jurnal mata revisi

36
BAB I PENDAHULUAN “Sebuah Alat Bantu Optoelektronik serbaguna untuk pasien Low Vision 1.1 PICO Problem : Penggunaan alat bantu optoelektronik serbaguna pada pasien low vision, dalam upaya meningkatkan penglihatan untuk mengerjakan pekerjaan sehari-hari. Intervensi : Subjek penelitian melakukan test dengan menggunakan optoelektronik serbaguna dengan dua modul yang berbeda yaitu sistem digital zoom dan sistem augmented view. Compare : Membandingkan penggunaan alat bantu optoelektronik dengan sistem digital zoom dengan sistem augmented view. Outcome : Perkembangan low vision yang dinilai dari patologi penyakitnya, ketajaman penglihatan dan penglihatan sisa. Pencarian Bukti Ilmiah Kata Kunci : Optoelektronik, low vision, retinitis pigmentosa, tajam penglihatan. Dipilih jurnal berjudul : “ A versatile Optoelectronic Aid for Low Vision Patients “ 1

Upload: rendy-septian-pratama

Post on 31-Jul-2015

142 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Jurnal Mata Revisi

BAB I

PENDAHULUAN

“Sebuah Alat Bantu Optoelektronik serbaguna

untuk pasien Low Vision “

1.1 PICO

Problem : Penggunaan alat bantu optoelektronik serbaguna pada pasien low vision, dalam

upaya meningkatkan penglihatan untuk mengerjakan pekerjaan sehari-hari.

Intervensi : Subjek penelitian melakukan test dengan menggunakan optoelektronik

serbaguna dengan dua modul yang berbeda yaitu sistem digital zoom dan sistem

augmented view.

Compare : Membandingkan penggunaan alat bantu optoelektronik dengan sistem digital

zoom dengan sistem augmented view.

Outcome : Perkembangan low vision yang dinilai dari patologi penyakitnya, ketajaman

penglihatan dan penglihatan sisa.

Pencarian Bukti Ilmiah

Kata Kunci : Optoelektronik, low vision, retinitis pigmentosa, tajam penglihatan.

Dipilih jurnal berjudul :

“ A versatile Optoelectronic Aid for Low Vision Patients “

Oleh :

Maria Dolores Pelaez-Coca, Fernando Vargas-Martın, Sonia Mota, Javier Dıaz dan Eduardo Ros-

Vidal.

Dimuat dalam :

© 2009 The Authors. Journal compilation © 2009 The College of Optometrists

1

Page 2: Jurnal Mata Revisi

1.2 Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan bagaimana alat bantu

optoelektronik serbaguna ini untuk rehabilitasi low vision berdasarkan konfigurasi hardware

yang dapat diatur. Alat bantu ini mudah disesuaikan dengan beragam patologi penyakit

(dengan berbagai macam yang terkait dengan kebutuhannya) dan perkembangan dari

gangguan penglihatan. Program ini memiliki konfigurasi yang mudah diubah dengan

menggunakan layar transparan yang ditempel di kepala (NOMAD). Kami telah menerapkan

berbagai jenis perangkat tambahan penglihatan pada program serbaguna, dan secara

singkat meringkas di sini hasil komputasi mereka (dalam hal persyaratan sumber daya

hardware). Kami telah mengevaluasi kemampuan dari dua perwakilan alat bantu ini

(augmented view dan digital zoom) dengan pengukuran tajam penglihatan, sensitifitas

kontras dan lapangan pandang. Kami telah menguji modalitas NOMAD dengan augmented

view, dalam delapan subjek dengan retinitis pigmentosa: digital zoom diuji dalam enam

subjek low vision dan sembilan subjek dengan penglihatan normal. Kami menunjukkan

bahwa layar NOMAD dengan konfigurasi augmented view tidak merusak/mengganggu

penglihatan sisa; dan terdapat peningkatan tajam penglihatan dengan konfigurasi digital

zoom. Keuntungan utama dari program ini adalah program ini dapat dengan mudah

menanamkan tugas pengolahan gambar yang berbeda dan karena didasarkan pada

perangkat FPGA, sehingga dapat dikonfigurasikan secara khusus untuk tugas yang

membutuhkan pemrosesan real-time (langsung).

2

Page 3: Jurnal Mata Revisi

1.3 Definisi Operasional

- Low Vision : Kerusakan fungsi penglihatan setelah penatalaksanaan dan atau koreksi

refraksi standar, dan mempunyai tajam penglihatan kurang dari 6/18 (20/60) terhadap

persepsi cahaya atau lapangan pandang kurang dari 10o dari titik fiksasi (WHO 1992).

- Optoelektronik : Suatu aplikasi perangkat elektronik yang berfungsi mendeteksi

dan mengontrol sumber cahaya atau dapat juga dikatakan sebagai peralatan pengubah

dari tenaga listrik ke optic.

- Retinitis pigmentosa : Merupakan kelainan progresif dengan tanda karakteristik

degenerasi sel epitel retina terutama sel batang dan atrofi saraf optic, menyebar tanpa

peradangan. Individu yang terkena cacat pengalaman pertama adaptasi gelap atau

myctalopia (rabun ayam), diikuti dengan pengurangan bidang visual perifer (dikenal

sebagai visi terowongan) dan, kadang-kadang, kehilangan penglihatan sentral di akhir

perjalanan penyakit.

- Ketajaman Visual : ketajaman atau kejelasan visi, yang tergantung pada ketajaman

fokus retina di dalam mata dan kepekaan penafsiran otak. Ketajaman visual adalah

ukuran resolusi spasial dari sistem pemrosesan visual dan biasanya diuji dalam cara yang

untuk mengoptimalkan dan standarisasi kondisi.

- Augmented View : Tampilan yang disajikan dengan di kecilkan dan ditampilkan pada

layar, agar pandangan pada pasien tunnel vision (penglihatan terowongan) dapat

melihat seluruhnya. Letak tampilannya di tempat penglihatan sisa pasien, jadi pasien

memfokuskan pandangannya di tempat itu.

