03 bab i
TRANSCRIPT
![Page 1: 03 BAB I](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022081811/5571f90c49795991698eaaa3/html5/thumbnails/1.jpg)
1
BAB SATU
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Allah Swt. telah memberikan bermacam kenikmatan yang tiada terkira bagi
manusia. Diantara kenikmatan tersebut adalah nikmat gizi yang Allah berikan ketika
masa kecil melalui menyusui. Setiap anak yang baru dilahirkan memiliki hak yang
bisa dipenuhi oleh ibunya. Islam menghimbau kepada ibu untuk menyusui anak
hingga berusia dua tahun. Sebagaimana firman Allah Swt. dalam surah al-Baqarah
ayat 233 sebagai berikut:
)٢٣٣:�! �ةا (وا��ا��ات ����� أو�ده� ����� آ����� ��� أراد أن � ا������
Artinya: Dan ibu-ibu hendaklah menyusui anak-anak mereka selama dua tahun
penuh, bagi yang ingin menyusui secara sempurna (Al Baqarah: 233)
Asal hukum menyusui bagi seorang ibu adalah sunnah. Hal itu terjadi bila
seorang ayah merupakan orang yang mampu dan ada orang lain yang mau menyusui
anaknya. Jika semua hal itu tidak ada, maka menyusui anak tersebut hukumnya
wajib.1
Kata al-walidat dalam penggunaan al-Qur’an berbeda dengan kata ummahat
yang merupakan bentuk jamak dari kata umm. Kata ummahat biasanya digunakan
1 Ahmad Shawi al-Maliki, Hasyiyah al-‘Allamah as-Shawi ‘ala Tafsir al-Jalalain,
(Semarang: Toha Putera tt) hlm. 108-109
![Page 2: 03 BAB I](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022081811/5571f90c49795991698eaaa3/html5/thumbnails/2.jpg)
2
untuk menunjuk kepada para ibu kandung, sedangkan al-walidat artinya adalah para
ibu, baik ibu kandung atau bukan. Ini berarti bahwa, al-Qur’an sejak dini telah
menggariskan bahwa air susu ibu, baik susu ibu kandung maupun bukan, adalah
makanan terbaik buat bayi setidaknya sampai usia dua tahun. Namun demikian,
tentunya air susu ibu kandung yang lebih pantas dari selainnya. Dengan menyusu
pada ibu kandung, anak merasa lebih tenang dan tenteram sebab menurut penelitian
ilmuwan, ketika menyusu, bayi mendengar suara detak jantung ibu yang telah
dikenalnya secara khusus sejak dalam kandungan. Detak jantung wanita lain berbeda
dengan ibunya sendiri.2
Tidak ada salah menyusui dilakukan lebih dari 2 tahun. Yang jelas, ASI tetap
memiliki zat imun yang melindungi bayi dari berbagai penyakit. Banyak para ahli
medis membuktikan bahwa menyusui dapat memberikan ibu proteksi dari berbagai
penyakit. Makin lama ibu menyusui, makin besar proteksi yang diberikan. Ibu dapat
terminimalisasi dari risiko terkena kanker payudara, kanker ovarium (indung telur),
kanker uterine (rahim), osteoporosis, dan sebagainya.3
Penyusuan yang selama dua tahun itu, walaupun diperintahkan, bukan
merupakan perintah wajib karena dipahami dari penggalan ayat yang menyatakan
“Bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan.” Akan tetapi, anjuran ini sangat
ditekankan, seolah-olah hampir merupakan perintah wajib. Apabila kedua orang
2 M. Quraisy Shihab, Tafsir al-Misbah, Vol, I (Jakarta: Lentera Hati 2002), hlm. 503
3 Kelly Bonyata, Menyusui Lebih Dari Dua Tahun, di akses pada tanggal 21 April 2010 dari
http://asuh.wikia.com/wiki/Menyusui_lebih_dari_dua_tahun
![Page 3: 03 BAB I](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022081811/5571f90c49795991698eaaa3/html5/thumbnails/3.jpg)
3
tuanya sepakat untuk mengurangi masa tersebut, maka tidak mengapa. Di sisi lain,
masa dua tahun dapat menjadi tolak ukur bila terjadi perbedaan pendapat ketika ibu
atau bapak ada yang ingin memperpanjang masa penyusuan.4
Ulama mazhab Maliki berpendapat bahwa seorang hakim dapat memaksa
seorang ibu untuk menyusui anaknya. Sedangkan jumhur ulama berpendapat bahwa
seorang ibu hanya dianjurkan (mandub) untuk menyusui anaknya. Oleh karena itu,
hakim tidak berhak memaksa kecuali hanya dalam keadaan darurat, dan tanggung
jawab menyusui anak dibebankan kepada ayah bukan kepada sang ibu.5
Perbedaan pendapat ini disebabkan adanya perbedaan pemahaman dalam
memahami ayat 233 dalam surah al-Baqarah. Sebagian ulama memahami bahwa ayat
ini sebagai perintah pada seorang ibu untuk menyusui anaknya. Pendapat ini mereka
dukung dengan potongan lain dalam surah al-Baqarah ayat 233 yang menyatakan:
&�)٢٣٣:�! �ة ا (�*(�ر وا��ة '���ه� و� ����د �) '��
Artinya: “Janganlah seorang ibu menderita karena anaknya dan juga seorang
ayah karena anaknya” (Al Baqarah: 233 )
Jumhur ulama memahami perintah dalam ayat ini bukanlah sebagai perintah
wajib melainkan sunnah (mandub), di samping ayat itu merupakan petunjuk bagi
suami istri dalam persoalan menyusukan anak. Didukung dengan firman Allah Swt.
