library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/ecolls/ethesisdoc/bab2doc/2011-2... · web viewdalam rangka...

23
Bab 2 Landasan Teori Dalam rangka mengkaji suatu karya sastra biasanya ada dua unsur yang digunakan, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik, karena kedua unsur inilah yang sering banyak disebut para kritikus dalam rangka mengkaji atau membicarakan karya sastra pada umumnya (Nurgiyantoro, 2010, hal.23). Namun dalam penelitian ini, penulis hanya menggunakan unsur ekstrinsik saja. Menurut Nurgiyantoro (2010, hal.23), unsur intrinsik adalah unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra, yang secara faktual akan dijumpai oleh pembaca karya sastra. Unsur tersebut meliputi peristiwa, cerita, plot, penokohan, tema, latar, sudut pandang penceritaan, bahasa atau gaya bahasa, dan lain- lain. Namun dalam penelitian ini, penulis hanya menggunakan unsur penokohannya saja. 7

Upload: lecong

Post on 02-May-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2011-2... · Web viewDalam rangka mengkaji suatu karya sastra biasanya ada dua unsur yang digunakan, yaitu unsur intrinsik

Bab 2

Landasan Teori

Dalam rangka mengkaji suatu karya sastra biasanya ada dua unsur yang digunakan,

yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik, karena kedua unsur inilah yang sering banyak

disebut para kritikus dalam rangka mengkaji atau membicarakan karya sastra pada

umumnya (Nurgiyantoro, 2010, hal.23). Namun dalam penelitian ini, penulis hanya

menggunakan unsur ekstrinsik saja.

Menurut Nurgiyantoro (2010, hal.23), unsur intrinsik adalah unsur yang membangun

karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai

karya sastra, yang secara faktual akan dijumpai oleh pembaca karya sastra. Unsur

tersebut meliputi peristiwa, cerita, plot, penokohan, tema, latar, sudut pandang

penceritaan, bahasa atau gaya bahasa, dan lain-lain. Namun dalam penelitian ini, penulis

hanya menggunakan unsur penokohannya saja.

Wellek & Warren dalam Nurgiyantoro (2010, hal 23-24) menjelaskan bahwa unsur

ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra itu, namun secara tidak

langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra, meskipun cukup

mempengaruhi. Unsur-unsur yang dimaksud antara lain adalah keadaan subjektivitas

individu pengarang yang memiliki sikap, keyakinan, dan pandangan hidup yang

kesemuanya itu akan mempengaruhi karya yang ditulisnya. Pendek kata, unsur biografi

pengarang akan turut mempengaruhi karya sastra yang dihasilkannya. Selain itu ada juga

unsur psikologi, baik yang berupa psikologi pengarang, psikologi pembaca, maupun

7

Page 2: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2011-2... · Web viewDalam rangka mengkaji suatu karya sastra biasanya ada dua unsur yang digunakan, yaitu unsur intrinsik

penerapan prinsip psikologi dalam karya sastra. Dalam unsur ekstrinsik ini penulis

menitikberatkan mengenai penerapan prinsip psikologi, khususnya psikologi sosial,

dalam karya sastra saja.

2.1 Teori Psikologi Sosial

Psikologi sosial adalah salah satu cabang dari ilmu psikologi yang mempelajari

perilaku manusia khususnya dalam lingkungan sosial, yang mempelajari perilaku

individual, hubungan antar-pribadi, dan sikap beserta perubahannya (Ahmadi, 2007,

hal.v). Namun dalam penelitian ini, penulis hanya membahas tentang sikap serta

perubahan sikap.

2.1.1 Sikap

“Istilah sikap yang dalam bahasa Inggris disebut attitude pertama kali digunakan oleh

Herbert Spencer (1862), yang menggunakan kata ini untuk menunjuk suatu status mental

seseorang.” (Ahmadi, 1991, hal.148)

Allport dalam Hirobumi (2008) mendefinisikan sikap sebagai berikut:

アメリカの社会心理学者オルポートは、「態度とは、個人が物事や状況に反応したときに影響を及ぼすもので、その個人の経験によって形作られた準備状態である」と定義しています。つまり態度とは、行動を起こす前の準備状態で、その人特有のものだと言いたいわけです。(hal.28)

Terjemahan:

