarkan data-data yang diperoleh dengan kata-kata yang jelas dan terinci.

Penelitian sosial menggunakan format deskriptif bertujuan untuk

menggambarkan, meringkas berbagai kondisi, berbagai situasi atau berbagai

variabel yang timbul di masyarakat yang mejadi objek peneltian itu.31

B. Obyek Penelitian

Dalam melakukan sebuah penelitian, peneliti sudah seharusnya

memaparkan obyek penelitian, yang berkaitan dengan tempat, pelaku, dan

kegiatannya.

1. Tempat Penelitian

Tempat yang menjadi objek penelitian tentang pengelolaan dan

pengembangan tanah wakaf Masjid adalah bertempat di Desa Toyoresmi

Kec. Gampengrejo Kab. Kediri tepatnya di tanah wakaf Masjid An-Nikmah.

2. Pelaku

31 Bungin,Burhan Metodologi Penelitian Sosia. (Sidoarjo: Airlangga University Press. 2001) Hal:

48

Page 45: 03210094

45

45

Pelaku yang dimaksud disini adalah nazhir dan pengurus masjid sebagai

pihak yang berwenang dan juga semua yang berperan dalam pengelolaan dan

pengembangan harta tanah wakaf Masjid An-Nikmah, beserta masyarakat

sekitar yang membantu dan mendukung kegiatan tersebut.

3. Kegiatan

Yang dimaksud kegiatan adalah segala aktivitas yang berlaku di

masyarakat teutama yang berkaitan dengan pengelolaan dan pengembangan

tanah wakaf, baik dari segi manajemen maupun sosialnya.

C. Sumber Data

Yang dimaksud sumber data dalam penelitian ini menurut Arikunto

Suharsimi adalah Subjek dimana data dapat diperoleh.32

Sumber data adalah hal yang paling fital dalam sebuah penelitian,

kesalahan dalam memahami sumber data akan menyebabkan data yang diperoleh

akan meleset dari apa yang diharapkan. Dua sumber data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah:

1. Sumber Data Primer

Sumber Data Primer adalah Sumber pertama dimana sebuah data

dihasilkan.33

32 Arikunto,Suharsimi. Prosedur Penelitian. (Jakarta: Rineka Cipta. 2002) Hal: 107 33 Bungin,Burhan Metodologi Penelitian Sosial. (Sidoarjo: Airlangga University Press. 2001)

Hal:128

Page 46: 03210094

46

46

Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara dengan beberapa

informan diantaranya, Tokoh Agama, Nazhir, pengurus masjid dan pejabat Kantor

Urusan Agama (KUA).

2. Sumber Data Sekunder

Sumber Data Sekunder Adalah Sumber data kedua setelah sesudah

sumberdata primer.34

Data sekunder diperoleh dari beberapa dokumentasi, seperti buku-buku,

hasil penelitian terdahulu, dan dokumen-dokumen lain yang berhubungan dengan

pembahasan dalam penelitian ini.

D. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah bagian instrumen pengumpulan data

yang menentukan berhasil atau tidaknya suatu penelitain. Dalam penelitian

lapangan ini menggunakan beberapa metode pendekatan untuk mengumpulkan

data-data yang dibutuhkan , diantaranya:

1. Observasi, observsi bukanlah sekedar mencatat, tetapi juga mengadakan pertimbangan kemudian mengadakan penilaian kedalam suatu skala bertingkat.35 Pengamatan disini dilakukan secara langsung pada objek yang diobservasi, dalam arti pengamatan tidak menggunakan “media-media transparan.”36

34

Bungin,Burhan Metodologi Penelitian Sosial. (Sidoarjo: Airlangga University Press. 2001) Hal:128

35 Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian. (Jakarta: Rineka Cipta. 2006)Hal: 229 36 Bungin,Burhan. Op.Cit., Hal: 143

Page 47: 03210094

47

47

Observasi yang dilakukan penulis disini adalah termasuk observasi

langsung,artinya, Observasi diadakan ditempat yang di teliti secara

langsung melihat dan mengamati objek, yakni di Desa Toyoesmi Kec.

Gampengrejo Kab. Kediri dimasjid An-Nikmah.

2. Interview atau wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan responden atau orang yang diwawancarai dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara.37

Pihak yang di interview disisni adalah orang-orang yang berwenang dalam

pengelolaan dan pengembangan harta wakaf dan juga pihak-pihak yang

berhubungan dengan pengelolaan.

3. Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya.38

Data-data yang dimaksud adalah data berbentuk surat-surat, catatan harian,

kenang-kenangan, laporan dan sebaginya.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian yang berkaitan dengan

pengelolaan dan pengembangan tanah wakaf produktif di Desa Toyoresmi Kec.

Gampengrejo Kab. Kediri. Kemudian data yang kami peroleh dilakukan

pengecekan mengenai validitas data, kejelasan data, tujuannya agar data yang

diperoleh lengkap dan terjamin

E. Metode Pengolahan Dan Analisis Data

37 Bungin,Burhan Metodologi Penelitian Sosial. (Sidoarjo: Airlangga University Press. 2001) Hal:

133 38 Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian. (Jakarta: Rineka Cipta. 2006)Hal: 231

Page 48: 03210094

48

48

1. Metode Pengolahan Data

Setelah data- data terkumpul kemudian dilakukan pengolahan agar data

yang dikumpulkan dapat disajikan secara sistematis dan mudah dipahami, teknik

pengolahan data dapat diuraikan dengan bahasa peneliti diantaranya:

Editing Data, yaitu pemeriksaan kembali semua data yang diperoleh terutama dari

kelengkapannya, kejelasan makna, kesesuaian serta relevansinya

dengan kelompok data lain.39

Relevansi disini maksudnya adalah hubungannya dengan data-data yang

lain yang diperoleh dari penelitian.

Klasifikasi Data, yaitu mereduksi data yang ada dengan cara menyusun dan

mengklarifikasikan data yang diperoleh kedalam pola tertentu atau

permasalahan tertentu untuk mempermudah pembahasannya.40

Mereduksi data artinya memurnikan data yang diperoleh agar tidak terlalu

meluas pembahasannya.

2. Analisis Data

Metode analisis data adalah tahapan setelah data-data dari hasil observasi,

wawancara, dan dokumentasi selesai dikumpulkan dan dianggap lengkap,

kemudian data tersebut disajikan secara sistematis artinya teratur menurut system.

Data-data yang diperoleh dari penelitian diperlukan sebuah analisa, ada

beberapa teknik analisa yang dapat digunakan dalam penelitian kualitataif, teknik

tersebut adalah Content Analysis.

39 Saifullah. Buku Panduan Metodologi Penelitian.(Fakultas Syari’ah: UIN Malang) 40 Saifullah. Ibid.

Page 49: 03210094

49

49

Content Analysis artinya, berangkat dari anggapan dasar dalam ilmu-ilmu

sosial bahwa studi tentang proses dan isi komunikasi adalah dasar studi-studi ilmu

sosial metode ini sering digunakan dalam analisis-analisis varevikasi. Cara kerja

atau logika analisis data ini sesungguhnya sama dengan kebanyakan analisis data

kuantitatif. Peneliti memulai analisisnya dengan menggunakan lambang-lambang

tertentu, mengklasifikasi data tersebut dengan kriteria tertentu serta melakukan

prediksi dengan teknik yang tertentu pula.41

Strategi analisis data kualitatif telah memberi gambaran kepada kita tetang

bagaimana alur logika analisis perdata pada penelitian kualitatif.

