fieltrip bis a
TRANSCRIPT
ABSTRAK
Air limbah perlu diolah agar tidak berbahaya bagi
lingkungan sekitar dan alat guna mengolah air limbah
disebut dengan IPAL. Pengolahan air limbah domestik
secara komunal diperlukan untuk meminimalisir dampak
buruk air limbah terhadap lingkungan. Pengolahan limbah
di IPAL Sewon menggunakan pengolahan biologi
(mikroba) yaitu dengan kolam fakultatif serta kolam
maturasi.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Setiap manusia pasti menghasilkan buangan, baik itu berupa buangan cair,
padat maupun gas. Buangan cair umumnya berupa air limbah atau air bekas
penggunaan dari aktivitas sehari-hari seperti mandi, cuci, kakus, ataupun aktivitas
lain yang biasa disebut juga sebagai air limbah domestik. Menurut Permen LH
No. 5 Tahun 2014, air limbah domestik adalahair limbah yang berasal dari usaha
dan/atau kegiatan pemukiman, rumah makan, perkantoran, perniagaan, apartemen
dan asrama.
Pada kenyataan di lapangan, air buangan yang dihasilkan dari aktivitas
manusia dibuang ke badan air yang merupakan sumber air bersih. Jika jumlah air
buangan yang dibuang melebihi kemampuan alam untuk menerimanya maka akan
terjadi kerusakan lingkungan. Lingkungan yang rusak akan menyebabkan
turunnya tingkat kesehatan manusia yang tinggal pada lingkungan tersebut. Untuk
dapat mewujudkan kondisi lingkungan yang sehat, erat sekali kaitannya dengan
penanganan dan pengelolaan air buangan.
Maka dari itu ada suatu instalasi guna mengolah air limbah yang disebut
IPAL, yaitu suatu instalasi pengelolaan limbah yang menampung dan mengelola
air limbah dari hasil kegiatan manusia. Dengan IPAL ini air limbah akan dikelola
dengan benar agar zat – zat berbahaya yang terkandung di dalamnya dapat
dihilangkan, sehingga saat masuk ke lingkungan tidak menimbulkan masalah.
Setiap daerah pun memiliki pengolahan air limbah yang berbeda – beda,
seperti pengolahan limbah yang terjadi di IPAL Sewon yaitu dengan hanya
menggunakan dua jenis kolam yaitu kolam fakultatif serta kolam maturasi. Dalam
laporan hasil fieldtrip ini akan dibahas mengenai sistem IPAL yang ada di
Instalasi Pengolahan Air Limbah Sewon.
1.2. Tujuan
Mengetahui tentang sistem IPAL yang ada di IPAL Sewon.
Mengamati langsung langkah – langkah pengolahan air limbah yang baik
dan benar.
1.3. Manfaat
Memahami langkah – langkah pengelolaan air limbah secara langsung
Memahami sistem IPAL yang ada di IPAL Sewon.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Air Buangan
Air buangan merupakan air bekas pemakaian, baik pemakaian rumah
tangga maupun pemakaian dalam proses dan operasi industri. Air buangan dibagi
menjadi dua, yaitu air buangan domestik dan air buangan non domestik.
(Hardjosuprapto, 2003)
Air limbah domestik adalah limbah cair yangberasal dari dapur, kamar
mandi, cucian, dan kotoranmanusia. (Darmayanti, Handayani, dan MTS, 2011
dalam Jurnal Sains dan Teknologi)
Air buangan non domestik adalah air bekas pemakaian yang berasal dari
daerah non pemukiman, yaitu dari daerah komersial, perkantoran, institusional,
laboratorium, rumah sakit, industri dan lain sebagainya. Kontaminan air buangan
non domestik ada yang dodominasi oleh cemaran bahan organik dan ada yang
didominasi oleh cemaran bahan anorganik. (Hardjosuprapto, 2000)
2.2 Karakteristik Air Buangan
Air buangan dikelompokan menjadi 3 komposisi yaitu fisik, kimia dan
biologi. Kualitas air buangan dapat diketahui melalui beberapa sifat dan
karakteristiknya yang meliputi :
a. Karakter Fisik
Penentuan derajat kekotoran air limbah sangat dipengaruhi oleh adanya
sifat fisik yang mudah terlihat yaitu kandungan zat padat sebagai efek estetika dan
kejernihan serta bau dan warna juga temperatur (Sugiharto, 1987).
b. Karakteristik Kimia
a. Organik terdiri dari : Zat organik, protein, karbohidrat, lemak dan minyak,
surfaktan, komponen volatil organik, dan pestisida.
b. Anorganik terdiri dari : pH, klor, alkalinitas, nitrogen, fosfat, komponen
inorganik toksik, dan gas.
(Metcalf & Eddy, 2003)
c. Karakteristik Biologi
Mikroorganisme utama yang dijumpai pada pengolahan air buangan
adalah bakteri, jamur, algae, protozoa, dan virus.
