repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/nurul...

205
PEMBERITAAN GERAKAN AKSI BELA ISLAM DALAM KONSTRUKSI HIERARKI PENGARUH ISI MEDIA DI BERITA SATU TESIS Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Sosial (M.Sos) Oleh : Nurul Zakiah NIM : 21160510100017 PROGRAM MAGISTER KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2018 M/1440 H  

Upload: vannhan

Post on 14-Aug-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

PEMBERITAAN GERAKAN AKSI BELA ISLAM DALAM

KONSTRUKSI HIERARKI PENGARUH ISI MEDIA

DI BERITA SATU

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Magister Sosial (M.Sos)

Oleh :Nurul Zakiah

NIM : 21160510100017

PROGRAMMAGISTER KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAMFAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA2018 M/1440 H

 

Page 2: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

 

Page 3: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

 

Page 4: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Nurul Zakiah

NIM : 21160510100017

Jenjang : Magister

Program Studi : Komunikasi dan Penyiaran Islam

Fakultas : Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Menyatakan bahwa naskah tesis berjudul “Pemberitaan Gerakan Aksi Bela

Islam dalam Konstruksi Hierarki Pengaruh Isi Media di Berita Satu,” secara

keseluruhan adalah hasil penelitian/karya saya sendiri, kecuali pada bagian-

bagian yang dirujuk sumbernya.

 

Page 5: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Nurul Zakiah

NIM : 21160510100017

Jenjang : Magister

Program Studi : Komunikasi dan Penyiaran Islam

Fakultas : Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Menyatakan bahwa naskah tesis berjudul “Pemberitaan Gerakan Aksi Bela Islam dalam

Konstruksi Hierarki Pengaruh Isi Media di Berita Satu,” secara keseluruhan benar-benar bebas

dari plagiasi. Jika dikemudian hari terbukti melakukan plagiasi, maka saya siap ditindak sesuai

ketentuan hukum yang berlaku

 

Page 6: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

i

ABSTRACT

The case of blasphemy by Basuki Tjahaya Purnama (Ahok) raisespros and cons amid Indonesian Muslims. As a result, there was a massdemonstration in front of the Jakarta City Hall. The peak of the action tookplace on December 2nd 2016 known as Aksi Bela Islam 212 (the Islamicdefense movement 212). The event was highlighted by various mass media;among them was Berita Satu. However, the content of the news about theIslamic defense movement in Berita Satu is seen to practice multilevelinfluences.

The major question in this study is to know how the Islamic defensemovement in the construction of the influence hierarchy in Berita Satu isreported. Meanwhile, the minor questions are to know how far the influencelevel of individual worker in reporting the Islamic defense movement inBerita Satu, the elements in the media routine that affect the news content ofthe Islamic defense movement in Berita Satu, the influence of mediaorganizations in the news content in Berita Satu, the ideology adopted by thetelevision station of Berita Satu that affects the content of the news.

The main theory used in this study is the Hierarchy Theory of theInfluence of Media Content by Pamela J. Shoemaker and Stephen D. Reese.This theory states that the content of media coverage is influenced by fivelevels, namely individual level, media routines level, organizational level,extra media level, and ideological level.

The results of this study indicate that the media is not only a means ofinformation provider, but the media is also used as a business institution. Asa result, the content of the news about the Islamic defense movement inBeritaSatu has been influenced by various elements including the fiveelements in the Influence Hierarchy Theory of Media Contents. Theelements that have a significant influence on the content of the news are theelements of the organization or the influence of the owner of Berita Satu,namely Lippo Group, and the ideology of Berita Satu is Pancasila.

In conclusion, Berita Satu constructs the contents of the news aboutIslamic defense movement by building multilevel influences starting fromthe level of individual workers, media routines, organizations, media extrassuch as news sources, advertisers, and the government, as well as applyingthe ideology adopted into the news.

Keywords: News on Islamic Defense Movement, Berita Satu, the influenceof media content

 

Page 7: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

ii

ABSTRAK

Kasus penistaan agama oleh Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)menimbulkan pro dan kontra di tengah umat Islam Indonesia. Akibatnyaterjadi demonstrasi massa di depan Balai Kota DKI Jakarta. Puncak Aksitersebut terjadi pada 2 Desember 2016 yang dikenal dengan nama Aksi BelaIslam 212. Peristiwa tersebut menjadi sorotan berbagai media massa, salahsatunya Berita Satu. Tetapi isi pemberitaan tentang Aksi Bela Islam di BeritaSatu terlihat mempraktikkan pengaruh yang bertingkat.

Pertanyaan mayor dalam penelitian ini, yaitu bagaimana pemberitaangerakan Aksi Bela Islam dalam konstruksi hierarki pengaruh di Berita Satu?Sedangkan pertanyaan minornya, yaitu; Sejauh mana pengaruh levelindividu pekerja dalam pemberitaan Aksi Bela Islam di Berita Satu? Apasaja unsur-unsur dalam rutinitas media yang memengaruhi isi pemberitaanAksi Bela Islam di Berita Satu? Seberapa besar pengaruh organisasi mediadalam isi pemberitaan tentang Aksi Bela Islam di Berita Satu? Apa sajapengaruh dari ekstra media dalam isi pemberitaan di Berita Satu? Apaideologi yang dianut oleh stasiun televisi Berita Satu, sehingga dapatmemengaruhi isi dari pemberitaan?

Teori utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah TeoriHierarki Pengaruh Isi Media oleh Pamela J. Shoemaker dan Stephen D.Reese. Teori ini mengatakan bahwa isi pemberitaan suatu media dipengaruhioleh lima level, yaitu individual level, media routines level, organizationallevel, extra media level, dan ideological level.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa media bukan hanyasebagai sarana penyedia informasi semata, tetapi media juga dijadikansebagai lembaga bisnis, sehingga isi pemberitaan tentang Aksi Bela Islam diBerita Satu, telah dipengaruhi berbagai unsur, di antaranya yaitu lima unsurdalam Teori Hierarki Pengaruh Isi Media. Unsur cukup signifikan terhadapisi pemberitaan ialah unsur organisasi atau pengaruh dari pemilik Berita Satuyaitu Lippo Group, dan juga ideologi, yang mana Berita Satu menganutideologi pancasila.

Kesimpulannya, Berita Satu mengonstruksi isi pemberitaan tentangAksi Bela Islam, dengan cara membangun pengaruh yang bertingkat dimulaidari tingkat individu pekerja, rutinitas media, organisasi, ekstra media sepertisumber berita, pengiklan, dan pemerintah, serta juga menerapkan ideologiyang dianut ke dalam pemberitaannya.

Kata Kunci: Pemberitaan Gerakan Aksi Bela Islam, Berita Satu,Hierarki Pengaruh Isi Media.

 

Page 8: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillaahi robbil ‘aalamiin.

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat beserta nikmat-Nya,

sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan tesis yang

berjudul “PEMBERITAAN GERAKAN AKSI BELA ISLAM 212

DALAM KONSTRUKSI HIERARKI PENGARUH ISI MEDIA DI

BERITA SATU.” Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi

Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan tabi’-bati’innya.

Penyusunan tesis ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat

guna memperoleh gelar Magister Sosial (M.Sos) pada Program Studi

Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi (FIDKOM) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta. Dalam proses penelitian dan menyusunan tesis ini, penulis mendapat

bantuan dari berbagai pihak. Karenanya penulis ingin mengucapkan

terimakasih, kepada:

1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA., Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Arief Subhan, MA., Dekan FIDKOM.

3. Dr. Sihabuddin Noor, MA., Kepala Program Studi Magister KPI.

4. Prof. Dr. Andi Faisal Bakti, MA., dosen pembimbing, yang tidak pernah

letih membimbing penulis untuk dapat menyempurnakan tesis ini.

5. Dr. Rulli Nasrullah, M. Si., pembimbing akademik.

 

Page 9: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

iv

6. Dr. Hj. Roudhonah, MA., selaku penguji dan sekaligus pembimbing

penyempurnaan tesis.

7. Dr. Syamsul Yakin, MA sekalu penguji, dan sekaligus pembimbing

penyempurnaan tesis

8. Pemimpin Redaksi Stasiun TV Berita Satu Bapak Claudius V. Boekan.,

selaku narasumber penelitian.

9. Kedua orang tua penulis tercinta dan tersayang Hj. Hajrah Sulaiman dan

Hi. Usman Muhammad, SH., M. Pd. I., yang selalu mendo’akan,

membimbing dan mendukung penulis.

10. Kedua kakak penulis Syahrul Gufron, S.ST dan Shaifuddin Zuhri S.T,

serta kedua kakak ipar penulis Ade Suryani, S.Pd. Si., dan Haryati, S.Pd.,

M.Pd., serta ketiga ponakanku, yang selalu memberikan semangat

kepada penulis.

11. Seluruh dosen di Prodi Magister KPI yang telah mengajar, membimbing,

dan memberikan ilmunya dengan penuh keikhlasan kepada penulis

selama masa perkuliahan.

12. Staf dan karyawan di FIDKOM yang telah memberikan pelayanan

dengan baik, dalam hal administrasi.

13. Staf dan karyawan di Perpustakaan Pusat UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta dan Perpustakaan FIDKOM yang telah membantu penulis dalam

peminjaman referensi.

 

Page 10: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

v

14. Sahabat-sahabat penulis: Dinna Alwi, Nisrina Mudrik, Lia Kaulina,

Rifni, Esbud, Silvia, Isma, Alfiyah yang selalu memberikan semangatnya

dan menjadi tempat curhat penulis.

15. Teman-teman Magister KPI Angkatan 05: Syifa, Rani, Pak Makroen,

Mas Aji, Hilman, Zikrullah, Sulaiman, dan Mas Shofi. Semoga

silaturahmi ini tetap terjaga di mana pun kita berada nanti.

Akhirnya, terima kasih atas semua dukungannya yang tak dapat

disebutkan satu per satu. Mohon maaf apabila ada kekeliruan dalam

penyusunan tesis ini, dan penulis berharap semoga tesis ini tidak hanya

bermanfaat untuk penulis, tetapi untuk berbagai pihak, aamiin ya

rabbal’alamiin.

Ciputat, 11 Oktober 2018

Penulis,

Nurul Zakiah

 

Page 11: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

v

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

PENGESAHAN

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

PERNYATAAN KEASLIAN

PERNYATAAN BEBAS PALGIASI

ABSTRAK....................................................................................................... i

KATA PENGANTAR.................................................................................. iii

DAFTAR ISI.................................................................................................. v

DAFTAR TABEL.......................................................................................viii

DAFTAR GAMBAR.....................................................................................ix

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1

A. Latar Belakang Masalah............................................................................ 1B. Batasan dan Rumusan Masalah............................................................... 12C. Thesis Statement.......................................................................................13D. Tujuan dan Manfaat Penelitian................................................................ 13E. Tinjauan Kajian Terdahulu...................................................................... 14F. Kerangka Teoritis.....................................................................................17G. Metodologi Penelitian..............................................................................19

1. Paradigma Penelitian......................................................................... 192. Metode dan konsep Penelitian........................................................... 203. Prosedur Pengambilan Data...............................................................234. Teknik Analisis Data..........................................................................255. Kredibilitas Data................................................................................ 28

H. Sistematika Penulisan.............................................................................. 29

BAB II KAJIAN TEORITIS: TEORI HIERARKI PENGARUH ISIMEDIA .........................................................................................................31

A. Komunikasi dan Dakwah.........................................................................31

 

Page 12: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

vi

B. Fungsi dan Disfungsi Media.................................................................... 35C. Hierarki Pengaruh Isi Media....................................................................43

1. Individual Level................................................................................. 442. Media Routines Level.........................................................................483. Organization Level.............................................................................524. Extra Media Level..............................................................................585. Ideological Level................................................................................62

D. Komunikasi Islam ................................................................................... 671. Tabligh............................................................................................... 702. Taghyir...............................................................................................723. Amr ma’ruf nahy munkar...................................................................744. Akhlaq al-karimah............................................................................. 77

BAB III PROFIL STASIUN TELEVISI BERITA SATU........................ 81

A. Sejarah Berdirinya Berita Satu.................................................................81B. Alamat Redaksi........................................................................................83C. Logo Berita Satu...................................................................................... 83D. Visi dan Misi Berita Satu.........................................................................84E. Struktur Redaksi Berita Satu....................................................................85F. Profil Penonton Berita Satu..................................................................... 87

BAB IV TEMUAN HIERARKI PENGARUH DALAM

PEMBERITAAN GERAKAN AKSI BELA ISLAM DI BERITA SATU

....................................................................................................................... 89

A. Individu Pekerja Media............................................................................90B. Kerja Rutin Media....................................................................................97C. Organisasi Media................................................................................... 105D. Luar Organisasi Media...........................................................................108E. Ideologi Media....................................................................................... 124

BAB V PEMBAHASAN............................................................................130

A. Pengaruh Jurnalis...........................................................................................132B. Pengaruh Ritme Kerja............................................................................138C. Pengaruh Kepemilikan Media................................................................141D. Pengaruh OutsideMedia........................................................................144

 

Page 13: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

vii

E. Berita Satu dan Ideologinya...................................................................151

BAB VI PENUTUP....................................................................................155

A. Kesimpulan............................................................................................ 155B. Rekomendasi..........................................................................................157

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

 

Page 14: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Efek, Bentuk dan Sasaran Media...................................................38

Tabel 3.1 Struktur Redaksi Berita Satu.........................................................85

Tabel 3.2 Sambungan Tabel 3.1 Struktur Redaksi Berita Satu......................86

Tabel 4.1 Program Siaran Berita Satu............................................................98

 

Page 15: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Bagan Teoritis............................................................................ 17

Gambar 1.2 Bagan Konseptual...................................................................... 22

Gambar 2.1 Teori Hierarki Pengaruh Isi Media............................................ 43

Gambar 2.2 Skema Tiga Unsur Media Rutin.................................................49

Gambar 3.1 Bagan Bisnis Telekomunikasi Lippo Group..............................82

Gambar 3.2 Logo Stasiun TV Berita Satu..................................................... 83

Gambar 4.1 Aksi Damai 2/12 “Besok Aparat Tidak Dibekali Senajata”...... 93

Gambar 4.2 Breaking News “Aksi Damai 4 November”............................ 100

Gambar 4.3 Dialog “Siapa Aktor Politik 411” ........................................... 101

Gambar 4.4 Telewicara dengan Siti Zuhro.................................................. 101

Gambar 4.5 Telewicara dengan Siti Zuhro menit ke 03.20......................... 102

Gambar 4.6 Running Text Pernyataan Wapres............................................103

Gambar 4.7 Breaking News “Efek Demo bagi Ahok” ............................... 107

Gambar 4.8 Ada Upaya Makar.................................................................... 109

Gambar 4.9 Jelang Aksi 2/12 “MUI Mengkaji Fatwa Shalat di Jalan”....... 110

Gambar 4.10 Iklan Top Coffee.................................................................... 114

Gambar 4.11 Iklan Top Coffee.................................................................... 115

Gambar 4.12 Iklan Top Coffee.................................................................... 115

Gambar 4.13 Iklan Top Coffee.................................................................... 116

Gambar 4.14 Iklan MatahariMall.com.........................................................116

Gambar 4.15 Iklan MatahariStore.com........................................................117

Gambar 4.16 Iklan Bolt................................................................................117

 

Page 16: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

x

Gambar 4.17 Penampakan Peserta Aksi Bela Islam 212 ...........................121

Gambar 4.18 Nilai Tukar Rupiah ................................................................122

 

Page 17: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penghujung tahun 2016, masyarakat Indonesia dikagetkan dengan

peristiwa penghinaan agama yang dilakukan dengan Gubernur petahanan

DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dalam pidatonya di Kepulauan

Seribu. Kasus tersebut viral karena Buni Yani membagikan video pidato dari

Ahok ini ke media sosial miliknya.

Peristiwa yang terjadi pada 27 September 2016 lalu, dirasa telah

menyinggung perasaan umat Islam. Karena peristiwa tersebut, toleransi yang

tercipta di antara umat beragama di negeri ini pun ternodai.

Menurut Said Agil dalam bukunya Fikih Hubungan Antaragama

mengatakan bahwa, bagi bangsa Indonesia istilah toleransi sebenarnya bukan

merupakan istilah dan masalah baru. Karena sikap toleransi merupakan salah

satu ciri bangsa Indonesia yang diterima sebagai warisan leluhur bangsa

Indonesia sendiri.Jadi toleransi dalam pergaulan bukan merupakan sesuatu

yang dituntut oleh situasi.1 Karena itu, sikap yang ditunjukkan dari Ahok

dianggap telah menodai makna khusus dari toleransi. Selain itu, kasus Ahok

tersebut juga menimpulkan polemik di tengah umat Islam, sebagian umat

Islam menganggap Ahok telah melecehkan Alquran dan sebagian lagi yang

menganggap perkataan Ahok tersebut sama sekali tidak ada unsur penistaan

agama, dan hal ini menyebabkan umat Islam pun terpecah belah.

Berdasarkan hal ini, masalah yang sebenarnya memprihatinkan

adalah kondisi kualitatif umat Islam, suatu kumpulan manusia yang sebanyak

itu belum menampilkan sebagai mayoritas di suatu negara, tetapi

1Said Agil Husin Al Munawar, Fikih Hubungan Antaragama.Editor Abdul Halim

(Jakarta: Ciputat Press, 2005), 12.

 

Page 18: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

2

mayoritasnya masih terbatas pada “numerical mayority” (mayoritas angka),

dan pada hakikatnya masih tetap dalam “energetical minority” (minoritas

dalam kekuatannya).2

Dalam buku Potret Aksi Damai Bela Islam 212 bahwa kejadian

tersebut terjadi tepatnya di Pulau Seribu, persisnya Pulau Panggang, pada

tanggal 27 September 2016, Ahok menyampaikan pidatonya yang dua

kalimatnya sudah dirasa menyinggung umat Islam. Adapun potongan kata-

kata pemicu aksi yaitu:3

“Jadi jangan percaya sama orang, kan bisa aja dalam hati kecil

bapak ibu enggak pilih saya, ya kan. Dibohongin pake surat al-

Maidah: 51 macem-macem gitu lho. Itu hak bapak ibu, ya, jadi kalau

bapak ibu perasaan, enggak bisa pilih nih, karena saya takut masuk

Neraka dibodohin gitu ya enggak apa-apa, karena ini kan panggilan

pribadi bapak ibu.”4

Pada Kamis, 6 Oktober 2016, Buni Yani mengunggah video Ahok

yang menyebut surat al-Maidah ayat 51 itu di media sosial lewat jejaring

facebook, yang kemudian viral. Video ini lantas memicu kemarahan

sebagian besar umat Islam.5

Ahok dilaporkan oleh Novel Bamukmin dengan didampingi Tim

Advokat Cinta Tanah Air ke Bareskrim, Kamis (6/10/2016) lalu. Pelaporan

terhadap Ahok lalu muncul di beberapa Polda hingga berjumlah 11

laporan.Bareskrim kemudian menarik semua penanganan kasus itu ke

Mabes.6

2 Muhammad Tholchah Hasan, Prospek Islam dalam Menghadapi Tantangan

Zaman, 4. 3 Ahmad Lutfi Fathullah, Potret Aksi Damai Bela Islam 212 (Jakarta: Al-Mughni

Press, 2017), 3. 4 Ahmad Lutfi Fathullah, Potret Aksi Damai Bela Islam 212, 3.

5http://www.bbc.com/indonesia/indonesia-37996601 diakses 16 Januari 2018.

6https://news.detik.com/berita/3338806/begini-perjalanan-kasus-dugaan-penistaan-

agama-oleh-ahok-di-bareskrim diakses 16 Januari 2018.

 

Page 19: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

3

Ahok lalu meminta maaf terkait pidatonya tersebut, nyatanya

pernyataan Ahok terkait dugaan penistaan agama masih memantik reaksi,

demonstrasi pun pecah di depan Balai Kota DKI Jakarta pada Jumat, 14

Oktober 2016. Kemudian, kekecewaan publik atas dugaan penistaan agama

tersebut tak terbendung lagi. Pada Jumat, 4 November 2016 yang dikenal

kemudian dengan nama “Aksi 411,” massa dari berbagai daerah memadati

sejumlah titik di jantung Ibukota termasuk di kawasan ring 1 Istana Negara.7

Aksi tersebut kemudian dinamai dengan “Aksi Bela Islam,” dan puncak dari

aksi tersebut adalah pada 2 Desember 2016 atau yang dikenal dengan “Aksi

Super Damai Bela Islam 212.”

Momen bersejarah itu terjadi pada 2 Desember 2016 lalu, sebagai

rangkaian tuntutan umat Islam agar kasus penistaan agama yang dilakukan

gubernur DKI Jakarta dituntaskan dan mendapatkan hukuman yang

setimpal.8 Masyarakat dari berbagai kalangan termasuk etnis Tionghoa yang

ikut menonton di pinggir jalan memberikan apresiasi, semua saling

membantu. Hal ini karena aksi damai ini memang bukan mengenai

perbedaan agama atau etnis, melainkan masalah keadilan yang harus

ditegakkan.9 Kurang lebih tujuh juta umat Islam melaksanakan shalat Jumat

bersama di Monumen Nasional atau Monas Jakarta. Angka ini merupakan

jumlah orang berkumpul terbanyak sepanjang sejarah di Indonesia.10

Akan

tetapi, Aksi Bela Islam yang dilakukan umat Islam di Indonesia ini

sebenarnya bukanlah sesuatu yang baru. Tetapi pernah dilakukan umat Islam

ketika tahun 2000 lalu di Monas.

7https://news.detik.com/berita/3338806/begini-perjalanan-kasus-dugaan-penistaan-

agama-oleh-ahok-di-bareskrim diakses 16 Januari 2018. 8Akbar, “Indahnya Aksi Damai Umat Islam,” Majalah Dakwah Islam Cahaya

Nabawiy, Januari 2017, 266. 9 M. Dani Sulistyo, Mengetuk Pintu Langit (Jakarta: Visimedia, 2017), 73.

10 Akbar, “Indahnya Aksi Damai Umat Islam,” 266.

 

Page 20: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

4

Aksi yang dilakukan umat Islam ketika tahun 2000, berdasarkan buku

yang berjudul Dialog Internet: Aksi Sejuta Ummat dan Isu Negara Islam

bahwa aksi umat Islam tersebut didasarkan karena terjadinya pembantaian

terhadap umat Islam di wilayah Indonesia Timur, tepatnya di Maluku dan

Maluku Utara, aksi itu sendiri dinamai dengan “Aksi Sejuta Umat” yang juga

dilakukan di Monas.11

Sehingga, dari buku tersebut dijelaskan bahwa Amien

Rais yang menjabat sebagai Ketua MPR RI (1999-2004) ketika itu,

menyampaikan pendapatnya saat aksi bahwa pembantaian massal terhadap

umat Islam yang terjadi di Halmahera, Maluku Utara, merupakan konspirasi

untuk melumpuhkan umat Islam. Untuk itu, ia mengingatkan agar umat

Islam Indonesia harus tetap menggalang kekuatan demi memperkuat

ukhuwah Islamiyah.12

Lapangan Monas Jakarta 7 Januari 2000 telah menjadi saksi histeria

Islam humanis yang prihatin dengan kerusuhan horizontal umat Islam-

Kristen di Maluku. Dengan simbol “Aksi Sejuta Umat,” yang prihatin

dengan konflik sesama saudara sebangsa setanah air di Maluku, diharapkan

konflik Nasrani dan Muslim di kawasan Timur itu cepat diakhiri oleh

pemerintah yang sah di era millennium baru dengan penuh hikmah.13

Peristiwa Monas merefleksikan ramalan Andre Malraux bahwa

millennium ketiga adalah abad agama-agama, yang menemukan fakta

empirisnya di Indonesia, justru tatkala globalisme dan demokratisasi datang

bergelombang, berbarengan dengan krisis ekonomi dan kerusuhan sosial

yang panjang. Agama-agama bangkit, kaum Muslim dan Nasrani bergerak

dengan keyakinan diri. Namun, di tingkat akar rumput, kedua pihak masih

11

Irfan S. Awwas, Dialog Internet: Aksi Sejuta Ummat dan Isu Negara Islam

(Yogyakarta: Wihdah Press, 2000), 19. 12

Irfan S. Awwas, Dialog Internet, 13. 13

Irfan S. Awwas, Dialog Internet,27.

 

Page 21: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

5

memiliki interpretasi yang berbeda tentang masa depan demokrasi dan

modernisasi yang diperjuangkan bersama.14

Ketua panita dari “Aksi Sejuta Umat” tersebut adalah Dr. Daud

Rasyid (1962). Pada acara tersebut juga dikeluarkan deklarasi bersama umat

Islam Indonesia dalam kaitan menyikapi pelanggaran hak hidup,

kehormatan, dan prinsip koeksistensi damai di Ambon. Tetapi kemudian,

aksi yang dilakukan umat Islam tersebut dipahami oleh Presiden

Abdurrahman Wahid (1999-2001) atau yang dikenal dengan Gus Dur (1940-

2009), sebagai upaya untuk memberhentikannya dari jabatan Presiden.15

Seperti halnya Aksi Bela Islam yang dilakukan oleh umat Islam dalam

menuntut penyelesaian kasus penistaan agama yang dilakukan oleh Ahok,

pemerintah dalam hal ini Polri menganggap bahwa terdapat agenda

terselubung dari aksi tersebut.

Polri menduga bahwa Aksi Bela Islam yang dilakukan oleh ribuan

bahkan jutaan umat Islam ini terdapat agenda dugaan makar oleh

sekelompok orang, sehingga Polri pun sempat mengeluarkan maklumat

antisipasi aksi. Tetapi kecurigaan Polri tersebut tidak terbukti, karena Aksi

Bela Islam pada dasarnya dilakukan dengan tujuan untuk menuntut

penyelesaian kasus penistaan Agama yang dilakukan oleh Ahok yang

terkesan lambat dilakukan oleh aparat penegak hukum.

Ketika “Aksi Sejuta Umat” memang tidak seheboh pemberitaan

“Aksi Bela Islam,” hal ini dikarenakan pada masa itu media massa

khususnya stasiun televisi belum sebanyak saat ini. Sehingga “Aksi Bela

Islam” yang dilakukan oleh umat Islam di Indonesia 2016 lalu, lebih

diketahui dan menyita perhatian berbagai media, baik media lokal, nasional,

bahkan internasional. Media-media tersebut memberitakan tentang aksi

14

Irfan S. Awwas, Dialog Internet, 27. 15

Irfan S. Awwas, Dialog Internet, 16-19.

 

Page 22: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

6

tersebut dari berbagai sudut pandang berbeda sesuai dengan kepentingan

media massanya.

Media (pers) terkadang disebut sebagai the fourth estate (kekuatan

keempat) dalam kehidupan sosial-ekonomi dan politik. Hal ini terutama

disebabkan oleh suatu persepsi tentang peran yang dapat dimainkan oleh

media dalam kaitannya dengan pengembangan kehidupan sosial-ekonomi

dan politik masyarakat.16

Salah satu media yang ikut meliput “Aksi umat

Islam” tersebut ialah stasiun televisi Berita Satu.

Stasiun televisi Berita Satu merupakan televisi berita berbayar17

pertama di Indonesia yang bersiaran dalam format visual Full High

Definition (Full HD). Berita Satu News Channel memulai siaran perdananya

pada 1 September 2011, dengan program-program unggulannya Jurnal Pagi,

Jurnal Siang, Jurnal Petang, dan Jurnal Malam. Berita Satu News Channel,18

dibidani antara lain bapak televisi swasta Indonesia, Peter F. Gontha dan

pakar media televisi Don Bosco Selamun. Don Bosco kemudian menjadi

direktur operasional sekaligus pemimpin redaksi sejak 2011 hingga

November 2016.19

Selain itu Berita Satu sendiri merupakan bagian dari anak

perusahaan Lippo Group yang saat ini dipimpin oleh James Riady.

Pemberitaan yang disiarkan oleh Berita Satu terkait “Aksi Bela

Islam” dan kasus penistaan agama yang dilakukan oleh Ahok, dapat

16

Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana,

Analisis Semiotik, dan Analisis Framing (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), 30. 17

Televisi berbayar atau bisa disebut juga televisi berlangganan adalah jasa

penyiaran saluran televisi yang dilakukan khusus untuk pemirsa yang bersedia membayar

(berlangganan) secara berkala.Jasa ini biasanya disediakan dengan menggunakan sistem

digital ataupun analog melalui media satelit.Saat ini sistem penyiaran dengan digital adalah

yang paling lazim digunakan. 18

Berita Satu News Channel awalnya hanya bersiaran di jaringan televisi berbayar

ternama di Indonesia, yang dikenal dengan brand First Media. Kanal TV berbayar di bawah

Lippo Group. Seiring perkembangan, Berita Satu News Channel mengembangkan sayapnya,

dengan bersiaran di satelit, berjaringan dengan televisi lokal di berbagai kota di Indonesia,

dan siaran di jaringan televisi berbayar lainnya. 19

http://www.beritasatu.tv/about-us/ diakses pada tanggal 10 Maret 2018.

 

Page 23: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

7

dikatakan bahwa dari proses peliputan hingga disiarkan berita tersebut telah

mengalami banyak pengeditan dan dipengaruhi oleh berbagai unsur.

Sehingga terkadang hal ini yang menyebabkan sebuah peristiwa atau

kejadian yang sama, tetapi diberitakan berbeda di setiap media, dan realitas

peristiwa tersebut pun tidak diberitakan secara apa adanya, tetapi telah

melalui proses yang terkadang tidak sesuai 100% dengan peristiwa itu.

Berdasarkan teori hierarki pengaruh isi media yang diperkenalkan

oleh Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese dalam bukunya Mediating

the Message.20

Menyebutkan bahwa, terdapat lima level yang melatar

belakangi isi pemberitaan yang berbeda-beda dari setiap media massa, yaitu:

individu pekerja media (Individual level), rutinitas media (Media routines

level), organisasi media (Organizational level), pengaruh dari luar media

(Extra media level), dan ideologi (Ideological level).21

Dan dari lima level

tersebut pula, menyebabkan media dapat memberikan sebuah efek yang

disebut oleh Shoemaker dan Reese sebagai the null effects.22

Pada pemberitaan terkait “Aksi Bela Islam” yang disiarkan oleh

Berita Satu, misalnya pada tayangan pemberitaan terkait “Aksi Bela Islam

jilid ke 2” atau “Aksi 411,” yaitu Berita Satu menayangkan program

primetime talk dengan headline beritanya yaitu “dialog—siapa aktor politik

411?” dari tayangan tersebut dapat dilihat Berita Satu sebagai media

mencoba menggiring publik untuk mencari tahu tokoh-tokoh politik yang

menunggangi “Aksi Bela Islam” tersebut, seperti pada cuplikan yaitu

presenter Valerina Daniel melakukan wawancara melalui sambungan telepon

20

Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese, Mediating the Message (New York:

Longman Publisher, 1996). 21

Shoemaker dan Reese, Mediating the Message, 60. 22

di mana isi media merefleksi realitas, tetapi realitas-realitas isi media yang

dimaksud dilihat sebagai hasil kompromi antara pihak yang menjual informasi kepada media

dan siapa yang membelinya, kekuataan-kekuataan ini bertentangan satu dengan yang lainnya

dan memproduksi suatu laporan kejadian yang objektif (lihat Shoemaker & Reese (1996), h.

36).

 

Page 24: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

8

dengan Siti Zuhro seorang pengamat politik. Presenter tersebut menanyakan

terkait pidato Presiden Joko Widodo tentang siapakah aktor politik dibalik

Aksi 411 yang dimaksudkan oleh Presiden.23

Selain itu, pada program breaking news yang membahas tentang

“efek demo bagi Ahok,” ketika salah satu pembicara yaitu Djayadi Hanan

mengatakan pendapatnya terkait pertanyaan yang dilontarkan oleh presenter

Tascha Liudmila. Dapat dilihat pada menit ke 06.59 hingga menit ke 07.31

menampilkan tayangan peserta “Aksi Bela Islam” yang membawa bendera

HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) nampak sedang menyuarakan

aspirasinya, tetapi dengan memukul pagar kawat berduri yang dipasang

polisi dengan tongkat bendara dan terlihat melemparkan sesuatu seperti

kemasan air mineral ke polisi.24

Sehingga dari tayangan itu, dapat

menimbulkan persepsi yang berbeda-beda pada penonton yang melihat

tayangan tersebut, salah satunya bahwa “Aksi Bela Islam” tersebut

merupakan aksi yang anarkis.

Idi Subandy Ibrahim dan Bachruddin Ali Akhmad mengatakan

bahwa, beberapa pendekatan ada yang memandang media sebagai

pembentuk (constructors atau shapers), yakni keyakinan bahwa isi yang

disebarkan oleh media memiliki kekuatan untuk memengaruhi masa depan

masyarakat.25

Pendekatan media sebagai pembentuk telah memicu

kekhawatiran orang mengenai dampak kekuatan media terhadap segmen

masyarakat, apalagi kalau digunakan untuk kepentingan ekonomi dan

politik.26

23

https://youtu.be/fzPDDBa4-w0 diakses pada 10 Maret 2018. 24

https://youtu.be/wv7jr-V_Jbc diakses pada 10 Maret 2018. 25

Idi Subandy Ibrahim dan Bachruddin Ali Akhmad, Komunikasi dan

Komodifikasi: Mengkaji Media dan Budaya dalam Dinamika Globalisasi (Jakarta: Yayasan

Pustaka Obor Indonesia, 2014), 3. 26

Idi Subandy Ibrahim dan Bachruddin Ali Akhmad, Komunikasi dan

Komodifikasi, 4.

 

Page 25: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

9

Pada tayangan lain seperti pada pemberitaan terkait “Aksi Bela Islam

jilid 3” yaitu “Aksi 212,” pada program prime time di Berita Satu

menggunakan headline berita yaitu “ada upaya makar.” Pemberitaan tersebut

terkait liputan tentang ucapan dari Kapolri Tito Karnavian yang

menyebutkan bahwa jika sampai melakukan aksi lagi, maka diduga aksi

tersebut diselubungi dengan maksud tertentu yaitu seperti makar.27

Pakar komunikasi Dennis McQuail mengatakan bahwa media telah

menjadi penyedia informasi alternatif bagi masyarakat luas (public), dan

bahkan sudah menjelma menjadi pengawal demokrasi, pengawal penegak

hukum di masyarakat. Bahkan konon Napoleon Bonaparte, lebih takut

kepada media dibandingkan dengan kepungan tentara sekutu yang

merupakan musuhnya.28

Adapun jika melihat dari beberapa contoh tayangan di Berita Satu

terkait “Aksi Bela Islam,” dapat dikatakan bahwa sebelum berita-berita

tersebut ditayangkan telah mengalami serangkaian proses hingga pada

keputusan berita tersebut layak untuk ditayangkan dengan headline berita

yang telah ditentukan. Sehingga pada proses tersebut sebenarnya Berita Satu

telah menjalankan praktik dalam teori hierarki pengaruh. Selain itu, dari

beberapa contoh tersebut, dapat digambarkan bahwa terdapat kecenderungan

keberpihakan Berita Satu sebagai media yang memberitakan peristiwa

tersebut.

Para jurnalis Berita Satu sebagai salah satu bagian penting dalam

proses peliputan pemberitaan tentang “Aksi Bela Islam.” Dalam hal ini, para

jurnalis ataupun wartawan yang dimiliki oleh Berita Satu, tentunya berasal

dari berbagai latar belakang yang berbeda, salah satunya agama yang dianut.

Dan tidak sedikit dari para jurnalis tersebut yang beragama Islam. Sehingga,

27

https://youtu.be/oyv0RSIQkwE diakses pada 10 Maret 2018. 28

Henry Faizah Noor, Ekonomi Media (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), x.

 

Page 26: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

10

sudah semestinya sebagai seorang muslim, jurnalis tersebut harus

mengedepankan prinsip-prinsip jurnalistik islami. Akan tetapi, yang terlihat

hampir tidak nampak prinsip-prinsip jurnalistik islami, hal ini jelas karena

pemilik dari Berita Satu merupakan seorang non-Islam.

Menurut Asep Syamsul M. Romli dalam bukunya Jurnalistik

Dakwah: Visi dan Misi Dakwah Bil Qalam dijelaskan bahwa:

“Para jurnalis muslim akan sulit mengemban misinya atau

mematuhi „ideologi jurnalistik islami‟-nya, jika ia bekerja pada media

massa non-Islam, atau media yang jauh dari misi islami, karena ia

kemungkinan terbawa arus dan terikat kebijakan redaksional yang

tidak committed akan nilai-nilai Islam. Namun paling tidak, jurnalis

Muslim harus mampu mencegah media massa tempatnya bekerja dari

pemberitaan yang merugikan agama dan umat Islam.”29

Media massa selain mampu melakukan praktik hierarki pengaruh,

media massa juga mampu mengonstruksi realitas sosial yang ada dari sebuah

peristiwa yang diberitakannya. Seperti yang terjadi pada pemberitaan “Aksi

Bela Islam” ketika media menggunakan pilihan-pilihan bahasa dalam

memberitakan aksi tersebut yang kemudian dijadikan alat simbolis.

Bahasa merupakan alat simbolis untuk mensignifikasi di mana logika

ditambahkan secara mendasar kepada dunia sosial yang di obyektivasi.

Bahasa oleh Berger dan Luckmann menjadi tempat penyimpanan kumpulan

besar endapan-endapan kolektif, yang bisa diperoleh secara monotetik;

artinya, sebagai keseluruhan yang kohesif dan tanpa merekonstruksikan lagi

proses pembentukannya semula.30

29

Asep Syamsul M. Romli, Jurnalistik Dakwah: Visi dan Misi Dakwah Bil Qalam

(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003), 47. 30

Peter L. Berger dan Thomas Luckmann, Tafsir Sosial atas Kenyataan: Risalah

tentang Sosiologi Pengetahuan, Penerjemah: Hasan Basari dalam M. Burhan Bungin,

Konstruksi Sosial Media Massa: Kekuatan Pengaruh Media Massa, Iklan Televisi, dan

Keputusan Konsumen serta Kritik terhadap Peter L. Berger dan Thomas Luckmann

(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), 17.

 

Page 27: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

11

Berdasarkan berbagai hal tersebut, maka media seperti Berita Satu

dalam operasionalnya tentunya dipengaruhi oleh berbagai hal. Seperti

perkataan dari Albarran, yang dikutip oleh Udi Rusadi dalam bukunya

Kajian Media: Isu Ideologis dalam Perspektif, Teori dan Metode, yang

menyebutkan bahwa lembaga media dalam operasionalnya akan dipengaruhi

oleh banyak tekanan yang saling terkait yaitu tekanan globalisasi, regulasi,

teknologi dan aspek kemasyarakatan.31

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk meneliti

“Pemberitaan Gerakan Aksi Bela Islam dalam Konstruksi Hierarki Pengaruh

di Berita Satu” dikarenakan beberapa alasan, yaitu: 1) Citra Islam selalu di

arahkan pada citra negatif dalam pemberitaan di media massa, 2)

Pemberitaan tentang “Aksi Bela Islam” di media massa seperti Berita Satu

diberitakan dengan sudut pandang dari stasiun tersebut, yang berdasarkan

hasil pengamatan terlihat bahwa terdapat keberpihakan Berita Satu kepada

pemerintah, sehingga berita yang ditayangkan tidak bersifat objektif tetapi

subjektif, 3) Berita Satu yang merupakan salah satu stasiun televisi yang

bersiaran dengan menggunakan jaringan televisi berbayar atau bagian dari

lembaga penyiaran berlangganan, tentunya tayangan-tayangannya tidak

terpaku pada angka-angka rating32

dan share,33

seperti pada stasiun televise

swasta nasional lainnya yaitu Metro Tv, Kompas Tv, dan TV One, sehingga

pemirsa yang menonton tayangan dari stasiun televisi seperti Berita Satu

hanya mereka yang televisinya menggunakan layanan jaringan berbayar

31

Udi Rusadi, Kajian Media: Isu Ideologi dalam Perspektif, Teori dan Metode

(Jakarta: Rajawali Pers, 2015), 42. 32

Rating merupakan data pemirsa televisi yang dihasilkan dari survei (seperti data

rating dari Nielsen) yang hasil pengukurannya itu dilakukan secara kuantitatif (berupa

angka) dan hasil data tersebut dijadikan sebagai bahan evaluasi atau penilaian dari sebuah

stasiun televisi terhadap programnya. 33

Share adalah presentase televisi rumah tangga atau jumlah target pemirsa pada

ukuran satuan waktu tertentu pada suatu channel tertentu terhadap total pemirsa di semua

channel.

 

Page 28: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

12

seperti First Media maupun layanan TV Cable lainnya, 4) Berita Satu adalah

salah satu anak perusahaan dari perusahaan multinasional Lippo Group.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, untuk menghindari kerancuan

permasalahan maka perlu adanya batasan masalah yang akan dibahas, agar

tesis ini lebih praktis dan operasional. Sehingga peneliti menentukan fokus

penelitian, sebagai berikut: Pertama, semua berita terkait “Aksi Bela Islam”

dari jilid pertama hingga ketiga yang terangkum oleh stasiun televisi Berita

Satu. Kedua, berita-berita yang terangkum dalam satu kategori liputan

khusus, dan topik pilihan terkait “Aksi Bela Islam” di Berita Satu.

Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah penelitian tersebut,

dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah, sebagai berikut:

1. Pertanyaan mayor dalam penelitian ini, yaitu: Bagaimana

pemberitaan gerakan Aksi Bela Islam dalam konstruksi hierarki

pengaruh di Berita Satu?

2. Pertanyaan minornya, yaitu:

a. Sejauh mana pengaruh level individu pekerja dalam

pemberitaan Aksi Bela Islam di Berita Satu?

b. Apa saja unsur-unsur dalam rutinitas media yang

memengaruhi isi pemberitaan Aksi Bela Islam di Berita Satu?

c. Seberapa besar pengaruh organisasi media dalam isi

pemberitaan tentang Aksi Bela Islam di Berita Satu?

d. Apa saja pengaruh dari ekstra media dalam isi pemberitaan di

Berita Satu?

e. Apa ideologi yang dianut oleh stasiun televisi Berita Satu,

sehingga dapat memengaruhi isi dari pemberitaan?

 

Page 29: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

13

C. Thesis Statement

Gerakan “Aksi Bela Islam” menjadi sebuah berita menarik dan

mendapatkan perhatian khusus oleh stasiun televisi Berita Satu, yang

kemudian Berita Satu berusaha membangun pengaruh yang bertingkat

seperti terlihat pada isi pemberitaan. Dan jika dikaitkan dalam Teori Hierarki

Pengaruh, maka terlihat bahwa pengaruh ideologi merupakan pengaruh yang

terbesar dalam memengaruhi isi pemberitaan “Aksi Bela Islam” di Berita

Satu.

