sutresnaone.files.wordpress.com · web viewpuji syukur penulis panjatkan kehadapatn ida sang...
TRANSCRIPT
RINGKASAN
Desa Tradisional Penglipuran merupakan satu kesatuan dengan Desa Adat
Penglipuran yang termasuk dalam wilayah administrasi Kelurahan Kubu,
Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli. Desa Tradisional Penglipuran terletak
sekitar 5 Km utara Kota Bangli atau sekitar 1,5 jam perjalanan dari Bandara
Ngurah Rai, ± 60 km dari Kota Denpasar, dengan ketinggian antara 500 – 600
meter di atas permukaan laut.
Desa Tradisional Penglipuran memiliki potensi budaya yang sampai saat ini
tetap terpelihara dengan baik. Potensi paling unik yang dimiliki adalah pola tata
ruang dan arsitektur bangunan tradisional Bali khas Penglipuran. Pola tata ruang
simetris dengan open space linier di tengah disertai pintu gerbang (angkul-angkul)
seragam serta tata letak bangunannya merupakan pemandangan suasana pedesaan
yang sangat unik, khas dan menarik untuk dinikmati. Adat istiadat yang
menyertainya juga cukup unik dan beberapa hal berbeda dengan kebanyakan adat
pedesaan di Bali.
Pola penataan ruang dan tata letak bangunan tradisional di Penglipuran
menggunakan Pola Dasar Nawa Sanga, yaitu penggabungan orientasi antara
gunung dan laut serta terhadap peredaran matahari. Ciri yang menonjol adalah As
Utara Selatan (kaje kelod dengan axis linier). Axis linier ini juga berfungsi
sebagai open space untuk kegiatan bersama. Open space ini berorientasi ke arah
kaja kelod dan membagi desa menjadi dua bagian. Openpsace Desa Tradisional
penglipuran menanjak menuju ke arah gunung (utara) dimana terdapat bangunan
suci dengan orientasi ke Gunung Batur. Pola tata ruang dan tata letak bangunan
rumah di Desa Adat Penglipuran pada umumnya mengikuti Pola Tri Mandala.
Pola tata ruang desa adat penglipuran dibagi menjadi 3 bagian besar yang
memisahkan kepentingn-kepentingan yang berdasarkan kegiatan-kegiatan
masyarakat Desa Penglipuran khususnya dalam bidang upacara keagamaan
(yadnya). Hal tersebut disesuaikan dengan konsep Tri Hita Karana. Hal tersebut
merupakan salah satu fungsi dari pola tata ruang di desa Adat Penglipuran Bangli.
Dengan konsep Tri Hita Karana pada pola tata ruang Desa Adat Penglipuran, akan
terjalin hubungan yang harmonis antara manusia dengan Tuhan, Manusia dengan
Manusia, Manusia dengan Lingkungan,
i
PRAKARTA
Puji syukur penulis panjatkan kehadapatn Ida Sang Hyang Widi Wasa,
karena berkat Asung Kertha Wara Nugrahan Ida, Laporan yang berjudul “Fungsi
Pola Tata Ruang Desa Adat Penglipuran Bangli sebagai Pengharmonis
Kehidupan Masyarakat Penglipuran” dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Dalam penulisan Laporan ini banyak hambatan dan kesulitan yang penulis
hadapi. Namun berkat dukungan dan bimbingan dari berbagi pihak, maka laporan
ini dapat penulis selesaikan dengan baik sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini jauh dari kesempurnaan
sehingga saran dan kritik yang sifatnya membangun selalu diharapkan dari semua
pihak demi kesempurnaan laporan ini. Dan penulis harapkan semoga laporan ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Bangli, Maret 2011
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
RINGKASAN................................................................................................ i
PRAKARTA.................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR..................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1
A. Analisi Situasi..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.............................................................................. 1
BAB II TUJUAN DAN MANFAAT............................................................. 2
A. Tujuan Penyusunan Laporan.............................................................. 2
B. Manfaat............................................................................................... 2
BAB III KERANGKA PENYELESAIAN MASALAH................................ 3
BAB IV PELAKSANAAN KEGIATAN...................................................... 5
A. Realisasi Penyelesaian Masalah ........................................................ 5
B. Khalayak Sasaran............................................................................... 11
