file · web viewtertabrak. saat ditanyakan mengenai kejadian, pasien ingat proses...

44
IDENTITAS PASIEN Nama : Ny. K Umur : 35 Tahun Jenis kelamin : Perempuan Agama : Islam Alamat : Kebonharjo 2/5 tanjungmas, Kabupaten Semarang Pekerjaan : Ibu rumah tangga Pendidikan : SMU Status : Menikah No.CM : 138xxx-2017 Tanggal masuk RS: Selasa, 5 Desember 2017 Tanggal keluar RS : Sabtu, 9 Desember 2017 ANAMNESIS Anamnesis dilakukan dengan autoanamnesa pada pasien dan alloanamnesa pada keluarga pasien pada hari rabu tanggal 6 Desember 2017, pukul 16.15 WIB di bangsal dahlia. 1. Keluhan Utama Nyeri kepala post trauma kecelakaan lalu lintas. 2. Riwayat Penyakit Sekarang Menurut keterangan pasien dan keluarga pasien, 1 hari yang lalu 20 menit SMRS pasien mengalami kecelakaan terjatuh dari sepeda motor setelah ditabrak kendaraan motor dari samping dengan kecepatan ±30 km saat ingin putar balik arah. Saat 1

Upload: duongkhanh

Post on 06-Feb-2018

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: file · Web viewtertabrak. Saat ditanyakan mengenai kejadian, pasien ingat proses kejadian sampai tidak sadarkan diri. Pasien juga merasakan nyeri kepala, pusing, nyeri

IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. K

Umur : 35 Tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Kebonharjo 2/5 tanjungmas, Kabupaten Semarang

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Pendidikan : SMU

Status : Menikah

No.CM : 138xxx-2017

Tanggal masuk RS : Selasa, 5 Desember 2017

Tanggal keluar RS : Sabtu, 9 Desember 2017

ANAMNESIS

Anamnesis dilakukan dengan autoanamnesa pada pasien dan alloanamnesa

pada keluarga pasien pada hari rabu tanggal 6 Desember 2017, pukul 16.15 WIB

di bangsal dahlia.

1. Keluhan Utama

Nyeri kepala post trauma kecelakaan lalu lintas.

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Menurut keterangan pasien dan keluarga pasien, 1 hari yang lalu 20 menit

SMRS pasien mengalami kecelakaan terjatuh dari sepeda motor setelah

ditabrak kendaraan motor dari samping dengan kecepatan ±30 km saat ingin

putar balik arah. Saat kejadian pasien tidak menggunakan pengaman kepala

(helm) dan pasien telempar tidak jauh dari sepeda motor yang dikendarainya,

pasien terjatuh di aspal rata dengan posisi badan sebelah kanan dahulu yang

menyentuh aspal menggunakan tangan dan kaki kanan sebagai tumpuan

kemudian kepala bagian belakang terbentur aspal cukup keras. Dan sesaat

setelah kejadian pasien tidak sadarkan diri. Kemudian oleh penabrak, pasien

dibawa ke IGD RSUD Ambarawa. Menurut keterangan keluarga pasien yang

didapatkan dari penabrak, pasien sadar kurang lebih 15 menit setelah

1

Page 2: file · Web viewtertabrak. Saat ditanyakan mengenai kejadian, pasien ingat proses kejadian sampai tidak sadarkan diri. Pasien juga merasakan nyeri kepala, pusing, nyeri

tertabrak. Saat ditanyakan mengenai kejadian, pasien ingat proses kejadian

sampai tidak sadarkan diri.

Pasien juga merasakan nyeri kepala, pusing, nyeri seperti ditekan, bila diberi

skala nyeri pasien memberikan skala nilai 6/10 dari nyeri yang dirasakannya,

lokasi nyeri di kepala bagian belakang, nyeri menetap terus-menerus,pasien

mengatakan saat di IGD nyeri kepala disertai mual dan muntah 1x, muntah

berupa makanan, tidak disertai darah, nyeri dirasakan mengganggu pasien,

nyeri disertai bengkak merah pada kepala belakang pasien.

Pasien mengatakan tidak mengalami gangguan penglihatan, gangguan

pendengaran, gangguan saraf otak lainnya seperti sulit bicara dan menelan,

gangguan fungsi luhur seperti gangguan memori dan membaca, gangguan

motorik seperti kelemahan anggota tubuh, gangguan sensibilitas seperti rasa

baal ditubuh, dan gangguan otonom seperti gangguan buang air kecil dan

buang air besar. Pasien kemudian melakukan foto rontgen kranium dan

hasilnya tidak terdapat fraktur dibagian kranium. Pasien dirawat di Bangsal

Dahlia RSUD Ambarawa untuk mendapatkan penanganan lanjut oleh dokter

spesialis saraf.

3. Riwayat Penyakit Dahulu

a. Riwayat trauma sebelumnya: disangkal

b. Riwayat kejang: disangkal

c. Riwayat hipertensi: disangkal

d. Riwayat diabetes mellitus: disangkal

e. Riwayat cefalgia kronis: disangkal

f. Riwayat penyakit jantung: disangkal

g. Riwayat konsumsi minuman beralkohol: disangkal

h. Riwayat konsumsi obat-obatan terlarang: disangkal

4. Riwayat Penyakit Keluarga

a. Riwayat hipertensi: disangkal

b. Riwayat diabetes mellitus: disangkal

2

Page 3: file · Web viewtertabrak. Saat ditanyakan mengenai kejadian, pasien ingat proses kejadian sampai tidak sadarkan diri. Pasien juga merasakan nyeri kepala, pusing, nyeri

5. Riwayat Sosial Ekonomi

Pasien tidak merokok. Pasien juga tidak mengonsumsi minuman keras serta

tidak mengonsumsi obat-obatan terlarang. Kegiatan sehari-hari pasien adalah

sebagai ibu rumah tangga.

6. Anamnesis Sistem

a. Sistem Serebrospinal

Nyeri kepala (+),pusing (+), mual (+), muntah (-), pingsan (-), kelemahan

anggota gerak (-), perubahan tingkah laku (-), wajah merot (-), bicara

pelo (-), kesemutan/baal (-), BAB (n), BAK (n)

b. Sistem Kardiovaskuler

Riwayat hipertensi (-), riwayat sakit jantung (-), nyeri dada (-)

c. Sistem Respirasi

Sesak napas (-), batuk (-), riwayat sesak napas (-)

d. Sistem Gastrointestinal

Mual (-), muntah (-), BAB (n)

e. Sistem Muskuloskeletal

Kelemahan anggota gerak (-)

f. Sistem Integumen

Memar pada kepala bagian belakang telinga kanan, pinggang kanan, siku

tangan kanan dan ibu jari kaki kanan sudah membaik / (-)

g. Sistem Urogenital

BAK (n)

RESUME ANAMNESIS

Seorang perempuan berusia 35 tahun datang ke IGD RSUD Ambarawa

dengan cedera kepala setelah mengalami kecelakaan ditabrak mobil dari belakang

1 hari yang lalu. Pasien kehilangan kesadaran sekitar 15 menit. Saat sadar, pasien

ingat kronologi kecelakaan. Pasien juga merasakan nyeri kepala, dimulai saat

pasien sadar, nyeri seperti ditekan, bila diberi skala nyeri pasien memberikan

skala nilai 6/10 dari nyeri yang dirasakannya, lokasi nyeri di kepala bagian

belakang, nyeri menetap terus-menerus,pasien mengatakan saat di IGD nyeri

kepala, pusing disertai mual dan muntah 1x, muntah berupa makanan, tidak

3

Page 4: file · Web viewtertabrak. Saat ditanyakan mengenai kejadian, pasien ingat proses kejadian sampai tidak sadarkan diri. Pasien juga merasakan nyeri kepala, pusing, nyeri

disertai darah. Pasien Pada saat perawatan di bangsal Wijaya Kusuma, pasien

dilakukan pemeriksaan head CT- Scan, pemeriksaan laboratorium dan konsul

dokter spesialis bedah. Pasien mendapatkan perawatan inap selama 5 hari. pasien

diperbolehkan pulang sambil dilakukan rawat jalan lalu disarankan kontrol 5 hari

kemudian

DIAGNOSIS SEMENTARA

1. Diagnosis Klinis

Cephalgia post trauma kepala, Pusing berputar

2. Diagnosis Topis

- Intrakranial

- Ekstrakranial

3. Diagnosis Etiologi

- Traumatic Brain Injury primary

- Traumatic Brain Injury Secondary

DISKUSI I

Dari anamnesa didapatkan pasien sempat tidak sadarkan diri setelah tertabrak

mootor dari arah samping. Hal ini dapat disebabkan karena terganggunya fungsi

otak yang dapat disebabkan oleh cedera kepala. Dari anamnesis didapatkan pasien

mengalami cedera kepala tumpul dimana pasien mengalami kecelakaan yaitu

ditabrak oleh motor dan terbentur oleh aspal. Dari anamnesis juga didapatkan

bahwa kemungkinan pasien mengalami cedera kepala sedang karena pasien

sempat tidak sadar dan tidak didapatkan kelainan neurologis. Pasien sempat tidak

sadarkan diri disebebkan karena batang otak mengalami akselerasi yaitu gerakan

yang cepat dan mendadak kemudian teregang dan terjadi blokade reversible pada

lintasan retikularis asendens difus kemudian otak tidak mendapat input aferan

mengakibatkan pingsan.

CEDERA KEPALA

Definisi

4

Page 5: file · Web viewtertabrak. Saat ditanyakan mengenai kejadian, pasien ingat proses kejadian sampai tidak sadarkan diri. Pasien juga merasakan nyeri kepala, pusing, nyeri

Menurut Brain Injury Association of America, cedera kepala adalah suatu

kerusakan pada kepala, bukan bersifat kongenital ataupun degeneratif, tetapi

disebabkan oleh serangan atau benturan fisik dari luar, yang dapat mengurangi atau

mengubah kesadaran yang mana menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif dan

fungsi fisik1,2.

Epidemiologi

Di Amerika Serikat, kejadian cedera kepala setiap tahunnya diperkirakan

mencapai 500.000 kasus. Dari jumlah tersebut, 10% meninggal sebelum tiba di

rumah sakit. Yang sampai dirumah sakit, 80% dikelompokkan sebagai cedera

kepala ringan (CKR), 10% termasuk cedera kepala sedang (CKS), dan 10%

sisanya adalah cedera kepala berat (CKB)4.

Insidens cedera kepala terutama terjadi pada kelompok usia produktif antara

15-44 tahun. Kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab 49-53% dari insiden

cedera kepala, 20-28% lainnya karena jatuh dan 3-9% lainnya disebabkan tindak

kekerasan, kegiatan olahraga, dan rekreasi. Data epidemiologi di Indonesia belum

ada, tetapi data dari salah satu rumah sakit di Jakarta, RS Cipto Mangunkuaumo,

untuk penderita rawat inap, terdapat 60-70% dengan CKR, 15-20% CKS, dan

sekitar 10% dengan CKB. Angka kematian tertinggi sekitar 35-50% akibat CKB,

5-10% CKS, sedangkan CKR tidak ada yang meninggal4.

Klasifikasi

1. Mekanisme Cedera Kepala

Cedera kepala dibagi atas cedera kepala tumpul dan cedera kepala tembus.

Cedera kepala tumpul biasanya berkaitan dengan kecelakaan mobil-motor,

jatuh, atau pukulan benda tumpul. Cedera kepala tembus disebabkan oleh

peluru atau tusukan. Adanya penetrasi selaput duramater menentukan apakah

suatu cedera termasuk cedera tembus atau cedera tumpul2.

2. Beratnya Cedera

Glascow Coma Scale (CGS) digunakan untuk menilai secara kuantitatif

kelainan neurologis dan dipakai secara umum dalam deskripsi beratnya

penderita cedera kepala2. Cedera kepala adalah trauma mekanik terhadap

kepala secara langsung2.

a. Cedera Kepala Ringan (GCS 14-15)

5

Page 6: file · Web viewtertabrak. Saat ditanyakan mengenai kejadian, pasien ingat proses kejadian sampai tidak sadarkan diri. Pasien juga merasakan nyeri kepala, pusing, nyeri

b. Cedera Kepala Sedang (GCS 9-13)

c. Cedera Kepala Berat (GCS≤8), (Greenberg, 2001)

Catatan: Pada pasien cedera kranioserebral dengan GCS 13-15, pingsan >10

menit, tanpa defisit neurologik, tetapi pada hasil screening otaknya terlihat

perdarahan, diagnosisnya bukan cedera kranioserebral ringan (CKR)/komosio,

tetapi menjadi cedera kranioserebral berat (CKB). Menurut Perdossi (2006),

cedera kepala diklasifikasikan menjadi:

a. Minimal (Simple head injury)

1) Tidak ada penurunan kesadaran

2) Tidak ada amnesia post trauma

3) Tidak ada defisit neurologi

4) GCS = 15

b. Ringan (Mild head injury)

1) Kehilangan kesadaran <10 menit

2) Tidak terdapat fraktur tengkoak, kontusio atau hematom

3) Amnesia post trauma <1 jam

4) GCS = 13-15

c. Sedang (Moderate head injury)

1) Kehilangan kesadaran antara >10 menit sampai 6 jam

2) Terdapat lesi operatif intrakranial atau abnormal pada CT Scan

3) Dapat disertai fraktur tengkorak

4) Amnesia post trauma 1-24 jam

5) GCS = 9-12

d. Berat (Severe head injury)

1) Kehilangan kesadaran lebih dari 6 jam

2) Terdapat kontusio, laserasi, hematom, edema serebral abnormal pada

CT Scan

3) Amnesia post trauma >7 hari

4) GCS = 3-8

3. Morfologi Cedera

Secara morfologi, kejadian cedera kepala dibagi menjadi2.

a. Fraktur Kranium

6

Page 7: file · Web viewtertabrak. Saat ditanyakan mengenai kejadian, pasien ingat proses kejadian sampai tidak sadarkan diri. Pasien juga merasakan nyeri kepala, pusing, nyeri

Fraktur kranium dapat terjadi pada atap atau dasar tengkorak, dan dapat

terbentuk garis atau bintang dan dapat pula terbuka atau tertutup. Fraktur

dasar tengkorak biasanya merupakan pemeriksaan CT Scan untuk

memperjelas garis frakturnya. Adanya tanda-tanda klinis fraktur dasar

tengkorak menjadikan petunjuk kecurigaan untuk melakukan pemeriksaan

lebih rinci2. Tanda-tanda tersebut antara lain:

1) Ekimosis periorbital (Raccon eye sign)

2) Ekimosis retro aurikuler (Battle sign)

3) Kebocoran CSS (Rhonorrea, Ottorhea)

4) Parese nervus facialis (N VII)

b. Lesi Intrakranial

c. Perdarahan Epidural

Hematoma epidural terletak diantara dura dan calvaria. Umumnya terjadi

pada regio temporal atau temporoparietal akibat pecahnya arteri meningea

media. Manifestasi klinik berupa gangguan kesadaran sebentar dan

dengan bekas gejala (interval lucid) beberapa jam. Keadaan ini disusul

oleh gangguan kesadaran progresif disertai kelainan neurologis berupa

pupil anisokor, hemiparese, papil edema dan gejala herniasi

transcentorial. Perdarahan epidural di fossa posterior dengan perdarahan

berasal dari sinus lateral, jika terjadi di oksiput akan menimbulkan

gangguan kesadaran, nyeri kepala, muntah ataksia serebral dan paresis

nervus kranialis. Ciri perdarahan epidural berbentuk bikonveks atau

menyerupai lensa cembung2.

d. Perdarahan subdural

Terjadi akibat robeknya vena-vena jembatan sinus venosus duramater

atau robeknya araknoidea. Perdarahan terletak diantara duramater dan

araknoidea. SDH ada yang akut dan kronik. Gejala klinis berupa nyeri

kepala yang makin berat dan muntah proyektil. Jika SDH makin besar,

bisa menekan jaringan otak, mengganggu ARAS, dan terjadi penurunan

kesadaran. Gambaran CT Scan kepala berupa lesi hiperdens berbentuk

bulan sabit. Bila darah lisis menjadi cairan, disebut higroma (hidroma)

subdural3. Perdarahan subdural terbagi atas 3 bagian, yaitu2.

7

Page 8: file · Web viewtertabrak. Saat ditanyakan mengenai kejadian, pasien ingat proses kejadian sampai tidak sadarkan diri. Pasien juga merasakan nyeri kepala, pusing, nyeri

1) Perdarahan subdural akut

Gejala klinis berupa sakit kepala, perasaan mengantuk, dan

kebingungan, respon yang lambat, serta gelisah. Keadaan kritis

terlihat dengan adanya perlambatan reaksi ipsilateral pupil.

Perdarahan subdural akut sering dihubungkan dengan cedera otak

besar dan cedera batang orak. Perdarahan subdural akut memberi

gejala dalam 24 jam.

2) Perdarahan subdural subakut

Perdarahan subdural subakut, biasanya terjadi 25-65 jam setelah

cedera dan dihubungkan dengan kontusio serebri yang agak berat.

Tekanan serebral yang terus-menerus menyebabkan penurunan

tingkat kesadaran.

3) Perdarahan subdural kronis

Terjadi karena luka ringan. Mulanya perdarahan kecil memasuki

ruang subdural. Beberapa minggu kemudian menumpuk di sekitar

membran vaskuler dan secara pelan-pelan ia meluas. Gejala mungkin

tidak terjadi dalam beberapa minggu atau beberapa bulan. Pada

proses yang lama akan terjadi penurunan reaksi pupil dan motorik.

e. Perdarahan subarachnoid

Terjadi pada ruang sub arachnoid (piamater dan arachnoid). Biasanya

kondisi ini disebabkan oleh trauma yang merusak pembuluh darah.

Perdarahan subarachnoid juga sering terjadi pada kondisi nontrauma

seperti aneurisma dan malformasi arteri-vena. Gejala yang ditimbulkan

antara lain nyeri kepala didaerah suboksipital secara tiba-tiba, pusing,

mual, muntah, demam, reflek patologi (+), gangguan kesadaran dan kaku

kuduk. Pemeriksaan CT Scan untuk kondisi ini memiliki spesifitas yang

rendah. Oleh karena itu seringkali dilakukan CT Angiografi untuk

mengecek perdarahan subarachnoid2.

f. Perdarahan intraserebral dan kontusio

Perdarahan intraserebral disebabkan oleh jejas terhadap arteri atau vena

yang ada di bagian parenkim otak. Region frontal dan temporal

merupakan daerah yang paling sering terkena, namun selain itu dapat pula

8

Page 9: file · Web viewtertabrak. Saat ditanyakan mengenai kejadian, pasien ingat proses kejadian sampai tidak sadarkan diri. Pasien juga merasakan nyeri kepala, pusing, nyeri

terjadi di lobus parietalis maupun pada serebelum. Kontusio intraserebral

yang dapat terjadi karena trauma melalui jejas coup atau countercoup.

Jika kepala bergerak saat terjadi jejas, kemungkinan kontusio terjadi disisi

yang jauh dari tempat terjadinya jejas (countercoup). Apabila dua pertiga

lesi adalah darah, jejas tersebut disebut perdarahan. Gejala klinis pada

perdarahan intraserebral yaitu: adanya penurunan kesadaran, defisit

neurologis, tanda-tanda peningkatan TIK, hemiplegi (gangguan fungsi

motoric/sensorik pada satu sisi tubuh), papilledema (pembengkakan

mata). Pada hasil CT Scan didapatkan hasil CT Scan yang abnormal dan

pada pemeriksaan cairan serebrospinal didapatkan cairan yang berdarah.

Tata laksana sedikit kompleks karena mempertimbangkan region serta

luas dari perdarahan yang sering terjadi2.

1) Perdarahan <25 cm ditatalaksana secara konservatif bila tidak ada

herniasi

2) Perdarahan >15 cm pada region frontal posterior/inferior dan

temporal memerlukan pembedahan

3) Perdarahan pada batang otak, ganglia basal atau thalamus

ditatalaksana secara konservatif.

Patofisiologi

Pada cedera kepala, kerusakan otak dapat terjadi dalam dua tahap yaitu

cedera primer dan cedera sekunder. Cedera primer merupakan cedera pada kepala

sebagai akibat langsung dari suatu ruda paksa, dapat disebabkan benturan langsung

kepala dengan suatu benda keras maupun oleh proses akselerasi deselerasi gerakan

kepala3,4.

Dalam mekanisme cedera kepala dapat terjadi peristiwa coup dan

contrecoup. Cedera primer yang diakibatkan oleh adanya benturan pada tulang

tengkorak dan daerah sekitarnya disebut lesi coup. Pada daerah yang berlawanan

dengan tempat benturan akan terjadi lesi yang disebut contrecoup. Akselerasi-

deselerasi terjadi karena kepala bergerak dan berhenti secara mendadak dan kasar

saat terjadi trauma. Perbedaan densitas antara tulang tengkorak (substansi solid)

dan otak (substansi semisolid) menyebabkan tengkorak bergerak lebih cepat dari

muatan intrakranialnya. Bergeraknya isi dalam tengkorak memaksa otak

9

Page 10: file · Web viewtertabrak. Saat ditanyakan mengenai kejadian, pasien ingat proses kejadian sampai tidak sadarkan diri. Pasien juga merasakan nyeri kepala, pusing, nyeri

membentur permukaan dalam tengkorak pada tempat yang berlawanan dari

benturan (contrecoup)3,4.

Cedera sekunder merupakan cedera yang terjadi akibat berbagai proses

patologis yang timbul sebagai tahap lanjutan dari kerusakan otak primer, berupa

perdarahan, edema otak, kerusakan neuron berkelanjutan, iskemia, peningkatan

tekanan intrakranial dan perubahan neurokimiawi3,4.

Penatalaksanaan

1. Pasien dalam Keadaan Sadar (GCS=15)

a. Simple Head Injury (SHI)

Pada pasien ini, biasanya tidak ada riwayat penurunan kesadaran sama

sekali dan tidak ada defisit neurologik, dan tidak ada muntah. Tindakan

hanya perawatan luka. Pemeriksaan radiologik hanya atas indikasi.