41Bungin,Burhan Metodologi Penelitian Sosial. (Sidoarjo: Airlangga University Press. 2001) Hal:

293

Page 50: 03210094

50

50

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Gambaran Lokasi

Wakaf yang ada di Indonesia pada umumnya berupa tanah wakaf masjid,

mushola, madrasah, sekolah, makam, rumah yatim piatu dan lain-lain. Dilihat dari

segi sosial dan ekonomi, wakaf yang ada memang belum dapat berperan dalam

menanggulangi permasalahan umat khususnya masalah sosial dan ekonomi hal ini

dimaklumi karena kebanyakan wakaf yang ada kurang maksimal dalam

pengelolaannya..42

Tanah wakaf yang dikelola secara produktif dalam bentuk suatu usaha

yang hasilnya dapat dimanfaatkan bagi pihak-pihak yang memerlukan sangat 42 Qahaf, Mundzir. Manajemen Wakaf Produktif. (Jakarta: Khalifa. 2005) Hal: XV

Page 51: 03210094

51

51

sedikit sekali. Data yang di dapat dari KUA masih belum banyak tanah wakaf

yang dikelola secara optimal, sekitar 320an tanah wakaf yang terdata hanya

kurang lebih sembilan tanah wakaf yang diketahui oleh para pegawai sebagai

tanah wakaf yang bisa dikatakan produktif. 43 diantaranya:

Masjid Karang Rejo dengan luas 786 m2

Madrasah Putih dengan luas 483 m2

Masjid Tugu Rejo dengan luas 324 m2

Sawah Kepuh Rejo luasnya 250 m2

Masjid Kali Belo dengan luas 244 m2

Madrasah Putih dengan luas 166 m2

Mushola Ploso Rejo dengan luas 84 m2

Pemanfaatan dari segi social dibidang keagamaan memang mayoritas

berjalan efektif, tetapi dampaknya kurang berpengaruh positif dalam bidang lain,

misalnya ekonomi, peningkatan SDM dan lain-lain. Berangkat dari masalah ini

penulis ingin mengungkapkan gambaran dari lokasi research di desa toyoresmi

Kab. Kediri di masjid An-Nikmah dalam hal pengelolaan dan pengembangan

harta tanah wakaf.

Lokasi desa Toyoresmi Kec. Gampengrejo Kab. Kediri terletak di Utara

Kota Kediri kurang lebih 10 Km dari Utara Kota. Kehidupan disana tergolong

pedesaan dan kehidupan mayoritas masyarakatnya adalah petani. Tempatnya yang

strategis untuk bercocok tanam menjadikan daerah ini tanahnya sebagian besar

adalah tanah sawah. Kehidupan masyarakatnya pun rukun dan gotong royong

43 Data KUA

Page 52: 03210094

52

52

karena diantara mereka pada umumnya sama seperti masyarakat khas desa

didaerah lain yakni dilandasi dengan saling percaya yang amat besar diantara

mereka, dan membuat masyarakatnya jarang sekali terdapat konflik, masalah atau

problem yang besar.

Kehidupan yang Agamis di Desa Toyoresmi memudahkan persatuan dan

kebersamaan diantara mereka terjalin erat terutama yang berkaitan dengan

kegiatan-kegiatan yang Islami, misalnya kegiatan ngaji setiap hari di Masjid

setelah sholat Magrib, Istighosah setiap dua minggu sekali dengan mendatangkan

kiyai, yasinan atau membaca yasin secara rutin bersama setiap malam jum’at

dirumah warga dengan berpindah-pindah tiap minggunya, kemudian diba’an yang

dilaksanakan setiap malam kamis dengan rutin yang bertempat di Masjid An

Nikmah.

Aset tanah wakaf yang dimiliki Masjid An Nikmah berupa tanah Masjid

sendiri seluas 350 m2, pekarangan masjid 266 m2, 2 tanah wakaf ladang untuk

kesejahteraan Masjid salah satu tanahnya seluas 1280 m2, tanah wakaf Madrasah

hasil dari pengembangan wakaf pertama.

B. Hasil Penelitian

Dalam menjalankan atau mengelola harta benda wakaf, hal yang paling

mendasar adalah sifat dan sikap komitmen dari pengelola (nazhir) sebagai orang

yang berwenang dan bertanggung jawab terhadap harta benda wakaf, Berangkat

dari sini penulis mencoba memaparkan hasil dari penelitian di Desa Toyoresmi

Kec. Gampengrejo Kab. Kediri tepatnya di Masjid An Nikmah.

Page 53: 03210094

53

53

Munculnya ide atau upaya pengelolaan dan pengembangan harta benda

wakaf Masjid An Nikmah di latar belakangi oleh berapa hal diantaranya, menurut

bapak Masduki Masjid An Nikmah adalah Masjid satu-satunya yang ada di Desa

Toyoresmi kemudian ada faktor alam yaitu kondisi Masjid yang hampir rusak,

selain itu juga mendapat bantuan modal yang di belikan tanah berupa pekarangan

untuk perluasan Masjid.

Selain itu dari warga Toyoresmi sendiri juga antusias mendukung kegiatan

pembangunan Masjid dengan gotong royong, kemudian memunculkan adanya ide

musyawarah dengan warga setempat untuk membangun atau memperbaiki

Masjid. Yang diantaranya

1. Menetapkan bahwa swadaya murni atau shodaqoh warga sekitar berlaku

pada setiap panen raya dengan ketentuan minimal 10 Kg harga gabah.

2. Setelah adanya dua tanah wakaf ladang untuk kesejahteraan Masjid

swadaya masuk ke Mal Masjid dan digunakan untuk pesangon guru,

madrasah, TPA, dan untuk biaya ngaji tiap bulannya.

3. Untuk pembangunan masjid menggunakan uang dari kas Masjid kemudian

apabila terdapat kekurangan maka di ambilakan dari tarikan warga sekitar.

4. Untuk pembangunan dan pengelolaan tanah wakaf madrasah sumber

dananya dari swadaya murni kemudian apabila terdapat kekurangan maka

di ambilakan dari uang kas Masjid.

Dan juga ada faktor dari luar yaitu adanya teguran dari KUA untuk

mendaftarkan tanah yang belum bersertifikat dan juga memperbaiki Masjid, yang

nantinya akan dibantu oleh KUA.

Page 54: 03210094

54

54

Kemudian dilanjutkan dengan beberapa upaya pembangunan sebagai

aplikasi dari ide-ide sebelumnya, dengan mengelola dan mengembangkannya.

a. Wakif dan Susunan kepengurusan

Dimulai dari informan pertama yakni ketua Nazhir dan ketua Ta’mir

Masjid An Nikmah yaitu Bapak Masduki, beliau adalah cucu dari wakif Masjid

An Nikmah yaitu Bapak Sulaiman. Bapak masduki adalah orang yang paling

berperan dalam mengelola harta benda wakaf Masjid hingga sampai saat ini dan

berperan penting dalam menjadikan wakaf yang semula hanya Masjid dan

sekarang bisa berkembang pesat, seperti perawatan fisik Masjid yang bagus

kemudian perabotan Masjid lengkap, begitu juga dengan berdirinya Madrasah

Ibtidaiyah, dan juga TPA. Bapak Masduki adalah aktor penting dalam

menjalankan harta wakaf Masjid ini.

