bab i pendahuluan 1.1. latar...

12
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nilai ekspor di Indonesia saat ini sangat disumbang dari sektor industri karet dan produk olahannya, karena Indonesia merupakan salah satu produsen dan juga eksportir karet terbesar (kode HS 40) di dunia, disamping China dan Thailand. Adanya potensi yang baik dalam bidang ekspor dapat dilihat dari pasar produksi karet dalam negeri yang cukup besar, dengan luas lahan perkebunan karet alam Indonesia adalah yang terbesar di dunia. Hal ini sangat menyokong pertumbuhan ekonomi dari aspek ekspor. Namun, jumlah dan mutu komoditas karet Indonesia masih kalah dengan kedua negara pesaingnya tersebut. Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di suatu negara, ekspor menjadi salah satu indikator pendukungnya, selain daripada konsumsi masyarakat, investasi, pengeluaran pemerintah, dan impor. Ekspor dapat memberikan kontribusi positif terhadap perekonomian, yang dapat dilihat dari meningkatnya Pendapatan Domestik Bruto (PDB). Menurut Badan Pusat Statistik pada tahun 2014, komponen ekspor merupakan penyumbang terbesar kedua PDB Indonesia setelah konsumsi rumah tangga, yakni sebesar 44,53%. Sejalan dengan hal tersebut, pemerintah Indonesia sangat mengejar ekspor untuk menyokong pertumbuhan ekonominya, dimana setiap tahun pemerintah menetapkan target pertumbuhan ekspor yang terus naik. Adapun komoditas yang diekspor merupakan bahan baku maupun bahan jadi

Upload: others

Post on 11-Jan-2020

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmedia.unpad.ac.id/thesis/120210/2015/120210150074_1_2145.pdf · 2019-10-03 · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nilai ekspor di Indonesia

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Nilai ekspor di Indonesia saat ini sangat disumbang dari sektor industri karet

dan produk olahannya, karena Indonesia merupakan salah satu produsen dan juga

eksportir karet terbesar (kode HS 40) di dunia, disamping China dan Thailand.

Adanya potensi yang baik dalam bidang ekspor dapat dilihat dari pasar produksi

karet dalam negeri yang cukup besar, dengan luas lahan perkebunan karet alam

Indonesia adalah yang terbesar di dunia. Hal ini sangat menyokong pertumbuhan

ekonomi dari aspek ekspor. Namun, jumlah dan mutu komoditas karet Indonesia

masih kalah dengan kedua negara pesaingnya tersebut.

Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di suatu negara, ekspor

menjadi salah satu indikator pendukungnya, selain daripada konsumsi masyarakat,

investasi, pengeluaran pemerintah, dan impor. Ekspor dapat memberikan kontribusi

positif terhadap perekonomian, yang dapat dilihat dari meningkatnya Pendapatan

Domestik Bruto (PDB). Menurut Badan Pusat Statistik pada tahun 2014, komponen

ekspor merupakan penyumbang terbesar kedua PDB Indonesia setelah konsumsi

rumah tangga, yakni sebesar 44,53%. Sejalan dengan hal tersebut, pemerintah

Indonesia sangat mengejar ekspor untuk menyokong pertumbuhan ekonominya,

dimana setiap tahun pemerintah menetapkan target pertumbuhan ekspor yang terus

naik. Adapun komoditas yang diekspor merupakan bahan baku maupun bahan jadi

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmedia.unpad.ac.id/thesis/120210/2015/120210150074_1_2145.pdf · 2019-10-03 · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nilai ekspor di Indonesia

2

dari sektor pertanian, perikanan, pertambangan, sektor perkebunan, ataupun sektor

industri.

Data menunjukkan bahwa perkembangan ekspor Indonesia dari tahun 2003

hingga 2011 rata-rata menunjukkan tren positif. Namun, pertumbuhan ekspor

Indonesia pada lima tahun berikutnya dapat dikatakan relatif stagnan, yang tampak

pada tren yang menurun (Gambar 1.1). Adapun penyebabnya ialah negara-negara

tujuan ekspor utama ekspor Indonesia, seperti China, Amerika Serikat, Jepang dan

negara-negara di Eropa rata-rata mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi

sehingga permintaan produk-produk Indonesia mengalami penurunan.