dalam surah at-Talaq ayat 6:
4 M. Quraisy Shihab, Tafsir…, hlm. 504 5 Wahbah Zuhaily, al-Fiqh al-Islam wa Ad’illatuhu, Juz X, (Beirut: Dar al-Fikr al-Ma’asir,
1998) hlm. 7274
![Page 4: 03 BAB I](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022081811/5571f90c49795991698eaaa3/html5/thumbnails/4.jpg)
4
)34�:٦ق ا ( 01��/ �) أ.�ىوإن *��+�*
Artinya: Dan jika kamu menemui kesulitan, maka perempuan lain boleh
menyusukan (anak itu) untuknya (At Talaq: 6)
Menurut jumhur ulama fiqih, seorang ibu dianjurkan untuk menyusui
anaknya, karena susu ibu lebih baik bagi anaknya dan kasih sayang ibu dalam
menyusukan anak lebih dalam. Di samping itu menyusukan anak merupakan hak bagi
ibu sebagaimana juga menjadi hak bagi sang anak.6
ASI merupakan bahan makanan yang diberikan Allah Swt. kepada seorang
bayi melalui payudara ibunya pada awal masa kehidupan. Menyusui sebaiknya
dilakukan segera setelah proses kelahiran bayi dan setiap kali bayi ingin menyusu.
Pemerintah bahkan telah berupaya untuk mendukung berkurangnya masalah gizi
dengan cara Program Inisiasi Menyusui Dini (IMD). Program Inisiasi Menyusui Dini
adalah suatu program pemberian ASI eksklusif secara langsung kepada bayi setelah
lahir. Pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa
tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa
tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi7.
Sebaiknya, bayi sesaat setelah dilahirkan langsung diberikan ASI karena saat itu ASI
mengandung unsur kolostrum, yaitu jenis susu yang diproduksi pada tahap akhir
kehamilan dan pada hari-hari awal setelah melahirkan. Warnanya kekuningan dan
6 Wahbah Zuhaily, al-Fiqh …, hlm. 7275 7 Utami Roesli, Mengenal ASI Ekskusif (Jakarta : PT Elex Komputindo, 2001) hlm. 3
![Page 5: 03 BAB I](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022081811/5571f90c49795991698eaaa3/html5/thumbnails/5.jpg)
5
kental. Meski jumlahnya tidak banyak, kolostrum memiliki konsentrasi gizi dan
imunitas yang tinggi,8 yang merupakan nutrisi pertama paling penting bagi bayi.
Disamping mengandung antibodi yang melindungi bayi dari infeksi dan faktor
pertumbuhan yang membantu perkembangan secara normal dan pematangan
pencernaan.9
Diantara akibat penyusuan dalam perkawinan Islam adalah penghalang bagi
seseorang untuk menikah dengan wanita yang menyusuinya yang lebih dikenal
dengan radha'ah. Persusuan akan menjadikan orang yang disusui menjadi mahram
bagi ibu radha'ahnya, dan haram pula ia menikah dengan putri-putri ibu tersebut,
baik putri itu sebagai anak kandung (nasab) maupun anak susuan. Demikian pula
diharamkan bagi pemuda itu (jika yang disusui laki-laki) menikah dengan saudara-
saudara perempuan ibu tersebut karena mereka sebagai bibi-bibinya.
