pengantarciptakarya.pu.go.id/plp/upload/peraturan/panduan_penyusunan_perda_prov... · 2.2.3...

101
DIREKTORAT PENGEMBANGAN PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 2018 PANDUAN PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI TENTANG PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK REGIONAL

Upload: dinhthuan

Post on 14-Jul-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGANTARciptakarya.pu.go.id/plp/upload/peraturan/panduan_penyusunan_perda_prov... · 2.2.3 Penyusunan Rancangan Perda di Lingkungan DPRD 30 ... Gambar 3.1 Alur Penyusunan Naskah

1

DIREKTORAT PENGEMBANGAN PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAND I R E K T O R A T J E N D E R A L C I P T A K A R Y AKEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

2018

PANDUAN PENYUSUNANRANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSITENTANG PENGELOLAANAIR LIMBAH DOMESTIK REGIONAL

Page 2: PENGANTARciptakarya.pu.go.id/plp/upload/peraturan/panduan_penyusunan_perda_prov... · 2.2.3 Penyusunan Rancangan Perda di Lingkungan DPRD 30 ... Gambar 3.1 Alur Penyusunan Naskah

2

PANDUAN PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI TENTANG PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK REGIONAL

Page 3: PENGANTARciptakarya.pu.go.id/plp/upload/peraturan/panduan_penyusunan_perda_prov... · 2.2.3 Penyusunan Rancangan Perda di Lingkungan DPRD 30 ... Gambar 3.1 Alur Penyusunan Naskah

3

KATAPENGANTARBerdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, air

limbah merupakan salah satu sub urusan dari urusan pemerintahan bidang pekerjaan umum dan penataan ruang yang termasuk kedalam urusan wajib yang berkaitan dengan

pelayanan dasar. Oleh karena itu, urusan air limbah menjadi tugas, wewenang dan tanggung jawab Pemerintah Daerah yang wajib untuk diselenggarakan. Sesuai dengan kewenangannya, Pemerintah Daerah Provinsi bertugas mengurusi pengelolaan dan pengembangan sistem air limbah domestik regional.

Arah kebijakan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-2019 mengamanatkan bahwa pada tahun 2019, Indonesia mencapai 100% akses (universal access) terhadap sanitasi (air limbah dan persampahan). Salah satu strategi yang dilakukan oleh Kementerian Pekerjaaan Umum dan Perumahan Rakyat untuk mencapai universal access tersebut adalah dengan menyiapkan norma, standar, pedoman dan kriteria (NSPK) serta mendorong Pemerintah Daerah untuk membentuk regulasi/produk hukum di Daerah tentang pengelolaan air limbah domestik. Dalam rangka mendorong Pemerintah Daerah Provinsi untuk membentuk Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Air Limbah Domestik Regional, Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, menyusun buku Panduan Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Air Limbah Domestik Regional .

Buku panduan ini berisikan informasi umum mengenai Peraturan Daerah, Tahapan Pembentukan Peraturan Daerah, Penyusunan Naskah Akademik dan Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Air Limbah Domestik Regional.

Semoga buku panduan ini memberikan manfaat bagi para pihak dalam menyusun Rancangan Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Air Limbah Domestik Regional.

Wassalamualaikum Wr. Wb.Jakarta, Desember 2018

Tim Penyusun

Page 4: PENGANTARciptakarya.pu.go.id/plp/upload/peraturan/panduan_penyusunan_perda_prov... · 2.2.3 Penyusunan Rancangan Perda di Lingkungan DPRD 30 ... Gambar 3.1 Alur Penyusunan Naskah

4

PANDUAN PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI TENTANG PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK REGIONAL

Page 5: PENGANTARciptakarya.pu.go.id/plp/upload/peraturan/panduan_penyusunan_perda_prov... · 2.2.3 Penyusunan Rancangan Perda di Lingkungan DPRD 30 ... Gambar 3.1 Alur Penyusunan Naskah

5

1. UMUM 9

1.1 PENDAHULUAN 9 1.2 PERATURAN DAERAH 12 1.2.1 Kedudukan Peraturan Daerah 12 1.2.2 Fungsi Peraturan Daerah 14 1.2.3 Landasan Pembentukan Peraturan Daerah 14 1.2.4 Asas dan Prinsip Pembentukan Peraturan Daerah 15 1.2.5 Kewenangan Pembentukan Perda Pengelolaan Air Limbah Domestik 16

2. TAHAPAN PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH 21

2.1 PERENCANAAN 22 2.1.1 Penyusunan Program Pembentukan Perda (PROPEMPERDA) 22 2.1.2 Perencanaan Penyusunan Rancangan Perda Kumulatif Terbuka 24 2.1.3 Perencanaan Penyusunan Rancangan Perda Di Luar Propemperda 25 2.2 PENYUSUNAN 25 2.2.1 Penyusunan Naskah Akademik 25 2.2.2 Penyusunan Rancangan Perda di Lingkungan Pemerintah Daerah 27 2.2.3 Penyusunan Rancangan Perda di Lingkungan DPRD 30

2.3 PEMBAHASAN 31 2.4 PENETAPAN 35 2.4.1 Pemberian Nomor Register 35 2.4.2 Penandatanganan 35

DAFTARISI

Page 6: PENGANTARciptakarya.pu.go.id/plp/upload/peraturan/panduan_penyusunan_perda_prov... · 2.2.3 Penyusunan Rancangan Perda di Lingkungan DPRD 30 ... Gambar 3.1 Alur Penyusunan Naskah

6

PANDUAN PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI TENTANG PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK REGIONAL

2.4.3 Penomoran 35

2.5 PENGUNDANGAN 35 AUTENTIFIKASI 36 2.6 PENYEBARLUASAN 36

3. PENYUSUNAN NASKAH AKADEMIK 39

3.1 UMUM 39 3.2 SISTEMATIKA 40 3.3 TAHAPAN PENYUSUNAN 54

4. PENYUSUNAN RANCANGAN PERDA PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK 57

4.1 TEKNIK PENYUSUNAN 57 4.1.1 Judul Rancangan Peraturan Daerah 57 4.1.2 Pembukaan 59 4.1.3 Batang Tubuh Rancangan Peraturan Daerah 64 4.1.4 Penutup 67 4.1.5 Penjelasan 67 4.2 MATERI MUATAN 69

LAMPIRAN CONTOH RANCANGAN PERDA TENTANG PENGELOLAANAIR LIMBAH DOMESTIK 79

Page 7: PENGANTARciptakarya.pu.go.id/plp/upload/peraturan/panduan_penyusunan_perda_prov... · 2.2.3 Penyusunan Rancangan Perda di Lingkungan DPRD 30 ... Gambar 3.1 Alur Penyusunan Naskah

7

DAFTAR

DAFTAR

TABEL

GAMBAR

Tabel 4.1 Harmonisasi Peraturan Perundang-Undangan Terkait Air Limbah Domestik 74Tabel 4-2 Muatan Rancangan Perda Pengelolaan Provinsi tentang Pengelolaan Air Limbah Domestik Regional 76

Gambar 1.1 Aspek dalam Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik 11Gambar 2.1 Tahapan Pembentukan Perda 21Gambar 2.2 Alur Penyusunan Propemperda 24Gambar 2.3 Alur Penyusunan Naskah Akademik 26Gambar 2.4 Alur Penyusunan Rancangan Perda di Lingkungan Pemerintah Daerah 29Gambar 2.5 Alur Pembahasan Rancangan Perda 34Gambar 3.1 Alur Penyusunan Naskah Akademik di Lingkungan Pemerintah Daerah 54

Page 8: PENGANTARciptakarya.pu.go.id/plp/upload/peraturan/panduan_penyusunan_perda_prov... · 2.2.3 Penyusunan Rancangan Perda di Lingkungan DPRD 30 ... Gambar 3.1 Alur Penyusunan Naskah

8

PANDUAN PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI TENTANG PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK REGIONAL

Page 9: PENGANTARciptakarya.pu.go.id/plp/upload/peraturan/panduan_penyusunan_perda_prov... · 2.2.3 Penyusunan Rancangan Perda di Lingkungan DPRD 30 ... Gambar 3.1 Alur Penyusunan Naskah

9

1.1 PENDAHULUAN

Pesatnya pertumbuhan penduduk dan derasnya arus urbanisasi, khususnya di wilayah perkotaan memberikan beban dan dampak yang besar terhadap lingkungan hidup. Salah satu permasalahan lingkungan yang umum terjadi di perkotaan adalah pencemaran akibat air limbah domestik1. Belum semua air limbah domestik yang berasal dari kakus (black water) dan non kakus (grey water) dilakukan pengolahan dengan baik sesuai dengan standar.

Saat ini, sebagian besar air limbah domestik yang berasal dari aktifitas rumah tangga, mandi, cuci dan dapur masih dibuang langsung ke saluran drainase atau sungai. Hal ini merupakan salah satu penyebab terjadinya pencemaran sungai. Sekitar 68% sungai di Indonesia mengalami pencemaran berat. Dari sungai-sungai tersebut, 70% tercemar oleh limbah rumahtangga.2

Air limbah domestik yang berasal dari kakus sebagian besar diolah secara setempat dengan menggunakan cubluk atau septic tank. Namun lumpur tinja dari septic tank jarang disedot secara rutin. Akibatnya kotoran merembes ke dalam tanah dan menimbulkan pencemaran pada air tanah.

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia, pada pasal 28 H ayat (1) menyatakan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Hal ini bermakna bahwa lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan hak asasi dan hak konstitusional bagi setiap warga negara Indonesia.

1 Yang dimaksud dengan air limbah domestik menurut Pasal 1 angka 1 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 4 Tahun 2017 Tentang Penyelenggaraan Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik, ada-lah air limbah yang berasal dari usaha dan/atau kegiatan pemukiman, rumah makan, perkantoran, perniagaan, apartemen dan asrama.

2 http://www.worldbank.org/in/news/feature/2017/03/21/meeting-indonesia-urban-sanitation-needs, diakses pada 20 Desember 2018 pukul 13.10

BAB 1 UMUM

Page 10: PENGANTARciptakarya.pu.go.id/plp/upload/peraturan/panduan_penyusunan_perda_prov... · 2.2.3 Penyusunan Rancangan Perda di Lingkungan DPRD 30 ... Gambar 3.1 Alur Penyusunan Naskah

10

PANDUAN PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI TENTANG PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK REGIONAL

Negara, pemerintah, dan seluruh pemangku kepentingan memiliki kewajiban untuk melaksanakan amanat dalam konstitusi. Untuk mewujudkan hak masyarakat atas lingkungan yang sehat, bebas dari pencemaran air limbah domestik, maka hal tersebut menjadi urusan pemerintahan konkuren, yang termasuk ke dalam urusan pemerintahan wajib, yang berkaitan dengan pelayanan dasar3. Termasuk urusan pemerintahan konkuren karena dalam mengurus masalah air limbah domestik dibagi menjadi urusan antara pemerintah pusat, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten kota.

Adapun pembagian kewenangan sub urusan air limbah domestik sebagaimana ditetapkan dalam UU Nomor 23 Tahun 2014 adalah sebagai berikut:

Tabel 1.1 Pembagian Kewenangan Sub Urusan Air Limbah Domestik

Sub Urusan

Pusat Daerah Provinsi Daerah Kabupaten/Kota

Air Limbah

a) Penetapan pengembangan sistem pengelolaan air limbah domestik secara nasional.

b) Pengelolaan dan pengembangan sistem pengelolaan air limbah domestik lintas Daerah provinsi, dan sistem pengelolaan air limbah domestik untuk kepentingan strategis nasional.

Pengelolaan dan pengembangan sistem air limbah do-mestik regional

Pengelolaan dan pengembangan sistem air limbah domestik dalam Daerah kabupaten/kota

Arah kebijakan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 mengamanatkan bahwa pada tahun 2019 Indonesia bisa mencapai 100% akses sanitasi layak. Artinya, sampai akhir tahun tersebut, setiap masyarakat Indonesia baik yang tinggal di perkotaan maupun kawasan perdesaan sudah memiliki akses terhadap fasilitas sanitasi yang layak (air limbah domestik). Akan tetapi dalam kenyataannya, pelayanan air limbah domestik sampai saat ini baru sebesar 76,91%.4 Masih terdapat “gap” yang besar antara target tersebut dengan kenyataan yang ada. Hal ini menjadi gambaran bahwa hampir separuh dari masyarakat Indonesia berada dibawah ancaman dari potensi bahaya yang akan timbul akibat air limbah domestik yang tidak dikelola yaitu pencemaran lingkungan yang berdampak kepada turunnya tingkat kesehatan masyarakat dan terhambatnya aktifitas perekonomian.3 Menurut Undang-undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 114 Pelayanan air limbah yang dimaksud adalah akses total sanitasi yang merupakan gabungan sanitasi layak dan

dasar. (Bappenas, 2017)

Page 11: PENGANTARciptakarya.pu.go.id/plp/upload/peraturan/panduan_penyusunan_perda_prov... · 2.2.3 Penyusunan Rancangan Perda di Lingkungan DPRD 30 ... Gambar 3.1 Alur Penyusunan Naskah

11

Ada 6 (enam) aspek yang mempengaruhi penyelenggaraan pengelolaan air limbah domestik, yaitu: (a) peraturan perundang-undangan sebagai dasar hukum bagi pemerintah (Pusat dan Daerah) dalam perencanaan, pelaksanaan, pembinaan dan pengawasan untuk mewujudkan hak masyarakat serta memfasilitasi kewajiban masyarakat termasuk pelaku usaha dalam pengelolaan air limbah domestik; (b) institusi atau kelembagaan penyelenggara baik pada lingkup Pemerintah daerah maupun masyarakat; (c) sumber daya manusia termasuk sumber daya aparatur baik kualitas maupun kuantitas; (d) tersedianya prasarana dan sarana yang memadai; (e) pembiayaan yang cukup untuk penyelenggaraan pengelolaan air limbah domestik; dan (f ) kepedulian masyarakat termasuk pelaku usaha. Aspek tersebut dalam satu sistem, yaitu sistem pengelolaan air limbah domestik sebagaimana dilustrasikan pada gambar berikut ini:

PERATURAN

KELEMBAGAAN

SUMBERDAYA

MANUSIA

PRASARANADAN

SARANA

SISTEMPENGELOLAAN

AIR LIMBAHDOMESTIK

KEPEDULIANMASYARAKAT

PEMBIAYAAN

Gambar 1.1

Aspek dalam Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik

Page 12: PENGANTARciptakarya.pu.go.id/plp/upload/peraturan/panduan_penyusunan_perda_prov... · 2.2.3 Penyusunan Rancangan Perda di Lingkungan DPRD 30 ... Gambar 3.1 Alur Penyusunan Naskah

12

PANDUAN PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI TENTANG PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK REGIONAL

Seluruh aspek seperti yang terlihat dalam gambar diatas bermuara kepada tuntutan kebutuhan untuk penanganan air limbah domestik secara terpadu dan komprehensif mulai dari: penyediaan fasilitas sarana dan prasarana pengelohan air limbah domestik; pendanaan untuk operasional dan pemeliharaan fasilitas sarana dan prasarana pengelolaan air limbah domestik; pemicuan kesadaran masyarakat untuk berperan serta; penataan organisasi/kelembagaan pengelola air limbah domestik; penguatan sumber daya manusia; dan penyiapan pedoman atau acuan pelaksanaan. Mengingat pentingnya hal-hal tersebut, diperlukan suatu alat (tools) untuk mengatur mengenai pengelolaan air limbah domestik, dalam bentuk peraturan daerah (Perda). Perda merupakan instrumen hukum (yuridis) penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam rangka memberikan pelayanan yang efisien dan efektif kepada masyarakat. Diperlukan suatu pengaturan Perda yang baik agar mampu merefleksikan suatu tatanan hukum responsif maupun yang mampu memberikan ruang bagi terwujudnya suatu tata pemerintahan yang baik.

1.2 PERATURAN DAERAH

Berdasarkan ketentuan Pasal 7 ayat (1) UU No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan, Peraturan Daerah merupakan salah satu jenis peraturan perundang-undangan, yaitu peraturan tertulis yang memuat norma hukum yang mengikat secara umum dan dibentuk atau ditetapkan oleh lembaga atau pejabat yang berwenang melalui prosedur yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan. Peraturan Daerah selain melaksanakan ketentuan lebih lanjut dari peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi juga dapat mengatur aspek khusus di bidang tertentu yang terdapat atau dibutuhkan daerah dan/atau masyarakat. Peraturan Daerah merupakan bagian dari sistem hukum nasional yang mempunyai kedudukan yang sangat strategis dalam melaksanakan otonomi daerah dan tugas pembantuan sebagaimana diatur dalam Pasal 18 ayat (6) UUD Tahun 1945.

1.2.1 Kedudukan Peraturan Daerah

Pasal 1 ayat (3) UUD Tahun 1945 menyatakan bahwa Negara Indonesia adalah negara hukum. Hal ini bermakna bahwa Indonesia adalah Negara Hukum (rechtstaat) dan bukan negara kekuasaan (machtstaat). Dengan demikian penyelenggaraan kekuasaan negara didasarkan pada prinsip-prinsip hukum sebagai landasan untuk menjalankan program pembangunan nasional. Ketentuan Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 tersebut adalah sebagai bentuk titah konstitusi kepada seluruh rakyat Indonesia terutama para pejabat di tataran pemerintahan baik di pusat maupun di daerah untuk dapat memposisikan hukum sebagai titik tolak dalam bertingkah laku dan merumuskan kebijakan publik.

Sebagai negara hukum dalam mengimplementasikan berbagai produk hukum menggunakan teori norma hukum yang berjenjang (hirarki) dalam artian bahwa produk hukum yang berada dibawahnya tidak boleh bertentangan dengan produk hukum yang lebih tinggi diatasnya (lex superior derogat legi inferior). Hal ini sebagaimana diimplementasikan dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan

Page 13: PENGANTARciptakarya.pu.go.id/plp/upload/peraturan/panduan_penyusunan_perda_prov... · 2.2.3 Penyusunan Rancangan Perda di Lingkungan DPRD 30 ... Gambar 3.1 Alur Penyusunan Naskah

13

yang menyebutkan hirarki norma hukum yang dianut sebagai berikut:

1. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945;

2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;

3. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;

4. Peraturan Pemerintah;

5. Peraturan Presiden;

6. Peraturan Daerah Provinsi; dan

7. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

Jenis Peraturan Perundang-undangan lain menurut Pasal 8 UU No. 12 Tahun 2011, mencakup peraturan yang ditetapkan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, Badan Pemeriksa Keuangan, Komisi Yudisial, Bank Indonesia, Menteri, badan, lembaga, atau komisi yang setingkat yang dibentuk dengan Undang-Undang atau Pemerintah atas perintah Undang-Undang, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, Gubernur, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota, Bupati/Walikota, Kepala Desa atau yang setingkat, diakui keberadaannya dan mempunyai kekuatan hukum mengikat sepanjang diperintahkan oleh peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi atau dibentuk berdasarkan kewenangan.

Page 14: PENGANTARciptakarya.pu.go.id/plp/upload/peraturan/panduan_penyusunan_perda_prov... · 2.2.3 Penyusunan Rancangan Perda di Lingkungan DPRD 30 ... Gambar 3.1 Alur Penyusunan Naskah

14

PANDUAN PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI TENTANG PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK REGIONAL

Peraturan Daerah menurut UU Nomor 12 Tahun 2011 dibedakan menjadi Peraturan Daerah Provinsi dan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota. Lingkup berlakunya Peraturan Daerah terbatas pada daerah bersangkutan, sedangkan lingkup berlakunya Peraturan Menteri mencakup seluruh wilayah Negara Republik Indonesia, maka dalam hirarki peraturan perundang-undangan, Peraturan Menteri berada diatas Peraturan Daerah.5

1.2.2 Fungsi Peraturan Daerah

Secara umum Peraturan Daerah mempunyai berbagai fungsi, antara lain:

1. sebagai instrumen kebijakan untuk melaksanakan otonomi daerah dan pembantuan sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.

2. sebagai peraturan pelaksanaan dari peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Dalam fungsi ini, Peraturan Daerah tunduk pada ketentuan hirarki peraturan perundang-undangan. Sehubungan itu, Peraturan Daerah tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.

3. sebagai instrumen penampung kekhususan dan keragaman daerah serta penyalur aspirasi masyarakat di daerah, namun dalam pengaturannya tetap dalam koridor Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

4. sebagai instrument/alat pembangunan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah.

1.2.3 Landasan Pembentukan Peraturan Daerah

Dalam Pembentukan Peraturan Daerah paling sedikit memuat 3 (tiga) landasan yaitu:

1. Landasan filosofis, adalah landasan yang berkaitan dengan dasar atau ideologi Negara;

2. Landasan sosiologis, adalah landasan yang berkaitan dengan kondisi atau kenyataan empiris yang hidup dalam masyarakat, dapat berupa kebutuhan atau tuntutan yang dihadapi oleh masyarakat, kecenderungan, dan harapan masyarakat; dan

3. Landasan yuridis, adalah landasan yang berkaitan dengan kewenangan untuk membentuk, kesesuaian antara jenis dan materi muatan, tata cara atau prosedur tertentu, dan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.

5 Kementerian Hukum dan Hak asasi Manusia RI, “Panduan Praktis Memahami Perancangan Peraturan Daerah”

Page 15: PENGANTARciptakarya.pu.go.id/plp/upload/peraturan/panduan_penyusunan_perda_prov... · 2.2.3 Penyusunan Rancangan Perda di Lingkungan DPRD 30 ... Gambar 3.1 Alur Penyusunan Naskah

15

1.2.4 Asas dan Prinsip Pembentukan Peraturan Daerah

Dalam pembentukan peraturan perundang-undangan termasuk Peraturan Daerah, asas pembentukan peraturan perundang-undangan harus diperhatikan, sebagaimana tercantum pada Pasal 5 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011, meliputi:

1. Kejelasan Tujuan, bahwa setiap pembentukan peraturan perundang-undangan harus mempunyai tujuan yang jelas yang hendak dicapai.

2. Kelembagaan atau Pejabat Pembentuk yang Tepat, bahwa setiap jenis peraturan perundang-undangan harus dibuat oleh lembaga negara atau pejabat pembentuk peraturan perundang-undangan yang berwenang karena peraturan perundang-undangan tersebut dapat dibatalkan atau batal demi hukum apabila dibuat oleh lembaga Negara atau pejabat yang tidak berwenang.

3. Kesesuaian Antara Jenis, Hirarki, dan Materi Muatan, bahwa dalam pembentukan peraturan perundang-undangan harus benar-benar memperhatikan materi muatan yang tepat sesuai dengan jenis dan hirarki peraturan perundang-undangan.

4. Dapat Dilaksanakan, bahwa setiap pembentukan peraturan perundang-undangan harus memperhitungkan efektivitas peraturan perundang-undangan tersebut di dalam masyarakat, baik secara filosofis, sosiologis, maupun yuridis.

5. Kedayagunaan dan Kehasilgunaan, bahwa setiap peraturan perundang-undangan dibuat karena memang benar-benar dibutuhkan dan bermanfaat dalam mengatur kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

6. Kejelasan Rumusan, bahwa setiap peraturan perundang-undangan harus memenuhi persyaratan teknis penyusunan peraturan perundang-undangan, sistematika, pilihan kata atau istilah, serta bahasa hukum yang jelas dan mudah dimengerti sehingga tidak menimbulkan berbagai macam interpretasi dalam pelaksanaannya.

7. Keterbukaan, bahwa dalam proses pembentukan peraturan perundang-undangan mulai perencanaan, persiapan, penyusunan, dan pembahasan, seluruh lapisan masyarakat perlu diberi kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengetahui dan memberikan masukan dalam proses pembuatan peraturan perundang-undangan agar peraturan yang terbentuk menjadi populis dan efektif.

Dalam kerangka pembentukan peraturan perundang-undangan termasuk Peraturan Daerah dibentuk berdasarkan beberapa prinsip antara lain sebagai berikut:

1. Prinsip tata susunan peraturan perundang-undangan atau lex superior derogate legi inferiori, bahwa peraturan perundang-undangan yang lebih rendah tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.

Page 16: PENGANTARciptakarya.pu.go.id/plp/upload/peraturan/panduan_penyusunan_perda_prov... · 2.2.3 Penyusunan Rancangan Perda di Lingkungan DPRD 30 ... Gambar 3.1 Alur Penyusunan Naskah

16

PANDUAN PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI TENTANG PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK REGIONAL

2. Prinsip lex specialis derogate legi generalis, bahwa peraturan perundang-undangan yang lebih khusus mengenyampingkan peraturan perundang-undangan yang lebih umum.

3. Prinsip lex posterior derogate legi priori, bahwa peraturan perundang-undangan yang lahir kemudian mengenyamping-kan peraturan perundang-undangan yang lahir terlebih dahulu jika materi yang diatur peraturan perundang-undangan tersebut sama.

4. Prinsip keadilan, bahwa setiap peraturan perundang-undangan harus mencerminkan keadilan bagi setiap warga negara tanpa terkecuali.

5. Prinsip kepastian hukum, bahwa setiap peraturan perundang-undangan harus dapat menjamin kepastian hukum dalam upaya menciptakan ketertiban dalam masyarakat.

6. Prinsip pengayoman, bahwa setiap peraturan perundang-undangan harus berfungsi memberikan perlindungan dalam rangka menciptakan ketentraman masyarakat.

7. Prinsip mengutamakan kepentingan umum, bahwa dalam peraturan perundang-undangan harus memperhatikan keseimbangan antara berbagai kepentingan dengan mengutamakan kepentingan umum.

8. Prinsip kebhinekatunggalikaan, bahwa materi muatan peraturan perundang-undangan harus memperhatikan keragaman penduduk, agama, suku dan golongan, kondisi khusus daerah, sistem nilai masyarakat daerah, khususnya yang menyangkut masalah-masalah yang sensitif dalam kehidupan masyarakat.

1.2.5 Kewenangan Pembentukan Perda Pengelolaan Air Limbah Domestik

Kewenangan pembentukan Peraturan Daerah berada pada Kepala Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Peraturan Daerah ditetapkan oleh Kepala Daerah setelah mendapat persetujuan bersama Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Mengenai dasar kewenangan pembentukan Peraturan Daerah diatur dalam:

a. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa ”Pemerintah Daerah berhak menetapkan Peraturan Daerah dan peraturan-peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan”

b. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Pasal 65 ayat (2) huruf b, DAN Pasal 236 ayat (2)), yang masing-masing Pasal tersebut sebagai berikut:

Page 17: PENGANTARciptakarya.pu.go.id/plp/upload/peraturan/panduan_penyusunan_perda_prov... · 2.2.3 Penyusunan Rancangan Perda di Lingkungan DPRD 30 ... Gambar 3.1 Alur Penyusunan Naskah

17

Pasal 65 ayat (2) huruf b, ”Kepala Daerah mempunyai tugas dan wewenang menetapkan Perda yang telah mendapat persetujuan bersama DPRD”

Pasal 236 ayat (2), ”Perda dibentuk oleh DPRD dengan persetujuan bersama Kepala Daerah ”

Berdasarkan penyelenggaraan pemerintahan daerah, air limbah domestik merupakan sub urusan dari urusan pemerintahan bidang pekerjaan umum dan penataan ruang. Urusan tersebut termasuk urusan wajib yang berkaitan dengan pelayanan dasar sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 12 ayat (1) huruf c Undang-Undang (UU) No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, maka wajib diselenggarakan semua daerah.6 Meskipun demikian, bukan berarti Pemerintah Pusat dan Provinsi tidak memiliki kewenangan dalam penyelenggaraan sub urusan air limbah domestik. Pembagian kewenangan sub urusan air limbah sebagai berikut:

1. Pemerintah Pusat

a. penetapan pengembangan sistem pengelolaan air limbah domestik secara nasional;

b. pengelolaan dan pengembangan sistem pengelolaan air limbah domestik lintas daerah provinsi, dan sistem pengelolaan air limbah domestik untuk kepentingan strategis nasional.

2. Daerah Provinsi

Pengelolaan dan pengembangan sistem air limbah domestik regional.

3. Daerah Kabupaten/Kota

Pengelolaan dan pengembangan sistem air limbah domestik dalam daerah kabupaten/kota.

Pembagian kewenangan dalam penyelenggaraan sub urusan air limbah domestik tersebut di atas, memberikan makna penyelenggaraan pengelolaan air limbah domestik tidak hanya menjadi tugas, wewenang, dan tanggung jawab Daerah Kabupaten/Kota melainkan juga menjadi tugas, wewenang, dan tanggung jawab Daerah Provinsi dan Pemerintah Pusat.

6 LihatdefinisiurusanwajibdalamPasal1angka14Undang-UndangNomor23Tahun2014tentangPemerintah-an Daerah

Page 18: PENGANTARciptakarya.pu.go.id/plp/upload/peraturan/panduan_penyusunan_perda_prov... · 2.2.3 Penyusunan Rancangan Perda di Lingkungan DPRD 30 ... Gambar 3.1 Alur Penyusunan Naskah

18

PANDUAN PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI TENTANG PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK REGIONAL

Pemerintah menjamin bahwa setiap warga negara dapat memperoleh pelayanan dasar. Jenis dan mutu pelayanan dasar minimal yang berhak diterima oleh setiap warga negara diatur dalam Pasal 7 Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar Pelayanan Minimal.

Ayat (1), “SPM pekerjaan umum mencakup SPM pekerjaan umum Daerah provinsi dan SPM pekerjaan umum Daerah kabupaten/kota.”

Ayat (2) huruf b, “Jenis Pelayanan Dasar pada SPM pekerjaan umum Daerah provinsi terdiri atas penyediaan pelayanan pengolahan air limbah domestik regional lintas kabupaten/kota”

Ayat (3) huruf b, “Jenis Pelayanan Dasar pada SPM pekerjaan umum Daerah kabupaten/kota terdiri atas penyediaan pelayanan pengolahan air limbah domestik”

Kepala Daerah dan/atau wakil kepala Daerah yang tidak melaksanakan SPM dapat dijatuhi sanksi administratif. Dengan demikian keberadaan Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Air Limbah Domestik menjadi sangat penting, karena menjadi payung hukum bagi Kepala Daerah untuk melaksanakan penyelenggaraan pengelolaan air limbah di daerahnya masing-masing dengan lebih baik dan sesuai peraturan.

Page 19: PENGANTARciptakarya.pu.go.id/plp/upload/peraturan/panduan_penyusunan_perda_prov... · 2.2.3 Penyusunan Rancangan Perda di Lingkungan DPRD 30 ... Gambar 3.1 Alur Penyusunan Naskah

19

Page 20: PENGANTARciptakarya.pu.go.id/plp/upload/peraturan/panduan_penyusunan_perda_prov... · 2.2.3 Penyusunan Rancangan Perda di Lingkungan DPRD 30 ... Gambar 3.1 Alur Penyusunan Naskah

20

PANDUAN PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI TENTANG PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK REGIONAL

Page 21: PENGANTARciptakarya.pu.go.id/plp/upload/peraturan/panduan_penyusunan_perda_prov... · 2.2.3 Penyusunan Rancangan Perda di Lingkungan DPRD 30 ... Gambar 3.1 Alur Penyusunan Naskah

21

Pasal 1 angka 18 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah, menyebutkan bahwa Pembentukan Perda adalah pembuatan peraturan perundang-undangan daerah yang mencakup tahapan perencanaan, penyusunan, pembahasan, penetapan, pengundangan dan penyebarluasan. Usulan pembentukan produk hukum daerah (dalam hal ini adalah Peraturan Daerah) dapat berasal dari dua jalur, yaitu atas usulan eksekutif (Pemerintah Daerah) dan atas usulan legislatif (DPRD). Proses dalam tiap-tiap tahapan tersebut sebagai berikut:

Pengundangan

Penetapan

Pembahasan

Penyusunan

Perencanaan

Penyebarluasan

Gambar 2.1 Tahapan Pembentukan Perda

BAB 2 TAHAPANPEMBENTUKANPERATURAN DAERAH

Page 22: PENGANTARciptakarya.pu.go.id/plp/upload/peraturan/panduan_penyusunan_perda_prov... · 2.2.3 Penyusunan Rancangan Perda di Lingkungan DPRD 30 ... Gambar 3.1 Alur Penyusunan Naskah

22

PANDUAN PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI TENTANG PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK REGIONAL

2.1 PERENCANAAN

Tahapan perencanaan penyusunan Peraturan Daerah menurut Pasal 10 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah, sebagai berikut: (1) penyusunan Program Pembentukan Perda (Propemperda); (2) perencanaan penyusunan rancangan perda kumulatif terbuka; (3) perencanaan penyusunan rancangan perda di luar Propemperda.

2.1.1 Penyusunan Program Pembentukan Perda (PROPEMPERDA)

Secara umum tahapan penyusunan Propemperda ada 4 (empat) tahap, yaitu:

1. Penyusunan daftar Rancangan Perda

Pada tahap penyusunan daftar Rancangan Perda baik eksekutif maupun legislatif, masing-masing dapat menyusun usulan Rancangan Perda yang akan disusun selama 1 tahun ke depan. Untuk penyusunan Propemperda yang berasal dari eksekutif, dikoordinasikan oleh pimpinan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang membidangi hukum, sedangkan untuk penyusunan Propemperda yang berasal dari DPRD, koordinasinya dilakukan oleh Badan Pembentukan Perda (Bapemperda). Dalam penyusunan Propemperda OPD yang membidangi hukum dapat mengikutsertakan instansi vertikal terkait. Instansi vertikal terkait terdiri atas:

a. instansi vertikal dari kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang hukum; dan/atau

b. instansi vertikal terkait sesuai dengan kewenangan, materi muatan, atau kebutuhan.

Hasil penyusunan Propemperda diajukan oleh perangkat daerah yang membidangi hukum kepada Kepala Daerah (KDH) melalui sekretaris daerah. KDH menyampaikan hasil penyusunan Propemperda di lingkungan Pemerintah Daerah kepada Bapemperda melalui Pimpinan DPRD.

Penyusunan daftar Rancangan Perda tersebut didasarkan pada:

- Perintah peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi;

- Rencana pembangunan daerah;

- Penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan; dan

- Aspirasi masyarakat daerah.

Page 23: PENGANTARciptakarya.pu.go.id/plp/upload/peraturan/panduan_penyusunan_perda_prov... · 2.2.3 Penyusunan Rancangan Perda di Lingkungan DPRD 30 ... Gambar 3.1 Alur Penyusunan Naskah

23

2. Penyusunan daftar urutan berdasarkan skala prioritas

Setelah daftar Rancangan Perda disusun pada nomor 1 diatas, tahap selanjutnya adalah penyusunan daftar urutan yang ditetapkan berdasarkan skala prioritas. Penetapan skala prioritas pembentukan Rancangan Perda dilakukan oleh Bapemperda dan perangkat daerah yang membidangi hukum berdasarkan kriteria:

- Perintah peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi

- Rencana pembangunan daerah;

- Penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan; dan

- Aspirasi masyarakat daerah.

3. Penyepakatan hasil penyusunan Propemperda

Hasil penyusunan Propemperda antara DPRD dan Pemerintah Daerah disepakati menjadi Propemda.

4. Penetapan Propemperda

Propemperda yang telah disepakati bersama kemudian ditetapkan dalam rapat paripurna DPRD dengan keputusan DPRD.

Page 24: PENGANTARciptakarya.pu.go.id/plp/upload/peraturan/panduan_penyusunan_perda_prov... · 2.2.3 Penyusunan Rancangan Perda di Lingkungan DPRD 30 ... Gambar 3.1 Alur Penyusunan Naskah

24

PANDUAN PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI TENTANG PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK REGIONAL

KDH

KDH menugaskanOPD Bidang Hukum

Dapat melibatkanInstansi Vertikal

PenyusunanDaftar Urutan Prioritas

HasilPenyusunan Propemperda

DISEPAKATI

DITETAPKAN

PROPEMPERDA

Keputusan DPRD

UsulanRancangan Perda

Dikoordinasikanoleh Bapemperda

DPRDUSULAN

UsulanRancangan Perda

Hasil Usulan diajukanke KDH melalui Sekda

Hasil Usulandisampaikan

ke Bapemperda melaluipimpinan DPRD

Gambar 2.2. Alur Penyusunan Propemperda

2.1.2 Perencanaan Penyusunan Rancangan Perda Kumulatif Terbuka

Rancangan perda kumulatif terbuka merupakan rancangan perda di luar daftar prioritas pada Propemperda yang dalam keadaan tertentu dapat diajukan penyusunannya. Adapun yang dapat dimuat dalam daftar kumulatif terbuka adalah rancangan perda:

a. akibat putusan Mahkamah Agung; dan

b. APBD

Page 25: PENGANTARciptakarya.pu.go.id/plp/upload/peraturan/panduan_penyusunan_perda_prov... · 2.2.3 Penyusunan Rancangan Perda di Lingkungan DPRD 30 ... Gambar 3.1 Alur Penyusunan Naskah

25

2.1.3 Perencanaan Penyusunan Rancangan Perda Di Luar Propemperda

Dalam keadaan tertentu, penyusunan Rancangan Perda di luar daftar Propemperda dapat dilakukan dengan alasan sebagai berikut:

a. Mengatasi keadaan luar biasa, keadaan konflik atau bencana alam;

b. Menindaklanjuti kerja sama dengan pihak lain;

c. Mengatasi keadaan tertentu lainnya yang memastikan adanya urgensi atas suatu Rancangan Perda yang disetujui bersama oleh alat kelengkapan DPRD yang khusus menangani bidang pembentukan Perda dan unit yang menangani bidang hukum pada Pemerintah Daerah;

d. Akibat pembatalan oleh Menteri Dalam Negeri untuk Perda Provinsi dan oleh gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat untuk Perda Kabupaten/Kota; dan

e. Perintah dari ketentuan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi setelah Propemperda ditetapkan.

2.2 PENYUSUNAN

Tahap Penyusunan Rancangan Perda merupakan tahap penyiapan sebelum sebuah Rancangan Perda dibahas bersama antara DPRD dan Pemerintah Daerah. Penyusunan ini dilakukan berdasarkan daftar Rancangan Perda pada Propemperda dan usulannya dapat berasal dari eksekutif maupun legislatif. Secara umum, untuk menyusun sebuah Rancangan Perda, pertama-tama diawali oleh penyusunan naskah akademik. Dari naskah akademik inilah, suatu Rancangan Perda nantinya akan dirumuskan.

2.2.1 Penyusunan Naskah Akademik

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah, naskah akademik merupakan dokumen yang harus disertakan dalam pengajuan Rancangan Perda dan menjadi pedoman dalam penyusunan Rancangan Perda. Naskah akademik paling sedikit memuat pokok pikiran dan materi muatan yang akan diatur dalam perda.

Page 26: PENGANTARciptakarya.pu.go.id/plp/upload/peraturan/panduan_penyusunan_perda_prov... · 2.2.3 Penyusunan Rancangan Perda di Lingkungan DPRD 30 ... Gambar 3.1 Alur Penyusunan Naskah

26

PANDUAN PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI TENTANG PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK REGIONAL

Untuk penyusunan Rancangan Perda yang diusulkan oleh pihak eksekutif, naskah akademik disusun/disiapkan oleh pimpinan perangkat daerah (pemrakarsa) dengan mengikutsertakan perangkat daerah yang membidangi masalah hukum. Sedangkan untuk Rancangan Perda yang disulkan oleh legislatif, penyusunan naskah akademiknya dikoordinasikan oleh Bapemperda.

Dalam melakukan penyusunan naskah akademik di lingkungan Pemerintah Daerah, pemrakarsa dapat mengikutsertakan instansi vertikal dari kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang hukum dan pihak ketiga yang memiliki keahlian sesuai dengan Perda yang akan disusun. Setelah itu, perangkat daerah yang membidangi hukum melakukan penyelarasan naskah akademik Rancangan perda terhadap sistematika dan materi muatan. Penyelarasan dilaksanakan dalam rapat penyelarasan dengan mengikutsertakan pemangku kepentingan. Perangkat daerah yang membidangi hukum melalui sekretaris daerah menyampaikan kembali naskah akademik rancangan perda yang telah dilakukan penyelarasan kepada perangkat daerah disertai dengan penjelasan hasil penyelarasan. Naskah akademik yang sudah diselaraskan ini yang kemudian menjadi pedoman dalam penyusunan Rancangan Perda.

NASKAH AKADEMIK DARI KDHNASKAH AKADEMIK DARI KDH

MengikutkanOPD Bidang

Hukum

MengikutkanOPD Bidang

Hukum

DapatmelibatkanInstansi

Vertikal danPihak ke-3

DapatmelibatkanInstansi

Vertikal danPihak ke-3

Dirumuskan olehanggota, komisi,

gabungan komisi atauBapemperda

dikoordinasikan olehBapemperda

Dirumuskan olehanggota, komisi,

gabungan komisi atauBapemperda

dikoordinasikan olehBapemperda

Pemrakarsa menyusunNaskah Akademik

Pemrakarsa menyusunNaskah Akademik

OPD Bidang Hukummelalukan Penyelarasan

OPD Bidang Hukummelalukan Penyelarasan

OPD Bidang Hukummenyerahkan hasil

penyelarasan kepadaPemrakarsa

melalui Sekda

OPD Bidang Hukummenyerahkan hasil

penyelarasan kepadaPemrakarsa

melalui Sekda

NASKAH AKADEMIKhasil penyelarasanNASKAH AKADEMIK

hasil penyelarasan

NASKAH AKADEMIKDARI DPRD

NASKAH AKADEMIKDARI DPRD

Gambar 2.3. Alur Penyusunan Naskah Akademik

Page 27: PENGANTARciptakarya.pu.go.id/plp/upload/peraturan/panduan_penyusunan_perda_prov... · 2.2.3 Penyusunan Rancangan Perda di Lingkungan DPRD 30 ... Gambar 3.1 Alur Penyusunan Naskah

27

2.2.2 Penyusunan Rancangan Perda di Lingkungan Pemerintah Daerah

Untuk Penyusunan Rancangan Perda di lingkungan pemerintah daerah setelah naskah akademik disusun dan diselaraskan, secara lebih rinci adalah sebagai berikut:

1. Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah.

Tahapan dalam penyusunan rancangan Peraturan Daerah adalah sebagai berikut:

- Kepala daerah memerintahkan perangkat daerah pemrakarsa untuk melakukan Penyusunan Rancangan Perda berdasarkan daftar pada propemperda.

- Kepala daerah membentuk tim penyusunan Rancangan Perda melalui surat keputusan (SK) Kepala Daerah. Tim penyusun tersebut terdiri dari seorang ketua yang ditunjuk langsung oleh perangkat daerah pemrakarsa. Jika ketua tim yang ditunjuk bukanlah pimpinan perangkat daerah pemrakarsa sendiri, maka pimpinan perangkat daerah pemrakarsa tersebut tetap bertanggungjawab terhadap materi muatan dalam Rancangan Perda yang disusun. Keanggotaan tim penyusun terdiri dari:

o kepala daerah;

o sekretaris daerah;

o perangkat daerah pemrakarsa;

o perangkat daerah yang membidangi hukum;

o perangkat daerah terkait lainnya; dan

o perancang peraturan perundang-undangan.

- Dalam melaksanakan tugasnya, ketua tim penyusun memberikan laporan kepada sekretaris daerah mengenai perkembangan dan permasalahan dalam penyusunan Rancangan Perda untuk mendapatkan arahan atau keputusan.

- Rancangan Perda yang telah disusun pada langkah sebelumnya kemudian diberikan paraf bersama oleh ketua tim dan perangkat daerah pemrakarsa.

- Selanjutnya, ketua tim penyusun menyampaikan hasil Rancangan Perda yang telah disusun kepada kepala daerah melalui sekretaris daerah untuk selanjutnya dilakukan harmonisasi, pembulatan dan pemantapan konsepsi.

2. Harmonisasi, pembulatan dan pemantapan konsepsi.

Tahapan kegiatan harmonisasi, pembulatan dan pemantapan konsepsi adalah sebagai berikut:

Page 28: PENGANTARciptakarya.pu.go.id/plp/upload/peraturan/panduan_penyusunan_perda_prov... · 2.2.3 Penyusunan Rancangan Perda di Lingkungan DPRD 30 ... Gambar 3.1 Alur Penyusunan Naskah

28

PANDUAN PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI TENTANG PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK REGIONAL

- Sekretaris daerah menugaskan kepada perangkat darah yang membidangi hukum untuk mengkoordinasikan kegiatan harmonisasi, pembulatan dan pemantapan konsepsi.

- Dalam koordinasi oleh perangkat daerah yang membidangi hukum, rapat/pembahasan dilakukan untuk harmonisasi, pembulatan dan pemantapan konsepsi Rancangan Perda.

- Rancangan Perda hasil pengharmonisasian, pembulatan dan pemantapan konsepsi kemudian disampaikan oleh Sekretaris Daerah kepada perangkat daerah pemrakarsa dan pimpinan perangkat daerah lainnya (yang tergabung di Tim Penyusun) untuk mendapatkan paraf persetujuan pada setiap halaman Rancangan Perda.

- Sekretaris daerah menyampaikan Rancangan Perda yang telah diparaf pada tahap sebelumnya kepada kepala daerah untuk mendapatkan paraf persetujuan sebagai konsep akhir Rancangan Perda.

- Sebelum konsep akhir rancangan perda disampaikan oleh kepala daerah ke DPRD untuk pembahasan, ketua tim penyusun harus memaparkan konsep akhir Rancangan Perda tersebut kepada Kepala Daerah.

Page 29: PENGANTARciptakarya.pu.go.id/plp/upload/peraturan/panduan_penyusunan_perda_prov... · 2.2.3 Penyusunan Rancangan Perda di Lingkungan DPRD 30 ... Gambar 3.1 Alur Penyusunan Naskah

29

KDHKDH

MemerintahkanOPD Pemrakarsa

menyusunRaperda

MemerintahkanOPD Pemrakarsa

menyusunRaperda

PembentukanTim PenyusunPembentukanTim Penyusun

PenyusunanRaperda

PenyusunanRaperda

Raperda AwalRaperda Awal

Oleh Ketua Tim danOPD Pemrakarsa

Oleh Ketua Tim danOPD Pemrakarsa

PembubuhanParaf Persetujuan

PembubuhanParaf Persetujuan

SekdaSekda

LaporanLaporan

PenyerahanPenyerahan

Bertanggungjawab

Bertanggungjawab

Dapatmelibatkan

Instansi Vertikal

Dapatmelibatkan

Instansi Vertikal

Harmonisasi,Pembulatan dan

Pemantapan Konsepsi

Harmonisasi,Pembulatan dan

Pemantapan Konsepsi

RAPERDA hasilHarmonisasi

RAPERDA hasilHarmonisasi

Dikoordinasikanoleh OPD Bidang

Hukum

Dikoordinasikanoleh OPD Bidang

Hukum

Paparan Reperda olehKetua Tim kepada KDHPaparan Reperda olehKetua Tim kepada KDH

Dapat melibatkan Instansi Vertikaldan/atau Akademisi sebagai anggotaDapat melibatkan Instansi Vertikaldan/atau Akademisi sebagai anggota

Pembubuhan ParafPersetujuan

Pembubuhan ParafPersetujuan

Oleh OPD Pemrakarsa,Pimpinan OPD Terkait

dan KDH

Oleh OPD Pemrakarsa,Pimpinan OPD Terkait

dan KDH

Gambar 2.4. Alur Penyusunan Rancangan Perda di Lingkungan Pemerintah Daerah

Page 30: PENGANTARciptakarya.pu.go.id/plp/upload/peraturan/panduan_penyusunan_perda_prov... · 2.2.3 Penyusunan Rancangan Perda di Lingkungan DPRD 30 ... Gambar 3.1 Alur Penyusunan Naskah

30

PANDUAN PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI TENTANG PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK REGIONAL

2.2.3 Penyusunan Rancangan Perda di Lingkungan DPRD

Untuk penyusunan Rancangan Perda di lingkungan DPRD, beberapa hal yang diatur sebagai berikut:

1. Rancangan Perda dapat diajukan oleh anggota DPRD, komisi, gabungan komisi, atau Bapemperda berdasarkan daftar pada Propemperda. Rancangan tersebut disampaikan secara tertulis kepada pimpinan DPRD disertai dengan penjelasan atau keterangan dan/atau naskah akademik.

2. Sekretariat DPRD memberikan nomor pokok kepada Rancangan Perda yang disampaikan.

3. Dalam hal Rancangan Perda disertai penjelasan atau keterangan, maka di dalamnya memuat:

a. Pokok pikiran dan materi muatan yang diatur

b. Daftar nama; dan

c. Tanda tangan pengusul

4. Dalam hal Rancangan Perda disertai naskah akademik, maka naskah akademik tersebut harus telah terlebih dahulu melalui pengkajian dan penyelarasan, serta memuat:

a. Latar belakang dan tujuan penyusunan;

b. Sasaran yang ingin diwujudkan;

c. Pokok pikiran, ruang lingkup, atau objek yang akan diatur; dan

d. Jangkauan dan arah pengaturan

5. Pimpinan DPRD menyampaikan Rancangan Perda kepada Bapemperda untuk dilakukan pengkajian dalam rangka pengharmonisasian, pembulatan, dan pemantapan konsepsi Rancangan Perda.

6. Hasil pengkajian rancangan perda kemudian disampaikan oleh Bapemperda kepada pimpinan DPRD untuk selanjutnya dibahas dalam rapat paripurna DPRD. Sebelum dilakukan pembahasan di rapat paripurna, pimpinan DPRD harus menyampaikan hasil pengkajian tersebut kepada anggota DPRD paling lama 7 (tujuh) hari sebelumnya.

Page 31: PENGANTARciptakarya.pu.go.id/plp/upload/peraturan/panduan_penyusunan_perda_prov... · 2.2.3 Penyusunan Rancangan Perda di Lingkungan DPRD 30 ... Gambar 3.1 Alur Penyusunan Naskah

31

7. Mekanisme rapat paripurna DPRD tersebut adalah sebagai berikut:

a. Pengusul memberikan penjelasan;

b. Fraksi dan anggota DPRD lainnya memberikan pandangan; dan

c. Pengusul memberikan jawaban atas pandangan fraksi dan anggota DPRD lainnya.

8. Rapat paripurna DPRD tersebut kemudian memutuskan usulan Rancangan Perda. Putusan yang dihasilkan dapat berupa:

- Persetujuan;

- Persetujuan dengan pengubahan; atau

- Penolakan.

9. Apabila keputusan diatas berupa persetujuan dengan pengubahan, maka pimpinan DPRD menugaskan komisi, gabungan komisi, Bapemperda atau panitia khusus untuk melakukan penyempurnaan.

10. Setelah penyempurnaan dilakukan, maka hasilnya disampaikan kembali kepada pimpinan DPRD.

2.3 PEMBAHASAN

Rancangan perda yang telah disusun pada tahap penyusunan selanjutnya dibahas oleh DPRD dan pemerintah daerah untuk mendapatkan persetujuan bersama. Pembahasan rancangan perda yang berasal dari kepala daerah disampaikan melalui surat pengantar kepala daerah kepada pimpinan DPRD. Sedangkan pembahasan rancangan perda yang disusun oleh DPRD disampaikan melalui surat pengantar pimpinan DPRD kepada kepala daerah. Surat pengantar tersebut paling sedikit berisikan latar belakang dan tujuan dari penyusunan, sasaran yang ingin diwujudkan, dan materi pokok yang diatur yang menggambarkan keseluruhan substansi rancangan perda. Untuk rancangan perda yang disusun berdasarkan naskah akademik, maka pada surat pengantar penyampaian rancangan perda juga disertakan naskah akademik. Apabila dalam satu masa sidang, DPRD dan kepala daerah menyampaikan rancangan perda dengan materi yang sama, maka yang dibahas adalah rancangan perda yang berasal dari DPRD dengan menggunakan rancangan perda dari kepala daerah sebagai sandingan.

Page 32: PENGANTARciptakarya.pu.go.id/plp/upload/peraturan/panduan_penyusunan_perda_prov... · 2.2.3 Penyusunan Rancangan Perda di Lingkungan DPRD 30 ... Gambar 3.1 Alur Penyusunan Naskah

32

PANDUAN PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI TENTANG PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK REGIONAL

Dalam melakukan pembahasan, kepala daerah membentuk tim pembahasan yang diketuai oleh sekretaris daerah atau pejabat yang ditunjuk. Ketua tim bertugas untuk melaporkan setiap perkembangan dan/atau permasalahan dalam pembahasan yang dilakukan kepada kepala daerah,untuk mendapatkan arahan dan keputusan.

Pembahasan rancangan perda antara DPRD dan pemerintah daerah dilakukan melalui 2 (dua) tingkat pembicaraan, yaitu pembicaraan tingkat I dan pembicaraan tingkat II. Urutan kegiatan pembahasan adalah sebagai berikut:

1. Pembicaraan tingkat I

Untuk Rancangan Perda yang berasal dari eksekutif maka urutan kegiatannya adalah sebagai berikut:

a. Penjelasan kepala daerah dalam rapat paripurna mengenai Rancangan Perda;

b. Pemandangan umum fraksi terhadap Rancangan Perda; dan

c. Tanggapan dan/atau jawaban kepala daerah terhadap pemandangan umum fraksi.

d. Pembahasan dalam rapat komisi, gabungan komisi, atau panitia khusus yang dilakukan bersama dengan kepala daerah atau pejabat yang ditunjuk untuk mewakilinya

Untuk Rancangan Perda berasal dari legislatif maka urutan kegiatannya adalah sebagai berikut:

a. Penjelasan pimpinan komisi, pimpinan gabungan komisi, pimpinan Bapemperda, atau pimpinan panitia khusus dalam rapat paripurna mengenai Rancangan Perda;

b. Pendapat kepala daerah terhadap Rancangan Perda; dan

c. Tanggapan dan/atau jawaban fraksi terhadap pendapat kepala daerah.

d. Pembahasan dalam rapat komisi, gabungan komisi, atau panitia khusus yang dilakukan bersama dengan kepala daerah atau pejabat yang ditunjuk untuk mewakilinya

2. Pembicaraan tingkat II, meliputi:

a. Pengambilan keputusan dalam rapat paripurna yang didahului dengan:

1) penyampaian laporan pimpinan komisi/pimpinan gabungan komisi/ pimpinan panitia khusus yang berisi pendapat fraksi dan hasil pembahasan; dan

Page 33: PENGANTARciptakarya.pu.go.id/plp/upload/peraturan/panduan_penyusunan_perda_prov... · 2.2.3 Penyusunan Rancangan Perda di Lingkungan DPRD 30 ... Gambar 3.1 Alur Penyusunan Naskah

33

2) Permintaan persetujuan dari anggota secara lisan oleh pimpinan rapat paripurna.

b. Pendapat akhir kepala daerah.

Rancangan Perda apabila disetujui bersama oleh DPRD dan kepala daerah, selanjutnya disampaikan oleh pimpinan DPRD kepada kepala daerah untuk ditetapkan menjadi Perda. Dalam hal persetujuan tidak dapat dicapai secara musyawarah untuk mufakat, keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak. Apabila Rancangan Perda tidak mendapat persetujuan bersama antara DPRD dan kepala daerah, maka Rancangan Perda tersebut tidak boleh diajukan lagi dalam persidangan DPRD masa itu.

Rancangan Perda dapat ditarik kembali sebelum dibahas bersama oleh DPRD dan kepala daerah. Penarikan kembali Rancangan Perda oleh kepala daerah, disampaikan dengan surat kepala daerah disertai dengan alasan penarikan. Begitu pula apabila DPRD ingin melakukan penarikan kembali Rancangan Perda, maka dilakukan dengan keputusan pimpinan DPRD disertai juga dengan alasan penarikan. Rancangan Perda yang sedang dibahas hanya dapat ditarik kembali berdasarkan persetujuan bersama DPRD dan kepala daerah. Penarikan kembali Rancangan Perda hanya dapat dilakukan dalam rapat paripurna DPRD yang dihadiri oleh kepala daerah. Rancangan Perda yang ditarik kembali tidak dapat diajukan lagi pada masa sidang yang sama.

Page 34: PENGANTARciptakarya.pu.go.id/plp/upload/peraturan/panduan_penyusunan_perda_prov... · 2.2.3 Penyusunan Rancangan Perda di Lingkungan DPRD 30 ... Gambar 3.1 Alur Penyusunan Naskah

34

PANDUAN PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI TENTANG PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK REGIONAL

Pembicaraan Tingkat 1Pembicaraan Tingkat 1

PembentukanTim PembahasPembentukanTim Pembahas

Pembicaraan Tingkat 2Pembicaraan Tingkat 2

Dalam hal Ranperda berasaldari Kepala Daerah

Dalam hal Ranperda berasaldari Kepala Daerah

Dalam hal Ranperdaberasal dari DPRD

Dalam hal Ranperdaberasal dari DPRD

Penjelasan Kepala Daerah Penjelasan Pimpinan Komisi,Gabungan Komisi,

Balegda atau Panitia Khusus

Pembahasan bersama dengan Kepala Daerahatau Pejabat yang mewakili

Pembahasan bersama dengan Kepala Daerahatau Pejabat yang mewakili

Persetujuan Bersama DPRD dan Kepala DaerahPersetujuan Bersama DPRD dan Kepala Daerah

Penyampaian Laporan PimpinanKomisi, Gabungan Komisi,

Balegda atau Panitia Khusus

Permintaan Persetujuan dariAnggota Secara Lisan

Pendapat Akhir Kepala Daerah

Pemandangan Umum FraksiPendapat Kepala Daerah

Tanggapan FraksiTanggapan Kepala Daerah

Penyampaian SuratPengantar kepada

Pimpinan DPRD

Penyampaian SuratPengantar kepada

Pimpinan DPRD

PembahasanBersama DPRD

dan KDH

PembahasanBersama DPRD

dan KDH

KDHKDH

Gambar 2.5. Alur Pembahasan Rancangan Perda

Page 35: PENGANTARciptakarya.pu.go.id/plp/upload/peraturan/panduan_penyusunan_perda_prov... · 2.2.3 Penyusunan Rancangan Perda di Lingkungan DPRD 30 ... Gambar 3.1 Alur Penyusunan Naskah

35

2.4 PENETAPAN

2.4.1 Pemberian Nomor Register

Setelah ada persetujuan bersama antara DPRD dan kepala daerah terkait Rancangan Perda yang dibahas bersama, tahap selanjutnya adalah pengesahan atau penetapan Rancangan Perda. Namun demikian, sebelum Rancangan Perda ditetapkan menjadi suatu Perda, Gubernur wajib untuk menyampaikan Rancangan Perda kepada Menteri Dalam Negeri paling lama 3 (tiga) hari kerja terhitung sejak menerima Rancangan Perda dari pimpinan DPRD untuk mendapatkan nomor register (noreg) Perda. Setelah itu, noreg Rancangan Perda akan diberikan oleh Menteri Dalam Negeri paling lama 7 (tujuh) hari sejak Rancangan Perda tersebut diterima. Pemberian noreg perda provinsi dilaksanakan oleh Direktur Produk Hukum Daerah Direktorat Jenderal Otonomi Daerah Kementerian Dalam Negeri.

2.4.2 Penandatanganan

Rancangan Perda yang telah mendapatkan noreg kemudian disahkan oleh kepala daerah dengan cara membubuhkan tanda tangan pada naskah Rancangan Perda. Penandatanganan ini harus dilakukan oleh kepala daerah dalam jangka waktu maksimal 30 hari terhitung sejak tanggal Rancangan Perda tersebut disetujui bersama oleh DPRD dan kepala daerah. Jika kepala daerah tidak menandatangani Rancangan Perda tersebut sesuai waktu yang ditetapkan, maka Rancangan Perda tersebut otomatis menjadi Perda dan wajib untuk diundangkan ke dalam lembaran daerah.

Penandatanganan dapat dilakukan oleh pelaksana tugas, pelaksana harian atau pejabat kepala daerah jika kepala daerah berhalangan sementara atau tetap. Penandatanganan tersebut dibuat 4 (empat) rangkap, kemudian naskah aslinya didokumentasikan oleh: (1) DPRD; (2) sekretaris daerah; (3) perangkat daerah yang membidangi hukum; dan (4) perangkat daerah pemrakarsa.

2.4.3 Penomoran

Penomoran Perda Provinsi dilakukan oleh pimpinan perangkat daerah yang membidangi urusan hukum provinsi. Penomoran untuk perda menggunakan nomor bulat.

2.5 PENGUNDANGAN

Pengundangan merupakan pemberitahuan secara formal suatu Perda sehingga mempunyai daya ikat pada masyarakat.Perda yang telah ditetapkan, diundangkan dalam lembaran daerah, sedangkan penjelasan Perda dimuat dalam Tambahan Lembaran Daerah dan ditetapkan bersamaan dengan pengundangan Perda. Setelah Perda diundangkan maka secara hukum Perda tersebut mulai berlaku dan mempunyai kekuatan mengikat pada tanggal diundangkan kecuali ditentukan lain di dalam Perda tersebut.

Page 36: PENGANTARciptakarya.pu.go.id/plp/upload/peraturan/panduan_penyusunan_perda_prov... · 2.2.3 Penyusunan Rancangan Perda di Lingkungan DPRD 30 ... Gambar 3.1 Alur Penyusunan Naskah

36

PANDUAN PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI TENTANG PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK REGIONAL

Perda diundangkan oleh sekretaris daerah dan disampaikan kepada Menteri Dalam Negeri. Apabila sekretaris daerah berhalangan, maka pengundangan Perda dilakukan oleh pelaksana tugas atau pelaksana harian sekretaris daerah. Selanjutnya Perda dimuat dalam Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum.

AUTENTIFIKASI

Autentifikasi adalah salinan produk hukum daerah sesuai dengan aslinya. Setiap Perda yang sudah ditandatangani dan diberikan penomoran selanjutnya harus dilakukan autentifikasi. Autentifikasi Perda Provinsi dilakukan oleh pimpinan bagian hukum provinsi.

2.6 PENYEBARLUASAN

Secara prinsip, penyebarluasan dilakukan semenjak tahapan Penyusunan Propemperda, Penyusunan Rancangan Perda, Penyusunan Naskah Akademik dan Pembahasan Rancangan Perda. Penyebarluasan bertujuan untuk dapat memberikan informasi dan memperoleh masukan masyarakat dan para pemangku kepentingan mengenai rancangan perda yang disusun.

Untuk penyebarluasan pada tahapan Penyusunan Propemperda, pelaksanaannya dilakukan bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD yang dikoordinasikan oleh Bapemperda. Penyebarluasan pada tahapan Penyusunan Naskah Akademik dan Penyusunan Rancangan Perda yang berasal dari inisiatif legislatif, dilaksanakan oleh alat kelengkapan DPRD, sedangkan untuk yang berasal dari inisiatif eksekutif dilaksanakan oleh sekretaris daerah bersama dengan perangkat daerah pemrakarsa.

Bagi perda yang telah diundangkan maka penyebarluasan dilakukan bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD. Naskah Perda yang disebarluaskan tersebut harus merupakan salinan naskah Perda yang telah diautentifikasi dan diundangkan dalam Lembaran Daerah dan Tambahan Lembaran Daerah. Secara khusus, kepala daerah memiliki kewajiban untuk menyebarluaskan Perda yang telah diundangkan, bagi yang tidak melakukan, terdapat sanksi secara administratif berupa teguran tertulis.

Page 37: PENGANTARciptakarya.pu.go.id/plp/upload/peraturan/panduan_penyusunan_perda_prov... · 2.2.3 Penyusunan Rancangan Perda di Lingkungan DPRD 30 ... Gambar 3.1 Alur Penyusunan Naskah

37

Page 38: PENGANTARciptakarya.pu.go.id/plp/upload/peraturan/panduan_penyusunan_perda_prov... · 2.2.3 Penyusunan Rancangan Perda di Lingkungan DPRD 30 ... Gambar 3.1 Alur Penyusunan Naskah

38

PANDUAN PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI TENTANG PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK REGIONAL

Page 39: PENGANTARciptakarya.pu.go.id/plp/upload/peraturan/panduan_penyusunan_perda_prov... · 2.2.3 Penyusunan Rancangan Perda di Lingkungan DPRD 30 ... Gambar 3.1 Alur Penyusunan Naskah

39BAB 3PENYUSUNANNASKAHAKADEMIK

3.1 UMUM

Pengertian naskah akademik menurut Pasal 1 angka 11 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011, adalah naskah hasil penelitian atau pengkajian hukum dan hasil penelitian lainnya terhadap suatu masalah tertentu yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah mengenai pengaturan masalah tersebut dalam suatu rancangan undang-undang, rancangan peraturan daerah provinsi, atau rancangan peraturan daerah kabupaten/kota sebagai solusi terhadap permasalahan dan kebutuhan hukum masyarakat. Atas dasar pengertian tersebut, naskah akademik Rancangan Peraturan Daerah Provinsi tentang Pengelolaan Air Limbah Domestik Regional, adalah naskah hasil penelitian atau pengkajian hukum dan hasil penelitian lainnya terhadap masalah persampahan yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah mengenai pengaturan air limbah domestik dalam rancangan peraturan daerah sebagai solusi terhadap permasalahan persampahan dan dasar hukum baik bagi pemerintah daerah maupun masyarakat.

Secara umum naskah akademik rancangan perda provinsi tentang pengelolaan air limbah domestik regional memuat gagasan pengaturan atau materi muatan Rancangan Peraturan Daerah Provinsi tentang Pengelolaan Air Limbah Domestik Regional yang telah ditinjau secara sistemik-holistik-futuristik dari berbagai aspek ilmu yang terkait dilengkapi dengan referensi yang memuat urgensi, konsepsi, landasan, atas hukum dan prinsip-prinsip yang digunakan serta pemikiran tentang norma yang akan dituangkan ke dalam bentuk pasal-pasal dengan mengajukan beberapa alternatif, yang disajikan dalam bentuk uraian yang sistematis dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmu hukum dan bidang ilmu yang terkait dengan air limbah domestik.

Page 40: PENGANTARciptakarya.pu.go.id/plp/upload/peraturan/panduan_penyusunan_perda_prov... · 2.2.3 Penyusunan Rancangan Perda di Lingkungan DPRD 30 ... Gambar 3.1 Alur Penyusunan Naskah

40

PANDUAN PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI TENTANG PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK REGIONAL

3.2 SISTEMATIKA

Untuk memudahkan dalam penyusunan Naskah Akademik, negara melalui UU No. 12 Tahun 2011 memberikan pedoman Penyusunan Naskah Akademik dengan sistematika sebagai berikut:

JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN PRAKTIK EMPIRIS

BAB III EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN PERUNDANG- UNDANGAN TERKAIT

BAB IV LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS, DAN YURIDIS

BAB V JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN, DAN RUANG LINGKUP MATERI MUATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI

BAB VI PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN RANCANGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Uraian singkat setiap bagian diatas yang telah disesuaikan untuk naskah akademik rancangan perda tentang pengelolaan air limbah domestik adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Memuat latar belakang, sasaran yang akan diwujudkan, identifikasi masalah, tujuan dan kegunaan, serta metode yang digunakan.

Page 41: PENGANTARciptakarya.pu.go.id/plp/upload/peraturan/panduan_penyusunan_perda_prov... · 2.2.3 Penyusunan Rancangan Perda di Lingkungan DPRD 30 ... Gambar 3.1 Alur Penyusunan Naskah

41

A. Latar Belakang

Latar belakang memuat pemikiran dan alasan-alasan perlunya penyusunan Naskah Akademik sebagai acuan pembentukan Rancangan Peraturan Daerah Provinsi tentang Pengelolaan Air Limbah Domestik Regional. Latar belakang tersebut menjelaskan mengapa pembentukan Rancangan Peraturan Daerah Provinsi tentang Pengelolaan Air Limbah Domestik Regional memerlukan suatu kajian yang mendalam dan komprehensif mengenai teori atau pemikiran ilmiah yang berkaitan dengan materi muatan Rancangan Peraturan Daerah Provinsi tentang Pengelolaan Air Limbah Domestik Regional. Pemikiran ilmiah tersebut mengarah kepada penyusunan argumentasi filosofis, sosiologis serta yuridis guna mendukung perlu atau tidak perlunya penyusunan Rancangan Peraturan Daerah Provinsi tentang Pengelolaan Air Limbah Domestik Regional.

B. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah memuat rumusan mengenai masalah apa yang akan ditemukan dan diuraikan dalam Naskah Akademik tersebut. Pada dasarnya identifikasi masalah dalam suatu Naskah Akademik mencakup 4 (empat) pokok masalah, yaitu sebagai berikut:

1. Permasalahan apa yang dihadapi oleh Pemerintah Daerah dan masyarakat dalam pengelolaan air limbah domestik regional serta bagaimana permasalahan tersebut dapat diatasi?

2. Mengapa perlu Rancangan Peraturan Daerah Provinsi tentang Pengelolaan Air Limbah Domestik Regional sebagai dasar pemecahan masalah tersebut, yang berarti membenarkan pelibatan daerah dalam penyelesaian masalah air limbah domestik regional tersebut?

3. Apa yang menjadi pertimbangan atau landasan filosofis, sosiologis, yuridis pembentukan Rancangan Peraturan Daerah Provinsi tentang Pengelolaan Air Limbah Domestik Regional?

4. Apa sasaran yang akan diwujudkan, ruang lingkup pengaturan, jangkauan, dan arah pengaturan dalam Rancangan Peraturan Daerah Provinsi tentang Pengelolaan Air Limbah Domestik Regional?

Page 42: PENGANTARciptakarya.pu.go.id/plp/upload/peraturan/panduan_penyusunan_perda_prov... · 2.2.3 Penyusunan Rancangan Perda di Lingkungan DPRD 30 ... Gambar 3.1 Alur Penyusunan Naskah

42

PANDUAN PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI TENTANG PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK REGIONAL

C. Tujuan dan Kegunaan Kegiatan Penyusunan Naskah Akademik

Sesuai dengan ruang lingkup identifikasi masalah yang dikemukakan di atas, tujuan penyusunan Naskah Akademik dirumuskan sebagai berikut:

1. Merumuskan permasalahan yang dihadapi Pemerintah Daerah, masyarakat dan pelaku usaha dalam pengelolaan air limbah domestik regional serta cara-cara mengatasi permasalahan tersebut.

2. Merumuskan permasalahan hukum yang dihadapi sebagai alasan pembentukan Rancangan Peraturan Daerah Provinsi tentang Pengelolaan Air Limbah Domestik Regional, sebagai dasar hukum penyelesaian atau solusi permasalahan dalam pengelolaan air limbah domestik.

3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis, sosiologis, dan yuridis pembentukan Rancangan Peraturan Daerah Provinsi tentang Pengelolaan Air Limbah Domestik Regional.

4. Merumuskan sasaran yang akan diwujudkan, ruang lingkup pengaturan, jangkauan, dan arah pengaturan dalam Rancangan Peraturan Daerah Provinsi tentang Pengelolaan Air Limbah Domestik Regional.

Kegunaan penyusunan Naskah Akademik yaitu sebagai acuan atau referensi dalam penyusunan dan pembahasan Rancangan Peraturan Daerah Provinsi tentang Pengelolaan Air Limbah Domestik Regional.

D. Metode

Penyusunan Naskah Akademik pada dasarnya merupakan suatu kegiatan penelitian, sehingga digunakan metode penyusunan Naskah Akademik yang berbasiskan metode penelitian hukum atau penelitian lain. Penelitian hukum dapat dilakukan melalui metode yuridis normatif dan metode yuridis empiris (dikenal juga dengan penelitian sosiolegal).

Metode yuridis normatif dilakukan melalui studi pustaka yang menelaah (terutama) data sekunder yang berupa peraturan perundang-undangan atau dokumen hukum lainnya, serta hasil penelitian, hasil pengkajian, dan referensi lainnya. Metode yuridis normatif dapat dilengkapi dengan wawancara, diskusi (focus group discussion), dan rapat dengar pendapat.

Page 43: PENGANTARciptakarya.pu.go.id/plp/upload/peraturan/panduan_penyusunan_perda_prov... · 2.2.3 Penyusunan Rancangan Perda di Lingkungan DPRD 30 ... Gambar 3.1 Alur Penyusunan Naskah

43

Metode yuridis empiris atau sosiolegal adalah penelitian yang diawali dengan penelitian normatif atau penelaahan terhadap Peraturan Perundang-undangan (normatif ) yang dilanjutkan dengan observasi yang mendalam serta penyebarluasan kuesioner untuk mendapatkan data faktor nonhukum yang terkait dan yang berpengaruh terhadap peraturan perudang-undangan yang diteliti.

Pada naskah akademik Rancangan Perda Provinsi tentang Pengelolaan Air Limbah Domestik Regional, sub bab Metode sebaiknya memuat:

1. Metodologi

Metodologi adalah seperangkat langkah dan cara sistematis yang dikembangkan dan dilaksanakan untuk mewujudkan tujuan dan target/hasil keluaran kegiatan. Metodologi menggambarkan alur pikir penyusunan naskah akademik yang menunjukkan adanya hubungan antara rumusan masalah, pengumpulan data, analisis data dan sasaran akhir tersusunnya Rancangan Perda Provinsi tentang Pengelolaan Air Limbah Domestik Regional di daerah kajian.

2. Jenis Penelitian yang Digunakan

Jenis penelitian yang akan digunakan perlu disebutkan dengan pasti, apakah akan menggunakan metode yuridis normatif atau metode yuridis empiris.

3. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penyusunan Naskah Akademik Rancangan Perda Provinsi tentang Pengelolaan Air Limbah Domestik Regional dilakukan dengan pendekatan-pendekatan sebagai berikut :

a. Studi literatur;

b. Survei lapangan; dan

c. Observasi.

Page 44: PENGANTARciptakarya.pu.go.id/plp/upload/peraturan/panduan_penyusunan_perda_prov... · 2.2.3 Penyusunan Rancangan Perda di Lingkungan DPRD 30 ... Gambar 3.1 Alur Penyusunan Naskah

44

PANDUAN PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI TENTANG PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK REGIONAL

Studi literatur dilakukan terhadap referensi-referensi bahan hukum, teknis, kelembagaan, dan lain-lain.

Studi Literatur referensi bahan hukum, diambil dari bahan hukum primer, sekunder, dan tersier. Bahan hukum primer, terdiri dari peraturan perundang-undangan yang terkait langsung dengan masalah pembentukan Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Air Limbah Domestik, di tingkat Pusat dan Daerah. Bahan hukum sekunder, berupa literatur-literatur ilmu hukum, hasil penelitian, literatur dan dokumen resmi lainnya yang terkait dengan masalah yang diteliti. Bahan hukum tersier, ialah kamus hukum, kamus bahasa dan kamus teknik yang dapat memperjelas istilah-istilah yang digunakan dalam penulisan naskah akademik ini.

Studi literatur referensi bahan teknis, kelembagaan dan lain-lain antara lain:

a. Teori-teori tentang pengelolaan air limbah domestik yang mendukung.

b. Dokumen perencanaan (Master Plan, Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota daerah Kajian, Buku Putih Sanitasi, Memorandum Program Sanitasi, Studi EHRA, dll)

c. Teori-teori tentang Kelembagaan.

Metoda Survei dan Observasi adalah berbeda dilihat dari interaksi yang dilakukan peneliti dengan obyek yang diteliti. Metoda Survei ialah metoda pengumpulan data penelitian yang berdasarkan pada komunikasi antara peneliti dengan responden (obyek yang diteliti). Data yang dikumpulkan berupa opini, sikap, pengalaman, atau karakteristik obyek yang diteliti secara individual atau kelompok. Metoda Observasi yakni proses pencatatan pola perilaku orang, obyek benda, atau kejadian sistematik tanpa adanya pertanyaan atau komunikasi antara peneliti dengan obyek penelitian1.

1 Indriantoro, N., & Supomo, B. (1999). Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen. Yogyakarta: BPFE

Page 45: PENGANTARciptakarya.pu.go.id/plp/upload/peraturan/panduan_penyusunan_perda_prov... · 2.2.3 Penyusunan Rancangan Perda di Lingkungan DPRD 30 ... Gambar 3.1 Alur Penyusunan Naskah

45

Dalam penyusunan naskah akademik, observasi lapangan dilakukan terhadap objek penelitian yang dianggap penting/terkait atau wilayah yang dianggap memiliki resiko air limbah domestik berdasarkan studi EHRA/persepsi dari perangkat daerah terkait, meliputi kondisi eksisting pengelolaan air limbah domestik, perilaku dan peran masyarakat dalam pengelolaan air limbah domestik, kelembagaan, kondisi ekonomi, sosial dan budaya masyarakat daerah kajian.

4. Teknik Analisis Data

Teknik Analisis Data dilakukan dengan metode deskriptif yuridis dan kualitatif, melalui proses interpretasi, penalaran konseptual dan kontekstualitasnya dengan masalah yang dikaji.

Hasil survei lapangan dan observasi disandingkan dengan hasil desk study, teori ,peraturan dan kebijakan-kebijakan yang kemudian dirumuskan untuk menjawab segala permasalahan yang dihadapi dalam hal pengelolaan air limbah domestik dalam kehidupan masyarakat di daerah kajian yang akhirnya dapat disimpulkan untuk menjawab segala permasalahan dengan sasaran akhir adalah muatan Rancangan Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Air Limbah Domestik yang akan dibentuk.

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTIK EMPIRIS

Memuat uraian mengenai materi yang bersifat teoretis, asas, praktik, perkembangan pemikiran, serta implikasi sosial, politik, dan ekonomi, keuangan daerah dari pengaturan dalam suatu Peraturan Daerah Provinsi tentang Pengelolaan Air Limbah Domestik Regional. Bab ini dapat diuraikan dalam beberapa sub bab berikut:

Page 46: PENGANTARciptakarya.pu.go.id/plp/upload/peraturan/panduan_penyusunan_perda_prov... · 2.2.3 Penyusunan Rancangan Perda di Lingkungan DPRD 30 ... Gambar 3.1 Alur Penyusunan Naskah

46

PANDUAN PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI TENTANG PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK REGIONAL

A. Kajian Teoritis

Kajian teoritis terdiri dari teori-teori yang mendukung dan dapat menjadi pisau analisis dalam evaluasi dan analisis permasalahan yang ada. Teori-teori ini antara lain:

1. Teori-teori terkait aspek hukum:

Teori-teori hukum sekurang-kurangnya tentang :

Kedudukan Peraturan Daerah dalam Hierarkhi peraturan perundang-undangan;

Fungsi Peraturan Daerah;

Asas-asas hukum kaitannya dalam evaluasi dan analisis peraturan perundang-undangan (asas hierarkhi perundang-undangan, Lex specialis derogate legi generalis, dan lex posteriori derogate legi apriori);

Kewenangan pembentukan peraturan perundang-undangan.

2. Teori-teori terkait pengelolaan air limbah domestik antara lain:

Pengertian, jenis, karakteristik dan klasifikasi air limbah domestik;

Dampak dari air limbah domestik;

Konsep penyelenggaraan pengelolaan air limbah domestik (sistem setempat dan sistem terpusat);

Aspek pengelolaan air limbah domestik (teknis, kelembagaan, pembiayaan, peran serta masyarakat, dll)

B. Kajian terhadap asas/prinsip yang terkait dengan penyusunan norma. Analisis terhadap penentuan asas-asas ini juga memperhatikan berbagai aspek bidang kehidupan terkait dengan peraturan perundang-undangan yang akan dibuat, yang berasal dari hasil penelitian.

Page 47: PENGANTARciptakarya.pu.go.id/plp/upload/peraturan/panduan_penyusunan_perda_prov... · 2.2.3 Penyusunan Rancangan Perda di Lingkungan DPRD 30 ... Gambar 3.1 Alur Penyusunan Naskah

47

Asas/prinsip yang terkait dengan pembentukan Perda adalah :

1. Prinsip-prinsip dasar dalam penyusunan perda;

2. Asas-asas pembentukan peraturan perundang-undangan;

3. Asas-asas materi muatan peraturan perundang-undangan.

C. Kajian terhadap praktik penyelenggaraan pengelolaan air limbah domestik saat ini dan akan datang serta permasalahan yang dihadapi oleh Pemerintah Daerah dan masyarakat.

Sub bab ini menguraikan dan menggambarkan hasil survei lapangan dan observasi tentang praktik penyelenggaraan, kondisi yang ada serta permasalahan yang dihadapi masyarakat daerah kajian, terkait penyelenggaraan pengelolaan air limbah domestik.

Hasil survey lapangan, observasi, kondisi dan permasalahan yang diuraikan dalam sub bab ini, sekurang-kurangnya memuat kajian tentang hal-hal berikut ini:

1. Kondisi geografis, kependudukan, ekonomi, sosial budaya dan kearifan lokal;

2. Kebijakan dan strategi pengelolaan air limbah domestik;

3. Kondisi eksisting pengelolaan air limbah domestik yang ada;

4. Jumlah dan kondisi sarana dan prasarana yang tersedia (IPLT, IPAL, MCK, dll);

5. Lembaga Pengelola yang ada (pemerintah dan masyarakat);

6. Pembiayaan/data-data keuangan (retribusi, APBD, dll)

D. Kajian terhadap implikasi penerapan sistem baru yang akan diatur dalam Rancangan Peraturan Daerah Provinsi tentang Pengelolaan Air Limbah Domestik Regional terhadap aspek penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dan kehidupan masyarakat dan dampaknya terhadap aspek beban keuangan daerah dan masyarakat.

Page 48: PENGANTARciptakarya.pu.go.id/plp/upload/peraturan/panduan_penyusunan_perda_prov... · 2.2.3 Penyusunan Rancangan Perda di Lingkungan DPRD 30 ... Gambar 3.1 Alur Penyusunan Naskah

48

PANDUAN PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI TENTANG PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK REGIONAL

Dalam sub bab ini sekurang-kurangnya menguraikan hasil kajian dan analisis tentang bagaimana implikasi terhadap kehidupan masyarakat dan beban keuangan daerah ketika kondisi ideal menurut teori-teori dan asas-asas pembentukan norma diterapkan untuk mengatasi permasalahan yang ada pada sub bab sebelumnya.

Hasil kajian dan analisis yang diuraikan dalam sub bab ini sekurang-kurangnya mengenai:

1. dampak terhadap kehidupan masyarakat dan beban keuangan daerah dalam pemenuhan prasarana dan sarana air limbah domestik sesuai kondisi ideal menurut teori.

2. dampak terhadap kehidupan masyarakat dan beban keuangan daerah dalam pemenuhan lembaga pengelola prasarana dan sarana air limbah domestik sesuai kondisi ideal menurut teori.

3. dampak terhadap kehidupan masyarakat dan beban keuangan daerah dalam pemenuhan pengaturan pelaksanaan (perkada) dari perda yang diterapkan.

4. dampak terhadap kehidupan masyarakat dan beban keuangan daerah dalam pemenuhan wadah pelibatan peran serta masyarakat.

Page 49: PENGANTARciptakarya.pu.go.id/plp/upload/peraturan/panduan_penyusunan_perda_prov... · 2.2.3 Penyusunan Rancangan Perda di Lingkungan DPRD 30 ... Gambar 3.1 Alur Penyusunan Naskah

49

5. bagaimana agar sistem baru yang akan diterapkan terhadap kearifan lokal daerah kajian yang berkembang di masyarakat yang perlu diperhitungkan atau dijaga dan dihormati, agar sistem baru yang akan diterapkan bisa sejalan dengan hal ini.

BAB III EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT

Bab ini memuat hasil kajian terhadap peraturan perundang-undangan terkait yang memuat kondisi hukum yang ada, keterkaitan Rancangan Peraturan Daerah Provinsi tentang Pengelolaan Air Limbah Domestik Regional dengan peraturan perundang-undangan lain, harmonisasi secara vertikal dan horizontal, serta status dari peraturan perundang-undangan yang ada, termasuk peraturan perundang-undangan yang dicabut dan dinyatakan tidak berlaku serta peraturan perundang-undangan yang masih tetap berlaku karena tidak bertentangan dengan Rancangan Peraturan Daerah Provinsi tentang Pengelolaan Air Limbah Domestik Regional.

Kajian tersebut diatas dimaksudkan untuk mengetahui kondisi hukum atau peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai substansi atau materi yang akan diatur. Dalam kajian ini akan diketahui posisi dari rancangan perda provinsi tentang pengelolaan air limbah domestik regional yang sedang disusun. Kajian ini dapat menggambarkan tingkat sinkronisasi, harmonisasi peraturan perundang-undangan yang ada, serta posisi rancangan perda untuk menghindari terjadinya tumpang tindih pengaturan. Hasil dari penjelasan atau uraian ini menjadi bahan bagi penyusunan landasan filosofis dan yuridis dari pembentukan rancangan perda. Proses evaluasi dan analisis peraturan perundang-undangan yang terkait dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:

1. Inventarisasi dan identifikasi peraturan perundangan-undangan yang berkaitan dengan pengelolaan air limbah domestik, baik yang secara vertikal maupun horisontal.

2. Inventarisasi perintah/amanat materi muatan yang perlu diatur dari peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi yang, terkait pengelolaan air limbah domestik.

3. Harmonisasi, dan sinkronisasi peraturan perundang-undangan yang terkait objek pengaturan dan lainnya baik secara horisontal maupun vertikal (misalnya tentang penyelenggaraan pemerintahan, ketataruangan, bangunan gedung, keuangan daerah, kelembagaan, bentuk pelibatan masyarakat), untuk menghindari tumpang tindih dan/atau pertentangan pengaturan.

Page 50: PENGANTARciptakarya.pu.go.id/plp/upload/peraturan/panduan_penyusunan_perda_prov... · 2.2.3 Penyusunan Rancangan Perda di Lingkungan DPRD 30 ... Gambar 3.1 Alur Penyusunan Naskah

50

PANDUAN PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI TENTANG PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK REGIONAL

4. Hasil kajian tersebut secara garis besar akan menjadi kelanjutan dari isi pada Bab IV (terutama pada landasan yuridis) dan akan menjadi acuan dalam menentukan materi muatan yang akan diatur dalam Rancangan Peraturan Daerah Provinsi tentang Pengelolaan Air Limbah Domestik Regional.

BAB IV LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS, DAN YURIDIS

1. Landasan Filosofis

Landasan filosofis merupakan pertimbangan atau alasan yang menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk mempertimbangkan pandangan hidup, kesadaran, dan cita hukum yang meliputi suasana kebatinan serta falsafah bangsa Indonesia yang bersumber dari Pancasila dan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Landasan filosofis dapat mengacu pada Alinea IV Pembukaan UUD 1945, yang berbunyi :

“Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa,…..”.

Artinya secara filosofis pengelolaan air limbah domestik adalah untuk mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia dalam melindungi rakyat serta berhak untuk hidup sejahtera dan mendapat lingkungan hidup yang baik.

2. Landasan Sosiologis

Landasan sosiologis merupakan pertimbangan atau alasan yang menggambarkan bahwa Rancangan Peraturan Daerah Provinsi tentang Pengelolaan Air Limbah Domestik Regional yang dibentuk untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam berbagai aspek antara lain aspek kesehatan dan lingkungan hidup. Landasan sosiologis tersebut sesungguhnya menyangkut fakta empiris mengenai perkembangan masalah air limbah domestik saat ini dan kebutuhan atau keinginan masyarakat dan Pemerintah Daerah di masa mendatang.

Page 51: PENGANTARciptakarya.pu.go.id/plp/upload/peraturan/panduan_penyusunan_perda_prov... · 2.2.3 Penyusunan Rancangan Perda di Lingkungan DPRD 30 ... Gambar 3.1 Alur Penyusunan Naskah

51

3. Landasan Yuridis

Landasan yuridis merupakan pertimbangan atau alasan yang menggambarkan bahwa Rancangan Peraturan Daerah Provinsi tentang Pengelolaan Air Limbah Domestik Regional yang dibentuk untuk mengatasi permasalahan air limbah domestik atau mengisi kekosongan hukum dengan mempertimbangkan aturan yang telah ada, yang akan diubah, atau yang akan dicabut guna menjamin kepastian hukum dan rasa keadilan masyarakat.

Landasan yuridis menyangkut persoalan hukum yang berkaitan dengan substansi atau materi yang diatur mengenai pengelolaan air limbah domestik sehingga perlu dibentuk Peraturan Daerah Provinsi tentang Pengelolaan Air Limbah Domestik Regional. Beberapa persoalan hukum itu, antara lain, peraturan yang sudah ketinggalan, peraturan yang tidak harmonis atau tumpang tindih, peraturan sudah ada tetapi tidak memadai, atau peraturannya memang sama sekali belum ada.

BAB V JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN, DAN RUANG LINGKUP MATERI MUATAN PERATURAN DAERAH

Naskah Akademik pada akhirnya berfungsi mengarahkan ruang lingkup materi muatan yang akan diatur dan subjek hukum yang akan dijangkau dalam Rancangan Peraturan Daerah Provinsi tentang Pengelolaan Air Limbah Domestik Regional. Dalam Bab ini, sebelum menguraikan ruang lingkup materi muatan, dirumuskan sasaran yang akan diwujudkan, arah dan jangkauan pengaturan. Materi didasarkan pada ulasan yang telah dikemukakan dalam bab sebelumnya. Selanjutnya mengenai ruang lingkup materi muatan pada dasarnya mencakup:

A. ketentuan umum memuat rumusan akademik mengenai pengertian istilah, dan frasa;

B. materi yang akan diatur;

C. ketentuan sanksi; dan

D. ketentuan peralihan.

Page 52: PENGANTARciptakarya.pu.go.id/plp/upload/peraturan/panduan_penyusunan_perda_prov... · 2.2.3 Penyusunan Rancangan Perda di Lingkungan DPRD 30 ... Gambar 3.1 Alur Penyusunan Naskah

52

PANDUAN PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI TENTANG PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK REGIONAL

Jangkauan pengaturan terkait dengan subjek hukum yang akan diatur dalam sebuah Peraturan Daerah Provinsi tentang Pengelolaan Air Limbah Domestik Regional adalah:

1. Pemerintah daerah;

2. Lembaga Pengelola (Operator);

3. Pelaku usaha;

4. Pengelola kawasan;

5. Masyarakat;

6. Penyidik;

7. Penegak Hukum; dan

8. Subyek hukum lainnya bila ada sesuai dengan kebutuhan daerah kajian masing-masing.

Materi muatan rancangan peraturan daerah tentang pengelolaan air limbah domestik dapat memuat:

1. Tujuan;

2. Tugas dan wewenang;

3. Penyelenggaraan SPALD Regional

4. Kelembagaan;

5. Pembiayaan;

6. Kerjasama dan kemitraan;

7. Kompensasi dampak lingkungan;

8. Pembinaan dan pengawasan

9. Larangan;

10. Penyelesaian sengketa;

11. Ketentuan sanksi; dan

12. Ketentuan peralihan;

13. Lainnya sesuai kebutuhan.

Page 53: PENGANTARciptakarya.pu.go.id/plp/upload/peraturan/panduan_penyusunan_perda_prov... · 2.2.3 Penyusunan Rancangan Perda di Lingkungan DPRD 30 ... Gambar 3.1 Alur Penyusunan Naskah

53

BAB VI PENUTUP

Bab penutup terdiri atas sub bab simpulan dan saran.

A. Simpulan

Simpulan memuat rangkuman pokok pikiran yang berkaitan dengan praktik penyelenggaraan, pokok elaborasi teori, dan asas yang telah diuraikan dalam bab sebelumnya.

B. Saran

Saran memuat antara lain:

1. Perlunya pemilahan substansi Naskah Akademik dalam suatu Rancangan Peraturan Daerah Provinsi tentang Pengelolaan Air Limbah Domestik Regional atau peraturan dibawahnya berupa Peraturan Bupati/Walikota.

2. Rekomendasi skala prioritas penyusunan Rancangan Peraturan Daerah Provinsi tentang Pengelolaan Air Limbah Domestik regional dalam Program Pembentukan Peraturan Daerah (Propemperda)

3. Kegiatan lain yang diperlukan untuk mendukung penyempurnaan penyusunan Naskah Akademik lebih lanjut.

DAFTAR PUSTAKA

Daftar pustaka memuat buku, peraturan perundang-undangan yang menjadi bahan penyusunan Naskah Akademik.

LAMPIRAN

KONSEP RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI TENTANG PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK REGIONAL

Page 54: PENGANTARciptakarya.pu.go.id/plp/upload/peraturan/panduan_penyusunan_perda_prov... · 2.2.3 Penyusunan Rancangan Perda di Lingkungan DPRD 30 ... Gambar 3.1 Alur Penyusunan Naskah

54

PANDUAN PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI TENTANG PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK REGIONAL

3.3 TAHAPAN PENYUSUNAN

Mekanisme penyusunan naskah akademik sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015 tentang Pembentukan Peraturan Daerah, adalah sebagai berikut:

1. Pemrakarsa menyiapkan/menyusun naskah akademik. Dalam menyusun naskah akademik ini, pemrakarsa mengikutsertakan perangkat daerah yang membidangi hukum (bagian hukum).

2. Naskah akademik yang telah disusun oleh pemrakarsa kemudian disampaikan kepada perangkat daerah yang membidangi hukum untuk dilakukan penyelarasan.

3. Penyelarasan dilakukan oleh perangkat daerah yang membidangi hukum dan diselenggarakan dalam bentuk rapat penyelarasan yang mengundang (mengikutsertakan) para pemangku kepentingan.

4. Perangkat daerah yang membidangi hukum menyampaikan naskah akademik hasil penyelarasan kepada sekretaris daerah.

5. Sekretaris daerah kemudian menyampaikan kembali naskah akademik hasil penyelarasan kepada perangkat daerah (pemrakarsa) disertai dengan penjelasan hasil penyelarasan. (Alur penyusunan naskah akademik seperti pada Gambar dibawah)

PENYUSUNAN KONSEPAWAL NA

PENYUSUNAN KONSEPAWAL NA

rapat penyelarasanna

rapat penyelarasanna

penyampaianna hasil

penyelarasan

penyampaianna hasil

penyelarasan

SKPD Pemrakarsa menyusunkonsep awal NA dengan melibatkanBagian Hukum.

Konsep awal NA kemudiandisampaikan kepada Bagian Hukum

SKPD Pemrakarsa menyusunkonsep awal NA dengan melibatkanBagian Hukum.

Konsep awal NA kemudiandisampaikan kepada Bagian Hukum

Bagian Hukummenyelenggarakan rapat

penyelarasan dengan parapemangku kepentingan

Bagian Hukummenyelenggarakan rapat

penyelarasan dengan parapemangku kepentingan

NA hasil penyelarasandisampaikan kepada

perangkat daerah(pemrakarsa) melalui

sekretaris daerah disertaidengan penjelasan hasil

penyelarasan

Gambar 3.1 Alur Penyusunan Naskah Akademik di Lingkungan Pemerintah Daerah

Page 55: PENGANTARciptakarya.pu.go.id/plp/upload/peraturan/panduan_penyusunan_perda_prov... · 2.2.3 Penyusunan Rancangan Perda di Lingkungan DPRD 30 ... Gambar 3.1 Alur Penyusunan Naskah

55

Page 56: PENGANTARciptakarya.pu.go.id/plp/upload/peraturan/panduan_penyusunan_perda_prov... · 2.2.3 Penyusunan Rancangan Perda di Lingkungan DPRD 30 ... Gambar 3.1 Alur Penyusunan Naskah

56

PANDUAN PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI TENTANG PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK REGIONAL

Page 57: PENGANTARciptakarya.pu.go.id/plp/upload/peraturan/panduan_penyusunan_perda_prov... · 2.2.3 Penyusunan Rancangan Perda di Lingkungan DPRD 30 ... Gambar 3.1 Alur Penyusunan Naskah

57BAB 4PENYUSUNAN RANCANGAN PERDA PROVINSI TENTANG PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK REGIONAL

4.1 TEKNIK PENYUSUNAN

4.1.1 Judul Rancangan Peraturan Daerah

UU No. 12 Tahun 2011 menguraikan bahwa, Judul Rancangan Peraturan Daerah Provinsi memuat keterangan mengenai jenis, nomor, tahun pengundangan atau penetapan, dan nama Rancangan Peraturan Daerah Provinsi. Nama Rancangan Peraturan Daerah Provinsi dibuat secara singkat dengan hanya menggunakan 1 (satu) kata atau frasa tetapi secara esensial maknanya telah dan mencerminkan isi Rancangan Peraturan Daerah Provinsi.

Pemilihan nama Rancangan Peraturan Daerah Provinsi untuk urusan air limbah sangat bergantung kepada materi muatan yang akan diatur di dalamnya. Isi/muatan yang akan diatur dalam Rancangan Peraturan Daerah Provinsi mengenai air limbah domestik merupakan delegasi kewenangan dari peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi yang berkaitan dengan urusan air limbah, dan muatan lainnya sesuai kebutuhan daerah dalam rangka melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan sesuai kewenangannya. Artinya dalam menetapkan judul Rancangan Peraturan Daerah Provinsi ada batasan-batasan, yaitu:

1. cerminan isi yang akan diatur; dan

2. kewenangan provinsi.

Page 58: PENGANTARciptakarya.pu.go.id/plp/upload/peraturan/panduan_penyusunan_perda_prov... · 2.2.3 Penyusunan Rancangan Perda di Lingkungan DPRD 30 ... Gambar 3.1 Alur Penyusunan Naskah

58

PANDUAN PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI TENTANG PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK REGIONAL

Kewenangan daerah provinsi menurut UU No. 23 Tahun 2014 Pasal 13 ayat (3) adalah:

a. Urusan Pemerintahan yang lokasinya lintas Daerah kabupaten/kota;

b. Urusan Pemerintahan yang penggunanya lintas Daerah kabupaten/kota;

c. Urusan Pemerintahan yang manfaat atau dampak negatifnya lintas Daerah kabupaten/kota; dan/atau

d. Urusan Pemerintahan yang penggunaan sumber dayanya lebih efisien apabila dilakukan oleh Daerah Provinsi.

Untuk sub urusan air limbah menurut UU No. 23 Tahun 2014, kewenangan Provinsi adalah Pengelolaan dan pengembangan sistem air limbah domestik regional dalam Daerah provinsi. Hal ini berarti Daerah provinsi dalam rangka menyelenggarakan urusan pemerintahan sub urusan air limbah diberi kewenangan untuk mengatur:

a. Pengelolaan; dan

b. Pengembangan sistem air limbah domestik regional

Dan yang dimaksud dengan regional adalah apabila lokasinya, penggunanya dan manfaat atau dampak negatifnya lintas daerah kabupaten/kota.

Jelas dari batasan isi dan kewenangan sebagaimana diuraikan ditas, nama/judul adalah Rancangan Peraturan Daerah Provinsi dalam rangka menyelenggarakan tugas pembantuan sub urusan air limbah adalah “Pengelolaan Air Limbah Domestik Regional. Adapun jika ingin mengatur jenis air limbah selain air limbah domestik (misal: air limbah industri) sebaiknya diatur dengan Peraturan Daerah tersendiri.

Page 59: PENGANTARciptakarya.pu.go.id/plp/upload/peraturan/panduan_penyusunan_perda_prov... · 2.2.3 Penyusunan Rancangan Perda di Lingkungan DPRD 30 ... Gambar 3.1 Alur Penyusunan Naskah

59

Contoh Peraturan Daerah Provinsi:

PERATURAN DAERAH PROVINSI ……..

NOMOR … TAHUN …

TENTANG

PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK REGIONAL

4.1.2 Pembukaan

Pembukaan Peraturan Daerah menurut ketentuan dalam UU No. 12 Tahun 2011, terdiri atas:

a. Frasa Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa

Pada pembukaan tiap jenis Rancangan Peraturan Daerah dicantumkan Frasa Dengan Rahmat Tuhan yang Maha Esa yang ditulis seluruhnya dengan huruf kapital yang diletakkan di tengah marjin.

b. Jabatan pembentuk Rancangan Peraturan Daerah

Jabatan pembentuk Rancangan Peraturan Daerah ditulis seluruhnya dengan huruf kapital yang diletakkan di tengah marjin dan diakhiri dengan tanda baca koma.

Contoh jabatan pembentuk Peraturan Daerah Provinsi:

GUBERNUR JAWA BARAT,

c. Konsiderans Menimbang

Konsiderans memuat uraian singkat mengenai pokok pikiran yang menjadi pertimbangan dan alasan pembentukan Rancangan Peraturan Daerah. Pokok pikiran pada konsiderans Rancangan Peraturan Daerah menurut UU No. 12 Tahun 2011, memuat unsur filosofis, sosiologis, dan yuridis yang menjadi pertimbangan dan alasan pembentukan Rancangan Peraturan Daerah yang penulisannya ditempatkan secara berurutan dari filosofis, sosiologis, dan yuridis.

Page 60: PENGANTARciptakarya.pu.go.id/plp/upload/peraturan/panduan_penyusunan_perda_prov... · 2.2.3 Penyusunan Rancangan Perda di Lingkungan DPRD 30 ... Gambar 3.1 Alur Penyusunan Naskah

60

PANDUAN PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI TENTANG PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK REGIONAL

Ada 2 (dua) alternatif Konsiderans Menimbang Rancangan Peraturan Daerah Provinsi tentang Pengelolaan Air Limbah Domestik Regional, yaitu:

Alternatif Pertama yang memuat keseluruhan unsur filosofis, sosiologis, dan yuridis sebagai berikut:

1. Unsur filosofis menggambarkan bahwa Rancangan Peraturan Daerah Provinsi tentang Pengelolaan Air Limbah Domestik Regional dibentuk dengan mempertimbangkan pandangan hidup, kesadaran, dan cita hukum yang meliputi suasana kebatinan serta falsafah bangsa Indonesia yang bersumber dari Pancasila dan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

2. Unsur sosiologis menggambarkan bahwa Rancangan Peraturan Daerah Provinsi tentang Pengelolaan Air Limbah Domestik Regional dibentuk untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam berbagai aspek.

3. Unsur yuridis menggambarkan bahwa Rancangan Peraturan Daerah Provinsi tentang Pengelolaan Air Limbah Domestik Regional dibentuk untuk mengatasi permasalahan hukum atau mengisi kekosongan hukum dengan mempertimbangkan aturan yang telah ada, yang akan diubah, atau yang akan dicabut guna menjamin kepastian hukum dan rasa keadilan masyarakat.

Contoh Konsiderans Menimbang Rancangan Peraturan Daerah Provinsi tentang Pengelolaan Air Limbah Domestik Regional memuat landasan filosofis, sosiologis, dan yuridis

Menimbang : a. bahwa lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan hak asasi setiap warga negara Indonesia sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 28 H Undang-Undang Dasar Negara Tahun 1945;

b. bahwa dalam rangka mewujudkan lingkungan yang bebas dari air limbah domestik yang dapat menimbulkan pencemaran air dan lingkungan, maka perlu dilakukan pengelolaan air limbah domestik secara komprehensif dan terpadu dari hulu ke hilir;

Page 61: PENGANTARciptakarya.pu.go.id/plp/upload/peraturan/panduan_penyusunan_perda_prov... · 2.2.3 Penyusunan Rancangan Perda di Lingkungan DPRD 30 ... Gambar 3.1 Alur Penyusunan Naskah

61

c. bahwa dalam pengelolaan air limbah domestik regional diperlukan kepastian hukum, kejelasan tugas dan wewenang bagi Pemerintah Daerah dan Pemerintah Kabupaten/Kota serta hak dan kewajiban masyarakat dan pelaku usaha sehingga pengelolaan air limbah domestik dapat berjalan secara proporsional, efektif dan efisien;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu membentuk Peraturan Daerah Provinsi tentang Pengelolaan Air Limbah Domestik Regional.

Alternatif Kedua, cukup memuat satu pertimbangan yang berisi uraian ringkas mengenai perlunya melaksanakan ketentuan pasal atau beberapa pasal dari Undang-Undang atau Peraturan Pemerintah yang memerintahkan pembentukan Peraturan Daerah tersebut dengan menunjuk pasal atau beberapa pasal dari Undang-Undang atau Peraturan Pemerintah yang memerintahkan pembentukannya.

Mengingat saat ini belum ada Undang-Undang atau Peraturan Pemerintah yang memerintahkan secara langsung pembentukan Peraturan Daerah untuk pengelolaan air limbah domestik, maka alternatif pertama dapat digunakan sebagai dasar konsiderans menimbang.

Page 62: PENGANTARciptakarya.pu.go.id/plp/upload/peraturan/panduan_penyusunan_perda_prov... · 2.2.3 Penyusunan Rancangan Perda di Lingkungan DPRD 30 ... Gambar 3.1 Alur Penyusunan Naskah

62

PANDUAN PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI TENTANG PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK REGIONAL

d. Dasar Hukum

Dasar hukum diawali dengan kata Mengingat.

Dasar hukum memuat:

a. dasar kewenangan pembentukan Peraturan Daerah;

b. peraturan perundang-undangan yang memerintahkan pembentukan Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Air Limbah Domestik.

Dasar kewenangan daerah membentuk Peraturan Daerah adalah:

• Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

• Undang-Undang tentang Pembentukan Daerah yang bersangkutan; dan

• Undang-Undang tentang Pemerintah Daerah yaitu Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014.

Jika terdapat Peraturan Perundang-undangan di bawah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang memerintahkan secara langsung pembentukan Peraturan Perundang-undangan, Peraturan Perundang-undangan tersebut dimuat di dalam dasar hukum. Saat ini belum terdapat Peraturan Perundang-undangan setingkat Undang-Undang yang memerintahkan secara langsung pembentukan Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Air Limbah Domestik.

Peraturan perundang-undangan yang digunakan sebagai dasar hukum hanya Peraturan Perundang-undangan yang tingkatannya sama atau lebih tinggi.

Jika jumlah Peraturan Perundang-undangan yang dijadikan dasar hukum lebih dari satu, urutan pencantuman perlu memperhatikan tata urutan Peraturan Perundang-undangan dan jika tingkatannya sama disusun secara kronologis berdasarkan saat pengundangan atau penetapannya.

Penulisan Undang–Undang dan Peraturan Pemerintah, dalam dasar hukum dilengkapi dengan pencantuman Lembaran Negara Republik Indonesia dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia yang diletakkan di antara tanda baca kurung.

Page 63: PENGANTARciptakarya.pu.go.id/plp/upload/peraturan/panduan_penyusunan_perda_prov... · 2.2.3 Penyusunan Rancangan Perda di Lingkungan DPRD 30 ... Gambar 3.1 Alur Penyusunan Naskah

63

e. Diktum.

Diktum terdiri atas:

a. kata Memutuskan;

b. kata Menetapkan; dan

c. jenis dan nama Peraturan Perundang-undangan.

Kata Memutuskan ditulis seluruhnya dengan huruf kapital tanpa spasi di antara suku kata dan diakhiri dengan tanda baca titik dua serta diletakkan di tengah marjin.

Contoh:

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

dan

GUBERNUR JAWA BARAT

MEMUTUSKAN:

Kata Menetapkan dicantumkan sesudah kata Memutuskan yang disejajarkan ke bawah dengan kata Menimbang dan Mengingat. Huruf awal kata Menetapkan ditulis dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda baca titik dua.

Jenis dan nama yang tercantum dalam judul Peraturan Daerah dicantumkan lagi setelah kata Menetapkan tanpa frasa Kabupaten atau Kota, serta ditulis seluruhnya dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda baca titik.

Page 64: PENGANTARciptakarya.pu.go.id/plp/upload/peraturan/panduan_penyusunan_perda_prov... · 2.2.3 Penyusunan Rancangan Perda di Lingkungan DPRD 30 ... Gambar 3.1 Alur Penyusunan Naskah

64

PANDUAN PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI TENTANG PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK REGIONAL

Contoh:

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK REGIONAL.

4.1.3 Batang Tubuh Rancangan Peraturan Daerah

Batang tubuh Peraturan Daerah memuat semua materi muatan Peraturan Daerah Provinsi tentang Pengelolaan Air Limbah Domestik Regional yang dirumuskan dalam pasal atau beberapa pasal. Pada umumnya materi muatan dalam batang tubuh dikelompokkan ke dalam:

1. Ketentuan Umum

Menurut UU No. 12 Tahun 2011, bahwa Ketentuan umum diletakkan dalam bab satu. Jika dalam Peraturan Perundang-undangan tidak dilakukan pengelompokan bab, ketentuan umum diletakkan dalam pasal atau beberapa pasal awal. Ketentuan Umum dapat memuat lebih dari satu pasal. Ketentuan umum berisi:

a. batasan pengertian atau definisi;

b. singkatan atau akronim yang dituangkan dalam batasan pengertian atau definisi; dan/atau

c. hal-hal lain yang bersifat umum yang berlaku bagi pasal atau beberapa pasal berikutnya antara lain ketentuan yang mencerminkan asas, maksud, dan tujuan tanpa dirumuskan tersendiri dalam pasal atau bab.

Batasan pengertian atau definisi yang termuat dalam Ketentuan Umum menurut UU No. 12 Tahun 2011, sebagai berikut:

a. Jika ketentuan umum memuat batasan pengertian atau definisi, singkatan atau akronim lebih dari satu, maka masing-masing uraiannya diberi nomor urut dengan angka Arab dan diawali dengan huruf kapital serta diakhiri dengan tanda baca titik.

b. Kata atau istilah yang dimuat dalam ketentuan umum hanyalah kata atau istilah yang digunakan berulang-ulang di dalam pasal atau beberapa pasal selanjutnya.

Page 65: PENGANTARciptakarya.pu.go.id/plp/upload/peraturan/panduan_penyusunan_perda_prov... · 2.2.3 Penyusunan Rancangan Perda di Lingkungan DPRD 30 ... Gambar 3.1 Alur Penyusunan Naskah

65

c. Apabila rumusan definisi dari Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, atau Peraturan Menteri dirumuskan kembali dalam Peraturan Daerah, rumusan definisi tersebut harus sama dengan rumusan definisi dengan peraturan perundang-undangan yang telah berlaku tersebut.

d. Rumusan batasan pengertian dari Peraturan Daerah dapat berbeda dengan rumusan dalam Peraturan Daerah yang ada karena disesuaikan dengan kebutuhan terkait dengan materi muatan yang akan diatur.

e. Jika suatu kata atau istilah hanya digunakan satu kali, namun kata atau istilah itu diperlukan pengertiannya untuk suatu bab, bagian atau paragraf tertentu, kata atau istilah itu diberi definisi.

f. Jika suatu batasan pengertian atau definisi perlu dikutip kembali di dalam ketentuan umum suatu peraturan pelaksanaan, maka rumusan batasan pengertian atau definisi di dalam peraturan pelaksanaan harus sama dengan rumusan batasan pengertian atau definisi yang terdapat di dalam peraturan lebih tinggi yang dilaksanakan tersebut.

g. Karena batasan pengertian atau definisi, singkatan, atau akronim berfungsi untuk menjelaskan makna suatu kata atau istilah maka batasan pengertian atau definisi, singkatan, atau akronim tidak perlu diberi penjelasan, dan karena itu harus dirumuskan dengan lengkap dan jelas sehingga tidak menimbulkan pengertian ganda.

h. Penulisan huruf awal tiap kata atau istilah yang sudah didefinisikan atau diberi batasan pengertian dalam ketentuan umum ditulis dengan huruf kapital baik digunakan dalam norma yang diatur, penjelasan maupun dalam lampiran.

i. Urutan penempatan kata atau istilah dalam ketentuan umum mengikuti ketentuan sebagai berikut:

1) pengertian yang mengatur tentang lingkup umum ditempatkan lebih dahulu dari yang berlingkup khusus;

2) pengertian yang terdapat lebih dahulu di dalam materi pokok yang diatur ditempatkan dalam urutan yang lebih dahulu; dan

3) pengertian yang mempunyai kaitan dengan pengertian di atasnya diletakkan berdekatan secara berurutan.

Page 66: PENGANTARciptakarya.pu.go.id/plp/upload/peraturan/panduan_penyusunan_perda_prov... · 2.2.3 Penyusunan Rancangan Perda di Lingkungan DPRD 30 ... Gambar 3.1 Alur Penyusunan Naskah

66

PANDUAN PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI TENTANG PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK REGIONAL

2. Materi Pokok yang Diatur

Materi muatan Peraturan Daerah Provinsi berisi materi muatan dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan serta menampung kondisi khusus daerah dan/atau penjabaran lebih lanjut Peraturan Perundang- undangan yang lebih tinggi. Analisis kebutuhan akan materi pokok tersebut diuraikan dalam Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Provinsi tentang Pengelolaan Air Limbah Domestik Regional.

3. Ketentuan Pidana (jika diperlukan)

Rumusan ketentuan pidana harus menyebutkan secara tegas norma larangan atau norma perintah yang dilanggar dan menyebutkan pasal atau beberapa pasal yang memuat norma larangan. Sehubungan adanya perbedaan antara tindak pidana kejahatan dan tindak pidana pelanggaran di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, rumusan ketentuan harus menyatakan secara tegas kualifikasi dari perbuatan yang diancan dengan pidana itu sebagai pelanggaran atau kejahatan. Dalam merumuskan Ketentuan Pidana perlu dihindari kualifikasi pidana yang sudah diatur dalam Undang-Undang.

4. Ketentuan Peralihan (jika diperlukan)

Ketentuan Peralihan memuat penyesuaian pengaturan tindakan hukum atau hubungan hukum yang sudah ada berdasarkan Peraturan Daerah yang lama (bila ada) terhadap Peraturan Daerah yang baru, dengan bertujuan untuk: (a) menghindari terjadinya kekosongan hukum; (b) menjamin kepastian hukum; (c) memberikan perlindungan hukum bagi pihak yang terkena dampak perubahan ketentuan yang termuat dalam Peraturan Daerah Provinsi tentang Pengelolaan Air Limbah Domestik Regional; (d) mengatur hal-hal yang bersifat transisional atau bersifat sementara.

5. Ketentuan Penutup

Ketentuan Penutup ditempatkan dalam bab terakhir. Jika tidak diadakan pengelompokan bab, Ketentuan Penutup ditempatkan dalam pasal atau beberapa pasal terakhir. Pada umumnya Ketentuan Penutup memuat ketentuan mengenai: (a) penunjukan organ atau alat kelengkapan yang melaksanakan Peraturan Daerah; (b) nama singkat Peraturan Daerah (bila diperlukan); (c) status Peraturan Daerah yang sudah ada; (d) saat mulai berlaku Peraturan Daerah.

Page 67: PENGANTARciptakarya.pu.go.id/plp/upload/peraturan/panduan_penyusunan_perda_prov... · 2.2.3 Penyusunan Rancangan Perda di Lingkungan DPRD 30 ... Gambar 3.1 Alur Penyusunan Naskah

67

4.1.4 Penutup

Penutup merupakan bagian akhir Peraturan Daerah yang memuat: (a) rumusan perintah pengundangan dan penempatan Peraturan Daerah dalam Lembaran Daerah Provinsi, Berita Daerah Provinsi; (b) penandatanganan pengesahan atau penetapan Peraturan Daerah; (c) pengundangan atau penetapan Peraturan Daerah; (d) akhir bagian penutup.

Rumusan perintah pengundangan dan penempatan Peraturan Daerah dalam Lembaran Daerah atau Berita Daerah yang berbunyi sebagai berikut:

Contoh:

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat.

4.1.5 Penjelasan

Menurut UU No. 12 Tahun 2011, bahwa setiap Undang-Undang, Peraturan Daerah Provinsi dan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota diberi penjelasan. Penjelasan berfungsi sebagai tafsir resmi pembentuk Peraturan Perundang-undangan atas norma tertentu dalam batang tubuh. Oleh karena itu, penjelasan hanya memuat uraian terhadap kata, frasa, kalimat atau padanan kata/istilah asing dalam norma yang dapat disertai dengan contoh. Penjelasan sebagai sarana untuk memperjelas norma dalam batang tubuh tidak boleh mengakibatkan terjadinya ketidakjelasan dari norma yang dimaksud.

Ketentuan mengenai penjelasan menurut UU No. 12 Tahun 2011, sebagai berikut:

a. Penjelasan tidak dapat digunakan sebagai dasar hukum untuk membuat peraturan lebih lanjut dan tidak boleh mencantumkan rumusan yang berisi norma.

b. Penjelasan tidak menggunakan rumusan yang isinya memuat perubahan terselubung terhadap ketentuan Peraturan Daerah.

Judul penjelasan sama dengan judul Peraturan Daerah Provinsi yang diawali dengan frasa penjelasan atas yang ditulis dengan huruf kapital.

Page 68: PENGANTARciptakarya.pu.go.id/plp/upload/peraturan/panduan_penyusunan_perda_prov... · 2.2.3 Penyusunan Rancangan Perda di Lingkungan DPRD 30 ... Gambar 3.1 Alur Penyusunan Naskah

68

PANDUAN PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI TENTANG PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK REGIONAL

Contoh:

PENJELASAN

ATAS

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

NOMOR … TAHUN …

TENTANG

PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK REGIONAL

Penjelasan Peraturan Daerah memuat penjelasan umum dan penjelasan pasal demi pasal.Rincian penjelasan umum dan penjelasan pasal demi pasal diawali dengan angka Romawi dan ditulis dengan huruf kapital.

Contoh:

I. UMUM

II. PASAL DEMI PASAL

Rumusan penjelasan pasal demi pasal memperhatikan hal sebagai berikut:

a. tidak bertentangan dengan materi pokok yang diatur dalam batang tubuh;

b. tidak memperluas, mempersempit atau menambah pengertian norma yang ada dalam batang tubuh;

c. tidak melakukan pengulangan atas materi pokok yang diatur dalam batang tubuh;

d. tidak mengulangi uraian kata, istilah, frasa, atau pengertian yang telah dimuat di dalam ketentuan umum; dan/atau

e. tidak memuat rumusan pendelegasian

Ketentuan umum yang memuat batasan pengertian atau definisi dari kata atau istilah, tidak perlu diberikan penjelasan.

Page 69: PENGANTARciptakarya.pu.go.id/plp/upload/peraturan/panduan_penyusunan_perda_prov... · 2.2.3 Penyusunan Rancangan Perda di Lingkungan DPRD 30 ... Gambar 3.1 Alur Penyusunan Naskah

69

4.2 MATERI MUATAN

Materi muatan suatu peraturan perundang-undangan sebagaimana tercantum dalam Pasal 1 angka 13 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 adalah materi yang dimuat dalam peraturan perundang-undangan sesuai dengan jenis, fungsi dan hirarki peraturan perundang-undangan.

Pasal 6 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 menyatakan bahwa materi muatan peraturan perundang-undangan harus mencerminkan asas:

a. Pengayoman

Bahwa setiap materi Peraturan Perundang-undangan harus berfungsi memberikan perlindungan dalam rangka menciptakan ketentraman masyarakat.

b. Kemanusiaan

Bahwa setiap materi Peraturan Perundang-undangan harus mencerminkan perlindungan dan penghormatan hak-hak asasi manusia serta harkat dan martabat setiap warga Negara dan penduduk Indonesia secara proporsional.

c. Kebangsaan

Bahwa setiap materi Peraturan Perundang-undangan harus mencerminkan sifat dan watak bangsa Indonesia yang pluralistic (kebhinnekaan) dengan tetap menjaga prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia.

d. Kekeluargaan

Bahwa setiap materi Peraturan Perundang-undangan harus mencerminkan musyawarah untuk mencapai mufakat dalam setiap pengambilan keputusan.

e. Kenusantaraan

Bahwa setiap materi Peraturan Perundang-undangan senantiasa memperhatikan kepentingan seluruh wilayah Indonesia dan materi muatan Peraturan Perundang-undangan yang dibuat di daerah merupakan bagian dari sistem hukum nasional yang berdasarkan Pancasila.

f. Bhineka Tunggal Ika

Bahwa setiap materi Peraturan Perundang-undangan harus memperhatikan keragaman penduduk, agama, suku, dan golongan, kondisi khusus daerah, dan budaya khususnya yang menyangkut masalah-masalah sensitif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Page 70: PENGANTARciptakarya.pu.go.id/plp/upload/peraturan/panduan_penyusunan_perda_prov... · 2.2.3 Penyusunan Rancangan Perda di Lingkungan DPRD 30 ... Gambar 3.1 Alur Penyusunan Naskah

70

PANDUAN PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI TENTANG PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK REGIONAL

g. Keadilan

Bahwa setiap materi Peraturan Perundang-undangan harus mencerminkan keadilan secara proporsional bagi setiap warga negara tanpa kecuali.

h. Kesamaan Kedudukan dalam Hukum dan Pemerintahan

Bahwa setiap materi Peraturan Perundang-undangan tidak boleh berisi hal-hal yang bersifat membedakan berdasarkan latar belakang, antara lain: agama, suku, ras, golongan, gender, atau status sosial.

i. Ketertiban dan Kepastian Hukum

Bahwa setiap materi Peraturan Perundang-undangan harus menimbulkan ketertiban dalam masyarakat melalui jaminan adanya kepastian hukum.

j. Keseimbangan, Keserasian, dan Keselarasan

Bahwa setiap materi Peraturan Perundang-undangan harus mencerminkan keseimbangan, keserasian, dan keselarasan, antara kepentingan individu dan masyarakat dengan kepentingan bangsa dan negara.

Materi muatan Peraturan Daerah telah diatur dengan jelas dalam Pasal 14 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011, yang berbunyi sebagai berikut:

“Materi muatan Peraturan Daerah Provinsi dan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota berisi materi muatan dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan serta menampung kondisi khusus daerah dan/atau penjabaran lebih lanjut peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi”.

Secara umum materi muatan Peraturan Daerah merupakan:

a. Pengaturan lebih lanjut dengan cara menjabarkan asas dan/atau prinsip dan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi ke dalam ketentuan lebih operasional. Konsep penjabaran mengandung makna adanya upaya untuk merinci atau menguraikan norma-norma yang terkandung dalam setiap asas, prinsip, dan ketentuan yang ada pada peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi untuk dinormakan lebih lanjut atau distrukturkan kembali yang perlu dan/atau layak untuk dikembangkan sesuai kebutuhan daerah.

Salah satu wujud penjabaran ketentuan peraturan yang lebih tinggi, Peraturan Daerah dapat berupa delegasi kewenangan/perintah dari peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dan/atau materi muatan yang diatur sesuai kewenangan pemerintah daerah dalam rangka penyelenggaraan otonomi dan tugas pembantuan. Delegasi kewenangan dapat berupa perintah tegas1 dan perintah yang tidak tegas.

1 Perintah tegas adalah perintah yang secara jelas dan tegas menyebutkan bentuk pengaturan dan/atau pendelegasian pengaturannya

Page 71: PENGANTARciptakarya.pu.go.id/plp/upload/peraturan/panduan_penyusunan_perda_prov... · 2.2.3 Penyusunan Rancangan Perda di Lingkungan DPRD 30 ... Gambar 3.1 Alur Penyusunan Naskah

71

Yang dapat masuk dalam kategori perintah tidak tegas yaitu:

1. Perintah pengaturan memang ada tetapi tidak tegas menentukan bentuk pengaturan yang dipilih sebagai tempat penuangan materi ketentuan yang didelegasikan pengaturannya;

2. Perintah pengaturan memang ada, tetapi tidak ditentukan secara jelas lembaga yang diberi delegasi kewenangan atau bentuk pengaturan yang harus ditetapkan untuk menuangkan materi yang didelegasikan.

3. Perintah pengaturan sama sekali tidak disebut atau tidak ditentukan dalam peraturan perundang-undangan, akan tetapi sudah sangat dibutuhkan dalam menjawab permasalahan yang terjadi.

Materi muatan Peraturan Daerah sebaiknya bukan merupakan pengulangan rumusan yang telah ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi melainkan penjabaran atau operasionalisasinya. Sebetulnya, tanpa dilakukan perumusan ulang menjadi materi muatan Peraturan Daerah, semua asas, prinsip-prinsip, dan ketentuan atau norma yang termuat dalam peraturan perundang-undangan lebih tinggi secara otomatis tetap berlaku dan sifatnya mengikat bagi daerah.

Namun demikian, kadangkala saat merumuskan materi muatan Rancangan Peraturan Daerah yang lebih operasional kesulitan sering kali dialami, antara lain karena peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi ternyata telah mengatur rinci, sementara peraturan perundang-undangan tersebut memberikan mandat untuk diatur dengan Peraturan Daerah. Dalam konteks tersebut, maka materi muatan Peraturan Daerah dapat mengatur hal yang sama dengan materi muatan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi tersebut.

b. Peraturan bersifat teknis operasional namun masih bersifat regulatif umum. Bersifat teknis operasional yang dimaksud adalah bahwa materi muatan Peraturan Daerah lebih mengkonkretkan, serta dapat dilaksanakan baik oleh Pemerintah Daerah atau Perangkat Daerah selaku pelaksana urusan pemerintahan di daerah maupun bagi masyarakat dalam menjalankan kewajiban yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah. Sedangkan bersifat regulatif umum, mengandung makna yaitu materi muatan yang diatur dalam Peraturan Daerah memberikan kepastian mengenai hak dan kewajiban dari subjek hukum serta bersifat mengatur dengan konsekuensi mempunyai daya pemaksa/pengikat atau sanksi bagi yang tidak melaksanakan.

c. Sebagai media hukum bagi Kepala Daerah dalam rangka mewujudkan komitmen dan/atau aspirasi atau keinginan atau harapan yang disampaikan kepada dan/atau dari masyarakat dalam rangka mewujudkan visi dan misi pembangunan daerah dan melaksanakan kebijakan nasional. Hal tersebut terlepas dari anggaran. Besar kecil anggaran ditentukan oleh Dewan Perwakilan Rayat Daerah (DPRD), karena anggaran

Page 72: PENGANTARciptakarya.pu.go.id/plp/upload/peraturan/panduan_penyusunan_perda_prov... · 2.2.3 Penyusunan Rancangan Perda di Lingkungan DPRD 30 ... Gambar 3.1 Alur Penyusunan Naskah

72

PANDUAN PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI TENTANG PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK REGIONAL

menjadi wewenang DPRD berdasarkan UU Nomor 27 Tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD. Sehubungan itu, penyelenggaraan pengelolaan air limbah domestik selain ditentukan oleh komitmen Kepala Daerah, peran aktif masyarakat, dan juga ditentukan oleh DPRD berkaitan dengan anggaran.

Peraturan daerah dapat memuat materi muatan mengenai ketentuan pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 15 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011. Ayat (2) Pasal 15 menyatakan bahwa materi muatan yang berupa sanksi pidana dalam Peraturan Daerah berupa ancaman pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau pidana denda paling banyak Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah). Sedangkan pada Pasal 15 ayat (3), Peraturan Daerah Provinsi dan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota juga dapat memuat ancaman pidana kurungan atau pidana denda selain sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sesuai dengan yang diatur dalam peraturan perundang-undangan lainnya.

Selain itu, Pasal 250 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah mengatur bahwa “Materi muatan Peraturan Daerah dilarang bertentangan dengan Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi, kepentingan umum, dan/atau kesusilaan”.

Adapun yang dimaksud dengan “Bertentangan dengan kepentingan umum” meliputi:

a. Terganggunya kerukunan antar warga masyarakat;

b. Terganggunya akses terhadap pelayanan publik;

c. Terganggunya ketenteraman dan ketertiban umum;

d. Terganggunya kegiatan ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat; dan/atau

e. Diskriminasi terhadap suku, agama dan kepercayaan, ras, antar-golongan, dan gender.

Berdasarkan uraian di atas, materi muatan Rancangan Peraturan Daerah Provinsi tentang Pengelolaan Air Limbah Domestik Regional harus memuat ketentuan lebih kongkret, mudah dipahami dan dilaksanakan. Selain itu, tidak menimbulkan penafsiran ganda (multi-tafsir) atau berbeda yang dapat merugikan masyarakat bahkan Pemerintah Daerah. Jika memungkinkan bersifat teknis untuk menghindari penafsiran berbeda dan mudah dipahami atau sekurang-kurangnya diberikan dalam penjelasan.

Prinsip utama yang dipegang teguh dalam pembentukan suatu Peraturan Daerah adalah tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Artinya, materi muatan Rancangan Peraturan Daerah Provinsi tentang Pengelolaan Air Limbah Domestik Regional tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang kedudukannya lebih tinggi secara hirarki dalam perundang-undangan.

Page 73: PENGANTARciptakarya.pu.go.id/plp/upload/peraturan/panduan_penyusunan_perda_prov... · 2.2.3 Penyusunan Rancangan Perda di Lingkungan DPRD 30 ... Gambar 3.1 Alur Penyusunan Naskah

73

Di bidang air limbah domestik, baru ada 1 (satu) peraturan yang khusus mengatur mengenai pengelolaan air limbah domestik yaitu Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 4 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik, yang merupakan peraturan pelaksana dari Pasal 34 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 122 Tahun 2015 tentang Sistem Penyediaan Air Minum.

Agar prinsip utama pembentukan suatu Peraturan Daerah tidak dilanggar maka perlu dilakukan harmonisasi perintah/delegasi kewenangan tentang materi muatan yang harus diatur, yang dapat diatur dan yang dibutuhkan untuk diatur oleh daerah dalam rangka penyelenggaraan otonomi dan tugas pembantuan agar dapat menampung dan menjawab segala permasalahan tentang pengelolaan air limbah domestik di daerah.

Dalam buku panduan ini dilakukan harmonisasi tahap awal, yaitu berupa harmonisasi secara vertikal terhadap peraturan perundang-undangan khusus di bidang pengelolaan air limbah domestik sebagaimana diuraikan di atas.

Page 74: PENGANTARciptakarya.pu.go.id/plp/upload/peraturan/panduan_penyusunan_perda_prov... · 2.2.3 Penyusunan Rancangan Perda di Lingkungan DPRD 30 ... Gambar 3.1 Alur Penyusunan Naskah

74

PANDUAN PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI TENTANG PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK REGIONAL

Berikut ini adalah beberapa ketentuan terkait pengelolaan air limbah domestik.

Tabel 4.1 Harmonisasi Peraturan Perundang-Undangan Terkait Air Limbah Domestik

NO DASAR HUKUM ISI RUMUSAN PENGATURAN

1 PP Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar Pelayanan Minimal Pasal 7 Ayat (1) dan Ayat (2)

(1) SPM pekerjaan umum mencakup SPM pekerjaan umum Daerah provinsi dan SPM pekerjaan umum Daerah kabupaten/kota.

(2) Jenis Pelayanan Dasar pada SPM pekerjaan umum Daerah provinsi terdiri atas: a. pemenuhan kebutuhan air minum curah lintas

kabupaten/kota; dan b. penyediaan pelayanan pengolahan air limbah

domestik regional lintas kabupaten/kota. 2 PP Nomor 2 Tahun 2018 Tentang Standar

Pelayanan Minimal Pasal 19 ayat (3) dan Ayat (4)

(3) Gubernur melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap penerapan SPM provinsi oleh perangkat Daerah provinsi.

(4) Gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat melaksanakan pembinaan dan pengawasan penerapan SPM Daerah kabupaten/kota secara umum dan teknis

3 Permen LHK Nomor 68 Tahun 2016 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik Pasal 8 ayat (1) dan Ayat (2)

(1) Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah menyediakan dan mengelola sarana dan prasarana pengolahan air limbah domestik yang berasal dari skala rumah tangga.

(2) Penyediaan dan pengelolaan sarana dan prasarana pengolahan air limbah domestik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan melalui kerjasama dengan badan usaha.

4 Permen PUPR Nomor 4 Tahun 2017 Tentang Sistim Pengelolaan Air Limbah Domestik Pasal 27 Ayat (1)

(1) Gubernur dan Bupati/Walikota menetapkan lokasi IPLT dan IPALD sesuai kewenangannya.

5 Permen PUPR Nomor 4 Tahun 2017 Tentang Sistim Pengelolaan Air Limbah Domestik Pasal 58 Ayat (3)

(3) Tanggung jawab Pemerintah Daerah Provinsi dalam penyelenggaraan SPALD meliputi pengelolaan dan pengembangan sistem air limbah domestik regional.

6 Permen PUPR Nomor 4 Tahun 2017 Tentang Sistim Pengelolaan Air Limbah Domestik Pasal 60 Ayat (1), Ayat (2) dan Ayat (3)

(1) Penyelenggaraan SPALD yang dilakukan oleh pemerintah Provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 ayat (3) menjadi tanggung jawab Gubernur yang secara operasional dilaksanakan oleh Perangkat Daerah yang tugas dan fungsinya terkait

Page 75: PENGANTARciptakarya.pu.go.id/plp/upload/peraturan/panduan_penyusunan_perda_prov... · 2.2.3 Penyusunan Rancangan Perda di Lingkungan DPRD 30 ... Gambar 3.1 Alur Penyusunan Naskah

75

dengan sub urusan air limbah bidang pekerjaan umum dan penataan ruang.

(2) Gubernur dapat membentuk UPTD SPALD Provinsi untuk menangani pengelolaan air limbah domestik regional.

(3) Pembentukan Perangkat Daerah dan UPTD SPALD Provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

7 Permen PUPR Nomor 4 Tahun 2017 Tentang Sistim Pengelolaan Air Limbah Domestik Pasal 62 Ayat (3)

(3) Gubernur dan Bupati/Walikota dapat membentuk BUMD SPALD berupa perusahaan daerah untuk menangani pengelolaan air limbah domestik.

8 Permen PUPR Nomor 4 Tahun 2017 Tentang Sistim Pengelolaan Air Limbah Domestik Pasal 64 Ayat (2)

(2) Badan Usaha SPALD yang melaksanakan sendiri penyelenggaraan SPALD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib mendapat izin dari Menteri, Gubernur atau Bupati/Walikota sesuai kewenangannya.

9 Permen PUPR Nomor 4 Tahun 2017 Tentang Sistim Pengelolaan Air Limbah Domestik Pasal 69 Ayat (2)

(2) Gubernur melakukan pembinaan kepada Pemerintah Kabupaten/Kota melalui: a. bantuan teknis; b. bimbingan teknis; c. koordinasi penyelenggaraan SPALD; d. diseminasi peraturan daerah di bidang

penyelenggaraan SPALD; e. pendidikan dan pelatihan; dan f. penelitian dan pengembangan.

10 Permen PUPR Nomor 4 Tahun 2017 Tentang Sistim Pengelolaan Air Limbah Domestik Pasal 70 Ayat (2)

(2) Pengawasan penyelenggaraan SPALD lintas wilayah Kabupaten/Kota dilakukan oleh Gubernur.

11 Permen PUPR Nomor 4 Tahun 2017 Tentang Sistim Pengelolaan Air Limbah Domestik Pasal 76 Ayat (1) angka b

(1) Pelaporan penyelenggaraan SPALD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 huruf c, sebagai berikut: b. kinerja penyelenggara SPALD lintas

Kabupaten/Kota menyerahkan laporan penyelenggaraan SPALD kepada Gubernur

Page 76: PENGANTARciptakarya.pu.go.id/plp/upload/peraturan/panduan_penyusunan_perda_prov... · 2.2.3 Penyusunan Rancangan Perda di Lingkungan DPRD 30 ... Gambar 3.1 Alur Penyusunan Naskah

76

PANDUAN PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI TENTANG PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK REGIONAL

Tabel 4-2 Muatan Rancangan Perda Pengelolaan Provinsi tentang Pengelolaan Air Limbah Domestik Regional

No Muatan Pengaturan Dalam Model Ranperda Provinsi Pengelolaan Air Limbah Domestik Regional

1 Ketentuan Umum Pengertian, asas dan tujuan

2 Tugas dan Wewenang

1. Tugas 2. Wewenang

3 Penyelenggaraan SPALD Regional

1. Pembagian air limbah domestik 2. Sarana dan Prasarana SPALD Regional 3. Lingkup penyelenggaraan SPALD Regional 4. Lingkup perencanaan SPALD Regional 5. Pelaksanaan konstruksi SPALD Regional 6. Pengoperasian, pemeliharaan dan rehabilitasi SPALD Regional

4 Kelembagaan 1. Lembaga penyelenggara pengelolaaan air limbah domestik

regional 2. Bentuk lembaga pengelola SPALD Regional

5 Pembiayaan

1. Pemerintah daerah membiayai pengelolaan air limbah domestik regional

2. Sumber pembiayaan pengelolaan air limbah domestik regional 3. Pemerintah daerah atau Pemerintah Kab/kota dapat memungut

jasa layanan pengelolaan air limbah domestik regional

6 Kerjasama 1. Bentuk kerja sama 2. Lingkup kerja sama 3. Perjanjian kerja sama

7 Kompensasi Dampak Lingkungan

1. Pemerintah daerah harus mengendalikan dampak negatif dari pengelolaan air limbah domestik regional

2. Pemerintah Daerah dan/atau Pemerintah Kab/Kota memberikan kompensasi kepada masyarakat yang terkena dampak negatif lingkungan

3. Pemberian kompensasi berdasarkan hasil investigasi dan kajian teknis

4. Investigasi dan kajian teknis dilakukan oleh tim teknis 5. Bentuk kompensasi

8 Pembinaan dan Pengawasan 1. Pihak yang dilakukan pembinaan dan pengawasan 2. Lingkup pembinaan kepada lembaga pengelola, masyarakat

dan badan usaha mitra

9 Larangan 1. Hal-hal yang dilarang 2. Bentuk-bentuk sanksi

10 Penyelesaian Sengketa 1. Bentuk sengketa 2. Bentuk penyelesaian sengketa

11 Ketentuan Peralihan Jika diperlukan 12 Ketentuan Penutup

Berdasarkan harmonisasi diatas, dibawah ini dirangkum materi muatan yang dapat diatur dalam rancangan peraturan daerah provinsi tentang pengelolaan air limbah domestik regional .

Page 77: PENGANTARciptakarya.pu.go.id/plp/upload/peraturan/panduan_penyusunan_perda_prov... · 2.2.3 Penyusunan Rancangan Perda di Lingkungan DPRD 30 ... Gambar 3.1 Alur Penyusunan Naskah

77

Page 78: PENGANTARciptakarya.pu.go.id/plp/upload/peraturan/panduan_penyusunan_perda_prov... · 2.2.3 Penyusunan Rancangan Perda di Lingkungan DPRD 30 ... Gambar 3.1 Alur Penyusunan Naskah

78

PANDUAN PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI TENTANG PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK REGIONAL

Page 79: PENGANTARciptakarya.pu.go.id/plp/upload/peraturan/panduan_penyusunan_perda_prov... · 2.2.3 Penyusunan Rancangan Perda di Lingkungan DPRD 30 ... Gambar 3.1 Alur Penyusunan Naskah

79

LAMPIRANCONTOHRANCANGANPERDAPROVINSITENTANG

PENGELOLAANAIRLIMBAHDOMESTIKREGIONAL

PERATURANDAERAHPROVINSI……….

NOMOR....TAHUN....

TENTANG

PENGELOLAANAIRLIMBAHDOMESTIKREGIONAL

DENGANRAHMATTUHANYANGMASAESA

GUBERNUR.......

Menimbang : a. bahwa lingkungan hidup yang baik dan sehat,merupakan

hak konstitusional warga negara yang dijamin dalam

Undang-Undangdasar1945;

[Bagiandiatasmerupakancontohpertimbanganunsur

filosofis. Isinya dapat disesuaikan, yang intinya

merupakan pandangan hidup, kesadaran dan cita

hukum yang meliputi suasana kebathinan penyusun,

yang bersumber dari Pancasila dan Pembukaan UUD

1945]

b. bahwa pertumbuhan jumlah penduduk mengakibatkan

peningkatan volume air limbahdomestik yangdibuang ke

lingkungan, sehingga dapat menimbulkan dampak

pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan dan

menurunkanderajatkesehatanmanusia;

Page 80: PENGANTARciptakarya.pu.go.id/plp/upload/peraturan/panduan_penyusunan_perda_prov... · 2.2.3 Penyusunan Rancangan Perda di Lingkungan DPRD 30 ... Gambar 3.1 Alur Penyusunan Naskah

80

PANDUAN PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI TENTANG PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK REGIONAL

c. bahwaagarsumberdayapengelolaanair limbahdomestik

dapat lebihefisiendiperlukankerjasamaantarPemerintah

Kabupaten/Kota dalam penyelenggaraan pengelolaan air

limbahdomestik;

[Bagiandiatasmerupakancontohpertimbanganunsur

sosiologis. Isinya dapat disesuaikan dengan kondisi

pengelolaan air limbah domestik yang menjadi

pertimbangan dan alasan pembentukan Perda

PengelolaanAirLimbahDomestik]atau

d. bahwa pengelolaan air limbah domestik berdasarkan

Peraturan Daerah Provinsi ………. Nomor…. Tahun ……,

sudah tidak sesuai dengan perkembangan situasi dan

kondisi saat ini sehingga perlu dilakukan

penggantian/perubahan.

[Bagiandiatasmerupakancontohpertimbanganunsur

yuridis apabila provinsi yang sebelumnya sudah

mempunyai Perda tentang Pengelolaan Air Limbah

Domestik atau perda lainnya yang berkaitan dengan

Pengelolaan Air Limbah Domestik tapi ingin diganti

ataudirubah.]atau

bahwa dalam pengelolaan air limbah domestik regional

diperlukankepastianhukumbagiPemerintahDaerah dan

PemerintahKabupaten/Kota;

[Bagiandiatasmerupakancontohpertimbanganunsur

yuridis.]

Page 81: PENGANTARciptakarya.pu.go.id/plp/upload/peraturan/panduan_penyusunan_perda_prov... · 2.2.3 Penyusunan Rancangan Perda di Lingkungan DPRD 30 ... Gambar 3.1 Alur Penyusunan Naskah

81

e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud

dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d perlu

menetapkan Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Air

limbahDomestikRegional;

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik

IndonesiaTahun1945;

2. Undang-UndangNomor………tentangPembentukanDaerah

Kabupaten/Kota;

3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran

NegaraRepublikIndonesiaNomor5587)sebagaimanatelah

diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang

Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara

IndonesiaNomor5679);

4. ………….....

[Bagiandiatasmerupakancontohdasarhukum“Mengingat”

yangpadaintinyamemuat:

a. dasar kewenangan pembentukan Perda tentang

PengelolaanAirLimbahDomestik,dan

b. peraturan perundang-undangan yang

memerintahkan secara langsung pembentukan

PerdatentangPengelolaanAirLimbahDomestik.

Page 82: PENGANTARciptakarya.pu.go.id/plp/upload/peraturan/panduan_penyusunan_perda_prov... · 2.2.3 Penyusunan Rancangan Perda di Lingkungan DPRD 30 ... Gambar 3.1 Alur Penyusunan Naskah

82

PANDUAN PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI TENTANG PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK REGIONAL

Apabila ada dasar hukum lainnya yang menjadi dasar

kewenangan dan memerintahkan pembentukan Perda

PengelolaanAirLimbahDomestikdapatditambahkanpada

bagianinisebagaidasarhukum]

DenganPersetujuanBersama

DEWANPERWAKILANRAKYATDAERAHPROVINSI……

dan

GUBERNUR………………

MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURANDAERAHTENTANGPENGELOLAANAIRLIMBAH

DOMESTIKREGIONAL.

Page 83: PENGANTARciptakarya.pu.go.id/plp/upload/peraturan/panduan_penyusunan_perda_prov... · 2.2.3 Penyusunan Rancangan Perda di Lingkungan DPRD 30 ... Gambar 3.1 Alur Penyusunan Naskah

83

BABI

KETENTUANUMUM

Pasal1

1. DaerahadalahProvinsi……………2. Pemerintah Daerah adalah Gubernur dan Perangkat Daerah sebagai unsur

penyelenggarapemerintahanDaerah.3. GubernuradalahGubernur……………(namaprovinsi)4. Kabupaten/KotaadalahKabupaten/Kotadi………(namaprovinsi).5. Bupati/WalikotaadalahBupati/Walikotadi…..(namaprovinsi).6. Air limbahdomestikadalahair limbahyangberasaldariusahadan/ataukegiatan

pemukiman,rumahmakan,perkantoran,perniagaan,apartemen,danasrama.7. SistemPengelolaanAirLimbahDomestikyangselanjutnyadisingkatSPALDadalah

serangkaiankegiatanpengelolaanairlimbahdomestikdalamsatukesatuandenganprasaranadansaranapengelolaanairlimbahdomestik.

8. SistemPengelolaanAirLimbahDomestikRegionalyangselanjutnyadisebutSPALDRegionaladalahserangkaiankegiatanpengelolaanairlimbahdomestikdalamsatukesatuandenganprasaranadansaranapengelolaanairlimbahdomestikdari2(dua)Kabupaten/Kotaataulebih.

9. Penyelenggaraan SPALD adalah serangkaian kegiatan dalam melaksanakanpengembangandanpengelolaanprasaranadansaranauntukpelayananairlimbahdomestik.

10. PenyelenggaraanSPALDRegionaladalahserangkaiankegiatandalammelaksanakanpengembangandanpengelolaanprasaranadansaranauntukpelayananairlimbahdomestikregional.

11. SistemPengelolaanAirLimbahDomestikTerpusatyangselanjutnyadisebutSPALD-T adalah sistem pengelolaan yang dilakukan dengan mengalirkan air limbahdomestik dari sumber secara kolektif ke Sub-sistem Pengolahan Terpusat untukdiolahsebelumdibuangkebadanairpermukaaan.

12. Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik Terpusat Regional yang selanjutnyadisebut SPALD-T Regional adalah SPALD-T yang sumbernya berasal dari 2 (dua)Kabupaten/Kotaataulebih.

Page 84: PENGANTARciptakarya.pu.go.id/plp/upload/peraturan/panduan_penyusunan_perda_prov... · 2.2.3 Penyusunan Rancangan Perda di Lingkungan DPRD 30 ... Gambar 3.1 Alur Penyusunan Naskah

84

PANDUAN PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI TENTANG PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK REGIONAL

13. SistemPengelolaanAirLimbahDomestikSetempatyangselanjutnyadisebutSPALD-Sadalahsistempengelolaanyangdilakukandenganmengolahairlimbahdomestikdi lokasi sumber, yang selanjutnya lumpur hasil olahan diangkut dengan saranapengangkutkeSub-sistemPengolahanLumpurTinja.

[Bagian diatasmerupakan contohKetentuanUmum. Isinya disesuaikan dengan

materi muatan yang diatur dalam Perda yang dibentuk oleh masing-masing

daerah.KetentuanUmummemuatbatasanataudefinisidarisubjekdanobjekyang

diatur, istilah, singkatan atau akronim yang digunakan secara berulang-ulang

dalamPerda.Apabilaterdapatdefinisi/istilahyangsudahdiaturolehperaturan

perundang-undangan, sebaiknya definisi/istilah tersebut diadopsi secara

langsung.]

