02_15b.alsin_

9
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Inovatif Pascapanen untuk Pengembangan Industri Berbasis Pertanian Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian 1145 KAJIAN TEKNIS DAN EKONOMIS UNIT PROSESING JAGUNG GAPOKTAN DI CIPATAT KABUPATEN BANDUNG Harsono dan Reni Yuliana Balai Besar Pengengembangan Mekanisasi Pertanian. ABSTRAK Unit Prosesing jagung skala gapoktan ini merupakan bantuan dari Dirjen BP2HP pada tahun 2002, melalui program pengembangan model kawasan agribisnis jagung di Banten dan Jawa Barat. Program ini memberikan bantuan kepada beberapa gabungan kelompok tani dengan pendirian unit-unit prosesing jagung skala gabungan kelompok tani (Gapoktan). Melalui penerapan alsintan pascapanen yang terpadu pada luasan lahan sekitar 500 ha. Dengan pengembangan model prosesing plant untuk jagung tersebut diharapkan dapat secara nyata meningkatkan agribisnis jagung di sentra-sentra produksi jagung. Namun pendirian unit-unit prosesing jagung ini tidak akan memberikan pengaruh positif apabila tidak dikelola secara tepat dan benar. Untuk itu perlu dilakukan evaluasi secara teknis dan ekonomis terhadap unit prosesing jagung yang ada dan memberikan masukan untuk perbaikan selanjutnya. Penelitian dilakukan pada tahun 2004 di Unit prosesing jagung Cipatat. Hasil evaluasi menunjukkan secara teknis, alsin yang ada sudah memenuhi syarat untuk produksi, namun pengelolaan unit prosesing jagung ini sangatlah tidak efisien. Hal ini disebabkan karena hanya sekitar 50 % dari mesin prosesing yang ada (pengering, pemipil, winower) yang dapat dioperasikan secara optimal. Analisa ekonomi dari usaha unit prosesing jagung yang dikelola oleh gapoktan masih merugi, terutama apabila dihitung berdasarkan investasi yang ada. Akan tetapi apabila yang diperhitungkan hanya biaya operasional, akan sangat menguntungkan. Kata kunci : jagung, unit prosesing ABSTRACT Dirjen BP2Hp have developed a pilot plant of corn processing unit for several farming corporation system in Banten and west java in 2002. One of the location is in (Cv. Mandiri) Cipatat. The pilot plant provided an integrated post harvest machineries such as dryer, corn sheller, mixer, winower, corn hammer mill and corn husk hammer mill for 500 ha planting areas. The aim of this project is to increas the product quality and for the market price with could impact adding the farmer income. However the development of processing unit will not have benefits if this is not managed profesionally. For this reason, technical and economical analysis has been conducted in 2004. The analysis show that tecnically most of those machineries have been worked properly for processing corn, however there is still a lack of management sistem. Such as some of the machineries are not fully utilized, only dryercorn sheller and winower are fully utilized. Economic analysis shows that the invesment cost is too expensive for this pilot plant. However if the analysis counting without invesment cost (only operational cost), this project is profitable. Keyword : corn, processing unit PENDAHULUAN Jagung merupakan komoditas vital dalam industri pakan, pangan, kimia maupun industri manufaktur. Di Indonesia jagung juga merupakan makanan pokok utama yang memiliki kedudukan penting setelah beras. Sebagai bahan pokok bagi industri pakan ternak, kebutuhan jagung untuk pakan ternak sekitar 3 3,5 juta ton/thn dan sekitar 1 1,5 juta ton adalah impor (Kompas, 26 November 2003). Deptan memproyeksikan

Upload: indiraramadhani

Post on 17-Jan-2016

1 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

1

TRANSCRIPT

Page 1: 02_15b.alsin_

Prosiding Seminar Nasional Teknologi Inovatif Pascapanen untuk Pengembangan Industri Berbasis Pertanian

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian 1145

KAJIAN TEKNIS DAN EKONOMIS UNIT PROSESING JAGUNG

GAPOKTAN DI CIPATAT KABUPATEN BANDUNG

Harsono dan Reni Yuliana

Balai Besar Pengengembangan Mekanisasi Pertanian.

ABSTRAK

Unit Prosesing jagung skala gapoktan ini merupakan bantuan dari Dirjen BP2HP pada tahun 2002,

melalui program pengembangan model kawasan agribisnis jagung di Banten dan Jawa Barat.

Program ini memberikan bantuan kepada beberapa gabungan kelompok tani dengan pendirian

unit-unit prosesing jagung skala gabungan kelompok tani (Gapoktan). Melalui penerapan alsintan

pascapanen yang terpadu pada luasan lahan sekitar 500 ha. Dengan pengembangan model

prosesing plant untuk jagung tersebut diharapkan dapat secara nyata meningkatkan agribisnis

jagung di sentra-sentra produksi jagung. Namun pendirian unit-unit prosesing jagung ini tidak

akan memberikan pengaruh positif apabila tidak dikelola secara tepat dan benar. Untuk itu perlu

dilakukan evaluasi secara teknis dan ekonomis terhadap unit prosesing jagung yang ada dan

memberikan masukan untuk perbaikan selanjutnya. Penelitian dilakukan pada tahun 2004 di Unit

prosesing jagung Cipatat. Hasil evaluasi menunjukkan secara teknis, alsin yang ada sudah

memenuhi syarat untuk produksi, namun pengelolaan unit prosesing jagung ini sangatlah tidak

efisien. Hal ini disebabkan karena hanya sekitar 50 % dari mesin prosesing yang ada (pengering,

pemipil, winower) yang dapat dioperasikan secara optimal. Analisa ekonomi dari usaha unit

prosesing jagung yang dikelola oleh gapoktan masih merugi, terutama apabila dihitung

berdasarkan investasi yang ada. Akan tetapi apabila yang diperhitungkan hanya biaya operasional,

akan sangat menguntungkan.

Kata kunci : jagung, unit prosesing

ABSTRACT

Dirjen BP2Hp have developed a pilot plant of corn processing unit for several farming corporation

system in Banten and west java in 2002. One of the location is in (Cv. Mandiri) Cipatat. The pilot

plant provided an integrated post harvest machineries such as dryer, corn sheller, mixer, winower,

corn hammer mill and corn husk hammer mill for 500 ha planting areas. The aim of this project is

to increas the product quality and for the market price with could impact adding the farmer

income. However the development of processing unit will not have benefits if this is not managed

profesionally. For this reason, technical and economical analysis has been conducted in 2004. The

analysis show that tecnically most of those machineries have been worked properly for processing

corn, however there is still a lack of management sistem. Such as some of the machineries are not

fully utilized, only dryercorn sheller and winower are fully utilized. Economic analysis shows that

the invesment cost is too expensive for this pilot plant. However if the analysis counting without

invesment cost (only operational cost), this project is profitable.

Keyword : corn, processing unit

PENDAHULUAN

Jagung merupakan komoditas vital dalam industri pakan, pangan, kimia maupun

industri manufaktur. Di Indonesia jagung juga merupakan makanan pokok utama yang

memiliki kedudukan penting setelah beras. Sebagai bahan pokok bagi industri pakan

ternak, kebutuhan jagung untuk pakan ternak sekitar 3 – 3,5 juta ton/thn dan sekitar 1 –

1,5 juta ton adalah impor (Kompas, 26 November 2003). Deptan memproyeksikan

Page 2: 02_15b.alsin_

Prosiding Seminar Nasional Teknologi Inovatif Pascapanen untuk Pengembangan Industri Berbasis Pertanian

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian 1146

kebutuhan jagung periode 2001 – 2004 akan mencapai 11 – 12 juta ton per tahun.

Sebaliknya kemampuan produksi jagung nasional masih berkisar 9,2 juta ton.

Pertumbuhan kebutuhan jagung dalam negeri tidak terlepas dari perkembangan

industri pakan ternak yang signifikan sejak 1998. Dalam 10 tahun terakhir pertumbuhan

kapasitas industri pakan ternak mencapai rata-rata 14,6 % Industri pakan ternak ini

berlokasi di beberapa daerah potensi seperti Jatim, Jabar, Lampung dan Sumatra Barat

(Anonim, 2004). Kebutuhan jagung untuk pasar domestik yang begitu besar tersebut

belum bisa dimanfaatkan sepenuhnya oleh para petani, hal ini disebabkan oleh faktor

keterbatasan produktivitas dan mutu hasil produksi.

Di samping itu, dari sisi pencapaian produksi juga sering di bawah target karena

faktor penanganan pascapanen yang tidak tepat sehingga mengakibatkan banyak

kehilangan hasil. Oleh karena itu, usaha pengembangan jagung nasional harus didukung

oleh industri pascapanen sehingga mampu menciptakan keuntungan yang sebenarnya

secara bisnis. Dengan perbaikan pascapanen diharapkan dapat menekan tingkat

kehilangan dan menciptakan nilai tambah kepada para petani.

Melalui program pengembangan model kawasan agribisnis jagung di Banten dan

Jawa Barat, Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil tanaman pangan memberikan

bantuan kepada beberapa gabungan kelompok tani dengan pendirian unit-unit prosesing

jagung skala gabungan kelompok tani (Gapoktan). Melalui penerapan alsintan

pascapanen yang terpadu pada luasan lahan sekitar 500 ha. Dengan areal seluas ini

diharapkan dapat mencakup beberapa kelompok tani (gabungan kelompok tani).

Sehingga pengembangan model prosesing plant untuk jagung tersebut dapat secara nyata

meningkatkan agribisnis jagung di sentra-sentra produksi jagung. Dengan perbaikan

pascapanen diharapkan dapat menekan tingkat kehilangan dan menciptakan nilai tambah

kepada para petani. Namun demikian pendirian unit-unit prosesing jagung ini tidak akan

memberikan pengaruh positif apabila tidak dikelola secara tepat dan benar. Untuk itu

perlu dilakukan evaluasi secara teknis dan ekonomis terhadap unit prosesing jagung yang

ada dan memberikan masukan untuk perbaikan selanjutnya. Penelitian dilakukan di Unit

prosesing jagung Cipatat, karena merupakan pionir dari unit-unit prosesing jagung yang

ada, sehingga diharapkan hasilnya dapat memberikan pengaruh positif terhadap unit

prosesing jagung skala gapoktan yang lain.

Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan evaluasi teknis dan ekonomis pada

unit prosesing jagung skala gapoktan di Cipatat, untuk perbaikan penanganan

pascapanen dan memberikan nilai tambah pada jagung.

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian dilakukan pada bulan Mei 2004 di Unit Prosesing jagung Skala

Gapoktan, Cipatat, Kabupaten Bandung.

Pelaksanaan Kegiatan

Adapun tahapan-tahapan dari kegiatan ini, adalah :

a. Study Literatur

Tujuannya adalah memperoleh informasi /data dengan instansi / dinas

terkait dan perguruan tinggi serta sumber lain seperti internet.dan melakukan

konsultasi model agribisnis prosesing jagung .

Page 3: 02_15b.alsin_

Prosiding Seminar Nasional Teknologi Inovatif Pascapanen untuk Pengembangan Industri Berbasis Pertanian

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian 1147

b. Survei Lapang

Tujuannya adalah untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi pada

penanganan pascapanen jagung, produksi jagung, kebutuhan bahan baku

pangan/pakan (jagung pipil, jagung giling, cip tongkol jagung), upah dan

kesediaan tenaga kerja, harga dan kinerja alsintan tersedia di prosesing plant

pascapanen jagung.

Persiapan

Pengujian lapang

Evaluasi Teknis da

Ekonomis

Survai lapang

kuisioner

Rekomendasi

Kinerja alsin

Lokasi

terpilih

Gambar 1. Bagan Alir Tahapan Pelaksanaan Kegiatan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Struktur Persoalan Perjagungan

Persoalan utama dalam masalah jagung di Indonesia adalah berkaitan erat dengan

nilai jual dari jagung yang akan menentukan berminat tidaknya petani menanam jagung.

Harga jagung ini sangat dipengaruhi oleh hukum ekonomi dimana permintaan dan

penawaran akan jagung sangat berpengaruh. Namun demikian secara umum sangat

berkaitan erat dengan kebijakan pemerintah di bidang perjagungan yang meliputi juga

masalah penggunaan jagung untuk pangan atau pakan, serta kebijakan impor jagung.

Secara lebih lengkap dapat dilihat pada gambar berikut :

Page 4: 02_15b.alsin_

Prosiding Seminar Nasional Teknologi Inovatif Pascapanen untuk Pengembangan Industri Berbasis Pertanian

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian 1148

Gambar 2. Struktur Persoalan Jagung di Indonesia

Dari gambar di atas terlihat bahwa terdapat hubungan yang sangat erat antara

petani, pemerintah dan unit prosesing jagung (pembeli). Untuk menarik minat petani

menanam jagung, pemerintah selayaknya menjaga harga agar petani mendapat keyakinan,

menanam jagung akan menguntungkan. Untuk itu pemerintah harus mempunyai

komitmen menjaga harga, dengan membeli jika ada kelebihan produksi sehingga petani

percaya dan tetap mau menanam jagung. Kebijakan perjagungan yang lain adalah dengan

menyediakan kredit agribisnis, insentif untuk meningkatkat produksi dan kualitas hasil,

penetapan bea tarif masuk, ketersediaan sarana produksi dan penataan mata rantai

pemasaran yang menguntungkan petani.

Peran unit prosesing dalam menarik minat petani adalah dengan memberikan nilai

tambah pada komoditas jagung sehingga akan meningkatkan harga jualnya. Untuk itu

diperlukan dukungan teknologi baik dari segi mekanisasi maupun teknologi

prosesingnya. Kontribusi terhadap kualitas dapat mengakibatkan terjadinya penurunana

pertumbuhan aflatoxin melalui penanganan yang segera pada titik kritis yaitu

pengeringan. Kadar air biji simpan 15 – 17 % juga menurunkan persentase kotoran biji

rusak.

Disamping itu, jagung dapat diolah menjadi produk lain seperti tepung, jagung

beras, jagung giling sehingga pemanfaatan jagung baik sebagai bahan pangan dan bahan

pakan dapat diolah dengan maksimal sehingga memberikan nilai tambah lebih. Dengan

mekanisasi juga kapasitas dan efisiensi menjadi tinggi.

Unit prossing jagung skala gapoktan yang ada di Cipatat, Kabupaten Bandung

merupakan bantuan dari pemerintah, dalam hal ini Direktur Bina Pengolahan dan

Pemasaran Hasil Tanaman pangan pada tahun 2002. Sasaran dari program ini adalah

terciptanya pusat pertumbuhan agribisnis jagung di kawasan Bandung dan terpenuhinya

bahan baku ternak yang terjamin mutu dan kontinyuitasnya.

Page 5: 02_15b.alsin_

Prosiding Seminar Nasional Teknologi Inovatif Pascapanen untuk Pengembangan Industri Berbasis Pertanian

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian 1149

a. Aspek Teknis

Konfigurasi alsin pascapanen jagung yang ada di unit prosesing jagung tersebut

dapat dilihat pada tabel 1. Konfigurasi alsin ini menunjukkan produk apa yang dapat

dihasilkan oleh setiap unit prosesing. Selain produk, konfigurasi mesin juga menentukan

kapasitas produksi dari setiap unit prosesing.

Tabel 1. Konfigurasi Alsin Prosesing Jagung pada Gapoktan Di Cipatat

No

Mesin Prosesing

Kapasitas

(Kg/Jam)

Mesin Penggerak

Thn

Pembelian

Terpasang

Aktual

Merk

Daya

(Hp)

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

Dryer

Corn Sheller

Penghancur Biji

PenghancurTongkol

Mixer

Winower

Chopper

18 ton

5 ton

500

200

500

-

-

11 ton

3 ton

200

200

500

-

-

PEM

Kubota

Mindong

Daiho

-

-

15

7,5

5,5

-

-

-

2002

2002

2002

2002

2002

2002

2003

Ket : Unit prosesing dikelola oleh Gapoktan

Dari tabel di atas, terlihat bahwa dengan konfigurasi yang ada, gapoktan dapat

memproduksi bermacam-macam produk jagung seperti : jagung pipil, jagung giling,

pakan ternak, chip tongkol jagung dan silase. Dengan kapasitas produksi yang cukup

tinggi, sekitar 10 – 20 ton jagung pipil perhari. Hal ini menunjukkan bahwa potensi

gapoktan dalam mendukung industri pakan ternak cukup besar, sehingga perlu

dioptimalkan fungsinya.

Namun demikian, dari beberapa jenis mesin prosesing jagung yang ada, yang

dioperasikan secara maksimal dalam penanganan pascapanen jagung hanyalah mesin

pemipil, mesin pengering dan pembersih saja.

Jagung tongkol Corn seller Proses

Pemipilan

Page 6: 02_15b.alsin_

Prosiding Seminar Nasional Teknologi Inovatif Pascapanen untuk Pengembangan Industri Berbasis Pertanian

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian 1150

D r y e r Winower Mesin Giling Jagung

m i x e r penyimpanan Tongkol kosong

(sisa pemipilan) Gambar 3. Kegiatan Prosesing Jagung Di Unit Prosesing Gapoktan di Cipatat.

Mesin penghancur / penggiling jagung hanya sesekali digunakan apabila ada

pesanan khusus. Demikian pula dengan mesin penghancur tongkol dan pencampur pakan

ternak (mixer). Hal ini berkaitan erat dengan kebutuhan konsumen akan tongkol giling

yang lebih lembut (kecil-kecil), namun tongkol giling dari mesin yang ada masih

berukuran besar.

Demikian pula halnya dengan mesin penggiling jagung, dimana produk yang

dihasilkan hanya cocok untuk ternak unggas, sementara peternak unggas yang ada pada

umumnya hanya mau membeli dalam bentuk jagung pipil karena sudah mempunyai

mesin penggiling sendiri. Untuk itu maka mesin ini hanya digunakan untuk pesanan-

pesanan khusus. Sebetulnya tersedia pasar untuk pakan ikan, namun diperlukan mesin

penepung jagung untuk dapat membuat tepung jagung.

Secara keseluruhan penanganan pasca panen jagung di unit prosesing yang sudah

ada belum dilakukan secara maksimal, sehingga nilai tambah produk hasil olah prosesing

jagung masih jauh dari yang diharapkan, maka perlu pengelolaan yang lebih baik baik

dari aspek management, sumber daya manusia, infrastruktur, maupun permodalan.

Page 7: 02_15b.alsin_

Prosiding Seminar Nasional Teknologi Inovatif Pascapanen untuk Pengembangan Industri Berbasis Pertanian

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian 1151

PENGEMASANPENIMBANGANCLEANERDRYERCORN

SHELLER

KONSENTRAT

PAKAN

TERNAK IKANMIXER

PENGHANCURAN

TONGKOL

* TEPUNG TONGKOL

* TEPUNG JAGUNG

TEPUNG

JAGUNGPENEPUNG

PIPILAN KERING

BERSIH 14 - 16 %TONGKOL

BASAH 18 - 20 %PIPILAN BASAH

18 - 20 %

PIPILAN KERING

14 - 16 %

KONSUMEN

PABRIK PAKAN

TONGKOL

BAHAN BAKU

PENANGANAN PASCA PANEN JAGUNG

Gambar 4. Alur Penanganan Pasca Panen Jagung

b. Aspek Ekonomis

Secara ekonomis, penggunaan mesin-mesin pertanian dalam unit prosesing jagung

akan menguntungkan apabila jam kerja minimalnya terpenuhi. Semakin tinggi jam

kerjanya akan semakin menguntungkan. Parameter-parameter analisa ekonomi

penggunaan alsin pada unit prosesing jagung dapat dilihat pada tabel 2. Parameter-

parameter tersebut diperoleh dari hasil survei lapang maupung pengujian yang telah

dilakukan pada masing-masing mesin pascapanen jagung.

Tabel 2. Nilai parameter yang digunakan dalam analisis biaya dan kelayakanpengusahaan

prosesing jagung

Parameter Gapoktan

Hari kerja (hari/tahun)

Jam kerja (jam/hari)

Hari kerja (hari/musim)

Upah operator (Rp/jam)

KonsumsiB.bakar (lt/jam)

Konsumsi oli (lt/jam)

90 hari

4 - 8 jam

30 hari

22.500,-

3 lt

0,09

Ket : Kelompok Tani hanya memiliki satu unit alsin pemipil

Dari nilai parameter teknis dan ekonomi dapat dianalisi biaya pokok dan

kelayakan finansial pengusahaan agribisnis prosesing jagung.

Page 8: 02_15b.alsin_

Prosiding Seminar Nasional Teknologi Inovatif Pascapanen untuk Pengembangan Industri Berbasis Pertanian

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian 1152

Tabel 3. Analisis biaya pokok dan kelayakan pengelolaan alsin prosesing jagung strata

pengelola

Hasil analisis Gapoktan

Biaya tetap (Rp/tahun)

Biaya tidak tetap (Rp/jam)

Biaya pokok (Rp/kg)

NPV (Rp)

B/C ratio

IRR (%/ tahun)

75.300.000

17.420.000

33,11

(424.829.720)

(0.4)

25.19

Tabel di atas menunjukkan bahwa pengelolaan unit-unit prosesing jagung yang

dikelola oleh gapoktan-gapoktan sangatlah tidak efisien. Hal ini disebabkan karena hanya

sekitar 50 % dari mesin prosesing yang ada (pengering, pemipil, winower) yang dapat

dioperasikan secara optimal. Permasalahan ini sangat erat kaitannya dengan kebijakan

yang diambil, dimana gapoktan hanya diberi unit prosesing jagung, tanpa disertai dengan

modal operasional.

Karakteristik usaha agribisnis jagung sangat berbeda dengan beras, dimana pada

usaha penggilingan padi banyak petani atau pedagang akan memanfaatkan sewa jasa

penggilingan padi untuk kemudian dengan mudah dapat menjual hasilnya dalam bentuk

beras. Sedangkan konsumen jagung giling atau jagung pipil, pada umumnya adalah

peternak atau pedagang, sehingga petani akan mengalami kesulitan dalam menjual

produknya. Sehingga usaha sewa jasa mesin pengolahan di unit prosesing jagung kurang

berkembang. Oleh karena itu, gapoktan (unit prosesing jagung) harus mempunyai modal

yang cukup untuk membeli jagung dari petani.

Analisa ekonomi yang dilakukan menunjukkan bahwa, usaha unit prosesing

jagung yang dikelola oleh gapoktan masih merugi, terutama apabila dihitung berdasarklan

investasi yang ada. Dari data yang diperoleh menunjukkan bahwa total cost nya adalah

sebesar Rp. 92.720.000,- /tahun sedangkan pendapatan yang diperoleh per tahun sebesar

Rp. 56.000.000,-/tahun. Namun apabila yang diperhitungkan hanya biaya operasional,

akan sangat menguntungkan terutama yang berada di Kabupaten Bandung, dimana total

biaya operasionalnya sebesar Rp. 17.420.000,-.

KESIMPULAN

1. Pengelolaan unit-unit prosesing jagung oleh gapoktan-gapoktan sangatlah tidak

efisien. Hal ini disebabkan karena hanya sekitar 50 % dari mesin prosesing yang

ada (pengering, pemipil, winower) yang dapat dioperasikan secara optimal.

Permasalahan ini sangat erat kaitannya dengan kebijakan yang diambil, dimana

gapoktan hanya diberi unit prosesing jagung, tanpa disertai dengan modal

operasional.

2. Analisa ekonomi usaha unit prosesing jagung yang dikelola oleh gapoktan masih

merugi, terutama apabila dihitung berdasarklan investasi yang ada. Namun apabila

yang diperhitungkan hanya biaya operasional, akan sangat menguntungkan .

3. Secara ekonomis, penggunaan mesin-mesin pertanian dalam unit prosesing jagung

akan menguntungkan apabila jam kerja minimalnya terpenuhi. Semakin tinggi jam

kerjanya akan semakin menguntungkan.

Page 9: 02_15b.alsin_

Prosiding Seminar Nasional Teknologi Inovatif Pascapanen untuk Pengembangan Industri Berbasis Pertanian

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian 1153

DAFTAR PUSTAKA

Andi Nirma N., 2001. Rancang Bangun Sistem Informasi Pasca Panen Komoditi Jagung,

IPB Bogor.

Anonim, 2000, Teknologi Peningkatan Produksi Jagung Bisma di Lahan Kering, Balai

Pengkajian Teknologi Pertanian Ungaran, Departemen Pertanian.

Anonim, 2001, Problematik Ketersediaan Jagung Dalam Industri Pakan, Indonesian Web

Site on Agribusiness Information, Minggu 21 Oktober 2001.

Anonim, 2003, Swasembada Jagung Diperkirakan akhir 2004, Berita Pertanian, 13 Mei

2003.

___________. 2004. Penggunaan Jagung dalam Industri Ternak. www.alabio.ejg.net.

Anonim, 2003, Swasembada Jagung Diperkirakan akhir 2004, Berita Pertanian, 13 Mei

2003.