Psikolog sosial Amerika Allport mendefinisikan sikap adalah kesiapan individu untuk bereaksi dalam pengaruh segala situasi berdasarkan pengalaman si individu. Singkatnya, sikap adalah kondisi kesiapan individu sebelum melakukan tindakan yang spesifik

8

Page 3: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2011-2... · Web viewDalam rangka mengkaji suatu karya sastra biasanya ada dua unsur yang digunakan, yaitu unsur intrinsik

Hal ini juga ditambahkan oleh Gerungan (2004) yang mengatakan:

Pengertian attitude dapat kita terjemahkan dengan sikap terhadap objek tertentu yang dapat merupakan sikap pandangan atau sikap perasaan, tetapi sikap tersebut disertai dengan kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan sikap objek itu. Jadi, attitude bisa diterjemahkan dengan tepat sebagai sikap dan kesediaan beraksi terhadap suatu hal. Attitude senantiasa terarahkan kepada suatu hal, suatu objek. Tidak ada attitude tanpa ada objeknya. (hal.160-161)

Thursione dalam Gerungan (2004) juga berpendapat bahwa:

Sikap sebagai tindakan kecenderungan yang bersifat positif atau negatif yang berhubungan dengan objek psikologi. Objek psikologi disini meliputi: simbol, kata-kata, slogan , orang, lembaga, ide, dan sebagainya. Orang dikatakan memiliki sikap positif terhadap suatu objek psikologi apabila ia suka (like) atau memiliki sikap favorable, sebaliknya orang yang dikatakan memiliki sikap yang negatif terhadap suatu objek psikologi bila ia tidak suka (dislike) atau sikapnya unfavorable. (hal.150)

Selain definisi sikap yang sudah dijelaskan diatas, sikap juga memiliki aspek-aspek,

yaitu:

1. Aspek Kognitif : yang berhubungan dengan gejala mengenal pikiran. Berupa

pengetahuan, kepercayaan atau pikiran yang didasarkan kepada informasi yang

berhubungan dengan objek.

2. Aspek Afektif : berwujud proses yang menyangkut perasaan-perasaan tertentu

seperti ketakutan, kebencian, simpati, antipasti, dan sebagainya yang ditujukan

kepada objek-objek tertentu.

3. Aspek Konatif (behavior) : berwujud proses tendensi/kecenderungan untuk

berbuat sesuatu kepada objek yang bersangkutan. (Ahmadi, 1991, hal. 149)

9

Page 4: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2011-2... · Web viewDalam rangka mengkaji suatu karya sastra biasanya ada dua unsur yang digunakan, yaitu unsur intrinsik

Attitude sendiri dapat dibedakan ke dalam attitude sosial dan attitude individual

(Gerungan, 2004, hal.161), namun dalam penelitian ini penulis memfokuskan kepada

attitude individual tokoh Uchiha Sasuke. Attitude individual dijelaskan oleh Gerungan

(2004) sebagai berikut:

Attitude invidual berbeda dengan attitude sosial, yaitu:

1. Attitude individual dimiliki oleh seorang demi seorang saja, misalnya kesukaan

terhadap

binatang-binatang tertentu.

2. Attitude individual berkenaan dengan objek-objek yang bukan merupakan objek

perhatian sosial. (hal.162)

Selain itu, menurut Gerungan (2004) sikap/attitude juga memiliki ciri-ciri, yaitu:

1. Attitude tidak dibawa orang sejak ia dilahirkan, tetapi dibentuk dan dipelajarinya

sepanjang perkembangan orang itu dalam hubungan dengan objeknya.

2. Attitude dapat berubah-ubah.

3. Attitude tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mengandung relasi tertentu

terhadap suatu objek.

4. Objek attitude dapat merupakan satu hal tertentu, tetapi dapat juga merupakan

kumpulan dari hal-hal tersebut.

5. Attitude mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan.(hal.163-164)

Sikap tidak bisa disebut sikap, apabila seseorang hanya memiliki pengetahuan mengenai

suatu objek saja, tanpa adanya tindakan yang ditunjukkan kepada objek yang

bersangkutan. Misalnya, kita tahu bahwa vitamin C baik untuk sistem kekebalan tubuh.

