jurnaljp3.stkippgrilumajang.ac.idjurnaljp3.stkippgrilumajang.ac.id/assets/upload/paper/... · web...

21
LESSON STUDY SEBAGAI PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA Ana Rokhmawati, Herawati Susilo, Sofia Ery Rahayu STKIP PGRI Lumajang e-mail: [email protected] Abstrak: Lesson study merupakan model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkesinambungan berlandaskan prinsip-prinsip kolegilitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar (Susilo, 2010). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) keterlaksanaan penerapan lesson study di SMA Negeri 9 Malang; 2) hasil belajar Biologi siswa SMA Negeri 9 Malang pada penerapan lesson study. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan yang dilakukan pada empat kelas dengan dua guru model. Guru model Ana Rokhmawati mengajar di kelas X.5 dan X.6 sedangkan guru model Arga Tryandana mengajar di kelas X.7 dan X.4. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterlaksanaan penerapan lesson study di SMA Negeri 9 Malang mengalami peningkatan pada setiap tahapan plan, do, dan see. Hasil belajar Biologi siswa SMA Negeri 9 Malang pada penerapan lesson study mengalami peningkatan baik hasil belajar kognitif, afektif, dan psikomotor. Pada setiap kelas X.5, X.7, X.4, dan X.6 memiliki hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar sebelum penerapan pembelajaran melalui lesson study. Kata kunci: lesson study, hasil belajar PENDAHULUAN Seorang guru sebagai pendidik dan pengajar merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan setiap upaya peningkatan mutu pendidikan. Setiap inovasi pendidikan khususnya dalam perubahan kurikulum dan peningkatan sumber daya manusia yang dihasilkan dari upaya pendidikan berawal dan bermuara pada guru. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya peran guru dalam dunia pendidikan. Tantangan bagi seorang guru adalah bagaimana meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Mutu pendidikan merupakan dampak dari keprofesionalan pendidik. Undang-undang guru dan dosen Nomor 14 Tahun 2005 dan PP 19/2005 tentang Standar

Upload: vuongkhuong

Post on 17-May-2019

213 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

LESSON STUDY SEBAGAI PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA

Ana Rokhmawati, Herawati Susilo, Sofia Ery RahayuSTKIP PGRI Lumajang

e-mail: [email protected]

Abstrak: Lesson study merupakan model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkesinambungan berlandaskan prinsip-prinsip kolegilitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar (Susilo, 2010). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) keterlaksanaan penerapan lesson study di SMA Negeri 9 Malang; 2) hasil belajar Biologi siswa SMA Negeri 9 Malang pada penerapan lesson study. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan yang dilakukan pada empat kelas dengan dua guru model. Guru model Ana Rokhmawati mengajar di kelas X.5 dan X.6 sedangkan guru model Arga Tryandana mengajar di kelas X.7 dan X.4. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterlaksanaan penerapan lesson study di SMA Negeri 9 Malang mengalami peningkatan pada setiap tahapan plan, do, dan see. Hasil belajar Biologi siswa SMA Negeri 9 Malang pada penerapan lesson study mengalami peningkatan baik hasil belajar kognitif, afektif, dan psikomotor. Pada setiap kelas X.5, X.7, X.4, dan X.6 memiliki hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar sebelum penerapan pembelajaran melalui lesson study.

Kata kunci: lesson study, hasil belajar

PENDAHULUANSeorang guru sebagai pendidik dan

pengajar merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan setiap upaya peningkatan mutu pendidikan. Setiap inovasi pendidikan khususnya dalam perubahan kurikulum dan peningkatan sumber daya manusia yang dihasilkan dari upaya pendidikan berawal dan bermuara pada guru. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya peran guru dalam dunia pendidikan. Tantangan bagi seorang guru adalah bagaimana meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Mutu pendidikan merupakan dampak dari keprofesionalan pendidik. Undang-undang guru dan dosen Nomor 14 Tahun 2005 dan PP 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan merupakan acuan bagi pendidik profesional. Namun demikian, untuk menjadi pendidik profesional diperlukan usaha yang sistemik dan konsisten serta berkesinambungan dari

pendidik itu sendiri. Salah satu cara untuk mewujudkan hal tersebut adalah dengan melaksanakan lesson study. Lesson study merupakan model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkesinambungan berlandaskan prinsip-prinsip kolegialitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar.

Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa SMA Negeri 9 Malang diketahui bahwa materi Filum Mollusca, Arthropoda dan Echinodermata dirasa sulit karena materi tersebut terlalu banyak hafalan mengenai perbedaan masing-masing filum maupun ciri-ciri khusus morfologi pada masing-masing kelas dan ordonya. Dengan diadakan lesson study diharapkan guru menjadikan materi tersebut menarik untuk dipelajari oleh siswa karena dilaksanakan dengan memanfaatkan media pembelajaran yang menarik dan bersifat konkret

berdasarkan perencanaan bersama tim guru Biologi.