Beliau menjelaskan dengan detail dari para wakif, susunan kepengurusan,

sistem pengelolaan harta wakaf hingga berkembang seperti saat ini. Wakif Masjid

An Nikmah yaitu Bapak Sulaiman yaitu kakek dari Bapak Masduki, kemudian

ada dua tanah wakaf yang berupa ladang yaitu wakaf ladang pertama wakifnya

adalah H. Ibrahim dan Wakif ladang kedua yaitu Bu Masrifah atau H. Khayin,

sedangkan untuk tanah wakaf hasil pengembangan harta wakaf yakni berupa

Madrasah dan pekarangan Masjid, tanah wakaf Madrasah wakifnya di atas

namakan Ibu Qibtiyah yakni orang yang paling banyak menyumbang dalam

pembelian tanah tersebut dan wakaf pekarangan Masjid di atas namakan Bak

Masduki sendiri yang kemudian dibangun TPA.44

44 Bpk. Masduki, Ketua Nazhir dan Ketua Ta’mir

Page 55: 03210094

55

55

Seperti yang telah di katakan Bapak Masduki, Bapak M Juhdi mengatakan

bahwa pembelian tanah wakaf pekarangan atau Latar Masjid adalah urunan atau

patungan dari warga sekitar sedangkan pembelian Tanah wakaf Madrasah adalah

Sumbangan beberapa Orang dengan Mengajukan Proposal ke beberapa Kerabat

yang dirasa kaya.45

Menurut Bapak M. Sofyan uang pembelian pekarangan atau latar Masjid

selain dari shodaqoh masyarakat sekitar ada juga dari luar daerah, kemudian

kekurangannya adalah uang pinjaman.

Susunan kepengurusan wakaf atau Nazhir dan juga kepengurusan Masjid

atau Ta’mir Masjid menurut Bapak Masduki adalah dimulai dari Ketua Nazhir

yaitu Bapak Masduki sendiri kemudian Sekertaris Nazhir, yaitu Bapak M. Juhdi

dan ada juga, Bendahara Nazhir, yakni Bapak M. Sofyan. Kemudian susunan

ta’mir Masjid juga diketuai oleh Bpk Masduki, kemudian Sekertaris Masjid, ada

Bapak M Juhdi, untuk, Bendahara Masjid Bpk Mukid, dibidang pembangunan ada

Bpk Suwondo, dan seksi perlengkapan atau Perbot Masjid ada Bpk Mashuri.46

Dalam hal kepengurusan ini antara Nazhir dan Ta’mir hampir sama karena

beberapa orang yang sebagai Nazhir ada juga yang menjabat sebagai Ta’mir

Masjid.

b. Sumber Dana dan Manajemen Keuangan

Mengenai Sumber Pendanaan Wakaf Masjid sebelum adanya tanah wakaf

untuk kesejahteraan Masjid yaitu tanah wakaf sawah adalah Swadaya Murni,

swadaya murni adalah urunan atau tarikan berasal dari warga desa Toyoresmi

45 M. Juhdi, Sekertaris Nazhir dan Sekertaris Ta’mir 46 Bpk. Masduki, Ketua Nazhir dan Ketua Ta’mir

Page 56: 03210094

56

56

yang digunakan untuk keperluan Masjid, dalam hal ini berbeda dengan uang

infak, karena menurut Bapak Masduki uang infak adalah uang yang didapatkan

dari kotak amal pada hari Jum’at.47

Setelah adanya tanah wakaf sawah yang menjadi sumber utama dana

untuk kesejahteraan Masjid, swadaya murni tetap diberlakukan akan tetapi

waktunya ditetapkan pada setiap panen raya, tiap warga diwajibkan untuk

shodaqoh minimal 10 Kg dari harga gabah. Sedangkan hasil pengelolaan dua

tanah wakaf sawah tersebut 100 % masuk untuk kesejahteraan Masjid.48

Bapak M. Juhdi mengatakan untuk wakaf ladang atau sawah dari si wakif

yakni Bpk. Khayin digarap pewakif sendiri akan tetapi hasilnya tetap 100% untuk

kesejahteraan Masjid, kemudian hasil pengelolaan kedua sawah tersebut langsung

masuk ke bendahara masjid akan tetapi terlebih dahulu melewati atau mengetahui

bendahara Nazhir.49

Menurut Bapak Sofyan sebagai bendahara Nazhir mengakui bahwa

Bendahara nazhir hanya sebagai perantara uang hasil pengelolaan kedua tanah

wakaf sawah dan sama sekali tidak memegang uang hasil panen dari kedua sawah,

karena uang tersebut setelah diterima, langsung di berikan kepada bendahara

Masjid. Kadang juga ada, hasil pengelolaan dari sawah tersebut langsung

diberikan kepada bendahara Masjid dan tidak diketahui oleh bendahara Nazhir. 50

c. Pengelolahan Harta Wakaf

47 Bpk. Masduki, Ketua Nazhir dan Ketua Ta’mir 48 Bpk. Masduki, Ketua Nazhir dan Ketua Ta’mir 49 M. Juhdi, Sekertaris Nazhir dan Sekertaris Ta’mir 50 M. Sofyan, Bendahara Nazhir

Page 57: 03210094

57

57

Harta yang dikelola disini adalah dua tanah wakaf berupa ladang yang

ditujukan untuk keperluan masjid, kemudian ada tanah wakaf Madrasah, dan juga

ada tanah wakaf yang berupa TPA. Untuk tanah wakaf yang berupa ladang ada

dua, yakni dari wakif Bpk. Khayin digarap pewakif sendiri akan tetapi hasilnya

tetap 100% untuk kesejahteraan Masjid kemudian langsung masuk ke bendahara

masjid. Sedangkan untuk tanah wakaf yang dari wakif Bapak H.Ibrahim tanahnya

dikelola sendiri oleh nazhir, dengan cara menawarkan kepada orang yang mampu

mengelola harta wakaf yang berupa ladang, dengan ada surat perjanjian baik

dalam pengelolaan, pendanaan, dan hasilnya.