C. Metode yang Digunakan.................................................................... 11
BAB V HASIL KEGIATAN......................................................................... 12
A. Evaluasi Kegiatan............................................................................... 12
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN........................................................ 13
A. Kesimpulan ........................................................................................ 13
B. Saran................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iii
DAFTAR GAMBAR
Bagan Kerangka Penyelesaian masalah......................................................... 3
Desa Adat Penglipuran .................................................................................. 5
Tampak Pura Bale Agung (Penataran)........................................................... 7
Perumahan Mayarakat Penglipuran ............................................................... 8
iv
DAFTAR LAMPIRAN
Monografi Desa Adat Penglipuran
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Analisi Situasi
Desa Tradisional Penglipuran memiliki potensi budaya yang sampai saat ini
tetap terpelihara dengan baik. Potensi paling unik yang dimiliki adalah pola tata
ruang dan arsitektur bangunan tradisional Bali khas Penglipuran. Pola tata ruang
simetris dengan open space linier di tengah disertai pintu gerbang (angkul-angkul)
seragam serta tata letak bangunannya merupakan pemandangan suasana pedesaan
yang sangat unik, khas dan menarik untuk dinikmati. Adat istiadat yang
menyertainya juga cukup unik dan beberapa hal berbeda dengan kebanyakan adat
pedesaan di Bali.
Pola tata ruang Desa Adat Penglipuran Bangli di bagi menjadi tiga bagian
yaitu : Nista Mandala, Madya Mandala, dan Utama Mandala. Ketia bagian
tersebut memiliki peranan dan fungsi yang berbeda di dalam kehidupan
masyarakat Desa Adat Penglipuran.
Pola tata ruang yang terdapat di Desa Adat Penglipuran Bangli tidak hanya
dibuat berdasarkan seni saja namun ada tujuan lain dibalik seni tersebut. Salah
satunya adalah untuk mengharmoniskan kehidupan masyarakat Desa Penglipuran.
Hal itulah yang melatarbelakkangi penulis untuk mengangkat judul “Fungsi Pola
Tata Ruang Desa Adat Penglipuran sebagai Pengharmonis Kehidupan Masyarakat
Penglipuran”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, adapun rumusan masalahnya adalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana pola tata ruang desa adat penglipuran ?
2. Apakah fungsi dari pola tata ruang Desa Adat Penglipuran sehingga dapat
mengharmoniskan kehidupan masyarakat penglipuran ?
1
BAB II
TUJUAN DAN MANFAAT
A. Tujuan Penyusunan Laporan
Adapun tujuan dari penyusunan laporan ini adalah sebagai berikut :
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari penyusunan laporan penelitian ini adalah
sebagai syarat untuk kelulusan Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas
Mahasaraswati.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui Pola Tata Ruang dri Desa Adat Penglipuran Kabupaten
Bangli.
b. Mengetahui Fungsi dari Pola Tata Ruang yang dapat mengharmoniskan
mengharmoniskan kehidupan masyarakat Penglipuran
B. Manfaat Penyusunan Lapooran
Manfaat dari penyusunan laporan ini adalah sebagai berikut :
a. Bagi Dosen
Sebagai Acuan untuk melaksanakan kegiatan penelitian selanjutnya dan
sebagai bahan evaluasi perkembangan Mahasiswa
b. Bagi Mahasiswa
Sebagai wahana untuk menambah pengetahuan dan wawasan serta
untuk lebih mengembangkan diri mahasiswa.
c. Bagi Masyarakat
Untuk memperkenalkan dan sebagai wahana untuk melestarikan
kebudayaan daerah yang masih ada sampai dengan sekarang.
2
Identifikasi Masalah Pengumpulan Informasi dan Data
Analisa Permasalahan
Penyusunan LaporanPenyelesaian Masalah
BAB III
KERANGKA PENYELESAIAN MASALAH
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, penulis mengambil langkah-
langkah untuk menyelesaikan masalah terkait. Adapun kerangka penyelesaian
masalahnya adalah sebagai berikut :
Gambar 1, Bagan Kerangka Penyelesaian Masalah
1. Identifikasi Masalah
Pada bagian ini merupakan langkah awal dari suatu penyelesaian
masalah. Penulis mengidentifkasi masalah-masalah yang ada terkait dengan
pementasan Tari Sakral Baris di Desa Penglipuran Kabupaten Bangli.
Adapun masalah yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut :
a. Bagaimana pola tata ruang desa adat penglipuran ?
b. Apakah fungsi dari pola tata ruang Desa Adat Penglipuran sehingga
dapat mengharmoniskan kehidupan masyarakat penglipuran ?
2. Pengumpulan Informasi dan Data
Setelah mengidentifikasi masalah yang ada, penulis mulai mencari
informasi dan data yang diperlukan untuk menyelesaikan/menjawab
permasalahan yang ada. Pengumpulan data ini dilakukan dengan berbagai
cara antara lain :
a. Observasi langsung ke objek, dalam kegiatan ini penulis langsung turun
kelapangan untuk menggali informasi yang ada untuk pemecahan
3
masalah tersebut diatas. selain hal tersebut penulis juga melakukan
wawancara dengan beberapa penduduk di Desa Adat Penglipuran.
b. Mengumpulkan data tambahan, dalam hal ini penulis mencari data
tambahan terkait dengan masalah diatas. data tambahan tersebut berupa :
Monografi Desa Penglipuran, Literatur dari internet terkait masalah
tersebut.
3. Analisa Permasalahan
Setelah mendapatkan informasi dan data yang dibutuhkan, penulis
melakukan Analisa Permasalahan dan mulai mencari penyelesaian masalah
berdasarkan informasi dan data yang diperoleh.
4. Penyusunan Laporan
Setelah menganalisa masalah, penulis langsung melaksanakan
penyusunan Laporan sebagai realisasi dari hasil yang telah didapat di
lapangan..
5. Penyelesaian Masalah
Setelah tersusunnya Laporan, maka penyelesaian masalah akan
tercantum dalam laporan tersebut. Hasil dari laporan berupa penyelesaian
masalah akan sesuai dengan identifikasi masalah berupa rumusan masalah.
4
BAB IV
PELAKSANAAN KEGIATAN
A. Realisasi Penyelesaian Masalah
1. Gambaran Umum Desa Adat Penglipuran
Gambar 2, Desa Adat Penglipuran
Desa Tradisional Penglipuran merupakan satu kesatuan dengan Desa Adat
Penglipuran yang termasuk dalam wilayah administrasi Kelurahan Kubu,
Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli. Desa Tradisional Penglipuran terletak
sekitar 5 Km utara Kota Bangli atau sekitar 1,5 jam perjalanan dari Bandara
Ngurah Rai, ± 60 km dari Kota Denpasar, dengan ketinggian antara 500 – 600
meter di atas permukaan laut.
Luas Desa Tradisional Penglipuran 112 ha, terdiri dari pekarangan 5,5 ha,
hutan bambu 75 ha, hutan vegetasi lainnya 10 ha dan lahan pertanian 21,5. Secara
historis ada dua pendapat tentang pengertian Penglipuran :
Pangeling Pura artinya ingat pada leluhur, dalam hal ini leluhur Penglipuran
berasal dari Desa Tradisional Bayung Gede, Kintamani.
Penglipur artinya menghibur dimana pada jaman dulu para raja sering
menggunakan daerah ini sebagai tempat untuk menghibur diri atau mencari
ketenangan.
5
Potensi Desa Adat Penglipuran mengacu pada Konsepsi Tri Hita Karana
yaitu tiga sebab sebagai sumber adanya keselamatan, kesejahteraan dan
kebahagiaan yaitu : hubungan harmonis manusia dengan Tuhan, antara sesama
manusia dan manusia dengan lingkungannya yang diimplementasikan wujudnya
menjadi :
Parhyangan, merupakan unit lokasi kawasan suci dan tempat suci (pura)
tertentu besar maupun kecil sebagai pengejawantahan unsur ke-Tuhanan-
nya.
Pawongan, berarti masyarakat penghuni kawasan beserta keorganisasian
tradisional yang ada sebagai perwujudan unsur manusianya
(penghuninya).
Palemahan, bermakna wilayah dalam batas-batas definitif beserta unsur
perumahan, pekarangan, lingkungan sebagai wujud proyeksi unsur
alamnya.
Selain hal tersebut Desa Adat Penglipuran Bangli juga memiliki potensi
lingkungan yang mendukung perekonomia Desa. Di Desa Penglipuran terdapat
hutan bambu seluas 75 ha yang terdiri dari berbagai jenis bambu yang ada di Bali
seperti bambu petung, jajang, tali dan lain-lain yang merupakan bahan bangunan
khas Penglipuran dan bahan baku kerajinan. Untuk menikmati hutan bambu ini
telah dibuatkan jalan setapak. Pengelolaan bambu di Desa Penglipuran telah diatur
dalam awig-awig, bahwa siapa saja yang akan menebang bambu harus meminta
ijin kelian adat.
Disekitar hutan bambu tersebut juga terdapat laboratorium dan workshop
bambu yang sayang sekali aktivitasnya sementara berhenti, namun fasilitasnya
masih utuh. Potensi lainnya adalah hutan vegetasi, kebun salak, kebun jeruk serta
pemandangan sawah terasering dan sungai.
Adanya pura-pura yang tergolong peninggalan kuno dengan kelengkapan,
letak serta bahan bangunan yang terjaga keasliannya. Adanya Tugu Pahlawan
yang mempunyai nilai historis, karena pada tahun 1947 di lingkungan tersebut
beberapa pahlawan daerah gugur dalam peperangan melawan NICA. Tugu
Pahlawan ini mempunyai bentuk tugu susun sembilan dengan arsitektur bali.
Tugu ini dilengkapi dengan tempat parkir, tempat upacara dan Gedung Cura
6
Yudha. Dimana bangunan ini merupakan salah satu tempat pariwisata di daerah
Kabupaten Bangli.
2. Pola Tata Ruang dan Bangunan Desa Adat Penglipuran
Desa Tradisional Penglipuran memiliki potensi budaya yang sampai saat ini
tetap terpelihara dengan baik. Potensi paling unik yang dimiliki adalah pola tata
ruang dan arsitektur bangunan tradisional Bali khas Penglipuran. Pola tata ruang
simetris dengan open space linier di tengah disertai pintu gerbang (angkul-angkul)
seragam serta tata letak bangunannya merupakan pemandangan suasana pedesaan
yang sangat unik, khas dan menarik untuk dinikmati. Adat istiadat yang
menyertainya juga cukup unik dan beberapa hal berbeda dengan kebanyakan adat
pedesaan di Bali.
Pola penataan ruang dan tata letak bangunan tradisional di Penglipuran
menggunakan Pola Dasar Nawa Sanga, yaitu penggabungan orientasi antara
gunung dan laut serta terhadap peredaran matahari. Ciri yang menonjol adalah As
Utara Selatan (kaje kelod dengan axis linier). Axis linier ini juga berfungsi
sebagai open space untuk kegiatan bersama. Open space ini berorientasi ke arah
kaja kelod dan membagi desa menjadi dua bagian. Openpsace Desa Tradisional
penglipuran menanjak menuju ke arah gunung (utara) dimana terdapat bangunan
suci dengan orientasi ke Gunung Batur. Pola tata ruang dan tata letak bangunan
rumah di Desa Adat Penglipuran pada umumnya mengikuti Pola Tri Mandala.
Gambar 3, Tampak Pura Bale Agung (Penataran)
Dari kondisi fisik orientasinya adalah utara selatan (dalam bahasa Bali
berarti Kaja Klod) atau lebih sederhana lagi tinggi rendah (ulu teben). Dari konsep
7
itulah, maka di paling utara desa yaitu sebuah tempat suci yaitu Pura Bale Agung
(Penataran) yang merupakan konsep utama mandala yang terletak di sebelah utara
sebagai kiblat umat Hindu.
Gambar 4, Perumahan Masyarakat Penglipuran
Yang kedua adalah konsep Madya mandala. Di tempat ini merupakan
wilayah permukiman penduduk terbagi menjadi dua jejer yaitu barat dan timur.
Sedangkan bagian ketiga adalah nista mandala tempatnya bagian paling rendah
yaitu lokasi yang dipakai untuk kuburan atau orang Bali menyebutnya sebagai
setra. Tata ruang seperti ini ternyata juga diterapkan dalam setiap rumah
masyarakat desa setempat. Setiap kaveling rumah penduduk, konsepnya setiap
rumah dibangun angkul-angkul atau pintu gerbang merupakan ciri pintu masuk
sekaligus dianggap sebagai bangunan penjaga pintu rumah depan. Saat hari suci,
dilakukan sesajen di tempat ini. Tak heran jika bangunan seluruh masyarakat di
desa ini sama, yaitu bagian depan merupakan sanggah atau merajan sebagai utama
mandala yang digunakan anggota keluarga untuk bersembahyang. Kemudian
seluruh rumah menghadap ke timur sebagai tempat matahari terbit.
Di setiap bangunan rumah terdapat ruang kosong yang dinamakan halaman
(natah) sebagai tempat berkumpul anggota terletak di bagian tengah (madya).
Sementara bagian nista mandala biasanya diisi dengan toilet, tempat jemuran, atau
sarana atau kegiatan ekonomi seperti warung, kandang ternak, dan sebagainya.
8
Parhyangan (Unsur Ketuhanan)
Pawongan (Unsur Manusia)
Palemahan (Unsur Alam)
LINGKUNGAN
LINGKUNGAN
3. Pola Tata Ruang Desa Adat Penglipuran sebagai Pengharmonis Kehidupan
Masyarakat Penglipuran
Pola tata ruang desa adat penglipuran dibagi menjadi 3 bagian besar yang
memisahkan kepentingn-kepentingan yang berdasarkan kegiatan-kegiatan
masyarakat Desa Penglipuran khususnya dalam bidang upacara keagamaan
(yadnya). Hal tersebut disesuaikan dengan konsep Tri Hita Karana, yang dalam
agama hindu Tri Hita Karana artinya tiga penyebab kebahagian dan keharmonisan
manusia. Hal tersebut merupakan salah satu fungsi dari pola tata ruang di desa
Adat Penglipuran Bangli. Dengan konsep Tri Hita Karana pada pola tata ruang
Desa Adat Penglipuran, akan terjalin hubungan yang harmonis antara manusia
dengan Tuhan, Manusia dengan Manusia, Manusia dengan Lingkungan, adapun
bagan yang menyatakan proses hubungan tersebut adalah sebagai berikut :
Gambar 5, Hubungan antara Komponen
Tri Hita Karana
Berdasarkan bagan diatas, seluruh komponen yang ada mempunyai peranan
yang sangat penting dalam mengharmoniskan kehidupan masyarakat di Desa
Penglipuran Bangli. Di Desa Penglipuran saling menjaga keselarasan hubungan
baik dengan Tuhan, Manusia, maupun lingkungan, hal tersebut dilakukan dalam
upaya untuk mewujudkan keharmonisan yang sejati.
9
Adapun kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat Desa Penglipuran dalam
upaya untuk menjagakeharmonisan tersebut adalah sebagai berikut :
a) Parhyangan/ Unsur Ketuhanan
Pada komponen yang pertama yaitu parhyangan, masyarakat Desa Adat
Penglipuran senantiasa melaksanakan Upacara Dewa Yadnya. Dimana
upacara tersebut dilaksanakan pada tingkatan Utama Mandala, yaitu tingkatan
yang paling tinggi yang letaknya ada di Wilayah Desa Bagian Utara. Di
Uatama Mandala tersebut terdapat tempat suci berupa Pura Penataran yang
menjadi tempat melaksanakan upacara dewa yadnya.
b) Pawongan / Unsur Manusia
Dalam agama hindu memperhatikan pembinaan keluarga mulai dari
terbentuknya janin sampai meninggal penuh dengan upacara adat dan agama.