Lesson study menjadikan guru sering mendapatkan masukan untuk perbaikan pada pembelajaran berikutnya khususnya dalam penelitian ini adalah media pembelajaran sehingga kualitas pemanfaatan media pada pertemuan selanjutnya menjadi lebih baik. Selain itu pemanfaatan media pembelajaran berupa benda-benda atau kejadian asli yang alami sangat berperan untuk membentuk pemahaman siswa dengan cara memberikan pengalaman langsung. Dengan demikian, pemanfaatan media pembelajaran berdasarkan perbaikan-perbaikan dari proses lesson study diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) keterlaksanaan penerapan lesson study di SMA Negeri 9 Malang; (2) mengetahui hasil belajar Biologi siswa SMA Negeri 9 Malang pada penerapan lesson

study dengan memanfaatkan media pembelajaran.

METODEPenelitian ini termasuk jenis

penelitian tindakan yang bertujuan untuk mengungkap dan mengkaji pelaksanaan kegiatan lesson untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Penelitian dilakukan di SMA Negeri 9 Malang, Kabupaten Malang. Subyek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini siswa kelas X SMA Negeri 9 Malang.

Pada penelitian ini, lesson study dilaksanakan sebanyak 2 siklus pada materi kelas X yaitu Filum Arthropoda dan Echinodermata. Dalam siklus tersebut meliputi plan, do, see yang dilaksanakan pada empat kelas yaitu X.5, X.7, X.4, dan X.6. Siklus kegiatan pelaksanaan lesson study dalam penelitian ini yaitu dalam Gambar 1.

Gambar 1. Siklus Kegiatan Lesson Study (Diadaptasi dari Hopkins dalam Isman, 2010)

HASIL DAN PEMBAHASANKeterlaksanaan Lesson Study

Pada penelitian ini lesson study dilaksanakan pada dua materi yaitu Arthropoda dan Echinodermata. Berikut ini dijabarkan mengenai pelaksanaan lesson study materi Arthropoda serta Echinodermata.

Pelaksanaan Lesson Study Siklus IPada tahapan plan, guru

merencanakan tentang metode pembelajaran dan media yang tepat yang digunakan untuk pembelajaran materi Arthropoda. Berdasarkan hasil refleksi pada pembelajaran materi Mollusca, maka disepakati untuk pembelajaran materi

Arthropoda dilaksanakan praktikum karena hal tersebut membuat siswa lebih tertarik dan termotivasi dengan adanya benda amatan pada masing-masing kelompok. Pada pelaksanaan praktikum, siswa diberi tugas agar membawa bahan praktikum yang mudah didapatkan yaitu belalang dan udang. Setiap kelompok wajib membawa kedua bahan amatan tersebut. Selain itu di akhir pembelajaran guru harus menampilkan gambar maupun video untuk menyatukan dan menegaskan konsep berdasarkan hasil

praktikum. Evaluasi untuk kegiatan praktikum ini akan dilaksanakan post test selain ada penilaian psikomotor saat praktikum berlangsung. Data persentase dan kriteria keterlaksanaan tahap plan ditunjukkan pada Tabel 1. Berdasarkan data pada tabel maka persentase keterlaksanaan plan sebesar 83,8% dengan kriteria terlaksana sehingga dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan plan untuk materi Arthropoda sudah baik.

Tabel 1. Persentase dan Kriteria Keterlaksanaan Tahap Plan ArthropodaNo. Observer ∑ Persentase Keterlaksanaan (%) Rerata (%) Kriteria1. Arga Triandana 13 76,5

83,8 Terlaksana2. Ana Rokhmawati 15 88,23. Nuril Hidayati 15 88,24. Dini Safitri 14 82,4

Kegiatan do pertama dilakukan pada hari Senin di kelas X.5 yang selanjutnya hari Selasa di kelas X.4 dan X.7 dan hari Rabu di kelas X.6. Metode yang dipakai adalah praktikum. Kegiatan do berlangsung selama dua jam pelajaran. Pada pelaksanaan tahap do di kelas X.5, kegiatan awal guru meminta siswa untuk melaksanakan persiapan praktikum. Pada kegiatan inti, guru membagi siswa dalam kelompok kemudian setiap kelompok melakukan pengamatan pada hewan belalang dan udang. Setelah praktikum diadakan diskusi kelas untuk mengetahui ciri masing-masing hewan. Pada kegiatan akhir pembelajaran ini dilakukan post test. Kegiatan do di X.7 tidak melaksanakan praktikum karena siswa tidak

membawa bahan amatan sehingga praktikum dilaksanakan pada pertemuan selanjutnya. Pada kegiatan awal guru melakukan apersepsi. Setelah itu, guru menampilkan slide yang berisi gambar-gambar hewan Arthropoda dan memberikan permasalahan pada siswa. Pada kegiatan inti, guru model menerapkan metode Think Pair Share. Setelah diskusi kelompok selesai maka dilakukan diskusi kelas. Setiap kelompok membacakan hasil diskusinya dan guru memberikan penguatan jawaban siswa. Pada kegiatan akhir, guru menyuruh siswa menyimpulkan pembelajaran hari ini dan meminta pertemuan selanjutnya membawa bahan amatan udang, belalang, keluwing, dan laba-laba.