Pengelolaan harta tanah wakaf Masjid, dua tanah wakaf ladang, tanah

wakaf Madrasah, dan juga TPA sumber dananya langsung diambilkan dari uang

yang masuk ke bendahara Masjid. Pembagian pengalokasian uang hasil dari

beberapa sumber dana tersebut juga dijelaskan, untuk uang dari swadaya murni

masuk ke Mal Masjid dan kemudian digunakan untuk pesangon Guru Madrasah

dan TPA serta untuk biaya keperluan-keperluan ngaji. Untuk pembangunan dan

perlengkapan Masjid dananya diambilkan dari Kas Masjid, apa bila ada

kekurangannya maka diambilkan dari tarikan warga. Sedangkan Untuk

pembangunan madrasah pengambilan dananya dari swadaya atau tarikan dari

warga kemudian kekurangannya diambilkan dari kas Masjid.51

Bapak M. Sofyan sebagai bendahara Nazhir mengenai sistem keuangan ini

sangat meresahkan seperti yang beliau ungkapkan, karena sistem pengelolaan

keuangan wakaf Masjid An Nikmah menurut beliau tugas dan fungsi masing-

51 Bpk. Masduki, Ketua Nazhir dan Ketua Ta’mir

Page 58: 03210094

58

58

masing pengurus mempunyai tanggung jawab yang berbeda, oleh karena itu perlu

adanya kejelasan kembali di bidang pengurusan, terutama dibidang keuangan,

agar di kemudian hari tidak terjadi permasalahan karena sudah jelas siapa yang

bertanggung jawab di bidangnya masing-masing. Masalahnya sistem keuangan

antara uang hasil tanah wakaf sawah dengan uang masjid seperti infak, wakaf,

shodaqoh di gabungkan menjadi satu karena bendahara masjid tidak membedakan

uang yang masuk antara uang infak, shodaqoh, jariyah, swadaya murni atau

tarikan tiap tahun dari warga.dan hasil pengelolaan kedua tanah wakaf sawah.52

C. Analisis Data

Bagian analisis data sesuai dengan yang telah disebutkan dalam rumusan

masalah yaitu, tentang kewenangan nazhir dalam pengelolaan dan pengembangan

aset tanah wakaf dan bagaimana upaya nazhir dalam mengelola dan

mengembangkan Tanah Wakaf Masjid di Desa Toyoresmi Kec. Gampengrejo

Kab. Kediri

Dalam rangka usaha meningkatkan manfaat tanah wakaf agar menjadi

tanah yang bermanfaat lebih serta menjadikan modal yang ada menjadi lebih

produktif dan berimbas pada kesejahteraan umat dan generasi yang akan datang,

maka dalam hal ini yang sangat butuh perhatian adalah nazhir atau pengelola, dan

diharapkan peran dalam menjalankan tugasnya secara professional sehingga dapat

mengembangkan tanah wakaf menjadi produktif. Terdapat beberapa faktor yang

menjadi hambatan utama nazhir dalam menjalankan pengelolaan tanah wakaf

pada masa kini, diantaranya; 52 M. Sofyan, Bendahara Nazhir

Page 59: 03210094

59

59

1. Kurangnya pemahaman masyarakat terhadap harta tanah wakaf, beserta

sistem pengelolaannya.

2. Pada umumnya masyarakat yang ingin mewakafkan hartanya

menyerahkan terhadap orang yang dianggap panutan dalam lingkup

masyarakat tertentu, dan belum tentu yang dipasrahi mempunyai

kemampuan yang baik dalam mengelola secara optimal.

3. Kurang memadainya peraturan perundang-undangan yang diterapkan di

Indonesia tentang wakaf.

Dari tiga hambatan yang tersebut diatas adalah permasalahan umum yang

hingga kini belum terselesaikan secara tuntas.

Ketika zaman sudah mengalami perubahan yang pesat, pemukiman,

pertokoan, pembangunan gedung-gedung pencakar langit berdiri tegak, apakah

wakaf sebagai lahan yang fungsinya untuk kemaslahatan umat dibiarkan saja

tanpa ada perkembangan dan perubahan yang lebih, ini merupakan tuntutan dan

tantangan tersendiri untuk perkembangan wakaf. Ada beberapa permasalahan

yang menjadi perhatian serius dalam pengelolaan harta wakaf pada penelitian ini,

diantaranya tentang pengembangan harta wakaf, pendanaan wakaf, dan

manajemen wakaf.

Oleh karena itu masyarakat Desa Toyoresmi tergugah dan menggagas

untuk membangun kembali wakaf yang sudah ada kemudian diikuti dengan

mengembangkan dari modal wakaf.

Pengembangan harta wakaf dapat diartikan dengan pembangunan kembali

wakaf yang telah hancur atau membangun kembali dan memperbaiki yang rusak,

Page 60: 03210094

60

60

pengembangan ini merupkan masalah lama yang dialami oleh wakaf sejak dahulu.

Sedangkan pengembangan yang kedua dapat diartikan dengan memperluas wakaf

yang sudah ada atau menambah wakaf baru kepada wakaf lama yang berpengaruh

terhadap tujuan awal wakaf.

Berangkat dari sini peran nazhir dalam mengelola harta wakaf sangat vital

karena mempunyai wewenang penuh dalam mengelola harta wakaf dalam usaha

memajukan dan mengembangkan harta wakaf. Nazhir adalah pemimpin umum

dalam wakaf oleh karena itu seorang nazhir harus berakhlak mulia, amanah,

berkelakuan baik, berpengalaman menguasai ilmu administrasi dan keuangan

yang dianggap perlu untuk melaksanakan tugas-tugasnya sesuai dengan jenis

wakaf dan tujuannya.

Kewenangan-Kewenangan nazhir yang menjadi tugas dan tanggung jawab

dalam mengelola harta wakaf telah disebutkan dalam peraturan pelaksanaan UU

No. 41 Tahun 2004 Tentang wakaf ( PP. RI. Nomor 42 Tahun 2006 ) Bab II

Bagian kelima Tugas dan masa bakti Nazhir Pasal 13-14, yang bunyinya;

Pasal 13

(1) Nazhir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 dan Pasal 11 wajib mengadministrasikan, mengelola, mengembangkan, mengawasi dan melindungi harta benda wakaf.

(2) Nazhir wajib membuat laporan secara berkala kepada menteri dan BWI mengenai kegiatan perwakafan sebagaimana di maksud pada ayat (1).

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembuatan laporan

sebagaimana dimaksud pada ayat (2), diatur dengan peraturan menteri.

Pasal 14

Page 61: 03210094

61

61

(1) Masa bakti Nazhir adalah 5 (lima) Tahun dan dapat diangkat kembali

(2) Pengangkatan kembali Nazhir sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh BWI, apabila yang bersangkutan telah melaksanakan tugasnya dengan baik pada periode sebelumnya sesuai ketentuan prinsip syariah dan peraturan perundang-undangan.

Kemudian juga disebutkan dalam Bab V Pengelolaan dan pengembangan

Pasal 45

(1) Nazhir wajib mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf sesuai dengan peruntukan yang tercantum dalam AIW.

(2) Dalam mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk memajukan kesejahteraan umum, Nazhir dapat bekerjasama dengan pihak lain sesuai dengan prinsip syariah.

Dengan demikian seorang Nazhir merupakan salah satu unsur wakaf dan

memegang peranan penting dalam mengelola dan mengembangkan harta benda

wakaf sesuai dengan peruntukannya. Oleh karena itu tugas dan kewenangan

sebagai Nazhir harus di perhatikan dan dilaksanakan seperti yang tercantum

dalam pasal-pasal diatas.

a. Upaya Pendanaan Harta Tanah Wakaf

Pentingnya pendanaan bagi wakaf ketika tidak lagi produktif, rusak,

hancur, dan lain-lain, sudah terlihat sejak banyaknya wakaf yang sudah tidak

terurus lagi hingga hancur, inisiatif pembangunan dan pendanaan wakaf sangat

tepat sebagai upaya mengembalikan lagi peran wakaf, yakni asas manfaat untuk

kesejahteraan umum.

