… · web viewpelayanan angkutan bis kota oleh pemerintah telah dilaksanakan di kota-kota jakarta,...
TRANSCRIPT
BAB 13
PERHUBUNGAN DAN
PARIWISATA
BAB 13
PERHUBUNGAN DAN PARIWISATA
I. PENDAHULUAN
Sesuai dengan Garis-garis Besar Haluan Negara dalam Repe-
lita IV pembangunan perhubungan diarahkan untuk lebih memper-
lancar arus barang dan jasa serta meningkatkan mobilitas ma-
nusia ke seluruh wilayah tanah air, terutama daerah pedesaan,
daerah perbatasan dan daerah-daerah terpencil, serta dalam
kota. Kelancaran arus perhubungan tersebut akan mempercepat
pencapaian sasaran-sasaran pembangunan, serta memperkokoh
persatuan dan kesatuan bangsa dalam rangka meningkatkan keta-
hanan nasional dan perwujudan Wawasan Nusantara. Khususnya
untuk daerah-daerah terpencil, peranan angkutan perintis da-
rat, laut, dan udara akan lebih ditingkatkan lagi. Pembangun-
an perhubungan perlu didukung oleh pengembangan dan penerapan
teknologi yang tepat guna termasuk teknologi maju, serta pe-
ningkatan pendidikan dan latihan guna mempersiapkan dan me-
nyediakan tenaga kerja yang ahli dan terampil.
Hasil-hasil pembangunan perhubungan dalam Repelita I, Re-
pelita II dan III telah dapat meningkatkan kapasitas prasara-
na dan sarana yang dimiliki masing-masing unsur perhubungan
dan memberikan pelayanan yang lebih baik pada masyarakat ser-
ta dapat melayani pertumbuhan kebutuhan angkutan dan jasa
perhubungan. Dalam Repelita IV pembangunan perhubungan akan
ditingkatkan secara terpadu sehingga keseluruhan unsur-unsur
167
perhubungan berada pada imbangan-imbangan yang dapat diandal-
kan baik angkutan perintis, angkutan kota, angkutan antar pu-
lau, dan antar propinsi maupun pelayanan angkutan ke luar ne-
geri. Pembangunan perhubungan dalam Repelita IV merupakan pe-
ningkatan dan pemantapan penyediaan jasa perhubungan yang ma-
kin merata dan terpadu agar dapat menjadi salah satu sendi
yang mantap dalam pembangunan nasional. Untuk mencapai hal
tersebut dilakukan usaha penataan dan penyebar luasan penye-
diaan jasa perhubungan serta pembinaan dan pengembangan jari-
ngan perhubungan. Dengan demikian tersedia jasa perhubungan
yang lebih luas, teratur, lancar, efisien, dan seimbang antar
berbagai jenis sarana/prasarana perhubungan serta dapat mem-
berikan pelayanan yang makin memadai. Sejalan dengan itu di-
tingkatkan pula kemampuan pengelolaan untuk dapat menunjang
keseimbangan pelayanan serta peningkatan efisiensi dan efek-
tivitas pengelolaan perhubungan. Juga dilakukan peningkatan
disiplin dan ketertiban bagi keselamatan lalu-lintas barang
dan penumpang sehingga dapat mengurangi kecelakaan dan musi-
bah dalam bidang angkutan.
Demikian juga dalam Repelita IV pembangunan jalan meng-
utamakan jaringan jalan di pusat-pusat produksi serta jalan-
jalan yang menghubungkan pusat produksi dengan daerah pema-
sarannya, termasuk jaringan jalan yang mendukung pengembangan pemukiman transmigrasi. Peningkatan dan pembangunan jalan di
dalam kota yang lalu-lintasnya sudah sangat padat akan dite-
ruskan dan diperluas. Keseluruhan jaringan jalan tersebut
akan diatur sehingga dapat berfungsi dalam hubungan yang sa-ling mendukung. Juga akan diciptakan keserasian dan keterpa-
duan antara pembangunan jalan, pembangunan kereta api dan
pembangunan prasarana perhubungan lainnya.
168
Selanjutnya pembangunan perkeretaapian ditujukan untuk
makin meningkatkan kemampuan angkut dan meningkatkan mutu pe-
layanan kereta api agar berfungsi sebagai angkutan umum yang
murah, tertib, cepat dan aman. Untuk itu akan diusahakan pe-
ningkatan efisiensi pengusahaannya.
Selain itu pelayanan angkutan sungai, danau dan penyebe-
rangan akan lebih ditingkatkan baik sebagai sarana angkutan
yang berdiri sendiri maupun sebagai bagian dari hubungan ja-
ringan jalan raya dan kereta api, agar dapat menunjang pem-
bangunan di berbagai sektor dan daerah, khususnya daerah pe-
mukiman penduduk di pedalaman serta daerah-daerah terpencil.
Untuk itu akan makin ditingkatkan efisiensi penyelenggaraan
sistem angkutan ini.
Dalam rangka meningkatkan perhubungan laut, Garis-garis
Besar Haluan Negara juga menetapkan agar tersedia pelayanan
angkutan laut yang lebih luas, tertib, teratur, aman, lancar,
murah dan efisien terutama untuk daerah-daerah terpencil. Pe-
layaran dalam negeri akan lebih ditingkatkan dan diusahakan
agar dapat saling mendukung sehingga di samping akan mendo-
rong pertumbuhan perdagangan antar pulau, juga dapat menun-
jang pelayaran luar negeri. Pelayaran nasional luar negeri
akan lebih ditingkatkan peranan dan kemampuan bersaingnya da-
lam pengangkutan barang-barang perdagangan luar negeri Indo-
nesia. Juga akan dilaksanakan langkah-langkah pengembangan
dan pembinaan yang lebih mantap terhadap dunia usaha pelayar-
an, khususnya pelayaran rakyat.
Di samping itu perhubungan udara akan lebih ditingkatkan
kemampuannya agar tersedia pelayanan angkutan udara yang cu-
kup, lancar, teratur, aman dan efisien. Perhubungan udara da-
169
lam negeri, khususnya perhubungan udara perintis, akan diper-
luas agar mencakup semua daerah-daerah terpencil, yang belum
dihubungkan oleh jaringan angkutan darat, sungai atau laut
dengan daerah lain. Perhubungan udara luar negeri lebih di-
tingkatkan mutu pelayanan dan daya saingnya dalam rangka me-
ningkatkan penghasilan devisa.
Pembangunan pos akan diperluas sampai ke semua kecamatan
sehingga menjangkau desa-desa, daerah pemukiman transmigrasi
dan daerah-daerah terpencil lainnya melalui penambahan ja-
ringan pos dan giro. Sejalan dengan itu juga ditingkatkan
efisiensi serta mutu pelayanan pos dan giro, sehingga pembe-
rian jasa pos dan giro akan lebih cepat, aman dan teratur. Di
samping itu pembangunan telekomunikasi ditujukan untuk mem-
perluas jaringan dan sambungan telekomunikasi serta mening-
katkan mutu pelayanannya. Untuk itu akan diadakan penambahan
fasilitas telekomunikasi umum serta peningkatan efisiensi dan
efektivitas penyelenggaraannya. Salah satu kegiatan penting
dalam sektor perhubungan adalah penyediaan jasa meteorologi.
Dalam hubungan ini Garis-garis Besar Haluan Negara menetapkan
agar pengembangan jasa meteorologi dan geofisika lebih di-
tingkatkan untuk menunjang keselamatan masyarakat pada umum-
nya, keselamatan pelayaran dan penerbangan pada khususnya,
serta untuk kepentingan pembangunan di berbagai sektor.
Di bidang kepariwisataan, Garis-garis Besar Haluan Negara
menentukan bahwa pembangunan pariwisata perlu ditingkatkan
untuk memperluas kesempatan kerja dan kesempatan berusaha,
meningkatkan penerimaan devisa serta memperkenalkan alam dan
kebudayaan Indonesia. Dalam hubungan ini pembinaan serta pe-
ngembangan pariwisata dilakukan dengan tetap memperhatikan
170
terpeliharanya kebudayaan dan kepribadian nasional serta ke-
lestarian lingkungan hidup. Selain itu pembinaan dan pengem-
bangan pariwisata dalam negeri akan ditingkatkan dengan tu-
juan lebih mengenalkan alam dan kebudayaan bangsa dalam rangka
memupuk cinta tanah air dan menanamkan jiwa, semangat serta
nilai-nilai 1945, di samping untuk memperluas lapangan kerja.
Tambahan pula dalam rangka pengembangan pariwisata akan diam-
bil langkah-langkah dan pengaturan yang lebih terarah berda-
sarkan kebijaksanaan yang terpadu, antara lain berupa pening-
katan kegiatan promosi dan pendidikan kepariwisataan, penye-
diaan sarana dan prasarana serta peningkatan mutu dan kelan-
caran pelayanan.
Pembangunan perhubungan dan pariwisata akan dapat mening-
katkan perluasan lapangan kerja produktif. Untuk itu akan di-
lakukan penelitian dan pengkajian yang saksama agar setiap
kebijaksanaan dapat menunjang dan memperluas lapangan kerja
produktif.
II KEADAAN DAN MASALAH
1. Perhubungan Darat
a. Jalan dan Jembatan
Hasil pembangunan dibidang jalan selama Repelita III, te-
lah memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat, karena
telah tersedia prasarana jalan yang semakin baik yang dapat
memperlancar arus distribusi barang dan jasa serta mobilitas
manusia.
Dalam Repelita III pembangunan di bidang jalan diutamakan
pada peningkatan jaringan jalan yang meluas ke seluruh daerah
171
sesuai dengan pertumbuhan lalu lintas. Panjang jaringan jalan
pada akhir Repelita III adalah 119.500 km, terdiri dari Jalan
Negara sepanjang 11.812 km, Jalan Propinsi sepanjang 34.180
km, dan Jalan Kabupaten sepanjang 73.508 km. Sebagian besar
dari jaringan jalan tersebut sudah dalam keadaan baik dan
beraspal terutama Jalan Negara dan Jalan Propinsi, walaupun
demikian masih terdapat jalan-jalan berkerikil dan jalan ta-
nah terutama Jalan Kabupaten. Keadaan permukaan Jalan Negara
adalah sebagai berikut: yang beraspal mencapai 75%, yang ber-
kerikil 23% dan jalan tanah 2%. Jalan Propinsi yang beraspal
adalah 55%, yang berkerikil 23% dan jalan tanah 22%. Jalan
Kabupaten yang beraspal 33%, yang berkerikil 28% dan jalan
tanah 39%.
Selama Repelita III telah dilakukan rehabilitasi dan pe-
meliharaan jalan sepanjang 32.487 km dan jembatan 28.854 m;
penunjangan jalan sepanjang 92.066 km dan jembatan 117.253 m;
peningkatan jalan sepanjang 11.120 km dan jembatan 10.525 m;
pembangunan jalan baru sepanjang 1.510 km dan pembangunan
jembatan baru 4.251 m serta penggantian jembatan sepanjang
37.102 m. Hasil-hasil tersebut secara keseluruhan telah me-
lampaui rencana pembangunan jalan dan jembatan selama Repe-
lita III. Selain itu telah dilakukan pula peningkatan jalan
dan jembatan pada ruas-ruas Jalan Propinsi dan Jalan Kabupa-
ten melalui Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat I, Bantuan
Pembangunan Daerah Tingkat II dan Inpres Penunjangan Jalan
Kabupaten.
Peningkatan dan pembangunan jalan selama Repelita III
untuk masing-masing ruas jalan disesuaikan dengan fungsi ruas
jalan tersebut, yaitu yang terdiri dari jalan arteri (jalan
172
untuk jangkauan lalu lintas jarak jauh dengan kecepatan rata-
rata tinggi dan jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien)
sepanjang 12.294 km; jalan kolektor (yang melayani angkutan
pengumpulan/pembagian dengan ciri perjalanan jarak sedang)
sepanjang 26.937 km dan jalan lokal (yang melayani angkutan
setempat dengan ciri-ciri perjalanan jarak dekat dengan kece-
patan rata-rata rendah) sepanjang 80.269 km.
Pada akhir Repelita III ruas jalan arteri dan kolektor
dalam kondisi terputus dan rusak berat telah dapat dihilang-
kan. Namun demikian ruas-ruas jalan dalam kondisi tidak man-
tap, yaitu ruas jalan yang selalu perlu ditunjang secara ter-
atur masih sepanjang 17.500 km dan ruas jalan dalam kondisi
mantap baru mencapai 19.420 km dan seluruh jaringan jalan
yang ada sepanjang 119.500 km. Dari ruas jalan dalam keadaan
mantap sepanjang 1.350 km (7%) merupakan jalan dengan masa
pelayanan lebih dari 10 tahun, dan sepanjang 18.070 km (93%)
merupakan jalan dengan masa pelayanan antara 5 sampai 10
tahun.
Keadaan tersebut menunjukkan bahwa masih perlu dilakukan
usaha peningkatan jalan dalam kondisi tidak mantap menjadi
jalan mantap, yang dilakukan terutama melalui peningkatan
struktur badan jalan. Hal ini diperlukan untuk menjaga ke-
mungkinan terputusnya jalan dan jembatan sehingga mengganggu
kelancaran distribusi barang dan jasa. Di samping itu pening-
katan dan pembangunan jalan di kota-kota besar masih perlu
lebih ditingkatkan untuk dapat menjaga kelancaran lalu-lintas
kota. Juga usaha untuk membangun jembatan baru dan mengganti
jembatan yang sudah tidak memenuhi syarat bagi beban lalu-
lintas yang ada perlu dilanjutkan. Panjang jembatan pada
173
ruas-ruas Jalan Negara dan Jalan Propinsi pada akhir Repelita
III adalah kurang lebih sepanjang 225.000 m, yang dalam kon-
disi baik sepanjang 99.462 m (44%); dalam kondisi cukup baik
97.900 m (43%); dalam kondisi kritis 26.820 m (12%); di sam-
ping itu jalan sepanjang 54.000 m belum diketahui keadaannya
secara tepat. Keadaan ini menunjukkan bahwa dalam Repelita IV
masih diperlukan usaha untuk meningkatkan pelayanan dan mutu
jaringan jalan untuk menunjang kelancaran lalu-lintas dan
distribusi yang lebih baik.
b. Angkutan Jalan Raya
Kebijaksanaan yang ditempuh dalam Repelita III adalah me-
ningkatkan prasarana dan saran angkutan jalan raya dan me-
ningkatkan fasilitas keselamatan jalan raya dalam usaha me-
ngurangi tingkat kecelakaan baik yang dipengaruhi oleh fak-
tor-teknis maupun pemakai jalan. Juga dilakukan peningkatan
angkutan darat perintis dan angkutan pedesaan, serta pening-
katan angkutan kota.
Perkembangan jumlah kendaraan menurut jenis kendaraan se-
lama Repelita III dapat dilihat pada Tabel 13 - 1. Data ter-sebut menunjukkan bahwa pelayanan angkutan jalan dalam peri-ode 1979-1982 meningkat rata-rata 11,08% per tahun untuk ken-
daraan penumpang, 24,65% untuk kendaraan bis dan 19,8% untuk
truk.