Tabel 2. Persentase dan Kriteria Keterlaksanaan Tahap Do Arthropoda

Kelas Waktu Guru Model Observer ∑ Persentase Keterlaksanaa

(%)Rerata

(%) Kriteria

X.5 07.30-09.00

Ana R. Bu As 17

89,587,7

Terlaksana

Arga T. 1 79,0

Kelas Waktu Guru Model Observer ∑ Persentase Keterlaksanaa

(%)Rerata

(%) Kriteria

5Dini S. 1

894,7

X.7 06.45-08.15

Arga T. Bu As 18

94,7

86,0 Terlaksana

Ana R. 15

79,0

Dini S. 16

84,2

X.4 10.15-11.45

Arga T. Ana R. 17

89,5

92,1Sangat

TerlaksanaNuril H. 1

894,7

X.6 08.15-09.45

Ana R. Bu Sofia 17

89,5

92,1Sangat

Terlaksana

Bu As 18

94,7

Arga T. 18

84,2

Nuril H. 19

100,0

Pada kegiatan do di kelas X.4 melaksanakan praktikum, siswa membawa bahan amatan udang dan belalang. Kegiatan inti dan kegiatan akhir sama dengan pelaksanaan pada saat pembelajaran di kelas X.5. Pada kegiatan awal, guru langsung meminta siswa untuk melaksanakan praktikum. Pada kegiatan do di kelas X.6 juga sama dengan kelas sebelumnya namun pada kegiatan inti yaitu saat praktikum, media bahan amatan asli yang digunakan lebih lengkap yang meliputi udang, belalang, laba-laba, dan keluwing. Selain itu pada kelas X.6 dituntut presentasi tentang bahan amatannya setelah melaksanakan praktikum.

Berdasarkan Tabel 2, kegiatan do oleh guru model Ana Rokhmawati di kelas X.6 mengalami peningkatan persentase yaitu sebesar 92,1% jika dibandingkan dengan kegiatan do di kelas X.5 yaitu sebesar 87,7%. Begitu juga dengan kegiatan do oleh guru model Arga Triyandana di kelas X.4

mengalami peningkatan persentase yaitu sebesar 92,1% jika dibandingkan dengan kegiatan do di kelas X.7 yaitu sebesar 86,0%. Ini terjadi karena pembelajaran dilaksanakan sesuai masukan-masukan pada saat refleksi dari proses pembelajaran sebelumnya.

Pelaksanaan tahap terakhir yaitu see. Refleksi pembelajaran di kelas X.5 yaitu umumnya siswa perempuan risih dengan bau dan tidak berani memegang bahan amatan sehingga guru memberi contoh cara memegang bahan amatan. Bahan amatan sebaiknya ditambah dengan keluwing dan laba-laba. Akhir pembelajaran sebaiknya digunakan untuk mengerjakan LKS. Refleksi pembelajaran di kelas X.7 yaitu beberapa siswa belum termotivasi belajar kemudian guru model memberikan pertanyaan kepada mereka agar lebih termotivasi. Video cara reproduksi hewan Arthropoda dan siklus hidup kupu-kupu sangat menarik sehingga banyak pertanyaan.

Sebaiknya guru melemparkan pertanyaan tersebut kepada siswa dahulu sebelum menjawabnya.

Tabel 3. Persentase dan Kriteria Keterlaksanaan Tahap See Arthropoda Kelas Waktu Peserta See ∑ Persentase Keterlaksanaan (%) Rerata (%) KriteriaX.5 09.15-09.45 Ana R. 16 94,1

90,2 TerlaksanaArga T. 14 82,4Dini S. 16 94,1

X.7 09.50-10.15 Arga 16 94,194,1 Sangat TerlaksanaAna 15 88,2

Dini 17 100,0X.4 12.00-12.30 Arga 17 100,0

94,1 Sangat TerlaksanaAna 16 94,1Nuril 15 88,2

X.6 10.00-10.30 Nuril 16 94,194,1 Sangat TerlaksanaArga 16 94,1

Ana 16 94,1

Refleksi pembelajaran di kelas X.4 yaitu bahan amatan belum lengkap, siswa antusias melakukan pengamatan namun ada siswa laki-laki menakuti teman perempuan dengan hewan amatan. Sebaiknya guru tegas memperingatkan tata tertib praktikum dan kebersihan. Selain itu pembagian kelompok lebih heterogen. Sebaiknya juga dilakukan persentasi bahan amatan setelah praktikum. Refleksi pembelajaran di kelas X.6 yaitu terdapat anggota kelompok yang menggunakan lup untuk mengamati pensil. Lup yang tersedia kurang karena hanya satu setiap kelompok. Dua siswa mengerjakan laporan praktikum dari buku pustaka seharusnya sesuai dengan pengamatan yang dilakukan. Sebaiknya membawa lipan untuk mengetahui beda Chilopoda dan Diplopoda.

Data persentase dan kriteria keterlaksanaan tahap see materi Arthropoda dapat dilihat pada Tabel 3. Berdasarkan Tabel 3, kegiatan see setelah pembelajaran di kelas X.5 memiliki persentase keterlaksanaan sebesar 90,2% dengan kriteria terlaksana. Pada kegiatan see pembelajaran kelas X7 memiliki persentase

keterlaksanaan sebesar 94,1% dengan kriteria sangat terlaksana. Demikian juga kegiatan see di kelas X.4 memiliki persentase keterlaksanaan sebesar 94,1% dengan kriteria sangat terlaksana. Pada kegiatan see untuk kelas X.6 telah terlaksana dengan baik juga meskipun tidak ada peningkatan persentase keterlaksanaan. Persentase keterlaksanaan kegiatan see untuk pembelajaran di kelas X.6 yaitu sebesar 94,1% dengan kriteria sangat terlaksana.Pelaksanaan Lesson Study Siklus II

Kegiatan plan pada materi Echinodermata dilaksanakan berdasarkan pada pembelajaran materi sebelumnya yaitu Arthropoda. Pada materi Arthropoda siswa sangat termotivasi untuk belajar dengan adanya praktikum (penggunaan media amatan asli). Siswa juga termotivasi dengan penyajian gambar maupun video yang berfungsi untuk memperkuat konsep materi yang mereka dapatkan. Hal ini terlihat pada hasil angket yang dibagikan pada siswa saat pembelajaran Arthropoda. Siswa menyatakan bahwa pembelajaran dengan

praktikum menarik karena dapat lebih mengetahui dan memahami bagian-bagian tubuh Arthropoda secara jelas. Berdasarkan hal tersebut maka rencana para guru Biologi untuk pembelajaran materi Echinodermata tetap menggunakan metode praktikum. Setelah praktikum, siswa presentasi sesuai bahan amatan yang diamati. Evaluasi pembelajarannya adalah post test dan tetap ada penilaian aspek psikomotor saat praktikum.

Berdasarkan Tabel 4, persentase keterlaksanaan plan materi Echinodermata sebesar 88,2% dengan kriteria terlaksana. Persentase keterlaksanaan plan materi Arthropoda sebelumnya sebesar 83,8% dengan kriteria terlaksana. Pelaksanaan plan materi Echinodermata ini menunjukkan sedikit peningkatan persentase daripada keterlaksanaan plan materi Arthropoda. Namun secara kriteria tidak terjadi

Tabel 4. Persentase dan Kriteria Keterlaksanaan Tahap Plan Echinodermata No. Observer ∑ Peresentase Keterlaksanaan (%) Rerata (%) Kriteria1. Arga Triandana 13 76,5

88,2 Terlaksana2. Ana Rokhmawati 16 94,13. Nuril Hidayati 16 94,14. Dini Safitri 15 88,2

peningkatan yaitu sama-sama dalam kriteria terlaksana.

Tahap kedua yaitu do. Kegiatan do dengan guru model Ana Rokhmawati di kelas X.5 melaksanakan praktikum. Pada kegiatan awal, guru menjelaskan secara singkat prosedur kerja yang harus dilakukan siswa kemudian guru membagikan bahan amatan untuk praktikum. Pada kegiatan inti, siswa melaksanakan praktikum. Namun di kelas X.5 bahan amatan masih meliputi bintang ular, bulu babi, dan teripang. Setelah praktikum siswa melakukan persentasi hasil amatannya. Pada kegiatan akhir guru

menyuruh siswa menyimpulkan pembelajaran hari ini. Post test dilakukan pada pertemuan selanjutnya karena jam pelajaran sudah berakhir. Pada pelaksanaan do dengan guru model Arga Tryandana di kelas X.7 dilakukan juga dengan kegiatan praktikum. Pada kegiatan awal guru menjelaskan prosedur praktikum kemudian membagikan bahan amatan dan LKS sesuai dengan refleksi pembelajaran di kelas X.5. Pada kegiatan inti dan penutup sama dengan kegiatan pembelajaran di kelas X.5. Bahan amatan pada kelas X.7 sudah cukup lengkap karena terdapat tambahan bintang laut.

Tabel 5. Persentase dan Kriteria Keterlaksanaan Tahap Do Echinodermata

Kelas Waktu Guru Model Observer ∑ Persentase Keterlaksanaan

(%)Rerata

(%) Kriteria

X.5 07.30-09.00

Ana R. Arga T. 16

84,273,7

Terlaksana

Jihan. 14

73,7

Eka P. 12

63,2

X.7 06.45-08.15

Arga T. Nuril H. 18

94,787,7

Terlaksana

Ana R 16

84,2

Dini S. 16

84,2

X.4 10.15-11.45

Arga T. B. Fia 15

79,0

89,5 Terlaksana

Bu As 19

100,0

Ana R. 16

84,2

Nuril H. 18

94,7

X.6 08.15-09.45 Ana R. B. As 1

7 89,5 92,1Sangat

Terlaksana

Pada pembelajaran di kelas X.4 juga melaksanakan praktikum. Kegiatan awal, inti, dan penutup sama dengan kegiatan pembelajaran di kelas X.7. Pembelajaran dengan metode praktikum terakhir di kelas X.6 dengan guru model Ana Rokhmawati. Pada kegiatan pembelajaran di kelas X.6 juga sama dengan kegiatan X.4. Namun bahan amatan yang digunakan saat pembelajaran di kelas ini banyak yang sudah mati sehingga menimbulkan bau tidak sedap. Data persentase tahap do materi Echinodermata ditampilkan pada Tabel 5. Berdasarkan Tabel 5 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan persentase keterlaksanaan do oleh guru model Ana yaitu 73,7% menjadi 92,1% dengan kriteria terlaksana. Begitu juga dengan guru model Arga terjadi peningkatan persentase dari 87,7% menjadi 89,5% dengan kriteria terlaksana.

Pelaksanaan tahap terakhir yaitu see. Refleksi pembelajaran di kelas X.5 yaitu siswa antusias dengan media asli, guru memperperhatikan siswa secara adil, siswa banyak yang mengutarakan pendapat dan

bertanya. Terdapat siswa yang terlalu santai sebaiknya guru memberi instruksi awal tegas dan terdapat LKS sehingga lebih aktif. Refleksi pembelajaran di kelas X.7 yaitu siswa menjadikan bahan amatannya sebagai mainan. Untuk mengatasinya guru masuk pada tiap-tiap kelompok. Terdapat konsep rancu yaitu permukaan tubuh Echinodermata bagian dorsal dan ventral seharusnya dibedakan menjadi bagian oral dan aboral. Konsep autogami pada LKS masih membingungkan siswa. Refleksi pembelajaran di kelas X.4 yaitu ada siswa yang tidak mencari jawaban LKS tetapi berbicara dengan temannya yang sibuk mencari info di internet. Di LKS tertulis autogami, guru lebih menekankan lagi perbedaan autogami dan autotomi. Sebaiknya lebih ditekankan dan diperjelas mengenai gambar sistem ambulakral. Refleksi pembelajaran di kelas X.6 yaitu kendala praktikum adalah bahan amatan yang sudah mati dan bau sehingga siswa kurang termotivasi. Video sudah jelas sehingga memperkuat konsep berdasarkan praktikum.

Tabel 6. Persentase dan Kriteria Keterlaksanaan Tahap See Echinodermata Kelas Waktu Peserta See ∑ Persentase Keterlaksanaan (%) Rerata (%) KriteriaX.5 09.15-

09.40Ana R. 16 94,1

89,7 TerlaksanaArga T. 14 82,4Eka P. 16 94,1Jihan 15 88,2

X.7 09.50-10.15

Arga 16 94,1

92,7 Sangat Terlaksana

Ana 16 94,1Nuril 16 94,1Dini 15 88,2

X.4 12.00-12.30

Arga 16 94,194,1 Sangat

TerlaksanaNuril 16 94,1Ana 16 94,1

X.6 10.00-10.25

Jihan 16 94,1 94,1 Sangat TerlaksanaAna 16 94,1

Kegiatan see setelah pembelajaran di kelas X.5 yaitu dengan persentase keterlaksanaan sebesar 89,7% dengan kriteria terlaksana. Pada kegiatan see setelah pembelajaran di kelas X7 memiliki presentase keterlaksanaan sebesar 92,7% dengan kriteria sangat terlaksana. Pada kegiatan see untuk pembelajaran di kelas X.4 memiliki presentase keterlaksanaan sebesar 94,1% dengan kriteria sangat terlaksana. Dari kegiatan see untuk kelas X.4 ini mengalami peningkatan persentase keterlaksanaan. Demikian juga pada pelaksanaan see untuk kelas X.6 telah terlaksana dengan baik dengan persentase keterlaksanaan sebesar 94,1% yaitu sangat terlaksana.

Hasil Belajar Hasil belajar Biologi siswa yang

didapatkan dilapangan meliputi hasil belajar kognitif, afektif, dan psikomotor dirumuskan pada Tabel 7. Hasil belajar kognitif siswa dibandingkan antara pembelajaran materi Animalia I (sebelum pelaksanaan lesoon study meliputi materi Porifera, Coelenterata, Vermes) dan pembelajaran pada materi Animalia II (setelah pelaksanaan lesson study meliputi materi Mollusca, Arthropoda, Echinodermata) menunjukkan bahwa hasil belajar Animalia II dengan memanfaatkan media pembelajaran asli, gambar, dan video meningkat daripada Animalia I.

Tabel 7. Rerata Nilai Hasil Belajar Kognitif, Afektif, dan Psikomotor

No. Kelas Rerata Nilai Kognitif Rerata Nilai Afektif Rerata Nilai PsikomotorUH I UH II1. X.5 71,2 74,9 77,1 82,82. X.7 74,1 77,4 79,1 84,53. X.4 66,9 74,4 77,7 83,14. X.6 72,7 80,0 79,2 84,9

Hasil belajar afektif pada masing-masing kelas menunjukkan bahwa penerapan lesson study dengan praktikum menggunakan bahan amatan asli berdampak baik terhadap hasil belajar afektif siswa. Sedangkan hasil belajar psikomotor pada ke-empat kelas tersebut menunjukkan bahwa lesson study dengan kerja praktikum maupun keterampilan dalam praktikum yang dilakukan siswa sudah baik.Pembahasan

Berdasarkan lesson study materi Arthropoda dan Echinodermata, keterlaksanaan penerapan PPL berbasis lesson study di SMA Negeri 9 Malang mengalami peningkatan persentase keterlaksanaan pada setiap tahapan plan, do,

dan see. Berdasarkan hal tersebut diketahui bahwa lesson study yang mengandalkan kerjasama dan proses kolaboratif dalam kelompok dapat meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan tahap plan (melakukan perencanaan pembelajaran), do (melaksanakan dan mengamati pembelajaran), dan see (melakukan refleksi pembelajaran) dari waktu ke waktu. Menurut Styler dan Hiebert dalam Susilo (2010), lesson study adalah suatu proses kolaboratif. Dalam kegiatan ini, sekelompok guru mengidentifikasi suatu masalah pembelajaran; merancang suatu skenario pembelajaran (yang meliputi kegiatan mencari buku dan artikel mengenai topik yang akan dibelajarkan); membelajarkan

siswa sesuai skenario (salah seorang guru melaksanakan pembelajaran sementara yang lain mengamati); mengevaluasi dan merevisi skenario pembelajaran; membelajarkan lagi skenario pembelajaran yang telah direvisi, sehingga dengan lesson study diupayakan adanya perbaikan-perbaikan pembelajaran yang dilakukan melalui proses-proses kolaborasi antar para guru. Oleh karena itu dalam penelitian ini keterlaksanan tahap plan, do, dan see mengalami peningkatan dari waktu ke waktu karena adanya perbaikan-perbaikan berkelanjutan berdasarkan hasil refleksi bersama teman kolega.

Hasil penelitian ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Noormayasanti (2009) yang menyatakan bahwa keterlaksanaan lesson study dari perspektif pemberdayaan media pembelajaran oleh MPF FMIPA UM peserta PPL sudah cukup terlaksana (67,5%) dan mengalami peningkatan dari tahap 1 ke tahap 2 lesson study baik pada plan, do, maupun see. Demikian juga penelitian yang dilakukan oleh Purnasari (2011) yang juga menyatakan bahwa keterlaksanaan implementasi lesson study dari tahap plan, do, dan see mengalami peningkatan dari lesson study ke-1 sampai ke-9 dengan rata-rata keterlaksanaan 92,1% dengan kategori sangat terlaksana.

Kegiatan lesson study dengan memanfaatkan media pembelajaran yang bersifat nyata dapat meningkatkan hasil belajar kognitif, afektif, dan psikomotor siswa. Dalam hal ini siswa terlibat secara langsung dalam proses pengamatan dan mengidentifikasi bahan amatan asli. Pemanfaatan media pembelajaran yang bersifat nyata dan yang ada di lingkungan

sekitar membuat siswa lebih mudah memahami suatu konsep. Hardjito (2004) menyatakan bahwa proses pembelajaran yang paling baik adalah melalui pengalaman langsung yang bisa didapat dari lingkungan sekitar. Siswa akan belajar dengan melakukan, mengamati, menyentuh, membaui, dan meraba hal-hal secara nyata (konkret), merasakan emosi dari berbagai fenomena dan bukannya menghapal hal-hal yang sesungguhnya masih abstrak bagi siswa (Diadaptasi dari Hardjito, 2004).

Pemanfaatan media pembelajaran asli yang dimanfaatkan oleh guru sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa tidak lepas dari proses kegiatan lesson study. Lesson study menjadikan guru melakukan perbaikan-perbaikan penggunaan media pembelajaran berdasarkan refleksi dari pembelajaran sebelumnya. Kekurangan pemanfaatan media akan selalu diperbaiki pada pelaksanaan open class berikutnya sehingga dapat memperbaiki kualitas pembelajaran yang pada akhirnya meningkatkan hasil belajar siswa. Garfield (2006) dalam Ibrohim (2010) menyatakan bahwa lesson study (jugyokenkyu) adalah proses sistematis yang digunakan guru-guru Jepang untuk menguji keefektifan pengajarnya dalam rangka meningkatkan hasil pembelajaran.

Penelitian pemanfaatan media pembelajaran melalui lesson study sehingga meningkatkan hasil belajar sebelumnya pernah dilakukan oleh Fatmawati (2010) dengan memanfaatkan media poster pada konsep Plantae dan Avertebrata. Evaluasi yang dilakukan pada pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan psikomotor peserta didik pada konsep Plantae dan Avertebrata di kelas X-3 SMA

LABORATORIUM UM. Pada siklus I (materi Plantae) dari 40 peserta didik ada 10 orang tidak tuntas dengan rata-rata nilai ulangan harian 76. Pada siklus II (materi avertebrata) dari 40 peserta didik ada 3 orang tidak tuntas dengan rata-rata nilai ulangan harian 80. Kemampuan psikomotor siswa X-3 pada siklus I 70% aktif mengikuti kegiatan diskusi, dan meningkat menjadi 90 % pada siklus II.

Demikian pula penelitian yang telah dilakukan oleh Zubaidah, Masniyah, dan Suryani (2010) dengan penerapan metode eksperiment dan STAD pada materi ekskresi pada manusia pengalaman open class lesson study menunjukkan bahwa hasil refleksi setelah pembelajaran menunjukkan bahwa metode pembelajaran eksperiment dan model STAD dapat meningkatkan keaktifan siswa. Diketahui bahwa ketuntasan belajar siswa melalui post-tes juga cukup tinggi setelah menggunakan metode eksperiment dan STAD dengan nilai 70-100, hanya dua orang siswa yang perlu mendapat remidi karena mendapat nilai 60.

Penelitian yang dilakukan oleh Ibrohim (2009) yaitu pengaruh model implementasi lesson study dalam kegiatan MGMP terhadap peningkatan kompetensi guru dan hasil belajar biologi siswa menunjukkan bahwa model implementasi lesson study, lesson study dipadu portofolio, dan lesson study dipadu PTK dalam kegiatan MGMP berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar Biologi siswa SMP di Kabupaten Pasuruan.

Dengan adanya penelitian-penelitian tersebut menunjukkan bahwa penerapan keterampilan mahasiswa Pendidikan Biologi FMIPA UM dalam memanfaatkan media pembelajaran melalui PPL berbasis lesson

study dapat meningkatkan hasil belajar Biologi siswa SMA Negeri 9 Malang. Lesson study memiliki banyak manfaat, bukan hanya untuk meningkatkan keprofesionalan seorang guru yaitu dalam pemanfaatan media pembelajaran namun juga untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Hal itu terjadi karena dengan meningkatnya kompetensi guru dalam memanfaatkan media pembelajaran maka akan berakibat pada proses pembelajaran yang lebih baik dan akan meningkatkan pula pemahaman siswa terhadap materi sehingga dengan begitu kompetensi siswa akan meningkat.

KESIMPULAN DAN SARANBerdasarkan hasil penelitian dan

pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.1. Keterlaksanaan penerapan lesson study

di SMA Negeri 9 Malang mengalami peningkatan pada setiap tahapan plan, do, dan see materi Arthropoda dan Echinodermata.

2. Hasil belajar Biologi siswa SMA Negeri 9 Malang pada penerapan lesson study mengalami peningkatan baik hasil belajar kognitif, afektif, dan psikomotor. Pada setiap kelas X.5, X.7, X.4, dan X.6 memiliki hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar sebelum penerapan lesson study.

Saran pemanfaatan lebih lanjut dari hasil penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut.1. Penelitian ini dikembangkan lebih lanjut

yaitu dengan melaksanakan lesson study lebih banyak lagi sehingga melatih tenaga pendidik agar lebih terampil

dalam memanfaatkan media pembelajaran.

2. Hendaknya penjadwalan pelaksanaan lesson study direncanakan jauh sebelum kegiatan open class agar observer lebih konsisten dalam melaksanakan kegiatan lesson study.

3. Setiap guru sebaiknya melaksanakan kegiatan lesson study untuk memecahkan hambatan-hambatan dalam proses pembelajaran. Dengan lesson study, guru akan mendapatkan banyak masukan dari para observer baik pada saat tahap plan, do, maupun see.

DAFTAR RUJUKANFatmawati, Evi. 2010. Pengembangan Teknik

Pembelajaran dengan Permainan Meja Letter O Dipandu dengan Media Poster pada Konsep Plantae dan Avertebrata Kelas X-3 Semester II Tahun 2009/2010 SMA Laboratorium UM. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Malang.

Handayana, Sumar, Didi Suryadi, Muchtar A. Karim, Sukirman, Arisman, Sutopo, Asep Supriyatna, Sudiman, Santosa, Harun Imansyah, Paidi, Ibrohim, Siti Sriyati, Anna Permanasari, Hikmat, Nurjanah, Ridwan Joharmawan. 2007. Lesson Study Suatu Strategi untuk Meningkatkan Keprofesionalan Pendidik (Pengalaman IMSTEP-JICA). Bandung: FMIPA UPI dan JICA.

Hardjito. 2004. Peran Guru dalam Pemanfaatan Media Pembelajaran Ditinjau dari Prespektif Pendidikan Progresif. Jurnal Teknodik. 8 (14): 85-108.

Ibrohim. 2009. Pengaruh Model Implementasi Lesson Study dalam Kegiatan MGMP terhadap Peningkatan Kompetensi Guru dan Hasil Belajar Biologi Siswa. Disertasi tidak diterbitkan. Malang: PPs UM.

Lee, Michele. 2010. 7 Principles of Highly Collaborative Professional Development. Journal Science and Children. 47 (9): 28-31.

Noormayasanti. 2009. Kemampuan Memberdayakan Media Pembelajaran Mahasiswa Pendidikan Fisika FMIPA UM Peserta PPL dengan Penerapan Lesson Study di SMA Widyagama Malang. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Malang.

Lusi, Nuraini. 2010. Penerapan Pembelajaran Berbasis Lesson Study untuk Meningkatkan Kemampuan dan Efektivitas Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) Mahasiswa Calon Guru Teknik Mesin. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang.

Sadiman Arif S., R. Rahardjo, Anung Haryono, Rahardjito.1986. Media Pendidikan (Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Saktiyono. 2008. Seribu Pena Biologi untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Erlangga.

Sihkabuden. 1999. Media Pembelajaran (Landasan Konseptual Media Pembelajaran). Makalah disajikan dalam Seminar Pemanfaatan Media Pembelajaran, PPs UM, Malang, 25 Desember.

Susanto, Pudyo. 2010. Buku Petunjuk Teknis Praktik Pengalaman Lapangan Bidang Studi Pendidikan Biologi. Malang: Universitas Negeri Malang.

Susilo, Herawati. 2010. Lesson Study Berbasis MGMP Sebagai Sarana Pengembangan Keprofesionalan Guru. Malang: Surya Pena Gemilang.

Susilo, Herawati. 2010. Peran Lesson Study Dalam Meningkatkan Profesionalitas Pendidik dan Kualitas Pembelajaran. Makalah disajikan dalam Prosiding Seminar Nasional Lesson Study 3, FMIPA UM, Malang, 9 Oktober.

Susilo, Herawati. 2011. Pengembangan Potensi Siswa melalui Pembelajaran Sains yang Inovatif: Apa, Mengapa, dan Bagaimana? Makalah disajikan dalam Seminar Nasional bertema Inovasi Pembelajaran Sains dalam Pengembangan Sumber Daya Manusia, Universitas Ronggolawe. Tuban, 22 Mei.

Syamsuri, Istamar dan Ibrohim. 2008. Lesson Study (Studi Pembelajaran) Model Pembinaan Pendidik secara Kolaboratif dan Berkelanjutan; dipetik dari Program SISTTEMS-JICA di Kabupaten Pasuruan-Jawa Timur (2006-2008). Malang: FMIPA UM.

Syamsuri, Istamar dan Ibrohim. 2010. Lesson Study Sebagai Pola Alternatif untuk Meningkatkan Efektivitas Praktik Lapangan (PPL) Mahasiswa Calon Guru. Makalah disajikan dalam Workshop Lesson Study untuk mahasiswa, guru, dan dosen, FMIPA Universitas Negeri Malang, Malang, 28 Februari.

Usman, Moh. Uzer. 1995. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Zubaidah, Masniyah, dan Suryani. 2010. Penerapan Metode Eksperimen dan STAD pada Materi ekskresi pada manusia pengalaman Open Class Lesson Study di SMP Negeri 2 Gempol. Makalah disajikan dalam Prosiding Seminar Nasional Lesson Study 3, FMIPA UM, Malang, 9 Oktober.