02. lp

12
LAPORAN PENDAHULUAN Konsep Dasar Penyakit Infeksi Neonatus 1. Definisi Infeksi prenatal adalah infeksi pada neonatus yang terjadi pada masa antenatal, intranatal, dan postnatal. (Sudarti. 2010) Infeksi neonatus adalah infeksi yang terjadi pada neonatus, dapat terjadi pada masa antenatal, perinatal, dan postnatal. (Mitayani. 2009). 2. Etiologi Infeksi prenatal dapat disebabkan oleh berbagai bakteri seperti : Escherichia Coli, Pseudomonas pyocyaneus, klebsielia, staphylococcus aureus, coccus gonococcus. a. Infeksi Anternatal Infeksi yang terjadi pada masa kehamilan dimana kuman masuk ke tubuh janin melalui sirkulasi darah ibu dan kemudian mesuk melewati placenta dan masuk kedalam sirkulasi darah umbilicus. Misalnya : 1) Virus seperti rubella, poliomyelitis, variola, vaccinia, cioxsackie, cytomegalic inclusion. 2) Spirochaeta ; terponema polidiumm (leus).

Upload: madeanawijaya

Post on 05-Dec-2015

235 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

x

TRANSCRIPT

Page 1: 02. LP

LAPORAN PENDAHULUAN

Konsep Dasar Penyakit Infeksi Neonatus

1. Definisi

Infeksi prenatal adalah infeksi pada neonatus yang terjadi pada masa

antenatal, intranatal, dan postnatal. (Sudarti. 2010)

Infeksi neonatus adalah infeksi yang terjadi pada neonatus, dapat terjadi

pada masa antenatal, perinatal, dan postnatal. (Mitayani. 2009).

2. Etiologi

Infeksi prenatal dapat disebabkan oleh berbagai bakteri seperti :

Escherichia Coli, Pseudomonas pyocyaneus, klebsielia, staphylococcus aureus,

coccus gonococcus.

a. Infeksi Anternatal

Infeksi yang terjadi pada masa kehamilan dimana kuman masuk ke

tubuh janin melalui sirkulasi darah ibu dan kemudian mesuk melewati

placenta dan masuk kedalam sirkulasi darah umbilicus. Misalnya :

1) Virus seperti rubella, poliomyelitis, variola, vaccinia, cioxsackie,

cytomegalic inclusion.

2) Spirochaeta ; terponema polidiumm (leus).

3) Bakteria excheria coli dan listeria monocytoganes.

b. Infeksi Intranatal

Infeksi terjadi pada masa persalinan, infeksi ini terjadi dengan cara

mikro organisme masuk dari vagina naik dan kemudian masuk dalam

rongga amnion biasanya setelah kulit ketuban pecah. Ketuban yang pecah

lebih dari 12 jam akan menjadi penyebab timbulnya placentitis dan

amnionitis. Infesi dapat tejai pula walaupun air ketuban belum pecah yaitu

pada partes lama yang sering dilakukan manipulasi vagina. Infeksi dapat

pula terjadi melalui kontak langsung dengan kuman yang berasal dari

Page 2: 02. LP

vagina misalnya pada blennorhoe, partus yang lama, pemeriksaan vagina

yang terlalu sering.

c. Infeksi Post Natal

Infeksi pada periode pasca natal dapat terjadi setelah bayi lahir lengkap,

misalnya melalui kontaminasi langsung dengan alat-alat yang tidak steril

tindakan yang tidak anti septic atau dapat juga terjadi akibat infeksi silang.

Misalnya pada fian neonatorum, omvalitis dll.

3. Patofisiologi

Berdasarkan patogensisnya, sepsis pada neonatus dapat dibagi menjadi :

a. Sepsis awitan dini ( early – onset sepsis )

Gejala akan timbul  pada 5 – 7 hari pertama. Infeksi dapat terjadi

transplasenta dari ibu yang mengalami bakteriemia, pada saat peripartum

seperti terinfeksinya cairan amnion dan korioamnionitis akibat ketuban yang

pecah sehingga bakteri dari jalan lahir masuk kedalam cairan amnion atau

pada saat kelahiran dimana infeksi biasanya didapat dari jalan lahir. Sepsis

awitan dini ini biasanya mendadak dan berat dengan angka kematian yang

tinggi.

b. Sepsis awitan lanjut ( late-onset sepsis )

Biasanya gejala sepsis akan timbul setelah usia 1 minggu, paling cepat

pada usia 5 hari, penyakitnya biasanya tidak seberat early-onset sepsis.

Secara klinis fokus infeksi lebih jelas dan yang paling sering adalah

didapatkan meningitis bersamaan dengan sepsinya.Sering akibat infeksi

yang didapat dengan sumber infeksi biasanya didapat dari jalan lahir, dari

lingkungan sesudah lahir atau peralatan penunjang kesehatan yang

digunakan.

c. Sepsis akibat infeksi nosokomial.

Infeksi didapat dari lingkungan, bayi prematur khususnya akan lebih

sering mengalami infeksi nosokomial yang berhubungan dengan lebih

lamanya perawatan di rumah sakit khususnyadi ruangan perawatan intensif

dengan segala alat bantu.

Page 3: 02. LP

4. Klasifikasi

Infeksi pada neonatus dapat dibagi dalam dua golongan besar.

a. Infeksi berat (major infection)

1) Sifilis kongenital

Biasanya terjadi pada masa antenatal, yang disebabkan oleh treponema

pallidum.

2) Sepsis neonatorum

Dapat terjadi pada antenatal dan postnatal.

3) Meningitis

Biasanya didahului sepsis, penyebab utamanya adalah E.colli,

pneomokokus, stafilokokus, dsb.

4) Pneumonia kongenital

Terjadi pada masa intranatal karena adanya aspirasi likuor amnion yang

septik.

5) Pneumonia aspirasi

Terjadi pada masa postnatal, merupakan penyebab kematian utama

pada bayi BBLR (berat badan lahir rendah), terjadi aspirasi pada saat

pemberian makan karena refleks menelan dan batuk yang belum

sempurna.

6) Pneumonia karena airborn infection

Infeksi karena berhubungan dengan orang dewasa yang menderita

infeksi saluran pernafasan.

7) Pneumonia stafilokokus

Biasanya terjadi pada neonatus yang lahir di rumah sakit.

8) Diare epidemik

Infeksi yang menyebabkan kematian yang tinggi, disebabkan oleh

E.colli yang bersifat patogen. Ada dua macam kuman patogen., antara

lain : Gastroenteritis E.colli dan Salmonelosis.

9) Pielonefritis

Infeksi yang mengenai ginjal bayi.

Page 4: 02. LP

10) Ostitis akut

Disebabkan oleh metastasis sarang infeksi stafilokokus.

11) Tetanus neonatorum

Disebabkan oleh clostridium yang bersifat anaerob dan mengeluarkan

eksotosin yang nerotropik.

b. Infeksi ringan

1) Pemrigus neonaturum

Gelombang jernih yang berisi nanah yang kemudian kemerahan pada

kulit disebabkan oleh stafilokokus.

2) Oftakmia neonatorum

Infeksi genokokus pada konjungtiva waktu melewati jalan lahir.

3) Infeksi pusat

Disebabkan oleh stafilokokus aureus, sehingga menimbulkan nanah,

edema dan kemerahan pada ujung pusat.

4) Moniliasis

Kandida albikans merupakan jamur yang sering ditemukan pada bayi

yang dapat menyebabkan stomatitis, diare, dermatitis dan lain-lain

5. Tanda dan gejala

Gejala klinis dari sepsis biasanya tidak spesifik, bayi dengan sepsis sering

menunjukan gejala tidak mau minum (poor feeding), aktifitas

berkurang/tampak tidak sehat (not doing well), tidak responsif. Gejala-gejala

ini hampir sama dengan  RDS, gangguan metabolik, penyakit pada sistim

hematologis, penyakit jantung dan susunan syaraf. Gejala lain yang lebih

spesifik lainnya termasuk :

a. Suhu tubuh yang tidak stabil.

b. Perubahan dalam kebiasaan/gejala susunan syaraf pusat seperti iritabel,

letargik, kejang, UUB membonjol, gangguan syaraf yang bersifat fokal,

serta hilangnya refleks primitif.

c. Distres pernafasan, apnea, takhipnea atau peningkatan kebutuhan oksigen.

Page 5: 02. LP

d. Gangguan sistim kardiovaskuler, hipotensi, takikardia, perfusi yang buruk

dan syok.

e. Muntah, diare, distensi abdomen,bab berdarah.

f. Oliguria, hematuria.

g. Gangguan dan infeksi kulit

h. Ikterik, petekie

i. Asidosis metabolik

j. Gangguan metabolik , hipo/hiperglikemi

6. Pemeriksaan diagnostik

Menegakkan diagnosa sepsis perlu dilakukan pemeriksaan penunjang

sebagai berikut :

a. Hitung darah lengkap dengan turunannya

Yang terpenting adalah jumlah sel darah merah (WBC). Sepsis

neonatus biasanya menunjukkan penurunan jumlah white blood cell (EBC),

yaitu kurang dari 500mm. hitung jenis darah juga menunjukkan banyak

WBC tidak matang dalam aliran darah. Banyaknya darah tidak matang

dihubungkan dengan jumlah totral WBC diidentifikasikan bahwa bayi

mengalami respon yang signifikan.

b. Plasenta

Biasanya 150.000 - 300.000 mm pada keadaan sepsis platelet menurun,

kultur darah gram negative atau positif dan test sensitivitas. Hasil dari kultur

harus tersedia dalam beberapa jam dan akan mengidentifikasikan jumlah

dan jenis bakteri. Kultur darah atau sensitivitas membutuhkan waktu 24-48

jam untuk mengembangkan dan mengidentifikasikan jenis pathogen serta

antibiotik yang sesuai.

c. Lumbal pungsi untuk kultur dan test sensitivitas pada cairan cerebrospinal.

Hal ini dilakukan jika ada indikasi infeksi neuron.

Page 6: 02. LP

d. Kultur urine

1) Kultur permukaan (surface culture)

Untuk mengidentifikasi kolonisasi, tidak spesifik untuk infeksi bakteri

2) Pencegahan infeksi pada neonatus

Cara pencegahan pada neonatus dapat dibagi sebagai berikut:

a) Cara umum

Pencegahan infeksi neonatus sudah harus dimulai dari periode

antenatal infeksi ibu harus diobati dengan baik, misalnya infeksi

umum, lekorea, dll. Dikamar bersalin harus ada pemisahan yang

sempurna antara bagian yang sepsis dengan aseptik. Pemisahan ini

mencakup ruangan, tenaga perawat, serta alat kedokteran dan alat

perawatan. Ibu yang akan melahirkan bayi, pertolongan harus

dilakukan secara aseptik. Suasana kamar bersalin harus sama

dengan suasana kamar operasi. Alat yang digunakan harus steril.

Dikamar bayi yang baru lahir harus ada pemisahan yang sempurna

untuk bayi yang baru lahir dengan partus aseptic dan partus septik.

Pemisahan ini harus mencakup personalia, fasilitas perawatan, dan

alat yang digunakan.selain itu juga dilakukan pemisahan terhadap

bayi yang menderita penyakit menular. Perawat harus mendapat

pendidikan khusus dan mutu perawat harus baik, apalagi bila kamar

perawatan bayi merupakan suatu kamar perawatan yang khusus.

