0000eb14pt._posindo
DESCRIPTION
posindoTRANSCRIPT
-
Konsultan Dr. Padmodimuljo Laporan Penelitian i
EXECUTIVE SUMMARY
Rata-rata kualitas pelayanan yang diharapkan konsumen PT. POSINDO relatif tinggi tetapi kualitas pelayanan yang dirasakan ternyata lebih rendah daripada yang diharapkan, Hal ini mengindikasikan adanya kesenjangan. Kesenjangan yang terbesar terjadi pada dimensi tangible. Sementara kesenjangan terkecil terjadi pada dimensi empathy. Aspek fisik yang harus diperbaiki adalah kelengkapan informasi, seperti: brosur, papan petunjuk waktu pelayanan dan lain-lain. Kesenjangan yang cukup besar juga terjadi pada dimensi reliability yaitu yang terkait dengan waktu pengiriman sampai di tujuan yang sulit diprediksi (khususnya paket).
Rata-rata skor persepsi manajemen terhadap kualitas pelayanan yang diharapkan konsumen ternyata berada dibawah nilai rata-rata harapan konsumen. Gambaran ini berarti menunjukan bahwa manajemen belum cukup mampu memahami harapan konsumen. Kesenjangan yang cukup besar terjadi pada dimensi empathy. Hal ini menimbulkan konsekuensi bahwa untuk masa mendatang manajemen harus lebih mampu memahami harapan konsumen.
Hasil penilaian manajemen terhadap formalitas penyusunan standard kualitas pelayanan dapat disimpulkan bahwa kelima dimensi kualitas pelayanan sudah disusun secara formal, terutama untuk dimensi reliability dan tangible. Sebagian besar standard pelayanan masih mencakup aspek teknis, sementara standard kualitas pelayanan yeng lebih bersifat human touch relatif terbatas.
Secara umum petugas mampu dalam memberikan pelayanan sesuai dengan standard. Kemampuan tertinggi dicapai untuk dimensi assurance yang kemudian disusul oleh dimensi responsiveness. Sementara rata-rata skor yang paling rendah dicapai oleh dimensi reliability. Hal ini perlu mendapatkan perhatian yang serius, karena disatu pihak konsumen sangat mengharapkan reliability tetapi dilain pihak, justru petugas pelayanan memiliki kinerja yang relatif rendah untuk dimensi ini.
Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kualitas kualitas pelayanan antara lain: meningkatkan kemampuan manajemen dalam memahami keinginan konsumen yang dilakukan melalui penyederhanaan struktur organisasi atau hirarki yang ada, atau bila hal ini sulit dilakukan maka perlu dipikirkan upaya memberikan kewenangan atau keleluasaan yang lebih banyak kantor cabang untuk berinovasi dalam memberikan layanan yang terbaik, memperbaiki sistem komunikasi antara
-
Konsultan Dr. Padmodimuljo Laporan Penelitian ii
pimpinan dengan staf/petugas dan meningkatkan riset pemasaran hendaknya difokuskan pada kualitas pelayanan yang diberikan oleh perusahaan.
-
Konsultan Dr. Padmodimuljo Laporan Penelitian iii
KATA PENGANTAR
Buku ini disusun sebagai laporan penelitian kualitas pelayanan
BUMN kepada masyarakat yang dilakukan oleh kantor Konsultan Dr.
Padmodimuljo (KDP). Buku ini merupakan salah satu dari seri laporan
kualitas pelayanan BUMN kepada masyarakat yang seluruhnya terdiri dari
6 buku, yaitu laporan penelitian kualitas pelayanan: PT. Pos Indonesia, PT.
Jamsostek, PT. TASPEN, PERUM Pegadaian, PT. ASDP dan PT Hotel
Indonesia Natour.
Buku laporan penelitian ini didasarkan atas studi kualitas pelayanan
yang dilaksanakan di 15 kota besar di Indonesia, dengan responden yang
terdiri dari tiga kelompok, yaitu: manajemen, petugas pelayanan dan
konsumen. Sementara kerangka studi yang dipergunakan adalah analisis
kesenjangan (Gap Analysis) sebagaimana yang dikembangkan oleh
Parasuraman, Zeithaml dan Berry. Dengan menggunakan ketiga kelompok
sampel ini maka penilaian kualitas pelayanan yang diberikan oleh BUMN
dapat dilakukan secara komprehensif.
Disadari bahwa masih banyak kelemahan dan keterbatasan yang
terdapat dalam buku laporan ini. Oleh karenanya segala, saran kritik dan
komentar sangat kami hargai dan akan segera ditidaklanjuti. Akhirnya,
semoga laporan penelitian ini memberikan manfaat kepada semua pihak
yang membutuhkan.
Jakarta, November 2003
Konsultan Dr. Padmodimuljo
-
Konsultan Dr. Padmodimuljo Laporan Penelitian iv
DAFTAR ISI EXECUTIVE SUMMARY I KATA PENGANTAR III DAFTAR ISI IV DAFTAR TABEL V DAFTAR GAMBAR VI LAMPIRAN VII BAB I. PENDAHULUAN 1 A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN KEGIATAN 3 C. KELUARAN (OUTPUT) 3 BAB II PENDEKATAN KONSULTAN 5 A. KERANGKA PEMIKIRAN 5 B. DISAIN PENELITIAN 11 C. INFORMASI/DATA YANG DIKUMPULKAN 12 D. DEFINISI OPERASIONAL 17 E. ANALISIS DATA 18 F. KARAKTERISTIK RESPONDEN 19 BAB III GAMBARAN SINGKAT PT. POSINDO 24 BAB IV KUALITAS PELAYANAN DAN ANALISIS KESENJANGAN 29 A. KUALITAS PELAYANAN MENURUT PERSPEKTIF KONSUMEN (CONSUMER GAP) 31 B. PEMAHAMAN PENYEDIA JASA TERHADAP KUALITAS PELAYANAN YANG
DIHARAPKAN KONSUMEN (GAP 1) 38 C. DISAIN STANDARD KUALITAS PELAYANAN (GAP 2) 44 D. KEMAMPUAN PENYEDIA JASA (PETUGAS PELAYANAN) MEMBERIKAN
PELAYANAN SESUAI DENGAN STANDARD (GAP 3) 49 E. KOMUNIKASI EKSTERNAL (GAP 4) 54 BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI MANAJERIAL 59 A. KESIMPULAN 59 B. IMPLIKASI MANAJERIAL 62 DAFTAR PUSTAKA 64
-
Konsultan Dr. Padmodimuljo Laporan Penelitian v
DAFTAR TABEL Tabel 1. Komposisi Responden Menurut Kota....................................... 20
Tabel 2. Karakteristik konsumen yang menjadi responden .................... 21
Tabel 3. Kapasitas Layanan PT. POSINDO ........................................... 25
Tabel 4. Kinerja Finansial PT. POSINDO ............................................. 26
Tabel 5. Kualitas Pelayanan Yang Diharapkan Konsumen...................... 32
Tabel 6. Kualitas pelayanan yang dirasakan menurut dimensi................ 34
Tabel 7. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemahaman Manajemen
Terhadap Kualitas Pelayanan Yang Diharapkan Konsumen....... 41
Tabel 8. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Formalitas Penyusunan
Standard Kualitas Pelayanan .................................................. 48
Tabel 9. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian pelayanan
sesuai standard..................................................................... 51
Tabel 10. Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Eksternal................. 57
-
Konsultan Dr. Padmodimuljo Laporan Penelitian vi
DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Model Expected dan Perceived Service Quality
(Parasuraman et al, 1988)............................................................. 9
Gambar 2. Hubungan Antara Kualitas Pelayanan Dengan
Kepuasan Konsumen .................................................................... 10
Gambar 3. Komposisi Responden Menurut Lamanya Menjadi Pelanggan 23
Gambar 4. Tingkat Kepentingan (Bobot) Menurut Dimensi........................ 33
Gambar 5. Perbandingan antara kualitas pelayanan dengan yang
dirasakan ........................................................................................ 35
Gambar 6. Kualitas Pelayanan (Tertimbang) Yang Diharapkan Dan Yang
Dirasakan Menurut Dimensi ........................................................ 38
Gambar 7. Perbandingan Antara Kualitas Pelayanan Yang Diharapkan
Konsumen Dengan Persepsi Manajemen Terhadap Kualitas
Pelayanan ....................................................................................... 39
Gambar 8. Nilai Kepentingan Kualitas Pelayanan Berdasarkan Dimensi
Menurut Persepsi Manajemen ..................................................... 40
Gambar 9. Formalitas Penyusunan Standard Pelayanan............................. 46
Gambar 10. Kemampuan Petugas Pelayanan Memberikan Pelayanan
Sesuai Standard ............................................................................ 50
Gambar 11. Kemampuan PT. POSINDO Untuk Memberikan Pelayanan
Sesuai Yang Dijanjikan................................................................. 55
-
Konsultan Dr. Padmodimuljo Laporan Penelitian vii
LAMPIRAN L
Lampiran 1. Rata-Rata Skor Kualitas Pelayanan Yang Diharapkan Dan
Dirasakan Menurut Item .............................................................. 66
Lampiran 2. Persepsi Manajemen Terhadap Kualitas Pelayanan Yang
Diharapkan Oleh Konsumen ........................................................ 67
Lampiran 3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemahaman Manajemen
Terhadap Harapan Konsumen Dan Disain Standard Kualitas
Pelayanan ....................................................................................... 68
Lampiran 4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Service Performance Dan
Komunikasi Eksternal.................................................................... 69
-
Konsultan Dr. Padmodimuljo Laporan Penelitian 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini BUMN bergerak dalam seluruh sektor bisnis. Oleh Karena
itu sebagian besar masyarakat akan menggunakan produk/jasa yang
ditawarkan oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Khusus terhadap
sektor bisnis yang belum/tidak tersentuh swasta yang pada umumnya
adalah bidang usaha yang berorientasi pada pelayanan publik, peran
BUMN semakin terasa dalam penyediaan produk/jasa tersebut. Namun
banyak produk/jasa yang disediakan BUMN ternyata tidak sesuai dengan
harapan dan keinginan masyarakat. Hal ini ditunjukkan dengan sering
terdengarnya keluhan masyarakat pengguna jasa atas pelayanan yang
diberikan oleh penyedia jasa.
Pemerintah melalui Kementrian BUMN menyadari bahwa kurang
optimalnya penyediaan produk/jasa oleh BUMN, salah satunya,
disebabkan karena kurang profesionalnya pengelolaan BUMN tersebut.
Oleh karena itu perlu diambil langkah-langkah baru dalam
mengembangkan BUMN. Salah satu strategi yang akan diterapkan
Kementrian BUMN dalam upaya mengembangkan BUMN adalah
melakukan revitalisasi bisnis yang akan dilaksanakan pada tahun 2003-
1
-
Konsultan Dr. Padmodimuljo Laporan Penelitian 2
2004. Kebijakan yang diterapkan dalam strategi revitalisasi bisnis tersebut
adalah:
1. Peningkatan shareholder value;
2. Efektif manajemen;
3. Peningkatan operasi, pelayanan dan pendapatan;
4. Sistem pengadaan barang dan jasa; dan
5. Restrukturisasi dan privatisasi.
Sesuai dengan Masterplan, kebijakan peningkatan operasi,
pelayanan dan pendapatan bertujuan untuk menciptakan BUMN yang
sehat sehingga pada akhirnya dapat memberikan kontribusi kepada
Negara dalam bentuk pajak dan dividen. Untuk menunjang kebijakan
peningkatan pelayanan tersebut maka kegiatan penelitian kualitas
pelayanan BUMN perlu dilaksanakan secara kontinyu.
Salah satu upaya untuk meningkatkan pelayanan terasebut, maka
kementrian BUMN telah menyelenggarakan studi mengenai kualitas
pelayanan yang pada tahun anggaran 2003 dilaksanakan di enam BUMN
yaitu: PT. JAMSOSTEK, PT. ASDP, PT. TASPEN, PERUM Pegadaian, PT
Posindo dan PT. Hotel Indonesia Natour.
Laporan ini secara khusus hanya menganalisis kualitas pelayanan
yang diberikan oleh PT. Pos Indonesia (POSINDO) yang termasuk salah-
satu BUMN yang diteliti PT. POSINDO dipilih karena operasi perusahaan
-
Konsultan Dr. Padmodimuljo Laporan Penelitian 3
ini bergerak dibidang jasa pelayanan, dengan jenis produk yang cukup
beragam serta konsumen yang tersebar luas.
B. Tujuan Kegiatan
Sebagaimana telah dikemukakan pada pendahuluan, dan juga
dikemukakan dengan dalam Term of Reference (TOR) secara spesifik
kegiatan ini bertujuan untuk:
Mengetahui harapan (ekspektasi) terhadap kualitas pelayanan, dan kualitas pelayanan yang diberikan oleh BUMN.
Mengetahui kemampuan penyedia jasa dalam memahami kualitas pelayanan yang diharapkan oleh konsumennya
Mengetahui standard kualitas pelayanan yang diberikan oleh penyedia jasa
Mengetahui kemampuan penyedia jasa dalam memberikan pelayanan sesuai dengan standard yang telah ditetapkan.
Mengetahui kinerja (performance) pelayanan yang diberikan oleh penyedia jasa.
Mengetahui kemampauan penyedia jasa dalam memberikan pelayanan sesuai janji.
C. Keluaran (Output)
Kegiatan ini diharapkan menghasilkan output berupa:
Informasi berupa harapan (ekspektasi) terhadap kualitas pelayanan, dan kualitas pelayanan yang diberikan oleh BUMN.
Informasi mengenai kemampuan penyedia jasa dalam memahami kualitas pelayanan yang diharapkan oleh konsumennya
-
Konsultan Dr. Padmodimuljo Laporan Penelitian 4
Informasi tentang standard kualitas pelayanan yang diberikan oleh penyedia jasa
Informasi tentang kemampuan penyedia jasa dalam memberikan pelayanan sesuai dengan standard yang telah ditetapkan.
Informasi tentang kinerja (performance) pelayanan yang diberikan oleh penyedia jasa.
Informasi tentang kemampuan penyedia jasa dalam memberikan pelayanan sesuai janji.
-
Konsultan Dr. Padmodimuljo Laporan Penelitian 5
PENDEKATAN KONSULTAN
Dalam rangka mencapai tujuan dan output (keluaran) yang
dikehendaki, konsultan telah mendisain suatu pendekatan (metodologi)
yang akan dipergunakan dalam menelaah dan menganalisis kualitas
pelayanan yang diberikan oleh BUMN yang menjadi obyek studi. Secara
umum, pendekatan konsultan tersebut meliputi:
Kerangka pemikiran Disain penelitian Sample Metoda analisis data
Uraian berikut ini akan mendiskusikan pendekatan yang
dipergunakan oleh konsultan
A. Kerangka Pemikiran
Pada saat berbicara mengenai kualitas pelayanan, maka salah satu
konsep yang harus dipahami bersama adalah: apakah yang dimaksud
dengan pelayanan atau jasa? serta bagaimana kaitannya antara pelayanan
itu sendiri dengan pemasaran.
2
-
Konsultan Dr. Padmodimuljo Laporan Penelitian 6
Dalam pemasaran, produk mempunyai arti yang luas, yaitu suatu
kesatuan yang ditawarkan pada pasar baik yang berwujud maupun tidak
berwujud. Produk yang berwujud biasa disebut barang (goods) dan
produk yang tidak bewujud biasa disebut jasa (service). Seperti yang
diungkapkan oleh Kotler dan Armstrong (1993: 494) jasa adalah setiap
kegiatan atau manfaat yang ditawarkan kepada pihak lain, yang pada
dasarnya tidak berwujud dan tidak menghasilkan kepemilikan sesuatu.
Proses produksinya mungkin juga tidak dikaitkan dengan suatu produk
fisik. Sementara itu Robert D. Reid (1989:29) memberikan penjelasan
mengenai jasa adalah sesuatu yang tidak berwujud, tidak seperti produk
yang berwujud Jasa bukan barang fisik, tetapi suatu yang menghadirkan
kegiatan atau perbuatan. Kehadirannya ini umumnya dilakukan atas dasar
personal sering berhadap-hadapan langsung antara individu. Christian
Gronroos (1990: 27) mencoba memadukan pengertian jasa sebagai
aktivitas atau rangkaian aktivitas dari suatu hakikat yang tidak berwujud
yang berinteraksi antara konsumen dan pemberi jasa dan/atau sumber
daya fisik atau barang dan/atau sistem yang memberikan jasa, yang
memberikan solusi bagi masalah-masalah konsumen.
Dari pengertian tentang jasa, dapat dikatakan bahwa jasa,
mempunyai beberapa karakteristik. Menurut Philip Kotler (1994: 466), ada
empat karakteristik utama jasa yang berpengaruh besar pada
perencanaan program pemasaran yaitu : (1) Intangibility (tidak bewujud),
-
Konsultan Dr. Padmodimuljo Laporan Penelitian 7
yaitu tidak seperti produk fisik, jasa tidak dapat dilihat, dicicipi, dirasakan,
didengar atau dicium sebelum dibeli. (2) Inseparability (tidak dapat
dipisahkan), yaitu kegiatan jasa tidak dapat dipisahkan dari pemberi jasa,
baik perorangan ataupun organisasi serta perangkat mesin/teknologi. (3)
Variabifity (berubah-ubah/aneka ragam), yaitu bahwa kualitas jasa yang
diberikan oleh manusia dan mesin/peralatan bisa berbeda-beda,
tergantung pada siapa yang memberi, bagaimana, memberikannya, serta
waktu dan tempat jasa tersebut diberikan. (4) Perishability (tidak tahan
lama), yaitu bahwa jasa tidak bisa disimpan untuk kemudian dijual atau
digunakan, sehingga pada dasarnya jasa langsung dikonsumsi pada saat
diberi.
Semetara itu Lovelock (1984: 30) menyatakan bahwa jasa
mempunyai tiga karakteristik utama: (1) More intangible than tangible
(cenderung fidak berwujud). Jasa merupakan perbuatan, penampilan,
atau suatu usaha sehingga bila konsumen membeli jasa maka umumnya
jasa tersebut tidak berwujud, tetapi bila konsumen membeli suatu barang
maka barang itu umumnya berwujud sehingga dapat dipakai atau
ditempatkan pada suatu tempat. (2) Simultaneous production and
consumption (produksi dan konsumsi serentak). Jasa diproduksi dan
dikonsumsi dalam waktu yang sama artinya penghasil jasa hadir secara
fisik pada saat konsumsi berlangsung. (3) Less standarized and uniform
(kurang terstandarisasi dan seragam). Industri jasa cenderung dibedakan
-
Konsultan Dr. Padmodimuljo Laporan Penelitian 8
berdasarkan orang (people based) dan peralatan (equipment based). Hasil
jasa berdasarkan orang kurang memiliki standarisasi dibandingkan dengan
hasil jasa yang menggunakan peralatan.
Dengan karakteristik jasa seperti di atas maka bagi konsumen akan
menimbulkan kesulitan yang lebih besar dalam mengevaluasi kualitas jasa
(service quality) dibanding kualitas barang (good quality). Bagaimana
konsumen mengevaluasi investasi jasa/pelayanan yang ditawarkan lebih
rumit dan beragam dari pada mereka mengevaluasi penggunaan
bahan/material. Konsumen tidak mengevaluasi kualitas jasa hanya pada
hasilnya saja, tetapi mereka juga mempertimbangkan proses
penyampaiannya. Misalnya, orang yang menggunakan jasa potong rambut
tidak hanya melihat hasil potongannya saja, tetapi juga akan menilai
bagaimana cara memotong, keramahan tukang potong rambut, kecepatan
kerjanya, dan lainnya.
Dan juga kriteria yang digunakan konsumen dalam mengevaluasi
kualitas jasa/pelayanan menjadi lebih sulit bagi pemasar (marketer) untuk
memahami. Dari beberapa pengalaman menunjukkan bahwa atas
pemberian suatu kualitas jasa/pelayanan tertentu akan menimbulkan
penilaian yang berbeda dari setiap konsumen, karena tergantung pada
bagaimana konsumen mengharapkan kualitas jasa/pelayanan tersebut.
Sehingga kualitas jasa/ pelayanan yang diterima konsumen (perceived
-
Konsultan Dr. Padmodimuljo Laporan Penelitian 9
service quality) diartikan oleh Valerie A. Zeithmal, dkk (1990: 19) sebagai
perbedaan antara harapan atau keinginan konsumen (expected service)
dengan persepsi mereka (perceived service). Hubungan antara expected
service dan perceived service tersebut dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 1. Model Expected dan Perceived Service Quality (Parasuraman et al, 1988)
Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat bahwa dalam menganalisis
kualitas pelayanan, terdapat lima titik yang berpotensi untuk
memunculkan adanya kesenjangan (gap) yaitu:
Customer Gap: Kesenjangan antara kualitas pelayanan yang diharapkan dengan yang dirasakan oleh konsumen.
Gap 1: Kemampuan penyedia jasa dalam memahami kualitas pelayanan yang diharapkan konsumen.
Expected Service
Perceived Service
Customer Gap
Service Delivery
Customer-driven service design and standards
Company perceptions of Customer Expectation
External Communication
Gap 4Gap 1
Gap 2
Gap 3
Company
Customer
-
Konsultan Dr. Padmodimuljo Laporan Penelitian 10
Gap 2: Kemampuan penyedia jasa dalam merancang bentuk dan standard pelayanan.
Gap 3: Kemampuan penyedia jasa dalam memberikan pelayanan sesuai standard yang telah ditetapkan.
Gap 4: Kesesuaian pelayanan dengan yang dijanjikan.
Dengan melakukan analisis dan melakukan perbaikan-perbaikan
pada area dimana masih terdapat kesenjangan maka kualitas pelayanan
dapat ditingkatkan sehingga akhirnya hal ini tercermin dari kepuasan
konsumen. Hubungan antara kualitas pelayanan dengan kepuasan
konsumen dapat dilihat pada gambar 2 berikut.
Gambar 2 . Hubungan Antara Kualitas Pelayanan Dengan Kepuasan Konsumen
Interaction Quality
Physical Environtment Quality
Outcome Quality
Service Quality
Product Quality
Price
Situational Factors
Customer Satisfaction
Personal Factors
-
Konsultan Dr. Padmodimuljo Laporan Penelitian 11
B. Disain Penelitian
Penelitian mengenai kualitas pelayanan BUMN kepada masyarakat
diawali dengan mempelajari berbagai dokumen dan literatur yang terkait
dengan oyek yang distudi, selain itu akan dilakukan wawancara terfokus
(focus group discusion) untuk mengidentifikasi items-items apa saja yang
termasuk kedalam komponen pelayanan yang diberikan oleh BUMN yang
diteliti. Wawancra terfokus dilakukan sebanyak dua set untuk setiap
BUMN, dengan responden yang terdiri dari pengelola penyedia jasa dan
konsumen yang bersangkutan.
Hasil dari studi literatur dan wawancara terfokus ini kemudian
diterjemahkan dalam bentuk rancangan instrumen. Sebelum
dipergunakan dalam survey sesungguhnya, instrumen diuji terlebih
dahulu untuk mengetahui reliabilitas dan validitasnya. Kegiatan ini
ditujukan untuk mengetahui keakuratan instrumen yang bersangkutan.
Pengujian dilakukan dengan melakukan mini survey dengan responden
adalah konsumen dari BUMN yang diteliti. Setelah melalui proses
pemurnian dan uji coba ini baru kemudian dilakukan survey yang
sesungguhnya
Penelitian kualitas pelayanan PT. POSINDO kepada masyarakat
dilaksanakan di lima belas kota diseluruh Indonesia secara paralel, yaitu:
Regional Sumatera: Medan, Padang, Pelembang dan Lampung.
-
Konsultan Dr. Padmodimuljo Laporan Penelitian 12
Regional Jawa dan Bali: Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Malang dan Denpasar.
Regional Kalimantan: Pontianak, Banjarmasin, Samarinda Regional Sulawesi: Makasar
C. Informasi/Data Yang Dikumpulkan
Data yang diperlukan untuk kepentingan penelitian ini diperoleh
dengan menggunakan kuesioner terstruktur dan panduan wawancara
(interview guidelines). Kuesioner terstruktur dipersiapkan untuk
pengumpulan data dimana responden mengisi sendiri kuesionernya
sementara panduan wawancara dipergunakan untuk proses wawancara
yang tidak terstruktur, dimana pewawancara (konsultan)
menggunakannya pada saat menggali informasi yang lebih mendalam
melalui proses wawancara kelompok terarah (focus group discussion).
Kuesioner terstruktur yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari
tiga macam, yaitu:
1. Kuesioner 01 (K-01) adalah kuesioner yang ditujukan untuk
penyedia jasa dari perspektif konsumen.
2. Kuesioner 02 (K-02) adalah kuesioner untuk mengumpulkan
data kualitas pelayanan menurut perspektif manajemen, dan
-
Konsultan Dr. Padmodimuljo Laporan Penelitian 13
3. Kuesioner 03 (K-03) adalah kuesioner untuk mengumpulkan
data kualitas pelayanan menurut perspektif petugas pelayanan
(front liner).
Kuesioner 01 terdiri dari empat blok pertanyaan. Pada blok
pertama konsumen diminta untuk mengisi 22 pertanyaan mengenai
kualitas pelayanan yang diharapkan. Pertanyaan yang diajukan mencakup
lima dimensi kualitas pelayanan yaitu: tangibles, responsivness, reliability,
assurance dan empathy. Untuk setiap pertanyaan, responden diminta
menyatakan kesetujuannya terhadap aspek yang ditanyakan. Kesetujuan
tersebut dinyatakan dalam skala likert 7 point dimana angka 1
menyatakan sangat tidak setuju dan angka 7 menyatakan sangat setuju.
Secara rinci kriteria skoring yang digunakan adalah: 1 = sangat tidak
setuju, 2 = tidak setuju, 3 = agak tidak setuju, 4 = netral (antara setuju
dan tidak setuju), 5 = agak setuju, 6 = setuju, dan 7 = sangat setuju.
Pertanyaan pada blok 2 berisikan tingkat kepentingan dimensi
kualitas pelayanan. Untuk itu konsumen diminta untuk mengalokasikan
nilai antara 0 sampai dengan 100 untuk setiap dimensi, dimana jumlah
nilai total untuk kelima adalah 100 persen. Nilai tingkat kepentingan ini
digunakan untuk mengetahui dimensi mana yang paling dipentingkan oleh
konsumen pada saat memberikan penilaian kualitas pelayanan. Selain itu
-
Konsultan Dr. Padmodimuljo Laporan Penelitian 14
nilai kepentingan ini dipergunakan pula untuk menghitung kualitas
pelayanan tertimbang.
Pertanyaan pada blok 3 baik jumlah dan dimensinya sama dengan
pertanyaan pada blok 1, hanya pada blok ini konsumen diminta untuk
memberikan penilaian terhadap kualitas pelayanan yang dirasakan.
Prosedur dan tata cara pengisiannya serupa dengan blok 1.
Blok terakhir (blok 4) dari kuesioner 01, berisikan pertanyaan yang
terkait dengan informasi demografik konsumen. Informasi demografik
tersebut meliputi: jender, usia, latar belakang pendidikan, kepesertaan,
perkiraan pendapatan perbulan, dan lama menjadi pelanggan.
Kuesioner 02 terdiri dari 3 blok pertanyaan. Pada blok pertama
responden (manajemen) diminta untuk mengisi 22 pertanyaan mengenai
persepsi manajemen terhadap kualitas pelayanan yang diharapkan oleh
konsumen. Pertanyaan yang diajukan juga mencakup lima dimensi
kualitas pelayanan yaitu: tangibles, responsivness, reliability, assurance
dan empathy. Untuk setiap pertanyaan, manajemen diminta
memperkirakan kualitas pelayanan yang diharapkan oleh konsumen.
Perkiraan tersebut dinyatakan dalam skala likert 7 point dimana angka 1
menyatakan konsumen sangat tidak mengharapkan dan angka 7
menyatakan konsumen sangat mengharapkan.
-
Konsultan Dr. Padmodimuljo Laporan Penelitian 15
Pertanyaan pada blok 2 dari kuesioner 02 berisikan tingkat
kepentingan dimensi kualitas pelayanan. Untuk itu manajemen diminta
untuk mengalokasikan nilai antara 0 sampai dengan 100 untuk setiap
dimensi, dimana jumlah nilai total untuk kelima adalah 100 persen.
Semakin besar nilai yang dialokasikan berarti kepentingan dimensi
tersebut semakin tinggi.
Pertanyaan pada blok 3 ditujukan untuk mengetahui formalitas
standard kualitas pelayanan. Standard kualitas pelayanaan yang berlaku di
perusahaan dapat dinyatakan secara formal (tertulis, jelas dan
dikomunikasikan pada seluruh karyawan) atau disusun secara informal
(dibuat secara tidak terulis dan diasumsikan bahwa standard tersebut
sudah dipahami dan dilaksanakan oleh seluruh karyawan). Untuk itu
manajemen dimana untuk menilai formalitas standard pelayanan di
perusahaannya yang dilihat menurut sudut padang lima dimensi kualitas
pelayanan. Untuk setiap pertanyaan yang diajukan, manajemen diminta
untuk memberikan nilai antara 1 hingga 7, dimana angka 1 menyatakan
bahwa standard pelayanan disusun secara informal dan angka 7
menyatakan standard pelayanan disusun secara formal. Jika memang
pertanyaan yang dimaksud tidak berlaku diperusahaan yang bersangkutan
maka manajemen diminta untuk memberikan respons sebagai tidak ada
standard.
-
Konsultan Dr. Padmodimuljo Laporan Penelitian 16
Blok 4 dari kuesioner 02 berisikan pertanyaan-pertanyaan yang
terakit dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kulitas pelayanan dilihat
dari perspektif manajemen. Pertanyaan pada blok ini terdiri dari 20
pertanyaan, yang ditujukan untuk mengukur: orientasi terhadap riset
pemasaran, komunikasi dari bawah ke atas, jenjang/hirarkhi manajemen,
komitmen manajemen terhadap kualitas pelayanan, penetapan tujuan,
standarisasi tugas, dan persepsi terhadap kelayakan.
Kuesioner 03 terdiri dari 3 blok. Pada blok pertama, petugas
pelayanan diminta untuk menilai apakah dalam melaksanakan tugasnya
mereka mampu melakukannya sesuai dengan standard yang ditetapkan.
Pada setiap pertanyaan, petugas diminta untuk memberikan nilai antara 1
hingga 7 dimana angka 1 berarti pertanyaan dimaksud tidak mampu
dilaksanakan sesuai standard sementara angka 7 berarti dapat
dilaksanakan sesuai dengan standard. Blok kedua ditujukan untuk
mengetahui kemampuan perusahaan untuk melakukan komunikasi
eksternal. Informasi untuk aspek ini diketahui dengan jalan menanyakan
kepada responden mengenai kemampuan perusahaan dalam memberikan
pelayanan sesuai dengan yang dijanjikan.
Blok ketiga, berisikan pertanyaan yang terkait dengan faktor-faktor
yang mempengaruhi pemberian pelayanan oleh petugas pelayanan
kepada konsumen. Informasi yang ingin diketahui dari blok 3 ini adalah:
-
Konsultan Dr. Padmodimuljo Laporan Penelitian 17
team work, kesesuaian antara kemampuan petugas pelayanan dengan
pekerjaan yang dilakukan, kesesuaian antara teknologi yang dipergunakan
dengan pekerjaan yang dilakukan, pengawasan yang dirasakan,
pengawasan oleh atasan langsung, konflik peran dan ketidak jelasan
peran. Selain itu pada blok ini ditanyakan pula proses komunikasi
horisontal yang terjadi serta kecenderungan penyedia jasa untuk
memberikan janji-jani pelayanan yang berlebihan.
D. Definisi Operasional 1. Dimensi fisik (tangible) mengacu kepada performansi petugas,
keadaan sarana dan prasarana dan output yang dihasilkan.
2. Dimensi ketepatan (reliability) yang mengacu pada aspek waktu,
yang digunakan untuk mengukur ketepatan proses penyelesaian
pekerjaan dengan waktu yang telah ditetapkan.
3. Dimensi keterlibatan (responsiveness) yang mengacu kepada peran
serta, dapat digunakan untuk mengukur tingkat keterlibatan petugas
dalam proses pelayanan terhadap anggota.
4. Dimensi keterjaminan (assurance) yang meliputi kecakapan,
keramahan dan kepercayaan dan keamanan dapat digunakan untuk
mengukur performansi petugas dalam memberikan rasa percaya dan
rasa aman serta kepuasan kepada pihak anggota.
-
Konsultan Dr. Padmodimuljo Laporan Penelitian 18
5. Dimensi empati (empathy) yang meliputi kemampuan komunikasi
dan ketanggapan dapat digunakan untuk mengukur sikap dan
motivasi petugas dalam memberikan pelayanan.
E. Analisis Data
Data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis dengan
menggunakan statistik deskriptif. Untuk mengetahui kesenjangan (gap)
antara kualitas pelayanan yang diharapkan dengan yang dirasakan, maka
pertanyaan dalam Kuesioner K-01, yang terkait dengan expected service
dan perceived service dikelompokan kedalam lima dimensi. Untuk setiap
kelompok dihitung nilai rata-ratanya. Dengan cara ini maka akan diperoleh
dua set nilai kualitas pelayanan, yaitu nilai expected service dan nilai
perceived service yang masing-masing dikelompokkan dalam lima dimensi.
Nilai expected service kemudian dikurangi dengan nilai perceived service.
Jika hasilnya positif berarti terdapat kesenjangan kualitas pelayanan, yang
dalam hal ini bermakna kualitas pelayanan yang diharapkan lebih tinggi
dari yang dirasakan. Atau dengan perkataan lain, penyedia jasa kurang
mampu memberikan pelayanan sesuai dengan yang diharapkan oleh
konsumen. Nilai kesenjangan yang diperoleh ini merupakan nilai kualitas
pelayanan tanpa memperhitungkan tingkat kepentingan dari masing-
masing dimensi. Jika nilai kualitas pelayanan ini dikalikan dengan nilai
kepentingannya maka akan diperoleh nilai kualitas pelayanan tertimbang.
-
Konsultan Dr. Padmodimuljo Laporan Penelitian 19
Kemampuan penyedia jasa dalam memahami kualitas pelayanan
yang diharapkan oleh konsumen diketahui dengan membandingkan rata-
rata nilai kualitas pelayanan yang diharapkan konsumen dengan rata-rata
nilai kualitas pelayanan yang diharapkan konsumen menurut persepsi
penyedia jasa. Jika diperolah hasil yang positif (nilai expected service
konumen lebih besar dari nilai expected service menurut persepsi
penyedia jasa), maka dapat disimpulkan bahwa penyedia jasa kurang
mampu memahami harapan konsumen mengenai kualitas pelayanan yang
seharusnya diberikan.
Untuk aspek lainnya, data yang dikumpulkan secara umum
dianalisis dengan membandingkan nilai rata-rata dengan nilai maksimum
yang mungkin dicapai. Dengan cara ini maka dapat diidentifikasi posisi
kemmpuan penyedia jasa dalam memberikan pelayanan dibandingkan
dengan nilai maksimumnya.
F. Karakteristik Responden
Responden peneliitian ini terdiri dari tiga kelompok, yaitu:
manajemen (pengelola), petugas pelayanan (front liner) dan konsumen.
Responden manajemen diminta untuk mengisi kuesioner K-02, petugas
pelayanan mengisi kuesioner K-03 dan konsumen mengisi kuesioner K-01.
Responden dari lima belas kota yang dikunjungi ternyata sangat
berpartisipasi pada penelitian ini dan menyatakan bahwa penelitian ini
sangat bermanfaat khususnya dalam rangka memberikan masukan bagi
-
Konsultan Dr. Padmodimuljo Laporan Penelitian 20
perbaikan kualitas pelayanan yang diberikan oleh PT. POSINDO untuk
masa-masa mendatang. Komposisi responden yang terlibat pada
penelitian dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1. Komposisi Responden Menurut Kota
Manajemen Petugas pelayanan Konsumen No Kota Jumlah Persen Jumlah Persen Jumlah Persen
1 Medan 5 5.319 20 7.463 149 11.220 2 Padang 5 5.319 20 7.463 50 3.765 3 Banjarmasin 6 6.383 10 3.731 50 3.765 4 Palembang 8 8.511 19 7.090 44 3.313 5 Lampung 5 5.319 17 6.343 47 3.539 6 Bandung 5 5.319 20 7.463 141 10.617 7 Denpasar 5 5.319 20 7.463 49 3.690 8 Yogyakarta 5 5.319 16 5.970 99 7.455 9 Semarang 5 5.319 20 7.463 143 10.768
10 Pontianak 15 15.957 19 7.090 50 3.765 11 Surabaya 4 4.255 18 6.716 143 10.768 12 Malang 5 5.319 20 7.463 100 7.530 13 Samarinda 11 11.702 14 5.224 48 3.614 14 Makassar 5 5.319 16 5.970 80 6.024 15 Jakarta 5 5.319 19 7.090 135 10.166
Total responden 94 100.000 268 100.000 1328 100.000
Jika dibandingkan dengan jumlah sampel yang rencnakan untuk PT.
POSINDO, yang komposisinya adalah: reponden manajemen sebanyak 75
orang, petugas pelayanan sebanyak 300 orang dan konsumen sebanyak
1500 orang, maka diperoleh response rate (persentasi jumlah kuesioner
yang terisi dan dapat dipergunakan) untuk masing-masing kelopok sampel
sebesar: 125 persen untuk manajemen, 89,3 persen untuk petugas
pelayanan, dan 88,5 persen untuk konsumen. Nilai respons rate ini cukup
tinggi sehingga dapat disimpulkan bahwa masing-masing kelompok
sampel telah berpartisipasi pada penelitian ini.
-
Konsultan Dr. Padmodimuljo Laporan Penelitian 21
Informasi mengenai karakteristik demografis hanya
menggambarkan latar belakang konsumen. Sementara untuk manajemen
dan petugas pelayanan, data mengenai informasi karakteristik demografik
tidak dikumpulkan oleh karenanya tidak dapat dilaporkan pada laporan
penelitian ini. Beberapa informasi mengenai karakterisik konsumen yang
menjadi responden dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2. Karakteristik konsumen yang menjadi responden
No Items Frekuensi Persen 1 Jenis kelamin a.Pria 603 46.420 b. Wanita 696 53.580 c. Total responden 1299 100.000
2 Usia responden a. Kurang dari 20 tahun 132 10.225 b. 20 30 tahun 470 36.406 c. 31- 40 tahun 422 32.688 d. 41- 50 tahun 201 15.569 e. Lebih dari 50 tahun 66 5.112 f. Total responden 1291 100.000
3 Latar belakang pendidikan responden a. Dibawah SMU 77 5.988 b. SMU dan sederajat 635 49.378 c. Sarjana 529 41.135 d. Pascasarjana 45 3.499 e. Total responden 1286 100.000 4 Bidang pekerjaan responden
a. Belum bekerja 245 18.992 b. Pegawai negri/ABRI 173 13.412 c. Pegawai swasta 527 40.852 d. Lainnya 345 26.744 e. Total responden 1047 100.000
-
Konsultan Dr. Padmodimuljo Laporan Penelitian 22
Tabel 2 (Lanjutan)
6 Perkiraan lama menjadi pelanggan
a. Kurang dari 1 tahun 92 7.227 b. 1.0 - 2.0 tahun 176 13.826 c. 2.1 - 3.0 tahun 165 12.962 d. 3.1 - 4.0 tahun 112 8.798 e. 4.1 - 5.0 tahun 122 9.584 f. Diatas 5 tahun 606 47.604 g. Total responden 1273 100.000
Berdasarkan informasi pada tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa
konsumen PT. POSINDO datang dari berbagai kalangan dimana komposisi
pria dan wanitanya hampir sama. Penelitian ini menemukan bahwa
proporsi konsumen wanita (53,58 persen) lebih besar daripada konsumen
pria (46,42 persen). Demikian juga jika dilihat bedasarkan kelpompok
umur. Data pada tabel 2 meperlihatkan bahwa sebagian besar responden
yang berpartisipasi dalam penelitian ini memiliki usia pada kisaran 20 - 40
tahun, yaitu sebanyak 69 persen. Jiika dilihat dari perspektif consumer
behavior, usia konsumen pada kelompok ini merupakan usia kritis dalam
artian mereka cenderung reaktif dan kritis dalam menanggapi atau
memberi penilaian terhadap sesuatu termasuk kedalamnya penilaian
terhadap kualitas pelayanan. Kesimpulan yang sama juga dapat berlaku
jika melihat data penyebaran konsumen berdasarkan pendidikan.
Penelitian ini menekan bahwa lebih dari 90 persen responden penelitian ini
memiliki latar belakang pendidikan SLTA dan sarjana.
-
Konsultan Dr. Padmodimuljo Laporan Penelitian 23
Hal yang menarik untuk dicermati adalah penyebaran responden
menurut lama menjadi pelanggan. Data pada gambar berikut
memperlihatkan bahwa proporsi responden yang terbesar menyatakan
bahwa mereka telah menjadi pelanggan PT. POSINDO untuk kurun waktu
yang cukup lama (lebih dari 5 tahun). Sebanyak 47.6 persen responden
menyatakan bahwa mereka telah menjadi pelanggan untuk lebih dari 5
tahun. Hal ini menyimpulkan bahwa sebagian besar konsumen PT.
POSINDO termasuk kedalam kelompok loyal consumers. Dari sudut
padang ini, banyaknya konsumen yang menjadi loyal consumer
membuktikan bahwa positioning PT. POSINDO dibidang jasa pengiriman
surat, uang dan paket cukup baik. Hasil diskusi dengan konsumen
diperoleh informasi yang cukup penting, bahwa mereka cenderung
memilih PT. POSINDO sebagai courir service karena harganya yang lebih
murah dibandingkan dengan perusahaan penitipan lain yang
diselenggarakan oleh swasta.
Gambar 3 Komposisi Responden Menurut Lamanya Menjadi Pelanggan
Kurang dari 20 tahun10%
20 - 30 tahun36%31- 40 tahun
33%
41- 50 tahun16%
Lebih dari 50 tahun5%
-
Konsultan Dr. Padmodimuljo Laporan Penelitian 24
GAMBARAN SINGKAT PT. POSINDO
PT. Pos Indonesia (POSINDO) merupakan satu-satunya institusi
yang terdekat di hati masyarakat. Dengan tugas dan fungsi sebagai
messenger penyambung tali silaturahmi seluruh masyarakat baik di
Indonesia maupun menghubungkan dengan dunia luar. Dengan visinya
sebagai penyedia jasa pos yang bernilai tinggi dengan daya saing global,
PT. POSINDO selalu berupaya untuk dikelola sesuai dengan prinsip bisnis
yang sehat dengan didukung oleh teknologi tepat guna dan sumberdaya
manusia yang profesional.
Melalui mottonya Pos untuk semua, PT. POSINDO selalu berusaha
melayani kebutuhan masyarakat dibidang layanan komunikasi, logistik,
transaksi keuangan, dan layanan pos lainnya dengan menggunakan
kaidah: mulai dari yang kecil, melaksanakan yang paling kecil, dan
menyelesaikan yang terkecil. Kesemuanya itu telah memacu semua pihak
yang terkait di PT. POSINDO untuk selalu memberikan pelayanan yang
terbaik bagi konsumennya.
Sebagai sebuah perusahaan jasa pengiriman terkemuka dan tertua,
tentunya harmonisasi tuntutan dan dinamika pasar menjadi sebuah
keharusan. Oleh karenanya PT. POSINDO selalu berusaha untuk
3
-
Konsultan Dr. Padmodimuljo Laporan Penelitian 25
menyesuaikan dengan kebutuhan pasar yang senantiasa berkembang.
Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan memperbaiki infrasuktur,
sarana pelayanan dan sumberdaya. Kapasitas layanan juga selalu
dikembangkan dalam rangka mengoptimalkan harmoni dengan kebutuhan
pasar tersebut. Hingga kini, kapasitas layanan yang dimiliki oleh PT.
POSINDO tersebut dapat dilihat pada tebel berikut.
Tabel 3. Kapasitas Layanan PT. POSINDO
Alat Produksi Jumlah Keterangan
Gedung kantor pos 4.828 Unit 205 unit terhubung dengan jaringan W-net Pelayanan bergerak 3.602 Unit 6.671 trayek, 12.431 terminal Mitra kelola 16.329 Unit Agen/depot, pos desa, pos sekolah,
warpos kesra Peralatan 122.647 Unit PC, timbangan, mesin Jangkauan 39.434 titik 3.760 kecamatan, 951 daerah
transmigrasi, 34.724 desa Kendaraan 10.523 Unit 1.726 unit roda empat, 9 unit roda tiga,
8.530 unit roda dua, 4 unit traktor, 244 unit roda 6 dan 10 unit perahu motor
Sumberdaya manusia 26.787 orang Berpendidikan umum, spesialisasi dan teknis.
Dengan kapasias layanan tersebut, PT. POSINDO berupaya untuk
malaksanakan enam perannya, yaitu: alat administratif yang efektif bagi
keselarasan politik dan persatuan nasional, perekat hubungan antar
masyarakat, perantara efektif hubungan dengan berbagai institusi,
penghubung daerah terpencil, faktor dasar pengembangan sosial-budaya,
dan motivator dalam pembanguna ekonomi.
-
Konsultan Dr. Padmodimuljo Laporan Penelitian 26
Untuk mengetahui Kinerja Finansial PT. POSINDO dilihat dari laba
(rugi), neraca, dan arus kas, dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4. Kinerja Finansial PT. POSINDO Laba (Rugi)
Akun 2001 Rp
2000 Rp
PENDAPATAN USAHA 1. Pendapatan Bisnis Komunikasi 774.077.251.914,00 674.273.411.879,00
2. Pendapatan Bisnis Logistik 100.893.626.569,00 82.660.939.643,00
3. Pendapatan Bisnis Keuangan & Keagenan
3.1. Pendapatan Bisnis Keuangan - Pendapatan Layanan Weselpos 49.741.910.716,00 41.657.023.646,00
- Pendapatan Layanan Giropos 7.931.888.436,00 8.904.983.351,00
- Pendapatan Layanan Keagenan 96.798.874.893,00 80.961.426.383,00
3.2. Pendapatan Bisnis Filateli 20.241.849.052,00 17.182.234.219,00
3.3. Pendapatan Bisnis Penyertaan 5.846.963.910,00 4.167.670.653,00
Jumlah Pendapatan Usaha 1.055.532.365.490,00 909.807.689.774,00
BIAYA USAHA 1. Biaya Pegawai 580.483.699.672,00 446.889.351.697,00
2. Biaya Pemeliharaan 46.084.019.311,00 46.188.879.495,00
3. Biaya Pengadaan 31.842.118.115,00 40.563.457.332,00
4. Biaya Sewa 86.803.414.034,00 46.376.011.702,00
5. Biaya Kiriman Pos 127.892.715.029,00 110.438.234.160,00
6. Biaya Perjalanan Dinas dan Pengawasan 19.370.288.098,00 22.520.520.673,00
7. Biaya Usaha Lainnya 160.703.247.867,00 148.519.294.216,00
Jumlah Biaya Usaha 1.053.179.502.126,00 861.495.749.275,00
Laba / Rugi Dari Usaha 2.352.863.364,00 48.311.940.499,00PENDAPATAN DAN BIAYA NON USAHA 1. Pendapatan Non Usaha 110.722.695.586,00 98.888.106.372,00
2. Biaya Non Usaha 117.535.387.160,00 97.156.032.425,00
LABA / RUGI DARI NON USAHA (6.812.691.574,00) 1.732.073.947,00LABA / RUGI SEBELUM PAJAK 11.189.897.014,00 50.044.014.446,00PPh badan 0,00 0,00
LABA / RUGI SETELAH PAJAK 11.189.897.014,00 50.044.014.446,00 Neraca
Akun 2001 2000
-
Konsultan Dr. Padmodimuljo Laporan Penelitian 27
Rp Rp AKTIVA LANCAR Kas dan Bank 1.085.675.081.824,00 991.092.514.255,00
Investasi Jangka Pendek 168.037.607.501,00 216.398.824.400,00
Piutang Usaha 174.149.948.920,00 95.974.985.580,00
Penyisihan Piutang (12.301.527.843,00) (5.095.864.185,00)
Piutang Lain-lain 79.563.332.207,00 97.213.093.528,00
Persediaan/Supplies 863.270.775,00 261.076.406,00
Biaya Dibayar Dimuka 24.905.905.009,00 23.085.444.332,00
Pajak Dibayar Dimuka 1.730.496.267,00 8.780.654.087,00
Pendapatan YMH Diterima 5.819.010.638,00 3.020.698.246,00
Jumlah Aktiva Lancar 1.528.443.125.298,00 1.430.731.426.649,00
Penyertaan Modal 1.250.000.000,00 1.250.000.000,00
AKTIVA TETAP T a n a h 55.091.094.895,00 54.250.479.290,00
Gedung Kantor 318.075.546.359,00 302.181.128.975,00
Rumah Dinas 7.326.391.447,00 5.375.051.719,00
Kendaraan Bermotor 87.099.380.418,00 74.803.504.457,00
Barang Inventaris 272.904.771.331,00 244.546.068.258,00
Jumlah 740.497.184.450,00 681.156.232.699,00Penyusutan Aktiva Tetap (380.855.782.582,00) (328.982.761.575,00)
Nilai Buku Aktiva Tetap 359.641.401.868,00 352.173.471.124,00
Aktiva Dalam Proses 714.526.232,00 4.667.102.967,00
Jumlah Aktiva Tetap 360.355.928.100,00 356.840.574.091,00 AKTIVA LAINNYA Aktiva Lain-lain 23.532.012.254,00 25.132.697.599,00
Aktiva Pajak Tangguhan 68.444.711.600,00 46.817.703.200,00
Jumlah Aktiva Lain-lain 91.976.723.854,00 71.950.400.799,00
JUMLAH AKTIVA 1.982.025.777.252,00 1.860.772.401.539,00
Neraca (Lanjutan) KEWAJIBAN LANCAR Hutang Usaha 1.286.455.988.843,00 1.202.100.287.342,00
Pendapatan Diterima Dimuka 1.198.607.101,00 811.511.133,00
Biaya YMH Dibayar 103.510.747.250,00 69.909.993.241,00
-
Konsultan Dr. Padmodimuljo Laporan Penelitian 28
Hutang Jk. Panjang Jatuh Tempo 5.500.000.000,00 3.250.000.000,00
Hutang Lain-lain 524.988.789,00 8.293.661.744,00
Jumlah Hutang Lancar 1.397.190.331.983,00 1.284.365.453.460,00KEWAJIBAN TIDAK LANCAR Hutang Kredit Bank 8.250.000.000,00 12.750.000.000,00
Modal Disetor PT QAN 6.860.000.000,00 0,00
Kewajiban Minoritas (15.649.725.224,00) 0,00
EKUITAS Modal Dasar 1.000.000.000.000,00 1.000.000.000.000,00
Modal Belum Ditempatkan (650.000.000.000,00) (650.000.000.000,00)
Modal Ditempatkan dan Disetor 350.000.000.000,00 350.000.000.000,00
Tambahan Modal Pemerintah 46.438.876.268,00 46.438.876.268,00
C a d a n g a n 109.301.685.611,00 70.356.354.165,00
Laba / Rugi Setelah Pajak 11.189.897.014,00 50.044.014.446,00
Pendapatan Pajak Tangguhan 21.627.008.400,00 46.817.703.200,00
Jumlah Ekuitas 585.375.170.493,00 563.656.948.079,00JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS 1.982.025.777.252,00 1.860.772.401.539,00
Arus Kas
Akun 2001 (Rp. 0)
2000 (Rp. 0)
I ARUS KAS DARI KEGIATAN OPERASI :
Laba Bersih Setelah Pajak 32.816.905.414,00 96.861.717.646,00
Penyesuaian Laba Berdasarkan Arus Kas
- Penyusutan Aktiva Tetap 51.873.021.007,00 53.567.070.684,00
- Pengurangan Aktiva Tetap dan Penyusutannya
0,00 0,00
Penambahan/Pengurangan Investasi Jangka Pendek
48.361.216.899,00 (18.545.074.400,00)
Penambahan/Pengurangan Piutang Usaha
(70.969.299.682,00) 9.054.209.644,00
Penambahan/Pengurangan Piutang Lancar Lainnya 17.649.761.321,00 19.600.625.378,00
Penambahan/Pengurangan Persediaan/Suplies (602.194.369,00) 1.436.683.102,00
Penambahan/Pengurangan Pajak Dibayar Dimuka 7.050.157.820,00 (5.377.034.087,00)
Penambahan/Pengurangan Biaya Dibayar Dimuka (1.820.460.677,00) (583.330.839,00)
Penambahan/Pengurangan Pendapatan YMH Diterima
(2.798.312.392,00) (126.872.553,00)
-
Konsultan Dr. Padmodimuljo Laporan Penelitian 29
Penambahan/Pengurangan Hutang Usaha 84.355.701.501,00 (153.564.541.975,00)
Penambahan/Pengurangan Pendapatan Diterima Dimuka
(765.096.280,00) 325.728.704,00
Penambahan/Pengurangan Biaya YMH Dibayar (11.786.853.883,00) 24.044.221.980,00
Penambahan/Pengurangan Hutang Jk. Pjng Jatuh Tempo
(3.009.508.038,00) 259.508.038,00
Kas Hasil Kegiatan Operasi (I) (15.337.100.090,00) (83.588.791.878,00)II ARUS KAS DARI KEGIATAN INVESTASI : Penambahan/Pengurangan Tanah (666.390.847,00) (2.670.154.650,00)
Penambahan/Pengurangan Gedung (4.093.977.453,00) (15.204.575.578,00)
Penambahan/Pengurangan Kendaraan Bermotor 3.217.867.938,00 (11.723.567.433,00)
Penambahan/Pengurangan Inventaris (30.653.654.322,00) (42.008.143.908,00)
Penambahan/Pengurangan Investasi jangka Panjang 0,00 0,00
Penambahan Aktiva Dalam Proses (2.203.804.685,00) 242.568.498,00
Kas Digunakan Untuk Kegiatan Investasi (II) (34.399.959.369,00) (71.363.873.071,00)III ARUS KAS DARI PEMBIAYAAN : Penambahan Modal 84.870.627.164,00 0,00
Pengurangan Hutang Jangka Panjang (1.999.754.304,00) 12.750.000.000,00
Penambahan/Pengurangan Hutang Lancar Lainnya (4.171.445.406,00) 3.500.470.999,00
Penambahan Cadangan Dari Pembagian Laba (77.588.891.531,00) 9.228.840.472,00
Pembagian Laba Tahun Lalu (54.401.036.339,00) (61.037.870.472,00)
Penambahan Sewa Dibayar Dimuka Jangka Panjang dll
(7.471.551.029,00) (4.834.124.779,00)
Kas Digunakan Untuk Kegiatan Investasi (III) (60.762.051.445,00) (40.392.683.780,00)Penambahan/Pengurangan Kas (I+II+III) (110.499.110.904,00) (195.345.348.729,00)Saldo Awal Kas 671.852.973.888,00 561.353.862.984,00
Saldo Akhir Kas 561.353.862.984,00 366.008.514.255,00
Terdiri Dari Kas 232.065.439.221,00 217.665.727.822,00
Bank 329.288.423.763,00 148.342.786.433,00
561.353.862.984,00 366.008.514.255,00
KUALITAS PELAYANAN DAN ANALISIS KESENJANGAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan Parasuraman, Zeithaml dan
Berry (1985) untuk menilai kualitas pelayanan yang diberikan oleh
4
-
Konsultan Dr. Padmodimuljo Laporan Penelitian 30
penyedia jasa. Menurut Parasuraman, et al. terdapat lima potensi yang
menyebabkan pelayanan yang diberikan tidak sesuai dengan yang
diharapkan. Dari kelima potenai tersebut, satu potensi kegagalan berada
pada sisi konsumen, sementara empat potensi yang lain berada pada sisi
penyedia jasa. Hal ini memperlihatkan bahwa kegagalan service delivery
sebagian besar disebabkan oleh sisi manajemen. Dari sisi konsumen,
kegagalan pelayanan yang berkualitas dapat terjadi jika kualitas pelayanan
yang dirasakan/diterima oleh konsumen tidak sesuai dengan kualitas
pelayanan yang diharapkan. Kesenjangan ini disebut sebagai consumer
gap.
Empat potensi kegagalan service delivery lainnya berada disisi
penyedia jasa. Potensi kegagalan yang pertama adalah adanya
kesenjangan antara kualitas pelayanan yang diharapkan dengan persepsi
penyedia jasa (yang dalam hal ini adalah manajemen) terhadap kualitas
pelayanan yang diharapkan oleh kosumen. Kesenjangan ini dikenal
sebagai Gap 1.
Kesenjangan kedua (Gap 2) terjadi karena adanya ketidaksesuaian
antara persepsi manajemen terhadap kualitas pelayanan dengan standard
kualitas pelayanan yang telah didisain. Kesenjangan selanjutnya yang
mungkin terjadi (Gap 3) adalah ketidak-sesuaian antara standard kualitas
pelayanan dengan pelayanan yang diberikan oleh petugas pelayanan.
-
Konsultan Dr. Padmodimuljo Laporan Penelitian 31
Sementara kesenjangan terakhir (Gap 4) terjadi pada saat adanya ketidak-
sesuaian antara kualitas pelayanan yang dijanjikan dengan kualitas
pelayanan yang diberikan oleh penyedia jasa.
Uraian pada beberapa sub bab berikut akan menganalisis kelima
gap tersebut, mendeteksi penyebabnya serta mangajukan alternatif solusi
untuk mengurangi kesenjangan yang ada.
A. Kualitas Pelayanan Menurut Perspektif Konsumen (Consumer Gap)
1. Kualitas pelayanan yang diharapkan konsumen
Kualitas pelayanan yang diharapkan oleh konsumen diketahui dari
22 pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner K-01. Keduapuluh-dua
pertanyaan tersebut kemudian dikelompokkan kedalam lima dimensi
kualitas pelayanan, yaitu: tangible, reliability, responsiveness, assurance
dan empathy. Masing-masing pertanyaan diukur pada skala likert 7 point,
dimana angka 1 menyatakan sangat tidak setuju dengan pernyataan yang
diajukan sementara angka 7 menyatakan sangat setuju dengan
pernyataan yang diajukan. Rata-rata skor yang diberikan oleh responden
untuk masing-masing item dapat dilihat pada Lampiran 1.
Hasil analisis data mengenai kualitas pelayanan yang diharapkan
konsumen PT. POSINDO diperoleh nilai rata-rata sebesar 6,562. Skor ini
sudah mendekati nilai skor tertinggi (7) yang berarti kualitas pelayanan
-
Konsultan Dr. Padmodimuljo Laporan Penelitian 32
yang diharapkan oleh konsumen relatif tinggi. Jika dilihat berdasarkan
dimensinya dapat diketahui bahwa, nilai tertinggi diberikan kepada
dimensi tangible dengan nilai sebesar 6,687 sedangkan nilai terendah
diberikan kepada dimensi emphaty dengan nilai sebesar 6,351.
Tabel 5. Kualitas Pelayanan Yang Diharapkan Konsumen
No Dimensi Skor 1 Tangible 6.687 2 Reliability 6.671 3 Responsiveness 6.487 4 Assurance 6.612 5 Empathy 6.351 Rata-rata skor 6.562
Gambaran ini diatas menunjukkan bahwa aspek penampilan fisik
sangat dipentingkan oleh konsumen. Konsumen juga memberikan rata-
rata skor yang tinggi terhadap dimensi reliability (keterandalan),
berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa sebagai perusahaan yang
bergerak dibidang delivery (baik itu surat, uang maupun paket) unsur
keterandalan ini sangat penting. Justru pada dimensi ini konsumen sering
medapatkan pelayanan yang kurang memuaskan, seperti: keterlambatan,
ketidakpastian dan lain-lain.
2. Tingkat Kepentingan Menurut Dimensi
Hasil penilaian konsumen terhadap tingkat kepentingan (bobot)
setiap dimensi menunjukkan bahwa konsumen PT. POSINDO memberikan
penilaian kepentingan yang cukup tinggi terhadap dimensi tangible dan
reliability, sementara dimensi empathy memperoleh nilai kepentingan
-
Konsultan Dr. Padmodimuljo Laporan Penelitian 33
yang paling randah. Gambar 4 berikut menunjukkan nilai kepentingan
untuk masing-masing dimensi kualitas pelayanan.
21.99 22.11 18.87 19.3217.77
0
5
10
15
20
25
Tangib
le
Reliabi
lity
Respon
sivenes
s
Assura
nceEm
pathy
Gambar 4. Tingkat Kepentingan (Bobot) Menurut Dimensi
Jika diurutkan nilai kepentingan ini dari yang tertinggi hingga ke
yang terendah maka diperoleh urutan dimensi sebagai berikut: tangible,
reliabiliy, assurance, responsiveness dan reliability. Urutan ini konsiten
dengan harapan konsumen yang diperoleh dari nilai per item.
3. Kualitas pelayanan yang dirasakan konsumen
Selain kualitas pelayanan yang diharapkan konsumen, penelitian ini
juga menggali informasi mengenai kualitas pelayanan PT. POSINDO yang
dirasakan oleh konsumen. Hasil penilaian tersebut dapat dilihat pada
-
Konsultan Dr. Padmodimuljo Laporan Penelitian 34
Tabel 5. Hasil analisis memperlihatkan nilai rata-rata skor kualitas
pelayanan yang dirasakan adalah 5.841. Skor ini berada dalam kategori
setuju, tetapi jika dibandingkan dengan Tabel 4, rata-rata skor kualitas
pelayanan yang dirasakan ternyata lebih rendah daripada yang
diharapkan. Hal ini mengindikasikan adanya kesenjangan. Rata-rata skor
tertinggi diberikan untuk dimensi assurance (5,974) sementara nilai
terendah diberikan pada dimensi Tangible (5,757). Kondisi ini
menyimpulkan bahwa konsumen merasa puas untuk dimensi assurance
sementara untuk dimensi tangible mereka merasakan relatif kurang puas.
Tabel 6. Kualitas pelayanan yang dirasakan menurut dimensi
No Dimensi Skor 1 Tangible 5.757 2 Reliability 5.842 3 Responsiveness 5.830 4 Assurance 5.974 5 Empathy 5.802 Rata-rata skor 5.841
4. Kesenjangan Antara Yang Diharapkan Dengan Yang Dirasakan
Hasil analisis gap/kesenjangan yang dilakukan dengan cara
membandingkan antara kualitas pelayanan yang diharapkan dengan
kualitas pelayanan yang dirasakan memperlihatkan bahwa pada umumnya
terjadi perbedaan positif yang rata-rata sebesar 0,721. Hal ini menyiratkan
bahwa walaupun kualitas pelayanan sudah baik namun belum sepenuhnya
mampu memberikan kepuasan kepada konsumen. Gambar 5 berikut
-
Konsultan Dr. Padmodimuljo Laporan Penelitian 35
memperlihatkan perbandingan skor antara kualitas pelayanan yang
diharapkan dengan yang dirasakan oleh konsumen.
5.76 5.84 5.835.97
5.80
6.69 6.676.49
6.356.61
4.00
6.00
Tang
ible
Relia
bility
Resp
onsiv
enes
s
Assu
rance
Empa
thy
Skor
DiharapkanDirasakan
Gambar 5. Perbandingan antara kualitas pelayanan dengan yang dirasakan
Merujuk pada gambar 5 tersebut dapat dilihat bahwa kesenjangan
yang terbesar terjadi pada dimensi tangible. Sementara kesenjangan
terkecil terjadi pada dimensi empathy. Hasil diskusi dengan responden
ditangkap kesan bahwa tempat pelayanan yang disediakan oleh PT.
POSINDO masih sangat terbatas. Penampilan fisik petugas pelayananpun
dinilai masih harus ditingkatkan. Konsumen menganggap bahwa
penampilan fisik petugas pelayanan merupakan cerminan terhadap
profesionalisme perusahaan.
Paralatan yang digunakan oleh petugas pelayanan, walaupun dinilai
agak kuno tetapi konsumen masih dapat memahaminya. Salah satu aspek
-
Konsultan Dr. Padmodimuljo Laporan Penelitian 36
fisik yang harus diperbaiki adalah kelengkapan informasi, seperti: brosur,
papan petunjuk waktu pelayanan dan lain-lain. Konsumen mendapat
kesan bahwa pelayanan yang diberikan petugas loket belum optimal. Pada
saat-saat sibuk, masih ada loket yang tutup sehingga memperpanjang
antrian. Selain itu konsumen masih merasakan adanya perbedaan
pelayanan. Kasus di kantor pos besar Yogyakarta, konsumen melihat
bahwa fasilitas pelayanan di loket surat express lebih baik (dilengkapi
dengan AC, dan tempat duduk) dibandingkan dengan loket lainnya.
Kesenjangan yang cukup besar juga terjadi pada dimensi reliability.
Dalam kaitan ini konsumen merasakan bahwa waktu pengiriman sampai di
tujuan sulit diprediksi (khususnya paket). Oleh karenanya kosnumen lebih
percaya untuk mengirimkan paket, khususnya yang bernilai tinggi, melalui
courier service yang diselenggarakan oleh perusahaan swasta. Sementara
untuk paket yang tidak terlalu dikejar waktu, konsumen lebih menyukai
jasa yang diberikan oleh PT. POSINDO karena biaya yang relatif murah.
Kesenjangan antara kualitas pelayanan yang diharapkan dengan
yang dirasakan ternyata lebih kecil jika dibandingkan dengan dua dimensi
sebelumnya. Dalam hal ini konsumen cukup toleran dengan lambannya
pelayanan (khususnya pada saat-saat sibuk). Beberapa seyogyanya
mendapat perhatian dikaitkan dengan dimensi responsivness adalah
kemampuan petugas pelayanan dalam menangani komplain. Dalam hal ini
-
Konsultan Dr. Padmodimuljo Laporan Penelitian 37
masih ada petugas pelayanan yang menangani keluhan dengan sikap
yang kurang ramah. Dalam rangka menangani komplain ini, sebenarnya
PT. POSINDO sudah menyiapkan suatu sistem yang terkomputerisasi,
tetapi konsumen lebih menekankan pada sikap petugas pelayanan
ketimbang sarana yang dipergunakan pada saat memberikan pelayanan.
Masih terkait dengan dimensi responsiveness, konsumen menilai
positif jasa pelayanan pick up service yang diberikan oleh PT. POSINDO.
Konsumen menilai bahwa jasa pelayanan ini sangat kompetitif dan
memudahkan konsumen. Konsumen mengharapkan wilayah pelayanan
jasa ini diperluas tidak hanya disekitar kota saja.
Jika kesenjangan antara kualitas pelayana yang diharapkan dengan
yang dirsakan tersebut ditimbeng dengan nilai kepentingan menurut
dimensi maka akan diperoleh gambaran sebagaimana tampak pada
Gambar 6. Berdasarkan gambar tersebut dapat dilihat bahwa untuk
dimensi tangible, reliability dan responsiveness, kualitas pelayanan yang
dirasakan saat ini ternyata lebih rendah daripada yang diharapkan.
Sementara untuk dua dimensi lainnya, yaitu: assurance dan empathy,
ternyata pelayanan yang diberikan oleh PT. POSINDO ternyata lebih tinggi
dari yang diharapkan. Hal ini berarti bahwa apa yang sudah diberikan oleh
PT. POSINDO ternyata sudah lebih baik dari yang diharapkan konsumen.
-
Konsultan Dr. Padmodimuljo Laporan Penelitian 38
0.0000.2000.4000.6000.8001.0001.2001.4001.600
Tang
ible
Relia
bility
Resp
onsiv
enes
s
Assu
rance
Empa
thy
Diharapkan
Dirasakan
Gambar 6. Kualitas Pelayanan (Tertimbang) Yang Diharapkan Dan Yang Dirasakan Menurut Dimensi
B. Pemahaman Penyedia Jasa Terhadap Kualitas
Pelayanan Yang Diharapkan Konsumen (Gap 1) 1. Kesenjangan antara harapan konsumen dengan persepsi
penyedia jasa terhadap kualitas pelayanan
Pelayanan yang berkualitas adalah suatu keadaan dimana service
provider memberikan pelayanan sesuai dengan yang diharapkan
konsumen (Parasuraman, Zeithaml dan Berry, 1985). Kegagalan
memberikan pelayanan yang berkualitas sering terjadi karena penyedia
jasa kurang memahami harapan konsumen. Dengan demikian maka untuk
mampu memberikan kualitas pelayanan yang sesuai dengan harapan
konsumen maka manajemen dituntut untuk memahami harapan
konsumen. Gambar 7 berikut menyajikan gambaran mengenai
kesenjangan tersebut. Sementara rata-rata skor persepsi penyedia jasa
-
Konsultan Dr. Padmodimuljo Laporan Penelitian 39
(manajemen) terhadap kualitas pelayanan yang diharapkan konsumen
dapat dilihat pada Lampiran 2.
6.612
6.3516.487
6.6716.687
6.504 6.5296.293
6.556
5.938
5.00
6.00
7.00
Tang
ible
Relia
bility
Resp
onsiv
enes
s
Assu
ranc
e
Empa
thy
KonsumenManajemen
Gambar 7. Perbandingan Antara Kualitas Pelayanan Yang Diharapkan Konsumen Dengan Persepsi Manajemen Terhadap Kualitas Pelayanan
Gambar diatas memperlihatkan bahwa rata-rata skor persepsi
manajemen ternyata berada dibawah kualitas pelayanan yang diharapkan
konsumen. Gambaran ini menyimpulkan bahwa manajemen belum cukup
mampu memahami harapan konsumen. Walaupun demikian perbedaan
skor ini tidak terlalu besar, sehingga dapat dikatakan bahwa manajemen
hampir memahami keinginan konsumen. Kesenjangan yang cukup besar
terjadi pada dimensi empathy. Hal ini menimbulkan konsekwensi bahwa
untuk masa mendatang manajemen harus lebih mampu memahami
harapan konsumen.
-
Konsultan Dr. Padmodimuljo Laporan Penelitian 40
19.63
25.82
17.8720.48
15.99
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
Tang
ible
Relia
bility
Resp
onsiv
enes
sAs
sura
nce
Empa
thy
Gambar 8. Nilai Kepentingan Kualitas Pelayanan Berdasarkan Dimensi Menurut Persepsi Manajemen
Jika dilihat berdasarkan tingkat kepentingannya, diperoleh
gambaran bahwa manajen PT. POSINDO melihat bahwa dimensi reliability
merupakan dimensi yang terpenting. Hal ini sudah sejalan dengan
harapan konsumen. Dimensi kedua yang dipentingkan adalah assurance,
sementara konsumen memandang dimensi tangible yang lebih perlu
diperhatikan. Dalam hal ini, manajemen PT. POSINDO memandang bahwa
dimensi tangible berada pada urutan ketiga berdasarkan tingkat
kepentingannya. Keadaan diatas memperkuat kesimpulan bahwa masih
ada perbedaan persepsi kualitas pelayanan yang menurut persepsi
manajemen dan konsumen.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemahaman Manajemen Terhadap Kualitas Pelayanan yang Diharapkan Oleh Konsumen
-
Konsultan Dr. Padmodimuljo Laporan Penelitian 41
Perbedaan pemahaman tersebut diatas dapat disebabkan oleh
berbagai faktor. Zethaml dan Bittner (2003) menyatakan bahwa paling
tidak terdapat tiga faktor yang menyebabkan perbedaan pemahaman
tersebut, yaitu: marketing research orientation, upward communication
dan level of managament. Ketiga faktor tersebut sesungguhnya sangat
terkait dengan bagaimana manajemen mampu mendengarkan keinginan
konsumen. Keinginan konsumen tersebut dapat ditangkap melalui
berbagai saluran, diantaranya adalah melakukan riset pasar,
mendengarkan informasi dari bawahan (terutama dari petugas yang
melakukan kontak langsung dengan konsumen). Tabel 6 berikut
menyajikan rata-rata skor untuk faktor-faktor tersebut. Faktor tersebut
diturunkan dari 20 pertanyaan sebagaimana tampak pada Lampiran 3.
Tabel 7. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemahaman Manajemen Terhadap Kualitas Pelayanan Yang Diharapkan Konsumen
No Faktor Skor
1 Marketing research orientation 5.428 2 Upward communication 4.877 3 Level of management 5.202
Setiap faktor diatas diukur dengan menggunakan skala likert 7
point, dimana skor 1 berarti sangat tidak setuju dengan item yang
ditanyakan sementara skor 7 berarti sangat setuju.
Hasil analisis menunjukkan bahwa dari ketiga faktor tersebut,
manajemen memberikan rata-rata skor terendah untuk faktor upward
communication (4.877). Hal ini berarti bahwa proses komunikasi dari
-
Konsultan Dr. Padmodimuljo Laporan Penelitian 42
bawah keatas berjalan masih belum optimal. Termasuk kedalam faktor ini
antara lain: frekuensi manajer melakukan kontak dengan konsumen,
frekuensi front-liner berkomunikasi dengan manajer, keinginan
mendengarkan masukan dari bawahan, frekuensi manajer melakukan
tatap muka dengan front liner, media komunikasi antara manajer dengan
front liner. Karena rata-rata skor yang rendah maka dapat disimpulkan
bahwa hal-hal disebut terdahulu kurang berjalan dengan baik.
Demikian pula halnya dengan level of manajemen, responden
manajemen yang terlibat dalam wawancara secara mendalam menyatakan
bahwa sentralisasi masih sangat kuat, sementara upaya-upaya yang
mengarah kedesentralisasi belum terfasilitasi dengan baik. Hal ini
tercermin dari relatif kecilnya anggaran untuk promosi dan pengenalan
produk baru kepada konsumen. Selain itu relatif cepatnya mutasi
dilingkungan PT. POSINDO menyebabkan jajaran manajemen di kantor
cabang kurang dapat menerapkan strategi pengembangan usaha, tetapi
lebih menekankan pada meningkatkan sales sebesar mungkin.
Riset pemasaran juga sudah mulai dilakukan, walaupun kegiatan ini
belum berjalan secara optimal. Sebagai contoh, PT. POSINDO telah
melakukan penelitian mengenai waktu tempuh weselpos elektronik, dan
angket pelanggan pos. Angket yang disebarkan tersebut lebih ditekankan
pada mutu pelayanan dan jenis pelayanan yang diberikan. Kedua upaya
-
Konsultan Dr. Padmodimuljo Laporan Penelitian 43
ini dapat dikatagorikan sebagai upaya perusahaan untuk mengevaluasi
produk dan sekaligus mendeteksi keinginan konsumen.
3. Upaya Menanggulangi Kesenjangan Antara Harapan
Konsumen Dengan Persepsi Manajemen
Dalam merumuskan upaya untuk menanggulangi faktor-faktor
penyebab terjadinya kesenjangan antara harapan konsumen dengan apa
yang diduga oleh manajemen maka terlebih dahulu harus
mempertimbangkan besaran pengaruh dari faktor penyebab tersebut.
Merujuk pada hasil analisis maka prioritas penanganan dapat diurutkan
sebagai berikut : penataan level of management, upward communication
dan marketing research orientation.
Walaupun hasil analisis memperlihatkan tingkat kesenjangan yang
terjadi saat ini relatif rendah, akan tetapi tetap diperlukan upaya-upaya
untuk lebih mengeliminir/mengurangi atau bahkan menghilangkan
kesenjangan tersebut. Dengan memperhatikan kondisi yang ada maka
untuk mengurangi atau menghilangkan kesenjangan 1 (antara pelayanan
yang diharapkan konsumen dengan persepsi manajemen) perlu dilakukan
berbagai upaya sebagaimana diuraikan berikut ini.
Menyederhanakan struktur organisasi atau hirarki yang ada, atau
bila hal ini sulit dilakukan maka perlu dipikirkan upaya memberikan
kewenangan atau keleluasaan yang lebih banyak kepada staf dalam
-
Konsultan Dr. Padmodimuljo Laporan Penelitian 44
melaksanakan tugas (empowerment). Dalam hal ini upaya-upaya
manajemen untuk mendesentralisasikan sebagian kewenangannya kepada
kantor cabang akan memberikan manfaat yang positif. Diantaranya adalah
meningkatkan manajemen dalam memahami keinginan konsumen,
menumbuhkan kerativitas dan inovasi yang pada akhirnya akan mendorng
produktifitas.
Memperbaiki sistem komunikasi antara pimpinan dengan
staf/petugas. Upaya ini dapat dilakukan antara lain melalui rapat-rapat
mingguan atau bulanan secara berkala. Dibeberapa kota yang dikunjungi,
proses ini sudah dilakukan secara konsisten dan berkelanjutan. Sebagai
contoh, di cabang Yogyakarta, setiap bulan selalu diadakan sharing day,
dimana pada saat itu setiap pihak saling bertukar informasi mengenai
pekerjaan dan masalah-masalah yang dihadapi.
Upaya lain yang dapat dilakukan dalah melakukan riset pemasaran
secara reguler untuk mengumpulkan informasi tentang apa yang
diharapkan konsumen. Riset pemasaran hendaknya difokuskan pada
kualitas pelayanan yang diberikan oleh perusahaan. Selanjutnya hasil riset
digunakan oleh manajemen untuk memperbaiki standard pelayanan.
C. Disain Standard Kualitas Pelayanan (GAP 2) 1. Kesenjangan dalam Mendisain Standard Kualitas Pelayanan
-
Konsultan Dr. Padmodimuljo Laporan Penelitian 45
Standard kualitas pelayanan yang berlaku diperusahaan dapat
dinyatakan secara formal (tertulis, jelas, dikomunikasikan pada seluruh
karyawan) atau disusun secara informal (dibuat secara tidak tertulis, dan
diasumsikan bahwa standard kualitas pelayanan telah dimengerti oleh
segenap karyawan). Untuk menilai kemampuan manajemen didalam
merancang standard kualitas pelayanan, maka diberi pilihan nilai yang
berkisar 1 sampai 7 dimana angka satu menyatakan bahwa standard
kualitas pelayanan cukup disusun secara informal, dan tujuh menyatakan
bahwa standard pelayanan perlu disusun secara formal. Jika diperusahaan
tidak ada standard pelayanan, maka manajemen diminta untuk
menyatakan tidak ada standard.
Hasil penilaian manajemen terhadap formalitas penyusunan
standard kualitas pelayanan dapat dilihat pada gambar 9. Berdasarkan
gamber tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa standard kualitas
pelayanan untuk kelima dimensi tersebut sudah disusun secara formal,
terutama untuk dimensi reliability dan tangible. Sementara untuk ketiga
dimensi lainnya rata-rata skor formalitas penyusunan standard ini lebih
rendah.
-
Konsultan Dr. Padmodimuljo Laporan Penelitian 46
6.022 6.2235.533 5.444 5.444
0.0001.0002.0003.0004.0005.0006.0007.0008.000
Tang
ible
Relia
bility
Resp
onsiv
enes
s
Assu
rance
Empa
thy
Maksimum
Tercapai
Gambar 9. Formalitas Penyusunan Standard Pelayanan
Hasil pengamatan terhadap berbagai dokumen yang terkait dengan
pelayanan, diketahui bahwa sebagian besar masih mencakup aspek
teknis, sementara standard kualitas pelayanan yeng lebih bersifat human
touch relatif terbatas. Salah satunya adalah Panduan Pelaksanaan Tugas
Para Pegawai PT. Pos Indonesia. Buku pedoman tersebut berisikan
informasi mengenai: visi, misi, falsafah, motto, kredo dan nilai-nilai utama
budaya perusahaan; catur sukses sapta pedoman; kebijaksanaan pokok;
dan makna logo PT. POSINDO. Melalui buku pedoman ini diharapkan
segenap karyawan PT. POSINDO dapat memberikan pelayanan yang
terbaik pada seluruh konsumennya.
Standard Operating Procedure (SOP) lainnya yang telah disusun
oleh PT. POSINDO bernuansa teknis, seperti: petunjuk pelaksanaan bea
-
Konsultan Dr. Padmodimuljo Laporan Penelitian 47
harga tanggungan pada surat pos terbukukan dalam negeri, instruksi kerja
surat pos kilat khusus, petunjuk pelaksanaan layanan penerimaan setoran
pembayaran pajak secara online, dan petunjuk pelaksanaan SIM-WESPOS
Data pada gambar 9 menyimpulkan pula bahwa kesenjangan (gap)
yang berkaitan dengan standard kualitas pelayanan relatif kecil. Hal ini
memberi makna bahwa manajemen PT POSINDO sudah memahami
perlunya merancang standard pelayanan secara formal.
2. Faktor-yang yang Mempengaruhi Kesenjangan Standard
Kualitas Pelayanan
Dalam kaitannya dengan formalitas penyusunan standard
pelayanan, teradapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan sulitnya
menyusun standard pelayanan secara formal. Faktor-faktor tersebut
adalah: komitmen manajemen terhadap kualitas pelayanan (management
commitment to service quality), penentuan tujuan (goal setting),
standarisasi tugas (task standardization), dan persepsi terhadap kelayakan
(perception of feasibility). Hasil analisis data pada Lampiran 3 dirangkum
kedalam Tabel 8 berikut. Melihat kepada tabel tersebut, dapat disimpulkan
bahwa faktor yang paling mempengaruhi formalitas penyusunan standard
pelayanan adalah goal setting sebagaimana yang ditunjukkan oleh rata-
rata skor yang tertinggi. Termasuk kedalam kriteria goal settting ini
adalah: stressing perusahaan pada pelayanan ketimbang menjual produk,
-
Konsultan Dr. Padmodimuljo Laporan Penelitian 48
Implementasi standard kualitas pelayanan bagi semua pegawai, dan
penetapan target pencapaian kualitas pelayanan oleh setiap departemen.
Tabel 8. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Formalitas Penyusunan Standard Kualitas Pelayanan
No Faktor Skor
1 Management commitment to service quality 5.559 2 Goal setting 5.824 3 Task standarddization 5.782 4 Perception of feasibility 5.929
Faktor selanjutnya yang memperoleh nilai rata-rata yang cukup
tinggi adalah task standardization. Termasuk kedalam faktor ini antara
lain: penggunaan peralatan yang moderen dalam pelayanan, dan SOP
dalam pemberian pelayanan yang berkualitas.
3. Upaya Menanggulangi Kesenjangan Dalam Penyusunan
Standard Pelayanan
Walupun standard pelayanan telah disusun secara formal, untuk
masa-masa mendatang perlu ada perbaikan formalitas standard
pekayananan ini dalam rangka mengurangi kesenjangan yang ada. Upaya-
upaya yang dapat dilakukan antara lain: menyusun/membuat atau
menyempurnakan standarisasi tugas. Upaya ini dapat dilakukan melalui
substitusi tenaga manusia dengan teknologi, perbaikan metode kerja,
serta kombinasi dua cara diatas.
-
Konsultan Dr. Padmodimuljo Laporan Penelitian 49
Upaya lain yang dapat dilakukan adalah meningkatkan komitmen
(tekad) manajemen perusahaan maupun petugas pelayanan terhadap
kualitas pelayanan. Upaya ini dapat dilakukan dengan menjadikan
kualitas pelayanan sebagai visi dan misi kerja manajemen maupun
petugas pelayanan, menyusun strategi dan program peningkatan kualitas
pelayanan, mengintroduksikan dan memasyarakatkan komitmen dari
manajemen tertinggi kepada pimpinan tingkat menengah agar dapat
diteruskan ke tingkat yang lebih rendah. Memotivasi petugas
pelayanan/staf dan memberikan pengertian/wawasan bahwa memberikan
kepuasan kepada konsumen merupakan hal yang sangat penting bagi
peningkatan kredibilitas maupun kemajuan petugas pelayanan/staf yang
bersangkutan.
D. Kemampuan Penyedia Jasa (Petugas Pelayanan)
Memberikan Pelayanan Sesuai Dengan Standard (Gap 3)
1. Kesenjangan Antara Standard Kualitas Pelayanan Dengan
Pelayanan Yang Diberikan
Walaupun manajemen telah memahami harapan konsumen dan
selanjutnya dituangkan dalam standard pelayanan namun dalam beberapa
kasus perusahaan bisa gagal memberikan pelayanan sesuai dengan
harapan konsumen. Hal demikian bisa terjadi karena front liner/petugas
pelayanan tidak mampu memberikan pelayanan sesuai standard. Inilah
-
Konsultan Dr. Padmodimuljo Laporan Penelitian 50
yang dimaksud dengan service performance gap. Untuk mengukur
kemampuan tersebut, maka kepada responden ditanyakan apakah mereka
mampu memberikan pelayanan sesuai dengan standard. Penilaian dikur
dengan skala likert 7 point, dimana angka 1 menyatakan bahwa petugas
pelayanan tidak mampu memberikan pelayanan sesuai standard,
sementara angka 7 berarti petugas pelayanan mampu memberikan
pelayanan sesuai dengan standard. Hasil pengukuran service perforamce
tersebut dapat dilihat pada Gambar 10.
5.33 5.085.67 5.78 5.38
0.0001.0002.0003.0004.0005.0006.0007.0008.000
Tang
ible
Relia
bility
Resp
onsiv
enes
s
Assu
rance
Empa
thy
MaksimumTercapai
Gambar 10. Kemampuan Petugas Pelayanan Memberikan Pelayanan Sesuai Standard
Gambar diatas memperlihatkan bahwa secara umum petugas
mampu dalam memberikan pelayanan sesuai dengan standard.
Kemampuan tertinggi dicapai untuk dimensi assurance yang kemudian
disusul oleh dimensi responsiveness. Sementara rata-rata skor yang paling
-
Konsultan Dr. Padmodimuljo Laporan Penelitian 51
rendah dicapai oleh dimensi reliability. Hal ini perlu mendapatkan
perhatian yang serius, karena disatu pihak konsumen sangat
mengharapkan reliability tetapi dilain pihak, justru petugas pelayanan
memiliki kinerja yang relatif rendah untuk dimensi ini.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemberian Pelayanan Sesuai Standard
Secara teoritis terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
petugas pelayanan dalam memberikan pelayanan sesuai dengan standard.
Faktor-faktor potensial yang dapat menimbulkan kesenjangan antara lain:
kurangnya kerjasama tim (team work), ketidak-sesuaian antara
kemampuan petugas dengan pekerjaan yang dilakukan (employee job fit),
ketidak-sesuaian antara teknologi yang digunakan dengan pekerjaan yang
dilakukan (technology job fit), persepsi terhadap pengawasan (perceived
control), sistem pengawasan dari pimpinan (supervisory control system),
konflik peranan (role conflict), serta ketidak-jelasan peranan (role
ambiguity). Hasil analisis terhadap faktor-faktor tersebut dituangkan
dalam Tabel 9.
Tabel 9. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian pelayanan sesuai standard
No Faktor Skor 1 Teamwork 6.041 2 Employee-job fit 5.826 3 Technology-job fit 5.196 4 Perceived control 4.720
-
Konsultan Dr. Padmodimuljo Laporan Penelitian 52
5 Supervisory control system 4.924 6 Role conflict 5.026 7 Role ambiguity 5.199
Memperhatikan tabel tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa
rata-rata skor tertinggi dialokasikan untuk teamwork (6.041). Hal ini
berarti bahwa petugas pelayanan cenderung bekerja dalam tim ketimbang
secara individu. Hasil wawancara secara mendalam juga diketahui bahwa
team work ini berjalan sangat baik. Sebagai contoh, petugas pelayanan
dan backup staff dapat saling bergantian untuk melayani konsumen.
Selain itu karena jenis pekerjaannya yang tidak teralu rumit menyebabkan
setiap orang dapat menangani perkerjaan yang bermacam-macam.
Perceived control dan supervisory-control system memperoleh nilai
rata-rata yang lebih rendah dibandingan faktor lain, masing-masing adalah
4.720 dan 4.924. Termasuk kedalam dua faktor ini adalah: kebebasan
kerja, Kemampuan menahan emosi, ketergantungan pada orang lain,
penilaian dari atasan, penghargaan terhadap pegawai yang berprestasi,
serta beban administrasi yang kurang berhubungan langsung dengan
pekerjaan yang ditekuni.
Berdasarkan hasil wawancara dengan manajemen maupun petugas
pelayanan, diperoleh kesan bahwa karena urutan pekerjaan yang
dilakukan sangat teknis dan dipandu oleh standard pekerjaan, maka
pegawai kurang memiliki kebebasan dalam menentukan cara kerja yang
disukainya. Hal ini sebenarnya sangat wajar karena jika pegawai diberikan
-
Konsultan Dr. Padmodimuljo Laporan Penelitian 53
kebebasan yang berlebihan dalam memilih cara kerja maka proses
penanganan kiriman akan terganggu.
Penilaian atasan kepada bawahan sebenarnya sudah cukup baik,
dibeberapa kantor cabang, manajemen telah menetapkan program
employee of the month dan sekedar memberi penghargaan atas prestasi
yang diraih. Selain itu pada bulan-bulan tertentu, manajemen juga telah
membuat thematic month untuk mendorong motivasi dan produktivitas
karyawan. Sebagai contoh adalah: bulan pelayanan yang berarti pada
bulan itu diupayakan pelayanan harus lebih baik dari rata-rata, atau bulan
senyum yang berarti pula pada bulan tersebut karyawan harus
menunjukkan keramahan dan empati yang lebih tinggi.
Sayangnya program ini belum dilakukan secara standard di seluruh
kantor pos, sehingga bentuk penghargaan ini lebih bersifat inisiatif
manajemen dikantor cabang. Selain itu sistem reward juga belum berlaku
secara nasional dan belum adanya sistem penilaian kinerja yang baku.
3. Upaya Menanggulangi Kesenjangan Dalam Pemberian
Pelayanan Sesuai Standard
Walaupun service performance yang berkalu di PT. POSINDO sudah
berjalan dengan baik, tetapi masih ada kesenjangan yang seyogyanya
diperkecil. Munculnya kesenjangan ini sangat tertait dengan faktor-faktor
yang mempengaruhinya. Oleh karena diperlukan upaya-upaya yang
-
Konsultan Dr. Padmodimuljo Laporan Penelitian 54
sekiranya dapat membantu memperkecil kesenjangan yang ada. Beberapa
upaya yang dapat dilakukan antara lain:
a. Menyusun standar kinerja, mengukur kinerja pegawai dan
memberikan imbalan bagi kinerja yang menghasilkan pelayanan yang
berkualitas, misalnya melalui insentif/atau kompensasi yang berbasis
pada merit system.
b. Memperbaiki evaluasi kinerja dan reward system bagi petugas
pelayanan, sehingga pegawai lebih termotivasi untuk memberikan
pelayanan yang terbaik pada konsumen.
c. Memberikan penjelasan mengenai peranan setiap petugas
pelayanan/staf pelayanan, Hal ini dapat dilakukan melalui latihan
teknis, atau transfer interpersonal skill (keterampilan pribadi).
E. Komunikasi Eksternal (Gap 4) 1. Kesenjangan Antara Yang Dijanjikan Dengan Pelayanan Yang
Diberikan
Kualitas pelayanan