- Digital Zoom : Metode penurunan (penyempitan) jelas sudut pandang gambar

foto atau video digital. Atau mendekatkan pandangan yang jauh menjadi dekat.

- NOMAD : Suatu Layar yang digabungkan biasanya pada kacamata untuk

tampilan hasil dari rekaman gambar.

3

Page 4: Jurnal Mata Revisi

- FPGA : Field Programable Gate Array adalah suatu alat yang berfungsi

untuk memproses gambar dari hasil rekaman dan ditampilkan pada layar secara

langsung (real time).

1.4 METODE

1. Spesifikasi Alat

Alat yang digunakan bisa berupa sebuah CCTV dengan proses real-time

(langsung). Alat ini terdiri dari akuisisi gambar atau sumber untuk memasukkan gambar

(seperti DVD, siaran TV, kamera kecil,dll), sebuah alat untuk proses gambar real-time

(langsung) dan sebuah layar (yang tergantung kebutuhan bisa diubah atau yang tidak

bisa diubah); misalnya HMD (Layar yang ditempel di kepala) untuk portable (biasanya

berbentuk seperti kacamata, rekaman dan hasil rekaman ditampilkan dsini), atau

monitor untuk video.

Gambar 1. Alat bantu Low vision yang terdiri dari Kamera, FPGA dan HMD

2. Sirkuit Konfigurasi

Menerapkan dua sistem pengolahan untuk alat bantu yang berbeda dengan patologi

penyakit tertentu:

o sistem digital zoom untuk ketajaman penglihatan yang rendah

o system augmented view untuk pasien dengan penglihatan sisa seperti

terowongan (tunnel vision) biasa juga disebut Kalnienk Vision.

4

Page 5: Jurnal Mata Revisi

Perbedaan dari dua system tersebut yang telah dievaluasi adalah :

A. Sistem digital zoom gunanya untuk peningkatan tajam penglihatan. Dalam sistem ini

pengguna dapat mengontrol tingkatan perbesaran/pengecilan video dari sumber

gambar seperti pada CCTV. Pada sistem ini juga memungkinkan untuk memperbesar

gambar dari luar (kamera kepala).

B. Augmented view. Sistem ini berguna untuk rehabilitasi pasien dengan penglihatan

terowongan (tunnel vision). Dalam kasus ini, struktur dari gambar pandangan yang

luas di kompres hasilnya seperti 3D sehingga pasien dengan tunnel vision dapat

melihat bidang yang lebih luas dengan berfokus pada penglihatan yang berkurang.

Karena itu membutuhkan layar transparan (seperti kacamata) untuk

mempertahankan penglihatan sisa dari pasien. Sistem ini terbukti berguna untuk

orientasi lingkungan atau benda dan untuk berjalan.

3. Implementasi Test

A. Sistem Augmented View

Awalnya diukur lapangan pandang (VF), tajam penglihatan (VA) dan sensitifitas

kontras (CS) dari delapan subjek low vision dengan retinitis pigmentosa. Tujuannya

untuk mengevaluasi apakah SERBA merusak ketajaman penglihatan asli dan sensitifitas

kontras dari subjek, dan untuk memeriksa apakah lapangan pandang benar-benar

diperluas.

Subjek tiga pria dan lima wanita dengan usia berkisar 22-53 tahun dengan rata

usia 37 tahun. Setiap subjek memakai layar SERBA yang ditempatkan di mata dengan

tajam penglihatan tinggi dan kontras sensitifitas yang bagus. Mata kanan digunakan

untuk semua subjek. Selama pengukuran, subjek menggunakan lensa koreksi terbaik

mereka. Pengukuran pada satu mata, mata yang lain ditutup.

5

Page 6: Jurnal Mata Revisi

Perimeternya menggunakan prosedur konvensional. Stimulusnya adalah dengan

sebuah daerah lingkaran hitam sekitar 1o di sebuah layar putih dengan kontras 2000:1.

Subjek diminta untuk memfiksasi sebuah tanda hitam di tengah pandangan.

Pengukuran sensitifitas kontras dilakukan dengan menggunakan uji standar CSV-

1000E. Setiap subjek di tes menggunakan layar SERBA dan tanpa layar SERBA. Hasilnya

dianalisis menggunakan kedua tes parametric dan non-parametrik.

B. Tes Digital Zoom

Dalam evaluasi pertama diukur tiga subjek tanpa kelainan pada peningkatan jarak

penglihatan dengan tiga jenis zoom (bilinear interpolation, bicubic interpolation, and pixel

replication), dengan perbesaran x2, x4 dan x8. Bagan direkam dengan kamera digital di

dalam sebuah ruang terisolasi dengan pencahayaan yang diatur. Kemudian ditunjukkan ke

subjek dengan menggunakan proyektor. Kontras disesuaikan untuk memenuhi standar

pengukuran tajam penglihatan, yaitu kontras diatas 80%. Untuk mensimulasi kehilangan

tajam penglihatan, jarak antara subjek dengan bagan untuk diterapkannya perbesaran

ditingkatkan (dari 4m ke 8m, 16m, 32m). tajam penglihatannya subjek diukur dengan

menggunakan tiga standar bagan yang berbeda di 4m dan jarak lainnya; menggunakan tiga

jenis zoom disetiap tiga tingkatan perbesaran, x2, x4, dan x8.

Dalam tes yang kedua, sistem diuji dengan enam subjek low vision (tajam

penglihatan kurang dari 0.8 MAR) dan 6 subjek dengan penglihatan normal (kelompok

kontrol) yang untuk mengecilkan tajam penglihatan menggunakan diffuser diantara mata

dan tes. Tajam penglihatan kelompok kontrol diukur tanpa diffuser dan dengan diffuser

terletak di 8 cm, 15 cm, dan 50 cm dari tes. Dengan cara ini, didapatkan tajam penglihatan

0.0, 0.5, 0.8 dan 0.9 logMAR . Pada tes ini, hanya digunakan metode bilinier zoom dan

diambil tiga pengukuran dari tajam penglihatan setiap kombinasi diffuser (8 cm, 15 cm, dan

50 cm) dan tingkat perbesaran (x2, x4, dan x8). Untuk menghasilkan tiga bagan ini

digunakan ADOBE ILLUSTRATOR 7.0TM. Layar dan proyektor tetap sama dengan evaluasi

sebelumnya untuk menjaga kontras yang sama pada tes. Dalam hal ini, jarak antara subjek

dan tes tetap sama.

6

Page 7: Jurnal Mata Revisi

1.5 Hasil

A. Augmented view

Dengan sistem ini mampu memperluas ukuran lapangan pandang pasien

penglihatan terowongan (tunnel vision) tanpa menurunkan penglihatan sisa. Seperti

yang diharapkan, sistem ini mampu memperluas lapangan pandang yang sebenarnya.

Subjek terlihat tidak mengalami penurunan yang signifikan dalam tajam

penglihatan mereka. Perubahan pada sensitifitas kontras dianggap signifikan ketika lebih

dari 0,3 log unit. Hampir semua subjek hanya memiliki satu perbedaan yang signifikan,

dalam stimulus yang mereka hampir tidak bisa mereka perhatikan (sensitifitas yang

sangat rendah atau tidak ada). Namun, perbedaan-perbedaan pada subjek secara

keseluruhan sensitifitas kontras tidak signifikan secara statistik. (p>0,05 dalam semua

kasus)

B. Digital Zoom

Pada tes pertama dengan subjek yang normal hasil menunjukkan bahwa tajam

penglihatan meningkat secara proporsional dengan perbesaran yang diterapkan pada

gambar. Hal ini menunjukkan bahwa algoritma dilakukan dengan benar. Tes ini

dilakukan untuk menentukan algoritmanya telah sesuai (hanya kontrol).

Pada tes kedua dengan subjek low vision serta kelompok kontrol menunjukkan

bahwa tajam penglihatan dari subjek pasien low vision meningkat secara proporsional

dengan tingkat perbesaran yang berbeda. Pada subjek dengan low vision maupun pada

kelompok kontrol ketika tajam penglihatan mendekati nilai 0.0 logMAR perbaikan dari

alat bantu perbesaran berhenti.

1.6 Diskusi

Hasil impmelentasi dengan sistem Augmented view menggunakan SERBA dengan HMD

Nomad2000D, menunjukkan kinerja penglihatan sisa subjek dalam hal tajam penglihatan

dan sensitifitas kontras, tidak berkurang dan memberikan keuntungan 350% dalam

lapangan pandang. Hal ini menunjukkan bahwa SERBA mungkin bisa membantu untuk tugas

7

Page 8: Jurnal Mata Revisi

yang membutuhkan mobilitas. Dampak pada penglihatan sisa, terutama kontras, adalah

salah satu perhatian utama pasien dengan alat bantu karena menggunakan teknologi HMD.

Dalam evaluasi sistem digital zoom subjek memperoleh hasil yang lebih baik dengan

algoritma pixel replication, untuk perbesaran tinggi. Perbedaan ini menarik untuk dilihat

antara ketiga jenis zoom pada perbesaran tinggi. Namun, perbedaan ini tidak signifikan

karena semua perbedaan (<0,12) antara tiga jenis zoom selalu lebih rendah dari standar

deviasi pengukuran (0,02-0,2).

Dalam evaluasi kedua peningkatan alat bantu perbesaran berhenti. Hal ini tidak

diperoleh dalam pengukuran tajam penglihatan yang diperoleh dalam evaluasi sebelumnya.

Hal ini menunjukkan bahwa ketika evaluasi dilakukan dengan menggunakan jarak konstan

antara subjek dengan tes; peningkatan tajam penglihatan dibatasi oleh resolusi grafik

komputer yang dihasilkan.

BAB II

Tinjauan Pustaka

8

Page 9: Jurnal Mata Revisi

2.1 Anatomi Media Refraksi

Yang termasuk media refraksi antara lain kornea, aqueous humor (cairan mata), lensa

dan badan vitreous (badan kaca). Media refraksi targetnya di retina sentral (macula). Gangguan

media refraksi menyebabkan visus turun (baik mendadak aupun perlahan). Hasil pembiasan

sinar pada mata ditentukan oleh media penglihatan yang terdiri atas kornea, aqueous humor

(cairan mata), lensa, badan vitreous (badan kaca), dan panjangnya bola mata.2,7

2.1.1 Kornea

Kornea adalah adalah selaput bening mata, bagian selaput mata yang tembus cahaya.

Kornea merupakan bagian anterior dari mata, yang harus dilalui oleh cahaya, dalam

pembentukan bayangan di retina, karena itu jernih, sebab susunan sel dan seratnya tertentu

9

Page 10: Jurnal Mata Revisi

dan tidak ada pembuluh darah. Biasan cahaya terutama terjadi dipermukaan anterior dari

kornea. Perubahan dalam bentuk dan kejernihan kornea, segera mengganggu pembentukan

bayangan yang baik di retina. Oleh karenanya kelainan sekecil apapun yang terjadi di kornea,

dapat menimbulkan gangguan penglihatan yang hebat, terutama bila letaknya di daerah pupil.

Diameter kornea dewasa rata-rata 12 mm. kearah luar kornea berhubungan langsung dengan

sclera. Batas antara sclera dan kornea disebut limbus kornea.

Lapisan Kornea

Kornea terdiri dari 5 lapisan, dari luar kedalam :

1. Lapisan epitel

- Tebalnya 50 μm, terdiri atas 5 lapis selepitel tidak bertanduk yang saling tumpang tindih;

satu lapis sel basal, sel poligonal dan sel gepeng.

- Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong ke depan menjadi

lapis sel sayap dan semakin maju ke depan menjadi sel gepeng, sel basal berikatan erat

berikatan erat dengan sel basal di sampingnya dan sel poligonal di depannya melalui

desmosom dan makula okluden; ikatan ini menghambat pengaliran air, eliktrolit, dan

glukosa yang merupakan barrier.

10

Page 11: Jurnal Mata Revisi

- Sel basal menghasilkan membran basal yang melekat erat kepadanya. Bila terjadi

gangguan akan mengakibatkan erosi rekuren.

- Epitel berasal dari ektoderm permukaan.

2. Membrana Bowman

Letaknya dibawah epitel dan terdiri dari lamel-lamel tanpa sel atau nucleus dan

merupakan modifikasi daripada jaringan stroma. Hanya mempunyai sedikit daya tahan,

sehingga mudah sekali rusak dan tak dapat dibentuk kembali (tidak ada daya

regenerasi).

3. Jaringan Stroma

Terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu dengan

lainnya, pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sadangkan dibagian perifer

serat kolagen ini bercabang; terbentuknya kembali serat kolagen memakan waktu lama

yang kadang-kadang sampai 15 bulan. Keratosit merupakan sel stroma kornea yang

merupakan fibroblas terletak di antara serat kolagen stroma. Diduga keratosit

membentuk bahan dasar dan serat kolagen dalam perkembangan embrio atau sesudah

trauma.

4. Membran Descement

- Merupakan membran aselular dan merupakan batas belakang stroma kornea dihasilkan

sel endotel dan merupakan membran basalnya.

- Bersifat sangat elastis dan berkembang terus seumur hidup, mempunyai tebal 40 μm.

5. Endotel

Terdiri dari satu lapisan sel gepeng yang meliputi bagian posterior membrane

Descement, juga membungkus meshwork dan melapisi iris. Di dalam stroma kornea,

11

Page 12: Jurnal Mata Revisi

dibagian pinggir, terdapat kanalis Schlemn, yang menampung cairan bilik mata, yang

dikeluarkan dari sudut bilik mata depan, melalui trabekula ke kanalis Schlemn, terus

melalui saluran kolektor ke pleksus vena di jaringan sclera dan episklera. Kornea sendiri

tidak mengandung pembuluh darah, tetapi di limbus terdapat lengkungan pembuluh

darah, yang berasal dari a. Siliaris anterior terdiri dari kapiler yang halus. Oleh karena

itu, adanya pembuluh darah di kornea, terisi maupun kosong, merupakan keadaan

patologis. Kornea dapat makanan dengan difusi dari pembuluh-pembuluh di limbus dan

cairan bilik mata depan, yang meliputi permukaan posterior kornea. Permeabiltias dari

kornea ditentukan oleh epitel dan endotel, yang merupakan membran yang

semipermeabel. Keadaan kedua lapisan sangat penting untuk mempertahankan

kejernihan kornea. Kalau terdapat kerusakan epitel dan endotel, maka air dapat masuk

ke dalam jaringan kornea dan menyebabkan edema kornea dan kornea menjadi keruh,

sehingga pembentukan bayangan yang baik di retina terganggu, menyebabkan

gangguan ketajaman penglihatan. Di dalam jaringan kornea terdapat banyak sekali

serat-serat saraf, yang berasal dari serat-serat saraf siliaris di limbus, yang memberikan

cabang-cabangnya yang halus menembus membran Bowman dan berakhir sebagai

ujung yang lepas di epitel.2,3,5,6

2.1.2 Aqueous Humor

Aqueous humor mengandung zat-zat gizi untuk kornea dan lensa, keduanya tidak

memiliki pasokan darah. Adanya pembuluh darah di kedua struktur ini akan mengganggu

lewatnya cahaya ke fotoreseptor. Aqueous humor dibentuk dengan kecepatan 5 ml/hari oleh

jaringan kapiler di dalam korpus siliaris, turunan khusus lapisan koroid di sebelah anterior.

Cairan ini mengalir ke suatu saluran di tepi kornea dan akhirnya masuk ke darah. Jika aqueous

humor tidak dikeluarkan sama cepatnya dengan pembentukannya (sebagai contoh, karena

sumbatan pada saluran keluar), kelebihan cairan akan tertimbun di rongga anterior dan

menyebabkan peningkatan tekanan intraokuler (“di dalam mata”). Keadaan ini dikenal sebagai

glaukoma. Kelebihan aqueous humor akan mendorong lensa ke belakang ke dalam vitreous

humor, yang kemudian terdorong menekan lapisan saraf dalam retina. Penekanan ini

12

Page 13: Jurnal Mata Revisi

menyebabkan kerusakan retina dan saraf optikus yang dapat menimbulkan kebutaan jika tidak

diatasi.2,4

2.1.3 Lensa

Pada manusia, lensa mata bikonveks, tidak mengandung pembuluh darah, tembus

pandang, dengan diameter 9mm dan tebal 5mm. Jaringan ini berasal dari ektoderm permukaan

yang berbentuk lensa di dalam bola mata dan bersifat bening. Lensa di dalam bola mata

terletak di belakang iris dan terdiri dari zat tembus cahaya (transparan) berbentuk seperti

cakram yang dapat menebal dan menipis pada saat terjadinya akomodasi.

Lensa berbentuk lempeng cakram bikonveks dan terletak di dalam bilik mata belakang.

Lensa akan dibentuk oleh sel epitel lensa yang membentuk serat lensa di dalam kapsul lensa.

Epitel lensa akan membentuk serat lensa terus-menerus sehingga mengakibatkan memadatnya

serat lensa di bagian sentral lensa sehingga membentuk nukleus lensa. Bagian sentral lensa

merupakan serat lensa yang paling dahulu dibentuk atau serat lensa yang tertua di dalam

kapsul lensa. Di dalam lensa dapat dibedakan nukleus embrional, fetal dan dewasa. Di bagian

luar nukleus ini terdapat serat lensa yang lebih muda dan disebut sebagai korteks lensa. Korteks

yang terletak di sebelah depan nukleus lensa disebut sebagai korteks anterior, sedangkan

dibelakangnya korteks posterior. Nukleus lensa mempunyai konsistensi lebih keras dibanding

korteks lensa yang lebih muda. Di bagian perifer kapsul lensa terdapat zonula Zinn yang

menggantungkan lensa di seluruh ekuatornya pada badan siliar.

Secara fisiologis lensa mempunyai sifat tertentu, yaitu:

• Kenyal atau lentur karena memegang peranan terpenting dalam akomodasi untuk menjadi

cembung

• Jernih atau transparan karena diperlukan sebagai media penglihatan,

• Terletak ditempatnya, yaitu berada antara posterior chamber dan vitreous body dan berada

di sumbu mata.

Keadaan patologik lensa ini dapat berupa:

• Tidak kenyal pada orang dewasa yang mengakibatkan presbiopia,

• Keruh atau apa yang disebut katarak,

13

Page 14: Jurnal Mata Revisi

• Tidak berada di tempat atau subluksasi dan dislokasi

Fungsi lensa adalah untuk memfokuskan cahaya di retina. Supaya hal ini tercapai, maka

daya refraksinya harus diubah-ubah, sesuai dengan sinar yang dating sejajar atau divergen.

Perubahan daya refraksi lensa disebut akomodasi.2,3,5,6

2.1.4 Badan Vitreus

Badan vitreous menempati daerah mata di balakang lensa. Struktur ini merupakan gel

transparan yang terdiri atas air (lebih kurang 99%), sedikit kolagen, dan molekul asam

hialuronat yang sangat terhidrasi. Badan vitreous mengandung sangat sedikit sel yang

menyintesis kolagen dan asam hialuronat (Luiz Carlos Junqueira, 2003). Peranannya mengisi

ruang untuk meneruskan sinar dari lensa ke retina. Kebeningan badan vitreous disebabkan

tidak terdapatnya pembuluh darah dan sel. Pada pemeriksaan tidak terdapatnya

kekeruhanbadan vitreous akan memudahkan melihat bagian retina pada pemeriksaan

oftalmoskopi. Vitreous humor penting untuk mempertahankan bentuk bola mata yang

sferis.2,3,5,6

2.1.5 Retina

Retina adalah membrane yang tipis, halus, dan tidak berwarna, tembus pandang, yang

terletak pada bagian belakang bola mata vertebrata dan cephalopoda. Retina merupakan

bagian mata yang mengubah cahaya menjadi sinyal syaraf. Retina memiliki sel fotoreseptor

("rods" dan "cones") yang menerima cahaya. Sinyal yang dihasilkan kemudian mengalami

proses rumit yang dilakukan oleh neuron retina yang lain, dan diubah menjadi potensial aksi

pada sel ganglion retina. Retina tidak hanya mendeteksi cahaya, melainkan juga memainkan

peran penting dalam persepsi visual. Pada tahap embrio, retina dan syaraf optik berkembang

sebagai bagian dari perkembangan luar otak.11,3

Retina ini terdiri dari bermacam-macam jaringan, jaringan saraf dan jaringan pengokoh

yang terdiri dari serat-serat Mueler, membrana limitans interna dan eksterna, sel-sel glia.

Membrana limitans interna letaknya berdekatan dengan membrana hyaloidea dari badan kaca.

Pada kehidupan embrio dari optik vesicle terbentuk optic cup, dimana lapisan luar membentuk

lapisan epitel pigmen dan lapisan dalam membentuk lapisan retina lainnya. Bila terjadi robekan

14

Page 15: Jurnal Mata Revisi

di retina, maka cairan badan kaca akan melalui robekan ini, masuk ke dalam celah potensial dan

melepaskan lapisan batang dan kerucut dari lapisan epitel pigmen, maka terjadilah ablasi

retina.3

Lapisan-lapisan Retina dari luar ke dalam :

1. lapis pigmen epitel yang merupakan bagian koroid

2. lapis sel kerucut dan batang yang merupakan sel fotosensitif

3. membran limitans eksterna

4. lapis nukleus luar merupakan nukleus sel kerucut dan batang

5. lapis pleksiform luar, persatuan akson dan dendrit

6. lapis nukleus dalam merupakan susunan nukleus luar bipolar

7. lapis pleksiform dalam, persatuan dendrit dan akson

8. lapis sel ganglion

9. lapis serat saraf, yang meneruskan dan menjadi saraf optik

10. membran limitan interna yang berbatasan dengan badan kaca.3,10

2.2 Low Vision

2.2.1 Definisi

Low vision (penglihatan rendah) didefinisikan sebagai kerusakan fungsi penglihatan setelah

penatalaksanaan dan atau koreksi refraksi standar, dan mempunyai tajam penglihatan kurang

dari 6/18 (20/60) terhadap persepsi cahaya atau lapangan pandang kurang dari 10o dari titik

fiksasi (WHO 1992).

2.2.2 Klasifikasi8

The International Classification of Disesase, 9 th Revision, Clinical Modification (ICD-9-CM)

membagi low vision atas 5 kategori, sebagai berikut :

1. Moderate visual impairment. Tajam penglihatan yang paling baik dapat dikoreksi kurang

dari 20/160 sampai 20/160.

15

Page 16: Jurnal Mata Revisi

2. Severe visual impairment. Tajam penglihatan yang paling baik dapat dikoreksi kurang

dari 20/160 sampai 20/400 atau diameter lapangan pandang adalah 20o atau kurang

(diameter terbesar dari isopter Goldmann adalah III4e, 3/100, objek putih).

3. Profound visual impairment. Tajam pengliahatan yang paling baik dapat dikoreksi kurang

dari 20/400 sampai 20/1000, atau diameter lapangan pandang pandang adalah 10o atau

kurang.

4. Near-total vision loss. Tajam penglihatan yang paling baik dapat dikoreksi 20/1250 atau

kurang.