Tabel 2.1
Karakteristik Air Buangan Domestik
Kontaminan Satuan KonsentrasiMaksimu
mRata-
RataMinimum
Padatan total (TS) mg/l 1200 720 350Padatan terlarut total (TDS) mg/l 850 500 250Padatan tersuspensi total (TSS) mg/l 350 220 100BOD mg/l 400 220 110COD mg/l 1000 500 250Nitrogen mg/l 85 40 20Fosfor mg/l 15 8 4Klorida mg/l 100 50 30Sulfat mg/l 50 30 20Lemak mg/l 150 100 50Total Coliform 107 - 109 107 – 109 106 – 107
Sumber : Metcalf & Eddy, 2003
Tabel 2.2Karakteristik Kimiawi Air Buangan Domestik
Kontaminan Satuan KonsentrasiMaksimum Rata-Rata Minimum
Total zat padat (TS) mg/l 1200 720 350Zat padat terlarut (TDS) mg/l 850 500 250Zat padat tersuspensi (TSS) mg/l 350 220 100BOD5 mg/l 400 220 110TOC mg/l 290 160 80COD mg/l 1000 500 250N total mg/l 85 40 20P total mg/l 15 8 4Cl- mg/l 100 50 30Alkalinity (CaCO3) mg/l 200 100 50Lemak mg/l 150 100 50
Sumber : LPM ITB, 1994
Dari tabel tersebut, nilai yang paling sering digunakan yaitu 220 mg/l
untuk BOD, 500 mg/l untuk COD dan 220 mg/l untuk TSS. Analisis yang
dilakukan terhadap air buangan menggunakan dasar 2 peraturan baku mutu air
buangan golongan B, yaitu:
1. Perda Jateng No. 10 Tahun 2004 Tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi
Kegiatan Industri.
2. Keputusan MenLH no. 51 Tahun 1995 Tentang Baku Mutu Limbah Cair
bagi Kegiatan Industri.
3. Peraturan Pemerintah no. 82 tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air
dan Pengendalian Pencemaran Air.
2.3 Baku Standar Air Buangan
Standard yang digunakan untuk memantau karakteristik air limbah
sekaligus kualitas badan air penerima adalah stream Standard (PP No. 82 Th.
2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air) dan
Effluent standard ( Kep.Men LH No. 51/MENLH/10/1995 Tentang Baku Mutu
Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri. (Ada 21 jenis Industri).
Baku mutu air buangan dimaksudkan untuk mencegah terjadinya
pencemaran air lebih dini. Baku mutu air buangan dibuat dalam standar air
buangan (effluent standard), yaitu karakteristik air yang disyaratkan bagi air
buangan yang akan disalurkan ke sumber air, sawah, dan tempat lainnya. Di
dalam penyusunannya, telah dipertimbangkan pengaruh terhadap pemanfaatan
sumber air yang menampungnya dan faktor ekonomis penggolongan air
buangannya (Hoesein, 1984 dalam Anwar, Ruslin dkk. 2008 dalam Jurnal
Rekayasa Sipil )
Beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan standar, yaitu :
1. Kondisi badan air penerima yang menyangkut segi kuantitas dan kualitas
badan air dalam menerima limpasan air buangan
2. Tata guna air atau pemanfaatannya
3. Jumlah kegiatan yang mengguangan suatu badan air sebagai penerima hasil
pengolahan air buangannya.
2.4 Pengolahan Air Buangan
2.4.1 Pengolahan Menurut Tingkat Perlakuan
Berdasarkan tingkat pengolahannya, pengolahan air buangan dibedakan
atas :
1. Pengolahan awal ( Primary treatment )
Merupakan proses pendahuluan, dimana proses pengolahan
berlangsung secara fisik. Pada umumnya mampu mereduksi 25 – 30%
BOD dan 50 – 60% kadar suspended solid. Unit pengolahan yang
termasuk di dalamnya, antara lain adalah Screening, Grit Chamber, Flow
Equalization Tank ( Tangki Ekualisasi ), Mixing, dan Sedimentasi
2. Pengolahan Kedua ( Secondary Treatment )
Secara prinsip ada empat kelompok utama proses pengolahan
secara biologis, yaitu Proses aerobik, Proses anaerobik, Proses anoksik,
dan Kombinasi proses aerobik, anoksik, dan anaerobik.
3. Pengolahan Ketiga ( Tertiary Treatment )
Proses pengolahan terhadap sludge tersebut antara lain Sludge
Thickening, Sludge Digestion, Sludge Drying Bed, Conditioning,
Incineration dan Wet Oxidation, dan Final Sludge dan Ash Disposal,
4. Pengolahan lanjutan ( Advanced Treatment )
Perlakuan tambahan merupakan pengolahan lebih lanjut yang
dimaksudkan untuk menghilangkan kadar zat tertentu seperti nitrogen dan
fosfor serta senyawa lainnya.
Tabel 2.3
Efisiensi Removal pada Tiap Parameter
(dalam Jurnal Rekayasa Sipil Vol.2, No.3)
2.5 Unit Pengolahan Limbah Cair
Adapun tujuan dari pengolahan air limbah adalah:
1. Untuk mencegah kontaminasi suplai air dari agen fisik, agen kimia,
dan agen biologi yang tidak diinginkan.