Memberikan ASI merupakan hal yang esensial bagi manusia, maka sebagian
orang berpikir tentang beragam cara agar semua orang dengan segala aktivitas dapat
menyusui (memberikan ASI) tanpa mengganggu kinerja kerjanya termasuk dengan
cara sedot ASI.
Para ilmuwan Eropa telah menghadirkan ide untuk mendirikan Bank ASI,
dengan tujuan membantu para ibu yang tidak bisa menyusui bayinya secara langsung,
baik karena kesibukan bekerja, maupun kesulitan yang lain seperti ASI yang tidak
8 Michael Gottstein, Kolostrum, di akses pada tanggal 21 April 2010 dari
http://asuh.wikia.com/wiki/Kolostrum 9 Sunardi, Ayah Beri Aku ASI, Cet. I (Solo: Aqwa Medika, 2008) hlm. 48
![Page 6: 03 BAB I](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022081811/5571f90c49795991698eaaa3/html5/thumbnails/6.jpg)
6
bisa keluar, dan begitu juga bagi ibu pengidap penyakit yang bisa mempengaruhi
produksi ASI-nya untuk diberikan kepada bayi. Pendirian Bank ASI ini juga
bertujuan untuk membantu bayi yang lahir secara prematur maupun yang ditinggal
mati oleh ibunya.10
Namun, masih terdapat rasa kekhawatiran dari sebagian masyarakat mengenai
timbulnya mahram antara donatur susu (para ibu) dengan para bayi yang menyusu,
sehingga ketika bayi sudah mencapai usia dewasa, kemudian dia menikahi wanita
yang ASInya dia konsumsi, maka dikhawatirkan terjadi perkawinan yang dilarang
karena hubungan persusuan.
Semenjak itu, pendirian Bank ASI menimbulkan kritik dari kalangan ulama
Islam dalam menyikapinya. Diantara ulama kontemporer yang tidak membenarkan
adanya bank air susu adalah Dr. Wahbah Az-Zuhayli dan juga Majma’ Fiqih Islami.
Dalam kitab Fatawa Mua`sirah, beliau menyebutkan bahwa mewujudkan institusi
bank susu tidak dibolehkan dari segi syariah. Demikian juga dengan Majma’ Fiqih
Islami melalui Badan Muktamar Islam yang diadakan di Jeddah pada tanggal 22-28
Desember 1985/10–16 Rabiul Akhir 1406. Lembaga ini, dalam keputusannya,
menentang keberadaan bank air susu ibu di seluruh negara Islam serta mengharamkan
pengambilan susu dari bank tersebut, berdasarkan disiplin ilmu Fikih dan
perbincangan mendalam yang berlangsung dalam 2 sesi, dengan tiga alasan, yaitu:
10 Abdul Azis Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, Jilid 5, (Jakarta: PT Ichtiar Baru van Hoeve,
2003) hlm. 1475
![Page 7: 03 BAB I](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022081811/5571f90c49795991698eaaa3/html5/thumbnails/7.jpg)
7
1. Bank ASI merupakan eksperimen bangsa Barat, namun institusi ini semakin
kurang mendapat perhatian karena timbul analisa-analisa negatif berdasarkan
kajian dan tinjauan ilmiah.
2. Dalam Islam telah disepakati bahwa sesuatu yang diharamkan sebab
persusuan sama dengan yang diharamkan sebab nasab, sementara Islam
datang dengan tujuan menjaga kepentingan keturunan nasab, sedangkan Bank
ASI bisa jadi menyebabkan percampuran keturunan dengan ibu radha’ahnya,
dan juga dengan bayi lain yang mengonsumsi susu dari ibu radha’ah tersebut.
3. Bayi-bayi yang kekurangan berat badan atau mengidap penyakit-penyakit
tertentu masih boleh dirawat melalui proses penyusuan biasa pada ibu
kandung atau penyusu upahan. Dari sudut ini, institusi Bank Susu dilihat tidak
relevan diwujudkan.