Hasil-hasil pembangunan di bidang angkutan jalan raya se-
lama Repelita III adalah pemasangan 28.233 buah rambu-rambu
lalu-lintas, 188 buah unit lampu pengatur lalu-lintas, 17
unit fasilitas pengujian Kendaraan Bermotor, sebuah Terminal,
26 buah jembatan timbang dan 17 buah Kantor Inspeksi dan Kan-
174
TABEL 13 - 1
PERKEMBANGAN ARMADA ANGKUTAN JALAN,1979 - 1982
Tahun B i s MobilBarang/truk
Mobil Sepeda MotorPenumpang
1979 69.545 383.648 577.345 2.266.183
1980 85.571 472.095 636.867 2.655.889
1981 112.078 590.558 722.441 3.197.305
1982 134.430 657.104 791.019 3.764.442
175
GRAFIK 13 - 1PERKEMBANGAN ARMADA ANGKUTAN JALAN,
1979 - 1982
197 198 198 198 1979
1980
1981
1982
(buah) 700.000 Mobil
(buah) 657.104
4.000.000 3.200.0
00 - 2.400.000 1.600.000
800.00
3.764.44
01979 1980 19811981
tor Wilayah. Juga telah dilanjutkannya pembangunan Pusat Pe-
ngujian Kendaraan Bermotor di Bekasi Jawa Barat, yang bertu-
juan untuk menguji mutu dan suku cadang kendaraan bermotor
agar laik darat, serta mencegah gangguan lingkungan. Usaha
tertib lalu-lintas telah ditingkatkan melalui koordinasi ke-
bijaksanaan antar instansi dengan mengikut sertakan masyara-
kat dalam menegakkan hukum lalu-lintas. Peningkatan angkutan
jalan raya sebagian besar merupakan hasil usaha sektor swas-
ta, terutama jasa perusahaan-perusahaan angkutan jalan raya.
Pertumbuhan arus lalu-lintas di beberapa kota besar telah
menyebabkan kemacetan-kemacetan lalu-lintas. Untuk melayani
kebutuhan masyarakat bagi angkutan dalam kota telah dikem-
bangkan berbagai jenis angkutan massal baik angkutan kereta
api maupun bis kota. Pengembangan angkutan kota dilaksanakan
pengelolaannya oleh Pemerintah serta perusahaan swasta dan
koperasi. Pelayanan angkutan bis kota oleh Pemerintah telah
dilaksanakan di kota-kota Jakarta, Surabaya, Medan, Semarang,
Ujung Pandang, Bandung dan Tanjung Karang.
Untuk melayani kebutuhan angkutan di daerah-daerah ter-
pencil, pelayanan bis perintis juga terus ditingkatkan. Pada
tahun 1983 jumlah bis perintis mencapai 165 buah dan berope-
rasi di 20 daerah.
Pelayanan angkutan kota dan antar kota serta angkutan bis
perintis ke daerah-daerah terpencil telah dapat melancarkan
arus penumpang umum, angkutan pariwisata dan angkutan trans-
migrasi. Kegiatan angkutan barang juga meningkat melebihi ka-
pasitas yang ada, yang menyebabkan biaya angkutan barang me-
lalui jalan raya meningkat. Untuk itu telah dilakukan per-
siapan penyesuaian bagi ukuran jenis-jenis kendaraan dengan
177
tekanan gandar dan dimensi kendaraan yang sesuai dengan ke-
mampuan jalan raya, agar biaya operasi kendaraan dan biaya
angkutan barang lebih rendah.
c. Angkutan Kereta ApiPembangunan yang dilakukan di bidang angkutan kereta api
selama masa Repelita III telah berhasil meningkatkan kelan-
caran arus barang dan penumpang. Hasil-hasil yang dicapai
adalah berupa rehabilitasi dan peningkatan jalan kereta api
sepanjang 1.595 km, rehabilitasi lok uap 42 buah, lok diesel
593 buah, lok listrik 72 buah, rehabilitasi kereta rel diesel
sebanyak 79 buah, rehabilitasi kereta penumpang 1.532 buah
dan rehabilitasi gerbong 11.294 buah. Telah dilakukan pula
penambahan lok diesel sebanyak 77 buah, kereta penumpang 360
buah, gerbong barang 400 buah, kereta rel listrik 60 buah dan
kereta rel diesel 112 buah. Juga telah dimulai dan dilaksana-
kan pembangunan berbagai sarana dan prasarana perkereta-apian
untuk melayani kebutuhan angkutan hasil produksi pertanian,
perkebunan, industri dan pertambangan yang berkembang selama
Repelita III seperti peningkatan jalan kereta api untuk ang-
kutan batubara Bukit Asam, pembangunan baru jalan kereta api
Meneng - Kabat untuk angkutan pupuk. Khusus angkutan kereta
api dalam kota telah dilakukan studi dan desain lintasan ke-
reta api dikawasan Jabotabek.
Pada akhir Repelita III peningkatan produksi kereta api
adalah sebagai berikut; angkutan penumpang mencapai. 43.975.000
orang yang meningkat rata-rata 8,3% per tahun dan angkutan
barang sebesar 1.033 juta ton/kilometer atau meningkat rata-
rata 2,3% per tahun selama Repelita III. Peningkatan realisasi
angkutan penumpang dan barang ini dicapai karena mening-
178
katnya pendayagunaan sarana yang ada, seperti lokomotif, ke-
reta penumpang dan gerbong barang.
d. Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan
Peningkatan fasilitas angkutan sungai, danau dan penye-
berangan meliputi pengembangan armada, peningkatan fasilitas
dermaga dan terminal, pembangunan rambu-rambu sungai dan
laut, serta pembersihan dan pengerukan alur pelayaran. Hasil-
hasil yang dicapai dalam Repelita III adalah pembangunan 10
buah kapal penyeberangan, 2 buah kapal sungai dan 1 buah ka-
pal danau, pembangunan 29 dermaga penyeberangan, 32 dermaga
sungai dan 1 buah dermaga danau. Pembangunan fasilitas darat
berupa terminal terdiri dari 20 terminal penyeberangan, 21
terminal sungai dan 1 buah terminal danau. Untuk menjaga ke-
selamatan pelayaran telah dibangun 879 buah rambu sungai dan
4 buah rambu laut, serta pembersihan alur sepanjang 935 km
dan pengerukan sebesar 880.960 M3 lumpur.
Saat ini telah dapat dilakukan penyeberangan secara ter-
atur antara : Balohan - Krueng Aceh, Meulaboh - Sinabang, Pa-
lembang - Kayu Arang, Merak - Srengsem, Kalipucang - Cilacap,
Ujung - Kamal, Jangkar - Kalianget, Ketapang - Gilimanuk, Pa-
dangbai - Lembar, Lombok - Alas, Sape - Komodo - Labuhan Ba-
jo, Bira-Pamatata, Torobulu - Tampo, Luwuk - Pulau Banggai,
Poka - Galala, Wainuru - Waipirit, Sorong - Jefman. Lintasan-
lintasan tersebut dilayani oleh 78 buah kapal penyeberangan,
yang terdiri dari 15 buah kapal milik pemerintah dan 63 buah
kapal usaha swasta. Di bidang angkutan sungai dan danau telah
dioperasikan lebih dari 44.000 buah kapal berbagai ukuran
yang melayani 46 sungai.
179
2. Perhubungan LautPerkembangan yang telah dicapai selama Repelita III di
bidang perhubungan laut dapat diuraikan sebagai berikut : Ka-
pasitas armada pelayaran dalam negeri terdiri dari arma-
da pelayaran nusantara, armada pelayaran lokal, armada pela-yaran rakyat dan armada pelayaran perintis terus meningkat.
Armada pelayaran nusantara yang melayani jaringan utama pada akhir Repelita III berjumlah 397 buah kapal dengan kapasitas
503.371 DWT. Armada pelayaran lokal sebagai penunjang sistem
jaringan pelayaran nasional pada akhir Repelita III, telah
memiliki 1.049 buah kapal dengan kapasitas 129.476 DWT. Arma-
da pelayaran rakyat yang merupakan jenis angkutan laut di
daerah yang dibina melalui usaha koperasi dan motorisasi te-
lah meningkat, sehingga pada akhir Repelita III jumlah kapal
mencapai 3.486 buah kapal dengan jumlah kapasitas 180.447
BRT. Kapasitas armada pelayaran perintis yang melayari 35
trayek dan menyinggahi 214 pelabuhan pada akhir Repelita III
mencapai 20.805 DWT. Armada pelayaran khusus dalam negeri
yang mengangkut muatan khusus seperti minyak bumi, minyak ke-
lapa sawit, gas cair, kayu, nikel, bauksit, pasir besi, as-
pal, pupuk dan semen memiliki kapal 2.501 buah dengan
kapasitas 2.267.740 DWT, tongkang 578.875 BRT dan kapal
tunda 379.603 HP.
Di samping armada pelayaran dalam negeri, armada pelayaran
luar negeri telah meningkat jumlah dan kapasitasnya yang me-
liputi armada pelayaran samudera umum dan armada pelayaran
samudera khusus. Armada pelayaran samudera umum pada akhir
Repelita III memiliki kapal sebanyak 62 buah kapal dengan ka-
pasitas 827.227 DWT. Armada pelayaran samudera khusus memili-
ki kapal 96 buah dengan kapasitas 774.603 DWT. Jumlah muatan
180
yang diangkut oleh berbagai jenis armada pelayaran tersebut
pada umumnya terns meningkat selama Repelita III, sebagaimana
dapat dilihat dalam Tabel 13 - 2.
Pengembangan fasilitas pelabuhan yang merupakan prasarana
utama di bidang perhubungan laut, selama Repelita III meli-
puti rehabilitasi dan penambahan dermaga pelabuhan sepanjang
5.775 meter, gudang 41.621 m2 dan lapangan penumpukan 184.672
m2. Dengan demikian sampai akhir Repelita III telah dimiliki
fasilitas dermaga seluruhnya sepanjang 21.555 meter, gudang
seluas 113.160 m2 dan lapangan penumpukan 321.840 m2. Selain
itu telah dilakukan pula peningkatan produktivitas dermaga,
ketrampilan buruh pelabuhan dan penambahan alat-alat bongkar
muat. Sehingga produktivitas yang dihasilkan pada akhir Repe-
lita III telah mencapai sekitar 700 - 800 ton/meter/tahun.
Untuk meningkatkan pelayanan pelabuhan dan pengerukan pe-
labuhan, pada tahun 1983 telah dibentuk 4 Perusahaan Umum
(Perum) pelabuhan yang terdiri dari Perum Pelabuhan I, Perum
Pelabuhan II, Perum Pelabuhan III dan Perum Pelabuhan IV ser-
ta Perum Pengerukan. Dalam rangka Program Pengembangan Sektor
Maritim sejak akhir Repelita III sedang dilakukan studi, pem-
buatan rencana induk dan desain dari 4 pelabuhan induk, 14
pelabuhan kolektor dan 25 pelabuhan distributor dalam negeri.
Hasil pengerukan pelabuhan dan alur pelayaran selama Re-
pelita III mencapai 61.873.000 m3 lumpur untuk pengerukan ru-
tin dan 23.350.000 m3 lumpur untuk pengerukan dasar. Pelaksa-
naan pengerukan ini telah dilakukan oleh armada kapal keruk
sebanyak 39 kapal dari berbagai jenis dengan total kapasitas
keruk per tahun sebesar 39.000.000 m3 lumpur. Kegiatan penge-
rukan telah dilakukan di alur pelayaran dan kolam pelabuhan
181
TABEL 13 - 2
KAPASITAS ARMADA NASIONAL DAN MUATAN YANG DIANGKUT,1978 - 1983
1978 1983 Jenis Pelayaran Jumlah
Kapal DWTMuatan(ton )
Jumlah DWT
Kapal
Muatan(ton)
1. Nusantara 343 348.162 5.277.279 397 503.371 7.457.610
2. Lokal 1.363 118.923 1.899.484 1.049 129.476 2.444.677
3. Perahu Rakyat 2.182 96.019 1.012.553 3.486 180.447 2.155.316
4. Perintis 21 11.171 52.661 36 20.805 98.016
5. Khusus :
-dalam negeri 1.941 1.222.646 38.075.048 2.501 2.267.740 54.812.073
265.032 (BRT) 578.875 (BRT)
281.338 (HP) 379.226 (HP)
-Luar negeri 97 620.296 96.755.385 96 774.603 101.063.658
6. Samudera 52 512.705 12.121.164 62 827.227 18.464.696
182
Belawan, Bengkulu, Pulau Batam, Jambi, Palembang, Tanjung
Priok, Sunda Kelapa, Pontianak, Cirebon, Semarang, Tegal, Su-
rabaya, Gresik, Probolinggo, Penarukan, Sei Barito, Sei Ka-
hayan, Sei Mahakam, Ujung Pandang, Manado, Bitung dan Ken-
dari. Hasil pengerukan tersebut telah memungkinkan kapal-
kapal dapat keluar masuk pelabuhan dengan aman.
Pembangunan di bidang keselamatan pelayaran yang meliputi
navigasi, kesyahbandaran, penjagaan laut dan pantai dan jasa
klasifikasi. Pembangunan prasarana dan sarana bantu navigasi
yang tersebar di 24 distrik navigasi meliputi pembangunan menara
suar 25 buah, rambu suar 87 buah, rehabilitasi menara suar
27 buah, rambu suar 15 buah, pembangunan 29 stasiun ra-
dio pantai serta penyempurnaan peta laut di 19 alur pelayaran
utama. Untuk meningkatkan keselamatan pelayaran kapal, penum-
pang dan barang telah dilakukan peningkatan fasilitas kesyah-
bandaran yang meliputi pembangunan 38 buah kapal bandar dan
191 kantor kesyahbandaran. Selain itu dilakukan pula penyu-
luhan dan latihan bagi tenaga-tenaga syahbandar dan ahli ukur
kapal. Bagi usaha pengamanan pelabuhan dan alur pelayaran
serta pencarian dan penyelamatan (SAR) telah diadakan penam-
bahan sarana kapal patroli sebanyak 26 buah. Sedang untuk me-
ningkatkan pengawasan teknis pembangunan dan reparasi kapal
telah dilakukan pembinaan Jasa Klasifikasi Indonesia serta
penambahan sarana laboratorium.
Dalam bidang jasa maritim dilakukan peningkatan kegiatan
perawatan, perbaikan dan pembangunan armada kapal, selama Re-
pelita III telah dibangun dan direhabilitasi galangan kapal
sebesar 119.500 DWT, sehingga sampai akhir Repelita III jum-
lah kapasitas galangan mencapai 163.800 DWT.
183
3. Perhubungan Udara
Dalam Repelita III di bidang perhubungan udara telah di-
lakukan peningkatan jasa angkutan udara terutama jaringan pe-
nerbangan dalam negeri. Usaha-usaha tersebut mencakup pengem-
bangan armada udara, perluasan jaringan dan penambahan freku-
ensi penerbangan, peningkatan prasarana pelabuhan udara, pe-
ningkatan alat-alat keselamatan penerbangan, serta pembinaan
perusahaan penerbangan. Disamping itu telah pula dilakukan
penyempurnaan peraturan dan kelembagaan penerbangan.
Dalam Repelita III realisasi angkutan penerbangan dalam
negeri termasuk angkutan perintis meningkat rata-rata sebesar
10% setiap tahun untuk angkutan penumpang dan 26,03% setiap
tahun untuk angkutan barang. Realisasi angkutan melalui pe-
nerbangan luar negeri meningkat rata-rata sebesar 11,89% se-
tiap tahun untuk angkutan penumpang dan 32,7% setiap tahun
untuk angkutan barang. Produksi angkutan penerbangan dalam
negeri termasuk perintis dan angkutan penerbangan luar negeri
selama Repelita III dapat dilihat pada Tabel 13 - 3.
Angkutan haji juga terus meningkat. Dalam masa Repelita
III jemaah haji yang telah diangkut melalui udara sebanyak
290.305 orang. Begitu juga angkutan udara transmigrasi dalam
masa Repelita III telah berhasil mengangkut sebanyak 399.929
kepala keluarga untuk ditempatkan ke berbagai lokasi pemuki-
man transmigrasi di Indonesia.