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian “Pemberitaan Gerakan Aksi Bela Islam dalam

Konstruksi Hierarki Pengaruh Isi Media di Berita Satu,” yaitu:

a. Menganalisis pemberitaan gerakan “Aksi Bela Islam” dalam

konstruksi hierarki pengaruh di Berita Satu.

b. Menganalisis, yaitu: (1) Pengaruh level pekerja pada isi

pemberitaan “Aksi Bela Islam.” (2) Unsur-unsur rutinitas media

yang memengaruhi isi pemberitaan “Aksi Bela Islam.” (3)

Pengaruh organisasi media pada isi pemberitaan “Aksi Bela

Islam.” (4) Pengaruh dari level extra media pada isi pemberitaan

“Aksi Bela Islam.” (5) Ideologi yang dianut oleh stasiun televisi

Berita Satu.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat secara teoritis, yaitu diharapkan dapat memberikan

sumbangan akademis dalam penelitian yang berkaitan dengan

bidang studi media, yang dapat dikaji dari berbagai disiplin ilmu,

 

Page 30: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

14

seperti agama, sosial politik, ekonomi politik, bahasa, dan

sebagainya.

b. Manfaat secara praktis, yaitu diharapkan menjadi referensi bagi

masyarakat agar dapat lebih cermat, dalam melihat berita yang

disajikan media massa, dan tidak serta-merta memberikan sosial

judgment kepada apa pun. Selain itu, penelitian ini juga

diharapkan dapat membangun kesadaran umat Islam agar dapat

membangun kembali citra Islam yang positif.

E. Tinjauan Kajian Terdahulu

Penelitian tentang pemberitaan “Aksi Bela Islam,” yang walaupun

peristiwa tersebut terbilang baru, tetapi telah ada beberapa peneliti yang

menelitinya, sehingga dapat dijadikan bahan referensi dalam melakukan

penelitian ini.Baik yang berbentuk kumpulan tulisan (ontologi), jurnal, tesis

dan sebagainya. Sehingga dalam melakukan penelitian pun, penulis telah

meninjau beberapa penelitian yang dianggap relevan dengan permasalahan

yang diteliti oleh peneliti, sebagai berikut:

Pertama, penelitian kolektif yang dilakukan oleh Iding Rosyidin, dan

Gun Gun Heryanto, berjudul: Konstruksi Citra Partai Islam di Media

Nasional Pemetaan Pemilu 2014. Penelitian tersebut menggunakan dua

kerangka teori, yakni Konstruksi Sosial Media Massa oleh Peter L. Berger &

Luckmann dan teori Hierarki Pengaruh Isi Media oleh Pamela J. Shoemaker

& Stephen D. Reese. Dalam penelitian tersebut menggunakan metode

kualitatif, yang menyimpulkan bahwa partai-partai Islam cukup

mendapatkan tempat baik di Harian Republika maupun Sindo, khususnya

menjelang diselenggarakannya Pemilu 2014. Namun dari sisi kognisi dan

konteks sosial terdapat perbedaan antara Harian Republika dan Sindo. Selain

 

Page 31: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

15

itu juga, pemberitaan mengenai partai-partai Islam atau berbasis massa Islam

tidak terlepas dari pengaruh beberapa faktor yang menurut teori hierarki

pengaruh dikelompokkan ke dalam lima level.34

Persamaan antara penelitian

yang dilakukan oleh Iding Rosyidin, dan Gun Gun Heryanto, dengan

penelitian ini adalah penggunaan teori hierarki pengaruh isi media oleh

Pamela J. Shoemaker & Stephen D. Reese. Tetapi perbedaannya terletak

pada substansi dan objek penelitian, yaitu penelitian ini memfokuskan pada

masalah pemberitaan Aksi Bela Islam di Berita Satu.

Kedua, penelitian kolektif yang dilakukan oleh Arie Setyaningrum

Pamungkas dan Gita Octaviani yang berjudul Aksi Bela Islam dan Ruang

Publik Muslim: Dari Representasi Daring Ke Komunitas Luring. Dalam

penelitiannya menggunakan dua metode yaitu, yang pertama metode melalui

observasi di media sosial, dan kedua metode analisis wacana dalam

mengintrepretasikan bentuk-bentuk representasi Aksi Bela Islam, dan

pewacanaannya yang muncul di jejaring media sosial khususnya Facebook

dan Instagram. Penelitian tersebut melacak bagaimana strategi melalui

mediatisasi dakwah (propaganda yang mengatasnamakan Islam) dilakukan

dalam Aksi Bela Islam dengan mengeksplorasi representasi online „daring‟

(dalam jaringan) di media sosial seperti Facebook, Instagram, dan aplikasi

pesan personal WhatsApp, sehingga menunjukkan suatu lokasi pada ruang

yang disebut sebagai „Publik Muslim.‟35

Persamaan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Arie Setyaningrum Pamungkas dan Gita Octaviani yaitu

substansi penelitian yaitu berkaitan tentang Aksi Bela Islam.Akan tetapi,

perbedaannya terletak pada objek yaitu pada penelitian ini, yang menjadi

34 Iding Rosyidin dan Gun Gun Heryanto, Konstruksi Citra Partai Islam di Media

Nasional Pemetaan Pemilu 2014, (Jakarta: Pusat Penelitian dan Penerbitan Lembaga

Penelitian dan Pengabdian Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah 2013), 122. 35

Arie Setyaningrum Pamungkas dan Gita Octaviani, “Aksi Bela Islam dan Ruang

Publik Muslim.”Jurnal Pemikiran Sosiologi, vol.4 no.2 (Universitas Gadjah Mada, 2017),

65.

 

Page 32: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

16

objek ialah stasiun televisi Berita Satu. Selain itu perbedaan lainnya ialah

pada penelitian ini menggunakan teori hierarki pengaruh.

Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Meistra Budiasa yang

berjudul Mediatisasi Aksi Massa Islam 2 Desember 2016. Penelitian tersebut

membahas tentang bagaimana bentuk politik ketakutan berupa tekanan

massa tersebut dimediatisasi oleh media dalam liputan langsung aksi massa 2

Desember 2016, dan konstruksi dari media massa memberitakan tentang aksi

2 Desember 2016.36

Persamaannya ialah terletak pada substansi penelitian

yaitu berkaitan tentang Aksi Bela Islam. Tetapi perbedaannya terletak pada

objek dan teori yang digunakan, yaitu pada penelitian yang dilakukan oleh

Meistra Budiasa objek kajian yang diteliti diantaranya: Tv One, INews, dan

CNN, serta teori yang digunakan adalah teori mediatisasi. Sedangkan pada

penelitian ini objeknya ialah Berita Satu, dan teori yang digunakan yaitu

hierarki pengaruh.

Keempat, penelitian yang dilakukan oleh Silvina Mayasari yang

berjudul Konstruksi Media Terhadap Berita Kasus Penistaan Agama Oleh

Basuki Tjahaja Purnama (Ahok): Analisis Framing pada Surat Kabar

Kompas dan Republika. Metode yang digunakana dalam penelitian itu adalah

analisis framing menurut Gamson dan Mondigliani. Penelitian itu,

menganalisis konstruksi media pada pemberitaan “Aksi 4 November 2016

dan 2 Desember 2016 Kasus Dugaan Penistaan Agama oleh Basuki Tjahaja

Purnama” di dua surat kabar nasional, yaitu Kompas dan Republika.37

Persamaan antara penelitian Silvina Mayasari dengan penelitian ini adalah

36

Meistra Budiasa, “Mediatisasi Aksi Massa Islam 2 Desember 2016.”Profetik

Jurnal Komunikasi, vol.10 no.1 (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2017), 35. 37

Silvina Mayasari, “Konstruksi Media Terhadap Berita Kasus Penistaan Agama

oleh Basuki Tjahaja Purnama (Ahok): Analisis Framing pada Surat Kabar Kompas dan

Republika.” Jurnal Komunikasi, vol.8 no.2 (September 2018), 8.

 

Page 33: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

17

yaitu persoalan substansi penelitian, yang sama-sama meneliti tentang

pemberitaan Aksi Bela Islam. Tetapi perbedaannya ialah pada objeknya yaitu

pada penelitian Silvina yang menjadi objek penelitian ialah surat kabar

Kompas dan Republika, sedangkan pada penelitian yaitu stasiun televisi

Berita Satu.

F. Kerangka Teoritis

Gambar: 1.1. Bagan Teoritis oleh Peneliti.

Berdasarkan bagan teoritis, menunjukkan bahwa sebuah peristiwa

yang terjadi seperti “Aksi Bela Islam” yang diberitakan oleh sebuah media,

dalam praktiknya berita yang disajikan tidak bersifat objektif, tetapi

subjektik. Hal ini karena pada kenyataannya setiap media massa memiliki

kepentingan masing-masing, sehingga faktor-faktor seperti: Individual Level,

Media Routine Level, Organization Level, Extramedia Level, dan Ideological

Level, dapat dipraktikkan media dan terorientasi dalam bentuk isi berita.

Gerakan Aksi

Bela Islam

Pengaruh individu pekerja

media (mis. Wartawan) Individual level Televisi

(Berita Satu)

Rutinitas Media: Sumber

berita, organisasi media,

audiens

Media Routine

level Teori Hierarki Pengaruh

(Pamella J. Shoemaker &

Stephen D. Reese, 1996)

Organisasi Media (Pemilik

Media)

Organization

level

Pengaruh dari luar

organisasi media Extramedia level

Ideologi media Ideological level

 

Page 34: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

18

Tanda panah putus-putus antara individual level dengan pengaruh

individu pekerja, adalah bermakna sama karena individual level yang

terdapat dalam teori hierarki pengaruh yaitu bahwa salah satu faktor yang

memengaruhi isi pemberitaan adalah para pekerja media, seperti wartawan

atau jurnalis, presenter berita, cameramen, editor, dan lain-lainnya.

Adapun tanda panah putus-putus antara media routine level dengan

rutinitas media juga bermakna sama. Hal ini berhubungan dengan kerja rutin

dari sebuah media, dan setiap media memiliki kerja rutinnya atau dalam hal

ini ritme kerjanya masing-masing. Level ini juga memiliki tiga unsur yang

saling berkaitan dan memengaruhi kerja rutin dari media tersebut, yaitu

sumber berita, organisasi media dalam hal ini tim redaksi, dan audiens atau

penonton.

Tanda panah putus-putus antara organization level dengan organisasi

media atau pemilik media juga bermakna sama. Dalam teori hierarki

pengaruh level ini berarti melihat sejauh mana peran dari pemilik media

dalam kekuasaannya untuk memengaruhi isi pemberitaan.

Extramedia level atau dapat bermakna pengaruh dari luar organisasi

media ini, dapat terlihat dari beberapa unsur yaitu di antaranya sumber

berita, penonton, kekuasaan pemerintah, pengiklan, teknologi, dan pasar

bebas. Unsur-unsur tersebut memiliki pengaruh yang cukup besar dalam isi

pemberitaan di media.

Adapun pada ideological level atau bermakna ideologi dari media.

Berdasarkan teori hierarki pengaruh, level ini menjadi level yang berperan

besar dalam memengaruhi isi pemberitaan. Hal ini karena berkaitan dengan

sudut pandang atau keyakinan dari media tersebut.

 

Page 35: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

19

G. Metodologi Penelitian

1. Paradigma Penelitian

Paradigma penelitian merupakan kerangka berpikir yang

menjelaskan bagaimana cara pandang peneliti terhadap fakta kehidupan

sosial dan perlakuan peneliti terhadap ilmu atau teori. Secara umum,

pendekatan penelitian atau sering juga disebut paradigma penelitian yang

cukup dominan yaitu paradigma penelitian kualitatif, kuantitatif, dan

campuran (gabungan kualitatif dan kuantitatif).38

Penelitian yang berjudul “Pemberitaan Gerakan Aksi Bela Islam

dalam Konstruksi Hierarki Pengaruh Isi Media di Berita Satu,” dengan

fokus penelitian yaitu pemberitaan “Aksi Bela Islam” ini adalah

penelitian kualitatif, yang menggunakan paradigma konstruktivis.

Konstruktivisme, mengadopsi ontologi kaum relativis,

epistimologi transaksional dan metodologi hermeneutis atau dialektis.

Tujuan-tujuan penelitian dari paradigma ini diarahkan untuk

menghasilkan berbagai pemahaman yang bersifat rekonstruksi.39

Menurut paradigma ini, pengetahuan terdiri atas berbagai

konstruksi yang memiliki konsensus relatif di antara pihak-pihak yang

berkompeten. Sedangkan peran nilai-nilai dalam paradigma konstruktivis

38

Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya

Ilmiah (Jakarta: Kencana, 2011), 33. 39

Norman K. Denzin dan Yvonna S. Lincoln, Handbook Of Qualitative Research.

Penerjemah Dariyatno, dkk (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), 124.

 

Page 36: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

20

menempati posisi penting, sebab nilai dipandang sebagai sesuatu yang

tidak bisa dihindari dalam menciptakan hasil-hasil penelitian.40

2. Metode dan Konsep Penelitian

a. Metode Penelitian

Metodologi penelitian adalah sekumpulan peraturan, kegiatan,

dan prosedur yang digunakan oleh pelaku suatu disiplin ilmu.

Hakikat penelitian dapat dipahami dengan mempelajari berbagai

aspek yang mendorong peneliti untuk melakukan penelitian.41

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

kualitatif.

Penelitian kualitatif memiliki sifat deskriptif analitik. Data

yang diperoleh seperti hasil pengamatan, hasil wawancara, hasil

pemotretan, data dokumentasi, catatan lapangan, disusun peneliti di

lokasi penelitian, tidak dituangkan dalam bentuk dan angka-angka.

Peneliti segera melakukan analisis data dengan memperkaya

informasi, mencari hubungan, membandingkan, menemukan pola

atas dasar data aslinya (tidak ditransformasi dalam bentuk angka).

Hasil analisis data berupa pemaparan mengenai situasi yang diteliti

yang disajikan dalam bentuk uraian naratif.42

Menurut Creswell, metode kualitatif dibagi menjadi lima

macam yaitu phenomenological research, grounded theory,

40

Denzin dan Lincoln, Handbook Of Qualitative Research, 141. 41

Tim Penyusun, Pedoman Akademik Penyusunan Proposal dan Penulisan Tesis

(Jakarta: Program Magister KPI Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif

Hidayatullah, 2015), 14. 42

Tim Penyusun, Pedoman Akademik Penyusunan Proposal dan Penulisan Tesis,

14-15.

 

Page 37: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

21

ethnography, case study, and narrative research.43

Adapun dalam

penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah

studi kasus (case study).

Studi kasus adalah merupakan salah satu jenis penelitian

kualitatif, di mana peneliti melakukan eksplorasi secara mendalam

terhadap program, kejadian, proses, aktivitas, terhadap satu atau lebih

orang.44

Studi kasus membantu peneliti untuk melakukan eksplorasi

mendalam terkait berita-berita tentang “Aksi Bela Islam di Berita

Satu.”

b. Konsep Penelitian

Konsep penelitian atau konsep metodologis yaitu memuat

unsur-unsur konsep penting yang berkaitan tentang “Hierarki

Pengaruh Aksi Bela Islam di Berita Satu.” Unsur mikro dan unsur

makro dalam teori hierarki pengaruh yang akan menjadi uraian

lapangan bagi teori yang digunakan dalam penelitian ini. Sehingga

dari teori yang digunakan dalam penelitian ini akan dielaborasikan

dengan prinsip yang ada dalam teori komunikasi Islam.

43

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Bandung:

CV. Alfabeta, 2016), 14. 44

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi, 15.

 

Page 38: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

22

Gambar: 1.2. Bagan Konseptual.

Bagan konseptual di atas menjelaskan bahwa pengaruh yang

dihasilkan dari media berdasarkan teori hierarki pengaruh oleh

Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese, berasal dari faktor

internal dan eksternal organisasi media, atau dari level terkecil

(mikro) yaitu para wartawan, hingga pada level tertebesar (makro)

yaitu pemilik media, luar organisasi media, dan ideologi media.45

Adapun nilai-nilai yang terkandung dalam unsur-unsur dari

hierarki pengaruh, kemudian dielaborasikan dengan konsep pada

teori komunikasi Islam dari Andi Faisal Bakti dan Hamid Mowlana.

Konsep-konsep tersebut kemudian terbagi dalam dua level.Pertama,

pada level mikro yaitu ditemukan pendekatan konsep tabligh dan amr

45

Shoemaker dan Reese, Mediating the Message, 271.

Hierarki Pengaruh Aksi Bela Islam 212

di Berita Satu

Level Mikro: Individual level, dan media routines level.

Pendekatan tabligh, dan amr ma'ruf nahy munkar.

Bentuk dalam berita:

» Breaking News: Aksi Damai 4 November.

» Aksi damai 2/12: Besok Aparat Tidak Dibekali Senjata.

» Aksi 2/12: Jokowi Apresiasi Unjuk Rasa Damai

Level Makro: Organization level Extramedia level, dan

Ideological level. Pendekatan taghyir dan akhlaq al-karimah

Bentuk dalam berita:

» Jelang Aksi 2/12: MUI Mengkaji Fatwa Shalat di Jalan.

» Aksi Damai 2/12: Nilai Tukar Rupiah Menguat

» Aksi 2/12.

 

Page 39: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

23

ma’ruf nahy munkar yang ada dalam pemberitaan terkait Aksi Bela

Islam di Berita Satu. Kedua, pada level makro atau pada ranah yang

lebih besar mencakup dari dalam maupun luar media, yang walaupun

Berita Satu adalah media yang dimiliki oleh seorang pebisnis yang

juga bukan seorang Muslim, walaupun beritanya lebih mengarah

pada konteks yang negatif, tetapi pada beberapa bagian dari isi

pemberitaan Aksi Bela Islam masih nampak kandungan nilai-nilai

Islamnya, karena para wartawannya.

3. Prosedur Pengambilan Data

Prosedur pengumpulan data atau teknik pengumpulan data

merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan

utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik

pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang

memenuhi standar data yang ditetapkan.46

Dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan tiga macam teknik pengumpulan data, yaitu observasi,

wawancara, dan dokumentasi.

a. Observasi

Observasi atau pengamatan yang dilakukan oleh peneliti,

yaitu jenis observasi partisipatif yang sifatnya partisipasi pasif

(passive participation).47

Sehingga hal ini, bertujuan untuk

melihat proses kerja dari Berita Satudalam mengolah berita.

Peneliti hadir di ruang redaksi pada tanggal 9 April 2018 untuk

mengamati redaksi Berita Satu ketika melakukan briefing atau

46

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi, 308. 47

Partisipasi pasif yaitu peneliti datang di tempat kegiatan orang yang diamati,

tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut (lihat: Sugiyono (2016), h.311).

 

Page 40: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

24

pengarahan kepada para wartawan Berita Satu yang akan

melakukan liputan berita.

Peneliti juga melakukan pengamatan terhadap tayangan-

tayangan berita yang berkaitan dengan peristiwa “Aksi Bela

Islam” yang terdapat dichannel youtube dari stasiun televisi

Berita Satu.

b. Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data

apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk

menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila

peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih

mendalam teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada

laporan tentang diri sendiri atau self-report, atau setidak-tidaknya

pada pengetahuan dan atau keyakinan pribadi.48

Adapun dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara

semiterstruktur (semistructure interview),49

dengan narasumber

kunci yang terlibat dalam proses produksi pemberitaan di Berita

Satu, yaitu Pemimpin Redaksi Bapak Claudius V. Boekan yang

memiliki kuasa penuh di redaksi Berita Satu. Selain itu

wawancara juga dilakukan dengan Tezar Aditya Rahman yang

merupakan salah satu news presenter dan reporter Berita Satu

yang melakukan liputan Aksi Bela Islam dari jilid pertama hingga

ketiga. Hal ini bertujuan untuk mengumpulkan data-data terkait

48

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi, 316. 49

Jenis wawancara ini termasuk dalam kategori in-dept interview. Tujuan dari

wawancara jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, di mana

pihak yang diajak wawancara diminta pendapat, dan ide-idenya (lihat: Sugiyono (2016),

h.318).

 

Page 41: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

25

penelitian dan untuk menjawab poin-poin dalam rumusan

masalah.

c. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.

Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya

monumental dari seseorang. Studi dokumen merupakan

pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara

mendalam penelitian kualitatif.50

Peneliti menggunakan teknik pengumpulan data ini, sebagai

pelengkap dalam mengumpulkan data-data penelitian. Dengan

menggali dan mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya

yang berkaitan dengan dokumentasi tayangan berupa audio

visual, maupun tulisan-tulisan yang berkaitan dengan “Aksi Bela

Islam”, yang kemudian disusun menjadi serangkain data sebagai

bahan kajian dalam penelitian ini.

4. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber,

dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam

(triangulasi), dan dilakukan secara terus menerus sampai datanya

jenuh.51

Teknik triangulasi52

biasanya merujuk pada suatu proses

pemanfaatan persepsi yang beragam untuk mengklasifikasi makna,

memverifikasi kemungkinan pengulangan dari suatu observasi ataupun

50

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi, 326. 51

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi, 331. 52

Menurut Flick (1992), teknik triangulasi juga dapat digunakan untuk

mengklasifikasi makna dengan cara mengidentifikasi cara pandang yang berbeda terhadap

berbagai fenomena (lihat: Denzin dan Lincoln (2009), h.308).

 

Page 42: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

26

interpretasi, namun harus dengan prinsip bahwa tidak ada observasi atau

interpretasi yang 100% dapat diulang.53

Analisis data kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu suatu

analisis berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan

menjadi hipotesis. Berdasarkan hipotesis yang dirumuskan berdasarkan

data tersebut, selanjutnya dicarikan data lagi secara berulang-ulang

sehingga selanjutnya dapat disimpulkan apakah hipotesis tersebut

diterima atau ditolak berdasarkan data yang terkumpul. Bila berdasarkan

data yang dapat dikumpulkan secara berulang-ulang dengan teknik

triangulasi, ternyata hipotesis diterima, maka hipotesis tersebut

berkembang menjadi teori.54

Adapun data-data yang dikumpulkan itu berupa data primer dan

data sekunder. Data primer yaitu berupa tayangan-tayang berita “Aksi

Bela Islam” di Berita Satu, sedangkan data sekundernya yaitu berupa

data yang didapat dari hasil wawancara, dan dokumen-dokumen yang

menunjang data primer.

Miles dan Huberman mengemukakan bahwa aktivitas dalam

analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara

terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas

dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan

drawing/verifying conclusions.55

53

Denzin dan Lincoln, Handbook Of Qualitative Research, 307. 54

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi, 333. 55

Miles M. B and Huberman A. M, “Qualitative Data Analysis: A Sourcebook of

New York Methods,” dalam Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan

Kombinasi, 334.

 

Page 43: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

27

a. Reduksi Data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang

pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan

polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan

memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah

peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan

mencarinya bila diperlukan. Reduksi data dapat dibantu dengan

peralatan elektronik seperti komputer mini, dengan memberikan

kode pada aspek-aspek tertentu.56

Reduksi data yang dilakukan oleh peneliti untuk membantu

selama proses penelitian ialah dengan membuat abstraksi atau

dengan merangkum pokok-pokok inti seperti pernyataan dari

narasumber. Selain itu juga, peneliti dibantu oleh alat perekam

suara untuk mempermudah dalam membuat abstraksi.

b. Penyajian Data

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah

mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data

bisa dilakukan dalam uraian singkat, bagan, hubungan antar

kategori, flowchart dan sejenisnya. Dalam hal ini Miles and

Huberman menyatakan yang paling sering digunakan untuk

menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks

yang bersifat naratif.57

56

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi, 336. 57

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi, 339.

 

Page 44: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

28

c. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif adalah

penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang

dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila

tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat mendukung pada tahap

pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang

dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang

valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan

mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan

merupakan kesimpulan yang kredibel.58

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan temuan

baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa

deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih

gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa

hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori.59

5. Kredibilitas Data

Kredibilitas data atau biasa yang disebut keabsahan data

merupakan suatu cara untuk mengecek keabsahan atau kredibilitas dari

data-data penelitian. Dalam hal ini peneliti menggunakan beberapa

carayaitu: (1) Pengoptimalan waktu penelitian, yang berguna untuk

meminimalkan jarak antara peneliti dengan informan/narasumber. (2)

Peneliti menggunakan teknik triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan

keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu

untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data

58

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi, 343. 59

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi, 343.

 

Page 45: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

29

itu.60

(3) Pembuktian ialah dengan cara yang ditempuh peneliti guna

membuktikan bukti atau dukungan terhadap data yang diperoleh. Hal ini

bertujuan untuk mengatasi keterbatasan daya ingat, penglihatan, dan

pendengaran peneliti dalam proses penelitian, sehingga digunakan

instrument bantu/penunjang seperti catatan lapangan (fieldnotes),

perekam suara (voice recorder) dan foto.

H. Sistematika Penulisan

Tesis ini dimulai dengan pendahuluan sebagai bab pertama, yang

membahas di antaranya: latar belakang, batasan dan rumusan masalah,

pernyataan penelitian atau thesis statement, tujuan dan manfaat penelitian,

tinjauan kajian terdahulu, kerangka teoritis, metodologi penelitian, serta

sistematika penulisan tesis.

Selanjutnya, penulis melakukan kajian pustaka yang dielaborasi pada

bab dua. Berisikan pembahasan tentang landasan teori utama yang

digunakan, yaitu teori hierarki pengaruh yang diperkenalkan oleh Pamela J.

Shoemaker dan Stephen D. Reese.

Sebelum lebih jauh membahas hasil dari penelitian ini, terlebih

dahulu penulis menyajikan gambaran umum objek penelitian pada bab tiga,

yaitu berupa uraian singkat tentang stasiun televisi Berita Satu.

Adapun sebagai inti tesis, penulis melakukan analisis yang disajikan

pada bab keempat, yang merupakan uraian data-data dan temuan yang

didapatkan selama melakukan penelitian.Sehingga uraian data-data

penelitian terkait pemberitaan tentang “Aksi Bela Islam” ini tersaji dalam

bentuk analisis deskriptif.

60

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2001), 178.

 

Page 46: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

30

Tahap selanjutnya setelah melakukan analisis data, yaitu pada bab

lima diuraikan pembahasan terkait penelitian. Pada bagian ini hasil analisis

data dan temuan penelitian dengan teori, serta rumusan dari permasalahan

dalam penelitian, dipadukan dalam bentuk deskriptif.

Bab enam sebagai penutup penelitian ini. Pada bab ini, penulis

menguraikan kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan, serta

rekomendasi, dari sisi teoritis, maupun sisi praktis.

 

Page 47: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

31

BAB II

KAJIAN TEORITIS : TEORI HIERARKI PENGARUH ISI MEDIA

A. Komunikasi dan Dakwah

Komunikasi adalah sebuah proses suatu kegiatan yang memiliki

banyak langkah terpisah tetapi saling berhubungan sepanjang waktu.1 Pada

1968, buku Lee Thayer, Komunikasi dan Sistem Komunikasi

(Communication and Communication System), memberikan pandangan lintas

disiplin mengenai komunikasi. Seperti pendekatan lain dalam periode ini,

Thayer menekankan komunikasi sebagai proses yang dinamis di mana

individu menciptakan dan menginterpretasikan informasi yang dilihatnya

sebagai sesuatu yang kompleks, dinamis, dan sangat pribadi. Untuk

menekankan cara berpikir ini, Thayer mengusulkan konsep ―masuk ke dalam

hitungan yang mampu‖ dan ―masuk ke dalam hitungan yang lemah.‖

Menurutnya, kemampuan dan kerentanan kita mengarahkan cara kita

memperoleh, memproses, menghasilkan, dan menyebarkan informasi.2

Lebih jauh Andi Faisal Bakti menjelaskan tentang pandangan dari

Thayer, yang mengatakan bahwa orang-orang hanya dapat dipengaruhi

dalam berbagai kemungkinan yang ada, pada titik tertentu, di dalam struktur

atau sistem psikologis khusus mereka, karena tidak ada yang namanya sihir

dalam komunikasi. Sehingga, seorang penerima akan bereaksi sebagai

konsekuensi dari ―mendapatkan pesan‖ tergantung pada nilai dan

1 Brent D. Ruben dan Lea P. Stewart, Komunikasi dan Perilaku Manusia,

Penerjemah Ibnu Hamad (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), 16. 2Lee Thayer, “Communication and Communication Systems,” dalam Brent D.

Ruben dan Lea P. Stewart, Komunikasi dan Perilaku Manusia, Penerjemah Ibnu Hamad, 51.

 

Page 48: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

32

keyakinannya sendiri, bukan pada isi ucapan yang ditujukan kepadanya, dan

ini adalah tingkat pertama dari Teori Resepsi-Aktif.3

Sebagai bagian dari aktivitas keagamaan, eksistensi dakwah adalah

sesuatu yang bersifat dialektis dan dialogis dengan kondisi objek dakwah.

Dakwah bukanlah aktivitas satu arah yang tidak peduli dengan kondisi

mad‟u, melainkan sebuah respons dari pengetahuan atas kondisi yang ada.

Dakwah bukanlah aktivitas penyeruan agama tanpa memerhatikan kondisi

mad‟u. Dakwah adalah upaya untuk mengubah mad‟u agar menjadi lebih

baik dari sebelumnya.4 Dengan demikian, dakwah dan komunikasi memiliki

kaitan yang erat dan tidak dapat dipisahkan. Dakwah menjadi salah satu

bentuk komunikasi manusia, dan sebaliknya dakwah dapat menjadi sumber

etika dan moral bagi komunikasi, baik sebagai ilmu pengetahuan, maupun

sebagai aktivitas sosial.5 Dakwah jelas memainkan peran sentral dalam

membangun pemahaman agama di antara manusia.Ini juga sangat penting

dalam membangun perdamaian di antara sesama warga. Lebih lanjut,

dakwah adalah signifikan dalam menciptakan pembangunan manusia yang

berkelanjutan.6

Dalam perspektif Islam, komunikasi selain bertujuan untuk

mewujudkan hubungan secara vertikal dengan Pencipta, juga berfungsi

untuk menegakkan hubungan secara horizontal terhadap sesama

manusia.Komunikasi dengan Pencipta tercermin melalui ibadah mahdha

3 Andi Faisal Bakti, Communication and Family Planning in Islam in Indonesia:

South Sulawesi Muslim Perceptions of a Global Development Program (Jakarta: INIS,

2004), 107. 4Moch. Fakhruroji, Dakwah di Era Media Baru: Teori dan Aktisime Dakwah di

Internet (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2017), 45. 5 Anwar Arifin, Dakwah Kontemporer: Sebuah Studi Komunikasi, (Yogyakarta:

Graha Ilmu, 2011), 35. 6Andi Faisal Bakti, ―The Contribution of Dakwah to Communication Studies:

Risale-I Nur's Perspective,‖ Proceedings, Istanbul Foundation for Science and Culture,

(2010), 1.

 

Page 49: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

33

(shalat, puasa, zakat dan haji) yang bertujuan untuk membentuk taqwa.

Sedangkan komunikasi dengan sesama manusia terwujud melalui penekanan

hubungan sosial yang tercermin dalam semua aspek kehidupan manusia

seperti sosial, budaya, politik, ekonomi, seni dan sebagainya.7 Sehingga

komunikasi dan dakwah dapat menjadi satu kesatuan, karena mempunyai

banyak persamaan.

Jika melihat bagaimana proses komunikasi (dakwah), hakikatnya

tidak ada yang berbeda antara komunikasi islami (dakwah) dan non-islami

(sekuler) dalam hal model (pola), proses, dan efeknya. Yang membedakan

hanyalah landasan filosofinya.8

Komunikasi dakwah adalah suatu penyampaian pesan dakwah yang

secara sengaja dilakukan oleh komunikator (da‟i) kepada komunikan

(mad‟u) dengan tujuan membuat komunikasi berperilaku tertentu.9

Abad ke-21 menjadikan teknologi berkembang dengan baik, salah

satunya teknologi media massa seperti televisi, saat ini orang-orang dapat

menonton program televisi seperti berita tidak hanya melalui layar televisi,

tetapi juga dapat menontonnya melalui smartphone dengan cara streaming.

Sehingga seseorang dapat mengetahui informasi ataupun menyebarkan

informasi ke berbagai daerah maupun belahan dunia dengan lebih mudah.

Berdasarkan hal itu, seorang Muslim seharusnya dapat memanfaatkan

teknologi yang ada saat ini, untuk melakukan dakwah dengan cara yang lebih

transformatif sesuai dengan kondisi masyarakat, karena setiap muslim

memiliki kewajiban untuk berdakwah sesuai yang dijelaskan dalam Alquran

7Andi Faisal Bakti dan Venny Eka Meidasari, ―Trendsetter Komunikasi di Era

Digital,‖ 22. 8Andi Faisal Bakti dan Venny Eka Meidasari, ―Trendsetter Komunikasi di Era

Digital: Tantangan dan Peluang Pendidikan Komunikasi dan Penyiaran Islam.‖ Jurnal

Komunikasi Islam, Vol.04 no.01 (Juni, 2014), 21. 9 Wahyu Ilahi, Komunikasi Dakwah (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), 26.

 

Page 50: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

34

surat An-Nahl ayat 125. Dengan demikian, dakwah bukan hanya sebatas

ketika seseorang yang dianggap ulama atau da‟i berada di atas mimbar atau

dalam sebuah majelis taklim, dan sebagainya. Tetapi, dakwah dapat

dilakukan dengan berbagai cara, selama cara tersebut sejalan dengan Alquran

dan Hadis.

Andi Faisal Bakti dalam tulisannya yang berjudul Dakwah Cerdas

Era Globalisasi: antara Tantangan dan Harapan, menjelaskan bahwa:

―Dakwah seharusnya tidak diterjemahkan sebagai sesuatu

yang mengarah pada makna seperti: hallo-hallo, propagation,

missionary, proselyzation. Hal ini, bukan hanya kurang produktif,

tetapi malah jadi kontra produktif dan boomerang, karena dakwah

islamiah kemudian dibenci dan ditakuti. Makna dakwah seperti ini

bukanlah studi ilmiah atau empiris, karena selalu mulai dengan:

Ud‟uu ilaa sabiili rabbika. Man ahsanu qawlan min man da‟aa ilaa

Allaah. Ballighuu „annii walaw aayah. Kecuali melalui proses

reinterpretasi, ayat-ayat ini semua mengarah kepada Allah yang

abstrak itu. tetapi reinterpretasi empirikal dapat dikemukakan bahwa

Allah di sini bermakna jalanNya yang mengarah kepada kebaikan,

kerja-kerja kemanusiaan, pembangunan ekonomi, temuan sains dan

teknologi, dan seterusnya.‖10

Berdasarkan hal itu, lebih jauh Andi Faisal Bakti menjelaskan bahwa

dakwah yang dilakukan dengan pendekatan melalui Ilmu Komunikasi,

menjadi salah satu cara atau strategi yang bagus untuk seorang da‟i. Kondisi

real permasalahan komunikasi dapat dilihat berdasarkan analisa lima level:

intra-personal, inter-personal, inter-organisasi, inter-environmental, dan

inter-teknologi. Interpersonal dapat mencakup aspek komitmen, konsistensi,

transparansi, akuntabilitas, inteligensi, dan komunikatibilitas.Hal ini dapat

dikaitkan dengan taqwa, iman, Islam, dan ihsan.Atau lebih jelas lagi shiddiq

10

Andi Faisal Bakti. ―The Role of Islamic In The Globlalizaton Era: Between

Religious Principles And Values of Globlalization, The Challenges And The Opportunities,‖

Paper Presented at The Second International Conference on Islamic Media, 13-15

Desember 2011 (http://www.andifaisalbakti.net/islamic-studies), 2.

 

Page 51: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

35

(komitmen, kejujuran), istiqamah (konsistensi), fathanah (inteligensi),

amanah (akuntabilitas) dan tabligh (komunikatibilitas).11

Sehingga, fungsi

dakwah yang dapat diperankan oleh media massa adalah menjaga agar media

massa selalu berpihak kepada kebaikan, kebenaran, dan keadilan universal

sesuai dengan fitrah dan kehanifaan manusia, dengan selalu taat kepada kode

etiknya. Dengan demikian media massa tidak melakukan ―malpraktik‖

dengan setia menjalankan tanggung jawab sosialnya, seperti tidak

menyiarkan berita bohong, tidak menyiarkan pornografi dan tidak

menyiarkan sensasi.12

B. Fungsi dan Disfungsi Media

Menurut Denis McQuail dalam bukunya McQuail‟s Mass

Communication Theory, menjelaskan bahwa komunikasi massa merupakan

satu topik di antara banyak ilmu sosial dan hanya satu bagian dari lingkup

penelitian dari komunikasi manusia.13

Komunikasi massa merupakan proses

organisasi media menciptakan dan menyebarkan pesan-pesan pada

masyarakat luas dan proses pesan tersebut dicari, digunakan, dipahami, dan

dipengaruhi oleh audiens.14

Ciri utama dari media massa adalah bahwa mereka dirancang untuk

menjangkau banyak orang. Khalayak potensial dipandang sebagai

sekumpulan besar dari konsumen yang kurang lebih anomin, dan hubungan

antara pengirim (sender) dan penerima (receivers) dipengaruhi olehnya.

11

Andi Faisal Bakti. ―The Role of Islamic In The Globlalizaton Era: Between

Religious Principles And Values of Globlalization, The Challenges And The Opportunities,‖

4. 12

Anwar Arifin, Dakwah Kontemporer: Sebuah Studi Komunikasi, 95. 13

Denis McQuail, Teori Komunikasi Massa McQuail, Penerjemah Putri Iva Izzati

(Jakarta: Salemba Humanika, 2012), 17. 14

Stephen W. Littlejohn and Karen A. Foss, Teori Komunikasi, Penerjemah

Mohammad Yusuf Hamdan (Jakarta: Salemba Humanika, 2009), 405.

 

Page 52: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

36

Hubungan tersebut bersifat satu arah, satu sisi, dan tidak personal dan

terdapat jarak sosial dan fisik antar pengirim dan penerima. Pengirim

biasanya memiliki kekuasaan yang lebih besar, daripada penerima.15

Sehingga media seperti televisi, radio maupun surat kabar merupakan alat

atau perantara yang digunakan dalam proses melakukan komunikasi massa

untuk menyebarkan berbagai informasi.

Komunikasi melakukan sejumlah hal—atau fungsi dengan banyak

cara—untuk menentukan hasil kelompok.16

Media massa berada dalam

kehidupan masyarakat dan karena itu ia memiliki keterkaitan dengan sistem

dan praktik kehidupan masyarakat itu sendiri.17

Sebagai lembaga kemasyarakatan media massa memiliki posisi dan

fungsi yang sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan masyarakat.

Sebagai lembaga bisnis media tumbuh dan berkembang dalam arena pasar

untuk bisa membiayai kehidupan dirinya dan bisa mengakumulasi

keuntungan.18

Kedua posisi kelembagaan tersebut tidak selalu diperankan

oleh media sekaligus. Dalam praktiknya akan mengarah pada salah satu

posisi yang lebih dominan, yaitu memerankan fungsi lembaga

kemasyarakatan atau sebagai sebuah lembaga bisnis yang menjalankan

praktik ekonomi.19

Sehingga untuk melihat fungsi yang dijalankan dari

media massa tersebut, maka perlu juga untuk menggunakan pendekatan

fungsional.

15

Denis McQuail, Teori Komunikasi Massa McQuail, 61. 16

Littlejohn and Foss, Teori Komunikasi, 344. 17

Udi Rusadi, Kajian Media: Isu Ideologis dalam Perspektif, Teori, dan Metode

(Jakarta: Rajawali Press, 2015), 29. 18

Udi Rusadi, Kajian Media, 29. 19

Udi Rusadi, Kajian Media, 30.

 

Page 53: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

37

Dalam pandangan fungsional, masyarakat tidak mungkin tidak

memiliki stratifikasi atau tanpa ada posisi kelas dan hal itu merupakan

sebuah keniscayaan fungsional sebuah masyarakat.20

Media berada dalam

lingkungan masyarakat, ia berintegrasi untuk berusaha mewujudkan tujuan

yang dibangun dan media juga berperan agar bisa ikut melanggengkan

kehidupan masyarakat. Paralel dengan dukungan media terhadap fungsi

masyarakat, maka media massa juga berperan sebagi subsistem ekonomi,

politik, komunitas masyarakat, dan sistem pengasuhan.21

Eksistensi dan peran televisi sebagai media massa yang begitu

penting dalam kehidupan umat manusia, jelas tidak dapat dipisahkan dari

eksistensi informasi. Di dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 40

Tahun 1999 tentang Pers Pasal 3, secara tegas dinyatakan bahwa media

massa dalam hal ini pers nasional mempunyai fungsi sebagai media

informasi, media pendidikan, media hiburan, dan media pengawasan atau

kontrol sosial.22

Empat fungsi media massa tersebut ternyata fungsi

informasi dan pengawasan sosial memainkan peran yang sangat sentral

dalam kehidupan berdemokrasi. Berkat fungsi informasi dan kontrol sosial

inilah media massa sering kali diberi gelar sebagai pilar kekuatan keempat

(the forth estate) sesudah eksekutif, legislatif, dan yudikatif dalam tatanan

bernegara dan berbangsa.23

Keseluruhan fungsi tersebut mungkin tidak dilakukan oleh media,

mungkin saja hanya beberapa fungsi, misalnya hanya melakukan hiburan,

atau fungsi informasi, namun informasi yang disampaikan bisa digunakan

20

Udi Rusadi, Kajian Media, 30. 21

Udi Rusadi, Kajian Media, 32. 22

Andi Alimuddin Unde, Televisi dan Masyarakat Pluralistik (Jakarta:

Prenadamedia Group, 2014), 103. 23

Andi Alimuddin Unde, Televisi dan Masyarakat Pluralistik, 104.

 

Page 54: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

38

sebagai sumber daya dalam memperluas hubungan atau relasi dengan

golongan masyarakat lainnya.Semua konten yang disampaikan kepada

khalayak tidak selalu memberikan pengaruh sesuai dengan fungsi yang

disusun, tetapi sebaliknya atau menjadi disfungsional.24

Sebagaimana

konsekuensi klasifikasi fungsi yang digambarkan oleh Wright, sebagai

berikut:25

Efek yang terjadi Dari bentuk isi media Sasaran media

Fungsi >< Disfungsi

Nyata ><Tersembunyi

1. Pengawasan

2. Korelasi

3. Transmisi budaya

4. Hiburan

1. Masyarakat

2. Individu

3. Subkelompok

4. Sistem-sistem

budaya

Tabel 2.1. Efek, Bentuk, dan Sasaran Media.26

Upaya media melaksanakan berbagai langkah dan diabadikan untuk

kepentingan masyarakat yang secara sosiologis bisa ada pada setiap individu

dalam masyarakat. Dalam perspektif ini media tidak melakukan langkah-

langkah yang sentrifungsi dalam arti melakukan upaya perubahan dengan

dinamika yang progresif, namun media berusaha memanfaatkan berbagai

sumber daya yang dimiliki berusahan secara sistematis dan gradual

melakukan perubahan atau pengembangan secara perlahan. Perubahan yang

terjadi selalu mengarah pada keseimbangan menuju kestabilan.27

24

Udi Rusadi, Kajian Media, 33. 25

Udi Rusadi, Kajian Media, 33. 26

Udi Rusadi, Kajian Media, 34. 27

Udi Rusadi, Kajian Media, 34.

 

Page 55: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

39

Fungsi informasi yang dilakukan media ialah dengan menyediakan

informasi mengenai peristiwa dan kondisi masyarakat yang terjadi di mana

saja di seluruh bagian wilayah di dunia.28

Media massa tidak hanya sebagai

alat untuk menyebarkan informasi di seluruh bagian bumi, tetapi juga alat

untuk menyusun agenda, serta memberitahu kita apa yang penting dihadiri.

George Gerbner menyimpulkan pentingnya media massa sebagai berikut:

―kemampuan untuk menciptakan masyarakat, menjelaskan masalah,

memberikan referensi umum, dan memindahkan perhatian dan kekuasaan.29

Oleh sebab itu, yang penting bagi komunikasi massa adalah media itu

sendiri. Organisasi media menyebarkan pesan yang memengaruhi dan

menggambarkan budaya masyarakat, dan media memberikan informasi

kepada audiens yang heterogen, menjadikan media sebagai bagian dari

kekuataan institusi masyarakat.30

Sehubungan dengan hal tersebut, sebenarnya media berada pada

posisi yang mendua, dalam pengertian bahwa media dapat memberikan

pengaruh-pengaruh ―positif‖ maupun ―negatif.‖ Tentu saja, atribut-atribut

normatif ini bersifat sangat relatif, bergantung pada dimensi kepentingan

yang diwakili.31

Isi media adalah basis dari pengaruh media.Isi media merupakan

ranah kajian komunikasi yang amat penting untuk dimasuki. Dengan

mempelajari isi media, kita bisa mengerti fenomena yang ―tersembunyi‖

yaitu orang-orang dan organisasi yang memproduksi isi media. Kajian

tentang isi media juga membantu kita memprediksi dampaknya terhadap

28

Udi Rusadi, Kajian Media: Isu Ideologi dalam Perspektif, Teori dan Metode, 32. 29

Littlejohn and Foss, Teori Komunikasi, 405. 30

Littlejohn and Foss, Teori Komunikasi, 407. 31

Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana,

Semiotika, dan Analisis Framing (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), 31.

 

Page 56: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

40

khalayak. Kalau kita mengasumsikan bahwa medialah yang menyajikan

―realitas‖ kepada khalayak, maka mempelajari isi media membantu kita

untuk menilai ―realitas‖ seperti apa sebenarnya yang dikonsumsi khalayak.32

Tanpa diragukan, produksi media merespon terhadap perkembangan

sosial dan budaya dan selanjutnya memengaruhi perkembangan tersebut.

Adanya jenis media tertentu seperti televisi memengaruhi bagaimana kita

berpikir tentang dan merespons pada dunia. Sementara media bekerja dalam

berbagai cara untuk segmen-segmen masyarakat yang berbeda, audiens tidak

semuanya terpengaruh, tetapi berinteraksi dalam cara yang khusus dengan

media.33

Televisi bisa mendistorsi orang atau peristiwa tertentu secara visual

dengan menggunakan teknik dan angle kamera tertentu. Demikian pula

berita surat kabar dengan cara memilih judul, lead, foto, atau kosa kata

tertentu, atau dengan menyusun kalimat dengan cara tertentu. Cara yang

paling kentara bisa dilihat dari cara media memberi perhatian lebih besar

kepada orang, kelompok, peristiwa, atau tempat tertentu dibanding yang lain.

Adapun, yang paling membedakan isi media (berita) dengan sumber

informasi lain tentang dunia adalah fakta bahwa cara kita melihat dan

bereaksi terhadap dunia dibentuk oleh sumber informasi yang paling

dominan: yaitu media massa. Jika kita belum pernah pergi ke Rusia, maka

cara pandang kita terhadap Rusia akan datang dari media massa di negeri

kita.34

32

Nanang Krisdinanto, ―Anomali dan Teori Hierarki Pengaruh terhadap Isi Media,‖

Jurnal Komunikatif, Vol.03, no.1 (Juli, 2014), 6. 33

Littlejohn and Foss, Teori Komunikasi, 410. 34

Nanang Kridinanto, ―Anomali dan Teori Hierarki Pengaruh terhadap Isi Media,‖

7.

 

Page 57: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

41

Salah satu peran dan tugas dari seorang jurnalis muslim adalah

menghalalkan yang baik dan mengharamkan yang buruk. Jurnalis Islam

melalui tulisan atau tayangannya di media massa punya peran dan kewajiban

menularkan kebaikan dan mempromosikan kehalalan segala sesuatu baik

dalam hal makanan, ucapan, perbuatan ataupun sikap dan mengharamkan

segala keburukan bagi masyarakat.35

―…dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan

mengharamkan bagi mereka segala yang buruk.‖ (Q.S. Al-A‘raf:

157).36

Seorang jurnalis muslim juga berperan dan bertugas, untuk

memelihara dan menjaga persatuan dan kesatuan umat Islam. Peranan dan

efek informasi yang multifacet (beragam wajah), yang bisa membawa

manfaat dan berkah, tetapi juga membawa fitnah dan laknat, maka para

jurnalis Islam selayaknya menentukan kualitas isi dan pengaruh/efek dari

informasi yang disebarluaskannya. Dalam kondisi perang budaya atau

perang pemikiran (ghazwul fikri), maka para jurnalis muslim berada di garis

depan pertempuran perang informasi. Perannya sangat strategis dalam

menjaga dan memelihara persatuan dan kesatuan barisan umat Islam, melalui

penyeleksian dan penyaringan informasi negatif dan penyebaran informasi

yang benar dan bermanfaat bagi umat.37

Tugas ini adalah sebagai pengamalan dari perintah Allah dalam

Alquran berikut:

35

Ahmad Y. Samantho, Jurnalistik Islami: Panduan Praktis bagi Para Aktivis

Muslim (Bandung: Penerbit Harakah, 2002), 72. 36

Departemen Agama RI, Al-Qur‘an dan Terjemahannya. 37

Ahmad Y. Samantho, Jurnalistik Islami, 73.

 

Page 58: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

42

―Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan

janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah

kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh musuhan,

maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena

nikmat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di

tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya.

Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar

kamu mendapat petunjuk‖ (Q.S. Ali Imran: 103).38

―Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di

jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti

suatu bangunan yang tersusun kokoh‖ (Q.S. Ash-Shaff: 4).39

Adapun jika melihat realita yang ada di Indonesia saat ini, pemilik

dari media massa maupun pemodal yang menguasai media massa, sebagian

besar merupakan orang-orang yang bukan menganut agama Islam atau

bukanlah seorang Muslim, sehingga terbilang sulit bagi seorang jurnalis

Muslim dalam mempraktikkan prinsip-prinsip yang diajarkan dalam Islam.

Anwar Arifin mengatakan bahwa, kepribadian media massa itu

merupakan refleksi dari pendiri, pemilik atau pemimpin dari masing-masing

media, seperti yang terjadi pada lembaga penyiaran (televisi). Hal ini

berkaitan juga dengan sistem politik suatu negara.40

38

Departemen Agama RI, Al-Qur‘an dan Terjemahannya. 39

Departemen Agama RI, Al-Qur‘an dan Terjemahannya. 40

Anwar Arifin, Dakwah Kontemporer: Sebuah Studi Komunikasi, 123.

 

Page 59: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

43

Individual level

Media routine level

Organization level

Extramedia level

Ideological level

C. Hierarki Pengaruh Isi Media

Teori hierarki pengaruh isi media diperkenalkan oleh Pamela J.

Shoemaker dan Stephen D. Reese. Teori ini menjelaskan bahwa pengaruh

terhadap isi dari suatu pemberitaan media oleh pengaruh internal dan

eksternal. Shoemaker dan Reese membagi kepada beberapa level pengaruh

isi media, yaitu pengaruh dari individu pekerja media (Individual level),

rutinitas media (media routines level), pengaruh dari organisasi media

(Organizational level), pengaruh dari luar media (extra media level), dan

pengaruh ideologi (Ideological level).41

(Gambar: 2.1. Teori Hierarki Pengaruh Isi Media42

)

Asumsi dasar teori ini adalah isi media tidak dapat merefleksikan

sebuah realitas objektif, isi media dibentuk oleh sejumlah faktor yang

menghasilkan beragam versi berbeda mengenai realitas, dan faktor-faktor

yang berpengaruh; orientasi personal dari para pekerja media,

41

Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese, Mediating The Message (New

York: Longman Publisher, 1996), 60. 42

Shoemaker dan Reese,Mediating The Message, 64.

 

Page 60: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

44

profesionalisme, kebijakan perusahaan, pola kepemilikan perusahaan,

lingkungan ekonomi, pengiklan, dan pengaruh-pengaruh ideologi.

Secara umum, berdasarkan teori hierarki pengaruh isi media

menegaskan bahwa pengaruh yang dihasilkan dari praktik media (misalnya;

penggunaan siaran pers, ketersediaan teknologi, pemilihan cerita, jenis, dan

pengeditan) memiliki dampak yang relatif kecil pada masyarakat,

dikarenakan bukan faktor yang berperan secara sistematis dari konten suatu

kelembagaan. Pengaruh yang dihasilkan individu dari sebuah media

mungkin tidak luas. Tetapi ketika konten media di pengaruhi oleh faktor-

faktor lain, yaitu diluar organisasi media, maka peluang memanipulasi

konten media sesuai dengan kepentingan dan ideologi kelompok tertentu

dapat memberikan pengaruh yang kuat dan menimbulkan efek yang luas di

masyarakat.43

1. Individual Level

Bagian ini, membahas tentang pengaruh potensial pada konten

media massa dari faktor-faktor yang intrinsik terhadap pekerja dibidang

komunikasi: Pertama, dapat dilihat karakteristik komunikator dan latar

belakang pribadi serta profesional mereka untuk melihat suatu peristiwa,

misalnya, pendidikan wartawan dapat memengaruhi isi pemberitaan.

Kedua, pengaruh berdasarkan sikap, nilai, dan keyakinan pribadi

komunikator–sikap yang dimiliki oleh individu komunikator sebagai

akibat latar belakang atau pengalaman pribadi mereka, misalnya, sikap

politik atau kepercayaan agama seorang wartawan atau jurnalis.Ketiga,

dapat dilihat orientasi profesional dan konsepsi peran komunikator

setidaknya berfungsi sebagai disosialisasikan ke pekerjaan mereka,

43

Shoemaker dan Reese, Mediating The Message, 60.

 

Page 61: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

45

misalnya, apakah jurnalis menganggap pemancar acara atau partisipan

aktif dalam mengembangkan isi.44

Menurut Andi Faisal Bakti dalam bukunya yang berjudul

Communication and Family Planning in Islam in Indonesia: South

Sulawesi Muslim Perceptions of a Global Development Program,

dijelaskan bahwa sebagaimana ia mengadopsi pendapat dari Lee Thayer

bahwa seseorang dapat melakukan proses komunikasi dan dapat

menstruktur perilaku mereka dengan model mereka sendiri yang berbeda

dengan siapapun, seperti juga perilaku sosial mereka, nilai-nilai

keyakinan, orientasi, dan lain sebagainya. Sehingga sulit untuk

memengaruhi untuk berpikir atau berperilaku dengan cara yang

bertentangan dengan orientasi dasar, nilai-nilai, dan kepercayaan

seseorang.45

Berkaitan dengan level ini, maka dapat dikaitkan dengan salah

satu tradisi dalam teori komunikasi yaitu tradisi sosiopsikologis. Dalam

buku Teori Komunikasi (Theories of Human Communication) yang

ditulis oleh Littlejohn dan Foss, menjelaskan bahwa tradisi ini seperti

halnya pandangan psikologis yang melihat manusia sebagai kesatuan

lahiriah dengan karakteristik yang mengarahkannya kepada perilaku

mandiri.46

Sehingga setiap individu tentunya memiliki pemahaman

ataupun sudut pandang yang berbeda-beda.

Bagian yang populer dalam pendekatan sosiopsikologis adalah

teori sifat, yang mengidentifikasi variabel kepribadian serta

kecenderungan-kecenderungan pelaku komunikasi yang memengaruhi

44

Shoemaker dan Reese, Mediating The Message, 64. 45

Andi Faisal Bakti, Communication and Family Planning in Islam in Indonesia,

13. 46

Littlejohn and Foss, Teori Komunikasi, 63.

 

Page 62: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

46

bagaimana individu bertindak dan berinteraksi.47

Sifat adalah sebuah

kualitas atau karakteristik pembeda; ini merupakan cara berpikir,

merasakan, dan bertingkah laku yang konsisten terhadap situasi.48

Sementara itu, banyak sifat yang telah diteliti baik dari sisi

psikologis maupun komunikasi, dalam banyak hal, para peneliti mulai

menyadari bahwa dengan mencatat sifat seseorang sangat tidak

membantu. Psikolog mulai mengembangkan berbagai model faktor—

sifat, kadang-kadang disebut juga sifat-sifat super. Seperti yang dapat

dikutip dalam buku yang ditulis oleh Littlejohn dan Foss, bahwa terdapat

salah satu model faktor-sifat yang paling terkenal adalah model faktor-

sifat yang dipaparkan oleh Digma, yang menyatakan model ini

mengidentifikasi lima faktor umum yang dalam sebuah kombinasi

menentukan sifat setiap individu dengan lebih spesifik.49

Di antaranya:

―(1) Neuroticism atau kecenderungan untuk merasakan emosi

negatif dan kesedihan; (2) extraversion atau kecenderungan untuk

menikmati berada dalam kelompok, menjadi tegas, dan berpikir

optimis; (3) openness atau kecenderungan untuk menjadi reflektif,

memiliki imajinasi, memperhatikan perasaan dari dalam hati, dan

menjadi pemikir mandiri; (4) agreeableness atau kecenderungan

untuk menyukai dan menjadi simpatik kepada orang lain, ingin

membantu orang lain, serta untuk menghindari permusuhan; dan (5)

conscientiousness atau kecenderungan menjadi pribadi yang disiplin,

melawan gerak hati nurani, menjadi teratur, dan memahami

penyelesaian tugas.‖50

Berdasarkan hal itu, bisa dianalisis dari level ini maka para

pekerja di bidang media, seperti wartawan ataupun jurnalis, reporter

maupun presenter, serta editor merupakan orang-orang profesional

47

Littlejohn and Foss, Teori Komunikasi, 63. 48

Littlejohn and Foss, Teori Komunikasi, 98. 49

Littlejohn and Foss, Teori Komunikasi, 99. 50

Littlejohn and Foss, Teori Komunikasi, 99.

 

Page 63: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

47

pilihan dari sebuah media massa. Misalnya Berita Satu, sebagai salah

stasiun televisi milik swasta tentunya dioperasikan oleh orang-orang

yang profesional di bidangnya, tetapi orang-orang profesional itu pastilah

memiliki latar belakang seperti; agama, pendidikan, suku dan budaya

yang berbeda.Sehingga menjadikan sifat maupun sudut pandang yang

berbeda dari setiap orang. Hal itu juga, yang menyebabkan isi

pemberitaan seperti berita terkait Aksi Bela Islam tidak dapat diberitakan

secara apa adanya. Baik dalam pemilihan kata-kata yang dipakai,

headline ataupun lead berita tersebut.

Menurut Graeme Burton, kebenaran dalam hal media adalah

bahwa tidak ada realitas atau kebenaran mutlak dalam media. Berita

televisi, meskipun bukan berarti tidak mengandung kebenaran, memiliki

kualitas-kualitas drama dalam cara menyeleksi kisah-kisah atau

memunculkan kegairahan dalam sesuatu seperti kisah penculikan. Jelas

bahwa berita di televisi bukanlah kebenaran yang mutlak.51

Karena itu,

wartawan dalam tahap pencarian beritanya sejak awal sudah harus

menentukan pilihan siapa narasumber yang patut dihubungi, pertanyaan

atau persoalan apa yang mesti diajukan; sementara pada proses penulisan

beritanya ia harus memilih fakta-fakta mana yang harus didahulukan, dan

fakta-fakta mana yang harus diceritakan kemudian, juga akan

menimbulkan bias yang tidak bisa dianggap kecil.52

51

Graeme Burton, Yang Tersembunyi di Balik Media (Yogyakarta: Jalasutra,

2006), 136. 52

Alex Sobur, Analisis Teks Media, 36.

 

Page 64: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

48

2. Media Routines Level

Level kedua dari teori ini adalah level media rutin. Jika mengacu

pada istilah ―rutin,‖ secara praktik merupakan sebuah pola, rutin,

berulang, dan penggunaan media oleh para pekerja media untuk

pekerjaan mereka. Sehingga level ini isi media juga dipengaruhi atas

proses isi sebuah berita diproses dalam jangka waktu yang ditentukan

sesuai dengan jenis media, misalnya media harian, mingguan atau

bulanan.53

Rutinitas atau kebiasaan bermanfaat dan menghasilkan

kerangka yang kukuh untuk berurusan dengan teknologi, kendala waktu,

dan jumlah orang yang terlibat.54

Semua produksi selalu bekerja menurut tenggat (dead-line). Di

televisi jadwal disusun untuk menciptakan materi yang dimasukkan ke

dalam jatah program (programme slots). Tenggat ini harus dipenuhi atau

tidak ada yang ditayangkan. Kesadaran terhadap tenggat ini adalah alasan

lain untuk menerapkan rutinitas.55

Media rutin terbentuk oleh tiga unsur

yang saling berkaitan yaitu sumber berita (suppliers), organisasi media

(processor), dan audiens (consumers).56

53

Shoemaker dan Reese, Mediating The Message, 105. 54

Graeme Burton, Yang Tersembunyi Di Balik Media, 60. 55

Graeme Burton, Yang Tersembunyi Di Balik Media, 62. 56

Shoemaker dan Reese, Mediating The Message, 109.

 

Page 65: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

49

Organisasi Media

(Processor)

Audiens

(Consumers)

Sumber Berita

(Suppliers)

(Gambar: 2.2. Skema Tiga Unsur Media Rutin)57

a. Sumber berita (Suppliers).

Rutinitas media tidak berkembang secara acak, dengan

sumber daya yang ada dalam sebuah organisasi media yang

terbatas. Rutinitas adalah tanggapan praktis terhadap kebutuhan

organisasi media dan pekerja. Tugas organisasi media ini adalah

mengantarkan, sebuah produk yang paling dapat diterima oleh

konsumen dengan cara yang paling efisien dalam keterbatasan

waktu dan ruang. Karena kebanyakan media adalah perusahaan

pembuat keuntungan, mereka berusaha membuat produk yang

bisa dijual lebih dari biaya produksi.58

Sebuah organisasi media dapat digambarkan seperti bisnis

lain yang berusaha menemukan pasar untuk produknya. Media

harus memperoleh dan memproses ―produk mentah‖ (seperti:

berita, komedi), kemudian disampaikan hal tersebut ke

―konsumen‖ (pembaca, pemirsa, dan pendengar). Pada setiap

57

Shoemaker dan Reese, Mediating The Message, 109. 58

Shoemaker dan Reese, Mediating The Message, 108.

Routines

 

Page 66: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

50

tahap, organisasi harus menyesuaikan diri dengan keterbatasan-

keterbatasan pada apa yang dapat dilakukan.59

b. Audiens (Consumer)

Media massa menghabiskan banyak uang untuk mencari

tahu tentang khalayak mereka. Seperti koran yang secara berkala

mencermati angka sirkulasi mereka. Penyiar mengandalkan

perusahaan seperti Nielsen dan Arbitron untuk memberi tahu

mereka peringkat dan pangsa pemirsa program mereka.Media

sangat tertarik dengan ukuran dan karakteristik demografi

khalayak. Sebagian besar informasi ini dikumpulkan, sehingga

nantinya pengiklan dapat dengan mudah mengetahui ke mana

harus menempatkan diri mereka agar menjangkau khalayak target

mereka. Data pemirsa membantu mengukur penerimaan publik,

namun tidak membantu secara langsung dalam membimbing

pilihan yang tak terhitung jumlahnya yang masuk ke dalam

memproduksi pesan media.60

Suatu hal yang jelas adalah bahwa para produsen biasanya

cenderung untuk mencoba dan menciptakan berbagai produk

yang secara umum sukses bagi audiens-audiens yang besar.61

Audiens memang mengumpan balik pesan-pesan kepada para

produser, meskipun dengan cara yang amat terbatas. Pesan-pesan

tersebut terutama berupa persetujuan atau ketidaksetujuan

terhadap produk tersebut.62

Tetapi, lebih jauh Burton menjelaskan ada hal yang harus

diingat, seperti yang dapat dikutip sebagai berikut:

59

Shoemaker dan Reese, Mediating The Message, 109. 60

Shoemaker dan Reese, Mediating The Message, 110. 61

Graeme Burton, Yang Tersembunyi di Balik Media, 65. 62

Graeme Burton, Yang Tersembunyi di Balik Media, 197.

 

Page 67: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

51

―Para produser komunikasi media pertama-pertama

bertanggung jawab terhadap para pemilik dan editor, bukan

kepada para pembaca dan penonton yang pada intinya

membayar bagi komunikasi tersebut.seperti yang telah kita

katakan, memang benar bahwa audiens harus dipuaskan lewat

materi media, kalau tidak mereka tidak akan membeli produk

tersebut. Namun, hal ini merupakan persoalan terpisah dari

fakta bahwa para produser tidak benar-benar bertanggung

jawab kepada audiens bagi materi yang mereka buat. Selain

itu, audiens pun tidak memiliki akses kepada media.‖63

c. Organisasi Media (Processor)

Organisasi mengembangkan pola, kebiasaan, dan cara

melakukan sesuatu. Organisasi media harus menemukan cara

untuk mengumpulkan dan mengevaluasi materi siar secara

efektif. Sebagian besar rutinitas ini telah menjadi bagian dari

bisnis berita, memberi pekerja peran dan harapan yang jelas dan

khusus. Seperti rutinitas yang berorientasi pada penonton, kami

menganggap rutinitas ini telah dikembangkan untuk memenuhi

kebutuhan sistem dan telah menjadi standar, dilembagakan, dan

dipahami oleh mereka yang menggunakannya.64

Konsekuensi umum dari cara institusi-institusi media

beroperasi dan dari dasar keuangan (dan laba) yang sangat besar

adalah bahwa mereka memiliki banyak kekuatan.65

Pada level ini, dapat dilihat bahwa para pekerja di bidang media

seperti wartawan ataupun jurnalis, para editor, yang bertugas dalam

peliputan berita maupun proses penyiaran suatu berita, sesuai dengan

nama dan durasi dari sebuah program acara tersebut. Sehingga baik itu

program rutin media yang telah terjadwal setiap harinya ataupun

63

Graeme Burton, Yang Tersembunyi di Balik Media, 198. 64

Shoemaker dan Reese, Mediating The Message, 117. 65

Graeme Burton, Yang Tersembunyi di Balik Media, 70.

 

Page 68: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

52

program-program khusus yang hanya ditayangkan ketika terjadi sebuah

peristiwa tertentu. Tentunya memengaruhi isi pemberitaan dari setiap

media massa, seperti pemberitaan ―Aksi Bela Islam‖ merupakan sebuah

peristiwa yang jarang terjadi, sehingga dipastikan peristiwa tersebut

tentunya diliput dalam program khusus, intensitas dalam memproses

berita terkait peristiwa tersebut tentunya berbeda dengan proses

pemberitaan yang telah terjadwal sebelumnya. Hal itu pula berkaitan

dengan tenggat waktu penayangan (deadline), yang akan berdampak

pada penekanan maupun model dalam menyampaikan berita. Jika

diamati berita terkait Aksi Bela Islam di Berita Satu bahwa terdapat

banyak berita tentang aksi tersebut yang ditayangkan pada program

Breaking News,66

prime time, prime time talk. Alur dalam memproses

berita yang berkaitan dengan Aksi Bela Islam di Berita Satu pun,

didasarkan pada tiga alur seperti yang dikemukakan oleh Shoemaker dan

Reese.

3. Organization Level

Manusia terhubung dengan manusia lainnya dalam semacam

susunan yang memberikan bentuk organisasional. Akan tetapi, bentuknya

bukan sekedar garis-garis penghubung pada bagian organisasional.

Bentuk juga mengatakan arah pengaruh dalam sebuah sistem yang

kompleks, sehingga orang-orang tertentu menggunakan pengaruhnya

kepada orang-orang lain, kelompok-kelompok tertentu menggunakan

pengaruhnya pada kelompok-kelompok lainnya, dan sistem-sistem

66

Laporan khusus atau berita khusus yang ditayangkan secara mendadak, dan

biasanya menyela program yang sedang berlangsung, karena berita tersebut dirasa penting

untuk segera disiarkan.

 

Page 69: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

53

tertentu menggunakan kekuataan-kekuataan yang mengendalikan atau

mengatur sistem lain.67

Berdasarkan hal itu, dapat dikatakan bahwa media sebagai sebuah

organisasi dapat menyebarkan pengaruhnya kepada organisasi lain dalam

hal ini audiensnya sebagai penonton, pendengar maupun pembacanya.

Organisasi dapat disandingkan juga dengan istilah institusi atau

kelembagaan. Karena baik organisasi maupun institusi tersusun atas

struktur dan peraturan. Seperti yang dijelaskan dalam bukunya Branston

dan Stafford bahwa O‘Sullivand dkk menjelaskan bahwa institusi adalah

struktur peraturan dan pengaturan yang telah ditetapkan dari setiap

masyarakat, yang membatasi dan mengendalikan individu dan

individualitas – prinsip dan nilai yang mendasarinya yang menurutnya

banyak praktik sosial dan budaya diatur dan dikoordinasikan – sumber

utama kode, aturan dan hubungan sosial. Sehingga, secara institusional

setiap orang yang bekerja dengan atau berurusan dengan sektor industri

media juga akan tunduk pada ‗kekuasaan kelembagaan.‘68

Dalam organisasi media terdapat tiga tingkatan umum. Bagian

terdepan karyawan, seperti penulis, wartawan dan staf kreatif,

mengumpulkan data dan bahan baku. Tingkatan kedua atau menengah

terdiri dari manager, editor, produser, dan orang lain yang mengkordinasi

proses dan memediasi komunikasi antar level bawah dan atas yang

mengeluarkan kebijakan organisasi, anggaran yang ditetapkan, membuat

keputusan penting, melindungi kepentingan komersial dan politik

perusahaan dan bila perlu mempertahankan karyawan organisasi dari

67

Littlejohn and Foss, Teori Komunikasi, 359. 68

Gill Branston and Roy Stafford. The Media Student‟s Book. (New York,

Routledge: 2003), 183.

 

Page 70: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

54

tekanan luar.69

Sehingga, dari hal inilah Littlejohn dan Foss mengutip

teori kendali organisasi dari Phillip Tompkins, George Cheney, dan

rekan-rekannya yang mengatakan bahwa kendali dinyatakan dalam

organisasi dengan empat cara, yaitu: kendali sederhana (simple control),

kendali teknis (technical control), kendali birokrasi, dan kendali konsertif

(concertive control).70

Akan tetapi, Littlejohn dan Foss juga mengutip tulisan dari

Craigh R. Scott, S.R. Corman, dan George Cheney yang mengatakan

bahwa kendali ditonjolkan ketika pekerja, yang menerima pemikiran

umum tertentu, memikirkan kesimpulan yang diharapkan oleh

manajemen. Dasar pemikiran diterima karena adanya intensif seperti gaji

dan otoritas orang-orang yang memiliki kekuasaan – sangat berhubungan

dengan gagasan Weber tentang birokrasi.71

Orang-orang yang berada pada pucuk pimpinan suatu organisasi

seperti: manajer, direktur, kepala dan sebagainya, memiliki kekuasaan

(power) dalam konteks memengaruhi perilaku orang-orang yang secara

struktural organisatoris berada di bawahnya. Sebagian pemimpin

menggunakan kekuasaan dengan efektif, sehingga mampu

menumbuhkan motivasi bawahan untuk bekerja dan melaksanakan tugas

dengan lebih baik.72

Murdock melihat media sebagai suatu badan usaha besar, industri

komunikasi yang tidak sekedar menghasilkan produk berupa barang dan

jasa, tetapi lebih dari itu.Industri komunikasi menggambarkan dunia

69

Shoemaker dan Reese, Mediating The Message, 151. 70

Littlejohn and Foss, Teori Komunikasi, 378. 71

Littlejohn and Foss, Teori Komunikasi, 379. 72

Sasa Djuarsa Senjaya, dkk., Teori Komunikasi (Jakarta, Universitas Terbuka,

April 2007), 4.19.

 

Page 71: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

55

kontemporer, imaji tentang kehidupan manusia. Kesemuanya

menyebabkan isu pengendalian (kontrol) media mengarah pada

hubungan antara faktor ekonomi dan budaya.73

Organization level atau level organisasi media sendiri merupakan

level ketiga dari teori hierarki pengaruh isi media. Berkaitan dengan level

sebelumnya level organisasi lebih berpengaruh dibandingkan dengan dua

level sebelumnya. Hal ini karena kebijakan terbesar dipegang oleh

pemilik media dalam menentukan sebuah pemberitaan tetap dipegang

oleh pemilik media.Ketika tekanan datang untuk mendorong, pekerja

secara individu dan rutinitas mereka harus tunduk pada organisasi yang

lebih besar dan tujuannya.74

Hal fundamental bagi pemahaman struktur media adalah

persoalan kepemilikan dan bagaimana kekuasaan kepemilikan

dijalankan. Kepercayaan bahwa kepemilikan sangat menentukan sifat

media tidak sekedar teori Marxis (Marxist theory), tetapi merupakan

aksioma logis yang yang dirangkum ke dalam ‗hukum kedua jurnalisme‘

milik Altschull: ‗konten media selalu mencerminkan kepentingan mereka

yang membiayainya.‘ Tidak mengherankan bila terdapat beberapa bentuk

kepemilikan media yang berbeda, dan kekuatan kepemilikan dapat

dijalankan dengan berbagai cara.75

Sebagaimana yang tersirat dalam pernyataan Altschull, bukan

hanya kepemilikan yang penting, tetapi pernyataan yang lebih besar

mengenai siapa yang sesungguhnya membayar untuk produk

media.Walaupun ada pemilik media yang secara pribadi membayar untuk

73

Udi Rusadi, Kajian Media, 21. 74

Shoemaker dan Reese, Mediating The Message, 140. 75

Denis McQuail, Teori Komunikasi Massa McQuail, 254.

 

Page 72: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

56

konten khusus atau yang berpengaruh, sebagian besar pemilik hanya

menginginkan keuntungan, dan sebagian besar media dibiayai dari

berbagai sumber yang berbeda. Biasanya, alur pengaruh kepemilikan

sering kali tidak langsung dan rumit dan jarang sekali hanya merupakan

satu-satunya alur.76

Dalam suatu organisasi baik yang berorientasi komersial maupun

sosial, tindak komunikasi dalam organisasi atau lembaga tersebut akan

melibatkan empat fungsi, yaitu: fungsi informatif yang berarti organisasi

dipandang sebagai suatu sistem pemrosesan informasi;77

regulatif, yaitu

berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu

organisasi;78

persuasif yang berarti dalam mengatur suatu organisasi,

kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu membawa hasil sesuai

dengan yang diharapkan; dan integratif berarti setiap organisasi berusaha

untuk menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan dapat

melaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik.79

Branston dan Stafford menjelaskan, bahwa terdapat empat poin

yang dijadikan panduan dalam menerapkan gagasan terkait institusi atau

organisasi media, di antaranya:80

establishment atau lembaga,81

76

Denis McQuail, Teori Komunikasi Massa McQuail, 254. 77

Maksudnya, seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapat memperoleh

informasi yang lebih banyak, lebih baik dan tepat waktu. (lihat Sasa Djuarsa (2007), h.4.9). 78

Pada semua lembaga atau organisasi, ada dua hal yang berpengaruh terhadap

fungsi regulatif ini.Pertama, atasan atau orang-orang yang berada dalam tataran manajemen

yaitu mereka yang memiliki kewenangan untuk mengendalikan semua informasi yang

disampaikan.Kedua, berkaitan dengan pesan.Pesan-pesan regulatif pada dasarnya berorintasi

pada kerja. (lihat Sasa Djuarsa (2007), h.4.9). 79

Sasa Djuarsa Senjaya, 4.8-4.10. 80

Branston and Stafford, The Media Student‟s Book, 190. 81

Establishment atau lembaga, yaitu institusi yang sudah mapan bertahan – mereka

diakui telah dibentuk beberapa waktu.mereka memiliki sejarah yang menginformasikan (dan

mungkin membatasi) pekerjaan sekarang dan masa depan yang mereka lakukan. Setidaknya,

karena tidak ada lembaga semalam, mereka telah mencoba gagasan dan membentuk ‗sistem

 

Page 73: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

57

regulation,82

collectivism,83

work atau kerja,84

values atau nilai,85

dan

status.86

Perusahaan media modern sangat mungkin menjadi bagian dari

konglomerat – sebuah bagian dalam perusahaan yang jauh lebih besar,

terorganisir pada prinsip beberapa pusat laba yang saling memperkuat –

yang dirancang tidak hanya untuk menghasilkan pendapatan dan laba,

tetapi juga untuk mempertahankan uang dalam bentuk badan hukum.87

Berita Satu yang merupakan media massa yang dimiliki oleh

pihak swasta, jelas bahwa media tersebut dikelola secara bisnis.

Menyebabkan pengaruh pada level ini, terbilang besar. Dikarenakan

pemilik media massa ini sebagai pemegang kekuasaan tertinggi dalam

struktur organisasinya, sehingga pendapat pemilik media ini memiliki

pengaruh yang dominan, yang nantinya menentukan arah dan corak

media tersebut.

pendukung‘ untuk anggota, paling buruk, semacam kelemahan kelembagaan dapat

beroperasi sesuai norma mereka, (lihat: Branston and Stafford (2003), 190). 82

Regulation atau peraturan, karena lembaga mengatur dan menyusun kegiatan:

mereka membuat peraturan dan menyarankan cara kerja yang spesifik. Secara umum,

institusi memberikan stabilitas dan menjaga status quo dan tentu saja, 'mengatur

perubahan.'Asosiasi profesional penting dalam mengatur perilaku anggotanya, (lihat:

Branston and Stafford (2003), 191). 83

Collectivism, mereka mengatur individu dan individualitas untuk mencapai

tujuan bersama. (tujuan ini mungkin dipilih oleh kelompok kecil atau bahkan individu di

puncak hierarki – institusi tidak harus demokratis), (lihat: Branston and Stafford (2003),

191). 84

Work atau kerja ialah lembaga mengembangkan praktik kerja yang memiliki

dasar asumsi tentang tujuan institusi dan etosnya, (lihat: Branston and Stafford (2003), 191). 85

Values atau nilai, semua orang yang terkait dengan institusi – direktur, manajer

karyawan – diharapkan untuk berbagi nilai yang terkait dengan etos dan berperilaku sesuai

dengan hubungan mereka dengan orang lain, baik di dalam maupun di luar institusi, (lihat:

Branston and Stafford (2003), 191). 86

Status, berarti masyarakat yang lebih luas akan menyadari status institusi dan

hubungan yang diharapkan mereka terhadapnya. Sekali lagi ini sangat penting bagi institusi

media, karena khalayak untuk teks media 'terorganisir' sebagai bagian dari jaringan

hubungan, (lihat: Branston and Stafford (2003), 191). 87

Branston and Stafford, The Media Student‟s Book, 238.

 

Page 74: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

58

Berita Satu awal terbentuknya dikenal dengan brand First Media,

kanal TV berbayar di bawah Lippo Group yang dipimpin oleh James

Riady.88

Saat ini redaksi Berita Satu dipimpin oleh Claudius V. Boekan,

dan wakil pemimpin redaksi bagian pemberitaan adalah Hamdani S.

Rukiah.89

Sehingga dari informasi mengenai struktur keorganisasian

yang ada di dalam Berita Satu, kemudian dapat di analisis bentuk

pengaruh dari orang-orang yang menduduki struktur organisasi di Berita

Satu terhadap isi pemberitaannya yang disiarkan. Karena bukan tidak

mungkin James Riady sebagai pemilik kekuasaan tertinggi di Lippo

Group yang adalah perusahaan penyokong stasiun televisi Berita Satu

tidak menunjukkan pengaruhnya.

4. Extra Media Level

Level keempat adalah level pengaruh dari luar organisasi media

atau extra media level. Pengaruh-pengaruh itu berasal dari sumber berita,

public relation, pengiklan dan penonton, pemerintah, pangsa pasar dan

teknologi. Sumber berita memiliki efek sangat besar pada konten media,

karena jurnalis tidak bisa menyertakan pada beritanya apa yang mereka

tidak tahu. Contoh, peristiwa kecelakaan pesawat. Untuk mendapat

berita, jurnalis mendapatkan informasi dari jurnalis lainnya, dari orang

yang berada di tempat kejadian, dari sumber resmi pemerintah dan polisi,

dari petugas bandara, dari lembaga konsumen, atau dari individu

memiliki sudut pandang unik dan berbeda tentang apa yang terjadi.

Contoh tersebut menjelaskan bahwa isi media dapat dibentuk sumber

88

http://www.beritasatu.tv/about-us/ diakses tanggal 18 Maret 2018. 89

http://www.beritasatu.tv/redaksi/ diakses tanggal 18 Maret 2018.

 

Page 75: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

59

berita. Bahkan kadang sumber berita juga bisa menghasilkan bias karena

mereka juga bisa berbohong.90

Unsur selanjutnya ialah pengiklan dan pembaca. Unsur ini sangat

berpengaruh dalam level ekstra media karena iklan dan pembaca adalah

penentu kelangsungan sebuah media, kedua unsur inilah yang membiayai

jalannya produksi dan sumber keuntungan dari media.91

Sebagai institusi bisnis media massa melakukan proses ekonomi

yaitu melakukan transaksi di pasar media, tarik menarik antarvolume dan

kualitas supply dan demand menjadi inti bisnis industri media

sebagaimana juga transaksi komoditas lain. Artinya di sinilah letak

kesamaan antara industri media dengan industri lainnya yang bukan

media.92

Aspek supply media ialah produk media yaitu media dan isi

medianya. Untuk media elektronik penyiaran yang dijual adalah isinya

berupa program-program siaran. Penjualan kecuali pada isi siaran

berbayar, dilakukan secara tidak langsung melalui iklan yang dipasang

oleh konsumennya. Pada program siaran berbayar, masyarakat

membayar program siaran yang dilangganinya, sedangkan pada lembaga

penyiaran free to air, akses kepada program-program penyiaran tersebut

yang diakumulasi menjadi jumlah pengakses pada sebuah programnnya

merupakan ukuran harga sebuah ruang atau waktu di media.93

Selanjutnya dalam extra media level terdapat juga unsur kontrol

pemerintah, yaitu pemerintah sebagai pemangku kekuasaan suatu negara

memiliki kewajiban dan hak dalam mengontrol pemberitaan setiap media

yang ada di negaranya.

90

Shoemaker dan Reese, Mediating The Message, 178. 91

Shoemaker dan Reese, Mediating The Message, 190. 92

Udi Rusadi, Kajian Media, 39. 93

Udi Rusadi, Kajian Media, 40.

 

Page 76: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

60

Tetapi, menurut Janus terdapat sedikit keraguan bahwa

pemerintah di berbagai negara mengerahkan kontrolnya atas media

massa. Di negara-negara di mana media sebagian besar dimiliki secara

pribadi, kontrol hanya diberikan melalui undang-undang, peraturan,

perizinan, dan pajak. Dan di negara-negara di mana media terutama milik

pemerintah, kontrol pemerintah diberikan melalui pembiayaan media.94

Di Indonesia peran pemerintah dalam mengontrol media, terlihat dari

adanya undang-undang berkaitan dengan dunia pers ataupun penyiaran,

serta adanya kode etik jurnalistik yang harus ditaati.

Adapun undang-undang pers yang dimaksudkan ialah UU No. 40

Tahun 1999 tentang Pers, yaitu pada bab 1 pasal 5 poin 1 menyebutkan

bahwa, pers nasional berkewajiban memberitakan peristiwa dan opini

dengan menghormati norma-norma agama, rasa kesusilaan masyarakat

serta asas praduga tak bersalah.95

Berita ataupun informasi yang disebarkan melalui media massa

pun tidak boleh bertentangan dengan kebijakan-kebijakan yang telah di

atur oleh pemerintah. Sebagai contoh, pada lembaga penyiaran di

Indonesia seperti televisi, terdapat Komisi Penyiaran Indonesia (KPI)

sebagai sebuah lembaga independen milik pemerintah Republik

Indonesia yang bertugas mengawasi isi penyiaran di berbagai stasiun

televisi yang ada di Indonesia.

Selanjutnya unsur lain yang memengaruhi isi dari pemberitaan

sebuah media adalah pangsa pasar media. Media massa beroperasi secara

primer pada pasar yang komersil, di mana media harus berkompetisi

94

Shoemaker dan Reese, Mediating The Message, 199. 95

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 tahun 1999.Pers., 3.

 

Page 77: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

61

dengan media lainnya untuk mendapatkan perhatian dari pembaca dan

pengiklan.96

Albarran mengatakan, institusi bisnis media terdiri dari

perusahaan media (media firm) dan industri media. Perusahaan media

merupakan perusahaan individual yang bergabung dalam lingkup

domestik suatu negara dengan tujuan memperoleh keuntungan.

Sedangkan industri media merupakan kelompok penjual yang

menawarkan produk yang sama atau sejenis. Misalnya perusahaan-

perusahaan yang berkaitan dengan televisi kabel disebut dengan industri

televisi kabel.97

Berdasarkan hal itu pula, yang menyebabkan para pelaku media

melakukan berbagai upaya demi keuntungan medianya, sehingga

mendorong keterkaitan dengan pasar-bebas atau rigging the free market.

Para konglomerat media beroperasi sebagai oligopoli – sebuah

organisasi besar bersama yang mendominasi pasar.98

Perusahaan media

yang menguasai pasar sebagian besar dimiliki oleh pemodal Amerika,

Eropa dan Jepang, meskipun biasanya berbasis di AS dan cenderung

menggunakan bintang AS, yang personilnya dengan bayaran tinggi dan

citra konsumeris. Bahkan Rupert Murdoch Australia harus mengambil

kewarganegaraan AS untuk mendapatkan lebih banyak kepentingan AS

yang besar. Hal ini juga menjadikan istilah ‗globalisasi‘ menjadikan

proses tersebut tampak seperti kekuatan alam yang menyebar ke seluruh

planet. Faktanya, perusahaan-perusahaan multinasional membagi dunia

menjadi serangkaian pasar regional atau wilayah.99

96

Shoemaker dan Reese, Mediating the Message, 209. 97

Udi Rusadi, Kajian Media, 39. 98

Branston and Stafford, The Media Student‟s Book, 411. 99

Branston and Stafford, The Media Student‟s Book, 412.

 

Page 78: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

62

Adapun jika dikaitkan dengan stasiun televisi Berita Satu, maka

pemilik modal terbesar ialah Lippo Group. Sehingga dari sini kemudian

dapat di analisis ke arah mana isi pemberitaan dari Berita Satu. Seperti

isi pemberitaan terkait Aksi Bela Islam yang diberitakan oleh Berita

Satu, terdapat perbedaan dengan yang disiarkan oleh stasiun televisi lain.

Dan pemerintah sebagai lembaga kontrol hanya dapat mengawasi,

selama tidak melanggar hal-hal yang disebutkan dalam UU No. 40 Tahun

1999, maka tidak akan ada tindakan berupa sanksi.

5. Ideological Level

Stuart Hall mendefinisikan ideologi sebagai ―kerangka kerja

mental – bahasa, konsep, kategori, citra pemikiran, dan representasi –

yang digunakan oleh berbagai kelas dan kelompok sosial untuk

memahami, mendefinisikan, mencari tahu, dan menjadikan tugas

masyarakat mudah dipahami.‖100

Magnis-Suseno berpandangan, kata ideologi paling umum

dipergunakan dalam arti ―kesadaran palsu.‖ Berlaku baik di kalangan

filsuf dan ilmuwan sosial, maupun di sebagian masyarakat di Barat. Jadi,

secara spontan bagi kebanyakan orang, kata ideologi mempunyai

konotasi negatif, sebagai claim yang tidak wajar, atau sebagai teori yang

tidak berorientasi pada kebenaran, melainkan pada kepentingan pihak

yang mempropagandakannya.101

Pembahasan pada level ini adalah mempelajari hubungan antara

pembentukan sebuah konten media, nilai-nilai, kepentingan, dan relasi

100

Stuard Hall, “The Problem of Ideology, Marxism Without Guarantess,” in

Emory A. Griffin, A First Look at Communication Theory, (New York: McGraw-Hill,

2012), 344. 101

Alex Sobur, Analisis Teks Media, 66.

 

Page 79: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

63

kuasa media. Pada level ideologi kita melihat lebih dekat pada kekuasaan

di masyarakat dan mempelajari bagaimana kekuatan yang bermain di

luar media. Kita berasumsi bahwa ide memiliki hubungan dengan

kepentingan dan kekuasaan, yang menciptakan simbol adalah kekuasaan

yang tidak netral. Tidak hanya berita tentang kelas yang berkuasa tetapi

struktur berita agar kejadian-kejadian diinterpretasikan dari perspektif

kepentingan yang berkuasa.102

Hall percaya bahwa media massa mempertahankan dominasi

mereka yang sudah dalam posisi berkuasa. Sebaliknya, media

mengeksploitasi orang miskin dan tidak berdaya.103

Pada tingkat

ideologi, kita melihat secara khusus bagaimana fungsi media sebagai

perpanjangan tangan kepentingan yang kuat di masyarakat; bagaimana

rutinitas, nilai, dan struktur organisasi bergabung untuk mempertahankan

sistem kontrol dan reproduksi ideologi dominan.104

Pada masa kekuasaan Soeharto, media massa diposisikan secara

sistematis sebagai aparatus ideologi negara. Posisinya memang berada di

luar kekuasaan, namun fungsinya adalah menciptakan kesadaran palsu

bagi masyarakat, agar kepentingan-kepentingan (penguasa) negara bisa

berjalan. Lewat media, mereka mengenal dengan akrab—nyaris tanpa

upaya kritis—antara lain kata-kata pembangunan, bapak pembangunan,

lepas landas, stabilitas nasional, musyawarah mufakat, demokrasi

Pancasila, bahaya laten komunis.105

McQuail mengatakan, media merupakan sebuah institusi yang

lahir dalam kehidupan masyarakat secara sosiologis dan posisinya

102

Shoemaker dan Reese, Mediating The Message, 224. 103

Emory A. Griffin, A First Look at Communication Theory, 344. 104

Shoemaker dan Reese, Mediating The Message, 224. 105

Alex Sobur, Analisis Teks Media, 66.

 

Page 80: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

64

dipengaruhi oleh perspektif mengenai masyarakat itu sendiri. Menurut

teori normatif, media memiliki hak dan tanggung jawab agar bisa

memberikan manfaat kepada individu dan masyarakat.106

Ideologi media mengandung pengertian ideologi yang dimiliki

oleh media sebagai sebuah institusi atau yang menjadi landasan hidup

media. Konsep ideologi yang dapat ditarik dalam tiga kategori ideologi

menurut pandangan para pemikir non-Marxis, Marxis, dan neo-

Marxis.107

a. Non-Marxis

Pandangan non-Marxis melihat ideologi merupakan

sistem kepercayaan bagi setiap individu atau kelompok. Ideologi

media dalam pandangan non-Marxis, dapat dilihat dari teori

normatif tentang media. Teori tersebut mengemukakan pola

kekuasaan yang mengendalikan media, di mana kekuasaan media

dihubungkan dengan struktur kekuasaan di negara di mana media

hidup.108

Ideologi media dalam kategori non-Marxis juga dapat

dilihat dari pandangan ekonomi politik liberalis, yang

menganggap faktor ekonomi secara murni tidak terkait dengan

faktor politik dan kekuasaan. Melihat permasalah dan

perkembangan media hanya berdasarkan faktor supply dan

demand. Media dikenadalikan oleh hukum pasar.109

106

Udi Rusadi, Kajian Media, 81. 107

Udi Rusadi, Kajian Media, 82. 108

Udi Rusadi, Kajian Media, 82. 109

Udi Rusadi, Kajian Media, 83.

 

Page 81: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

65

b. Marxis

Golding mengatakan pandangan teori-teori Marxis, yaitu

ekonomi politik kritikal, yang mengkaji kaitan antara relasi sosial

dengan permainan kekuasaan. Fokusnya untuk melihat

bagaimana makna yang diungkapkan media dipengaruhi oleh

struktur asimetris dari relasi sosial. Ideologi media dalam

perspektif ini dibedakan menurut ekonomi kritikal yaitu

instrumentalis dan strukturalisme.110

Pandangan instrumentalis ini, Marx menekankan

pentingnya perbedaan kelas, atau hubungan orang-orang yang

berbeda dengan alat-alat produksi, sebagai kunci dari jenis nilai

dan gagasan politik yang mereka miliki, sehingga pandangan ini

didominasi oleh kapitalis.111

Menurut ekonomi politik strukturalisme media dikuasai

dan dikendalikan oleh struktur yang berlaku yaitu struktur yang

dominan.Dalam pandangan ini, yang menguasai bukanlah

individu, tetapi aturan-aturan atau sistem, yaitu negara, sistem

kelompok atau golongan.112

Dalam pemikiran ini, isi media

merupakan komoditas untuk dijual dipasaran, dan informasi yang

disebarkan diatur oleh apa yang akan diambil oleh pasar. Sistem

ini merujuk pada operasi yang konservatif dan tidak berbahaya,

menjadikan jenis program tertentu dan saluran media tertentu

dominan dan yang lainnya terpinggirkan.113

110

Udi Rusadi, Kajian Media, 83. 111

Branston and Stanfford, The Media Student‟s Book, 118. 112

Udi Rusadi, Kajian Media, 83. 113

Littlejohn and Foss, Teori Komunikasi, 433.

 

Page 82: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

66

c. Neo-Marxis

Udi Rusadi menjelaskan bahwa, perspektif ini menolak

pandangan tentang media yang sepenuhnya dikendalikan oleh elit

dominan yang terorganisasi dengan baik seperti yang dijelaskan

dalam pandangan Marxis, yang memanipulasi isi media agar

sesuai dengan kepentingan mereka.114

Althusser seorang pemikir strukturalis, ideologi

merupakan representasi dari proses pengalaman individu atau

golongan atau kelompok atau organisasi sampai eksis. Dengan

konsep ini maka ideologi media merupakan nilai-nilai yang

berkembang sejak media didirikan.115

Dari seluruh elemen yang memengaruhi isi berita tersebut

ternyata faktor ideologi menentukan semua elemen. Posisi ideologi

dalam produksi berita merupakan elemen makro yang memasukkan

elemen lainnya dari hierarki lingkaran yang memengaruhi berita yaitu

level individual, kerja rutin media, keorganisasian, ekstra media, dan

ideologi. Dalam konteks ini, ideologi yang dimaksud kemungkinan

adalah ideologi media baik sebagai kesadaran palsu maupun sebagai

bawaan dari struktur media.116

114

Udi Rusadi, Kajian Media, 38. 115

Udi Rusadi, Kajian Media, 84. 116

Udi Rusadi, Kajian Media, 84-85.

 

Page 83: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

67

D. Komunikasi Islam

Komunikasi yang dimaksud dalam Islam tentunya bukan hanya

komunikasi secara horizontal kepada sesama namun juga komunikasi yang

terjadi secara vertikal antara Pencipta yaitu Allah SWT dengan kita sebagai

hamba-Nya. Para pemikir Muslim telah mengembangkan berbagai teori

komunikasi yang menjadi komunikasi alternatif yang kemudian kita sebut

sebagai komunikasi Islam yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan

dan fitrah penciptaan manusia.117

Harjani Hefni dalam bukunya Komunikasi Islam menjelaskan bahwa,

komunikasi Islam adalah komunikasi yang dibangun di atas prinsip-prinsip

Islam yang memiliki roh kedamaian, keramahan, dan keselamatan.

Berdasarkan informasi dari Alquran dan As-sunnah ditemukan bahwa

komunikasi Islam adalah komunikasi yang berupaya untuk membangun

hubungan dengan diri sendiri, dengan Sang Pencipta, serta dengan sesama

untuk menghadirkan kedamaian, keramahan, dan keselamatan buat diri dan

lingkungan dengan cara tunduk dengan perintah Allah dan Rasul-Nya.118

Sejalan dengan penjelasan tersebut, Andi Faisal Bakti menjelaskan bahwa

hal ini dapat dilihat dalam berbagai ayat Alquran, yang mana posisi dari

Komunikasi Islam itu khususnya terdapat dalam arti tabligh, balagh, tandzir,

tadzkir.119

Teori komunikasi islami (Islam) tergolong dalam kelompok teori

komunikasi teokrasi seperti halnya komunikasi religius lainnya. Secara

umum semua macam komunikasi manusia memiliki ciri-ciri yang sama atau

117

Andi Faisal Bakti dan Venny Eka Meidasari, ―Trendsetter Komunikasi di Era

Digital, 23. 118

Harjani Hefni, Komunikasi Islam (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2015),

14. 119

Andi Faisal Bakti, dan Isabelle Lecomte, ―The Integration of Dakwah in

Journalism: Peace Journalism.‖Jurnal Komunikasi Islam, Vol.05 no.01 (Juni, 2015), 93.

 

Page 84: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

68

serupa. Misalnya proses, model, dan pengaruh pesannya. Hal yang

membedakan komunikasi islam dengan teori komunikasi umum adalah latar

belakang filosofinya (Alquran dan Hadits Rasulullah) dan aspek etikanya.

Etika komunikasi islami secara umum sama dengan etika komunikasi umum.

Isi perintah dan larangannya sama atau serupa, yang membedakan adalah

sanksi dan pahalanya.120

Lebih jauh A Muis menjelaskan dalam bukunya

Komunikasi Islami, bahwa:

―Komunikasi umum (non-Islam, nonreligius) memang

mementingkan pula etika, tetapi sanksi atas pelanggaran komunikator

terhadap etika komunikasi hanya berlaku di dunia. Sedangkan sanksi

atas pelanggaran terhadap etika komunikasi Islam berlaku sampai di

akhirat.Ada hukuman akhirat dan hukuman di alam kubur atau di

alam barzah. Para pelanggar terancam sanksi yang pedih di akhirat

(di neraka). Banyak ayat dalam Alquran yang menjelaskan hal itu

baik secara eksplisit maupun implisit. Tentu saja sanksi itu tidak

berlaku lagi jika si pembuat telah diampuni oleh Tuhan.‖121

Alquran dan Hadits telah memberikan berbagai panduan agar

komunikasi berjalan dengan baik dan efektif. Kita dapat mengistilahkannya

sebagai kaidah, prinsip, atau etika berkomunikasi dalam perspektif Islam.

Kaidah, prinsip, atau etika komunikasi Islam (dakwah) ini merupakan

panduan bagi kaum Muslim dalam melakukan komunikasi, baik dalam

komunikasi intrapersonal, dan interpersonal dalam pergaulan sehari hari,

berdakwah secara lisan dan tulisan, maupun dalam aktivitas lain karena

dakwah adalah ilmu komunikasi. Sebagai perbandingan, Filsafat Islam

(Ushuluddin), Hukum Islam (Syariah), Pendidikan Islam (Tarbiyah),

Humaniora Islam (Adab).122

Tehranian mengungkapkan bahwa dalam

prepektif Islam komunikasi haruslah dikembangkan melalui Islamic World-

120

A. Muis, Komunikasi Islami (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001), 34. 121

A. Muis, Komunikasi Islami, 34. 122

Andi Faisal Bakti dan Venny Eka Meidasari, ―Trendsetter Komunikasi di Era

Digital, 22.

 

Page 85: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

69

View yang selanjutnya menjadi asas pembentukan teori komunikasi Islam

seperti aspek bahwa kekuasaan mutlak hanyalah milik Allah, serta peranan

institusi ulama dan masjid sebagai penyambung komunikasi dan aspek

pengawasan syariah yang menjadi penunjang kehidupan Muslim.123

Sehingga sebagai seorang Muslim yang berprofesi sebagai jurnalis di media,

agaknya perlu menerapkan prinsip-prinsip dari komunikasi Islam, agar

media dapat digunakan sebagaimana fungsi media.

Andi Faisal Bakti menjelaskan bahwasannya intergasi Islam dan

komunikasi dapat bermanfaat bagi jurnalisme perdamaian. Komunikasi

Islam pada dasarnya adalah jurnalisme perdamaian. Komunikasi Islam terdiri

dari tabligh (informasi), taghyir (perubahan sosial), khairu ummah

(komunitas teladan), dan akhlaq al-karimah (perilaku luhur, civil society,

civil community), yang tujuannya adalah untuk mengabadikan sensitivitas

konflik, konflik konstruktif, dan konflik resolusi. Tujuan ini ditetapkan oleh

jurnalis Muslim dengan mempromosikan ajaran Islam yang relevan dengan

nilai-nilai universal, termasuk inklusivitas untuk kemanusiaan. Meliputi

ajaran tertentu akan jatuh ke dalam pendekatan misionaris, mendorong

propagasi, atau bahkan bekerja menuju konversi dan proselitisme.124

123

Majid Tehranian, „Communication Theory and Islamic Perspective,‟ dalam

―Communication Theory: The Asian Perspective, eds Dissanayake, Wimal,‖ dalam Andi

Faisal Bakti dan Venny Eka Meidasari, ―Trendsetter Komunikasi di Era Digital, 23. 124

Andi Faisal Bakti dan Isabelle Lecomte, ―The Integration of Dakwah in

Journalism: Peace Journalism.‖ 186.

 

Page 86: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

70

1. Tabligh (Informasi)125

Secara umum komunikasi manusia, teori informasi secara luas

diperdebatkan oleh para pakar komunikasi.Sebagian besar pakar, seperti

Shannon dan Weaver, Lazarfeld, Lasswell, antara lain, percaya bahwa

informasi berasal dari pengirim, yang membahas penerima menggunakan

saluran dengan efek tertentu.126

Menurut Thayer pemahaman ini berasal dari informasi kata

(akhiran: ation), yang menjelaskan bahwa pengirim aktif dalam

menyampaikan pesan ke penerima. Thayer percaya bahwa asal kata

dalam bentuk (awalan: di), yang menjelaskan bahwa penerima aktif

dalam memahami pesan yang diterimanya.127

Rene-Jean Ravault menyebut proses terakhir sebagai model teori

resepsi aktif dari komunikasi.128

Sementara pakar yang pertama percaya

125

Andi Faisal Bakti menyebutkan bahwa dalam memaknai information terdapat

perbedaan pendapat, ada yang memaknai dengan memisahkan ―inform-ation,‖ yang berarti

bahwa seseorang yang dianggap berpengetahuan bertanggung jawab untuk mengirim pesan

atau pengetahuan kepada orang lain yang diyakini tidak berpengetahuan, Model kedua

percaya bahwa informasi kata sebenarnya berasal dari ―in-formation,‖ yang berarti bahwa

penerima seharusnya aktif dalam mencari pengetahuan. Yang terakhir harus dapat memilih

informasi mana yang lebih sesuai karena itu berguna bagi mereka, yang diperlukan untuk

pengembangan.Yang kemudian teori information ini menghasilkan SMCR-E-Convergence

(sender, message, channel, and receivers) di mana hubungan bersifat satu arah. Akibatnya,

model E (effect) diperkenalkan, dengan alasan bahwa hasil atau apa yang diterima oleh

komunikan, lebih penting daripada apa yang dikatakan oleh pengirim (komunikator)

menggunakan media massa, sehingga model ini memandang komunikan bersifat pasif.

Kemudian beberapa pakar komunikasi yang menggunakan model convergence memperbaiki

model SMCR-E, mereka yang meyakini model ini bahwa menggunakan saluran yang baik,

komunikator akan membawa pesan langsung ke komunikan, dan komunikan secara otomatis

akan memahami apa yang dimaksud oleh komunikator. (Lihat Andi Faisal Bakti (2013), h.

4). 126

Andi Faisal Bakti dan Isabelle Lecomte, ―The Integration of Dakwah in

Journalism: Peace Journalism.‖ 193. 127

Lee Thayer, ―On Communication: Essays in Understanding,” dalam Andi Faisal

Bakti, dan Isabelle Lecomte, ―The Integration of Dakwah in Journalism: Peace Journalism.‖

193. 128

J. R. Ravault, ―Some Economic Dysfuntion of the Angl-American Practice of

International Communication (A Theoretical Approach),‖ dalam Andi Faisal Bakti, dan

Isabelle Lecomte, ―The Integration of Dakwah in Journalism: Peace Journalism.‖ 193.

 

Page 87: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

71

bahwa inti komunikasi terletak di pengirim (sender) dan saluran

(channel), sedangkan yang terakhir percaya bahwa itu ada dalam

kemampuan penerima (receivers) untuk memahami pesan.Sehingga,

dalam kasus dakwah (komunikasi Islam), sejumlah pakar juga mengikuti

garis yang pertama. Namun melihat ayat-ayat Alquran, seseorang dapat

menemukan beberapa dukungan untuk posisi yang terakhir, khususnya

dalam arti tabligh, balagh, tandzir, tadzkir, yang semuanya sama dengan

makna formasi di atas.129

Ayat-ayat dalam Alquran yang mendukung pernyatan tersebut di

antaranya yaitu: ―Kewajiban Rasul tidak lain hanyalah menyampaikan,

dan Allah mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu

sembunyikan‖ (QS. 5: 99). ―Sesungguhnya kamu tidak akan dapat

memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi

petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya…‖ (QS. 28: 56). Hamid

Mowlana dalam penelitiannya menjelaskan, bahwa:

―Istilah komunikasi sosial atau tabligh (propagasi) dan konsep

umum komunikasi, jurnalisme, propaganda, dan agitasi yang

biasa digunakan dalam literatur kontemporer. Kata komunikasi

berasal dari bahasa Latin communico, yang berarti ―berbagi,‖ dan

pada dasarnya ini adalah proses sosial yang mengacu pada

tindakan menanamkan, menyampaikan, atau bertukar ide,

pengetahuan, atau informasi. Ini adalah proses akses atau sarana

akses antara dua atau lebih orang atau tempat. Secara implisit dan

eksplisit dalam definisi ini adalah gagasan tentang beberapa

tingkat kepercayaan, tanpa komunikasi tidak ada yang dapat

terjadi. Dalam pendekatan reduktif (matematis, teknis, dan

beberapa analisis ilmiah), komunikasi dikaitkan dengan konsep

informasi yang menghubungkan proses dengan peristiwa

kebetulan dan berbagai hasil yang mungkin.Pandangan "atom" ini

memberi penekanan pada aspek kuantitatif dan linier dari proses

dan bukan pada makna kultural dan kognitifnya (misalnya,

129

Andi Faisal Bakti dan Isabelle Lecomte, ―The Integration of Dakwah in

Journalism: Peace Journalism.‖ 193.

 

Page 88: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

72

Cherry, 1961; Kirschenmann, 1970; Shannon & Weaver, 1961;

Wiener, 1961, 1967). Jurnalisme, sebagaimana didefinisikan di

Barat, adalah pengumpulan, penulisan, penyuntingan, dan

penerbitan berita atau artikel berita, opini, dan komentar melalui

surat kabar, majalah, penyiaran, dan media modern lainnya.‖130

Dalam teori informasi terlihat bahwa tidak satupun tindakan para

mubaligh atau da‟i atau jamaah yang bukan komunikasi atau dakwah,

tetapi dapat juga dipandang sebagai komunikasi atau dakwah

nonverbal.131

Lebih jauh Anwar Arifin menjelaskan dalam bukunya

Dakwah Kontemporer: Sebuah Studi Komunikas, bahwa:

―Teori informasi ini dapat diterapkan dalam dakwah dalam

banyak bentuk seperti (1) memasang umbul-umbul, spanduk dan

memperdengarkan musik padang pasir atau kasidah karena aka

nada peringatan Maulid atau Isra Mikraj; (2) memakai

pakaian/baju gamis dan berkopiah seragam karena ada pengajian

atau tablig akbar; dan (3) mempromosikan jamaah yang memiliki

prestasi. Teori ini sangat berguna dalam menentukan pilihan

penempatan kader dalam menduduki jabatan-jabatan atau posisi

tertentu (misalnya kader yang peramah ditempatkan di bagian

penerimaan dan penjemputan tamu).‖132

2. Taghyir (Perubahan sosial)

Istilah taghyir dalam bahasa Arab adalah masdar (kata benda

infinitif) dari kata kerja transitif ghayyara, seperti dalam frase

ghayyarahu yang dapat berarti satu atau lebih dari yang berikut:

hawwalhu, baddalhu, dan j'alahu ghayra mā kān. Dengan demikian, itu

setara dengan istilah ―change‖ dalam bahasa Inggris. Hal ini

130

Hamid Mowlana, ―Theoretical Perspective on Islam and Communication,‖ China

Media Research, Volume 03 No. 04 (2007), 25. 131

Anwar Arifin, Dakwah Kontemporer: Sebuah Studi Komunikasi, 85. 132

Anwar Arifin, Dakwah Kontemporer: Sebuah Studi Komunikasi, 85-86.

 

Page 89: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

73

menunjukkan bahwa taghyir dapat secara ilmiah dapat menjadi

perubahan yang lebih baik atau perubahan yang lebih buruk.133

Dalam Alquran, bentuk inti dari kata kerja ghayyara—yaitu,

yughayyiru—hanya muncul dalam konteks di mana perubahan menjadi

buruk: ―Sesungguhnya aku (setan) akan menyesatkan mereka ... dan

pastilah aku akan memerintahkan mereka jadi mereka akan mengubah

(falayughayyirānna) ciptaan Allah ...‖ (QS. 4: 119). ―... Allah tidak akan

pernah mengubah suatu nikmat yang dianugerahkan-Nya kepada suatu

kaum sampai mereka merubah (yughayyirū) apa yang ada di dalam diri

mereka‖ (QS. 8: 53). ―...Sesungguhnya Allah tidak mengubah

(yughayyiru) kondisi orang-orang sampai mereka berubah

(yughayyirū)134

apa yang ada di dalam diri mereka. Dan apabila Allah

menghendaki keburukan (sū‟) untuk suatu kaum, tidak ada yang dapat

mengubahnya kembali; dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia.‖

(QS. 13:11).135

Akan tetapi, Andi Faisal Bakti memandang taghyir

(perubahan)136

dari sisi komunikasi Islam mengarah pada makna yang

positif atau perubahan ke arah yang lebih baik, sesuai dengan ayat

133

Mohamed Abu Bakar A. Al-Musleh, Al-Ghazali the Islamic Reformer: an

evaluative study of the attemps of Imam al-Ghazali at Islam Reform (Malaysia: Islamic

Book Trust, 2012), 20. 134

Mohamed Abu Bakar A. Al-Musleh menjelaskan bahwa pada penutup ayat

menunjukkan, perubahan di sini menjadi lebih buruk. Selain itu, ada kesepakatan antara

mufsirūn klasik (penafsiran Al-Qur'an) tentang konotasi ini (lihat: Mohamed Abu Bakar A.

Al-Musleh (2012), h. 28). 135

Abu Bakar A. Al-Musleh, Al-Ghazali the Islamic Reformer: an evaluative study

of the attemps of Imam al-Ghazali at Islam Reform, 20-21. 136

Andi Faisal Bakti menyebutkan bahwa perubahan (change) terbagi atas dua

faktor, yaitu dari luar (outside) di mana perubahan dipengaruhi oleh unsur modernisasi,

dependensi, dan kesebragaman (multiplicity). Sedangkan, faktor berikutnya adalah dari

dalam (inside), di mana perubahan dipengaruhi oleh self-help yaitu perubahan hanya akan

terjadi jika diri sendiri mau mengubahnya, sesuai dengan (QS. 13: 11 dan (QS. 8: 53). (lihat:

Andi Faisal Bakti (2013), h. 8-10).

 

Page 90: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

74

Alquran Inna Allah la yughayyiru ma biqawmin, hatta yughayyirū maa

bi anfusihim (Allah tidak akan mengubah kondisi suatu kaum (orang-

orang suatu komunitas), kecuali orang-orang dari komunitas ini

mengubah diri mereka sendiri). Sehingga, perubahan hanya dapat terjadi

jika penerima atau komunikan menginginkan dan mencoba dengan

sepenuh hati untuk mengubah diri mereka ke arah yang lebih baik.137

Berdasarkan hal itu, dalam konteks media massa maka taghyir

(perubahan) dapat diartikan bahwa sebagaimana informasi atau apapun

yang ditawarkan dalam sebuah media, semuanya tergantung kepada

audiens sebagai komunikannya menerima atau tidak. Seperti halnya

terlihat pada pemberitaan Aksi Bela Islam, walaupun beberapa media

massa mencoba membangun pengaruhnya kepada khalayak ataupun

audiens, tetapi tidak semua audiens tersebut menerimanya. Ada sebagian

yang memandang berita tersebut tidak sesuai dengan kondisi yang

seharusnya, sehingga menimbulkan berbagai reaksi. Sebagai contoh yaitu

reaksi penolakan terhadap wartawan dari beberapa stasiun televisi yang

meliput Aksi Bela Islam.

3. Amr ma‟ruf nahy munkar (Pengembangan)

Model mekanisme dalam komunikasi adalah yang paling lama

dan banyak dianut sampai sekarang, termasuk dalam dakwah yang

berbentuk tabligh. Banyak studi, dan buku yang diterbitkan sehingga

pengaruhnya sangat kuat. Bukan saja di kalangan akademisi, tetapi juga

masyarakat luas. Paradigma ini telah berkembang jauh melalui permulan

yang seru dari ―pendekar-pendekarnya.‖ Hal ini terlihat dari banyaknya

137

Andi Faisal Bakti, ―The Contribution of Dakwah to Communication Studies,‖

Risale-I Nur Collection Perspective,‖ Proceedings, Istanbul Foundation for Science and

Culture (2010), 7.

 

Page 91: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

75

teori dan model dari perspektif ini, yang dapat dikembangkan dalam

dakwah.138

Akan tetapi lebih jauh Arifin menjelaskan bahwa:

―Dengan mengambil titik tolak bahwa pesan merupakan objek

formal dari ilmu komunikasi yang diterapkan dalam dakwah,

maka dapat disebutkan bahwa dakwah itu tidak lain dari

pembicaraan (da‟wah billisan) tentang kepentingan umat Islam

dan ajaran-ajaran-Nya, yaitu pembicaraan tentang amr ma‟ruf

nahy munkar dan untuk kebaikan kehidupan manusia di dunia

dan di akhirat. Dapat juga dikatakan bahwa dakwah adalah

pembicaraan tentang iman, ilmu dan amal saleh atau pembicaraan

tentang akidah, syariah dan akhlak. Pembicaraan tentang iman,

ilmu dan amal saleh itu kemudian dikaji dalam kerangka

mekanistis, yaitu siapa yang berbicara kepada siapa, melalui

saluran apa, dan bagaimana efeknya?‖139

Teori ketiga yang akan diuraikan adalah teori tentang

pengembangan (development). Teori ini telah menyibukkan banyak

pemimpin di negara-negara yang kurang berkembang, sebagai akibat dari

tantangan negara-negara maju. Masalah yang difokuskan adalah

mengidentifikasi cara mengembangkan negara-negara tersebut dengan

menggunakan proses yang diikuti oleh negara-negara maju. Hal ini

biasanya mempromosikan: ‗komunikasi untuk pengembangan‘ atau

‗pengembangan yang mendukung komunikasi.‘140

Andi Faisal Bakti

menjelaskan bahwa:

―Di antara jawaban utama teori ini adalah bahwa satu-satunya

cara untuk mencapai pengembangan adalah terlibat dalam

transfer teknologi baru dan inovasi baru ke negara-negara yang

kurang berkembang. Dengan demikian, model ‗difusi inovasi‘

diperkenalkan sebagai pendekatan pengembangan. Di yakini

bahwa negara-negara Barat dikembangkan karena mereka

menggunakan teknologi inovatif secara ekstensif. Sehingga,

negara-negara yang kurang berkembang akan mencapai

perkembangan serupa asalkan mereka mengadopsi inovasi dan

138

Anwar Arifin, Dakwah Kontemporer: Sebuah Studi Komunikasi, 51. 139

Anwar Arifin, Dakwah Kontemporer: Sebuah Studi Komunikasi, 52-53. 140

Andi Faisal Bakti, ―The Contribution of Dakwah to Communication Studies,‖ 9.

 

Page 92: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

76

teknologi ini. Para pemimpin negara-negara dunia ketiga,

termasuk di dunia Melayu, bersemangat dan ingin mengadopsi

penemuan-penemuan baru ini, karena ini memang memberikan

peningkatan yang cepat dan banyak, misalnya, di bidang

pertanian dan kesehatan. Namun, teori ini kemudian ditemukan

lemah, karena teknologi baru ini mahal. Pemeliharaan juga

menjadi masalah lain, baik karena biaya tinggi dan keahlian yang

dibutuhkan dari SDM yang kurang. Kurangnya suku cadang juga

berkontribusi pada masalah ini. Akibatnya, pendekatan baru

untuk pengembangan diperkenalkan, ‗pemasaran sosial,‘ untuk

membuat produk lebih mudah diakses dan terjangkau oleh

negara-negara berkembang. Dalam model ini, suku cadang

disediakan bersama dengan teknologi awal. Orang-orang di

negara-negara yang kurang berkembang, termasuk dunia Muslim,

awalnya antusias setelah mengadopsi fasilitas kecil yang bagus,

dan lebih murah. Namun, negara-negara maju terus memperkaya

diri mereka sendiri, sementara negara-negara yang kurang

berkembang menjadi semakin miskin dan miskin. Hal ini menjadi

sangat konsumtif. SDA dari negara berkembang berkurang secara

signifikan, sementara rakyatnya tetap miskin.‖141

Menurut Mowlana doktrin amr bi al-ma'ruf wa nahy'an al

munkar adalah prinsip kedua yang menunjukkan batasan etika tabligh

dalam Islam. Implisit dan eksplisit dalam prinsip ini adalah gagasan

tanggung jawab individu dan kelompok untuk mempersiapkan generasi

penerus dalam menerima ajaran Islam dan memanfaatkannya. Muslim

memiliki tanggung jawab untuk membimbing satu sama lain, dan setiap

generasi memiliki tanggung jawab untuk membimbing yang berikutnya.

―Serulah orang-orang ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran

yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang paling sopan.

Sesungguhnya Tuhanmu yang lebih mengetahui siapa yang menyimpang

dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang

mendapat petunjuk‖ (QS. 16: 125).142

141

Andi Faisal Bakti, ―The Contribution of Dakwah to Communication Studies,‖ 9. 142

Hamid Mowlana, ―Theoretical Perspective on Islam and Communication,‖ 29.

 

Page 93: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

77

Adapun konsep amr ma‟ruf nahy munkar ini, jika dikaitkan

dengan media massa, maka menurut Arifin yaitu:

―Dalam proses pelaksanaan dakwah, media massa memiliki

posisi dan peran ―mediasi‖ yaitu penyampai (transmitters)

berbagai pesan dakwah (al khayr, amr ma‟ruf, dan nahy munkar)

dari pihak-pihak di luar dirinya, sekaligus sebagai pengirim

(sender) pesan dakwah yang dibuat (constructed) oleh para

wartawannya kepada khalayak. Bahkan media massa patut

dipakai oleh para da‟i atau mubaligh untuk menyampaikan

ajaran-ajaran Islam kepada khalayak yang besar jumlahnya dan

sekaligus menyerap berbagai informasi yang disiarkan oleh media

massa. Selain itu media massa dapat juga digunakan oleh para

wartawan memproduksi berbagai pesan dakwah (al khayr, amr

ma‟ruf, dan nahy munkar).‖143

4. Akhlaq al-karimah (budi pekerti, civil society, civil community)

Dalam perspektif komunikasi, interaksi manusia harus

didasarkan pada etika dan kebijaksanaan. Tujuan berkomunikasi-ke

(communicating-to) dan dikomunikasikan-oleh (communicated-by)

adalah untuk membangun pembangunan berkelanjutan yang makmur,

produktif dan berkualitas, dalam suansa damai dan kegotong-royongan

(ta'awun), di antara sesama warga dunia. Seseorang tidak dapat

mengendalikan, menekan atau memaksa orang lain melakukan sesuatu

yang bertentangan dengan keinginannya. Pengembangan dan perubahan

harus didasarkan pada kesetaraan, persaudaraan, dan solidaritas.

Negosiasi di antara yang setara harus menjadi aturan perilaku.144

Andi Faisal Bakti menjelaskan bahwa komunikasi Islam,

menawarkan prinsip shura atau musyawarah, yang sama dengan

demokrasi, seperti yang diperkenalkan oleh Barat. Ini juga

143

Anwar Arifin, Dakwah Kontemporer: Sebuah Studi Komunikasi, 90. 144

Andi Faisal Bakti, ―The Contribution of Dakwah to Communication Studies,‖

12.

 

Page 94: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

78

merekomendasikan bahwa individu menerapkan prinsip-prinsip dakwah

yang meliputi: hikmah (pengetahuan atau ilmu/filsafat), baik maw'izah

(saran), dan dalam perdebatan atau diskusi, dapat menggunakan argumen

yang paling mendukung pernyataan. Dengan demikian data yang

ditunjukkan harus kuat, logis, dan rasional (ahsanul mujadalah).145

Sehingga dengan kata lain akhlaq al-karimah ini, sejalan dengan konsep

civil society.

Menurut Damsar, civil society diterjemahkan ke dalam bahasa

Indonesia dalam tiga cara, yaitu masyarakat sipil, masyarakat

warga/kewargaan, dan masyarakat madani. Terjemahan civil society

sebagai masyarakat sipil dirasakan oleh berbagai kalangan kurang pas.

Karena dalam dunia keseharian dan akademik Indonesia, konsep sipil

sering dikaitkan dengan konsep militer. Dengan kata lain, jika ada

masyarakat sipil berarti juga ada masyarakat militer. Kandungan

pemahaman konsep seperti ini akan mendistorsikan inti dan makna

hakiki dari konsep civil society.146

Ada empat bidang yang akan digunakan untuk membentuk civil

society, yaitu pemerintah (state), pasar (market), publik (public), dan

pribadi (private). Pemerintah harus mampu melindungi individu, publik,

dan pasar dari totalitarianisme. Pasar harus mampu melindungi sisa dari

memonopoli sumber daya yang ada. Publik harus melindungi yang lain

dari pengaruh penguasa, dan ranah pibadi harus melindungi diri dari

otoritarianisme. Masing-masing harus mampu melakukan checks and

balances dan terus menyebarkan wacana ini di masing-masing bidang.

145

Andi Faisal Bakti, ―The Contribution of Dakwah to Communication Studies,‖

13. 146

Damsar, Pengantar Sosiologi Politik: Edisi Revisi (Jakarta: Kencana, 2010),

124.

 

Page 95: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

79

Dengan demikian, civil society akan tercapai.147

Akan tetapi, Andi Faisal

Bakti juga menjelaskan bahwa bukan hanya civil society tetapi juga

terdapat yang namanya civil community yang mana bidang-bidangnya

merupakan pembalikkan dari civil society. Jika pada civil society dimulai

dari pemerintah, pasar, publik, dan pribadi, maka pada civil community

yang didahului yaitu pibadi, publik, pasar, dan pemerintah.148

Konsep masyarakat madani atau civil society, ataupun civil

community ini dijelaskan pula dalam ayat-ayat Alquran, yaitu di

antaranya:

―Manusia itu adalah umat yang satu. (Setelah timbul

perselisihan), Allah mengutus para nabi sebagai pemberi kabar gembira

dan pemberi peringatan…‖ (QS. 2: 213).

―Kamu adalah umat yang terbaik…‖ (QS. 3: 110).

Dengan demikian konsep ini sejalan dengan tujuan dari dakwah.

Menurut Anwar Arifin dakwah bertujuan mengembalikan

manusia kepada fitrahnya yang hanif, yaitu kecenderungan kuat yang

selalu berpihak kepada kebaikan, kebenaran, keadilan dan kesucian yang

berlaku secara universal. Kecenderungan spiritual itu menjelmakan

dirinya dalam bentuk budi atau akhlak. Justru itu manusia secara kodrati

dan prinsipil adalah makhluk yang berbudi atau makhluk yang

147

Andi Faisal Bakti, “Paramadina and its Approach to Culture and

Communication: an Engagement in Civil Society,” dalam Andi Faisal Bakti dan Isabelle

Lecomte, ―The Integration of Dakwah in Journalism: Peace Journalism,‖ 197. 148

Andi Faisal Bakti, ―Paramadina and its Approach to Culture and

Communication: An Engagement in Civil Society,‖ Archipel, Paris, France68 (Desember,

2004), 321-332.

 

Page 96: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

80

berakhlak.149

Sehingga dengan memanfaatkan media sebagai sarana

dakwah sebagai langkah yang tepat dalam mewujudkan tujuan dakwah

itu sendiri.

149

Anwar Arifin, Dakwah Kontemporer: Sebuah Studi Komunikasi, 179.

 

Page 97: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

81

BAB IIIPROFIL STASIUN TELEVISI BERITA SATU

A. Sejarah Berdirinya Berita Satu

Berita Satu News Channel merupakan salah satu stasiun televisi milik

swasta yang ada di Indonesia. Berdasarkan hasil wawancara dengan

pemimpin redaksi Berita Satu Claudius V Boekan, bahwa Berita Satu

merupakan sebuah anak perusahaan dari Lippo Group.

Lippo Group merupakan perusahaan besar yang didirikan oleh

Mochtar Riady, dan kini telah diwarisi ke anaknya James Riady. Awalnya

sebelum terjadi krisis moneter di Indonesia tahun 1998, bisnis Lippo Group

hanya bergerak dibidang perbankan dan sekuritas. Namun, ketika krisis

berakhir dan kemudian perekonomian Indonesia kembali membaik, Lippo

Group kemudian berekspansi atau memperluas wilayah bisnisnya ke bidang

property, retail, health care, pendidikan, dan telekomunikasi.1

Pada bisnis telekomunikasi ini, Lippo Group mengembangkan sistem

multi-pola yaitu bergerak di bidang software dan hardware, yang kemudian

lahirlah First Media, sehingga menjadi awal adanya tv berbayar pertama di

Indonesia saat itu. Tetapi hingga awal tahun 2011 belum ada News

Channelnya, dan barulah sekitar bulan Juli 2011 berdirilah Berita Satu

sebagai News Channel dari First Media, yang kemudian memulai siaran

perdananya pada September 2011.

1Hasil wawancara dengan Bapak Claudius V. Boekan selaku pemimpin redaksiBerita Satu, pada tanggal 9 April 2018.

 

Page 98: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

82

Lippo Star Big, Link Net First Media Bolt BeritaSatu Multipolar

(Gambar 3.1 Bagan Bisnis Telekomunikasi Lippo Group)2

Berita Satu News Channel, media televisi pertama yang didirikan di

bawah grup Berita Satu Media Holding (BSMH). Televisi berita berbayar

pertama di Indonesia yang bersiaran dalam format visual Full High

Definition (Full HD). Berita Satu News Channel memulai siaran perdananya

pada 1 September 2011, dengan program-progam unggulannya yaitu; Jurnal

Pagi, Jurnal Siang, Jurnal Petang, dan Jurnal Malam. Berita Satu News

Channel dibidani antara lain bapak televisi swasta Indonesia, Peter F. Gontha

dan pakar media televisi Don Bosco Selamun. Don Bosco kemudian menjadi

direktur operasional sekaligus pemimpin redaksi sejak 2011 hingga

November 2016, dan lalu kemudian saat ini digantikan oleh Claudius V.

Boekan.3

Berita Satu awalnya hanya bersiaran di jaringan televisi berbayar

ternama di Indonesia yang dikenal dengan brand First media. Kanal TV

berbayar di bawah Lippo Group. Seiring perkembangan, Berita Satu

mengembangkan sayapnya, dengan bersiaran di satelit, berjaringan dengan

televisi lokal di kota-kota di Indonesia, dan bersiaran di jaringan televisi

berbayar lainnya, seperti contohnya Indi Home.4

2 Dokumen Redaksi Berita Satu, dilihat pada tanggal 9 April 2018.3www.beritasatu.tv/about-us/ diakses pada tanggal 17 April 2018.4www.beritasatu.tv/about-us/ diakses pada tanggal 17 April 2018.