10

Page 5: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2011-2... · Web viewDalam rangka mengkaji suatu karya sastra biasanya ada dua unsur yang digunakan, yaitu unsur intrinsik

Mengetahui bahwa vitamin C itu baik untuk tubuh, hanya sampai kepada kognisi /

pengetahuan saja. Namun apabila kita tahu mengenai hal itu, dan kita mengkonsumsi

vitamin C, maka itulah yang disebut sikap. Dalam hal ini, kita memiliki sikap yang

positif terhadap vitamin C. (Gerungan, 2004, hal 164)

Selain itu, dibawah ini juga dijelaskan mengenai fungsi sikap menurut Ahmadi

(1991, hal.165-167) :

1. Sikap berfungsi sebagai alat untuk menyesuaikan diri.

2. Sikap berfungsi sebagai alat pengukur tingkah laku/behavior.

3. Sikap berfungsi sebagai alat pengatur pengalaman-pengalaman.

4. Sikap berfungsi sebagai alat pernyataan kepribadian.

2.1.2 Perubahan Sikap

Dalam teori sebelumnya, Gerungan (2004, hal.166) mengatakan bahwa attitude

dapat berubah-ubah. Beliau juga menambahkan bahwa pembentukan attitude

baru/perubahan attitude, tidak terjadi dengan sendirinya atau dengan sembarangan saja.

Melainkan senantiasa berlangsung dalam interaksi antar manusia dan berkaitan dengan

objek tertentu. Interaksi sosial di dalam maupun di luar kelompok, dapat mengubah

attitude atau membentuk attitude yang baru.

Hal ini juga didukung oleh pendapat Ahmadi (1991, hal.156) yang mengatakan

bahwa sikap seseorang tidak selamanya tetap. Ia dapat berkembang manakala mendapat

pengaruh, baik dari dalam maupun dari luar yang bersifat positif dan mengesankan.

11

Page 6: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2011-2... · Web viewDalam rangka mengkaji suatu karya sastra biasanya ada dua unsur yang digunakan, yaitu unsur intrinsik

Dalam proses perubahan sikap, ada dua faktor yang menjadi penyebabnya, yaitu:

1. Faktor intern : yaitu faktor yang terdapat dalam diri manusia itu sendiri. Faktor ini

berupa selectivity atau daya pilih seseorang untuk menerima dan mengolah

pengaruh-pengaruh yang datang dari luar. Misalnya seperti kasus vitamin C yang

sebelumnya. Seseorang telah mengetahui mengenai manfaat vitamin C untuk tubuh.

Namun orang tersebut memiliki daya pilih dalam dirinya sendiri untuk mengambil

sikap positif, dengan mengkonsumsi vitamin C, atau mengambil sikap sebaliknya.

2. Faktor ekstern : yaitu faktor yang terdapat diluar pribadi manusia, yang berupa

interaksi sosial diluar kelompok. (Ahmadi, 1991, hal.157-158)

Menurut Gerungan (2004, hal.168), contoh dari faktor-faktor eksternal itu adalah:

a. Adanya interaksi kelompok, dimana terdapat hubungan timbal-balik yang

langsung antara manusia.

b. Karena komunikasi, dimana terdapat pengaruh-pengaruh (hubungan) langsung

dari satu pihak saja.

2.1.2.1 Pendekatan Perubahan Sikap Berdasarkan Teori-Teori dari Mar’at

Selain teori-teori di atas, penulis juga menggunakan teori pendekatan perubahan

sikap dari Mar’at dalam Handayani (2007, hal.15-17). Berikut ini adalah penjelasan dari

teori-teori Mar’at :

1. Teori Stimulus-Respons dan Reinforcement (penguatan)

Teori ini beranggapan bahwa tingkah laku sosial dapat dimengerti melalui

suatu analisa stimuli yang diberikan dan dapat mempengaruhi reaksi yang

spesifik yang didukung oleh hukuman maupun penghargaan sesuai reaksi yang

12

Page 7: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2011-2... · Web viewDalam rangka mengkaji suatu karya sastra biasanya ada dua unsur yang digunakan, yaitu unsur intrinsik

terjadi. Proses dari perubahan sikap ini, serupa dengan proses belajar. Ada tiga

variabel penting yang menunjang proses belajar tersebut:

a. Perhatian

b. Pengertian

c. Penerimaan

Dalam proses perubahan sikap ini, dapat dilihat bahwa perubahan sikap dapat

terjadi apabila rangsang yang diberikan melebihi rangsang semula. Adapun

faktor yang mendukung terjadinya perubahan sikap adalah adanya imbalan dan

hukuman, dimana individu mengasosiasikan tindakannya disertai dengan

imbalan atau hukuman, stimulus mengandung harapan bagi individu sehingga

dapat terjadi perubahan dalam sikap.