Grafik 1.1 Perkembangan Nilai Ekspor Indonesia (miliar US$)

Terdapat beberapa kelompok hasil industri dalam sektor non-migas yang

menyumbang nilai ekspor terbesar di Indonesia, lima teratas diantaranya di tahun

2017 yaitu minyak yang berkontribusi tinggi terhadap ekspor industri makanan

61.0671.58

85.66100.8

114.1

137.02

116.51

157.78

203.5190.03182.55176.04

150.37144.49

168.81

0

50

100

150

200

250

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Sumber: UN COMTRADE 2019, diolah.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmedia.unpad.ac.id/thesis/120210/2015/120210150074_1_2145.pdf · 2019-10-03 · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nilai ekspor di Indonesia

3

senilai 272 triliun rupiah, diikuti produk pakaian jadi yang menyumbang sebesar 90

triliun rupiah. Selanjutnya, produk industri karet, barang karet, serta barang dari

karet dan plastik sebesar 66 triliun rupiah, produk industri barang kimia dan barang

dari bahan kimia 59 triliun rupiah, serta produk industri logam menyumbang 51

triliun rupiah.

Tabel 1.1 Kategori Sektor Industri Utama Ekspor Indonesia Tahun 2014-2018

No. Sektor Industri Rata-rata 2014 -

2018 (juta US$)

Trend

2014-2018 (%)

1. Lemak dan minyak hewan/nabati 20.244,92 1,4

2. Mesin/peralatan listrik 8.765,56 -2

3. Karet dan barang dari karet 6.548,80 0,6

4. Kendaraan dan bagiannya 6.177,88 10,2

5. Perhiasaan dan permata 5.505,16 4

6. Alas kaki 4.655,72 5,4

7. Pakaian jadi 4.086,70 3,1

8. Produk kimia 3.685,42 7,6

9. Plastik dan barang dari plastik 2.531,40 0,3

10. Makanan olahan 957,16 10,9

Kategori-kategori sektor industri yang disajikan dalam Tabel 1.1 saat ini

menjadi prioritas pengembangan oleh Kementerian Perindustrian untuk mencapai

implementasi revolusi industri generasi keempat (industri 4.0) di Indonesia. Hal ini

dikarenakan sektor-sektor tersebut mampu memberikan kontribusi besar bagi

Pendapatan Domestik Bruto, bagi total ekspor, serta tenaga kerja di sektor tersebut.

Pencapaian ini menjadikan sektor industri dapat menjadi tulang punggung dalam

kegiatan ekspor Indonesia. Lonjakan nilai ekspor tertinggi pada sektor industri pada

bulan Januari 2017 terhadap Desember 2016 mencapai diatas 1% terjadi pada

Sumber: Kementerian Perdagangan 2019, diolah.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmedia.unpad.ac.id/thesis/120210/2015/120210150074_1_2145.pdf · 2019-10-03 · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nilai ekspor di Indonesia

4

industri mesin, industri kendaraan bermotor, serta industri karet, masing-masing

sebesar 12,72%; 6,67%; dan 7,94%.

Industri karet adalah salah satu industri yang berperan besar dalam

mendongkrak nilai ekspor di Indonesia, dimana karet sebagai komoditi industri

hasil tanaman tropis yang banyak digunakan untuk membuat produk dan peralatan

di seluruh dunia, sehingga mampu menjadi penyumbang devisa negara setelah

minyak dan gas. Selain itu, Indonesia menjadi salah satu produsen dan juga

eksportir karet terbesar (kode HS 40) di dunia, disamping China dan Thailand.

Selain potensial dalam bidang ekspor, pasar produksi karet dalam negeri pun cukup

besar. Hasil produksi karet Indonesia mencapai 3,2 juta ton lebih setelah Thailand,

dan luas areal perkebunan karet alam Indonesia adalah yang terbesar di dunia

dengan 3,7 juta hektar atau sekitar 1,5 kali luas areal perkebunan karet Thailand.

Industri karet mengalami prospek yang baik, hal ini dapat dilihat dari

adanya peralihan dari perkebunan-perkebunan komoditi seperti kopi dan teh

menjadi perkebunan-perkebunan karet dan kelapa sawit. Sektor perkebunan

Indonesia teralihkan karena hasil karet di tanah air dapat mencapai ketahanan yang

setara dengan karet negara pesaingnya, yakni Thailand dan China. Kadar air yang

rendah juga menjadi salah satu keunggulan getah karet Indonesia. Berdasarkan

keunggulan tersebut, peluang produksi karet tanah air pun terbuka lebar baik untuk

diekspor maupun untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Perkembangan ekspor

karet Indonesia saat ini masih didominasi oleh produk primer.

