fieltrip bis a

38
ABSTRAK Air limbah perlu diolah agar tidak berbahaya bagi lingkungan sekitar dan alat guna mengolah air limbah disebut dengan IPAL. Pengolahan air limbah domestik secara komunal diperlukan untuk meminimalisir dampak buruk air limbah terhadap lingkungan. Pengolahan limbah di IPAL Sewon menggunakan pengolahan biologi (mikroba) yaitu dengan kolam fakultatif serta kolam maturasi.

Upload: dinaalfa

Post on 10-Jul-2016

18 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Fieltrip Bis A

ABSTRAK

Air limbah perlu diolah agar tidak berbahaya bagi

lingkungan sekitar dan alat guna mengolah air limbah

disebut dengan IPAL. Pengolahan air limbah domestik

secara komunal diperlukan untuk meminimalisir dampak

buruk air limbah terhadap lingkungan. Pengolahan limbah

di IPAL Sewon menggunakan pengolahan biologi

(mikroba) yaitu dengan kolam fakultatif serta kolam

maturasi.

Page 2: Fieltrip Bis A

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Setiap manusia pasti menghasilkan buangan, baik itu berupa buangan cair,

padat maupun gas. Buangan cair umumnya berupa air limbah atau air bekas

penggunaan dari aktivitas sehari-hari seperti mandi, cuci, kakus, ataupun aktivitas

lain yang biasa disebut juga sebagai air limbah domestik. Menurut Permen LH

No. 5 Tahun 2014, air limbah domestik adalahair limbah yang berasal dari usaha

dan/atau kegiatan pemukiman, rumah makan, perkantoran, perniagaan, apartemen

dan asrama.

Pada kenyataan di lapangan, air buangan yang dihasilkan dari aktivitas

manusia dibuang ke badan air yang merupakan sumber air bersih. Jika jumlah air

buangan yang dibuang melebihi kemampuan alam untuk menerimanya maka akan

terjadi kerusakan lingkungan. Lingkungan yang rusak akan menyebabkan

turunnya tingkat kesehatan manusia yang tinggal pada lingkungan tersebut. Untuk

dapat mewujudkan kondisi lingkungan yang sehat, erat sekali kaitannya dengan

penanganan dan pengelolaan air buangan.

Maka dari itu ada suatu instalasi guna mengolah air limbah yang disebut

IPAL, yaitu suatu instalasi pengelolaan limbah yang menampung dan mengelola

air limbah dari hasil kegiatan manusia. Dengan IPAL ini air limbah akan dikelola

dengan benar agar zat – zat berbahaya yang terkandung di dalamnya dapat

dihilangkan, sehingga saat masuk ke lingkungan tidak menimbulkan masalah.

Setiap daerah pun memiliki pengolahan air limbah yang berbeda – beda,

seperti pengolahan limbah yang terjadi di IPAL Sewon yaitu dengan hanya

menggunakan dua jenis kolam yaitu kolam fakultatif serta kolam maturasi. Dalam

laporan hasil fieldtrip ini akan dibahas mengenai sistem IPAL yang ada di

Instalasi Pengolahan Air Limbah Sewon.

1.2. Tujuan

Mengetahui tentang sistem IPAL yang ada di IPAL Sewon.

Mengamati langsung langkah – langkah pengolahan air limbah yang baik

dan benar.

Page 3: Fieltrip Bis A

1.3. Manfaat

Memahami langkah – langkah pengelolaan air limbah secara langsung

Memahami sistem IPAL yang ada di IPAL Sewon.

Page 4: Fieltrip Bis A

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Air Buangan

Air buangan merupakan air bekas pemakaian, baik pemakaian rumah

tangga maupun pemakaian dalam proses dan operasi industri. Air buangan dibagi

menjadi dua, yaitu air buangan domestik dan air buangan non domestik.

(Hardjosuprapto, 2003)

Air limbah domestik adalah limbah cair yangberasal dari dapur, kamar

mandi, cucian, dan kotoranmanusia. (Darmayanti, Handayani, dan MTS, 2011

dalam Jurnal Sains dan Teknologi)

Air buangan non domestik adalah air bekas pemakaian yang berasal dari

daerah non pemukiman, yaitu dari daerah komersial, perkantoran, institusional,

laboratorium, rumah sakit, industri dan lain sebagainya. Kontaminan air buangan

non domestik ada yang dodominasi oleh cemaran bahan organik dan ada yang

didominasi oleh cemaran bahan anorganik. (Hardjosuprapto, 2000)

2.2 Karakteristik Air Buangan

Air buangan dikelompokan menjadi 3 komposisi yaitu fisik, kimia dan

biologi. Kualitas air buangan dapat diketahui melalui beberapa sifat dan

karakteristiknya yang meliputi :

a. Karakter Fisik

Penentuan derajat kekotoran air limbah sangat dipengaruhi oleh adanya

sifat fisik yang mudah terlihat yaitu kandungan zat padat sebagai efek estetika dan

kejernihan serta bau dan warna juga temperatur (Sugiharto, 1987).

b. Karakteristik Kimia

a. Organik terdiri dari : Zat organik, protein, karbohidrat, lemak dan minyak,

surfaktan, komponen volatil organik, dan pestisida.

b. Anorganik terdiri dari : pH, klor, alkalinitas, nitrogen, fosfat, komponen

inorganik toksik, dan gas.

