widal test

24
IMMUNOSEROLOGI PEMERIKSAAN WIDAL Oleh Kelompok IB (Genap) : Ni Nyoman Melindawati (P07134012002) Ni Made Inki Arianti (P07134012004) Ni Kadek Sucahyaningsih (P07134012006) I Kadek Budi Astawan (P07134012008) Ni Wayan Nia Ariska Purwanti (P07134012010) Ningsih Asriah (P07134012012) KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

Upload: nia-ariska

Post on 16-Sep-2015

69 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

:)

TRANSCRIPT

IMMUNOSEROLOGIPEMERIKSAAN WIDAL

OlehKelompok IB (Genap) :

Ni Nyoman Melindawati(P07134012002)Ni Made Inki Arianti(P07134012004)Ni Kadek Sucahyaningsih(P07134012006)I Kadek Budi Astawan(P07134012008)Ni Wayan Nia Ariska Purwanti(P07134012010)Ningsih Asriah(P07134012012)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIAPOLITEKNIK KESEHATAN DENPASARDIII JURUSAN ANALIS KESEHATAN2015

PEMERIKSAAN WIDALI. TUJUAN1.1 Tujuan Instruksional Umum 1. Untuk mengetahui pemeriksaan Imunoserologi yang tepat untuk penegakan diagnosis demam typhoid.2. Untuk mengetahui dan memahami prinsip kerja dari pemeriksaan tes Widal untuk penegakan diagnosis demam typhoid.1.2 Tujuan Instruksional Khusus1. Untuk dapat melakukan pemeriksaan Widal untuk penegakan diagnosis demam typhoid.2. Untuk dapat adanya antibodi spesifik terhadap bakteri Salmonella.3. Untuk dapat menginterpretasikan hasil yang didapatkan melalui tes Widal.

II. METODEMetode yang digunakan dalam praktikum ini adalah Rapid Slide Test dan tes aglutinasi tabung reaksi.

III. PRINSIPPrinsip dari tes ini adalah reaksi imunologis diantara antibodi yang diproduksi oleh bakteri (agglutinin) dengan jenis lain dari antigen fibrilakan menyebabkan aglutinasi.

IV. DASAR TEORI4.1 Tinjauan Umum tentang Demam tifoidDemam tifoid merupakan penyakit sistemik yang menjadi masalah kesehatan dunia. Demam tifoid terjadi baik di negara tropis maupun negara subtropis, terlebih pada negara berkembang. Besarnya angka kejadian demam tifoid sulit ditentukan karena mempunyai gejala dengan spektrum klinis yang luas. (Muliawan SY, 1990)Demam tifoid disebut juga dengan Typus abdominalis atau typoid fever. Demam tipoid ialah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran pencernaan (usus halus) dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan dan dengan atau tanpa gangguan kesadaranDemam tifoid disebabkan oleh infeksi bakteri Salmonella enterica, terutama serotype Salmonella typhi (S. typhi). Bakteri ini termasuk kuman gram negatif yang memiliki flagel, tidak berspora, motil, berbentuk batang, berkapsul dan bersifat fakultatif anaerob dengan karakteristik antigen O, H dan Vi. (WHO, 2003)Umumnya gejala klinis timbul 8-14 hari setelah infeksi yang ditandai dengan demam yang tidak turun selama lebih dari 1 minggu terutama sore hari, pola demam yang khas adalah kenaikan tidak turun selama lebih dari 1 minggu terutama sore hari, pola demam yang khas adalah kenaikan tidak langsung tinggi tetapi bertahap seperti anak tangga (stepladder), sakit kepala hebat, nyeri otot, kehilangan selera makan (anoreksia), mual, muntah, sering sukar buang air besar (konstipasi) dan sebaliknya dapat terjadi diare. Pada pemeriksaan fisik didapatkan peningkatan suhu tubuh, debar jantung relatif lambat (bradikardi), lidah kotor, hepatomegali dan splenomegali, kembung (meteorismus), pneumomia dan kadang-kadang dapat timbul gangguan jiwa. Penyulit lain yang dapat terjadi adalah pendarahan usus, perforasi, radang selaput perut (peritonitis) serta gagal ginjal. Tubuh yang kemasukan Salmonella akan terangsang untuk membentuk antibodi yang bersifat spesifik terhadap antigen yang merangsang pembentukannya. Antibodi yang dibentuk merupakan petanda demam typhoid, yang dapat dikategorikan sebagai berikut :a. Aglutinin OTiter aglutinin O akan naik lebih dulu dan lebih cepat hilang daripada aglutinin H atau Vi, karena pembentukannya T independent sehingga dapat merangsang limposit B untuk mengekskresikan antibodi tanpa melalui limposit T. Titer aglutinin O ini lebih bermanfaat dalam diagnosa dibandingkan titer aglutinin H. Bila bereaksi dengan antigen spesifik akan terbentuk endapan seperti pasir. Titer aglutinin O 1/160 dinyatakan positif demam typhoid dengan catatan 8 bulan terakhir tidak mendapat vaksinasi atau sembuh dari demam typhoid dan untuk yang tidak pernah terkena 1/80 merupakan positif.b. Aglutinin H (flageller)Titer aglutinin ini lebih lambat naik karena dalam pembentukan memerlukan rangsangan limfosit T. Titer aglutinin 1/80 keatas mempunyai nilai diagnostik yang baik dalam menentukan demam typhoid.Kenaikan titer aglutinin empat kali dalam jangka 5-7 hari berguna untuk menentukan demam typhoid. Bila bereaksi dengan antigen spesifik akan terbentuk endapan seperti kapas atau awan.c. Aglutinin Vi (Envelop)Antigen Vi tidak digunakan untuk menunjang diagnosis demam thypoid. Aglutinin Vi digunakan untuk mendeteksi adanya carrier. Antigen ini menghalangi reaksi aglutinasi anti-O antibodi dengan antigen somatik. Selain itu antigen Vi dapat untuk menentukan atau menemukan penderita yang terinfeksi oleh Salmonella typhi atau kuman-kuman yang identik (Rahma Yuli, 2013).Untuk menentukan diagnosis pasti dari penyakit ini diperlukan pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan laboratorium yang dapat digunakan adalah pemeriksaan darah tepi, pemeriksaan bakteriologis dengan isolasi dan biakan kuman, uji serologis, dan pemeriksaan kuman secara molekuler.(Karsinah, 1994)Pemeriksaan laboratorium yang paling sering digunakan adalah uji serologis. Akan tetapi, kultur Salmonella merupakan gold standard dalam menegakkan diagnosis demam tifoid.Tes serologis lain yang dapat digunakan dalam menentukan diagnosis demam tifoid adalah tes Widal, dan tes IgM Salmonella typhi. (Karsinah, 1994)Salah satu kajian ilmu yang diterapkan dalam pemeriksaan serologi adalah imunoserologi.Imunologi merupakan studi mekanisme dan fungsi sistem kekebalan akibat pengenalan terhadap zat asing dan usaha netralisasi, eliminasi dan metabolisme terhadap zat asing atau produknya.Serologi merupakan pemeriksaan yang menggunakan serum sebagai bahan pemeriksaan. Dalam laboratorium klinik pemeriksaan imunoserologi dilakukan dengan metoda, antara lain: Rapid test Tes Aglutinasi (Widal dan ASTO) Immunochromatography Pemeriksaan imunologi digunakan metoda ELISA (Enzyme-linked ImmunosorbentAssay) CMIA (Chemiluminescent Microparticle Immuniasay) ECLIA (Electro-chemi-luminescence Immuno Assay)

4.2 Pengertian Uji Widal Uji Widal adalah pemeriksaan untuk mendeteksi ada tidaknya antibodi spesifik terhadap antigen Salmonella (Bakteri penyebab tifus). Pemeriksaan widal bertujuan untuk mendeteksi adanya antibodi (kekebalan tubuh) terhadap kuman salmonella dgn cara mengukur kadar aglutinasi antibodi terhadap antigen O dan H dalam sampel darah. Uji Widal merupakan suatu metode serologi baku dan rutin digunakan sejak tahun 1896. Hasil positif Widal akan memperkuat dugaan terinfeksi Salmonella typhi pada penderita. Saat ini walaupun telah digunakan secara luas, namun belum ada kesepakatan akan nilai standar aglutinasi (cut-off point). (Bakr WM, 2011)Metode yang dipakai pada pemeriksaan widal ini adalah tabung aglutinasi.Teknik aglutinasi ini dapat dilakukan dengan menggunakan uji hapusan (slide test) atau uji tabung (tube test).Prinsip pemeriksaan adalah reaksi aglutinasi yang terjadi bila serum penderita dicampur dengan suspense antigen Salmonella typhosa.Pemeriksaan yang positif ialah bila terjadi reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (agglutinin).Antigen yang digunakan pada tes widal ini berasal dari suspense salmonella yang sudah dimatikan dan diolah dalam laboratorium. Dengan jalan mengencerkan serum, maka kadar anti dapat ditentukan. Pengenceran tertinggi yang masih menimbulkan reaksi aglutinasi menunjukkan titer antibodi dalam serum (Rahma Yuli. 2013).

4.3 Diagnosis Demam Thypoid Dengan Pemeriksaan WidalPemeriksaan serologi yang masih dikerjakan pada pasien yang dirawat dengan demam typhoid di Rumah Sakit adalah tes Widal. Nilai diagnostik tes Widal adalah melihat adanya kenaikan titer antibodi yang bermakna dalam darah terhadap antigen O (somatik) dan/atau antigen H (flagellar) Salmonella enterica serotype typhi pada 2 kali pengambilan spesimen serum dengan interval waktu 10-14 hari. Tapi dalam pelaksanaan di lapangan, ternyata praktis pengambilan spesimen serum untuk pemeriksaan tes Widal hanya menggunakan spesimen serum tunggal.Kenaikan titer agglutinin yang tinggi pada spesimen tunggal, tidak dapat membedakan apakah infeksitersebut merupakan infeksi baru ataulama, serta kenaikan titer aglutinin terutama aglutinin H tidak mempunyai arti diagnostik yang penting untuk demam typhoid pada penderita dewasa di daerah endemis.Dengan alasan ini, maka pada daerah endemis tidak dianjurkan pemeriksaan antibodi H terhadap Salmonella enterica serotype typhi, cukup pemeriksaan titer antibodi O terhadap Salmonella enterica serotype typhi.Tes Widal merupakan tes aglutinasi yang digunakan dalam diagnosis serologi penyakit demam typhoid atau demam enterik.7 Tes Widal mengukur level aglutinasi antibodi terhadap antigen O (somatik) dan antigen H (flagellar). Level tersebut diukur dengan menggunakan dilusi ganda serum pada tabung tes.Biasanya, antibodi O terlihat pada hari ke 6-8 dan antibodi H terlihat pada hari ke 10-12 setelah munculnya gejala penyakit demam typhoid.Tes biasanya dilakukan pada serum akut (serum yang pertama kali diambil saat pertama kali kontak dengan pasien).Prinsip tes Widal adalah pasien dengan demam typhoid atau demam enteric akan memiliki antibodi di dalam serumnya yang dapat bereaksi dan beraglutinasi dilusi gandaPasien yang mengalami penyakit demam typhoid akan memiliki antibodi di dalam serumnya yang mana dapat bereaksi dan beraglutinasi dengan antigen Salmonella enterica serotype typhi pada tes aglutinasi tabung maupun tes aglutinasi slide.7 Dengan kata lain dapat dikatakan suspensi bakteri yang membawa antigen akan beraglutinasi dengan antibodi terhadap organisme Salmonella enterica serotype typhi.11 Aglutinasi merupakanreaksi antara antibodi dengan antigen pada permukaan objek khusus dan menyebabkan objek tersebut saling bergumpal atau beraglutinasi. Tes Widal menggunakan prinsip ini dalam mendiagnosis penyakit demam typhoid.

4.4 Teknik Pemeriksaan Uji WidalTeknik pemeriksaan uji widal dapat dilakukan dengan dua metode yaitu uji hapusan/ peluncuran (slide test) dan uji tabung (tube test). Perbedaannya, uji tabung membutuhkan waktu inkubasi semalam karena membutuhkan teknik yang lebih rumit dan uji widal peluncuran hanya membutuhkan waktu inkubasi 1 menit saja yang biasanya digunakan dalam prosedur penapisan. Umumnya sekarang lebih banyak digunakan uji widal peluncuran. Sensitivitas dan spesifitas tes ini amat dipengaruhi oleh jenis antigen yang digunakan. (dr. Joni, 2012)Adapun teknik pemeriksaan uji Widal antara lain :1. Test Slide Uji penyaringProsedur kerja : Pada gelas objek 2 tetes serum penderita ditambahkan dengan 2tetes suspensi antigen,dicampur dengan gelas pengaduk, gerakkan gelas objek dengan gerakan memutar perlahan5 menit, pada suhu kamar, aglutinasi dilihat dengan bantuan lampu neon atau cahaya matahari dekat jendela kaca. Uji titrasiProsedur Kerja :Serum penderita diencerkan secara serial.Contoh Serial pengenceran :TiterPerbandingan

SerumAntigen

1 : 202540

1 : 402520

1 : 802510

1 : 160255

1 : 320505

2. Test TabungAdapun teknik pengujian dengan tes tabung adalah sebagai berikut.Bahan: serum penderitaAlat: 1. Rak kecil berlubang 2. Tabung venoject 3 ml.3. Pipet serologi 1 ml dengan skala 0,01 ml.4. Mikropipet 50 uL5. InkubatorReagen: Antigen Widal O : antigen Salmonella typhi (somatik) H : antigen Salmonella paratyphi A (flagelar) B : antigen Salmonella paratyphi B (flagelar)Cara Kerja :1. Dilakukan pengenceran serum2. Tambahkan antigen 0,25 ml pada tiap tabung3. Dicampur dengan cara menggoyang rak 3-4 kali4. Inkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam5. Lihat adanya aglutinasi pada dasar tabung dengan bantuan cermin (widal reader)Cara Membaca Aglutinasi Pola sedimen di dasar tabung, lihat diatas cermin cekung Negatif : sedimen bulat, tepi halus Positif: sedimen melebar ke tepi dengan pola ireguler Setelah dilihat, goyangkan tabungAglutinin H: agregat flokuler, mudah pecahAglutinin O: agregat granuler dan halusKontrolKontrol Positif: Uji Widal dilakukan terhadap serum yang mengandung agglutinin dengan titer > 1:160 Dalam 1 rak, dikerjakan bersama beberapa rak yang berisi serum penderita.Kontrol Negatif 4 tabung berisi 0,25 ml PZ dan 0,25 antigen (O, H, A dan B)4.5 Antigen dalam Uji WidalPada pemeriksaan uji widal dikenal beberapa antigen yang dipakai sebagai parameter penilaian hasil uji Widal. Berikut ini penjelasan macam antigen tersebut: Antigen OAntigen O merupakan somatik yang terletak di lapisan luar tubuh kuman. Struktur kimianya terdiri dari lipopolisakarida. Antigen ini tahan terhadap pemanasan 100C selama 25 jam, alkohol dan asam yang encer. Antigen HAntigen H merupakan antigen yang terletak di flagela, fimbriae atau fili S. typhi dan berstruktur kimia protein. S. typhi mempunyai antigen H phase-1 tunggal yang juga dimiliki beberapa Salmonella lain. Antigen ini tidak aktif pada pemanasan di atas suhu 60C dan pada pemberian alkohol atau asam. Antigen ViAntigen Vi terletak di lapisan terluar S. typhi (kapsul) yang melindungi kuman dari fagositosis dengan struktur kimia glikolipid, akan rusak bila dipanaskan selama 1 jam pada suhu 60C, dengan pemberian asam dan fenol. Antigen ini digunakan untuk mengetahui adanya karier. Outer Membrane Protein (OMP)Antigen OMP S. typhi merupakan bagian dinding sel yang terletak di luar membran sitoplasma dan lapisan peptidoglikan yang membatasi sel terhadap lingkungan sekitarnya. OMP ini terdiri dari 2 bagian yaitu protein porin dan protein nonporin. Porin merupakan komponen utama OMP, terdiri atas protein OMP C, OMP D, OMP F dan merupakan saluran hidrofilik yang berfungsi untuk difusi solut dengan BM < 6000. Sifatnya resisten terhadap proteolisis dan denaturasi pada suhu 85100C. Protein nonporin terdiri atas protein OMP A, protein a dan lipoprotein, bersifat sensitif terhadap protease, tetapi fungsinya masih belum diketahui dengan jelas (Sutrimo, 2013).

4.6 Pembacaan Hasil1. Rapid Screening TestJika aglutinasi terlihat dalam satu menit , titer yang signifikan harus diperoleh dalam tes tabung konfirmasi . Reaksi kira-kira setara dengan yang diperoleh dalam tes tabung aglutinasi dengan pengenceran serum dari 1 dalam 20 . Volume yang lebih kecil dari serum dapat digunakan untuk tes skrining jika titer dianggap signifikan lebih besar dari 1 dalam 20. Hal ini tidak mungkin untuk layar sera pada tingkat setara dengan pengenceran tabung dari 1 dalam 10 .2. Rapid Slide TitrationReaksi yang diperoleh secara kasar setara dengan yang akan terjadi dalam tes aglutinasi tabung dengan pengenceran serum dari 1/20 , 1/ 40, 1/80 , 1/160 , 1/320 masing-masing . Dalam reaksi ditemukan saran untuk mengkonfirmasi dan reaksi membentuk titer dengan uji tabung meskipun dari pengalaman yang telah diperoleh ini seharusnya tidak diperlukan . Tes tabung dilakukan saat hasil tidak sesuai dengan temuan klinis . Kesalahan hasil pemeriksaan dapat diperoleh jika reagen tidak dapat mencapai suhu kamar ( 18 sampai 300C ) sebelum digunakan. Selain itu, reaksi positif palsu kemungkinan terjadi jika tes dibaca lebih dari satu menit setelah pencampuran.3. Tabung aglutinasi Dalam reaksi O positif terdapat aglutinasi granular yang jelas. Aglutinasi H memiliki karakteristik timbulnya flokular. Dalam reaksi negatif dan kontrol saline penampilan suspensi seharusnya tidak berubah, dan menunjukkan pusaran khas ketika tabung disentil . Tabung tidak boleh dikocok . Titer di setiap tempatnya adalah pengenceran dari serum pada tabung terakhir yang menunjukkan aglutinasi. Sebagai kontrol positif untuk setiap suspensi, serangkaian pengenceran dari serum pengaglutinasi Salmonella yang tepat.Tes aglutinasi tabung memiliki akurasi yang lebih akurat daripada tes aglutinasi slide karena titernya dapat sampai 1:1280, sedangkan tes aglutinasi slide hanya mencapai titer 1:320. Dalam masalah efisiensi waktu tes aglutinasi slide lebih cepat dibandingkan tes aglutinasi tabung, dimana tes aglutinasi slide membutuhkan waktu 5 menit untuk mendapatkan hasilnya sedangkan tes aglutinasi tabung membutuhkan waktu sekitar 18 jam.11

4.7 Kelebihan dan Kelemahan Uji Widal 1. Kelebihan Keuntungan tes Widal adalah tes ini mudah dilakukan oleh dokter dan merupakan tes yang sangat membantu dokter dalam mendiagnosis demam typhoid di negara berkembang kususnya di daerah atau rumah sakit yang tidak memiliki fasilitas bakteriologik yang memadai. Selain itu, uji widal ini relatif murah, hasil yang cepat, dan hampir di semua pusat kesehatan dapat melakukan pemeriksaan ini.2. Kelemahan Salah satu kelemahan yang amat penting dari penggunaan uji widal sebagai sarana penunjang diagnosis demam typhopid yaitu spesifitas yang agak rendah dan kesukaran untuk menginterpretasikan hasil, sebab banyak faktor yang mempengaruhi kenaikan titer. Selain itu antibodi terhadap antigen H bahkan mungkin dijumpai dengan titer yanglebih tinggi, yang disebabkan adanya reaktifitas silang yang luas sehingga sukar untuk diinterpretasikan. Dengan alasan ini maka pada daerah endemis tidak dianjurkan pemeriksaan antibodi H S.typhi, cukup pemeriksaan titer terhadap antibodi O S.typhi.Uji Widal dapat memberikan hasil yang berbeda-beda antara lain karena uji ini merupakan tes imunologik dan seharusnya dilakukan dalam keadaan yang baku, Salmonella thypi mempunyai antigen O dan H yang sama dengan Salmonella lainnya, maka kenaikan titer antibodi ini tidak spesifik untuk Salmonella thypi, penentuan hasil positif mungkin didasarkan atas titer antibodi dalam populasi daerah endemis yang secara konstan terpapar dengan organisme tersebut dan mempunyai titer antibodi yang mungkin lebih tinggi daripada daerah non endemis pada orang yang tidak sakit sekalipun. Tidak dihasilkannya antibodi terhadap Salmonella karena rendahnya stimulus yang dapat merangsang timbulnya antibodi, sehingga antibodi terganggu. Pemeriksaan serologi Widal juga tergantung pada waktu pengambilan spesimen dan kenaikan titer agglutinin terhadap antigen Salmonella thypi. Kenaikan titer antibodi tes serologi Widal pada umumnya paling baik pada minggu kedua dan ketiga, yaitu 95,7%, sedangkan kenaikan titer pada minggu pertama adalah hanya 85,7%. Karena hal ini sehingga saat pengambilan spesimen perlu diperhatikan. Pemeriksaan tes serologi Widal memerlukan dua kali pengambilan spesimen, yaitu pada masa akut dan masa konvalesen dengan interval waktu 10-14 hari. Diagnosis ditegakkan dengan melihat adanya kenaikan titer lebih atau sama dengan 4 kali titer masa akut, tetapi pada pelaksanaan dilapangan pengambilan spesimen menggunakan spesimen tunggal. Kenaikan titer aglutinin yang tinggi pada spesimen tunggal, tidak dapat membedakan apakah infeksi tersebut merupakan infeksi baru atau lama, juga kenaikan titer aglutini terutama aglutinin H tidak mempunyai anti diagnostik yang penting untuk demam tifoid, namun masih dapat membantu dalam menegakkan diagnosis tersangka demam tifoid pada penderita dewasa yang berasal dari daerah non endemik atau pada anak umur kurang dari 10 tahun di daerah endemik, sebab pada kelompok penderita ini kemungkinan mendapat kontak dengan S. typhi dalam dosis subinfeksi masih amat kecil. Pada orang dewasa atau anak di atas 10 tahun yang bertempat tinggal di daerah endemik, kemungkinan untuk menelan S. typhi dalam dosis subinfeksi masih lebih besar sehingga uji Widal dapat memberikan ambang atas titer rujukan yang berbeda-beda antar daerah endemik yang satu dengan yang lainnya, tergantung dari tingkat endemisitasnya dan berbeda pula antara anak di bawah umur 10 tahun dan orang dewasa. Dengan demikian, bila uji Widal masih diperlukan untuk menunjang diagnosis demam tifoid, ambang atas titer rujukan, baik pada anak maupun orang dewasa perlu ditentukan. (Levine, 1978)Titer widal biasanya pada angka kelipatan: 1/32 , 1/64 , 1/160 , 1/320 , 1/640. Peningkatan titer uji Widal 4 x (selama 2-3 minggu): dinyatakan (+). Titer 1/160: masih dilihat dulu dalam 1 minggu kedepan, apakah ada kenaikan titer. Jika ada, maka dinyatakan (+). Jika 1 x pemeriksaan langsung 1/320 atau 1/640, langsung dinyatakan (+) pada pasiendengan gejala klinis khas.

4.8 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Uji WidalTes Widal umumnya menunjukan hasil positif pada hari ke 5 atau lebih setelah terjadinya infeksi bakteri Salmonella enterica serotype typhi. Oleh karena itu bila infeksi baru berlangsung beberapa hari sering kali hasil tes Widal menunjukan hasil negatif dan menjadi positif bilamana pemeriksaan diulang beberapa hari kedepan. Dengan demikian hasil tes Widal negatif terutama pada waktu 5 menit untuk mendapatkan hasilnya sedangkan tes aglutinasi tabung membutuhkan waktu sekitar 18 jam.Interprestasi uji widal harus memperhatikan beberapa faktor yaitu sensitivitas, stadium penyakit, faktor penderita seperti status imunitas dan status gizi yang dapat mempengaruhi pembentukan antibodi, gambaran imunologis dari masyarakat setempat (daerah endemis atau non-endemis), faktor antigen, teknik serta reagen yang digunakan.Tes Widal mempunyai sensitivitas dan spesifisitas moderat ( 70%), dapat menghasilkan hasil negatif palsu pada 30% kasus demam tifoid dengan kultur positif.Tes Widal negatif palsu dapat terjadi pada:1. Carrier tifoid 2. Jumlah bakteri hanya sedikit sehingga tidak cukup memicu produksi antibodi pada host.3. Pasien sudah mendapatkan terapi antibiotika sebelumnya 4. Waktu pengambilan darah kurang dari 1 minggu sakit5. Keadaan umum pasien yang buruk6. Adanya penyakit imunologik lain.Tes Widal positif palsu dapat terjadi pada: 1. Imunisasi dengan antigen Salmonella 2. Reaksi silang dengan Salmonella non tifoid 3. Infeksi malaria, dengue atau infeksi enterobacteriaceae lain 4. Pernah mendapat vaksinasi5. Reaksi silang dengan spesies lain (Enterobacteriaceae sp)6. Reaksi anamnestik (pernah sakit)7. Adanya faktor rheumatoid (RF)(Saputra,Andi, 2012)

4.9. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada uji widal Saat Pengambilan Spesimen. Berdasarkan penelitian Senewiratne, dkk tahun 1998 kenaikan titer antibodi ke level diagnostik pada tes Widal umumnya paling baik pada minggu kedua atau ketiga yaitu 95,7%, sedangkan kenaikan titer pada minggu pertama hanya 85,7%. Oleh karena itu waktu saat pengambilan spesimen perlu diperhatikan, agar mendapatkan nilai diagnostik yang diharapkan Kenaikan Titer Aglutinin Terhadap Antigen Salmonella enterica serotype typhi. Tes Widal memerlukan dua kali pengambilan spesimen, yaitu pada masa akut dan masa convalesencence dengan interval waktu 10-14 hari. Diagnosis ditegakkan dengan melihat adanya kenaikan titer lebih atau sama dengan 4 kali liter masa akut. Dalam pelaksanaannya di lapangan, ternyata praktis pengambilan spesimen untuk pemeriksaan tes Widal hanya menggunakan spesimen tunggal. Kenaikan titer aglutinin yang tinggi pada spesimen tunggal tidak dapat membedakan apakah infeksi tersebut merupakan infeksi baru atau lama. SpecimenSpesimen yang digunakan dalam tes Widal adalah serum yang didapatkan dari pembuluh darah vena pasien. Khusus pada kasus yang tes Widalnya ditunda atau tidak dilakukan segera setelah pengambilan sampel serum, maka spesimen serum pasien harus disimpan pada tempat yang dingin dengan temperature 20C-80C. Penyimpanan dan Stabilitas Reagen Semua reagen (Suspensi antigen S. typhi O, Suspensi antigen S. typhi H, Suspensi antigen S. paratyphi AH, dan Suspensi antigen S. paratyphi BH) yang siap digunakan disimpan pada ruangan dengan temperatur 20C-80C sampai jika akan digunakanV. ALAT DAN BAHAN5.1 Alat1. Kaca objek berbentuk cincin2. Pipet serum3. Stik pengaduk4. Tabung reaksi5. Pengaduk mekanik5.2 Bahan1. Larutan NaCl 0,9%2. Antigen fibril3. Serum5.3 Reagen1. Brucella abortus2. Brucella militensis3. Antigen Salmonella Grup A4. Antigen Salmonella Grup B5. Antigen Salmonella Grup C6. Paratyphoid A ( Antigen Salmonella Flagellar A )7. Paratyphoid B ( Antigen Salmonella Flagellar B )8. Paratyphoid C ( Antigen Salmonella Flagellar C )9. Proteus OX210. Proteus OX1911. Proteus OXK12. Typhoid O ( Salmonella Grup D, Somatik )

VI. CARA KERJAa. Rapid Slide Test1. Disiapkan sebuah kaca slide transparan yang bersih dan kaca slide tersebut dibagi menjadi kotak berukuran 1,5 inchi dengan pensil lilin atau sebuah pensil dengan ujungnya bercahaya. Sebuah kaca jendela yang kecil bisa digunakan untuk tujuan ini. Penggunaan kaca slide berbentuk cincin juga dianjurkan.2. Dengan menggunakan pipet yang sesuai, ditambahkan sejumlah serum yang akan diperiksa ke dalam kotak dari kiri ke kanan dengan berurutan : 0,008 ml, 0,04 ml, 0,02 ml, 0,01 ml, 0,05 ml. serum harus bersih dan tidak panas. Prosedur ini diulangi dengan kontrol serum positif dan negatif.3. Antigen dikocok dengan hati-hati untuk memastikan suspensi tercampur merata.4. Dengan memegang penetesan secara vertical, ditambahkan satu tetes antigen setiap sejumlah sampel.5. Serum dan antigen dicampur dengan menggunakan stik pengaduk . digunakan stik pengaduk yang berbeda untuk masing-masing jumlah serum atau digunakan stik yang sama dan dikerjakan dari kanan ke kiri, masing-masing campuran harus berbentuk area berukuran 0,5 inchi-1 inchi.6. Slide digoyangkan dengan tangan atau pengaduk mekanik pada kecepatan 150 rpm selama 2-3 menit 7. Aglutinasi diamati dengan pencahayaan tidk langsung berlatar belakang gelap.8. Serum positif oleh titer yang dikenali dan serum negative harus termasuk ke dalam kontrol.

b. Tes Aglutinasi Tabung Reaksi1. Sepuluh tabung bereaksi berukuran 12x75 m diletakkan di rak yang sesuai.2. 1,9 ml larutan Natrium Klorida ditambahkan ke tabung pertama. 3. 1,0 ml larutan Natrium Klorida ditambahkan ke tabung yang tersisa.4. 0,1 ml serum yang akan diuji ditambahkan ke tabung pertama. 1,0 mL serum yang diencerkan diaduk rata dan dipindahkan dari tabung pertama ke tabung kedua. Prosedur ini diulangi sampai kesepuluh tabung mengandung seri pengenceran serum dua kali lipat dari 1:20 sampai1 : 10240. 1,0 mL pengencer serum diambil dari tabung 10 dan dibuang. Tabung nomor 1 dianggap sebagai pengenceran 1:20. Prosedur ini diulangi dengan serum kontrol positif dan negatif. 5. Satu tabung ditempatkan diakhir seri tabung pengenceran dan 1,0 mL larutan Natrium Klorida 0,9% ditambahkan untuk mengencerkan serum. Tabung tersebut dilabeli dengan nama control Saline. 6. Suspensi antigen dihomogenkan dengan mengocok botol secara hati-hati. Satu tetes antigen ditambahkan untuk setiap tabung.7. Rak dikocok untuk mencampur antigen dengan serum dan ditempatkan di waterbath. Waktu dan suhu inkubasi yang dianjurkan adalah sebagai berikut:

AntigenTemperaturWaktu Inkubasi

Salmonella O Grup A450-500 C18 jam

Salmonella O Grup B450-500 C18 jam

Salmonella O Grup C450-500 C18 jam

Salmonella O Grup D (Typhoid O)450-500 C18 jam

Salmonella H a450-500 C2 jam

Salmonella H b450-500 C2 jam

Salmonella H c450-500 C2 jam

Salmonella H d(Typhoid H)450-500 C2 jam

Brucella aborius dan Brucella Meltonois370C48 jam

Proteus OX2, OX19, dan OXK450-500 C18 jam

Catatan :Thypoid H dan antigen Salmonella flagellar harus diinkubasi selama 2 jam pada suhu 450-500 C. Dilanjutkan dengan inkubasi 10 jam pada suhu 20 - 80 C sebelum pembacaan terakhir.8. Setelah diinkubasi, rak yang berisi tabung reaksi dipindahkan dengan hati-hati dan diamati aglutinasinya. Menggunakan sumber cahaya tidak langsung dan latar belakang hitam akan memberikan kondisi optimal untuk pembacaan tabung. 9. Hasil test dicatat dan diitepretasikan hasil ke nilai rujukan.10. Titer dari serum reaktif dicatat sebagai pengenceran terakhir yang memberikan reaksi 2+.

VII. INTERPRETASI HASIL4+: Semua organisme berkumpul di dasar tabung dan cairan supernatant bersih3+: Sekitar 75% organisme berkumpul dan supernatant sedikit keruh2+: Sekitar 50% organisme berkumpul dan supernatant dengan kekeruhan sedang1+: Sekitar 25% organisme berkumpul dan supernatant keruh-: Tidak ada aglutinasi yang teramati dan muncul kekeruhan pada suspensi

DAFTAR PUSTAKADepartment of Vaccines and Biologicals.2003. Background Document: The Diagnosis, Treatment And Prevention Of Typhoid Fever. Geneva: WHOdr. Joni, 2012, Widal untuk Demam Typoid, online,http://www.sumbarsehat.com/2012/07/tes-widal-untuk-demam-typoid.html, 10 Maret 2015Karsinah, Suharto, W. Mardiastuti, M. Lucky. 1994. Batang Negatif Gram. Dalam: Staf Pengajar FK UI, penyunting. Buku ajar mikrobiologi kedokteran. Edisi Revisi. Jakarta: Bina Rupa Levine MM, Grados O, Gilman RH, Woodward W, Plaza RS, Waldman W. 1978.Diagnostic value of the Widal test in area endemic for Typhoid Fever. Am J Trop Med HygMuliawan SY, Surjawidjaya JE. 1999. Diagnosis Dini Demam Tifoid Dengan Menggunakan Protein Membran Luar S. typhi Sebagai Antigen Spesifik. CDK Rahma Yuli. 2013. Prosedur Pemeriksaan Laboratorium. Online.http://myblogaintyours.blogspot.com/2013/02/prosedur-pemeriksaan-laboratorium-tes.html. Diakses pada 10 Maret 2015.Saputra,Andi, 2012. Pengertian Test Widal atau Uji Widal. online, http://fourseasonnews.blogspot.com/2012/03/pengertian-test-widal-atau-uji-widal.html, 10 Maret 2015.Sutrimo, 2013. Uji Widal. online, online, http://analiskesehatankendariangkatan5.blogspot.com/2013/01/uji-widal.html, 10 Maret 2015.Wikipedia. 2013. Widal. Online.http://www.wikipedia.org. Diakses pada 10 Maret 2015.