Lahan perkebunan karet alam di Indonesia paling banyak berasal dari

provinsi Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Riau, Jambi, dan Kalimantan Barat.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmedia.unpad.ac.id/thesis/120210/2015/120210150074_1_2145.pdf · 2019-10-03 · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nilai ekspor di Indonesia

5

Total luas areal perkebunan karet Indonesia telah meningkat secara stabil dalam

sepuluh tahun terakhir. Di tahun 2016, total luas perkebunan karet di Indonesia

sebesar 3,64 juta hektar. Jumlah lahan perkebunan karet milik petani kecil

meningkat, sedangkan lahan perkebunan pemerintah sedikit berkurang, diduga

karena pemerintah berfokus kepada kebun kelapa sawit yang luas. Luas lahan

kebun karet milik swasta berkurang di antara tahun 2010 dan 2012, namun naik

cukup cepat mulai dari tahun 2013 (Gapkindo).

Tabel 1.2 Lima Provinsi Produsen Karet Terbesar di Indonesia Tahun 2016

No. Nama provinsi

Jumlah

produksi

(ribu ton)

Luas lahan

(ribu ha)

Produktivitas

(kg/ha)

1. Sumatera Selatan 962,4 835,6 1.356

2. Sumatera Utara 432,8 444,1 1.070

3. Riau 338,5 347,7 1.100

4. Jambi 287,0 377,9 933

5. Kalimantan Barat 252,8 365,9 838

Sumber: BPS 2017, diolah.

Indonesia dapat dikatakan masih mempunyai potensi yang besar untuk

meningkatkan produksi karet. Maka dari itu, perlunya meningkatkan kualitas

(mutu) dan produktivitas karet agar dapat meningkatkan kuantitas volume ekspor

karet dari berbagai bentuk dan dapat bersaing dengan produk karet hasil negara

pesaing. Sebagai bagian dari 10 komoditas utama ekspor, ekspor karet Indonesia

mengalami peningkatan dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2010.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmedia.unpad.ac.id/thesis/120210/2015/120210150074_1_2145.pdf · 2019-10-03 · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nilai ekspor di Indonesia

6

Hasil produksi karet Indonesia diekspor ke luar negeri mencapai angka 85

persen per tahunnya, dikirimkan ke negara-negara Asia lain seperti Jepang dan

China, lalu diikuti negara-negara di Amerika dan Eropa. Jumlah ekspor karet

mencapai persentase yang sangat besar disebabkan rendahnya konsumsi karet

domestik. Indonesia masih bergantung pada impor produk-produk karet olahan

karena kurangnya fasilitas pengolahan-pengolahan domestik dan kurangnya

industri manufaktur yang berkembang baik.

Walaupun demikian, di beberapa tahun terakhir terlihat adanya perubahan

meskipun lambat, karena jumlah ekspor sedikit menurun akibat meningkatnya

konsumsi domestik. Karet alam yang diserap secara domestik digunakan oleh

industri manufaktur ban terutama sektor otomotif, diikuti oleh produk sarung

tangan karet, benang karet, alas kaki, ban vulkanisir, sarung tangan medis dan alat-

alat lainnya. Dengan kata lain, industri ban merupakan pengguna karet alam utama

terbesar dibandingkan dengan industri lain, yakni sebesar 55 persen pada tahun

2016 (Kementerian Perindustrian). Ban menjadi produk unggulan dari hasil industri

karet yang banyak diekspor ke berbagai negara tujuan.

Industri ban yang merupakan industri sekunder berbasis karet kini telah

mengalami perkembangan yang sangat pesat. Seiring dengan perkembangan

otomotif dan berbagai ragam tipe kendaraan khususnya mobil, penggunaan ban

menjadi bagian yang penting. Ban mobil bukan hanya semata-mata sebagai

pelengkap dalam memaksimalkan fungsi roda, namun juga untuk kebutuhan

keamanan kendaraan dan kenyamanan berkendara. Bila dipantau dari sisi ekspor,

nilai ekspor dari industri ban mobil (dengan kode HS 401110) pada tahun 2003

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmedia.unpad.ac.id/thesis/120210/2015/120210150074_1_2145.pdf · 2019-10-03 · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nilai ekspor di Indonesia

7

hingga 2011 rata-rata mengalami peningkatan, namun pada lima tahun selanjutnya

mengalami kemerosotan. Pada tahun 2016, ekspor ban Indonesia ke pasar dunia

kembali naik mencapai 1.378.384.206 dollar AS dengan volume ekspor sebesar

453.868 ton (UN Comtrade).

Grafik 1.2 Nilai Ekspor Ban Mobil Indonesia ke Enam Negara Tujuan

Utama Tahun 2004-2017 (juta US$)

Enam negara yang menjadi tujuan utama ekspor ban mobil Indonesia

khususnya pada lima tahun terakhir seperti tersaji pada Gambar 1.2, yaitu Amerika

Serikat, Jepang, Malaysia, Australia, Filipina, dan Arab Saudi. Dalam tiga tahun

terakhir, nilai ekspor ban Indonesia ke Jepang dan Filipina mengalami peningkatan,

ke Australia mengalami penurunan, sedangkan ke negara tujuan Amerika Serikat,

Malaysia, dan Arab Saudi mengalami fluktuasi. Di tahun 2017, nilai ekspor ban

mobil Indonesia ke Amerika Serikat dan Jepang masing-masing mencapai 628 juta

0

100

200

300

400

500

600

700

800

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

AS JEPANG MALAYSIA AUSTRALIA FILIPINA ARAB SAUDI

Sumber: UN COMTRADE 2019, diolah.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmedia.unpad.ac.id/thesis/120210/2015/120210150074_1_2145.pdf · 2019-10-03 · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nilai ekspor di Indonesia

8

dollar AS dan 105 juta dollar AS (UN Comtrade). Kedua angka tersebut dapat

dikatakan cukup tinggi karena Jepang sendiri merupakan negara penghasil otomotif

dunia yang tentunya sangat membutuhkan produk ban khususnya dari Indonesia,

sedangkan Amerika Serikat merupakan pangsa pasar ban terbesar di dunia. Selain

itu, dengan adanya perang dagang antara AS-China yang dimulai sejak tahun 2018

mempengaruhi ekspor ban mobil Indonesia ke kedua negara tersebut.

Perang dagang atau lebih tepatnya perang tarif antara Amerika Serikat

dengan China disebabkan oleh alasan politik dari Presiden AS saat ini, Donald

Trump sebagai realisasi dalam salah satu program kampanyenya yaitu

meningkatkan restriksi impor dan menekan defisit neraca perdagangan, khususnya

dengan China. Neraca perdagangan Amerika Serikat dengan semua negara

mitranya mengalami defisit yakni sebesar 1,1 triliun dollar AS pada tahun 2017.

China selaku negara eksportir terbesar ke Amerika Serikat merupakan sumber

defisit utamanya dengan nilai 405,7 miliar dollar AS di tahun yang sama. Indonesia

merupakan negara pengekspor peringkat ke-19 di Amerika Serikat dan peringkat

ke-16 di China. Neraca perdagangan Indonesia dengan Amerika Serikat mengalami

surplus yang mencapai 9,6 miliar dollar AS, sedangkan dengan China mengalami

defisit sebesar 12,7 miliar dollar AS. Bagi Indonesia, Amerika Serikat merupakan

negara penting sebagai tujuan ekspor utama produk ban yang dihasilkan Indonesia.

Maka dari itu, menurut GAPKINDO atau Gabungan Perusahaan Karet Indonesia

(2018), terjadinya perang dagang AS-China disikapi dengan optimis oleh Indonesia

karena terdapat banyak peluang, diantaranya:

- Meningkatkan peluang ekspor bagi Indonesia ke Amerika Serikat.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmedia.unpad.ac.id/thesis/120210/2015/120210150074_1_2145.pdf · 2019-10-03 · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nilai ekspor di Indonesia

9

- Meningkatkan persaingan pasar atas produk yang menjadi target trade war.

- Adanya tekanan terhadap harga bahan baku termasuk harga karet alam.

Meningkatnya peluang ekspor Indonesia ke Amerika Serikat dapat dibuktikan

dengan terjadinya kenaikan total nilai ekspor pada tahun 2018, yakni mencapai

18.471.771.383 dollar AS, dimana di tahun sebelumnya nilai ekspor Indonesia ke

Amerika Serikat sebesar 17.810.479.989 dollar AS. Akan tetapi, nilai ekspor untuk

komoditas ban mobil Indonesia mengalami penurunan di tahun 2018, yakni sebesar

600.782.775 dollar AS, yang sebelumnya mencapai 628.154.162 dollar AS.

Melanjutkan pemaparan dari GAPKINDO, dengan terjadinya perang dagang

AS-China saat ini, bentuk respon pemerintah Indonesia antara lain sebagai berikut:

- Melakukan pendekatan langsung secara bilateral.

- Memperkuat peranan sektor jasa secara domestik maupun untuk ekspor.

- Beralih fokus dari produk primer ke produk industri/produk olahan.

- Mengelola impor dengan lebih baik.

- Mempercepat upaya peningkatan daya saing ekonomi.

Kegiatan produksi ban mobil sebagai hasil industri karet dalam perdagangan

internasional selalu berkaitan dengan nilai tukar. Perubahan nilai tukar disebabkan

oleh kondisi perekonomian maupun politik dari negara eksportir, Indonesia. Nilai

tukar menjadi determinan utama berjalannya perdagangan internasional antar

negara. Dalam hal ini adalah nilai tukar mata uang dollar Amerika Serikat terhadap

rupiah.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmedia.unpad.ac.id/thesis/120210/2015/120210150074_1_2145.pdf · 2019-10-03 · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nilai ekspor di Indonesia

10

Tabel 1.3 Nilai Tukar Dollar AS Terhadap Rupiah Tahun 2004-2017

Tahun Nilai tukar US$/Rp

2004 8.938,85

2005 9.704,74

2006 9.159,32

2007 9.141,00

2008 9.698,96

2009 10.389,94

2010 9.090,43

2011 8.770,43

2012 9.386,63

2013 10.461,24

2014 11.865,21

2015 13.389,41

2016 13.308,33

2017 13.380,83

Berdasarkan fakta-fakta dan fenomena-fenomena yang telah dipaparkan

sebelumnya, dapat diketahui bahwasanya ekspor ban mobil Indonesia ke enam

negara tujuan utama cukup potensial dan memiliki peluang yang besar, mengingat

industri ban dengan berbagai inovasi sangat berkembang pesat di keenam negara

tersebut. Lantas, dibutuhkan daya saing yang kuat untuk tetap mempertahankan

ekspor ban mobil ke pasar internasional, karena daya saing merupakan salah satu

kriteria penting bagi suatu negara untuk melakukan perdagangan dengan negara

lain. Maka dari itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul

“ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI

EKSPOR BAN MOBIL INDONESIA KE ENAM NEGARA TUJUAN UTAMA

TAHUN 2004-2017”. Dan nantinya, penelitian ini dapat menyusun strategi-strategi

Sumber: World Bank, 2019.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmedia.unpad.ac.id/thesis/120210/2015/120210150074_1_2145.pdf · 2019-10-03 · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nilai ekspor di Indonesia

11

khusus untuk semakin meningkatkan kualitas ban dan mempertahankan kuantitas

nilai ekspor keenam negara tujuan tersebut pada kategori industri ban ini.

1.2. Identifikasi Masalah

Ekspor ban mobil Indonesia sebagai salah satu hasil dari produk karet hanya

berkontribusi sebesar 0,78% dari keseluruhan total ekspornya. Pertumbuhan ekspor

ban mobilnya pun berfluktuasi dan relatif stagnan apabila dibandingkan dengan

negara pesaingnya, yaitu China dan Thailand. Oleh sebab itu, permbahasan

penelitian ini akan dibatasi pada beberapa pokok permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana daya saing komparatif ekspor ban mobil Indonesia ke enam

negara tujuan utama.

2. Apakah variabel GDP Indonesia, GDP negara tujuan, dan populasi

berpengaruh positif terhadap nilai ekspor ban mobil Indonesia ke enam

negara tujuan utama.

3. Apakah variabel nilai tukar rupiah terhadap dollar AS dan jarak

geografis berpengaruh negatif terhadap nilai ekspor ban mobil Indonesia

ke enam negara tujuan utama.

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dipaparkan

sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana daya saing komparatif dari ekspor ban

mobil Indonesia ke enam negara tujuan utama.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangmedia.unpad.ac.id/thesis/120210/2015/120210150074_1_2145.pdf · 2019-10-03 · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nilai ekspor di Indonesia

12

2. Untuk mengetahui faktor-faktor ekonomi apa saja yang mempengaruhi

ekspor ban mobil Indonesia ke enam negara tujuan utama.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai

daya saing ekspor ban mobil Indonesia ke enam negara tujuan utama,

dan penelitian ini dapat menjadi bahan penulisan penelitian selanjutnya.

2. Penelitian ini dapat menjadi acuan dan referensi bagi pemerintah dalam

meningkatkan kualitas dan kinerja ekspor ban mobil Indonesia.