2. Teori Social-Judgement

Pada dasarnya setiap stimulus memiliki nilai kuantitatif dan mempunyai

dimensi tersendiri berdasarkan ketertarikan individu tersebut. Kesesuaian dari

ketertarikan akan menentukan tingkatan kepuasan yang akhirnya menentukan

suatu keputusan yang disebut social-judgement (pertimbangan sosial).

Perubahan sikap juga disebabkan oleh komunikator. Peran dari komunikator

adalah memindahkan ide, keinginannya, kepada pihak lain, dengan cara

membujuk dimana dalam pendekatannya, komunikator memanfaatkan emosi dari

individu. Dengan adanya kesesuaian keputusan antara komunikator dan individu,

maka perubahan sikap dapat terjadi.

13

Page 8: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2011-2... · Web viewDalam rangka mengkaji suatu karya sastra biasanya ada dua unsur yang digunakan, yaitu unsur intrinsik

3. Teori Fungsional

Dasar dari teori fungsional adalah bahwa perubahan sikap dari seseorang

tergantung dari kebutuhan. Pendekatan dari teori ini bersifat phenomenologist,

yang berarti bahwa stimulus yang diberikan dapat dimengerti sesuai konteks

kebutuhan individu.

Teori fungsi ini beranggapan bahwa sikap memiliki suatu fungsi untuk

menghadapi dunia luar agar individu senantiasa menyesuaikan dengan

lingkungan menurut kebutuhannya. Sehingga terus menerus terlihat perubahan

sikap dan tingkah laku.

Dalam perubahan sikap, ada tiga proses asas yang terlibat, yaitu: a. kepatuhan, b.

identifikasi, c. pembatinan. Dalam banyak perubahan sikap, proses pembatinan

merupakan kaedah yang dapat mengubah tingkah laku.

Semua teori membahas bahwa lingkungan sosial yang menentukan sikap tersebut.

Dalam hal ini, perhatian khususnya diarahkan kepada komunikasi sebagai determinan

dari perubahan sikap. Dalam pengertian ini telah menjadi konsep tradisional dari pada

pembahasan sikap dimana masalah komunikasi dan interaksi sosial merupakan faktor

penentu dari pada perubahan sikap.

Perubahan sikap merupakan hasil dari komunikasi sosial yang sebenarnya

merupakan proses dari informasi. Di dalam komunikasi sosial yang merupakan sumber

dari pesan tersebut adalah manusia. Sedangkan berita yang akan disampaikan

merupakan satu materi yang dinyatakan. Efek daripada berita tersebut terlihat dari

14

Page 9: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2011-2... · Web viewDalam rangka mengkaji suatu karya sastra biasanya ada dua unsur yang digunakan, yaitu unsur intrinsik

komponen-komponen sikap yang mengalami perubahan. Dengan sendirinya perlu diteliti

apakah berita yang disampaikan itu bersifat emosional atau rasional yang akhirnya

menentukan penerima berita tersebut.

2.1.2.2 Pandangan Terhadap Perubahan Sikap

Menurut Carl Hovland dan Irving Janis dalam Handayani (2007, hal.17-18),

menjelaskan bahwa mereka menciptakan model perubahan sikap yang sangat berguna.

Pada awalnya dengan adanya suatu stimulus yang disebut Hovland sebagai observable

persuasion. Dalam hal ini, harus ada seorang komunikator yang memiliki posisi khusus

dalam masalah-masalah tertentu dan mencoba untuk meyakinkan dan membujuk orang

lain untuk mengubah pendapatnya sesuai dengan pendapat komunikator, dan

beranggapan bahwa komunikator tersebut memiliki pendapat yang benar.