Kapasitas armada penerbangan juga meningkat. Jumlah pesa-
wat terbang yang beroperasi di Indonesia ada sebanyak 762 bu-
ah, terdiri dari 223 buah pesawat dengan berat diatas 10.000
kg, 357 buah pesawat dengan berat di bawah 10.000 kg dan 182
184
TABEL 13 - 3PRODUKSI PENERBANGAN DALAM NEGERI
DAN PENERBANGAN LUAR NEGERI,1979 - 1982
U r a i n 1979 1982
Penerbangan Dalam Negeri:
1. Kilometer Pesawat(ribua
n)70.150 86.789
2. Penumpang diangkut 4.241.000
5.551.0003. Barang (ton) 39.560 S6.042
4. Penumpang - Km (ribuan)
3.415.927
4.866.3045. Faktor muatan Penumpang (%) 63 55
6. Faktor muatan Barang (%) 60 48
Penerbangan Luar Negeri:
1. Kilometer Pesawat (ribuan)
21.738 26.3022. Penumpang yang diangkut 735.000 1.083.00
03. Barang (ton) 9.768 22.7184. Penumpang - Km (ribuan
)1.762.27
24.367.20
4
185
GRAFIK 13 - 2PRODUKSI PENERBANGAN DALAM NEGERI DAN
PENERBANGAN LUAR NEGERI1979 DAN 1982
Penerbangan Dalam Negeri
66.000 -
44.000 -
( r i b u km)
88.000
-
22.000 -
86.789(orang)
6.000.000 -
Penumpang Diang
5.551.000
1979 1982 1982
Kilometer Pesawat
70.150
(ton) (ribu km)
60.000 5.000.000 - 4.367.204
1979 1982 1979 1982
186
buah helikopter. Dari jumlah tersebut 174 buah pesawat dio-
perasikan oleh 4 perusahaan penerbangan teratur yaitu Garuda
Indonesian Airways, Merpati Nusantara Air Lines, Mandala dan
Bouraq. Pesawat udara bermesin jet berjumlah 82 buah yang di-operasikan oleh Garuda Indonesian Airways terdiri dari berba-
gai jenis pesawat; F-28, DC-9, DC-10, Boeing 747 dan Air Bus
300. Pesawat udara yang dioperasikan untuk penerbangan perin-
tis sebanyak 40 buah dan untuk angkutan transmigrasi sebanyak
9 buah.
Pembangunan dibidang pelabuhan udara selama Repelita III
juga meningkat. Dilihat dari kemampuan landasan, 95 buah pe-
labuhan udara, yang umumnya digunakan sebagai pelabuhan udara perintis, dapat di darati oleh Casa 212/DHC-6/Twin Otter/DC-3
Dakota, 18 landasan dapat didarati F-27/HS-748, 20 landasan
dapat didarati F-28, 7 landasan dapat didarati oleh DC-9, 3
landasan dapat didarati DC-10, 5 landasan dapat didarati
B-747. Alat-alat vital navigasi yang telah di pasang antara
lain VOR/DVOR di 32 buah pelabuhan udara, III di 30 pelabuhan udara, IIS di 3 pelabuhan udara, ATIS di 11 pelabuhan udara,
NDB di 144 pelabuhan udara dan pelabuhan perintis. Fasilitas
penerangan landasan di pasang di 30 pelabuhan udara; lampu
penerangan pendaratan di 26 pelabuhan udara; VASI di pasang
di 31 pelabuhan udara dan REIL di 31 pelabuhan udara.
Penerbangan perintis yang dimulai pada Repelita II telah
berhasil membuka hubungan angkutan udara ke 95 lokasi yang
tersebar di seluruh tanah air, dan selama masa Repelita III
mengangkut penumpang sebanyak 240.087 orang dan 1.550 ton muatan
barang/pos.
188
4. Pos dan Giro
Pembangunan di bidang Pos dan Giro dalam masa Repelita
III telah berhasil meningkatkan lalu lintas pos dalam dan
luar negeri sebesar rata-rata 9% setiap tahun. Hal tersebut
dapat dicapai karena telah dilakukannya penambahan dan per-
luasan jenis-jenis pelayanan pos sesuai dengan kebutuhan ma-
syarakat di seluruh wilayah tanah air. Juga telah ditingkat-
kan kerjasama pos dengan negara-negara ASEAN dan negara lain-
nya di bidang filateli, lalu lintas pos dan uang, penyesuaian
perundang-undangan pos dan giro.
Sampai dengan akhir Repelita III telah dibangun 695 buah
kantor pos pembantu/kantor pos tambahan/kantor pos yang ter-
sebar di berbagai ibu kota kecamatan, di daerah-daerah trans-
migrasi serta telah dapat dilayani pemukiman-pemukiman pendu-
duk di daerah yang terpencil. Pembangunan gedung Kantor Pos
Besar dan gedung Kantor Biro Daerah Pos yang direncanakan di
15 ibu kota propinsi, telah dapat diselesaikan 12 buah, yaitu
di Manado, Tanjung Karang, Padang, Jakarta Timur, Jakarta Ba-
rat, Semarang, Ambon, Mataram, Kupang, Surabaya Selatan,
Ujung Pandang dan Medan. Pembangunan gedung Kantor Pos Ibu-
kota yang dimulai sejak tahun ke tiga Repelita III masih akan
dilanjutkan dalam Repelita IV. Juga telah dilakukan pengadaan
798 buah sepeda motor untuk dinas pos keliling desa serta 51
buah kendaraan pos keliling kota. Untuk memberikan pelayanan
yang lebih baik kepada penduduk telah ditambah 2.214 buah bis
surat. Dari hasil yang telah dicapai dalam Repelita III, sa-
rana pos dan giro jauh lebih baik dibandingkan dengan keadaan
pada akhir Repelita II.
189
Pada akhir Repelita III jumlah kecamatan yang telah men-
dapat pelayanan pos dengan menggunakan fasilitas-fasilitas
pos adalah sebagai berikut: fasilitas KP/KPP/KPTB di 1.452
kecamatan, pelayanan pos keliling kota di 55 kecamatan, pela-
yanan pos keliling desa di 266 kecamatan, dan pelayanan pos
kecamatan di 216 kecamatan. Jangkauan pelayanan pos telah
mencapai 60.232 desa dari 66.159 desa yang ada. Hasil pemba-
ngunan pelayanan pos dan giro dengan jaringan yang terus me-
luas telah setaraf dengan tingkat pelayanan pos internasio-
nal. Penambahan jumlah dan penempatan bis surat sesuai dengan
kebutuhan masyarakat, penyederhanaan prosedur pengangkatan
penanggung jawab pos Kecamatan, serta penertiban sistem peno-
moran wilayah pelayanan pos dapat memudahkan penyampaian surat
kepada alamat yang dituju.
5. Telekomunikasi.
Pembangunan bidang telekomunikasi dalam Repelita III te-
lah berhasil memperluas jaringan dan meningkatkan mutu jasa
telepon, transmisi, telegrap dan telex, sehingga dapat me-
ningkatkan pelayanannya kepada masyarakat. Hasil yang telah
dicapai adalah antara lain penambahan fasilitas telepon oto-
mat sebanyak 276.400 satuan sambungan (s.s.), telepon umum
sebanyak 3.500 buah, telex 6.660 ss, pembangunan Stasiun Bumi
Kecil (SBK) sebanyak 75 buah, serta penggantian Satelit Pala-
pa A dengan Satelit Palapa B. Dengan demikian pada akhir Re-
pelita III pelayanan telekomunikasi diharapkan dapat menjang-
kau seluruh ibu kota kabupaten yang mencakup 2.326 kecamatan
(71%) dari 3.258 kecamatan, yang ada. Di samping itu pening-
katan fasilitas Sambungan Langsung Jarak Jauh (SLJJ) telah
mencapai 106 kota.
190
Dibandingkan dengan kapasitas pada akhir Repelita II, ma-
ka kapasitas telepon dan telex pada akhir Repelita III meng-
alami kenaikan rata-rata 13% untuk telepon dan 7% untuk telex
per tahun. Peningkatan tersebut telah pula meningkatkan pro-
duksi jasa telepon dan telex masing-masing sebesar 35% dan
43% setiap tahun. Walaupun kapasitas telepon secara nasional
telah meningkat menjadi + 669.669 ss, namun dalam ukuran ke-
padatan telepon pada tahun 1981/82 baru mencapai 0,57 per 100
penduduk. Dibandingkan dengan negara Asean lainnya angka ke-
padatan tersebut masih rendah.
Dari jumlah kl. 669.669 ss telepon yang tersedia terdapat
81.827 ss yang masih menggunakan sistem "manual", pelayanan-
nya kurang memuaskan masyarakat dan beberapa sentral telepon
melayani lebih dari kemampuan sehingga mutu pelayanannya me-
nurun. Kurangnya mutu pelayanan dalam sistem hubungan telepon
juga disebabkan kurangnya jumlah dan mutu jaringan kabel, ke-
lemahan di dalam sistem pengelolaan pemeliharaan yang belum
sempurna, dan tenaga kerja yang belum memenuhi persyaratan.
Jumlah sambungan telex yang pada akhir Repelita III ada-
lah 15.840 ss belum dapat mencukupi permintaan masyarakat.
Dengan meluasnya jaringan telepon, telex, permintaan masyara-
kat akan jasa telegrap terutama di kota-kota besar cenderung
menurun. Meskipun demikian untuk daerah pedesaan terpencil
jasa telegrap masih dibutuhkan. Permintaan masyarakat akan
sirkit sewa telepon, telegrap terus meningkat, sedangkan sa-
rana yang ada baik jumlah maupun mutunya belum mencukupi.
Permintaan masyarakat akan jenis pelayanan baru seperti Sam-
bungan Telepon Kendaraan Bermotor (STKB), radio paging dan
lain-lain cenderung meningkat dan belum dapat dipenuhi
seluruhnya.
191
Penggunaan peralatan elektronika yang memakai frekuensi
radio saat ini makin meningkat jumlahnya terutama di kota-
kota besar. Pengawasan dalam penggunaan spektrum frekuensi
radio tersebut perlu ditingkatkan dengan meningkatkan prasa-
rana/sarana pengawasan dan tenaga pelaksananya.
Selama Repelita III telah dibangun sarana yang memadai
untuk telekomunikasi internasional. Sarana transmisi interna-
sional terdiri dari Sistem Komunikasi Kabel Laut (SKKL) ASEAN
Indonesia - Singapura dengan kapasitas 480 kanal; dan stasiun
bumi Jati luhur berkapasitas 156 sirkit untuk Pasific Ocean
Region, serta 204 sirkit untuk Indian Ocean Region. Sambungan
langsung Internasional (SLI) sudah mencapai 55 negara, dan
hubungan dengan negara-negara lainnya masih dilakukan melalui
operator. Di beberapa tempat perlu ditingkatkan jaringan te-
lekomunikasi dalam negeri sehingga sarana telekomunikasi in-
ternasional tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal. Untuk
itu pengaturan pembangunan telekomunikasi internasional perlu
dirumuskan dengan baik. Kapasitas telekomunikasi dalam tahun
1982/83 dapat dilihat pada Tabel 13 - 4.
6. Meteorologi dan Geofisika
Dalam Repelita III telah berhasil dilaksanakan peningkat-
an 49 buah stasiun meteorologi, 8 buah stasiun klimatologi,
10 buah stasiun geofisika, 20 buah stasiun pengamat cuaca
pertanian khusus dan 23 buah stasiun pengamat iklim. Telah
pula berhasil dibangun 20 buah stasiun meteorologi di berba-
gai lokasi, 5 buah stasiun klimatologi, 8 buah stasiun geofi-
sika, 12 buah stasiun pengamat pertanian khusus, 68 buah sta-
siun pengamat iklim, 2.037 buah stasiun pengamat hujan biasa
dan otomatis dan 42 buah stasiun pengamat penguapan, serta
192
TABEL13-4
KAPASITAS TELEKOMUNIKASI,Tahun 1982/83
U r a i a n 1982/83
1. Kapasitas STO 587.842 s.s.
2. Kapasitas STM 81.827 s.s.
3. Kantor/dinas Telegrap 643 Bush
4. Kapasitas Telex Dalam Negeri 15.840 s.s.
5. S. B. K. 122 Buah
6. Kota dengan fasilitas SLJJ 106 Kota
7. SKKL ASEAN 480 saluran
8. Stasiun Bumi Jati luhur 33 saluran
9. Gelombang Mikro Jakarta – Jati luhur 492 saluran
10. Sentral Telepon Internasional 4.096 saluran
11. Sentral Telex Internasional 1.200 saluran
12. S L I 55 Negara
193
penyebaran/pengadaan pusat pengumpulan dan penyebaran data
nasional 1 buah dan data wilayah 8 buah.
Usaha pengolahan dan penelitian data perlu disempurnakan
dan ditingkatkan dengan menambah tenaga ahli yang terdidik
dan peralatan-peralatan yang lebih baik. Peralatan yang se-
suai untuk berhubungan dan menampung data dari luar negeri
serta stasiun-stasiun yang berlokasi di daerah terpencil
masih diperlukan untuk dapat memberikan kecepatan dan
ketepatan informasi baik untuk stasiun-stasiun meteorologi,
geofisika maupun klimatologi.
7. Pariwisata
Pembangunan pariwisata merupakan kegiatan yang dapat me-
ningkatkan penerimaan devisa, memperluas kesempatan kerja dan
kesempatan berusaha, serta memperkenalkan dan melestarikan
alam dan kebudayaan Indonesia. Pembinaan serta pengembangan
pariwisata dilakukan dengan tetap memperhatikan terpelihara-
nya kebudayaan dan kepribadian nasional serta kelestarian
lingkungan hidup. Pengembangan pariwisata ditingkatkan dengan
menyiapkan daerah-daerah tujuan wisata sehingga dapat meneri-
ma arus wisatawan dalam negeri maupun wisatawan luar negeri.
Pengembangan daerah-daerah tujuan wisata tersebut direncana-
kan secara terpadu menyangkut peningkatan prasarana dan sara-
na penunjangnya. Sejalan dengan usaha tersebut juga dilakukan
peningkatan jasa angkutan udara, angkutan darat, angkutan
laut sarana akomodasi dan sarana penunjang lainnya.
Selama 4 tahun pertama Repelita III arus wisatawan asing
yang berkunjung ke Indonesia mendekati 2,3 juta orang dengan
tingkat pertumbuhan rata-rata sebesar 6,2% per tahun. Pema-
194
sukan devisa meningkat rata-rata dari US$ 188 juta pada tahun
1979 menjadi US$ 358,8 juta pada tahun 1982. Dibandingkan
dengan negara Asean lainnya jumlah wisatawan yang mengunjungi
Indonesia masih kecil dengan tingkat pertumbuhan rata-rata
tiap tahunnya kurang dari 8%.
Hal ini antara lain disebabkan karena terbatasnya daya
tarik produk dan atraksi wisata, serta tingginya biaya ang-
kutan udara ke Indonesia. Beberapa atraksi wisata yang ber-
taraf internasional juga telah mendekati penyelesaiannya se-
perti pemugaran candi Borobudur dan dalam waktu mendekat juga
akan mulai dilaksanakan pembangunan kembali taman wisata Bo-
robudur dan Prambanan, serta kawasan wisata Nusa Dua yang te-
lah selesai pembangunan prasarananya dan sedang dilaksanakan
pembangunan sarana akomodasi.
Untuk dapat meningkatkan arus wisatawan ke Indonesia te-
lah diambil berbagai kebijaksanaan, antara lain pemberian be-
bas visa selama 2 bulan untuk wisatawan dari 26 negara pasar-
an wisatawan asing yang potensial. Di bidang perhubungan uda-
ra telah dibuka 3 pelabuhan udara lagi sebagai pintu gerbang
masuknya wisatawan asing ke Indonesia yaitu Mokmer/Biak, Sam
Ratulangi/Manado dan Pattimura/Ambon, di samping 5 buah pela-
buhan udara lainnya yang sudah ada yaitu Polonia/Medan, Hang
Nadim/P.Batam, Tabing/Padang, Halim Perdanakusuma/Jakarta dan
Ngurah Rai/Denpasar serta 8 pelabuhan laut yaitu Belawan, Ba-
tuampar, Tanjung Priok, Tanjung Perak, Benoa, Padang Bai, Am-
bon dan Bitung. Di bidang akomodasi untuk wisatawan asing
maupun dalam negeri, telah pula tersebar fasilitas hotel, pe-
nginapan baik yang dikelola oleh pemerintah maupun swasta.
Hal ini merupakan suatu kegiatan yang positif dalam menunjang pembangunan kepariwisataan Indonesia pada umumnya.
195
Jumlah tempat menginap di Indonesia juga terus bertambah,
pada akhir Repelita III kapasitas daya tampung hotel sebanyak
38.627 kamar, diantaranya terdapat 283 hotel berbintang de-
ngan jumlah kamar 20.090 buah dan 792 hotel tidak berbintang
dengan jumlah kamar 18.537 buah. Dari 283 hotel berbintang
tersebut, 243 buah diantaranya berada di 10 daerah tujuan wi-
sata.
Kegiatan koordinasi antar sektor baik melalui Dewan Per-
timbangan Pariwisata Nasional (DEPPARNAS) atau Badan Pengem-
bangan Pariwisata Nasional (BAPPARNAS) terus dilanjutkan un-
tuk mencapai sasaran pengembangan pariwisata secara optimal
dan terkoordinasi. Keterpaduan perencanaan lintas sektoral
obyek wisata masih akan terus di lanjutkan, dengan melibatkan
berbagai unsur baik pada tingkat pusat maupun tingkat daerah.
Keadaan ini akan membawa iklim yang saling menguntungkan di
tinjau dari segi investasi maupun pemanfaatannya. Penyuluhan
sadar wisata bagi seluruh lapisan masyarakat merupakan usaha
nasional agar mereka menyadari pentingnya pariwisata bagi
pembangunan nasional dan pembangunan daerah.
III. KEBIJAKSANAAN DAN LANGKAH-LANGKAH
1. Perhubungan Darat
a. Jalan dan Jembatan
Kebijaksanaan dan langkah-langkah yang telah ditempuh da-
lam Repelita III akan dilanjutkan dan ditingkatkan sehingga
ruas-ruas jalan yang saat ini berada dalam kondisi tidak man-tap menjadi ruas-ruas jalan mantap. Peningkatan kemampuan
struktur serta kapasitas jalan tersebut akan dilaksanakan se-
196
cara bertahap dan menyebar sehingga pada akhir Repelita IV
sistem jaringan jalan arteri dan kolektor diharapkan akan
menjadi jalan mantap. Di samping itu peningkatan tersebut di-
sesuaikan dengan pertumbuhan lalu-lintas yang terjadi di ma-
sing-masing ruas jalan dengan memperhatikan pengembangan dae-
rah dan pembangunan industri, pertanian, perkebunan, pemukim-
an transmigrasi serta kegiatan pembangunan lainnya yang me-
merlukan dukungan prasarana jalan.
Pembangunan jalan mengutamakan jaringan jalan di pusat-
pusat produksi serta jalan-jalan yang menghubungkan pusat
produksi dengan daerah pemasarannya, termasuk jaringan jalan
yang mendukung pengembangan pemukiman transmigrasi. Juga
perlu dibangun dan ditingkatkan ruas-ruas jalan pada kota-ko-
ta yang merupakan pusat-pusat pembangunan daerah transmigrasi
serta kota-kota lainnya yang dapat mendukung usaha penyebaran
penduduk dan tenaga kerja. Peningkatan dan pembangunan jalan
di dalam kota yang lalu-lintasnya sudah sangat padat perlu
diteruskan dan diperluas. Keseluruhan jaringan jalan tersebut
perlu diatur sehingga dapat berfungsi dalam hubungan yang sa-
ling mendukung. Juga perlu diciptakan keserasian dan keterpa-
duan antara pembangunan jalan, pembangunan kereta api dan
pembangunan prasarana perhubungan lainnya.
Dalam Repelita IV peningkatan ruas jalan dengan masa pe-
layanan 5 - 10 tahun direncanakan sepanjang 16.385 km, dan
peningkatan ruas jalan untuk masa pelayanan lebih dari 10
tahun direncanakan sepanjang 1.820 km. Dengan sasaran ini,
ruas-ruas Jalan Negara dan Jalan Propinsi yang berada dalam
keadaan mantap akan meningkat menjadi sekitar 60% - 70%. Sa-
saran tersebut akan mencakup pelaksanaan proyek yang menyebar
197
di berbagai daerah dengan cara pelaksanaan yang banyak menye-
rap tenaga kerja serta mengutamakan penggunaan peralatan dan
bahan-bahan produksi dalam negeri. Dalam hal ini akan dilaku-
kan peningkatan penggunaan aspal Buton hingga dapat mencapai
produksi lebih kurang 500.000 ton pertahun. Dalam pelaksana-
an pekerjaan peningkatan jalan sekaligus akan ditingkatkan
peranan kontraktor nasional, terutama kontraktor golongan
ekonomi lemah yang dapat melaksanakannya secara padat karya.
Pembangunan jalan baru akan diutamakan untuk dapat menem-
bus daerah-daerah yang belum terjangkau oleh jaringan jalan.
Dengan membuka daerah potensial tersebut akan dapat lebih di-
tingkatkan kegiatan pembangunan dan mendorong pertumbuhan
ekonomi. Kegiatan pembangunan jalan dan jembatan baru juga
akan dikaitkan dengan pembukaan daerah-daerah pemukiman
transmigrasi.
Ruas-ruas jalan baru tersebut antara lain Teluk Betung -
Kalianda di Lampung; Sintang - Putusibau di Kalimantan Barat;
Palangkaraya - Buntok dan Pangkalan Bun - Kasongan di Kaliman-
tan Tengah; Tanjung Redep - Sangkurilang - Muara Wahau di Ka-
limantan Timur; Batulicin - batas Kalimantan Timur di Kaliman-
tan Selatan; Amahai - Sleman di Maluku; Nabire - Ilaga, Abe-
pante - Ubrub - Oksibil dan Sota - Bupul - Tanah Merah di
Irian Jaya. Selain itu akan dibangun jalan bare menunjang
pembangunan industri, pertanian, perkebunan, pemukiman trans-
migrasi, pariwisata serta kegiatan pembangunan lainnya se-
hingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan penyebaran
penduduk.
Ruas jalan yang menghubungkan kota-kota di P. Sumatera
yang sebagian sudah ditingkatkan akan dilanjutkan dalam Repe-
198
lita IV. Ruas jalan tersebut antara lain Bakahuni - Tanjung
Karang - Batu Raja - Muara Enim - Lahat di Propinsi Lampung
dan Sumatera Selatan; Lahat - Lubuk Linggau - Sarolangun -
Bangko -Muara Bungo - Sawah Tambang - Padang - Bukit Tinggi
- Bonjol - Rao - Jembatan Merah di Propinsi Jambi dan Sumate-
ra Barat; Jembatan Merah - Padang Sidempuan - Tarutung - Aek
Nauli - Tebing Tinggi - Medan di Propinsi Sumatera Utara dan
Medan - Lhok Seumawe - Banda Aceh di Propinsi Daerah Istimewa
Aceh, serta ruas jalan lainnya.
Peningkatan jalan di P. Sulawesi direncanakan akan meng-
hubungkan Ujung Pandang dan Menado yaitu ruas jalan Ujung
Pandang - Pare-Pare - Rappang - Palopo - Wotu - Poso - Parigi
- Ampibabo - Molosipat - Isimu - Kuandang - Amurang - Manado.
Jalur transportasi kearah timur antara Ujung Pandang - Bajoe
- Kolaka - Kendari dikaitkan dengan angkutkan penyebrangan
Bajoe - Kolaka.
Dalam menunjang pengembangan daerah di P. Kalimantan akan
diteliti dan dirintis kemungkinan pembukaan jalan yang menghu-
bungkan Pontianak - Sidas - Sanggau - Sintang - Kota Baru -
Nangatayap - Sukamara di Kalimantan Barat; Sukamara -Pangka-
lan Bun - Sampit - Kasongan - Palangkaraya - Kuala Kurun -
Muara Teweh - Pasar Panas di Kalimantan Tengah; Pasar Panas -
Amuntai - Pantai Hambawang - Martapura - Banjarmasin - Plei-
hari - Sebambam - Batulicin di Kalimantan Selatan; Batuaji -
Balikpapan - Samarinda - Sangkurilang - Muara Wahau - Tanjung
Redep - Tanjung Selor di Kalimantan Timur. Sebagian dari ruas-
ruas jalan tersebut telah ditingkatkan.
Peningkatan jalan di propinsi-propinsi Bali, Nusa Tenggara
Barat, Nusa Tenggara Timur dan Timor Timur akan dikaitkan de-
199
ngan pembangunan lintasan-lintasan penyeberangan antar pulau
sehingga dapat menjadi jalur perhubungan yang terpadu.
Juga akan dilakukan peningkatan jalan di Kepulauan Maluku,
antara lain di P. Ambon, P. Buru, P. Ceram dan pulau-pulau
lainnya.Untuk beberapa kota besar yang berkembang pesat perlu di-
bangun jalan-jalan tol guna menampung pertumbuhan lalu-lintas
yang semakin padat dan jalan-jalan baru lainnya bagi pemeka-
ran kota. Dalam hal ini biaya pembangunan jalan tol akan di-
bebankan pada pemakai jalan melalui penerimaan biaya tol dan
pengerahan dana tabungan masyarakat. Ruas-ruas jalan tol yang
merupakan kelanjutan Repelita III dan akan diselesaikan di-
dalam Repelita IV adalah Jakarta - Tangerang, Jalan Akses
Cengkareng, Surabaya - Gempol, Jalan Arteri Semarang, Jalan
Jagorawi, Belawan - Medan Tanjung Morawa dan 5 buah jalan
layang di DKI. Sedangkan jalan tol bare yang mulai dibangun
dalam Repelita IV adalah Jakarta - Cikampek, Jalan Cawang -
Grogol dan Padalarang - Cileunyi. Adapun tarif tol ditetapkan
dengan memperhitungkan penghematan biaya operasi kendaraan
dan kondisi sosial-ekonomi daerah yang bersangkutan.
Rencana pembangunan di bidang jalan dan jembatan selama
Repelita IV adalah sebagai berikut: pemeliharaan jalan sepan-
jang 97.775 km; penunjangan jalan sepanjang 79.020 km; pe-
ningkatan jalan sepanjang 18.205 km terdiri dari peningkatan
jalan dengan masa pelayanan kurang dari 10 tahun sepanjang
16.385 km dan peningkatan jalan dengan masa pelayanan lebih
dari 10 tahun sepanjang 1.820 km; penggantian jembatan sepan-
jang 50.000 m dan pembangunan jalan bare sepanjang 1.280 km.
Melalui Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat I dan Bantuan Pem-
200
bangunan Daerah Tingkat II direncanakan penunjangan jalan
propinsi dan jalan kabupaten. Untuk dapat meningkatkan jalan
dan jembatan kabupaten, khususnya kabupaten-kabupaten yang
terpencil dan kurang berkembang, direncanakan peningkatan dan
pembangunan jalan kabupaten sepanjang 77.300 km melalui dana
Inpres Penunjangan Jalan Kabupaten. Sedangkan pembangunan ja-
lan bebas hambatan (tol) adalah sepanjang 198 km. Perincian
program pembangunan.di bidang jalan dapat dilihat pada Tabel
13-5.
b. Angkutan Jalan Raya
Kebijaksanaan pembangunan di bidang lalu-lintas dan ang-
kutan jalan raya meliputi peningkatan prasarana, fasilitas
keselamatan lalu-lintas serta sarana angkutan. Peningkatan
pembangunan lalu-lintas dan angkutan jalan raya mengutamakan
peningkatan keselamatan dan penertiban lalu-lintas jalan raya
serta meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap ketentuan-
ketentuan lalu-lintas jalan raya. Hal tersebut mencakup usaha
menghemat pemakaian bahan bakar minyak, mengurangi kecelakaan
dan pencemaran udara, meningkatkan standar keselamatan dan
tertib hukum oleh pemakai fasilitas jalan raya, mencegah ke-
rusakan lingkungan termasuk kerusakan prasarana, jalan raya
serta meningkatkan pelayanan yang baik bagi pemakai jasa. Se-
dang peningkatan dan pembinaan angkutan kota mengutamakan pe-
ningkatan pelayanan dan keterpaduan antara angkutan kereta
api kota, angkutan bis kota, serta fasilitas terminal
penumpang dan barang.
Sasaran Repelita IV di bidang angkutan jalan raya adalah
menurunkan angka kecelakaan lalu-lintas, meningkatkan pela-
yanan bus antar kota dan dalam kota, serta meningkatkan pela-
201
TABEL 13-5
SASARAN DI BIDANG JALAN DAN JEMBATAN SELAMA REPELITA IV
Jalan Arteri Jalan Kolektor Jalan LokalJenis Kegiatan Jalan
NegaraJalan
PropinsiJalanNegara
JalanPropinsi
JalanPropinsi
JalanKabupaten
1. Rehabilitasi dan PemeliharaanJalan dan Jembatan (km) 29.165 30.485 20.605 17.520 -
2. Penunjangan Jalan (km) 800 5.500 72.680 33.805 77.300
3. Peningkatan Jalan dan Penggan-tian Jembatan
a. Luar Kota :Jalan (km) 370 650 3.380 12.905Jembatan
b. Dalam Kota :
(m) 1.678 12.360 12.662 21.300
Jalan (km) 900Jembatan (m) 2.000
4. Pembangunan Jalan dan Jembatan
a. Luar kota (km) 286 844b. Dalam Kota (km) 150c. Arteri bebas hambatan (km) 198d. Jalan Transmigrasi (km) 12.000
yanan angkutan perintis. Peningkatan angkutan perintis meli-
puti daerah-daerah Banjarmasin, Samarinda, Pekanbaru, Jambi,
Ende, Poso, Atambua, Soe, Maliana, Manado, Bireuen dan Meula-
bob. Pembangunan dibidang angkutan kota terutama memperluas
pengoperasian bis kota ke berbagai kota-kota seperti Palem-
bang, Padang, Yogyakarta, Surakarta, Malang, Denpasar, Dilli,
Manado, Banda Aceh, Banjarmasin, Pekanbaru, Madiun dan Jambi.
Di samping itu di bidang angkutan jalan raya direncanakan
pembangunan prasarana terminal penumpang dan barang serta
pangkalan truk, penyediaan rambu-rambu dan lampu lalu-lintas,
tanda marka jalan, pagan pengaman jalan dengan sasaran seba-
gaimana dapat dilihat pada Tabel 13 - 6.
Juga akan ditingkatkan penyediaan fasilitas pengujian
kendaraan bermotor di masing-masing propinsi dan diselesaikan
pembangunan Pusat Pengujian Kendaraan Bermotor di Bekasi (Ja-
wa Barat). Persiapan pengalihan pengurusan SIM dan STNK dari
Kepolisian kepada Departemen Perhubungan akan dilaksanakan
secara bertahap sesuai dengan peraturan dan aparat yang ter-
sedia. Kegiatan-kegiatan tersebut merupakan usaha-usaha untuk
mengurangi kecelakaan lalu lintas dan angkutan jalan raya serta
meningkatkan ketrampilan dan disiplin pengemudi, pema-
kai jalan termasuk penertiban perijinan kegiatan angkutan ja-
lan raya.
c. Angkutan Kereta Api
Pembangunan perkereta-apian tetap ditujukan untuk menja-
dikan kereta api dapat berfungsi sebagai angkutan umum yang
murah, tertib dan aman, baik sebagai angkutan antar kota mau-
pun angkutan dalam kota. Untuk itu perlu dilanjutkan usaha
203
TABEL 13 - 6
SASARAN DI BIDANG PENGEMBANGAN FASILITASLALU LINTAS JALAN SELAMA REPELITA IV
Jenis Kegiatan Unit Jumlah
1. Pengujian Kendaraan Bermotor unit 63
2. Lampu Lintas persimpangan unit 213
3. Rambu Jalan buah 72.000
4. Marka Jalan m 1.300.000
5. Pagar pengaman jalan m 122.200
204
peningkatan sarana dan prasarana perkereta-apian agar dapat
ditingkatkan kemampuan angkutan serta mutu pelayanannya. Di
samping itu pengelolaan pengusahaan kereta api akan terus di-
sempurnakan agar jasa kereta api dapat dilakukan secara lebih
efisien dan efektif.