(Metcalf & Eddy, 2003)

c. Karakteristik Biologi

Page 5: Fieltrip Bis A

Mikroorganisme utama yang dijumpai pada pengolahan air buangan

adalah bakteri, jamur, algae, protozoa, dan virus.

Tabel 2.1

Karakteristik Air Buangan Domestik

Kontaminan Satuan KonsentrasiMaksimu

mRata-

RataMinimum

Padatan total (TS) mg/l 1200 720 350Padatan terlarut total (TDS) mg/l 850 500 250Padatan tersuspensi total (TSS) mg/l 350 220 100BOD mg/l 400 220 110COD mg/l 1000 500 250Nitrogen mg/l 85 40 20Fosfor mg/l 15 8 4Klorida mg/l 100 50 30Sulfat mg/l 50 30 20Lemak mg/l 150 100 50Total Coliform 107 - 109 107 – 109 106 – 107

Sumber : Metcalf & Eddy, 2003

Tabel 2.2Karakteristik Kimiawi Air Buangan Domestik

Kontaminan Satuan KonsentrasiMaksimum Rata-Rata Minimum

Total zat padat (TS) mg/l 1200 720 350Zat padat terlarut (TDS) mg/l 850 500 250Zat padat tersuspensi (TSS) mg/l 350 220 100BOD5 mg/l 400 220 110TOC mg/l 290 160 80COD mg/l 1000 500 250N total mg/l 85 40 20P total mg/l 15 8 4Cl- mg/l 100 50 30Alkalinity (CaCO3) mg/l 200 100 50Lemak mg/l 150 100 50

Sumber : LPM ITB, 1994

Dari tabel tersebut, nilai yang paling sering digunakan yaitu 220 mg/l

untuk BOD, 500 mg/l untuk COD dan 220 mg/l untuk TSS. Analisis yang

Page 6: Fieltrip Bis A

dilakukan terhadap air buangan menggunakan dasar 2 peraturan baku mutu air

buangan golongan B, yaitu:

1. Perda Jateng No. 10 Tahun 2004 Tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi

Kegiatan Industri.

2. Keputusan MenLH no. 51 Tahun 1995 Tentang Baku Mutu Limbah Cair

bagi Kegiatan Industri.

3. Peraturan Pemerintah no. 82 tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air

dan Pengendalian Pencemaran Air.

2.3 Baku Standar Air Buangan

Standard yang digunakan untuk memantau karakteristik air limbah

sekaligus kualitas badan air penerima adalah stream Standard (PP No. 82 Th.

2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air) dan

Effluent standard ( Kep.Men LH No. 51/MENLH/10/1995 Tentang Baku Mutu

Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri. (Ada 21 jenis Industri).

Baku mutu air buangan dimaksudkan untuk mencegah terjadinya

pencemaran air lebih dini. Baku mutu air buangan dibuat dalam standar air

buangan (effluent standard), yaitu karakteristik air yang disyaratkan bagi air

buangan yang akan disalurkan ke sumber air, sawah, dan tempat lainnya. Di

dalam penyusunannya, telah dipertimbangkan pengaruh terhadap pemanfaatan

sumber air yang menampungnya dan faktor ekonomis penggolongan air

buangannya (Hoesein, 1984 dalam Anwar, Ruslin dkk. 2008 dalam Jurnal

Rekayasa Sipil )

Beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan standar, yaitu :

1. Kondisi badan air penerima yang menyangkut segi kuantitas dan kualitas

badan air dalam menerima limpasan air buangan

2. Tata guna air atau pemanfaatannya

3. Jumlah kegiatan yang mengguangan suatu badan air sebagai penerima hasil

pengolahan air buangannya.

Page 7: Fieltrip Bis A

2.4 Pengolahan Air Buangan

2.4.1 Pengolahan Menurut Tingkat Perlakuan

Berdasarkan tingkat pengolahannya, pengolahan air buangan dibedakan

atas :

1. Pengolahan awal ( Primary treatment )

Merupakan proses pendahuluan, dimana proses pengolahan

berlangsung secara fisik. Pada umumnya mampu mereduksi 25 – 30%

BOD dan 50 – 60% kadar suspended solid. Unit pengolahan yang

termasuk di dalamnya, antara lain adalah Screening, Grit Chamber, Flow

Equalization Tank ( Tangki Ekualisasi ), Mixing, dan Sedimentasi

2. Pengolahan Kedua ( Secondary Treatment )

Secara prinsip ada empat kelompok utama proses pengolahan

secara biologis, yaitu Proses aerobik, Proses anaerobik, Proses anoksik,

dan Kombinasi proses aerobik, anoksik, dan anaerobik.

3. Pengolahan Ketiga ( Tertiary Treatment )

Proses pengolahan terhadap sludge tersebut antara lain Sludge

Thickening, Sludge Digestion, Sludge Drying Bed, Conditioning,

Incineration dan Wet Oxidation, dan Final Sludge dan Ash Disposal,

4. Pengolahan lanjutan ( Advanced Treatment )

Perlakuan tambahan merupakan pengolahan lebih lanjut yang

dimaksudkan untuk menghilangkan kadar zat tertentu seperti nitrogen dan

fosfor serta senyawa lainnya.

Tabel 2.3

Efisiensi Removal pada Tiap Parameter

(dalam Jurnal Rekayasa Sipil Vol.2, No.3)

Page 8: Fieltrip Bis A

2.5 Unit Pengolahan Limbah Cair

Adapun tujuan dari pengolahan air limbah adalah:

1. Untuk mencegah kontaminasi suplai air dari agen fisik, agen kimia,

dan agen biologi yang tidak diinginkan.

2. Untuk mencegah perusakan atau pembunuhan kehidupan

ikan,kerang dan organisme air lainnya.

3. Untuk mencegah perusakan badan air yang digunakan untuk

berbagai kegiatan lainnya seperti untuk rekreasi dan pertanian.

4. Untuk mencegah rusaknya keindahan (estetika) karena bau busuk.

(Qasim,1987)

2.4.1 Sumur Pengumpul (Sump Well) dan Pompa Screw

Sumur Pengumpul berfungsi untuk menampung air buangan dari

ujung pipa induk air buangan sebelum dialirkan ke sistem pengolahan.

2.4.2 Screening

Fungsi utama dari screening adalah untuk menghilangkan padatan

kasar dari aliran air limbah yang dapat merusak peralatan proses

pengolahan selanjutnya, mengurangi beban dan mengefektivitaskan

seluruh proses pengolahan atau menghilangkan bahan-bahan yang dapat

menghambat jalannya air pada saluran air limbah (Metcalf & Eddy, 2004 ;

pp 315).

Menurut Qasim (1985) dalam Oktiawan & Junaidi (2006 ; pp III-

2), screen yang digunakan pada pengolahan air limbah secara garis besar

dibagi menjadi dua tipe, yaitu :

Coarse Screen; manual dan mekanik, fungsi utamanya adalah

melindungi peralatan dan menyisihkan padatan kasar (Metcalf &

Eddy, 2004 ; pp 315).

Fine Screen; static (fixed), rotary drum dan step, fungsi utamanya

melindungi peralatan dan menyisihkan bahan-bahan (padatan) yang

dapat menghambat pemakaian kembali (menguntungkan) dari zat

organik (Metcalf & Eddy, 2004 ; pp 315).

2.4.3 Reduksi Padatan Kasar (Coarse Solids Reduction)

Page 9: Fieltrip Bis A

Fungsi Coarse Solid Reduction adalah untuk menghambat sebuah

padatan kasar dan menggiling padatan tersebut dalam saluran screen.

Padatan yang dipotong menjadi lebih kecil ukuran kembali ke aliran

sungai untuk operasi dan proses pengolahan hilir. (Metcalf & Eddy, 2004 ;

pp 330).

Contoh Coarse Solid Reduction yaitu Communitors, Macerators

dan Grinders (penggiling). Pendekatan menggunakan communitors,

macerators dan penggiling berlaku di banyak situasi retrofit. Contoh dari

aplikasi retrofit yaitu di mana saluran cadangan telah disediakan untuk

instalasi unit duplikat atau stasiun pompa influent yang sangat dalam di

mana penghapusan pemutaran mungkin terlalu sulit atau mahal untuk

mencapai. (Metcalf & Eddy, 2004 ; pp 331).

Communitor

Communitor umum digunakan di pengolahan air limbah dalam

lingkup kecil, kurang dari 0,2 m3/s (5Mgal/d). Communitor

digunakan di saluran aliran air limbah ke screen dan potongan

material dari ukuran 6-20 mm. (Metcalf & Eddy, 2004 ; pp 331).

Gambar 2.5 Tipikal communitor

(Sumber: Metcalf & Eddy, 2004 ; pp 331)

2.4.4 Grit Removal

Grit removal dari air limbah dapat dicapai dalam grit chamber atau

pemisahan sentrifugal padatan. Grit Chamber dirancang untuk menghapus

grit, yang terdiri dari pasir, kerikil, abu atau bahan padat berat lainnya

Page 10: Fieltrip Bis A

yang memiliki kecepatan mereda atau berat jenis secara substansial lebih

besar daripada padatan membusuk organik dalam air limbah.

Grit Chamber paling sering terletak setelah bar screen dan sebelum

tangki sedimentasi primer. Tangki sedimentasi primer berfungsi untuk

menghilangkan padatan organik berat. Dalam beberapa instalasi, Grit

Chamber mendahului fasilitas screening.

Grit Chamber digunakan untuk

1. Melindungi memindahkan peralatan mekanik dari abrasi dan menyertai

memakai abnormal,

2. Mengurangi pembentukan deposit berat dalam pipa, saluran pipa dan

saluran.

3. Mengurangi frekuensi pembersihan digester yang disebabkan oleh

akumulasi berlebihan grit.

3 (Metcalf & Eddy, 2004 ; pp 385)

2.6 Equalisasi

Equalisasi laju alir digunakan untuk menangani variasi laju alir dan

memperbaiki performance proses-proses selanjutnya.Disamping itu,

equalisasi juga bermanfaat untuk mengurangi ukuran dan biaya proses-

proses selanjutnya.Pada dasarnya, equalisasi dibuat untuk meredam

fluktuasi air limbah sehingga dapat masuk ke dalam IPAL secara konstan.

2.6.1 Manfaat Equalisasi

Beberapa keuntungan yang diperoleh dari penggunaan equalisasi

adalah sebagai berikut.

a. Pada pengolahan biologi, perubahan beban secara mendadak

dapat dihindari, senyawa-senyawa inhibit dapat lebih

diencerkan, dan pH dapat diatur supaya konstan.

b. Performannce sedimentasi kedua dapat diperbaiki karena beban

padatan yang masuk ke dalamnya dapat diatur supaya konstan.

c. Pada filtrasi, kebutuhan surface area dapat dikurangi,

performance filter dapat diperbaiki, dan pencucian pada filter

dapat lebih teratur.

Page 11: Fieltrip Bis A

d. Pengaturan bahan-bahan kimia dapat lebih terkontrol dan

prosesnya menjadi lebih masuk akal.

Disamping itu untuk memperbaiki performance sebagian besar unit

operasi, flow equalization merupakan pilihan yang menarik untuk

memperbaiki performance IPAL yang overloaded.

(Siregar, Sakti A, 2005)

2.7Aerasi

Aerasi digunakan untuk menambahkan oksigen ke air untuk

mengubah zat yang tidak diinginkan dalam air menjadi bentuk yang lebih

mudah dikendalikan

(Peavy,1985).

2.8 Proses Pengolahan Secara Aerobik

Didalam pengolahan secara aerob, senyawa organik kompleks terurai oleh

mikroorganisme aerob. Mikroorganisme tersebut membutuhkan oksigen untuk

memcah senyawa organik kompleks menjadi CO2 dan air serta ammonium.

Selanjutnya ammonium diubah menjadi nitrat dan H2S yang akan dioksidasi

menjadi sulfat. Bakteri yang terlibat dalam penurunan organik karbon adalah

bakteri heterotrofik. Secara sederhana reaksi penguraian secara aerob dapat

digambarkan sebagai berikut :

Reaksi penguraian organik

Senyawa organik + O2 CO2 + H2O + NH4 + biomassa

Reaksi nitrifikasi

NH4+ + 1,5 O2 NO2

- + 2H+ + H2O

NO2- + 0,5 O2 NO3

-

Berbeda dengan proses pengolahan secara anaerob, beban pengolahan

aerob lebih rendah sehingga prosesnya ditempatkan setelah proses anaerob.

Pada proses aerob hasil pengolahan dari proses anaerob yang masih

mengandung zat organic dan nutrisi diubah menjadi sel bakteri yang baru,

hydrogen, maupun karbondioksida oleh bakteri dalam kondisi cukup oksigen

(Tchobanoglous, 1991).

2.12 Pengolahan Fakultatif

Page 12: Fieltrip Bis A

Kolam Fakultataif merupakan kolam dengan kedalaman 1-3 meter.Pada

kola mini kedalaman air terbagi menjadi tiga zona, yaitu zona aerobic di bagian

atas, zona fakultatif di bagian tengah, dan zona anaerobic di bagian atas dasar

kolam. Proses yang terjadi dalam hal penurunan BOD atau organic COD

adalah adanya aktivitas reaksi simbiosis antara alga dan bakteri. Menurut

Duncan Mara, 1987 ( dalam Soni Hendriaki), waktu tinggal untuk kolam

fakultatif adalah 11 hari.

Page 13: Fieltrip Bis A

BAB III

METODOLOGI

3.1. Waktu dan Tempat

Hari : Kamis

Tanggal : 4 Juni 2015

Jam : 11.00

Narasumber : Sarjani

3.2. Tempat Pengamatan

Lokasi pengamatan dilakukan di IPAL Sewon, Jalan Bantul Km 8, Bantul

Yogyakarta.

3.3. Cara Kerja

Mendengarkan dan mencatat narasumber memberikan materi tentang

pengolahan air limbah pada IPAL

Melihat proses pengolahan air limbah pada IPAL

Mencatat proses pengolahannya serta didokumentasikan dengan

mengambil gambar.

BAB IV

Page 14: Fieltrip Bis A

PEMBAHASAN

4.1 Landasan Hukum

Landasan hukum dan konsep pengelolaan air limbah domestik pada

IPAL Sewon menganut pada :

1. Peraturan Gubernur DIY Nomor: 82 Tahun 2014 Tentang Perubahan

Kelima atas Peraturan Gubernur DIY Nomor : 36 Tanun 2008

Tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas dan

Unit Pelaksana Teknis Lembaga Teknis Daerah DIY

2. Peraturan Gubernur DIY Nomor : 84 Tahun 2014 Tentang Perubahan

atas Peraturan Gubernur DIY Nomor : 41 Tahun 2008 tentang Rincian

Tugas dan Fungsi Dinas dan Unit Pelaksana Teknis pada Dinas PUP –

ESDM

IPAL Sewon sendiri memiliki Tugas dan Fungsi yaitu :

Tugas :

Menyelenggarakan pengelolaan jaringan drainase, sistem pengolahan air

limbah permukiman, dan pengelolaan sampah di tempat pengolahan dan

pemrosesan akhir dan pengelolaan sistem jaringan air minum lintas

kabupaten/kota.

Fungsi :

1. Pengelolaan jaringan drainase yang bermuara ke sungai induk.

2. Pengelolaan sistem pengolahan air limbah permukiman

3. Pengelolaan ditempat pengolahan dan pemrosesan akhir sampah

4. Pengendalian kualitas lingkungan selama proses pengolahan air limbah

permukiman dan pengolahan sampah

5. Pengendalian kualitas residu hasil pengolahan ke media lingkungan secara

aman

6. Pengelolaan sistem jaringan air minum regional

Wilayah pelayanan IPAL Sewon adalah Kawasan Perkotaan

Yogyakarta (KPY) yang lazim disebut Kartamantul, yaitu meliputi hampit

selluruh Kota Yogyakarta, sebagian kecil wilayah Kabupaten Sleman ( 4

Page 15: Fieltrip Bis A

kecamatan : Mlati, Depok, Gamping, dan Ngaglik) dan sebagian wilayah

Kabupaten Bantul ( 3 Kecamatan : Kasihan, Sewon, Banguntapan).

IPAL Sewon direncanakan untuk mengolah produksi limbah rumah tangga dari

125.00 jiwa atau dengan pelayanan sambungan rumah sebanyak 25.00 SR dengan

kapasitas volume air masuk 15.500 m3/hari dan BOD IN 332 mg/ liter yang

merupakan proyeksi pelayanan sampai tahun 2017. Berikut adalah bagan

pengolahan air limbah di IPAL Sewon BAB IV

4.2 Unit - Unit Pengolahan

Unit pengolahan air limbah yang digunakan dalam IPAL Sewon Bantul

meliputi:

a.   Saluran pembawa

Air limbah yang dialirkan sebelum masuk IPAL akan dilewatkan pada

saluran pembawa. Saluran pembawa berbentuk lingkaran terbuat dari betondengan

diameter 100 - 130 cm.

b.   Rumah pompa

Rumah pompa terdiri dari :

1)  Bak equalisasi (equalition pond)

Tujuan bak equalisasi dalam IPAL :

a)  Untuk menjaga sistem pengolahan biologis dari pembebanan bahan

organik yang berfluktuasi.

b)  Untuk mengawasi derajat pH

c)  Untuk meredam aliran yang masuk bagi sistem pengolahan fisik.

d)  Untuk memberikan aliran yang kontinyu pada sistem pengolahan

biologis saat IPAL sedang tidak dioperasikan.

e)  Untuk memberikan kontrol kapasitas aliran air limbah yang lebih

merata.

f)   Mencegah masuknya konsentrasi zat beracun yang tinggi dalamsistem

pengolahan biologis.

Bak equalisasi di dalam IPAL dirancang secara khusus sebagai bagian dari rumah

pompa, sehingga dari luar fungsinya tidak terlihat begitu jelas.

2)  Saringan jeriji

Page 16: Fieltrip Bis A

Saringan jeriji terletak sebelum pompa angkat. Berfungsi untuk memisahkan

kotoran-kotoran seperti tas-tas plastik dan bahan terapung lainnya dalam aliran

masuk. Kotoran-kotoran tersebut dipisahkan secara manual dengan penggaruk

aluminium dari ayakan jeriji dan dibuang minimal sehari sekali.

3)  Water indicator level

Water indicator level berfungsi menunjukkan ketinggian air limbahyang akan

diolah dan jenis pengoperasian pompa. Ada dua jenispengoperasian pompa

berdasarkan ketinggian air :

a)  Operasi pompa otomatis

b)  Operasi pompa manual

Jika ada peningkatan air limbah yang terjadi pada saat hujan deras maka air

limbah secara langsung dibuang ke sungai menggunakan by pass, karena kualitas

air limbah telah memenuhi effluen standar yang dapat diterima oleh badan air

penerima.

4)  Pompa angkat

Pompa angkat jenis ulir (screw) berjumlah tiga buah dengan kapasitas 10,7

m3/menit. Dimana dua unit operasional dan satu unit sebagai cadangan.

Keuntungan menggunakan pompa ulir:

a)  Saluran air limbah lanjutan tidak tersumbat oleh kotoran-kotoran tas-tas

plastik dan bahan-bahan terapung lainnya.

b)  Mampu menurunkan beban BOD air limbah sampai dengan30%.

c)  Menghilangkan buih-buih tidak masuk ke dalam kolam fakultatif.

c.   Bak penangkap pasir (Grift Chamber)

Grift Chamber digunakan untuk menyaring pasir, batu atau kerikil dan material

kecil lainnya dari limbah cair. Partikel yang diendapkan pada grift chamber

mempunyai berat jenis yang besar dan terdiri dari partikel-partikel anorganik dan

organik. Pada umumnya partikel yang diendapkan pada grift chamber adalah

pasir. Grift chamber di IPAL Sewon Bantul berjumlah satu buah dua jalur dan

dilengkapi dengan :

1)  Pompa pasir

Pompa pasir yang digunakan berjenis pompa celup (submersiblepump) dengan

spesifikasi alat berdiameter alat 100 x 1 m3/menit x15 m x 5,5 kw.

Page 17: Fieltrip Bis A

2)  Siklon pemisah

Siklon pemisah yang digunakan memiliki spesifikasi alat diameter 100 x 1

m3/menit dan berjumlah dua buah. Siklon pemisah ini dihubungkan langsung

dengan pipa keluaran dari pompa pasir. Tanah dan pasir yang dikumpulkan pada

dasar grift chamber dihisap bersama kotoran oleh pompa pasir yang dipisahkan

menjadi padatan dan cairan di dalam siklon pemisah, lalu tanah dan pasir yang

sudah dipisah ditimbun pada ruang dasar siklon.

3)  Saringan kasar Saringan kasar yang digunakan berjumlah dua buah dengan

spesifikasi alat W 2000 x 40 mm (ukuran mesh). Berfungsi untuk menghilangkan

kotoran-kotoran plastik dan kotoran mengapung lainnya yang lolos dari saringan

jeriji. Kotoran tersebut dihilangkan dari saringan kasar dengan cara manual

dengan penggaruk aluminium satu atau dua kali dalam sehari.

d.   Laguna aerasi fakultatif

Laguna aerasi fakultatif merupakan salah satu jenis pengolahan air limbah secara

biologis dengan memanfaatkan tiga jenis bakteri, yaitu bakteri aerob, anaerob dan

fakultatif (aerob-anaerob) untuk mendegradasi kandungan bahan pencemar yang

terdapat dalam air limbah. Laguna aerasi fakultatif dirangkai dalam dua kolam

pararel dan tiap kolam terdiri dari dua buah kolam atau laguna, dengan demikian

semuanya berjumlah empat kolam atau laguna. Tiap kolam dilengkapi

denganaerator berjenis surface aeration dan waktu tinggal air limbah dilaguna

aerasi fakultatif ±5,5 hari.

e.   Kolam pematangan

Air limbah yang telah diolah di kolam fakultatif dialirkan ke kolam

pematangan dengan maksud untuk menstabilkan air limbah sebelum dibuang ke

badan air. Kolam pematangan terdiri dari dua sistem yang dirangkai secara pararel

dengan kolam fakultatif. Setelah penghilangan kotoran organik dan bakteri collon

bacilli, limbah olahan selanjutnya di alirkan ke dalam Sungai Bedog melalui pipa

beton dan saluran terbuka.

f.    Tempat pengeringan lumpur (sludge drying bed)

Lumpur yang terkumpul dari dalam laguna aerasi fakultatif di buang ke

tempat pengeringan dengan menggunakan unit pembuangan lumpur setahun

Page 18: Fieltrip Bis A

sekali. Tempat pengeringan lumpur keseluruhannya terdiri dari 25 kolam, dibagi

menjadi tiga bagian. Bagian No. 1 terdiri dari 9 kolam dan bagian No.2/No.3

masing-masing terdiri dari 8kolam. Kapasitas efektif dari satu kolam sekitar 240

m3. Jika konsentrasi lumpur 20 % maka kapasitas unit pembuangan lumpur

adalah 20 m3/jam. Sehingga satu kolam pengering akan penuh dalam dua hari jika

waktu operasi 6 jam/hari.

Lumpur yang berada pada tempat pengeringan lumpur terbagi menjadi

lapisan atas yang jernih dan lumpur yang kental pada bagian bawah. Batang

penutup dipindahkan untuk mengeluarkan lapisan atas yang jernih dari tempat

pengeringan. Operasi seperti ini diulangi untuk mengentalkan lumpur hingga

cairan tidak dapat dipisahkan lagi. Setelah lumpur dikeringkan dengan panas

matahari sampai bisa dikeluarkan dengan pengeruk/sekop. Setelah dikeringkan di

terik matahari 2-3 bulan, lumpur kering dibawa dengan sebuah lori dan dibuang di

tempat pembuangan lumpur.

4.2 Pengolahan Air Buangan

Air limbah domestik yang berasal dari kota Yogyakarta dansebagian

Kabupaten Sleman serta Kabupaten Bantul dialirkan melalui jaringan pipa yang

telah ada pada jaman Belanda. Sistem jaringan pipa yang menuju ke IPAL juga

dilengkapi dengan pipa penggelontor.

Fungsi dari pipa penggelontor adalah untuk melarutkan sampah-sampah

yang ada dalam pipa-pipa yang tidak disingkirkanakan menghambat laju aliran air

limbah ke IPAL. Air penggelontor diambil dari empat inlet, yaitu Dam Bendolele,

Dam Pogung, Dam Prawirodirjan dan Selokan Mataram. IPAL sebagai tujuan

akhir merupakan titik terendah dibandingkan dengan jaringan pipa keseluruhan,

sehingga jaringan pipa air limbah ini memanfaatkan sistem pengaliran secara

gravitasi dalam pengaliran air limbahnya.

Limbah kota (kotoran) dipompakan ke dalam grift chamber dengan

menggunakan pompa angkat. Sebelum pompa angkat tersebut dipasangi jeriji

untuk melindungi pompa dari kerusakan akibat benda-benda besar seperti sampah.

Pompa angkat tersebut jenis ulir (screw). Pompa tersebut menghisap limbah

secara kontinu tanpa tersumbat oleh kotoran-kotoran yang terbawa aliran limbah.

Page 19: Fieltrip Bis A

Pada IPAL ini dipasang tiga buah pompa, dimana satu buah sebagai cadangan.

Pompa jenis screw dapat dikendalikan secara otomatis berdasarkan kuantitas air

limbah yang mengalir.

Dengan pompa angkat limbah kotor dituangkan ke dalam grift chamber

dimana kotoran-kotoran kasar dan berat seperti tanah dan pasir akan mengendap.

Keluaran dari grift chamber dialirkan kesaringan kasar untuk menangkap kotoran-

kotoran seperti kantung plastik, ranting kayu dan kotoran lainnya akan

mengendap dan berkumpul di dasar grift chamber. Kotoran tersebut kemudian

dialirkan dengan menggunakan pompa celup (submersible pump) dan akan

dipisahkan dari limbah cair dan padatan dengan menggunakan siklon pemisah.

Kemudian padatan ditampung dalam hooper yang berada dibawah siklon dan

dibuang secara berkala, sedangkan limbah cair dikembalikan ke dalam grift

chamber. Limbah kotor yang telah diolah secara fisik tersebut diumpankan

melalui tangki distribusi ke laguna aerasi fakultatif.

Laguna aerasi fakultatif dibagi dalam dua jalur dan tiap jalur terdiri dari

dua kolam yang dirangkai secara seri. Di dalam laguna aerasi fakultatif, kotoran-

kotoran organik yang terkandung dalam limbah kotor akan diuraikan dan

dihilangkan secara biokimiawi dengan bantuan bakteri aerobik dan anaerobik.

Pada permukaan laguna aerasi fakultatif, aerator mekanis dipasang sebagai

pemasok oksigen, kemudian kotoran organik diuraikan oleh bakteri aerobik secara

bersamaan pada bagian dasar atau bawah laguna yang tidak mengandung oksigen

terjadi penguraian kotoran organik oleh bakteri anaerobik.

Setelah penghilangan kotoran organik dilaguna aerasi, limbah olahan

tersebut dialirkan ke kolam pertumbuhan seperti halnya laguna aerasi fakultatif,

kolam pertumbuhan juga terdiri dari dua sistem yang dirangkai secara pararel.

Setelah penghilangan kotoran selanjutnya dialirkan ke dalam Sungai Bedog

melalui pipa beton dan saluran terbuka. Lumpur yang mengendap di dasar laguna

aerasi fakultatif, diurai oleh bakteri anaerobik dan lumpur tersebut harus dikuras

atau dihisap setiap satu sampai dua tahun sekali secara vakum dengan

menggunakan ejector udara.

Lumpur yang terkumpul dihisap dan kemudian ditampung di dalam bak-

bak pengeringan lumpur. Kemudian lumpur dikeringkan secara alamiah,

Page 20: Fieltrip Bis A

selanjutnya lumpur kering tersebut dimusnahkan di tempat pengolahan limbah

padat yang berada di luar lahan pengelolaan limbah kota ini.

4.3 Proses dan Pembahasan

Pengolahan yang digunakan di IPAL Sewon adalah pengolahan biologi

dengan mempergunakan bakteri aerob sehingga pada instalasi ini keberadaan

aerator menjadi sangat vital. Hal ini terjadi karena aerator memiliki fungsi untuk

memasok oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk menguraikan

polutan. Apabila terjadi kerusakan pada aerator tentu proses pengolahan tidak

berjalan dengan baik dan limbah tersebut dapat menimbulkan masalah baru.

Limbah yang masuk ke Instalasi Pengolahan Air Limbah yang terlayani

sampai saat ini belum memenuhi batas maksimal sesuai dengan rancangan awal

hal ini mungkin juga disebabkan karena IPAL Sewon yang menggunakan gaya

gravitasi untuk mengalirkan air limbahnya sehingga daerah yang terlayani hanya

pada daerah yang letak tanahnya lebih tinggi dari IPAL Sewon.

Rancangan awal dari IPAL Sewon hanya menampung air limbah saja,

namun kenyataannya masih ditemukan berbagai limbah padat yang ikut terbawa

oleh aliran limbah hal ini terjadi mungkin karena kesadaran masyarakat yang

masih kurang. Sampah-sampah itu akhirnya menyumbat aliran limbah pada titik-

titik tertentu. Salah satu dampak dari adanya sampah yang terikut aliran air limbah

adalah pihak IPAL secara rutin harus melakukan pembersihan saluran perpipaan.

Selain itu terdapat banyak sampah yang terikut hingga pada grift chamber

sehingga secara rutin pihak IPAL melakukkan pengambilan sampah secara

manual.

Pemeriksaan saluran perpipaan yang dilakukan oleh pihak IPAL

mengalami berbagai kendala karena keterbatasan personil, dan jalur perpipaannya

yang panjang, sehingga terdapat beberapa titik yang dalam jangka waktu

bertahun-tahun baru dibersihkan. Titik-titik itu biasanya terdapat pada jalur

perkampungan,

Air limbah yang diperbolehkan masuk ke IPAL sewon adalah seluruh air

limbah domestik dari kegiatan kerumah tanggaan. Seluruh limbah tersebut

diperbolehkan memasuki inlet secara langsung, kecuali tinja dari hasil

Page 21: Fieltrip Bis A

pembersihan septic tank dan juga limbah laundry. Untuk penanganan kedua

limbah tersebut, pihal IPAL Sewon menyediakan bak penampung sebelum

dimasukkan ke inlet pengolahan. Jadi limbah tinja dan laundry didiamkan dulu

dalam kurun waktu tertentu, hal ini bertujuan agar efek samping dari kerusakan

yang mungkin timbul akibat kedua limbah tersebut. Limbah loundry memliki

kadar pH yang cukup tinggi sehingga bisa merusakkan komponen pengolah.

Namun sampai saat ini tempat yang digunakan untuk menampung limbah tinja

dan laundry hanya terdiri dari sebuah bak yang di atasnya ditutup dengan

menggunakan plastik, bak ini kurang efektif untuk digunakan sebagai penmapung,

terutama untuk menampung tinja karena tinja mengandung bakteri patogen yang

dapat menimbulkan penyakit pada manusia.

IPAL Sewon merupakan instalasi yang khusus untuk mengolah limbah

cair, namun pada musim hujan akan terjadi kenaikan debit limbah akibat

tercampurnya air hujan dengan air limbah. Air hujan ini dapat terikut ke saluran

limbah karena pipa saluran limbah sudah terlalu lama digunakan sehingga terjadi

kebocoran di beberapa titik.

Pengolahan dengan sistem lumpur aktif tentu akan menimbulkan bahan

sisa sludge. Lumpur hasil sisa dari pengolahan ini ditampung pada bak pengering

lumpur setelah disedot dari kolam aerasi. Sampai saat ini lumpur-lumpur ini

belum mengalami pengolahan karena lumpur hasil pengolahan limbah cair

dikategorikan sebagai B3.

Page 22: Fieltrip Bis A

Diagram Proses Pengolahan Air Limbah IPAL Sewon

Aliran Masuk Saringan Kasar Lift Pump Grit Chamber Saringan Halus

Cyclone Separator

Distribution Chamber

Facultative Aerated Lagoon

1.2

Facultative Aerated Lagoon

1.1

Facultative Aerated Lagoon

1.2

Facultative Aerated Lagoon

1.2

Vacuum Pump

Maturation Pond

Maturation Pond

Effluent

Sludge Drying Bed

Landfill

Page 23: Fieltrip Bis A

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Unit pengolahan air limbah yang digunakan dalam IPAL Sewon Bantul

meliputi: Saluran Pembawa, Rumah Pompa, Bak Penangkap Pasir (Grit

Chamber), Laguna Aerasi Fakultatif, Kolam Pematangan, Sludge Drying

Bed.

Pengolahan yang digunakan di IPAL Sewon adalah pengolahan biologi

dengan mempergunakan bakteri aerob sehingga pada instalasi ini

keberadaan aerator menjadi sangat vital. Hal ini terjadi karena aerator

memiliki fungsi untuk memasok oksigen yang dibutuhkan oleh

mikroorganisme untuk menguraikan polutan.

Limbah yang masuk ke Instalasi Pengolahan Air Limbah yang terlayani

sampai saat ini belum memenuhi batas maksimal sesuai dengan rancangan

awal, disebabkan karena IPAL Sewon yang menggunakan gaya gravitasi

untuk mengalirkan air limbahnya sehingga daerah yang terlayani hanya

pada daerah yang letak tanahnya lebih tinggi dari IPAL Sewon.

Air limbah yang diperbolehkan masuk ke IPAL sewon adalah seluruh air

limbah domestik dari kegiatan kerumah tanggaan. Seluruh limbah tersebut

diperbolehkan memasuki inlet secara langsung, kecuali tinja dari hasil

pembersihan septic tank dan juga limbah laundry. Untuk penanganan

kedua limbah tersebut, pihal IPAL Sewon menyediakan bak penampung

sebelum dimasukkan ke inlet pengolahan. Jadi limbah tinja dan laundry

didiamkan dulu dalam kurun waktu tertentu, hal ini bertujuan agar efek

samping dari kerusakan yang mungkin timbul akibat kedua limbah

tersebut.

Page 24: Fieltrip Bis A

DOKUMENTASI

Pembekalan Materi IPAL SewonPembekalan Materi IPAL Sewon

Screw pumpScrew pump

Sludge Acceptance Plant (SAP) HuberInlet

Page 25: Fieltrip Bis A

Grit Chamber

Sludge Acceptance Plant (SAP) Huber

Kalum FakultatifPintu air

Pompa tercelup

Pipa penyedot lumpurKolam Maturasi

Page 26: Fieltrip Bis A

Kapal Penyedot lumpur Pompa vakum

Aerator Keramba ikan indikator

Page 27: Fieltrip Bis A

Sludge drying bed IPLT dalam tahap pembangunan

Page 28: Fieltrip Bis A

DAFTAR PUSTAKA

Peavy,Robert.Green,Don.1984.Perry’s chemical Engineers’ Handbook.Sixt

ed.Singapore:McGraw-Hill Book Co.

Metcalf & Eddy. 2003. Wastewater Engineering, Treatment and Reuse, Fourth

Edition. Mc Graw-Hill, Inc : New York.

Mochtar H, Ir. 1999. Diktat Kuliah Satuan Operasi. Pusditek PU – UNDIP.

Semarang

Qasim,Syed R.1985.Watewater Treatment Plants.New York:CBS Collage

Publishing.

Siregar, Sakti A.2005.Instalasi Pengolahan Air Limbah. Yogyakarta:Kanisius.

Sugiharto.1987.Dasar dasar pengolahan air limbah.Univ Indonesia-UI Press.

Hendartomo, Tomi. 2002.Analisa Instalasi Ppengolahan Air Limbah (IPAL)

Sewon, Bantul, Yogyakara Tahun 2002

Suwerda, Bambang. 2007. Kajian Efisiensi pengolahan Air Limbah Domestik dan

Kandungan Logam Berat pada Ikan di IPAL Sewon Bantul Yogyakarta.

Yogyakarta. Program Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada