yang bertujuan meningkatkan kepuasan pembeli. · terpadu yang ditujukan untuk memberikan kepuasan...
TRANSCRIPT
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Pemasaran
Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan pokok yang dilakukan oleh
perusahaan, untuk mengubah kebutuhan - kebutuhan orang lain menjadi peluang
yang menghasilkan laba bagi perusahaan. Karena itu pemasaran sudah mulai
dilakukan sebelum produk itu ada dan berlanjut dalam waktu yang lama setelah
produk itu dijual. Di samping itu perusahaan dituntut senantiasa menafsirkan
segala sesuatu yang terjadi di pasar dan selalu berusaha menacari jalan keluar,
yang bertujuan meningkatkan kepuasan pembeli.
Perusahaan harus benar - benar memahami arti penting pemasaran dan
melakukannya sesuai dengan kondisi yang dihadapi, untuk dapat
mempertahankan hidup perusahaan, berkembang serta mencapai hasil seperti
yang diharapkan. Suatu perusahaan yang mulai mengarahkan kegiatan
pemasarannya kepada pemuasan kebutuhan dan keinginan konsumen berarti
sudah mulai menggunakan cara dan falsafah baru yang disebut konsep
pemasaran.
Pada hakekatnya pemasaran adalah suatu cara berpikir tentang bagaimana
perusahaan dapat mengembangkan perubahan - perubahan yang menguntungkan
yang ada dalam pasar. Namun konsep atau pengertian pemasaran dapat berbeda -
11
12
beda, beberapa ahli telah mengemukakan definisi tentang pemasaran yang
kelihatannya berbeda dengan yang lain tetapi maksudnya sama:
Untuk lebih jelasnya akan dikemukakan beberapa definisi pemasaran.
Menurut Philip Kotler ( 1990 : 5 ):
" Pemasaran adalah salah satu proses sosial dengan mana individu dan
kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan, dengan
menciptakan dan mempertukarkan produk - produk dan nilai dengan
individu dan kelompok lain".
Menurut Alex S. Nitisemito : (1991 :13 ) :
" Pemasaran adalah semua kegiatan yang bertujuan untuk mempelrlancar arus
barang atau jasa dari produsen ke konsumen secara paling efisien dengan
maksud untuk menciptakan permintaan efektif ".
Menurut William J. Stanton: ( 1991 : 7 ) :
" Pemasaran adalah suatu sistem total dari kegiatan bisnis yang dirancang untuk
merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan
barang - barang yang dapat memuaskan keinginan dan jasa baik kepada
konsumen saat ini maupun konsumen potensial".
Dari pengertian - pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa
pada pokoknya pemasaran mencakup kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan,
yang dimulai dengan mengidentifikasikan apa yang dibutuhkan dan diinginkan
oleh konsumen, berapa jumlahnya, bagaimana kebiasaan membelinya, juga
merancang tingkat harga, menentukan cara promosi serta menetapkan saluran
13
distribusi, yang semuanya dilakukan untuk memuaskan konsumen. Kegiatan -
kegiatan didalam pemasaran merupakan suatu sistem, dimana satu kegiatan
dengan lainnya saling berhubungan dan kurang berhasil bila salah satu kegiatan
ditiadakan.
Jadi pemasaran merupakan suatu kegiatan yang berkesinambungan untuk
menciptakan transaksi, dimana semuanya dilakukan untuk memberikan kepuasan
baik kepada pembeli maupun kepada penjual. Dalam dunia bisnis yang makin
modern terlihat banyak sekali persaingan di bidang bisnis sehingga menimbulkan
pergeseran orientasi dalam dunia bisnis. Awalnya falsafah bisins berorientasi pada
produk dan penjualan maka sekarang orientasi falsafah bisnis adalah konsumen.
Dengan adanya falsafah baru ini maka terjadi pergeseran konsep, dari konsep
produk menjadi konsep pemasaran.
2.2. Pengertian Konsep Pemasaran
Suatu perusahaan yang mengarahkan kegiatan pemasarannya kepada
pemuasan kebutuhan dan keinginan konsumen berarti perusahaan tersebut
menggunakan cara yang disebut konsep pemasaran.
Pada hakekatnya konsep pemasaran adalah konsep yang berorientasi pada
pembeli, yang bertujuan menimbulkan kepuasan pembeli sebagai alat untuk
mencapai tujuan perusahaan. Konsep pemasaran mengungkapkan komitmen dan
pengakuan yang mendalam dari pihak perusahaan pada pentingnya kedudukan
konsumen. Perusahaan yang menganut konsep pemasaran, disamping
14
memusatkan perhatiannya kepada pelanggan, juga diorganisasi untuk secara
efektif menjawab kebutuhan - kebutuhan pelanggan yang terus berubah.
Untuk memperjelas pengertian konsep pemasaran, maka dibawah ini ada
beberapa definisi konsep pemasaran dari beberapa ahli:
Menurut Basu Swastha ( 1984 : 17) :
" Konsep pemasaran adalah sebuah falsafah bisnis yang menyatakan bahwa
pemuasan kebutuhan konsumen merupakan syarat ekonomi dan sosial bagi
kelangsungan hidup perusahaan ".
Menurut Radiosunu (1983 : 10 ):
" Konsep pemasaran adalah merupakan orientasi manajemen yang beranggapan
bahwa tugas pokok perusahaan menentukan kebutuhan, keinginan dan penilaian
dari pasar yang menjadi sasaran dan menyesuaikan kegiatan perusahaan,
sedemikian rupa agar dapat menyampaikan kepuasan yang diinginkan pasamya
secara lebih efisien dan efektif dari saingan - saingannya ".
Menurut Kotler (1990 : 3 0 ) :
" Konsep pemasaran berpendapat bahwa kunci untuk mencapai tujuan organisasi,
terdiri dari penentuan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran dan penyerahan
produk yang memuaskan secara lebih efektif dan lebih efisien dibandingkan
para pesaing ".
Jadi pada dasarnya konsep pemasaran adalah suatu orientasi terhadap
kebutuhan dan keinginan pelanggan, didukung oleh usaha pemasaran secara
15
terpadu yang ditujukan untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan, sebagai
kunci untuk memenuhi tujuan - tujuan perusahaan.
Dalam konsep pemasaran, terdapat 3 elemen pokok yaitu:
1. Orientasi Konsumen
Perusahaan yang ingin mempraktekkan orientasi konsumen harus:
a. Menentukan kebutuhan pokok dari pembeli yang akan dilayani dan dipenuhi.
b. Memilih kelompok pembeli tertentu sebagai sasaran dalam penjualannya.
c. Menentukan produk dan program pemasarannya.
d. Mengadakan penelitian pada konsumen, untuk mengukur, menilai dan
menafsirkan keinginan serta sikap dan tingkah laku mereka.
e. Menentukan dan melaksanakan strategi yang paling baik, apakah
menitikberatkan pada mutu yang tinggi, harga yang murah atau model yang
menarik.
2. Volume penjualan yang menguntungkan merupakan tujuan dari konsep
pemasaran, artinya laba itu dapat diperoleh dengan melalui pemuasan konsumen.
Dengan laba ini, perusahaan dapat tumbuh dan berkembang, dapat menggunakan
kemampuan yang lebih besar, untuk meningkatkan kepuasan kepada konsumen,
serta memperkuat kondisi perekonomian secara keseluruhan.
3. Koordinasi dan integrasi seluruh kegiatan pemasaran. Dalam perusahaan perlu
dilakukan untuk memberikan kepuasan konsumen. Juga perlu dihindari adanya
pertentangan di dalam perusahaan, maupun antara perusahaan dengan pasarnya.
jadi dapat disimpulkan bahwa setiap orang dan setiap bagian dalam perusahaan
16
turut berkecimpung dalam suatu usaha yang terkoordinir untuk memberikan
kepuasan konsumen, sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai.
Suatu perusahaan yang berorientasi pada pasar, akan berusaha untuk
menghasilkan apa yang diinginkan oleh konsumen dan bukan berusaha menjual
kepada konsumen apa yang dapat dihasilkan oleh perusahaan. Jadi perusahaan
dituntut untuk selalu melihat pelanggan, terus menerus memberikan apa yang
diinginkan, kapan, dimana, bagaimana mereka menginginkannya. Karena dengan
memberikan kepuasan kepada konsumen, maka perusahaan akan mendapat
penghargaan dari mereka dan dapat membina hubungan dalam jangka waktu yang
lama, berdasarkan saling menghargai, kepercayaan dan prestasi perusahaan.
2.3. Pengertian Perilaku Konsumen
Produsen membuat barang dan pedagang menjual barang, tentu dengan
harapan barang itu digemari dan dibeli oleh konsumen mereka. Memang dari
itulah kelangsungan usaha dan sumber nafkah mereka, bahkan sumber nafkah
sejumlah orang lainnya. Mutu bukanlah salah satunya syarat agar barang yang
bersangkutan terjual. Pendekatan terhadap konsumen merupakan syarat yang
tidak kalah pentingnya. Maka perusahaan harus mampu mempertahankan bahkan
meningkatkan konsumen yang ada, untuk itu perusahaan perlu memahami
perilaku konsumen.
Definisi dari pengertian perilaku konsumen mempunyai cakupan yang
luas, karena didalamnya termasuk faktor yang mempengaruhi konsumen, sebelum
17
dan sesudah konsximen melakukan pembelian. Dibawah ini ada beberapa definisi
perilaku konsumen.
Menurut Basu Swastha (1987 : 9 ) :
" Perilaku konsumen dapat didefinisikan sebagai kegiatan - kegiatan individu
yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang -
barang dan jasa - jasa, termasuk di dalamnya proses pengambilan keputusan
pada persiapan dan penentuan kegiatan - kegiatan tersebut".
Menurut Mangkunegara (1988 : 3 ):
" Perilaku konsumen adalah tindakan - tindakan yang dilakukan oleh individu,
kelompok, atau organisasi yang berhubungan dengan proses pengambilan
keputusan dalam mendapatkan, menggunakan barang - barang atau jasa secara
ekonomis yang dapat dipengaruhi lingkungan".
Dari kedua pengertian diatas dapat disimpulkan, yang dimaksud perilaku
konsumen bukan hanya kegiatan yang dilakukan untuk membeli apa yang
dibutuhkan, tetapi termasuk juga dimana konsumen membeli, bagaimana
kebiasaannya dan dalam kondisi apa konsumen membeli barang - barang atau
jasa. Serta faktor - faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen, sampai terjadi
dan setelah pembelian.
Perilaku dan selera juga menunjukkan adanya perubahan sejalan dengan
perubahan yang terjadi di lingkungan, perubahan kondisi perekonomian suatu
negara, kemajuan di bidang pendidikan, teknologi, dan komunikasi yang
memberikan pengaruh hubungan sosial yang makin luas. Perubahan lingkungan
18
yang tercermin juga pada perubahan perilaku konsumen, menyebabkan pemasar
dituntut untuk selalu memperbaharui pengenalan terhadap konsumennya, menilai
kembali kebutuhan - kebutuhan mereka sekarang, dan juga memperkirakan
kebutuhan konsumen diwaktu yang akan datang. Jadi perusahaan harus mampu
hidup di dua bagian waktu, sekarang dan akan datang. Untuk itu perilaku
konsumen yang dipelajari, digunakan untuk mengetahui siapa pembeli potensial,
kapan, bagaimana, dimana dan mengapa konsumen membeli, pada waktu
sekarang dan akan datang.
Variabel - variabel perilaku konsumen dapat dibagi dalam 3 bagian, yaitu :
1. Faktor - faktor ekstern yang mempengaruhi perilaku konsumen.
2. Faktor - faktor individu atau intern yang menentukan perilaku konsumen.
3. Proses pengambilan keputusan dari konsumen.
2.4. Faktor - faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen
Para konsumen dalam membuat keputusan dalam suatu pembelian tidak
dalam sebuah tempat yang terisolasi dari lingkungan sekitarnya. Tetapi perilaku
membeli mereka dipengaruhi oleh faktor - faktor yang berbeda - beda, baik
mengenai produk yang dibeli maupun saat dan tempat pembeliannya.
Secara umum faktor - faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen,
dapat digolongkan menjadi 2 yaitu:
1. Faktor internal.
2. Faktor Eksternal.
20
3. Keadaan Ekonomi.
Keadaan ekonomi seseorang akan besar pengaruhnya terhadap pilihan
produk atau jasa yang dikonsumsi. Keadaan ekonomi seseorang terdiri dari
pendapatan yang dapat dibelanjakan, tabungan, dan milik kekayaan, kemampuan
meminjam dan sikapnya terhadap pengeluaran. Jika indikator - indikator ekonomi
mengalami perubahan, maka pemasar dapat mengambil langkah untuk merancang
dan menentukan kembali strategi pemasarannya, sehingga mereka tetap mampu
menarik para pelanggan sasaran.
4. Gaya Hidup.
Orang yang berasal dari sub budaya, kelas sosial bahkan dari pekerjaan
yang sama, mungkin memiliki gaya hidup yang berbeda. Gaya hidup seseorang
adalah pola hidup seseorang dalam dunia kehidupan sehari - hari yang dinyatakan
dalam kegiatan, minat dan pendapat yang bersangkutan. Gaya hidup melukiskan
keseluruhan pribadi yang berinteraksi dengan lingkungannya, serta keseluruhan
pola perilaku seseorang dalam kehidupan sehari - hari. Dalam mempersiapkan
suatu strategi pemasaran bagi sebuah produk, para pemasar harus meneliti
hubungan antara produk mereka atau merek dagang tertentu dengan gaya hidup
kelompok.
5. Motivasi.
Seseorang mempunyai beberapa kebutuhan pada suatu waktu. Beberapa
dari kebutuhan itu adalah biogenic, yaitu muncul dari ketegangan fisiologis,
21
seperti lapar, haus, seks, tidak nyaman, dan kebutuhan lainnya adalah psykogenic,
yaitu muncul ketegangan psikologis, seperti kebutuhan untuk diakui, harga diri,
atau diterima oleh lingkungan. Suatu kebutuhan menjadi suatu dorongan, bila
kebutuhan itu muncul hingga mencapai taraf intensitas yang cukup. Motif
merupakan suatu kebutuhan yang cukup mendesak, untuk mengarahkan seseorang
mencari pemuasan terhadap kebutuhan itu. Karena motif adalah keadaan dalam
pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu, untuk melakukan kegiatan
- kegiatan tertentu untuk mencapai suatu tujuan.
Motivasi manusia dalam melakukan pembelian untuk memuaskan kebutuhan dan
keinginannya dapat dibedakan sebagai berikut :
* Motif pembelian primer:
Adalah motif yang menimbulkan perilaku pembelian terhadap kategori umum,
pada suatu produk, seperti membeli pakaian, televisi, sepatu, baju
* Motif pembelian selektif:
Adalah motif yang mempengaruhi keputusan tentang model dan merk dari kelas
produk atau macam penjual yang dipilih untuk suatu pembelian.
* Motif rasional:
Adalah motif yang didasarkan pada kenyataan, seperti yang ditujukan oleh suatu
produk kepada konsumen.
22
* Motif emosional:
Adalah motif pembelian yang berkaitan dengan perasaan atau emosi individu.
Motif ini bersifat subyektif, sehingga sulit untuk menentukan hubungan antara
motif pembelian dengan produk yang dibeli.
6. Persepsi.
Persepsi dapat dirumuskan pengertiannya sebagai proses seorang individu,
dalam memilih, mengorganisasi dan menafsirkan masukan - masukan informasi
untuk menciptakan sebuah gambaran yang bermakna tentang sesuatu. Persepsi
tergantung bukan hanya pada sifat - sifat rangsangan fisik, tetapi juga pada
hubungan rangsangan dengan medan sekelilingnya dan kondisi dalam diri
individu.
Orang dapat muncul dengan persepsi yang berbeda terhadap objek
rangsangan yang sama, karena tiga proses yang berkenaan dengan persepsi adalah
: penerimaan rangsangan secara selektif, perubahan makna informasi secara
selektif dan mengingat sesuatu secara selektif.
7. Belajar.
Belajar menggambarkan perubahan dalam perilaku seorang individu yang
bersumber dari pengalaman. Kebanyakan perilaku manusia diperoleh dengan
dipelajari. Para ahli teori belajar mengatakan bahwa perubahaan perilaku
seseorang terjadi melalui keadaan saling mempengaruhi antara dorongan,
23
rangsangan, petunjuk - petunjuk penting, jawaban dan faktor penguat. Kegunaan
praktis dari teori belajar ini bagi pemasar adalah mereka dapat membangun
tuntutan terhadap produk tertentu, dengan jalan menghubungkan produk itu
dengan dorongan kebutuhan yang kuat, serta memanfaatkan faktor - faktor
penting yang menuntun perilaku dan menyediakan faktor penguat yang positif.
8. Kepercayaan dan sikap.
Melalui perbuatan dan belajar, orang memperoleh kepercayaan dan sikap.
Hal ini selanjutnya mempengaruhi tingkah laku membeli mereka. Suatu
kepercayaan adalah suatu gagasan deskriptif yang dianut oleh seseorang tentang
sesuatu. Produsen sudah tentu sangat tertarik pada kepercayaan yang dianut
seseorang, tentang produk dan jasa mereka. Kepercayaan ini membentuk citra
terhadap merk dan produk, dan orang berbuat sesuai dengan kepercayaannya. Jika
kepercayaan itu salah dan mengekang pembelian, pemasar akan melancarkan
sebuah kampanye untuk memperbaiki kepercayaan itu.
Sebuah sikap menggambarkan penilaian kognitif yang baik maupun tidak
baik, perasaan emosional dan kecenderungan berbuat yang bertahan selama waktu
tertentu, terhadap beberapa objek atau gagasan. Sikap seseorang akan
menempatkan mereka dalam suatu kerangka berpikir, menyukai atau tidak
menyukai suatu objek, menghampiri atau menjauhinya. Sikap menyebabkan
orang berperilaku secara tetap terhadap suatu objek yang sama, serta bertahan
24
dalam suatu pola yang tetap, dan perubahan satu sikap mungkin memerlukan
penyesuaian yang banyak dalam sikap lainnya.
2.4.2. Faktor - faktor Eksternal yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen
1. Kebudayaan.
Kebudayaan adalah faktor penentu keinginan dan perilaku seseorang yang
paling mendasar. Tidak ada homogenitas dalam kebudayaan suatu daerah, hal ini
disebabkan karena banyaknya kelompok etnis, sehingga akan membentuk
perilaku konsumen yang berbeda - beda. Menurut William J Stanton ( 1984 : 82 ),
" Kebudayaan adalah simbul dan fakta yang kompleks, yang diciptakan oleh
manusia, diturunkan dari generasi ke generasi, sebagai penentu dan pengatur
tingkah laku manusia dalam masyarakat yang ada. Simbul tersebut dapat bersifat
tidak kentara, seperti: sifat, pendapat, kepercayaan, nilai, agama, atau dapat pula
bersifat kentara, seperti: alat - alat perumahan, produk, karya seni, dan
sebagainya.
Jadi kenyataan, memang banyak perilaku manusia yang ditentukan oleh
kebudayaan yang melingkupinya dan pengaruhnya akan selalu berubah setiap
waktu, sesuai dengan kemajuan dan perkembangan jaman dari masyarakat
tersebut.
25
2. Kelas sosial.
Sebenamya semua masyarakat menampilkan lapisan - lapisan sosial.
Lapisan sosial ini kadang - kadang berupa sebuah sistem kasta dimana anggota
kasta yang berbeda memegang peranan tertentu dan mereka tidak dapat
mengubah keanggotaan kastanya. Malah lebih sering lapisan sosial itu
membentuk kelas sosial. Kelas sosial adalah sebuah kelompok yang relatif
homogen dan bertahan lama dalam sebuah masyarakat, yang tersusun dalam
sebuah urutan jenjang dan para anggota dalam setiap jenjang itu memiliki nilai,
minat dan tingkah laku yang sama.
Kelas sosial mempunyai beberapa ciri yaitu:
1. Orang berada dalam setiap kelas sosial cenderung lebih berperilaku serupa
daripada orang berasal dari kelas sosial yang berbeda.
2. Seorang dipandang mempunyai pekerjaan yang rendah atau tinggi sesuai
dengan kelas sosialnya.
3. Kelas sosial seseorang dinyatakan dengan beberapa variabel, seperti jabatan,
pendapatan, kekayaan, dan orientasi terhadap nilai daripada hanya
berdasarkan sebuah variabel.
4. Seseorang mampu berpindah dari satu kelas sosial ke kelas sosial lainnya
dalam masa hidupnya.