Dalam Repelita IV pertumbuhan produksi kereta api diper-
kirakan mencapai sekitar 14% per tahun untuk angkutan penum-
pang dan 21% per tahun untuk angkutan barang. Perkiraan pro-
duksi jasa angkutan kereta api selama Repelita IV dapat di-
lihat dalam Tabel 13 - 7. Untuk itu pelayanan perjalanan ke-
reta api direncanakan akan ditingkatkan agar dapat mengim-
bangi pertumbuhan angkutan penumpang dan barang tersebut. Di
samping itu pembangunan prasarana dan sarana perkereta-apian
terus dilanjutkan berupa rehabilitasi dan pembangunan jalan
kereta api sepanjang 4.020 km, peningkatan dan pemasangan
jembatan bawah sebanyak 423 buah, dan jembatan atas 50.796
ton, pembangunan kereta penumpang 2.000 buah, gerbong barang
15.599 buah, kereta rel listrik 127 buah dan kereta rel die- sel 207 buah. Sasaran pembangunan di bidang perkereta-apian
selama Repelita IV dapat dilihat dalam Tabel 13 - 8. Didalam
sasaran tersebut termasuk pula pelaksanaan proyek angkutan
kota dengan kereta api diwilayah JABOTABEK, proyek angkutan
batu bara Bukit Asam untuk keperluan bahan bakar PLTU Surala-
ya, pembangunan lintas kereta api baru antara Kabat - Meneng
untuk distribusi pupuk di Jawa Timur dan sekitarnya serta pe-
ningkatan angkutan batu bara di Ombilin dan angkutan kelapa
sawit di Sumatera Utara. Untuk dapat meningkatkan operasi
juga direncanakan peningkatan sistem sinyal dan pintu-pintu
perlintasan sebanyak 803 unit serta peningkatan sistem tele-
komunikasinya.
205
TABEL 13 - 7
PERKIRAAN PRODUKSI JASA ANGKUTAN KERETA API
SELAMA REPELITA IV
Jenis Angkutan 1984 1989
Penumpang (ribuan) 60.693 67.112
Penumpang/km (jutaan) 6.470 12.259
Barang/ton (ribuan) 11.777 17.750
Barang/ton/km (jutaan) 1.440 3.810
206
TABEL13-8
SASARAN DI BIDANG PEMBANGUNAN PERKERETA APIANSELAMA REPELITA IV
U r a i a n J u m 1 a h
1. Rehabilitasi, penggantian danPembangunan jalan kereta api ( Km ) 4.020
2. Pembangunan jembatan:- Jembatan bawah ( buah ) 423- Jembatan atas ( ton) 50.796
3. Lokomotif:
- Rehabilitasi ( buah ) 1.223
- Penambahan ( buah ) 25
4. Kereta Penumpang :
- Rehabilitasi ( buah ) 2.000
- Penambahan ( buah ) 210
Gerbong:
- Rehabilitasi ( buah ) 15.599
- Penambahan ( buah ) 200
6. K.R.L.( buah ) 127- Rehabilitasi
7. K.R.D
( buah ) 207- Rehabilitasi
208
Sejalan dengan usaha untuk meningkatkan kapasitas angkut-
an kereta api dan peningkatan pelayanannya di masa mendatang
dalam Repelita IV akan dilakukan persiapan bagi elektrifi-
kasi lintasan kereta api, terutama pada lintas utama di P.
Jawa sehingga kemampuan dan penggunaan prasarana dan sarana
perkereta-apian akan lebih meningkat dan dapat mengimbangi
pertumbuhan lalu-lintas di jalan raya.
Pembangunan angkutan kereta api dalam kota akan dilanjut-
kan agar dapat dikurangi beban kepadatan lalu-lintas terutama
di kota besar.
d. Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan
Sesuai dengan Garis-garis Besar Haluan Negara pelayanan
angkutan sungai, danau dan penyeberangan perlu lebih diting-
katkan baik sebagai sarana angkutan sendiri maupun sebagai
bagian dari perhubungan jaringan jalan raya dan kereta api,
agar dapat menunjang pembangunan di berbagai sektor dan dae-
rah, khususnya daerah pemukiman penduduk di pedalaman serta
daerah-daerah terpencil. Untuk itu perlu lebih ditingkatkan
efisiensi dalam penyelenggaraannya.
Pembangunan di bidang angkutan sungai, danau dan penyebe-
rangan selain meningkatkan pelayanan pada jalur sungai dan
danau yang ada akan dilakukan penambahan jalur-jalur baru
terutama bagi daerah-daerah yang belum dilayani oleh jenis
angkutan lainnya. Dalam Repelita IV direncanakan penambahan
22 unit dermaga dan terminal pada 18 lintasan penyeberangan,
8 unit dermaga danau dan 25 dermaga sungai. Juga akan direha-
bilitasi 22 unit dermaga dan terminal pada 14 lintasan penye-
berangan, 5 unit dermaga danau dan 24 unit dermaga sungai.
Untuk menunjang keselamatan angkutan akan dilakukan pengadaan
209
fasilitas rambu sungai sebanyak 5.775 buah, rambu laut 51
buah, pembersihan alur sepanjang 2.350 km, pengerukan alur
dan banjir sebanyak 2.500.000 m3 serta pembangunan talud se-
panjang 60 km. Di bidang sarana angkutan akan dilakukan pe-
nambahan armada sebanyak 13 kapal penyeberangan dengan jumlah
kapasitas 2.300 GRT serta rehabilitasi armada kapal penyebe-
rangan sebanyak 18 buah dengan kapasitas 2.000 GRT. Perincian
pembangunan sarana dan prasarana tersebut dapat dilihat dalam
Tabel 13 - 9.
Penyediaan sarana angkutan sungai, danau dan penyeberang-
an akan mengikut sertakan dunia usaha swasta dan koperasi
serta meningkatkan usaha angkutan tradisional rakyat sekali-
gus membina kewiraswastaan.
Secara operasional lalu-lintas angkutan sungai, danau dan
penyeberangan diarahkan untuk dapat memenuhi pelayanan yang
seimbang serta terciptanya keterpaduan antara angkutan jalan
raya, kereta api, perintis laut dan udara dengan angkutan
sungai dan penyeberangan.
2. Perhubungan Laut
Sesuai dengan Garis-garis Besar Haluan Negara pembangunan
perhubungan laut perlu lebih ditingkatkan agar tersedia pela-
yanan angkutan laut yang lebih luas, tertib, teratur, aman,
lancar, murah dan efisien terutama untuk daerah-daerah ter-
pencil. Pelayaran dalam negeri perlu lebih ditingkatkan dan
diusahakan agar dapat saling mendukung, sehingga di samping
akan mendorong pertumbuhan perdagangan antar pulau, juga da-
pat menunjang pelayaran luar negeri. Pelayaran nasional luar
negeri perlu lebih ditingkatkan peranan dan kemampuan bersa-
ingnya dalam pengangkutan barang-barang perdagangan luar
210
TABEL 13 - 9
SASARAN DI BIDANG PENGEMBANGAN FASILITAS ANGKUTAN SUNGAI, DANAU DAN PENYEBERANGAN SELAMA REPELITA IV
U r a i a n J u m l a h
a. Prasarana:
1. Terminal/dermaga penyeberangan
2. Dermaga danau
3. Dermaga sungai
4. Rambu Sungai dan laut
b. Sarana:1. Rehabilitasi kapal penyeberangan
2. Pengadaan kapal penyeberangan
rehabilitasi 24 unit
pembangunan 22 unit
rehabilitasi 5 unit
pembangunan 8 unit
rehabilitasi 22 unit
pembangunan 25 unit
5.826 buah
18 buah
13 buah
211
negeri Indonesia. Juga perlu dilaksanakan langkah-langkah pe-ngembangan dan pembinaan yang lebih mantap terhadap dunia
usaha pelayaran, khususnya pelayaran rakyat.
Pembangunan di bidang perhubungan laut dalam Repelita IV
diarahkan untuk dapat meningkatkan pelayanan jasa angkutan
laut, baik untuk jasa angkutan dalam negeri maupun luar ne-
geri. Dalam Repelita IV diperkirakan pertumbuhan jasa angkut-
an laut dalam negeri dan jasa angkutan luar negeri akan terus
meningkat. Untuk memenuhi pertumbuhan kebutuhan jasa angkutan
laut tersebut akan dilakukan peningkatan dibidang armada pe-
layaran, fasilitas pelabuhan dan pengerukan, fasilitas kese-
lamatan pelayaran dan industri maritim.
Peningkatan armada pelayaran dalam negeri baik untuk ang-
kutan penumpang maupun angkutan barang akan dilakukan berda-
sarkan keperluan jumlah kapal untuk mengisi pola trayek pela-
yaran yang meliputi pelayaran nusantara, pelayaran lokal, pe-
layaran rakyat dan pelayaran perintis. Pola trayek tersebut
disusun berdasarkan penyebaran dan pertumbuhan wilayah di In-
donesia yang direncanakan sebagai berikut; ditetapkan 4 pela-
buhan induk 14 pelabuhan kolektor dan 25 pelabuhan distribu-
tor. Untuk angkutan penumpang akan ditingkatkan lintas-lintas
yang sudah berkembang seperti Belawan - Tanjung Priok - Teluk
Bayur dan Tanjung Priok - Ujung Pandang serta penambahan lin-
tas-lintas baru yaitu Ujung Pandang - Ambon, Ambon - Jaya Pu-
ra, Banjarmasin - Surabaya dan P. Batam - Tanjung Priok.
Dari pola trayek dan sistem angkutan laut untuk mengimba-
ngi arus muatan dalam negeri dalam Repelita IV direncanakan
menaikan produktivitas armada pelayaran nusantara sebesar 20
ton/DWT/tahun, armada pelayaran lokal 19,4 ton/DWT/tahun dan
212
armada pelayaran rakyat 15 ton/BRT/tahun. Sasaran tersebut
diharapkan dapat melayani pertumbuhan jumlah muatan pada
akhir Repelita IV yang diperkirakan mencapai 14.750.000 ton
untuk pelayaran nusantara, 4.200.000 ton untuk pelayaran lo-
kal dan 3.400.000 ton untuk pelayaran rakyat.
Selama Repelita IV akan dilakukan penambahan baru dan pe-
remajaan armada. Untuk pelayaran nusantara penambahan baru
sebesar 420.300 DWT dan penggantian armada yang sudah tidak
layak laut sebesar 165.890 DWT, sehingga pada akhir Repeli-
ta IV total armada pelayaran nusantara akan mencapai 757.781
DWT. Armada pelayaran lokal direncanakan penambahan baru se-
besar 98.000 DWT, penggantian kapal tua sebesar 53.040 DWT,
sehingga pada akhir Repelita IV jumlah kapasitas yang bero-
perasi mencapai 218.999 DWT. Sedang armada pelayaran rakyat
penambahan baru sebesar 85.000 BRT, penggantian kapal 60.000 BRT sehingga total kapasitas armada menjadi 230.000 BRT. Juga
direncanakan penambahan kapasitas armada perintis sebesar
4.600 DWT dan kapal penumpang sebesar 185.600 BRT. Perkiraan
pengembangan armada laut selama Repelita IV dapat dilihat pa-
da Tabel 13 - 10.
Pembangunan di bidang pelabuhan direncanakan mengikuti
pengembangan pola trayek dan sistem angkutan laut, sehingga
kegiatan rehabilitasi, peningkatan dan pembangunan fasilitas
pelabuhan akan dititik beratkan pada 43 pelabuhan yang men-
cakup pelabuhan induk, pelabuhan kolektor dan pelabuhan
distributor. Pelabuhan-pelabuhan di luar pelabuhan tersebut
di atas pembangunannya akan disesuaikan dengan kebutuhan jasa
angkutan di daerah. Selama Repelita IV akan dibangun di empat
pelabuhan induk Belawan, Tanjung Priok, Tanjung Perak dan
213
TABEL13-10SASARAN DI BIDANG PENGEMBANGAN ARMADA LAUT
SELAMA REPELITA IV
Jenis Armada Penambahan dan Penggantian
selama Repelita IV
I. Pelayaran Nusantara:
1. Armada Niaga Nusantara (WT) 420.300
2. Kapal Penumpang (BRT) 185.600
3. Armada Pelayaran Lokal (DWT) 98.000
4. Armada Pelayaran Rakyat (BRT) 85.000
5. Armada Pelayaran Perintis (DWT) 4.600
6. Armada Pelayaran Khusus (DWT) 318.900
(BRT) 150.000
(HP) 246.300
7. Armada Tanker (DWT) 4.127.400
I I . Pelayaran Samudera:
1. Armada Pelayaran Umum (DWT) 490.500
2. Armada Pelayaran Khusus (DWT) 489.200
3. Armada Tanker ( D W T ) 659.800
214
Ujung Pandang dermaga sepanjang 3.690 meter, lapangan peti
kemas seluas 117.000 m2, lapangan penumpukan 13.000 m2 dan
gudang 39.000 m2. Di empat belas pelabuhan kolektor akan di-
bangun dermaga sepanjang 5.230 meter, lapangan peti kemas
53.000 m2, lapangan penumpukan 139.620 m2 dan gudang 124.600
m2. Sedang untuk pelabuhan distributor di 25 lokasi direnca-
nakan dibangun dermaga 3.645 meter, lapangan penumpukan
117.380 m2 dan gudang 26.600 m2. Untuk pelabuhan lainnya ter-
masuk pelabuhan perintis akan dibangun dermaga sepanjang
6.250 meter dan gudang 165.900 m2.
Untuk meningkatkan pelayanan pelabuhan akan dilakukan ke-
giatan pengerukan kolam pelabuhan dan alur pelayaran secara
teratur. Dalam Repelita IV direncanakan akan dilakukan penge-
rukan rutin sebanyak 140,6 juta m3 lumpur dan pengerukan da-
sar sebanyak 55 juta m3 lumpur. Sebagai penunjang pelaksanaan
kegiatan pengerukan juga akan dilakukan peremajaan kapal ke-
ruk dan sarana bantunya. Sasaran di bidang pengembangan fasi-
litas pelabuhan dan pengerukan selama Repelita IV dapat dilihat
pada Tabel 13 - 11.
Pengembangan fasilitas keselamatan pelayaran meliputi pe-
ngembangan kesyahbandaran dan pengawasan pelaksanaan undang-
undang keselamatan jiwa di laut untuk dapat mengurangi terja-
dinya kecelakaan. Untuk itu direncanakan penambahan fasilitas
kapal bandar sebanyak 76 buah, peralatan operasional bandar
338 unit dan bangunan pengawasan sebanyak 52 buah serta pe-
ningkatan kemampuan teknis Biro Klasifikasi Indonesia dalam
hal-hal yang menyangkut keselamatan pelayaran dan pembinaan
armada nasional. Seluruh kegiatan keselamatan pelayaran akan
diatur dengan sistem Vessel Traffic Service (VTS) terutama
215
TABEL 13 - 11
SASARAN DI BIDANG PENGEMBANGAN FASILITASPELABUHAN DAN PENGERUKAN
SELAMA REPELITA IV
Jenis Fasilitas Repelita IV
. Pengembangan fasilitas pelabuhan
1. Dermaga (M) 18.815
2. Gudang (M2) 190.200
3. Lapangan Penumpukan (M2) 270.000
4. Lapangan Peti Kemas (M2) 170.200
. Pengerukan
1. Pengerukan rutin (ribu m3) 140.600
2. Pengerukan dasar (ribu m3) 55.000
216
pada alur pelayaran yang padat dan berbahaya. Di samping akan
dilakukan pendidikan dan latihan untuk meningkatkan kemampuan
tenaga syahbandar sebanyak 2.500 orang. Di bidang navigasi
direncanakan rehabilitasi dan pembangunan menara suar 108 bu-
ah, rambu suar 150 buah, penambahan peralatan telekomunikasi
dan radio pantai di 89 lokasi serta peremajaan armada kapal
suar dan sarana penunjang lainnya. Kegiatan pemetaan alur pe-
layaran akan dilakukan pada 71 lokasi. Di bidang kesatuan
penjagaan laut dan pantai akan ditekankan pada peningkatan
penegakan peraturan dan undang-undang yang menyangkut kese-
lamatan barang dan penumpang di laut. Untuk itu direncanakan
penambahan kapal patroli sebanyak 22 buah serta sarana penun-
jang lainnya termasuk kegiatan SAR.
Pembangunan di bidang industri maritim akan diteruskan
agar pelayanan terhadap dunia usaha pelayaran dan industri
perkapalan dalam memenuhi kebutuhan armada yang direncanakan,
selama Repelita IV akan dilakukan rehabilitasi galangan se-
besar 101.200 DWT dan pembangunan baru sebesar 136.000 DWT.
Sasaran di bidang keselamatan pelayaran dan pengembangan in-
dustri maritim dapat dilihat pada Tabel 13 - 12.
3. Perhubungan Udara
Pembangunan di bidang perhubungan udara diarahkan untuk
dapat memberikan pelayanan angkutan yang cukup, lancar, ter-
atur, aman dan efisien. Pelayanan angkutan udara dalam negeri
akan ditingkatkan dan jaringan angkutan udara perintis akan
diperluas ke daerah-daerah yang belum dihubungkan oleh jenis
angkutan lain. Di samping itu pelayanan angkutan transmigrasi
dan angkutan haji, akan terus disempurnakan. Pelayanan ang-
kutan udara luar negeri akan lebih ditingkatkan kemampuan dan
217
T A B E L 1 3 - 1 2
SASARAN DI BIDANG KESELAMATAN PELAYARANDAN PENGEMBANGAN INDUSTRI MARITIM
SELAMA REPELITA IV
K e g i a t a n / F a s i l i t a s Repelita IV
I . Keselamatan Pelayaran
1. Sarana Bantu Navigasi (Uni t ) : a) Menara suar
b) Rambu suar2. Kapal Perambuan (bush)
3. Kapal Bandar (buah
I I . Industri Maritim
1. R e h a b i l i t a s i dok (DWT)
2. Pembangunan GalanganPeluncuran (DWP)
3. Kran Apung (Ton)
4. Kran Mobil (Ton)
108
150
33
76
101.200
136.000 600 100
218
mutunya agar lebih mampu bersaing di dunia penerbangan in-
ternasional.
Pengaturan penerbangan tidak berjadwal akan lebih diting-
katkan sehingga dapat menunjang penerbangan berjadwal dan di-
hindarkan persaingan yang tidak ekonomis antara kedua jenis
penerbangan tersebut. Selain itu tarip penerbangan dalam ne-
geri harus dapat menutupi biaya secara penuh dan tetap me-
rangsang para pemakai jasa angkutan udara. Tarip penerbangan
angkutan barang pada jaringan yang berjadwal diusahakan agar
dapat merangsang tumbuhnya angkutan barang melalui udara.
Peningkatan kemampuan pelabuhan udara, keselamatan pener-
bangan dan tatalaksana perhubungan udara juga akan terus di-
lanjutkan selama Repelita IV. Peningkatan prasarana landasan
di pelabuhan udara akan disesuaikan dengan kebutuhan pengope-
rasian jenis pesawat penerbangan komersial berjadwal.
Untuk meningkatkan pelayanan pelabuhan udara diperlukan
pembangunan fasilitas terminal dan pergudangan dunia usaha.
Jam operasional pelabuhan udara akan disesuaikan dengan ba-
tasan ekonomis dan kemampuan teknis sehingga dapat ditingkat-
kan pelayanan angkutan. Adapun sasaran peningkatan dan pem-
bangunan landasan sesuai dengan jenis pesawat yang dapat men-
daratinya, dapat dilihat dalam Tabel 13 - 13.
Pengembangan angkutan perintis udara selama Repelita IV
akan terus ditingkatkan dengan melakukan peningkatan landasan
perintis, pembangunan landasan perintis baru antara lain
Sangkurilang di Kalimantan Timur dan Wahai di P. Ceram serta
penelitian kemungkinan pengembangan landasan perintis lainnya.
219
TABEL 13 - 13PEMBANGUNAN DI BIDANG PENINGKATAN PELABUHAN UDARA
DALAM REPELITA IV
Kemampuan untuk pesawat sejenis Pelabuhan Udara
B - 747 Penuh/Terbatas Cengkareng/Jakarta, Halim Perdanakusuma/ Jakarta, Ngurah Rai/ Denpasar, Juanda/ Surabaya, Polonia/Medan, Hasanuddin/- Ujung Pandang dan Mokmer/Biak
DC - 10/A-300 Penuh/Terbatas Ahmad Yani/Semarang, Supadio/ Pontianak, Talang Betutu/Palembang, Pattimura/Am- bon, Samsudin Noor/Banjarmasin, Seping-gan/Balikpapan, Sam Ratulangi/Manado, Hang Nadim/Pulau Batam.
DC - 9 Penuh/Terbatas Adisumarno/Surakarta, Tabing/Padang, Blangbintang/Banda Aceh, Simpangtiga/Pe-
kanbaru, Adisucipto/Yogyakarta, Senta-ni/Jayapura, Komoro/Dilli, El Tari/Ku- pang, dan Sorong Daratan.
F - 28 Penuh/Terbatas Kijang/Tanjung Pinang, Lhok Seumawe, Du- mai, Branti/Tanjung Karang, Bidiarto/Cu-rug, Bulutumbang/Tanjung Pandan, Husen Sastranegara/Bandung, Padang Kemiling/-Bengkulu, Pangkal Pinang/ Bangka, Sula- tan Thaha/Jambi, Panarung/Palangkaraya, Juwata/Tarakan, Abdulrachnan Saleh/Ma- lang, Jalaludin/Gorontalo, Mutiara/Palu, Wolter Mongonsidi/Kendari, Mopah/Merau- ke, Selaparang/Ampenan dan Ranai.
F - 27 Penuh/Terbatas Dabo/Singkep, Pinang Sori/Sibolga, Is-kandar/Pangkalan Bun, Jayapura/Rengat, Salhudin/Bima, Mau Hau/Waingapu, Waio-ti/Meumere, dan Babullah/Ternate.
L-100 Penuh/Terbatas Sintang, Pasir Pangaraian, Batulicin, Wamena, Nabire, Manokwari, Enarotali, dan 3 pelabuhan udara transmigrasi yang lokasinya akan ditentukan kemudian.
C - 160/CN - 235 Penuh/Terbatas Muko-Muko, Haji Asan/Sampit, Gunung Si- toli, Ketapang, Penggung /Cirebon, Lubuk Linggau, Stagen/ Kotabaru, Tunggul Wu-lung/Cilacap dan Torea/Fak-Fak, Cut Nyak Dhien/Sei Palming, Sei Sebati, Putusi- bau, Poso Ipi/Ende, Luwuk, Langgur dan Temindung/Sawandi.
220
Pelayanan keselamatan penerbangan akan ditingkatkan, men-
cakup peningkatan prasarana keselamatan penerbangan seperti
"Area Control Centre", "Approach Control Centre", "Aerodrome
Control dan Flight Information Centre" agar sesuai dengan
persyaratan Internasional Civil Aviation Organization (ICAO).
Selain itu akan ditingkatkan pemeliharaan dan peralatan yang
teratur termasuk peningkatan peralatan telekomunikasi, navi-
gasi dan listrik serta pembentukan satuan-satuan penanggu-
langan darurat. Dengan langkah-langkah tersebut dilakukan pe-
ningkatan standar keselamatan penerbangan yang menunjang ope-
rasi penerbangan secara efisien dan efektif. Di samping itu
kegiatan pendidikan dan latihan akan ditingkatkan agar ke-
trampilan tenaga kerja di bidang perhubungan udara dapat me-
menuhi persyaratan yang dibutuhkan.
Dalam Repelita IV direncanakan pula penyempurnaan pola
jaringan penerbangan pada seluruh jalur penerbangan yang ada
dalam usaha peningkatan mutu pelayanan angkutan udara dalam
negeri.
Peremajaan armada penerbangan akan dilanjutkan, khususnya
armada angkutan udara perintis akan ditekankan penggunaan pe-
sawat rakitan dalam negeri. Penggunaan pesawat bermesin tur-
bo jet disesuaikan dengan perkembangan lalu-lintas. Sasaran
pengembangan armada udara selama Repelita IV dapat dilihat
dalam Tabel 13 - 14. Di samping itu dalam rangka penyelengga-
raan penerbangan khusus juga dilakukan penambahan pesawat un-
tuk angkutan transmigrasi, pesawat kalibrasi untuk meneliti
alat-alat keselamatan penerbangan serta pesawat-pesawat latih
udara bagi kegiatan pendidikan.
221
TABEL 13 - 14
SASARAN DI BIDANG PENGEMBANGAN ARMADA UDARADALAM REPELITA IV
J e n i s Pesawat Jumlah(buah)
1. Cassa 212 S e r i e s 100 4
2. Cassa 212 S e r i e s 200 12
3. Cassa C N - 235 15
4. F - 27 S e r i e s 500 14
5. F - 28 S e r i e s 4000 10
222
4. Pos dan Giro
Sesuai Garis-garis Besar Haluan Negara peningkatan jasa
Pos dan Giro dalam Repelita IV dilaksanakan dengan memperluas
jaringan pelayanannya hingga dapat mencapai seluruh pelosok
tanah air dan dapat menjangkau masyarakat seluas mungkin,
baik di daerah-daerah transmigrasi, daerah-daerah pemukiman
baru maupun daerah-daerah yang terpencil. Agar lalu lintas
pos terus meningkat, pembangunan jasa pos dan giro dilaksana-
kan dengan menambah Kantor Pos Pembantu, Kantor Pos Tambahan
dan Kantor Pos Besar.
Jasa Giro dan Chek Pos juga ditingkatkan agar dapat digu-
nakan setaraf dengan jasa-jasa perbankan. Juga dilakukan pe-
ningkatan mutu pelayanan dan tarip berbagai jenis pos, pener-
bitan perangko-perangko untuk kejadian-kejadian penting untuk
meningkatkan kemampuan keuangan perusahaan. Trayek-trayek pe-
layanan pos saat ini semakin disempurnakan dengan menambah
trayek pos bergerak berupa Pos Keliling Desa dan Pos Keliling
Kota sehingga jasa Pos dan Giro dapat diandalkan untuk kegi-
atan surat menyurat secara nasional. Dalam usaha memperlancar
dan meningkatkan pelayanan Pos dan Giro juga ditingkatkan pe-
ngelolaan Agen Pos dan Depot Benda Pos dan Meterai serta pe-
layanan pos oleh pihak swasta sejauh tidak bertentangan de-
ngan peraturan/perundang-undangan yang berlaku.
Dalam Repelita IV direncanakan pembangunan 800 buah Kan-
tor Pos Pembantu/Kantor Pos Tambahan/Kantor Pos yang tersebar
di berbagai ibu kota kecamatan di seluruh Indonesia, daerah-
daerah transmigrasi dan pemukiman baru serta daerah-daerah
terpencil. Di samping itu direncanakan pula pembangunan 18
223
buah Kantor Pos Besar/Kelas I termasuk pusat sortir dan dis-
tribusi/transit dan tukar serta 6 buah Kantor Biro Daerah Pos
yang berlokasi di ibukota-ibukota propinsi. Gedung Kantor Pos
Ibukota akan diselesaikan pembangunannya di DKI Jaya. Penam-
bahan sepeda motor dan kendaraan pos masing-masing untuk pos
keliling desa dan pos keliling kota dan angkutan lokal pos
serta pengadaan peralatan kantor diperlukan untuk meningkat-
kan dan memperlancar pelayanan pos dan giro. Pelayanan yang
lebih baik bagi penduduk kota akan diberikan dengan menambah
bis surat sebanyak 1.500 buah. Sasaran tersebut dapat memper-
luas jaringan pelayanan dan meningkatkan kemudahan pelayanan
terutama di daerah pedesaan, daerah transmigrasi dan pemu-
kiman baru menjangkau 58.029 desa dari 65.000 desa yang ada.
Secara terperinci sasaran tersebut dapat dilihat dalam Tabel
13 - 15.
5. Telekomunikasi
Pembangunan telekomunikasi dalam Repelita IV ditujukan
untuk memperluas jaringan dan sambungan telekomunikasi serta
meningkatkan mutu pelayanannya. Untuk itu akan dilakukan pe-
nambahan fasilitas telekomunikasi umum serta peningkatan efi-
siensi dan efektivitas penyelenggaraannya. Di bidang pemenuhan
kebutuhan yang besar dan mendesak terhadap fasilitas telepon,
telegrap, telex dan jaringan transmisi akan selalu diperhati-
kan asas-asas pemerataan dan sejauh mungkin dimanfaatkan pro-
duksi dalam negeri.
Bertitik tolak dari potensi kapasitas telepon sebanyak +
669.669 ss pada akhir Repelita III dan berdasarkan adanya
pertumbuhan permintaan 10 - 12% per tahun, maka diperkirakan
kebutuhan kapasitas telepon pada akhir Repelita IV adalah se-
224
TABEL 13 - 15
SASARAN DI BIDANG PENGEMBANGAN FASILITAS POS DAN GIRO,SELAMA REPELITA IV
U r a i a nSasaran
Repelita IV(buah)
1. Pembangunan Kp/Kptb/Kpp 800
2. Pembangunan Kpb/I/Pusat sortir dan
distribusi/transit dan tukar pos 18
3. Pembangunan Kantor Kepala Daerah Pos 6
4. Pembangunan Kantor Pos Ibu Kota 1
5. Pos Keliling dan Angkutan Lokal :
a. Mobil/Kendaraan pos 300
b. Sepeda Motor 2.000
6. Pengadaan Bis Surat 1.500
225
i
besar + 1.500.000 ss. Untuk itu akan dilakukan penambahan ka-
pasitas telepon sebanyak + 750.000 ss selama Repelita IV,
termasuk sambungan telepon di tingkat kabupaten, kecamatan,
dan kawasan industri, sehingga dapat dipenuhi kepadatan te-
lepon sekitar 0,9 satuan sambungan per 100 penduduk pada
akhir Repelita IV. Untuk itu direncanakan membangun industri
telekomunikasi digital dalam negeri dengan kapasitas +
100.000 ss sentral telepon per tahun.
Pembangunan telekomunikasi umum dalam negeri adalah beru-
pa peningkatan kapasitas sentral lengkap dengan transmisi dan
jaringan kabelnya, meningkatkan jumlah telepon umum menjadi
2% dari kapasitas sentral yang ada, dan optimalisasi penggu-
naan frekuensi radio sesuai dengan keterbatasan spektrum yang
tersedia. Penyebaran telekomunikasi umum luar negeri dilaku-
kan melalui perluasan jangkauan dan mutu pelayanan, penerapan
teknologi baru/maju dan pelayanan jasa-jasa baru, serta per-luasan/penambahan media transmisi ke luar negeri. Peningkatan
industri perangkat telekomunikasi dilakukan agar dapat meng-
hasilkan peralatan telekomunikasi perluasan jaringan teleko-
munikasi nasional. Sistem monitoring radio dilakukan untuk
meningkatkan kemampuan pengelolaan dan pengawasan penggunaan
frekuensi radio dengan membangun 3 unit stasiun tetap di Ja-
karta, Medan dan Merauke dan 23 unit stasiun bergerak yang
tersebar di 17 lokasi.
Di samping itu direncanakan membangun sarana hubungan ke
luar negeri serta menambah kapasitas yang ada, dengan pene-
rapan teknologi baru dengan membangun Sistem Komunikasi Kabel
Laut (SKKL) Medan - Timur Tengah - Eropa Barat dan Indonesia
- Australia - Singapura. Juga direncanakan menambah dan mem-
226
perluas pelayanan jasa baru, seperti Sistem Komunikasi Kabel
baru (STKB), telekonfrensi (konperensi jarak jauh), facsi-
mile, Sistem Komunikasi Telekonfrensi Jarak Jauh (STJJ),
transmisi data dan penerapan teknologi tepat guna. Usaha-
usaha untuk meningkatkan penggunaan sarana telekomunikasi na-
sional akan dilakukan melalui kerjasama dengan lembaga-lem-
baga di dalam negeri maupun dengan negara-negara tetangga
serta melalui pengendalian pemberian izin konsesi telekomuni-
kasi.
Dalam Repelita IV pembangunan bidang telekomunikasi meli-
puti pula penyelesaian proyek-proyek lanjutan Repelita III
sebanyak 190.390 ss telepon, diantaranya adalah penyelesaian
telepon digital tahap I sebanyak 52.500 ss, fasilitas telepon
yang menggunakan sistem lain-lain sebanyak 13.500 ss, Sentral
Telepon Otomat (STO) dan Sentral Telepon Otomat (STO) Mobile
di Bandung 4.000 ss, STO Kontainer 1.600 ss, STO Darmo Per-
mai/Surabaya, serta Jaringan kabel dengan sistem III, ARF dan
Meta Conta-10 masing-masing 8.000 ss, 12.000 ss dan 5.000 ss.
Di samping itu akan dimulai pelaksanaan pembangunan telepon
digital tahap II 54.000 ss, telepon Ibu Kota Kabupaten (IKK)
28.000 ss, STO Mobile di Cilegon 2.000 ss dan pendayagunaan
telepon manual sebanyak 7.790 ss.
Pembangunan baru direncanakan meliputi fasilitas telepon
digital sebanyak + 750.000 ss, telex 16.450 ss, telegrap/data
10.000 buah, paket jaringan satelit (packsatnet) 1.500 ss dan
data facsimile 12.000 buah. Dalam bidang transmisi akan di-
perluas kapasitas Gelombang Mikro Padang - Pekanbaru, Jawa -
Bali, Trans Sumatera, Banjarmasin - Balikpapan, Pontianak -
Sambas, Indonesia Bagian Timur sampai ke Ujung Pandang, Trans
227
Sulawesi, Sistem Komunikasi Kabel Laut Surabaya – Banjarma-
sin, serta perluasan pemanfaatan transmisi satelit berupa
kanal SKSD dan jaringan ekor, serta penambahan stasiun bumi
tambahan 100 buah SBK. Sasaran peningkatan fasilitas tele-
komunikasi dalam Repelita IV secara terperinci dapat dilihat
pada Tabel 13 - 16.
6. Meteorologi dan Geofisika
Pengembangan jasa meteorologi dan geofisika perlu lebih
ditingkatkan untuk menunjang keselamatan masyarakat pada
umumnya, keselamatan pelayaran dan penerbangan pada khusus
nya, serta untuk kepentingan pembangunan di berbagai sektor,
terutama menyebarluaskan informasi meteorologi dan geofisika
yang berkaitan dengan waktu tanam pertanian. Untuk meningkat-
kan mutu informasi ramalan cuaca secara cepat dan tepat kepa-
da pemakai jasa diperlukan peningkatan fasilitas, peningkatan
pengolahan/analisa dan tenaga ahli yang meliputi otomatisasi
telekomunikasi penggunaan saluran umum/ Perum Telekomunikasi,
peningkatan peralatan meteorologi dan geofisika, pembangunan
laboratorium meteorologi dan geofisika, dan peningkatan tena-
ga teknis/ahli lewat pendidikan. Diharapkan mutu ketelitian
informasi ramalan dalam Repelita IV dapat ditingkatkan dari
70% menjadi 90%, sehingga dapat memberikan informasi yang
sesuai bagi sektor-sektor lainnya.
Dalam Repelita IV ini Badan Meteorologi dan Geofisika
akan melanjutkan kerjasama dengan badan organisasi regional
maupun internasional seperti Regional Associations, World Me-
teorology Organization (WMO), Food and Agriculture Organiza-
tion (FAO), International Civil Aviation Organization dan In-
ternational Geophysical and Geodesic Union. Sasaran fisik
228
TABEL 13 - 16
SASARAN DI BIDANG PENGEMBANGAN FASILITAS TELEKOMUNIKASISELAMA REPELITA IV
U r a i a n Repelita IV
I. Telekomunikasi Dalam Negeri:
a. Telepon 750.000 s s
b. Telex 16.450 s s
c. Stasiun Monitoring 32 lokasi
d. Industri Perangkat:
1. Telepon Digital 100.000 s s/tahun
2. P A B X 5.000 pesawat
3. Transmisi PCM 6.000 Alur
4. Pesawat Telepon 100.000 pesawat
S. Telepon Umum 1.000 pesawat
6. S B K 100 buah
II. Telekomunikasi Luar Negeri:
2 salurana. S K K L
b. S L I : 25 buah1. Dalam Negeri
2. Luar Negeri 110 negara
229
pembangunan meteorologi dan geofisika meliputi peningkatan
dan pembangunan stasiun meteorologi, geofisika dan klimato-
logi, serta stasiun kerjasama iklim, pertanian khusus, peng-
uapan dan pengamatan hujan. Sasaran fisik yang ingin dicapai
selama Repelita IV dapat dilihat dalam Tabel 13 - 17.
7. PariwisataDalam usaha meningkatkan penerimaan devisa negara, mem-
perluas lapangan kerja serta memperkenalkan kebudayaan Indo-
nesia, maka sasaran yang hendak dicapai dalam Repelita IV di
bidang pariwisata adalah meningkatkan jumlah kunjungan wisa-
tawan asing dengan tingkat pertumbuhan 14% per tahun, se-
hingga dapat mencapai jumlah lebih dari satu juta kunjungan
wisatawan asing pada akhir Repelita IV. Juga direncanakan me-
ningkatkan lama tinggal wisatawan asing di Indonesia antara
12 - 14 hari per kunjungan, serta mengusahakan peningkatan
pengeluaran rata-rata per wisatawan antara US$ 75 - US$ 125
per hari.
Langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah meningkatkan
pelaksanaan kebijaksanaan pengembangan pariwisata, meningkat-
kan jumlah dan mutu produk wisata Indonesia untuk mampu ber-
saing di pasaran internasional, meningkatkan usaha penguasaan
pasar wisata di luar negeri, meningkatkan pemanfaatan obyek
wisata dengan tetap memperhatikan kelestarian budaya Indone-
sia dan lingkungan hidup, serta meningkatkan pembinaan dan
pengembangan industri pariwisata agar dapat berkembang seba-
gai unsur industri dengan azas yang saling menunjang dan me-
ningkatkan usaha promosi secara aktif.
Untuk meraih jumlah wisatawan asing agar masuk ke Indone-
sia secara berombongan maupun perorangan, berbagai usaha akan
terus di tingkatkan. Dalam kegiatan promosi ke luar negeri
230
TABEL 13 - 17
SASARAN DI BIDANG PENGEMBANGAN FASILITAS METEOROLOGI DAN GEOFISIKASELAMA REPELITA IV
Rencana Fisik Repelita IV
U r a i a nPeningkatan Pembangunan(buah) (buah)
PEMBANGUNAN STASIUN :
1. Meteorologi 60 40
2. Geofisika 27 15
3. Klimatologi 15 14
4. Kerjasama Iklim 82
5. Kerjasama Pertanian Khusus 32
6. Kerjasama Penguapan 96
7. Kerjasama Pengamatan Hujan 1.767
231
i
terutama ke daerah pasaran pariwisata internasional akan di
ikut sertakan berbagai lembaga baik pemerintah maupun swasta.
Berbagai kemudahan juga telah dilaksanakan dan akan lebih di-
mantapkan pelaksanaannya antara lain: bebas visa bagi wisata-
wan yang berasal dari 26 negara pasaran wisata, pemberian in-
sentif berupa keringanan perpajakan dan retribusi daerah,
serta kemudahan bagi investor dalam menanam modalnya di Indo-
nesia.
Kebijaksanaan penerbangan internasional akan dikaitkan
dengan pembukaan pintu masuk pariwisata dan perluasan jaring-
an penerbangan ke daerah tujuan wisata. Dalam pada itu peman-
tapan kantor Pusat Promosi Pariwisata Indonesia (P3I) di luar
negeri akan diarahkan kepada negara yang secara potensial
mempunyai pasar wisata internasional. Pemantapan lembaga-lem-
baga Pendidikan Kepariwisataan yang dikelola baik oleh peme-
rintah maupun swasta, akan terus dilaksanakan agar dapat me-
ningkatkan kemampuan tenaga-tenaga di bidang kepariwisataan
sehingga mampu meningkatkan pertumbuhan dan penyebaran indus-
tri pariwisata sampai ke daerah-daerah.
Dalam Repelita IV direncanakan pembangunan beberapa ka-
wasan/obyek-obyek wisata terutama kawasan dimana persiapan
pembangunannya sudah di mulai sebelumnya. Pembangunan kawa-
san tersebut diarahkan untuk resort kepariwisataan dan dikem-
bangkan sesuai dengan rencana teknis terperinci. Kawasan/ob-
yek-obyek wisata yang akan dibangun meliputi resort alam be-
rupa kawasan/obyek wisata pantai (termasuk wisata tirta) mau-
pun kawasan pegunungan, dan resort wisata budaya serta taman
rekreasi dan hiburan.
232
Pengembangan resort/kawasan pariwisata dalam Repelita IV,
meliputi : kawasan Sumatera di Danau Toba dan sekitarnya,
daerah Bukittinggi dan sekitarnya, kawasan pantai Matras,
Pasir Putih, Parai Tenggiri; kawasan wisata tirta Pantai Tri-
kora dan kawasan wisata budaya Muara Takus. Sedang di Pulau
Jawa meliputi : DKI Jakarta Raya dan Kepulauan Seribu, Taman
Rekreasi Cengkareng, kawasan wisata budaya komplek kerajaan
Banten lama, jalur wisata Jakarta - Bogor - Puncak - Cianjur;
taman wisata Borobudur dan Prambanan, Bandungan, Kopeng dan
Dieng; kawasan budaya Kota Gede, kawasan wisata pantai sela-
tan Yogyakarta, pegunungan Kaliurang; kawasan wisata budaya
Trowulan dan Gunung Bromo.
Di propinsi Bali dan sekitarnya meliputi : Tampak Siring,
Danau Beratan; kawasan wisata pantai Putri Nyale, GilI Air,
Senggigi dan Sire; kawasan pantai Lesiana, Labuhan Bajo dan
Danau Kilimutu.
Di Sulawesi meliputi : kawasan wisata budaya Tanah Tora-
ja, Enrekang, kawasan wisata pantai Tasik Ria, Remboken,
Tara-tara serta kawasan wisata bahari Manado Tua.
Di propinsi Kalimantan meliputi : Banjar Baru, Banjar-
masin dan sekitarnya; kawasan wisata budaya Tenggarong, Tara-
kan dan Balikpapan; di Maluku kawasan pantai Honimura dan
Ternate.
Di Irian Jaya : kawasan wisata budaya pedalaman Asmat,
serta kawasan benteng Mc Arthur.
Selain pengembangan kawasan/obyek wisata tersebut diren-
canakan pula pengembangan dan peningkatan mutu atraksi wisata
di Indonesia yang beribu-ribu jumlahnya dan tersebar luas di-
233
berbagai daerah dengan tingkat perkembangan yang berbeda-beda
untuk dibina secara terpadu. Di dalam pengembangan tersebut,
atraksi wisata Indonesia dikembangkan ke dalam suatu paket
atraksi wisata nasional, berintikan beberapa atraksi wisata
yang telah memiliki daya tarik yang khas dan unik serta sa-
ngat digemari oleh wisatawan.
Berbagai seni dan kebudayaan daerah perlu untuk di gali
dan kemungkinan untuk di kembangkan sejauh tidak menghilang-
kan ciri keasliannya. Atraksi yang khas daerah adalah merupa-
kan suatu daya tarik khusus yang tidak di miliki oleh negara
lain. Dalam hal ini di perlukan suatu kerjasama yang erat
antara bidang pariwisata, kebudayaan serta pemerintah daerah
dalam menggali serta menata kembali sambil mengadakan inven-
tarisasi berbagai kesenian adat, atraksi yang hampir punah
untuk di lestarikan kembali.
Usaha-usaha pemasaran dan promosi baik di luar negeri
maupun di dalam negeri yang teratur dan mantap harus terus
ditingkatkan didukung dengan strategi pemasaran yang kom-
prehensip dan berkesinambungan. Titik berat usaha pemasaran
dalam Repelita IV adalah peningkatan dan perluasan pasaran
yang telah ada. Program pemasaran akan lebih diarahkan dan
lebih dipertajam kepada kawasan pasar yang selama ini sangat
potensial, kemudian diusahakan pula perluasan pasaran yang
telah ada dan usaha pemasaran yang makin meningkat untuk da-
pat menarik wisatawan yang lalu-lalang di negara tetangga ki-
ta maupun yang hanya terbang transit semata-mata. Terhadap
wisatawan tersebut diusahakan pemasaran yang lebih tajam se-
hingga dapat ditarik menjadi pengunjung di negara kita. Juga
perlu dimanfaatkan banyaknya penduduk asing yang tinggal dan
234
bekerja di Singapura, sebagai pusat usaha dan keuangan di
kawasan Asia Tenggara. Untuk mengimbangi kota tersebut perlu
ditingkatkan keragaman obyek wisata yang menarik, agar
pengunjung kota tersebut dapat ditarik untuk berakhir minggu
atau berlibur di Indonesia.
Kegiatan-kegiatan pokok yang perlu dilakukan untuk menca-
pai sasaran-sasaran tersebut antara lain meningkatkan mutu
dan frekuensi pemasaran iklan di dalam dan di luar negeri,
meningkatkan mutu dan pengadaan bahan-bahan promosi dan dis-
tribusinya secara tepat, lancar dan teratur.
Salah satu bagian pasar yang perlu ditingkatkan adalah
pasar wisatawan konvensi. Pemanfaatan kerjasama dengan lemba-
ga pariwisata internasional diharapkan dapat meningkatkan wi-
satawan konvensi ke Indonesia, hal ini disebabkan karena ter-
sedianya sarana konvensi yang memadai serta tenaga pengelola
yang trampil. Sasaran ini memerlukan suatu penanganan yang
khusus dan konsepsional secara profesional, agar dapat terca-
pai hasil guna dan daya guna yang maksimal. Perlu pula di-
tingkatkan investasi sarana konvensi ditempat lainnya, dengan
mengundang berbagai pihak demi untuk memantapkan pemasaran
dan promosi wisata konvensi dalam mencapai sasarannya.
Pengembangan wisatawan konvensi meliputi penjajagan dan
pengembangan pusat pertemuan (sabha mandala), promosi wisata
konvensi di negara yang potensial, partisipasi di dalam con-
vention sales seminar bersama industri pariwisata di berbagai
negara pasaran konvensi di luar negeri, menyusun dan mener-
bitkan bahan-bahan promosi konvensi dan petunjuk penyelengga-
raan konvensi.
