perpustakaan.uns.ac.id...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
IRAK SETELAH JATUHNYA REZIM SADDAM HUSSEIN
TAHUN 2003-2005
SKRIPSI
Oleh:
Sumargono
NIM : K 4406042
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
i
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
IRAK SETELAH JATUHNYA REZIM SADDAM HUSSEIN
TAHUN 2003-2005
Oleh :
Sumargono
NIM : K 4406042
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan
mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Sejarah
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
ABSTRACT
Sumargono, K4406042. IRAQ AFTER THE FALL OF SADDAM HUSSEIN’S REGIME IN 2003 - 2005. Skripsi: The Faculty of Teacher Training and Education, Sebelas Maret University, Surakarta, December 2010. The objectives of the research are to describe: (1) the background to the invasion of the United States of America to Iraq in 2003, (2) the policies of the United States of America targeted to Iraq after the fall of Saddam Hussein’s regime, and (3) the impacts of the United States of America’s invasion on the lives of Iraqi in the social, economic and political fields including the formation of temporary Iraqi government. The research used a historical method. Its data resources were primary and secondary written ones such as books, newspapers, magazines which were relevant to the study. The data of the research were gathered through library research by using catalogued system or computerized system with the internet utilization. The data were analyzed by using a historical technique of analysis, that is, an analysis which is primarily focused on the sharpness and alertness in interpreting historical data by employing theoretical framework approach derived from History science with the politic and sociological approaches. The research went through four phases of activities, namely: heuristic, criticism, interpretation, and historiography. The results of the research are as follows: 1) The fall of Saddam Hussein’s regime cannot be separated from the United States of America’s invasion, which was backed up by various missions of the invasion, namely: (a) terminating Saddam Hussein’s regime which is regarded as a dictatorial government and creating a transition era so as to establish a representative for the Iraqi citizens; (b) identifying, isolating, and eliminating the mass weapons; (c) hunting for, capturing, and bringing terrorists out of the country. 2) States of America has issued several policies for the reconstruction of Iraq after the fall of Saddam Hussein’s regime, which are: (a) Temporary governmental bodies such as ORHA, CPA, Iraqi Interim Governing Council, and Iraqi Interim Government, all of which are fully under the control of the United States of America (b) Reconstruction policy of Iraqi in economic field, by giving job contracts through bidding, which is accessible only for enterprises from the countries that support the measures of invasion taken by the United State of America upon Iraq. 3) After the invasion, Iraq has undergone various changes in social, economic, and political fields due to the class between the United States of America and Iraq. There has been a dramatically social change that might sharpen and lead to civil war among the nation. The changed in economic which oil has became the principal issue. Therefore after the invation, United States of America has tried to include its private oil companies in the oil infrastructure reconstruction in Iraq. In political field, the invasion by the United States of America, mainly aiming at erecting the democracy in Iraq, has successfully overthrown Saddam Hussein’s regime, which is regarded as an authoritarian government.By held general election altought the result was unhappy for Iraqi. So that the Iraqi people regard the newly formed government as a shadow government and doubt its capability. This caused political instability, so the autority will also fail to control the conflicts.
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
ABSTRAK Sumargono. K4406042. IRAK SETELAH JATUHNYA REZIM SADDAM HUSSEIN TAHUN 2003-2005. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Desember 2010.
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan: (1) Latar belakang invasi Amerika Serkat (AS) ke Irak pada tahun 2003, (2) Kebijakan-kebijakan AS yang ditargetkan kepada negara Irak pasca Saddam Hussein terguling, (3) Dampak invasi AS terhadap kehidupan masyarakat Irak di bidang sosial, ekonomi, dan politik hingga terbentuknya pemerintahan sementara di Irak.
Penelitian ini menggunakan metode historis. Sumber data yang digunakan adalah sumber tertulis primer dan sumber tertulis sekunder yang berupa buku-buku, surat kabar dan majalah yang relevan dengan masalah penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik studi pustaka, dengan menggunakan sistem kartu/katalog atau komputer dan memanfaatkan internet. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis historis, yaitu analisis yang mengutamakan ketajaman dan kepekaan dalam menginterpretasi data sejarah dengan pendekatan kerangka teoritik yang berasal dari ilmu sejarah dengan pendekatan ilmu Politik dan Sosiologi. Prosedur penelitian dengan melalui empat tahap kegiatan yaitu: heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) Jatuhnya Saddam Hussein tidak lepas dari intervensi AS yang dilatarbelakangi berbagai misi yaitu : (a) Mengakhiri rezim Saddam Hussein yang dianggap diktaktor oleh AS dan menciptakan masa transisi untuk membangun sebuah pemerintahan yang representatif bagi rakyat Irak; (b) Mengidentifikasi, mengisolasi, dan mengeliminasi senjata pemusnah massal; (c) Mencari, menangkap, dan membawa keluar teroris dari Negara itu. (2) Kebijakan-kebijakan AS setelah kekuasaan Saddam Hussein jatuh, yaitu: (a) Membentuk badan-badan pemerintahan sementara seperti ORHA, CPA, Iraqi Interim Governing Council, dan Iraqi interim Goverment yang sepenuhnya berada di bawah kendali AS, (b) Kebijakan rekonstruksi Irak di bidang ekonomi, dengan memberikan kontrak-kontrak pekerjaan melalui tender yang hanya boleh diikuti oleh perusahaan-perusahaan yang berasal dari negara yang mendukung langkah AS menginvasi Irak. (3) Pasca invasi AS negara Irak mengalami berbagai macam perubahan, baik perubahan sosial, ekonomi, dan politik sebagai akibat dari perang antara AS dengan Irak. Perubahan sosial yang muncul setelah tumbangnya rezim Saddam Hussein adalah terjadinya perubahan sosial yang drastis sehingga memperuncing ke arah perang saudara di antara rakyat Irak yang merasa berhak terhadap tampuk pemerintahan Irak. Perubahan bidang ekonomi dengan minyak menjadi masalah utama. Oleh karena itu, pasca invasi AS akan mengandalkan cadangan minyak negerinya dari Irak, dengan cara berusaha memasukkan perusahaan-perusahaan swasta miliknya di Irak dalam program rekonstruksi infrastuktur minyak di Irak. Dalam bidang politik secara umum, serangan AS yang bertujuan untuk menegakkan demokrasi di Irak telah berhasil menggulingkan rezim Saddam Hussein yang dianggap otoriter oleh AS,dengan cara mengadakan pemilihan umum walaupun hasilnya tidak menyenangkanbagi Irak sehingga rakyat Irak menganggap pemerintahan hasil pemilu adalah pemerintahan boneka Amerika dan rakyat ragu terhadap kapabilitasnya. Hal ini dapat menyebabkan ketidakstabilan politik, maka penguasa juga akan gagal mengendalikan konflik.
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
MOTTO
Perdamaian tidak dapat dijaga dengan kekuatan. Hal itu hanya dapat diraih
dengan pengertian (Einstein)
Tidak pernah ada perang yang baik dan perdamaian yang buruk (Mao Tse
Tung)
Mengatur perdamaian sesudah perang adalah jauh lebih sulit daripada
memenangkan sebuah peperangan.(Aristoteles)
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
PERSEMBAHAN
Karya ini dipersembahkan kepada:
1. Ayah dan ibu Sang Juara Dunia
2. Kakak-kakakku tersayang
3. Adik-adik keponakanku tercinta
4. Seluruh keluarga besarku
5. Jakmania Solo Raya
6. Almamater
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulisan skripsi ini akhirnya dapat diselesaikan, untuk
memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar sarjana pendidikan
Hambatan dan rintangan yang penulis hadapi dalam penyelesaian
penulisan skripsi ini telah hilang berkat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak
akhirnya kesulitan-kesulitan yang timbul dapat teratasi. Oleh karena itu penulis
mengucapkan terimakasih kepada :
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang telah memberikan ijin untuk menyusun skripsi.
2. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah menyetujui
atas permohonan skripsi ini.
3. Ketua Program Pendidikan Sejarah yang telah memberikan pengarahan dan
ijin atas penyusunan skripsi ini.
4. Dra. Sutiyah M. Pd. M. Hum. selaku dosen pembimbing I yang telah
memberikan pengarahan dan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Drs. Syaiful Bachri, M. Pd. selaku dosen Pembimbing II yang telah
memberikan pengarahan dan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Dr. Hermanu Jubagjo selaku dosen Pembimbing Akademik yang telah
memberikan pengarahan dan bimbingan dalam perkuliahan.
7. Bapak dan Ibu Dosen Program Pendidikan Sejarah Jurusan Ilmu Pengetahuan
Sosial yang secara tulus memberikan ilmu kepada penulis selama ini, mohon
maaf atas segala tindakan dan perkataan yang tidak berkenan di hati.
8. Mbak Farida dan Khoirul atas bantuannya dalam pencarian sumber skripsi
9. Dek Aya’, Andin, Nita, Desy, Andry, Pipit, Akhif, Saleh, Simbah, Edwin, Pak
dhe, Brian, Thoriq, Gilang, Budi, Siska, Lidya, Anita, Mas Nur, Bolet, dan
Choky atas persaudaraan yang telah kita bina.
10. Jakmania Solo Raya dan Sera Mania yang telah memberi smangat dan
inspirasi kehidupanku kembali.
11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Semoga Allah SWT membalas amal baik kepada semua pihak yang telah
membantu di dalam menyelesaikan skripsi ini dengan mendapatkan pahala yang
setimpal.
Penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran untuk penyempurnaan
skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca
dan perkembangan Ilmu Pengetahuan pada umumnya.
Surakarta, 22 Desember 2010
Penulis
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
HALAMAN PENGAJUAN ........................................................................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iv
ABSTRACT ................................................................................................. v
ABSTRAK .. ….. ......................................................................................... vi
HALAMAN MOTTO ................................................................................ vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................ viii
KATA PENGANTAR ................................................................................ ix
DAFTAR ISI .............. ................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………. . xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................... 1
B. Perumusan Masalah ............................................................ 6
C. Tujuan Penelitian ................................................................ 6
D. Manfaat Penelitian .............................................................. 7
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka ................................................................. 8
1. Konflik ........................................................................... 8
2. Kekuasaan … .................................................................. 18
B. Kerangka Berfikir ................................................................ 25
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................. 28
B. Metode Penelitian ................................................................ 29
C. Sumber Sejarah ................................................................ ..... 30
D. Teknik Pengumpulan Data ................................................... 31
E. Teknik Analisi Data ............................................................. 32
F. Prosedur Penelitian .............................................................. 33
xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Profil Negara Irak ................................................................. 36
1. Sejarah Irak Modern ........................................................ 36
2. Irak Era Saddam Hussein ............................................... 40
B. Kebijakan Politik Luar Negeri Amerika Serikat .................. 45
C. Latar Belakang Invasi Amerika Serikat (AS) ke Irak ........... 49
D. Kebijakan-kebijakan Amerika Serikat (AS)
Dalam Program Rekonstruksi Irak ........................................ 54
E. Dampak Perubahan Sosial, Ekonomi, dan Politik
pada Masyarakat Irak
Pasca Invasi AS............................................................... ..... 84
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................... 96
B. Implikasi ................................................................................ 97
1. Teoritis .............................................................................. 98
2. Praktis ............................................................................... 98
3. Metodologis ...................................................................... 99
C. Saran ...................................................................................... 99
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 101
LAMPIRAN ....... ... ...................................................................................... 104
xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Kebijakan AS dan Keuntungan Yang Diperoleh AS atas invasi
Irak ................................................................................................ 63
Tabel 2. Perusahaan-perusahaan AS Yang Mendapat Tender Rekonstruksi
Irak ................................................................................................. 67
Tabel 3. Kontrak-kontrak Halliburton Dengan AS dari Tahun 2002-2003 . 73
Tabel 4. Kontrak Halliburton Dalam Program Rekonstruksi Infrastruktur
Minyak Irak Secara Komulatif ...................................................... 74
xiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Peta Irak ................................................................................ 104
Lampiran 2. Peta Kelompok Etnoreligi Irak ............................................. 105
Lampiran 3. Foto Ahmed Chalabi Anggota Dewan Eksekutif Iraqi
National Congress ................................................................. 106
Lampiran 4. Foto Ibrahim al-Jaafari Anggota Partai Al-Dawa ............... 107
Lampiran 5. Foto Ayyatollah Ali al Sistani Pemimpin Kaum Syiah ........ 108
Lampiran 6. Foto Iyad Allawi Pendiri Iraqi National Accord .................. 109
Lampiran 7. Foto Jalal Talabani Pemimpin Partai Persatuan Patriotik
Kurdistan (PUK) ................................................................... 110
Lampiran 8. Foto Massoud Barzani Pemimpin Suku Kurdi dari Partai
Demokratik Kurdi (KDP) ..................................................... 111
Lampiran 9. Gambar Penurunan Patung Saddam Hussein Sebagai
Lambang Berakhirnya Pemerintahan Saddam Hussein ....... 112
Lampiran 10. Foto Presiden Saddam Hussein Sebelum Ditangkap
Pasukan AS .......................................................................... 113
Lampiran 11. Foto Presiden Saddam Hussein Saat Ditangkap AS ............. 114
Lampiran 12. Gambar Logo PMC Swasta AS yang bekerjasama dalam
proyek rekonstruksi Irak ..................................................... 115
Lampiran 13. Gambar Kaum Syiah melaksanakan Shalat Jum’at di
Baghdad ................................................................................ 116
Lampiran 14. Gambar Massa Syiah Irak Dalam Peringatan Kematian
Hussein di Karbala ................................................................ 117
Lampiran 15. Jurnal Luar Negeri : Corruption, Reconstruction and Oil
Governance in Iraq .............................................................. 118
Lampiran 16. Jurnal Luar Negeri : “And They Called it Peace” US Policy
on Iraq .................................................................................. 137
Lampiran 17. Jurnal Luar Negeri : Intelligence, Policy, and the War in
Iraq ....................................................................................... 141
Lampiran 18. Surat Kabar Dalam Negeri .................................................. 154
xiv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Lampiran 19. Majalah Luar Negeri ........................................................... 161
Lampiran 20. Surat keputusan Dekan FKIP tentang ijin penyusunan
skripsi ................................................................................... 172
Lampiran 21. Surat Permohonan Ijin Research/ Try Out Kepada Rektor
Universitas Sebelas Maret Surakarta .................................. 173
Lampiran 22. Surat Permohonan Ijin Menyusun Skripsi ........................... 174
Lampiran 23. Surat Permohonan Ijin Research/ Try Out Kepada Kepala
Monoment Pers Surakarta .................................................. 175
Lampiran 24. Surat Keterangan Obsevarsi Monemen Pers Surakarta ...... 176
xv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Republik Irak adalah sebuah negara di Timur Tengah atau Asia Barat Daya,
yang meliputi sebagian terbesar daerah Mesopotamia serta ujung barat laut dari
Pegunungan Zagros dan bagian timur dari Gurun Suriah yang mempunyai luas
sekitar 438.052 km2. Negara ini berbatasan dengan Kuwait dan Arab Saudi di
selatan, Yordania dan Suriah di barat, Turki di utara, dan Iran di timur. Irak
mempunyai bagian yang sangat sempit dari garis pantai di Umm Qasr di Teluk
Persia.
Irak merupakan suatu fenomena yang menarik untuk dikaji lebih mendalam,
karena merupakan salah satu negara Timur Tengah yang sering menghadapi
peperangan. Sejak pertama muncul peradaban kuno di Asia Baratdaya, Irak selalu
dikuasi oleh kekuasaan asing. Irak sebagai negara yang menjadi pusat peradaban
dunia Islam pada dinasti Abbasiyah setidaknya pernah diinvasi oleh pasukan
Persia, Yunani, Romawi dan Mongol. Pada awal perjalanan Irak pada abad ke-21
ini, Irak kembali diserbu oleh Amerika Serikat (AS).
Irak telah porak-poranda sesudah AS untuk kedua kalinya dalam sejarah
dunia menggempur negeri tersebut habis-habisan. Invasi AS berlangsung lebih
lama dari yang direncanakan oleh AS yang berjanji akan menaklukkan dan
menangkap Saddam Husein dalam 5 hari. Lebih dari 20 hari AS mengerahkan
tentaranya dengan dibantu oleh tentara Inggris dan Australia membumi hanguskan
negeri Irak. Dimulai pada tanggal 19 Maret sampai 15 April 2003 sejarah dunia
mencatat berlangsungnya Invasi AS ke Irak yang akhirnya dapat menaklukkan
Baghdad dan Tikrit (sebagai kota asal Saddam Husein yang mayoritas
penduduknya pro-Saddam) dan membombardir seluruh bunker-bunker yang
diduga merupakan kediaman Saddam Husein ( Republika, 5 Maret – 15 April
2003).
Akhirnya rezim Saddam Hussein jatuh. Secara simbolik hal ini ditandai
dengan diruntuhkannya patung besar Saddam Hussain di Saddam City Baghdad.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Situasi ini mirip dengan keruntuhan komunisme di Rusia saat patung Stalin
dirobohkan. Di telivisi ditampakkan kerumunan orang-orang yang gembira
menyambut tentara AS. Tentu saja ini belum tentu merupakan cerminan dari
seluruh rakyat Irak. Ada juga yang mensinyalir bahwa itu bagian dan propaganda
AS. Orang-orang yang bergembira tersebut merupakan orang-orang yang dibayar
oleh AS, namun yang jelas tentara AS dan Inggris telah menduduki Irak.
Kejatuhan Saddam yang demikian mudah dan kemudian disambut gembira oleh
sebagian rakyat Irak, bisa dimengerti. Selama ini memang Saddam membangun
kekuasaan dan ketaatan penduduk kepadanya atas dasar kekuatan senjata dan rasa
takut. Sebagaimana ciri negara sosialisme-komunisme lainnya, rakyat dipaksakan
dengan senjata untuk tunduk kepada pemerintah. Ketakutan, penindasan,
penahanan, dan penyiksaan suatu hal yang lazim dalam sistem sosialisme seperti
yang dipraktikkan Saddam selama ini. Wajar jika kemudian, kejatuhan Saddam
oleh sebagian orang dianggap sebagai ‘pembebasan’ dari penindasan.
Mengingat posisi rezim Partai Baath yang selama ini berkuasa, rakyat
Negeri 1.001 Malam itu belum tentu bisa hidup tenteram, aman, sejahtera pasca
jatuhnya Saddam Husein. Pasukan setia Saddam Hussein kurang lebih yang terdiri
dari 60.000-100.000 personel Pengawal Republik, dan 15.000-25.000 personel
pasukan khusus Pengawal Republik, masih misterius keberadaannya. Ditambah
pula posisi 20.000-25.000 perisai hidup Fedi’in, 15.000-25.000 polisi rahasia dan
intelijen, serta pasukan sukarela Al-Quds yang jumlahnya belum diketahui.
Kelompok-kelompok ini tentunya tidak akan rela apabila tiba-tiba muncul
pemerintahan baru yang tengah dirancang AS, sebab dari awal mereka ditempa
jadi pasukan berkemampuan lebih dengan loyalitas yang tinggi sehingga tidak
mudah membangkang. (www.indonesian.irib.ir diunduh pada tanggal 11 Januari
2010)
Nasib negara Irak setelah jatuhnya Presiden Saddam Hussein belum jelas,
bahkan untuk beberapa hari terjadi kehampaan hukum dan nilai-nilai moral
dengan maraknya penjarahan yang dilakukan oleh warga sipil yang anti-Saddam.
Mereka menjarah segala harta peninggalan Saddam. Hukum tidak berlaku untuk
beberapa hari dan tentara AS seperti sengaja membiarkan fenomena tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Ketidakpastian kondisi politik, ekonomi, dan kehidupan sosial warga Irak
merupakan dampak tersendiri setelah berlangsungnya Invasi.
Pro dan kontra terhadap pemerintahan Saddam Husein juga disebut dengan
perseturuan antar suku dan kelompok keagamaan di Irak, hal itu juga akan
menjadi salah satu penyulut yang akan mewarnai wajah perpolitikan dan
kehidupan sosial warga Irak. Suku-suku di Irak masing-masing memiliki sifat
nasionalisme tersendiri yang terkesan menonjolkan sikap eksklusivisme di antara
masing-masing suku. Suku Kurdi, misalnya, yang pada pemerintahan Saddam
merupakan suku yang mengambil posisi sebagai oposisi terhadap pemerintahan
Saddam, saat ini tengah berusaha untuk tampil ke dunia perpolitikan dengan akan
mengambil alih roda pemerintahan Irak di tangan mereka. Apalagi suku Kurdi
pada saat perang antara AS dan Irak berlangsung menjadi pendukung dan ikut
membantu AS untuk melawan Saddam Husein. Sedangkan dari kelompok
keagamaan, Irak yang mayoritas penduduknya sebanyak 60% adalah kelompok
Muslim Syi’ah dan sisanya kelompok Muslim Sunni, dan kelompok keagamaan
lain menjadi tema sentral tersendiri dalam kajian kondisi sosial warga Irak.
Dengan adanya kelompok Syi'ah yang umumnya kontra terhadap Saddam dan
kelompok Sunni yang umumnya pro terhadap Saddam akan menjadi satu bibit
pemicu kekacauan pasca tergulingnya Saddam. Hal itu terlihat jelas dari tragedi
terbunuhnya salah satu Ulama Syi'ah terkemuka, Sayyid Madjid Al-Khui, yang
diduga dibunuh oleh para pengikut Saddam pada pertemuan di Mesjid Imam Ali
di Najaf pada tanggal 12 April 2003. Hal itu menyulut konflik horisontal yang
masih belum dapat diselesaikan sampai saat ini antara para kelompok Syi'ah
dengan kelompok Sunni (www.irna.com. diunduh pada tanggal 11 Januari 2010).
Ketidakberdayaan pemerintahan Irak untuk merekonstruksi Irak pulih
seperti semula sebelum diinvasi AS, menyebabkan pemerintahan Bush merasa AS
memiliki otoritas untuk melakukan rekonstruksi dan recovery di Irak. ” Dari 20
MNC (Multi Nasional Corporation) yang melakukan rekonstruksi di Irak,
80%nya adalah MNC asal Amerika seperti Halliburton, Louis Berger group and
Flour Corporation, Stevedoring Services of America, Kellog, Brown and Root,
Betchel, dan lain –lain,”( www2.umy.ac.id diunduh pada tanggal 11 Januari 2010).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Sejak awal, AS memang sudah mengetahui akibat perang ini dan
rekonstruksi akan menjadi sumber dana baru bagi MNC dan AS. AS melakukan
rekonstruksi dan recovery di banyak bidang yaitu perbaikan institusi
pemerintahan, pendidikan, pelayanan kesehatan, penciptaan lapangan kerja,
transportasi dan telekomunikasi, air dan sanitasi, sumber listrik, manajemen
perkotaan, manajemen perumahan, sumber air dan pertanian, BUMN, sektor
keuangan, dan iklim investasi. Untuk melakukan itu pemerintah Irak memerlukan
dana sebesar US$ 35,82 Miliar. Dari data yang diperoleh tentang MNC Amerika
yang sudah menandatangani kontrak rekonstruksi dengan Irak adalah Halliburton
telah menandatangani kontrak senilai US$ 7 Miliar untuk melakukan pengeboran
dan pendistribusian minyak. Kellog, Brown and Root, melakukan proyek
rekonstruksi pengeboran minyak dan mengoprasikannya senilai US$ 71 juta.
Betchel, mendapatkan proyek pembangunan kembali pelayanan listrik dan air
senilai US$ 34,6 sampai dengan US$ 680 juta. MCI Worldcom menandatangani
kontrak senilai US$ 30 juta untuk membangun jaringan telepon di Irak.
Stevedoring Services menyepakati kontrak sejumlah US$ 4,8 juta dalam setahun
untuk merekonstruksi pelabuhan, dan akan meningkat menjadi US$ 62,6 juta
untuk memenuhi keperluan pendidikan dasar di Irak. (www.forums.apakabar.com.
diunduh pada tanggal 11 Januari 2010)
Melihat keterlibatan AS yang bermula dari intervensi ke Irak, yang
berakibat terhadap konflik AS dengan Irak dan berujung pada invasi AS ke Irak
yang akhirnya merobohkan pemerintahan Saddam Hussein yang sah di Irak,
bukan berarti permasalahan di Irak selesai begitu saja tetapi justru memunculkan
permasalahan baru di Irak. Pertama, dalam proses pembentukan pemerintahan
yang baru di Irak tersebut, AS selaku pemimpin dalam invasi ke Irak merasa
memiliki wewenang untuk menentukan arah kebijaksanaannya terhadap masa
depan Irak sedangkan rakyat Irak sendiri menginginkan untuk mandiri dan
membangun pemerintahan sendiri tanpa campur tangan bangsa asing termasuk
AS. Kedua, permasalahan yang muncul adalah masalah-masalah sosial, yaitu
turunnya kesejahteraan rakyat Irak seperti timbulnya bencana kelaparan,
kurangnya air bersih, pendidikan, hancurnya infrastruktur sosial dan lain
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
sebagainya. Ketiga, dengan tumbangnya pemerintahan Saddam Husein
menimbulkan konflik antar suku-suku di Irak yang memiliki nasionalisme
tersendiri yang berakibat pada perebutan kekuasaaan antar suku di Irak. Suku-
suku di Irak sejak dahulu mereka sulit diintegrasikan sehingga mereka tidak
mudah bersatu. Problem utama integrasi nasional Irak yaitu penduduknya yang
sangat heterogen dan terkonsentrasi di wilayah tertentu serta adanya campur
tangan asing yang seringkali menghasut dan membantu kelompok tertentu untuk
memberontak pada pemerintah pusat.
Dengan runtuhnya rejim Saddam Hussein di Irak terjadi kevakuman dan
saling tarik menarik antara kelompok-kelompok kepentingan yang ada di Irak
untuk mengisi kekosongan kekuasaan. Kaum Syiah sebagai mayoritas menguasai
parlemen, kaum Sunni semakin terpojokkan dengan peran Syiah dan Kurdi.
Berjalannya proses demokratisasi yang sedang dialami Irak dalam upaya untuk
menjadi sebuah negara baru dengan ditandai dengan terbukanya liberalisasi politik
yang selama ini terpasung dalam rejim Saddam Hussein menjadikan proses
konsolidasi demokrasi di Irak yang masyarakatnya majemuk tidak berjalan
dengan baik, partisipasi politik yang luas malah menimbulkan konflik horizontal
disertai gangguan keamanan yang justru mengancam eksistensi Irak. Proses
pembentukan pemerintahan sementara dan demokratisasi di Irak memang rawan
sekali menimbulkan konflik akibat adanya masa transisi dari rejim otoriter
menuju pada kebebasan dan partisipasi publik yang luas. Karena selama Saddam
berkuasa minoritas Sunni lebih menonjol dibanding Syiah yang mayoritas. Proses
menciptakan negara Irak baru seharusnya didukung oleh solidaritas sosial (nation
building) diantara berbagai macam suku/etnis, agama, dan ideologi yang semakin
berkembang pasca runtuhnya Saddam. Untuk membangun suatu negara bangsa
yang utuh integrasi dan nasion perlu terus diperbaharui dan dijaga. Karena
masyarakat Irak saat ini tidak hanya dihadapkan pada masalah untuk
menyelesaikan persoalan dalam negerinya tapi juga menghadapi hegemoni baru
dibawah komando AS.
Dari uraian latar belakang tersebut di atas, maka peneliti tertarik untuk
mengkaji dan meneliti secara mendalam tentang perubahan sosial, ekonomi dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
politik di Irak Pasca invasi AS sampai dengan terbentuknya pemerintahan
sementara Irak dengan judul "Irak Setelah Jatuhnya Rezim Saddam Hussein
Tahun 2003-2005 ”.
B. Perumusan Masalah
Agar pembahasan dalam skripsi ini lebih terarah dan jelas bahasan
pokoknya, maka penulis merumuskan pokok permasalahan seperti akan tampak di
bawah ini:
1. Bagaimanakah latarbelakang invasi AS ke Irak pada tahun 2003?
2. Bagaimana kebijakan AS terhadap Irak pasca Saddam Husein terguling?
3. Bagaimanakah dampak perubahan sosial (social change), ekonomi dan politik
pada masyarakat Irak pasca Invasi AS sampai terbentuknya pemerintahan
sementara di Irak?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini antara lain :
1. Mengetahui latar belakang invasi AS ke Irak pada tahun 2003.
2. Untuk mengetahui kebijakan-kebijakan AS yang ditargetkan kepada negara
Irak pasca Saddam Husein terguling.
3. Untuk mengetahui dampak invasi AS terhadap kehidupan masyarakat Irak di
bidang sosial, ekonomi, dan poltik hingga terbentuknya pemerintahan
sementara di Irak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Ilmiah
a. Mendapatkan data tentang kondisi sosial, ekonomi dan politik di Irak setelah
rezim Saddam Hussein jatuh.
b. Dapat menambah wawasan pembaca khususnya mahasiswa mengenai dampak
invasi AS ke Irak sampai dengan pembentukan pemerintahan Irak setelah
rezim Saddam Hussein jatuh.
2. Manfaat praktis
a. Menambah perbendaharaan referensi di Perpustakaan Program Sejarah FKIP
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
b. Merupakan sumber referensi bagi mahasiswa Program Sejarah FKIP
Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang akan meneliti lebih lanjut
mengenai perubahan sosial, ekonomi dan politik di Irak setelah rezim Saddam
Hussein jatuh.
c. Memberikan sumbangan pemikiran bagi masyarakat mengenai perubahan
sosial, ekonomi dan politik di Irak setelah rezim Saddam Hussein jatuh.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Konflik
a. Pengertian Konflik
Istilah konflik berasal dari kata Confligere yang berarti saling
memukul. Dalam pengertian sosiologis, konflik dapat didefinisikan sebagi
suatu proses sosial dimana dua orang atau kelompok berusaha menyingkirkan
pihak lain dengan jalan menghancurkanya atau membuatnya tak berdaya (D.
Hendro Puspito O. C., 1989 :247).
Soerjono Soekanto (1985 : 99) mengartikan istilah konflik sebagai
suatu proses pencapaian tujuan dengan cara melemahkan pihak lawan tanpa
memperhatikan norama dan nilai yang berlaku. Hal tersebut terjadi karena
adanya perbedaan pendapat nilai-nilai dari pihak yang bertikai. Saperti yang
dikatakan oleh Ariyono Suyono (1985 : 7) bahwa konflik adalah keadaan
diantara dua atau lebih dari dua pihak berusaha menggagalkan tujuan masing-
masing pihak karena adanya perbedaan pendapat, nilai-nilai atau tuntutan dari
masing-masing pihak.
Menurut Webster dalam Dean G. Pruitt dan Jeffrey Z. Rubbin (2004
:9), istilah konflik di dalam bahasa aslinya berarti ” suatu titik perkelahian,
peperangan atau perjuangan” yaitu suatu konfrontasi fisik antara beberapa
pihak. Sementara Dean G. Pruitt dan Jeffrey Z. Rubin (2004: 10) mengartikan
konflik sebagai persepsi mengenai perbedaan kepentingan atau suatu
kepercayaan bahwa aspirasi pihak-pihak yang berkonflik tidak dicapai secara
simultan.
Menurut Maswadi Rauf (2001 : 2) konflik adalah sebuah gejala sosial
yang selalu terdapat dalam setiap masyarakat dalam setiap kurun waktu.
Konflik dapat diartikan sebagai setiap pertentangan atau perbedaan antara
paling tidak dua orang atau kelompok.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Kartini Kartono (1990 :173) mendefinisikan konflik sebagai semua
bentuk benturan, tabrakan ketidaksesuaian, pertentangan, perkelahian, oposisi
dan interaksi yang antagonistis bertentangan.
Clinton F. Fink dalam Kartini Kartono (1988 : 173) mendefinisikan
konflik sebagai berikut :
1) Konflik ialah relasi-relasi psikologis yang antagonis berkaitan dengan
tujuan-tujuan yang tidak bisa disesuaikan, interes-interes eksklusif dan
tidak bisa dipertemukan, sikap-sikap emosional yang bermusuhan dan
struktur-struktur nilai yang berbeda.
2) Konflik adalah interaksi yang antagonistis, mencakup tingkah laku
lahiriyah yang tampak jelas, mulai dari bentuk-bentuk perlawanan halus
terkontrol, tersembunyi, sampai pada perlawanan terbuka kekerasan
perjuangan tidak terkontrol, benturan laten, pemogokan, huru-hara, makar,
gerilya, perang dan lain-lain.
K.J Holtsi (1988 : 168) mendefinisikan konflik secara singkat yaitu
ketidaksesuaian sasaran, nilai, kepentingan atau pandangan antara dua pihak
atau lebih.. K.J Veerger (1988 : 210) yang mengutip pendapat Lewis A. Coser
menyatakan bahwa konflik adalah perselisihan mengenai nilai-nilai atau
tuntutan berkenaan dengan status, kuasa, dan sumber-sumber kekayaan yang
persediaannya tidak mencukupi, diantara pihak-pihak yang berselisih tidak
hanya bermaksud untuk memperoleh barang yang diinginkan melainkan juga
memojokkan, merugikan atau menghancurkan lawan.
Dari berbagi pendapat tentang konflik dapat disimpulkan bahwa
konflik adalah suatu pertentangan, pertikaian, percekcokkan, ketegangan dan
perbedaan kepentingan atau pendapat antara dua orang atau kelompok yang
terjadi karena adanya interaksi sosial sehingga mengakibatkatkan pihak yang
satu berusaha untuk menyingkirkan pihak yang lain untuk mencapai tujuan
yang dikehendakinya. Konflik adalah suatu proses interaksi yang antagonistis
terjadi sebagai akibat perbedaan paham atau perselisihan tentang tuntutan
terhadap suatu nilai tertentu antara pihak-pihak yang sedang berselisih,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
sehingga menimbulkan usaha untuk menjatuhkan pihak lawan guna mencapai
perubahan yang dikehendaki kelompoknya.
b. Sebab-Sebab Timbulnya Konflik
Menurut Abu Ahmadi (1975 : 93), konflik biasanya ditimbulkan oleh
adanya kepentingan yang bertentangan terutama kepentingan ekonomi dan
sering juga karena perebutan kekuasaan dan kedudukan. Menurut Maswadi
Rauf (2001: 6) konflik juga terjadi karena adanya keinginan manusia untuk
menguasai sumber-sumber dan posisi yang langka. Kecenderungan manusia
untuk menguasai orang lain merupakan penyebab lainnya dari konflik.
Sumber konflik merupakan pokok pertikaian diantara kedua belah
pihak yang bertikai untuk mencapai posisi yang diinginkan. Konflik terjadi
karena percekcokkan, pertentangan dan perselisihan yang terjadi antara dua
pihak atau lebih untuk mencapai tujuan tertentu dengan cara melemahkan
pihak lawan tanpa memperhatikan nilai dan norma yang berlaku.
Menurut Soejono Soekanto (1990 : 99) yang menjadi sebab atau akar
dari timbulnya konflik adalah :
1) Perbedaan antara individu-individu
Perbedaan pendirian dan perasaaan mungkin akan melahirkan bentrokan
antara mereka.
2) Perbedaan kebudayaan
Perbedaan kepribadian dari orang perorangan tergantung pula dari pola-
pola kebudayaan yang menjadi latar belakang pembentukan serta
perkembangan kepribadian tersebut. Seorang sadar maupun tidak sadar,
sedikit banyak akan terpengaruh oleh pola-pola pemikiran dan pola-pola
pendirian kelompoknya. Selanjutnya keadaan tersebut dapat pula
menyebabkan terjadinya pertentangan antara kelompok manusia.
3) Perbedaan kepentingan
Perbedaan kepentingan antar individu maupun kelompok merupakan
sumber lain dari konflik. Wujud kepentingan dapat bermacam-macam ada
kepentingan ekonomi, politik, dan sebagainya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
4) Perubahan sosial
Perubahan sosial yang berlangsung dengan cepat untuk sementara waktu
akan mengubah nilai-nilai yang ada dalam masyarakat. Hal ini
menyebabkan terjadinya golongan-golongan yang berbeda pendiriannya
mengenai reorganisasi sistem nilai.
T. Hani Handoko (1992 : 2) menyebutkan penyebab terjadinya konflik
yaitu :
1) Komunikasi
Salah pengertian yang berkenaan dengan kalimat, bahasa yang sulit
dimengerti atau informasi yang mendua dan tidal lengkap serta gaya
individu pemimpin yang tidak efektif.
2) Struktur
Pertarungan kekerasan dengan kepentingan-kepentingan atau sistem
penilaian yang bertentangan, persaingan untuk memperebutkan sumber-
sumber daya yang terbatas atau saling ketergantungan dua atau lebih
kelompok-kelompok kegiatan kerja untuk mencapai tujuan mereka.
3) Pribadi
Ketidaksesuaian tujuan atau nilai-nilai sosial pribadi pengikut atau
bawahan dengan perilaku yang diperankan atasan dan perbedaan nilai-nilai
atau persepsi.
c. Bentuk Konflik
Menurut Pheni Chalid (2005 : 104-108) konflik dikelompokkan dalam
kategori sifat, motif, dan bentuk, yaitu :
1) Berdasarkan sifatnya, terdiri atas :
a) Konflik bersifat laten, yaitu ketika pertentangan dan ketegangan
diantara pelaku konflik samar dan tidak jelas, namun telah ada dalam
diri pelaku konflik, seperti penilaian negatif terhadap lawan yang
dikontruksi melalui proses budaya sehingga menciptakan penilaian
stereotip satu etnis terhadap etnis lain. Selain itu, ketika pihak yang
merasa tertindas tidak dapat mengungkapkan protes dan perlawanan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
karena berada pada posisi tawar yang rendah, baik secara kultural
maupun struktural, maka konflik berlangsung secara laten.
b) Konflik bersifat manifes, yaitu konflik yang dapat terjadi secara
spontan dan juga adanya ketidakseimbangan dalam masyarakat, seperti
perilaku tidak adil, ketimpangan sosial, politik dan ekonomi.
2) Berdasarkan motifnya, terdiri atas :
a) Konflik irasional, yaitu konflik berdasarkan perspektif utilitirianisme,
individu selalu mempertimbangankan aspek kepentingan pribadinya
(keuntungan) dalam berhubungan dengan sesamanya.
b) Konflik emosional, yaitu konflik yang dilandasi emosi karena adanya
perasaan untuk membela dan mempertahankan kepentingan
kelompoknya.
3) Berdasarkan bentuknya, terdiri atas :
a) Konflik vertikal, yaitu konflik terjadi karena suatu kelompok
menghadapi ketidakseimbangan distribusi sumber daya akibat
dominasi politik satu kelompok yang kuat menutup jalan bagi
kelompok lain untuk mendapatkan akses terhadap sumber daya yang
menjadi kepentingan bersama.
b) Konflik horizontal, yaitu konflik yang terjadi karena masing-masing
kelompok ingin menunjukkan identitas budaya yang dimiliki yang
melibatkan masalah sosial, politik dan ekonomi.
K. J. Holtsi (1988 : 174) menyebutkan ada enam bentuk utama dari
konflik yaitu :
1) Konflik wilayah terbatas, yaitu terdapat pandangan yang tidak cocok
dengan acuan pada pemilikan suatu bagian khusus wilayah atau pada hak-
hak yang dinikmati suatu negara di atau dekat wilayah negara lain.
2) Konflik yang berkaitan dengan komposisi pemerintah. Tipe konflik ini
sering mengandung nada tambahan idiologis yang kuat, maksudnya adalah
menjatuhkan rezim dan sebagai gantinya mendirikan suatu pemerintahan
yang cenderung lebih menguntungkan kepentingan pihak yang melakukan
intervensi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
3) Konflik kehormatan nasional, yaitu pemerintah mengancam atau bertindak
untuk membersihkan pelanggaran tertentu yang telah diduga.
4) Imperialisme regional, ketika suatu pemerintah berusaha untuk
menghancurkan kemerdekaan negara lain, biasanya demi kombinasi tujuan
idiologis, keamanan dan perdagangan.
5) Konflik pembebasan atau perang revolusioner yang dilakukan satu negara
untuk membebaskan rakyat negara lain, biasanya karena alasan etnis atau
idiologis.
6) Konflik yang timbul dari tujuan suatu pemerintah untuk mempersatukan
suatu negara yang pecah.
Menurut Ramlan Surbakti (1992 : 243) konflik dapat dibedakan
menjadi dua yaitu konflik yang berwujud kekerasan dan konflik non
kekerasan. Konflik yang mengandung kekerasan biasanya terjadi dalam
masyarakat negara yang belum memiliki konsesus bersama tentang dasar,
tujuan negara dan lembaga pengatur atau pengendali konflik yang jelas.
Pemberontakan, sabotase merupakan contoh konflik yang mengandung tindak
kekerasan. Konflik yang berwujud non kekerasan biasanya terjadi pada
masyarakat yang telah memiliki dasar tujuan yang jelas sehingga penyelesaian
konflik sudah bisa ditangani melalui lembaga yang ada. Adapun konflik non
kekerasan biasanya berwujud perbedaan kelompok antar kelompok (individu)
dalam rapat, pengajuan petisi kepada pemerintah, polemik melalui surat kabar
atau sebagainya.
Soerjono Soekanto (1990: 102) menyebutkan bahwa konflik
mempunyai beberapa bentuk khusus, antara lain :
1) Konflik pribadi
Konflik ini berupa pertentangan antar individu yang terjadi dalam
suatu hubungan sosial.
2) Konflik rasial
Konflik ini terjadi karena perbedaan pada ciri-ciri fisik, perbedaan
kepentingan dan kebudayaan diantarakelompok atau golongan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
3) Konflik antara kelas-kelas sosial
Konflik ini disebabkan oleh perbedaan kepentingan, misalnya
perbedaan kepentingan antara majikan dengan buruh.
4) Konflik politik
Konflik ini menyangkut baik antara golongan-golongan dalam
suatu masyarakat maupun antara negara-negara yang berdaulat.
5) Konflik yang bersifat internasional
Konflik ini disebabkan perbedaan-perbedaan kepentingan yang
kemudian merembes ke kedaulatan negara. Mengalah berarti mengurangi
kedaulatan negara dan itu berarti kehilangan muka dalam forum
internasional.
d. Cara Penyelesaian Konflik
Menurut Maswadi Rauf (2001 : 8-12) penyelesaian konflik adalah
usaha-usaha yang dilakukan untuk menyelesaikan atau menghilangkan konflik
dengan cara mencari kesepakatan antara pihak-pihak yang terlibat dalam
konflik. Penyelesaian konflik diperlukan untuk mencegah : (1) semakin
mendalamnya konflik, yang berarti semakin tajamnya perbedaan antara pihak-
pihak yang berkonflik ; (2) semakin meluasnya konflik, yang berarti semakin
banyaknya jumlah peserta masing-masing pihak yang berkonflik yang
berakibat konflik semakin mendalam dan meluas, bahkan menimbulkan
disintergrasi masyarakat yang dapat menghasilkan dua kelompok masyarakat
yang terpisah dan bermusuhan. Ada dua cara penyelesaian konflik yaitu :
1) Secara persuasif, yaitu menggunakan perundingan dan musyawarah untuk
mecari titik temu antara pihak-pihak yang berkonflik. Pihak-pihak yang
berkonflik melakukan perundingan, baik antara mereka saja maupun
manggunakan pihak ketiga yang bertindak sebagai mediator atau juru
damai.
2) Secara koersif, yaitu menggunakan kekerasan fisik atau ancaman
kekerasan fisik untuk menghilangkan perbedaan pendapat antara pihak-
pihak yang terlibat konflik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Menurut D. Hendropuspito OC (1989 : 250-251), cara penyelesaian
konflik yakni :
1) Konsolidasi
Konsolidasi berasal dari kata Latin concilioto atau perdamaian,
yaitu suatu cara untuk mempertemukan pihak-pihak yang berselisih guna
mencapai persetujuan bersama untuk berdamai. Dalam proses ini pihak-
pihak yang berkepentingan dapat meminta bantuan pihak ketiga yang
bertugas memberikan pertimbangan-pertimbangan yang dianggapnya baik
kepada kedua pihak yang berselisih untuk menghentikan sengketanya.
2) Mediasi
Mediasi berasal dari kata Latin mediatio, yaitu suatu cara untuk
menyelesaikan pertikaian dengan menggunakan seorang perantara
(mediator). Seorang mediator tidak berwenang untuk memberikan
keputusan yang mengikat (hanya bersifat konsultatif). Pihak-pihak yang
bersengketa sendirilah yang harus mengambil keputusan untuk
menghentikan perselisihan.
3) Arbitrasi
Arbitrasi berasal dari kata Latin arbitrium, artinya melalui
pengadilan, dengan seorang hakim (arbiter) sebagai pengambil keputusan
yang mengikat kedua pihak yang bersengketa, artinya keputusan seorang
hakim harus ditaati.
4) Paksaan (Coercion)
Paksaan ialah suatu cara menyelesaikan pertikaian dengan
menggunakan paksaan fisik atau psikologis. Pihak yang bisa
menggunakan paksaan adalah pihak yang kuat, pihak yang merasa yakin
menang dan bahkan sanggup menghancurkan pihak musuh.
5) Detente
Detente berasal dari kata Perancis yang berarti mengendorkan,
yang berarti mengurangi hubungan tegang antara dua pihak yang bertikai
guna persiapan untuk mengadakan pendekatan dalam rangka pembicaraan
tentang langkah-langkah mencapai perdamaian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Menurut Soerjono Soekanto (1990 : 77-78) cara penyelesaian konflik
mempunyai beberapa bentuk, yaitu :
1) Coercion, adalah suatu cara penyelesaian konflik yang prosesnya
dilaksanakan oleh karena adanya paksaan, di antara salah-satu pihak
berada dalam keadaan yang lemah bila dibandingkan dengan pihak lawan.
Pelaksanaannya dapat dilakukan secara fisik (secara !angsung), maupun
secara psikologis (secara tidak langsung).
2) Compromise, adalah suatu cara penyelesaian konflik di antara pihak-pihak
yang terlibat saling mengurangi tuntutannya, agar tercapai suatu
penyelesaian terhadap perselisihan yang ada. Sikap dasar untuk dapat
sanakan compromise ada!ah bahwa salah satu pihak bersedia untuk
merasakan dan memahami keadaan pihak lainnya dan begitu pula
sebaliknya.
3) Arbitration, merupakan suatu cara untuk mencapai compromise apabila
pihak-pihak yang berhadapan tidak sanggup mencapainya sendiri.
Pertentangan diselesaikan oleh pihak ketiga yang dipi!ih oleh kedua belah
pihak atau oleh suatu badan yang berkedudukan lebih tinggi dari pihak-
pihak yang bertentangan.
4) Mediation, adalah suatu cara penyelesaian konflik dengan mengundang
pihak ketiga yang netral dalam soal perselisihan yang ada. Pihák ketiga
tersebut tugas utamanya adalah mengusahakan suatu penyelesaian secara
damai. Kedudukan pihak ketiga hanya sebagai penasihat dan tidak
mempunyai wewenang untuk memberi keputusan-keputusan penyelesaian
perselisihan tersebut.
5) Conciliation, adalah suatu usaha untuk mempertemukan keinginan
keinginan dari pihak-pihak yang berselisih demi tercapainya suatu
persetujuan bersama.
6) Toleration (tolerant-participation) adalah suatu cara penyelesaian konflik
tanpa persetujuan yang formal bentuknya. Kadang-kadang toleration
timbul secara tidak sadar dan tanpa direncanakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
7) Stalemate, adalah suatu cara penyelesaian konflik ketika pihak-pihak yang
bententangan karena mempunyai kekuatan yang seimbang berhenti pada
suatu titik tertentu dalam melakukan pertentangannya. Hal ini disebabkan
karena bagi kedua belah pihak sudah tidak ada kemungkinan lagi baik
untuk maju maupun untuk mundur.
8) Adjudication, adalah suatu cara penyelesaian konflik atau sengketa di
pengadilan.
e. Akibat Konflik
Menurut D. Hendropuspito OC (1989 : 249), konflik fisik berupa
bentrokan antara individu dengan individu, kerabat dengan kerabat, suku
dengan suku, bangsa dengan bangsa, golongan agama yang satu dengan yang
lain, umumnya mendatangkan penderitaan bagi kedua pihak yang terlibat,
seperti korban jiwa, material dan spiritual serta berkobarnya kebencian dan
balas dendam. Apabila konflik terjadi di suatu negara yang terdiri dari
berbagai suku bangsa dan bersifat separatif, konflik juga menghambat
persatuan bangsa serta integrasi sosial dan nasional.
Menurut Soerjono Soekanto (1990 : 103) akibat yang ditimbulkan oleh
terjadinya pertentangan atau konflik adalah :
1) Tambahnya solidaritas in-group. Apabila suatu kelompok bertentangan
dengan kelompok lain, maka solidaritas antara warga-warga kelompok
biasanya akan bertambah erat. Mereka bahkan bersedia berkorban demi
keutuhan kelompoknya.
2) Apabila pertentangan antara golongan-golongan terjadi dalam satu
kelompok tertentu, akibatnya adalah sebaliknya, yaitu goyah dan retaknya
persatuan kelompok tersebut.
3) Perubahan kepribadian para individu. Pertentangan yang berlangsung di
dalam kelompok atau antar kelompok selalu ada orang yang menaruh
simpati kepada kedua belah pihak. Ada pribadi-pribadi yang tahan
menghadapi situasi demikian, akan tetapi banyak pula yang merasa
tertekan, sehingga merupakan penyiksaan terhadap mentalnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
4) Hancurnya harta benda dan jatuhnya korban manusia. Salah satu bentuk
konflik yakni peperangan telah menyebabkan penderitaan yang berat, baik
bagi pemenang maupun bagi pihak yang kalah, baik dalam bidang
kebendaan maupun bagi jiwa raga manusia.
5) Akomodasi, dominasi dan takluknya salah-satu pihak.
AS dengan Inggris telah sukses menggelar operasi militer di Irak. Perang
yang berlangsung singkat diklaim membawa kemenangan bagi pihak AS, dan
mantan Presiden George W. Bush mengumumkan perang di Irak telah berakhir
pada Mei 2003. Perang di Irak memang telah dianggap selesai oleh pihak AS,
tetapi bagi rakyat Irak perang sesungguhnya baru dimulai. Secara mengejutkan
rakyat Irak yang dianggap akan merasa senang pasca tumbangnya Saddam
Hussein, justru melakukan perlawanan bersenjata pada pasukan koalisi. Ditambah
lagi dengan adanya oposisi-oposisi yang selama ini tenggelam di bawah rezim
Saddam, mulai muncul kepermukaan dan bersaing untuk menyalurkan
kepentingannya masing-masing, tetapi aspirasi oposisi Irak ternyata tidak sejalan
dengan keinginan AS untuk membentuk Irak baru. Kehadiran pasukan AS di Irak
yang tidak disenangi oleh rakyat Irak itu memicu munculnya perlawanan
bersenjata rakyat Irak, dan dalam usaha penyelesaian konflik tersebut AS
mengambil langkah coercion, yaitu memaksakan untuk membentuk pemerintahan
yang sesuai dengan AS karena merasa berkuasa atas Irak. Keadaan seperti itu
membuat kondisi Irak menjadi penuh konflik yang berkepanjangan.
2. Kekuasaan
a. Pengertian
Kekuasaan secara umum berarti ‘’kemampuan pelaku untuk
mempengaruhi tingkah laku pelaku lain sedemikian rupa, sehingga tingkah
laku pelaku terakhir menjadi sesuai dengan keinginan dari pelaku yang
mempunyai kekuasaan’’ (Harold D. Laswell, 1984:9). Sejalan dengan itu,
dinyatakan Robert A. Dahl (1978:29) bahwa ‘’kekuasaan merujuk pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
adanya kemampuan untuk mempengaruhi dari seseorang kepada orang lain,
atau dari satu pihak kepada pihak lain’’.
Kekuasaan merupakan kemampuan seseorang atau sekelompok orang
untuk mempengaruhi pikiran atau tingkah laku orang atau kelompok orang
lain, sehingga orang yang dipengaruhi itu mau melakukan sesuatu yang
sebetulnya orang itu enggan melakukannya. Bagian penting dari pengertian
kekuasaan adalah syarat adanya keterpaksaan, yakni keterpaksaan pihak yang
dipengaruhi untuk mengikuti pemikiran ataupun tingkah laku pihak yang
mempengaruhi (Mochtar Mas’oed dan Nasikun, 1987:22). Dinyatakan oleh
Ramlan Surbakti (1992:58) bahwa kekuasaan merupakan suatu kemampuan
menggunakan sumber-sumber pengaruh yang dimiliki untuk mempengaruhi
perilaku pihak lain, sehingga pihak lain berperilaku sesuai dengan kehendak
pihak yang mempengaruhi. Dalam pengertian yang lebih sempit, kekuasaan
dapat dirumuskan sebagai kemampuan menggunakan sumber-sumber
pengaruh untuk mempengaruhi proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan,
sehingga keputusan itu menguntungkan dirinya, kelompoknya dan masyarakat
pada umumnya.
‘’Kekuasaan merupakan penggunaan sejumlah besar sumber daya
(aset, kemampuan) untuk mendapat kepatuhan dan tingkah laku menyesuaikan
dari orang lain’’ (Charles F. Andrain, 1992:130). Kekuasaan pada dasarnya
dianggap sebagai suatu hubungan, karena pemegang kekuasaan menjalankan
kontrol atas sejumlah orang lain. Pemegang kekuasaan bisa jadi seseorang
individu atau sekelompok orang, demikian juga obyek kekuasaan bisa satu
atau lebih dari satu.
Menurut Miriam Budiarjo (1983:35) kekuasaan adalah ‘’kemampuan seseorang atau sekelompok manusia untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang atau kelompok lain sedemikian rupa sehingga tingkah laku orang ltu menjadi sesuai dengan keinginn dan tujuan dari orang yang mempunyai kekuasaan’’.
Menurut Walter S. Jones (1993:3) kekuasaan dapat didefinisikan
sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
(1) Kekuasaan adalah alat aktor-aktor internasional untuk berhubungan satu dengan lainnya. Itu berarti kepemilikan, atau lebih tepat koleksi kepemilikan untuk menciptakan suatu kepemimpinan; (2) Kekuasaan bukanlah atribut politik alamiah melainkan produk sumber daya material (berwujud) dan tingkah laku (yang tidak berwujud) yang masing-masing menduduki posisi khusus dalam keseluruhan kekuasaan seluruh aktor; (3) Kekuasaan adalah salah satu sarana untuk menancapkan pengaruh atas aktor-aktor lainnya yang bersaing menggapai hasil yang paling sesuai dengan tujuan masing-masing; dan (4) Penggunaan kekuasaan secara rasional merupakan upaya untuk membentuk hasil dari peristiwa internasional untuk dapat mempertahankan atau menyempurnakan kepuasan aktor dalam lingkungan politik internasional.
Lebih lanjut Walter S. Jones (1993:6) menyatakan unsur-unsur potensi
kekuasaan adalah :
(1) Sumber daya alam sebagai sumber kekuasaan, dalam hal ini sumber daya alam yang penting adalah sumber daya alam geografi; (2) Unsur psikologis dan sosiologis kekuasaan, sama halnya besarnya penduduk suatu bangsa yang mempunyai arti penting bagi kekuasaan, seperti halnya citra, sikap, dan harapan penduduk. Yang paling penting adalah citra diri bangsa, yang sangat mempengaruhi konsep peran yang harus dimainkan bangsa itu; dan (3) Unsur-unsur sintetik dari kekuasaan ketrampilan penggunaan sumber daya manusia dan sumber daya yang lain dalam rangka mengkoordinir, mengembangkan, menyiagakan kekuasaan negara yang paling penting adalah kapasitas industri dan kesiagaan.
Menurut Benedict Anderson (1972:48) kekuasaan dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu konsep pemikiran barat dan konsep pemikiran Jawa.
Menurutnya kekuasaan dalam konsep pemikiran Barat adalah abstrak, bersifat
homogen, tidak ada batasnya, dan dapat dipersoalkan keabsahannya.
Sedangkan kekuasaan menurut konsep Jawa adalah konkrit, bersifat homogen,
jumlahnya terbatas atau tetap dan tidak mempersoalkan keabsahan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kekuasaan sangat penting
kedudukannya dalam masyarakat, dengan kekuasaan suatu kelompok dapat
melakukan apa saja yang diinginkan dan dapat mempengaruhi perbuatan-
perbuatan kelompok lain agar taat dan patuh terhadap pemegang kekuasaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
b. Cara memperoleh kekuasaan
Menurut Haryanto (2005:22) kekuasaan dapat diperoleh dengan
beberapa cara, yaitu :
1) Dari kedudukan
Kedudukan dapat memberikan kekuasaan kepada seseorang atau
sekelompok orang karena yang bersangkutan menduduki posisi tadi. Semakin
tinggi kedudukan maka akan semakin besar pula kekuasaan yang berada pada
genggaman orang yang menduduki posisi tersebut.
2) Dari kekayaan
Atas dasar kekayaan yang dimilikinya, seseorang atau sekelompok
orang dapat sedikit banyak memaksakan keinginannya kepada pihak-pihak
lain agar bersedia mengikuti kehendaknya. Kekayaan yang digunakan untuk
memperoleh kekuasaan biasanya dikaitkan dengan pemilikan sumber-sumber
ekonomi. Semakin besar kepemilikan terhadap sumber-sumber ekonomi,
apalagi kalau sumber-sumber ekonomi itu merupakan sumber yang langka dan
merupakan kebutuhan primer, maka akan semakin besar pula kekuatan
pemilik sumber-sumber ekonomi untuk memaksakan keinginannya kepada
pihak-pihak lain. Dalam realitas kehidupan, kekuasaan yang bersumberkan
pada kekayaan akan lebih terasa besar pengaruhnya apabila berlangsung di
masyarakat yang relatif kurang sejahtera, dan sekaligus juga merupakan
masyarakat dengan tingkat kesejahteraan yang tidak merata.
3) Dari kepercayaan
Seseorang atau sekelompok orang dapat memiliki kekuasaan karena
yang bersangkutan memang dipercaya untuk memilikinya atas dasar
kepercayaan yang dianut masyarakat. Kekuasaan yang bersumber dari
kepercayaan hanya muncul di masyarakat di mana anggota-anggotanya
mempunyai kepercayaan yang dimiliki pemegang kekuasaan.
Menurut Miriam Budiardjo (1982:36) kekuasaan bisa diperoleh dari
kekerasan fisik (misalnya, seorang Polisi dapat memaksa penjahat untuk
mengakui kejahatannya karena dari segi persenjataan polisi lebih kuat); pada
kedudukan (misalnya, seorang komandan terhadap bawahannya, seorang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
atasan dapat memecat pegawainya); pada kekayaan (misalnya seorang
pengusaha kaya dapat mempengaruhi seorang politikus melalui kekayaannya);
atau pada kepercayaan (misalnya, seorang pendeta terhadap umatnya).
c. Cara mempertahankan kekuasaan
Kekuasaan yang dimiliki oleh seseorang, sekelompok orang atau suatu
negara terhadap terhadap pihak lain, dapat membuat penguasa tersebut
berupaya untuk mencapai apa yang menjadi keinginan dan tujuannya. Untuk
itu, penguasa berkeinginan mempertahankan kekuasaannya. Cara untuk
mempertahankan kekuasaan dapat dilakukan dengan cara damai, antara lain
dengan demokrasi dan mencari dukungan pihak lain, atau dengan kekerasan,
antara lain dengan penindasan dan memerangi pihak yang menentang
kekuasaannya.
Menurut Haryanto (2005:57) tindakan penguasa untuk
mempertahankan kekuasaannya berbeda-beda. Dalam masyarakat yang
demokrasis, penguasa mencari dukungan warga masyarakat secara konseptual
dan memperbesar kepercayaan warga terhadap penguasa. Sedang dalam
masyarakat yang tidak demokratis, penguasa mempertahankan kekuasaannya
dengan paksaan. Di masyarakat yang tidak demokratis, ada kecenderungan
penguasa untuk masuk terlalu jauh dalam mengatur kehidupan dan
kepercayaan serta pribadi warganya sesuai dengan keinginan penguasa.
Dengan paksaan, warga digiring untuk patuh pada penguasa.
Di antara banyak bentuk kekuasaan, kekuasaan politik merupakan hal
yang paling penting untuk dipertahankan, karena dengan kekuasaan politik,
penguasa dapat mempengaruhi kebijakan umum (pemerintah) baik
terbentuknya maupun akibat-akibatnya sesuai dengan tujuan-tujuan pemegang
kekuasaan. Kekuasaan politik tidak hanya mencakup kekuasaan untuk
mendapat ketaatan warga masyarakat, tetapi juga menyangkut pengendalian
orang lain dengan tujuan untuk mempengaruhi tindakan dan aktivitas
penguasa di bidang administratif, legislatif dan yudikatif (Miriam
Budiardjo,1982:37).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Ibnu Khaldun dalam Rahman Zainudin (1992:125) menjelaskan
kekuasaan itu mempunyai dinamika dan prosesnya sendiri, yang dilaluinya
mulai dari kelahirannya sampai kehancurannya. Penguasa atau kelompok yang
berkuasa harus mempertahankan hubungan secara moralitas dan sifat-sifat
kebaikan. Sifat-sifat terpuji itulah yang menunjukkan adanya kekuasaan.
Selama sifat-sifat seperti itu ada, maka kekuasaan masih tetap ada. Dinyatakan
Robert M. Macluer dalam Miriam Budiardjo (1982:36) bahwa untuk
mempertahankan kekuasaan, penguasa harus meluaskan pengaruhnya untuk
meningkatkan kepercayaan dan ketaatan dari masyarakat atau warga di mana
penguasa itu berkuasa.
Jadi dari uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa meskipun dalam
mempertahankan kekuasaan ada berbagai macam cara, tetapi ada beberapa
persamaannya yaitu pihak satu ingin selalu memerintah pihak lain, ingin lebih
tinggi dari pihak lain dan menginginkan ketaatan pihak lain.
d. Otoritas penguasa
Dinyatakan Walter S. Jones (1993:3) penguasa adalah aktor yang
memiliki, menguasai aktor lain dan memiliki sumber daya yang berwujud
maupun tidak berwujud beserta asetnya untuk mempengaruhi peristiwa-
peristiwa yang terjadi agar sesuai kehendaknya.‘’Penguasa adalah seseorang
yang mempunyai kemampuan untuk menjalain hubungan dan proses yang
menghasilkan ketaatan dari pihak lain untuk tujuan-tujuan yang
ditetapkannya’’ (Ossip K. Flechtheim dalam Miriam Budiarto, 1982:35).
Charles Andrain dalam Haryanto (2005:6) menyatakan ‘’penguasa
adalah seseorang atau sekelompok orang yang mampu mempengaruhi tingkah
laku individu atau kelompok individu yang lain sehingga mereka bersedia
bertindak sesuai dengan keinginannya’’.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa otoritas penguasa
adalah hak, kekuasaan dan wewenang yang sah diberikan padanya untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
membuat peraturan yang harus ditaati atau diikuti pihak lain atau kekuasaan
dan wewenang yang sah untuk membuat orang atau pihak lain bertindak
sesuai dengan yang diinginkan penguasa.
e. Hancurnya Kekuasaan
Dalam pemikiran Ibnu Khaldun yang dikutip A. Rahman Zainuddin (1992
: 233) ada beberapa tahapan proses jatuhnya kekuasaan, yaitu :
1) Kekuasaan yang sentralistik, dimana pemusatan kekuasaan dan kemegahan
berada pada seorang atau sekelompok penguasa.
2) Kekuasaan yang mempunyai tata cara dan kebiasaan hidup dalam kemegahan.
3) Kekuasaan yang memiliki pertahanan lemah, tidak mempunyai kekuatan
legitimasi. Sehingga tinggal menantikan kehancurannya.
Selanjutnya Ibnu Khaldun menambahkan cirri sebuah kekuasaan yang mendekati
kehancuran yaitu krisis ekonomi dan krisis moral.
Hancurnya kekuasaan tidak hanya disebabkan oleh factor internal dalam
kekuasaan itu sendiri, akan tetapi bisa dari faktor eksternal, antara lain karena
peperangan yang melibatkan dua negara atau lebih, konflik dan perang saudara,
kudeta (penggulingan kekuasaan) baik oleh militer maupun sipil dan aksi-aksi
demonstrasi yang memungkinkan pergantian kekuasaan (Mukhammad Najib,
2001 : 318). Hancurnya kekuasaan juga bisa disebabkan karena diinvasi oleh
pihak lain. Invasi adalah aksi militer angkatan bersenjata suatu negara memasuki
daerah yang dikuasai oleh suatu negara lain, dengan tujuan menguasai daerah
tersebut atau merubah pemerintahan yang berkuasa. Invasi bisa menjadi penyebab
perang, bisa digunakan sebagai strategi untuk menyelesaikan perang, atau bisa
menjadi inti dari perang itu sendiri. (http://id.answers.yahoo.com/ diunduh pada
tanggal 17 Juli 2010)
Setelah melakukan invasi terhadap Irak pada tahun 2003, dari pada
menyerahkan kembali kekuasaan kepada rakyat Irak, AS lebih memilih menuntut
agar PBB mengeluarkan resolusi yang memberikan wewenang kepada AS untuk
melakukan rekontruksi di Irak. Wewenang untuk melakukan rekontruksi di Irak
menjadi begitu penting bagi AS, karena memberikan keuntungan yang besar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
untuk AS jika dicermati apa saja kebijakan-kebijakan rekontruksi Irak yang dibuat
oleh pemerintah AS, dan bagaimana dampak jangka panjang dari pelaksanaan
kebijakan-kebijakan tersebut. Maka akan tampak bahwa senjata utama yang
digunakan oleh pemerintah AS untuk menanamkan pengaruhnya di Irak adalah
kebijakan-kebijakan rekontruksi di bidang ekonomi, kebijakan-kebijakan
rekontruksi di bidang politik dan pemerintahan serta di bidang keamanan yang
lebih berperan sebagai kebijakan penunjang.
B. Kerangka Berpikir
Irak di bawah Rezim Saddam Husein
Sosial (Konflik AS melawan
Syiah dan Sunni)
Pemerintahan otoriter Saddam
dan isu demokrasi
Krisis Irak dengan AS Isu senjata pemusnah massal dan terorisme
Stategi Geopolitik AS Di Timur
Tengah (Israel)
Kekayaan Minyak Irak
Invasi AS ke Irak Tahun 2003
Jatuhnya Rezim Saddam Husein
Ekonomi (AS berusaha memasukkan
perusahaan swastanya di Irak untuk menguasai Irak.
Politik (Ketidakstabilan Politik di Irak)
Eksistensi Pemerintahan Irak Sementara Tahun 2005
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Keterangan :
Saddam adalah Presiden Irak yang diktator dari 16 Juli 1979 hingga 9
April 2003. Sebagai anggota utama Partai Ba'ath Irak, yang menganjurkan Pan-
Arabisme sekular, modernisasi ekonomi, dan sosialisme Arab, Saddam
memainkan pernaan penting dalam kudeta 1968 yang membuat partainya lama
berkuasa di negara itu. Sebagai presiden, Saddam menciptakan pemerintahan yang
otoriter dan mempertahankan kekuasaannya melalui Perang Iran-Irak (1980–
1988) dan Perang Teluk (1991). Kedua perang itu menyebabkan penurunan drastis
standar hidup dan hak asasi manusia. Pemerintahan Saddam menindas gerakan-
gerakan yang dianggapnya mengancam, khususnya gerakan yang muncul dari
kelompok-kelompok etnis atau keagamaan yang memperjuangan kemerdekaan
atau pemerintahan otonom. Sementara ia dianggap sebagai pahlawan yang
populer di antara banyak bangsa Arab karena berani menantang Israel dan
Amerika Serikat, sebagian orang di dunia internasional tetap memandang Saddam
dengan perasaan curiga, khususnya setelah Perang Teluk 1991. Kekuasaannya
berakhir setelah Irak diserang oleh suatu pasukan koalisi yang dipimpin Amerika
Serikat pada tahun 2003. Amerika Serikat beserta sekutunya menyatakan perang
menyerang Irak dan ingin menggulingkan Presiden Saddam Husein. Dalih
kekejaman yang dilakukan Saddam, kepemilikan senjata pemusnah massal yang
dimiliki Irak, dan janji membangun demokrasi serta masa depan bangsa Irak yang
lebih baik.
Dibalik alasan di atas, terdapat persepsi lain yang menyebabkan AS
menginvansi Irak. Faktor ekonomilah yang menjadi faktor dominan AS untuk
menjatuhkan Saddam Hussein. Kekayaan minyak bumi yang dimiliki oleh Irak
merupakan cadangan minyak kedua terbesar setelah Arab Saudi. AS ingin
menguasi ladang minyak timur tengah, khususnya Irak. Hingga saat ini, 42%
kebutuhan minyak AS disokong dari minyak yang berasal dari Timur Tengah.
Selain motif ekonomi, strategi geopolitik AS di kawasan Timur Tengah menjadi
alasan berikutnya. Bagi AS, Irak merupakan ancaman potensial bagi
kepentingannya dan sekutu terdekatnya, Israel di kawasan ini.Hal itu dilakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
karena Irak merupakan negara yang menentang keberadaan AS dan Israel di
Timur Tengah.
Namun tidaklah mudah untuk membangun Negeri 1001 Malam yang telah
hancur, tidaklah begitu mudah Irak menggapai masa depannya yang baru. Yang
lebih banyak muncul justru adalah persoalan. Pembangunan juga ternyata tidak
segera bisa dilaksanakan. Tidak adanya pemerintahan yang kuat, membuat bangsa
itu tidak memiliki arah. Akibatnya, banyak orang tidak mempunyai pekerjaan,
kelompok cendikia pun menjadi frustasi. Kekerasan menjadi bagian dari
kehidupan bangsa itu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Dalam penelitian yang berjudul “Irak Pasca Rezim Saddam Hussein
Tahun 2003-2005”, dilakukan teknik pengumpulan data melalui studi pustaka.
Adapun perpustakaan yang digunakan sebagai berikut:
a. Perpustakaan Pusat Universitas Sebelas Maret Surakarta.
b. Perpustakaan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
c. Perpustakaan Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
d. Perpustakaan Monumen Pers Surakarta.
e. Perpustakaan Sana Budaya Yogyakarta.
f. Perpustakaan FISIP Universitas Gajah Mada Yogyakarta
2. Waktu Penelitian
Jangka waktu yang digunakan untuk penelitian ini dimulai dari
disetujuinya judul skripsi yaitu bulan Januari 2010 sampai dengan selesainya
penulisan skripsi ini yaitu pada bulan November 2010. Adapun kegiatan
penelitian secara rinci tampak pada tabel berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Tabel.1: Kegiatan Penelitian
Kegiatan 2010 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov
Pengajuan Judul Skripsi √
Pengajuan Proposal dan Perijinan
√
Pengumpulan Data √ √ √
Analisis Data √ √ √ Penyusunan Laporan √ √ √
B. Metode penelitian
Dalam setiap penelitian ilmiah selalu diperlukan suatu metode tertentu
yang berkaitan dengan obyek atau pemasalahan yang akan diteliti. Menurut
Koentjaraningrat (1986 : 7) kata metode berasal dari bahasa Yunani, methodos
yang berarti cara atau jalan. Sehubungan dengan karya ilmiah, maka metode
menyangkut masalah cara kerja, yaitu cara kerja untuk memahami obyek yang
menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan.
Menurut Dudung Abdurahman (1999 : 43) metode adalah suatu cara,
jalan, atau petunjuk pelaksanaan atau petunjuk teknis. Sedangkan menurut Helius
Sjamsuddin (2007 : 13) metode ada hubungannya dengan prosedur, proses, atau
teknik yang sistematis dalam penyelidikan suatu disiplin ilmu tertentu untuk
mendapatkan obyek yang diteliti.
Penelitian ini merupakan penelitian yang berusaha merekonstruksikan,
mendiskripsikan dan memaparkan kondisi negara Irak setelah jatuhnya Rezim
Saddam Hussein tahun 2003-2005. Peristiwa yang menjadi pokok penelitian
tersebut adalah peristiwa masa lampau, sehingga metode yang digunakan adalah
metode historis atau sejarah.
Louis Gottschalk (1975 : 32) mengemukakan bahwa metode sejarah
adalah proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman dan peninggalan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
masa lampau. Sedangkan Nugroho Notosusanto (1971 : 17) menyatakan bahwa
metode penelitian sejarah merupakan proses pengumpulan, menguji, menganalisis
secara kritis rekaman-rekaman dan penggalian-penggalian masa lampau menjadi
kisah sejarah yang dapat dipercaya. Metode ini merupakan proses merekonstruksi
peristiwa-peristiwa masa lampau, sehingga menjadi kisah yang nyata.
Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa metode
penelitian sejarah adalah kegiatan mengumpulkan, menguji dan menganalisis
secara kritis data peninggalan masa lampau dan menyajikannya sebagai hasil
karya melalui historiografi.
C. Sumber Sejarah
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data
sejarah. Sumber data sejarah sering disebut juga data sejarah. Menurut
Kuntowijoyo kata “data” merupakan bentuk jamak dari kata tunggal datum
(bahasa Latin) yang berarti pemberitaan (Dudung Abdurahman, 1999 : 30).
Menurut Nugroho Notosusanto (1971 : 19) sumber sejarah terdiri atas
sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer adalah sumber yang
keterangannnya diperoleh secara langsung dari seseorang yang menyaksikan suatu
peristiwa dengan mata kepala sendiri, sedangkan sumber sekunder adalah sumber
yang keterangannya diperoleh oleh pengarangnya dari orang lain atau sumber lain.
Menurut Dudung Abdurrahman (1999: 31), sumber sejarah dapat
dibedakan menjadi tiga, yaitu :
1. Menurut bahannya; sumber tertulis dan sumber tidak tertulis.
2. Menurut asalnya; sumber primer dan sekunder.
3. Menurut tujuannya; sumber formal dan sumber informal.
Dalam penelitian ini digunakan sumber data tertulis, baik primer maupun
sekunder. Sumber tertulis primer berupa surat kabar seperti Kompas terbitan tahun
2003-2005, Solo Pos terbitan tahun 2003-2005, Republika terbitan tahun 2003-
2005 dan majalah News terbitan tahun 2003-2005 . Selain itu juga digunakan
artikel-artikel dan buku-buku yang relevan dengan penelitian sebagai sumber
tertulis sekunder antara lain karya Musthafa Abd. Rahman yang berjudul Geliat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Irak Menuju Era Pasca Saddam terbitan tahun 2003, Wirawan Sukarwo yang
berjudul Tentara Bayaran AS di Irak terbitan tahun 2009, Siti Muti’ah yang
berjudul Irak di Bawah Kekuasaan Amerika terbitan tahun 2004, serta karya Trias
Kuncahyono yang berjudul “Bulan Sabit di Atas Baghdad” terbitan tahun 2005,
dan yang berjudul “Dari Damascus ke Baghdad” terbitan tahun 2004. Sumber data
yang telah diperoleh kemudian dikaji, diklasifikasikan dan selanjutnya
dibandingkan antara sumber yang satu dengan yang lainnya serta dianalisis data
tersebut sehingga diperoleh data sejarah yang akurat yang dapat digunakan untuk
menyusun cerita sejarah yang obyektif, menarik dan dapat
dipertanggungjawabkan.
D. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini data dikumpulkan dengan cara teknik studi pustaka.
Teknik studi pustaka adalah cara mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis
terutama berupa surat kabar dan juga buku-buku yang berhubungan dengan
masalah penyelidikan. Dalam melakukan studi pustaka diperlukan pengetahuan
tentang perpustakaan sebagai sumber literatur yang diperlukan dalam mencari
materi yang berhubungan dengan masalah yang diteliti dari literatur yang tersedia
(Hadari Nawawi, 1993 : 133). Studi pustaka merupakan sebuah penelitian di
perpustakaan yang bertujuan mengumpulkan data dengan bantuan bermacam-
macam material yang terdapat di ruang perpustakaan, misalnya : buku, surat
kabar, majalah dan dokumen. Data tersebut berfungsi sebagai wahana informasi
terhadap materi yang akan dibahas dalam penelitian. Dengan adanya kemajuan
teknologi maka peneliti juga bisa memanfaatkan internet dalam rangka studi
pustaka untuk mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan tema penelitian.
Studi pustaka ini dilakukan sistem kartu/katalog atau menggunakan
komputer dengan cara mencatat beberapa sumber tertentu yang berkaitan dengan
penelitian dengan mencantumkan keterangan mengenai nama pengarang, judul
buku maupun subjek yang dicari. Oleh karena itu perlu mengingat kata kunci yang
terdapat dalam subjek yang dibahasnya, sehingga menemukan buku dan artikel
yang dimaksudkan dalam katalog atau komputer. Buku-buku dan artikel yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
telah ditemukan di perpustakaan dibaca dan dipahami, kemudian dicatat hal-hal
yang dianggap penting dan relevan dengan permasalahan yang akan diteliti.
Dengan demikian diperoleh data yang akan digunakan dalam penulisan skipsi ini.
E. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini, teknik analisis data yang dipergunakan adalah teknik analisis historis. Menurut Kuntowijoyo yang dikutip oleh Dudung Abdurrahman, 1999 : 64), interpretasi atau penafsiran sejarah seringkali disebut dengan juga analisis sejarah. Analisis sendiri berarti menguraikan, dan secara terminologis berbeda dengan sintesis yang berarti menyatukan. Analisis dan sintesis, dipandang sebagai metode-metode utama dalam interpretasi. Nugroho Notosusanto (1978 : 38) teknik analisis data historis adalah analisis data sejarah yang menggunakan kritik sumber sebagai metode untuk menilai sumber-sumber yang digunakan dalam penulisan sejarah.
Menurut Berkhofer yang dikutip oleh Dudung Abdurrahman (1999 : 64),
analisis sejarah bertujuan melakukan sintesis atas sejumlah fakta yang diperoleh
dari sumber-sumber sejarah dan bersama-sama dengan teori-teori disusunlah fakta
itu ke dalam suatu interpretasi yang menyeluruh. Analisis data dilakukan setelah
pengumpulan data yang kemudian dilanjutkan dengan proses perbandingan antara
data yang satu dengan yang lain. Langkah ini dilakukan secara berulang-ulang
hingga didapatkan fakta sejarah yang akurat. Fakta merupakan bahan yang
dijadikan sejarawan sebagai bahan untuk menyusun historiografi. Pengkajian
fakta-fakta sejarah oleh sejarawan tidak terlepas dari unsur subyektifitas, sehingga
diperlukan konsep-konsep dan teori-teori sebagai kriteria penyeleksi.
Sidi Gazalba (1981 : 38) mendefinisikan fakta sebagai usaha pikiran manusia untuk merumuskan kenyataan itu sendiri dari bahan-bahan yang diwarisi. Menganalisis dari suatu peristiwa sejarah diperlukan adanya kritik ektern dan kritik intern karena setiap peneliti cenderung memiliki unsur subjektifitas terutama dalam abstraksi fakta. Untuk mengurangi kecenderungan tersebut, seorang peneliti harus mempunyai kerangka teoritis dan metodologi yang kuat, sehingga fakta-fakta sejarah yang telah dianalisis akan menjadi suatu penelitian sejarah yang dapat diakui kebenarannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Heuristik Kritik Interpretasi Historiografi
Fakta Sejarah Jejak / Peristiwa Sejarah
F. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian adalah langkah-langkah penelitian dari awal yaitu
persiapan memmbuat proposal sampai pada penulisan hasil penelitian. Empat
tahap yang harus dipenuhi dalam melakukan penelitian yaitu; heuristik, kritik,
interpretasi, dan historiografi. Prosedur penelitian tersebut dapat digambarkan
sebagai berikut:
Keterangan :
1. Heuristik
Heuristik berasal dari kata Yunani heurishein yang artinya memperoleh.
Dalam pengertian yang lain, heuristik adalah kegiatan menghimpun jejak-jejak
masa lampau dengan cara mengumpulkan bahan-bahan tertulis, tercetak dan
sumber lain yang relevan dengan penelitian.
Pada tahap ini diusahakan mencari dan menemukan sumber-sumber
tertulis berupa buku-buku yang relevan dan surat kabar. Dalam penelitian ini
digunakan sumber data tertulis, baik primer maupun sekunder. Sumber tertulis
primer berupa surat kabar seperti Solo Pos terbitan tahun 203-2005, Kompas
terbitan tahun 2003-2005, Republika terbitan tahun 2003-2005 dan majalah News
terbitan tahun 2003-2005. Sedangkan sumber tertulis sekunder berupa buku-buku
antara lain karya Musthafa Abd. Rahman yang berjudul Geliat Irak Menuju Era
Pasca Saddam terbitan tahun 2003, Wirawan Sukarwo yang berjudul Tentara
Bayaran AS di Irak terbitan tahun 2009, Siti Muti’ah yang berjudul Irak di Bawah
Kekuasaan Amerika terbitan tahun 2004, serta karya Trias Kuncahyono yang
berjudul “Bulan Sabit di Atas Baghdad” terbitan tahun 2005, dan yang berjudul
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
“Dari Damascus ke Baghdad” terbitan tahun 2004. Selain itu juga dikumpulkan
artikel-artikel dari internet tentang situasi Irak pasca invasi Amerka Serikat.
2. Kritik
Kritik adalah kegiatan untuk menyelidiki apakah data yang diperoleh
autentik dan dapat dipercaya atau tidak. Setelah data yang terkumpul,
diklasifikasikan data yang tidak autentik dan tidak mendukung penelitian dengan
data yang autentik serta mendukung penelitian. Kritik dapat dilakukan dengan dua
cara, yakni kritik ekstern dan kritik intern.
Kritik ekstern adalah kritik terhadap autentisitas sumber, apakah sumber
yang dikehendaki asli atau tidak, utuh atau turunan (salinan). Kritik ekstern
dilakukan terhadap sumber yang diperoleh berdasarkan bentuk fisik atau luarnya
berupa bahan (kertas atau tinta) yang digunakan, jenis tulisan, gaya bahasa,
hurufnya, dan segi penampilan yang lain. Uji keaslian sumber dilakukan dengan
pertanyaan : kapan sumber dibuat?, di mana sumber dibuat?, siapa yang
membuat?, dan dari bahan apa sumber dibuat?. Kritik ekstern dalam penelitian ini
dilakukan dengan cara melihat kapan sumber itu dibuat, di mana sumber itu
dibuat, siapa pengarangnya dan bagaimana latar belakang pendidikan pengarang.
Sebagai contoh kritik ekstern terhadap buku“Bulan Sabit di Atas Baghdad” karya
Trias Kuncahyono, buku tersebut di buat tahun 2005 dari sebuah perjalanan
jurnalistik di Irak tahun 2003 yang kemudian dipadukan dengan bahan-bahan lain
sebelum penyusunan buku oleh Trias Kuncahyono (wartawan Kompas) yang
merupakan seorang lulusan dari jurusan Hubungan Internasional Universitas
Gajah Mada, Yogyakarta.
Kritik intern adalah kritik yang berhubungan dengan kredibilitas dari
sumber sejarah apakah isi, fakta dan ceritanya dapat dipercaya dan dapat
memberikan informasi yang dibutuhkan. Kritik intern dapat ditempuh dengan cara
membandingkan berbagai isi dan fakta yang terdapat dalam sumber, misalnya
kritik intern terhadap buku “Geliat Irak Menuju Pasca Saddam” karya Musthafa
Abd. Rahman dan buku karangan Siti Muti’ah yang berjudul Irak di Bawah
Kekuasaan Amerika yang mengupas situasi Irak pasca Invasi Amerika tahun 2003
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
yang di dalamnya juga mengisahkan sejarah Irak di bawah rezim Saddam Husein
dan latar belakang invasi AS serta damapak invasi . Sumber tersebut
dibandingkan dengan buku “Tentara Bayaran AS di Irak” karya Wirawan
Sukarwo yang mengupas masalah Konspirasai neoliberal AS, invasi AS ke Irak,
dan Proyek rekontuksi Irak pasca perang.
3. Interpretasi
Menurut Nugroho Notosusanto (1978 : 40), interpretasi adalah suatu usaha
menafsirkan dan menetapkan makna serta hubungan dari fakta-fakta yang ada,
kemudian dilakukan perbandingan antara fakta yang satu dengan fakta yang lain,
sehingga terbentuk rangkaian yang selaras dan logis. Menurut Berkhofer yang
dikutip oleh Dudung Abdurrahman (1999 : 64) bertujuan untuk melakukan
sintesis atas sejumlah fakta yang diperoleh dari sumber-sumber sejarah dan
bersama-sama dengan teori-teori disusunlah fakta itu ke dalam suatu interpretasi
yang menyeluruh, sehingga dapat dikatakan sebagai suatu bentuk analisa.
Interpretasi yang dilakukan dalam penelitian adalah kegiatan dalam
metode sejarah untuk menghubungkan antara fakta yang satu dengan yang lain,
sehingga dapat diketahui mengenai kondisi sosial, politik dan, ekonomi Irak
setelah rezim Saddam Hussein jatuh Tahun 2003-2005 yang menjadi objek
penelitian. Fakta-fakta tersebut kemudian ditafsirkan, diberi makna dan ditemukan
arti yang sebenarnya, sehingga dapat dipahami makna sesuai dengan pemikiran
yang relevan, logis dan berdasarkan obyek penelitian yang dikaji. Dari kegiatan
kritik sumber dan interpretasi tersebut dihasilkan fakta sejarah.
4. Historiografi
Historigrafi merupakan langkah terakhir dari metode sejarah untuk
menyampaikan fakta sejarah dalam bentuk penulisan sejarah berdasarkan bukti
berupa sumber-sumber data sejarah yang dikumpulkan, dikritik, dan diinterpretasi.
Historiografi dalam penelitian diwujudkan dalam bentuk karya ilmiah berupa
skripsi yang berjudul “Irak Setelah Jatuhnya Rezim Saddam Husein Tahun
2003 – 2005 ”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Profil Negara Irak
1. Sejarah Negara Irak Modern
Irak (al-Jumruhiah al-Iraqiyah atau Republik Irak) adalah sebuah negara
republik di bagian Barat Daya Asia, yang terletak antara 29º - 37º Lintang Utara
dan 39º - 48º Bujur Timur, dan mempunyai luas wilayah sekitar 438.317 km2
dengan ibukotanya di Baghdad. Irak berbatasan dengan Kuwait dan Arab Saudi di
sebelah Selatan, di sebelah Barat berbatasan dengan Arab Saudi, Yordania dan
Suriah, di sebelah Utara berbatasan dengan Turki, dan di sebelah Timur
berbatasan dengan Iran (Ensiklopedi Indonesia Seri Geografi Asia, 1990 : 88).
Irak terbagi menjadi empat daerah, yaitu : (1) Daerah dataran tinggi yang
kering dengan padang rumput yang berbukit-bukit diantara sungai Eufrat dan
sungai Tigris, di Utara kota Samara. Bukit tertinggi yang ada di wilayah ini
tingginya sekitar 300 meter di atas permukaan laut; (2) Dataran rendah dekat
Samara, memanjang sampai ke Teluk Persia. Daerah ini meliputi sebuah delta
subur antara sungai Eufrat dan sungai Tigris, tempat sebagian besar penduduk
Irak menetap. Di bagian Selatan wilayah ini terdapat paya-paya dan dua danau
rawa, yaitu Hawr al-Hammar dan Hawr as-Saniyah; (3) Daerah pegunungan yang
terdapat di Timur Laut Irak, membentuk barisan pegunungan Zagros di Iran dan
Taurus di Turki. Di kaki-kaki bukit dan lembah-lembah pegunungan ini menetap
suku Kurdi, sehingga daerah ini disebut Kurdistan; dan (4) Gurun pasir di Selatan
dan barat Irak yang membentang sampai ke Yordania, Kuwait, Arab Saudi dan
Suriah. Sebagian besar wilayah ini berbukit-bukit batu gamping dan berpasir
(Ensiklopedi Islam, 1993 : 237).
Irak bagian utara beriklim sedang, sedangkan di bagian timur dan tenggara
beriklim tropis, dan iklim gurun tedapat di bagian selatan dan barat. Suhu rata-rata
pada musim panas adalah 31º - 37º C dan pada musim dingin suhu rata-ratanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
adalah 11º C. Curah hujan berkisar 130 mm/tahun di bagian barat gurun sampai
380 mm/tahun di bagian utara Irak (Ensiklopedi Nasional Indonesia, 1989 : 220).
Menurut Siti Mutti’ah Setiawati dari sudut pandang geografis, Irak
mempunyai tiga kelemahan yang menyebabkan negeri ini sering bergejolak yaitu
sebagai berikut :
a. Irak termasuk negara “Land Locked Country”, yaitu negara yang sangat
terbatas akses air lautnya. Sebagian besar negeri ini berupa daratan yang
terisolir dengan akses laut yang hanya di ujung Teluk sepanjang 53 km2
dengan pantai sepanjang 19 km. Oleh karena itu, Irak menghadapi kesulitan
ketika harus mengekspor minyaknya melalui laut. Kelemahan keadaan
geografis tersebut menjadi alasan pembenar bagi Irak untuk menganeksasi
Kuwait pada tanggal 8 Agustus 1990 (Perang Teluk II) dengan tujuan agar
Irak mempunyai pantai lebih panjang dan akses laut yang lebih lebar.
b. Meskipun Irak banyak memiliki cadangan minyak tetapi Irak harus
menghadapi banyak hambatan dalam mengembangkan industri minyaknya.
Hambatan-hambatan itu disebabkan oleh :
1) Hubungan yang tidak baik dengan Iran membuat ladang-ladang
minyak Irak yang banyak ditemukan di dekat perbatasan dengan Iran
terancam penghancuran oleh Iran. Ancaman itu terbukti saat Perang
Teluk I antara Irak dengan Iran tahun 1980-1988, Iran menghancurkan
ladang-ladang minyak Irak.
2) Ladang-ladang minyak Irak juga banyak ditemukan di Kirkuk dan
Mosul yang merupakan wilayah yang di tinggali suku Kurdi. Kilang
minyak Irak di Kirkuk ini menjadi andalan utama ekspor minyak pada
tahun 1982 ketika berperang melawan Iran dalam Perang Teluk I.
Ketergantungan Irak pada Kirkuk ini dimanfaatkan oleh Amerika
Serikat untuk mendukung dan menghasut suku Kurdi agar
memisahkan diri dari Irak.
c. Adanya dua sungai yaitu sungai Eufrat dan Tigris yang mengalir keluar
perbatasan Irak dan bermuara di Turki. Sungai Eufrat mengalir ke Suriah dan
Turki, sedangkan sungai Tigris mengalir ke Iran dan Turki sehingga debit air
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
kedua sungai tersebut berkurang di Irak. Sementara Irak mempunyai
hubungan tidak harmonis dengan negara tetangganya tempat kedua sungai tadi
mengalir. Turki dan Suriah justru memanfaatkan aliran sungai untuk
membangun bendungan-bendungan yang merugikan Irak, seperti bendungan
Attaturk di Turki dan bendungan al-Thawra di Suriah yang airnya kemudian
ditampung di danau al-Assad (Siti Muti’ah Setiawati. 2004 : 118-126).
Sejarah Irak modern diawali sejak Perang Dunia I, wilayah Irak diduduki
oleh pasukan Inggris. Irak Memperoleh kemerdekaannya dari mandat Liga
Bangsa-Bangsa di bawah pasukan Inggris pada tanggal 22 September 1932.
Sejarah modern Irak dapat dibagi menjadi tiga periode; (1) periode monarkhi
1921-1958; (2) pemerintahan militer 1958-1968; dan (3) periode pemerintahan
partai Ba’ath 1968-2003. Pada tahun 1920, Irak ditempatkan di bawah Liga
Bangsa-bangsa, tetapi pemerintahannya tetap dijalankan oleh Inggris dan berada
di bawah kekuasaan Inggris sampai tahun 1958. Selama dekade itu pergolakan
rakyat terus terjadi, pemerintahan monarkhi Irak gagal meraih simpati publik Irak.
Pemerintahan Irak pada saat itu juga dianggap sering membuat kebijakan yang
kurang popular dikalangan rakyat Irak, seperti bekerjasama dengan bangsa-bangsa
kolonial Barat. Kegagalan kaum muda Irak untuk memperoleh kekuasaan
membuat beberapa pejabat muda militer Irak untuk mengambil keputusan tidak
terlibat kancah perpolitikan di Irak. Mereka kemudian membentuk organisasi
rahasia dan menamakan diri mereka sebagai free officers, nama dan identitas
anggota mereka sangat dirahasiakan. Cara pergerakan merekapun sangat rahasia,
pimpinan pusat organisasi itu dipegang oleh 14 orang yang dipimpin oleh Abd al
Karim Qasim, yang memegang peranan tertinggi dalam militer. Pada dasarnya
jumlah mereka tidak begitu banyak, tetapi mereka mendapat simpati yang besar
dari rakyat. Abd al Karim Qasim dan orang terdekatnya Abd as Salam Arif
merencanakan suatu gerakan revolusi bersama dengan organisasi yang
dipimpinnya, sehingga meletuslah Revolusi 14 Juli 1958 yang berhasil
menggulingkan rezim kerajaan yang dibantu Inggris dan menghapus sistem
feodal. Kemudian Irak diproklamirkan sebagi sebuah negara berdaulat yang
berbentuk republik (http://www.angelfire.com diunduh tanggal 12 Juli 2010).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Akibat dari revolusi itu berakhirlah sejarah kekaisaran atau kerajaan-kerajaan dan
rezim-rezim monarkhi di Irak yang juga ditandai dengan keluarnya kolonialisme
Inggris yang telah lama menguasai Irak.
Revolusi bulan Juli tahun 1958 juga menghasilkan suatu konstitusi
sementara yang menyatakan Irak adalah bagian dari Arab dan berbentuk Republik
serta Islam sebagai ideologi negara. Konstitusi sementara juga menunjuk kabinet
sebagui badan legislatif dan eksekutif yang terdiri dari Syiah Arab, Kurdi dan
Sunni Arab (http://www.worldhistory.com/iraq.htp diunduh tanggal 12 Juli 2010).
Pada masa ini, di Irak masih sering terjadi pergolakan, seperti pecahnya revolusi 8
Februari 1963, yang dilakukan oleh para pelopor partai Ba’ath, yaitu partai
sosialis yang disesuaikan dengan nilai-nilai Arab, namun hal itu tidak berjalan
lama.
Pada saat itu, dunia Arab sedang diliputi oleh semangat nasionalisme dan
revolusioner yang tinggi, muncullah partai yang mempunyai semangat tersebut,
yaitu partai Ba’ath yang didirikan oleh Michel Aflaq. Gagasan pembentukan
Partai Ba’ath pertama kali lahir di Suriah ketika muncul kesadaran tentang
kemerdekaan bangsa-bangsa Arab pada tahun 1940-an dari cengkraman
imperialisme dan kolonialisme Barat. Partai Ba’ath berdiri tahun 1946 dan tercatat
sebagi partai resmi bulan April 1947, dengan ketua Michel Aflaq. Tidak lama
kemudian, perpecahan terjadi di tubuh partai Ba’ath, dan hal ini membuat Michel
Aflaq tersingkir dan terpaksa melarikan diri ke Irak. Aflaq melanjutkan
perjuangan di Irak, namun hal itu dilakukan dari bawah sampai alhirnya berhasil
melakukan revolusi di Irak 1963.
Pada tahun 1968 terjadi lagi revolusi yang merupakan kelanjutan dari revolusi
1963. Pada bulan Juli 1968, suatu kelompok militer yang dipimpin oleh Ahmad
Hassan Al Bakr dan satu kelompok sipil yang dipimpin oleh Saddam Hussein,
melakukan suatu perebutan kekuasaan dari pemerintahan sebelumnya. Gabungan
dua kelompok itu bergerak atas nama partai Ba’ath. Kabinet yang terdiri dari
anggota non partai Ba’ath disingkirkan atau melarikan diri. Revolusi ini
mengantarkan Jendral Ahmad Hassan Al Bakr dari partai Ba’ath menjadi Presiden
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
di Irak dan Saddam Hussein ditunjuk menjadi wakil Presiden.(Djamaludin
Dasman. 1995 : 22)
2. Irak Era Saddam Hussein
a. Profil Saddam Hussein
Saddam Hussein lahir pada tanggal 28 April 1937 dari keluarga petani
miskin di desa Al Awja dekat Tikrit, Irak Tengah, lahir dalam keadaan yatim,
ayahnya bernama Hussein Al Majid, meninggal ketika Saddam masih dalam
kandungan ibunya. Saddam mendapatkan didikan dari pamannya, Al Haj Ibrahim
yang menikahi ibunya, Shobhah Tulfah. Saddam mendapatkan didikan yang
sangat keras dari ayah tirinya, akibatnya Saddam selalu berpindah-pindah anatara
rumah ayah tirinya dan pamannya yang lain, Khirullah Tutfah yang dikenal
sebagai seorang yang nasionalis dan memusuhi penjajah Inggris. Pada usia
sepuluh tahun, Saddam meninggalkan ayah tirinya dan tinggal di rumah
pamannya Khairullah Tulfah di Tikrit. Di bawah asuhan Khairullah Tulfah,
Saddam selalu mendapat cerita tentang kakek-kakeknya yang telah mengorbankan
hidup demi Irak. Cerita-cerita pamnnya ini membuat rasa nasionalisme Arab serta
fanatisme kejayaan Irak pada jaman dahulu tertanam dalam diri Saddam. Saddam
sangat tertarik dengan Nebuchadnezzar, raja Babylonia yang mengusai Jerussalem
pada tahun 586 SM, Salahuddin Al Ayyubi yang menguasai Jerusalem pada tahun
1187 dan Gamel Abdul Nasser yang berkuasa di Mesir pada tahun 1952 . Ketika
Saddam berusia 15 tahun, kepribadianya dibentuk oleh situasi dunia Arab pada
waktu itu yang didominasi ideologi nasionalis yang memunculkan aksi kudeta di
sejumlah negara Arab. Saddam juga banyak terpengaruh oleh para pemikir partai
Ba’ath, sebuah partai sosialis yang disesuaikan dengan nilai-nilai Arab dan
didirikan oleh Michel Aflaq. Pada usia 20 tahun, Saddam bergabung dengan partai
Ba’ath di Irak. Sebagai seorang yang telah terbentuk kepribadiannya, Saddam
dengan cepat mendapatkan kepercayaan dari pimpinan partai Ba’ath. Pada tahun
1959 Saddam mendapat tugas untuk membunuh Presiden Abdul Karim Hasim.
Saddam gagal menjalankan tugas dan melarikan diri ke Suriah, kemudian ke
Mesir, dan kemudian ia belajar pada fakultas hukum di Universitas Kairo. Saddam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Hussein kembali ke Irak pada tahun 1963, ketika partai Ba’ath berkuasa pada
bulan Februari 1963 sampai bulan November 1963. Saddam terpilih sebagi
anggota dewan pimpian partai. Partai Ba’ath menjadi partai oposisi sampai tahun
1968.
Pada tahun 1968, Saddam dan kawan-kawanya di partai Ba’ath
melancarkan kudeta dan berhasil mengembalikan partai Ba’ath memegang
kekuasaan dengan bantuan kepala intelejen Irak saat itu, Abdul Razek Nayef.
Tetapi Nayef kemudian diasingkan ke luar negeri oleh Saddam, dan hanya
berselang dua minggu setelah Kudeta, Nayef diketahui tewas secara misterius.
Dengan tewasnya Nayef, Saddam tampil menjadi orang kedua dalam jajaran
pimpinan partai Ba’ath setelah presiden Ahmad Hassan Al Bakr. Saddam
menjabat wakil sekjen partai dan wakil Dewan Pemimpin Revolusi.
Pada pertengahan 1970-an, pengaruh Saddam Hussein menjadi lebih kuat
daripada Presiden Ahmad Hassan Al Bakr. Tidak saja di kalangan Partai Ba’ath
tetapi juga kalangan militer Irak. Akhirnya pada tanggal 17 Juli 1979, Saddam
Hussein menggulingkan Presiden Ahmad Hassan Al Bakr lewat sebuah kudeta
dan menempatkan dirinya sebagi Presiden Irak secara resmi.
Saddam memperoleh kekuasaan penuh di Irak ketika menjabat Presiden
pada tahun 1979. Saddam benar-benar ingin mewujudkan impian masa kecilnya
yaitu ingin mengembalikan kejayaan Irak seperti masa Nebuchadnezzar. Pada saat
menjabat sebagai presiden, Saddam berhasil menundukkan militer berkat
kecerdikannya menempatkan orang-orang yang tidak diragukan lagi loyalitasnya
dan mendepak orang-orang yang dicurigai tidak loyal. Saddam memberikan
prioritas kepada pemuda-pemuda Irak yang berasal dari desa Tikrit untuk masuk
akedemi militer, kebanyakan warga Tikrit menguasai posisi strategis di dalam
tubuh militer maupun pemerintahan Irak. Saddam juga memberi tempat istimewa
pada keluarga, menantu dan orang-orang dekatnya di militer dan pemerintahan.
Lembaga militer Irak pada era Saddam beralih menjadi lembaga yang lebih
membela dan melindungi kekuasaan Saddam di Baghdad. Saddam Hussein
mempunyai lima orang anak, yaitu Uday, Qusai, Rana, Raghda, dan Hala, hasil
dari perkawinannya dengan Sajida Tulfah.(Musthafa Abd Rahman. 2003 : 14-16)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
b. Kelompok-kelompok Oposisi Irak
1) Oposisi Kaum Syiah
Di Irak umat Syiah merupakan kelompok mayoritas atau sekitar 60 persen
dari 24 juta penduduk Irak, tetapi kaum Syiah tidak mempunyai banyak tempat
untuk menduduki jabatan-jabatan poltik. Mayoritas kepemimpinan politik
diduduki oleh orang-orang Sunni yang jumlahnya kurang lebih 30 persen dari
penduduk Irak (Siti Mutti’ah Setiawati. 2004 : 155)
Dominasi kelompok Arab Sunni dalam panggung politik di Irak inilah
yang menjadi sumber pertentangan Syiah dengan rezim Saddam Hussein. Dalam
sejarah Irak, kaum Syiah sudah lama melakukan pemberontakan-pemberontakan
politik. Pemberontakan kaum Syiah pertama kali sejak kemerdekaan Irak tahun
1935. Pada saat itu, para ulama Syiah menuntut diajarkannya hukum Syiah pada
sekolah-sekolah hukum di seluruh Irak, namun gerakan Syiah itu baru teroganisir
pada akhir tahun 1950-an, yaitu ketika sejumlah ulama dan aktifis Syiah seperti
Muhammad Mahdi al-Asafi’, Sayyid Kazim al-Hariri, Mabdi Ali Akbar Shariati,
Ali Muhammad al-Kurani, Mahdi al-Khalasi dan Hamid Muhajir mendirikan
Partai Dakwah Islam di Najaf ( www.whitehouse.com diunduh pada tanggal 10
Juli 2010).
Era paling sulit untuk kaum Syiah Irak berada pada masa pemerintahan
partai Ba’ath, pada masa ini beberapa organisasi baru Syiah telah dibentuk untuk
mempertahankan hak-hak kaum Syiah. Para ulama menentang keras ekstrimisme
partai Ba’ath dan politik penumpasan mereka. Oleh sebab itu Saddam Hussein
melakukan penumpasan terhadap orang-orang Syiah terutama para ulama dan
ruhaniawan mereka. Tahun 1979 di Baghdad lahir organisasi kaum Syiah yang
bernama al-Mujahidin. Kelompok ini didirikan oleh Sayyid Abdul Aziz al-Hakim.
Berbeda dengan Partai Dakwah yang menghendaki berdirinya Rezim Islam Irak
yang independent, al-Mujahidin secara tegas mengakui kemimpinan Ayyatullah
Khomaeini, dan menginginkan rezim Islam Irak yang berorientasi ke Teheran
(www.wordpres.com diunduh pada tanggal 12 Juli 2010).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Pada tahun 1979, ketika kaum Syiah akan memperingati penyambutan
kemenangan revolusi Islam Iran, mereka merencanakan sebuah long march dari
Najaf ke Teheran. Rencana tersebut tidak dikehendaki oleh rezim Ba’ath, dan
ulama-ulama Syiah yang terlibat ditangkap. Tindakan rezim pengasa itu justru
membangkitkan kerusuhan anti Saddam yang lebih luas di kalangan umat Syiah di
Irak. Penumpasan yang dilakukan rezim Saddam terhadap gerakan kaum Syiah
menyebabkan terjadinya eksodus warga Syiah Irak ke Iran. Selain ke Iran,
sejumlah aktivis partai Dakwah lainnya menyelamatkan diri ke Inggris, Lebanon
dan Suriah. Hubungan Irak-Iran pun semakin menegang dan mencapai
klimaksnya pada saat terjadi Perang Teluk I (Adib Mubarok, 2003 :49-51)
Pada akhir perang Irak terhadap sekutu pimpinan Amerika tahun 1991,
kaum Syiah bangkit dengan gerakan besar-besaran bersama orang Kurdi untuk
menumbangkan Saddam, tetapi gerakan ini berhasil dibungkam dan orang-orang
Syiah menghadapi penumpasan dan pembunuhan massal. (http://www.annisa.
majelis.muhajiddin.or.id diunduh pada tanggal 13 Juli 2010).
Periode tahun 1991 hingga serangan AS dan Inggris ke Irak pada tahun
2003, merupakan masa yang penuh dengan kesulitan untuk kaum Syiah. Selain
karena penumpasan besar-besaran yang dilakukan rezim Saddam, mereka juga
berhadapan dengan masalah kelaparan dan musibah yang muncul dari embargo
ekonomi yang disahkan oleh Dewan Keamanan PBB terhadap Rezim Saddam
Hussein akibat kebijakannya menyerang Kuwait.
2) Oposisi Suku Kurdi
Orang-orang Kurdi adalah suatu kelompok etnis Indo-Eropa yang
mayoritas menganut agama Islam Sunni ortodoks dan tinggal di wilayah yang
disebut Kurdistan (tanah orang-orang Kurdi). Wilayah Kurdistan terdapat di
beberapa negara, seperti Turki bagian Tenggara, Iran Utara, Irak Utara, Soviet
Selatan dan Suriah Utara.
Suku Kurdi merupakan kelompok etnis minoritas terbesar di Irak yang
menguasai hampir seperlima wilayah negeri Irak. Orang-orang Kurdi mempunyai
ikatan yang erat satu sama lain. Mereka mempunyai cita-cita untuk mewujudkan
sebuah negara Kurdistan merdeka, namun dalam sejarahnya orang-orang Kurdi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
belum pernah memiliki sebuah tanah air yang merdeka. Berdasarkan kenyataan
itu, dalam beberapa tahun terakhir, bangsa Kurdi tidak lagi mencita-citakan
berdirinya sebuah negara Kurdistan yang merdeka. Cita-cita mereka kini adalah
mempunyai wilayah Kurdistan yang otonom, tempat mereka mengatur rumah
tangga mereka sendiri serta mempertahankan identitas dan sistem sosial budaya
mereka.
Pemerintah Saddam Hussein tidak memberikan otonomi kepada suku
Kurdi, karena wilayah yang didiami suku Kurdi merupakan wilayah yang kaya
minyak dan apabila otonomi itu diberikan, akan merugikan Irak karena bisa
menghambat program pembangunan dan perekonomian Irak sangat tergantung
pada minyak. Tindakan rezim penguasa itu membuat suku Kurdi di Irak banyak
melakukan tekanan-tekanan terhadap Saddam Hussein. Ketika terjadi Perang Irak-
Iran, para aktivis suku Kurdi di Irak Justru berpihak pada pasukan Iran untuk
mengusir pasukan Saddam Hussein. Ketika pasukan Iran menyerbu melewati
wilayah Kurdistan Irak, para aktivis Kurdi justru bahu-membahu dengan pasukan
Iran untuk melawan pasukan Irak.
Akibat keterlibatannya membantu tentara Iran yang menyerang tentara
Irak, membuat Saddam Hussein geram terhadap orang-orang Kurdi Irak. Saddam
Hussein mengeluarkan kebijakan untuk membersihkan gerilyawan suku Kurdi
dengan menjatuhkan bom yang mengandung senjata kimia yang menyebabkan
ratusan orang Kurdi tewas secara mengerikan. Serangan kedua kepada suku Kurdi
terjadi pada bulan Agustus 1988, yang dilancarkan terhadap desa-desa di wilayah
Kurdistan. Serangan itu menewaskan 2500 warga Kurdi di Irak dan hampir 60.000
orang mengungsi ke Turki dan Iran. Serangan itu dianggap wajar oleh Saddam
Hussein karena suku Kurdi dianggap penghianat kerena telah membantu tentara
Iran dalam perang Irak-Iran. Setelah peristiwa serangan atas wilayah Kurdistan
itu, secara perlahan kekuatan lawan poitik Saddam pun berkurang, peristiwa itu
akan membuat para pemimpin Kurdi akan berpikir dua kali untuk melakukan
gerakan destruktif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
B. Kebijakan Politik Luar Negeri Amerika Serikat (AS)
Keamanan nasional merupakan kebutuhan yang sangat mendasar bagi
semua bangsa, termasuk AS. Terwujudnya keamanan nasional merupakan salah
satu syarat utama yang harus dipenuhi oleh AS untuk dapat melaksanakan proses
pembangunan nasional. Kebutuhan akan keamanan nasional ini berkaitan dengan
kemampuan AS untuk melindungi negara dan semua aspek yang terkandung di
dalamnya dari semua hal yang berpotensi menjadi ancaman terhadap segala segi
kehidupan rakyat, baik dari dalam maupun dari luar negeri. Dengan cara ini
pemerintahan AS dapat menjamin bahwa AS akan tetap bebas, merdeka, terjaga
integritas wilayahnya serta aman dari pengaruh negatif dari manapun.
Keamanan nasional ini tidak hanya terfokus pada situasi dalam negeri AS,
tetapi juga pada representasi AS di Negara-negara lain. Representasi dari AS yang
berada di Negara-negara lain ini bisa berupa perusahaan-perusahaan yang
beroprasi di manca Negara dan warga AS yang bermukim di Negara lain. Jadi
meskipun perusahaan dan warga Negara AS ini berda di luar negeri, namun AS
tetap berkewajiban untuk menjamin keselamatan mereka.
Di samping terwujudnya keamanan nasional, pemerintah AS juga
berupaya mengenai kesejahteraan yang merata di bidang ekonomi untuk seluruh
warga Negara AS. Kesejahteraan ekonomi ini berkaitan erat dengan keamanan
nasional karena keduanya memiliki hubungan yang bersifat timbal balik.
Tercapainya kesejahteraan ekonomi dapat membantu pemerintah dalam
mewujudkan keamanan nasional dan menjadi salah satu modal dasar bagi
tercapainya kesejahteraan ekonomi.
Untuk memenuhi kepentingan-kepentingan nasionalnya, pemerintah AS
membuat kebijakan-kebijakan di berbagai bidang, termasuk di dalamnya
kebijakan di bidang politik luar negeri yaitu mempromorsikan nilai-nilai
demokrasi ke dunia internasional, mempromorsikan perdagangan bebas dan
terbuka, berperan aktif dalam upaya-upaya menangani konflik-konflik regional,
mencegah perkembangan senjata pemusnah massal, perang terhadap terorisme
global, dan berusaha untuk mendapatkan citra positif dihadapan dunia
internasional.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Kebijakan yang pertama adalah mempromorsikan nilai-nilai demokrasi ke
tengah dunia internasional. Upaya promosi nilai-nilai demokrasi ini mempati
kedudukan penting dalam politik luar negeri AS, hal ini diindikasikan oleh
prioritas yang diberikan kepada kebijakan ini di masa pemerintahan Presiden Bill
Clinton maupun Presiden George W. Bush (www.whitehouse. gov/nsc/nss
diunduh pada tanggal 10 Juli 2010).
Ada beberapa alasan yang menjadikan kebijakan ini penting bagi AS :
(1) Struktur pemerintahan yang demokratis dianggap mampu membatasi
wewenang pemimpin negara untuk memobilisasi warganya ke dalam perang; (2)
Norma-norama resolusi konflik nir-kekerasan yang dikembangkan oleh nilai-nilai
demokrasi di dalam negeri juga turut berperan dalam pembuatan kebijakan-
kebijakan luar negeri suatu negara. Di samping itu, masyarakat yang mengadopsi
nilai-nilai demokrasi ke dalam kehidupan sehari-hari, pada umumnya selalu
berusaha mencegah agar jangan sampai konflik-konflik yag sedang terjadi
mengarah ke perang terbuka (www.whitehouse. gov/nsc/nss diunduh pada tanggal
10 Juli 2010).
Secara singkat, pemerintah AS membuat kebijakan untuk mempromosikan
nilai-nilai demokrasi kepada negara-negara lain karena pemerintah AS meyakini
bahwa penerapan nilai-nilai demokrasi akan membuat dunia menjadi lebih damai
tanpa perang, dan dengan kondisi dunia yang lebih damai ini AS merasa lebih
terjamin keamanan nasionalnya dan dapat berkonsentrasi melakukan proses
pembangunan nasional (www.lesperssi. gov/nsc/nss diunduh pada tanggal 10 Juli
2010).
Untuk mendukung kebijakan ini, pemerintah AS seringkali memberikan
bantuan luar negeri kepada suatu negara dengan syarat Negara penerima bantuan
tersebut mengadopsi nilai-nilai demokrasi dalam pemerintahanya, sembari
melakukan propaganda bahwa hanya negara yang menganut nilai-nilai demokrasi
yang memiliki kesempatan untuk mewujudkan kemakmuran ekonomi. Contoh
dari kasus ini bisa dilihat pada bantuan luar negeri yang diberikan AS kepada
Afghanistan pasca runtuhnya rezim Taliban.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Kebijakan kedua yang dibuat oleh pemerintah AS, yaitu mempromorsikan
perdagangan bebas dan terbuka, memiliki hubungan erat dengan yang pertama.
Seymour Martin Lipset berasumsi bahwa pelaksanaan perdagangan bebas dan
terbuka akan mendorong pertumbuhan ekonomi, sedangkan peningkatan taraf
ekonomi masyarakat cenderung berdampak pada meningkatnya taraf pendidikan
masyarakat secara umum. Peningkatan taraf pendidikan masyarakat ini dapat
mendorong terjadinya perubahan kultur dan perilaku politik masyarakat, yang
pada gilirannya dapat mendukung tumbuhnya nilai-nilai demokrasi dalam
kehidupan bernegara. Pelaksanaan nilai-nilai demokrasi akan berujung pada
terwujudnya perdamaian dunia (www.wordpress. gov/nsc/nss diunduh pada
tanggal 11 Juli 2010)
Tampak bahwa pemerintah AS menganggap sistem perdagangan bebas
dan terbuka akan menghasilkan kemakmuran ekonomi bagi semua warga negara
yang menerapkannya sehingga AS rajin memprakarsai dibentuknya institusi yang
mendukung sistem ini, seperti FreeTrade Area of Americas (FTAA) yang mulai
aktif tahun 2005.
Sistem perdagangan bebas dan terbuka ini tidak luput dari kelemahan.
Bagi negara yang sebelumnya sudah memiliki posisi ekonomi yang kuat,
perdagangan bebas memang berpotensi meningkatkan kemakmuran ekonomi
mereka, tetapi Negara-negara Dunia Ketiga yang belum siap untuk menghadapi
sistem ini, dan terpaksa menerapkannya karena berbagai alasan tertentu justru
akan mengalami kemrosotan ekonomi karena para pelaku ekonomi dalam negeri
tidak memiliki modal yang cukup untuk bersaing dengan para pelaku ekonomi
yang datang dari luar. Ketimpangan ini pada akhirnya akan menambah jumlah
pihak yang memusuhi negara-negara yang diuntungkan.
Kebijakan perdagangan bebas dan terbuka yang dianjurkan AS ini memilki
dampak ganda pada kepentingan nasional. Penerapan perdagangan bebas dan
terbuka memang dapat meningkatkan kemakmuran ekonomi, tetapi menambah
ancaman terhadap keamanan nasional AS.
Kebijakan ketiga adalah berperan aktif dalam upaya-upaya menangani
konflik-konflik regional. Alasannya adalah adanya asumsi bahwa konflik regional
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
dalam skala sekecil apapun berpotensi untuk mengalami eskalasi dan berkembang
menjadi konflik dalam skala yang lebih besar. Konflik dalam skala bisa ini dapat
mengganggu stabilitas keamanan internasional yang pada giliranya akan
memberikan dampak negatif terhadap upaya-upaya memenuhi kepentingan-
kepentingan nasional AS (http:/www.whitouse.gov/nsc/pdf diunduh pada tanggal
10 Juli 2010).
Sebagai realisasi dari kebijakan ini AS selalu tampak aktif dalam
memprakarsai diadakanya perundingan-perundingan perdamaian antara negara-
negara yang sedang berkonflik, misalnya perundingan damai antara Israel dengan
Palestina yang menghasilkan Road Map Peace pada tahun 2003 yang berisi
Palestina harus menghentikan semua tindakan terorismenya terhadap Israel,
membongkar infrastruktur kelompok militan termasuk melucuti senjata mereka,
dan pihak Israel juga harus membongkar 100 pemukiman Yahudi illegal di Tepi
Barat. Selain itu AS juga mengirimkan pasukan militernya untuk turut serta
sebagai penjaga perdamaian atas nama PBB (Siti Mutti’ah, 2004 : 49).
Kebijakan keempat adalah mencegah perkembangan senjata pemusnah
massal. Alasan dari kebijakan ini sangat sederhana. Pemerintah AS tidak mau jika
senjata pemusnah massal yang ada dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang
memusuhi AS untuk mengancam keamanan nasional. Untuk itu, AS kemudian
memaksa melucuti persenjataan pemusnah massal yang diduga dimiliki oleh
pihak-pihak yang dianggap membahayakan, seperti ketika sebelum meletusnya
Perang Irak tahun 2003, AS melalui PBB memaksa Irak untuk menerima tim
inspeksi PBB yang bertugas mencari persenjataan pemusnah massal yang diduga
dimiliki Irak. Irak dianggap sebagai negara yang memiliki senjata pemusnah
massal, baik itu senjata kimia seperti monstar yang dapat menyebabkan kulit
melepuh, tabun dan sarin yang dapat menyerang syaraf, senjata biologi seperti
botulinium yang dapat meracuni dan mencekik orang, serta bacillus anthraxis
yang dapat menyebabkan penyakit Anthrax, serta senjata nuklir dan rudal Scud
yang mempunyai jangkauan 900 kilometer untuk melancarkan senjata-senjata
tersebut (Siti Mutt’iah, 2004 : 15-16).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Mengenai kebijakannya ini pemerintah AS menerima banyak kritik,
karena AS memaksa negara-negara lain untuk menghancurkan persenjataan
pemusnah massal yang mereka miliki, tetapi AS sendiri tidak bersedia
menghancurkan pemusnah massal yang dimilikinya.
Kebijakan kelima adalah perang terhadap terorime global. Kebijakan ini
mencuat pasca tragedi 11 September 2001. Pemerintah AS yang merasa negara
menjadi target utama gerakan teroris internasional mengajak semua negara di
dunia untuk bekerja sama membasmi gerakan-gerakan teroris tersebut. Salah satu
tindakan AS dalam rangka memerangi terorisme yang memancing protes dunia
internasional adalah invasi terhadap Afghanistan pasca peristiwa 11 September
2001 dengan dalih untuk menangkap Osama bin Laden, gembong Al Qaeda, yang
dituding sebagai dalang peristiwa 11 September 2001 dan diduga berada di
Afghanistan dalam perlindungan rezim Taliban yang pada saat itu berkuasa di
Afghanistan. Selain Afghanistan, AS juga memusuhi Irak, Iran, dan Korea Utara
yang dianggap sebagai Negara Poros Setan (Axis of Evil).
Kebijakan keenam adalah berusaha untuk mendapatkan citra positif di
hadapan dunia internasional. Kebijakan ini dimanifestikan melalui pemberian
bantuan-bantuan keamanusiaan setiap kali terjadi masalah-masalah sosial dan
kemanusiaan, misalnya bencana alam, dan kelaparan. Bantuan tersebut diberikan
dalam bentuk teknis, suplai makanan, dan obat-obatan. Tindakan ini dianggap
penting karena kebijakan-kebijakan luar negeri AS harus memiliki aspek
kemanusiaan jika ingin mendapat dukungan dari publiknya sendiri. Sealain itu,
melalui pemberian bantuan-bantuan ini pemerintah AS berharap agar dunia
internasioanal menilai AS sebagai sebuah Negara yang baik dan tidak pantas
untuk dimusuhi. Dengan demikian keamanan nasional AS akan lebih terjamin.
C. Latar Belakang Invasi Amerika Serikat (AS) ke Irak
Bagi AS konflik senjata dengan Irak pada tahun 2003, ada tiga tujuan
yaitu AS ingin menghancurkan senjata pemusnah massal, menyingkirkan
ancaman teroris internasional dan membebaskan rakyat Irak dari penindasan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
rezim Saddam Hussein dengan cara memulihkan demokrasi di Irak (Abdul Halim
Mahally, 2003:330).
Dari tiga alasan tentang masalah Irak yang harus diselesaikan dengan cara AS
(dihancurkan) ternyata dipenuhi kebohongan, yaitu :
1. Agresi AS ke Irak untuk memusnahkan senjata pemusnah massal adalah
upaya AS untuk membohongi masyarakat internasional. Dikatakan oleh
Presiden George W. Bush bahwa Irak mempunyai senjata pemusnah atau
destruksi massal (Weapons of Mass Destruction) yang berupa : (1) senjata
kimia seperti mostar yang dapat menyebabkan kulit melepuh, tabun dan sarin
yang dapat menyerang syaraf; (2) Senjata biologi seperti botulinum yang dapat
meracuni dan mencekik orang, bacillus antraxis yang dapat menyebabkan
penyakit antrax, senjata nuklir dan rudal scud yang mempunyai jangkauan 900
kilometer untuk meluncurkan senjata-senjata tersebut (Siti Muti’ah Setiawati,
2004:15). Untuk meyakinkan rakyat dan kongres AS, Presiden Bush di depan
Kongres ketika menyampaikan laporan tahunan menyatakan bahwa Saddam
Hussein telah mengusahakan untuk membeli lima ratus ton uranium – oksida
dari Nigeria. Dengan demikian kepemilikan senjata-senjata tersebut dapat
membahayakan rakyat Irak dan negara-negara tetangganya (Albert D. Pastore,
2004:xvi).
Serangan AS ke Irak dengan alasan pemusnahan senjata pemusnah
massal tidak masuk akal, karena bila AS memang ingin menghancurkan
senjata itu, Presiden Bush tidak mengerahkan semua kekuatan militernya. AS
(dan sekutunya Inggris) hanya mengerahkan 230.000 dan 45.000 personilnya
ke Irak. Dari jumlah itu, hanya 90.000 prajurit AS dan 45.000 prajurit Inggris
yang merupakan pasukan tempur (Abdul Halim Mahally, 2003:330).
Sebelum terjadi serangan ke Irak, Tim Inspeksi PBB yang diketuai
Hans Blix menyatakan sama sekali tidak menemukan bukti Irak memiliki
senjata pemusnah masal dan ternyata jangkauan senjata rudal Irak tidak seperti
yang dikatakan AS yaitu 900 kilometer, tetapi hanya 10 sampai 15 kilometer.
Atas dasar temuan itu Saddam Hussein menyatakan, “Mampukah rudal ini
menembus Israel? Mampukah mencapai AS?” (Kompas, 9 Maret 2003:3).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Kebohongan AS makin tampak ketika Menteri Luar Negeri AS, Collin
Powell, memberikan laporan kepada Dewan Keamanan PBB tentang upaya
Irak mendapatkan uranium-oksida dari Nigeria. Menurut duta besar Nigeria
untuk PBB, Presiden Nigeria yang disebut-sebut dalam dokumen intelijen
Presiden Bush, yang dikatakan bekerjasama dengan Saddam Hussein dalam
pengadaan uranium-oksida ternyata telah lama meninggal dunia (Albert D.
Pastore, 2004:xvii). Beberapa minggu setelah Baghdad jatuh, pasukan AS
belum berhasil menemukan senjata pemusnah massal Irak (Abdul Halim
Mahally, 2003:333).
2. Menggempur Irak atas nama memerangi terorisme yang didengungkan AS
tidak dapat diterima begitu saja. Tudingan Washington bahwa Bahgdad
memiliki hubungan dengan al-Qaidah, organisasi yang sangat dibenci dan
sekaligus ditakuti AS (yang dituduh telah meledakkan gedung WTC pada 11
September 2001) sangat tidak masuk akal. Di satu sisi, al-Qaidah adalah
organisasi yang ingin menggulingkan pemerintahan berpaham liberal maupun
sekuler, sementara Partai Baath pimpinan Saddam Hussein tidak memiliki
paham fundamentalisme seperti halnya al-Qaidah. Bahkan, rezim Saddam
Hussein sendiri termasuk yang harus dihancurkan oleh Al-Qaidah karena
berseberangan paham (pemerintahan Saddam Hussein berpaham sekuler,
sedangkan al-Qaidah berpaham fundamentalis yang memegang teguh ajaran
Islam). Oleh karena itu, selain pemerintah AS tidak punya bukti kuat tentang
hubungan al-Qaidah dan Irak, Usamah bin Laden (pemimpin Al-Qaidah) dan
Saddam Hussein tidak mungkin bekerjasama. Apalagi, ketika Irak menduduki
Kuwait pada 2 Agustus 1990, Usamah bin Laden justru menawarkan diri
kepada Raja Fahad (Arab Saudi) untuk mengirimkan veteran Arab-Afghan
untuk membantu Kuwait mengusir pasukan Saddam (Abdul Halim Mahally,
2003:335).
3. Klaim Washington bahwa penggulingan Saddam Hussein dimaksudkan untuk
menyelamatkan rakyat Irak dari pemerintah yang diktaktor dan otoriter serta
agar rakyat dapat mendirikan pemerintahan yang benar-benar demokratis juga
cacat dari sisi hukum. Baik PBB maupun negara di dunia tidak ada yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
memberi legitimasi AS untuk ikut campur urusan dalam negara lain. Dalam
kasus Irak, apapun sistem yang telah dan akan diterapkan di negara itu,
demokrasi atau monarki, maka hasil itu semuanya menjadi hak rakyat Irak
untuk menentukannya. Di Irak, meskipun AS mengatakan Saddam Hussein
sebagai diktator, tetapi rakyat Irak (kecuali suku Kurdi) mengelu-elukan
Saddam Hussein sebagai sosok yang berani mempertahankan kedaulatan Irak
dari serbuan AS dan sekutunya (Abdul Halim Mahally. 2003:336). Saat
menghadapi invasi AS, Saddam Hussein telah menyerukan kepada rakyatnya
agar tetap siaga menghadapi agresi militer AS. Seruan itu disambut rakyat
yang menyatakan akan membela pemimpinnya, yaitu Saddam Hussein dan
membela tanah Irak (Moehammad Shoelhi, 2003:124).
Dalam pengakuannya, AS selalu mengatakan bahwa serangannya ke Irak
untuk menegakkan demokrasi, tetapi setelah rezim Saddam Hussein jatuh, AS
akan kesulitan membangun pemerintahan baru yang demokratis. Hal ini
disebabkan : (1) Prinsip AS sendiri tidak demokratis, melainkan berdasarkan pada
kepentingan politiknya, yaitu mencegah munculnya penguasa yang menentang
kekuasaan, atau berafiliasi dengan negara yang menjadi musuh AS; (2) Pemimpin
yang dipilih AS untuk memimpin Irak tidak mempunyai basis pendukung yang
kuat di kalangan rakyat (Siti Muti’ah Setiawati, 2004:16).
Menurut Wirawan Sukarwo terdapat dua alasan utama yang
melatarbelakangi serangan AS ke Irak. Pertama, keinginan AS untuk
menghentikan proyek pengembangan senjata pemusnah massal di Irak. Kedua,
menjatuhkan rezim Saddam Hussein yang dianggap memiliki hubungan dengan
Al-Qaeda yang mengancam stabilitas regional. Dari kedua alasan utama tersebut,
Pemerintah AS menjabarkannya dalam beberapa misi mereka untuk Irak. Bahkan
pemerintah AS menganggap sebagai tugas mulia. Beberapa misi invasi yang
dianggap sebagai tugas mulia AS, antara lain sebagai berikut : (1) Mengakhiri
rezim Saddam Hussein; (2) Mengidentifikasi, mengisolasi, dan mengeliminasi
senjata pemusnah massal; (3) Mencari, menangkap, dan membawa keluar teroris
dari Negara itu; (4) Mengumpulkan data intelijen terkait yang bisa digunakan
dalam jaringan pemberantasan terorisme internasional; (5) Mengumpulkan data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
intelijen yang terkait dengan jaringan global di pasar gelap perdagangan senjata
pemusnah massal; (6) Mengakhiri sanksi dan secepat mungkin mengirim bantuan
kemanusiaan untuk memenuhi kebutuhan rakyat Irak; (7) Mengamankan sumber-
sumber ladang minyak yang menjadi milik rakyat Irak; (8) AS akan menjadi
penolong rakyat Irak menciptakan masa transisi untuk membangun sebuah
pemerintahan yang representatif (Wirawan Sukarwo, 2009 : 191-192). Namun
semua alasan yang dikeluarkan oleh AS menjadi sebuah kebohongan yang
diketahui secara luas oleh dunia internasioanl. Irak terbukti tidak mengembangkan
senjata pemusnah massal seperti yang dituduhkan dan Saddam Hussein tidak
memiliki hubungan dengan Osama bin Laden beserta jaringan al-Qaedanya
(Angkasa, Maret 2003 : 8).
Dari semua analisis terhadap motif invasi AS yang sesungguhnya, terdapat
persepsi umum bahwa ekonomilah yang menjadi faktor dominan. Beberapa
perhitungan yang terkait dengan motif ekonomi dan bisnis dari serangan AS atas
Irak antara lain sebagai berikut : (1) Kekayaan minyak bumi yang dimiliki oleh
Irak merupakan cadangan minyak kedua terbesar setelah Arab Saudi. Berdasarkan
data yang dikeluarkan oleh Centre for Global Energy Studies (CGES) London,
Irak diperkirakan memiliki 112 miliar barrel cadangan minyak. Berdasarkan data
tersebut, Irak merupakan pemilik 11 persen cadangan minyak dunia. Selain itu,
menurut US Energy Information Administration, Irak memiliki 73 ladang minyak
mentah dan hanya 15 ladang yang telah dikembangkan; (2) ingin menciptakan
tatanan dunia baru yang “lebih aman” dengan tujuan kebebasan ekonomi dan
politik. Hal ini merupakan strategi geopolitik AS di kawasan Timur Tengah. Bagi
AS, Irak merupakan ancaman potensial bagi kepentingannya dan sekutu
terdekatnya Israel di kawasan Timur Tengah; (3) Proyek rekontruksi pasca perang
yang akan menguntungkan AS. Kehancuran infrastruktur akibat perang akan
melahirkan proyek-proyek rekontruksi dengan dana yang besar. Sebagai pemeran
utama invasi, AS akan mengambil proyek-proyek tersebut untuk meraup
keuntungan besar pascaperang (Wirawan Sukarwo, 2009 : 192-193).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
D. Kebijakan-kebijakan Amerika Serikat (AS) Dalam Program
Rekonstruksi Irak
1. Kebijakan-Kebijakan Rekontruksi Di Bidang Politik & Pemerintah,
Ekonomi Serta Sarana & Prasarana Umum, dan Keamanan
Sesudah bulan April tahun 2003 kota Baghdad berhasil direbut oleh
pasukan multinasional pimpinan AS dalam invasi ke irak yang berlangsung pada
tahun 2003, AS segera membentuk suatu badan pemerintahan pendudukan yang
bertugas menjalankan fungsi-fungsi administratif dan mengatur program-program
rekontruksi di Irak, sambil menunggu proses pemulihan pemerintahan sipil di
Irak. Badan pemerintahan pendudukan yang dimaksud adalah Office for
Recontruction and Humanitarian Assisstance (ORHA) yang didirikan pada
tanggal 21 April 2003 dan dikepalai oleh Jay Garner. Aktivitas badan ini tidak
berlangsung lama karena setelah operasi militer utama dalam invasi dinyatakan
berakhir, badan ini segera digantikan oleh badan lainnya, Coalition Provisional
Authority (CPA), yang dibentuk pada tanggal 11 Mei 2003 dan dikepalai oleh
Paul Bremer. CPA bertugas meneruskan tugas yang sudah dimulai ORHA. CPA
ini sendiri merupakan bagian dari Departemen Pertahan AS (US Department of
Defense.(http://www.wikipedia.org/wiki diunduh tanggal 15 Juli 2010)
Pada tanggal 16 Mei 2003, para pejabat dalam pemerintahan AS
membatalkan rencana semula untuk segera menyerahkan kedaulatan di Irak
kepada suatu pemerintahan sipil yang bersifat sementara. Sebaliknya, AS justru
mengajukan permintaan kepada PBB agar lembaga Internasional tersebut
mengeluarkan suatu resolusi yang memberikan wewenang luas kepada AS beserta
Inggris untuk mengatur sendiri pembentukan pemerintahan sementara di Irak dan
mencabut sanksi ekonomi yang selama ini diberlakukan terhadap Irak. Pada
tanggal 22 Mei 2003, PBB mengeluarkan resolusi 1483 yang berisikan
pencabutan sanksi ekonomi yang sudah berlaku 13 tahun dan memberikan
wewenang kepada AS dan Inggris untuk mengatur pemerintahan di Irak dan
menggunakan hasil penjualan minyak bumi Irak untuk membiayai program-
program rekonstruksi di Irak.(http://www.un.org/News/ossg/iraq.htm diunduh
tanggal 15 Juli 2010)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Pada akhir Juni 2003, CPA menghentikan semua proses pemilihan lokal
yang diadakan untuk memilih pemimpin setempat di seluruh Irak. Bertentangan
dengan prinsip demokrasi yang selama ini digembor-gemborkan oleh pemerintah
AS, CPA kemudian malah menunjuk secara sepihak orang-orang yang ditugasi
untuk menjadi pemimpin lokal di kota-kota Irak. Atas tindakannya tersebut, Paaul
Bremer selaku kepala CPA memperoleh banyak protes keras dari berbagai pihak
yang menuduhnya telah bertindak secara tidak demokratis. Sebagai upaya
pembelaan diri, Paul Bremer menyatakan bahwa dia tidak bermaksud untuk
melanggar prinsip demokrasi, namun menurutnya pemilihan umum yang
dilakukan secara tergesa-gesa dapat berakibat buruk bagi rakyat Irak sendiri “I’m
not oppsed to it, but I want to do it (in) a way that takes care of our
concers….Elections that are held too early can be destructive, It’s got to be done
very carefully” (http://www.globalsecurity.org/military/world/iraq/iqc.htm
diunduh tanggal 15 Juli 2010). Beberapa pengamat politik internasional menduga
bahwa Paul Bremer mengambil keputusan tersebut untuk mencegah agar jangan
sampai ulama-ulama Syiah yang dianggap radikal oleh AS, namun memperoleh
banyak dukungan rakyat Irak, seperti misalnya Muqtada al-Sadr, memperoleh
kekuasaan dan kekuatan yang terlalu besar.
Pada tanggal 13 Juli 2003, dibentuk Iraqi Interim Governing Council yang
beranggotakan 25 orang warga Irak yang berasal dari berbagai kelompok dan
afiliasi dalam masyarakat Irak. Tugas utama dari dewan ini adalah
mengembalikan stabilitas dan keamanan di Irak, memulihkan perekonomian, serta
memperbaiki sarana dan prasarana umum. Dewan ini memiliki wewenang untuk
membuat kebijakan-kebijakan, mencalonkan dan mengberhentikan menteri-
menteri. Selaian itu, dewan ini juga memiliki peranan dalam membuat undang-
undang Irak yang baru. Sementara itu CPA masih memegang hak veto dalam
mengambil keputusan terakhir meskipun disepakati bahwa CPA hanya akan
menggunakan hak veto tersebut dalam situasi mendesak.
Melihat latar belakang dari para anggota dewan ini, tampak adanya
perubahan yang signifikan dalam peta perpolitikan Irak karena mayoritas anggota
dewan ini berasal dari kelompok Syiah, sedangkan Sunni yang mendominasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
perpolitikan Irak di masa pemerintahan Saddam Hussein hanya menempatkan
sedikit wakilnya dalam dewan tersebut. Sepanjang sejarah politik di Irak, dewan
ini adalah badan yang paling majemuk di mana angotanya berasal dari berbagi
kelompok agama dan etnis yang ada di Irak. Anggota dewan ini terdiri atas 13
orang Arab Syiah, 5 orang Arab Sunni, 5 Orang Kurdi (Sunni), 1 orang Turki, dan
1 orang Kristen Assyria. Semua anggota dari Iraqi Interim Governing Council ini
dipilih langsung oleh Paul Bremer (http://www.wikipedia.org/wiki/iraq.htm
diunduh tanggal 17 Juli 2010).
Dalam daftar nama anggota Iraqi Interim Governing Council ini muncul
nama-nama orang-orang yang sebelumnya sudah dikenal sebagai tokoh-tokoh
yang merupakan oposisi terhadap pemerintahan Irak dimasa Saddam Hussein.
Beberapa diantaranya adalah Ahmed Chalabi, Iyad Allawi, Ibrahim al-Jaafari,
Jalal Talabani, dan Massoud Barzani.
Ahmed Chalabi adalah orang Irak yang lebih banyak menghabiskan
waktunya di AS dan Inggris ketika Irak masih di bawah kekuasaan Saddam
Hussein. Dia juga merupakan anggota dewan eksekutif dari Iraqi National
Congress, sebuah gerakan anti-Saddam yang mendapat sokongan dana dari
pemerintah AS. Selama tinggal di AS, Ahmed Chalabi menjalin hubungan baik
dengan Paul Wolfowitz, salah satu anggota dari kelompok neo-cons yang turut
mendorong AS agar menyerang Irak (http://www.news.bbc.cu.uk diunduh tanggal
17 Juli 2010).
Anggota lainnya, Iyad Allawi yang semula merupakan anggota dari Partai
Baa’ath memutuskan untuk menjadi oposan terhadap Saddam Hussein setelah
terjadinya upaya pembunuhan terhadap dirinya di Inggris pada tahun 1978 yang
diyakini didalangi oleh Saddam Hussein. Sementara bermukim di London, Iyad
Allawi mendirikan Iraqi National Accord pada tahun 1990 yang beranggotakan
mantan perwira-perwira militer yang dibuang Saddam Hussein dan warga Irak
lainnya yang menentang pemerintahan Saddam Hussein. Iraqi National Accord
mendapat dukungan dari Inggris, Yordania, Arab Saudi, Turki, dan AS ini
merencanakan untuk melakukan kudeta terhadap pemerintahan Saddam Hussein.
Pada tahun 1992, Iyad Allawi direkrut oleh Central Intelligence Agency (CIA)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
dan bertugas untuk memberikan informasi yang diperlukan untuk menggulingkan
Saddam Hussein (http://www.washingtonpost.com diunduh tanggal 17 Juli 2010)
Ibrahim al-Jaafari adalah seorang politikus Irak yang aktif sejak tahun
1968 sebagai anggota Partai Al-Dawa, partai yang kemudian menjadi oposisi
terhadap pemerintahan Saddam Hussein. Pada tahun 1980 Ibrahim al-Jaafari
melarikan diri ke Iran setelah partai Ba’ath melakukan penyerangan terhadap
partai-partai lain yang menjadi oposan Saddam Hussein. Pada tahun 1989 Ibrahim
al-Jaafari pindah ke London dan terlibat dalam gerakan yang lebih luas untuk
menggulingkan Saddam Hussein (http://www.wikipedia.org diunduh tanggal 18
Juli 2010). Sedangkan Jalal Talabani dan Massoud Barzani merupakan pimpinan
dari dua partai suku Kurdi, yang selama ini terkenal sebagai oposan terhadap
Saddam Hussein. Anggota-anggota lainya dari Iraqi Interim Governing Council
tidak terlalu terkenal dalam politik internasional namun yang pasti mereka juga
merupakan anggota dari gerakan-gerakan perlawanan di masa pemerintahan
Saddam Hussein.
Dalam perkembangan selanjutnya, CPA bersama dengan Iraqi Interim
Governing Council membentuk Iraqi Interim Government pada tanggal 1 Juni
2004 yang menurut rencana akan menggantika posisi dan mengambil alih tugas
dari CPA dan Iraqi Interim Governing Council untuk memerintah Irak mulai
tanggal 28 Juni 2004 sampai dengan diadakannya pemilihan umum legislatif
untuk memilih anggota Iraqi National Assembly pada tanggal 30 Januari 2005.
Iraqi Interim Government ini merupakan lembaga eksekutif yang terdiri
dari seorang presiden dan dua orang wakil presiden yang berperan sebagi kepala
Negara, serta seorang perdana menteri dan seorang wakil perdana menteri yang
berperan sebagai kepala pemerintahan, Iraqi Interim Government memiliki hak
untuk memilih sendiri orang-orang yang akan duduk dalam kabinet sebagai
menteri-menteri yang bertugas membantu mereka menjalankan pemerintahan di
Irak.
Pada tanggal 30 Januari 2005, Irak mengadakan pemilihan umum untuk
memilih 275 orang yang akan duduk dalam Iraqi National Assembly. Hasil dari
pemilihan umum ini menunjukkan bahwa United Iraqi Alliance yang didukung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
oleh pemimpin besar Syiah, Ayatollah Ali al-Sistani, unggul dengan memperoleh
48% dari total suara. Sementra itu, Democratik Patriotic Alliance of Kurdistan
berada di urutan kedua dengan merebut 26% dari total suara, disusul oleh Iraqi
List di tempat ketiga dengan perolehan 14% dari total suara. Secara keseluruhan,
ada 20 partai politik yang memperoleh cukup suara untuk menempatkan seorang
wakilnya dalam Iraqi National Assembly.(http://www.wikipedia.org diunduh
tanggal 17 Juli 2010)
Pada gilirannya, anggota-anggota Iraqi National Assembly ini akan
bertugas untuk membuat undang-undang Irak yang baru dan bersifat permanen,
selain itu majelis ini juga akan menjalankan fungsi-fungsi legislative sampai
mulai diberlakukannya undang-undang yang baru. Sementara berusaha
membenahi bidang administrative dan pemerintahan Irak, AS juga harus
memusatkan perhatiannya pada upaya untuk membenahi sektor perekonomian
Irak dan memperbaiki sarana dan prasarana umum yang rusak karena perang.
Sejak embargo ekonomi dikenakan terhadap Irak pada tahun 1990 pasca
Perang Teluk II, perekonomian Irak mengalami keterpurukan hingga jatuh pada
level yang sangat rendah. Jumlah pengangguran yang meningkat tajam pada
gilirannya berdampak pada kehidupan rakyat Irak. Sanksi ekonomi yang
dikenakan pada Irak ini menyebabkan Irak tidak memiliki cukup dana untuk
mengoperasikan sarana-sarana pelayanan umum, misalnya rumah sakit dan
sekolah, dengan optimal. Program “oil for food” yang diterapkan oleh PBB
dengan tujuan untuk mengurangi penderitaan rakyat Irak tidak mampu
memberikan dampak yang signifikan sehingga ratusan anak harus meninggal
dunia karena kelaparan sementara ribuan lainnya berada dalam kondisi gizi yang
amat buruk.
Dilancarkannya invasi ke Irak oleh pasukan multinasional pimpinan AS
pada bulan Maret 2003 semakin memperparah kondisi di Irak, karena sarana-
sarana umum seperti rumah sakit, pembangkit tenaga listrik atau penyedia air
bersih kini tidak berfungsi karena mengalami kerusakan akibat perang. Sebagai
pihak yang diberi mandate oleh PBB untuk melaksanakan rekontruksi Irak,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
termasuk didalamnya rekontruksi di bidang ekonomi dan sarana serta prasarana
umum, AS mengeluarkan beberapa kebijakan.
Rekontruksi di bidang ekonomi, pemerintah AS menyerahkan
tanggungjawab untuk menggerakkan kembali roda perekonomian di Irak kepada
United States Agency for International Development (USAID) (diunduh dari situs
http://www.usaid.gov/iraq/activites/html pada tanggal 17 Juli 2010). Dalam situs
resminya, disebutkan bahwa tujuan utama keterlibatan USAID dalam program
rekontruksi ekonomi Irak adalah untuk meremajakan kembali perekonomian dan
membangun kembali sektor pertanian Irak. USAID berupaya untuk melakukan
reformasi dalam tata perekonomian Irak di mana reformasi ini meliputi
perubahan-perubahan dalam hukum, peraturan-peraturan, dan institusi-institusi
ekonomi yang telah ada sebelumnya, USAID juga akan menyediakan kerangka
kerja yang dapt digunakan bagi pengembangan usaha perdagangan dan investasi
di sektor swasta.
Selama dua tahun, USAID telah berhasil menunjukkan beberapa hasil
yang signifikan melalui tindakan reformasinya. Di antaranya adalah bekerja sama
dengan Kementrian Keuangan Irak dalam mengeluarkan mata uang Irak yang
baru untuk menggantikan mata uang sebelumnya yang bergambar Saddam
Hussein; menciptakan lebih dari 77.000 lapangan pekerjaan bagi rakyat Irak
melalui pengadaan National Employment Program; memberikan bantuan teknis
kepada bank-bank komersil Irak dalam melakukan aktifitas penghitungan
(accounting), pembuatan anggaran (budgeting), dan pemberian kredit (lending;
meningkatkan kemampuan dalam hal analisa statistic, pembuatan kebijakan
moneter, dan prosedur pengawasan perbankan di Bank Sentral Irak; mengevaluasi
dan memperbaharui peraturan-peraturan perniagaan di sektor swasta dan investasi
asing; dan menyediakan bantuan tknis dalam usaha pembukaan kembali Iraq
Stock Exchange. Sementara itu di sektor pertanian, USAID memberikan bantuan
teknis kepada para petani Irak agar mereka dapat meningkatkan hasil pertanian
dan memanfaatkan lahan rawa-rawa yang ada di Irak supaya dapat memberikan
nilai ekonomis bagi rakyat Irak. (http://www.usaid.gov/iraq/accomplishments
/econgov.html diunduh tanggal 18 Juli 2010)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Rekontruksi di bidang sarana dan prasarana umum (termasuk di dalamnya
perlengkapan yang diperlukan untuk memperkuat militer Irak), pada tahun
anggaran 2003, badan-badan yang diberi wewenang oleh pemerintah AS untuk
mengeluarkan kontrak-kontrak untuk proyek rekontruksi sarana dan prasarana
umum adalah USAID dan United States Department of Defense. Selama tahun
2003, USAID telah memberikan 10 kontrak dan 6 dana bantuan (grants).
Sementara itu Army Corps of Engineer sebagai divisi dari United States
Department of Defense telah memberikan tiga kontrak (http://www.export.
gov/iraq/market.html, diunduh tanggal 18 Juli 2010). Irak yang hancur-lebur
setelah invasi AS membutuhkan sebuah program pembangunan kembali yang
cepat disegala bidang. Beberapa bidang infrastruktur merupakan aset ekonomi
yang sangat berharga bagi AS. Aset ekonomi seperti kilang minyak dan jalur
pipanya adalah yang menjadi motif dominan serangan AS ke Irak.
Sedangkan untuk tahun anggaran 2004, badan-badan yang ditunjuk oleh
pemerintah AS untuk memberikan kontrak adalah Army Corps of Engineer,
United States Navy, USAID, dan US State Department. Badan-badan ini
memberikan kontrak atas nama Coalition Provisional Authority Irak Program
Management Office (CPAPMO), di kemudian hari berganti nama menjadi Iraq
Project and Contracting Office (POC), karena badan inilah yang
bertanggungjawab atas semua kontrak proyek rekontruksi Irak untuk tahun
anggaran 2004 yang oleh pemerintah AS memperoleh alokasi dana sebesar 18,6
trilyun Dollar AS (http://www.export.gov/iraq/market.html, diunduh tanggal 18
Juli 2010). Selain itu, dana yang digunakan untuk membiayai proyek rekontruksi
Irak ini juga diperoleh dari hasil penjualan minyak Irak sendiri ditambah dengan
bantuan dari Negara-negara lain seperti Jepang dan Negara-negara Eropa.
Pemberian kontrak-kontrak ini dilakukan melalui pengadaan tender yang
semula hanya boleh diikuti oleh perusahaan-perusahaan yang bersal dari Negara-
negara yang pemerintahnya mendukung invasi AS ke Irak, namun karena banyak
protes, peraturan ini kemudian mengalami sedikit perubahan sehingga
perusahaan-perusahaan dari Negara yang tidak mendukung invasi ke Irak tetap
dapat berpartisipasi dalam proyek-proyek rekontruksi Irak sebagi sub-kontraktor,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
sedangkan yang berhak memilih parusahaan-perusahaan mana saja yang akan
menjadi sub-kontraktor adalaah perusahaan-perusahaan yang telah memenangkan
tender dan berstatus sebagai kontraktor utama. Dari tender yang dilaksanakan, ada
lebih dari 45 perusahaan asal AS yang memenangkan kontrak sebagi kontraktor
utama, antara lain Skylink Air & Logisticts Support, Bechtel, dan Louis Berger
Group, Inc. dari Inggris ada 1 perusahaan (Foster Wheeler), dari Italia ada 1
perusahaan (Bertoli SRL), dari Israel ada 1 perusahaan (MDT Armor), dan dari
Yordania ada 1 perusahaan (Shaheen Bussiness and Investment Group).
Sementara itu, untuk menjawab protes dari Negara-negara yang
perusahaannya tidak diizinkan mengikuti tender, mantan Presiden Bush
menyampaikan bahwa Negara-negara tersebut tetap dapat berpartisipasi dalam
proyek rekontruksi Irak dengan cara menghapuskan hutang-hutang luar negeri
Irak (http://www.globeandmail.com diunduh tanggal 17 Juli 2010).
Ada dugaan bahwa beberapa perusahaan dapat memenangkan tender
karena perusahaan-perusahaan tersebut memiliki hubungan erat dengan pejabat-
pejabat tinggi dalam pemerintahan mantan Presiden Bush, seperti Halliburton
(http://www.guardion.ou.uk/html diunduh tanggal 17 Juli 2010). Halliburton
adalah sebuah perusahaan yang memiliki divisi khusus jasa pengamanan atau
tentara bayaran. Karena divisi khusus itulah, Halliburton dikategorikan sebagai
Perusahaan Penyedia Tentara Bayaran atau Private Military Company (PMC). Di
bawah kontrak yang bernama Logistic Civil Augmentation Program (LOGCAP)
dan disetujui pada Desember 2001, Halliburton menjadi satu-satunya perusahaan
yang mendominasi proyek rekonstruksi Irak. Halliburton menggunakan anak
perusahaannya, yaitu Kellog Brown & Root untuk melaksanakan kontrak tersebut.
Jumlah total pekerja KBR di Irak adalah sekitar 24.000 personel, atau 3/4 dari
total pekerja asing yang dipekerjakan di sana. Pekerja Halliburton melakukan
berbagai macam pekerjaan mulai dan menggali jamban, mangantarkan logistik,
mencukur rambut, menyiapkan makanan, hingga melayani jasa pengiriman surat
untuk tentara AS.
Selain itu juga dicurigai adanya ketidakcocokan antara besarnya dana yang
diperlukan yang disetujui pada saat pemberian kontrak dengan besarnya dana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
yang dihabiskan dalam pelaksanaanya di lapangan. Sebagai contoh, data audit
yang dilakukan terhadap Kellog, Brown an Root, yang merupakan subsidiary dari
Halliburton, ditemukan bahwa perusahaan tersebut telah menghabiskan 16 juta
Dollar AS lebih banyak dari yang telah disepakati dalam kontrak untuk
mengangkut kebutuhan bahan bakar minyak bagi pasukan AS di Irak.
(http://www.nytimes.com diunduh tanggal 18 Juli 2010)
Meskipun AS telah membuat rencana yang matang dalam usahanya
rekontruksi di bidang ekonomi dan sarana serta prasarana umum, namun bukan
berarti rencana ini dapat berjalan dengan lancar. Kendala terbesar yang harus
dihadapi adalah masih belum stabilnya kondisi keamanan di Irak. Meskipun
operasi militer utama telah berakhir namun pasukan militer AS masih harus
menghadapi serangan-serangan dari berbagai gerakan perlawanan yang tersebar di
seluruh Irak (http://www.globeandmail.com diunduh tanggal 17 Juli 2010).
2. Kebijakan-Kebijakan Rekontruksi Irak dan Kepentingan AS
Setelah melakukan invasi terhadap Irak pada tahun 2003, daripada
menyerahkan kembali kekuasaan kepada rakyat Irak, AS lebih memilih menuntut
agar PBB mengeluarkan resolusi yang memberikan wewenang kepada AS untuk
melakukan rekontruksi di Irak. Wewenang untuk melakukan rekontruksi di Irak
menjadi begitu penting bagi AS, karena memberikan keuntungan yang besar
untuk AS jika dicermati apa saja kebijakan-kebijakan rekontruksi Irak yang
dibuat oleh pemerintah AS, dan bagaimana dampak jangka panjang dari
pelaksanaan kebijakan-kebijakan tersebut (http://www.news.bbc.cu.uk diunduh
tanggal 17 Juli 2010).
Sejak awal dilaksanakannya, kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh AS
dalam kaitannya dengan upaya rekontruksi di Irak, baik di bidang politik dan
pemerintahan, keamanan, ekonomi, serta sarana dan prasarana umum telah
mengindikasikan kuatnya peranan kepentingan-kepentingan AS di kawasan Timur
Tengah dalam proyek rekontruksi tersebut. Kebijakan-kebijakan tersebut tidak
berdiri sendiri-sendiri berdasarkan bidang dari rekontruksi, namun saling
mendukung dan berkaitan secara positif (http://www.news.bbc.cu.uk diunduh
tanggal 17 Juli 2010).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Tabel 1. Kebijakan AS dan keuntungan yang diperoleh AS atas invasi ke Irak.
Sumber : www.export.gov/iraq/market.html
Melalui kebijakan-kebijakan rekontruksi di bidang politik dan
pemerintahan, AS telah berusaha sejak dini untuk menanamkan pengaruhnya
dalam pemerintahan Irak yang baru melalui pembentukan badan-badan
pemerintahan sementara yang hampir semuanya diatur sendiri oleh AS, mulai dari
Office for Recontruction and Humanitarian Assistance yang kemudian digantikan
Coalition Provisional Authority, sampai dengan pembentukan Iraqi Interim
Governing Council dan Iraqi Interim Government
(http://www.export.gov/iraq/market.html, diunduh tanggal 18 Juli 2010).
Tiga bagian yang disebutkan pertama mutlak merupakan bentukan AS.
Iraqi Interim Governing Council, meskipun seluruh anggotanya merupakan warga
Irak, namun sebagian dari mereka sebelumnya memiliki hubungan yang dekat
dengan AS. Sedangkan Iraqi Interim Government, meskipun dibentuk CPA
bersama Iraqi Interim Governing Council,bisa disebutkan hanya perpanjangan
tangan dari AS karena Iraqi Interim Governing Council sendiri merupakan badan
bentukan CPA. Selama periode berkuasanya badan-badan ini, dapat dikatakan AS
memiliki kekuatan penuh untuk mengarahkan kebijakan-kebijakan resmi
pemerintahan sementara Irak (http://www.export.gov/iraq/market.html, diunduh
tanggal 18 Juli 2010).
Kebijakan AS di berbagai bidang Keuntungan yang diperoleh
Ekonomi Akan lebih mudah bagi AS untuk
mengakses minyak bumi yang
dihasilkan Irak
Politik AS memiliki kesempatan untuk
mempengaruhi kebijakan-kebijakan
luar negeri Irak, termasuk didalamnya
kebijakan yang berkaitan dengan Israel
Keamanan AS memperoleh sekutu dalam program
perang global terhadap terorisme yang
dipeloporinya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Keterlibatan AS dalam pembentukan pemerintahan Irak yang baru yang
dilakukan sejak dini memberikan dasar yang kuat bagi hubungan diplomatik
antara AS dengan Irak dikemudian hari yang dapat dikembangkan ke dalam
bentuk hubungan kerjasama di bidang-bidang lainnya, yang tentu saja
berlandaskan pada kepentingan-kepentingan AS di kawasan Timur Tengah.
Ada beberapa keuntungan yang dapat diperoleh AS melalui terjalinnya
hubungan yang baik antara AS dengan Irak. Di bidang ekonomi, akan lebih
mudah bagi AS untuk memperoleh akses terhadap minyak bumi yang dihasilkan
oleh Irak. Di bidang politik, AS memiliki kesempatan untuk mempengaruhi
kebijakan-kebijakan luar negeri Irak, termasuk di dalamnya kebijakan yang
berkaitan dengan Israel. Sedangkan di bidang keamanan, AS memperoleh sekutu
dalam program perang global terhadap terorisme yang dipeloporinya
(http://www.export.gov/iraq/market.html, diunduh tanggal 18 Juli 2010).
Dengan wewenang yang dimiliki untuk membentuk dan menjalankan
pemerintahan sementara di Irak, AS melalui CPA secara otomatis juga berhak
mengatur bagaimana rekontruksi di bidang-bidang lainya dijalankan, termasuk
didalamnya rekontruksi di bidang ekonomi serta sarana dan prasarana umum. Hal
ini sangat penting bagi AS karena dengan demikian AS bisa mengontrol siapa saja
yang nantinya terlibat dalam rekontruksi Irak (http://www.news.bbc.cu.uk diunduh
tanggal 17 Juli 2010).
Untuk memilih perusahaan-perusahaan apa saja yang akan mengerjakan
proyek rekontruksi di bidang ekonomi serta sarana dan prasarana umum, CPA
memilih untuk mengadakan tender yang hanya boleh diikuti oleh perusahaan-
perusahaan yang berasal dari negara-negara yang mendukung invasi ke Irak,
seperti Inggis, dan Israel dan yang tidak mendukung adalah Rusia dan Perancis.
Dengan batasan ini, semakin besar kesempatan yang dimiliki oleh perusahaan-
perusahaan asal AS untuk memenangkan tender tersebut, dan memang itulah yang
terjadi. Melalui tender yang diadakan oleh CPA, AS telah memasukkan banyak
perusahaan swatanya ke dalam perekonomian Irak untuk mengerjakan proyek-
proyek rekontruksi yang penting bagi Irak, misalnya perbaikan kilang minyak,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
serta pengeboran dan pengolahan minyak tersebut (Dra. Siti Mut’iah. 2004 :112-
113)
Melalui kontrak-kontrak yang telah diberikan tersebut, perusahaan-
perusahaan swasta asal AS yang memenangkan tender memiliki hak untuk
beroperasi selama jangka waktu tertentu di wilayah Irak. Selama perusahaan-
perusahaan tersebut masih beroperasi di Irak, akses AS terhadap minyak bumi
yang dihasilkan oleh Irak akan tetap terjamin, di samping itu AS juga memiliki
kesempatan untuk menghadirkan dan memperbesar pengaruhnya di negara
tersebut. Bahkan selain itu, AS juga mendapat keuntungan lain karena dana yang
dikeluarkan oleh AS untuk membiayai proyek-proyek rekontruksi Irak akan
kembali masuk kantong AS (http://www.export.gov/iraq/market.html, diunduh
tanggal 18 Juli 2010).
Sebagai konsekuensi atas hadirnya perusahaan-perusahaan swasta asal AS
di Irak, pemerintah AS memiliki kewajiban untuk melindungi aset-aset tersebut.
Kewajiban ini diakomodasikan melalui kebijakan-kebijakan rekontruksi di bidang
keamanan melalui CPA yang dibentuk AS di Irak. Dengan dalih untuk membantu
mengembalikan stabilitas keamanan di Irak, pemerintah AS bersikeras untuk
mempertahankan kehadiran kekuatan militernya di Irak dengan janji bahwa
pasukan militer tersebut akan segera ditarik setelah situasi keamanan di Irak telah
pulih kembali (http://www.enn.com diunduh tanggal 19 Juli 2010)
Dalih yang digunakan oleh pemerintah AS ini akan terasa
membingungkan jika mengetahui bahwa kerusuhan-kerusuhan yang terjadi di Irak
setelah berakhirnya invasi justru semakin besar dilakukan oleh warga Irak yang
menuntut agar pasukan asing segera angkat kaki dari Irak. Situai ini justru
dimanfaatkan oleh pemerintah AS untuk menempatkan kekuatan militernya di
Irak. Dengan kehadiran kekuatan militernya di Irak, kebijakan-kebijakan di
bidang keamanan dan militer yang dibuat pemerintah AS akan lebih mudah
dilaksanakan. Keuntungan pertama yang didapatkan oleh AS dengan hadirnya
pasukan militer di Irak adalah akan lebih mudah bagi AS untuk menjaga aset-aset
yang dimilikinya di Irak. Keuntungan kedua, kehadiran kekuatan militer AS di
Irak ini akan menambah jumlah pasukan militer AS yang sebelumnya sudah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
berada di beberapa negara Timur Tengah lainnya seperti di Arab Saudi dan Qatar.
Hal ini berkaitan erat dengan kebijakan AS untuk terjun langsung dalam menjaga
stabilitas keamana di kawasan Timur Tengah dan program perang global terhadap
terorisme yang sedang dilancarkan oleh AS. Sebagai kawasan yang
dianggapsangat berpotensi untul dijadikan sarang bagi gerakan-gerakan teroris,
penting bagi AS untuk mengawasi langsung situasi keamanan di kawasan tersebut
(http://www.export.gov/iraq/market.html, diunduh tanggal 18 Juli 2010).
Jika diperhatikan, tampak bahwa senjata utama yang digunakan oleh
pemerintah AS untuk menanamkan pengaruhnya di Irak adalah kebijakan-
kebijakan rekontruksi di bidang ekonomi, sementara kebijakan-kebijakan
rekontruksi di bidang politik dan pemerintahan serta di bidang keamanan yang
lebih berperan sebagai penunjang. Di bidang politik dan pemerintahan AS
membentuk iraqi Interim Goverment dan selanjutnya Iraqi Interim Governing
Council melalui CPA. Sedangkan dibidang keamanan AS berusaha melindungi
perusahaan-perusahaan swastanya yang terlibat dalam rekontruksi Irak melalui
pasukan militernya yang masih berkedudukan di Irak. Tabel berikut ini adalah
daftar perusahaan-perusahaan asal AS yang mendapatkan proyek rekonstruksi di
Irak pascainvasi (www.publicintegrity.org diunduhh tanggal 1 Agustus 2010)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
Tabel 2. Perusahaan-perusahaan AS yang mendapat tender rekonstruksi Irak
Kontraktor General Electric Company
Vinnell Corporation (Northrop Grumman) Bearing Point
Science Aplications International Corp. Fluor Corp.
Bechtel Group Inc. Kellog, Brown & Root (Halliburton)
American President Lines Ltd. Dell Marketing Parsons Corp.
DynCorp. TECO Ocean Shipping Co.
Washington Group International United Defense Industries, L.P.
Unisys Corporation Readiness Management Support LC
Tetra Tech Inc. Louis Berger Group
Liberty Shipping Group Ltd. Perini Corporation
Ocean Bulkships Inc. Kroll Inc.
Raytheon Aerospace LLC MZM Inc. Sealift Inc.
Sodexho Inc. Chemonics International Inc. Landstar Express America Inc
Stevedoring Serviss of America Abt Associates Inc.
Anteon International Corporation Creative Associates International Inc.
Camp Dresser & Mc Kee Inc. Mediterranean Shipping Company
EGL Eagle Global Logistics World Fuel Serviss Corp. DHS Logistics Company
Development Alternatifs Inc. Sumber : Wirawan Sukarwo, 2009 : 236-237
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Khusus mengenai Halliburton, perusahaan ini adalah yang mendapatkan
keuntungan paling besar dari proyek rekonstruksi di Irak. Halliburton adalah
sebuah perusahaan yang memiliki divisi khusus jasa pengamanan atau tentara
bayaran. Karena divisi khusus itulah, Halliburton dikategorikan sebagai
Perusahaan Penyedia Tentara Bayaran atau Private Military Company (PMC).
Total anggaran yang diperoleh Halliburton dalam proyek rekonstruksi Irak
mencapai 8 miliar US$. Anggaran itu adalah yang paling besar jika dibandingkan
dengan PMC-PMC lain yang ikut beroperasi di Irak (Wirawan Sukarwo, 2009 :
238).
PMC-PMC ini datang ke Irak dengan bekal surat kontrak antara mereka
dengan pihak pemerintah AS, khususnya Departeman Pertahanan. Koneksi yang
sudah terbangun dan terjalin antara para pengusaha dengan politisi yang duduk
dalam pemerintahan membuat keberadaan mereka semakin aman. Ada hubungan
timbal balik yang jelas antara pemerintah AS dengan para PMC ini di Irak. Di satu
sisi, AS menginginkan kondisi yang stabil dalam mengeksplorasi kekayaan
minyak Irak. Sementara itu, di sisi lain, PMC-PMC ini juga membutuhkan proyek
demi kelangsungan bisnis mereka. Sinergi dari dua kepentingan ini terwujudkan
dalam praktik bisnis tentara bayaran, dan PMC yang menjadi ujung tombak AS
menegakkan hegemoni ekonominya di Irak (Wirawan Sukarwo, 2009 : 248).
a. Halliburton
Nama Halliburton berasal se-orang pengusaha asal Oklahoma yang bernama Erie P. Halliburton. Pria ini mendirikan perusahaan bernama New Method Oil Well Cementing Company tahun 1919 di Oklahoma. Setelah satu tahun, nama perusahaan itu diganti menjadi Halliburton Oil Well Cementing Company. Setelah Erie P. Halliburton wafat pada 1957, dirinya meninggalkan 201 kantor perwakilan di 22 negara bagian AS dan 20 negara asing.
Pada 1962, Halliburton menggabungkan diri dengan Brown & Root,
sebuah perusahaan kontraktor umum yang didirikan oleh Herman Brown, George
Brown serta Dan Root. Perkembangan selanjutnya, yaitu pada 1998 Halliburton
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
melakukan marger atau penggabungan dengan Dresser Industries, sebuah
perusahaan jasa pelayanan energi yang didirikan oleh Solornnon R. Dresser.
Halliburton mendapatkan perusahaan M.W. Kellog yang bergerak dalam bidang
pengolahan minyak dan pembuatan pipa minyak. Perusahaan M.W. Kelog
didirikan oleh Morris W. Kellog pada 1900. Pada 2002, secara resmi, Halliburton
mengumumkan diversivikasi usaha mereka ke dalam dua sektor bisnis, yaitu
Halliburton Energy Servis Group dan Kellog Brown & Root (KBR)
(www.halliburton.com. diunduh tanggal 1 Agustus 2010).
Perusahaan ini lebih dikenal dengan aktivitasnya dalam bidang energi dan
konstruksi. Dalam website resminya, disebutkan jumlah karyawan perusahaan ini
mencapai lebih dari 100.000 orang yang bekerja di lebih dari 120 negara.
Disebutkan pula bahwa mereka memiliki empat kelompok usaha yang supermaju
yaitu; drilling and formation evaluation, fluid sistem, production optimization,
serta digital and consulting solutions (www.halliburton.com. diunduh tanggal 1
Agustus 2010). Dari informasi yang terdapat dalam website resminya, tidak
tampak aktivitas bisnis penyewaan tentara bayaran yang mereka lakukan. Padahal,
Halliburton adalah perusahaan yang mendapatkan kontrak rekonstruksi Irak
dengan anggaran paling besar. Jumlah anggaran yang mereka dapatkan sekitar
US$ 8 miliar. Sebagai gambaran umum, nilai kontrak yang diberikan pada PMC
biasanya hanya berkisar puluhan juta dolar.
Halliburton memiliki kedekatan hubungan dengan pemerintahan George
W. Bush. Wakil Presiden Dick Cheney adalah mantan CEO perusahaan ini. Dick
Cheney menjabat sebagai CEO sejak 1995 sampai tahun 2000. Di bawah
kepemimpinannya, Halliburton menjadi perusahaan yang maju. Keberhasilan
Dick Cheney di Halliburton dianggap sebagai salah satu faktor yang
mengantarnya menjadi wakil presiden AS. Jadi, tidaklah mengherankan apabila
perusahaan ini mudah mendapatkan kontrak dalam bisnis-bisnis militer
pascaperang yang diberikan pemerintah AS( Angkasa ,April 2003: 40).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Membahas mengenai sepak terjang Halliburton pada masa Bush sama
sekali tidak bisa dilepaskan dari peran besar seorang Dick Cheney. Keduanya
(Dick Cheney dan Halliburton) seperti sudah melekat satu sama lain, saling
mempengaruhi dan saling menguatkan. Dick Cheney menjadi seorang yang sangat
berpengaruh di dalam pemerintahan AS adalah berkat kontribusi dana Halliburton
pada kampanye Partai Republik. Sebaliknya, Halliburton berhasil menjadi
perusahaan yang besar adalah berkat perantara Cheney yang menghubungkan
perusahaan ini dengan pemerintah (www.halliburton.com. diunduh tanggal 1
Agustus 2010).
Dick Cheney mulai bergabung dengan Halliburton sejak 1995. Pada masa
sebelumnya, dia lebih dikenal sebagai seorang menteri pertahanan AS di zaman
presiden Bush senior. Dia bergabung dengan Halliburon tepatnya pada 10
Agustus 1995 dan membawa serta temannya yang bernama Davis Gribbin. Davis
Gribbin sendiri adalah mantan deputi Cheney ketika masih menjabat sebagai
Menteri Pertahanan AS (www.halliburton.com. diunduh tanggal 1 Agustus 2010).
Setelah Cheney bergabung dengan Halliburton kontrak bisnis perusahaan
ini mengalami peningkatan dari 1.2 miliar US$ menjadi 2,3 miliar US$.
Kebanyakan kontrak bisnis ini didapatkan dari Departemen Pertahanan AS,
tempat Cheney sebelumnya berkarier. Kemudian pendapatan Halliburton dari
kontrak operasi luar negeri pun bertambah menjadi 68% dari sebelumnya yang
hanya 51%. Kontrak-kontrak tersebut kebanyakan berasal dari US Army Corps of
Engineers. Berdasarkan laporan Tr-Center for Public Integrity, Halliburton juga
mendapatkan kemudahan pinjaman dana dari Overseas Private Investment
Corporation (OPIC) dan US Export Import Bank (ExIm) sebesar 1,5 miliar US$.
Jadi, jelaslah sudah bahwa bergabungnya Dick Cheney dengan Halliburtor adalah
suatu hal yang menguntungkan bagi keduanya (www.halliburton.com. diunduh
tanggal 1 Agustus 2010).
Setelah cukup memberikan keuntungan pada Halliburton dari dalam, Dick
Cheney melirik sebuah posisi yang amat strategis untuk terus meraup keuntungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
bagi perusahaan ini. Posisi itu adalah wakil presiden AS. Hal ini tampak sudah dia
rencanakan sejak masa kampanye Presiden Bush bersama dengan Partai Republik.
Cheney sendiri adalah mantan orang kepercayaan presiden Bush Senior, ayah
George W. Bush. Jabatan wakil presiden itu akan membuat dirinya lebih mudah
mendapatkan kontrak kerja untuk Halliburton ketimbang posisinya selama ini
yang hanya mengandalkan koneksi dan kedekatan hubungannya dengan beberapa
pejabat pemerintah. Rencana besar Cheney ini dimudahkan dengan skenario
perang Irak yang ada dalam agenda pemerintahan Bush.
Akhirnya, tahun 2000, Halliburton ditinggalkan oleh Dick Cheney yang
berhasil menemani George W. Bush menjadi wakil presiden AS. Setelah itu,
hubungan Halliburton dan pemerintah tidak serta-merta putus. Seperti rencana
sebelumnya, Cheney menjadi ujung tombak Halliburton untuk mendapatkan
kontrak kerja yang besar dari pemerintah AS. Sebagai kompensasinya, Haliburton
tetap memberikan sejumlah uang kepada Dick Cheney dan sebaliknya, Dick
Cheney terus berperan dalam perolehan kontrak bisnis Halliburton. Sebuah bentuk
simbiosis mutualisme.
Pada 2005, majalah Fortune mengeluarkan laporan bahwa Halliburton
berada pada peringkat 103 dari 500 korporasi terbesar di AS versi majalah
tersebut. Pencapaian Halliburton pada 2005 itu dapat dikatakan menurun apabila
dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang berada pada peringkat 101. Selama
tahun 2005, Halliburton berhasil mendapatkan pendapatan sebesar 20,994 juta
US$ atau meningkat 2,6% dari tahun sebelumnya dan profit yang berhasil
didapatkan adalah 2,358 juta US$ (Fortune, 8 Mei 2006: 5).
Halliburton sudah berdiri sejak tahun 1919, tetapi hanya bergerak di
bidang energi dan konstruksi. Keberadaan Halliburton sebagai perusahaan
penyedia tentara bayaran mulai terlihat pascainvasi pertama AS ke Irak tahun
1992. Halliburton juga menjadi prioritas pertama pemerintah AS ketika
memangkas setengah dari jumlah tentaranya pascaperang dingin. Perusahaan ini
menjadi semacam wadah bagi para tentara yang diberhentikan dari dinas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
resminya. Masalah ini dianggap penting bagi pemerintah AS karena membiarkan
mantan tentara yang menyenangi perang sama saja dengan bencana (Fortune, 8
Mei 2006: 60).
Halliburton memakai anak perusahaannya yaitu Kellog Brown & Root untuk menjalankan bisnis tentara bayaran di Irak. Jadi, jika kita membahas PMC asal AS di Irak, kita tidak akan menemukan Halliburton sebagai salah satu PMC tersebut. Kontrak di bidang tentara bayaran atau dalam istilah lain disebut pengamanan dijalankan oleh KBR sebagai anak perusahaan Halliburton. Sementara itu, Halliburton sendiri tampil sebagai perusahaan yang bergerak di bidang energi, apalagi kalau bukan minyak bumi.
Di bawah kontrak yang bernama Logistic Civil Augmentation Program (LOGCAP) dan disetujui pada Desember 2001, Halliburton menjadi satu-satunya korporasi yang mendominasi proyek rekonstruksi Irak. Halliburton menggunakan anak perusahaannya, yaitu Kellog Brown & Root untuk melaksanakan kontrak tersebut. Jumlah total pekerja KBR di Irak adalah sekitar 24.000 personel, atau 3/4 dari total pekerja asing yang dipekerjakan di sana. Pekerja Halliburton melakukan berbagai macam pekerjaan mulai dan menggali jamban, mangantarkan logistik, mencukur rambut, menyiapkan makanan, hingga melayani jasa pengiriman surat untuk tentara AS.
Pada akhir 2003, kongres AS telah mengalokasikan dana untuk Irak sebesar 18 miliar US$. Dana tersebut digunakan untuk proyek "Iraq Relief and Reconstruction Fund" dan dibagi ke dalam sebelas kontrak yang melingkupi transportasi komunikasi, distribusi air, dan suplai listrik. Hallibururton mendapatkan salah satu kontrak tersebut, yakni dengan total 1,2 miliar US$ untuk memperbaiki jasa minyak (restore oil servis) di kawasan Irak selatan (www.warprofiteers.com. diunduh tanggal 5 austus 2010)
Pada 2005 dan 2006, Halliburton berturut-turut mendapatkan pembayaran
dari pemerintah AS sebesar 7 miliar dan 4 miliar US$. Istilah pembayaran
merujuk kepada sistem kontrak yang dijalankan oleh Halliburton dan pemerintah
AS, yaitu sistem “cost plus”. Sistem ini menyerupai sistem reimburse saat salah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
satu pihak menggunakan uangnya terlebih dahulu, kemudian mendalpatkan ganti
sesuai dengan jumlah pemakaian. Halliburton menggunakan sistem “cost plus”
untuk menggelembungkan uang tagihan kepada pemerintah. Sebagai contoh, KBR
menagih pembayaran lebih dari 1.500 peti minuman ringan per bulan kepada
pemerintah AS dengan harga US$ 45 tiap satu peti. Kontrak-kontrak yang
diperoleh Halliburton secara rinci dari tahun 2002 sampai tahun 2003 tampak
pada tabel :
Tabel 3. Kontrak-kontrak Halliburton dengan AS dari tahun 2002 sampai dengan
tahun 2003.
Tanggal Peristiwa11 November 2002 Pemerintahan Bush meminta Halliburton (saat
itu beroperasi berdasarkan kontrak logistik angkatan darat) untuk mengembangkan rencana cadangan bagi infrastruktur minyak Irak
8 Maret 2003 Kontrak rahasia infrastruktur minyak diberikan kepada anak perusahaan Halliburton, KBR tanpa melalui tender
24 Maret 2003 Kontrak pemadaman kebakaran sumur minyak dan penaksiran kerusakan fasilitas minyak diumumkan secara terbuka
8 April 2003 Pemerintahan Bush mengatakan kontrak Halliburton bernilai US$ 7 miliar, tetapi setumpuk sub-kontrak akan dibuka melalui tender dengan segera
14 April 2003 Korps Teknik Angkatan Darat menyatakan nilai kontrak tidak akan sampai US$ 650 juta. Mereka memperkirakan pengadaan tender baru pada akhir April, dan penyerahan kontrak baru akan terjadi pada Juni
2 Mei 2003 Angkatan Darat mengumumkan kontrak yang mencakup operasi fasilitas minyak. Penyerahan kontrak baru ditunda hingga Agustus
11 Juni 2003 Angkatan Darat menunda penyerahan kontrak hingga Oktober
29 Oktober 2003 Angkatan Darat menunda penyerahan kontrak sampai Desember
1 Desember 2003 Angkatan Darat menunda penyerahan kontrak sampai Januari 2004
31 Desember 2003 Pentagon memutus kontrak Halliburton berkaitan dengan munculnya dugaan mark-up harga dua kali lebih tinggi dari yang seharusnya dalam impor bensin dari Kuwait untuk memenuhi kebutuhan di Irak
Sumber : Tempo, 25 Februari 2004
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Dari tabel di atas nampak bahwa Halliburton memiliki kedekatan yang erat
dengan Pemerintahan Bush, jadi tidak mengherankan jika Halliburton begitu
mudah dalam mendapatkan kontrak tender dalam program rekonstruksi Irak dari
Pemerintahan Bush. Dampak dari kontrak-kontrak Halliburton dengan
Pemerintahan Bush menghasilkan kontrak Halliburton dalam program
rekonstruksi infrastruktur minyak selama 8 bulan kontrak yang secara rinci
tampak pada tabel 4.
Tabel 4. Kontrak Halliburton dalam program rekonstruksi infrastruktur minyak
Irak secara kumulatif
Tanggal Nilai Kontrak
6 Mei 2003 US$ 77 juta dolar
17 Juli 2003 US$ 461 juta dolar
21 Agustus 2003 US$ 704 juta dolar
17 Oktober 2003 US$ 1.590 juta dolar
18 November 2003 US$ 1.715 juta dolar
11 Desember 2003 US$ 2.261 juta dolar
Sumber : Wirawan Sukarwo, 2009 : 241
Dari 8 kontrak kerja yang dijalankan Halliburton dalam program
rekonstruksi infrastuktur minyak di Irak, Halliburton mendapatkan keuntungan
yang sangat besar. Balada para pengusaha memperebutkan kontrak di Irak sudah
dimulai sejak perang masih direncanakan. Halliburton sendiri memang mengincar
kontrak-kontrak pada proyek rekonstruksi. Sementara itu, perusahaan lainnya ada
yang sudah mendapatkan kontrak ketika perang masih berlangsung.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
b. BlacKwater
Nama Blackwater sempat ramai diberitakan pada 2004. Saat anggota
Blackwater sedang menjalankan tugas pengiriman logistik melewati kota Fallujah.
Tiba-tiba, konvoi pasukan mereka disergap oleh pasukan perlawanan Irak dan
empat orang anggota Blackwater tewas mengenaskan. Mayat mereka digantung
terbalik di atas sungai Euphrat. Kejadian ini diberitakan secara luas oleh pers
internasional dan sekaligus membuat nama Blackwater semakin dikenal
(Republika, 3 Maret 2004).
Dari sekian banyak PMC yang saat ini beroperasi di seluruh dunia,
Blackwater Security Consulting adalah model PMC yang paling modern. Dalam
artikel Murray Horton yang berjudul "The Privatization of War" dikatakan bahwa
Blackwater adalah satu-satunya PMC yang memiliki fasilitas paling luas, modern
serta lengkap. Sedemikian lengkapnya, sampai-sampai militer AS sendiri kerap
berlatih di fasilitas mereka. Oleh karena itu, Blackwater sering mendapatkan
kontrak yang memiliki risiko tidak biasa. Mereka kerap diberikan misi seperti
halnya militer sungguhan. Blackwater sering terlibat dalam sebuah pertempuran
terbuka layaknya militer resmi. Berbeda dengan PMC yang lain, para personel
Blackwater memang umumnya adalah para veteran perang dan mantan anggota
pasukan khusus. Dengan latar belakang semacam itu, pantaslah jika mereka
memiliki naluri berperang yang jauh lebih tinggi daripada personel PMC yang
lain (www.blackwaterusa.com diunduh tanggal 5 Agustus 2010).
Blackwater Security Consulting merupakan cabang usaha dari Blackwater
USA. Secara formal, PMC ini menawarkan tiga jasa, utama yaitu analisis risiko,
pengamanan bergerak, dan solusi proteksi. Ketiga jasa tersebut dipersiapkan untuk
kepentingan pribadi, pemerintah maupun pihak tertentu dari dan untuk sebuah
wilayah berisiko tinggi (www.blackwaterusa.com diunduh tanggal 5 Agustus
2010)
Blackwater didirikan pada 1996 oleh seorang mantan tentara elite
Angkatan Laut AS. Para personel Blackwater adalah para mantan tentara elite
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
yang memiliki kualifikasi tempur di atas rata-rata tentara reguler. Para mantan
tentara elite ini tidak hanya direkrut dari AS saja, tetapi juga dari luar AS seperti
Afrika dan Cili. PMC ini berbeda dengan PMC lain yang lebih banyak didominasi
para profesional di bidang teknik dan logistik. Blackwater Security Consulting
benar-benar dipersiapkan sebagai jasa tentara bayaran yang siap diterjunkan
dalam misi tempur seekstrem apa pun, yang menjadi keunikan Blackwater adalah
tidak semua personel mereka adalah orang Amerika Serikat. Ada di antara mereka
yang merupakan mantan pasukan elite Inggris seperti SAS. Bahkan, ada yang
berasal dari pasukan Apartheid di Afrika Selatan. Dengan kualifikasi seperti itu,
Blackwater paling pantas menyandang status tentara bayaran. Hal ini merupakan
sesuatu yang berbeda dari PMC lainnya yang cenderung didominasi oleh para
profesional di bidang teknik dan logistik. Para personel Blackwater adalah tentara
yang benar-benar dipersenjatai dengan profesional layaknya militer sungguhan
(www.blackwaterusa.com diunduh tanggal 5 Agustus 2010).
Dalam proyek rekonstruksi Irak, Blackwater menjadi PMC yang paling
dominan dalam hal pengamanan jalur dan pengiriman logistik dari dan menuju
aset pemerintah AS. Dalam kegiatan sehari-hari mereka di Irak, mereka sulit
dibedakan dengan tentara reguler lainnya karena mereka menggunakan seragam
dan atribut yang sama dengan tentara reguler.
Muray Horton sampai menulis bahwa kemiripan mereka dengan militer
sungguhan membuat mereka terlibat masalah di Irak. Penduduk setempat yang
melihat mereka sampai mengira mereka anggota pasukan elite atau paling tidak
anggota CIA. Suatu predikat yang sangat berbahaya di wilayah seperti Irak. Satu
gaya yang memang sangat mirip dengan para pasukan khusus adalah kebiasaan
menggunakan kacamata Oakley. Kebiasaan inilah yang sering membuat mereka
dianggap sombong, karena bergaya layaknya pasukan elite (Murray Harton,
2004).
Dengan profil seperti itu, tidak heran jika mereka kerap dijadikan sasaran
oleh para gerilyawan Irak . Ditambah lagi, kebencian para gerilyawan terhadap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
kehadiran pasukan AS di Irak. Keempat anggota Blacwater yang terbunuh di
fallujah menjadi sebuah catatan hitam yang diekspose besar-besaran ke seluruh
dunia. Sebelum peristiwa itu diberitakan, masalah tentara bayaran di Irak tidak
pernah menyangkut sekali pun di dalam kolom artikel media dan surat kabar
terkenal di Indonesia. Setelah kejadian tersebut, mulai ada yang mengangkat
masalah ini ke permukaan walaupun sifatnya masih dangkal dan asumtif (Murray
Harton, 2004).
Mengingat PMC beranggotakan para mantan pasukan elite, maka para
personel Blackwater sering kali menggunakan persenjataan yang juga tidak biasa.
Sebagai sebuah perusahaan swasta, Blackwater sering mengubah dan
memodifikasi persenjataan mereka sesuai kebutuhan dan permintaan para
personel. Salah satu pemberitaan yang kontroversial terkait masalah ini adalah
penggunaan peluru yang disebut APLPs (Armor Piercing Limited Penetrations).
Peluru ini adalah produk militer yang belum mendapatkan izin resmi dari
pemerintah AS dan sama sekali belum pernah digunakan oleh pasukan militer.
Peluru ini dibuat oleh sebuah perusahaan swasta bernama Le Mas yang berada di
kota Arkansas, AS. Yang menjadi kelebihan peluru ini adalah daya hantamnya
yang dapat menghancurkan lapisan baja dengan ketebalan beberapa inci. Peluru
ini tidak menembus lapisan baja tersebut melainkan menghancurkannya seperti
sebuah bom tanam. Karena keampuhannya, peluru ini sampai disebut sebagai
pelumat logam (Jeremy Scahill, 2007 : 63).
Pada pertengahan September 2003, salah satu personel Blackwater
menggunakan senjata ini untuk membunuh milisi Irak yang menyergap mereka di
sebelah utara Baghdad. Salah satu personel yang menembakkan senjata itu
menceritakan bahwa ia hanya mengenai bagian dubur lawannya. Namun, seketika
itu juga bagian bawah perut si penyergap hancur berantakan dan seketika itu pula
dia tewas (Jeremy Scahill, 2007 : 64). Dubur memang bukan titik yang mematikan
untuk sebuah peluru senapan. Namun, dengan peluru yang satu ini, bagian apa
pun dari tubuh manusia bisa menjadi target serangan yang mematikan. Sampai
saat ini, peluru tersebut masih menjadi perdebatan di dalam kongres AS. Di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
samping itu, sangat kecil harapan peluru itu dapat diterima oleh PBB sebagai
senjata organik militer. Di lain pihak, tanpa mengindahkan berbagai regulasi
mengenai penggunaan senjata, Blackwater membekali para personelnya dengan
peluru ini.
Aset-aset penting berupa kilang dan ladang minyak banyak terdapat di
wilayah utara dan selatan Irak. Markas komando terbesar AS terdapat di Umn
Qassar di sebelah selatan Irak dan juga di Baghdad. Wilayah selatan adalah
wilayah yang didominasi golongan Syiah. Sementara itu, wilayah utara
didominasi suku Kurdi yang tidak berbahaya. Daerah yang paling berbahaya di
Irak pascainvasi adalah wilayah Segitiga Sunni Irak yang menghubungkan ketiga
kota besar, yaitu Baghdad, Ramadi, dan Tikrit (Trias Kuncahyono, 2005 : 135).
Wilayah ini terdapat di tengah-tengah negara Irak dan merupakan jalur distribusi
yang menghubungkan wilayah selatan dan utara Irak. AS harus melewati jalur ini
setiap kali mengirim dan menjemput logistik mereka. Untuk alasan keamanan
jalur inilah, Blackwater disewa pemerintah AS.
Jika dalam menjalankan misi, para personel Blacwater terlibat baku
tembak dengan kelompok pemberontak maka mereka dapat memberikan serangan
balik sesuai dengan kondisi yang ada. Mereka memang tidak diharuskan
menyerang, tetapi mereka kerap dijadikan umpan bagi para gerilyawan agar
keluar dari sarang mereka. Sambil terus meladeni kelompok gerilyawan, para
personel Blackwater berusaha menghubungi pasukan koalisi untuk meminta
bantuan. Jika mereka beruntung, bantuan tersebut akan tiba tepat waktunya.
Namun, jika mereka sedang sial, bantuan itu akan datang setelah para personel ini
terbunuh atau tertangkap.
Irak pascainvasi memang berubah menjadi lebih menyeramkan dibanding
saat invasi. Peledakan bom terjadi di mana-mana hampir setiap hari. Wilayah
yang paling sering mendapatkan serangan adalah kota-kota Irak bagian tengah.
Kota-kota ini pada masa kekuasaan Saddam Hussein merupakan sentral kekuatan
militer Irak. Kota-kota seperti Baghdad, Fallujah, Ramadi, dan Tikrit merupakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
kota yang paling sering mendapatkan serangan. Kota-kota tersebut juga
merupakan kota yang menjadi basis populasi golongan Sunni Arab yang ada di
Irak. Pada masa kekuasaan Saddam, golongan Sunni adalah golongan yang paling
dekat dengan kekuasaan sekaligus memegang kekuatan militer negara ini.
Wilayah ini adalah yang menjadi pusat kekuasaan politik serta militer Saddam
Hussein.
Di wilayah yang sering disebut sebagai segitiga Sunni Irak, sisa-sisa
kekuatan militer Saddam bangkit memberikan perlawanan. Mereka yang pada
masa sebelumnya adalah tentara, menginginkan keadaan kembali seperti
sebelumnya. Keberadaan pasukan AS yang menjaga proses demokratisasi Irak
menjadi hal yang paling dibenci militer Irak. Mereka sadar sepenuhnya. apabila
Irak mengadopsi sistem demokrasi, maka akses mereka terhadap kekuasaan akan
sangat kecil mengingat mereka bukan berasal dari golongan yang minoritas.
Meskipun terus-menerus dikejar oleh pasukan koalisi, para mantan tentara
Saddam Hussein ini masih memberikan perlawanan yang berarti. Ditambah lag:
mereka mulai menghidupkan taktik perlawanan gerilya dengan membaur di
tengah masyarakat sipil sebelum melakukan serangan. Sampai saat ini, mereka
masih menganggap Irak belum jatuh ke tangan AS. Model perlawanan seperti
inilah yang paling merepotkan pasukan koalisi dan tentara bayaran.
Proyek rekonstruksi Irak memang dipusatkan di wilayah segitiga Sunni.
Berbagai proyek rekonstruksi di bidang kemanusiaan dan sosial terus
dilaksanakan Blackwater adalah satu-satunya PMC yang dikontrak pemerintah AS
untuk mengamankan wilayah ini Keberadaan mereka bukan untuk misi
kemanusiaan ataupun misi sosial, tetapi untuk mengamankan jalur pipa minyak
yang melewati wilayah ini. Jalur pipa minyak itu berasal dari wilayah selatan dan
utara Irak yang memang kaya akan minyak. Salah satu kota yang dilewati oleh
pipa minyak adalah Fallujah yang sering disebut kota kematian bagi pasukan AS.
Di luar wilayah Segitiga Sunni Irak Blackwater juga kerap menghadapi
perlawanan. Markas mereka di kota Najaf, Irak Selatan, pernah digempur ratusan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
milisi Irak. Insiden itu menewaskan beberapa personel Blackwater dan sejumlah
pasukan koalisi.
Personel Blackwater adalah yang paling sering menjadi sasaran para
gerilyawan ataupun pasukan pemberontak di Irak. Kemiripan mereka dengan
tentara reguler menjadi salah satu faktor utamanya. Personel PMC ini sering tewas
di dalam tugas akibat salah perhitungan yang disebabkan kurangnya data intelijen
dalam misi mereka. Salah satu hal yang membedakan PMC dengan satuan militer
reguler adalah akses terhadap data intelijen. Sebagai perusahaan swasta, mereka
sering kesulitan atau bahkan tidak mendapatkan data intelijen terkait misi yang
akan mereka jalankan.
Namun, terlepas dari segala kelemahan yang ada, PMC ini memang tampil
dengan wajah yang garang. Mereka terkenal memiliki nyali baja di wilayah tugas.
Selain itu, mereka juga kerap menciptakan aturan hukum sendiri tanpa
mempedulikan ekses bagi pihak yang menyewa jasa mereka. "We are not simply a
private militery company", begitu perkataan sang manajer dalam mempromosikan
perusahaan ini. Bahkan, mereka berani mengatakan kalau mereka adalah militer
profesional yang dapat menjadi solusi bagi operasi-operasi keamanan di dunia.
c. DynCorp
Perusahaan penyedia tentara bayaran lainnya yang mendapatkan kontrak
di Irak pascainvasi adalah DynCorp. Berbeda dengan Halliburton yang
memperkenalkan dirinya sebagai perusahaan kontraktor dan energi, DynCorp
secara terang-terangan menunjukkan dirinya sebaga perusahaan jasa keamanan
(security).
DynCorp didirikan pada 1946 pasca-perang dunia kedua. Pendirian
perusahaan ini pada awalnya merupakan solusi atas melimpahnya jumlah veteran
perang pascaperang dunia kedua. Selain banyaknya jumlah veteran perang, jumlah
persenjataan yang dimiliki juga masih sangat banyak. Atas dasar itulah, DynCorp
didirikan dan kemudian berhasil mempekerjakan ribuan tenaga kerja. Pendirian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
DynCorp saat itu didukung penuh oleh Presiden AS Henry S. Truman
(www.dyncorp.com diunduh tanggal 7 Agustus 2010).
DynCorp adalah perusahaan penyedia tentara bayaran yang memiliki
kantor pusat di Virginia, AS. Para pendiri perusahaan ini adalah para mantan pilot
perang dunia kedua. Semenjak berakhirnya perang, mereka juga semakin
kehilangan pekerjaan. Untuk menyiasati hal ini, mereka mendirikan perusahaan
pengangkut (kargo) yang bernama California Eastern Airways. Perusahaan ini
menggunakan koneksi dertgan pihak militer untuk mendapatkan proyek-proyek
pengangkutan kargo bagi keperluan militer. Dengan koneksi itu, mereka sering
mendapatkan proyek besar ketika sebuah perang berlangsung. Salah satu perang
yang melibatkan mereka secara aktif adalah Perang Korea tahun 1950-an
(www.dyncorp.com diunduh tanggal 7 Agustus 2010).
Setelah mereka memiliki cukup modal sekaligus reputasi yang baik dalam
bisnis, mereka pun merambah ke bidang lain seperti pengawalan pribadi,
pelatihan militer, dan lain-lain. Bidang-bidang bisnis yang mereka kembangkan
tidak pernah jauh dari dunia militer, karena akses dan klien mereka yang paling
besar adalah militer itu sendiri. Satu hal yang menjadi ciri khusus dari DynCorp
adalah komitmen mereka untuk menghindari keterlibatan secara langsung dalam
situasi perang terbuka layaknya militer, resmi. Dengan kata lain, mereka adalah
tentara bayaran yang low profile dan berada di belakang layar (www.dyncorp.com
diunduh tanggal 7 Agustus 2010).
Dalam tender rekonstruksi pascaperang di Irak DynCorp ikut ambil bagian
sebagai PMC yang aktif Seperti halnya Halliburton yang menjadikan Dick
Chenev sebagai perantara kepentingan antara pemerintah dan perusahaan,
DynCorp juga menjadikan Paul Lombardi sebagai penghubung berbagai irisan
kepentingan tersebut. Keduanya (Cheney dan Lombardi) menggunakan akses
koneksi mereka dengan pemerintahan pusat Koneksi yang dimiliki oleh Lombardi
berasal dari jejak kariernya di lingkungan militer AS. Walaupun bukan sebagai
personel militer resmi, jasanya selalu dipakai oleh militer. Sebelum menjadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
pimpinan DynCorp dia pernah merintis karier pada sejumlah organisasi swasta
rekanan militer AS. Di antara organisasi tersebut antara lain; Army Aviation
Association of America, American Defense Preparadness Association, American
Society of Naval Engineers, Armed Forces Communications and Electronis
Association (AFCEA), Navy League, Air Force Association, serta Association of
the US Army. Pengalaman panjangnya bersama militer AS itulah yang
membuatnya memiliki koneksi dengan pemerintahan AS saat tender rekonstruksi
(www.globalsecurity.org diunduh tanggal 7 Agustus 2010).
Dalam proyek rekonstruksi Irak, DynCorp merupakan salah satu PMC
yang mendapatkan kontrak kerja. Berbeda dengan Halliburton dan Blackwater,
DynCorp lebih memilih untuk menjalankan tugas di belakang medan tempur.
Mereka tidak mau terlibat langsung dalam sebuah kontak senjata. DynCorp lebih
sering ditugaskan untuk memasok senjata dengan teknologi canggih sekaligus
melatih tentara reguler untuk mengoperasikannya. Dalam website resminya,
DynCorp memang tidak menunjukkan kegemarannya terhadap perang, terdiri
lebih kepada menawarkan profesional yang didukung teknologi canggih
(www.dyncorp.com diunduh tanggal 7 Agustus 2010).
Kondisi di Irak pascainvasi sangat tidak stabil. Pengeboman dan
penyergapan terhadap tentara asing (AS) sering kali terjadi tanpa diduga-duga.
Untuk mengamankan jalur pengiriman logistik dari dan menuju aset-aset AS,
dibutuhkan seperangkat sistem radar yang canggih. Peralatan-peralatan tersebut
nantinya akan digunakan oleh tentara bayaran ataupun tentara reguler lainnya di
lapangan. Perusahaan yang memasok dan mengembangkan peralatan canggih
tersebut salah satunya adalah DynCorp.
Sejak perusahaan ini dipimpin oleh Paul V. Lombardi, Dyn Corp menjadi
perusahaan jasa keamanan yang besar. Keberhasilan Lombardi dalam mengelola
perusahaan ini mengorbitkannya sebagai wakil presiden perusahaan pada 1994.
Dengan jabatannya sebagai wakil presiden perusahaan, DynCorp berhasil meraup
keuntungan yang semakin besar. Keuntungan yang dihasilkan DynCorp pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
masa Lombardi mencapai 1 miliar dolar per tahun. Para pengamat ekonomi
banyak yang berpendapat bahwa apa yang dicapai oleh DynCorp, 80 persennya
adalah hasil kerja keras Lombardi . Keberhasilan DynCorp yang menggabungkan
kekuatan jaringan dengan kreativitas bisnis memang tertuju pada sosok Lombardi.
Selama periode kepemimpinannya (1997-2003) perusahaan ini telah mempunyai
kontrak bisnis dengan 30 lembaga pemerintah di AS. Beberapa lembaga itu,
antara lain; Departemen Pertahanan, FBI, DBA, Sekretariat Negara, serta
Lembaga Pemasyarakatan. (www.dyncorp.com diunduh tanggal 7 Agustus 2010).
Pelanggan utama DynCorp adalah pemerintah AS. DynCorp dijadikan
rekanan bisnis yang sangat penting bagi pemerintah AS terutama di bidang
asistensi milier. Tidak hanya itu, berbagai macam jasa keamanan pejabat negara
sukses dikerjakannya. Perusahaan ini semakin maju ketika bergabung dengan
CSC (Computer Sciences Corporation), sebuah perusahaan teknologi Komputer
dari California (www.globalsecurity.org diunduh tanggal 7 Agustus 2010).
Penggabungan itu membuat DynCorp semakin melebarkan sayapnya dalam bisnis
teknologi militer yang berbasis komputer.
Amerika Serikat menjadikan perang Irak sebagai uji coba berbagai
teknologi persenjataan mereka yang terbaru. Teknologi persenjataan yang
dikembangkan bersama perusahaan semacam DynCorp. Kebanyakan dari kerja
sama ini ada pada bidang komputerisasi persenjataan. Hampir seluruh
persenjataan Amerika Serikat yang tercanggih saat ini berbasis komputer. Hampir
tidak ada lagi senjata-senjata konvensional yang dianggap berisiko untuk
digunakan. Sebelum senjata-senjata canggih tersebut digunakan secara total oleh
militer, maka diperlukan masa uji coba yang melibatkan pihak calon pengguna
dan pemasok. Di sinilah peran DynCorp dimainkan. Mereka mendapatkan kontrak
untuk melatih tentara yang menggunakan berbagai instrumen komputer dalam
persenjataan mereka. Selain itu, DynCorp juga mengirim teknisi untuk
mernperbaiki peralatan militer AS yang digunakan di Irak
(www.globalsecurity.org diunduh tanggal 7 Agustus 2010).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
Setelah invasi berakhir, DynCorp masih mendapatkan pekerjan sebagai
pendukung program rekonstruksi pasca-perang. Total personel yang dikirimkan ke
Irak setelah invasi justru jauh lebih besar dibandingkan pada masa invasi.
DynCorp dikontrak oleh pemerintah AS untuk menangani masalah keamanan,
teknologi komputer sampai penasihat militer Irak. Total bayaran yang didapatkan
DynCorp di Irak pasca-invasi mencapai 226,865 miliar dolar setahun. Pendapatan
sebesar inilah yang membuat mereka tetap bertahan di Irak meskipun kondisi
keamanan di negara tersebut jauh dari kata stabil.
E. Dampak Perubahan Sosial , Ekonomi dan Politik pada Masyarakat Irak
Pasca Invasi AS
1. Perubahan Sosial
Perubahan sosial yang muncul sebagai dampak dari Invasi Amerika pada
masyarakat Irak salah satunya adalah meletusnya perang saudara diantara
penduduk Irak sendiri, khususnya antara pendukung setia Saddam dan kelompok
yang kontra terhadapnya. Seperti diketahui bahwa masyarakat Irak terbagi ke
dalam dua bagian besar kelompok dilihat dari sikap mereka terhadap Saddam
Husein, kelompok utama dari para pendukung atau pengikut partai Baath, sebuah
partai terbesar sebagai wadah politik Saddam semasa pemerintahannya, dan
kelompok kedua kontra yang umumnya dari orang-orang yang bermazhab Syi'ah
di Irak, karena Saddam dinilai diktator dan bertindak sewenang-wenang terhadap
para pengikut Syiah di negerinya.
Kelompok yang kontra terhadap Saddam sebetulnya bukan datang dari
para pengikut Syiah saja, akan tetapi juga dari para penduduk Kurdi, karena
memang dari segi pemerataan pembangunan di Kurdi sangat tidak seimbang
dengan pembangunan di wilayah-wilayah lain yang ada di Irak. Hal itu tampak
jelas dari keterlibatan langsung para pejuang Kurdi dalam membela Amerika
untuk menggulingkan Saddam Husein, karena adanya harapan dari para pejuang
Kurdi untuk menduduki tahta pemerintahan Irak pasca jatuhnya Saddam
Husein.(Republika, 10 April 2003)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
Irak mayoritas penduduknya adalah Muslim dan 60% bermazhab Syiah,
sedangkan 40% lainnya terbagi ke dalam kelompok Muslim yang bermazhab
Sunni dan pengikut agama-agama lain Perlakuan Saddam Husein terhadap
kelompok Syiah tidak semanis perlakuannya terhadap kelompok Muslim Sunni.
Para pengikut Syiah selalu mendapatkan perlakuan yang buruk dari Saddam
Husein, terbukti pada masa pemerintahannya banyak dari para kalangan ulama
Syiah yang dengan terang-terangan dibunuh atau disingkirkan dari Irak. Di antara
ulama yang dibunuh oleh Saddam adalah Ayatullah Murtadha Muthahhari dan
Ayatullah Baqir Shadr, sebagai ulama besar Syiah yang menjadi panutan para
pengikut Syiah (Nikki Keddy. 1983 : 198). Hal ini jelas menjadikan satu trauma
tersendiri bagi para pengikut Syiah terhadap Saddam sehingga mereka mengambil
jalur menentang terhadapnya.
Orang-orang yang pro terhadap Saddam, umumnya berasal dari para
pengikut Sunni, terutama di daerah Tikrit, sebagai basis dan tempat lahir Saddam
Husein.hampir mayoritas penduduk Tikrit yang mayoritas penduduknya
bermazhab Sunni adalah pembela dan pendukung Saddam (Tempo, 14 April
2002) .
Latar belakang permusuhan antara kelompok pro dan kontra terhadap
Saddam di atas lebih memanas setelah runtuhnya rezim Saddam dari tampuk
kekuasaan di Irak. Kedua fenomena di atas jelas akan menimbulkan konflik
internal di antara masyarakat Irak. Pertama, yaitu perang saudara atau perseteruan
antara kelompok Sunni dan Syiah, sudah terbukti dari kasus terbunuhnya
pemimpin spiritual Kaum Syiah Irak, yaitu Abdul Majid al-Khui (putera bungsu
Ayatullah al-Khui sebagai tokoh paling penting di mata para pengikut Syiah Irak).
Dan hal ini akan terus berlanjut sampai ada kebijakan politik dan sosial yang akan
meredam permusuhan mereka, yang datangnya dari pihak pemerintahan yang
menjadi alat untuk mendamaikan kedua kelompok yang bermusuhan tersebut
(www.irna.com. diunduh pada tanggal 11 Januari 2010).
Aktivitas keterlibatan para pejuang Kurdi dalam Invasi Amerika
menambah kekisruhan serta akan menimbulkan satu peta politik yang akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
tampak di Irak, persaingan dan perseteruan antara pejuang Kurdi yang mengincar
kursi pemerintahan Irak akan bentrok dengan sendirinya dengan para pengikut
Syiah yang juga merasa berhak menduduki kursi pemerintahan karena sebagai
kaum mayoritas di Irak (www.irna.com. diunduh pada tanggal 11 Januari 2010).
Setelah pemerintahan Saddam jatuh tidak tampak lagi bekas-bekas
kejayaan Bani Abbasiyah di negeri itu. Segalanya tampak suram. Letupan suara
senjata dan puing-puing bangunan di sepanjang kota telah merubahnya menjadi
negeri seribu satu bom. Semakin hari semakin kompleks persoalan dalam negeri
Irak. Berbagai permasalahan melanda bangsa. Kontak senjata antara serdadu AS
dengan warga Irak sering terjadi. Perseteruan antara kubu Sunni-Syi'ah yang
membuahkan beribu korban dari kedua belah pihak menambah semarak gaung
permusuhan. Bau bom dan mesiu menjadi aroma dan parfum kehidupan disana.
Para penduduk Irak kini lebih mementingkan membeli senjata dibanding membeli
bahan makanan. Seorang pensiunan perwira Irak, Mohammed Jasim El-Azraki
menyatakan bahwa membeli senjata saat ini adalah kebutuhan prioritas rakyat
Irak. Dalam suasana kacau ini setiap orang perlu menjaga diri karena tidak ada
yang tahu siapa kawan siapa lawan (www.aljazeraah.com. diunduh pada tanggal
11 Januari 2010).
Pada 1 Mei 2005 di Talafar, kota dekat perbatasan Syi'ah, seorang pelaku
pemboman menabrakkan mobilnya ke sebuah kemah yang dipenuhi pelayat,
dalam acara pemakaman seorang pemimpin Kurdi. Sekitar 30 orang tewas dan 50
lainnya luka-luka. Tiga hari kemudian, aksi yang sama menyerang sejumlah orang
Kurdi yang sedang antre di luar kantor Partai Demokratik Kurdistan (PDK), di
Irbil, Irak Utara. Sekitar 60 orang juga terbunuh di luar sebuah klinik di kota Hilla
(www.aljazeraah.com. diunduh pada tanggal 11 Januari 2010).
Ketegangan hubungan antara kaum Kurdi dan Sunni memang sudah
terjadi, khususnya di kawasan utara kota minyak, Kirkuk. Kurdi mengklaim
Kirkuk sebagai miliknya. Tetapi hal tersebut ditentang Arab Sunni yang
ditempatkan di kawasan itu dalam jumlah besar oleh pemerintah Partai Baath di
bawah pimpinan Presiden Saddam Hussein. Berbagai serangan dan kekerasan
mutakhir diperkirakan semakin mempertajam ketegangan antara kedua komunitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
itu. Hal yang mungkin akan semakin mendorong kaum Kurdi menuntut
kemerdekaan dan membentuk negara Kurdistan (www.detik.com. diunduh pada
tanggal 11 Januari 2010).
Kemungkinan akan terjadinya bentrokan antara pasukan arab Sunni dan
suku Kurdi dapat saja terjadi. Hal ini mengingat bahwa suku Kurdi merasa telah
terzalimi di bawah pemerintahan arab Sunni yang dipimpin Saddam. Suku Kurdi
juga berambisi menguasai tambang minyak Kirkuk. Penguasaan tambang minyak
tersebut adalah cara efektif untuk menguasai dan mengolah minyak Irak dan
meningkatkan income keuangan (www.detik.com. diunduh pada tanggal 11 Januari
2010).
Persoalan Kirkuk ini semakin mencuat setelah pemilu Desember 2005
kemarin. Ribuan rakyat Kurdi menduduki kota minyak tersebut. Pada umumnya
mereka dibiayai oleh dua partai besar Kurdi; Partai Demokratik Kurdistan (PDK)
dan Uni Patriotik Kurdistan (UPK).
Munculnya pemerintahan baru yang didominasi Syi'ah pimpinan Perdana
Menteri Ibrahim Al Jaafari kembali membuka luka-luka sektarian di Irak.
Ketegangan Sunni-Syi'ah semakin mengemuka. Sejak Al Jaafari mengumumkan
susunan kabinetnya, kekerasan meningkat. Suara jeritan dan erangan yang bersatu
dengan suara senapan semakin merobek hati. Mantan perdana menteri Irak, Iyad
Allawi, kepada BBC, akhir bulan lalu mengatakan bahwa antara 50 sampai 60
orang terbunuh tiap harinya di Irak, dan ini menandai negara itu sedang berada
dalam ‘perang saudara’ (www.republika.com. diunduh pada tanggal 11 Januari
2010).
Bahwa pihak-pihak asing menjadi aktor di balik pertumpahan darah
sektarian ini adalah fakta yang tidak terbantahkan. Peledakan mesjid milik Syi`ah
di Samarra misalnya, kepentingan asing diduga kuat berada di balik layar. Deretan
provokasi itu hingga saat ini kelihatannya sukses menabuh genderang perang
saudara di lembah Mesopotamia itu.
Dari segi pergeseran nilai dan peradaban pada negeri Irak, jelas akan
mengalami perubahan yang signifikan dikarenakan akan ada pemerintahan baru
yang akan mengeluarkan kebijakan-kebijakan baru untuk pembangunan kembali
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
negeri Irak pasca invasi. Peradaban Irak di masa depan akan lebih terbuka dan
demokratis dibanding pada saat masa Saddam Husein yang selalu lebih
mengutamakan perang sebagai alat menegakkan kehormatan bangsa. Irak
memerlukan sosok yang dapat menaikkan derajat bangsa Irak di mata
internasional, bukan sebagai pelopor dalam bidang perang dan senjata nuklir,
tetapi pelopor dari kemajuan peradaban dunia, seperti pendidikan, teknologi, seni,
dan pemikiran (www.republika.com. diunduh pada tanggal 11 Januari 2010).
2. Perubahan Sistem Ekonomi
Pasca Invasi AS, masalah minyak di Irak menjadi masalah yang paling
mencuat diantara masalah di Irak lainnya . Irak terkenal dengan banyak ladang
minyak yang terkandung di negerinya, sehingga Irak merupakan negara yang
menduduki posisi kedua produsen minyak setelah Arab Saudi.
Masalah minyak inilah yang menjadi fokus dari perhatian dunia terhadap
Irak, AS dan Israel juga berkeinginan untuk menguasai ladang-ladang minyak
Irak. Lebih dari itu, soal minyak ini menjadi ulasan penting di balik invasi AS ke
Irak. Hingga akhir Maret 2003, tercatat cadangan minyak di Irak mencapai 112,6
miliar barel atau merupakan cadangan terbesar kedua di dunia, setelah Arab saudi
yang di atas 200 miliar barel. Rata-rata produksi minyak Irak yang terkait dengan
program minyak untuk pangan sebesar 2,5 juta bph (Republika, 15 April 2003)
Minyak menjadi pendapatan utama pemerintahan Irak, yakni sekitar 95%,
lainnya dari perdagangan umum dan wisata. Setiap tahunnya Irak memperoleh
pendapatan sekitar 22 miliar dolar AS dari minyak. Sementara itu, jumlah
penduduk mereka sebesar 25 juta jiwa. Minyak itu kebanyakan diekspor ke
Amerika (http://www.forums.apakabar.com. diunduh pada tanggal 11 Januari
2010).
Dari penjelasan mengenai peta ekonomi Irak di atas, dapat dikatakan
bahwa sentral ekonomi utama Irak adalah minyak. Hal ini di masa depan akan
menjadi satu sejarah tersendiri bagi Irak, yaitu akan adanya pemusatan konsentrasi
pengiriman minyak secara besar-besaran setiap tahunnya ke AS, karena diduga
oleh sebagian besar para pakar ekonomi bahwa tujuan utama invasi AS ke Irak
dibalik pelucutan senjata kimia Irak adalah juga untuk menambah cadangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
minyak di negerinya yang setiap tahunnya harus import dari luar negeri Amerika.
Hal ini jelas akan menimbulkan satu tingkat kesenjangan ekonomi bagi Amerika,
dikarenakan minyak adalah kebutuhan utama bagi setiap negeri. Oleh karena itu,
AS pasca invasi, akan mengandalkan cadangan minyak negerinya dari Irak
(Republika 15 April 2003).
AS sebagai satu-satunya negara superpower baik dalam bidang militer
maupun ekonomi, kini telah menunjukkan kekuatannya di mata internasional.
Dalam bidang militer, kekuatan AS nyaris tak tertandingi setelah bubarnya Uni
Sovyet, sehingga AS dapat merajalela menciptakan aksi militer/peperangan di
kawasan mana saja di dunia tanpa ada yang mampu menghalangi. Terlebih di
kawasan yang mengandung sumber daya alam yang sangat dibutuhkan AS.
Amerika tidak segan-segan melakukan agresi seperti yang dilakukan terhadap Irak
(http://www.forums.apakabar.com. diunduh pada tanggal 11 Januari 2010).
Kelemahan yang membayangi kedigdayaan militer dan ekonomi AS saat
ini adalah di bidang energi, khususnya minyak bumi. AS bisa saja jadi
superpower dengan penguasaan teknologi ditunjang dengan kualitas sumber daya
manusia prima dan wilayah daratan yang sangat luas. Namun, negeri ini tidak bisa
menghindar dari kenyataan bahwa minyak yang ada di perut buminya sangat tidak
sebanding dengan kebutuhan dalam negeri (www.republika.com. diunduh pada
tanggal 11 Januari 2010).
AS membutuhkan minyak yang terus meningkat seiring dengan kegiatan
ekonomi. AS berbeda dengan negara konsumen minyak lain karena konsumsi
minyak melebihi seperempat dari total konsumsi dunia. Sedangkan menurut para
ahli geologi, minyak yang ada di perut bumi AS relatif tidak memadai dibanding
kebutuhan yang seharusnya. Dengan tingkat produksi saat ini sekitar delapan juta
barel per hari (jbh) atau sekitar tiga miliar barel per tahun, cadangan yang ada di
perut bumi AS ini akan kering sekitar 10 tahun lagi. Statistik menunjukkan AS
mengonsumsi sekitar 20 jbh atau 26% dari total konsumsi minyak dunia sebesar
78 jbh. Dengan demikian, tingkat kebergantungan pada minyak impor akan
meningkat dari 52% pada 2001 menjadi 66% pada 2020
(http://www.forums.apakabar.com. diunduh pada tanggal 11 Januari 2010).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
Dalam kondisi ekonomi makro Irak, diduga akan terjadi pergeseran
penguasaan minyak di Irak. Hal itu tentu terdapat sejarah yang
melatarbelakanginya. Mula-mula, pada September 1960 Irak, Saudi, Iran, Kuwait,
dan Venezuela memelopori berdirinya OPEC di Baghdad. Kelahiran OPEC ini
dipicu ulah perusahaan minyak AS (Exxon) yang menurunkan harga minyak.
Harga yang selama 60 tahun sudah sangat rendah itu diturunkan 7% pada Juni
1960 sehingga sangat mengecawakan negara penghasil minyak
(http://www.forums.apakabar.com. diunduh pada tanggal 11 Januari 2010).
Harga minyak sekitar US$2/barel sudah berlalu. Dipicu perang Arab-
Israel, OPEC menaikkan harga posted minyak Timur-Tengah dari US$2/barel
menjadi US$12/barel, kemudian Revolusi Iran mendorong mendorong OPEC
menaikkan harga ke US$35/barel. Tidak ayal, dengan posisi OPEC yang demikian
kuat mempengaruhi perekonomian dan gaya hidup masyarakat AS. OPEC
menjadi sangat dibenci oleh AS. Bahkan, Parlemen Federal dan terakhir pada
2000 Parlemen Negara Bagian Alabama telah mengeluarkan UU Anti-OPEC
(Media Indonesia, 19 April 2003).
OPEC yang lemah dan mungkin akan bubar maka tidak otomatis pasar dan
industri minyak dunia akan menuju pola persaingan pasar bebas seperti
diembuskan neoliberalis. Pasalnya, peran OPEC sebagai 'pendistorsi' dan penentu
suplai dan pasar minyak dunia akan diambil The Five Sisters (ExxonMobil,
BPAmocoArco, ShellPennzoil, TotalFinaElf, dan ChevronTexaco) yang jauh
lebih besar daripada the Seven Sisters dahulu. Di samping itu, negara industri
maju nyaris mustahil untuk bersedia menghilangkan pajak bensin/minyak yang
sangat tinggi. Kalau itu terjadi maka dampak jangka panjang dari invasi Amerika
adalah berubahnya struktur industri minyak dunia. Peran OPEC dan BUMN
minyaknya akan lenyap secara bertahap dan akan digantikan perusahaan minyak
raksasa yang sebagian besar adalah perusahaan minyak AS (www.detik.com.
diunduh pada tanggal 11 Januari 2010).
Selain Amerika, seperti dikutip oleh BBC London, diam-diam Israel pun
akan mencuri keuntungan dari tumbangnya Saddam Husein. Menteri Infrastruktur
Israel, Joseph Paritzky menyatakan ingin membuka kembali pipa saluran minyak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
Irak-Yordania-Israel yang telah ditutup selama 55 tahun lalu, aksi itu akan
memotong biaya bahan bakar di Israel dan membantu regenerasi kota pelabuhan
Haifa (www.detik.com. diunduh pada tanggal 11 Januari 2010).
Belum ada komentar resmi dari pemerintah Yordania. Namun, kabar
bahwa Israel hendak mengambil keuntungan dari tumbangnya Saddam Hussein
nampaknya menimbulkan kegusaran banyak orang di negara-negara Arab. Pipa
minyak tersebut dibangun usai Perang Dunia I setelah Inggris mengambil alih
kekuasaan Irak, Yordania, dan Palestina. Saluran pipa dari Irak ke Yordania
masih berfungsi, namun, rute pipa dari Yordania ke pelabuhan Haifa, yang kini
berada di Israel, dipotong tahun 1948 saat pendudukan Inggris berakhir, disusul
Perang Kemerdekaan dan pendirian Israel.
Keminfra Israel menyatakan, pembukaan kembali pipa tersebut
memudahkan mengakses minyak Irak dan menekan biaya bahan bakar di Israel.
Juga, membantu regenerasi Haifa yang mengalami pukulan hebat saat resesi
ekonomi Israel menghantam. Untuk saat ini, nampaknya ini hanya merupakan
inisiatif personal dari Paritzky yang berasal dari Partai Shinui yang sekuler,
daripada sebuah kebijakan resmi dari pemerintahan koalisi Perdana Menteri (PM)
Ariel Sharon (www.ussembessy.gov.com. diunduh pada tanggal 11 Januari 2010).
Israel dan Yordania dikabarkan akan mengadakan pertemuan untuk
membicarakan kemungkinan pembukaan pipa saluran minyak yang membentang
dari Mosul, Irak, hingga pelabuhan Haifa, Israel utara. Seorang sumber
menyatakan, Paritzky akan menemui pejabat pemerintah Yordania untuk
membahas masalah ini, didasarkan adanya asumsi pemerintahan pro-Barat yang
akan berkuasa di Irak pasca-invasi."Yordania telah mengontak kantor PM yang
kemudian meminta Paritzky untuk mengadakan pertemuan dengan para pejabat
Yordania, kami tahu, bagian pipa di sini (Israel) dalam kondisi prima. Namun,
kami ingin mengetahui kondisi bagian pipa di Yordania sehingga ini bisa dimulai
dengan mudah." (Kompas, 10 Maret 2003).
Pada 31 Maret lalu, Haaretz melaporkan, Partizky telah meminta
peninjauan kondisi pipa tua dari Mosul-Haifa untuk memperbarui aliran minyak
saat rezim Irak pasca-invasi berkuasa. Paritzky menjelaskan, menghidupkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
kembali pipa tersebut ke Haifa dapat menyelamatkan Israel dari biaya pengapalan
minyak dari Rusia yang tinggi (www.ussembessy.gov.com. diunduh pada tanggal
11 Januari 2010).
Keminfra Israel mengatakan, Paritzky yakin, menyalurkan minyak melalui
pipa tersebut dapat menekan biaya bahan bakar Israel sebanyak 25 persen dan
menjadikan Haifa sebagai 'Rotterdam Timur Tengah'. Hal itu tentu saja
mengandung banyak resiko, yaitu akan tersisihkannya perekonomian negeri Irak,
karena penghasilan utama mereka akan menyusut drastis karena ada monopoli
minyak oleh pihak Amerika dan Israel. Namun, di sisi lain, harapan untuk
meningkatnya sektor ekonomi Irak masih ada, yaitu diprediksikan akan majunya
penduduk Irak di bidang penguasaan IPTEK karena adanya turun tangan langsung
Amerika ke Irak sehingga akan terjadi satu proses belajar dari penduduk Irak
terhadap teknologi-teknologi baru yang akan didatangkan dari Amerika.
3. Perubahan Politik
Serangan yang dilakukan Amerika kepada Irak membawa banyak
kehancuran di Irak. Serangan yang terjadi tanggal 20 Maret 2003 tersebut
merupakan tindakan Amerika Serikat yang ditujukan untuk memecahkan tiga
masalah besar yang terdapat di Irak. Pertama, Irak dipimpin oleh seorang diktator
yang represif serta otoriter yaitu Saddam Husein. Kedua, Irak merupakan negara
yang agresif dan selalu membahayakan rakyatnya sendiri. Ketiga adalah Irak
dianggap sebagai negara yang memiliki senjata pemusnah massal. Amerika
mengatakan bahwa serangannya ke Irak ini adalah untuk menegakkan demokrasi
di Irak (Siti Mutiah Setiawati. 2004 : 15).
Secara umum, serangan AS yang bertujuan untuk menegakkan demokrasi
di Irak telah berhasil menggulingkan rezim Saddam Hussein. Dari perspektif AS,
hal ini sudah merupakan titik tolak bagi proses demokratisasi di Irak. Disamping
itu, komunitas Syiah dan Kurdi di Irak cenderung menyambut baik keberhasilan
AS menjatuhkan rezim Saddam Hussein. Karena selama dipimpin oleh Sadam,
masyarakat Syiah dan Kurdi mengalami berbagai tindakan yang sangat
diskriminatif seperti pembatasan dalam kegiatan politik, dan juga ketidakadilan di
berbegai aspek kehidupan terutama ekonomi. Sehingga ketika rezim saddam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
Hussein digulingkan, kaum Syiah dan Kurdi di Irak menyambutnya dengan
sukacita. Hal ini terlihat dari reaksi masyarakat Irak ketika Saddam tertangkap
tertangkap di Tikrit pada tanggal 13 Desember 2003. Seperti yang
diberitakan,...Suasana suka cita juga meliputi kota Kirkuk di Irak Utara, yang
didominasi suku Kurdi. Warga bersalam-salaman dan menembakkan senjata ke
udara. "Kami merayakannya seperti pesta perkawinan," kata Mostapha Sherif,
warga Kirkuk… (Kompas, 15 Desember 2003). Di sini terlihat bahwa masyarakat
Irak mengaggap keberhasilan ini sebagai salah satu awal dari demokratisasi di
Irak.
Sebenarnya banyak kalangan yang cenderung skeptis dalam melihat
peristiwa ini karena cara-cara yang digunakan oleh AS itu sendiri sangat tidak
demokratis, mereka berpendapat bahwa serangan itu sudah melanggar tatanan-
tatanan politik modern, seperti piagam PBB, kedaulatan, otoritas, legitimasi
politik, dan prinsip-prinsip demokrasi yang merupakan prasyarat terwujudnya
stabilitas politik. Namun kita tidak bisa memungkiri bahwa ketika rezim Saddam
terguling, setidaknya Irak sudah terbebas dari tirani yang menyengsarakan
sebagian besar rakyat Irak. Pada tanggal 15 Desember 2005, Pemilu demokratis
diadakan di Irak di mana Kelompok Sunni yang diwakili oleh United Iraqi
Alliance memperolah kursi terbanyak di Parlemen Irak yaitu sebanyak 128 dari
total 275 kursi yang ada. Terlihat bahwa dengan adanya Pemilu legislatif di Irak,
seluruh masyarakat Irak bisa menyuarakan aspirasinya secara bebas dan tanpa
tekanan seperti pada masa rezim Saddam Hussein dulu. Kaum Syiah, Sunni, dan
juga Kurdi memiliki representasi yang hampir sesuai dengan populasi mereka di
Irak, dan ini sudah menggambarkan demokratisasi sudah berjalan di Irak dan
memberikan dampak posistif bagi kehidupan politik rakyat Irak. Selain itu Setelah
Saddam terguling, ada usaha untuk menyatukan negeri itu yakni dengan
membentuk Dewan Pemerintah yang beranggotakan para wakil dari seluruh
komponen yang ada di Irak. Dewan Pemerintah yang dipilih oleh pasukan
penjajah pimpinan AS itu beranggotakan 25 orang. Dan jumlah anggota masing-
masing komponen pun disesuaikan dengan jumlah mereka secara keseluruhan.
Musim Syiah memiliki 13 wakil, Muslim Sunni lima wakil, Kurdi lima wakil,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
Kristen satu wakil, dan Turki satu wakil. (http://swaramuslim.net/more. diunduh
tanggal 19 Juli 2010)
Pemilu berhasil dilaksanakan, namun legitimasi pemerintah hasil pemilu
sangat rendah karena rakyat Irak menganggap pemerintahan hasil pemilu adalah
pemerintahan boneka Amerika dan rakyat juga ragu terhadap kapabilitasnya.
Legitimasi politik yang rendah tersebut dapat menyebabkan ketidakstabilan
politik yang ditandai dengan tingginya intensitas kekerasan dan konflik yang terus
terjadi karena penguasa gagal untuk menjalankan kekuasaan yang disebabkan oleh
rakyat yang tidak mau menaati peraturan-peraturan yang ditetapkan penguasa.
Oleh karena rakyat tidak taat, maka penguasa juga akan gagal mengendalikan
konflik. Karena upaya membangun demokrasi yang dilakukan Amerikia tidak
otoritatif, tidak melalui persetujuan PBB, akibatnya penguasaan Amerika dan
kemudian pemerintahan hasil bentukannya menjadi tidak memiliki legitimasi
yang ditandai kekerasan terus-menerus. Invasi Amerika Serikat ke Irak bukannya
membawa perdamaian dan kesejahteraan di Irak khususnya dan Timur Tengah
pada umumnya, namun semakin meningkatkan terorisme dan radikalisme.
Membuat stabilitas politik semakin terganggu, kekerasan semakin meningkat, dan
yang jelas harapan akan terwujudnya negara yang demokratis akan semakin jauh
dari kenyataan (www.detik.com. diunduh pada tanggal 11 Januari 2010).
Dalam menghadapi isu Irak, kalangan Muslim, baik Sunni maupun Syiah,
mempunyai sikap sama yaitu menolak invasi militer AS. Namun, respon kalangan
Islam radikal lebih mengkhawatirkan. Mereka akan menggunakan sentimen
agama dalam melakukan reaksi, sehingga menganggap krisis Irak sebagai perang
agama. Selain itu, kebencian kepada Presiden Bush membuat mereka akan
menemukan sosok "pahlawan Islam" pada diri Saddam Hussein. Saddam akan
dijadikan simbol perlawanan atas hegemoni Barat dan dianggap mewakili
kepentingan seluruh Muslim di dunia. Kalangan Islam radikal ini sering tidak
segan-segan menggunakan cara-cara kekerasan untuk melakukan tindakan balasan
atas AS. Meski Saddam dapat dijatuhkan, namun semangat "jihad" akan terus
menyebar dan terus menjadi ancaman bagi kepentingan ekonomi-politik AS dan
negara-negara Barat lain. Pengiriman sukarelawan jihad dari berbagai negara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
Islam akan terus mengalir. Belum lagi aksi-aksi sweeping dan razia atas orang-
orang Barat yang telah diserukan beberapa kelompok Islam radikal. Akibatnya,
alih-alih dapat memberi inspirasi reformasi di dunia Islam, invasi AS ke Irak
malah kian menyuburkan terorisme dan radikalisme. Seperti kita semua ketahui,
pasca serangan Amerika Serikat ke Irak, terjadi banyak serangan bom bunuh diri
di Irak.
Demokratisasi di suatu negara tidak dapat dipaksakan, terlebih justru
dibangun berdasarkan cara-cara yang tidak demokratis. Yang terjadi kemudian
adalah membuat pemeriintahan yang baru menjadi tidak legitimate, selain itu
keterpurukan ekonomi yang terjadi akibat dampak perang menjadikan proses
demokratisasi di Irak terhambat.
Merujuk pada tujuan dasar dari demokrasi dalam mewujudkan keamanan
manusia, hingga saat ini demokratisasi AS di Irak tidak menampakkan adanya
hasil yang signifikan mengenai hal tersebut. Irak justru cenderung semakin kacau
pasca invasi yang dilakukan oleh AS. Melihat betapa besarnya kepentingan AS di
kawasan Timur Tengah, maka penulis menduga bahwa demokratisasi AS terhadap
Irak hanyalah merupakan alat bagi AS untuk mendapatkan legitimasi dari
masyarakat internasional guna mencapai kepentingan nasionalnya di kawasan
Timur Tengah. AS memanfaatkan Irak sebagai pintu masuk untuk mendapatkan
akses yang lebih besar dalam mengendalikan negara-negara Timur Tengah
lainnya yang dianggap dapat mengancam kepentingannya, terutama Iran dan
Syiriah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa
setelah Rezim Saddam Hussein jatuh mempunyai pengaruh yang sangat
signifikan terhadap berbagai hal di Irak.
1. Jatuhnya Saddam Hussein tidak lepas dari intervensi AS yang
dilatarbelakangi berbagai misi invasi sebagi berikut : (1) Mengakhiri
rezim Saddam Hussein yang dianggap diktaktor oleh AS; (2)
Mengidentifikasi, mengisolasi, dan mengeliminasi senjata pemusnah
massal; (3) Mencari, menangkap, dan membawa keluar teroris dari
Negara itu; (4) Mengumpulkan data intelijen terkait yang bisa
digunakan dalam jaringan pemberantasan terorisme internasional; (5)
Mengumpulkan data intelijen yang terkait dengan jaringan global di
pasar gelap perdagangan senjata pemusnah massal; (6) Mengakhiri
sanksi dan secepat mungkin mengirim bantuan kemanusiaan untuk
memenuhi kebutuhan rakyat Irak; (7) Mengamankan sumber-sumber
ladang minyak yang menjadi milik rakyat Irak; (8) AS akan menjadi
penolong rakyat Irak menciptakan masa transisi untuk membangun
sebuah pemerintahan yang representatif .
2. Setelah kekuasaan Saddam Hussein jatuh, AS mengeluarkan berbagai
macam kebijakan untuk rekontruksi Irak. Kebijakan rekonstruksi di
bidang politik dan pemerintahan, AS memilih untuk mengabaikan
keinginan beberapa tokoh terkemuka Irak seperti ulama besar Syiah,
Ayatollah Ali al-Sistani yang menuntut agar segara diadakan
pemilihan umum untuk menentukan pemimpin Irak yang baru. AS
justru malah membentuk badan-badan pemerintahan sementara seperti
ORHA, CPA, Iraqi Interim Governing Council, dan Iraqi interim
Goverment yang sepenuhnya berada di bawah kendali AS. Dan
kebijakan rekonstruksi Irak di bidang ekonomi serta sarana dan
prasarana umum, pemerintah AS memutuskan untuk memberikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
kontrak-kontrak pekerjaan melalui tender yang hanya boleh diikuti
oleh perusahaan-perusahaan yang berasal dari negara yang mendukung
langkah AS menginvasi Irak.
3. Pasca invasi AS negara Irak mengalami berbagai macam perubahan,
baik perubahan sosial, ekonomi, dan politik sebagai akibat dari perang
antara AS dengan Irak. Perubahan sosial yang muncul setelah
tumbangnya rezim Saddam Hussein adalah terjadinya perubahan sosial
yang drastis sehingga memperuncing ke arah perang saudara diantara
rakyat Irak itu sendiri; antara para pendukung Saddam dan yang kontra
terhadapnya, antara kelompok Sunni dan kelompok Syiah, maupun
suku Kurdi yang merasa berhak terhadap tampuk pemerintahan
Irak. Untuk kondisi ekonomi Irak pasca Invasi Amerika, minyak
menjadi masalah utama. Oleh karena itu, Amerika pasca invasi, akan
mengandalkan cadangan minyak negerinya dari Irak, dengan cara
berusaha memasukkan perusahaan-perusahaan swasta miliknya di Irak
dalam program rekonstruksi infrastuktur minyak di Irak. Dan di bidang
politik secara umum, serangan AS yang bertujuan untuk menegakkan
demokrasi di Irak telah berhasil menggulingkan rezim Saddam
Hussein yang dianggap otoriter oleh AS. Namun ketika pemilu
berhasil dilaksanakan, legitimasi pemerintah hasil pemilu sangat
rendah karena rakyat Irak menganggap pemerintahan hasil pemilu
adalah pemerintahan boneka Amerika dan rakyat juga ragu terhadap
kapabilitasnya. Legitimasi politik yang rendah tersebut dapat
menyebabkan ketidakstabilan politik yang ditandai dengan tingginya
intensitas kekerasan dan konflik yang terus terjadi karena penguasa
gagal untuk menjalankan kekuasaan yang disebabkan oleh rakyat yang
tidak mau menaati peraturan-peraturan yang ditetapkan penguasa. Oleh
karena rakyat tidak taat, maka penguasa juga akan gagal
mengendalikan konflik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
B. Implikasi
Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan muncul implikasi yang dapat
dipandang dari berbagai segi sebagai berikut :
1. Teoritis
Invasi AS ke Irak dilatarbelakangi oleh berbagai faktor yaitu ; keinginan
AS untuk menghentikan proyek pengembangan senjata pemusnah massal di Irak,
dan menjatuhkan rezim Saddam Hussein. Namun dari analisis yang dilakukan,
ditemukan motif invasi AS yang sesungguhnya bahwa faktor ekonomilah yang
menjadi faktor dominan. Setelah pemerintahan Saddam jatuh pemerintahan Irak
yang tidak berdaya untuk merekontruksi Irak pulih seperti sebelum diinvasi AS,
menyebabkan pemerintahan Bush merasa AS memiliki otoritas untuk melakukan
rekonstruksi Irak. Bersama sekutunya yang mendukung invasi ke Irak, AS
berusaha memasukkan perusahaan-perusahaan asing yang berasal dari AS sendiri
dan sekutunya tersebut sebagai langkah untuk menguasai minyak di Irak. Di mata
dunia, serangan AS ke Irak dianggap melanggar kedaulatan Irak, membahayakan
nyawa rakyat Irak dan mengabaikan institusi Dewan Keamanan PBB yang
keberatan dengan serangan AS ke Irak itu. Bagi Irak, serangan AS ini
menimbulkan kehancuran karena banyak rakyat sipil yang menjadi korban baik
meninggal maupun luka-luka, banyak infrastruktur yang hancur dan negara Irak
dilanggar kedaulatannya oleh negara lain. Tumbangnya pemerintahan Saddam
Husein akibat invasi AS menimbulkan konflik antar suku-suku di Irak yang
memiliki nasionalisme.
2. Praktis
Hancurnya kekuasaan tidak hanya disebabkan oleh faktor internal dalam
kekuasaan itu sendiri, akan tetapi bisa dari faktor eksternal, antara lain karena
peperangan yang melibatkan dua negara atau lebih, dalam arti lain negara tersebut
diinvasi oleh pihak lain. Invasi adalah aksi militer angkatan bersenjata suatu
negara memasuki daerah yang dikuasai oleh suatu negara lain, dengan tujuan
menguasai daerah tersebut atau merubah pemerintahan yang berkuasa. Invasi AS
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
ke Irak yang akhirnya merobohkan pemerintahan Saddam Hussein yang sah di
Irak, memunculkan permasalahan baru di Irak. Pertama, dalam proses
pembentukan pemerintahan yang baru di Irak tersebut, AS selaku pemimpin
dalam invasi ke Irak merasa memiliki wewenang untuk menentukan arah
kebijaksanaannya terhadap masa depan Irak sedangkan rakyat Irak sendiri
menginginkan untuk mandiri dan membangun pemerintahan sendiri tanpa campur
tangan bangsa asing termasuk AS. Kedua, permasalahan yang muncul adalah
masalah-masalah sosial, yaitu turunnya kesejahteraan rakyat Irak seperti
timbulnya bencana kelaparan, kurangnya air bersih, pendidikan, hancurnya
infrastruktur sosial dan lain sebagainya. Ketiga, dengan tumbangnya
pemerintahan Saddam Husein menimbulkan konflik antar suku-suku di Irak yang
memiliki nasionalisme tersendiri yang berakibat pada perebutan kekuasaaan antar
suku di Irak. Suku-suku di Irak sejak dahulu mereka sulit diintegrasikan sehingga
mereka tidak mudah bersatu. Problem utama integrasi nasional Irak yaitu
penduduknya yang sangat heterogen dan terkonsentrasi di wilayah tertentu serta
adanya campur tangan asing yang seringkali menghasut dan membantu kelompok
tertentu untuk memberontak pada pemerintah pusat.
3. Metodologis
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode historis yang
bertujuan untuk merekonstruksi kembali suatu peristiwa di masa lampau sehingga
dapat menghasilkan historiografi sejarah yang dapat dipertanggungjawabkan
secara ilmiah melalui prosedur sejarah yang sistematis dengan menggunakan
tahap-tahap tertentu. Dalam teknik pengumpulan data, peneliti kesulitan dalam
mencari sumber-sumber primer yang berasal dari luar negeri terutama dokumen
atau arsip luar negeri karena tidak di dapatkannya data yang diperlukan. Peneliti
hanya menemukan sedikit sumber primer berupa surat kabar dan majalah pada
tahun 2003 sampai 2005 yang berhubungan dengan tema penelitian di American
Conner Universitas Gajah Mada Yogyakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
C. Saran
1. Bagi Penerbit/ Penerjemah
Peneliti berharap kepada peneliti sejarah dan penerbit agar penelitian yang
membahas tentang masalah Irak setelah Rezim Saddam Hussein jatuh terutama
masalah ekonomi, kondisi masyarakat serta budaya di Irak hendaknya lebih
banyak dikaji secara lebih mendalam serta dituangkan dalam bentuk artikel-artikel
dan karangan buku yang secara khusus, karena sebagian besar buku yang ada
isinya hanya menyisipkan politik di Irak tanpa membahas masalah ekonomi,
kondisi masyarakat serta budaya secara lebih mendalam.
2. Bagi Mahasiswa Sejarah
Peneliti mengharapkan bagi mahasiswa sejarah hendaknya dapat
melakukan penelitian secara lebih mendalam mengenai Irak setelah Rezim
Saddam Hussein jatuh terutama masalah ekonomi, kondisi masyarakat serta
budaya di Irak. Bagi mahasiswa yang tertarik untuk melakukan penelitian tentang
Irak setelah Rezim Saddam Hussein jatuh mengenai pembentukan pemerintahan
Irak dan pemilu Irak dapat mengumpulkan sumber-sumber primer di Monumen
Pers Surakarta, Perpustakaan Daerah Yogyakarta, dan Perpustakaan American
Conner Universitas Gajah Mada Yoyakarta yang berupa surat kabar dan majalah.
Dalam bidang pendidikan mahasiswa diharapkan mampu dalam
pengembangan analisis sejarah Timur Tengah dan sejarah AS, sehingga
diharapkan dapat memunculkan pemikir-pemikir baru yang handal dalam
menganalisis dan memahami segala permasalahan di Timur Tengah yang
melibatkan AS. Invasi militer AS ke Irak juga dapat memberi pelajaran bagi
rakyat Indonesia untuk menambah rasa nasionalisme dan patriotisme terhadap
tanah air, serta menjunjung tinggi kedaulatan negara Indonesia agar tidak diinjak
injak oleh bangsa lain.