sutresnaone.files.wordpress.com  · web viewpuji syukur penulis panjatkan kehadapatn ida sang...

26
RINGKASAN Desa Tradisional Penglipuran merupakan satu kesatuan dengan Desa Adat Penglipuran yang termasuk dalam wilayah administrasi Kelurahan Kubu, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli. Desa Tradisional Penglipuran terletak sekitar 5 Km utara Kota Bangli atau sekitar 1,5 jam perjalanan dari Bandara Ngurah Rai, ± 60 km dari Kota Denpasar, dengan ketinggian antara 500 – 600 meter di atas permukaan laut. Desa Tradisional Penglipuran memiliki potensi budaya yang sampai saat ini tetap terpelihara dengan baik. Potensi paling unik yang dimiliki adalah pola tata ruang dan arsitektur bangunan tradisional Bali khas Penglipuran. Pola tata ruang simetris dengan open space linier di tengah disertai pintu gerbang (angkul- angkul) seragam serta tata letak bangunannya merupakan pemandangan suasana pedesaan yang sangat unik, khas dan menarik untuk dinikmati. Adat istiadat yang menyertainya juga cukup unik dan beberapa hal berbeda dengan kebanyakan adat pedesaan di Bali. Pola penataan ruang dan tata letak bangunan tradisional di Penglipuran menggunakan Pola Dasar Nawa Sanga, yaitu penggabungan orientasi antara gunung dan laut serta terhadap peredaran matahari. Ciri yang menonjol adalah As Utara Selatan (kaje kelod dengan axis linier). Axis linier ini juga berfungsi sebagai open space untuk kegiatan bersama. Open space ini i

Upload: others

Post on 22-Aug-2020

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: sutresnaone.files.wordpress.com  · Web viewPuji syukur penulis panjatkan kehadapatn Ida Sang Hyang Widi Wasa, karena berkat Asung Kertha Wara Nugrahan Ida, Laporan yang berjudul

RINGKASAN

Desa Tradisional Penglipuran merupakan satu kesatuan dengan Desa Adat

Penglipuran yang termasuk dalam wilayah administrasi Kelurahan Kubu,

Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli. Desa Tradisional Penglipuran terletak

sekitar 5 Km utara Kota Bangli atau sekitar 1,5 jam perjalanan dari Bandara

Ngurah Rai, ± 60 km dari Kota Denpasar, dengan ketinggian antara 500 – 600

meter di atas permukaan laut.

Desa Tradisional Penglipuran memiliki potensi budaya yang sampai saat ini

tetap terpelihara dengan baik. Potensi paling unik yang dimiliki adalah pola tata

ruang dan arsitektur bangunan tradisional Bali khas Penglipuran. Pola tata ruang

simetris dengan open space linier di tengah disertai pintu gerbang (angkul-angkul)

seragam serta tata letak bangunannya merupakan pemandangan suasana pedesaan

yang sangat unik, khas dan menarik untuk dinikmati. Adat istiadat yang

menyertainya juga cukup unik dan beberapa hal berbeda dengan kebanyakan adat

pedesaan di Bali.

Pola penataan ruang dan tata letak bangunan tradisional di Penglipuran

menggunakan Pola Dasar Nawa Sanga, yaitu penggabungan orientasi antara

gunung dan laut serta terhadap peredaran matahari. Ciri yang menonjol adalah As

Utara Selatan (kaje kelod dengan axis linier). Axis linier ini juga berfungsi

sebagai open space untuk kegiatan bersama. Open space ini berorientasi ke arah

kaja kelod dan membagi desa menjadi dua bagian. Openpsace Desa Tradisional

penglipuran menanjak menuju ke arah gunung (utara) dimana terdapat bangunan

suci dengan orientasi ke Gunung Batur. Pola tata ruang dan tata letak bangunan

rumah di Desa Adat Penglipuran pada umumnya mengikuti Pola Tri Mandala.

Pola tata ruang desa adat penglipuran dibagi menjadi 3 bagian besar yang

memisahkan kepentingn-kepentingan yang berdasarkan kegiatan-kegiatan

masyarakat Desa Penglipuran khususnya dalam bidang upacara keagamaan

(yadnya). Hal tersebut disesuaikan dengan konsep Tri Hita Karana. Hal tersebut

merupakan salah satu fungsi dari pola tata ruang di desa Adat Penglipuran Bangli.

Dengan konsep Tri Hita Karana pada pola tata ruang Desa Adat Penglipuran, akan

terjalin hubungan yang harmonis antara manusia dengan Tuhan, Manusia dengan

Manusia, Manusia dengan Lingkungan,

i

Page 2: sutresnaone.files.wordpress.com  · Web viewPuji syukur penulis panjatkan kehadapatn Ida Sang Hyang Widi Wasa, karena berkat Asung Kertha Wara Nugrahan Ida, Laporan yang berjudul

PRAKARTA

Puji syukur penulis panjatkan kehadapatn Ida Sang Hyang Widi Wasa,

karena berkat Asung Kertha Wara Nugrahan Ida, Laporan yang berjudul “Fungsi

Pola Tata Ruang Desa Adat Penglipuran Bangli sebagai Pengharmonis

Kehidupan Masyarakat Penglipuran” dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Dalam penulisan Laporan ini banyak hambatan dan kesulitan yang penulis

hadapi. Namun berkat dukungan dan bimbingan dari berbagi pihak, maka laporan

ini dapat penulis selesaikan dengan baik sesuai dengan waktu yang telah

ditentukan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini jauh dari kesempurnaan

sehingga saran dan kritik yang sifatnya membangun selalu diharapkan dari semua

pihak demi kesempurnaan laporan ini. Dan penulis harapkan semoga laporan ini

dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bangli, Maret 2011

Penulis

ii

Page 3: sutresnaone.files.wordpress.com  · Web viewPuji syukur penulis panjatkan kehadapatn Ida Sang Hyang Widi Wasa, karena berkat Asung Kertha Wara Nugrahan Ida, Laporan yang berjudul

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

RINGKASAN................................................................................................ i

PRAKARTA.................................................................................................. ii

DAFTAR ISI ................................................................................................. iii

DAFTAR GAMBAR..................................................................................... iv

DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. v

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1

A. Analisi Situasi..................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah.............................................................................. 1

BAB II TUJUAN DAN MANFAAT............................................................. 2

A. Tujuan Penyusunan Laporan.............................................................. 2

B. Manfaat............................................................................................... 2

BAB III KERANGKA PENYELESAIAN MASALAH................................ 3

BAB IV PELAKSANAAN KEGIATAN...................................................... 5

A. Realisasi Penyelesaian Masalah ........................................................ 5

B. Khalayak Sasaran............................................................................... 11

C. Metode yang Digunakan.................................................................... 11

BAB V HASIL KEGIATAN......................................................................... 12

A. Evaluasi Kegiatan............................................................................... 12

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN........................................................ 13

A. Kesimpulan ........................................................................................ 13

B. Saran................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

iii

Page 4: sutresnaone.files.wordpress.com  · Web viewPuji syukur penulis panjatkan kehadapatn Ida Sang Hyang Widi Wasa, karena berkat Asung Kertha Wara Nugrahan Ida, Laporan yang berjudul

DAFTAR GAMBAR

Bagan Kerangka Penyelesaian masalah......................................................... 3

Desa Adat Penglipuran .................................................................................. 5

Tampak Pura Bale Agung (Penataran)........................................................... 7

Perumahan Mayarakat Penglipuran ............................................................... 8

iv

Page 5: sutresnaone.files.wordpress.com  · Web viewPuji syukur penulis panjatkan kehadapatn Ida Sang Hyang Widi Wasa, karena berkat Asung Kertha Wara Nugrahan Ida, Laporan yang berjudul