Page 62: 03210094

62

62

Ada beberapa cara mendanai wakaf, seperti yang telah disebutkan dalam

buku-buku fikih, diantaranya, yaitu meminjamkan wakaf, menjual hak monopoli

wakaf, menyewaka wakaf, menambah wakaf baru, dan menukar wakaf. 53

Untuk menjaga agar harta wakaf mendapatkan pengawasan dengan baik,

kepada nazhir (pengurus perseorangan) dapat diberikan imbalan yang ditetapkan

dengan jangka waktu tertentu atau mengambil sebagian dari hasil harta wakaf

yang dikelolanya yang menurut UU No. 41 Th. 2004 jumlahnya tidak boleh lebih

dari 10% dari hasil bersih benda wakaf yang dikelolanya.

Nazhir juga berwenang melakukan hal-hal yang mendatangkan kebaikan

harta wakaf dan mewujudkan syarat-syarat yang mungkin telah ditetapkan wakif

sebelumnya Kemudian juga memegang amanat untuk memelihara dan

menyelenggarakan harta wakaf sesuai dengan tujuan perwakafan tersebut.54

Bagaimana dengan upaya nazhir dalam mengelola dan mengembangkan

tanah wakaf Masjid An-Nikmah di Desa Toyoresmi, sebagaimana telah di uraikan

dalam hasil penelitian dalam bab sebelumnya yakni nazhir dan masyarakat sekitar

Masjid An-Nikmah menginginkan agar wakaf yang ada dapat dikembangkan dan

lebih bermanfaat bagi masyarakat umum, hal ini telah mendorong munculnya

kepentingan-kepentingan baru dalam kegiatan sosial, bahkan hal itulah yang

menjadi pendorong bagi lahirnya bentuk-bentuk baru wakaf yang belum pernah

ada sebelumnya.

Pada perkembangan selanjutnya Sumber dana menjadi faktor utama dalam

pengelolaan harta wakaf, Nazhir tanah wakaf Masjid An-Nikmah dalam soal 53 Qahaf, Mundzir. Manajemen Wakaf Produktif. (Jakarta: Khalifa. 2005) Hal: 252 54 Abdul Ghofur Anshori. Hukum Dan Praktek Perwakafan Di Indonesia. Pilar Media. Yogyakarta. 2005. Hal: 35

Page 63: 03210094

63

63

pengelolaan ini dana yang masuk untuk keperluan masjid dikumpulkan menjadi

satu yaitu dalam kas Masjid diantaranya terdapat dana dari swadaya murni yaitu

uang dari sumbangan rutin warga sekitar Masjid, kemudian uang infak, jariyah

jum’at, shodaqoh, dan juga usaha menggalang dana dengan mengajukan proposal

kepada beberapa pihak atau orang yang di anggap kaya, selain itu sember dana

yang masuk dalam kas Masjid ada juga dari hasil pengelolaan dua tanah wakaf

ladang yang ditujukan untuk kepentingan Masjid.

b. Upaya Mengelola Dan Mengembangkan Harta Wakaf

Upaya Nazhir Masjid An-Nikmah dalam mengelola harta atau tanah

wakaf, terlebih dahulu dimusyawarahkan dengan warga sekitar, kemudian warga

dan nazhir menetapkan beberapa kebijakan berkaitan dengan sumber dana yang

diperoleh, diantaranya;

1. Menetapkan bahwa swadaya murni atau shodaqoh warga sekitar berlaku

pada setiap panen raya dengan ketentuan minimal 10 Kg harga gabah.

2. Setelah adanya dua tanah wakaf ladang untuk kesejahteraan Masjid

swadaya masuk ke Mal Masjid dan digunakan untuk pesangon guru,

madrasah, TPA, dan untuk biaya ngaji tiap bulannya.

3. Untuk pembangunan masjid menggunakan uang dari kas Masjid kemudian

apabila terdapat kekurangan maka di ambilakan dari tarikan warga sekitar.

4. Untuk pembangunan dan pengelolaan tanah wakaf madrasah sumber

dananya dari swadaya murni kemudian apabila terdapat kekurangan maka

di ambilakan dari uang kas Masjid.

Page 64: 03210094

64

64

Beberapa kebijakan yang di rumuskan diatas ternyata telah berlaku sejak

lama, tetapi baru terlihat hasilnya setelah adanya Madrasah dan TPA yang

menjadi milik masjid, yaitu ditandai dengan pembelian tanah pekarangan untuk

kepentingan Masjid, disusul dengan pembangunan kelas untuk TPA.

Diantara sekian banyak upaya dalam mengembangankan tanah wakaf

tersebut patut kita banggakan, disisi lain dalam kepengurusan antara Nazhir dan

Ta’mir Masjid An-Nikmah terdapat beberapa kerancuan, yaitu diantaranya

masalah keuangan. Bendahara nazhir masjid An-Nikamh disini tidak berfungsi

sebagaimana mestinya sebagai seorang nazhir karena tugas, dana, tanggung jawab

semua diserahkan kepada pengurus Masjid atau bendahara masjid, dan bendahara

nazhir bahkan tidak mengetahui berapa dana yang sudah terkumpul dari hasil

pengelolaan dua tanah wakaf ladang yang ditujukan untuk kesejahteraan Masjid.

Hal ini menjadi sangat serius apabila dikemudian hari bendahara Nazhir dimintai

pertanggung jawaban tentang pengelolaan harta wakaf, karena bagaimanapun

yang bertanggung jawab atas pengelolaan harta wakaf adalah pihak Nazhir.

Sebagaiman yang diercantumkan dalam UU No. 41 Tahun 2004 bagian

kelima pasal 11; tentang beberapa tugas yang diemban oleh seorang Nazhir,

diantanya;

a. melakukan pengadministrasian harta benda wakaf; b. memengelola dan mengembangkan harta benda wakaf sesuai dengan

tujuan, fungsi dan peruntukannya;

c. mengawasi dan melindungi harta benda wakaf; dan

d. melaporkan pelaksanaan tugas kepada Badan Wakaf Indnesia.

Page 65: 03210094

65

65

Dengan ketentuan pasal diatas seorang Nazhir akan sangat kesulitan

apabila ketentuan pasal diatas tidak dijalankan sebagaiman mestinya.

Bila dipandang dari sudut hukum Islam semata, maka soal wakaf menjadi

sangat sederhana asalkan dilandasi dengan kepercayaan.hal ini di satu sisi

memudahkan soal administrasi, artinya tidak ada prosedur yang rumit dalam

mengelola wakaf, tapi di sisi lain kemudahan itu berakibat sulitnya pengawas

yang dilakukan, terutama pihak yang berwenang dalam bidang perwakafan, dan

akibat yang lebih buruk lagi apabila dikemudian hari dalam pengelolaan harta

wakaf tersebut terdapat permasalan.

Indikasi ini menunjukkan bahwa ibadah tidaklah cukup hanya dilandasi

dengan keikhlasan dan kepercayaan semata, akan tetapi harus diperhatikan unsur

kemaslahatan, serta manfaatnya dapat dirasakan dalam jangka waktu yang tidak

terbatas sebagaimana sifat wakaf itu sendiri.

