onlysenja.files.wordpress.com€¦  · web viewprogram studi ilmu komunikasi, fakultas ilmu sosial...

35
Analisis Budaya Partriarki Pada Film “BETH” Karya Aria Kusumadewa Yohanes Babtista Bima P.P 085235354807 [email protected] Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta ABSTRAK Film Beth merupakan film indonesia karya Aria Kusumadewa. Film ini bercerita tentang pertemuan antara Beth dengan Pesta yang harus dipisahkan secara paksa oleh ayah Beth yang tak lain adalah Jendral Kusumadewa. Perpisahan tersebut mengakibatkan tekanan batin yang membuat Beth dan Pesta mengalami gangguan kejiwaan. Dalam film ini tak lepas dari unsur patriarki yang

Upload: others

Post on 18-Oct-2020

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: onlysenja.files.wordpress.com€¦  · Web viewProgram Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta . ABSTRAK

Analisis Budaya Partriarki Pada Film “BETH” Karya

Aria Kusumadewa

Yohanes Babtista Bima P.P

085235354807

[email protected]

Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,

Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta

ABSTRAK

Film Beth merupakan film indonesia karya Aria Kusumadewa. Film ini

bercerita tentang pertemuan antara Beth dengan Pesta yang harus dipisahkan

secara paksa oleh ayah Beth yang tak lain adalah Jendral Kusumadewa.

Perpisahan tersebut mengakibatkan tekanan batin yang membuat Beth dan Pesta

mengalami gangguan kejiwaan. Dalam film ini tak lepas dari unsur patriarki yang

berlaku sama di masyarakat. Penelitian ini menggunakan analisis tradisional untuk

melihat bagaimana citra perempuan didalam budaya patriarki yang terdapat dalam

film Beth karya Aria Kusumadewa ini. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa

film Beth menunjukan adanya budaya patriarki yang tergambarkan melalui

dominasi Jenderal Kusumadewa terhadap perempuan. Laki-laki tergambar sebagai

yang berpengaruh dan berkuasa, sedangkan perempuan tergambar sebagai kaum

yang lemah tanpa perlawanan.

Page 2: onlysenja.files.wordpress.com€¦  · Web viewProgram Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta . ABSTRAK

Kata kunci : Beth, Film, Patriarki

ABSTRACT

BETH film is an Indonesian film the work of Aria Kusumadewa. This film tells

the story of a upcoming meeting between Beth and Pesta that must be separated

force by Beth’s father who was Jenderal Kusumadewa. Farewell resulted in

preassure and make Beth and Pesta had psychiatric disorder. In this film cannot be

dissociated from the patriarchal elements who apply in the community. The study

uses traditional analysis to see how the image of women in the patriarchal culture

contained in the film BETH by Aria Kusumadewa. The results of this study

indicate that the BETH film show the existence of a patriarchal culture which is

portrayed through Jenderal Kusumadewa domination against woman. Men is

described as who have influential and power, while the women described as a

people who weak without resistance.

Key word : BETH, Film, Patriarchy

PENDAHULUAN

Berbicara mengenai film, bukanlah sekedar media yang merefleksikan

realitas sosial, justru sebenarnya film merekontruksi realitas yang ada berdasarkan

cara-cara tertentu. Dengan kata lain sebenarnya film mampu untuk menghadirkan

kembali realitas melalui kode-kode, mitos-mitos dan ideologi-ideologi tertentu.

Page 3: onlysenja.files.wordpress.com€¦  · Web viewProgram Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta . ABSTRAK

Oleh sebab itu pembentukan pesan pada film berlangsung lewat visual, teknik

pengambilan gambar atau shot dan juga lewat pengaturan narasi.

Perkembangan certia film di Indonesia, Masih berkutat pada stereotipe

perempuan yang selama ini hidup dalam masyarakat. Penggambaran perempuan

dalam film telah mengalami distorsi dari budaya kapitalisme dan patriarki yang

membuat perempuan dicitrakan tidak lagi sesuai dengan kenyatan, tidak berperan

dan tidak berpendapat. Hal ini sesuai dengan penuturan Debra H. Yatim, yang

menyatakan jika fakta menunjukkan bahwa media massa dimiliki oleh elit laki

laki maka tidak heran apabila representasi perempuan mengalami distorsi (Yatim,

1998).

Hal diatas menjadi kenyataan ketika awal tahun 90-an trend film indonesia

bergeser menjadi tema drama erotis. Kebijaksanaan pemerintah untuk

meningkatkan produksi film nasional yang mengacu pada eksploitasi tubuh

perempuan sebagai pemikatnya. Hal ini dimulai tahun 1992, ketika Virgo Putra

Film membuat terobosan baru melalui film Gadis Metropolis yang bukan saja

menjadi film terlaris tetapi juga pelopor trend film drama erotis (Mulawarman,

1999).

Fenomena ini akhirnya menjadi satu karakteristik yang melekat pada

benak masyarakat bahwa perempuan memang sudah menjadi tempatnya jika harus

berada dibawah laki-laki. Perempuan selalu dianggap sebagai obyek atau alat

pelengkap dan yang paling menggetirkan adalah dianggap sebagai pemuas

kebutuhan laki laki. Ia harus bersikap layaknya perempuan pada umumnya. Tidak

Page 4: onlysenja.files.wordpress.com€¦  · Web viewProgram Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta . ABSTRAK

hanya pandai mengerjakan pekerjaan rumah tetapi harus bersikap lemah lembut,

ramah tutur kata. Bagi mereka yang sudah menikah diwajibkan untuk

menghormati dan menjunjung tinggi keputusan suami karena suamilah kepala

keluarga.

Keadaan ini akhirnya membuat perempuan terkukung dalam norma,

peraturan atau etiket yang sadar atau tidak, mau tidak mau harus mereka patuhi

entah itu untuk kepentingan pribadi atau nama baik keluarga yang berpedoman

pada bibit, bebet, dan bobot. Beberapa hal ini menyebabkan perubahan tak

terelakkan lagi, salah satunya dalam masalah interaksi dan komunikasi.

Keberadaan budaya patriarki yang sudah tertanam sejak dalam keluarga, membuat

masyarakat sulit sekali menghindari hal tersebut dalam keseharian.

Fenomena patriarki banyak didokumentasikan kedalam berbagai media

termasuk media film. Media film dirasa sebagai media yhang paling lengkap dan

mudah diakses semua lapisan, untuk merefleksikan kembali cerita dalam

kehidupan dimasyarakat, dan untuk membantu pengkajian ini penulis

menggunakan satu materi film yang menarik yaitu BETH karya Aria

Kusumadewa.

Dalam film ini, Aria bercerita tentang sosok perempuan yang menurut

peribahasa jawa memiliki “bibit-bebet dan bobot” yang sangan memuaskan.

Terlahir dari keluarga berada yang terpelajar, membuat Beth harus selalu menjaga

martabat keluarganya. Film yang menunjukkan suasana keluarga jalam sekarang

yang pastinya lebih maju atau modern ini ternyata tidak mampu menghilangkan

Page 5: onlysenja.files.wordpress.com€¦  · Web viewProgram Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta . ABSTRAK

kepatriarkiannya, yang walaupun diceritakan bahwa beth dan kelaurganya

berasalah dari kalangan berada yang pastinya jelas mengenyam pendidikan yang

layak, tapi agaknya hal ini tetap tidak dapat meyembunyikan ketimpangan gender

yang ada.

Kata patriarki sebenarnya merupakan perluasan dari kata patrilineal atau

yang biasa diartikan sebagai garis keturunan ayah atau garis keturunan kaum laki

laki. Selain patrilineal dikenal juga dengan kata lawannya yaitu matrilineal atau

garis keturunan ibu (Hidaya, 1997). Seiring dengan berjalannya waktu, makna

patrilineal atau sistem kekerabatan laki-laki, mulai menemukan tingkat

ekstrimnya, yaitu menjadi suatu dominasi kelelaki-lakian. Dominasi ini juga

dikenal dengan patriarki, yang kemudian berkembang menjadi sistem bahwa

struktur berdasarkan pola kehidupan masyarakat.

Berbicara tentang budaya patriarki tanpa menyinggung perempuannya

memang seperti ada yang terasa hilang, karena jika akan membahas tentang

dominasi laki-laki maka harus membahas kepada siapakah dominasi ini berimbas.

Sejak jaman raja-raja hingga sekarang definisi tentang siapa, apa dan bagaimana

perempuan itu selalu dirasa berat sebelah, karena cara pandang masyarakat akan

perempuan selalu ‘dinodai’ dengan pandangan patriarki. Oleh karena itu sangatlah

tidak mengherankan apabila citra seorang perempuan dalam masyarakat yang nilai

dan acuannya bercorak patriarkis akan melahurkan citra dan perpektif yang

patriarki juga. Hal ini merugikan perempuan karena pembentukan citra

perempuan oleh masyarakat patriarkis mengandung misi yang bertujuan

memposisikan laki-laki sebagai pemegang kuasa dan perempuan sebagai yang

Page 6: onlysenja.files.wordpress.com€¦  · Web viewProgram Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta . ABSTRAK

dikuasai.

Fenomena menarik seperti diatas sebenarnya sudah banyak dibahas,

didiskusikan dan akhirnya didokumentasikan ke dalam berbagai macam bentuk

salah satunya dalam bentuk film. Film menurut Dennis McQuail merupakan salah

satu jenis media massa yang berfungsi sebagai penyebar hiburan serta menyajikan

cerita, peristiwa, musik, drama, lawak dan sajian teknis laiinya kepada masyarakat

umum (McQuail, 1994).

Wakil Dewan Film Nasional tahun 1990, Asrul Sani, mengungkapkan

bahwa popularitas film di Indonesia sama dengan popularitas Petai. Jika petai

dikenal dengan baunya yang busuk maka film dikenal karena keburukan-

keburukannya. Hal ini terjadi karena film sering mendapatkan dakwaan buruk,

mulai dari segi perusak moral masyarakat, racun bagi generasi muda, sampai pada

alat untuk memperbodoh masyarakat indonesia (Sani, 1990).

METODE PENELITIAN

Fokus penelitian ini menggunakan metode analisis isi untuk melihat

penggambaran citra perempuan didalam budaya patriarki pada film BETH.

Penelitian analisis isi berarti menggunakan penelitian yang bersifat obyektif,

sistematik dan kuantitatif. Metode ini juga seringkali terbukti mampu

Page 7: onlysenja.files.wordpress.com€¦  · Web viewProgram Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta . ABSTRAK

menguraikan aspek-aspek yang tidak nampak. Dan juga memberi indentifikasi

secara sistematis dan obyektif tentang karakteristik-karakteristik khusus pada

sampel.

Penelitian ini menggunakan pendekatan analsisi tradisional. Analisis ini

bersifat obyektif dan hanya melihat hal hal yang tampak dipermukaannya saja.

Pendekatan ini tidak untuk melihat isi pesan lewat hal hal yang berkaitan dengan

makna dari tanda-tanda yang terbentuk dari pengalaman budaya manusia.

Sehingga penelitian analisis tradisional ini menitik beratkan pada angka angka

yang dihasilkan dalam proses pengkodingan.

Peneliti menggunakan narasi atau script yang terdapat di film untuk

membantu dalam menganalisis. Narasi menjadi materi yang digunakan untuk

melihat bagaimana budaya partiarki yang tergambarkan didalam film BETH karya

Aria Kusumadewa yang diproduksi pada tahun 2002.

HASIL DAN PEMBAHASAN

BETH merupakan film Indonesia karya Aria Kusumadewa yang dirilis

pada tahun 2002. Film ini bercerita tentang dua anak manusia yang bernama Beth

(Ine Febriyanti) dan Pesta (Bucek Depp). Berbeda dengan Pesta yang hanya

seorang berandalan, Elizabeth adalah anak dari seorang Jendral Kusumadewa (El

Manik) ternama dan taat dalam beragama.

Singkat cerita Pertemuan antara Beth dengan Pesta terjadi ketika ia

melihat seseorang yang sedang sakaw dipinggir jalan yang ternyata adalah Pesta.

Page 8: onlysenja.files.wordpress.com€¦  · Web viewProgram Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta . ABSTRAK

Beth berusaha untuk menolong pemuda malang itu, akan tetapi tanpa disengaja

Beth mulai jatuh cinta terhadap pesta yang tak lain hanya seorang berandalan.

Melihat kondisi tersebut sudah jelas jika hubungan itu sudah pasti ditolak oleh

Ayahnya. Mengingat Kusumadewa merupakan Jendral ternama, sudah jelas ia

perlu menjaga nama dan martabatnya dengan baik. Pertentangan itu membuat

mereka nekat dan berujung kepada hamilnya Elizabeth. Jendral Kusumadewa

marah mendengar hal itu, dan memaksa dia untuk menggugurkan kandungannya.

Dengan kekuatan Jendral Kusumadewa ia memaksa membawa Beth ke

rumah sakit untuk menggugurkan kandungannya. Hal itu membuat Beth

mengalami guncangan yang berakibat pada mentalnya dan harus menjalani

perawatan intensif di rumah sakit jiwa. Disisi lain, Pesta yang secara paksa

dipisahkan dengan beth juga kembali terjerumus menjadi berandalan. Tekanan

batin yang dialami karena telah menganggap Beth sebagai cahaya hidup,

membuatnya mengalami gangguan kejiwaan dan harus pula untuk masuk ke

rumah sakit jiwa.

Akan tetapi jodoh memang tak kemana. Beth dan Pesta kembali bertemu

akan tetapi dengan latar yang berbeda dari sebelumnya. tekanan batin yang

mereka alami berakhibat pada hilangnya memori ingatan mereka. Pertemuan

pertama mereka ini dilewati tanpa adanya ingatan saling mengenal satu sama lain.

Akan tetapi cerita cinta yang telah mereka buat menyisakan kenangan hangat dan

rasa bersama mereka. Lewat penggalan kenangan itulah mereka berdua mencoba

untuk kembali berinteraksi dan berkomunikasi.

Page 9: onlysenja.files.wordpress.com€¦  · Web viewProgram Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta . ABSTRAK

Selayaknya pasien yang tidak waras, Beth dan Pesta pun berinteraksi

dengan kegilaan mereka. Pada adegan yang menampilkan mereka sedang duduk

berdua tanpa mengucap kata dalam kurun waktu sekian menit menunjukan bahwa

sebenarnya terjadi suatu pengertian diantara mereka. Adegan adegan yang ada di

dalam film seolah menggiring kita pada suatu pemikiran bahwa sebenarnya antara

Elizabeth dan Pesta masih saling mencintai dan membutuhkan.

Jika kita melihat sedikit kebelakang, penyebab terjadi hal tragis itu tak lain

karena Ayah Beth yaitu Jendral Kusumadewa. Status yang ia pegang membuatnya

terlihat diatas dalam status sosial. Oleh karena itu Jendral Kusumadewa perlu

untuk menjaga nama baik dan martabat keluarga yang telah dianggap bersih

sebagai seorang jendral. Posisi itu membuatnya tidak terima jika anak semata

wayangnya harus menjalin hubungan dengan seorang berandalan yang

dianggapnya rendah. Penolakan itu terjadi akibat idelais Jendral Kusumadewa

yang melihat bahwa ia harus mendapatkan yang setara. Seorang bangsa Aria harus

juga mendapatkan pasangan dari bangsa Aria pula.

Budaya patriarki mulai terlihat dalam adegan adegan yang berlatarkan

rumah sakit. Keangkuhan Kusumadewa sebagai Jendral terlihat ketika ia berada

dirumah sakit jiwa ini. Keangkuhan dan dominasinya sebagai seorang laki laki

diperlihatkan terhadap Beth yang merupakan anaknya dan istrinya yang hanya

bisa pasrah. Saat di rumah sakit Beth memiliki perawat pribadi yang tak lain

adalah Sr. Reihan, yang sebenarnya juga memiliki tekanan batin akibat kondisi

keuangan keluarganya dan hanya Jendral Kusumadewa yang bisa membantunya.

Page 10: onlysenja.files.wordpress.com€¦  · Web viewProgram Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta . ABSTRAK

Akhir cerita dari film ini cukup menyedihkan. Jendra Kusumadewa

mengetahui jika Pesta dirawat juga dalam rumah sakit yang sama dengan Beth. Itu

membuat ia membawa pergi Beth dari rumah sakit itu. Disisi lain Sr. Reihan yang

merupakan perawat Beth, ikut menjadi gila akibat tekanan batin yang beliau

rasakan sebelum merawat Beth. Nemun film ini sedikit berbeda dengan yang

lainnya dan membuat film ini bagus untuk dikonsumsi oleh masyarakat.

Seperti yang diungkapkan sebelumnya, dalam penelitian ini ingin melihat

bagaimana sebenarnya citra perempuan dalam budaya patriarki yang

tergambarkan melalui film Beth karya Aria Kusumadewa. Film Beth yang

berdurasi 80 menit ini pada dasarnya sarat akan makna. Setiap orang dapat

memiliki persepsi yang berbeda beda, tergantung dari sisi mana kita

menginginkannya. Dari banyaknya scence yang ada dalam film, penelitian kali ini

penulis hanya mengambil 10 scence yang menurut penulis telah mewakili budaya

patriarki. Sisanya lebih banyak menonjolkan protes sosial kepada masyarakat dan

lembaga pemerintah.

Sebelum menganalisa film Beth ada baiknya kita melihat terlebih dahulu

gambaran umum laki-laki dan perempuan yang ada atau yang melekat pada

masyarakat. Seperti yang diketahui bahwan dalam masyarakat kita, laki-laki

adalah makhluk yang nomor satu dan mampu untuk tampil di wilayah publik

sedangkan perempuan adalah sebaliknya. Laki laki dipandang lebih dari segi fisik

seperti kuat dan laki laki merupakan manusia yang sangan dihargai, berbeda

dengan perempuan yang merupakan manusia nomor dua yang tersingkir.

Perempuan selalu dianggap sebagai obyek atau alat pelengkap dan yang paling

Page 11: onlysenja.files.wordpress.com€¦  · Web viewProgram Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta . ABSTRAK

tragis hanya dilihat sebagai pemuas kebutuhan laki-laki. Keadaan ini akhirnya

menyebabkan perempuan terkurung dalam norma, peraturan atau etiket yang

sadar atau tidak, mau tidak mau harus mereka patuhi entah itu kepentingan

pribadinya dalam mencari pasangan hidup ataupun demi nama baik keluarga yang

selalu berpedoman pada bibit, bebet dan bobot, karena itu perempuan kemudian

diukur apakah ia sudah menjadi perempuan yang ideal atau istri yang

didambakan.

Budaya patriarki dapat memiliki wujud yang beragam, tergantung

bagaimana seseorang memandang bentuk ketidakadilan yang dilakukan terhadap

perempuan. Budaya ini diartikan sebagai garis keturunan ayah atau garis

keturunan kaum laki laki. Partriarki mulai berkembang menjadi suatu dominasi

yang dilakukan oleh laki laki yang kebudian menjadi sistem bahkan struktur pola

kehidupan masyarakat.

Patriarki merupakan suatu sistem otoritas laki laki yang menindas

perempuan melalui institusi sosial, politik dan ekonomi. Patriarki mempunyai

kekuatan dari akses laki-laki yang lebih besar terhadap sumber daya yang ada dan

mendapat ganjaran dari struktur otoritas didalam dan diluar rumah (Humm, 2002).

Pada penelitian ini, dipilih 10 scene yang akan diteliti dengan melakukan

pengkodingan.

Page 12: onlysenja.files.wordpress.com€¦  · Web viewProgram Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta . ABSTRAK

Gambar IV. 1

Jenderal Kusumadewa berteriak “anjing”!.

M.C.U

Jenderal Kusumadewa berteriak “anjing”!.

Jenderal kusumadewa tampak tidak sabar menunggu istri dan suster prbadi Beth (Sr, Reihan) membersihkan kamar. Jenderal Kusumadewa berjalan mondar-mandir di depan kamar Beth sambil sesekali mendelik ke arah Dokter Kepala.

V.O

Ibu Beth:

Jangan lupa semua dibersihkan, Sr. Reihan tahu sendiri kan debu di Jakarta seperti apa?!!

Sr. Reihan:

Baik, Bu.

Jenderal Kusumadewa:

Hey anjing… ayo pulang!!!

(Selesai berkata demikian, Ibu Beth dan Sr. Reihan menoleh terkejut. Dengan wajah sedíh Ibu Beth berdiri menarik rantai Eliza-si anjing, dan

melangkah pergi mengikuti suaminya)

Page 13: onlysenja.files.wordpress.com€¦  · Web viewProgram Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta . ABSTRAK

Pada scene ini terlihat Jendral Kusumadewa berkata menunggu istri dan

perawat Beth yang sedang membersihkan kamar. Perempuan dalam adegan ini

diwakilkan oleh Ibu Beth dan Sr. Reihan. Perkataan Kusumadewa “Anjing, ayo

pulang!” menunjukan tanda bagi sang istri untuk segera mengikutinya pulang.

Adegan ini menunjukan betapa perempuan tidak berdaya, dengan perkataan

tersebut membuat Ibu Beth terlihat sangat patuh dan tidak tegas sehingga tidak

bisa berkata kata itu juga terjadi kepada Sr. Reihan yang tak kuasa untuk berkata

apa apa.

Dominasi sangat terlihat dalam scene ini. Terlihat bagaimana para kaum

perempuan tak berdaya di depan hadapan Jendral Kusumadewa. Adegan ini pula

mewakilkan penggambaran karakter perempuan yang dinilai lemah dan tabah.

Tabah berarti tetap dan kuat hati dalam menghadapi segala bahaya dan cobaan.

Penggambaran tentang patuhnya dan tak berdayanya perempuan memunculkan

tafsiran disisi lain yang menilai ternyata karakter perempuan yaitu tabah.

Gambar IV. 2

Jenderal Kusumadewa tiba d RSJ Manusia

Page 14: onlysenja.files.wordpress.com€¦  · Web viewProgram Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta . ABSTRAK

Adegan ini memperlihatkan iring iringan kedatangan Jendral Kusumadewa

dan rombongan ketika sedang memasuki rumah sakit jiwa. Jendral Kusumadewa

berjalan seorang diri dimuka, sedangkan Isrti Kusumadewa berjalan dibelakang.

Tak seperti layaknya suami istri yang mungkin bisa berjalan beriringan atau

bergandengan tangan, tetapi terlihat bagaimana Kusumadewa mendominasi dan

berkuasa.

Perempuan pada adegan ini digambarkan lewat sosok Beth, Ibu Beth, dan

Sr. Reihan. Mereka memiliki sikap yang tidak berkuasa dan menjadi obyek

penderita tau yang dikenai kuasa oleh yang berkuasa. Terlihat pula perempuan ini

bersikap pasif yang berarti menerima saja atau nrimo dan tidak mau berusaha

lebih keras atau merasa cukup puas dengan keadaan yang ada.

Karakter Beth disini Merupakan perwujudan korbah dari dominasi laki-

laku atau patriarki. Ia menjadi gila karena tidak berkuasa untuk menentang

paksaan ayahnya yang tak lain adalah Jendral Kusuma dewa ketika diminta untuk

menggugurkan kandungannya. Ibu Beth dan Suster Reihan juga tergambarkan

sebagai sosok perempuan yang pasif tanpa bisa melawan keinginan laki-laki dan

hanya dapat menerima.

Page 15: onlysenja.files.wordpress.com€¦  · Web viewProgram Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta . ABSTRAK

Gambar IV.3

Jenderal Kusumadewa tiba d RSJ Manusia

M.S.

Jenderal Kusumadewa tiba d RSJ Manusia

Beth diapit suster, Ayahnya berjalan seorang diri di muka diikuti istrinya yang selangkah di belakangnya. Di samping (agak kebelakang) sambil membungkuk-bungkuk penuh hormat, dokter kepala RSJ berjalan agak teresa-gesa mengiringi langkah Jenderal Kusumadewa.

V.O

Jenderal Kusumadewa:

Saya mau anak saya bebas dari gangguan orang-orang di sini (seraya melirik jijik ke arah pasien-pasien yang lain yang berseliweran di sepanjang koridor) Saya juga mau tempat ini diisolir, jangan sampai ada yang tahu anak saya di rawat di sini. Paham??!!!

V.O

Dokter Kepala RSJ:

Baik Tuan…. (sambil membungkuk hormat, nada suaranya menyimpan rasa gelisah.

Pada Film ini perempuan berperan pada wilayah domestik, dimana pada

masalah pembagian tugas diartikan sebagai yang bersifat atau segala hal mengenai

Page 16: onlysenja.files.wordpress.com€¦  · Web viewProgram Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta . ABSTRAK

rumah tangga atau pekerjaan yang berada didalam rumah. Ibu Beth, Beth, dan

suster Reihan berjalan satu-dua langkah dibelakang Jendral Kusumadewa. Hal itu

seakan menandakan perempuan – perempuan ini memang sudah ditakdirkan untuk

berada dibawah laki laki dan berperan dilingkup yang lebih kecil.

Berbeda dengan penggambaran karakteristik laki-laki. Film ini

memperlihatkan laki laki memiliki sifat berpengaruh, artinya andil dalam

membentuk watak, kepercayaan, bahkan perbuatan seseorang. Kuat artinya tidak

mudah goyah serta laki laki digambarkan sebagai yang berkuasa. Karena memiliki

kuasa dan wewenang maka diasumsikan mereka dapat memerintah yang tidak

berkuasa. Hal ini menunjukan pembuktian bahwa baik dalam masyarakat maupun

penggambaran dalam film karakteristik laki-laki adalah sama, berpengaruh, kuat

dan berkuasa. Gambaran itu dapat dilihat melalui scence

Gambar IV. 4

Jenderal Kusumadewa tiba di RSJ Manusia

M.S.

Jenderal Kusumadewa tiba di RSJ Manusia

Jendral kusumadewa memberikan instruksi instruksi kepada doktor kepala RSJ

Page 17: onlysenja.files.wordpress.com€¦  · Web viewProgram Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta . ABSTRAK

agar perawatan anaknya dirahasiakan.

V.O

Jenderal Kusumadewa:

Saya mau anak saya bebas dari gangguan orang-orang di sini (seraya melirik jijik ke arah pasien-pasien yang lain yang berseliweran di sepanjang koridor) Saya juga mau tempat ini diisolir, jangan sampai ada yang tahu anak saya di

rawat di sini. Paham??!!!

V.O

Dokter Kepala RSJ:

Baik Tuan…. (sambil membungkuk hormat, nada suaranya menyimpan rasa gelisah).

Pada scene diatas kita dapat meilhat sosok laki laki sejati yang

digambarkan lewat Jendral Kusumadewa. Ia digambarkan sebagai laki laki yang

berpengaruh, kuat dan berkuasa. Terlihat pada scene ini dan juga lewat dialog-

dialognya, dimana ssemua laki-laki yang cukup punya kuasa yaitu Dokter Kepala

RSJ pun tunduk kepada pengaruh yang dimiliki Jendral Kusumadewa.

Sepanjang film ini sosok atau karakter Jenderal Kusumadewa

digambarkan dengan sama rata, yaitu berpengaruh, kuat dan berkuasa. Dia cukup

berpengaruh dengan status yang disandangnnya yaitu Jenderal sehingga mampu

memerintah orang lain. Selain itu juga tergambarkan bagaimana Kusumadewa

tegas ketika memberikan instruksi-instruksi kepada dokter kepala RSJ.

Page 18: onlysenja.files.wordpress.com€¦  · Web viewProgram Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta . ABSTRAK

Gambar IV. 5

Dokter Kepala Mencumbu Beth

M.C.U.

Dokter Kepala Mencumbu Beth

Pada waktu pemeriksaan, dokter Kepala berusaha untuk menggauli Beth, sementara Beth yang terganggu jiwanya hanya memandang lupus ke depan dengan tatapan kosong.

V.O

Dokter Kepala:

Sakit??.....sakit ya??

(Pada saat bersamaan Pesta masuk ke dalam ruang pemeriksaan, dokter Kepala tampak Sangat terkejut dan gusar lalu pergi keluar ruangan dengan

marah.

Gambar IV. 6

Page 19: onlysenja.files.wordpress.com€¦  · Web viewProgram Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta . ABSTRAK

Dr. Karim sedang ‘memeriksa’ pasien perempuannya

M.S

Dr. Karim sedang ‘memeriksa’ pasien perempuannya

Salah satu colega dokter Kepala yang juga sama cabulnya sedang berada dalam kamar pemeriksaan yang ditutup gorden putih. Dia menunduk di atas pasiennya. Pada saat itu dokter Kepala menerobos masuk dan menghentikan ‘pemeriksaan’.

V.O

Cukup…cukup!! Sudah selesai pemeriksaannya.

(Pasien perempuan itu turun dari tempat tidur dan berjalan keluar dan terlihat dokter Kepala bersama dokter Karim bicara secara bisik-bisik sambil

menggerak-gerakkan tangan)

Scene diata menunjukan bahwa laki-laki mendominasi dalam hal berperan. Laki-laki berperan sebagai doktor yang berkuasa pada lingkup yang lebih besar dan dapat melakukan apa saja termasuk untuk mengambil keputusan. Sedangkan perempuan hanya berperan sebagai pasien yang lemah karena terganggu mentalnya.

Gambar IV. 7

Jenderal Kusumadewa menembak mati Eliza

M.S

Jenderal Kusumadewa menembak mati Eliza

Page 20: onlysenja.files.wordpress.com€¦  · Web viewProgram Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta . ABSTRAK

Sementara di dalam kamar Sr. Reihandan Ibu Beth saling tangis menangisi, Jenderal Kusumadewa yang berada diluar kamar dan ikut mendengarkan pembicaraan mereka menjadi gusardan frustasi. Dengan berjalan mondar-mandir dan bertampang sangat murka, tiba-tiba dia mengambil senjata di pinggangnya dan menembak mati Eliza yang sedang makan berdua dengan Beth. (Catatan: Eliza adalah anjing Beth yang dianggap sebagai anaknya yang sudah meninggal karena digugurkan dengan paksa oleh Ayahnya).

V.O

Jenderal Kusumadewa:

”Hey, Anjing.... (suara pistol meletus!)

Scene diatas menggambarkan bagaimana seorang ayan dan laki-laki

bertindak sewenang-wenang kepada perempuan. Beth yang terganggu mentalnya

karena ia dipaksa oleh ayahnya sendiri untuk menggugurkan kandungannya,

dengan alasan menjatuhkan reputasi Jenderalnya. Dalam hal menggugurkan

kandungannya, Jenderal Kusumadewa telah bertindak sewenang-wenang dua kali,

pertama kepada Beth anaknya, dan kepada bayi yang ada didalam kandungan

Beth.

Page 21: onlysenja.files.wordpress.com€¦  · Web viewProgram Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta . ABSTRAK

Gambar IV. 8

Sr. Reihan dan Ibu Beth menangis meratapi nasib

M.C.U

Sr. Reihan dan Ibu Beth menangis meratapi nasib

Pada kunjungan selanjutnya, tampaknya Sr. Reihan sudah tidak betah lagi merawat Beth, sambil menangis tersedu dia menceritakkan apa saja yang terjadi pada Beth selama ini. Ibu Beth yang mendengar cerita Sr. Reihan menjadi semakin sedih dan terluka karena putrinya kini sudah benar-benar gila.

V.O

Sr. Reihan:

”Huuu...saya tidak betah disini Bu, kemarin saya disuruh mengejar-ngejar kecoa. Lama-lama saya bisa gila disini Bu!” (sementara Ibu Beth hanya menangis

semakin kerasmendengar cerita Sr. Reihan).

Scene diatas menggambarkan bagaimana lemahnya para perempuan. Selain itu juga bagaimana konflik psikis yang dialami oleh perempuan, dalam hal ini Ibu Beth dan Suster Reihan yang sebenarnya sudah tidak sanggup lagi menghadapi semua ini. Mereka tidak bisa melawan kekuasaan Jenderal Kusumadewa, yang bisa mereka lakukan hanya menyimpan masalah di dalam hati dan menangis.

Gambar IV. 9

Beth dibawa pergi dari RSJ Manusia

Page 22: onlysenja.files.wordpress.com€¦  · Web viewProgram Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta . ABSTRAK

L.S Beth dibawa pergi dari RSJ Manusia

Sebelum terjadi penembakan atasEliza, sebenarnya Jenderal Kusumadewa sedang marah besar karena Pesta, laki-laki berandalan yang menghamili Beth dirawat di RSJ yang sama. Itulah sebabnya ia memaksa Beth untuk pindah dari RSJ itu. Tampak Beth berjalan didampingi Ibunya, didepan seperti seperti biasa berjalan Jenderal Kusumadewa dengan gagah dan dibelakangnya berjalan para ajudan membawa tas milik Beth. Tidak tampak lagi Sr. Reihan dalam iringan tersebut, ternyata Sr. Reihan yang menjadi stress selama merawat Beth dinyatakan terganggu mentalnya dan diharuskan untuk dirawat di RSJ Manusia.

V.O

Suara langkah kaki rombongan Jenderal Kusumadewa dan suara teriakan serta ocehan para pasien RSJ Manusia

Scene di atas menunjukan gambaran perempuan yang patuh. Dalam film

ini Ibu Beth terlihat begitu patuh kepada suaminya yaitu Jenderal Kusumadewa,

ketika tiba di RSJ Manusia Ibu Beth dengan setia berjalan dibelakang sang suami.

Pada saat diteriaki “hey, anjing!” Ibu Beth juga langsung menurut pergi mengikuti

suaminya, yang terakhir adalah pada saat Beth dibawa pergi dari RSJ, kembali Ibu

Beth berjalan dengan setida di belakang suami. Hal ini membuktikan bahwa

perempuan yang diwakilkan lewat Ibu Beth pada dasarnya memiliki sifat malas

berdebat, jadi untuk mengurangi konflik mereka lebih memilikih untuk selalu

mengalah demi menyenangkan orang lain.

Tindakan sewenang-wenang yang dilakukan oleh Jenderal Kusumadewa

kepada Beth dan Ibunya dalam film ini sebenarnya dapat dianggap sebagai

gangguan yang mempengaruhi pola kehidupan dan pola interaksi sesama baik

individu maupun berkelompok. Manusia sebagai mahkluk sosial membutuhkan

orang lain untuk berinteraksi dan berkembang melalui komunikasi. Komunikasi

Page 23: onlysenja.files.wordpress.com€¦  · Web viewProgram Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta . ABSTRAK

maksudnya dalah penyampaian pesan yang dilakukan komunikator kepada

komunikan.

Jika dikaitkan dengan budaya patriarki yang sangat erat melekat pada

semua lapisan masyarakat. Penulis menarik kesimpulan bahwa patriarki yang

dianggap sebagai suatu kebudayaan akan sangat mempengaruhi suatu pola

komunikasi. Hal ini dibuktikan pada representasi citra perempuan. Pada

masyarakat citra yang terbentuk tentang sosok perempuan sudahlah miring dan

sulit untuk diluruskan. Ada ketimpangan antara kaum perempuan dan laki-laki.

Citra pada perempuan menjadi patokan untuk menilai karakter perempuan,

bahkan diadopsi kedalam semua media termasuk Film. Gambaran perempuan

dalam film BETH jelas dipengaruhi oleh citra yang melekat pada masyarakat,

mengingat film juga merupakan cerminan atas realitas.

Film karya Aria Kusumadewa ini ternyata tidak mampu menghilangkan

budaya kepatriarkiannya. Dibalik setting film ini yang lebih maju dan modern

serta ceritanya yang menunjukan bahwa Beth dan Keluarganya berasal dari

kalangan berada yang pastinya jelas mengenyam pendidikan yang layak, ternyata

tetap tidak dapat menyembunyikan ketimpangan gender yang ada.

Citra perempuan dalam film indonesia terlalu sering digambarkan sebagai

manusia yang kurang akal, lekas marah, mudah menangis, dan terlalu banyak

bicara. Kemunculan citra yang positif hanya digambarkan sebagai yang

bertanggung jawab dirumah dan sudah pada tempatnya kalau perempuan berada

dibawah laki laki. Pandangan seperti ini yang terjadi melalui nilai-nilai yang

Page 24: onlysenja.files.wordpress.com€¦  · Web viewProgram Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta . ABSTRAK

dibentuk oleh masyarakat patriarki dan aturan yang diciptakan oleh negara. Hal

ini memberikan pandangan kepada kita bahwa gambaran perempuan sebagai

sosok yang lemah.

KESIMPULAN

Hasil dari penelitian ini, peneliti melihat adanya kekuasaan dan pengaruh

patriarki yang membelenggu perempuan. Budaya Patriarki yang diwakilkan lewat

laki-laki yang patriarkis memandang perempuan dengan sebelah mata dan itu juga

terjadi didalam film. Karena memang film menjadi refleksi atau cerminan atas

realitas yang ada. Citra perempuan terlihat sebagai kaum yang lemah, patuh, dan

tidak berkuasa. Berbeda dengan kaum laki-laki yang tergambarkan berpengaruh

dan berkuasa. Hal itu membuktikan bahwa pandangan tentang perempuan tidaklah

sebanding. Budaya patriarki masih memandang kehadiran perempuan masih

berada dibawah kaum laki laki.

Film yang berdurasi 80 menit ini bercerita tentang dominasi laki-laki

terhadap perempuan. Dominasi disini tergambarkan melalui bagaimana seorang

laki-laki memiliki kekuasaan dan berkuasa atas perempuan. Perempuan dalam

film Beth tercitra sebagai seseorang yang tidak memiliki kekuasaan dan tidak

sanggup untuk membantah ataupun melawan.

Page 25: onlysenja.files.wordpress.com€¦  · Web viewProgram Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta . ABSTRAK

DAFTAR PUSTAKA

Hidaya, Z. (1997). Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia. LP3ES.

Humm, M. (2002). Ensiklopedi Feminisme. Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru.

McQuail, D. (1994). Teori Komunikasi Massa, Suatu Pengantar. Jakarta:

Erlangga.

Mulawarman, K. (1999). Analisis Isi Tentang Sosok Perempuan dalam Film

Gadis Metropolis. Universitas Atma Jaya.

Sani, A. (1990). Perkembangan Film Indonesia dan Kualitas Penonton. Prisma.

Yatim, D. (1998). Media dan Perempuan, Siapa Bercermin Siapa. Jurnal

Perempuan, 6.