00.40.0174_lukito_dwi_h

94
i PERILAKU MINUM-MINUMAN KERAS PADA REMAJA DITINJAU DARI KETIDAKHARMONISAN KELUARGA S K R I P S I Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Guna Memperoleh Derajat Sarjana Psikologi Oleh: LUKITO DWI H 00. 40. 0174 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG 2009

Upload: david-chaztelo

Post on 29-Dec-2015

15 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

jurnal kesehatan

TRANSCRIPT

Page 1: 00.40.0174_Lukito_Dwi_H

i

PERILAKU MINUM-MINUMAN KERAS PADA REMAJA

DITINJAU DARI KETIDAKHARMONISAN KELUARGA

S K R I P S I

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Guna

Memperoleh Derajat Sarjana Psikologi

Oleh:

LUKITO DWI H 00. 40. 0174

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA

SEMARANG

2009

Page 2: 00.40.0174_Lukito_Dwi_H

ii

Dipertahankan di Depan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Psikologi

Universitas Katolik Soegijapranata Semarang dan Diterima

untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Guna Memperoleh

Derajat Sarjana Psikologi

Pada Tanggal :

…………………

Mengesahkan

Fakultas Psikologi

Universitas Katolik Soegijapranata

Dekan,

(Th. Dewi Setyorini, S.Psi., M.Si)

Dewan Penguji Tanda Tangan

1. Drs. Pius Heru Priyanto, M.Si _______________ 2. ……………………………….. _______________

3. ………………………………... _______________

Page 3: 00.40.0174_Lukito_Dwi_H

iii

PERSEMBAHAN

~ Karya ini Kupersembahkan untuk

Kedua orang tuaku,

Kakakku dan istri,

Sinta " My Lovely " Damayanti,

serta Sahabat-sahabatku semuanya ~

Page 4: 00.40.0174_Lukito_Dwi_H

iv

MOTTO

. . .Tuhan tidak akan memberi apa yang kita minta, namun Tuhan

akan memberi apa yang kita perlukan . . .

Page 5: 00.40.0174_Lukito_Dwi_H

v

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt atas rahmat dan

karunia yang telah diberikan sehingga penulisan skripsi ini pada akhirnya

dapat diselesaikan. Dengan menulis dan menyusun skripsi ini, penulis

mendapatkan banyak pengalaman yang nantinya dapat menjadi bekal dan

pelajaran bagi kehidupan penulis. Penulis menyadari bahwa masih banyak

kekurangan pada skripsi ini, maka dengan segala kerendahan hati penulis

mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi

terwujudnya hasil skripsi yang baik.

Dalam proses pembuatan skripsi ini, penulis telah mendapat bantuan

dan bimbingan dari banyak pihak. Pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih dengan segala kerendahan hati kepada :

1. Panutanku Nabi Muhammad SAW, terima kasih atas teladan yang telah

kau berikan padaku.

2. Bapak dan Ibu yang kucinta dan kusayang, terima kasih untuk kerja

keras dan pengorbanannya sehingga penulis tidak pernah merasa

kekurangan selama menjalani studi; terimakasih untuk dukungan moril,

kepercayaan dan doa sebagai bentuk kasih sayang bagi penulis selama

ini.

3. Ibu Th. Dewi Setyorini S. Psi. Msi selaku Dekan Fakultas Psikologi

Universitas Katolik Soegijapranata Semarang atas bimbingan dan

pengarahan selama penulis menempuh pendidikan.

4. Bapak Drs. Pius Heru Priyanti MSi selaku Dosen Pembimbing Utama

dalam penyusunan Skripsi ini, yang dengan penuh kesabaran, dan

Page 6: 00.40.0174_Lukito_Dwi_H

vi

perhatian telah banyak meluangkan waktu memberikan petunjuk,

saran, dan nasehat selama bimbingan sehingga terselesaikannya skripsi

ini

5. Seluruh staf Tata Usaha dan non-edukatif Fakultas Psikologi

Universitas Katolik Soegijapranata: Mbak Ike, Mbak Tatik, Mbak

Retno, Mas Gandhi, dan Mas Supriyadi yang telah banyak memberikan

bantuan dan kemudahan dalam proses administrasi selama penulis

menempuh pendidikan.

6. Seluruh staf Perpustakaan Fakultas Psikologi dan Perpustakaan

Universitas Soegijapranata Semarang yang telah membantu dalam hal

kepustakaan penulis.

7. Teman – teman Unika Soegijapranata, Jhon Family, Kendeng 69,

Tebuko da Gondezz Agency yang telah membantu mengisi skala.

8. Kakakku J.J Thomas H.S dan istri Karunia " Rani ".

9. Sinta “My Lovely” Damayanti, yang tak pernah lelah untuk

memberikan dorongan, doa dan cinta untuk aku.

10. Deddy penasehat spiritualku, terima kasih atas ilmu-ilmu spiritualnya

yang membuat aku menjadi manusia yang lebih benar.

11. Dia “Bidadari Penyelamat”, terima kasih sempat menjadi bagian dari

hidupku yang memberi banyak pelajaran tentang hidup.

12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, maaf jika

ada yang terlupa, yang telah bersedia meluangkan waktu dan tenaganya

dalam membantu terselesaikannya skripsi ini.

Page 7: 00.40.0174_Lukito_Dwi_H

vii

Semoga Allah S.W.T berkenan membalas segala jasa dan budi baik

kepada mereka semua yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi

ini.

Semarang,November 2009

Penulis

Page 8: 00.40.0174_Lukito_Dwi_H

viii

DAFTAR ISI

Halaman Judul ............................................................................................ i

Halaman Pengesahan ............................................................................... ii

Halaman Persembahan ............................................................................. iii

Halaman Motto ........................................................................................ iv

Ucapan Terima Kasih .............................................................................. v

Daftar Isi .................................................................................................. vii

Daftar Tabel ............................................................................................. xi

Daftar Lampiran ....................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................ 1

B. Tujuan Penelitian ........................................................... 7

C. Manfaat Penelitian .......................................................... 7

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN ............................................... 9

A. Perilaku Minum-Minuman Keras ................................... 9

1. Pengertian Perilaku Minum Minuman Keras pada

Remaja......................................................................... 9

2. Batasan dan Tahap Dalam Perilaku Minum Minuman

Keras ........................................................................... 13

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Minum

Minuman Keras........................................................... 15

4. Aspek-aspek Dalam Pengukuran Perilaku Minum

Minuman Keras .......................................................... 19

Page 9: 00.40.0174_Lukito_Dwi_H

ix

B. Ketidakharmonisan Keluarga ............................................ 21

1. Pengertian Ketidakharmonisan Keluarga.................... 21

2. Bentuk-bentuk Ketidakharmonisan Keluarga............. 22

3. Ciri Ketidakharmonisan Keluarga .............................. 23

C. Hubungan Ketidakharmonisan Keluarga dengan Perilaku

Minum Minuman Keras ................................................... 25

D. Hipotesis ........................................................................ 29

BAB III METODE PENELITIAN ....................................................... 30

A. Identifikasi Variabel Penelitian ....................................... 30

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian ......................... 30

1. Perilaku Minum Minuman Keras................................ 30

2. Ketidakharmonisan Keluarga...................................... 31

C. Subyek Penelitian ............................................................. 31

1. Populasi ....................................................................... 31

2. Teknik Pengambilan Sampel ................................... 32

D. Metode Pengumpulan Data ............................................. 32

E. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur.................................. 35

1. Validitas Alat Ukur .................................................... 35

2. Reliabilitas Alat Ukur ................................................ 36

F. Metode Analisis Data ........................................................ 36

BAB IV LAPORAN PENGUMPULAN DATA.................................... 37

A. Orientasi Kancah Penelitian ............................................. 37

B. Persiapan Pengumpulan Data ............................................ 38

1. Penyusunan Skala Penelitian ...................................... 38

Page 10: 00.40.0174_Lukito_Dwi_H

x

a. Skala Perilaku Minum Minuman Keras ............... 39

b. Skala Ketidakharmonisan Keluarga ..................... 40

2. Perijinan Penelitian ................................................... 41

C. Pelaksanaan Pengumpulan Data........................................ 41

D. Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ........................ 42

1. Uji Validitas................................................................ 42

2. Uji Reliabilitas ............................................................ 43

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................... 44

A. Hasil Penelitian ............................................................... 44

1. Uji Asumsi ................................................................ 44

a. Uji Normalitas .................................................. 44

b. Uji Linieritas ..................................................... 45

2. Uji Hipotesis ........................................................... 45

B. Pembahasan ................................................................... 46

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN .............................................. 52

A. Kesimpulan ...................................................................... 52

B. Saran ................................................................................. 52

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 54

LAMPIRAN …………............................................................................ 56

Page 11: 00.40.0174_Lukito_Dwi_H

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Blue Print Skala Perilaku Minum Minuman Keras ................ 33

Tabel 2 : Blue Print skala Ketidak Harmonisan Keluarga ...................... 35

Tabel 3 : Sebaran Skala Perilaku minum - minuman keras ................. 40

Tabel 4 : Sebaran Skala Ketidakharmonisan keluarga............................ 40

Tabel 5 : Rincian Item valid dan tidak valid Skala Ketidakharmonisan

keluarga .................................................................................... 43

Page 12: 00.40.0174_Lukito_Dwi_H

xii

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN .............................................................................................. 56

LAMPIRAN A : DATA KASAR ...........................................................

A-1 Data Kasar Perilaku Minum Minuman Keras..

A-2 Data Kasar Ketidak Harmonisan Keluarga......

LAMPIRAN B : UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS ..................

B-1 Skala Ketidak Harmonisan Keluarga...............

LAMPIRAN C : SKALA PENELITIAN...............................................

C-1 Skala Perilaku Minum Minuman Keras...........

C-2 Skala Ketidak Harmonisan Keluarga...............

LAMPIRAN D : UJI ASUMSI .............................................................

D-1 Uji Normalitas ...............................................

D-2 Uji Linieritas .................................................

LAMPIRAN E : ANALISIS DATA ....................................................

E-1 Hasil Korelasi Produk Moment ......................

LAMPIRAN F : SURAT IJIN PENELITIAN DAN BUKTI

PENELITIAN .............................................................

F-1 Surat Ijin Penelitian .........................................

F-2 Bukti Penelitian .....................................................................

Page 13: 00.40.0174_Lukito_Dwi_H

xiii

PERILAKU MINUM-MINUMAN KERAS PADA REMAJA

DITINJAU DARI KETIDAKHARMONISAN KELUARGA

S K R I P S I

Oleh:

LUKITO DWI H

00. 40. 0174

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA

SEMARANG

2009

Page 14: 00.40.0174_Lukito_Dwi_H

xiv

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Seorang remaja diharapkan dapat mengisi kehidupan masa

remajanya dengan hal-hal yang positif sebagai persiapannya dalam

menghadapi masa dewasa yang lebih mandiri, karena remaja sebagai

generasi muda yang mempunyai peranan yang sangat berarti dan

berguna untuk pembangunan. Meskipun pada kenyataanya tidak semua

remaja dapat melewati masa remaja dengan mulus. Beberapa di antara

remaja tergelincir ke dalam kenakalan-kenakalan remaja yang dapat

merusak masa depan seperti berkenalan atau terlibat “pertemanan”

dengan minuman beralkohol. Pada kasus tersebut tidak sedikit pula di

antara remaja-remaja tersebut menjadi budak minuman beralkohol dan

membutuhkan waktu serta tenaga yang sangat lama untuk sembuh

secara total.

Perubahan perilaku pada remaja antara lain adalah menerima

begitu saja cara pergaulan bangsa lain, tari-tarian, musik, pesta dan

kebiasaan mengkonsumsi alkohol. Mengkonsumsi minum-minuman

beralkohol sendiri memiliki dampak yang negatif. Dampak dari

penyalahgunaan alkohol antara lain merusak hubungan dengan

keluarga, menurunkan kemampuan belajar, menurunkan produktivitas

kerja secara drastis, dan ketidakmampuan untuk membedakan antara

yang baik dan yang buruk. Selain itu penyalahgunaan alkohol

Page 15: 00.40.0174_Lukito_Dwi_H

xv

mengakibatkan perilaku menjadi anti sosial dan gangguan baik fisik

maupun mental (Hawari, 1991, h.25).

Menurut Hurlock usia remaja dimulai dari umur 12 tahun sampai

dengan 21 tahun, atau dengan kata lain masa remaja merupakan masa

transisi dari masa kanak–kanak ke masa dewasa (Atkinson, 1991,

h.134). Di dalam hal ini remaja berkembang ke arah kematangan

seksual serta memantapkan identitas dirinya, periode ini merupakan

masa yang kritis bagi individu dalam mengembangkan dan

memantapkan pengalaman yang diperoleh sejak kecil dalam

membentuk kepribadian. Periode ini juga periode dimana seseorang

cenderung menolak apa yang dikehendaki oleh lingkungan sekitarnya.

Hal ini terjadi karena remaja beranggapan bahwa dirinya sudah dapat

membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Perilaku remaja

yang cenderung menolak lingkungannya sering menimbulkan masalah–

masalah di lingkungan sekitarnya. Salah satu masalah yang sering

muncul adalah penyalahgunaan alkohol.

Mc. Donald (dikutip Hawari, 1991, h.41) mengadakan penelitian

tentang penyalahgunaan alkohol di Amerika serikat. Hasil penelitian

tersebut diperoleh data sebagai berikut :

1. Satu pertiga kecelakaan lalu lintas disebabkan pengemudi di bawah

pengaruh alkohol.

2. Kecelakaan lalu lintas tersebut menyebabkan kematian sebanyak

25.000 jiwa setiap tahunnya.

Page 16: 00.40.0174_Lukito_Dwi_H

xvi

3. Tercatat kematian 15.000 jiwa setiap tahunnya yang berkaitan

dengan pembunuhan atau bunuh diri dibawah pengaruh alkohol.

4. 40 juta anak dan suami atau istri menanggung derita mental karena

salah satu atau lebih dari anggota keluarganya menderita

ketergantungan alkohol.

5. Tercatat kematian 20.000 jiwa setiap tahunnya yang berkaitan

dengan penyakit (komplikasi medik) yang disebabkan

penyalahgunaan alkohol.

6. Setiap tahunnya terdapat 5 juta kasus penahanan yang dilakukan

oleh polisi yang berkaitan dengan penyalahgunaan alkohol, hal ini

merupakan 50% dari seluruh kasus penahanan oleh pihak

kepolisian.

7. Diperkirakan sekitar 5% dari seluruh angkatan kerja menderita

ketergantungan alkohol, dan 5% lainnya adalah penderita yang

gawat.

Di Indonesia, ada Undang-Undang yang mengatur tentang

pembuatan, penjualan dan pemakaian NAPZA termasuk diantaranya

minuman beralkohol. Hal ini tercantum dalam Undang-undang (UU)

1947 Nomer 29 (29/1947). Selain itu di Indonesia yang mayoritasnya

beragama Muslim terdapat dengan jelas di dalam Al Quran maupun

Hadist larangan bagi kaum Muslim mendekati bahkan mengkonsumsi

alkohol. Seperti yang diriwayatkan oleh Ibnu Abas dalam Hadist R.A

yang berbunyi “Sesungguhnya (Allah) yang mengharamkan

meminumnya, mengharamkan juga menjualnya”.

Page 17: 00.40.0174_Lukito_Dwi_H

xvii

Di Indonesia sendiri khususnya di kota Semarang, begitu mudah

remaja mendapatkan benda tersebut. Banyak warung-warung, toko

kelontong ataupun warung tenda yang secara terbuka menjual minuman

beralkohol tersebut. Para penjual sendiri sepertinya tidak ambil pusing

dengan adanya Undang-Undang yang mengatur tentang penjualan

ataupun penggunaan minuman beralkohol ataupun NAPZA. Penjual

membutuhkan sesuatu dari menjual minuman beralkohol tersebut yaitu

untuk mendapatkan keuntungan yang besar secara cepat. Hal ini

didukung oleh Drever (1980, h.300) yang mengatakan bahwa adanya

kebutuhan ditandai dengan perasaan kekurangan-kekurangan akan

sesuatu atau keinginan untuk mewujudkan tindakan tertentu. Kalaupun

para penjual minuman beralkohol tersebut kena razia, penjual tetap

akan bersikap santai karena mereka mempunyai cara untuk

membebaskan diri dari hukuman yang ada. Contohnya dengan

membayar uang sogokan atau uang jaminan.

Murray (dalam Prihantono, 2003 h.14) menegaskan bahwa setiap

manusia mempunyai kecenderungan untuk memenuhi kebutuhan secara

berbeda. Pembeli sendiri mempunyai bermacam-macam alasan untuk

mencari, membeli dan mengkonsumsi minuman beralkohol tersebut.

Alasan yang berbeda-beda tersebut dikarenakan adanya perbedaan

motivasi atau keinginan dari pembeli tersebut. Ada yang membeli

minuman keras karena permintaan teman-temannya, meskipun pembeli

tidak mengkonsumsinya. Ada pula seseorang membeli minuman keras

tersebut karena memang mengkonsumsi minuman keras tersebut baik

Page 18: 00.40.0174_Lukito_Dwi_H

xviii

untuk dikonsumsi sendiri maupun bersama teman-temanya. Di dalam

pemenuhan kebutuhannya pun pembeli mempunyai dasar yang

berbeda-beda, sesuai dengan kadar, gradasi atau tingkatannya.

Seseorang yang sudah berada dalam tahap kecanduan pasti akan

mengkonsumsi lebih banyak dari seseorang yang belum kecanduan.

Seseorang juga sering menggunakan minuman keras sebagai media

untuk mendapatkan teman baru, solider terhadap teman, menenangkan

diri dari segala permasalahannya. Hal ini didukung oleh pendapat

Hawari (2000, h.6), bahwa untuk melepas konflik yang dialaminya,

remaja cenderung akan mencari pelarian dengan meminum minuman

keras.

Penjelasan di atas diperkuat oleh pendapat Copuzzi (dikutip

Fuhrman, 1990, h.488) ada beberapa faktor yang mempengaruhi atau

yang mendorong seseorang (remaja) terlibat dalam penggunaan

minuman beralkohol tersebut. Secara garis besar faktor tersebut

dikelompokan dalam faktor sosial (ketaatan beribadah, pengaruh orang

tua atau keluarga, pengaruh sekolah dan faktor kepribadian (rendahnya

harga diri, pemberontakan, hilangnya kepercayaan diri). Kondisi

keluarga merupakan salah satu faktor yang akan menjadi prediktor

dalam penelitian ini.

Keluarga terdiri dari beberapa orang, maka akan terjadi interaksi

antar pribadi dan ini berpengaruh terhadap keadaan bahagia (harmonis)

atau tidak bahagia (tidak harmonis) pada salah satu anggota keluarga

yang selanjutnya berpengaruh pula terhadap pribadi-pribadi lain dalam

Page 19: 00.40.0174_Lukito_Dwi_H

xix

keluarga. Kalau di dalam keluarga ada salah satu anggota bermasalah

yang mempengaruhi pribadinya maka seluruh interaksi akan

terpengaruh dan kebahagiaan dalam keluarga juga mengalami hambatan

sehingga keluarga menjadi tidak harmonis lagi.

Ketidakharmonisan keluarga dikatakan sebagai keluarga yang

tidak bahagia yaitu bila ada sesorang atau beberapa anggota keluarga

yang hidupnya diliputi ketegangan, kekecewaan dan merasa tidak puas

dan tidak bahagia terhadap keadaan dan keberadaan dirinya terganggu

atau terhambat, yang meliputi aspek fisik, mental, emosi serta sosial

sehingga berhubungan dengan kegagalan atau ketidakmampuan dalam

menyesuaikan diri terhadap lingkungannya, terhadap orang lain serta

lingkungan sosialnya (Gunarsa, 1995, h.26). Lebih lanjut Gerungan

(1991, h.26) mengatakan bahwa keluarga yang tidak harmonis adalah

keluarga yang tidak mempunyai interaksi sosial yang wajar, dimana

orang tua sering cekcok dan menyatakan sikap saling bermusuhan

dengan disertai tindakan-tindakan yang agresif.

Pada lingkungan yang tidak harmonis dapat menyebabkan

remaja berperilaku delinquen (nakal), criminal serta tidak

menguntungkan perkembangan bagi anak tersebut. Kartono (dalam

Chairini, 1997, h.6) mengatakan bahwa ketidakharmonisan keluarga

menyebabkan anak mengalami kegoncangan batin yang serius sehingga

menimbulkan perasaan tidak aman secara emosional, batin tertekan,

ada perasaan malu pada lingkungan, rasa ikut bersalah dan rasa

berdosa, rasa kecewa dan penyesalan yang pada kelanjutannya akan

Page 20: 00.40.0174_Lukito_Dwi_H

xx

menimbulkan penyimpangan perilaku seperti menjadi keras dan kejam,

hiperaktif dan selalu curiga pada orang lain.

Bila masalah tersebut belum terpecahkan, maka dapat

menimbulkan ketegangan perasaan, kegelisahan yang mengakibatkan

remaja mengalami tekanan jiwa. Remaja yang mengalami tekanan jiwa

tersebut mencari jalan keluar untuk dapat menyelesaikan atau terhindar

dari masalah yang menekan jiwanya. Bila jalan keluar tidak bisa atau

belum dapat ditemukan, remaja dapat melakukan suatu perbuatan

sebagai pelampiasan yang mungkin dapat mengganggu orang lain atau

membahayakan dirinya sendiri. Kekecewaan dan kegelisahan atau

tekanan jiwa yang dideritanya akan dimunculkan dalam bentuk perilaku

yang mengganggu orang lain atau membahayakan dirinya seperti mulai

mengenal dan mengkonsumsi minuman beralkohol.

Mengacu pada pemaparan di atas menimbulkan pertanyaan

pada diri peneliti, apakah ada hubungan antara ketidakharmonisan

keluarga dengan perilaku minum-minuman beralkohol pada remaja?,

sehingga peneliti melakukan penelitian dengan judul ”Perilaku

Minum-minuman Keras Pada Remaja Ditinjau Dari

Ketidakharmonisan Keluarga”.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini mempunyai tujuan untuk menguji secara empirik

hubungan antara ketidakharmonisan keluarga dengan perilaku minum-

minuman beralkohol pada remaja.

Page 21: 00.40.0174_Lukito_Dwi_H

xxi

Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Memberi sumbangan pengetahuan di bidang Psikologi

Perkembangan Remaja dan Psikologi Keluarga terutama yang

berkaitan dengan perilaku minum-minuman keras pada remaja

dengan ketidakharmonisan keluarga.

2. Manfaat Praktis

Memberi informasi yang berguna bagi remaja, orang tua, dan

pendidik terutama dalam memahami permasalahan

ketidakharmonisan keluarga yang menyebabkan penggunaan

minuman keras pada remaja.

Page 22: 00.40.0174_Lukito_Dwi_H

xxii

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Perilaku Minum Minuman Keras

1. Pengertian Perilaku Minum Minuman Keras pada Remaja.

Dalam kamus psikologi Chaplin (1975, h. 8) disebutkan bahwa

perilaku mempunyai beberapa arti, yaitu (a) Beberapa yang dilakukan

organisme, (b) sebagai salah satu respon spesifik dari seluruh pola respond

an (c) suatu kegiatan atau aktivitas.

Morgan (dikutip Hardani 1999, h. 8) mengartikan perilaku sebagai

segala sesuatu yang dilakukan individu dan dapat diobservasi dengan

berbagai cara. Kartono & Dali Gulo (1987, h. 9) juga menambahkan

bahwa perilaku merupakan suatu tindakan manusia atau hewan yang dapat

dilihat. Sedangkan dalam kamus (Anshori 1996, h. 8) menyebutkan bahwa

perilaku adalah : a. setiap tanggapan yang dibuat oleh suatu organism, b.

secara spesifik merupakan bagian dari suatu pola rangsangan total, c.

suatu tindakan, aktivitas atau tingkah laku dan d. merupakan suatu

pergerakan atau gerakan yang rumit.

Ajzen (dikutip Hardani 1999, h. 8) mengatakan bahwa bila

seseorang ingin melakukan suatu perilaku, maka orang tersebut memberi

penilaian positif pada tingkah laku tersebut dan yakin bahwa orang lain

mempunyai arti penting baginya serta menghendakinya untuk melakukan

tingkah laku itu.

Page 23: 00.40.0174_Lukito_Dwi_H

xxiii

Definisi-definisi perilaku diatas mengandung pengertian bahwa

perilaku merupakan tindakan atau aktivitas yang dilakukan oleh individu

dan dapat diamati secara langsung.

Minuman keras atau alkohol merupakan suatu senyawa alifatis etil

alkohol dan tergolong kelompok alkohol, sehingga lebih dikenal dengan

alkohol saja. WHO memasukan etil alkohol kedalam jenis obat berbahaya

(drug) dan alkohol termasuk kelompok obat psikoaktif atau obat penenang

bersama dengan transkuiliser, sedative, atau hipnotikum dan narkotika

atau opial (Yatim 1991, h. 5).

Hundleby dan Mercer (dikutip Hardani 1999, h. 9) menggolongkan

minuman keras menjadi tiga jenis yaitu : (a) bir dengan kadar alkohol 1%

hingga 5%, (b) anggur dengan kadar alkohl 5% hingga 20% dan (c) liquar

dengan kadar alkohol 20% hingga 55%. Makin tinggi kandungan alkohol

makin besar pengaruhnya bagi si peminum.

Jumlah alkohol yang diminum juga akan mempunyai pengaruh yang

berbeda-beda pada tubuh manusia. Dalam tahap yang ringan yaitu 0,05%

alkohol dalam darah manusia hanya mempengaruhi kemampuan kontrol

dan pertimbangan seseorang. Bila kadar alkohol mencapai 0,10% dalam

darah maka terjadi gangguan pusat bicara, keseimbangan dan kecekatan

tangan. Gerakan motorik tubuh akan terganggu pada saat alkohol dalam

darah mencapai 0,45% akan terjadi koma atau hilangnya kesadaran

seseorang. Pernafasan dan jantung akan berhenti berdenyut bila kadar

alkohol dalam adalah mencapai 0,70% (Joewana dalam Hardani 1999,

h.9).

Page 24: 00.40.0174_Lukito_Dwi_H

xxiv

Dari beberapa pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa

perilaku minum-minuman keras adalah tindakan individu yang dapat

diamati secara langsung dengan jumlah dan kadar yang diminum dari

yang terendah sampai yang tertinggi.

Definisi-definisi minuman keras diatas mengandung pengertian

bahwa minuman keras adalah suatu senyawa alifatis etil alkohol dan

tergolong kelompok alkohol yang mempunyai kadar berbeda-beda yang

mempunyai efek pada tubuh si pengkonsumsi.

Istilah Adolescence atau remaja berasal dari kata adolescere

(adolescentia berarti remaja ) yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi

dewasa (Hurlock, 1996, h. 208). Remaja adalah individu yang sedang

mengalami masa peralihan dari masa kanak – kanak menuju ke masa

dewasa, yang pada masa tersebut terjadi perkembangan – perkembagan

baik fisik, fisiologis, dan sosial. Hal serupa juga di kemukakan oleh

Atkinson (1991, h.134) bahwa masa remaja adalah masa transisi atau masa

peralihan dari masa kanak – kanak ke masa dewasa.

Piaget (dikutip Hurlock, 1992, h. 206) mengatakan secara psikologis

masa remaja adalah usia saat individu berintegrasi dengan masyarakat

dewasa, usia dimana anak – anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang

– orang yang lebih tua, melainkan berada dalam tingkatan yang sama,

sekurang – kurangnya dalam masalah hak. Mereka tidak dapat dan tidak

mau lagi diperlakukan sebagai kanak – kanak karena mereka sekarang

hidup dengan orang dewasa, di dalam masyarakat orang dewasa yang

menuntut penyesuaian dengan orang dewasa.

Page 25: 00.40.0174_Lukito_Dwi_H

xxv

Remaja memiliki proses perkembangan yang sangat kompleks,

sehingga sering menimbulkan permasalahan baik padaremaja itu sendii

maupun lingkungan. Hal ini didukung oleh Tambun (Dikutip Hartanti,

2002) bahwa remaja adalah masaperkembangan yang penuh dinamik,

warna dan gejolak, karena itu dibutuhkan suatu pendekatan yang utuh

dalam mendekati remaja yang penuh gejolak. Hal senada juga diutarakan

oleh Monks (1992, h.255) bahwa masa remaja merupakan salah satu tahap

dalam perkembangan manusia, seperti dalam masa perkembangan yang

lainnya, masa ini mempunyai ciri – ciri khusus seperti susah diatur, mudah

terangsang perasaannya, dan sebagainya.

Hurlock (dikutip Hartanti, 2002) menyatakan bahwa masa remaja

dimulai sekitar usia 12 tahun sampai dengan 21 tahun. Pendapat yang sama

juga dikemukakan oleh Gunarsa, bahwa rentang usia remaja berlangsung

antara 12 tahun sampai dengan 21 tahun. Rentang ini disebabkan karena

masa remaja di bagi menjadi tiga periode yaitu :

• Masa remaja awal, dimulai dari usia 12 tahun – 15 tahun

• Masa remaja tengah, dimulai dari usia 15 tahun – 17 tahun

• Masa remaja akhir, dimulai dari usia 17 tahun – 21 tahun.

Dari beberapa pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa

perilaku minum-minuman keras pada remaja adalah tindakan individu

yang sedang mengalami masa peralihan dari masa kanak – kanak ke masa

dewasa, yang minum mengandung kadar alkohol secara langsung dengan

jumlah dan kadar dari yang terendah sampai yang tertinggi.

Page 26: 00.40.0174_Lukito_Dwi_H

xxvi

2. Batasan dan Tahap Dalam Perilaku Minum Minuman Keras

Batasan mengenai perilaku minum minuman keras dan juga obat-

obatan terlarang berbahaya menurut Fuhrman (1990, h. 479) dibedakan

atas penggunaan yang bersifat:

a. Eksperimen

Pada tahap ini biasanya seseorang menggunakan minuman keras

ataupun obat-obatan pada saat tertentu dan umumnya digunakan bila ada

ditengah-tengah kelompok sebaya agar mendapat penerimaan dan

pengakuan dari kelompok tersebut, oleh karena itu toleransi obat-obatan

dan miras itu sangat rendah.

b. Kebiasaan

Jika seseorang meningkatkan penggunaan menjadi tahap kebiasaan,

maka remaja mulai meningkatkan minum minuman keras untuk

mendapatkan efek yang sama seperti pada pengguna sebelumnya, lebih

sering menggunakan dan mulai berbahaya, memiliki perasaan bersalah,

menyembunyikan keterlibatan mereka dengan minuman keras,

c. Ketergantungan

Pada tahap ketergantungan mereka secara teratur menggunakan dan

selalu menginginkan efek yang lebih dari sebelumnya. Remaja juga

mempunyai kemungkinan untuk menggunakan obat-obatan berbahaya

lainnya. Pada tahap ini pula pemakainya mulai menunjukan gangguan

yang bersifat fisik maupun psikologis seperti kehilangan kesadaran,

melakukkan tindakan kriminal, berat badan turun dengan cepat, keluar

Page 27: 00.40.0174_Lukito_Dwi_H

xxvii

dari sekolah, tidak mampu bekerja dengan baik, selalu membuat alasan

dan memanfaatkan keadaan ketergantungan.

Tahap-tahap perilaku mengkonsumsi obat-obatan terlarang

minuman keras (Joewana 1989, h. 10) yaitu :

a. Tahap coba-coba

Merupakan tahap awal perkenalan terhadap obat-obatan dan

minuman keras. Tahap ini dapat berkembang menjadi pemakai kadang-

kadang atau berhenti sama sekali setelah merasakan bahan tersebut.

Pemakai atau peminum kadang-kadang dapat digolongkan dalam pemakai

atau peminum sosial atau situasional.

Pemakai atau peminum sosial menggunakan obat atau minuman

keras pada acara-acara tertentu saja, seperti pada acara pesta, berkemah dan

lain-lain. Pemakai atau peminum sosial memakai obat atau minuman keras

pada saat mengalami ketegangan, masalah, atau kekecewaan.

b. Tahap Ketergantungan

Pada tahap ini, seseorang telah menjadi pemakai atau peminum

tetap obat-obatan atau minuman keras dan menunjukan adanya gangguan

fisik dan sosial akibat pemakaian tersebut.

Berdasarkan pada pemahaman mengenai perilaku minuman keras

dan tahap-tahap penggunaan minuman keras dapat disimpulkan bahwa

perilaku minum minuman keras adalah tindakan individu yang secara

langsung, minum minuman keras dari tahap coba-coba hingga tahap

ketergantungan.

Page 28: 00.40.0174_Lukito_Dwi_H

xxviii

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Minum Minuman

Keras

Penggunaan minuman keras yang berlebihan diketahui dapat

menimbulkan pengaruh buruk, baik yang bersifat fisik maupun psikis.

Namun remajatampaknya seringkali mengabaikan bahaya-bahaya yang

akan ditimbulkan dari minum minuman keras.

Penjelasan diatas diperkuat oleh pendapat Copuzzi (dikutip

Fuhrman 1990, h 488) ada beberapa faktor yang mempengaruhi atau yang

mendorong seseorang (remaja) terlibat dalam penggunaan minuman

beralkool tersebut. Secara garis besar faktor tersebut dikelompokan dalam

faktor sosial (ketaatan beribadah, pengaruh orang tua atau keluarga,

pengaruh sekolah dan faktor kepribadian (rendahnya harga diri,

pemberontakan, hilangnya kepercayaan diri)).

Faktor sosial (ekstern) yang mempengaruhi perilaku mium-

minuman keras yaitu :

a. Ketaatan Beribadah

Hubungan antara ketaatan beribadah dengan perilaku minum

minuman keras sangat erat. Pemakai obat-obatan dan minuman keras

cenderung kurang berpartisipasi dalam kegiatan keagamaan, kurang rajin

beribadah dan urang memiliki komitmen keagamaan. (Oelting dan

Beauvais 1987, h. 12)

Penelitian yang dilakukan oleh Ronodikoro dan Afiatin (1990, h.14)

menunjukan bahwa pengaruh keagamaan merupakan faktor penangkal

yang utama dalam mencegah penggunaan obat-ibatan dan minum minuman

Page 29: 00.40.0174_Lukito_Dwi_H

xxix

keras. Penelitian diatas menunjukan bahwa ketaatan beragama memegang

peranan penting dalam mencegah seseorang menggunakan minuman keras

berlebihan.

b. Pengaruh Keluarga

Kebanyakan penelitian yang memusatkan perhatian pada faktor

keluarga menemukan bahwa hubungan antara anak dan orang tua

mempengaruhi keterlibatan seorang anak dalam menggunakan obat-obatan

ataupun minuman keras. (Winfree dikutip Hardani 1999, h.12).

Dari beberapa penelitian dilaporkan, beberapa gejala yang berkaitan

dengan keluarga dan penggunaan miuman keras pada remaja yaitu orang

tua yang mengkonsumsi minuman keras cenderung memiliki anak yang

mengkonsumsi minuman keras, remaja yang mengkonsumsi minuman

keras merasa ditolak dan jauh dari orangtua, dan remaja dari keluarga

otoriter dan permisif cenderung mengkonsumsi minuman keras. Keadaan

keluarga yang tidak baik atau tidak harmonis ini menyebabkan anak dapat

berperilaku negatif. Ketidakharmonisan keluarga dikatakan sebagai

keluarga yang tidak bahagia yaitu apabila ada seseorang atau beberapa

anggota keluarga yang hidupnya diliputi keberadaan dirinya terganggu atau

terhambat, yang meliputi aspek fisik, mental, emosi dan sosial, sehingga

berhubungan dengan kegagalan atau ketidakmampuan dalam

menyesuaikan diri terhadap lingkungannya, terhadap orang lain atau

lingkungan sosialnya (Gunarsa 1995, h. 26). Soekanto (1987, h. 26)

mendefinisikan ketidak utuhan keluarga sebagai keluarga yang mengalami

perpecahan sebagai suatu unit karena adanya anggota-anggota keluarga

Page 30: 00.40.0174_Lukito_Dwi_H

xxx

yang gagal memenuhi kewajjibannya yang sesuai dengan perasaan atau

fungsi sosialnya.

Kehangatan keluarga dan kontrol yang positif dari dari orang tua

berkorelasi positif dengan tidak adanya penyalahgunaan yang juga

ditujukan dengan tidak adanya gangguan emosi dan kenakalan.

Penelitian-penelitian ini menunjukan bahwa suasana keluarga

memberi sumbangan yang cukup besar dalam mencegah remaja

mengkonsumsi minuman keras.

c. Pengaruh Sekolah

Lingkungan sekolah seringkali dipandang tidak efektif dalam

mencgah atau menghentikan penggunaan minuman keras. Sekolah sama

halnya dengan orang tua yang seringkali bersikap otoriter atau permisif dan

tidak efektif dalam mempromosikan pemecahan masalah kesehatan yang

dibutuhkan remaja dalam menangkal penggunaan minuman keras.

Umumnya penyuluhan-penyuluhan hanya menunjukan fakta-fakta dan

merupakan taktik untuk menakut-nakuti, sehingga bukan saja metode tidak

efektif tetapi juga menurunkan kredibilitas sekolah di mata remaja

(Fuhrman 1990, h. 489).

Remaja yang memiliki permasalahan mengenai sekolah cenderung

terlibat dalam penggunaan minuman keras dan sikap sekolah yang otoriter

semakin membuat remaja menjauhi sekolah.

Page 31: 00.40.0174_Lukito_Dwi_H

xxxi

Faktor kepribadian (intern) yang mempengaruhi perilaku minum

minuman keras yaitu :

a. Harga diri

Menurut Meadov (dikutip Ratih 1998, h. 12) adalah penilaian yang

dilakukan terhadap diri sendiri. Harga diri seseorang dapat nampak oleh

sebab hal-hal yang bersifat jasmaniah dan rohaniah.

Orang yang mempunyai harga diri yang tinggi cenderung melihat

dirinya sebagai individu yang berhasil, ia akan bersikap realistis dalam

melihat kemampuan dirinya, sebalknya dengan individu yang mempunyai

harga diri rendah, ia akan melakukkan segala upaya agar terlihat mampu

melakukan sesuatu seperti orang lain tanpa melihat realita yang ada

dengan mengkonsumsi minuman keras.

b. Pemberontakan / Memberontak

Pada pengkonsumsi terdapat kecenderungan untuk selalu menolak

cara atau prosedur yang telah diakui oleh masyarakat atau keluarga. Ini

dilakukan semata-mata untuk mencapai tujuan yang dikehendaki. Keadaan

ini memang nampak jelas pada mereka karena pada dasarnya mereka

memiliki dasar-dasar permusuhan yang besar sekali terhadap segala

bentuk otoritas yang ada. Mereka tidak pernah belajar berusaha sama

dengan segala bentuk otoritas. Padahal orang lain umumnya melakukan

itu (Hilman dalam Yatim dan Irwanto 1991, h. 18).

c. Percaya Diri

Rasa percaya diri ini merupakan sikap yakn bahwa dirinya benar,

juur, kuat tidak tergantung orang lain dan mempunyai kemandirian serta

Page 32: 00.40.0174_Lukito_Dwi_H

xxxii

dirinya mampu dan dapat menerima keyakinan dan berfikir positif

sehingga dapat menyelesaikan dan menangani masalah dengan baik

sehingga berhasil dengan baik.

Berbeda dengan orang yang mempunyai rasa percaya diri rendah

atau kurang, mereka akan melarikan diri ke minuman keras untuk

menyelesaikan dan menangani masalahnya.

d. Usia

Fuhrman (1990, h. 479) mengatakan bahwa minuman keras

merupakan jenis obat-obatan yang paling banyak digunakan oleh remaja

di SMA, usia remaja menunjukan keterlibatan yang lebih dalam

penggunaan minuman keras ataupun obat-obatan terlarang. Hal ini terjadi

mungkin karena usia remaja merupakan masa seorang remaja sibuk

mencari pengalaman baru, mereka ingin mencoba hal baru tetapi

seringkali kurang memperdulikan akibat yang akan ditimbulkan. Hasil

penelitian terhadap remaja menunjukan bahwa ada peningkatan

penggunaan minuman keras sejalan dengan meningkatnya usia.

Berdasarkan uraian diatas, tampak bahwa perilaku minum minuman

keras pada remaja dipengaruhi oleh faktor intern (harga diri,

pemberontakan, percaya diri dan harga diri) dan ekstern ketaatan

beribadah, pengaruh keluarga (ketidakharmonisan keluarga), dan

pengaruh sekolah) saling berinteraksi.

Page 33: 00.40.0174_Lukito_Dwi_H

xxxiii

4. Aspek-aspek Dalam Pengukuran Perilaku Minum Minuman Keras

Cara-cara seseorang berperilaku pada suatu obyek berhubungan erat

dengan kepercayaan, perasaan, dan intensitasnya terhadap obyek tersebut

(Fieshbein dan Ajzen 1975, h. 18).

Menurut Morgan (dikutip Hardani 1999, h. 18) perilaku dapat

diukur yakni dengan melihat apa yang dikerjakan seseorang dan

mendengar apa yang dikatakan seseorang, sehingga dapat dibuat suatu

kesimpulan tentang perasaan-perasaan, sikap-sikap, pemikiran dan proses

mental yang lain.

Melalui pengukuran perilaku maka kejadian mental yang biasanya

disembunyikan menjadi lebih dapat diketahui. Perilaku mempunyai

komponen-komponen kognitif, afektif atau perasaan suka dan aktivitas

serta dapat diobservasi dan diukur dengan berbagai cara.

Perilaku minum-minuman keras seperti perilaku pada umumnya,

dibentuk dari aspek-aspek perilau sebagai berikut: (Twiford, dikutip

Nugroho, 2006. h. 13)

a. Frekuensi minum yaitu seberapa sering perilaku minum-minuman keras

yang muncul.

b. Durasi atau lamanya berlangsung yaitu seberapa lama subyek dalam

menggunakan minuman keras.

c. Intensitas yaitu kuat lemahnya atau seberapa dalam subyek dalam

menggunakan minuman keras.

Aspek perilaku minum-minuman keras (Hardani 1999,h. 19):

Page 34: 00.40.0174_Lukito_Dwi_H

xxxiv

a. Frekuensi minum, yang ditunjukan intensitas subyek dalam

menggunakan minuman keras.

b. Kadar minuman keras yang di minum.

c. Jumlah minuman yang diminum.

d. Cara meminum minuman keras, yang ditunjukan bagaimana subyek

meminum minuman keras.

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa aspek minum –

minuman keras dibagi menjadi 3 yaitu frekuensi minum, durasi atau

lamanya berlangsung, dan intensitas.

B. Ketidakharmonisan Keluarga

1. Pengertian Ketidakharmonisan Keluarga

Menurut Polak (1979, h. 363) ketidakharmonisan keluarga atau

disharmonisasis terjadi bilamana seorang anggota keluarga hilang atau

bilamana susunan kekariban menjadi retak atau kacau. Marhiyanto (dikutip

Chairini 1997, h. 25) menyebutkan ketidakharmonisan dapat berupa

ketidak utuhan keluarga, ketidakcocokan hubungan keluarga dan

ketegangan keluarga. Soekanto (1987, h. 26) mendefinisikan ketidak

utuhan keluarga sebagai keluarga yang mengalami perpecahan sebagai

suatu unit karena adanya anggota-anggota keluarga yang gagal memenuhi

kewajjibannya yang sesuai dengan perasaan atau fungsi sosialnya.

Ketidakharmonisan keluarga dikatakan sebagai keluarga yang tidak

bahagia yaitu apabila ada seseorang atau beberapa anggota keluarga yang

hidupnya diliputi keberadaan dirinya terganggu atau terhambat, yang

meliputi aspek fisik, mental, emosi dan sosial, sehingga berhubungan

Page 35: 00.40.0174_Lukito_Dwi_H

xxxv

dengan kegagalan atau ketidakmampuan dalam menyesuaikan diri terhadap

lingkungannya, terhadap orang lain atau lingkungan sosialnya (Gunarsa

1995, h. 26).

Lebih lanjut Gerungan (1991, h. 26) mengatakan bahwa keluarga

yang tidak harmonis adalah keluarga yang tidak mempunyai interaksi

sosial yang wajar, dimana orang tua sering cekcok dan menyatakan sikap

saling bermusuhan dengan disertai tindakan-tindakan yang agresif.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ketidakharmonisan

keluarga adalah keluarga yang mengalami perpecahan karena ada anggota

keluarga yang mengalami kegagalan memenuhi kewajibannya serta salah

satu sebab atau beberapa orang anggota keluarga diliputi ketegangan,

kekecewaan dan merasa tidak puas dan bahagia dan memberikan dampak

yang negatif pada anak (remaja) yang salah satunya adalah minum

minuman keras.

2. Bentuk-bentuk Ketidakharmonisan Keluarga

Bentuk-bentuk Ketidakharmonisan Keluarga menurur Soekanto

(1987, h. 27) adalah :

a. Unit keluarga yang tidak lengkap karena hubungan diluar pernikahan

walaupun secara sosial dan hukum terbentuk suatu keluarga tetapi

termasuk disharmonis karena ayah secara biologis gagal dalam mengisi

perannya demikian pula keluarga ibu atau ayah.

b. Ketidakharmonisan keluarga karena putusnya perkawinan karena

perceraian, perpecahan meja dengan tempat tidur dan lain sebagainya.

Page 36: 00.40.0174_Lukito_Dwi_H

xxxvi

c. Adanya kekurangan dalam keluarga tersebut yaitu dalam komunikasi

antar anggota keluarga.

d. Krisis keluarga. Misalnya gangguan keseimbangan kejiwaan salah satu

anggota keluarga.

Bentuk-bentuk ketidakharmonisan keluarga menurut Polak(1979,h.

364) adalah :

a. Keluarga dengan satu orang tua karena kematian

b. Keluarga dengan orang tua tunggal karena perceraian

c. Keluarga dengan orang tua tunggal karena perpisahan

d. Keluarga dengan orang tua tunggal karena hubungan diluar nikah

e. Keluarga yang interaksinya memburuk

Dari uraian diatas tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa ada

bermacam-macam bentuk disharmonis keluarga diantaranya perceraian,

kematian, perpisahan dan sebagainya yang kesemuanya sama-sama

berakibat negative bagi ibu, ayah dan anak-anak mereka.

3. Ciri Ketidakharmonisan Keluarga

Gerungan (1991, h. 26) mengatakan bahwa keluarga yang tidak

harmonis adalah keluarga yang tidak mempunyai interaksi sosial yang

wajar, orang tua sering cekcok, saling bermusuhan serta adanya tindakan

agresif. Gunarsa (1995, h. 26) juga mengatakan ketidakharmonisan

keluarga terjadi jika seseorang atau beberapa anggota keluarga yang

hidupnya diliputi ketegangan, kekecewaan, serta merasa tidak puas dan

tidak bahagia terhadap keadaanya. Kurangnya komunikasi dalan keluarga

akan cukup banyak menimbulkan persoalan (Walgito 1984, h. 57)

Page 37: 00.40.0174_Lukito_Dwi_H

xxxvii

Dari pendapat beberapa tokoh di atas diambil sebagai ciri

ketidakharmonisan keluarga yaitu :

a. Interaksi sosial yang tidak wajar. Manusia selalu membutuhkan manusia

yang lain dalam segala hal, karena itu ia selalu kontak dengan

sesamanya termasuk didalam keluarga, bila interaksi sosial dalam

keluarga ini tidak berjalan dengan semestinya akan mengakibatkan

disharmonis dalam keluarga (Irwanto 1991, h. 258)

b. Orang tua sering cekcok : Bila orang tua dalam keluarga sering cekcok

atau bertengkar akan mengakibatkan ketidaknyamanan bagi anggota

keluarga.

c. Saling bermusuhan : Jika seiap anggota keluarga saling bermusuhan,

masing-masing tidak mau mengalah akan mengakibatkan disharmonis

keluarga.

d. Tindakan agresif : Merupakan perilaku menentang baik secara fisik

ataupun verbal atau baru berupa ancaman karena adanya permusuhan

dalam keluarga (Ayah Bunda 1992, h. 38).

e. Ketegangan : Jika dalam keluarga itu saling bermusuhan orang tua

sering cekcok, hubungan antar keluarga tidak baik akan menimbulkan

ketegangan.

f. Kekecewaan : Kekecewaan ini timbul jika individu mempunyai

keinginan yang tidak tercapai atau juga akibat dari ketegangan yang

dirasakan dalam keluarga (Hilman dalam Yatim 1991, h. 18)

Page 38: 00.40.0174_Lukito_Dwi_H

xxxviii

g. Kurangnya komunikasi : Komunikasi dalam keluarga dengan sesama

anggota keluarga sangat penting, jika komunikasi ini kurang akan

menimbulkan banyak persoalan (Walgito 1984, h. 58)

Dari uraian diatas dapat diambil suatu kesimpulan yang merupakan

ciri dari ketidakharmonisan keluarga yaitu interaksi sosial yang tidak

wajar, kekecewaan, ketegangan, tindakan agresif dan kurangnya

komunikasi. Dalam keadaan seperti itu (keluarga yang tidak harmonis),

anak (remaja) lebih sering menjadi korban dari ketidakharmonisan tersebut

dan biasanya anak (remaja) akan merasa tertekan didalam rumah dan

cenderung untuk mencari pelampiasan diluar rumah dengan melakukan hal

yang negatif salah satunya minum minuman keras.

Page 39: 00.40.0174_Lukito_Dwi_H

xxxix

C. Hubungan Ketidakharmonisan Keluarga dengan Perilaku Minum

Minuman Keras

Seorang remaja diharapkan dapat mengisi kehidupan masa

remajanya dengan hal-hal yang positif sebagai persiapannya dalam

menghadapi masa dewasanya yang lebih mandiri, karena remaja sebagai

generasi muda yang mempunyai peranan yang sangat berarti dan berguna

untuk pembangunan. Meskipun pada kenyataanya tidak semua remaja

dapat melewati masa remaja dengan mulus. Beberapa diantara mereka

tergelincir ke dalam kenakalan-kenakalan remaja yang dapat merusak masa

depan mereka seperti berkenalan atau terlibat “pertemanan” dengan

minuman beralkohol. Dari hal tersebut tidak sedikit pula di antara remaja-

remaja tersebut menjadi budak minuman beralkohol dan membutuhkan

waktu tenaga yang sangat lama untuk sembuh secara total.

Perubahan perilaku pada remaja antara lain adalah menerima begitu

saja cara pergaulan bangsa lain, tari-tarian, musik, pesta dan kebiasaan

mengkonsumsi alkohol. Mengkonsumsi minum-minuman beralkohol

sendiri memiliki dampak yang negatif.

Dampak dari penyalahgunaan alkohol antara lain merusak hubungan

remaja dengan keluarga, menurunkan kemampuan belajar remaja,

menurunkan produktifitas kerja secara drastis, dan ketidakmampuan untuk

membedakan antara yang baik dan yang buruk. Selain itu penyalahgunaan

alkohol mengakibatkan perilaku menjadi anti sosial dan gangguan baik

fisik, maupun mental ( Hawari, 1991, h.25 ).

Page 40: 00.40.0174_Lukito_Dwi_H

xl

Menurut Hurlock usia remaja dimulai dari umur 12 tahun sampai

dengan 21 tahun, atau dengan kata lain masa remaja merupakan masa

transisi dari masa kanak – kanak ke masa dewasa ( Atkinson, 1991, h.134 ).

Dalam hal ini remaja berkembang kearah kematangan seksual serta

memantapkan identitas dirinya, periode ini merupakan masa yang kritis

bagi individu dalam mengembangkan dan memantapkan pengalaman yang

diperoleh sejak kecil dalam membentuk kepribadian. Periode ini juga

periode dimana seseorang cenderung menolak apa yang dikehendaki oleh

lingkungan sekitarnya. Hal ini terjadi karena remaja beranggapan bahwa

remaja sudah dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.

Karena perilaku remaja yang cenderung menolak lingkungannya remaja

sering menimbulkan masalah – masalah di lingkungan sekitarnya. Salah

satu masalah yang sering muncul adalah penyalahgunaan alkohol.

Di Indonesia sendiri khususnya di kota Semarang, banyak sekali

terlihat di tiap sudut kota berdiri warung – warung tenda atau non

permanen menjual minuman keras. Yang lebih memprihatinkan sebagian

besar dari pengunjung atau pembeli adalah kaum remaja. Tidak hanya

sebatas itu saja, sering kali banyak terlihat di tempat – tempat hiburan

terlihat remaja baik laki – laki maupun perempuan. Hal ini biasanya terjadi

karena banyak hal yang menjadi later belakangnya. Baik dari dalam

maupun luar.

Penjelasan diatas diperkuat oleh pendapat Copuzzi (dikutip

Fuhrman 1990, h 488) ada beberapa faktor yang mempengaruhi atau yang

mendorong seseorang (remaja) terlibat dalam penggunaan minuman

Page 41: 00.40.0174_Lukito_Dwi_H

xli

beralkohol tersebut. Secara garis besar faktor tersebut dikelompokan dalam

faktor sosial (ketaatan beribadah, pengaruh orang tua atau keluarga,

pengaruh sekolah dan faktor kepribadian (rendahnya harga diri,

pemberontakan, hilangnya kepercayaan diri). Selain itu, hasil penelitian

Sukaryo (2006) menunjukkan bahwa faktor-faktor yang menjadi penyebab

minum-minuman keras di kalangan remaja Desa Pedawang antara lain:

kondisi ekonomi orang tua yang kurang mampu, hubungan remaja dengan

orang tua yang kurang harmonis, kurangnya kontrol orang tua terhadap

remaja dalam perilakunya sehari-hari, dan kehidupan keagamaan remaja

masih kurang. Berdasarkan beberapa faktor diatas maka kondisi keluarga

merupakan salah satu faktor yang akan menjadi prediktor dalam penelitian

ini.

Keluarga terdiri dari beberapa orang, maka akan terjadi interaksi

antar pribadi dan ini berpengaruh terhadap keadaan bahagia (harmonis)

atau tidak bahagia (tidak harmonis) pada salah satu anggota keluarga yang

selanjutnya berpengaruh pula terhadap pribadi-pribadi lain dalam keluarga.

Kalau di dalam keluarga ada salah satu anggota bermasalah yang

mempengaruhi pribadinya maka seluruh interaksi akan terpengaruh dan

kebahagiaan dalam keluarga juga mengalami hambatan sehingga keluarga

menjadi tidak harmonis lagi. Ketidakharmonisan keluarga dikatakan

sebagai keluarga yang tidak bahagia yaitu apabila ada seseorang atau

beberapa orang anggota yang hidupnya diliputi ketegangan, kekecewaan

dan merasa tidak puas dan tidak bahagia terhadap keadaan dan keberadaan

dirinya terganggu dan terhambat (Gunarsa 1995, h. 26). Keluarga yang

Page 42: 00.40.0174_Lukito_Dwi_H

xlii

tidak harmonis adalah keluarga yang tidak mempunyai interaksi sosial

yang wajar, orang tua sering cekcok, saling bermusuhan serta adanya

tindakan agresif (Gerungan 1991, h. 26)

(Gunarsa 1995, h. 26) menambahkan bahwa ketidakharmonisan

keluarga dikatakan sebagai keluarga yang tidak bahagia yaitu apabila ada

seseorang atau beberapa anggota keluarga yang hidupnya diliputi

keberadaan dirinya terganggu atau terhambat, yang meliputi aspek fisik,

mental, emosi dan sosial, sehingga berhubungan dengan kegagalan atau

ketidakmampuan dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungannya,

terhadap orang lain atau lingkungan sosialnya

Pada lingkungan keluarga yang tidak harmonis dapat menyebabkan

anak berperilaku deliquen (nakal), criminal serta tidak menguntungkan

perkembangan bagi anak tersebut. Kartono (Chairini, 1997 h. 6)

mengatakan bahwa terpecahnya ketidakharmonisan keluarga menyebabkan

anak mengalami kegoncangan batin yang serius sehingga timbullah

perasaan tidak aman secara emosional, batin tertekan ada perasaan malu

pada lingkungan, rasa ikut bersalah dan rasa berdosa, rasa kecewa dan

penyesalan yang pada kelanjutannya akan menimbulkan penyimpangan

perilaku seperti menjadi keras dan kejam, hiperaktif dan selalu curiga pada

orang lain dan perilaku negatif lainnya.

Hal ini juga berkaitan dengan ciri-ciri dari ketidakharmonisan

keluarga yaitu interaksi sosial yang tidak wajar, cekcok atau bermusuhan,

kekecewaan, kurangnya komunikasi, ketegangan dan tindakan agresif.

Lebih lanjut Harboenangin (dalam Yatim dan Irwanto, 1001 h. 14)

Page 43: 00.40.0174_Lukito_Dwi_H

xliii

mengatakan bahwa kenakalan remaja, perkelahian, pergaulan bebas dan

tingkah laku di lingkungan lainnya, penyalahgunaan obat serta perilaku

minum minuman keras biasanya berhubungan erat dengan

ketidakharmonisan keluarga pemakai atau peminum. Banyak pemakai atau

peminum yang berasal dari keluarga yang tidak utuh, suasana rumah yang

diwarnai pertengkaran orang tua terus menerus, kurangnya komunikasi dan

kasih sayang di dalam keluarga, karena keputusasaan dan kecewa maka

peminum terdorong untuk mencari dunia yang lain, dunia pelarian yaitu

minum minuman keras.

Bila masalah tersebut belum terpecahkan, maka dapat menimbulkan

ketegangan perasaan, kegelisahan yang mengakibatkan remaja mengalami

tekanan jiwa. Remaja yang mengalami tekanan jiwa tersebut mencari jalan

keluar untuk dapat menyelesaikan atau terhindar dari masalah yang

menekan jiwanya. Bila jalan keluar tidak bisa atau belum dapat ditemukan,

remaja dapat melakukan suatu perbuatan sebagai pelampiasan yang

mungkin dapat mengganggu orang lain atau membahayakan dirinya

sendiri. Kekecewaan dan kegelisahan atau tekanan jiwa yang dideritanya

akan dimunculkan dalam bentuk perilaku yang mengganggu orang lain

atau membahayakan dirinya seperti mulai mengenal dan mengkonsumsi

minuman beralkohol.

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa

ketidakharmonisan keluarga dapat menjadi penyebab remaja untuk

mengkonsumsi minuman keras. Dimana semakin tinggi tingkat

Page 44: 00.40.0174_Lukito_Dwi_H

xliv

ketidakharmonisan keluarga maka semakin tinggi pula perilaku minum -

minuman keras pada remaja.

B. Hipotesis

Ada hubungan positif antara ketidakharmonisan keluarga dengan

perilaku minum minuman keras. Semakin tidak harmonis keluarga semakin

tinggi pula perilaku remaja minum minuman keras.

Page 45: 00.40.0174_Lukito_Dwi_H

xlv

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Identifikasi Variabel

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan

analisis statistik, adapun variabel-variabel yang diteliti dalam penelitian ini

adalah :

• Variabel tergantung : Perilaku Minum-minuman Keras

• Variabel bebas : Ketidakharmonisan Keluarga

B. Definisi Operasional Variabel

1. Perilaku Minum-minuman Keras

Perilaku minum-minuman keras pada remaja adalah tindakan

minum individu yang dapat diamati secara langsung yang meliputi

pemakaian minuman keras dari tahap penggunaan coba-coba hingga

ketergantungan. Hal ini diungkap melalui skala perilaku minum-

minuman keras dari Christiawan Adi Nugroho (2006) yang meliputi 3

aspek yaitu : frekwensi minum, durasi atau lamanya berlangsung, dan

intensitas. Semakin tinggi skor skala perilaku minum-minuman keras

yang diperoleh maka semakin tinggi seseorang dalam mengkonsumsi

minuman keras. Semakin rendah skor skala perilaku minum-minuman

keras maka semakin rendah pula tingkat ketergantungan seseorang

dalam mengkonsumsi minuman keras.

Page 46: 00.40.0174_Lukito_Dwi_H

xlvi

2. Ketidakharmonisan Keluarga

Ketidakharmonisan keluarga adalah keluarga yang mengalami

perpecahan karena ada anggota keluarga yang mengalami perpecahan,

karena ada anggota keluarga yang mengalami kegagalan memenuhi

kewajibannya serta salah satu sebab atau beberapa orang anggota

keluarga diliputi ketegangan, kekecewaan, merasa tidak puas dan tidak

bahagia. Ketidakharmonisan keluarga diukur dari sudut pandang anak

(remaja) dengan lima aspek yaitu interaksi sosial yang tidak wajar,

kekecewaan, ketegangan, tindakan serta kurangnya komunikasi.

Semakin tinggi skor ketidakharmonisan keluarga yang diperoleh maka

semakin rendah tingkat ketidakharmonisan keluarga. Semakin rendah

skor skala ketidakharmonisan keluarga maka semakin rendah pula

tingkat ketidakharmonisan keluarga.

C. Subjek Penelitian

1. Populasi

Menurut Hadi (1987, h. 220) populasi merupakan sejumlah

individu yang setidaknya mempunyai cir-ciri tertentu atau sifat-sifat

yang sama. Menurut Azwar (1998, h.77), populasi didefinisikan sebagai

kelompok subjek yang hendak dikenai generalisasi hasil penelitian.

Sebagai populasi, kelompok subjek ini harus memiliki ciri-ciri atau

karakteristik-karakteristik yang membedakannya dari kelompok subjek

lain.

Subjek pada penelitian ini adalah laki – laki dan perempuan yang

tinggal di kota Semarang dengan rentang usia maksimal 21 tahun,

Page 47: 00.40.0174_Lukito_Dwi_H

xlvii

peminum ( dengan kadar alkohol 19% - 40%, tiap hari minum minuman

keras baik 1 sloki sampai beberapa botol, dan minimal sudah 2 tahun

minum minuman keras ) dan berasal dari keluarga yang tidak harmonis

( orang tua yang sering bertengkar baik verbal maupun non verbal dan

kejadian tersebut sudah berjalan minimal 2 tahun).

2. Teknik Pengambilan sampel

Pada penelitian ini tehnik pengambilan sampel yang digunakan

adalah snow ball. Menurut Moleong (2009, h. 10) menyatakan snow

ball yaitu sampel yang diambil berdasarkan atas informasi secara

estafet dari informan yang mengambil kerakteristik subyek penelitian.

D. Metode Pengumpulan Data

Metode pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah skala. Metode ini merupakan metode penyelidikan dengan

menggunakan daftar pertanyaan yang harus diisi oleh individu yang

menjadi subjek penelitian (Suryabrata, 1984, h. 80).

Dalam penelitian ini digunakan dua skala yaitu skala perilaku

minum minuman keras dan skala ketidakharminisan keluarga.

1. Skala perilaku minum minuman keras pada remaja

Skala ini meliputi tiga aspek yaitu (a) aspek frekuensi minum yaitu

keseringan individu dalam mengkonsumsi minuman keras, (b) aspek durasi

atau lamanya berlangsung yang ditujukan subyek dalam menggunakan

minuman keras, (c) aspek intensitas yang ditujukan subyek dalam

menggunakan minuman keras. Skala ini sebelumnya telah digunakan oleh

Nugroho (2006) untuk mengetahui perilaku penyalahgunaan alkohol pada

Page 48: 00.40.0174_Lukito_Dwi_H

xlviii

remaja di daerah Tambak Mulyo tepatnya Rt 09 / Rw 15, Kelurahan

Tanjung Mas, Kecamatan Semarang Utara pada tahun 2006.

Skala ini terdiri dari 18 item yang setelah diujicoba menjadi 17 item.

Ujicoba dilakukan pada 40 orang anggota Karang Taruna “Jaya

Kharisma” Kelurahan Tanjung Mas Kecamatan Semarang Utara (Nugroho,

2006, h. 38). Tiap – tiap pernyataan disediakan empat pilihan jawaban

yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), Sangat tidak

sesuai (STS).

Pada pernyataan yang tergolong favourabel atau positif, subyek

akan memperoleh skor 4 jika menjawab sangat sesuai (SS), nilai 3 jika

menjawab sesuai (S), nilai 2 jika menjawab tidak sesuai (TS), dan nilai 1

jika menjawab sangat tidak sesuai (STS). Pada pernyataan yang tergolong

unfavourabel atau negatif, subyek akan memperoleh skor 4 jika menjawab

sangat tidak sesuai (STS), nilai 3 jika menjawab tidak sesuai (TS), nilai 2

jika menjawab sesuai (S), dan nilai 1 jika menjawab sangat sesuai (SS).

Semakin tinggi skor yang diperoleh maka semakin tinggi seseorang dalam

mengkonsumsi minum-minunman keras, demikian sebaliknya. Blue Print

skala perilaku minum minuman keras dapat dilihat pada tabel 1.

Table 1 Blue Print Skala Perilaku Minum Minuman Keras

Aspek Favorable Unfavorable Total Frekuensi minum 3 3 6 Durasi atau lamanya berlangsung 3 3 6 Intensitas 3 2 5 Total 9 8 17

Page 49: 00.40.0174_Lukito_Dwi_H

xlix

2. Skala Ketidakharmonisan Keluarga

Skala ini mempunyai beberapa ciri antara lain : (a) interaksi sosial

yang tidak wajar yaitu suatu keluarga yang tidak saling membantu, tidak

membutuhkan orang sesama anggota dan tidak ada kontak dengan setiap

anggota keluarga yang ada, (b) ketegangan yaitu bila setiap orang tua atau

anggota keluarga selalu diwarnai oleh pertengkaran, rebut, cekcok, tidak

ada yang mengalah yang akhirnya menjadi saling bermusuhan, (c)

kekecewaan yaitu apabila individu mempunyai keinginan yang tidak

tercapai ataupun menyaksikan keadaan keluarga yang tidak sesuai dengan

harapan, (d) tindakan agresif yaitu pertengkaran keluarga yang diliputi

perilaku kekerasan fisik, verbal ataupun psikis, dan (e) kurangnya

komunikasi yaitu kurang sikap saling terbuka antar anggota keluarga

sehingga dapat menimbulkan masalah baru.

Skala ini terdiri dari 30 item. Tiap – tiap pernyataan disediakan

empat pilihan jawaban yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai

(TS), Sangat tidak sesuai (STS).

Pada pernyataan yang tergolong favourabel atau positif, subyek

akan memperoleh skor 4 jika menjawab sangat sesuai (SS), nilai 3 jika

menjawab sesuai (S), nilai 2 jika menjawab tidak sesuai (TS), dan nilai 1

jika menjawab sangat tidak sesuai (STS). Pada pernyataan yang tergolong

unfavourabel atau negatif, subyek akan memperoleh skor 4 jika menjawab

sangat tidak sesuai (STS), nilai 3 jika menjawab tidak sesuai (TS), nilai 2

jika menjawab sesuai (S), dan nilai 1 jika menjawab sangat sesuai (SS).

Semakin tinggi skor yang diperoleh maka semakin tinggi ketidak

Page 50: 00.40.0174_Lukito_Dwi_H

l

harmonisan keluarga, demikian sebaliknya. Blue Print skala

ketidakharmonisan keluarga dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2 Blue Print skala Ketidak Harmonisan Keluarga

Ciri Favorable Unfavorable

Interaksi sosial yang tidak wajar

3 3 6

Kekecewaan 3 3 6 Kurangnya komunikasi 3 3 6 Ketegangan 3 3 6 Tindakan agresif 3 3 6

Total 15 15 30

D. Uji Validitas dan Reliabilitas alat ukur

1. Uji Validitas

Anastasi dan Urbina (1997, h.85) menyatakan bahwa validitas

sebuah tes menyangkut apa yang diukur tes dan seberapa baik tes itu bisa

mengukur. Validitas alat ukur pada penelitian ini menggunakan validitas

item. Suryabrata (2000, h.41) mengartikan validitas item adalah derajat

kesesuaian antara sesuatu soal dengan perangkat soal-soal lain, ukuran

validitas soal adalah korelasi antara skor pada soal itu dengan skor pada

perangkat soal (item total correlation).

Untuk memperoleh koefisien korelasi antara skor item dengan skor

totalnya digunakan teknik korelasi Product Moment dari Pearson dengan

menggunakan alat bantu program SPSS (Statistical Package for Social

Science) release 16.0.

Page 51: 00.40.0174_Lukito_Dwi_H

li

Untuk menghindari over estimate (angka korelasi yang kelebihan

bobot), rumus korelasi tersebut perlu di koreksi dengan menggunakan

teknik korelasi part whole dengan menggunakan alat bantu program SPSS

(Statistical Package for Social Science) release 16.0.

Khusus skala perilaku minum-minuman keras, koefisien korelasi

validitas alat ukur bergerak dari 0,327 sampai dengan 0,618 dengan taraf

signifikansi 5% (Nugroho, 2006, h. 39).

2. Uji Reliabilitas Alat Ukur

Azwar (2000, h.83) menyatakan bahwa reliabilitas sebenarnya

mengacu kepada konsistensi atau kepercayaan hasil ukur, yang

mengandung makna kecermatan. Lebih lanjut Harahap (2001, h.58)

mengartikan reliabilitas sebagai kualitas dimana suatu penelitian akan

memberikan hasil yang sama kendatipun penelitiannya dilakukan oleh

peneliti yang berbeda.

Sugiyono (2003, h.74) menyatakan bahwa instrumen yang

berbentuk esai atau skala Likert digunakan teknik Alpha dari Cronbach.

Realibilitas skala minum-minuman keras adalah sebesar 0,834 (Nugroho,

2006, h. 41). Alat ukur ini tergolong memiliki reliabilitas yang baik atau

reliabel sehingga dapat digunakan dalam penelitian ini

Adapun untuk mengetahui reliabilitas skala ketidakharmonisan

keluarga, digunakan teknik Koefisien Alpha dari Cronbach dengan

menggunakan alat bantu program SPSS (Statistical Package for Social

Science) release 16.0.

Page 52: 00.40.0174_Lukito_Dwi_H

lii

E. Metode Analisis Data

Untuk menguji hipotesis yaitu hubungan antara ketidakharmonisan

keluarga dengan perilaku minum-minuman keras digunakan Teknik

Korelasi Product Moment dengan menggunakan alat bantu program SPSS

(Statistical Package for Social Science) release 16.0.

Page 53: 00.40.0174_Lukito_Dwi_H

liii

BAB IV

LAPORAN PENGUMPULAN DATA

A. Orientasi Kancah Penelitian Kota Semarang adalah ibukota Provinsi Jawa Tengah, Indonesia.

Kota ini terletak sekitar 466 km sebelah timur Jakarta, atau 312 km sebelah

barat Surabaya. Semarang berbatasan dengan Laut Jawa di utara,

Kabupaten Demak di timur, Kabupaten Semarang di selatan, dan

Kabupaten Kendal di barat (dalam www.Wikipedia.com, 2009).

Daerah dataran rendah di Kota Semarang sangat sempit, yakni

sekitar 4 kilometer dari garis pantai. Dataran rendah ini dikenal dengan

sebutan kota bawah. Kawasan kota bawah seringkali dilanda banjir, dan di

sejumlah kawasan, banjir ini disebabkan luapan air laut (rob). Di sebelah

selatan merupakan dataran tinggi, yang dikenal dengan sebutan kota atas,

di antaranya meliputi Kecamatan Candi, Mijen, Gunungpati, dan

Banyumanik (dalam www.Wikipedia.com, 2009).

Seperti kebanyakan kota-kota besar yang ada di Indonesia, di kota

Semarang juga banyak dijumpai tempat hiburan malam seperti Hugos,

Mantra, X-Pool, Kingdoom, E-Plaza, Barbie, dan lain sebagainya.

Sebagaimana tempat hiburan, tempat – tempat tersebut juga menjual

minuman yang mengandung alkohol.

Selain tempat hiburan tersebut, di beberapa pinggiran jalan kota

Semarang banyak berdiri kedai – kedai yang menjual minuman keras. Di

kedai – kedai tersebut, minuman keras yang di jual biasanya merupakan

Page 54: 00.40.0174_Lukito_Dwi_H

liv

minuman yang dicampur atau “mix” dengan minuman lainnya. Bagi

konsumen yang tidak memiliki banyak dana untuk memasuki tempat

seperti Hugos, Mantra, dan lain sebagainya, kedai-kedai tersebut

merupakan pilihan untuk dapat menikmati minuman keras. Tempat ini

dapat di jumpai di sekitar Taman KB, sekitar Stadion Diponegoro, Jl.

Kusumawardani, ataupun di Jl. Kelud daerah Sampangan.

Terpilihnya kota Semarang sebagai kancah penelitian didasarkan

pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut :

1) Berdasarkan observasi dan wawancara, di Semarang sangat mudah

mendapatkan minuman keras karena banyaknya tempat hiburan dan

kedai di pinggiran jalan yang menjual minuman keras.

2) Subyek penelitian sesuai dengan karakteristik populasi, sehingga

memenuhi syarat sebagai subyek penelitian

3) Penelitian ini belum pernah dilakukan sebelumnya

4) Peneliti mengenal kondisi lokasi penelitian dengan baik, sehingga tidak

mengalami kesulitan dalam mengambil sampel penelitian.

B. Persiapan Pengumpulan data

Persiapan pengumpulan data diawali dengan melakukan

penyusunan alat ukur, dan persiapan administrasi yang menyangkut

masalah perijinan tempat penelitian serta uji validitas dan reliabilitas

alat ukur penelitian.

1. Penyusunan Skala Penelitian

Penyusunan skala penelitian ditentukan berdasarkan aspek-

aspek atau komponen variabel yang telah dikemukakan dalam teori.

Page 55: 00.40.0174_Lukito_Dwi_H

lv

Di dalam penelitian ini digunakan dua skala, yaitu skala perilaku

minum - minuman keras dan skala ketidakharmonisan keluarga.

Penyajian skala dalam bentuk tertutup yaitu subjek penelitian

diwajibkan memilih satu jawaban dari beberapa alternatif pilihan

yang disediakan. Penyusunan dari masing-masing alat ukur

dijelaskan sebagai berikut :

a. Skala Perilaku Minum - Minuman Keras

Skala yang pertama adalah skala perilaku minum - minuman

keras yang disusun berdasarkan aspek – aspek perilaku minum -

minuman keras yang meliputi frekwensi minum, lamanya

berlangsung, dan intensitas. Skala ini sebelumnya telah digunakan

oleh Nugroho (2006) untuk mengetahui perilaku penyalahgunaan

alkohol pada remaja di daerah Tambak Mulyo tepatnya Rt 09 / Rw

15, Kelurahan Tanjung Mas, Kecamatan Semarang Utara pada

tahun 2006.

Skala ini terdiri dari 18 item yang setelah di ujicoba menjadi

17 item. Ujicoba dilakukan pada 40 orang anggota Karang Taruna

“Jaya Kharisma” Kelurahan Tanjung Mas Kecamatan Semarang

Utara (Nugroho, 2006, h. 38).

Jumlah item secara keseluruhan setelah di ujicoba adalah

adalah 17 item yang terdiri dari 9 item favourable dan 8 item

unfavourable. Sebaran item skala perilaku minum - minuman keras

dapat dilihat pada tabel 3.

Page 56: 00.40.0174_Lukito_Dwi_H

lvi

Tabel 3 Sebaran Skala Perilaku minum - minuman keras

No Item Aspek

Favorabel Unfavorabel

Total

Frekuensi minum 1, 7, 13 2, 8, 14 6 Durasi atau lamanya berlangsung

3, 9, 15 4, 10, 16 6

Intensitas 5, 11, 17 6, 12 5 Total 9 8 17

b. Skala Ketidakharmonisan keluarga

Skala yang kedua adalah skala ketidakharmonisan

keluarga yang disusun berdasarkan jenis – jenis

ketidakharmonisan keluarga yang meliputi interaksi sosial yang

tidak wajar, kekecewaan, kurangnya komunikasi, ketegangan,

dan tindakan agresif. Jumlah item secara keseluruhan adalah 30

item yang terdiri dari 15 item favourable dan 15 item

unfavourable. Sebaran item skala ketidakharmonisan keluarga

dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4 Sebaran Skala Ketidakharmonisan keluarga

No Item Jumlah Jenis

Favorabel Unfavorabel Interaksi sosial yang tidak wajar

1, 11, 21 2, 12, 22 6

Kekecewaan 3, 13, 23 4, 14, 24 6 Kurangnya komunikasi 5, 15, 25 6, 16, 26 6 Ketegangan 7, 17, 27 8, 18, 28 6 Tindakan Agresif 9, 19, 29 10, 20, 30 6 Jumlah 15 15 30

Page 57: 00.40.0174_Lukito_Dwi_H

lvii

2. Tahap Perijinan Penelitian.

Sebelum memulai penelitian, peneliti terlebih dahulu

mengajukan perijinan untuk penelitian pada pihak-pihak yang

terkait secara tertulis. Adapun perijinan ini melalui tahap-tahap

sebagai berikut :

a. Meminta surat pengantar dari Dekan Fakultas Psikologi

Universitas Katolik Soegijapranata Semarang. Surat pengantar

tersebut bernomor 046/B.7.3/FP/IX/2009 tertanggal 10

September 2009, yang sekaligus digunakan sebagai surat

permohonan ijin untuk mulai mengadakan penelitian.

b. Menunjukkan surat pengantar tersebut kepada masing - masing

subjek penelitian.

C. Pelaksanaan Pengumpulan Data

Pelaksanaan penelitian ini digunakan metode try out terpakai,

dimana pelaksanaan penelitian dilakukan sekali bersamaan dengan

pelaksanaan uji coba dikarenakan subyek yang terbatas. Pelaksanaan

penelitian dilakukan pada tanggal 1 Juli 2009 sampai dengan 14 Juli 2009

dengan menggunakan teknik incidental sampling yaitu teknik pengambilan

sampel secara kebetulan atau yang langsung dijumpai oleh peneliti. Cara

pelaksanaan penelitian dengan cara try-out terpakai dengan alasan

terbatasnya jumlah subyek penelitian, waktu dan biaya.

Dalam pengisian skala peneliti membagikan skala baik secara

langsung maupun tidak langsung kepada subjek untuk diisi. Sebelum

Page 58: 00.40.0174_Lukito_Dwi_H

lviii

memberikan skala, peneliti mencari informasi melalui teman – teman

perihal latarbelakang subyek penelitian. Total skala yang dibagikan adalah

sebanyak 40 skala. Akan tetapi hanya 37 skala yang dapat dianalisis,

sisanya ada yang pengisiannya kurang lengkap, beberapa halaman yang

sobek (rusak), dan hilang.

D. Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur

1. Uji Validitas

Setelah diisi oleh subjek penelitian, jawaban-jawaban dari skala

tersebut diskoring oleh peneliti sesuai dengan ketentuan yang telah

ditetapkan dan dimasukkan ke dalam tabel data. Setelah melewati

proses tabulasi, data-data penelitian tersebut harus diuji validitasnya

guna mengetahui item yang gugur dan item yang valid. Teknik yang

digunakan untuk menguji validitas item-item skala pada penelitian ini

adalah teknik korelasi Part Whole. Perhitungan uji validitas skala ini

menggunakan progran komputer Statistical Packages for Social

Sciences for Windows 16.0.

Khusus skala perilaku minum-minuman keras, koefisien korelasi

validitas alat ukur bergerak dari 0,327 sampai dengan 0,618 dengan

taraf signifikansi 5% (Nugroho, 2006, h. 39).

Pada skala ketidakharmonisan keluarga dari 30 item terdapat 8

item yang gugur dan 22 item yang valid. Dengan koefisien validitas

skala berkisar antara 0,327 sampai dengan 0,717 Rincian item yang

valid dan tidak valid dari skala ketidakharmonisan keluarga dapat

dilihat pada tabel 5.

Page 59: 00.40.0174_Lukito_Dwi_H

lix

Tabel 5 Rincian Item valid dan tidak valid Skala Ketidakharmonisan keluarga

No Item Jumlah Jenis

Favorabel Unfavorabel Interaksi sosial yang tidak wajar

1, 11, 21 2*, 12*, 22 6

Kekecewaan 3, 13, 23 4, 14*, 24 6 Kurangnya komunikasi 5*, 15, 25 6, 16, 26* 6 Ketegangan 7, 17, 27 8, 18, 28 6 Tindakan Agresif 9, 19, 29* 10, 20*, 30 6 Jumlah 15 15 30 Keterangan : Dengan (*) : item yang gugur

2. Uji Reliabilitas

Uji kehandalan terhadap ketiga alat ukur tersebut digunakan teknik

uji reliabilitas Alpha yang dikembangkan oleh Cronbach dengan program

SPSS (Statistical Packages for Social Sciences for Windows) 16.0.

Realibilitas skala minum-minuman keras adalah sebesar 0,834 (Nugroho,

2006, h. 41). Alat ukur ini tergolong memiliki reliabilitas yang baik atau

reliabel sehingga dapat digunakan dalam penelitian ini.

Ketidakharmonisan keluarga memiliki reliabilitas sebesar 0, 885

dengan demikian dapat disimpulkan bahwa skala ketidakharmonisan

keluarga cukup reliabel untuk mengukur variabel-variabel penelitian.

Page 60: 00.40.0174_Lukito_Dwi_H

lx

BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Hasil Penelitian

Analisis data pada penelitian ini menggunakan korelasi product

moment. Sebelum dilakukannya analisa data perlu dilakukan uji asumsi,

yang meliputi uji normalitas dan uji linieritas.

1. Uji Asumsi

Hal ini dilakukan sebagai syarat untuk dapat melaksanakan analisis

teknik korelasi Product Moment. Uji asumsi terdiri dari uji normalitas

sebaran dan uji linieritas hubungan variabel bebas dengan variabel

tergantung.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas sebaran untuk mengetahui normal tidaknya

sebaran skor atau variabel ketidakharmonisan keluarga dan perilaku

minum- minuman keras pada remaja. Uji linieritas dilakukan untuk

melihat apakah hubungan kedua variabel linier atau tidak. Adanya

variabel dengan sebaran yang normal dan adanya hubungan linier

antara variabel bebas dan variabel tergantung merupakan syarat utama

yang harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum melakukan pengujian

terhadap nilai r yang diperoleh dengan menggunakan teknik-teknik

korelasi (Hadi,2000,h.32), dan untuk perhitungan data menggunakan

Page 61: 00.40.0174_Lukito_Dwi_H

lxi

program Statistical Packages For Social Sciences for Windows Release

13.0

Data variabel penelitian diuji normalitas sebarannya dengan uji

kolmogrov-Smirnov. Hasil uji normalitas menunjukkan bahwa data

yang diperoleh untuk setiap varibel adalah sebagai berikut :

1) Variabel perilaku minum - minuman keraspada remaja

memperoleh nilai K-S Z : 0, 593 dengan p > 0,05. Hal ini berarti

variabel tersebut berdistribusi normal.

2) Variabel ketidakharmonisan keluarga memperoleh nilai K-S Z :

0, 756 dengan p > 0,05. Hal ini berarti variabel tersebut

berdistribusi normal.

b. Uji Linieritas

Hasil uji linieritas untuk variabel ketidakharmonisan keluarga

dengan perilaku minum - minuman keras pada remaja menunjukkan

nilai Flinier sebesar 15, 340 dengan nilai p< 0,05 yang berarti korelasi

antara kedua variabel bersifat linier.

2. Uji Hipotesis

Setelah melakukan uji normalitas dan uji linieritas , maka data yang

selanjutnya dilakukan adalah uji hipotesis. Uji hipotesis menggunakan

teknik Korelasi Product Moment.

Hasil korelasi antara ketidakharmonisan keluarga dengan perilaku

minum - minuman keras pada remaja.menunjukkan nilai xyr : 0, 552 dengan

nilai p < 0,01. Hal ini membuktikan terdapat hubungan positif yang sangat

Page 62: 00.40.0174_Lukito_Dwi_H

lxii

signifikan antara ketidakharmonisan keluarga dengan perilaku minum -

minuman keras pada remaja.

B. Pembahasan

Dalam penelitian ini, hasil uji korelasi antara ketidakharmonisan

keluarga dengan perilaku minum - minuman keras pada remaja yang

didapatkan dengan menggunakan korelasi product moment menunjukkan

nilai xyr : 0, 557 dengan nilai p<0,01. Hal ini berarti terdapat korelasi positif

yang sangat signifikan antara ketidakharmonisan keluarga dengan perilaku

minum - minuman keras pada remaja. Semakin tinggi ketidakharmonisan

keluarga maka semakin tinggi pula perilaku minum - minuman keras pada

remaja, demikian pula sebaliknya semakin rendah ketidakharmonisan

keluarga semakin rendah perilaku minum - minuman keras pada remaja.

Dengan demikian hipotesis dalam penelitian ini diterima.

Pada penelitian ini menunjukkan bahwa remaja yang memiliki latar

belakang keluarga yang tidak harmonis akan menjadi korban dan

cenderung melakukan perilaku minum - minuman keras dan sebaliknya

apabila remaja memiliki keluarga yang harmonis maka kecenderungan

anak menjadi korban dan perilaku minum - minuman keras akan terhindari.

Soekanto (1987, h. 26) mendefinisikan ketidak utuhan keluarga sebagai

keluarga yang mengalami perpecahan sebagai suatu unit karena adanya

anggota-anggota keluarga yang gagal memenuhi kewajibannya yang sesuai

dengan perasaan atau fungsi sosialnya.

Page 63: 00.40.0174_Lukito_Dwi_H

lxiii

Keadaan keluarga yang tidak harmonis ini menyebabkan anak

(remaja) dapat berperilaku negatif. Lebih lanjut Harboenangin (dalam

Yatim dan Irwanto, 1001 h. 14) mengatakan bahwa kenakalan remaja,

perkelahian, pergaulan bebas dan tingkah laku di lingkungan lainnya,

penyalahgunaan obat serta perilaku minum-minuman keras biasanya

berhubungan erat dengan ketidakharmonisan keluarga pemakai atau

peminum. Banyak remaja menjadi pemakai atau peminum yang berasal

dari keluarga yang tidak utuh, suasana rumah yang diwarnai pertengkaran

orang tua terus menerus, kurangnya komunikasi dan kasih sayang di dalam

keluarga, karena keputusasaan dan kecewa maka remaja terdorong untuk

mencari dunia yang lain, dunia pelarian yaitu minum minuman keras.

Hal ini didukung dengan penelitian yang memusatkan perhatian

pada faktor keluarga menemukan bahwa hubungan antara anak dan orang

tua mempengaruhi keterlibatan seorang anak dalam menggunakan obat-

obatan ataupun minuman keras. (Winfree dikutip Hardani 1999, h.12).

Pengaruh ketidakhamonisan keluarga terhadap perilaku minum -

minuman keras dapat dilihat pada sumbangan efektif (SE) yang diberikan

sebesar 30,47% dan sisanya sebesar 69,53% dipengaruhi oleh faktor- faktor

lain seperti faktor intern (harga diri, pemberontakan, percaya diri dan harga

diri) dan ekstern (ketaatan beribadah, dan pengaruh sekolah).

Hasil Mean Empirik (ME) untuk variabel ketidakharmonisan

keluarga sebesar 62,16 dengan SD 6,9, dengan penilaian Sangat Tinggi

75,96-82,86 : 4 orang (10,8%), Tinggi 69,06-75,96 : 8 orang (21,6%),

Sedang 55,26-69,06 : 17 orang (45,9%), Rendah 46,36-55,26 : 6 orang

Page 64: 00.40.0174_Lukito_Dwi_H

lxiv

(16,2%), Sangat Rendah 41,46-48,36 : 2 orang (5,4%). Hal ini

menunjukkan bahwa remaja yang jadi subyek penelitian mempunyai

ketidakharmonisan keluarga yang cenderung tinggi karena ∑ : 29 (78,3%).

Keluarga terdiri dari beberapa orang, maka akan terjadi interaksi

antar pribadi dan ini berpengaruh terhadap keadaan bahagia (harmonis)

atau tidak bahagia (tidak harmonis) pada salah satu anggota keluarga yang

selanjutnya berpengaruh pula terhadap pribadi-pribadi lain dalam keluarga

dalam hal ini anak yang akan menerima efeknya. Kalau di dalam keluarga

ada salah satu anggota bermasalah yang mempengaruhi pribadinya maka

seluruh interaksi akan terpengaruh dan kebahagiaan dalam keluarga juga

mengalami hambatan sehingga keluarga menjadi tidak harmonis lagi.

Ketidakharmonisan keluarga dikatakan sebagai keluarga yang tidak

bahagia yaitu apabila ada seseorang atau beberapa orang anggota yang

hidupnya diliputi ketegangan, kekecewaan dan merasa tidak puas dan tidak

bahagia terhadap keadaan dan keberadaan dirinya terganggu dan terhambat

(Gunarsa 1995, h. 26). Keluarga yang tidak harmonis adalah keluarga yang

tidak mempunyai interaksi sosial yang wajar, orang tua sering cekcok,

saling bermusuhan serta adanya tindakan agresif (Gerungan 1991, h. 26).

Dari teori diatas dapat disimpulkan bahwa sebuah keluarga yang tidak

harmonis menyebabkan besar kemungkinan untuk anak (remaja) akan

menjadi korban dan cenderung berperilaku negatif diluar rumah yang salah

satunya minum-minuman keras.

Lingkungan keluarga yang tidak harmonis dapat menyebabkan anak

berperilaku deliquen (nakal), criminal serta tidak menguntungkan

Page 65: 00.40.0174_Lukito_Dwi_H

lxv

perkembangan bagi anak tersebut. Kartono (Chairini, 1997 h. 6)

mengatakan bahwa terpecahnya ketidakharmonisan keluarga menyebabkan

anak mengalami kegoncangan batin yang serius sehingga timbullah

perasaan tidak aman secara emosional, batin tertekan ada perasaan malu

pada lingkungan, rasa ikut bersalah dan rasa berdosa, rasa kecewa dan

penyesalan yang pada kelanjutannya akan menimbulkan penyimpangan

perilaku seperti menjadi keras dan kejam, hiperaktif dan selalu curiga pada

orang lain dan perilaku negatif lainnya.

Hal ini juga berkaitan dengan ciri-ciri dari ketidakharmonisan

keluarga yaitu interaksi sosial yang tidak wajar, cekcok atau bermusuhan,

kekecewaan, kurangnya komunikasi, ketegangan dan tindakan agresif.

Lebih lanjut Harboenangin (dalam Yatim dan Irwanto, 1001 h. 14)

mengatakan bahwa kenakalan remaja, perkelahian, pergaulan bebas dan

tingkah laku di lingkungan lainnya, penyalahgunaan obat serta perilaku

minum minuman keras biasanya berhubungan erat dengan

ketidakharmonisan keluarga pemakai atau peminum. Banyak pemakai atau

peminum yang berasal dari keluarga yang tidak utuh, suasana rumah yang

diwarnai pertengkaran orang tua terus menerus, kurangnya komunikasi dan

kasih sayang di dalam keluarga, karena keputusasaan dan kecewa maka

peminum terdorong untuk mencari dunia yang lain, dunia pelarian yaitu

minum minuman keras.

Page 66: 00.40.0174_Lukito_Dwi_H

lxvi

No r p Keterangan

1. Interaksi Sosial 0,364 0,013 Cukup Signifikan

2. Kekecewaan 0,411 0,006 Sangat Signifikan

3. Kurang Komunikasi 0,481 0,001 Sangat Signifikan

4. Ketegangan 0,493 0,001 Sangat Signifikan

5. Tindakan Agresif 0,492 0,001 Sangat Signifikan

Hasil Mean Empirik (ME) pada perilaku minum - minuman keras

pada remaja adalah sebesar 45,89 dengan SD 5,22, dengan penilaian

Sangat Sering 56,33-61,55 : 5 orang, Sering 51,11-56,33 : 14 orang,

Sedang 40,67-51,11 : 12 orang, Kadang - Kadang 35,4540,67 : 4 orang,

Jarang 30,23-35,45 : 2 yang artinya remaja yang jadi subyek penelitian

cenderung sering dalam mengkonsumsi minuman keras karena ∑ : 31

(83,7%).

Berkaitan dengan aspek-aspek dari perilaku minum-minuman keras

yaitu frekuensi (seberapa sering perilaku minum-minuman keras yang

muncul), lamanya berlangsung (seberapa lama subyek dalam

menggunakan minuman keras) dan intensitas (kuat lemahnya atau seberapa

dalam subyek dalam menggunakan minuman keras), terlihat bahwa subyek

cenderung mengkonsumsi minuman keras yang cenderung sering/ tinggi.

Bila masalah tersebut belum terpecahkan, maka dapat menimbulkan

ketegangan perasaan, kegelisahan yang mengakibatkan remaja mengalami

tekanan jiwa. Remaja yang mengalami tekanan jiwa tersebut mencari jalan

keluar untuk dapat menyelesaikan atau terhindar dari masalah yang

Page 67: 00.40.0174_Lukito_Dwi_H

lxvii

menekan jiwanya. Bila jalan keluar tidak bisa atau belum dapat ditemukan,

remaja dapat melakukan suatu perbuatan sebagai pelampiasan yang

mungkin dapat mengganggu orang lain atau membahayakan dirinya

sendiri. Kekecewaan dan kegelisahan atau tekanan jiwa yang dideritanya

akan dimunculkan dalam bentuk perilaku yang mengganggu orang lain

atau membahayakan dirinya seperti mulai mengenal dan mengkonsumsi

minuman beralkohol.

Dalam penelitian ini juga terdapat kelemahan-kelemahan walaupun

peneliti sudah berusaha untuk meminimalisasi kelemahan-kelemahan

tersebut, diantaranya:

1. Penelitian ini menggunakan adalah metode try out terpakai sehingga

kemungkinan item-item yang tidak valid terkontaminasi oleh item yang

gugur.

2. Alat ukur yang digunakan kurang spesifik misalnya kalimat pada skala

yang kurang dimengerti oleh responden tidak bisa diperbaiki terlebih

dahulu sehingga kemungkinan berpengaruh dalam pengisian skala yang

dilakukan oleh subyek.

3. Kondisi atau situasi pada saat penelitian juga dapat diasumsikan dapat

mempengaruhi hasil penelitian, salah satunya karena situasi yang ramai

pada saat pengisian skala penelitian sehingga ada kemungkinan subyek

penelitian kurang dapat berkonsentrasi dalam pengisian skala

penelitian.

Page 68: 00.40.0174_Lukito_Dwi_H

lxviii

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data penelitian dapat

disimpulkan bahwa, ada hubungan positif yang sangat signifikan antara

ketidakharmonisan keluarga dengan perilaku minum - minuman keras pada

remaja. Semakin tinggi ketidakharmonisan keluarga maka semakin tinggi

pula perilaku minum - minuman keras demikian pula sebaliknya semakin

rendah ketidakharmonisan keluarga maka semakin rendah pula perilaku

minum – minuman keras pada remaja.

B. Saran

1. Bagi Orangtua

Diharapkan bagi orangtua lebih memperhatikan komunikasi

dengan anggota keluarga, mengurangi kekecewaan yang dialami

oleh masing – masing anggota keluarga khususnya anak, tidak

melakukan/ menunjukkan tindakan agresif khususnya di depan anak

(misalnya tidak memukul ataupun memaki anak ketika berbuat

salah), dan mengurangi ketegangan-ketegangan yang terjadi di

rumah (misalnya lebih rileks ketika menghadapi masalah masalah

keluarga).

Page 69: 00.40.0174_Lukito_Dwi_H

lxix

2. Bagi subyek

Diharapkan bagi subyek untuk mengurangi konsumsi

minuman keras dari segi frekuensi, lamanya berlangsung dan

intensitas, berfikir positif saat mengalami sebuah permasalahan,

banyak mencari informasi atau membaca buku tentang akibat-akibat

yang disebabkan jika mengkonsumsi minuman keras terlalu banyak

dan lebih berhati-hati dalam mencari teman.

3. Bagi Peneliti Lain

a. Perlunya menambah subyek penelitian.

b. Perlunya melakukan ujicoba penelitian agar hasil penelitian

yang diperoleh dapar benar – benar menggambarkan

kemandirian dalam pengambilan keputusan dalam hubungannya

dengan komunikasi dengan orangtua.

c. Diharapkan bagi peneliti lain untuk memperhatikan faktor-

faktor lain yang dapat mempengaruhi seperti faktor intern (harga

diri, pemberontakan, percaya diri dan harga diri) dan ekstern

(ketaatan beribadah dan pengaruh sekolah).

Page 70: 00.40.0174_Lukito_Dwi_H

lxx

DAFTAR PUSTAKA

Ancok, D. 2007. Teknik Penyusunan Skala Pengukur. Yogyakarta : Pusat Penelitian Kependudukan Universitas Gadjah Mada.

Atkinson, R. L. 1987. Pengantar Psikologi : jilid 1. Alih bahasa :

Nurdjanah Taufik. Jakarta : Erlangga. ---------------------, Atkinson, R. C, Hilgard, E. R. 1990. Pengantar

Psikologi jilid 2 (edisi kedelapan). Alih bahasa : Nurdjanah Taufik. Jakarta : Erlangga.

Azwar, S. 1992. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta : Sigma Alpha. Chaplin, J.P. 1975. Kamus Lengkap (Terjemahan Kartini Kartono) Edisi I

Cetakan ke-2. Jakarta : PT. Grafindo. Conger, J.J. 1977. Adolescence and Youth Psychological

Development in a Changing World (2 ed). New York : Harper and Row Publisher.

Daradjat, Z. 1978. Problem Remaja di Indonesia. Jakarta : Bulan

Bintang. Fuhmann, B.S. 1990. Adolescence Adolecent. Illionis A Division of Scott

Feresman and Company. Gerungan, W.A. 1991. Psikologi Sosial. Bandung : Erasco. Gunarsa, Y. 1995. Psikologi Praltis Anak Remaja dan Keluarga.

Jakarta : Gunung Mulia. ------------------. 1989. Psikologi Remaja. Jakarta : BPK Gunug Mulia. Hadi, S. 1984. Metode Research I. Yogyakarta : Yayasan Penerbitan

Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada. Hardani, E. 1999. Hubungan Antara Dukungan Teman Sebaya

Peminum Dengan Perilaku Minum Minuman Keras Pada Remaja Peminum. Skripsi (Tidak dterbitkan). Surakarta : Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Page 71: 00.40.0174_Lukito_Dwi_H

lxxi

Hawari, D. 1991. Penyalahgunaan Narkotika dan Zat Adiktif. Jakarta : Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

--------------. 2000. Penyalahgunaan dan Ketergantungan Naza. Jakarta

: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Joeana, S. 1989. Gangguan Penggunaan Sat, Narkotika, Alkohol dan

Zat Adiktif Lain. Jakarta : PT. Gramedia. Kartono, K. 1981. Gangguan Psikis. Bandung : Sinar Baru. Oe Hing, E.R. And Beauvais, F. 1987. Peer Clustr Theory. Socialization

Characteristic And Adolecent Drub Usea Path Analysis. Journal of Counseling Psychology 2, 205-213.

Polak, 1979. Suatu Pengantar Ringkas Psikologi. Jakarta : PT. Ikhtiar

Baru. Ratih, E. 1998. Hubungan antara Rasa Percaya Diri Dengan

Penyalahgunaan Obat. Skripsi (Tidak diterbitkan). Surakarta : Fakultas Psikologi Muhammadiyah Surakarta.

Soekanto, 1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Yogyakarta : CV. Rajawali. UU No. 22 Th. 1997 dan UU No. 5 Th. 1997. Jakarta : Pressindo. Walgito, B. 1984. Kenakalan Anak. (Jovenile Deliquency) Yogyakarta :

Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada. Yatim, D.I dan Irwanto. 1991. Kepribadian, Keluarga dan Narkotika,

(Tinjauan Sosial-Psikologis). Jakarta : Arcan. www.google.com. Perilaku minuman keras pada remaja dan

ketidakharmonisan keluarga. Maret 2007.

Page 72: 00.40.0174_Lukito_Dwi_H

lxxii

PERILAKU MINUM-MINUMAN KERAS PADA REMAJA

DITINJAU DARI KETIDAKHARMONISAN KELUARGA

Oleh :

Lukito Dwi Harmiyanto

Fakultas Psikologi

Universitas Katolik Soegijapranata

Semarang

INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara empirik hubungan antara ketidakharmonisan keluarga dengan perilaku minum minuman keras pada remaja. Hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan positif antara ketidakharmonisan keluarga dengan perilaku minuman keras pada remaja. Subyek penelitian ini adalah laki – laki dan perempuan yang tinggal di kota Semarang usia maksimal 21 tahun, peminum dan berasal dari keluarga yang tidak harmonis sebanyak 37 orang. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah skala ketidakharmonisan keluarga dan skala perilaku minum minuman keras. Metode analisis data yang digunakan adalah korelasi Poduct Moment. Berdasarkan analisis data yang diperoleh nilai xyr : 0, 552 dengan nilai p < 0,01. Hal ini membuktikan terdapat hubungan positif antara ketidakharmonisan keluarga dengan perilaku minum - minuman keras pada remaja dimana semakin tinggi ketidakharmonisan keluarga semakin tinggi pula perilaku minum minuman keras pada remaja demikian pula sebaliknya. Saran penelitian adalah bagi orang tua untuk lebih memperhatikan komunikasi dengan anggota keluarga serta mengurangi tindakan atau sikap yang dapat memperkeruh suasana hubungan dalam keluarga dan bagi remaja untuk lebih banyak membaca atau mencari informasi tentang penyalahgunaan minuman keras dan lebih tenang saat menghadapi sebuah permasalahan keluarga.

Kata Kunci : Ketidakharmonisan Keluarga, Perilaku minum-mionuman keras, Remaja.

Page 73: 00.40.0174_Lukito_Dwi_H

lxxiii

LATAR BELAKANG MASALAH

Seorang remaja diharapkan dapat mengisi kehidupan masa

remajanya dengan hal-hal yang positif sebagai persiapannya dalam

menghadapi masa dewasa yang lebih mandiri, karena remaja sebagai

generasi muda yang mempunyai peranan yang sangat berarti dan berguna

untuk pembangunan. Meskipun pada kenyataanya tidak semua remaja

dapat melewati masa remaja dengan mulus. Beberapa di antara remaja

tergelincir ke dalam kenakalan-kenakalan remaja yang dapat merusak masa

depan seperti berkenalan atau terlibat “pertemanan” dengan minuman

beralkohol. Pada kasus tersebut tidak sedikit pula di antara remaja-remaja

tersebut menjadi budak minuman beralkohol dan membutuhkan waktu

serta tenaga yang sangat lama untuk sembuh secara total.

Perubahan perilaku pada remaja antara lain adalah menerima begitu

saja cara pergaulan bangsa lain, tari-tarian, musik, pesta dan kebiasaan

mengkonsumsi alkohol. Mengkonsumsi minum-minuman beralkohol

sendiri memiliki dampak yang negatif. Dampak dari penyalahgunaan

alkohol antara lain merusak hubungan dengan keluarga, menurunkan

kemampuan belajar, menurunkan produktivitas kerja secara drastis, dan

ketidakmampuan untuk membedakan antara yang baik dan yang buruk.

Selain itu penyalahgunaan alkohol mengakibatkan perilaku menjadi anti

sosial dan gangguan baik fisik maupun mental (Hawari, 1991, h.25).

Menurut Hurlock usia remaja dimulai dari umur 12 tahun sampai

dengan 21 tahun, atau dengan kata lain masa remaja merupakan masa

1

Page 74: 00.40.0174_Lukito_Dwi_H

lxxiv

transisi dari masa kanak–kanak ke masa dewasa (Atkinson, 1991, h.134).

Di dalam hal ini remaja berkembang ke arah kematangan seksual serta

memantapkan identitas dirinya, periode ini merupakan masa yang kritis

bagi individu dalam mengembangkan dan memantapkan pengalaman yang

diperoleh sejak kecil dalam membentuk kepribadian. Periode ini juga

periode dimana seseorang cenderung menolak apa yang dikehendaki oleh

lingkungan sekitarnya. Hal ini terjadi karena remaja beranggapan bahwa

dirinya sudah dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.

Perilaku remaja yang cenderung menolak lingkungannya sering

menimbulkan masalah–masalah di lingkungan sekitarnya. Salah satu

masalah yang sering muncul adalah penyalahgunaan alkohol. Di dalam

pemenuhan kebutuhannya pun pembeli mempunyai dasar yang berbeda-

beda, sesuai dengan kadar, gradasi atau tingkatannya. Seseorang yang

sudah berada dalam tahap kecanduan pasti akan mengkonsumsi lebih

banyak dari seseorang yang belum kecanduan. Seseorang juga sering

menggunakan minuman keras sebagai media untuk mendapatkan teman

baru, solider terhadap teman, menenangkan diri dari segala

permasalahannya. Hal ini didukung oleh pendapat Hawari (2000, h.6),

bahwa untuk melepas konflik yang dialaminya, remaja cenderung akan

mencari pelarian dengan meminum minuman keras.

Penjelasan di atas diperkuat oleh pendapat Copuzzi (dikutip

Fuhrman, 1990, h.488) ada beberapa faktor yang mempengaruhi atau yang

mendorong seseorang (remaja) terlibat dalam penggunaan minuman

beralkohol tersebut. Secara garis besar faktor tersebut dikelompokan dalam

Page 75: 00.40.0174_Lukito_Dwi_H

lxxv

faktor sosial (ketaatan beribadah, pengaruh orang tua atau keluarga,

pengaruh sekolah dan faktor kepribadian (rendahnya harga diri,

pemberontakan, hilangnya kepercayaan diri). Kondisi keluarga yang tidak

harmonis merupakan salah satu faktor yang akan menjadi prediktor dalam

penelitian ini. Pada lingkungan yang tidak harmonis dapat menyebabkan

remaja berperilaku delinquen (nakal), criminal serta tidak menguntungkan

perkembangan bagi anak tersebut. Kartono (dalam Chairini, 1997, h.6)

mengatakan bahwa ketidakharmonisan keluarga menyebabkan anak

mengalami kegoncangan batin yang serius sehingga menimbulkan perasaan

tidak aman secara emosional, batin tertekan, ada perasaan malu pada

lingkungan, rasa ikut bersalah dan rasa berdosa, rasa kecewa dan

penyesalan yang pada kelanjutannya akan menimbulkan perilaku yang

negative, salah satunya minum minuman keras.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Perilaku Minum minuman Keras pada remaja

Dalam kehidupan, setiap makhluk hidup tidak lepas dari sebuah

tindakan dengan alasan tertentu dan tindakan tesebut yang dinamakan

sebuah perilaku. Morgan (dikutip Hardani 1999, h. 8) mengartikan

perilaku sebagai segala sesuatu yang dilakukan individu dan dapat

diobservasi dengan berbagai cara. Kartono & Dali Gulo (1987, h. 9) juga

menambahkan bahwa perilaku merupakan suatu tindakan manusia atau

hewan yang dapat dilihat. Sedangkan dalam kamus (Anshori 1996, h. 8)

menyebutkan bahwa perilaku adalah : a. setiap tanggapan yang dibuat

Page 76: 00.40.0174_Lukito_Dwi_H

lxxvi

oleh suatu organism, b. secara spesifik merupakan bagian dari suatu pola

rangsangan total, c. suatu tindakan, aktivitas atau tingkah laku dan d.

merupakan suatu pergerakan atau gerakan yang rumit.

Minuman keras atau alkohol merupakan suatu senyawa alifatis etil

alkohol dan tergolong kelompok alkohol, sehingga lebih dikenal dengan

alkohol saja. WHO memasukan etil alkohol kedalam jenis obat berbahaya

(drug) dan alkohol termasuk kelompok obat psikoaktif atau obat penenang

bersama dengan transkuiliser, sedative, atau hipnotikum dan narkotika

atau opial (Yatim 1991, h. 5).

Remaja adalah individu yang sedang mengalami masa peralihan dari

masa kanak – kanak menuju ke masa dewasa, yang pada masa tersebut

terjadi perkembangan – perkembagan baik fisik, fisiologis, dan sosial. Hal

serupa juga di kemukakan oleh Atkinson (1991, h.134) bahwa masa remaja

adalah masa transisi atau masa peralihan dari masa kanak – kanak ke masa

dewasa.

Dari teori diatas dapat diambil kesimpulan bahwa perilaku minum-

minuman keras pada remaja adalah tindakan individu yang sedang

mengalami masa peralihan dari masa kanak – kanak ke masa dewasa,

yang minum mengandung kadar alkohol secara langsung dengan jumlah

dan kadar dari yang terendah sampai yang tertinggi.

Copuzzi (dikutip Fuhrman 1990, h 488) ada beberapa faktor yang

mempengaruhi atau yang mendorong seseorang (remaja) terlibat dalam

penggunaan minuman beralkool tersebut. Secara garis besar faktor

tersebut dikelompokan dalam faktor sosial (ketaatan beribadah, pengaruh

Page 77: 00.40.0174_Lukito_Dwi_H

lxxvii

orang tua atau keluarga, pengaruh sekolah dan faktor kepribadian

(rendahnya harga diri, pemberontakan, hilangnya kepercayaan diri)).

Perilaku minum-minuman keras seperti perilaku pada umumnya,

dibentuk dari aspek-aspek perilau sebagai berikut: (Twiford, dikutip

Nugroho, 2006. h. 13)

d. Frekuensi minum yaitu seberapa sering perilaku minum-minuman keras

yang muncul.

e. Durasi atau lamanya berlangsung yaitu seberapa lama subyek dalam

menggunakan minuman keras.

f. Intensitas yaitu kuat lemahnya atau seberapa dalam subyek dalam

menggunakan minuman keras.

B. Ketidakharmonisan Keluarga

Ketidakharmonisan keluarga dikatakan sebagai keluarga yang tidak

bahagia yaitu apabila ada seseorang atau beberapa anggota keluarga yang

hidupnya diliputi keberadaan dirinya terganggu atau terhambat, yang

meliputi aspek fisik, mental, emosi dan sosial, sehingga berhubungan

dengan kegagalan atau ketidakmampuan dalam menyesuaikan diri terhadap

lingkungannya, terhadap orang lain atau lingkungan sosialnya (Gunarsa

1995, h. 26).

Lebih lanjut Gerungan (1991, h. 26) mengatakan bahwa keluarga

yang tidak harmonis adalah keluarga yang tidak mempunyai interaksi

sosial yang wajar, dimana orang tua sering cekcok dan menyatakan sikap

saling bermusuhan dengan disertai tindakan-tindakan yang agresif.

Page 78: 00.40.0174_Lukito_Dwi_H

lxxviii

Dari pendapat beberapa tokoh diambil sebagai ciri ketidakharmonisan

keluarga yaitu :

h. Interaksi sosial yang tidak wajar. Manusia selalu membutuhkan manusia

yang lain dalam segala hal, karena itu ia selalu kontak dengan

sesamanya termasuk didalam keluarga, bila interaksi sosial dalam

keluarga ini tidak berjalan dengan semestinya akan mengakibatkan

disharmonis dalam keluarga (Irwanto 1991, h. 258).

i. Tindakan agresif : Merupakan perilaku menentang baik secara fisik

ataupun verbal atau baru berupa ancaman karena adanya permusuhan

dalam keluarga (Ayah Bunda 1992, h. 38).

j. Ketegangan : Jika dalam keluarga itu saling bermusuhan orang tua

sering cekcok, hubungan antar keluarga tidak baik akan menimbulkan

ketegangan (Gerungan 1991, h. 26).

k. Kekecewaan : Kekecewaan ini timbul jika individu mempunyai

keinginan yang tidak tercapai atau juga akibat dari ketegangan yang

dirasakan dalam keluarga (Hilman dalam Yatim 1991, h. 18)

l. Kurangnya komunikasi : Komunikasi dalam keluarga dengan sesama

anggota keluarga sangat penting, jika komunikasi ini kurang akan

menimbulkan banyak persoalan (Walgito 1984, h. 58).

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ketidakharmonisan

keluarga adalah keluarga yang mengalami perpecahan karena ada anggota

keluarga yang mengalami kegagalan memenuhi kewajibannya serta salah

satu sebab atau beberapa orang anggota keluarga diliputi ketegangan,

kekecewaan dan merasa tidak puas dan bahagia dan memberikan dampak

Page 79: 00.40.0174_Lukito_Dwi_H

lxxix

yang negatif pada anak (remaja) yang salah satunya adalah minum

minuman keras.

C. Hubungan antara Ketidakharmonisan Keluarga denganPerilaku

Minum Minuman Keras

Seorang remaja diharapkan dapat mengisi kehidupan masa

remajanya dengan hal-hal yang positif sebagai persiapannya dalam

menghadapi masa dewasanya yang lebih mandiri, karena remaja sebagai

generasi muda yang mempunyai peranan yang sangat berarti dan berguna

untuk pembangunan. Meskipun pada kenyataanya tidak semua remaja

dapat melewati masa remaja dengan mulus. Beberapa diantara mereka

tergelincir ke dalam kenakalan-kenakalan remaja yang dapat merusak masa

depan mereka seperti berkenalan atau terlibat “pertemanan” dengan

minuman beralkohol. Dari hal tersebut tidak sedikit pula di antara remaja-

remaja tersebut menjadi budak minuman beralkohol dan membutuhkan

waktu tenaga yang sangat lama untuk sembuh secara total.

Perubahan perilaku pada remaja antara lain adalah menerima begitu

saja cara pergaulan bangsa lain, tari-tarian, musik, pesta dan kebiasaan

mengkonsumsi alkohol. Mengkonsumsi minum-minuman beralkohol

sendiri memiliki dampak yang negatif.

Dampak dari penyalahgunaan alkohol antara lain merusak hubungan

remaja dengan keluarga, menurunkan kemampuan belajar remaja,

menurunkan produktifitas kerja secara drastis, dan ketidakmampuan untuk

membedakan antara yang baik dan yang buruk. Selain itu penyalahgunaan

Page 80: 00.40.0174_Lukito_Dwi_H

lxxx

alkohol mengakibatkan perilaku menjadi anti sosial dan gangguan baik

fisik, maupun mental ( Hawari, 1991, h.25 ).

Menurut Hurlock usia remaja dimulai dari umur 12 tahun sampai

dengan 21 tahun, atau dengan kata lain masa remaja merupakan masa

transisi dari masa kanak – kanak ke masa dewasa ( Atkinson, 1991, h.134 ).

Dalam hal ini remaja berkembang kearah kematangan seksual serta

memantapkan identitas dirinya, periode ini merupakan masa yang kritis

bagi individu dalam mengembangkan dan memantapkan pengalaman yang

diperoleh sejak kecil dalam membentuk kepribadian. Periode ini juga

periode dimana seseorang cenderung menolak apa yang dikehendaki oleh

lingkungan sekitarnya. Hal ini terjadi karena remaja beranggapan bahwa

remaja sudah dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.

Karena perilaku remaja yang cenderung menolak lingkungannya remaja

sering menimbulkan masalah – masalah di lingkungan sekitarnya. Salah

satu masalah yang sering muncul adalah penyalahgunaan alkohol.

Di Indonesia sendiri khususnya di kota Semarang, banyak sekali

terlihat di tiap sudut kota berdiri warung – warung tenda atau non

permanen menjual minuman keras. Yang lebih memprihatinkan sebagian

besar dari pengunjung atau pembeli adalah kaum remaja. Tidak hanya

sebatas itu saja, sering kali banyak terlihat di tempat – tempat hiburan

terlihat remaja baik laki – laki maupun perempuan. Hal ini biasanya terjadi

karena banyak hal yang menjadi later belakangnya. Baik dari dalam

maupun luar.

Page 81: 00.40.0174_Lukito_Dwi_H

lxxxi

Penjelasan diatas diperkuat oleh pendapat Copuzzi (dikutip

Fuhrman 1990, h 488) ada beberapa faktor yang mempengaruhi atau yang

mendorong seseorang (remaja) terlibat dalam penggunaan minuman

beralkohol tersebut. Secara garis besar faktor tersebut dikelompokan dalam

faktor sosial (ketaatan beribadah, pengaruh orang tua atau keluarga,

pengaruh sekolah dan faktor kepribadian (rendahnya harga diri,

pemberontakan, hilangnya kepercayaan diri). Selain itu, hasil penelitian

Sukaryo (2006) menunjukkan bahwa faktor-faktor yang menjadi penyebab

minum-minuman keras di kalangan remaja Desa Pedawang antara lain:

kondisi ekonomi orang tua yang kurang mampu, hubungan remaja dengan

orang tua yang kurang harmonis, kurangnya kontrol orang tua terhadap

remaja dalam perilakunya sehari-hari, dan kehidupan keagamaan remaja

masih kurang. Berdasarkan beberapa faktor diatas maka kondisi keluarga

merupakan salah satu faktor yang akan menjadi prediktor dalam penelitian

ini.

Keluarga terdiri dari beberapa orang, maka akan terjadi interaksi

antar pribadi dan ini berpengaruh terhadap keadaan bahagia (harmonis)

atau tidak bahagia (tidak harmonis) pada salah satu anggota keluarga yang

selanjutnya berpengaruh pula terhadap pribadi-pribadi lain dalam keluarga.

Kalau di dalam keluarga ada salah satu anggota bermasalah yang

mempengaruhi pribadinya maka seluruh interaksi akan terpengaruh dan

kebahagiaan dalam keluarga juga mengalami hambatan sehingga keluarga

menjadi tidak harmonis lagi. Ketidakharmonisan keluarga dikatakan

sebagai keluarga yang tidak bahagia yaitu apabila ada seseorang atau

Page 82: 00.40.0174_Lukito_Dwi_H

lxxxii

beberapa orang anggota yang hidupnya diliputi ketegangan, kekecewaan

dan merasa tidak puas dan tidak bahagia terhadap keadaan dan keberadaan

dirinya terganggu dan terhambat (Gunarsa 1995, h. 26). Keluarga yang

tidak harmonis adalah keluarga yang tidak mempunyai interaksi sosial

yang wajar, orang tua sering cekcok, saling bermusuhan serta adanya

tindakan agresif (Gerungan 1991, h. 26)

(Gunarsa 1995, h. 26) menambahkan bahwa ketidakharmonisan

keluarga dikatakan sebagai keluarga yang tidak bahagia yaitu apabila ada

seseorang atau beberapa anggota keluarga yang hidupnya diliputi

keberadaan dirinya terganggu atau terhambat, yang meliputi aspek fisik,

mental, emosi dan sosial, sehingga berhubungan dengan kegagalan atau

ketidakmampuan dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungannya,

terhadap orang lain atau lingkungan sosialnya

Pada lingkungan keluarga yang tidak harmonis dapat menyebabkan

anak berperilaku deliquen (nakal), criminal serta tidak menguntungkan

perkembangan bagi anak tersebut. Kartono (Chairini, 1997 h. 6)

mengatakan bahwa terpecahnya ketidakharmonisan keluarga menyebabkan

anak mengalami kegoncangan batin yang serius sehingga timbullah

perasaan tidak aman secara emosional, batin tertekan ada perasaan malu

pada lingkungan, rasa ikut bersalah dan rasa berdosa, rasa kecewa dan

penyesalan yang pada kelanjutannya akan menimbulkan penyimpangan

perilaku seperti menjadi keras dan kejam, hiperaktif dan selalu curiga pada

orang lain dan perilaku negatif lainnya.

Page 83: 00.40.0174_Lukito_Dwi_H

lxxxiii

Hal ini juga berkaitan dengan ciri-ciri dari ketidakharmonisan

keluarga yaitu interaksi sosial yang tidak wajar, cekcok atau bermusuhan,

kekecewaan, kurangnya komunikasi, ketegangan dan tindakan agresif.

Lebih lanjut Harboenangin (dalam Yatim dan Irwanto, 1001 h. 14)

mengatakan bahwa kenakalan remaja, perkelahian, pergaulan bebas dan

tingkah laku di lingkungan lainnya, penyalahgunaan obat serta perilaku

minum minuman keras biasanya berhubungan erat dengan

ketidakharmonisan keluarga pemakai atau peminum. Banyak pemakai atau

peminum yang berasal dari keluarga yang tidak utuh, suasana rumah yang

diwarnai pertengkaran orang tua terus menerus, kurangnya komunikasi dan

kasih sayang di dalam keluarga, karena keputusasaan dan kecewa maka

peminum terdorong untuk mencari dunia yang lain, dunia pelarian yaitu

minum minuman keras.

Bila masalah tersebut belum terpecahkan, maka dapat menimbulkan

ketegangan perasaan, kegelisahan yang mengakibatkan remaja mengalami

tekanan jiwa. Remaja yang mengalami tekanan jiwa tersebut mencari jalan

keluar untuk dapat menyelesaikan atau terhindar dari masalah yang

menekan jiwanya. Bila jalan keluar tidak bisa atau belum dapat ditemukan,

remaja dapat melakukan suatu perbuatan sebagai pelampiasan yang

mungkin dapat mengganggu orang lain atau membahayakan dirinya

sendiri. Kekecewaan dan kegelisahan atau tekanan jiwa yang dideritanya

akan dimunculkan dalam bentuk perilaku yang mengganggu orang lain

atau membahayakan dirinya seperti mulai mengenal dan mengkonsumsi

minuman beralkohol.

Page 84: 00.40.0174_Lukito_Dwi_H

lxxxiv

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa

ketidakharmonisan keluarga dapat menjadi penyebab remaja untuk

mengkonsumsi minuman keras. Dimana semakin tinggi tingkat

ketidakharmonisan keluarga maka semakin tinggi pula perilaku minum -

minuman keras pada remaja.

HIPOTESIS

Ada hubungan positif antara ketidakharmonisan keluarga dengan

perilaku minum minuman keras. Semakin tidak harmonis keluarga semakin

tinggi pula perilaku remaja minum minuman keras demikian pula

sebaliknya semakin rendah ketidakharmonisan keluarga semakin rendah

perilaku minum minuman keras.

METODE PENELITIAN

Subyek Penelitian

Menurut Hadi (1987, h. 220) populasi merupakan sejumlah individu

yang setidaknya mempunyai cir-ciri tertentu atau sifat-sifat yang sama.

Menurut Azwar (1998, h.77), populasi didefinisikan sebagai kelompok

subjek yang hendak dikenai generalisasi hasil penelitian. Sebagai populasi,

kelompok subjek ini harus memiliki ciri-ciri atau karakteristik-karakteristik

yang membedakannya dari kelompok subjek lain.

Subjek pada penelitian ini adalah laki – laki dan perempuan yang

tinggal di kota Semarang dengan rentang usia maksimal 21 tahun,

peminum ( dengan kadar alkohol 19% - 40%, tiap hari minum minuman

Page 85: 00.40.0174_Lukito_Dwi_H

lxxxv

keras baik 1 sloki sampai beberapa botol, dan minimal sudah 2 tahun

minum minuman keras ) dan berasal dari keluarga yang tidak harmonis (

orang tua yang sering bertengkar baik verbal maupun non verbal dan

kejadian tersebut sudah berjalan minimal 2 tahun).

Metode Pengumpulan Data

Metode pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah skala. Metode ini merupakan metode penyelidikan dengan

menggunakan daftar pertanyaan yang harus diisi oleh individu yang

menjadi subjek penelitian (Suryabrata, 1984, h. 80).

Dalam penelitian ini digunakan dua skala yaitu skala perilaku

minum minuman keras dan skala ketidakharminisan keluarga.

Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan adalah korelasi Poduct

Moment dengan menggunakan alat bantu program SPSS (Statistical

Package for Social Science) release 16.0

HASIL PENELITIAN

Berdasarkan analisis data yang diperoleh nilai xyr : 0, 552 dengan

nilai p < 0,01. Hal ini membuktikan terdapat hubungan positif yang sangat

Page 86: 00.40.0174_Lukito_Dwi_H

lxxxvi

signifikan antara ketidakharmonisan keluarga dengan perilaku minum -

minuman keras pada remaja dimana semakin tinggi ketidakharmonisan

keluarga semakin tinggi pula perilaku minum minuman keras pada remaja

demikian pula sebaliknya semakin rendah tingkat ketidakharmonisan

keluarga semakin rendah pula perilaku minm minuman keras pada remaja.

PEMBAHASAN

Dalam penelitian ini, hasil uji korelasi antara ketidakharmonisan

keluarga dengan perilaku minum - minuman keras pada remaja yang

didapatkan dengan menggunakan korelasi product moment menunjukkan

nilai xyr : 0, 557 dengan nilai p<0,01. Hal ini berarti terdapat korelasi positif

yang sangat signifikan antara ketidakharmonisan keluarga dengan perilaku

minum - minuman keras pada remaja. Semakin tinggi ketidakharmonisan

keluarga maka semakin tinggi pula perilaku minum - minuman keras pada

remaja, demikian pula sebaliknya semakin rendah ketidakharmonisan

keluarga semakin rendah perilaku minum - minuman keras pada remaja.

Dengan demikian hipotesis dalam penelitian ini diterima.

Pada penelitian ini menunjukkan bahwa remaja yang memiliki latar

belakang keluarga yang tidak harmonis akan menjadi korban dan

cenderung melakukan perilaku minum - minuman keras dan sebaliknya

apabila remaja memiliki keluarga yang harmonis maka kecenderungan

anak menjadi korban dan perilaku minum - minuman keras akan terhindari.

Soekanto (1987, h. 26) mendefinisikan ketidak utuhan keluarga sebagai

keluarga yang mengalami perpecahan sebagai suatu unit karena adanya

Page 87: 00.40.0174_Lukito_Dwi_H

lxxxvii

anggota-anggota keluarga yang gagal memenuhi kewajibannya yang sesuai

dengan perasaan atau fungsi sosialnya.

Keadaan keluarga yang tidak harmonis ini menyebabkan anak

(remaja) dapat berperilaku negatif. Lebih lanjut Harboenangin (dalam

Yatim dan Irwanto, 1001 h. 14) mengatakan bahwa kenakalan remaja,

perkelahian, pergaulan bebas dan tingkah laku di lingkungan lainnya,

penyalahgunaan obat serta perilaku minum-minuman keras biasanya

berhubungan erat dengan ketidakharmonisan keluarga pemakai atau

peminum. Banyak remaja menjadi pemakai atau peminum yang berasal

dari keluarga yang tidak utuh, suasana rumah yang diwarnai pertengkaran

orang tua terus menerus, kurangnya komunikasi dan kasih sayang di dalam

keluarga, karena keputusasaan dan kecewa maka remaja terdorong untuk

mencari dunia yang lain, dunia pelarian yaitu minum minuman keras.

Hal ini didukung dengan penelitian yang memusatkan perhatian

pada faktor keluarga menemukan bahwa hubungan antara anak dan orang

tua mempengaruhi keterlibatan seorang anak dalam menggunakan obat-

obatan ataupun minuman keras. (Winfree dikutip Hardani 1999, h.12).

Pengaruh ketidakhamonisan keluarga terhadap perilaku minum -

minuman keras dapat dilihat pada sumbangan efektif (SE) yang diberikan

sebesar 30,47% dan sisanya sebesar 69,53% dipengaruhi oleh faktor- faktor

lain seperti faktor intern (harga diri, pemberontakan, percaya diri dan harga

diri) dan ekstern (ketaatan beribadah, dan pengaruh sekolah).

Hasil Mean Empirik (ME) untuk variabel ketidakharmonisan

keluarga sebesar 62,16 dengan SD 6,9, dengan penilaian Sangat Tinggi

Page 88: 00.40.0174_Lukito_Dwi_H

lxxxviii

75,96-82,86 : 4 orang (10,8%), Tinggi 69,06-75,96 : 8 orang (21,6%),

Sedang 55,26-69,06 : 17 orang (45,9%), Rendah 46,36-55,26 : 6 orang

(16,2%), Sangat Rendah 41,46-48,36 : 2 orang (5,4%). Hal ini

menunjukkan bahwa remaja yang jadi subyek penelitian mempunyai

ketidakharmonisan keluarga yang cenderung tinggi karena ∑ : 29 (78,3%).

Keluarga terdiri dari beberapa orang, maka akan terjadi interaksi

antar pribadi dan ini berpengaruh terhadap keadaan bahagia (harmonis)

atau tidak bahagia (tidak harmonis) pada salah satu anggota keluarga yang

selanjutnya berpengaruh pula terhadap pribadi-pribadi lain dalam keluarga

dalam hal ini anak yang akan menerima efeknya. Kalau di dalam keluarga

ada salah satu anggota bermasalah yang mempengaruhi pribadinya maka

seluruh interaksi akan terpengaruh dan kebahagiaan dalam keluarga juga

mengalami hambatan sehingga keluarga menjadi tidak harmonis lagi.

Ketidakharmonisan keluarga dikatakan sebagai keluarga yang tidak

bahagia yaitu apabila ada seseorang atau beberapa orang anggota yang

hidupnya diliputi ketegangan, kekecewaan dan merasa tidak puas dan tidak

bahagia terhadap keadaan dan keberadaan dirinya terganggu dan terhambat

(Gunarsa 1995, h. 26). Keluarga yang tidak harmonis adalah keluarga yang

tidak mempunyai interaksi sosial yang wajar, orang tua sering cekcok,

saling bermusuhan serta adanya tindakan agresif (Gerungan 1991, h. 26).

Dari teori diatas dapat disimpulkan bahwa sebuah keluarga yang tidak

harmonis menyebabkan besar kemungkinan untuk anak (remaja) akan

menjadi korban dan cenderung berperilaku negatif diluar rumah yang salah

satunya minum-minuman keras.

Page 89: 00.40.0174_Lukito_Dwi_H

lxxxix

Lingkungan keluarga yang tidak harmonis dapat menyebabkan anak

berperilaku deliquen (nakal), criminal serta tidak menguntungkan

perkembangan bagi anak tersebut. Kartono (Chairini, 1997 h. 6)

mengatakan bahwa terpecahnya ketidakharmonisan keluarga menyebabkan

anak mengalami kegoncangan batin yang serius sehingga timbullah

perasaan tidak aman secara emosional, batin tertekan ada perasaan malu

pada lingkungan, rasa ikut bersalah dan rasa berdosa, rasa kecewa dan

penyesalan yang pada kelanjutannya akan menimbulkan penyimpangan

perilaku seperti menjadi keras dan kejam, hiperaktif dan selalu curiga pada

orang lain dan perilaku negatif lainnya.

Hal ini juga berkaitan dengan ciri-ciri dari ketidakharmonisan

keluarga yaitu interaksi sosial yang tidak wajar, cekcok atau bermusuhan,

kekecewaan, kurangnya komunikasi, ketegangan dan tindakan agresif.

Lebih lanjut Harboenangin (dalam Yatim dan Irwanto, 1001 h. 14)

mengatakan bahwa kenakalan remaja, perkelahian, pergaulan bebas dan

tingkah laku di lingkungan lainnya, penyalahgunaan obat serta perilaku

minum minuman keras biasanya berhubungan erat dengan

ketidakharmonisan keluarga pemakai atau peminum. Banyak pemakai atau

peminum yang berasal dari keluarga yang tidak utuh, suasana rumah yang

diwarnai pertengkaran orang tua terus menerus, kurangnya komunikasi dan

kasih sayang di dalam keluarga, karena keputusasaan dan kecewa maka

peminum terdorong untuk mencari dunia yang lain, dunia pelarian yaitu

minum minuman keras.

Page 90: 00.40.0174_Lukito_Dwi_H

xc

No r p Keterangan

1. Interaksi Sosial 0,364 0,013 Cukup Signifikan

2. Kekecewaan 0,411 0,006 Sangat Signifikan

3. Kurang Komunikasi 0,481 0,001 Sangat Signifikan

4. Ketegangan 0,493 0,001 Sangat Signifikan

5. Tindakan Agresif 0,492 0,001 Sangat Signifikan

Hasil Mean Empirik (ME) pada perilaku minum - minuman keras

pada remaja adalah sebesar 45,89 dengan SD 5,22, dengan penilaian

Sangat Sering 56,33-61,55 : 5 orang, Sering 51,11-56,33 : 14 orang,

Sedang 40,67-51,11 : 12 orang, Kadang - Kadang 35,4540,67 : 4 orang,

Jarang 30,23-35,45 : 2 yang artinya remaja yang jadi subyek penelitian

cenderung sering dalam mengkonsumsi minuman keras karena ∑ : 31

(83,7%).

Berkaitan dengan aspek-aspek dari perilaku minum-minuman keras

yaitu frekuensi (seberapa sering perilaku minum-minuman keras yang

muncul), lamanya berlangsung (seberapa lama subyek dalam

menggunakan minuman keras) dan intensitas (kuat lemahnya atau seberapa

dalam subyek dalam menggunakan minuman keras), terlihat bahwa subyek

cenderung mengkonsumsi minuman keras yang cenderung sering/ tinggi.

Bila masalah tersebut belum terpecahkan, maka dapat menimbulkan

ketegangan perasaan, kegelisahan yang mengakibatkan remaja mengalami

tekanan jiwa. Remaja yang mengalami tekanan jiwa tersebut mencari jalan

keluar untuk dapat menyelesaikan atau terhindar dari masalah yang

Page 91: 00.40.0174_Lukito_Dwi_H

xci

menekan jiwanya. Bila jalan keluar tidak bisa atau belum dapat ditemukan,

remaja dapat melakukan suatu perbuatan sebagai pelampiasan yang

mungkin dapat mengganggu orang lain atau membahayakan dirinya

sendiri. Kekecewaan dan kegelisahan atau tekanan jiwa yang dideritanya

akan dimunculkan dalam bentuk perilaku yang mengganggu orang lain

atau membahayakan dirinya seperti mulai mengenal dan mengkonsumsi

minuman beralkohol.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data penelitian dapat

disimpulkan bahwa, ada hubungan positif yang sangat signifikan antara

ketidakharmonisan keluarga dengan perilaku minum - minuman keras pada

remaja. Semakin tinggi ketidakharmonisan keluarga maka semakin tinggi

pula perilaku minum - minuman keras demikian pula sebaliknya semakin

rendah ketidakharmonisan keluarga maka semakin rendah pula perilaku

minum – minuman keras pada remaja.

SARAN

1. Bagi Orangtua

Diharapkan bagi orangtua lebih memperhatikan komunikasi dengan

anggota keluarga, mengurangi kekecewaan yang dialami oleh masing –

masing anggota keluarga khususnya anak, tidak melakukan/ menunjukkan

tindakan agresif khususnya di depan anak (misalnya tidak memukul

ataupun memaki anak ketika berbuat salah), dan mengurangi ketegangan-

Page 92: 00.40.0174_Lukito_Dwi_H

xcii

ketegangan yang terjadi di rumah (misalnya lebih rileks ketika menghadapi

masalah masalah keluarga).

2. Bagi subyek

Diharapkan bagi subyek untuk mengurangi konsumsi minuman

keras dari segi frekuensi, lamanya berlangsung dan intensitas, berfikir

positif saat mengalami sebuah permasalahan, banyak mencari informasi

atau membaca buku tentang akibat-akibat yang disebabkan jika

mengkonsumsi minuman keras terlalu banyak dan lebih berhati-hati dalam

mencari teman.

3. Bagi Peneliti Lain

a. Perlunya menambah subyek penelitian.

b. Perlunya melakukan ujicoba penelitian agar hasil penelitian yang

diperoleh dapar benar – benar menggambarkan kemandirian dalam

pengambilan keputusan dalam hubungannya dengan komunikasi dengan

orangtua.

c. Diharapkan bagi peneliti lain untuk memperhatikan faktor-faktor lain

yang dapat mempengaruhi seperti faktor intern (harga diri, pemberontakan,

percaya diri dan harga diri) dan ekstern (ketaatan beribadah dan pengaruh

sekolah).

Page 93: 00.40.0174_Lukito_Dwi_H

xciii

DAFTAR PUSTAKA

Ancok, D. 2007. Teknik Penyusunan Skala Pengukur. Yogyakarta : Pusat Penelitian Kependudukan Universitas Gadjah Mada.

Atkinson, R. L. 1987. Pengantar Psikologi : jilid 1. Alih bahasa :

Nurdjanah Taufik. Jakarta : Erlangga. ---------------------, Atkinson, R. C, Hilgard, E. R. 1990. Pengantar

Psikologi jilid 2 (edisi kedelapan). Alih bahasa : Nurdjanah Taufik. Jakarta : Erlangga.

Azwar, S. 1992. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta : Sigma Alpha. Chaplin, J.P. 1975. Kamus Lengkap (Terjemahan Kartini Kartono) Edisi I

Cetakan ke-2. Jakarta : PT. Grafindo. Conger, J.J. 1977. Adolescence and Youth Psychological

Development in a Changing World (2 ed). New York : Harper and Row Publisher.

Daradjat, Z. 1978. Problem Remaja di Indonesia. Jakarta : Bulan

Bintang. Fuhmann, B.S. 1990. Adolescence Adolecent. Illionis A Division of Scott

Feresman and Company. Gerungan, W.A. 1991. Psikologi Sosial. Bandung : Erasco. Gunarsa, Y. 1995. Psikologi Praltis Anak Remaja dan Keluarga.

Jakarta : Gunung Mulia. ------------------. 1989. Psikologi Remaja. Jakarta : BPK Gunug Mulia. Hadi, S. 1984. Metode Research I. Yogyakarta : Yayasan Penerbitan

Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada. Hardani, E. 1999. Hubungan Antara Dukungan Teman Sebaya

Peminum Dengan Perilaku Minum Minuman Keras Pada Remaja Peminum. Skripsi (Tidak dterbitkan). Surakarta : Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Page 94: 00.40.0174_Lukito_Dwi_H

xciv

Hawari, D. 1991. Penyalahgunaan Narkotika dan Zat Adiktif. Jakarta : Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

--------------. 2000. Penyalahgunaan dan Ketergantungan Naza. Jakarta

: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Joeana, S. 1989. Gangguan Penggunaan Sat, Narkotika, Alkohol dan

Zat Adiktif Lain. Jakarta : PT. Gramedia. Kartono, K. 1981. Gangguan Psikis. Bandung : Sinar Baru. Oe Hing, E.R. And Beauvais, F. 1987. Peer Clustr Theory. Socialization

Characteristic And Adolecent Drub Usea Path Analysis. Journal of Counseling Psychology 2, 205-213.

Polak, 1979. Suatu Pengantar Ringkas Psikologi. Jakarta : PT. Ikhtiar

Baru. Ratih, E. 1998. Hubungan antara Rasa Percaya Diri Dengan

Penyalahgunaan Obat. Skripsi (Tidak diterbitkan). Surakarta : Fakultas Psikologi Muhammadiyah Surakarta.

Soekanto, 1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Yogyakarta : CV. Rajawali. UU No. 22 Th. 1997 dan UU No. 5 Th. 1997. Jakarta : Pressindo. Walgito, B. 1984. Kenakalan Anak. (Jovenile Deliquency) Yogyakarta :

Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada. Yatim, D.I dan Irwanto. 1991. Kepribadian, Keluarga dan Narkotika,

(Tinjauan Sosial-Psikologis). Jakarta : Arcan. www.google.com. Perilaku minuman keras pada remaja dan

ketidakharmonisan keluarga. Maret 2007