Beberapa permasalahan yang menjadi perhatian serius dalam pengelolaan

harta wakaf pada penelitian ini, diantaranya tentang pengembangan harta wakaf,

pendanaan wakaf, dan manajemen wakaf. Pengembangan harta wakaf terkait

dengan penambahan wakaf baru pada wakaf lama dapat disebut sebagai

penambahan modal wakaf dari sebagian hasilnya, dalam masalah penyisihan

sebagian dari hasil wakaf untuk menambah modal adalah prinsip dalam wakaf

untuk menghormati syarat yang telah ditetapkan oleh wakif.

Berkaitan dengan masalah ini Al-Kamal bin Al-Hamman mengatakan

dalam pembahasannya tentang pembangunan wakaf “ Pembangunan yang layak

adalah sesuai dengan kemampuan yang ada pada orang-orang yang berhak atas

Page 66: 03210094

66

66

hasil wakaf berdasarkan kategori yang ditentukan oleh wakif.” Beliau juga

mempertegas dengan perkataannya, “ Sedangkan penambahan pada wakaf dari

hasil itu bukan haknya. Sebab hasil dari wakaf telah menjadi hak orang yang

berhak mendapatkan hasilnya.55

Dengan demikian hal baru yang berkaitan dengan penambahan modal

wakaf dapat dikatakan harus mendapatkan izin dari pada wakif atau ahlul baitnya.

Mengenai kemungkinan pengembangan harta wakaf dari hasilnya dalam beberapa

bentuk, yang muncul karena situasi dan kondisi yang baru.

Diantaranya, harta wakaf yang ada ditangan nazhir menghasilkan

keuntungan yang sangat besar dan masih berlebihan setelah dibagikan pada yang

berhak, kemudian sisa hasilnya tersebut dipakai untuk berinvestasi, misalnya

mendirikan toko, rumah persewaan, lahan pertanian, dan lain-lain.

Bentuk pengembangan tanah wakaf seperti contoh diatas telah dilakukan

oleh nazhir wakaf Masjid An-Nikmah dan kesepakatan warga sekitar dan

bersepakat untuk mempergunakan tanah wakaf yang ada untuk lahan pertanian.

dalam pengelolaannya berinisiatif untuk menyewakan tanah wakafnya untuk

pertanian, dengan alasan mayoritas masyarakat yang berprofesi sebagai petani dan

lahannya juga cocok untuk lahan pertanian, kemudian hasil dari penggarapan

lahan tadi ditujukan untuk kesejahteraan masjid.

55 Qahaf, Mundzir. Manajemen Wakaf Produktif. (Jakarta: Khalifa. 2005) Hal: 231

Page 67: 03210094

67

67

Terdapat sebagian para ahli fiqih yang berpendapat, yang mengatakan

bahwa kelebihan dari hasil wakaf setelah dibagikan harus diberikan kepada tujuan

lain yang lebih dekat berdasarkan jenis tujuan dan letak geografisnya. 56

Dengan demikian tidak ada batasan dan syarat dari amal kebaikan selain

dari syarat kepemilikan, kemampuan, tujuan mendekatkan diri kepada Allah

SWT. Firman Allah dalam Surat At-Taubah : 91 telah dijelaskan;

4 $ tΒ ’ n? tã šÏΖÅ¡ ósßϑ ø9 $# ÏΒ 9≅ŠÎ6 y™

Artinya: “Tidak ada jalan sedikitpun untuk mengalahkan orang-orang yang berbuat baik.”

Membentuk wakaf baru pada hakikatnya adalah tujuan sampingan bagi

pengurus wakaf produktif, tujuan ini merupakan tujuan sosial yang bersifat umum

dan bukan menjadi tugas khusus nazhir harta wakaf produktif, dengan kata lain

adalah bertujuan mendorong terbentuknya wakaf baru.

Lalu bagaimana dengan membeli tanah wakaf baru untuk memperluas

pekarangan wakaf lama dengan cara nazhir mengumpulkan dana dari warga

sekitar atas kesepakatan bersama, kemudian tanah tersebut digunakan untuk

pekarangan dan gedung sekolah akan tetapi tidak ada sighat wakaf dari siapapun.

Pertanyaannya apakah tanah dan gedung tersebut sudah menjadi tanah wakaf, lalu

siapakah yang menjadi wakif dari tanah wakaf baru tersebut. Dalam keputusan

Muktamar NU 1971 M di Surabaya pernah membahas tentang menggunakan

tanah untuk madrasah, kaitannya dengan wakaf. Dalam keputusannya tersebut 56 Qahaf, Mundzir. Ibid., Hal: 230

Page 68: 03210094

68

68

bahwa tanah wakaf atau gedung baru sebagai tambahan wakaf lama belum

menjadi barang wakaf, dan yang berhak menjadikan barang-barang wakaf dan

membuat syarat-syaratnya adalah:

1. Wakif (orang yang mewakafkan)

2. panitia yang mengumpulkan

3. dan Hakim Syar’i

Dari keputusan tersebut dapat diketahui bahwa barang yang dibeli tidak

otomatis menjadi barang wakaf sampai hakim menentukannya. Hakim tersebut

berwenang menangani jual beli perwakafan dan jika tidak terdapat nazhir yang

khusus menangani barang yang diwakafkan tersebut.

Bagaimana dengan upaya mengumpulkan dana dari warga, disebutkan

dalam keputusan Muktamar NU 1929 M Di Semarang bahwa memungut derma

untuk mendirikan masjid yang akan dibangun, dalam keputusan muktamar

tersebut dijelaskan bahwa hal seperti itu boleh, adapun tidak sahnya wakaf untuk

Masjid yang akan dibangun itu disebabkan karena belum adanya obyek yang

diwakifinya, jadi permulaannya terputus (munqathi ‘awwal) yang merujuk dari

keterangan dalam kitab Syarah Bahjah Juz III.57

Artinya: “ Masalahnya sama (boleh) dengan orang yang mengambil harta

atau uang dari warga untuk membangun sekolah, pondok, sumur, dan Masjid.

57 Mahfudh,Sahal. Solusi Problema Aktual Hukum Islam (Keputusan Muktamar, Munas, Konbes

NU 1926-1999 M). (Surabaya: Lajnah Ta’lif Wan Nasyr NU Jawa Timur dan diantama Surabaya. 2005) hal: 71

Page 69: 03210094

69

69

Kemudian soal pendanaan wakaf, pendanaan harta wakaf merupakan hal

yang harus diperhatikan dan dipahami secara serius, karena dalam hal ini rawan

terjadi permasalah dikemudian hari. Ada beberapa cara yang umumnya digunakan

oleh nazhir, diantaranya dengan menyewakan harta wakaf, menambah wakaf baru

pada wakaf lama, ada juga pendanaan wakaf dengan cara menggalang bantuan

dari masyarakat, dan lain-lain.