5. Total blindness. No light perception.

2.2.3 Etiologi dan Gejala Klinis

Low vision dapat diakibatkan oleh berbagai kelainan yang mempengaruhi mata dan

system visual. Kelainan-kelainan ini dapat diklasifikasikan menjadi 4 bagian besar yang dapat

membantu dalam memahami kesulitan dan keluhan pasien serta memilih dan

mengimplementasikan strategi untuk rehabilitasinya.

Masalah-masalah low vision dapat diklasifikasikan dalam empat golongan yaitu :

1. Penglihatan sentral dan perifer yang kabur atau berkabut, yang khas akibat kekeruhan

media (kornea, lensa, corpus vitreous).

2. Gangguan resolusi focus tanpa skotoma sentralis dengan ketajaman perifer normal,

khas pada oedem macula atau albinisme.

3. Skotoma sentralis, khas untuk gangguan macula degenerative atau inflamasi dan

kelainan-kelainan nervus optikus.

4. Skotoma perifer, khas untuk glaucoma tahap lanjut, retinitis pigmentosa dan gangguan

retina perifer lainnya.

Berdasarkan data tahun 2002, jumlah populasi yang buta atau mengalami low vision

karena efek dari penyakit-penyakit infeksi menurun, tetapi meningkat yang disebabkan

karena kondisi-kondisi yang berhubungan dengan masa hidup yang lebih panjang.

Sebelum pasien mengalami buta total, mereka mengalami penurunan fungsi

penglihatan yang bermakna untuk beberapa tahun.8

16

Page 17: Jurnal Mata Revisi

2.2.4 Penatalaksanaan

A. Anamnesa

Pemeriksaan low vision dimulai dengan anamnesa yang lengkap. Mengidentifikasi

pasien-pasien tersebut dan mencatat alamat mereka penting di dalam pencegahan, terapi

medis dan pembedahan.

Pasien harus ditanya mengenai sifat, lama dan kecepatan gangguan penglihatan.

Aktivitas-aktivitas sehari-hari yang tidak dapat dilakukan harus dibahas secara spesifik. Pasien

harus didorong untuk memahami efek keadaan mereka pada system visual. Kecemasan akan

kemungkinan terjadinya kebutaan harus disampaikan dan diatasi.

B. Pemeriksaan/Evaluasi Fungsi Visual

Penilaian fungsi visual merupakan kunci rehabilitasi low vision dimana menjadi penunjuk

dalam usaha-usaha memaksimalkan fungsi visual melalui latihan-latihan dan peresepan alat-

alat bantu.

Pemeriksaan terhadap penderita low vision berbeda dari pemeriksaan ophtalmologi

yang lazim diterapkan.

B.1 Pemeriksaan Tajam Penglihatan

Merupakan uji yang pertama di dalam penilaian fungsi visual. Ketajaman penglihatan

menunjukkan kemampuan pengenalan detil yang berbeda dengan kemampuan pengenalan

benda. Aktivitas sehari-hari sering membutuhkan pengenalan detil seperti pengenalan wajah

dan identifikasi uang.

Untuk pemeriksaan penderita low vision, snellen chart sering tidak memuaskan sehingga

tidak dijadikan standar pengukuran tetapi dianjurkan menggunakan The Early Diabetic

Retinopathy Charts (ETDRS), colenbrader 1-m chart, Bailey-Lovie chart, LEA chart.

Iluminasi standar untuk pemeriksaan mata normal yaitu 100 candela/m2), tetapi untuk

penderita low vision membutuhkan iluminasi yang lebih.

Ketajaman penglihatan yang terkoreksi maksimum diukur pada jarak 4m, 2m atau 1m

dengan ETRDS, yang memiliki baris-baris (masing-masing dengan lima huruf). Jarak

17

Page 18: Jurnal Mata Revisi

pemeriksaan 4m digunakan untuk ketajaman penglihatan dari 20/20 sampai 20/200; jarak

pemeriksaan 2m untuk ketajaman penglihatan yang kurang dari 20/200 dan jarak pemeriksaan

1m untuk tajam penglihatan yang kurang dari 20/400.

Pemeriksaan ini menunjukkan kelainan-kelainan yang sangat bervariasi sehingga tidak

spesifik terhadap suatu gangguan.

B.2 Pemeriksaan Penglihatan Dekat dan Kemampuan Membaca

Setelah ditentukan ketajaman penglihatan jarak jauh, dilakukan pengukuran ketajaman

penglihatan jarak dekat (membaca). Terdapat perbedaan jarak standar baca. Beberapa

menggunakan 33cm (untuk 3-D add); yang lain menggunakan 14 inchi (35cm,2.86-D add) atau

40cm (16 inchi,2.5-D add). Tetapi ukuran ini tidak dapat digunakan untuk mengukur jarak baca

pasien low vision.

Pemilihan uji baca yang tepat adalah penting. Kartu bacaan dengan ukuran-ukuran huruf

yang geometric dan dengan pencatatan ukuran symbol lebih disukai karena dilengkapi dengan

perhitungan. Kartu yang memenuhi standar di atas adalah the Minnesota Low vision Reading

Test (MNReadtest), diaman setiap kalimat disesuaikan jarak dan penempatannya. Colenbrader

1-m chart juga mempunyai segmen-segmen pembacaan yang sama. Rangkaian-rangkaian ini

mengikuti perhitungan dan perbandingan dari kecepatan baca dan ketepatan di dalam

hubungannya dengan ukuran huruf.

B.3 Pengukuran Sensitifitas Kontras

Bukan merupakan indicator yang spesifik untuk masalah-masalah yang bervariasi di

dalam system penglihatan. Sensitivitas kontras merupakan kemampuan mendeteksi benda

pada kontras yang rendah.

Pasien akan mengalami kesulitan di dalam menjalankan aktivitas sehari-hari seperti

mengendarai kendaraan di saat hujan atau kabut, menuruni tanggan, menuangkan susu

kedalam mangkuk putih.

18

Page 19: Jurnal Mata Revisi

Pembesaran dilakukan bila tidak dapat mengenal huruf dengan kontras tinggi saat

membaca. Penurunan sensitivitas kontras sering ditemukan pada penderita oedem macula.

Pelli-Robson chart dan LEA low-contrast chart memberikan huruf-huruf atau symbol-simbol

yang besar dengan penurunan kontras. Alternative lain yaitu Bailey-Lovie Chart.

Pendekatan lain yang lebih inovasi yaitu the SKILL card yang mengkombinasikan efek-

efek kontras denang iluminasi rendah. Pada salah satu sisi mempunyai huruf-huruf regular

(huruf hitam dengan latar belakang putih); sisi yang lainnya mempunyai kontras yang rendah,

low luminance chart (huruf hitam dengan latar belakang abu-abu gelap).

Sensitivitas kontras dapat dinilai baik secara monocular maupun binocular dengan

vistech Contrast Sensitivity Vision Test. Hilangnya sasaran frekuensi tinggi dan sedang adalah

tanda kesulitan membaca tulisan dengan alat bantu optis low vision.

B.4 Pemeriksaan Lapangan Pandang

Perimetri macular merupakan salah satu pengukuran yang terpenting dari aspek-aspek

penilaian low vision, tetapi sering neglected (diabaikan).

Skotoma macular memberikan dampak mayor di dalam aktivitas sehari-hari dan terjadi

pada 83% pasien. Terdapatnya skotoma sentral atau parasentral menimbulkan masalah di

dalam kecepatan membaca dibandingkan gangguan pada tajam penglihatan.

Amsler grid digunakan untuk mencari adanya skotoma sentralis dan menentukan posisi

dan kepadatannya serta daerah distorsinya. Perlu dicatat apakah distorsi yang dilihat pasien

berkurang pada penglihatan binokuler atau monokuler. Apabila dengan penglihatan binokuler

distorsinya kurang maka pasien mungkin calon untuk penggunaan lens abaca yang mengkoreksi

kedua mata daripada penggunaan monokuler biasa.

Untuk pasien retinitis pigmentosa, lapangan pandang perifer sebaiknya diperiksa pada

layar singgung dan untuk pasien glaucoma dan deficit neurologic pada perimeter Goldmann.

C. Pemilihan dan Peresepan Alat-Alat Bantu

19

Page 20: Jurnal Mata Revisi

Alat-alat bantu optic maupun non-optik dapat membantu penderita menggunakan sisa

penglihatannya dan meningkatkan kualitas hidup penderita serta mengurangi ketergantungan

penderita kepada orang lain.

Apabila telah diketahui rentang dioptrik (beriksar +3 D sampai +68D) maka dipilihlah

jenis alat bantu low vision yang paling sesuai dengan tujuan derajat low vision.

Terdapat tiga jenis dasar alat bantu optic untuk low vision :

1. Alat bantu lensa konveks misalnya kacamata, kaca pembesar dan kaca pembesar berdiri.

2. System teleskopik misalnya teleskop kacamata, lup teleskop yang dapat disangkutkan

dan alat-alat bantu yang dapat digenggam.

3. System pembaca elektronik yang mencakup mesin pembaca CCTV dan computer yang

mampu mencetak tulisan dalam ukuran besar.

Kunci keberhasilan penatalaksanaan pasien low vision adalah instruksi pasien yang benar.

Peresepan lensa tanpa instruksi yang jelas hanya berhasil pada 50% kasus.8

2.3 Retinitis Pigmentosa2,3,10

2.3.1 Definisi

Retinitis pigmentosa adalah sekelompok degenerasi retina herediter yang ditandai oleh

disfungsi progresif fotoreseptor dan disertai hilangnya sel secara progresif dan akhirnya atrofi

beberapa lapisan retina. Retinitis pigmentosa merupakan salah satu penyakit mata yang

diturunkan (inheritance disease) yang mengenai bagian retina. Retinitis pigmentosa dengan

tanda karakteristik degenerasi sel epitel retina terutama sel batang dan atrofi saraf optic,

menyebar tanpa gejala peradangan. Retina mempunyai bercak dan pita halus yang berwarna

hitam. Merupaka kelainan yang onset bermula sejak masa kanak-kanak. Retinitis pigmentosa

merupakan kelainan autosomal resesif, autosomal dominan, X linked resesif atau simpleks.

Kebanyakan pasien tanpa riwayat penyakit keluarga sebelumnya.

2.3.2 Pemeriksaan Histologik

Pada pemeriksaan histologik ditemukan :

- Degenerasi sel-sel batang dan kerucut

20

Page 21: Jurnal Mata Revisi

- Proliferasi sel glia

- Migrasi pigmen kedalam jaringan retina

- Obliterasi sklerotik dari pembuluh darah retina

- Atrofi N.II, sedang koroid masih normal

2.3.3 Gejala Subyektif

- Hemeralopia, atau buta senja, yang diderita sejak masa kanak-kanak

- Lapang penglihatan yang menyempit, yang dapat berlanjut sampai kepenglihatan

teropong.

- Perjalanan penyakit dimulai pada umur 12 tahun, yang dimulai dengan hemeralopia dan

penyempitan lapangan penglihatan, sampai pada umur 30-60 tahun tinggal kampus

sentral 3-6 derajat saja, sehingga meskipun visus sentral masih baik, masih harus

dituntun karena tidak mempunyai daya orientasi ruangan.

- Pada stadium akhir, semua visus menghilang, penderita menjadi buta.

2.3.4 Gejala Obyektif

Pada funduskopi terdapat :

- Penimbunan pigmen, yang berupa gambaran badan tulang (bone corpuscle), yang mula-

mula terdapat di daerah ekuator, yang kemudian meluas ke perifer dan macula.

- Penimbunan pigmen sepanjang pembuluh darah.

- Karena geseran pigmen, gambaran pembuluh darah koroid menjadi nyata.

- Pembuluh darah ciut, dan tampak seperti tali.

21

Page 22: Jurnal Mata Revisi

- Pada stadium lanjut, papil juga atrofi pucat, berwarna kuning tembaga.

- Makula tampak sebagai moth eaten appearance.

2.3.5 Diagnosa Banding :

Kelainan retina dengan visus turun perlahan : Mata tenang visus turun perlahan :

- Retinopati diabetic - Katarak

- Retinopati hipertensif - Glaukoma kronis

- Degenerasi makula karena usia - Kelainan retina

- Degenerasi makula pada myopia - Kelainan refraksi

- Retinitis pigmentosa

- Retinopati klorokulin

2.3.6 Pemeriksaan Defek Lapangan Pandang

A. Tes Konfrontasi

Pemeriksa dan penderita berdiri berhadapan pada jarak 0,5 m. Setelah satu mata

ditutup, maka penderita harus melihat pada mata pemeriksa yang ada di depannya, kemudian

pemeriksa menutup matanya yang lain. Pemeriksa sekarang menggerakkan obyek dari depan

mata pemeriksa dan penderita, sampai obyek tersebut tidak terlihat. Gerakan tersebut diulangi

22

Page 23: Jurnal Mata Revisi

pada meridian yang lain, sampai tercapai 360 derajat. Dengan demikian pemeriksa dapat

membandingkan kampusnya dengan kampus penderita dan kampus pemeriksa harus normal.

B. Kampimeter

Terdiri dari papan yang berwarna hitam dengan suatu tempat untuk meletakkan dagu

penderita, pada jarak 33cm. Satu mata ditutup, bila visusnya baik, tes obyek 3mm atau lebih

kecil, dapat dipakai dan digerakkan dari perifer ke sentral sampai tampak oleh penderita tanpa

menggerakkan mata atau kepalanya. Hal ini diulangi dari meridian yang lain sampai tercapai

360 derajat. Titik-titik yang menentukan dimana tes obyek mulai terlihat pada meridian-

meridian tersebut ditandai dan kemudian dihubungkan dan dibandingkan dengan kampus

normal.

C. Perimeter

Perimeter terdiri dari logam setengah lingkaran yang dapat diputar menurut meridian

yang ingin diperiksa sampai 360 derajat dan pada permukaan ditandai dengan tanda yang

menunjukkan derajat dari 0 ditengah-tengah sampai 90 derajat dipinggirnya. Tes obyek

digerakkan sepanjang perimeter sampai terlihat pertama kali oleh penderita, dimana satu

matanya ditutup dan mata yang lain melihat kearah titik 0 derajat ditengah-tengah tanpa

menggerakkan kepala atau matanya. Tes obyek 3mm, jarak pemeriksaan 33cm.

D. Layar Byerrum

Disini dipakai layar yang berwarna hitam dan pemeriksaan dilakukan pada jarak 1 meter

atau pada jarak 2 meter. Cara pemeriksaan sama dengan yang lainnya. Hal ini dilakukan untuk

memeriksa keadaan kampus sentral (30 derajat). Tes obyek yang dipakai 1 mm atau 2 mm.

2.3.7 Pengobatan

23

Page 24: Jurnal Mata Revisi

Sampai saat ini belum ada pengobatan yang berhasil.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kami telah menyajikan sebuah system yang dapat dengan mudah digunakan untuk diterapkan kebutuhan visual yang berbeda pada pasien low vision.

24

Page 25: Jurnal Mata Revisi

Keuntungan utama dari system ini adalah kemampuannya untuk dikonfigurasikan pada berbagai jenis alat bantu untuk berbagai jenis pasien low vision, yang dapat bermanfaat pada pengolahan gambar langsung secara online.

System ini dapat dikonfigurasi ulang untuk memungkinkan pada penggabungan modalitas alat bantu lain.

Kami juga menunjukkan kelayakan alat bantu optoelektronik fleksibel yang unik ini, yang dapat seutuhnya disesuaikan dengan kebutuhan pengguna tertentu yang mencakup serangkaian kecacatan visual.

Kemampuan ini tidak tercapai oleh alat bantu lain.

DAFTAR PUSTAKA

1. Maria Dolores Pelaez-Coca, Fernando Vargas-Martın, Sonia Mota,dkk. A versatile

Optoelectronic Aid for Low Vision Patients. © 2009 The Authors. Journal compilation ©

2009 The College of Optometrists.

2. Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. Jakarta : FK UI ; 2005

3. Wijaya, N. Ilmu Penyakit Mata. Cetakan ke 6. Jakarta: Abadi Tegal; 1993

25

Page 26: Jurnal Mata Revisi

4. Sherwood lauralee. Fisiologi Manusia. Edisi 2. Jakarta:EGC; 2001

5. 5. Anatomi dan Fisiologi Mata. Diunduh dari

http://www.4shared.com/get/RzDu3xdZ/32102110-Anatomi-Dan-Fisiologi.html pada 17

Oktober 2011.

6. Anatomi Mata. Diunduh dari

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21388/4/Chapter%20II.pdf pada 23

Oktober 2011.

7. Pokok Bahasan Masalah Mata di Indonesia. Diunduh dari

http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/11/066450559733b668ab05d5c98b3057d77

a14438e.pdf pada 19 Oktober 2011

8. Low Vision. Diunduh dari

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3444/1/09E01855.pdf pada 23

Oktober 2011

9. Ros, J. Díaz, S. Mota, dkk. Real Time Image Processing on a Portable Aid Device for Low

Vision Patients. K. Bertels, J.M.P. Cardoso, and S. Vassiliadis (Eds.): ARC 2006, LNCS

3985, pp. 158 – 163, 2006. © Springer-Verlag Berlin Heidelberg 2006.

10. D. Vaughan, T. Asbury, P. Riordan-Eva. Oftalmologi Umum. Edisi 14. Jakarta; EGC; 2007

11. Retina. Diunduh dari http://id.wikipedia.org/wiki/Optoelektronik pada 23 Oktober 2011

26