2. Untuk mencegah perusakan atau pembunuhan kehidupan
ikan,kerang dan organisme air lainnya.
3. Untuk mencegah perusakan badan air yang digunakan untuk
berbagai kegiatan lainnya seperti untuk rekreasi dan pertanian.
4. Untuk mencegah rusaknya keindahan (estetika) karena bau busuk.
(Qasim,1987)
2.4.1 Sumur Pengumpul (Sump Well) dan Pompa Screw
Sumur Pengumpul berfungsi untuk menampung air buangan dari
ujung pipa induk air buangan sebelum dialirkan ke sistem pengolahan.
2.4.2 Screening
Fungsi utama dari screening adalah untuk menghilangkan padatan
kasar dari aliran air limbah yang dapat merusak peralatan proses
pengolahan selanjutnya, mengurangi beban dan mengefektivitaskan
seluruh proses pengolahan atau menghilangkan bahan-bahan yang dapat
menghambat jalannya air pada saluran air limbah (Metcalf & Eddy, 2004 ;
pp 315).
Menurut Qasim (1985) dalam Oktiawan & Junaidi (2006 ; pp III-
2), screen yang digunakan pada pengolahan air limbah secara garis besar
dibagi menjadi dua tipe, yaitu :
Coarse Screen; manual dan mekanik, fungsi utamanya adalah
melindungi peralatan dan menyisihkan padatan kasar (Metcalf &
Eddy, 2004 ; pp 315).
Fine Screen; static (fixed), rotary drum dan step, fungsi utamanya
melindungi peralatan dan menyisihkan bahan-bahan (padatan) yang
dapat menghambat pemakaian kembali (menguntungkan) dari zat
organik (Metcalf & Eddy, 2004 ; pp 315).
2.4.3 Reduksi Padatan Kasar (Coarse Solids Reduction)
Fungsi Coarse Solid Reduction adalah untuk menghambat sebuah
padatan kasar dan menggiling padatan tersebut dalam saluran screen.
Padatan yang dipotong menjadi lebih kecil ukuran kembali ke aliran
sungai untuk operasi dan proses pengolahan hilir. (Metcalf & Eddy, 2004 ;
pp 330).
Contoh Coarse Solid Reduction yaitu Communitors, Macerators
dan Grinders (penggiling). Pendekatan menggunakan communitors,
macerators dan penggiling berlaku di banyak situasi retrofit. Contoh dari
aplikasi retrofit yaitu di mana saluran cadangan telah disediakan untuk
instalasi unit duplikat atau stasiun pompa influent yang sangat dalam di
mana penghapusan pemutaran mungkin terlalu sulit atau mahal untuk
mencapai. (Metcalf & Eddy, 2004 ; pp 331).
Communitor
Communitor umum digunakan di pengolahan air limbah dalam
lingkup kecil, kurang dari 0,2 m3/s (5Mgal/d). Communitor
digunakan di saluran aliran air limbah ke screen dan potongan
material dari ukuran 6-20 mm. (Metcalf & Eddy, 2004 ; pp 331).
Gambar 2.5 Tipikal communitor
(Sumber: Metcalf & Eddy, 2004 ; pp 331)
2.4.4 Grit Removal
Grit removal dari air limbah dapat dicapai dalam grit chamber atau
pemisahan sentrifugal padatan. Grit Chamber dirancang untuk menghapus
grit, yang terdiri dari pasir, kerikil, abu atau bahan padat berat lainnya
yang memiliki kecepatan mereda atau berat jenis secara substansial lebih
besar daripada padatan membusuk organik dalam air limbah.
Grit Chamber paling sering terletak setelah bar screen dan sebelum
tangki sedimentasi primer. Tangki sedimentasi primer berfungsi untuk
menghilangkan padatan organik berat. Dalam beberapa instalasi, Grit
Chamber mendahului fasilitas screening.
Grit Chamber digunakan untuk
1. Melindungi memindahkan peralatan mekanik dari abrasi dan menyertai
memakai abnormal,
2. Mengurangi pembentukan deposit berat dalam pipa, saluran pipa dan
saluran.
3. Mengurangi frekuensi pembersihan digester yang disebabkan oleh
akumulasi berlebihan grit.
3 (Metcalf & Eddy, 2004 ; pp 385)
2.6 Equalisasi
Equalisasi laju alir digunakan untuk menangani variasi laju alir dan
memperbaiki performance proses-proses selanjutnya.Disamping itu,
equalisasi juga bermanfaat untuk mengurangi ukuran dan biaya proses-
proses selanjutnya.Pada dasarnya, equalisasi dibuat untuk meredam
fluktuasi air limbah sehingga dapat masuk ke dalam IPAL secara konstan.
2.6.1 Manfaat Equalisasi
Beberapa keuntungan yang diperoleh dari penggunaan equalisasi
adalah sebagai berikut.
a. Pada pengolahan biologi, perubahan beban secara mendadak
dapat dihindari, senyawa-senyawa inhibit dapat lebih
diencerkan, dan pH dapat diatur supaya konstan.
b. Performannce sedimentasi kedua dapat diperbaiki karena beban
padatan yang masuk ke dalamnya dapat diatur supaya konstan.
c. Pada filtrasi, kebutuhan surface area dapat dikurangi,
performance filter dapat diperbaiki, dan pencucian pada filter
dapat lebih teratur.
d. Pengaturan bahan-bahan kimia dapat lebih terkontrol dan
prosesnya menjadi lebih masuk akal.