Dalam perubahan sikap, individu dengan keadaan yang mereka miliki dihadapkan

pada keadaan yang berbeda. Dengan adanya ketidaksesuaian antara sikap individu

dengan sikap yang dicerminkan oleh komunikator dalam komunikasinya menyebabkan

terjadinya stres. Stres ini disebut sebagai konflik yang tidak seimbang, dimana

ketidaksesuaian merupakan sumber dari timbulnya stres. Komunikator pada umumnya

menguasai topik daripada penerima berita. Sehingga sulit menolaknya hanya

berdasarkan hal-hal yang logis.

2.2 Teori Psikologi Remaja

15

Page 10: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2011-2... · Web viewDalam rangka mengkaji suatu karya sastra biasanya ada dua unsur yang digunakan, yaitu unsur intrinsik

Sarwono (2011, hal.81) mendefinisikan bahwa remaja adalah masa transisi dari

periode anak ke dewasa, berkisar antara usia 11-24 tahun, dimana terdapat ciri-ciri

psikologis tertentu pada seseorang. Ciri-ciri psikologis itu menurut Allport dalam

Sarwono (2011, hal.81-82) adalah sebagai berikut:

1. Adanya pemekaran diri sendiri (extension of the self), yang ditandai dengan

kemampuan seorang untuk menganggap orang/hal lain sebagai bagian dari dirinya

juga, atau kemampuan untuk mengasihi orang lain.

2. Adanya kemampuan untuk melihat diri sendiri secara objektif (self objectivation),

yang ditandai dengan kemampuan untuk mempunyai wawasan tentang diri sendiri

(self insight).

3. Memiliki falsafah hidup tertentu (unifying philosophy of life). Individu tersebut tahu

kedudukannya dalam masyarakat, ia paham bagaimana seharusnya ia bertingkah

laku dalam kedudukan tersebut, dan ia berusaha mencari jalannya sendiri menuju

sasaran yang ia tetapkan sendiri. Orang seperti ini tidak lagi mudah terpengaruh dan

pendapat-pendapat serta sikap-sikapnya cukup jelas dan tegas.

2.3 Teori Penokohan

Dalam pembicaraaan sebuah fiksi, sering dipergunakan istilah-istilah seperti tokoh

atau penokohan, watak dan perwatakan, atau karakter dan karakterisasi secara

bergantian dengan menunjuk pengertian yang hampir sama. Istilah tokoh menunjuk

pada orangnya, atau si pelaku cerita (Nurgiyantoro, 2010, hal.164-165). Nurgiyantoro

(2010) juga menambahkan :

Watak, perwatakan, dan karakter, menunjuk pada sifat dan sikap para tokoh seperti yang ditafsirkan oleh pembaca, lebih menunjuk pada kualitas pribadi seorang tokoh.

16

Page 11: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2011-2... · Web viewDalam rangka mengkaji suatu karya sastra biasanya ada dua unsur yang digunakan, yaitu unsur intrinsik

Penokohan dan karakterisasi-karakterisasi sering juga disamakan artinya dengan karakter dan perwatakan, menunjuk pada penempatan tokoh-tokoh tertentu dengan watak(-watak) tertentu dalam sebuah cerita. (hal.165)

Jones dalam Nurgiyantoro (2010) mengatakan bahwa “penokohan adalah pelukisan

gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita” (hal.165).

Abrams dalam Nurgiyantoro (2010, hal.165) juga menambahkan: “tokoh cerita

(character) adalah orang(-orang) yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau

drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan

tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam

tindakan.”

2.3.1 Pembedaan Tokoh

Berikut ini adalah pembedaan tokoh menurut Nurgiyantoro (2010, hal.176-194):

a. Tokoh Utama dan Tokoh Tambahan

Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam suatu

karya sastra sedangkan tokoh tambahan tidak. Tokoh utama dalam suatu karya

sastra tidak selalu satu orang saja, bisa lebih, namun kadar ke-utamaannya

berbeda. Pembedaann antara tokoh utama dengan tokoh tambahan tidak dapat

dilakukan secara eksak, namun pembedaan itu lebih bersifat gradasi. Kadar

keutamaan tokoh-tokoh itu bertingkat: tokoh utama (yang) utama, utama

tambahan, tokoh tambahan utama, tokoh tambahan (yang memang) tambahan.

b. Tokoh Protagonis dan Tokoh Antagonis

Tokoh protagonis adalah tokoh yang kita kagumi, yang populer disebut hero.

Tokoh ini menampilkan sesuatu yang sesuai dengan pandangan kita, harapan-

17

Page 12: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2011-2... · Web viewDalam rangka mengkaji suatu karya sastra biasanya ada dua unsur yang digunakan, yaitu unsur intrinsik

harapan kita sebagai pembaca. Sebuah fiksi harus mengandung konflik,

ketegangan, khususnya konflik dan ketegangan yang dialami oleh tokoh

protagonis. Tokoh penyebab terjadinya konflik disebut tokoh antagonis. Tokoh

antagonis beroposisi dengan tokoh protagonis, baik secara langsung ataupun tak

langsung, bersifat fisik ataupun batin. Mengenai hal ini, Ishihara (2009, hal.42)

berpendapat:

ヒーロー」なんともいえずカッコいい響きを持つ言葉だ。もともとは英雄「という意   味なのだが、小説や戯曲、シナリオのことも、男性 ヒーロ「ー 女性は「ヒロイン」といったりする。もちろん、近代の小説にでてくる」「中心人物」は、すべてが「英雄」のように派手な行動をするわけではない。むしろそれとはまったく逆の「タイプ」が多い。

Terjemahan:

“Hero” bagaimanapun tidak bisa dikatakan berpenampilan menarik kecuali mempunyai perkataan yang bergaung dengan baik. Pada awalnya artinya adalah “eiyuu” (hero), tetapi dalam novel dan drama juga berarti “pemeran utama” dalam scenario. Bila lelaki disebut “hero”, bila perempuan disebut “heroine”. Tentunya bukan karena itu dalam novel sekarang ini yang dimunculkan sebagai pemeran utama semuanya seperti “eiyuu” (hero) yang berperilaku hebat. Agaknya hal itu bahkan (type) yang sebaliknya banyak.

c. Tokoh Sederhana dan Tokoh Bulat

Tokoh sederhana adalah tokoh yang hanya memiliki satu kualitas pribadi

tertentu, satu sifat watak tertentu saja, yang sifatnya datar, monoton, dan tidak

memberikan efek kejutan bagi pembaca. Sebagai seorang tokoh manusia, tidak

diungkapkan mengenai berbagai kemungkinan sisi kehidupannya. Sedangkan

tokoh bulat adalah tokoh yang memiliki dan diungkap berbagai kemungkinan

sisi kehidupannya, sisi kepribadian dan kehidupannya. Ia dapat saja memiliki

18

Page 13: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2011-2... · Web viewDalam rangka mengkaji suatu karya sastra biasanya ada dua unsur yang digunakan, yaitu unsur intrinsik

watak tertentu yang dapat diformulasikan, namun ia pun dapat menampilkan

watak dan tingkah laku yang bermacam-macam, bahkan mungkin bertentangan

dan sulit diduga. Abrams dalam Nurgiyantoro (2010, hal.183) juga menyatakan

bahwa dibandingkan dengan tokoh sederhana, tokoh bulat lebih menyerupai

kehidupan manusia yang sesungguhnya, karena memiliki berbagai kemungkinan

sikap dan tindakan, ia juga sering memberikan kejutan.

d. Tokoh Statis dan Tokoh Berkembang

Altenbernd & Lewis dalam Nurgiyantoro (2010, hal.188) menjelaskan bahwa

tokoh statis adalah tokoh cerita yang secara esensial tidak mengalami perubahan

atau perkembangan perwatakan. Tokoh statis memiliki sikap dan watak yang

relatif tetap, tidak berkembang, sejak awal sampai akhir cerita.

Sebaliknya, tokoh berkembang adalah tokoh cerita yang mengalami

perubahan dan perkembangan perwatakan sejalan dengan perkembangan

(perubahan) peristiwa dan plot yang dikisahkan. Ia secara aktif berinteraksi

dengan lingkungannya, baik lingkungan sosial, alam, maupun yang lain, yang

kesemuanya itu akan memperngaruhi sikap, watak, dan tingkah lakunya. Tokoh

berkembang cenderung menjadi tokoh kompleks, hal ini dikarenakan adanya

berbagai perubahan dan perkembangan sikap, watak, dan tingkah lakunya, yang

mungkin mengungkapkan berbagai sisi kejiwaan / psikologis nya.

