repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/nurul...
TRANSCRIPT
PEMBERITAAN GERAKAN AKSI BELA ISLAM DALAM
KONSTRUKSI HIERARKI PENGARUH ISI MEDIA
DI BERITA SATU
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Magister Sosial (M.Sos)
Oleh :Nurul Zakiah
NIM : 21160510100017
PROGRAMMAGISTER KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAMFAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA2018 M/1440 H
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Nurul Zakiah
NIM : 21160510100017
Jenjang : Magister
Program Studi : Komunikasi dan Penyiaran Islam
Fakultas : Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Menyatakan bahwa naskah tesis berjudul “Pemberitaan Gerakan Aksi Bela
Islam dalam Konstruksi Hierarki Pengaruh Isi Media di Berita Satu,” secara
keseluruhan adalah hasil penelitian/karya saya sendiri, kecuali pada bagian-
bagian yang dirujuk sumbernya.
PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Nurul Zakiah
NIM : 21160510100017
Jenjang : Magister
Program Studi : Komunikasi dan Penyiaran Islam
Fakultas : Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Menyatakan bahwa naskah tesis berjudul “Pemberitaan Gerakan Aksi Bela Islam dalam
Konstruksi Hierarki Pengaruh Isi Media di Berita Satu,” secara keseluruhan benar-benar bebas
dari plagiasi. Jika dikemudian hari terbukti melakukan plagiasi, maka saya siap ditindak sesuai
ketentuan hukum yang berlaku
i
ABSTRACT
The case of blasphemy by Basuki Tjahaya Purnama (Ahok) raisespros and cons amid Indonesian Muslims. As a result, there was a massdemonstration in front of the Jakarta City Hall. The peak of the action tookplace on December 2nd 2016 known as Aksi Bela Islam 212 (the Islamicdefense movement 212). The event was highlighted by various mass media;among them was Berita Satu. However, the content of the news about theIslamic defense movement in Berita Satu is seen to practice multilevelinfluences.
The major question in this study is to know how the Islamic defensemovement in the construction of the influence hierarchy in Berita Satu isreported. Meanwhile, the minor questions are to know how far the influencelevel of individual worker in reporting the Islamic defense movement inBerita Satu, the elements in the media routine that affect the news content ofthe Islamic defense movement in Berita Satu, the influence of mediaorganizations in the news content in Berita Satu, the ideology adopted by thetelevision station of Berita Satu that affects the content of the news.
The main theory used in this study is the Hierarchy Theory of theInfluence of Media Content by Pamela J. Shoemaker and Stephen D. Reese.This theory states that the content of media coverage is influenced by fivelevels, namely individual level, media routines level, organizational level,extra media level, and ideological level.
The results of this study indicate that the media is not only a means ofinformation provider, but the media is also used as a business institution. Asa result, the content of the news about the Islamic defense movement inBeritaSatu has been influenced by various elements including the fiveelements in the Influence Hierarchy Theory of Media Contents. Theelements that have a significant influence on the content of the news are theelements of the organization or the influence of the owner of Berita Satu,namely Lippo Group, and the ideology of Berita Satu is Pancasila.
In conclusion, Berita Satu constructs the contents of the news aboutIslamic defense movement by building multilevel influences starting fromthe level of individual workers, media routines, organizations, media extrassuch as news sources, advertisers, and the government, as well as applyingthe ideology adopted into the news.
Keywords: News on Islamic Defense Movement, Berita Satu, the influenceof media content
ii
ABSTRAK
Kasus penistaan agama oleh Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)menimbulkan pro dan kontra di tengah umat Islam Indonesia. Akibatnyaterjadi demonstrasi massa di depan Balai Kota DKI Jakarta. Puncak Aksitersebut terjadi pada 2 Desember 2016 yang dikenal dengan nama Aksi BelaIslam 212. Peristiwa tersebut menjadi sorotan berbagai media massa, salahsatunya Berita Satu. Tetapi isi pemberitaan tentang Aksi Bela Islam di BeritaSatu terlihat mempraktikkan pengaruh yang bertingkat.
Pertanyaan mayor dalam penelitian ini, yaitu bagaimana pemberitaangerakan Aksi Bela Islam dalam konstruksi hierarki pengaruh di Berita Satu?Sedangkan pertanyaan minornya, yaitu; Sejauh mana pengaruh levelindividu pekerja dalam pemberitaan Aksi Bela Islam di Berita Satu? Apasaja unsur-unsur dalam rutinitas media yang memengaruhi isi pemberitaanAksi Bela Islam di Berita Satu? Seberapa besar pengaruh organisasi mediadalam isi pemberitaan tentang Aksi Bela Islam di Berita Satu? Apa sajapengaruh dari ekstra media dalam isi pemberitaan di Berita Satu? Apaideologi yang dianut oleh stasiun televisi Berita Satu, sehingga dapatmemengaruhi isi dari pemberitaan?
Teori utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah TeoriHierarki Pengaruh Isi Media oleh Pamela J. Shoemaker dan Stephen D.Reese. Teori ini mengatakan bahwa isi pemberitaan suatu media dipengaruhioleh lima level, yaitu individual level, media routines level, organizationallevel, extra media level, dan ideological level.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa media bukan hanyasebagai sarana penyedia informasi semata, tetapi media juga dijadikansebagai lembaga bisnis, sehingga isi pemberitaan tentang Aksi Bela Islam diBerita Satu, telah dipengaruhi berbagai unsur, di antaranya yaitu lima unsurdalam Teori Hierarki Pengaruh Isi Media. Unsur cukup signifikan terhadapisi pemberitaan ialah unsur organisasi atau pengaruh dari pemilik Berita Satuyaitu Lippo Group, dan juga ideologi, yang mana Berita Satu menganutideologi pancasila.
Kesimpulannya, Berita Satu mengonstruksi isi pemberitaan tentangAksi Bela Islam, dengan cara membangun pengaruh yang bertingkat dimulaidari tingkat individu pekerja, rutinitas media, organisasi, ekstra media sepertisumber berita, pengiklan, dan pemerintah, serta juga menerapkan ideologiyang dianut ke dalam pemberitaannya.
Kata Kunci: Pemberitaan Gerakan Aksi Bela Islam, Berita Satu,Hierarki Pengaruh Isi Media.
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillaahi robbil ‘aalamiin.
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat beserta nikmat-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan tesis yang
berjudul “PEMBERITAAN GERAKAN AKSI BELA ISLAM 212
DALAM KONSTRUKSI HIERARKI PENGARUH ISI MEDIA DI
BERITA SATU.” Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi
Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan tabi’-bati’innya.
Penyusunan tesis ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat
guna memperoleh gelar Magister Sosial (M.Sos) pada Program Studi
Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi (FIDKOM) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta. Dalam proses penelitian dan menyusunan tesis ini, penulis mendapat
bantuan dari berbagai pihak. Karenanya penulis ingin mengucapkan
terimakasih, kepada:
1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA., Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Arief Subhan, MA., Dekan FIDKOM.
3. Dr. Sihabuddin Noor, MA., Kepala Program Studi Magister KPI.
4. Prof. Dr. Andi Faisal Bakti, MA., dosen pembimbing, yang tidak pernah
letih membimbing penulis untuk dapat menyempurnakan tesis ini.
5. Dr. Rulli Nasrullah, M. Si., pembimbing akademik.
iv
6. Dr. Hj. Roudhonah, MA., selaku penguji dan sekaligus pembimbing
penyempurnaan tesis.
7. Dr. Syamsul Yakin, MA sekalu penguji, dan sekaligus pembimbing
penyempurnaan tesis
8. Pemimpin Redaksi Stasiun TV Berita Satu Bapak Claudius V. Boekan.,
selaku narasumber penelitian.
9. Kedua orang tua penulis tercinta dan tersayang Hj. Hajrah Sulaiman dan
Hi. Usman Muhammad, SH., M. Pd. I., yang selalu mendo’akan,
membimbing dan mendukung penulis.
10. Kedua kakak penulis Syahrul Gufron, S.ST dan Shaifuddin Zuhri S.T,
serta kedua kakak ipar penulis Ade Suryani, S.Pd. Si., dan Haryati, S.Pd.,
M.Pd., serta ketiga ponakanku, yang selalu memberikan semangat
kepada penulis.
11. Seluruh dosen di Prodi Magister KPI yang telah mengajar, membimbing,
dan memberikan ilmunya dengan penuh keikhlasan kepada penulis
selama masa perkuliahan.
12. Staf dan karyawan di FIDKOM yang telah memberikan pelayanan
dengan baik, dalam hal administrasi.
13. Staf dan karyawan di Perpustakaan Pusat UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta dan Perpustakaan FIDKOM yang telah membantu penulis dalam
peminjaman referensi.
v
14. Sahabat-sahabat penulis: Dinna Alwi, Nisrina Mudrik, Lia Kaulina,
Rifni, Esbud, Silvia, Isma, Alfiyah yang selalu memberikan semangatnya
dan menjadi tempat curhat penulis.
15. Teman-teman Magister KPI Angkatan 05: Syifa, Rani, Pak Makroen,
Mas Aji, Hilman, Zikrullah, Sulaiman, dan Mas Shofi. Semoga
silaturahmi ini tetap terjaga di mana pun kita berada nanti.
Akhirnya, terima kasih atas semua dukungannya yang tak dapat
disebutkan satu per satu. Mohon maaf apabila ada kekeliruan dalam
penyusunan tesis ini, dan penulis berharap semoga tesis ini tidak hanya
bermanfaat untuk penulis, tetapi untuk berbagai pihak, aamiin ya
rabbal’alamiin.
Ciputat, 11 Oktober 2018
Penulis,
Nurul Zakiah
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
PENGESAHAN
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
PERNYATAAN KEASLIAN
PERNYATAAN BEBAS PALGIASI
ABSTRAK....................................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................. iii
DAFTAR ISI.................................................................................................. v
DAFTAR TABEL.......................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar Belakang Masalah............................................................................ 1B. Batasan dan Rumusan Masalah............................................................... 12C. Thesis Statement.......................................................................................13D. Tujuan dan Manfaat Penelitian................................................................ 13E. Tinjauan Kajian Terdahulu...................................................................... 14F. Kerangka Teoritis.....................................................................................17G. Metodologi Penelitian..............................................................................19
1. Paradigma Penelitian......................................................................... 192. Metode dan konsep Penelitian........................................................... 203. Prosedur Pengambilan Data...............................................................234. Teknik Analisis Data..........................................................................255. Kredibilitas Data................................................................................ 28
H. Sistematika Penulisan.............................................................................. 29
BAB II KAJIAN TEORITIS: TEORI HIERARKI PENGARUH ISIMEDIA .........................................................................................................31
A. Komunikasi dan Dakwah.........................................................................31
vi
B. Fungsi dan Disfungsi Media.................................................................... 35C. Hierarki Pengaruh Isi Media....................................................................43
1. Individual Level................................................................................. 442. Media Routines Level.........................................................................483. Organization Level.............................................................................524. Extra Media Level..............................................................................585. Ideological Level................................................................................62
D. Komunikasi Islam ................................................................................... 671. Tabligh............................................................................................... 702. Taghyir...............................................................................................723. Amr ma’ruf nahy munkar...................................................................744. Akhlaq al-karimah............................................................................. 77
BAB III PROFIL STASIUN TELEVISI BERITA SATU........................ 81
A. Sejarah Berdirinya Berita Satu.................................................................81B. Alamat Redaksi........................................................................................83C. Logo Berita Satu...................................................................................... 83D. Visi dan Misi Berita Satu.........................................................................84E. Struktur Redaksi Berita Satu....................................................................85F. Profil Penonton Berita Satu..................................................................... 87
BAB IV TEMUAN HIERARKI PENGARUH DALAM
PEMBERITAAN GERAKAN AKSI BELA ISLAM DI BERITA SATU
....................................................................................................................... 89
A. Individu Pekerja Media............................................................................90B. Kerja Rutin Media....................................................................................97C. Organisasi Media................................................................................... 105D. Luar Organisasi Media...........................................................................108E. Ideologi Media....................................................................................... 124
BAB V PEMBAHASAN............................................................................130
A. Pengaruh Jurnalis...........................................................................................132B. Pengaruh Ritme Kerja............................................................................138C. Pengaruh Kepemilikan Media................................................................141D. Pengaruh OutsideMedia........................................................................144
vii
E. Berita Satu dan Ideologinya...................................................................151
BAB VI PENUTUP....................................................................................155
A. Kesimpulan............................................................................................ 155B. Rekomendasi..........................................................................................157
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Efek, Bentuk dan Sasaran Media...................................................38
Tabel 3.1 Struktur Redaksi Berita Satu.........................................................85
Tabel 3.2 Sambungan Tabel 3.1 Struktur Redaksi Berita Satu......................86
Tabel 4.1 Program Siaran Berita Satu............................................................98
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Bagan Teoritis............................................................................ 17
Gambar 1.2 Bagan Konseptual...................................................................... 22
Gambar 2.1 Teori Hierarki Pengaruh Isi Media............................................ 43
Gambar 2.2 Skema Tiga Unsur Media Rutin.................................................49
Gambar 3.1 Bagan Bisnis Telekomunikasi Lippo Group..............................82
Gambar 3.2 Logo Stasiun TV Berita Satu..................................................... 83
Gambar 4.1 Aksi Damai 2/12 “Besok Aparat Tidak Dibekali Senajata”...... 93
Gambar 4.2 Breaking News “Aksi Damai 4 November”............................ 100
Gambar 4.3 Dialog “Siapa Aktor Politik 411” ........................................... 101
Gambar 4.4 Telewicara dengan Siti Zuhro.................................................. 101
Gambar 4.5 Telewicara dengan Siti Zuhro menit ke 03.20......................... 102
Gambar 4.6 Running Text Pernyataan Wapres............................................103
Gambar 4.7 Breaking News “Efek Demo bagi Ahok” ............................... 107
Gambar 4.8 Ada Upaya Makar.................................................................... 109
Gambar 4.9 Jelang Aksi 2/12 “MUI Mengkaji Fatwa Shalat di Jalan”....... 110
Gambar 4.10 Iklan Top Coffee.................................................................... 114
Gambar 4.11 Iklan Top Coffee.................................................................... 115
Gambar 4.12 Iklan Top Coffee.................................................................... 115
Gambar 4.13 Iklan Top Coffee.................................................................... 116
Gambar 4.14 Iklan MatahariMall.com.........................................................116
Gambar 4.15 Iklan MatahariStore.com........................................................117
Gambar 4.16 Iklan Bolt................................................................................117
x
Gambar 4.17 Penampakan Peserta Aksi Bela Islam 212 ...........................121
Gambar 4.18 Nilai Tukar Rupiah ................................................................122
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penghujung tahun 2016, masyarakat Indonesia dikagetkan dengan
peristiwa penghinaan agama yang dilakukan dengan Gubernur petahanan
DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dalam pidatonya di Kepulauan
Seribu. Kasus tersebut viral karena Buni Yani membagikan video pidato dari
Ahok ini ke media sosial miliknya.
Peristiwa yang terjadi pada 27 September 2016 lalu, dirasa telah
menyinggung perasaan umat Islam. Karena peristiwa tersebut, toleransi yang
tercipta di antara umat beragama di negeri ini pun ternodai.
Menurut Said Agil dalam bukunya Fikih Hubungan Antaragama
mengatakan bahwa, bagi bangsa Indonesia istilah toleransi sebenarnya bukan
merupakan istilah dan masalah baru. Karena sikap toleransi merupakan salah
satu ciri bangsa Indonesia yang diterima sebagai warisan leluhur bangsa
Indonesia sendiri.Jadi toleransi dalam pergaulan bukan merupakan sesuatu
yang dituntut oleh situasi.1 Karena itu, sikap yang ditunjukkan dari Ahok
dianggap telah menodai makna khusus dari toleransi. Selain itu, kasus Ahok
tersebut juga menimpulkan polemik di tengah umat Islam, sebagian umat
Islam menganggap Ahok telah melecehkan Alquran dan sebagian lagi yang
menganggap perkataan Ahok tersebut sama sekali tidak ada unsur penistaan
agama, dan hal ini menyebabkan umat Islam pun terpecah belah.
Berdasarkan hal ini, masalah yang sebenarnya memprihatinkan
adalah kondisi kualitatif umat Islam, suatu kumpulan manusia yang sebanyak
itu belum menampilkan sebagai mayoritas di suatu negara, tetapi
1Said Agil Husin Al Munawar, Fikih Hubungan Antaragama.Editor Abdul Halim
(Jakarta: Ciputat Press, 2005), 12.
2
mayoritasnya masih terbatas pada “numerical mayority” (mayoritas angka),
dan pada hakikatnya masih tetap dalam “energetical minority” (minoritas
dalam kekuatannya).2
Dalam buku Potret Aksi Damai Bela Islam 212 bahwa kejadian
tersebut terjadi tepatnya di Pulau Seribu, persisnya Pulau Panggang, pada
tanggal 27 September 2016, Ahok menyampaikan pidatonya yang dua
kalimatnya sudah dirasa menyinggung umat Islam. Adapun potongan kata-
kata pemicu aksi yaitu:3
“Jadi jangan percaya sama orang, kan bisa aja dalam hati kecil
bapak ibu enggak pilih saya, ya kan. Dibohongin pake surat al-
Maidah: 51 macem-macem gitu lho. Itu hak bapak ibu, ya, jadi kalau
bapak ibu perasaan, enggak bisa pilih nih, karena saya takut masuk
Neraka dibodohin gitu ya enggak apa-apa, karena ini kan panggilan
pribadi bapak ibu.”4
Pada Kamis, 6 Oktober 2016, Buni Yani mengunggah video Ahok
yang menyebut surat al-Maidah ayat 51 itu di media sosial lewat jejaring
facebook, yang kemudian viral. Video ini lantas memicu kemarahan
sebagian besar umat Islam.5
Ahok dilaporkan oleh Novel Bamukmin dengan didampingi Tim
Advokat Cinta Tanah Air ke Bareskrim, Kamis (6/10/2016) lalu. Pelaporan
terhadap Ahok lalu muncul di beberapa Polda hingga berjumlah 11
laporan.Bareskrim kemudian menarik semua penanganan kasus itu ke
Mabes.6
2 Muhammad Tholchah Hasan, Prospek Islam dalam Menghadapi Tantangan
Zaman, 4. 3 Ahmad Lutfi Fathullah, Potret Aksi Damai Bela Islam 212 (Jakarta: Al-Mughni
Press, 2017), 3. 4 Ahmad Lutfi Fathullah, Potret Aksi Damai Bela Islam 212, 3.
5http://www.bbc.com/indonesia/indonesia-37996601 diakses 16 Januari 2018.
6https://news.detik.com/berita/3338806/begini-perjalanan-kasus-dugaan-penistaan-
agama-oleh-ahok-di-bareskrim diakses 16 Januari 2018.
3
Ahok lalu meminta maaf terkait pidatonya tersebut, nyatanya
pernyataan Ahok terkait dugaan penistaan agama masih memantik reaksi,
demonstrasi pun pecah di depan Balai Kota DKI Jakarta pada Jumat, 14
Oktober 2016. Kemudian, kekecewaan publik atas dugaan penistaan agama
tersebut tak terbendung lagi. Pada Jumat, 4 November 2016 yang dikenal
kemudian dengan nama “Aksi 411,” massa dari berbagai daerah memadati
sejumlah titik di jantung Ibukota termasuk di kawasan ring 1 Istana Negara.7
Aksi tersebut kemudian dinamai dengan “Aksi Bela Islam,” dan puncak dari
aksi tersebut adalah pada 2 Desember 2016 atau yang dikenal dengan “Aksi
Super Damai Bela Islam 212.”
Momen bersejarah itu terjadi pada 2 Desember 2016 lalu, sebagai
rangkaian tuntutan umat Islam agar kasus penistaan agama yang dilakukan
gubernur DKI Jakarta dituntaskan dan mendapatkan hukuman yang
setimpal.8 Masyarakat dari berbagai kalangan termasuk etnis Tionghoa yang
ikut menonton di pinggir jalan memberikan apresiasi, semua saling
membantu. Hal ini karena aksi damai ini memang bukan mengenai
perbedaan agama atau etnis, melainkan masalah keadilan yang harus
ditegakkan.9 Kurang lebih tujuh juta umat Islam melaksanakan shalat Jumat
bersama di Monumen Nasional atau Monas Jakarta. Angka ini merupakan
jumlah orang berkumpul terbanyak sepanjang sejarah di Indonesia.10
Akan
tetapi, Aksi Bela Islam yang dilakukan umat Islam di Indonesia ini
sebenarnya bukanlah sesuatu yang baru. Tetapi pernah dilakukan umat Islam
ketika tahun 2000 lalu di Monas.
7https://news.detik.com/berita/3338806/begini-perjalanan-kasus-dugaan-penistaan-
agama-oleh-ahok-di-bareskrim diakses 16 Januari 2018. 8Akbar, “Indahnya Aksi Damai Umat Islam,” Majalah Dakwah Islam Cahaya
Nabawiy, Januari 2017, 266. 9 M. Dani Sulistyo, Mengetuk Pintu Langit (Jakarta: Visimedia, 2017), 73.
10 Akbar, “Indahnya Aksi Damai Umat Islam,” 266.
4
Aksi yang dilakukan umat Islam ketika tahun 2000, berdasarkan buku
yang berjudul Dialog Internet: Aksi Sejuta Ummat dan Isu Negara Islam
bahwa aksi umat Islam tersebut didasarkan karena terjadinya pembantaian
terhadap umat Islam di wilayah Indonesia Timur, tepatnya di Maluku dan
Maluku Utara, aksi itu sendiri dinamai dengan “Aksi Sejuta Umat” yang juga
dilakukan di Monas.11
Sehingga, dari buku tersebut dijelaskan bahwa Amien
Rais yang menjabat sebagai Ketua MPR RI (1999-2004) ketika itu,
menyampaikan pendapatnya saat aksi bahwa pembantaian massal terhadap
umat Islam yang terjadi di Halmahera, Maluku Utara, merupakan konspirasi
untuk melumpuhkan umat Islam. Untuk itu, ia mengingatkan agar umat
Islam Indonesia harus tetap menggalang kekuatan demi memperkuat
ukhuwah Islamiyah.12
Lapangan Monas Jakarta 7 Januari 2000 telah menjadi saksi histeria
Islam humanis yang prihatin dengan kerusuhan horizontal umat Islam-
Kristen di Maluku. Dengan simbol “Aksi Sejuta Umat,” yang prihatin
dengan konflik sesama saudara sebangsa setanah air di Maluku, diharapkan
konflik Nasrani dan Muslim di kawasan Timur itu cepat diakhiri oleh
pemerintah yang sah di era millennium baru dengan penuh hikmah.13
Peristiwa Monas merefleksikan ramalan Andre Malraux bahwa
millennium ketiga adalah abad agama-agama, yang menemukan fakta
empirisnya di Indonesia, justru tatkala globalisme dan demokratisasi datang
bergelombang, berbarengan dengan krisis ekonomi dan kerusuhan sosial
yang panjang. Agama-agama bangkit, kaum Muslim dan Nasrani bergerak
dengan keyakinan diri. Namun, di tingkat akar rumput, kedua pihak masih
11
Irfan S. Awwas, Dialog Internet: Aksi Sejuta Ummat dan Isu Negara Islam
(Yogyakarta: Wihdah Press, 2000), 19. 12
Irfan S. Awwas, Dialog Internet, 13. 13
Irfan S. Awwas, Dialog Internet,27.
5
memiliki interpretasi yang berbeda tentang masa depan demokrasi dan
modernisasi yang diperjuangkan bersama.14
Ketua panita dari “Aksi Sejuta Umat” tersebut adalah Dr. Daud
Rasyid (1962). Pada acara tersebut juga dikeluarkan deklarasi bersama umat
Islam Indonesia dalam kaitan menyikapi pelanggaran hak hidup,
kehormatan, dan prinsip koeksistensi damai di Ambon. Tetapi kemudian,
aksi yang dilakukan umat Islam tersebut dipahami oleh Presiden
Abdurrahman Wahid (1999-2001) atau yang dikenal dengan Gus Dur (1940-
2009), sebagai upaya untuk memberhentikannya dari jabatan Presiden.15
Seperti halnya Aksi Bela Islam yang dilakukan oleh umat Islam dalam
menuntut penyelesaian kasus penistaan agama yang dilakukan oleh Ahok,
pemerintah dalam hal ini Polri menganggap bahwa terdapat agenda
terselubung dari aksi tersebut.
Polri menduga bahwa Aksi Bela Islam yang dilakukan oleh ribuan
bahkan jutaan umat Islam ini terdapat agenda dugaan makar oleh
sekelompok orang, sehingga Polri pun sempat mengeluarkan maklumat
antisipasi aksi. Tetapi kecurigaan Polri tersebut tidak terbukti, karena Aksi
Bela Islam pada dasarnya dilakukan dengan tujuan untuk menuntut
penyelesaian kasus penistaan Agama yang dilakukan oleh Ahok yang
terkesan lambat dilakukan oleh aparat penegak hukum.
Ketika “Aksi Sejuta Umat” memang tidak seheboh pemberitaan
“Aksi Bela Islam,” hal ini dikarenakan pada masa itu media massa
khususnya stasiun televisi belum sebanyak saat ini. Sehingga “Aksi Bela
Islam” yang dilakukan oleh umat Islam di Indonesia 2016 lalu, lebih
diketahui dan menyita perhatian berbagai media, baik media lokal, nasional,
bahkan internasional. Media-media tersebut memberitakan tentang aksi
14
Irfan S. Awwas, Dialog Internet, 27. 15
Irfan S. Awwas, Dialog Internet, 16-19.
6
tersebut dari berbagai sudut pandang berbeda sesuai dengan kepentingan
media massanya.
Media (pers) terkadang disebut sebagai the fourth estate (kekuatan
keempat) dalam kehidupan sosial-ekonomi dan politik. Hal ini terutama
disebabkan oleh suatu persepsi tentang peran yang dapat dimainkan oleh
media dalam kaitannya dengan pengembangan kehidupan sosial-ekonomi
dan politik masyarakat.16
Salah satu media yang ikut meliput “Aksi umat
Islam” tersebut ialah stasiun televisi Berita Satu.
Stasiun televisi Berita Satu merupakan televisi berita berbayar17
pertama di Indonesia yang bersiaran dalam format visual Full High
Definition (Full HD). Berita Satu News Channel memulai siaran perdananya
pada 1 September 2011, dengan program-program unggulannya Jurnal Pagi,
Jurnal Siang, Jurnal Petang, dan Jurnal Malam. Berita Satu News Channel,18
dibidani antara lain bapak televisi swasta Indonesia, Peter F. Gontha dan
pakar media televisi Don Bosco Selamun. Don Bosco kemudian menjadi
direktur operasional sekaligus pemimpin redaksi sejak 2011 hingga
November 2016.19
Selain itu Berita Satu sendiri merupakan bagian dari anak
perusahaan Lippo Group yang saat ini dipimpin oleh James Riady.
Pemberitaan yang disiarkan oleh Berita Satu terkait “Aksi Bela
Islam” dan kasus penistaan agama yang dilakukan oleh Ahok, dapat
16
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana,
Analisis Semiotik, dan Analisis Framing (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), 30. 17
Televisi berbayar atau bisa disebut juga televisi berlangganan adalah jasa
penyiaran saluran televisi yang dilakukan khusus untuk pemirsa yang bersedia membayar
(berlangganan) secara berkala.Jasa ini biasanya disediakan dengan menggunakan sistem
digital ataupun analog melalui media satelit.Saat ini sistem penyiaran dengan digital adalah
yang paling lazim digunakan. 18
Berita Satu News Channel awalnya hanya bersiaran di jaringan televisi berbayar
ternama di Indonesia, yang dikenal dengan brand First Media. Kanal TV berbayar di bawah
Lippo Group. Seiring perkembangan, Berita Satu News Channel mengembangkan sayapnya,
dengan bersiaran di satelit, berjaringan dengan televisi lokal di berbagai kota di Indonesia,
dan siaran di jaringan televisi berbayar lainnya. 19
http://www.beritasatu.tv/about-us/ diakses pada tanggal 10 Maret 2018.
7
dikatakan bahwa dari proses peliputan hingga disiarkan berita tersebut telah
mengalami banyak pengeditan dan dipengaruhi oleh berbagai unsur.
Sehingga terkadang hal ini yang menyebabkan sebuah peristiwa atau
kejadian yang sama, tetapi diberitakan berbeda di setiap media, dan realitas
peristiwa tersebut pun tidak diberitakan secara apa adanya, tetapi telah
melalui proses yang terkadang tidak sesuai 100% dengan peristiwa itu.
Berdasarkan teori hierarki pengaruh isi media yang diperkenalkan
oleh Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese dalam bukunya Mediating
the Message.20
Menyebutkan bahwa, terdapat lima level yang melatar
belakangi isi pemberitaan yang berbeda-beda dari setiap media massa, yaitu:
individu pekerja media (Individual level), rutinitas media (Media routines
level), organisasi media (Organizational level), pengaruh dari luar media
(Extra media level), dan ideologi (Ideological level).21
Dan dari lima level
tersebut pula, menyebabkan media dapat memberikan sebuah efek yang
disebut oleh Shoemaker dan Reese sebagai the null effects.22
Pada pemberitaan terkait “Aksi Bela Islam” yang disiarkan oleh
Berita Satu, misalnya pada tayangan pemberitaan terkait “Aksi Bela Islam
jilid ke 2” atau “Aksi 411,” yaitu Berita Satu menayangkan program
primetime talk dengan headline beritanya yaitu “dialog—siapa aktor politik
411?” dari tayangan tersebut dapat dilihat Berita Satu sebagai media
mencoba menggiring publik untuk mencari tahu tokoh-tokoh politik yang
menunggangi “Aksi Bela Islam” tersebut, seperti pada cuplikan yaitu
presenter Valerina Daniel melakukan wawancara melalui sambungan telepon
20
Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese, Mediating the Message (New York:
Longman Publisher, 1996). 21
Shoemaker dan Reese, Mediating the Message, 60. 22
di mana isi media merefleksi realitas, tetapi realitas-realitas isi media yang
dimaksud dilihat sebagai hasil kompromi antara pihak yang menjual informasi kepada media
dan siapa yang membelinya, kekuataan-kekuataan ini bertentangan satu dengan yang lainnya
dan memproduksi suatu laporan kejadian yang objektif (lihat Shoemaker & Reese (1996), h.
36).
8
dengan Siti Zuhro seorang pengamat politik. Presenter tersebut menanyakan
terkait pidato Presiden Joko Widodo tentang siapakah aktor politik dibalik
Aksi 411 yang dimaksudkan oleh Presiden.23
Selain itu, pada program breaking news yang membahas tentang
“efek demo bagi Ahok,” ketika salah satu pembicara yaitu Djayadi Hanan
mengatakan pendapatnya terkait pertanyaan yang dilontarkan oleh presenter
Tascha Liudmila. Dapat dilihat pada menit ke 06.59 hingga menit ke 07.31
menampilkan tayangan peserta “Aksi Bela Islam” yang membawa bendera
HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) nampak sedang menyuarakan
aspirasinya, tetapi dengan memukul pagar kawat berduri yang dipasang
polisi dengan tongkat bendara dan terlihat melemparkan sesuatu seperti
kemasan air mineral ke polisi.24
Sehingga dari tayangan itu, dapat
menimbulkan persepsi yang berbeda-beda pada penonton yang melihat
tayangan tersebut, salah satunya bahwa “Aksi Bela Islam” tersebut
merupakan aksi yang anarkis.
Idi Subandy Ibrahim dan Bachruddin Ali Akhmad mengatakan
bahwa, beberapa pendekatan ada yang memandang media sebagai
pembentuk (constructors atau shapers), yakni keyakinan bahwa isi yang
disebarkan oleh media memiliki kekuatan untuk memengaruhi masa depan
masyarakat.25
Pendekatan media sebagai pembentuk telah memicu
kekhawatiran orang mengenai dampak kekuatan media terhadap segmen
masyarakat, apalagi kalau digunakan untuk kepentingan ekonomi dan
politik.26
23
https://youtu.be/fzPDDBa4-w0 diakses pada 10 Maret 2018. 24
https://youtu.be/wv7jr-V_Jbc diakses pada 10 Maret 2018. 25
Idi Subandy Ibrahim dan Bachruddin Ali Akhmad, Komunikasi dan
Komodifikasi: Mengkaji Media dan Budaya dalam Dinamika Globalisasi (Jakarta: Yayasan
Pustaka Obor Indonesia, 2014), 3. 26
Idi Subandy Ibrahim dan Bachruddin Ali Akhmad, Komunikasi dan
Komodifikasi, 4.
9
Pada tayangan lain seperti pada pemberitaan terkait “Aksi Bela Islam
jilid 3” yaitu “Aksi 212,” pada program prime time di Berita Satu
menggunakan headline berita yaitu “ada upaya makar.” Pemberitaan tersebut
terkait liputan tentang ucapan dari Kapolri Tito Karnavian yang
menyebutkan bahwa jika sampai melakukan aksi lagi, maka diduga aksi
tersebut diselubungi dengan maksud tertentu yaitu seperti makar.27
Pakar komunikasi Dennis McQuail mengatakan bahwa media telah
menjadi penyedia informasi alternatif bagi masyarakat luas (public), dan
bahkan sudah menjelma menjadi pengawal demokrasi, pengawal penegak
hukum di masyarakat. Bahkan konon Napoleon Bonaparte, lebih takut
kepada media dibandingkan dengan kepungan tentara sekutu yang
merupakan musuhnya.28
Adapun jika melihat dari beberapa contoh tayangan di Berita Satu
terkait “Aksi Bela Islam,” dapat dikatakan bahwa sebelum berita-berita
tersebut ditayangkan telah mengalami serangkaian proses hingga pada
keputusan berita tersebut layak untuk ditayangkan dengan headline berita
yang telah ditentukan. Sehingga pada proses tersebut sebenarnya Berita Satu
telah menjalankan praktik dalam teori hierarki pengaruh. Selain itu, dari
beberapa contoh tersebut, dapat digambarkan bahwa terdapat kecenderungan
keberpihakan Berita Satu sebagai media yang memberitakan peristiwa
tersebut.
Para jurnalis Berita Satu sebagai salah satu bagian penting dalam
proses peliputan pemberitaan tentang “Aksi Bela Islam.” Dalam hal ini, para
jurnalis ataupun wartawan yang dimiliki oleh Berita Satu, tentunya berasal
dari berbagai latar belakang yang berbeda, salah satunya agama yang dianut.
Dan tidak sedikit dari para jurnalis tersebut yang beragama Islam. Sehingga,
27
https://youtu.be/oyv0RSIQkwE diakses pada 10 Maret 2018. 28
Henry Faizah Noor, Ekonomi Media (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), x.
10
sudah semestinya sebagai seorang muslim, jurnalis tersebut harus
mengedepankan prinsip-prinsip jurnalistik islami. Akan tetapi, yang terlihat
hampir tidak nampak prinsip-prinsip jurnalistik islami, hal ini jelas karena
pemilik dari Berita Satu merupakan seorang non-Islam.
Menurut Asep Syamsul M. Romli dalam bukunya Jurnalistik
Dakwah: Visi dan Misi Dakwah Bil Qalam dijelaskan bahwa:
“Para jurnalis muslim akan sulit mengemban misinya atau
mematuhi „ideologi jurnalistik islami‟-nya, jika ia bekerja pada media
massa non-Islam, atau media yang jauh dari misi islami, karena ia
kemungkinan terbawa arus dan terikat kebijakan redaksional yang
tidak committed akan nilai-nilai Islam. Namun paling tidak, jurnalis
Muslim harus mampu mencegah media massa tempatnya bekerja dari
pemberitaan yang merugikan agama dan umat Islam.”29
Media massa selain mampu melakukan praktik hierarki pengaruh,
media massa juga mampu mengonstruksi realitas sosial yang ada dari sebuah
peristiwa yang diberitakannya. Seperti yang terjadi pada pemberitaan “Aksi
Bela Islam” ketika media menggunakan pilihan-pilihan bahasa dalam
memberitakan aksi tersebut yang kemudian dijadikan alat simbolis.
Bahasa merupakan alat simbolis untuk mensignifikasi di mana logika
ditambahkan secara mendasar kepada dunia sosial yang di obyektivasi.
Bahasa oleh Berger dan Luckmann menjadi tempat penyimpanan kumpulan
besar endapan-endapan kolektif, yang bisa diperoleh secara monotetik;
artinya, sebagai keseluruhan yang kohesif dan tanpa merekonstruksikan lagi
proses pembentukannya semula.30
29
Asep Syamsul M. Romli, Jurnalistik Dakwah: Visi dan Misi Dakwah Bil Qalam
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003), 47. 30
Peter L. Berger dan Thomas Luckmann, Tafsir Sosial atas Kenyataan: Risalah
tentang Sosiologi Pengetahuan, Penerjemah: Hasan Basari dalam M. Burhan Bungin,
Konstruksi Sosial Media Massa: Kekuatan Pengaruh Media Massa, Iklan Televisi, dan
Keputusan Konsumen serta Kritik terhadap Peter L. Berger dan Thomas Luckmann
(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), 17.
11
Berdasarkan berbagai hal tersebut, maka media seperti Berita Satu
dalam operasionalnya tentunya dipengaruhi oleh berbagai hal. Seperti
perkataan dari Albarran, yang dikutip oleh Udi Rusadi dalam bukunya
Kajian Media: Isu Ideologis dalam Perspektif, Teori dan Metode, yang
menyebutkan bahwa lembaga media dalam operasionalnya akan dipengaruhi
oleh banyak tekanan yang saling terkait yaitu tekanan globalisasi, regulasi,
teknologi dan aspek kemasyarakatan.31
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk meneliti
“Pemberitaan Gerakan Aksi Bela Islam dalam Konstruksi Hierarki Pengaruh
di Berita Satu” dikarenakan beberapa alasan, yaitu: 1) Citra Islam selalu di
arahkan pada citra negatif dalam pemberitaan di media massa, 2)
Pemberitaan tentang “Aksi Bela Islam” di media massa seperti Berita Satu
diberitakan dengan sudut pandang dari stasiun tersebut, yang berdasarkan
hasil pengamatan terlihat bahwa terdapat keberpihakan Berita Satu kepada
pemerintah, sehingga berita yang ditayangkan tidak bersifat objektif tetapi
subjektif, 3) Berita Satu yang merupakan salah satu stasiun televisi yang
bersiaran dengan menggunakan jaringan televisi berbayar atau bagian dari
lembaga penyiaran berlangganan, tentunya tayangan-tayangannya tidak
terpaku pada angka-angka rating32
dan share,33
seperti pada stasiun televise
swasta nasional lainnya yaitu Metro Tv, Kompas Tv, dan TV One, sehingga
pemirsa yang menonton tayangan dari stasiun televisi seperti Berita Satu
hanya mereka yang televisinya menggunakan layanan jaringan berbayar
31
Udi Rusadi, Kajian Media: Isu Ideologi dalam Perspektif, Teori dan Metode
(Jakarta: Rajawali Pers, 2015), 42. 32
Rating merupakan data pemirsa televisi yang dihasilkan dari survei (seperti data
rating dari Nielsen) yang hasil pengukurannya itu dilakukan secara kuantitatif (berupa
angka) dan hasil data tersebut dijadikan sebagai bahan evaluasi atau penilaian dari sebuah
stasiun televisi terhadap programnya. 33
Share adalah presentase televisi rumah tangga atau jumlah target pemirsa pada
ukuran satuan waktu tertentu pada suatu channel tertentu terhadap total pemirsa di semua
channel.
12
seperti First Media maupun layanan TV Cable lainnya, 4) Berita Satu adalah
salah satu anak perusahaan dari perusahaan multinasional Lippo Group.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, untuk menghindari kerancuan
permasalahan maka perlu adanya batasan masalah yang akan dibahas, agar
tesis ini lebih praktis dan operasional. Sehingga peneliti menentukan fokus
penelitian, sebagai berikut: Pertama, semua berita terkait “Aksi Bela Islam”
dari jilid pertama hingga ketiga yang terangkum oleh stasiun televisi Berita
Satu. Kedua, berita-berita yang terangkum dalam satu kategori liputan
khusus, dan topik pilihan terkait “Aksi Bela Islam” di Berita Satu.
Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah penelitian tersebut,
dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah, sebagai berikut:
1. Pertanyaan mayor dalam penelitian ini, yaitu: Bagaimana
pemberitaan gerakan Aksi Bela Islam dalam konstruksi hierarki
pengaruh di Berita Satu?
2. Pertanyaan minornya, yaitu:
a. Sejauh mana pengaruh level individu pekerja dalam
pemberitaan Aksi Bela Islam di Berita Satu?
b. Apa saja unsur-unsur dalam rutinitas media yang
memengaruhi isi pemberitaan Aksi Bela Islam di Berita Satu?
c. Seberapa besar pengaruh organisasi media dalam isi
pemberitaan tentang Aksi Bela Islam di Berita Satu?
d. Apa saja pengaruh dari ekstra media dalam isi pemberitaan di
Berita Satu?
e. Apa ideologi yang dianut oleh stasiun televisi Berita Satu,
sehingga dapat memengaruhi isi dari pemberitaan?
13
C. Thesis Statement
Gerakan “Aksi Bela Islam” menjadi sebuah berita menarik dan
mendapatkan perhatian khusus oleh stasiun televisi Berita Satu, yang
kemudian Berita Satu berusaha membangun pengaruh yang bertingkat
seperti terlihat pada isi pemberitaan. Dan jika dikaitkan dalam Teori Hierarki
Pengaruh, maka terlihat bahwa pengaruh ideologi merupakan pengaruh yang
terbesar dalam memengaruhi isi pemberitaan “Aksi Bela Islam” di Berita
Satu.
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian “Pemberitaan Gerakan Aksi Bela Islam dalam
Konstruksi Hierarki Pengaruh Isi Media di Berita Satu,” yaitu:
a. Menganalisis pemberitaan gerakan “Aksi Bela Islam” dalam
konstruksi hierarki pengaruh di Berita Satu.
b. Menganalisis, yaitu: (1) Pengaruh level pekerja pada isi
pemberitaan “Aksi Bela Islam.” (2) Unsur-unsur rutinitas media
yang memengaruhi isi pemberitaan “Aksi Bela Islam.” (3)
Pengaruh organisasi media pada isi pemberitaan “Aksi Bela
Islam.” (4) Pengaruh dari level extra media pada isi pemberitaan
“Aksi Bela Islam.” (5) Ideologi yang dianut oleh stasiun televisi
Berita Satu.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat secara teoritis, yaitu diharapkan dapat memberikan
sumbangan akademis dalam penelitian yang berkaitan dengan
bidang studi media, yang dapat dikaji dari berbagai disiplin ilmu,
14
seperti agama, sosial politik, ekonomi politik, bahasa, dan
sebagainya.
b. Manfaat secara praktis, yaitu diharapkan menjadi referensi bagi
masyarakat agar dapat lebih cermat, dalam melihat berita yang
disajikan media massa, dan tidak serta-merta memberikan sosial
judgment kepada apa pun. Selain itu, penelitian ini juga
diharapkan dapat membangun kesadaran umat Islam agar dapat
membangun kembali citra Islam yang positif.
E. Tinjauan Kajian Terdahulu
Penelitian tentang pemberitaan “Aksi Bela Islam,” yang walaupun
peristiwa tersebut terbilang baru, tetapi telah ada beberapa peneliti yang
menelitinya, sehingga dapat dijadikan bahan referensi dalam melakukan
penelitian ini.Baik yang berbentuk kumpulan tulisan (ontologi), jurnal, tesis
dan sebagainya. Sehingga dalam melakukan penelitian pun, penulis telah
meninjau beberapa penelitian yang dianggap relevan dengan permasalahan
yang diteliti oleh peneliti, sebagai berikut:
Pertama, penelitian kolektif yang dilakukan oleh Iding Rosyidin, dan
Gun Gun Heryanto, berjudul: Konstruksi Citra Partai Islam di Media
Nasional Pemetaan Pemilu 2014. Penelitian tersebut menggunakan dua
kerangka teori, yakni Konstruksi Sosial Media Massa oleh Peter L. Berger &
Luckmann dan teori Hierarki Pengaruh Isi Media oleh Pamela J. Shoemaker
& Stephen D. Reese. Dalam penelitian tersebut menggunakan metode
kualitatif, yang menyimpulkan bahwa partai-partai Islam cukup
mendapatkan tempat baik di Harian Republika maupun Sindo, khususnya
menjelang diselenggarakannya Pemilu 2014. Namun dari sisi kognisi dan
konteks sosial terdapat perbedaan antara Harian Republika dan Sindo. Selain
15
itu juga, pemberitaan mengenai partai-partai Islam atau berbasis massa Islam
tidak terlepas dari pengaruh beberapa faktor yang menurut teori hierarki
pengaruh dikelompokkan ke dalam lima level.34
Persamaan antara penelitian
yang dilakukan oleh Iding Rosyidin, dan Gun Gun Heryanto, dengan
penelitian ini adalah penggunaan teori hierarki pengaruh isi media oleh
Pamela J. Shoemaker & Stephen D. Reese. Tetapi perbedaannya terletak
pada substansi dan objek penelitian, yaitu penelitian ini memfokuskan pada
masalah pemberitaan Aksi Bela Islam di Berita Satu.
Kedua, penelitian kolektif yang dilakukan oleh Arie Setyaningrum
Pamungkas dan Gita Octaviani yang berjudul Aksi Bela Islam dan Ruang
Publik Muslim: Dari Representasi Daring Ke Komunitas Luring. Dalam
penelitiannya menggunakan dua metode yaitu, yang pertama metode melalui
observasi di media sosial, dan kedua metode analisis wacana dalam
mengintrepretasikan bentuk-bentuk representasi Aksi Bela Islam, dan
pewacanaannya yang muncul di jejaring media sosial khususnya Facebook
dan Instagram. Penelitian tersebut melacak bagaimana strategi melalui
mediatisasi dakwah (propaganda yang mengatasnamakan Islam) dilakukan
dalam Aksi Bela Islam dengan mengeksplorasi representasi online „daring‟
(dalam jaringan) di media sosial seperti Facebook, Instagram, dan aplikasi
pesan personal WhatsApp, sehingga menunjukkan suatu lokasi pada ruang
yang disebut sebagai „Publik Muslim.‟35
Persamaan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Arie Setyaningrum Pamungkas dan Gita Octaviani yaitu
substansi penelitian yaitu berkaitan tentang Aksi Bela Islam.Akan tetapi,
perbedaannya terletak pada objek yaitu pada penelitian ini, yang menjadi
34 Iding Rosyidin dan Gun Gun Heryanto, Konstruksi Citra Partai Islam di Media
Nasional Pemetaan Pemilu 2014, (Jakarta: Pusat Penelitian dan Penerbitan Lembaga
Penelitian dan Pengabdian Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah 2013), 122. 35
Arie Setyaningrum Pamungkas dan Gita Octaviani, “Aksi Bela Islam dan Ruang
Publik Muslim.”Jurnal Pemikiran Sosiologi, vol.4 no.2 (Universitas Gadjah Mada, 2017),
65.
16
objek ialah stasiun televisi Berita Satu. Selain itu perbedaan lainnya ialah
pada penelitian ini menggunakan teori hierarki pengaruh.
Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Meistra Budiasa yang
berjudul Mediatisasi Aksi Massa Islam 2 Desember 2016. Penelitian tersebut
membahas tentang bagaimana bentuk politik ketakutan berupa tekanan
massa tersebut dimediatisasi oleh media dalam liputan langsung aksi massa 2
Desember 2016, dan konstruksi dari media massa memberitakan tentang aksi
2 Desember 2016.36
Persamaannya ialah terletak pada substansi penelitian
yaitu berkaitan tentang Aksi Bela Islam. Tetapi perbedaannya terletak pada
objek dan teori yang digunakan, yaitu pada penelitian yang dilakukan oleh
Meistra Budiasa objek kajian yang diteliti diantaranya: Tv One, INews, dan
CNN, serta teori yang digunakan adalah teori mediatisasi. Sedangkan pada
penelitian ini objeknya ialah Berita Satu, dan teori yang digunakan yaitu
hierarki pengaruh.
Keempat, penelitian yang dilakukan oleh Silvina Mayasari yang
berjudul Konstruksi Media Terhadap Berita Kasus Penistaan Agama Oleh
Basuki Tjahaja Purnama (Ahok): Analisis Framing pada Surat Kabar
Kompas dan Republika. Metode yang digunakana dalam penelitian itu adalah
analisis framing menurut Gamson dan Mondigliani. Penelitian itu,
menganalisis konstruksi media pada pemberitaan “Aksi 4 November 2016
dan 2 Desember 2016 Kasus Dugaan Penistaan Agama oleh Basuki Tjahaja
Purnama” di dua surat kabar nasional, yaitu Kompas dan Republika.37
Persamaan antara penelitian Silvina Mayasari dengan penelitian ini adalah
36
Meistra Budiasa, “Mediatisasi Aksi Massa Islam 2 Desember 2016.”Profetik
Jurnal Komunikasi, vol.10 no.1 (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2017), 35. 37
Silvina Mayasari, “Konstruksi Media Terhadap Berita Kasus Penistaan Agama
oleh Basuki Tjahaja Purnama (Ahok): Analisis Framing pada Surat Kabar Kompas dan
Republika.” Jurnal Komunikasi, vol.8 no.2 (September 2018), 8.
17
yaitu persoalan substansi penelitian, yang sama-sama meneliti tentang
pemberitaan Aksi Bela Islam. Tetapi perbedaannya ialah pada objeknya yaitu
pada penelitian Silvina yang menjadi objek penelitian ialah surat kabar
Kompas dan Republika, sedangkan pada penelitian yaitu stasiun televisi
Berita Satu.
F. Kerangka Teoritis
Gambar: 1.1. Bagan Teoritis oleh Peneliti.
Berdasarkan bagan teoritis, menunjukkan bahwa sebuah peristiwa
yang terjadi seperti “Aksi Bela Islam” yang diberitakan oleh sebuah media,
dalam praktiknya berita yang disajikan tidak bersifat objektif, tetapi
subjektik. Hal ini karena pada kenyataannya setiap media massa memiliki
kepentingan masing-masing, sehingga faktor-faktor seperti: Individual Level,
Media Routine Level, Organization Level, Extramedia Level, dan Ideological
Level, dapat dipraktikkan media dan terorientasi dalam bentuk isi berita.
Gerakan Aksi
Bela Islam
Pengaruh individu pekerja
media (mis. Wartawan) Individual level Televisi
(Berita Satu)
Rutinitas Media: Sumber
berita, organisasi media,
audiens
Media Routine
level Teori Hierarki Pengaruh
(Pamella J. Shoemaker &
Stephen D. Reese, 1996)
Organisasi Media (Pemilik
Media)
Organization
level
Pengaruh dari luar
organisasi media Extramedia level
Ideologi media Ideological level
18
Tanda panah putus-putus antara individual level dengan pengaruh
individu pekerja, adalah bermakna sama karena individual level yang
terdapat dalam teori hierarki pengaruh yaitu bahwa salah satu faktor yang
memengaruhi isi pemberitaan adalah para pekerja media, seperti wartawan
atau jurnalis, presenter berita, cameramen, editor, dan lain-lainnya.
Adapun tanda panah putus-putus antara media routine level dengan
rutinitas media juga bermakna sama. Hal ini berhubungan dengan kerja rutin
dari sebuah media, dan setiap media memiliki kerja rutinnya atau dalam hal
ini ritme kerjanya masing-masing. Level ini juga memiliki tiga unsur yang
saling berkaitan dan memengaruhi kerja rutin dari media tersebut, yaitu
sumber berita, organisasi media dalam hal ini tim redaksi, dan audiens atau
penonton.
Tanda panah putus-putus antara organization level dengan organisasi
media atau pemilik media juga bermakna sama. Dalam teori hierarki
pengaruh level ini berarti melihat sejauh mana peran dari pemilik media
dalam kekuasaannya untuk memengaruhi isi pemberitaan.
Extramedia level atau dapat bermakna pengaruh dari luar organisasi
media ini, dapat terlihat dari beberapa unsur yaitu di antaranya sumber
berita, penonton, kekuasaan pemerintah, pengiklan, teknologi, dan pasar
bebas. Unsur-unsur tersebut memiliki pengaruh yang cukup besar dalam isi
pemberitaan di media.
Adapun pada ideological level atau bermakna ideologi dari media.
Berdasarkan teori hierarki pengaruh, level ini menjadi level yang berperan
besar dalam memengaruhi isi pemberitaan. Hal ini karena berkaitan dengan
sudut pandang atau keyakinan dari media tersebut.
19
G. Metodologi Penelitian
1. Paradigma Penelitian
Paradigma penelitian merupakan kerangka berpikir yang
menjelaskan bagaimana cara pandang peneliti terhadap fakta kehidupan
sosial dan perlakuan peneliti terhadap ilmu atau teori. Secara umum,
pendekatan penelitian atau sering juga disebut paradigma penelitian yang
cukup dominan yaitu paradigma penelitian kualitatif, kuantitatif, dan
campuran (gabungan kualitatif dan kuantitatif).38
Penelitian yang berjudul “Pemberitaan Gerakan Aksi Bela Islam
dalam Konstruksi Hierarki Pengaruh Isi Media di Berita Satu,” dengan
fokus penelitian yaitu pemberitaan “Aksi Bela Islam” ini adalah
penelitian kualitatif, yang menggunakan paradigma konstruktivis.
Konstruktivisme, mengadopsi ontologi kaum relativis,
epistimologi transaksional dan metodologi hermeneutis atau dialektis.
Tujuan-tujuan penelitian dari paradigma ini diarahkan untuk
menghasilkan berbagai pemahaman yang bersifat rekonstruksi.39
Menurut paradigma ini, pengetahuan terdiri atas berbagai
konstruksi yang memiliki konsensus relatif di antara pihak-pihak yang
berkompeten. Sedangkan peran nilai-nilai dalam paradigma konstruktivis
38
Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya
Ilmiah (Jakarta: Kencana, 2011), 33. 39
Norman K. Denzin dan Yvonna S. Lincoln, Handbook Of Qualitative Research.
Penerjemah Dariyatno, dkk (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), 124.
20
menempati posisi penting, sebab nilai dipandang sebagai sesuatu yang
tidak bisa dihindari dalam menciptakan hasil-hasil penelitian.40
2. Metode dan Konsep Penelitian
a. Metode Penelitian
Metodologi penelitian adalah sekumpulan peraturan, kegiatan,
dan prosedur yang digunakan oleh pelaku suatu disiplin ilmu.
Hakikat penelitian dapat dipahami dengan mempelajari berbagai
aspek yang mendorong peneliti untuk melakukan penelitian.41
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kualitatif.
Penelitian kualitatif memiliki sifat deskriptif analitik. Data
yang diperoleh seperti hasil pengamatan, hasil wawancara, hasil
pemotretan, data dokumentasi, catatan lapangan, disusun peneliti di
lokasi penelitian, tidak dituangkan dalam bentuk dan angka-angka.
Peneliti segera melakukan analisis data dengan memperkaya
informasi, mencari hubungan, membandingkan, menemukan pola
atas dasar data aslinya (tidak ditransformasi dalam bentuk angka).
Hasil analisis data berupa pemaparan mengenai situasi yang diteliti
yang disajikan dalam bentuk uraian naratif.42
Menurut Creswell, metode kualitatif dibagi menjadi lima
macam yaitu phenomenological research, grounded theory,
40
Denzin dan Lincoln, Handbook Of Qualitative Research, 141. 41
Tim Penyusun, Pedoman Akademik Penyusunan Proposal dan Penulisan Tesis
(Jakarta: Program Magister KPI Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah, 2015), 14. 42
Tim Penyusun, Pedoman Akademik Penyusunan Proposal dan Penulisan Tesis,
14-15.
21
ethnography, case study, and narrative research.43
Adapun dalam
penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah
studi kasus (case study).
Studi kasus adalah merupakan salah satu jenis penelitian
kualitatif, di mana peneliti melakukan eksplorasi secara mendalam
terhadap program, kejadian, proses, aktivitas, terhadap satu atau lebih
orang.44
Studi kasus membantu peneliti untuk melakukan eksplorasi
mendalam terkait berita-berita tentang “Aksi Bela Islam di Berita
Satu.”
b. Konsep Penelitian
Konsep penelitian atau konsep metodologis yaitu memuat
unsur-unsur konsep penting yang berkaitan tentang “Hierarki
Pengaruh Aksi Bela Islam di Berita Satu.” Unsur mikro dan unsur
makro dalam teori hierarki pengaruh yang akan menjadi uraian
lapangan bagi teori yang digunakan dalam penelitian ini. Sehingga
dari teori yang digunakan dalam penelitian ini akan dielaborasikan
dengan prinsip yang ada dalam teori komunikasi Islam.
43
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Bandung:
CV. Alfabeta, 2016), 14. 44
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi, 15.
22
Gambar: 1.2. Bagan Konseptual.
Bagan konseptual di atas menjelaskan bahwa pengaruh yang
dihasilkan dari media berdasarkan teori hierarki pengaruh oleh
Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese, berasal dari faktor
internal dan eksternal organisasi media, atau dari level terkecil
(mikro) yaitu para wartawan, hingga pada level tertebesar (makro)
yaitu pemilik media, luar organisasi media, dan ideologi media.45
Adapun nilai-nilai yang terkandung dalam unsur-unsur dari
hierarki pengaruh, kemudian dielaborasikan dengan konsep pada
teori komunikasi Islam dari Andi Faisal Bakti dan Hamid Mowlana.
Konsep-konsep tersebut kemudian terbagi dalam dua level.Pertama,
pada level mikro yaitu ditemukan pendekatan konsep tabligh dan amr
45
Shoemaker dan Reese, Mediating the Message, 271.
Hierarki Pengaruh Aksi Bela Islam 212
di Berita Satu
Level Mikro: Individual level, dan media routines level.
Pendekatan tabligh, dan amr ma'ruf nahy munkar.
Bentuk dalam berita:
» Breaking News: Aksi Damai 4 November.
» Aksi damai 2/12: Besok Aparat Tidak Dibekali Senjata.
» Aksi 2/12: Jokowi Apresiasi Unjuk Rasa Damai
Level Makro: Organization level Extramedia level, dan
Ideological level. Pendekatan taghyir dan akhlaq al-karimah
Bentuk dalam berita:
» Jelang Aksi 2/12: MUI Mengkaji Fatwa Shalat di Jalan.
» Aksi Damai 2/12: Nilai Tukar Rupiah Menguat
» Aksi 2/12.
23
ma’ruf nahy munkar yang ada dalam pemberitaan terkait Aksi Bela
Islam di Berita Satu. Kedua, pada level makro atau pada ranah yang
lebih besar mencakup dari dalam maupun luar media, yang walaupun
Berita Satu adalah media yang dimiliki oleh seorang pebisnis yang
juga bukan seorang Muslim, walaupun beritanya lebih mengarah
pada konteks yang negatif, tetapi pada beberapa bagian dari isi
pemberitaan Aksi Bela Islam masih nampak kandungan nilai-nilai
Islamnya, karena para wartawannya.
3. Prosedur Pengambilan Data
Prosedur pengumpulan data atau teknik pengumpulan data
merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan
utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik
pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang
memenuhi standar data yang ditetapkan.46
Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan tiga macam teknik pengumpulan data, yaitu observasi,
wawancara, dan dokumentasi.
a. Observasi
Observasi atau pengamatan yang dilakukan oleh peneliti,
yaitu jenis observasi partisipatif yang sifatnya partisipasi pasif
(passive participation).47
Sehingga hal ini, bertujuan untuk
melihat proses kerja dari Berita Satudalam mengolah berita.
Peneliti hadir di ruang redaksi pada tanggal 9 April 2018 untuk
mengamati redaksi Berita Satu ketika melakukan briefing atau
46
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi, 308. 47
Partisipasi pasif yaitu peneliti datang di tempat kegiatan orang yang diamati,
tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut (lihat: Sugiyono (2016), h.311).
24
pengarahan kepada para wartawan Berita Satu yang akan
melakukan liputan berita.
Peneliti juga melakukan pengamatan terhadap tayangan-
tayangan berita yang berkaitan dengan peristiwa “Aksi Bela
Islam” yang terdapat dichannel youtube dari stasiun televisi
Berita Satu.
b. Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data
apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk
menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila
peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih
mendalam teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada
laporan tentang diri sendiri atau self-report, atau setidak-tidaknya
pada pengetahuan dan atau keyakinan pribadi.48
Adapun dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara
semiterstruktur (semistructure interview),49
dengan narasumber
kunci yang terlibat dalam proses produksi pemberitaan di Berita
Satu, yaitu Pemimpin Redaksi Bapak Claudius V. Boekan yang
memiliki kuasa penuh di redaksi Berita Satu. Selain itu
wawancara juga dilakukan dengan Tezar Aditya Rahman yang
merupakan salah satu news presenter dan reporter Berita Satu
yang melakukan liputan Aksi Bela Islam dari jilid pertama hingga
ketiga. Hal ini bertujuan untuk mengumpulkan data-data terkait
48
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi, 316. 49
Jenis wawancara ini termasuk dalam kategori in-dept interview. Tujuan dari
wawancara jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, di mana
pihak yang diajak wawancara diminta pendapat, dan ide-idenya (lihat: Sugiyono (2016),
h.318).
25
penelitian dan untuk menjawab poin-poin dalam rumusan
masalah.
c. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya
monumental dari seseorang. Studi dokumen merupakan
pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara
mendalam penelitian kualitatif.50
Peneliti menggunakan teknik pengumpulan data ini, sebagai
pelengkap dalam mengumpulkan data-data penelitian. Dengan
menggali dan mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya
yang berkaitan dengan dokumentasi tayangan berupa audio
visual, maupun tulisan-tulisan yang berkaitan dengan “Aksi Bela
Islam”, yang kemudian disusun menjadi serangkain data sebagai
bahan kajian dalam penelitian ini.
4. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber,
dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam
(triangulasi), dan dilakukan secara terus menerus sampai datanya
jenuh.51
Teknik triangulasi52
biasanya merujuk pada suatu proses
pemanfaatan persepsi yang beragam untuk mengklasifikasi makna,
memverifikasi kemungkinan pengulangan dari suatu observasi ataupun
50
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi, 326. 51
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi, 331. 52
Menurut Flick (1992), teknik triangulasi juga dapat digunakan untuk
mengklasifikasi makna dengan cara mengidentifikasi cara pandang yang berbeda terhadap
berbagai fenomena (lihat: Denzin dan Lincoln (2009), h.308).
26
interpretasi, namun harus dengan prinsip bahwa tidak ada observasi atau
interpretasi yang 100% dapat diulang.53
Analisis data kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu suatu
analisis berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan
menjadi hipotesis. Berdasarkan hipotesis yang dirumuskan berdasarkan
data tersebut, selanjutnya dicarikan data lagi secara berulang-ulang
sehingga selanjutnya dapat disimpulkan apakah hipotesis tersebut
diterima atau ditolak berdasarkan data yang terkumpul. Bila berdasarkan
data yang dapat dikumpulkan secara berulang-ulang dengan teknik
triangulasi, ternyata hipotesis diterima, maka hipotesis tersebut
berkembang menjadi teori.54
Adapun data-data yang dikumpulkan itu berupa data primer dan
data sekunder. Data primer yaitu berupa tayangan-tayang berita “Aksi
Bela Islam” di Berita Satu, sedangkan data sekundernya yaitu berupa
data yang didapat dari hasil wawancara, dan dokumen-dokumen yang
menunjang data primer.
Miles dan Huberman mengemukakan bahwa aktivitas dalam
analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara
terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas
dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan
drawing/verifying conclusions.55
53
Denzin dan Lincoln, Handbook Of Qualitative Research, 307. 54
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi, 333. 55
Miles M. B and Huberman A. M, “Qualitative Data Analysis: A Sourcebook of
New York Methods,” dalam Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan
Kombinasi, 334.
27
a. Reduksi Data
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang
pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan
polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan
memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah
peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan
mencarinya bila diperlukan. Reduksi data dapat dibantu dengan
peralatan elektronik seperti komputer mini, dengan memberikan
kode pada aspek-aspek tertentu.56
Reduksi data yang dilakukan oleh peneliti untuk membantu
selama proses penelitian ialah dengan membuat abstraksi atau
dengan merangkum pokok-pokok inti seperti pernyataan dari
narasumber. Selain itu juga, peneliti dibantu oleh alat perekam
suara untuk mempermudah dalam membuat abstraksi.
b. Penyajian Data
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data
bisa dilakukan dalam uraian singkat, bagan, hubungan antar
kategori, flowchart dan sejenisnya. Dalam hal ini Miles and
Huberman menyatakan yang paling sering digunakan untuk
menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks
yang bersifat naratif.57
56
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi, 336. 57
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi, 339.
28
c. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif adalah
penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang
dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila
tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat mendukung pada tahap
pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang
dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang
valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan
mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan
merupakan kesimpulan yang kredibel.58
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan temuan
baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa
deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih
gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa
hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori.59
5. Kredibilitas Data
Kredibilitas data atau biasa yang disebut keabsahan data
merupakan suatu cara untuk mengecek keabsahan atau kredibilitas dari
data-data penelitian. Dalam hal ini peneliti menggunakan beberapa
carayaitu: (1) Pengoptimalan waktu penelitian, yang berguna untuk
meminimalkan jarak antara peneliti dengan informan/narasumber. (2)
Peneliti menggunakan teknik triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu
untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data
58
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi, 343. 59
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi, 343.
29
itu.60
(3) Pembuktian ialah dengan cara yang ditempuh peneliti guna
membuktikan bukti atau dukungan terhadap data yang diperoleh. Hal ini
bertujuan untuk mengatasi keterbatasan daya ingat, penglihatan, dan
pendengaran peneliti dalam proses penelitian, sehingga digunakan
instrument bantu/penunjang seperti catatan lapangan (fieldnotes),
perekam suara (voice recorder) dan foto.
H. Sistematika Penulisan
Tesis ini dimulai dengan pendahuluan sebagai bab pertama, yang
membahas di antaranya: latar belakang, batasan dan rumusan masalah,
pernyataan penelitian atau thesis statement, tujuan dan manfaat penelitian,
tinjauan kajian terdahulu, kerangka teoritis, metodologi penelitian, serta
sistematika penulisan tesis.
Selanjutnya, penulis melakukan kajian pustaka yang dielaborasi pada
bab dua. Berisikan pembahasan tentang landasan teori utama yang
digunakan, yaitu teori hierarki pengaruh yang diperkenalkan oleh Pamela J.
Shoemaker dan Stephen D. Reese.
Sebelum lebih jauh membahas hasil dari penelitian ini, terlebih
dahulu penulis menyajikan gambaran umum objek penelitian pada bab tiga,
yaitu berupa uraian singkat tentang stasiun televisi Berita Satu.
Adapun sebagai inti tesis, penulis melakukan analisis yang disajikan
pada bab keempat, yang merupakan uraian data-data dan temuan yang
didapatkan selama melakukan penelitian.Sehingga uraian data-data
penelitian terkait pemberitaan tentang “Aksi Bela Islam” ini tersaji dalam
bentuk analisis deskriptif.
60
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2001), 178.
30
Tahap selanjutnya setelah melakukan analisis data, yaitu pada bab
lima diuraikan pembahasan terkait penelitian. Pada bagian ini hasil analisis
data dan temuan penelitian dengan teori, serta rumusan dari permasalahan
dalam penelitian, dipadukan dalam bentuk deskriptif.
Bab enam sebagai penutup penelitian ini. Pada bab ini, penulis
menguraikan kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan, serta
rekomendasi, dari sisi teoritis, maupun sisi praktis.
31
BAB II
KAJIAN TEORITIS : TEORI HIERARKI PENGARUH ISI MEDIA
A. Komunikasi dan Dakwah
Komunikasi adalah sebuah proses suatu kegiatan yang memiliki
banyak langkah terpisah tetapi saling berhubungan sepanjang waktu.1 Pada
1968, buku Lee Thayer, Komunikasi dan Sistem Komunikasi
(Communication and Communication System), memberikan pandangan lintas
disiplin mengenai komunikasi. Seperti pendekatan lain dalam periode ini,
Thayer menekankan komunikasi sebagai proses yang dinamis di mana
individu menciptakan dan menginterpretasikan informasi yang dilihatnya
sebagai sesuatu yang kompleks, dinamis, dan sangat pribadi. Untuk
menekankan cara berpikir ini, Thayer mengusulkan konsep ―masuk ke dalam
hitungan yang mampu‖ dan ―masuk ke dalam hitungan yang lemah.‖
Menurutnya, kemampuan dan kerentanan kita mengarahkan cara kita
memperoleh, memproses, menghasilkan, dan menyebarkan informasi.2
Lebih jauh Andi Faisal Bakti menjelaskan tentang pandangan dari
Thayer, yang mengatakan bahwa orang-orang hanya dapat dipengaruhi
dalam berbagai kemungkinan yang ada, pada titik tertentu, di dalam struktur
atau sistem psikologis khusus mereka, karena tidak ada yang namanya sihir
dalam komunikasi. Sehingga, seorang penerima akan bereaksi sebagai
konsekuensi dari ―mendapatkan pesan‖ tergantung pada nilai dan
1 Brent D. Ruben dan Lea P. Stewart, Komunikasi dan Perilaku Manusia,
Penerjemah Ibnu Hamad (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), 16. 2Lee Thayer, “Communication and Communication Systems,” dalam Brent D.
Ruben dan Lea P. Stewart, Komunikasi dan Perilaku Manusia, Penerjemah Ibnu Hamad, 51.
32
keyakinannya sendiri, bukan pada isi ucapan yang ditujukan kepadanya, dan
ini adalah tingkat pertama dari Teori Resepsi-Aktif.3
Sebagai bagian dari aktivitas keagamaan, eksistensi dakwah adalah
sesuatu yang bersifat dialektis dan dialogis dengan kondisi objek dakwah.
Dakwah bukanlah aktivitas satu arah yang tidak peduli dengan kondisi
mad‟u, melainkan sebuah respons dari pengetahuan atas kondisi yang ada.
Dakwah bukanlah aktivitas penyeruan agama tanpa memerhatikan kondisi
mad‟u. Dakwah adalah upaya untuk mengubah mad‟u agar menjadi lebih
baik dari sebelumnya.4 Dengan demikian, dakwah dan komunikasi memiliki
kaitan yang erat dan tidak dapat dipisahkan. Dakwah menjadi salah satu
bentuk komunikasi manusia, dan sebaliknya dakwah dapat menjadi sumber
etika dan moral bagi komunikasi, baik sebagai ilmu pengetahuan, maupun
sebagai aktivitas sosial.5 Dakwah jelas memainkan peran sentral dalam
membangun pemahaman agama di antara manusia.Ini juga sangat penting
dalam membangun perdamaian di antara sesama warga. Lebih lanjut,
dakwah adalah signifikan dalam menciptakan pembangunan manusia yang
berkelanjutan.6
Dalam perspektif Islam, komunikasi selain bertujuan untuk
mewujudkan hubungan secara vertikal dengan Pencipta, juga berfungsi
untuk menegakkan hubungan secara horizontal terhadap sesama
manusia.Komunikasi dengan Pencipta tercermin melalui ibadah mahdha
3 Andi Faisal Bakti, Communication and Family Planning in Islam in Indonesia:
South Sulawesi Muslim Perceptions of a Global Development Program (Jakarta: INIS,
2004), 107. 4Moch. Fakhruroji, Dakwah di Era Media Baru: Teori dan Aktisime Dakwah di
Internet (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2017), 45. 5 Anwar Arifin, Dakwah Kontemporer: Sebuah Studi Komunikasi, (Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2011), 35. 6Andi Faisal Bakti, ―The Contribution of Dakwah to Communication Studies:
Risale-I Nur's Perspective,‖ Proceedings, Istanbul Foundation for Science and Culture,
(2010), 1.
33
(shalat, puasa, zakat dan haji) yang bertujuan untuk membentuk taqwa.
Sedangkan komunikasi dengan sesama manusia terwujud melalui penekanan
hubungan sosial yang tercermin dalam semua aspek kehidupan manusia
seperti sosial, budaya, politik, ekonomi, seni dan sebagainya.7 Sehingga
komunikasi dan dakwah dapat menjadi satu kesatuan, karena mempunyai
banyak persamaan.
Jika melihat bagaimana proses komunikasi (dakwah), hakikatnya
tidak ada yang berbeda antara komunikasi islami (dakwah) dan non-islami
(sekuler) dalam hal model (pola), proses, dan efeknya. Yang membedakan
hanyalah landasan filosofinya.8
Komunikasi dakwah adalah suatu penyampaian pesan dakwah yang
secara sengaja dilakukan oleh komunikator (da‟i) kepada komunikan
(mad‟u) dengan tujuan membuat komunikasi berperilaku tertentu.9
Abad ke-21 menjadikan teknologi berkembang dengan baik, salah
satunya teknologi media massa seperti televisi, saat ini orang-orang dapat
menonton program televisi seperti berita tidak hanya melalui layar televisi,
tetapi juga dapat menontonnya melalui smartphone dengan cara streaming.
Sehingga seseorang dapat mengetahui informasi ataupun menyebarkan
informasi ke berbagai daerah maupun belahan dunia dengan lebih mudah.
Berdasarkan hal itu, seorang Muslim seharusnya dapat memanfaatkan
teknologi yang ada saat ini, untuk melakukan dakwah dengan cara yang lebih
transformatif sesuai dengan kondisi masyarakat, karena setiap muslim
memiliki kewajiban untuk berdakwah sesuai yang dijelaskan dalam Alquran
7Andi Faisal Bakti dan Venny Eka Meidasari, ―Trendsetter Komunikasi di Era
Digital,‖ 22. 8Andi Faisal Bakti dan Venny Eka Meidasari, ―Trendsetter Komunikasi di Era
Digital: Tantangan dan Peluang Pendidikan Komunikasi dan Penyiaran Islam.‖ Jurnal
Komunikasi Islam, Vol.04 no.01 (Juni, 2014), 21. 9 Wahyu Ilahi, Komunikasi Dakwah (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), 26.
34
surat An-Nahl ayat 125. Dengan demikian, dakwah bukan hanya sebatas
ketika seseorang yang dianggap ulama atau da‟i berada di atas mimbar atau
dalam sebuah majelis taklim, dan sebagainya. Tetapi, dakwah dapat
dilakukan dengan berbagai cara, selama cara tersebut sejalan dengan Alquran
dan Hadis.
Andi Faisal Bakti dalam tulisannya yang berjudul Dakwah Cerdas
Era Globalisasi: antara Tantangan dan Harapan, menjelaskan bahwa:
―Dakwah seharusnya tidak diterjemahkan sebagai sesuatu
yang mengarah pada makna seperti: hallo-hallo, propagation,
missionary, proselyzation. Hal ini, bukan hanya kurang produktif,
tetapi malah jadi kontra produktif dan boomerang, karena dakwah
islamiah kemudian dibenci dan ditakuti. Makna dakwah seperti ini
bukanlah studi ilmiah atau empiris, karena selalu mulai dengan:
Ud‟uu ilaa sabiili rabbika. Man ahsanu qawlan min man da‟aa ilaa
Allaah. Ballighuu „annii walaw aayah. Kecuali melalui proses
reinterpretasi, ayat-ayat ini semua mengarah kepada Allah yang
abstrak itu. tetapi reinterpretasi empirikal dapat dikemukakan bahwa
Allah di sini bermakna jalanNya yang mengarah kepada kebaikan,
kerja-kerja kemanusiaan, pembangunan ekonomi, temuan sains dan
teknologi, dan seterusnya.‖10
Berdasarkan hal itu, lebih jauh Andi Faisal Bakti menjelaskan bahwa
dakwah yang dilakukan dengan pendekatan melalui Ilmu Komunikasi,
menjadi salah satu cara atau strategi yang bagus untuk seorang da‟i. Kondisi
real permasalahan komunikasi dapat dilihat berdasarkan analisa lima level:
intra-personal, inter-personal, inter-organisasi, inter-environmental, dan
inter-teknologi. Interpersonal dapat mencakup aspek komitmen, konsistensi,
transparansi, akuntabilitas, inteligensi, dan komunikatibilitas.Hal ini dapat
dikaitkan dengan taqwa, iman, Islam, dan ihsan.Atau lebih jelas lagi shiddiq
10
Andi Faisal Bakti. ―The Role of Islamic In The Globlalizaton Era: Between
Religious Principles And Values of Globlalization, The Challenges And The Opportunities,‖
Paper Presented at The Second International Conference on Islamic Media, 13-15
Desember 2011 (http://www.andifaisalbakti.net/islamic-studies), 2.
35
(komitmen, kejujuran), istiqamah (konsistensi), fathanah (inteligensi),
amanah (akuntabilitas) dan tabligh (komunikatibilitas).11
Sehingga, fungsi
dakwah yang dapat diperankan oleh media massa adalah menjaga agar media
massa selalu berpihak kepada kebaikan, kebenaran, dan keadilan universal
sesuai dengan fitrah dan kehanifaan manusia, dengan selalu taat kepada kode
etiknya. Dengan demikian media massa tidak melakukan ―malpraktik‖
dengan setia menjalankan tanggung jawab sosialnya, seperti tidak
menyiarkan berita bohong, tidak menyiarkan pornografi dan tidak
menyiarkan sensasi.12
B. Fungsi dan Disfungsi Media
Menurut Denis McQuail dalam bukunya McQuail‟s Mass
Communication Theory, menjelaskan bahwa komunikasi massa merupakan
satu topik di antara banyak ilmu sosial dan hanya satu bagian dari lingkup
penelitian dari komunikasi manusia.13
Komunikasi massa merupakan proses
organisasi media menciptakan dan menyebarkan pesan-pesan pada
masyarakat luas dan proses pesan tersebut dicari, digunakan, dipahami, dan
dipengaruhi oleh audiens.14
Ciri utama dari media massa adalah bahwa mereka dirancang untuk
menjangkau banyak orang. Khalayak potensial dipandang sebagai
sekumpulan besar dari konsumen yang kurang lebih anomin, dan hubungan
antara pengirim (sender) dan penerima (receivers) dipengaruhi olehnya.
11
Andi Faisal Bakti. ―The Role of Islamic In The Globlalizaton Era: Between
Religious Principles And Values of Globlalization, The Challenges And The Opportunities,‖
4. 12
Anwar Arifin, Dakwah Kontemporer: Sebuah Studi Komunikasi, 95. 13
Denis McQuail, Teori Komunikasi Massa McQuail, Penerjemah Putri Iva Izzati
(Jakarta: Salemba Humanika, 2012), 17. 14
Stephen W. Littlejohn and Karen A. Foss, Teori Komunikasi, Penerjemah
Mohammad Yusuf Hamdan (Jakarta: Salemba Humanika, 2009), 405.
36
Hubungan tersebut bersifat satu arah, satu sisi, dan tidak personal dan
terdapat jarak sosial dan fisik antar pengirim dan penerima. Pengirim
biasanya memiliki kekuasaan yang lebih besar, daripada penerima.15
Sehingga media seperti televisi, radio maupun surat kabar merupakan alat
atau perantara yang digunakan dalam proses melakukan komunikasi massa
untuk menyebarkan berbagai informasi.
Komunikasi melakukan sejumlah hal—atau fungsi dengan banyak
cara—untuk menentukan hasil kelompok.16
Media massa berada dalam
kehidupan masyarakat dan karena itu ia memiliki keterkaitan dengan sistem
dan praktik kehidupan masyarakat itu sendiri.17
Sebagai lembaga kemasyarakatan media massa memiliki posisi dan
fungsi yang sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan masyarakat.
Sebagai lembaga bisnis media tumbuh dan berkembang dalam arena pasar
untuk bisa membiayai kehidupan dirinya dan bisa mengakumulasi
keuntungan.18
Kedua posisi kelembagaan tersebut tidak selalu diperankan
oleh media sekaligus. Dalam praktiknya akan mengarah pada salah satu
posisi yang lebih dominan, yaitu memerankan fungsi lembaga
kemasyarakatan atau sebagai sebuah lembaga bisnis yang menjalankan
praktik ekonomi.19
Sehingga untuk melihat fungsi yang dijalankan dari
media massa tersebut, maka perlu juga untuk menggunakan pendekatan
fungsional.
15
Denis McQuail, Teori Komunikasi Massa McQuail, 61. 16
Littlejohn and Foss, Teori Komunikasi, 344. 17
Udi Rusadi, Kajian Media: Isu Ideologis dalam Perspektif, Teori, dan Metode
(Jakarta: Rajawali Press, 2015), 29. 18
Udi Rusadi, Kajian Media, 29. 19
Udi Rusadi, Kajian Media, 30.
37
Dalam pandangan fungsional, masyarakat tidak mungkin tidak
memiliki stratifikasi atau tanpa ada posisi kelas dan hal itu merupakan
sebuah keniscayaan fungsional sebuah masyarakat.20
Media berada dalam
lingkungan masyarakat, ia berintegrasi untuk berusaha mewujudkan tujuan
yang dibangun dan media juga berperan agar bisa ikut melanggengkan
kehidupan masyarakat. Paralel dengan dukungan media terhadap fungsi
masyarakat, maka media massa juga berperan sebagi subsistem ekonomi,
politik, komunitas masyarakat, dan sistem pengasuhan.21
Eksistensi dan peran televisi sebagai media massa yang begitu
penting dalam kehidupan umat manusia, jelas tidak dapat dipisahkan dari
eksistensi informasi. Di dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 40
Tahun 1999 tentang Pers Pasal 3, secara tegas dinyatakan bahwa media
massa dalam hal ini pers nasional mempunyai fungsi sebagai media
informasi, media pendidikan, media hiburan, dan media pengawasan atau
kontrol sosial.22
Empat fungsi media massa tersebut ternyata fungsi
informasi dan pengawasan sosial memainkan peran yang sangat sentral
dalam kehidupan berdemokrasi. Berkat fungsi informasi dan kontrol sosial
inilah media massa sering kali diberi gelar sebagai pilar kekuatan keempat
(the forth estate) sesudah eksekutif, legislatif, dan yudikatif dalam tatanan
bernegara dan berbangsa.23
Keseluruhan fungsi tersebut mungkin tidak dilakukan oleh media,
mungkin saja hanya beberapa fungsi, misalnya hanya melakukan hiburan,
atau fungsi informasi, namun informasi yang disampaikan bisa digunakan
20
Udi Rusadi, Kajian Media, 30. 21
Udi Rusadi, Kajian Media, 32. 22
Andi Alimuddin Unde, Televisi dan Masyarakat Pluralistik (Jakarta:
Prenadamedia Group, 2014), 103. 23
Andi Alimuddin Unde, Televisi dan Masyarakat Pluralistik, 104.
38
sebagai sumber daya dalam memperluas hubungan atau relasi dengan
golongan masyarakat lainnya.Semua konten yang disampaikan kepada
khalayak tidak selalu memberikan pengaruh sesuai dengan fungsi yang
disusun, tetapi sebaliknya atau menjadi disfungsional.24
Sebagaimana
konsekuensi klasifikasi fungsi yang digambarkan oleh Wright, sebagai
berikut:25
Efek yang terjadi Dari bentuk isi media Sasaran media
Fungsi >< Disfungsi
Nyata ><Tersembunyi
1. Pengawasan
2. Korelasi
3. Transmisi budaya
4. Hiburan
1. Masyarakat
2. Individu
3. Subkelompok
4. Sistem-sistem
budaya
Tabel 2.1. Efek, Bentuk, dan Sasaran Media.26
Upaya media melaksanakan berbagai langkah dan diabadikan untuk
kepentingan masyarakat yang secara sosiologis bisa ada pada setiap individu
dalam masyarakat. Dalam perspektif ini media tidak melakukan langkah-
langkah yang sentrifungsi dalam arti melakukan upaya perubahan dengan
dinamika yang progresif, namun media berusaha memanfaatkan berbagai
sumber daya yang dimiliki berusahan secara sistematis dan gradual
melakukan perubahan atau pengembangan secara perlahan. Perubahan yang
terjadi selalu mengarah pada keseimbangan menuju kestabilan.27
24
Udi Rusadi, Kajian Media, 33. 25
Udi Rusadi, Kajian Media, 33. 26
Udi Rusadi, Kajian Media, 34. 27
Udi Rusadi, Kajian Media, 34.
39
Fungsi informasi yang dilakukan media ialah dengan menyediakan
informasi mengenai peristiwa dan kondisi masyarakat yang terjadi di mana
saja di seluruh bagian wilayah di dunia.28
Media massa tidak hanya sebagai
alat untuk menyebarkan informasi di seluruh bagian bumi, tetapi juga alat
untuk menyusun agenda, serta memberitahu kita apa yang penting dihadiri.
George Gerbner menyimpulkan pentingnya media massa sebagai berikut:
―kemampuan untuk menciptakan masyarakat, menjelaskan masalah,
memberikan referensi umum, dan memindahkan perhatian dan kekuasaan.29
Oleh sebab itu, yang penting bagi komunikasi massa adalah media itu
sendiri. Organisasi media menyebarkan pesan yang memengaruhi dan
menggambarkan budaya masyarakat, dan media memberikan informasi
kepada audiens yang heterogen, menjadikan media sebagai bagian dari
kekuataan institusi masyarakat.30
Sehubungan dengan hal tersebut, sebenarnya media berada pada
posisi yang mendua, dalam pengertian bahwa media dapat memberikan
pengaruh-pengaruh ―positif‖ maupun ―negatif.‖ Tentu saja, atribut-atribut
normatif ini bersifat sangat relatif, bergantung pada dimensi kepentingan
yang diwakili.31
Isi media adalah basis dari pengaruh media.Isi media merupakan
ranah kajian komunikasi yang amat penting untuk dimasuki. Dengan
mempelajari isi media, kita bisa mengerti fenomena yang ―tersembunyi‖
yaitu orang-orang dan organisasi yang memproduksi isi media. Kajian
tentang isi media juga membantu kita memprediksi dampaknya terhadap
28
Udi Rusadi, Kajian Media: Isu Ideologi dalam Perspektif, Teori dan Metode, 32. 29
Littlejohn and Foss, Teori Komunikasi, 405. 30
Littlejohn and Foss, Teori Komunikasi, 407. 31
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana,
Semiotika, dan Analisis Framing (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), 31.
40
khalayak. Kalau kita mengasumsikan bahwa medialah yang menyajikan
―realitas‖ kepada khalayak, maka mempelajari isi media membantu kita
untuk menilai ―realitas‖ seperti apa sebenarnya yang dikonsumsi khalayak.32
Tanpa diragukan, produksi media merespon terhadap perkembangan
sosial dan budaya dan selanjutnya memengaruhi perkembangan tersebut.
Adanya jenis media tertentu seperti televisi memengaruhi bagaimana kita
berpikir tentang dan merespons pada dunia. Sementara media bekerja dalam
berbagai cara untuk segmen-segmen masyarakat yang berbeda, audiens tidak
semuanya terpengaruh, tetapi berinteraksi dalam cara yang khusus dengan
media.33
Televisi bisa mendistorsi orang atau peristiwa tertentu secara visual
dengan menggunakan teknik dan angle kamera tertentu. Demikian pula
berita surat kabar dengan cara memilih judul, lead, foto, atau kosa kata
tertentu, atau dengan menyusun kalimat dengan cara tertentu. Cara yang
paling kentara bisa dilihat dari cara media memberi perhatian lebih besar
kepada orang, kelompok, peristiwa, atau tempat tertentu dibanding yang lain.
Adapun, yang paling membedakan isi media (berita) dengan sumber
informasi lain tentang dunia adalah fakta bahwa cara kita melihat dan
bereaksi terhadap dunia dibentuk oleh sumber informasi yang paling
dominan: yaitu media massa. Jika kita belum pernah pergi ke Rusia, maka
cara pandang kita terhadap Rusia akan datang dari media massa di negeri
kita.34
32
Nanang Krisdinanto, ―Anomali dan Teori Hierarki Pengaruh terhadap Isi Media,‖
Jurnal Komunikatif, Vol.03, no.1 (Juli, 2014), 6. 33
Littlejohn and Foss, Teori Komunikasi, 410. 34
Nanang Kridinanto, ―Anomali dan Teori Hierarki Pengaruh terhadap Isi Media,‖
7.
41
Salah satu peran dan tugas dari seorang jurnalis muslim adalah
menghalalkan yang baik dan mengharamkan yang buruk. Jurnalis Islam
melalui tulisan atau tayangannya di media massa punya peran dan kewajiban
menularkan kebaikan dan mempromosikan kehalalan segala sesuatu baik
dalam hal makanan, ucapan, perbuatan ataupun sikap dan mengharamkan
segala keburukan bagi masyarakat.35
―…dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan
mengharamkan bagi mereka segala yang buruk.‖ (Q.S. Al-A‘raf:
157).36
Seorang jurnalis muslim juga berperan dan bertugas, untuk
memelihara dan menjaga persatuan dan kesatuan umat Islam. Peranan dan
efek informasi yang multifacet (beragam wajah), yang bisa membawa
manfaat dan berkah, tetapi juga membawa fitnah dan laknat, maka para
jurnalis Islam selayaknya menentukan kualitas isi dan pengaruh/efek dari
informasi yang disebarluaskannya. Dalam kondisi perang budaya atau
perang pemikiran (ghazwul fikri), maka para jurnalis muslim berada di garis
depan pertempuran perang informasi. Perannya sangat strategis dalam
menjaga dan memelihara persatuan dan kesatuan barisan umat Islam, melalui
penyeleksian dan penyaringan informasi negatif dan penyebaran informasi
yang benar dan bermanfaat bagi umat.37
Tugas ini adalah sebagai pengamalan dari perintah Allah dalam
Alquran berikut:
35
Ahmad Y. Samantho, Jurnalistik Islami: Panduan Praktis bagi Para Aktivis
Muslim (Bandung: Penerbit Harakah, 2002), 72. 36
Departemen Agama RI, Al-Qur‘an dan Terjemahannya. 37
Ahmad Y. Samantho, Jurnalistik Islami, 73.
42
―Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan
janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah
kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh musuhan,
maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena
nikmat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di
tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya.
Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar
kamu mendapat petunjuk‖ (Q.S. Ali Imran: 103).38
―Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di
jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti
suatu bangunan yang tersusun kokoh‖ (Q.S. Ash-Shaff: 4).39
Adapun jika melihat realita yang ada di Indonesia saat ini, pemilik
dari media massa maupun pemodal yang menguasai media massa, sebagian
besar merupakan orang-orang yang bukan menganut agama Islam atau
bukanlah seorang Muslim, sehingga terbilang sulit bagi seorang jurnalis
Muslim dalam mempraktikkan prinsip-prinsip yang diajarkan dalam Islam.
Anwar Arifin mengatakan bahwa, kepribadian media massa itu
merupakan refleksi dari pendiri, pemilik atau pemimpin dari masing-masing
media, seperti yang terjadi pada lembaga penyiaran (televisi). Hal ini
berkaitan juga dengan sistem politik suatu negara.40
38
Departemen Agama RI, Al-Qur‘an dan Terjemahannya. 39
Departemen Agama RI, Al-Qur‘an dan Terjemahannya. 40
Anwar Arifin, Dakwah Kontemporer: Sebuah Studi Komunikasi, 123.
43
Individual level
Media routine level
Organization level
Extramedia level
Ideological level
C. Hierarki Pengaruh Isi Media
Teori hierarki pengaruh isi media diperkenalkan oleh Pamela J.
Shoemaker dan Stephen D. Reese. Teori ini menjelaskan bahwa pengaruh
terhadap isi dari suatu pemberitaan media oleh pengaruh internal dan
eksternal. Shoemaker dan Reese membagi kepada beberapa level pengaruh
isi media, yaitu pengaruh dari individu pekerja media (Individual level),
rutinitas media (media routines level), pengaruh dari organisasi media
(Organizational level), pengaruh dari luar media (extra media level), dan
pengaruh ideologi (Ideological level).41
(Gambar: 2.1. Teori Hierarki Pengaruh Isi Media42
)
Asumsi dasar teori ini adalah isi media tidak dapat merefleksikan
sebuah realitas objektif, isi media dibentuk oleh sejumlah faktor yang
menghasilkan beragam versi berbeda mengenai realitas, dan faktor-faktor
yang berpengaruh; orientasi personal dari para pekerja media,
41
Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese, Mediating The Message (New
York: Longman Publisher, 1996), 60. 42
Shoemaker dan Reese,Mediating The Message, 64.
44
profesionalisme, kebijakan perusahaan, pola kepemilikan perusahaan,
lingkungan ekonomi, pengiklan, dan pengaruh-pengaruh ideologi.
Secara umum, berdasarkan teori hierarki pengaruh isi media
menegaskan bahwa pengaruh yang dihasilkan dari praktik media (misalnya;
penggunaan siaran pers, ketersediaan teknologi, pemilihan cerita, jenis, dan
pengeditan) memiliki dampak yang relatif kecil pada masyarakat,
dikarenakan bukan faktor yang berperan secara sistematis dari konten suatu
kelembagaan. Pengaruh yang dihasilkan individu dari sebuah media
mungkin tidak luas. Tetapi ketika konten media di pengaruhi oleh faktor-
faktor lain, yaitu diluar organisasi media, maka peluang memanipulasi
konten media sesuai dengan kepentingan dan ideologi kelompok tertentu
dapat memberikan pengaruh yang kuat dan menimbulkan efek yang luas di
masyarakat.43
1. Individual Level
Bagian ini, membahas tentang pengaruh potensial pada konten
media massa dari faktor-faktor yang intrinsik terhadap pekerja dibidang
komunikasi: Pertama, dapat dilihat karakteristik komunikator dan latar
belakang pribadi serta profesional mereka untuk melihat suatu peristiwa,
misalnya, pendidikan wartawan dapat memengaruhi isi pemberitaan.
Kedua, pengaruh berdasarkan sikap, nilai, dan keyakinan pribadi
komunikator–sikap yang dimiliki oleh individu komunikator sebagai
akibat latar belakang atau pengalaman pribadi mereka, misalnya, sikap
politik atau kepercayaan agama seorang wartawan atau jurnalis.Ketiga,
dapat dilihat orientasi profesional dan konsepsi peran komunikator
setidaknya berfungsi sebagai disosialisasikan ke pekerjaan mereka,
43
Shoemaker dan Reese, Mediating The Message, 60.
45
misalnya, apakah jurnalis menganggap pemancar acara atau partisipan
aktif dalam mengembangkan isi.44
Menurut Andi Faisal Bakti dalam bukunya yang berjudul
Communication and Family Planning in Islam in Indonesia: South
Sulawesi Muslim Perceptions of a Global Development Program,
dijelaskan bahwa sebagaimana ia mengadopsi pendapat dari Lee Thayer
bahwa seseorang dapat melakukan proses komunikasi dan dapat
menstruktur perilaku mereka dengan model mereka sendiri yang berbeda
dengan siapapun, seperti juga perilaku sosial mereka, nilai-nilai
keyakinan, orientasi, dan lain sebagainya. Sehingga sulit untuk
memengaruhi untuk berpikir atau berperilaku dengan cara yang
bertentangan dengan orientasi dasar, nilai-nilai, dan kepercayaan
seseorang.45
Berkaitan dengan level ini, maka dapat dikaitkan dengan salah
satu tradisi dalam teori komunikasi yaitu tradisi sosiopsikologis. Dalam
buku Teori Komunikasi (Theories of Human Communication) yang
ditulis oleh Littlejohn dan Foss, menjelaskan bahwa tradisi ini seperti
halnya pandangan psikologis yang melihat manusia sebagai kesatuan
lahiriah dengan karakteristik yang mengarahkannya kepada perilaku
mandiri.46
Sehingga setiap individu tentunya memiliki pemahaman
ataupun sudut pandang yang berbeda-beda.
Bagian yang populer dalam pendekatan sosiopsikologis adalah
teori sifat, yang mengidentifikasi variabel kepribadian serta
kecenderungan-kecenderungan pelaku komunikasi yang memengaruhi
44
Shoemaker dan Reese, Mediating The Message, 64. 45
Andi Faisal Bakti, Communication and Family Planning in Islam in Indonesia,
13. 46
Littlejohn and Foss, Teori Komunikasi, 63.
46
bagaimana individu bertindak dan berinteraksi.47
Sifat adalah sebuah
kualitas atau karakteristik pembeda; ini merupakan cara berpikir,
merasakan, dan bertingkah laku yang konsisten terhadap situasi.48
Sementara itu, banyak sifat yang telah diteliti baik dari sisi
psikologis maupun komunikasi, dalam banyak hal, para peneliti mulai
menyadari bahwa dengan mencatat sifat seseorang sangat tidak
membantu. Psikolog mulai mengembangkan berbagai model faktor—
sifat, kadang-kadang disebut juga sifat-sifat super. Seperti yang dapat
dikutip dalam buku yang ditulis oleh Littlejohn dan Foss, bahwa terdapat
salah satu model faktor-sifat yang paling terkenal adalah model faktor-
sifat yang dipaparkan oleh Digma, yang menyatakan model ini
mengidentifikasi lima faktor umum yang dalam sebuah kombinasi
menentukan sifat setiap individu dengan lebih spesifik.49
Di antaranya:
―(1) Neuroticism atau kecenderungan untuk merasakan emosi
negatif dan kesedihan; (2) extraversion atau kecenderungan untuk
menikmati berada dalam kelompok, menjadi tegas, dan berpikir
optimis; (3) openness atau kecenderungan untuk menjadi reflektif,
memiliki imajinasi, memperhatikan perasaan dari dalam hati, dan
menjadi pemikir mandiri; (4) agreeableness atau kecenderungan
untuk menyukai dan menjadi simpatik kepada orang lain, ingin
membantu orang lain, serta untuk menghindari permusuhan; dan (5)
conscientiousness atau kecenderungan menjadi pribadi yang disiplin,
melawan gerak hati nurani, menjadi teratur, dan memahami
penyelesaian tugas.‖50
Berdasarkan hal itu, bisa dianalisis dari level ini maka para
pekerja di bidang media, seperti wartawan ataupun jurnalis, reporter
maupun presenter, serta editor merupakan orang-orang profesional
47
Littlejohn and Foss, Teori Komunikasi, 63. 48
Littlejohn and Foss, Teori Komunikasi, 98. 49
Littlejohn and Foss, Teori Komunikasi, 99. 50
Littlejohn and Foss, Teori Komunikasi, 99.
47
pilihan dari sebuah media massa. Misalnya Berita Satu, sebagai salah
stasiun televisi milik swasta tentunya dioperasikan oleh orang-orang
yang profesional di bidangnya, tetapi orang-orang profesional itu pastilah
memiliki latar belakang seperti; agama, pendidikan, suku dan budaya
yang berbeda.Sehingga menjadikan sifat maupun sudut pandang yang
berbeda dari setiap orang. Hal itu juga, yang menyebabkan isi
pemberitaan seperti berita terkait Aksi Bela Islam tidak dapat diberitakan
secara apa adanya. Baik dalam pemilihan kata-kata yang dipakai,
headline ataupun lead berita tersebut.
Menurut Graeme Burton, kebenaran dalam hal media adalah
bahwa tidak ada realitas atau kebenaran mutlak dalam media. Berita
televisi, meskipun bukan berarti tidak mengandung kebenaran, memiliki
kualitas-kualitas drama dalam cara menyeleksi kisah-kisah atau
memunculkan kegairahan dalam sesuatu seperti kisah penculikan. Jelas
bahwa berita di televisi bukanlah kebenaran yang mutlak.51
Karena itu,
wartawan dalam tahap pencarian beritanya sejak awal sudah harus
menentukan pilihan siapa narasumber yang patut dihubungi, pertanyaan
atau persoalan apa yang mesti diajukan; sementara pada proses penulisan
beritanya ia harus memilih fakta-fakta mana yang harus didahulukan, dan
fakta-fakta mana yang harus diceritakan kemudian, juga akan
menimbulkan bias yang tidak bisa dianggap kecil.52
51
Graeme Burton, Yang Tersembunyi di Balik Media (Yogyakarta: Jalasutra,
2006), 136. 52
Alex Sobur, Analisis Teks Media, 36.
48
2. Media Routines Level
Level kedua dari teori ini adalah level media rutin. Jika mengacu
pada istilah ―rutin,‖ secara praktik merupakan sebuah pola, rutin,
berulang, dan penggunaan media oleh para pekerja media untuk
pekerjaan mereka. Sehingga level ini isi media juga dipengaruhi atas
proses isi sebuah berita diproses dalam jangka waktu yang ditentukan
sesuai dengan jenis media, misalnya media harian, mingguan atau
bulanan.53
Rutinitas atau kebiasaan bermanfaat dan menghasilkan
kerangka yang kukuh untuk berurusan dengan teknologi, kendala waktu,
dan jumlah orang yang terlibat.54
Semua produksi selalu bekerja menurut tenggat (dead-line). Di
televisi jadwal disusun untuk menciptakan materi yang dimasukkan ke
dalam jatah program (programme slots). Tenggat ini harus dipenuhi atau
tidak ada yang ditayangkan. Kesadaran terhadap tenggat ini adalah alasan
lain untuk menerapkan rutinitas.55
Media rutin terbentuk oleh tiga unsur
yang saling berkaitan yaitu sumber berita (suppliers), organisasi media
(processor), dan audiens (consumers).56
53
Shoemaker dan Reese, Mediating The Message, 105. 54
Graeme Burton, Yang Tersembunyi Di Balik Media, 60. 55
Graeme Burton, Yang Tersembunyi Di Balik Media, 62. 56
Shoemaker dan Reese, Mediating The Message, 109.
49
Organisasi Media
(Processor)
Audiens
(Consumers)
Sumber Berita
(Suppliers)
(Gambar: 2.2. Skema Tiga Unsur Media Rutin)57
a. Sumber berita (Suppliers).
Rutinitas media tidak berkembang secara acak, dengan
sumber daya yang ada dalam sebuah organisasi media yang
terbatas. Rutinitas adalah tanggapan praktis terhadap kebutuhan
organisasi media dan pekerja. Tugas organisasi media ini adalah
mengantarkan, sebuah produk yang paling dapat diterima oleh
konsumen dengan cara yang paling efisien dalam keterbatasan
waktu dan ruang. Karena kebanyakan media adalah perusahaan
pembuat keuntungan, mereka berusaha membuat produk yang
bisa dijual lebih dari biaya produksi.58
Sebuah organisasi media dapat digambarkan seperti bisnis
lain yang berusaha menemukan pasar untuk produknya. Media
harus memperoleh dan memproses ―produk mentah‖ (seperti:
berita, komedi), kemudian disampaikan hal tersebut ke
―konsumen‖ (pembaca, pemirsa, dan pendengar). Pada setiap
57
Shoemaker dan Reese, Mediating The Message, 109. 58
Shoemaker dan Reese, Mediating The Message, 108.
Routines
50
tahap, organisasi harus menyesuaikan diri dengan keterbatasan-
keterbatasan pada apa yang dapat dilakukan.59
b. Audiens (Consumer)
Media massa menghabiskan banyak uang untuk mencari
tahu tentang khalayak mereka. Seperti koran yang secara berkala
mencermati angka sirkulasi mereka. Penyiar mengandalkan
perusahaan seperti Nielsen dan Arbitron untuk memberi tahu
mereka peringkat dan pangsa pemirsa program mereka.Media
sangat tertarik dengan ukuran dan karakteristik demografi
khalayak. Sebagian besar informasi ini dikumpulkan, sehingga
nantinya pengiklan dapat dengan mudah mengetahui ke mana
harus menempatkan diri mereka agar menjangkau khalayak target
mereka. Data pemirsa membantu mengukur penerimaan publik,
namun tidak membantu secara langsung dalam membimbing
pilihan yang tak terhitung jumlahnya yang masuk ke dalam
memproduksi pesan media.60
Suatu hal yang jelas adalah bahwa para produsen biasanya
cenderung untuk mencoba dan menciptakan berbagai produk
yang secara umum sukses bagi audiens-audiens yang besar.61
Audiens memang mengumpan balik pesan-pesan kepada para
produser, meskipun dengan cara yang amat terbatas. Pesan-pesan
tersebut terutama berupa persetujuan atau ketidaksetujuan
terhadap produk tersebut.62
Tetapi, lebih jauh Burton menjelaskan ada hal yang harus
diingat, seperti yang dapat dikutip sebagai berikut:
59
Shoemaker dan Reese, Mediating The Message, 109. 60
Shoemaker dan Reese, Mediating The Message, 110. 61
Graeme Burton, Yang Tersembunyi di Balik Media, 65. 62
Graeme Burton, Yang Tersembunyi di Balik Media, 197.
51
―Para produser komunikasi media pertama-pertama
bertanggung jawab terhadap para pemilik dan editor, bukan
kepada para pembaca dan penonton yang pada intinya
membayar bagi komunikasi tersebut.seperti yang telah kita
katakan, memang benar bahwa audiens harus dipuaskan lewat
materi media, kalau tidak mereka tidak akan membeli produk
tersebut. Namun, hal ini merupakan persoalan terpisah dari
fakta bahwa para produser tidak benar-benar bertanggung
jawab kepada audiens bagi materi yang mereka buat. Selain
itu, audiens pun tidak memiliki akses kepada media.‖63
c. Organisasi Media (Processor)
Organisasi mengembangkan pola, kebiasaan, dan cara
melakukan sesuatu. Organisasi media harus menemukan cara
untuk mengumpulkan dan mengevaluasi materi siar secara
efektif. Sebagian besar rutinitas ini telah menjadi bagian dari
bisnis berita, memberi pekerja peran dan harapan yang jelas dan
khusus. Seperti rutinitas yang berorientasi pada penonton, kami
menganggap rutinitas ini telah dikembangkan untuk memenuhi
kebutuhan sistem dan telah menjadi standar, dilembagakan, dan
dipahami oleh mereka yang menggunakannya.64
Konsekuensi umum dari cara institusi-institusi media
beroperasi dan dari dasar keuangan (dan laba) yang sangat besar
adalah bahwa mereka memiliki banyak kekuatan.65
Pada level ini, dapat dilihat bahwa para pekerja di bidang media
seperti wartawan ataupun jurnalis, para editor, yang bertugas dalam
peliputan berita maupun proses penyiaran suatu berita, sesuai dengan
nama dan durasi dari sebuah program acara tersebut. Sehingga baik itu
program rutin media yang telah terjadwal setiap harinya ataupun
63
Graeme Burton, Yang Tersembunyi di Balik Media, 198. 64
Shoemaker dan Reese, Mediating The Message, 117. 65
Graeme Burton, Yang Tersembunyi di Balik Media, 70.
52
program-program khusus yang hanya ditayangkan ketika terjadi sebuah
peristiwa tertentu. Tentunya memengaruhi isi pemberitaan dari setiap
media massa, seperti pemberitaan ―Aksi Bela Islam‖ merupakan sebuah
peristiwa yang jarang terjadi, sehingga dipastikan peristiwa tersebut
tentunya diliput dalam program khusus, intensitas dalam memproses
berita terkait peristiwa tersebut tentunya berbeda dengan proses
pemberitaan yang telah terjadwal sebelumnya. Hal itu pula berkaitan
dengan tenggat waktu penayangan (deadline), yang akan berdampak
pada penekanan maupun model dalam menyampaikan berita. Jika
diamati berita terkait Aksi Bela Islam di Berita Satu bahwa terdapat
banyak berita tentang aksi tersebut yang ditayangkan pada program
Breaking News,66
prime time, prime time talk. Alur dalam memproses
berita yang berkaitan dengan Aksi Bela Islam di Berita Satu pun,
didasarkan pada tiga alur seperti yang dikemukakan oleh Shoemaker dan
Reese.
3. Organization Level
Manusia terhubung dengan manusia lainnya dalam semacam
susunan yang memberikan bentuk organisasional. Akan tetapi, bentuknya
bukan sekedar garis-garis penghubung pada bagian organisasional.
Bentuk juga mengatakan arah pengaruh dalam sebuah sistem yang
kompleks, sehingga orang-orang tertentu menggunakan pengaruhnya
kepada orang-orang lain, kelompok-kelompok tertentu menggunakan
pengaruhnya pada kelompok-kelompok lainnya, dan sistem-sistem
66
Laporan khusus atau berita khusus yang ditayangkan secara mendadak, dan
biasanya menyela program yang sedang berlangsung, karena berita tersebut dirasa penting
untuk segera disiarkan.
53
tertentu menggunakan kekuataan-kekuataan yang mengendalikan atau
mengatur sistem lain.67
Berdasarkan hal itu, dapat dikatakan bahwa media sebagai sebuah
organisasi dapat menyebarkan pengaruhnya kepada organisasi lain dalam
hal ini audiensnya sebagai penonton, pendengar maupun pembacanya.
Organisasi dapat disandingkan juga dengan istilah institusi atau
kelembagaan. Karena baik organisasi maupun institusi tersusun atas
struktur dan peraturan. Seperti yang dijelaskan dalam bukunya Branston
dan Stafford bahwa O‘Sullivand dkk menjelaskan bahwa institusi adalah
struktur peraturan dan pengaturan yang telah ditetapkan dari setiap
masyarakat, yang membatasi dan mengendalikan individu dan
individualitas – prinsip dan nilai yang mendasarinya yang menurutnya
banyak praktik sosial dan budaya diatur dan dikoordinasikan – sumber
utama kode, aturan dan hubungan sosial. Sehingga, secara institusional
setiap orang yang bekerja dengan atau berurusan dengan sektor industri
media juga akan tunduk pada ‗kekuasaan kelembagaan.‘68
Dalam organisasi media terdapat tiga tingkatan umum. Bagian
terdepan karyawan, seperti penulis, wartawan dan staf kreatif,
mengumpulkan data dan bahan baku. Tingkatan kedua atau menengah
terdiri dari manager, editor, produser, dan orang lain yang mengkordinasi
proses dan memediasi komunikasi antar level bawah dan atas yang
mengeluarkan kebijakan organisasi, anggaran yang ditetapkan, membuat
keputusan penting, melindungi kepentingan komersial dan politik
perusahaan dan bila perlu mempertahankan karyawan organisasi dari
67
Littlejohn and Foss, Teori Komunikasi, 359. 68
Gill Branston and Roy Stafford. The Media Student‟s Book. (New York,
Routledge: 2003), 183.
54
tekanan luar.69
Sehingga, dari hal inilah Littlejohn dan Foss mengutip
teori kendali organisasi dari Phillip Tompkins, George Cheney, dan
rekan-rekannya yang mengatakan bahwa kendali dinyatakan dalam
organisasi dengan empat cara, yaitu: kendali sederhana (simple control),
kendali teknis (technical control), kendali birokrasi, dan kendali konsertif
(concertive control).70
Akan tetapi, Littlejohn dan Foss juga mengutip tulisan dari
Craigh R. Scott, S.R. Corman, dan George Cheney yang mengatakan
bahwa kendali ditonjolkan ketika pekerja, yang menerima pemikiran
umum tertentu, memikirkan kesimpulan yang diharapkan oleh
manajemen. Dasar pemikiran diterima karena adanya intensif seperti gaji
dan otoritas orang-orang yang memiliki kekuasaan – sangat berhubungan
dengan gagasan Weber tentang birokrasi.71
Orang-orang yang berada pada pucuk pimpinan suatu organisasi
seperti: manajer, direktur, kepala dan sebagainya, memiliki kekuasaan
(power) dalam konteks memengaruhi perilaku orang-orang yang secara
struktural organisatoris berada di bawahnya. Sebagian pemimpin
menggunakan kekuasaan dengan efektif, sehingga mampu
menumbuhkan motivasi bawahan untuk bekerja dan melaksanakan tugas
dengan lebih baik.72
Murdock melihat media sebagai suatu badan usaha besar, industri
komunikasi yang tidak sekedar menghasilkan produk berupa barang dan
jasa, tetapi lebih dari itu.Industri komunikasi menggambarkan dunia
69
Shoemaker dan Reese, Mediating The Message, 151. 70
Littlejohn and Foss, Teori Komunikasi, 378. 71
Littlejohn and Foss, Teori Komunikasi, 379. 72
Sasa Djuarsa Senjaya, dkk., Teori Komunikasi (Jakarta, Universitas Terbuka,
April 2007), 4.19.
55
kontemporer, imaji tentang kehidupan manusia. Kesemuanya
menyebabkan isu pengendalian (kontrol) media mengarah pada
hubungan antara faktor ekonomi dan budaya.73
Organization level atau level organisasi media sendiri merupakan
level ketiga dari teori hierarki pengaruh isi media. Berkaitan dengan level
sebelumnya level organisasi lebih berpengaruh dibandingkan dengan dua
level sebelumnya. Hal ini karena kebijakan terbesar dipegang oleh
pemilik media dalam menentukan sebuah pemberitaan tetap dipegang
oleh pemilik media.Ketika tekanan datang untuk mendorong, pekerja
secara individu dan rutinitas mereka harus tunduk pada organisasi yang
lebih besar dan tujuannya.74
Hal fundamental bagi pemahaman struktur media adalah
persoalan kepemilikan dan bagaimana kekuasaan kepemilikan
dijalankan. Kepercayaan bahwa kepemilikan sangat menentukan sifat
media tidak sekedar teori Marxis (Marxist theory), tetapi merupakan
aksioma logis yang yang dirangkum ke dalam ‗hukum kedua jurnalisme‘
milik Altschull: ‗konten media selalu mencerminkan kepentingan mereka
yang membiayainya.‘ Tidak mengherankan bila terdapat beberapa bentuk
kepemilikan media yang berbeda, dan kekuatan kepemilikan dapat
dijalankan dengan berbagai cara.75
Sebagaimana yang tersirat dalam pernyataan Altschull, bukan
hanya kepemilikan yang penting, tetapi pernyataan yang lebih besar
mengenai siapa yang sesungguhnya membayar untuk produk
media.Walaupun ada pemilik media yang secara pribadi membayar untuk
73
Udi Rusadi, Kajian Media, 21. 74
Shoemaker dan Reese, Mediating The Message, 140. 75
Denis McQuail, Teori Komunikasi Massa McQuail, 254.
56
konten khusus atau yang berpengaruh, sebagian besar pemilik hanya
menginginkan keuntungan, dan sebagian besar media dibiayai dari
berbagai sumber yang berbeda. Biasanya, alur pengaruh kepemilikan
sering kali tidak langsung dan rumit dan jarang sekali hanya merupakan
satu-satunya alur.76
Dalam suatu organisasi baik yang berorientasi komersial maupun
sosial, tindak komunikasi dalam organisasi atau lembaga tersebut akan
melibatkan empat fungsi, yaitu: fungsi informatif yang berarti organisasi
dipandang sebagai suatu sistem pemrosesan informasi;77
regulatif, yaitu
berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu
organisasi;78
persuasif yang berarti dalam mengatur suatu organisasi,
kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu membawa hasil sesuai
dengan yang diharapkan; dan integratif berarti setiap organisasi berusaha
untuk menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan dapat
melaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik.79
Branston dan Stafford menjelaskan, bahwa terdapat empat poin
yang dijadikan panduan dalam menerapkan gagasan terkait institusi atau
organisasi media, di antaranya:80
establishment atau lembaga,81
76
Denis McQuail, Teori Komunikasi Massa McQuail, 254. 77
Maksudnya, seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapat memperoleh
informasi yang lebih banyak, lebih baik dan tepat waktu. (lihat Sasa Djuarsa (2007), h.4.9). 78
Pada semua lembaga atau organisasi, ada dua hal yang berpengaruh terhadap
fungsi regulatif ini.Pertama, atasan atau orang-orang yang berada dalam tataran manajemen
yaitu mereka yang memiliki kewenangan untuk mengendalikan semua informasi yang
disampaikan.Kedua, berkaitan dengan pesan.Pesan-pesan regulatif pada dasarnya berorintasi
pada kerja. (lihat Sasa Djuarsa (2007), h.4.9). 79
Sasa Djuarsa Senjaya, 4.8-4.10. 80
Branston and Stafford, The Media Student‟s Book, 190. 81
Establishment atau lembaga, yaitu institusi yang sudah mapan bertahan – mereka
diakui telah dibentuk beberapa waktu.mereka memiliki sejarah yang menginformasikan (dan
mungkin membatasi) pekerjaan sekarang dan masa depan yang mereka lakukan. Setidaknya,
karena tidak ada lembaga semalam, mereka telah mencoba gagasan dan membentuk ‗sistem
57
regulation,82
collectivism,83
work atau kerja,84
values atau nilai,85
dan
status.86
Perusahaan media modern sangat mungkin menjadi bagian dari
konglomerat – sebuah bagian dalam perusahaan yang jauh lebih besar,
terorganisir pada prinsip beberapa pusat laba yang saling memperkuat –
yang dirancang tidak hanya untuk menghasilkan pendapatan dan laba,
tetapi juga untuk mempertahankan uang dalam bentuk badan hukum.87
Berita Satu yang merupakan media massa yang dimiliki oleh
pihak swasta, jelas bahwa media tersebut dikelola secara bisnis.
Menyebabkan pengaruh pada level ini, terbilang besar. Dikarenakan
pemilik media massa ini sebagai pemegang kekuasaan tertinggi dalam
struktur organisasinya, sehingga pendapat pemilik media ini memiliki
pengaruh yang dominan, yang nantinya menentukan arah dan corak
media tersebut.
pendukung‘ untuk anggota, paling buruk, semacam kelemahan kelembagaan dapat
beroperasi sesuai norma mereka, (lihat: Branston and Stafford (2003), 190). 82
Regulation atau peraturan, karena lembaga mengatur dan menyusun kegiatan:
mereka membuat peraturan dan menyarankan cara kerja yang spesifik. Secara umum,
institusi memberikan stabilitas dan menjaga status quo dan tentu saja, 'mengatur
perubahan.'Asosiasi profesional penting dalam mengatur perilaku anggotanya, (lihat:
Branston and Stafford (2003), 191). 83
Collectivism, mereka mengatur individu dan individualitas untuk mencapai
tujuan bersama. (tujuan ini mungkin dipilih oleh kelompok kecil atau bahkan individu di
puncak hierarki – institusi tidak harus demokratis), (lihat: Branston and Stafford (2003),
191). 84
Work atau kerja ialah lembaga mengembangkan praktik kerja yang memiliki
dasar asumsi tentang tujuan institusi dan etosnya, (lihat: Branston and Stafford (2003), 191). 85
Values atau nilai, semua orang yang terkait dengan institusi – direktur, manajer
karyawan – diharapkan untuk berbagi nilai yang terkait dengan etos dan berperilaku sesuai
dengan hubungan mereka dengan orang lain, baik di dalam maupun di luar institusi, (lihat:
Branston and Stafford (2003), 191). 86
Status, berarti masyarakat yang lebih luas akan menyadari status institusi dan
hubungan yang diharapkan mereka terhadapnya. Sekali lagi ini sangat penting bagi institusi
media, karena khalayak untuk teks media 'terorganisir' sebagai bagian dari jaringan
hubungan, (lihat: Branston and Stafford (2003), 191). 87
Branston and Stafford, The Media Student‟s Book, 238.
58
Berita Satu awal terbentuknya dikenal dengan brand First Media,
kanal TV berbayar di bawah Lippo Group yang dipimpin oleh James
Riady.88
Saat ini redaksi Berita Satu dipimpin oleh Claudius V. Boekan,
dan wakil pemimpin redaksi bagian pemberitaan adalah Hamdani S.
Rukiah.89
Sehingga dari informasi mengenai struktur keorganisasian
yang ada di dalam Berita Satu, kemudian dapat di analisis bentuk
pengaruh dari orang-orang yang menduduki struktur organisasi di Berita
Satu terhadap isi pemberitaannya yang disiarkan. Karena bukan tidak
mungkin James Riady sebagai pemilik kekuasaan tertinggi di Lippo
Group yang adalah perusahaan penyokong stasiun televisi Berita Satu
tidak menunjukkan pengaruhnya.
4. Extra Media Level
Level keempat adalah level pengaruh dari luar organisasi media
atau extra media level. Pengaruh-pengaruh itu berasal dari sumber berita,
public relation, pengiklan dan penonton, pemerintah, pangsa pasar dan
teknologi. Sumber berita memiliki efek sangat besar pada konten media,
karena jurnalis tidak bisa menyertakan pada beritanya apa yang mereka
tidak tahu. Contoh, peristiwa kecelakaan pesawat. Untuk mendapat
berita, jurnalis mendapatkan informasi dari jurnalis lainnya, dari orang
yang berada di tempat kejadian, dari sumber resmi pemerintah dan polisi,
dari petugas bandara, dari lembaga konsumen, atau dari individu
memiliki sudut pandang unik dan berbeda tentang apa yang terjadi.
Contoh tersebut menjelaskan bahwa isi media dapat dibentuk sumber
88
http://www.beritasatu.tv/about-us/ diakses tanggal 18 Maret 2018. 89
http://www.beritasatu.tv/redaksi/ diakses tanggal 18 Maret 2018.
59
berita. Bahkan kadang sumber berita juga bisa menghasilkan bias karena
mereka juga bisa berbohong.90
Unsur selanjutnya ialah pengiklan dan pembaca. Unsur ini sangat
berpengaruh dalam level ekstra media karena iklan dan pembaca adalah
penentu kelangsungan sebuah media, kedua unsur inilah yang membiayai
jalannya produksi dan sumber keuntungan dari media.91
Sebagai institusi bisnis media massa melakukan proses ekonomi
yaitu melakukan transaksi di pasar media, tarik menarik antarvolume dan
kualitas supply dan demand menjadi inti bisnis industri media
sebagaimana juga transaksi komoditas lain. Artinya di sinilah letak
kesamaan antara industri media dengan industri lainnya yang bukan
media.92
Aspek supply media ialah produk media yaitu media dan isi
medianya. Untuk media elektronik penyiaran yang dijual adalah isinya
berupa program-program siaran. Penjualan kecuali pada isi siaran
berbayar, dilakukan secara tidak langsung melalui iklan yang dipasang
oleh konsumennya. Pada program siaran berbayar, masyarakat
membayar program siaran yang dilangganinya, sedangkan pada lembaga
penyiaran free to air, akses kepada program-program penyiaran tersebut
yang diakumulasi menjadi jumlah pengakses pada sebuah programnnya
merupakan ukuran harga sebuah ruang atau waktu di media.93
Selanjutnya dalam extra media level terdapat juga unsur kontrol
pemerintah, yaitu pemerintah sebagai pemangku kekuasaan suatu negara
memiliki kewajiban dan hak dalam mengontrol pemberitaan setiap media
yang ada di negaranya.
90
Shoemaker dan Reese, Mediating The Message, 178. 91
Shoemaker dan Reese, Mediating The Message, 190. 92
Udi Rusadi, Kajian Media, 39. 93
Udi Rusadi, Kajian Media, 40.
60
Tetapi, menurut Janus terdapat sedikit keraguan bahwa
pemerintah di berbagai negara mengerahkan kontrolnya atas media
massa. Di negara-negara di mana media sebagian besar dimiliki secara
pribadi, kontrol hanya diberikan melalui undang-undang, peraturan,
perizinan, dan pajak. Dan di negara-negara di mana media terutama milik
pemerintah, kontrol pemerintah diberikan melalui pembiayaan media.94
Di Indonesia peran pemerintah dalam mengontrol media, terlihat dari
adanya undang-undang berkaitan dengan dunia pers ataupun penyiaran,
serta adanya kode etik jurnalistik yang harus ditaati.
Adapun undang-undang pers yang dimaksudkan ialah UU No. 40
Tahun 1999 tentang Pers, yaitu pada bab 1 pasal 5 poin 1 menyebutkan
bahwa, pers nasional berkewajiban memberitakan peristiwa dan opini
dengan menghormati norma-norma agama, rasa kesusilaan masyarakat
serta asas praduga tak bersalah.95
Berita ataupun informasi yang disebarkan melalui media massa
pun tidak boleh bertentangan dengan kebijakan-kebijakan yang telah di
atur oleh pemerintah. Sebagai contoh, pada lembaga penyiaran di
Indonesia seperti televisi, terdapat Komisi Penyiaran Indonesia (KPI)
sebagai sebuah lembaga independen milik pemerintah Republik
Indonesia yang bertugas mengawasi isi penyiaran di berbagai stasiun
televisi yang ada di Indonesia.
Selanjutnya unsur lain yang memengaruhi isi dari pemberitaan
sebuah media adalah pangsa pasar media. Media massa beroperasi secara
primer pada pasar yang komersil, di mana media harus berkompetisi
94
Shoemaker dan Reese, Mediating The Message, 199. 95
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 tahun 1999.Pers., 3.
61
dengan media lainnya untuk mendapatkan perhatian dari pembaca dan
pengiklan.96
Albarran mengatakan, institusi bisnis media terdiri dari
perusahaan media (media firm) dan industri media. Perusahaan media
merupakan perusahaan individual yang bergabung dalam lingkup
domestik suatu negara dengan tujuan memperoleh keuntungan.
Sedangkan industri media merupakan kelompok penjual yang
menawarkan produk yang sama atau sejenis. Misalnya perusahaan-
perusahaan yang berkaitan dengan televisi kabel disebut dengan industri
televisi kabel.97
Berdasarkan hal itu pula, yang menyebabkan para pelaku media
melakukan berbagai upaya demi keuntungan medianya, sehingga
mendorong keterkaitan dengan pasar-bebas atau rigging the free market.
Para konglomerat media beroperasi sebagai oligopoli – sebuah
organisasi besar bersama yang mendominasi pasar.98
Perusahaan media
yang menguasai pasar sebagian besar dimiliki oleh pemodal Amerika,
Eropa dan Jepang, meskipun biasanya berbasis di AS dan cenderung
menggunakan bintang AS, yang personilnya dengan bayaran tinggi dan
citra konsumeris. Bahkan Rupert Murdoch Australia harus mengambil
kewarganegaraan AS untuk mendapatkan lebih banyak kepentingan AS
yang besar. Hal ini juga menjadikan istilah ‗globalisasi‘ menjadikan
proses tersebut tampak seperti kekuatan alam yang menyebar ke seluruh
planet. Faktanya, perusahaan-perusahaan multinasional membagi dunia
menjadi serangkaian pasar regional atau wilayah.99
96
Shoemaker dan Reese, Mediating the Message, 209. 97
Udi Rusadi, Kajian Media, 39. 98
Branston and Stafford, The Media Student‟s Book, 411. 99
Branston and Stafford, The Media Student‟s Book, 412.
62
Adapun jika dikaitkan dengan stasiun televisi Berita Satu, maka
pemilik modal terbesar ialah Lippo Group. Sehingga dari sini kemudian
dapat di analisis ke arah mana isi pemberitaan dari Berita Satu. Seperti
isi pemberitaan terkait Aksi Bela Islam yang diberitakan oleh Berita
Satu, terdapat perbedaan dengan yang disiarkan oleh stasiun televisi lain.
Dan pemerintah sebagai lembaga kontrol hanya dapat mengawasi,
selama tidak melanggar hal-hal yang disebutkan dalam UU No. 40 Tahun
1999, maka tidak akan ada tindakan berupa sanksi.
5. Ideological Level
Stuart Hall mendefinisikan ideologi sebagai ―kerangka kerja
mental – bahasa, konsep, kategori, citra pemikiran, dan representasi –
yang digunakan oleh berbagai kelas dan kelompok sosial untuk
memahami, mendefinisikan, mencari tahu, dan menjadikan tugas
masyarakat mudah dipahami.‖100
Magnis-Suseno berpandangan, kata ideologi paling umum
dipergunakan dalam arti ―kesadaran palsu.‖ Berlaku baik di kalangan
filsuf dan ilmuwan sosial, maupun di sebagian masyarakat di Barat. Jadi,
secara spontan bagi kebanyakan orang, kata ideologi mempunyai
konotasi negatif, sebagai claim yang tidak wajar, atau sebagai teori yang
tidak berorientasi pada kebenaran, melainkan pada kepentingan pihak
yang mempropagandakannya.101
Pembahasan pada level ini adalah mempelajari hubungan antara
pembentukan sebuah konten media, nilai-nilai, kepentingan, dan relasi
100
Stuard Hall, “The Problem of Ideology, Marxism Without Guarantess,” in
Emory A. Griffin, A First Look at Communication Theory, (New York: McGraw-Hill,
2012), 344. 101
Alex Sobur, Analisis Teks Media, 66.
63
kuasa media. Pada level ideologi kita melihat lebih dekat pada kekuasaan
di masyarakat dan mempelajari bagaimana kekuatan yang bermain di
luar media. Kita berasumsi bahwa ide memiliki hubungan dengan
kepentingan dan kekuasaan, yang menciptakan simbol adalah kekuasaan
yang tidak netral. Tidak hanya berita tentang kelas yang berkuasa tetapi
struktur berita agar kejadian-kejadian diinterpretasikan dari perspektif
kepentingan yang berkuasa.102
Hall percaya bahwa media massa mempertahankan dominasi
mereka yang sudah dalam posisi berkuasa. Sebaliknya, media
mengeksploitasi orang miskin dan tidak berdaya.103
Pada tingkat
ideologi, kita melihat secara khusus bagaimana fungsi media sebagai
perpanjangan tangan kepentingan yang kuat di masyarakat; bagaimana
rutinitas, nilai, dan struktur organisasi bergabung untuk mempertahankan
sistem kontrol dan reproduksi ideologi dominan.104
Pada masa kekuasaan Soeharto, media massa diposisikan secara
sistematis sebagai aparatus ideologi negara. Posisinya memang berada di
luar kekuasaan, namun fungsinya adalah menciptakan kesadaran palsu
bagi masyarakat, agar kepentingan-kepentingan (penguasa) negara bisa
berjalan. Lewat media, mereka mengenal dengan akrab—nyaris tanpa
upaya kritis—antara lain kata-kata pembangunan, bapak pembangunan,
lepas landas, stabilitas nasional, musyawarah mufakat, demokrasi
Pancasila, bahaya laten komunis.105
McQuail mengatakan, media merupakan sebuah institusi yang
lahir dalam kehidupan masyarakat secara sosiologis dan posisinya
102
Shoemaker dan Reese, Mediating The Message, 224. 103
Emory A. Griffin, A First Look at Communication Theory, 344. 104
Shoemaker dan Reese, Mediating The Message, 224. 105
Alex Sobur, Analisis Teks Media, 66.
64
dipengaruhi oleh perspektif mengenai masyarakat itu sendiri. Menurut
teori normatif, media memiliki hak dan tanggung jawab agar bisa
memberikan manfaat kepada individu dan masyarakat.106
Ideologi media mengandung pengertian ideologi yang dimiliki
oleh media sebagai sebuah institusi atau yang menjadi landasan hidup
media. Konsep ideologi yang dapat ditarik dalam tiga kategori ideologi
menurut pandangan para pemikir non-Marxis, Marxis, dan neo-
Marxis.107
a. Non-Marxis
Pandangan non-Marxis melihat ideologi merupakan
sistem kepercayaan bagi setiap individu atau kelompok. Ideologi
media dalam pandangan non-Marxis, dapat dilihat dari teori
normatif tentang media. Teori tersebut mengemukakan pola
kekuasaan yang mengendalikan media, di mana kekuasaan media
dihubungkan dengan struktur kekuasaan di negara di mana media
hidup.108
Ideologi media dalam kategori non-Marxis juga dapat
dilihat dari pandangan ekonomi politik liberalis, yang
menganggap faktor ekonomi secara murni tidak terkait dengan
faktor politik dan kekuasaan. Melihat permasalah dan
perkembangan media hanya berdasarkan faktor supply dan
demand. Media dikenadalikan oleh hukum pasar.109
106
Udi Rusadi, Kajian Media, 81. 107
Udi Rusadi, Kajian Media, 82. 108
Udi Rusadi, Kajian Media, 82. 109
Udi Rusadi, Kajian Media, 83.
65
b. Marxis
Golding mengatakan pandangan teori-teori Marxis, yaitu
ekonomi politik kritikal, yang mengkaji kaitan antara relasi sosial
dengan permainan kekuasaan. Fokusnya untuk melihat
bagaimana makna yang diungkapkan media dipengaruhi oleh
struktur asimetris dari relasi sosial. Ideologi media dalam
perspektif ini dibedakan menurut ekonomi kritikal yaitu
instrumentalis dan strukturalisme.110
Pandangan instrumentalis ini, Marx menekankan
pentingnya perbedaan kelas, atau hubungan orang-orang yang
berbeda dengan alat-alat produksi, sebagai kunci dari jenis nilai
dan gagasan politik yang mereka miliki, sehingga pandangan ini
didominasi oleh kapitalis.111
Menurut ekonomi politik strukturalisme media dikuasai
dan dikendalikan oleh struktur yang berlaku yaitu struktur yang
dominan.Dalam pandangan ini, yang menguasai bukanlah
individu, tetapi aturan-aturan atau sistem, yaitu negara, sistem
kelompok atau golongan.112
Dalam pemikiran ini, isi media
merupakan komoditas untuk dijual dipasaran, dan informasi yang
disebarkan diatur oleh apa yang akan diambil oleh pasar. Sistem
ini merujuk pada operasi yang konservatif dan tidak berbahaya,
menjadikan jenis program tertentu dan saluran media tertentu
dominan dan yang lainnya terpinggirkan.113
110
Udi Rusadi, Kajian Media, 83. 111
Branston and Stanfford, The Media Student‟s Book, 118. 112
Udi Rusadi, Kajian Media, 83. 113
Littlejohn and Foss, Teori Komunikasi, 433.
66
c. Neo-Marxis
Udi Rusadi menjelaskan bahwa, perspektif ini menolak
pandangan tentang media yang sepenuhnya dikendalikan oleh elit
dominan yang terorganisasi dengan baik seperti yang dijelaskan
dalam pandangan Marxis, yang memanipulasi isi media agar
sesuai dengan kepentingan mereka.114
Althusser seorang pemikir strukturalis, ideologi
merupakan representasi dari proses pengalaman individu atau
golongan atau kelompok atau organisasi sampai eksis. Dengan
konsep ini maka ideologi media merupakan nilai-nilai yang
berkembang sejak media didirikan.115
Dari seluruh elemen yang memengaruhi isi berita tersebut
ternyata faktor ideologi menentukan semua elemen. Posisi ideologi
dalam produksi berita merupakan elemen makro yang memasukkan
elemen lainnya dari hierarki lingkaran yang memengaruhi berita yaitu
level individual, kerja rutin media, keorganisasian, ekstra media, dan
ideologi. Dalam konteks ini, ideologi yang dimaksud kemungkinan
adalah ideologi media baik sebagai kesadaran palsu maupun sebagai
bawaan dari struktur media.116
114
Udi Rusadi, Kajian Media, 38. 115
Udi Rusadi, Kajian Media, 84. 116
Udi Rusadi, Kajian Media, 84-85.
67
D. Komunikasi Islam
Komunikasi yang dimaksud dalam Islam tentunya bukan hanya
komunikasi secara horizontal kepada sesama namun juga komunikasi yang
terjadi secara vertikal antara Pencipta yaitu Allah SWT dengan kita sebagai
hamba-Nya. Para pemikir Muslim telah mengembangkan berbagai teori
komunikasi yang menjadi komunikasi alternatif yang kemudian kita sebut
sebagai komunikasi Islam yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan
dan fitrah penciptaan manusia.117
Harjani Hefni dalam bukunya Komunikasi Islam menjelaskan bahwa,
komunikasi Islam adalah komunikasi yang dibangun di atas prinsip-prinsip
Islam yang memiliki roh kedamaian, keramahan, dan keselamatan.
Berdasarkan informasi dari Alquran dan As-sunnah ditemukan bahwa
komunikasi Islam adalah komunikasi yang berupaya untuk membangun
hubungan dengan diri sendiri, dengan Sang Pencipta, serta dengan sesama
untuk menghadirkan kedamaian, keramahan, dan keselamatan buat diri dan
lingkungan dengan cara tunduk dengan perintah Allah dan Rasul-Nya.118
Sejalan dengan penjelasan tersebut, Andi Faisal Bakti menjelaskan bahwa
hal ini dapat dilihat dalam berbagai ayat Alquran, yang mana posisi dari
Komunikasi Islam itu khususnya terdapat dalam arti tabligh, balagh, tandzir,
tadzkir.119
Teori komunikasi islami (Islam) tergolong dalam kelompok teori
komunikasi teokrasi seperti halnya komunikasi religius lainnya. Secara
umum semua macam komunikasi manusia memiliki ciri-ciri yang sama atau
117
Andi Faisal Bakti dan Venny Eka Meidasari, ―Trendsetter Komunikasi di Era
Digital, 23. 118
Harjani Hefni, Komunikasi Islam (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2015),
14. 119
Andi Faisal Bakti, dan Isabelle Lecomte, ―The Integration of Dakwah in
Journalism: Peace Journalism.‖Jurnal Komunikasi Islam, Vol.05 no.01 (Juni, 2015), 93.
68
serupa. Misalnya proses, model, dan pengaruh pesannya. Hal yang
membedakan komunikasi islam dengan teori komunikasi umum adalah latar
belakang filosofinya (Alquran dan Hadits Rasulullah) dan aspek etikanya.
Etika komunikasi islami secara umum sama dengan etika komunikasi umum.
Isi perintah dan larangannya sama atau serupa, yang membedakan adalah
sanksi dan pahalanya.120
Lebih jauh A Muis menjelaskan dalam bukunya
Komunikasi Islami, bahwa:
―Komunikasi umum (non-Islam, nonreligius) memang
mementingkan pula etika, tetapi sanksi atas pelanggaran komunikator
terhadap etika komunikasi hanya berlaku di dunia. Sedangkan sanksi
atas pelanggaran terhadap etika komunikasi Islam berlaku sampai di
akhirat.Ada hukuman akhirat dan hukuman di alam kubur atau di
alam barzah. Para pelanggar terancam sanksi yang pedih di akhirat
(di neraka). Banyak ayat dalam Alquran yang menjelaskan hal itu
baik secara eksplisit maupun implisit. Tentu saja sanksi itu tidak
berlaku lagi jika si pembuat telah diampuni oleh Tuhan.‖121
Alquran dan Hadits telah memberikan berbagai panduan agar
komunikasi berjalan dengan baik dan efektif. Kita dapat mengistilahkannya
sebagai kaidah, prinsip, atau etika berkomunikasi dalam perspektif Islam.
Kaidah, prinsip, atau etika komunikasi Islam (dakwah) ini merupakan
panduan bagi kaum Muslim dalam melakukan komunikasi, baik dalam
komunikasi intrapersonal, dan interpersonal dalam pergaulan sehari hari,
berdakwah secara lisan dan tulisan, maupun dalam aktivitas lain karena
dakwah adalah ilmu komunikasi. Sebagai perbandingan, Filsafat Islam
(Ushuluddin), Hukum Islam (Syariah), Pendidikan Islam (Tarbiyah),
Humaniora Islam (Adab).122
Tehranian mengungkapkan bahwa dalam
prepektif Islam komunikasi haruslah dikembangkan melalui Islamic World-
120
A. Muis, Komunikasi Islami (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001), 34. 121
A. Muis, Komunikasi Islami, 34. 122
Andi Faisal Bakti dan Venny Eka Meidasari, ―Trendsetter Komunikasi di Era
Digital, 22.
69
View yang selanjutnya menjadi asas pembentukan teori komunikasi Islam
seperti aspek bahwa kekuasaan mutlak hanyalah milik Allah, serta peranan
institusi ulama dan masjid sebagai penyambung komunikasi dan aspek
pengawasan syariah yang menjadi penunjang kehidupan Muslim.123
Sehingga sebagai seorang Muslim yang berprofesi sebagai jurnalis di media,
agaknya perlu menerapkan prinsip-prinsip dari komunikasi Islam, agar
media dapat digunakan sebagaimana fungsi media.
Andi Faisal Bakti menjelaskan bahwasannya intergasi Islam dan
komunikasi dapat bermanfaat bagi jurnalisme perdamaian. Komunikasi
Islam pada dasarnya adalah jurnalisme perdamaian. Komunikasi Islam terdiri
dari tabligh (informasi), taghyir (perubahan sosial), khairu ummah
(komunitas teladan), dan akhlaq al-karimah (perilaku luhur, civil society,
civil community), yang tujuannya adalah untuk mengabadikan sensitivitas
konflik, konflik konstruktif, dan konflik resolusi. Tujuan ini ditetapkan oleh
jurnalis Muslim dengan mempromosikan ajaran Islam yang relevan dengan
nilai-nilai universal, termasuk inklusivitas untuk kemanusiaan. Meliputi
ajaran tertentu akan jatuh ke dalam pendekatan misionaris, mendorong
propagasi, atau bahkan bekerja menuju konversi dan proselitisme.124
123
Majid Tehranian, „Communication Theory and Islamic Perspective,‟ dalam
―Communication Theory: The Asian Perspective, eds Dissanayake, Wimal,‖ dalam Andi
Faisal Bakti dan Venny Eka Meidasari, ―Trendsetter Komunikasi di Era Digital, 23. 124
Andi Faisal Bakti dan Isabelle Lecomte, ―The Integration of Dakwah in
Journalism: Peace Journalism.‖ 186.
70
1. Tabligh (Informasi)125
Secara umum komunikasi manusia, teori informasi secara luas
diperdebatkan oleh para pakar komunikasi.Sebagian besar pakar, seperti
Shannon dan Weaver, Lazarfeld, Lasswell, antara lain, percaya bahwa
informasi berasal dari pengirim, yang membahas penerima menggunakan
saluran dengan efek tertentu.126
Menurut Thayer pemahaman ini berasal dari informasi kata
(akhiran: ation), yang menjelaskan bahwa pengirim aktif dalam
menyampaikan pesan ke penerima. Thayer percaya bahwa asal kata
dalam bentuk (awalan: di), yang menjelaskan bahwa penerima aktif
dalam memahami pesan yang diterimanya.127
Rene-Jean Ravault menyebut proses terakhir sebagai model teori
resepsi aktif dari komunikasi.128
Sementara pakar yang pertama percaya
125
Andi Faisal Bakti menyebutkan bahwa dalam memaknai information terdapat
perbedaan pendapat, ada yang memaknai dengan memisahkan ―inform-ation,‖ yang berarti
bahwa seseorang yang dianggap berpengetahuan bertanggung jawab untuk mengirim pesan
atau pengetahuan kepada orang lain yang diyakini tidak berpengetahuan, Model kedua
percaya bahwa informasi kata sebenarnya berasal dari ―in-formation,‖ yang berarti bahwa
penerima seharusnya aktif dalam mencari pengetahuan. Yang terakhir harus dapat memilih
informasi mana yang lebih sesuai karena itu berguna bagi mereka, yang diperlukan untuk
pengembangan.Yang kemudian teori information ini menghasilkan SMCR-E-Convergence
(sender, message, channel, and receivers) di mana hubungan bersifat satu arah. Akibatnya,
model E (effect) diperkenalkan, dengan alasan bahwa hasil atau apa yang diterima oleh
komunikan, lebih penting daripada apa yang dikatakan oleh pengirim (komunikator)
menggunakan media massa, sehingga model ini memandang komunikan bersifat pasif.
Kemudian beberapa pakar komunikasi yang menggunakan model convergence memperbaiki
model SMCR-E, mereka yang meyakini model ini bahwa menggunakan saluran yang baik,
komunikator akan membawa pesan langsung ke komunikan, dan komunikan secara otomatis
akan memahami apa yang dimaksud oleh komunikator. (Lihat Andi Faisal Bakti (2013), h.
4). 126
Andi Faisal Bakti dan Isabelle Lecomte, ―The Integration of Dakwah in
Journalism: Peace Journalism.‖ 193. 127
Lee Thayer, ―On Communication: Essays in Understanding,” dalam Andi Faisal
Bakti, dan Isabelle Lecomte, ―The Integration of Dakwah in Journalism: Peace Journalism.‖
193. 128
J. R. Ravault, ―Some Economic Dysfuntion of the Angl-American Practice of
International Communication (A Theoretical Approach),‖ dalam Andi Faisal Bakti, dan
Isabelle Lecomte, ―The Integration of Dakwah in Journalism: Peace Journalism.‖ 193.
71
bahwa inti komunikasi terletak di pengirim (sender) dan saluran
(channel), sedangkan yang terakhir percaya bahwa itu ada dalam
kemampuan penerima (receivers) untuk memahami pesan.Sehingga,
dalam kasus dakwah (komunikasi Islam), sejumlah pakar juga mengikuti
garis yang pertama. Namun melihat ayat-ayat Alquran, seseorang dapat
menemukan beberapa dukungan untuk posisi yang terakhir, khususnya
dalam arti tabligh, balagh, tandzir, tadzkir, yang semuanya sama dengan
makna formasi di atas.129
Ayat-ayat dalam Alquran yang mendukung pernyatan tersebut di
antaranya yaitu: ―Kewajiban Rasul tidak lain hanyalah menyampaikan,
dan Allah mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu
sembunyikan‖ (QS. 5: 99). ―Sesungguhnya kamu tidak akan dapat
memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi
petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya…‖ (QS. 28: 56). Hamid
Mowlana dalam penelitiannya menjelaskan, bahwa:
―Istilah komunikasi sosial atau tabligh (propagasi) dan konsep
umum komunikasi, jurnalisme, propaganda, dan agitasi yang
biasa digunakan dalam literatur kontemporer. Kata komunikasi
berasal dari bahasa Latin communico, yang berarti ―berbagi,‖ dan
pada dasarnya ini adalah proses sosial yang mengacu pada
tindakan menanamkan, menyampaikan, atau bertukar ide,
pengetahuan, atau informasi. Ini adalah proses akses atau sarana
akses antara dua atau lebih orang atau tempat. Secara implisit dan
eksplisit dalam definisi ini adalah gagasan tentang beberapa
tingkat kepercayaan, tanpa komunikasi tidak ada yang dapat
terjadi. Dalam pendekatan reduktif (matematis, teknis, dan
beberapa analisis ilmiah), komunikasi dikaitkan dengan konsep
informasi yang menghubungkan proses dengan peristiwa
kebetulan dan berbagai hasil yang mungkin.Pandangan "atom" ini
memberi penekanan pada aspek kuantitatif dan linier dari proses
dan bukan pada makna kultural dan kognitifnya (misalnya,
129
Andi Faisal Bakti dan Isabelle Lecomte, ―The Integration of Dakwah in
Journalism: Peace Journalism.‖ 193.
72
Cherry, 1961; Kirschenmann, 1970; Shannon & Weaver, 1961;
Wiener, 1961, 1967). Jurnalisme, sebagaimana didefinisikan di
Barat, adalah pengumpulan, penulisan, penyuntingan, dan
penerbitan berita atau artikel berita, opini, dan komentar melalui
surat kabar, majalah, penyiaran, dan media modern lainnya.‖130
Dalam teori informasi terlihat bahwa tidak satupun tindakan para
mubaligh atau da‟i atau jamaah yang bukan komunikasi atau dakwah,
tetapi dapat juga dipandang sebagai komunikasi atau dakwah
nonverbal.131
Lebih jauh Anwar Arifin menjelaskan dalam bukunya
Dakwah Kontemporer: Sebuah Studi Komunikas, bahwa:
―Teori informasi ini dapat diterapkan dalam dakwah dalam
banyak bentuk seperti (1) memasang umbul-umbul, spanduk dan
memperdengarkan musik padang pasir atau kasidah karena aka
nada peringatan Maulid atau Isra Mikraj; (2) memakai
pakaian/baju gamis dan berkopiah seragam karena ada pengajian
atau tablig akbar; dan (3) mempromosikan jamaah yang memiliki
prestasi. Teori ini sangat berguna dalam menentukan pilihan
penempatan kader dalam menduduki jabatan-jabatan atau posisi
tertentu (misalnya kader yang peramah ditempatkan di bagian
penerimaan dan penjemputan tamu).‖132
2. Taghyir (Perubahan sosial)
Istilah taghyir dalam bahasa Arab adalah masdar (kata benda
infinitif) dari kata kerja transitif ghayyara, seperti dalam frase
ghayyarahu yang dapat berarti satu atau lebih dari yang berikut:
hawwalhu, baddalhu, dan j'alahu ghayra mā kān. Dengan demikian, itu
setara dengan istilah ―change‖ dalam bahasa Inggris. Hal ini
130
Hamid Mowlana, ―Theoretical Perspective on Islam and Communication,‖ China
Media Research, Volume 03 No. 04 (2007), 25. 131
Anwar Arifin, Dakwah Kontemporer: Sebuah Studi Komunikasi, 85. 132
Anwar Arifin, Dakwah Kontemporer: Sebuah Studi Komunikasi, 85-86.
73
menunjukkan bahwa taghyir dapat secara ilmiah dapat menjadi
perubahan yang lebih baik atau perubahan yang lebih buruk.133
Dalam Alquran, bentuk inti dari kata kerja ghayyara—yaitu,
yughayyiru—hanya muncul dalam konteks di mana perubahan menjadi
buruk: ―Sesungguhnya aku (setan) akan menyesatkan mereka ... dan
pastilah aku akan memerintahkan mereka jadi mereka akan mengubah
(falayughayyirānna) ciptaan Allah ...‖ (QS. 4: 119). ―... Allah tidak akan
pernah mengubah suatu nikmat yang dianugerahkan-Nya kepada suatu
kaum sampai mereka merubah (yughayyirū) apa yang ada di dalam diri
mereka‖ (QS. 8: 53). ―...Sesungguhnya Allah tidak mengubah
(yughayyiru) kondisi orang-orang sampai mereka berubah
(yughayyirū)134
apa yang ada di dalam diri mereka. Dan apabila Allah
menghendaki keburukan (sū‟) untuk suatu kaum, tidak ada yang dapat
mengubahnya kembali; dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia.‖
(QS. 13:11).135
Akan tetapi, Andi Faisal Bakti memandang taghyir
(perubahan)136
dari sisi komunikasi Islam mengarah pada makna yang
positif atau perubahan ke arah yang lebih baik, sesuai dengan ayat
133
Mohamed Abu Bakar A. Al-Musleh, Al-Ghazali the Islamic Reformer: an
evaluative study of the attemps of Imam al-Ghazali at Islam Reform (Malaysia: Islamic
Book Trust, 2012), 20. 134
Mohamed Abu Bakar A. Al-Musleh menjelaskan bahwa pada penutup ayat
menunjukkan, perubahan di sini menjadi lebih buruk. Selain itu, ada kesepakatan antara
mufsirūn klasik (penafsiran Al-Qur'an) tentang konotasi ini (lihat: Mohamed Abu Bakar A.
Al-Musleh (2012), h. 28). 135
Abu Bakar A. Al-Musleh, Al-Ghazali the Islamic Reformer: an evaluative study
of the attemps of Imam al-Ghazali at Islam Reform, 20-21. 136
Andi Faisal Bakti menyebutkan bahwa perubahan (change) terbagi atas dua
faktor, yaitu dari luar (outside) di mana perubahan dipengaruhi oleh unsur modernisasi,
dependensi, dan kesebragaman (multiplicity). Sedangkan, faktor berikutnya adalah dari
dalam (inside), di mana perubahan dipengaruhi oleh self-help yaitu perubahan hanya akan
terjadi jika diri sendiri mau mengubahnya, sesuai dengan (QS. 13: 11 dan (QS. 8: 53). (lihat:
Andi Faisal Bakti (2013), h. 8-10).
74
Alquran Inna Allah la yughayyiru ma biqawmin, hatta yughayyirū maa
bi anfusihim (Allah tidak akan mengubah kondisi suatu kaum (orang-
orang suatu komunitas), kecuali orang-orang dari komunitas ini
mengubah diri mereka sendiri). Sehingga, perubahan hanya dapat terjadi
jika penerima atau komunikan menginginkan dan mencoba dengan
sepenuh hati untuk mengubah diri mereka ke arah yang lebih baik.137
Berdasarkan hal itu, dalam konteks media massa maka taghyir
(perubahan) dapat diartikan bahwa sebagaimana informasi atau apapun
yang ditawarkan dalam sebuah media, semuanya tergantung kepada
audiens sebagai komunikannya menerima atau tidak. Seperti halnya
terlihat pada pemberitaan Aksi Bela Islam, walaupun beberapa media
massa mencoba membangun pengaruhnya kepada khalayak ataupun
audiens, tetapi tidak semua audiens tersebut menerimanya. Ada sebagian
yang memandang berita tersebut tidak sesuai dengan kondisi yang
seharusnya, sehingga menimbulkan berbagai reaksi. Sebagai contoh yaitu
reaksi penolakan terhadap wartawan dari beberapa stasiun televisi yang
meliput Aksi Bela Islam.
3. Amr ma‟ruf nahy munkar (Pengembangan)
Model mekanisme dalam komunikasi adalah yang paling lama
dan banyak dianut sampai sekarang, termasuk dalam dakwah yang
berbentuk tabligh. Banyak studi, dan buku yang diterbitkan sehingga
pengaruhnya sangat kuat. Bukan saja di kalangan akademisi, tetapi juga
masyarakat luas. Paradigma ini telah berkembang jauh melalui permulan
yang seru dari ―pendekar-pendekarnya.‖ Hal ini terlihat dari banyaknya
137
Andi Faisal Bakti, ―The Contribution of Dakwah to Communication Studies,‖
Risale-I Nur Collection Perspective,‖ Proceedings, Istanbul Foundation for Science and
Culture (2010), 7.
75
teori dan model dari perspektif ini, yang dapat dikembangkan dalam
dakwah.138
Akan tetapi lebih jauh Arifin menjelaskan bahwa:
―Dengan mengambil titik tolak bahwa pesan merupakan objek
formal dari ilmu komunikasi yang diterapkan dalam dakwah,
maka dapat disebutkan bahwa dakwah itu tidak lain dari
pembicaraan (da‟wah billisan) tentang kepentingan umat Islam
dan ajaran-ajaran-Nya, yaitu pembicaraan tentang amr ma‟ruf
nahy munkar dan untuk kebaikan kehidupan manusia di dunia
dan di akhirat. Dapat juga dikatakan bahwa dakwah adalah
pembicaraan tentang iman, ilmu dan amal saleh atau pembicaraan
tentang akidah, syariah dan akhlak. Pembicaraan tentang iman,
ilmu dan amal saleh itu kemudian dikaji dalam kerangka
mekanistis, yaitu siapa yang berbicara kepada siapa, melalui
saluran apa, dan bagaimana efeknya?‖139
Teori ketiga yang akan diuraikan adalah teori tentang
pengembangan (development). Teori ini telah menyibukkan banyak
pemimpin di negara-negara yang kurang berkembang, sebagai akibat dari
tantangan negara-negara maju. Masalah yang difokuskan adalah
mengidentifikasi cara mengembangkan negara-negara tersebut dengan
menggunakan proses yang diikuti oleh negara-negara maju. Hal ini
biasanya mempromosikan: ‗komunikasi untuk pengembangan‘ atau
‗pengembangan yang mendukung komunikasi.‘140
Andi Faisal Bakti
menjelaskan bahwa:
―Di antara jawaban utama teori ini adalah bahwa satu-satunya
cara untuk mencapai pengembangan adalah terlibat dalam
transfer teknologi baru dan inovasi baru ke negara-negara yang
kurang berkembang. Dengan demikian, model ‗difusi inovasi‘
diperkenalkan sebagai pendekatan pengembangan. Di yakini
bahwa negara-negara Barat dikembangkan karena mereka
menggunakan teknologi inovatif secara ekstensif. Sehingga,
negara-negara yang kurang berkembang akan mencapai
perkembangan serupa asalkan mereka mengadopsi inovasi dan
138
Anwar Arifin, Dakwah Kontemporer: Sebuah Studi Komunikasi, 51. 139
Anwar Arifin, Dakwah Kontemporer: Sebuah Studi Komunikasi, 52-53. 140
Andi Faisal Bakti, ―The Contribution of Dakwah to Communication Studies,‖ 9.
76
teknologi ini. Para pemimpin negara-negara dunia ketiga,
termasuk di dunia Melayu, bersemangat dan ingin mengadopsi
penemuan-penemuan baru ini, karena ini memang memberikan
peningkatan yang cepat dan banyak, misalnya, di bidang
pertanian dan kesehatan. Namun, teori ini kemudian ditemukan
lemah, karena teknologi baru ini mahal. Pemeliharaan juga
menjadi masalah lain, baik karena biaya tinggi dan keahlian yang
dibutuhkan dari SDM yang kurang. Kurangnya suku cadang juga
berkontribusi pada masalah ini. Akibatnya, pendekatan baru
untuk pengembangan diperkenalkan, ‗pemasaran sosial,‘ untuk
membuat produk lebih mudah diakses dan terjangkau oleh
negara-negara berkembang. Dalam model ini, suku cadang
disediakan bersama dengan teknologi awal. Orang-orang di
negara-negara yang kurang berkembang, termasuk dunia Muslim,
awalnya antusias setelah mengadopsi fasilitas kecil yang bagus,
dan lebih murah. Namun, negara-negara maju terus memperkaya
diri mereka sendiri, sementara negara-negara yang kurang
berkembang menjadi semakin miskin dan miskin. Hal ini menjadi
sangat konsumtif. SDA dari negara berkembang berkurang secara
signifikan, sementara rakyatnya tetap miskin.‖141
Menurut Mowlana doktrin amr bi al-ma'ruf wa nahy'an al
munkar adalah prinsip kedua yang menunjukkan batasan etika tabligh
dalam Islam. Implisit dan eksplisit dalam prinsip ini adalah gagasan
tanggung jawab individu dan kelompok untuk mempersiapkan generasi
penerus dalam menerima ajaran Islam dan memanfaatkannya. Muslim
memiliki tanggung jawab untuk membimbing satu sama lain, dan setiap
generasi memiliki tanggung jawab untuk membimbing yang berikutnya.
―Serulah orang-orang ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran
yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang paling sopan.
Sesungguhnya Tuhanmu yang lebih mengetahui siapa yang menyimpang
dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk‖ (QS. 16: 125).142
141
Andi Faisal Bakti, ―The Contribution of Dakwah to Communication Studies,‖ 9. 142
Hamid Mowlana, ―Theoretical Perspective on Islam and Communication,‖ 29.
77
Adapun konsep amr ma‟ruf nahy munkar ini, jika dikaitkan
dengan media massa, maka menurut Arifin yaitu:
―Dalam proses pelaksanaan dakwah, media massa memiliki
posisi dan peran ―mediasi‖ yaitu penyampai (transmitters)
berbagai pesan dakwah (al khayr, amr ma‟ruf, dan nahy munkar)
dari pihak-pihak di luar dirinya, sekaligus sebagai pengirim
(sender) pesan dakwah yang dibuat (constructed) oleh para
wartawannya kepada khalayak. Bahkan media massa patut
dipakai oleh para da‟i atau mubaligh untuk menyampaikan
ajaran-ajaran Islam kepada khalayak yang besar jumlahnya dan
sekaligus menyerap berbagai informasi yang disiarkan oleh media
massa. Selain itu media massa dapat juga digunakan oleh para
wartawan memproduksi berbagai pesan dakwah (al khayr, amr
ma‟ruf, dan nahy munkar).‖143
4. Akhlaq al-karimah (budi pekerti, civil society, civil community)
Dalam perspektif komunikasi, interaksi manusia harus
didasarkan pada etika dan kebijaksanaan. Tujuan berkomunikasi-ke
(communicating-to) dan dikomunikasikan-oleh (communicated-by)
adalah untuk membangun pembangunan berkelanjutan yang makmur,
produktif dan berkualitas, dalam suansa damai dan kegotong-royongan
(ta'awun), di antara sesama warga dunia. Seseorang tidak dapat
mengendalikan, menekan atau memaksa orang lain melakukan sesuatu
yang bertentangan dengan keinginannya. Pengembangan dan perubahan
harus didasarkan pada kesetaraan, persaudaraan, dan solidaritas.
Negosiasi di antara yang setara harus menjadi aturan perilaku.144
Andi Faisal Bakti menjelaskan bahwa komunikasi Islam,
menawarkan prinsip shura atau musyawarah, yang sama dengan
demokrasi, seperti yang diperkenalkan oleh Barat. Ini juga
143
Anwar Arifin, Dakwah Kontemporer: Sebuah Studi Komunikasi, 90. 144
Andi Faisal Bakti, ―The Contribution of Dakwah to Communication Studies,‖
12.
78
merekomendasikan bahwa individu menerapkan prinsip-prinsip dakwah
yang meliputi: hikmah (pengetahuan atau ilmu/filsafat), baik maw'izah
(saran), dan dalam perdebatan atau diskusi, dapat menggunakan argumen
yang paling mendukung pernyataan. Dengan demikian data yang
ditunjukkan harus kuat, logis, dan rasional (ahsanul mujadalah).145
Sehingga dengan kata lain akhlaq al-karimah ini, sejalan dengan konsep
civil society.
Menurut Damsar, civil society diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia dalam tiga cara, yaitu masyarakat sipil, masyarakat
warga/kewargaan, dan masyarakat madani. Terjemahan civil society
sebagai masyarakat sipil dirasakan oleh berbagai kalangan kurang pas.
Karena dalam dunia keseharian dan akademik Indonesia, konsep sipil
sering dikaitkan dengan konsep militer. Dengan kata lain, jika ada
masyarakat sipil berarti juga ada masyarakat militer. Kandungan
pemahaman konsep seperti ini akan mendistorsikan inti dan makna
hakiki dari konsep civil society.146
Ada empat bidang yang akan digunakan untuk membentuk civil
society, yaitu pemerintah (state), pasar (market), publik (public), dan
pribadi (private). Pemerintah harus mampu melindungi individu, publik,
dan pasar dari totalitarianisme. Pasar harus mampu melindungi sisa dari
memonopoli sumber daya yang ada. Publik harus melindungi yang lain
dari pengaruh penguasa, dan ranah pibadi harus melindungi diri dari
otoritarianisme. Masing-masing harus mampu melakukan checks and
balances dan terus menyebarkan wacana ini di masing-masing bidang.
145
Andi Faisal Bakti, ―The Contribution of Dakwah to Communication Studies,‖
13. 146
Damsar, Pengantar Sosiologi Politik: Edisi Revisi (Jakarta: Kencana, 2010),
124.
79
Dengan demikian, civil society akan tercapai.147
Akan tetapi, Andi Faisal
Bakti juga menjelaskan bahwa bukan hanya civil society tetapi juga
terdapat yang namanya civil community yang mana bidang-bidangnya
merupakan pembalikkan dari civil society. Jika pada civil society dimulai
dari pemerintah, pasar, publik, dan pribadi, maka pada civil community
yang didahului yaitu pibadi, publik, pasar, dan pemerintah.148
Konsep masyarakat madani atau civil society, ataupun civil
community ini dijelaskan pula dalam ayat-ayat Alquran, yaitu di
antaranya:
―Manusia itu adalah umat yang satu. (Setelah timbul
perselisihan), Allah mengutus para nabi sebagai pemberi kabar gembira
dan pemberi peringatan…‖ (QS. 2: 213).
―Kamu adalah umat yang terbaik…‖ (QS. 3: 110).
Dengan demikian konsep ini sejalan dengan tujuan dari dakwah.
Menurut Anwar Arifin dakwah bertujuan mengembalikan
manusia kepada fitrahnya yang hanif, yaitu kecenderungan kuat yang
selalu berpihak kepada kebaikan, kebenaran, keadilan dan kesucian yang
berlaku secara universal. Kecenderungan spiritual itu menjelmakan
dirinya dalam bentuk budi atau akhlak. Justru itu manusia secara kodrati
dan prinsipil adalah makhluk yang berbudi atau makhluk yang
147
Andi Faisal Bakti, “Paramadina and its Approach to Culture and
Communication: an Engagement in Civil Society,” dalam Andi Faisal Bakti dan Isabelle
Lecomte, ―The Integration of Dakwah in Journalism: Peace Journalism,‖ 197. 148
Andi Faisal Bakti, ―Paramadina and its Approach to Culture and
Communication: An Engagement in Civil Society,‖ Archipel, Paris, France68 (Desember,
2004), 321-332.
80
berakhlak.149
Sehingga dengan memanfaatkan media sebagai sarana
dakwah sebagai langkah yang tepat dalam mewujudkan tujuan dakwah
itu sendiri.
149
Anwar Arifin, Dakwah Kontemporer: Sebuah Studi Komunikasi, 179.
81
BAB IIIPROFIL STASIUN TELEVISI BERITA SATU
A. Sejarah Berdirinya Berita Satu
Berita Satu News Channel merupakan salah satu stasiun televisi milik
swasta yang ada di Indonesia. Berdasarkan hasil wawancara dengan
pemimpin redaksi Berita Satu Claudius V Boekan, bahwa Berita Satu
merupakan sebuah anak perusahaan dari Lippo Group.
Lippo Group merupakan perusahaan besar yang didirikan oleh
Mochtar Riady, dan kini telah diwarisi ke anaknya James Riady. Awalnya
sebelum terjadi krisis moneter di Indonesia tahun 1998, bisnis Lippo Group
hanya bergerak dibidang perbankan dan sekuritas. Namun, ketika krisis
berakhir dan kemudian perekonomian Indonesia kembali membaik, Lippo
Group kemudian berekspansi atau memperluas wilayah bisnisnya ke bidang
property, retail, health care, pendidikan, dan telekomunikasi.1
Pada bisnis telekomunikasi ini, Lippo Group mengembangkan sistem
multi-pola yaitu bergerak di bidang software dan hardware, yang kemudian
lahirlah First Media, sehingga menjadi awal adanya tv berbayar pertama di
Indonesia saat itu. Tetapi hingga awal tahun 2011 belum ada News
Channelnya, dan barulah sekitar bulan Juli 2011 berdirilah Berita Satu
sebagai News Channel dari First Media, yang kemudian memulai siaran
perdananya pada September 2011.
1Hasil wawancara dengan Bapak Claudius V. Boekan selaku pemimpin redaksiBerita Satu, pada tanggal 9 April 2018.
82
Lippo Star Big, Link Net First Media Bolt BeritaSatu Multipolar
(Gambar 3.1 Bagan Bisnis Telekomunikasi Lippo Group)2
Berita Satu News Channel, media televisi pertama yang didirikan di
bawah grup Berita Satu Media Holding (BSMH). Televisi berita berbayar
pertama di Indonesia yang bersiaran dalam format visual Full High
Definition (Full HD). Berita Satu News Channel memulai siaran perdananya
pada 1 September 2011, dengan program-progam unggulannya yaitu; Jurnal
Pagi, Jurnal Siang, Jurnal Petang, dan Jurnal Malam. Berita Satu News
Channel dibidani antara lain bapak televisi swasta Indonesia, Peter F. Gontha
dan pakar media televisi Don Bosco Selamun. Don Bosco kemudian menjadi
direktur operasional sekaligus pemimpin redaksi sejak 2011 hingga
November 2016, dan lalu kemudian saat ini digantikan oleh Claudius V.
Boekan.3
Berita Satu awalnya hanya bersiaran di jaringan televisi berbayar
ternama di Indonesia yang dikenal dengan brand First media. Kanal TV
berbayar di bawah Lippo Group. Seiring perkembangan, Berita Satu
mengembangkan sayapnya, dengan bersiaran di satelit, berjaringan dengan
televisi lokal di kota-kota di Indonesia, dan bersiaran di jaringan televisi
berbayar lainnya, seperti contohnya Indi Home.4
2 Dokumen Redaksi Berita Satu, dilihat pada tanggal 9 April 2018.3www.beritasatu.tv/about-us/ diakses pada tanggal 17 April 2018.4www.beritasatu.tv/about-us/ diakses pada tanggal 17 April 2018.
83
Berita Satu saat ini bersiaran 24 jam nonstop, dengan produksi berita,
talkshow, semi dokumenter, dan features fresh program antara 16-18 jam
siaran per hari. Berita Satu hadir dengan informasi dan berita-berita utama
yang bisa menjadi referensi bagi para pengambil kebijakan, pebisnis, dan
kelompok masyarakat berpengaruh lainnya.5
B. Alamat Redaksi
Alamat dari redaksi Berita Satu, yaitu berada di gedung Berita Satu
Plaza lantai 11, jalan Gatot Subroto Kav.35-36, Jakarta Selatan. Dan nomor
telepon dari redaksi Berita Satu yaitu 021-52900303, sedangkan alamat e-
mail redaksi: [email protected]
C. Logo Berita Satu
Gambar 3.2. Logo Stasiun TV Berita Satu
5www.beritasatu.tv/about-us/ diakses pada tanggal 17 April 2018.6www.beritasatu.tv/about-us/ diakses pada tanggal 17 April 2018.
84
D. Visi dan Misi Berita Satu
1. Visi Berita Satu
Visi dari stasiun televisi Berita Satu ialah “Impacting lives through
news you can trust,” yang artinya memengaruhi kehidupan melalui berita
yang dapat dipercaya.7
2. Misi Berita Satu
Misi dari Berita Satu ialah “To deliver the most trusted news and
analysis on Indonesia,” atau dengan kata lain untuk menyampaikan
berita dan analisis tentang Indonesia yang paling terpercaya. Dengan
identitas Berita Satu, yaitu sebagai organisasi berita terdepan dalam
pelaporan dan penyampaian berita serta analisis tentang Indonesia
dengan multiplatform.Melaporkan secara adil, akurat, etis, dan dengan
standar jurnalisme profesional tertinggi, yang ditujukan untuk melayani
kepentingan publik.8
7 Dokumen Redaksi Berita Satu, dilihat pada tanggal 9 April 2018.8 Dokumen Redaksi Berita Satu, dilihat pada tanggal 9 April 2018.
85
E. Struktur Redaksi Berita Satu
Tabel 3.1. Struktur Redaksi Berita Satu.9
No Jabatan Nama1. Pemimpin Redaksi Claudius V. Boekan.2. W. Pemimpin Redaksi
(News)Hamdani S. Rukiah.
3. W. Pemimpin Redaksi(News Magazine)
Muzakir Husain.
4. Manager News Production Fahrun Satori.5. Manager News Gathering
& DevelopmentKleofas Klewen.
6. Manager News Magazine Suryansyah.7. Manager Talent Rike Amru.
8. Executive Producer NewsArie Apriyadi, Wahid A.Hariyono, Denny S. Batubara,Syifa Hamdhani.
9. Executive Producer NewsMagazine
Moh. Samsul Arifin.
10. Board of Producer News
Harris Badillah, Nia Kayadoe, Sulardi,Leon Saragih, Dita Febrika, NunikSugianti, Harry Ruliansyah, ErickGumaryadi, Andika Perdana, RizaNasser, Arlanza, Ahmad Murody,Sofyan Syafril, Andriani T. Mas’urai,Ruslan Al-Rasyid, Jekson Simanjutak,Andra Lesmana, Evry Purba, DestianPrasetya, Nurulita, RiyadhNurhidayat, Marthen Kilok, AdiPurnomo, Margareta Renny,Agustinus Tetiro, Sadryna Evanalia,Wahyu Setiyowati, AnggiaKesumawardaya, Pramdhika Samudra,Keyko Ranti, Adityawarman, AdamIsa, Valentinus Blikololong.
11. Head of News Gathering Ruby Matondang, Joidy KarloDompas, Tika Baremeau, JenAnwar.
9www.beritasatu.tv/redaksi/ diakses pada tanggal 17 April 2018.
86
Tabel 3.2.Sambungan tabel 3.1. Struktur Redaksi Berita Satu.10
No Jabatan Nama
12. Board of Producer NewsMagazine
Johan H. Wibowo, AmatulRayyani, Dedi Setiawan, YonoSaputro, Dwiyanto, MahaChakry Miller, Astrid F. Putri,Anastasya Andrianti, HeriKristianto.
13. Promo On Air Team Suhodo, Monti Agus Ginting.
14. Head of CamerapersonRizky Febriandi, Suryaman,Abdullah Choiruddin, TonggamMarganda Munthe.
15. Head of Editor News Wahyu Laksamana16. Head of Editor News
MagazineSunu Prasetya Mulyono.
17. Manager Social Media &Digital
Adi Prasetya.
18. Social Media Team Edy Cahyono, Eko Wicaksono,Aditya Pratama.
19. Website TeamBonifacius Jaka, ZumrotulMuslimin, Ahmad SalmanAlfarisi.
20. Director of Sales &Marketing
Livy Prathivi.
21. Head of Digital Sales &Marketing
Epoy Latief.
10www.beritasatu.tv/redaksi/ diakses pada tanggal 17 April 2018.
87
F. Profil Penonton Berita Satu
Berita Satu sebagai stasiun televisi berbayar ini, menyasar penonton
dari kalangan masyarakat menengah ke atas, atau masyarakat yang secara
financial mampu membayar layanan dari tv berbayar setiap bulannya.
Sehingga program-program yang ditawarkan menyasar kalangan masyarakat
tertentu, misalnya para pengambil kebijakan, pebisnis, dan kelompok
masyarakat berpengaruh lainnya.
Berdasarkan demografi penonton stasiun Berita Satu dapat
dikelompokkan ke dalam penonton kelas A dan B atau dapat dikatakan
sebagai premium audience. Dan dari segi usia, Berita Satu menyasar pada
kelompok masyarakat usia produktif yaitu 25-45 tahun. Sedangkan dari sisi
jenis kelamin, Berita Satu lebih menargetkan kepada jenis kelamin laki-laki,
sehingga jika dipersentasikan yaitu penonton laki-laki 58% dan perempuan
42%. Untuk segi latar belakang pendidikan, jelas terlihat bahwa penonton
Berita Satu 35% adalah orang-orang yang tingkat pendidikannya hingga ke
jenjang universitas. Dan dari segi pekerjaan, dapat dikatakan bahwa 28%
penonton Berita Satu adalah masyarakat yang berprofesi sebagai pemangku
kekuasaan, dan pebisnis, dan 21% adalah masyarakat yang berprofesi
sebagai manajer, pengamat politik, politikus, dan peneliti.11
Jangkauan siaran Berita Satu telah menyebar hampir seluruh kota di
Indonesia. Sehingga penontonnya tidak hanya berasal dari sejumlah kota
besar yang ada di Indonesia, tetapi juga dari beberapa kota-kota kecil. Hal ini
diketahui dari beberapa kali program live interaktif yang dilakukan oleh
11http://www.beritasatu.tv/ads/#audienceprofile diakses 17 April 2018.
88
Berita Satu, dan pihak stasiun mendapat sambungan telepon dari penonton
yang berada di Kupang, maupun hingga Papua.12
12Hasil wawancara dengan Bapak Claudius V. Boekan selaku pemimpin redaksiBerita Satu, pada tanggal 9 April 2018.
89
BAB IVTEMUAN HIERARKI PENGARUH DALAM PEMBERITAAN
GERAKAN AKSI BELA ISLAM DI BERITA SATU
Berdasarkan hasil pengamatan dari tayangan berita terkait Aksi Bela
Islam, terlihat jelas bahwa aksi ini menjadi sebuah peristiwa besar yang
terjadi di Indonesia di penghujung tahun 2016. Peristiwa aksi demonstrasi
dengan massa terbanyak ini, begitu menyita perhatian media baik media
lokal maupun internasional.
Media menjadi sebuah sarana penyebaran dan penyampaian
informasi untuk masyarakat ini, menjadikan media sebagai sesuatu yang
penting. Tetapi, isi berita tentang suatu peristiwa yang merupakan produk
dari media ini merupakan hasil dari proses yang telah dipengaruhi oleh
berbagai unsur, baik itu unsur internal media tersebut seperti organisasi yang
menaunginya, maupun unsur-unsur dari luar organisasi media. Dengan kata
lain, berita yang ditampilkan pun merupakan hasil kompromi dari berbagai
unsur tersebut.
Berita Satu sebagai salah satu stasiun televisi berita ini, tentunya
Berita Satu menjadi sebuah media bagi masyarakat Indonesia yang ingin
mengetahui berita-berita terbaru yang terjadi di negeri ini, misalnya politik,
ekonomi, bencana alam, terorisme, dan lain sebagainya. Sehingga ketika
adanya peristiwa Aksi Bela Islam, Berita Satu menjadi salah satu media yang
ikut memberitakannya. Bahkan, diantara media-media berita seperti Metro
Tv, dan Kompas Tv, Berita Satu menjadi media yang porsi berita tentang aksi
tersebut terbilang banyak.1
1Hasil observasi tayangan pemberitaan tanggal 4 November, dan 2 Desember 2016.
90
Berita Satu adalah stasiun televisi yang merupakan bagian dari salah
satu organisasi bisnis terbesar di Indonesia yaitu Lippo Group. Hal ini
menjadikan, konten atau isi pemberitaan di Berita Satu pastilah tidak luput
dari adanya pengaruh-pengaruh dari berbagai unsur, seperti yang disebutkan
di dalam teori hierarki pengaruh. Sebagaimana yang disebutkan bahwa
asumsi dasar dari teori terebut adalah sebuah media tidak dapat merefleksi
sebuah realitas secara objektif, isi media dibentuk oleh sejumlah faktor yang
menghasilkan beragam versi berbeda mengenai realitas. Sehingga Pamela J.
Shoemaker dan Stephen D. Reese mengatakan terdapat lima level yang
memengaruhi isi berita, yaitu individual level, media routine level,
organization level, extra media level, dan ideological level.
Pada Berita Satu proses penyusunan berita dilakukan melalui
berbagai tahap hingga berita tersebut layak untuk diberitakan kepada
khalayak. Tahap-tahap tersebut, misalnya rapat redaksi penentuan berita
yang akan diliput, narasumber yang akan di wawancarai, dan wartawan yang
ditunjuk untuk meliputnya. Kemudian setelah tahap berikutnya ialah
penulisan berita, proses penyuntingan, pemilihan headline, hingga kemudian
ditayangkan oleh Berita Satu.
A. Individu Pekerja Media
Pemberitaan dalam sebuah media, khususnya stasiun televisi tidak
akan terlepas dari pengaruh individu pekerjanya. Karena dalam setiap media
memiliki sekumpulan orang-orang profesional yang bekerja untuk dapat
mengolah sebuah informasi menjadi sebuah berita yang layak. Dan orang-
orang profesional tersebut, merupakan individu yang memiliki latar belakang,
maupun karakteristik yang berbeda-beda. Sehingga faktor pekerja media ini
pula menjadi salah satu faktor yang cukup memengaruhi isi pemberitaan
dalam sebuah media.
91
Wartawan atau jurnalis menjadi bagian penting dalam sebuah media,
karena mereka bertugas untuk mencari dan mengolah sebuah informasi
menjadi berita. Sehingga bukan tidak mungkin bahwa isi dari berita tersebut
dapat dikonstruksi sesuai dengan latar belakang maupun prinsip-prinsip
ataupun ideologi yang dipegang oleh wartawan tersebut, karena wartawan
menjadi orang yang berada langsung di tempat terjadinya sebuah peristiwa,
dan yang mewawancarai narasumber maupun saksi mata peristiwa tersebut,
serta yang menulis beritanya.
Berita Satu sebagai media besar di Indonesia, memerhatikan betul
latar belakang dari para pekerjanya atau sumber daya manusia (SDM)
mereka. Berdasarkan dari hasil wawancara dengan pemimpin redaksi Berita
Satu, bahwa awal mula sebelum Berita Satu ini didirikan dan
memperkenalkan dirinya sebagai stasiun berita. Lippo Group sebagai
perusahaan yang mendirikannya, telah terlebih dahulu merekrut orang-orang
profesional untuk menjalankannya.2
“Awal mula Lippo Group kan sebelum krisis 1998, terkenalsebagai perusahaan yag kuat dibidang perbankan dan sekuritas,kemudian setelah krisis itu. Lippo berekspansi ke property dantelekomunikasi, kemudian pada telekomunikasi ini Lippokembangkan namanya multi pola yang berkaitan dengan software danhardware, sehingga muncullah First Media. TV berbayar pertama,yang dimiliki Lippo lewat cable tetapi sampai tahun awal tahun 2011itu belum ada news channelnya. Barulah pada pertengah 2011didirikan news channelnya yaitu Berita Satu. Sekitar bulan Juli 2011,saya, pak Don Bosco Selamun, dan ibu Nunung Setiyani di percayauntuk menjalankan Berita Satu. Jadi, karena kami adalah orang-orangyang pernah merasakan kerja di berbagai media seperti SCTV, danMetro Tv. Menjadikan kami bersepakat untuk membentuk Berita
2Hasil wawancara dengan Bapak Claudius V. Boekan selaku pemimpin redaksiBerita Satu, pada tanggal 9 April 2018.
92
Satu ini menjadi stasiun televisi berita yang sedikit berbeda denganstasiun berita lainnya.”3
Berdasarkan hal tersebut jelas bahwa Lippo Group sebagai
perusahaan yang mendirikan Berita Satu, mempertimbangkan dengan
matang, orang-orang yang bekerja di redaksi Berita Satu. Terlihat dari
jajaran inti redaksinya adalah orang-orang profesional yang telah memiliki
pengalaman diberbagi media besar. Sehingga pada posisi reporter atau
wartawan, serta presenter berita pun, Berita Satu juga memilih merekrut
orang-orang yang telah memiliki pengalaman di media, terutama media
televisi, serta orang-orang yang merupakan lulusan dari kampus-kampus
ternama di Indonesia.
“Berita Satu karena merupakan stasiun televisi yang terbilangmuda yah mbak, sehingga untuk bersaing dengan stasiun-stasiunyang telah lebih dulu ada. Tim kami memang memilih merekrut parawartawan yang telah memiliki pengalaman di bidang jurnalis.Memang diutamakan adalah mereka yang dulunya lulusan darijurusan Ilmu Komunikasi, tetapi tidak menutup kemungkinan kamimerekrut mereka-mereka yang juga lulusan dari jurusan lain, selamamereka memiliki pengalaman di bidang jurnalistik yangbagus.Seperti contohnya, Rike Amru. Mbak Keke ini sudah memilikipengalaman sebagai jurnalis di Liputan 6 SCTV. Dan pada Juli 2011,dia ikut bersama-sama dengan saya, pak Don dan bu Nunung dalamtim Berita Satu. Awalnya dia merupakan jurnalis lapangan kamiwaktu awal-awal, tetapi kini dia sebagai presenter dan juga talentmanager Berita Satu.”4
Adapun berkaitan dengan pemberitaan Aksi Bela Islam. Berita Satu
menerjunkan para wartawan yang telah berpengalaman untuk meliput berita
yang terbilang besar tersebut. Misalnya saja pada pemberitaan persiapan
pengamanan jelang aksi 212, reporter lapangan yang melaporkan berita
3Hasil wawancara dengan Bapak Claudius V. Boekan selaku pemimpin redaksiBerita Satu, pada tanggal 9 April 2018.
4Hasil wawancara dengan Bapak Claudius V. Boekan selaku pemimpin redaksiBerita Satu, pada tanggal 9 April 2018.
93
tersebut adalah Tezar Aditya yang merupakan jurnalis yang dulunya
merupakan kru produksi dari Metro Tv tahun 2014. Dan merupakan lulusan
dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.5
(Gambar: 4.1. Aksi Damai 2/12: Besok Aparat Tidak DibekaliSenajata)6
Berdasarkan live report dari Tezar Aditya seperti gambar di atas,
menerangkan tentang persiapan dari aparat gabungan yaitu TNI, Polri dan
Satpol PP dalam mengamankan Aksi Bela Islam 212 di sekitar Monas. Pada
isi berita (lihat lampiran 3) yang disampaikan oleh Tezar sebagai reporter
yang bertugas di lapangan, berdasarkan analisis penyampaian yang
dilakukan terkait Aksi Bela Islam tersebut dalam hal penggunakan bahasa
misalnya menggunakan bahasa yang lugas, dan juga dalam penyebutan
peserta aksi bukan dengan istilah ‘pendemo’ atau ‘peserta demo’. Pemilihan
penggunaan bahasa dari seorang reporter ini juga dapat memengaruhi isi
berita kepada khalayak ataupun penonton. Adapun hal berbeda jika melihat
penyampaian berita yang dilakukan oleh reporter Berita Satu Nori Utari
ketika live report pada Aksi Bela Islam jilid II atau pada 4 November 2016,
5www.beritasatu.tv/presenter/tezar-aditya/ diakses pada tanggal 19 April 2018.6https://www.youtube.com/watch?v=jEgrYknUlBE&t=4s diakses pada 20 April
2018.
94
dalam isi beritanya (lihat lampiran 3) Nori menyampaikan laporan tentang
peserta Aksi 411 yang memenuhi Mesjid Istiqlal, tetapi dalam penggunaan
penyebutan peserta Aksi Bela Islam tersebut, Nori menggunakan istilah
‘peserta aksi demo’ ataupun ‘peserta demo’. Sehingga dari kedua hal ini
terlihat bahwa latar belakang dari reporter tersebut (seperti: pendidikan,
agama, etnis, budaya, dan lainnya) juga berperan dalam memengaruhi
seorang reporter dalam model penyampaian isi beritanya.
Isi pemberitaan Aksi Bela Islam yang dibagi ke dalam 3 jilid ini,
terutama saat aksi berlangsung lebih banyak berupa live report.Sehingga
berdasarkan dari tayangan-tayangan di Berita Satu, memang lebih banyak
ditampilkan dalam program breaking news. Karena sebagaimana menurut
penuturan dari pemimpin redaksi Berita Satu, yaitu:
“Berita Satu sengaja menayangkan berita-berita Aksi Bela Islampada program Breaking News, agar para penonton pun dapat menilaisendiri seberapa netral berita yang ditayangkan pihaknya, karenaberita-berita pada program breaking news adalah berita yang murniberdasarkan laporan langsung dari wartawan Berita Satu di lapangandan tidak melalui proses pengeditan, sehingga apa yang disampaikanBerita Satu merupakan sesuatu yang murni terjadi di lapangan.”7
Berdasarkan hal tersebut, dapat terlihat dengan jelas pengaruh dari
para jurnalis Berita Satu yang ada di lapangan, terhadap isi berita yang
ditayangkan.Karena program breaking news adalah sebuah laporan khusus
yang tidak memiliki jadwal, dan program ini bisa tayang kapan saja, dan
dapat menyela jadwal program yang saat itu tayang. Adapun menurut Tezar
Aditya, selaku reporter dari Berita Satu yang bertugas meliput Aksi Bela
Islam dari jilid pertama hingga ketiga, mengatakan bahwa sebelum mereka
ditugaskan ke lokasi, dari pihak Berita Satu khususnya pemimpin redaksi
7Hasil wawancara dengan Bapak Claudius V. Boekan selaku pemimpin redaksiBerita Satu, pada tanggal 9 April 2018.
95
yang waktu itu masih dijabat oleh Bapak Don Bosco Selamun, mengatakan
kepada mereka untuk melakukan liputan dengan tidak terlalu mengekspos
para peserta, khususnya para peserta yang berasal dari ormas Islam tertentu
seperti FPI. Selain itu juga, para reporter maupun juru kamera harus
berpegang dengan kode etik perusahaan yang tercantum dalam buku
Panduan Kerja Wartawan Berita Satu. Kutipan wawancaranya sebagai
berikut:
“Kita para wartawan yah sebelum bertugas untuk meliput aksitersebut, kita pasti melakukan rapat redaksi dulu dengan pemimpinredaksi, wakil pemimpin redaksi di ruang redaksi, dan saat itu kitapasti diberi berbagai arahan oleh pemred kita. Yah salah satunyapokoknya arahan yang berkaitan dengan editorial policy Berita Satu,jadi walaupun kita melakukan liputan dengan model live reportseperti saat program breaking news, semua materi liputan tersebutsudah dirancang sebelumnya, dan kita tidak boleh melanggarnya.”8
Pada penayangan berita Aksi Bela Islam yang ditayangkan pada
breaking news pada 4 November dan 2 Desember 2016 lalu, terlihat headline
berita yang ditampilkan Berita Satu yaitu “Suasana di Patung Kuda Thamrin
Menjelang Aksi Damai,” dan “Pantauan Udara Aksi Damai,” terlihat jelas
bahwa berita yang ditampilkan merupakan laporan langsung dari wartawan
dan juru kamera yang bertugas dilapangan, sehingga wartawan dilapangan
yang melaporkannya pun yang berperan penting dan isi berita.9
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Claudius V. Boekan,mengatakan bahwa:
“Isi pemberitaan yang ditayangkan pada breaking news memangmenjadi tanggung jawab penuh para wartawan dilapangan, namuntentunya isi pemberitaannya harus disesuaikan dengan editorialpolicy dari redaksi Berita Satu, sehingga sebelum para wartawantersebut diterjunkan untuk meliput sebuah peristiwa penting yang
8Hasil wawancara dengan Tezar Aditya Rahman selaku news presenter dan reporterBerita Satu, pada tanggal 7 Okotber 2018.
9Hasil observasi tayangan berita Aksi Bela Islam di channel youtube Berita Satu.
96
akan ditayangkan secara live seperti pada peristiwa Aksi Bela Islamini, para wartawan telah dibekali berbagai pengetahuan terkaitberbagai hal aturan yang tertuang dalam editorial policy daripihaknya yang juga merujuk pada kode etik jurnalistik, yaitu sepertitidak boleh meliput gambar-gambar yang mengandung unsurpornografi, sara, ataupun kata-kata yang bernilai provokatif maupunhinaan yang dapat memecah belah bangsa.”10
Berdasarkan hal tersebut, dapat dilihat peran dari juru kamera di
lapangan ketika merekam video pada sudut tersebut, dan tugas kru produksi.
Pada program breaking news di Berita Satu, terkait “Maklumat
Antisipasi Aksi 212 Oleh Kapolda Metro Jaya.” Setelah penyampaian
maklumat tersebut oleh Kapolda Metro Jaya, kemudian presenter Berita Satu
mengatakan:
“Baiklan pemirsa kita sudah saksikan bersama pembacaanmaklumat yang disampaikan lewat konferensi pers yang disampaikanKapolda Metro jaya Irjen Pol M. Iriawan berkaitan dengan aksidemonstrasi tadi, berdasarkan beberapa poin yang disampaikan olehKapolda menegaskan bahwa masyarakat diperbolehkan untukmelakukan unjuk rasa, namun dengan syarat tidak ada kaitannyadengan ataupun gerakan yang mengarah kepada aksi makar, danbersama-sama baik pengunjuk rasa maupun pihak keamanan menjagakeamanan dan menjaga aksi unjuk rasa yang disebutkan akanberlangsung pada tanggal 2 Desember tersebut, berjalan dengan tertibdan aman.”11
Fakta peristiwa umumnya disajikan lewat bahasa berita dan bahasa
bukanlah sesuatu yang bebas nilai. Bahasa tidak netral, dan uniknya tidak
pula sepenuhnya dalam kontrol kesadaran. Para reporter, juga para editor,
berkuasa penuh atas pilihan kata yang hendak dipakainya.Ia dapat atau harus
memilih salah satu kata di antara deretan kata-kata yang hampir mirip namun
10Hasil wawancara dengan Bapak Claudius V. Boekan selaku pemimpin redaksiBerita Satu, pada tanggal 9 April 2018.
11https://youtu.be/ncYMax2HS_s diakses pada 20 April 2018.
97
berbeda “rasa”-nya.12 Sebagai contohnya dari bahasa yang disampaikan
presenter Berita Satu tersebut, dalam menyimpulkan tentang isi maklumat
antisipasi aksi, terkait pilihan kata ‘demonstrasi’ dan ‘unjuk rasa,’ yang ia
sematkan pada Aksi 212. Padahal dari Aksi Bela Islam jilid pertama, umat
Islam sudah menamai aksi yang mereka lakukan tersebut dengan nama ‘Aksi
Bela Islam.’ Tetapi, pemilihan sebutan tersebut saat presenter Berita Satu
menyampaikan beritanya tergantung pada pilihannya. Sehingga latar
belakang dari para presenter itu pun berperan penting dalam memengaruhi.
Berdasarkan beberapa tayangan di atas, maka pengaruh yang
ditimbulkan oleh wartawan maupun presenter di Berita Satu, sebenarnya
merupakan pola pikir yang telah dibentuk oleh redaksi maupun perusahaan,
karena para wartawan tersebut sebelum resmi menjadi karyawan dari Berita
Satu, telah melalui pelatihan-pelatihan khusus dari stasiun tersebut, dan juga
sebelum para wartawan tersebut melakukan peliputan ke lokasi, terlebih
dahulu tim redaksi melakukan briefing maupun rapatredaksi, yang bertujuan
agar para wartawan tersebut dapat melakukan liputan maupun ketika
melaporkan berita dalam bentuk live report seperti pada program breaking
news, tidak melanggar peraturan ataupun filosofi dari Berita Satu.
B. Kerja Rutin Media
Level rutinitas media merupakan level kedua dalam bagan teori
hierarki pengaruh yang diperkenalkan Pamela J. Shoemaker dan Stephen D.
Reese. Pada level ini, isi berita dipengaruhi oleh sisi rutinitas dari media
tersebut.
Semua produksi selalu bekerja menurut tenggat (dead-line). Di
televisi jadwal disusun untuk menciptakan materi yang dimasukkan ke dalam
12 Alex Sobur, Analisis Teks Media, 35.
98
jatah program (programme slots). Tenggat ini harus dipenuhi atau tidak ada
yang ditayangkan. Kesadaran terhadap tenggat ini adalah alasan lain untuk
menerapkan rutinitas.13 Menurut Shoemaker dan Reese dalam bukunya
“Mediating the Message” bahwa media rutin ini terbentuk oleh tiga unsur
yang saling berkaitan yaitu sumber berita (suppliers), organisasi media
(processor), dan audiens (consumers).14
Berita Satu News Channel sebagai stasiun berita, tentunya program-
program yang ada di stasiun ini berkaitan dengan program berita. Tayang
setiap hari dari pagi hingga tengah malam. Sehingga tentunya dengan
rutinitas target tayang ini, pastilah memengaruhi isi pemberitaan yang
ditayangkan.
Tabel: 4.1. Program Siaran Berita Satu15
No Nama Program Hari Tayang Jam Tayang (WIB)
1. Jurnal Pagi Senin – Minggu 06.00 – 08.002. News On The Spot Senin – Minggu 11.05 – 12.303. Jurnal Malam Senin – Minggu 22.30 – 23.304. Prime Time Senin – Minggu 16.30 – 18.055. Prime Time Talk Senin – Minggu 18.05 – 19.006. Market Corner Senin – Jumat 09.05 – 10.057. Money Report Senin – Jumat 21.05 – 22.308. Travel Notes Sabtu dan Minggu 10.05 – 10.309. Indepth Senin 22.05 – 22.3010. Fakta Data Rabu 22.05 – 23.0011. DK Show Sabtu 20.05 – 21.05
Berita tentang Aksi Bela Islam ditayangkan di beberapa program
yang ada di Berita Satu. Berdasarkan hasil pengamatan, yaitu pada program
13 Graeme Burton, Yang Tersembunyi di Balik Media, 62.14Shoemaker and Reese, Mediating the Message, 109.15www.beritasatu.tv/program/ diakses pada tanggal 20 April 2018.
99
prime time, prime time talk, jurnal, pagi, jurnal malam, dan news on the
spot.Semua program tersebut merupakan program yang tayang setiap hari.
Sehingga rutinitas kerja Berita Satu dalam mengolah berita pun dapat terlihat
jika dikaitkan juga dengan tiga unsur dalam level media rutin.
1. Organisasi Media (Processor)
Organisasi media menjadi unsur yang memiliki pengaruh besar
dalam level ini, terutama masalah pemberitaan di Berita Satu. Hal ini
karena unsur ini menjadi bagian pertama dalam pengolahan berita.
Berita Satu sebelum meliput suatu peristiwa yang kemudian
menjadi berita, terlebih dahulu melakukan rapat redaksi untuk
menentukan isi berita yang akan ditayangkan, seperti penentuan
narasumber, wartawan yang ke lokasi, headline, foto dan video yang
dipakai, hingga kemudian program yang sesuai dengan isi berita
tersebut. seperti halnya pada berita Aksi Bela Islam, menurut
penuturan dari pemimpin redaksi Berita Satu, bahwa sebelum mereka
menerjunkan ke lapangan para wartawannya, terlebih dahulu telah
dilakukan rapat redaksi.
Ada hal yang menarik jika melihat tayangan breaking news saat
Aksi Bela Islam pada 4 November 2016 lalu, yaitu jurnalis yang
melaporkan langsung dari halaman Mesjid Istiqlal, terlihat
mengenakan hijab, sehingga dapat dipastikan bahwa jurnalis tersebut
adalah seorang Muslim. Selain itu, jurnalis yang bertugas tersebut
merupakan jurnalis yang memang ditunjuk oleh redaksi Berita Satu
melalui rapat redaksi.
100
(Gambar: 4.2. Breaking News: Aksi Damai 4 November)16
Pada program prime time talk yang tayang pada 7 November
2016, tepatnya pukul 18.15 WIB, membahas tentang “Siapa aktor
politik 411?.” Dialog yang dilakukan oleh presenter Valerina Daniel
ini, dilakukan dengan para tokoh politik yaitu Wakil Sekjen Partai
Demokrat Didi Irawadi dan Ketua DPP Hanura Dadang Rusdiana.
Tetapi, sebelum dimulainya dialog antara presenter dengan kedua
narasumber tersebut, pihak Berita Satu menampilkan tayangan
tentang orasi yang dilakukan oleh Fahri Hamza selaku Wakil Ketua
DPR RI ketika Aksi Bela Islam pada 4 November 2016, yang
mengatakan ada tata cara untuk menjatuhkan Presiden. Kemudian
juga Berita Satu melakukan telewicara dengan Siti Zuhro, untuk
meminta tanggapannya tentang aktor politik yang dimaksudkan oleh
Presiden Jokowi. Hal ini terlihat bahwa telah ada proses perencanaan
sebelumnya oleh redaksi Berita Satu. Karena para narasumber
tersebut, dan juga tema dialog yang diangkat merupakan hasil dari
rapat redaksi yang dilakukan sebelum dialog tersebut ditayangkan.
16https://www.youtube.com/watch?v=vt_EAGC7n-wdiakses pada tanggal 20 April2018.
101
(Gambar: 4.3. Dialog “Siapa Aktor Politik 411”)17
(Gambar: 4.4. Telewicara dengan Siti Zuhro)18
Pada tayangan ini juga dapat diamati ketika wawancara antara
presenter Berita Satu dengan Siti Zuhro, pihak Berita Satu
menampilkan video ketika aksi 411, dan di sini terlihat pada menit ke
03.20 saat peserta aksi nampak mulai ricuh, dan pada menit ke 05.42
17https://youtu.be/KTmRt2as7Lc diakses pada tanggal 20 April 2018.18https://youtu.be/fzPDDBa4-w0 diakses pada 20 April 2018.
102
saat peserta aksi dengan polisi saling dorong mendorong, dan nampak
ricuh.19
(Gambar: 4.5. Telewicara dengan Siti Zuhro menit ke 03.20)20
Berdasarkan hal tersebut, dapat terlihat bahwa berita terkait Aksi
Bela Islam pun, sebelum Berita Satu memutuskan untuk meliput
hingga menayangkannya telah terlebih dahulu dirancang melalui
rapat redaksi. Selain itu unsur organisasi ini juga, yang bertanggung
jawab dalam penentuan berita running text (berita dalam bentuk teks
berjalan). Karena berdasarkan pengamatan setiap program berita di
Berita Satu, tersaji ringkasan berita dalam bentuk running text.
Running text yang juga berkaitan dengan Aksi Bela Islam. Salah
satu running text pada program prime time 2 Desember 2016, yang
berisikan himbauan dari Wakil Presiden Jusuf Kalla yang meminta
pelaku dugaan makar untuk diproses hokum, serta running text yang
berisi tentang 10 terduga makar yang ditangkap sudah berstatus
tersangka.21
19https://youtu.be/fzPDDBa4-w0 diakses pada 20 April 2018.20https://youtu.be/fzPDDBa4-w0 diakses pada 20 April 2018.21https://youtu.be/s0LQjjk7pEw diakses pada tanggal 22 April 2018.
103
(Gambar: 4.6. Running Text Pernyataan Wapres)22
2. Audiens
Unsur audiens menjadi bagian dalam level rutinitas media, karena
audiens juga menjadi bagian penting dalam memengaruhi isi
pemberitaan pada sebuah media. Karena berita-berita yang
ditayangkan oleh stasiun televisi seperti Berita Satu, tujuannya
adalah untuk disampaikan kepada khalayak atau audiens. Apalagi
Berita Satu sebagai stasiun televisi berbayar, yang sudah tentu
audiens atau penonton menjadi salah satu perhatian utama mereka.
Karena audiens yang menonton tayangan dari stasiun ini, pastilah
adalah orang-orang yang bersedia membayar atau berlangganan
setiap bulannya melalui jaringan tv kabel ataupun satelit.
Peristiwa Aksi Bela Islam menjadi sebuah peristiwa besar, yang
menurut pemimpin redaksi Berita Satu perlu untuk diliput, karena
memerhatikan kebutuhan penonton Berita Satu yang mayoritas
beragama Islam.Sebagaimana diketahui bahwa agama penduduk
Indonesia mayoritas Islam. Selain itu juga, karena Aksi Bela Islam ini
berkaitan dengan kasus penistaan agama yang dilakukan oleh
22https://youtu.be/s0LQjjk7pEw diakses pada tanggal 22 April 2018.
104
Gubernur DKI Jakarta saat itu yaitu Ahok. Sehingga, berita ini akan
menjadi sesuatu yang menarik perhatian banyak kalangan.
3. Sumber Berita
Sumber berita adalah juga unsur terpenting dalam level rutinitas
media. Sumber berita (supplier) merupakan sebuah informasi yang
didapatkan para wartawan atau jurnalis, ketika mencari berita ke
lapangan.Sehingga tentunya sumber berita pasti memengaruhi isi
berita, karena isi berita adalah bagian dari sumber berita. Untuk itu,
sumber berita bisa didapatkan seorang wartawan dari mana saja baik
itu dari masyarakat, maupun dari sebuah lembaga dan organisasi.
Pemberitaan Aksi Bela Islam 212 di Berita Satu, jika diamati
sumber berita berasal dari lembaga-lembaga milik pemerintah seperti
Polri, DPR dan MPR, serta MUI. Selain itu juga, dari para pengamat,
peneliti, partai-partai politik, hal ini terlihat dari narasumber-
narasumber yang dihadirkan Berita Satu pada program dialognya.
Pada program Jurnal Pagi tanggal 19 November 2016, misalnya:
Berita Satu menayangkan berita dengan headline yaitu “Kasus
dugaan penistaan agama” dengan isinya tentang pernyataan dari
Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian yang menilai bahwa aksi 2
Desember memiliki agenda tersembunyi, dan tidak lagi tentang
persoalan kasus penistaan agama yang dilakukan oleh Ahok,
melainkan telah bernuansa politik. Dan juga dalam berita tersebut
Kapolri mengatakan bahwa polisi tidak akan segan mengambil
tindakan tegas, jika aksi 2 Desember mengganggu ketertiban
umum.23 Selain itu, pada berita di program prime time yang
23https://www.youtube.com/watch?v=lkijiLJn_NQ&t=4s diakses pada tanggal 22April 2018.
105
ditayangkan pada 26 November 2016, Berita Satu memberitakan
dengan headlinenya yaitu “Jelang Aksi 2 Desember,” yaitu isinya
tentang pernyataan dari Irjen Pol Boy Rafli Amar terkait Polri
menghimbau untuk masyarakat tidak perlu khawatir terkait aksi 212,
karena Polri sudah menyiapkan pengamanan yang terbaik.24 Dari sini
terlihat bahwa sumber berita tersebut adalah Kapolri, yang
merupakan jabatan dari sebuah lembaga milik pemerintah.
Berdasarkan hal ini, dapat dilihat bahwa tentunya telah dilakukan
berbagai rapat redaksi sebelumnya dalam menentukan sumber berita
tersebut yang setelah sumber berita tersebut didapatkan, barulah ada
keputusan dalam menentukan headline berita yang cocok, dan video
serta foto yang akan dipakai ketika menayangkan berita.
C. Organisasi Media
Organisasi media yaitu meliputi pemilik media, direktur pemberitaan,
dan dewan redaksi. Level ini menjadi salah satu level yang memiliki
pengaruh besar terhadap isi pemberitaan, seperti dalam pemberitaan Aksi
Bela Islam di Berita Satu.
Berita Satu yang diketahui merupakan media milik Lippo Group,
menjadikan stasiun ini tentunya syarat akan kepentingan-kepentingan
pemiliknya. Walaupun dalam wawancara dengan pemimpin redaksi Berita
Satu Claudius V. Boekan mengatakan bahwa pemilik Berita Satu yaitu CEO
Lippo Group James Riady memberikan kewenangan sepenuhnya kepada
redaksi Berita Satu terkait tentang pemberitaan.
“Iya betul mbak, bahwa Lippo memang pemilik dari Berita Satuini.Tetapi, Lippo tidak pernah mencampuri masalah pemberitaanyang kami tayangkan. Bahkan bapak James Riady yang merupakan
24https://youtu.be/Km4VZRtvsVQ diakses pada tanggal 22 April 2018.
106
CEO Lippo Group, memberikan keluasan kepada kami. Sehingga,ketika Aksi Bela Islam yang dilakukan oleh umat Islam di Monas,kami tanpa perlu meminta izin kepada CEO kami saat itu untukmelakukan liputan eksklusif kami. Sehingga, mbak bisa lihat sendirimedia kami memang terlihat ketika memberitakan aksi tersebut lebihbanyak dan nampak lebih eksklusif dari pada media berita lain.”25
Pengaruh level organisasi ini masih dapat dirasakan, walaupun
pemimpin redaksi Berita Satu berkata demikian. Karena pengaruh organisasi
ini juga bisa dikatakan bertingkat yaitu dimulai dari tingkatan terkecil ialah
pengaruh oleh dewan redaksi Berita Satu itu sendiri, terhadap berita-berita
yang ditulis maupun dilaporkan wartawannya, kemudian yang memengaruhi
dewan redaksi ini adalah pemilik media tersebut yaitu Lippo Group,
sehingga dapat disebut sebagai tingkatan terbesarnya.
Pada program Breaking News pada tanggal 4 November 2016 pukul
18.19 WIB, pada program tersebut tidak hanya menayangkan berita tentang
Aksi Bela Islam, tetapi juga dialog dengan Ruhut Sitompul dan Djayadi
Hanan sebagai narasumber di studio Berita Satu. Dialog tersebut pun diberi
headline yaitu “Efek demo bagi Ahok.” Ketika salah satu narasumber yaitu
Djayadi Hanan mengatakan pendapatnya terkait pertanyaan yang dilontarkan
oleh presenter Tascha Liudmila. Dapat dilihat pada menit ke 06.59 hingga
menit ke 07.31 menampilkan tayangan peserta Aksi Bela Islam yang
membawa bendera HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) nampak sedang
menyuarakan aspirasinya, tetapi dengan memukul pagar kawat berduri yang
di pasang polisi dengan tongkat bendara dan terlihat melemparkan sesuatu
seperti kemasan air mineral ke polisi.26
25Hasil wawancara dengan Bapak Claudius V. Boekan selaku pemimpin redaksiBerita Satu, pada tanggal 9 April 2018.
26https://youtu.be/wv7jr-V_Jbc diakses pada 20 April 2018.
107
(Gambar: 4.7. Breaking News “Dialog Efek Demo bagi Ahok”)27
Berdasarkan tayangan ini terlihat bahwa yang bertanggung jawab
merekam kejadian tersebut adalah juru kamera yang bertugas di lokasi.
Tetapi, di redaksi ada seseorang yang menjabat sebagai program director
yang memiliki kewenangan dalam mengkordinir para juru kamera, serta
kewenangan dalam menentukan video atau gambar yang ditayangkan.
Pengaruh dari organisasi juga dapat dilihat pada editorial policy yang
berlaku di Berita Satu, seperti yang tertulis dalam buku panduan kerja para
jurnalis Berita Satu, disebutkan bahwa:
“Setiap jurnalis di bawah bendera Berita Satu Media Hodingswajib tunduk pada: (1) UU Pers No. 40 Tahun 1999 tentang Pers; (2)Kode Etik Jurnalistik yang dikeluarkan Dewan Pers; (3) JurnalismePositif yang dibuat Grup Berita Satu Media Holdings; (4) FilosofiBerita Grup Berita Satu Media Holdings; (5) Kode EtikPerusahaan.”28
Berdasarkan hal di atas, terlihat bahwa para pekerja dalam hal ini
wartawan Berita Satu harus mentaati aturan-aturan yang dibuat oleh Berita
27https://youtu.be/wv7jr-V_Jbc diakses pada 20 April 2018.28 Manajemen Berita Satu Media Holdings, Jurnalisme Positif: Panduan Kerja
Para Jurnalis Berita Satu Media Holding (Jakarta: Berita Satu Media Holdings, 2012), 10.
108
Satu. Sehingga tentunya aturan-aturan itu akan tergambar pula dalam isi
pemberitaan.
D. Luar Organisasi Media
Efek dari pemberitaan dari luar organisasi media, akan terlihat pada
level ini. Pengaruh dari luar organisasi media, misalnya pengaruh dari
sumber berita, pengiklan/sponsor dan penonton, kontrol pemerintah,
teknologi, serta pangsa pasar. Hal-hal tersebut bisa membawa dampak yang
signifikan dalam isi pemberitaan di media.
Berita Satu sebagai stasiun televisi berbayar yang dimiliki swasta,
tentunya level ini menjadi bagian terpenting dalam menjalankan bisnisnya.
Karena tanpa bantuan dari hal-hal yang ada dalam level ini, maka Berita
Satu tidak mungkin dapat menjadi sebuah media raksasa.
1. Sumber Berita
Unsur sumber berita merupakan salah satu unsur yang terpenting
dari extra media level. Karena pada unsur ini seorang jurnalis tidak
bisa menyertakan pada beritanya apa yang mereka tidak tahu. Contoh,
peristiwa kecelakaan pesawat. Untuk mendapat berita, jurnalis
mendapatkan informasi dari jurnalis lainnya, dari orang yang berada
di tempat kejadian, dari sumber resmi pemerintah dan polisi, dari
petugas bandara, dari lembaga konsumen, atau dari individu memiliki
sudut pandang unik dan berbeda tentang apa yang terjadi. Contoh
tersebut menjelaskan bahwa isi media dapat dibentuk sumber berita.
Bahkan kadang sumber berita juga bisa menghasilkan bias karena
mereka juga bisa berbohong.29
29 Shoemaker dan Reese, Mediating the Message, 178.
109
Unsur sumber berita ini jika dikaitkan dengan pemberitaan Aksi
Bela Islam, tentunya wartawan mencari berita sesuai dengan yang
telah ditentukan dalam rapat redaksi.Bahkan, dalam rapat tersebut
narasumber yang menjadi bagian dari sumber berita, telah ditentukan
atau dipilih.Sebagai contoh pada pemberitaan tentang adanya upaya
makar pada aksi 212. Narasumber dalam berita tersebut yaitu pihak
Polri, seperti yang terlihat pada gambar di bawah.
(Gambar: 4.8. Ada Upaya Makar)
Pada program yang bersifat dialog, yaitu tanggal 24 November
2016. Program prime time talk ini menayangkan dialog dengan
narasumbernya yaitu Kombes Pol Martinus Sitompul, dan
Syamsuddin Haris yang merupakan peneliti politik LIPI. Dialog ini
bertemakan tentang “Tensi polkam pasca Maklumat.” Pada dialog
ini membahas hal-hal berkaitan dengan dikeluarkannya maklumat
antisipasi aksi susulan yang direncanakan digelar pada 2 Desember
2016. Dalam dialog tersebut, banyak hal yang dibahas, di antaranya
yaitu tentang adanya agenda terselubung atau isu makar yang
direncanakan saat aksi, dan upaya-upaya dari Polri dan TNI untuk
110
menjaga keamaan agar tidak terjadi lagi peristiwa kericuhan seperti
aksi 411.30
Berita terkait Aksi Bela Islam, yaitu pada program Jurnal Malam
tanggal 24 November 2016, terlihat headline yang ditulis oleh tim
redaksi Berita Satu yaitu “Jelang Aksi 2 Desember: MUI Mengkaji
Fatwa Shalat di Jalan.” Tentunya pemilihan narasumber berita
tersebut yaitu orang-orang yang berada pada lingkup MUI, dan pada
liputan tersebut terlihat bahwa tim Berita Satu meliput secara
langsung pernyataan dari Wakil Ketua Umum MUI Pusat Yunahar
Ilyas.
(Gambar: 4.9. Jelang Aksi 2/12: MUI Mengkaji Fatwa Shalatdi Jalan)31
Selain itu juga, pada program Jurnal Pagi tanggal 28 November
2018, misalnya juga dengan headline yaitu “Rawat Keberagamaan
dan Persatuan.” Isi dari beritanya yaitu tentang tanggapan dari
beberapa tokoh nasional dan masyarakat dalam menyikapi akan
30https://www.youtube.com/watch?v=uMR2nU7-oEI&t=2s diakses pada 23 April2018.
31https://www.youtube.com/watch?v=gcbareGoxfg&t=2s diakses pada 23 April2018.
111
dilaksanakannya aksi 2 Desember 2016. Dan dalam beritanya
menjelaskan bahwa para tokoh tersebut, menolak aksi 212. Salah satu
tokoh yang menjadi sumber berita dalam tayangan tersebut ialah
Henny Supolo, yang mana ia mewakili beberapa tokoh yang menolak
aksi 212 tersebut dalam menyampaikan poin-poin penolakan. Salah
satu isi dari poin penolakan tersebut yaitu:
“Negara tidak boleh tunduk terhadap kelompok intoleran,yang memaksakan kehendak dan memengaruhi independensipenegakan hukum.”32
Sumber berita tersebut, bisa memengaruhi isi pemberitaan Aksi
Bela Islam. Terutama pada bagian dari pernyataan Henny Supolo
yang mengatakan “negara tidak boleh tunduk terhadap kelompok
intoleran.” Sehingga hal ini mengisyaratkan bahwa aksi yang
diadakan pada 2 Desember 2016, adalah perwujudan dari orang-
orang yang memiliki sikap intoleran, terhadap sebagian golongan.
Berdasarkan berita ini juga, maka terlihat bahwa Berita Satu yang
merupakan anak perusahaan dari Lippo Group dalam memberitakan
berita terkait “Aksi Bela Islam” terdapat keberpihakan yang porosnya
ke arah pihak pemerintah, dan bukan kepada para peserta Aksi Bela
Islam. Hal ini karena dari beberapa berita yang ditayangkan, terlihat
bahwa sumber-sumber berita tentang Aksi Bela Islam adalah dari
pihak pemerintah, seperti contohnya pada pemberitaan tentang
“maklumat antisipasi aksi, jelang aksi 2 Desember, ada upaya makar,
maupun persiapan aparat dalam mengamankan aksi 212.”
Berdasarkan hasil wawancara dengan news presenter sekaligus
reporter dari Berita Satu, yaitu Tezar Aditya mengatakan bahwa:
32https://www.youtube.com/watch?v=qc5Fq2Cx-E8 diakses pada tanggal 23 April2018.
112
“Kita dalam meliput berita harus taat kepada editorial policydari Berita Satu, yaitu di dalam editorial policy itu terdapatfilosofi dari perusahaan kami, yang mengharuskan kami untukmendukung maupun harus pro kepada pemerintahan yangberdaulat di negeri ini, karena media memiliki pengaruh yangcukup besar. Sehingga waktu itu ketika pemred kami masih bangDon, kami selalu diingatkan untuk menggunakan sumber resmiyang berasal dari pemerintah, karena dikhawatirkan jika kamimemberikan ruang yang lebih besar kepada para peserta, dankarena ada laporan dari badan intelegen bahwa dimungkinkan aksiitu akan dimanfaatkan oleh kelompok-kelompok tertentu yangbersifat radikal, maka hal tersebut akan menjadi bahaya jika kamisebagai wartawan memberikan ruang di media.”33
Berdasarkan hal tersebut, maka terlihat bahwa terdapat
keberpihakan dari pihak Berita Satu terkait pemberitaan Aksi Bela
Islam, dan keberpihakan tersebut dapat dilihat dari sumber berita
ataupun narasumber mereka ketika meliput berita-berita tentang Aksi
Bela Islam.
2. Pengiklan dan Penonton
Pengiklan menjadi salah satu bagian terpenting di setiap media
yang dimiliki oleh pihak swasta. Karena dengan adanya pengiklan
atau sponsor, maka media tersebut akan mendapatkan keuntungan-
keuntungan berbentuk finansial. Dan karena keuntungan-keuntungan
yang didapatkan, menjadikan media harus juga berkontribusi dalam
menguntungkan produk yang dihasilkan oleh pengiklan, atau dapat
dikatakan sebagai hubungan simbiosis mutualisme. Selain itu juga,
pada televisi berbayar seperti Berita Satu ini, penonton atau audiens
menjadi bagian terpenting. Karena orang-orang yang setiap menjadi
penonton siaran Berita Satu, adalah mereka yang sudah pasti
33Hasil wawancara dengan Tezar Aditya Rahman selaku news presenter danreporter Berita Satu, pada tanggal 7 Okotber 2018.
113
memasang dan membayar biaya bulanan untuk dapat mengakses
siaran tersebut.
“Berita Satu sebagai sebuah stasiun televisi berbayar, sangatbergantung kepada audiens yang berlanggan channel kami, dandari dukungan para pengiklan, karena sebuah stasiun televisiberbayar seperti kami ini dapat berkembang atas dukungan darikedua hal tersebut.”34
Penonton Berita Satu dapat dikategorikan sebagai masyarakat
menengah ke atas, atau masyarakat yang secara finansial mampu
membayar layanan dari tv berbayar setiap bulannya. Sehingga
program-program yang ditawarkan pun menyasar kalangan
masyarakat tertentu, misalnya para pengambil kebijakan, pebisnis,
dan kelompok masyarakat berpengaruh lainnya.
Berdasarkan demografi penonton stasiun Berita Satu dapat
dikelompokkan ke dalam penonton kelas A dan B atau dapat
dikatakan sebagai premium audience. Berdasarkan segi usia, Berita
Satu menyasar pada kelompok masyarakat usia produktif yaitu 25-45
tahun. Sedangkan dari sisi jenis kelamin, Berita Satu lebih
menargetkan kepada jenis kelamin laki-laki, sehingga jika
dipersentasikan yaitu penonton laki-laki 58% dan perempuan 42%.
Untuk segi latar belakang pendidikan, jelas terlihat bahwa penonton
Berita Satu 35% adalah orang-orang yang tingkat pendidikannya
hingga ke jenjang universitas. Dan dari segi pekerjaan, dapat
dikatakan bahwa 28% penonton Berita Satu adalah masyarakat yang
berprofesi sebagai pemangku kekuasaan, dan pebisnis, dan 21%
34Hasil wawancara dengan Bapak Claudius V. Boekan selaku pemimpin redaksiBerita Satu, pada tanggal 9 April 2018.
114
adalah masyarakat yang berprofesi sebagai manajer, pengamat politik,
politikus, dan peneliti.35
Adapun dari hasil pengamatan dari peneliti, dapat dilihat bahwa
selama Berita Satu menayangkan berita-berita terkait Aksi Bela Islam.
Iklan yang sering muncul dilayar, bahkan ketika para jurnalis Berita
Satu sedang melaporkan beritanya, ataupun saat sedang berlangsung
dialog antara presenter dengan narasumber, yaitu iklan produk kopi
yaitu “Top Coffee dari perusahaan Wings Group, dan iklan milik
Lippo Group.
a. Iklan Top Coffee
(Gambar: 4.10. Iklan Top Coffee)36
35http://www.beritasatu.tv/ads/#audienceprofile diakses 17 April 2018.36https://youtu.be/uzvesXez_kg diakses pada tanggal 23 April 2018.
115
(Gambar: 4.11. Iklan Top Coffee)37
(Gambar: 4.12. Iklan Top Coffee)38
37https://youtu.be/uzvesXez_kg diakses pada tanggal 23 April 2018.38https://youtu.be/IkijiLJn_NQ diakses pada tanggal 23 April 2018.
116
(Gambar: 4.13. Iklan Top Coffee)39
Berdasarkan beberapa gambar di atas, terlihat bahwa pada
penayangkan berita di Berita Satu. Iklan produk dari
Wingsfood ini, terbilang mendominasi, dan hampir ada di
setiap berita yang ditayangkan Berita Satu.
b. Iklan Situs Belanja Matahari DepartementStore
(Gambar: 4.14. Iklan MatahariMall.com)40
39https://youtu.be/s0LQjjk7pEw diakses pada tanggal 23 April 2018.40https://youtu.be/ncYMax2HS_s diakses pada tanggal 23 April 2018.
117
(Gambar: 4.15. Iklan MatahariStore.com)41
Matahari Store merupakan salah satu dari anak
perusahaan yang dimiliki oleh Lippo Group. Sehingga tidak
heran jika iklan-iklannya akan sering muncul di berbagai
berita yang ada di Berita Satu. Bahkan ketika berita tentang
Aksi Bela Islam sedang ditayangkan pun kita bisa melihat
iklan ini yang diselipkan pada bagian atas layar.
c. Iklan Bolt
(Gambar: 4.16. Iklan Bolt)42
41https://youtu.be/gcbrareGoxfg diakses pada tanggal 23 April 2018.42https://youtu.be/2itfCFF1vXA diakses pada tanggal 23 April 2018.
118
Bolt adalah sebuah produk yang menyediakan layanan
jaringan internet berupa wifi ini juga merupakan bagian dari
produk yang dihasilkan oleh First Media. Sedangkan First
Media sendiri adalah salah satu jaringan bisnis dari Lippo
Group yang bergerak dibidang telekomunikasi. Sehingga
iklan Bolt menjadi sebuah iklan yang juga sering muncul di
Berita Satu.
Strategi pemasaran terkait sponsor-sponsor di stasiun
televisi Berita Satu, nampak terlihat jelas melalui contoh dari
beberapa gambar tersebut. Adapaun besaran harga
pemasangan iklan yang dipatok pihak Berita Satu ialah Rp.
300.000/spot, per spotnya berdurasi 60 detik dengan hitung-
hitungan penonton yang melihat iklan tersebut adalah
26.100.000. Sehingga jika pengiklan memasang iklannya
untuk 100 spot, maka totalnya ialah Rp. 30.000.000.43
3. Kontrol Pemerintah
Pemerintah sebagai pemangku kekuasan di sebuah negara,
menjadikan salah satu dari fungsi pemerintah ialah sebagai
pengontrol. Kontrol yang dilakukan melalui aturan-aturan yang
dibuatnya, misalnya undang-undang terkait pers ataupun pemberitaan.
Undang-undang pers yang dimaksudkan ialah UU No. 40 Tahun
1999 tentang Pers, yaitu pada bab 1 pasal 5 poin 1 menyebutkan
bahwa, pers nasional berkewajiban memberitakan peristiwa dan opini
43http://www.beritasatu.tv/ads/#advertising diakses pada tanggal 23 April 2018.
119
dengan menghormati norma-norma agama, rasa kesusilaan
masyarakat serta asas praduga tak bersalah.44
Berita ataupun informasi yang disebarkan melalui media tidak
boleh bertentangan dengan kebijakan-kebijakan yang telah di atur
oleh pemerintah. Sebagai contoh, pada lembaga penyiaran di
Indonesia seperti televisi, terdapat Komisi Penyiaran Indonesia (KPI)
sebagai sebuah lembaga independen milik pemerintah Republik
Indonesia yang bertugas mengawasi isi penyiaran di berbagai stasiun
televisi yang ada di Indonesia.
Menurut pemimpin redaksi Berita Satu, bahwa pemerintah tidak
berpengaruh besar terhadap pemberitaan di Berita Satu. Karena saat
ini sudah ada undang-undang berkaitan dengan kebebasan pers,
sehingga segala keputusan pemberitaan diserahkan sepenuhnya
kepada media yang bersangkutan. Selain itu, karena pemilik Berita
Satu tidak bersinggungan langsung dengan proyek-proyek
pemerintah, ataupun menjadi pendukung aktif sebuah partai politik.
“Kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah tidakmemengaruhi redaksi pemberitaan kami, beda halnya jika kitamasih hidup pada masa orde baru, di mana kuasa pemerintahberpengaruh betul terhadap isi berita. Tetapi untuk sekarangkarena sudah adanya UU tentang kebebasan pers, menjadikankami dapat dengan leluasa memberitakan segala sesuatu, tetapitetap dengan memerhatikan kode etik jurnalistik. Selain itu alasanlainya, karena Lippo ini terbentuk bukan karena bantuan dariproyek-proyek pemerintah, dan pemilik Lippo sendiri juga bukanorang yang fanatik terhadap sebuah partai politik. Sehingga kamipun bisa dikatakan sebagai media yang cukup netral. Karena itu
44Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 tahun 1999.Pers., 3.
120
Aksi Bela Islam kami liput, dan aksi parade Kebhinekaan jugakami meliputnya.”45
4. Teknologi
Teknologi pada abab ke-21 ini berkembang dengan baik dan
cepat. Hal ini dapat terlihat dari berbagai kecanggihan produk
teknologi yang beredar saat ini.tuntutan zaman yang semakin modern
dan canggih ini pula, yang juga memengaruhi para jurnalis dalam
mencari berita dan menulis berita. Karena melalui teknologi, seperti
penggunaan jaringan internet yang berbasis 4G, penggunaan
smartphone atau yang lainnya, menjadikan sebuah berita dapat
diproses dengan cepat.
Berita Satu merupakan televisi berita berbayar pertama di
Indonesia yang bersiaran dalam format visual Full High Definition
(Full HD).46 Menjadikan Berita Satu sebagai salah satu stasiun
televisi di Indonesia yang memiliki keunggulan di bidang teknologi,
terutama unggul dari segi tampilan di layar yang lebih jernih dan
bagus, daripada stasiun televisi swasta yang masih menggunakan
teknologi analog.
Pada pemberitaan Aksi Bela Islam, terlihat jelas bahwa teknologi
berperan penting dalam pemberitaan. Misalnya dalam hal
pengambilan gambar massa ketika aksi. Karena seperti yang
diketahui bahwa Aksi Bela Islam ini dihadiri oleh jutaan umat Islam
dari berbagai daerah di Indonesia. Berdasarkan hal ini, kemudian
pihak Berita Satu dalam meliput aksi membekali wartawannya yang
45Hasil wawancara dengan Bapak Claudius V. Boekan selaku pemimpin redaksiBerita Satu, pada tanggal 9 April 2018.
46http://www.beritasatu.tv/about-us/ diakses pada tanggal 10 Maret 2018
121
terjun ke lokasi dengan berbagai alat canggih, salah satunya drone.47
Dengan adanya bantuan dari drone ini, sehingga penonton yang
menonton tayangan berita Aksi Bela Islam di Berita Satu dapat
melihat langsung banyaknya massa yang mengikuti aksi tersebut.
seperti pada gambar berikut ini:
(Gambar: 4.17. Penampakan peserta Aksi Bela Islam 212 daridrone Berita Satu)48
“Pihak kami sebelum menerjunkan para wartawan untukmeliput Aksi Bela Islam baik dari jilid pertama hingga jilid ketiga.Pasti terlebih dahulu kami sudah membekali para wartawandengan berbagai alat-alat canggih, salah satunya drone, karena halini bertujuan agar visualisasi dari berita yang ingin kamisampaikan kepada para pemirsa di berbagai daerah dapatditampilkan dengan visual yang bagus dan menyeluruh dariberbagai sudut, serta dikarenakan aksi ini terutama pada AksiBela Islam jilid ketiga yaitu Aksi Super Damai 2 Desember 2016,massa aksi yang terbilang lebih banyak dari aksi pada jilidpertama dan kedua, sehingga wartawan perlu dibekali alat sepertidrone untuk memaksimalkan peliputannya,” dan juga hal ini
47 Drone/ UAV: adalah pesawat yang diterbangkan tanpa awak atau unmanned.Salah satu bagian yang terdapat dalam drone ialah kamera. Camera yang dipakai untukmenampilkan image yang dipakai untuk melihat, memotret, melakukan recording video.(sumber: https://camera.co.id/news/istilah-pengertian-dan-jenis-drone/ diakses pada tanggal23 April 2018).
48https://www.youtube.com/watch?v=22F1LlZfgdw diakses pada tanggal 20 April2018.
122
untuk mengantisipasi hal-hal seperti yang terjadi pada rekan-rekan wartawan dari Metro Tv.49
5. Pangsa Pasar
Unsur berikutnya dalam extra media level adalah pangsa pasar.
Media massa beroperasi secara primer pada pasar yang komersil, di
mana media harus berkompetisi dengan media lainnya untuk
mendapatkan perhatian dari pembaca dan pengiklan.50
Berita Satu sebagai bagian dari lingkaran bisnis Lippo Group ini,
sudah jelas bahwa media ini merupakan salah satu media yang
komersial.Sehingga pemberitaan di Berita Satu adalah berita-berita
pilihan yang dianggap untuk memenuhi kebutuhan pasar. Seperti saat
melakukan pemberitaan terkait Aksi Bela Islam.Karena aksi tersebut
menyita perhatian berbagai kalangan dan media, menjadikan Berita
Satu juga ikut andil dalam memberitakan peristiwa itu. Terlihat dari
Aksi Bela Islam jilid pertama hingga ketiga, Berita Satu memproses
berita-beritanya dengan tampilan yang menarik dan eksklusif.
Sehingga dengan hal itu menjadikannya unggul ketika pemberitaa
Aksi Bela Islam, di antara beberapa stasiun televisi milik swasta
lainnya.
Berdasarkan hasil pengamatan, ketika tanggal 2 Desember 2016
tepatnya saat Aksi tersebut digelar. Pada sore hari pukul 17.00 WIB,
dalam program news update, Berita Satu memberitakan tentang aksi
damai 212, yang tidak memengaruhi nilai tukar rupiah. Bahkan justru
nilai tukar rupiah tersebut menguat.
49Hasil wawancara dengan Bapak Claudius V. Boekan selaku pemimpin redaksiBerita Satu, pada tanggal 9 April 2018.
50 Shoemaker dan Reese, Mediating the Message, 209.
123
(Gambar: 4.18. Nilai Tukar Rupiah)51
Berdasarkan berita tentang nilai tukar rupiah ini, Berita Satu
sebagai media yang merupakan sarana informasi, dan juga sebagai
upaya menjawab rasa penasaran para penontonnya yang mungkin
dari kalangan tertentu yang khawatir bahwa Aksi Bela Islam akan
memengaruhi perekonomian Indonesia, terutama nilai tukar rupiah.
Sehingga, Berita Satu pun menyajikan berita yang tidak hanya
tentang Aksi Bela Islam yang terjadi 2 Desember 2016 tersebut,
tetapi juga berita tentang masalah ekonomi atau tentang nilai tukar
rupiah. Selain itu berdasarkan hasil wawancara dengan Tezar Aditya
selaku news presenter dan reporter Berita Satu mengatakan bahwa
karena pada dasarnya target utama audiens dari Berita Satu salah
satunya adalah para pebisnis, sehingga berita-berita tentang masalah
ekonomi penting untuk diangkat, karena berita-berita tersebut salah
satu dari strategi market dari Berita Satu.
51https://youtu.be/IwLWJ3-adJQ diakses pada tanggal 23 April 2018.
124
E. Ideologi Media
Ideologi menjadi level terakhir dalam bagan teori hierarki pengaruh.
Pada tingkat ideologi, kita akan melihat secara khusus bagaimana fungsi
media sebagai perpanjangan tangan kepentingan yang kuat di masyarakat;
bagaimana rutinitas, nilai dan struktur organisasi bergabung untuk
mempertahankan sistem kontrol dan reproduksi ideologi dominan.52
Sehingga dengan kata lain pengaruh level ini tidak dapat terlihat secara kasat
mata ataupun konkret seperti pengaruh dari level-level yang lain, karena
sifatnya yang abstrak.
Berita Satu News Channel, media televisi pertama yang didirikan di
bawah grup Berita Satu Media Holding (BSMH). Televisi berita berbayar
pertama di Indonesia yang bersiaran dalam format visual Full High
Definition (Full HD). Berita Satu News Channel memulai siaran perdananya
pada 1 September 2011, dengan program-progam unggulannya yaitu; Jurnal
Pagi, Jurnal Siang, Jurnal Petang, dan Jurnal Malam. Berita Satu News
Channel dibidani antara lain bapak televisi swasta Indonesia, Peter F. Gontha
dan pakar media televisi Don Bosco Selamun. Don Bosco kemudian menjadi
direktur operasional sekaligus pemimpin redaksi sejak 2011 hingga
November 2016, dan lalu kemudian saat ini digantikan oleh Claudius V.
Boekan.53
Berita Satu sebagai sebuah televisi berita, telah melabeli dirinya
sebagai media yang tidak berafiliasi dengan salah satu partai politik apapun,
serta tidak menjadi corong kekuasaan pemerintah.54 Sehingga menjadikan
ideologi yang dianut Berita Satu, bukanlah ideologi dari sebuah partai politik.
52 Shoemaker and Reese, Mediating the Message, 224.53www.beritasatu.tv/about-us/ diakses pada tanggal 17 April 2018.54www.beritasatu.tv/about-us/ diakses pada tanggal 17 April 2018.
125
Claudius V. Boekan selaku pemimpin redaksi Berita Satu
mengatakan bahwa:
“Pihaknya adalah media yang netral, yang menjunjung tingginilai-nilai yang ada pada kode etik jurnalistik. Sehingga parawartawan kami, selalu kami bimbing dan ingatkan ketika mencariberita dan meliputnya, selalu berpatokkan pada panduan kerja parajurnalis Berita Satu Media Holdings. Yang mana dalam panduantersebut juga disebutkan untuk mentaati kode etik jurnalistik.”55
Para wartawan atau jurnalis stasiun televisi Berita Satu yang ada di
bawah bendera Berita Satu Media Holdings, dalam melakukan pekerjaannya
yakni mencari berita, harus tunduk pada aturan atau pedoman kerja dari
Berita Satu Media Holdings. Yang mana aturan tersebut telah dibukukan
dalam buku yang berjudul: Jurnalisme Positif: Panduan Kerja Para Jurnalis
Berita Satu Media Holdings. Isi dari aturan itu, sebagai berikut:
“Setiap jurnalis di bawah bendera Berita Satu Media Hodingswajib tunduk pada: (1) UU Pers No. 40 Tahun 1999 tentang Pers; (2)Kode Etik Jurnalistik yang dikeluarkan Dewan Pers; (3) JurnalismePositif yang dibuat Grup Berita Satu Media Holdings; (4) FilosofiBerita Grup Berita Satu Media Holdings; (5) Kode EtikPerusahaan.”56
Berdasarkan kewajiban tersebut, para jurnalis Berita Satu diharuskan
mentaati filosofi dari perusahaan. Isi dari filosofi perusahaan tersebut, yaitu
pro-NKRI, Pancasila, UUD, dan pluralism; pro-demokrasi; pro-kebenaran
dan keadilan; pro-supermasi hukum; pro-perubahan; pro-bisnis; pro-
pertumbuhan; pro-meritokrasi; pro-lingkungan; pro-konservatisme.57
Sehingga dapat disimpulkan bahwa ideologi yang terdapat di dalam Berita
55Hasil wawancara dengan Bapak Claudius V. Boekan selaku pemimpin redaksiBerita Satu, pada tanggal 9 April 2018.
56Manajemen Berita Satu Media Holdings, 10.57 Manajemen Berita Satu Media Holdings, 7-9.
126
Satu, ialah ideologi Pancasila, sebagaimana isi dari filosofi Berita Satu yang
tentunya mengutamakan persatuan dan kesatuan Indonesia.
Tezar Aditya, sebagai salah satu news presenter di Berita Satu juga
mempertegas pernyataan dari pemimpin redaksi Berita Satu tersebut,
bahwasannya stasiun tempatnya bekerja memang lebih berafiliasi pada
nasionalisme. Sehingga hal tersebut, memengaruhi mereka pula sebagai
wartawan Berita Satu ketika melakukan peliputan berita, salah satunya berita
tentang Aksi Bela Islam, yang mana mereka diharuskan berpegang pada
aturan-aturan yang tidak boleh membahayakan perusahaan atau stasiun
Berita Satu, serta hal-hal yang dapat menjatuhkan pemerintahan yang
berdaulat.
“Saya dan rekan-rekan ketika akan melakukan peliputan AksiBela Islam, sudah diingatkan sebelumnya sama Bang Don yangwaktu itu masih menjadi pemred kami, ketika meliput aksi tersebutagar tidak memberikan ruang untuk kelompok-kelompok tertentuyang berada di lokasi aksi yang melakukan hal-hal yang bisaberujung pada radikalisme, dan juga yang dapat menjatuhkanpemerinta maupun negara ini.”58
Pengaruh ideologi ini juga dapat terlihat pada pemberitaan tentang
Aksi Bela Islam, pada program Jurnal Pagi tanggal 28 November 2018,
dengan headline yaitu “Rawat Keberagamaan dan Persatuan,” isi dari
beritanya yaitu tentang tanggapan dari beberapa tokoh nasional dan
masyarakat dalam menyikapi akan dilaksanakannya aksi 2 Desember 2016.
Dalam beritanya menjelaskan bahwa para tokoh tersebut, menolak aksi 212,
dan juga menyebutkan alasan menolak aksi tersebut karena aksi tersebut
merupakan bentuk dari perlakuan intoleran (lihat lampiran 3). Selain itu juga
pada hari yang sama, namun program yang berbeda yaitu pada program
58Hasil wawancara dengan Tezar Aditya Rahman selaku news presenter danreporter Berita Satu, pada tanggal 7 Okotber 2018.
127
prime time. Berita Satu juga menggunakan headline “Rawat Keberagamaan
dan Persatuan,” isinya terkait adanya tanda-tanda aksi 2 Desember 2016,
akan dimanfaatkan oleh ISIS. Sehingga dalam pemberitaan ini membahas
tentang himbauan dari ketua PBNU kepada umat Islam untuk meningkatkan
kewaspadaan.59 Berdasarkan hal tersebut, dapat menimbulkan pemahaman
di masyarakat bahwa aksi yang dilakukan oleh umat Islam merupakan bagian
dari bentuk intoleransi umat Islam terhadap umat dari agama lain, dan juga
bentuk dari agenda terselubung.
Berita Satu sebagai media yang telah melabeli dirinya yaitu tidak
membawa kepentingan ataupun berafiliasi dengan partai manapun. Sehingga
pengaruh ideologi ini juga yang memengaruhi dalam pemberitaan Aksi Bela
Islam. Terlihat bahwa Berita Satu dalam memberitakan aksi tersebut, tidak
mementingkan partai politik tertentu. Walaupun Berita Satu tidak berafiliasi
dengan salah satu partai, tetapi Berita Satu dalam hal pemberitaannya
terutama terkait Aksi Bela Islam, terlihat corak keberpihakannya terhadap
pemerintah terbilang dominan. Akan tetapi, keberpihakan yang ditunjukkan
oleh Berita Satu tersebut, tidak membuat serta-merta mereka dibenci atau
tidak disukai oleh peserta aksi, karena jika melihat dari peristiwa pengusiran
yang dilakukan oleh sebagian peserta Aksi Bela Islam terhadap beberapa
media, yaitu seperti Metro Tv dan Kompas Tv, Berita Satu tidak masih
terbilang media yang aman oleh para peserta aksi. Padahal jika melihat
pemilik atau owner dari Berita Satu adalah seorang keturunan Cina yang
beragama Kristen. Hal ini jelas berbeda dengan Metro Tv yang pemiliknya
adalah Surya Paloh, seorang yang beragama Islam dan merupakan putra
daerah dari Aceh.
59https://youtu.be/6AfpVgdqslkdiakses pada tanggal 24 April 2018.
128
“Kami saat melakukan liputan Aksi Damai, sama sekali tidakmendapatkan kesulitan, bahkan para peserta sangat welcome dengankehadiran kami. Karena mereka bisa melihat bahwa berita-beritatentang aksi di Berita Satu itu netral. Sehingga kejadian-kejadianseperti pengusiran beberapa wartawan Metro dan Kompas yangterjadi dilapangan, tidak terjadi pada wartawan kami. Padahal pesertaaksi tahu bahwa Berita Satu adalah stasiun tv milik Lippo, danpemilik Lippo adalah seorang keturunan Cina dan penganut Kristen.Berbeda dengan rekan saya dari Metro bang Surya Paloh yangmerupakan seorang muslim, dan berdarh Aceh.”60
Pada hakikatnya, Berita Satu adalah salah satu cabang bisnis dari
Lippo Group, yang menjadikannya juga melakukan berbagai praktik
ekonomi. Sehingga bagaimanapun faktanya, pemberitaan di Berita Satu
merupakan bagian dari motif profit oriented di media. Selain itu juga karena
Berita Satu merupakan stasiun televisi berbayar, yang mana target
penontonnya merupakan masyarakat dari kalangan menengah ke atas atau
upper middle class. Alasan lainnya juga yaitu berdasarkan pernyataan dari
pemimpin redaksi Berita Satu, yang mengatakan bahwa Berita Satu sebagai
media yang didirikan Lippo Group ini bukanlah uang hasil proyek yang di
dapat dari pemerintah, tetapi adalah pinjaman modal asing.
“Lippo Group ini bisa mendapatkan modal untuk membanguncabang-cabang bisnisnya diberbagai bidang seperti bank, property,rumah sakit, dan telekomunikasi ini, bukan dari proyek atau tenderyang diberikan pemerintah kepada Lippo. Tetapi, karena pinjamanmodal dari bank-bank luar negeri seperti Cina dan Jepang. Bank-bankdari negara-negara itu memberikan bunga yang cukup kecil, sehinggaLippo bisa membangun bisnisnya di Indonesia dan menjadiperusahaan yang besar.Alasan ini yang membuat Lippo juga tidakbergantung dan terikat kepada pemerintah.”61
60Hasil wawancara dengan Bapak Claudius V. Boekan selaku pemimpin redaksiBerita Satu, pada tanggal 9 April 2018.
61Hasil wawancara dengan Bapak Claudius V. Boekan selaku pemimpin redaksiBerita Satu, pada tanggal 9 April 2018.
129
Adapun karena Berita Satu sebagai stasiun yang semata-mata
bersifat profit oriented, hal ini menyebabkan beritanya pun terkait “Aksi
Bela Islam” tidak membawa kepentingan umat Islam dalam menyuarakan
pendapat terkait kasus penistaan agama yang dilakukan Ahok. Sehingga jika
dikaitkan dengan pendekatan fungsional, maka Berita Satu sebagai media
massa sebenarnya menjalankan fungsi transmisi budaya dari pemilik media,
yang terorientasi dalam ideologinya, dan juga terlihat bahwa sasaran
penonton dari Berita Satu sebenarnya hanya menyasar subkelompok tertentu
di masyarakat, yang menyebabkan keberpihakan kepada salah satu kelompok,
atau dalam hal ini pemerintah. Hal ini yang kemudian menimbulkan
kontradiksi di masyarakat yang bersifat disfungsional.
130
BAB VPEMBAHASAN
Berdasarkan uraian dari analisis data, terlihat jelas bahwa peristiwa
Aksi Bela Islam, menjadi peristiwa yang menyita perhatian dari berbagai
kalangan, terutama media. Aksi massa yang dilakukan untuk menuntut
penyelesaiakn kasus dugaan penistaan agama yang dilakukan oleh Mantan
Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) saat kunjungannya
ke Kepulauan Seribu itu, menyita perhatian berbagai media, baik media lokal,
nasional bahkan media internasional.
Aksi ini menyita perhatian media, dikarenakan aksi tersebut diikuti
oleh massa yang sangat banyak. Jutaan umat Islam dari berbagai daerah
datang berkumpul di Monas, hingga membuat Monas dibanjiri dengan
lautan manusia. Bahkan karena banyaknya peserta tersebut, membuat Monas
tidak mampu menampung peserta, sehingga mengakibatkan para pengendara
motor, dan mobil di jalan-jalan protokol dari Monas hingga Bundaran Hotel
Indonesia pun terpaksa dialihkan oleh aparat, karena sudah dipadati dengan
massa aksi. Seperti yang dapat dilihat pada (gambar: 4.17) di mana Berita
Satu menjadi salah satu media yang meliput aksi tersebut, memperlihatkan
para peserta aksi yang berada di sepanjang jalan protokol.
Berita Satu menjadi salah satu media yang ada di Indonesia, yang
ikut ambil bagian dalam menyiarkan berita tentang Aksi Bela Islam.
Sehingga, masyarakat Indonesia yang berada diluar Jakarta, bisa melihat dan
mengetahui tentang adanya aksi tersebut.
Media massa berada dalam kehidupan masyarakat dan karena itu ia
memiliki keterkaitan dengan sistem dan praktik kehidupan masyarakat itu
131
sendiri. Sebagai lembaga komunikasi yang memproduksi dan
mendistribusikan informasi, ia memiliki dua posisi kelembagaan yaitu
sebagai lembaga kemasyarakatan atau social institution dan sebagai lembaga
bisnis.1
Posisi media sebagai lembaga bisnis ini, kemudian menjadikan isi
berita dari sebuah media dapat dipengaruhi oleh berbagai unsur, baik unsur-
unsur dari dalam media itu sendiri, seperti organisasi yang menaunginya, dan
dari luar seperti para pengiklan, penonton, pangsa pasar, dan lain-lainnya.
Berita Satu merupakan bagian dari lembaga bisnis yang dimiliki oleh
Lippo Group ini, menjadikan tayangan-tayangan beritanya tidak terlepas dari
pengaruh berbagai unsur ataupun faktor yang terdapat dalam teori hierarki
pengaruh yang diperkenalkan oleh Pamela J. Shoemaker dan Stephen D.
Reese. Sebagaimana yang sudah dijelaskan oleh Shoemaker dan Reese
dalam bukunya Mediating the Massage, terdapat lima level yang
memengaruhi isi berita pada suatu media, yaitu individual level, media
routine level, organizational level, extramedia level, ideological level.
Secara umum, penelitian ini menggunakan teori hierarki pengaruh.
Yang mana dalam teori tersebut ditegaskan bahwa pengaruh yang dihasilkan
dari praktik media (misalnya; penggunaan siaran pers, ketersediaan teknologi,
pemilihan cerita, jenis, dan pengeditan) memiliki dampak yang relatif kecil
pada masyarakat, dikarenakan bukan faktor yang berperan secara sistematis
dari konten suatu kelembagaan. Pengaruh yang dihasilkan individu dari
sebuah media mungkin tidak luas. Tetapi ketika konten media di pengaruhi
oleh faktor-faktor lain, yaitu diluar organisasi media, maka peluang
memanipulasi konten media sesuai dengan kepentingan dan ideologi
1 Udi Rusadi, Kajian Media: Isu Ideologis dalam Perspektif,Teori dan Metode(Jakarta: Rajawali Press, 2015), 29.
132
kelompok tertentu dapat memberikan pengaruh yang kuat dan menimbulkan
efek yang luas di masyarakat.2 Sehingga bukan tidak mungkin isi
pemberitaan tentang Aksi Bela Islam yang disiarkan oleh Berita Satu
dikatakan terbebas dari berbagai faktor. Akan tetapi kemudian, teori hierarki
pengaruh ini juga dielaborasikan dengan pendekatan teori komunikasi Islam,
untuk melihat peranan Islam dalam memengaruhi pemberitaan maupun
pemanfaatan media itu sendiri.
A. Pengaruh Jurnalis
Pengaruh dari jurnalis ataupun individu pekerja inidijelaskan
bahwapemberitaan dalam sebuah media, khususnya stasiun televisi tidak
akan terlepas dari level pengaruh individu. Karena dalam sebuah media,
terutama media-media massa besar, tentu memiliki sekumpulan orang-orang
profesional yang bekerja untuk dapat mengolah sebuah informasi menjadi
sebuah berita yang layak. Dan orang-orang profesional tersebut, merupakan
individu yang memiliki latar belakang, maupun karakteristik yang berbeda-
beda. Sehingga faktor pekerja media ini pula menjadi salah satu faktor yang
cukup memengaruhi isi pemberitaan dalam sebuah media.
Wartawan atau jurnalis menjadi bagian penting dalam sebuah media,
karena mereka bertugas untuk mencari dan mengolah sebuah informasi
menjadi berita. Sehingga bukan tidak mungkin bahwa isi dari berita tersebut
dapat dikonstruksi sesuai dengan latar belakang maupun prinsip-prinsip
ataupun ideologi yang dipegang oleh wartawan tersebut.karena wartawan
menjadi orang yang berada langsung di tempat terjadinya sebuah peristiwa,
dan yang mewawancarai narasumber maupun saksi mata peristiwa tersebut,
serta yang menulis beritanya.
2Shoemaker dan Reese, Mediating the Message, 60.
133
Berdasarkan teori hierarki pengaruh, telah dibahas pengaruh potensial
pada konten media massa dari faktor-faktor yang intrinsik terhadap pekerja
dibidang komunikasi: Pertama, dapat dilihat karakteristik komunikator, latar
belakang pribadi dan profesional mereka untuk melihat suatu peristiwa,
misalnya pendidikan wartawan dapat memengaruhi isi pemberitaan. Kedua,
pengaruh berdasarkan sikap, nilai, dan keyakinan pribadi komunikator –
sikap yang dimiliki oleh individu komunikator sebagai akibat latar belakang
atau pengalaman pribadi mereka, misalnya sikap politik atau kepercayaan
agama seorang wartawan. Ketiga, dapat dilihat orientasi profesional dan
konsepsi peran komunikator, setidaknya berfungsi sebagai disosialisasikan
ke pekerjaan mereka, misalnya apakah wartawan menganggap pemancar
acara atau partisipan aktif dalam mengembangkan isi.3
Pengaruh individu ini, jika dikaitkan dengan pemberitaan tentang
Aksi Bela Islam di Berita Satu. Karenanya, pengaruh terbesar level ini, dapat
dilihat pada berita-berita yang pada program breaking news.
Sebagaimana penjelasan dari pemimpin redaksi Berita Satu Claudius
V. Boekan, bahwa redaksi Berita Satu memberikan kewenangan kepada para
jurnalisnya dalam peliputan berita, terutama pada berita-berita yang
ditayangkan dalam program breaking news, yang mana berita tersebut
tentunya tidak melalui proses pengeditan di meja editor. Sehingga isi dari
pemberitaannya merupakan tanggung jawab dari jurnalis yang meliputnya.4
Walaupun demikian, para wartawan tersebut sebelum melakukan
peliputannya, tim redaksi telah melakukan briefing yang bertujuan agar para
wartawan tersebut tetap mematuhi kode etik maupun filosofi dari perusahaan.
3 Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese, Mediating the Message(New York,Longman Publisher, 1996), 64.
4Hasil wawancara dengan Bapak Claudius V. Boekan selaku pemimpin redaksiBerita Satu, pada tanggal 9 April 2018.
134
Berdasarkan hal ini, dapat dilihat bahwa pengaruhnya seorang
wartawan pada pemberitaan, baik dari segi isi berita ataupun sudut merekam
peristiwa tersebut terbilang kecil. Adapun para wartawan yang telah
mendapatkan pelatihan maupun pengarahan oleh redaksi, dapat memberikan
pengaruhnya pada isi berita dengan menggunakan berbagai kode. Karena
seperti yang diketahui bahwa televisi merupakan media yang bersifat audio
visual, jadi terkadang hanya dengan melihat tampilan visual dari sebuah
peristiwa yang ditampilkan di televisi masyarakat sudah dapat mengetahui
apa yang sedang terjadi.
Menurut Henning, Potongan-potongan dari gambar fotografi banyak
menyiratkan kemungkinan pembalikannya, dengan kata lain penciptaan fiktif,
tetapi secara fotografis ‘nyata,’ citra (ruang dan waktu).5 Contoh gambar-
gambar jurnalis yang dapat menyiratkan sesuatu dan membawa dampak bagi
masyarakat yaitu, pada pemberitaan terorisme.
Rentetan peristiwa penangkapan beberapa orang Islam yang dianggap
terkait dengan aksi bom Bali, seperti Amrozi, Ali Imron, Imam Samudra,
bahkan seorang ustadz tua seperti Abu Bakar Baasyir pun dicurigai sebagai
dalang terjadinya kekacauan di negeri ini. Pria pemelihara jenggot dan
keluargnya pun tak luput dari kecemasan karena ada kemungkinan menjadi
sasaran penangkapan dari pihak kepolisian. Pemilik rumah kontrakan juga
mengalami kecemasan ketika rumahnya kontrakannya ditinggali oleh pria
berjenggot.6 Dari contoh ini dapat dilihat bahwa visualisasi pelaku terorisme
yang ditampilkan media, dapat memengaruhi kehidupan masyarakat.
5Giil Branston and Roy Stafford, The Media Student’s Book (New York: Routledge,2003), 442.
6Moordiningsih.“Islamophobia dan Strategi Mengatasinya.”Buletin Psikologi,Vol.12, No.2 (Desember, 2004), 73.
135
Berita terkait Aksi Bela Islam misalnya, pada breaking news tanggal
22 November 2016, terkait “Maklumat Antisipasi Aksi 212 Oleh Kapolda
Metro Jaya.” Setelah penyampaian maklumat tersebut oleh Kapolda Metro
Jaya, kemudian presenter Berita Satu menyimpulkan isi dari maklumat yang
dibacakan oleh Kapolda Metro Jaya tersebut. Ketika menyimpulkannya itu
bisa dilihat pilihan-pilihan kata ataupun bahasa yang dipergunakannya.7
Bahasa merupakan alat simbolis untuk mensignifikasi di mana logika
ditambahkan secara mendasar kepada dunia sosial yang di obyektivasi.
Bahasa oleh Berger dan Luckmann menjadi tempat penyimpanan kumpulan
besar endapan-endapan kolektif, yang bisa diperoleh secara monotetik;
artinya, sebagai keseluruhan yang kohesif dan tanpa merekonstruksikan lagi
proses pembentukannya semula.8
Menurut Grosberg dalam praktiknya media membuat dan
mengorganisasi makna melalui beraneka kode dan sistem. Melalui kode
itulah media menginterpretasi realitas dan membuat dunia realitas yang
digambarkan lebih memiliki makna yang berarti.9 Sehingga bahasa, gambar-
gambar ataupun video yang digunakan maupun diperlihatkan oleh wartawan
dalam melakukan liputan tentang Aksi Bela Islam sudah pasti terdapat
makna-makna tertentu yang ingin disampaikan kepada para penonton.
Adapun dalam jurnalistik islami, salah satu peran dan tugas dari
seorang jurnalis adalah menghalalkan yang baik dan mengharamkan yang
buruk. Jurnalis Islam melalui tulisan atau tayangannya di media massa punya
peran dan kewajiban menularkan kebaikan dan mempromosikan kehalalan
7https://youtu.be/ncYMax2HS_s diakses pada 20 April 2018.8 M. Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa: Kekuatan Pengaruh Media
Massa, Iklan Televisi, dan Keputusan Konsumen serta Kritik terhadap Peter L. Berger danThomas Luckmann (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), 13.
9 Udi Rusadi, Kajian Media, 88.
136
segala sesuatu baik dalam hal makanan, ucapan, perbuatan ataupun sikap dan
mengharamkan segala keburukan bagi masyarakat.10
“…dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik danmengharamkan bagi mereka segala yang buruk.” (Q.S. Al-A’raf:157).11
Seorang jurnalis juga berperan dan bertugas, untuk memelihara dan
menjaga persatuan dan kesatuan umat Islam. Karena peranan dan efek
informasi yang multifacet (beragam wajah), yang bisa membawa manfaat
dan berkah, tetapi juga membawa fitnah dan laknat, maka para jurnalis Islam
selayaknya menentukan kualitas isi dan pengaruh/efek dari informasi yang
disebarluaskannya. Dalam kondisi perang budaya atau perang pemikiran
(ghazwul fikri), maka para jurnalis Muslim berada di garis depan
pertempuran perang informasi. Perannya sangat strategis dalam menjaga dan
memelihara persatuan dan kesatuan barisan umat Islam, melalui
penyeleksian dan penyaringan informasi negatif dan penyebaran informasi
yang benar dan bermanfaat bagi umat.12 Selain itu, juga karena konsep
tabligh diartikan sebagai information atau informasi, sehingga seorang
jurnalis terutama jurnalis Muslim tentunya harus menyampaikan berita
sesuai dengan fakta, sehingga tidak menyebarkan informasi ataupun berita
yang bohong.
Tugas ini adalah sebagai pengamalan dari perintah Allah dalam
Alquran berikut:
10 Ahmad Y. Samantho, Jurnalistik Islami: Panduan Praktis bagi Para AktivisMuslim, 72.
11 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya.12 Ahmad Y. Samantho, Jurnalistik Islami: Panduan Praktis bagi Para Aktivis
Muslim, 73.
137
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, danjanganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allahkepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliah) bermusuh musuhan,maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karenanikmat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada ditepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya.Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agarkamu mendapat petunjuk” (Q.S. Ali Imran: 103).13
“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka sepertisuatu bangunan yang tersusun kokoh” (Q.S. Ash-Shaff: 4).14
Adapun selain konsep tabligh (informasi), dan amr ma’ruf nahy
munkar. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Mowlana bahwa doktrin amr bi
al-ma'ruf wa nahy'an al munkar adalah prinsip kedua yang menunjukkan
batasan etika tabligh dalam Islam. Implisit dan eksplisit dalam prinsip ini
adalah gagasan tanggung jawab individu dan kelompok untuk
mempersiapkan generasi penerus dalam menerima ajaran Islam dan
memanfaatkannya. Muslim memiliki tanggung jawab untuk membimbing
satu sama lain, dan setiap generasi memiliki tanggung jawab untuk
membimbing yang berikutnya. “Serulah orang-orang ke jalan Tuhanmu
dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara
yang paling sopan. Sesungguhnya Tuhanmu yang lebih mengetahui siapa
yang menyimpang dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-
orang yang mendapat petunjuk” (QS. 16: 125).15
Berkaitan dengan tugas seorang jurnalis, terutama jurnalis Muslim
yang juga memiliki tanggung jawab untuk menjaga citra agamanya, sehingga
dalam konteks pemberitaan Aksi Bela Islam. Dapat dilihat bahwa beberapa
13 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya.14 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya.15 Hamid Mowlana, “Theoretical Perspective on Islam and Communication,” 29.
138
jurnalis Muslim yang bertugas saat meliput secara langsung aksi tersebut,
tetap memerhatikan nilai-nilai dalam ajaran Islam saat melakukan liputan.
Akan tetapi, pengaruh dari wartawan atau level individu ini tidak
tidak berskala besar. Dikarenakan para wartawan tersebut sebelum
melakukan liputannya dan menulis berita, mereka telah terlebih dahulu
dibekali berbagai hal, salah satunya yang berkaitan dengan editorial policy
atau kebijakan editorial dari redaksi. Dan setiap media tentunya memiliki
editorial policy yang berbeda-beda.
B. Pengaruh Ritme Kerja
Dalam teori hierarki pengaruh level kedua yang memengaruhi isi
pemberitaan ialah media Routine Level, level ini dapat dimaknai juga dengan
ritme kerja. Dalam pengaruhnya terdapat tiga unsur yang saling berkaitan
dalam memengaruhi isi pemberitaan. Seperti yang telah dijelaskan oleh
Shoemaker dan Reese dalam bukunya, ketiga unsur tersebut ialah sumber
berita (suppliers), audiens (consumer), dan organisasi media (processor).
Isi pemberitaan dari sebuah media dapat dilihat berdasarkan ritme
kerjanya, karena berita yang tersaji ke khalayak bukanlah sebuah informasi
yang didapatkan oleh wartawan di lapangan yang langsung disampaikan
begitu saja ke masyarakat. Akan tetapi, informasi tersebut telah melalui
serangkaian proses hingga layak dijadikan berita yang dapat dikonsumsi oleh
masyarakat. Oleh karenanya, setiap media massa atau secars spesifik stasiun
televisi berita dalam melakukan kerja rutinnya, memiliki tenggat waktu yang
berbeda-beda dalam memproses produknya yaitu berita. Sehingga dari hasil
pengamatan, maka pengaruh terbesar di antara ketiga unsur dalam level
media rutin adalah pada bagian processornya, karena pada bagian ini terjadi
yang namanya pengolahan berita.
139
Organisasi mengembangkan pola, kebiasaan, dan cara melakukan
sesuatu. Organisasi media harus menemukan cara untuk mengumpulkan dan
mengevaluasi materi siar secara efektif. Sebagain besar rutinitas ini telah
menjadi bagian dari bisnis berita, memberi pekerja peran dan harapan yang
jelas dan khusus. Seperti rutinitas yang berorientasi pada penonton, yang
menganggap rutinitas ini telah dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan
sistem dan telah menjadi standar, dilembagakan, dan dipahami oleh mereka
yang menggunakannya.16
Berdasarkan hal ini, maka berita-berita tentang Aksi Bela Islam di
Berita Satu, seperti headline berita yang digunakan, penggunaan bahasa para
presenter dan wartawan, ataupun tampilan running text di layar, semuanya
telah diatur dan dirancang dalam rapat redaksi. Selain itu juga contoh lainnya
yaitu, berita pada program prime time talk, jurnal pagi yang menggunakan
format dialog dengan para tokoh misalnya dengan memilih tokoh mana yang
diundang menjadi narasumber, topik utama yang akan dibahas dalam dialog
tersebut, adalah bagian-bagian yang tentunya telah disepakati melalui rapat
redaksi, dan konsepnya dirancang melalui tim produksi berita di Berita Satu.
Jika disimpulkan, maka berita yang ditayangkan bukan berita yang benar-
benar objektif, telah bersifat subjektif. Hal ini karena para wartawan telah
diproyeksi oleh redaksi sebelum terjun ke lapangan meliput berita, dan
karena narasumber serta hal-hal seperti headline berita semuanya telah
ditentukan melalui rapat redaksi.
Pengaruh selanjutnya terletak pada audiens (consumer), hal ini
dikarenakan Berita Satu adalah televisi berbayar, sehingga sudah jelas
bahwa pihak Berita Satu lebih mengutamakan para audiensnya yang rela
berlangganan atau membayar untuk dapat menikmati channelnya setiap saat.
16Shoemaker dan Reese, Mediating the Message, 117.
140
Dan karena Indonesia merupakan negara dengan penduduknya mayoritas
beragama Islam. Maka berita seperti Aksi Bela Islam menjadi sebuah berita
yang menarik untuk liput.
Unsur yang ketiga adalah sumber berita, yang juga merupakan unsur
terpenting dalam level rutinitas media. Sumber berita (supplier) merupakan
sebuah informasi yang didapatkan para wartawan atau jurnalis, ketika
mencari berita ke lapangan. Sehingga tentunya sumber berita pasti
memengaruhi isi berita, karena isi berita adalah bagian dari sumber berita.
Sumber berita ini bisa berasal dari sebuah lembaga misalnya
lembaga-lembaga milik pemerintah yang terlibat, ataupun perseorangan.
Karena sumber berita adalah pusat informasi agar seorang jurnalis atau
wartawan dapat menulis sebuah berita. Pada pemberitaan Aksi Bela Islam
yang di Berita Satu, terlihat bahwa pihak redaksi Berita Satu, disetiap
beritanya mengambil berita-berita terkait aksi dari berbagai sumber.Misalnya
dari pihak aparat yaitu Polri dan TNI; ormas-ormas keagamaan seperti NU
dan Muhammadiyah; Majelis Ulama Indonesia; para tokoh politik dan
pengamat politik, dan lain sebagainya.
Adapun jika dipandang dari perspektif komunikasi Islam, yaitu dalam
konsep informasi (tabligh), maka berita Aksi Bela Islam yang dihasilkan
karena adanya pengaruh dari beberapa unsur tersebut, menghasilkan efek
yang beragam. Jika berita yang tersaji positif, maka efek yang ditimbulkan
pun bersifat positif. Tetapi sebaliknya jika negatif, maka efeknya pun
mungkin saja bersifat negatif. Walaupun demikian karena informasi tentang
Aksi Bela Islam tersaji dalam bentuk berita di media massa, sehingga
efeknya pun akan susah untuk diketahui.
141
Sebagaimana penjelasan dari Arifin, bahwa efek komunikasi massa
terutama yang melalui media massa, sukar diketahui karena efek yang terjadi
pada diri khalayak akan merupakan resultante dari semua kekuatan pengaruh
yang bekerja pada diri khalayak. Secara sederhana efek komunikasi massa
hanya dapat dilihat pada fenomena yang terjadi dalam masyarakat pada
waktu tertentu saja.17
C. Pengaruh Kepemilikan Media
Pengaruh selanjutnya dalam bingkai teori hieraki pengaruh yaitu
tentang level organisasi media yaitu dapat dikatakan terkait pemilik media.
Level ini juga termasuk dalam level makro, karena bagaimanapun pemilik
media memiliki pengaruh besar terhadap isi pemberitaan, seperti dalam
pemberitaan Aksi Bela Islam di Berita Satu.
Littlejohn dan Foss dalam bukunya Theories of Human
Communication mengutip penjelasan teori kendali organisasi dari Phillip
Tompkins, George Cheney, dan rekan-rekannya yang mengatakan bahwa
kendali dinyatakan dalam organisasi dengan empat cara, yaitu: kendali
sederhana (simple control), kendali teknis (technical control), kendali
birokrasi, dan kendali konsertif (concertive control).18
Pada pemberitaan tentang Aksi Bela Islam, pengaruh dari level ini
dapat terlihat misalnya dalam pemberitaan pada program Breaking News
pada tanggal 4 November 2016 pukul 18.19 WIB. Pada program tersebut
tidak hanya menayangkan berita tentang Aksi Bela Islam, tetapi juga dialog
dengan Ruhut Sitompul dan Djayadi Hanan sebagai narasumber di studio
Berita Satu. Dialog tersebut pun diberi headline yaitu “Efek demo bagi
17Anwar Arifin, Dakwah Kontemporer: Sebuah Studi Komunikasi, 178.18 Littlejohn and Foss, Teori Komunikasi, 378.
142
Ahok.” Ketika salah satu narasumber yaitu Djayadi Hanan mengatakan
pendapatnya terkait pertanyaan yang dilontarkan oleh presenter Tascha
Liudmila.Dapat dilihat pada menit ke 06.59 hingga menit ke 07.31
menampilkan tayangan peserta Aksi Bela Islam yang membawa bendera
HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) nampak sedang menyuarakan
aspirasinya, tetapi dengan memukul pagar kawat berduri yang di pasang
polisi dengan tongkat bendara dan terlihat melemparkan sesuatu seperti
kemasan air mineral ke polisi.19
Berdasarkan tayangan ini terlihat bahwa yang bertanggung jawab
merekam kejadian tersebut adalah juru kamera yang bertugas di lokasi.
Tetapi, di redaksi ada seseorang yang menjabat sebagai program director
yang memiliki kewenangan dalam mengkordinir para juru kamera, serta
kewenangan dalam menentukan video atau gambar yang ditayangkan.
Berita Satu adalah stasiun televisi yang merupakan bagian dari
perusahaan multinasional Lippo Group, pastilah pemangku kekuasaan
tertinggi ada pada Lippo Group dengan CEO-nya adalah James Riady.
Walaupun berdasarkan hasil wawancara dengan pemimpin redaksi Berita
Satu Claudius V. Boekan, mengatakan bahwa sang pemilik yakni James
Riady, memberikan wewenang penuh kepada redaksi terkait pemberitaan,
tetapi sudah pasti redaksi dalam melakukan liputan, ataupun memberitakan
suatu peristiwa, tentulah mentaati prinsip-prinsip yang dipegang oleh Lippo
Group, serta hal-hal yang mendatangkan keuntungan bagi organisasinya.
19https://youtu.be/wv7jr-V_Jbc diakses pada 20 April 2018.
143
Berdasarkan kacamata komunikasi Islam, maka pengaruh pemilik ini,
dapat disandingkan dengan konsep taghyir (perubahan).20 Karena jika
melihat perjalanan dari Berita Satu ini, sebelum adanya peristiwa Aksi Bela
Islam, dapat dikatakan berita-berita terkait Islam terbilang mendapatkan
porsi yang tidak banyak. Apalagi jika diamati berita-berita tentang Islam
yang yang banyak menghiasi layar kaca Berita Satu yaitu berita tentang
terorisme, sehingga citra Islam pun digambarkan ke arah yang negatif.
Akan tetapi kemudian, ketika terjadi peristiwa Aksi Bela Islam,
Berita Satu hadir dengan image yang terlihat mendukung Islam, dengan
menunjukkan isi berita-berita tentang Aksi tersebut yang berbeda dengan
stasiun televisi lainnya seperti Metro Tv dan Kompas. Walupun Berita Satu
sebenarnya isi berita terkait Aksi Bela Islam, terdapat keberpihakan Berita
Satu terhadap pemerintah, tetapi isi berita tersebut tidak lantas menunjukkan
isi berita yang berkaitan dengan peserta Aksi Bela Islam ke arah yang sangat
negatif, seperti stasiun lain. Sehingga Berita Satu pun dapat dikatakan telah
melakukan change (perubahan) dari dalam (inside) yaitu dengan self-help.
Karena pada prinsipnya seperti yang tertulis dalam Alquran bahwa: “…
Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga
mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri…” (QS. 13:
11).
20Andi Faisal Bakti menyebutkan bahwa perubahan (change) terbagi atas dua faktor,yaitu dari luar (outside) di mana perubahan dipengaruhi oleh unsur modernisasi, dependensi,dan kesebragaman (multiplicity). Sedangkan, faktor berikutnya adalah dari dalam (inside), dimana perubahan dipengaruhi oleh self-help yaitu perubahan hanya akan terjadi jika dirisendiri mau mengubahnya, sesuai dengan (QS. 13: 11 dan (QS. 8: 53). (Lihat Andi FaisalBakti (2013), h. 8-10).
144
D. Pengaruh OutsideMedia
Pengaruh outside media ini, jika dipandang berdasarkan teori hierarki
pengaruh, maka merupakan level pengaruh dari luar organisasi media.
Dalam hal ini pengaruh-pengaruh dari luar organisasi, misalnya sumber
berita, pengiklan dan penonton, kontrol pemerintah, teknologi, serta pangsa
pasar.
Berita Satu sebagai stasiun televisi berbayar yang dimiliki swasta,
tentunya level ini menjadi bagian terpenting dalam menjalankan bisnisnya.
Karena tanpa bantuan dari unsur-unsur yang ada dalam level ini, maka Berita
Satu tidak mungkin dapat menjadi sebuah media besar.
Unsur sumber berita merupakan salah satu unsur yang terpenting dari
extra media level. Karena pada unsur ini seorang jurnalis tidak bisa
menyertakan pada beritanya apa yang mereka tidak tahu. Contohnya saja
pada kasus penistaan agama yang dilakukan oleh Ahok, masyarakat dari
berbagai daerah di Indonesia tidak akan tahu tentang kasus tersebut, dan
masyarakat juga tidak akan tahu tentang kronologi terkait adanya Aksi Bela
Islam, jika beritanya tidak siarkan oleh media, yang informasinya tentunya
didapatkan oleh media dalam hal ini wartawan dari berbagai sumber.
Pada pemberitaan terkait Aksi Bela Islam, unsur ini mengambil
peranan dalam memengaruhi isi berita. Dikarenakan, dari sumber beritalah
informasi-informasi berkaitan dengan Aksi Bela Islam didapatkan. Misalnya
pada pemberitaan tentang adanya upaya makar pada aksi 212, yang menjadi
sumber dari pemberitaan tersebut adalah pihak Polri. Sehingga berita yang
ditampilkan dalam program prime time pada 22 November 2016 tersebut,
mengisyaratkan bahwa ada maksud tertentu dalam aksi yang akan
diselenggarakan pada 2 Desember 2016, karena seperti yang terlihat dalam
145
berita tersebut, yang mana Kapolri Jendral Tito Karnavian lah yang
menyampaikan hal tersebut, sehingga sebagian masyarakat yang menonton
berita tersebut pun percaya, karena sumber berita yang ditampilkan
merupakan sumber berita yang dapat dipercaya.
Selain itu juga, pada program Jurnal Pagi tanggal 28 November 2018,
misalnya juga dengan headline yaitu “Rawat Keberagamaan dan Persatuan.”
Isi dari beritanya yaitu tentang tanggapan dari beberapa tokoh nasional dan
masyarakat dalam menyikapi akan dilaksanakannya aksi 2 Desember 2016.
Dan dalam beritanya menjelaskan bahwa para tokoh tersebut, menolak aksi
212. Salah satu tokoh yang menjadi sumber berita dalam tayangan tersebut
ialah Henny Supolo, yang mana ia mewakili beberapa tokoh yang menolak
aksi 212 tersebut dalam menyampaikan poin-poin penolakan. Dan salah satu
poin terkait penolakan aksi tersebut, menyinggung persoalan intoleran.
Sehingga ada kemungkina sebagian orang berpendapat bahwa aksi 212 yang
dilakukan adalah bentuk perwujudan dari aksi sekompok masyarakat yang
intoleran terhadap kelompok yang lain. Padahal, tujuan dari diadakannya
aksi 212 sejak awal sudah dijelaskan sebagai bentuk ekspresi masyarakat,
yaitu umat Islam atas permasalahan kasus dugaan penistaan agama yang
dilakukan oleh Ahok.
Pengiklan menjadi salah satu bagian terpenting di setiap media yang
dimiliki oleh pihak swasta. Karena dengan adanya pengiklan atau sponsor,
maka media tersebut akan mendapatkan keuntungan-keuntungan berbentuk
finansial. Dan karena keuntungan-keuntungan yang didapatkan, menjadikan
media harus juga berkontribusi dalam menguntungkan produk yang
dihasilkan oleh pengiklan, atau dapat dikatakan sebagai hubungan simbiosis
mutualisme. Selain itu juga, pada televisi berbayar seperti Berita Satu ini,
penonton atau audiens menjadi bagian terpenting.Karena orang-orang yang
146
setia menjadi penonton siaran Berita Satu, adalah mereka yang sudah pasti
memasang dan membayar biaya bulanan untuk dapat mengakses siaran
tersebut.
Pemberitaan Aksi Bela Islam di Berita Satu, saat penayangannya bisa
ditemukan beberapa iklan yang sering muncul. Iklan-iklan yang muncul di
antaranya, yaitu iklan “top coffee” dari Wings food, iklan situs perbelanjaan
“Matahari” yang merupakan salah satu cabang bisnis Lippo Group, dan iklan
Bolt yang juga merupakan salah satu cabang bisnis Lippo Group di bidang
telekomunikasi.
Strategi pemasaran terkait sponsor-sponsor di stasiun televisi Berita
Satu, nampak terlihat jelas melalui contoh dari beberapa gambar
tersebut.Adapaun besaran harga pemasangan iklan yang dipatok pihak
Berita Satu ialah Rp. 300.000/spot, per spotnya berdurasi 60 detik dengan
hitung-hitungan penonton yang melihat iklan tersebut adalah
26.100.000.Sehingga jika pengiklan memasang iklannya untuk 100 spot,
maka totalnya ialah Rp. 30.000.000.21
Unsur lain dalam pengaruh outside media adalah, kontrol pemerintah.
Pada era demokrasi saat ini, pengaruh kontrol pemerintah bagi media bisa
dikatakan tidak besar, berbeda ketika era orde baru, yaitu semua yang
diberitakan harus berita yang menguntungkan bagi pemerintah. Tetapi, era
orde baru telah runtuh, dan kini pada era demokrasi berkat adanya undang-
undang yang mengatur kebebasan pers. Menjadikan media bisa leluasa dan
bebas memberitakan segala hal, baik yang pro ataupun sesuatu yang kontra
dengan pemerintah. Walaupun demikian, tetaplah para wartawan tidak bisa
sembarangan menggunakan media.
21http://www.beritasatu.tv/ads/#advertising diakses pada tanggal 23 April 2018.
147
Undang-undang pers yang dimaksudkan ialah UU No.40 Tahun 1999
tentang Pers, yaitu pada bab 1 pasal 5 poin 1 menyebutkan bahwa, pers
nasional berkewajiban memberitakan peristiwa dan opini dengan
menghormati norma-norma agama, rasa kesusilaan masyarakat serta asas
praduga tak bersalah.22
Berita ataupun informasi yang disebarkan melalui media tidak boleh
bertentangan dengan kebijakan-kebijakan yang telah diatur oleh pemerintah.
Sebagai contoh, pada lembaga penyiaran di Indonesia seperti televisi,
terdapat Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) sebagai sebuah lembaga
independen milik pemerintah Republik Indonesia yang bertugas mengawasi
isi penyiaran di berbagai stasiun televisi yang ada di Indonesia.
Menurut pemimpin redaksi Berita Satu, bahwa pemerintah tidak
berpengaruh besar terhadap redaksi maupun pemberitaan di Berita Satu.
Karena saat ini sudah ada undang-undang berkaitan dengan kebebasan pers,
sehingga segala keputusan pemberitaan diserahkan sepenuhnya kepada
media yang bersangkutan. Selain itu, karena pemilik Berita Satu tidak
bersinggungan langsung dengan proyek-proyek pemerintah, ataupun menjadi
pendukung aktif sebuah partai politik. Padahal jika dilihat dari teori
komunikasi Islam, maka pemerintah (state) memegang peranan yang penting.
Akan tetapi, walaupun demikian terlihat berita-berita yang ditayangkan oleh
Berita Satu terdapat keberpihakan redaksi terhadap pemerintah.
Berdasarkan teori komunikasi Islam, pemerintah menjadi salah satu
unsur dalam membangun civil society maupun civil community. Karena
dengan adanya kontrol yang baik dari pemerintah, maka masyarakat dapat
menjaga dengan baik hubungan di antara umat beragama. Sehingga kasus
22Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 tahun 1999.Pers., 3.
148
seperti penistaan agama, yang juga menjadi penyebab terjadinya Aksi Bela
Islam, tidak akan pernah terjadi di Indonesia. Selain itu juga melalui unsur
ini sebenarnya dapat menjadikan media dalam menjalankan fungsinya yang
dijelaskan dalam komunikasi massa yaitu sebagai pengawasan.
Unsur keempat dalam level pengaruh dari luar organisasi media ini,
merupakan salah satu unsur yang cukup penting. Mengingat saat kita berada
pada abad ke-21, teknologi menjadi salah satu bagian yang tidak terpisahkan
dalam kehidupan manusia, dan tentunya bagi media.
Teknologi pada dasarnya memiliki kontribusi dalam menciptakan
keberagaman media. Inilah salah satu ciri dalam lingkungan media baru
menurut McNamus (dalam Severin dan Tankard, 2005: 4), bahwa ada
pergeseran dari ketersediaan media yang dahulu langkah dengan akses yang
juga terbatas menuju media yang melimpah.23
Proses penyampain pesan melalui media pun mengalami pergeseran
penting. Jika media selama ini merupakan pusat informasi, dan informasi itu
diberikan atau dipublikasikan dengan satu arah, kini media menjadi lebih
interaktif. Khalayak tidak lagi sekedar objek yang terpapar oleh informasi,
tetapi khalayak telah dilibatkan lebih aktif karena teknologi menyebabkan
interaksi di media bisa terjadi.24
Berita Satu merupakan televisi berita berbayar pertama di Indonesia
yang bersiaran dalam format visual Full High Definition (Full HD).25
Menjadikan Berita Satu sebagai salah satu stasiun televisi di Indonesia yang
memiliki keunggulan di bidang teknologi, terutama unggul dari segi tampilan
23 Rulli Nasrullah, Teori dan Riset Media Siber/Cybermedia (Jakarta:Prenadamedia Group, 2014), 1.
24 Rulli Nasrullah, Teori dan Riset Media Siber/Cybermedia, 1.25http://www.beritasatu.tv/about-us/ diakses pada tanggal 10 Maret 2018
149
di layar yang lebih jernih dan bagus, daripada stasiun televisi swasta yang
masih menggunakan teknologi analog.
Pada pemberitaan Aksi Bela Islam, terlihat jelas bahwa teknologi
berperan penting dalam pemberitaan. Misalnya dalam hal pengambilan
gambar massa ketika aksi. Karena seperti yang diketahui bahwa Aksi Bela
Islam ini dihadiri oleh jutaan umat Islam dari berbagai daerah di Indonesia.
Berdasarkan hal ini, kemudian pihak Berita Satu dalam meliput aksi
membekali wartawannya yang terjun ke lokasi dengan berbagai alat canggih,
salah satunya drone.
Adapun unsur teknologi yang digunakan oleh Berita Satu ini, dapat
disamakan dengan konsep taghyir (change) berdasarkan faktor outside-nya
yang mana terdapat tiga unsur, yaitu modernization, dependency, and
multiplicity.26 Selain itu juga dapat dikaitkan dengan konsep development
(pengembangan), di mana Berita Satu menggunakan model difusi dan
inovasi yang berkiblat pada media-media Barat. Sehingga hal ini juga dapat
terlihat dari alat-alat canggih yang digunakannya dalam meliput Aksi Bela
Islam. Berdasarkan unsur ini pula maka Berita Satu sebagai media massa
telah melakukan fungsinya yaitu dalam hal transmisi budaya.
Unsur terakhir dalam extra media level adalah pangsa pasar. Media
massa beroperasi secara primer pada pasar yang komersil, di mana media
harus berkompetisi dengan media lainnya untuk mendapatkan perhatian dari
pembaca dan pengiklan.27
Albarran mengatakan, institusi bisnis media terdiri dari perusahaan
media (media firm) dan industri media. Perusahaan media merupakan
26Lihat Andi Faisal Bakti (2013), h. 8-10.27 Shoemaker dan Reese, Mediating the Message, 209.
150
perusahaan individual yang bergabung dalam lingkup domestik suatu negara
dengan tujuan memperoleh keuntungan. Sedangkan industri media
merupakan kelompok penjual yang menawarkan produk yang sama atau
sejenis. Misalnya perusahaan-perusahaan yang berkaitan dengan televisi
kabel disebut dengan industri televisi kabel.28
Berita Satu sebagai stasiun televisi berbayar ini, yang channelnya
hanya dapat diakses menggunakan layanan televisi kabel ini. Sebagai bagian
dari lingkaran bisnis Lippo Group ini, sudah jelas bahwa media ini
merupakan salah satu media yang komersial. Sehingga pemberitaan di Berita
Satu adalah berita-berita pilihan yang dianggap untuk memenuhi kebutuhan
pasar. Seperti saat melakukan pemberitaan terkait Aksi Bela Islam. Karena
aksi tersebut menyita perhatian berbagai kalangan dan media, menjadikan
Berita Satu juga ikut andil dalam memberitakan peristiwa itu. Terlihat dari
Aksi Bela Islam jilid pertama hingga ketiga, Berita Satu memproses berita-
beritanya dengan tampilan yang menarik dan eksklusif.Sehingga dengan hal
itu menjadikannya unggul ketika pemberitaan Aksi Bela Islam, di antara
beberapa stasiun televisi milik swasta lainnya.
Pada pemberitaan di program news update tanggal 2 Desember 2018
pukul 17.00 WIB. Berita Satu memberitakan tentang aksi damai 212, yang
tidak memengaruhi nilai tukar rupiah. Bahkan justru nilai tukar rupiah
tersebut menguat.
Media massa beroperasi secara primer pada pasar yang komersil, di
mana media harus berkompetisi dengan media lainnya untuk mendapatkan
perhatian dari pembaca dan pengiklan.29
28 Udi Rusadi, Kajian Media, 39.29 Shoemaker dan Reese, Mediating the Message, 209.
151
Berdasarkan berita tentang nilai tukar rupiah tersebut, Berita Satu
sebagai media yang merupakan sarana informasi, dan juga sebagai upaya
menjawab rasa penasaran para penontonnya yang mungkin dari kalangan
tertentu yang khawatir bahwa Aksi Bela Islam akan memengaruhi
perekonomian Indonesia, terutama nilai tukar rupiah. Sehingga, Berita Satu
pun menyajikan berita yang tidak hanya tentang Aksi Bela Islam yang terjadi
2 Desember 2016 tersebut, tetapi juga berita tentang masalah ekonomi atau
tentang nilai tukar rupiah.
E. Berita Satu dan Ideologinya
Bagian terakhir yang akan dibahas yaitu, berkaitan dengan ideologi
yang terlihat pada media massa, karena setiap media terutama media massa
yang dimiliki oleh pihak swasta, pastilah memiliki kepentingan yang berbeda
sesuai dengan ideologinya.
Pembahasan pada level ini adalah mempelajari hubungan antara
pembentukan sebuah konten media, nilai-nilai, kepentingan, dan relasi kuasa
media. Pada level ideologi kita melihat lebih dekat pada kekuasaan di
masyarakat dan mempelajari bagaimana kekuatan yang bermain di luar
media. Kita berasumsi bahwa ide memiliki hubungan dengan kepentingan
dan kekuasaan, yang menciptakan simbol adalah kekuasaan yang tidak
netral.Tidak hanya berita tentang kelas yang berkuasa tetapi struktur berita
agar kejadian-kejadian diinterpretasikan dari perspektif kepentingan yang
berkuasa.30
Pada tingkat ideologi, kita melihat secara khusus bagaimana fungsi
media sebagai perpanjangan tangan kepentingan yang kuat di masyarakat;
30 Shoemaker dan Reese, Mediating the Message, 224.
152
bagaimana rutinitas, nilai, dan struktur organisasi bergabung untuk
mempertahankan sistem kontrol dan reproduksi ideologi dominan.31
Ideologi sebuah media akan tercermin dari program ataupun berita-
berita yang ditampilkan. Seperti halnya Berita Satu, ideologinya dapat dilihat
dari berita-berita Aksi Bela Islam yang ditayangkan.
Pengaruh ideologi dari Berita Satu adalah ideologi Pancasila.
Sebagaimana terlihat pada pemberitaan tentang Aksi Bela Islam, pada
program Jurnal Pagi tanggal 28 November 2018, dengan headline yaitu
“Rawat Keberagamaan dan Persatuan,” isi dari beritanya yaitu tentang
tanggapan dari beberapa tokoh nasional dan masyarakat dalam menyikapi
akan dilaksanakannya aksi 2 Desember 2016. Dan dalam beritanya
menjelaskan bahwa para tokoh tersebut, menolak aksi 212. Selain itu juga
pada hari yang sama, namun program yang berbeda yaitu pada program
prime time. Berita Satu juga menggunakan headline “Rawat Keberagamaan
dan Persatuan,” isinya terkait adanya tanda-tanda aksi 2 Desember 2016,
akan dimanfaatkan oleh ISIS. Sehingga dalam pemberitaan ini membahas
tentang himbauan dari ketua PBNU kepada umat Islam untuk meningkatkan
kewaspadaan.32
Adapun alasan lain ialah berdasarkan oleh isi dari filosofi Berita Satu,
yang mana mengutamakan NKRI, Pancasila, UUD, pluralisme, demokrasi,
dan lain sebagainya. Walaupun demikian, kenyataan bahwa Berita Satu
sebagai sebuah media massa yang berorientasi sebagai sebuah lembaga
bisnis juga tidak bisa pungkiri. Sehingga nampak jelas terlihat dari tayangan-
tayangan beritanya bahwa Berita Satu menganut ideologi Pancasila.
31 Shoemaker dan Reese, Mediating the Message, 224.32https://youtu.be/6AfpVgdqslk diakses pada tanggal 22 April 2018.
153
Sebagai institusi bisnis media massa melakukan proses ekonomi yaitu
melakukan transaksi di pasar media, tarik menarik antarvolume dan kualitas
supply dan demand menjadi inti bisnis industri media sebagaimana juga
transaksi komoditas lain.33 Menjadikan juga Berita Satu sebagai stasiun
yang memang tujuan utamanya menghasilkan keuntungan, bukan pada
sebagai lembaga informasi semata, dan tidak menunjukkan
independennya.Sehingga berita terkait Aksi Bela Islam yang ditayangkan
oleh Berita Satu pun terkesan ada keberpihakan kepada umat Islam ataupun
peserta aksi, tetapi kepada pemerintah maupun orang-orang golongan
tertentu. Akibatnya, berita-berita yang ditayangkan terkesan mengambarkan
Islam sebagai agama yang intoleran dan radikal.
Berdasarkan hal ini, maka ideologi yang dianut oleh Berita Satu,
ataupun perusahaan yang menaunginya yaitu Lippo Group, menjadi sangat
penting untuk diketahui, karena dengan mengetahui ideologinya maka akan
diketahui juga model pemberitaannya maupun keberpihakannya. Adapun
berhubungan dengan ideologi Pancasila yang dianur stasiun televisi ini,
menjadikan berita-berita terkait Aksi Bela Islam, yang sebenarnya tidak
mewakili para peserta aksi untuk menyuarakan aspirasinya, tetapi isi dari
pemberitaan di Berita Satu terkesan hanya ingin mengambil keuntungan
melalui liputan terkait aksi tersebut, dan berpihak semata-mata kepada
pemerintah yang berdaulat. Hal ini pula menjadikan stasiun ini melakukan
disfungsi sebagai media massa, karena seharusnya sebagai media Berita Satu
seharusnya menjalankan fungsi korelasinya dengan tidak mementingkan atau
mengedepankan suatu golongan ataupun kelompok tertentu. Tetapi karena
ideologinya tersebut, menjadikan Berita Satu terlihat tidak netral dan
terkesan hanya mementingkan kepentingan kelompok tertentu.
33 Udi Rusadi, Kajian Media, 39.
154
155
BAB VIPENUTUP
A. Kesimpulan
1. Berita Satu mengonstruksi isi pemberitaan tentang “Aksi Bela
Islam,” dengan cara membangun pengaruh yang bertingkat dimulai
dari tingkat individu pekerja, rutinitas media, organisasi, ekstra media
seperti sumber berita, pengiklan, dan pemerintah, serta juga
menerapkan ideologi yang dianut ke dalam pemberitaannya.
Sehingga berita tersebut pun tidak bersifat objektif, tetapi bersifat
subjektif.
2. Lima tingkatan yang memengaruhi isi pemberitaan “Aksi Bela Islam”
di Berita Satu, di antaranya:
a. Level individu pekerja, pengaruh yang dihasilkan dalam level ini
memang tidak signifikan memengaruhi isi pemberitaan. Tetapi
juga bukan berarti tidak berpengaruh, karena seperti yang dapat
terlihat dari pemberitaan “Aksi Bela Islam” pada program
breaking news di Berita Satu, maka dapat terlihat bahwa
wartawan, dan juru kamera di lapangan yang meliput peristiwa
tersebutlah yang berperan penting dalam isi pemberitaan.
Sehingga latar belakang, ataupun karakteristik dari seorang
wartawan Berita Satu yang bertugas tersebut menjadi sesuatu
yang penting dalam penyampaian beritanya.
b. Unsur-unsur dari level rutinitas media yang memengaruhi isi
pemberitaan “Aksi Bela Islam” di Berita Satu, yaitu sumber
berita (seperti: narasumber), organisasi media (seperti: tim
redaksi pemberitaan), dan audiens.
156
c. Level organisasi, pengaruh yang dihasilkan dari level ini cukup
signifikan. Hal ini karena pada level ini terlihat bahwa organisasi
yang menaungi Berita Satu adalah Lippo Group, sehingga isi
pemberitaan tentang “Aksi Bela Islam” tidak luput dari pengaruh
yang ditimbulkan oleh Lippo ataupun pemiliknya tersebut.
d. Level extra media, pengaruh isi pemberitaan “Aksi Bela Islam” di
Berita Satu yang dihasilkan dari level ini cukup beragam. Hal ini
karena isi pemberitaan yang dibuat tim redaksi Berita
Satudipengaruhi dari beberap faktor, di antaranya: sumber berita
(narasumber yang dipilih oleh seorang wartawan bisa saja
melakukan kebohongan). Faktor selanjutnya pengiklan dan
penonton, para sponsor ataupun pengiklan di Berita Satu dapat
terlihat dengan jelas pada tayangan-tayangan berita “Aksi Bela
Islam.” Selain itu juga terdapat faktor kontrol pemerintah yang
memengaruhinya, disini pemerintah bertugas mengontrol
tayangan berita di Berita Satu. Dan juga faktor pangsa pasar,
karena Berita Satu adalah stasiun milik swasta tentunya media ini
juga berkompetisi dengan media lain yang ada di Indonesia.
e. Level ideologi, pengaruh yang dihasilkan dari level ini pada
pemberitaan “Aksi Bela Islam” di Berita Satu terbilang besar. Hal
ini berkaitan dengan sudut pandang stasiun tersebut, dan terlihat
bahwa Berita Satu menganut ideologi Pancasila, yang juga
tercermin dari isi filosofi Berita Satu yang tertulis dalam buku
Panduan Kerja Para Jurnalis Berita Satu Media Holding.
157
B. Rekomendasi
1. Rekomendasi Teoritis:
Teori Hierarki Pengaruh Isi Media yang diperkenalkan oleh Pamela J.
Shoemaker dan Stephen D. Reese, dapat diaplikasikan pada sebuah
pemberitaan di media massa khususnya televisi, seperti pemberitaan
“Aksi Bela Islam” di Berita Satu. Pada penelitian ini, diperoleh lima
faktor yang memengaruhi isi pemberitaan, yaitu; Pertama, individu
pekerja yang bertugas melakukan pemberitaan “Aksi Bela Islam.”
Kedua, unsur-unsur dari rutinitas media di stasiun televisi Berita
Satu.Ketiga, organisasi ataupun pemilik dari Berita Satu.Keempat,
pengaruh dari extra media dalam pemberitaan “Aksi Bela Islam” di
Berita Satu. Kelima, ideologi dari Berita Satu. Dan dari lima faktor
yang sesuai dengan teori hierarki pengaruh dapat dielaborasikan
dengan teori komunikasi Islam yaitu pada konsep tabligh, taghyir,
amr ma’ruf nahy munkar, dan akhlaq al-qarimah.
2. Rekomendasi Praktis:
Pemberitaan “Aksi Bela Islam” di Berita Satu, pada kenyataannya
memberikan gambaran tentang sebuah peristiwa besar yang terjadi
pada 14 Oktober, 4 November dan 2 Desember 2016 lalu, selain itu
juga memberikan khasanah keilmuan tentang media massa, bahwa
media adalah sebuah sarana penyedia informasi yang tidak luput dari
berbagai pengaruh dan kepentingan, sehingga khalayak harus lebih
bijak dalam menerima dan dapat menyaring informasi sebaik
mungkin yang diterima dari media.
DAFTAR PUSTAKA
Akbar. “Indahnya Aksi Damai Umat Islam”. Majalah Dakwah Islam Cahaya
Nabawiy. Januari 2017.
Al Munawar, Said AgilHusin. Fikih Hubungan Antar Agama: Editor Abdul
Halim. Jakarta: Ciputat Press, 2005.
Al-Musleh, Mohamed Abu Bakar A. Al-Ghazali the Islamic Reformer: an
evaluative study of the attemps of Imam al-Ghazali at Islam Reform.
Malaysia: Islamic Book Trust, 2012.
Arifin, Anwar. Dakwah Kontemporer: Sebuah Studi Komunikasi.
Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011.
Awwas, Irfan S. Dialog Internet: Aksi Sejuta Ummat dan ssu Negara Islam.
Yogyakarta: Wihdah Press, 2000.
Bakti, Andi Faisal. Communication and Family Planning in Islam in
Indonesia: South Sulawesi Muslim Perceptions of a Global
Development Program. Jakarta: INIS, 2004.
Bakti, Andi Faisal. “Paramadina and its Approach to Culture and
Communication: An Engagement in Civil Society.” Archipel, Paris,
France 68 (Desember, 2004).
Bakti, Andi Faisal. “The Contribution of Dakwah to Communication
Studies: Risale-I Nur Collection Perspective.” Proceedings, Istanbul
Foundation for Science and Culture (2010).
Bakti, Andi Faisal. The Role of Islamic In The Globlalizaton Era: Between
Religious Principles And Values of Globlalization, The Challenges
And The Opportunities. Paper Presented at The Second International
Conference on Islamic Media. (13-15 Desember 2011)
http://www.andifaisalbakti.net/islamic-studies.
Bakti, Andi Faisal. “Prophetic Communication Strategies: Risale-I Nur's
Perspective.” Proceedings. Istanbul: Istanbul Foundation for Science
and Culture, 2013.
Bakti, Andi Faisal, danLecomte, Isabelle. “The Integration of Dakwah in
Journalism: Peace Journalism”. Jurnal Komunikasi Islam, Vol. 5 no.1
(Juni, 2015).
Branston, Gill and Stafford, Roy. The Media Student’s Book. New York:
Routledge, 2003.
Budiarsa, Meistra. “Mediatisasi Aksi Massa Islam 2 Desember 2016”.
Profetik Jurnal Komunikasi, Vol.10, no.01 (April, 2017).
Bungin, M, Burhan. Konstruksi Sosial Media Massa: Kekuatan Pengaruh
Media Massa, Iklan Televisi, dan Keputusan Konsumen serta Kritik
terhadap Peter L. Berger dan Thomas Luckmann. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2008.
Burton, Graeme. Yang Tersembunyi di Balik Media. Yogyakarta: Jalasutra,
2006.
Damsar, Pengantar Sosiologi Politik: Edisi Revisi. Jakarta: Kencana, 2010.
Denzin, Norman K. Denzin dan Lincoln, Yvonna S. Handbook Of
Qualitative Research. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009.
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya.
Fathullah, Ahmad Lutfi. Potret Aksi Damai Bela Islam 212. Jakarta: Al-
Mughni Press, 2017.
Griffin Emory A. A First Look at Communication Theory. New York:
McGraw-Hill, 2012.
Hasan, Muhammad Tholchah. Prospek Islam dalam Menghadapi Tantangan
Zaman. Jakarta: Lantarbora Press, 2000.
Hefni, Harjani. Komunikasi Islam. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group,
2015.
Ibrahim, IdySubandy dan Akhmad, Bachruddin Ali. Komunikasi dan
Komudifikasi : Mengkaji Media dan Budaya dalam Dinamika
Globalisasi. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2014.
Ilahi, Wahyu. Komunikasi Dakwah. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2010.
Krisdinanto, Nanang.“Anomali dan Teori Hierarki Pengaruh terhadap Isi
Media”. Jurnal Komunikatif, Vol.03, no.1 (Juli, 2014).
Litteljohn, Stephen W dan Foss, Karen A. Teori Komunikasi. Jakarta:
Salemba Humanika, 2009.
Manajemen Berita Satu Media Holdings. Jurnalisme Positif: Panduan Kerja
Para Jurnalis Berita Satu Media Holding. Jakarta: Berita Satu
Media Holdings, 2012.
Mayasari, Silvina. “Konstruksi Media terhadap Berita Kasus Penistaan
Agama Oleh Basuki Tjahaja Purnama (Ahok): Analisis Framing pada
Surat Kabar Kompas dan Republika”. Jurnal Komunikasi, Vol.VIII,
no.2 (September 2017).
McQuail, Denis. Teori Komunikasi Massa McQuail. Penerjemah Putri Iva
Izzati. Jakarta: Salemba Humanika, 2012.
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2001.
Mowlana, Hamid. “Theoretical Perspective on Islam and Communication.”
China Media Research, Volume 03 No. 04 (2007).
Muis, A. Komunikasi Islami. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001.
Nasrullah, Rulli. Teori dan Riset Media Siber (Cybermedia). Jakarta:
Prenadamedia Group, 2014.
Noor, Henry Faizah, Ekonomi Media. Jakarta: Rajawali Pers, 2010.
Noor, Juliansyah. Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, dan
Karya Ilmiah. Jakarta: Kencana, 2011.
Pamungkas, Arie Setyaningrum dan Octaviani, Gita. “Aksi Bela Islam dan
Ruang Publik Muslim: Dari Representasi Daring ke Komunitas
Luring”. Jurnal Pemikiran Sosiologi, Vol. 4 No.2 (2017).
Romli, Asep Syamsul M. Jurnalistik Dakwah: Visi dan Misi Dakwah Bil
Qalam. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003.
Rosyidin, Iding dan Heryanto, Gun Gun. Konstruksi Citra Partai Islam di
Media Nasional Pemetaan Pemilu 2014. Jakarta: Lembaga Penelitian
dan Pengabdian Kepada Masyarakat UIN Syarif Hidayatulla, 2013.
Ruben, Brent D. Ruben dan Stewart, Lea P. Komunikasi dan Perilaku
Manusia. Penerjemah Ibnu Hamad. Jakarta: Rajawali Pers, 2014.
Rusadi, Udi. Kajian Media: Isu Ideologis dalam Perspektif, Teori dan
Metode. Jakarta: Rajawali Press, 2015.
Samantho, Ahmad Y. Jurnalistik Islami: Panduan Praktis bagi Para Aktivis
Muslim. Bandung: Penerbit Harakah, 2002.
Senjaya, Sasa Djuarsa, dkk. Teori Komunikasi. Jakarta: Universitas Terbuka,
April 2007.
Shoemaker, Pamela J. Shoemaker and Reese, Stephen D. Mediating the
Message. New York: Longman Publisher, 1996.
Sobur, Alex. Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana,
Analisis Semiotik, dan Analisis Framing. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2004.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi.
Bandung: CV. Alfabeta, 2016.
Sulistyo, M. Dani. Mengetuk Pintu Langit. Jakarta: Visimedia, 2017.
Tim Penyusun. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan
Disertasi). Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2017.
Tim Penyusun. Pedoman Akademik Penyusunan Proposal dan
PenulisanTesis. Jakarta: Program Magister KPI Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah, 2015.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 tahun 1999. Pers.
Unde, Andi Alimuddin. Televisi dan Masyarakat Pluralistik. Jakarta:
Prenadamedia Group, 2014.
Wahyuwibowo, Indiwan Seto. Terorisme dalam Pemberitaan
Media.Yogyakarta: Deepublish, Januari 2015.
Wawancara :
Wawancara dengan Pemimpin Redaksi Berita Satu Claudius V. Boekan
pada tanggal 9 April 2018.
Wawancara dengan Tezar Aditya Rahman selaku news presenter dan
reporter Berita Satu, pada tanggal 7 Okotber 2018.
Internet :
http://www.bbc.com/indonesia/indonesia-37996601diakses 16 Januari 2018.
https://news.detik.com/berita/3338806/begini-perjalanan-kasus-dugaan-
penistaan-agama-oleh-ahok-di-bareskrim diakses 16 Januari 2018.
https://news.detik.com/berita/3338806/begini-perjalanan-kasus-dugaan-
penistaan-agama-oleh-ahok-di-bareskrim diakses 16 Januari 2018.
http://www.beritasatu.tv/about-us/ diakses pada tanggal 10 Maret 2018.
https://youtu.be/fzPDDBa4-w0 diakses pada 10 Maret 2018.
https://youtu.be/wv7jr-V_Jbc diakses pada 10 Maret 2018.
https://youtu.be/oyv0RSIQkwEdiakses pada 10 Maret 2018
http://www.beritasatu.tv/redaksi/ diakses tanggal 18 Maret 2018
www.beritasatu.tv/about-us/ diakses pada tanggal 17 April 2018.
www.beritasatu.tv/redaksi/ diakses pada tanggal 17 April 2018.
http://www.beritasatu.tv/ads/#audienceprofile diakses 17 April 2018.
www.beritasatu.tv/presenter/tezar-aditya/ diakses pada tanggal 19 April
2018.
https://youtu.be/ncYMax2HS_s diakses pada 20 April 2018.
www.beritasatu.tv/program/ diakses pada tanggal 20 April 2018.
https://youtu.be/KTmRt2as7Lc diakses pada tanggal 20 April 2018.
https://youtu.be/fzPDDBa4-w0 diakses pada 20 April 2018.
https://www.youtube.com/watch?v=22F1LlZfgdw diakses pada tanggal 20
April 2018.
https://www.youtube.com/watch?v=vt_EAGC7n-w diakses pada tanggal 20
April 2018.
https://youtu.be/s0LQjjk7pEw diakses pada tanggal 22 April 2018
https://www.youtube.com/watch?v=lkijiLJn_NQ&t=4s diakses pada tanggal
22 April 2018.
https://youtu.be/uzvesXez_kg diakses pada tanggal 23 April 2018.
https://youtu.be/uzvesXez_kg diakses pada tanggal 23 April 2018.
https://youtu.be/IkijiLJn_NQ diakses pada tanggal 23 April 2018.
https://youtu.be/ncYMax2HS_s diakses pada tanggal 23 April 2018.
https://youtu.be/gcbrareGoxfg diakses pada tanggal 23 April 2018.
https://youtu.be/2itfCFF1vXA diakses pada tanggal 23 April 2018.
http://www.beritasatu.tv/ads/#advertising diakses pada tanggal 23 April
2018.
https://camera.co.id/news/istilah-pengertian-dan-jenis-drone/ diakses pada
tanggal 23 April 2018.
https://youtu.be/IwLWJ3-adJQ diakses pada tanggal 23 April 2018.
https://youtu.be/6AfpVgdqslk diakses pada tanggal 24 April 2018.
LAMPIRAN - LAMPIRAN
Lampiran 1RUANG LINGKUP PENELITIAN
PEMBERITAAN GERAKAN AKSI BELA ISLAM 212 DALAMKONSTRUKSI HIERARKI PENGARUH ISI MEDIA DI BERITA
SATUNO KEBUTUHAN DATA TPD SUBYEK W
W O D
I Berita Satu :
1. Sejarah berdirinya2. Visi dan misi3. Struktur redaksi4. Profil penonton
+ + +
W= PemimpinRedaksi BeritaSatu
II Tayangan berita Aksi Bela Islam (ABI) + +
III. Pengaruh level mikro dalam teori hierarki pengaruh:1. Individual level2. Media routines level
+ + +W= Pemimpinredaksi Berita Satu
IV Pengaruh level makro dalam teori hierarki pengaruh:1. Organization level2. Extramedia level3. Ideological level
+ + + W= Pemimpinredaksi Berita Satu
V Kesimpulan
Lampiran 2
FIELDNOTE
Catatan Lapangan :Pemberitaan Gerakan Aksi Bela Islam 212 (ABI)
dalam Konstruksi Hierarki Pengaruh Isi Media di Berita Satu
Hari/Tanggal/Jam : Senin, 9 April 2018. Pukul 14.00 WIT
Jenis Kegiatan :Wawancara mendalam
Informan :Claudius V. Boekan (Pemimpin redaksi Berita Satu)
LokasiKegiatan : Kantor Redaksi Berita Satu
Tema Catatan Deskriptif Catatan Refleksi
Sejarah berdirinyaStasiun Berita Satu
Target sasaranaudiens Berita Satu
Berawal dari Lippo Group yangsetelah krisis 1998 berekspansi kebisnis property dan telekomunikasi.Sehingga pada bisnis telekomunikasi,Lippo mengembangkan sistem yangbernama multi-pola yaitu bergerak disoftware dan hardware, yangkemudian muncullah First Media.Sehingga, TV berbayar pertama diIndonesia ialah First Media milikLippo, tetapi hingga awal 2011belum ada news channel. Barulahpada September 2011 akhirdibentuklah Berita Satu, sehinggamasih sangat muda yaitu 7 tahun.Pada saat awal terbentuknyapemimpin redaksi Berita Satu yaitubapak Don Bosco Selamun.
Berita Satu sebagai stasiun televisiyang masuk kategori lembagapenyiaran berlangganan, sehinggaBerita Satu menyasar audiens yangsecara financial mampu membayar
1. Stasiun tv Berita Satuadalah bagian atau anakperusahaan dari LippoGroup. Selain itu,Berita satu adalahbagian dari lembagapenyiaranberlangganan. Sehinggauntuk mengakseschannel dari BeritaSatu, maka seseorangharus menggunakanlayanan seperti FirstMedia, Big tv,Indovision, Indi Home,maupun tv kabellainnya.
2. Berita Satu sebagaitelevisi stasiun televisiberlangganan tidakbergantung pada angkarating dan share sepertipada stasiun televisiyang merupakanlembaga penyiaranpublik.
layanan dari First Media setiapbulannya. Sehingga jelas targetaudiensnya pada kelas menengah atas(decision maker). Walaupun 80%mayoritas penduduk Indonesia adalahkaum menengah kebawah. TetapiBerita Satu ingin mencobamenerapkan pola pikir masyarakatyang ada di Eropa maupun negaramaju lainnya di Indonesia, karenapara konsumen yang membayarlayanan ini tidak hanya mendapatkanfasilitas channel dari Berita Satu,tetapi juga fasilitas lain sepertilayanan internet/wifi.
3. Audiens (penonton)dari Berita Satu adalahpenonton yang rata-rataberada pada kelasekonomi menengah keatas.
Tema Catatan Deskriptif Catatan Refleksi
Ritme kerja yangberlaku di BeritaSatu, ketika ABI
Pengaruhownership (LippoGroup) padapemberitaan ABI212
Pengaruhpemerintah danpihak pengiklanpada pemberitaanABI 212
Berita Satu seperti halnya stasiunberita lainnya, para wartawan telahmemiliki tugas pokok masing-masingsesuai dengan bidangnya, sehinggapara wartawan itu ditugaskan untukmelakukan liputan sesuai denganbidangnya yang telah ditetapkan.Akna tetapi ketika terjadi peristiwaseperti ABI, redaksi membentuk timkhusus liputan, karena ABImerupakan peristiwa yang hanyaterjadi saat itu, dan sebelum peliputantim redaksi telah melakukan rapatredaksi untuk membrefing parawartawan, maupun kameramen agardapat bekerja sesuai dengan kode etikjurnalistik dan editorial policy BeritaSatu.
Berita Satu sebagai stasiun tv yangdimiliki oleh Lippo Group, memangdapat dikatakan bahwa Lippomemiliki pengaruh yang besar. Tetapipada saat terjadi peristiwa ABI ini,Lippo memberikan sepenuhnyatanggung jawab kepada redaksi.Walaupun Lippo tetap mengontrolpemberitaannya agar tetap sesuaidengan editorial policy dari BeritaSatu, dan visi misi perusahaan.
Lippo Group sebagai perusahaanyang tidak pernah bersinggunganproyek dengan pemerintah, sehinggamenyebabkan stasiun Berita Satu punsebagai stasiun yang tidak condongpada kepentingan pemerintah,maupun partai politik, karenanyapada saat peristiwa ABI tim BeritaSatu meliputnya tidak hanya dari satusudut pandang, tetapi dari beberapa
1. Dalam ritme kerjaBerita Satu, selalumelakukan pelatihankhusus kepada parajurnalisnya yang akanmelakukan peliputanberita, seperti yangterjadi ketika akanmeliput peristiwa ABI.
2. Lippo Group sebagaipemilik dari BeritaSatu, tidak secara nyatamenunjukkan kuasanyamaupun intervensikepada redaksi BeritaSatu. Walaupundemikian, redaksiBerita Satu selaluberusaha tidakmelenceng dari aturanmaupun visi dan misidari Lippo dalam setiappemberitaan termasuksaat memberitakanperistiwa ABI.
3. Pemerintah hampirtidak memilikipengaruh terhadapredaksi maupun isiberita di Berita Satu.
4. Berdasarkan bukuPanduan Kerja JurnalisBerita Satu, terlihatbahwa stasiun inimenganut ideologiPancasila. Walaupundemikian, Berita Satusebagai stasiun yangdimiliki oleh pihakswasta yang
Ideologi yang dianut Berita Satu
sudut pandang, denganmenghadirikan berbagai tokoh(narasumber) yang berasal dariberbagai kalangan. Sedangkanpengiklan memang berperan besarbagi Berita Satu, karena sebagaistasiun tv milik swasta danmerupakan stasiun tv berlangganan,pengiklan adalah salah satupenyokong Berita Satu. Oleh karenadisetiap berita yang muncul pastiterselip iklan-iklan dari beberapaproduk yang memang berinfestasi diBerita Satu.
Berita Satu menganut ideologiPancasila, sesuai yang tertulis dibuku Panduan Kerja Jurnalis BeritaSatu
berorientasi pada bisnisdan keuntungan,sehingga Berita Satujuga dapat dikatakanmenganut ideologikapitalisme.
Lampiran 4
DOKUMENTASI
(Foto Wawancara dengan Pemimpin Redaksi dan Reporter Berita Satu)
(Foto Aksi Bela Islam yang di Dokumentasi dari Berita Satu)
Lampiran 3
TRANSKRIP BERITA AKSI BELA ISLAM
Kode Gambar 4.1
News Anchor/Reporter Tezar Aditya
Headline Aksi 2/12
Isi Berita
Pasukan keamanan melakukan apel sejak pagi untukpersiapan pengamanan aksi, gelar pasukan dipimpin olehKapolda Metro Jaya dan Pangdam Jaya Jayakarta DKIJakarta// Personil yang dikerahkan yaitu sebanyak 24.128personil gabungan dari TNI, Polri, dan Satpol PP// Pasukantidak hanya diterjunkan untuk mengamankan titik pusataksi yaitu di Monas, tapi juga diterjunkan di beberapa titik-titik kawasan objek vital, seperti Istana, DPR, dan beberapainstansi serta pusat-pusat perekonomian// Aksi yangdigawangi GNFMUI nantinya akan melakukan aksi doabersama, dzikir bersama, dan shalat jumat bersama// Parapersonil pengamanan yang berada di Monas tidak dibekalisenjata berbeda dengan yang berada di luar Monas//Sebagai upaya preventif Polri menerjunkan personil yangdisebut satuan asmaul husna yang akan berbaur denganpeserta aksi massa// Berbagai fasilitas juga disediakanuntuk peserta aksi yaitu air bersih, toilet portable, hinggaakan digelar karpet untuk massa yang menggelar shalatjumat// laporan pernyataan dari Kapolda Metro Jaya juga.
Analisis
- Latar belakang reporter: Muslim, mantan kru produksiMetro TV 2014, alumni UIN Jakarta.
- Pemilihan bahasa: menggunakan kata-kata yang sesuaidengan maksud dari Aksi Bela Islam (seperti: pesertaaksi damai, massa).
Kode Gambar 4.2
News Anchor/Reporter
Nori Utari
Headline Breaking News: Jelang Aksi Damai 4 November
Isi Berita Melaporkan kondisi terkini Mesjid Istiqlal yang sudahdipenuhi peserta aksi demo// Kepadatan peserta dariberbagai daerah sudah terlihat mulai dari lantai dasarmesjid hingga lantai dua// Para peserta aksi demoberdatangan sejak malam// kepadatan yang terjadi di dalamMesjid Istiqlal hingga menjalar juga ke pelataran mesjid//Sejumlah peserta juga melantunkan kalimat syahadat dantakbir// Kepadatan juga terjadi di area parkir Mesjid Istiqlalyaitu sudah ada bus-bus dan juga mobil dan motor yangparkir// Saat tim Berita Satu mencoba masuk ke pintuMesjid Istiqlal pun cukup sulit, karena kepadatan darimobil dan motor yang parkir di luar mesjid// Kemacetanpun terlihat dari mulai stasiun Gambir// Penjagaan punsudah dilakukan untuk memantau volume massa olehpasukan Kepolisian dan TNI//
Analisis - Latar belakang reporter: Muslim, mantan citizenJournalist Metro TV, alumni UPH
- Pemilihan bahasa: menggunakan istilah peserta aksidemo yang merujuk pada para peserta Aksi Bela Islam
Kode Gambar 4.3
News Anchor/Reporter
Valerina Daniel
Headline Dialog “Siapa Aktor Politik 411?”
Isi Berita Aksi damai 4 November di Jakarta yang dilakukan ratusanribu orang berakhir ricuh, padahal sejak siang hinggamagrib aksi tersebut berjalan tertib, aman dan damai//Kericuhan yang terjadi disayangkan oleh Presiden JokoWidodo dan Presiden menuding ada aktor politik yangmenunggangi aksi menuntut proses kasus dugaan penistaanagama yang dilakukan oleh Ahok// Presiden tidak merincisiapa aktor politik yang dimaksudkan// Siapa aktor politikyang dimaksud Presiden, sebab aksi tersebut banyak diikutioleh para politikus senayan// Dialog dilakukan denganwasekjen Partai Demokrat Didi Irawadi dan ketua DPPHanura Dadang Rusdiana// Wakil Ketua DPR Fahri Hamzaikut turun ke jalan bergabung bersama ribuan massa aksidamai 4 November// Pada aksi tersebut Fahri Hamzamenjelaskan tentang cara menjatuhkan Presiden//
Analisis - Latar belakang reporter: Muslim, mantan reporter TPIth.2000, SCTV th.2003, Metro TV th.2004, ANTVth.2006, alumni Universitas Indonesia.
- Pemilihan bahasa: mengulas tentang aktor politik dariAksi 411, mempertegas dengan mempertanyakan“siapakah aktor politik yang menunggangi aksi 411 yangdimaksudkan Presiden?”, memberi pernyataan bahwaaksi 411 banyak diikuti oleh politikus Senayan.Melontarkan pertanyaan ke narasumber dialog, namunjuga memberikan informasi terkait sebelum peristiwaricuhnya aksi 411, terdapat pidato dari Fahri Hamzayang menjelaskan tentang tata cara menjatuhkanPresiden.
Kode -
News Anchor/Reporter
Carlos Michael
Headline Top Series Prime Time: Ribuan Ormas Islam MenggelarUnjuk Rasa
Isi Berita Ribuan Ormas Islam menggelar unjuk rasa di depan BalaiKota DKI Jakarta// Unjuk rasa dipicu oleh pernyataanGubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)yang mengutip surat al-Maidah di Kepulauan Seribu//
Analisi - Latar belakang reporter: Katolik, mantan penyiar M-Channel Manado 2013, alumni Univ. KatolikParahyangan.
- Pemilihan bahasa: menyematkan istilah unjuk rasa padaAksi Bela Islam jilid 1 atau aksi pada tanggal 14 Oktober2016.
Kode -
News Anchor/Reporter
Kevin Bellamy Egan
Headline Breaking News: Maklumat Antisipasi Aksi 212
Isi Berita Penyampaian isi maklumat antisipasi aksi 212 olehKapolda Metro Jaya// Berdasarkan dari beberapa pointerkait maklumat tersebut, bahwa masyarakatdiperbolehkan melakukan unjuk rasa namun dengan syarattidak ada kaitannya ataupun gerakan yang mengarahkepada makar.
Analisis - Latar belakang reporter: Katolik, repoter TV One 2009-2013, alumni Univ. Katolik Parahyangan.
- Pemilihan bahasa: menyebutkan Aksi Bela Islam denganistilah unjuk rasa.
Kode Gambar 4.7.
News Anchor/Reporter
Tascha Liudmila
Headline Breaking News: Dialog Efek Demo Bagi Ahok
Isi Berita Pengunjuk rasa yang juga melakukan aksi damai di depanIstana Merdeka dan sejumlah titik di Jakarta mendapatpengawalan ketat aparat kepolisian// Massa tidak hanyaberasal dari ormas Islam di Jakarta tetapi juga dari berbagaidaerah// Unjuk rasa dipicu pernyataan calon petahanangubernur DKI Jakarta terkait surat al-Maidah//Mempertanyakan apakah efek unjuk rasa ini akanmenggerus elektabilitas Ahok atau justru semakinmenaikkan elektabilitas// Dialog bersama Ruhut Sitompul(juru bicara tim pemenangan Ahok-Djarot dan DjayadiHanan (pengamat politik)//
Analisis - Latar belakang reporter: Muslim, mantan reporter SCTV,Metro TV dan Kompas TV, alumni UPH.
- Pemilihan bahasa: menyebutkan peserta Aksi Bela Islamdengan sebutan pengunjuk rasa.
Kode Gambar 4.8
News Anchor/Reporter
Valerina Daniel
Headline Ada Upaya Makar
Isi Berita Penyampaikan pendapat dari Kapolri Tito Karnavian bahwarencana Aksi 2 Desember memiliki agenda terselubung//Polri menduga aksi tersebut berupaya menjatuhkanpemerintah// Polisi sudah mengetahui adanya rapat-rapatpolitik diantaranya untuk melakukan makar// Kapolriberjanji akan menindak tegas sesuai dengan aturan yangberlaku//
Analisis - Latar belakang reporter: Muslim, mantan reporter TPIth.2000, SCTV th.2003, Metro TV th.2004, ANTVth.2006, alumni Universitas Indonesia.
- Menjelaskan upaya makar pada Aksi Bela Islam 2Desember, penjelasan tersebut dengan penakanan padapernyataan dari Kapolri.
Kode Gambar 4.9
News Anchor/Reporter
Julita Telaumbanua
Headline Jelang Aksi 2/12: MUI Mengkaji Fatwa Shalat di Jalan
Isi Berita Penyampaian tentang MUI perlu mengkaji lagi fatwa shalatdi jalan berkaitan dengan permintaan Polri ke MUI untukmengeluarkan fatwa shalat di jalan terkait aksi demo 2Desember// Sebelumnya juga Kapolda Metro Jaya telahmengeluarkan maklumat larangan aksi 2 Desember//Ditanggapi dari berbagai pihak salah satunya yaitumenganggap Polri menghalangi kebebasan berpendapat//
Analisis - Latar belakang reporter: Protestan, mantan reporter TVOne, alumni Univ. Telkom Bandung
- Menggunakan istilah demo pada Aksi Bela Islam 2Desember, mengingatkan juga bahwa Kapolda MetroJaya telah mengeluarkan maklumat larangan demo 2Desember.
Kode -
News Anchor/Reporter
Rudy Andanu
Headline Rawat Keberagaman dan Persatuan
Isi Berita Sejumlah tokoh nasional dan masyarakat sipil bersatumenolak aksi 2 desember// mengutip pernyataan tokoh guruHenny Supolo bahwa aksi 2 desember perlu dilarang jikaaksi tersebut mengganggu ketertiban umum dan aparatpenegak hukum tidak boleh tunduk pada kelompokintoleran.
Analisis - Latar belakang reporter: Muslim, reporter ANTV 2011,alumni Univ. Jenderal Soedirman.
- Menjelaskan tentang penolakan terkait rencana aksi 212oleh beberapa tokoh, dan penyebutan aksi 212 sebagaibentuk aksi intoleran.
Kode -
News Anchor/Reporter
Anie Rahmi
Headline Dialog: Tensi Polkam Pasca Maklumat
Isi Berita Polri melakukan upaya pencegahan dalam menghadapi aksimassa sejumlah ormas yang menuntut penahan terhadapgubernur petahanan Jakarta Basuki Tjahaja Purnama(Ahok) dalam kasus penistaan agama// Polda Metro Jayatelah menyebarkan maklumat tertib unjuk rasa ke sejumlahtempat// Penyebaran maklumat juga dilakukan melaluiudara// Sebagai pencegahan karena aksi yang berujungrusuh ini penting dilakukan// Mengingat ada laporanintelegen bahwa aksi tersebut akan ditunggangi olehkelompok tertentu untuk berbuat makar kepada negara//(dialog tentang seberapa efektif maklumat yang disebaruntuk meredam tensi politik terkait aksi yang rencanakanakan dilakukan kembali pada 2 Desember 2016).
Analisis - Latar belakang reporter: Muslim, news anchor danproducer Trans TV (2003-2013), news anchor danproduser Bloomberg TV (2013-2015), alumni Univ.Indonesia
- Menjelaskan Aksi Bela Islam dari sudut pandang Polri,dan juga beberapa kali menyebutkan Aksi Bela Islamdengan unjuk rasa, melakukan penegasan danmengingatkan terkait Aksi Bela Islam 4 November yangberujung ricuh, menjelaskan bahwa terdapat dugaanmakar dalam Aksi Bela Islam.
Kode -
News Anchor/Reporter Tezar Aditya
Headline Unjuk Rasa Ormas Islam
Isi Berita
Massa aksi mulai berkumpul di depan Mesjid IstiqlalJakarta, dan diperkirakan massa tersebut sekitar ribuanmassa// Massa tersebut menamai dirinya dengan ‘GerakanMasyarakat Jakarta’ (GMJ) yang merupakan gabungan dariberbagai ormas yang berbasis Islam, salah satunya FPI,Laskar Pembela Islam// Mereka semua bersatu padumenyuarakan aspirasi terkait pernyataan Ahok yangmenurut mereka menyakiti umat Islam// Dan Saat inisedang berlangsung orasi dari para petinggi ormastersebut// Dan juga terdapat beberapa saran ataupunhimbauan dari beberapa petinggi ormas tersebut kepadaanggotanya untuk tidak anarkis dan berlangsung dengandamai// Setelah orasi tersebut dilanjutkan dengan longmarsdari Istiqlal, kemudian ke Kementerian Kelautan dan jugaPertanian, dimana kantor KPP ini merupakan kantorsementara dari Bareskrim// Selanjutnya dilanjutkan jugalongmars ke Balai Kota merupakan kantor Ahok// Poldajuga menyatakan bahwa aksi ini akan dihadiri massasebanyak 5000 orang, tetapi berdasarkan hasil wawancaradengan beberapa orang disini mengklaim bahwa jumlahmereka bisa mencapai sekitar 15000 orang// Sementarauntuk masyarakat Jakarta yang beraktifitas disekitara jalanMedan Merdeka Timur dan Medan Merdeka Selatan untukberhati-hati karena potensi kemacetan akan terjadi akibatunju rasa ini karena longmars yang dilakukan.
Analisis
- Latar belakang reporter: Muslim, mantan kru produksiMetro TV 2014, alumni UIN Jakarta.
- Pemilihan bahasa: menggunakan kata-kata yang sesuaidengan maksud dari massa unjuk rasa sesuai denganheadline berita.
Transkrip Wawancara
Narasumber : Claudius V. Boekan (Pemimpin Redaksi Berita Satu Tv)
Waktu : Senin, 09 April 2018 (Pukul: 14.00 WIB)
1. Bagaimana awal mula Berita Satu didirikan?
Awal mula Berita Satu ada yaitu karena Lippo Group yang menjadi
perusahaan yang mendirikan Berita Satu ini, berekspansi ke property dan
telekomunikasi, setelah krisis 1998 di Indonesia. Lalu pada bisnis
telekomunikasi, Lippo kembangkan namanya multi-pola yaitu bergerak di
software dan hardware, yang kemudian muncullah First Media. Sehingga,
TV berbayar pertama di Indonesia ialah First Media milik Lippo, tetapi
hingga awal 2011 belum ada news channel. Pada September 2011 akhir baru
dibentuklah Berita Satu, masih sangat muda yaitu 7 tahun
2. Apa yang menyebabkan Berita Satu Tv memilih bersiaran di
jaringan televise berbayar?
Penyebab pertama yaitu tidak ada lagi izin untuk free to air tv. Sehingga
tidak bisan diajukan izin, maka kita membuat sebuah kanal yang kemudian
disiarkan di tv berbayar. Waktu itu yang menjadi awal mula munculnya First
Meida (kabel/jaringan). Setelah di tv berbayar satelit Telkom Vision
(sekarang Trans Vision), Aora, Skynindo, lalu berkembang ke Big Tv. Big
Tv ini adalah satelit berbayar yang kembar dengan Firs Media. Lalu sekarang
juga bersiaran di Youtube, dan ada juga live streaming di internet.
Alasan lainnya juga karena tv berbayar adalah tv masa depan. Sedangkan
siaran tv yang bersifat free to air itu akan ada batasnya. Jadi, kalau kamu
pergi ke Negara-negara di Eropa maupun Amerika, mereka semua sudah
menggunakan layanan jaringan tv berbayar, karena teknologi ataupun
tampilan yang lebih bagus dari pada tv yang sifatnya free to air. Sehingga
dari sini juga Lippo mencoba menerapkan teknologi yang digunakan oleh
negara-negara maju.
3. Pada Platform apa saja penonton dapat memproleh siaran Berita
Satu?
Pada platform Pay TV lewat kabel dan satelit yang sifatnya berbayar. Pada
ckabel yaitu First Media, Indie Home, sedangkan pada platform satelit yaitu
Big TV, Indovision. Sehingga Berita Satu sudah mencakup seluruh
jangkauan di Indonesia, serta melalui streaming youtube dan di internet.
4. Apa saja kategori yang masuk dalam penonton potensial dari Berita
Satu Tv?
Jika berbicara pay tv, maka kategori audiens kami adalah masyarakat yang
secara finansial memiliki kemampuan untuk membayar setiap bulannya.
Karena pada First Media layanannya priperplay yaitu internet/wifi dan
televisi, sehingga jika di kalkulasi angka sekitar Rp.500.000/bulan. Sehingga
jelas target audiensnya pada kelas menengah atas (decision maker), seperti
pebisnis, akademisi, manager, politikus, dan lain-lain. Walaupun begitu kami
sadar betul bahwa 80% mayoritas penduduk Indonesia adalah kaum
menengah kebawah, sehingga itu merupakan tantangan bagi Berita Satu.
Selain itu, dikarena kebiasaan masyarakat Indonesia, ingin menonton tetapi
yang bersifat gratis atau free. Maka bisnis Pay Tv di Indonesia hingga
sekarang belum berkembang dengan baik, karena kebiasaan masyarakat
Indonesia sendiri, berbeda di negara-negara seperti Eropa maupun Amerika.
Jepang dll.
5. Apa saja kriteria dari redaksi Berita Satu Tv dalam merekrut para
wartawan maupun news presenternya?
Berita Satu sebagai stasiun tv yang terbilang masih sangat muda disbanding
denga stasiun tv lain seperti Metro Tv, SCTV, Kompas Tv, TV One, dan
lain-lain. Hal ini yang menjadikan stasiun kami sengaja sejak awal didirikan,
waktu itu saya, bung Don, dan bu Nunung yang sudah lama berkecimpung di
dunia pertelevisian ini bersepakat untuk merekrut para wartawan maupun
news presenter yang memang sudah memiliki pengalaman di bidang ini,
seperti mbak Rike Amru. Karena kalau tidak begitu maka tv kami ini akan
kalah bersaing dengan stasiun-stasiun yang memang sudah ada sejak lama.
6. Bagaimana bentuk editorial policy dari redaksi Berita Satu Tv?
Bentuk editorial policy kita tidak jauh berbeda dengan isi dari kode etik
jurnalistik, Cuma memang ada beberapa perbedaan karena disesuaikan
dengan visi misi dan filosofi dari perusahaan kita.
7. Seberapa besar pengaruh Lippo Group pada kebijakan redaksional
di Berita Satu Tv?
Pak James Riady ataupun Lippo Group sebagai pemilik dari Berita Satu
tidak pernah mencampuri masalah yang ada di redaksi, begitu juga terkait isi
pemberitaan yang kita tayangkan. Bahkan Pak James memberikan keluasaan
sepenuhnya kepada tim kita. Begitu juga yang terjadi ketika Aksi Bela Islam
yang dilakukan oleh umat Islam di Monas, kita tak perlu meminta izin
kepada Pak James untuk membuat liputan ekslusif peristiwa itu.
8. Terkait Aksi Bela Islam yang ditayangkan Berita Satu. Apa yang
menjadi alasan Berita Satu dalam meliput Aksi tersebut terbilang
lebih ekslusif dibanding stasiun lain seperti Metro Tv dan Kompas
Tv?
Kita melihat peristiwa tersebut merupakan peristiwa langkah, dan sangat
menarik. Sehingga saying jika peliputan yang dilakukan tidak dilakukan
secara ekslusif. Selain itu, karena alasan lain yaitu ketika saya dan bung Don
waktu diminta untuk menangani Berita Satu, kita sudah bersepakt untuk
menjadikan stasiun ini berbeda dengan stasiun lain. Yaitu stasiun yang tidak
berafiliasi ke salah satu partai atau jadi poros kekuasaan politik, karena
disebabkan Lippo Group merupakan perusahaan multinasional yang tidak
pernah bersinggungan proyek dengan pemerinta, dan Lippo dibangun bukan
dengan uang dari hasil proyek pemerintah ataupun pinjaman terhadap
pemerintah, tetapi karena bantuan dari luar seperti Jepang. Sehingga ini juga
yang ingin kita tunjukkan perbedaan cara Berita Satu dalam meliput aksi
tersebut dengan stasiun lain seperti Metro Tv dan Kompas.
9. Terkait reporter lapangan yang ditugaskan dalam meliput Aksi Bela
Islam. Apakah mereka adalah reporter khusus yang dipilih redaksi
Berita Satu Tv untuk meliput aksi tersebut?
Kami memang telah mempersiapkan segalanya segala matang dan memilih
para reporter, maupun cameramen yang sudah berpengalaman dalam meliput
sebuah aksi ataupun kegiatan-kegiatan besar, untuk meliput Aksi Bela Islam,
persiapan tersebut dilakukan dengan cara yaitu rapat redaksi, serta briefing
untuk para reporter sebelum ke lokasi aksi. Hal ini sebagai upaya
pencegahan terjadi sesuatu hal yang tidak inginkan, dan juga sebagai bentuk
profesionalitas kami.
10. Apa saja kendala yang dihadapi tim Berita Satu Tv dalam
melakukan peliputan terkait Aksi Bela Islam?
Awalnya wartawan kita sempat mengalami kesulitan ketika Aksi Bela Islam
yang pertama yaitu pada 14 Oktober 2016, karena para peserta aksi
menganggap stasiun kami seperti hal Metro Tv yang memang terlihat jelas
afiliasi partai politiknya, sehingga peserta takut bahwa stasiun kami akan
memberitakan tidak sesuai dengan yang terjadi. Tetapi kemudian, ketika
Aksi Bela Islam jilid kedua atau 4 November 2016, para peserta telah
melihat model pemberitaan dari Berita Satu Tv, sehingga ketika Aksi 411
maupun Aksi 212, para wartawan kami disambut baik dengan para peserta.
11. Apakah kekuasaan pemerintah ikut memengaruhi isi pemberitaan
di Berita Satu Tv?
Pemerintah saat ini sudah memberikan ruang yang sebesar-besarnya bagi
kebebasan pers, sehingga tidak ada lagi sikap pemerintah dalam mengatur
keputusan redaksional maupun pemberitaan di Berita Satu Tv. Walupun
begitu, kekuasaan pemerintah masih ditunjukkan melalui lembaga
pengawasannya yaitu Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) dan Dewan Pers,
yang mengawasi stasiun televisi, seperti tv kami ini agar tidak melanggar
norma-norma hukum yang berlaku, menayangkan tayangan yang bersifat
pornografi dan pornoaksi, serta yang mengandung unsur sara.
12. Apakah pengiklan memiliki andil yang besar terhadap keputusan
redaksional Berita Satu Tv?
Pengiklan memang memiliki pengaruh yang besar untuk keberlangsungan
bisnis kami, karena melalui para sponsor tersebut Berita Satu Tv dapat
tumbuh dan berkembang menjadi stasiun bagus. Tapi bukan berarti para
pengiklan itu mampun mengubah keputusan-keputusan redaksional terkait
pemberitaan.
13. Apakah benar Berita Satu Tv menganut ideologi Pancasila?
Benar, sesuai dengan filosofi dari stasiun kami yang mengharuskan untuk
karyawan yang berada di bawah bendera Berita Satu Media Holdings untuk
selalu pro-NKRI, pro-demokrasi, pro-Pancasila, dan lain-lain ini.
Menjadikan stasiun ini berafiliasi kepada nasionalisme. Sehingga sebagai
media massa, kami tidak hanya bertujuan untuk memberikan informasi
kepada masyarakat Indonesia, tetapi juga untuk mencerdaskan generasi
penerus bangsa ini.
Jakarta, 13 Oktober 2018
CURRICULUM VITAE
1. Data Pribadi
Nama : Nurul Zakiah
NIM : 21160510100017
Tempat, Tanggal Lahir : Serui, 8 Mei 1994
Daerah Asal : Ternate, Maluku Utara
Alamat Rumah : Jl. Jati 1 No.441, Mangga Dua Utara, Ternate Selatan, Ternate,
Maluku Utara, Indonesia.
Email : [email protected]
No.Hp : 085340060693
2. Daftar Riwayat Pendidikan
TK YAPIS Manokwari, Papua : Tahun 1999-2000
SD Islamiyah 5 Ternate, Maluku Utara : Tahun 2000-2006
MTs N. Ternate, Maluku Utara : Tahun 2006-2009
SMA N. 1 Ternate, Maluku Utara : Tahun 2009-2012
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta : Tahun 2012-2016
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta :Tahun 2017-2018