Karena beberapa sebab tersebut, majelis menetapkan seperti berikut:
a) Menentang perwujudan Bank-Bank ASI di seluruh negara Islam;
b) Mengharamkan pengambilan susu dari Bank tersebut.11
Berbeda dengan Yusuf Qardhawi, sebagai ulama kontemporer dia pernah
melontarkan pemikiran kontroversial tentang perwujudan Bank ASI. Menurutnya,
pendirian Bank ASI tidaklah dilarang oleh agama karena tidak dijumpai alasan untuk
melarang (mani’) asalkan bertujuan untuk mewujudkan tujuan yang kuat dan untuk
11 Syaikh ‘Abdul ‘Azis Ibn Fauzan, Bunuk al-Hillib, di akses pada tanggal 12 Juni 2010 dari
http://www.islammessage.com/articles.aspx?cid=1&acid=141&aid=1494
![Page 8: 03 BAB I](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022081811/5571f90c49795991698eaaa3/html5/thumbnails/8.jpg)
8
memenuhi keperluan yang wajib dipenuhi bagi bayi prematur (yang tidak
mempunyai daya dan kekuatan) terlebih bayi yang ditinggal mati oleh ibunya.12
Beliau juga mengatakan bahwa para wanita yang menyumbangkan sebagian
air susunya untuk makanan golongan anak-anak lemah ini akan mendapatkan pahala
dari Allah dan terpuji di sisi manusia. Sebenarnya wanita itu bahkan boleh menjual
air susunya bukan sekedar menyumbangkan. Sebab di masa nabi, para wanita yang
menyusui bayi melakukannya karena faktor mata pencaharian sehingga hukumnya
memang diperbolehkan untuk menjual air susu.
Selain Yusuf Qardhawi, yang menghalalkan bank susu adalah Al-Ustadz Asy-
Syeikh Ahmad Ash-Shirbasi, ulama besar Al-Azhar Cairo. Beliau menyatakan bahwa
hubungan mahram yang diakibatkan karena penyusuan itu harus melibatkan saksi dua
orang laki-laki atau satu orang laki-laki dan dua orang saksi wanita sebagai ganti dari
satu saksi laki-laki. Bila tidak ada saksi atas penyusuan tersebut, maka penyusuan itu
tidak mengakibatkan hubungan kemahraman antara ibu yang menyusui dengan anak
bayi tersebut.13
Salah satu metode yang digunakannya dalam menemukan hukum adalah
metode ijtihad tarjih intiqa’i (selektif), yaitu memilih satu pendapat dari beberapa
pendapat terkuat yang terdapat pada warisan fiqih Islam yang penuh dengan fatwa
dan keputusan hukum dengan tidak membatasi satu mazhab, melainkan beberapa
12 Yusuf Qardhawi, Fatwa-fatwa Islam Kontemporer, Jilid II, terj. Abdul Hayi al-Kattani dkk
(Jakarta: Gema Insani Press, 2002), hlm. 783 13 Syaikh ‘Abdul ‘Azis Ibn Fauzan, Bunuk al-Hillib, di akses pada tanggal 12 Juni 2010 dari
http://www.islammessage.com/articles.aspx?cid=1&acid=141&aid=1494
![Page 9: 03 BAB I](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022081811/5571f90c49795991698eaaa3/html5/thumbnails/9.jpg)
9
mazhab sehingga dapat dipilih pendapat yang terkuat dalil dan alasannya dan sesuai
dengan kaidah tarjih.14
Munculnya perbedaan pendapat mengenai timbul atau tidaknya hubungan
mahram karena proses persusuan dalam Bank ASI merupakan masalah yang
memerlukan perhatian yang tinggi karena tidak diketahui siapa pendonor susu
tersebut dan bisa jadi si pengonsumsi ASI akan menikahi ibu yang mendonorkan susu
tersebut atau anak dari ibu itu sehingga umat Islam akan terjatuh dalam perbuatan
yang dilarang oleh agama.
Oleh karena itu, penulis tertarik menghadirkan pemikiran dari Yusuf
Qardhawi beserta metode istinbat hukum yang diterapkan karena beliau merupakan
sosok ulama yang ahli dalam bidang hukum Islam yang banyak mengeluarkan
pendapat yang kontroversial, bahkan ada yang menganggapnya merupakan ahli
bid’ah.
B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi rumusan
masalah meliputi hal-hal tersebut di bawah ini:
1. Bagaimanakah pandangan Yusuf Qardhawi terhadap adanya Bank ASI?
2. Bagaimana proses istinbat hukum Yusuf Qardhawi mengenai kebolehan Bank
ASI dan implikasi pandangannya dalam hukum radha'ah?