Pasal2

Pengelolaanairlimbahdomestikregionaldiselenggarakanberdasarkanasas:a. tanggungjawab;b. keberlanjutan;c. keterpaduan;d. keadilan;e. kehati-hatian;f. partisipatif;g. manfaat;h. keamanan;i. ………..(asaspengelolaandapatberbeda-bedapadasetiapdaerah.Isinyatergantungdari

kebutuhan dan kearifan lokal daerah. Asas yang dicantumkan harus dijelaskan

lebihlanjutdalamPenjelasan)

Page 85: PENGANTARciptakarya.pu.go.id/plp/upload/peraturan/panduan_penyusunan_perda_prov... · 2.2.3 Penyusunan Rancangan Perda di Lingkungan DPRD 30 ... Gambar 3.1 Alur Penyusunan Naskah

85

Pasal3

Pengelolaanairlimbahdomestikregionalbertujuanuntuk:a. menjagadanmelindungilingkunganhidupdaripencemaranairlimbahdomestik;b. meningkatkanderajatkesehatanmasyarakat;c. …………………….

(tujuandapatberbeda-bedapadasetiapdaerah.Isinyatergantungdarikebijakan

dankebutuhandaerah.)

BABIITUGASDANWEWENANG

Pasal4

PemerintahDaerahmempunyaitugas:a. menetapkan kebijakan dan strategi pengelolaan air limbah domestik regional

mengacupadakebijakandanstrategipengelolaanairlimbahdomestiknasional;b. menyusundanmenetapkanrencanaindukSPALDlintasKabupaten/Kota;c. …………………(tugasdapatberbeda-bedapadasetiapdaerah.Isinyatergantungdarikebijakan

dankebutuhandaerah.)

Pasal5

PemerintahDaerahmempunyaiwewenang:a. menetapkanlokasiIPLTskalaregionaldanIPLADskalaregional;b. menetapkanlembagapenyelenggarapengelolaanairlimbahdomestikregional;c. …………………

Page 86: PENGANTARciptakarya.pu.go.id/plp/upload/peraturan/panduan_penyusunan_perda_prov... · 2.2.3 Penyusunan Rancangan Perda di Lingkungan DPRD 30 ... Gambar 3.1 Alur Penyusunan Naskah

86

PANDUAN PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI TENTANG PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK REGIONAL

(wewenang dapat berbeda-beda pada setiap daerah. Isinya tergantung dari

kebijakandankebutuhandaerah.)

BABIIIPENYELENGGARAANSPALDREGIONAL

Pasal6

(1) Airlimbahdomestikterdiridari:a. airlimbahkakus;danb. airlimbahnonkakus.

(2) Penyelenggaraan SPALD Regional dilakukan oleh Pemerintah Daerah terhadapsaranadanprasaranaSPLADregionalyang:a. lokasinyalintasdaerahKabupaten/Kota;dan/ataub. penggunanyalintasdaerahKabupaten/Kota.

(3) SaranadanprasaranaSPALDRegionalsebagaimanadimaksudpadaayat(3)dapatdilakukanuntuk:a. SPALD-S;dan/ataub. SPALD-Tskalaperkotaan.

(4) Sarana dan prasarana SPALD-S sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf a,meliputi:a. Sub-sistempengolahan;dan/ataub. Sub-sistempengangkutanlumpurtinja

(5) Sarana dan prasarana SPDAL-T sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf b,meliputi Sub-sistem pelayanan, Sub-sistem pengumpulan, dan Sub-sistempengolahanterpusat.

Page 87: PENGANTARciptakarya.pu.go.id/plp/upload/peraturan/panduan_penyusunan_perda_prov... · 2.2.3 Penyusunan Rancangan Perda di Lingkungan DPRD 30 ... Gambar 3.1 Alur Penyusunan Naskah

87

Pasal7

PenyelenggaraanSPALDRegionalmeliputi:a. perencanaan;b. konstruksi;danc. pengoperasian,pemeliharaandanrehabilitasi.

Pasal8

Pemerintah Daerah menyusun perencanaan SPALD Regional sebagaimana dimaksuddalamPasal7hurufa,meliputi:a. rencanainduk;b. studikelayakan;danc. perencanaanteknikterinci.

Pasal9

(1) Rencana induk SPALD Regional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf a,ditetapkan untuk jangkawaktu 20 tahun, dan dapat dilakukan peninjauan ulangsetiaplimatahunsekali.

(2) RencanaindukSPLADRegionalditetapkandenganPeraturanGubernur.(3) Penetapan rencana induk SPALD Regional sebagaimana dimaksud pada ayat (2),

dilakukan setelah dilaksanakan konsultasi publik kepada para pemangkukepentingan.

(4) StudikelayakansebagaimanadimaksuddalamPasal8hurufb,disusunberdasarkanrencanaindukSPALDRegional.

(5) PerencanaanteknikterincisebagaimanadimaksuddalamPasal8hurufc,disusunoleh penyelenggara SPALD Regional dan disetujui oleh kepala perangkat daerahyangtugasdanfungsinyamenyelenggarakanSPALDRegional.

(6) Perencanaan SPALD Regional dilakukan dengan mengacu pada norma, standar,prosedur,dankriteriayangditetapkandalamperaturanperundang-undangan.

Page 88: PENGANTARciptakarya.pu.go.id/plp/upload/peraturan/panduan_penyusunan_perda_prov... · 2.2.3 Penyusunan Rancangan Perda di Lingkungan DPRD 30 ... Gambar 3.1 Alur Penyusunan Naskah

88

PANDUAN PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI TENTANG PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK REGIONAL

Pasal10

PelaksanaankonstruksiSPALDRegionaldilakukanolehpenyelenggaraSPALDRegionalsesuaiketentuanperaturanperundang-undangan.

Pasal11

Pengoperasian,pemeliharaandanrehabilitasiSPALDRegionalmenjaditanggungjawabpenyelenggaraSPALDRegionaldandilaksanakansesuaiStandarOperasionalProsedurpengelolaanSPALDregional.

BABIV

KELEMBAGAAN

Pasal12

(1) Penyelenggaraanpengelolaanairlimbahdomestikregional,dilakukanolehlembagapengelolaSPALDRegional.

(2) Lembaga pengelola SPALD Regional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapatberbentuk:a. Organisasi Perangkat Daerah Provinsi yang menyelenggarakan urusan

pengelolaanairlimbahdomestik;b. ……………………

(kelembagaan dapat berbeda-beda pada setiap daerah. Isinya tergantung dari

kebijakandankebutuhandaerah.)

BABV

PEMBIAYAAN

Pasal13

(1) Pembiayaanpengelolaanair limbahdomestikregionaldilakukanolehPemerintahDaerah.

Page 89: PENGANTARciptakarya.pu.go.id/plp/upload/peraturan/panduan_penyusunan_perda_prov... · 2.2.3 Penyusunan Rancangan Perda di Lingkungan DPRD 30 ... Gambar 3.1 Alur Penyusunan Naskah

89

(2) Sumberpembiayaanpengelolaanair limbahdomestik regionaldapatberasaldari……………………

(sumberpembiayaandapatdiisisesuaikebijakandaerahmasing-masing.)

Pasal14

(PemerintahDaerahatauPemerintahkabupaten/Kotadapatmemungutjasaatas

layananpengelolaanairlimbahdomestikkepadamasyarakat.Halinitergantung

darikebijakanmasing-masingdaerah)

BABVIKERJASAMA

Pasal15

Penyelenggaraanpengelolaanairlimbahdomestikregionaldapatdilakukanmelalui:

a. kerja sama antara Pemerintah Daerah dengan Pemerintah Kabupaten/ Kota;dan/atau

b. kerjasamaPemerintahDaerahdenganpihakketiga.

Pasal16

KerjasamasebagaimanadimaksuddalamPasal15,dapatberupa:(bentukkerjasamadapat di isi sesuai kebijakandaerahmasing-masing, seperti

dalambentukpenyediaansaranadanprasarana,operasidanpemeliharaanatau

hallain.)

Page 90: PENGANTARciptakarya.pu.go.id/plp/upload/peraturan/panduan_penyusunan_perda_prov... · 2.2.3 Penyusunan Rancangan Perda di Lingkungan DPRD 30 ... Gambar 3.1 Alur Penyusunan Naskah

90

PANDUAN PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI TENTANG PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK REGIONAL

Pasal17

(1) Kerjasama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 dituangkan dalam bentukperjanjiankerjasama

(2) Tatacarapelaksanaankerjasamasebagaimanadimaksudpadaayat (1)dilakukansesuaidenganketentuanperaturanperundang-undangan.

BABVIIKOMPENSASIDAMPAKLINGKUNGAN

Pasal18

(1) PemerintahDaerahdalampenyelenggaraanSPALDRegionalharusmengendalikandampaknegatiflingkunganakibatdaripengelolaanairlimbahdomestikregional.

(2) Pemerintah Daerah dan/atau Pemerintah Kabupaten/Kota memberikankompensasi kepada masyarakat yang terkena dampak negatif lingkungan yangditimbulkanolehkegiatanpengelolaanairlimbahdomestikregional,sesuaidengantanggungjawabnya.

Pasal19

(1) Pemberiankompensasikepadamasyarakatyangterkenadampaknegatiflingkungandari kegiatan pengelolaan air limbah domestik regional oleh Pemerintah Daerahdan/atau Pemerintah Kabupaten/Kota berdasarkan hasil investigasi dan kajianteknis.

(2) Investigasidankajianteknissebagaimanadimaksudpadaayat(1)dilakukanolehtimteknisyangdibentukolehGubernur.

(3) Bentukkompensasisebagaimanadimaksudpadaayat(1)dapatberupa:

(bentukkompensasidapatdiisisesuaikebijakandaerahmasing-masing,seperti

dalambentukrelokasi,pemulihanlingkungan,biayakesehatanatauhallain.)

Page 91: PENGANTARciptakarya.pu.go.id/plp/upload/peraturan/panduan_penyusunan_perda_prov... · 2.2.3 Penyusunan Rancangan Perda di Lingkungan DPRD 30 ... Gambar 3.1 Alur Penyusunan Naskah

91

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan bentuk pemberian kompensasisebagaimanadimaksudpadaayat(3)diaturdenganPeraturanGubernur.

BABVIII

PEMBINAANDANPENGAWASAN

Pasal20

PemerintahDaerahmelakukanpembinaandanpengawasanterhadap:(para pihak obyek pembinaan dan pengawasan dapat di isi sesuai kebijakan

daerahmasing-masing)

Pasal21

(1) PembinaankepadalembagapengelolasebagaimanadimaksuddalamPasal20hurufa,meliputi:a. ……………….;b. ……………….

(2) Pengawasan kepada lembaga pengelola sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20hurufameliputi:a. ……………………;b. ……………………

Pasal22

(1) Pembinaankepadamasyarakatdilakukandalambentuk…………….(2) Pelaksanaanpembinaankepadamasyarakatsebagaimanadimaksudpadaayat(2)

dilakukanbersama-samadenganPemerintahKabupaten/Kota.

Page 92: PENGANTARciptakarya.pu.go.id/plp/upload/peraturan/panduan_penyusunan_perda_prov... · 2.2.3 Penyusunan Rancangan Perda di Lingkungan DPRD 30 ... Gambar 3.1 Alur Penyusunan Naskah

92

PANDUAN PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI TENTANG PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK REGIONAL

Pasal23

(1) Pengawasan kepada badan usaha mitra penyelenggara pengelolaan air limbahdomestikregionalmeliputi:a. ………………….;b. ………………….

(bentukpembinaandanpengawasandapatdiisisesuaikebijakandaerahmasing-

masing)

BABIXLARANGAN

Pasal24

(1) Setiaporangdilarang:a. ………………;b. ………………

(2) Setiaporangyangmelanggarketentuansebagaimanadimaksudpadaayat(1)akandikenakansanksiberupa:a. ………………..;b. ………………..

(bentuklarangandansanksidapatdiisisesuaikebijakandaerahmasing-masing)

BABXPENYELESAIANSENGKETA

Pasal25

(1) Sengketayangdapattimbuldaripengelolaanairlimbahdomestikregionalterdiriatas:a. sengketaantaraPemerintahDaerahdanKabupaten/Kota;b. sengketaantarKabupaten/Kota;

Page 93: PENGANTARciptakarya.pu.go.id/plp/upload/peraturan/panduan_penyusunan_perda_prov... · 2.2.3 Penyusunan Rancangan Perda di Lingkungan DPRD 30 ... Gambar 3.1 Alur Penyusunan Naskah

93

c. sengketaantaraPemerintahDaerahdanbadanusaha.(2) Penyelesaiansengketadapatdilakukanmelalui…………..

(bentuk penyelesaian sengketa dapat di isi sesuai kebijakan daerah masing-

masing)

BABXI

KETENTUANPERALIHAN(jikadiperlukan)

Pasal26

(1) …………………………(2) …………………………

BABXIIKETENTUANPENUTUP

Pasal27

PeraturanDaerahinimulaiberlakupadatanggaldiundangkan.Agarsetiaporangmengetahuinya,memerintahkanpengundanganPeraturandaerahinidenganpenempatannyadalamLembaranDaerahProvinsi……..

Ditetapkandi…..padatanggal……………

GUBERNUR…………………, ttd NAMAGUBERNUR

Page 94: PENGANTARciptakarya.pu.go.id/plp/upload/peraturan/panduan_penyusunan_perda_prov... · 2.2.3 Penyusunan Rancangan Perda di Lingkungan DPRD 30 ... Gambar 3.1 Alur Penyusunan Naskah

94

PANDUAN PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI TENTANG PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK REGIONAL

Diundangkandi…………….Padatanggal…………………SEKRETARISDAERAHPROVINSI……………… TtdNama……………………..NIP……………………………..LEMBARANDAERAHPROVINSI………………….TAHUN……………………..NOMOR………………………………..

Page 95: PENGANTARciptakarya.pu.go.id/plp/upload/peraturan/panduan_penyusunan_perda_prov... · 2.2.3 Penyusunan Rancangan Perda di Lingkungan DPRD 30 ... Gambar 3.1 Alur Penyusunan Naskah

95

PENJELASAN

ATAS

PERATURANDAERAHPROVINSI………

NOMOR…………..

TENTANG

PENGELOLAANAIRLIMBAHDOMESTIKREGIONAL

I. UMUM

Undang-UndangDasar 1945mengamanatkan bahwa setiap orang berhak

hidupsejahteralahirdanbatin,bertempattinggal,danmendapatkanlingkunganhidup

yang baik dan sehat. Oleh karena itu pemerintah wajib mengupayakan lingkungan

hidupyangbaikdansehatbagiseluruhmasyarakat.

Lingkungan hidup perlu dilindungi dari kemungkinan terjadinya

pencemaran. Unsur pencemar dapat berasal dari berbagai sumber, salah satunya

adalahair limbahdomestikyangberasaldariusahadan/ataukegiatanpermukiman,

rumahmakan,perkantoran,perniagaan,apartemen,danasrama.

Air limbah domestik yang tidak dikelola dengan baik dapat mencemari

badanairdanmenyebabkanwaterbornedisease(penyakityangditularkanmelaluiair)

yang pada akhirnya dapat menurunkan derajat kesehatan masyarakat dan

menimbulkankerusakanlingkungan.

BerlakunyaUndang-UndangNomor32Tahun2009 tentangPerlindungan

dan Pengelolaan Lingkungan Hidup membuat peran Pemerintah Daerah menjadi

pentingsebagaikepanjangantanganPemerintahPusatdalammenjalankanprogram-

programyangberkaitandenganlingkunganhidup.

Page 96: PENGANTARciptakarya.pu.go.id/plp/upload/peraturan/panduan_penyusunan_perda_prov... · 2.2.3 Penyusunan Rancangan Perda di Lingkungan DPRD 30 ... Gambar 3.1 Alur Penyusunan Naskah

96

PANDUAN PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI TENTANG PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK REGIONAL

PemerintahDaerahmemilikikewenanganuntukmengatururusandibidang

air limbah khususnya terkait pengelolaan dan pengembangan sistem air limbah

domestikyangmerupakanbagiandariurusanpemerintahankonkurensebagaimana

diaturdalamUndang-UndangNomor23Tahun2014tentangPemerintahanDaerah.

Dengandasar tersebut,makaperluadaPeraturanDaerahyangmengatur

tentangpengelolaanairlimbahdomestikyangdibuangmelaluisistempengelolaanair

limbahdomestikterpusatmaupunsetempat.DenganberlakunyaPeraturanDaerahini

diharapkandapatterwujudlingkunganyangsehatmelaluikesadarandankepedulian

pemerintah, dunia usaha dan masyarakat dalam berpartisipasi melestarikan

lingkunganhidupmelaluipengelolaanairlimbahdomestik.

II. PASALDEMIPASAL

Pasal1

Cukupjelas.

Pasal2

Hurufa

Yang dimaksud dengan “asas tanggung jawab” adalah adalah bahwa

PemerintahDaerahmenjaminhakwargaataslingkunganhidupyangbaik

dansehat.

Hurufb

Yangdimaksuddengan“asaskeberlanjutan”adalahbahwasetiaporang

memikul kewajiban dan tanggungjawab terhadap generasi mendatang

danterhadapsesamanyadalamsatugenerasidenganmelakukanupaya

pelestariandayadukungekosistemdanmemperbaikikualitaslingkungan

hidup.

Page 97: PENGANTARciptakarya.pu.go.id/plp/upload/peraturan/panduan_penyusunan_perda_prov... · 2.2.3 Penyusunan Rancangan Perda di Lingkungan DPRD 30 ... Gambar 3.1 Alur Penyusunan Naskah

97

Hurufc

Yangdimaksuddengan“asasketerpaduan”adalahbahwaperlindungan

dan pengelolaan lingkungan hidup dilakukan dengan memadukan

berbagaiunsurataumenyinergikanberbagaikomponenterkait.

Hurufd

Yang dimaksud dengan “asas keadilan” adalah bahwa materi muatan

dalam peraturan daerah harus mencerminkan keadilan secara

proporsionalbagisetiapwarganegarabaiklintasdaerah,lintasgenerasi,

maupunlintasgender.

Hurufe

Yangdimaksuddengan“asaskehati-hatian”adalahbahwaketidakpastian

mengenai dampak suatuusahadan/ataukegiatan karena keterbatasan

penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi bukanmerupakan alasan

untuk menunda langkah-langkah meminimalisasi atau menghindari

ancamanterhadappencemarandan/ataukerusakanlingkunganhidup.

Huruff

Yangdimaksuddengan “asaspartisipatif”adalahbahwasetiapanggota

masyarakat didorong untuk berperan aktif dalam proses pengambilan

keputusan dan pelaksanaan perlindungan dan pengelolaan lingkungan

hidupbaiksecaralangsungmaupuntidaklangsung.

Hurufg

Yang dimaksud dengan “asas manfaat” adalah bahwa segala usaha

dan/atau kegiatan pengelolaan limbah domestik yang dilaksanakan

disesuaikan dengan daya dukung lingkungan hidup untuk peningkatan

kesejahteraanmasyarakatdanharkatmanusia.

Page 98: PENGANTARciptakarya.pu.go.id/plp/upload/peraturan/panduan_penyusunan_perda_prov... · 2.2.3 Penyusunan Rancangan Perda di Lingkungan DPRD 30 ... Gambar 3.1 Alur Penyusunan Naskah

98

PANDUAN PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI TENTANG PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK REGIONAL

Pasal3

……………...

Pasal4

………………

Pasal5

……………...

Pasal6

……………...

Pasal7

……………...

Pasal8

……………...

Pasal9

……………...

Pasal10

……………...

Pasal11

……………...

Pasal12

……………...

Pasal13

……………...

Pasal14

……………...

Pasal15

……………...

Pasal16

……………...

Page 99: PENGANTARciptakarya.pu.go.id/plp/upload/peraturan/panduan_penyusunan_perda_prov... · 2.2.3 Penyusunan Rancangan Perda di Lingkungan DPRD 30 ... Gambar 3.1 Alur Penyusunan Naskah

99

Pasal17

……………...

Pasal18

……………...

Pasal19

……………...

Pasal20

……………...

Pasal21

……………...

Pasal22

……………...

Pasal23

……………...

Pasal24

……………...

Pasal25

……………...

Pasal26

……………...

Pasal27

……………...

TAMBAHANLEMBARANDAERAHKABUPATEN/KOTA……..NOMOR…….

Page 100: PENGANTARciptakarya.pu.go.id/plp/upload/peraturan/panduan_penyusunan_perda_prov... · 2.2.3 Penyusunan Rancangan Perda di Lingkungan DPRD 30 ... Gambar 3.1 Alur Penyusunan Naskah

100

PANDUAN PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI TENTANG PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK REGIONAL

Page 101: PENGANTARciptakarya.pu.go.id/plp/upload/peraturan/panduan_penyusunan_perda_prov... · 2.2.3 Penyusunan Rancangan Perda di Lingkungan DPRD 30 ... Gambar 3.1 Alur Penyusunan Naskah

101

PENYUSUNTIM PENGARAH:Dr. Ir. Danis Hidayat Sumadilaga, MEng. ScIr. Dodi Krispratmadi, M.Env.E

TIM PENYUSUN:Marsaulina FMPDadang SuryanaSabbath MarchendRaminatha P. UnoDian Kustiani

FOTO:Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dan dari berbagai sumber

DICETAK DI INDONESIA, PENERBIT :Direktorat PPLPDitjen Cipta KaryaKementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat