violitasepty1997.files.wordpress.com€¦ · web viewthrough the smart village hall program is...
TRANSCRIPT
“UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS PEMBANGUNAN MANUSIA MELALUI PENDIDIKAN DENGAN PENDIRIAN SMART VILLAGE HALL
(BALAI DESA SEBAGAI WADAH SENTRAL PENDIDIKAN) DI BANGKALAN”
Violita Septy Wardani
Kelas B - 150231100072
Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Trunojoyo Madura
Abstract :
Education has become a vital factor in improving the quality of human development. Low level education in an area can be seen from EYS (Expected Year of School) and MYS (Mean of Year). Both indicators describes the educational backwardness of a region with a series of other social problems. Based on secondary data from online news sources that supported BPS data indicate of last quarter Bangkalan six years as one of the backward regions with low levels of education among the four districts other Madura.
This study sought to analyze the educational problems and provide recommendations to improve human quality in Bangkalan with the Smart Village Hall. Smart Village Hall is a program that makes the Village Hall as a central container lines Village community education. The main target of the program is the general public with a qualified early childhood, youth, housewives and productive old man. Utilization of Village Hall as a more productive alternative could save the district budget in order not to improvidence the cost by providing additional infrastructure units, but more focused to increase program quality application. Through the Smart Village Hall program is expected to improve the quality of human resources by learning community and long live learning community to resolved educational backwardness in Bangkalan with education programs.
Key Word : Education, Backwardness, Human Quality, Smart Village Hall, Education Program
Abstrak :
Pendidikan telah menjadi faktor vital dalam upaya meningkatkan kualitas pembangunan manusia. Rendahnya tingkat pendidikan dalam suatu wilayah dapat dilihat dari EYS (Expected Year of School) dan MYS (Mean of Year). Kedua indikator tersebut menjelaskan keterbelakangan suatu wilayah bidang pendidikan dengan sederet permasalahan social lainnya. Berdasarkan data sekunder dari sumber berita online yang didukung data BPS kuartal enam tahun terahkhir mengindikasikan Bangkalan sebagai salah satu wilayah terbelakang dengan tingkat pendidikan terendah diantara empat kabupaten Madura lainnya.
Penelitian ini berupaya menganalisis masalah pendidikan tersebut dan memberikan rekomendasi agar dapat meningkatkan kualitas manusia di Bangkalan melalui program Balai Desa Pintar. Balai Desa Pintar adalah program yang menjadikan Balai Desa sebagai wadah sentral pendidikan lini masyarakat Desa. Sasaran utama dari program adalah masyarakat umum dengan kualifikasi anak usia dini, remaja ibu rumah tangga dan lansia produktif. Pemanfaatan Balai Desa sebagai alternative yang lebih produktif menghemat anggaran pemerintah daerah agar tidak melakukan pemborosan biaya dengan melakukan penambahan unit infrastruktur namun lebih terfokus pada peningkatan kualitas aplikasi program. Melalui program Balai Desa Pintar ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui masyarakat belajar (Learning Community) dan masyarakat belajar seumur hidup (Longlive Learning Community) untuk mengatasi keterbelakangan pendidikan di Bangkalan melalui program – program dan kegiatan edukasinya.
Kata kunci : Pendidikan, Keterbelakangan, Kualitas Manusia, Balai Desa Pintar, Program Edukasi.
PENDAHULUAN
Identifikasi Masalah
Salah satu indikator dari kemajuan suatu wilayah dapat dilihat dari
kualitas sumber daya manusianya. Tahun 1990 Amartya Sen dibantu oleh
Gustav Rais dan kemudian diperkenalkan oleh United Nations Development
Program (UNDP) mengembangkan model sebuah indeks yang dapat
mengukur kualitas manusia dan sampai sekarang digunakan di seluruh dunia
yakni IPM (Indeks Pembangunan Manusia) atau HDI (Human Development
Index). IPM adalah pencapaian rata – rata suatu Negara dalam membangun
kualitas sumber daya manusia yang terkomposisi dari tiga variable yaitu
pendidikan yang dilihat dari Angka Harapan Lama Sekolah (Expected Years
of Schooling), kesehatan dari Angka Harapan Hidup (Health Index) dan
tingkat kesejahteraan masyarakat dari PNB Perkapita. (BPS Metodologi baru,
2016).
Bangkalan adalah salah satu dari empat kabupaten di Madura. Dalam
pencapaiannya di bidang pembangunan manusia, Bangkalan merupakan
salah satu Kabupetan di Jawa Timur yang memiliki trend berekspansif tidak
terkecuali dalam jenis variable bidang pendidikan yaitu Angka Harapan Lama
Sekolah (EYS). Expected Years of Schooling dapat didefinisikan sebagai
lamanya sekolah (dalam tahun) yang diharapkan akan dirasakan oleh anak
pada umur tertentu di masa akan mendatang. Cakupan penduduk yang
dihitung dalam angka harapan lama sekolah berusia 7 tahun keatas,
sehingga dapat digunakan untuk mengetahui kondisi pembangunan system
pendidikan di berbagai jenjang yang ditujukan dalam bentuk lamanya
pendidikan yang diharapkan dapat dicapai oleh setiap anak (BPS, 2016).
Berikut adalah data angka harapan lama sekolah di Bangkalan,
Diagram garis 1 (Diolah)
Angka Harapan Lama Sekolah Bangkalan (EYS)
Sumber : BPS Metodologi Terbaru
Berdasarkan data dalam diagram garis tersebut dapat
diinterpretasikan bahwa selama enam tahun terakhir tingkat harapan lama
sekolah di Bangkalan mengalami kenaikan meskipun tidak terlalu signifikan.
Pada upradge data terbaru akhir tahun 2015 didapati angka 11.55 tahun
yang berarti bahwa masyarakat Bangkalan diprediksi memiliki harapan dan
mampu bersekolah hingga pada jenjang pendidikan SMA. Namun pada
faktanya tidak demikian, target angka harapan lama sekolah yang
diproyeksikan BPS melalui metode baru itu masih sangat jauh jika dikaitkan
dengan kondisi realnya. Hal ini sesuai dengan sumber berita yang dilansir
dalam Sumber berita elektronik Times Indonesia.
Times Indonesia mengungkapkan bahwa tingkat pendidikan di
Bangkalan dikategorikan rendah. Masih banyak siswa yang enggan
melanjutkan pendidikan lebih tinggi. Dengan proporsi 60% siswa lulusan SD
di Bangkalan yang tidak melanjutkan ke jenjang SMP serta 50% siswa
lulusan SMP tidak melanjutkan ke SMA membuat “Kota Santri” ini menjadi
Kabupaten yang memiliki kualitas pendidikan terendah diantara 4 kabupaten
di Madura. Hal ini dapat dibuktikan melalui data BPS yang menunjukkan
2010 2011 2012 2013 2014 20159
9.5
10
10.5
11
11.5
12
10.16
10.56 10.6710.96
11.17
11.55
angka rata – rata lama sekolah (Mean Years of Scholling) yang dihitung
melalui perhitungan rata – rata penduduk berusia 25 tahun keatas dengan
asumsi rata-rata lama sekolah suatu wilayah tidak akan turun.
Diagram garis (Diolah)
Angka Rata – Rata Lama Sekolah ( MYS)
Sumber : BPS Metodologi Terbaru
Berdasarkan data tersebut dapat diketahui meskipun angka rata – rata
lama sekolah di Bangkalan mengalami kenaikan tiap tahunnya namun data
angka yang ditunjukkan masih dikategorikan rendah. Pada pengujung tahun
2015 telah mampu mencapai angka 5.08 tahun, hal ini mengindikasikan jika
tingkat rata – rata lama sekolah yang dienyam masyarakat Bangkalan hanya
sebatas tingkat Sekolah Dasar (Kelas 6 SD). Jika dikaitkan dengan target
dalam angka harapan lama sekolah untuk periode mendatang yang
mencapai cakupan hampir 12 tahun oleh Proyeksi EYS Metode terbaru
dengan perbandingan kondisi angka MYS Bangkalan yang sekarang akan
membuat Bangkalan mengejar gape cukup jauh yakni sekitar tujuh tahun
tingkatan sekolah. Kondisi ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Times
Indonesia (Surat Kabar Online) yang menyatakan rendahnya kualitas
pendidikan di Bangkalan.
2010 2011 2012 2013 2014 20153.8
4
4.2
4.4
4.6
4.8
5
5.2
4.29
4.59
4.89 4.9
5.07 5.08
KAJIAN PUSTAKA
Keberhasilan pembangunan khususnya pembangunan manusia dapat
dinilai secara parsial jika permasalahan mendasar dalam masyarakat dapat
teratasi. Permasalahan tersebut diantaranya adalah kemiskinan,
penagangguran, buta huruf dan penegakan demokrasi. (Publikasi BPS,
2007). Dewasa ini, persoalan mengenai pembangunan indeks manusia telah
menjadi target utama dalam setiap Negara. Kualitas SDM yang baik terbukti
mampu membawa suatu Negara menjadi maju dan kuat dalam seluruh sektor
terutama perekonomian. Menurut Todaro dalam Ravi (2010) menyatakan
pendidikan seperti alat tujuan pembangunan mendasar dan kunci utama
membentuk kemampuan sebuah Negara dalam menyerap teknologi modern
dan mengembangkan kapasitas agar tercipta pertumbuhan serta
pembangunan berkelanjutan.
Gaiha dalam Ravi (2010) menjelaskan jika pendidikan merupakan
salah satu aspek yang akan berperan penting dalam kesejahteraan karena
pendidikan dapat meningkatkan kemampuan memperoleh informasi,
memperdalam pemahaman perekonomian dan memperluas produktivitas.
Pendidikan nyatanya tidak hanya mampu dianalisa dari sisi makro region tapi
bentuk intervensinya juga diperlukan pada lingkup kecil terutama pada lini
desa. Indonesia termasuk dalam salah satu Negara berkembang dengan
mayoritas penduduknya masih bermukim di desa dengan minim pendidikan.
Investasi sumber daya manusia adalah sejumlah dana yang dikeluarkan
melalui pendidikan dan termasuk dalam kategori investasi jangka panjang
(Hastarini, 2005), sehingga dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah vital
sebagai indikator dalam upaya meningkatkan pembangunan manusia melalui
kebijakan tepat sasaran, efektif dan efesien serta dekat dengan objek
regulasi untuk perbaikan kualitas manusia di Bangkalan.
REKOMENDASI
Rekomendasi dan Solusi yang Ditawarkan
Beberapa kebijakan pemerintah yang telah diterapkan pada nyatanya
belum mampu memperbaiki struktur pendidikan di Bangkalan secara
menyeluruh. Masih ada education gape di Bangkalan yang disebabkan
rendahnya antusiasme masyarakat dan anggapan bahwa sekolah hanya
akan membuang banyak waktu dan biaya menjadi salah satu faktor utama
keengganan masyarakat Bangkalan untuk tidak mengenyam pendidikan yang
tinggi. Untuk mengatasi permasalahan tersebut rekomendasi yang diajukan
yakni melalui pendirian ‘Balai Desa Pintar Bangkalan atau Smart Village Hall
of Bangkalan’.
Balai Desa pintar Bangkalan adalah suatu program yang menjadikan
balai desa sebagai wadah sentral untuk menjangkau masyarakat Bangkalan
yang belum mampu atau belum maksimal merasakan fasilitas pendidikan.
Program Balai Desa Pintar ini dirancang dengan memperhatikan kebutuhan
dan potensi local masyarakat setempat sehingga tujuan dan sasaran
program ini nantinya akan mampu mengangkat kualitas SDM di Bangkalan
dan kebijakan tepat sasaran. Berikut adalah beberapa program aktif yang
dicanangkan sebagai kegiatan dan diikuti masyarakat dalam program Balai
Desa Pintar.
Tabel 1. Rancangan Program Kegiatan Balai Desa Pintar di Bangkalan
No Sasaran Program Fasilitas Implementasi Program
Waktu Pelayanan
1 Anak –
Anak (4
– 9
tahun)
Layanan
Pembelajaran
Anak Usia Dini
Sentra Alat Permainan
berbasis “Educational
Toys”
Sarana bermain
dan belajar anak –
anak bidang
nonformal.
Pukul 14.00
– 16.00
2 Remaja
dan Ibu
Rumah
Tangga,
Lansia
Produktif
Pengembangan
Life Skill
Pelatihan sentra kriya
dengan memberdayakan
potensi local untuk
menghasilkan nilai tambah
ekonomis melalui
pengolahan output.
Potensi Bangkalan
(Pertanian :
(Jagung, Padi,
Ketela Pohon)
Peternakan : (Sapi
perah, Kambing)
Disesuaikan
dengan jam
kerja
mayoritas
masyarakat
masing –
masing
desa.
3 Masyara
kat
Umum
Perpustakaan
Umum
Penyediaan buku untuk
anak-anak, Text Book bagi
siswa, buku pengetahuan
popular untuk masyarakat
umum.
Penyediaan
Fasilitas referensi
dan buku untuk
menunjang
keberhasilan
program
meningkatkan
kualitas manusia.
08.00 –
16.00 (Balai
Desa Pintar
Beroperasi –
Selesei)
4 Ibu
Hamil
dan Ibu
Produktif
Rumah
Tangga
Layanan edukasi
kesehatan
Sosialisasi kesehatan
tentang ibu hamil dan cara
menjaga kesehatan sehari
- hari secara umum.
Bekerja sama
dengan dinas
kesehatan dan
Bidan setempat
Tepat
setelah
Kegiatan
Posyandu
dilaksana
kan
Stakeholder (Pihak yang berkontribusi)
Untuk mensukseskan program Balai Desa Pintar maka diperlukan
kontribusi oleh beberapa pihak diantaranya yakni Pembentukan Kelompok
Kecil Pendiri Balai Desa Pintar (KKPDB), BPS, Bupati Bangkalan, Kepala
Desa yang didaftar oleh BPS, Dinas Pendidikan Bangkalan, Dinas
Pekerjaaan Umum Cipta Karya, Tata Ruang Bangkalan, dan Dinas Tenaga
Kerja Bangkalan.
Sasaran Rekomendasi
Sebagai salah satu sarana pendidikan non formal, program ini memiliki
sasaran seluruh masyarakat dari berbagai dimensi usia (Masyarakat Umum).
Mulai dari anak usia dini, remaja, orang dewasa hingga lansia dapat
merasakan fasilitas pendidikan. Pelaksanakan dari rekomendasi tersebut
lebih ditujukan pada masyarakat umum di Desa, Kabupaten Bangkalan yang
tidak mampu mendapatkan fasilitas pendidikan secara masksimal karena
keterbatasan sarpras agar mampu menjadi lebih produktif.
Waktu Rekomendasi Dilaksanakan
Dalam proses pengajuan program pada Bupati sampai dengan
diimplementasikannya program akan memerlukan estimasi waktu berkisar 9
bulan. Mengenai jam operasional Balai Desa Pintar direkomendasikan hari
Selasa – Minggu namun dapat disesuaikan lagi dengan kondisi Desa di
Bangkalan.
Alasan Rekomendasi
Melalui Balai Desa Pintar Bangkalan ini diharapkan masyarakat akan
mau belajar sehingga akan tercipta masyarakat belajar (learning community)
dan long live learning community (Masyarakat belajar seumur hidup).
Program yang berada di tingkat lini terendah yakni langsung terjun pada
setiap Desa yang perlu peningkatan kualitas pendidikan diharapkan akan
tepat sasaran dan efektif. Balai desa yang hanya digunakan sebagai tempat
untuk mengurus surat administrative dan rapat perangkat desa dalam
beberapa waktu saja dapat dikembangkan lebih lanjut menjadi wadah sentral
pendidikan di Bangkalan sehingga menjadi tempat yang lebih produktif.
Menjadikan balai desa sebagai wadah sentral pendidikan juga dapat
menghemat anggaran karena tidak perlu menambah unit infrastruktur
bangunan baru mengingat banyak Desa di Bangkalan yang memerlukan
program Balai Desa Pintar. Anggaran yang diturunkan oleh pemerintah
daerah tersebut akan digunakan secara maksimal pada focus kebijakan
terkait fasilitas dalam program seperti pengadaan text book, buku popular,
educational toys, peralatan pemberdayaan ketrampilan dan lainnya.
Lokasi Implementasi Program
Berdasarkan sumber data lapangan dan interview pada beberapa
mahasiswa yang menjadi penduduk asli Bangkalan menyatakan bahwa
sampai saat ini desa yang terdeteksi menjadi desa tertinggal dalam hal
pendidikan diantaranya yakni Desa Batokaban dan Desa Sogian. Kedua
desa tersebut terpilih lantaran mayoritas masyarakatnya masih berpendidikan
akhir di tingkat SD dan sarana prasarana pendidikan yang minim.
Dikarenakan keterbatasan informasi terkait Desa yang dapat dikategorikan
layak mendapat bantuan program Balai Desa Pintar maka diperlukan
kerjasama dengan pihak BPS selaku Lembaga Statistik Dependent untuk
melakukan pendataan terkait desa yang layak menerima bantuan
pembangunan kualitas manusia melalui Balai Desa Pintar dengan indikator
MYS yang hanya berkisar di tingkat Sekolah Dasar dan minimnya sarpras
pendidikan yang tersedia sehingga kebijakan akan langsung tepat sasaran.
Teknik Implementasi Program : Flow Chart Pendirian Program Balai Desa Pintar di Bangkalan
Kepala Desa
Persetujuan dan Pengesahan Program + Anggaran
Pembahasan dengan Legislative Daerah
Legalitas Izin
Ketua Kepengursan Panitia Program
Dinas PU Cipta Karya dan Tata
Persiapan Administratif
Bupati Bangkalan
Pengajuan Proposal
Dinas Tenaga Kerja
Dinas Pendidikan
Bangkalan
BPS
KKPDB
Membangun infrastruktur Balai Desa yang Memerlukan
Mengembangkan Program MengawasiTurunnya dana
Pelindung dan Pengawas Program
Menghimpun Tanaga Kerja berkualifikasi sebagai tutor dan Panitian Pengurus
Merencanakan, Mencanangkan Program
Melalui Data dari BPS
Melaporkan kondisi infrastruktur Balai Desa
Pelaksanaan Program
Evaluasi PanitiaKualitas SDM Meningkat
Pendiri an Ba lai
Desa
Pintar Bang kalan
Teknik Implementasi Program
Berdasarkan diagram flowchart diatas dapat diintrepetasikan langkah – langkah
implementasi program ‘Balai Desa Pintar’ sebagai berikut,
1. Pembentukan Kelompok Kecil Pendiri Balai Desa Pintar (KKPDB) berupaya
mencetuskan program Balai Desa Besar Pintar, merancang serta
penanggung jawab program. KKPDB ini adalah kelompok yang akan
mengajukan rancangan proposal sekaligus anggaran dana pada Bupati
Bangkalan dengan data Desa tertinggal yang kesulitan fasilitas pendidikan
dari BPS.
2. BPS akan mendata kawasan desa tertinggal bidang pendidikan di kawasan
Bangkalan dengan indikator utama menggunakan angka rata – rata lama
sekolah (MYS) dan minimnya sarpras.
3. Bupati Bangkalan adalah Pihak yang menyetujui program serta anggaran
program dan penanggung jawab umum tingkat Kabupaten mengenai
terselenggaranya progam Balai Desa Pintar.
4. Dinas Pendidikan Bangkalan akan menyetujui, menganalisis dan
mengembangkan rancangan program Balai Desa Pintar, mengawasi proses
pencairan dana dari pemerintah daerah serta menerbitkan surat izin
beroperasinya Balai Desa Pintar Bangkalan.
Berikutnya program ini akan langsung terimplementasikan langsung pada
desa yang diindikasikan perlu mendapat bantuan progam Balai Desa pintar.
5. Kepala Desa yang desanya berhak menerima bantuan program ‘Balai Desa
Pintar’ berupaya mengesahkan dan menyetujui wacana program Balai Desa
Pintar sekaligus pihak pelindung, ketua panitia dan pengawas program.
6. Dinas Pekerjaaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang Membangun dan
memperbaiki sarana, prasarana Balai Desa di desa yang ditetapkan oleh
BPS sebagai sentra terselenggaranya pendidikan Balai Desa Pintar jika
kondisi infrastruktur terlihat perlu pembenahan.
7. Dinas Tenaga Kerja Menghimpun tenaga kerja yang memiliki kualifikasi
menjadi tutor dan pengurus dalam program Balai Desa Pintar.
PPS
BUPATI MOJOKERTO
DINAS PARIWISATA
BPPT
DINAS TENAGA KERJA
IMPLEMENTASI
DAFTAR PUSTAKA
Atmanti, Hastarini. 2005. Investasi Sumber Daya Manusia Melalui
Pendidikan. Bogor. Dinamika Pembangunan
BPS. 2007. Katalog BPS IPM 2006 – 2007. Jakarta. BPS
BPS. 2016. BPS Metode Perhitungan IPM Baru. Jakarta. BPS (Diakses pada tanggal 10 Desember 2016 pukul 10.00, http://ipm.bps.go.id/data/kabkot/metode/baru/3526)
Heriyanto, Doni. 2016. Tingkat Pendidikan Warga Bangkalan Dinilai Sangat
Rendah. Bangkalan. Times Indonesia. (Diakses pada tanggal 2
Desember 2016 Pukul 21 :56,
m.timesindonesia.co.id/read/129946/20160805/210925/tingkat-
pendidikan-warga-bangkalan-dinilai-sangat-rendah)
Wijayanto, Ravi. 2010. Analisis Pengaruh PDRB, Pendidikan dan
Pengangguran Terhadap Kemiskinan. Semarang. Universitas
Diponegoro
Lampiran : Times Indonesia (Published : Jum’at, 5 Agustus 2016, 21 ; 09)
Heriyanto, Doni. 2016. Tingkat Pendidikan Warga Bangkalan Dinilai Sangat
Rendah. Bangkalan. Times Indonesia. (Diakses pada tanggal 2
Desember 2016 Pukul 21 :56,
m.timesindonesia.co.id/read/129946/20160805/210925/tingkat-
pendidikan-warga-bangkalan-dinilai-sangat-rendah/)