14 Yusuf Qardhawi, Ijtihad Kontemporer Kode Etik dan Berbagai Penyimpangan, terj, Ahmad
Barmawi, M.Ag, (Jakarta: Restu Ilahi, 2004), hlm. 23-24
![Page 10: 03 BAB I](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022081811/5571f90c49795991698eaaa3/html5/thumbnails/10.jpg)
10
C. Tujuan Pembahasan
Penelitian ini dimaksudkan untuk mencapai tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui dasar Pemikiran Yusuf Qardhawi tentang Bank ASI
terhadap hukum radha’ah.
2. Untuk mengetahui proses istinbat hukum Yusuf Qardhawi tentang kebolehan
Bank ASI dan implikasinya terhadap hukum radha’ah.
D. Penjelasan Istilah
Untuk mempermudah pemahaman terhadap istilah kunci dalam penelitian ini,
maka disini dijelaskan maknanya sebagai berikut:
1. Bank ASI: Suatu sarana yang dibuat untuk menolong bayi-bayi yang tak
terpenuhi kebutuhan ASInya. Di tempat ini, para ibu dapat menyumbangkan
air susunya untuk diberikan kepada bayi-bayi yang membutuhkan.
2. Implikasi: Keterlibatan atau keadaan terlibat; apa yang termasuk atau
tersimpul; sesuatu yang disugestikan tetapi tidak dinyatakan.15 Yaitu implikasi
pandangan Yusuf Qardhawi mengenai persusuan dalam Bank ASI terhadap
hukum radha’ah.
3. Radha’ah: Secara etimologis, radha’ah atau ridha’ah berarti suatu nama
untuk isapan atau sedotan air susu dari al-sadyu (susu), baik susu manusia
maupun susu binatang. Karena titik berat dalam pengertian lugawi ini terletak
15 Pusat Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005)
hlm. 427
![Page 11: 03 BAB I](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022081811/5571f90c49795991698eaaa3/html5/thumbnails/11.jpg)
11
pada isapan dari al-sadyu, maka jika air susu itu diperah kemudian diberikan
kepada seseorang, hal ini bukan dinamakan radha’ah. Dalam pengertian
lugawi, tidak disyaratkan besar kecil orang yang menyusu.16 Dengan kata lain
siapapun yang menyusu baik itu anak-anak, maupun orang dewasa, baik
kepada manusia maupun kepada binatang tetap dinamakan radha’ah.
Sedangkan sebagian Ulama fikih mendefinisikan radha’ah dengan,
“Masuknya air susu manusia kedalam perut seorang anak yang umurnya tidak
lebih dari dua tahun.”17
4. Wacana: Ucapan; Percakapan; Kuliah18
5. Pemikiran: Proses, cara atau perbuatan berpikir terhadap problem yang
memerlukan pemecahan.19
E. Metode Penelitian
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan beberapa metode dan
teknik antara lain :
1. Teknik Pengumpulan Data
16 Abdurrahman Al-Jaziry, Kitab al-Fiqh ‘Ala al-Mazahib al-Arba’ah, juz IV. (Beirut : Dar
al-Fikr, tt). hlm 223
17 Abdul Azis Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, Jilid 5, (Jakarta: PT Ichtiar Baru van Hoeve, 2003) hlm. 1470
18 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Umum Bahasa Indonesia, edisi
ketiga, (Jakarta : Balai Pustaka : 2006), hlm 1358
19 Pusat Bahasa…, hlm 892
![Page 12: 03 BAB I](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022081811/5571f90c49795991698eaaa3/html5/thumbnails/12.jpg)
12
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode Library Research
(Penelitian Kepustakaan) untuk mendapatkan data-data dalam menyusun teori
sebagai landasan ilmiah dengan mengkaji dan menelaah pokok-pokok permasalahan
dari literatur yang mendukung dan berkaitan dengan pembahasan skripsi ini. Data-
data penulis kumpulkan berdasarkan sumber data primer dan sumber data sekunder.
Sumber datanya adalah sebagai berikut:
a. Sumber Data Primer
Data yang diperoleh secara langsung dari masyarakat,20 Adapun sumber data
tersebut diperoleh dari buku-buku yang berhubungan dengan pembahasan ini antara
lain:
- Fatwa-fatwa Kontemporer
- Sistem Pengetahuan Islam
- Ijtihad Kontemporer Kode Etik dan Berbagai Penyimpangan
b. Sumber Data Sekunder
Data yang diperoleh dari bahan pustaka21. Adapun sumber sekunder yang
dijadikan rujukan adalah:
- Al-Muhalla bi al-Asar
- Al-Fiqh al-Islam wa ‘Adillatuhu
- Kitab al-Fiqh ‘Ala al-Mazahib al-Arba’ah
20 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta : UI Press, 2005) hlm. 51 21 Soerjono Soekanto, Pengantar...., hlm. 51
![Page 13: 03 BAB I](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022081811/5571f90c49795991698eaaa3/html5/thumbnails/13.jpg)
13
Pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka (literatur)22 yaitu
menghimpun data yang berasal dari buku-buku dan naskah-naskah yang berkaitan
dengan permasalahan tersebut.23 Dalam penelitian ini, data yang akan dihimpun
merupakan data yang berkaitan dengan hukum radha’ah dalam Bank ASI.