Cara-cara pendanaan seperti ini banyak dilakukan oleh para nazhir pada

umumnya, para ulama’ pun memberi pendapat dan alasan yang berbeda-beda

dalam menyikapi soal pendanaan tanah wakaf seperti ini. tetapi yang lebih utama

dari itu adalah apakah cara yang dilakukan dalam mengelola dan memanajemen

dana yang dilakukan sudah sesuai dengan yang disyariatkan.

Sistem pendanaan yang dilakukan oleh nazhir masjid An-Nikmah Desa

Toyoresmi adalah dengan beberapa cara diantaranya meminjamkan tanah wakaf

untuk dikerjakan orang lain kemudian hasilnya nanti ditujukan untuk

kesejahteraan Masjid, Kemudian menggalang dana dari masyarakat secara rutin

setiap panen raya, cara seperti ini sudah dijalankan sejak lama.

Setelah sekian lama dana yang masuk ke kas masjid terkumpul, berangkat

dari situ nazhir beserta warga memutuskan untuk membeli pekarangan untuk

perluasan masjid sekaligus merencanakan untuk membangun gedung untuk TPA

yang dananya juga dari warga kemudian untuk kekurangannya diambilkan dari

kas masjid, karena dinilai dana yang terkumpul dalam kas masjid melimpah, dan

perbaikan dan segala keperluan masjid dinilai sudah tercukupi.

Page 70: 03210094

70

70

Permasalahannya dana yang digunakan untuk pembiyayaan pembangunan

diluar masjid diambilkan sebagian dari uang kas masjid, yang terdapat uang dari

tanah wakaf ladang untuk kesejahteraan masjid. Seperti yang telah diangkapkan

dalam bukunya Mundzir Qahaf, Manajemen Wakaf Produktif beliau

mengungkapkan; Terdapat sebagian para ahli fiqih yang berpendapat, yang

mengatakan bahwa kelebihan dari hasil wakaf setelah dibagikan harus diberikan

kepada tujuan lain yang lebih dekat berdasarkan jenis tujuan dan letak

geografisnya.

Penggunaan uang dari kas masjid juga dibahas dalam keputusan

Muktamar NU 1929 M Di Semarang , tentang uang wakaf untuk pembangunan

Masjid digunakan untuk membiayai pekerjaan bangunan. Dalam muktamar

tersebut diperbolehkan, karena penggunaan denikian itu telah menjadi kebiasaan

yang berlaku. Merujuk dari keterangan dalam Kitab Fatawi Kubro, yang berbunyi;

Artinya; beliau ditanya tentang harta yang diwakafkan tanpa diketahui

untuk keprluan apa harus dipergunakan, namun populer bahwa harta itu

merupakan wakaf untuk ini, dan itu berlaku sejak dahulu.

Apakah nazhir (pengurus) yang belakangan harus mengikuti pada

pengurus yang lama? Beliau menjawab, harta wakaf tersebut harus dikelola

sebagaimana kebiasaan orang atau pengurus sebelum dan dengan catatan tidak

ada yang mengingkari seperti untuk keperluan membangun masjid dan lainnya.

Dalam hal ini harus mengikuti kebiasaan yang maklum sejak dahulu sampai

sekarang, tanpa ada yang mengingkari karena kebiasaan yang berlaku sama

Page 71: 03210094

71

71

seperti yang disyaratkan sebagaimana yang dikatakan oleh Al-Izzu Abdi al-Salam

dan lainnya.

Telah banyak yang dilakukan oleh nazhir dalam mengelola harta wakaf,

akan tetapi perlu di perhatikan kembali syari’at yang mengatur tentang

pengelolaan harta wakaf. Baik syari’at tersebut dari petunjuk kitab-kitab ulama’

terdahulu, pendapat para ulama’ modern, ataupun dari UU yang yang berlaku.

Maka dari itu dari pihak pemerintah mengeluarkan UU No. 41 Tahun 2004

tentang wakaf, sebagai peraturan perundang-undangan yang mengatur dan

melindungi harta agama tersebut.

UU No. 41 Tahun 2004 ini banyak hal baru yang belum terdapat dalam

peraturan sebelumnya, diantaranya;

1. UU No. 41 Tahun 2004 membagi benda wakaf menjadi dua yaitu benda

bergerak dan benda tidak bergerak. Benda bergerak misalnya seperti

uang, surat berharga, kendaraan kekayaan intelektual hak sewa dan lain-

lain. Sedangkan benda tidak bergerak adalah sesuatu yang berkaitan

dengan tanah, yakni ladang, bangunan atau gedung, dan lain-lain.

2. Dalam pasal 1 UU No. 41 Tahun 2004 disebutkan bahwa wakaf adalah

perbuatan hukum wakif untuk memisahkan dan/atau menyerahkan

sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk

jangka waktu tertentu dan sesuai dengan kepentingan guna keperluan

ibadah dan/atau kesejahteraan umum menurut Syari’ah. Jadi wakaf

sementara juga dibolehkan menurut kepentingannya.

Page 72: 03210094

72

72

3. Mengenai cara penyelesaian sengketa, dalam UU ini penyelesaian

sengketa dapat diselesaikan melalui musyawarah mufakat maupun

bantuan pihak ketiga melalui mediasi, arbitrase, dan jalan terakhir adalah

melalui pengadilan.

4. Hak baru lain dalam UU ini adalah mengenai dibentuknya Badan Wakaf

Indonesia (BWI), yang bertujuan untuk memajukan dan mengembangkan

perwakafan Nasional.

Sementara peraturan mengenai dasar-dasara wakaf, tujuan dan fungsi

wakaf, wakif, harta benda wakaf, ikrar wakaf, peruntukan harta benda wakaf,

wakaf dengan wasiat, dan lain-lain. Relatif sama hanya ada beberapa penyesuaian

karena terbentuknya BWI.

Pendapat imam yang boleh difatwakan dan dijadikan landasan atau

pedoman selain dari Mazhab Syafi’i, disebutkan dalam Muktamar NU pertama

1926 M Di Surabaya diantaranya;

1. Pendapat yang terdapat kata sepakat antar imam Nawawi dan Imam Rafi’i

2. Pendapat yang dipilih oleh Imam Nawawi Saja,

3. Pendapat yang dipilih oleh Imam Rafi’i Saja,

4. Pendapat yang disokong oleh ulama’ terbanyak,

5. Pendapat ulama’ yang terpandai,

6. Pendapat ulama’ yang paling wira’i.

Keterangan, dari permulaan Kitab I’anatut-Thalibin.58

58 Mahfudh,Sahal. Solusi Problema Aktual Hukum Islam (Keputusan Muktamar, Munas, Konbes

NU 1926-1999 M). (Surabaya: Lajnah Ta’lif Wan Nasyr NU Jawa Timur dan diantama Surabaya. 2005) hal: xxxv

Page 73: 03210094

73

73

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kewenangan pengelolaan dan pengembangan Tanah Wakaf Masjid An-

Nikmah di Desa Toyoresmi Kec. Gampengrejo Kab. Kediri memunculkan ide

dalam upaya mensejahterakan harta benda wakaf Masjid An Nikmah, hal-hal yang

melatar belakangi diantaranya, Masjid An Nikmah adalah Masjid satu-satunya

yang ada di Desa Toyoresmi serta kondisi Masjid yang hampir rusak sehingga

harus diselamatkan dari kehancuran dan dibangun kembali, kemudian adanya

bantuan modal untuk kesejahteraan masjid yang di belikan tanah berupa

Page 74: 03210094

74

74

pekarangan untuk perluasan Masjid dan bantuan berupa dua tanah wakaf ladang

untuk kesejahteraan masjid.

Selain itu dari warga Toyoresmi sendiri juga antusias mendukung kegiatan

pembangunan kembali Masjid, yang kemudian memunculkan adanya upaya

memusyawarah dengan warga setempat untuk memperbaiki dan membangun

Masjid. Yang diantaranya Menetapkan,

1. Bahwa swadaya murni atau shodaqoh warga sekitar berlaku pada setiap panen raya dengan ketentuan minimal 10 Kg harga gabah.

2. Setelah adanya dua tanah wakaf ladang untuk kesejahteraan Masjid swadaya masuk ke Mal Masjid dan digunakan untuk bisyaroh ustadz, madrasah, TPA, dan untuk biaya ngaji tiap bulannya.

3. Untuk pembangunan masjid menggunakan uang dari kas Masjid kemudian apabila terdapat kekurangan maka di ambilakan dari tarikan warga sekitar.

4. Untuk pembangunan dan pengelolaan tanah wakaf madrasah sumber dananya dari swadaya murni kemudian apabila terdapat kekurangan maka di ambilakan dari uang kas Masjid.

Upaya yang dilakukan sebagaimana disebutkan dalam hasil musyawarah

telah berjalan sesuai dengan yang disepakati. diantaranya tentang penambahan

tanah wakaf baru berupa pekarangan untuk memperluas wakaf lama atau Masjid,

kas Masjid juga digunakan untuk pendanaan wakaf ladang yang dikelola nazhir,

dan juga pendanaan tanah hasil pengembangan harta wakaf yang berupa

Madrasah dan TPA.

B. Saran

Berangkat dari masalah dalam penelitian kali ini maka peneliti

menyarankan kepada semua pihak yang berkecimpung dalam dunia perwakafan

khususnya perwakafan yang terjadi di Masjid An-Nikmah Desa Toyoresmi Kab.

Kediri Kec. Gampengrejo, baik mempelajari ataupun prakteknya agar

memperhatikan dengan seksama rukun dan syarat-syaratnya baik dalam kitab-

kitab yang membahas perwakafan, buku-buku perwakafan, peraturan-peraturan

Page 75: 03210094

75

75

pemerintah yang berlaku, dan lain-lain. karena bagaimanapun kepentingan yang

berlandaskan keikhlasan seperti wakaf harus tetap menjadi perhatian khusus guna

merealisasikan tujuan wakaf yakni manfaat untuk kemaslahatan umat.

Page 76: 03210094

76

76

BUKTI KONSULTASI

Nama ; Ni’am Syahbana NIM ; 03210094 Fakultas/Jurusan ;Fakultas Syari’ah/Al-Ahwal Al-Syakhsiyah Universitas

Islam Negeri (UIN) Malang. Judul Skripsi ; PENGELOLAAN DAN PENGEMBANGAN TANAH

WAKAF MASJID (Studi Tanah Wakaf Masjid An-Nikmah di Desa Toyoresmi Kec. Gampengrejo Kab. Kediri)

Dosen pembimbing ; H. Isroqunnajah, M,Ag

No. Tanggal Materi Konsultasi Tanda Tangan

01 2 Mei 2008 Seminar Proposal

02 5 Mei 2008 Konsultasi Hasil Seminar

03 15 Mei 2008 Pengajuan BAB I dan II

04 24 Juni 2008 Revisi I,II dan Konsultasi

III,IV,V

05 16 Oktober 2008 Pengajuan BAB I,II,III,IV, dan

V

06 22 Oktober 2008 Revisi BAB I,II,III,IV, dan V

07 9 Januari 2009 Pengajuan BAB I,II,III,IV,V

dan ACC keseluruhan

Malang, April 2009 Dekan,

Drs. H. Dahlan Tamrin, M.Ag. NIP. 150216425

Page 77: 03210094

77

77

DAFTAR PUSTAKA

Anshori, Abdul Ghofur.Hukum Dan Praktek Perwakafan Di Indonesia.(Yogyakarta: Pilar Media. 2005)

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian. (Jakarta: Rineka Cipta. 2006)

Buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiyah. (Malang: Fakultas Syari’ah, UIN. 2005)

Bungin,Burhan Metodologi Penelitian Sosial. (Sidoarjo: Airlangga University Press. 2001)

Depag RI, Panduan Pemberdayaan Tanah Wakaf Produktif Strategis Di

Indonesia. (Jakarta. 2004) Depag RI.Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Dalam Lingkungan

Peradilan Agama.(Jakarta:Depag,RI) Depag RI.Kompilasi Hukum Islam Di Indonesia.(Jakarta: 2000)

Harsono,Boedi.Hukum Agraria Indonesia. Jilid I (Jakarta: Penerbit

Djambatan,2007)

Harsono,Boedi.Hukum Agraria Indonesia. Jilid II (Jakarta: Penerbit

Djambatan,2006)

Himpunan peraturan perundang-undangan, Undang-Undang Wakaf 2007 (Bandung: Fokusmedia)

Johnson,Alvin S.Sosiologi Hukum.(Jakarta:Penerbit Rineka Cipta.2004)

Kansil. Pengantar Ilmu Hukum Dan Tata Hukum Indonesia.(Jakarta: Balai Pustaka.1989)

Mahfudh,Sahal. Solusi Problema Aktual Hukum Islam (Keputusan Muktamar,

Munas, Konbes NU 1926-1999 M). (Surabaya: Lajnah Ta’lif Wan Nasyr NU Jawa Timur dan diantama Surabaya. 2005)

Mughniyah,Muhammad Jawad. Fikih Lima Mazhab.(Jakarta: Penerbit

Lentera.2001) Pedoman Penulisan Karya Ilmiyah. (Malang: UM, 2003)

Peraturan Presiden R.I. Nomor 65 Tahun 2006 Tentang Pertanahan dan UU R.I. Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang. (Bandung: Citra Umbara. 2007)

Page 78: 03210094

78

78

Saifullah. Buku Panduan Metodologi Penelitian.(Fakultas Syari’ah: UIN Malang)

Soekanto,Soerjono.Pokok-Pokok Sosiologi Hukum.(Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1988)

Subekti, R dan R Tjusodibio.Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.(Jakarta: PT

Pradnya Paramita.2003) Soenarjo. Al Qur’an dan Terjemahnya. (Jakarta: yayasan penyelenggara

penterjemah/pentafsir Al Qur’an. 1971) Syafei, Rachmat. Fiqih Muamalah. (Bandung: Pustaka Setia. 2006) Syafei, Rachmat.Ilmu Ushul Fiqih. (Bandung: Pustaka Setia. 1999) Syafi’i, M. Pedoman Ibadah. (Surabaya: Arkola.) Undang-Undang RI No.41 Tahun 2004 Tentang Wakaf

Usman, Suparman.Hukum Islam.( Jakarta: Gaya Media Pratama.2001)

Qahaf, Mundzir. Manajemen Wakaf Produktif. (Jakarta: Khalifa. 2005)