235
Di dalam usaha meningkatkan pengembangan pariwisata nasi-
onal baik bidang perencanaan, bidang promosi dan pemasaran
wisata serta pengembangan produk wisata, perlu diberikan in-
formasi yang terbaru, tepat guna dan berkesinambungan. Infor-
masi dimaksud harus ditingkatkan dengan mengadakan penelitian
pasar internasional yang komprehensip, penelitian produk wi-
sata dan penelitian dampak pariwisata.
Kebutuhan akan tenaga kerja pariwisata terdidik dan ter-
latih perlu ditingkatkan melalui penyelenggaraan pendidikan
yang diadakan oleh Pusat Pendidikan dan latihan Pariwisata
dan lembaga pendidikan milik swasta. Juga direncanakan pe-
ningkatan sarana/prasarana Pusat Pendidikan dan Latihan Pari-
wisata yang ada dengan peningkatan penyelenggaraan penyuluhan
dan pelayanan latihan, ketrampilan oleh Balai Pendidikan dan
Latihan Pariwisata Bandung dan Balai Pendidikan dan Latihan
Pariwisata Bali.
IV. PR0GRAM-PROGRAMPelaksanaan pembangunan selama Repelita IV disektor per-
hubungan dan pariwisata dilaksanakan melalui program-program
sebagai berikut :
1. Program-program di bidang Jalan dan Jembatan
a. Rehabilitasi dan pemeliharaan jalan dan jembatan berupa
kegiatan untuk mempertahankan kondisi jalan dan jembatan
yang sudah ditingkatkan dan berada dalam kondisi mantap
agar sesuai dengan tingkat pelayanan lalu-lintas yang su- dah direncanakan, sepanjang 18.500 km, pemeliharaan
97.775 km.
236
b. Penunjangan jalan dan jembatan merupakan usaha perbaikan
jalan dan jembatan dengan tujuan agar jalan dan jembatan
yang belum mantap dapat tetap berfungsi melayani lalu-
lintas. Pekerjaan ini berupa perataan permukaan jalan-ja-
lan beraspal, berkerikil, dan jalan tanah serta drainase
agar jalan tidak terputus. Selama Repelita IV pekerjaan
penunjangan jalan ini akan dilakukan lebih dari satu kali
meliputi seluruhnya sepanjang 79.020 km.
c. Peningkatan jalan dan jembatan merupakan usaha untuk me-
ningkatkan jalan dan jembatan yang belum mantap agar mam-
pu melayani lalu-lintas yang diperkirakan akan terus me-
ningkat dengan masa pelayanan 5-10 tahun dan masa pelaya-
nan di atas 10 tahun. Program peningkatan jalan dan jem-
batan ini merupakan program utama di bidang jalan dan
jembatan dalam Repelita IV dengan perkiraan sepanjang 18.205
km dan jembatan 50.000 km.
d. Pembangunan jalan dan jembatan berupa pekerjaan konstruk-
si jalan dan jembatan baru yang diperlukan bagi daerah-
daerah yang selama ini belum terjangkau. Pembangunan jalan
dan jembatan baru di beberapa kota besar diperlukan guna
menampung pertumbuhan lalu-lintas kota. Juga jalan dan
jembatan baru yang diperlukan untuk menunjang dae- rah-
daerah pemukiman transmigrasi, pertanian, dan pemeka-ran
kota, sasaran pembangunan jalan 1.280 km dan jemba- tan
5.250 m selama Repelita IV.
2. Program Pengembangan Fasilitas Lalu-Lintas Jalan
Di bidang lalu lintas angkutan jalan raya, akan dilanjut-
kan pembangunan Pusat Pengujian Kendaraan Bermotor, perbaikan
237
dan penambahan lampu lalu-lintas, penyediaan rambu jalan,
pembuatan marka jalan, pemasangan pagar pengaman jalan, pem-
bangunan fasilitas pengujian kendaraan bermotor, pengadaan bis
kota dan bis perintis.
3. Program Prasarana Angkutan Kereta Api
Untuk menjadikan perkereta-apian tetap berfungsi sebagai
angkutan umum yang murah, tertib dan aman, maka dalam pening-
katan jasa angkutan kereta api selama Repelita IV akan dilan-
jutkan rehabilitasi dan pembangunan jalan kereta api sepan-
jang 4.020 km dan peningkatan pemasangan jembatan kereta api
sebanyak 423 buah untuk jembatan bawah dan 50.796 ton untuk jembatan atas.
4. Program Sarana Angkutan Kereta Api
Program sarana angkutan kereta api meliputi pembangunan
kereta penumpang sebanyak 2.000 buah, gerbong barang 15.599
buah, kereta rel listrik 127 buah, dan kereta rel diesel 207
buah.
5. Program Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan
Dalam meningkatkan pelayanan angkutan sungai, danau dan
penyeberangan terutama di daerah-daerah yang belum dilayani
oleh jenis angkutan lainnya, maka program selama Repelita IV
akan direncanakan pembangunan 22 unit dermaga dan terminal
pada 18 lintasan penyeberangan, dermaga sungai dan dermaga
danau. Juga akan dilakukan rehabilitasi beberapa dermaga dan
terminal penyeberangan, dermaga sungai serta dermaga danau,
di samping akan dilakukan pula penambahan sejumlah rambu-ram-
bu untuk keselamatan pelayaran.
238
6. Program Pengembangan Fasilitas Pelabuhan
Pembangunan pelabuhan laut direncanakan mengikuti pengem-
bangan pola trayek angkutan laut, sehingga dalam program ini
akan ditekankan kegiatan rehabilitasi, peningkatan dan pe-
ngembangan fasilitas pelabuhan di 43 lokasi yang mencakup pe-
labuhan induk, pelabuhan kolektor dan pelabuhan distributor.
Selama Repelita IV direncanakan akan dibangun pada 43 lokasi
pelabuhan dermaga sepanjang 12.565 m, lapangan peti kemas,
lapangan penumpukan dan gudang. Untuk pelabuhan-pelabuhan di-
luar 43 lokasi pelabuhan tersebut di atas pembangunannya akan
disesuaikan dengan kebutuhan akan jasa angkutan laut.
7. Program Pengerukan Pelabuhan dan Alur Pelayaran
Kegiatan pengerukan termasuk dalam pelayanan pelabuhan
terus dilakukan di kolam pelabuhan dan alur-alur pelayaran.
Selama Repelita IV akan dilakukan pengerukan rutin sebanyak
140,6 juta M3 lumpur dan pengerukan dasar sebanyak 55 juta M3
lumpur, serta peremajaan armada kapal keruk dan sarana bantu-
nya. Kegiatan pengerukan rutin akan dilaksanakan pada pela-
buhan-pelabuhan antara lain; Belawan, Palembang, Tanjung
Priok, Surabaya dan Banjarmasin.
8. Program Pengembangan Fasilitas Keselamatan Pelayaran
Dalam Repelita IV pengembangan kesyahbandaran direncana-
kan penambahan fasilitas kapal bandar 76 buah, peralatan ope-
rasional bandar 338 unit dan bangunan pengawasan 52 buah. Di
bidang navigasi akan dilanjutkan kegiatan rehabilitasi dan
pembangunan menara suar 108 buah, rambu suar 150 buah, per-
alatan telekomunikasi dan radio pantai 89 lokasi, pemetaan
239
alur pelayaran pada 71 lokasi. Sedangkan dibidang kesatuan-
kesatuan penjagaan laut dan pantai direncanakan penambahan
kapal patroli sebanyak 22 buah.
9. Program Pembinaan/Pengembangan Armada Pelayaran
Dalam usaha meningkatkan produktivitas armada pelayaran
nusantara, armada pelayaran lokal dan armada pelayaran rak-
yat. Dalam Repelita IV untuk pelayaran nusantara akan dilaku-
kan penambahan armada baru sebesar 420.300 DWT, penggantian
armada sebesar 165.890 DWT. Sedangkan armada pelayaran rakyat
juga akan ditingkatkan.
10. Program Pembinaan Jasa Maritim
Program ini adalah untuk meneruskan agar pelayanan ter-
hadap dunia usaha pelayaran dan industri perkapalan dapat me-
menuhi kebutuhan armada yang direncanakan selama Repelita IV,
untuk itu akan dilakukan rehabilitasi galangan sebesar
101.200 DWT dan penambahan baru sebesar 136.000 DWT.
11. Program Pengembangan Fasilitas Pelabuhan Udara dan Kese-lamatan Penerbangan.
Sasaran program pengembangan fasilitas pelabuhan udara
dan keselamatan penerbangan dalam Repelita IV, disesuaikan
dengan kebutuhan pengoperasian semua jenis pesawat penerbang-
an komersial yang meliputi :
Pengembangan-penambahan armada udara yang terdiri dari
C-212-100 sebanyak 4 buah, C-212-200 sebanyak 12 buah, CN-235
sebanyak 15 buah, F-27-500 sebanyak 14 buah, dan F-28-4000
sebanyak 10 buah. Peningkatan pembangunan pelabuhan udara
agar dapat menampung pesawat-pesawat B-747 pada 7 lokasi,
240
DC-10/A-300 pada 8 lokasi, DC-9 pada 9 lokasi, F-28 pada 19
lokasi, F-27 pada 8 lokasi, L-100 di 10 lokasi, dan C-160/CN-
235 pada 18 lokasi, secara penuh/terbatas. Pemasangan
alat-alat bantu navigasi dan keselamatan penerbangan lain-
nya di pelabuhan-pelabuhan udara yang akan ditingkatkan ke-
mampuannya, serta pembangunan fasilitas terminal dan pergu-
dangan dunia usaha.
12. Program Pengembangan Jasa Pos dan Giro
Program pengembangan jasa pos dan giro akan mencakup pem-
bangunan Kantor Pos Pembantu, Kantor Pos Tambahan, Kantor Pos
untuk ibukota-ibukota kecamatan, Kantor Pos Besar Kelas I
termasuk pusat sortir dan distribusi/transit dan tukar, Kan-
tor Pos daerah di berbagai ibu kota propinsi, dan sebuah ge-
dung Kantor Pos Ibukota di DKI Jaya. Juga akan dilakukan pe-
nambahan pengadaan bis surat dan kendaraan pos maupun sepeda
motor untuk kelancaran dinas Pos Keliling Kota dan Pos Keli-
ling Desa.
13. Program Pengembangan Jasa Telekomunikasi
Program pengembangan jasa telekomunikasi meliputi pem-
bangunan lanjutan dari Repelita III dan pembangunan baru di
bidang fasilitas telepon, telex, telegrap/data, paket jaring-
an satelit (packsatnet) dan facsimile. Memperluas kapasitas
di bidang transmisi gelombang mikro Padang-Pekanbaru, Jawa-
Bali, Trans Sumatera, Pontianak-Sambas, Indonesia Bagian Ti-
mur sampai ke Ujung Pandang, sistem komunikasi kabel laut Su-
rabaya-Banjarmasin. Perluasan pemanfaatan transmisi satelit
berupa kanal SKSD dan jaringan ekor, serta penambahan stasiun
bumi kecil.
241
14. Program Pengembangan Meteorologi dan Geofisika
Program pengembangan meteorologi dan geofisika meliputi
peningkatan dan pembangunan baru stasiun-stasiun meteorologi,
klimatologi, geofisika serta pembangunan baru stasiun kerja-
sama pengamatan iklim, pertanian khusus, penguapan dan peng-
amatan hujan. Di samping itu juga pembangunan laboratorium
dengan peralatan meteorologi dan geofisika serta
Penggantian peralatan dengan peralatan yang mutakhir
disesuaikan dengan kemajuan teknologi dan peralatan
telekomunikasinya.
15. Program Pengembangan Pariwisata
Dalam Repelita IV program pengembangan pariwisata akan
lebih diarahkan kepada usaha untuk menarik jumlah wisatawan
asing hingga mencapai lebih dari 1 juta orang. Untuk itu akan
ditempuh berbagai langkah antara lain : pemberian ijin bebas
visa bagi wisatawan asing yang berasal dari 26 negara pasaran
wisata, kebijaksanaan pintu masuk lebih diperlonggar, penye-
lesaian Rancangan Undang-undang Kepariwisataan Nasional (RUU
Kepariwisataan Nasional), penyelesaian obyek wisata (resort)
di 10 daerah tujuan wisata, pemberian insentif bagi calon in-
vestor (perpajakan, retribusi, pungutan) dan pemantapan pro-
mosi ke luar negeri terutama dalam mencapai sasaran pasar wi-
sata internasional.
242
TABEL 13 - 18
PEMBIAYAAN RENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KEEMPAT,1984/85 - 1988/89
(dalam jutaan rupiah)
PERHUBUNGAN DAN PARIWISATA
1984/85 1984/85-1988/89No. Kode SEKTOR/SUB SEKTOR/PROGRAM (Anggaran
Pembangunan)(Anggaran
Pembangunan)
04 SEKTOR PERHUBUNGAN DAN PARIWISATA 1.392.107,3 9.923.125,2
04.1 Sub Sektor Prasarana Jalan- - - - - - - - - - - - - - -
592.545,2 - - - - - - -
4.220.401,8 - - - - - - -
04.1.01 Program Rehabilitasi dan Pemeliharaan Jalandan Jembatan 22.750,0 242.735,0
04.1.02 Program Penunjangan Jalan dan Jembatan 121.344,0 630.988,804.1.03 Program Peningkatan Jalan dan Penggantian
Jembatan 337.350,2 2.647.174,204.1.04 Program Pembangunan Jalan dan Jembatan 111.101,0 699.503,8
04.2 Sub Sektor Perhubungan Darat 236 .639,5 1,598 .207,9
04.2.01 Program Pengembangan Fasilitas Lalu LintasJalan 9.300,0 68.820,2
04.2.02 Program Prasarana Angkutan Kereta Api 144.899,5 1.087.496,204.2.03 Program Sarana Angkutan Kereta Api 79.740,0 412.590,9
04.2.04 Program Peningkatan Angkutan Sungai, Danaudan Penyeberangan 2.700,0 29.300,6
04.3 Sub Sektor Perhubungan Laut 274.425,0 1.964.408,5 - - - - - - - - - - - - - -- -- - - - - - - - - - -
------ - - - - - - -- -----04.3.01 Program Pengembangan Fasilitas Pelabuhan Laut 107.046,0 925.161,5
04.3.02 Program Pengerukan Pelabuhan dan Alur-AlurPelayaran 10.167,0 184.769,0
04.3.03 Program Pengembangan Fasilitas KeselamatanPelayaran 18.765,0 150.120,3
243
PERHUBUNGAN DAN PARIWISATA
1984/85 1984/85-1988/89No. Kode SEKTOR/SUB SEKTOR/PROGRAM (Anggaran
Pembangunan)
(AnggaranPembangunan)
04.3.04 Program Pembinaan/Pengembangan ArmadaPelayaran 136.202,3 687.569,3
04.3.05 Program Pembinaan Jasa Maritim 2.244,7 16.788,4
04.4 Sub Sektor Perhubungan Udara 189.223,0 1.324.409,9- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
-- 04.4.01 Program Pengembangan Fasilitas PelabuhanUdara dan Keselamatan Penerbangan 86.823,0 947.469,3
04.4.02 Program Pembinaan/Pengembangan Armada Udara 102.400,0 376.940,6
04.5 Sub Sektor Pos Dan Telekomunikasi 70.691,0 599.490,5- - - - - - - - - - - - - - - - - - -- - -- - - - - - -- -
04.5.01 Program Pengembangan Jasa Pos dan Giro 9.490,0 80.986,5
04.5.02 Program Pengembangan Jasa Telekomunikasi 61.201,0 518.504,0
04.6 Sub Sektor Pariwisata 28.583,6 216 .206,6
04.6.01 Program Pengembangan Pariwisata 28.583,6 216.206,6
244