c. Sumber Tersier
Sumber data yang diperoleh sebagai pelengkap dengan memberikan gambaran
dan pemaparan tentang kejadian mengenai orang, tindakan, dan pembicaraan secara
apa adanya.24
2. Metode Analisa Data
Data disajikan berdasarkan metode deskriptif. Hal ini dimaksudkan untuk
menggambarkan pemecahan masalah yang ada berdasarkan data yang ada lalu
dianalisis, diinterpretasikan, dan dikomparasikan.25
a. Pendekatan
Adapun pendekatan yang digunakan adalah pendekatan historis dengan cara
mengumpulkan data, memferifikasi, mengevaluasi, dan memperoleh kesimpulan
yang kuat.26 Setelah itu dihubungkan ke peristiwa-peristiwa dengan memperhatikan
unsur, tempat, waktu, objek, latar belakang, dan pelaku peristiwa tersebut.
23 Abdul Kadir Muhammad, Hukum dan Penelitian, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2004) hlm. 151
24 Moleong, Metodologi Penelitian, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 105 25 Cholid Narboko, Metodelogi Penelitian, (Jakarta : Bumi Aksara, 2002) hlm. 44
26 Cholid Narboko, Metodelogi …, hlm 17
![Page 14: 03 BAB I](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022081811/5571f90c49795991698eaaa3/html5/thumbnails/14.jpg)
14
b. Teknik Analisa Data
Data yang telah berhasil dihimpun akan dianalisis secara kualitatif dengan
menggunakan metode komparatif,27 yaitu memaparkan data-data yang terkait dengan
masalah pembahasan yang ditemukan dalam berbagai literatur, kemudian
membandingkan mana yang lebih kuat dalilnya dan kesimpulannya diambil melalui
logika induktif yaitu memaparkan masalah-masalah yang bersifat khusus kemudian
ditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum.28 Metode ini digunakan sebagai
metode analitis berdasarkan teori umum yang pasti kebenarannya tentang hukum
radha'ah dalam Bank ASI.
Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini, penulis berpedoman kepada
buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Mahasiswa dan Pedoman Transliterasi Arab
Latin, yang diterbitkan oleh Fakultas Syari’ah IAIN Ar-Raniry, Darussalam, Banda
Aceh Tahun 2004. Sedangkan untuk penerjemahan ayat-ayat Al-Quran dikutip dari
Al-Quran dan Terjemahannya yang diterbitkan oleh Yayasan Penyelenggaraan
Penterjemahan Al-Quran Departemen Agama RI Tahun 1990.
F. Sistematika Pembahasan
Agar skripsi ini menjadi satu kesatuan yang kronologis dan sistematis maka
pembahasan yang akan disusun adalah sebagai berikut:
27 Cholid Narboko, Metodelogi …, hlm. 105
28 Cholid Narboko, Metodelogi …, hlm. 105
![Page 15: 03 BAB I](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022081811/5571f90c49795991698eaaa3/html5/thumbnails/15.jpg)
15
I. Bab I, dalam bab ini penulis membahas latar belakang, rumusan masalah,
tujuan penelitian, penjelasan istilah, metode penelitian, dan sistematika
pembahasan.
II. Bab II, dalam bab ini akan dibahas landasan teori yang terkait dengan tema
skripsi dengan menjabarkan pengertian radha'ah dan Bank ASI, dasar
hukum radha'ah, rukun dan syarat radha'ah, serta prosedur pendonoran dan
pengambilan susu di Bank ASI.
III. Bab III membahas perspektif ulama kontemporer tentang Bank ASI,
pandangan dan metode istinbat hukum Yusuf Qardhawi tentang Bank ASI
dan implikasinya terhadap hukum radha’ah.
IV. Bab IV merupakan bagian terakhir dari penyusunan skripsi ini yang
berisikan kesimpulan dari penelitian yang dilakukan serta saran.