Umumnya pasien SHI boleh pulang dengan nasihat dan keluarga diminta

mengobservasi kesadaran. Bila dicurigai kesadaran menurun saat

diobservasi, misalnya terlihat seperti mengantuk dan sulit dibangunkan,

pasien harus segera dibawa kembali ke rumah sakit.

b. Pasien mengalami penurunan kesadaran setelah trauma kranioserebral,

dan saat diperiksa sudah sadar kembali. Pasien ini kemungkinan

mengalami Cedera Kranioserebral Ringan (CKR).

2. Pasien dengan Kesadaran Menurun

a. Cedera Kranioserebral Ringan (GCS=13-15)

Umumnya didapatkan perubahan orientasi atau tidak mengacuhkan

perintah, tanpa disertai defisit fokal serebral. Dilakukan pemeriksaan

fisik, perawatan luka, foto kepala, istirahat baring dengan mobilisasi

bertahap sesuai dengan kondisi pasien disertai terapi simptomatis.

Observasi minimal 24 jam di rumah sakit untuk menilai kemungkinan

hematoma intrakranial, misalnya riwayat lucid interval, nyeri kepala,

muntah-muntah, kesadaran menurun, dan gejala-gejala lateralisasi (pupil

anisokor, refleks patologis positif). Jika dicurigai ada hematoma,

dilakukan CT Scan. Pasien Cedera Kranioserebral Ringan (CKR) tidak

perlu dirawat jika:

10

Page 11: file · Web viewtertabrak. Saat ditanyakan mengenai kejadian, pasien ingat proses kejadian sampai tidak sadarkan diri. Pasien juga merasakan nyeri kepala, pusing, nyeri

1) Orientasi (waktu dan tempat) baik

2) Tidak ada gejala fokal neurologik

3) Tidak ada muntah atau sakit kepala

4) Tidak ada fraktur tulang kepala

5) Tempat tinggal dalam kota

6) Ada yang bisa mengawasi dengan baik dirumah, dan bila dicurigai

ada perubahan kesadaran, segera dibawa kembali ke RS.

b. Cedera Kranioserebral Sedang (GCS=9-12)

Pasien dalam kategoti ini bisa mengalami gangguan kardiopulmoner.

Urutan tindakan:

1) Periksa dan atasi gangguan jalan nafas (Airway), pernafasan

(Breathing), dan sirkulasi (Circulation)

2) Pemeriksaan singkat kesadaran, pupil, tanda fokal serebral, dan

cedera organ lain. Jika dicurigai fraktur tulang servikal dan atau

tulang ekstremitas, lakukan fiksasi leher dengan pemasangan kearah

leher atau fiksasi tulang ekstremitas bersangkutan

3) Foto kepala, dan bila perlu foto bagian tubuh lainnya

4) Observasi fungsi vital, kesadaran, pupil, dan defisit fokal serebral

lainnya.

c. Cedera Kranioserebral Berat (GCS=3-8)

Pasien dalam kategori ini, biasanya disertai cedera multipel. Bila

didapatkan fraktur servikal, segera pasang kerah fiksasi leher, bila ada

luka terbuka dan ada perdarahan, dihentikan dengan balut tekan untuk

pertolongan pertama. Tindakan sama dengan cedera kranioserebral

sedang dengan pengawasan lebih ketat dan dirawat di ICU. Disamping

kelainan serebral juga bisa disertai kelainan sistemik. Pasien cedera

kranioserebral berat sering berada dalam keadaan hipoksi, hipotensi, dan

hiperkapni akibat gangguan kardiopulmoner.

3. Tindakan di Unit Gawat Darurat dan Ruang Rawat

a. Resusitasi dengan tindakan Airway, Breathing, dan Circulation (ABC)

1) Jalan nafas (Airway)

11

Page 12: file · Web viewtertabrak. Saat ditanyakan mengenai kejadian, pasien ingat proses kejadian sampai tidak sadarkan diri. Pasien juga merasakan nyeri kepala, pusing, nyeri

Jalan nafas dibebaskan dari lidah yang turun ke belakang dengan

posisi kepala ekstensi. Jika perlu dipasang pipa orofaring atau pipa

endotrakheal. Bersihkan sisa muntahan, darah, lendir, atau gigi palsu.

Jika muntah, pasien dibaringkan miring. Isi lambung dikosongkan

melalui pipa nasogastrik untuk menghindari aspirasi muntahan.

2) Pernafasan (Breathing)

Gangguan pernafasan dapat disebabkan oleh kelainan sentral atau

perifer. Kelainan sentral disebabkan oleh depresi pernafasan yang

ditandai dengan pola pernafasan Cheyne Stokes, hiperventilasi

neurogenik sentral, atau ataksik. Kelainan perifer disebabkan oleh

aspirasi, trauma dada, edema paru, atau infeksi. Tatalaksana:

a) Oksigen dosis tinggi, 10-15 liter/menig, intermitten

b) Cari dan atasi faktor penyebab

c) Kalau perlu pakai ventilasi

3) Sirkulasi (Circulation)

Hipotensi dapat terjadi akibat cedera otak. Hipotensi dengan tekanan

darah sistolik <90 mmHg yang hanya saktu kali saja sudah dapat

meningkatkan risiko kematian dan kecacatan. Hipotensi kebanyakan

terjadi akibat faktor ekstrakranial, berupa hipovolemia karena

perdarahan luar atau ruptur alat dalam, trauma dada disertai

tamponade jantung/pneumotoraks, atau syok septik. Tatalaksananya

dengan cara menghentikan sumber perdarahan, perbaikan fungsi

jantung, mengganti darah yang hilang, atau sementara dengan cairan

isotonik NaCl 0,9%.

b. Pemeriksaan fisik

Setelah resusitasi ABC, dilakukan pemeriksaan fisik yang meliputi

kesadaran, tensi, nadi, pola, dan frekuensi respirasi, pupil (besar, bentuk,

dan reaksi cahaya), defisit fokal serebral dan cedera ekstrakranial. Hasil

pemeriksaan dicatat dan dilakukan pemantauan ketat pada hari-hari

pertama. Bila terdapat perburukan salah satu komponen, penyebabnya

dicari dan segera diatasi.

c. Pemeriksaan radiologi

12

Page 13: file · Web viewtertabrak. Saat ditanyakan mengenai kejadian, pasien ingat proses kejadian sampai tidak sadarkan diri. Pasien juga merasakan nyeri kepala, pusing, nyeri

Dibuat foto kepala dan leher, bila didapatkan fraktur servical, Collar yang

telah terpasang tidak dilepas. Foto ekstremitas, dada, dan abdomen

dilakukan atas indikasi. CT Scan otak dikerjakan bila ada fraktur tulang

tengkorak atau bila secara klinis diduga ada hematoma intrakranial.

d. Pemeriksaan radiologi

Dibuat foto kepala dan leher, bila didapatkan fraktur servical, Collar yang

telah terpasang tidak dilepas. Foto ekstremitas, dada, dan abdomen

dilakukan atas indikasi. CT Scan otak dikerjakan bila indikasi :

Indikasi

1. Bila secara klinis didapatkan klasifikasi trauma kepala sedang dan

berat.

2. Trauma kepala ringan yang disertai fraktur tengkorak.

3. Ada

nya kecurigaan dan tanda terjadinya fraktur basis kranii.

4. Adanya defisit neurologi, seperti kejang dan penurunan gangguan

kesadaran.

5. Sakit kepala yang hebat.

6. Adanya tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial atau herniasi

jaringan otak.

7. Mengeliminasi kemungkinan perdarahan intraserebra

e. Pemeriksaan laboratorium

1) Hb, leukosit, diferensiasi sel

Penelitian di RSCM menunjukkan bahwa leukositosis dapat dipakai

sebagai salah satu indikator pembeda antara kontusio (CKS) dan

komosio (CKR). Leukosit >17.000 merujuk pada CT scan otak

abnormal, sedangkan angka leukositosis >14.000 menunjukkan

kontusio meskipun secara klinis lama penurunan kesadaran <10

menit dan nilai SKG 13-15 adalah acuan klinis yang mendukung ke

arah komosio.Prediktor ini bila berdiri sendiri tidak kuat, tetapi di

daerah tanpa fasilitas CT scan otak, dapat dipakai sebagai salah satu

acuan prediktor yang sederhana.

13

Page 14: file · Web viewtertabrak. Saat ditanyakan mengenai kejadian, pasien ingat proses kejadian sampai tidak sadarkan diri. Pasien juga merasakan nyeri kepala, pusing, nyeri

2) Gula darah sewaktu (GDS)

Hiperglikemia reaktif dapat merupakan faktor risiko bermakna untuk

kematian dengan OR 10,07 untuk GDS 201-220mg/dL dan OR 39,82

untuk GDS >220 mg/dL.

3) Ureum dan kreatinin

Pemeriksaan fungsi ginjal perlu karena manitol merupakan zat

hyperosmolar yang pemberiannya berdampak pada fungsi ginjal.Pada

fungsi ginjal yang buruk, manitol tidak boleh diberikan.

4) Analisis gas darah

Dikerjakan pada cedera kranioserebral dengan kesadaran menurun.

pCO2 tinggi dan pO2 rendah akan memberikan luaran yang kurang

baik. pO2 dijaga tetap >90mm Hg, SaO2>95%, dan pCO230-35

mmHg.

5) Elektrolit (Na, K, dan Cl)

Kadar elektrolit rendah dapat menyebabkan penurunan kesadaran.

6) Albumin serum (hari 1)

Pasien CKS dan CKB dengan kadar albumin rendah (2,7-3,4g/dL)

mempunyai risiko kematian 4,9 kali lebih besar dibandingkan dengan

kadar albumin normal.

7) Trombosit, PT, aPTT, fibrinogen

Pemeriksaan dilakukan bila dicurigai ada kelainan hematologis.

Risiko late hematoma perlu diantisipai. Diagnosis kelainan

hematologis ditegakkan bila trombosit <40.000/mm, kadar fibrinogen

<40mg/mL, PT >16 detik, dan aPTT >50 detik.

f. Manajemen tekanan intracranial (TIK) meninggi

Peninggian tekanan intrakranial terjadi akibat edema serebri dan/atau

hematoma intrakranial. Bila ada fasilitas, sebaiknya dipasang monitor

TIK. TIK normal adalah 0-15 mm Hg. Di atas 20 mmHg sudah harus

diturunkan dengan cara:

1) Posisi tidur: Bagian kepala ditinggikan 20-30 derajat dengan kepala

dan dada pada satu bidang.

2) Terapi diuretik:

14

Page 15: file · Web viewtertabrak. Saat ditanyakan mengenai kejadian, pasien ingat proses kejadian sampai tidak sadarkan diri. Pasien juga merasakan nyeri kepala, pusing, nyeri

a) Diuretik osmotik (manitol 20%) dengan dosis 0,5-1 g/kgBB,

diberikan dalam 30 menit. Untuk mencegah rebound, pemberian

diulang setelah 6 jam dengan dosis 0,25-0,5/kgBB dalam 30

menit. Pemantauan: osmolalitas tidak melebihi 310 mOsm.

b) Loop diuretic (furosemid)

Pemberiannya bersama manitol, karena mempunyai efek sinergis

dan memperpanjangefek osmotik serum manitol. Dosis: 40

mg/hari IV.

g. Nutrisi

Pada cedera kranioserebral berat, terjadi hipermetabolisme sebesar 2-2,5

kali normal dan akan mengakibatkan katabolisme protein. Pada pasien

dengan kesadaran menurun, pipa nasogastrik dipasang setelah terdengar

bising usus.Mula-mula isi perut dihisap keluar untuk mencegah

regurgitasi sekaligus untukmelihat apakah ada perdarahan lambung. Bila

pemberian nutrisi peroral sudah baik dan cukup, infus dapat dilepas untuk

mengurangi risiko flebitis.

h. Neurorestorasi/rehabilitasi

Posisi baring diubah setiap 8 jam, dilakukan tapotase toraks, dan

ekstremitas digerakkan pasif untuk mencegah dekubitus dan pneumonia

ortostatik.Kondisi kognitif dan fungsi kortikal luhur lainperlu diperiksa.

Saat Skala Koma Glasgow sudah mencapai 15, dilakukan tes orientasi

amnesia Galveston (GOAT ). Bila GOAT sudah mencapai nilai 75,

dilakukan pemeriksaan penapisan untuk menilai kognitif dan domain

fungsi luhur lainnya dengan Mini-Mental State Examination (MMSE);

akan diketahui domain yang terganggu dan dilanjutkan dengan konsultasi

ke klinik memori bagian neurologi.

Prognosis

Setelah cedera kepala sering mendapat perhatian besar, terutama pada pasien

dengan cedera berat. Skor GCS waktu masuk rumah sakit memiliki nilai

prognostik yang besar: skor pasien 3-4 memiliki kemungkinan meninggal 85%

atau tetap dalam kondisi vegetatif, sedangkan pada pasien dengan GCS 12 atau

lebih kemungkinan meninggal atau vegetatif hanya 5–10%. Sindrom pascakonkusi

15

Page 16: file · Web viewtertabrak. Saat ditanyakan mengenai kejadian, pasien ingat proses kejadian sampai tidak sadarkan diri. Pasien juga merasakan nyeri kepala, pusing, nyeri

berhubungan dengan sindrom kronis nyeri kepala, keletihan, pusing,

ketidakmampuan berkonsentrasi, iritabilitas, dan perubahan kepribadian yang

berkembang pada banyak pasien setelah cedera kepala. Sering kali berturnpang-

tindih dengan gejala depresi.

Komplikasi

Komplikasi yang terjadi pada pasien cedera kepala antara lain: cedera otak

sekunder akibat hipoksia dan hipotensi, edema serebral, peningkatan tekanan intra

kranial, herniasi jaringan otak, infeksi, hidrosefalus.

PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan fisik dilakukan pada hari rabu tanggal 6 Desember 2017, pukul

16.45 WIB di bangsal dahlia.

- Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

- Kesadaran : Compos mentis

- GCS : E4M6V5

- Vital Sign :

a. TD : 130/80 mmHg

b. Nadi : 90 x/menit, irama regular, isi dan tegangan cukup

c. RR : 20 x/menit

d. Suhu : 36,50C

- Status Gizi : Normoweight

- Status Internus :

a. Kepala : Mesocephal, nyeri kepala atas + skala 3/10, hematoma –

b. Mata : Konjungtiva palpebra anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil

isokor 3mm/3mm, edema pupil -/-, reflek pupil direk +/+, reflek pupil

indirek +/+, reflek kornea +/+, ptosis -

c. Telinga : Serumen -/-, sekret -/-, nyeri mastoid -/-, hematoma

belakang telinga kanan (+)

d. Hidung : Nafas cuping hidung -/-, sekret -/-, septum deviasi -/-

e. Mulut : Bibir sianosis (-), karies dentis (-)

f. Leher : Simetris, pembesaran KGB (-), tiroid (normal)

g. Thorax :

16

Page 17: file · Web viewtertabrak. Saat ditanyakan mengenai kejadian, pasien ingat proses kejadian sampai tidak sadarkan diri. Pasien juga merasakan nyeri kepala, pusing, nyeri

1) Cor :

- Inspeksi : Tidak tampak ictus cordis

- Palpasi : Ictus cordis teraba di SIC IV LMCS

- Perkusi : Batas jantung dalam batas normal

- Auskultasi : Bunyi jantung I & II + normal, bising -, gallop –

2) Pulmo :

Depan Dextra SinistraInspeksiPalpasi

Perkusi

Auskultasi

Pergerakan simetris, retraksi (-)Vokal fremitus normal kanan = kiri

Sonor seluruh lapang paru

SD paru vesikuler (+), suara tambahan paru: wheezing (-), ronki (-)

Pergerakan simetris, retraksi (-)Vokal fremitus normal kanan = kiri

Sonor seluruh lapang paru

SD paru vesikuler (+),suara tambahan paru: wheezing (-), ronki (-)

3)Abdomen:

- Inspeksi : Dinding abdomen datar, spider naevi -, warna kulit

sama dengan warna kulit sekitar

- Auskultasi : Bising usus + normal

- Perkusi : Timpani seluruh regio abdomen, ascites (-)

- Palpasi : Nyeri tekan abdomen (-), hepar & lien tidak teraba

h. Ekstremitas :

1) Atas : Oedem -/-, CRT <2 detik, akral dingin -/-

2) Bawah : Oedem -/-, CRT <2 detik, akral dingin -/-

- Status Neurologis :

a. Sikap tubuh : Simetris

b. Gerakan abnormal : Tidak ada

c. Cara berjalan : Normal

- Pemeriksaan Saraf Kranial :

Nervus Pemeriksaan Kanan KiriN. I. Olfaktorius Daya penghidu Sdn SdnN. II. Optikus Daya penglihatan Baik Baik

Pengenalan warna Sdn Sdn

17

Page 18: file · Web viewtertabrak. Saat ditanyakan mengenai kejadian, pasien ingat proses kejadian sampai tidak sadarkan diri. Pasien juga merasakan nyeri kepala, pusing, nyeri

Lapang pandang Sdn SdnN. III. Okulomotor Ptosis – –

Gerakan mata ke medial

Baik Baik

Gerakan mata ke atas

Baik Baik

Gerakan mata ke bawah

Baik Baik

Ukuran pupil 2,5 mm 2,5 mmBentuk pupil Bulat BulatRef. cahaya langsung

+ +

Ref. cahaya konsensual

+ +

N. IV. Troklearis Strabismus divergen – –Gerakan mata ke lat-bwh

Baik Baik

Strabismus konvergen

– –

N. V. Trigeminus Menggigit + +Membuka mulut + +Sensibilitas muka + +Refleks kornea + +Trismus – –

N. VI. Abdusen Gerakan mata ke lateral

+ +

Strabismus konvergen

– -

N. VII. Fasialis Kedipan mata Baik BaikLipatan nasolabial Simetris SimetrisSudut mulut Simetris SimetrisMengerutkan dahi + +Menutup mata + +Meringis + +Menggembungkan pipi

+ +

Daya kecap lidah 2/3 ant

Sdn Sdn

N. VIII. Vestibulokoklearis

Mendengar suara bisik

+ +

Mendengar bunyi arloji

+ +

Tes Rinne TD TDTes Schwabach TD TDTes Weber TD TD

N. Arkus faring TD TD

18

Page 19: file · Web viewtertabrak. Saat ditanyakan mengenai kejadian, pasien ingat proses kejadian sampai tidak sadarkan diri. Pasien juga merasakan nyeri kepala, pusing, nyeri

IX. Glosofaringeus Daya kecap lidah 1/3 post

Sdn

Refleks muntah TDSengau –Tersedak –

N. X. Vagus Denyut nadi 90 x/menitArkus faring Simetris SimetrisBersuara NormalMenelan Normal

N. XI. Aksesorius Memalingkan kepala + +Sikap bahu Normal NormalMengangkat bahu + +Trofi otot bahu Eutrofi Eutrofi

N. XII. Hipoglossus Sikap lidah SimetrisArtikulasi BaikTremor lidah +Menjulurkan lidah +Trofi otot lidah EutrofiFasikulasi lidah –

- Pemeriksaan Motorik :

B B 5 5 N N

Gerakan B B Kekuatan 5 5 Tonus N N

Eu Eu B B B B

Trofi Eu Eu Refleks Fisiologi B B Refleks Patologis B B

- Pemeriksaan Sensibilitas : Dalam batas normal

- Pemeriksaan Fungsi Vegetatif :

a. Miksi : BAK normal, inkontinentia urine -, retensio urine -, anuria-

b. Defekasi : BAB normal, inkontinentia alvi -, retensio alvi –

- Koordinasi dan keseimbangan :

a. Cara berjalan : Dalam batas normal

b. Tes Romberg : Negatif (-)

c. Tes telunjuk hidung : Normal

d. Tes telunjuk telunjuk : Normal

e. Rebound Phenomenon : Normal

- Pemeriksaan Rangsang Meningeal :

a. Kaku kuduk : (-)

19

Page 20: file · Web viewtertabrak. Saat ditanyakan mengenai kejadian, pasien ingat proses kejadian sampai tidak sadarkan diri. Pasien juga merasakan nyeri kepala, pusing, nyeri

b. Kernig : (-)

c. Brudzinsky I : (-)

d. Brudzinsky II : (-)

e. Brudzinsky III : (-)

f. Brudzinsky IV : (-)

- Pemeriksaan Kognitif :

Secara umum tidak terdapat gangguan fungsi kognitif pada pasien. Pasien

dapat dengan mudah menyebutkan tanggal dan hari.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Laboratorium (6 desember 2017)

Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan SatuanHematologiHemoglobin 14,3 11,7-15,5 g/dlLeukosit 5,8 3,6-11,0 ribuEritrosit 4,80 3,8-5,2 jutaHematokrit 43,8 35-47 %Trombosit 314 150-400 ribuMCV 87,7 82-98 fLMCH 28,6 27-32 pgMCHC 32,6 32-37 g/dlRDW 13,5 10-16 %MPV 9,9 7-11 mikro m3

Limfosit 1,31 1,0-4,5 103/mikro m3

Monosit 0,07 0,2-1,0 103/mikro m3

Eosinofil 0,00 (↓) 0,04-0,8 103/mikro m3

Basofil 0,01 0-0,2 103/mikro m3

Neutrofil 10,32 (↑) 1,8-7,5 103/mikro m3

Limfosit% 17,1 (↓) 25 – 40 %Monosit% 4,4 2 – 8 %Monosit% 4,4 2-8 %Eosinofil% 0,7 (↓) 2-4 %Basofil% 0,3 0-1 %Neutrofil% 88,1 (↑) 50-70 %PCT 0,202 0,2 – 0,5 %PDW 10,2 10 – 18 %Kimia KlinikGlukosa puasa 128 74 – 106 mg/dLSGOT 16 0 – 35 U/LSGPT 18 0 – 35 IU/LUreum 22,5 10 – 50 mg/dLKreatinin 0,78 (↑) 0,46 – 0,75 mg/dL

20

Page 21: file · Web viewtertabrak. Saat ditanyakan mengenai kejadian, pasien ingat proses kejadian sampai tidak sadarkan diri. Pasien juga merasakan nyeri kepala, pusing, nyeri

Asam Urat 5,57 2 – 7 mg/dLCholesterol 189 < 200 dianjurkan,

200 – 239 res sedang,> 240 resti

mg/dL

Trigliserida 103 70 – 140 mg/dLSerologiHBsAg Non Reaktif Non Reaktif -

2. Foto Rontgen Cranium (5 Desember 2017)

Gambar 1. Foto Rontgen Cranium

3. CT Scan Kepala Tanpa Kontras (6 desember 2017)

21

Page 22: file · Web viewtertabrak. Saat ditanyakan mengenai kejadian, pasien ingat proses kejadian sampai tidak sadarkan diri. Pasien juga merasakan nyeri kepala, pusing, nyeri

- Tampak soft tissue swelling ekstrakranial regio parietalis dextra.

- Tak tampak diskontinuitas pada ossa calvaria dan facialis.

- sulci dan fissure silvii tak tampak menyempit.

- Batas grey matter dan white matter relative tegas.

- Tak tampak lesi hiperdens maupun hipodens intracerebral dan

intracereblral.

- Sistema ventrikel dan sisterna dalam batas normal.

- Tak tampak pergeseran line mediana.

- Air celullae mastoidea tampak normodens.

- Sinus paranassal yang tervisualisasi dalam batas normal.

- Kesan:

a. Gambaran hematom extracranial di region parietalis dextra.

b. Tak tampak gambaran brain edema, EDH, SDH, SAH, ICH, IVH.

22

Page 23: file · Web viewtertabrak. Saat ditanyakan mengenai kejadian, pasien ingat proses kejadian sampai tidak sadarkan diri. Pasien juga merasakan nyeri kepala, pusing, nyeri

c. Tak tampak fraktur pada sisterna tulang yang tervisualisasi.

d. Tak tampak gambaran hematosinus

DIAGNOSIS AKHIR

1. Diagnosis Klinis

Cephalgia post cedera kepala sedang, Vomitus

2. Diagnosis Topis

Ekstrakranial

3. Diagnosis Etiologi

Moderate Traumatic Brain Injury

DISKUSI II

Pada pemeriksaan fisik, didapatkan kesadaran pasien E4M6V5 yang

menunjukkan bahwa pasien compos mentis. Tekanan darah pasien 130/80 mmHg,

nadi 90x/menit, irama regular, isi dan tegangan cukup, laju napas 20 x/menit, suhu

36,50C secara aksiler. Tidak didapatkan demam yang merupakan tanda adanya

infeksi.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan nyeri kepala atas + skala 3/10 dan

hematoma belakang telinga kanan (+) menandakan nyeri kepala pasien sudah

membaik dan hanya meninggalkan memar di belakang telinga kanan.

Pada pemeriksaan penunjang laboratorium ditemukan peningkatan leukosit,

neutrofil, limfosit, neutrofil, serta kolesterol, serta ditemukan penurunan eosinofil.

Pada pemeriksaan penunjang CT Scan kepala tanpa kontras ditemukan gambaran

hematom extracranial di region parietalis dextra.. Pada pemeriksaan penunjang

Foto rontgen cranium di IGD tidak ditemukan adanya fraktur atau cedera kepala

lainnya.

PENATALAKSANAAN

1. Farmakologi

a. Obat Oral

1) Unalium 2x5 mg

b. Obat Injeksi

23

Page 24: file · Web viewtertabrak. Saat ditanyakan mengenai kejadian, pasien ingat proses kejadian sampai tidak sadarkan diri. Pasien juga merasakan nyeri kepala, pusing, nyeri

1) Piracetam 2x3 gr

2) Ranitidin 2x1 ampul

3) Ondancetron 3x1 gr

4) Citicolin 2x500

5) Kalmeco 1x1

6) Teranol 2x30

7) Lameson 4x125 mg t.a

8) Kalnex 3x1 gr

c. Obat Infus

1) Asering 12 tpm

2. Non Farmakologi

a. Rawat Inap

b. Bedrest

PROGNOSIS

1. Death : Dubia ad bonam

2. Disease : Dubia ad bonam

3. Disability : Dubia ad bonam

4. Discomfort : Dubia ad bonam

5. Dissatisfaction : Dubia ad bonam

6. Distitution : Dubia ad bonam

DISKUSI III

1. Farmakologi Obat Oral

a. Unalium

Unalium adalah obat yang biasa digunakan untuk mencegah serangan

migren, gangguan organ keseimbangan di telinga, dan gangguan

pembuluh darah di seluruh tubuh yang bisa menyebabkan munculnya

gejala seperti pusing, tinitus, dan vertigo5

2. Farmakologi Obat Injeksi

a. Piracetam

24

Page 25: file · Web viewtertabrak. Saat ditanyakan mengenai kejadian, pasien ingat proses kejadian sampai tidak sadarkan diri. Pasien juga merasakan nyeri kepala, pusing, nyeri

Piracetam adalah kelompok obat nootropik. Obat ini berfungsi mengobati

kondisi mioklonus, gejala involusi pada lansia, mengatasi alkoholisme

kronik dan kecanduan, serta membantu dalam memulihkan gejala pasca

trauma5.

b. Citicolin

Citicolin golongan nootropik dan neurotonik/ neurotropik, vasodilator

perifer & aktivator serebral. Obat resep ini berfungsi mencegah

degenerasi saraf dan melindungi kerusakan mata akibat degenerasi saraf

optik, meningkatkan phosphatidylcholine, meningkatkan metabolisme

glukosa di otak, dan meningkatkan aliran darah dan oksigen otak5.

c. Ketorolac

Ketorolac adalah salah satu jenis obat antiinflamasi nonsteroid (NSAIDs)

yang biasanya dipakai untuk meredakan peradangan dan rasa nyeri setelah

operasi mata. Selain itu, obat ini juga dapat digunakan untuk mengatasi

gatal-gatal pada mata akibat konjungtivitis alergi5.

b. Ranitidin

Ranitidin adalah obat golongan antasida yang berfungsi menurunkan

sekresi asam lambung berlebih5.

c. Kalnex

Kalnex termasuk golongan obat tranexamic acid. Tranexamic acid

digunakan untuk membantu menghentikan kondisi perdarahan.

Tranexamic acid merupakan agen antifibrinolytic. Golongan obat ini

bekerja dengan menghalangi pemecahan bekuan darah, sehingga

mencegah pendarahan5.

d. Ondancetron

Terjadinya mual dan muntah disebabkan oleh senyawa alami tubuh yang

bernama serotonin. Jumlah serotonin dalam tubuh akan meningkat ketika

kita menjalani kemoterapi, radioterapi, dan operasi. Seretonin akan

bereaksi terhadap reseptor 5HT3 yang berada di usus kecil dan otak, dan

membuat kita merasa mual. Ondansetron akan menghambat serotonin

bereaksi pada reseptor 5HT3 sehingga membuat kita tidak mual dan

berhenti muntah.

25

Page 26: file · Web viewtertabrak. Saat ditanyakan mengenai kejadian, pasien ingat proses kejadian sampai tidak sadarkan diri. Pasien juga merasakan nyeri kepala, pusing, nyeri

e. Metilprednisolon

Methylprednisolone adalah salah satu jenis obat kortikosteroid yang dapat

menekan sistem kekebalan tubuh dan mengurangi reaksi peradangan serta

gejalanya, seperti pembengkakan, nyeri, atau ruam. Obat ini biasanya

digunakan untuk mengatasi peradangan (inflamasi) dalam berbagai

penyakit, misalnya penyakit Crohn, kolitis ulseratif, alergi, arthritis

rheumatoid, asma, multiple sclerosis, serta jenis-jenis kanker tertentu5.

3. Farmakologi Obat Infus

a. Asering 12 tpm

Infus asering diindikasikan untuk perawatan darah dan kehilangan cairan,

hipokalsemia, kekurangan kalium, ketidakseimbangan elektrolit,

inkonsistensi pH, natrium yang rendah dalam darah dan kondisi lainnya5.

FOLLOW UP

Tanggal S O A PSelasa,

05/12/17

Cedera kepala post

trauma kecelakaan lalu

lintas. pingsan (+) ± 15

menit. Nyeri kepala atas

(+), pusing (+) Mual (+),

Muntah (+) 1 kali,

Memar dahi kanan,

kepala belakang telinga

kanan, pinggang kanan,

tangan dan kaki kanan

pasien.

Ku: Lemah

Kesadaran:

Somnolent

GCS : E3 V5 M5

TD: 110/70

N: 70, RR: 20

S: 36,5

4 4

4 4

Lab:

Eosinofil 0,01 ↓

Neutrofil 10,37 ↑

Limfosit 12,1% ↑

Eosinofil 0,1% ↓

Neutrofil 83,1% ↑

Kreatinin 0,78 ↑

Saraf:

CKS (H+I)

Saraf:

Inj. Citicolin 2x500mg

Inj. Piracetam 2x3g

Inj. Ranitidin 2x1amp

Inj. Ketorolac 2x30mg

Inj. ondancetron 3x1

PO Unalium 2x5g

Inj. Kalnex 3x1g

Inj. lameson 4x125mg

Program:

Lab darah lengkap

CT Scan kepala tanpa

kontras.

Konsul Sp.B

Rabu

06/12/17

Pasien masih

mengeluhkan Nyeri

kepala belakang (+),

Mual (+), Muntah (-)

pusing (+) ,Memar dahi

Ku: Lemah

Kesadaran: CM

GCS : E4 V5 M6

TD: 125/77

Saraf:

CKS

(H+II)

Saraf:

Inj. Citicolin 2x500mg

Inj. Piracetam 2x3g

Inj. Ranitidin 2x1amp

26

Page 27: file · Web viewtertabrak. Saat ditanyakan mengenai kejadian, pasien ingat proses kejadian sampai tidak sadarkan diri. Pasien juga merasakan nyeri kepala, pusing, nyeri

kanan, kepala belakang

telinga kanan, pinggang

kanan, tangan dan kaki

kanan pasien.

N: 63, RR: 20

S: 36

5 5

5 5

CT Scan kepala (+)

hasil gambaran

hematom

extracranial di

region parietalis

dextra, tidak

tampak gambaran

brain edema, EDH,

SDH, SAH, ICH

maupun IVH, tidak

tampak gambaran

hematosinus

Inj. Ketorolac 2x30mg

Inj. ondancetron 3x1

PO Unalium 2x5g

Inj. Kalnex 3x1g

Inj. lameson 4x125mg

Bedah:

menambahkan

pemberian terapi

injeksi bioxon

2x1,terapi

mobilisasi dan diet

biasa.

Tidak ada tindakan

pembedahan.

Terapi sesuai Sp.S

Kamis

07/12/17

Pasien masih

mengeluhkan Nyeri

kepala atas (+), Mual (-),

Muntah (-),pusing (-)

pasien sudah bisa duduk

di tempat tidur, Memar

dahi kanan, kepala

belakang telinga kanan,

pinggang kanan, tangan

dan kaki kanan pasien.

Ku: Lemah

Kesadaran: CM

GCS : E4 V5 M6

TD: 126/85

N: 55, RR: 20

S: 36

5 5

5 5

Saraf:

CKS

(H+III)

Saraf:

Inj. Citicolin 2x500mg

Inj. Piracetam 2x3g

Inj. Ranitidin 2x1amp

Inj. Ketorolac 2x30mg

Inj. ondancetron 3x1

PO Unalium 2x5g

Inj. Kalnex 3x1g

Inj. lameson 4x125mg

Jumat

08/12/17

Pasien mengatakan Nyeri

kepala sudah berkurang,

Mual (-), Muntah (-),

pusing (-), pasien sudah

bisa kekamar mandi.

Memar dahi kanan,

kepala belakang telinga

kanan, pinggang kanan,

tangan dan kaki kanan

pasien.

Ku: Lemah

Kesadaran: CM

GCS : E4 V5 M6

TD: 130/90

N: 61, RR: 20

S: 36,5

Motorik :

5 5

5 5

Saraf:

CKS

(H+IV)

Saraf:

Inj. Citicolin 2x500mg

Inj. Citicolin 2x500mg

Inj. Piracetam 2x3g

Inj. Ranitidin 2x1amp

Inj. Ketorolac 2x30mg

Inj. ondancetron 3x1

PO Unalium 2x5g

Inj. Kalnex 3x1g

Inj. lameson 4x125mg

Program:

Bila stasioner besok

27

Page 28: file · Web viewtertabrak. Saat ditanyakan mengenai kejadian, pasien ingat proses kejadian sampai tidak sadarkan diri. Pasien juga merasakan nyeri kepala, pusing, nyeri

BLPL

Sabtu

09/12/17

Pasien mengatakan

keluhan nyeri kepala,

Mual , Muntah, pusing

sudah tidak ada, .Memar

dahi kanan, kepala

belakang telinga kanan,

pinggang kanan, tangan

dan kaki kanan pasien

sudah membaik

Ku: Lemah

Kesadaran: CM

TD: 120/80

N: 88, RR: 20

S: 36,2

5 5

5 5

Saraf:

CKS

(H+V)

Saraf:

Program:

Hari ini BLPL

Obat Pulang :

Clobazam 2x5 (malam)

Flunarizin 2x10

Citicolin 2x500

Ranitidin 2x1

Paracetamol 2x650

28

Page 29: file · Web viewtertabrak. Saat ditanyakan mengenai kejadian, pasien ingat proses kejadian sampai tidak sadarkan diri. Pasien juga merasakan nyeri kepala, pusing, nyeri

DAFTAR PUSTAKA

1. American College of Surgeon Committee on Trauma. Cedera Kepala.

Dalam :Advanced Trauma Life Support fo Doctors. Ikatan Ahli Bedah

Indonesia. Komisitrauma IKABI, 2004.

2. Arif Mansjoer dkk Editor, Trauma Susunan Saraf dalam Kapita Selekta

Kedokteran edisi Ketiga jilid 2, Media Aesculapius, Jakarta, 2000.

3. Harsono, Kapita Selekta Neurologi, Gadjah Mada Universiti Press,

Yogyakarta, 2005.

4. Hasan Sjahrir, Ilmu Penyakit Saraf Neurologi Khusus, Dian Rakyat, Jakarta,

2004.

5. Adam, R.D, Victor, M. 2005. Principles of Neurology. 7th ed. Mc Graw Hill

Inc. Singapore.

6. Aminoff M.J, Greenberg D.A, Simon R.P., 2005, Clinical Neurology,  6th Ed,

McGraw Hill, United State of America.

7. Mardjono, M., Sidharta, P., 2000, Neurologi Klinis Dasar, Cetakan kedelapan,

PT. Dian Rakyat, Jakarta.

8. Markam, S., Atmadja, D.S., Budijanto, A., 1999, Cedera Tertutup Kepala,

Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

9. Perdossi, 2006, Konsensus Nasional Penanganan Trauma Kapitis dan Trauma

Spinal, PT Prikarsa Utama, Jakarta.

29