angkot dan bis minangkabau punya nilai seni budaya · laboratorium ilmu komunikasi fakultas ilmu...

2
Angkot dan Bis Minangkabau Punya Nilai Seni Budaya Dikirim oleh prasetyaFISIP pada 06 April 2017 | Komentar : 0 | Dilihat : 3603 “Bedah Buku” dengan tema “Angkot dan Bis Minangkabau, Budaya Pop dan Nilai – Nilai Budaya Pop” Prof. David Reev Laboratorium Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya (FISIP UB) menggelar acara “Bedah Buku” dengan tema “Angkot dan Bis Minangkabau, Budaya Pop dan Nilai – Nilai Budaya Pop”. Acara ini diisi oleh Prof. David Reeve dari Asosiasi University of South Wales, sekaligus sebagai koordinator ACICIS Australia. Dalam acara tersebut Reeve menyampaikan uniknya transportasi angkot dan bis di minangkabau, reeve juga menjelaskan jenis angkot dan bis di minangkabau memiliki karaktristik kesenian yang tinggi. “Saya menilai angkot dan bis yang bertransportasi di Padang cukup wow, intensitas dari hiasannya cukup luas, mulai dari hiasan yang mengandung kultur minangkabau, Indonesia, western dan aneka tema yang dipakai transportasi umum tersebut,” kata Reeve Reeve berpendapat bahwa nilai–nilai budaya yang dibawa oleh transportasi umum tersebut merupakan bahasa yang ingin dikomunikasikan kepada pelanggan, di dalam kajian ilmu komunikasi, bahasa, simbol dan tanda yang menjadi pembahasan penting dalam penyampaian pesan. “Melalui simbol dan gambar yang terdapat pada angkot maupun bis di minangkabau dapat dipahami bahwa si pemilik ingin membuat masyarakat berpikir sesuatu yang berkaitan dengan identitas dari transportasi itu sendiri,”kata Reeve.

Upload: lekhanh

Post on 06-Mar-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Angkot dan Bis Minangkabau Punya Nilai Seni Budaya

Dikirim oleh prasetyaFISIP pada 06 April 2017 | Komentar : 0 | Dilihat : 3603

“Bedah Buku” dengan tema “Angkot dan Bis Minangkabau,

Budaya Pop dan Nilai – Nilai Budaya Pop”

Prof. David Reev

Laboratorium Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya (FISIP UB) menggelar acara “Bedah Buku” dengan tema “Angkot dan Bis Minangkabau, Budaya Pop dan Nilai – Nilai Budaya Pop”. Acara ini diisi oleh Prof. David Reeve dari Asosiasi University of South Wales, sekaligus sebagai koordinator ACICIS Australia. Dalam acara tersebut Reeve menyampaikan uniknya transportasi angkot dan bis di minangkabau, reeve juga menjelaskan jenis angkot dan bis di minangkabau memiliki karaktristik kesenian yang tinggi.

“Saya menilai angkot dan bis yang bertransportasi di Padang cukup wow, intensitas dari hiasannya cukup luas, mulai dari hiasan yang mengandung kultur minangkabau, Indonesia, western dan aneka tema yang dipakai transportasi umum tersebut,” kata Reeve

Reeve berpendapat bahwa nilai–nilai budaya yang dibawa oleh transportasi umum tersebut merupakan bahasa yang ingin dikomunikasikan kepada pelanggan, di dalam kajian ilmu komunikasi, bahasa, simbol dan tanda yang menjadi pembahasan penting dalam penyampaian pesan.

“Melalui simbol dan gambar yang terdapat pada angkot maupun bis di minangkabau dapat dipahami bahwa si pemilik ingin membuat masyarakat berpikir sesuatu yang berkaitan dengan identitas dari transportasi itu sendiri,”kata Reeve.

Melalui pengamatannya sehari hari, Reeve membuat penelitian tentang keberadaan angkot dan bis di minangkabau lalu menyimpulkan jenis – jenis bahasa yang kerap digunakan pada hiasan jendelanya.

 “Saya menemukan rating bahasa tertinggi yang sering digunakan oleh transportasi umum di Minangkabau adalah bahasa inggris 58 persen, bahasa Indonesia 31 persen dan bahasa minangkabau 12 persen. Dari beberapa simbol yang digunakan sangat beragam seperti lumba – lumba, panda dan kanguru sebagai ikon pop internasional dari China dan Australia, lalu ada banyak sekali gambar planet, bintang, meteor dan roket sebagai simbol ruang angkasa dan masih ada lagi symbol Hi-tech fast,  seperti mobil, kapal pesiar dan pesawat terbang, semua itu saya anggap sebagai kreatifitas yang sangat unik,” Jelasnya.

Reeve menambahkan pada struktur bahasa dia banyak menemukan percampuran antara bahasa baku dan non baku seperti kalimat centil banget, sabar, jangan malu – malu hingga kalimat yang bernuasa islami seperti jihad, syahadat dan sebagiannya.

Reeve menjelaskan semua simbol yang mereka komunikasikan tidak lain untuk kepentingan ekonomis, saat angkot atau bus tersebut mendapat pamor di masyarakat minang,  maka pendapatannya bisa dua kali lipat dari harga normal. Selain itu banyak dari masyarakat Minang yang memang menaruh perhatian lebih pada transportasi umum tersebut, hingga tidak jarang masyarakat minang memiliki nomor kontak si sopir angkot, budaya tersebut kemudian menjadi sesuatu yang sangat lumrah di kalangan masyarakat Minangkabau.

Pada sesi terakhir, Reeve turut memaparkan pentingnya transportasi umum angkot dan bus.

 “Masyarakat sangat menyukai angkutan tersebut, namun saya mencoba melihat dari dua sisi yang berbeda, saya berpikir pemerintah minangkabau tidak sependapat dengan masyarakatnya dan tidak menganggap angkot dan bus sebagai aset yang penting di minangkabau , malah dengan datangnya trans padang membuat angkot dan bus perlahan – lahan menghilang, mungkin karena sistem yang lebih unggul dari keamanan dan kenyamanan, namun disisi lain saya khawatir akan nilai keunikan seni itu sendiri, saya akan mengatakan bahwa semua bentuk seni – seni komersil tersebut sangat luar biasa, dramatis dan lucu lalu bagaimana jika nilai nilai tersebut hilang ?,” katanya pada sesi terakhir penyampaian materi.  (Anata / Rama/Humas UB)