Keanggotaan seseorang dalam suatu kelas sosial akan mempengaruhi dalam
perilaku pembelian, baik mengenai apa yang dibeli, bagaimana dan dimana
membelinya.
26
3. Kelompok referensi.
Sebuah kelompok referensi bagi seseorang, adalah kelompok - kelompok
yang memberikan pengamh langsung atau tidak langsung terhadap sikap dan
perilaku seseorang. Jika ditinjau lebih jauh, biasanya masing - masing kelompok
mempunyai pelopor opini yang dapat mempengaruhi anggota - anggotanya dalam
membeli sesuatu. Interaksi mereka dalam kelompok sering dilakukan secara
individual, sehingga seseorang mudah terpengaruh oleh orang lain. Kadang -
kadang nasehat orang lain, untuk membeli sesuatu lebih berpengaruh daripada
iklan di majalah, surat kabar, televisi atau media yang lain. Dalam hal ini
manajemen pemasaran perlu mengetahui siapa yang menjadi pelopor opini dari
suatu kelompok. Sebab pelopor opini ini dapat mempengaruhi para anggota
kelompok yang bersangkutan.
4. Keluarga.
Para anggota keluarga dapat memberikan pengaruh yang kuat terhadap
perilaku pembeli. Dapat kita membedakan dua macam keluarga dalam kehidupan
pembeli. Pertama, keluarga sebagai sumber orintasi, yang terdiri dari orang tua.
Dari orang tualah, seseorang memperoleh suatu orintasi terhadap agama, politik,
dan ekonomi, juga ambisi pribadi, harga diri, dan cinta kasih. Suatu pengaruh
yang lansung terhadap perilaku pembeli sehari - hari adalah keluarga sebagai
sumber keturunan, yakni pasangan suami istri beserta anak - anaknya. Keluarga
adalah organisasi konsumen yang terpenting dalam masyarakat, dan setiap
27
anggota keluarga mempunyai pengaruh yang berbeda - beda. Perbedaan tersebut
tergantung pada karakteristik produk dan keluarga.
2.5. Proses Keputusan Pembelian.
Proses pembelian yang dilakukan oleh konsumen bermula jauh sebelum
pembelian sesungguhnya dan berakibat jauh setelah pembelian. Ini mendorong
perusahaan untuk lebih memusatkan perhatian pada keseluruhan proses
pembelian, bukan hanya mencurahkan pada keputusan pembelian. Tahap - tahap
yang dilalui konsumen hingga membuat keputusan atau pilihan akhir adalah
sebagai berikut:
1. Pengenalan Masalah.
Proses membeli dimulai dengan pengenalan masalah atau kebutuhannya.
Pembeli memberikan pandangan yang berbeda antara keadaannya yang
sesungguhnya dan keadaaan yang diinginkannya. Kebutuhan dapat dirangsang
oleh rangsangan dari dalam atau dari luar. Pada tahap ini pemasar perlu
menentukan keadaan yang biasanya menggerakkan pengenalan masalah
konsumen. Pemasar harus meneliti konsumen untuk mengetahui:
a. Apakah kebutuhan yang dirasakan atau masalah yang timbul.
b. Apa yang menyebabkan kebutuhan itu timbul.
c. Bagaimana kebutuhan atau masalah itu menyebabkan seseorang mencari
produk tertentu.
28
2. Pencarian Informasi.
Seorang konsumen yang mulai tergugah minatnya mungkin akan atau
mungkin tidak mencari informasi yang lebih banyak. Jika dorongan untuk
menghimpun informasi itu kuat dapat kita bedakan menjadi dua tingkat, yaitu:
konsumen yang mencari informasi dalam ukuran sedang - sedang saja dan
keadaan demikian disebut perhatian yang meningkat. Bila konsumen mencari
bahan bacaan, menanyakan kepada teman - temannya dan ikut terlibat dalam
berbagai pencarian lainnya, untuk menghimpun informasi tentang produk, maka
dapat dikatakan konsumen aktif mencari informasi.
Sumber - sumber informasi konsumen terbagi menjadi 4 kelompok, yaitu:
•Iklan.
* Kenalan, keluarga dan teman.
* Media Massa
* Pengamalan (pernah menggunakan produk itu sebelumnya).
Sumber - sumber informasi memberikan pengaruh yang relatif berbeda - beda,
sesuai dengan jenis produk dan ciri - ciri pembeli.
3. Penilaian Alternatif.
Pemasar perlu mengetahui bagaimanakonsumen memproses informasi
untuk sampai pada pilihan merek. Tetapi tidak ada proses evaluasi tunggal dan
sederhana yang digunakan konsumen dalam situasi pembelian, tetapi melalui
berbagai proses evaluasi keputusan. Model yang paling baru tentang proses
29
evaluasi konsumen adalah orientasi kognitif, yakni memandang konsumen
sebagai pembuat pertimbangan mengenai produk, terutama berlandaskan pada
pertimbangan yang sadar dan rasional.
Konsep - konsep dasar tertentu membantu memperielas proses penilaian terhadap
konsumen antara lain:
\. Kita beranggapan bahwa setiap konsumen memandang suatu produk sebagai
himpunan dari sifat atau ciri tertentu.
2. Konsumen mungkin mengaitkan bobot pentingnya ciri - ciri yang berbeda itu
dengan ciri - ciri yang sesuai. Satu perbedaan dapat dibuat antara pentingnya
suatu ciri dengan penonjolannya.
3. Konsumen mungkin mengembangkan seperangkat kepercayaan merek, dimana
setiap merek menonjolkan cirinya. Seperangkat kepercayaan yang dipegang
seseorang sehubungan dengan merek tertentu disebut sebagai citra merek.
4. Konsumen dianggap memiliki sebuah fungsi kemanfaatan untuk setiap ciri.
Fungsi kemanfaatan menggambarkan bagaimana konsumen mengharapkan
kepuasan yang diperoleh dari produk dengan tingkat alternatif yang berbeda -
beda bagi setiap ciri.
5. Terbentuknya sikap konsumen terhadap beberapa pilihan, melalui sebuah
prosedur penilaian.Konsumen ternyata menerapkan prosedur penilaian yang
berbeda, untuk membuat satu pilihan di antara sekian banyak ciri - ciri objek.
30
4. Keputusan Membeli.
Tahap penilaian keputusan menyebabkan konsumen membentuk pilihan
mereka diantara beberapa merek, yang tergabung dalam perangkat pilihan.
Konsumen mungkin juga membentuk suatu maksud membeli dan cenderung
membeli merek yang disukainya. Namun demikian, ada dua faktor yang dapat
mempengaruhi maksud membeli, yaitu sikap orang lain dan faktor - faktor yang
tak terduga. Keputusan untuk membali yang diambil oleh pembeli, itu sebenarnya
merupakan kumpulan dari sejumlah keputusan. Setiap keputusan membeli,
mempunyai 7 komponen keputusan. Komponen - komponen itu adalah :
keputusan tentang jenis produk, keputusan tentang merek, keputusan tentang
penjualnya, keputusan tentang bentuk produk, keputusan tentang jumlah produk,
keputusan tentang waktu pembelian, dan keputusan tentang cara pembayaran.
Dalam suatu pembelian barang, keputusan yang harus diambil tidak selalu
berurutan menurut urutan diatas.
5. Perilaku Purna Pembelian.
Setelah membeli produk, konsumen akan mengalami tingkat kepuasan
atau ketidakpuasan. Konsumen juga akan terlibat dalam tindakan sesudah
pembelian pada pemasar. Tugas pemasar tidak berakhir pada saat produk sudah
dibeli, tetapi berlanjut sampai pada periode sesudah pembelian. Kepuasan purna
pembelian itu muncul, bila harapan konsumen sesuai dengan apa yang diberikan
oleh prestasi dari produk serta pemasar. Dan pemasar harus membuat pernyataan
31
produk dengan jujur, yang menunjukkan prestasi produk agar pembeli mengalami
kepuasan. Seorang konsumen yang puas kemungkinannya lebih besar untuk
membeli produk tersebut pada waktu berikutnya dan akan menyampaikan hal -
hal yang baik baik mengenai produk atau pemasar kepada orang lain. Sedangkan
konsumen yang tidak puas, akan mengambil tindakan pribadi dengan
menghentikan pembelian berikutnya atau dengan tindakan publik, yang akan
merugikan perusahaan.
2.6. Peranan Membeli.
Ada beberapa produk yang dalam pembelian oleh konsumen agak mudah
diidentifikasikan, dan dilain pihak ada produk lain yang mencakup sebuah unit
pengambilan keputusan yang melibatkan satu orang atau lebih. Karena itu kita
dapat membedakan beberapa peranan yang mungkin dimainkan orang dalam
sebuah keputusan membeli:
* Pengambilan inisiatif (Initiator)
Pengambilan inisiatif adalah orang yang pertama - tama menyarankan atau
memikirkan gagasan membeli produk atau jasa tertentu.
* Orang yang mempengaruhi (Influences)
Seseorang yang memberikan pengaruh adalah orang yang pandangan atau
nasehatnya diperhitungkan dalam membuat keputusan akhir.
* Pembuat Keputusan (Decides)
32
Seseorang yang pada akhirnya menentukan sebagian besar atau keseluruhan
keputusan membeli : apakah jadi membeli, apa yang dibeli, bagaimana
membeli, atau dimana membeli.
* Pembeli (Buyer)
Pembeli adalah seseorang yang melakukan pembelian yang sebenarnya.
* Pemakai (User)
Pemakai adalah seseorang atau beberapa orang yang menikmati atau memakai
produk atau jasa.
Sebuah perusahaan perlu mengenal peranan tersebut, karena semua
peranan itu mengandung implikasi guna merancang produk, menentukan pesan,
mengalokasi biaya anggaran promosi, dan pelayanan yang akan diberikan.
Dengan mengetahui pelaku utama dan peranan yang mereka mainkan, akan
membantu pemasar untuk menyelaraskan program pemasaran yang tepat dengan
para pembeli.
2.7. Analisis Ketergantungan Antar Faktor.
Untuk menganalisis apakah masing - masing faktor ada saling
ketergantungan atau tidak, perlu dilakukan pengujian atau test terlebih dahulu atas
faktor - faktor tersebut. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk menguji
faktor - faktor tersebut adalah dengan menggunakan metode chi - square test.
Sebelum dilakukan pengujian terhadap faktor - faktor tersebut, perlu dibuat suatu
tabel contigency. Yang akan diperlihatkan seperti dibawah ini.
33
Tabel2.1
Tabel Contigency
Sub Faktor dari frekwensi yang sebenamya terjadi
Faktor II
Sub Faktor II.1
H.2
113
Jumlah
Faktor I
Sub
Faktor
1.1
F l l
F12
F13
k l
Sub
Faktor
1.2
F21
F22
F23
k2
Sub
Faktor
1.3
F31
F32
F33
k3
Jumlah
b l
b2
b 3
k4
Sumber: Sudjana, Metode Statistik
Keterangan:
Fij : Frekwensi yang sebenamya terjadi dari sub faktor II ke-i, akibat sub faktor I
yang ke-3
b i: Jumlah sub faktor II pada baris ke-i.
kj : Jumlah sub faktor I pada kolom ke-j.
M : Jumlah seluruh frekwensi yang sebenamya terjadi.
Eij: Frekwensi yang diharapkan terjadi.
Dari tabel contigency, diperoleh informasi yang sebenamya terjadi,
sedangkan frekwensi yang diharapkan terjadi dari setiap elemen sub faktor
adalah:
34
Eij = bixkjM
Test Statistiknya ( Chi Square test) adalah :
n k (Fij-Eij)2
X2 = £ I _ _
i=j j=i Eij
Kritik : Tolak Ho, apabila X1 hitung > Xz (a ,v)
Berdasarkan tabel distribusi X2 , untuk tingkat kepercayaan ( 1 - a) dan derajat
kebebasan v = (b-1) (k-1), maka akan diperoleh nilai X2 (a ,v).
Bila X2 < X2 ( a, v ) berarti HO diterima, atau dengan kata lain tidak ada
ketergantungan antara 2 faktor tersebut.
Bila X2 > X2 ( a, v) berarti HO ditolak, atau dengan kata lain ada ketergantungan
antara 2 faktor tersebut.
Adapun hipotesis yang digunakan adalah :
* Hipotesis Awal (HO ) : Kedua faktor yang diuji tidak berhubungan atau tidak
ada saling ketergantungan.
* Hipotesis Alteraatif : Kedua faktor yang diuji ada hubungan atau ada
ketergantungan.