word jurnal mata

19

Click here to load reader

Upload: ndarumas-lina

Post on 01-Dec-2015

40 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Word Jurnal Mata

PENELITIAN

Joanna Jefferis, Rafael Perera, Hazel Everitt, Henk van Weert, Remco Rietveld, Paul

Glasziou dan Peter Rose

Infeksi konjungtivitis akut pada layanan kesehatan primer: Apakah membutuhkan

antibiotik?

Meta-analisis data individu pasien

Abstrak

Latar belakang

Infeksi konjungtivitis akut adalah masalah umum dalam pelayanan kesehatan primer, yang

secara tradisional dikelola dengan antibiotik topikal. Sejumlah penelitian klinis

mempertanyakan manfaat antibiotik topikal untuk infeksi konjungtivitis akut.

Tujuan

Menentukan manfaat antibiotik untuk pengobatan infeksi konjungtivitis akut pada layanan

kesahatan primer dan keuntungan bagi sebagian besar kelompok.

Desain

meta-analisis data individu pasien

Metode

Penelitian yang relevan dimana identifikasi dan data individu pasien dikumpulkan untuk

meta-analisis dan analisis subkelompok.

Hasil

Tiga penelitian yang memenuhi syarat diidentifikasi. Data penelitian individu pasien yang

tersedia dari semua layanan kesehatan primer dan data yang tersedia pada 622 pasien untuk

analisis. Delapan puluh persen (246/308) dari pasien yang menerima antibiotik dan 74%

(233/314) dari kontrol yang sembuh pada hari ke 7. Ada manfaat yang berarti pada antibiotik

yang dibandingkan dengan kontrol untuk kesembuhan pada hari ke 7 pada semua kasus

gabungan (perbedaan risiko 0,08, 95% Interval kepercayaan (CI) = 0,01-0,14). Subkelompok

yang menunjukkan manfaat signifikan dari antibiotik adalah pasien dengan cairan purulen

(Perbedaan resiko 0,09, 95% CI = 0,01-0,17) dan pasien dengan mata merah ringan

(Perbedaan resiko 0,10, 95% CI = 0,02-0,18), dimana jenis kontrol yang digunakan (dengan

plasebo tetes versus tidak menggunakan) menunjukkan interaksi yang berarti (P = 0,03).

Kesimpulan

Konjungtivitis akut dalam layanan kesehatan primer dapat dianggap sebagai kondisi yang

dapat sembuh sendiri, dengan kebanyakan pasien menjadi lebih baik terlepas dari terapi

1

Page 2: Word Jurnal Mata

antibiotik. Antibiotik mungkin memiliki manfaat pada pasien dengan cairan purulen atau

mata merah ringan. Peresepan praktek perlu diperbarui, dengan mempertimbangkan hasil

penelitian ini.

Kata kunci

Agen antibakteri ; konjungtivitis; praktek keluarga; meta-analisis.

PENDAHULUAN

Konjungtivitis infeksi akut adalah masalah umum dalam layanan kesehatan primer,

perhitungannya hingga 1% dari konsultasi dokter di Inggris. Standar pengobatan infeksi

konjungtivitis akut secara tradisional adalah dengan antibiotik topikal. Dimana sedikit bukti

dari pelayanan primer yang menjadi dasar pengobatan sampai tahun 2005, ketika tiga

penelitian berdasarkan layanan kesehatan primer diterbitkan. Penelitian ini mengkonfirmasi

perubahan tinggi pada kasus yang tidak diobati antibiotik dan efek terbatas antibiotik dalam

layanan kesehatan primer. Selain itu, pedoman klinis telah diperbarui untuk membatasi

penggunaan antibiotik. Ditambahkan, perbedaan antara virus dan bakteri karena sulit pada

dasar klinis, dan umumnya tidak praktis untuk meminta dan menunggu hasil mikrobiologi

sebelum memulai pengobatan.

Sejak tahun 2005, dokter telah merespon dibuktikan berkurangnya peresepan untuk

infeksi konjungtivitis akut, namun menghadapi ketersediaan bebas kloramfenikol di Inggris

menghasilkan peningkatan 48% dalam penggunaan kloramfenikol topikal. Identifikasi

subkelompok yang diuntungkan dengan antibiotik penting untuk membimbing peresepan

praktek di kedua pelayanan primer dan apotek. Meta analisis data individu pasien terbukti

menjadi metode yang efesien untuk analisis subkelompok ketika hanya sejumlah penelitian

yang tersedia.

Dalam penelitian dilakukan meta-analisis menggunakan data pasien, dengan aimof

yang menilai manfaat keseluruhan antibiotik pada infeksi konjungtivitis akut dalam layanan

kesehatan primer.

METODE

Pemilihan penelitan

The Cochrane Central Register of Controlled Trials (CENTRAL), Embase,

MEDLINE, PubMed dan penelitian acak terkontrol sampai dengan April 2010. Metodologi

filter digunakan untuk mengidentifikasi penelitian acak terkontrol (RCT) pada Embase dan

MEDLINE, tidak ada batas atau filter yang digunakan. Istilah pencarian berikut adalah

2

Page 3: Word Jurnal Mata

digunakan: (konjungtivitis kata kunci, bakteri) atau (akut atau menginfeksi * atau bakteri *)

conjunctiv *) dan (kata kunci anti-bakteri agen) atau (* antibiotik). Penelitian yang

memenuhi kriteria inklusi kemudian mendapat perlakuan dalam layanan kesehatan primer

dan diacak, kemudian dibandingkan antibiotik dengan plasebo atau tanpa pengobatan.

Sebanyak 332 penelitian yang relevan telah diidentifikasi, 325 ini dikeluarkan dari

hasil review terhadap judul dan abstrak oleh dua pengamat independen; diambil tujuh teks

lengkap untuk ditinjau, dan di mana hubungan penjelasan diperlukan para penulis. Penulis

penelitian menghubungkan dan meminta bahan data mereka. Data berikut diminta dari setiap

penyidik sidang: hasil pada hari ke 7, hasil kultur, usia, gejala atau buku catatan harian

dokter, adanya cairan purulen, dan tingkat keparahan mata merah.

Bagaimana hal ini cocok

Tetes mata kloramfenikol tersedia untuk pasien secara bebas di Inggris, meskipun

kurangnya pedoman pada pasien tentang keuntungan antibiotik. Sejumlah uji klinis telah

mempertanyakan manfaat dari antibiotik topikal pada konjungtivitis akut, tetapi mereka

secara individu terlalu kecil untuk melakukan analisis subkelompok. Meta-analisis data

pasien individu menunjukkan bahwa kebanyakan pasien dengan infeksi konjungtivitis akut

akan menjadi lebih baik tanpa antibiotik. Pasien dengan cairan purulen dan mata merah yang

ringan mungkin antibiotik dapat bermanfaat.

Hasil pengukuran

Hasil utama pengukuran adalah kesembuhan pada hari ke-7. Kultur bakteri positif

digunakan sebagai hasil pengukuran sekunder untuk mengidentifikasi gambaran pertumbuhan

bakteri positif. Alasan untuk menggunakan pertumbuhan bakteri positif pada hasil

pengukuran sekunder adalah telah menunjukkan bahwa ada efek kuat pada pengobatan pasien

dengan kultur bakteri positif, dan ini lebih berguna dalam klinis di mana kultur bakteri jarang

dilakukan. Sembuh pada hari 7 didefinisikan sebagai tidak ada gejala tersisa yang dicatat

dalam buku harian pasien pada hari ke 7 untuk penelitian menggunakan buku harian, jika

tidak menurut catatan dokter pada hari 7 dinyatakan konjungtivitis resolusi lengkap.

Untuk penelitian menggunakan buku harian, pasien dengan data yang hilang pada hari

ke 7 dihitung sebagai sembuh pada hari ke 7 jika catatan harian terakhir mereka menunjukkan

mereka sebagai sembuh. Analisis menunjukkan buku harian bahwa tingkat kekambuhan

setelah 'sembuh' yang sangat rendah (<5%), dan karenanya hubungan ini wajar. Pasien

dengan buku harian tidak ada informasi dan data yang hilang pada hari ke 7 adalah

3

Page 4: Word Jurnal Mata

diperlakukan sebagai hilang, dan sensitivitas analisis dengan asumsi (a) semua sembuh dan

(b) tidak sembuh untuk mengkaji dampak terhadap hasilnya.

Kultur bakteri positif didefinisikan sebagai pertumbuhan bakteri patogen dari

penelitian mata. Bakteri patogen diambil sebagai Haemophilus influenzae atau Streptococcus

pneumonia, Moraxella catarrhalis dimasukkan sebagai bakteri patogen pada anak-anak (0-18

tahun) dan pertumbuhan Staphylococcus aureus yang signifikan disertakan untuk salah satu

penelitian.

Efek potensi modifier

Efek potensi modifier untuk analisis subkelompok yang dipilih sesuai dengan

literature dan pedoman saat ini, serta data yang tersedia. Pedoman saat ini menunjukkan

peresepan antibiotik dimana konjungtivitis yang berat, atau pada anak-anak di mana mereka

dapat istirahahat dari sekolah atau perawatan anak. Literatur sebelumnya telah menyarankan

prediktor bakteri-positif konjungtivitis yang mungkin memperoleh manfaat dari antibiotik

adalah keparahan mata merah, kemerahan meningkat, dan cairan purulen. Oleh karena itu,

modifier efek potensial yang dipilih adalah usia (<5 tahun /> 5 tahun tetapi <18 tahun), kultur

positif (positif / negatif bagi patogen bakteri), keparahan mata merah (ringan / sedang atau

berat), dan cairan purulen (ya / tidak). Penelitian perawat atau catatan dokter pada kunjungan

pertama digunakan untuk dokumentasi penyebab.

Analisis statistik

Semua data penelitian diperiksa untuk pengobatan digunakan analisis. Data set

digabungkan dalam file SPSS dan diperoleh hasil dari tabulasi silang. Hasil ini dimasukkan

dalam ulasan Manajer Cochrane software RevMan 5.0 untuk menghitung perkiraan

sekumpulan efek, interval kepercayaan 95%(CIs) untuk sekumpulan efek, dan tingkat

heterogenitas (I2) untuk seluruh penelitian masing-masing subkelompok. Kedua perbedaan

risiko dan Rasio risiko digunakan sebagai ringkasan pengukuran untuk perhitungan (fixed

effect-Model regresi logistik yang digunakan pada semua).

Untuk menilai apakah efek antibiotik diubah oleh salah satu efek potensial modifier

(usia, kultur positif, tingkat keparahan mata, dan cairan purulen), sebuah fixed effect-Model

regresi logistik yang digunakan untuk menghitung interaksi. Untuk model ini, tergantung

variabel sembuh pada hari ke 7 (ya/tidak), dengan variabel independen yang diberikan oleh

pengacakan kelompok (dengan antibiotik dibandingkan tanpa), efek diubah (misalnya, usia

<5 tahun / > 5 tahun tetapi <18 tahun), dan Istilah interaksi (usia × pengacakan kelompok).

4

Page 5: Word Jurnal Mata

Model ini dipasang di STATA menggunakan perintah xtlogit, dengan penelitian sebagai

indeks variabel untuk menjelaskan perbedaan dalam penelitian. Untuk menggali potensi

prediktor kultur positif, ringkasan pengukuran diagostik yang dihitung (sensitivitas,

spesifisitas, kemungkinan rasio positif, kemungkinan rasio negatif, dan odds ratio [OR] dari

rasio kemungkinan) dari data frekuensi sederhana (tidak terhitung perbedaan penelitian).

Sebuah OR disesuaikan untuk memperhitungkan perbedaan penelitian, menggunakan fixed

effect-Model regresi logistik mirip yang digunakan untuk menilai pengaruh interaksi, tetapi

dalam kasus ini, kultur positif sebagai variabel terikat (hasil).

Table 1. Karakteristik prinsip penelitian

Everitt et al, 2006 Rietveld et al, 2005 Rose et al, 2005

Pengaturan Inggris

Primary care

The Netherlands

Primary care

Inggris Primary care

Peserta 307 remaja dan anak-anak 181 remaja 326 anak-anak

berumur 6 bulan

sampai 12 tahun

Desain

penelitian

Open, factorial, randomised

control trial,

Double-blind,

randomised

placebo-controlled

trial

Double-blind,

randomised

placebo-controlled

trial

Intervensi Pemberian segera tetes mata

klorampenikol dibandingkan

pemberian klorampenikol

yang terlambat dibandingkan

dengan yang tidak diberikan

Fusidic acid gel

dibandingkan dengan

plasebo

Klorampenikol 0,5%

dibandingkan dengan

plasebo

Penetapan

kesembuhan

pada hari 7

Kesembuhan pasien dinilai

dicatat dalam catatan harian

Dokter menilai pada

hari ke 7

Orang tua menilai

kesembuhan dicatat

dalam catatan harian

Table 2. Hasil analisis subkelompok yang sembuh pada hari ke 7

5

Page 6: Word Jurnal Mata

Kelompok

Antibiotik

Kelompok

Kontrola

P-value for

interactionb

Numbers n/N n/N RD(95

%Cl)

NN

T

RR(95%

Cl)

All cases 622 246/308 223/314 0.08

(0.01 to

0.14)

13 1.11

(1.02 to

1.21)

Type of

control

622

Placebo 480 185/235 181/245 0.03 (–

0.04 to

0.11

34 1.05

(0.95 to

1.15)

Non-

placebo

142 61/73 42/69 0.23

(0.08 to

0·37

5 1.40

(1.13 to

1.73)

0.03

Culture

result

547

Negative 255 92/127 89/128 0.02 (–

0.09 to

0.12)

50 1.02

(0.88 to

1.19)

Positive 292 119/141 113/151 0.08 (–

0.01 to

0.17)

13 1.11

(0.99 to

1.24)

0.33

0.33

Discharge 619

Non-

purulent

266 94/126 93/140 0.08 (–

0.03 to

0.19)

13 1.12

(0.96 to

1.31)

Purulent 353 151/181 127/172 0.09

(0.01 to

0.17)

12 1.12

(1.00 to

1.25)

0.72

Severity 599

6

Page 7: Word Jurnal Mata

Mild

redness

365 158/186 134/179 0.10

(0.02 to

0.18)

10 1.13

(1.02 to

1.25)

Moderate

or severe

redness

234 77/110 77/124 0.06 (–

0.06 to

0.18)

17 1.10

(0.91 to

1.33)

0.40

0.40

Age,

years

384

<5 287 125/145 112/142 0.07 (–

0.01 to

0.16)

15 1.09

(0.98 to

1·22)

5-18 97 42/49 39/48 0.04 (–

0.10 to

0.18)

25 1.05

(0.88 to

1.24)

0.74

0.74

aKelompok control berhubungan dengan plasebo atau kelompok yang tidak menggunakan

antibiotik. bP-value untuk pengumpulan interaksi menggunakan fixed effect-Model regresi

logistik dengan penelitian yang digunakan sebagai indeks variabel. P-value yang signifikan

kurang dari 0.05. NNT = number needed to treat. RD = risk difference. RR = risk ratio

HASIL

Pencarian tiga RCT dilakukan pada aturan perawatan primer diambil dari data yang

memenuhi syarat penelitian ditunjukkan pada Tabel 1. Penelitian Rietveld et al, diambil data

163 dari 181 pasien. Penelitian Roseet al, diambil data 317 dari 326 pasien. Tujuan dari meta

analisis ini adalah untuk membandingkan terapi antibiotik plasebo dengan terapi non

antibiotik, dan penelitian penundaan pemberian antibiotik dilakukan oleh Everitt et al (n =

109) tidak termasuk dalam meta-analysis. Dari 198 pasien dalam uji coba Everitt et al, data

yang sesuai ada 142. Maka jumlah total uji coba meta analisis ada 622 pasien. Semua data

dari tiga penelitian digabungkan, 80% (246/308) pasien menerima terapi antibiotik dan 74%

(233/314) kelompok kontrol dalam 7 hari. Risiko perbedaan antara kelompok antibiotik dan

kelompok kontrol adalah 0,08 (95% CI = 0,01-0,14), maka diberi nomer 13. Tabel 2

menunjukkan efek antibiotik pada hari ke 7 dengan subkelompok yang berbeda. efek

7

Page 8: Word Jurnal Mata

penggunaan tanpa placebo pada kelompok kontrol digabungkan ke kelompok kontrol

placebo. Subkelompok yang memberikan manfaat signifikan dari terapi antibiotik yaitu

pasien dengan discharge purulen dan dengan mata merah ringan. Jenis kontrol yang

digunakan (plasebo atau tanpa tetes) ditunjukkan data statistik yang signifikan.penelitian non

plasebo menunjukkan efek signifikan antibiotik dibandingkan dengan kelompok kontrol

(perbedaan risiko [RD] = 0,23, 95% CI = 0,08 sampai 0,37).

Sedangkan 2 penelitian dengan placebo yaitu antibiotik tidak memberikan efek yang

signifikan dibandingkan kelompok kontrol. (RD = 0,03, 95% CI = -0 · 04-0,11). Gambar 1

menunjukkan RDS antara kelompok antibiotik dan non antibiotik pada penyembuhan hari ke

7 untuk subkelompok masing-masing. Tingkat heterogenitas seluruh uji coba ditunjukkan

pada Gambar 1

subkelompok RD 95 CI I2 Uji coba n interaksi

semua 0.08 69 3 622

Non placebo 0.23 1 142 0.03

placebo 0.03 0 2 480

positif 0.08 0 3 292 0.33

negatif 0.02 26 3 255

purulent 0.09 0 3 353 0.72

Non purulent 0.08 67 3 266

0.06 81 3 234 0.4

Mata merah

ringan

0.1 0 3 365

Usia 15-18th 0.04 65 2 97 0.74

Umur <5th 0.07 0 2 287

Sensitivitas analisis didasarkan pada asumsi semua data yang hilang adalah untuk pasien

yang (a) sembuh atau (b) tidak sembuh ditunjukkan dengan efek penurunan pada kelompok

non placebo (hanya penelitian menurut Everitt et al). Data hilang dianggap tidak sembuh

(RD0,14, 95% CI = 0 sampai 0,28). dianggap hipotesis nol pada analisis primer. Sisa hasil

yang kuat untuk pilihan nilai diperhitungkan untuk data yang hilang.

Kultur

positif

Kultur

negatif

Sensit

ivitas,

LR+ LR- Tidak

sesuai,LR+/LR-

Sesuai*

(95%CI)

8

Page 9: Word Jurnal Mata

%

Discarge

purulent

233/311 110/281 75 1.91 0.41 4.6 1.7 (1.08-

2.58)

Moderate + 100/295 131/277 34 0.72 1.25 0.6 1.4 (0.89-

2.12)

Usia <5th 239/273 45/100 88 1.95 0.23 8.6 7.9 (4.60-

13.61)

Discarge

purulent &

moderate +

66/293 49/276 23 1.27 0.94 1.4 1.3 (0.80-

1.96)

Discarge

purulent &

usia <5th

204/271 32/99 75 2.33 0.37 6.4 5.9 (3.54-

9.77)

Moderate+

&usia <5th

58/255 9/97 23 2.45 0.85 2.9 3.2 (1.50-

6.98)

Discarge

purulent &

moderate +

& usia < 5th

51/253 7/97 20 2.79 0.86 3.3 3.0 (1.31-

7.07)

* Rasio yang tidak sesuai diperoleh dengan menggunakan fixed effect-Model regresi logistik

dengan percobaan yang digunakan sebagai variabel pengindeksan. LR = rasio kemungkinan.

Tabel 3 menunjukkan hasil kultur positif. Menunjukkan hasil yang spesifik dan sensitif

dengan kemungkinan rasio bisa positif atau negatif. nilai prediktif faktor gabungan keduanya

Diskusi

Penggunaan antibiotik untuk konjungtivitis akut pada terapi awal menunjukkan

bahwa efek antibiotik sedikit dibandingkan kontrol, bila sembuh diberi nomer 13. Namun,

apakah kebanyakan pasien yang sembuh dalam hari ke 7 tersebut, menerima antibiotik atau

tidak. Dari dua percobaan yang digunakan untuk kontrol plasebo, tidak ada efek signifikan

antibiotik versus kontrol. Subkelompok pasien yang memperoleh manfaat dari antibiotik

yaitu mata merah dengan discharge purulent.didapatkan kultur bakteri positif pada discharge

purulent dan usia kurang dari 5 tahun pasien dengan mata merah ringan cenderung mendapat

efek antibiotik lebih dibandingkan dengan mata merah sedang atau berat. Ini bisa jadi karena

penyebabnya virus dan konjungtivitis alergi, serta penyakit lain seperti episkleritis pasien

9

Page 10: Word Jurnal Mata

dengan mata merah ringan juga didapatkan tanda khas seperti ofmore dengan didapatkan

discharge purulen. Studi sebelumnya telah dijelaskan discharge purulen sebagai indikator

adanya bakteri, dengan harapan akan membantu dokter untuk memutuskan terapi antibiotik

pada pasien yang sesuai.

Dalam studi ini, diharapkam adanya discharge purulen penggunaan antibiotik dapat

bermanfaat, dan memperkirakan hasil kultur bakteri positif. Namun, kultur bakteri yang

positif bukan indikator penggunaan antibiotic. Hal ini dapat berakibat buruk bila terjadi

ketidak-tepatan kultur, khususnya pada terapi awal dimana transport waktu dapat

membaurkan hasil. bisa juga karena tidak cukupnya ukuran sampel. Namun, dalam kasus

lain, kemungkinan efek ini kecil dan temuan lain menunjukkan bahwa kebanyakan terapi

konjunctivitis bakteri akan lebih baik tanpa menggunakan antibiotik. Selain tingkat

kesembuhan selama 7 hari, yang merupakan patokan utama dalam penelitian ini, penting juga

untuk tahu apakah antibiotik dapat mempersingkat durasi gejala. Untuk mengetahuinya,

analisis dilakukan dengan dua dataset menggunakan kegiatan keseharian pasien.

Hasil yang dilaporkan dalam meta-analisis ini, menurut penelitian Rose et al, tidak

didapatkan adanya perbedaan waktu pemulihan tapi dalam penelitian Everitt et al, didapatkan

perbedaan yang jelas tanpa penggunaan placebo.

Kelebihan dan keterbatasan

Kelebihan utama dari studi ini yaitu menggunakan data dari tiga penelitian pada 622

pasien, sehingga dapat mengkaji kelompok yang lebih besar daripada mengkaji individu saja

dan dapat memungkinkan analisis subkelompok. Ada rendahnya tingkat heterogenitas

seluruh Penelitian menggunakan data yang akan digabungkan. Namun, ada juga beberapa

keterbatasan.

Kualitas penelitian juga penting. Semua penelitian menggunakan teknik randomisasi.

penelitian Rose et AL dan Rietveld et AL dibuat obyektif agar hasilnya adekuat. Penelitian

Roseet al 9 dari 326 pasien tidak respek pada follow up selama 7 hari. Penelitian Rietveld

dkk, 18 dari 181 pasien tidak dilakukan follow up. Penelitian Everitt et al, tidak didapatkan

data kesembuhan selama 7 hari untuk 56 dari 198 pasien. Sehingga sejumlah besar pasien

(30%) dalam kelompok kontrol penelitian et al Everitt tidak menerima terapi antibiotik.

Dua penelitian menggunakan plasebo untuk kelompok kontrol, sementara satunya

tidak. Gambar 1 menunjukkan efek signifikan antibiotik versus kelompok kontrol non

plasebo, tetapi 2 penelitian lain tidak menggunakan placebo. Placebo tidak hanya digunakan

untuk kelompok kontrol, tetapi juga untuk membuktikan adanya higienitas atau efek irigassi

10

Page 11: Word Jurnal Mata

tetes mata non antibiotik. Hal ini menarik untuk dicari tahu. Meskipun kurangnya pedoman

yang jelas di sini, kebersihan mata adalah prosedur sederhana dan murah yang dapat

disarankan dokter pada pasien. Semua penelitian dilakukan populasi perawatan primer.

Sehingga penelitian terbatas pada populasi perawatan primer saja

Perbandingan dengan literatur yang ada

Tinjauan sebelumnya, penggunaan antibiotik untuk konjungtivitis menunjukkan

manfaat yang signifikan Namun, tinjauan yang termasuk dalam perawatan sekunder serta

perawatan primer dan termasuk beberapa penelitian sebelumnya dianggap tidak memiliki

kualitas tinggi. Tiga-penelitian terbaru pada pearwatan primer, menunjukkan efek signifikan

terapi antibiotik untuk konjungtivitis. Sulit membandingkan penelitian ini dengan penelitian

perawatan sekunder, yang lebih memfokuskan aspek mikrobiologi ketimbang klinis. Semua

penelitian terbatas pada analisis kultur-positif pasien, dan karenanya dikecualikan lebih dari

setengah pasien secara acak.spektrum penyakit terlihat pada perawatan sekunder, dan fokus

pada kesembuhan dalam microbiologis, hal ini jelas berbeda.

Efek kecil antibiotik pada konjungtivitis akut mirip dengan efek penggunaan

antibiotik pada sakit tenggorokan dan otitis media.

Bukti terbaru juga menunjukkan bahwa penggunaan antibiotik pada otitis media akut dapat

meningkatkan rasio kekambuhan Institut kesehatan nasional dan klinik terkemuka telah

menyusun pedoman untuk membatasi penggunaan antibiotik pada infeksi saluran pernapasan

pada perawatan primer. Sehubungan dengan Temuan ini, pedoman yang sama perlu dibuat

untuk penggunaan antibiotik dalam infeksi konjungtivitis akut. hasil ini mendukung

pernyataan baru-baru ini dalam kesalahan pemberian klorampenikol yang berlebihan karena

efikasi obat rendah dalam mengobati konjungtivitis.

Implikasi dalam praktek

Penelitian ini mebuktikan bahwa antibiotik memiliki manfaat pada infeksi

konjungtivitis akut dan sebagian besar pasien dapat sembuh tanpa antibiotik. Hanya sedikit

pasien yang mendapat manfaat dari antibiotik, yaitu pasien dengan discharge purulen dan

pasien dengan mata merah ringan.

Namun, kelompok yang mendapat manfaat dari antibiotik ini terbatas, pengurangan

penggunaan antibiotik ini penting untuk mengurangi risiko resistensi. Peresepan dalam

praktek perlu diperbarui. Selanjutnya, keputusan pemberian resep dengan menggunakan

antibiotik pada pasien perlu dipertimbangkan.

11

Page 12: Word Jurnal Mata

12