Dalam hal ini adalah upacara Manusa dan Fitra Yadnya, dimana kegiatan
tesebut dilaksanakan di Madya Mandala untuk manusa yadnya dan di Nista
Mandala untuk fitra yadnya. Selain hal tersebut dalam menjaga keharmonisan
antara manusia, masyarakat Desa Penglipuran juga melaksanakan kegiatan
gotong royong di dalam berbagai kegiatan desa. Hal tersebut dilaksanakan
adalah untuk menumbuhkan rasa kekeluargaan dan rasa saling memiliki.
c) Palemahan / Unsur Alam
Dalam masalah lingkungan, masyarakat desa penglipuran selalu menjaga
kebersihan dan keasrian lingkungan yang ada di wilayah desa. Selain itu,
berkaitan arsitektur bangunan masyarakat juga tetap menjaga keaslian dari
arsitektur bangunan rumah dan pekarangan mereka sesuai dengan pola Tri
Hita Karana. Hal tersebut dilakukan agar dapat menjaga kelestarian dari
peninggalan leluhur berupa arsitektur bangunan sesuai dengan bangunan bali
kuno.
10
B. Khalayak Sasaran
Adapun khalayak sasaran dalam penyusunan laporan ini adalah Penduduk
desa Penglipuran Bangli terutama, Bendesa Adat, Jro Kebayan dan beberapa
warga Desa Adat Penglipuran Bangli.
C. Metode yang Digunakan
Adapun metode yang digunakan dalam penyusunan laporan ini adalah :
1. Metode Observasi langsung kelapangan dengan tujuan untuk mendapatkan
informasi yang riil yang didapatkan lewat wawancara dengan warga Desa
Penglipuran dan mengamati pola tata ruang desa dengan seksama.
2. Metode Kepustakaan, dimana metode kepustakaan ini dilakukan dengan
tujuan untuk menambah informasi dan data yang didapat lewat observasi
langsung.
11
BAB V
HASIL KEGIATAN
A. Evaluasi Kegiatan
Dari seluruh kegiatan penyusunan laporan ini sudah berjalan dengan sangat
baik. Dari mulai menganalisis masalah hingga penyusunan laporan. Namun dalam
penulisan laporan ini penulis juga mengalami beberapa kesulitan yaitu karena
informasi yang penulis dapatkan kurang jelas dan ada perbedaan informasi yang
diberikan oleh narasumber tetapi untuk menanggulangi hal tersebut penulis
mencari informasi tentang Pola Tata Ruang di internet dan beberapa literatur
untuk menambah informasi dan data dalam penyusunan laporan ini.
12
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A Kesimpulan
Pola Tata Ruang Desa Adat Penglipuran di bedakan menjadi 3 bagian sesuai
dengan konsep Tri Hita Karana. Dari konsep itulah, maka di paling utara desa
yaitu sebuah tempat suci yaitu Pura Bale Agung (Penataran) yang merupakan
konsep utama mandala yang terletak di sebelah utara sebagai kiblat umat Hindu.
Yang kedua adalah konsep Madya mandala. Di tempat ini merupakan
wilayah permukiman penduduk terbagi menjadi dua jejer yaitu barat dan timur.
Sedangkan bagian ketiga adalah nista mandala tempatnya bagian paling rendah
yaitu lokasi yang dipakai untuk kuburan atau orang Bali menyebutnya sebagai
setra.
Kesluruhan kosep dari tata ruang tersebut yang sesuai dengan konsep Tri
Hita Karana adalah bertujuan untuk senantiasa mengharmoniskan kehidupan
masyarakat Penglipuran, Baik dalam Hubungan dengan Tuhan, Manusia maupun
Lingkungan.
B Saran
Dari keseluruhan laporan ini adapun saran yang ingin penulis sampaikan
agar senantiasa dijaga dan dilestarikan Pola Tata Ruang yang sesuai dengan Tri
Hita Karana karena kedepannya akan membawa keharmonisan dalam kehidupan.
13
DAFTAR PUSTAKA
Wastika Dewa Nyoman, 2005, Penerapan Konsep Tri Hita Karana dalam
Perencanaan Perumahan Bali
Diakses melalui www.google.com Desember 2010
Artikel Pariwisata, 2010, Profil Potensi Desa Penglipuran
_______________, Monografi Desa Penglipuran