 

Page 99: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

83

Berita Satu saat ini bersiaran 24 jam nonstop, dengan produksi berita,

talkshow, semi dokumenter, dan features fresh program antara 16-18 jam

siaran per hari. Berita Satu hadir dengan informasi dan berita-berita utama

yang bisa menjadi referensi bagi para pengambil kebijakan, pebisnis, dan

kelompok masyarakat berpengaruh lainnya.5

B. Alamat Redaksi

Alamat dari redaksi Berita Satu, yaitu berada di gedung Berita Satu

Plaza lantai 11, jalan Gatot Subroto Kav.35-36, Jakarta Selatan. Dan nomor

telepon dari redaksi Berita Satu yaitu 021-52900303, sedangkan alamat e-

mail redaksi: [email protected]

C. Logo Berita Satu

Gambar 3.2. Logo Stasiun TV Berita Satu

5www.beritasatu.tv/about-us/ diakses pada tanggal 17 April 2018.6www.beritasatu.tv/about-us/ diakses pada tanggal 17 April 2018.

 

Page 100: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

84

D. Visi dan Misi Berita Satu

1. Visi Berita Satu

Visi dari stasiun televisi Berita Satu ialah “Impacting lives through

news you can trust,” yang artinya memengaruhi kehidupan melalui berita

yang dapat dipercaya.7

2. Misi Berita Satu

Misi dari Berita Satu ialah “To deliver the most trusted news and

analysis on Indonesia,” atau dengan kata lain untuk menyampaikan

berita dan analisis tentang Indonesia yang paling terpercaya. Dengan

identitas Berita Satu, yaitu sebagai organisasi berita terdepan dalam

pelaporan dan penyampaian berita serta analisis tentang Indonesia

dengan multiplatform.Melaporkan secara adil, akurat, etis, dan dengan

standar jurnalisme profesional tertinggi, yang ditujukan untuk melayani

kepentingan publik.8

7 Dokumen Redaksi Berita Satu, dilihat pada tanggal 9 April 2018.8 Dokumen Redaksi Berita Satu, dilihat pada tanggal 9 April 2018.

 

Page 101: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

85

E. Struktur Redaksi Berita Satu

Tabel 3.1. Struktur Redaksi Berita Satu.9

No Jabatan Nama1. Pemimpin Redaksi Claudius V. Boekan.2. W. Pemimpin Redaksi

(News)Hamdani S. Rukiah.

3. W. Pemimpin Redaksi(News Magazine)

Muzakir Husain.

4. Manager News Production Fahrun Satori.5. Manager News Gathering

& DevelopmentKleofas Klewen.

6. Manager News Magazine Suryansyah.7. Manager Talent Rike Amru.

8. Executive Producer NewsArie Apriyadi, Wahid A.Hariyono, Denny S. Batubara,Syifa Hamdhani.

9. Executive Producer NewsMagazine

Moh. Samsul Arifin.

10. Board of Producer News

Harris Badillah, Nia Kayadoe, Sulardi,Leon Saragih, Dita Febrika, NunikSugianti, Harry Ruliansyah, ErickGumaryadi, Andika Perdana, RizaNasser, Arlanza, Ahmad Murody,Sofyan Syafril, Andriani T. Mas’urai,Ruslan Al-Rasyid, Jekson Simanjutak,Andra Lesmana, Evry Purba, DestianPrasetya, Nurulita, RiyadhNurhidayat, Marthen Kilok, AdiPurnomo, Margareta Renny,Agustinus Tetiro, Sadryna Evanalia,Wahyu Setiyowati, AnggiaKesumawardaya, Pramdhika Samudra,Keyko Ranti, Adityawarman, AdamIsa, Valentinus Blikololong.

11. Head of News Gathering Ruby Matondang, Joidy KarloDompas, Tika Baremeau, JenAnwar.

9www.beritasatu.tv/redaksi/ diakses pada tanggal 17 April 2018.

 

Page 102: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

86

Tabel 3.2.Sambungan tabel 3.1. Struktur Redaksi Berita Satu.10

No Jabatan Nama

12. Board of Producer NewsMagazine

Johan H. Wibowo, AmatulRayyani, Dedi Setiawan, YonoSaputro, Dwiyanto, MahaChakry Miller, Astrid F. Putri,Anastasya Andrianti, HeriKristianto.

13. Promo On Air Team Suhodo, Monti Agus Ginting.

14. Head of CamerapersonRizky Febriandi, Suryaman,Abdullah Choiruddin, TonggamMarganda Munthe.

15. Head of Editor News Wahyu Laksamana16. Head of Editor News

MagazineSunu Prasetya Mulyono.

17. Manager Social Media &Digital

Adi Prasetya.

18. Social Media Team Edy Cahyono, Eko Wicaksono,Aditya Pratama.

19. Website TeamBonifacius Jaka, ZumrotulMuslimin, Ahmad SalmanAlfarisi.

20. Director of Sales &Marketing

Livy Prathivi.

21. Head of Digital Sales &Marketing

Epoy Latief.

10www.beritasatu.tv/redaksi/ diakses pada tanggal 17 April 2018.

 

Page 103: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

87

F. Profil Penonton Berita Satu

Berita Satu sebagai stasiun televisi berbayar ini, menyasar penonton

dari kalangan masyarakat menengah ke atas, atau masyarakat yang secara

financial mampu membayar layanan dari tv berbayar setiap bulannya.

Sehingga program-program yang ditawarkan menyasar kalangan masyarakat

tertentu, misalnya para pengambil kebijakan, pebisnis, dan kelompok

masyarakat berpengaruh lainnya.

Berdasarkan demografi penonton stasiun Berita Satu dapat

dikelompokkan ke dalam penonton kelas A dan B atau dapat dikatakan

sebagai premium audience. Dan dari segi usia, Berita Satu menyasar pada

kelompok masyarakat usia produktif yaitu 25-45 tahun. Sedangkan dari sisi

jenis kelamin, Berita Satu lebih menargetkan kepada jenis kelamin laki-laki,

sehingga jika dipersentasikan yaitu penonton laki-laki 58% dan perempuan

42%. Untuk segi latar belakang pendidikan, jelas terlihat bahwa penonton

Berita Satu 35% adalah orang-orang yang tingkat pendidikannya hingga ke

jenjang universitas. Dan dari segi pekerjaan, dapat dikatakan bahwa 28%

penonton Berita Satu adalah masyarakat yang berprofesi sebagai pemangku

kekuasaan, dan pebisnis, dan 21% adalah masyarakat yang berprofesi

sebagai manajer, pengamat politik, politikus, dan peneliti.11

Jangkauan siaran Berita Satu telah menyebar hampir seluruh kota di

Indonesia. Sehingga penontonnya tidak hanya berasal dari sejumlah kota

besar yang ada di Indonesia, tetapi juga dari beberapa kota-kota kecil. Hal ini

diketahui dari beberapa kali program live interaktif yang dilakukan oleh

11http://www.beritasatu.tv/ads/#audienceprofile diakses 17 April 2018.

 

Page 104: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

88

Berita Satu, dan pihak stasiun mendapat sambungan telepon dari penonton

yang berada di Kupang, maupun hingga Papua.12

12Hasil wawancara dengan Bapak Claudius V. Boekan selaku pemimpin redaksiBerita Satu, pada tanggal 9 April 2018.

 

Page 105: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

89

BAB IVTEMUAN HIERARKI PENGARUH DALAM PEMBERITAAN

GERAKAN AKSI BELA ISLAM DI BERITA SATU

Berdasarkan hasil pengamatan dari tayangan berita terkait Aksi Bela

Islam, terlihat jelas bahwa aksi ini menjadi sebuah peristiwa besar yang

terjadi di Indonesia di penghujung tahun 2016. Peristiwa aksi demonstrasi

dengan massa terbanyak ini, begitu menyita perhatian media baik media

lokal maupun internasional.

Media menjadi sebuah sarana penyebaran dan penyampaian

informasi untuk masyarakat ini, menjadikan media sebagai sesuatu yang

penting. Tetapi, isi berita tentang suatu peristiwa yang merupakan produk

dari media ini merupakan hasil dari proses yang telah dipengaruhi oleh

berbagai unsur, baik itu unsur internal media tersebut seperti organisasi yang

menaunginya, maupun unsur-unsur dari luar organisasi media. Dengan kata

lain, berita yang ditampilkan pun merupakan hasil kompromi dari berbagai

unsur tersebut.

Berita Satu sebagai salah satu stasiun televisi berita ini, tentunya

Berita Satu menjadi sebuah media bagi masyarakat Indonesia yang ingin

mengetahui berita-berita terbaru yang terjadi di negeri ini, misalnya politik,

ekonomi, bencana alam, terorisme, dan lain sebagainya. Sehingga ketika

adanya peristiwa Aksi Bela Islam, Berita Satu menjadi salah satu media yang

ikut memberitakannya. Bahkan, diantara media-media berita seperti Metro

Tv, dan Kompas Tv, Berita Satu menjadi media yang porsi berita tentang aksi

tersebut terbilang banyak.1

1Hasil observasi tayangan pemberitaan tanggal 4 November, dan 2 Desember 2016.

 

Page 106: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

90

Berita Satu adalah stasiun televisi yang merupakan bagian dari salah

satu organisasi bisnis terbesar di Indonesia yaitu Lippo Group. Hal ini

menjadikan, konten atau isi pemberitaan di Berita Satu pastilah tidak luput

dari adanya pengaruh-pengaruh dari berbagai unsur, seperti yang disebutkan

di dalam teori hierarki pengaruh. Sebagaimana yang disebutkan bahwa

asumsi dasar dari teori terebut adalah sebuah media tidak dapat merefleksi

sebuah realitas secara objektif, isi media dibentuk oleh sejumlah faktor yang

menghasilkan beragam versi berbeda mengenai realitas. Sehingga Pamela J.

Shoemaker dan Stephen D. Reese mengatakan terdapat lima level yang

memengaruhi isi berita, yaitu individual level, media routine level,

organization level, extra media level, dan ideological level.

Pada Berita Satu proses penyusunan berita dilakukan melalui

berbagai tahap hingga berita tersebut layak untuk diberitakan kepada

khalayak. Tahap-tahap tersebut, misalnya rapat redaksi penentuan berita

yang akan diliput, narasumber yang akan di wawancarai, dan wartawan yang

ditunjuk untuk meliputnya. Kemudian setelah tahap berikutnya ialah

penulisan berita, proses penyuntingan, pemilihan headline, hingga kemudian

ditayangkan oleh Berita Satu.

A. Individu Pekerja Media

Pemberitaan dalam sebuah media, khususnya stasiun televisi tidak

akan terlepas dari pengaruh individu pekerjanya. Karena dalam setiap media

memiliki sekumpulan orang-orang profesional yang bekerja untuk dapat

mengolah sebuah informasi menjadi sebuah berita yang layak. Dan orang-

orang profesional tersebut, merupakan individu yang memiliki latar belakang,

maupun karakteristik yang berbeda-beda. Sehingga faktor pekerja media ini

pula menjadi salah satu faktor yang cukup memengaruhi isi pemberitaan

dalam sebuah media.

 

Page 107: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

91

Wartawan atau jurnalis menjadi bagian penting dalam sebuah media,

karena mereka bertugas untuk mencari dan mengolah sebuah informasi

menjadi berita. Sehingga bukan tidak mungkin bahwa isi dari berita tersebut

dapat dikonstruksi sesuai dengan latar belakang maupun prinsip-prinsip

ataupun ideologi yang dipegang oleh wartawan tersebut, karena wartawan

menjadi orang yang berada langsung di tempat terjadinya sebuah peristiwa,

dan yang mewawancarai narasumber maupun saksi mata peristiwa tersebut,

serta yang menulis beritanya.

Berita Satu sebagai media besar di Indonesia, memerhatikan betul

latar belakang dari para pekerjanya atau sumber daya manusia (SDM)

mereka. Berdasarkan dari hasil wawancara dengan pemimpin redaksi Berita

Satu, bahwa awal mula sebelum Berita Satu ini didirikan dan

memperkenalkan dirinya sebagai stasiun berita. Lippo Group sebagai

perusahaan yang mendirikannya, telah terlebih dahulu merekrut orang-orang

profesional untuk menjalankannya.2

“Awal mula Lippo Group kan sebelum krisis 1998, terkenalsebagai perusahaan yag kuat dibidang perbankan dan sekuritas,kemudian setelah krisis itu. Lippo berekspansi ke property dantelekomunikasi, kemudian pada telekomunikasi ini Lippokembangkan namanya multi pola yang berkaitan dengan software danhardware, sehingga muncullah First Media. TV berbayar pertama,yang dimiliki Lippo lewat cable tetapi sampai tahun awal tahun 2011itu belum ada news channelnya. Barulah pada pertengah 2011didirikan news channelnya yaitu Berita Satu. Sekitar bulan Juli 2011,saya, pak Don Bosco Selamun, dan ibu Nunung Setiyani di percayauntuk menjalankan Berita Satu. Jadi, karena kami adalah orang-orangyang pernah merasakan kerja di berbagai media seperti SCTV, danMetro Tv. Menjadikan kami bersepakat untuk membentuk Berita

2Hasil wawancara dengan Bapak Claudius V. Boekan selaku pemimpin redaksiBerita Satu, pada tanggal 9 April 2018.

 

Page 108: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

92

Satu ini menjadi stasiun televisi berita yang sedikit berbeda denganstasiun berita lainnya.”3

Berdasarkan hal tersebut jelas bahwa Lippo Group sebagai

perusahaan yang mendirikan Berita Satu, mempertimbangkan dengan

matang, orang-orang yang bekerja di redaksi Berita Satu. Terlihat dari

jajaran inti redaksinya adalah orang-orang profesional yang telah memiliki

pengalaman diberbagi media besar. Sehingga pada posisi reporter atau

wartawan, serta presenter berita pun, Berita Satu juga memilih merekrut

orang-orang yang telah memiliki pengalaman di media, terutama media

televisi, serta orang-orang yang merupakan lulusan dari kampus-kampus

ternama di Indonesia.

“Berita Satu karena merupakan stasiun televisi yang terbilangmuda yah mbak, sehingga untuk bersaing dengan stasiun-stasiunyang telah lebih dulu ada. Tim kami memang memilih merekrut parawartawan yang telah memiliki pengalaman di bidang jurnalis.Memang diutamakan adalah mereka yang dulunya lulusan darijurusan Ilmu Komunikasi, tetapi tidak menutup kemungkinan kamimerekrut mereka-mereka yang juga lulusan dari jurusan lain, selamamereka memiliki pengalaman di bidang jurnalistik yangbagus.Seperti contohnya, Rike Amru. Mbak Keke ini sudah memilikipengalaman sebagai jurnalis di Liputan 6 SCTV. Dan pada Juli 2011,dia ikut bersama-sama dengan saya, pak Don dan bu Nunung dalamtim Berita Satu. Awalnya dia merupakan jurnalis lapangan kamiwaktu awal-awal, tetapi kini dia sebagai presenter dan juga talentmanager Berita Satu.”4

Adapun berkaitan dengan pemberitaan Aksi Bela Islam. Berita Satu

menerjunkan para wartawan yang telah berpengalaman untuk meliput berita

yang terbilang besar tersebut. Misalnya saja pada pemberitaan persiapan

pengamanan jelang aksi 212, reporter lapangan yang melaporkan berita

3Hasil wawancara dengan Bapak Claudius V. Boekan selaku pemimpin redaksiBerita Satu, pada tanggal 9 April 2018.

4Hasil wawancara dengan Bapak Claudius V. Boekan selaku pemimpin redaksiBerita Satu, pada tanggal 9 April 2018.

 

Page 109: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

93

tersebut adalah Tezar Aditya yang merupakan jurnalis yang dulunya

merupakan kru produksi dari Metro Tv tahun 2014. Dan merupakan lulusan

dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.5

(Gambar: 4.1. Aksi Damai 2/12: Besok Aparat Tidak DibekaliSenajata)6

Berdasarkan live report dari Tezar Aditya seperti gambar di atas,

menerangkan tentang persiapan dari aparat gabungan yaitu TNI, Polri dan

Satpol PP dalam mengamankan Aksi Bela Islam 212 di sekitar Monas. Pada

isi berita (lihat lampiran 3) yang disampaikan oleh Tezar sebagai reporter

yang bertugas di lapangan, berdasarkan analisis penyampaian yang

dilakukan terkait Aksi Bela Islam tersebut dalam hal penggunakan bahasa

misalnya menggunakan bahasa yang lugas, dan juga dalam penyebutan

peserta aksi bukan dengan istilah ‘pendemo’ atau ‘peserta demo’. Pemilihan

penggunaan bahasa dari seorang reporter ini juga dapat memengaruhi isi

berita kepada khalayak ataupun penonton. Adapun hal berbeda jika melihat

penyampaian berita yang dilakukan oleh reporter Berita Satu Nori Utari

ketika live report pada Aksi Bela Islam jilid II atau pada 4 November 2016,

5www.beritasatu.tv/presenter/tezar-aditya/ diakses pada tanggal 19 April 2018.6https://www.youtube.com/watch?v=jEgrYknUlBE&t=4s diakses pada 20 April

2018.

 

Page 110: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

94

dalam isi beritanya (lihat lampiran 3) Nori menyampaikan laporan tentang

peserta Aksi 411 yang memenuhi Mesjid Istiqlal, tetapi dalam penggunaan

penyebutan peserta Aksi Bela Islam tersebut, Nori menggunakan istilah

‘peserta aksi demo’ ataupun ‘peserta demo’. Sehingga dari kedua hal ini

terlihat bahwa latar belakang dari reporter tersebut (seperti: pendidikan,

agama, etnis, budaya, dan lainnya) juga berperan dalam memengaruhi

seorang reporter dalam model penyampaian isi beritanya.

Isi pemberitaan Aksi Bela Islam yang dibagi ke dalam 3 jilid ini,

terutama saat aksi berlangsung lebih banyak berupa live report.Sehingga

berdasarkan dari tayangan-tayangan di Berita Satu, memang lebih banyak

ditampilkan dalam program breaking news. Karena sebagaimana menurut

penuturan dari pemimpin redaksi Berita Satu, yaitu:

“Berita Satu sengaja menayangkan berita-berita Aksi Bela Islampada program Breaking News, agar para penonton pun dapat menilaisendiri seberapa netral berita yang ditayangkan pihaknya, karenaberita-berita pada program breaking news adalah berita yang murniberdasarkan laporan langsung dari wartawan Berita Satu di lapangandan tidak melalui proses pengeditan, sehingga apa yang disampaikanBerita Satu merupakan sesuatu yang murni terjadi di lapangan.”7

Berdasarkan hal tersebut, dapat terlihat dengan jelas pengaruh dari

para jurnalis Berita Satu yang ada di lapangan, terhadap isi berita yang

ditayangkan.Karena program breaking news adalah sebuah laporan khusus

yang tidak memiliki jadwal, dan program ini bisa tayang kapan saja, dan

dapat menyela jadwal program yang saat itu tayang. Adapun menurut Tezar

Aditya, selaku reporter dari Berita Satu yang bertugas meliput Aksi Bela

Islam dari jilid pertama hingga ketiga, mengatakan bahwa sebelum mereka

ditugaskan ke lokasi, dari pihak Berita Satu khususnya pemimpin redaksi

7Hasil wawancara dengan Bapak Claudius V. Boekan selaku pemimpin redaksiBerita Satu, pada tanggal 9 April 2018.

 

Page 111: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

95

yang waktu itu masih dijabat oleh Bapak Don Bosco Selamun, mengatakan

kepada mereka untuk melakukan liputan dengan tidak terlalu mengekspos

para peserta, khususnya para peserta yang berasal dari ormas Islam tertentu

seperti FPI. Selain itu juga, para reporter maupun juru kamera harus

berpegang dengan kode etik perusahaan yang tercantum dalam buku

Panduan Kerja Wartawan Berita Satu. Kutipan wawancaranya sebagai

berikut:

“Kita para wartawan yah sebelum bertugas untuk meliput aksitersebut, kita pasti melakukan rapat redaksi dulu dengan pemimpinredaksi, wakil pemimpin redaksi di ruang redaksi, dan saat itu kitapasti diberi berbagai arahan oleh pemred kita. Yah salah satunyapokoknya arahan yang berkaitan dengan editorial policy Berita Satu,jadi walaupun kita melakukan liputan dengan model live reportseperti saat program breaking news, semua materi liputan tersebutsudah dirancang sebelumnya, dan kita tidak boleh melanggarnya.”8

Pada penayangan berita Aksi Bela Islam yang ditayangkan pada

breaking news pada 4 November dan 2 Desember 2016 lalu, terlihat headline

berita yang ditampilkan Berita Satu yaitu “Suasana di Patung Kuda Thamrin

Menjelang Aksi Damai,” dan “Pantauan Udara Aksi Damai,” terlihat jelas

bahwa berita yang ditampilkan merupakan laporan langsung dari wartawan

dan juru kamera yang bertugas dilapangan, sehingga wartawan dilapangan

yang melaporkannya pun yang berperan penting dan isi berita.9

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Claudius V. Boekan,mengatakan bahwa:

“Isi pemberitaan yang ditayangkan pada breaking news memangmenjadi tanggung jawab penuh para wartawan dilapangan, namuntentunya isi pemberitaannya harus disesuaikan dengan editorialpolicy dari redaksi Berita Satu, sehingga sebelum para wartawantersebut diterjunkan untuk meliput sebuah peristiwa penting yang

8Hasil wawancara dengan Tezar Aditya Rahman selaku news presenter dan reporterBerita Satu, pada tanggal 7 Okotber 2018.

9Hasil observasi tayangan berita Aksi Bela Islam di channel youtube Berita Satu.

 

Page 112: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

96

akan ditayangkan secara live seperti pada peristiwa Aksi Bela Islamini, para wartawan telah dibekali berbagai pengetahuan terkaitberbagai hal aturan yang tertuang dalam editorial policy daripihaknya yang juga merujuk pada kode etik jurnalistik, yaitu sepertitidak boleh meliput gambar-gambar yang mengandung unsurpornografi, sara, ataupun kata-kata yang bernilai provokatif maupunhinaan yang dapat memecah belah bangsa.”10

Berdasarkan hal tersebut, dapat dilihat peran dari juru kamera di

lapangan ketika merekam video pada sudut tersebut, dan tugas kru produksi.

Pada program breaking news di Berita Satu, terkait “Maklumat

Antisipasi Aksi 212 Oleh Kapolda Metro Jaya.” Setelah penyampaian

maklumat tersebut oleh Kapolda Metro Jaya, kemudian presenter Berita Satu

mengatakan:

“Baiklan pemirsa kita sudah saksikan bersama pembacaanmaklumat yang disampaikan lewat konferensi pers yang disampaikanKapolda Metro jaya Irjen Pol M. Iriawan berkaitan dengan aksidemonstrasi tadi, berdasarkan beberapa poin yang disampaikan olehKapolda menegaskan bahwa masyarakat diperbolehkan untukmelakukan unjuk rasa, namun dengan syarat tidak ada kaitannyadengan ataupun gerakan yang mengarah kepada aksi makar, danbersama-sama baik pengunjuk rasa maupun pihak keamanan menjagakeamanan dan menjaga aksi unjuk rasa yang disebutkan akanberlangsung pada tanggal 2 Desember tersebut, berjalan dengan tertibdan aman.”11

Fakta peristiwa umumnya disajikan lewat bahasa berita dan bahasa

bukanlah sesuatu yang bebas nilai. Bahasa tidak netral, dan uniknya tidak

pula sepenuhnya dalam kontrol kesadaran. Para reporter, juga para editor,

berkuasa penuh atas pilihan kata yang hendak dipakainya.Ia dapat atau harus

memilih salah satu kata di antara deretan kata-kata yang hampir mirip namun

10Hasil wawancara dengan Bapak Claudius V. Boekan selaku pemimpin redaksiBerita Satu, pada tanggal 9 April 2018.

11https://youtu.be/ncYMax2HS_s diakses pada 20 April 2018.

 

Page 113: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

97

berbeda “rasa”-nya.12 Sebagai contohnya dari bahasa yang disampaikan

presenter Berita Satu tersebut, dalam menyimpulkan tentang isi maklumat

antisipasi aksi, terkait pilihan kata ‘demonstrasi’ dan ‘unjuk rasa,’ yang ia

sematkan pada Aksi 212. Padahal dari Aksi Bela Islam jilid pertama, umat

Islam sudah menamai aksi yang mereka lakukan tersebut dengan nama ‘Aksi

Bela Islam.’ Tetapi, pemilihan sebutan tersebut saat presenter Berita Satu

menyampaikan beritanya tergantung pada pilihannya. Sehingga latar

belakang dari para presenter itu pun berperan penting dalam memengaruhi.

Berdasarkan beberapa tayangan di atas, maka pengaruh yang

ditimbulkan oleh wartawan maupun presenter di Berita Satu, sebenarnya

merupakan pola pikir yang telah dibentuk oleh redaksi maupun perusahaan,

karena para wartawan tersebut sebelum resmi menjadi karyawan dari Berita

Satu, telah melalui pelatihan-pelatihan khusus dari stasiun tersebut, dan juga

sebelum para wartawan tersebut melakukan peliputan ke lokasi, terlebih

dahulu tim redaksi melakukan briefing maupun rapatredaksi, yang bertujuan

agar para wartawan tersebut dapat melakukan liputan maupun ketika

melaporkan berita dalam bentuk live report seperti pada program breaking

news, tidak melanggar peraturan ataupun filosofi dari Berita Satu.

B. Kerja Rutin Media

Level rutinitas media merupakan level kedua dalam bagan teori

hierarki pengaruh yang diperkenalkan Pamela J. Shoemaker dan Stephen D.

Reese. Pada level ini, isi berita dipengaruhi oleh sisi rutinitas dari media

tersebut.

Semua produksi selalu bekerja menurut tenggat (dead-line). Di

televisi jadwal disusun untuk menciptakan materi yang dimasukkan ke dalam

12 Alex Sobur, Analisis Teks Media, 35.

 

Page 114: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

98

jatah program (programme slots). Tenggat ini harus dipenuhi atau tidak ada

yang ditayangkan. Kesadaran terhadap tenggat ini adalah alasan lain untuk

menerapkan rutinitas.13 Menurut Shoemaker dan Reese dalam bukunya

“Mediating the Message” bahwa media rutin ini terbentuk oleh tiga unsur

yang saling berkaitan yaitu sumber berita (suppliers), organisasi media

(processor), dan audiens (consumers).14

Berita Satu News Channel sebagai stasiun berita, tentunya program-

program yang ada di stasiun ini berkaitan dengan program berita. Tayang

setiap hari dari pagi hingga tengah malam. Sehingga tentunya dengan

rutinitas target tayang ini, pastilah memengaruhi isi pemberitaan yang

ditayangkan.

Tabel: 4.1. Program Siaran Berita Satu15

No Nama Program Hari Tayang Jam Tayang (WIB)

1. Jurnal Pagi Senin – Minggu 06.00 – 08.002. News On The Spot Senin – Minggu 11.05 – 12.303. Jurnal Malam Senin – Minggu 22.30 – 23.304. Prime Time Senin – Minggu 16.30 – 18.055. Prime Time Talk Senin – Minggu 18.05 – 19.006. Market Corner Senin – Jumat 09.05 – 10.057. Money Report Senin – Jumat 21.05 – 22.308. Travel Notes Sabtu dan Minggu 10.05 – 10.309. Indepth Senin 22.05 – 22.3010. Fakta Data Rabu 22.05 – 23.0011. DK Show Sabtu 20.05 – 21.05

Berita tentang Aksi Bela Islam ditayangkan di beberapa program

yang ada di Berita Satu. Berdasarkan hasil pengamatan, yaitu pada program

13 Graeme Burton, Yang Tersembunyi di Balik Media, 62.14Shoemaker and Reese, Mediating the Message, 109.15www.beritasatu.tv/program/ diakses pada tanggal 20 April 2018.

 

Page 115: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

99

prime time, prime time talk, jurnal, pagi, jurnal malam, dan news on the

spot.Semua program tersebut merupakan program yang tayang setiap hari.

Sehingga rutinitas kerja Berita Satu dalam mengolah berita pun dapat terlihat

jika dikaitkan juga dengan tiga unsur dalam level media rutin.

1. Organisasi Media (Processor)

Organisasi media menjadi unsur yang memiliki pengaruh besar

dalam level ini, terutama masalah pemberitaan di Berita Satu. Hal ini

karena unsur ini menjadi bagian pertama dalam pengolahan berita.

Berita Satu sebelum meliput suatu peristiwa yang kemudian

menjadi berita, terlebih dahulu melakukan rapat redaksi untuk

menentukan isi berita yang akan ditayangkan, seperti penentuan

narasumber, wartawan yang ke lokasi, headline, foto dan video yang

dipakai, hingga kemudian program yang sesuai dengan isi berita

tersebut. seperti halnya pada berita Aksi Bela Islam, menurut

penuturan dari pemimpin redaksi Berita Satu, bahwa sebelum mereka

menerjunkan ke lapangan para wartawannya, terlebih dahulu telah

dilakukan rapat redaksi.

Ada hal yang menarik jika melihat tayangan breaking news saat

Aksi Bela Islam pada 4 November 2016 lalu, yaitu jurnalis yang

melaporkan langsung dari halaman Mesjid Istiqlal, terlihat

mengenakan hijab, sehingga dapat dipastikan bahwa jurnalis tersebut

adalah seorang Muslim. Selain itu, jurnalis yang bertugas tersebut

merupakan jurnalis yang memang ditunjuk oleh redaksi Berita Satu

melalui rapat redaksi.

 

Page 116: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

100

(Gambar: 4.2. Breaking News: Aksi Damai 4 November)16

Pada program prime time talk yang tayang pada 7 November

2016, tepatnya pukul 18.15 WIB, membahas tentang “Siapa aktor

politik 411?.” Dialog yang dilakukan oleh presenter Valerina Daniel

ini, dilakukan dengan para tokoh politik yaitu Wakil Sekjen Partai

Demokrat Didi Irawadi dan Ketua DPP Hanura Dadang Rusdiana.

Tetapi, sebelum dimulainya dialog antara presenter dengan kedua

narasumber tersebut, pihak Berita Satu menampilkan tayangan

tentang orasi yang dilakukan oleh Fahri Hamza selaku Wakil Ketua

DPR RI ketika Aksi Bela Islam pada 4 November 2016, yang

mengatakan ada tata cara untuk menjatuhkan Presiden. Kemudian

juga Berita Satu melakukan telewicara dengan Siti Zuhro, untuk

meminta tanggapannya tentang aktor politik yang dimaksudkan oleh

Presiden Jokowi. Hal ini terlihat bahwa telah ada proses perencanaan

sebelumnya oleh redaksi Berita Satu. Karena para narasumber

tersebut, dan juga tema dialog yang diangkat merupakan hasil dari

rapat redaksi yang dilakukan sebelum dialog tersebut ditayangkan.

16https://www.youtube.com/watch?v=vt_EAGC7n-wdiakses pada tanggal 20 April2018.

 

Page 117: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

101

(Gambar: 4.3. Dialog “Siapa Aktor Politik 411”)17

(Gambar: 4.4. Telewicara dengan Siti Zuhro)18

Pada tayangan ini juga dapat diamati ketika wawancara antara

presenter Berita Satu dengan Siti Zuhro, pihak Berita Satu

menampilkan video ketika aksi 411, dan di sini terlihat pada menit ke

03.20 saat peserta aksi nampak mulai ricuh, dan pada menit ke 05.42

17https://youtu.be/KTmRt2as7Lc diakses pada tanggal 20 April 2018.18https://youtu.be/fzPDDBa4-w0 diakses pada 20 April 2018.

 

Page 118: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

102

saat peserta aksi dengan polisi saling dorong mendorong, dan nampak

ricuh.19

(Gambar: 4.5. Telewicara dengan Siti Zuhro menit ke 03.20)20

Berdasarkan hal tersebut, dapat terlihat bahwa berita terkait Aksi

Bela Islam pun, sebelum Berita Satu memutuskan untuk meliput

hingga menayangkannya telah terlebih dahulu dirancang melalui

rapat redaksi. Selain itu unsur organisasi ini juga, yang bertanggung

jawab dalam penentuan berita running text (berita dalam bentuk teks

berjalan). Karena berdasarkan pengamatan setiap program berita di

Berita Satu, tersaji ringkasan berita dalam bentuk running text.

Running text yang juga berkaitan dengan Aksi Bela Islam. Salah

satu running text pada program prime time 2 Desember 2016, yang

berisikan himbauan dari Wakil Presiden Jusuf Kalla yang meminta

pelaku dugaan makar untuk diproses hokum, serta running text yang

berisi tentang 10 terduga makar yang ditangkap sudah berstatus

tersangka.21

19https://youtu.be/fzPDDBa4-w0 diakses pada 20 April 2018.20https://youtu.be/fzPDDBa4-w0 diakses pada 20 April 2018.21https://youtu.be/s0LQjjk7pEw diakses pada tanggal 22 April 2018.

 

Page 119: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

103

(Gambar: 4.6. Running Text Pernyataan Wapres)22

2. Audiens

Unsur audiens menjadi bagian dalam level rutinitas media, karena

audiens juga menjadi bagian penting dalam memengaruhi isi

pemberitaan pada sebuah media. Karena berita-berita yang

ditayangkan oleh stasiun televisi seperti Berita Satu, tujuannya

adalah untuk disampaikan kepada khalayak atau audiens. Apalagi

Berita Satu sebagai stasiun televisi berbayar, yang sudah tentu

audiens atau penonton menjadi salah satu perhatian utama mereka.

Karena audiens yang menonton tayangan dari stasiun ini, pastilah

adalah orang-orang yang bersedia membayar atau berlangganan

setiap bulannya melalui jaringan tv kabel ataupun satelit.

Peristiwa Aksi Bela Islam menjadi sebuah peristiwa besar, yang

menurut pemimpin redaksi Berita Satu perlu untuk diliput, karena

memerhatikan kebutuhan penonton Berita Satu yang mayoritas

beragama Islam.Sebagaimana diketahui bahwa agama penduduk

Indonesia mayoritas Islam. Selain itu juga, karena Aksi Bela Islam ini

berkaitan dengan kasus penistaan agama yang dilakukan oleh

22https://youtu.be/s0LQjjk7pEw diakses pada tanggal 22 April 2018.

 

Page 120: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

104

Gubernur DKI Jakarta saat itu yaitu Ahok. Sehingga, berita ini akan

menjadi sesuatu yang menarik perhatian banyak kalangan.

3. Sumber Berita

Sumber berita adalah juga unsur terpenting dalam level rutinitas

media. Sumber berita (supplier) merupakan sebuah informasi yang

didapatkan para wartawan atau jurnalis, ketika mencari berita ke

lapangan.Sehingga tentunya sumber berita pasti memengaruhi isi

berita, karena isi berita adalah bagian dari sumber berita. Untuk itu,

sumber berita bisa didapatkan seorang wartawan dari mana saja baik

itu dari masyarakat, maupun dari sebuah lembaga dan organisasi.

Pemberitaan Aksi Bela Islam 212 di Berita Satu, jika diamati

sumber berita berasal dari lembaga-lembaga milik pemerintah seperti

Polri, DPR dan MPR, serta MUI. Selain itu juga, dari para pengamat,

peneliti, partai-partai politik, hal ini terlihat dari narasumber-

narasumber yang dihadirkan Berita Satu pada program dialognya.

Pada program Jurnal Pagi tanggal 19 November 2016, misalnya:

Berita Satu menayangkan berita dengan headline yaitu “Kasus

dugaan penistaan agama” dengan isinya tentang pernyataan dari

Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian yang menilai bahwa aksi 2

Desember memiliki agenda tersembunyi, dan tidak lagi tentang

persoalan kasus penistaan agama yang dilakukan oleh Ahok,

melainkan telah bernuansa politik. Dan juga dalam berita tersebut

Kapolri mengatakan bahwa polisi tidak akan segan mengambil

tindakan tegas, jika aksi 2 Desember mengganggu ketertiban

umum.23 Selain itu, pada berita di program prime time yang

23https://www.youtube.com/watch?v=lkijiLJn_NQ&t=4s diakses pada tanggal 22April 2018.

 

Page 121: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

105

ditayangkan pada 26 November 2016, Berita Satu memberitakan

dengan headlinenya yaitu “Jelang Aksi 2 Desember,” yaitu isinya

tentang pernyataan dari Irjen Pol Boy Rafli Amar terkait Polri

menghimbau untuk masyarakat tidak perlu khawatir terkait aksi 212,

karena Polri sudah menyiapkan pengamanan yang terbaik.24 Dari sini

terlihat bahwa sumber berita tersebut adalah Kapolri, yang

merupakan jabatan dari sebuah lembaga milik pemerintah.

Berdasarkan hal ini, dapat dilihat bahwa tentunya telah dilakukan

berbagai rapat redaksi sebelumnya dalam menentukan sumber berita

tersebut yang setelah sumber berita tersebut didapatkan, barulah ada

keputusan dalam menentukan headline berita yang cocok, dan video

serta foto yang akan dipakai ketika menayangkan berita.

C. Organisasi Media

Organisasi media yaitu meliputi pemilik media, direktur pemberitaan,

dan dewan redaksi. Level ini menjadi salah satu level yang memiliki

pengaruh besar terhadap isi pemberitaan, seperti dalam pemberitaan Aksi

Bela Islam di Berita Satu.

Berita Satu yang diketahui merupakan media milik Lippo Group,

menjadikan stasiun ini tentunya syarat akan kepentingan-kepentingan

pemiliknya. Walaupun dalam wawancara dengan pemimpin redaksi Berita

Satu Claudius V. Boekan mengatakan bahwa pemilik Berita Satu yaitu CEO

Lippo Group James Riady memberikan kewenangan sepenuhnya kepada

redaksi Berita Satu terkait tentang pemberitaan.

“Iya betul mbak, bahwa Lippo memang pemilik dari Berita Satuini.Tetapi, Lippo tidak pernah mencampuri masalah pemberitaanyang kami tayangkan. Bahkan bapak James Riady yang merupakan

24https://youtu.be/Km4VZRtvsVQ diakses pada tanggal 22 April 2018.

 

Page 122: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

106

CEO Lippo Group, memberikan keluasan kepada kami. Sehingga,ketika Aksi Bela Islam yang dilakukan oleh umat Islam di Monas,kami tanpa perlu meminta izin kepada CEO kami saat itu untukmelakukan liputan eksklusif kami. Sehingga, mbak bisa lihat sendirimedia kami memang terlihat ketika memberitakan aksi tersebut lebihbanyak dan nampak lebih eksklusif dari pada media berita lain.”25

Pengaruh level organisasi ini masih dapat dirasakan, walaupun

pemimpin redaksi Berita Satu berkata demikian. Karena pengaruh organisasi

ini juga bisa dikatakan bertingkat yaitu dimulai dari tingkatan terkecil ialah

pengaruh oleh dewan redaksi Berita Satu itu sendiri, terhadap berita-berita

yang ditulis maupun dilaporkan wartawannya, kemudian yang memengaruhi

dewan redaksi ini adalah pemilik media tersebut yaitu Lippo Group,

sehingga dapat disebut sebagai tingkatan terbesarnya.

Pada program Breaking News pada tanggal 4 November 2016 pukul

18.19 WIB, pada program tersebut tidak hanya menayangkan berita tentang

Aksi Bela Islam, tetapi juga dialog dengan Ruhut Sitompul dan Djayadi

Hanan sebagai narasumber di studio Berita Satu. Dialog tersebut pun diberi

headline yaitu “Efek demo bagi Ahok.” Ketika salah satu narasumber yaitu

Djayadi Hanan mengatakan pendapatnya terkait pertanyaan yang dilontarkan

oleh presenter Tascha Liudmila. Dapat dilihat pada menit ke 06.59 hingga

menit ke 07.31 menampilkan tayangan peserta Aksi Bela Islam yang

membawa bendera HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) nampak sedang

menyuarakan aspirasinya, tetapi dengan memukul pagar kawat berduri yang

di pasang polisi dengan tongkat bendara dan terlihat melemparkan sesuatu

seperti kemasan air mineral ke polisi.26

25Hasil wawancara dengan Bapak Claudius V. Boekan selaku pemimpin redaksiBerita Satu, pada tanggal 9 April 2018.

26https://youtu.be/wv7jr-V_Jbc diakses pada 20 April 2018.

 

Page 123: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

107

(Gambar: 4.7. Breaking News “Dialog Efek Demo bagi Ahok”)27

Berdasarkan tayangan ini terlihat bahwa yang bertanggung jawab

merekam kejadian tersebut adalah juru kamera yang bertugas di lokasi.

Tetapi, di redaksi ada seseorang yang menjabat sebagai program director

yang memiliki kewenangan dalam mengkordinir para juru kamera, serta

kewenangan dalam menentukan video atau gambar yang ditayangkan.

Pengaruh dari organisasi juga dapat dilihat pada editorial policy yang

berlaku di Berita Satu, seperti yang tertulis dalam buku panduan kerja para

jurnalis Berita Satu, disebutkan bahwa:

“Setiap jurnalis di bawah bendera Berita Satu Media Hodingswajib tunduk pada: (1) UU Pers No. 40 Tahun 1999 tentang Pers; (2)Kode Etik Jurnalistik yang dikeluarkan Dewan Pers; (3) JurnalismePositif yang dibuat Grup Berita Satu Media Holdings; (4) FilosofiBerita Grup Berita Satu Media Holdings; (5) Kode EtikPerusahaan.”28

Berdasarkan hal di atas, terlihat bahwa para pekerja dalam hal ini

wartawan Berita Satu harus mentaati aturan-aturan yang dibuat oleh Berita

27https://youtu.be/wv7jr-V_Jbc diakses pada 20 April 2018.28 Manajemen Berita Satu Media Holdings, Jurnalisme Positif: Panduan Kerja

Para Jurnalis Berita Satu Media Holding (Jakarta: Berita Satu Media Holdings, 2012), 10.

 

Page 124: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

108

Satu. Sehingga tentunya aturan-aturan itu akan tergambar pula dalam isi

pemberitaan.

D. Luar Organisasi Media

Efek dari pemberitaan dari luar organisasi media, akan terlihat pada

level ini. Pengaruh dari luar organisasi media, misalnya pengaruh dari

sumber berita, pengiklan/sponsor dan penonton, kontrol pemerintah,

teknologi, serta pangsa pasar. Hal-hal tersebut bisa membawa dampak yang

signifikan dalam isi pemberitaan di media.

Berita Satu sebagai stasiun televisi berbayar yang dimiliki swasta,

tentunya level ini menjadi bagian terpenting dalam menjalankan bisnisnya.

Karena tanpa bantuan dari hal-hal yang ada dalam level ini, maka Berita

Satu tidak mungkin dapat menjadi sebuah media raksasa.

1. Sumber Berita

Unsur sumber berita merupakan salah satu unsur yang terpenting

dari extra media level. Karena pada unsur ini seorang jurnalis tidak

bisa menyertakan pada beritanya apa yang mereka tidak tahu. Contoh,

peristiwa kecelakaan pesawat. Untuk mendapat berita, jurnalis

mendapatkan informasi dari jurnalis lainnya, dari orang yang berada

di tempat kejadian, dari sumber resmi pemerintah dan polisi, dari

petugas bandara, dari lembaga konsumen, atau dari individu memiliki

sudut pandang unik dan berbeda tentang apa yang terjadi. Contoh

tersebut menjelaskan bahwa isi media dapat dibentuk sumber berita.

Bahkan kadang sumber berita juga bisa menghasilkan bias karena

mereka juga bisa berbohong.29

29 Shoemaker dan Reese, Mediating the Message, 178.

 

Page 125: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

109

Unsur sumber berita ini jika dikaitkan dengan pemberitaan Aksi

Bela Islam, tentunya wartawan mencari berita sesuai dengan yang

telah ditentukan dalam rapat redaksi.Bahkan, dalam rapat tersebut

narasumber yang menjadi bagian dari sumber berita, telah ditentukan

atau dipilih.Sebagai contoh pada pemberitaan tentang adanya upaya

makar pada aksi 212. Narasumber dalam berita tersebut yaitu pihak

Polri, seperti yang terlihat pada gambar di bawah.

(Gambar: 4.8. Ada Upaya Makar)

Pada program yang bersifat dialog, yaitu tanggal 24 November

2016. Program prime time talk ini menayangkan dialog dengan

narasumbernya yaitu Kombes Pol Martinus Sitompul, dan

Syamsuddin Haris yang merupakan peneliti politik LIPI. Dialog ini

bertemakan tentang “Tensi polkam pasca Maklumat.” Pada dialog

ini membahas hal-hal berkaitan dengan dikeluarkannya maklumat

antisipasi aksi susulan yang direncanakan digelar pada 2 Desember

2016. Dalam dialog tersebut, banyak hal yang dibahas, di antaranya

yaitu tentang adanya agenda terselubung atau isu makar yang

direncanakan saat aksi, dan upaya-upaya dari Polri dan TNI untuk

 

Page 126: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

110

menjaga keamaan agar tidak terjadi lagi peristiwa kericuhan seperti

aksi 411.30

Berita terkait Aksi Bela Islam, yaitu pada program Jurnal Malam

tanggal 24 November 2016, terlihat headline yang ditulis oleh tim

redaksi Berita Satu yaitu “Jelang Aksi 2 Desember: MUI Mengkaji

Fatwa Shalat di Jalan.” Tentunya pemilihan narasumber berita

tersebut yaitu orang-orang yang berada pada lingkup MUI, dan pada

liputan tersebut terlihat bahwa tim Berita Satu meliput secara

langsung pernyataan dari Wakil Ketua Umum MUI Pusat Yunahar

Ilyas.

(Gambar: 4.9. Jelang Aksi 2/12: MUI Mengkaji Fatwa Shalatdi Jalan)31

Selain itu juga, pada program Jurnal Pagi tanggal 28 November

2018, misalnya juga dengan headline yaitu “Rawat Keberagamaan

dan Persatuan.” Isi dari beritanya yaitu tentang tanggapan dari

beberapa tokoh nasional dan masyarakat dalam menyikapi akan

30https://www.youtube.com/watch?v=uMR2nU7-oEI&t=2s diakses pada 23 April2018.

31https://www.youtube.com/watch?v=gcbareGoxfg&t=2s diakses pada 23 April2018.

 

Page 127: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

111

dilaksanakannya aksi 2 Desember 2016. Dan dalam beritanya

menjelaskan bahwa para tokoh tersebut, menolak aksi 212. Salah satu

tokoh yang menjadi sumber berita dalam tayangan tersebut ialah

Henny Supolo, yang mana ia mewakili beberapa tokoh yang menolak

aksi 212 tersebut dalam menyampaikan poin-poin penolakan. Salah

satu isi dari poin penolakan tersebut yaitu:

“Negara tidak boleh tunduk terhadap kelompok intoleran,yang memaksakan kehendak dan memengaruhi independensipenegakan hukum.”32

Sumber berita tersebut, bisa memengaruhi isi pemberitaan Aksi

Bela Islam. Terutama pada bagian dari pernyataan Henny Supolo

yang mengatakan “negara tidak boleh tunduk terhadap kelompok

intoleran.” Sehingga hal ini mengisyaratkan bahwa aksi yang

diadakan pada 2 Desember 2016, adalah perwujudan dari orang-

orang yang memiliki sikap intoleran, terhadap sebagian golongan.

Berdasarkan berita ini juga, maka terlihat bahwa Berita Satu yang

merupakan anak perusahaan dari Lippo Group dalam memberitakan

berita terkait “Aksi Bela Islam” terdapat keberpihakan yang porosnya

ke arah pihak pemerintah, dan bukan kepada para peserta Aksi Bela

Islam. Hal ini karena dari beberapa berita yang ditayangkan, terlihat

bahwa sumber-sumber berita tentang Aksi Bela Islam adalah dari

pihak pemerintah, seperti contohnya pada pemberitaan tentang

“maklumat antisipasi aksi, jelang aksi 2 Desember, ada upaya makar,

maupun persiapan aparat dalam mengamankan aksi 212.”

Berdasarkan hasil wawancara dengan news presenter sekaligus

reporter dari Berita Satu, yaitu Tezar Aditya mengatakan bahwa:

32https://www.youtube.com/watch?v=qc5Fq2Cx-E8 diakses pada tanggal 23 April2018.

 

Page 128: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

112

“Kita dalam meliput berita harus taat kepada editorial policydari Berita Satu, yaitu di dalam editorial policy itu terdapatfilosofi dari perusahaan kami, yang mengharuskan kami untukmendukung maupun harus pro kepada pemerintahan yangberdaulat di negeri ini, karena media memiliki pengaruh yangcukup besar. Sehingga waktu itu ketika pemred kami masih bangDon, kami selalu diingatkan untuk menggunakan sumber resmiyang berasal dari pemerintah, karena dikhawatirkan jika kamimemberikan ruang yang lebih besar kepada para peserta, dankarena ada laporan dari badan intelegen bahwa dimungkinkan aksiitu akan dimanfaatkan oleh kelompok-kelompok tertentu yangbersifat radikal, maka hal tersebut akan menjadi bahaya jika kamisebagai wartawan memberikan ruang di media.”33

Berdasarkan hal tersebut, maka terlihat bahwa terdapat

keberpihakan dari pihak Berita Satu terkait pemberitaan Aksi Bela

Islam, dan keberpihakan tersebut dapat dilihat dari sumber berita

ataupun narasumber mereka ketika meliput berita-berita tentang Aksi

Bela Islam.

2. Pengiklan dan Penonton

Pengiklan menjadi salah satu bagian terpenting di setiap media

yang dimiliki oleh pihak swasta. Karena dengan adanya pengiklan

atau sponsor, maka media tersebut akan mendapatkan keuntungan-

keuntungan berbentuk finansial. Dan karena keuntungan-keuntungan

yang didapatkan, menjadikan media harus juga berkontribusi dalam

menguntungkan produk yang dihasilkan oleh pengiklan, atau dapat

dikatakan sebagai hubungan simbiosis mutualisme. Selain itu juga,

pada televisi berbayar seperti Berita Satu ini, penonton atau audiens

menjadi bagian terpenting. Karena orang-orang yang setiap menjadi

penonton siaran Berita Satu, adalah mereka yang sudah pasti

33Hasil wawancara dengan Tezar Aditya Rahman selaku news presenter danreporter Berita Satu, pada tanggal 7 Okotber 2018.

 

Page 129: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

113

memasang dan membayar biaya bulanan untuk dapat mengakses

siaran tersebut.

“Berita Satu sebagai sebuah stasiun televisi berbayar, sangatbergantung kepada audiens yang berlanggan channel kami, dandari dukungan para pengiklan, karena sebuah stasiun televisiberbayar seperti kami ini dapat berkembang atas dukungan darikedua hal tersebut.”34

Penonton Berita Satu dapat dikategorikan sebagai masyarakat

menengah ke atas, atau masyarakat yang secara finansial mampu

membayar layanan dari tv berbayar setiap bulannya. Sehingga

program-program yang ditawarkan pun menyasar kalangan

masyarakat tertentu, misalnya para pengambil kebijakan, pebisnis,

dan kelompok masyarakat berpengaruh lainnya.

Berdasarkan demografi penonton stasiun Berita Satu dapat

dikelompokkan ke dalam penonton kelas A dan B atau dapat

dikatakan sebagai premium audience. Berdasarkan segi usia, Berita

Satu menyasar pada kelompok masyarakat usia produktif yaitu 25-45

tahun. Sedangkan dari sisi jenis kelamin, Berita Satu lebih

menargetkan kepada jenis kelamin laki-laki, sehingga jika

dipersentasikan yaitu penonton laki-laki 58% dan perempuan 42%.

Untuk segi latar belakang pendidikan, jelas terlihat bahwa penonton

Berita Satu 35% adalah orang-orang yang tingkat pendidikannya

hingga ke jenjang universitas. Dan dari segi pekerjaan, dapat

dikatakan bahwa 28% penonton Berita Satu adalah masyarakat yang

berprofesi sebagai pemangku kekuasaan, dan pebisnis, dan 21%

34Hasil wawancara dengan Bapak Claudius V. Boekan selaku pemimpin redaksiBerita Satu, pada tanggal 9 April 2018.

 

Page 130: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

114

adalah masyarakat yang berprofesi sebagai manajer, pengamat politik,

politikus, dan peneliti.35

Adapun dari hasil pengamatan dari peneliti, dapat dilihat bahwa

selama Berita Satu menayangkan berita-berita terkait Aksi Bela Islam.

Iklan yang sering muncul dilayar, bahkan ketika para jurnalis Berita

Satu sedang melaporkan beritanya, ataupun saat sedang berlangsung

dialog antara presenter dengan narasumber, yaitu iklan produk kopi

yaitu “Top Coffee dari perusahaan Wings Group, dan iklan milik

Lippo Group.

a. Iklan Top Coffee

(Gambar: 4.10. Iklan Top Coffee)36

35http://www.beritasatu.tv/ads/#audienceprofile diakses 17 April 2018.36https://youtu.be/uzvesXez_kg diakses pada tanggal 23 April 2018.

 

Page 131: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

115

(Gambar: 4.11. Iklan Top Coffee)37

(Gambar: 4.12. Iklan Top Coffee)38

37https://youtu.be/uzvesXez_kg diakses pada tanggal 23 April 2018.38https://youtu.be/IkijiLJn_NQ diakses pada tanggal 23 April 2018.

 

Page 132: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

116

(Gambar: 4.13. Iklan Top Coffee)39

Berdasarkan beberapa gambar di atas, terlihat bahwa pada

penayangkan berita di Berita Satu. Iklan produk dari

Wingsfood ini, terbilang mendominasi, dan hampir ada di

setiap berita yang ditayangkan Berita Satu.

b. Iklan Situs Belanja Matahari DepartementStore

(Gambar: 4.14. Iklan MatahariMall.com)40

39https://youtu.be/s0LQjjk7pEw diakses pada tanggal 23 April 2018.40https://youtu.be/ncYMax2HS_s diakses pada tanggal 23 April 2018.

 

Page 133: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

117

(Gambar: 4.15. Iklan MatahariStore.com)41

Matahari Store merupakan salah satu dari anak

perusahaan yang dimiliki oleh Lippo Group. Sehingga tidak

heran jika iklan-iklannya akan sering muncul di berbagai

berita yang ada di Berita Satu. Bahkan ketika berita tentang

Aksi Bela Islam sedang ditayangkan pun kita bisa melihat

iklan ini yang diselipkan pada bagian atas layar.

c. Iklan Bolt

(Gambar: 4.16. Iklan Bolt)42

41https://youtu.be/gcbrareGoxfg diakses pada tanggal 23 April 2018.42https://youtu.be/2itfCFF1vXA diakses pada tanggal 23 April 2018.

 

Page 134: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

118

Bolt adalah sebuah produk yang menyediakan layanan

jaringan internet berupa wifi ini juga merupakan bagian dari

produk yang dihasilkan oleh First Media. Sedangkan First

Media sendiri adalah salah satu jaringan bisnis dari Lippo

Group yang bergerak dibidang telekomunikasi. Sehingga

iklan Bolt menjadi sebuah iklan yang juga sering muncul di

Berita Satu.

Strategi pemasaran terkait sponsor-sponsor di stasiun

televisi Berita Satu, nampak terlihat jelas melalui contoh dari

beberapa gambar tersebut. Adapaun besaran harga

pemasangan iklan yang dipatok pihak Berita Satu ialah Rp.

300.000/spot, per spotnya berdurasi 60 detik dengan hitung-

hitungan penonton yang melihat iklan tersebut adalah

26.100.000. Sehingga jika pengiklan memasang iklannya

untuk 100 spot, maka totalnya ialah Rp. 30.000.000.43

3. Kontrol Pemerintah

Pemerintah sebagai pemangku kekuasan di sebuah negara,

menjadikan salah satu dari fungsi pemerintah ialah sebagai

pengontrol. Kontrol yang dilakukan melalui aturan-aturan yang

dibuatnya, misalnya undang-undang terkait pers ataupun pemberitaan.

Undang-undang pers yang dimaksudkan ialah UU No. 40 Tahun

1999 tentang Pers, yaitu pada bab 1 pasal 5 poin 1 menyebutkan

bahwa, pers nasional berkewajiban memberitakan peristiwa dan opini

43http://www.beritasatu.tv/ads/#advertising diakses pada tanggal 23 April 2018.

 

Page 135: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

119

dengan menghormati norma-norma agama, rasa kesusilaan

masyarakat serta asas praduga tak bersalah.44

Berita ataupun informasi yang disebarkan melalui media tidak

boleh bertentangan dengan kebijakan-kebijakan yang telah di atur

oleh pemerintah. Sebagai contoh, pada lembaga penyiaran di

Indonesia seperti televisi, terdapat Komisi Penyiaran Indonesia (KPI)

sebagai sebuah lembaga independen milik pemerintah Republik

Indonesia yang bertugas mengawasi isi penyiaran di berbagai stasiun

televisi yang ada di Indonesia.

Menurut pemimpin redaksi Berita Satu, bahwa pemerintah tidak

berpengaruh besar terhadap pemberitaan di Berita Satu. Karena saat

ini sudah ada undang-undang berkaitan dengan kebebasan pers,

sehingga segala keputusan pemberitaan diserahkan sepenuhnya

kepada media yang bersangkutan. Selain itu, karena pemilik Berita

Satu tidak bersinggungan langsung dengan proyek-proyek

pemerintah, ataupun menjadi pendukung aktif sebuah partai politik.

“Kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah tidakmemengaruhi redaksi pemberitaan kami, beda halnya jika kitamasih hidup pada masa orde baru, di mana kuasa pemerintahberpengaruh betul terhadap isi berita. Tetapi untuk sekarangkarena sudah adanya UU tentang kebebasan pers, menjadikankami dapat dengan leluasa memberitakan segala sesuatu, tetapitetap dengan memerhatikan kode etik jurnalistik. Selain itu alasanlainya, karena Lippo ini terbentuk bukan karena bantuan dariproyek-proyek pemerintah, dan pemilik Lippo sendiri juga bukanorang yang fanatik terhadap sebuah partai politik. Sehingga kamipun bisa dikatakan sebagai media yang cukup netral. Karena itu

44Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 tahun 1999.Pers., 3.

 

Page 136: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

120

Aksi Bela Islam kami liput, dan aksi parade Kebhinekaan jugakami meliputnya.”45

4. Teknologi

Teknologi pada abab ke-21 ini berkembang dengan baik dan

cepat. Hal ini dapat terlihat dari berbagai kecanggihan produk

teknologi yang beredar saat ini.tuntutan zaman yang semakin modern

dan canggih ini pula, yang juga memengaruhi para jurnalis dalam

mencari berita dan menulis berita. Karena melalui teknologi, seperti

penggunaan jaringan internet yang berbasis 4G, penggunaan

smartphone atau yang lainnya, menjadikan sebuah berita dapat

diproses dengan cepat.

Berita Satu merupakan televisi berita berbayar pertama di

Indonesia yang bersiaran dalam format visual Full High Definition

(Full HD).46 Menjadikan Berita Satu sebagai salah satu stasiun

televisi di Indonesia yang memiliki keunggulan di bidang teknologi,

terutama unggul dari segi tampilan di layar yang lebih jernih dan

bagus, daripada stasiun televisi swasta yang masih menggunakan

teknologi analog.

Pada pemberitaan Aksi Bela Islam, terlihat jelas bahwa teknologi

berperan penting dalam pemberitaan. Misalnya dalam hal

pengambilan gambar massa ketika aksi. Karena seperti yang

diketahui bahwa Aksi Bela Islam ini dihadiri oleh jutaan umat Islam

dari berbagai daerah di Indonesia. Berdasarkan hal ini, kemudian

pihak Berita Satu dalam meliput aksi membekali wartawannya yang

45Hasil wawancara dengan Bapak Claudius V. Boekan selaku pemimpin redaksiBerita Satu, pada tanggal 9 April 2018.

46http://www.beritasatu.tv/about-us/ diakses pada tanggal 10 Maret 2018

 

Page 137: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

121

terjun ke lokasi dengan berbagai alat canggih, salah satunya drone.47

Dengan adanya bantuan dari drone ini, sehingga penonton yang

menonton tayangan berita Aksi Bela Islam di Berita Satu dapat

melihat langsung banyaknya massa yang mengikuti aksi tersebut.

seperti pada gambar berikut ini:

(Gambar: 4.17. Penampakan peserta Aksi Bela Islam 212 daridrone Berita Satu)48

“Pihak kami sebelum menerjunkan para wartawan untukmeliput Aksi Bela Islam baik dari jilid pertama hingga jilid ketiga.Pasti terlebih dahulu kami sudah membekali para wartawandengan berbagai alat-alat canggih, salah satunya drone, karena halini bertujuan agar visualisasi dari berita yang ingin kamisampaikan kepada para pemirsa di berbagai daerah dapatditampilkan dengan visual yang bagus dan menyeluruh dariberbagai sudut, serta dikarenakan aksi ini terutama pada AksiBela Islam jilid ketiga yaitu Aksi Super Damai 2 Desember 2016,massa aksi yang terbilang lebih banyak dari aksi pada jilidpertama dan kedua, sehingga wartawan perlu dibekali alat sepertidrone untuk memaksimalkan peliputannya,” dan juga hal ini

47 Drone/ UAV: adalah pesawat yang diterbangkan tanpa awak atau unmanned.Salah satu bagian yang terdapat dalam drone ialah kamera. Camera yang dipakai untukmenampilkan image yang dipakai untuk melihat, memotret, melakukan recording video.(sumber: https://camera.co.id/news/istilah-pengertian-dan-jenis-drone/ diakses pada tanggal23 April 2018).

48https://www.youtube.com/watch?v=22F1LlZfgdw diakses pada tanggal 20 April2018.

 

Page 138: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

122

untuk mengantisipasi hal-hal seperti yang terjadi pada rekan-rekan wartawan dari Metro Tv.49

5. Pangsa Pasar

Unsur berikutnya dalam extra media level adalah pangsa pasar.

Media massa beroperasi secara primer pada pasar yang komersil, di

mana media harus berkompetisi dengan media lainnya untuk

mendapatkan perhatian dari pembaca dan pengiklan.50

Berita Satu sebagai bagian dari lingkaran bisnis Lippo Group ini,

sudah jelas bahwa media ini merupakan salah satu media yang

komersial.Sehingga pemberitaan di Berita Satu adalah berita-berita

pilihan yang dianggap untuk memenuhi kebutuhan pasar. Seperti saat

melakukan pemberitaan terkait Aksi Bela Islam.Karena aksi tersebut

menyita perhatian berbagai kalangan dan media, menjadikan Berita

Satu juga ikut andil dalam memberitakan peristiwa itu. Terlihat dari

Aksi Bela Islam jilid pertama hingga ketiga, Berita Satu memproses

berita-beritanya dengan tampilan yang menarik dan eksklusif.

Sehingga dengan hal itu menjadikannya unggul ketika pemberitaa

Aksi Bela Islam, di antara beberapa stasiun televisi milik swasta

lainnya.

Berdasarkan hasil pengamatan, ketika tanggal 2 Desember 2016

tepatnya saat Aksi tersebut digelar. Pada sore hari pukul 17.00 WIB,

dalam program news update, Berita Satu memberitakan tentang aksi

damai 212, yang tidak memengaruhi nilai tukar rupiah. Bahkan justru

nilai tukar rupiah tersebut menguat.

49Hasil wawancara dengan Bapak Claudius V. Boekan selaku pemimpin redaksiBerita Satu, pada tanggal 9 April 2018.

50 Shoemaker dan Reese, Mediating the Message, 209.

 

Page 139: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

123

(Gambar: 4.18. Nilai Tukar Rupiah)51

Berdasarkan berita tentang nilai tukar rupiah ini, Berita Satu

sebagai media yang merupakan sarana informasi, dan juga sebagai

upaya menjawab rasa penasaran para penontonnya yang mungkin

dari kalangan tertentu yang khawatir bahwa Aksi Bela Islam akan

memengaruhi perekonomian Indonesia, terutama nilai tukar rupiah.

Sehingga, Berita Satu pun menyajikan berita yang tidak hanya

tentang Aksi Bela Islam yang terjadi 2 Desember 2016 tersebut,

tetapi juga berita tentang masalah ekonomi atau tentang nilai tukar

rupiah. Selain itu berdasarkan hasil wawancara dengan Tezar Aditya

selaku news presenter dan reporter Berita Satu mengatakan bahwa

karena pada dasarnya target utama audiens dari Berita Satu salah

satunya adalah para pebisnis, sehingga berita-berita tentang masalah

ekonomi penting untuk diangkat, karena berita-berita tersebut salah

satu dari strategi market dari Berita Satu.

51https://youtu.be/IwLWJ3-adJQ diakses pada tanggal 23 April 2018.

 

Page 140: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

124

E. Ideologi Media

Ideologi menjadi level terakhir dalam bagan teori hierarki pengaruh.

Pada tingkat ideologi, kita akan melihat secara khusus bagaimana fungsi

media sebagai perpanjangan tangan kepentingan yang kuat di masyarakat;

bagaimana rutinitas, nilai dan struktur organisasi bergabung untuk

mempertahankan sistem kontrol dan reproduksi ideologi dominan.52

Sehingga dengan kata lain pengaruh level ini tidak dapat terlihat secara kasat

mata ataupun konkret seperti pengaruh dari level-level yang lain, karena

sifatnya yang abstrak.

Berita Satu News Channel, media televisi pertama yang didirikan di

bawah grup Berita Satu Media Holding (BSMH). Televisi berita berbayar

pertama di Indonesia yang bersiaran dalam format visual Full High

Definition (Full HD). Berita Satu News Channel memulai siaran perdananya

pada 1 September 2011, dengan program-progam unggulannya yaitu; Jurnal

Pagi, Jurnal Siang, Jurnal Petang, dan Jurnal Malam. Berita Satu News

Channel dibidani antara lain bapak televisi swasta Indonesia, Peter F. Gontha

dan pakar media televisi Don Bosco Selamun. Don Bosco kemudian menjadi

direktur operasional sekaligus pemimpin redaksi sejak 2011 hingga

November 2016, dan lalu kemudian saat ini digantikan oleh Claudius V.

Boekan.53

Berita Satu sebagai sebuah televisi berita, telah melabeli dirinya

sebagai media yang tidak berafiliasi dengan salah satu partai politik apapun,

serta tidak menjadi corong kekuasaan pemerintah.54 Sehingga menjadikan

ideologi yang dianut Berita Satu, bukanlah ideologi dari sebuah partai politik.

52 Shoemaker and Reese, Mediating the Message, 224.53www.beritasatu.tv/about-us/ diakses pada tanggal 17 April 2018.54www.beritasatu.tv/about-us/ diakses pada tanggal 17 April 2018.

 

Page 141: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

125

Claudius V. Boekan selaku pemimpin redaksi Berita Satu

mengatakan bahwa:

“Pihaknya adalah media yang netral, yang menjunjung tingginilai-nilai yang ada pada kode etik jurnalistik. Sehingga parawartawan kami, selalu kami bimbing dan ingatkan ketika mencariberita dan meliputnya, selalu berpatokkan pada panduan kerja parajurnalis Berita Satu Media Holdings. Yang mana dalam panduantersebut juga disebutkan untuk mentaati kode etik jurnalistik.”55

Para wartawan atau jurnalis stasiun televisi Berita Satu yang ada di

bawah bendera Berita Satu Media Holdings, dalam melakukan pekerjaannya

yakni mencari berita, harus tunduk pada aturan atau pedoman kerja dari

Berita Satu Media Holdings. Yang mana aturan tersebut telah dibukukan

dalam buku yang berjudul: Jurnalisme Positif: Panduan Kerja Para Jurnalis

Berita Satu Media Holdings. Isi dari aturan itu, sebagai berikut:

“Setiap jurnalis di bawah bendera Berita Satu Media Hodingswajib tunduk pada: (1) UU Pers No. 40 Tahun 1999 tentang Pers; (2)Kode Etik Jurnalistik yang dikeluarkan Dewan Pers; (3) JurnalismePositif yang dibuat Grup Berita Satu Media Holdings; (4) FilosofiBerita Grup Berita Satu Media Holdings; (5) Kode EtikPerusahaan.”56

Berdasarkan kewajiban tersebut, para jurnalis Berita Satu diharuskan

mentaati filosofi dari perusahaan. Isi dari filosofi perusahaan tersebut, yaitu

pro-NKRI, Pancasila, UUD, dan pluralism; pro-demokrasi; pro-kebenaran

dan keadilan; pro-supermasi hukum; pro-perubahan; pro-bisnis; pro-

pertumbuhan; pro-meritokrasi; pro-lingkungan; pro-konservatisme.57

Sehingga dapat disimpulkan bahwa ideologi yang terdapat di dalam Berita

55Hasil wawancara dengan Bapak Claudius V. Boekan selaku pemimpin redaksiBerita Satu, pada tanggal 9 April 2018.

56Manajemen Berita Satu Media Holdings, 10.57 Manajemen Berita Satu Media Holdings, 7-9.

 

Page 142: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

126

Satu, ialah ideologi Pancasila, sebagaimana isi dari filosofi Berita Satu yang

tentunya mengutamakan persatuan dan kesatuan Indonesia.

Tezar Aditya, sebagai salah satu news presenter di Berita Satu juga

mempertegas pernyataan dari pemimpin redaksi Berita Satu tersebut,

bahwasannya stasiun tempatnya bekerja memang lebih berafiliasi pada

nasionalisme. Sehingga hal tersebut, memengaruhi mereka pula sebagai

wartawan Berita Satu ketika melakukan peliputan berita, salah satunya berita

tentang Aksi Bela Islam, yang mana mereka diharuskan berpegang pada

aturan-aturan yang tidak boleh membahayakan perusahaan atau stasiun

Berita Satu, serta hal-hal yang dapat menjatuhkan pemerintahan yang

berdaulat.

“Saya dan rekan-rekan ketika akan melakukan peliputan AksiBela Islam, sudah diingatkan sebelumnya sama Bang Don yangwaktu itu masih menjadi pemred kami, ketika meliput aksi tersebutagar tidak memberikan ruang untuk kelompok-kelompok tertentuyang berada di lokasi aksi yang melakukan hal-hal yang bisaberujung pada radikalisme, dan juga yang dapat menjatuhkanpemerinta maupun negara ini.”58

Pengaruh ideologi ini juga dapat terlihat pada pemberitaan tentang

Aksi Bela Islam, pada program Jurnal Pagi tanggal 28 November 2018,

dengan headline yaitu “Rawat Keberagamaan dan Persatuan,” isi dari

beritanya yaitu tentang tanggapan dari beberapa tokoh nasional dan

masyarakat dalam menyikapi akan dilaksanakannya aksi 2 Desember 2016.

Dalam beritanya menjelaskan bahwa para tokoh tersebut, menolak aksi 212,

dan juga menyebutkan alasan menolak aksi tersebut karena aksi tersebut

merupakan bentuk dari perlakuan intoleran (lihat lampiran 3). Selain itu juga

pada hari yang sama, namun program yang berbeda yaitu pada program

58Hasil wawancara dengan Tezar Aditya Rahman selaku news presenter danreporter Berita Satu, pada tanggal 7 Okotber 2018.

 

Page 143: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

127

prime time. Berita Satu juga menggunakan headline “Rawat Keberagamaan

dan Persatuan,” isinya terkait adanya tanda-tanda aksi 2 Desember 2016,

akan dimanfaatkan oleh ISIS. Sehingga dalam pemberitaan ini membahas

tentang himbauan dari ketua PBNU kepada umat Islam untuk meningkatkan

kewaspadaan.59 Berdasarkan hal tersebut, dapat menimbulkan pemahaman

di masyarakat bahwa aksi yang dilakukan oleh umat Islam merupakan bagian

dari bentuk intoleransi umat Islam terhadap umat dari agama lain, dan juga

bentuk dari agenda terselubung.

Berita Satu sebagai media yang telah melabeli dirinya yaitu tidak

membawa kepentingan ataupun berafiliasi dengan partai manapun. Sehingga

pengaruh ideologi ini juga yang memengaruhi dalam pemberitaan Aksi Bela

Islam. Terlihat bahwa Berita Satu dalam memberitakan aksi tersebut, tidak

mementingkan partai politik tertentu. Walaupun Berita Satu tidak berafiliasi

dengan salah satu partai, tetapi Berita Satu dalam hal pemberitaannya

terutama terkait Aksi Bela Islam, terlihat corak keberpihakannya terhadap

pemerintah terbilang dominan. Akan tetapi, keberpihakan yang ditunjukkan

oleh Berita Satu tersebut, tidak membuat serta-merta mereka dibenci atau

tidak disukai oleh peserta aksi, karena jika melihat dari peristiwa pengusiran

yang dilakukan oleh sebagian peserta Aksi Bela Islam terhadap beberapa

media, yaitu seperti Metro Tv dan Kompas Tv, Berita Satu tidak masih

terbilang media yang aman oleh para peserta aksi. Padahal jika melihat

pemilik atau owner dari Berita Satu adalah seorang keturunan Cina yang

beragama Kristen. Hal ini jelas berbeda dengan Metro Tv yang pemiliknya

adalah Surya Paloh, seorang yang beragama Islam dan merupakan putra

daerah dari Aceh.

59https://youtu.be/6AfpVgdqslkdiakses pada tanggal 24 April 2018.

 

Page 144: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

128

“Kami saat melakukan liputan Aksi Damai, sama sekali tidakmendapatkan kesulitan, bahkan para peserta sangat welcome dengankehadiran kami. Karena mereka bisa melihat bahwa berita-beritatentang aksi di Berita Satu itu netral. Sehingga kejadian-kejadianseperti pengusiran beberapa wartawan Metro dan Kompas yangterjadi dilapangan, tidak terjadi pada wartawan kami. Padahal pesertaaksi tahu bahwa Berita Satu adalah stasiun tv milik Lippo, danpemilik Lippo adalah seorang keturunan Cina dan penganut Kristen.Berbeda dengan rekan saya dari Metro bang Surya Paloh yangmerupakan seorang muslim, dan berdarh Aceh.”60

Pada hakikatnya, Berita Satu adalah salah satu cabang bisnis dari

Lippo Group, yang menjadikannya juga melakukan berbagai praktik

ekonomi. Sehingga bagaimanapun faktanya, pemberitaan di Berita Satu

merupakan bagian dari motif profit oriented di media. Selain itu juga karena

Berita Satu merupakan stasiun televisi berbayar, yang mana target

penontonnya merupakan masyarakat dari kalangan menengah ke atas atau

upper middle class. Alasan lainnya juga yaitu berdasarkan pernyataan dari

pemimpin redaksi Berita Satu, yang mengatakan bahwa Berita Satu sebagai

media yang didirikan Lippo Group ini bukanlah uang hasil proyek yang di

dapat dari pemerintah, tetapi adalah pinjaman modal asing.

“Lippo Group ini bisa mendapatkan modal untuk membanguncabang-cabang bisnisnya diberbagai bidang seperti bank, property,rumah sakit, dan telekomunikasi ini, bukan dari proyek atau tenderyang diberikan pemerintah kepada Lippo. Tetapi, karena pinjamanmodal dari bank-bank luar negeri seperti Cina dan Jepang. Bank-bankdari negara-negara itu memberikan bunga yang cukup kecil, sehinggaLippo bisa membangun bisnisnya di Indonesia dan menjadiperusahaan yang besar.Alasan ini yang membuat Lippo juga tidakbergantung dan terikat kepada pemerintah.”61

60Hasil wawancara dengan Bapak Claudius V. Boekan selaku pemimpin redaksiBerita Satu, pada tanggal 9 April 2018.

61Hasil wawancara dengan Bapak Claudius V. Boekan selaku pemimpin redaksiBerita Satu, pada tanggal 9 April 2018.

 

Page 145: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

129

Adapun karena Berita Satu sebagai stasiun yang semata-mata

bersifat profit oriented, hal ini menyebabkan beritanya pun terkait “Aksi

Bela Islam” tidak membawa kepentingan umat Islam dalam menyuarakan

pendapat terkait kasus penistaan agama yang dilakukan Ahok. Sehingga jika

dikaitkan dengan pendekatan fungsional, maka Berita Satu sebagai media

massa sebenarnya menjalankan fungsi transmisi budaya dari pemilik media,

yang terorientasi dalam ideologinya, dan juga terlihat bahwa sasaran

penonton dari Berita Satu sebenarnya hanya menyasar subkelompok tertentu

di masyarakat, yang menyebabkan keberpihakan kepada salah satu kelompok,

atau dalam hal ini pemerintah. Hal ini yang kemudian menimbulkan

kontradiksi di masyarakat yang bersifat disfungsional.

 

Page 146: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

130

BAB VPEMBAHASAN

Berdasarkan uraian dari analisis data, terlihat jelas bahwa peristiwa

Aksi Bela Islam, menjadi peristiwa yang menyita perhatian dari berbagai

kalangan, terutama media. Aksi massa yang dilakukan untuk menuntut

penyelesaiakn kasus dugaan penistaan agama yang dilakukan oleh Mantan

Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) saat kunjungannya

ke Kepulauan Seribu itu, menyita perhatian berbagai media, baik media lokal,

nasional bahkan media internasional.

Aksi ini menyita perhatian media, dikarenakan aksi tersebut diikuti

oleh massa yang sangat banyak. Jutaan umat Islam dari berbagai daerah

datang berkumpul di Monas, hingga membuat Monas dibanjiri dengan

lautan manusia. Bahkan karena banyaknya peserta tersebut, membuat Monas

tidak mampu menampung peserta, sehingga mengakibatkan para pengendara

motor, dan mobil di jalan-jalan protokol dari Monas hingga Bundaran Hotel

Indonesia pun terpaksa dialihkan oleh aparat, karena sudah dipadati dengan

massa aksi. Seperti yang dapat dilihat pada (gambar: 4.17) di mana Berita

Satu menjadi salah satu media yang meliput aksi tersebut, memperlihatkan

para peserta aksi yang berada di sepanjang jalan protokol.

Berita Satu menjadi salah satu media yang ada di Indonesia, yang

ikut ambil bagian dalam menyiarkan berita tentang Aksi Bela Islam.

Sehingga, masyarakat Indonesia yang berada diluar Jakarta, bisa melihat dan

mengetahui tentang adanya aksi tersebut.

Media massa berada dalam kehidupan masyarakat dan karena itu ia

memiliki keterkaitan dengan sistem dan praktik kehidupan masyarakat itu

 

Page 147: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

131

sendiri. Sebagai lembaga komunikasi yang memproduksi dan

mendistribusikan informasi, ia memiliki dua posisi kelembagaan yaitu

sebagai lembaga kemasyarakatan atau social institution dan sebagai lembaga

bisnis.1

Posisi media sebagai lembaga bisnis ini, kemudian menjadikan isi

berita dari sebuah media dapat dipengaruhi oleh berbagai unsur, baik unsur-

unsur dari dalam media itu sendiri, seperti organisasi yang menaunginya, dan

dari luar seperti para pengiklan, penonton, pangsa pasar, dan lain-lainnya.

Berita Satu merupakan bagian dari lembaga bisnis yang dimiliki oleh

Lippo Group ini, menjadikan tayangan-tayangan beritanya tidak terlepas dari

pengaruh berbagai unsur ataupun faktor yang terdapat dalam teori hierarki

pengaruh yang diperkenalkan oleh Pamela J. Shoemaker dan Stephen D.

Reese. Sebagaimana yang sudah dijelaskan oleh Shoemaker dan Reese

dalam bukunya Mediating the Massage, terdapat lima level yang

memengaruhi isi berita pada suatu media, yaitu individual level, media

routine level, organizational level, extramedia level, ideological level.

Secara umum, penelitian ini menggunakan teori hierarki pengaruh.

Yang mana dalam teori tersebut ditegaskan bahwa pengaruh yang dihasilkan

dari praktik media (misalnya; penggunaan siaran pers, ketersediaan teknologi,

pemilihan cerita, jenis, dan pengeditan) memiliki dampak yang relatif kecil

pada masyarakat, dikarenakan bukan faktor yang berperan secara sistematis

dari konten suatu kelembagaan. Pengaruh yang dihasilkan individu dari

sebuah media mungkin tidak luas. Tetapi ketika konten media di pengaruhi

oleh faktor-faktor lain, yaitu diluar organisasi media, maka peluang

memanipulasi konten media sesuai dengan kepentingan dan ideologi

1 Udi Rusadi, Kajian Media: Isu Ideologis dalam Perspektif,Teori dan Metode(Jakarta: Rajawali Press, 2015), 29.

 

Page 148: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

132

kelompok tertentu dapat memberikan pengaruh yang kuat dan menimbulkan

efek yang luas di masyarakat.2 Sehingga bukan tidak mungkin isi

pemberitaan tentang Aksi Bela Islam yang disiarkan oleh Berita Satu

dikatakan terbebas dari berbagai faktor. Akan tetapi kemudian, teori hierarki

pengaruh ini juga dielaborasikan dengan pendekatan teori komunikasi Islam,

untuk melihat peranan Islam dalam memengaruhi pemberitaan maupun

pemanfaatan media itu sendiri.

A. Pengaruh Jurnalis

Pengaruh dari jurnalis ataupun individu pekerja inidijelaskan

bahwapemberitaan dalam sebuah media, khususnya stasiun televisi tidak

akan terlepas dari level pengaruh individu. Karena dalam sebuah media,

terutama media-media massa besar, tentu memiliki sekumpulan orang-orang

profesional yang bekerja untuk dapat mengolah sebuah informasi menjadi

sebuah berita yang layak. Dan orang-orang profesional tersebut, merupakan

individu yang memiliki latar belakang, maupun karakteristik yang berbeda-

beda. Sehingga faktor pekerja media ini pula menjadi salah satu faktor yang

cukup memengaruhi isi pemberitaan dalam sebuah media.

Wartawan atau jurnalis menjadi bagian penting dalam sebuah media,

karena mereka bertugas untuk mencari dan mengolah sebuah informasi

menjadi berita. Sehingga bukan tidak mungkin bahwa isi dari berita tersebut

dapat dikonstruksi sesuai dengan latar belakang maupun prinsip-prinsip

ataupun ideologi yang dipegang oleh wartawan tersebut.karena wartawan

menjadi orang yang berada langsung di tempat terjadinya sebuah peristiwa,

dan yang mewawancarai narasumber maupun saksi mata peristiwa tersebut,

serta yang menulis beritanya.

2Shoemaker dan Reese, Mediating the Message, 60.

 

Page 149: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

133

Berdasarkan teori hierarki pengaruh, telah dibahas pengaruh potensial

pada konten media massa dari faktor-faktor yang intrinsik terhadap pekerja

dibidang komunikasi: Pertama, dapat dilihat karakteristik komunikator, latar

belakang pribadi dan profesional mereka untuk melihat suatu peristiwa,

misalnya pendidikan wartawan dapat memengaruhi isi pemberitaan. Kedua,

pengaruh berdasarkan sikap, nilai, dan keyakinan pribadi komunikator –

sikap yang dimiliki oleh individu komunikator sebagai akibat latar belakang

atau pengalaman pribadi mereka, misalnya sikap politik atau kepercayaan

agama seorang wartawan. Ketiga, dapat dilihat orientasi profesional dan

konsepsi peran komunikator, setidaknya berfungsi sebagai disosialisasikan

ke pekerjaan mereka, misalnya apakah wartawan menganggap pemancar

acara atau partisipan aktif dalam mengembangkan isi.3

Pengaruh individu ini, jika dikaitkan dengan pemberitaan tentang

Aksi Bela Islam di Berita Satu. Karenanya, pengaruh terbesar level ini, dapat

dilihat pada berita-berita yang pada program breaking news.

Sebagaimana penjelasan dari pemimpin redaksi Berita Satu Claudius

V. Boekan, bahwa redaksi Berita Satu memberikan kewenangan kepada para

jurnalisnya dalam peliputan berita, terutama pada berita-berita yang

ditayangkan dalam program breaking news, yang mana berita tersebut

tentunya tidak melalui proses pengeditan di meja editor. Sehingga isi dari

pemberitaannya merupakan tanggung jawab dari jurnalis yang meliputnya.4

Walaupun demikian, para wartawan tersebut sebelum melakukan

peliputannya, tim redaksi telah melakukan briefing yang bertujuan agar para

wartawan tersebut tetap mematuhi kode etik maupun filosofi dari perusahaan.

3 Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese, Mediating the Message(New York,Longman Publisher, 1996), 64.

4Hasil wawancara dengan Bapak Claudius V. Boekan selaku pemimpin redaksiBerita Satu, pada tanggal 9 April 2018.

 

Page 150: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

134

Berdasarkan hal ini, dapat dilihat bahwa pengaruhnya seorang

wartawan pada pemberitaan, baik dari segi isi berita ataupun sudut merekam

peristiwa tersebut terbilang kecil. Adapun para wartawan yang telah

mendapatkan pelatihan maupun pengarahan oleh redaksi, dapat memberikan

pengaruhnya pada isi berita dengan menggunakan berbagai kode. Karena

seperti yang diketahui bahwa televisi merupakan media yang bersifat audio

visual, jadi terkadang hanya dengan melihat tampilan visual dari sebuah

peristiwa yang ditampilkan di televisi masyarakat sudah dapat mengetahui

apa yang sedang terjadi.

Menurut Henning, Potongan-potongan dari gambar fotografi banyak

menyiratkan kemungkinan pembalikannya, dengan kata lain penciptaan fiktif,

tetapi secara fotografis ‘nyata,’ citra (ruang dan waktu).5 Contoh gambar-

gambar jurnalis yang dapat menyiratkan sesuatu dan membawa dampak bagi

masyarakat yaitu, pada pemberitaan terorisme.

Rentetan peristiwa penangkapan beberapa orang Islam yang dianggap

terkait dengan aksi bom Bali, seperti Amrozi, Ali Imron, Imam Samudra,

bahkan seorang ustadz tua seperti Abu Bakar Baasyir pun dicurigai sebagai

dalang terjadinya kekacauan di negeri ini. Pria pemelihara jenggot dan

keluargnya pun tak luput dari kecemasan karena ada kemungkinan menjadi

sasaran penangkapan dari pihak kepolisian. Pemilik rumah kontrakan juga

mengalami kecemasan ketika rumahnya kontrakannya ditinggali oleh pria

berjenggot.6 Dari contoh ini dapat dilihat bahwa visualisasi pelaku terorisme

yang ditampilkan media, dapat memengaruhi kehidupan masyarakat.

5Giil Branston and Roy Stafford, The Media Student’s Book (New York: Routledge,2003), 442.

6Moordiningsih.“Islamophobia dan Strategi Mengatasinya.”Buletin Psikologi,Vol.12, No.2 (Desember, 2004), 73.

 

Page 151: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

135

Berita terkait Aksi Bela Islam misalnya, pada breaking news tanggal

22 November 2016, terkait “Maklumat Antisipasi Aksi 212 Oleh Kapolda

Metro Jaya.” Setelah penyampaian maklumat tersebut oleh Kapolda Metro

Jaya, kemudian presenter Berita Satu menyimpulkan isi dari maklumat yang

dibacakan oleh Kapolda Metro Jaya tersebut. Ketika menyimpulkannya itu

bisa dilihat pilihan-pilihan kata ataupun bahasa yang dipergunakannya.7

Bahasa merupakan alat simbolis untuk mensignifikasi di mana logika

ditambahkan secara mendasar kepada dunia sosial yang di obyektivasi.

Bahasa oleh Berger dan Luckmann menjadi tempat penyimpanan kumpulan

besar endapan-endapan kolektif, yang bisa diperoleh secara monotetik;

artinya, sebagai keseluruhan yang kohesif dan tanpa merekonstruksikan lagi

proses pembentukannya semula.8

Menurut Grosberg dalam praktiknya media membuat dan

mengorganisasi makna melalui beraneka kode dan sistem. Melalui kode

itulah media menginterpretasi realitas dan membuat dunia realitas yang

digambarkan lebih memiliki makna yang berarti.9 Sehingga bahasa, gambar-

gambar ataupun video yang digunakan maupun diperlihatkan oleh wartawan

dalam melakukan liputan tentang Aksi Bela Islam sudah pasti terdapat

makna-makna tertentu yang ingin disampaikan kepada para penonton.

Adapun dalam jurnalistik islami, salah satu peran dan tugas dari

seorang jurnalis adalah menghalalkan yang baik dan mengharamkan yang

buruk. Jurnalis Islam melalui tulisan atau tayangannya di media massa punya

peran dan kewajiban menularkan kebaikan dan mempromosikan kehalalan

7https://youtu.be/ncYMax2HS_s diakses pada 20 April 2018.8 M. Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa: Kekuatan Pengaruh Media

Massa, Iklan Televisi, dan Keputusan Konsumen serta Kritik terhadap Peter L. Berger danThomas Luckmann (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), 13.

9 Udi Rusadi, Kajian Media, 88.

 

Page 152: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

136

segala sesuatu baik dalam hal makanan, ucapan, perbuatan ataupun sikap dan

mengharamkan segala keburukan bagi masyarakat.10

“…dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik danmengharamkan bagi mereka segala yang buruk.” (Q.S. Al-A’raf:157).11

Seorang jurnalis juga berperan dan bertugas, untuk memelihara dan

menjaga persatuan dan kesatuan umat Islam. Karena peranan dan efek

informasi yang multifacet (beragam wajah), yang bisa membawa manfaat

dan berkah, tetapi juga membawa fitnah dan laknat, maka para jurnalis Islam

selayaknya menentukan kualitas isi dan pengaruh/efek dari informasi yang

disebarluaskannya. Dalam kondisi perang budaya atau perang pemikiran

(ghazwul fikri), maka para jurnalis Muslim berada di garis depan

pertempuran perang informasi. Perannya sangat strategis dalam menjaga dan

memelihara persatuan dan kesatuan barisan umat Islam, melalui

penyeleksian dan penyaringan informasi negatif dan penyebaran informasi

yang benar dan bermanfaat bagi umat.12 Selain itu, juga karena konsep

tabligh diartikan sebagai information atau informasi, sehingga seorang

jurnalis terutama jurnalis Muslim tentunya harus menyampaikan berita

sesuai dengan fakta, sehingga tidak menyebarkan informasi ataupun berita

yang bohong.

Tugas ini adalah sebagai pengamalan dari perintah Allah dalam

Alquran berikut:

10 Ahmad Y. Samantho, Jurnalistik Islami: Panduan Praktis bagi Para AktivisMuslim, 72.

11 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya.12 Ahmad Y. Samantho, Jurnalistik Islami: Panduan Praktis bagi Para Aktivis

Muslim, 73.

 

Page 153: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

137

“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, danjanganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allahkepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliah) bermusuh musuhan,maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karenanikmat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada ditepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya.Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agarkamu mendapat petunjuk” (Q.S. Ali Imran: 103).13

“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka sepertisuatu bangunan yang tersusun kokoh” (Q.S. Ash-Shaff: 4).14

Adapun selain konsep tabligh (informasi), dan amr ma’ruf nahy

munkar. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Mowlana bahwa doktrin amr bi

al-ma'ruf wa nahy'an al munkar adalah prinsip kedua yang menunjukkan

batasan etika tabligh dalam Islam. Implisit dan eksplisit dalam prinsip ini

adalah gagasan tanggung jawab individu dan kelompok untuk

mempersiapkan generasi penerus dalam menerima ajaran Islam dan

memanfaatkannya. Muslim memiliki tanggung jawab untuk membimbing

satu sama lain, dan setiap generasi memiliki tanggung jawab untuk

membimbing yang berikutnya. “Serulah orang-orang ke jalan Tuhanmu

dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara

yang paling sopan. Sesungguhnya Tuhanmu yang lebih mengetahui siapa

yang menyimpang dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-

orang yang mendapat petunjuk” (QS. 16: 125).15

Berkaitan dengan tugas seorang jurnalis, terutama jurnalis Muslim

yang juga memiliki tanggung jawab untuk menjaga citra agamanya, sehingga

dalam konteks pemberitaan Aksi Bela Islam. Dapat dilihat bahwa beberapa

13 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya.14 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya.15 Hamid Mowlana, “Theoretical Perspective on Islam and Communication,” 29.

 

Page 154: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

138

jurnalis Muslim yang bertugas saat meliput secara langsung aksi tersebut,

tetap memerhatikan nilai-nilai dalam ajaran Islam saat melakukan liputan.

Akan tetapi, pengaruh dari wartawan atau level individu ini tidak

tidak berskala besar. Dikarenakan para wartawan tersebut sebelum

melakukan liputannya dan menulis berita, mereka telah terlebih dahulu

dibekali berbagai hal, salah satunya yang berkaitan dengan editorial policy

atau kebijakan editorial dari redaksi. Dan setiap media tentunya memiliki

editorial policy yang berbeda-beda.

B. Pengaruh Ritme Kerja

Dalam teori hierarki pengaruh level kedua yang memengaruhi isi

pemberitaan ialah media Routine Level, level ini dapat dimaknai juga dengan

ritme kerja. Dalam pengaruhnya terdapat tiga unsur yang saling berkaitan

dalam memengaruhi isi pemberitaan. Seperti yang telah dijelaskan oleh

Shoemaker dan Reese dalam bukunya, ketiga unsur tersebut ialah sumber

berita (suppliers), audiens (consumer), dan organisasi media (processor).

Isi pemberitaan dari sebuah media dapat dilihat berdasarkan ritme

kerjanya, karena berita yang tersaji ke khalayak bukanlah sebuah informasi

yang didapatkan oleh wartawan di lapangan yang langsung disampaikan

begitu saja ke masyarakat. Akan tetapi, informasi tersebut telah melalui

serangkaian proses hingga layak dijadikan berita yang dapat dikonsumsi oleh

masyarakat. Oleh karenanya, setiap media massa atau secars spesifik stasiun

televisi berita dalam melakukan kerja rutinnya, memiliki tenggat waktu yang

berbeda-beda dalam memproses produknya yaitu berita. Sehingga dari hasil

pengamatan, maka pengaruh terbesar di antara ketiga unsur dalam level

media rutin adalah pada bagian processornya, karena pada bagian ini terjadi

yang namanya pengolahan berita.

 

Page 155: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

139

Organisasi mengembangkan pola, kebiasaan, dan cara melakukan

sesuatu. Organisasi media harus menemukan cara untuk mengumpulkan dan

mengevaluasi materi siar secara efektif. Sebagain besar rutinitas ini telah

menjadi bagian dari bisnis berita, memberi pekerja peran dan harapan yang

jelas dan khusus. Seperti rutinitas yang berorientasi pada penonton, yang

menganggap rutinitas ini telah dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan

sistem dan telah menjadi standar, dilembagakan, dan dipahami oleh mereka

yang menggunakannya.16

Berdasarkan hal ini, maka berita-berita tentang Aksi Bela Islam di

Berita Satu, seperti headline berita yang digunakan, penggunaan bahasa para

presenter dan wartawan, ataupun tampilan running text di layar, semuanya

telah diatur dan dirancang dalam rapat redaksi. Selain itu juga contoh lainnya

yaitu, berita pada program prime time talk, jurnal pagi yang menggunakan

format dialog dengan para tokoh misalnya dengan memilih tokoh mana yang

diundang menjadi narasumber, topik utama yang akan dibahas dalam dialog

tersebut, adalah bagian-bagian yang tentunya telah disepakati melalui rapat

redaksi, dan konsepnya dirancang melalui tim produksi berita di Berita Satu.

Jika disimpulkan, maka berita yang ditayangkan bukan berita yang benar-

benar objektif, telah bersifat subjektif. Hal ini karena para wartawan telah

diproyeksi oleh redaksi sebelum terjun ke lapangan meliput berita, dan

karena narasumber serta hal-hal seperti headline berita semuanya telah

ditentukan melalui rapat redaksi.

Pengaruh selanjutnya terletak pada audiens (consumer), hal ini

dikarenakan Berita Satu adalah televisi berbayar, sehingga sudah jelas

bahwa pihak Berita Satu lebih mengutamakan para audiensnya yang rela

berlangganan atau membayar untuk dapat menikmati channelnya setiap saat.

16Shoemaker dan Reese, Mediating the Message, 117.

 

Page 156: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

140

Dan karena Indonesia merupakan negara dengan penduduknya mayoritas

beragama Islam. Maka berita seperti Aksi Bela Islam menjadi sebuah berita

yang menarik untuk liput.

Unsur yang ketiga adalah sumber berita, yang juga merupakan unsur

terpenting dalam level rutinitas media. Sumber berita (supplier) merupakan

sebuah informasi yang didapatkan para wartawan atau jurnalis, ketika

mencari berita ke lapangan. Sehingga tentunya sumber berita pasti

memengaruhi isi berita, karena isi berita adalah bagian dari sumber berita.

Sumber berita ini bisa berasal dari sebuah lembaga misalnya

lembaga-lembaga milik pemerintah yang terlibat, ataupun perseorangan.

Karena sumber berita adalah pusat informasi agar seorang jurnalis atau

wartawan dapat menulis sebuah berita. Pada pemberitaan Aksi Bela Islam

yang di Berita Satu, terlihat bahwa pihak redaksi Berita Satu, disetiap

beritanya mengambil berita-berita terkait aksi dari berbagai sumber.Misalnya

dari pihak aparat yaitu Polri dan TNI; ormas-ormas keagamaan seperti NU

dan Muhammadiyah; Majelis Ulama Indonesia; para tokoh politik dan

pengamat politik, dan lain sebagainya.

Adapun jika dipandang dari perspektif komunikasi Islam, yaitu dalam

konsep informasi (tabligh), maka berita Aksi Bela Islam yang dihasilkan

karena adanya pengaruh dari beberapa unsur tersebut, menghasilkan efek

yang beragam. Jika berita yang tersaji positif, maka efek yang ditimbulkan

pun bersifat positif. Tetapi sebaliknya jika negatif, maka efeknya pun

mungkin saja bersifat negatif. Walaupun demikian karena informasi tentang

Aksi Bela Islam tersaji dalam bentuk berita di media massa, sehingga

efeknya pun akan susah untuk diketahui.

 

Page 157: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

141

Sebagaimana penjelasan dari Arifin, bahwa efek komunikasi massa

terutama yang melalui media massa, sukar diketahui karena efek yang terjadi

pada diri khalayak akan merupakan resultante dari semua kekuatan pengaruh

yang bekerja pada diri khalayak. Secara sederhana efek komunikasi massa

hanya dapat dilihat pada fenomena yang terjadi dalam masyarakat pada

waktu tertentu saja.17

C. Pengaruh Kepemilikan Media

Pengaruh selanjutnya dalam bingkai teori hieraki pengaruh yaitu

tentang level organisasi media yaitu dapat dikatakan terkait pemilik media.

Level ini juga termasuk dalam level makro, karena bagaimanapun pemilik

media memiliki pengaruh besar terhadap isi pemberitaan, seperti dalam

pemberitaan Aksi Bela Islam di Berita Satu.

Littlejohn dan Foss dalam bukunya Theories of Human

Communication mengutip penjelasan teori kendali organisasi dari Phillip

Tompkins, George Cheney, dan rekan-rekannya yang mengatakan bahwa

kendali dinyatakan dalam organisasi dengan empat cara, yaitu: kendali

sederhana (simple control), kendali teknis (technical control), kendali

birokrasi, dan kendali konsertif (concertive control).18

Pada pemberitaan tentang Aksi Bela Islam, pengaruh dari level ini

dapat terlihat misalnya dalam pemberitaan pada program Breaking News

pada tanggal 4 November 2016 pukul 18.19 WIB. Pada program tersebut

tidak hanya menayangkan berita tentang Aksi Bela Islam, tetapi juga dialog

dengan Ruhut Sitompul dan Djayadi Hanan sebagai narasumber di studio

Berita Satu. Dialog tersebut pun diberi headline yaitu “Efek demo bagi

17Anwar Arifin, Dakwah Kontemporer: Sebuah Studi Komunikasi, 178.18 Littlejohn and Foss, Teori Komunikasi, 378.

 

Page 158: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

142

Ahok.” Ketika salah satu narasumber yaitu Djayadi Hanan mengatakan

pendapatnya terkait pertanyaan yang dilontarkan oleh presenter Tascha

Liudmila.Dapat dilihat pada menit ke 06.59 hingga menit ke 07.31

menampilkan tayangan peserta Aksi Bela Islam yang membawa bendera

HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) nampak sedang menyuarakan

aspirasinya, tetapi dengan memukul pagar kawat berduri yang di pasang

polisi dengan tongkat bendara dan terlihat melemparkan sesuatu seperti

kemasan air mineral ke polisi.19

Berdasarkan tayangan ini terlihat bahwa yang bertanggung jawab

merekam kejadian tersebut adalah juru kamera yang bertugas di lokasi.

Tetapi, di redaksi ada seseorang yang menjabat sebagai program director

yang memiliki kewenangan dalam mengkordinir para juru kamera, serta

kewenangan dalam menentukan video atau gambar yang ditayangkan.

Berita Satu adalah stasiun televisi yang merupakan bagian dari

perusahaan multinasional Lippo Group, pastilah pemangku kekuasaan

tertinggi ada pada Lippo Group dengan CEO-nya adalah James Riady.

Walaupun berdasarkan hasil wawancara dengan pemimpin redaksi Berita

Satu Claudius V. Boekan, mengatakan bahwa sang pemilik yakni James

Riady, memberikan wewenang penuh kepada redaksi terkait pemberitaan,

tetapi sudah pasti redaksi dalam melakukan liputan, ataupun memberitakan

suatu peristiwa, tentulah mentaati prinsip-prinsip yang dipegang oleh Lippo

Group, serta hal-hal yang mendatangkan keuntungan bagi organisasinya.

19https://youtu.be/wv7jr-V_Jbc diakses pada 20 April 2018.

 

Page 159: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

143

Berdasarkan kacamata komunikasi Islam, maka pengaruh pemilik ini,

dapat disandingkan dengan konsep taghyir (perubahan).20 Karena jika

melihat perjalanan dari Berita Satu ini, sebelum adanya peristiwa Aksi Bela

Islam, dapat dikatakan berita-berita terkait Islam terbilang mendapatkan

porsi yang tidak banyak. Apalagi jika diamati berita-berita tentang Islam

yang yang banyak menghiasi layar kaca Berita Satu yaitu berita tentang

terorisme, sehingga citra Islam pun digambarkan ke arah yang negatif.

Akan tetapi kemudian, ketika terjadi peristiwa Aksi Bela Islam,

Berita Satu hadir dengan image yang terlihat mendukung Islam, dengan

menunjukkan isi berita-berita tentang Aksi tersebut yang berbeda dengan

stasiun televisi lainnya seperti Metro Tv dan Kompas. Walupun Berita Satu

sebenarnya isi berita terkait Aksi Bela Islam, terdapat keberpihakan Berita

Satu terhadap pemerintah, tetapi isi berita tersebut tidak lantas menunjukkan

isi berita yang berkaitan dengan peserta Aksi Bela Islam ke arah yang sangat

negatif, seperti stasiun lain. Sehingga Berita Satu pun dapat dikatakan telah

melakukan change (perubahan) dari dalam (inside) yaitu dengan self-help.

Karena pada prinsipnya seperti yang tertulis dalam Alquran bahwa: “…

Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga

mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri…” (QS. 13:

11).

20Andi Faisal Bakti menyebutkan bahwa perubahan (change) terbagi atas dua faktor,yaitu dari luar (outside) di mana perubahan dipengaruhi oleh unsur modernisasi, dependensi,dan kesebragaman (multiplicity). Sedangkan, faktor berikutnya adalah dari dalam (inside), dimana perubahan dipengaruhi oleh self-help yaitu perubahan hanya akan terjadi jika dirisendiri mau mengubahnya, sesuai dengan (QS. 13: 11 dan (QS. 8: 53). (Lihat Andi FaisalBakti (2013), h. 8-10).

 

Page 160: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

144

D. Pengaruh OutsideMedia

Pengaruh outside media ini, jika dipandang berdasarkan teori hierarki

pengaruh, maka merupakan level pengaruh dari luar organisasi media.

Dalam hal ini pengaruh-pengaruh dari luar organisasi, misalnya sumber

berita, pengiklan dan penonton, kontrol pemerintah, teknologi, serta pangsa

pasar.

Berita Satu sebagai stasiun televisi berbayar yang dimiliki swasta,

tentunya level ini menjadi bagian terpenting dalam menjalankan bisnisnya.

Karena tanpa bantuan dari unsur-unsur yang ada dalam level ini, maka Berita

Satu tidak mungkin dapat menjadi sebuah media besar.

Unsur sumber berita merupakan salah satu unsur yang terpenting dari

extra media level. Karena pada unsur ini seorang jurnalis tidak bisa

menyertakan pada beritanya apa yang mereka tidak tahu. Contohnya saja

pada kasus penistaan agama yang dilakukan oleh Ahok, masyarakat dari

berbagai daerah di Indonesia tidak akan tahu tentang kasus tersebut, dan

masyarakat juga tidak akan tahu tentang kronologi terkait adanya Aksi Bela

Islam, jika beritanya tidak siarkan oleh media, yang informasinya tentunya

didapatkan oleh media dalam hal ini wartawan dari berbagai sumber.

Pada pemberitaan terkait Aksi Bela Islam, unsur ini mengambil

peranan dalam memengaruhi isi berita. Dikarenakan, dari sumber beritalah

informasi-informasi berkaitan dengan Aksi Bela Islam didapatkan. Misalnya

pada pemberitaan tentang adanya upaya makar pada aksi 212, yang menjadi

sumber dari pemberitaan tersebut adalah pihak Polri. Sehingga berita yang

ditampilkan dalam program prime time pada 22 November 2016 tersebut,

mengisyaratkan bahwa ada maksud tertentu dalam aksi yang akan

diselenggarakan pada 2 Desember 2016, karena seperti yang terlihat dalam

 

Page 161: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

145

berita tersebut, yang mana Kapolri Jendral Tito Karnavian lah yang

menyampaikan hal tersebut, sehingga sebagian masyarakat yang menonton

berita tersebut pun percaya, karena sumber berita yang ditampilkan

merupakan sumber berita yang dapat dipercaya.

Selain itu juga, pada program Jurnal Pagi tanggal 28 November 2018,

misalnya juga dengan headline yaitu “Rawat Keberagamaan dan Persatuan.”

Isi dari beritanya yaitu tentang tanggapan dari beberapa tokoh nasional dan

masyarakat dalam menyikapi akan dilaksanakannya aksi 2 Desember 2016.

Dan dalam beritanya menjelaskan bahwa para tokoh tersebut, menolak aksi

212. Salah satu tokoh yang menjadi sumber berita dalam tayangan tersebut

ialah Henny Supolo, yang mana ia mewakili beberapa tokoh yang menolak

aksi 212 tersebut dalam menyampaikan poin-poin penolakan. Dan salah satu

poin terkait penolakan aksi tersebut, menyinggung persoalan intoleran.

Sehingga ada kemungkina sebagian orang berpendapat bahwa aksi 212 yang

dilakukan adalah bentuk perwujudan dari aksi sekompok masyarakat yang

intoleran terhadap kelompok yang lain. Padahal, tujuan dari diadakannya

aksi 212 sejak awal sudah dijelaskan sebagai bentuk ekspresi masyarakat,

yaitu umat Islam atas permasalahan kasus dugaan penistaan agama yang

dilakukan oleh Ahok.

Pengiklan menjadi salah satu bagian terpenting di setiap media yang

dimiliki oleh pihak swasta. Karena dengan adanya pengiklan atau sponsor,

maka media tersebut akan mendapatkan keuntungan-keuntungan berbentuk

finansial. Dan karena keuntungan-keuntungan yang didapatkan, menjadikan

media harus juga berkontribusi dalam menguntungkan produk yang

dihasilkan oleh pengiklan, atau dapat dikatakan sebagai hubungan simbiosis

mutualisme. Selain itu juga, pada televisi berbayar seperti Berita Satu ini,

penonton atau audiens menjadi bagian terpenting.Karena orang-orang yang

 

Page 162: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

146

setia menjadi penonton siaran Berita Satu, adalah mereka yang sudah pasti

memasang dan membayar biaya bulanan untuk dapat mengakses siaran

tersebut.

Pemberitaan Aksi Bela Islam di Berita Satu, saat penayangannya bisa

ditemukan beberapa iklan yang sering muncul. Iklan-iklan yang muncul di

antaranya, yaitu iklan “top coffee” dari Wings food, iklan situs perbelanjaan

“Matahari” yang merupakan salah satu cabang bisnis Lippo Group, dan iklan

Bolt yang juga merupakan salah satu cabang bisnis Lippo Group di bidang

telekomunikasi.

Strategi pemasaran terkait sponsor-sponsor di stasiun televisi Berita

Satu, nampak terlihat jelas melalui contoh dari beberapa gambar

tersebut.Adapaun besaran harga pemasangan iklan yang dipatok pihak

Berita Satu ialah Rp. 300.000/spot, per spotnya berdurasi 60 detik dengan

hitung-hitungan penonton yang melihat iklan tersebut adalah

26.100.000.Sehingga jika pengiklan memasang iklannya untuk 100 spot,

maka totalnya ialah Rp. 30.000.000.21

Unsur lain dalam pengaruh outside media adalah, kontrol pemerintah.

Pada era demokrasi saat ini, pengaruh kontrol pemerintah bagi media bisa

dikatakan tidak besar, berbeda ketika era orde baru, yaitu semua yang

diberitakan harus berita yang menguntungkan bagi pemerintah. Tetapi, era

orde baru telah runtuh, dan kini pada era demokrasi berkat adanya undang-

undang yang mengatur kebebasan pers. Menjadikan media bisa leluasa dan

bebas memberitakan segala hal, baik yang pro ataupun sesuatu yang kontra

dengan pemerintah. Walaupun demikian, tetaplah para wartawan tidak bisa

sembarangan menggunakan media.

21http://www.beritasatu.tv/ads/#advertising diakses pada tanggal 23 April 2018.

 

Page 163: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

147

Undang-undang pers yang dimaksudkan ialah UU No.40 Tahun 1999

tentang Pers, yaitu pada bab 1 pasal 5 poin 1 menyebutkan bahwa, pers

nasional berkewajiban memberitakan peristiwa dan opini dengan

menghormati norma-norma agama, rasa kesusilaan masyarakat serta asas

praduga tak bersalah.22

Berita ataupun informasi yang disebarkan melalui media tidak boleh

bertentangan dengan kebijakan-kebijakan yang telah diatur oleh pemerintah.

Sebagai contoh, pada lembaga penyiaran di Indonesia seperti televisi,

terdapat Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) sebagai sebuah lembaga

independen milik pemerintah Republik Indonesia yang bertugas mengawasi

isi penyiaran di berbagai stasiun televisi yang ada di Indonesia.

Menurut pemimpin redaksi Berita Satu, bahwa pemerintah tidak

berpengaruh besar terhadap redaksi maupun pemberitaan di Berita Satu.

Karena saat ini sudah ada undang-undang berkaitan dengan kebebasan pers,

sehingga segala keputusan pemberitaan diserahkan sepenuhnya kepada

media yang bersangkutan. Selain itu, karena pemilik Berita Satu tidak

bersinggungan langsung dengan proyek-proyek pemerintah, ataupun menjadi

pendukung aktif sebuah partai politik. Padahal jika dilihat dari teori

komunikasi Islam, maka pemerintah (state) memegang peranan yang penting.

Akan tetapi, walaupun demikian terlihat berita-berita yang ditayangkan oleh

Berita Satu terdapat keberpihakan redaksi terhadap pemerintah.

Berdasarkan teori komunikasi Islam, pemerintah menjadi salah satu

unsur dalam membangun civil society maupun civil community. Karena

dengan adanya kontrol yang baik dari pemerintah, maka masyarakat dapat

menjaga dengan baik hubungan di antara umat beragama. Sehingga kasus

22Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 tahun 1999.Pers., 3.

 

Page 164: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

148

seperti penistaan agama, yang juga menjadi penyebab terjadinya Aksi Bela

Islam, tidak akan pernah terjadi di Indonesia. Selain itu juga melalui unsur

ini sebenarnya dapat menjadikan media dalam menjalankan fungsinya yang

dijelaskan dalam komunikasi massa yaitu sebagai pengawasan.

Unsur keempat dalam level pengaruh dari luar organisasi media ini,

merupakan salah satu unsur yang cukup penting. Mengingat saat kita berada

pada abad ke-21, teknologi menjadi salah satu bagian yang tidak terpisahkan

dalam kehidupan manusia, dan tentunya bagi media.

Teknologi pada dasarnya memiliki kontribusi dalam menciptakan

keberagaman media. Inilah salah satu ciri dalam lingkungan media baru

menurut McNamus (dalam Severin dan Tankard, 2005: 4), bahwa ada

pergeseran dari ketersediaan media yang dahulu langkah dengan akses yang

juga terbatas menuju media yang melimpah.23

Proses penyampain pesan melalui media pun mengalami pergeseran

penting. Jika media selama ini merupakan pusat informasi, dan informasi itu

diberikan atau dipublikasikan dengan satu arah, kini media menjadi lebih

interaktif. Khalayak tidak lagi sekedar objek yang terpapar oleh informasi,

tetapi khalayak telah dilibatkan lebih aktif karena teknologi menyebabkan

interaksi di media bisa terjadi.24

Berita Satu merupakan televisi berita berbayar pertama di Indonesia

yang bersiaran dalam format visual Full High Definition (Full HD).25

Menjadikan Berita Satu sebagai salah satu stasiun televisi di Indonesia yang

memiliki keunggulan di bidang teknologi, terutama unggul dari segi tampilan

23 Rulli Nasrullah, Teori dan Riset Media Siber/Cybermedia (Jakarta:Prenadamedia Group, 2014), 1.

24 Rulli Nasrullah, Teori dan Riset Media Siber/Cybermedia, 1.25http://www.beritasatu.tv/about-us/ diakses pada tanggal 10 Maret 2018

 

Page 165: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

149

di layar yang lebih jernih dan bagus, daripada stasiun televisi swasta yang

masih menggunakan teknologi analog.

Pada pemberitaan Aksi Bela Islam, terlihat jelas bahwa teknologi

berperan penting dalam pemberitaan. Misalnya dalam hal pengambilan

gambar massa ketika aksi. Karena seperti yang diketahui bahwa Aksi Bela

Islam ini dihadiri oleh jutaan umat Islam dari berbagai daerah di Indonesia.

Berdasarkan hal ini, kemudian pihak Berita Satu dalam meliput aksi

membekali wartawannya yang terjun ke lokasi dengan berbagai alat canggih,

salah satunya drone.

Adapun unsur teknologi yang digunakan oleh Berita Satu ini, dapat

disamakan dengan konsep taghyir (change) berdasarkan faktor outside-nya

yang mana terdapat tiga unsur, yaitu modernization, dependency, and

multiplicity.26 Selain itu juga dapat dikaitkan dengan konsep development

(pengembangan), di mana Berita Satu menggunakan model difusi dan

inovasi yang berkiblat pada media-media Barat. Sehingga hal ini juga dapat

terlihat dari alat-alat canggih yang digunakannya dalam meliput Aksi Bela

Islam. Berdasarkan unsur ini pula maka Berita Satu sebagai media massa

telah melakukan fungsinya yaitu dalam hal transmisi budaya.

Unsur terakhir dalam extra media level adalah pangsa pasar. Media

massa beroperasi secara primer pada pasar yang komersil, di mana media

harus berkompetisi dengan media lainnya untuk mendapatkan perhatian dari

pembaca dan pengiklan.27

Albarran mengatakan, institusi bisnis media terdiri dari perusahaan

media (media firm) dan industri media. Perusahaan media merupakan

26Lihat Andi Faisal Bakti (2013), h. 8-10.27 Shoemaker dan Reese, Mediating the Message, 209.

 

Page 166: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

150

perusahaan individual yang bergabung dalam lingkup domestik suatu negara

dengan tujuan memperoleh keuntungan. Sedangkan industri media

merupakan kelompok penjual yang menawarkan produk yang sama atau

sejenis. Misalnya perusahaan-perusahaan yang berkaitan dengan televisi

kabel disebut dengan industri televisi kabel.28

Berita Satu sebagai stasiun televisi berbayar ini, yang channelnya

hanya dapat diakses menggunakan layanan televisi kabel ini. Sebagai bagian

dari lingkaran bisnis Lippo Group ini, sudah jelas bahwa media ini

merupakan salah satu media yang komersial. Sehingga pemberitaan di Berita

Satu adalah berita-berita pilihan yang dianggap untuk memenuhi kebutuhan

pasar. Seperti saat melakukan pemberitaan terkait Aksi Bela Islam. Karena

aksi tersebut menyita perhatian berbagai kalangan dan media, menjadikan

Berita Satu juga ikut andil dalam memberitakan peristiwa itu. Terlihat dari

Aksi Bela Islam jilid pertama hingga ketiga, Berita Satu memproses berita-

beritanya dengan tampilan yang menarik dan eksklusif.Sehingga dengan hal

itu menjadikannya unggul ketika pemberitaan Aksi Bela Islam, di antara

beberapa stasiun televisi milik swasta lainnya.

Pada pemberitaan di program news update tanggal 2 Desember 2018

pukul 17.00 WIB. Berita Satu memberitakan tentang aksi damai 212, yang

tidak memengaruhi nilai tukar rupiah. Bahkan justru nilai tukar rupiah

tersebut menguat.

Media massa beroperasi secara primer pada pasar yang komersil, di

mana media harus berkompetisi dengan media lainnya untuk mendapatkan

perhatian dari pembaca dan pengiklan.29

28 Udi Rusadi, Kajian Media, 39.29 Shoemaker dan Reese, Mediating the Message, 209.

 

Page 167: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

151

Berdasarkan berita tentang nilai tukar rupiah tersebut, Berita Satu

sebagai media yang merupakan sarana informasi, dan juga sebagai upaya

menjawab rasa penasaran para penontonnya yang mungkin dari kalangan

tertentu yang khawatir bahwa Aksi Bela Islam akan memengaruhi

perekonomian Indonesia, terutama nilai tukar rupiah. Sehingga, Berita Satu

pun menyajikan berita yang tidak hanya tentang Aksi Bela Islam yang terjadi

2 Desember 2016 tersebut, tetapi juga berita tentang masalah ekonomi atau

tentang nilai tukar rupiah.

E. Berita Satu dan Ideologinya

Bagian terakhir yang akan dibahas yaitu, berkaitan dengan ideologi

yang terlihat pada media massa, karena setiap media terutama media massa

yang dimiliki oleh pihak swasta, pastilah memiliki kepentingan yang berbeda

sesuai dengan ideologinya.

Pembahasan pada level ini adalah mempelajari hubungan antara

pembentukan sebuah konten media, nilai-nilai, kepentingan, dan relasi kuasa

media. Pada level ideologi kita melihat lebih dekat pada kekuasaan di

masyarakat dan mempelajari bagaimana kekuatan yang bermain di luar

media. Kita berasumsi bahwa ide memiliki hubungan dengan kepentingan

dan kekuasaan, yang menciptakan simbol adalah kekuasaan yang tidak

netral.Tidak hanya berita tentang kelas yang berkuasa tetapi struktur berita

agar kejadian-kejadian diinterpretasikan dari perspektif kepentingan yang

berkuasa.30

Pada tingkat ideologi, kita melihat secara khusus bagaimana fungsi

media sebagai perpanjangan tangan kepentingan yang kuat di masyarakat;

30 Shoemaker dan Reese, Mediating the Message, 224.

 

Page 168: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

152

bagaimana rutinitas, nilai, dan struktur organisasi bergabung untuk

mempertahankan sistem kontrol dan reproduksi ideologi dominan.31

Ideologi sebuah media akan tercermin dari program ataupun berita-

berita yang ditampilkan. Seperti halnya Berita Satu, ideologinya dapat dilihat

dari berita-berita Aksi Bela Islam yang ditayangkan.

Pengaruh ideologi dari Berita Satu adalah ideologi Pancasila.

Sebagaimana terlihat pada pemberitaan tentang Aksi Bela Islam, pada

program Jurnal Pagi tanggal 28 November 2018, dengan headline yaitu

“Rawat Keberagamaan dan Persatuan,” isi dari beritanya yaitu tentang

tanggapan dari beberapa tokoh nasional dan masyarakat dalam menyikapi

akan dilaksanakannya aksi 2 Desember 2016. Dan dalam beritanya

menjelaskan bahwa para tokoh tersebut, menolak aksi 212. Selain itu juga

pada hari yang sama, namun program yang berbeda yaitu pada program

prime time. Berita Satu juga menggunakan headline “Rawat Keberagamaan

dan Persatuan,” isinya terkait adanya tanda-tanda aksi 2 Desember 2016,

akan dimanfaatkan oleh ISIS. Sehingga dalam pemberitaan ini membahas

tentang himbauan dari ketua PBNU kepada umat Islam untuk meningkatkan

kewaspadaan.32

Adapun alasan lain ialah berdasarkan oleh isi dari filosofi Berita Satu,

yang mana mengutamakan NKRI, Pancasila, UUD, pluralisme, demokrasi,

dan lain sebagainya. Walaupun demikian, kenyataan bahwa Berita Satu

sebagai sebuah media massa yang berorientasi sebagai sebuah lembaga

bisnis juga tidak bisa pungkiri. Sehingga nampak jelas terlihat dari tayangan-

tayangan beritanya bahwa Berita Satu menganut ideologi Pancasila.

31 Shoemaker dan Reese, Mediating the Message, 224.32https://youtu.be/6AfpVgdqslk diakses pada tanggal 22 April 2018.

 

Page 169: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

153

Sebagai institusi bisnis media massa melakukan proses ekonomi yaitu

melakukan transaksi di pasar media, tarik menarik antarvolume dan kualitas

supply dan demand menjadi inti bisnis industri media sebagaimana juga

transaksi komoditas lain.33 Menjadikan juga Berita Satu sebagai stasiun

yang memang tujuan utamanya menghasilkan keuntungan, bukan pada

sebagai lembaga informasi semata, dan tidak menunjukkan

independennya.Sehingga berita terkait Aksi Bela Islam yang ditayangkan

oleh Berita Satu pun terkesan ada keberpihakan kepada umat Islam ataupun

peserta aksi, tetapi kepada pemerintah maupun orang-orang golongan

tertentu. Akibatnya, berita-berita yang ditayangkan terkesan mengambarkan

Islam sebagai agama yang intoleran dan radikal.

Berdasarkan hal ini, maka ideologi yang dianut oleh Berita Satu,

ataupun perusahaan yang menaunginya yaitu Lippo Group, menjadi sangat

penting untuk diketahui, karena dengan mengetahui ideologinya maka akan

diketahui juga model pemberitaannya maupun keberpihakannya. Adapun

berhubungan dengan ideologi Pancasila yang dianur stasiun televisi ini,

menjadikan berita-berita terkait Aksi Bela Islam, yang sebenarnya tidak

mewakili para peserta aksi untuk menyuarakan aspirasinya, tetapi isi dari

pemberitaan di Berita Satu terkesan hanya ingin mengambil keuntungan

melalui liputan terkait aksi tersebut, dan berpihak semata-mata kepada

pemerintah yang berdaulat. Hal ini pula menjadikan stasiun ini melakukan

disfungsi sebagai media massa, karena seharusnya sebagai media Berita Satu

seharusnya menjalankan fungsi korelasinya dengan tidak mementingkan atau

mengedepankan suatu golongan ataupun kelompok tertentu. Tetapi karena

ideologinya tersebut, menjadikan Berita Satu terlihat tidak netral dan

terkesan hanya mementingkan kepentingan kelompok tertentu.

33 Udi Rusadi, Kajian Media, 39.

 

Page 170: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

154

 

Page 171: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

155

BAB VIPENUTUP

A. Kesimpulan

1. Berita Satu mengonstruksi isi pemberitaan tentang “Aksi Bela

Islam,” dengan cara membangun pengaruh yang bertingkat dimulai

dari tingkat individu pekerja, rutinitas media, organisasi, ekstra media

seperti sumber berita, pengiklan, dan pemerintah, serta juga

menerapkan ideologi yang dianut ke dalam pemberitaannya.

Sehingga berita tersebut pun tidak bersifat objektif, tetapi bersifat

subjektif.

2. Lima tingkatan yang memengaruhi isi pemberitaan “Aksi Bela Islam”

di Berita Satu, di antaranya:

a. Level individu pekerja, pengaruh yang dihasilkan dalam level ini

memang tidak signifikan memengaruhi isi pemberitaan. Tetapi

juga bukan berarti tidak berpengaruh, karena seperti yang dapat

terlihat dari pemberitaan “Aksi Bela Islam” pada program

breaking news di Berita Satu, maka dapat terlihat bahwa

wartawan, dan juru kamera di lapangan yang meliput peristiwa

tersebutlah yang berperan penting dalam isi pemberitaan.

Sehingga latar belakang, ataupun karakteristik dari seorang

wartawan Berita Satu yang bertugas tersebut menjadi sesuatu

yang penting dalam penyampaian beritanya.

b. Unsur-unsur dari level rutinitas media yang memengaruhi isi

pemberitaan “Aksi Bela Islam” di Berita Satu, yaitu sumber

berita (seperti: narasumber), organisasi media (seperti: tim

redaksi pemberitaan), dan audiens.

 

Page 172: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

156

c. Level organisasi, pengaruh yang dihasilkan dari level ini cukup

signifikan. Hal ini karena pada level ini terlihat bahwa organisasi

yang menaungi Berita Satu adalah Lippo Group, sehingga isi

pemberitaan tentang “Aksi Bela Islam” tidak luput dari pengaruh

yang ditimbulkan oleh Lippo ataupun pemiliknya tersebut.

d. Level extra media, pengaruh isi pemberitaan “Aksi Bela Islam” di

Berita Satu yang dihasilkan dari level ini cukup beragam. Hal ini

karena isi pemberitaan yang dibuat tim redaksi Berita

Satudipengaruhi dari beberap faktor, di antaranya: sumber berita

(narasumber yang dipilih oleh seorang wartawan bisa saja

melakukan kebohongan). Faktor selanjutnya pengiklan dan

penonton, para sponsor ataupun pengiklan di Berita Satu dapat

terlihat dengan jelas pada tayangan-tayangan berita “Aksi Bela

Islam.” Selain itu juga terdapat faktor kontrol pemerintah yang

memengaruhinya, disini pemerintah bertugas mengontrol

tayangan berita di Berita Satu. Dan juga faktor pangsa pasar,

karena Berita Satu adalah stasiun milik swasta tentunya media ini

juga berkompetisi dengan media lain yang ada di Indonesia.

e. Level ideologi, pengaruh yang dihasilkan dari level ini pada

pemberitaan “Aksi Bela Islam” di Berita Satu terbilang besar. Hal

ini berkaitan dengan sudut pandang stasiun tersebut, dan terlihat

bahwa Berita Satu menganut ideologi Pancasila, yang juga

tercermin dari isi filosofi Berita Satu yang tertulis dalam buku

Panduan Kerja Para Jurnalis Berita Satu Media Holding.

 

Page 173: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

157

B. Rekomendasi

1. Rekomendasi Teoritis:

Teori Hierarki Pengaruh Isi Media yang diperkenalkan oleh Pamela J.

Shoemaker dan Stephen D. Reese, dapat diaplikasikan pada sebuah

pemberitaan di media massa khususnya televisi, seperti pemberitaan

“Aksi Bela Islam” di Berita Satu. Pada penelitian ini, diperoleh lima

faktor yang memengaruhi isi pemberitaan, yaitu; Pertama, individu

pekerja yang bertugas melakukan pemberitaan “Aksi Bela Islam.”

Kedua, unsur-unsur dari rutinitas media di stasiun televisi Berita

Satu.Ketiga, organisasi ataupun pemilik dari Berita Satu.Keempat,

pengaruh dari extra media dalam pemberitaan “Aksi Bela Islam” di

Berita Satu. Kelima, ideologi dari Berita Satu. Dan dari lima faktor

yang sesuai dengan teori hierarki pengaruh dapat dielaborasikan

dengan teori komunikasi Islam yaitu pada konsep tabligh, taghyir,

amr ma’ruf nahy munkar, dan akhlaq al-qarimah.

2. Rekomendasi Praktis:

Pemberitaan “Aksi Bela Islam” di Berita Satu, pada kenyataannya

memberikan gambaran tentang sebuah peristiwa besar yang terjadi

pada 14 Oktober, 4 November dan 2 Desember 2016 lalu, selain itu

juga memberikan khasanah keilmuan tentang media massa, bahwa

media adalah sebuah sarana penyedia informasi yang tidak luput dari

berbagai pengaruh dan kepentingan, sehingga khalayak harus lebih

bijak dalam menerima dan dapat menyaring informasi sebaik

mungkin yang diterima dari media.

 

Page 174: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

DAFTAR PUSTAKA

Akbar. “Indahnya Aksi Damai Umat Islam”. Majalah Dakwah Islam Cahaya

Nabawiy. Januari 2017.

Al Munawar, Said AgilHusin. Fikih Hubungan Antar Agama: Editor Abdul

Halim. Jakarta: Ciputat Press, 2005.

Al-Musleh, Mohamed Abu Bakar A. Al-Ghazali the Islamic Reformer: an

evaluative study of the attemps of Imam al-Ghazali at Islam Reform.

Malaysia: Islamic Book Trust, 2012.

Arifin, Anwar. Dakwah Kontemporer: Sebuah Studi Komunikasi.

Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011.

Awwas, Irfan S. Dialog Internet: Aksi Sejuta Ummat dan ssu Negara Islam.

Yogyakarta: Wihdah Press, 2000.

Bakti, Andi Faisal. Communication and Family Planning in Islam in

Indonesia: South Sulawesi Muslim Perceptions of a Global

Development Program. Jakarta: INIS, 2004.

Bakti, Andi Faisal. “Paramadina and its Approach to Culture and

Communication: An Engagement in Civil Society.” Archipel, Paris,

France 68 (Desember, 2004).

Bakti, Andi Faisal. “The Contribution of Dakwah to Communication

Studies: Risale-I Nur Collection Perspective.” Proceedings, Istanbul

Foundation for Science and Culture (2010).

Bakti, Andi Faisal. The Role of Islamic In The Globlalizaton Era: Between

Religious Principles And Values of Globlalization, The Challenges

And The Opportunities. Paper Presented at The Second International

Conference on Islamic Media. (13-15 Desember 2011)

http://www.andifaisalbakti.net/islamic-studies.

Bakti, Andi Faisal. “Prophetic Communication Strategies: Risale-I Nur's

Perspective.” Proceedings. Istanbul: Istanbul Foundation for Science

and Culture, 2013.

 

Page 175: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

Bakti, Andi Faisal, danLecomte, Isabelle. “The Integration of Dakwah in

Journalism: Peace Journalism”. Jurnal Komunikasi Islam, Vol. 5 no.1

(Juni, 2015).

Branston, Gill and Stafford, Roy. The Media Student’s Book. New York:

Routledge, 2003.

Budiarsa, Meistra. “Mediatisasi Aksi Massa Islam 2 Desember 2016”.

Profetik Jurnal Komunikasi, Vol.10, no.01 (April, 2017).

Bungin, M, Burhan. Konstruksi Sosial Media Massa: Kekuatan Pengaruh

Media Massa, Iklan Televisi, dan Keputusan Konsumen serta Kritik

terhadap Peter L. Berger dan Thomas Luckmann. Jakarta: Kencana

Prenada Media Group, 2008.

Burton, Graeme. Yang Tersembunyi di Balik Media. Yogyakarta: Jalasutra,

2006.

Damsar, Pengantar Sosiologi Politik: Edisi Revisi. Jakarta: Kencana, 2010.

Denzin, Norman K. Denzin dan Lincoln, Yvonna S. Handbook Of

Qualitative Research. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009.

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya.

Fathullah, Ahmad Lutfi. Potret Aksi Damai Bela Islam 212. Jakarta: Al-

Mughni Press, 2017.

Griffin Emory A. A First Look at Communication Theory. New York:

McGraw-Hill, 2012.

Hasan, Muhammad Tholchah. Prospek Islam dalam Menghadapi Tantangan

Zaman. Jakarta: Lantarbora Press, 2000.

Hefni, Harjani. Komunikasi Islam. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group,

2015.

Ibrahim, IdySubandy dan Akhmad, Bachruddin Ali. Komunikasi dan

Komudifikasi : Mengkaji Media dan Budaya dalam Dinamika

Globalisasi. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2014.

Ilahi, Wahyu. Komunikasi Dakwah. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

2010.

 

Page 176: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

Krisdinanto, Nanang.“Anomali dan Teori Hierarki Pengaruh terhadap Isi

Media”. Jurnal Komunikatif, Vol.03, no.1 (Juli, 2014).

Litteljohn, Stephen W dan Foss, Karen A. Teori Komunikasi. Jakarta:

Salemba Humanika, 2009.

Manajemen Berita Satu Media Holdings. Jurnalisme Positif: Panduan Kerja

Para Jurnalis Berita Satu Media Holding. Jakarta: Berita Satu

Media Holdings, 2012.

Mayasari, Silvina. “Konstruksi Media terhadap Berita Kasus Penistaan

Agama Oleh Basuki Tjahaja Purnama (Ahok): Analisis Framing pada

Surat Kabar Kompas dan Republika”. Jurnal Komunikasi, Vol.VIII,

no.2 (September 2017).

McQuail, Denis. Teori Komunikasi Massa McQuail. Penerjemah Putri Iva

Izzati. Jakarta: Salemba Humanika, 2012.

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2001.

Mowlana, Hamid. “Theoretical Perspective on Islam and Communication.”

China Media Research, Volume 03 No. 04 (2007).

Muis, A. Komunikasi Islami. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001.

Nasrullah, Rulli. Teori dan Riset Media Siber (Cybermedia). Jakarta:

Prenadamedia Group, 2014.

Noor, Henry Faizah, Ekonomi Media. Jakarta: Rajawali Pers, 2010.

Noor, Juliansyah. Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, dan

Karya Ilmiah. Jakarta: Kencana, 2011.

Pamungkas, Arie Setyaningrum dan Octaviani, Gita. “Aksi Bela Islam dan

Ruang Publik Muslim: Dari Representasi Daring ke Komunitas

Luring”. Jurnal Pemikiran Sosiologi, Vol. 4 No.2 (2017).

Romli, Asep Syamsul M. Jurnalistik Dakwah: Visi dan Misi Dakwah Bil

Qalam. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003.

Rosyidin, Iding dan Heryanto, Gun Gun. Konstruksi Citra Partai Islam di

Media Nasional Pemetaan Pemilu 2014. Jakarta: Lembaga Penelitian

dan Pengabdian Kepada Masyarakat UIN Syarif Hidayatulla, 2013.

 

Page 177: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

Ruben, Brent D. Ruben dan Stewart, Lea P. Komunikasi dan Perilaku

Manusia. Penerjemah Ibnu Hamad. Jakarta: Rajawali Pers, 2014.

Rusadi, Udi. Kajian Media: Isu Ideologis dalam Perspektif, Teori dan

Metode. Jakarta: Rajawali Press, 2015.

Samantho, Ahmad Y. Jurnalistik Islami: Panduan Praktis bagi Para Aktivis

Muslim. Bandung: Penerbit Harakah, 2002.

Senjaya, Sasa Djuarsa, dkk. Teori Komunikasi. Jakarta: Universitas Terbuka,

April 2007.

Shoemaker, Pamela J. Shoemaker and Reese, Stephen D. Mediating the

Message. New York: Longman Publisher, 1996.

Sobur, Alex. Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana,

Analisis Semiotik, dan Analisis Framing. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2004.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi.

Bandung: CV. Alfabeta, 2016.

Sulistyo, M. Dani. Mengetuk Pintu Langit. Jakarta: Visimedia, 2017.

Tim Penyusun. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan

Disertasi). Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2017.

Tim Penyusun. Pedoman Akademik Penyusunan Proposal dan

PenulisanTesis. Jakarta: Program Magister KPI Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah, 2015.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 tahun 1999. Pers.

Unde, Andi Alimuddin. Televisi dan Masyarakat Pluralistik. Jakarta:

Prenadamedia Group, 2014.

Wahyuwibowo, Indiwan Seto. Terorisme dalam Pemberitaan

Media.Yogyakarta: Deepublish, Januari 2015.

Wawancara :

Wawancara dengan Pemimpin Redaksi Berita Satu Claudius V. Boekan

pada tanggal 9 April 2018.

 

Page 178: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

Wawancara dengan Tezar Aditya Rahman selaku news presenter dan

reporter Berita Satu, pada tanggal 7 Okotber 2018.

Internet :

http://www.bbc.com/indonesia/indonesia-37996601diakses 16 Januari 2018.

https://news.detik.com/berita/3338806/begini-perjalanan-kasus-dugaan-

penistaan-agama-oleh-ahok-di-bareskrim diakses 16 Januari 2018.

https://news.detik.com/berita/3338806/begini-perjalanan-kasus-dugaan-

penistaan-agama-oleh-ahok-di-bareskrim diakses 16 Januari 2018.

http://www.beritasatu.tv/about-us/ diakses pada tanggal 10 Maret 2018.

https://youtu.be/fzPDDBa4-w0 diakses pada 10 Maret 2018.

https://youtu.be/wv7jr-V_Jbc diakses pada 10 Maret 2018.

https://youtu.be/oyv0RSIQkwEdiakses pada 10 Maret 2018

http://www.beritasatu.tv/redaksi/ diakses tanggal 18 Maret 2018

www.beritasatu.tv/about-us/ diakses pada tanggal 17 April 2018.

www.beritasatu.tv/redaksi/ diakses pada tanggal 17 April 2018.

http://www.beritasatu.tv/ads/#audienceprofile diakses 17 April 2018.

www.beritasatu.tv/presenter/tezar-aditya/ diakses pada tanggal 19 April

2018.

https://youtu.be/ncYMax2HS_s diakses pada 20 April 2018.

www.beritasatu.tv/program/ diakses pada tanggal 20 April 2018.

https://youtu.be/KTmRt2as7Lc diakses pada tanggal 20 April 2018.

https://youtu.be/fzPDDBa4-w0 diakses pada 20 April 2018.

https://www.youtube.com/watch?v=22F1LlZfgdw diakses pada tanggal 20

April 2018.

 

Page 179: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

https://www.youtube.com/watch?v=vt_EAGC7n-w diakses pada tanggal 20

April 2018.

https://youtu.be/s0LQjjk7pEw diakses pada tanggal 22 April 2018

https://www.youtube.com/watch?v=lkijiLJn_NQ&t=4s diakses pada tanggal

22 April 2018.

https://youtu.be/uzvesXez_kg diakses pada tanggal 23 April 2018.

https://youtu.be/uzvesXez_kg diakses pada tanggal 23 April 2018.

https://youtu.be/IkijiLJn_NQ diakses pada tanggal 23 April 2018.

https://youtu.be/ncYMax2HS_s diakses pada tanggal 23 April 2018.

https://youtu.be/gcbrareGoxfg diakses pada tanggal 23 April 2018.

https://youtu.be/2itfCFF1vXA diakses pada tanggal 23 April 2018.

http://www.beritasatu.tv/ads/#advertising diakses pada tanggal 23 April

2018.

https://camera.co.id/news/istilah-pengertian-dan-jenis-drone/ diakses pada

tanggal 23 April 2018.

https://youtu.be/IwLWJ3-adJQ diakses pada tanggal 23 April 2018.

https://youtu.be/6AfpVgdqslk diakses pada tanggal 24 April 2018.

 

Page 180: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

LAMPIRAN - LAMPIRAN

 

Page 181: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

Lampiran 1RUANG LINGKUP PENELITIAN

PEMBERITAAN GERAKAN AKSI BELA ISLAM 212 DALAMKONSTRUKSI HIERARKI PENGARUH ISI MEDIA DI BERITA

SATUNO KEBUTUHAN DATA TPD SUBYEK W

W O D

I Berita Satu :

1. Sejarah berdirinya2. Visi dan misi3. Struktur redaksi4. Profil penonton

+ + +

W= PemimpinRedaksi BeritaSatu

II Tayangan berita Aksi Bela Islam (ABI) + +

III. Pengaruh level mikro dalam teori hierarki pengaruh:1. Individual level2. Media routines level

+ + +W= Pemimpinredaksi Berita Satu

IV Pengaruh level makro dalam teori hierarki pengaruh:1. Organization level2. Extramedia level3. Ideological level

+ + + W= Pemimpinredaksi Berita Satu

V Kesimpulan

 

Page 182: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

Lampiran 2

FIELDNOTE

Catatan Lapangan :Pemberitaan Gerakan Aksi Bela Islam 212 (ABI)

dalam Konstruksi Hierarki Pengaruh Isi Media di Berita Satu

Hari/Tanggal/Jam : Senin, 9 April 2018. Pukul 14.00 WIT

Jenis Kegiatan :Wawancara mendalam

Informan :Claudius V. Boekan (Pemimpin redaksi Berita Satu)

LokasiKegiatan : Kantor Redaksi Berita Satu

Tema Catatan Deskriptif Catatan Refleksi

Sejarah berdirinyaStasiun Berita Satu

Target sasaranaudiens Berita Satu

Berawal dari Lippo Group yangsetelah krisis 1998 berekspansi kebisnis property dan telekomunikasi.Sehingga pada bisnis telekomunikasi,Lippo mengembangkan sistem yangbernama multi-pola yaitu bergerak disoftware dan hardware, yangkemudian muncullah First Media.Sehingga, TV berbayar pertama diIndonesia ialah First Media milikLippo, tetapi hingga awal 2011belum ada news channel. Barulahpada September 2011 akhirdibentuklah Berita Satu, sehinggamasih sangat muda yaitu 7 tahun.Pada saat awal terbentuknyapemimpin redaksi Berita Satu yaitubapak Don Bosco Selamun.

Berita Satu sebagai stasiun televisiyang masuk kategori lembagapenyiaran berlangganan, sehinggaBerita Satu menyasar audiens yangsecara financial mampu membayar

1. Stasiun tv Berita Satuadalah bagian atau anakperusahaan dari LippoGroup. Selain itu,Berita satu adalahbagian dari lembagapenyiaranberlangganan. Sehinggauntuk mengakseschannel dari BeritaSatu, maka seseorangharus menggunakanlayanan seperti FirstMedia, Big tv,Indovision, Indi Home,maupun tv kabellainnya.

2. Berita Satu sebagaitelevisi stasiun televisiberlangganan tidakbergantung pada angkarating dan share sepertipada stasiun televisiyang merupakanlembaga penyiaranpublik.

 

Page 183: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

layanan dari First Media setiapbulannya. Sehingga jelas targetaudiensnya pada kelas menengah atas(decision maker). Walaupun 80%mayoritas penduduk Indonesia adalahkaum menengah kebawah. TetapiBerita Satu ingin mencobamenerapkan pola pikir masyarakatyang ada di Eropa maupun negaramaju lainnya di Indonesia, karenapara konsumen yang membayarlayanan ini tidak hanya mendapatkanfasilitas channel dari Berita Satu,tetapi juga fasilitas lain sepertilayanan internet/wifi.

3. Audiens (penonton)dari Berita Satu adalahpenonton yang rata-rataberada pada kelasekonomi menengah keatas.

 

Page 184: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

Tema Catatan Deskriptif Catatan Refleksi

Ritme kerja yangberlaku di BeritaSatu, ketika ABI

Pengaruhownership (LippoGroup) padapemberitaan ABI212

Pengaruhpemerintah danpihak pengiklanpada pemberitaanABI 212

Berita Satu seperti halnya stasiunberita lainnya, para wartawan telahmemiliki tugas pokok masing-masingsesuai dengan bidangnya, sehinggapara wartawan itu ditugaskan untukmelakukan liputan sesuai denganbidangnya yang telah ditetapkan.Akna tetapi ketika terjadi peristiwaseperti ABI, redaksi membentuk timkhusus liputan, karena ABImerupakan peristiwa yang hanyaterjadi saat itu, dan sebelum peliputantim redaksi telah melakukan rapatredaksi untuk membrefing parawartawan, maupun kameramen agardapat bekerja sesuai dengan kode etikjurnalistik dan editorial policy BeritaSatu.

Berita Satu sebagai stasiun tv yangdimiliki oleh Lippo Group, memangdapat dikatakan bahwa Lippomemiliki pengaruh yang besar. Tetapipada saat terjadi peristiwa ABI ini,Lippo memberikan sepenuhnyatanggung jawab kepada redaksi.Walaupun Lippo tetap mengontrolpemberitaannya agar tetap sesuaidengan editorial policy dari BeritaSatu, dan visi misi perusahaan.

Lippo Group sebagai perusahaanyang tidak pernah bersinggunganproyek dengan pemerintah, sehinggamenyebabkan stasiun Berita Satu punsebagai stasiun yang tidak condongpada kepentingan pemerintah,maupun partai politik, karenanyapada saat peristiwa ABI tim BeritaSatu meliputnya tidak hanya dari satusudut pandang, tetapi dari beberapa

1. Dalam ritme kerjaBerita Satu, selalumelakukan pelatihankhusus kepada parajurnalisnya yang akanmelakukan peliputanberita, seperti yangterjadi ketika akanmeliput peristiwa ABI.

2. Lippo Group sebagaipemilik dari BeritaSatu, tidak secara nyatamenunjukkan kuasanyamaupun intervensikepada redaksi BeritaSatu. Walaupundemikian, redaksiBerita Satu selaluberusaha tidakmelenceng dari aturanmaupun visi dan misidari Lippo dalam setiappemberitaan termasuksaat memberitakanperistiwa ABI.

3. Pemerintah hampirtidak memilikipengaruh terhadapredaksi maupun isiberita di Berita Satu.

4. Berdasarkan bukuPanduan Kerja JurnalisBerita Satu, terlihatbahwa stasiun inimenganut ideologiPancasila. Walaupundemikian, Berita Satusebagai stasiun yangdimiliki oleh pihakswasta yang

 

Page 185: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

Ideologi yang dianut Berita Satu

sudut pandang, denganmenghadirikan berbagai tokoh(narasumber) yang berasal dariberbagai kalangan. Sedangkanpengiklan memang berperan besarbagi Berita Satu, karena sebagaistasiun tv milik swasta danmerupakan stasiun tv berlangganan,pengiklan adalah salah satupenyokong Berita Satu. Oleh karenadisetiap berita yang muncul pastiterselip iklan-iklan dari beberapaproduk yang memang berinfestasi diBerita Satu.

Berita Satu menganut ideologiPancasila, sesuai yang tertulis dibuku Panduan Kerja Jurnalis BeritaSatu

berorientasi pada bisnisdan keuntungan,sehingga Berita Satujuga dapat dikatakanmenganut ideologikapitalisme.

 

Page 186: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

Lampiran 4

DOKUMENTASI

(Foto Wawancara dengan Pemimpin Redaksi dan Reporter Berita Satu) 

Page 187: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

(Foto Aksi Bela Islam yang di Dokumentasi dari Berita Satu)

 

Page 188: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

Lampiran 3

TRANSKRIP BERITA AKSI BELA ISLAM

Kode Gambar 4.1

News Anchor/Reporter Tezar Aditya

Headline Aksi 2/12

Isi Berita

Pasukan keamanan melakukan apel sejak pagi untukpersiapan pengamanan aksi, gelar pasukan dipimpin olehKapolda Metro Jaya dan Pangdam Jaya Jayakarta DKIJakarta// Personil yang dikerahkan yaitu sebanyak 24.128personil gabungan dari TNI, Polri, dan Satpol PP// Pasukantidak hanya diterjunkan untuk mengamankan titik pusataksi yaitu di Monas, tapi juga diterjunkan di beberapa titik-titik kawasan objek vital, seperti Istana, DPR, dan beberapainstansi serta pusat-pusat perekonomian// Aksi yangdigawangi GNFMUI nantinya akan melakukan aksi doabersama, dzikir bersama, dan shalat jumat bersama// Parapersonil pengamanan yang berada di Monas tidak dibekalisenjata berbeda dengan yang berada di luar Monas//Sebagai upaya preventif Polri menerjunkan personil yangdisebut satuan asmaul husna yang akan berbaur denganpeserta aksi massa// Berbagai fasilitas juga disediakanuntuk peserta aksi yaitu air bersih, toilet portable, hinggaakan digelar karpet untuk massa yang menggelar shalatjumat// laporan pernyataan dari Kapolda Metro Jaya juga.

Analisis

- Latar belakang reporter: Muslim, mantan kru produksiMetro TV 2014, alumni UIN Jakarta.

- Pemilihan bahasa: menggunakan kata-kata yang sesuaidengan maksud dari Aksi Bela Islam (seperti: pesertaaksi damai, massa).

 

Page 189: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

Kode Gambar 4.2

News Anchor/Reporter

Nori Utari

Headline Breaking News: Jelang Aksi Damai 4 November

Isi Berita Melaporkan kondisi terkini Mesjid Istiqlal yang sudahdipenuhi peserta aksi demo// Kepadatan peserta dariberbagai daerah sudah terlihat mulai dari lantai dasarmesjid hingga lantai dua// Para peserta aksi demoberdatangan sejak malam// kepadatan yang terjadi di dalamMesjid Istiqlal hingga menjalar juga ke pelataran mesjid//Sejumlah peserta juga melantunkan kalimat syahadat dantakbir// Kepadatan juga terjadi di area parkir Mesjid Istiqlalyaitu sudah ada bus-bus dan juga mobil dan motor yangparkir// Saat tim Berita Satu mencoba masuk ke pintuMesjid Istiqlal pun cukup sulit, karena kepadatan darimobil dan motor yang parkir di luar mesjid// Kemacetanpun terlihat dari mulai stasiun Gambir// Penjagaan punsudah dilakukan untuk memantau volume massa olehpasukan Kepolisian dan TNI//

Analisis - Latar belakang reporter: Muslim, mantan citizenJournalist Metro TV, alumni UPH

- Pemilihan bahasa: menggunakan istilah peserta aksidemo yang merujuk pada para peserta Aksi Bela Islam

 

Page 190: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

Kode Gambar 4.3

News Anchor/Reporter

Valerina Daniel

Headline Dialog “Siapa Aktor Politik 411?”

Isi Berita Aksi damai 4 November di Jakarta yang dilakukan ratusanribu orang berakhir ricuh, padahal sejak siang hinggamagrib aksi tersebut berjalan tertib, aman dan damai//Kericuhan yang terjadi disayangkan oleh Presiden JokoWidodo dan Presiden menuding ada aktor politik yangmenunggangi aksi menuntut proses kasus dugaan penistaanagama yang dilakukan oleh Ahok// Presiden tidak merincisiapa aktor politik yang dimaksudkan// Siapa aktor politikyang dimaksud Presiden, sebab aksi tersebut banyak diikutioleh para politikus senayan// Dialog dilakukan denganwasekjen Partai Demokrat Didi Irawadi dan ketua DPPHanura Dadang Rusdiana// Wakil Ketua DPR Fahri Hamzaikut turun ke jalan bergabung bersama ribuan massa aksidamai 4 November// Pada aksi tersebut Fahri Hamzamenjelaskan tentang cara menjatuhkan Presiden//

Analisis - Latar belakang reporter: Muslim, mantan reporter TPIth.2000, SCTV th.2003, Metro TV th.2004, ANTVth.2006, alumni Universitas Indonesia.

- Pemilihan bahasa: mengulas tentang aktor politik dariAksi 411, mempertegas dengan mempertanyakan“siapakah aktor politik yang menunggangi aksi 411 yangdimaksudkan Presiden?”, memberi pernyataan bahwaaksi 411 banyak diikuti oleh politikus Senayan.Melontarkan pertanyaan ke narasumber dialog, namunjuga memberikan informasi terkait sebelum peristiwaricuhnya aksi 411, terdapat pidato dari Fahri Hamzayang menjelaskan tentang tata cara menjatuhkanPresiden.

 

Page 191: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

Kode -

News Anchor/Reporter

Carlos Michael

Headline Top Series Prime Time: Ribuan Ormas Islam MenggelarUnjuk Rasa

Isi Berita Ribuan Ormas Islam menggelar unjuk rasa di depan BalaiKota DKI Jakarta// Unjuk rasa dipicu oleh pernyataanGubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)yang mengutip surat al-Maidah di Kepulauan Seribu//

Analisi - Latar belakang reporter: Katolik, mantan penyiar M-Channel Manado 2013, alumni Univ. KatolikParahyangan.

- Pemilihan bahasa: menyematkan istilah unjuk rasa padaAksi Bela Islam jilid 1 atau aksi pada tanggal 14 Oktober2016.

 

Page 192: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

Kode -

News Anchor/Reporter

Kevin Bellamy Egan

Headline Breaking News: Maklumat Antisipasi Aksi 212

Isi Berita Penyampaian isi maklumat antisipasi aksi 212 olehKapolda Metro Jaya// Berdasarkan dari beberapa pointerkait maklumat tersebut, bahwa masyarakatdiperbolehkan melakukan unjuk rasa namun dengan syarattidak ada kaitannya ataupun gerakan yang mengarahkepada makar.

Analisis - Latar belakang reporter: Katolik, repoter TV One 2009-2013, alumni Univ. Katolik Parahyangan.

- Pemilihan bahasa: menyebutkan Aksi Bela Islam denganistilah unjuk rasa.

 

Page 193: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

Kode Gambar 4.7.

News Anchor/Reporter

Tascha Liudmila

Headline Breaking News: Dialog Efek Demo Bagi Ahok

Isi Berita Pengunjuk rasa yang juga melakukan aksi damai di depanIstana Merdeka dan sejumlah titik di Jakarta mendapatpengawalan ketat aparat kepolisian// Massa tidak hanyaberasal dari ormas Islam di Jakarta tetapi juga dari berbagaidaerah// Unjuk rasa dipicu pernyataan calon petahanangubernur DKI Jakarta terkait surat al-Maidah//Mempertanyakan apakah efek unjuk rasa ini akanmenggerus elektabilitas Ahok atau justru semakinmenaikkan elektabilitas// Dialog bersama Ruhut Sitompul(juru bicara tim pemenangan Ahok-Djarot dan DjayadiHanan (pengamat politik)//

Analisis - Latar belakang reporter: Muslim, mantan reporter SCTV,Metro TV dan Kompas TV, alumni UPH.

- Pemilihan bahasa: menyebutkan peserta Aksi Bela Islamdengan sebutan pengunjuk rasa.

 

Page 194: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

Kode Gambar 4.8

News Anchor/Reporter

Valerina Daniel

Headline Ada Upaya Makar

Isi Berita Penyampaikan pendapat dari Kapolri Tito Karnavian bahwarencana Aksi 2 Desember memiliki agenda terselubung//Polri menduga aksi tersebut berupaya menjatuhkanpemerintah// Polisi sudah mengetahui adanya rapat-rapatpolitik diantaranya untuk melakukan makar// Kapolriberjanji akan menindak tegas sesuai dengan aturan yangberlaku//

Analisis - Latar belakang reporter: Muslim, mantan reporter TPIth.2000, SCTV th.2003, Metro TV th.2004, ANTVth.2006, alumni Universitas Indonesia.

- Menjelaskan upaya makar pada Aksi Bela Islam 2Desember, penjelasan tersebut dengan penakanan padapernyataan dari Kapolri.

 

Page 195: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

Kode Gambar 4.9

News Anchor/Reporter

Julita Telaumbanua

Headline Jelang Aksi 2/12: MUI Mengkaji Fatwa Shalat di Jalan

Isi Berita Penyampaian tentang MUI perlu mengkaji lagi fatwa shalatdi jalan berkaitan dengan permintaan Polri ke MUI untukmengeluarkan fatwa shalat di jalan terkait aksi demo 2Desember// Sebelumnya juga Kapolda Metro Jaya telahmengeluarkan maklumat larangan aksi 2 Desember//Ditanggapi dari berbagai pihak salah satunya yaitumenganggap Polri menghalangi kebebasan berpendapat//

Analisis - Latar belakang reporter: Protestan, mantan reporter TVOne, alumni Univ. Telkom Bandung

- Menggunakan istilah demo pada Aksi Bela Islam 2Desember, mengingatkan juga bahwa Kapolda MetroJaya telah mengeluarkan maklumat larangan demo 2Desember.

 

Page 196: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

Kode -

News Anchor/Reporter

Rudy Andanu

Headline Rawat Keberagaman dan Persatuan

Isi Berita Sejumlah tokoh nasional dan masyarakat sipil bersatumenolak aksi 2 desember// mengutip pernyataan tokoh guruHenny Supolo bahwa aksi 2 desember perlu dilarang jikaaksi tersebut mengganggu ketertiban umum dan aparatpenegak hukum tidak boleh tunduk pada kelompokintoleran.

Analisis - Latar belakang reporter: Muslim, reporter ANTV 2011,alumni Univ. Jenderal Soedirman.

- Menjelaskan tentang penolakan terkait rencana aksi 212oleh beberapa tokoh, dan penyebutan aksi 212 sebagaibentuk aksi intoleran.

 

Page 197: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

Kode -

News Anchor/Reporter

Anie Rahmi

Headline Dialog: Tensi Polkam Pasca Maklumat

Isi Berita Polri melakukan upaya pencegahan dalam menghadapi aksimassa sejumlah ormas yang menuntut penahan terhadapgubernur petahanan Jakarta Basuki Tjahaja Purnama(Ahok) dalam kasus penistaan agama// Polda Metro Jayatelah menyebarkan maklumat tertib unjuk rasa ke sejumlahtempat// Penyebaran maklumat juga dilakukan melaluiudara// Sebagai pencegahan karena aksi yang berujungrusuh ini penting dilakukan// Mengingat ada laporanintelegen bahwa aksi tersebut akan ditunggangi olehkelompok tertentu untuk berbuat makar kepada negara//(dialog tentang seberapa efektif maklumat yang disebaruntuk meredam tensi politik terkait aksi yang rencanakanakan dilakukan kembali pada 2 Desember 2016).

Analisis - Latar belakang reporter: Muslim, news anchor danproducer Trans TV (2003-2013), news anchor danproduser Bloomberg TV (2013-2015), alumni Univ.Indonesia

- Menjelaskan Aksi Bela Islam dari sudut pandang Polri,dan juga beberapa kali menyebutkan Aksi Bela Islamdengan unjuk rasa, melakukan penegasan danmengingatkan terkait Aksi Bela Islam 4 November yangberujung ricuh, menjelaskan bahwa terdapat dugaanmakar dalam Aksi Bela Islam.

 

Page 198: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

Kode -

News Anchor/Reporter Tezar Aditya

Headline Unjuk Rasa Ormas Islam

Isi Berita

Massa aksi mulai berkumpul di depan Mesjid IstiqlalJakarta, dan diperkirakan massa tersebut sekitar ribuanmassa// Massa tersebut menamai dirinya dengan ‘GerakanMasyarakat Jakarta’ (GMJ) yang merupakan gabungan dariberbagai ormas yang berbasis Islam, salah satunya FPI,Laskar Pembela Islam// Mereka semua bersatu padumenyuarakan aspirasi terkait pernyataan Ahok yangmenurut mereka menyakiti umat Islam// Dan Saat inisedang berlangsung orasi dari para petinggi ormastersebut// Dan juga terdapat beberapa saran ataupunhimbauan dari beberapa petinggi ormas tersebut kepadaanggotanya untuk tidak anarkis dan berlangsung dengandamai// Setelah orasi tersebut dilanjutkan dengan longmarsdari Istiqlal, kemudian ke Kementerian Kelautan dan jugaPertanian, dimana kantor KPP ini merupakan kantorsementara dari Bareskrim// Selanjutnya dilanjutkan jugalongmars ke Balai Kota merupakan kantor Ahok// Poldajuga menyatakan bahwa aksi ini akan dihadiri massasebanyak 5000 orang, tetapi berdasarkan hasil wawancaradengan beberapa orang disini mengklaim bahwa jumlahmereka bisa mencapai sekitar 15000 orang// Sementarauntuk masyarakat Jakarta yang beraktifitas disekitara jalanMedan Merdeka Timur dan Medan Merdeka Selatan untukberhati-hati karena potensi kemacetan akan terjadi akibatunju rasa ini karena longmars yang dilakukan.

Analisis

- Latar belakang reporter: Muslim, mantan kru produksiMetro TV 2014, alumni UIN Jakarta.

- Pemilihan bahasa: menggunakan kata-kata yang sesuaidengan maksud dari massa unjuk rasa sesuai denganheadline berita.

 

Page 199: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

Transkrip Wawancara

Narasumber : Claudius V. Boekan (Pemimpin Redaksi Berita Satu Tv)

Waktu : Senin, 09 April 2018 (Pukul: 14.00 WIB)

1. Bagaimana awal mula Berita Satu didirikan?

Awal mula Berita Satu ada yaitu karena Lippo Group yang menjadi

perusahaan yang mendirikan Berita Satu ini, berekspansi ke property dan

telekomunikasi, setelah krisis 1998 di Indonesia. Lalu pada bisnis

telekomunikasi, Lippo kembangkan namanya multi-pola yaitu bergerak di

software dan hardware, yang kemudian muncullah First Media. Sehingga,

TV berbayar pertama di Indonesia ialah First Media milik Lippo, tetapi

hingga awal 2011 belum ada news channel. Pada September 2011 akhir baru

dibentuklah Berita Satu, masih sangat muda yaitu 7 tahun

2. Apa yang menyebabkan Berita Satu Tv memilih bersiaran di

jaringan televise berbayar?

Penyebab pertama yaitu tidak ada lagi izin untuk free to air tv. Sehingga

tidak bisan diajukan izin, maka kita membuat sebuah kanal yang kemudian

disiarkan di tv berbayar. Waktu itu yang menjadi awal mula munculnya First

Meida (kabel/jaringan). Setelah di tv berbayar satelit Telkom Vision

(sekarang Trans Vision), Aora, Skynindo, lalu berkembang ke Big Tv. Big

Tv ini adalah satelit berbayar yang kembar dengan Firs Media. Lalu sekarang

juga bersiaran di Youtube, dan ada juga live streaming di internet.

Alasan lainnya juga karena tv berbayar adalah tv masa depan. Sedangkan

siaran tv yang bersifat free to air itu akan ada batasnya. Jadi, kalau kamu

pergi ke Negara-negara di Eropa maupun Amerika, mereka semua sudah

menggunakan layanan jaringan tv berbayar, karena teknologi ataupun

 

Page 200: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

tampilan yang lebih bagus dari pada tv yang sifatnya free to air. Sehingga

dari sini juga Lippo mencoba menerapkan teknologi yang digunakan oleh

negara-negara maju.

3. Pada Platform apa saja penonton dapat memproleh siaran Berita

Satu?

Pada platform Pay TV lewat kabel dan satelit yang sifatnya berbayar. Pada

ckabel yaitu First Media, Indie Home, sedangkan pada platform satelit yaitu

Big TV, Indovision. Sehingga Berita Satu sudah mencakup seluruh

jangkauan di Indonesia, serta melalui streaming youtube dan di internet.

4. Apa saja kategori yang masuk dalam penonton potensial dari Berita

Satu Tv?

Jika berbicara pay tv, maka kategori audiens kami adalah masyarakat yang

secara finansial memiliki kemampuan untuk membayar setiap bulannya.

Karena pada First Media layanannya priperplay yaitu internet/wifi dan

televisi, sehingga jika di kalkulasi angka sekitar Rp.500.000/bulan. Sehingga

jelas target audiensnya pada kelas menengah atas (decision maker), seperti

pebisnis, akademisi, manager, politikus, dan lain-lain. Walaupun begitu kami

sadar betul bahwa 80% mayoritas penduduk Indonesia adalah kaum

menengah kebawah, sehingga itu merupakan tantangan bagi Berita Satu.

Selain itu, dikarena kebiasaan masyarakat Indonesia, ingin menonton tetapi

yang bersifat gratis atau free. Maka bisnis Pay Tv di Indonesia hingga

sekarang belum berkembang dengan baik, karena kebiasaan masyarakat

Indonesia sendiri, berbeda di negara-negara seperti Eropa maupun Amerika.

Jepang dll.

 

Page 201: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

5. Apa saja kriteria dari redaksi Berita Satu Tv dalam merekrut para

wartawan maupun news presenternya?

Berita Satu sebagai stasiun tv yang terbilang masih sangat muda disbanding

denga stasiun tv lain seperti Metro Tv, SCTV, Kompas Tv, TV One, dan

lain-lain. Hal ini yang menjadikan stasiun kami sengaja sejak awal didirikan,

waktu itu saya, bung Don, dan bu Nunung yang sudah lama berkecimpung di

dunia pertelevisian ini bersepakat untuk merekrut para wartawan maupun

news presenter yang memang sudah memiliki pengalaman di bidang ini,

seperti mbak Rike Amru. Karena kalau tidak begitu maka tv kami ini akan

kalah bersaing dengan stasiun-stasiun yang memang sudah ada sejak lama.

6. Bagaimana bentuk editorial policy dari redaksi Berita Satu Tv?

Bentuk editorial policy kita tidak jauh berbeda dengan isi dari kode etik

jurnalistik, Cuma memang ada beberapa perbedaan karena disesuaikan

dengan visi misi dan filosofi dari perusahaan kita.

7. Seberapa besar pengaruh Lippo Group pada kebijakan redaksional

di Berita Satu Tv?

Pak James Riady ataupun Lippo Group sebagai pemilik dari Berita Satu

tidak pernah mencampuri masalah yang ada di redaksi, begitu juga terkait isi

pemberitaan yang kita tayangkan. Bahkan Pak James memberikan keluasaan

sepenuhnya kepada tim kita. Begitu juga yang terjadi ketika Aksi Bela Islam

yang dilakukan oleh umat Islam di Monas, kita tak perlu meminta izin

kepada Pak James untuk membuat liputan ekslusif peristiwa itu.

 

Page 202: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

8. Terkait Aksi Bela Islam yang ditayangkan Berita Satu. Apa yang

menjadi alasan Berita Satu dalam meliput Aksi tersebut terbilang

lebih ekslusif dibanding stasiun lain seperti Metro Tv dan Kompas

Tv?

Kita melihat peristiwa tersebut merupakan peristiwa langkah, dan sangat

menarik. Sehingga saying jika peliputan yang dilakukan tidak dilakukan

secara ekslusif. Selain itu, karena alasan lain yaitu ketika saya dan bung Don

waktu diminta untuk menangani Berita Satu, kita sudah bersepakt untuk

menjadikan stasiun ini berbeda dengan stasiun lain. Yaitu stasiun yang tidak

berafiliasi ke salah satu partai atau jadi poros kekuasaan politik, karena

disebabkan Lippo Group merupakan perusahaan multinasional yang tidak

pernah bersinggungan proyek dengan pemerinta, dan Lippo dibangun bukan

dengan uang dari hasil proyek pemerintah ataupun pinjaman terhadap

pemerintah, tetapi karena bantuan dari luar seperti Jepang. Sehingga ini juga

yang ingin kita tunjukkan perbedaan cara Berita Satu dalam meliput aksi

tersebut dengan stasiun lain seperti Metro Tv dan Kompas.

9. Terkait reporter lapangan yang ditugaskan dalam meliput Aksi Bela

Islam. Apakah mereka adalah reporter khusus yang dipilih redaksi

Berita Satu Tv untuk meliput aksi tersebut?

Kami memang telah mempersiapkan segalanya segala matang dan memilih

para reporter, maupun cameramen yang sudah berpengalaman dalam meliput

sebuah aksi ataupun kegiatan-kegiatan besar, untuk meliput Aksi Bela Islam,

persiapan tersebut dilakukan dengan cara yaitu rapat redaksi, serta briefing

untuk para reporter sebelum ke lokasi aksi. Hal ini sebagai upaya

pencegahan terjadi sesuatu hal yang tidak inginkan, dan juga sebagai bentuk

profesionalitas kami.

 

Page 203: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

10. Apa saja kendala yang dihadapi tim Berita Satu Tv dalam

melakukan peliputan terkait Aksi Bela Islam?

Awalnya wartawan kita sempat mengalami kesulitan ketika Aksi Bela Islam

yang pertama yaitu pada 14 Oktober 2016, karena para peserta aksi

menganggap stasiun kami seperti hal Metro Tv yang memang terlihat jelas

afiliasi partai politiknya, sehingga peserta takut bahwa stasiun kami akan

memberitakan tidak sesuai dengan yang terjadi. Tetapi kemudian, ketika

Aksi Bela Islam jilid kedua atau 4 November 2016, para peserta telah

melihat model pemberitaan dari Berita Satu Tv, sehingga ketika Aksi 411

maupun Aksi 212, para wartawan kami disambut baik dengan para peserta.

11. Apakah kekuasaan pemerintah ikut memengaruhi isi pemberitaan

di Berita Satu Tv?

Pemerintah saat ini sudah memberikan ruang yang sebesar-besarnya bagi

kebebasan pers, sehingga tidak ada lagi sikap pemerintah dalam mengatur

keputusan redaksional maupun pemberitaan di Berita Satu Tv. Walupun

begitu, kekuasaan pemerintah masih ditunjukkan melalui lembaga

pengawasannya yaitu Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) dan Dewan Pers,

yang mengawasi stasiun televisi, seperti tv kami ini agar tidak melanggar

norma-norma hukum yang berlaku, menayangkan tayangan yang bersifat

pornografi dan pornoaksi, serta yang mengandung unsur sara.

12. Apakah pengiklan memiliki andil yang besar terhadap keputusan

redaksional Berita Satu Tv?

Pengiklan memang memiliki pengaruh yang besar untuk keberlangsungan

bisnis kami, karena melalui para sponsor tersebut Berita Satu Tv dapat

tumbuh dan berkembang menjadi stasiun bagus. Tapi bukan berarti para

 

Page 204: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

pengiklan itu mampun mengubah keputusan-keputusan redaksional terkait

pemberitaan.

13. Apakah benar Berita Satu Tv menganut ideologi Pancasila?

Benar, sesuai dengan filosofi dari stasiun kami yang mengharuskan untuk

karyawan yang berada di bawah bendera Berita Satu Media Holdings untuk

selalu pro-NKRI, pro-demokrasi, pro-Pancasila, dan lain-lain ini.

Menjadikan stasiun ini berafiliasi kepada nasionalisme. Sehingga sebagai

media massa, kami tidak hanya bertujuan untuk memberikan informasi

kepada masyarakat Indonesia, tetapi juga untuk mencerdaskan generasi

penerus bangsa ini.

Jakarta, 13 Oktober 2018

 

Page 205: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44786/1/NURUL ZAKIAH...repository.uinjkt.ac.id

CURRICULUM VITAE

1. Data Pribadi

Nama : Nurul Zakiah

NIM : 21160510100017

Tempat, Tanggal Lahir : Serui, 8 Mei 1994

Daerah Asal : Ternate, Maluku Utara

Alamat Rumah : Jl. Jati 1 No.441, Mangga Dua Utara, Ternate Selatan, Ternate,

Maluku Utara, Indonesia.

Email : [email protected]

No.Hp : 085340060693

2. Daftar Riwayat Pendidikan

TK YAPIS Manokwari, Papua : Tahun 1999-2000

SD Islamiyah 5 Ternate, Maluku Utara : Tahun 2000-2006

MTs N. Ternate, Maluku Utara : Tahun 2006-2009

SMA N. 1 Ternate, Maluku Utara : Tahun 2009-2012

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta : Tahun 2012-2016

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta :Tahun 2017-2018