wps edisi 2

8
Ureung Inong HABA HABA HABA

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: WPS Edisi 2

Ureung InongHABAHABAHABA

Page 2: WPS Edisi 2

HABA Ureung Inong

2

02 Sekapur Sirih03 Gerakan perempuan di Era Reformasi04 PSW Ar-Raniry Teliti Peran

Perempuan Aceh Untuk Perdamaian05 Membangun Opini Masyarakat dan

Penguatan Jaringan Media 06 Menguatnya Kelembagaan RPPA07 Peningkatkan Kapasitas Perempuan

Aceh Dalam Melakukan Penanganan Konflik & Penebar Perdamaian di Aceh

Daftar Isi

REDAKSI

PENERBITFlower Aceh

PENANGGUNG JAWABDesy SetiawatyTIM REDAKSI

Elvida, Nisa, Evi WahyuniLayout & Cover

Hendra LesmanaALAMAT REDAKSI

Jalan Residen danubroto no.7Geuceu Kayee Jato, Banda Raya

Banda AcehTelp. 0651 - 45755

[email protected]

Websitewww.gerakanperempuanaceh.org

Assalamualaikum

Dalam edisi pertama ini Haba Ureung Inong mencoba menuangkan kegiatan bulanan serta artikel yang berjudul “Gerakan perempuan di Era Reformasi”, kami juga memasukkan info penguatan kelembagaan RPPA, Penelitian tentang peran perempuan dalam perdamaian, Meningkatkan Kapasitas Perempuan Aceh dalam melakukan Penanganan Konflik & Penebar Perdamaian di Aceh serta penguatan jaringan media dalam kampanye gerakan perempua.semoga bermanfaat

Salam redaksi

Sekapur sirih

Ureung InongHABAHABAHABA

Page 3: WPS Edisi 2

3

HABA Ureung Inong

1) K e k e r a s a n t e r h a d a p

perempuan berbasis gender,

u p a y a p e n c e g a h a n d a n

pemulihannya serta bantuan

hukum dan psikologis bagi

korban;

2) Kemberdayaan perempuan

dalam bidang politik, ekonomi,

akses terhadap informasi dan

sumberdaya kehidupan dan

akses terhadap keadi lan

hukum;

3) Penanganan terhadap kasus-

kasus kekerasan perempuan

pekerja migran yang di era

reformasi ini arus migrasi

tenaga kerja Indonesia ke luar

negeri semakin tinggi;

4) Penanganan terhadap kasus-

k a s u s p e r d a g a n g a n

perempuan (trafiking);

5) Perjuangan untuk partisipasi

p e r e m p u a n d a l a m

pengambilan keputusan di

s e m u a t i n g k a t a n

pemerintahan; 6) merespon

politisasi agama, etnis dan

gender sebagai bagian dari

penyingkiran atas hak-hak

perempuan yang tumbuh

subur di era demokrasi ini.

Dari proses kerja-kerja yang

dilakukan gerakan perempuan ini,

terdapat beberapa capaian penting

yang mesti tercatat dalam pencapaian

gerakan perempuan ini. Diantaranya

a d a l a h m e m p o p u l e r k a n k a t a

'perempuan' yang semula kata ini

merupakan kata yang dipergunakan

sebagai counter terhadap penggunaan

kata 'wanita' yang dipakai pemerintah

Orde Baru. menjadi menjadi nama-

nama lembaga negara seperti 'Komnas

P e r e m p u a n ' , K e m e n t e r i a n

Pemberdayaan Perempuan dan Anak

(KPPA) biro-biro Pemberdayaan

Perempuan di pelbagai daerah di

Indonesia dan lainnya; mengambil

inisiatif dan mendorong kebijakan

negara yang melindungi hak-hak

perempuan dalam bentuk peraturan

dan pelembagaan seperti terbitnya

I n s t r u k s i P r e s i d e n t e n t a n g

Pengarusutamaan Gender Dalam

Pembangunan Nasional, disahkannya

U n d a n g - U n d a n g t e n t a n g

Penghapusan Kekerasan dalam Rumah

Tangga (PKDRT), disahkannya Undang-

Undang tentang Pemberantasan

Tindak Pidana Perdagangan Orang dan

adanya kemitraan strategis dengan

p a ra p e n e ga k h u k u m , s e p e r t i

kejaksaan dan kepolisian dan adanya

penyebarluasan pemahaman publik

t e n t a n g k e k e r a s a n t e r h a d a p

perempuan.

Meskipun sejumlah capaian telah

diperoleh, gerakan perempuan pun

mengalami beragam tantangan di Era

reformasi ini. Tantangan tersebut baik

di tingkat internal maupun eksternal.

Di tingkat internal adalah belum

kuatnya gerakan yang berbasis

kesukarelaan diantara anggota

ge ra ka n , s e h i n g ga i a m em i l i k i

ketergantungan pendanaan dari donor

internasional. Ketika pendanaan dari

donor internasional itu dihentikan,

maka banyak organisasi-organisasi

gerakan perempuan tidak dapat

beroprasi lagi, karena tidak ada

program yang bisa dijalankan; belum

kuatnya kader-kader baru yang dapat

melanjutkan gerakan perempuan ke

depan, sehingga belum ter jadi

p e nye b a ra n p e n g e ta h u a n d a n

keahlian kepada generasi berikutnya di

dalam anggota gerakan.

Tantangan lainnya di t ingkat

eksternal adalah pelbagai kebijakan

yang telah disahkan di tingkat nasional

yang melindungi hak-hak perempuan

dan kekerasan terhadap perempuan

belum banyak diketahui dan dipahami

oleh para eksekutif dan aparat penegak

Gerakan perempuan di Era Reformasi

HABA Ureung Inong

erakan perempuan di Era reformasi adalah organisasi gerakan yang mendorong terbentuknya sistem demokrasi dan

Gmerupakan aktor utama-- beserta organisasi mahasiswa dan organisasi pro-demokrasi lainnya-- dalam

menumbangkan rezim paternalistik Orde Baru;

Organisasi-organisasi gerakan perempuan ini tidak hanya turut membentuk sistem demokrasi, lebih dari pada itu, ia pun

mengisinya dengan kerja-kerja nyata seperti menangani masalah-masalah:

Page 4: WPS Edisi 2

4

HABA Ureung Inong

hukum di bawahnya, baik di tingkat

p ro v i n s i m a u p u n ka b u p ate n .

Pelanggaran terhadap hak-hak

perempuan pun semakin meluas,

baik yang dilakukan oleh aktor non

negara atau masyarakat maupun

dilakukan oleh pejabat negara.

Kasus-kasus kekerasan seksual

s e m a k i n m e n g k h a w a t i r k a n ,

terutama untuk anak perempuan di

bawah umur.

Situasi sosial-politik dan ekonomi

pun cenderung melemahkan gerakan

perempuan, seperti kebijakan negara

y a n g p r o - p a s a r c e n d e r u n g

memiskinkan dan melemahkan

perempuan, karena modal ekonomi

diakses oleh para elit ketimbang

kaum perempuan di akar rumput.

S e l a i n i t u j u g a m e n g u a t n y a

puritanisme agama yang agenda

mereka lebih banyak bertolak

belakang dan bertentangan dengan

isu yang diperjuangkan dalam

gerakan perempuan.**

Pusat Studi Wanita (PSW)

Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-

Raniry Banda Aceh melakukan

p e n e l i t i a n t e n t a n g p e r a n

perempuan Aceh dalam memelihara

perdamaian di Aceh, penelitian ini

diharapkan dapat memperkuat

partisipasi perempuan untuk Aceh

yang damai.

D i kata ka n , p e n e l i t i a n i n i

meneliti tentang peran perempuan

d a l a m r a n g k a m e m e l i h a r a

perdamaian di Aceh, tujuannya

untuk memperkuat partisipasi

perempaun yang selama ini masih

sangat kurang dalam menjaga

perdamaian di Aceh.

"Yang kita teliti adalah eks

kombatan perempuan dan women

leader serta aktivis yang ada di

Kabupaten Aceh Selatan, Aceh

Besar, Aceh Utara dan Bener Meriah,

saat ini penelitian telah dilakukan

mencapai 70 persen pada penulisan

laporan dan mendapat mengayaan

dari 27 lembaga," Kata Rasyidah.

Kehadiran para peserta dalam

workshop ini kata Rasyidah untuk

m e m b e r i k a n m a s u k a n p a d a

penelitian ini, terkait bagaimana

besarnya peran perempuan itu sejak

dalam masa konflik, perdamaian dan

masa pascadamai, tapi peran-peran

itu menjadi tidak terdokumentasi

baik, sehingga tidak diketahui oleh

siapapun, jadi ini menjadi langkah

awal untuk mendokumentasikan

peran perempuan.

"Penelitian ini bekerjasama

dengan UN women dan Balai Syura

Ureung Inoeng Aceh, dan dijadikan

s e b a g a i b a h a n d a s a r u n t u k

menyusun rencana aksi daerah aceh

dalam memperkuat keterlibatan

p e r e m p u a n d a l a m m e n j a g a

perdamaian Aceh,"� ujarnya.

Worshop ini dilaksanakan untuk

mendapatkan masukan-masukan

dan pengayaan terhadap hasil

penelitian agar hasil penelitian ini

menjadi lebih kaya informasi dan

datanya, kerena yang hadir ini

merupakan para aktivis, mantan

kombatan, akademisi, peneliti sosial

budaya, penelitian ini merupakan

yang sangat kolaboratif, karena sejak

awal penel it ian ini di lakukan

mel ibatkan banyak masukan-

masukan dari banyak pihak, bukan

hanya dari peneliti saja.

"Workshop dilaksanakan selama

dua hari, kita berharap para peserta

yang telah hadir pada workshop ini

d a p a t b e r p r a n a k t i f u n t u k

memberikan masukan-masukan

dalam untuk memperkaya informasi

dalam penelitian ini," kata Khairani

Dia menegaskan, penelitian ini

sangat penting, ini menyangkut

dengan peran serta keterlibatan

p e r e m p u a n d a l a m m e n j a g a

perdamaian di Aceh, diharapkan

pada kegiatan ini para peneliti

mendapat banyak masukan dari

peserta.

"Penelit ian ini melibatkan

Sembilan orang peneliti , t iga

diantaranya sebagai peneliti utama

yaitu Dr. Analiansya, Rasyidah, M.Ag

dan Ismiati, M.Si, kegiatan ini

difasilitasi oleh Nusiti, beliau

f a s i l i t a t o r y a n g s a n g a t

berpengalaman," tutup Khairani.

[Nat]. ***

PSW Ar-Raniry Teliti Peran Perempuan Aceh Untuk Perdamaian

Sumber:http://www.komnasperempuan.or.id/2014/04/gerakan-perempuan-di-era-reformasi-capaian-dan-tantangan-neng-dara-affiah/

Page 5: WPS Edisi 2

5

HABA Ureung Inong

Media-media kampanye tersebut adalah:1. Website

www.gerakanperempuanaceh.org2. Chanel youtube

(www.youtube.com/user/gerakanperempuanaceh).

3. Account facebook dan fanspage facebook (FB: Gerakan Perempuan Aceh).

4. Twitter (@perempuan_aceh).5. Email newsletter (mailchimp.com).6. Kalender dan media outbound.

Pelatihan Advokasi Kreatif & Media Sosial untuk aktivis dan remaja

Program WPS in i juga sedang m e n d o ro n g l a h i r nya Ke l o m p o k Gerakan Media yang terdiri dari aktifis muda dari berbagai lembaga yang sedang berproses membangun sebuah gerakan publikasi media untuk kegiatan y a n g d i l a k u k a n o l e h g e r a k a n perempuan Aceh.

Untuk itu telah dilaksanakan training Kampanye Media Sosial dengan tema “Becoming the Cyberactivis” pada tanggal 28 -30 Januari 2014. Training ini bertujuan untuk melatih para aktivis dalam menggunakan sosial untuk k e p e n t i n g a n k a m p a n y e d a n m e n d o r o n g a d a ny a ko m u n i t a s cyberactivis. Peserta training terdiri dari 21 orang (11 orang perempuan dan 10 orang laki-laki), yang merupakan perwakilan dari MaTA, BSUIA, Flower Aceh, Pulih Aceh, PSW IAIN Ar-Raniry, Puan Adisa, GeRAK Aceh, LBH Apik, Koalisi NGO HAM, LBH Aceh, AWPF, PKBI Aceh, SP Aceh dan RPuK.

Selain membuat alternatif media untuk melakukan kampanye, Flower Aceh juga melakukan pelatihan bagi

para remaja agar dapat memanfaatkan media social untuk kepentingan kampanye kreatif yang efektif. Belajar d a r i p e l a k s a n a a n p e l a t i h a n sebelumnya, maka pelaksanaan pelatihan ini dilakukan secara bertahap dengan rentang waktu satu minggu. Pelatihan pertama di lakukan pada tanggal 11 Mei 2014 dan yang kedua pada tanggal 18 Mei 2014. Waktu pelatihan yang dipilih adalah hari minggu karena sebagian peserta adalah pelajar sekolah.

Materi yang disampaikan adalah tentang gender dasar dan pengenalan lembaga Flower Aceh dan gerakan perempuan Aceh. Materi tentang pembuatan script, instalasi software film editing, tehnik shooting, tehnik wawancara, tehnik presenter, dan tehnik narrator. Semua materi tersebut diikuti dengan praktek.

Lomba Menulis & Lomba Foto Tentang Perempuan & Perdamaian untuk Remaja

Lomba foto ini merupakan langkah untuk menarik minat remaja bergabung dalam gerakan perempuan aceh untuk mendorong lahirnya generasi baru.

Pemilihan aktivitas lomba foto ini dinilai akan efektif karena remaja cenderung menyukai ha l -ha l y a n g b e r s i f a t teknologi. Untuk menjaring peminat yang lebih banyak, m a k a d u r a s i p e r l o m b a a n fo to diperpanjang sampai dengan bulan Juni 2 0 1 4 . M e t o d e

perlombaan adalah dengan meminta peserta mengir imkan foto yang b e r t e m a k a n p e r e m p u a n d a n perdamaian ke facebook gerakan perempuan Aceh dan kemudian penilaian pemenangnya ditentukan oleh banyaknya pengunjung yang menyukai foto yang diperlombakan tersebut. Metode yang sama juga digunakan untuk perlombaan menulis blog. Dimana tema yang diusung juga membicarakan tentang perempuan dan perdamaian. Peserta lomba dibebaskan untuk menggunakan berbagai sudut pandang dalam menggambarkan peran perempuan dalam perdamaian.***

Membangun Opini Masyarakat dan Penguatan Jaringan Mediaerujuk pada kurangnya pemberitaan tentang isu-isu hak perempuan di pelbagai media, Flower Aceh mendapat Mperan sebagai lembaga yang menjalankan programnya melalui rangkaian kegiatan kampanye media tentang kegiatan yang sudah dilakukan oleh kelima lembaga konsorsium ini, dengan cara menyebarkan informasi,

memasifkan isu-isu hak perempuan, serta menyediakan media-media kampanye lainnya. Adapun strategi yang dilakukan oleh Flower Aceh dengan mempersiapkan media-media kampanye, memperkenalkan, meningkatkan trafic, dan menemukan bentuk seperti posisi, isu yang digarap, strategi kampanye, dan lain sebagainya.

Twitter @perempuan_aceh

Page 6: WPS Edisi 2

6

HABA Ureung Inong

Program ini memandang penting

dilakukannya Kampanye damai Caleg

Perempuan Pemilu 2014, pertemuan

in i juga mel ibatkan gerakan

perempuan di Aceh, unsur LSM dan

Media di Aceh. Kegiatan ini bertujuan

untuk memperkuat solidaritas antar

caleg perempuan lintas parpol di

Banda Aceh dan Aceh Besar ,

membangun dukungan dari elemen

sipil, media massa dan masyarakat

untuk memilih caleg perempuan

p a d a P e m i l u 2 0 1 4 s e r t a

penandatanganan kontrak politik

d a n p e m b a c a a n m a n i f e s t o

perempuan politik

Aceh.

H a s i l y a n g

d i h a r a p k a n d a r i

kegiatan ini adalah

m e n g u a t n y a

solidaritas antar caleg

perempuan l intas

parpol di Banda Aceh

dan Aceh Besar serta

t e r b a n g u n n y a

d u k u n g a n d a r i

elemen sipil, media

massa dan masyarakat

u n t u k m e m i l i h c a l e g

perempuan pada Pemilu

2014. Pada kesempatan

t e r s e b u t j u g a

ditandatangani kontrak

politik dan manifesto janji

kebangsaan oleh Caleg

Perempuan. Adanya draf

janji pemilih yang telah

ditandatangangani dan

dibaca di depan umum oleh

p e r w a k i l a n

pemilih.

a s i s t e n s i c a l e g

perempuan bertujuan

untuk mendukung caleg

perempuan. Bentuk

kegiatan asistensi caleg

perempuan dilakukan

s e b a nya k 1 0 ta h a p

d e n g a n 4 m o d e l

i nte r ve n s i b e r b e d a

s e s u a i d e n g a n

k e b u t u h a n c a l e g

perempuan sebagai

berikut: a)Penguatan tim sukses

caleg perempuan. b)pertemuan dan

d i s k u s i d e n g a n

komunitas/masyarakat c)pelatihan

saksi caleg perempuan d)konsolidasi

caleg perempuan d)penguatan

k a p a s i t a s c a l e g p e r e m p u a n .

Pelaksanaan kegiatan asistensi

dengan metode yang berbeda ini

dilakukan sesuai dengan kebutuhan

masing-masing caleg perempuan

y a n g d i a s i s t e n s i d e n g a n

pertimbangan sebagai berikut:

1) Penguatan Tim Sukses Caleg

Perempuan

2) Pertemuan & Diskusi Dengan

Komunitas/Masyarakat

3) Pelatihan Saksi Caleg Perempuan

4) Pe n g u ata n Ka p a s i ta s C a l e g

Perempuan

5) Konsolidasi Caleg Perempuan.

Penentuan caleg yang mendapatkan

asistensi berdasarkan hasil analisa

yang menunjukkan potensi dan

peluang untuk dapat terpilih menjadi

Aleg pada pemilu 2014, sebaran

wilayah, sebaran partai politik dan

i n i s i a t i f d a r i c a l e g y a n g

bersangkutan.***

Menguatnya Kelembagaan RPPA

Strategi untuk meningkatkan partisipasi politik perempuan harus dilakukan lewat berbagai cara, diantaranya melalui

upaya peningkatan kapasitas kandidat perempuan, membangun komitmen tertulis dari partai politik di Aceh untuk

memberikan dukungan sepenuhnya bagi mereka, dan membangun komunikasi dan konsolidasi antar kandidat

perempuan yang akan mencalonkan diri, gerakan perempuan dan gerakan masyarakat sipil dalam upaya menyusus strategi

bersama untuk pemenangan pemilu 2014. Dan yang terpenting adanya dukungan masyarakat selaku pemilih untuk memberikan

suaranya terhadap caleg perempuan yang mencalonkan diri pada Pemilu 2014.

Page 7: WPS Edisi 2

Diskusi Regular Komunitas

1. Desa Gunung Rotan (Aceh

Selatan)

Diskusi yang dilakukan masih

mengangkat tema kekerasan

sebagai tema utama diskusi

namun kali ini pembahasannya

lebih spesifik pada Kekerasan

Terhadap Anak (KTA), dalam

diskusi ini banyak membahas

tentang pola pengasuhan anak,

bagaimana seharusnya menjadi

orang tua yang baik, bagaimana

m e n g h a d a p i a n a k y a n g

bermasalah, tentang membangun

komunikasi yang positif dengan

keluarga khususnya dengan anak,

bagaimana proses adopsi anak yang

sah sehingga proses pengangkatan

anak dilakukan sesuai dengan

peraturan perundang-undangan.

2. Desa Alue Leuhop (Aceh Utara)

Dalam diskusi ini disampaikan

bahwa Keuchik, sekretaris keuchik,

tuha peut , dan lain-lain adalah

posisi penentu kebijakan, posisi

pengambil keputusan, yang dapat

m e n d u k u n g k e t e r l i b a t a n

p e re m p u a n d a l a m b e r b a ga i

aktivitas di gampong. Perempuan

penting untuk terlibat digampong

karena j ika ada kasus-kasus

kekerasan yang dialami oleh

perempuan, pastilah perempuan

lebih nyaman bercerita dengan

p e r e m p u a n . D i a m e r a s a

persoalannya didengarkan oleh

perempuan, karena

p e r e m p u a n p a s t i

mengalami hal yang

sama. Masalah yang

dihadapi oleh Tokoh

Adat Perempuan adalah

ketika ada perempuan

ya n g m e n c e r i t a ka n

masalahnya dianggap

ikut campur urusan

orang lain, walaupun

masalah yang dihadapi

mengancam nyawanya.

Tidak semua orang bisa

m e n g i n t e r v e n s i ,

kewajiban keuchik dan

t u h a p e u t u n t u k

m e m b a n t u

masyarakatnya yang

menghadapi masalah.

K e g i a t a n D i s k u s i

menghasilkan beberapa

rekomendasi diantaranya

adalah kebutuhan akan

informasi terkait hak-hak

perempuan dan hukum,

baik adat, agama dan

hukum positif nasional, qanun-

q a n u n y a n g t e r k a i t ,

menghadirkan narasumber dari

MAA, Tokoh Agama, Akademisi

dan Aparat Penegak Hukum.

Melibatkan masyarakat di desa

dimana kegiatan dilakukan, baik

peserta laki-laki dan perempuan

dalam diskusi di desa.

3.Desa Sukajadi Kecamatan Wih

Pesam (Bener Meriah)

D i s k u s i d i a w a l i d e n g a n

penjelasan mengenai Qanun No.

9 tahun 2008 yang mengatur

tentang 18 perkara yang dapat

diselesaikan di tingkat gampong.

Hal ini untuk menghindari seluruh

perkara yang terjadi di masyarakat

langsung di bawa ke polisi untuk

diselesaikan melalui jalur hukum.

Ditegaskan bahwa aparatur desa

memi l ik i kewenangan untuk

menyelesaikan terlebih dahulu dan

mengupayakan perdamaian.

Dalam hal kasus/perselisihan

tersebut terjadi di antara sesama

p e re m p u a n ata u s a l a h s at u

pihaknya adalah perempuan, maka

penting untuk memastikan adanya

sara opat yang perempuan.

Meningkatkan Kapasitas Perempuan Aceh Dalam Melakukan Penanganan Konflik & Penebar Perdamaian di Aceh

7

HABA Ureung Inong

Page 8: WPS Edisi 2

Sehingga mereka bisa lebih leluasa

u n t u k m e n c e r i t a k a n

permasalahannya dan dibantu

memberikan jalan keluarnya tanpa

menggunakan kekerasan.

TOT Ketrampilan Teknis Mediasi,

Negosiasi, Fasilitasi & Lobby bagi

P 2 T P 2 A , K a d e r & T o k o h

Perempuan)

1.Aceh Utara

Peserta pada kegiatan pelatihan ini

adalah tokoh adat perempuan yang

telah mengikuti proses rekruitmen

melalui serangkaian FGD yang

dilakukan di komunitas masing-

masing sesuai dengan wilayah yang

m e n j a d i t a r g e t p r o g ra m d i

Kabupaten Aceh Utara.

Tokoh Adat Perempuan yang

mengikuti kegiatan Peningkatan

kapas i tas mela lu i Pe lat ihan

Peningkatan Kapasitas Tokoh Adat

P e r e m p u a n d a l a m p r o s e s

penyelesaian sengketa/kasus di

komunitas berjumlah 24 orang

peserta yang mewakili masing-

masing gampong/desa yang dipilih

berdasarkan hasil assessment dan

FGD. Pe lat ihan d imula i dar i

K a b u p a t e n A c e h U t a r a

d i l a k s a n a k a n d i s a l a h s a t u

hotel/wisma di kota Lhokseumawe,

difasilitasi oleh Ibu Azriana, S.H.

dan menghadirkan dua orang

Narasumber yaitu Bapak Danial,

M.Ag (tokoh agama dan akademisi)

dan Bapak Drs. T. Mustafa (Majelis

Adat Aceh-Kabupaten Aceh Utara).

Kegiatan Pelatihan Peningkatan

Kapasitas tokoh Adat Perempuan di

wilayah Aceh Utara, disampaikan

materi mengenai :

r P e n g e n a l a n h a k - h a k

perempuan untuk membangun

ke b e r p i h a k a n u t a m a n y a

keberpihakan terhadap korban.

r P e n g e n a l a n h a k - h a k

perempuan di perkuat oleh

n a r a s u m b e r y a n g

menyampaikan materi “hak-

perempuan dalam perspektif

Is lam” untuk menguatkan

pemahaman peserta terhadap

hak-hak perempuan yang dapat

diperjuangkan, melalui proses

penyelesaian sengketa yang

berkeadilan.

r Perlindungan terhadap hak-hak

p e r e m p u a n ( b a g a i m a n a

perempuan dilindungi), melalui

p a y u n g h u k u m d a n

keberpihakan terhadap hak

juga keadilan.

r Sengketa di Komunitas dan

Alternatif Penyelesaiannya

(melalui mekanisme peradilan

a d a t ) d i s a m p a i k a n o l e h

narasumber.

r K e t r a m p i l a n D a s a r

Pendampingan Perempuan

K o r b a n K e k e r a s a n d i

Komunitas.

r U n t u k m e m p e r k u a t

pemahaman peserta terhadap

materi, dipraktekkan melalui

bermain peran (roleplay),

peserta lebih mudah dalam

memahami materi dengan

ka s u s - ka s u s p e ny e l e s a i a

sengketa di komunitas.

2. Aceh Selatan

Pelatihan ini merupakan salah

satu bentuk penguatan untuk

kelompok perempuan, Aparat desa,

dan Para Pemangku kepentingan

baik tingkat kecamatan maupun

Kabupaten di Aceh Selatan dengan

harapan dapat memberikan ruang

dan kesempatan yang baik, dalam

memperkuat Partispasi Perempuan

u n t u k K e a m a n a n d a n

Pembangunan Perdamaian yang

berkelanjutan berbasis masyarakat.

Tujuan dari TOT ini adalah agar

terbangunnya dukungan dari

s e m u a s t a ke h o l d e r d a l a m

penanganan kasus kekerasan

t e r h a d a p p e r e m p u a n d a n

mempromosikan perdamaian serta

meningkatnya Kapasitas aparatur

pemerintah, aparatur kampung dan

tokoh adat perempuan tentang

perannya dalam penyelesaian kasus

kekerasan terhadap perempuan

melalui peningkatan keterampilan

teknis mediasi, negosiasi dalam

penanganan kasus kekerasan

berbasis gender.

Kegiatan ini diikuti oleh 25

peserta yang terdiri dari 11 orang

peserta laki-laki dan 14 orang

peserta perempuan dan mewakili

dari tiga tingkatan yaitu dari tingkat

ka b u p aten ( p er wa k i la n d a r i

Pengurus P2TP2A Aceh Selatan,

Perwakilan MAA, Dinas Sosial,

BKSPPPA dan BSUIA Aceh Selatan),

tingkat kecamatan (Camat, Polsek,

TKSK Kecamatan, kepala Mukim

untuk Wilayah Labuhan Haji Timur)

dan tingkat gampong (Kepala Desa,

Imam Meunasah, Perwakilan Tuha

Pheut, PKK, Kelompok Perempuan,

Pemuda dan Kepala Dusun Desa

Gunung Rotan).

Dalam Pelatihan ini seluruh

peserta mendapatkan pencerahan

atau penguatan kapasitas terkait

“Kerangka Konsep dan Kebijakan

tentang Pelibatan/Partisipasi

Perempuan dalam Pembangunan

Damai Post Konflik dalam Tinjauan

Yuridis Formil, Tinjauan Sosilogis,

d a n T i n j a u a n Te o l o g i s ya n g

disampaikan oleh Rasyidah, M.Ag

( Ke t u a P u s a t S t u d i Wa n i ta ,

Universitas Islam Negeri Ar Raniry

Banda Aceh), selanjutan proses

p e l a t i h a n d i Fa s i l i t a s i o l e h

Fasilitator (Taufik Riswan).***

8

HABA Ureung Inong