DAFTAR LAMPIRAN

Monografi Desa Adat Penglipuran

v

Page 6: sutresnaone.files.wordpress.com  · Web viewPuji syukur penulis panjatkan kehadapatn Ida Sang Hyang Widi Wasa, karena berkat Asung Kertha Wara Nugrahan Ida, Laporan yang berjudul

BAB I

PENDAHULUAN

A. Analisi Situasi

Desa Tradisional Penglipuran memiliki potensi budaya yang sampai saat ini

tetap terpelihara dengan baik. Potensi paling unik yang dimiliki adalah pola tata

ruang dan arsitektur bangunan tradisional Bali khas Penglipuran. Pola tata ruang

simetris dengan open space linier di tengah disertai pintu gerbang (angkul-angkul)

seragam serta tata letak bangunannya merupakan pemandangan suasana pedesaan

yang sangat unik, khas dan menarik untuk dinikmati. Adat istiadat yang

menyertainya juga cukup unik dan beberapa hal berbeda dengan kebanyakan adat

pedesaan di Bali.

Pola tata ruang Desa Adat Penglipuran Bangli di bagi menjadi tiga bagian

yaitu : Nista Mandala, Madya Mandala, dan Utama Mandala. Ketia bagian

tersebut memiliki peranan dan fungsi yang berbeda di dalam kehidupan

masyarakat Desa Adat Penglipuran.

Pola tata ruang yang terdapat di Desa Adat Penglipuran Bangli tidak hanya

dibuat berdasarkan seni saja namun ada tujuan lain dibalik seni tersebut. Salah

satunya adalah untuk mengharmoniskan kehidupan masyarakat Desa Penglipuran.

Hal itulah yang melatarbelakkangi penulis untuk mengangkat judul “Fungsi Pola

Tata Ruang Desa Adat Penglipuran sebagai Pengharmonis Kehidupan Masyarakat

Penglipuran”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, adapun rumusan masalahnya adalah

sebagai berikut :

1. Bagaimana pola tata ruang desa adat penglipuran ?

2. Apakah fungsi dari pola tata ruang Desa Adat Penglipuran sehingga dapat

mengharmoniskan kehidupan masyarakat penglipuran ?

1

Page 7: sutresnaone.files.wordpress.com  · Web viewPuji syukur penulis panjatkan kehadapatn Ida Sang Hyang Widi Wasa, karena berkat Asung Kertha Wara Nugrahan Ida, Laporan yang berjudul

BAB II

TUJUAN DAN MANFAAT

A. Tujuan Penyusunan Laporan

Adapun tujuan dari penyusunan laporan ini adalah sebagai berikut :

1. Tujuan Umum

Adapun tujuan umum dari penyusunan laporan penelitian ini adalah

sebagai syarat untuk kelulusan Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas

Mahasaraswati.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui Pola Tata Ruang dri Desa Adat Penglipuran Kabupaten

Bangli.

b. Mengetahui Fungsi dari Pola Tata Ruang yang dapat mengharmoniskan

mengharmoniskan kehidupan masyarakat Penglipuran

B. Manfaat Penyusunan Lapooran

Manfaat dari penyusunan laporan ini adalah sebagai berikut :

a. Bagi Dosen

Sebagai Acuan untuk melaksanakan kegiatan penelitian selanjutnya dan

sebagai bahan evaluasi perkembangan Mahasiswa

b. Bagi Mahasiswa

Sebagai wahana untuk menambah pengetahuan dan wawasan serta

untuk lebih mengembangkan diri mahasiswa.

c. Bagi Masyarakat

Untuk memperkenalkan dan sebagai wahana untuk melestarikan

kebudayaan daerah yang masih ada sampai dengan sekarang.

2

Page 8: sutresnaone.files.wordpress.com  · Web viewPuji syukur penulis panjatkan kehadapatn Ida Sang Hyang Widi Wasa, karena berkat Asung Kertha Wara Nugrahan Ida, Laporan yang berjudul

Identifikasi Masalah Pengumpulan Informasi dan Data

Analisa Permasalahan

Penyusunan LaporanPenyelesaian Masalah

BAB III

KERANGKA PENYELESAIAN MASALAH

Berdasarkan rumusan masalah yang ada, penulis mengambil langkah-

langkah untuk menyelesaikan masalah terkait. Adapun kerangka penyelesaian

masalahnya adalah sebagai berikut :

Gambar 1, Bagan Kerangka Penyelesaian Masalah

1. Identifikasi Masalah

Pada bagian ini merupakan langkah awal dari suatu penyelesaian

masalah. Penulis mengidentifkasi masalah-masalah yang ada terkait dengan

pementasan Tari Sakral Baris di Desa Penglipuran Kabupaten Bangli.

Adapun masalah yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut :

a. Bagaimana pola tata ruang desa adat penglipuran ?

b. Apakah fungsi dari pola tata ruang Desa Adat Penglipuran sehingga

dapat mengharmoniskan kehidupan masyarakat penglipuran ?

2. Pengumpulan Informasi dan Data

Setelah mengidentifikasi masalah yang ada, penulis mulai mencari

informasi dan data yang diperlukan untuk menyelesaikan/menjawab

permasalahan yang ada. Pengumpulan data ini dilakukan dengan berbagai

cara antara lain :

a. Observasi langsung ke objek, dalam kegiatan ini penulis langsung turun

kelapangan untuk menggali informasi yang ada untuk pemecahan

3

Page 9: sutresnaone.files.wordpress.com  · Web viewPuji syukur penulis panjatkan kehadapatn Ida Sang Hyang Widi Wasa, karena berkat Asung Kertha Wara Nugrahan Ida, Laporan yang berjudul

masalah tersebut diatas. selain hal tersebut penulis juga melakukan

wawancara dengan beberapa penduduk di Desa Adat Penglipuran.

b. Mengumpulkan data tambahan, dalam hal ini penulis mencari data

tambahan terkait dengan masalah diatas. data tambahan tersebut berupa :

Monografi Desa Penglipuran, Literatur dari internet terkait masalah

tersebut.

3. Analisa Permasalahan

Setelah mendapatkan informasi dan data yang dibutuhkan, penulis

melakukan Analisa Permasalahan dan mulai mencari penyelesaian masalah

berdasarkan informasi dan data yang diperoleh.

4. Penyusunan Laporan

Setelah menganalisa masalah, penulis langsung melaksanakan

penyusunan Laporan sebagai realisasi dari hasil yang telah didapat di

lapangan..

5. Penyelesaian Masalah

Setelah tersusunnya Laporan, maka penyelesaian masalah akan

tercantum dalam laporan tersebut. Hasil dari laporan berupa penyelesaian

masalah akan sesuai dengan identifikasi masalah berupa rumusan masalah.

4

Page 10: sutresnaone.files.wordpress.com  · Web viewPuji syukur penulis panjatkan kehadapatn Ida Sang Hyang Widi Wasa, karena berkat Asung Kertha Wara Nugrahan Ida, Laporan yang berjudul

BAB IV

PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Realisasi Penyelesaian Masalah

1. Gambaran Umum Desa Adat Penglipuran

Gambar 2, Desa Adat Penglipuran

Desa Tradisional Penglipuran merupakan satu kesatuan dengan Desa Adat

Penglipuran yang termasuk dalam wilayah administrasi Kelurahan Kubu,

Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli. Desa Tradisional Penglipuran terletak

sekitar 5 Km utara Kota Bangli atau sekitar 1,5 jam perjalanan dari Bandara

Ngurah Rai, ± 60 km dari Kota Denpasar, dengan ketinggian antara 500 – 600

meter di atas permukaan laut.

Luas Desa Tradisional Penglipuran 112 ha, terdiri dari pekarangan 5,5 ha,

hutan bambu 75 ha, hutan vegetasi lainnya 10 ha dan lahan pertanian 21,5. Secara

historis ada dua pendapat tentang pengertian Penglipuran :

Pangeling Pura artinya ingat pada leluhur, dalam hal ini leluhur Penglipuran

berasal dari Desa Tradisional Bayung Gede, Kintamani.

Penglipur artinya menghibur dimana pada jaman dulu para raja sering

menggunakan daerah ini sebagai tempat untuk menghibur diri atau mencari

ketenangan.

5

Page 11: sutresnaone.files.wordpress.com  · Web viewPuji syukur penulis panjatkan kehadapatn Ida Sang Hyang Widi Wasa, karena berkat Asung Kertha Wara Nugrahan Ida, Laporan yang berjudul

Potensi Desa Adat Penglipuran mengacu pada Konsepsi Tri Hita Karana

yaitu tiga sebab sebagai sumber adanya keselamatan, kesejahteraan dan

kebahagiaan yaitu : hubungan harmonis manusia dengan Tuhan, antara sesama

manusia dan manusia dengan lingkungannya yang diimplementasikan wujudnya

menjadi :

Parhyangan, merupakan unit lokasi kawasan suci dan tempat suci (pura)

tertentu besar maupun kecil sebagai pengejawantahan unsur ke-Tuhanan-

nya.

Pawongan, berarti masyarakat penghuni kawasan beserta keorganisasian

tradisional yang ada sebagai perwujudan unsur manusianya

(penghuninya).

Palemahan, bermakna wilayah dalam batas-batas definitif beserta unsur

perumahan, pekarangan, lingkungan sebagai wujud proyeksi unsur

alamnya.

Selain hal tersebut Desa Adat Penglipuran Bangli juga memiliki potensi

lingkungan yang mendukung perekonomia Desa. Di Desa Penglipuran terdapat

hutan bambu seluas 75 ha yang terdiri dari berbagai jenis bambu yang ada di Bali

seperti bambu petung, jajang, tali dan lain-lain yang merupakan bahan bangunan

khas Penglipuran dan bahan baku kerajinan. Untuk menikmati hutan bambu ini

telah dibuatkan jalan setapak. Pengelolaan bambu di Desa Penglipuran telah diatur

dalam awig-awig, bahwa siapa saja yang akan menebang bambu harus meminta

ijin kelian adat.

Disekitar hutan bambu tersebut juga terdapat laboratorium dan workshop

bambu yang sayang sekali aktivitasnya sementara berhenti, namun fasilitasnya

masih utuh. Potensi lainnya adalah hutan vegetasi, kebun salak, kebun jeruk serta

pemandangan sawah terasering dan sungai.

Adanya pura-pura yang tergolong peninggalan kuno dengan kelengkapan,

letak serta bahan bangunan yang terjaga keasliannya. Adanya Tugu Pahlawan

yang mempunyai nilai historis, karena pada tahun 1947 di lingkungan tersebut

beberapa pahlawan daerah gugur dalam peperangan melawan NICA. Tugu

Pahlawan ini mempunyai bentuk tugu susun sembilan dengan arsitektur bali.

Tugu ini dilengkapi dengan tempat parkir, tempat upacara dan Gedung Cura

6

Page 12: sutresnaone.files.wordpress.com  · Web viewPuji syukur penulis panjatkan kehadapatn Ida Sang Hyang Widi Wasa, karena berkat Asung Kertha Wara Nugrahan Ida, Laporan yang berjudul

Yudha. Dimana bangunan ini merupakan salah satu tempat pariwisata di daerah

Kabupaten Bangli.

2. Pola Tata Ruang dan Bangunan Desa Adat Penglipuran

Desa Tradisional Penglipuran memiliki potensi budaya yang sampai saat ini

tetap terpelihara dengan baik. Potensi paling unik yang dimiliki adalah pola tata

ruang dan arsitektur bangunan tradisional Bali khas Penglipuran. Pola tata ruang

simetris dengan open space linier di tengah disertai pintu gerbang (angkul-angkul)

seragam serta tata letak bangunannya merupakan pemandangan suasana pedesaan

yang sangat unik, khas dan menarik untuk dinikmati. Adat istiadat yang

menyertainya juga cukup unik dan beberapa hal berbeda dengan kebanyakan adat

pedesaan di Bali.

Pola penataan ruang dan tata letak bangunan tradisional di Penglipuran

menggunakan Pola Dasar Nawa Sanga, yaitu penggabungan orientasi antara

gunung dan laut serta terhadap peredaran matahari. Ciri yang menonjol adalah As

Utara Selatan (kaje kelod dengan axis linier). Axis linier ini juga berfungsi

sebagai open space untuk kegiatan bersama. Open space ini berorientasi ke arah

kaja kelod dan membagi desa menjadi dua bagian. Openpsace Desa Tradisional

penglipuran menanjak menuju ke arah gunung (utara) dimana terdapat bangunan

suci dengan orientasi ke Gunung Batur. Pola tata ruang dan tata letak bangunan

rumah di Desa Adat Penglipuran pada umumnya mengikuti Pola Tri Mandala.

Gambar 3, Tampak Pura Bale Agung (Penataran)

Dari kondisi fisik orientasinya adalah utara selatan (dalam bahasa Bali

berarti Kaja Klod) atau lebih sederhana lagi tinggi rendah (ulu teben). Dari konsep

7

Page 13: sutresnaone.files.wordpress.com  · Web viewPuji syukur penulis panjatkan kehadapatn Ida Sang Hyang Widi Wasa, karena berkat Asung Kertha Wara Nugrahan Ida, Laporan yang berjudul

itulah, maka di paling utara desa yaitu sebuah tempat suci yaitu Pura Bale Agung

(Penataran) yang merupakan konsep utama mandala yang terletak di sebelah utara

sebagai kiblat umat Hindu.

Gambar 4, Perumahan Masyarakat Penglipuran

Yang kedua adalah konsep Madya mandala. Di tempat ini merupakan

wilayah permukiman penduduk terbagi menjadi dua jejer yaitu barat dan timur.

Sedangkan bagian ketiga adalah nista mandala tempatnya bagian paling rendah

yaitu lokasi yang dipakai untuk kuburan atau orang Bali menyebutnya sebagai

setra. Tata ruang seperti ini ternyata juga diterapkan dalam setiap rumah

masyarakat desa setempat. Setiap kaveling rumah penduduk, konsepnya setiap

rumah dibangun angkul-angkul atau pintu gerbang merupakan ciri pintu masuk

sekaligus dianggap sebagai bangunan penjaga pintu rumah depan. Saat hari suci,

dilakukan sesajen di tempat ini. Tak heran jika bangunan seluruh masyarakat di

desa ini sama, yaitu bagian depan merupakan sanggah atau merajan sebagai utama

mandala yang digunakan anggota keluarga untuk bersembahyang. Kemudian

seluruh rumah menghadap ke timur sebagai tempat matahari terbit.

Di setiap bangunan rumah terdapat ruang kosong yang dinamakan halaman

(natah) sebagai tempat berkumpul anggota terletak di bagian tengah (madya).

Sementara bagian nista mandala biasanya diisi dengan toilet, tempat jemuran, atau

sarana atau kegiatan ekonomi seperti warung, kandang ternak, dan sebagainya.

8

Page 14: sutresnaone.files.wordpress.com  · Web viewPuji syukur penulis panjatkan kehadapatn Ida Sang Hyang Widi Wasa, karena berkat Asung Kertha Wara Nugrahan Ida, Laporan yang berjudul

Parhyangan (Unsur Ketuhanan)

Pawongan (Unsur Manusia)

Palemahan (Unsur Alam)

LINGKUNGAN

LINGKUNGAN

3. Pola Tata Ruang Desa Adat Penglipuran sebagai Pengharmonis Kehidupan

Masyarakat Penglipuran

Pola tata ruang desa adat penglipuran dibagi menjadi 3 bagian besar yang

memisahkan kepentingn-kepentingan yang berdasarkan kegiatan-kegiatan

masyarakat Desa Penglipuran khususnya dalam bidang upacara keagamaan

(yadnya). Hal tersebut disesuaikan dengan konsep Tri Hita Karana, yang dalam

agama hindu Tri Hita Karana artinya tiga penyebab kebahagian dan keharmonisan

manusia. Hal tersebut merupakan salah satu fungsi dari pola tata ruang di desa

Adat Penglipuran Bangli. Dengan konsep Tri Hita Karana pada pola tata ruang

Desa Adat Penglipuran, akan terjalin hubungan yang harmonis antara manusia

dengan Tuhan, Manusia dengan Manusia, Manusia dengan Lingkungan, adapun

bagan yang menyatakan proses hubungan tersebut adalah sebagai berikut :

Gambar 5, Hubungan antara Komponen

Tri Hita Karana

Berdasarkan bagan diatas, seluruh komponen yang ada mempunyai peranan

yang sangat penting dalam mengharmoniskan kehidupan masyarakat di Desa

Penglipuran Bangli. Di Desa Penglipuran saling menjaga keselarasan hubungan

baik dengan Tuhan, Manusia, maupun lingkungan, hal tersebut dilakukan dalam

upaya untuk mewujudkan keharmonisan yang sejati.

9

Page 15: sutresnaone.files.wordpress.com  · Web viewPuji syukur penulis panjatkan kehadapatn Ida Sang Hyang Widi Wasa, karena berkat Asung Kertha Wara Nugrahan Ida, Laporan yang berjudul

Adapun kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat Desa Penglipuran dalam

upaya untuk menjagakeharmonisan tersebut adalah sebagai berikut :

a) Parhyangan/ Unsur Ketuhanan

Pada komponen yang pertama yaitu parhyangan, masyarakat Desa Adat

Penglipuran senantiasa melaksanakan Upacara Dewa Yadnya. Dimana

upacara tersebut dilaksanakan pada tingkatan Utama Mandala, yaitu tingkatan

yang paling tinggi yang letaknya ada di Wilayah Desa Bagian Utara. Di

Uatama Mandala tersebut terdapat tempat suci berupa Pura Penataran yang

menjadi tempat melaksanakan upacara dewa yadnya.

b) Pawongan / Unsur Manusia

Dalam agama hindu memperhatikan pembinaan keluarga mulai dari

terbentuknya janin sampai meninggal penuh dengan upacara adat dan agama.

Dalam hal ini adalah upacara Manusa dan Fitra Yadnya, dimana kegiatan

tesebut dilaksanakan di Madya Mandala untuk manusa yadnya dan di Nista

Mandala untuk fitra yadnya. Selain hal tersebut dalam menjaga keharmonisan

antara manusia, masyarakat Desa Penglipuran juga melaksanakan kegiatan

gotong royong di dalam berbagai kegiatan desa. Hal tersebut dilaksanakan

adalah untuk menumbuhkan rasa kekeluargaan dan rasa saling memiliki.

c) Palemahan / Unsur Alam

Dalam masalah lingkungan, masyarakat desa penglipuran selalu menjaga

kebersihan dan keasrian lingkungan yang ada di wilayah desa. Selain itu,

berkaitan arsitektur bangunan masyarakat juga tetap menjaga keaslian dari

arsitektur bangunan rumah dan pekarangan mereka sesuai dengan pola Tri

Hita Karana. Hal tersebut dilakukan agar dapat menjaga kelestarian dari

peninggalan leluhur berupa arsitektur bangunan sesuai dengan bangunan bali

kuno.

10

Page 16: sutresnaone.files.wordpress.com  · Web viewPuji syukur penulis panjatkan kehadapatn Ida Sang Hyang Widi Wasa, karena berkat Asung Kertha Wara Nugrahan Ida, Laporan yang berjudul

B. Khalayak Sasaran

Adapun khalayak sasaran dalam penyusunan laporan ini adalah Penduduk

desa Penglipuran Bangli terutama, Bendesa Adat, Jro Kebayan dan beberapa

warga Desa Adat Penglipuran Bangli.

C. Metode yang Digunakan

Adapun metode yang digunakan dalam penyusunan laporan ini adalah :

1. Metode Observasi langsung kelapangan dengan tujuan untuk mendapatkan

informasi yang riil yang didapatkan lewat wawancara dengan warga Desa

Penglipuran dan mengamati pola tata ruang desa dengan seksama.

2. Metode Kepustakaan, dimana metode kepustakaan ini dilakukan dengan

tujuan untuk menambah informasi dan data yang didapat lewat observasi

langsung.

11

Page 17: sutresnaone.files.wordpress.com  · Web viewPuji syukur penulis panjatkan kehadapatn Ida Sang Hyang Widi Wasa, karena berkat Asung Kertha Wara Nugrahan Ida, Laporan yang berjudul

BAB V

HASIL KEGIATAN

A. Evaluasi Kegiatan

Dari seluruh kegiatan penyusunan laporan ini sudah berjalan dengan sangat

baik. Dari mulai menganalisis masalah hingga penyusunan laporan. Namun dalam

penulisan laporan ini penulis juga mengalami beberapa kesulitan yaitu karena

informasi yang penulis dapatkan kurang jelas dan ada perbedaan informasi yang

diberikan oleh narasumber tetapi untuk menanggulangi hal tersebut penulis

mencari informasi tentang Pola Tata Ruang di internet dan beberapa literatur

untuk menambah informasi dan data dalam penyusunan laporan ini.

12

Page 18: sutresnaone.files.wordpress.com  · Web viewPuji syukur penulis panjatkan kehadapatn Ida Sang Hyang Widi Wasa, karena berkat Asung Kertha Wara Nugrahan Ida, Laporan yang berjudul

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A Kesimpulan

Pola Tata Ruang Desa Adat Penglipuran di bedakan menjadi 3 bagian sesuai

dengan konsep Tri Hita Karana. Dari konsep itulah, maka di paling utara desa

yaitu sebuah tempat suci yaitu Pura Bale Agung (Penataran) yang merupakan

konsep utama mandala yang terletak di sebelah utara sebagai kiblat umat Hindu.

Yang kedua adalah konsep Madya mandala. Di tempat ini merupakan

wilayah permukiman penduduk terbagi menjadi dua jejer yaitu barat dan timur.

Sedangkan bagian ketiga adalah nista mandala tempatnya bagian paling rendah

yaitu lokasi yang dipakai untuk kuburan atau orang Bali menyebutnya sebagai

setra.

Kesluruhan kosep dari tata ruang tersebut yang sesuai dengan konsep Tri

Hita Karana adalah bertujuan untuk senantiasa mengharmoniskan kehidupan

masyarakat Penglipuran, Baik dalam Hubungan dengan Tuhan, Manusia maupun

Lingkungan.

B Saran

Dari keseluruhan laporan ini adapun saran yang ingin penulis sampaikan

agar senantiasa dijaga dan dilestarikan Pola Tata Ruang yang sesuai dengan Tri

Hita Karana karena kedepannya akan membawa keharmonisan dalam kehidupan.

13

Page 19: sutresnaone.files.wordpress.com  · Web viewPuji syukur penulis panjatkan kehadapatn Ida Sang Hyang Widi Wasa, karena berkat Asung Kertha Wara Nugrahan Ida, Laporan yang berjudul

DAFTAR PUSTAKA

Wastika Dewa Nyoman, 2005, Penerapan Konsep Tri Hita Karana dalam

Perencanaan Perumahan Bali

Diakses melalui www.google.com Desember 2010

Artikel Pariwisata, 2010, Profil Potensi Desa Penglipuran

_______________, Monografi Desa Penglipuran