e. Tokoh Tipikal dan Netral

Alterbernd & Lewis dalam Nurgiantoro (2010, hal 190) Tokoh tipikal adalah

tokoh yang hanya sedikit ditampilkan keadaan individualitasnya, dan lebih

19

Page 14: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2011-2... · Web viewDalam rangka mengkaji suatu karya sastra biasanya ada dua unsur yang digunakan, yaitu unsur intrinsik

banyak ditonjolkan kualitas pekerjaan atau kebangsaannya, atau sesuatu yang

lain yang lebih bersifat mewakili. Tokoh netral adalah tokoh cerita yang

bereksistensi demi cerita itu sendiri. Ia benar-benar merupaka tokoh imajiner

yang hanya hidup dan bereksistensi dalam dunia fiksi. Ia hadir (atau dihadirkan)

semata-mata demi cerita, atau bahkan dialah sebenarnya yang empunya cerita,

pelaku cerita, dan yang diceritakan.

2.3.2 Teknik Pelukisan Tokoh

Nurgiyantoro (2010, hal.194) mengatakan bahwa teknik pelukisan tokoh bertujuan

untuk melukiskan sifat, sikap, watak, tingkah laku, dan berbagai hal lain yang

berhubungan dengan jati diri tokoh. Di dalam melukiskan tokoh, ada dua teknik yang

dapat digunakan, yaitu teknik ekspositori (penjelasan), dan teknik dramatik. Namun

dalam penelitian ini, penulis hanya menggunakan teknik dramatik saja.

2.3.2.1 Teknik Pelukisan Tokoh Secara Dramatik

Penampilan tokoh cerita dalam teknik dramatik dilakukan dengan cara tidak

langsung, yang berarti pengarang tidak mendeskripsikan secara eksplisit sifat serta

tingkah laku tokoh. Pengarang membiarkan para tokoh cerita untuk menunjukkan

kediriannya sendiri melalui berbagai aktivitas yang dilakukan, baik secara verbal lewat

kata-kata, maupun non verbal lewat tindakan atau tingkah laku, dan juga melalui

peristiwa yang terjadi (Nurgiyantoro, 2010, hal.198). Dalam melukiskan tokoh secara

dramatik, ada delapan teknik yang bisa digunakan yaitu, teknik cakapan, teknik tingkah

laku, teknik pikiran dan perasaan, teknik arus kesadaran, teknik reaksi tokoh, teknik

20

Page 15: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2011-2... · Web viewDalam rangka mengkaji suatu karya sastra biasanya ada dua unsur yang digunakan, yaitu unsur intrinsik

reaksi tokoh lain, teknik pelukisan latar, teknik pelukisan fisik. Namun penulis hanya

menggunakan empat teknik saja, yaitu:

1. Teknik Cakapan

Percakapan yang dilakukan oleh para tokoh cerita biasanya juga dimaksudkan

untuk menggambarkan sifat-sifat tokoh yang bersangkutan secara verbal.

2. Teknik Tingkah Laku

Teknik tingkah laku mengarah pada tindakan yang dilakukan tokoh yang bersifat

nonverbal atau fisik. Apa yang dilakukan tokoh dalam wujud tindakan dan tingkah

laku, dapat dipandang sebagai penunjukkan reaksi, tanggapan, sifat, dan sikap yang

mencerminkan kedirian tokoh tersebut.

3. Teknik Pikiran dan Perasaan

Pola pikir dan perasaan tokoh, apa yang melintas di dalam pikiran dan perasaannya,

dalam banyak hal akan mencerminkan sifat-sifat kediriannya pula. Bahkan pada

hakikatnya, “tingkah laku” pikiran dan perasaanlah yang kemudian disalurkan

menjadi tingkah laku verbal dan nonverbal itu.

4. Teknik Reaksi Tokoh Lain

Reaksi tokoh-tokoh lain dimaksudkan sebagai reaksi yang diberikan oleh tokoh lain

terhadap tokoh utama, atau tokoh yang dipelajari kediriannya, yang berupa

pandangan, pendapat, sikap, komentar, dan lain-lain. Pendek kata, penilaian

kedirian tokoh (utama) cerita oleh tokoh-tokoh cerita yang lain dalam sebuah karya.

Reaksi tokoh juga merupakan teknik penokohan untuk menginformasikan kedirian

tokoh kepada pembaca.

21