perpustakaan.uns.ac.id...

115
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user IRAK SETELAH JATUHNYA REZIM SADDAM HUSSEIN TAHUN 2003-2005 SKRIPSI Oleh: Sumargono NIM : K 4406042 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 i

Upload: ngonhan

Post on 17-Jul-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5968/1/188571111201110431.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

IRAK SETELAH JATUHNYA REZIM SADDAM HUSSEIN

TAHUN 2003-2005

SKRIPSI

Oleh:

Sumargono

NIM : K 4406042

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

i

Page 2: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5968/1/188571111201110431.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

IRAK SETELAH JATUHNYA REZIM SADDAM HUSSEIN

TAHUN 2003-2005

Oleh :

Sumargono

NIM : K 4406042

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan

mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Sejarah

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

ii

Page 3: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5968/1/188571111201110431.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

Page 4: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5968/1/188571111201110431.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

Page 5: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5968/1/188571111201110431.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

ABSTRACT

Sumargono, K4406042. IRAQ AFTER THE FALL OF SADDAM HUSSEIN’S REGIME IN 2003 - 2005. Skripsi: The Faculty of Teacher Training and Education, Sebelas Maret University, Surakarta, December 2010. The objectives of the research are to describe: (1) the background to the invasion of the United States of America to Iraq in 2003, (2) the policies of the United States of America targeted to Iraq after the fall of Saddam Hussein’s regime, and (3) the impacts of the United States of America’s invasion on the lives of Iraqi in the social, economic and political fields including the formation of temporary Iraqi government. The research used a historical method. Its data resources were primary and secondary written ones such as books, newspapers, magazines which were relevant to the study. The data of the research were gathered through library research by using catalogued system or computerized system with the internet utilization. The data were analyzed by using a historical technique of analysis, that is, an analysis which is primarily focused on the sharpness and alertness in interpreting historical data by employing theoretical framework approach derived from History science with the politic and sociological approaches. The research went through four phases of activities, namely: heuristic, criticism, interpretation, and historiography. The results of the research are as follows: 1) The fall of Saddam Hussein’s regime cannot be separated from the United States of America’s invasion, which was backed up by various missions of the invasion, namely: (a) terminating Saddam Hussein’s regime which is regarded as a dictatorial government and creating a transition era so as to establish a representative for the Iraqi citizens; (b) identifying, isolating, and eliminating the mass weapons; (c) hunting for, capturing, and bringing terrorists out of the country. 2) States of America has issued several policies for the reconstruction of Iraq after the fall of Saddam Hussein’s regime, which are: (a) Temporary governmental bodies such as ORHA, CPA, Iraqi Interim Governing Council, and Iraqi Interim Government, all of which are fully under the control of the United States of America (b) Reconstruction policy of Iraqi in economic field, by giving job contracts through bidding, which is accessible only for enterprises from the countries that support the measures of invasion taken by the United State of America upon Iraq. 3) After the invasion, Iraq has undergone various changes in social, economic, and political fields due to the class between the United States of America and Iraq. There has been a dramatically social change that might sharpen and lead to civil war among the nation. The changed in economic which oil has became the principal issue. Therefore after the invation, United States of America has tried to include its private oil companies in the oil infrastructure reconstruction in Iraq. In political field, the invasion by the United States of America, mainly aiming at erecting the democracy in Iraq, has successfully overthrown Saddam Hussein’s regime, which is regarded as an authoritarian government.By held general election altought the result was unhappy for Iraqi. So that the Iraqi people regard the newly formed government as a shadow government and doubt its capability. This caused political instability, so the autority will also fail to control the conflicts.

v

Page 6: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5968/1/188571111201110431.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

ABSTRAK Sumargono. K4406042. IRAK SETELAH JATUHNYA REZIM SADDAM HUSSEIN TAHUN 2003-2005. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Desember 2010.

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan: (1) Latar belakang invasi Amerika Serkat (AS) ke Irak pada tahun 2003, (2) Kebijakan-kebijakan AS yang ditargetkan kepada negara Irak pasca Saddam Hussein terguling, (3) Dampak invasi AS terhadap kehidupan masyarakat Irak di bidang sosial, ekonomi, dan politik hingga terbentuknya pemerintahan sementara di Irak.

Penelitian ini menggunakan metode historis. Sumber data yang digunakan adalah sumber tertulis primer dan sumber tertulis sekunder yang berupa buku-buku, surat kabar dan majalah yang relevan dengan masalah penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik studi pustaka, dengan menggunakan sistem kartu/katalog atau komputer dan memanfaatkan internet. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis historis, yaitu analisis yang mengutamakan ketajaman dan kepekaan dalam menginterpretasi data sejarah dengan pendekatan kerangka teoritik yang berasal dari ilmu sejarah dengan pendekatan ilmu Politik dan Sosiologi. Prosedur penelitian dengan melalui empat tahap kegiatan yaitu: heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) Jatuhnya Saddam Hussein tidak lepas dari intervensi AS yang dilatarbelakangi berbagai misi yaitu : (a) Mengakhiri rezim Saddam Hussein yang dianggap diktaktor oleh AS dan menciptakan masa transisi untuk membangun sebuah pemerintahan yang representatif bagi rakyat Irak; (b) Mengidentifikasi, mengisolasi, dan mengeliminasi senjata pemusnah massal; (c) Mencari, menangkap, dan membawa keluar teroris dari Negara itu. (2) Kebijakan-kebijakan AS setelah kekuasaan Saddam Hussein jatuh, yaitu: (a) Membentuk badan-badan pemerintahan sementara seperti ORHA, CPA, Iraqi Interim Governing Council, dan Iraqi interim Goverment yang sepenuhnya berada di bawah kendali AS, (b) Kebijakan rekonstruksi Irak di bidang ekonomi, dengan memberikan kontrak-kontrak pekerjaan melalui tender yang hanya boleh diikuti oleh perusahaan-perusahaan yang berasal dari negara yang mendukung langkah AS menginvasi Irak. (3) Pasca invasi AS negara Irak mengalami berbagai macam perubahan, baik perubahan sosial, ekonomi, dan politik sebagai akibat dari perang antara AS dengan Irak. Perubahan sosial yang muncul setelah tumbangnya rezim Saddam Hussein adalah terjadinya perubahan sosial yang drastis sehingga memperuncing ke arah perang saudara di antara rakyat Irak yang merasa berhak terhadap tampuk pemerintahan Irak. Perubahan bidang ekonomi dengan minyak menjadi masalah utama. Oleh karena itu, pasca invasi AS akan mengandalkan cadangan minyak negerinya dari Irak, dengan cara berusaha memasukkan perusahaan-perusahaan swasta miliknya di Irak dalam program rekonstruksi infrastuktur minyak di Irak. Dalam bidang politik secara umum, serangan AS yang bertujuan untuk menegakkan demokrasi di Irak telah berhasil menggulingkan rezim Saddam Hussein yang dianggap otoriter oleh AS,dengan cara mengadakan pemilihan umum walaupun hasilnya tidak menyenangkanbagi Irak sehingga rakyat Irak menganggap pemerintahan hasil pemilu adalah pemerintahan boneka Amerika dan rakyat ragu terhadap kapabilitasnya. Hal ini dapat menyebabkan ketidakstabilan politik, maka penguasa juga akan gagal mengendalikan konflik.

vi

Page 7: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5968/1/188571111201110431.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

MOTTO

Perdamaian tidak dapat dijaga dengan kekuatan. Hal itu hanya dapat diraih

dengan pengertian (Einstein)

Tidak pernah ada perang yang baik dan perdamaian yang buruk (Mao Tse

Tung)

Mengatur perdamaian sesudah perang adalah jauh lebih sulit daripada

memenangkan sebuah peperangan.(Aristoteles)

vii

Page 8: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5968/1/188571111201110431.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

PERSEMBAHAN

Karya ini dipersembahkan kepada:

1. Ayah dan ibu Sang Juara Dunia

2. Kakak-kakakku tersayang

3. Adik-adik keponakanku tercinta

4. Seluruh keluarga besarku

5. Jakmania Solo Raya

6. Almamater

viii

Page 9: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5968/1/188571111201110431.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan

hidayah-Nya sehingga penulisan skripsi ini akhirnya dapat diselesaikan, untuk

memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar sarjana pendidikan

Hambatan dan rintangan yang penulis hadapi dalam penyelesaian

penulisan skripsi ini telah hilang berkat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak

akhirnya kesulitan-kesulitan yang timbul dapat teratasi. Oleh karena itu penulis

mengucapkan terimakasih kepada :

1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta yang telah memberikan ijin untuk menyusun skripsi.

2. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah menyetujui

atas permohonan skripsi ini.

3. Ketua Program Pendidikan Sejarah yang telah memberikan pengarahan dan

ijin atas penyusunan skripsi ini.

4. Dra. Sutiyah M. Pd. M. Hum. selaku dosen pembimbing I yang telah

memberikan pengarahan dan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Drs. Syaiful Bachri, M. Pd. selaku dosen Pembimbing II yang telah

memberikan pengarahan dan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Dr. Hermanu Jubagjo selaku dosen Pembimbing Akademik yang telah

memberikan pengarahan dan bimbingan dalam perkuliahan.

7. Bapak dan Ibu Dosen Program Pendidikan Sejarah Jurusan Ilmu Pengetahuan

Sosial yang secara tulus memberikan ilmu kepada penulis selama ini, mohon

maaf atas segala tindakan dan perkataan yang tidak berkenan di hati.

8. Mbak Farida dan Khoirul atas bantuannya dalam pencarian sumber skripsi

9. Dek Aya’, Andin, Nita, Desy, Andry, Pipit, Akhif, Saleh, Simbah, Edwin, Pak

dhe, Brian, Thoriq, Gilang, Budi, Siska, Lidya, Anita, Mas Nur, Bolet, dan

Choky atas persaudaraan yang telah kita bina.

10. Jakmania Solo Raya dan Sera Mania yang telah memberi smangat dan

inspirasi kehidupanku kembali.

11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

ix

Page 10: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5968/1/188571111201110431.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

Semoga Allah SWT membalas amal baik kepada semua pihak yang telah

membantu di dalam menyelesaikan skripsi ini dengan mendapatkan pahala yang

setimpal.

Penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran untuk penyempurnaan

skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca

dan perkembangan Ilmu Pengetahuan pada umumnya.

Surakarta, 22 Desember 2010

Penulis

x

Page 11: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5968/1/188571111201110431.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................. i

HALAMAN PENGAJUAN ........................................................................ ii

HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................. iii

HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iv

ABSTRACT ................................................................................................. v

ABSTRAK .. ….. ......................................................................................... vi

HALAMAN MOTTO ................................................................................ vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................ viii

KATA PENGANTAR ................................................................................ ix

DAFTAR ISI .............. ................................................................................. xi

DAFTAR TABEL ...................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………. . xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ...................................................... 1

B. Perumusan Masalah ............................................................ 6

C. Tujuan Penelitian ................................................................ 6

D. Manfaat Penelitian .............................................................. 7

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka ................................................................. 8

1. Konflik ........................................................................... 8

2. Kekuasaan … .................................................................. 18

B. Kerangka Berfikir ................................................................ 25

BAB III METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................. 28

B. Metode Penelitian ................................................................ 29

C. Sumber Sejarah ................................................................ ..... 30

D. Teknik Pengumpulan Data ................................................... 31

E. Teknik Analisi Data ............................................................. 32

F. Prosedur Penelitian .............................................................. 33

xi

Page 12: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5968/1/188571111201110431.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Profil Negara Irak ................................................................. 36

1. Sejarah Irak Modern ........................................................ 36

2. Irak Era Saddam Hussein ............................................... 40

B. Kebijakan Politik Luar Negeri Amerika Serikat .................. 45

C. Latar Belakang Invasi Amerika Serikat (AS) ke Irak ........... 49

D. Kebijakan-kebijakan Amerika Serikat (AS)

Dalam Program Rekonstruksi Irak ........................................ 54

E. Dampak Perubahan Sosial, Ekonomi, dan Politik

pada Masyarakat Irak

Pasca Invasi AS............................................................... ..... 84

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................... 96

B. Implikasi ................................................................................ 97

1. Teoritis .............................................................................. 98

2. Praktis ............................................................................... 98

3. Metodologis ...................................................................... 99

C. Saran ...................................................................................... 99

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 101

LAMPIRAN ....... ... ...................................................................................... 104

xii

Page 13: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5968/1/188571111201110431.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kebijakan AS dan Keuntungan Yang Diperoleh AS atas invasi

Irak ................................................................................................ 63

Tabel 2. Perusahaan-perusahaan AS Yang Mendapat Tender Rekonstruksi

Irak ................................................................................................. 67

Tabel 3. Kontrak-kontrak Halliburton Dengan AS dari Tahun 2002-2003 . 73

Tabel 4. Kontrak Halliburton Dalam Program Rekonstruksi Infrastruktur

Minyak Irak Secara Komulatif ...................................................... 74

xiii

Page 14: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5968/1/188571111201110431.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Peta Irak ................................................................................ 104

Lampiran 2. Peta Kelompok Etnoreligi Irak ............................................. 105

Lampiran 3. Foto Ahmed Chalabi Anggota Dewan Eksekutif Iraqi

National Congress ................................................................. 106

Lampiran 4. Foto Ibrahim al-Jaafari Anggota Partai Al-Dawa ............... 107

Lampiran 5. Foto Ayyatollah Ali al Sistani Pemimpin Kaum Syiah ........ 108

Lampiran 6. Foto Iyad Allawi Pendiri Iraqi National Accord .................. 109

Lampiran 7. Foto Jalal Talabani Pemimpin Partai Persatuan Patriotik

Kurdistan (PUK) ................................................................... 110

Lampiran 8. Foto Massoud Barzani Pemimpin Suku Kurdi dari Partai

Demokratik Kurdi (KDP) ..................................................... 111

Lampiran 9. Gambar Penurunan Patung Saddam Hussein Sebagai

Lambang Berakhirnya Pemerintahan Saddam Hussein ....... 112

Lampiran 10. Foto Presiden Saddam Hussein Sebelum Ditangkap

Pasukan AS .......................................................................... 113

Lampiran 11. Foto Presiden Saddam Hussein Saat Ditangkap AS ............. 114

Lampiran 12. Gambar Logo PMC Swasta AS yang bekerjasama dalam

proyek rekonstruksi Irak ..................................................... 115

Lampiran 13. Gambar Kaum Syiah melaksanakan Shalat Jum’at di

Baghdad ................................................................................ 116

Lampiran 14. Gambar Massa Syiah Irak Dalam Peringatan Kematian

Hussein di Karbala ................................................................ 117

Lampiran 15. Jurnal Luar Negeri : Corruption, Reconstruction and Oil

Governance in Iraq .............................................................. 118

Lampiran 16. Jurnal Luar Negeri : “And They Called it Peace” US Policy

on Iraq .................................................................................. 137

Lampiran 17. Jurnal Luar Negeri : Intelligence, Policy, and the War in

Iraq ....................................................................................... 141

Lampiran 18. Surat Kabar Dalam Negeri .................................................. 154

xiv

Page 15: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5968/1/188571111201110431.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

Lampiran 19. Majalah Luar Negeri ........................................................... 161

Lampiran 20. Surat keputusan Dekan FKIP tentang ijin penyusunan

skripsi ................................................................................... 172

Lampiran 21. Surat Permohonan Ijin Research/ Try Out Kepada Rektor

Universitas Sebelas Maret Surakarta .................................. 173

Lampiran 22. Surat Permohonan Ijin Menyusun Skripsi ........................... 174

Lampiran 23. Surat Permohonan Ijin Research/ Try Out Kepada Kepala

Monoment Pers Surakarta .................................................. 175

Lampiran 24. Surat Keterangan Obsevarsi Monemen Pers Surakarta ...... 176

xv

Page 16: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5968/1/188571111201110431.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Republik Irak adalah sebuah negara di Timur Tengah atau Asia Barat Daya,

yang meliputi sebagian terbesar daerah Mesopotamia serta ujung barat laut dari

Pegunungan Zagros dan bagian timur dari Gurun Suriah yang mempunyai luas

sekitar 438.052 km2. Negara ini berbatasan dengan Kuwait dan Arab Saudi di

selatan, Yordania dan Suriah di barat, Turki di utara, dan Iran di timur. Irak

mempunyai bagian yang sangat sempit dari garis pantai di Umm Qasr di Teluk

Persia.

Irak merupakan suatu fenomena yang menarik untuk dikaji lebih mendalam,

karena merupakan salah satu negara Timur Tengah yang sering menghadapi

peperangan. Sejak pertama muncul peradaban kuno di Asia Baratdaya, Irak selalu

dikuasi oleh kekuasaan asing. Irak sebagai negara yang menjadi pusat peradaban

dunia Islam pada dinasti Abbasiyah setidaknya pernah diinvasi oleh pasukan

Persia, Yunani, Romawi dan Mongol. Pada awal perjalanan Irak pada abad ke-21

ini, Irak kembali diserbu oleh Amerika Serikat (AS).

Irak telah porak-poranda sesudah AS untuk kedua kalinya dalam sejarah

dunia menggempur negeri tersebut habis-habisan. Invasi AS berlangsung lebih

lama dari yang direncanakan oleh AS yang berjanji akan menaklukkan dan

menangkap Saddam Husein dalam 5 hari. Lebih dari 20 hari AS mengerahkan

tentaranya dengan dibantu oleh tentara Inggris dan Australia membumi hanguskan

negeri Irak. Dimulai pada tanggal 19 Maret sampai 15 April 2003 sejarah dunia

mencatat berlangsungnya Invasi AS ke Irak yang akhirnya dapat menaklukkan

Baghdad dan Tikrit (sebagai kota asal Saddam Husein yang mayoritas

penduduknya pro-Saddam) dan membombardir seluruh bunker-bunker yang

diduga merupakan kediaman Saddam Husein ( Republika, 5 Maret – 15 April

2003).

Akhirnya rezim Saddam Hussein jatuh. Secara simbolik hal ini ditandai

dengan diruntuhkannya patung besar Saddam Hussain di Saddam City Baghdad.

Page 17: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5968/1/188571111201110431.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

Situasi ini mirip dengan keruntuhan komunisme di Rusia saat patung Stalin

dirobohkan. Di telivisi ditampakkan kerumunan orang-orang yang gembira

menyambut tentara AS. Tentu saja ini belum tentu merupakan cerminan dari

seluruh rakyat Irak. Ada juga yang mensinyalir bahwa itu bagian dan propaganda

AS. Orang-orang yang bergembira tersebut merupakan orang-orang yang dibayar

oleh AS, namun yang jelas tentara AS dan Inggris telah menduduki Irak.

Kejatuhan Saddam yang demikian mudah dan kemudian disambut gembira oleh

sebagian rakyat Irak, bisa dimengerti. Selama ini memang Saddam membangun

kekuasaan dan ketaatan penduduk kepadanya atas dasar kekuatan senjata dan rasa

takut. Sebagaimana ciri negara sosialisme-komunisme lainnya, rakyat dipaksakan

dengan senjata untuk tunduk kepada pemerintah. Ketakutan, penindasan,

penahanan, dan penyiksaan suatu hal yang lazim dalam sistem sosialisme seperti

yang dipraktikkan Saddam selama ini. Wajar jika kemudian, kejatuhan Saddam

oleh sebagian orang dianggap sebagai ‘pembebasan’ dari penindasan.

Mengingat posisi rezim Partai Baath yang selama ini berkuasa, rakyat

Negeri 1.001 Malam itu belum tentu bisa hidup tenteram, aman, sejahtera pasca

jatuhnya Saddam Husein. Pasukan setia Saddam Hussein kurang lebih yang terdiri

dari 60.000-100.000 personel Pengawal Republik, dan 15.000-25.000 personel

pasukan khusus Pengawal Republik, masih misterius keberadaannya. Ditambah

pula posisi 20.000-25.000 perisai hidup Fedi’in, 15.000-25.000 polisi rahasia dan

intelijen, serta pasukan sukarela Al-Quds yang jumlahnya belum diketahui.

Kelompok-kelompok ini tentunya tidak akan rela apabila tiba-tiba muncul

pemerintahan baru yang tengah dirancang AS, sebab dari awal mereka ditempa

jadi pasukan berkemampuan lebih dengan loyalitas yang tinggi sehingga tidak

mudah membangkang. (www.indonesian.irib.ir diunduh pada tanggal 11 Januari

2010)

Nasib negara Irak setelah jatuhnya Presiden Saddam Hussein belum jelas,

bahkan untuk beberapa hari terjadi kehampaan hukum dan nilai-nilai moral

dengan maraknya penjarahan yang dilakukan oleh warga sipil yang anti-Saddam.

Mereka menjarah segala harta peninggalan Saddam. Hukum tidak berlaku untuk

beberapa hari dan tentara AS seperti sengaja membiarkan fenomena tersebut.

Page 18: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5968/1/188571111201110431.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

Ketidakpastian kondisi politik, ekonomi, dan kehidupan sosial warga Irak

merupakan dampak tersendiri setelah berlangsungnya Invasi.

Pro dan kontra terhadap pemerintahan Saddam Husein juga disebut dengan

perseturuan antar suku dan kelompok keagamaan di Irak, hal itu juga akan

menjadi salah satu penyulut yang akan mewarnai wajah perpolitikan dan

kehidupan sosial warga Irak. Suku-suku di Irak masing-masing memiliki sifat

nasionalisme tersendiri yang terkesan menonjolkan sikap eksklusivisme di antara

masing-masing suku. Suku Kurdi, misalnya, yang pada pemerintahan Saddam

merupakan suku yang mengambil posisi sebagai oposisi terhadap pemerintahan

Saddam, saat ini tengah berusaha untuk tampil ke dunia perpolitikan dengan akan

mengambil alih roda pemerintahan Irak di tangan mereka. Apalagi suku Kurdi

pada saat perang antara AS dan Irak berlangsung menjadi pendukung dan ikut

membantu AS untuk melawan Saddam Husein. Sedangkan dari kelompok

keagamaan, Irak yang mayoritas penduduknya sebanyak 60% adalah kelompok

Muslim Syi’ah dan sisanya kelompok Muslim Sunni, dan kelompok keagamaan

lain menjadi tema sentral tersendiri dalam kajian kondisi sosial warga Irak.

Dengan adanya kelompok Syi'ah yang umumnya kontra terhadap Saddam dan

kelompok Sunni yang umumnya pro terhadap Saddam akan menjadi satu bibit

pemicu kekacauan pasca tergulingnya Saddam. Hal itu terlihat jelas dari tragedi

terbunuhnya salah satu Ulama Syi'ah terkemuka, Sayyid Madjid Al-Khui, yang

diduga dibunuh oleh para pengikut Saddam pada pertemuan di Mesjid Imam Ali

di Najaf pada tanggal 12 April 2003. Hal itu menyulut konflik horisontal yang

masih belum dapat diselesaikan sampai saat ini antara para kelompok Syi'ah

dengan kelompok Sunni (www.irna.com. diunduh pada tanggal 11 Januari 2010).

Ketidakberdayaan pemerintahan Irak untuk merekonstruksi Irak pulih

seperti semula sebelum diinvasi AS, menyebabkan pemerintahan Bush merasa AS

memiliki otoritas untuk melakukan rekonstruksi dan recovery di Irak. ” Dari 20

MNC (Multi Nasional Corporation) yang melakukan rekonstruksi di Irak,

80%nya adalah MNC asal Amerika seperti Halliburton, Louis Berger group and

Flour Corporation, Stevedoring Services of America, Kellog, Brown and Root,

Betchel, dan lain –lain,”( www2.umy.ac.id diunduh pada tanggal 11 Januari 2010).

Page 19: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5968/1/188571111201110431.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

Sejak awal, AS memang sudah mengetahui akibat perang ini dan

rekonstruksi akan menjadi sumber dana baru bagi MNC dan AS. AS melakukan

rekonstruksi dan recovery di banyak bidang yaitu perbaikan institusi

pemerintahan, pendidikan, pelayanan kesehatan, penciptaan lapangan kerja,

transportasi dan telekomunikasi, air dan sanitasi, sumber listrik, manajemen

perkotaan, manajemen perumahan, sumber air dan pertanian, BUMN, sektor

keuangan, dan iklim investasi. Untuk melakukan itu pemerintah Irak memerlukan

dana sebesar US$ 35,82 Miliar. Dari data yang diperoleh tentang MNC Amerika

yang sudah menandatangani kontrak rekonstruksi dengan Irak adalah Halliburton

telah menandatangani kontrak senilai US$ 7 Miliar untuk melakukan pengeboran

dan pendistribusian minyak. Kellog, Brown and Root, melakukan proyek

rekonstruksi pengeboran minyak dan mengoprasikannya senilai US$ 71 juta.

Betchel, mendapatkan proyek pembangunan kembali pelayanan listrik dan air

senilai US$ 34,6 sampai dengan US$ 680 juta. MCI Worldcom menandatangani

kontrak senilai US$ 30 juta untuk membangun jaringan telepon di Irak.

Stevedoring Services menyepakati kontrak sejumlah US$ 4,8 juta dalam setahun

untuk merekonstruksi pelabuhan, dan akan meningkat menjadi US$ 62,6 juta

untuk memenuhi keperluan pendidikan dasar di Irak. (www.forums.apakabar.com.

diunduh pada tanggal 11 Januari 2010)

Melihat keterlibatan AS yang bermula dari intervensi ke Irak, yang

berakibat terhadap konflik AS dengan Irak dan berujung pada invasi AS ke Irak

yang akhirnya merobohkan pemerintahan Saddam Hussein yang sah di Irak,

bukan berarti permasalahan di Irak selesai begitu saja tetapi justru memunculkan

permasalahan baru di Irak. Pertama, dalam proses pembentukan pemerintahan

yang baru di Irak tersebut, AS selaku pemimpin dalam invasi ke Irak merasa

memiliki wewenang untuk menentukan arah kebijaksanaannya terhadap masa

depan Irak sedangkan rakyat Irak sendiri menginginkan untuk mandiri dan

membangun pemerintahan sendiri tanpa campur tangan bangsa asing termasuk

AS. Kedua, permasalahan yang muncul adalah masalah-masalah sosial, yaitu

turunnya kesejahteraan rakyat Irak seperti timbulnya bencana kelaparan,

kurangnya air bersih, pendidikan, hancurnya infrastruktur sosial dan lain

Page 20: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5968/1/188571111201110431.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

sebagainya. Ketiga, dengan tumbangnya pemerintahan Saddam Husein

menimbulkan konflik antar suku-suku di Irak yang memiliki nasionalisme

tersendiri yang berakibat pada perebutan kekuasaaan antar suku di Irak. Suku-

suku di Irak sejak dahulu mereka sulit diintegrasikan sehingga mereka tidak

mudah bersatu. Problem utama integrasi nasional Irak yaitu penduduknya yang

sangat heterogen dan terkonsentrasi di wilayah tertentu serta adanya campur

tangan asing yang seringkali menghasut dan membantu kelompok tertentu untuk

memberontak pada pemerintah pusat.

Dengan runtuhnya rejim Saddam Hussein di Irak terjadi kevakuman dan

saling tarik menarik antara kelompok-kelompok kepentingan yang ada di Irak

untuk mengisi kekosongan kekuasaan. Kaum Syiah sebagai mayoritas menguasai

parlemen, kaum Sunni semakin terpojokkan dengan peran Syiah dan Kurdi.

Berjalannya proses demokratisasi yang sedang dialami Irak dalam upaya untuk

menjadi sebuah negara baru dengan ditandai dengan terbukanya liberalisasi politik

yang selama ini terpasung dalam rejim Saddam Hussein menjadikan proses

konsolidasi demokrasi di Irak yang masyarakatnya majemuk tidak berjalan

dengan baik, partisipasi politik yang luas malah menimbulkan konflik horizontal

disertai gangguan keamanan yang justru mengancam eksistensi Irak. Proses

pembentukan pemerintahan sementara dan demokratisasi di Irak memang rawan

sekali menimbulkan konflik akibat adanya masa transisi dari rejim otoriter

menuju pada kebebasan dan partisipasi publik yang luas. Karena selama Saddam

berkuasa minoritas Sunni lebih menonjol dibanding Syiah yang mayoritas. Proses

menciptakan negara Irak baru seharusnya didukung oleh solidaritas sosial (nation

building) diantara berbagai macam suku/etnis, agama, dan ideologi yang semakin

berkembang pasca runtuhnya Saddam. Untuk membangun suatu negara bangsa

yang utuh integrasi dan nasion perlu terus diperbaharui dan dijaga. Karena

masyarakat Irak saat ini tidak hanya dihadapkan pada masalah untuk

menyelesaikan persoalan dalam negerinya tapi juga menghadapi hegemoni baru

dibawah komando AS.

Dari uraian latar belakang tersebut di atas, maka peneliti tertarik untuk

mengkaji dan meneliti secara mendalam tentang perubahan sosial, ekonomi dan

Page 21: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5968/1/188571111201110431.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

politik di Irak Pasca invasi AS sampai dengan terbentuknya pemerintahan

sementara Irak dengan judul "Irak Setelah Jatuhnya Rezim Saddam Hussein

Tahun 2003-2005 ”.

B. Perumusan Masalah

Agar pembahasan dalam skripsi ini lebih terarah dan jelas bahasan

pokoknya, maka penulis merumuskan pokok permasalahan seperti akan tampak di

bawah ini:

1. Bagaimanakah latarbelakang invasi AS ke Irak pada tahun 2003?

2. Bagaimana kebijakan AS terhadap Irak pasca Saddam Husein terguling?

3. Bagaimanakah dampak perubahan sosial (social change), ekonomi dan politik

pada masyarakat Irak pasca Invasi AS sampai terbentuknya pemerintahan

sementara di Irak?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini antara lain :

1. Mengetahui latar belakang invasi AS ke Irak pada tahun 2003.

2. Untuk mengetahui kebijakan-kebijakan AS yang ditargetkan kepada negara

Irak pasca Saddam Husein terguling.

3. Untuk mengetahui dampak invasi AS terhadap kehidupan masyarakat Irak di

bidang sosial, ekonomi, dan poltik hingga terbentuknya pemerintahan

sementara di Irak.

Page 22: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5968/1/188571111201110431.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Ilmiah

a. Mendapatkan data tentang kondisi sosial, ekonomi dan politik di Irak setelah

rezim Saddam Hussein jatuh.

b. Dapat menambah wawasan pembaca khususnya mahasiswa mengenai dampak

invasi AS ke Irak sampai dengan pembentukan pemerintahan Irak setelah

rezim Saddam Hussein jatuh.

2. Manfaat praktis

a. Menambah perbendaharaan referensi di Perpustakaan Program Sejarah FKIP

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

b. Merupakan sumber referensi bagi mahasiswa Program Sejarah FKIP

Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang akan meneliti lebih lanjut

mengenai perubahan sosial, ekonomi dan politik di Irak setelah rezim Saddam

Hussein jatuh.

c. Memberikan sumbangan pemikiran bagi masyarakat mengenai perubahan

sosial, ekonomi dan politik di Irak setelah rezim Saddam Hussein jatuh.

Page 23: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5968/1/188571111201110431.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Konflik

a. Pengertian Konflik

Istilah konflik berasal dari kata Confligere yang berarti saling

memukul. Dalam pengertian sosiologis, konflik dapat didefinisikan sebagi

suatu proses sosial dimana dua orang atau kelompok berusaha menyingkirkan

pihak lain dengan jalan menghancurkanya atau membuatnya tak berdaya (D.

Hendro Puspito O. C., 1989 :247).

Soerjono Soekanto (1985 : 99) mengartikan istilah konflik sebagai

suatu proses pencapaian tujuan dengan cara melemahkan pihak lawan tanpa

memperhatikan norama dan nilai yang berlaku. Hal tersebut terjadi karena

adanya perbedaan pendapat nilai-nilai dari pihak yang bertikai. Saperti yang

dikatakan oleh Ariyono Suyono (1985 : 7) bahwa konflik adalah keadaan

diantara dua atau lebih dari dua pihak berusaha menggagalkan tujuan masing-

masing pihak karena adanya perbedaan pendapat, nilai-nilai atau tuntutan dari

masing-masing pihak.

Menurut Webster dalam Dean G. Pruitt dan Jeffrey Z. Rubbin (2004

:9), istilah konflik di dalam bahasa aslinya berarti ” suatu titik perkelahian,

peperangan atau perjuangan” yaitu suatu konfrontasi fisik antara beberapa

pihak. Sementara Dean G. Pruitt dan Jeffrey Z. Rubin (2004: 10) mengartikan

konflik sebagai persepsi mengenai perbedaan kepentingan atau suatu

kepercayaan bahwa aspirasi pihak-pihak yang berkonflik tidak dicapai secara

simultan.

Menurut Maswadi Rauf (2001 : 2) konflik adalah sebuah gejala sosial

yang selalu terdapat dalam setiap masyarakat dalam setiap kurun waktu.

Konflik dapat diartikan sebagai setiap pertentangan atau perbedaan antara

paling tidak dua orang atau kelompok.

Page 24: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5968/1/188571111201110431.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

Kartini Kartono (1990 :173) mendefinisikan konflik sebagai semua

bentuk benturan, tabrakan ketidaksesuaian, pertentangan, perkelahian, oposisi

dan interaksi yang antagonistis bertentangan.

Clinton F. Fink dalam Kartini Kartono (1988 : 173) mendefinisikan

konflik sebagai berikut :

1) Konflik ialah relasi-relasi psikologis yang antagonis berkaitan dengan

tujuan-tujuan yang tidak bisa disesuaikan, interes-interes eksklusif dan

tidak bisa dipertemukan, sikap-sikap emosional yang bermusuhan dan

struktur-struktur nilai yang berbeda.

2) Konflik adalah interaksi yang antagonistis, mencakup tingkah laku

lahiriyah yang tampak jelas, mulai dari bentuk-bentuk perlawanan halus

terkontrol, tersembunyi, sampai pada perlawanan terbuka kekerasan

perjuangan tidak terkontrol, benturan laten, pemogokan, huru-hara, makar,

gerilya, perang dan lain-lain.

K.J Holtsi (1988 : 168) mendefinisikan konflik secara singkat yaitu

ketidaksesuaian sasaran, nilai, kepentingan atau pandangan antara dua pihak

atau lebih.. K.J Veerger (1988 : 210) yang mengutip pendapat Lewis A. Coser

menyatakan bahwa konflik adalah perselisihan mengenai nilai-nilai atau

tuntutan berkenaan dengan status, kuasa, dan sumber-sumber kekayaan yang

persediaannya tidak mencukupi, diantara pihak-pihak yang berselisih tidak

hanya bermaksud untuk memperoleh barang yang diinginkan melainkan juga

memojokkan, merugikan atau menghancurkan lawan.

Dari berbagi pendapat tentang konflik dapat disimpulkan bahwa

konflik adalah suatu pertentangan, pertikaian, percekcokkan, ketegangan dan

perbedaan kepentingan atau pendapat antara dua orang atau kelompok yang

terjadi karena adanya interaksi sosial sehingga mengakibatkatkan pihak yang

satu berusaha untuk menyingkirkan pihak yang lain untuk mencapai tujuan

yang dikehendakinya. Konflik adalah suatu proses interaksi yang antagonistis

terjadi sebagai akibat perbedaan paham atau perselisihan tentang tuntutan

terhadap suatu nilai tertentu antara pihak-pihak yang sedang berselisih,

Page 25: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5968/1/188571111201110431.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

sehingga menimbulkan usaha untuk menjatuhkan pihak lawan guna mencapai

perubahan yang dikehendaki kelompoknya.

b. Sebab-Sebab Timbulnya Konflik

Menurut Abu Ahmadi (1975 : 93), konflik biasanya ditimbulkan oleh

adanya kepentingan yang bertentangan terutama kepentingan ekonomi dan

sering juga karena perebutan kekuasaan dan kedudukan. Menurut Maswadi

Rauf (2001: 6) konflik juga terjadi karena adanya keinginan manusia untuk

menguasai sumber-sumber dan posisi yang langka. Kecenderungan manusia

untuk menguasai orang lain merupakan penyebab lainnya dari konflik.

Sumber konflik merupakan pokok pertikaian diantara kedua belah

pihak yang bertikai untuk mencapai posisi yang diinginkan. Konflik terjadi

karena percekcokkan, pertentangan dan perselisihan yang terjadi antara dua

pihak atau lebih untuk mencapai tujuan tertentu dengan cara melemahkan

pihak lawan tanpa memperhatikan nilai dan norma yang berlaku.

Menurut Soejono Soekanto (1990 : 99) yang menjadi sebab atau akar

dari timbulnya konflik adalah :

1) Perbedaan antara individu-individu

Perbedaan pendirian dan perasaaan mungkin akan melahirkan bentrokan

antara mereka.

2) Perbedaan kebudayaan

Perbedaan kepribadian dari orang perorangan tergantung pula dari pola-

pola kebudayaan yang menjadi latar belakang pembentukan serta

perkembangan kepribadian tersebut. Seorang sadar maupun tidak sadar,

sedikit banyak akan terpengaruh oleh pola-pola pemikiran dan pola-pola

pendirian kelompoknya. Selanjutnya keadaan tersebut dapat pula

menyebabkan terjadinya pertentangan antara kelompok manusia.

3) Perbedaan kepentingan

Perbedaan kepentingan antar individu maupun kelompok merupakan

sumber lain dari konflik. Wujud kepentingan dapat bermacam-macam ada

kepentingan ekonomi, politik, dan sebagainya.

Page 26: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5968/1/188571111201110431.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

4) Perubahan sosial

Perubahan sosial yang berlangsung dengan cepat untuk sementara waktu

akan mengubah nilai-nilai yang ada dalam masyarakat. Hal ini

menyebabkan terjadinya golongan-golongan yang berbeda pendiriannya

mengenai reorganisasi sistem nilai.

T. Hani Handoko (1992 : 2) menyebutkan penyebab terjadinya konflik

yaitu :

1) Komunikasi

Salah pengertian yang berkenaan dengan kalimat, bahasa yang sulit

dimengerti atau informasi yang mendua dan tidal lengkap serta gaya

individu pemimpin yang tidak efektif.

2) Struktur

Pertarungan kekerasan dengan kepentingan-kepentingan atau sistem

penilaian yang bertentangan, persaingan untuk memperebutkan sumber-

sumber daya yang terbatas atau saling ketergantungan dua atau lebih

kelompok-kelompok kegiatan kerja untuk mencapai tujuan mereka.

3) Pribadi

Ketidaksesuaian tujuan atau nilai-nilai sosial pribadi pengikut atau

bawahan dengan perilaku yang diperankan atasan dan perbedaan nilai-nilai

atau persepsi.

c. Bentuk Konflik

Menurut Pheni Chalid (2005 : 104-108) konflik dikelompokkan dalam

kategori sifat, motif, dan bentuk, yaitu :

1) Berdasarkan sifatnya, terdiri atas :

a) Konflik bersifat laten, yaitu ketika pertentangan dan ketegangan

diantara pelaku konflik samar dan tidak jelas, namun telah ada dalam

diri pelaku konflik, seperti penilaian negatif terhadap lawan yang

dikontruksi melalui proses budaya sehingga menciptakan penilaian

stereotip satu etnis terhadap etnis lain. Selain itu, ketika pihak yang

merasa tertindas tidak dapat mengungkapkan protes dan perlawanan,

Page 27: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5968/1/188571111201110431.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

karena berada pada posisi tawar yang rendah, baik secara kultural

maupun struktural, maka konflik berlangsung secara laten.

b) Konflik bersifat manifes, yaitu konflik yang dapat terjadi secara

spontan dan juga adanya ketidakseimbangan dalam masyarakat, seperti

perilaku tidak adil, ketimpangan sosial, politik dan ekonomi.

2) Berdasarkan motifnya, terdiri atas :

a) Konflik irasional, yaitu konflik berdasarkan perspektif utilitirianisme,

individu selalu mempertimbangankan aspek kepentingan pribadinya

(keuntungan) dalam berhubungan dengan sesamanya.

b) Konflik emosional, yaitu konflik yang dilandasi emosi karena adanya

perasaan untuk membela dan mempertahankan kepentingan

kelompoknya.

3) Berdasarkan bentuknya, terdiri atas :

a) Konflik vertikal, yaitu konflik terjadi karena suatu kelompok

menghadapi ketidakseimbangan distribusi sumber daya akibat

dominasi politik satu kelompok yang kuat menutup jalan bagi

kelompok lain untuk mendapatkan akses terhadap sumber daya yang

menjadi kepentingan bersama.

b) Konflik horizontal, yaitu konflik yang terjadi karena masing-masing

kelompok ingin menunjukkan identitas budaya yang dimiliki yang

melibatkan masalah sosial, politik dan ekonomi.

K. J. Holtsi (1988 : 174) menyebutkan ada enam bentuk utama dari

konflik yaitu :

1) Konflik wilayah terbatas, yaitu terdapat pandangan yang tidak cocok

dengan acuan pada pemilikan suatu bagian khusus wilayah atau pada hak-

hak yang dinikmati suatu negara di atau dekat wilayah negara lain.

2) Konflik yang berkaitan dengan komposisi pemerintah. Tipe konflik ini

sering mengandung nada tambahan idiologis yang kuat, maksudnya adalah

menjatuhkan rezim dan sebagai gantinya mendirikan suatu pemerintahan

yang cenderung lebih menguntungkan kepentingan pihak yang melakukan

intervensi.

Page 28: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5968/1/188571111201110431.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

3) Konflik kehormatan nasional, yaitu pemerintah mengancam atau bertindak

untuk membersihkan pelanggaran tertentu yang telah diduga.

4) Imperialisme regional, ketika suatu pemerintah berusaha untuk

menghancurkan kemerdekaan negara lain, biasanya demi kombinasi tujuan

idiologis, keamanan dan perdagangan.

5) Konflik pembebasan atau perang revolusioner yang dilakukan satu negara

untuk membebaskan rakyat negara lain, biasanya karena alasan etnis atau

idiologis.

6) Konflik yang timbul dari tujuan suatu pemerintah untuk mempersatukan

suatu negara yang pecah.

Menurut Ramlan Surbakti (1992 : 243) konflik dapat dibedakan

menjadi dua yaitu konflik yang berwujud kekerasan dan konflik non

kekerasan. Konflik yang mengandung kekerasan biasanya terjadi dalam

masyarakat negara yang belum memiliki konsesus bersama tentang dasar,

tujuan negara dan lembaga pengatur atau pengendali konflik yang jelas.

Pemberontakan, sabotase merupakan contoh konflik yang mengandung tindak

kekerasan. Konflik yang berwujud non kekerasan biasanya terjadi pada

masyarakat yang telah memiliki dasar tujuan yang jelas sehingga penyelesaian

konflik sudah bisa ditangani melalui lembaga yang ada. Adapun konflik non

kekerasan biasanya berwujud perbedaan kelompok antar kelompok (individu)

dalam rapat, pengajuan petisi kepada pemerintah, polemik melalui surat kabar

atau sebagainya.

Soerjono Soekanto (1990: 102) menyebutkan bahwa konflik

mempunyai beberapa bentuk khusus, antara lain :

1) Konflik pribadi

Konflik ini berupa pertentangan antar individu yang terjadi dalam

suatu hubungan sosial.

2) Konflik rasial

Konflik ini terjadi karena perbedaan pada ciri-ciri fisik, perbedaan

kepentingan dan kebudayaan diantarakelompok atau golongan.

Page 29: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5968/1/188571111201110431.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

3) Konflik antara kelas-kelas sosial

Konflik ini disebabkan oleh perbedaan kepentingan, misalnya

perbedaan kepentingan antara majikan dengan buruh.

4) Konflik politik

Konflik ini menyangkut baik antara golongan-golongan dalam

suatu masyarakat maupun antara negara-negara yang berdaulat.

5) Konflik yang bersifat internasional

Konflik ini disebabkan perbedaan-perbedaan kepentingan yang

kemudian merembes ke kedaulatan negara. Mengalah berarti mengurangi

kedaulatan negara dan itu berarti kehilangan muka dalam forum

internasional.

d. Cara Penyelesaian Konflik

Menurut Maswadi Rauf (2001 : 8-12) penyelesaian konflik adalah

usaha-usaha yang dilakukan untuk menyelesaikan atau menghilangkan konflik

dengan cara mencari kesepakatan antara pihak-pihak yang terlibat dalam

konflik. Penyelesaian konflik diperlukan untuk mencegah : (1) semakin

mendalamnya konflik, yang berarti semakin tajamnya perbedaan antara pihak-

pihak yang berkonflik ; (2) semakin meluasnya konflik, yang berarti semakin

banyaknya jumlah peserta masing-masing pihak yang berkonflik yang

berakibat konflik semakin mendalam dan meluas, bahkan menimbulkan

disintergrasi masyarakat yang dapat menghasilkan dua kelompok masyarakat

yang terpisah dan bermusuhan. Ada dua cara penyelesaian konflik yaitu :

1) Secara persuasif, yaitu menggunakan perundingan dan musyawarah untuk

mecari titik temu antara pihak-pihak yang berkonflik. Pihak-pihak yang

berkonflik melakukan perundingan, baik antara mereka saja maupun

manggunakan pihak ketiga yang bertindak sebagai mediator atau juru

damai.

2) Secara koersif, yaitu menggunakan kekerasan fisik atau ancaman

kekerasan fisik untuk menghilangkan perbedaan pendapat antara pihak-

pihak yang terlibat konflik.

Page 30: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5968/1/188571111201110431.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

Menurut D. Hendropuspito OC (1989 : 250-251), cara penyelesaian

konflik yakni :

1) Konsolidasi

Konsolidasi berasal dari kata Latin concilioto atau perdamaian,

yaitu suatu cara untuk mempertemukan pihak-pihak yang berselisih guna

mencapai persetujuan bersama untuk berdamai. Dalam proses ini pihak-

pihak yang berkepentingan dapat meminta bantuan pihak ketiga yang

bertugas memberikan pertimbangan-pertimbangan yang dianggapnya baik

kepada kedua pihak yang berselisih untuk menghentikan sengketanya.

2) Mediasi

Mediasi berasal dari kata Latin mediatio, yaitu suatu cara untuk

menyelesaikan pertikaian dengan menggunakan seorang perantara

(mediator). Seorang mediator tidak berwenang untuk memberikan

keputusan yang mengikat (hanya bersifat konsultatif). Pihak-pihak yang

bersengketa sendirilah yang harus mengambil keputusan untuk

menghentikan perselisihan.

3) Arbitrasi

Arbitrasi berasal dari kata Latin arbitrium, artinya melalui

pengadilan, dengan seorang hakim (arbiter) sebagai pengambil keputusan

yang mengikat kedua pihak yang bersengketa, artinya keputusan seorang

hakim harus ditaati.

4) Paksaan (Coercion)

Paksaan ialah suatu cara menyelesaikan pertikaian dengan

menggunakan paksaan fisik atau psikologis. Pihak yang bisa

menggunakan paksaan adalah pihak yang kuat, pihak yang merasa yakin

menang dan bahkan sanggup menghancurkan pihak musuh.

5) Detente

Detente berasal dari kata Perancis yang berarti mengendorkan,

yang berarti mengurangi hubungan tegang antara dua pihak yang bertikai

guna persiapan untuk mengadakan pendekatan dalam rangka pembicaraan

tentang langkah-langkah mencapai perdamaian.

Page 31: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5968/1/188571111201110431.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

Menurut Soerjono Soekanto (1990 : 77-78) cara penyelesaian konflik

mempunyai beberapa bentuk, yaitu :

1) Coercion, adalah suatu cara penyelesaian konflik yang prosesnya

dilaksanakan oleh karena adanya paksaan, di antara salah-satu pihak

berada dalam keadaan yang lemah bila dibandingkan dengan pihak lawan.

Pelaksanaannya dapat dilakukan secara fisik (secara !angsung), maupun

secara psikologis (secara tidak langsung).

2) Compromise, adalah suatu cara penyelesaian konflik di antara pihak-pihak

yang terlibat saling mengurangi tuntutannya, agar tercapai suatu

penyelesaian terhadap perselisihan yang ada. Sikap dasar untuk dapat

sanakan compromise ada!ah bahwa salah satu pihak bersedia untuk

merasakan dan memahami keadaan pihak lainnya dan begitu pula

sebaliknya.

3) Arbitration, merupakan suatu cara untuk mencapai compromise apabila

pihak-pihak yang berhadapan tidak sanggup mencapainya sendiri.

Pertentangan diselesaikan oleh pihak ketiga yang dipi!ih oleh kedua belah

pihak atau oleh suatu badan yang berkedudukan lebih tinggi dari pihak-

pihak yang bertentangan.

4) Mediation, adalah suatu cara penyelesaian konflik dengan mengundang

pihak ketiga yang netral dalam soal perselisihan yang ada. Pihák ketiga

tersebut tugas utamanya adalah mengusahakan suatu penyelesaian secara

damai. Kedudukan pihak ketiga hanya sebagai penasihat dan tidak

mempunyai wewenang untuk memberi keputusan-keputusan penyelesaian

perselisihan tersebut.

5) Conciliation, adalah suatu usaha untuk mempertemukan keinginan

keinginan dari pihak-pihak yang berselisih demi tercapainya suatu

persetujuan bersama.

6) Toleration (tolerant-participation) adalah suatu cara penyelesaian konflik

tanpa persetujuan yang formal bentuknya. Kadang-kadang toleration

timbul secara tidak sadar dan tanpa direncanakan.

Page 32: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5968/1/188571111201110431.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

7) Stalemate, adalah suatu cara penyelesaian konflik ketika pihak-pihak yang

bententangan karena mempunyai kekuatan yang seimbang berhenti pada

suatu titik tertentu dalam melakukan pertentangannya. Hal ini disebabkan

karena bagi kedua belah pihak sudah tidak ada kemungkinan lagi baik

untuk maju maupun untuk mundur.

8) Adjudication, adalah suatu cara penyelesaian konflik atau sengketa di

pengadilan.

e. Akibat Konflik

Menurut D. Hendropuspito OC (1989 : 249), konflik fisik berupa

bentrokan antara individu dengan individu, kerabat dengan kerabat, suku

dengan suku, bangsa dengan bangsa, golongan agama yang satu dengan yang

lain, umumnya mendatangkan penderitaan bagi kedua pihak yang terlibat,

seperti korban jiwa, material dan spiritual serta berkobarnya kebencian dan

balas dendam. Apabila konflik terjadi di suatu negara yang terdiri dari

berbagai suku bangsa dan bersifat separatif, konflik juga menghambat

persatuan bangsa serta integrasi sosial dan nasional.

Menurut Soerjono Soekanto (1990 : 103) akibat yang ditimbulkan oleh

terjadinya pertentangan atau konflik adalah :

1) Tambahnya solidaritas in-group. Apabila suatu kelompok bertentangan

dengan kelompok lain, maka solidaritas antara warga-warga kelompok

biasanya akan bertambah erat. Mereka bahkan bersedia berkorban demi

keutuhan kelompoknya.

2) Apabila pertentangan antara golongan-golongan terjadi dalam satu

kelompok tertentu, akibatnya adalah sebaliknya, yaitu goyah dan retaknya

persatuan kelompok tersebut.

3) Perubahan kepribadian para individu. Pertentangan yang berlangsung di

dalam kelompok atau antar kelompok selalu ada orang yang menaruh

simpati kepada kedua belah pihak. Ada pribadi-pribadi yang tahan

menghadapi situasi demikian, akan tetapi banyak pula yang merasa

tertekan, sehingga merupakan penyiksaan terhadap mentalnya.

Page 33: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5968/1/188571111201110431.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

4) Hancurnya harta benda dan jatuhnya korban manusia. Salah satu bentuk

konflik yakni peperangan telah menyebabkan penderitaan yang berat, baik

bagi pemenang maupun bagi pihak yang kalah, baik dalam bidang

kebendaan maupun bagi jiwa raga manusia.

5) Akomodasi, dominasi dan takluknya salah-satu pihak.

AS dengan Inggris telah sukses menggelar operasi militer di Irak. Perang

yang berlangsung singkat diklaim membawa kemenangan bagi pihak AS, dan

mantan Presiden George W. Bush mengumumkan perang di Irak telah berakhir

pada Mei 2003. Perang di Irak memang telah dianggap selesai oleh pihak AS,

tetapi bagi rakyat Irak perang sesungguhnya baru dimulai. Secara mengejutkan

rakyat Irak yang dianggap akan merasa senang pasca tumbangnya Saddam

Hussein, justru melakukan perlawanan bersenjata pada pasukan koalisi. Ditambah

lagi dengan adanya oposisi-oposisi yang selama ini tenggelam di bawah rezim

Saddam, mulai muncul kepermukaan dan bersaing untuk menyalurkan

kepentingannya masing-masing, tetapi aspirasi oposisi Irak ternyata tidak sejalan

dengan keinginan AS untuk membentuk Irak baru. Kehadiran pasukan AS di Irak

yang tidak disenangi oleh rakyat Irak itu memicu munculnya perlawanan

bersenjata rakyat Irak, dan dalam usaha penyelesaian konflik tersebut AS

mengambil langkah coercion, yaitu memaksakan untuk membentuk pemerintahan

yang sesuai dengan AS karena merasa berkuasa atas Irak. Keadaan seperti itu

membuat kondisi Irak menjadi penuh konflik yang berkepanjangan.

2. Kekuasaan

a. Pengertian

Kekuasaan secara umum berarti ‘’kemampuan pelaku untuk

mempengaruhi tingkah laku pelaku lain sedemikian rupa, sehingga tingkah

laku pelaku terakhir menjadi sesuai dengan keinginan dari pelaku yang

mempunyai kekuasaan’’ (Harold D. Laswell, 1984:9). Sejalan dengan itu,

dinyatakan Robert A. Dahl (1978:29) bahwa ‘’kekuasaan merujuk pada

Page 34: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5968/1/188571111201110431.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

adanya kemampuan untuk mempengaruhi dari seseorang kepada orang lain,

atau dari satu pihak kepada pihak lain’’.

Kekuasaan merupakan kemampuan seseorang atau sekelompok orang

untuk mempengaruhi pikiran atau tingkah laku orang atau kelompok orang

lain, sehingga orang yang dipengaruhi itu mau melakukan sesuatu yang

sebetulnya orang itu enggan melakukannya. Bagian penting dari pengertian

kekuasaan adalah syarat adanya keterpaksaan, yakni keterpaksaan pihak yang

dipengaruhi untuk mengikuti pemikiran ataupun tingkah laku pihak yang

mempengaruhi (Mochtar Mas’oed dan Nasikun, 1987:22). Dinyatakan oleh

Ramlan Surbakti (1992:58) bahwa kekuasaan merupakan suatu kemampuan

menggunakan sumber-sumber pengaruh yang dimiliki untuk mempengaruhi

perilaku pihak lain, sehingga pihak lain berperilaku sesuai dengan kehendak

pihak yang mempengaruhi. Dalam pengertian yang lebih sempit, kekuasaan

dapat dirumuskan sebagai kemampuan menggunakan sumber-sumber

pengaruh untuk mempengaruhi proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan,

sehingga keputusan itu menguntungkan dirinya, kelompoknya dan masyarakat

pada umumnya.

‘’Kekuasaan merupakan penggunaan sejumlah besar sumber daya

(aset, kemampuan) untuk mendapat kepatuhan dan tingkah laku menyesuaikan

dari orang lain’’ (Charles F. Andrain, 1992:130). Kekuasaan pada dasarnya

dianggap sebagai suatu hubungan, karena pemegang kekuasaan menjalankan

kontrol atas sejumlah orang lain. Pemegang kekuasaan bisa jadi seseorang

individu atau sekelompok orang, demikian juga obyek kekuasaan bisa satu

atau lebih dari satu.

Menurut Miriam Budiarjo (1983:35) kekuasaan adalah ‘’kemampuan seseorang atau sekelompok manusia untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang atau kelompok lain sedemikian rupa sehingga tingkah laku orang ltu menjadi sesuai dengan keinginn dan tujuan dari orang yang mempunyai kekuasaan’’.

Menurut Walter S. Jones (1993:3) kekuasaan dapat didefinisikan

sebagai berikut :

Page 35: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5968/1/188571111201110431.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

(1) Kekuasaan adalah alat aktor-aktor internasional untuk berhubungan satu dengan lainnya. Itu berarti kepemilikan, atau lebih tepat koleksi kepemilikan untuk menciptakan suatu kepemimpinan; (2) Kekuasaan bukanlah atribut politik alamiah melainkan produk sumber daya material (berwujud) dan tingkah laku (yang tidak berwujud) yang masing-masing menduduki posisi khusus dalam keseluruhan kekuasaan seluruh aktor; (3) Kekuasaan adalah salah satu sarana untuk menancapkan pengaruh atas aktor-aktor lainnya yang bersaing menggapai hasil yang paling sesuai dengan tujuan masing-masing; dan (4) Penggunaan kekuasaan secara rasional merupakan upaya untuk membentuk hasil dari peristiwa internasional untuk dapat mempertahankan atau menyempurnakan kepuasan aktor dalam lingkungan politik internasional.

Lebih lanjut Walter S. Jones (1993:6) menyatakan unsur-unsur potensi

kekuasaan adalah :

(1) Sumber daya alam sebagai sumber kekuasaan, dalam hal ini sumber daya alam yang penting adalah sumber daya alam geografi; (2) Unsur psikologis dan sosiologis kekuasaan, sama halnya besarnya penduduk suatu bangsa yang mempunyai arti penting bagi kekuasaan, seperti halnya citra, sikap, dan harapan penduduk. Yang paling penting adalah citra diri bangsa, yang sangat mempengaruhi konsep peran yang harus dimainkan bangsa itu; dan (3) Unsur-unsur sintetik dari kekuasaan ketrampilan penggunaan sumber daya manusia dan sumber daya yang lain dalam rangka mengkoordinir, mengembangkan, menyiagakan kekuasaan negara yang paling penting adalah kapasitas industri dan kesiagaan.

Menurut Benedict Anderson (1972:48) kekuasaan dapat dibedakan

menjadi dua, yaitu konsep pemikiran barat dan konsep pemikiran Jawa.

Menurutnya kekuasaan dalam konsep pemikiran Barat adalah abstrak, bersifat

homogen, tidak ada batasnya, dan dapat dipersoalkan keabsahannya.

Sedangkan kekuasaan menurut konsep Jawa adalah konkrit, bersifat homogen,

jumlahnya terbatas atau tetap dan tidak mempersoalkan keabsahan.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kekuasaan sangat penting

kedudukannya dalam masyarakat, dengan kekuasaan suatu kelompok dapat

melakukan apa saja yang diinginkan dan dapat mempengaruhi perbuatan-

perbuatan kelompok lain agar taat dan patuh terhadap pemegang kekuasaan.

Page 36: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5968/1/188571111201110431.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

b. Cara memperoleh kekuasaan

Menurut Haryanto (2005:22) kekuasaan dapat diperoleh dengan

beberapa cara, yaitu :

1) Dari kedudukan

Kedudukan dapat memberikan kekuasaan kepada seseorang atau

sekelompok orang karena yang bersangkutan menduduki posisi tadi. Semakin

tinggi kedudukan maka akan semakin besar pula kekuasaan yang berada pada

genggaman orang yang menduduki posisi tersebut.

2) Dari kekayaan

Atas dasar kekayaan yang dimilikinya, seseorang atau sekelompok

orang dapat sedikit banyak memaksakan keinginannya kepada pihak-pihak

lain agar bersedia mengikuti kehendaknya. Kekayaan yang digunakan untuk

memperoleh kekuasaan biasanya dikaitkan dengan pemilikan sumber-sumber

ekonomi. Semakin besar kepemilikan terhadap sumber-sumber ekonomi,

apalagi kalau sumber-sumber ekonomi itu merupakan sumber yang langka dan

merupakan kebutuhan primer, maka akan semakin besar pula kekuatan

pemilik sumber-sumber ekonomi untuk memaksakan keinginannya kepada

pihak-pihak lain. Dalam realitas kehidupan, kekuasaan yang bersumberkan

pada kekayaan akan lebih terasa besar pengaruhnya apabila berlangsung di

masyarakat yang relatif kurang sejahtera, dan sekaligus juga merupakan

masyarakat dengan tingkat kesejahteraan yang tidak merata.

3) Dari kepercayaan

Seseorang atau sekelompok orang dapat memiliki kekuasaan karena

yang bersangkutan memang dipercaya untuk memilikinya atas dasar

kepercayaan yang dianut masyarakat. Kekuasaan yang bersumber dari

kepercayaan hanya muncul di masyarakat di mana anggota-anggotanya

mempunyai kepercayaan yang dimiliki pemegang kekuasaan.

Menurut Miriam Budiardjo (1982:36) kekuasaan bisa diperoleh dari

kekerasan fisik (misalnya, seorang Polisi dapat memaksa penjahat untuk

mengakui kejahatannya karena dari segi persenjataan polisi lebih kuat); pada

kedudukan (misalnya, seorang komandan terhadap bawahannya, seorang

Page 37: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5968/1/188571111201110431.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

atasan dapat memecat pegawainya); pada kekayaan (misalnya seorang

pengusaha kaya dapat mempengaruhi seorang politikus melalui kekayaannya);

atau pada kepercayaan (misalnya, seorang pendeta terhadap umatnya).

c. Cara mempertahankan kekuasaan

Kekuasaan yang dimiliki oleh seseorang, sekelompok orang atau suatu

negara terhadap terhadap pihak lain, dapat membuat penguasa tersebut

berupaya untuk mencapai apa yang menjadi keinginan dan tujuannya. Untuk

itu, penguasa berkeinginan mempertahankan kekuasaannya. Cara untuk

mempertahankan kekuasaan dapat dilakukan dengan cara damai, antara lain

dengan demokrasi dan mencari dukungan pihak lain, atau dengan kekerasan,

antara lain dengan penindasan dan memerangi pihak yang menentang

kekuasaannya.

Menurut Haryanto (2005:57) tindakan penguasa untuk

mempertahankan kekuasaannya berbeda-beda. Dalam masyarakat yang

demokrasis, penguasa mencari dukungan warga masyarakat secara konseptual

dan memperbesar kepercayaan warga terhadap penguasa. Sedang dalam

masyarakat yang tidak demokratis, penguasa mempertahankan kekuasaannya

dengan paksaan. Di masyarakat yang tidak demokratis, ada kecenderungan

penguasa untuk masuk terlalu jauh dalam mengatur kehidupan dan

kepercayaan serta pribadi warganya sesuai dengan keinginan penguasa.

Dengan paksaan, warga digiring untuk patuh pada penguasa.

Di antara banyak bentuk kekuasaan, kekuasaan politik merupakan hal

yang paling penting untuk dipertahankan, karena dengan kekuasaan politik,

penguasa dapat mempengaruhi kebijakan umum (pemerintah) baik

terbentuknya maupun akibat-akibatnya sesuai dengan tujuan-tujuan pemegang

kekuasaan. Kekuasaan politik tidak hanya mencakup kekuasaan untuk

mendapat ketaatan warga masyarakat, tetapi juga menyangkut pengendalian

orang lain dengan tujuan untuk mempengaruhi tindakan dan aktivitas

penguasa di bidang administratif, legislatif dan yudikatif (Miriam

Budiardjo,1982:37).

Page 38: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5968/1/188571111201110431.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

Ibnu Khaldun dalam Rahman Zainudin (1992:125) menjelaskan

kekuasaan itu mempunyai dinamika dan prosesnya sendiri, yang dilaluinya

mulai dari kelahirannya sampai kehancurannya. Penguasa atau kelompok yang

berkuasa harus mempertahankan hubungan secara moralitas dan sifat-sifat

kebaikan. Sifat-sifat terpuji itulah yang menunjukkan adanya kekuasaan.

Selama sifat-sifat seperti itu ada, maka kekuasaan masih tetap ada. Dinyatakan

Robert M. Macluer dalam Miriam Budiardjo (1982:36) bahwa untuk

mempertahankan kekuasaan, penguasa harus meluaskan pengaruhnya untuk

meningkatkan kepercayaan dan ketaatan dari masyarakat atau warga di mana

penguasa itu berkuasa.

Jadi dari uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa meskipun dalam

mempertahankan kekuasaan ada berbagai macam cara, tetapi ada beberapa

persamaannya yaitu pihak satu ingin selalu memerintah pihak lain, ingin lebih

tinggi dari pihak lain dan menginginkan ketaatan pihak lain.

d. Otoritas penguasa

Dinyatakan Walter S. Jones (1993:3) penguasa adalah aktor yang

memiliki, menguasai aktor lain dan memiliki sumber daya yang berwujud

maupun tidak berwujud beserta asetnya untuk mempengaruhi peristiwa-

peristiwa yang terjadi agar sesuai kehendaknya.‘’Penguasa adalah seseorang

yang mempunyai kemampuan untuk menjalain hubungan dan proses yang

menghasilkan ketaatan dari pihak lain untuk tujuan-tujuan yang

ditetapkannya’’ (Ossip K. Flechtheim dalam Miriam Budiarto, 1982:35).

Charles Andrain dalam Haryanto (2005:6) menyatakan ‘’penguasa

adalah seseorang atau sekelompok orang yang mampu mempengaruhi tingkah

laku individu atau kelompok individu yang lain sehingga mereka bersedia

bertindak sesuai dengan keinginannya’’.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa otoritas penguasa

adalah hak, kekuasaan dan wewenang yang sah diberikan padanya untuk

Page 39: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5968/1/188571111201110431.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

membuat peraturan yang harus ditaati atau diikuti pihak lain atau kekuasaan

dan wewenang yang sah untuk membuat orang atau pihak lain bertindak

sesuai dengan yang diinginkan penguasa.

e. Hancurnya Kekuasaan

Dalam pemikiran Ibnu Khaldun yang dikutip A. Rahman Zainuddin (1992

: 233) ada beberapa tahapan proses jatuhnya kekuasaan, yaitu :

1) Kekuasaan yang sentralistik, dimana pemusatan kekuasaan dan kemegahan

berada pada seorang atau sekelompok penguasa.

2) Kekuasaan yang mempunyai tata cara dan kebiasaan hidup dalam kemegahan.

3) Kekuasaan yang memiliki pertahanan lemah, tidak mempunyai kekuatan

legitimasi. Sehingga tinggal menantikan kehancurannya.

Selanjutnya Ibnu Khaldun menambahkan cirri sebuah kekuasaan yang mendekati

kehancuran yaitu krisis ekonomi dan krisis moral.

Hancurnya kekuasaan tidak hanya disebabkan oleh factor internal dalam

kekuasaan itu sendiri, akan tetapi bisa dari faktor eksternal, antara lain karena

peperangan yang melibatkan dua negara atau lebih, konflik dan perang saudara,

kudeta (penggulingan kekuasaan) baik oleh militer maupun sipil dan aksi-aksi

demonstrasi yang memungkinkan pergantian kekuasaan (Mukhammad Najib,

2001 : 318). Hancurnya kekuasaan juga bisa disebabkan karena diinvasi oleh

pihak lain. Invasi adalah aksi militer angkatan bersenjata suatu negara memasuki

daerah yang dikuasai oleh suatu negara lain, dengan tujuan menguasai daerah

tersebut atau merubah pemerintahan yang berkuasa. Invasi bisa menjadi penyebab

perang, bisa digunakan sebagai strategi untuk menyelesaikan perang, atau bisa

menjadi inti dari perang itu sendiri. (http://id.answers.yahoo.com/ diunduh pada

tanggal 17 Juli 2010)

Setelah melakukan invasi terhadap Irak pada tahun 2003, dari pada

menyerahkan kembali kekuasaan kepada rakyat Irak, AS lebih memilih menuntut

agar PBB mengeluarkan resolusi yang memberikan wewenang kepada AS untuk

melakukan rekontruksi di Irak. Wewenang untuk melakukan rekontruksi di Irak

menjadi begitu penting bagi AS, karena memberikan keuntungan yang besar

Page 40: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5968/1/188571111201110431.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

untuk AS jika dicermati apa saja kebijakan-kebijakan rekontruksi Irak yang dibuat

oleh pemerintah AS, dan bagaimana dampak jangka panjang dari pelaksanaan

kebijakan-kebijakan tersebut. Maka akan tampak bahwa senjata utama yang

digunakan oleh pemerintah AS untuk menanamkan pengaruhnya di Irak adalah

kebijakan-kebijakan rekontruksi di bidang ekonomi, kebijakan-kebijakan

rekontruksi di bidang politik dan pemerintahan serta di bidang keamanan yang

lebih berperan sebagai kebijakan penunjang.

B. Kerangka Berpikir

Irak di bawah Rezim Saddam Husein

Sosial (Konflik AS melawan

Syiah dan Sunni)

Pemerintahan otoriter Saddam

dan isu demokrasi

Krisis Irak dengan AS Isu senjata pemusnah massal dan terorisme

Stategi Geopolitik AS Di Timur

Tengah (Israel)

Kekayaan Minyak Irak

Invasi AS ke Irak Tahun 2003

Jatuhnya Rezim Saddam Husein

Ekonomi (AS berusaha memasukkan

perusahaan swastanya di Irak untuk menguasai Irak.

Politik (Ketidakstabilan Politik di Irak)

Eksistensi Pemerintahan Irak Sementara Tahun 2005

Page 41: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5968/1/188571111201110431.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

Keterangan :

Saddam adalah Presiden Irak yang diktator dari 16 Juli 1979 hingga 9

April 2003. Sebagai anggota utama Partai Ba'ath Irak, yang menganjurkan Pan-

Arabisme sekular, modernisasi ekonomi, dan sosialisme Arab, Saddam

memainkan pernaan penting dalam kudeta 1968 yang membuat partainya lama

berkuasa di negara itu. Sebagai presiden, Saddam menciptakan pemerintahan yang

otoriter dan mempertahankan kekuasaannya melalui Perang Iran-Irak (1980–

1988) dan Perang Teluk (1991). Kedua perang itu menyebabkan penurunan drastis

standar hidup dan hak asasi manusia. Pemerintahan Saddam menindas gerakan-

gerakan yang dianggapnya mengancam, khususnya gerakan yang muncul dari

kelompok-kelompok etnis atau keagamaan yang memperjuangan kemerdekaan

atau pemerintahan otonom. Sementara ia dianggap sebagai pahlawan yang

populer di antara banyak bangsa Arab karena berani menantang Israel dan

Amerika Serikat, sebagian orang di dunia internasional tetap memandang Saddam

dengan perasaan curiga, khususnya setelah Perang Teluk 1991. Kekuasaannya

berakhir setelah Irak diserang oleh suatu pasukan koalisi yang dipimpin Amerika

Serikat pada tahun 2003. Amerika Serikat beserta sekutunya menyatakan perang

menyerang Irak dan ingin menggulingkan Presiden Saddam Husein. Dalih

kekejaman yang dilakukan Saddam, kepemilikan senjata pemusnah massal yang

dimiliki Irak, dan janji membangun demokrasi serta masa depan bangsa Irak yang

lebih baik.

Dibalik alasan di atas, terdapat persepsi lain yang menyebabkan AS

menginvansi Irak. Faktor ekonomilah yang menjadi faktor dominan AS untuk

menjatuhkan Saddam Hussein. Kekayaan minyak bumi yang dimiliki oleh Irak

merupakan cadangan minyak kedua terbesar setelah Arab Saudi. AS ingin

menguasi ladang minyak timur tengah, khususnya Irak. Hingga saat ini, 42%

kebutuhan minyak AS disokong dari minyak yang berasal dari Timur Tengah.

Selain motif ekonomi, strategi geopolitik AS di kawasan Timur Tengah menjadi

alasan berikutnya. Bagi AS, Irak merupakan ancaman potensial bagi

kepentingannya dan sekutu terdekatnya, Israel di kawasan ini.Hal itu dilakukan

Page 42: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5968/1/188571111201110431.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

karena Irak merupakan negara yang menentang keberadaan AS dan Israel di

Timur Tengah.

Namun tidaklah mudah untuk membangun Negeri 1001 Malam yang telah

hancur, tidaklah begitu mudah Irak menggapai masa depannya yang baru. Yang

lebih banyak muncul justru adalah persoalan. Pembangunan juga ternyata tidak

segera bisa dilaksanakan. Tidak adanya pemerintahan yang kuat, membuat bangsa

itu tidak memiliki arah. Akibatnya, banyak orang tidak mempunyai pekerjaan,

kelompok cendikia pun menjadi frustasi. Kekerasan menjadi bagian dari

kehidupan bangsa itu.

Page 43: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5968/1/188571111201110431.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Dalam penelitian yang berjudul “Irak Pasca Rezim Saddam Hussein

Tahun 2003-2005”, dilakukan teknik pengumpulan data melalui studi pustaka.

Adapun perpustakaan yang digunakan sebagai berikut:

a. Perpustakaan Pusat Universitas Sebelas Maret Surakarta.

b. Perpustakaan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas

Maret Surakarta.

c. Perpustakaan Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

d. Perpustakaan Monumen Pers Surakarta.

e. Perpustakaan Sana Budaya Yogyakarta.

f. Perpustakaan FISIP Universitas Gajah Mada Yogyakarta

2. Waktu Penelitian

Jangka waktu yang digunakan untuk penelitian ini dimulai dari

disetujuinya judul skripsi yaitu bulan Januari 2010 sampai dengan selesainya

penulisan skripsi ini yaitu pada bulan November 2010. Adapun kegiatan

penelitian secara rinci tampak pada tabel berikut :

Page 44: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5968/1/188571111201110431.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

Tabel.1: Kegiatan Penelitian

Kegiatan 2010 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov

Pengajuan Judul Skripsi √

Pengajuan Proposal dan Perijinan

Pengumpulan Data √ √ √

Analisis Data √ √ √ Penyusunan Laporan √ √ √

B. Metode penelitian

Dalam setiap penelitian ilmiah selalu diperlukan suatu metode tertentu

yang berkaitan dengan obyek atau pemasalahan yang akan diteliti. Menurut

Koentjaraningrat (1986 : 7) kata metode berasal dari bahasa Yunani, methodos

yang berarti cara atau jalan. Sehubungan dengan karya ilmiah, maka metode

menyangkut masalah cara kerja, yaitu cara kerja untuk memahami obyek yang

menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan.

Menurut Dudung Abdurahman (1999 : 43) metode adalah suatu cara,

jalan, atau petunjuk pelaksanaan atau petunjuk teknis. Sedangkan menurut Helius

Sjamsuddin (2007 : 13) metode ada hubungannya dengan prosedur, proses, atau

teknik yang sistematis dalam penyelidikan suatu disiplin ilmu tertentu untuk

mendapatkan obyek yang diteliti.

Penelitian ini merupakan penelitian yang berusaha merekonstruksikan,

mendiskripsikan dan memaparkan kondisi negara Irak setelah jatuhnya Rezim

Saddam Hussein tahun 2003-2005. Peristiwa yang menjadi pokok penelitian

tersebut adalah peristiwa masa lampau, sehingga metode yang digunakan adalah

metode historis atau sejarah.

Louis Gottschalk (1975 : 32) mengemukakan bahwa metode sejarah

adalah proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman dan peninggalan

Page 45: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5968/1/188571111201110431.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

masa lampau. Sedangkan Nugroho Notosusanto (1971 : 17) menyatakan bahwa

metode penelitian sejarah merupakan proses pengumpulan, menguji, menganalisis

secara kritis rekaman-rekaman dan penggalian-penggalian masa lampau menjadi

kisah sejarah yang dapat dipercaya. Metode ini merupakan proses merekonstruksi

peristiwa-peristiwa masa lampau, sehingga menjadi kisah yang nyata.

Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa metode

penelitian sejarah adalah kegiatan mengumpulkan, menguji dan menganalisis

secara kritis data peninggalan masa lampau dan menyajikannya sebagai hasil

karya melalui historiografi.

C. Sumber Sejarah

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data

sejarah. Sumber data sejarah sering disebut juga data sejarah. Menurut

Kuntowijoyo kata “data” merupakan bentuk jamak dari kata tunggal datum

(bahasa Latin) yang berarti pemberitaan (Dudung Abdurahman, 1999 : 30).

Menurut Nugroho Notosusanto (1971 : 19) sumber sejarah terdiri atas

sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer adalah sumber yang

keterangannnya diperoleh secara langsung dari seseorang yang menyaksikan suatu

peristiwa dengan mata kepala sendiri, sedangkan sumber sekunder adalah sumber

yang keterangannya diperoleh oleh pengarangnya dari orang lain atau sumber lain.

Menurut Dudung Abdurrahman (1999: 31), sumber sejarah dapat

dibedakan menjadi tiga, yaitu :

1. Menurut bahannya; sumber tertulis dan sumber tidak tertulis.

2. Menurut asalnya; sumber primer dan sekunder.

3. Menurut tujuannya; sumber formal dan sumber informal.

Dalam penelitian ini digunakan sumber data tertulis, baik primer maupun

sekunder. Sumber tertulis primer berupa surat kabar seperti Kompas terbitan tahun

2003-2005, Solo Pos terbitan tahun 2003-2005, Republika terbitan tahun 2003-

2005 dan majalah News terbitan tahun 2003-2005 . Selain itu juga digunakan

artikel-artikel dan buku-buku yang relevan dengan penelitian sebagai sumber

tertulis sekunder antara lain karya Musthafa Abd. Rahman yang berjudul Geliat

Page 46: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5968/1/188571111201110431.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

Irak Menuju Era Pasca Saddam terbitan tahun 2003, Wirawan Sukarwo yang

berjudul Tentara Bayaran AS di Irak terbitan tahun 2009, Siti Muti’ah yang

berjudul Irak di Bawah Kekuasaan Amerika terbitan tahun 2004, serta karya Trias

Kuncahyono yang berjudul “Bulan Sabit di Atas Baghdad” terbitan tahun 2005,

dan yang berjudul “Dari Damascus ke Baghdad” terbitan tahun 2004. Sumber data

yang telah diperoleh kemudian dikaji, diklasifikasikan dan selanjutnya

dibandingkan antara sumber yang satu dengan yang lainnya serta dianalisis data

tersebut sehingga diperoleh data sejarah yang akurat yang dapat digunakan untuk

menyusun cerita sejarah yang obyektif, menarik dan dapat

dipertanggungjawabkan.

D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini data dikumpulkan dengan cara teknik studi pustaka.

Teknik studi pustaka adalah cara mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis

terutama berupa surat kabar dan juga buku-buku yang berhubungan dengan

masalah penyelidikan. Dalam melakukan studi pustaka diperlukan pengetahuan

tentang perpustakaan sebagai sumber literatur yang diperlukan dalam mencari

materi yang berhubungan dengan masalah yang diteliti dari literatur yang tersedia

(Hadari Nawawi, 1993 : 133). Studi pustaka merupakan sebuah penelitian di

perpustakaan yang bertujuan mengumpulkan data dengan bantuan bermacam-

macam material yang terdapat di ruang perpustakaan, misalnya : buku, surat

kabar, majalah dan dokumen. Data tersebut berfungsi sebagai wahana informasi

terhadap materi yang akan dibahas dalam penelitian. Dengan adanya kemajuan

teknologi maka peneliti juga bisa memanfaatkan internet dalam rangka studi

pustaka untuk mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan tema penelitian.

Studi pustaka ini dilakukan sistem kartu/katalog atau menggunakan

komputer dengan cara mencatat beberapa sumber tertentu yang berkaitan dengan

penelitian dengan mencantumkan keterangan mengenai nama pengarang, judul

buku maupun subjek yang dicari. Oleh karena itu perlu mengingat kata kunci yang

terdapat dalam subjek yang dibahasnya, sehingga menemukan buku dan artikel

yang dimaksudkan dalam katalog atau komputer. Buku-buku dan artikel yang

Page 47: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5968/1/188571111201110431.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

telah ditemukan di perpustakaan dibaca dan dipahami, kemudian dicatat hal-hal

yang dianggap penting dan relevan dengan permasalahan yang akan diteliti.

Dengan demikian diperoleh data yang akan digunakan dalam penulisan skipsi ini.

E. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, teknik analisis data yang dipergunakan adalah teknik analisis historis. Menurut Kuntowijoyo yang dikutip oleh Dudung Abdurrahman, 1999 : 64), interpretasi atau penafsiran sejarah seringkali disebut dengan juga analisis sejarah. Analisis sendiri berarti menguraikan, dan secara terminologis berbeda dengan sintesis yang berarti menyatukan. Analisis dan sintesis, dipandang sebagai metode-metode utama dalam interpretasi. Nugroho Notosusanto (1978 : 38) teknik analisis data historis adalah analisis data sejarah yang menggunakan kritik sumber sebagai metode untuk menilai sumber-sumber yang digunakan dalam penulisan sejarah.

Menurut Berkhofer yang dikutip oleh Dudung Abdurrahman (1999 : 64),

analisis sejarah bertujuan melakukan sintesis atas sejumlah fakta yang diperoleh

dari sumber-sumber sejarah dan bersama-sama dengan teori-teori disusunlah fakta

itu ke dalam suatu interpretasi yang menyeluruh. Analisis data dilakukan setelah

pengumpulan data yang kemudian dilanjutkan dengan proses perbandingan antara

data yang satu dengan yang lain. Langkah ini dilakukan secara berulang-ulang

hingga didapatkan fakta sejarah yang akurat. Fakta merupakan bahan yang

dijadikan sejarawan sebagai bahan untuk menyusun historiografi. Pengkajian

fakta-fakta sejarah oleh sejarawan tidak terlepas dari unsur subyektifitas, sehingga

diperlukan konsep-konsep dan teori-teori sebagai kriteria penyeleksi.

Sidi Gazalba (1981 : 38) mendefinisikan fakta sebagai usaha pikiran manusia untuk merumuskan kenyataan itu sendiri dari bahan-bahan yang diwarisi. Menganalisis dari suatu peristiwa sejarah diperlukan adanya kritik ektern dan kritik intern karena setiap peneliti cenderung memiliki unsur subjektifitas terutama dalam abstraksi fakta. Untuk mengurangi kecenderungan tersebut, seorang peneliti harus mempunyai kerangka teoritis dan metodologi yang kuat, sehingga fakta-fakta sejarah yang telah dianalisis akan menjadi suatu penelitian sejarah yang dapat diakui kebenarannya.

Page 48: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5968/1/188571111201110431.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

Heuristik Kritik Interpretasi Historiografi

Fakta Sejarah Jejak / Peristiwa Sejarah

F. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian adalah langkah-langkah penelitian dari awal yaitu

persiapan memmbuat proposal sampai pada penulisan hasil penelitian. Empat

tahap yang harus dipenuhi dalam melakukan penelitian yaitu; heuristik, kritik,

interpretasi, dan historiografi. Prosedur penelitian tersebut dapat digambarkan

sebagai berikut:

Keterangan :

1. Heuristik

Heuristik berasal dari kata Yunani heurishein yang artinya memperoleh.

Dalam pengertian yang lain, heuristik adalah kegiatan menghimpun jejak-jejak

masa lampau dengan cara mengumpulkan bahan-bahan tertulis, tercetak dan

sumber lain yang relevan dengan penelitian.

Pada tahap ini diusahakan mencari dan menemukan sumber-sumber

tertulis berupa buku-buku yang relevan dan surat kabar. Dalam penelitian ini

digunakan sumber data tertulis, baik primer maupun sekunder. Sumber tertulis

primer berupa surat kabar seperti Solo Pos terbitan tahun 203-2005, Kompas

terbitan tahun 2003-2005, Republika terbitan tahun 2003-2005 dan majalah News

terbitan tahun 2003-2005. Sedangkan sumber tertulis sekunder berupa buku-buku

antara lain karya Musthafa Abd. Rahman yang berjudul Geliat Irak Menuju Era

Pasca Saddam terbitan tahun 2003, Wirawan Sukarwo yang berjudul Tentara

Bayaran AS di Irak terbitan tahun 2009, Siti Muti’ah yang berjudul Irak di Bawah

Kekuasaan Amerika terbitan tahun 2004, serta karya Trias Kuncahyono yang

berjudul “Bulan Sabit di Atas Baghdad” terbitan tahun 2005, dan yang berjudul

Page 49: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5968/1/188571111201110431.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

“Dari Damascus ke Baghdad” terbitan tahun 2004. Selain itu juga dikumpulkan

artikel-artikel dari internet tentang situasi Irak pasca invasi Amerka Serikat.

2. Kritik

Kritik adalah kegiatan untuk menyelidiki apakah data yang diperoleh

autentik dan dapat dipercaya atau tidak. Setelah data yang terkumpul,

diklasifikasikan data yang tidak autentik dan tidak mendukung penelitian dengan

data yang autentik serta mendukung penelitian. Kritik dapat dilakukan dengan dua

cara, yakni kritik ekstern dan kritik intern.

Kritik ekstern adalah kritik terhadap autentisitas sumber, apakah sumber

yang dikehendaki asli atau tidak, utuh atau turunan (salinan). Kritik ekstern

dilakukan terhadap sumber yang diperoleh berdasarkan bentuk fisik atau luarnya

berupa bahan (kertas atau tinta) yang digunakan, jenis tulisan, gaya bahasa,

hurufnya, dan segi penampilan yang lain. Uji keaslian sumber dilakukan dengan

pertanyaan : kapan sumber dibuat?, di mana sumber dibuat?, siapa yang

membuat?, dan dari bahan apa sumber dibuat?. Kritik ekstern dalam penelitian ini

dilakukan dengan cara melihat kapan sumber itu dibuat, di mana sumber itu

dibuat, siapa pengarangnya dan bagaimana latar belakang pendidikan pengarang.

Sebagai contoh kritik ekstern terhadap buku“Bulan Sabit di Atas Baghdad” karya

Trias Kuncahyono, buku tersebut di buat tahun 2005 dari sebuah perjalanan

jurnalistik di Irak tahun 2003 yang kemudian dipadukan dengan bahan-bahan lain

sebelum penyusunan buku oleh Trias Kuncahyono (wartawan Kompas) yang

merupakan seorang lulusan dari jurusan Hubungan Internasional Universitas

Gajah Mada, Yogyakarta.

Kritik intern adalah kritik yang berhubungan dengan kredibilitas dari

sumber sejarah apakah isi, fakta dan ceritanya dapat dipercaya dan dapat

memberikan informasi yang dibutuhkan. Kritik intern dapat ditempuh dengan cara

membandingkan berbagai isi dan fakta yang terdapat dalam sumber, misalnya

kritik intern terhadap buku “Geliat Irak Menuju Pasca Saddam” karya Musthafa

Abd. Rahman dan buku karangan Siti Muti’ah yang berjudul Irak di Bawah

Kekuasaan Amerika yang mengupas situasi Irak pasca Invasi Amerika tahun 2003

Page 50: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5968/1/188571111201110431.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

yang di dalamnya juga mengisahkan sejarah Irak di bawah rezim Saddam Husein

dan latar belakang invasi AS serta damapak invasi . Sumber tersebut

dibandingkan dengan buku “Tentara Bayaran AS di Irak” karya Wirawan

Sukarwo yang mengupas masalah Konspirasai neoliberal AS, invasi AS ke Irak,

dan Proyek rekontuksi Irak pasca perang.

3. Interpretasi

Menurut Nugroho Notosusanto (1978 : 40), interpretasi adalah suatu usaha

menafsirkan dan menetapkan makna serta hubungan dari fakta-fakta yang ada,

kemudian dilakukan perbandingan antara fakta yang satu dengan fakta yang lain,

sehingga terbentuk rangkaian yang selaras dan logis. Menurut Berkhofer yang

dikutip oleh Dudung Abdurrahman (1999 : 64) bertujuan untuk melakukan

sintesis atas sejumlah fakta yang diperoleh dari sumber-sumber sejarah dan

bersama-sama dengan teori-teori disusunlah fakta itu ke dalam suatu interpretasi

yang menyeluruh, sehingga dapat dikatakan sebagai suatu bentuk analisa.

Interpretasi yang dilakukan dalam penelitian adalah kegiatan dalam

metode sejarah untuk menghubungkan antara fakta yang satu dengan yang lain,

sehingga dapat diketahui mengenai kondisi sosial, politik dan, ekonomi Irak

setelah rezim Saddam Hussein jatuh Tahun 2003-2005 yang menjadi objek

penelitian. Fakta-fakta tersebut kemudian ditafsirkan, diberi makna dan ditemukan

arti yang sebenarnya, sehingga dapat dipahami makna sesuai dengan pemikiran

yang relevan, logis dan berdasarkan obyek penelitian yang dikaji. Dari kegiatan

kritik sumber dan interpretasi tersebut dihasilkan fakta sejarah.

4. Historiografi

Historigrafi merupakan langkah terakhir dari metode sejarah untuk

menyampaikan fakta sejarah dalam bentuk penulisan sejarah berdasarkan bukti

berupa sumber-sumber data sejarah yang dikumpulkan, dikritik, dan diinterpretasi.

Historiografi dalam penelitian diwujudkan dalam bentuk karya ilmiah berupa

skripsi yang berjudul “Irak Setelah Jatuhnya Rezim Saddam Husein Tahun

2003 – 2005 ”.

Page 51: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5968/1/188571111201110431.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Profil Negara Irak

1. Sejarah Negara Irak Modern

Irak (al-Jumruhiah al-Iraqiyah atau Republik Irak) adalah sebuah negara

republik di bagian Barat Daya Asia, yang terletak antara 29º - 37º Lintang Utara

dan 39º - 48º Bujur Timur, dan mempunyai luas wilayah sekitar 438.317 km2

dengan ibukotanya di Baghdad. Irak berbatasan dengan Kuwait dan Arab Saudi di

sebelah Selatan, di sebelah Barat berbatasan dengan Arab Saudi, Yordania dan

Suriah, di sebelah Utara berbatasan dengan Turki, dan di sebelah Timur

berbatasan dengan Iran (Ensiklopedi Indonesia Seri Geografi Asia, 1990 : 88).

Irak terbagi menjadi empat daerah, yaitu : (1) Daerah dataran tinggi yang

kering dengan padang rumput yang berbukit-bukit diantara sungai Eufrat dan

sungai Tigris, di Utara kota Samara. Bukit tertinggi yang ada di wilayah ini

tingginya sekitar 300 meter di atas permukaan laut; (2) Dataran rendah dekat

Samara, memanjang sampai ke Teluk Persia. Daerah ini meliputi sebuah delta

subur antara sungai Eufrat dan sungai Tigris, tempat sebagian besar penduduk

Irak menetap. Di bagian Selatan wilayah ini terdapat paya-paya dan dua danau

rawa, yaitu Hawr al-Hammar dan Hawr as-Saniyah; (3) Daerah pegunungan yang

terdapat di Timur Laut Irak, membentuk barisan pegunungan Zagros di Iran dan

Taurus di Turki. Di kaki-kaki bukit dan lembah-lembah pegunungan ini menetap

suku Kurdi, sehingga daerah ini disebut Kurdistan; dan (4) Gurun pasir di Selatan

dan barat Irak yang membentang sampai ke Yordania, Kuwait, Arab Saudi dan

Suriah. Sebagian besar wilayah ini berbukit-bukit batu gamping dan berpasir

(Ensiklopedi Islam, 1993 : 237).

Irak bagian utara beriklim sedang, sedangkan di bagian timur dan tenggara

beriklim tropis, dan iklim gurun tedapat di bagian selatan dan barat. Suhu rata-rata

pada musim panas adalah 31º - 37º C dan pada musim dingin suhu rata-ratanya

Page 52: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5968/1/188571111201110431.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

adalah 11º C. Curah hujan berkisar 130 mm/tahun di bagian barat gurun sampai

380 mm/tahun di bagian utara Irak (Ensiklopedi Nasional Indonesia, 1989 : 220).

Menurut Siti Mutti’ah Setiawati dari sudut pandang geografis, Irak

mempunyai tiga kelemahan yang menyebabkan negeri ini sering bergejolak yaitu

sebagai berikut :

a. Irak termasuk negara “Land Locked Country”, yaitu negara yang sangat

terbatas akses air lautnya. Sebagian besar negeri ini berupa daratan yang

terisolir dengan akses laut yang hanya di ujung Teluk sepanjang 53 km2

dengan pantai sepanjang 19 km. Oleh karena itu, Irak menghadapi kesulitan

ketika harus mengekspor minyaknya melalui laut. Kelemahan keadaan

geografis tersebut menjadi alasan pembenar bagi Irak untuk menganeksasi

Kuwait pada tanggal 8 Agustus 1990 (Perang Teluk II) dengan tujuan agar

Irak mempunyai pantai lebih panjang dan akses laut yang lebih lebar.

b. Meskipun Irak banyak memiliki cadangan minyak tetapi Irak harus

menghadapi banyak hambatan dalam mengembangkan industri minyaknya.

Hambatan-hambatan itu disebabkan oleh :

1) Hubungan yang tidak baik dengan Iran membuat ladang-ladang

minyak Irak yang banyak ditemukan di dekat perbatasan dengan Iran

terancam penghancuran oleh Iran. Ancaman itu terbukti saat Perang

Teluk I antara Irak dengan Iran tahun 1980-1988, Iran menghancurkan

ladang-ladang minyak Irak.

2) Ladang-ladang minyak Irak juga banyak ditemukan di Kirkuk dan

Mosul yang merupakan wilayah yang di tinggali suku Kurdi. Kilang

minyak Irak di Kirkuk ini menjadi andalan utama ekspor minyak pada

tahun 1982 ketika berperang melawan Iran dalam Perang Teluk I.

Ketergantungan Irak pada Kirkuk ini dimanfaatkan oleh Amerika

Serikat untuk mendukung dan menghasut suku Kurdi agar

memisahkan diri dari Irak.

c. Adanya dua sungai yaitu sungai Eufrat dan Tigris yang mengalir keluar

perbatasan Irak dan bermuara di Turki. Sungai Eufrat mengalir ke Suriah dan

Turki, sedangkan sungai Tigris mengalir ke Iran dan Turki sehingga debit air

Page 53: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5968/1/188571111201110431.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

kedua sungai tersebut berkurang di Irak. Sementara Irak mempunyai

hubungan tidak harmonis dengan negara tetangganya tempat kedua sungai tadi

mengalir. Turki dan Suriah justru memanfaatkan aliran sungai untuk

membangun bendungan-bendungan yang merugikan Irak, seperti bendungan

Attaturk di Turki dan bendungan al-Thawra di Suriah yang airnya kemudian

ditampung di danau al-Assad (Siti Muti’ah Setiawati. 2004 : 118-126).

Sejarah Irak modern diawali sejak Perang Dunia I, wilayah Irak diduduki

oleh pasukan Inggris. Irak Memperoleh kemerdekaannya dari mandat Liga

Bangsa-Bangsa di bawah pasukan Inggris pada tanggal 22 September 1932.

Sejarah modern Irak dapat dibagi menjadi tiga periode; (1) periode monarkhi

1921-1958; (2) pemerintahan militer 1958-1968; dan (3) periode pemerintahan

partai Ba’ath 1968-2003. Pada tahun 1920, Irak ditempatkan di bawah Liga

Bangsa-bangsa, tetapi pemerintahannya tetap dijalankan oleh Inggris dan berada

di bawah kekuasaan Inggris sampai tahun 1958. Selama dekade itu pergolakan

rakyat terus terjadi, pemerintahan monarkhi Irak gagal meraih simpati publik Irak.

Pemerintahan Irak pada saat itu juga dianggap sering membuat kebijakan yang

kurang popular dikalangan rakyat Irak, seperti bekerjasama dengan bangsa-bangsa

kolonial Barat. Kegagalan kaum muda Irak untuk memperoleh kekuasaan

membuat beberapa pejabat muda militer Irak untuk mengambil keputusan tidak

terlibat kancah perpolitikan di Irak. Mereka kemudian membentuk organisasi

rahasia dan menamakan diri mereka sebagai free officers, nama dan identitas

anggota mereka sangat dirahasiakan. Cara pergerakan merekapun sangat rahasia,

pimpinan pusat organisasi itu dipegang oleh 14 orang yang dipimpin oleh Abd al

Karim Qasim, yang memegang peranan tertinggi dalam militer. Pada dasarnya

jumlah mereka tidak begitu banyak, tetapi mereka mendapat simpati yang besar

dari rakyat. Abd al Karim Qasim dan orang terdekatnya Abd as Salam Arif

merencanakan suatu gerakan revolusi bersama dengan organisasi yang

dipimpinnya, sehingga meletuslah Revolusi 14 Juli 1958 yang berhasil

menggulingkan rezim kerajaan yang dibantu Inggris dan menghapus sistem

feodal. Kemudian Irak diproklamirkan sebagi sebuah negara berdaulat yang

berbentuk republik (http://www.angelfire.com diunduh tanggal 12 Juli 2010).

Page 54: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5968/1/188571111201110431.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

Akibat dari revolusi itu berakhirlah sejarah kekaisaran atau kerajaan-kerajaan dan

rezim-rezim monarkhi di Irak yang juga ditandai dengan keluarnya kolonialisme

Inggris yang telah lama menguasai Irak.

Revolusi bulan Juli tahun 1958 juga menghasilkan suatu konstitusi

sementara yang menyatakan Irak adalah bagian dari Arab dan berbentuk Republik

serta Islam sebagai ideologi negara. Konstitusi sementara juga menunjuk kabinet

sebagui badan legislatif dan eksekutif yang terdiri dari Syiah Arab, Kurdi dan

Sunni Arab (http://www.worldhistory.com/iraq.htp diunduh tanggal 12 Juli 2010).

Pada masa ini, di Irak masih sering terjadi pergolakan, seperti pecahnya revolusi 8

Februari 1963, yang dilakukan oleh para pelopor partai Ba’ath, yaitu partai

sosialis yang disesuaikan dengan nilai-nilai Arab, namun hal itu tidak berjalan

lama.

Pada saat itu, dunia Arab sedang diliputi oleh semangat nasionalisme dan

revolusioner yang tinggi, muncullah partai yang mempunyai semangat tersebut,

yaitu partai Ba’ath yang didirikan oleh Michel Aflaq. Gagasan pembentukan

Partai Ba’ath pertama kali lahir di Suriah ketika muncul kesadaran tentang

kemerdekaan bangsa-bangsa Arab pada tahun 1940-an dari cengkraman

imperialisme dan kolonialisme Barat. Partai Ba’ath berdiri tahun 1946 dan tercatat

sebagi partai resmi bulan April 1947, dengan ketua Michel Aflaq. Tidak lama

kemudian, perpecahan terjadi di tubuh partai Ba’ath, dan hal ini membuat Michel

Aflaq tersingkir dan terpaksa melarikan diri ke Irak. Aflaq melanjutkan

perjuangan di Irak, namun hal itu dilakukan dari bawah sampai alhirnya berhasil

melakukan revolusi di Irak 1963.

Pada tahun 1968 terjadi lagi revolusi yang merupakan kelanjutan dari revolusi

1963. Pada bulan Juli 1968, suatu kelompok militer yang dipimpin oleh Ahmad

Hassan Al Bakr dan satu kelompok sipil yang dipimpin oleh Saddam Hussein,

melakukan suatu perebutan kekuasaan dari pemerintahan sebelumnya. Gabungan

dua kelompok itu bergerak atas nama partai Ba’ath. Kabinet yang terdiri dari

anggota non partai Ba’ath disingkirkan atau melarikan diri. Revolusi ini

mengantarkan Jendral Ahmad Hassan Al Bakr dari partai Ba’ath menjadi Presiden

Page 55: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5968/1/188571111201110431.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

di Irak dan Saddam Hussein ditunjuk menjadi wakil Presiden.(Djamaludin

Dasman. 1995 : 22)

2. Irak Era Saddam Hussein

a. Profil Saddam Hussein

Saddam Hussein lahir pada tanggal 28 April 1937 dari keluarga petani

miskin di desa Al Awja dekat Tikrit, Irak Tengah, lahir dalam keadaan yatim,

ayahnya bernama Hussein Al Majid, meninggal ketika Saddam masih dalam

kandungan ibunya. Saddam mendapatkan didikan dari pamannya, Al Haj Ibrahim

yang menikahi ibunya, Shobhah Tulfah. Saddam mendapatkan didikan yang

sangat keras dari ayah tirinya, akibatnya Saddam selalu berpindah-pindah anatara

rumah ayah tirinya dan pamannya yang lain, Khirullah Tutfah yang dikenal

sebagai seorang yang nasionalis dan memusuhi penjajah Inggris. Pada usia

sepuluh tahun, Saddam meninggalkan ayah tirinya dan tinggal di rumah

pamannya Khairullah Tulfah di Tikrit. Di bawah asuhan Khairullah Tulfah,

Saddam selalu mendapat cerita tentang kakek-kakeknya yang telah mengorbankan

hidup demi Irak. Cerita-cerita pamnnya ini membuat rasa nasionalisme Arab serta

fanatisme kejayaan Irak pada jaman dahulu tertanam dalam diri Saddam. Saddam

sangat tertarik dengan Nebuchadnezzar, raja Babylonia yang mengusai Jerussalem

pada tahun 586 SM, Salahuddin Al Ayyubi yang menguasai Jerusalem pada tahun

1187 dan Gamel Abdul Nasser yang berkuasa di Mesir pada tahun 1952 . Ketika

Saddam berusia 15 tahun, kepribadianya dibentuk oleh situasi dunia Arab pada

waktu itu yang didominasi ideologi nasionalis yang memunculkan aksi kudeta di

sejumlah negara Arab. Saddam juga banyak terpengaruh oleh para pemikir partai

Ba’ath, sebuah partai sosialis yang disesuaikan dengan nilai-nilai Arab dan

didirikan oleh Michel Aflaq. Pada usia 20 tahun, Saddam bergabung dengan partai

Ba’ath di Irak. Sebagai seorang yang telah terbentuk kepribadiannya, Saddam

dengan cepat mendapatkan kepercayaan dari pimpinan partai Ba’ath. Pada tahun

1959 Saddam mendapat tugas untuk membunuh Presiden Abdul Karim Hasim.

Saddam gagal menjalankan tugas dan melarikan diri ke Suriah, kemudian ke

Mesir, dan kemudian ia belajar pada fakultas hukum di Universitas Kairo. Saddam

Page 56: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5968/1/188571111201110431.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

Hussein kembali ke Irak pada tahun 1963, ketika partai Ba’ath berkuasa pada

bulan Februari 1963 sampai bulan November 1963. Saddam terpilih sebagi

anggota dewan pimpian partai. Partai Ba’ath menjadi partai oposisi sampai tahun

1968.

Pada tahun 1968, Saddam dan kawan-kawanya di partai Ba’ath

melancarkan kudeta dan berhasil mengembalikan partai Ba’ath memegang

kekuasaan dengan bantuan kepala intelejen Irak saat itu, Abdul Razek Nayef.

Tetapi Nayef kemudian diasingkan ke luar negeri oleh Saddam, dan hanya

berselang dua minggu setelah Kudeta, Nayef diketahui tewas secara misterius.

Dengan tewasnya Nayef, Saddam tampil menjadi orang kedua dalam jajaran

pimpinan partai Ba’ath setelah presiden Ahmad Hassan Al Bakr. Saddam

menjabat wakil sekjen partai dan wakil Dewan Pemimpin Revolusi.

Pada pertengahan 1970-an, pengaruh Saddam Hussein menjadi lebih kuat

daripada Presiden Ahmad Hassan Al Bakr. Tidak saja di kalangan Partai Ba’ath

tetapi juga kalangan militer Irak. Akhirnya pada tanggal 17 Juli 1979, Saddam

Hussein menggulingkan Presiden Ahmad Hassan Al Bakr lewat sebuah kudeta

dan menempatkan dirinya sebagi Presiden Irak secara resmi.

Saddam memperoleh kekuasaan penuh di Irak ketika menjabat Presiden

pada tahun 1979. Saddam benar-benar ingin mewujudkan impian masa kecilnya

yaitu ingin mengembalikan kejayaan Irak seperti masa Nebuchadnezzar. Pada saat

menjabat sebagai presiden, Saddam berhasil menundukkan militer berkat

kecerdikannya menempatkan orang-orang yang tidak diragukan lagi loyalitasnya

dan mendepak orang-orang yang dicurigai tidak loyal. Saddam memberikan

prioritas kepada pemuda-pemuda Irak yang berasal dari desa Tikrit untuk masuk

akedemi militer, kebanyakan warga Tikrit menguasai posisi strategis di dalam

tubuh militer maupun pemerintahan Irak. Saddam juga memberi tempat istimewa

pada keluarga, menantu dan orang-orang dekatnya di militer dan pemerintahan.

Lembaga militer Irak pada era Saddam beralih menjadi lembaga yang lebih

membela dan melindungi kekuasaan Saddam di Baghdad. Saddam Hussein

mempunyai lima orang anak, yaitu Uday, Qusai, Rana, Raghda, dan Hala, hasil

dari perkawinannya dengan Sajida Tulfah.(Musthafa Abd Rahman. 2003 : 14-16)

Page 57: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5968/1/188571111201110431.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

b. Kelompok-kelompok Oposisi Irak

1) Oposisi Kaum Syiah

Di Irak umat Syiah merupakan kelompok mayoritas atau sekitar 60 persen

dari 24 juta penduduk Irak, tetapi kaum Syiah tidak mempunyai banyak tempat

untuk menduduki jabatan-jabatan poltik. Mayoritas kepemimpinan politik

diduduki oleh orang-orang Sunni yang jumlahnya kurang lebih 30 persen dari

penduduk Irak (Siti Mutti’ah Setiawati. 2004 : 155)

Dominasi kelompok Arab Sunni dalam panggung politik di Irak inilah

yang menjadi sumber pertentangan Syiah dengan rezim Saddam Hussein. Dalam

sejarah Irak, kaum Syiah sudah lama melakukan pemberontakan-pemberontakan

politik. Pemberontakan kaum Syiah pertama kali sejak kemerdekaan Irak tahun

1935. Pada saat itu, para ulama Syiah menuntut diajarkannya hukum Syiah pada

sekolah-sekolah hukum di seluruh Irak, namun gerakan Syiah itu baru teroganisir

pada akhir tahun 1950-an, yaitu ketika sejumlah ulama dan aktifis Syiah seperti

Muhammad Mahdi al-Asafi’, Sayyid Kazim al-Hariri, Mabdi Ali Akbar Shariati,

Ali Muhammad al-Kurani, Mahdi al-Khalasi dan Hamid Muhajir mendirikan

Partai Dakwah Islam di Najaf ( www.whitehouse.com diunduh pada tanggal 10

Juli 2010).

Era paling sulit untuk kaum Syiah Irak berada pada masa pemerintahan

partai Ba’ath, pada masa ini beberapa organisasi baru Syiah telah dibentuk untuk

mempertahankan hak-hak kaum Syiah. Para ulama menentang keras ekstrimisme

partai Ba’ath dan politik penumpasan mereka. Oleh sebab itu Saddam Hussein

melakukan penumpasan terhadap orang-orang Syiah terutama para ulama dan

ruhaniawan mereka. Tahun 1979 di Baghdad lahir organisasi kaum Syiah yang

bernama al-Mujahidin. Kelompok ini didirikan oleh Sayyid Abdul Aziz al-Hakim.

Berbeda dengan Partai Dakwah yang menghendaki berdirinya Rezim Islam Irak

yang independent, al-Mujahidin secara tegas mengakui kemimpinan Ayyatullah

Khomaeini, dan menginginkan rezim Islam Irak yang berorientasi ke Teheran

(www.wordpres.com diunduh pada tanggal 12 Juli 2010).

Page 58: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5968/1/188571111201110431.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

Pada tahun 1979, ketika kaum Syiah akan memperingati penyambutan

kemenangan revolusi Islam Iran, mereka merencanakan sebuah long march dari

Najaf ke Teheran. Rencana tersebut tidak dikehendaki oleh rezim Ba’ath, dan

ulama-ulama Syiah yang terlibat ditangkap. Tindakan rezim pengasa itu justru

membangkitkan kerusuhan anti Saddam yang lebih luas di kalangan umat Syiah di

Irak. Penumpasan yang dilakukan rezim Saddam terhadap gerakan kaum Syiah

menyebabkan terjadinya eksodus warga Syiah Irak ke Iran. Selain ke Iran,

sejumlah aktivis partai Dakwah lainnya menyelamatkan diri ke Inggris, Lebanon

dan Suriah. Hubungan Irak-Iran pun semakin menegang dan mencapai

klimaksnya pada saat terjadi Perang Teluk I (Adib Mubarok, 2003 :49-51)

Pada akhir perang Irak terhadap sekutu pimpinan Amerika tahun 1991,

kaum Syiah bangkit dengan gerakan besar-besaran bersama orang Kurdi untuk

menumbangkan Saddam, tetapi gerakan ini berhasil dibungkam dan orang-orang

Syiah menghadapi penumpasan dan pembunuhan massal. (http://www.annisa.

majelis.muhajiddin.or.id diunduh pada tanggal 13 Juli 2010).

Periode tahun 1991 hingga serangan AS dan Inggris ke Irak pada tahun

2003, merupakan masa yang penuh dengan kesulitan untuk kaum Syiah. Selain

karena penumpasan besar-besaran yang dilakukan rezim Saddam, mereka juga

berhadapan dengan masalah kelaparan dan musibah yang muncul dari embargo

ekonomi yang disahkan oleh Dewan Keamanan PBB terhadap Rezim Saddam

Hussein akibat kebijakannya menyerang Kuwait.

2) Oposisi Suku Kurdi

Orang-orang Kurdi adalah suatu kelompok etnis Indo-Eropa yang

mayoritas menganut agama Islam Sunni ortodoks dan tinggal di wilayah yang

disebut Kurdistan (tanah orang-orang Kurdi). Wilayah Kurdistan terdapat di

beberapa negara, seperti Turki bagian Tenggara, Iran Utara, Irak Utara, Soviet

Selatan dan Suriah Utara.

Suku Kurdi merupakan kelompok etnis minoritas terbesar di Irak yang

menguasai hampir seperlima wilayah negeri Irak. Orang-orang Kurdi mempunyai

ikatan yang erat satu sama lain. Mereka mempunyai cita-cita untuk mewujudkan

sebuah negara Kurdistan merdeka, namun dalam sejarahnya orang-orang Kurdi

Page 59: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5968/1/188571111201110431.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

belum pernah memiliki sebuah tanah air yang merdeka. Berdasarkan kenyataan

itu, dalam beberapa tahun terakhir, bangsa Kurdi tidak lagi mencita-citakan

berdirinya sebuah negara Kurdistan yang merdeka. Cita-cita mereka kini adalah

mempunyai wilayah Kurdistan yang otonom, tempat mereka mengatur rumah

tangga mereka sendiri serta mempertahankan identitas dan sistem sosial budaya

mereka.

Pemerintah Saddam Hussein tidak memberikan otonomi kepada suku

Kurdi, karena wilayah yang didiami suku Kurdi merupakan wilayah yang kaya

minyak dan apabila otonomi itu diberikan, akan merugikan Irak karena bisa

menghambat program pembangunan dan perekonomian Irak sangat tergantung

pada minyak. Tindakan rezim penguasa itu membuat suku Kurdi di Irak banyak

melakukan tekanan-tekanan terhadap Saddam Hussein. Ketika terjadi Perang Irak-

Iran, para aktivis suku Kurdi di Irak Justru berpihak pada pasukan Iran untuk

mengusir pasukan Saddam Hussein. Ketika pasukan Iran menyerbu melewati

wilayah Kurdistan Irak, para aktivis Kurdi justru bahu-membahu dengan pasukan

Iran untuk melawan pasukan Irak.

Akibat keterlibatannya membantu tentara Iran yang menyerang tentara

Irak, membuat Saddam Hussein geram terhadap orang-orang Kurdi Irak. Saddam

Hussein mengeluarkan kebijakan untuk membersihkan gerilyawan suku Kurdi

dengan menjatuhkan bom yang mengandung senjata kimia yang menyebabkan

ratusan orang Kurdi tewas secara mengerikan. Serangan kedua kepada suku Kurdi

terjadi pada bulan Agustus 1988, yang dilancarkan terhadap desa-desa di wilayah

Kurdistan. Serangan itu menewaskan 2500 warga Kurdi di Irak dan hampir 60.000

orang mengungsi ke Turki dan Iran. Serangan itu dianggap wajar oleh Saddam

Hussein karena suku Kurdi dianggap penghianat kerena telah membantu tentara

Iran dalam perang Irak-Iran. Setelah peristiwa serangan atas wilayah Kurdistan

itu, secara perlahan kekuatan lawan poitik Saddam pun berkurang, peristiwa itu

akan membuat para pemimpin Kurdi akan berpikir dua kali untuk melakukan

gerakan destruktif.

Page 60: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5968/1/188571111201110431.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

B. Kebijakan Politik Luar Negeri Amerika Serikat (AS)

Keamanan nasional merupakan kebutuhan yang sangat mendasar bagi

semua bangsa, termasuk AS. Terwujudnya keamanan nasional merupakan salah

satu syarat utama yang harus dipenuhi oleh AS untuk dapat melaksanakan proses

pembangunan nasional. Kebutuhan akan keamanan nasional ini berkaitan dengan

kemampuan AS untuk melindungi negara dan semua aspek yang terkandung di

dalamnya dari semua hal yang berpotensi menjadi ancaman terhadap segala segi

kehidupan rakyat, baik dari dalam maupun dari luar negeri. Dengan cara ini

pemerintahan AS dapat menjamin bahwa AS akan tetap bebas, merdeka, terjaga

integritas wilayahnya serta aman dari pengaruh negatif dari manapun.

Keamanan nasional ini tidak hanya terfokus pada situasi dalam negeri AS,

tetapi juga pada representasi AS di Negara-negara lain. Representasi dari AS yang

berada di Negara-negara lain ini bisa berupa perusahaan-perusahaan yang

beroprasi di manca Negara dan warga AS yang bermukim di Negara lain. Jadi

meskipun perusahaan dan warga Negara AS ini berda di luar negeri, namun AS

tetap berkewajiban untuk menjamin keselamatan mereka.

Di samping terwujudnya keamanan nasional, pemerintah AS juga

berupaya mengenai kesejahteraan yang merata di bidang ekonomi untuk seluruh

warga Negara AS. Kesejahteraan ekonomi ini berkaitan erat dengan keamanan

nasional karena keduanya memiliki hubungan yang bersifat timbal balik.

Tercapainya kesejahteraan ekonomi dapat membantu pemerintah dalam

mewujudkan keamanan nasional dan menjadi salah satu modal dasar bagi

tercapainya kesejahteraan ekonomi.

Untuk memenuhi kepentingan-kepentingan nasionalnya, pemerintah AS

membuat kebijakan-kebijakan di berbagai bidang, termasuk di dalamnya

kebijakan di bidang politik luar negeri yaitu mempromorsikan nilai-nilai

demokrasi ke dunia internasional, mempromorsikan perdagangan bebas dan

terbuka, berperan aktif dalam upaya-upaya menangani konflik-konflik regional,

mencegah perkembangan senjata pemusnah massal, perang terhadap terorisme

global, dan berusaha untuk mendapatkan citra positif dihadapan dunia

internasional.

Page 61: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5968/1/188571111201110431.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

Kebijakan yang pertama adalah mempromorsikan nilai-nilai demokrasi ke

tengah dunia internasional. Upaya promosi nilai-nilai demokrasi ini mempati

kedudukan penting dalam politik luar negeri AS, hal ini diindikasikan oleh

prioritas yang diberikan kepada kebijakan ini di masa pemerintahan Presiden Bill

Clinton maupun Presiden George W. Bush (www.whitehouse. gov/nsc/nss

diunduh pada tanggal 10 Juli 2010).

Ada beberapa alasan yang menjadikan kebijakan ini penting bagi AS :

(1) Struktur pemerintahan yang demokratis dianggap mampu membatasi

wewenang pemimpin negara untuk memobilisasi warganya ke dalam perang; (2)

Norma-norama resolusi konflik nir-kekerasan yang dikembangkan oleh nilai-nilai

demokrasi di dalam negeri juga turut berperan dalam pembuatan kebijakan-

kebijakan luar negeri suatu negara. Di samping itu, masyarakat yang mengadopsi

nilai-nilai demokrasi ke dalam kehidupan sehari-hari, pada umumnya selalu

berusaha mencegah agar jangan sampai konflik-konflik yag sedang terjadi

mengarah ke perang terbuka (www.whitehouse. gov/nsc/nss diunduh pada tanggal

10 Juli 2010).

Secara singkat, pemerintah AS membuat kebijakan untuk mempromosikan

nilai-nilai demokrasi kepada negara-negara lain karena pemerintah AS meyakini

bahwa penerapan nilai-nilai demokrasi akan membuat dunia menjadi lebih damai

tanpa perang, dan dengan kondisi dunia yang lebih damai ini AS merasa lebih

terjamin keamanan nasionalnya dan dapat berkonsentrasi melakukan proses

pembangunan nasional (www.lesperssi. gov/nsc/nss diunduh pada tanggal 10 Juli

2010).

Untuk mendukung kebijakan ini, pemerintah AS seringkali memberikan

bantuan luar negeri kepada suatu negara dengan syarat Negara penerima bantuan

tersebut mengadopsi nilai-nilai demokrasi dalam pemerintahanya, sembari

melakukan propaganda bahwa hanya negara yang menganut nilai-nilai demokrasi

yang memiliki kesempatan untuk mewujudkan kemakmuran ekonomi. Contoh

dari kasus ini bisa dilihat pada bantuan luar negeri yang diberikan AS kepada

Afghanistan pasca runtuhnya rezim Taliban.

Page 62: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5968/1/188571111201110431.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

Kebijakan kedua yang dibuat oleh pemerintah AS, yaitu mempromorsikan

perdagangan bebas dan terbuka, memiliki hubungan erat dengan yang pertama.

Seymour Martin Lipset berasumsi bahwa pelaksanaan perdagangan bebas dan

terbuka akan mendorong pertumbuhan ekonomi, sedangkan peningkatan taraf

ekonomi masyarakat cenderung berdampak pada meningkatnya taraf pendidikan

masyarakat secara umum. Peningkatan taraf pendidikan masyarakat ini dapat

mendorong terjadinya perubahan kultur dan perilaku politik masyarakat, yang

pada gilirannya dapat mendukung tumbuhnya nilai-nilai demokrasi dalam

kehidupan bernegara. Pelaksanaan nilai-nilai demokrasi akan berujung pada

terwujudnya perdamaian dunia (www.wordpress. gov/nsc/nss diunduh pada

tanggal 11 Juli 2010)

Tampak bahwa pemerintah AS menganggap sistem perdagangan bebas

dan terbuka akan menghasilkan kemakmuran ekonomi bagi semua warga negara

yang menerapkannya sehingga AS rajin memprakarsai dibentuknya institusi yang

mendukung sistem ini, seperti FreeTrade Area of Americas (FTAA) yang mulai

aktif tahun 2005.

Sistem perdagangan bebas dan terbuka ini tidak luput dari kelemahan.

Bagi negara yang sebelumnya sudah memiliki posisi ekonomi yang kuat,

perdagangan bebas memang berpotensi meningkatkan kemakmuran ekonomi

mereka, tetapi Negara-negara Dunia Ketiga yang belum siap untuk menghadapi

sistem ini, dan terpaksa menerapkannya karena berbagai alasan tertentu justru

akan mengalami kemrosotan ekonomi karena para pelaku ekonomi dalam negeri

tidak memiliki modal yang cukup untuk bersaing dengan para pelaku ekonomi

yang datang dari luar. Ketimpangan ini pada akhirnya akan menambah jumlah

pihak yang memusuhi negara-negara yang diuntungkan.

Kebijakan perdagangan bebas dan terbuka yang dianjurkan AS ini memilki

dampak ganda pada kepentingan nasional. Penerapan perdagangan bebas dan

terbuka memang dapat meningkatkan kemakmuran ekonomi, tetapi menambah

ancaman terhadap keamanan nasional AS.

Kebijakan ketiga adalah berperan aktif dalam upaya-upaya menangani

konflik-konflik regional. Alasannya adalah adanya asumsi bahwa konflik regional

Page 63: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5968/1/188571111201110431.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

dalam skala sekecil apapun berpotensi untuk mengalami eskalasi dan berkembang

menjadi konflik dalam skala yang lebih besar. Konflik dalam skala bisa ini dapat

mengganggu stabilitas keamanan internasional yang pada giliranya akan

memberikan dampak negatif terhadap upaya-upaya memenuhi kepentingan-

kepentingan nasional AS (http:/www.whitouse.gov/nsc/pdf diunduh pada tanggal

10 Juli 2010).

Sebagai realisasi dari kebijakan ini AS selalu tampak aktif dalam

memprakarsai diadakanya perundingan-perundingan perdamaian antara negara-

negara yang sedang berkonflik, misalnya perundingan damai antara Israel dengan

Palestina yang menghasilkan Road Map Peace pada tahun 2003 yang berisi

Palestina harus menghentikan semua tindakan terorismenya terhadap Israel,

membongkar infrastruktur kelompok militan termasuk melucuti senjata mereka,

dan pihak Israel juga harus membongkar 100 pemukiman Yahudi illegal di Tepi

Barat. Selain itu AS juga mengirimkan pasukan militernya untuk turut serta

sebagai penjaga perdamaian atas nama PBB (Siti Mutti’ah, 2004 : 49).

Kebijakan keempat adalah mencegah perkembangan senjata pemusnah

massal. Alasan dari kebijakan ini sangat sederhana. Pemerintah AS tidak mau jika

senjata pemusnah massal yang ada dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang

memusuhi AS untuk mengancam keamanan nasional. Untuk itu, AS kemudian

memaksa melucuti persenjataan pemusnah massal yang diduga dimiliki oleh

pihak-pihak yang dianggap membahayakan, seperti ketika sebelum meletusnya

Perang Irak tahun 2003, AS melalui PBB memaksa Irak untuk menerima tim

inspeksi PBB yang bertugas mencari persenjataan pemusnah massal yang diduga

dimiliki Irak. Irak dianggap sebagai negara yang memiliki senjata pemusnah

massal, baik itu senjata kimia seperti monstar yang dapat menyebabkan kulit

melepuh, tabun dan sarin yang dapat menyerang syaraf, senjata biologi seperti

botulinium yang dapat meracuni dan mencekik orang, serta bacillus anthraxis

yang dapat menyebabkan penyakit Anthrax, serta senjata nuklir dan rudal Scud

yang mempunyai jangkauan 900 kilometer untuk melancarkan senjata-senjata

tersebut (Siti Mutt’iah, 2004 : 15-16).

Page 64: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5968/1/188571111201110431.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

Mengenai kebijakannya ini pemerintah AS menerima banyak kritik,

karena AS memaksa negara-negara lain untuk menghancurkan persenjataan

pemusnah massal yang mereka miliki, tetapi AS sendiri tidak bersedia

menghancurkan pemusnah massal yang dimilikinya.

Kebijakan kelima adalah perang terhadap terorime global. Kebijakan ini

mencuat pasca tragedi 11 September 2001. Pemerintah AS yang merasa negara

menjadi target utama gerakan teroris internasional mengajak semua negara di

dunia untuk bekerja sama membasmi gerakan-gerakan teroris tersebut. Salah satu

tindakan AS dalam rangka memerangi terorisme yang memancing protes dunia

internasional adalah invasi terhadap Afghanistan pasca peristiwa 11 September

2001 dengan dalih untuk menangkap Osama bin Laden, gembong Al Qaeda, yang

dituding sebagai dalang peristiwa 11 September 2001 dan diduga berada di

Afghanistan dalam perlindungan rezim Taliban yang pada saat itu berkuasa di

Afghanistan. Selain Afghanistan, AS juga memusuhi Irak, Iran, dan Korea Utara

yang dianggap sebagai Negara Poros Setan (Axis of Evil).

Kebijakan keenam adalah berusaha untuk mendapatkan citra positif di

hadapan dunia internasional. Kebijakan ini dimanifestikan melalui pemberian

bantuan-bantuan keamanusiaan setiap kali terjadi masalah-masalah sosial dan

kemanusiaan, misalnya bencana alam, dan kelaparan. Bantuan tersebut diberikan

dalam bentuk teknis, suplai makanan, dan obat-obatan. Tindakan ini dianggap

penting karena kebijakan-kebijakan luar negeri AS harus memiliki aspek

kemanusiaan jika ingin mendapat dukungan dari publiknya sendiri. Sealain itu,

melalui pemberian bantuan-bantuan ini pemerintah AS berharap agar dunia

internasioanal menilai AS sebagai sebuah Negara yang baik dan tidak pantas

untuk dimusuhi. Dengan demikian keamanan nasional AS akan lebih terjamin.

C. Latar Belakang Invasi Amerika Serikat (AS) ke Irak

Bagi AS konflik senjata dengan Irak pada tahun 2003, ada tiga tujuan

yaitu AS ingin menghancurkan senjata pemusnah massal, menyingkirkan

ancaman teroris internasional dan membebaskan rakyat Irak dari penindasan

Page 65: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5968/1/188571111201110431.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

rezim Saddam Hussein dengan cara memulihkan demokrasi di Irak (Abdul Halim

Mahally, 2003:330).

Dari tiga alasan tentang masalah Irak yang harus diselesaikan dengan cara AS

(dihancurkan) ternyata dipenuhi kebohongan, yaitu :

1. Agresi AS ke Irak untuk memusnahkan senjata pemusnah massal adalah

upaya AS untuk membohongi masyarakat internasional. Dikatakan oleh

Presiden George W. Bush bahwa Irak mempunyai senjata pemusnah atau

destruksi massal (Weapons of Mass Destruction) yang berupa : (1) senjata

kimia seperti mostar yang dapat menyebabkan kulit melepuh, tabun dan sarin

yang dapat menyerang syaraf; (2) Senjata biologi seperti botulinum yang dapat

meracuni dan mencekik orang, bacillus antraxis yang dapat menyebabkan

penyakit antrax, senjata nuklir dan rudal scud yang mempunyai jangkauan 900

kilometer untuk meluncurkan senjata-senjata tersebut (Siti Muti’ah Setiawati,

2004:15). Untuk meyakinkan rakyat dan kongres AS, Presiden Bush di depan

Kongres ketika menyampaikan laporan tahunan menyatakan bahwa Saddam

Hussein telah mengusahakan untuk membeli lima ratus ton uranium – oksida

dari Nigeria. Dengan demikian kepemilikan senjata-senjata tersebut dapat

membahayakan rakyat Irak dan negara-negara tetangganya (Albert D. Pastore,

2004:xvi).

Serangan AS ke Irak dengan alasan pemusnahan senjata pemusnah

massal tidak masuk akal, karena bila AS memang ingin menghancurkan

senjata itu, Presiden Bush tidak mengerahkan semua kekuatan militernya. AS

(dan sekutunya Inggris) hanya mengerahkan 230.000 dan 45.000 personilnya

ke Irak. Dari jumlah itu, hanya 90.000 prajurit AS dan 45.000 prajurit Inggris

yang merupakan pasukan tempur (Abdul Halim Mahally, 2003:330).

Sebelum terjadi serangan ke Irak, Tim Inspeksi PBB yang diketuai

Hans Blix menyatakan sama sekali tidak menemukan bukti Irak memiliki

senjata pemusnah masal dan ternyata jangkauan senjata rudal Irak tidak seperti

yang dikatakan AS yaitu 900 kilometer, tetapi hanya 10 sampai 15 kilometer.

Atas dasar temuan itu Saddam Hussein menyatakan, “Mampukah rudal ini

menembus Israel? Mampukah mencapai AS?” (Kompas, 9 Maret 2003:3).

Page 66: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5968/1/188571111201110431.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

Kebohongan AS makin tampak ketika Menteri Luar Negeri AS, Collin

Powell, memberikan laporan kepada Dewan Keamanan PBB tentang upaya

Irak mendapatkan uranium-oksida dari Nigeria. Menurut duta besar Nigeria

untuk PBB, Presiden Nigeria yang disebut-sebut dalam dokumen intelijen

Presiden Bush, yang dikatakan bekerjasama dengan Saddam Hussein dalam

pengadaan uranium-oksida ternyata telah lama meninggal dunia (Albert D.

Pastore, 2004:xvii). Beberapa minggu setelah Baghdad jatuh, pasukan AS

belum berhasil menemukan senjata pemusnah massal Irak (Abdul Halim

Mahally, 2003:333).

2. Menggempur Irak atas nama memerangi terorisme yang didengungkan AS

tidak dapat diterima begitu saja. Tudingan Washington bahwa Bahgdad

memiliki hubungan dengan al-Qaidah, organisasi yang sangat dibenci dan

sekaligus ditakuti AS (yang dituduh telah meledakkan gedung WTC pada 11

September 2001) sangat tidak masuk akal. Di satu sisi, al-Qaidah adalah

organisasi yang ingin menggulingkan pemerintahan berpaham liberal maupun

sekuler, sementara Partai Baath pimpinan Saddam Hussein tidak memiliki

paham fundamentalisme seperti halnya al-Qaidah. Bahkan, rezim Saddam

Hussein sendiri termasuk yang harus dihancurkan oleh Al-Qaidah karena

berseberangan paham (pemerintahan Saddam Hussein berpaham sekuler,

sedangkan al-Qaidah berpaham fundamentalis yang memegang teguh ajaran

Islam). Oleh karena itu, selain pemerintah AS tidak punya bukti kuat tentang

hubungan al-Qaidah dan Irak, Usamah bin Laden (pemimpin Al-Qaidah) dan

Saddam Hussein tidak mungkin bekerjasama. Apalagi, ketika Irak menduduki

Kuwait pada 2 Agustus 1990, Usamah bin Laden justru menawarkan diri

kepada Raja Fahad (Arab Saudi) untuk mengirimkan veteran Arab-Afghan

untuk membantu Kuwait mengusir pasukan Saddam (Abdul Halim Mahally,

2003:335).

3. Klaim Washington bahwa penggulingan Saddam Hussein dimaksudkan untuk

menyelamatkan rakyat Irak dari pemerintah yang diktaktor dan otoriter serta

agar rakyat dapat mendirikan pemerintahan yang benar-benar demokratis juga

cacat dari sisi hukum. Baik PBB maupun negara di dunia tidak ada yang

Page 67: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5968/1/188571111201110431.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

memberi legitimasi AS untuk ikut campur urusan dalam negara lain. Dalam

kasus Irak, apapun sistem yang telah dan akan diterapkan di negara itu,

demokrasi atau monarki, maka hasil itu semuanya menjadi hak rakyat Irak

untuk menentukannya. Di Irak, meskipun AS mengatakan Saddam Hussein

sebagai diktator, tetapi rakyat Irak (kecuali suku Kurdi) mengelu-elukan

Saddam Hussein sebagai sosok yang berani mempertahankan kedaulatan Irak

dari serbuan AS dan sekutunya (Abdul Halim Mahally. 2003:336). Saat

menghadapi invasi AS, Saddam Hussein telah menyerukan kepada rakyatnya

agar tetap siaga menghadapi agresi militer AS. Seruan itu disambut rakyat

yang menyatakan akan membela pemimpinnya, yaitu Saddam Hussein dan

membela tanah Irak (Moehammad Shoelhi, 2003:124).

Dalam pengakuannya, AS selalu mengatakan bahwa serangannya ke Irak

untuk menegakkan demokrasi, tetapi setelah rezim Saddam Hussein jatuh, AS

akan kesulitan membangun pemerintahan baru yang demokratis. Hal ini

disebabkan : (1) Prinsip AS sendiri tidak demokratis, melainkan berdasarkan pada

kepentingan politiknya, yaitu mencegah munculnya penguasa yang menentang

kekuasaan, atau berafiliasi dengan negara yang menjadi musuh AS; (2) Pemimpin

yang dipilih AS untuk memimpin Irak tidak mempunyai basis pendukung yang

kuat di kalangan rakyat (Siti Muti’ah Setiawati, 2004:16).

Menurut Wirawan Sukarwo terdapat dua alasan utama yang

melatarbelakangi serangan AS ke Irak. Pertama, keinginan AS untuk

menghentikan proyek pengembangan senjata pemusnah massal di Irak. Kedua,

menjatuhkan rezim Saddam Hussein yang dianggap memiliki hubungan dengan

Al-Qaeda yang mengancam stabilitas regional. Dari kedua alasan utama tersebut,

Pemerintah AS menjabarkannya dalam beberapa misi mereka untuk Irak. Bahkan

pemerintah AS menganggap sebagai tugas mulia. Beberapa misi invasi yang

dianggap sebagai tugas mulia AS, antara lain sebagai berikut : (1) Mengakhiri

rezim Saddam Hussein; (2) Mengidentifikasi, mengisolasi, dan mengeliminasi

senjata pemusnah massal; (3) Mencari, menangkap, dan membawa keluar teroris

dari Negara itu; (4) Mengumpulkan data intelijen terkait yang bisa digunakan

dalam jaringan pemberantasan terorisme internasional; (5) Mengumpulkan data

Page 68: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5968/1/188571111201110431.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

intelijen yang terkait dengan jaringan global di pasar gelap perdagangan senjata

pemusnah massal; (6) Mengakhiri sanksi dan secepat mungkin mengirim bantuan

kemanusiaan untuk memenuhi kebutuhan rakyat Irak; (7) Mengamankan sumber-

sumber ladang minyak yang menjadi milik rakyat Irak; (8) AS akan menjadi

penolong rakyat Irak menciptakan masa transisi untuk membangun sebuah

pemerintahan yang representatif (Wirawan Sukarwo, 2009 : 191-192). Namun

semua alasan yang dikeluarkan oleh AS menjadi sebuah kebohongan yang

diketahui secara luas oleh dunia internasioanl. Irak terbukti tidak mengembangkan

senjata pemusnah massal seperti yang dituduhkan dan Saddam Hussein tidak

memiliki hubungan dengan Osama bin Laden beserta jaringan al-Qaedanya

(Angkasa, Maret 2003 : 8).

Dari semua analisis terhadap motif invasi AS yang sesungguhnya, terdapat

persepsi umum bahwa ekonomilah yang menjadi faktor dominan. Beberapa

perhitungan yang terkait dengan motif ekonomi dan bisnis dari serangan AS atas

Irak antara lain sebagai berikut : (1) Kekayaan minyak bumi yang dimiliki oleh

Irak merupakan cadangan minyak kedua terbesar setelah Arab Saudi. Berdasarkan

data yang dikeluarkan oleh Centre for Global Energy Studies (CGES) London,

Irak diperkirakan memiliki 112 miliar barrel cadangan minyak. Berdasarkan data

tersebut, Irak merupakan pemilik 11 persen cadangan minyak dunia. Selain itu,

menurut US Energy Information Administration, Irak memiliki 73 ladang minyak

mentah dan hanya 15 ladang yang telah dikembangkan; (2) ingin menciptakan

tatanan dunia baru yang “lebih aman” dengan tujuan kebebasan ekonomi dan

politik. Hal ini merupakan strategi geopolitik AS di kawasan Timur Tengah. Bagi

AS, Irak merupakan ancaman potensial bagi kepentingannya dan sekutu

terdekatnya Israel di kawasan Timur Tengah; (3) Proyek rekontruksi pasca perang

yang akan menguntungkan AS. Kehancuran infrastruktur akibat perang akan

melahirkan proyek-proyek rekontruksi dengan dana yang besar. Sebagai pemeran

utama invasi, AS akan mengambil proyek-proyek tersebut untuk meraup

keuntungan besar pascaperang (Wirawan Sukarwo, 2009 : 192-193).

Page 69: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5968/1/188571111201110431.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

D. Kebijakan-kebijakan Amerika Serikat (AS) Dalam Program

Rekonstruksi Irak

1. Kebijakan-Kebijakan Rekontruksi Di Bidang Politik & Pemerintah,

Ekonomi Serta Sarana & Prasarana Umum, dan Keamanan

Sesudah bulan April tahun 2003 kota Baghdad berhasil direbut oleh

pasukan multinasional pimpinan AS dalam invasi ke irak yang berlangsung pada

tahun 2003, AS segera membentuk suatu badan pemerintahan pendudukan yang

bertugas menjalankan fungsi-fungsi administratif dan mengatur program-program

rekontruksi di Irak, sambil menunggu proses pemulihan pemerintahan sipil di

Irak. Badan pemerintahan pendudukan yang dimaksud adalah Office for

Recontruction and Humanitarian Assisstance (ORHA) yang didirikan pada

tanggal 21 April 2003 dan dikepalai oleh Jay Garner. Aktivitas badan ini tidak

berlangsung lama karena setelah operasi militer utama dalam invasi dinyatakan

berakhir, badan ini segera digantikan oleh badan lainnya, Coalition Provisional

Authority (CPA), yang dibentuk pada tanggal 11 Mei 2003 dan dikepalai oleh

Paul Bremer. CPA bertugas meneruskan tugas yang sudah dimulai ORHA. CPA

ini sendiri merupakan bagian dari Departemen Pertahan AS (US Department of

Defense.(http://www.wikipedia.org/wiki diunduh tanggal 15 Juli 2010)

Pada tanggal 16 Mei 2003, para pejabat dalam pemerintahan AS

membatalkan rencana semula untuk segera menyerahkan kedaulatan di Irak

kepada suatu pemerintahan sipil yang bersifat sementara. Sebaliknya, AS justru

mengajukan permintaan kepada PBB agar lembaga Internasional tersebut

mengeluarkan suatu resolusi yang memberikan wewenang luas kepada AS beserta

Inggris untuk mengatur sendiri pembentukan pemerintahan sementara di Irak dan

mencabut sanksi ekonomi yang selama ini diberlakukan terhadap Irak. Pada

tanggal 22 Mei 2003, PBB mengeluarkan resolusi 1483 yang berisikan

pencabutan sanksi ekonomi yang sudah berlaku 13 tahun dan memberikan

wewenang kepada AS dan Inggris untuk mengatur pemerintahan di Irak dan

menggunakan hasil penjualan minyak bumi Irak untuk membiayai program-

program rekonstruksi di Irak.(http://www.un.org/News/ossg/iraq.htm diunduh

tanggal 15 Juli 2010)

Page 70: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5968/1/188571111201110431.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

Pada akhir Juni 2003, CPA menghentikan semua proses pemilihan lokal

yang diadakan untuk memilih pemimpin setempat di seluruh Irak. Bertentangan

dengan prinsip demokrasi yang selama ini digembor-gemborkan oleh pemerintah

AS, CPA kemudian malah menunjuk secara sepihak orang-orang yang ditugasi

untuk menjadi pemimpin lokal di kota-kota Irak. Atas tindakannya tersebut, Paaul

Bremer selaku kepala CPA memperoleh banyak protes keras dari berbagai pihak

yang menuduhnya telah bertindak secara tidak demokratis. Sebagai upaya

pembelaan diri, Paul Bremer menyatakan bahwa dia tidak bermaksud untuk

melanggar prinsip demokrasi, namun menurutnya pemilihan umum yang

dilakukan secara tergesa-gesa dapat berakibat buruk bagi rakyat Irak sendiri “I’m

not oppsed to it, but I want to do it (in) a way that takes care of our

concers….Elections that are held too early can be destructive, It’s got to be done

very carefully” (http://www.globalsecurity.org/military/world/iraq/iqc.htm

diunduh tanggal 15 Juli 2010). Beberapa pengamat politik internasional menduga

bahwa Paul Bremer mengambil keputusan tersebut untuk mencegah agar jangan

sampai ulama-ulama Syiah yang dianggap radikal oleh AS, namun memperoleh

banyak dukungan rakyat Irak, seperti misalnya Muqtada al-Sadr, memperoleh

kekuasaan dan kekuatan yang terlalu besar.

Pada tanggal 13 Juli 2003, dibentuk Iraqi Interim Governing Council yang

beranggotakan 25 orang warga Irak yang berasal dari berbagai kelompok dan

afiliasi dalam masyarakat Irak. Tugas utama dari dewan ini adalah

mengembalikan stabilitas dan keamanan di Irak, memulihkan perekonomian, serta

memperbaiki sarana dan prasarana umum. Dewan ini memiliki wewenang untuk

membuat kebijakan-kebijakan, mencalonkan dan mengberhentikan menteri-

menteri. Selaian itu, dewan ini juga memiliki peranan dalam membuat undang-

undang Irak yang baru. Sementara itu CPA masih memegang hak veto dalam

mengambil keputusan terakhir meskipun disepakati bahwa CPA hanya akan

menggunakan hak veto tersebut dalam situasi mendesak.

Melihat latar belakang dari para anggota dewan ini, tampak adanya

perubahan yang signifikan dalam peta perpolitikan Irak karena mayoritas anggota

dewan ini berasal dari kelompok Syiah, sedangkan Sunni yang mendominasi

Page 71: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5968/1/188571111201110431.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

perpolitikan Irak di masa pemerintahan Saddam Hussein hanya menempatkan

sedikit wakilnya dalam dewan tersebut. Sepanjang sejarah politik di Irak, dewan

ini adalah badan yang paling majemuk di mana angotanya berasal dari berbagi

kelompok agama dan etnis yang ada di Irak. Anggota dewan ini terdiri atas 13

orang Arab Syiah, 5 orang Arab Sunni, 5 Orang Kurdi (Sunni), 1 orang Turki, dan

1 orang Kristen Assyria. Semua anggota dari Iraqi Interim Governing Council ini

dipilih langsung oleh Paul Bremer (http://www.wikipedia.org/wiki/iraq.htm

diunduh tanggal 17 Juli 2010).

Dalam daftar nama anggota Iraqi Interim Governing Council ini muncul

nama-nama orang-orang yang sebelumnya sudah dikenal sebagai tokoh-tokoh

yang merupakan oposisi terhadap pemerintahan Irak dimasa Saddam Hussein.

Beberapa diantaranya adalah Ahmed Chalabi, Iyad Allawi, Ibrahim al-Jaafari,

Jalal Talabani, dan Massoud Barzani.

Ahmed Chalabi adalah orang Irak yang lebih banyak menghabiskan

waktunya di AS dan Inggris ketika Irak masih di bawah kekuasaan Saddam

Hussein. Dia juga merupakan anggota dewan eksekutif dari Iraqi National

Congress, sebuah gerakan anti-Saddam yang mendapat sokongan dana dari

pemerintah AS. Selama tinggal di AS, Ahmed Chalabi menjalin hubungan baik

dengan Paul Wolfowitz, salah satu anggota dari kelompok neo-cons yang turut

mendorong AS agar menyerang Irak (http://www.news.bbc.cu.uk diunduh tanggal

17 Juli 2010).

Anggota lainnya, Iyad Allawi yang semula merupakan anggota dari Partai

Baa’ath memutuskan untuk menjadi oposan terhadap Saddam Hussein setelah

terjadinya upaya pembunuhan terhadap dirinya di Inggris pada tahun 1978 yang

diyakini didalangi oleh Saddam Hussein. Sementara bermukim di London, Iyad

Allawi mendirikan Iraqi National Accord pada tahun 1990 yang beranggotakan

mantan perwira-perwira militer yang dibuang Saddam Hussein dan warga Irak

lainnya yang menentang pemerintahan Saddam Hussein. Iraqi National Accord

mendapat dukungan dari Inggris, Yordania, Arab Saudi, Turki, dan AS ini

merencanakan untuk melakukan kudeta terhadap pemerintahan Saddam Hussein.

Pada tahun 1992, Iyad Allawi direkrut oleh Central Intelligence Agency (CIA)

Page 72: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5968/1/188571111201110431.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

dan bertugas untuk memberikan informasi yang diperlukan untuk menggulingkan

Saddam Hussein (http://www.washingtonpost.com diunduh tanggal 17 Juli 2010)

Ibrahim al-Jaafari adalah seorang politikus Irak yang aktif sejak tahun

1968 sebagai anggota Partai Al-Dawa, partai yang kemudian menjadi oposisi

terhadap pemerintahan Saddam Hussein. Pada tahun 1980 Ibrahim al-Jaafari

melarikan diri ke Iran setelah partai Ba’ath melakukan penyerangan terhadap

partai-partai lain yang menjadi oposan Saddam Hussein. Pada tahun 1989 Ibrahim

al-Jaafari pindah ke London dan terlibat dalam gerakan yang lebih luas untuk

menggulingkan Saddam Hussein (http://www.wikipedia.org diunduh tanggal 18

Juli 2010). Sedangkan Jalal Talabani dan Massoud Barzani merupakan pimpinan

dari dua partai suku Kurdi, yang selama ini terkenal sebagai oposan terhadap

Saddam Hussein. Anggota-anggota lainya dari Iraqi Interim Governing Council

tidak terlalu terkenal dalam politik internasional namun yang pasti mereka juga

merupakan anggota dari gerakan-gerakan perlawanan di masa pemerintahan

Saddam Hussein.

Dalam perkembangan selanjutnya, CPA bersama dengan Iraqi Interim

Governing Council membentuk Iraqi Interim Government pada tanggal 1 Juni

2004 yang menurut rencana akan menggantika posisi dan mengambil alih tugas

dari CPA dan Iraqi Interim Governing Council untuk memerintah Irak mulai

tanggal 28 Juni 2004 sampai dengan diadakannya pemilihan umum legislatif

untuk memilih anggota Iraqi National Assembly pada tanggal 30 Januari 2005.

Iraqi Interim Government ini merupakan lembaga eksekutif yang terdiri

dari seorang presiden dan dua orang wakil presiden yang berperan sebagi kepala

Negara, serta seorang perdana menteri dan seorang wakil perdana menteri yang

berperan sebagai kepala pemerintahan, Iraqi Interim Government memiliki hak

untuk memilih sendiri orang-orang yang akan duduk dalam kabinet sebagai

menteri-menteri yang bertugas membantu mereka menjalankan pemerintahan di

Irak.

Pada tanggal 30 Januari 2005, Irak mengadakan pemilihan umum untuk

memilih 275 orang yang akan duduk dalam Iraqi National Assembly. Hasil dari

pemilihan umum ini menunjukkan bahwa United Iraqi Alliance yang didukung

Page 73: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5968/1/188571111201110431.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

oleh pemimpin besar Syiah, Ayatollah Ali al-Sistani, unggul dengan memperoleh

48% dari total suara. Sementra itu, Democratik Patriotic Alliance of Kurdistan

berada di urutan kedua dengan merebut 26% dari total suara, disusul oleh Iraqi

List di tempat ketiga dengan perolehan 14% dari total suara. Secara keseluruhan,

ada 20 partai politik yang memperoleh cukup suara untuk menempatkan seorang

wakilnya dalam Iraqi National Assembly.(http://www.wikipedia.org diunduh

tanggal 17 Juli 2010)

Pada gilirannya, anggota-anggota Iraqi National Assembly ini akan

bertugas untuk membuat undang-undang Irak yang baru dan bersifat permanen,

selain itu majelis ini juga akan menjalankan fungsi-fungsi legislative sampai

mulai diberlakukannya undang-undang yang baru. Sementara berusaha

membenahi bidang administrative dan pemerintahan Irak, AS juga harus

memusatkan perhatiannya pada upaya untuk membenahi sektor perekonomian

Irak dan memperbaiki sarana dan prasarana umum yang rusak karena perang.

Sejak embargo ekonomi dikenakan terhadap Irak pada tahun 1990 pasca

Perang Teluk II, perekonomian Irak mengalami keterpurukan hingga jatuh pada

level yang sangat rendah. Jumlah pengangguran yang meningkat tajam pada

gilirannya berdampak pada kehidupan rakyat Irak. Sanksi ekonomi yang

dikenakan pada Irak ini menyebabkan Irak tidak memiliki cukup dana untuk

mengoperasikan sarana-sarana pelayanan umum, misalnya rumah sakit dan

sekolah, dengan optimal. Program “oil for food” yang diterapkan oleh PBB

dengan tujuan untuk mengurangi penderitaan rakyat Irak tidak mampu

memberikan dampak yang signifikan sehingga ratusan anak harus meninggal

dunia karena kelaparan sementara ribuan lainnya berada dalam kondisi gizi yang

amat buruk.

Dilancarkannya invasi ke Irak oleh pasukan multinasional pimpinan AS

pada bulan Maret 2003 semakin memperparah kondisi di Irak, karena sarana-

sarana umum seperti rumah sakit, pembangkit tenaga listrik atau penyedia air

bersih kini tidak berfungsi karena mengalami kerusakan akibat perang. Sebagai

pihak yang diberi mandate oleh PBB untuk melaksanakan rekontruksi Irak,

Page 74: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5968/1/188571111201110431.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

termasuk didalamnya rekontruksi di bidang ekonomi dan sarana serta prasarana

umum, AS mengeluarkan beberapa kebijakan.

Rekontruksi di bidang ekonomi, pemerintah AS menyerahkan

tanggungjawab untuk menggerakkan kembali roda perekonomian di Irak kepada

United States Agency for International Development (USAID) (diunduh dari situs

http://www.usaid.gov/iraq/activites/html pada tanggal 17 Juli 2010). Dalam situs

resminya, disebutkan bahwa tujuan utama keterlibatan USAID dalam program

rekontruksi ekonomi Irak adalah untuk meremajakan kembali perekonomian dan

membangun kembali sektor pertanian Irak. USAID berupaya untuk melakukan

reformasi dalam tata perekonomian Irak di mana reformasi ini meliputi

perubahan-perubahan dalam hukum, peraturan-peraturan, dan institusi-institusi

ekonomi yang telah ada sebelumnya, USAID juga akan menyediakan kerangka

kerja yang dapt digunakan bagi pengembangan usaha perdagangan dan investasi

di sektor swasta.

Selama dua tahun, USAID telah berhasil menunjukkan beberapa hasil

yang signifikan melalui tindakan reformasinya. Di antaranya adalah bekerja sama

dengan Kementrian Keuangan Irak dalam mengeluarkan mata uang Irak yang

baru untuk menggantikan mata uang sebelumnya yang bergambar Saddam

Hussein; menciptakan lebih dari 77.000 lapangan pekerjaan bagi rakyat Irak

melalui pengadaan National Employment Program; memberikan bantuan teknis

kepada bank-bank komersil Irak dalam melakukan aktifitas penghitungan

(accounting), pembuatan anggaran (budgeting), dan pemberian kredit (lending;

meningkatkan kemampuan dalam hal analisa statistic, pembuatan kebijakan

moneter, dan prosedur pengawasan perbankan di Bank Sentral Irak; mengevaluasi

dan memperbaharui peraturan-peraturan perniagaan di sektor swasta dan investasi

asing; dan menyediakan bantuan tknis dalam usaha pembukaan kembali Iraq

Stock Exchange. Sementara itu di sektor pertanian, USAID memberikan bantuan

teknis kepada para petani Irak agar mereka dapat meningkatkan hasil pertanian

dan memanfaatkan lahan rawa-rawa yang ada di Irak supaya dapat memberikan

nilai ekonomis bagi rakyat Irak. (http://www.usaid.gov/iraq/accomplishments

/econgov.html diunduh tanggal 18 Juli 2010)

Page 75: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5968/1/188571111201110431.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

Rekontruksi di bidang sarana dan prasarana umum (termasuk di dalamnya

perlengkapan yang diperlukan untuk memperkuat militer Irak), pada tahun

anggaran 2003, badan-badan yang diberi wewenang oleh pemerintah AS untuk

mengeluarkan kontrak-kontrak untuk proyek rekontruksi sarana dan prasarana

umum adalah USAID dan United States Department of Defense. Selama tahun

2003, USAID telah memberikan 10 kontrak dan 6 dana bantuan (grants).

Sementara itu Army Corps of Engineer sebagai divisi dari United States

Department of Defense telah memberikan tiga kontrak (http://www.export.

gov/iraq/market.html, diunduh tanggal 18 Juli 2010). Irak yang hancur-lebur

setelah invasi AS membutuhkan sebuah program pembangunan kembali yang

cepat disegala bidang. Beberapa bidang infrastruktur merupakan aset ekonomi

yang sangat berharga bagi AS. Aset ekonomi seperti kilang minyak dan jalur

pipanya adalah yang menjadi motif dominan serangan AS ke Irak.

Sedangkan untuk tahun anggaran 2004, badan-badan yang ditunjuk oleh

pemerintah AS untuk memberikan kontrak adalah Army Corps of Engineer,

United States Navy, USAID, dan US State Department. Badan-badan ini

memberikan kontrak atas nama Coalition Provisional Authority Irak Program

Management Office (CPAPMO), di kemudian hari berganti nama menjadi Iraq

Project and Contracting Office (POC), karena badan inilah yang

bertanggungjawab atas semua kontrak proyek rekontruksi Irak untuk tahun

anggaran 2004 yang oleh pemerintah AS memperoleh alokasi dana sebesar 18,6

trilyun Dollar AS (http://www.export.gov/iraq/market.html, diunduh tanggal 18

Juli 2010). Selain itu, dana yang digunakan untuk membiayai proyek rekontruksi

Irak ini juga diperoleh dari hasil penjualan minyak Irak sendiri ditambah dengan

bantuan dari Negara-negara lain seperti Jepang dan Negara-negara Eropa.

Pemberian kontrak-kontrak ini dilakukan melalui pengadaan tender yang

semula hanya boleh diikuti oleh perusahaan-perusahaan yang bersal dari Negara-

negara yang pemerintahnya mendukung invasi AS ke Irak, namun karena banyak

protes, peraturan ini kemudian mengalami sedikit perubahan sehingga

perusahaan-perusahaan dari Negara yang tidak mendukung invasi ke Irak tetap

dapat berpartisipasi dalam proyek-proyek rekontruksi Irak sebagi sub-kontraktor,

Page 76: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5968/1/188571111201110431.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

sedangkan yang berhak memilih parusahaan-perusahaan mana saja yang akan

menjadi sub-kontraktor adalaah perusahaan-perusahaan yang telah memenangkan

tender dan berstatus sebagai kontraktor utama. Dari tender yang dilaksanakan, ada

lebih dari 45 perusahaan asal AS yang memenangkan kontrak sebagi kontraktor

utama, antara lain Skylink Air & Logisticts Support, Bechtel, dan Louis Berger

Group, Inc. dari Inggris ada 1 perusahaan (Foster Wheeler), dari Italia ada 1

perusahaan (Bertoli SRL), dari Israel ada 1 perusahaan (MDT Armor), dan dari

Yordania ada 1 perusahaan (Shaheen Bussiness and Investment Group).

Sementara itu, untuk menjawab protes dari Negara-negara yang

perusahaannya tidak diizinkan mengikuti tender, mantan Presiden Bush

menyampaikan bahwa Negara-negara tersebut tetap dapat berpartisipasi dalam

proyek rekontruksi Irak dengan cara menghapuskan hutang-hutang luar negeri

Irak (http://www.globeandmail.com diunduh tanggal 17 Juli 2010).

Ada dugaan bahwa beberapa perusahaan dapat memenangkan tender

karena perusahaan-perusahaan tersebut memiliki hubungan erat dengan pejabat-

pejabat tinggi dalam pemerintahan mantan Presiden Bush, seperti Halliburton

(http://www.guardion.ou.uk/html diunduh tanggal 17 Juli 2010). Halliburton

adalah sebuah perusahaan yang memiliki divisi khusus jasa pengamanan atau

tentara bayaran. Karena divisi khusus itulah, Halliburton dikategorikan sebagai

Perusahaan Penyedia Tentara Bayaran atau Private Military Company (PMC). Di

bawah kontrak yang bernama Logistic Civil Augmentation Program (LOGCAP)

dan disetujui pada Desember 2001, Halliburton menjadi satu-satunya perusahaan

yang mendominasi proyek rekonstruksi Irak. Halliburton menggunakan anak

perusahaannya, yaitu Kellog Brown & Root untuk melaksanakan kontrak tersebut.

Jumlah total pekerja KBR di Irak adalah sekitar 24.000 personel, atau 3/4 dari

total pekerja asing yang dipekerjakan di sana. Pekerja Halliburton melakukan

berbagai macam pekerjaan mulai dan menggali jamban, mangantarkan logistik,

mencukur rambut, menyiapkan makanan, hingga melayani jasa pengiriman surat

untuk tentara AS.

Selain itu juga dicurigai adanya ketidakcocokan antara besarnya dana yang

diperlukan yang disetujui pada saat pemberian kontrak dengan besarnya dana

Page 77: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5968/1/188571111201110431.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

yang dihabiskan dalam pelaksanaanya di lapangan. Sebagai contoh, data audit

yang dilakukan terhadap Kellog, Brown an Root, yang merupakan subsidiary dari

Halliburton, ditemukan bahwa perusahaan tersebut telah menghabiskan 16 juta

Dollar AS lebih banyak dari yang telah disepakati dalam kontrak untuk

mengangkut kebutuhan bahan bakar minyak bagi pasukan AS di Irak.

(http://www.nytimes.com diunduh tanggal 18 Juli 2010)

Meskipun AS telah membuat rencana yang matang dalam usahanya

rekontruksi di bidang ekonomi dan sarana serta prasarana umum, namun bukan

berarti rencana ini dapat berjalan dengan lancar. Kendala terbesar yang harus

dihadapi adalah masih belum stabilnya kondisi keamanan di Irak. Meskipun

operasi militer utama telah berakhir namun pasukan militer AS masih harus

menghadapi serangan-serangan dari berbagai gerakan perlawanan yang tersebar di

seluruh Irak (http://www.globeandmail.com diunduh tanggal 17 Juli 2010).

2. Kebijakan-Kebijakan Rekontruksi Irak dan Kepentingan AS

Setelah melakukan invasi terhadap Irak pada tahun 2003, daripada

menyerahkan kembali kekuasaan kepada rakyat Irak, AS lebih memilih menuntut

agar PBB mengeluarkan resolusi yang memberikan wewenang kepada AS untuk

melakukan rekontruksi di Irak. Wewenang untuk melakukan rekontruksi di Irak

menjadi begitu penting bagi AS, karena memberikan keuntungan yang besar

untuk AS jika dicermati apa saja kebijakan-kebijakan rekontruksi Irak yang

dibuat oleh pemerintah AS, dan bagaimana dampak jangka panjang dari

pelaksanaan kebijakan-kebijakan tersebut (http://www.news.bbc.cu.uk diunduh

tanggal 17 Juli 2010).

Sejak awal dilaksanakannya, kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh AS

dalam kaitannya dengan upaya rekontruksi di Irak, baik di bidang politik dan

pemerintahan, keamanan, ekonomi, serta sarana dan prasarana umum telah

mengindikasikan kuatnya peranan kepentingan-kepentingan AS di kawasan Timur

Tengah dalam proyek rekontruksi tersebut. Kebijakan-kebijakan tersebut tidak

berdiri sendiri-sendiri berdasarkan bidang dari rekontruksi, namun saling

mendukung dan berkaitan secara positif (http://www.news.bbc.cu.uk diunduh

tanggal 17 Juli 2010).

Page 78: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5968/1/188571111201110431.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

Tabel 1. Kebijakan AS dan keuntungan yang diperoleh AS atas invasi ke Irak.

Sumber : www.export.gov/iraq/market.html

Melalui kebijakan-kebijakan rekontruksi di bidang politik dan

pemerintahan, AS telah berusaha sejak dini untuk menanamkan pengaruhnya

dalam pemerintahan Irak yang baru melalui pembentukan badan-badan

pemerintahan sementara yang hampir semuanya diatur sendiri oleh AS, mulai dari

Office for Recontruction and Humanitarian Assistance yang kemudian digantikan

Coalition Provisional Authority, sampai dengan pembentukan Iraqi Interim

Governing Council dan Iraqi Interim Government

(http://www.export.gov/iraq/market.html, diunduh tanggal 18 Juli 2010).

Tiga bagian yang disebutkan pertama mutlak merupakan bentukan AS.

Iraqi Interim Governing Council, meskipun seluruh anggotanya merupakan warga

Irak, namun sebagian dari mereka sebelumnya memiliki hubungan yang dekat

dengan AS. Sedangkan Iraqi Interim Government, meskipun dibentuk CPA

bersama Iraqi Interim Governing Council,bisa disebutkan hanya perpanjangan

tangan dari AS karena Iraqi Interim Governing Council sendiri merupakan badan

bentukan CPA. Selama periode berkuasanya badan-badan ini, dapat dikatakan AS

memiliki kekuatan penuh untuk mengarahkan kebijakan-kebijakan resmi

pemerintahan sementara Irak (http://www.export.gov/iraq/market.html, diunduh

tanggal 18 Juli 2010).

Kebijakan AS di berbagai bidang Keuntungan yang diperoleh

Ekonomi Akan lebih mudah bagi AS untuk

mengakses minyak bumi yang

dihasilkan Irak

Politik AS memiliki kesempatan untuk

mempengaruhi kebijakan-kebijakan

luar negeri Irak, termasuk didalamnya

kebijakan yang berkaitan dengan Israel

Keamanan AS memperoleh sekutu dalam program

perang global terhadap terorisme yang

dipeloporinya

Page 79: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5968/1/188571111201110431.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

Keterlibatan AS dalam pembentukan pemerintahan Irak yang baru yang

dilakukan sejak dini memberikan dasar yang kuat bagi hubungan diplomatik

antara AS dengan Irak dikemudian hari yang dapat dikembangkan ke dalam

bentuk hubungan kerjasama di bidang-bidang lainnya, yang tentu saja

berlandaskan pada kepentingan-kepentingan AS di kawasan Timur Tengah.

Ada beberapa keuntungan yang dapat diperoleh AS melalui terjalinnya

hubungan yang baik antara AS dengan Irak. Di bidang ekonomi, akan lebih

mudah bagi AS untuk memperoleh akses terhadap minyak bumi yang dihasilkan

oleh Irak. Di bidang politik, AS memiliki kesempatan untuk mempengaruhi

kebijakan-kebijakan luar negeri Irak, termasuk di dalamnya kebijakan yang

berkaitan dengan Israel. Sedangkan di bidang keamanan, AS memperoleh sekutu

dalam program perang global terhadap terorisme yang dipeloporinya

(http://www.export.gov/iraq/market.html, diunduh tanggal 18 Juli 2010).

Dengan wewenang yang dimiliki untuk membentuk dan menjalankan

pemerintahan sementara di Irak, AS melalui CPA secara otomatis juga berhak

mengatur bagaimana rekontruksi di bidang-bidang lainya dijalankan, termasuk

didalamnya rekontruksi di bidang ekonomi serta sarana dan prasarana umum. Hal

ini sangat penting bagi AS karena dengan demikian AS bisa mengontrol siapa saja

yang nantinya terlibat dalam rekontruksi Irak (http://www.news.bbc.cu.uk diunduh

tanggal 17 Juli 2010).

Untuk memilih perusahaan-perusahaan apa saja yang akan mengerjakan

proyek rekontruksi di bidang ekonomi serta sarana dan prasarana umum, CPA

memilih untuk mengadakan tender yang hanya boleh diikuti oleh perusahaan-

perusahaan yang berasal dari negara-negara yang mendukung invasi ke Irak,

seperti Inggis, dan Israel dan yang tidak mendukung adalah Rusia dan Perancis.

Dengan batasan ini, semakin besar kesempatan yang dimiliki oleh perusahaan-

perusahaan asal AS untuk memenangkan tender tersebut, dan memang itulah yang

terjadi. Melalui tender yang diadakan oleh CPA, AS telah memasukkan banyak

perusahaan swatanya ke dalam perekonomian Irak untuk mengerjakan proyek-

proyek rekontruksi yang penting bagi Irak, misalnya perbaikan kilang minyak,

Page 80: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5968/1/188571111201110431.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

serta pengeboran dan pengolahan minyak tersebut (Dra. Siti Mut’iah. 2004 :112-

113)

Melalui kontrak-kontrak yang telah diberikan tersebut, perusahaan-

perusahaan swasta asal AS yang memenangkan tender memiliki hak untuk

beroperasi selama jangka waktu tertentu di wilayah Irak. Selama perusahaan-

perusahaan tersebut masih beroperasi di Irak, akses AS terhadap minyak bumi

yang dihasilkan oleh Irak akan tetap terjamin, di samping itu AS juga memiliki

kesempatan untuk menghadirkan dan memperbesar pengaruhnya di negara

tersebut. Bahkan selain itu, AS juga mendapat keuntungan lain karena dana yang

dikeluarkan oleh AS untuk membiayai proyek-proyek rekontruksi Irak akan

kembali masuk kantong AS (http://www.export.gov/iraq/market.html, diunduh

tanggal 18 Juli 2010).

Sebagai konsekuensi atas hadirnya perusahaan-perusahaan swasta asal AS

di Irak, pemerintah AS memiliki kewajiban untuk melindungi aset-aset tersebut.

Kewajiban ini diakomodasikan melalui kebijakan-kebijakan rekontruksi di bidang

keamanan melalui CPA yang dibentuk AS di Irak. Dengan dalih untuk membantu

mengembalikan stabilitas keamanan di Irak, pemerintah AS bersikeras untuk

mempertahankan kehadiran kekuatan militernya di Irak dengan janji bahwa

pasukan militer tersebut akan segera ditarik setelah situasi keamanan di Irak telah

pulih kembali (http://www.enn.com diunduh tanggal 19 Juli 2010)

Dalih yang digunakan oleh pemerintah AS ini akan terasa

membingungkan jika mengetahui bahwa kerusuhan-kerusuhan yang terjadi di Irak

setelah berakhirnya invasi justru semakin besar dilakukan oleh warga Irak yang

menuntut agar pasukan asing segera angkat kaki dari Irak. Situai ini justru

dimanfaatkan oleh pemerintah AS untuk menempatkan kekuatan militernya di

Irak. Dengan kehadiran kekuatan militernya di Irak, kebijakan-kebijakan di

bidang keamanan dan militer yang dibuat pemerintah AS akan lebih mudah

dilaksanakan. Keuntungan pertama yang didapatkan oleh AS dengan hadirnya

pasukan militer di Irak adalah akan lebih mudah bagi AS untuk menjaga aset-aset

yang dimilikinya di Irak. Keuntungan kedua, kehadiran kekuatan militer AS di

Irak ini akan menambah jumlah pasukan militer AS yang sebelumnya sudah

Page 81: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5968/1/188571111201110431.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

berada di beberapa negara Timur Tengah lainnya seperti di Arab Saudi dan Qatar.

Hal ini berkaitan erat dengan kebijakan AS untuk terjun langsung dalam menjaga

stabilitas keamana di kawasan Timur Tengah dan program perang global terhadap

terorisme yang sedang dilancarkan oleh AS. Sebagai kawasan yang

dianggapsangat berpotensi untul dijadikan sarang bagi gerakan-gerakan teroris,

penting bagi AS untuk mengawasi langsung situasi keamanan di kawasan tersebut

(http://www.export.gov/iraq/market.html, diunduh tanggal 18 Juli 2010).

Jika diperhatikan, tampak bahwa senjata utama yang digunakan oleh

pemerintah AS untuk menanamkan pengaruhnya di Irak adalah kebijakan-

kebijakan rekontruksi di bidang ekonomi, sementara kebijakan-kebijakan

rekontruksi di bidang politik dan pemerintahan serta di bidang keamanan yang

lebih berperan sebagai penunjang. Di bidang politik dan pemerintahan AS

membentuk iraqi Interim Goverment dan selanjutnya Iraqi Interim Governing

Council melalui CPA. Sedangkan dibidang keamanan AS berusaha melindungi

perusahaan-perusahaan swastanya yang terlibat dalam rekontruksi Irak melalui

pasukan militernya yang masih berkedudukan di Irak. Tabel berikut ini adalah

daftar perusahaan-perusahaan asal AS yang mendapatkan proyek rekonstruksi di

Irak pascainvasi (www.publicintegrity.org diunduhh tanggal 1 Agustus 2010)

Page 82: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5968/1/188571111201110431.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

Tabel 2. Perusahaan-perusahaan AS yang mendapat tender rekonstruksi Irak

Kontraktor General Electric Company

Vinnell Corporation (Northrop Grumman) Bearing Point

Science Aplications International Corp. Fluor Corp.

Bechtel Group Inc. Kellog, Brown & Root (Halliburton)

American President Lines Ltd. Dell Marketing Parsons Corp.

DynCorp. TECO Ocean Shipping Co.

Washington Group International United Defense Industries, L.P.

Unisys Corporation Readiness Management Support LC

Tetra Tech Inc. Louis Berger Group

Liberty Shipping Group Ltd. Perini Corporation

Ocean Bulkships Inc. Kroll Inc.

Raytheon Aerospace LLC MZM Inc. Sealift Inc.

Sodexho Inc. Chemonics International Inc. Landstar Express America Inc

Stevedoring Serviss of America Abt Associates Inc.

Anteon International Corporation Creative Associates International Inc.

Camp Dresser & Mc Kee Inc. Mediterranean Shipping Company

EGL Eagle Global Logistics World Fuel Serviss Corp. DHS Logistics Company

Development Alternatifs Inc. Sumber : Wirawan Sukarwo, 2009 : 236-237

Page 83: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5968/1/188571111201110431.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

Khusus mengenai Halliburton, perusahaan ini adalah yang mendapatkan

keuntungan paling besar dari proyek rekonstruksi di Irak. Halliburton adalah

sebuah perusahaan yang memiliki divisi khusus jasa pengamanan atau tentara

bayaran. Karena divisi khusus itulah, Halliburton dikategorikan sebagai

Perusahaan Penyedia Tentara Bayaran atau Private Military Company (PMC).

Total anggaran yang diperoleh Halliburton dalam proyek rekonstruksi Irak

mencapai 8 miliar US$. Anggaran itu adalah yang paling besar jika dibandingkan

dengan PMC-PMC lain yang ikut beroperasi di Irak (Wirawan Sukarwo, 2009 :

238).

PMC-PMC ini datang ke Irak dengan bekal surat kontrak antara mereka

dengan pihak pemerintah AS, khususnya Departeman Pertahanan. Koneksi yang

sudah terbangun dan terjalin antara para pengusaha dengan politisi yang duduk

dalam pemerintahan membuat keberadaan mereka semakin aman. Ada hubungan

timbal balik yang jelas antara pemerintah AS dengan para PMC ini di Irak. Di satu

sisi, AS menginginkan kondisi yang stabil dalam mengeksplorasi kekayaan

minyak Irak. Sementara itu, di sisi lain, PMC-PMC ini juga membutuhkan proyek

demi kelangsungan bisnis mereka. Sinergi dari dua kepentingan ini terwujudkan

dalam praktik bisnis tentara bayaran, dan PMC yang menjadi ujung tombak AS

menegakkan hegemoni ekonominya di Irak (Wirawan Sukarwo, 2009 : 248).

a. Halliburton

Nama Halliburton berasal se-orang pengusaha asal Oklahoma yang bernama Erie P. Halliburton. Pria ini mendirikan perusahaan bernama New Method Oil Well Cementing Company tahun 1919 di Oklahoma. Setelah satu tahun, nama perusahaan itu diganti menjadi Halliburton Oil Well Cementing Company. Setelah Erie P. Halliburton wafat pada 1957, dirinya meninggalkan 201 kantor perwakilan di 22 negara bagian AS dan 20 negara asing.

Pada 1962, Halliburton menggabungkan diri dengan Brown & Root,

sebuah perusahaan kontraktor umum yang didirikan oleh Herman Brown, George

Brown serta Dan Root. Perkembangan selanjutnya, yaitu pada 1998 Halliburton

Page 84: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5968/1/188571111201110431.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

melakukan marger atau penggabungan dengan Dresser Industries, sebuah

perusahaan jasa pelayanan energi yang didirikan oleh Solornnon R. Dresser.

Halliburton mendapatkan perusahaan M.W. Kellog yang bergerak dalam bidang

pengolahan minyak dan pembuatan pipa minyak. Perusahaan M.W. Kelog

didirikan oleh Morris W. Kellog pada 1900. Pada 2002, secara resmi, Halliburton

mengumumkan diversivikasi usaha mereka ke dalam dua sektor bisnis, yaitu

Halliburton Energy Servis Group dan Kellog Brown & Root (KBR)

(www.halliburton.com. diunduh tanggal 1 Agustus 2010).

Perusahaan ini lebih dikenal dengan aktivitasnya dalam bidang energi dan

konstruksi. Dalam website resminya, disebutkan jumlah karyawan perusahaan ini

mencapai lebih dari 100.000 orang yang bekerja di lebih dari 120 negara.

Disebutkan pula bahwa mereka memiliki empat kelompok usaha yang supermaju

yaitu; drilling and formation evaluation, fluid sistem, production optimization,

serta digital and consulting solutions (www.halliburton.com. diunduh tanggal 1

Agustus 2010). Dari informasi yang terdapat dalam website resminya, tidak

tampak aktivitas bisnis penyewaan tentara bayaran yang mereka lakukan. Padahal,

Halliburton adalah perusahaan yang mendapatkan kontrak rekonstruksi Irak

dengan anggaran paling besar. Jumlah anggaran yang mereka dapatkan sekitar

US$ 8 miliar. Sebagai gambaran umum, nilai kontrak yang diberikan pada PMC

biasanya hanya berkisar puluhan juta dolar.

Halliburton memiliki kedekatan hubungan dengan pemerintahan George

W. Bush. Wakil Presiden Dick Cheney adalah mantan CEO perusahaan ini. Dick

Cheney menjabat sebagai CEO sejak 1995 sampai tahun 2000. Di bawah

kepemimpinannya, Halliburton menjadi perusahaan yang maju. Keberhasilan

Dick Cheney di Halliburton dianggap sebagai salah satu faktor yang

mengantarnya menjadi wakil presiden AS. Jadi, tidaklah mengherankan apabila

perusahaan ini mudah mendapatkan kontrak dalam bisnis-bisnis militer

pascaperang yang diberikan pemerintah AS( Angkasa ,April 2003: 40).

Page 85: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5968/1/188571111201110431.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

Membahas mengenai sepak terjang Halliburton pada masa Bush sama

sekali tidak bisa dilepaskan dari peran besar seorang Dick Cheney. Keduanya

(Dick Cheney dan Halliburton) seperti sudah melekat satu sama lain, saling

mempengaruhi dan saling menguatkan. Dick Cheney menjadi seorang yang sangat

berpengaruh di dalam pemerintahan AS adalah berkat kontribusi dana Halliburton

pada kampanye Partai Republik. Sebaliknya, Halliburton berhasil menjadi

perusahaan yang besar adalah berkat perantara Cheney yang menghubungkan

perusahaan ini dengan pemerintah (www.halliburton.com. diunduh tanggal 1

Agustus 2010).

Dick Cheney mulai bergabung dengan Halliburton sejak 1995. Pada masa

sebelumnya, dia lebih dikenal sebagai seorang menteri pertahanan AS di zaman

presiden Bush senior. Dia bergabung dengan Halliburon tepatnya pada 10

Agustus 1995 dan membawa serta temannya yang bernama Davis Gribbin. Davis

Gribbin sendiri adalah mantan deputi Cheney ketika masih menjabat sebagai

Menteri Pertahanan AS (www.halliburton.com. diunduh tanggal 1 Agustus 2010).

Setelah Cheney bergabung dengan Halliburton kontrak bisnis perusahaan

ini mengalami peningkatan dari 1.2 miliar US$ menjadi 2,3 miliar US$.

Kebanyakan kontrak bisnis ini didapatkan dari Departemen Pertahanan AS,

tempat Cheney sebelumnya berkarier. Kemudian pendapatan Halliburton dari

kontrak operasi luar negeri pun bertambah menjadi 68% dari sebelumnya yang

hanya 51%. Kontrak-kontrak tersebut kebanyakan berasal dari US Army Corps of

Engineers. Berdasarkan laporan Tr-Center for Public Integrity, Halliburton juga

mendapatkan kemudahan pinjaman dana dari Overseas Private Investment

Corporation (OPIC) dan US Export Import Bank (ExIm) sebesar 1,5 miliar US$.

Jadi, jelaslah sudah bahwa bergabungnya Dick Cheney dengan Halliburtor adalah

suatu hal yang menguntungkan bagi keduanya (www.halliburton.com. diunduh

tanggal 1 Agustus 2010).

Setelah cukup memberikan keuntungan pada Halliburton dari dalam, Dick

Cheney melirik sebuah posisi yang amat strategis untuk terus meraup keuntungan

Page 86: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5968/1/188571111201110431.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

bagi perusahaan ini. Posisi itu adalah wakil presiden AS. Hal ini tampak sudah dia

rencanakan sejak masa kampanye Presiden Bush bersama dengan Partai Republik.

Cheney sendiri adalah mantan orang kepercayaan presiden Bush Senior, ayah

George W. Bush. Jabatan wakil presiden itu akan membuat dirinya lebih mudah

mendapatkan kontrak kerja untuk Halliburton ketimbang posisinya selama ini

yang hanya mengandalkan koneksi dan kedekatan hubungannya dengan beberapa

pejabat pemerintah. Rencana besar Cheney ini dimudahkan dengan skenario

perang Irak yang ada dalam agenda pemerintahan Bush.

Akhirnya, tahun 2000, Halliburton ditinggalkan oleh Dick Cheney yang

berhasil menemani George W. Bush menjadi wakil presiden AS. Setelah itu,

hubungan Halliburton dan pemerintah tidak serta-merta putus. Seperti rencana

sebelumnya, Cheney menjadi ujung tombak Halliburton untuk mendapatkan

kontrak kerja yang besar dari pemerintah AS. Sebagai kompensasinya, Haliburton

tetap memberikan sejumlah uang kepada Dick Cheney dan sebaliknya, Dick

Cheney terus berperan dalam perolehan kontrak bisnis Halliburton. Sebuah bentuk

simbiosis mutualisme.

Pada 2005, majalah Fortune mengeluarkan laporan bahwa Halliburton

berada pada peringkat 103 dari 500 korporasi terbesar di AS versi majalah

tersebut. Pencapaian Halliburton pada 2005 itu dapat dikatakan menurun apabila

dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang berada pada peringkat 101. Selama

tahun 2005, Halliburton berhasil mendapatkan pendapatan sebesar 20,994 juta

US$ atau meningkat 2,6% dari tahun sebelumnya dan profit yang berhasil

didapatkan adalah 2,358 juta US$ (Fortune, 8 Mei 2006: 5).

Halliburton sudah berdiri sejak tahun 1919, tetapi hanya bergerak di

bidang energi dan konstruksi. Keberadaan Halliburton sebagai perusahaan

penyedia tentara bayaran mulai terlihat pascainvasi pertama AS ke Irak tahun

1992. Halliburton juga menjadi prioritas pertama pemerintah AS ketika

memangkas setengah dari jumlah tentaranya pascaperang dingin. Perusahaan ini

menjadi semacam wadah bagi para tentara yang diberhentikan dari dinas

Page 87: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5968/1/188571111201110431.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

resminya. Masalah ini dianggap penting bagi pemerintah AS karena membiarkan

mantan tentara yang menyenangi perang sama saja dengan bencana (Fortune, 8

Mei 2006: 60).

Halliburton memakai anak perusahaannya yaitu Kellog Brown & Root untuk menjalankan bisnis tentara bayaran di Irak. Jadi, jika kita membahas PMC asal AS di Irak, kita tidak akan menemukan Halliburton sebagai salah satu PMC tersebut. Kontrak di bidang tentara bayaran atau dalam istilah lain disebut pengamanan dijalankan oleh KBR sebagai anak perusahaan Halliburton. Sementara itu, Halliburton sendiri tampil sebagai perusahaan yang bergerak di bidang energi, apalagi kalau bukan minyak bumi.

Di bawah kontrak yang bernama Logistic Civil Augmentation Program (LOGCAP) dan disetujui pada Desember 2001, Halliburton menjadi satu-satunya korporasi yang mendominasi proyek rekonstruksi Irak. Halliburton menggunakan anak perusahaannya, yaitu Kellog Brown & Root untuk melaksanakan kontrak tersebut. Jumlah total pekerja KBR di Irak adalah sekitar 24.000 personel, atau 3/4 dari total pekerja asing yang dipekerjakan di sana. Pekerja Halliburton melakukan berbagai macam pekerjaan mulai dan menggali jamban, mangantarkan logistik, mencukur rambut, menyiapkan makanan, hingga melayani jasa pengiriman surat untuk tentara AS.

Pada akhir 2003, kongres AS telah mengalokasikan dana untuk Irak sebesar 18 miliar US$. Dana tersebut digunakan untuk proyek "Iraq Relief and Reconstruction Fund" dan dibagi ke dalam sebelas kontrak yang melingkupi transportasi komunikasi, distribusi air, dan suplai listrik. Hallibururton mendapatkan salah satu kontrak tersebut, yakni dengan total 1,2 miliar US$ untuk memperbaiki jasa minyak (restore oil servis) di kawasan Irak selatan (www.warprofiteers.com. diunduh tanggal 5 austus 2010)

Pada 2005 dan 2006, Halliburton berturut-turut mendapatkan pembayaran

dari pemerintah AS sebesar 7 miliar dan 4 miliar US$. Istilah pembayaran

merujuk kepada sistem kontrak yang dijalankan oleh Halliburton dan pemerintah

AS, yaitu sistem “cost plus”. Sistem ini menyerupai sistem reimburse saat salah

Page 88: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5968/1/188571111201110431.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

satu pihak menggunakan uangnya terlebih dahulu, kemudian mendalpatkan ganti

sesuai dengan jumlah pemakaian. Halliburton menggunakan sistem “cost plus”

untuk menggelembungkan uang tagihan kepada pemerintah. Sebagai contoh, KBR

menagih pembayaran lebih dari 1.500 peti minuman ringan per bulan kepada

pemerintah AS dengan harga US$ 45 tiap satu peti. Kontrak-kontrak yang

diperoleh Halliburton secara rinci dari tahun 2002 sampai tahun 2003 tampak

pada tabel :

Tabel 3. Kontrak-kontrak Halliburton dengan AS dari tahun 2002 sampai dengan

tahun 2003.

Tanggal Peristiwa11 November 2002 Pemerintahan Bush meminta Halliburton (saat

itu beroperasi berdasarkan kontrak logistik angkatan darat) untuk mengembangkan rencana cadangan bagi infrastruktur minyak Irak

8 Maret 2003 Kontrak rahasia infrastruktur minyak diberikan kepada anak perusahaan Halliburton, KBR tanpa melalui tender

24 Maret 2003 Kontrak pemadaman kebakaran sumur minyak dan penaksiran kerusakan fasilitas minyak diumumkan secara terbuka

8 April 2003 Pemerintahan Bush mengatakan kontrak Halliburton bernilai US$ 7 miliar, tetapi setumpuk sub-kontrak akan dibuka melalui tender dengan segera

14 April 2003 Korps Teknik Angkatan Darat menyatakan nilai kontrak tidak akan sampai US$ 650 juta. Mereka memperkirakan pengadaan tender baru pada akhir April, dan penyerahan kontrak baru akan terjadi pada Juni

2 Mei 2003 Angkatan Darat mengumumkan kontrak yang mencakup operasi fasilitas minyak. Penyerahan kontrak baru ditunda hingga Agustus

11 Juni 2003 Angkatan Darat menunda penyerahan kontrak hingga Oktober

29 Oktober 2003 Angkatan Darat menunda penyerahan kontrak sampai Desember

1 Desember 2003 Angkatan Darat menunda penyerahan kontrak sampai Januari 2004

31 Desember 2003 Pentagon memutus kontrak Halliburton berkaitan dengan munculnya dugaan mark-up harga dua kali lebih tinggi dari yang seharusnya dalam impor bensin dari Kuwait untuk memenuhi kebutuhan di Irak

Sumber : Tempo, 25 Februari 2004

Page 89: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5968/1/188571111201110431.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

Dari tabel di atas nampak bahwa Halliburton memiliki kedekatan yang erat

dengan Pemerintahan Bush, jadi tidak mengherankan jika Halliburton begitu

mudah dalam mendapatkan kontrak tender dalam program rekonstruksi Irak dari

Pemerintahan Bush. Dampak dari kontrak-kontrak Halliburton dengan

Pemerintahan Bush menghasilkan kontrak Halliburton dalam program

rekonstruksi infrastruktur minyak selama 8 bulan kontrak yang secara rinci

tampak pada tabel 4.

Tabel 4. Kontrak Halliburton dalam program rekonstruksi infrastruktur minyak

Irak secara kumulatif

Tanggal Nilai Kontrak

6 Mei 2003 US$ 77 juta dolar

17 Juli 2003 US$ 461 juta dolar

21 Agustus 2003 US$ 704 juta dolar

17 Oktober 2003 US$ 1.590 juta dolar

18 November 2003 US$ 1.715 juta dolar

11 Desember 2003 US$ 2.261 juta dolar

Sumber : Wirawan Sukarwo, 2009 : 241

Dari 8 kontrak kerja yang dijalankan Halliburton dalam program

rekonstruksi infrastuktur minyak di Irak, Halliburton mendapatkan keuntungan

yang sangat besar. Balada para pengusaha memperebutkan kontrak di Irak sudah

dimulai sejak perang masih direncanakan. Halliburton sendiri memang mengincar

kontrak-kontrak pada proyek rekonstruksi. Sementara itu, perusahaan lainnya ada

yang sudah mendapatkan kontrak ketika perang masih berlangsung.

Page 90: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5968/1/188571111201110431.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

b. BlacKwater

Nama Blackwater sempat ramai diberitakan pada 2004. Saat anggota

Blackwater sedang menjalankan tugas pengiriman logistik melewati kota Fallujah.

Tiba-tiba, konvoi pasukan mereka disergap oleh pasukan perlawanan Irak dan

empat orang anggota Blackwater tewas mengenaskan. Mayat mereka digantung

terbalik di atas sungai Euphrat. Kejadian ini diberitakan secara luas oleh pers

internasional dan sekaligus membuat nama Blackwater semakin dikenal

(Republika, 3 Maret 2004).

Dari sekian banyak PMC yang saat ini beroperasi di seluruh dunia,

Blackwater Security Consulting adalah model PMC yang paling modern. Dalam

artikel Murray Horton yang berjudul "The Privatization of War" dikatakan bahwa

Blackwater adalah satu-satunya PMC yang memiliki fasilitas paling luas, modern

serta lengkap. Sedemikian lengkapnya, sampai-sampai militer AS sendiri kerap

berlatih di fasilitas mereka. Oleh karena itu, Blackwater sering mendapatkan

kontrak yang memiliki risiko tidak biasa. Mereka kerap diberikan misi seperti

halnya militer sungguhan. Blackwater sering terlibat dalam sebuah pertempuran

terbuka layaknya militer resmi. Berbeda dengan PMC yang lain, para personel

Blackwater memang umumnya adalah para veteran perang dan mantan anggota

pasukan khusus. Dengan latar belakang semacam itu, pantaslah jika mereka

memiliki naluri berperang yang jauh lebih tinggi daripada personel PMC yang

lain (www.blackwaterusa.com diunduh tanggal 5 Agustus 2010).

Blackwater Security Consulting merupakan cabang usaha dari Blackwater

USA. Secara formal, PMC ini menawarkan tiga jasa, utama yaitu analisis risiko,

pengamanan bergerak, dan solusi proteksi. Ketiga jasa tersebut dipersiapkan untuk

kepentingan pribadi, pemerintah maupun pihak tertentu dari dan untuk sebuah

wilayah berisiko tinggi (www.blackwaterusa.com diunduh tanggal 5 Agustus

2010)

Blackwater didirikan pada 1996 oleh seorang mantan tentara elite

Angkatan Laut AS. Para personel Blackwater adalah para mantan tentara elite

Page 91: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5968/1/188571111201110431.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

yang memiliki kualifikasi tempur di atas rata-rata tentara reguler. Para mantan

tentara elite ini tidak hanya direkrut dari AS saja, tetapi juga dari luar AS seperti

Afrika dan Cili. PMC ini berbeda dengan PMC lain yang lebih banyak didominasi

para profesional di bidang teknik dan logistik. Blackwater Security Consulting

benar-benar dipersiapkan sebagai jasa tentara bayaran yang siap diterjunkan

dalam misi tempur seekstrem apa pun, yang menjadi keunikan Blackwater adalah

tidak semua personel mereka adalah orang Amerika Serikat. Ada di antara mereka

yang merupakan mantan pasukan elite Inggris seperti SAS. Bahkan, ada yang

berasal dari pasukan Apartheid di Afrika Selatan. Dengan kualifikasi seperti itu,

Blackwater paling pantas menyandang status tentara bayaran. Hal ini merupakan

sesuatu yang berbeda dari PMC lainnya yang cenderung didominasi oleh para

profesional di bidang teknik dan logistik. Para personel Blackwater adalah tentara

yang benar-benar dipersenjatai dengan profesional layaknya militer sungguhan

(www.blackwaterusa.com diunduh tanggal 5 Agustus 2010).

Dalam proyek rekonstruksi Irak, Blackwater menjadi PMC yang paling

dominan dalam hal pengamanan jalur dan pengiriman logistik dari dan menuju

aset pemerintah AS. Dalam kegiatan sehari-hari mereka di Irak, mereka sulit

dibedakan dengan tentara reguler lainnya karena mereka menggunakan seragam

dan atribut yang sama dengan tentara reguler.

Muray Horton sampai menulis bahwa kemiripan mereka dengan militer

sungguhan membuat mereka terlibat masalah di Irak. Penduduk setempat yang

melihat mereka sampai mengira mereka anggota pasukan elite atau paling tidak

anggota CIA. Suatu predikat yang sangat berbahaya di wilayah seperti Irak. Satu

gaya yang memang sangat mirip dengan para pasukan khusus adalah kebiasaan

menggunakan kacamata Oakley. Kebiasaan inilah yang sering membuat mereka

dianggap sombong, karena bergaya layaknya pasukan elite (Murray Harton,

2004).

Dengan profil seperti itu, tidak heran jika mereka kerap dijadikan sasaran

oleh para gerilyawan Irak . Ditambah lagi, kebencian para gerilyawan terhadap

Page 92: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5968/1/188571111201110431.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

kehadiran pasukan AS di Irak. Keempat anggota Blacwater yang terbunuh di

fallujah menjadi sebuah catatan hitam yang diekspose besar-besaran ke seluruh

dunia. Sebelum peristiwa itu diberitakan, masalah tentara bayaran di Irak tidak

pernah menyangkut sekali pun di dalam kolom artikel media dan surat kabar

terkenal di Indonesia. Setelah kejadian tersebut, mulai ada yang mengangkat

masalah ini ke permukaan walaupun sifatnya masih dangkal dan asumtif (Murray

Harton, 2004).

Mengingat PMC beranggotakan para mantan pasukan elite, maka para

personel Blackwater sering kali menggunakan persenjataan yang juga tidak biasa.

Sebagai sebuah perusahaan swasta, Blackwater sering mengubah dan

memodifikasi persenjataan mereka sesuai kebutuhan dan permintaan para

personel. Salah satu pemberitaan yang kontroversial terkait masalah ini adalah

penggunaan peluru yang disebut APLPs (Armor Piercing Limited Penetrations).

Peluru ini adalah produk militer yang belum mendapatkan izin resmi dari

pemerintah AS dan sama sekali belum pernah digunakan oleh pasukan militer.

Peluru ini dibuat oleh sebuah perusahaan swasta bernama Le Mas yang berada di

kota Arkansas, AS. Yang menjadi kelebihan peluru ini adalah daya hantamnya

yang dapat menghancurkan lapisan baja dengan ketebalan beberapa inci. Peluru

ini tidak menembus lapisan baja tersebut melainkan menghancurkannya seperti

sebuah bom tanam. Karena keampuhannya, peluru ini sampai disebut sebagai

pelumat logam (Jeremy Scahill, 2007 : 63).

Pada pertengahan September 2003, salah satu personel Blackwater

menggunakan senjata ini untuk membunuh milisi Irak yang menyergap mereka di

sebelah utara Baghdad. Salah satu personel yang menembakkan senjata itu

menceritakan bahwa ia hanya mengenai bagian dubur lawannya. Namun, seketika

itu juga bagian bawah perut si penyergap hancur berantakan dan seketika itu pula

dia tewas (Jeremy Scahill, 2007 : 64). Dubur memang bukan titik yang mematikan

untuk sebuah peluru senapan. Namun, dengan peluru yang satu ini, bagian apa

pun dari tubuh manusia bisa menjadi target serangan yang mematikan. Sampai

saat ini, peluru tersebut masih menjadi perdebatan di dalam kongres AS. Di

Page 93: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5968/1/188571111201110431.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

samping itu, sangat kecil harapan peluru itu dapat diterima oleh PBB sebagai

senjata organik militer. Di lain pihak, tanpa mengindahkan berbagai regulasi

mengenai penggunaan senjata, Blackwater membekali para personelnya dengan

peluru ini.

Aset-aset penting berupa kilang dan ladang minyak banyak terdapat di

wilayah utara dan selatan Irak. Markas komando terbesar AS terdapat di Umn

Qassar di sebelah selatan Irak dan juga di Baghdad. Wilayah selatan adalah

wilayah yang didominasi golongan Syiah. Sementara itu, wilayah utara

didominasi suku Kurdi yang tidak berbahaya. Daerah yang paling berbahaya di

Irak pascainvasi adalah wilayah Segitiga Sunni Irak yang menghubungkan ketiga

kota besar, yaitu Baghdad, Ramadi, dan Tikrit (Trias Kuncahyono, 2005 : 135).

Wilayah ini terdapat di tengah-tengah negara Irak dan merupakan jalur distribusi

yang menghubungkan wilayah selatan dan utara Irak. AS harus melewati jalur ini

setiap kali mengirim dan menjemput logistik mereka. Untuk alasan keamanan

jalur inilah, Blackwater disewa pemerintah AS.

Jika dalam menjalankan misi, para personel Blacwater terlibat baku

tembak dengan kelompok pemberontak maka mereka dapat memberikan serangan

balik sesuai dengan kondisi yang ada. Mereka memang tidak diharuskan

menyerang, tetapi mereka kerap dijadikan umpan bagi para gerilyawan agar

keluar dari sarang mereka. Sambil terus meladeni kelompok gerilyawan, para

personel Blackwater berusaha menghubungi pasukan koalisi untuk meminta

bantuan. Jika mereka beruntung, bantuan tersebut akan tiba tepat waktunya.

Namun, jika mereka sedang sial, bantuan itu akan datang setelah para personel ini

terbunuh atau tertangkap.

Irak pascainvasi memang berubah menjadi lebih menyeramkan dibanding

saat invasi. Peledakan bom terjadi di mana-mana hampir setiap hari. Wilayah

yang paling sering mendapatkan serangan adalah kota-kota Irak bagian tengah.

Kota-kota ini pada masa kekuasaan Saddam Hussein merupakan sentral kekuatan

militer Irak. Kota-kota seperti Baghdad, Fallujah, Ramadi, dan Tikrit merupakan

Page 94: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5968/1/188571111201110431.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

kota yang paling sering mendapatkan serangan. Kota-kota tersebut juga

merupakan kota yang menjadi basis populasi golongan Sunni Arab yang ada di

Irak. Pada masa kekuasaan Saddam, golongan Sunni adalah golongan yang paling

dekat dengan kekuasaan sekaligus memegang kekuatan militer negara ini.

Wilayah ini adalah yang menjadi pusat kekuasaan politik serta militer Saddam

Hussein.

Di wilayah yang sering disebut sebagai segitiga Sunni Irak, sisa-sisa

kekuatan militer Saddam bangkit memberikan perlawanan. Mereka yang pada

masa sebelumnya adalah tentara, menginginkan keadaan kembali seperti

sebelumnya. Keberadaan pasukan AS yang menjaga proses demokratisasi Irak

menjadi hal yang paling dibenci militer Irak. Mereka sadar sepenuhnya. apabila

Irak mengadopsi sistem demokrasi, maka akses mereka terhadap kekuasaan akan

sangat kecil mengingat mereka bukan berasal dari golongan yang minoritas.

Meskipun terus-menerus dikejar oleh pasukan koalisi, para mantan tentara

Saddam Hussein ini masih memberikan perlawanan yang berarti. Ditambah lag:

mereka mulai menghidupkan taktik perlawanan gerilya dengan membaur di

tengah masyarakat sipil sebelum melakukan serangan. Sampai saat ini, mereka

masih menganggap Irak belum jatuh ke tangan AS. Model perlawanan seperti

inilah yang paling merepotkan pasukan koalisi dan tentara bayaran.

Proyek rekonstruksi Irak memang dipusatkan di wilayah segitiga Sunni.

Berbagai proyek rekonstruksi di bidang kemanusiaan dan sosial terus

dilaksanakan Blackwater adalah satu-satunya PMC yang dikontrak pemerintah AS

untuk mengamankan wilayah ini Keberadaan mereka bukan untuk misi

kemanusiaan ataupun misi sosial, tetapi untuk mengamankan jalur pipa minyak

yang melewati wilayah ini. Jalur pipa minyak itu berasal dari wilayah selatan dan

utara Irak yang memang kaya akan minyak. Salah satu kota yang dilewati oleh

pipa minyak adalah Fallujah yang sering disebut kota kematian bagi pasukan AS.

Di luar wilayah Segitiga Sunni Irak Blackwater juga kerap menghadapi

perlawanan. Markas mereka di kota Najaf, Irak Selatan, pernah digempur ratusan

Page 95: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5968/1/188571111201110431.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

milisi Irak. Insiden itu menewaskan beberapa personel Blackwater dan sejumlah

pasukan koalisi.

Personel Blackwater adalah yang paling sering menjadi sasaran para

gerilyawan ataupun pasukan pemberontak di Irak. Kemiripan mereka dengan

tentara reguler menjadi salah satu faktor utamanya. Personel PMC ini sering tewas

di dalam tugas akibat salah perhitungan yang disebabkan kurangnya data intelijen

dalam misi mereka. Salah satu hal yang membedakan PMC dengan satuan militer

reguler adalah akses terhadap data intelijen. Sebagai perusahaan swasta, mereka

sering kesulitan atau bahkan tidak mendapatkan data intelijen terkait misi yang

akan mereka jalankan.

Namun, terlepas dari segala kelemahan yang ada, PMC ini memang tampil

dengan wajah yang garang. Mereka terkenal memiliki nyali baja di wilayah tugas.

Selain itu, mereka juga kerap menciptakan aturan hukum sendiri tanpa

mempedulikan ekses bagi pihak yang menyewa jasa mereka. "We are not simply a

private militery company", begitu perkataan sang manajer dalam mempromosikan

perusahaan ini. Bahkan, mereka berani mengatakan kalau mereka adalah militer

profesional yang dapat menjadi solusi bagi operasi-operasi keamanan di dunia.

c. DynCorp

Perusahaan penyedia tentara bayaran lainnya yang mendapatkan kontrak

di Irak pascainvasi adalah DynCorp. Berbeda dengan Halliburton yang

memperkenalkan dirinya sebagai perusahaan kontraktor dan energi, DynCorp

secara terang-terangan menunjukkan dirinya sebaga perusahaan jasa keamanan

(security).

DynCorp didirikan pada 1946 pasca-perang dunia kedua. Pendirian

perusahaan ini pada awalnya merupakan solusi atas melimpahnya jumlah veteran

perang pascaperang dunia kedua. Selain banyaknya jumlah veteran perang, jumlah

persenjataan yang dimiliki juga masih sangat banyak. Atas dasar itulah, DynCorp

didirikan dan kemudian berhasil mempekerjakan ribuan tenaga kerja. Pendirian

Page 96: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5968/1/188571111201110431.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

DynCorp saat itu didukung penuh oleh Presiden AS Henry S. Truman

(www.dyncorp.com diunduh tanggal 7 Agustus 2010).

DynCorp adalah perusahaan penyedia tentara bayaran yang memiliki

kantor pusat di Virginia, AS. Para pendiri perusahaan ini adalah para mantan pilot

perang dunia kedua. Semenjak berakhirnya perang, mereka juga semakin

kehilangan pekerjaan. Untuk menyiasati hal ini, mereka mendirikan perusahaan

pengangkut (kargo) yang bernama California Eastern Airways. Perusahaan ini

menggunakan koneksi dertgan pihak militer untuk mendapatkan proyek-proyek

pengangkutan kargo bagi keperluan militer. Dengan koneksi itu, mereka sering

mendapatkan proyek besar ketika sebuah perang berlangsung. Salah satu perang

yang melibatkan mereka secara aktif adalah Perang Korea tahun 1950-an

(www.dyncorp.com diunduh tanggal 7 Agustus 2010).

Setelah mereka memiliki cukup modal sekaligus reputasi yang baik dalam

bisnis, mereka pun merambah ke bidang lain seperti pengawalan pribadi,

pelatihan militer, dan lain-lain. Bidang-bidang bisnis yang mereka kembangkan

tidak pernah jauh dari dunia militer, karena akses dan klien mereka yang paling

besar adalah militer itu sendiri. Satu hal yang menjadi ciri khusus dari DynCorp

adalah komitmen mereka untuk menghindari keterlibatan secara langsung dalam

situasi perang terbuka layaknya militer, resmi. Dengan kata lain, mereka adalah

tentara bayaran yang low profile dan berada di belakang layar (www.dyncorp.com

diunduh tanggal 7 Agustus 2010).

Dalam tender rekonstruksi pascaperang di Irak DynCorp ikut ambil bagian

sebagai PMC yang aktif Seperti halnya Halliburton yang menjadikan Dick

Chenev sebagai perantara kepentingan antara pemerintah dan perusahaan,

DynCorp juga menjadikan Paul Lombardi sebagai penghubung berbagai irisan

kepentingan tersebut. Keduanya (Cheney dan Lombardi) menggunakan akses

koneksi mereka dengan pemerintahan pusat Koneksi yang dimiliki oleh Lombardi

berasal dari jejak kariernya di lingkungan militer AS. Walaupun bukan sebagai

personel militer resmi, jasanya selalu dipakai oleh militer. Sebelum menjadi

Page 97: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5968/1/188571111201110431.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

pimpinan DynCorp dia pernah merintis karier pada sejumlah organisasi swasta

rekanan militer AS. Di antara organisasi tersebut antara lain; Army Aviation

Association of America, American Defense Preparadness Association, American

Society of Naval Engineers, Armed Forces Communications and Electronis

Association (AFCEA), Navy League, Air Force Association, serta Association of

the US Army. Pengalaman panjangnya bersama militer AS itulah yang

membuatnya memiliki koneksi dengan pemerintahan AS saat tender rekonstruksi

(www.globalsecurity.org diunduh tanggal 7 Agustus 2010).

Dalam proyek rekonstruksi Irak, DynCorp merupakan salah satu PMC

yang mendapatkan kontrak kerja. Berbeda dengan Halliburton dan Blackwater,

DynCorp lebih memilih untuk menjalankan tugas di belakang medan tempur.

Mereka tidak mau terlibat langsung dalam sebuah kontak senjata. DynCorp lebih

sering ditugaskan untuk memasok senjata dengan teknologi canggih sekaligus

melatih tentara reguler untuk mengoperasikannya. Dalam website resminya,

DynCorp memang tidak menunjukkan kegemarannya terhadap perang, terdiri

lebih kepada menawarkan profesional yang didukung teknologi canggih

(www.dyncorp.com diunduh tanggal 7 Agustus 2010).

Kondisi di Irak pascainvasi sangat tidak stabil. Pengeboman dan

penyergapan terhadap tentara asing (AS) sering kali terjadi tanpa diduga-duga.

Untuk mengamankan jalur pengiriman logistik dari dan menuju aset-aset AS,

dibutuhkan seperangkat sistem radar yang canggih. Peralatan-peralatan tersebut

nantinya akan digunakan oleh tentara bayaran ataupun tentara reguler lainnya di

lapangan. Perusahaan yang memasok dan mengembangkan peralatan canggih

tersebut salah satunya adalah DynCorp.

Sejak perusahaan ini dipimpin oleh Paul V. Lombardi, Dyn Corp menjadi

perusahaan jasa keamanan yang besar. Keberhasilan Lombardi dalam mengelola

perusahaan ini mengorbitkannya sebagai wakil presiden perusahaan pada 1994.

Dengan jabatannya sebagai wakil presiden perusahaan, DynCorp berhasil meraup

keuntungan yang semakin besar. Keuntungan yang dihasilkan DynCorp pada

Page 98: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5968/1/188571111201110431.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

masa Lombardi mencapai 1 miliar dolar per tahun. Para pengamat ekonomi

banyak yang berpendapat bahwa apa yang dicapai oleh DynCorp, 80 persennya

adalah hasil kerja keras Lombardi . Keberhasilan DynCorp yang menggabungkan

kekuatan jaringan dengan kreativitas bisnis memang tertuju pada sosok Lombardi.

Selama periode kepemimpinannya (1997-2003) perusahaan ini telah mempunyai

kontrak bisnis dengan 30 lembaga pemerintah di AS. Beberapa lembaga itu,

antara lain; Departemen Pertahanan, FBI, DBA, Sekretariat Negara, serta

Lembaga Pemasyarakatan. (www.dyncorp.com diunduh tanggal 7 Agustus 2010).

Pelanggan utama DynCorp adalah pemerintah AS. DynCorp dijadikan

rekanan bisnis yang sangat penting bagi pemerintah AS terutama di bidang

asistensi milier. Tidak hanya itu, berbagai macam jasa keamanan pejabat negara

sukses dikerjakannya. Perusahaan ini semakin maju ketika bergabung dengan

CSC (Computer Sciences Corporation), sebuah perusahaan teknologi Komputer

dari California (www.globalsecurity.org diunduh tanggal 7 Agustus 2010).

Penggabungan itu membuat DynCorp semakin melebarkan sayapnya dalam bisnis

teknologi militer yang berbasis komputer.

Amerika Serikat menjadikan perang Irak sebagai uji coba berbagai

teknologi persenjataan mereka yang terbaru. Teknologi persenjataan yang

dikembangkan bersama perusahaan semacam DynCorp. Kebanyakan dari kerja

sama ini ada pada bidang komputerisasi persenjataan. Hampir seluruh

persenjataan Amerika Serikat yang tercanggih saat ini berbasis komputer. Hampir

tidak ada lagi senjata-senjata konvensional yang dianggap berisiko untuk

digunakan. Sebelum senjata-senjata canggih tersebut digunakan secara total oleh

militer, maka diperlukan masa uji coba yang melibatkan pihak calon pengguna

dan pemasok. Di sinilah peran DynCorp dimainkan. Mereka mendapatkan kontrak

untuk melatih tentara yang menggunakan berbagai instrumen komputer dalam

persenjataan mereka. Selain itu, DynCorp juga mengirim teknisi untuk

mernperbaiki peralatan militer AS yang digunakan di Irak

(www.globalsecurity.org diunduh tanggal 7 Agustus 2010).

Page 99: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5968/1/188571111201110431.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

Setelah invasi berakhir, DynCorp masih mendapatkan pekerjan sebagai

pendukung program rekonstruksi pasca-perang. Total personel yang dikirimkan ke

Irak setelah invasi justru jauh lebih besar dibandingkan pada masa invasi.

DynCorp dikontrak oleh pemerintah AS untuk menangani masalah keamanan,

teknologi komputer sampai penasihat militer Irak. Total bayaran yang didapatkan

DynCorp di Irak pasca-invasi mencapai 226,865 miliar dolar setahun. Pendapatan

sebesar inilah yang membuat mereka tetap bertahan di Irak meskipun kondisi

keamanan di negara tersebut jauh dari kata stabil.

E. Dampak Perubahan Sosial , Ekonomi dan Politik pada Masyarakat Irak

Pasca Invasi AS

1. Perubahan Sosial

Perubahan sosial yang muncul sebagai dampak dari Invasi Amerika pada

masyarakat Irak salah satunya adalah meletusnya perang saudara diantara

penduduk Irak sendiri, khususnya antara pendukung setia Saddam dan kelompok

yang kontra terhadapnya. Seperti diketahui bahwa masyarakat Irak terbagi ke

dalam dua bagian besar kelompok dilihat dari sikap mereka terhadap Saddam

Husein, kelompok utama dari para pendukung atau pengikut partai Baath, sebuah

partai terbesar sebagai wadah politik Saddam semasa pemerintahannya, dan

kelompok kedua kontra yang umumnya dari orang-orang yang bermazhab Syi'ah

di Irak, karena Saddam dinilai diktator dan bertindak sewenang-wenang terhadap

para pengikut Syiah di negerinya.

Kelompok yang kontra terhadap Saddam sebetulnya bukan datang dari

para pengikut Syiah saja, akan tetapi juga dari para penduduk Kurdi, karena

memang dari segi pemerataan pembangunan di Kurdi sangat tidak seimbang

dengan pembangunan di wilayah-wilayah lain yang ada di Irak. Hal itu tampak

jelas dari keterlibatan langsung para pejuang Kurdi dalam membela Amerika

untuk menggulingkan Saddam Husein, karena adanya harapan dari para pejuang

Kurdi untuk menduduki tahta pemerintahan Irak pasca jatuhnya Saddam

Husein.(Republika, 10 April 2003)

Page 100: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5968/1/188571111201110431.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

Irak mayoritas penduduknya adalah Muslim dan 60% bermazhab Syiah,

sedangkan 40% lainnya terbagi ke dalam kelompok Muslim yang bermazhab

Sunni dan pengikut agama-agama lain Perlakuan Saddam Husein terhadap

kelompok Syiah tidak semanis perlakuannya terhadap kelompok Muslim Sunni.

Para pengikut Syiah selalu mendapatkan perlakuan yang buruk dari Saddam

Husein, terbukti pada masa pemerintahannya banyak dari para kalangan ulama

Syiah yang dengan terang-terangan dibunuh atau disingkirkan dari Irak. Di antara

ulama yang dibunuh oleh Saddam adalah Ayatullah Murtadha Muthahhari dan

Ayatullah Baqir Shadr, sebagai ulama besar Syiah yang menjadi panutan para

pengikut Syiah (Nikki Keddy. 1983 : 198). Hal ini jelas menjadikan satu trauma

tersendiri bagi para pengikut Syiah terhadap Saddam sehingga mereka mengambil

jalur menentang terhadapnya.

Orang-orang yang pro terhadap Saddam, umumnya berasal dari para

pengikut Sunni, terutama di daerah Tikrit, sebagai basis dan tempat lahir Saddam

Husein.hampir mayoritas penduduk Tikrit yang mayoritas penduduknya

bermazhab Sunni adalah pembela dan pendukung Saddam (Tempo, 14 April

2002) .

Latar belakang permusuhan antara kelompok pro dan kontra terhadap

Saddam di atas lebih memanas setelah runtuhnya rezim Saddam dari tampuk

kekuasaan di Irak. Kedua fenomena di atas jelas akan menimbulkan konflik

internal di antara masyarakat Irak. Pertama, yaitu perang saudara atau perseteruan

antara kelompok Sunni dan Syiah, sudah terbukti dari kasus terbunuhnya

pemimpin spiritual Kaum Syiah Irak, yaitu Abdul Majid al-Khui (putera bungsu

Ayatullah al-Khui sebagai tokoh paling penting di mata para pengikut Syiah Irak).

Dan hal ini akan terus berlanjut sampai ada kebijakan politik dan sosial yang akan

meredam permusuhan mereka, yang datangnya dari pihak pemerintahan yang

menjadi alat untuk mendamaikan kedua kelompok yang bermusuhan tersebut

(www.irna.com. diunduh pada tanggal 11 Januari 2010).

Aktivitas keterlibatan para pejuang Kurdi dalam Invasi Amerika

menambah kekisruhan serta akan menimbulkan satu peta politik yang akan

Page 101: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5968/1/188571111201110431.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

tampak di Irak, persaingan dan perseteruan antara pejuang Kurdi yang mengincar

kursi pemerintahan Irak akan bentrok dengan sendirinya dengan para pengikut

Syiah yang juga merasa berhak menduduki kursi pemerintahan karena sebagai

kaum mayoritas di Irak (www.irna.com. diunduh pada tanggal 11 Januari 2010).

Setelah pemerintahan Saddam jatuh tidak tampak lagi bekas-bekas

kejayaan Bani Abbasiyah di negeri itu. Segalanya tampak suram. Letupan suara

senjata dan puing-puing bangunan di sepanjang kota telah merubahnya menjadi

negeri seribu satu bom. Semakin hari semakin kompleks persoalan dalam negeri

Irak. Berbagai permasalahan melanda bangsa. Kontak senjata antara serdadu AS

dengan warga Irak sering terjadi. Perseteruan antara kubu Sunni-Syi'ah yang

membuahkan beribu korban dari kedua belah pihak menambah semarak gaung

permusuhan. Bau bom dan mesiu menjadi aroma dan parfum kehidupan disana.

Para penduduk Irak kini lebih mementingkan membeli senjata dibanding membeli

bahan makanan. Seorang pensiunan perwira Irak, Mohammed Jasim El-Azraki

menyatakan bahwa membeli senjata saat ini adalah kebutuhan prioritas rakyat

Irak. Dalam suasana kacau ini setiap orang perlu menjaga diri karena tidak ada

yang tahu siapa kawan siapa lawan (www.aljazeraah.com. diunduh pada tanggal

11 Januari 2010).

Pada 1 Mei 2005 di Talafar, kota dekat perbatasan Syi'ah, seorang pelaku

pemboman menabrakkan mobilnya ke sebuah kemah yang dipenuhi pelayat,

dalam acara pemakaman seorang pemimpin Kurdi. Sekitar 30 orang tewas dan 50

lainnya luka-luka. Tiga hari kemudian, aksi yang sama menyerang sejumlah orang

Kurdi yang sedang antre di luar kantor Partai Demokratik Kurdistan (PDK), di

Irbil, Irak Utara. Sekitar 60 orang juga terbunuh di luar sebuah klinik di kota Hilla

(www.aljazeraah.com. diunduh pada tanggal 11 Januari 2010).

Ketegangan hubungan antara kaum Kurdi dan Sunni memang sudah

terjadi, khususnya di kawasan utara kota minyak, Kirkuk. Kurdi mengklaim

Kirkuk sebagai miliknya. Tetapi hal tersebut ditentang Arab Sunni yang

ditempatkan di kawasan itu dalam jumlah besar oleh pemerintah Partai Baath di

bawah pimpinan Presiden Saddam Hussein. Berbagai serangan dan kekerasan

mutakhir diperkirakan semakin mempertajam ketegangan antara kedua komunitas

Page 102: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5968/1/188571111201110431.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

itu. Hal yang mungkin akan semakin mendorong kaum Kurdi menuntut

kemerdekaan dan membentuk negara Kurdistan (www.detik.com. diunduh pada

tanggal 11 Januari 2010).

Kemungkinan akan terjadinya bentrokan antara pasukan arab Sunni dan

suku Kurdi dapat saja terjadi. Hal ini mengingat bahwa suku Kurdi merasa telah

terzalimi di bawah pemerintahan arab Sunni yang dipimpin Saddam. Suku Kurdi

juga berambisi menguasai tambang minyak Kirkuk. Penguasaan tambang minyak

tersebut adalah cara efektif untuk menguasai dan mengolah minyak Irak dan

meningkatkan income keuangan (www.detik.com. diunduh pada tanggal 11 Januari

2010).

Persoalan Kirkuk ini semakin mencuat setelah pemilu Desember 2005

kemarin. Ribuan rakyat Kurdi menduduki kota minyak tersebut. Pada umumnya

mereka dibiayai oleh dua partai besar Kurdi; Partai Demokratik Kurdistan (PDK)

dan Uni Patriotik Kurdistan (UPK).

Munculnya pemerintahan baru yang didominasi Syi'ah pimpinan Perdana

Menteri Ibrahim Al Jaafari kembali membuka luka-luka sektarian di Irak.

Ketegangan Sunni-Syi'ah semakin mengemuka. Sejak Al Jaafari mengumumkan

susunan kabinetnya, kekerasan meningkat. Suara jeritan dan erangan yang bersatu

dengan suara senapan semakin merobek hati. Mantan perdana menteri Irak, Iyad

Allawi, kepada BBC, akhir bulan lalu mengatakan bahwa antara 50 sampai 60

orang terbunuh tiap harinya di Irak, dan ini menandai negara itu sedang berada

dalam ‘perang saudara’ (www.republika.com. diunduh pada tanggal 11 Januari

2010).

Bahwa pihak-pihak asing menjadi aktor di balik pertumpahan darah

sektarian ini adalah fakta yang tidak terbantahkan. Peledakan mesjid milik Syi`ah

di Samarra misalnya, kepentingan asing diduga kuat berada di balik layar. Deretan

provokasi itu hingga saat ini kelihatannya sukses menabuh genderang perang

saudara di lembah Mesopotamia itu.

Dari segi pergeseran nilai dan peradaban pada negeri Irak, jelas akan

mengalami perubahan yang signifikan dikarenakan akan ada pemerintahan baru

yang akan mengeluarkan kebijakan-kebijakan baru untuk pembangunan kembali

Page 103: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5968/1/188571111201110431.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

negeri Irak pasca invasi. Peradaban Irak di masa depan akan lebih terbuka dan

demokratis dibanding pada saat masa Saddam Husein yang selalu lebih

mengutamakan perang sebagai alat menegakkan kehormatan bangsa. Irak

memerlukan sosok yang dapat menaikkan derajat bangsa Irak di mata

internasional, bukan sebagai pelopor dalam bidang perang dan senjata nuklir,

tetapi pelopor dari kemajuan peradaban dunia, seperti pendidikan, teknologi, seni,

dan pemikiran (www.republika.com. diunduh pada tanggal 11 Januari 2010).

2. Perubahan Sistem Ekonomi

Pasca Invasi AS, masalah minyak di Irak menjadi masalah yang paling

mencuat diantara masalah di Irak lainnya . Irak terkenal dengan banyak ladang

minyak yang terkandung di negerinya, sehingga Irak merupakan negara yang

menduduki posisi kedua produsen minyak setelah Arab Saudi.

Masalah minyak inilah yang menjadi fokus dari perhatian dunia terhadap

Irak, AS dan Israel juga berkeinginan untuk menguasai ladang-ladang minyak

Irak. Lebih dari itu, soal minyak ini menjadi ulasan penting di balik invasi AS ke

Irak. Hingga akhir Maret 2003, tercatat cadangan minyak di Irak mencapai 112,6

miliar barel atau merupakan cadangan terbesar kedua di dunia, setelah Arab saudi

yang di atas 200 miliar barel. Rata-rata produksi minyak Irak yang terkait dengan

program minyak untuk pangan sebesar 2,5 juta bph (Republika, 15 April 2003)

Minyak menjadi pendapatan utama pemerintahan Irak, yakni sekitar 95%,

lainnya dari perdagangan umum dan wisata. Setiap tahunnya Irak memperoleh

pendapatan sekitar 22 miliar dolar AS dari minyak. Sementara itu, jumlah

penduduk mereka sebesar 25 juta jiwa. Minyak itu kebanyakan diekspor ke

Amerika (http://www.forums.apakabar.com. diunduh pada tanggal 11 Januari

2010).

Dari penjelasan mengenai peta ekonomi Irak di atas, dapat dikatakan

bahwa sentral ekonomi utama Irak adalah minyak. Hal ini di masa depan akan

menjadi satu sejarah tersendiri bagi Irak, yaitu akan adanya pemusatan konsentrasi

pengiriman minyak secara besar-besaran setiap tahunnya ke AS, karena diduga

oleh sebagian besar para pakar ekonomi bahwa tujuan utama invasi AS ke Irak

dibalik pelucutan senjata kimia Irak adalah juga untuk menambah cadangan

Page 104: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5968/1/188571111201110431.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

minyak di negerinya yang setiap tahunnya harus import dari luar negeri Amerika.

Hal ini jelas akan menimbulkan satu tingkat kesenjangan ekonomi bagi Amerika,

dikarenakan minyak adalah kebutuhan utama bagi setiap negeri. Oleh karena itu,

AS pasca invasi, akan mengandalkan cadangan minyak negerinya dari Irak

(Republika 15 April 2003).

AS sebagai satu-satunya negara superpower baik dalam bidang militer

maupun ekonomi, kini telah menunjukkan kekuatannya di mata internasional.

Dalam bidang militer, kekuatan AS nyaris tak tertandingi setelah bubarnya Uni

Sovyet, sehingga AS dapat merajalela menciptakan aksi militer/peperangan di

kawasan mana saja di dunia tanpa ada yang mampu menghalangi. Terlebih di

kawasan yang mengandung sumber daya alam yang sangat dibutuhkan AS.

Amerika tidak segan-segan melakukan agresi seperti yang dilakukan terhadap Irak

(http://www.forums.apakabar.com. diunduh pada tanggal 11 Januari 2010).

Kelemahan yang membayangi kedigdayaan militer dan ekonomi AS saat

ini adalah di bidang energi, khususnya minyak bumi. AS bisa saja jadi

superpower dengan penguasaan teknologi ditunjang dengan kualitas sumber daya

manusia prima dan wilayah daratan yang sangat luas. Namun, negeri ini tidak bisa

menghindar dari kenyataan bahwa minyak yang ada di perut buminya sangat tidak

sebanding dengan kebutuhan dalam negeri (www.republika.com. diunduh pada

tanggal 11 Januari 2010).

AS membutuhkan minyak yang terus meningkat seiring dengan kegiatan

ekonomi. AS berbeda dengan negara konsumen minyak lain karena konsumsi

minyak melebihi seperempat dari total konsumsi dunia. Sedangkan menurut para

ahli geologi, minyak yang ada di perut bumi AS relatif tidak memadai dibanding

kebutuhan yang seharusnya. Dengan tingkat produksi saat ini sekitar delapan juta

barel per hari (jbh) atau sekitar tiga miliar barel per tahun, cadangan yang ada di

perut bumi AS ini akan kering sekitar 10 tahun lagi. Statistik menunjukkan AS

mengonsumsi sekitar 20 jbh atau 26% dari total konsumsi minyak dunia sebesar

78 jbh. Dengan demikian, tingkat kebergantungan pada minyak impor akan

meningkat dari 52% pada 2001 menjadi 66% pada 2020

(http://www.forums.apakabar.com. diunduh pada tanggal 11 Januari 2010).

Page 105: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5968/1/188571111201110431.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

Dalam kondisi ekonomi makro Irak, diduga akan terjadi pergeseran

penguasaan minyak di Irak. Hal itu tentu terdapat sejarah yang

melatarbelakanginya. Mula-mula, pada September 1960 Irak, Saudi, Iran, Kuwait,

dan Venezuela memelopori berdirinya OPEC di Baghdad. Kelahiran OPEC ini

dipicu ulah perusahaan minyak AS (Exxon) yang menurunkan harga minyak.

Harga yang selama 60 tahun sudah sangat rendah itu diturunkan 7% pada Juni

1960 sehingga sangat mengecawakan negara penghasil minyak

(http://www.forums.apakabar.com. diunduh pada tanggal 11 Januari 2010).

Harga minyak sekitar US$2/barel sudah berlalu. Dipicu perang Arab-

Israel, OPEC menaikkan harga posted minyak Timur-Tengah dari US$2/barel

menjadi US$12/barel, kemudian Revolusi Iran mendorong mendorong OPEC

menaikkan harga ke US$35/barel. Tidak ayal, dengan posisi OPEC yang demikian

kuat mempengaruhi perekonomian dan gaya hidup masyarakat AS. OPEC

menjadi sangat dibenci oleh AS. Bahkan, Parlemen Federal dan terakhir pada

2000 Parlemen Negara Bagian Alabama telah mengeluarkan UU Anti-OPEC

(Media Indonesia, 19 April 2003).

OPEC yang lemah dan mungkin akan bubar maka tidak otomatis pasar dan

industri minyak dunia akan menuju pola persaingan pasar bebas seperti

diembuskan neoliberalis. Pasalnya, peran OPEC sebagai 'pendistorsi' dan penentu

suplai dan pasar minyak dunia akan diambil The Five Sisters (ExxonMobil,

BPAmocoArco, ShellPennzoil, TotalFinaElf, dan ChevronTexaco) yang jauh

lebih besar daripada the Seven Sisters dahulu. Di samping itu, negara industri

maju nyaris mustahil untuk bersedia menghilangkan pajak bensin/minyak yang

sangat tinggi. Kalau itu terjadi maka dampak jangka panjang dari invasi Amerika

adalah berubahnya struktur industri minyak dunia. Peran OPEC dan BUMN

minyaknya akan lenyap secara bertahap dan akan digantikan perusahaan minyak

raksasa yang sebagian besar adalah perusahaan minyak AS (www.detik.com.

diunduh pada tanggal 11 Januari 2010).

Selain Amerika, seperti dikutip oleh BBC London, diam-diam Israel pun

akan mencuri keuntungan dari tumbangnya Saddam Husein. Menteri Infrastruktur

Israel, Joseph Paritzky menyatakan ingin membuka kembali pipa saluran minyak

Page 106: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5968/1/188571111201110431.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

Irak-Yordania-Israel yang telah ditutup selama 55 tahun lalu, aksi itu akan

memotong biaya bahan bakar di Israel dan membantu regenerasi kota pelabuhan

Haifa (www.detik.com. diunduh pada tanggal 11 Januari 2010).

Belum ada komentar resmi dari pemerintah Yordania. Namun, kabar

bahwa Israel hendak mengambil keuntungan dari tumbangnya Saddam Hussein

nampaknya menimbulkan kegusaran banyak orang di negara-negara Arab. Pipa

minyak tersebut dibangun usai Perang Dunia I setelah Inggris mengambil alih

kekuasaan Irak, Yordania, dan Palestina. Saluran pipa dari Irak ke Yordania

masih berfungsi, namun, rute pipa dari Yordania ke pelabuhan Haifa, yang kini

berada di Israel, dipotong tahun 1948 saat pendudukan Inggris berakhir, disusul

Perang Kemerdekaan dan pendirian Israel.

Keminfra Israel menyatakan, pembukaan kembali pipa tersebut

memudahkan mengakses minyak Irak dan menekan biaya bahan bakar di Israel.

Juga, membantu regenerasi Haifa yang mengalami pukulan hebat saat resesi

ekonomi Israel menghantam. Untuk saat ini, nampaknya ini hanya merupakan

inisiatif personal dari Paritzky yang berasal dari Partai Shinui yang sekuler,

daripada sebuah kebijakan resmi dari pemerintahan koalisi Perdana Menteri (PM)

Ariel Sharon (www.ussembessy.gov.com. diunduh pada tanggal 11 Januari 2010).

Israel dan Yordania dikabarkan akan mengadakan pertemuan untuk

membicarakan kemungkinan pembukaan pipa saluran minyak yang membentang

dari Mosul, Irak, hingga pelabuhan Haifa, Israel utara. Seorang sumber

menyatakan, Paritzky akan menemui pejabat pemerintah Yordania untuk

membahas masalah ini, didasarkan adanya asumsi pemerintahan pro-Barat yang

akan berkuasa di Irak pasca-invasi."Yordania telah mengontak kantor PM yang

kemudian meminta Paritzky untuk mengadakan pertemuan dengan para pejabat

Yordania, kami tahu, bagian pipa di sini (Israel) dalam kondisi prima. Namun,

kami ingin mengetahui kondisi bagian pipa di Yordania sehingga ini bisa dimulai

dengan mudah." (Kompas, 10 Maret 2003).

Pada 31 Maret lalu, Haaretz melaporkan, Partizky telah meminta

peninjauan kondisi pipa tua dari Mosul-Haifa untuk memperbarui aliran minyak

saat rezim Irak pasca-invasi berkuasa. Paritzky menjelaskan, menghidupkan

Page 107: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5968/1/188571111201110431.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

kembali pipa tersebut ke Haifa dapat menyelamatkan Israel dari biaya pengapalan

minyak dari Rusia yang tinggi (www.ussembessy.gov.com. diunduh pada tanggal

11 Januari 2010).

Keminfra Israel mengatakan, Paritzky yakin, menyalurkan minyak melalui

pipa tersebut dapat menekan biaya bahan bakar Israel sebanyak 25 persen dan

menjadikan Haifa sebagai 'Rotterdam Timur Tengah'. Hal itu tentu saja

mengandung banyak resiko, yaitu akan tersisihkannya perekonomian negeri Irak,

karena penghasilan utama mereka akan menyusut drastis karena ada monopoli

minyak oleh pihak Amerika dan Israel. Namun, di sisi lain, harapan untuk

meningkatnya sektor ekonomi Irak masih ada, yaitu diprediksikan akan majunya

penduduk Irak di bidang penguasaan IPTEK karena adanya turun tangan langsung

Amerika ke Irak sehingga akan terjadi satu proses belajar dari penduduk Irak

terhadap teknologi-teknologi baru yang akan didatangkan dari Amerika.

3. Perubahan Politik

Serangan yang dilakukan Amerika kepada Irak membawa banyak

kehancuran di Irak. Serangan yang terjadi tanggal 20 Maret 2003 tersebut

merupakan tindakan Amerika Serikat yang ditujukan untuk memecahkan tiga

masalah besar yang terdapat di Irak. Pertama, Irak dipimpin oleh seorang diktator

yang represif serta otoriter yaitu Saddam Husein. Kedua, Irak merupakan negara

yang agresif dan selalu membahayakan rakyatnya sendiri. Ketiga adalah Irak

dianggap sebagai negara yang memiliki senjata pemusnah massal. Amerika

mengatakan bahwa serangannya ke Irak ini adalah untuk menegakkan demokrasi

di Irak (Siti Mutiah Setiawati. 2004 : 15).

Secara umum, serangan AS yang bertujuan untuk menegakkan demokrasi

di Irak telah berhasil menggulingkan rezim Saddam Hussein. Dari perspektif AS,

hal ini sudah merupakan titik tolak bagi proses demokratisasi di Irak. Disamping

itu, komunitas Syiah dan Kurdi di Irak cenderung menyambut baik keberhasilan

AS menjatuhkan rezim Saddam Hussein. Karena selama dipimpin oleh Sadam,

masyarakat Syiah dan Kurdi mengalami berbagai tindakan yang sangat

diskriminatif seperti pembatasan dalam kegiatan politik, dan juga ketidakadilan di

berbegai aspek kehidupan terutama ekonomi. Sehingga ketika rezim saddam

Page 108: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5968/1/188571111201110431.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

Hussein digulingkan, kaum Syiah dan Kurdi di Irak menyambutnya dengan

sukacita. Hal ini terlihat dari reaksi masyarakat Irak ketika Saddam tertangkap

tertangkap di Tikrit pada tanggal 13 Desember 2003. Seperti yang

diberitakan,...Suasana suka cita juga meliputi kota Kirkuk di Irak Utara, yang

didominasi suku Kurdi. Warga bersalam-salaman dan menembakkan senjata ke

udara. "Kami merayakannya seperti pesta perkawinan," kata Mostapha Sherif,

warga Kirkuk… (Kompas, 15 Desember 2003). Di sini terlihat bahwa masyarakat

Irak mengaggap keberhasilan ini sebagai salah satu awal dari demokratisasi di

Irak.

Sebenarnya banyak kalangan yang cenderung skeptis dalam melihat

peristiwa ini karena cara-cara yang digunakan oleh AS itu sendiri sangat tidak

demokratis, mereka berpendapat bahwa serangan itu sudah melanggar tatanan-

tatanan politik modern, seperti piagam PBB, kedaulatan, otoritas, legitimasi

politik, dan prinsip-prinsip demokrasi yang merupakan prasyarat terwujudnya

stabilitas politik. Namun kita tidak bisa memungkiri bahwa ketika rezim Saddam

terguling, setidaknya Irak sudah terbebas dari tirani yang menyengsarakan

sebagian besar rakyat Irak. Pada tanggal 15 Desember 2005, Pemilu demokratis

diadakan di Irak di mana Kelompok Sunni yang diwakili oleh United Iraqi

Alliance memperolah kursi terbanyak di Parlemen Irak yaitu sebanyak 128 dari

total 275 kursi yang ada. Terlihat bahwa dengan adanya Pemilu legislatif di Irak,

seluruh masyarakat Irak bisa menyuarakan aspirasinya secara bebas dan tanpa

tekanan seperti pada masa rezim Saddam Hussein dulu. Kaum Syiah, Sunni, dan

juga Kurdi memiliki representasi yang hampir sesuai dengan populasi mereka di

Irak, dan ini sudah menggambarkan demokratisasi sudah berjalan di Irak dan

memberikan dampak posistif bagi kehidupan politik rakyat Irak. Selain itu Setelah

Saddam terguling, ada usaha untuk menyatukan negeri itu yakni dengan

membentuk Dewan Pemerintah yang beranggotakan para wakil dari seluruh

komponen yang ada di Irak. Dewan Pemerintah yang dipilih oleh pasukan

penjajah pimpinan AS itu beranggotakan 25 orang. Dan jumlah anggota masing-

masing komponen pun disesuaikan dengan jumlah mereka secara keseluruhan.

Musim Syiah memiliki 13 wakil, Muslim Sunni lima wakil, Kurdi lima wakil,

Page 109: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5968/1/188571111201110431.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

Kristen satu wakil, dan Turki satu wakil. (http://swaramuslim.net/more. diunduh

tanggal 19 Juli 2010)

Pemilu berhasil dilaksanakan, namun legitimasi pemerintah hasil pemilu

sangat rendah karena rakyat Irak menganggap pemerintahan hasil pemilu adalah

pemerintahan boneka Amerika dan rakyat juga ragu terhadap kapabilitasnya.

Legitimasi politik yang rendah tersebut dapat menyebabkan ketidakstabilan

politik yang ditandai dengan tingginya intensitas kekerasan dan konflik yang terus

terjadi karena penguasa gagal untuk menjalankan kekuasaan yang disebabkan oleh

rakyat yang tidak mau menaati peraturan-peraturan yang ditetapkan penguasa.

Oleh karena rakyat tidak taat, maka penguasa juga akan gagal mengendalikan

konflik. Karena upaya membangun demokrasi yang dilakukan Amerikia tidak

otoritatif, tidak melalui persetujuan PBB, akibatnya penguasaan Amerika dan

kemudian pemerintahan hasil bentukannya menjadi tidak memiliki legitimasi

yang ditandai kekerasan terus-menerus. Invasi Amerika Serikat ke Irak bukannya

membawa perdamaian dan kesejahteraan di Irak khususnya dan Timur Tengah

pada umumnya, namun semakin meningkatkan terorisme dan radikalisme.

Membuat stabilitas politik semakin terganggu, kekerasan semakin meningkat, dan

yang jelas harapan akan terwujudnya negara yang demokratis akan semakin jauh

dari kenyataan (www.detik.com. diunduh pada tanggal 11 Januari 2010).

Dalam menghadapi isu Irak, kalangan Muslim, baik Sunni maupun Syiah,

mempunyai sikap sama yaitu menolak invasi militer AS. Namun, respon kalangan

Islam radikal lebih mengkhawatirkan. Mereka akan menggunakan sentimen

agama dalam melakukan reaksi, sehingga menganggap krisis Irak sebagai perang

agama. Selain itu, kebencian kepada Presiden Bush membuat mereka akan

menemukan sosok "pahlawan Islam" pada diri Saddam Hussein. Saddam akan

dijadikan simbol perlawanan atas hegemoni Barat dan dianggap mewakili

kepentingan seluruh Muslim di dunia. Kalangan Islam radikal ini sering tidak

segan-segan menggunakan cara-cara kekerasan untuk melakukan tindakan balasan

atas AS. Meski Saddam dapat dijatuhkan, namun semangat "jihad" akan terus

menyebar dan terus menjadi ancaman bagi kepentingan ekonomi-politik AS dan

negara-negara Barat lain. Pengiriman sukarelawan jihad dari berbagai negara

Page 110: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5968/1/188571111201110431.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

Islam akan terus mengalir. Belum lagi aksi-aksi sweeping dan razia atas orang-

orang Barat yang telah diserukan beberapa kelompok Islam radikal. Akibatnya,

alih-alih dapat memberi inspirasi reformasi di dunia Islam, invasi AS ke Irak

malah kian menyuburkan terorisme dan radikalisme. Seperti kita semua ketahui,

pasca serangan Amerika Serikat ke Irak, terjadi banyak serangan bom bunuh diri

di Irak.

Demokratisasi di suatu negara tidak dapat dipaksakan, terlebih justru

dibangun berdasarkan cara-cara yang tidak demokratis. Yang terjadi kemudian

adalah membuat pemeriintahan yang baru menjadi tidak legitimate, selain itu

keterpurukan ekonomi yang terjadi akibat dampak perang menjadikan proses

demokratisasi di Irak terhambat.

Merujuk pada tujuan dasar dari demokrasi dalam mewujudkan keamanan

manusia, hingga saat ini demokratisasi AS di Irak tidak menampakkan adanya

hasil yang signifikan mengenai hal tersebut. Irak justru cenderung semakin kacau

pasca invasi yang dilakukan oleh AS. Melihat betapa besarnya kepentingan AS di

kawasan Timur Tengah, maka penulis menduga bahwa demokratisasi AS terhadap

Irak hanyalah merupakan alat bagi AS untuk mendapatkan legitimasi dari

masyarakat internasional guna mencapai kepentingan nasionalnya di kawasan

Timur Tengah. AS memanfaatkan Irak sebagai pintu masuk untuk mendapatkan

akses yang lebih besar dalam mengendalikan negara-negara Timur Tengah

lainnya yang dianggap dapat mengancam kepentingannya, terutama Iran dan

Syiriah.

Page 111: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5968/1/188571111201110431.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

101

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa

setelah Rezim Saddam Hussein jatuh mempunyai pengaruh yang sangat

signifikan terhadap berbagai hal di Irak.

1. Jatuhnya Saddam Hussein tidak lepas dari intervensi AS yang

dilatarbelakangi berbagai misi invasi sebagi berikut : (1) Mengakhiri

rezim Saddam Hussein yang dianggap diktaktor oleh AS; (2)

Mengidentifikasi, mengisolasi, dan mengeliminasi senjata pemusnah

massal; (3) Mencari, menangkap, dan membawa keluar teroris dari

Negara itu; (4) Mengumpulkan data intelijen terkait yang bisa

digunakan dalam jaringan pemberantasan terorisme internasional; (5)

Mengumpulkan data intelijen yang terkait dengan jaringan global di

pasar gelap perdagangan senjata pemusnah massal; (6) Mengakhiri

sanksi dan secepat mungkin mengirim bantuan kemanusiaan untuk

memenuhi kebutuhan rakyat Irak; (7) Mengamankan sumber-sumber

ladang minyak yang menjadi milik rakyat Irak; (8) AS akan menjadi

penolong rakyat Irak menciptakan masa transisi untuk membangun

sebuah pemerintahan yang representatif .

2. Setelah kekuasaan Saddam Hussein jatuh, AS mengeluarkan berbagai

macam kebijakan untuk rekontruksi Irak. Kebijakan rekonstruksi di

bidang politik dan pemerintahan, AS memilih untuk mengabaikan

keinginan beberapa tokoh terkemuka Irak seperti ulama besar Syiah,

Ayatollah Ali al-Sistani yang menuntut agar segara diadakan

pemilihan umum untuk menentukan pemimpin Irak yang baru. AS

justru malah membentuk badan-badan pemerintahan sementara seperti

ORHA, CPA, Iraqi Interim Governing Council, dan Iraqi interim

Goverment yang sepenuhnya berada di bawah kendali AS. Dan

kebijakan rekonstruksi Irak di bidang ekonomi serta sarana dan

prasarana umum, pemerintah AS memutuskan untuk memberikan

Page 112: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5968/1/188571111201110431.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

102

kontrak-kontrak pekerjaan melalui tender yang hanya boleh diikuti

oleh perusahaan-perusahaan yang berasal dari negara yang mendukung

langkah AS menginvasi Irak.

3. Pasca invasi AS negara Irak mengalami berbagai macam perubahan,

baik perubahan sosial, ekonomi, dan politik sebagai akibat dari perang

antara AS dengan Irak. Perubahan sosial yang muncul setelah

tumbangnya rezim Saddam Hussein adalah terjadinya perubahan sosial

yang drastis sehingga memperuncing ke arah perang saudara diantara

rakyat Irak itu sendiri; antara para pendukung Saddam dan yang kontra

terhadapnya, antara kelompok Sunni dan kelompok Syiah, maupun

suku Kurdi yang merasa berhak terhadap tampuk pemerintahan

Irak. Untuk kondisi ekonomi Irak pasca Invasi Amerika, minyak

menjadi masalah utama. Oleh karena itu, Amerika pasca invasi, akan

mengandalkan cadangan minyak negerinya dari Irak, dengan cara

berusaha memasukkan perusahaan-perusahaan swasta miliknya di Irak

dalam program rekonstruksi infrastuktur minyak di Irak. Dan di bidang

politik secara umum, serangan AS yang bertujuan untuk menegakkan

demokrasi di Irak telah berhasil menggulingkan rezim Saddam

Hussein yang dianggap otoriter oleh AS. Namun ketika pemilu

berhasil dilaksanakan, legitimasi pemerintah hasil pemilu sangat

rendah karena rakyat Irak menganggap pemerintahan hasil pemilu

adalah pemerintahan boneka Amerika dan rakyat juga ragu terhadap

kapabilitasnya. Legitimasi politik yang rendah tersebut dapat

menyebabkan ketidakstabilan politik yang ditandai dengan tingginya

intensitas kekerasan dan konflik yang terus terjadi karena penguasa

gagal untuk menjalankan kekuasaan yang disebabkan oleh rakyat yang

tidak mau menaati peraturan-peraturan yang ditetapkan penguasa. Oleh

karena rakyat tidak taat, maka penguasa juga akan gagal

mengendalikan konflik.

Page 113: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5968/1/188571111201110431.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

103

B. Implikasi

Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan muncul implikasi yang dapat

dipandang dari berbagai segi sebagai berikut :

1. Teoritis

Invasi AS ke Irak dilatarbelakangi oleh berbagai faktor yaitu ; keinginan

AS untuk menghentikan proyek pengembangan senjata pemusnah massal di Irak,

dan menjatuhkan rezim Saddam Hussein. Namun dari analisis yang dilakukan,

ditemukan motif invasi AS yang sesungguhnya bahwa faktor ekonomilah yang

menjadi faktor dominan. Setelah pemerintahan Saddam jatuh pemerintahan Irak

yang tidak berdaya untuk merekontruksi Irak pulih seperti sebelum diinvasi AS,

menyebabkan pemerintahan Bush merasa AS memiliki otoritas untuk melakukan

rekonstruksi Irak. Bersama sekutunya yang mendukung invasi ke Irak, AS

berusaha memasukkan perusahaan-perusahaan asing yang berasal dari AS sendiri

dan sekutunya tersebut sebagai langkah untuk menguasai minyak di Irak. Di mata

dunia, serangan AS ke Irak dianggap melanggar kedaulatan Irak, membahayakan

nyawa rakyat Irak dan mengabaikan institusi Dewan Keamanan PBB yang

keberatan dengan serangan AS ke Irak itu. Bagi Irak, serangan AS ini

menimbulkan kehancuran karena banyak rakyat sipil yang menjadi korban baik

meninggal maupun luka-luka, banyak infrastruktur yang hancur dan negara Irak

dilanggar kedaulatannya oleh negara lain. Tumbangnya pemerintahan Saddam

Husein akibat invasi AS menimbulkan konflik antar suku-suku di Irak yang

memiliki nasionalisme.

2. Praktis

Hancurnya kekuasaan tidak hanya disebabkan oleh faktor internal dalam

kekuasaan itu sendiri, akan tetapi bisa dari faktor eksternal, antara lain karena

peperangan yang melibatkan dua negara atau lebih, dalam arti lain negara tersebut

diinvasi oleh pihak lain. Invasi adalah aksi militer angkatan bersenjata suatu

negara memasuki daerah yang dikuasai oleh suatu negara lain, dengan tujuan

menguasai daerah tersebut atau merubah pemerintahan yang berkuasa. Invasi AS

Page 114: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5968/1/188571111201110431.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

104

ke Irak yang akhirnya merobohkan pemerintahan Saddam Hussein yang sah di

Irak, memunculkan permasalahan baru di Irak. Pertama, dalam proses

pembentukan pemerintahan yang baru di Irak tersebut, AS selaku pemimpin

dalam invasi ke Irak merasa memiliki wewenang untuk menentukan arah

kebijaksanaannya terhadap masa depan Irak sedangkan rakyat Irak sendiri

menginginkan untuk mandiri dan membangun pemerintahan sendiri tanpa campur

tangan bangsa asing termasuk AS. Kedua, permasalahan yang muncul adalah

masalah-masalah sosial, yaitu turunnya kesejahteraan rakyat Irak seperti

timbulnya bencana kelaparan, kurangnya air bersih, pendidikan, hancurnya

infrastruktur sosial dan lain sebagainya. Ketiga, dengan tumbangnya

pemerintahan Saddam Husein menimbulkan konflik antar suku-suku di Irak yang

memiliki nasionalisme tersendiri yang berakibat pada perebutan kekuasaaan antar

suku di Irak. Suku-suku di Irak sejak dahulu mereka sulit diintegrasikan sehingga

mereka tidak mudah bersatu. Problem utama integrasi nasional Irak yaitu

penduduknya yang sangat heterogen dan terkonsentrasi di wilayah tertentu serta

adanya campur tangan asing yang seringkali menghasut dan membantu kelompok

tertentu untuk memberontak pada pemerintah pusat.

3. Metodologis

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode historis yang

bertujuan untuk merekonstruksi kembali suatu peristiwa di masa lampau sehingga

dapat menghasilkan historiografi sejarah yang dapat dipertanggungjawabkan

secara ilmiah melalui prosedur sejarah yang sistematis dengan menggunakan

tahap-tahap tertentu. Dalam teknik pengumpulan data, peneliti kesulitan dalam

mencari sumber-sumber primer yang berasal dari luar negeri terutama dokumen

atau arsip luar negeri karena tidak di dapatkannya data yang diperlukan. Peneliti

hanya menemukan sedikit sumber primer berupa surat kabar dan majalah pada

tahun 2003 sampai 2005 yang berhubungan dengan tema penelitian di American

Conner Universitas Gajah Mada Yogyakarta.

Page 115: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.aceprints.uns.ac.id/5968/1/188571111201110431.pdfperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

105

C. Saran

1. Bagi Penerbit/ Penerjemah

Peneliti berharap kepada peneliti sejarah dan penerbit agar penelitian yang

membahas tentang masalah Irak setelah Rezim Saddam Hussein jatuh terutama

masalah ekonomi, kondisi masyarakat serta budaya di Irak hendaknya lebih

banyak dikaji secara lebih mendalam serta dituangkan dalam bentuk artikel-artikel

dan karangan buku yang secara khusus, karena sebagian besar buku yang ada

isinya hanya menyisipkan politik di Irak tanpa membahas masalah ekonomi,

kondisi masyarakat serta budaya secara lebih mendalam.

2. Bagi Mahasiswa Sejarah

Peneliti mengharapkan bagi mahasiswa sejarah hendaknya dapat

melakukan penelitian secara lebih mendalam mengenai Irak setelah Rezim

Saddam Hussein jatuh terutama masalah ekonomi, kondisi masyarakat serta

budaya di Irak. Bagi mahasiswa yang tertarik untuk melakukan penelitian tentang

Irak setelah Rezim Saddam Hussein jatuh mengenai pembentukan pemerintahan

Irak dan pemilu Irak dapat mengumpulkan sumber-sumber primer di Monumen

Pers Surakarta, Perpustakaan Daerah Yogyakarta, dan Perpustakaan American

Conner Universitas Gajah Mada Yoyakarta yang berupa surat kabar dan majalah.

Dalam bidang pendidikan mahasiswa diharapkan mampu dalam

pengembangan analisis sejarah Timur Tengah dan sejarah AS, sehingga

diharapkan dapat memunculkan pemikir-pemikir baru yang handal dalam

menganalisis dan memahami segala permasalahan di Timur Tengah yang

melibatkan AS. Invasi militer AS ke Irak juga dapat memberi pelajaran bagi

rakyat Indonesia untuk menambah rasa nasionalisme dan patriotisme terhadap

tanah air, serta menjunjung tinggi kedaulatan negara Indonesia agar tidak diinjak

injak oleh bangsa lain.