Sebelum dan sesudah memegang bayi harus cuci tangan. Mencuci

tangan dengan menggunakan sabun antiseptic atau sabun biasa asal

cukup lama, dalam ruangan harus memakai jubah steril, masker,

dan sandal khusus. Dalam ruangan bayi, kita tidak boleh banyak

bicara, dan bila menderita sakit saluran pernafasan atas , tidak

boleh masuk kamar bayi.

Dapur susu harus bersih dan cara mencampur susu harus aseptik air

susu ibu yang dipompa sebelum diberikan kepada bayi harus

dipasteurisasi dulu. Setiap bayi harus punya tempat pakaian sendiri,

begitu juga incubator harus sering dibersihkan dan lantai ruangan

Page 7: 02. LP

setiap hari harus dibrsihkan serta setiap minggu harus dicuci

dengan menggunakan anti septik.

b) Cara khusus :

Pemakaian antibiotik hanya untuk tujuan dan indikasi yang jelas

Pada beberapa keadaan, misalnya ketuban pecah lama (> 12 jam)

air ketuban keruh, infeksi sistemik pada ibu, partus yang lama, dan

banyak manipulasi intravaginal. Resusitasi yang berat sering timbul

dilema apakah akan digunakan antibiopotik secara profilaksis.

Penggunaan antibiotik yang banyak dan tidak terarah dapaa

menyebabkan timbulnya strain mikroganisme yang tahan terhadap

antibiotic dan mengakibatkan timbulnya jamur yang berlebihan,

misalnya kandida albikans. Sebaiknya jika terlambat memberikan

antibiotik pada penyakit infeksi neonatus, sering mengakibatkan

kematian.

7. Penatalaksanaan

a. Suportif

1) Lakukan monitoring cairan elektrolit dan glukosa

2) Berikan koreksi jika terjadi hipovolemia, hipokalsemia dan hipoglikemia

3) Bila terjadi SIADH (Syndrome of Inappropriate Anti Diuretik Hormon)

batasi cairan

4) Atasi syok, hipoksia, dan asidosis metabolic.

5) Awasi adanya hiperbilirubinemia

6) Lakukan transfuse tukar bila perlu

7) Pertimbangkan nurtisi parenteral bila pasien tidak dapat menerima nutrisi

enteral.

b. Kausatif

Antibiotic diberikan sebelum kuman penyebab diketahui. Biasanya

digunakan golongan Penicilin seperti Ampicillin ditambah Aminoglikosida

seperti Gentamicin. Pada sepsis nasokomial, antibiotic diberikan dengan

mempertimbangkan flora di ruang perawatan, namun sebagai terapi inisial

Page 8: 02. LP

biasanya diberikan vankomisin dan aminoglikosida atau sefalosforin

generasi ketiga. Setelah didaapt hasil biakan dan uji sistematis diberikan

antibiotic yang sesuai. Tetapi dilakukan selama 10-14 hari, bila terjadi

Meningitis, antibiotic diberikan selama 14-21 hari dengan dosis sesuai

untuk Meningitis.

8. Pencegahan

a. Pada masa Antenatal

Perawatan antenatal meliputi pemeriksaan kesehatan ibu secara berkala,

imunisasi, pengobatan terhadap penyakit infeksi yang diderita ibu, asupan

gizi yang memadai, penanganan segera terhadap keadaan yang dapat

menurunkan kesehatan ibu dan janin. Rujuk ke pusat kesehatan bila

diperlukan.

b. Pada masa Persalinan

Perawatan ibu selama persalinan dilakukan secara aseptik.

c. Pada masa pasca Persalinan

Rawat gabung bila bayi normal, pemberian ASI secepatnya, jaga

lingkungan dan peralatan tetap bersih, perawatan luka umbilikus secara

steril.

9. Komplikasi

a. Hipoglikemia, asidosis metabolik

b. Koagulopati, gagal ginjal, disfungsi miokard, perdarahan intrakranial

c. Ikterus/kernikterus