Disamping itu untuk memperbaiki performance sebagian besar unit
operasi, flow equalization merupakan pilihan yang menarik untuk
memperbaiki performance IPAL yang overloaded.
(Siregar, Sakti A, 2005)
2.7Aerasi
Aerasi digunakan untuk menambahkan oksigen ke air untuk
mengubah zat yang tidak diinginkan dalam air menjadi bentuk yang lebih
mudah dikendalikan
(Peavy,1985).
2.8 Proses Pengolahan Secara Aerobik
Didalam pengolahan secara aerob, senyawa organik kompleks terurai oleh
mikroorganisme aerob. Mikroorganisme tersebut membutuhkan oksigen untuk
memcah senyawa organik kompleks menjadi CO2 dan air serta ammonium.
Selanjutnya ammonium diubah menjadi nitrat dan H2S yang akan dioksidasi
menjadi sulfat. Bakteri yang terlibat dalam penurunan organik karbon adalah
bakteri heterotrofik. Secara sederhana reaksi penguraian secara aerob dapat
digambarkan sebagai berikut :
Reaksi penguraian organik
Senyawa organik + O2 CO2 + H2O + NH4 + biomassa
Reaksi nitrifikasi
NH4+ + 1,5 O2 NO2
- + 2H+ + H2O
NO2- + 0,5 O2 NO3
-
Berbeda dengan proses pengolahan secara anaerob, beban pengolahan
aerob lebih rendah sehingga prosesnya ditempatkan setelah proses anaerob.
Pada proses aerob hasil pengolahan dari proses anaerob yang masih
mengandung zat organic dan nutrisi diubah menjadi sel bakteri yang baru,
hydrogen, maupun karbondioksida oleh bakteri dalam kondisi cukup oksigen
(Tchobanoglous, 1991).
2.12 Pengolahan Fakultatif
Kolam Fakultataif merupakan kolam dengan kedalaman 1-3 meter.Pada
kola mini kedalaman air terbagi menjadi tiga zona, yaitu zona aerobic di bagian
atas, zona fakultatif di bagian tengah, dan zona anaerobic di bagian atas dasar
kolam. Proses yang terjadi dalam hal penurunan BOD atau organic COD
adalah adanya aktivitas reaksi simbiosis antara alga dan bakteri. Menurut
Duncan Mara, 1987 ( dalam Soni Hendriaki), waktu tinggal untuk kolam
fakultatif adalah 11 hari.
BAB III
METODOLOGI
3.1. Waktu dan Tempat
Hari : Kamis
Tanggal : 4 Juni 2015
Jam : 11.00
Narasumber : Sarjani
3.2. Tempat Pengamatan
Lokasi pengamatan dilakukan di IPAL Sewon, Jalan Bantul Km 8, Bantul
Yogyakarta.
3.3. Cara Kerja
Mendengarkan dan mencatat narasumber memberikan materi tentang
pengolahan air limbah pada IPAL
Melihat proses pengolahan air limbah pada IPAL
Mencatat proses pengolahannya serta didokumentasikan dengan
mengambil gambar.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Landasan Hukum
Landasan hukum dan konsep pengelolaan air limbah domestik pada
IPAL Sewon menganut pada :
1. Peraturan Gubernur DIY Nomor: 82 Tahun 2014 Tentang Perubahan
Kelima atas Peraturan Gubernur DIY Nomor : 36 Tanun 2008
Tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas dan
Unit Pelaksana Teknis Lembaga Teknis Daerah DIY
2. Peraturan Gubernur DIY Nomor : 84 Tahun 2014 Tentang Perubahan
atas Peraturan Gubernur DIY Nomor : 41 Tahun 2008 tentang Rincian
Tugas dan Fungsi Dinas dan Unit Pelaksana Teknis pada Dinas PUP –
ESDM
IPAL Sewon sendiri memiliki Tugas dan Fungsi yaitu :
Tugas :
Menyelenggarakan pengelolaan jaringan drainase, sistem pengolahan air
limbah permukiman, dan pengelolaan sampah di tempat pengolahan dan
pemrosesan akhir dan pengelolaan sistem jaringan air minum lintas
kabupaten/kota.
Fungsi :
1. Pengelolaan jaringan drainase yang bermuara ke sungai induk.
2. Pengelolaan sistem pengolahan air limbah permukiman
3. Pengelolaan ditempat pengolahan dan pemrosesan akhir sampah
4. Pengendalian kualitas lingkungan selama proses pengolahan air limbah
permukiman dan pengolahan sampah
5. Pengendalian kualitas residu hasil pengolahan ke media lingkungan secara
aman
6. Pengelolaan sistem jaringan air minum regional
Wilayah pelayanan IPAL Sewon adalah Kawasan Perkotaan
Yogyakarta (KPY) yang lazim disebut Kartamantul, yaitu meliputi hampit
selluruh Kota Yogyakarta, sebagian kecil wilayah Kabupaten Sleman ( 4
kecamatan : Mlati, Depok, Gamping, dan Ngaglik) dan sebagian wilayah
Kabupaten Bantul ( 3 Kecamatan : Kasihan, Sewon, Banguntapan).
IPAL Sewon direncanakan untuk mengolah produksi limbah rumah tangga dari
125.00 jiwa atau dengan pelayanan sambungan rumah sebanyak 25.00 SR dengan
kapasitas volume air masuk 15.500 m3/hari dan BOD IN 332 mg/ liter yang
merupakan proyeksi pelayanan sampai tahun 2017. Berikut adalah bagan
pengolahan air limbah di IPAL Sewon BAB IV
4.2 Unit - Unit Pengolahan
Unit pengolahan air limbah yang digunakan dalam IPAL Sewon Bantul
meliputi:
a. Saluran pembawa
Air limbah yang dialirkan sebelum masuk IPAL akan dilewatkan pada
saluran pembawa. Saluran pembawa berbentuk lingkaran terbuat dari betondengan
diameter 100 - 130 cm.
b. Rumah pompa
Rumah pompa terdiri dari :
1) Bak equalisasi (equalition pond)
Tujuan bak equalisasi dalam IPAL :
a) Untuk menjaga sistem pengolahan biologis dari pembebanan bahan
organik yang berfluktuasi.
b) Untuk mengawasi derajat pH
c) Untuk meredam aliran yang masuk bagi sistem pengolahan fisik.
d) Untuk memberikan aliran yang kontinyu pada sistem pengolahan
biologis saat IPAL sedang tidak dioperasikan.
e) Untuk memberikan kontrol kapasitas aliran air limbah yang lebih
merata.
f) Mencegah masuknya konsentrasi zat beracun yang tinggi dalamsistem
pengolahan biologis.
Bak equalisasi di dalam IPAL dirancang secara khusus sebagai bagian dari rumah
pompa, sehingga dari luar fungsinya tidak terlihat begitu jelas.
2) Saringan jeriji
Saringan jeriji terletak sebelum pompa angkat. Berfungsi untuk memisahkan
kotoran-kotoran seperti tas-tas plastik dan bahan terapung lainnya dalam aliran
masuk. Kotoran-kotoran tersebut dipisahkan secara manual dengan penggaruk
aluminium dari ayakan jeriji dan dibuang minimal sehari sekali.
3) Water indicator level
Water indicator level berfungsi menunjukkan ketinggian air limbahyang akan
diolah dan jenis pengoperasian pompa. Ada dua jenispengoperasian pompa
berdasarkan ketinggian air :
a) Operasi pompa otomatis
b) Operasi pompa manual
Jika ada peningkatan air limbah yang terjadi pada saat hujan deras maka air
limbah secara langsung dibuang ke sungai menggunakan by pass, karena kualitas
air limbah telah memenuhi effluen standar yang dapat diterima oleh badan air
penerima.
4) Pompa angkat
Pompa angkat jenis ulir (screw) berjumlah tiga buah dengan kapasitas 10,7
m3/menit. Dimana dua unit operasional dan satu unit sebagai cadangan.
Keuntungan menggunakan pompa ulir:
a) Saluran air limbah lanjutan tidak tersumbat oleh kotoran-kotoran tas-tas
plastik dan bahan-bahan terapung lainnya.
b) Mampu menurunkan beban BOD air limbah sampai dengan30%.
c) Menghilangkan buih-buih tidak masuk ke dalam kolam fakultatif.
c. Bak penangkap pasir (Grift Chamber)
Grift Chamber digunakan untuk menyaring pasir, batu atau kerikil dan material
kecil lainnya dari limbah cair. Partikel yang diendapkan pada grift chamber
mempunyai berat jenis yang besar dan terdiri dari partikel-partikel anorganik dan
organik. Pada umumnya partikel yang diendapkan pada grift chamber adalah
pasir. Grift chamber di IPAL Sewon Bantul berjumlah satu buah dua jalur dan
dilengkapi dengan :
1) Pompa pasir
Pompa pasir yang digunakan berjenis pompa celup (submersiblepump) dengan
spesifikasi alat berdiameter alat 100 x 1 m3/menit x15 m x 5,5 kw.
2) Siklon pemisah
Siklon pemisah yang digunakan memiliki spesifikasi alat diameter 100 x 1
m3/menit dan berjumlah dua buah. Siklon pemisah ini dihubungkan langsung
dengan pipa keluaran dari pompa pasir. Tanah dan pasir yang dikumpulkan pada
dasar grift chamber dihisap bersama kotoran oleh pompa pasir yang dipisahkan
menjadi padatan dan cairan di dalam siklon pemisah, lalu tanah dan pasir yang
sudah dipisah ditimbun pada ruang dasar siklon.
3) Saringan kasar Saringan kasar yang digunakan berjumlah dua buah dengan
spesifikasi alat W 2000 x 40 mm (ukuran mesh). Berfungsi untuk menghilangkan
kotoran-kotoran plastik dan kotoran mengapung lainnya yang lolos dari saringan
jeriji. Kotoran tersebut dihilangkan dari saringan kasar dengan cara manual
dengan penggaruk aluminium satu atau dua kali dalam sehari.
d. Laguna aerasi fakultatif
Laguna aerasi fakultatif merupakan salah satu jenis pengolahan air limbah secara
biologis dengan memanfaatkan tiga jenis bakteri, yaitu bakteri aerob, anaerob dan
fakultatif (aerob-anaerob) untuk mendegradasi kandungan bahan pencemar yang
terdapat dalam air limbah. Laguna aerasi fakultatif dirangkai dalam dua kolam
pararel dan tiap kolam terdiri dari dua buah kolam atau laguna, dengan demikian
semuanya berjumlah empat kolam atau laguna. Tiap kolam dilengkapi
denganaerator berjenis surface aeration dan waktu tinggal air limbah dilaguna
aerasi fakultatif ±5,5 hari.
e. Kolam pematangan
Air limbah yang telah diolah di kolam fakultatif dialirkan ke kolam
pematangan dengan maksud untuk menstabilkan air limbah sebelum dibuang ke
badan air. Kolam pematangan terdiri dari dua sistem yang dirangkai secara pararel
dengan kolam fakultatif. Setelah penghilangan kotoran organik dan bakteri collon
bacilli, limbah olahan selanjutnya di alirkan ke dalam Sungai Bedog melalui pipa
beton dan saluran terbuka.
f. Tempat pengeringan lumpur (sludge drying bed)
Lumpur yang terkumpul dari dalam laguna aerasi fakultatif di buang ke
tempat pengeringan dengan menggunakan unit pembuangan lumpur setahun
sekali. Tempat pengeringan lumpur keseluruhannya terdiri dari 25 kolam, dibagi
menjadi tiga bagian. Bagian No. 1 terdiri dari 9 kolam dan bagian No.2/No.3
masing-masing terdiri dari 8kolam. Kapasitas efektif dari satu kolam sekitar 240
m3. Jika konsentrasi lumpur 20 % maka kapasitas unit pembuangan lumpur
adalah 20 m3/jam. Sehingga satu kolam pengering akan penuh dalam dua hari jika
waktu operasi 6 jam/hari.
Lumpur yang berada pada tempat pengeringan lumpur terbagi menjadi
lapisan atas yang jernih dan lumpur yang kental pada bagian bawah. Batang
penutup dipindahkan untuk mengeluarkan lapisan atas yang jernih dari tempat
pengeringan. Operasi seperti ini diulangi untuk mengentalkan lumpur hingga
cairan tidak dapat dipisahkan lagi. Setelah lumpur dikeringkan dengan panas
matahari sampai bisa dikeluarkan dengan pengeruk/sekop. Setelah dikeringkan di
terik matahari 2-3 bulan, lumpur kering dibawa dengan sebuah lori dan dibuang di
tempat pembuangan lumpur.
4.2 Pengolahan Air Buangan
Air limbah domestik yang berasal dari kota Yogyakarta dansebagian
Kabupaten Sleman serta Kabupaten Bantul dialirkan melalui jaringan pipa yang
telah ada pada jaman Belanda. Sistem jaringan pipa yang menuju ke IPAL juga
dilengkapi dengan pipa penggelontor.
Fungsi dari pipa penggelontor adalah untuk melarutkan sampah-sampah
yang ada dalam pipa-pipa yang tidak disingkirkanakan menghambat laju aliran air
limbah ke IPAL. Air penggelontor diambil dari empat inlet, yaitu Dam Bendolele,
Dam Pogung, Dam Prawirodirjan dan Selokan Mataram. IPAL sebagai tujuan
akhir merupakan titik terendah dibandingkan dengan jaringan pipa keseluruhan,
sehingga jaringan pipa air limbah ini memanfaatkan sistem pengaliran secara
gravitasi dalam pengaliran air limbahnya.
Limbah kota (kotoran) dipompakan ke dalam grift chamber dengan
menggunakan pompa angkat. Sebelum pompa angkat tersebut dipasangi jeriji
untuk melindungi pompa dari kerusakan akibat benda-benda besar seperti sampah.
Pompa angkat tersebut jenis ulir (screw). Pompa tersebut menghisap limbah
secara kontinu tanpa tersumbat oleh kotoran-kotoran yang terbawa aliran limbah.
Pada IPAL ini dipasang tiga buah pompa, dimana satu buah sebagai cadangan.
Pompa jenis screw dapat dikendalikan secara otomatis berdasarkan kuantitas air
limbah yang mengalir.
Dengan pompa angkat limbah kotor dituangkan ke dalam grift chamber
dimana kotoran-kotoran kasar dan berat seperti tanah dan pasir akan mengendap.
Keluaran dari grift chamber dialirkan kesaringan kasar untuk menangkap kotoran-
kotoran seperti kantung plastik, ranting kayu dan kotoran lainnya akan
mengendap dan berkumpul di dasar grift chamber. Kotoran tersebut kemudian
dialirkan dengan menggunakan pompa celup (submersible pump) dan akan
dipisahkan dari limbah cair dan padatan dengan menggunakan siklon pemisah.
Kemudian padatan ditampung dalam hooper yang berada dibawah siklon dan
dibuang secara berkala, sedangkan limbah cair dikembalikan ke dalam grift
chamber. Limbah kotor yang telah diolah secara fisik tersebut diumpankan
melalui tangki distribusi ke laguna aerasi fakultatif.
Laguna aerasi fakultatif dibagi dalam dua jalur dan tiap jalur terdiri dari
dua kolam yang dirangkai secara seri. Di dalam laguna aerasi fakultatif, kotoran-
kotoran organik yang terkandung dalam limbah kotor akan diuraikan dan
dihilangkan secara biokimiawi dengan bantuan bakteri aerobik dan anaerobik.
Pada permukaan laguna aerasi fakultatif, aerator mekanis dipasang sebagai
pemasok oksigen, kemudian kotoran organik diuraikan oleh bakteri aerobik secara
bersamaan pada bagian dasar atau bawah laguna yang tidak mengandung oksigen
terjadi penguraian kotoran organik oleh bakteri anaerobik.
Setelah penghilangan kotoran organik dilaguna aerasi, limbah olahan
tersebut dialirkan ke kolam pertumbuhan seperti halnya laguna aerasi fakultatif,
kolam pertumbuhan juga terdiri dari dua sistem yang dirangkai secara pararel.
Setelah penghilangan kotoran selanjutnya dialirkan ke dalam Sungai Bedog
melalui pipa beton dan saluran terbuka. Lumpur yang mengendap di dasar laguna
aerasi fakultatif, diurai oleh bakteri anaerobik dan lumpur tersebut harus dikuras
atau dihisap setiap satu sampai dua tahun sekali secara vakum dengan
menggunakan ejector udara.
Lumpur yang terkumpul dihisap dan kemudian ditampung di dalam bak-
bak pengeringan lumpur. Kemudian lumpur dikeringkan secara alamiah,
selanjutnya lumpur kering tersebut dimusnahkan di tempat pengolahan limbah
padat yang berada di luar lahan pengelolaan limbah kota ini.
4.3 Proses dan Pembahasan
Pengolahan yang digunakan di IPAL Sewon adalah pengolahan biologi
dengan mempergunakan bakteri aerob sehingga pada instalasi ini keberadaan
aerator menjadi sangat vital. Hal ini terjadi karena aerator memiliki fungsi untuk
memasok oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk menguraikan
polutan. Apabila terjadi kerusakan pada aerator tentu proses pengolahan tidak
berjalan dengan baik dan limbah tersebut dapat menimbulkan masalah baru.
Limbah yang masuk ke Instalasi Pengolahan Air Limbah yang terlayani
sampai saat ini belum memenuhi batas maksimal sesuai dengan rancangan awal
hal ini mungkin juga disebabkan karena IPAL Sewon yang menggunakan gaya
gravitasi untuk mengalirkan air limbahnya sehingga daerah yang terlayani hanya
pada daerah yang letak tanahnya lebih tinggi dari IPAL Sewon.
Rancangan awal dari IPAL Sewon hanya menampung air limbah saja,
namun kenyataannya masih ditemukan berbagai limbah padat yang ikut terbawa
oleh aliran limbah hal ini terjadi mungkin karena kesadaran masyarakat yang
masih kurang. Sampah-sampah itu akhirnya menyumbat aliran limbah pada titik-
titik tertentu. Salah satu dampak dari adanya sampah yang terikut aliran air limbah
adalah pihak IPAL secara rutin harus melakukan pembersihan saluran perpipaan.
Selain itu terdapat banyak sampah yang terikut hingga pada grift chamber
sehingga secara rutin pihak IPAL melakukkan pengambilan sampah secara
manual.
Pemeriksaan saluran perpipaan yang dilakukan oleh pihak IPAL
mengalami berbagai kendala karena keterbatasan personil, dan jalur perpipaannya
yang panjang, sehingga terdapat beberapa titik yang dalam jangka waktu
bertahun-tahun baru dibersihkan. Titik-titik itu biasanya terdapat pada jalur
perkampungan,
Air limbah yang diperbolehkan masuk ke IPAL sewon adalah seluruh air
limbah domestik dari kegiatan kerumah tanggaan. Seluruh limbah tersebut
diperbolehkan memasuki inlet secara langsung, kecuali tinja dari hasil
pembersihan septic tank dan juga limbah laundry. Untuk penanganan kedua
limbah tersebut, pihal IPAL Sewon menyediakan bak penampung sebelum
dimasukkan ke inlet pengolahan. Jadi limbah tinja dan laundry didiamkan dulu
dalam kurun waktu tertentu, hal ini bertujuan agar efek samping dari kerusakan
yang mungkin timbul akibat kedua limbah tersebut. Limbah loundry memliki
kadar pH yang cukup tinggi sehingga bisa merusakkan komponen pengolah.
Namun sampai saat ini tempat yang digunakan untuk menampung limbah tinja
dan laundry hanya terdiri dari sebuah bak yang di atasnya ditutup dengan
menggunakan plastik, bak ini kurang efektif untuk digunakan sebagai penmapung,
terutama untuk menampung tinja karena tinja mengandung bakteri patogen yang
dapat menimbulkan penyakit pada manusia.
IPAL Sewon merupakan instalasi yang khusus untuk mengolah limbah
cair, namun pada musim hujan akan terjadi kenaikan debit limbah akibat
tercampurnya air hujan dengan air limbah. Air hujan ini dapat terikut ke saluran
limbah karena pipa saluran limbah sudah terlalu lama digunakan sehingga terjadi
kebocoran di beberapa titik.
Pengolahan dengan sistem lumpur aktif tentu akan menimbulkan bahan
sisa sludge. Lumpur hasil sisa dari pengolahan ini ditampung pada bak pengering
lumpur setelah disedot dari kolam aerasi. Sampai saat ini lumpur-lumpur ini
belum mengalami pengolahan karena lumpur hasil pengolahan limbah cair
dikategorikan sebagai B3.
Diagram Proses Pengolahan Air Limbah IPAL Sewon
Aliran Masuk Saringan Kasar Lift Pump Grit Chamber Saringan Halus
Cyclone Separator
Distribution Chamber
Facultative Aerated Lagoon
1.2
Facultative Aerated Lagoon
1.1
Facultative Aerated Lagoon
1.2
Facultative Aerated Lagoon
1.2
Vacuum Pump
Maturation Pond
Maturation Pond
Effluent
Sludge Drying Bed
Landfill
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Unit pengolahan air limbah yang digunakan dalam IPAL Sewon Bantul
meliputi: Saluran Pembawa, Rumah Pompa, Bak Penangkap Pasir (Grit
Chamber), Laguna Aerasi Fakultatif, Kolam Pematangan, Sludge Drying
Bed.
Pengolahan yang digunakan di IPAL Sewon adalah pengolahan biologi
dengan mempergunakan bakteri aerob sehingga pada instalasi ini
keberadaan aerator menjadi sangat vital. Hal ini terjadi karena aerator
memiliki fungsi untuk memasok oksigen yang dibutuhkan oleh
mikroorganisme untuk menguraikan polutan.
Limbah yang masuk ke Instalasi Pengolahan Air Limbah yang terlayani
sampai saat ini belum memenuhi batas maksimal sesuai dengan rancangan
awal, disebabkan karena IPAL Sewon yang menggunakan gaya gravitasi
untuk mengalirkan air limbahnya sehingga daerah yang terlayani hanya
pada daerah yang letak tanahnya lebih tinggi dari IPAL Sewon.
Air limbah yang diperbolehkan masuk ke IPAL sewon adalah seluruh air
limbah domestik dari kegiatan kerumah tanggaan. Seluruh limbah tersebut
diperbolehkan memasuki inlet secara langsung, kecuali tinja dari hasil
pembersihan septic tank dan juga limbah laundry. Untuk penanganan
kedua limbah tersebut, pihal IPAL Sewon menyediakan bak penampung
sebelum dimasukkan ke inlet pengolahan. Jadi limbah tinja dan laundry
didiamkan dulu dalam kurun waktu tertentu, hal ini bertujuan agar efek
samping dari kerusakan yang mungkin timbul akibat kedua limbah
tersebut.
DOKUMENTASI
Pembekalan Materi IPAL SewonPembekalan Materi IPAL Sewon
Screw pumpScrew pump
Sludge Acceptance Plant (SAP) HuberInlet
Grit Chamber
Sludge Acceptance Plant (SAP) Huber
Kalum FakultatifPintu air
Pompa tercelup
Pipa penyedot lumpurKolam Maturasi
Kapal Penyedot lumpur Pompa vakum
Aerator Keramba ikan indikator
Sludge drying bed IPLT dalam tahap pembangunan
DAFTAR PUSTAKA
Peavy,Robert.Green,Don.1984.Perry’s chemical Engineers’ Handbook.Sixt
ed.Singapore:McGraw-Hill Book Co.
Metcalf & Eddy. 2003. Wastewater Engineering, Treatment and Reuse, Fourth
Edition. Mc Graw-Hill, Inc : New York.
Mochtar H, Ir. 1999. Diktat Kuliah Satuan Operasi. Pusditek PU – UNDIP.
Semarang
Qasim,Syed R.1985.Watewater Treatment Plants.New York:CBS Collage
Publishing.
Siregar, Sakti A.2005.Instalasi Pengolahan Air Limbah. Yogyakarta:Kanisius.
Sugiharto.1987.Dasar dasar pengolahan air limbah.Univ Indonesia-UI Press.
Hendartomo, Tomi. 2002.Analisa Instalasi Ppengolahan Air Limbah (IPAL)
Sewon, Bantul, Yogyakara Tahun 2002
Suwerda, Bambang. 2007. Kajian Efisiensi pengolahan Air Limbah Domestik dan
Kandungan Logam Berat pada Ikan di IPAL Sewon Bantul Yogyakarta.
Yogyakarta. Program Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada