hubungan tingkat pengetahuan tentang web viewprogram studi ilmu keperawatan, fakultas ilmu...

442
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PENATALAKSANAAN GOUT DENGAN PENGENDALIAN KADAR URIC ACID PADA PASIEN GOUT BAGUS PRAMONO Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik ABSTRACT Gout is an acute inflammatory disorder characterized by pain due to accumulation of monosodium urate crystals in the joints and soft tissues in the body, it happens because of the many people who do not understand the good management of gout. Design Cross-sectional this research used design, with purposive sampling. Samples taken as many as 28 respondents. Independent variable is the level knowledge of the management of gout is the dependent variable control uric acid levels. The data of this research were taked by used questionnaires and observation. From the statistical test Mann Whitney Test results obtained knowledge (α count) = 0,001 and U = 11,000 correlation means there is a strong correlation level of knowledge about the management of gout by controlled levels of uric acid in gout patients. Lack of knowledge will affect gout arthritis patients to be able to cope with the prevention of recurrence or to prevent complications. Therefore, in need of efforts by medical personnel to provide health education on the management of patients with gout. Keywords: level of knowledge, management of gout, uric acid levels and control gout patients ABSTRAK Gout yaitu merupakan gangguan inflamasi akut yang ditandai dengan adanya nyeri akibat penimbunan kristal monosodium urat pada persendian maupun jaringan lunak di dalam tubuh, hal tersebut terjadi karena banyaknya masyarakat yang tidak mengerti akan penatalaksanaan gout yang baik. Desain penelitian ini menggunakan Cross sectional design, dengan purposive sampling. Sampel yang diambil sebanyak 28 responden. Variabel independennya adalah tingkat pengetahuan tentang penatalaksanaan gout dan variabel dependennya adalah pengendalian kadar uric acid. Data penelitian ini diambil dengan menggunakan kuisioner dan observasi. Dari hasil uji statistik Mann Whitney Test didapatkan hasil pengetahuan (α hitung ) = 0,001 dan korelasi U = 11.000 artinya ada hubungan kuat tingkat pengetahuan tentang penatalaksanaan gout dengan pengendalian kadar uric 288

Upload: doanminh

Post on 13-Feb-2018

221 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PENATALAKSANAAN GOUT DENGAN PENGENDALIAN KADAR

URIC ACID PADA PASIEN GOUT

BAGUS PRAMONOProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik

ABSTRACT

Gout is an acute inflammatory disorder characterized by pain due to accumulation of monosodium urate crystals in the joints and soft tissues in the body, it happens because of the many people who do not understand the good management of gout. Design Cross-sectional this research used design, with purposive sampling. Samples taken as many as 28 respondents. Independent variable is the level knowledge of the management of gout is the dependent variable control uric acid levels. The data of this research were taked by used questionnaires and observation. From the statistical test Mann Whitney Test results obtained knowledge (α count) = 0,001 and U = 11,000 correlation means there is a strong correlation level of knowledge about the management of gout by controlled levels of uric acid in gout patients. Lack of knowledge will affect gout arthritis patients to be able to cope with the prevention of recurrence or to prevent complications. Therefore, in need of efforts by medical personnel to provide health education on the management of patients with gout.

Keywords: level of knowledge, management of gout, uric acid levels and control gout patients

ABSTRAK

Gout yaitu merupakan gangguan inflamasi akut yang ditandai dengan adanya nyeri akibat penimbunan kristal monosodium urat pada persendian maupun jaringan lunak di dalam tubuh, hal tersebut terjadi karena banyaknya masyarakat yang tidak mengerti akan penatalaksanaan gout yang baik. Desain penelitian ini menggunakan Cross sectional design, dengan purposive sampling. Sampel yang diambil sebanyak 28 responden. Variabel independennya adalah tingkat pengetahuan tentang penatalaksanaan gout dan variabel dependennya adalah pengendalian kadar uric acid. Data penelitian ini diambil dengan menggunakan kuisioner dan observasi. Dari hasil uji statistik Mann Whitney Test didapatkan hasil pengetahuan (α hitung) = 0,001 dan korelasi U = 11.000 artinya ada hubungan kuat tingkat pengetahuan tentang penatalaksanaan gout dengan pengendalian kadar uric acid pada pasien gout. Kurangnya pengetahuan akan mempengaruhi pasien gout artritis untuk dapat mengatasi kekambuhan atau melakukan pencegahan agar tidak terjadi komplikasi. Oleh sebab itu, di perlukan upaya oleh petugas medis untuk memberikan health education tentang penatalaksanaan gout.

Kata kunci : tingkat pengetahuan, penatalaksanaan gout, pengendalian kadar uric acid dan pasien goutI. PENDAHULUAN

288

Page 2: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

I.1 Latar Belakang

Asam urat adalah zat hasil metabolisme purin dalam tubuh. Zat asam urat ini biasanya akan dikeluarkan oleh ginjal melalui urin dalam kondisi normal. Namun dalam kodisi tertentu, ginjal tidak mampu mengeluarkan zat asam urat secara seimbang sehingga terjadi kelebihan dalam darah. Kelebihan zat asam urat ini akhirnya menumpuk dan tertimbun pada persendian-persendian di tempat lainnya termasuk di ginjal itu sendiri dalam bentuk kristal-kristal (Herman Sandjaya, 2014). Kelebihan Asam urat (hiperurisemia) sering disebut dengan istilah gout yaitu merupakan gangguan inflamasi akut yang ditandai dengan adanya nyeri akibat penimbunan kristal monosodium urat pada persendian maupun jaringan lunak di dalam tubuh (Shetty et al., 2011). Penyakit asam urat ini pada umumnya dapat mengganggu aktivitas harian penderitanya. Penderita penyakit asam urat tingkat lanjut akan mengalami radang sendi yang timbul sangat cepat dalam waktu singkat. Penderita tidur tanpa ada gejala apapun, namun ketika bangun pagi harinya terasa sakit yang sangat hebat hingga tidak bisa berjalan. Apabila proses penyakit berlanjut, dapat terkena sendi lain yaitu pergelangan tangan atau kaki, lutut, dan siku (Tehupeiory, 2006). Penderita yang sering mengalami serangan gout menduga kakinya keseleo atau kena infeksi sehingga sering penderita berobat ke tukang urut dan waktu sembuh menyangka disebabkan karena hasil urutan atau pijatan. Pasien gout tersebut sering sekali kambuh dan berulang-ulang berobat ke puskesmas padahal sudah diberikan health education oleh petugas kesehatan tentang penatalaksanaan gout namun sebagian dari pasien gout belum mengetahui bagaimana cara penatalaksanaan yang benar.

WHO tahun 2007 mendata penderita gout di Indonesia mencapai 81% dari populasi, hanya 24% yang pergi ke dokter, sedangkan 71% nya cenderung langsung mengkonsumsi obat-obatan pereda nyeri yang dijual bebas. Angka ini menempatkan Indonesia sebagai negara yang paling tinggi menderita gout jika dibandingkan dengan negara di Asia lainnya seperti Hongkong, Malaysia, Singapura dan Taiwan. Penyakit sendi secara nasional prevalensinya berdasarkan wawancara sebesar 30,3% dan prevalensi berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan adalah 14% (Riskesdas 2007-2008).

I.2 Rumusan Masalah

Apakah ada hubungan tingkat pengetahuan tentang penatalaksanaan gout dengan pengendalian kadar uric acid pada pasien gout” ?

I.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan hubungan tingkat pengetahuan tentang penatalaksanaan gout dengan pengendalian kadar uric acid pada pasien gout.

I.4 Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

Angka penyakit gout dapat diturunkan dan memberikan sumbangan pemikiran bagi khasanah ilmu keperawatan khususnya ilmu keperawatan medikal bedah.

b. Manfaat Praktis

Sebagai masukan bagi intitusi pendidikan khususnya bagi perawat untuk menyusun stategi dalam memberikan pendidikan kesehatan sebagai upaya intervensi pada penderita gout untuk mengetahui penatalaksanaan gout yang benar dan meningkatkan derajat kesehatan, Sebagai bahan informasi bagi individu dan keluarga tentang penyakit gout, penanganan serta faktor yang dapat memperburuk penderita gout, sehingga individu mengetahui penatalaksanaan yang tepat apabila terjadi serangan gout, Peneliti dapat menambah pengetahuan serta dapat mengaplikasikan ilmu langsung ke pasien melalui asuhan keperawatan penyakit gout, Sebagai masukan bagi petugas kesehatan untuk memberikan pendidikan kesehatan agar penderita gout selalu mematuhi penatalaksanaan dan tidak terjadi kekambuhan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari ‘tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra

289

Page 3: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh oleh mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003). Perilaku adalah kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo.S, 2003). Perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan. Robert Kwick (1974) menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari (dikutip dari Notoatmodjo, 2003). Gout adalah bentuk inflamasi arthritis kronis, bengkak dan nyeri yang paling sering di sendi besar jempol kaki. Namun, gout tidak terbatas pada jempol kaki, dapat juga mempengaruhi sendi lain termasuk kaki, pergelangan kaki, lutut, lengan, pergelangan tangan, siku dan kadang di jaringan lunak dan tendon. Biasanya hanya mempengaruhi satu sendi pada satu waktu, tapi bisa menjadi semakin parah dan dari waktu ke waktu dapat mempengaruhi beberapa sendi. Gout merupakan istilah yang dipakai untuk sekelompok gangguan metabolik yang ditandai oleh meningkatnya konsentrasi asam urat (Herman, 2014). Asam urat merupakan senyawa nitrogen yang dihasilkan dari proses katabolisme purin baik dari diet maupun dari asam nukleat endogen (asam deoksiribonukleat) (Syukri, 2007). Gout dapat bersifat primer, sekunder, maupun idiopatik. Gout primer merupakan akibat langsung pembentukan asam urat tubuh yang berlebihan atau akibat penurunan ekskresi asam urat. Gout sekunder disebabkan karena pembentukan asam urat yang berlebihan atau ekskresi asam urat yang berkurang akibat proses penyakit lain atau pemakaian obat-obatan tertentu sedangkan gout idiopatik adalah hiperurisemia yang tidak jelas penyebab primer, kelainan genetik, tidak ada kelainan fisiologis atau anatomi yang jelas (Putra, 2009). Asam urat adalah produk dari metabolisme nukleotida purin (Murray et al., 2009). Asam urat merupakan senyawa yang memiliki sifat sangat sulit larut di dalam air. Asam urat disebut juga senyawa semi solid. Metabolisme Purin Purin dihasilkan melalui tiga mekanisme yaitu degradasi DNA (Deoxyribonucleic Acid), degradasi asam nukleat serta berkurangnya sintesis ATP (adenosine triphosphate). Pada deplesi DNA akan terjadi mekanisme sintesis inosin dari adenosin dengan adenosin deaminase

mekanisme sintesis inosin dari adenosin dengan adenosin deaminase sebagai katalisatornya. Selanjutnya inosin akan dirubah menjadi hipoxantin yang kemudian akan dioksidasi lagi menjadi xantin. Sedangkan pada degradasi asam nukleat mekanisme pembentukan xantin berasal dari basa guanin. Xantin tersebut yang kemudian akan dioksidasi menjadi asam urat (Weaver et al., 2010).

III.METODE DAN ANALISA

Desain penelitian digunakan metode penelitian korelasi dengan pendekatan cross sectional. Cross sectional (hubungan dan asosiasi) adalah jenis penelitian yang menekankan waktu pengukuran atau observasi data variabel independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat (Nursalam, 2008). Populasi dalam penelitian ini adalah semua penderita gout yang datang di Pukesmas Nelayan Kabupaten Gresik sebanyak 30 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah penderita gout yang sesuai dengan kreteria inklusi. Penelitian ini menggunakan teknik non probability sampling jenis purposive sampling yaitu suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi sampai besar sampel tersebut terpenuhi (Nursalam, 2008). Instrumen yang digunakan adalah instrumen kuesioner. Data yang telah terkumpul dari penderita gout yang dijadikan responden untuk menilai hubungan tingkat pengetahuan penatalaksanaan gout dengan pengendalikan kadar asam urat, sesuai kriteria inklusi dan eklusi sampai memenuhi besar sampel , kemudian diolah sesuai identifikasi masalah penelitian, dan selanjutnya penguji masalah menggunakan uji statisti dari Mann Whittney.

IV. HASIL DAN PEMBAHASANTabel 1: Hubungan Tingkat

Pengetahuan Tentang Penatalaksanaan Gout Dengan Pengendalian Kadar Uric Acid Pada Pasien Gout.

No

Tingkat

Pengendalian Uric Acid

Frekue

%

290

Page 4: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

Pengetahuan nsiTerken

dali

Tidak Terken

dali

∑ % ∑ %

291

Page 5: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

1 Baik 6 21,43 0 0 6 21,4

3

2 Cukup 2 7,14 6 21,

43 8 28,57

3 Kurang 0 0 14 50 14 50

Jumlah 8 28,

5720

71,43 28 100

Mann Whitney Test ρ = 0,001 U = 11.000

Dari table di atas dapat di jelaskan bahwa dari 28 responden didapatkan bahwa setengahnya yaitu 50% (14 responden) memiliki tingkat pengetahuan kurang tentang penatalaksanaan gout dengan pengendalian kadar uric acid tidak terkendali dan sebagian kecil responden memiliki tingkat pengetahuan cukup tentang penatalaksanaan gout dengan pengendalian kadar uric acid terkendali yaitu 7,14% (2 responden). Dengan menggunakan uji statistik non parametrik, korelasi mann whitney U test tingkat kemaknaan α ≤ 0,05 didapatkan hasil ρ =0,001 artinya ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang penatalaksanaan gout dengan pengendalian kadar uric acid pada penderita gout. Sedangkan nilai korelasi U = 11.000 artinya ada derajat hubungan yang kuat antara tingkat pengetahuan tentang penatalaksanaan gout dengan pengendalian kadar uric acid pada penderita gout.

Dengan adanya pembagian tingkatan dan faktor yang mempengaruhi pengetahuan tersebut mengindikasikan bahwa semakin tinggi pengetahuan seseorang akan memberikan kontribusi terhadap perilaku selanjutnya yang pada akhirnya akan memberikan dampak pada obyek yang dikenai perilaku tersebut (Notoatmodjo, 2005). Dengan bekal pengetahuan tinggi yang menyangkut pengetahuan tentang penatalaksanaan gout merupakan langkah awal dalam sebuah perilaku hidup sehat terutama agar kadar uric acid dalam darah terkendali, apabila tingkat pengetahuan dalam penatalaksanaan gout pasien gout tidak baik bisa di pastikan pasien gout tersebut kadar uric acid dalam darahnya tidak terkendali pengetahuan tersebut seperti pengaturan berat badan, membatasi asupan alkohol, banyak minum (minimal 2 liter/hari), diet rendah purin, mengistirahatkan sendi, kompres air hangat, diberikan obat anti inflamasi non steroid (oains) dan penurun asam urat. (Tan

dan kirana 2012). Jika hal tersebut dapat tercapai maka tingkat kadar uric acid pada pasien gout dapat di kendalikan bahkan dihilangkan sehingga pada akhirnya penderita pasien gout dapat memperoleh kesejahteraan hidup.

Banyaknya responden yang berpendidikan SMA ini mengakibatkan banyak responden yang kurang menyadari pentingnya menjaga kesehatan dirinya terutama tentang gout. karena makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan pengetahuan seseorang terhadap nilai-nilai yang baru dikenalkan. Hampir setengahnya responden tidak bekerja, responden yang tidak bekerja, menyebabkan pengetahuannya kurang karena kurang berinteraksi dengan orang lain hanya berinteraksi dengan orang sekitar rumahnya saja. Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan upaya peningkatan pengetahuan dengan berbagai cara yang mudah diterima seperti poster, leafleat, pelatihan ataupun kegiatan lain yang melibatkan responden dengan dukungan kader kesehatan di puskesmas setempat. Agar pasien gout mengerti tentang penatalaksanaa gout sehingga kadar uric acid di dalam darahnya dapat terkontrol dan status kesehatannya bisa lebih baik lagi.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

a. KesimpulanHubungan antara tingkat pengetahuan

tentang penatalaksanaan gout yang benar akan meningkatkan pengendalian kadar uric acid di wilayah kerja Puskesmas Nelayan tingkat hubungan adalah kuat.

b. Saran

1. Pusksmas harus melaksanakan program-program penyuluhan kesehatan terutama yang berhubungan dengan upaya pengendalian kadar uric acid pada penderita gout.

2. Institusi pendidikan perlu menyusun strategi dalam memberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit gout sebagai upaya intervensi pada penderita gout untuk mengetahui penatalaksanaan gout

292

Page 6: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

yang benar dan meningkatkan derajat kesehatan.

3. Individu dan keluarga berperan aktif dalam perawatan di rumah baik pendampingan masalah diet ataupun terapi yang telah ada atau pada pasien gout.

4. Diharapkan variable penelitian diperluas lagi, disamping itu jumlah penelitian ditambah, termasuk lokasi penelitian diperluas, sehingga diharapkan dapat diperoleh hasil yang lebih presentatif.

DAFTAR PUSTAKA

Murray, R. K., Granner, D. K., & Rodwell, V. W. (2009). Biokimia harper (27 ed.). Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Notoatmodjo, Soekidjo. (2003). Pendidikan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

.Notoatmodjo, Soekidjo. (2003). Pendidikan

Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

.Nursalam (2008). Konsep dan Penerapan

Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Raka Putra, Tjokorda. (2009). Hiperurisemia. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ke-5 Jilid III. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2550-2559.

Shetty, S., Bhandary, R. R., & Kathyayini. (2011). Serum uric acid as obesity

related indicator in young obese adults. Research Journal of Pharmaceutical, Biological and Chemical Sciences, 2(2), 1-6.

Sandjaya,Herman. (2014). Buku Sakti Pencegah dan Menangkal Asam Urat. Yogyakarta : Mantra books.

Sylvia Price, S. A., & Wilson, L. M. (2006). Patofisiologi konsep klinis proses - proses penyakit (6 ed. Vol. 2). Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Syukri, Maimun,. (2007). Asam Urat dan Hiperurisemia. Majalah Kedokteran Nusantara. Vol 40 : 52-55.

Tehupeiory, Edward S. (2006). Artritis Pirai (Atritis Gout). Dalam Aru W. Sudoyo, et al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan Departmen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.

Weaver, A. L., Edwards, N. L., & Simon, L. S. (2010). The gout clinical companion:The latest evidence and patient support tools for the primary care physician. The France Foundation: an educational grant fromTakeda Pharmaceuticals North America, Inc.

WHO. (2007). Prevalansi Penyakit Sendi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

293

Page 7: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

PENGARUH PENULUHAN TOILET TRAINING TERHADAP PENGETAHUAN IBU DAN KEMAMPUAN TOILET TRAINING

TODDLER

LAILIYATUL FITRIYAHProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik

ABSTRACT

Toilet training in the toilet can be carried out on children who have entered the anal phase , counselling toilet training given to the mother’s as a mediator in the toddler toilet training, cause she does not do toilet training was the lack of knowledge and information on implementation, benefits and impact, ability toddler doing toilet training was effect by methods, knowledge mothers. The research design used pre experimental one group pre-post test design and selection of samples with simple random sampling, the sample 16 was this study in early childood mother and toddler WILDAN Manyar Sidomukti, Gresik. Collecting data using questionnaires and observation, using the Wilcoxon test with significance value p = > 0,05. The results showed a significance the effect of counselling toilet training with the mother's knowledge about toilet training with value ρ = 0.000 and significance the effect of counselling toilet training the ability of toilet training toddler with value ρ = 0.001. Level of knowledge was effect by the level of counselling, higher education more easily accept a change, counselling used as the basis to provide health education to improve health behavior, proper toilet training was done at the age of 24-36 months for the development of language and motor ripe, sign readiness of toddler include readiness physical, mental and psychological well to the toilet training.

Keywords : Counselling, Toilet Training, Toddler (2-3 years), Mothers Knowledge and Ability Toddler Toilet Training.

ABSTRAKPelatihan BAB dan BAK di toilet dapat dilaksanakan pada anak yang sudah memasuki fase anal, penyuluhan toilet training diberikan kepada ibu sebagai mediator dalam pembelajaran toilet training pada toddler, penyebab ibu tidak melakukan toilet training kurang pengetahuan dan informasi cara pelaksanaan, manfaat dan dampak, kemampuan anak dalam melakukan toilet training dipengeruhi oleh metode dan pengetahuan ibu. Desain penelitian menggunakan pra experiment one group pre-post test design dan pemilihan sampel dengan Simple Random Sampling, sampel penelitian ini 16 ibu dan toddler di PAUD WILDAN Manyar Sidomukti, Gresik. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan observasi, menggunakan uji statistik wilcoxon dengan nilai kemaknaan ρ≤ 0,05. Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh yang signifikan antara penyuluhan toilet training terhadap pengetahuan ibu dengan nilai ρ = 0,001 dan ada pengaruh yang signifikan antara penyuluhan toilet training dengan kemampuan toilet training toddler dengan nilai ρ = 0,000. Tingkat pengetahuan dipengaruhi tingkat pendidikan, semakin tinggi pendidikan semakin mudah menerima perubahan, penyuluhan dijadikan dasar memberikan pendidikan kesehatan untuk meningkatkan perilaku hidup sehat, toilet training tepat dilakukan pada usia 24-36 bulan karena perkembangan bahasa dan motorik sudah matang, tanda kesiapan anak meliputi kesiapan fisik, mental dan psikologis perlu diperhatikan dalam toilet training.

Kata Kunci: Penyuluhan Toilet Training, Toddler (1-3 tahun), Pengetahuan Ibu, Kemampuan Toilet Trainig Toddler.

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan sejak ia lahir sampai mencapai usia dewasa. Pada masa balita pertumbuhan dan perkembangan anak terjadi sangat cepat. Salah satu tugas perkembangan anak pada masa toddler adalah membentuk kemampuan, kedisiplinan, dan kepekaan emosi pada anak.

Tugas perkembangan tersebut dapat dicapai melalui toilet training (Hidayat, 2005). Toilet training pada anak suatu usaha melatih anak agar mampu mengontrol dalam melakukan buang air kecil dan buang air besar. Berlangsung pada umur 18 bulan sampai 3 tahun (Hidayat, 2008). Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di PAUD WILDAN Manyar Sidomukti Kabupaten Gresik, belum ada penyuluhan tentang toilet

294

Page 8: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

training, terdapat 6 dari 10 ibu tidak membiasakan anaknya BAB dan BAK dikamar mandi, selama ini ibu masih membiasakan anaknya memakai diapers, ibu juga mengatakan anaknya belum mampu dalam melakukan toilet training. Di PAUD WILDAN, belum pernah dilakukan penyuluhan tentang toilet training. Sampai saat ini pengaruh penyuluhan toilet training terhadap pengetahuan ibu dan kemampuan toilet training toddler belum dapat dijelaskan. Mengajarkan toilet training dibutuhkan metode yang tepat sehingga mudah dimengerti oleh anak serta perlu kesabaran ibu melatih anak tahap demi tahap sehingga toilet training berhasil diterapkan pada anak. Penggunaan metode yang tepat akan mempengaruhi pengetahuan ibu dan kemampuan anak juga keberhasilan ibu dalam mengajarkan konsep toilet training pada anak (Hidayat, 2005). Berdasarkan permasalahan di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian pengaruh penyuluhan toilet training terhadap pengetahuan ibu dan kemampuan toddler.

1.2 Rumusan MasalahApakah ada pengaruh penyuluhan toilet training terhadap pengetahuan ibu dan kemampuan toilet training toddler

1.3 Tujuan Penelitian1.3.1 Tujuan Umum

Menganalisis pengaruh penyuluhan toilet training terhadap pengetahuan ibu dan kemampuan toilet training toddler.1.3.2 Tujuan Khusus1. Menganalisis pengaruh penyuluhan toilet

training terhadap pengetahuan ibu .2. Menganalisis pengaruh penyuluhan toilet

training terhadap kemampuan toilet training toddler.

1.4 Manfaat Penelitian1.4.1 Manfaat Teoritis

Mengembangkan ilmu keperawatan anak yang berfokus pada usaha peningkatan kemampuan toilet training berdasarkan pendekatan Self Care - Orem Theory.1.4.2 Manfaat Praktis1.4.2.1 Bagi Responden

Meningkatkan pengetahuan orang tua dalam pelaksanaan Toilet Training pada anak toodler dan kemampuan Toilet training pada anak, sehingga anak dapat menyelesaikan salah satu tugas perkembangannya priode toddler.14.2.2 Bagi institusi kesehatan dan staf

pengajarMemberikan masukan dan informasi

tentang pentingnya pendidikan kesehatan

toilet training yang benar menangani masalah kesehatan pada anak usia toddler.

1.4.2.3 Bagi PenelitiSebagai bahan acuan dalam memberikan

pendidikan atau intervensi lain pada toilet training.

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian penyuluhan dalam arti umum adalah ilmu sosial yang mempelajari system dan proses perubahan pada individu serta masyarakat agar dapat terwujud perubahan yang lebih baik sesuai dengan yang diharapkan (Adrianto, 2009). Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan kesehatan, yang dilakukan dengan menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti tetapi mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan (Machfoedz, 2007). Toilet training pada anak merupakan usaha untuk melatih anak agar mampu mengontrol buang air kecil dan buang air besar. Secara umum dapat dilaksanakan pada anak yang sudah memasuki fase kemandirian pada anak. Toilet training dapat bermanfaat dalam pendidikan seks sebab anak dapat mengenal anatomi serta fungsinya tubuhnya sendiri (Hidayat, 2008). Waktu yang tepat toilet training harus dimulai saat anak benar-benar siap, karena tahap perkembangan anak berbeda-beda, kesiapan anak untuk berlatih juga akan berbeda. Sebagian anak siap berlatih sejak usia 2 tahun. Namun, sebagian yang lain bisa saja belum siap sampai usia 3 tahun. Anak perempuan umumnya lebih cepat belajar daripada anak laki-laki. Anak kedua biasanya belajar lebih cepat daripada anak pertama (Munazalah, Prabowo, 2012). Pengetahuan adalah hasil “tahu” ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga (Notoatmojo. 2007). Toddler adalah tahap tumbuh kembang anak berusia 1-3 tahun. Sedangkan tumbuhan adalah perubahan dalam ukuran, besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu yang bisa di ukur dengan berat dan panjang (sujono, sukrmin, 2009). Berdasarkan teori pertumbuhan dan perkembangan psikoseksual dari freud, anak toddler memesuki fase anal, pada fase ini fungsi tubuh memberikan kepuasan terpusat

295

Page 9: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

pada anus, misalnya anak mengeluarkan BAK dan BAB sendiri, pada fase ini ajarkan anak konsep bersih, ketepatan waktu dan cara mengontrol diri. Dengan demikian toilet training adalah waktu yang tepat dilakukan pada priode ini (sujono, sukrmin, 2009).

III. METODA DAN ANALISA

Desain penelitian menggunakan Pra experiment yaitu pra pasca test dalam satu kelompok (one group pre-post-test design) dengan teknik sampel probality sampling dengan metode random sampling, derajat ɑ dengan 16 responden ibu dan Toddler di PAUD WILDAN Manyar Sidomikti, Gresik. Menggunakan uji tes analisa wilcoxon. Variabel independen : penyuluhan toilet training, Variabel dependen : pengetahuan ibu dan kemampuan toilet training toddler. Pengumpulan data penelitian ini dengan kuesioner pada ibu di PAUD WILDAN untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu dan observasi kemampuan toddler melakukan toilet training sebelum diberikan penyuluhan dan post tes pengetahahuan dilakukan sesaat setelah penyuluhan sedangkan observasi kemampuan toilet training toddler dilakukan 2 minggu setelah penyuluhan.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Pengaruh Penyuluhan Toilet Training Terhadap Pengetahuan Ibu

Tabel 1 :Pengaruh penyuluhan penyuluhan toilet training terhadap pengetahuan ibu

No

Pengetahuan Toilet Training Ibu

KriteriaPre

IntervensiPost

IntervensiN % N %

1 Baik 0 0 8 50.02 Cukup 6 37.5 7 43.83 Kurang 10 62.5 1 6.2

Total 16 100 16 100Mean 51.18 77.06SD 14.40 13.70

Wilcoxon = (p) 0.001

Berdasarkan tabel 5.6 pengetahuan toilet training ibu sebelum diberikan penyuluhan sebagian besar responden berpengetahuan kurang sebanyak 10 (62.5%) dan tidak ada responden yang berpengetahuan baik. Setelah dikakukan penyuluhan setengah responden berpengetahuan baik 8 (50.0%) dan sebagian kecil 1 (6.2%) berpengetahuan cukup. Hasil uji Wilcoxon Signed Rank Test diketahui

tinggkat kemaknaan (p) = 0,001 dimana nilai (p) < 0,05 berarti H1 diterima, ada pengaruh penyuluhan toilet training terhadap pengetahuan ibu. Hasil rerata semula 51.18 (pre) mengalami perubahan pada hasil rerata (Post) sebesar 77.06 yang menunjukkan secara kuantitatif pengetahuan seseorang berubah setelah diberikan intervensi.

Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan kesehatan, yang dilakukan dengan menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak hanya sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan (Machfoedz, 2007). Pengetahuan dipengaruhi oleh pendidikan, informasi, lingkungan, pengalaman, pekerjaan dan usia (Notoatmojo 2007). Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin mudah orang tersebut menerima informasi baik dari orang lain maupun dari media massa sehingga makin banyak pula pengetahuan yang didapat (Notoatmodjo, 2007). Toilet training pada anak merupakan usaha melatih anak agar mampu mengontrol buang air kecil dan buang air besar. Secara umum dapat dilaksanakan pada anak yang sudah mulai memasuki fase kemandirian pada anak. Toilet training juga dapat bermanfaat dalam pendidikan seks sebab anak dapat mengenal anatomi tubuhnya sendiri serta fungsinya (Hidayat, 2008).

Pengetahuan dipengaruhi oleh 1) Pendidikan dan informasi, Sebelum dilakukan penyuluhan responden berpengetahuan kurang karena pendidikan dan informasi yang kurang mengenai toilet training. Penyuluhan toilet training merupakan pendidikan kesehatan yang secara langsung memberikan materi dan leaflet. Setengah dari jumlah responden berlatar belakang SMA. Maka semakin tinggi pendidikan semakin mudah menerima suatu perubahan. 2) usia, semakin bertambah usia semakin berkembang daya tangkap dan pola pikir seseorang. 3) lingkungan, berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan orang yang berada di lingkungan tersebut karena ada interaksi timbal balik yang direspon sebagai pengetahuan. 4) pekerjaan yang sering berinteraksi dengan orang lain lebih banyak pengetahuan daripada orang tanpa ada interaksi dengan orang lain. 5) pengalaman, ibu mempunyai satu anak dengan dua anak akan memiliki pengalaman berbeda. Setelah dilakukan intervnsi pengetahuan ibu meningkat namun satu ibu berpengalaman tetap dikarenakan, pengalaman ibu dalam mengasuh anak.

296

Page 10: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

2. Pengaruh Penyuluhan Toilet Training Terhadap Kemampuan Toilet Training Toddler

Tabel 2 :Pengaruh penyuluhan toilet training terhadap kemampuan toilet training toddler

No Kriteria

Pre Intervensi

`Post Interven

siN % N %

1 Sama Sekali Belum Mampu

4 25.0 0 0

2 Mampu Dengan Bantuan

7 44 4 15

33

Mampu 2 12 3 19

4 Sangat Mampu

3 19 9 56

Total 16 100 16 100Mean 5.12 10.37SD 4.48 3.93

Wilcoxon (p) = 0.000 Berdasarkan tabel 5.7 diketahui sebagian besar toddler mampu dengan bantuan 7 responden (44%) dan sebagian kecil toddler mampu 2 responden (12%). Setelah dilakukan penyuluhan kemampuan toddler sebagian besar responden berkemampuan sangat mampu 9 reponden (56%) dan sebagian kecil mampu dengan bantuan 4 responden (25%). Hasil uji wilcoxon Signed Rank Test diapatkan nilai signifikan (p) = 0,000 dimana nilai (p) < 0,05 berarti H1 diterima, ada pengaruh penyuluhan toilet traiing terhadap kemampuan toilet training paa anak toddler. Hasil rerata yang semula 5.12 (pre) mengalami perubahan pada hasil rerata (Post) sebesar 10.37 yang menunjukkan secara kuantitatif bahwa kemampuan toilet training toddler berubah setelah diberikan intervensi. Kemampuan adalah kapasitas individu melaksanakan berbagai tugas dalam pekerjaan tertentu (Robin 2006). Toilet training adalah usaha melatih anak agar mampu mengontrol buang air besar dan buang air kecil ditoilet yang dapat dilaksanakan pada anak toddler (Hidayat, 2008). Faktor yang mempengaruhi kemampuan toilet training pada anak toddler dengan baik antara lain usia anak, kesiapan anak dan anak yang keberapa di keluarga (Munazalah, Prabowo, 2012). Usia dalam mencapai kemampuan toilet training yang optimal adalah antara 24-36 bulan (Hidayat 2008). Teori perkembangan psikososial dari Erikson, anak akan meniru perilaku orang lain

disekirnya untuk mengembangkan fungsi anatominya dalam mengontrol tubuh dan lingkungan melalui proses belajar (Riyadi, Sukarmin, 2009). Pelatih utama toilet training dilakukan oleh ibu sehingga kemampuan anak perempuan lebih cepat daripada anak laki-laki karena anak usia toddler lebih cenderung memiliki sifat imitasi, Padahal, toilet training antara laki-laki dan perempuan berbeda dalam segi cara buang air kecil / besar dan cara hygiene yang tepat. selain itu sistem syaraf anak laki-laki berkembang lebih lama dan anak laki-laki kurang kurang sensitif terhadap rasa basah di kulit mereka. Pada usia 24-36 bulan perkembangan bahasa anak baik secara verbal dan non verbal sudah mampu mengkomunikasikan kebutuhannya dalam bereliminasi. Selain itu perkembangan motorik anak pada usia ini juga menunjukkan perkembangan yang lebih matang sehingga dapat mendukung dalam peningkatan kemampuan toilet training, anak kedua dapat belajar lebih cepat daripada anak pertama dikarenakan dengan pengalaman dalam mengasuh anak. Mengajarkan toilet training selain persiapan dari ibu juga harus memperhatikan tanda kesiapan anak meliputi kesiapan fisik, mental dan psikologis.

V. SIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Penyuluhan toilet training dapat meningkatkan pengetahuan ibu dalam toilet training pada anak toddler. Pengetahuan ibu dipengaruhi oleh faktor : usia dan pendidikan ibu .

2. Pengaruh penyuluhan toilet training kepada ibu dapat meningkatkan kemampuan toilet training pada anak toddler. Kemampuan anak dipengaruhi oleh faktor : jenis kelamin, usia, anak yang keberapa dalam keluarga.

Saran1. PAUD Dan Posyandu

Instansi PAUD WILDAN Manyar Sidomukti menyediakan toilet untuk melatih siswa dalam BAB dan BAK di toilet.2. Perawat

Perlu adanya penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman ibu tentang toilet training dan bisa memberikan asuhan keperawatan yang baik serta menjadi support system dan motivator dalam menstimulasi tumbuh kembang toddler.3. Penelitian Lebih Lanjut

297

Page 11: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

Waktu observasi pelaksanaan toilet training toddler lebih sering sehingga didapatkan hasil yang lebih optimal dan perlu adanya observasi tindakan yang berpengaruh langsung terhadap kemampuan toilet training pada toddler.

VI. KEPUSTAKAAN

Alligood, MR (2010) Nursing Theories and Their Work 6th Ed. Mosby. St. Louis Missouri.

Ardianto. (2009). Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Arikunto.(2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.

Bahara. (2008). Pengaruh Pengasuhan Terhadap Perkembangan Anak, Pengamatan Longitudinal Pada Anak Etnis Bugis Usia 0-12 Bulan, Disertasi Tidak Diterbitkan. Surabaya: PPS UNAIR

Binawarti D. (2006). Pengaruh Metode Pembelajaran Demonstrasi Terhadap Perubahan Prilaku Orang Tua Dan Kemampuan Toilet Training Pada Anak Toddler. Tidak dipublikasikan. Skripsi. Universitas Airlangga.

Fudyartanta, N. (2005). Psikologi Kepribadian Freudinamisme. Jogjakarta : Zenith Publisher.

Hartweg, D. (1995) Dorothea Orem: self-care deficit theorie. SAGE publisher

Hidayat A. Alimul. (2005). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Surabaya : Salemba Medika Surabaya.

Hidayat, A. Alimul. (2008). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Surabaya : Salemba Medika Surabaya.

Ijs. 2010. Toilet Training untuk Balita. Diakseshttp://www.indosiar.com/ragam/79080/toilet-training-untuk-balita. Di aksess pada 26 Agusstus 2014

Ladner (2002) Fundamentals of nursing: Standards & practice 2nd Ed. New York. Delmar-Thomson Learning.

Machfuedz. (2007). Pendidikan Kesehatan Bagian dari Promosi Kesehatan. Yogyakarta : Fitramaya.

Maryunani, Anik. (2014). Asuhan Neonatus, Bayi Dan Anak Pra Sekolah. Jakarta : In Media.

Mubarak. Wahid Iqbal. (2007). Promosi Kesehatan. Jogjakarta : Graha ilmu.

Munazalah, Nur Laili & Prabowo, Cahyadi. (2012). Growing Up Usia 2 Tahun. Jakarta : Tiga Serangkai Putaka Mandiri

Notoadmodjo. (2007). Promosi kesehatan dan ilmu prilaku. Jakarta: Renika Cipta.

Nursalam. (2003). Konsep & Penerapan Metodologi Peenelitian Ilmu Keperawatan : Pedoman Skripsi, Tesis Dan Instrumen Penelitan. Jakarta : Salemba Medika.

Nursalam, (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Perker, Marlin E (Editor). (2001). Nursing Theories End Nursing Practice. Piladelpia : F. A. Davis Compeny.

Riblat, S.N., et al (2003). Parents And Child Profesional Toilet Training Attitudes And Pracite a Comparative Analysis. (http://www.journal.pedriatrics). Diakses pada 26 Agustus 2014

Riyadi, S & Sukarmin. (2009). Asuhan Keperawatan Pada Anak. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Siti Z. (2012). Pendidikan Gizi dengan Media Booklet terhadap Pengetahuan Gizi. Jurnal Kemas, 7(2): 127-133.

Setiadi. (2007). Konsep & Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Stephen P. Robin s. (2006) Perilaku Organisasi. Jakarta : Gramedia.

Sugiono. (2009). Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfa Beta.

298

Page 12: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN INSOMNIA PADA MAHASISWA S1 KEPERAWATAN PROGRAM A6

UNIVERSITAS GRESIK

SAPTA JULI SRIHANDONOProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik

ABSTRAK

Stres merupakan suatu keadaan yang disebabkan oleh ketidak mampuan individu terhadap tuntunan internal maupun eksternal, (stimulus) yang dapat membahayakan penyesuaian terhadap situasi, stres dapat dialami siapa saja terlebih lagi pada mahasiswa dalam menghadapi skripsi, salah satu gangguan tidur yang muncul pada mahasiswa yang menghadapi skripsi adalah insomnia. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan tingkat stres dengan kejadian insomnia pada mahasiswa program A6 Universitas gresik. Penelitian ini menggunakan desain Cross sectional, dengan teknik purposive sampling.Varibel independen adalah Tingkat Stres dan variable dependen adalah insomnia, pada mahasiswa S1 Keperawatan Program A6. Data diambil menggunakan kuesioner dengan uji statistik Spearman rank.Hasil penelitian ini didapatkan bahwa P = 0,239 yang berarti Ho diterima yang berarti tidak ada hubungan tingkat stres dengan kejadian insomnia.Stres yang dialami mahasiswa mayoritas mengalami stres ringan dan mengalami insomnia sedang. Kesimpulan dalam penelitian ini jika seorang mampu berespon dengan baik terhadap stres maka seorang dapat memenuhi kebutuhan tidur sehingga tidak mengalami insomnia.

Kata kunci: Tingkat Stres, Insomnia dan Mahasiswa S1 Keperawatan.

ABSTRACT

Stress is a condition caused by the inability of individuals to the internal and external guidance, (stimulus) that could jeopardize the adjustment to the situation, the stress can be experienced by anyone but especially the students in the face of the thesis, one of the sleep disorders that appear on the face of the thesis students is insomnia. The aim of research was to determine the relationship of stress levels with the incidence of insomnia in gresik University student A6.This study used a cross-sectional design, with a purposive sampling technique. Independent variableis the level of stress and the dependent variable is the insomnia, the S1 Keperawatan A6 Program. Data collected using a questionnaire with the Spearman-rank test.The results of this study found that P = 0.239 which means Ho accepted which means there was no relation with the incidence of stress level of closeness hubungan insomnia.Stress experienced by the majority of students experiencing mild stress and insomnia are experiencing. Therefore concluded in this study if a well is capable of responding to stress that one can meet the needs of sleep so di’d not have insomnia.

Keywords: Level of Stress, Insomnia and S1 Nursing.

I. PENDAHULUAN

299

Page 13: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

a. Latar Belakang

MD di University of Colorado (2008), dilaporkan sebanyak (67%) mahasiswa di Amerika mempunyai gangguan tidur (insomnia), (65,6%) terbangun di malam hari dan sulit tidur kembali, (72,2%) sulit berkonsentrasi sepanjang hari. Di Indonesia berdasarkan data di rumah sakit Cipto Mangunkusumo (2010), menunjukan bahwa gangguan tidur menyerang 10% dari penduduk Indonesia atau sekitar 28 juta orang akibat dari stres situasional seperti masalah pekerjaan, sekolah, penyakit, dan kehilangan orang yang berarti. Berdasarkan hasil kuesioner survey awal yang dilakukan pada 32 mahasiswa Program A6 S1 Keperawatan Universitas Gresik, terdapat mahasiswa yang mengalami stres ringan 10 orang (31.25%), mahasiswa mengalami stres sedang 8 orang (25%), mahasiswa yang mengalami stres berat 14 orang (43.75%), dan juga mahasiswa yang mengalami insomnia ringan 5 orang (15.62%),mahasiswa mengalami insomnia sedang 6 orang (18.75%), yang mengalami insomnia berat 19 orang (59.37%) dan yang tidak mengalami insomnia 2 orang (6.25%). Stres dan gangguan tidur yang terus berlangsung dapat menganggu mahasiswa skripsi untuk mencapai kesuksesan akademik, yaitu lulus dengan IPK tinggi. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Robotham (2008) yang mencatat bahwa individu yang mengalami stres akan merasakan dampak negatif stres seperti sulit berkonsentrasi, mudah lupa, depresi, sakit kepala, dan berprilaku negatif, misalnya minum–minuman alkohol. gangguan tidur mengakibatkan terjadinya perubahan koknitif, persepsi perhatian suasana hati, dan meningkatkan resiko kecelakaan (Cabrera dan Schub, 2011) gangguan tidur berdampak terhadap belajar, seperti penurunan konsentrasi, motivasi belajar, kesehatan fisik, kemampuan berfikir kritis, kemampuan berinteraksi dengan individu atau lingkungan kampus dan kemampuan untuk menyelesaikan tugas (Gaultney, 2010 : Mayoral 2006), Pada mahasiswa keperawatan yang sedang

menjalani skripsi sangat rentan mengalami stres yang berdampak pada gangguan tidur (insomnia). Keadaan stres tidak dapat di hilangkan dari kehidupan seseorang oleh karena itu di perlukan strategi untuk bisa mengurangi stres di antaranya dengan membangun kebiasaan baru untuk mengurangi kebosanan yang mengakibatkan stres, tidak melakukan perubahan yang tidak perlu, menyediakan waktu memfokuskan diri terhadap stres, mengelola waktu hal ini dapat berguna untuk individu yang tidak dapat memprioritaskan tugas yang dianggap penting dan membuat daftar tugas, serta memodifikasi lingkungan (Rasmun, 2004). Mahasiswa S1 Keperawatan Universitas Gresik dalam mengatasi stres saat menghadapi skirpsi diantaranya dengan metode pengalihan perhatian dimana mahasiswa melakukan aktifitas bersama seperti olahraga, maingame, jalan-jalan dan ada juga mahasiswa yang menyendiri dalam mengatasi stres dengan mendengar musik, merokok atau berdiam diri di kamar tanpa melakukan aktifitas apapun. Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk penelitian dengan judul Hubungan Tingkat Stres dengan Kejadian Insomnia pada mahasiswa program A6 Universitas Gresik.

b. Rumusan Masalah

Apakah ada hubungan tingkat stres dengan kejadian insomnia pada mahasiswa program A6 Universitas Gresik.?

c. Tujuan Penelitian

Mengetahui hubungan tingkat stres dengan kejadian insomnia pada mahasiswa program A6 Universitas Gresik. d. Manfaat Penelitian

c. Manfaat Teoritis

Untuk pengembangan Ilmu Keperawatan Dasar dalam memenuhi kebutuhan dasar tidur.

300

Page 14: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

d. Manfaat Praktis

Untuk mengetahui tingkat stres dengan kejadian insomnia yang dialami oleh mahasiswa, sehingga mahasiswa dapat segera mengatasi masalah tersebut agar tidak berkelanjutan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Stres adalah segala situasi dimana tuntunan non spesifik yang mengharuskan seorang individu untuk berespon atau melakukan tindakan,respon atau tindakan ini termasuk respon fisiologis atau psikologis (Perry and Porter, 2005). Secara umum, yang dimaksud stres adalah reaksi tubuh terhadap situasi yang menimbulkan tekanan, perubahan, ketergantungan emosi, dan lain-lain. Stres adalah segala masalah atau tuntunan penyesuaian diri, sesuatu yang menganggu keseimbangan kita (Hawari, 20003).

Insomnia berasal dari kata ini artinya tidak dan somnus yang berarti tidur, jadi insomnia berarti tidak tidur atau gangguan tidur. Selanjutnya dijelaskan bahwa insomnia ada tiga macam, yaitu pertama, Initial Insomnia artinya gangguan tidur saat memasuki tidur. Kedua, Middle Insomnia yaitu terbangun di tengah malam dan sulit untuk tidur lagi. Ketiga, Late Insomnia yaitu sering mengalami gangguan tidur saat bangun pagi (Hawari, 2000). Insomnia adalah gangguan tidur yang ditandai dengan kesulitan dalam memulai tidur dan mempertahankan tidur sehingga merasa tidur yang dilakukan tidak berkualitas.

III. METODE DAN ANALISA

Desain penelitian merupakan bentuk rancangan yang digunakan dalam melakukan prosedur penelitian (Hidayat, 2007). Berdasarkan tujuan penelitian desain yang digunakan adalah analitik korelasi yang bertujuan untuk mengali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi (Notoatmodjo, 2002), dengan pendekatan Cross Sectional yaitu jenis penelitian yang menekankan pada waktu pengukuran data variable independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat (Nursalam, 2011). Dalam hal ini penelitian mengkaji Hubungan Tingkat Stres saat menghadapi skripsi dengan kejadian

Insomnia pada Mahasiswa Keperawatan program A6 Universitas Gresik.

IV. HASIL DAN PEMBAHASANTabel 1:Hubungan Tingkat Stres dengan

Kejadian Insomnia pada Mhahasiswa Program A6 Universitas Gresik

Dari Tabel diatas tabulasi dari hasil penelitian yang di uji dengan hasil uji Spearmen Rank dengan SPSS 16.0 di dapatkan hasil bahwa p = 0,239 maka hasil kesimpulan Ho diterima yang berarti tidak ada hubungan tingkat stres dengan kejadian insomnia pada mahasiswa, didapatkan pula r = 0,214 yang berarti tingkat hubungan rendah.

Teori menurut Hawari (2008) bahwa stres merupakan reaksi tubuh terhadap situasi yang menimbulkan tekanan, perubahan dan ketegangan emosi yang dapat di pengaruhi oleh 2 faktor pokok yaitu faktor internal yang bersumber dari diri sendiri, stres individual dapat timbul dari tuntunan pekerjaan atau beban berat, motivasi dan harapan , tipe kepribadian dalam menyesuaikan diri dengan pekerjaan, membenci kegiatan terencana dan selalu berorientasi pada pekerjaan, melakukan pekerjaan sebanyak mungkin dalam jangka waktu yang singkat, bersaing penuh kekuatan, berbicara eksploratif, ambisius, tidak sabar, emosional dan terdapat pula faktor eksternal stres yang dapat bersumber dari keluarga, kondisi lingkungan, fasilitas, kondisi keuangan yang dapat menimpa siapa saja, baik laki – laki maupun perempuan.

Karakteristik responden. menunjukkan hampir sebagian besar perempuan sebanyak 25 (78,12%), stres pada mahasiswa perempuan terlalu memikirkan konsul skripsi sering kali muncul karena didapatkan revisi yang berulang – ulang,

301

Insomnia Total

Ringan Sedang Berat

Tingkat Stres

Stres Ringan

7 19 2 28

Stres Sedang

1 1 2 4

Total 8 20 4 32

Hasil Uji Analisa Spearmen Rank p = 0,239 r = 0,214

Page 15: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

sehingga mahasiswa tergesa – gesa dan memikirkan revisi yang didapat sangat banyak sehingga mahasiswa mengalami stres.

Karakteristik responden. menunjukkan sebagian besar mahasiswa bertempat tinggal bersama keluarga 21 orang (65,62%). Stres yang di alami mahasiswa dengan tidak adanya teman sederajatnya mahasiswa mengerjakan revisi sendiri tanpa adanya teman, karena mahasiswa tinggal bersama keluarga, dari 32 responden sebagian besar mahasiswa berjenis kelamin perempuan sebanyak 25 (78,12%), dan sebagian besar mahasiswa berumur 22 tahun sebanyak 19 (59.37%). keluarga tidak bisa membantu karena tidak tahu masalah revisi yang didapat oleh mahasiswa, sehingga mahasiswa mengalami stres. Stres yang didapat mahasiswa tidaklah berat dengan adanya keluarga mahasiswa sering berdekatan sama keluarga mencurahkan isi hati yang di deritanya sehingga keluarga mampu memberikan solusi baik untuk mahasiswa dan mahasiswa mampu menjalani skripsi dengan baik.

Sebagian besar mahasiswa mengalami stres ringan seperti mudah marah karena hal-hal kecil yang dapat dilihat dari kuesioner pada item no,1, responden menjawab jarang mengalami hal tersebut.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

b. Kesimpulan

Tidak terdapat hubungan tingkat stres dengan kejadian insomnia pada mahasiswa Universitas Gresik, terutama yang berhubungan dengan faktor

internal dan eksternal.

c. Saran

1. Untuk institusi pendidikan

Diharapkan untuk pembimbing skripsi mahasiswa supaya mampu memotivasi mahasiswa selama bimbingan sehingga stress pada mahasiswa dapat terminimalisasi.

2. Untuk mahasiswa ( responden )

Berusaha membangun prilaku yang efektif agar mahasiswa mampu mengatasi (masalah) stres yang dialami secara mandiri dan diharapkan juga pada mahasiswa dapat merubah model mengerjakan revisi dengan tidak melakukan model mengerjakan sistem kebut semalam (SKS), karena kesulitan tidur jangka panjang dapat menyebabkan terjadinya insomnia.

3. Bagi penelitian selanjutnya

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai variabel dan instrumen lain yang mampu mengurangi dampak dari stres.

DAFTAR PUSTAKA

Adeleyna, N. (2008). Analisis Insomnia pada Mahasiswa melalui Model Pengaruh Kecemasan Tes. Jakarta : Universitas Indonesia.

Akoso. (2009). Bebas Insomnia. Yogyakarta : Kanisius.

Arikunto, Suhasmi (2006). Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktek. Jakarta : Rhineka Cipta

Arikunto. (2010). Prosedur penelitian. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Botney (2010) Subjective and Objective Daytime Consequences of Insomnia. USA : Informa Healthcare.

Depkes RI. (2007). Laporan Nasional Riskesdes 2006. Jakarta : Badan Penelitian Dan pengembangan Kesehatan.

Dimatteo, MR & Martin, LR. (2002). Health Psycology. Boston : Allyn and Bacon.Djaali. (2007). Psikologi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara

Epstein, JL & Mardon, S. (2007). The Harvard Medical School Guide to a Good Night’s Sleep. USA : McGraw-Hill eBooks.

Gunawan, dkk. (2001). Gangguan pola tidur. Nuha Medika : Jogjakarta.

Handayani. (2008). Deteksi Dini Gangguan Pola Tidur. Nuha medika : Jogjakarta.

Hawari, D. (2008). Doa dan Dzikir Sebagai Pelengkap Terapi Medis. Jakarta FIKUI

302

Page 16: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

Hidayat, A, Azis (2003). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta Salemba Medika.

Jefrey, S.Nevid.2007. psikologi abnormal. Jakarta : Erlangga

Johana, Rosalina. (2008). 25 Oktober 2012. Pukul 19.30 WIB. “Menyiasati Stres Dalam Dunia Perkuliaan” www.all-abaut-stress,com.

Kozier, dkk. (2002). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan Prakteik. Edisi 7. Jakarta. EGC

Lilis, dkk. (2001). 29 Oktober 2012. Pukul 01.15 WIB. Siklus Tidur Normal. www.sleep-knowledge.com

Lovibond. (1995). Depression Anxiety Scale Stress 13 ( DASS 13). http;//www.swin.edu.au.tanggal 22 November 2012. Pukul 22.12 WIB.

Notoatmodjo,S. (2002). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta : Jakarta.

Nursallam. (2010). Pendekatan Praaktis Metodologi Riset Keperawatan. Penerbit.Sagung Seto. Jakarta.

Nursalam, (2011). Konsep dan Metode Penelitian Ilmu Kesehatan . Jakarta: Salemba Medeika

Pagel, J, (2008) Bahaya Gangguan Tidur. www.sleepclinic.com

Pigeon, WR. (2010). Insomnia as a Risk Factor in Disease. USA : Informa Healthcare.

Potter& perry. (2003). Fundamental Keperawtan. Edisi 2.EGC : Jakarta.

Rasmun, (2004). Stres dan Adaptasi : Teori Podon Masalah Keperawatan.Edisi 1. Sagung Seto: Jakata.

Sigiono (2004). Statistik Untuk Penelitian. Bandung, Alfabeta

Widya. (2012). Mengatasi Insomnia. Yogyakarta : Katahati

303

Page 17: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

HUBUNGAN OBESITAS DENGAN TINGKAT KADAR KOLESTEROL DALAM DARAH

Anib Ubaidillah

Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik

ABSTRACT

Obesity was overweight as a resulted of excessive accumulation of body fat that can harm our health. With increased in weight, the size of the fat cells will increased in size and the possibility of multiplyed in number, if it was on leave will have an impact on health which will further increase the risk of various diseased. The purpose of this research was to determine the relationship of obesity with the level of cholesterol in the blood.The method used Cross-sectional design, with purposive sampling. Population in this research were 27 people that obesity. Samples taked as many as 24 respondents. Independent variable was obesity, and the dependent variable was the level of cholesterol in the blood. The data of this research were taked by used observation. From the test resulted of Spearman rank test showed (α count) = 0.001 and r = 0.764 correlation means that there was a strong association of obesity with the level of cholesterol in the blood.Obesity was indeed a crucial issue for our body and because the main effect will increased the risk of various diseases, therefore we have to be good at choosing foods that we consume our weight can be controlled and not at risk for various diseases caused by an increase d in weight.

Keywords: Obesity, the level of cholesterol in the blood

ABSTRAK

Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak tubuh yang berlebihan yang dapat mengganggu kesehatan. Bila seseorang bertambah berat badannya maka ukuran sel lemak akan bertambah besar dan kemungkinan jumlahnya bertambah banyak, bila hal ini di biarkan akan berdampak pada kesehatannya yang akan semakin beresiko meningkatkan berbagai macam penyakit. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan obesitas dengan tingkat kadar kolesterol dalam darah.Desain penelitian ini menggunakan Cross sectional design, dengan purposive sampling. Populasi pada penelitian ini ada 27 orang yang mengalami obesitas. Sampel yang diambil sebanyak 24 responden. Variabel independennya adalah obesitas, dan variabel dependennya adalah tingkat kadar kolesterol dalam darah. Data penelitian ini diambil dengan menggunakan observasi.Dari hasil uji statistik Spearman Rank Test didapatkan hasil (α hitung) = 0,001 dan korelasi r = 0,764 artinya ada hubungan kuat obesitas dengan tingkat kadar kolesterol dalam darah.Kegemukan ini memang menjadi masalah penting dan utama bagi tubuh kita karena efeknya akan meningkatkan resiko berbagai macam penyakit, oleh karena itu kita harus pandai memilih makanan yang akan kita konsumsi agar berat badan kita dapat terkontrol dan tidak beresiko terkena berbagai macam penyakit yang di sebabkan oleh peningkatan berat badan.

Kata kunci: Obesitas, tingkat kadar kolesterol dalam darah

304

Page 18: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

1. PENDAHULUAN

305

Page 19: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

e. Latar Belakang

Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak tubuh yang berlebihan yang dapat mengganggu kesehatan. Bila seseorang bertambah berat badannya maka ukuran sel lemak akan bertambah besar dan kemungkinan jumlah bertambah banyak (Sugondo, 2006). Penimbunan lemak pada jaringan adipose visceral dalam jangka panjang menyebabkan ketidak mampuan sel lemak untuk menyimpan trigliserida secara adekuat merupakan tahap awal terjadinya hipertrigliseridemia. Kolesterol adalah senyawa kimia yang secara alamiah dibuat oleh tubuh, dan komponen struktural yang esensial dalam membran sel dan selubung mielin (Zamora A, 2007). Kolesterol merupakan komponen lemak darah, dan diketahui bahwa lemak merupakan zat yang di butuhkan tubuh selain protein, vitamin, mineral dan karbohidrat. Lemak dalam tubuh kita berguna untuk membentuk dinding sel-sel tubuh. Akibat beberapa mekanisme ini yang merupakan akibat dari penimbunan lemak (Obesitas) dalam jangka panjang sehingga menyebabkan terjadinya peningkatan kadar kolesterol dalam darah (Subramanian, 2011). Proses dari studi pendahuluan peneliti di desa Tlogogede Balongpanggang Gresik pada bulan Agustus 2014 jumlah keseluruhuan 328 orang, dan yang mengalami obesitas sebanyak 27 (8%) dengan IMT 26,0. Namun hubungan obesitas dengan tingkat kadar kolesterol dalam darah belum dapat di jelaskan.

World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa obesitas merupakan salah satu dari 10 kondisi yang berisiko di seluruh dunia dan salah satu dari 5 kondisi yang berisiko di negara-negara berkembang. Di seluruh dunia, lebih dari 1 milyar orang dewasa adalah overweight dan lebih dari 300 juta adalah obese. Di waktu mendatang epidemi obesitas akan melanda negara – negara dibenua Asia . Bentuk tubuh orang Asia yang rata – rata lebih kecil dari penduduk di negara Barat. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) jumlah orang dewasa di dunia yang mengalami obesitas sekitar 400 juta orang dan akan meningkat sampai 700 juta orang pada tahun 2015 (Chan, 2010). Angka kejadian obesitas di Indonesia. Tahun 2010 di atas usia 18 tahun yaitu laki-laki 7,8% dan perempuan 15,5% (Depkes 2010). Hasil Riskesdas 2010 menunjukkan

bahwa 21.7% orang dewasa Indonesia mengalami obesitas, dan perempuan memiliki prevalensi yang lebih tinggi (26.9%) dibandingkan laki-laki (16.3%) (Balitbangkes 2010). Di desa Tlogogede Balongpanggang Gresik pada bulan Agustus 2014 yang mengalami obesitas sebanyak 27 (8%) dengan IMT 26,0. Berdasarkan laporan Badan Kesehatan Dunia pada tahun 2002, tercatat sebanyak 4,4 juta penderita hiperkolesterol atau sebesar 7,9% dari jumlah total kematian di usia muda. Hiperkolesterol ialah keadaan dimana kadar kolesterol dalam tubuh melebihi keadaan normal (Oetoro, 2007). Data yang dihimpun oleh (WHO, 2008) memperlihatkan bahwa prevalensi faktor risiko hiperkolesterol pada wanita di Indonesia lebih tinggi yaitu 37,2 dari pada pria yang hanya 32,8. Berdasarkan survei yang dilakukan di SDK Fr. Don Bosco Manadopada tahun 2008, terdapat 35,1% penduduk Indonesia berusia 25 tahun keatas dengan obesitas yang memiliki nilai kolesterol total 190 mg/dl.

 Sekitar 80 % kolesterol diproduksi di hati, selebihnya diperoleh dari makanan (diet). Diet kolesterol terutama berasal dari daging, ayam, dan ikan. Organ dalam seperti hati umumnya mengandung kolesterol dalam jumlah tinggi (Wedro et al., 2010). Kolesterol berperan dalam banyak proses metabolisme tubuh, sintesis hormon seperti estrogen, testosteron and adrenalin, produksi vitamin D, dan asam empedu yang membantu tubuh mencerna lemak dan mengabsorpsi vitamin larut lemak dalam saluran pencernaan (Lavelle P, 2006), Faktor penyebab hiperkolesterol diantaranya, faktor keturunan, konsumsi makanan tinggi lemak, kurang olahraga dan kebiasaan merokok (Setiati, 2009). Gemuk merupakan kriteria untuk mengukurkesuburan dan kemakmuran suatu kehidupan, sehingga pada saat itu banyak orang berusahamenjadi gemuk dan mempertahankanya sesuai dengan status sosialnya, dalam perkembanganselanjutnya justru sebaliknya kegemukan atau obesitas selalu berhubungan dengan kesakitandan peningkatan kematian (Hermawan, A Guntur, 2010).Di Indonesia, persoalan obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan.Kecenderungan terjadinya obesitas berhubungan erat dengan pola makan. Berbagai faktorberperan dalam timbulnya obesitas, tetapi yang paling penting adalah

306

Page 20: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

ketidak seimbanganantara masukan makanan dan aktifitas fisik (Misnadiarly, 2007).

Obesitasmerupakan dampak ketidak seimbanganenergi asupan jauh melampaui keluaranenergi dalam jangka waktu tertentu. Faktoryang menunjang kelebihan ini yaitu terlalubanyak makan dan terlalu sedikit bergerak(Arisman 2010). World HealthOrganization (WHO) tahun 2006 menyatakanbahwa obesitas merupakan suatu kondisiyang berisiko terhadap munculnya penyakitdegeratif. Obesitas sentral dapat terjadi padalaki-laki atau perempuan. Keadaan obesitassentral dipengaruhi oleh tidak seimbangnyaasupan energi dan kurangnya aktivitas fisiksehingga akumulasi lemak lebih banyak terjadidi bagian perut karena sel lemak di bagianperut lebih besar (Pusparini, 2007). Namun pada obesitas dikatakan dapat terjadinya gangguan pada regulasi asam lemak yang akan meningkatkan kadar kolesterol (Sherwood, 2001). Peningkatan kolesterol darah juga dapat disebabkan oleh kenaikkan kolesterol yang terdapat pada very-low-density lipoprotein dan low–density lipoprotein sekunder karena peningkatantrigliserida yang besar dalam sirkulasi apabila terjadi penumpukan lemak berlebihan didalam tubuh (Ahmar, 2010). Penderita obesitas mengalami penumpukan lemak yang berlebihan di dalamtubuh, yang ditandai dengan peningkatan nilai Indeks Massa Tubuh (IMT) di atasnormal.Kadar kolesterol yang tinggi dapat menyebabkanpembentukan arteriosklerosis, dan Peningkatan kadar kolesterol darah sebanyak 1,0 mmol/L dapat meningkat risiko penyakit jantung iskemik sebesar 14%. Keadaan dimana kadar kolesterol dalam darah lebih tinggi dari pada batas normal disebut hipertrigliseridemia (Widiharto, 2008). kadar kolesterol merupakan komponen dari dislipidemia aterogenik dan sering kali merupakan tanda awal dari kondisi lain yang berhubungan dengan peningkatan risiko kardiovaskuler, seperti sindroma metabolik dan diabetes melitus (DM) tipe II (Bersot et al., 2006).

Kegemukan ini memang menjadi masalah penting dan utama bagi tubuh kita karena efeknya akan membuat badan atau tubuh kita menjadi lambat bergerak, kolestrol, sesak nafas, serta membuat kita malas untuk bergerak.Penimbunan lemak dalam tubuh yang tanpa disertai adanya pergerakan untuk mengolah lemak menjadi karbohidrat membuat tubuh akan menimbun lemak terus-

menerus sehingga terjadilah kegemukan atau obesitas (Bersot et al., 2006). Berbagai penelitian menunjukkan bahwa tipe pangan yang kita masukkan ke dalam tubuh menentukan yang akan dibakar dan yang akan disimpan sebagai lemak tubuh. Oleh karena itu kita harus pandai memilih makanan yang akan kita konsumsi. Pangan berkadar kolesterol rendah akan membantu dalam penurunan berat badan karena pangan tersebut dapat mengenyangkan dalam waktu yang cukup lama dan dapat membantu membakar lemak tubuh lebih banyak. Berdasarkan fenomena diatas, peneliti ingin melakukan penelitian tentang hubungan kejadian obesitas dengan tingkat kadar kolesterol dalam darah.

1.2 Rumusan MasalahApakah ada hubungan obesitas dengan

tingkat kadar kolesterol dalam darah ?1.3 Tujuan Penelitian1.3.1 Tujuan Umum

Menjelaskan hubungan obesitas dengan tingkat kadar kolestrol dalam darah.1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi obesitas.2. Mengidentifikasi tingkat kadar

kolesterol dalam darah.3. Menganalisis hubungan obesitas

dengan tingkat kadar kolesterol dalam darah.

1.4 Manfaat Penelitian1.4.1 Teoristis

Masukan dalam pengembangan penelitian kejadian obesitas dengan tingkat kadar kolesterol dalam darah di bidang ilmu keperawatan khususnya keperawatan medikal bedah.

1.4.2 Praktis1. Bagi perawat

Hasil penelitian ini dapat di gunakan sebagai masukan bagi perawat untuk meningkatkan kesehatan individu, maupun masyarakat, dan Sebagai motifasi dalam meningkatkan pengetahuan khususnya tentang obesitas.

2. Bagi masyarakatMemberi saran dan masukan pada masyarakat tentang tidak sehatnya

307

Page 21: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

serta banyak resiko penyakit yang dapat di sebabkan oleh obesitas.

3. Bagi peneliti selanjutnyaMemberi tambahan kepustakaan dan masukan peneliti selanjutnya yang berminat mengenali lebih lanjut tentang masalah obesitas.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Obesitas adalah suatu keadaan yang melebihi dari berat badan relatif seseorang, sebagai akibat penumpukan zat gizi terutama karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara konsumsi kalori dan kebutuhan energi, yang dapat ditentukan dengan indeks masa tubuh, berat badan dan persentase lemak dalam tubuh (Romauli Simatupang, 2008). Sedangkan Overweight adalah tahap sebelum dikatakan obesitas secara klinis (Guyton, 2007). Seseorang yang dikatakan obesitas apabila terjadi pertambahan atau pembesaran sel lemak tubuh mereka (Myers, 2004).

Menurut Sherwood (2003), obesitas terjadi jika, selama periode waktu tertentu, kilokalori yang masuk melalui makanan lebih banyak daripada yang digunakan untuk menunjang kebutuhan energi tubuh, dan kelebihan energi tersebut disimpan sebagai trigliserida di jaringan lemak. Sedangkan menurut Fauci, et al., (2009), obesitas dapat disebabkan oleh peningkatan masukan energi, penurunan pengeluaran energi, atau kombinasi keduanya. Selain itu, akumulasi lemak tubuh berlebihan sangat dipengaruhi lingkungan, faktor genetik, faktor sosial, dan kondisi ekonomi. Faktor genetik dianggap menentukan kerentanan terhadap timbulnya obesitas, dan 30-50 % variasi penyimpanan lemak tubuh total. Penyebab sekunder obesitas dapat berupa kerusakan hipotalamus, hipotiroid, Cushing’s syndrome, dan hipogonadisme. Penggunaan obat-obatan juga dapat menimbulkan penambahan berat badan seperti penggunaan obat antidiabetes (insulin, sulfonylurea, thiazolidinepines), glukokortikoid, agen psikotropik, mood stabilizers (lithium), antidepresan (tricyclics, monoamine oxidase inibitors, paroxetine, mirtazapine) atau obat-obat anti epilepsi (volproate, gabapentin, carbamazepin). Faktor penyebab obesitas sangat kompleks. Kita tidak bisa hanya memandang dari satu sisi. Gaya hidup tidak aktif dapat dikatakan sebagai

penyebab utama obesitas. Hal ini didasari oleh aktivitas fisik dan latihan fisik yang teratur dapat meningkatkan massa otot dan mengurangi massa lemak tubuh, sedangkan aktivitas fisik yang tidak adekuat dapat menyebabkan pengurangan massa otot dan peningkatan adipositas. Oleh karena itu pada orang obese, peningkatan aktivitas fisik dipercaya dapat meningkatkan pengeluaran energi melebihi asupan makanan, yang berimbas penurunan berat badan (Guyton, 2007).

Kolesterol adalah sterol yang paling dikenal oleh masyarakat. Kolesterol di dalam tubuh mempunyai fungsi ganda, yaitu di satu sisi diperlukan dan di sisi lain dapat membahayakan bergantung berapa banyak terdapat di dalam tubuh dan di bagian mana. Kolesterol juga merupakan unsur penting dalam membran sel dan lapisan luar lipoprotein (Botram dan Mayes, 2006). Sterol yang serupa ditemukan pada tumbuhan normalnya tidak diabsorpsi dari saluran cerna. Kebanyakan kolesterol terkandung di dalam kuning telur dan lemak hewani (Ganong, 2005). Krichevsky (2006) menyatakan bahwa kolesterol mewakili sekitar 0,2% dari total berat tubuh. Otak dan sistem saraf pusat, jaringan ikat, otot, dan kulit meliputi sekitar 75% kolesterol tubuh.

Kolesterol umumnya berasal dari menu makanan yang dikonsumsi. Semakin banyak konsumsi makanan berlemak, maka akan semakin besar peluangnya untuk menaikkan kadar kolesterol. Contoh makanan tersebut seperti gorengan, minyak kelapa atau kelapa sawit, alpukat, durian, daging berlemak, jeroan, kacang tanah, dan sejenisnya Kolesterol dalam kadar tertentu bermanfaat bagi tubuh. Namun, jika tidak dikontrol dan kadarnya berlebihan dalam tubuh, kolesterol dapat menyebabkan berbagai gangguan kesehatan seperti darah tinggi, penyakit jantung, stroke, batu empedu, dan gagal ginjal.

Kolesterol termasuk zat gizi yang sukar di serap oleh tubuh, masuk ke dalam organ tubuh melalui sistem limfatik. Kolesterol dalam plasma darah terutama di jumpai berikatan dengan asam lemak dan ikut bersikulasi dari bentuk ester kolesterol (Hertog N, 2002). Kolesterol tidak dapat diedarkan langsung oleh darah karena tidak larut dalam air. Untuk mengedarkannya, diperlukan

308

Page 22: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

molekul “pengangkut” yang disebut lipoprotein. Ada dua jenis lipoprotein, yaitu high density lippoprotein (HDL) dan low density lippoprotein(LDL).

1. Kolesterol LDL (low-density lipoprotein)

LDL adalah pembawa kolesterol utama dalam plasma. Lipoprotein ini mentransport kolesterol ke sel – sel perifer untuk sintesis membrane dan produksi hormone, dan ke hati untuk produksi asam empedu (Rubenstein, 2007). Kolesterol LDL menahan kolesterol dan apoprotein B-100 yang umumnya berasal dari dalam VLDL sehingga LDL ini kaya akan kolesterol dan apoprotein B-100. LDL dihilangkan dari sirkulasi dengan cara berikatan dengan reseptor B-100/E membrane plasma(Reseptor LDL) di hepar dan jaringan ekstrahepatik. Umumnya kolesterol dan apoprotein B-100 dikeluarkan melalui proses di hepar. Pembebasan kolesterol dalam LDL ke dalam jaringan akan menekan sintesis molekul kolesterol yang baru. Defisiensi aktivitas reseptor LDL menyebabkan terjadinya hiperkolesterolemia tipe IIa (hiperkolesterolemia familial). Hal ini merupakan kelainan genetik yang serius yang paling umum terdapat pada manusia (Staf Pengajar Departemen Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya, 2009). Disebut kolesterol jahat karena menempel pada dinding pembuluh darah. Kolesterol LDL mengankut kolesterol paling banyak di dalam darah. Tingginya kadar LDL menyebabkan pengendapan kolesterol dalam arteri (Soeharto, 2004)

2. Kolesterol HDL (high-density lipoprotein)

HDL adalah pembawa kolesterol dari jaringan perifer ke hati untuk diekskresi (Rubenstein, 2007). Kadar HDL yang sangat tinggi (sampai 95%) berkorelasi positif dengan lamanya masa hidup. Tingkat kadar kolesterol HDL plasma di anggap rendah bila kadarnya dibawah 35 mg/dl. (Staf Pengajar Departemen Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya, 2009).Dianggap kolesterol baik karena mencegah pelekatan pada dinding pembuluh darah. Dan membuang kelebihan kolesterol jahat di pembulu darah arteri kembali ke hati, untuk di proses dan di buang.HDL ini mempunyaikandungan lemak

lebih sedikit dan mempunyai kepadatan tinggi sehinggalebih berat (Parker, 2010).

III. METODE DAN ANALISA

Penelitian ini menggunakan desain analitik dengan pendekatan cross sectional, dilaksanakan di Desa Tlogogede Kecamatan Balongpanggang Kabupaten Gresik pada bulan januari 2015. Populasi dalam penelitian ini adalah warga Desa Tlogogede yakni 27 orang.yang memenuhi kriteria inklusi dimasukkan sebagai responden penelitian didapat sample 20 responden.

Variabel independen dalam penelitian ini adalahobesitas, sedangkan variable dependennya adalah tingkat kadar kolesterol dalam darah. Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini melalui kuisioner dan observasi. Lembar observasi pada penelitian ini digunakan untuk hubungan obesitas dengan tingkat kadar kolesterol dalam darah. Data-data yang sudah berbentuk ordinal dan ordinall, dianalisis dengan menggunakan uji statistik Spearman Rank dengan taraf signifikan ρ≤ 0,05 dengan program SPSS 17 for Window maka Ho ditolak dan H1 di terima.

IV. HASIL DAN PEMBAHASANHubungan obesitas dengan tingkat kadar kolesterol dalam darah.

No

Obesitas

Tingkat Kadar Kolesterol Dalam

Darah Frekuens

i%Nor

mal

Batas Tingg

i

Tinggi

∑ % ∑ % ∑ %

1

Resiko Obesitas

28,33

520,84

0 0 729,17

2 Ob 0 0 1 58 0 0 14 58

309

Page 23: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

esitas I 4 ,3

3,33

3

Obesitas II

0 0 0 0 312,5

3 12,5

Jumlah 2

8,33

19

79,17

312,5

24 100

Spearman Rho Rank ρ = 0,001 r = 0,764

Tabel 5.1Distribusi Obesitas Dengan Kadar Kolesterol Dalam Darah di Desa Tlogogede Balongpanggang Kabupaten Gresik Bulan Januari2015

Tabel 5.1 menunjukkan bahwa dari 24 responden didapatkan bahwa sebagian besar yaitu 14 (58,33%) responden memiliki tingkat obesitas I dengan tingkat kadar kolesterol dalam darah dalam batas tinggi dan sebagian kecil responden dengan tingkat obesitas dengan tingkat kadar kolesterol dalam darah normal yaitu 2 responden (8,33%).Dengan menggunakan uji statistik non parametrik, korelasi spearmans rho tingkat kemaknaan α ≤ 0,05 didapatkan hasil ρ =0,001 artinya ada hubungan antara obesitas dengan tingkat kadar kolesterol dalam darah. Sedangkan nilai korelasi r = 0,764 artinya ada derajat hubungan yang kuat antara obesitas dengan tingkat kadar kolesterol dalam darah.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan1. Sebagian besar responden mengalami

obesitas tingkat I. Di pengaruhi oleh faktor jenis kelamin, umur, pekerjaan, kebiasaan merokok dan berolah raga.

2. Hampir seluruhnya responden kadar kolesterolnya dalam batas tinggi. Di pengaruhi oleh faktor jenis kelamin, umur, kebiasaan merokok dan berolah raga.

3. Semakin obesitas seseorang maka kadar kolesterol dalam darahnya semakin tinggi.

6.1 Saran1. Tenaga kesehatan untuk meningkatkan

kesehatan individu, maupun masyarakat,

dan Sebagai motivasi dalam meningkatkan pengetahuan khususnya tentang obesitas dengan jalan memberikan health education kepada individu tentang pola makan yang baik agar individu tidak mengalami obesitas dan dapat mengontrol kadar kolesterol dalam darahnya.

2. Agar masyarakat lebih memperhatikan pola makannya agar berat badannya dapat terkontrol dan tidak terjadi obesitas karena obesitas dapat meningkatkan kadar kolesterol dalam darahnya dan meningkatkan berbagai macam resiko penyakit seperti : darah tinggi, penyakit jantung, dan stroke.

3. Perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut dengan sampel yang lebih besar, serta dengan topik lainnya seperti faktor-faktor yang berhubungan dengan obesitas dan kolesterol sehingga hasil yang diharapkan bisa maksimal

VI. DAFTAR PUSTAKA

Adiwinanto (2008). Pengaruh Intervensi Olahraga di Sekolah Terhadap Indeks Massa Tubuh dan Tingkat Kebugaran Kardiorespirasi Pada Remaja Obesitas. Available from: eprints.undip.ac.id/17622/1/Wahyu Adiwinanto.pdf Accesed 26 April 2011 jam 18.30.

Alimul (2004). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGCAlwi (2009). Manifestasi Klinis Jantung Pada

Penyakit Sistemik. In: Aru W. Sudoyo et al. ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Ed V. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam.

Arora (2007). A Study on Lipid Profile And Body Fat in Patients with Diabetes Melitus. Jurnal ofAnthropologist. 9(4): 295-298.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI [Balitbangkes] (2010). Riset Kesehatan Dasar 2010. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

310

Page 24: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

Bahri (2004). Dislipidemia Sebagai Faktor Resiko Jantung Koroner. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Bungin (2006). Metodologi Penelitian Kuantitatif. Edisi pertama. Jakarta:Kencana.

Denke (2006). Lipids and Dyslipoproteinemia. Edisi 20. W.B. Saunder Company, Philadelphia,

Depkes (2010). Diet sehat bagi penderita obesitas dengan mengkonsumsi makanan rendah lemak dan serat sehat. diunduh dari http://aguskrisno.wordpress.com / akses tanggal 13 April 2011 jam 19.30.

Freitag Harry (2010). Bebas Obesitas Tanpa Diet Menyiksa. Jogjakarta : Medpress.

Ganong (2005). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 22. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Graha, K.C (2010). Struktur dan fungsi lemakDalamKolesterol.PT Elex Media Komputindo, jakarta : EGC.

Guyton and Hall (2007). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 11st ed. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC,

Hermawan, A Guntur. (2010) . Pangan dan Gizi.http://si.uns.ac.id/profil/upload publikasi/Jurnal/3. pdf. Akses tanggal 11 februari 2012.

Hill, (2005). Obesity: Etiologi in Modern Nutrition in Health and Diasease. Lipponcot Williams & Wilkns. USA.

Kritchevsky, (2006), Cholesterol and Other Dietary Sterols in Moden Nutrition in Health end Disease. Lippincott Williams & Wilkins. USA.

Kumar, et al. (2007). Buku ajar patologi, Vol. 1. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC,

LIPI (2009). Kolesterol. UPT-BALAI INFORMASI TEKNOLOGI LIPI. Pangan dan Kesehatan. Copyright@2009. http://medicastore.com.

Misnadiarly. (2007).Obesitas Sebagai Faktor Risiko Beberapa Penyakit. Jakarta: Pustaka Obor Populer.

Moleong. (2007) Metodologi Penelitian Kualitatif, Penerbit PT Remaja Rosdakarya Offset, Bandung

Notoadmodjo. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta. Eka Cipta.

Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodoligi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika,

Oetoro (2007). Cara Cerdas Menyikapi Kolesterol. http://www.medicastore. com / kolesterol / diakses tanggal 18 April 2010 jam 19.00.

Romauli Simatupang, (2008), Pengaruh Pola Kosumsi, Aktivitas Fisik dan Keturunan Terhadap Kejadian Obesitas Pada Siswa Dasar Swasta. http://repository. usu.ac.id (diunduh pada tanggal 8 maret, 12:39)

Rubenstein (2007). Lecture Notes: Kedokteran Klinis. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Setiati (2009). Bahaya Kolesterol, Mengenal, Mencegah dan Menanggulangi Kolesterol. Yogyakarta: Dokter Books,

311

Page 25: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG BAHAYA ROKOK TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP BERHENTI MEROKOK

MUHAMMAD FANANIProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik

ABSTRACTSmoking behavior was individual activity in form of burning and sucking cigarette

which can produce smoke are able to be inhaled by surrounding people. The aim of this research was to know the effect of health education about cigarette danger toward knowledge and behavior to stop smoking.

The research method used preexperimental one group pre – post test designed by using purposive sample respondent consisted of 12 person. Dependent variable was the knowledge and behavior to stop smoking. Collecting data used questionnaire, leaflet then tested by wilcoxon signed rank test and McNemar with level of significant < 0,05.

The result of wilcoxon signed rank test and McNemar obtained that there was effect of health education about cigarette danger toward the effect of teenager knowledge in which the significant value = 0,000 and statistical test = -4,302. There was effect of health education on the danger of smoking on adolescent attitude where significant value = 0.008.

The giving of health education about cigarette danger could effect knowledge and behavior to stop smoking and it was hoped that this research could increase knowledge to the respondent, especially about cigarette danger toward health if it was consumed in the long term.Key words : Health Education, Knowledge, Behavior To Stop Smoking.

ABSTRAKPerilaku merokok merupakan sesuatu aktivitas yang dilakukan individu berupa

membakar dan menghisapnya serta dapat menimbulkan asap yang dapat terhisap oleh orang – orang yang ada disekitarnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pendidikan tentang bahaya rokok terhadap pengetahuan dan sikap berhenti merokok.

Metode penelitian ini menggunakan pre eksperimental one gruop pre – post test desain dengan menggunakan purposive sampling responden berjumlah 12 orang. Variabel dependen adalah pengetahuan dan sikap berhenti merokok. Pengumpulan data menggunakan kuesioner, leaflet kemudian di uji dengan Willcoxon Signed Rank Test dan McNemar dengan tingkat siginifikan < 0,05.

Hasil dari uji Willcoxon Signed Rank Test dan McNemar di dapat bahwa terdapat pengaruh pendidikan kesehatan tentang bahaya rokok terhadap pengetahuan remaja dimana nilai signifikan = 0,000 dan test statistik -4,302. Ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang bahaya rokok terhadap sikap remaja dimana nilai signifikan = 0,008.

Pemberian pendidikan kesehatan tentang bahaya rokok dapat mempengaruhi pengetahuan dan sikap berhenti merokok dan diharapkan dapat menambah pengetahuan pada responden terutama tentang bahaya rokok terhadap kesehatan jika digunakan dalam jangka waktu yang lama.Kata kunci : pendidikan kesehatan, penegtahuan, sikap berhenti merokok.

I. PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang

Perilaku merokok adalah sesuatu aktivitas yang dilakukan individu berupa

310

Page 26: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

membakar dan menghisapnya serta dapat menimbulkan asap yang dapat terhisap oleh orang – orang disekitarnya,menurut Levy (dalam Nasution, 2007).Berdasarkan pengamatan dan wawancara peneliti bahwa sebagian besar remaja siswa MTs AL Fattah Banyuurip Ujung Pangkah Gresik sudah mulai merokok. Di lingkungan sekolah misalnya terjadi pada pagi hari sebelum masuk sekolah, waktu istirahat, dan pulang sekolah. Mereka sering merokok di tempat penitipan sepeda motor, warung makan, rental play station dan rumah siswa yang dekat dengan sekolahan. Mereka merokok dengan bergerombol dan sambil ngobrol serta bisa menghabiskan rokok sekitar 1 – 5 batang dalam waktu yang singkat. Perilaku merokok mereka ada yang sembunyi – sembunyi supaya tidak ketahuan oleh pihak sekolah tetapi ada juga yang secara terbuka memperlihatkan perilaku merokoknya. Bahkan ironisnya lagi ada yang berani merokok di kantin sekolah maupun di kamar mandi sekolah yang jelas – jelas merupakan area terlarang karena berada di lingkungan sekolah, bahkan pihak sekolah pun sudah memberikan sanksi bagi siswa yang kedapatan merokok diarea sekolah, tapi sanksi tersebut tidak membuat siswa menjadi jera atau takut. Berdasarkan pengamatan dan wawancara peneliti pada tanggal 9 bulan september dengan jumlah populasi kelas IX sebanyak 13 siswa dengan presentase 8% mengetahui tentang bahaya merokok dan 92% tidak mengetahui tentang bahaya rokok, sehingga mereka tidak mau berhenti merokok. Kondisi di atas didukung dengan pihak sekolah yang belum pernah memberikan edukasi tentang bahaya rokoksehingga siswa yang merokok tidak mau berhenti. Kondisi di atas menimbulkan kekhawatiran terhadap perilaku merokok remaja, bukan tidak mungkin dengan pengetahuan yang kurang terhadap bahaya rokok mereka akan menjadi perokok berat di usia dewasa. Pada awalnya mereka hanya coba – coba untuk merokok kemudian mereka menjadi ketagihan. Kandungan rokok membuat seseorang ketagihan dan tidak mudah untuk berhenti merokok karena dua alasan, yaitu faktor ketergantungan atau adiksi pada nikotin dan faktor psikologis

yang merasakan adanya kehilangan suatu kegiatan tertentu jika berhenti merokok (Aula, 2010). Meskipun semua orang mengetahui tentang bahaya yang ditimbulkan akibat rokok, tetapi hal ini tidak pernah surut dan hampir setiap saat dapat ditemui banyak orang yang sedang merokok bahkan perilaku merokok sudah sangat wajar dipandang oleh para remaja, khususnya remaja laki-laki (Susilo, 2009).

Masalah rokok saat ini telah menjadi permasalahan global karena dampaknya yang sangat kompleks dan merugikan, terutama dampaknya terhadap kesehatan. Berdasarkan laporan dari Badan Kesehatan Dunia (WHO), pada tahun 2006 – 2008, diperkirakan sebanyak 5,4 juta orang di dunia meninggal akibat rokok. Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2010 prevalensi merokok di Indonesia sebesar (34,7%) . Pada waktu pengambilan data awal di Sekolah MTs AL Fattah Banyuurip Ujungpangkah Gresik didapatkan kelas IX siswa laki – laki yang merokok sebanyak 12 (92%) siswa dan yang tidak merokok sebanyak 1 (8%) siswa dan untuk kelas VIII angka kejadian merokok hanya 2 (13%) siswa laki – laki dari keseluruhan 15 (100%) siswa dan yang tidak merokok sebanyak 13 (87%). Kemudian untuk kelas VII belum terjadi kasus atau kejadian siswa merokok. Dari data diatas menunjukkan tingginya siswa laki – laki kelas IX yang berperilaku merokok.

Perilaku merokok yang dinilai merugikan telah bergeser menjadi perilaku yang menyenangkan dan menjadi aktifitas yang bersifat obsesif. Terkait hal itu, kita tentu telah mengetahui bahwa karakter seseorang banyak dibentuk oleh lingkungan sekitar, baik keluarga, tetangga, ataupun teman pergaulan (Aula, 2010). Di lingkungan MTs AL Fattah Banyuurip, siswa cenderung untuk berperilaku merokok di lingkungan sekitar sekolah. Mereka merokok disebabkan berbagai faktor ada yang bermula dari coba-coba, pengaruh dari teman yang merokok. Pada penelitian tentang rokok pernah dilakukan sebelumnya oleh Komalasari dan Helmi (2000) dalam jurnal yang diberi judul Faktor-faktor Penyebab Perilaku Merokok Pada Remaja.

311

Page 27: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

Penelitian ini menghipotesiskan bahwa ada banyak sekali faktor yang dapat menyebabkan seorang remaja mulai merokok. Mulai dari kepuasan psikologis, sikap permisif dari orang tua terhadap perilaku merokok pada remaja. Penelitian ini mengacu pada teori Social Cognitive Learning dari Bandura. Teori ini menyatakan bahwa perilaku individu disebabkan pengaruh lingkungan, individu, dan kognitif. Beragam kalangan memandang perilaku merokok sebagian besar mengarah bahwa rokok memiliki dampak negatif.

Dalam upaya menekan angka perilaku merokok pada siswa MTs AL Fattah Banyuurip, sebagai edukator bagi siswa maka perawat memberikan pendidikan kesehatan tentang bahaya rokok terhadap pengetahuan dan sikap berhenti merokok sehingga remaja tahu dan mengerti terhadap perilaku merokok memberikan dampak buruk, terutama pada aspek kesehatan.

1.2 Rumusan MasalahAdakah pengaruh pendidikan

kesehatan tentang bahaya rokok terhadap pengetahuan dan sikap berhenti merokok ?

1.3 Tujuan PenelitianMenjelaskan pengaruh pendidikan

kesehatan tentang bahaya rokok terhadap pengetahuan dan sikap berhenti merokok.

1.4 Manfaat Penelitiana. Teoritis

Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan dan manfaat dalam pengembangan ilmu keperawatan, khususnya dalam ilmu komunitas, setelah pengaruh pendidikan kesehatan tentang bahaya rokok terhadap pengetahuan dan sikap berhenti merokok dijelaskan.

b. PraktisMeningkatkan peran fungsi perawat sebagai pendidik, meningkatkan pengetahuan remaja tentang bahaya rokok terhadap kesehatan, pihak institusi dapat memberi informasi atau gambaran mengenai pendidikan kesehatan tentang bahaya rokok, merupakan bahan masukan dan

tambahan informasi mengenai pengetahuan remaja tentang pendidikan kesehatan bahaya rokok.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Pendidikan kesehatan adalah proses belajar pada individu, kelompok atau mayarakat dari tidak tahu tentang nilai – nilai kesehatan menjadi tahu, dari tidak mampu mengatasi masalah – masalah kesehatanya menjadi tahu, dari tidak mampu mengatasi masalah – masalah kesehatanya sendiri menjadi mampu dan lain sebagainya (Notoatmodjo, 2007). Dengan pendidikan kesehatan tentang bahaya rokok diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap remaja dalam berhenti merokok. Konsep Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktifitas masing-masing. (Notoatmodjo, 2007). Perilaku negatif remaja dalam hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya faktor dari lingkungan, faktor sikap permisif orang tuan dan faktor teman.

III. METODE DAN ANALISA

Penelitian ini menggunakan pre – eksperimental jenis One – Group – Pre – Post – Test Design, dilaksanakan di Sekolah MTs AL Fattah Banyuurip Ujung Pangkah Gresik pada bulan November 2014. Pada penelitian ini populasinya adalah siswa laki – laki kelas IX B di Sekolah MTs AL Fattah Banyuurip Ujung Pangkah Gresik sebesar 13 siswa, menggunakan tipe purposive sampling, dimana setiap siswa laki – laki yang merokok yang memenuhi kriteria inklusi dimasukkan sebagai responden penelitian didapat sampel 12 siswa.

Variabel independen pada penelitian ini adalah pendidikan kesehatan tentang bahaya rokok, sedangkan variabel dependennya adalah pengetahuan dan sikap berhenti

312

Page 28: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

merokok. Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan menggunakan kuesioner sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan tentang bahaya rokok. Data yang sudah terkumpul dianalisa dengan uji statistik Wilcoxon Signed Rank Test dan McNemar dengan SPSS 16 for Windows untuk mengetahui tingkat kemaknaan p < 0,05 dari pendidikan kesehatan tentang bahaya rokok.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 4.1 Pengetahuan Bahaya Rokok Sebelum Dan Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan Tentang Bahaya Rokok.

KategoriPengetahuan

Sebelum Sesudahf % f %

Baik 0 0 4 33Cukup 4 33 6 50Kurang 8 67 2 17Total 12 100 12 100Wilcoxon Signed Rank Test

α ≤ 0,05 Z = 4.302a

Sig.(2-tailed) 0.000

Dari tabel 4.1 di atas dapat dijelaskan bahwa dari 12 responden sebelum intervensi hampir sebagian besar responden berpengetahuan kurang 8 siswa (67%) dan sebagian kecil berpengetahuan cukup 4 siswa (33%). Sesudah intervensi dapat dijelaskan bahwa dari 12 responden setengah responden berpengetahuan cukup 6 siswa (50%) dan sebagian kecil responden berpengetahuan kurang 2 siswa (17%). Dapat dijelaskan hasil analisis Uji Wilcoxon Signed Rank Test bahwa ada pengaruh antara pendidikan kesehatan tentang bahaya rokok terhadap pengetahuan dan sikap berhenti merokok dimana Sig. (2-tailed) = 0.001 (ρ= 0.000) dengan α ˂0,05 dan korelasi Z = 4,302 artinya ada pengaruh kuat pendidikan seks terhadap pengetahuan tentang pencegahan perilaku penyimpangan seksual pada remaja.

Tabel 4.2 Sikap Berhenti Merokok Sebelum Dan Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan Tentang Bahaya Rokok.

KategoriSikap

Sebelum SesudahN % N %

Positif 2 17 10 83Negatif 10 83 2 17N 12 100 12 100McNemar Test

Exact Sig. (2-tailed) 0.008

Dari tabel 4.2 di atas dapat dijelaskan bahwa dari 12 responden sebelum intervensi hampir sebagian besar responden bersikap negatif 10 siswa (83%) dan sebagian kecil bersikap positif 2 siswa (17%). Sesudah intervensi dapat dijelaskan bahwa dari 12 responden sebagian besar bersikap positif 10 siswa (83%) dan sebagian kecil bersikap negatif sebanyak 2 siswa (17%). Dapat dijelaskan engan menggunakan uji analisis statistik Uji McNemar Test pada sikap sebelum – sikap sesudah dengan menggunakan SPSS 16 tersebut di atas dari 12 responden yang di analisis didapatkan p = 0.008 < 0,05 yang berarti ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang bahaya rokok terhadap sikap berhenti merokok.

Dengan pendidikan kesehatan responden memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik. Bila perilaku tidak didasari oleh pengetahuan maka perilaku tersebut tidak akan berlangsung lama. Menurut Stuart (1968) dalam definisi yang dikemukakan oleh staf jurusan PK – IP FKMUI (1994) mengatakan bahwa pendidikan kesehatan adalah komponen program kesehatan dan kedokteran yang terdiri atas upaya terencana untuk mengubah perilaku individu, keluarga dan masyarakat yang merupakan perubahan berfikir, bersikap dan berbuat dengan tujuan membantu pengobatan, rehabilitasi, pencegahan penyakit dan promosi hidup sehat.

Pendidikan kesehatan bisa merubah seseorang melalui beberapa proses diantaranya proses belajar : motivasi, kesiapan, perlibatan aktif, umpan balik, pengulangan dan waktu. Kemudian melalui proses perubahan perilaku : awarenees, interest, evaluation, trial, adaption (Notoatmodjo 2003). Kemudian dengan adanya pendidikan kesehatan tentang bahaya rokok terhadap pengetahuan maka

313

Page 29: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

responden jadi tahu dan memahami tentang bahaya rokok jika dikonsumsi dalam jangka panjang, sehingga hasil dari penelitian ini terjadi peningkatan pengtahuan sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan tentang bahaya rokok.

Pendidikan kesehatan yang diterima oleh siswa yang merokok dapat mengubah sikap dalam bertindak atau berperilaku terutama dalam berhenti merokok melalui stimulus atau objek kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui (dinilai baik) melalui proses : awarenees, interest, evaluation, trial, adaption (Notoatmodjo 2003).

Pada umumnya individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting. Perawat merupakan seseorang yang dianggap memahami masalah klien. Informasi yang diberikan perawat atau peneliti akan mempengaruhi penghayatan dan membentuk tanggapan , dimana tanggapan merupakan salah satu dasar terbentuknya sikap. Informasi yang diberikan peneliti melalui pendidikan kesehatan, poster dan leaflet dapat menyampaikan pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru, akan memberikan landasan berfikir kognitif baru bagi terbentuknya sikap. Sikap mengalami perubahan setelah pendidikan kesehatan diberikan diduga dikarenakan faktor informasi yang diterima oleh responden, pada waktu pemberian materi juga kebanyakan responden mendengarkan dan menyimak materi yang diberikan sehingga dapat berpengaruh terhadap sikap. Namun, masih didapatkan 2 responden yang tidak mengalami peningkatan diduga dikarenakan frekuensi merokok responden yang sangat lama sehingga untuk merubah sikap masih diperlukan waktu yang sangat lama.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

a. KesimpulanPendidikan kesehatan tentang bahaya rokok berpengaruh terhadap

pengetahuan dan sikap berhenti merokok.

b. Saran1. Bagi MTs AL Fattah Banyuurip dengan

adanya penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk membuat program – program atau kegiatan yang berbasis pada kesehatan untuk menekan angka perokok pada remaja.

2. Diharapkan dapat menambah pengetahuan pada responden terutama tentang bahaya rokok terhadap kesehatan jika digunakan dalam jangka waktu yang lama.

3. Untuk peneliti selanjutnya, penelitian ini masi diperlukan lebih lanjut tentang metode – metode penyampaian pendidikan kesehatan yang lain agar proses penyampaian informasi dapat diterima dengan baik oleh responden.

DAFTAR PUSTAKA

Aula, Lisa Ellizabet, (2010). Stop Merokok. Yogyakarta : Gara Ilmu.

Nasution, Indri Kemala. (2007). Perilaku Merokok Pada Remaja. Medan: Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara.

Susilo, Suko (2009). Psikologi Sosial. Surabaya: Jenggala Pustaka Utama.

Notoatmodjo,s. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Notoatmodjo,s. (2007). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

314

Page 30: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

Komasari, D & Helmi, AF. (2000). Faktor – faktor Penyebab Perilaku Merokok pada Remaja. Jurnal Psikologi Universitas Gadjah Mada, 2. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada Press

315

Page 31: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

EFEKTIFITAS HANDRUB LOKAL DAN HANDRUB PABRIK TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI DAN JAMUR

DI RUANG ICU RUMAH SAKIT SEMEN GRESIKSuwardi

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kesehatan Universitas Gresik

ABSTRAK

Organisme patogen pada tangan petugas selama aktivitas klinik bisa tersebar ke pasien lain. Cuci tangan adalah tindakan terpenting mengurangi penularan tersebut. Penelitian ini menjelaskan efektifitas Handrub Lokal dan Handrub Pabrik Terhadap Pertumbuhan Bakteri dan Jamur.

Desain penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional, meliputi 12 sampel dengan teknik total sampling. Data dikumpulkan melalui observasi dan dianalisa menggunakan SPSS Version 16 for Windows dengan Test Chi Square Analisis.

Pada cuci tangan dengan handrub pabrik 83% hasil negatif Bakteri/Jamur dan 17% positif Bakter/Jamur. Pada handrub produk lokal 83% hasil negative dan 17% positif. Tes analisis Chi Square hasil penelitian Nilai p = 1.000 dan df = 1 dengan skala nominal, berarti tidak ada perbedaan antara efektifitas handrub produk lokal dengan handrub produk pabrik terhadap pertumbuhan bakteri dan jamur.

Pada praktek cuci tangan, handrub produk lokal bisa menjadi alternatif yang baik sebagai upaya menekan pertumbuhan bakteri dan jamur.

Kata Kunci : Handrub produk lokal, Handrub produk pabrik, Cuci tangan

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Dari sudut pandang pencegahan dan

pengendalian infeksi, praktek membersihkan tangan adalah untuk mencegah infeksi yang ditularkan melalui tangan, dan untuk menghilangkan semua kotoran dan debris serta menghambat atau membunuh mikroorganisme pada kulit.

Mencuci tangan telah dianggap sebagai salah satu tindakan terpenting untuk mengurangi penularan mikroorganisme dan mencegah infeksi kepada petugas kesehatan yang melayani mereka dan staf pendukung (seperti staf rumah tangga, staf pembuang sampah, staf laboratorium) semua dihadapkan pada risiko infeksi. Organisme patogen dari pasien yang terinfeksi atau dari lingkungan yang terkontaminasi tangan petugas selama aktivitas klinik kemudian

tersebar ke pasien lain. Berdasarkan pola dan peta kuman yang ada di Rumah Sakit Semen Gresik tahun 2012 Kuman gram negatif adalah kuman yang paling banyak ditemukan dengan persentase 56,5% atau 130 isolat. Kuman gram positif sebanyak 43,5% atau 100 isolat.Kuman gram negatif yang paling banyak ditemukan adalah Escherichia sp. dengan persentase 22,2% dari 130 isolat gram negatif. Kuman gram positif masih didominasi oleh bakteri golongan stafilokokkus koagulase negatif, dengan jenis kuman yang paling banyak ditemukan adalah Staphylococcus epidermidis sebanyak 28 isolat atau 12,2%. Menjaga kebersihan tangan dengan baik dapat mencegah penularan mikroorganisme dan menurunkan frekuensi infeksi nosokomial (Boyce 1999; Larson 1995). Kegagalan melakukan kebersihan tangan yang baik dan benar dianggap sebagai

316

Page 32: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

penyebab utama infeksi nosokomial (HAIs) dan penyebaran mikroorganisme multi resisten di fasilitas pelayanan kesehatan dan telah diakui sebagai kontributor yang penting terhadap timbulnya wabah (Boyce dan Pittet, 2002). Penggunaan handrub untuk tangan yang bersih lebih efektif membunuh flora residen dan flora transien dari pada mencuci tangan dengan sabun antiseptik atau dengan sabun biasa dan air, antiseptik ini cepat dan mudah digunakan serta menghasilkan penurunan jumlah flora tangan yang lebih besar (Girau et al.2002). Hanrub dapat menggantikan cuci tangan, proses cuci tangan dengan sabun dan air sebagai prosedur utama untuk meningkatkan kepatuhan (Larson et al.2000; Pittet et al 2000). Larutan antiseptik atau disebut juga antimikroba topikal, dipakai pada kulit atau jaringan hidup lainnya untuk menghambat aktivitas atau membunuh mikroorganisme pada kulit (PERDALIN, 2009). Antiseptik atau bahan antimikroba adalah zat kimia yang digunakan pada permukaan kulit atau jaringan hidup lainnya untuk menghambat atau membunuh mikroorganisme baik yang bersifat sementara maupun tetap (JHPIEGO, 2004). Larutan penggosok antiseptik berbasis alkohol tanpa air atau pengosok antiseptik bereaksi cepat yang tidak harus menggunakan air dapat menghilangkan flora sementara atau mengurangi mikroorganisme tetap serta melindungi kulit sebagaian besar mengandung alkohol 60-70%, emolien dan sering ditambahkan antiseptik lain misalnya klorheksidin glukonat 2-4% yang mempunyai aksi sisa/residual (Larson dkk 2001). Kedua tangan harus dicuci dengan dengan sabun dan air bersih (atau menggunakan penggosok antiseptik) sesudah melepas sarung tangan karena kemungkinan sarung tangan berlubang atau robek, sehingga bakteri dapat dengan mudah berkembang biak di lingkungan yang hangat dan basah di dalam sarung tangan (Korneiwicz dkk 1990). Larutan berbasis alkohol untuk penggosok tangan yang bersifat non-iritasi dapat dibuat dengan menambahkan baik gliserin, propilen glikol, atau sorbitol dengan alkohol (2ml pada 100ml dari 60-90% larutan etil atau isopropil alkohol) (Larson 1990; Pierce 1990).

Namun sampai saat ini efektifitas handrub produk lokal terhadap pertumbuhan bakteri dan jamur belum perna di jelaskan.

Di RS Semen Gresik, SOP (Standar Operasional Prosedur) tertuang dalam Surat Keputusan Direksi RSSG No Dokumen QAP/2005/01 tentang cara cuci tangan dengan antiseptik berbasis alkohol tanpa air. Pada tahun 2013 kebutuhan handrub di RS Semen Gresik total 563 liter, yang di pergunakan di IRNA : 447 liter atau sekitar 79%, IRJ : 28 liter atau 4%, IGD : 34 liter atau 6%, IBS : 9 liter atau 1% sedangkan di bagian unit penunjang 44 liter atau 7%.Standar rumah sakit mewajibkan para petugas untuk melakukan cuci tangan sesuai dengan prosedur yang berlaku, tetapi rumah sakit juga harus konsisten untuk memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana yang dibutuhkan. Rumah Sakit Semen Gresik selaku pengelola wajib menyediakan sarana cuci tangan (handrub) untuk mendukung pelaksanaan kerja perawat sehingga mengurangi risiko infeksi nosokomial.

Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit Semen Gresik salah satunya adalah dengan membuat handrub sendiri sebagai produk lokal, dengan harapan secara mutu pelayanan tetap terjaga untuk mengurangi risiko infeksi dan juga dari segi biaya dapat ditekan seminimal mungkin. Berdasarkan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penggunaan antiseptik tangan (handrub) produk lokal sama efektifnya dibandingkan dengan (handrub) produk pabrik terhadap pertumbuhan bakteri dan jamur pada perawat Intensive Care Unit di Rumah Sakit Semen Gresik.

1.2. Rumusan masalahBerdasarkan latar belakang di atas

maka peneliti menetapkan rumusan masalah sebagai berikut : “Apakah ada perbedaan Efektifitas handrub lokal dan handrub pabrik terhadap pertumbuhan bakteri dan jamur ? “

B. TINJAUAN PUSTAKA

317

Page 33: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

2.1 Cuci tangan

Menurut Learson (1995) Kesehatan dan kebersihan tangan secara bermakna mengurangi jumlah mikroorganisme penyebab penyakit pada kedua tangan dan lengan serta meminimalisasi kontaminasi silang (misalnya dari petugas kesehatan ke pasien), pilihan sabun biasa atau antiseptik atau penggunaan penggosok tangan berbasis alkohol tergantung pada besarnya risiko kontak dengan pasien.

Menurut E Girau dkk (2002) membersihkan tangan dengan menggunakan larutan yang menggandung alkohol lebih banyak menurunkan kontaminasi melalui tangan pada petugas kesehatan di bandingkan dengan cara mencuci tangan menggunakan sabun. Larutan antiseptik tersebut yang digunakan tersebut menggandung 45% 2-propanolol, 30% 1-propanolol, 0,2% mecetronium etil sulfat, dengan isi 3-5ml, bermerek sterillium buatan pabrik Bode Chemie–Jerman.

Sedangkan menurut JJ Parienti dkk (2002), membersihkan tangan dengan menggunakan larutan menggandung alkohol sama efektifnya untuk menurunkan kontaminasi melalui tangan pada staf operasi di bandingkan cara mencuci tangan dengan menggunakan sabun, larutan diberikan di tangan hingga siku sebanyak 5ml dan didiamkan selama 2 menit 30 detik tanpa dibilas ataupun dikeringkan.

Menurut EL Larson (2005), tidak ditemukan perbedaan signifikan terhadap timbulnya infeksi pada neonatus pada pemakaian larutan antiseptik pada petugas NICU ataupun yang mencuci tangan dengan sabun antiseptik, pada pembersihan dengan larutan antiseptik dibandingkan terhadap mencuci tangan dengan sabun antiseptik sebesar 0,98 (95% CI,0,77-1,25) untuk semua jenis infeksi pada neunatus.

2.2 Cara mencuci tangan yang efektif menggunakan sabun antiseptik maupun dengan menggunkan larutan mengandung alkohol.

Sebagian besar penyebaran kuman patogen adalah melalui kontak tangan. Menjaga kebersihan tangan berperan dalam menurunkan insiden HAIs. Cuci tangan di promosikan satu-satnya cara yang paling efektif untuk mencegah infeksi, tetapi mempertahankan kebiasaan cuci tangan masih menjadi masalah serta ketersediaan sarana cuci tangan yang memadai. Pentingnya cuci tangan di perkenalkan pertama kali oleh dr. Ignaz Semmelweis pada pertengan tahun 1800-an, mendemonstrasikan bagaimana cuci tangan secara teratur dapat menurunkan penyebaran penyakit. Baru pada tahun 1980-an diperkenalkan pada konsep menjaga kebersihan tangan terhadap petugas kesehatan dengan dikeluarkannya guideline pertama. Pada tahun 1961 telah dikeluarkan film demonstrasi tentang cuci tangan dengana menggunakan air dan sabun selama 1-2 menit pada petugas kesehatan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien.

Tujuan mencuci tangan pada petugas kesehatan adalah untuk membersihkan kotoran yeng terlihat pada tangan, mencegah membawah kuman dari rumah ke tempat kerja, mencegah membawah kuman dari tempat kerja ke rumah, mencegah terjadinya infeksi pada pasien yang didapat di rumah sakit.

Saat tangan terlihat kotor, terkontaminasi, atau berlumuran tanah, maka dapat dicuci dengan menggunakan air dan sabun antimikroba ataupun non antimikroba. Sedangkan bila tangan tidak terlihat secara jelas seperti diatas, maka tangan dapat cukcup dibersihkan dengan larutan mengandung alkohol.

Indikasi waktu untuk mencuci tangan yakni sebelum dan sesudah melakukan tindakan, setelah kontak dengan cairan tubuh, setelah memegang alat yang terkontaminsi (misal jarum suntik, linen) sebelum dan sesudah kontak dengan pasien di ruang isolasi, keluar dari toilet, sebelum menyajikan makanan dan minum, pada saat memulai dan mengakhiri kerja, dan sesudah kontak dengan lingkungan pasien di sekitar pasien. Hal yang perlu diperhatikan dalam

318

Page 34: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

mencuci tangan sebagaimana dianjurkan oleh WHO :

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menjaga kebersihan tangan antara lain jari tangan, penelitian membuktikan bahwa daerah di bawah kuku (ruang subungual) mengandung jumlah mikroba tertinggi (McGinlnley, Larson dan Leydon 1988). Beberapa penelitian baru-baru ini telah memperlihatkan kuku yang panjang dapat berperan sebagai reservoir untuk bakteri gram negatif (P.aerugenosa), jamur dan patogen lain (Hedderwick et al. 2000). Kuku panjang, baik yang alami ataupun yang buatan lebih mudah melubangi sarung tangan 9Olsen et al.1993). Oleh karena itu kuku harus dijaga tetap pendek, tidak lebih dari 3mm melebihi ujung jari. Kuku buatan (pembungkus kuku, ujung kuku, pemanjang akrilik) yang dipakai oleh petugas kesehatan dapat berperan dalam infeksi nosokomial (Hedderwick et al. 2000). Selain itu telah terbukti bahwa kuku buatan dapat berperan sebagai reservoir untuk bakteri gram negatif, pemakaiannya oleh petugas kesehatan harus di larang. Cat kuku, penggunaan cat kuku saat bertugas tidak diperkenankan.Perhiasan, penggunaan perhiasan saat bertugas tidak diperkenankan.

C. METODE PENELITIAN

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasy Eksperimen yang dilakukan di Ruang ICU Rumah Sakit Semen Gresik mulai tanggal mulai 1 – 31 Oktober 2014. Populasi dalam penelitian ini adalah semua perawat Ruang ICU RS Semen Gresik sebanyak 12 orang.

Pada penelitian ini menggunakan teknik Total sampling yaitu teknik penetapan sampel dimana semua target populasi dimasukkan sebagai sample yaitu sebanyak 12 orang. Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah cuci tangan dengan menggunakan handrub produk lokal dan cuci tangan dengan menggunakan handrub produk pabrik, sedangkan variabel dependennya pertumbuhan bakteri dan

jamur pada tangan perawat setelah cuci tangan.

Pengumpulan data pada penelitian ini didapatkan melalui observasi pada pengambilan sample pada tangan responden yang diteliti setelah melakukan cuci tangan dengan menggunakan handrub produk lokal dan handrub produk pabrik, selanjutnya peneliti melakukan observasi yang dilakukan di laboratorium selama 48 jam. Data yang sudah berbentuk nominal diolah dan dianalisis dengan menggunakan uji Chi-Square yang dengan derajat kemaknaan p < (0,05).

D. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1.1 Pertumbuhan Bakteri dan Jamur pada petugas yang melakukan cuci tangan dengan handrub produk lokal.

Dari diagram pie 5.1 menunjukkan bahwa hampir seluruhnya perawat yang mencuci tangan menggunakan handrub produk lokal (6 perawat Ruang ICU) didapatkan sebanyak 5 orang perawat (83%) setelah dilakukan pemeriksaan laboratorium dinyatakan Negatif Kuman, dan sebagian kecil (1 orang perawat Ruang ICU) didapatkan positif tumbuh jamur (17%).

5.1.2 Pertumbuhan Bakteri dan Jamur pada petugas yang melakukan cuci tangan dengan handrub produk pabrik.

Dari diagram pie 5.2 menunjukkan bahwa hampir seluruhnya perawat yang mencuci tangan menggunakan handrub produk pabrik (6 perawat Ruang ICU) didapatkan sebanyak 5 orang perawat (83%) setelah dilakukan pemeriksaan laboratorium dinyatakan Negatif Kuman, dan sebagian kecil (1 orang perawat Ruang ICU) didapatkan positif tumbuh bakteri (17%).

319

Page 35: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

E. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan1 Hampir seluruh perawat yang

mencuci tangan dengan menggunakan handrub produk lokal tidak di dapatkan pertumbuhan bakteri dan jamur.

2 Hampir seluruh perawat yang mencuci tangan dengan menggunakan handrub produk pabrik tidak di dapatkan pertumbuhan bakteri dan jamur.

3 Perawat yang melakukan cuci tangan dengan menggunakan handrub produk lokal dan handrub produk pabrik tidak didapatkan pertumbuhan bakteri dan jamur.

6.2. Saran

1 Diperlukan penelitian untuk mengetahui pertumbuhan jenis bakteri/jamur secara mikroskopis.

2 Sebagai acuan dalam penentuan standar operasional efisiensi biaya dalam pemakaian handrub produk lokal atau handrub produk pabrik yang dipakai dalam prosedur cuci tangan terhadap pertumbuhan bakteri dan jamur di Rumah Sakit Semen Gresik

3 Setiap perawat wajib cuci tangan sesuai dengan SOP yang telah di tetapkan Rumah Sakit Semen Gresik.

DAFTAR PUSTAKAAlimul A. Aziz, (2003). Riset Keperawatan

dan Teknik Penulisan Ilmiah, Jakarta : EGC

Depkes RI,(2001). Pedoman Pengendalian Infeksi Nosokomial di Rumah Sakit, Jakarta Depkes

Depkes RI, (2007). Pedoman Manajerial Pencegahan Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya, Jakarta Depkes.

Depkes RI, (2007). Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya. Edisi kedua. Jakarta, Depkes.

Depkes RI, (2004). Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di ICU. Jakarta,Depkes.

Depkes RI, (2005).Pedoman Pelaksanaan Kwaspadaan Universal di Pelayanan Kesehatan, Edisi II ,Jakarta

Direktorat Bina Pelayanan Medik Spesialistik Kementrian Kesehatan RI,( 2010). Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di RS dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya, Kesiapan Menghadapi Emerging Infectious Disease. Jakarta.Depkes

Dahesihdewi A. dkk, (2010). Perbandingan Efektivitas Berbagai Antiseptik pada Implementasi Program Kebersihan Tangan Menuju Keamanan Pelayanan. Di RSUP DR  Sardjito. Yogyakarta tidak di publikasikan

Fajar Ardi Desiyanto, Sitti Nur Djannah (2013). Efektifitas Mencuci Tangan Menggunakan Cairan Pembersih Tangan Antiseptik (Hand Sanitizer) Terhadap Jumlah Angkah Kuman. KESMAS VOL.7

Isadiartuti, D. dan S. Retno, (2005). Uji efektifitas sediaan gel antiseptik tangan yang mengandung etanol dan triklosan. Majalah Farmasi Airlangga.5 (3): 8

IGGA Putri Sri Rejeki (2013). Mikrobiologi Makalah worshop dan PPIRS di Departemen / Instalasi Patologi Klinik Surabaya. Tidak di publikasikan 14-16 November.

Komite Pengendalian Infeksi (2009). Pedoman Diagnostik dan Upaya Pencegahan Infeksi Nosokomial, Rumah Sakit Umum Dr Soetomo, Surabaya

Linda Tietjen, Debora, et al (2004). Pedoman Pencegahan Infeksi untuk Fasilitas Pelayanan Kesehatan dengan Sumber Daya Terbatas, Edisi Kedua, Jakarta 2004

320

Page 36: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

Nursalam. (2003). Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Surabaya : Salemba Medika

PPI, RSSG (2013). SK DIREKSI No.189/Kpts/Ka.RSSG/2013 Panduan Kebersihan Tangan. Tidak dipublikasikan

PPI, RSSG (2013). SK DIREKSI No.196/Kpts/Ka.RSSG/2013 Panduan Manajemen Risiko. Tidak dipublikasikan

PPI, RSSG (2013). SK DIREKSI No.076/Kpts/Ka.RSSG/2013 Panduan Alat Pelindung Diri. Tidak dipublikasikan

PPI, RSSG (2013). SK DIREKSI No.168/Kpts/Ka.RSSG/2013 Panduan Perawatan Pasien Penyakit Menular. Tidak dipublikasikan

RS Semen Gresik (2013). Standar Prosedur Operasional Cara Cuci Tangan dengan Antiseptik berbasis alkohol tanpa air. Bidang Keperawatan RS Semen Gresik. Tidak dipublikasikan.

Rachmayanti, (2009). Penggunaan Media Panggung Boneka dalam Pendidikan Personal Hygiene Cuci Tangan Menggunakan Sabun di Air Mengalir. 1(1), 1-13,

RS Semen Gresik (2005). Standar Praktek Keperawatan. Bidang Keperawatan RS Semen Gresik. Tidak dipublikasikan.

Sari, Wening (2009). Efektivitas Larutan Antiseptik Klorheksidin Glukonat 0,5% yang Tergenang untuk Cuci Tangan. Journal - ilmiah nasional Cermin Dunia Kedokteran vol. 36 no. 5 page 324-327

Supriyantoro, Chairul Radjab Nasution, et al (2012), Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Tuberkolosis di Fasilitas Pelayanan Kesehatan, Jakrata

Saifudin, Abdul Bari, dkk (2004). Panduan Pencegahan Infeksi untuk Fasilitas Pelayanan Kesehatan dengan Sumber Daya Terbatas, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta

Saryono, (2008). Metodologi Penelitian Kesehatan, Edisi 1. Jogjakarta: Mitra Cendikia Press

321

Page 37: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

HUBUNGAN POLA MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN OBESITAS PADA REMAJA

Melinda FihmaturizkaProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik

ABSTRACT

Obesity was a condition where a person has a weight heavier than their ideal weight due to the accumulation of fat in body, this happens due to excessive eating and lack in the activity. The purpose of this research is to determine the relationship of diet and physical activity with obesity in adolescents. The methode used design Cross-sectional research, population in this research 22 obese adolescents with a total sampling. Samples taked as many as 22 respondents. Independent variable was diet and physical activity and the dependent variable was obesity. The data of this research was taken by used questionnaires and observation. From the statistical test of Spearman's rho correlation was obtained diet ρ = 0.000 with a correlation of r = 0.782 means that there was a strong relationship between diet and obesity in adolescents. physical activity obtained correlation ρ = 0.000 and r = 0.752 means that there was a strong relationship between physical activity and obesity in adolescents. Based on these results in order to improve young people's behavior regarding appropriate diet and increase physical activity needs, so as not obese adolescents and teens can be protected from various kinds of diseases caused by obesity.

Keywords: diet, physical activity, obesity and adolescents.

ABSTRAK

Obesitas adalah keadaan dimana seorang memiliki berat badan yang lebih berat dibandingkan berat badan idealnya yang disebabkan terjadinya penumpukan lemak ditubuhnya, hal ini terjadi karena pola makan yang berlebihan dan kurangnya dalam beraktifitas. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan pola makan dan aktifitas fisik dengan obesitas pada remaja. Desain penelitian ini menggunakan Cross sectional, populasi dalam penelitian ini 22 remaja yang mengalami obesitas dengan total sampling. Sampel yang diambil sebanyak 22 responden. Variabel independennya adalah pola makan dan aktifitas fisik dan variabel dependennya adalah obesitas. Data penelitian ini diambil dengan menggunakan kuesioner dan observasi. Dari hasil uji statistik korelasi spearmans rho didapatkan hasil pola makan ρ =0,000 dengan korelasi r = 0,782 artinya ada hubungan kuat antara pola makan dengan obesitas pada remaja. aktifitas fisik didapatkan ρ = 0,000 dan korelasi r = 0,752 artinya ada hubungan kuat antara aktifitas fisik dengan obesitas pada remaja. Berdasarkan hasil penelitian tersebut agar para remaja meningkatkan perilaku mengenai pola makan yang sesuai kebutuhan dan meningkatkan aktifitas fisik, sehingga remaja tidak mengalami obesitas dan remaja dapat terhindar dari berbagai macam penyakit yang di sebabkan oleh obesitas.

Kata kunci: pola makan, aktifitas fisik, obesitas dan remaja.

I. PENDAHULUAN

322

Page 38: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

A. Latar Belakang

Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak – kanak ke masa dewasa. Pada masa ini terjadi macam perubahan dan perkembangan yang cepat baik secara fisik maupun psikososial. Perubahan fisik akan menyebabkan terjadinya pertumbuhan, yang akan mempengaruhi status kesehatan dan gizinya, ketidakseimbangan antara asupan kebutuhan atau kecukupan akan menimbulkan masalah gizi baik berupa masalah gizi lebih maupun gizi kurang. Masalah – masalah gizi dan kesehatan yang dihadapi remaja tersebut saling berkaitan satu sama lain dan diperlukan penanganan yang terpadu dan menyeluruh. Masalah gizi yang biasa dialami pada fase remaja adalah obesitas (Depkes Jakarta1, 2010). Sebagian remaja baik laki-laki maupun perempuan mengalami Berat Badan lebih atau Obesitas. Beberapa diantaranya yang dapat menyebabkan obesitas yaitu pola makan dan aktivitas fisik. Seperti apa kualitas dan kuantitas makanan serta bagaimana seseorang beraktivitas. Jika genetik dan psikososial tidak dapat diubah, pola makan dan aktivitas dapat diubah jika ada kemauan dari seseorang untuk memperbaiki kualitas kesehatannya (Hudha, 2006). Studi awal di dapatkan ada sekitar 75 remaja, dimana 22 remaja mengalami obesitas yang disebabkan karena pola makan yang salah dan kurangnya melakukan aktivitas fisik. Namun hubungan pola makan dan aktifitas fisik dengan kejadian Obesitas pada remaja masih belum dapat dijelaskan.

Data selama 2010, di Indonesia ternyata prevalensi obesitas pada anak usia > 17 tahun tertinggi berada di jakarta (24,8%), Semarang (24%), Solo (5,3 %), Yogyakarta (11,4%), surabaya (17,75%) (Ashari, 2013).

II. Rumusan Masalah

Adakah Hubungan Pola Makan dan Aktivitas Fisik dengan kejadian Obesitas pada Remaja di desa Cerme Lor RW 08?

A. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan pola makan dan aktivitas

fisik dengan obesitas pada remaja di desa cerme lorrw 08.

B. Manfaat Penelitian

C. Manfaat Teoritis

Sebagai bahan tambahan kajian dan pengembangan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan masyarakat terutama tentang hal-hal yang berhubungan dengan kejadian obesitas.

D. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini dapat menambah informasi khususnya mengenai Obesitas, tentang pentingnya pengetahuan tentang hubungan pola makan dan aktivitas fisik pada remaja, sehingga dapat mencegah terjadinya obesitas. Mengetahui adanya faktor penyebab terjadinya obesitas pada remaja, serta untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan. Dapat memberikan informasi ilmiah untuk mendukung program kesehatan dan gizi terutrama di perkotaan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan memberikan informasi kepada masyarakat, mengenai faktor–faktor penyebab yang mempengaruhi terjadinya obesitas. Dapat menghindari penyebab terjadinya obesitas pada remaja.

III. TINJAUAN PUSTAKA

Pola makan merupakan wujud perilaku manusia pada makanan. Perilaku merupakan totalitas penghayatan dan aktivitas, yang merupakan hasil akhir jalinan yang saling mempengaruhi antara berbagai macam gejala seperti perhatian, pengamatan, pikiran, ingatan, dan fantasi (Suharsini. 2006). Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi pola makan antara lain : frekuensi makan, kebiasaan makan dan jenis makanan (Damayanti, 2002). Aktivitas fisik adalah gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot - otot rangka yang dihasilkan sebagai suatu pengeluaran tenaga (dinyatakan sebagai kilo kalori). Meliputi pekerjaan, waktu senggang, dan aktivitas sehari - hari. Aktivitas tersebut memerlukan usaha ringan, sedang, dan berat dapat menyebabkan perbaikan bila dilakukan secara teratur (Erryga & Puji .2010). Faktor - faktor yang mempengaruhi aktivitas fisik: umur, jenis kelamin dan penyakit/kelainan

323

Page 39: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

tubuh (O'dea. Jenny. 2005). Obesitas adalah keadaan yang menunjukkan adanya kelebihan lemak tubuh yang umumnya ditimbun dalam jaringan subkutan (bawah kulit), sekitar organ tubuh dari kadang terjadi perluasan ke dalam jaringan organnya (Waspadji, 2003). Masa remaja atau adolesensi adalah suatu fase perkembangan yang dinamis dalam kehidupan seorang individu. Masa ini merupakan periode transisi dari masa anak ke masa dewasa yang ditandai dengan percepatan perkembangan fisik, mental, emosional dan social dan berlangsung dalam decade kedua masa kehidupan ( Moersintowati, 2010 ).

Makanan tinggi lemak biasanya tinggi kalori, dan bila per harinya mengkonsumsi secara terus menerus hingga berlebihan, maka akan menyebabkan penimbunan lemak di dalam tubuh sehingga berakibat mengalami obesitas. Adapun beberapa faktor yang dapat menyebabkan obesitas, diantaranya Faktor Pola Makan dan Aktivitas Fisik. Pola makan yang berlebih menjadi faktor terjadinya obesitas. Obesitas terjadi jika seseorang mengonsumsi kalori melebihi jumlah kalori yang dibakar. Pada hakikatnya, tubuh memerlukan asupan kalori untuk kelangsungan hidup dan aktifitas fisik. Orang dengan obesitas akan lebih responsif terhadap rangsangan lapar eksternal ( rasa, bau makanan, jam makan, dan lainnya ) dibandingkan dengan orang yang memiliki berat badan normal. Orang dengan obesitas akan makan lebih banyak pada saat yang mencengkam atau kondisi penuh stres. Sedangkan Aktivitas fisik merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan kebutuhan energi, sehingga apabila aktivitas fisik rendah maka kemungkinan terjadinya obesitas akan meningkat (Soegih, 2009).

IV. METODE DAN ANALISA

Penelitian ini menggunakan desain analitik dengan pendekatan cross sectional, dilaksanakan di Desa Cerme Lor RW 08 Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik pada bulan November 2014. Populasi dalam penelitian ini adalah semua remaja yang mengalami obesitas di Desa Cerme Lor RW

08 Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik. Jumlah populasi sebesar 22 remaja, menggunakan non probability tipe total sampling, dimana seluruh remaja yang mengalami obesitas di gunakan sebagai responden. Variabel independen dalam penelitian ini adalah pola makan dan aktivitas fisik, sedangkan variable dependennya adalah kejadian obesitas. Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini melalui kuisioner dan observasi. Lembar kuisioner pada penelitian ini digunakan untuk mengetahui pola makan sedangkan lembar observasi pada penelitian ini digunakan untuk mengetahui aktivitas fisik dan kejadian obesitas. Data-data yang sudah berbentuk ordinal dan ordinal, dianalisis dengan menggunakan uji statistik Spearman Rank dengan taraf signifikan ρ≤ 0,05 dengan program SPSS 17 for Window. Maka Ho ditolak dan H1 di terima.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1: Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian Obesitas Pada Remaja.

Tabel 1 menunjukkan bahwa dari 22 responden didapatkan bahwa sebagian besar yaitu 54,5% (12 responden) memiliki pola makan baik dengan kejadian obesitas berat dan sebagian kecil responden memiliki pola makan kurang dengan kejadian obesitas ringan yaitu 9,1% (2 responden).

Dengan menggunakan uji statistik non parametrik, korelasi spearmans rho tingkat kemaknaan α ≤ 0,05 didapatkan hasil ρ =0,000 artinya ada hubungan antara pola makan dengan kejadian obesitas pada remaja. Sedangkan nilai korelasi r = 0,782 artinya derajat hubungan yang kuat antara pola makan dengan kejadian obesitas pada remaja.

Tabel 2 : Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Kejadian Obesitas Pada Remaja.

Aktivitas Fisik

Kejadian Obesitas Frekuensi %Ringan Sedang Berat

324

No Pola Makan

Kejadian Obesitas Frekuensi %Ringan Sedang Berat

∑ % ∑ % N %1 Berlebih 0 0 2 9,1 12 54,5 14 63,62 Sedang 0 0 6 27,3 0 0 6 27,33 Kurang 2 9,1 0 0 0 0 2 9,1

Jumlah 2 9,1 8 36,4 12 54,5 22 100Spearman Rho ρ = 0,000 r = 0,782

Page 40: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

∑ % ∑ % ∑ %1 Ringan 0 0 0 0 12 54,5 12 54,52 Sedang 0 0 8 36,4 0 0 8 36,43 Berat 2 9,1 0 0 0 0 2 9,1

Jumlah 2 9,1 8 36,4 12 54,5 22 100Spearman Rho ρ = 0,000 r = 0,752

Tabel 2 menunjukkan bahwa dari 22 responden didapatkan bahwa sebagian besar yaitu 54,5% (12 responden) memiliki aktivitas fisik ringan dengan kejadian obesitas berat dan sebagian kecil responden memiliki aktivitas berat dengan kejadian obesitas ringan yaitu 9,1% (2 responden).

Dengan menggunakan uji statistik non parametrik, korelasi spearmans rho tingkat kemaknaan α ≤ 0,05 didapatkan hasil ρ =0,000 artinya ada hubungan aktivitas fisik dengan kejadian obesitas pada remaja. Sedangkan nilai korelasi r = 0,752 artinya derajat hubungan yang kuat antara aktivitas fisik dengan kejadian obesitas pada remaja.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan1. Pola makan responden sebagian besar

adalah baik2. Aktivitas fisik responden sebagian besar

adalah ringan.3. Tingkat obesitas sebagian besar

responden adalah obesitas berat.4. Pola makan berhubungan dengan

obesitas pada remaja di pengaruhi faktor pola makan yaitu frekuensi konsumsi pangan, umur, dan pendidikan.

5. Aktivitas fisik berhubungan dengan obesitas pada remaja dipengaruhi oleh usia dan jenis kelamin.

B. Saran

1. Agar puskesmas/tempat pelayanan kesehatan melaksanakan program-program penyuluhan kesehatan terutama yang berhubungan dengan upaya penurunan berat badan.

2. Agar para perawat dan tenaga medis lainnya untuk meningkatkan penyuluhan tentang pentingnya menjaga pola makan dan aktifitas fisik agar dapat mengurangi dan atau mencegah peningkatan berat badan di wilayah kerjanya.

3. Agar para penderita obesitas lebih meningkatkan upaya penurunan berat badannya yang sesuai aturan agar penderita obesitas tidak mengalami gangguan kesehatan.

4 Perlunya instrument pola makan yang melihat pada pedoman gizi seimbang baik jumlah maupun jenis.

5 Perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut dengan sampel yang lebih besar, serta dengan topik lainnya dan juga penelitian lanjutan tentang pengaruh penyuluhan kesehatan tentang pentingnya asupan nutrisi terhadap peningkatan berat badan.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsini. 2006. Prosedur penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Asdi Mahasatya.

Asrori, Muhammad, Dkk .2009. Psikologis Remaja Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : Bumi Aksara.

Azwar, Saifuddin. MA. 2007. Sikap Manusia Dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

Azwar, Saifuddin.2010. Metode Penelitian . Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Dinkes. 2009. Pola makan Di Indonesia. Tersedia di http://www. Dinkes.go.id. diakses tanggal 24 September 2014.

Erryga & Puji .2010. Keluarga Sehat . Jakarta : Gramedia.

Hidayat, A.Aziz Alimul.2007.Riset Keperawatan dan Teknis Penulisan ilmiah. Jakarta: Salemba Medika.

Hidayat, Aziz alimul. 2010. Metode Penelitian Kesehatan. Surabaya: Kelapa pariwara.

Mansjoer, Arif.2008.Kapita Selekta Kedokteran . Jakarta : Media Aesculapius.

325

Page 41: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

Misrawatie.2010.Gizi Remaja.Tersedia di www . id. wordpress.com . diakses tanggal 24 September 2014.

Moersintowati, dkk . 2010. Buku Ajar I Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Jakarta : Sagung Seto.

Notoadmojo, Soekidjo . 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan . Jakarta : Rineka Cipta.

Notoadmojo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan . Jakarta : Rineka Cipta.

Nursalam.2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan . Jakarta : Salemba Medika.

O’dea. Jenny. 2005. Makanan sehat, Anak cerdas. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer.

Proverawati, Atikah.2010. Obesitas dan Gangguan Perilaku Makan pada Obesitas .Yogyakarta : Nuha Medika.

Poltekes Depkes. 2010. Kesehatan Remaja Problem dan Solusinya.Jakarta : Salemba Medika

Rachmad & Kunkun.2009.Obesitas Permasalahan dan Terapi Praktis. Jakarta : Sagung Seto.

Riduwan.2010.Skala Pengukuran Variabel – Variabel Penelitian . Bandung : ALFABETA.

Setiadi. 2007. Konsep Dasar Praktik Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Setiadi. 2013. Konsep Dasar Praktik Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sulistyowati.2009.Rahasia Sehat dan Cantik Sampai Usila. Yogyakarta : ANDI.

Sumanto, Agus.2009. Tetap Langsing dan Sehat dengan Terapi Diet . Jakarta : Agromedia Pustaka.

Suyatno.2008.Kebiasaan Makan. Tersedia di http://ebookbrowse./jurnal.com Diakses tanggal 18september 2014.

326

Page 42: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

PENGARUH TERAPI TERTAWA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT STRES PADA LANJUT USIA

Alfia Lestari Yani

Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik

ABSTRACT

Physical and psychological setbacks in the elderly can give problems causing the elderly to become stressed. Stress can be overcome with laughter therapy because it can provide a stimulus to the brain to suppress the secretion of epinephrine and cortisol and encourages the release of hormones endorphine. The purpose of this study is to determine the effect of laughter therapy to decrease stress levels.The research design used a one-group pre-post test design, the population in this study there were 18 respondents with purposive sampling. Samples taken as many as 17 respondents. Independent variable was laughter therapy and the dependent variable was the level of stress elderly. The data of this study were taken by using observation and structured interviews.From the statistical test Wilcoxon signed rank test showed sig (2-tailed) p = 0.000, mean p <0.05 then Ho was rejected Hi acceptable means there influence laughter therapy to decrease the level of stress in the elderly.Laughter therapy is needed in a decrease in stress levels. Laughter therapy in addition to lower stress levels can also cause feelings of calm and comfortable for suppressing the secretion of the hormone epinephrine, cortisol and encourages the release of endorphine.

Keywords: laughter therapy, stress levels, elderly

ABSTRAKKemunduran fisik dan psikologis pada lanjut usia dapat memberikan masalah sehingga menyebabkan

lanjut usia menjadi stres. Stres dapat diatasi dengan terapi tertawa karena dapat memberikan stimulus pada otak untuk menekan sekresi epinephrin dan kortisol dan mendorong pelepasan hormon endorphine. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh terapi tertawa terhadap penurunan tingkat stres.Desain penelitian ini menggunakan one-group pre-post test design, populasi dalam penelitian ini ada 18 responden dengan purposive sampling.Sampel yang diambil sebanyak 17 responden. Variabel independennya adalah terapi tertawa dan variabel dependennya adalah tingkat stres lanjut usia. Data penelitian ini diambil dengan menggunakan observasi dan wawancara terstruktur.Dari hasil uji statistik Wilcoxon signed Rank Test didapatkan hasil nilai sig (2-tailed) p = 0.000, berarti p < 0.05 maka Ho ditolak Hi diterima artinya ada pengaruh terapi tertawa terhadap penurunan tingkat stres pada lanjut usia.Pemberian terapi tertawa sangat dibutuhkan dalam penurunan tingkat stres. Terapi tertawa selain untuk menurunkan tingkat stres juga dapat menimbulkan perasaan tenang dan nyaman karena menekan sekresi hormon epinephrine, kortisol dan mendorong pelepasan endorphine.

Kata kunci : Terapi tertawa, tingkat stres, lanjut usia

327

Page 43: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Hasil dari pembangunan kesehatan di Indonesia adalah meningkatnya angka harapan hidup (life expectancy).Dilihat dari sisi ini pembangunan kesehatan di Indonesia telah meningkat secara bermakna. Namun, di sisi lain dengan meningkatnya angka harapan hidup ini membawa beban bagi masyarakat, karena populasi penduduk lanjut usia (lansia) meningkat (Nugroho, 2004). Menurut UU No. 13 tahun 1998 Pasal 1 Ayat 2 tentang kesejahteraan lanjut usia menyatakan bahwa lanjut usia adalah seorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas. Banyak orang takut memasuki usia lanjut, karena asumsi mereka lansia itu adalah tidak berguna, lemah, tidak punya semangat hidup, pelupa, tidak diperhatikan oleh keluarga atau masyarakat, menjadi beban bagi orang lain, dan sebagainya. Pada kenyataannya, lanjut usia mengalami berbagai perubahan, secara fisik maupun mental. Akan tetapi perubahan-perubahan tersebut dapat diantisipasi sehingga tidak datang lebih dini. Proses penuaan pada setiap orang berbeda-beda, tergantung pada sikap dan kemauan seseorang dalam mengendalikan atau menerima proses penuaan itu (Wirakusuma, 2008). Kemunduran fisik dan psikologis pada lanjut usia dapat memberikan masalah pada lanjut usia tersebut dan orang disekitarnya. Walaupun demikian menua tidak dianggap suatu penyakit tetapi merupakan suatu proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun dari luar tubuh (Nugroho, 2004). Hal ini bisa menyebabkan lanjut usia menjadi stres. Stres adalah respon individu terhadap keadaan atau kejadian yang memicu stres (stressor), yang mengancam dan mengganggu seseorang untuk menanganinya.Sumber stres dibagi menjadi tiga yaitu stres yang bersumber dari diri sendiri, keluarga, masyarakat dan lingkungan (Hidayat, 2004). Stres ini dapat diatasi dengan berbagai cara, salah satunya dengan terapi tertawa. Terapi tertawa adalah suatu kegiatan yang akan melibatkan otot wajah dan organ dalam tubuh seperti jantung, paru-paru, melibatkan dada, diafragma dan perut, gerakan tersebut akan memberikan stimulus pada otak untuk menekan sekresi ephineprin dan kortisol dan mendorong pelepasan hormone endorphin yang menyebabkan timbulnya perasaan tenang dan nyaman (Kataria, 2010). Berdasarkan studi pendahuluan di Panti Wreda Lamongan didapatkan 55 Lanjut Usia. Dan dipanti tersebut sudah pernah dilakukan terapi yaitu terapi okupasi dengan training keterampilan dan terapi tertawa, namun untuk terapi tertawa belum optimal karena tidak dijadikan sebagai rutinitas sehingga pengaruh terapi tertawa terhadap penurunan tingkat stres pada lanjut usia sampai saat ini masih belum dapat dijelaskan.

Di Indonesia sendiri jumlah penduduk lansia meningkat setiap tahun nya, hal ini sesuai dengan survey yang dilakukan oleh United States Bureau of Census 1993, populasi usia lanjut di Indonesia diproyeksikan pada tahun 1990 – 2023 akan naik 414 %, suatu angka tertinggi di seluruh dunia dan pada tahun 2020, Indonesia akan menempati urutan keempat jumlah usia lanjut paling banyak sesudah Cina, India, dan Amerika. Fenomena ini akan berdampak pada semakin tingginya masalah yang akan dihadapi baik secara biologis, psikologis dan sosiokultural (Harry, 2012). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Nugraheni (2005) terapi tertawa dapat menurunkan tingkat depresi pada lanjut usia dengan rata-rata gejala depresi sebelum terapi tertawa adalah 28.27 dengan standar deviasi 3.863 dan rata-rata gejala depresi sesudah terapi tertawa 24.50 dengan standar deviasi 3.901. Berdasarkan data dari Panti Wreda Lamongan jumlah lanjut usia per oktober 2014 adalah 55 orang. Di Panti Wreda Lamongan , didapatkan lanjut usia yang mengalami stres adalah 18 orang yaitu stres ringan 11 orang (61,1%), stres sedang 6 orang (33,3%), dan stres berat adalah 1 orang (5,6%).

Menurut Mubarok et al (2006) lanjut usia mengalami perubahan-perubahan yang menuntut dirinya untuk menyesuaikan diri secara terus-menerus. Apabila proses penyesuaian diri dengan lingkungan kurang berhasil maka timbulah berbagai masalah. Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia diantaranya perubahan kondisi fisik, perubahan kondisi mental, perubahan psikososial, perubahan kognitif dan perubahan spiritual.Perubahan-perubahan tersebut menurut Hawari (2007) secara langsung atau tidak langsung dapat merupakan penyebab lansia mengalami stres.Seseorang yang mengalami stres dapat dilihat dari perubahan-perubahan yang terjadi pada kondisi fisiknya. Keluhan yang sering dirasakan pada orang yang mengalami stres adalah pemarah, pemurung, cemas, sedih, pesimis, menangis atau suasana hati sering berubah-ubah, harga diri menurun atau merasa tidak aman, mudah tersinggung, mudah menyerah pada orang dan mempunyai sikap bermusuhan, mimpi buruk, serta mengalami gangguan konsentrasi dan daya ingat (Hawari, 2007). Bila tidak diatasi dengan tepat, permasalahan yang harus dihadapi oleh lanjut usia akan menimbulkan akibat gangguan sistem, timbulnya penyakit dan manifestasi klinik, serta menurunya ADL (Activities of Daily Living) (Hardywinoto dan Setiabudhi, 2005). Tertawa 1 menit ternyata sebanding dengan bersepeda selama 15 menit.Hal ini membuat tekanan darah meningkat, O2 didalam sel dan jaringan juga meningkat sehingga bisa merelaksasi otot-otot dan aliran darah keseluruh tubuh, dan dapat menurunkan hormon epineprine dan kortisol sehingga meningkatkan hormon endorpine.Tertawa juga melatih otot dada, pernafasan, wajah, kaki, dan punggung.Selain fisik, tertawa juga

328

Page 44: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

berpengaruh terhadap kesehatan mental.Tertawa terbukti memperbaiki suasana hati dalam konteks sosial (Mangoenprasodjo & Hidayati, 2005).

Diharapkan dengan memberikan terapi tertawa dapat membantu membentuk pola pikir positif sehingga seseorang akan berpikir dengan cara yang lebih postif. Tertawa merupakan cara yang paling baik dan paling ekonomis dalam melawan stres. Tertawa akan merilekskan otot-otot yang tegang. Tertawa juga melebarkan pembuluh darah sehingga memperlancar aliran darah ke seluruh tubuh. Selain itu, tertawa juga berperan dalam menurunkan kadar hormon stres epineprine dan kortisol (Tarigan, 2009). Berdasarkan fenomena diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh terapi tertawa terhadap penurunan tingkat stres pada lanjut usia. Diharapkan petugas kesehatan lebih optimal memberikan terapi tertawa pada lansia terutama lansia yang mengalami stres.

1.2 Rumusan MasalahApakah ada pengaruh terapi tertawa

terhadap penurunan tingkat stres pada lanjut usia?1.3 Tujuan Penelitian

Menjelaskan pengaruh terapi tertawa terhadap stres pada lanjut usia.1.4 Manfaat Penelitian1.4.1 Teoritis

Untuk meningkatkan khasanah ilmu pengetahuan terutama dalam bidang gerontik.1.4.2 Praktis

1. Bagi PenelitiDiharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi sarana belajar dalam rangka menambah pengetahuan, wawasan serta pengalaman dan juga sebagai salah satu bentukkepedulian terhadap masalah kesehatan yang terjadi, khususnya mengenai pengaruh terapi tertawa terhadap stres pada lanjut usia.

2. Bagi Instansi PendidikanDiharapkan hasil penelitian inidapat digunakan sebagai masukan dalam pengembangan kurikulum keperawatan gerontik pada lanjut usia.

3. Bagi Lanjut UsiaSebagai media pada lanjut usia agar dapat mengurangi stres yang sedang dihadapi.

4. Instansi PantiDapat memberikan intervensi dan lebih optimal lagi dalam menurunkan tingkat stres pada lanjut usia.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Terapi tertawa adalah suatu kegiatan yang akan melibatkan otot wajah dan organ dalam tubuh seperti jantung, paru-paru, melibatkan dada, diafragma dan perut, gerakan tersebut akan

memberikan memberikan stimulus pada otak untuk menekan sekresi ephineprin dan kortisol dan mendorong pelepasan hormone endorphin yang menyebabkan timbulnya perasaan tenang dan nyaman (Kataria, 2010).

Brunner (2002) mengatakan stres adalah suatu keadaan yang dihasilkan oleh perubahan lingkungan yang diterima sebagai suatu hal yang mengancam, menantang serta merusak keseimbangan seseorang.

Lanjut Usia adalah sesuatu yang harus diterima sebagai suatu kenyataan dan fenomena biologis. Kehidupan itu akan diakhiri dengan proses penuaan yang berakhir dengan kematian (Hutapea, 2005).

III. METODE DAN ANALISA

Penelitian ini menggunakan metode Pre

Eksperimental dengan rancangan One Group Pre

test-Post test design (Nursalam, 2008), yang

bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi

tertawa terhadap penurunan tingkat stres pada

lanjut usia di Panti Wredha Lamongan.Populasi

adalah setiap subjek misalnya (manusia, pasien)

yang telah memenuhi kriteria yang telah ditetapkan

(Nursalam, 2008).Populasi dalam penelitian ini

adalah yang mengalami stres di Panti Wredha

Lamongan sebanyak 18 Orang.Sampel adalah

bagian populasi terjangkau yang dapat

dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui

sampling (Nursalam, 2008).Alat pengumpulan data

pada penelitian ini menggunakan observasi dan

wawancara terstruktur. Instrumen yang digunakan

untuk alat ukur stres pada lanjut usia sebelum dan

sesudah dilakukan terapi tertawa, menggunakan

observasi dan wawancara terstruktur tertutup

menurut skala Holmes dan Rahe dengan 36

pertanyaan dan responden hanya memberi tanda

centang (√) dan menggunakan SAK.

329

7

Page 45: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tingkat Stres pada lanjut usia sebelum

dilakukan terapi tertawa.

Tabel 5.1 Distribusi tingkat stres pada lanjut usia sebelum dilakukan terapi tertawa di Panti Tresna Wreda Lamongan pada bulan Februari 2015.

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa sebelum diberi terapi tertawa didapatkan hasil sebagian besar mengalami stres ringan (58,8%), dan sebagian kecil mengalami stres berat (5,9%).

Tingkat Stres pada lanjut usia sesudah dilakukan terapi tertawa.

Tabel 5.2 Distribusi tingkat stress pada lanjut usia sesudah dilakukan terapi tertawa di Panti Tresna Wreda Lamongan pada bulan Februari 2015.

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa

setelah diberikan terapi tertawa didapatkan

sebagian besar tidak ada stres (52,9%), dan

sebagian kecil stres sedang (11,8%).

Pengaruh terapi tertawa terhadap penurunan

tingkat stres pada lanjut usia.

Tabel 5.3 Pengaruh terapi tertawa terhadap penurunan tingkat stres pada lanjut usia di Panti Tresna Wreda Lamongan bulan Februari 2015.

Kategori Tingkat stressSebelum terapi Sesudah

terapiX XI = 214.5294 X2 =

141.2941SD 46.43156 41.44690

Wilcoxon test nilai sig (2-tailed) = 0.000

Dari tabel 5.3 dapat diketahui nilai rerata sebelum diberikan terapi tertawa adalah X1 = 214.5294 artinya lanjut usia banyak yang mengalami stres sedang dan nilai standar deviasinya 46.43156. Sedangkan rerata setelah diberikan perlakuan terapi tertawa adalah X2 = 141.2941 artinya lanjut usia tidak mengalami stres dan nilai standar deviasinya 41.44690. Hasil uji statistik menunjukkan nilai sig (2- tailed) adalah p = 0.000, berarti p< 0.05 maka HO ditolak dan H1

diterima artinya ada pengaruh terapi tertawa terhadap penurunan tingkat stres pada lanjut usia.

Menunjukkan perbedaan antara sebelum dan sesudah dilakukan perlakukan.Menurut Dr. Lee Berk, seorang imunolog dari Loma Linda University di California USA, tertawa bisa mengurangi peredaran dua hormon dalam tubuh, yaitu efinefrin dan kortisol (hormon yang dikeluarkan ketika stres) yang dikeluarkan oleh hipotalamus. Jika kedua hormon tersebut dikeluarkan maka bisa menghalangi proses penyembuhan penyakit. Jadi dalam keadaan bahagia ataupun tertawa, maka hipotalamus akan mengeluarkan hormon endorpine, yang berfungsi mengurangi rasa sakit dan meningkatkan kekebalan tubuh. Paul Ekman, peneliti utama dalam bidang ini, meyakini bahwa mekanika gerakan otot-otot wajah sangat berkaitan dengan sistem saraf otonom, yang mengatur denyut jantung, pernapasan, dan fungsi-fungsi yang tidak bisa dikendalikan secara sadar. Dan Tertawa 1 menit ternyata sebanding dengan bersepeda selama 15 menit. Hal ini membuat tekanan darah menurun,

terjadi peningkatan oksigen pada darah yang akan mempercepat penyembuhan. Tertawa juga melebarkan pembuluh darah sehingga memperlancar aliran darah ke seluruh tubuh. Selain itu, tertawa juga berperan dalam menurunkan kadar hormon stres epineprine dan kortisol. Tertawa juga melatih otot dada, pernafasan, wajah, kaki, dan punggung.Selain fisik, tertawa juga berpengaruh terhadap kesehatan mental.Tertawa terbukti memperbaiki suasana hati dalam konteks sosial (Mangoenprasodjo & Hidayati, 2005).

Dari hasil data tersebut diatas dengan terapi tertawa lanjut usia bisa menggunakan waktu luangnya dengan berkumpul dengan teman-temannya dan melakukan terapi tertawa sehingga hari-harinya tidak mengalami kesepian, dan stres yang dialami akan mengalami penurunan. Dan dapat disimpulkan dengan adanya terapi tertawa menunjukkan perbaikan kesehatan jiwa (mental

330

No Tingkat Stres Frekuensi Prosentase %

1 Tidak ada 0 02 Ringan 10 58,83 Sedang 6 35,34 Berat 1 5,9

Jumlah 17 100

No Tingkat Stres

Frekuensi Prosentase %

1 Tidak ada 9 52,92 Ringan 6 35,33 Sedang 2 11,84 Berat 0 0

Jumlah 17 100

Page 46: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

health), dimana kesehatan jiwa sendiri dapat diartikan sebagai suatu kondisi mental yang sejahterayang memungkinkan hidup harmonis dan produktif sebagai bagian yang utuh dari kualitas hidup seseorang, dengan memperhatikan semua segi kehidupan manusia. Dari hasil penelitian tersebut maka selayaknya perlunya dikembangkan dan dilakukan terapi tertawa pada lanjut usia dengan harapan terwujudya kondisi mental yang sejahtera yang memungkinkan hidup harmonis dan produktif pada masa senjanya.

V. SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Sebelum dilakukan terapi tertawa, tingkat stres pada lanjut usia di Panti Tresna Wreda Kabupaten Lamongan adalah didapatkan hasil sebagian besar responden mengalami stres ringan karena para lanjut usia hanya santai, mencuci, duduk-duduk didepan kamar sambil menunggu makan dan sholat bagi yang menjalankan, sehingga waktu luang para lanjut usia digunakan untuk tidur.

2. Sesudah dilakukan terapi tertawa tingkat stres pada lanjut usia di Panti Tresna Wreda Kabupaten Lamongan adalah didapatkan sebagian besar tidak ada stres, lanjut usia lebih banyak meluangkan waktunya untuk melakukan kegiatan dalam mengisi hari-harinya terutama dilakukan bersama dengan teman-temannya bercanda, selain untuk berekreasi juga bersifat terapeutik sehingga dapat memulihkan kembali untuk berkonsentrasi.

3. Pemberian terapi tertawa berpengaruh terhadap penurunan tingkat stres pada lanjut usia. Lanjut usia menggunakan waktu luangnya dengan mengisi kegiatan terapi tertawa dengan teman-temanya sehingga hari-harinya tidak mengalami kesepian, bergaul dengan teman-teman dan stres yang dialami akan mengalami penurunan.

Saran

1. Bagi Panti Tresna WredaSelayaknya diperlukan pengembangan dan dilakukan terapi tertawa pada lanjut usia, sehingga dapat mengisi waktu luang lanjut usia dalam kegiatan positif.

2. Bagi PerawatMeningkatkan asuhan keperawatan gerontik sehingga dapat menurunkan tingkat stres pada lanjut usia.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan dapat melakukan penelitian yang lebih baik dan hendaknya peneliti mengkaji lebih dalam tentang faktor lain yang menyebabkan terjadinya stres pada lanjut usia.

4. Bagi Lanjut UsiaDapat digunakan untuk mengisi hari-hari bersama teman-temannya sehingga menghadapi hidup yang harmonis dan produktif dimasa senjanya dan dapat menurunkan tingkat stres pada lanjut usia

DAFTAR PUSTAKA

Alimul, Aziz (2003). Riset keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah.Jakarta: Salemba Medika.

Azwar, A. (2006). Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut BagiPetugas Kesehatan. Depkes: Jawa Timur

Firmanto, M. (2006).Pengaruh terapi tawa untuk menurunkan stres kerja pada pegawai lembaga pemasyarakatan kelas I Surabaya di Desa Kebon Agung Kecamatan Porong.Skripsi.Tidak Diterbitkan. Surabaya: Universitas Airlangga.

Hawari, D. (2008). Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II Cetakan 2).Jakarta : FKUI.

Hawari, D. (2011). Manajemen Stress, Cemas dan Depresi.Jakarta : Gaya Baru Harry. Depresi pada lansia. http://Depkes.go.id. Diakses 8 Maret 2012. Dilihat 17 Januari 2015.

Hidayat, (2004).“Model Konsep Dan Teori Keperawatan”. Jakarta: EGC

Hidayat, A. A. (2007). Metode penelitian keperawatan teknik analisis data, Salemba Medika,Jakarta.

Hurlock, E.B., (2000). In: Sijibat, R.M., ed. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Hernawati, I. (2006). Pedoman Tatalaksana Gizi Usia Lanjut Untuk Tenaga,Kesehatan.Depkes:Jakarta

J. Karnadi, (2000).”Stres dalam kegiatan sehari-hari ”. Jakarta. Cermin Dunia Kedokteran No 123

331

Page 47: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

Kataria, M. (2004).Laugh For No Reason (Terapi Tawa). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Kushariyadi 2012, Asuhan keperawatan pada klien lanjut usia, Salemba Medika, Jakarta.

Maramis (2000).Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University Press.

Maryam, S dkk, (2008).Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya .Salemba Medika: Jakarta

Maryam, Siti dkk. (2010). Asuhan Keperawatan Pada Lansia.Jakarta : Trans Info

Medika

Muhammad, A. (2011). Tertawalah biar Sehat. Jakarta: Diva Press

Notoatmojo S, (2007). Metodologi penelitian kesehatan.Jakarta: Rineka Cipta

Nursalam (2003).Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan Ed 1. Jakarta: Salemba Medika.

Nugroho, W. (2008).Gerontik dan Geriatik. EGC: Jakarta

Nugroho, W. (2006).Komunikasi dalam Keperawatan Gerontik.Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta

Nugroho, W. (2004).Keperawatan Gerontik & Geriatric.Edisi 3.EGC. Jakarta

Nugraheni (2005) “Pengaruh Terapi Tertawa Terhadap Depresi Pada Usia Lanjut” Di

Wirosaban RW XIV, Sorosutan, Umbulharjo, Yogyakarta”.

Plutchik, R. (2002). Emotions and Life perspective from psychology, biology, and evolution.Washington, DC: American Psychological Association

Potter, P,A& Perry, A,G (2001). Fundamentals of nursing (5thed)”. St.lois: mosby

Psikologizone.(2010). Terapi tawa hilangkan stres cegah penyakit.Diunduh dari http://www.psikologizone.com/terapi-tertawa-hilangkan-stres-cegah-penyakit. Diakses 10 April 2011. Dilihat 15 Desember 2014.

Santrock, (2002).Life Span Development. Jakarta: Erlangga.

Santrock, J. W. (2006). Human Adjustment .University Of Texas at Dallas. Mc Graw Hill Companies

Suliswati, (2005).“ Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa”. Jakarta. EGC

Sunaryo, (2004) “ Psikologi Untuk Keperawatan “. Jakarta. EGC

Stuart & Sundeen, (2000). Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC

Terapi Tawa. (2010). Terapi Tawa.Diunduh dari http://www.holistic-online.com/Humor_Therapy/humor_therapy_introduction.htm.Diakses 10 januari 2011.Dilihat 15 Desember 2014.

Wirakusuma, (2008).“ Tetap Bugar Di Usia Lanjut “ Jakarta. EGC

332

Page 48: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

PENGARUH MENEJEMEN KEPALA SEKOLAH TERHADAP PRESTASI KERJA GURU DI MI AL-ITTAHIDUL ISLAMIYAH

ZAYYINATUL MAGHFIROHProgram Studi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Prodi Administrasi

Pendidikan, Universitas Gresik

ABSTRAK

ZAYYINATUL MAGHFIROH: 2015 Pengaruh Menejemen Kepala Sekolah Terhadap Prestasi Kerja Guru di MI Al-Ittahidul Islamiyah. Sarjana Strata –I Program Studi Adminstrasi Pendidik Gresik, Pembimbing Pertama Prof. Dr. H. Sukiyat, SH,M. Si. Pembimbing kedua Drs. Subawadi, M. Pd

Kompetensi manajerial merupakan pokok dari seorang kepala sekolah, dalam kontek Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan memeberikan wewenang sepenuhnya kepada sekolah untuk mengelola semua perangkat sekolah. Artinya sebagai manajer, kepala sekolah harus mampu mendayagunakan seluruh sumber daya sekolah dalam rangka mewujudkan visi dan misi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Dalam penerapannya kepala sekolah belum mampu sepenuhnya menjadi seorang manajer, kompetensi yang dimilki masih sebatas konseptual, menjadi kepala sekolah hanya sebatas tugas, belum menjadi tanggung jawab. Oleh karena itu, perlu diketahui bagaimana persepsi guru terhadapa kompetensi manajerial kepala MI Al-Ittahidul Islamiyah Kedungjambambagan.

Tujuan yang ingin dicapai penulis adalah untuk mengetahui Peran kepala sekolah sebagai manajerial dalam meningkatkan mutu pendidikan di MI Al-Ittahidul Islamiyah KedungJambangan Bangilan

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analisis, yaitu penelitian yang bertujuan untuk memberikan gambaran tentang suatu keadaan tertentu yang ada masa sekarang, kemudian dijelaskan, dianalisa, dan disajikan. Sehingga menjadi sebuah gambaran yang jelas dan sistematis. Metode ini penulis lakukan dengan cara pengumpulan data dengan teknik observasi, angket dan wawancara.

Kata kunci: Menejemen Kepala sekolah terhadap prestasi kerja guru

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan sebagai sarana vital dalam pengembangan Sumber Daya Manusia, merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk manusia terampil di bidangnya. Pendidikan dalam pengertian

bahasa disebut proses melatih dan mengembangkan pengetahuan, ketrampilan, pikiran, perilaku, dan lain-lain terutama oleh sekolah formal. Pendidikan dalam pengertian ini, dalam kenyataannya, sering dipraktekkan dengan pengajaran yang sifatnya verbalistik.

Untuk mewujudkan sekolah idaman dan sekolah yang memenuhi kebutuhan masyarakat dibidang pendidikan. Maka, sekolah atau lembaga pendidikan

332

Page 49: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

membutuhkan sumber daya manusia yang profesional. Sumber daya manusia yang dimiliki sekolah dapat memberikan konstribusi yang menguntungkan bagi terselenggaranya pendidikan yang efektif.

Kepemimpin kepala sekolah harus mampu memobilisasi sumber daya sekolah, dalam kaitannya dengan perencanaan dan evaluasi program sekolah, pengembangan kurikulum, pembelajaran, pengelolaan ketenagaan, saran dan prasarana, sumber keuangan, pelayanan siswa, hubungan sekolah dan masyarakat dan penciptaan iklim sekolah.

Kepala sekolah sebagai manajer sudah saatnya mengoptimalkan mutu kegiatan pembelajaran untuk memenuhi harapan pelanggan pendidikan. Sekolah berfungsi untuk membina sumber daya manusia yang kreatif dan inovatif, sehingga kelulusannya memenuhi kebutuhan masyarakat, baik pasar tenaga kerja sektor formal maupun sektor informal. Para manajer pendidikan di tuntut mencari dan menerapakan suatu strategi manajemen baru yang dapat mendorong perbaikan mutu sekolah. MI Al-Ittahidul Islamiyah Desa Kedungjambangan Kecamatan Bangilan.

Berdasarkan uraian latar berlakang di atas, maka penelitian ini bermaksud mengungkap pengaruh Manajemen kepala sekolah terhadap prestasi kinerja guru di Madrasah Ibtidaiyah Al-Ittahidul Islamiyah Kecamatan Bangilan Kabupaten Tuban.

1.2. Identifikasi MasalahBerdasarkan latar belakang

penelitian yang dipaparkan di atas, maka yang menjadi fokus perhatian dan sekaligus menjadi problem adalah sejauh mana kinerja guru Madrasah Ibtidaiyah Al-Ittahidul Islamiyah Kedungjambangan dari Manajemen Kepala Sekolah terhadap kinerja guru Madrasah Ibtidaiyah Al-Ittahidul Islamiyah Kedungjambangan. Masalah pokok tersebut teridentifikasi sebagai berikut :

a. Kinerja guru di Madrasah Ibtidaiyah Al-Ittahidul Islamiyah Kedungjambangan di Kecamatan Bangilan Kabupaten Tuban menunjukkan kurang optimal dalam melakukan tugasnya.

b. Kinerja guru yang belum optimal dimungkinkan karena profesionalitas guru sekolah dasar tersebut.

c. Kinerja guru sangat menentukan hasil belajar peserta didik, maka guru dituntut untuk profesional dalam melaksanakan tugasnya.

d. Kinerja guru juga akan ditentukan oleh manajemen kepala sekolah selaku figur sentral dalam suatu sekolah.

e. manajemen kepala sekolah yang baik dalam memimpin dan memberdayakan sumber daya manusia khususnya guru akan mempengaruhi kinerja guru.

f. Guru dalam melaksanakan tugasnya akan ditentukan oleh banyak faktor, dalam penelitian ini kinerja guru akan dipengaruhi oleh manajemen kepala sekolahnya.

1.3. Rumusan MasalahBerdasarkan pembatasan masalah

yang telah dikemukakan di atas, maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah manajemen kepala

sekolah di Madrasah Ibtidaiyah Al-Ittahidul Islamiyah Kedungjambangan di Kecamatan Bangilan Kabupaten Tuban?

2. Bagaimanakah potensi kerja guru Madrasah Ibtidaiyah Al-Ittahidul Islamiyah Kedungjambangan di Kecamatan Bangilan Kabupaten Tuban?

3. Bagaimanakah manajemen kepala sekolah terhadapprestasi kerja guru di Madrasah Ibtidaiyah Al-Ittahidul Islamiyah Kedungjambangan di Kecamatan Bangilan Kabupaten Tuban?

1.4. Tujuan PenelitianTujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini untuk :a. Untuk mengetahui manajemen kepala

sekolah di Madrasah Ibtidaiyah Al-Ittahidul Islamiyah Kedungjambangan di Kecamatan Bangilan Kabupaten Tuban.

b. Untuk mengetahui potensi kerja guru Madrasah Ibtidaiyah Al-Ittahidul Islamiyah Kedungjambangan di Kecamatan Bangilan Kabupaten Tuban.

c. Untuk mengetahui pengaruh manajemen kepala sekolah terhadap prestasi kerja guru Madrasah Ibtidaiyah Al-Ittahidul Islamiyah Kedungjambangan di Kecamatan Bangilan Kabupaten Tuban.

1.5. Manfaat PenelitianPenelitian ini diharapkan dapat

bermanfaat baik secara teoritis maupun secara praktis sebagai berikut :

a. Manfaat TeoritisHasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan teori, minimal menguji teori-teori menajemen pendidikan yang berkaitan dengan manajemen kepala sekolah terhadap prestasi kerja guru Madrasah Ibtidaiyah Al-Ittahidul Islamiyah Kedungjambangan di Kecamatan Bangilan Kabupaten Tuban.

b. Manfaat PraktisSecara praktis, manfaat yang diharapkan dapat diperoleh melalui

333

Page 50: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

temuan penelitian ini adalah sebagai berikut:a. Bagi Kementrian Agama

Kabupaten Tuban, khususnya UPT Kemenag Kecamatan Bangilan diharapkan dapat sebagai bahan pertimbangan dalam membina guru Madrasah dan pengaruh Manajemen kepala sekolah terhadap prestasi kerja guru Madrasah Ibtidaiyah Al-Ittahidul Islamiyah Kedungjambangan di Kecamatan Bangilan Kabupaten Tuban.

b. Dapat memberi motivasi bagi guru Sekolah Dasar agar supaya meningkatkan mutu pendidikan dapat tercapai.

BAB IIKAJIAN PUSTAKA

2.1 Teorisasi 2.2. Tinjauan Tentang Manajemen

Manajemen merupakan proses untuk mencapai tujuan organisasi. Manajemen bisa sebagai suatu kumpulan pengetahuan yang logis dan sistematis juga sebagai suatu kreativitas pribadi yang disertai suatu keterampilan.

Manajemen menginginkan tujuan organisasi tercapai dengan efisien dan efektif.

Adapun fungsi manajemen diantaranya :a. Perencanaan (Planning) adalah

kegiatan menetapkan tujuan organisasi dan memilih cara terbaik untuk mencapai tujuan tersebut.

b. Pengorganisasian (Organizing dan Staffing) adalah kegiatan mengkoordinir sumber daya, tugas, dan otoritas diantara anggota organisasi agar tujuan organisasi dapat dicapai dengan efisien dan efektif.

c. Pengarahan (Leading) adalah membuat bagaimana orang-orang tersebut bekerja untuk mencapai tujuan organisasi tersebut.

d. Pengendalian (Controlling) bertujuan untuk melihat apakah organisasi berjalan sesuai rencana.

e. Manajemen sumber daya manusia (MSDM) merupakan salah satu bidang dari manajemen umum yang meliputi segi-segi : perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian. Proses ini terdapat dalam fungsi/bidang produksi, pemasaran, keuangan, maupun kepegawaian. Karena sumber daya manusia mempunyai peranan penting dalam mencapai tujuan perusahaan, maka pengalaman dan hasil penelitian bidang SDM dikumpulkan secara sistematis selanjutnya disebut dengan manajemen sumber daya manusia. Menurut Veithzal Rivai (2008:1) istilah

manajemen mempunyai arti sebagai kumpulan pengetahuan tentang bagaimana seharusnya memanage (mengelola) sumber daya manusia. Dengan manajemen maka pemanfaatan sumber daya yang ada dapat lebih optimal guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan.

Sedarmayanti (2007 : 13) mengungkapkan bahwa manajemen sumber daya manusia bertujuan untuk :

a. Memungkinkan organisasi mendapatkan dan mempertahankan pegawai cakap, dapat dipercaya dan memiliki motivasi tinggi seperti yang diperlukan.

b. Meningkatkan dan memperbaiki kapasitas yang melekat pada manusia kontribusi, kemampuan dan kecakapan mereka.

c. Mengembangkan sistem kerja dengan kinerja tinggi yang meliputi prosedur perekrutan dan seleksi yang teliti, sistem kompensasi dan insentif yang tergantung pada kinerja, pengembangan manajemen serta aktifitas pelatihan yang terkait “kebutuhan bisnis”.

d. Mengembangkan praktek manajemen dengan komitmen tinggi yang menyadari bahwa karyawan adalah pihakterkait dalam organisasi Yang bernilai membantu dan membentuk pengembangan iklim kerjasama dan kepercayaan bersama.

e. Menciptakan iklim, dimana hubungan yang produktif dan harmonis dapat dipertahankan melalui asosiasi antara manajemen dengan karyawan.

f. Mengembangkan iklim lingkungan dimana kerjasama tim dan fleksibilitas dapat berkembang.

g. Membantu organisasi menyeimbangkan dan mengadaptasikankebutuhan pihak terkait (pemilik, lembaga atau wakil pemerintah,manajemen, karyawan, pelanggan, pemasok dan masyarakat luas).

h. Memastikan bahwa orang dinilai atau dihargai berdasarkan apa yang mereka lakukan dan mereka capai.

i. Mengelola karyawan yang beragam, memperhitungkan perbedaan individu dan kelompok dalam kebutuhan penempatan, gaya kerja dan aspirasi.

j. Memastikan bahwa kesamaan tersedia untuk semua.

k. Mengadopsi pendekatan etis untuk mengelola karyawan yang didasarkan pada perhatian untuk karyawan, keadilan dan transportasi.

l. Mempertahankan dan memperbaiki kesejahteraan fisik dan mental karyawan.

Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut di atas manajemen

334

Page 51: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

sumber daya manusia harus malaksanakan beberapa kelompok aktivitas yang semuanya saling berhubungan dan terkait, seperti yang terjadi dalam konteks organisasi meliputi : perencanaan sumber daya manusia, kompensasi dan tunjangan kesehatan, keselamatan dan keamanan, hubungan karyawan dan buruh. Namun di era globalisasi dimana teknologi membuat dunia seolah tanpa batas maka lingkungan eksternal menjadi bagian penting yang harus menjadi pertimbangan bagi semua pimpinan dalam melaksanakan aktivitas sumber daya manusia diantaranya : hukum,politik, ekonomi, sosial, budaya dan teknologi. Hal ini dikarenakan lingkungan eksternal seolah menjadi bagian tak terpisahkan dari organisasi itu sendiri.

2.3. Tinjauan Tentang Kepala Sekolah2.3.1. PengertianKepala Sekolah

Kepemimpinan kepala sekolah merupakan kunci keberhasilan lembaga pendidikan .Kepala sekolah berasal dari dua kata “kepaladan sekolah”. Kata kepala diartikan sebagai ketua atau pemimpin dalam suatu organisasi atau lembaga. Sedangkan sekolah adalah sebuah lembaga dimana menjadi tempat menerima dan memberi pelajaran.

Kepala sekolah merupakan personel sekolah yang bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan-kegiatan sekolah, mempunyai wewenang dan tanggung jawab untuk menyelenggarakan seluruh kegiatan pendidikan dalam lingkungan sekolah yang dipimpinnya dengan dasar pancasila yang bertujuan untuk:a. Meningkatkan ketaqwaan terhadap

Tuhan Yang MahaEsa.b. Meningkatkan kecerdasan dan

ketrampilan.c. Mempertinggi budipekerti. d. Memperkuat kepribadian.e. Mempertebal semangat kebangsaan

dan cintatanah air.F. Mulyasa menjelaskan bahwa kepala

madrasah adalah motor

2.3.2 Peran, Fungsi dan Tanggung Jawab Kepala Sekolah

Kepala sekolah yang berhasi

ladalah mereka yang memahami

keberadaan madrasah sebagai

organisasi yang komplek dan unik,

serta mampu melaksanakan peranan

kepala sekolah sebagai seorang

pemimpin yang diberitanggung jawab

untuk memimpin sekolah. Berbicara

tentang Peran kepala sekolah terkait

peningkatan kinerja, maka peran

kepala sekolah pada masing-masing

lembaga pendidikan berbeda.

Seorang kepala sekolah tidak

hanya bertanggung jawab atas

kelancaran sekolah secara teknis

akademis saja, melainkan juga

bertanggung jawab dengan kondisi dan

situasinya serta hubungannya dengan

masyarakat sekitarnya. Kegiatan yang

menjadi tanggung jawab kepala sekolah

antara lain sebagai berikut:

a. Kegiatan mengatur proses belajarmengajar.

b. Kegiatan mengatur kesiswaan.c. Kegiatan mengatur personalia.d. Kegiatan mengatur peralatan

pembelajaran.e. Kegiatan mengatur dan

memelihara gedung dan perlengkapan. sekolah.

f. Kegiatan mengatur keuangan.g. Kegiatan mengatur hubungan

sekolahdengan masyarakat.2.3.3. Syarat-syarat Kepala Sekolah

Pengalaman kerja merupakan

syarat penting yang tidak dapat

diabaikan. Tugas dan tanggungjawab

kepala sekolah sangat besar,oleh sebab

itu untuk menjadi kepala sekolah harus

335

Page 52: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

memenuhi syarat-syarat tertentu.

Adapun syarat tersebut antaralain:

a. Memiliki ijazah yang sesuai dengan ketentuanya ngtelah ditetapkan oleh pemerintah.

b. Mempunyai pengalaman kerja yang cukup ,terutama disekolah yang sejenis dengan sekolah yang dipimpinnya.

c. Mempunyai sifat kepribadian yang baik ,terutama sikap dan sifat yang diperlukan bagi kepantingan pendidikan.

d. Mempunyai keahlian dan pengetahuan yang luas,terutama mengenai bidang-bidang pengetahuan pekerjan yang diperlukan bagi madrasah yang dipimpinnya.

e. Mempunyai ide dan inisiatif yang baik untuk kemajuan dan pengembangan sekolahnya.

2.3. Prestasi Kerja Guru

2.3.1. Pengertian Prestasi Kerja

Prestasi kerja adalah hasil upaya

seseorang yang ditentukan oleh

kemampuan karakteristik pribadinya serta

persepsi terhadap perannya terhadap

pekerjaan itu (Sutrisno, 2011:149).

Menurut Mangku negara (2002:33) prestasi kerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikannya. Prestasi kerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dengan melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman, kesungguhan serta waktu (Hasibuan 2008:94). Sedangkan menurut Maier dalam As’ad (2001:63) prestasi kerja adalah kualitas, kuantitas, waktu yang dipakai, jabatan yang dipegang, absensi, dan keselamatan dalam menjalankan pekerjaan.

2.4. Tugas dan Peran Guru

Guru memiliki banyak tugas baik

yang terikat dengan dinas maupun

diluar dinas dalam bentuk pengapdian.

‟Tugas gurupada umumnya adalah

mewariskan pengetahuan dan berbagai

ketrampilan kepada generasi muda‟‟.

Apabila dikelompokan terdapat tiga jenis tugas seorang guru yaitu:

a. Tugas dalam bidang profesi yang meliputi mendidik, mengajar, dan melatih.

b. Tugas guru pada bidang kemanusiaan, guru harus mampu menempatkan diri sebagai orang tua kedua.

c. Tugasgurudalambidangmasyarakat,masyarakatmenempatkanpada tempatyang lebihterhormatdilingkungannyakarenadariseorangguru merekaberharap mendapatkan ilmu pengetahuan.

2.4. Syarat dan Kompetensi Guru

Seorang guru dalam menjalankan tugasnya harus memenuhi syarat yang ditentukan, agar pembelajaran dapat berjalan dengan maksimal. Mengenai tugas seorang guru yang semakin berat di masa yang akan datang, karena guru tidak hanya mendidik, mengajar, dan membimbing maka dibawa hinia dalah uraian mengenai syarat-syarat seorang guru.

UU Republik Indonesia No.20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional pasal 42 menyatakan bahwa:a. Pendidik harus memiliki harus

memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai jenjang kewenangan mengajar, sehat jasmani dan rohani serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan Nasional.

b. Pendidik untuk pendidikan formal pada jenjang pendidikan usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi dihasilkan oleh perguruan tinggi yang terakreditasi.

c.Ketentuan mengenai kualifikasi pendidikan sebagaimana dimaksud didalam ayat (1) dan ayat (2) ditur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.

336

Page 53: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

Menurut Ag. Suejono yang dikutip oleh Akhyak, syarat-syarat guru adalah sebagai berikut:

a. Memilikikedewasaan umur. b. Sehat jasmani dan rohani.c. Memilikikeahlian dan kemampuan dalam

mengajar. d. Harus berkesusilaan danberdedikasi tinggi.

2.6. Manajemen Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Prestasi Kerja Guru

2.6.1. Kepala Sekolah sebagai Edukator atau Pendidik

Dalam melakukan fungsinya sebagai edukator, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk meningkatkan propesionalisme tenaga kependidikan di sekolahnya. Menciptakan iklim sekolah yang kondusif, memberikan nasihat kepada warga sekolah, memberikan dorongan kepada seluruh tenaga kependidikan, serta melaksanakan model pembelajaran yang menarik seperti team teaching, moving class, dan mengadakan program akselerasi bagi peserta didik yang cerdas di atas normal.

2.6.2. Kepala Sekolah sebagai ManajerManajemen pada hakekatnya

merupakan suatu proses merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, memimpin dan mengendalikan usaha para anggota organisasi serta mendayagunakan seluruh sumber-sumber daya organisasi dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dikatakan suatu proses, karena semua manajer dengan ketangkasan dan keterampilan yang dimilikinya mengusahakan dan mendayagunakan berbagai kegiatan yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan.

2.6.3. Kepala Sekolah sebagai Administrator

Kepala sekolah sebagai administrator memiliki hubungan yang sangat erat dengan berbagai aktivitas pengelolaan administrasi yang bersifat pencatatan, penyusunan dan pendokumenan seluruh program sekolah. Secara spesifik, kepala sekolah harus memiliki kemampuan untuk mengelola kurikulum, mengelola administrasi peserta didik, mengelola administrasi personalia, mengelola administrasi sarana dan prasarana, mengelola administrasi kearsipan, dan mengelola administrasi keuangan. Kegiatan tersebut perlu dilakukan

secara efektif dan efisien agar dapat menunjang produktivitas sekolah. Untuk itu, kepala sekolah harus mampu menjabarkan kemampuan di atas dalam tugas-tugas operasional.

2.6.4. Kepala Sekolah sebagai Supervisor

Kegiatan utama pendidikan di sekolah dalam rangka mewujudkan tujuannya adalah kegiatan pembelajaran, sehingga seluruh aktivitas organisasi sekolah bermuara pada pencapaian efisiensi dan efektivitaspembelajaran. Oleh karena itu, salah satu tugas kepala sekolah adalah sebagai supervisor, yaitu mensupervisi pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga kependidikan.

Pada prinsipnya setiap tenaga kependidikan atau guru harus disupervisi secara periodik dalam melaksanakan tugasnya. Jika jumlah guru cukup banyak, maka kepala sekolah dapat meminta bantuan wakilnya atau guru seniornya untuk membantu melaksanakan supervisi. Keberhasilan kepala sekolah sebagai supervisor antara lain dapat ditunjukkan oleh (1) meningkatnya kesadaran guru untuk meningkatkan kinerjanya (2) meningkatnya keterampilan guru dalam melaksanakan tugasnya. Kepala sekolah juga harus berupaya menjadikan sekolah sebagai sarana belajar yang lebih efek

2.6.5. Kepala Sekolah sebagai LeaderKepala sekolah sebagai leader

harus mampu memberikan petunjuk dan pengawasan, meningkatkan kemauan tenaga kependidikan, membuka komunikasi dua arah, dan mendelegasikan tugas. Wahjosumijo (2002 : 110) mengemukakan bahwa kepala sekolah sebagai leader harus memiliki karakter khusus yang mencakup kepribadian, keahlian dasar, pengalaman dan pengetahuan professional, serta pengetahuan administrasi dan pengawasan.

2.6.6. Kepala Sekolah sebagai InovatorDalam rangka melaksanakan

peran dan fungsinya sebagai innovator, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan lingkungan, mencari gagasan yang baru, mengintegrasikan setiap kegiatan, memberikan teladan kepada seluruh tenaga kependidikan di sekolah dan mengembangkan model pembelajaran yang inovatif.

2.6.7. Kepala Sekolah sebagai Motivator

337

Page 54: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

Sebagai motivator, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk memberikan motivasi kepada para tenaga kependidikan dalam melakukan berbagai tugas dan fungsinya. Motivasi ini dapat ditumbuhkan melalui pengaturan lingkungan fisik, pengaturan suasana kerja, disiplin, dorongan, penghargaan secara efektivitas dan penyediaan sebagai sumber belajar melalui pengembangan pusat sumber belajar (PSB).

2.7. Hipotesis PenelitianSesuai dengan pokok

permasalahan yang telah dikemukakan dalam penelitian ini, maka dapat diajukan hipotesis berikut :

1. Terdapat pengaruh manajemen kepala sekolah terhadap prestasi kerja guru MI Al-Ittahidul Islamiyah Kedung jambangan Kecamatan Bangilan Kabupaten Tuban.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Rancangan penelitian

Rancangan penelitian merupakan keseluruhan prosedur perencanaan, dan pelaksanaan penelitian yang meliputi pula prosedur pengumpulan data dan pengolahan data yang telah ditentukan.

Penelitian ini menempatkan pengaruh manajemen kepala sekolah terhadap prestasi kerja guru di MI Al-Ittahidul Islamiyah Kedungjambangan Kecamatan Bangilan Kabupaten Tuban

3.2. Populasi dan SampelMenurut Istijanto (2005 : 109),

polpulasi merupakan jumlah keseluruhan semua anggota yang diteliti. Berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan, populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru MI Al-Ittahidul Islamiyah Kedungjambangan Kecamatan Bangilan Kabupaten Tuban yang berjumlah 12 orang termasuk Kepala Sekolah dan guru tidak tetap (GTT).

Mempertimbangkan jumlah populasi di bawah seratus orang maka penelitian ini menggunakan seluruh populasi sebagai responden, artinya teknik sampling yang diambil adalah teknik angket

3.3. Variabel penelitianDalam penelitian ini terdapat tiga

variabel yang dikelompokkan menjadi dua, yaitu variabel bebas/independent variable/predictor dan variable

terikat/dependent variable/kriterium. Variabel dipandang sebagai variabel yang diduga mempengaruhi variabel bebas. Variabel bebas terdiri dari manajemen kepala sekolah yang dipersepsikan oleh guru (X), Sedangkan variabel terikatnya adalah prestasi kerja guru (Y).

3.4. Instrument PenelitianMetode pengumpulan data yag

digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey, yaitu teknik pengumpulan dan analisis data berupa opini dari subyek yang diteliti melalui kuesioner, wawancara dan observasi.

3.5. Teknik Analisi DataSetelah data yang penulis perlukan

terkumpul, langkah selanjutnya adalah menganalisis data. Menganalisis data merupakan suatu cara yang digunakan untuk menguraikan data yang diperoleh agar dapat dipahami bukan hanya oleh orang yang meneliti, tetapi juga oleh orang lain yang ingin mengetahui hasil penelitian.

3.5.1. Editing Dalam menganalisis data,

yang pertama kali harus dilakukan adalah editing.

3.5.2. ScoringPenulis memberi skor terhadap

butir pernyataan yang terdapat pada angket. Butir jawaban yang terdapat dalam angket ada empat, yaitu “selalu, sering, kadang-kadang, dan tidak pernah” maka skor yang diberikan penulis yaitu:

4 untuk selalu, 3 untuk sering, 2 untuk kadang - kadang,1 untuk tidak pernah.

3.5.3. TabulatingLangkah selanjutnya adalah

penghitungan terhadap data yang telah diperoleh dengan menggunakan statistik sederhana.

3.5.4. PresentasePerhitungan ini digunakan

untuk mengetahui besar kecilnya tingkat keberhasilan yang diperoleh dari hasil penyebaran angkat tentang pengaruh kepala sekolah sebagai manajer sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di Ittahidul Islamiyah Kedung jambangan Bangilan Tuban.

Untuk meganalisis data yang diperoleh guna membuktikan hipotesis di atas,

penulis menggunakan teknik korelasi Product Moment.

Dengan rumus:

338

Page 55: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

Keterangan:

r xy : Koefisien korelasi product moment

X : Jumlah nilai variabel x

Y : Jumlah nilai variabel y

XY : Jumlah hasil perkalian skor x dan y

N : Jumlah responden

Hasil dari perhitungan di atas akan dikonsultasikan dengan r tabel, jika rxy

lebih besar dari r tabel, maka hipotesis nihil (Ho) ditolak dan hipotesis kerja (Ha) diterima. Dan sebaliknya jika rxy

lebih kecil dari r tabel, maka hipotesis nihil (Ho) diterima, dan hipotesis kerja (Ha) ditolak.

BAB IVPEMBAHASAN

4.1. Gambaran MI Al Ittahidul Islamiyah Kedung Jambagan .

Gambaran MI Al Ittahidul Islamiyah KedungJambagan Bangilan berada di bawah naungan Yayasan Pendidikan Islam Al Ittahidul Islamiyah, Yayasan ini mempunyai luas tanah 300 M². Yayasan ini telah melaksanakan kegiatan pendidikan berupa pendidikan kanak-kanak (TK), MI Al Ittahidul Islamiyah KedungJambagan Bangilan dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah di MI Al Ittahidul Islamiyah KedungJambagan Bangilan merupakan yang langsung berkenaan dengan kebutuhan dunia kerja dewasa ini, tersebut adalah . Siswa yang berminat untuk melanjutkan jenjang selalu mengalami fluktuasi (naik-turun).

1. Visi dan MisiVISI

Menjadi lembaga yang dapat mengembangkan potensi siswa, berpengetahuan, bertegnologi, kompetitif dan berakhlaqul karimah.

MISIa. Menciptakan lingkungan madrasah yang

aman, bersih, nyaman, menyenangkan dan merindukan.

b. Melaksanakan pelatihan dan pembinaan secara teratur.

c. Melaksanakan PBM yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.

d. Menerapkan pembelajaran berbasis tehnologi dan informasi.

e. Memberi pelayanan pendidikan yang sempurna dan memadai.

f. Melaksanakan akhlaqul karimah dalam kehidupan sehari-hari.

g. Melaksanakan dan mengikutilomba akademik dan non akademik.

h. Menerapkan manajemen partisipatif dengan melibatkan seluruh pihak terkait.

4.2.1. Sarana dan Prasarana MadrasahSarana dan prasarana merupakan bagian yang sangat vital yang harus dimiliki oleh setiap lembaga pendidikan, guna tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan baik dalam bidang intrakulikuler maupun ekstrakulikuler. Adapun data secara lengkapnya adalah sebagi berikut:

= 891048 – 886652 √{787440 – 781456. √1012344 - 1006009

= 4396 √ 37908640

= 4396 √ 6156,9992

= 0,713984175 = 0,71

Jadi koefisian Pengaruh adalah 0,71 hal ini memberikan interprestasinya terhadap rxy atau rho.

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian pada bab sebelumnya, ada beberapa halang dapat disimpulkan dalam penelitian ini, yaitu:

1. Menurut persepsi guru, bahwa kepala MI Al Ittahidul Islamiyah Cinere dalammelaksanakan kompetensi manajerialnya pada katagori cukup mampu 0,71. Sehingga berguna dalam meningkatan mutu pendidikan.

2. Dalam membuat perencanaan kepala sekolah dikatagorikan cukup (5675%), dalam perencanaan kepala sekolah belum maksimal dalam pengembangan perencanaan masih berupa konseptual dan belum variatif dalam membuat perencanaan pendidikan.

3. pembinaan dan pengembangan perlu ditingkatkan karena inti dari kurikulum adalah bagaimana guru mampu mengaplikasikan dengan baik kepada siswa. Sarana dan prasarana atau Fasilitas dan kelengkapan belajar kepala sekolah juga selalu memperhatikan (60%), perbaikannya saran dan prasaran yang ada perlu ditingkatkan.

339

Page 56: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

5.2. SaranBerdasarkan kesimpulan dari penlitian

yang dikemukan di atas ada beberapa saran yang penulis ingin sampaikan sebagai berikut:5.2.1.Kepala Sekolah diharapkan

meningkatan kompetnsi manajerialnya dari katagori cukup kepada katagori sangat baik. Hal ini tentunya di dapat dari kerja keras dan kerjasama semua pihak, dan tidak merasa puas dengan kemampuan yang telah ada.

5.2.2. Kepala Sekolah harus meningkatkan kerjasama dengan guru untuk meningkatkan efektivitas tugas manajerialnya

5.2.3. Guru MI Al-Ittahidul Islamiyah Kedungjambangan memebrikan masukan dalam pelaksanaan tugas manajerial kepala sekolah. Sejak tahap perencanaan, pengorganisasian sampai pada tahap pengandalian.

DAFTAR PUSTAKA

Amiruddin Dkk, Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah, Ciputat: Quantum Teaching (Ciputat Press Group), Cet-I, 2006

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Edisi RevisiVI. Jakarta: Rineka Cipta, Cet-XIII, 2006

Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Edisi Revisi VI,Jakarta: Rineka Cipta, Cet- XI, 1998

Danim, Sudarwan dan Suparno, Manajemen dan

Kepemimpinan

Transformasional Kekepalasekolahan Visi dan

Strategi Era Teknologi,

Situasi Krisis, dan Internasionalisasi Pendidikan,

Jakarta: Rineka, Cipta, 2009

Fattah, Nanang, Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009

Hikmat, Manajemen Pendidikan, Bandung: PT

Pustaka Setia, 2009

Manullang, M., Dasar-dasar manajemen, Gadjah Mada University Press, Cet- XIX, 2006

Mulyasa, E., Menjadi Kepala Sekolah

Profesional dalam Kontek Menyukseskan

MBS dan KBK, Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2007

Muslich, Masnur, KTPS (Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan) Dsara Pemahaman

dan Pengembangan, Jakarta: Bumi

Aksara, Cet-V, 2009

Purwanto, Ngalim, M., Administrasi dan

Supervisi Pendidikan, Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2004

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta:

Kalam Mulia, 2004

340

Page 57: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

PENGARUH KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PRAMUKA TERHADAP TINGKAH LAKU PESERTA DIDIK

DI MI AL-HIDAYAH LAJUKIDUL KECAMATAN SINGGAHAN KABUPATEN TUBAN

TAHUN PELAJARAN 2014/2015.

SITI ZUMROTUS SA’ADAH

Program Studi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Prodi Administrasi Pendidikan

ABSTRAK

Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat terpisahkan dalam kehidupan manusia. Di sisi lain, pendidikan juga dipandang sebagai aspek dalam mempersiapkan sekaligus membentuk generasi muda di masa yang akan datang dan diharapkan mampu menumbuhkan dan meningkatkan keimanannya yang diwujudkan dalam tingkah laku yang terpuji.

Skripsi ini diangkat dari sebuah latar belakang tentang pengaruh kegiatan ekstrakurikuler pramuka terhadap tingkah laku peserta didik di MI Al-Hidayah LajuKidul Kecamatan Singgahan Kabupaten Tuban tahun pelajaran 2014/2015.

Dalam skripsi ini penulis membuat tiga rumusan masalah, yaitu : Bagaimana kegiatan ekstrakurikuler pramuka di MI Al-Hidayah?, Bagaimana tingkah laku peserta didik di MI Al-Hidayah?, dan Bagaimana pengaruh kegiatan ekstrakurikuler pramuka terhadap tingkah laku peserta didik di MI Al-Hidayah LajuKidul Kecamatan Singgahan Kabupaten Tuban?.

Dalam penelitian ini, penulis mengambil jenis penelitian kuantitatif dengan mengunakan sampel penuh dikarenakan populasi yang mengikuti ekskul pramuka ada 55 siswa. Jika popolasi kurang dari 100 maka harus diambil keseluruhan. Penulis menggunakan beberapa metode, yaitu : metode observasi, dokumentasi, interview, wawancara dan angket. Sedangkan untuk menganalisa menggunakan teknik analisis “Product Moment”.

Dari hasil penelitian dapat diperoleh kesimpulan, bahwa : kegiatan ekstrakurikuler pramuka mempunyai pengaruh yang tinggi terhadap tingkah laku peserta didik. Hal ini ditunjukan bahwa r hitung sebesar o,584 sedangkan r tabel signifikan 5%= o,266 dan taraf signifikan 1%= 0,345, Jadi dapat disimpulkan bahwa r hitung > r tabel product moment.

Kata Kunci : Kegiatan ekstrakurikuler pramuka, Tingkah Laku.

341

Page 58: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

1.1 Pengantar Pendidikan merupakan satu dari sekian

banyak hal yang tidak dapat terpisahkan dalam kehidupan manusia. Di sisi lain, pendidikan juga dipandang sebagai aspek dalam mempersiapkan sekaligus membentuk generasimuda dimasa yang akan datang.Maka dari itu, dengan diadakannya proses pendidikan, manusia diharapkan mampu untuk mempertahankan hidupnya kearah yang lebih baik. Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia no.20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. Pada pasal 3 disebutkan bahwa : “Pendidikan Nasional bertujuan mengembangkan kemampuan dan watak sertaperadapanbangsayangbermartabatdalamrangkamencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan yang ada diluar program yang tertentu dalam kurikulum seperti latihan kepemimpinan dan pembinaan siswa. (Depdikbud,  Kamus  Besar  Bahasa  Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka). 

Kegiatan ekstrakurikuler di sekolah banyak sekali ragamnya,antara lain adalah pramuka, kesenian, ketrampilan dan lain-lain. Selaku bapak pandu Pramuka sedunia, Lord Robert Baden Powell mengatakan bahwa :

Kepramukaan itu bukanlah suatu ilmu yang harus dipelajari dengan tekun, bukan pula merupakan kumpulan – kumpulan ajaran atau naskah buku. Kepramukaan adalah suatu permainan yang menyenangkan yang dilakukan di alam terbuka, tempat orang dewasa dan anak-anak pergi bersama-sama, mengadakan pengembaraan seperti kakak beradik, membina kesehatan dan kebahagiaan, ketrampilan dan kesediaan untuk memberi pertolongan bagi yang membutuhkan.( Andri  Bob  Sunardi,  Boyman,  Ragam  Latih  Pramuka,(Bandung:NuansaMuda  2010)

Selain itu, melalui kegiatan organisasi Gerakan Pramuka siswa dapat belajar untuk selalu perprilaku disiplin, baik itu dalam mengikuti latihan kepramukaan yang dilaksanakan di sekolahan maupun dalam melaksanakan segala aktifitas yang berlangsung dalam kehidupan sehari-hari.

Maka dari itu, berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk meneliti “Pengaruh

Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka Terhadap Tingkah Laku Peserta Didik Di MI Al-Hidayah LajuKidul Singgahan Tuban”.

1.2 Batasan MasalahUntuk menghindari kesalahan memahami

istilah yang ada pada judul penelitian, maka akan dijelaskan pada uraian berikut ini: 1. Kegiatan ektrakurikuler pramuka

Kegiatanekstrakurikuler pramuka adalah kegiatan yang bersifat mendidik yang pelaksanaannya dilakukan di alam terbuka dengan prinsip dasar metodik kepramukaan mrngarah pada tujuan mendidik manusia berwatak luhur berdasar pancasila dan setia kepada negara republik indonesia.

2. Tingkah laku peserta didik Tingkah laku atau dengan kata lain

disebut dengan kpribadian ini, dalam islam adalah pribadi yang sholih, yaitu sikap konstruktif menuju tatanan ilahiyah, dimana sikap, ucapan dan tindakan seorang muslim dihiasi dengan nilai-nilai yang datang dari Alloh SWT baik dari Al-Qur’an maupun maupaun hadits melalui Rosul-Nya.

1.3 Rumusan Masalah Dari pembatasan masalah diatas, maka

penulis dapat merumuskan permasalahannya. Adapun rumusan masalahnya sebagai berikut :1. Bagaimana kegiatan ekstrakurikuler

pramuka di MI Al-Hidayah Laju Kidul Singgahan Tuban?

2. Bagaimana tingkah laku peserta didik di MI Al-Hidayah Lajukidul Singgahan Tuban?

3. Bagaimana pengaruh kegiatan ekstrakurikuler pramuka terhadap tingkahlaku peserta didik di MI Al-Hidayah Laju Kidul Singgahan Tuban?

1.4 Tujuan PenelitianAdapun tujuan penelitian yang ingin dicapai

penulis dalam penelitian ini adalah :1. Mengetahui pola pembinaan latihan

kepramukaan di MI Al-Hidayah LajuKidul Singgahan Tuban.

2. Mengetahui peranan peserta didik dalam menyikapi pendidikan kepramukaan di MI Al-Hidayah LajuKidul Singgahan Tuban.

3. Mengetahui bagaimana pengaruh kegiatan ekstrakurikuler pramuka terhadap tingkah laku peserta didik di MI Al-Hidayah Lajukidul Singgahan Tuban.

1.5 ManfaatPenelitianManfaat dari penelitian ini, yaitu :

342

Page 59: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

1. Bagi pihak Madrasah, hasil karya skripsi ini dapat dijadikan sebagai tombak motivasi dalam rangka meningkatkan kwalitas usaha pembinaan kesiswaan di Madrasah dan mengaktifkan kegiatan latihan kepramukaan di lingkungan madrasah, sehingga apa yang di harapkan pihak madrasah dapat tercapai dengan baik.

2. Bagi peserta didik, hasil karsya skripsi ini dapat memotivasi semangat para peserta dididk untuk terus tetap aktif dalam mengikuti latihan kegiatan kepramukaan, sehingga apa yang telah didapatkan dari latihan tersebut dapat membantu peserta didik untuk bersemangat terus dalam menjalani kehidupan sehingga dapat bertingkah laku sesuai dengan aturan syari’at agama maupun negara.

3. Bagi orang tua peserta didik dan masyarakat pada umumnya, hasil karya sekripsi ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu alat atau sarana komunikasi dan sumber informasi dalam memberikan pengenalan, pengertian, dan pemahaman terhadap peranan pendidikan kepramukaan. Sehingga pada akhirnya nanti dapat memberikan partisipasi dan dukungan dalam memeupuk dan menggembangkan organisasi gerakan pramuka sebagai salah satu wadah untuk pembinaan kesiswaan yang ada di madrasah.

1.6 Hipotesis Hipotesis terdiri atas dua jenis, yakni

hipotesis nol (H0) yang menyatakan ada hubungan atau tidak ada perbedaan antara variabel X dan variabel Y, dan hipotesis alternatif (Ha) yang menunjukkan ada pengaruh atau ada hubungan atau ada perbedaan antara variabel X dan Variabel Y. (Suharsimi Arikunto,2010:110).

Adapun hipotesis nol (H0) dalam penelitian ini adalah :

Tidak ada hubungan yang signifikan antara kegiatan ekstrakurikuler pramuka dengan tingkah laku peserta didik MI Al-Hidayah LajuKidul singgahan Tuban tahun pelajaran 2014/2015.

Sedangkan hipotesis alternatif (Ha) dalam penelitian ini adalah:

Ada hubungan yang signifikan antara pengaruh kegiatan ekstrakurikuler pramuka dengan tingkah laku peserta didik MI Al-Hidayah LajuKidul Singgahan Tuban tahun pelajaran 2014/2015.

1.7 Landasan Teori7.1 KegiatanEkstrakurikuler

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 menjelaskan kegiatan“ekstrakurikuler” adalah kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran dan pelayanan konseling untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan disekolah/madrasah.

Kegiatan ekstrakurikuler dimaksudkan untuk mengembangkan salah satu bidang pelajaran yang diminati oleh peserta didik, misalnya olahraga, kesenian, berbagai macam keterampilan dan kepramukaan diselenggarakan di sekolah di luar jam pelajaranbiasa (Suryosubroto;2009:286).

Dalam buku Panduan Pengembangan Diri Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah menjelaskan fungsi dari kegiatan ekstrakurikuler adalah sebagai berikut: a. Pengembangan, yaitu fungsi kegiatan

ekstrakurikuler untuk mengembangkan kemampuan dan kreativitas peserta didik sesuai dengan potensi, bakat dan minat mereka.

b. Sosial, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan kemampuan dan rasa tanggung jawab sosial peserta didik.

c. Rekreatif, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan suasana rileks, menggembirakan, menyenangkan bagi peserta didik yang menunjang proses perkembangan.

d. Persiapan karir, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan kesiapan karir peserta didik. Adapun prinsip-prinsip kegiatan

ekstrakurikuler sebagai berikut: a. Individual, yaitu prinsip kegiatan

ekstrakurikuler yang sesuai dengan potensi, bakat, minat peserta didik masing-masing.

b. Pilihan, yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler yang sesuai dengan keinginan dan diikuti secara sukarela peserta didik.

c. Keterlibatan aktif, yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler yang menuntut keikutsertaan peserta didik secara penuh.

d. Menyenangkan, yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler dalam suasana yang disukai dan menggembirakan peserta didik.

343

Page 60: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

e. Etos kerja, yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler yang membangun semangat peserta didik untuk bekerja dengan baik dan berhasil.

f. Kemanfaatan sosial, yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler yang dilaksanakan untuk kepentingan masyarakat.

Kegiatan ekstrakurikuler di sekolah ikut andil dalam meningkatkan prestasi dalam belajar. Kegiatan ekstrakurikuler bukan termasuk materi pelajaran yang terpisah dari materi pelajaran lainnya, penyampaian materi pelajaran dapat dilaksanakan di sela-sela kegiatan ekstrakurikuler dilaksanakan, mengingat kegiatan tersebut merupakan bagian penting dari kurikulum sekolah. Kegiatan ekstrakurikuler dapat dijadikan wadah untuk peserta didik menampung minat dan bakatnya (Syamsudar,2012).

7.2 KepramukaanPramuka adalah sebutan bagi

anggota Gerakan Pramuka yangberusiaantara 7-25tahundan berkedudukan sebagai peserta didik, yaitu sebagai Siaga, Penggalang, Penegak dan Pandega. Disamping  itu pula, bahwa pramuka merupakan singkatan dari  Praja  Muda  Karana  yang  memiliki  arti  rakyat muda yang suka berkarya. Kata  ini  diambil daribahasa sansekerta.(kwartir Nasional Gerakan Pramuka, 1983:27)

Berdasarkan  Resolusi  Konferensi  Kepramukaan  sedunia yang diselenggarakan di Konpenhagen, Denmark pada bulan Agustus tahun 1924 dinyatakan bahwa kepramukaa   itu  bersifat  Nasional. “(Andri Bob sunardi,hal:4,cet:6)”.

Adapun Landasan Dasa rPendidikan Kepramukaan adalah : a. Landasan Idiil

Landasan Idiil dari pendidikan kepramukaan  adalah Pancasila.Hal  ini sesuai  dengan  Anggaran  Dasar  Gerakan  Pramuka  pada Bab II pasal 3 yang berbunyi : “Gerakan Pramuka berasaskan  Pancasila. ”(Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, 1999 : 5)”. Dengan  demikian, jelaslah bahwa pendidikan  kepramukaan mendasarkan diri pada Pancasila sebagai Dasar Negara dan falsafah bangsa Indonesia.

b. Landasan KonstitusionalLandasan  Konstitusional  dari 

Gerakan Pramuka adalah :

1. UndangUndang Dasar 1945, khususnya pasal 31 ayat 1 yang  berbuny i: “Tiap-tiap warga Negara  berhak  mendapatkan pengajaran.”(amande-ment UUD 1945,1999:16)”.  Dari sini dapat

diambil sebuah pengertian bahwa semua warga Negara Republik Indonesia mempunyai hak  untuk  memperoleh pendidikan, baik itu pendidikan formal, informal atau pun non formal .Dan juga pendidikan yang lainnya termasuk salah satunya adalah pendidikan kepramukaan.

2. Keputusan  Presiden  Republik  Indonesia  No. 238  Tahun  1961  tentang Pramuka, yang memutuskan bahwa :

Pertama,penyelenggaraan  Pendidikan  Kepanduan  kepada  anak-anak dan  pemuda Indonesia ditugaskan kepada perkumpulan Gerakan Pramuka.

Kedua,  diseluruh  wilayah  Republik  Indonesia,  perkumpulan  Gerakan Pramuka  dengan  Anggaran  Dasar  sebagaimana  tertera  dalam  lampiran keputusan   ini   adalah   satu-satunyabadanyang diperbolehkanmeyelenggarakan pendidikan  kepanduan itu.

Ketiga,  badan-badan   lain   yang   sama   sifatnya   atau   yang   meyerupai perkumpulan Gerakan Pramuka dilarang adanya. ”(kwartir Nasional Gerakan Pramuka,hal: vi)”

c. Landasan OperasionalLandasan operasional dari pendidikan kepra

mukaan adalah :

1)Peraturan perundang - undangantentang pendidikan

2) Keputusan Musyawarah Nasional (MUNAS) Gerakan Pramuka

3) Keputusan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka

Hakekat   Pendidikan   Kepramukaanadalah:

1. Suatu  proses  pendidikan  dalam  bentuk kegiatan yang menyenangkan bagi  anak  dan  pemuda  dibawah  tanggung  jawab  orang  dewasa.

2. Suatu  proses  pendidikan  yang    dilaksanakan  di    luar lingkungan pendidikan  sekolah  dan  lingkungan  pendidikan  keluarga.

3. Dengan menggunakanprinsipdasarkepramukaan  danmetode kepramukaan. Jadi, kepramukaan sebagai suatu proses pendidikan, harus merupakan   kegiatan   yang  dapat  dipertanggung jawabkan dan

344

Page 61: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

bernilaipendidikan.Sehingga kegiatannya harus terencana, dipersiapkan,  dilaksanakan dan  dapat bernilai dari  segi pendidikan  dankejiwaan.

pendidikan     kepramukaan     mempunyai   tiga   s ifat   atau     ciri   khas, yaitu , “(Kwartir daerah Gerakan Pramuka,2004:8-9)”:

1) NasionalMemiliki arti, bahwa suatu organisasi yang meyelenggarakan Pendidikan kepramukaan di suatu Negara haruslah menyesuaikan pendidikannya itu dengan keadaan, kebutuhan,kepentinganmasyarakat,bangsa    dan    Negara.   Hal    inilah yang    membedakan pelaksanaan   pendidikankepramukaandiIndonesiadengan   Negara-negara lain.

2) InternasionalYang berarti, bahwa organisasi kepramukaan di Negara  manapun didunia  ini  harus  mengembangkan  rasa persaudaraan  dan  persahabatan antarasesama anggotapramukadansesamamanusiatanpa membedakan  kepercayaan,  agama,  golongan, tingkat, suku dan bangsa.

3) UniversalYang  berarti,  bahwa  kepramukaan  dapat  dipergunakan di mana saja untuk  mendidik anak-anak   dari  bangsa apa saja. Dimana dalam pelaksanaanpendidikannya selalu menggunakan prinsip  dasar kepramukaan   dan   metode kepramukaan. ”(Kwartir Nasional Gerakan pramuka, 1983:26-27)”

Fungsi Gerakan Pramuka :1. Kegiatan yang menarik bagi anak dan pemud

a2. Pengabdian bagi Orang Dewasa3. AlatbagiMasyarakatdanOrganisasi

7.3 Tingkah LakuDari sudut biologis tingkah laku adalah

suatu kegiatan atau aktivitas organism yang bersangkutan yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung. tingkah laku manusia adalah suatu aktivitas manusia itu sendiri.

Secara oprasional tingkah laku dapat diartikan suatu respon organisme atau seseorang terhadap rangsangan dari luar subjek tersebut.

Dalam sosiologi, perilaku dianggap sesuatu yang tidak ditujukan kepada orang lain dan oleh karenanya merupakan suatu tindakan sosial manusia yang paling mendasar (Arifin, 2009).

1.8 Metode PenelitianPenelitian adalah 1. Peneriks anaan yang

teliti, penyelidikan, 2. Kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis, dan penyajian data yang dilakukan secara sistematis dan objektif untuk memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu hipotesis untuk mengembangkan prinsip-prinsip umum. (Depdikbud RI, 1995 : 920).

Penelitian ini merupakan penelitian korelasi yaitu penelitian yang bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan itu. (Suharsimi Arikunto, 1993:145). Dalam penelitian ini menerapkan korelasi atau hubungan antara dua variabel.

Rencana penelitian adalah keseluruhan dari perencanaan untuk menjawab pertanyaan dan mengantisipasi beberapa kesulitan yang mungkin timbul selama penelitian. (Nursalam dan Pariani, 2001:130).

Berdasarkan analisis variabel, penelitian ini bersifat analitik observasional, dimana peneliti ini mencoba mencari hubungan antara variabel dan dilakukan analisis terhadap data yang dikumpulkan.

Setelah diketahui jenis penelitiannya maka rancangan penelitian yang akan dibuat adalah penelitian korelasional. Penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara dua atau beberapa variabel. Besar tingginya hubungan tersebut dinyatakan dalam bentuk koefesien korelasi. (Suharsimi Arikunto, 1998:326).

Adapun rencana penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Keterangan : X : Ekstrakurikuler PramukaY : Tingkah Laku peserta didikBerdasarkan rencana penelitian di atas,

Variabel (X) Ekstrakurikuler Pramuka akan diketahui pengaruhnya terhadap Variabel (Y) Tingkah Laku.

1.9 Populasi Populasi adalah keseluruhan obyek

penelitian. (Suharsimi Arikunto, 1998:130). Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi, studi penelitiannya juga disebut study populasi. Karena penelitian ini ber hubungan dengan kegiatan ekstrakurikuler pramuka dan yang mengikutinya adalah kelas IV dan kelas V, maka populasi yang diambil adalah kelas IV dan kelas V siswa MI Al-Hidayah LajuKidul Kecamatan Singgahan Tuban Tahun Pelajaran 2014/2015 sejumlah 55 siswa. Jadi jumlah populasinya 55 siswa.

345

X Y

Page 62: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

1.10 Sampel Sampel adalah sebagian individu atau wakil

populasi yang diteliti. Dinamakan penelitian sampel apabila kita bermaksud untuk menggeneralisa-sikan hasil penelitian sampel. Yang dimaksud menggeneralisasikan adalah mengangkat kesimpulan penelitian sebagai suatu yang berlaku bagi populasi. (Suharsimi Arikunto, 1998:130).

Dalam penelitian ini populasi yang dijadikan responden adalah kelas IV dan Kelas V siswa MI Al-Hidayah LajuKidul Kecamatan Singgahan Kabupaten Tuban Tahun Pelajaran 2014/2015. Adapun dalam penelitian ini, peneliti mengambil sampel keseluruhan responden MI Al-Hidayah Laju Kidul kecamatan Singgahan Kabupaten Tuban Tahun Pelajaran 2014/2015 dikarenakan kurang dari 100 orang, jadi jumlah sampel yang digunakan adalah 55 siswa.

1.11 Definisi Operasional dan Variabel Penelitian Didalam kamus besar bahasa indonesia

disebutkan bahwa variabel adalah “sesuatu yang dapat berubah, faktor atau unsur yang dapat menentukan perubahan”. (Depdikbud, 1995:60).

Dengan demikian variabel adalah suatu objek yang akan diteliti dengan menggunakan metode yang cocok atau sesuai dengan kebutuhan dalam sebuah penelitian.

1.12 Jenis Variabel Menurut Winarno Surachmad membedakan

variabel menjadi 2 (dua) kelompok yaitu : 1. Variabel Bebas atau disebut Variabel

Ekperimental atau Variabel X, atau variabel yang diselidiki seluruhnya

2. Variabel terikat atau disebut juga Variabel kontrol atau Variabel ramalan atau variabel Y, yaitu Variabel yang diramalkan akan timbul dalam hubungan yang fungsional atau sebagai pengaruh variabel bebas. (Winarno Surachmad, 199:73)Dengan demikian dapat diambil suatu

penjelasan bahwa jenis variabel dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu variabel bebas dan variabel terikat atau tergantung.

1.13 Variabel Penelitian Adapun variabel dalam penelitian ini

adalah :1. Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah “Pengaruh Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka”

2. Variabel Terikat Variabel terikat dalam penelitian ini adalah “Tingkah Laku”

1.14 Jenis data Menutut Prof. Dr. Sutrisno Hadi jenis data

dapat dijadikan menjadi dua yaitu : 1. Data kualitatif yaitu data-data yang tidak

dapat diselidiki secara langsung seperti dalam penelitian adalah kegiatan ekstrakurikuler pramuka

2. Data kuantitatif yaitu data-data yang dapat di selidiki secara langsung misalnya jumlah siswa, media yang digunakan, lama waktu mengajar dan Tingkah Laku siswa lewat angket. (Sutrisno Hadi, 1986:66).

1.15 Sumber Data Sumber data sesuai dengan cara

memperolehnya dibagi menjadi dua yaitu :

1. Sumber data primer yaitu sumber data yang diperoleh langsung dari lapangan. Dalam hal ini adalah siswa MI Al-Hidayah LajuKidul Kecamatan Singgahan Kabupaten Tuban

2. Sumber data skunder yaitu data-data yang diperoleh dari kepustakaan yang mendukung dan melengkapi data primer. (Nasution, 1995). Dalam hal ini buku-buku (kepramukaan,psikologi pendidikan, strategi pembelajaran, kamus besar bahasa indonesia) dokumen dan jurnal.

1.16 Metode Pengumpulan DataDalam suatu penelitian membutuhkan data-

data yang relevan dengan tujuan penelitian. Sedangkan untuk mendapatkan data-data tersebut perlu menggunakan metode yang cocok dan dapat mengangkat data yang dibutuhkan. Adapun metode yang digunakan oleh penulis dalam pengumpulan data ini adalah: 1. Metode Observasi

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan sistematis fenomena-fenomena yang diselidiki. (Suharsimi Arikunto, 1998:131-132). Metode ini digunakan untuk mengetahui gambaran umum obyek penelitian : letak geografis lokasi, lingkungan sosial sekolah, bangunan gedung, penataan ruang kelas dan lain-lain.

2. Metode Interview (Wawancara)Interview / wawancara adalah

pengumpulan data melalui tanya jawab sepihak yang dikerjakan secara sistematis dan berlandasan pada tujuan pendidikan. (Sutrisno Hadi, 1986:136). Metode ini digunakan untuk memperoleh informasi dari kepala MI Al-Hidayah LajuKidul

346

Page 63: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

Kecamatan Singgahan Kabupaten Tuban tentang berdirinya MI Al-Hidayah Lajukidul, Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler pramuka dan tingkah laku peserta didik di MI Al-Hidayah LajuKidul kecamatan Singgahan Kabupaten Tuban Tahun Pelajaran 2014/2015.

3. Metode Angket Angket adalah pengumpulan data

melalui daftar pertanyaan secara tertulis yang disusun dan disebarkan untuk mendapatkan informasi atau keterangan dari sumber data yang berupa orang. (Sutrisno Hadi, 1986:193). Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang pengaruh kegiatan ekstrakurikulerpramuka terhadap tingkah laku peserta didik di MI Al-Hidayah LajuKidul Kecamatan Singgahan Kabupaten Tuban Tahun Pelajaran 2014/2015.

4. Metode Tes Tes adalah merupakan alat atau

prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan. (Suharsimi Arikunto, 1998:130).

Berdasarkan definisi tersebut, dapat dikelaskan bahwa tes merupakan alat ukur yang berbentuk pertanyaan atau latihan, dipergunakan untuk mengukur kemampuan yang ada pada seorang atau kelompok orang.

Sebagai alat ukur dalam bentuk pertanyaan, maka tes harus dapat memberikan informasi mengenai pengetahuan dan kemampuan obyek yang diukur. Sedangkan sebagai alat ukur berupa latihan, maka tes harus dapat mengungkap keterampilan dan bakat seseorang atau kelompok orang. Tes merupakan alat ukur yang standar dan obyektif sehingga dapat digunakan secara meluas untuk mengukur dan membandingkan keadaan psikis dan tingkah laku individu. Dengan demikian sudah pasti dapat dipastikan mampu memberikan informasi yang tepat dan obyektif tentang obyek yang hendak diukur baik berupa psikis maupun tingkah lakunya sekaligus dapat membandingkan antara seseorang dengan orang lain.

Dalam suatu penelitian ilmiah harus dapat memastikan pola analisis data yang digunakan, apakah analisis statistik atau non statistik. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis statistik, karena data yang diperoleh bersifat kuantitatif yaitu berupa angka atau sekor tes.

Untuk menguji apakah hipotesis itu dapat diterima atau ditolak, maka rumus yang

digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan rumus korelasi Product Moment.

=

Keterangan:

= Koefisien korelasi antara

variabel x dan variabel y

N = Jumlah subyek yang diteliti

y = Jumlah perkalian antara variabel

x dan y

= Jumlah kuadrat dari nilai x

= Jumlah kuadrat dari nilai y

= Jumlah nilain x kemudian

dikuadratkan

= Jumlah nilain y kemudian

dikuadratkan

Hasil dari perhitungan di atas akan dikonsultasikan dengan r tabel, jika rxy lebih besar dari r tabel, maka hipotesis nihil (H0) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima. Dan sebaliknya jika rxy lebih kecil dari r tabel, maka hipotesis nihil (H0) diterima, dan hipotesis alternatif (Ha) ditolak.

4.1 Laporan Hasil PenelitianHasil penelitian dapat dilaporkan bahwa

nilai hasil angket yang dibagikan kepada siswa yang menjadi responden di MI Al-Hidayah LajuKidul Kecamatan Singgahan Kabupaten Tuban tahun pelajaran 2014/2015 peneliti menggunakan variabel (X) untuk angket kegiatan ekstrakurikuler pramuka dan variabel (Y ) untuk angket tingkah laku peserta didik.

Dalam kegiatan ini penelitian langkah pertama yang ditempuh adalah merumuskan masalah yang akan diteliti, karena perumusan masalah merupakan titik tolak bagi perumusan hipotesis yang akan diajukan.

Setelah penulis menentukan judul penelitian sesuai dengan permasalahan yang diajukan yaitu “Pengaruh Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka Terhadap Tingkah Laku Peserta Diduk Di MI Al-

347

Page 64: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

Hidayah LajuKidul Kecamatan Singgahan Kabupaten Tuban Tahun Pelajaran 2014/2015.

Instrumen merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengumpulkan data yang dianalisis. Instrumen harus sesuai dengan judul yang diajukan. Instrumen yang penulis gunakan adalah angket pada kedua variabel sehingga dapat diperoleh skor nilainya.

Seperti yang telah dipaparkan di bab III angket yang digunakan tentang kegiatan ekstrakurikuler pramuka dan angket tingkah laku terdiri dari 10 item dengan masing-masing item disediakan 4 alternatif jawaban dengan penskoran sebagai berikut : a. Jawaban A diberi nilai 8b. Jawaban B diberi nilai 6c. Jawaban C diberi nilai 4d. Jawaban D diberi nilai 2

Karena angket setiap variabel terdiri dari 10 item maka skor maksimal adalah 80 dan skor minimumnya adalah 20.

Dari tabel kegiatan ekstrakurikuler pramuka diperoleh data sebagai berikut : 1. Sangat baik: 28 orang = 50,90%2. Baik : 21 orang = 38,18 %3. Sedang : 2 orang = 3,63 %4. Rendah : 3 orang = 5,45 % 5. Sangat Rendah : - orang = 0,00 %

Dari hasil tersebut untuk katagori tinggidan sangat tinggi ada sebanyak 84,08%. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan ekstrakurikuler pramuka di MI Al-Hidayah Laju Kidul Kecamatan Singgahan Kabupaten Tuban Tahun Pelajaran 2014/2015 tergolong baik.

Sedangkan daftar tabel hasil angket Tingkah Laku peserta didik diperoleh data sebagai berikut:1. Sangat baik : 29 orang = 52,73%2. Baik : 24 orang = 43,63 %3. Sedang : 2 orang = 3,63 %4. Rendah : - orang = 0,00 % 5. Sangat Rendah : - orang = 0,00 %

Dari hasil tersebut untuk kategori tinggi dan sangat tinggi ada sebanyak 96,36%. Hal ini menunjukkan bahwa tingkah laku peserta didik MI Al-Hidayah Laju Kidul Kecamatan Singgahan Kabupaten Tuban Tahun Pelajaran 2014/2015 tergolong sangat baik.

Koefesien korelasi pada penelitian ini penulis hitung dengan menggunakan rumus korelasi product moment sebagai berikut :

=

Untuk menganalisis data pada penelitian, digunakan statistik uji korelasi product moment

yang perhitungan statistinya akan dijabarkan sebagai berikut:

=

=

=

=

=

=

= 0,584

Dari perhitungan antara variabel X dan variabel Y maka dapat terlihat tabel korelasi untuk mengetes apakah nilai r yang kita peroleh berarti atau tidak (signifikan atau tidak signifikan) dengan tabel nilai-nilai r product moment dengan taraf signifikan 5% maupun 1%.

Untuk memberikan dasar hal tersebut di atas maka penulis cuplikan sebuah pendapat yang mengatakan bahawa : “Bilamana yang kita peroleh sama dengan atau lebih besar dari nilai r dalam tabel r itu, maka r yang kita peroleh itu signifikan. (Sutrisno Hadi, 2000 : 302).

Berdasarkan tabel nilai-nilai r product moment di atas, untuk N = 55 taraf signifikan 5% sebesar 0,266 dan 1% sebesar 0,345, sehingga r hitung > r tabel. Dengan demikian terdapat korelasi yang signifikan.

Berdasarkan hasil analisis data statistik dengan menggunakan rumus korelasi product moment yang telah penulis paparkan di atas maka dapat di interpretasikan sebagai berikut : 1. Kegiatan ekstrakurikuler pramuka di MI Al-

Hidayah Lajukidul Kecamatan Singggahan Kabupaten Tuban sangat baik hal ini dibuktikan dengan hasil angket dengan jawaban yang dikatagorikan sangat tinggi dan tinggi sebanyak 46 orang = 85,45 %.

2. Tingkah laku peserta didik di MI Al_hidayah LajuKidul Kecamatan Singgahan Kabupaten Tuban tergolong sangatbaik. Hal ini

348

Page 65: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

ditunjukkan dengan hasil angket yang dikategorikan baik dan sangat baik sebanyak 53 orang = 96,36 %

3. Dengan menggunakan rumus korelasi product moment yang diperoleh r hitung sebesar 0,584 sedang r tabel untuk N = 55 taraf signifikan 5% sebesar 0,266 dan 1% sebesar 0,345.Mengingat nilai r hitung dalam penelitian

lebih besar dibandingkan nilai r tabel dengan taraf signifikan 5% dan 1% maka dapat di intepretasikan bahwa hipotesis kerja (Ha) diterima atau signifikan dan hipotesis nol (H0) ditolak artinya “Ada pengaruh Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka terhadap Tingkah Laku Peserta Didik di MI A-Hidayah LajuKidul Kecamatan Singgahan Kabupaten Tuban”.

1.17 Kesimpulan Dan Saran Dari apa yang telah diuraikan dalam skripsi

ini, maka pada akhirnya penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Pelaksanaan kstrakurikuler pramuka di MI Al-Hidayah Lajukidul Kecamatan Singgahan Kabupaten Tuban, cukup baik.

2. Tingkah laku peserta didik di MI Al-Hidayah Laju kidul Kecamatan Singgahan Kabupaten tuban, sangat baik.

3. Ada pengaruh yang signifikan antara pengaruh kegiatan ekstrakurikuler pramuka terhadap tingkah laku peserta didik di MI Al-Hidayah Lajukidul kecamatan Singgahan Kabupaten Tuban.Hal ini terbukti dengan hasil perhitungan r xy

adalah sebesar 0,584, sedangkan r tabel product moment dengan taraf signifikasi 5% = 0,266 dan tarf signifiklasi 1% = 0,345. Dengan demikian r hitung> r tabel product moment yang berarti ada pengaruh yang signifikan.

Supaya kegiatan ekstrakurikuler pramuka dalam hubungannya dengan tingkah laku peserta didik di MI Al-Hidayah Lajukidul Singgahan Tuban dapat berhasil dengan memuaskan, maka penulis mengemukakan saran sebagai berikut :

1. Bagi madrasah diharapkan dapat terus meningkatkan kemampuan para tenaga yang ada ( tenaga edukatif, tenaga administratif ) guna tercapainya sebuah tujuan pendidikan. Mengingat pentingnya lembaga sekolah dalam mengantarkan manusia pada perubahan, sekaligus mengadakan pendekatan pada masyarakat guna pengoptimalkan pemanfaatan berbagai potensi yang ada. Juga meyakinkan

masyarakat bahwa pendidikan mempunyai arti penting dalam kehidupan, meski lembaga sekolah bukan satu-satunya tempat pendidikan.

2. Bagi para guru, diharapkan terus berusaha meningkatkan kemampuan profesinya baik secara pribadi maupun kelompok, dan berusaha berperan aktif dalam pembinaan sikap dan mental siswa guna membangun prilaku yang sesuai dengan ajaran agama islam.

3. Bagi siswa, diharapkan selalu berperan aktif dalam meningkatkan ilmu, tetap bersemangat dalam meraih prestasi yang terbaik dan berusaha lebih tanggap terhadap keadaan zaman yang serba modern, serta berusaha membuka diri untuk bekerjasama dalam hal yang positif.

DAFTAR PUSTAKA

Amandement UUD 1945. (1999) Perubahan pertama UUD Negara RI tahun 1945, Jakarta : Sinar Grafika

Arikunto, Suharsimi. (1998) Prosedur penelitian, Jakarta : Rhineka Cipta

_______. (2000) Manejemen Penelitian, Jakarta, : Rineka Cipta

Atmasulistya,  Endy  R   dkk. (2000) Kwarda Gerakan Pramuka,Panduan Praktis Membina Pramuka Penggalang,Jakarta:Kwarda   Gerakan   Pramuka

Depag RI.(1988).AlQur’an dan terjemahnya, Semarang: CV. Thoha Putra

Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, cet.VII,  h.225

D.Boenakin. (1981) Kepramukaan, Jakarta: PT Hidakarya Agung

Hadi, Sutrisno.(1986) Metodologi Research, Jakarta: Andi Offset

Kwartir Nasional Gerakan Pramuka. (1983) Bahan Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat Dasar, Jakarta: KwarNas Gerakan Pramuka

Muhammad  bin  YazidAbu  Abdullah  AlQozwaini,  Sunan  Ibnu  Majah,   Beirut : Daarul  Fikr,  h.269

349

Page 66: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

Mukson. (2008) Pramuka Penggalang, Semarang : BP Undip, h.6

Nasution. (1995) Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar, Jakarta : Bumi Aksara

NurSalam&Pariani.(2001)Pendekatan PraktisMetodologi Riset Keperawatan, Jakarta : EGC.

Setyawan. (2009) Dari Gerakan Kepanduan ke Gerakan Pramuka, Jakarta: Pustaka Tunas Media

Sunardi Bob Andri. (2010) Boyman, Ragam Latihan Pramuka, Bandung: Nuansa Muda

Suryo Subroto. (2009) Proses Belajar mengajar di Sekolah, Jakarta : Rineka Cipta

Syamsudar,Bambang. (2012) Dampak Kegiatan Ekstrakurikuler Olahraga, Dalam Jurnal Pendidikan Indonesia 2012

UU Sisdiknas. (2003)Undang-undang  No .20  tahun  2003 Bandung: Fokusmedia

350

Page 67: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU DI MTS ASSALAM BANGILAN TAHUN PELAJARAN

2014/2015

SITI MAIMUNAHProgram Studi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Prodi Administrasi Pendidikan

ABSTRAK

Peran penting kepemimpinan kepala sekolah dalam rangka meningkatkan kinerja guru, menerapkan kualitas sekolah, dan gerak langkah suatu organisasi sekolah, dikendalikan olehkepala sekolah. Studi dimaksudkan untuk menjawab permasalahan : (1) Bagaimana kepemimpinan kepala sekolah di MTs Assalam Bangilan. (2) bagaimana kinerja guru di MTs Assalam Bangilan ? (3) seberapa besar pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru di MTs Assalam Bangilan. Pembahasan tersebut[ dibahas melalui studi lapangan yang dilaksanakan di MTs Assalam Bangilan. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode survai korelasional dengan teknik analisis regresi sederhana.

Dalam penelitian ini populasi sebanyak 23 guru. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan instrument angket untuk memperoleh data X dan Y. instrument angket sebelum digunakan untuk memperoleh data yang obyektif., terlelih dahulu dilakukan uji validitas, reabilitas. Setelah dilakukan uji instrumen kemudian peneliti menyebar angket untuk memperoleh data X dan Y. Selanjutnya hasil dari perhitungan statistik dengan koefesien korelasi dan analisis regresi dimana terdapat korelasi yang positif antara kepemimpinan kepala sekolah (X) terhadap kinerja guru (Y), hal ini ditunjukkan oleh koefisien korelasi = 0,6748 > 0,413, pada taraf signifikan 5% ini berarti signifikan. Sementara itu = 21, 001>= 4,32 pada taraf signifikan 5%, maka dalam hal ini dapat berartisignifikan. Dengan demikian dapat diketahui ada pengaruh yang signifikan antara kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru di MTs Assalam Bangilan. Kepala sekolah di MTsAssalam telah memenuhi standar kepala sekolah/madrasah sesuai dengan PeraturanMenteri Pendidikan Nasional No 13 Tahun 2007 (Tentang standar kepala sekolah/madrasah) baik kualifikasi umum maupun kualifikasi khusus serta memenuhi 5 standar kompetensi, yaitu kompetensi kepribadian, kompetensi manajerial, kompetensi kewirausahaan, kompetensi supervisi, kompetensi sosial. mampu menyusun perencanaan madrasah untuk berbagai tingkat perencanaan, mengembangkan potensi siswa untuk mengembangkan madrasah sesuai dengan kebutuhan. Kepemimpinan kepala sekolah mempunyai pengaruh yang positif signifikan dan kuat terhadap kinerja guru dengan kontribusi sebesar 67,48%.

351

Page 68: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Pengantar Pendidikan merupakan suatu unsur yang

tidak dapat dipisahkan dari seorang manusia. Mulai dari kandungan sampai beranjak dewasa kemudian tua, manusia mengalami proses pendidikan yang didapatkan dari orang tua, masyarakat, maupun ingkungan. Lembaga pendidikan pertama dan utama dalam pembentukan dan pendidikan manusia muda adalah keluarga. Di samping itu masyarakat juga mempunyai peran untuk membantu orang tua dalam membentuk manusia muda melalui pengembangan bidang intelektual yang berlangsung dalam lembaga disebut sekolah.

Oleh karena itu kepala sekolah sebagai pemimpin tertinggi sangat berpengaruh dalam menentukan kemajuan sekolah harus mempunyai kemampuan administrasi, memiliki komitmen tinggi, dan luwes dalam melaksanakan tugasnya. Kepala sekolah yang baik harus dapat mengupayakan peningkatan kinerja guru melalui program pembinaan kemampuan tenaga kependidikan harus mempunyai kepribadian atau sifat-sifat dan kemampuan serta ketrampilan-ketrampilan untuk memimpin sebuah lembaga pendidikan.

Dalam kaitannya masalah peningkatan kinerja guru di MTs Assalam Bangilan, peran kepala sekolah merupakan kunci utama dalam menjalankan tugasnya sebagai pemimpin pendidikan. Seperti apakah model kepemimpinannya sehingga kepala sekolah mempunyai strategi apa saja untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang salah satunya ditandai dengan meningkatnya prestasi siswa.

Demi tercapainya mutu pendidikan yang diharapkan, kepala sekolah juga harus mampu meningkatkan kinerja tenaga kependidikan dalam mewujudkan prestasi belajar siswa.

Sedikitnya terdapat tujuh komponen sekolah yang harus dikelola oleh kepala sekolah dengan baik yaitu kurikulum dan pengajaran, tenaga kependidikan, kesiswaan, keuangan, sarana dan prasarana pendidikan, pengelolaan hubungan sekolah dan masyarakat, serta manajemen pelayanan khusus lembaga pendidikan (kesehatan, perpustakaan, dan keamanan sekolah). Oleh Karenaitu guru adalah tenaga kependidikan sekaligus kunci keberhasilan pendidikan dan pembelajaran di sekolah, sehingga perlu untuk dikelola dengan baik oleh kepala sekolah agar senantiasa mereka aktif dan bersemangat dalam menjalankan tugas-tugasnya. Salah satu upaya yang dilakukan kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja tenaga kependidikan adalah dengan mengikutsertakan para guru dalam penataran-penataran, lokakarya, in service training, atau yang lainnya, yang mana berfungsi untuk menambah wawasan bagi guru dan juga memberikan kesempatan kepada guru untuk meningkatkan kemampuan dan ketrampilannya, yang nantinya akan

bermanfaat pada peningkatan mengajar yang profesional.

Dari uraian diatas penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru di Mts Assalam Bangilan.

1.2. Penegasan judulAgar dalam pembahasan masalah dalam penelitian ini tidak terlalu melebar maka penulis perlu memberikan penegasan judul 1. Pengaruh : Daya yang ada / timbul dari

sesuatu yang ikut membentuk watak (depdikbud. 1990 : 664)

2. Kepemimpinan :Menurut Stoner dalam Handoko kepemimpinan adalah suatu proses pengarahan dan pemberian pengaruh pada kegiatan-kegiatan dari sekelompok anggota yang saling berhubungan tugasnya. Menurut Miftah Thoha kepemimpinan adalah aktivitas untuk mempengaruhi prilaku orang lain agar mereka mau diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu.

3. Kinerja guru : Kinerja guru adalah kemampuan dan usaha guru untuk melaksanakan tugas pembelajaran sebaik-baiknya dalam perencanaan program pengajaran dan pelaksanaan program pembelajaran serta evaluasi program pembelajaran. Kinerja guru yang dicapai harus berdasarkan standar kemampuan profesional selama melaksanakan kewajiban sebagai guru sekolah.

1.3. Rumusan masalahBerdasarkan latar belakang diatas,

permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana kepemimpinan kepala sekolah di MTS Assalam Bangilan?

2. Bagaimana kinerja guru di MTS Assalam Bangilan?

3. Seberapa besar pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru di MTS Assalam Bangilan?

1.4. Tujuan penelitian1. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis

kepemimpinan kepala sekolah di MTs Assalam Bangilan

2. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis kinerja guru di MTs Assalam Bangilan

3. Untuk mendeskripsikan dan menganalisa seberapa besar pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru di MTs Assalam Bangilan

1.5. Manfaat penelitian1. Manfaat teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi pembaca dan pihak-pihak yang berkepentingan tentang pengaruh kepemimpinan kepala sekolah dan fasilitas kerja terhadap kinerja guru.

2. Manfaat praktis

352

Page 69: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

a. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai input bagi pemimpin dalam menentukan kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan kepemimpinan sekolah dalam kaitannya peningkatan kinerjaguru di MTs Assalam Bangilan.

b. Sebagai bahan pertimbangan dan sumbangan pemikiran guna meningkatkan kinerja guru di MTs Assalam Bangilan.

1.6. Hipotesis Sebelum hipotesis dirumuskan,

kiranya perlu dijelaskan terlebih dahulu mengenai pengertian hipotesis. Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah tersebut telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta- fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.

Adapun hipotesis yang peneliti ajukan dalam penelitian ini adalah ada pengaruh yang signifikan antara kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru.

2.1. Fungsi kepemimpinanMemimpin adalah membimbing

suatu kelompok sedemikian rupa, sehingga tujuan kelompok dapat tercapai. Seorang pemimpin tidak bisa asal memimpin, dibutuhkan ketrampilan dalam memimpin anggotanya. Salah satu konsekuensi dari seseorang yang diangkat menjadi pemimpin adalah harus mempunyai kemampuan dan keahlian yang lebih dibandingkan dengan para anggotanya. Beberapa kemampuan dan keahlia memimpin terdapat dalam fungsi kepemimpinan. Dengan demikian untuk menjadi pemimpin yang efektif, seorang pemimpin harus memahami fungsi kepemimpinan terlebih dahulu. Menurut Indra Fachrudi dalam bukunya “ Bagaimana Memimpin Sekolah Yang Efektif “ menyatakan bahwa fungsi kepemimpinan terbagi menjadi dua (2) yaitu :

1. Fungsi pemimpin berdasarkan tujuan yang hendak dicapai Tugas pemimpin dalam fungsi itu, dapat penulis deskripsikan sebagai berikut : a) Memikirkan dan

merumuskan dengan teliti tujuan kelompok, serta menjelaskan supaya anggota dapat bekerja sama mencapai tujuan itu.

b) Memberi dorongan kepada anggota kelompok untuk ikut menganalisis situasi supaya dapat dirumuskan rencana kegiatan kepemimpinan yang dapat memberi harapan lebih baik lagi.

c) Membantu anggota kelompok dalam mengumpulkan keterangan yang

perlu supaya dapat mengadakan pertimbangan yang sehat.

d) Menggunakan kesanggupan dan minat khusus anggota kelompok.

e) Memberi dorongan kepada seluruh anggota untuk melahirkan perasaan, pikiran dan memilih buah pikiran yang baik serta berguna dalam pemecahan masalah yang dihadapi oleh kelompok.

f) Memberi kepercayaan dan menyerahkan tanggung jawab kepada anggota dalam melaksanakan tugas sesuai dengan kemampuan masing-masing demi kepentingan bersama.

2. Fungsi pemimpin yang bertalian dengan penciptaan suasana kerja yang sehat dan menyenangkan, dapat penulis deskripsikan sebagai berikut : a) Menunjukkan dan memelihara

kebersamaan di dalam kelompok. b) Mengusahakan suatu tempat

bekerja yang menyenangkan sehingga dapat dipupuk kegembiraan dan semangat bekerja dalam melaksanakan tugas.

c) Menanamkan dan memupuk perasaan kepada anggota bahwa mereka termasuk dalam kelompok dan merupakan bagian dari kelompok.

d) Pemimpin dapat mempergunakan kelebihan yang terdapat pada pemimpin bukan untuk berkuasa atau mendominasi, melainkan untuk memberi sumbangsih kepada kelompok menuju pencapaian tujuan bersama.

2.2. Tugas pemimpinBerdasarkan pengertian bahwa

kepemimpinan adalah proses mempengaruhi tingkah laku yang mengandung indikasi serangkaian tugas penting seorang pemimpin yaitu :

1) Mendefinisikan visi dan peranan organisasi Misi dan peranan organisasi dapat dirumuskan dengan baik apabila seorang pemimpin lebih dulu memahami asumsi struktural sebuah organisasi

2) Mengendalikan tujuan organisasi Dalam tugas ini pemimpin harus mengambil kebijaksanaan kedalam tatanan atau keputusan terhadap sasaran untuk mencapai tujuan yang direncanakan.

3) Mempertahankan tujuan organisasi Pemimpin bertugas untuk mempertahankan keutuhan organisasi dengan melakukan koordinasi dan kontrol melalui dua cara, yaitu melalui otoritas, peraturan, literally, melalui pertemuan dan koordinasi khusus terhadap berbagai peraturan.

353

Page 70: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

Mengendalikan konflik internal yang terjadi dalam organisasi

2.3. Kaitan kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja guru

Tugas dan tanggung jawab kepala sekolah selaku pemimpin pendidikan ada yang berkenaan dengan tujuan sekolah yang hendak dicapai. Misalnya, mendeskripsikan tujuan institusional sekolah sehingga mudah dipahami oleh guru-guru maupun staf lainnya, bersama-sama dengan guru-guru maupun staf lainnya memikirkan dan merencanakan kegiatan-kegiatan yang dapatmenyokong tujuan institusional sekolah, melakukan pendelegasian kepada guru-guru dan staf lainnya dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan yang telah direncanakan, mendorong dan mengawasi pelaksanaan tugas-tugas yang telah didelegasikannya. Di samping itu, ada pula tugas dan tanggung jawab kepala sekolah yang berkenaan dengan penciptaan suasana yang menyenangkan sehingga dapat menumbuhkan moral kerja guru-guru maupun staf lainnya.

3.1. Metode penelitian1. Jenis penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kwantitatif dengan pendekatan kuantitatif yang bertujuan untuk mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada satu atau lebih faktor lain. Dalam hal ini adalah regresi antara kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru di MTs Assalam Bangilan Tuban.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif, artinya penelitian yang berdasarkan pada perhitungan angka-angka atau statistik di suatu variabel untuk dikaji secara terpisah, kemudian dipengaruhkan.

Metode ilmiah memiliki peranan penting dalam penelitian. Penggunaan metode yang sesuai berarti menentukan hasil penelitian yang tepat. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dengan mengukur besar pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru, penelitian dirancang sebagai berikut :

Variable Bebas (X)

Variable Terikat (Y) Uji

X : Kepemimpinan Kepala Sekolah

Y : Kinerja Guru

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan kepala sekolahterhadap kinerja guru di MTs Assalam.

3.2. Populasi dan sampelSugiyono memberikan pengertian bahwa

populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau subyek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.

Sampel adalah himpunan dari bagian suatu populasi sebagai bagian dari populasi sampai memberikan gambaran yang benar tentang populasi.

Dalam hal ini peneliti melibatkan seluruh populasi. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru baik yang berstatus swasta ataupun yang negri yang seluruhnya berjumlah 23 guru.

Untuk lebih jelas sampel penelitian diperjelas di dalam tabel berikut :

NO Nama Guru Mata Pelajaran

1 KH. Abd Moehaimin T

Akhlak, Tarbiyah

2 H. Nur Ghozi, S.H.MA

Fiqih, Sosiologi

3H. Yunan Jauhar, S.Pd.M.Pd

English Lesson

4 Zairoh Basyar Mahfudhot

5 Sunayah Ketrampilan

6 Ma’shum, S.Pd.I

Qur’an Hadits

7 Hj. Noor Anim SW, S.H.

PKN

8 Siti Maemunah Biologi

9 Eni Iflahah, S.Pd

Bahasa Inggris

10 Moh. Siddiq Tajwid

11 Sutresno, S.Pd MTK

12 Masrukah, S.Pd.I

B. Indonesia

13Yuli Prestiyowati, S.Pd

Biologi

14 Isti’anah, S.Pd B. Indonesia

15 Winardi, S.Pd. Fisika

16 Marzuqi, S.Pd B. Inggris, Imla’

17 Mudzakir, S.Pd Durusul L.

18 Mashari, S.Pd.I TIK

354

Page 71: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

19 Murtasimah, S.Pd

Bahasa Inggris

20 Ali Mudhofir IPS, Imla’

21 Rika Andriyani Putri

Geografi

22 Wahyu Puji Lestari

B. Indonesia

23 Mulyadi. S.Pd Dur, Nahwu, Usul F.

3.3. Variable penelitian

1. Variabel PenelitianTerdapat dua variabel dalam penelitian ini yakni variabel bebas (X) dan variable terikat (Y).Variabel Bebas (X) dari penelitian ini adalah Kepemimpinan Kepala sekolah (X), sedangkan Variabel Terikat (Y) Kinerja guru.

2. Indikator Variabel PenelitianTabel 3.2. Variabel Penelitian

Variabel Sub Variabel

Indikator

Kepemimpinan

Kepala Sekolah

Idealized

influence

1.1 Rasa hormat dari pegawai

1.2 Rasa percaya diri dari pegawai

1.3 Melakukan sesuatu melebihi model pimpinan

Inspirational

Motivation

1.4 Memberi tantangan

1.5 Mengarahkan dengan cara sederhana

Intelektual

Stimulation

1.6 Memberi inovasi baru

1.7 Memberi ide baru dan solusi kreatif

Individualized

1.8 Penuh perhatian

1.9 Penghargaan pada karyawan

1.10 Memberikan kesempatan belajar

Melakukan

supervisi

administrasi

pembelajaran

1.11 Penyusunan program semester dan tahunan

1.12 Penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran

1.13 Penyusunan silabus

Melakukan

supervisi

pelaksanaan

pembelajaran

1.14 Memecahkan masalah yang dihadapi siswa

1.15 Pelaksanaan pembelajaran

1.16 Penyelenggaraan kegiatan pembelajaran

Menciptakan

hubungan

manusiawi

1.17 Memulihkan kepercayaan diri

1.18 Sikap simpati terhadap perasaan kesulitan

1.19 Sikap ramah dalam supervisi di sekolah

Melakukan

supervisi

kegiatan

1.20 pelaksanaan program ekstrakurikuler

1.21 evaluasi

355

Page 72: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

ekstrakurikuler

kegiatan ekstrakurikuler

1.22 mengidentifikasi kegiatan ekstrakurikuler

1.23 Menindak lanjuti hasil evaluasi

Jumlah

Variabel Sub Variabel

Indikator

Kinerja Guru

Perencanaan

Pembelajaran

2.1 Karakteristik siswa

2.2 Tujuan pembelajaran

2.3 Bahan ajar

2.4 Menggunakan metode

Pelaksanaan

Pembelajaran

2.5 Menyajikan materi pelajaran

2.6 Menggunakan metode

2.7 Menerapkan media

2.8 Strategi pembelajaran

Evaluasi 3.0 Protes

3.1 Remidi

3.4. Teknik pengumpulan data

1. Metode Pengumpulan DataUntuk memperoleh data yang diharapkan, peneliti menggunakan metode, yaitu : Metode Kuesioner.

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden. Selain itu, kuesioner juga dapat digunakan bila jumlah responden

cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas. Kuesioner dapat berupa pertanyaan atau pernyataan tertutup atau terbuka, dapat diberikan kepada responden secara langsung atau dikirim melalui pos atau internet.1

Kuesioner digunakan untuk memperoleh data tentang kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru. Kemudian hasilnya digunakan untuk deskripsi data.

4.1. Hasil penelitianBerdasarkan data yang diperoleh dari

penelitian maka pada bab IV akan disajikan deskripsi Madrasah Tsanawiyyah Assalam Bangilan Kab. Tuban telah mengikut-sertakan Ujian Negara MTs Negeri pada awal permulaan dilaksanakan Ujian Negara yaitu pada tahun 1967 dan satu-satunya Madrasah Tsanawiyyah di Kabupaten Tuban yang menyelenggarakan Ujian Negara. Data pengolahan data dan keputusan-keputusan uji hasil penelitian.

Sebagaimana yang telah dipaparkan dalam bab III, pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan angket. Data dari penelitian tentang Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru Di MTs Assalam Bangilan yang diperoleh dari angket yang telah diberikan pada responden sebanyak 23 guru (lihat di lampiran 1). Maka secara rinci data hasil penelitian dapat disajikan sebagai berikut :

1. Instrumen (angket) dan Analisis Butir Soal Instrumen

Sebelum angket disebarkan kepada para responden (guru) untuk memperoleh data penelitian, maka ada beberapa langkah yang harus peneliti lakukan untuk dapat menciptakan instrumen yang baik. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut : a. Mengadakan pembatasan materi

penelitian Materi yang diujikan

pada penelitian ini hanya terfokus pada kepemimpinan kepala sekolah dan kinerja guru.

b. Menyusun kisi-kisi Kisi-kisi instrumen dapat

dilihat pada tabel di lampiran 2. c. Analisis butir soal hasil uji coba

instrumen Sebelum instrumen

disebarkan kepada responden, terlebih dahulu dilakukan uji coba instrumen. Uji coba ini dilakukan untuk mengetahui apakah butir soalpada angket tersebut sudah memenuhikualitas instrumen yang baik atau belum. Adapunalat yang digunakan dalam pengujian analisis uji coba instrumen meliputi uji validitas dan uji reabilitas.

1) Uji Validitas

1 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, hlm 199

356

Page 73: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

Data uji validitas ini disebarkan kepada 23 guru MTs Assalam. Uji validitas digunakan untuk mengetahui valid atau tidaknya butir angket tersebut. Data mentah uji validitas dapat dilihat pada lampiran 3. Butir angket yang tidak valid akan didrop (dibuang) dan tidak digunakan. Sedangkan butir angket yang valid digunakan sebagai alat untuk memperoleh data.

Hasil analisis perhitungan butir soal (r hitung) dikonsultasikan dengan harga Hasil analisis perhitungan validitas butir soal (r hitung) dikonsultasikan dengan harga kritik r product momen, pada taraf signifikan 5 % dan 1% dengan N= 23. Jika harga tabel r hitung>r tabel maka butir soal tersebut dikatakan valid. Dan sebaliknya, jika tabel r hitung<r tabel maka butir soal tersebut dikatakan tidak valid.

5.1. KesimpulanSesuai dengan penelitian yang telah dilaksanakan dan pembahasannya mengenai pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru di MTs assalam bangilan tuban, penulis memperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh positif dan kuat terhadap kinerja guru di MTs Assalam. Karena kepala sekolah ditelah memenuhi standar kepala sekolah/madrasah sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 13 Tahun 2007 (Tentang standar kepala sekolah/madrasah) baik kualifikasi umum maupun kualifikasi khusus serta memenuhi 5 standar kompetensi, yaitu : kompetensi kepribadian,kompetensi manajerial, kompetensi kewirausahaan, kompetensi supervisi, kompetensi sosial.

2. Guru di MTs Assalam mampu menyusun perencanaan madrasah untuk berbagai tingkat perencanaan, mengembangkan potensi siswa untuk mengembangkan madrasah sesuai dengan kebutuhan. Serta memiliki strategi yang tepat untuk meningkatkan kemampuan siswa di madrasahnya.

3. Kepemimpinan kepala sekolah mempunyai pengaruh yang positif signifikan dan kuat terhadap kinerja guru dengan kontribusi sebesar 67,48%, sedangkan sisanya 32,52% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dikaji dalam penelitian ini.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa saran yang ingin peneliti sampaikan :

1. Kepala sekolah MTs Assalam Bangilan telah menerapkan fungsi supervisi. Atas dasar itu, pembinaan yang sudah baik ini hendaknya dipertahankan karenapembinaan/supervisi mempunyai kedudukan dan peranan yang sangat penting bagi segala aktifitas pendidikan di MTs Assalam Bangilan, sebab merupakan alat pendinamis terhadap jalannya proses pembelajaran, sehingga tercapainya tujuan pendidikan nasional.

2. Pada pembahasan diatas disebutkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja guru sebesar 67,48%. Maka sisanya 32,52%, kemungkinan besar dipengaruhi oleh beberapa variabel yang diantaranya : a. Motivasi, dengan ketekunan

keyakinan dan usaha yang sungguh-sungguh serta yadanya motivasi yang kuat, maka guru akan dapat mengemban tugasnya dengan sebaik-baiknya dan berusaha meningkatkan keberhasilan kinerjanya, meskipun banyak rintangan yang dihadapi dalam melaksanakan tugas.

b. Etos Kinerja Guru, Dalam meningkatkan budaya kinerja dibutuhkan etos kerja yang baik, karena etos kerja memiliki peluang yang besar dalam keberhasilan kinerja.

c. Lingkungan Kinerja Guru, dapat mendukung guru dalam melaksanakan tugas secara efektif dan efisien adalah lingkungan sosial psikologis dan lingkungan fisik. Dengan lingkungan yang baik akan dapat meningkatkan semangat kerja para guru sehingga produktivitas kinerja meningkat, kualitas kinerja lebih baik dan prestise sekolah bertambah baik yang selanjutnya menarik pelanggan datang ke sekolah.

3. Dalam konteksnya dengan kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja guru di MTs Assalam mampu menyusun perencanaan madrasah untuk berbagai tingkat perencanaan, mengembangkan organisasi madrasah sesuai dengan kebutuhan, memimpin madrasah dalam rangka pendayagunaan sumberdaya madrasah secara optimal memiliki strategi yang tepat untuk meningkatkan kinerja tenaga kependidikan di madrasahnya. Menciptakan iklim Madrasah yang kondusif, memberikan nasihat kepada warga sekolah. Memberikan dorongan kepada seluruh guru, serta melaksanakan model pembelajaran yang menarik.

5.3. Dafatar pustaka

Ara Hidayat dan Imam Machali, Pengelolaan Pendidikan Konsep, Prinsip, dan Aplikasi dalam Mengelola

357

Page 74: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

Sekolah dan Madrasah. Bandung : PT. Pusatka Educa 2010.

Depdikbud, Tim Penyusun Kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia,Jakarta : Balai Pustaka, 1990

Handoko, T. Hani.. Manajemen. Yogyakarta : BPFE, 1995.

Hasibuan. H. Malayu. S.p Manajemen : Dasar, Pengertian, dan Masalah. Jakarta : Bumi Aksara, ed. rev.

Hasibun. H. Malayu. S.p. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : PT. Bumi Aksara. 2005

Husaini Ustman, Manajemen, Teori, Praktik Dan Reset Pendidikan, 2008.

Indara Fachrudi, Soekarno, Bagaimana Memimpin Yang Efektif, Bogor : PT : Ghalia Indonesia, 2006

Kartini, Kartono. Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta : PT. Grafindo persada 1992

Miftah, Thoha, Kepemimpinan Dalam Manajemen Jakarta : PT : Raja Frafindo Persada, 1995

Miftah, Thoha, Prilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya, (jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2009), Ed. 1

Muhammad Nurdin, Kiat Menjadi Guru Profesional. Jogjakarta : Ar-Ruzz Media. 2008

358

Page 75: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN PELAKSANAAN SUPERVISI TERHADAP KINERJA GURU

DI GUSLAH III KECAMATAN PANDAAN KABUPATEN PASURUAN

Sri Lestari

Program Studi Manajemen Pendidikan, PPS (S2), Universitas Gresik

ABSTRAK

Guru dan karyawan dapat tumbuh dengan baik apabila sering dilakukan pembinaan yang baik dan terarah serta sesuai dengan permasalhannya, diharapkan guru dan karyawan akan mampu melaksanakan tugasnya dengmr baik sehingga tujuan yang diinginkan organisasi tercapai. Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan: (1) Pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru di Guslah III Kecamatan Pandaan Kabupaten Pasuruan (2) Pengaruh pelaksanaan supervisi terhadap kinerja guru di Guslah III Kecamatan Pandaan Kabupaten Pasuruan (3) Pengaruh kepemimpinan kepala sekolah dan pelaksanaan supervisi terhadap kinerja guru di Guslah III Kecamatan Pandaan Kabupaten Pasuruan. Metode penelitian ini menggunakan deskriptif atau penelitian yang dilakukan berdasarkan tingkat eksplanasi atau penjelasan, yaitu penelitian yang bermaksud menjelaskan kedudukan variabel-variabel yang diteliti serta hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain Adapun hasil dari uji t adalah nilai t-hitung pada variabel kemimpinan kepala sekolah (X1) sebesar 2,413 dengan tingkat signifikan kurang dari 5% yaitu 0,025 yang artinya variabel kepemimpinan kepala sekolah (X1) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kinerja guru (Y). Adapun hasil dari uji t adalah nilai t-hitung pada variabel supervisi kepala sekolah (X2) sebesar 2,202 dengan tingkat signifikan kurang dari 5% yaitu 0,038.

Kata Kunci: Kepemimpinan, Kepala, Sekolah, Supervisi, Guru

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Figur pernimpin yang baik memang

muflak diperlukan di dalam suatu

organisasi, tetapi tidak kalah pentingnya

Sumber Daya manusia yang dimiliki oleh

organisasi tersebut harus dituntut

semaksimal mungkin dan

menggunakannya sedemikian rupa

sehingga dapat efektif dan efisien. Dalam

arti harus dituntut kedisiplinan yang

tinggi, disamping memiliki ketrampilan

dan bekerja secara profesionalisme yang

nantinya bisa diharapkau dapat

meningkatkan karier seseorang sebagai

perwujudan peningkatan kinerja guru

dan karyawan.

359

Page 76: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

Kepala sekolah selaku pemimpin

secara langsung merupakan contoh nyata

dalam aktivitas kerja bawahannya.

Kepala sekolah yang rajin, cermat, peduli

terhadap bawahan akan bsrbeda dengan

gaya kepemimpinan yang acuh tak acuh,

kurang komunikatif apalagi arogan

dengan komunitas sekolahnya.

Untuk dapat melaksanakan tugas

dan tanggung jawab, seorang guru

dituntut memiliki beberapa kemampuan

dan ketrampilan tertentu. Kemampuan

dan ketrampilam tersebut sebagaimana

dalam Peraturan Menteri No 16 Tahun

2007 yaitu : l) Kompetensi pedagogik; 2)

Kompetensi kepribadian; 3) Kompetensi

sosial dan; 4) Kompetensi

prosifionalisme..

Kinerja guru atau prestasi kerja

adalah suatu hasil kerja yang dicapai

seseorang dalam melaksanakan tugas-

tugas yang dibebankan kepadanya yang

didasarkan atas kecakapan, pengalaman,

dan kesungguhan serta waktu (Hasibuan,

2001:94). Kinerja guru akan baik jika

guru telah melakukan unsur-unsur yang

terdiri dari kesetiaan dan komitmen yang

tinggi pada tugas mengajar, menguasai

dan mengembangkan bahan pelajaran,

kedisiplinan dalam mengajar dan tugas

lainnya, kreativitas dalam pelaksanaan

pengajaran, kerjasama dengan semua

warga sekolah, kepemimpinan yang

menjadi panutan siswa, kepribadian yang

baik, jujur dan objektif dalam

membimbing siswa, serta tanggung

jawab terhadap tugasnya.

2. Rumusan masalah

1. Adakah pengaruh kepemimpinan

kepala sekolah terhadap kinerja

guru di Guslah III Kecamatan

Pandaan Kabupaten Pasuruan?

2. Adakah pengaruh pelaksanaan

supervisi terhadap kinerja guru di

Guslah III Kecamatan Pandaan

Kabupaten Pasuruan?

3. Adakah pengaruh kepemimpinan

kepala sekolah dan pelaksanaan

supervisi terhadap kinerja guru di

Guslah III Kecamatan Pandaan

Kabupaten Pasuruan?

3. Tujuan penelitian

Dalam penelitian ini untuk mengetahui :

1. Pengaruh kepemimpinan kepala

sekolah terhadap kinerja guru di

Guslah III Kecamatan Pandaan

Kabupaten Pasuruan

2. Pengaruh pelaksanaan supervisi

terhadap kinerja guru di Guslah

III Kecamatan Pandaan

Kabupaten Pasuruan

3. Pengaruh kepemimpinan kepala

sekolah dan pelaksanaan supervisi

terhadap kinerja guru di Guslah

III Kecamatan Pandaan

Kabupaten Pasuruan

4. Manfaat penelitian

a. Bagi sekolah

Hasil penelitian ini dapat

bermanfaat dan memberi masukan

pada kepala sekolah khususnya

dalam rangka meningkatkan

pelaksanaan supervisi terhadap

guru.

b. Bagi guru

Page 77: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

Hasil penelitian ini dapat

bermanfaat sebagai wacana bagi

guru untuk lebih meningkatkan

kinerjanya.

c. Bagi pengembangan ilmu

pengetahuan

Temuan hasil penelitian ini untuk

memberi data empirik yang akurat

tentang gaya kepemimpinan

kepala sekolah dan pelaksanaan

supervisi terhadap kinerja guru.

B. KAJIAN PUSTAKA

A. Kepemimpinan Kepala Sekolah

1. Kepemimpinan

Berdasarkan definisi-definisi

kepemimpinan memiliki beberapa implikasi,

antara lain: Pertama: kepemimpinan berarti

melibatkan orang atau pihak lain, yaitu para

karyawan atau bawahan (followers). Para

karyawan atau bawahan harus memiliki

kemauan untuk menerima arahan dari

pemimpin. Walaupun demikian, tanpa

adanya karyawan atau bawahan,

kepemimpinan tidak akan ada juga. Kedua:

seorang pemimpin yang efektif adalah

seseorang yang dengan kekuasaannya (his or

herpower) mampu menggugah pengikutnya

untuk mencapai kinerja yang memuaskan.

Ketiga: kepemimpinan harus memiliki

kejujuran terhadap diri sendiri (integrity),

sikap bertanggungjawab yang tulus

(compassion), pengetahuan (cognizance),

keberanian bertindak sesuai dengan

keyakinan (commitment), kepercayaan pada

diri sendiri dan orang lain (confidence) dan

kemampuan untuk meyakinkan orang lain

(communication) dalam membangun

organisasi.

2. Cara Melakukan Kepemimpinan

Sepanjang dapat diketahui dan

sepanjang pengamatan para ahli maka

cara seorang pemimpin melakukan

kepemimpinanya itu dapat digolongkan

atas beberapa golongan antara lain :

a) Secara Otokrasi

b) Secara Militeristis.

c) Secara Paternalis

d) Secara Kharismatis

e) Secara "laisses faire"

f) Secara Demokratis.

3. Faktor-Faktor yang Menyebabkan

Kepemimpinan pada Seseorang

a. Berpengetahuan yang luas

b. Mempunyai sifat adil dan ramah

c. Berorientasi masa kini dan masa depan

d. Memiliki sifat sebagai guru dan efekt

e. Memiliki iman yang kuat dan moral

yang tinggi

4. Kepemimpinan Kepala Sekolah yang

Demokratis

Studi keberhasilan kepala sekolah

menunjukan bahwa kepala sekolah adalah

seorang yang menentukan titik pusat dan

irama suatu sekolah. Berdasarkan rumusan

hasil study diatas menunjukan betapa

penting peranan kepala sekolah dalam

mengerakkan kehidupan sekolah mencapai

tujuan . Ada dua hal yang perlu diperhatikan

dalam rumusan tersebut yaitu sebagai

berikut:

a. Kepala sekolah berperan sebagai

kekuatan sentral yang menjadi

kekuatan penggerak kehidupan

sekolah.

b. Kepala sekolah harus memahami tugas

dan fungsi mereka demi keberhasilan

Page 78: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

sekolah, serta memiliki kepedulian

kepada staf dan siswa

B. Pelaksanaan Supervisi

Masalah mutu pembelajaran,

menyangkut masalah yang sangat

esensial yaitu masalah kualitas mengajar

yang dilakukan guru harus mendapat

pengawasan dan pembinaan yang terus

menerus dan berkelanjutan. Masalah ini

berhubungan erat dengan pengawasan

profesional untuk memperbaiki

pembelajaran. Guru belum mendapat

bantuan yang optimal sehingga

menyebabkan mutu pendidikan menjadi

rendah.

Pengawasan dalam pendidikan

merupakan pengawasan yang khas yang

hanya berlaku dalam pendidikan,

bertujuan mengembangkan potensi

peserta didik melalui kegiatan belajar

bermutu yang dilayani guru. Dikatakan

khas karena sifat pengawasannya

berkaitan dengan pengakuan dan

penghargaan atas diri anak sebagai

manusia yang utuh yang harus dihargai

dan dihormati, bukan pengawasan seperti

pada proses produksi barang.

1. Definisi Pengawasan

Pengawasan secara umum

dapat didefinisikan sebagai cara

suatu organisasi mewujudkan

kinerja yang efektif dan efisien,

serta lebih jauh mendukung

terwujudnya visi dan misi

organisasi

2. Peran Pengawasan dalam

Perspektif Kepemimpinan

Peran pengawasan akan

semakin terasa jika seorang

pimpinan menerapkan konsep

pengawasan secara sangat baik.

Narnun peran pengawasan menjadi

tidak begitu berarti jika pimpinan

tidak ikut terlibat secara penuh ikut

serta dalam mewujudkan

terbentuknya pengawasan yang

dimaksud.

3. Tipe-tipe Pengawasan

Secara konsep pengawasan

tersebut memiliki banyak tipe.

Menurut T. Hani Handokola ada

tiga tipe pengawasan, yaitu

a. Pengawasan pendahuluan,

b. Pengawasan "concurrent," dan

c. Pengawasan umpan balik.

4. Hambatan-hambatan dalam

Pengawasan

Seorang pimpinan yang

profesional memiliki

tanggungjawab penuh untuk

melakukan kajian dan analisis

terhadap berbagai sebab timbulnya

hambatan-hambatan dalam bidang

pengawasan termasuk menerima

masukan dari berbagai pihak.

Karena masukan dari berbagai

pihak tersebut bisa menjadi bahan

intropeksi bagi pimpinan dalam

membangun konsep pengawasan di

masa yang akan datang atau lebih

baik dari sebelumnya.

C. Kinerja Guru

1. Pengertian Kinerja Guru

Istilah kinerja guru berasal dari kata

job performance/actual permance

Page 79: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

(prestasi kerja atau prestasi

sesungguhnya yang dicapai oleh

seseorang). Jadi menurut bahasa kinera

bisa diartikan sebagai prestasi yang

nampak sebagai bentuk keberhasilan

kerja pada diri seseorang. Keberhasilan

kinerja juga ditentukan dengan

pekerjaan serta kemampuan seseorang

pada bidang tersebut. Keberhasilan

kerja juga berkaitan dengan kepuasan

kerja seseorang.

Jadi, kinerja guru dalam proses

belajar mengajar adalah kemampuan

guru dalam melaksanakan tugasnya

sebagai pengajar yang memiliki

keahlian mendidik anak didik dalam

rangka pembinaan peserta didik untuk

tercapainya institusi pendidikan.

2. Tugas Pokok Dalam Pembelajaran

Menurut Sukadi .sebagai seorang

profesional, guru memiliki lima tugas

pokok, merencanakan pembelajaran,

pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi

pembelajaran, menindaklanjuti hasil

pembelajaran, serta melakukan

bimbingan dan konseling.

3. Kriteria Kinerja Guru

Kompetensi sebagai agen

pembelajaran pada jenjang pendidikan

dasar dan menengah serta pendidikan

anak usia dini meliputi:

a) kompetensi paedagogik

b) kompetensi kepribadian

c) kompetensi profesional

d) kompentensi sosial

4. Indikator Kinerja guru

Ada beberapa indikator yang

dapat dilihat peran guru dalam

meningkatkan kemampuan dalam

proses belajar-mengajar. Indikator

kinerja tersebut adalah:

1) Kemampuan merencanakan belajar

mengajar.

2) Kemampuan melaksanakan

kegiatan belajar mengajar

3) Kemampuan mengevaluasi

5. Langkah- Langkah

Peningkatan Kinerja

Dalam rangka peningkatan

kinerja, paling tidak telah

mengemukakan tujuh langkah yang

dapat dilakukan sebagai berikut:

a. Mengetahui Adanya kekurangan

dalam kinerja

b. Mengenai kekurangan dan tingkat

keseriusan.

c. Mengidentifikasikan hal-hal yang

mungkin menjadi penyebab

kekurangan baik yang behubungan

dengan dengan pegawai itu sendiri

d. Mengembamgkan rencana tindakan

tersebut

e. Melakukan evaluasi apakah

masalah tersebut sudah terasi atau

belum

f. Mulai dari awal, apabila perlu.

D. Hipotesis

Dalam penelitian ini, maka hipotesis yang

diajukan adalah :

1. Ada pengaruh kepemimpinan

kepala sekolah terhadap kinerja

guru di Guslah III Kecamatan

Pandaan Kabupaten Pasuruan.

2. Ada pengaruh pelaksanaan

supervisi terhadap kinerja guru di

Page 80: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

Guslah III Kecamatan Pandaan

Kabupaten Pasuruan.

3. Ada pengaruh kepemimpinan

kepala sekolah dan pelaksanaan

supervisi terhadap kinerja guru di

Guslah III Kecamatan Pandaan

Kabupaten Pasuruan.

C. METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Metode penelitian yang digunakan

dalam penelitian ini menggunakan

deskriptif atau penelitian yang dilakukan

berdasarkan tingkat eksplanasi atau

penjelasan.

B. Populasi dan Sampel

Populasi adalah seluruh obyek yang

akan diteliti dalam sebuah penelitian,

sedangkan sampel adalah sebagian

anggota populasi yang diambil untuk

dikaji atau diteliti. Populasi dalam

penelitian ini adalah guru di Guslah III

Kecamatan Pandaan Kabupaten Pasuruan

pada tahun pelajaran 2014/2015

sejumlah 40 orang yang seluruhnya

dijadikan obyek dalam penelitian ini.

C. Variabel Penelitian

Berikut ini akan dijelaskan

mengenai variabel-variabel yang

digunakan dalam penelitian ini beserta

definisi. antara lain sebagai berikut:

1) Variabel kepemimpinan kepala

sekolah (X1)

Variabel ini didefinisikan sebagai

memimpin yang menganggap

dirinya bagian dari kelompoknya

dan bersama dengan

kelompoknya berusaha

bertanggung jawab tentang

pelaksanaan tujuannya .

2) Variabel pelaksanaan supervisi

(X2)

Variabel ini didefinisikan sebagai

usaha yang memberikan

kesempatan kepada guru untuk

berkembang secara profesional,

sehingga mereka lebih mampu

lagi dalam melaksanakan tugas

pokoknya, yaitu memperbaiki dan

menyempurnakan proses belajar

murid-murid.

3) Variabel kinerja guru (Y)

Variabel ini didefinisikan sebagai

kemampuan guru dalam

melaksanakan tugasnya sebagai

pengajar yang memiliki keahlian

mendidik anak didik dalam

rangka pembinaan peserta didik

untuk tercapainya institusi

pendidikan.

D. Instrument Penelitian

Indikator untuk instrument variabel

kepemimpinan kepala sekolah yaitu:

a) Keterampilan dan pengharapan

bawahannya

b) Lingkungan organisasi

c) Filosofi yang dijadikan

d) Etika kepemimpinan

e) Cara pengambilan keputusan dan

menangani masalah

Indikator untuk instrument variabel

pelaksanaan supervisi terdiri dari :

a) Fungsi supervisi

b) Peran pengawasan dalam perspektif

kepemimpinan

c) Tipe-tipe supervisi

Page 81: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

d) Alasan pentingnya diadakannya

supervisi

e) Hambatan yang muncul selama

kegiatan supervisi berlangsung

Indikator untuk instrument variabel

kinerja guru terdiri dari :

a) Kompetensi pedagogig

b) Kompetensi profesional

c) Kompetensi interpersonal

d) Kompetensi sosial

E. Teknik Analisis Data

Setelah data terkumpul semuanya

maka langkah selanjutnya adalah

menganalisis data tersebut. Data yang

telah dikumpulkan diolah baik secara

manual maupun dengan menggunakan

bantuan komputer. Program yang

digunakan untuk membantu pengelolaan

data ini adalah program IBM SPSS

version 19.0 for windows.

D. HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

A. Rumusan Masalah Ke-1

Rumusan masalah ke-1 dalam

penelitian ini sudah terjawab, karena

sesuai dengan hasil uji t yaitu uji secara

parsial yang dapat dilihat pada tabel 4.19

di atas. Adapun hasil dari uji t tersebut

adalah nilai t-hitung pada variabel

kemimpinan kepala sekolah (X1) sebesar

2,413 dengan tingkat signifikan kurang

dari 5% yaitu 0,025 yang artinya variabel

kepemimpinan kepala sekolah (X1)

secara parsial berpengaruh signifikan

terhadap kinerja guru (Y).

B. Rumusan Masalah Ke-2

Rumusan masalah ke-2 dalam

penelitian ini sudah terjawab, karena

sesuai dengan hasil uji t yaitu uji secara

parsial yang dapat dilihat pada tabel 4.19

di atas. Adapun hasil dari uji t tersebut

adalah nilai t-hitung pada variabel

supervisi kepala sekolah (X2) sebesar

2,202 dengan tingkat signifikan kurang

dari 5% yaitu 0,038. Artinya variabel

supervisi kepala sekolah (X2) secara

parsial berpengaruh signifikan terhadap

kinerja guru (Y).

C. Rumusan Masalah Ke-3

Rumusan masalah ke-3 dalam

penelitian ini sudah terjawab, karena

sesuai dengan hasil uji F yaitu uji secara

simultan yang dapat dilihat pada tabel

4.17 di atas. Adapun hasil dari uji t

tersebut adalah nilai Fhitung yang

dihasilkan sebesar 6,092 dengan nilai

signifikansi p = 0,008 lebih kecil dari 5%

yang artinya variabel kepemimpinan

kepala sekolah dan supervisi kepala

sekolah secara simultan berpengaruh

signifikan terhadap kinerja guru.

E. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis regresi

linier berganda dapat disimpulkan bahwa

ketiga rumusan masalah dalam penelitian

sudah terjawab, dengan uraian sebagai

berikut :

1. Rumusan masalah ke-1 dalam

penelitian ini sudah terjawab, karena

sesuai dengan hasil uji t yaitu nilai t-

Page 82: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

hitung pada variabel supervisi kepala

sekolah (X1) sebesar 2,413 dengan

tingkat signifikan kurang dari 5%

yaitu 0,025 yang artinya variabel

kepemimpinan kepala sekolah (X1)

secara parsial berpengaruh signifikan

terhadap kinerja guru (Y).

2. Rumusan masalah ke-2 dalam

penelitian ini sudah terjawab, karena

sesuai dengan hasil uji t yaitu nilai t-

hitung pada variabel supervisi kepala

sekolah (X2) sebesar 2,202 dengan

tingkat signifikan kurang dari 5%

yaitu 0,038. Artinya variabel

supervise kepala sekolah (X2) secara

parsial berpengaruh signifikan

terhadap kinerja guru (Y).

3. Rumusan masalah ke-3 dalam

penelitian ini sudah terjawab, karena

sesuai dengan hasil uji F yaitu nilai

Fhitung yang dihasilkan sebesar 6,092

dengan nilai signifikansi p = 0,008

lebih kecil dari 5% yang artinya

variabel supervisi kepala sekolah (X1)

dan supervisi kepala sekolah (X2)

secara simultan berpengaruh

signifikan terhadap kinerja guru.

B. Saran

1. Kepemimpinan Kepala Sekolah

merupakan langkah awal dan

langkah utama dalam membentuk

kinerja guru yang baik, karena

dengan kepemimpinan kepala

sekolah yang baik guru bisa

memperbaiki segala kekurangannya

dalam mengajar.

2. Kepala Sekolah harus memiliki

supervisi yang tinggi, karena

keberhasilan sekolah dan kinerja

guru yang baik sangat dipengaruhi

oleh supervisi dari kepala sekolah.

3. Kepemimpinan Kepala Sekolah

yang efektif dengan didukung

supervisi dari Kepala Sekolah akan

menciptakan kinerja guru yang

baik.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Ambo Enre. 1989. Pengaruh Motivasi Berprestasi dan Perilaku Komunikasi antar Pribadi terhadap Efektivitas Kepala Sekolah. Editoral jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. Edisi 40.

Adams, J.E. 1997. A Study to Determine the Impact of a Precollege Intervention on Early

Adolescent Aspiration and Motivation for College in West Virginia. Dissertation Anoraga, P. (1992). Psikologi kepemimpinan. Jakarta: Rineka Cipta.

Alih bahasa : FX. Budiyanto, dkk. Ctakan II tahun 1994. copyright dalam bahasa Indonesia. 1989. Jakarta : Penerbit Arcan.

Anonim. (2008). Gaya kepemimpinan&kinerja perusahaan.

Approach Success. Journal of Abnormal and Social Psychology 60.

Arikunto, Suharsimi, (1989). Prosedur Penelitian, Jakarta; Rineka Cipta.

Atkinson, J.W. 1958. Achievement Motive and Test Anxiety Asimilator Motives to

Blacksburg, Virginia, Scholar.lib.vt.edu/theses/public/etd-101397- 15292/materials/etd.pgf.

Page 83: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

Chaplin, J.P. 2005. Kamus Lengkap Psikologi. Terjemahan Kartini Kartono. Jakarta : Raja Grafindo.

Danim, Sudarwan, (2002). Inovasi Pendidikan. Bandung. Pustaka Setia.

Departemen Pendidikan Nasional. (2000). Panduan Manajemen Sekolah. Jakarta: direktorat SLTP

Mulyasa. E, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006)

Rivai. Veithzal, Kepemimpinan  dan  Perilaku Organisasi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007),  edisi kedua

Wahjosumijo, Kepemimpinan kepala Sekolah, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1999)

Yukl. Gary, Kepemimpinan dalam Organisasi, (Jakarta: Prentice-Hall, 2001)

Sumitted to the Faculty of the Virginia Politechnic Institue and State University.

Martianah, Sri Mulyani. 1984. Disertasi : Motif Sosial Remaja Jawa dan Keturunan Cina Suatu Studi Perbandingan. Yogyakarta : Gadjah Mada Press.

Mussen, Paul Henry, dkk.1984. Child Development and Personality. Harper & Row, Inc.

Rivai, M. 2000. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Mahasiswa

http:www.depdiknas.co.id/jurnal/29faktor.htm.

Riyadi, Papa, 2004. Hubungan Motivasi Berprestasi dan Bimbingan Belajar dengan Prestasi Belajar Siswa SMU N 1 Kota Magelang. Tesis. Semarang. Pascasarjana UNNES.

Slameto. 2002. Persepsi Siswa terhadap Guru Pembimbing dalam Hubungannya dengan

Kemandirian Belajar dan Prestasi Belajar Siswa SMU Unggulan. Tesis. Semarang : Program Pasca Sarjana UNNES.

Soewadji. 2003. Hubungan Interaksi Sosial dalam Metode Pembelajaran Kelompok Kecil dan Motivasi Berprestasi dengan Prestasi Belajar Siswa pada Bidang Studi Geografi di SLTP Laboratorium Kristen Satya Wacana. Laporan penelitian. Salatiga.

Wahidin. 2001. Tesis Hubungan antara Kecerdasan Emosional dan Motivasi Berprestasi dengan Prestasi Belajar Siswa. Yogyakarta: UGM.

Yuniarti, K.W. 1988. Pola Asuh, Self Esteem, Motivasi Berprestasi, dan Prestasi Belajar. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada.

Page 84: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

PENGARUH PELAYANAN PENDIDIKAN DAN PROFESIONALISME GURU TERHADAP KEPUASAN MASYARAKAT DI GUSLAH IV

KECAMATAN PANDAAN KABUPATEN PASURUAN

Suhadi IpnuProgram Studi Manajemen Pendidikan, PPS (S2), Universitas Gresik

ABSTRAK

Mutu pendidikan menyangkut berbagai komponen, karena pendidikan itu sendiri sebagai suatu sistem yang melibatkan berbagai komponen yang merupakan satu keterkaitan. Oleh karena peningkatan mutu pendidikan tidak boleh dilihat dari satu sisi saja, peningkatan mutu pendidikan harus dilihat dari unsur input, proses dan out put pendidikan. Populasi adalah seluruh obyek yang akan diteliti dalam sebuah penelitian, sampel adalah sebagian anggota populasi yang diambil untuk dikaji atau diteliti. Populasi dalam peneritian ini adalah guru di guslah IV kecamatan Pandaan kabupaten Pasuruan pada tahun pelajaran 2014/2015 sejumlah 25 orang yang seluruhnya dijadikan obyek dalam penelitian ini. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini beserta definisi. antara lain sebagai berikut: (1) Variabel persepsi pelayanan pendidikan (X1) (2) Variabel profesionalisme guru (X2) Kepuasan masyarakat (Y) Hasil Penelitian 89,57% responden menyetujui bahwa sekolah yang mereka pilih telah memberikan pelayanan yang terbaik bagi pendidikan putra-putrinya dan 83,94% responden menyetujui bahwa mayarakat merasa puas dengan mutu sekolah tersebut. Tidak hanya menurut jawaban responden yang dilihat dari distribusi frekuensi, hasil regresi linier berganda juga menunjukkan bahwa semakin tinggi pelayanan pendidikan terbukti memberikan dampak positif terhadap kepuasan masyarakat, dilihat dari hasil uji t sebesar 2,091 lebih besar ttabel sebesar 2,045.

Kata Kunci: Pelayanan Pendidikan, Profesionalisme Guru, Kepuasan Masyarakat.

A. PENDAHULUAN

1. Latar belakang masalah

Pemerintah di bidang pendidikan

saat ini memberikan perhatian yang

serius, misalnya perbaikan sarana

pendidikan, perbaikan pelayanan

pendidikan, pemberian tunjangan bagi

guru yang bersertifikasi sebagai guru

profesional sampai pemberian bea siswa

tugas belajar pada para guru untuk

meraih gelar yang lebih tinggi. Hal ini

merupakan bukti bahwa pemerintah

serius menangani mutu pendidikan.

Majunya sekolah sejalan dengan

kemajuan masyarakat sekitarnya,

keinginan masyarakat hendaknya mampu

dijawab oleh pihak sekolah dalam bentuk

menghasilkan output yang memiliki

SDM tinggi, berkompetensi dan

menghasilkan tenaga kerja yang siap

bersaing di dunia kerja yang kompetitif

di era globalisasi ini.

Jadi marketing lembaga

pendidikan adalah kegiatan lembaga

369

Page 85: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

pendidikan memberi layanan atau

menyampaikan jasa pendidikan

kepada konsumen dengan cara yang

memuaskan. (Buchari Alma 2008:30)

Standar pelayanan mengacu

pada pelayanan semestinya. Dengan

standar pelayanan dapat dijadikan

ukuran dalam pelaksanaan sebuah

pelayanan. Adanya standar pelayanan

diharapkan dapat dilaksanakan sistim

pelayanan yang dapat memenuhi

harapan dan keinginan pelanggan.

Maka pelanggan dapat merasakan

atau terpenuhi apa yang diharapkan.

Dengan demikian dapat

disimpulkan pelayanan yang

berkualitas disekolah, didukung

tenaga mengajar yang profesional

dapat memberikan kepuasan kepada

masyarakat selaku konsumen,

pendidikan karena mereka merasa

sekolah telah berhasil mendidik dan

mengajar putra–putri mereka dengan

baik.

2. Rumusan masalah

1. Apakah ada pengaruh kualitas

pelayanan pendidikan terhadap

kepuasan masyarakat di Guslah

IV Kecamatan Pandaan

Kabupaten Pasuruan?

2. Apakah ada pengaruh

profesionalisme guru terhadap

kepuasan masyarakat di Guslah

IV Kecamatan Pandaan

Kabupaten Pasuruan?

3. Apakah ada pengaruh kualitas

pelayanan pendidikan dan

profesionalisme guru terhadap

kepuasan masyarakat di Guslah

IV Kecamatan Pandaan

Kabupaten Pasuruan?

3. Tujuan penelitian

1. Pengaruh kualitas pelayanan

pendidikan terhadap kepuasan

masyarakat di Guslah IV

Kecamatan Pandaan Kabupaten

Pasuruan

2. Pengaruh profesionalisme guru

terhadap kepuasan masyarakat di

Guslah IV Kecamatan Pandaan

Kabupaten Pasuruan

3. Pengaruh kualitas pelayanan

pendidikan dan profesionalisme

guru terhadap kepuasan

masyarakat di Guslah IV

Kecamatan Pandaan Kabupaten

Pasuruan

4. Manfaat penelitian

a. Bagi sekolah

Hasil penelitian ini dapat

bermanfaat dan memberi

masukan pada sekolah terutama

kualitas pelayanan pendidikan,

profesionalisme guru terhadap

kepuasan masyarakat.

b. Bagi guru

Hasil penelitian ini dapat

bermanfaat sebagai kualitas

pelayanan pendidikan,

profesionalisme guru terhadap

kepuasan masyarakat dengan

pelayanan jasa yang diberikan

oleh guru.

Page 86: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

c. Bagi pengembangan ilmu

pengetahuan.

Temuan hasil penelitian ini untuk

memberi data empirik yang

akurat tentang kualitas pelayanan

pendidikan, profesionalisme guru

terhadap kepuasan masyarakat.

B. KAJIAN PUSTAKA

A. Pelayanan Pendidikan

1. Pengertian Pelayanan

Berkaitan dengan pelayanan,

ada dua istilah yang perlu

diketahui, yaitu melayani dan

pelayanan. pengertian melayani

adalah membantu menyiapkan

(mengurus) apa yang diperlukan

seseorang. Sedangkan pengertian

pelayanan adalah "usaha melayani

kebutuhan orang lain”. (Kamus

Besar Bahasa Indonesia, 1995).

Contoh: menerima telepon dari

pihak lain yang berhubungan

dengan unit kerja kita, adalah

bentuk pelayanan yang rutin kita

lakukan.

2. Standar Pelayanan

Standar pelayanan merupakan

ukuran yang telah ditentukan

sebagai suatu pembakuan

pelayanan yang baik. Dalam

standar pelayanan ini juga terdapat

baku mutu pelayanan. Adapun

pengertian mutu menurut Goetsch

dan Davis (1994), merupakan

kondisi dinamis yang berhubungan

dengan produk, jasa manusia,

proses dan lingkungan yang

memenuhi atau melebihi harapan

pihak yang menginginkannya.

3. Prinsip-prinsip Pelayanan

t.

Perhatian lembaga terhadap

perbaikan pelayanan kepada warga

sekolah, sebenamya telah diatur

dalam beberapa pedoman, antara

lain sebagai berikut:

a) Kejelasan.

b) Akuras

c) Tanggung jawab

d) Kelengkapan Sarana dan

prasarana

e) Kedisiplinan, Kesopanan dan

Keramahan

f) Kenyaman

4. Komitmen Pelayanan

Pedoman untuk mencapai

kesuksesan dalam memperkenalkan

inisiatif masyarakat umumnya.

5. Mutu Pelayanan

Pelayanan pada masyarkat di

masa yang akan datang hendaknya

makin lama makin baik (better),

makin lama makin cepat (faster),

makin lama makin diperbaharui

(newer), makin lama makin murah

(cheaper), dan makin lama makin

sederhana (more simple

1. Standar Pelayanan Minimal

Peraturan Pemerintah Nomor

25 Tahun 2000 tentang

Kewenangan Provinsi sebagai

daerah otonom mengisyaratkan

adanya hak dan kewenangan

pemerintah pusat untuk menetapkan

kebijakan tentang perencanaan

Page 87: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

nasional yang menjadi pedoman

atau acuan bagi penyelenggaraan

pendidikan di provinsi, kabupaten

kota sebagai daerah.

B. Profesionalisme Guru

1. Peranan Guru dalam Pendidikan

Dalam Undang-Undang

Republik Indonesiai Nomor 14

Tahun 2005 tentang Guru dan

Dosen, dikemukakan bahwa :

profesional guru merupakan bidang

pekerjaan khusus yang

dilaksanakan berdasarkan prinsip

sebagai berikut : 1) memiliki bakat,

minat, panggilan jiwa, dan idealism

; 2) memiliki komitmen untuk

meningkatkan mutu pendidikan,

keimanan, ketakwaan, dan akhlak

mulia; 3) memiliki kualifikasi

akademik dan latar belakang

pendidikan sesuai dengan bidang

tugas ; 4) memiliki kompetensi

yang diperlukan sesuai dengan

bidang tugas; 5) memiliki

tanggung jawab atas pelaksanaan

tugas keprofesionalan 6)

memperoleh penghasilan yang

ditentukan sesuai dengan prestasi

kerja ; 7) memiliki kesempatan

untuk rnengembangkan

profesionalisme secara

berkelanjutan dengan belajar

sepanjang hayat; 8) memiliki

jaminan perlindungan hukum dalam

melaksanakan tugas

profesionalisme; dan 9) memiliki

organisasi profesi yang mempunyai

kewenangan mengatur hal-hal yang

berkaitan dengan tugas

keprofesionalan guru.

2. Guru Profesional dan Bermutu

Guru profesional adalah guru

yang mengedepankan mutu dan

kualitas layanan dan produknya,

layanan guru, harus rnemenuhi

standarisasi kebutuhan masyarakat,

bangsa, dan pengguna serta

memaksimalkan kemampuan

peserta didik berdasar potensi dan

kecakapan yang dimiliki masing-

masing individu.

3. Kebijakan Pemberdayaan Guru

Dalam kontek ini, alasan

pemberdayaan guru berdasarkan

beberapa asumsi, yaitu: pertama,

bahwa guru ingin dilibatkan dalam

pembuatan keputusan sekolah.

Kedua, bahwa guru dilibatkan

dalam level pengambilan keputusan

sekolah adalah dapat memenuhi

minat pribadinya.

4. Kebijakan Reward dan Insentif

Kebijakan yang dapat dibuat

kepala sekolah melalui bekerja

sama dengan pihak sekolah yang

terkait dalam rangka pcningkatan

reward dan insentif para personel

sekolah. Sebenarnya melalui

kebijakan Dinas Pendidikan dan

pengajaran Kabupaten di era

otonomi daerah dapat dirumuskan

ulang peningkatan reward dan

insentif bagi para guru untuk

mendukung peningkatan, mutu

sekolah. Tentu saja dukungan

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Page 88: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

(DPRD) kabupaten dan kota

dituntut untuk rnembuktikan janji

ketika pemilihan umum dalam

membenahi mutu pendidikan.

5. Kinerja Tenaga Pengajar

Perihal tenaga pengajar

dengan kinerjanya adalah

menyangkut seluruh aktivitas yang

ditunjukkan oleh tenaga pengajar

dalam tanggung jawabnya sebagai

orang yang mengemban suatu

amanat dan tanggung jawab untuk

mendidik, mengajar, membimbing,

mengarahkan, dan memandu

peserta didik dalam rangka

menggiring perkembangan peserta

didik ke arah kedewasaan mental-

spiritual maupun fisik-biologis.

C. Kepuasan masyarakat

Hubungan kerja sama antara

sekolah dengan masyarakat yaitu dengan

melibatkan orangtua, dan masyarakat

serta isu-isu yang timbul dan bagaimana

menyelesaikan isu-isu tersebut. Dalam

hal ini kepemimpinan kepala sekolah

mempunyai peranan menentukan sebagai

satu kekuatan atau kewibawaan (power)

di dalam menghimpun dan

menggerakkan segala sumberdaya di

dalam kerja sama dengan masyarakat

pendidikan yang lebih luas, serta untuk

memperoleh berbagai dukungan sumber

daya manusia, dana, serta dukungan

informasi berbagai lembaga dan

dukungan politis dari segenap jajaran

aparat pendidikan.

Setiap program yang ada di sekolah

perlu dikembangkan, lebih-lebih

program hubungan sekolah dengan

masyarakat yang masih dini dalam

masyarakat perlu mendapat perhatian

terus untuk dikembangkan. Mungkin

kesadaran masyarakat akan

keikutsertannya dalam

bertanggungjawab terhadap pendidikan

di sekolah belum tinggi, walaupun

kesadaran akan pentingnya pendidikan

sudah tinggi, membuat mereka tidak

banyak berpartisipasi di sekolah. Atau

mungkin juga karena kondisi sosial

ekonomi mereka membuat perhatian

mereka hanya terpaku kepada usaha-

usaha meningkatkan kehidupan dam

memandang pendidikan di sekolah cukup

diangani oleh personalia- personalia

sekolah saja. Apapun alasannya yang

membuat partisipasi masyarakat dalam

pendidikan di sekolah belum banyak,

perlu diteliti dan dikaji oleh sekolah

dijadikan bahan untuk mengembangkan

hubungan sekolah dengan masyarakat.

D. Hipotesis

Dalam penelitian ini, maka hipotesis

yang diajukan adalah

1. Kualitas pelayanan pendidikan

berpengaruh terhadap kepuasan

masyarakat di Guslah IV

Kecamatan Pandaan Kabupaten

Pasuruan.

2. Profesionalisme guru

berpengaruh terhadap kepuasan

masyarakat di Guslah IV

Kecamatan Pandaan Kabupaten

Pasuruan.

Page 89: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

3. Kualitas pelayanan pendidikan

dan profesionalisme guru

berpengaruh terhadap kepuasan

masyarakat di Guslah IV

Kecamatan Pandaan Kabupaten

Pasuruan.

C. METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Metode penelitian yang digunakan

dalam penelitian ini menggunakan

deskriptif atau penelitian yang dilakukan

berdasarkan tingkat eksplanasi atau

penjelasan.

B. Populasi dan Sampel

Populasi adalah seluruh obyek yang

akan diteliti dalam sebuah penelitian,

sedangkan sampel adalah sebagian

anggota populasi yang diambil untuk

dikaji atau diteliti. Populasi dalam

peneritian ini adalah guru di guslah IV

kecamatan Pandaan kabupaten Pasuruan

pada tahun pelajaran 2014/2015

sejumlah 25 orang yang seluruhnya

dijadikan obyek dalam penelitian ini.

C. Variabel Penelitian

Berikut ini akan dijelaskan

mengenai variabel-variabel yang

digunakan dalam penelitian ini beserta

definisi. antara lain sebagai berikut:

A. Variabel persepsi pelayanan

pendidikan (X1).

Sesuatu yang diberikan dari pihak

sekolah selaku pemberi jasa

pendidikan kepada masyarakat

selaku konsumen pendidikan.

B. Variabel profesionalisme guru

(X2).

Variabel ini didefinisikan sebagai

Guru yang mengedepankan mutu

dan kualitas layanan produknya,

layanan guru harus memenuhi

standarisasi kebutuhan

masyarakat, bangsa dan

pengguna serta memaksimalkan

kemampuan peserta didik

berdasar kompetensi dan

kecakapan yang dimiliki masing

masing individu.

C. Kepuasan masyarakat (Y)

Variabel ini didefinisikan sebagai

sesuatu yang diterima masyarakat

selaku konsumen pendidikan dari

pihak selaku pemberi jasa

pendidikan.

Variabel ini diukur oleh guru

sendiri dengan melakukan proses

intropeksi melalui kuesioner yang

diberikan oleh peneliti rnengenai

kepuasan masyarakat.

F. Instrument Penelitian

Indikator untuk instrument variabel

pelayanan pendidikan terdiri dari empat

faktor sistem yaitu:

a) mewujudkan prestasi belajar.

b) kondisi budaya sekolah.

c) program kewirausahaan.

d) akuntabilitas sekolah

Variabel profesionalisme guru

merupakan variabel yang mengukur

kualitas dari profesionalisme kerja

kepada guru. Indikator variabel ini terdiri

dari empat atribut yaitu:

Page 90: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

- Berkualifikasi pendidikan yang

memadai,

- Mampu mentransferkan ilmunya

kepada peserta didik,

- Menjadi suri teladan bagi peserta

didik,

- Berwawasan luas,

.

Variabel ini diukur oleh guru

sendiri dengan melakukan proses

intropeksi diri melalui kuesioner yang

diberikan oleh peneliti mengenai

kepuasan masyarakat saat ini. Indikator

variabel ini adalah out put peserta didik,

kondisi sekolah dan sekitarnya,

pelayanan yang diberikan pihak sekolah,

mutu pendidikan di sekolah tersebut.

G. Teknik Analisis Data

Setelah data terkumpul semuanya

maka langkah selanjutnya adalah

menganalisis data tersebut. Data yang

telah dikumpulkan diolah baik secara

manual maupun dengan menggunakan

bantuan komputer. Program yang

digunakan untuk membantu pengelolaan

data ini adalah program IBM SPSS

version 19.0 for windows .

D.HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

A. Pengaruh Pelayanan Pendidikan

Terhadap Kepuasan Masyarakat.

Berdasarkan hasil jawaban

responden pada kedua variabel tersebut

menunjukkan bahwa sudah memberikan

pelayanan pendidikan yang bagus,

sehingga masyarakat merasa puas

terhadap , hal ini dapat dilihat dari

jawaban responden yang cenderung

memberi jawaban setuju pada semua

item pernyataan. Dimana 89,57%

responden menyetujui bahwa sekolah

yang mereka pilih telah memberikan

pelayanan yang terbaik bagi pendidikan

putra-putrinya dan 83,94% responden

menyetujui bahwa mayarakat merasa

puas dengan mutu sekolah tersebut.

Tidak hanya menurut jawaban

responden yang dilihat dari distribusi

frekuensi, hasil regresi linier berganda

juga menunjukkan bahwa semakin tinggi

pelayanan pendidikan terbukti

memberikan dampak positif terhadap

kepuasan masyarakat, dilihat dari hasil

uji t sebesar 2,091 lebih besar ttabel

sebesar 2,045.

B. Pengaruh Kompetensi

Profesionalisme Guru Terhadap

Kepuasan Masyarakat

Dalam penelitian ini,

menunjukkan bahwa guru di guslah IV

Kecamatan Pandaan Kabupaten

Pasuruan sudah memiliki

profesionalisme yang baik, dilihat dari

jawaban responden pada variabel ini

yaitu 89,94% responden menyetujui

bahwa guru yang mengajar di sekolah

sangat profesional dalam mengajar dan

mendidik murid-muridnya.

Profesionalisme guru yang baik akan

berdampak pada peningkatan kepuasan

masyarakat, dilihat dari jawaban

responden yaitu 83,94% responden

Page 91: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

menyetujui bahwa mayarakat merasa

puas dengan mutu sekolah tersebut.

Berdasarkan jawaban responden

terdapat kecenderungan bahwa

kompetensi profesionalisme guru

berdampak pada peningkatan kepuasan

masyarakat, dan hasil tersebut didukung

oleh hasil regresi linier berganda yaitu

uji t yaitu sebesar 2,403 lebih besar

dari ttabel sebesar 2,045.

C. Pengaruh Pelayanan Pendidikan dan

Kompetensi Profesionalisme Guru

Terhadap Kepuasan Masyarakat

Hasil uji secara parsial

membuktikan bahwa pelayanan

pendidikan dan kompetensi

profesionalisme guru berpengaruh positif

dan signifikan terhadap kepuasan

masyarakat, yang berarti secara parsial

peningkatan pelayanan pendidikan dan

kompetensi profesionalisme guru dapat

berdampak pada peningkatan kepuasan

masyarakat. Begitu juga, pengaruh

secara simultan, pelayanan pendidikan

dan kompetensi profesionalisme guru

terbukti berpengaruh terhadap kepuasan

masyarakat, dilihat dari nilai Fhitung

sebesar 8,564 lebih besar dari Ftabel

sebesar 3,328.

Penelitian ini hanya membuktikan

besarnya pengaruh pelayanan pendidikan

dan kompetensi profesionalisme guru

terhadap kepuasan masyarakat sebesar

37,1% dan sisanya sebesar 62,9%

dijelaskan oleh variabel lain yang tidak

dibahas pada penelitian ini.

E. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis regresi

linier berganda dapat disimpulkan bahwa

ketiga rumusan masalah dalam penelitian

sudah terjawab, dengan uraian sebagai

berikut :

1. Secara parsial semakin tinggi

pelayanan pendidikan terbukti

memberikan dampak positif terhadap

kepuasan masyarakat, dilihat dari

hasil uji t yaitu 2,091 lebih besar ttabel

sebesar 2,045.

2. Secara parsial kompetensi

profesionalisme guru terbukti

memberikan dampak positif

terhadap kepuasan masyarakat,

dilihat dari hasil uji t yaitu 2,403

lebih besar dari ttabel sebesar 2,045.

3. Secara simultan pelayanan

pendidikan dan kompetensi

profesionalisme guru terbukti

berpengaruh terhadap kepuasan

masyarakat, dilihat dari nilai Fhitung

sebesar 8,564 lebih besar dari Ftabel

sebesar 3,328.

B. Saran

1. Beberapa strategi yang dapat

dilakukan oleh kepala sekolah

dalam membina iklim dan budaya

sekolah untuk meningkatkan

kualitas pelayanan antara lain

melalui program akselerasi,

mendongkrak prestasi belajar,

Page 92: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

mendayagunakan lingkungan

sekitar sekolah, melibatkan

masyarakat dan mengembangkan

program kewirausahaan, kegiatan

bimbingan belajar dan peningkatan

kegiatan extrakurikuler.

2. Usaha pemerintah untuk

memberikan tunjangan bagi guru,

sebaiknya guru lebih profesional

dalam bekerjanya misalnya

melanjutkan pendidikan ke S2,

mengikuti seminar / workshoop

lokakarya dengan demikian guru

dapat meningkatkan kinerjanya

sehingga tujuan pendidikan tercapai

secara optimal.

3. Pelayanan pendidikan yang

berkualitas dengan didukung guru

yang profesional akan

mengakibatkan kepuasan tersendiri

bagi masyarakat sehingga anemo

masyarakat terhadap sekolah

tersebut akan tinggi dan diminati

sehingga sekolah tersebut menjadi

sekolah yang berwawasan unggul.

DAFTAR PUSTAKA

As’ad, M., (2001). Psikologi Industri. Seri Ilmu Sumber Daya Manusia. Edisi Ke-4. Yogyakarta : Penerbit Liberty.

Bismoko, J., (2005). Standarisasi dan Sertifikasi Guru : Modern, Sekretarian, Politis, Kedaulatan Rakyat, Kolom OPINI.

Gujarati, Damokar. (1993). Ekonometrika Dasar. Terjemahan Sembiring. Basic of Econometric. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Handoko. T. Hani. (1985). Manajemen Edisi Pertama, Yogyakarta : BPFE.

Haryanto, Edy. (2008). Teknologi Informasi dan Komunikasi : Konsep dan Perkembangan. Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi sebagai Media Pembelajaran, Bandung : Apabeta.

Jeri, Sukamto. (2005). Pengaruh Komitmen Organisasi dan Kepuasan Kerja yang efektif terhadap turn over karyawan di PT. Yatragana di Blitar. Surabaya: Penerbit Kampus Universitas Kristen Petra Surabaya.

Mangkunegara. Anwar Prabu. (2000). Perilaku Konsumen edisi revisi. Bandung : P.T. Revika Aditama.

Mulyasa, E. (2006). Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Rahman. (2006). Peran Strategis Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan. Jatinangor : Alqaprint.

Reksohadiprojo, Sukanto. (1999). Organisasi Perusahaan : Teori,

PENGARUH KEPEMIMPINAN DEMOKRATIS DAN KOMUNIKASI ORGANISASI TERHADAP KINERJA GURU

DI SDN SE-GUSLAH IV UPT KECAMATAN PANDAAN KABUPATEN PASURUAN

SutomoProgram Studi Manajemen Pendidikan, PPS (S2), Universitas Gresik

ABSTRAK

Page 93: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

Ketercapaian tujuan pendidikan sangat bergantung pada kecakapan dan kebijaksanaan kepemimpinan kepala sekolah yang merupakan salah satu pemimpin pendidikan. Karena kepala sekolah merupakan seorang pejabat yang profesional dalam organisasi sekolah yang bertugas mengatur semua sumber organisasi dan bekerjasama dengan guru-guru dalam mendidik siswa untuk mencapai tujuan pendidikan. Profesionelime menjadi tuntutan dalam setiap pekerjaan. Guru yang profesional adalah mereka yang memiliki kemampuan profesional dengan berbagai kapasitasnya sebagai pendidik. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan deskriptif atau penelitian yang dilakukan berdasarkan tingkat eksplanasi atau penjelasan, bermaksud menjelaskan kedudukan variabel-variabel yang diteliti serta hubungan. Populasi dalam peneritian ini adalah guru di SDN Se-Guslah IV UPT Kecamatan Pandaan Kabupaten Pasuruan pada tahun pelajaran 2014/2015 sejumlah 50 orang dimana yang dijadikan obyek penelitian 23 orang dengan teknik purposive random sampling. Variabel-variabel yang digunakan dalam Berdasarkan jawaban responden terdapat kecenderungan bahwa pola kepemimpinan kepala sekolah berdampak pada peningkatan kinerja guru, dan hasil tersebut didukung oleh hasil regresi linier berganda yaitu uji t dimana nilai t-hitung yang dihasilkan sebesar 2,326 lebih besar dari ttabel 2,086 yang artinya pola kepemimpinan kepala sekolah demokratis secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja guruKata Kunci : Kepemimpinan Demokratis, Komunikasi Organisasi, Kinerja Guru.

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Dalam era globalisasi sekarang ini,

sekolah harus mampu eksis dengan

segala konsekuensinya melalui proses

yang dilakukan, Keberadaan kepala

sekolah sebagai kunci sukses

pelaksanaan proses harus mampu

memahami fungsi dan tugas serta

tanggung jawab yang melekat yaitu:

fungsi leader, manajer, edukator,

supervisor, administrator, inovator, dan

monitor.

Keberadaan kepala sekolah dalam

menjalankan fungsi, tugas dan tanggung

jawabnya dalam manajemen tidak bisa

terlepas dali peran pembantunya.

Sebagaimana dikemukakan oleh

Jackson dan Musselman (1989:104)

manajemen adalah sarana seorang

manajer unfuk mencapai sesuatu dengan

memanfaatkan orang lain. Seorang

manajer berperan sebagai pemimpin,

perencana koordinator, pembimbing

serta pengawas dan seorang manajer

harus berperan sebagai fasilitator untuk

meningkatkan kinerja bawahan sesuai

dengan tingkat yang berbeda-beda.

Profesionelime menjadi tuntutan

dalam setiap pekerjaan. Guru yang

profesional adalah mereka yang

memiliki kemampuan profesional

dengan berbagai kapasitasnya sebagai

pendidik. Karena guru profesional tidak

hanya menguasai bidang ilmu, bahan

ajar, dan metode yang tepat akan tetapi

mampu memotivasi peserta didik,

memiliki keterampilan yang tinggi dan

wawasan yang luas terhadap dunia

Page 94: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

pendidikan. Profesionalisme guru juga

secara konsisten menjadi salah satu

faktor terpenting dari mutu pendidikan.

Guru yang profesional mempunyai

keinginan yang kuat untuk selalu

berupaya meningkatkan kinerjanya.

Kinerja merupakan prestasi kerja

yang dipengaruhi oleh faktor

kemampuan, pengetahuan dan

keterampilan. Kemampuan berkaitan

erat dengan kecerdasan. Dari

kecerdasan seseorang berhubungan

dengan latar belakang pendidikan orang

tersebut. Sedangkan pengetahuan dan

keterampilan yang dimiliki seorang

guru menunjukkan kadar kompetensi

guru tersebut yang menunjang tugas dan

tanggung jawab terhadap pekerjaannya.

Dengan demikian dapat dikatakan

bahwa prestasi kerja (kinerja) guru

dipengaruhi oleh faktor persepsi

terhadap kepemimpinan tingkat

pendidikan dan kompetensi.

2. Rumusan masalah

4. Adakah pengaruh kepemimpinan

demokratis terhadap kinerja guru

di SDN se Guslah IV UPT

kecamatan Pandaan Kabupaten

Pasuruan?

5. Adakah pengaruh komunikasi

organisasi terhadap kinerja guru

di SDN se Guslah IV UPT

kecamatan Pandaan Kabupaten

Pasuruan?

6. Adakah pengaruh kepemimpinan

demokratis dan komunikasi

organisasi terhadap kinerja guru

di SDN se Guslah IV UPT

kecamatan Pandaan Kabupaten

Pasuruan?

3. Tujuan penelitian

Dalam penelitian ini untuk mengetahui :

1. pengaruh kepemimpinan

demikratis terhadap kinerja guru

di SDN se Guslah IV UPT

kecamatan Pandaan Kabupaten

Pasuruan.

2. pengaruh komunikasi organisasi

terhadap kinerja guru di SDN se

Guslah IV UPT kecamatan

Pandaan Kabupaten Pasuruan.

3. Pengaruh kepemimpinan

demokratis dan komunikasi

organisasi terhadap kinerja guru

di SDN se Guslah IV UPT

kecamatan Pandaan Kabupaten

Pasuruan.

4. Manfaat penelitian

A. Bagi sekolah

Hasil penelitian ini dapat

bermanfaat dan memberi

masukan pada kepala sekolah

khususnya dalam rangka

meningkatkan kinerja guru.

B. Bagi guru

Hasil penelitian ini dapat

bermanfaat sebagai wacana bagi

guru untuk lebih meningkatkan

kinerjanya.

C. Bagi pengembangan ilmu

pengetahuan

Temuan hasil penelitian ini untuk

memberi data empirik yang

akurat tentang kepemimpinan

demokratis dan komunikasi

organisasi terhadap kinerja guru

Page 95: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

dalam pembelajaran yang

bermuatan life skill.

A. KAJIAN PUSTAKA

A. Kepemimpinan Kepala Sekolah

Demokratis

Kata "kepemimpinan"

terjemahan dari bahasa Inggris

“leadership" banyak sekali kita

ketemukan dalam kehidupan kita

sehari-hari. Kata itu kita dengar

dalam percakapan orang, dalam

pertemuan-pertemuan, dari radio

dan televisi, kita dapat membaca

dalam surat-surat kabar, majalah-

majalah buku-buku dan lain-

lainnya.

a) organisasi.

1. Cara Melakukan Kepemimpinan

Sepanjang dapat diketahui dan

sepanjang pengamatan para ahli

maka cara seorang pemimpin

melakukan kepemimpinanya itu

dapat digolongkan atas beberapa

golongan antara lain :

a) Secara Otokratis

b) Secara Militeristis.

c) Secara Paternalistis.

d) Secara Kharismatis

e) Secara "laisses faire" atau

secara bebas

f) Secara Demokratis.

g) Kepala dan Pemimpin

2. Kunci kesuksesan Kepemimpinan

A. Kepala Sekolah

Sepuluh kunci sukses

kepemimpinan kepala sekolah

tersebut mencakup; visi yang utuh,

tanggung jawab, keteladanan'

memberikan layanan terbaik,

mengembangkan orang, membina

rasa persatuan dan kesatuan, fokus

pada peserta didik, manajemen

yang mengutamakan praktik,

menyesuaikan gaya kepemimpinan,

dan memanfaatkan kekuasaan

keahlian.

B. Komunikasi Orgnisasi

1. Pengertian komunikasi organisasi

Perbedaan konseptual mengenai

komunikasi organisasi ini terlihat

dalam fenomena. Down dan Larimer

rnengemukakan 21 bidang yang

diajarkan dalam rnata kuliah

kornunikasi organisasi yaitu

kornunikasi dari atasan kepada

bawahan, kornunikasi dari bawahan

kepada atasan, teori organisasi,

kornunikasi horizontal, pembuatan

keputusan, komunikasi kelompok kecil,

kepemimpinanya teknik penelitian,

motivasi, interview, perubahan dan

inovasi, pengelolaan konflik,

pengernbangan organisasi, teknik

konferensi, teori manajemen, latihan

konsultasi, mendengar, kepuasan kerja,

berbicara di muka umum, menulis dan

latihan yang sensitif.

2. Pendekatan Komunikasi

Organisasi

Untuk melihat komunikasi yang

terjadi dalam suatu organisasi dapat

digunakan tiga pendekatan yaitu

Page 96: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

pendekatan rnakro, mikro dan

individual.

3. Iklim organisasi

Konsep mengenai iklim

organisasi telah mendapat perhatian

kira-kira 30 tahun yang lalu tetapi

sampai sekarang belum ada

kesepakatan para ahli tentang itu. Telah

banyak usaha yang telah dilakukan

untuk memisahkan,menerangkan dan

menentukan tempat konsepsi ini dalam

teori organisasi. Bermacam definisi

dikemukakan dalam literatur mengenai

iklim organisasi di antaranya seperti

apa yang dikemukakan oleh Tagiuri

(1968) yang mengatakan iklim

organisasi adalah kualitas yang relatif

abadi dari lingkungan internal

organisasi yang dialami oleh anggota-

anggotanya, mempengaruhi tingkah

laku mereka serta dapat diuraikan

dalam istlah nilai-nilai suatu set

karakteristik tertentu dari lingkungan.

4. Kepuasan Komunikasi

Organisasi

Yang dimaksud dengan istilah

kepuasan komunikasi organisasi

menurut Redding (Pace, 1989) adalah

semua tingkat kepuasan seorang

karyawan mempersepsi lingkungan

komunikasi secara keseluruhan.

Konsep kepuasan ini memperkaya ide

iklim komunikasi. Iklim mencakup

kepuasan anggota organisasi terhadap

informasi yang tersedia.

5. Hubungan Komunikasi

Organisasi Dengan Kepuasan

Kerja Dalam Rangka

Peningkatan Profesionalisme

Guru

Keputusan kerja merupakan

respons seseorang (sebagai pengaruh)

terhadap bermacam-macam lingkungan

kerja yang dihadapinya (Coleman,

1982). Termasuk ke dalam hal ini

respons terhadap komunikasi

organisasi, supervisor, kompensasi,

promosi, teman sekerja, kebijaksanaan

organisasi dan hubungan interpersonal

dalam organisasi. Dan selanjutnya

mengatakan bahwa semua variabel

komunikasi berhubungan secara berarti

dengan bermacam-macam aspek

kepuasan kerja.

C. Kinerja Guru

1. Pengertian Kinerja Guru

Istilah profesionalisme berasal

dari profession. Dalam Kamus Inggris

Indonesia, .profession berarti

pekerjaan..1 Arifin dalam buku Kapita

Selekta Pendidikan mengemukakan

bahwa profession mengandung arti

yang sama dengan kata occupation

atau pekerjaan yang memerlukan

keahlian yang diperoleh melalui

pendidikan atau latihan khusus.

Dari penjelasan di atas dapat

disimpulkan bahwa, profesi adalah

suatu jabatan, profesional adalah

kemampuan atau keahlian dalam

memegang suatu jabatan tertantu,

sedangkan profesionalisme adalah jiwa

dari suatu profesi dan profesional.

2. Perlunya Guru Profesional

Guru yang profesional merupakan

faktor penentu proses pendidikan yang

Page 97: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

bermutu. Untuk dapat menjadi

profesional, mereka harus mampu

menemukan jati diri dan

mengaktualkan diri. Pemberian

prioritas yang sangat rendah pada

pembangunan pendidikan selama

beberapa puluh tahun terakhir telah

berdampak buruk yang sangat luas bagi

kehidupan berbangsa dan bernegara.

3. Aspek-aspek Kompetensi Guru

Profesional

Kompetensi yang harus dimiliki

seorang guru itu mencakup empat

aspek sebagai berikut:

a. Kompetensi Pedagogik.

b. Kompetensi Kepribadian.

c. Kompetensi Profesioanal.

d. Kompetensi Sosial.

4. Hipotesis

Dalam penelitian ini, maka hipotesis

yang diajukan adalah

1. Terdapat hubungan kepemimpinan

demokratis terhadap kinerja guru

di SDN Se-Guslah IV UPT

Kecamatan Pandaan Kabupaten

Pasuruan.

2. Terdapat hubungan komunikasi

organisasi terhadap kinerja guru di

SDN Se-Guslah IV UPT

Kecamatan Pandaan Kabupaten

Pasuruan.

3. Terdapat hubungan kepemimpinan

demokratis dan komunikasi

organisasi terhadap kinerja guru

di SDN Se-Guslah IV UPT

Kecamatan Pandaan Kabupaten

Pasuruan.

B. METODE PENELITIAN

1. Rancangan Penelitian

Metode penelitian yang digunakan

dalam penelitian ini menggunakan

deskriptif atau penelitian yang dilakukan

berdasarkan tingkat eksplanasi atau

penjelasan.

2. Populasi dan Sampel

Populasi adalah seluruh obyek

yang akan diteliti dalam sebuah

penelitian, sedangkan sampel adalah

sebagian anggota populasi yang

diambil untuk dikaji atau diteliti.

Populasi dalam peneritian ini adalah

guru di SDN Se-Guslah IV UPT

Kecamatan Pandaan Kabupaten

Pasuruan pada tahun pelajaran

2014/2015 sejumlah 50 orang dimana

yang dijadikan obyek penelitian 23

orang dengan teknik purposive random

sampling.

3. Variabel Penelitian

1) Variabel Kepemimpinan

Demokratis(X1)

Variabel ini didefinisikan bahwa

kemampuan mempengaruhi orang

lain agar mau bekerjasama untuk

mencapai tujuan yang telah

ditetapkan dengan cara berbagai

kegiatan yang akan dilakukan

ditentukan bersama antara

pimpinan dan bawahan

2) Variabel Komunikasi

Organisasi (X2)

Page 98: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

Variabel ini didefinisikan bahwa

komunikasi organisasi merupakan

arus informasi, pertukaran

informasi dan pemindahan arti di

dalam suatu organisasi

3) Variabel Kinerja Guru (Y)

Variabel ini didefinisikan sebagai

seseorang yang memiliki

kapabilitas pemahaman baik dalam

ruang lingkup konsep atau metode

dan juga pemahaman yang bersifat

universal terhadap tugas pokok

keguruan itu sendiri.

C. Instrument Penelitian

Indikator untuk instrument variabel

kepemimpinan demokrasi terdiri dari

empat sistem yaitu:

a) hubungan dengan bawahannya.

b) cara menanggapi saran/kritik dari

bawahannya.

c) suasana kerja dan produktifitas dalam

pekerjaan.

d) cara menanggapi kesalahan

bawahannya

Indikator untuk instrument variabel

komunikasi organisasi terdiri dari empat

sistem yaitu:

a) Proses komunikasi berlangsung

b) Jenis pesan yang disampaikan

c) Jaringan dalam berorganisasi

d) Budaya atau iklim organisasi yang

berlaku

Variabel kinerja guru merupakan

variabel yang mengukur kualitas dari

profesionalisme kerja guru. Indikator

variabel ini terdiri dari empat atribut yaitu:

- kompetensi pedagogik,

- kompetensi kepribadian,

- kompetensi sosial,

- kompetensi profesional,

D. Teknik Analisis Data

Setelah data terkumpul semuanya

maka langkah selanjutnya adalah

menganalisis data tersebut. Data yang

telah dikumpulkan diolah baik secara

manual maupun dengan menggunakan

bantuan komputer. Program yang

digunakan untuk membantu pengelolaan

data ini adalah program IBM SPSS

version 19.0 for windows.

E. HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

A. Pola kepemimpinan kepala sekolah

demokratis

Berdasarkan jawaban responden

tersebut terdapat kecenderungan bahwa

pola kepemimpinan kepala sekolah

berdampak pada peningkatan kinerja

guru, dan hasil tersebut didukung oleh

hasil regresi linier berganda yaitu uji t

dimana nilai t-hitung yang dihasilkan

sebesar 2,326 lebih besar dari ttabel 2,086

yang artinya pola kepemimpinan kepala

sekolah demokratis secara parsial

berpengaruh positif dan signifikan

terhadap kinerja guru.

B. Komunikasi Organisasi

Berdasarkan jawaban responden

tersebut terdapat kecenderungan bahwa

komunikasi organisasi yang baik akan

berdampak pada peningkatan kinerja

guru, dan hasil tersebut didukung oleh

hasil regresi linier berganda yaitu uji t

Page 99: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

dimana nilai t-hitung yang dihasilkan

sebesar 2,413 lebih besar dari ttabel 2,086

yang artinya komunikasi organisasi

secara parsial berpengaruh positif dan

signifikan terhadap kinerja guru.

C. Kinerja Guru

Kinerja guru merupakan suatu

wujud perilaku guru dalam organisasi

sekolah dengan orientasi prestasi.

Kinerja guru dipengaruhi oleh beberapa

factor, dan dalam penelitian ini faktor

yang diteliti adalah pola kepemimpinan

kepala sekolah demokratis dan

komunikasi organisasi. Pola

kepemimpinan kepala sekolah

demokratis dan komunikasi organisasi

secara parsial dan simultan berpengaruh

signifikan terhadap kinerja guru. Hasil

uji secara simultan dapat dilihat dari nilai

Fhitung yang dihasilkan sebesar 2,549 lebih

besar dari Ftabel (3,492). Hal ini

menunjukkan bahwa pola kepemimpinan

yang baik dan diimbangi oleh

komunikasi organisasi yang baik maka

kinerja guru akan semakin baik.

F. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat

diambil dari hasil analisis regresi linier

berganda adalah sebagai berikut :

1. Rumusan ke-1 dalam penelitian ini

sudah terjawab, dimana hasil

penelitian ini adalah pola

kepemimpinan kepala sekolah

demokratis mempunyai pengaruh

positif dan signifikan terhadap

kinerja guru hal ini terbukti dari hasil

uji t yaitu thitung yang dihasilkan

sebesar 2,326 dan nilai tersebut

melebihi dari nilai ttabel nya (2,086).

2. Rumusan ke-2 dalam penelitian ini

sudah terjawab, dimana hasil

penelitian ini adalah komunikasi

organisasi mempunyai pengaruh

positif dan signifikan terhadap

kinerja guru, hal ini terbukti dari hasil

uji t yaitu thitung yang dihasilkan

sebesar 2,413 dan nilai tersebut

melebihi dari nilai ttabel nya (2,086).

3. Rumusan ke-3 dalam penelitian ini

sudah terjawab, dimana hasil

penelitian ini adalah pola

kepemimpinan kepala sekolah

demokratis dan komunikasi

organisasi mempunyai pengaruh

signifikan terhadap kinerja, hal ini

terbukti dari hasil uji F yaitu nilai

Fhitung (12,567) yang dihasilkan

melebihi nilai Ftabel nya (3,492).

B. Saran

1. Pola Kepemimpinan Kepala

Sekolah yang demokratis

merupakan salah satu bentuk pola

kepemimpinan yang ideal karena

Kepala Sekolah begitu menghargai

keberadaan anak buahnya (Guru)

dan mau menerima keluh kesah dan

saran bagi Guru. Hubungan kepala

sekolah dan guru sangat harmonis.

Page 100: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

2. Komunikasi organisasi yang efektif

sasngat berpengaruh dalam

membentuk iklim organisasi yang

kondusif. Dengan berkomunikasi

yang efektif semua pesan dan

informasi dapat tersampaikan

dengan baik. Sehingga tujuan bisa

tercapai secara optimal.

3. Pola kepemimpinan Kepala

Sekolah yang demokratis dengan

didukung komunikasi organisasi

yang efektif akan menciptakan

kinerja guru yang baik, karena guru

merasa nyaman dan tenang dalam

bekerja.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT.Rineka Cipta, 1993.

Departemen Pendidikn dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2002, Cet. Ke- 2.

Direktorat Tenaga Kependidikan, Supervisi Akademik Kepala Sekolah, Jakarta: Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan Nasional, 2010.

Hadi, Sutrisno, Metodologi Research, Yogyakarta: Andi Offset, 2004.

Hasibuan, Malayu SP. Organisasi dan Motivasi, Jakarta: Bumi Aksara, 1999.

Hamalik, Oemar, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006, Cet, Ke-4.

Nasution, Metode Research, Jakarta: Bumi Aksara, 2007.

Nazarudin, Manajemen pembelajaran, Yogyakarta:Teras, 2007.\

Nurtain H, Supervisi Pendidikan Teori dan Praktik, Jakarta: Depdikbud, 1989.

Pidarta, Made, Pemikiran tentang Supervisi Pendidikan, Jakarta : Bumi Aksara, 1996.

Poerwadarminta, W.J.S, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka,1979.

Purwanto, Ngalim, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008.

Purwanto, M. Ngalim, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001, Cet. Ke-10.

_________________, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2003, Cet. Ke-19.

Sahertian, Piet A dan Farns Mahateru, Prinsip dan teknik Supervisi Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional.1986.

Sholeh, Asrorun, Ni.am, Membangun Profesionalitas Guru Analisis Kronologis atas Lahirnya Undang-Undang Guru dan Dosen, Jakarta: eLSAS, 2006, Cet. Ke-1.

Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta, 2003, Cet. Ke-4.

Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004, Cet. Ke-2.

Sudijono, Anas, Statistik Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000, Cet. Ke-10.

Page 101: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

Sudjana, Nana, Dasar-dasar Pproses Belajar Mengajar, Bandung: PT. Sinar Baru Algesindo, 1998, Cet. Ke-4.

T. Hani Handoko, Manajemen, Yogyakarta: BPFE, 1998.

Usman, M. Uzer, Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2006, Cet. Ke-20.

Winkel, W.S, Psikologi Pengajaran, Jakarta: Grasindo, 1996, Cet. Ke-4.

Yamin, Martinis, Profesionalisasi Guru dan Implementasi KTSP, Jakarta: Gaung Persada Press, 2007, Cet. Ke-2.

Zurinal Z. Dan Wahdi Sayuti, Ilmu Pendidikan, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006, Cet. Ke-1.

PENGARUH SUPERVISI PENGAWAS SEKOLAH DAN MANAJEMEN

KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU

DI SDN PLINTAHAN I KECAMATAN PANDAAN KABUPATEN

PASURUAN

Tsalis FatmawatiProgram Studi Manajemen Pendidikan, PPS (S2), Universitas Gresik

ABSTRAK

Berbagai studi yang telah dilakukan menunjukkan bahwa dalam suasana perubahan lingkungan yang cepat, salah satu hal yang menyebabkan prestasi sekolah dan mutu lulusan menurun adalah kepemimpinan kepala sekolah yang kurang berhasil Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan (1) Hubungan supervisi Pengawas Sekolah terhadap kompetensi guru di SDN Plintahan I kecamatan Pandaan Kabupaten Pasuruan (2) Hubungan manajemen kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap kompetensi guru di SDN Plintahan I kecamatan Pandaan Kabupaten Pasuruan (3) Hubungan supervisi Pengawas Sekolah dan manajemen kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap kompetensi guru di SDN Plintahan I kecamatan Pandaan Kabupaten Pasuruan. Metode penelitian ini menggunakan deskriptif atau penelitian yang dilakukan berdasarkan tingkat eksplanasi atau penjelasan. Pengaruh supervisi Pengawas Sekolah terhadap peningkatan kinerja guru dapat dijelaskan bahwa supervisi

Page 102: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

Pengwas Sekolah dapat mempengaruhi kinerja guru. Pengaruh keefektifan kepemimpinan kepala sekolah terhadap peningkatan kinerja guru di SDN Plintahan I kecamatan Pandaan Kabupaten Pasuruan dapat dijelaskan bahwa keefektifan kepemimpinan kepala sekolah dapat mempengaruhi kinerja guru. Tingkat pengaruh supervisi pengawas sekolah dan keefektifan kepemimpinan kepala sekolah terhadap peningkatan kinerja guru di di SDN Plintahan I kecamatan Pandaan Kabupaten Pasuruan. Supervisi pengawas sekolah yang baik dan diimbangi kepemimpinan kepala sekolah yang efektif dapat meningkatkan kinerja guru.Kata kunci : Supervisi, Pengawas Sekolah, Manajemen, Kepala Sekolah,

Kompetensi, Guru

A. PENDAHULUAN

I. Latar Belakang Masalah

Kepala sekolah adalah suatu profesi

yang menuntut pengetahuan mapan,

bidang kerja yang ditekuni

membutuhkan pemahaman pengelolaan

organisasi sekolah secara maksimal dan

mempunyai kompetensi serta keahlian

dibidangnya. Kepala sekolah yang

profesional harus mempunyai

kemampuan konseptual dan teknikal..

Dengan demikian supervisi

dilakukan digunakan untuk ; a)

membangkitkan semangat dan

merangsang guru-guru dan staf sekolah

lainnya untuk menjalankan tugas

dengan baik; b) berusaha mengadakan

dan melengkapi kebutuhan sekolah

untuk kelancaran proses betajar

mengajar; c) bersama guru-guru

berusaha mengembangkan mencari dan

menggunakan metode-metode baru

dalam proses belajar mengajar yang

lebih baik; d) membina kerja sama

yang baik dan harmonis antara: guru,

murid dan staf sekotah lainnya; dan e)

berusaha mempertinggi mutu dan

pengetahuan guru-guru dan staf

sekolah, antara lain dengan mengadakan

workshop, insevice training atau up-

grading.

Guru merupakan salah satu SDM

yang berada di sekolah, Kinerja guru di

sekolah mempunyai peran penting

dalam pencapaian tujuan sekolah.

Masalah kinerja menjadi sorotan

berbagai pihak, kinerja pemerintah akan

dirasakan oleh masyarakat dan kinerja

guru akan dirasakan oleh siswa atau

orang tua siswa. Berbagai usaha

dilakukan untuk mencapai kinerja yang

baik. Perhatian pemerintah terhadap

pendidikan sudah disosialisasikan,

anggaran pendidikan yang diamanatkan

Undang-Undang No. 20 sudah mulai

dilaksanakan.

a. Rumusan masalah

7. Adakah hubungan supervisi

terhadap kompetensi guru di SDN

Plintahan I kecamatan Pandaan

Kabupaten Pasuruan?

8. Adakah hubungan manajemen

kepemimpinan kepala sekolah

terhadap kompetensi guru di SDN

Page 103: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

Plintahan I kecamatan Pandaan

Kabupaten Pasuruan ?

9. Apakah ada hubungan supervisi

dan manajemen kepemimpinan

kepala sekolah terhadap

kompetensi guru di SDN

Plintahan I kecamatan Pandaan

Kabupaten Pasuruan ?

b. Tujuan penelitian

Dalam penelitian ini untuk mengetahui :

1. Hubungan supervisi terhadap

kompetensi guru di SDN Plintahan

I kecamatan Pandaan Kabupaten

Pasuruan.

2. Hubungan manajemen

kepemimpinan kepala sekolah

terhadap kompetensi guru di SDN

Plintahan I kecamatan Pandaan

Kabupaten Pasuruan ?

3. Hubungan supervisi dan

manajemen kepemimpinan kepala

sekolah terhadap kompetensi guru

di SDN Plintahan I kecamatan

Pandaan Kabupaten Pasuruan ?

c. Manfaat penelitian

1. Bagi sekolah

Hasil penelitian ini dapat

bermanfaat dan memberi

masukan pada sekolah terutama

kepala sekolah dan guru untuk

meningkatkan intensitas supervisi

2. Bagi guru

Hasil penelitian ini dapat

bermanfaat sebagai wacana bagi

guru untuk lebih meningkatkan

kinerjanya

2. Bagi pengembangan ilmu

pengetahuan

Temuan hasil penelitian ini untuk

memberi data empirik yang akurat

tentang supervisi, manajemen

kepemimpinan kepala sekolah

dan kompetensi guru

B. KAJIAN PUSTAKA

A. Supervisi

1. Pengertian supervisi

Supervisi merupakan pengawasan

terhadap pelaksanaan kegiatan teknis

edukatif di sekolah, bukan sekedar

pengawasan terhadap fisik material.

Supervisi merupakan pengawasan

terhadap kegiatan akademik yang

berupa proses belajar mengaiar,

pengawasan terhadap guru dalam

rnengajar, pengawasan terhadap murid

yang belajar dan pengawasan terhadap

situasi yang menyebabkannya.

Aktivitasnya dilakukan dengan

mengidentifikasi kelemahan-

kelemahan pembelajaran untuk

diperbaiki, apa yang menjadi

penyebabnya dan mengapa guru tidak

berhasil melaksanakan tugasnya

dengan baik.

2. Supervisi administratif

Supervisi administratif adalah

supervisi yang ditujukan kepada

pembinaan dalam memanfaatkan setiap

sarana bagi keperluan pembelajaran.

Fasilitas berajar, media belajar, buku

tekss, perpustakaan, mebeler, semua itu

merupakan sarana belajar yang perlu

dikaitkan kepada peristiwa belajar

Page 104: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

supaya rnempertinggi kualitas proses

belajar.

3. Pengawasan dalam

pendidikan

Pengawasan dalam lingkungan

birokrasi merupakan bagian dari sistem

manajemen yang ditujukan untuk

menjawab berbagai pertanyaan tentang

pelaksanaan pekerjaan yaitu

memeriksa dan memastikan apakah

rencana dijaiankan sebagaimana

mestinya ataukah tidak.

4. Supervisi sebagai pengawasan

profesional dalam bidang

akademik

Pengawasan, profesional dalam

kajian ini disebut supervisi, merupakan

kajian yang terfokus pada usaha

memperbaiki kinerja guru dalam

menjalaukan tugas mengajar agar

terjadi kualitas belajar yang dapat

memberi kepuasan, baik kepada guru

sendiri maupun peserta didiknya.

Realisasi pengawasan profesional

oleh kepala sekolah sebagai kegiatan

supervisi terhadap guru dalam usaha

rnernperbaiki dan meningkatkan mutu

mengajar, seyogyanya langsung terarah

pada perbaikan perilaku kinerja

profesional guru dalam melayani

peserta didiknya, bila tidak, perilaku

pengawasannya sudah pasti bisa

kepada tindakan lain seperti misalnya

menjalankan pengawasan administratif,

atau menginspeksi pelaksanaan

mengajar guru di kelas.

5. Manajemen Kepemimpinan

Kepala Sekolah

1. Pengertian Kepemimpinan

Kata "kepemimpinan"

terjemahan dari bahasa Inggris

“leadership" banyak sekali kita

ketemukan dalam kehidupan kita

sehari-hari. Kata itu kita dengar

dalam percakapan orang, dalam

pertemuan-pertemuan, dari radio

dan televisi, kita dapat membaca

dalam surat-surat kabar, majalah-

majalah buku-buku dan lain-

lainnya.

2. Cara Melakukan

Kepemimpinan

a) Secara Otokratis

Kepemimpinan secara

otokratis artinya pemimpin

menganggap organisasi sebagai

milik sendiri. Ia bertindak

sebagai diktator terhadap para

anggota organisasinya dan

menganggap mereka itu sebagai

bawahan dan merupakan

sebagai alat, bukan manusia,

Cara menggerakkan para

anggota organisasi dengan

unsur-unsur paksaan dan

ancaman-ancaman pidana.

b) Secara Militeristis.

Cara yang dimaksud di

sini bukanlah cara yang

memang lazim dan harus

dilaksanakan oleh pemimpin

militer dalam ketentaraan yang

sudah sewajarnya, akan tetapi

melaksanakan kepemimpinan

biasa memakai cara yang lazim

digunakan dalam kemiliteran.

Page 105: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

c) Secara Paternalistis.

Cara ini boleh dikatakan

untuk seorang pemimpin yang

bersifat "kebapakan", ia

menganggap anak buahnya

sebagai "anak" atau manusia

yang belurn dewasa yang dalam

segala hal masih membutuhkan

bantuan dan perlindungan, yang

kadang-kadang perlindungan

yang berlebih-lebihan.

d) Secara Kharismatis

Sebenarnya kurang tepat

kalau dikatakan "menjalankan

kepemirnpinan secara

kharismatis", lebih tepat kalau

dikatakan "pemirnpin yang

mempunyai kharisma" atau

"pemirnpin yang kharismatis"

e) Secara "laisses faire" atau

secara bebas.

Sebenarnya dalam hal ini

pemimpin tidak memberikan

pimpinan. Melaksanakan

pimpinan secara ini dapat

diartikan: “membiarkan anak

buahnya untuk berbuat

sekehendak sendiri-sendiri".

f) Secara Demokratis.

Cara ini lazimnya

dipandang sebagai kebalikan

daripada cara kepemimpinan

yang otokratis. Kalau iara

otokratis perlakuannya bersifat

diktatoris, memerintah anak-

buah dengan keras dan

menganggap mereka sebagai

alat belaka.

2. Kunci kesuksesan

Kepemimpinan Kepalan Sekolah

Kepemimpinan kepala sekolah

berkaitan dengan berbagai tugas

dan fungsi yang harus diembannya

dalam mewujudkan sekolah efektif,

produktif, mandiri, dan akuntabel.

Dari berbagai tugas dan fungsi

kepala sekolah yang harus

diembannya dalam

mengembangkan sekolah. Secara

efektif, efisien, produktif dan

akuntabel tersebut; sedikitnya

terdapat sepuluh kunci

kepemimpinanny

C. Kompetensi Guru

1. Pengertian Kinerja Guru

Istilah kinerja guru berasal

dari kata job performance/actual

permance (prestasi kerja atau prestasi

sesungguhnya yang dicapai oleh

seseorang). Jadi menurut bahasa kinera

bisa diartikan sebagai prestasi yang

nampak sebagai bentuk keberhasilan

kerja pada diri seseorang. Keberhasilan

kinerja juga ditentukan dengan

pekerjaan serta kemampuan seseorang

pada bidang tersebut. Keberhasilan

kerja juga berkaitan dengan kepuasan

kerja seseorang.

Prestasi bukan berarti

banyaknya kejuaraan yang diperoleh

guru tetapi suatu keberhasilan yang

salah satunya nampak dari suatu proses

belajar mengajar. Untuk mencapai

kinerja maksimal, guru harus berusaha

mengembangkan seluruh kompetensi

yang dimilikinya dan juga manfaatkan

Page 106: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

serta ciptakan situasi yang ada

dilingkungan sekolah sesuai dengan

aturan yang berlaku.

2. Tugas Pokok Dalam

Pembelajaran

Guru berhadapan dengan

siswa adalah pada saat proses belajar

mengajar berlangsung. Seorang guru

harus memiliki kinerja yang baik

terutama pada saat proses belajar

berlangsung. Guru diharapkan

memiliki ilmu yang cukup sesuai

bidangnya, pandai berkomulikasi

mengasuh dan menjadi belajar yang

baik bagi siswanya untuk tubuh dan

berkembang menjadi dewasa.

3. Kriteria Kinerja Guru

Kemampuan yang harus

dimiliki guru telah disebutkan dalam

peraturan pemerintah RI No. 19 Tahun

2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan pasal 28 ayat 3 yang

berbunyi : Kompetensi sebagai agen

pembelajaran pada jenjang pendidikan

dasar dan menengah serta pendidikan

anak usia dini meliputi:

a. kompetensi paedagogik

b. kompetensi kepribadian

c. kompetensi profesional

d. kompetensi sosial

4. Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Kinerja

Menurut Anwar Prabu

Mangkunegara .faktor yang

mempengaruhi kinerja guru adalah

faktor kemampuan (ability) dan faktor

motivasi (motivision)

5. Indikator Kinerja guru

a. Kemampuan merencanakan

belajar mengajar.

b. Kemampuan melaksanakan

kegiatan belajar mengajar.

c. Kemampuan mengevaluasi.

Hipotesis

Dalam penelitian ini, maka hipotesis

yang diajukan adalah

G. Ada hubungan supervisi terhadap

kompetensi guru di SDN

Plintahan I Kecamatan

Pandaan Kabupaten Pasuruan.

H. Ada hubungan manajemen

kepemimpinan kepala sekolah

terhadap kompetensi guru di SDN

Plintahan I Kecamatan Pandaan

Kabupaten Pasuruan.

I. Ada hubungan supervisi dan

manajemen kepemimpinan kepala

sekolah terhadap kompetensi guru

di SDN Plintahan I Kecamatan

Pandaan Kabupaten Pasuruan.

D. METODE PENELITIAN

a. Rancangan Penelitian

Metode penelitian yang digunakan

dalam penelitian ini menggunakan

deskriptif atau penelitian yang dilakukan

berdasarkan tingkat eksplanasi atau

penjelasan.

b. Populasi dan Sampel

Populasi adalah seluruh obyek

yang akan diteliti dalam sebuah

penelitian, sedangkan sampel adalah

sebagian anggota populasi yang

diambil untuk dikaji atau diteliti.

Populasi dalam peneritian ini adalah

guru di SDN Plintahan I kecamatan

Page 107: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

Pandaan Kabupaten Pasuruan pada

tahun pelajaran 2014/2015 sejumlah 20

orang yang seluruhnya dijadikan obyek

dalam penelitian ini.

c. Variabel Penelitian

Berikut ini akan dijelaskan

mengenai variabel-variabel yang

digunakan dalam penelitian ini beserta

definisi. antara lain sebagai berikut:

1. Variabel Supervisi (X1)

Variabel ini didefinisikan sebagai

kegiatan pengawasan dari atasan

( pengawas atau kepala sekolah)

kepada bawahannya ( guru ) dimana

kegiatan ini bertujuan untuk

membantu guru dalam menjalankan

profesinya sebagai pendidik.

2. Variabel Manajemen Kepemimpinan

Kepala Sekolah (X2)

Variabel ini didefinisikan sebagai

suatu proses kegiatan yang dilakukan

oleh seorang pemimpin dalam

memimpin anak buahnya agar

tercapai tujuan yang diharapkan.

3. Variabel Kompetensi Guru (Y)

Variabel ini didefinisikan sebagai

seseorang yang memiliki kapabilitas

pemahaman baik dalam ruang lingkup

konsep atau metode dan juga

pemahaman yang bersifat universal

terhadap tugas pokok keguruan itu

sendiri.

d. Instrument Penelitian

Indikator untuk instrument variabel

supervisi terdiri dari empat sistem yaitu:

a) Pihak yang mensupervisi dan yang

disupervisi

b) Maksud tujuan dari supervisi

c) Proses supervise berlangsung

d) Tindak lanjut dari kegiatan

supervise tersebut

Indikator untuk instrument variabel

manajemen kepemimpinan kepala sekolah

yaitu:

a) Gaya kepemimpinan yang dianut

b) Prosedur pengambilan keputusan

c) Cara menyelesaikan masalah

d) Pelaksanaan kebijakan, pemberian

hadiah dan pemberian sanksi

Variabel profesionalisme guru

merupakan variabel yang mengukur kualitas

dari kompetensi kerja guru yang ada di

SDN Plintahan I Kecamatan Pandaan

kabupaten Pasuruan. Indikator variabel ini

terdiri dari empat atribut yaitu:

a) Proses perencanaan, pelaksanan dan

evaluasi kegiatan pembelajaran

b) Kompetensi yang dimiliki guru

c) Evaluasi kinerja

d) Factor kemampuan yang

dimiliki guru

E. TEKNIK ANALISIS DATA

Setelah data terkumpul semuanya maka

langkah selanjutnya adalah menganalisis

data tersebut. Data yang telah dikumpulkan

diolah baik secara manual maupun dengan

menggunakan bantuan komputer. Program

yang digunakan untuk membantu

pengelolaan data ini adalah program IBM

SPSS version 19.0 for windows.

F. HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN A. Pengaruh supervisi pengawas

sekolah terhadap peningkatan

kinerja guru di SDN Plintahan I

Page 108: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

kecamatan Pandaan Kabupaten

Pasuruan.

Supervisi merupakan pengawasan

terhadap pelaksanaan kegiatan teknis

edukatif di sekolah, bukan sekedar

pengawasan terhadap fisik material. si

merupakan pengawasan terhadap

kegiatan akademik yang berupa proses

belajar mengaiar, pengawasan terhadap

guru dalam rnengajar, pengawasan

terhadap murid yang belajar dan

pengawasan terhadap situasi yang

menyebabkannya.

Berdasarkan uraian di atas dapat

dijelaskan bahwa supervisi kepala

sekolah dapat mempengaruhi kinerja

guru. Hasil penelitian ini mendukung

teori di atas bahwa secara parsial,

supervisi kepala sekolah berdampak

nyata terhadap peningkatan kinerja

guru dan besarnya pengaruh supervisi

pengawas sekolah terhadap kinerja

guru adalah sebesar 17,8%.

B. Pengaruh keefektifan

kepemimpinan kepala sekolah

terhadap peningkatan kinerja guru

di SDN Plintahan I kecamatan

Pandaan Kabupaten Pasuruan.

Pemimpin kharismatis mampu

menguasai pengikutnya karena mereka

ini diliputi oleh kepercayaan yang luar

biasa besar terhadapnya. Pemimpin ini

rupanya mempunyai semacam kesaktian,

mempunyai kemampuan yang luar biasa

di luar kemampuan orang-orang biasa.

Ada pula yang mengatakan ia menguasai

pengikutnya dengan daya hipnotis,

sehingga mereka ini ikut dengan

membabi buta. Untuk mudahnya

dikatakan, bahwa pemimpin yang

demikian itu diberkahi dengan kekuatan

gaib. Jenderal Soedirrnan adalah

pemimpin yang kharismatis- Tarnpang

jenderal tidak dimiliki, apalagi kekuatan

jasmaniah, waktu berjuang kesehatannya

buruk.

Berdasarkan uraian di atas dapat

dijelaskan bahwa keefektifan

kepemimpinan kepala sekolah dapat

mempengaruhi kinerja guru. Hasil

penelitian ini mendukung teori di atas

bahwa secara parsial, keefektifan

kepemimpinan kepala sekolah

berdampak nyata terhadap peningkatan

kinerja guru dan besarnya kontribusi

keefektifan kepemimpinan kepala

sekolah terhadap kinerja guru adalah

sebesar 14,6%.

C. Tingkat pengaruh supervisi pengawas

sekolah dan keefektifan kepemimpinan

kepala sekolah terhadap peningkatan

kinerja guru di di SDN Plintahan I

kecamatan Pandaan Kabupaten

Pasuruan.

Tidak hanya berperan secara

parsial, supervisi pengawas sekolah dan

keefektifan kepemimpinan kepala

sekolah secara simultan mempengaruhi

peningkatan kinerja guru. Supervisi

pengawas sekolah yang baik dan

diimbangi kepemimpinan kepala sekolah

yang efektif dapat meningkatkan kinerja

guru. Hal ini dilihat dari hasil uji F yaitu

nilai Fhitung sebesar 10,177 dengan tingkat

signifikan kurang dari 5% yaitu 0,000

dan besarnya pengaruh supervisi

Page 109: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

pengawas sekolah dan keefektifan

kepemimpinan kepala sekolah secara

simultan terhadap kinerja guru adalah

sebesar 42,1% sedangkan sisanya 57,9%

dipengaruhi oleh variabel lainnya.

B. KESIMPULAN DAN SARAN

a. Kesimpulan

Ketiga tujuan penelitian ini sudah

tercapai. Secara detail dapat dilihat dari

bab sebelumnya dan kesimpulan nya

adalah sebagai berikut :

1. Secara parsial, supervisi kepala

sekolah berdampak nyata terhadap

peningkatan kinerja guru dan

besarnya kontribusi supervisi

pengawas sekolah terhadap kinerja

guru adalah sebesar 17,8%.

2. Secara parsial, keefektifan

kepemimpinan kepala sekolah

berdampak nyata terhadap

peningkatan kinerja guru dan

besarnya kontribusi keefektifan

kepemimpinan kepala sekolah

terhadap kinerja guru adalah sebesar

14,6%.

3. Tidak hanya berperan secara parsial,

supervisi pengawas sekolah dan

keefektifan kepemimpinan kepala

sekolah secara simultan

mempengaruhi peningkatan kinerja

guru. Besarnya kontribusi pengaruh

supervisi pengawas sekolah dan

keefektifan kepemimpinan kepala

sekolah secara simultan terhadap

kinerja guru adalah sebesar 42,1%

sedangkan sisanya 57,9%

dipengaruhi oleh variabel lainnya.

b. Saran

1. Supervisi yang dilakukan oleh

pengawas sekolah sangat diperlukan.

Kegiatan supervisi jangan dianggap

menakutkan melainkan hakekat dari

kegiatan supervisi merupakan cermin

bagi guru kearah perbaikan dari

segalah sesuatu yang kurang

sempurna.

2. Kepala Sekolah sebagai seorang

pemimpin hendaknya memiliki

karismatik dan kewibawaan sehingga

ia benar-benar memberi suri tauladan

bagi anaknya buahnya dan

kepemimpinannya menjadi efektif.

3. Supervisi pengawas sekolah yang

dilakukan secara efektif, efisien dan

berkesinambungan dan didukung

kepemimpinan Kepala Sekolah yang

efektif maka akan menghasilkan

kinerja guru yang optimal dengan

demikian tujuan pendidikan akan

tercapai

DAFTAR PUSTAKA

Ardana dkk., 2008, Perilaku Keorganisasian, Yogyakarta, Graha Ilmu.

Ardana Komang, 2008, Perilaku Keorganisasian, Yogyakarta, Graha Ilmu.

Asmani Jamal Ma’mur, 2011, Tips Menjadi Guru Inspiratif, Kreatif, dan Inovatif, Yogyakarta, DIVA Press.

Berlyn (1960) dalam Koeswara E., 1995, Motivasi Teori dan Penelitianya, Bandung, Angkasa.

Kartono Kartini, 2010, Pemimpin dan Kepemimpinan, Apakah Kepemimpinan Abnormal itu ?, Jakarta, Rajawali Pers.

Page 110: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

Mardiyatmo Ismet Untung.,2005, Kiat-kiat Meningkatkan Motivasi dan Profesionalisme Kerja, Jakarta, PT.Gramedia Widiasarana Indonesia.

Muhaimin, dkk., 2010, Manajemen Pendidikan Aplikasinya Dalam Penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah/Madrasah, Jakarta, Kencana Prenada Madia Group.

Rohiat, 2010, Manajemen Sekolah, Bandung, Refika Aditama.

Suhardan Dadang, 2010, Supervisi Profesional Layanan Meningkatkan Mutu Pembelajaran di Era Otonomi Daerah, Bandung, Alfabeta.

Suhendra K., 2008, Manajemen dan Organisasi Dalam Realita Kehidupan, Bandung, CV. Mandar Maju.

PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN PENERAPAN MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU DI

GUSLAH VI KECAMATAN PANDAAN KABUPATEN PASURUAN

M. Zaini

Program Studi Manajemen Pendidikan, PPS (S2), Universitas Gresik

ABSTRAK

Dalam pelaksanaanya untuk menerapkan kepemimpinan (leadership) yang berkualitas dalam mengelola sekolah seringkali tidak terwujud. Hal ini disebabkan oleh kurangnya kompetensi kepemimpinan (leadership) kepala sekolah. Penelitian ini untuk mengetahui: (1) Pengaruh secara parsial kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap kinerja guru di guslah VI kecamatan Pandaan kabupaten Pasuruan (2) Pengaruh secara parsial penerapan manajemen berbasis sekolah terhadap kinerja guru di guslah VI kecamatan Pandaan kabupaten Pasuruan. (3) Pengaruh secara simultan kepemimpinan Kepala Sekolah dan penerapan manajemen berbasis sekolah terhadap kinerja guru di guslah VI kecamatan Pandaan kabupaten Pasuruan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan deskriptif atau penelitian yang dilakukan berdasarkan tingkat eksplanasi atau penjelasan. Hasil penelitian Menunjukkan semakin bagus kepemimpinan kepala sekolah maka kinerja guru akan semakin baik, dilihat dari hasil uji t yaitu nilai t-hitung yang dihasilkan sebesar 2,799 dengan tingkat signifikan kurang dari 5% yaitu 0,023. hasil penelitian ini yaitu penerapan manajemen sekolah yang semakin baik maka kinerja guru akan semakin baik, dilihat dari hasil uji t yaitu nilai t-hitung yang dihasilkan sebesar 2,663 dengan tingkat signifikan kurang dari 5% yaitu 0,029. dilihat dari hasil uji F yaitu nilai Fhitung yang dihasilkan sebesar 28,009 dengan nilai signifikansi 0,000 dibawah 5%.

Kata kunci: Kepemimpinan, Kepala Sekolah, Manajemen Berbasis Sekolah,Kinerja

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Peningkatan mutu pendidikan harus

dilaksanakan dengan memberdayakan

dan melibatkan semua unsur yang ada

di lembaga pendidikan. Adanya

penerapan sistem otonomi dalam

pemerintahan, dalam UU No 2/1999

disebutkan adanya pelimpahan

Page 111: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

wewenang oleh pernerintah pusat

kepada pemerintah daerah dalam

kerangka negara kesatuan Republik

Indonesia. Pelimpahan wewenang dari

pusat ke daerah, termasuk didalamnya

pendidikan. Kepala sekolah merupakan

faktor penggerak penentu arah

kebijakan sekolah yang akan

menentukan bagaimana tujuan sekolah

dan pendidikan pada umumnya yang

direalisasikan dengan MBS. Kepala

sekolah dituntut senantiasa

meningkatkan efektifitas kinerja.

Dengan begitu MBS sebagai paradigma

baru pendidikan yang dapat

memberikan hasil yang memuaskan.

Kinerja kepala sekolah dalam kaitannya

dengan MBS adalah segala upaya 'ang

dilakukan dan hasil yang dapat dicapai

oleh kepala sekolah dalam

mengimplementasikan MBS

disekolahnya untuk mewujudkan tujuan

pendidikan secara efektif dan efisien.

Melihat penting dan strategisnya

posisi kepala sekolah dalam

mewujudkan tujuan sekolah maka

seharusnya kepala sekolah harus

mempunyai nilai kemampuan relation

yang baik dengan segenap warga di

sekolah, sehingga tujuan sekolah dan

tujuan pendidikan berhasil dengan

optimal. Ibarat nahkoda yang

menjalankan sebuah kapal mengarungi

samudra.

2. Rumusan masalah

1. Apakah pengaruh secara parsial

kepemimpinan Kepala Sekolah

terhadap kinerja guru di guslah VI

kecamatan Pandaan kabupaten

Pasuruan ?

2. Apakah pengaruh parsial

penerapan manajemen berbasis

sekolah terhadap kinerja guru di

guslah VI kecamatan Pandaan

kabupaten Pasuruan ?

3. Apakah pengaruh secara simultan

kepemimpinan Kepala Sekolah

dan penerapan manajemen

berbasis sekolah terhadap kinerja

guru di guslah VI kecamatan

Pandaan kabupaten Pasuruan ?

3. Tujuan penelitian

Dalam penelitian ini untuk

mengetahui:

1. Pengaruh secara parsial

kepemimpinan Kepala Sekolah

terhadap kinerja guru di guslah VI

kecamatan Pandaan kabupaten

Pasuruan

2. Pengaruh secara parsial

penerapan manajemen berbasis

sekolah terhadap kinerja guru di

guslah VI kecamatan Pandaan

kabupaten Pasuruan

3. Pengaruh secara simultan

kepemimpinan Kepala Sekolah

dan penerapan manajemen

berbasis sekolah terhadap kinerja

guru di guslah VI kecamatan

Pandaan kabupaten Pasuruan

4. Manfaat penelitian

a. Bagi sekolah

Hasil penelitian ini dapat

bermanfaat dan memberi

masukan pada sekolah terutama

untuk lebih meningkatkan

Page 112: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

keefektifan kepemimpinan kepala

sekolah dalam rangka

pelaksanaan menajemen berbasis

sekolah.

b. Bagi guru

Hasil penelitian ini dapat

bermanfaat sebagai wacana bagi

guru untuk lebih meningkatkan

kinerjanya.

c. Bagi pengembangan ilmu

pengetahuan

Temuan hasil penelitian ini untuk

memberi data empirik yang akurat

tentang kepemimpinan kepala

sekolah dan penerapan

manajemen berbasis sekolah

terhadap kinerja guru.

B. KAJIAN PUSTAKA

a. Kepemimpinan Kepala Sekolah

Pemimpin dan kepemimpinan

adalah ibarat sekeping mata uang logam

yang tidak bisa dipisahkan, dalam artian

bisa dikaji secara terpisah namun harus

dilihat sebagai satu kesatuan, Seorang

pemimpin harus memiliki jiwa

kepemimpinan, dan jiwa kepemimpinan

yang dimiliki seorang pemimpin tidak

bisa diperoleh dengan cepat dan segera

namun sebuah proses yang terbentuk

dari waktu ke waktu hingga akhirnya

mengkristal dalam sebuah karakteristik.

Dalam artian ada sebagian orang yang

memiliki sifat kepemimpinan namun

dengan usahanya yang gigih mampu

membantu lahirnya penegasan sikap

kepemimpinan pada dirinya tersebut.

Para ahli dengan berbagai latar belakang

keilmuan (science) dan pengalaman

(experience) yang dimiliki berusaha

untuk memberikan penafsiran

perbedaan antara pemimpin dan

kepemimpinan.

Untuk mewujudkan seseorang

menjadi pemimpin yang ideal

dibutuhkan syarat-syarat yang

tergambarkan dalam bentuk ciri-ciri

yang dimiliki. Adapun ciri-ciri

untuk menjadi seorang pemimpin

adalah:

1. Memiliki kompetensi yang

sesuai dengan zamannya.

2. Mampu menerapkan konsep

"The right man and the right

place" secara tepat dan baik.

Seorang pimpinan dalam

mengarahkan para karyawan dalam

melaksanakan pekerjaan tidak hanya

harus dilakukan atas dasar perintah dan

sanksi yang akan diterima, namun

seorang pimpinan juga harus

mengedepankan sikap kewibawaan

yang teraplikasi dalam bentuk personal

power yang dimilikinya. personal pawer

atau kekuatan pribadi itu tidak lahir

begitu saja, namun melalui berbagai

proses yang panjang. Dalam artian tidak

mungkin seorang pemimpin bisa

bijaksana jika ia tidak merasakan apa

yang sesungguhnya dialami oleh

bawahannya tersebut. Karena itu ada

banyak pendapat yang berkomentar

bahwa sebaiknya seorang pemimpin

adalah yang berasal dari bawah di

perusahaan tersebut atau mereka yang

Page 113: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

memulai pekerjaan dari posisi bawah

dan daiam proses yang panjang ia

menjalani dengan penuh kesabaran serta

keyakinan hingga akhirnya sukses

mendapatkan posisi yang

diinginkannya.

b. Manajemen Berbasis Sekolah

1. Konsep Pekerjaan Pendidikan

Bebasis Sekolah

Pendidikan adalah suatu proses

sosialisasi bagi seseorang untuk

memperoleh kemampuan fisik moral

dan sosial yang dituntut dari padanya

oleh kelompok tempat ia dilahirkan

dan harus berfungsi jika ingin merubah

kualitas kehidupan suatu bangsa maka

pendidikan adalah kunci dasar dari

segalanya. Tidak ada yang dapat

berubah,jika menginginkan perubahan

ke arah perbaikan mulailah dari

pendidikan karena pendidikan adalah

tangga untuk dapat melakukan

mobilitas sosial. Artinya, melalui

pendidikan seseorang dapat

memperbaiki kualitas kehidupannya.

Agar perencanaan sekolah dapat

dilakukan dengan baik, ada beberapa

persyaratan yang harus dipenuhi.

Perencanaan sekolah tersebut harus:

a) Terarah pada pencapian tujuan

sekolah.

b) Berdasarkan dari data yang

obyektif tentang kondisi sekolah.

c) Dilakukan oleh orang yang mampu

membuat rencana

d) Melibatkan seluruh komponen

sekolah.

e) Jelas atau operasional, sehingga

benar-benar dapat dilaksanakan.

f) Akomodatif terhadap

perkembangan dan permasalahan

mendesak

g) Berorientasi kepada masalah yang

seobyektif mungkin

2. Pengertian Manajemen

Peningkatan Mutu Berbasis

Sekolah

Terminologi MBS atau

pendidikan berbasis rnasyarakat (PBM)

di mnd dalam Undang-Undang No 25

Tahun 2000 tentang Propenas.

Menurut undang-uadang ini MBS

dimaksudkan sebagai upaya untuk

meningkatkan kemandirian sekolah

dalam penyelenggaraan pendidikan.

Perwujudan shoool/community-based

education ini ditandai dengan

pembentukan komite sckolah dan

dewan pendidikan Kabupaten/kota.

Di lingkungan Depdiknas dan

Dinas Diknas terminologi yang popular

adalah MPMBS. MPMBS pada intinya

adalah otonomi. akuntabilitas, dan

partisipasi masyarakat dalam

penyelenggaraan pendidikan. Titik

tekan MPMBS adalah perbaikan mutu

masukan, proses, keluaran pendidikan,

serta sepanjang memungkinkan juga

menggamit layanan purnalulus.

Dengan demikian, meski MBS dan

MPMBS memiliki kaitan yang sangat

erat narnun MBS memiliki cakupan

yang lebih luas. Jika MBS benar-benar

diterapkan kepala sekolah, sistem

pembayaran tenaga guru, penetapan

Page 114: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

kalender sekolah, penetapan biaya

pendidikan sekolah bahkan juga

kurikulum, semuanya menjadi

kewenangan sekolah (Sudarwan

Danim, 2006:28).

3. Tujuan Manajemen Peningkatan

Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS)

Pada dasarnya MPMBS bertujuan

untuk memandirikan atau

memberdayakan sekolah melalui

pernberian kewenangan (otonomi)

kepada sekolah dan mendorong

sekorah untuk melakukan

pengambilan keputusan secara

partisipatif.

Berbicara karakteristik MPMBS

tidak dapat dipisahkan dari

karakteristik sekolah efektif. Jika

MPMBS merupakan

wadah/kerangkanya maka sekolah

efektif merupakan isinya. Oleh

karena itu, karakteristik MPMBS

berikut memuat secara insklusif

elemen-elemen sekolah yang

efektif, yang dikategorikan menjadi

input, proses dan output

4. Langkah-Langkah Perumusan

Operasional Rencana Sekolah

Untuk mengoperasionalkan

langkah-langkah perumusan rencana

sekolah, kita dapat menggunakan

pendekatan pemecahan masalah

(problem solving). Perencanaan

sekolah sekaligus juga akan

merencankan masalah-masalah yang

mungkin akan dihadapi oleh sekolah.

c. Kinerja Guru

1. Pengertian Kinerja Guru

Kinerja adalah penampilan

hasil karya SDM dalam suatu

organisasi, didalarn hal ini hasil

karya guru di sekorah. Kinerja

dapat merupakan penampilan

individu maupun kelompok kerja

SDM. Penilaian kinerja adalah

proses menilai hasil karya guru

dalam sekolah melalui instrumen

penilaian kinerja. Pada hakekatnya

penilaian kinerja rnerupakan suatu

evaluasi terhadap penampilan kerja.

Bila pelaksanaan pekerjaan sesuai

dengan atau melebihi uraian

pekerjaan, hal ini berarti pekerjaan

itu berhasil dikerjakan dengan baik.

Bila peniaian kinerja menunjukkan

hasil di bawah uraian pekerjaan hal

ini berarti pelaksanaan pekerjaan

tersebut kurang baik.

Kinerja atau prestasi kerja

berasal dari pengerrian

performance. Kinerja seorang

karyawan merupakan hal yang

bersifat individual, karena setiap

karyawan mempunyai tingkat

kemampuan yang berbeda- beda

dalam mengerjakan tugasnya. Pihak

manajemen dapat mengukur

karyawan atas unjuk kerjanya

berdasarkan kinerja dari masing -

masing karyawan. Kinerja adalah

sebuah aksi, bukan kejadian. Aksi

kinerja itu sendiri terdiri dari

banyak komponen dan bukan

merupakan hasil yang dapat dilihat

pada saat itu juga.

Page 115: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

Hipotesis

Dalam penelitian ini, maka hipotesis

yang diajukan adalah

1. Pengaruh parsial kepemimpinan

Kepala Sekolah terhadap kinerja

guru di guslah VI kecamatan

Pandaan kabupaten Pasuruan

2. Pengaruh parsial penerapan

manajemen berbasis sekolah

terhadap kinerja guru di guslah VI

kecamatan Pandaan kabupaten

Pasuruan

3. Pengaruh secara simultan

kepemimpinan Kepala Sekolah dan

penerapan manajemen berbasis

sekolah terhadap kinerja guru di

guslah VI kecamatan Pandaan

kabupaten Pasuruan

C. METODE PENELITIAN

1. Rancangan Penelitian

Metode penelitian yang digunakan

dalam penelitian ini menggunakan

deskriptif atau penelitian yang dilakukan

berdasarkan tingkat eksplanasi atau

penjelasan.

2. Populasi dan Sampel

Populasi adalah seluruh obyek yang

akan diteliti dalam sebuah penelitian,

sedangkan sampel adalah sebagian

anggota populasi yang diambil untuk

dikaji atau diteliti. Populasi dalam

peneritian ini adalah guru di guslah VI

kecamatan Pandaan kabupaten Pasuruan

pada tahun pelajaran 2014/2015

sejumlah 40 orang yang seluruhnya

dijadikan obyek dalam penelitian ini.

3. Variabel Penelitian

Berikut ini akan dijelaskan

mengenai variabel-variabel yang

digunakan dalam penelitian ini beserta

definisi, antara lain sebagai berikut:

1. Variabel kepemimpian kepala

sekolah (X1)

Individu yang mampu

mempengaruhi perilaku orang

lain tanpa harus mengandalkan

kekerasan.

2. Variabel penerapan manajemen

berbasis sekolah (X2)

Variabel ini didefinisikan sebagai

pemberdayaan kepada sekolah

sebagai pelaksanaan pendidikan

untuk mengambil prakarsa dan

inisiatif agar mengambil langkah

dinamis yang progresif untuk

menggerakkan semua aspek

organisasi

3. Kinerja guru (Y)

Variabel ini didefinisikan sebagai

pada proses pendidikan dan hasil

pendidikan. Dalam "proses

pendidikan" yang bermutu terlibat

berbagai input, seperti; bahan ajar

(kognitif, afektif atau

psikomotorik), metodologi

(bervariasi sesuai kemampuan

guru), sarana sekolah, dukungan

administrasi dan sarana prasarana

dan sumber daya lainnya serta

penciptaan suasana yang

kondusif.

4. Instrument Penelitian

Page 116: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

Indikator untuk instrument variabel

kepemimpinan kepala sekolah terdiri dari

empat sistem yaitu:

a) kepribadian kepada sekolah.

b) budaya organisasi sekolah.

c) kebijakan organisasi

d) harapan akhir dari kepala sekolah dan

guru

Variabel penerapan manajemen

berbasis sekolah merupakan variabel

yang mengukur kualitas dari

profesionalisme kerja guru. Indikator

variabel ini terdiri dari empat atribut

yaitu:

- Transparansi sekolah,

- Efektifitas kepemimpinan kepala

sekolah,

- Kemauan sekolah untuk berubah

secara psikis dan fisik,

- Sekolah memiliki kemandirian

dan team work yang kompak

cerdas dan dinamis

Variabel ini diukur oleh guru

sendiri dengan melakukan proses

intropeksi diri melalui kuesioner yang

diberikan oleh peneliti mengenai kinerja

guru saat ini. Indikator variabel ini

adalah pencapaian mutu sekolah, prestasi

kerja hubungan dengan stakeholder,

ketaatan terhadap peraturan, transparan

dan kerja sama dengan rekan sejawat..

2. Teknik Analisis Data

Setelah data terkumpul semuanya

maka langkah selanjutnya adalah

menganalisis data tersebut. Data yang

telah dikumpulkan diolah baik secara

manual maupun dengan menggunakan

bantuan komputer. Program yang

digunakan untuk membantu pengelolaan

data ini adalah program IBM SPSS

version 19.0 for windows.D. HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

a. Pengaruh Kepemimpinan Kepala

Sekolah Terhadap Kinerja Guru

Berdasarkan jawaban responden

secara keseluruhan yaitu nilai rata-

ratanya sebesar 3,18 dan masuk dalam

kategori setuju, hal ini berarti rata-rata

responden dalam hal ini adalah guru

menyetujui bahwa kepala sekolah

memiliki sikap kepemimpinan yang baik

dan diterima oleh semua orang yaitu

guru, karyawan, siswa, wali murid dan

lain sebagainya.

Kepemimpinan kepala sekolah

yang baik diharapkan dapat

meningkatkan kinerja guru, sesuai

dengan hasil penelitian ini yaitu semakin

bagus kepemimpinan kepala sekolah

maka kinerja guru akan semakin baik,

dilihat dari hasil uji t yaitu nilai t-hitung

yang dihasilkan sebesar 2,799 dengan

tingkat signifikan kurang dari 5% yaitu

0,023.

b. Pengaruh Penerapan Manajemen

Berbasis Sekolah Terhadap Kinerja

Guru

Berdasarkan jawaban responden

secara keseluruhan yaitu nilai rata-

ratanya sebesar 3,20 dan masuk dalam

kategori setuju, hal ini berarti rata-rata

responden dalam hal ini adalah guru

menyetujui bahwa manajemen yang

Page 117: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

diterapkan kepala sekolah adalah

manajemen yang berbasis sekolah.

Semakin baik manajemen yang

diterapkan kepala sekolah diharapkan

dapat meningkatkan kinerja guru, sesuai

dengan hasil penelitian ini yaitu

penerapan manajemen sekolah yang

semakin baik maka kinerja guru akan

semakin baik, dilihat dari hasil uji t yaitu

nilai t-hitung yang dihasilkan sebesar

2,663 dengan tingkat signifikan kurang

dari 5% yaitu 0,029.

C. Pengaruh Kepemimpinan Kepala

Sekolah dan Penerapan Manajemen

Berbasis Sekolah Terhadap Kinerja

Guru

Kepemimpinan kepala sekolah

yang diterima oleh semua kalangan dan

diimbangi oleh manajemen yang

diterapkan sangat baik pula, maka

kinerja guru akan semakin meningkat,

sesuai dengan hasil penelitian ini yaitu

tingginya kepemimpinan kepala sekolah

dan penerapan manajemen berbasis

sekolah berdampak nyata terhadap

peningkatkan kinerja guru, dilihat dari

hasil uji F yaitu nilai Fhitung yang

dihasilkan sebesar 28,009 dengan nilai

signifikansi 0,000 dibawah 5%.

Besarnya pengaruh variabel

kepemimpinan kepala sekolah dan

penerapan manajemen berbasis sekolah

secara simultan terhadap kinerja guru

sebesar 87,5% dan sisanya 12,5%

dipengaruhi oleh faktor-faktor lain selain

variabel dalam penelitian ini, misalnya :

motivasi guru, disiplin dan lain

sebagainya.

E. KESIMPULAN DAN SARAN

a. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis regresi

linier berganda, maka kesimpulan dalam

penelitian ini adalah :

1. Semakin efektif kepemimpinan

kepala sekolah maka kinerja guru

akan semakin baik, dilihat dari hasil

uji t yaitu nilai t-hitung yang

dihasilkan sebesar 2,799 dengan

tingkat signifikan kurang dari 5%

yaitu 0,023.

2. Penerapan manajemen sekolah yang

semakin efektif maka kinerja guru

akan semakin meningkat, dilihat dari

hasil uji t yaitu nilai t-hitung yang

dihasilkan sebesar 2,663 dengan

tingkat signifikan kurang dari 5%

yaitu 0,029.

3. Tingginya kepemimpinan kepala

sekolah dan penerapan manajemen

berbasis sekolah berdampak nyata

terhadap peningkatkan kinerja guru,

dilihat dari hasil uji F yaitu nilai Fhitung

yang dihasilkan sebesar 28,009

dengan nilai signifikansi 0,000

dibawah 5%

B. Saran

1. Sebagai seorang pemimpin Kepala

Sekolah hendaknya bisa menjadi

suri teladan bagi anak buahnya

Page 118: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

(Guru dan Karyawan di sekolah

tersebut) Kepala Sekolah

hendaknya bisa menjalankan

kepemimpinan secara efektif dan

gaya kepemimpinan yang tepat.

2. Hakekat dari Manajemen Berbasis

Sekolah adalah pemberdayaan

kepada Sekolah sebagai

pelaksanaan pendidikan untuk

mengambil prakarsa dan inisiatif

agar mengambil langkah dinamis

yang progresif untuk

menggerakkan semua aspek

organisasi dengan melibatkan

seluruh potensi yang ada.

3. Kepemimpinan Kepala Sekolah

yang efektif dengan didukung

keberhasilan Manajemen Berbasis

Sekolah akan menciptakan kinerja

guru yang baik dan profesional

sesuai yang diharapkan pemerintah.

DAFTAR PUSTAKA

As’ad M. (2001). Psikologi Industri. Seri Ilmu Sumber Daya Manusia. Edisi Ke-4. Yogyakarta : Liberty.

Bismoko, J. Standarisasi dan Sertifikasi Guru : Modern, Sektariatan, Politis, Kedaulatan Rakyat, Kolom OPINI. 3 Desember 2005.

Handoko, T Hani. (1985). Manajemen edisi pertama. Yogyakarta : BPFE.

. (1998). Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia cetakan kedua belas edisi dua. Yogyakarta : BPFE.

Mangkunegara, Anwar Prabu. (2000). Perilaku Konsumen edisi revisi. Bandung : PT. Revika Aditama.

Robbins, Stephen P. (2000). Perilaku Organisasi : Konsep, Kontoversi dan Aplikasi edisi Kedelapan Jilid 1. Jakarta : PT. Prehallindo.

Santoso, S dan Fandy Tjiptono. (2002). Riset Pemasaran edisi kedua. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia.

Singarimbun, M dan Efendi S. (1987). Metode Penelitian Suvai, Cet. Ke-8. Jakarta : LP3ES.

Sugiyono. (2005). Metode Riset Pemasaran, edisi revisi. Bandung : Alpabeta.

Suparno, Paul. (2004). Guru Demokratis di Era Reformasi. Jakarta : Grasindo.

Swasta, B. (1997). Manajemen Sumberdaya Manusia. Yogyakarta : BPFE.

Thoha. (1992). Kepemimpinan dalam Manajemen : Suatu Pendekatan Perilaku. Jakarta : CV. Rajawali Pers.

Tjiptono, F. (2002). Riset Pemasaran, edisi Kedua. Jakarta : Kelompok Gramedia.

Page 119: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

PENGARUH MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI TERHADAP KINERJA GURU (STUDI KASUS DI GUSLAH I

KECAMATAN PANDAAN KABUPATEN PASURUAN)

Pendi WigiantoProgram Studi Manajemen Pendidikan, PPS (S2), Universitas Gresik

ABSTRAK

Pendidikan merupakan modal dasar untuk menciptakan SDM yang unggul. Dunia pendidikan yang utama adalah sekolah. Dengan lahirnya Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 menimbulkan perubahan dalam organisasi pendidikan, yaitu sistem manajeman pendidikan menjadi desentralistik. Hal ini menuntut keahlian manajerial kepala sekolah sekaligus mengembangkan keahliannya dalam kepemimpinan. Kajian teoritis penelitian ini meliputi manajerial kepala sekolah, motivasi kerja, dan kinerja guru. Metode penelitian ini menggunakan deskriptif atau penelitian yang dilakukan berdasarkan tingkat eksplanasi yaitu menjelaskan kedudukan variabel-variabel yang diteliti serta hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain. Hasil pengolahan data dengan metode regresi linier berganda sebagai berikut : 1). Hasil uji F menunjukkan bahwa F hitung sebesar 18,879 dengan nilai signifikasi p=0,000 lebih kecil dari 5% sedangkan F tabel sebesar 3,252 yang berarti Ho ditolak dan Hi diterima; 2). Hasil uji T terhadap variabel X1 menunjukkan bahwa T hitung sebesar 2,275 dengan nilai signifikasi p=0,029 lebih kecil dari 5% sedangkan T tabel

sebesar 2,026 yang berarti Ho ditolak dan Hi diterima; 3). Hasil uji T terhadap variabel X2 menunjukkan bahwa T hitung sebesar 3,620 dengan nilai signifikasi p=0,001 lebih kecil dari 5% sedangkan T tabel sebesar 2,026 yang berarti Ho ditolak dan Hi diterima.

Kata kunci :Manajerial Kepala Sekolah, Motivasi, Kinerja Guru.

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Era desentralisasi adalah era

perubahan yang memberikan peluang

besar kepada para pemimpin untuk

mengembangkan nilai-nilai

kepemimpinan. Pada era ini berbagai

tantangan dan ancaman yang datang

silih berganti memerlukan keteguhan

sikap dan kecerdasan menangkap

peluang dan merancang mursa depan.

Untuk meningkatkan kualitas

dan efektivitas mengajir guru, banyak

factor yang mempengaruhinya,

diantaranya adalah kepemimpinan

kepala sekolah, karena kepala sekolah

merupakan orang yang berperan penting

dalam mengatur aktivitas proses belajar

mengajar dan kepala sekolah juga

bertanggung jawab langsung terhadap

404

Page 120: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

pelaksanaan segala jenis dan bentuk

peraturan atat tata tertib yang harus

dilaksanakan baik oleh guru maupun

siswa.

Menurut Reddin (dalam

Matutina, dkk 1993) dalam

kepemimpinan memiliki 3 pola dasar

yaitu unsur tugas, unsur manusia dan

unsur hasil yang dicapai. Untuk dapat

memperlakukan ketiga unsur tersebut

secara seimbang, seorang pemimpin

harus memiliki pengetahuan atau

kecakapan dan keterampilan yang

diperlukan dalam melaksanakan

kepemimpinan.

Mempersoalkan kinerja guru,

tidak hanya dipengaruhi oleh kualifikasi

dan kompetensinya tetapi juga

dipengaruhi oleh faktor kepemimpinan.

Kepemimpin akan muncul jika ada

sekelompok orang bekerja yang

melakuhan akrivitas bersama untuk

mencapai suatu tujuan bersama. Profesi

merupakan suatu jabatan atau pekerjaan

yang menurut keahlian yang khas dari

para anggotanya. Keahlian yang khas

tersebut tersebut tentunya tidak dimiliki

oleh anggota profesi lain, sebab

keahlian dan ketrampilan yang dimiliki

oleh suatu profesi merupakan hasil

pendidikan dan pelatihan atau melalui

suatu proses profesionalisme dalam

suatu program pendidikan dan pelatihan

yang terencana. Begitu pula dengaa

profesi dalam dunia kependidikan

(Tilaar, 2000).

Guru sebagai profesi perlu

diiringi dengan pemberlakuan aturan

profesi keguruan sehingga akan ada

keseimbangan antara hak dan kewajiban

bagi seseorang yang berprofesi guru,

antan lain: Indonesia memerlukan guru

yang bukan hanya disebut guru,

melainkan guru yang profesional

terhadap profesinya sebagai guru.

Aturan profesi keguruan berasal dari

dua kata dasar profesi dan bidang

spesifik guru keguruan. Secara logik,

setiap usaha pengembangan profesi

(profesionalization) harus bertolak dari

konstruk profesi, untuk kemudian

bergerak ke arah substansi spesifik

bidangnya.

Diletakkan dalam konteks

pengembangan profesionalisme

keguruan, maka setiap pembahasan

konsturk profesi harus diikuti dengan

penemu keahlian muatan spesifik

bidang keguruan. Lebih khusus lagi,

penemu kenalan muatan didasarkan

pada khalayak sasaran profesi tersebut.

Profesional adalah pekerjaan atau

kegiatan yang dilakukan oleh seseorang

dan menjadi sumber penghasilan

kehidupan yang memerlukan keahlian,

kemahiran, atau kecakapan yang

memenuhi standar mutu atau norma

tertentu serta memerlukan pendidikan

profesi. Sebagai profesi, guru wajib

memiliki kualifikasi akademik,

kompetensi, sertifikat pendidilg sehat

jasmani dan rohani, serta memiliki

kemampuan untuk mewujudkan tujuan

pendidikan nasional.

Kualifikasi akademik yang

disyaratkan bagi guru adalah guru

Page 121: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

mempunyai pendidikan sarjana atau

diploma empat. Kompetensi guru yang

dipersyaratkan adalah kompetensi

pedagogik kompetensi kepribadian,

kompetensi sosial, dan kompetensi

profesional yang diperoleh melalui

pendidikan profesi.

2. Rumusan masalah

1. Adakah pengaruh secara

parsial manajerial kepala

sekolah dengan kinerja guru di

Guslah I Kecamatan Pandaan

Kabupaten Pasuruan?

2. Adakah pengaruh secara

parsial motivasi dengan kinerja

guru di Guslah I Kecamatan

Pandaan Kabupaten Pasuruan?

3. Adakah pengaruh secara

simultan manajerial kepala

sekolah dan motivasi dengan

kinerja guru di Guslah I

Kecamatan Pandaan

Kabupaten Pasuruan?

3. Tujuan penelitian

Dalam penelitian ini untuk

mengetahui :

1. Pengaruh manajerial kepala

sekolah dengan kinerja guru di

Guslah I Kecamatan Pandaan

Kabupaten Pasuruan

2. Pengaruh motivasi dengan

kinerja guru di Guslah I

Kecamatan Pandaan Kabupaten

Pasuruan

3. Pengaruh manajerial kepala

sekolah dan motivasi dengan

kinerja guru di Guslah I

Kecamatan Pandaan Kabupaten

Pasuruan

4. Manfaat penelitian

3. Bagi sekolah

Hasil penelitian ini dapat

bermanfaat dan memberi masukan

pada kepala sekolah khususnya

dalam rangka meningkatkan

kinerja guru.

4. Bagi guru

Hasil penelitian ini dapat

bermanfaat sebagai wacana bagi

guru untuk lebih meningkatkan

kinerjanya.

5. Bagi pengembangan ilmu

pengetahuan

Temuan hasil penelitian ini untuk

memberi data empirik yang akurat

tentang manajeial kepala sekolah

dan motivasi dengan kinerja guru

di Guslah I Kecamatan Pandaan

Kabupaten Pasuruan.

B. KAJIAN PUSTAKA

A. Manajerial Kepala Sekolah

1. Definisi Kepemimpinan

Kepemimpinan merupakan suatu

ilmu yang mengkaji secara

komprehensif tentang bagaimana

mengarahkan, mempengaruhi, dan

mengawasi orang lain untuk

mengerjakan tugas sesuai dengan

perintah yang direncanakan. Ilmu

kepemimpinan telah semakin

berkembang seiring dengan dinamika

perkembangan hidup manusia. .

2. Ciri-ciri Pemimpin

Page 122: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

Untuk mewujudkan seseorang

menjadi pemimpin yang ideal

dibutuhkan syarat-syarat yang

tergambarkan dalam bentuk ciri-ciri

yang dimiliki. Adapun ciri-ciri untuk

menjadi seorang pemimpin adalah:

3. Memiliki kompetensi yang sesuai

dengan zamannya. Memahami

setiap permasalahan secara lebih

dalam dibandingkan dengan

orang lain, serta mampu

memberikan keputusan terhadap

permasalahan tersebut.

4. Mampu menerapkan konsep "The

right man and the right place"

secara tepat dan baik. The right

man and the right place adalah

menempatkan orang sesuai

dengan tempatnya dan

kemampuan atau kompetensi

yang dimilikinya.

3. Kepemimpinan dan Perilaku

Dalam mengembangkan dan

memajukan suatu organisasi manajer

dengan pengaruh kepemimpinan yang

dimilikinya berkewajiban untuk

memahami perilaku setiap karyawan

yang berada di lingkungan kerjanya.

Karena itu dalam mewujudkan suatu

perilaku yang diinginkan oleh konsep

manajemen maka seorang manajer

mengharuskan untuk mempergunakan

kekuatannya.

B. Motivasi Kerja

Konsep motivasi berprestasi

dirumuskan pertama kali oleh Henry

Alexander Murray. Murray memakai

istilah kebutuhan berprestasi (need for

achievement) untuk motivasi berprestasi,

yang dideskripsikannya sebagai hasrat

atau tendensi untuk mengerjakan sesuatu

yang sulit dengan secepat dan

sebaikmungkin. (Purwanto,1993:20-21).

Menurut Murray (dalam Winkel

1984:29) achievement motivation

(motivasi berprestasi) adalah daya

penggerak untuk mencapai taraf prestasi

belajar yang setinggi mungkin demi

pengharapan kepada dirinya sendiri.

Mc. Clelland yang merupakan

pionir dalam studi motivasi berprestasi

dan mengembangkan metode

pengukurannya, memberi batasan

motivasi berprestasi sebagai usaha untuk

mencapai sukses dan bertujuan untuk

berhasil dalam kompetisi dengan suatu

ukuran keunggulan. Ukuran keunggulan

itu dapat berupa prestasinya sendiri

sebelumnya atau prestasi orang lain

(Haditono 1979 : 8).

1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Motivasi Berprestasi

Motivasi berprestasi merupakan

suatu proses psikologis yang

mempunyai arah dan tujuan untuk

sukses sebagai ukuran terbaik. Sebagai

proses psikologis, motivasi berprestasi

dipengaruhi oleh dua faktor (Martianah

1984 : 26).

a) Faktor Individu (intern)

Individu sebagai pribadi mencakup

sejumlah aspek yang saling berkaitan.

Motivasi berprestasi sebagai salah satu

aspek psikis.

b) Faktor Lingkungan (ekstern)

Page 123: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

Menurut Mc. Clelland (1987 : 89-90;

128-133) beberapa faktor lingkungan

yang dapat membangkitkan motivasi

berprestasi adalah:

1) Adanya norma standar yang

harus dicapai

2) Ada situasi kompetisi

3) Jenis tugas dan situasi

menantang

2. Ciri-ciri Orang yang mempunyai

Motivasi Berprestasi Tinggi

Menurut Asnawi (2002:86)

manifestasi dari motivasi berprestasi ini

terlihat dalam perilaku seperti: 1)

mengambil tanggung jawab pribadi atas

perbuatan-perbuatannya, 2) mencari umpan

baik tentang perbuatannya, 3) memilih

resiko yang moderat atau sedang dalam

perbuatannya, dan 4) berusaha melakukan

sesuatu dengan cara-cara baru dan kreatif.

Sedangkan menurut Rohwer dalam

Syaodih (2003) mengemukakan dalam dua

jenis motivasi berprestasi yaitu a) Motivasi

berprestasi ekstrinsik dan b) Motivasi

berprestasi intrinsik. Motivasi instrinsik

berasal dari dalam diri sendiri yaitu

dorongan untuk bertindak efisien dan

kebutuhan untuk berprestasi secara baik.

Ciri-ciri seseorang yang memiliki motivasi

berprestasi tinggi diungkapkan oleh Mc.

Clelland dikutip dalam Wahidin (2001)

adalah :

1) Mempunyai keinginan untuk

bersaing secara sehat dengan

dirinya sendiri maupun dengan

orang lain.

2) Mempunyai keinginan bekerja

dengan baik.

3) Berfikir realistis, tahu kemampuan

serta kelemahan dirinya.

4) Memiliki tanggung jawab pribadi

5) Mampu membuat terobosan dalam

berfikir

6) Berfikir strategis dalam jangka

panjang

7) Selalu memanfaatkan umpan balik

untuk perbaikan.

3. Fungsi Motivasi

Pembelajaran akan berhasil

manakala siswa memiliki motivasi dalam

belajar. Oleh sebab itu, menumbuhkan

motivasi belajar siswa merupakan salah satu

tugas dan tanggung jawab guru. Guru yang

baik dalam mengajar selamannya akan

berusaha mendorong siswa untuk

beraktivitas mencapai pembelajaran.

4. Motivasi dan Kebutuhan

Di muka telah dijelaskan bahwa

antara motivasi dan kebutuhan merupakan

dua hal yang tidak dapat dipisahkan.

Motivasi muncul karena kebutuhan. Oleh

karena itu, kebutuhan merupakan sumber

motivasi. Selanjutnya bagaimana kebutuhan

ini dapat mendorong aktivitas.

C. Kinerja Guru

1. Pengertian Kinerja Guru

Istilah kinerja guru berasal dari

kata job performance/actual permance

(prestasi kerja atau prestasi

sesungguhnya yang dicapai oleh

seseorang). Jadi menurut bahasa kinera

bisa diartikan sebagai prestasi yang

nampak sebagai bentuk keberhasilan

Page 124: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

kerja pada diri seseorang. Keberhasilan

kinerja juga ditentukan dengan

pekerjaan serta kemampuan seseorang

pada bidang tersebut. Keberhasilan

kerja juga berkaitan dengan kepuasan

kerja seseorang.

Prestasi bukan berarti banyaknya

kejuaraan yang diperoleh guru tetapi

suatu keberhasilan yang salah satunya

nampak dari suatu proses belajar

mengajar. Untuk mencapai kinerja

maksimal, guru harus berusaha

mengembangkan seluruh kompetensi

yang dimilikinya dan juga manfaatkan

serta ciptakan situasi yang ada

dilingkungan sekolah sesuai dengan

aturan yang berlaku.

Kemudian Anwar Prabu

Mangkunegara mendefinisikan kinerja

(prestasi kerja) sebagai .hasil kerja

secara kualitas dan kuantitas yang

dicapai oleh seorang pegawai dalam

melaksanakan tugasnya sesuai dengan

tanggung jawab yang diberikan.

Dari berbagai uraian teori

tentang kinerja guru, maka yang

dimaksud dengan kinerja guru dalam

penelitian ini adalah kemampuan

seseorang untuk melaksanakan

tugasnya yang menghasilkan hasil yang

memuaskan guna tercapainya tujuan

organisasi kelompok dalam suatu unit

kerja. Kinerja guru dalam penelitian ini

dapat diukur berdasarkan 4 indikator,

yaitu kinerja guru dalam perencanaan

pembelajaran, kinerja guru dalam

pelaksanaan pembelajaran, kinerja guru

dalam evaluasi pembelajaran, serta

kinerja guru dalam disiplin tugas.

2. Hipotesis

Dalam penelitian ini, maka hipotesis

yang diajukan adalah ada :

1. Pengaruh manajerial kepala

sekolah dengan kinerja guru di

Guslah I Kecamatan Pandaan

Kabupaten Pasuruan

2. Pengaruh motivasi kerja dengan

kinerja guru di Guslah I

Kecamatan Pandaan Kabupaten

Pasuruan

3. Pengaruh manajerial kepala

sekolah dan motivasi kerja

terhadap kinerja guru di Guslah I

Kecamatan Pandaan Kabupaten

Pasuruan

D. METODE PENELITIAN

1. Rancangan Penelitian

Metode penelitian yang digunakan

dalam penelitian ini menggunakan

deskriptif atau penelitian yang dilakukan

berdasarkan tingkat eksplanasi atau

penjelasan.

2. Populasi dan Sampel

Populasi adalah seluruh obyek yang

akan diteliti dalam sebuah penelitian,

sedangkan sampel adalah sebagian

anggota populasi yang diambil untuk

dikaji atau diteliti. Populasi dalam

penelitian ini adalah guru di Guslah I

Kecamatan Pandaan Kabupaten Pasuruan

pada tahun pelajaran 2014/2015

Page 125: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

sejumlah 40 orang yang seluruhnya

dijadikan obyek dalam penelitian ini.

3. Variabel Penelitian

Berikut ini akan dijelaskan

mengenai variabel-variabel yang

digunakan dalam penelitian ini beserta

definisi. antara lain sebagai berikut:

1) Variabel Manajerial kepala Sekolah

(X1)

Variabel ini didefinisikan sebagai

kegiatan untuk mempengaruhi

perolaku orang lain atau seni

mempengaruhi perilaku manusia baik

perseorangan maupun kelompok

2) Variabel Motivasi kerja (X2)

Variabel ini didefinisikan sebagai

daya penggerak untuk mencapai taraf

prestasi belajar yang setinggi

mungkin demi pengharapan kepada

dirinya sendiri.

3) Variabel kinerja Guru (Y)

Variabel ini didefinisikan sebagai

sesuatu yang dapat dicapai, prestasi

diperlihatkan atau kemampuan kerja.

Kinerja guru merupakan persiapan,

pelaksana dan pencapaian guru dalam

melaksanakan interaksi belajar

mengajar di kelas.

4. Instrument Penelitian

Indikator untuk instrument variable

manajerial kepala sekolah terdiri dari :

a) Gaya atau tipe kepemimpinan

b) Teknik pemecahan masalah dan

pengambilan keputusan

2. Perbuatan yang menjadi panutan

3. Perlakuan terhadap bawahannya

Indikator untuk instrument variable

motivasi kerja terdiri dari :

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi

motivasi

5. Ciri-ciri orang yang memiliki

motivasi tinggi

6. Fungsi motivasi

7. Motivasi dan kebutuhan

8. Jenis-jenis motivasi

Indikator untuk instrument kinerja

guru terdiri dari :

a) Unsur waktu

b) Unsur hasil

c) Unsur metode

5. Teknik Analisis Data

Setelah data terkumpul semuanya

maka langkah selanjutnya adalah

menganalisis data tersebut. Data yang

telah dikumpulkan diolah baik secara

manual maupun dengan menggunakan

bantuan komputer. Program yang

digunakan untuk membantu pengelolaan

data ini adalah program IBM SPSS

version 19.0 for windows.

D. HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

A. Pembahasan Pengaruh

Kepemimpinan Kepala Sekolah dan

Motivasi Secara Parsial Terhadap

Kinerja Guru

Page 126: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

Penelitian ini membuktikan bahwa

kepemimpinan kepala sekolah secara

parsial berpengaruh signifikan terhadap

kinerja guru, dilihat pada tabel 4.16 di

atas. Adapun hasil dari uji t tersebut

adalah :

1. Nilai t-hitung pada variabel

kepemimpinan kepala sekolah (X1)

sebesar 2,275 dengan tingkat

signifikan kurang dari 5% yaitu

0,029. Artinya variabel

kepemimpinan kepala sekolah (X1)

secara parsial berpengaruh signifikan

terhadap kinerja guru (Y).

2. Nilai t-hitung pada variabel motivasi

guru (X2) sebesar 2,417 dengan

tingkat signifikan kurang dari 5%

yaitu 0,024. Artinya variabel motivasi

mengajar (X2) secara parsial

berpengaruh signifikan terhadap

kinerja guru (Y).

B. Pembahasan Pengaruh

Kepemimpinan Kepala Sekolah dan

Motivasi Secara Simultan Terhadap

Kinerja Guru

Hasil penelitian ini membuktikan

bahwa kepemimpinan kepala sekolah

dan motivasi mengajar secara simultan

berpengaruh signifikan terhadap kinerja

guru, dilihat pada hasil uji F dengan nilai

sebesar 19,879 dengan nilai signifikansi

p = 0,000 lebih kecil dari 5%. Besarnya

pengaruh variabel kepemimpinan kepala

sekolah dan motivasi mengajar secara

simultan terhadap kinerja guru sebesar

51,8% sedangkan 48,2% dipengaruhi

oleh faktor-faktor lain selain variabel

dalam penelitian ini.

E. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis regresi

linier berganda dapat disimpulkan

sebagai berikut :

1. Rumusan masalah ke-1 dalam

penelitian ini sudah terjawab, karena

sesuai dengan hasil uji T yaitu nilai

Thitung pada variabel manajerial kepala

sekolah(X1) sebesar 2,275 dengan

tingkat signifikan kurang dari 5%

yaitu 0,029 yang artinya variabel

manajerial kepala sekolah (X1) secara

parsial berpengaruh signifikan

terhadap kinerja guru (Y).

2. Rumusan masalah ke-2 dalam

penelitian ini sudah terjawab, karena

sesuai dengan hasil uji T yaitu nilai

Thitung pada variabel motivasi kerja

(X2) sebesar 3,620 dengan tingkat

signifikan kurang dari 5% yaitu 0,001

yangartinya variabel motivasi kerja

(X2) secara parsial berpengaruh

signifikan terhadap kinerja guru (Y).

3. Rumusan masalah ke-3 dalam

penelitian ini sudah terjawab, karena

sesuai dengan hasil uji F yaitu nilai

Fhitung yang dihasilkan sebesar 19,879

dengan nilai signifikansi p = 0,000

lebih kecil dari 5% yang artinya

variabel manajerial kepala sekolah

(X1) dan motivasi kerja (X2) secara

simultan berpengaruh signifikan

terhadap kinerja guru (Y).

Page 127: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

B. Saran

1. Manajemen kepemimpinan kepala

sekolah yang efektif dengan

didukung motivasi berprestasi yang

tinggi akan menghasilkan kinerja

guru yang baik pula.

2. Guru dituntut lebih kreatif dalam

penggunaan media pembelajaran,

dengan begitu proses belajar

mengajar lebih efektif.

DAFTAR PUSTAKA

Afifuddin, 1984. Psikology Pendidikan Anak. Solo: Harapan Masa.

Sadiman, AM. 1986. Interaksi dan Motivasi Belajar. Jakarta ; Rajawali.

Alex Subur, 2003. Psikology Umum dalam Lintasan Sejarah. Bandung : Pustaka Setia.

Bakri Djamarah, S. 1995. Strategi Belajar Mengajar. Banjarmasin : Reneka Cipta.

Efendi, Usman. 1985. Pengantar Psikologi. Bandung : Angkasa.

Hikmat, 2009. Manajemen Pendidikan, Bandung : Pustaka Setia.

Ngalim Purwanto, 1995. Psikology Pendidikan , Bandung : PT. Remaja Rusada Karya.

Piet A. Sahertian. 1982. Prinsip dan Teknik Supervisi Pendidikan. Surabaya : PT. Usaha Nasional.

Arikunto, Suharsimi.1992. Prosedur penelitian, Yogyakarta : Reneka Cipta.

Subari. 1994. Supervisi Pendidikan dalam Rangka perubahan Situasi Belajar. Surabaya : Bumi Aksara.

Hadi, Sutrisno. 1985. Statistik I. Yogyakarta : Fakultas Psikology Universitas Gajah Mada .

Surachmad Winarno. 1989. Metodologi Pengajaran Nasional. Bandung : Jamarars.

Hadi Sutrisno. 1981. Meteodologi research. Yogyakarta.

Surachmad Winarno. 1975. Dasar dasar Teknik Research. Bandung : Jamarars.

Purwanto M. ngaim. 1991. Administarsi dan Supervisi Pendidikan. Bandung : Jamarars.

Sumadi Surayabrata. 1965. Psikologi Pendidikan Dan Evaluasi Belajar. Jakarta : Gramedia.

Winkel, WS. 1983. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta : Gramedia.

Mardiana, Zulfiyah. 1998. Motivasi Belajar. Surabaya : IKIP Surabaya.

Page 128: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

MODEL KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

UNTUK MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN

Suwarmi

Program Studi Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana, Universitas Gresik

ABSTRAK

Kepemimpinan di sekolah sering mengalami pergantian, sehingga sumber daya pendidikan di sekolah harus menyesuaikan. Bagaimana model kepemimpinan Kepala Sekolah yang efektif dan efisien sehingga bisa memberdayakan sumber daya pendidikan, bagaimanakah implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (School Based Management) diterapkan, dan bagaimanakah peningkatan mutu pendidikan di SMP Negeri 1 Benjeng Gresik.

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research), penelitian kualitatif, dengan strategi analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model kepemimpinan adalah model transformasional. Kepala sekolah memiliki kemampuan membangun komitmen guru dan karyawan dengan baik, pengambilan keputusan dilakukan dengan musyawarah, pola komunikasi terbuka, selalu memberikan bimbingan, supervisi terhadap kinerja pegawai, memberikan motivasi dan penghargaan kepada guru dan karyawan untuk selalu berprestasi dalam menjalankan tugasnya. Implementasi MBS di SMP Negeri 1 Benjeng Gresik berjalan dengan baik. Berbagai upaya dilakukan yaitu (a) mengoptimalkan peran serta guru, karyawan dan komite sekolah; (b) menghimpun berbagai bentuk partisipasi masyarakat melalui komite sekolah ; dan (c) menerapkan strategi pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM). Melalui model kepemimpinan yang efektif dan implementasi MBS yang baik, ternyata mampu mendorong peningkatan mutu pendidikan SMP Negeri 1 Benjeng Gresik. Mutu pendidikan di SMP Negeri 1 Benjeng Gresik mengalami peningkatan berdasarkan kriteria input, proses, output dan outcome.

Kata Kunci : Model Kepemimpinan, Manajemen Berbasis Sekolah, Mutu Pendidikan

ABSTRACT

Leadership at school often had change, this thing cause many obstade. Each principal had different model so the education resources ad school had to adjust. How is the effective and efficient resources, how is the school based management implementation applicated, and how the education quality upgrading at SMPN 1 Benjeng. This research is a field research while the research genre is Qualitative- Research. In analyzing data using descriptive analytic strategic model. The result of research shows that principal leadership is transformasional leadership model. The principal had skill and ability in building teacher and employee commintment well, decision withdrawal executed by asking opinion from the employee and teacher to be decided deliberately, always gives guidance/ supervision to the employee performance, gives motivation and reward to teacher and employee to always achieve the best in doing their tasks. MBS implementation at SMPN 1 Benjeng run smoothly well. Many effort done by the principal in such a maximum way, that are (a) optimizing teacher, employee and school committee participation; (b) collecting many kind of society participation through school committee; and (c) applying active, creative, effective and fun learning strategy. Through effective leadership model and good MBS implementation obviously able to encourage the increasing of education quality at SMPN 1 Benjeng. Education quality at SMPN 1 Benjeng Gresik had increase on input criteria, process, output and outcome. Keyword: Leadership Model, School Based Management, Education Quality

Page 129: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

I. PENDAHULUAN

I.1 Latar BelakangPendidikan merupakan salah satu

upaya yang bertujuan untuk

memanusiakan manusia, mendewasakan,

merubah perilaku, serta meningkatkan

kualitas hidup menjadi lebih baik.

Sebagaimana yang tertuang dalam

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional

bahwa Pendidikan Nasional yang

berdasarkan Pancasila dan UUD 1945

berfungsi mengembangkan kemampuan

dan membentuk watak serta peradaban

bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa,

bertujuan untuk mengembangkan potensi

peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertaqwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan

menjadi warga negara yang demokratis

serta bertanggung jawab.

Masalah pendidikan yang dihadapi

bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu

pendidikan pada setiap jenjang dan

satuan pendidikan, khususnya pendidikan

dasar dan menengah. Berbagai usaha

telah dilakukan untuk meningkatkan

mutu pendidikan nasional, antara lain

melalui perubahan kurikulum dari waktu

ke waktu, melaksanakan pelatihan dan

peningkatan kompetensi guru, pengadaan

buku dan alat pelajaran, perbaikan sarana

prasarana dan meningkatkan mutu

manajemen sekolah. Namun demikian,

indikator mutu pendidikan belum

menunjukkan peningkatan yang merata.

Ada tiga faktor yang menyebabkan

peningkatan mutu pendidikan tidak

merata, Sebagaimana dikemukakan oleh

(Drs.Umaedi.M.Ed. 2000), Faktor

pertama, kebijakan dan penyelenggaraan

pendidikan nasional menggunakan

pendidikan education production

function. Faktor Kedua, penyelenggaraan

pendidikan nasional secara sentralistik.

Faktor ketiga, peran serta masyarakat

kurang optimal.

Kepala sekolah merupakan tokoh

sentral dan pemimpin di dalam lembaga

pendidikan. Bagaimanapun baiknya

kurikulum dan tersedianya fasilitas

pembelajaran yang memadai, jika kepala

sekolah tidak mampu melaksanakan

tugasnya maka peningkatan mutu

pendidikan di sekolah sulit terwujud.

Keberhasilan kepala sekolah dalam

menjalankan kepemimpinan yang efektif,

akan mampu mendorong peningkatan

mutu pendidikan.

Kepemimpinan kepala sekolah

dalam melaksanakan MBS adalah salah

satu alternative kebijakan

desentralisasi pendidikan.

Kepemimpinan kepala sekolah dalam

era desentralisasi pendidikan memiliki

otonomi yang luas pada sekolah untuk

mencapai tujuan.

415

Page 130: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

Otonomi sekolah yang dimaksud

adalah kewenangan sekolah untuk

mengatur kepentingan warga sekolah

sesuai dengan perundang-undangan

nasional yang berlaku. Hal ini

didasarkan pada Undang-Undang RI

Nomor 22 Tahun 1999 tentang otonomi

daerah dan Undang-Undang RI Nomor

20 Tahun 2003 tentang sistem

pendidikan nasional. (UU RI No. 20

tahun 2005: Pasal 5 Ayat 1).

Melihat begitu besar peran kepala

sekolah dan begitu penting suatu

lembaga pendidikan mengatur diri

secara mandiri dengan menggunakan

manajemen berbasis sekolah, maka

perlu dilakukan penelitian dengan judul

“Model Kepemimpinan Kepala Sekolah

dalam Implementasi Manajemen

Berbasis Sekolah untuk Meningkatkan

Mutu Pendidikan”.

I.2 Fokus PenelitianMengacu kepada latar belakang

masalah di atas, maka fokus penelitian

ini adalah:

1) Bagaimana model kepemimpinan

Kepala Sekolah dalam Implementasi

Manajemen Berbasis Sekolah di SMP

Negeri 1 Benjeng Gresik ?

2) Bagaimana implementasi Manajemen

Berbasis Sekolah di SMP Negeri 1

Benjeng Gresik ?

3) Apakah dengan model kepemimpinan

Kepala Sekolah yang efektif dan

implementasi Manajemen Berbasis

Sekolah yang baik dapat

meningkatkan mutu pendidikan di SMP

Negeri 1 Benjeng Gresik?

I.3 Tujuan PenelitianTujuan Penelitian ini adalah:

1) Untuk mengetahui model

kepemimpinan Kepala Sekolah

dalam mengimplementasikan

Manajemen Berbasis Sekolah di

SMP Negeri 1 Benjeng Gresik.

2) Untuk mengetahui implementasi

Manajemen Berbasis Sekolah yang

dilaksanakan di SMP Negeri 1

Benjeng Gresik.

3) Untuk mengetahui apakah dengan

model kepemimpinan kepala

Sekolah yang efektif dan

implementasi Manajemen

Berbasis Sekolah yang baik dapat

meningkatkan mutu pendidikan di

SMP Negeri 1 Benjeng Gresik.

I.4 Manfaat PenelitianManfaat penelitian ini adalah:

1) Memberikan masukan kepada

kepala sekolah untuk menerapkan

model kepemimpinan yang efektif

dalam mengimplementasikan

manajemen berbasis sekolah

sehingga dapat meningkatkan mutu

pendidikan.

2) Sebagai pengembangan dan

penyebarluasan ilmu pengetahuan

tentang implementasi MBS dan

peran kepala sekolah dalam

manajemen berbasis sekolah.

416

Page 131: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

3) Sebagai bahan informasi bagi

kepala sekolah dan stakeholder

yang lain, untuk mengatasi

problematika yang sama dalam

implementasi MBS.

II. KAJIAN TEORI.II.1Kepemimpinan Kepala Sekolah

Kepemimpinan atau leadership dalam

pengertian umum menunjukkan suatu proses

kegiatan dalam hal memimpin, membimbing,

mengontrol perilaku, perasaan serta tingkah

laku terhadap orang lain yang ada dibawah

pengawasannya.

Menurut Wahjosumidjo (2002:83) Kepala

dapat diartikan ‘Ketua atau ‘Pemimpin’

dalam suatu organisai atau lembaga.

Sedangkan sekolah adalah sebuah lembaga

dimana menjadi tempat menerima dan

memberi pelajaran. Dengan demikian

pengertian kepala sekolah dapat didefinisikan

seorang tenaga professional guru yang diberi

tugas untuk memimpin suatu sekolah dimana

diselenggarakan proses belajar mengajar.

2.2 Model Kepemimpinan.

Model kepemimpinan yang dimaksud

adalah teori kepemimpinan dari pendekatan

perilaku pemimpin.

a. Model Kepemimpinan Fiedler.

Fiedler mengembangkan model

Kepemimpian Kontingensi yang Efektif

(a Contingency Model of Leadership

Effectiveness), bahwa kontribusi

pemimpin terhadap efektifitas kinerja

kelompok bergantung pada cara atau gaya

kepemimpinan (leadership style) dan

kesesuaian situasi (favourableness of the

situation) yang dihadapinya. Ada tiga

faktor utama yang mempengaruhi

kesesuaian situasi, ketiga faktor ini

selanjutnya mempengaruhi keefektifan

pemimpin. Ketiga faktor tersebut adalah

hubungan antara pemimpin dan bawahan

(leader-member relations), struktur tugas

(the task structure) dan kekuatan posisi

(position power).

b. Model Kepemimpinan Likert.

Menurut Likert, bahwa pemimpin itu

dapat berhasil jika menggunakan model

participative management, keberhasilan

pemimpin itu jika berorientasi pada

bawahan dan mendasarkan komunikasi.

Ada empat sistem kepemimpinan dalam

manajemen yaitu: Pertama, sistem

pemimpin dengan model otoriter

(ekspoitiveauthoritive). Kedua, sistem

pemimpin dengan model outokratis yang

baik hati (benevalent autthoritive).

Ketiga, model kepemimpinan yang

konsultatif. Keempat, model kelompok

berparsipatif (participative group). Model

kepemimpinan partisipatif disebut juga

kepemimpinan demokratis.

Dibawah kepemimpinan demokratis,

bawahan cenderung bermoral tinggi,

dapat bekerja sama, mengutamakan mutu

kerja dan dapat mengarahkan diri sendiri

(Rivai, 2006:61).

c. Model Kepemimpinan Situasional

Kepemimpinan situasional adalah

perilaku seorang pemimpin

berdasarkan tiga hal: kekuatan dalam

diri pemimpin, kekuatan dalam diri

orang-orang yang dipimpin dan

kekuatan dalam situasi. Pimpinan

perlu mengubah model

417

Page 132: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

kepemimpinan sesuai dengan

perkembangan setiap tahap.

Pada tahap awal, ketika bawahan

pertama kali memasuki organisasi,

model kepemimpinan yang

berorientasi tugas paling tepat. Pada

tahap dua, bawahan belum mampu

menerima tanggungjawab yang

penuh. Namun kepercayaan dan

dukungan pimpinan terhadap

bawahan dapat meningkat sejalan

dengan makin akrabnya dengan

bawahan. Pada tahap ketiga,

kemampuan dan motivasi prestasi

bawahan meningkat dan bawahan

secara aktif mencari tanggungjawab

lebih besar. Pada tahap empat

bawahan sudah mampu berdiri sendiri

dan tidak memerlukan atau

mengharapkan pengarahan yang detil

dari pimpinannya. Pelaksanaan model

kepemimpinan situasional sangat

tergantung dengan kematangan

bawahan, sehingga perlakuan

terhadap bawahan tidak akan sama

baik dilihat dari umur atau masa kerja.

d. Model Kepemimpinan

Transformasional.

Kepemimpinan transformasional

merupakan model kepemimpinan

yang mengutamakan pemberian

kesempatan dan atau mendorong

semua unsur yang ada dalam sekolah

untuk bekerja atas dasar sistem nilai

yang luhur, sehingga semua unsur

yang ada di sekolah (guru, siswa,

pegawai, orang tua siswa, masyarakat

dan sebagainya) bersedia tanpa

paksaan, berpartisipasi secara optimal

dalam rangka mencapai tujuan

sekolah. Ciri model kepemimpinan

transformasional menurut Luthans

adalah: (1) mengidentifikasi dirinya

sebagai agen pembaharuan; (2)

memiliki sifat pemberani; (3)

mempercayai orang lain; (4) bertindak

atas dasar sistem nilai; (5)

meningkatkan kemampuan secara

terus menerus; (6) memiliki

kemampuan untuk menghadapi situasi

yang rumit, tidak jelas dan tidak

menentu; serta (7) memiliki visi ke

depan.

Bass (1990) model kepemimpinan

transformasional terdiri atas:  .

1) Karismatik ( Idealized

Influence ) memiliki integritas

perilaku (behavioral integrity)

atau kesesuaian antara perkataan

dan tindakan.

2) Inspirasional (Inspirational

Motivation). Pemimpin mampu

mengkomunikasikan suatu visi

yang menarik.

3) Stimulasi Intelektual

(Intellectual Stimulation).

Pemimpin melalui stimulasi

intelektual, kreativitas anggota

dirangsang, dan mendorong

untuk menemukan solusi bagi

418

Page 133: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

pemecahan masalah- masalah

lama dengan prespektif baru.

4) Perhatian Secara Individual

(Indivualized Consideration).

Pemimpin memberi dukungan

pada anggota secara individual.

2.3 Manajemen Berbasis Sekolah

(MBS)

Manajemen Berbasis Sekolah

(MBS), dalam Bahasa Inggris

School Based Management.

Manajemen Berbasis Sekolah dapat

diartikan sebagai model manajemen

yang memberikan otonomi lebih

besar kepada sekolah dan

mendorong pengambilan keputusan

parsitipatif yang melibatkan secara

langsung semua warga sekolah

(guru, siswa, kepala sekolah,

karyawan, orang tua siswa,dan

masyarakat) untuk meningkatkan

mutu sekolah berdasarkan kebijakan

pendidikan nasional.

2.4 Mutu Pendidikan

Pengertian mutu dalam Kamus

Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

diartikan sebagai kualitas, taraf atau

derajat (kepandaian, kecerdasan,

dsb).

Mutu dibidang pendidikan meliputi

input, proses, output, dan outcome,

yaitu:

1) Input pendidikan dinyatakan

bermutu apabila telah

berproses.

2) Proses pendidikan bermutu jika

mampu menciptakan suasana

yang aktrif, kreatif dan juga

menyenangkan.

3) Output dinyatakan bermutu jika

hasil belajar dalam bidang

akademik dan nonakademik

siswa tinggi.

4) Outcome dinyatakan bermutu

apabila lulusan cepat terserap di

dunia kerja, gaji yang wajar,

dan semua pihak mengakui

kehebatannya lulusannya dan

merasa puas.

III. METODE PENELITIAN.1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

adalah desain penelitian deskriptif

2. Lokasi Penelitian di SMP Negeri 1

Benjeng Gresik.

3. Sumber Data dan Sampel Penelitian

terdiri dari :a) Data Primer, yaitu wawancara

dengan kepsek, guru dan pengurus

komite sekolah.

b) Data Sekunder, yaitu dokumen foto,

CD, disket, buku dan lain-lain.

4. Teknik Pengumpulan Data adalah :

a) Studi Kepustakaan dan

Dokumen.

b) Wawancara.

c) Pengamatan (Observasi).

419

Page 134: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

5. Teknik Analisis Data dilakukan dua

tahap, yaitu tahap analisis di

lapangan dan analisis setelah dari

lapangan. Tahap analisis data

sebagai berikut:

1) Melakukan analisis awal apabila

data yang terkumpul telah

memadai.

2) Mengembangkan reduksi data

temuan.

3) Melakukan analisis data temuan.

4) Mengadakan pengayaan dan

pendalaman data.

5) Merumuskan kesimpulan akhir.

6) Mempersiapkan penyusunan

laporan penelitian

IV. PAPARAN DAN TEMUAN

HASIL PENELITIANIV.1Analisis Model Kepemimpinan

Kepala Sekolah yang Efektif

Model kepemimpinan kepala SMP

Negeri 1 Benjeng Gresik menerapkan

model kepemimpinan transformasional.

Model kepemimpimpinan ini dianggap

efektif karena mampu

mentransformasikan ide atau gagasan

dari semua unsur dan tingkatan dalam

organisasi sekolah. Indikator kriteria

model kepemimpinan yang efektif

adalah:

1) Membangun Komitmen.

Dalam membangun komitmen bersama,

kepala sekolah melakukan upaya-upaya

sebagai berikut:

a. Melakukan pembinaan setiap hari senin

untuk mengevaluasi kegiatan selama 1

minggu dan menggali masukan dari

guru dan karyawan

b. Melaksanakan rapat dinas yang

biasanya membahas segala kegiatan

yang akan dilaksanakan dan membahas

program sekolah secara umum. .

c. Memberi kepercayaan penuh pada guru

dan staf untuk melaksanakan tugas

sesuai job description masing-masing.

2) Pengambilan Keputusan.

Kepala sekolah dalam mengambil

keputusan sifatnya terbuka. Kepala

sekolah terlebih dahulu bermusyawarah

dengan semua unsur yang ada di

sekolah (guru, karyawan dan komite

sekolah)

3) Pola Komunikasi.

Pola komunikasi yang diterapkan

kepala sekolah sangat fleksibel. Artinya

komunikasi yang dilakukan bisa dua

arah atau multi arah sehingga

komunikasi bisa berjalan secara formal

maupun informal. .

Bentuk komunikasi yang demikian

menjadikan seseorang menyadari

dengan sendirinya tanpa ada paksaan,

sehingga merasa enjoy dalam

melaksanakan tugasnya.

4) Bentuk pengawasan.

Kepala sekolah melakukan

pengawasan, pembinaan atau

bimbingan kepada guru dan tenaga

kependidikan. Pengawasan atau

supervisi yang dilakukan adalah terkait

420

Page 135: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

dengan administrasi, kunjungan kelas,

supervisi klinis dan memberi tindak

lanjut.

5) Motivasi dan Penghargaan.

Kepala sekolah sering memberikan

motivasi kepada guru dan karyawan

terutama terkait dengan fungsi dan

tugas mereka di sekolah. Motivasi

diberikan baik pada saat forum resmi

maupun non formal.

4.2. Analisis Implementasi MBS di

SMP Negeri 1 Benjeng

Implementasi MBS di SMP Negeri

1 Benjeng Gresik terdiri dari input,

proses dan output. Berdasarkan hasil

observasi di lapangan bahwa input yang

dimiliki SMP Negeri 1 Benjeng sangat

baik. Sekolah memiliki visi, misi,

tujuan dan sasaran yang terukur dengan

jelas. Struktur organisasi sangat

proporsional (the right man on the right

place) sesuai dengan skill/ kemampuan

masing-masing. Pada aspek proses,

sekolah melaksanakan MBS dengan

menerapkan strategi pengambilan

keputusan secara terbuka dengan

musyawarah yang melibatkan semua

unsur sekolah (guru, karyawan, wali

siswa, komite sekolah).. Berkaitan

dengan output, SMP Negeri 1 Benjeng

termasuk sekolah yang memiliki

banyak prestasi baik dibidang akademik

maupun non akademik. Disamping itu

pada kurun tiga tahun terakhir jumlah

siswa yang lulus mencapai 100% dan

rata-rata memiliki nilai UN yang baik

serta diterima di sekolah favorit di

Gresik dan sekitarnya. Hal ini

membuktikan bahwa SMP Negeri 1

Benjeng memiliki output yang

berkualitas dan mendapatkan

pengakuan dari masyarakat sekitar.

4.3. Analisis Peningkatan Mutu

Pendidikan di SMPN 1 Benjeng

Gresik.

Berdasarkan hasil observasi,

wawancara dan dokumentasi, model

kepemimpinan kepala sekolah SMP

Negeri 1 Benjeng Gresik ternyata

membawa dampak pada penerimaan

siswa-siswi yang terus mengalami

peningkatan dari tahun ketahun. Hal ini

dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut:

Tabel 4.2

Data Lulusan Siswa SMP Negeri 1 Benjeng

(3 Tahun Terakhir)

No

Tahun L P Jml

Prosen

Lulus

1 2011/’1

2

10

0

86 186 100%

2 2012/’1

3

10

2

11

3

215 100%

421

Page 136: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

3 2013/’1

4

12

4

12

8

252 100%

Proses pendidikan bermutu jika mampu

menciptakan suasana yang aktif, kreatif dan

juga menyenangkan. Penerapan

pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan

Menyenangkan (PAKEM) telah

dilaksanakan dengan baik oleh para guru

dengan fasilitasi yang telah dilakukan oleh

kepala sekolah sebagai leader.

Output dinyatakan bermutu jika hasil

belajar dalam bidang akademik dan non

akademik siswa tinggi.  Pembinaan,

pengawasan dan pemberian reward yang

dilakukan oleh kepala sekolah membuat

guru semakin semangat dalam

melaksanakan tugasnya. Sehingga secara

tidak langsung berdampak pada kualitas

pembelajaran di kelas, yang pada akhirnya

para siswa berhasil dalam bidang akademik

dan non akademik.

Peningkatan Jumlah Lulusan Terbaik dan

Pengakuan dari Masyarakat (Outcome)

Peningkatan jumlah lulusan terbaik dan

pengakuan dari masyarakat termasuk salah

satu indikator sekolah memiliki mutu

pendidikan yang baik. Lulusan SMP

Negeri 1 Benjeng Gresik rata-rata memiliki

hasil nilai UN yang memuaskan dan

dinyatakan lulus 100%. Sehingga dari

sekian lulusan tersebut banyak yang

diterima di sekolah favorit di Gresik dan

sekiktarnya.

4.4 Analisis Relevansi Model

Kepemimpinan Kepala Sekolah

yang Efektif dan Implementasi

MBS yang Baik Terhadap

422

Page 137: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

Peningkatan Mutu Pendidikan

di SMP Negeri 1 Benjeng Gresik.

Model kepemimpinan kepala

sekolah yang efektif memberikan

pengaruh secara langsung terhadap input,

proses dan output sekolah. Input siswa

semakin meningkat atau stabil dari tahun

ke tahun, proses pengambilan kebijakan

dan pengelolaan lembaga sangat

transformative membuat guru dan

karyawan semangat dalam melaksanakan

fungsi dan tugasnya sehingga hal ini

membawa dampak positif pada output

siswa yang berprestasi di bidang

akademik maupun non akademik.

Penerapan manajemen berbasis sekolah

(MBS) sebagai bagian dari system

manajemen yang efektif secara tidak

langsung memudahkan dalam

melaksanakan proses penyelenggaraan

pendidikan di sekolah. Berdasarkan

kajian atau analisis data yang sudah

dipaparkan di atas, maka dapat diambil

kesimpulan bahwa ada relevansinya

model kepemimpinan kepala sekolah

yang efektif dan implementasi MBS yang

baik terhadap peningkatan mutu

pendidikan.

V. PENUTUP5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan

pembahasan yang sudah diuraikan, maka

dapat diperoleh kesimpulan sebagai

berikut:

1. Model kepemimpinan kepala sekolah di

SMP Negeri 1 Benjeng Gresik adalah

model kepemimpinan transformasional.

Kepala SMP Negeri 1 Benjeng Gresik

memiliki skill/ kemampuan dalam

membangun komitmen guru dan

karyawan dengan baik, pengambilan

keputusan dilakukan dengan meminta

pendapat dari bawahan untuk

diputuskan secara musyawarah,

melakukan pola komunikasi yang

terbuka terhadap bawahan, selalu

memberikan bimbingan/ supervise

terhadap kinerja pegawai, memberikan

motivasi dan penghargaan kepada guru

dan karyawan untuk selalu berprestasi

dalam menjalankan tugasnya.

2. Implementasi MBS di SMP Negeri 1

Benjeng Gresik berjalan dengan baik.

Berbagai upaya dilakukan kepala

sekolah sangat maksimal yaitu (a)

mengoptimalkan peran serta guru,

karyawan dan komite sekolah; (b)

menghimpun berbagai bentuk

partisipasi masyarakat melalui komite

sekolah dengan mekanisme yang baik;

dan (c) menerapkan strategi

pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif

dan menyenangkan (PAKEM).

3. Melalui model kepemimpinan yang

efektif dan implementasi MBS yang

baik, ternyata mampu mendorong

peningkatan mutu pendidikan SMP

Negeri 1 Benjeng Gresik. Mutu

pendidikan di SMP Negeri 1 Benjeng

Gresik mengalami peningkatan

berdasarkan kriteria input, proses,

output dan outcome yang berlangsung

dengan baik.

5.2 Saran-Saran

423

Page 138: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

1. Kepada pimpinan SMP Negeri 1

Benjeng Gresik dapat menggunakan

hasil penelitian ini untuk terus

mengembangkan lembaga yang

dipimpinnya dengan model

kepemimpinan yang efektif.

Disarankan agar prestasi yang sudah

dicapai sekarang ini dapat

dipertahankan dan ditingkatkan dari

tahun ke tahun.

2. Kepada semua pemimpin di lembaga

pendidikan manapun, disarankan untuk

menjadikan hasil penelitian ini sebagai

salah satu pedoman dalam memimpin

sekolahnya. Perlu kiranya

dikembangkan manajemen yang sehat

sesuai dengan tujuan pendidikan

nasional agar masa depan pendidikan di

Indonesia lebih baik lagi. Salah satu

manajemen yang relevan dengan

peningkatan mutu pendidikan adalah

MBS.

DAFTAR PUSTAKA

A.Hamdan Dimyati. 2014. Model

Kepemimpinan dan Sistem

Pemgambilan Keputusan,

Bandung : Pustaka Setia

Daryanto dan Mohammad Farid. 2013.

Konsep Dasar Manajemen

Pendidikan di Sekolah,

Yogyakarta : Gava Media

Departemen Pendidikan Nasional. 2001.

Kamus Besar Bahasa Indonesia,

Jakarta: Balai Pustaka.

Larry J, Raynolds. 2005. Kiat sukses

Manajemen Berbasis Sekolah,

Jakarta: Diva Pustaka.

Mulyasa E. 2005. Manajemen berbasis

Sekolah, Bandung: Remaja

Rosdakarya

Pidarta Made. 2004. Manajemen

Pendidikan Indonesia, Jakarta :

PT. Rineka Cipta.

Suparlan. 2014. Manajemen Berbasis

Sekolah, Jakarta : Bumi Aksara

Wahjosumidjo. 2011. Kepemimpinan

Kepala Sekolah, Jakarta : Raja

Grafindo Persada

http://suparlan.com [7/3/15]

http://kbbi.web.id/ [ 9/3/15]

http://tulisanterkini.com/artikel/[18/4/15]

424

Page 139: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

425

Page 140: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

ANALISIS PENGARUH HARGA DAN PROMOSI TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PONSEL ANDROID SAMSUNG

(Studi Kasus Pada Konter Acc Cell Gresik)

Achmad SolehProgram Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Gresik

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh harga dan promosi terhadap terhadap keputusan pembelian ponsel Android Samsung. Penelitian ini dilakukan berdasarkan observasi awal di lapangan dan didapatkan sebuah masalah bahwa terjadi fluktuatif jumlah penjualan ponsel Android Samsung, penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda dengan program SPSS. Sampel penelitian yang digunakan sebanyak 873 responden dengan metode purposive sampling. Penelitian dilakukan dengan pembagian kuesioner yang berisi pertanyaan tertutup. Hasil dari penelitian tersebut bahwa harga dan promosi mempengaruhi keputusan pembelian. Dikatakan demikian karena berdasarkan hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki nilai skala sikap yang tinggi responnya terhadap variabel-variabel tersebut. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa diantar variabel harga dan promosi secara parsial berpengaruh terhadap keputusan pembelian, dan variabel yang lebih dominan adalah variabel harga terhadap keputusan pembelian ponsel Android Samsung.

Kata Kunci : Harga, promosi, keputusan pembelian.

I. PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang Masalah

Seiring dengan perkembangan zaman, juga semakin maraknya pengguna ponsel maka banyak merek dan type baru yang bermunculan yang di tawarkan kepada konsumen, mulai dari ponsel buatan China sampai pada buatan Amerika yang masing-masing produk mempunyai kualitas keunggulan tersendiri yang menarik minat konsumen. Kotler dan Amstrong (2004:347) menyebutkan bahwa “kualitas produk adalah kemampuan suatu produk untuk melakukan fungsi-fungsinya meliputi daya tahan, keandalan, ketepatan, kemudahan operasi dan perbaikan, serta atribut bernilai lainnya”. Tidak hanya berujung pada kualitas produk saja, tampilan desain dan fitur-fitur yang menarikpun di sajikan pada ponsel masa kini, Sebagai pembeda produk satu dengan produk yang lainnya. Kotler (2004;332) berpendapat bahwa “desain merupakan totalitas keistimewaan yang mempengaruhi penampilan dan fungsi suatu produk dari segi kebutuhan konsumen”. Semakin banyak tampilan fitur yang di sajikan di ponsel maka semakin sangat berbeda pula merek ponsel tersebut.

Ponsel Android adalah salah satu jenis ponsel yang terbaru di pasarkan di pasaran pada awal 2010, sehingga mampu menarik minat beli konsumen dan mengungguli ponsel yang sebelumnya. Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian konsumen yaitu harga dan promosi.

Promosi, pada pemasaran modern seperti sekarang ini, merupakan suatu faktor yang menentukan keberhasilan dalam memasarkan suatu produk. Produk akan dapat dipasarkan secara luas apabila promosi yang dilakukannya mencakup area yang luas pula. Berbicara mengenai promosi adalah berbicara mengenai bagaimana kita mengkomunikasikan produk yang kita tawarkan, oleh sebab itu ada ada anggapan bahwa komunikasi yang baik akan mencerminkan kualitas produk yang kita tawarkan.

Promosi sebagai penunjang untuk meningkatkan pembelian. Menurut Saladin (2002:123) Promosi adalah suatu komunikasi informasi penjual dan pembeli yang bertujuan untuk merubah sikap dan tingkah laku pembeli, yang tadinya tidak mengenal menjadi mengenal sehingga menjadi pembeli dan tetap mengingat

426

Page 141: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

produk tersebut. Promosi sebagai sarana penunjang pemasaran barang dan jasa sudah dikenal efektifitasnya. Permasalahannya yaitu jika cara atau metode promosi yang digunakan tepat, promosi diharapkan dapat meningkatkan volume penjualan suatu produk. Promosi merupakan informasi atau komunikasi yang dipergunakan oleh pengusaha dalam memperkenalkan dan menawarkan produk kepada masyarakat, karena melalui promosi dapat juga memikat sampai ke tingkat memberikan dorongan dapat membeli sehingga dapat meningkatkan hasil penjualan perusahaan.

Ada faktor lain yang memengaruhi keputusan pembelian konsumen yaitu harga. Menurut Kotler (2008:266) harga adalah sejumlah uang yang dibebankan atas suatu produk, atau jumlah dari nilai yang ditukar konsumen atas manfaat-manfaat karena memiliki atau menggunakan produk tersebut. Semakin terjangkau harga suatu produk maka konsumen akan semakin tertarik dan melakukan keputusan pembelian terhadap produk yang bersangkutan. Oleh sebab itu harga dan promosi merupakan hal yang dipikirkan bagi setiap perusahaan agar tetap bisa menguasai pangsa pasar terhadap perubahan yang ada, sehingga perubahan yang terjadi yang awalnya adalah sebuah ancaman bagi para pengusaha ternyata merupakan sebuah peluang untuk bisa mengembangkan produk sesuai keinginan pasar dan memperoleh keuntungan yang besar bagi perusahaan.

Pengertian akan perilaku konsumen sangat diperlukan, apalagi pada saat ini teknologi komunikasi (ponsel) semakin cepat berkembang, jadi sudah menjadi kewajiban bagi pihak pemasar agar lebih mengerti akan perilaku konsumen, supaya produknya tetap bisa di terima oleh konsumen.

Demikian halnya pada konter Acc Cell beralatkan di Jln. Faqih Usman No.14 Gresik, bergerak pada bidang penjualan ponsel, dalam proses penjualan banyak di hadapkan dengan pesaing pesaingnya. Dalam upaya beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang terjadi, konter Acc Cell senantiasa melakukan berbagai upaya agar bisa meningkatkan hasil penjualan. Data penjualan ponsel Android Samsung 4 tahun terakhir mulai dari tahun 2010 sampai dengan 2014 adalah 873 Uniit

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan menyajikan dalam suatu karya ilmiah yang berjudul :“ Analisis Pengaruh Harga dan Promosi Terhadap Keputusan Pembelian Ponsel Android Samsung. (Studi Kasus Pada Konter Acc Cell Gresik)”.

1.2 Perumusan MasalahBerdasarkan latar belakang yang di

paparkan, maka permasalahan pokok dalam penulisan ini adalah :1. Apakah harga secara parsial

berpengaruh terhadap keputusan pembelian ponsel Android Samsung ?

2. Apakah promosi secara parsial berpengaruh terhadap keputusan pembelian ponsel Android Samsung ?

3. Apakah promosi dan harga secara simultan berpengaruh pada keputusan pembelian ponsel Android samsung?

1.3 Tujuan PenelitianAgar penelitian ini tidak melebar

maka ada tujuan penelitian yang akan penulis bahas, yaitu:

1. Untuk mengetahui apakah harga secara parsial berpengaruh terhadap keputusan pembelian ponsel Android Samsung ?

2. Untuk mengetahui apakah promosi secara parsial berpengaruh terhadap keputusan pembelian ponsel Android Samsung ?

3. Untuk mengetahui apakah harga dan promosi secara simultan berpengaruh terhadap keputusan pembelian ponsel Android Samsung?

1.4 Manfaat PenelitianDengan adanya penelitian ini penulis

berharap dapat memberikan manfaat:1. Bagi perusahaan, hasil penelitian ini

dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk perusahaan supaya dapat menyusun langkah-langkah yang efektif dalam hal pemasaran ponsel.

2. Bagi penulis, sebagai syarat menyelesaikan pendidikan, menambah ilmu pengetahuan didalam bidang ilmu manajemen pemasaran, dan melatih penulis dalam penerapan teori-teori yang di dapat dari perkuliahan.

3. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini dapat di gunakan untuk bahan referensi dan perbandingan untuk penelitian selanjutnya.

427

Page 142: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

II. TINJAUAN PUSTAKA2.1 Pemasaran

Kotler dan Keller edisi 13 (2009:5) Asosiasi Pemasaran Amerika (AMA) menawarkan definisi formal berikut: Pemasaran adalah satu fungsi organisasi dan seperangkat proses untuk menciptakan, mengomunikasikan, dan menyerahkan nilai kepada pelanggan dan mengelola hubungan pelanggan dengan cara yang menguntungkan organisasi dan para pemilik sahamnya. Sedangkan Tjiptono (2002:7) memberikan definisi pemasaran adalah:Suatu proses sosial dan manajerial dimana individu atau kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan, penawaran, dan pertukaran segala sesuatu yang bernilai dengan orang atau kelompok lain.

2.2 HargaMenurut Kotler dan Armstrong (2008:345) mendefinisikan harga sebagai berikut “Harga adalah sejumlah uang yang harus dibayarkan konsumen untuk memperoleh suatu produk.” Sedangkan menurut Tjiptono (2002:151) adalah : harga merupakan satuan moneter atau ukuran lainnya (termasuk barang dan jasa lainnya) yang ditukarkan agar memperoleh hak kepemilikan atau penggunaan suatu barang dan jasa.Selanjutnya menurut Saladin(2008:95) mengemukakan bahwa harga adalah sejumlah uang sebagai alat tukar untuk memperoleh produk atau jasa atau dapat juga dikatakan penentuan nilai suatu produk dibenak konsumen.

2.3 Promosi Menurut Kotler (2000:81) menyatakan aktivitas promosi merupakan usaha pemasaran yang memberikan berbagai upaya intensif jangka pendek untuk mendorong keinginan mencoba atau membeli suatu produk atau jasa. Seluruh kegiatan promosi bertujuan untuk mempengaruhi perilaku pembelian, tetapi tujuan promosi yang utama adalah memberitahukan, membujuk dan mengingatkan.Sedangkan menurut Kismono (2001:374), promosi adalah usaha yang dilakukan oleh pemasar untuk mempengruhi pihak lain agar berpartisipasi dalam kegiatan pertukaran.

2.4 Keputusan PembelianMenurut Buchari Alma (2013:104) ada beberapa tahap pengambilan keputusan membeli yaitu:1. Need Recognition (pengenalan

kebutuhan)2. Information Search (pencarian

informasi)3. Evaluation of Alternative (evaluasi

alternatif)4. Purchase Decision (keputusan

membeli)

Model Kerangka Konseptual

III. METODE PENELITIAN

Analisis Kuantitatif yaitu data yang menggunakan perhitungan atau metode statistik untuk mengolah data yang diperoleh. Umar (1999) didalam buku Danang Sunyoto (2013:143). Data yang diperoleh dari perhitungan kuesioner yang akan dilakukan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.Sedangkan jenis data yang digunakan adalah:Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden pengguna ponsel Android Samsung, meliputi karakteristik responden dan persepsi responden terhadap sejumlah pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner penelitian.Data Sekunder adalah data yang diterbitkan atau digunakan organisasi yang bukan pengelolahnya Soeratno dan Lincolin Arsyad didalam buku Danang Sunyoto 2013:141. Data ini diperoleh dari konter Acc Cell yang berupa catatan, serta dokumen yang ada hubungannya dengan obyek penelitian.Populasi dalam penelitian ini adalah pembeli ponsel android samsung pada konter Acc Cell Gresik. Sugiono (2004:122) adapun teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah metode purposive sampling, Teknik ini didasarkan atas ciri – ciri atau sifat tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri – ciri populasi yang sudah ditetapkan.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

428

Harga

(X 1) Keputusan pembelian ponsel Android Samsung

( Y )Promosi

(X 2)

Page 143: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

Bahwa seluruh variabel independen (harga dan promosi) secara bersama-sama mampu menjelaskan perubahan variabel dependen (keputusan pembelian) sebesar 24.3% sedangkan sisanya sebesar 75,7% diperoleh dari (100% - 24,3% = 75,7%), yang dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti.Nilai R multiple (koefisien korelasi berganda) sebesar 0,493 artinya hubungan antara variabel X1 dan X2 secara bersama-sama dengan variabel dependen Y terikat sama kuat.

Berdasarkan perhitungan diperoleh t-hitung sebesar 1,769 < t-tabel sebesar 1,988, maka Ho diterima dan Ha ditolak pada level signifikansi 5%. Kesimpulan secara parsial variabel Promosi (X2) tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel keputusan pembelian konsumen (Y). Dari kedua variabel, hanyan variabel promosi memberikan pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian. Berarti semakin tinggi penilaian variabel harga mengakibatkan semakin tinggi keputusan pembelian ponsel Android Samsung. Ini berarti faktor harga merupakan dasar pertimbangan konsumen sebelum memutuskan membeli ponsel Android Samsung. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji koefisien parsial variabel harga 0,391 atau 39,1 % dan variabel promosi hasil uji koefisien parsial sebesar 0,182 atau 18,2%. Dalam penelitian ini juga dapat disimpulkan bahwa variabel harga yang berpengaruh paling kuat terhadap keputusan pembelian dengan hasil uji koefisien parsial sebesar 0,391 atau 39,1 %.V. KESIMPULAN DAN SARAN5.1 KesimpulanBerdasarkan hasil penelitian mengenai analisis pengaruh harga dan promosi terhadap keputusan pembelian ponsel Android Samsung yang telah dibahas serta perhitungan-perhitungan statistik yang dilakukan, maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Dari hasil analisis diperoleh persamaan regresi bahwa :Y = 2,162 + 0,348 X1 + 0,147 X2

a) Semua variabel harga dan promosi berpengaruh terhadap keputusan pembelian ponsel Android Samsung dan nilainya positif.

b) Variabel yang lebih dominan berpengaruh terhadap keputusan pembelian ponselAndroid Samsung adalah variabel faktor harga, hal ini ditunjukkan oleh koefisien regresi yang lebih besar dibandingkan dengan koefisien promosi.

2. Koefisien determinasi (R2) = 0,243. Hal ini menunjukkan bahwa sebesar 24,3% keputusan pembelian konsumen dapat dijelaskan oleh variabel (harga dan promosi), sedangkan sisanya (100% - 24,30% = 75,7%) dijelaskan faktor-faktor lain yang tidak diteliti.

3. Uji F dari tiap variabel X diperoleh harga dan promosi secara simultan berpengaruh terhadap keputusan pembelian ponselAndroid Samsung.

4. Uji t dari tiap variabel X (faktor-faktor) diperoleh harga dan promosi secara parsial masing-masing berpengaruh terhadap variabel keputusan pembelian ponselAndroid Samsung, dan yang paling dominan adalah variabel harga

5.2 SaranBeberapa saran yang dapat diajukan berkaitan dengan kesimpulan adalah sebagai berikut :

1. Disarankan kepada pemilik konter Acc Cell harus selalu melakukan upaya terus-menerus untuk mengetahui perkembangan dan keinginan konsumen terhadap produk ponsel Android Samsung, karena dari hasil penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa harga dan promosi berpengaruh terhadap keputusan pembelian. dan faktor yang dominan berpengaruh adalah harga. Maka dari itu konter Acc Cell harus lebih memperhatikan faktor harga yang meliputi: a.Kemampuan daya beli konsumen,

terutama dikalangan remaja yang berusia 21 – 30 tahun. Karena dari hasil klasifikasi responden yang telah diteliti diketahui usia tersebut banyak menggunakan ponsel Android Samsung.

b. Persaingan harga, dengan banyaknya pesaing disarankan kepada perusahaan yaitu konter Acc Cell, dapat mengambil langkah-langkah untuk merancang ulang, dan mengubah harga sesuai dengan situasi ekonomi target pasar yang telah

429

Page 144: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

ditentukan, agar konsumen memilih untuk membeli.c. Harga sesuai kualitas. Konter Acc Cell

harus jelih dalam pembelian ponsel Samsun di konter resmi Samsung, karena harga yang di tawarkan konter pada konsumen harus sesuai dengan kualitas ponsel tersebu. Untuk itu ketiga hal tersebut perlu diperhatikan oleh perusahaan agar dapat diterima oleh konsumen dengan baik.

2. Untuk peneliti selanjutnya, disarankan memasukkan faktor-faktor lain yang mempengaruhi konsumen dalam keputusan pembelian agar hasilnya lebih maksimal.

VI. DAFTAR PUSTAKA

Alma, Buchari. 2013. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Edisi Kesepuluh. Alfabeta. Bandung.

Fandy Tjiptono. 2002. Strategi Pemasaran. Edisi kedua. Cetakan keenam. Penerbit. Andy Yogyakarta.

Kismono, Gugup. 2001. Pengantar Bisnis. Edisi Pertama. Yogyakarta. BPFE.

Kotler, Philip. 2000. Manajemen Pemasaran. Jilid 2. Bumi Aksara. Jakarta

Kotler, Philip dan Keller, Kevin. 2009. Manajemen Pemasaran. Edisi Keduabelas. Cetakan ke IV. Penerbit Indeks.

Kotler, Philip & Amstrong, 2004, Prinsip-Prinsip Pemasaran, Edisi Kesembilan, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Kotler, Philip & Amstrong, Garry. 2008. Prinsip – Prinsip Pemasaran. Edisi 12. Jilid 1. Erlangga. Jakarta.

Koler, Philip dan Keller, Kevin Lane. 2009. Manajemen Pemasaran. Jilid 1. Edisi ketigabelas. Penerbit Erlangga. Jakarta.

H. Saladin, Djaslim, SE. 2002. Intisari Pemasaran dan Unsur-Unsur Pemasaran. Bandung : Linda Karya

Saladin, D. 2008. Manajemen Pemasaran Analisis, Perencanaan, Pelaksanaan, dan Pengendalian. Linda Karya. Bandung.

Sunyoto, Danang. 2011. Metodologi Penelitian Ekonomi. Cetakan Pertama. Penerbit CAPS. Yogyakarta.

Sugiyono.2004. Metode Penelitian Bisnis.Bandung: CV. Alfabeta.

430

Page 145: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN PADA POLI SPESIALIS PENYAKIT DALAM DI RUMAH SAKIT PETROKIMIA

DRIYOREJO GRESIK

Gigih KudhoriProgram Studi Ekonomi Manajemen, FK. Ekonomi, Universitas Gresik

ABSTRAK

Rumah sakit adalah sebagai salah satu sarana kesehatan untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dan memiliki peran yang sangat penting dalam mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Hal ini menuntut rumah sakit untuk meningkatkan kualitas pelayanan yang lebih baik. Dengan memberikan pelayanan yang baik akan menciptakan kepuasan bagi para konsumennya.

Tujuan dari penelitian yang penulis lakukan adalah untuk mengetahui pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan pasien di Poliklinik Rawat Jalan pada poli Penyakit Dalam Rumah Sakit Petrokimia Driyorejo Gresik.

Penelitian ini dilakukan di lokasi Rumah Sakit Petrokimia Driyorejo Gresik. Sampel penelitian ini berjumlah 95 responden dengan metode pengambilan sampling Convenience Sampling (Cara Dipermudah). Metode yang digunakan adalah metode survei dan untuk mengolah data tersebut peneliti menggunakan metode penelitian kuantitatif deskriptif.

Hasil penelitian ini menunjukan terdapat hubungan yang cukup tinggi antara variabel X (Kualitas Pelayanan) sehingga dapat memengaruhi variabel Y (Kepuasan Pasien), Hal ini di buktikan dengan rumus Pearson Product Moment yaitu : Y = a + b X

Kata Kunci : Pasien, Kualitas Pelayanan, Kepuasan Pasien

431

Page 146: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

I. PENDAHULUAN1.1. Latar Belakang

Rumah sakit adalah sebagai salah satu sarana kesehatan untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dan memiliki peran yang sangat penting dalam mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Hal ini menuntut penyedia jasa pelayanan kesehatan yakni rumah sakit untuk meningkatkan kualitas pelayanan yang lebih baik. Oleh karena itu, rumah sakit dituntut untuk memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang ditetapkan dan dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat.

Secara teorinya, dalam Kotler (2007 : 177) mendefinisikan “kepuasan pelanggan adalah Perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan kinerja (hasil) produk yang dipikirkan terhadap kinerja (atau hasil) yang diharapkan.”.

Selain itu, kepuasan juga mempertimbangkan tentang apa yang dirasakan oleh pasien. Pasien akan memberikan penilaian tentang suatu yang mereka dapatkan.

Menurut Permenkes RI, Nomor : 1045/MENKES/PER/XI/2006, yang dimaksud dengan Klasifikasi rumah sakit adalah pengelompokkan rumah sakit berdasarkan perbedaan yang bertingkat mengenai kemampuan pelayanan kesehatan yang dapat disediakan dan kapasitas sumber daya organisasi. Berdasarkan klasifikasi rumah sakit dapat diketahui bahwa rumah sakit dengan kategori/ kelas A, mempunyai fungsi, jumlah dan kategori ketenagaan, fasilitas, dan kemampuan pelayanan yang lebih besar daripada rumah sakit dengan kelas lainnya yang lebih rendah, seperti kelas B Pendidikan, RSU Kelas B Non-Pendidikan, C, dan kelas D. Rumah Sakit Petrokimia Driyorejo Gresik termasuk dalam kategori rumah sakit kelas D.

Rumah Sakit Petrokimia Driyorejo Gresik memiliki beberapa jenis pelayanan medis. Dan kali ini penelitian terfokus pada pelayanan di Poliklinik Rawat Jalan Poli Spesialis Penyakit Dalam.

Berdasarkan data kunjungan pasien dan kunjungan pasien rata-rata

perbulan pada bulan Januari tahun 2010 sampai dengan Desember tahun 2014, terjadi fluktuasi disetiap divisi Poliklinik Rawat Jalan. Namun pada dasarnya memang terlihat bahwa telah terjadi peningkatan kunjungan pasien dari tahun 2010 hingga tahun 2014. Beberapa divisi yang mengalami fluktuasi yang cukup signifikan adalah : Poli Spesialis Penyakit Dalam, UGD, Poli Spesialis Orthopedi.

Dari uraian di atas dapat dilihat apakah rumah sakit telah memberikan kualitas jasa yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan tentang konsumen dan hak dan kewajiban pasien. Untuk itu, perlu dilakukan evaluasi dari sisi penyedia layanan untuk mengetahui kepuasan yang diterima oleh pasien. Oleh karena itu penulis ingin mengangkat masalah tersebut dalam penelitian yang berjudul “PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN PADA POLI SPESIALIS PENYAKIT DALAM DI RUMAH SAKIT PETROKIMIA DRIYOREJO GRESIK”

Agar penelitian lebih fokus dan tidak meluas dari pembahasan yang dimaksud, dalam skripsi ini penulis membatasinya permasalahan yang akan di teliti pada Poliklinik Rawat Jalan Poli Spesialis Penyakit Dalam dengan pendekatan kualitas pelayanan dan kepuasan pasien.

1.2. Perumusan MasalahBerdasarkan latar belakang tersebut

dapat dirumuskan masalah yaitu Apakah terdapat pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan pasien di Poliklinik Rawat Jalan pada poli Penyakit Dalam Rumah Sakit Petrokimia Driyorejo Gresik ?

1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian adalah untuk

mengetahui pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan pasien di Poliklinik Rawat Jalan pada poli Penyakit Dalam Rumah Sakit Petrokimia Driyorejo Gresik.

1.4. Manfaat Penelitian1) Bagi Rumah Sakit.

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan

432

Page 147: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

sebagai dasar pertimbangan dalam usaha perbaikan rumah sakit pada umumnya dan diharapkan dapat memberikan masukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan.

2) Bagi Universitas, Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan untuk penelitian-penelitian yang akan datang.

3) Bagi Penulis.Penelitian ini merupakan proses pembelajaran untuk dapat menerapkan ilmu yang telah diperoleh selama ini dan diharapkan dapat menambah pengetahuan, pengalaman, dan wawasan mengenai pengaruh dimensi kualitas pelayanan terhadap kepuasan pasien pada pelayanan Rumah Sakit Petrokimia Driyorejo Gresik.

II. TINJAUAN PUSTAKA2.1. Landasan Teori a) Pemasaran dan Manajemen

PemasaranDefinisi pemasaran menurut

menurut AMA (American Marketing Association) dalam Kotler (2009:5) adalah suatu fungsi organisasi dan serangkaian proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan dan memberikan nilai kepada pelanggan dan untuk mengelola hubungan pelanggan dengan cara yang menguntungkan organisasi dan pemangku kepentingan.

Manajemen pemasaran Kotler (2009:5) adalah “seni dan ilmu memilih pasar sasaran dan meraih, mempertahankan serta menumbuhkan pelanggan dengan menciptakan, menghantarkan, dan mengkomunikasikan nilai pelanggan yang unggul.”

b) JasaJasa adalah semua tindakan

atau kinerja yang dapat ditawarkan satu pihak kepada pihak lain yang pada intinya berwujud dan tidak menghasilkan kepemilikan apapun. Produksinya dapat atau tidak terkait dengan produk fisik. Kotler (2009:36).

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pemasaran jasa adalah suatu tindakan yang ditawarkan pihak produsen kepada konsumen dalam arti jasa yang diberikan tidak dapat dilihat,

dirasa, didengar, atau diraba sebelum dibeli atau dikonsumsi.

c) PasienMenurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia,(http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php) pasien adalah Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran menyebutkan bahwa pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan baik secara langsung maupun tidak langsung kepada dokter atau dokter gigi.

d) Kualitas Pelayanan Menurut Tjiptono, “Kualitas

Pelayanan adalah upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen serta ketepatan penyampaiannya dalam mengimbangi harapan konsumen.” (Tjiptono,2007:27). Oleh karena itu, kualitas pelayanan harus mendapat perhatian yang serius dari manajemen organisasi jasa. Untuk menetapkan kualitas pelayanan yang ingin dicapai oleh sebuah organisasi jasa, terlebih dahulu organisasi tersebut harus mempunyai tujuan yang jelas.

Menurut Parasuraman et al, (dalam Kotler, 2007:56) menyimpulkan bahwa ada lima dimensi ServQual (Service Quality) yang dipakai untuk mengukur kualitas pelayanan,yaitu :

1) Tangibles, atau bukti fisik yaitu kemampuan suatu perusahaan dalam menunjukkan eksistensinya kepada pihak eksternal. Penampilan dan kemampuan sarana dan prasarana fisik perusahaan dan keadaan lingkungan sekitarnya adalah bukti nyata dari pelayanan yang diberikan oleh pemberi jasa.

2) Reliability, atau keandalan yaitu kemampuan perusahaan untuk memberikan pelayanan sesuai yang dijanjikan secara akurat dan terpercaya.

3) Responsiveness atau ketanggapan yaitu suatu kemauan untuk membantu dan

433

Page 148: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

memberikan pelayanan yang cepat (responsif) dan tepat kepada pelanggan, dengan penyampaian informasi yang jelas.

4) Assurance, atau jaminan dan kepastian yaitu pengetahuan, kesopansantunan, dan kemampuan para pegawai perusahaan untuk menumbuhkan rasa percaya para pelanggan kepada perusahaan.

5) Emphaty, yaitu memberikan perhatian yang tulus dan bersifat individual atau pribadi yang diberikan kepada para pelanggan dengan berupaya memahami keinginan konsumen.

e) Kepuasan PasienKotler (2007 : 177) mendefinisikan

“kepuasan pelanggan adalah Perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan kinerja (hasil) produk yang dipikirkan terhadap kinerja (atau hasil) yang diharapkan.”

Menurut Philip Kotler (Tjiptono, 2014:369) paling tidak ada empat metode yang banyak nukur kepuasan konsumen adalah :1) Sistem keluhan dan saran

Sistem organisasi jasa yang berorientasi pada pelanggan wajib memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi para pelanggan untuk menyampaikan saran, kritik, pendapat dan keluhan mereka.

2) Ghost/ Mistery Shopping

Salah satu metode untuk memperoleh gambaran mengenai kepuasan pelanggan adalah dengan mempekerjakan beberapa orang ghost shopper untuk berperan sebagai pelanggan potensial jasa perusahaan dan pesaing.

3) Lost Customer Analysis

Perusahaan seyogyanya menghubungi para pelanggan yang telah berhenti membeli atau yang telah beralih pemasok, agar dapat memahami mengapa hal itu terjadi dan supaya

dapat mengambil kebijakan perbaikan/ penyempurnaan.

4) Survey kepuasan konsumen atau pelanggan

Umumnya sebagian besar penelitian mengenai kepuasan pelanggan menggunakan metode survei, baik via pos, telepon, email, maupun wawancara langsung.

2.2. HipotesisBerdasarkan kerangka pemikiran

yang telah diuraikan maka penulis mengambil kesimpulan hipotesis : di duga terdapat pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan pasien di Poliklinik Rawat Jalan Rumah Sakit Petrokimia Driyorejo Gresik

III. METODE PENELITIAN3.1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Agar penelitian ini lebih terarah serta sesuai dengan tujuan yang diinginkan, penulis menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif.

3.2. Definisi Operasional Variabel Definisi operasional variabel adalah

suatu definisi mengenai variabel yang dirumuskan berdasarkan karakteristik-karakteristik variabel tersebut yang dapat diamati. Definisi operasional dalam penelitian ini meliputi :

a) Kualitas Pelayanan (X)Kualitas adalah bagaimana cara untuk mencari tahu apa yang menciptakan nilai bagi konsumen dan perusahaan harus memberikan nilai tersebut. Beberapa indikator untuk mengukur sejauh mana kualitas pelayanan adalah Tangibles, Reliability, Responsiveness, Assurance, Empathy.

b) Variabel Kepuasan Pasien (Y) Kepuasan Pasien dalam penelitian ini adalah perasaan senang atau kecewa yang dirasakan oleh pasien terhadap pelayanan yang diterima dari pihak rumah sakit, indikatornya adalah adalah: Sistem keluhan dan saran, Ghost/ Mistery Shopping, Lost Customer Analysis, Survey kepuasan konsumen.

3.3. Lokasi PenelitianUntuk memperoleh data-data yang

dibutuhkan maka penulis mengadakan penelitian di lokasi Rumah Sakit Petrokimia Driyorejo Gresik, Yang beralamatkan di Jl

434

Page 149: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

Raya Legundi KM.5 Driyorejo Gresik. No telepon 031-8981778/ 031-8981779, fax 031-8986700.

3.4. Penentuan Sampel, Teknik Pengambila Sampel Populasi dalam penelitian ini

adalah 1769 pasien yang datang berobat ke Poli Rawat Jalan Spesialis Penyakit Dalam Rumah Sakit Petrokimia Driyorejo Gresik. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu menggunakan Convenience Sampling (Cara Dipermudah).

3.5. Metode Analisis DataAnalisis regresi sederhana

digunakan untuk meramalkan bagaimana keadaan (naik turunnya) variabel dependen.. Dengan variabel dependen (Y) dan variabel independen (X ). Persamaan regresinya sebagai berikut:

Y= Variabel tak bebas . (Kepuasan Pasien)a= Bilangan berkonstantab= Koefisien regresi variabelX= Variabel bebeas (Kualitas . Pelayanaan)

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN4.1. Hasil Penelitian

Data-data yang diperoleh dari jawaban responden kemudian diolah dengan bantuan SPSS 16,0 didapatkan hasil sebagai berikut

X = 0 ≤ Y = 0,932Artinya apabila nilai X = 0, maka

nilai Y (kepuasan konsumen) sudah mempunyai nilai sebesar 0,932 yang tidak dipengaruhi variabel apapun.

Y = 0,932 + 0,680X Yang menunjukkan bahwa Jika X

(kualitas pelayanan) berubah dengan satu satuan, maka Y (Kepuasan Pasien) akan berubah sebesar 0,680 satuan, artinya semakin tinggi kualitas pelayanan, maka kepuasan pasien akan semakin meningkat.

Hasil uji t diperoleh nilai t untuk variabel kualitas layanan menunjukkan nilai t = 0,000 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05. Dengan nilai signifikansi di bawah 0,05 tersebut menunjukkan bahwa kualitas layanan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan pasien. Hal ini berarti Hipotesis 1 diterima. Arah koefisien regresi positif berarti bahwa kualitas layanan memiliki pengaruh

positif yang signifikan terhadap kepuasan konsumen.

V. KESIMPULAN DAN SARAN5.1. Kesimpulan

Berdasarkan pada hasil analisis regresi linier sederhana yang telah dilakukan pada penelitian ini, didapat persamaan regresi sebagai berikut: Y = a + bX = 0,932 + 0,680X, dari persamaan regresi tersebut dapat diketahui ika X (kualitas pelayanan) berubah dengan satu satuan, maka Y (Kepuasan Pasien) akan berubah sebesar 0,680 satuan, artinya semakin tinggi kualitas pelayanan, maka kepuasan pasien akan semakin meningkat

Besarnya nilai korelasi / hubungan (r) yaitu sebesar 0,747 artinya terdapat hubungan antara variabel X terhadap variabel Y.

Terdapat hubungan yang cukup tinggi antara variabel X (Kualitas Pelayanan) sehingga dapat memengaruhi variabel Y (Kepuasan Pasien)

5.2. Saran 1) Dalam kaitannya dengan

Responsiveness/ Daya Tanggap, Rumah Sakit Petrokimia Driyorejo Gresik perlu meningkatkan Responsiveness/ Daya Tanggap yang menjadi salah satu faktor penting yang berpengaruh terhadap kepuasan konsumen.

2) Dalam kaitannya dengan bukti fisik, Rumah Sakit Petrokimia Driyorejo Gresik perlu untuk melakukan renovasi pada bangunan, yaitu dengan mengecat ulang bangunan rumah sakit, dan memperbaiki bagian bangunan yang rusak, merubah sebagian interior bangunan juga perlu dilakukan agar lebih menarik serta membeli peralatan-peralatan medis terbaru untuk menunjang kualitas pelayanan.

DAFTAR PUSTAKA

Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller, 2007. Manajemen Pemasaran. Jilid Satu, Edisi Ketigabelas, PT. Indeks.

Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller, 2009. Manajemen Pemasaran. Jilid Dua, Edisi Ketigabelas, Cetakan Ketiga. Penerbit Erlangga.

435

Page 150: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

Tjiptono, Fandy, 2007, Pemasaran Jasa, Bayu Media Publishing, Yogyakarta Tjiptono, Fandy, 2014, Pemasaran Jasa,

Penerbit Andi, Yogyakartahttp://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php,

diakses tanggal 1 Agustus 2015

ANALISIS PENURUNAN KAPASITAS POMPA NATRIUM HIDROKSIDA (NaOH) DENGAN KAPASITAS

60 M3/JAM

Ahmad Ali FikriProgram Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Gresik

ABSTRAK

Pompa mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia. Dalam penggunaannya di bidang industri khususnya di PT. KARUNIA ALAM SEGAR

436

Page 151: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

Gresik alat ini digunakan untuk memindahkan fluida, salah satunya yaitu Natrium Hidroksida (NaOH) yang berfungsi untuk keperluan water treatment, yaitu regenerasi air bebas mineral untuk ketel uap. Adanya suatu kebutuhan pompa yang dapat digunakan untuk mengalirkan fluida Natrium Hidroksida (NaOH) yang mampu menghasilkan kapasitas sebesar 60m3 /jam, dimana saat ini hanya mampu menghasilkan 38.6m3/jam.Dari hasil perhitungan dan pembahasan, ditentukan debit aliran sebesar 60 m3/jam atau 1 m3/menit. Sehingga diperoleh hasil dari perhitungan diameter pipa 80 mm, mayor head losses 79 m, friction factor pipa dan peralatan 12,66 m, dan total head pompa adalah sebesar 96,8 m. Dipilih pompa PENTAIR AURORA 3800 SERIES SINGLE STAGE END SUCTION model 3804 dengan dimensi 2 x 3 x 11L, dengan 2950 r/min menggunakan motor induksi 3 phase 30 HP, 230/460 V, 50 Hz.

Kata kunci : pompa sentrifugal, head losses, friction factor

I. PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang

Pada zaman modern ini, pompa

mempunyai peranan penting dalam kehidupan

manusia.Pompa yang sering digunakan untuk

memenuhi kebutuhan baik secara pribadi atau

keperluan industri adalah pompa

sentrifugal.Dalam penggunaannya di bidang

industri khususnya di PT. KARUNIA ALAM

SEGAR Gresik alat ini digunakan untuk

memindahkan fluida kerja salah satunya yaitu

Natrium Hidroksida (NaOH) yang berfungsi

untuk keperluan water treatment, yaitu

regenerasi air bebas mineral untuk ketel uap.

Adanya suatu kebutuhan pompa yang

dapat digunakan untuk mengalirkan fluida

kerja Natrium Hidroksida (NaOH) yang

mampu menghasilkan kapasitas sebesar

60m3/jam dimana saat ini hanya mampu

menghasilkan 38.6m3/jam.

1.2 Rumusan Permasalahan

Mengacu dari latar belakang masalah

diatas, maka dapat dirumuskan suatu masalah

yaitu: Mengapa pompa Natrium Hidroksida

(NaOH) tidak dapat memenuhi kapasitas

sebesar 60 m3?

1.3 Tujuan penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini

adalah untuk:

1. Menghitung ulang head instalasi.

2. Memilih tipe pompa yang sesuai.

1.4 Manfaat penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini

adalah :

1. Dapat menghitung head instalasi

pompa.

2. Menambah wawasan ilmu

pengetahuan khususnya berkaitan

dengan head instalasi dalam

menentukan tipe pompa yang sesuai

secara tepat dan optimum.

1.5 Batasan masalah

Dalam penelitian ini diperlukan

beberapa batasan masalah agar penelitian ini

tidak melebar diantaranya batasan-batasan

tersebut adalah

1. Pompa yang digunakan adalah pompa

jenis sentrifugal.

2. Fluida kerja yang dialirkan adalah

Natrium Hidroksida (NaOH).

II. METODOLOGI PENELITIAN

2.1 Waktu dan Tempat

437

Page 152: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

Penelitian ini dilakukan mulai tanggal

1 oktober 2014 di PT. Karunia Alam Segar

Gresik.

2.2 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan untuk

penelitian ini merupakan data yang diperoleh

dari hasil pengamatan visual di lapangan dan

juga dari laporan resmi hasil inspeksi teknik

yang berisi data instalasi media aliran fluida

natrium hidroksida (NaOH).

Data yang dikumpulkan meliputi :

Data instalasi media aliran (panjang

total, jumlah fitting, tipe dan jumlah

valve, jenis material pipa, jumlah flow

meter, check valve, kecepatan aliran.

Data fluida kerja Natrium Hidroksida

(NaOH) (massa jenis, temperature,

density, viskositas kinematik,

kapasitas laju aliran).

2.3 Diagram Alir Penelitian

Gambar 3.1 : Diagram alir penelitian

Langkah-langkah penelitian diatas dapat

dijelaskan sebagai berikut:

2.3.1 Tahap identifikasi

Identifikasi merupakan sebuah

tahapan awal dalam melakukan sebuah

penelitian yang bertujuan mengidentifikasi dan

merumuskan masalah secara tepat yaitu

masalah penurunan kapasitas pompa natrium

hidroksida (NaOH).

Tahapan identifikasi yang dilakukan

terdiri yaitu dengan menganalisa instalasi

media saluran natrium hidroksida (NaOH)

2.3.2 Tahap pengumpulan dan

pengolahan data

Dalam tahap ini akan dilakukan

perhitungan head total instalasi dari data yang

meliputi :

Panjang pipa total :619650 mm

Material pipa: stainlesssteel

elbow:26 buah

gatevalve:3 buah

checkvalve:1 buah

flowmeter:1 buah

fluida:Natrium Hidroksida (NaOH) 40

%

temperature :50 C density:1389 Kg/m3

viskositas kinematik:0,006 mm2/s

tahap-tahap perhitungan :

a. perhitungan head statis (hs)

head statis ini merupakan perbedaan

tinggi antara permukaa air di sisi tekan dan di

sisi isap.

b. Perhitungan Head karena tekanan (hp)

Head tekanan didapat dari perbedaan

head tekanan yang bekerja pada permukaan zat

cair pada sisi tekan dengan head tekanan yang

bekerja pada permukaan zat cair pada sisi

hisap.

c. Head karena kecepatan (hv)

Head kecepatan didapat dari

perbandingan perbedaan antar head kecepatan

zat cair pada saluran isap.

d. Head loss (hL)

438

ya

tidak

Page 153: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

Head didapatkan dari harga kerugian

gesek aliran dalam perpipaan, dan head

kerugian di dalam belokan-belokan (elbow),

percabangan, dan perkatupan (valve). Head loss

terdiri dari :

Mayor head loss (mayorlosses)

Merupakan kerugian energy sepanjang

saluran pipa. Yang dinyatakan dengan rumus

Darcy yang secara matematis ditulis sebagai

berikut :

Harga f (faktor gesekan) didapat dari

diagram moody, sebagai fungsi dari angka

Reynolds dan kekerasan relative, sebagai

fungsi dari nominal diameter pipa dan

kekerasan permukaan dalam pipa (e) yang

tergantung dari jenis material pipa.

Sedangkan besarnya Reynolds number

dapat dihitung dengan rumus :

Apabila aliran laminar ( Re 2000 ),

factor gesekan (f) dapat dicari dengan

pendekatan rumus :

Dan apabila aliran turbulent ( Re

2000 ), factor gesekan (f) dapat dicari dengan

moody diagram pada gambar 3.2.

Minor Losses

Didapat dengan melakukan

perhitungan kerugian yang diakibatkan fitting,

valve yang terdapat di sepanjang system.

Dengan rumus :

2.3.3 Tahap pembuatan saran dan

kesimpulan

Dalam tahap ini setelah didapatkan

hasil perhitungan data dari proses pengumpulan

data sehingga sudah dapat ditarik sebuah

kesimpulan yang sesuai dengan hasil penelitian

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Kapasitas pompa yang dipakai Qh maks

yaitu 1 m3 /menit. Kecepatan aliran pompa

diasumsikan 3 m/s dengan menggunakan

rumus.

Sehingga akan didapat diameter pipa dan

kecepatan aliran.

Pemeriksaan,

Dari pemeriksaan diatas dapat

diketahui bahwa didapatkan diameter pipa

adalah 80 mm dengan kecepatan 3 m/s. Untuk

mencari besar head pompa yang diperlukan

dapat dinyatakan dengan rumus berikut:

3.1 Head statis (ha)

Adalah merupakan perbedaan tinggi

antara permukaan air di sisi tekan dan di sisi

hisap yang telah diketahui sebesar 4750 mm.

3.2 Perbedaan Head tekanan (Δhp)

439

Page 154: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

Karena P1 dan P2 merupakan tangki terbuka,

maka P1 dan P2 = 0, sehingga :

3.3 Kerugian head (HL)

3.3.1 Mayor head loss (mayor losses)

Sebelum mencari head, ditentukan

terlebih dahulu apakah aliran yang terjadi

adalah aliran laminar atau aliran turbulen

dengan menggunakan bilangan Reynolds, yaitu

bila Re ˂ 2300, aliran bersifat laminar

bila Re ˃ 4000, aliran bersifat turbulen

υ = 0,006 mm2/s = 0,006.10-3 m2/s (pada suhu

50oC)

d = 80 mm = 0,08 m

maka :

Karena Re ˃ 4000, maka aliran yang terjadi

bersifat turbulen.

Maka untuk menghitung kerugian gesek yang

terjadi didalam pipa menggunakan rumus :

untuk mencari λ, menggunakan formula Darcy

untuk aliran turbulen, dengan rumusnya adalah

dengan L = 619,650 m (panjang total pipa)

maka kerugian gesek dalam pipa :

3.3.2 Minor losses

Didapat dengan melakukan

perhitungan kerugian yang diakibatkan fitting,

valve yang terdapat di sepanjang system.

Dengan rumus :

Tabel 4.2 : Minor losses valve

Type of Component or

Fitting

Minor Losses

Cooficient

Globe Valve, Fully Open 10

Angle Valve, Fully Open 2

Gate Valve, Fully Open 0,15

Swing Check Valve, forward

flow

2

Elbow long radius 900 0,7

Diapraghm Valve, Fully

Open

2,3

Water Meter 7

Minor losses untuk elbow loing radius 900

Minor losses untuk gate valve fully open

Minor losses untuk swing check valve forward

flow

Minor losses untuk flow meter

Jadi harga minor losses total adalah :

Sehingga didapat kerugian head (HL)

440

Page 155: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

Maka besar Head total pompa (H), adalah :

Jadi total head pompa adalah 96,8 m

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Dari hasil perhitungan dan

pembahasan diatas, ditentukan debit aliran

sebesar 60 m3/jam atau 1 m3/menit. Sehingga

diperoleh hasil dari perhitungan diameter pipa

80 mm, mayor head losses 79 m, friction factor

pipa dan peralatan 12,66 m, dan total head

pompa adalah sebesar 96,8 m.

Dilihat melalui grafik total head vs

debit aliran pada gambar 5.1. Dipilih pompa

PENTAIR AURORA 3800 SERIES SINGLE

STAGE END SUCTION model 3804 dengan

dimensi 2 x 3 x 11L, dengan rpm 2950 r/min

menggunakan motor induksi 3 phase 30 HP,

230/460 V, 50 Hz.

Gambar 5.1 : Grafik Total Head vs. Debit

Aliran

Gambar 5.2 : PENTAIR AURORA model

3804

4.2 Saran

Saran yang dapat saya sampaikan setelah

menyelesaikan tugas akhir analisa penurunan

kapasitas pompa natrium hidroksida (NaOH)

dengan kapasitas 60 m3 adalah sebaiknya

sebelum melakukan pemilihan tipe pompa

diharuskan untuk menganalisa besar total head

dan kapasitas yang diperlukan terlebih dahulu,

sehingga pompa dapat berfungsi secara

optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Austin, H.C.1990, Pompa Dan Blower

Centrifugal, Jakarta : PT. Erlangga.

Dietzel, F., 1992, Turbin Pompa dan

Kompresor, Jakarta : PT. Erlangga.

Fox, W.Robert, and Mc Donald, Alan T, 1998.

Introductions to Fluid Mechanics, 5th

edition, Canada : Jhon Wiley and

Sons, Inc.

Mikha Marthen 2013, Total Head, Friction

loss.Available:

//http/www/mikhamarthen.files.wordp

ress.

Munson, Bruce R., Young, Donald F., and

Okiishi, Theodore H. 2003. Mekanika

Fluida Jilid 2. Jakarta : Erlangga.

Sularso, Tahara, H., 2004, Pompa Dan

Kompresor, Jakarta : PT. Pradnya

Paramita.

441

Page 156: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

442

Page 157: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

ANALISA PENGARUH OVERSIZE PISTON TERHADAP KINERJA MOTOR DAN KONSUMSI BAHAN BAKAR

Maftukhin

Fakultas Teknik Mesin, Universitas Gresik

ABSTRAK

Proses oversize piston banyak dilakukan pada motor yang telah melewati batas toleransi ukuran antara piston dengan dinding silinder. Proses oversize adalah penggantian dengan diameter piston yang lebih besar dari ukuran sebelumnya yaitu 50 mm. Obyek penelitian menggunakan motor yamaha Mio Soul GT tahun 2014. Pada penelitian ini dilakukan analisa perhitungan akan diketahui pengaruh kinerja motor dengan piston ukuran standart dengan oversize 0,25mm, 0,50mm, 0,75 dan 1mm dan dampak pada konsumsi bahan bakar setelah dilakukan proses oversize dengan bahan bakar yang bernilai oktan 88.

Tujuan dilakukannya proses oversize adalah untuk mengetahui pengaruh kinerja motor dan membandingkannya dengan piston standart serta mengetahui dampak pada konsumsi bahan bakar setelah dilakukannya proses oversize. Dari hasil menunjukkan bahwa dengan meng-oversize piston terjadi kenaikan volume langkah, tapi tekanan dalam ruang bakar menurun, perbandingan kompresi meningkat, sedangkan untuk daya dan gaya relatif sama dengan motor ukuran standart, serta sedikit kenaikan pada konsumsi bahan bakar

Kata kunci : Pengaruh Proses Oversize Piston

442

Page 158: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

I. Pendahuluan1.1 Latar Berlakang

Selaras dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, dan seiring dengan perkembangan dan kemajuan dibidang industri terutama dibidang permesinan, berbagai alat diciptakan untuk mempermudah dan menambah kenyamanan manusia dalam mencukupi kebutuhannya. Salah satunya dibidang otomotif.

Adapun akibat dari pemakaian mesin motor bakar dalam jangka waktu lama akan terjadi kerenggangan celah ( clearance ) antara piston dengan dinding piston. Jika celah tersebut telah melebihi batas maksimum yang diizinkan, maka celah tersebut harus dikembalikan ke posisi standart. Artinya diameter dalam silinder tersebut diperbesar, maka ukuran piston sendiripun juga harus diperbesar.1.2 Rumusan Masalah

Permasalahan yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut :- Bagaimana pengaruh kinerja motor

terhadap piston standart dengan piston yang oversize 0.25 mm, 0.50 mm, 0.75 mm, dan 1 mm.

- Bagaimanakah dampak pada konsumsi bahan bakar apabila setelah dilakukannya proses oversize dengan bahan bakar yang bernilai oktan 88

1.3 Tujuan Penelitian- Untuk mengetahui pengaruh proses

oversize terhadap kinerja motor serta membandingkan dengan motor ukuran standart.

- Untuk mengetahui dampak pada konsumsi bahan bakar apabila proses oversize setelah dilakukan.

1.4 Manfaat Penelitian- Dengan hasil penelitian ini diharapkan

dapat menentukan dampak perubahan yang akan terjadi setelah dilakukannya proses oversize.

- Dengan hasil penelitian diharapkan orang dapat mengetahui secara detail

spesifikasi-spesifikasi motor bakar 4 tak yang dimilikinya.

1.5 Batasan Masalah- Analisis perhitungan kinerja motor

bensin 4 langkah yaitu Yamaha Mio Soul GT tahun 2014

- Analisis panas dan pengaruhnya terhadap kekuatan material tidak dibahas.

II. Kajian Pustaka2.1 Pengertian Dasar

Motor bakar adalah salah satu jenis dari mesin kalor yang mengubah tenaga kimia menjadi tenaga mekanis dan pengubahan itu dilaksanakan dalam mesin itu sendiri. Motor bakar mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia, hampir setiap orang menikmati manfaat yang dihasilkan oleh motor bakar.

Proses oversize merupakan proses penggantian piston dengan ukuran diameter yang lebih besar dari ukuran sebelumnya. Salah satu jenis penggerak mula yang banyak dipakai adalah mesin kalor, yaitu mesin yang menggunakan energi thermal untuk melakukan kerja mekanik, atau yang mengubah energi thermal menjadi energi mekanik. Energi itu sendiri dapat diperoleh dengan proses pembakaran. Ditinjau dari cara memperoleh energi thermal ini mesin kalor dibagi menjadi dua golongan, yaitu mesin pembakaran luar dan mesin pembakaran dalam.

I.2 Motor 4 tak ( langkah )a. Prinsip kerja motor 4 tak

Prinsip kerja sebuah motor merupakan suatu siklus, yaitu rangkaian persitiwa yang selalu berulang kembali mengikuti jejak yang sama seperti semula dan membentuk suatu rangkaian tertutup.

1. Langkah hisap Dalam langkah ini, campuran bahan

bakar dan bensin di hisap ke dalam silinder. Katup hisap membuka sedangkan

443

Page 159: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

katup buang tertutup. Waktu torak bergerak dari titik mati atas (TMA) ke titik mati bawah (TMB).

2. Langkah Kompresi Dalam langkah ini, campuran udara dan

bahan bakar dikompresikan. Katup hisap dan katup buang tertutup. Waktu torak naik dari titik mati bawah (TMB) ke titik mati atas (TMA).

3. Langkah Kerja ( usaha )Dalam langkah ini, mesin menghasilkan

tenaga untuk menggerakkan kendaraan. Saat torak mencapai titik mati atas (TMA) pada saat langkah kompresi, busi memberikan loncatan bunga api pada campuran yang telah dikompresikan.

4. Langkah Pembuangan Dalam langkah ini, gas yang sudah

terbakar, akan dibuang ke luar silinder. Katup buang membuka sedangkan katup hisap tertutup.Waktu torak bergerak dari titik mati bawah (TMB) ke titik mati atas (TMA), mendorong gas bekas keluar dari silinder.

b. Ciri-ciri Motor Empat TakRangkaian prinsip kerja motor empat tak,

kita dapat menarik kesimpulan bahwa motor empat langkah itu mempunyai ciri-ciri sebagai berikut ;1. Tiap siklus atau tiap langkah torak, hanya

ada satu langkah ekspansi dan tiga langkah torak yang melakukan langkah pada gas.

2. Proses pembuangan dan pengisian, masing-masing diselesaikan sepanjang satu langkah torak.

3. Pada setiap silinder sekurang-kurangnya terdapat dua buah katup yaitu katup hisap dan katup buang.

c. Piston dan Kelengkapannya1. Fungsi Piston

Piston didalam silinder bersama dengan cincin piston berfungsi sebagai berikut:- Menghisap dan mengkompresi muatan segar

didalam silinder- Mengubah tenaga gas ( selama ekspansi )

menjadi usaha mekanis- Menyekat hubungan gas diatas dan dibawah

piston.Bagian atas piston puncak piston. Bentuk

puncak piston sangat bergantung pada bentuk ruang bakar, bagian tersebut ditebalkan agar sanggup menampung tekanan gas dan memperbaiki jalannya aliran panas melalui cincin piston.

Semakin tinggi temperatur semakin besar juga pemuaian piston. Panas yang diterima oleh piston harus dapat disalurkan secara cepat agar temperaturnya tidak melampaui batas yang di ijinkan, untuk itu menghindari pemuaian yang terlalu besar, maka bagian puncak piston dibentuk berbentuk kerucut.

Gambar 2.5 Bentuk-bentuk puncak piston.2. Kedudukan Piston

Piston adalah bagian motor yang bergerak lurus bolak balik di dalam silinder. Jadi kedudukan piston adalah pada silinder didalam ruang pembakaran dan ditopang oleh batang piston yang meneruskan gerakan piston ke poros engkol.

3. Bagian-bagian Piston

Gambar 2.6 Piston dan bagian-bagiannya

Ruang silinder diatas piston harus benar-benar tertutup rapat. Untuk mencapai keadaan tersebut digunakan cincin piston yang dipergunakan cincin piston yang dipasang pada piston. Cincin-cincin ini menyekat gas pada piston agar proses kompresi dan ekspansi dapat berlangsung dengan sebaik-baiknya.

Selain itu cincin piston harus pula mengoles minyak pelumas dari dinding silinder pada waktu piston bergerak dari TMA menuju TMB. Terbakarnya minyak pelumas, selain dapat memboroskan minyak pelumas, juga dapat membentuk kerak karbon pada busi, katup dan cincin piston.

2.3 Motor BensinMotor bensin merupakan pengembangan

dari motor otto. Bahan bakarnya bensin, yaitu suatu cairan bahan bakar yang mudah menguap pada temperatur normal. Bahan bakar ini dicampur dengan udara selama langkah pengisian berlangsung, alat pencampur ini dinamakan karbulator.

444

Page 160: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

Agar putaran motor tetap berlangsung, dibentuklah deretan proses yang selalu berulang kembali mengikuti jejak-jejak yang sama seperti semula. Untuk itu diperlukan peralatan yang dapat bekerja dengan tepat.2.4 Sistem Pembakaran Pada Sepeda

Motor Proses Pembakaran pada sepeda motor

adalah campuran bahan bakar dan udara didalam silinder motor bensin harus sesuai dengan syarat busi, yaitu jangan terbakar sendiri. Ketika busi mengeluarkan api listrik pada saat beberapa derajat engkol sebelum torak mencapai TMA, campuran bahan bakar dan udara disekitar itulah mula-mula terbakar. Kemudian nyala api merambat ke segala arah dengan kecepatan yang sangat tinggi (25-50 m/detik).2.5 Sistem Bahan Bakar

Bahan Bakar yang digunakan motor bakar dapat diklasifikasikan ke dalam 3 kelompok, yaitu :1)Bahan bakar berwujud gas2)Bahan bakar berwujud cair3)Bahan bakar berwujud padat

Bahan bakar cair diperoleh dari minyak bumi, yang terpenting dari kelompok ini adalah 1)Bensin2)Minyak bakar3)Kerosin2.5.1 Syarat bensin untuk Motor bakar

Sebelum kita berbicara banyak tentang bensin, maka yang perlu kita perhatikan ketetapan sifat utama bahan bakar, yaitu :

2.5.2 Angka oktanBeberapa unsur bahan bakar ada yang

sangat mudah berdetonasi dan ada yang sukar. Sebagai pembanding, bahan bakar yang sangat mudah berdetonasi adalah heptana normal (C7HI 6) sedangkan yang sukar berdetonasi adalah iso-oktana (CsHI 8).2.5.3 Konsumsi Bahan Bakar

Konsumsi bahan bakar adalah banyaknya pemakaian bahan bahan bakar tiap satuan waktu. Satuan yang digunakan adalah ml/sec. Pengukuran konsumsi

bahan bakar dilakukan dengan menghitung berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menghabiskan sejumlah bahan bakar.a) Menghitung konsumsi bahan bakar per

detik :Specific Fuel Consumption adalah

jumlah pemakaian bahan bakar yang dipakai setiap detik untuk menghasilkan satu satuan daya dan waktu pemakaian sebanyak 10 ml ( heywood, 1988 ; 13 )

dimana :

Sfc= Specific Fuel consumption (mg/mj)

mf = masssa bahan bakar yang dikonsumsi (g/s)

P = daya poros (kW)

b) Laju konsumsi bahan bakar dapat diperoleh dengan persamaan (Ariends & Berenschot, 1988 ; 13 )

Dimana :

Mf= laju konsumsi bahan bakar ( g/s )

t = waktu konsumsi bahan bakar setiap 1 ml ( s )

ρ = massa jenis bahan bakar ( gr/cm3)

ρprem= 0,73 gr/cm3 untuk premium.

2.6 Beberapa Besaran Ukuran Dalam Motor Bakar

2.6.1 Perhitungan Pada Motor Dengan Piston Ukuran Standart

a. Menurut Volume LangkahKapasitas mesin ditunjukkan oleh

volume yang terbentuk pada saat piston bergerak keatas dari TMB ke TMA, disebut juga sebagai volume langkah.

445

Page 161: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

Volume langkah dihitung dalam satuan cc (cm3).

Rumus untuk menghitungnya adalah :

V langkah = L. lingkaran silinder x P. langkah

= r2 x S

= ( ½ D)2 x S

=

Keterangan :

V langkah = Volume langkah ( cc )

D = diameter piston (cm)

S = stroke/langkah piston (cm)

b. Menurut Volume Ruang BakarVolume ruang bakar adalah volume dari

ruangan yang terbentuk antara kepala silinder dan kepala piston yang mencapai lambang Vc

Proses pengukuran dilakukan dengan cara menuangkan air ataupun oli, kemudian ditakar menggunakan bejana ukur dan suntikan.

Penuangan air atau oli.

Gambar. 2.7 Pengukuran Volume ruang bakar

c. Menurut volume silinderVolume silinder adalah jumlah total

dari pertambahan antara volume langkah dengan volume ruang bakar.

Rumusnya :

Vs = Vl + Vc

Keterangan :

Vs = Volume silinder ( cc )

Vl = Volume langkah ( cc )

Vc = Volume ruang bakar ( cc )d. Menurut Perbandingan Kompresi

Perbandingan kompresi adalah perbandingan volume silinder dengan volume kompresinya. Perbandingan kompresi berkaitan dengan Volume langkah.Rumusnya :

Keterangan : E = Perbandingan Kompresi Vs = Volume silinder (cc) Vc = Volume Ruang Bakar (cc)

e. Menurut Kecepatan PistonSewaktu mesin berputar, kecepatan piston

di TMA dan TMB adalah nol dan pada bagian tengah lebih cepat, oleh karenanya kecepatan piston diambil rata-rata.Rumusnya :

Keterangan :V = Kecepatan piston rata-rata ( m / menit )L = langkah ( m )N = putaran mesin ( rpm )

f. Menurut TorsiTorsi juga sering disebut momen. Momen

sendiri merupakan gaya kali jarak.Rumusnya :

T = F x bF = m x g

Keterangan :T = torsi (Nm)F = gaya penyeimbang yang diberikan (N)m= beban terukur (kg)g = gaya grafitasi (9,81 m/s2)b = jarak lengan torsi (mm)

g. Menurut Gaya yang bekerja pada pistonUntuk menghitung gaya yang bekerja pada

piston,dapat dihitung dengan persamaan.Rumusnya :

M = F x LKeterangan :M = torsi (N.m)F = gaya yang bekerja pada piston ( N )

446

Page 162: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

L = ½ dari panjang langkah piston ( m ) Semakin banyak jumlah gigi pada roda

gigi, semakin besar torsi yang terjadi. Sehingga kecepatan direduksi menjadi separuhnya.

h. Menurut TekananSetelah diketahui gaya yang bekerja pada

piston, barulah dapat dihitung tekanan yang terjadi pada ruang bakar motor dengan piston standart dengan persamaan.Rumusnya :

Keterangan :P = tekanan ( pascal atau N/m2)F = gaya yang bekerja pada piston ( N )a = Luas piston ( m2)

i. Menurut Torsi MaksimumBesarnya torsi maksimum pada sepeda

motor berbeda-beda. Ketika sepeda motor bekerja dengan torsi maksimum, gerak gaya roda belakang juga maksimum. Semakin besar torsinya semakin besar tenaga sepeda motor tersebut.

Besarnya torsi biasanya dicantumkan dalam data spesifikasi teknik, buku pedoman service atau brosur pemasaran suatu produk motor.

j. Menurut Daya Pada PorosDaya Motor adalah besarnya kerja

selama waktu tertentu, menghitung besarnya daya motor dalam satuan watt .

Rumusnya :

P = 2πN x T x 10-3

Keterangan :

P = Daya Motor (watt)

N= Putaran mesin (rev/s)

T= torsi (Nm)

2.6.2 Perhitungan Pada Motor Dengan Piston Oversize

a. Menurut Volume Langkah Piston Oversize

Rumusnya :

Keterangan :

Vs = volume langkah (mm3)

D = diameter silinder (mm)L = panjang langkah (mm)

b. Menurut Volume Total Silinder Piston OversizeSama seperti pada motor standart untuk

menghitung volume total silinder langkah (Vs) dengan Volume ruang bakar (Vc)Rumusnya :

Vt = Vc + Vs

Keterangan :Vt = Volume total silinder (cc)Vc = Volume ruang bakar (cc)Vs = Volume langkah (cc)

Karena oversize yang dilakukan hanya menambah diameter piston atau silindernya saja, tanpa merubah ruang bakarnya. Sehingga untuk volume ruang bakarnya sama seperti motor standart, sedangkan volume langkahnya berubah sesuai dengan hasil perhitungan sebelumnya.c. Menurut Perbandingan Kompresi Pada

Piston OversizeUntuk menghitung perbandingan

kompresi motor dengan ukuran piston oversize, yaitu dengan menggunakan persamaan :

Rumusnya :

Keterangan :

CR = Perbandingan kompresi

Vs = Volume langkah (cc)

Vc = Volume ruang bakar (cc)

d. Menurut Tekanan Pada Piston Oversize Tekanan yang terjadi pada ruang bakar

motor ukuran oversize akan berbeda dengan motor ukuran standard, ini terjadi karena adanya perubahan volume total akibat adanya penambahan diamater piston.

Rumusnya :

447

Page 163: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

P1 . V1 = P2 . V2

Keterangan :

P1 = tekanan pada motor standard ( N/m2)

P2 = tekanan pada motor oversize ( N/m2)

V1 = volume total silinder motor standard (m3)

V2 = volume total silinder motor oversize (m3)

e. Menurut Gaya Yang Bekerja Pada Piston Oversize

Rumusnya : F = P x a

Keterangan :

F = gaya yang bekerja pad piston oversize (N)

P = tekanan motor oversize (pascal atau N/m2)

a = luas permukaan piston oversize (m2)

f. Menurut Torsi Pada Piston OversizeRumusnya :

M = F x L

Keterangan :

M = torsi (N.m)

F = gaya yang bekerja pada piston (N)

L = ½ langkah piston (m)

g. Menurut Daya Motor Dengan Piston OversizeSebelum menghitung daya pada motor

dengan piston ukuran oversize, terlebih dahulu dihitung putaran (n) yang terjadi pada motor standard, karena daya pada motor standard telah diketahui seperti yang tertera pada spesifikasinya.

Rumusnya :

Keterangan :

Pi = daya pada piston oversize (watt)

P = tekanan motor oversize ( N/m2)

a = luas permukaan oversize ( m2)

L = langkah piston (m)

n = putaran piston (rpm)

III METODOLOGI PENELITIAN

Metode penelitian merupakan gambaran mengenai langkah-langkah penelitian yang sistimatik.

3.1 Tempat dan waktu penelitianPenelitian dilakukan di Universitas

Gresik. Waktu pengambilan data dimulai dari bulan Desember 2014. Untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh dan data yang akurat.

3.2 Pengumpulan dataData yang diperoleh untuk penelitian

ini adalah data sekunder berupa data resmi di spesifikasi Motor pada brosur spesifikasi dan data pengamatan secara visual bengkel.

Data yang dikumpulkan meliputi :

1. Data Spesifikasi2. Data Bahan Perhitungan3. Data Hasil Analis3.3 Diagram Alir Penelitian

448

Page 164: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

Gambar 3.1 Diagram alir proses penelitian

Langkah –langkah penelitian diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Tahap Identifikasi a. Studi Pendahuluan

Studi pendahuluan ini merupakan keegiatan pengumpulan informasi dengan melakukan observasi awal untuk mengetahui masalah yang terjadi, kemudian mengidentifikasi masalah tersebut dan menguraikan masalah secara detail dengan didukung studi literature yang memadai, untuk melakukan review terhadap beberapa teori yang berkaitan dalam permasalahan yang diteliti sebagai dasar dalam pencarian dampak akibat proses oversize.2. Penentuan Objek Penelitian

Menentukan objek apa yang akan di teliti dan dilakukan dengan mengambil data penguji spesifikasi motor.

3. Identifikasi Masalah dan Tujuan penelitian

Tahap Analisa dan Pengolahan Data

Metode pengumpulan data ini merupakan hal yang penting untuk mendapatkan data – data penelitian yang akan dipergunakan sebagai media untuk menganalisa dan memberikan kesimpulan yang tepat dari data yang diperoleh. Metode pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data spesifikasi, hasil analisa perubahan yang terjadi akibat proses oversize.

4. Tahap hasil analisa pengujian dan Kesimpulan

IV ANALISA DAN PEMBAHASAN4.1Data-Data yang diperlukan

Untuk melakukan perhitungan kinerja motor diperlukan data-data antara lain : spesifikasi yang diperoleh dari Brosur Spesifikasi Motor Standart Yamaha Mio Soul GT tahun 2014.

Tabel 4.1.1 Data Spesifikasi Motor Standart Yamaha Mio Soul GT tahun 2014.

Guna melengkapi Data-Data yang diperlukan dalam proses perhitungan kinerja motor, maka perlu dilakukan pengukuran Volume Ruang bakar. Proses Pengukuran dilakukan dengan cara menuangkan air atau oli, kemudian ditakar menggunakan bejana ukur atau suntikan.

449

Mulai

Penentuan objek

Identifikasi masalah dan tujuan penelitian pada

proses oversize

Pengumpulan Data yang akan di analisa

Melakukan pengujian awal meliputi perhitungan, dan dampak akibat proses oversize

Selesai

Hasil analisa pengujian

Kesimpulan

Spesifikasi Standart Yamaha Mio Soul GT 2014

Volume Langkah (cc) 113,7 cc

Diameter Piston (mm) 50,0 mm

Langkah Piston (mm) 57,9 mm

Torsi (N.m) 8,5 N.m

Perbandingan Kompresi 9,3 : 1

Daya (kW) 5,7 Kw

Study PendahuluanTahap identifikasi

Tahap analisa dan pengolahan

data

Tahap hasil pengujian

analisa dan kesimpulan

Page 165: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

Penuangan air atau oli

Gambar 4.1 Pengukuran Volume Ruang

Bakar

Hasil pengukuran manual pengukuran Volume Bahan Bakar untuk Motor Yamaha Mio Soul tahun 2014 Standart adalah 14,55 cc

Serta untuk menghitung perubahan pada diameter Piston pada Motor perlu ditambah diameter piston tersebut sesuai dengan oversize piston tersebut.

4.2 Prosedur Perhitungan Kinerja Motor

Prosedur Perhitungan yang dilakukan dengan proses pembakaran normal yang meliputi pada motor ukuran Standart dan oversize. Penambahan ukuran oversize yang dilakukan yaitu dengan menambah diameter piston sebesar 0,25 mm, 0,50mm, 0,75mm dan 1mm dari ukuran standart nya. Perhitungan secara manual ini diperlukan untuk mengetahui pengaruh oversize piston terhadap kinerja motor dan membandingkannya dengan motor yang masih berukuran standart.

4.2.1 Menghitung Volume Langkaha) Menghitung Volume Langkah dengan

oversize standartDiketahui : D = 50 mm atau D = 5

cm S = 57,9 mm atau S = 5,79

cmDitanya : V langkah ( cc )Dijawab : V langkah =L.lingkaran silinder x P.

langkah

= r2 x S

= 3,14 . 2,52 x 5,79 (cm3 atau cc)

= 3,14 x 6,25 x 5,79 = 113,7 cc

b) Menghitung Volume Langkah dengan oversize 0,25 mmDijawab :

Vlangkah=L.lingkaran silinder x P.langkah

= r2 x S

= 3,14 . 2,5122 x 5,79 cc = 3,14 x 6,31 x 5,79 = 114,7 cc

4.2.2 Menghitung Volume Sillindera.) Menghitung Volume Silinder pada Piston

oversize standartDiketahui :

Vl = 113,7 cc

Vc = 14,55 cc

Ditanya :

Vs = Volume Silinder (cc)

Dijawab :

Vs = Vl + Vc

= 113,7 + 14,55

= 128,25 ccb.) Menghitung Volume Silinder pada Piston

oversize 0,25 mm Dijawab : Vs = Vl + Vc

= 114,7 + 14,55

= 129,25 cc4.2.3 Menghitung Perbandingan

Kompresia.) Menghitung Perbandingan Kompresi pada

Piston oversize Standart. Diketahui :

Vs = 128,25 cc Vc = 14,55 cc

Ditanya : E = Perbandingan Kompresi

Dijawab :

450

Page 166: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

b.) Menghitung Perbandingan Kompresi pada Piston oversize 0,25 mm.

Dijawab :

4.2.4 Menghitung Tekanan pada Piston.Rumus Menghitung Tekanan Pada Piston Oversize Standart.

Keterangan :P = Tekanan ( pascal atau N/m2)F = Gaya yang bekerja pada piston

(N)a = Luas Piston ( m2 )

Rumus Menghitung Tekanan Pada Piston Ber-Oversize

P1 . V1 = P2 . V2

Keterangan : P1 = tekanan pada motor standard (pascal

atau N/m2)P2 = tekanan pada motor oversize (pascal

atau N/m2)V1= volume total silinder motor standard

(m3)V2 = volume total silinder motor oversize

(m3)

a.) Menghitung Tekanan pada Piston oversize standart.Diketahui : F = Gaya yang bekerja pada piston (N)a = Luas Piston (m2)Ditanya : P = Tekanan (N/m2)Dijawab :

P = 149,61 N/m2

b.) Menghitung Tekanan pada Piston oversize 0,25 mm. Dijawab :

P1 . V1 = P2 . V2

149,61 (N/m2) . 1,28 (m3) = P2 . 1,29 (m3)

P2 =

P2 = 148,45 N/m2

P2 =

4.2.5 Menghitung Gaya yang bekerja pada Piston.

a.) Menghitung Gaya pada Piston oversize standartDiketahui :

M = 8,5 NmL = 28,95 mm = 0,02895 m

Ditanya :F = Gaya yang bekerja pada Piston ( N )Dijawab :

M = F x L 8,5 (N.m) = F (N) x 0,02895 (m)

F(N)=

= 293,61 Nb.) Menghitung Gaya pada Piston oversize 0,25

mm.Dijawab :

F = P x aF = 148,45 . 1,98 = 293,93 Na = 2,04 m2

4.2.6 Menghitung Daya pada Piston.a.) Menghitung Daya pada Piston oversize

0,25mmDiketahui : P = 148,45 N/m2

a = 1,98 m2

L = 57,9 mn = 670 rpmDitanya :P1 = Daya yang bekerja pada Piston Oversize 0,25mm ( kW )Dijawab :

451

Page 167: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

Pi = 5,70 kW

b.) Menghitung Daya pada Piston oversize 0,50 mm.Dijawab :

Pi = 5,70 kW4.2.7 Menghitung Konsumsi Bahan

Bakar.Dari Data Spesifikasi Motor

yamaha Mio Soul GT 2014 Standart Konsumsi Bahan Bakarnya mencapai 51,9 km/liter

a) Konsumsi Bahan Bakar untuk piston Oversize Standart

b) Konsumsi Bahan Bakar untuk piston Oversize 0,25 mm

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan Hasil Pekerjaan.

Berdasarkan Analisis yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan bahwa dengan meng-Oversize piston, Volume langkah akan bertambah besar tetapi Tekanan pada ruang pembakaran menurun, Perbandingan Kompresi dan Gaya yang bekerja pada piston mengalami peningkatan, Sedangkan untuk Torsi dan Daya yang dihasilkan relatif sama dengan motor berukuran standart, ini terlihat dari

Hasil perhitungan yang telah dilakukan. Kenaikan maupun Penurunan yang terjadi akan mempengaruhi kinerja motor serta konsumsi bahan bakar.

5.2 Saran

Analisis yang dilakukan pada penelitian ini dengan berdasarkan data spesifikasi yang ada lalu dihitung dengan rumus-rumus yang ada. Saran yang diberikan adalah adalah dilakukan penelitian ulang dengan menggunakan benda uji yang nyata dan mempraktekan dengan sebenarnya perubahan yang terjadi serta mempertimbangkan kekuatan materialnya.

DAFTAR PUSTAKA

Asep Syarif Hidayatullah, Jurusan Teknik Mesin. Universitas Gunadarma.

Brosur Spesifikasi Motor Yamaha Mio Soul GT 2014, Dealer Yamaha Yes

BPM. Arends, H. Berenschot, Motor Bensin. Erlangga, Jakarta 1980

DM. Murdhana, Teknik Praktis Merawat Sepeda Motor, Pustaka Grafik

.

Harsanto, 1979, Motor Bakar, Penerbit Djambatan, Jakarta

Jalius Jama, dkk. Teknik Sepeda Motor.

Nugroho, Amien, 2005.

452

Page 168: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

Ensiklopedi Otomotif, cetakan pertama, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Pengetahuan Dasar 4 Langkah, PT. Yamaha Motor Indonesia, 1996

www.motorplus-online.com

www.yamaha.com

453

Page 169: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

ANALISA KEBUTUHAN ANODA KORBAN SENGPADA PLAT BOTTOM KAPAL

DI PT. INDONESIA MARINA SHIPYARD

Deni SeptianProgram Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Gresik

ABSTRAK

Kontruksi bot tom kapal adalah bagian pertama kali terkena air laut dan paling cepat mengalami korosi., sampai saat ini salah satu cara untuk melindungi korosi adalah dengan sistem metoda catodic protection. Metoda catodic protection yang sering dipakai menggunakan anoda korban. Jenis anoda korban yang digunakan adalah paduan seng. Analisa dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas anoda korban sebagai catodic protection dan mengetahui kebutuhan anoda korban untuk memperlambat laju korosi. Metodologi dalam penelitian ini adalah bertempat di PT. INDONESIA MARINA SHIPYARD. Dan sebagai obyek penelitian adalah kapal KMP. CITRA MANDALA SAKTI, dengan menggunakan media air laut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anoda korban paduan seng mempunyai sifat bekerja secara optimal untuk menghambat laju korosi dengan rata-rata 0,30 mm/tahun. Dengan demikian kebutuhan anoda korban seng yang terpasang pada permukaan yang terkena air laut, dengan luas plat bottom kapal, memakai anoda korban seng sebagai catodic protection.

Kata Kunci : Baja, Seng, Korosi

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam era globalisasi saat ini

transportasi sangatlah penting sebagai alat

penghubung. Kapal laut adalah salah satu

alat transportsi yang sangat penting.

Di lihat dari segi konstruksi pada kapal

laut, plat bottom kapal adalah daerah yang

pertama kali terkena air laut, dan sangatlah

rentan terkena korosi.

Dari kerusakan kerusakan atau korosi

pada kontruksi bangunan plat kapal laut

adalah karena air laut. Dan sampai saat ini

penggunaan besi baja sebagai bahan utama

untuk pembuatan bangunan kapal baja

Untuk menghindari dampak yang

timbul akibat korosi air laut, maka plat

lambung kapal perlu di beri perlindungan

korosi secara berkala. dan sampai saat ini

untuk melindungi plat kulit kapal bagian

bawah atau bottom kapal terhadap korosi air

laut masih menggunakan, perlindungan

secara pasif (dengan pengecatan) dan

perlindungan secara aktif dengan metoda

(cathodic protection).

Dalam hal ini metode yang digunakan

untuk menahan laju korosi dalam plat

lambung kapal adalah dengan sistim

perlindungan memakai anoda korban

(cathodic protection), perlindungan dengan

anoda korban mempunyai kelebihan

diantaranya lebih sederhana, simpel dan

biaya perawatan yang lebih rendah. Jenis

anoda korban yang banyak digunakan

adalah paduan

Dan anoda korban zink mempunyai

kelebihan dengan reliability karakter yang

mudah larut untuk menyebar melindungi

bagian kulit bottom kapal dan jenis anoda

korban ini lebih sering di pakai dan sangat

cocok untuk system regulasi kapal yang dalam

tiap tahunnya harus menjalani undocking dan

454

Page 170: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

untuk melihat kelayakan dari bangunan kapal,

terutama bagian bottom kapal.

Anoda korban zink dengan komposisi

paduan yang sesuai dengan karakteristik untuk

memproteksi plat bottom kapal dari korosi dan

menempelnya hewan laut, dari sarat standart

kelayakan kapal yang tiap tahunnya menjalani

proses docking kapal dan akan tetapi anoda ini

bersifat mudah larut.

1.2. Rumusan Masalah

Mengacu dari latar belakang masalah

di atas, maka dapat dirumuskan masalah

yaitu, berapa banyak anoda korban zink yang

dibutuhkan untuk melindungi plat bottom

kapal?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah

untuk mengetahui efektifitas kebutuhan

anoda korban paduan zinc, sebagai

proteksi katodik pada plat lambung kapal

(lapisan plat yang terkena air), dan secara rinci

tujuan dari penelitian ini adalah :

a. Menghitung laju korosi plat baja pada

bottom kapal yang sedang menjalani

repair dan pengedockan di galangan

kapal untuk menentukan efektifitas

anoda korban yang terpasang.

b. Menghitung kebutuhan anoda korban

zinc sebagai proteksi katodik untuk

plat baja pada bottom kapal yang

terkena air laut, untuk memenuhi

standar kelayakan yang berlaku.

1.4. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini semoga dapat

bermanfaat bagi perusahaan dok kapal

dalam menentukan kebutuhan jumlah dan

berat anoda korban zink, sebagai pelindung

terhadap korosi pada plat bottom kapal,

Serta masukan ide pemikiran yang

bermanfaat bagi pengembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi dalam bidang

perkapalan, khususnya dalam hal

perlindungan plat bottom kapal terhadap

korosi air laut.

Sedangkan manfaat bagi

perusahaan pelayaran dapat menggunakan

dari hasil analisa dan penelitian ini dan

diharapkan dapat menjadi bahan

pertimbangan atau masukan dalam

menentukan kebutuhan dan penempatan

dalam pemasangan. anoda korban paduan

zinc untuk memperoleh hasil perlindungan

yang baik dan optimal.

Adapun untuk instansi atau akademik,

di harapkan penelitian ini dapat

bermanfaat sebagai masukan dan bahan

pertimbangan untuk penelitian-penelitian

selanjutnya.

1.5. Batasan Masalah

Batasan masalah dari penelitian ini

adalah agar dapat dilakukan sesuai dengan

tujuan yang telah direncanakan, antara lain :

a. Salinitas air laut sesuai dengan kondisi

lingkungan air laut pada saat kapal

berlayar yaitu di perairan Laut Jawa.

b. Plat baja pada lambung kapal (shell

expantion) yang digunakan sebagai

spesimen uji penelitian merupakan plat

baja standar A dari class BKI (Biro

Klasifikasi Indonesia) yang memiliki

komposisi kimia dan sifat mekanis

setara dengan pelat baja AISI E 2512.

c. Anoda korban yang dipakai adalah

anoda paduan zink.

III.METEDOLOGI PENELITIAN

3.1. Metodologi Penelitian.

Lokasi uji dan analisa dalam

penelitian ini adalah bertempat di dock dan

455

Page 171: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

galangan kapal PT. Indonesia Marina

Shipyard, Gresik. Jawa Timur, pada tahun

2014.

3.2. Sumber dan jenis penelitian.

Dari tahap pengamatan dan

pengukuran, kemudian diklarifikasi dengan

daftar pustaka tentang korosi dan

perlindungan plat lambung kapal untuk

menggunakan anoda korban yang biasa

dilakukan oleh pihak galangan kapal.

kemudian dalam tahap selanjutnya adalah

mencari data dan informasi yang

dibutuhkan dalam mengatasi masalah

tersebut, selanjutnya diterapkan langkah-

langkah untuk menganalisa dalam penelitian

ini melalui metoda penerapan yang ada di

dock, PT. Indonesia Marina Shipyard, Gresik

3.3. Diagram Alir Penelitian

Tahap Identifikasi

Studi Pendahuluan

Studi Lapangan

Tahap Pengumpulan dan PengolahanData

Tahap PembuatanKesimpulan danSaran

Gambar.3.3. Diagram alir penelitian

456

Kesimpulan

Mulai

Mengukur Ketebalan Plat Baja Lambung

KMP. Citra Mandala Sakti

Selesai

Menghitung Laju Korosi

Menghitung Kebutuhan Anoda Korban

Page 172: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

3.4. Penjelasan

3.4.1. Studi Pendahuluan

Studi pendahuluan ini dilakukan dengan

cara peninjauan langsung di lapangan untuk

memperoleh data laju korosi plat baja lambung

kapal

3.4.2. Studi Lapangan

Data hasil hasil dari pengukuran

ketebalan plat Kulit bawah garis air (BGA) kapal

yang masih tersisa dianalisa untuk

menentukan laju korosi yang terjadi dan

menentukan kebutuhan anoda korban.

3.4.3. Mengukur Ketebalan Plat

Data dan penelitian di lakukan dengan

cara melalui metode penempatan alat ukur

(ultrasonic test) pada lambung kapal

kemudian mengambil ukuran ketebalan plat

sebagai data hasil analisa dan dicatat dalam

tabel

3.4.4. Menghitung Laju Korosi dan

Kebutuhan Anoda Korban

Setelah ukuran ketebalan plat

diketahui kemudian dicatat dan

dihitung laju korosi dari pengurangan

ketebalan dari tahun sebelumnya dan

laju korosi diketahui kemudian dilakukan

analisa jumlah anoda korban yang dipasang

pada plat lambung kapal.

IV. PEMBAHASAN DAN ANALISA HASIL

4.1. Analisa dan Penelitian di Lapangan

Penelitian dilakukan pada kapal KMP.

CITRA MANDALA SAKTI saat kapal

menjalani docking/naik dok di PT.

Indonesia Marina Shipyard. KMP.

CITRA MANDALA SAKTI merupakan kapal

jenis penumpang, yang beroperasi di perairan

laut Indonesia dengan salinitas air laut antara

33 o/oo s/d 37o/oo , dengan ukuran kapal :

Length Over All (Loa) : 48,94 m

Length Between Perpendicular : 42,91 m

Breadth (B) : 12,40 m

Depth (H) : 03,40 m

Draught (T) : 02,28 m

Gambar 4.1.1. KMP. CITRA MANDALA

SAKTI

bukaan kulit yang terbagi dalam

lajur plat dan hasil pengukuran tebal plat

lambung kapal setelah kapal berlayar selama

3 tahun di perairan laut Indonesia, dilakukan

dengan ultrasonict test, sebanyak 265 uji titik.

Distribusi titik uji ultrasonic test secara

memanjang, sebagaimana terlihat dalam

Gambar.4.1.2, berikut :

Gambar.4.1.2. Titik uji ketebalan pada

KMP. CITRA MANDALA SAKTI

4.2. Alat ukur ketebalan Plat.

Page 173: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

Instrumen alat ukur yang digunakan

adalah ultrasonic test, alat ini digunakan

untuk mengukur ketebalan pada plat lambung

kapal.

Jenis layar : LCD

Resolusi : 0.001"/ 0.01 mm

Satuan : Metrik & Britis

Batas pengukuran : 0.04 ~8.0" (1 ~200mm)

standar

Batas kecepatan suara : 1000 ~ 9999 m/s

(3,280 ~32,805 ft/s)

Temperatur kerja : 0 ° C ~ +50° C ( 32 ~122 F°)

Frekuensi : 5 MHz

4.3.Hasil Perhitungan Laju Korosi

Data hasil penelitian di lapangan

terhadap KMP. CITRA MANDALA SAKTI,

menggunakan persamaan berikut.

CR = K x W . (mm/tahun) A x D x T

dimana :

K = 87.600

W =5.696.764

A = 7.853.500 (cm2)

D = Densitas pelat baja = 7,85(gram/cm3)

T = 26.280 (jam)CR = 87.600 x 5.696.764 = 499.036.526.400 (gram)

7.853.500 x 7.85 x 26.280 1.620.161.343.000 (cm²)

= 0.308 ( mm/tahun )

4.4. Hasil Perhitungan arus dan Kebutuhan

Anoda Korban

Perhitungan arus dan kebutuhan anoda

korban pada kapal KMP. CITRA MANDALA

SAKTI, dengan anoda korban yang di gunakan

paduan zink dapat dihitung dengan persamaan

berikut:

M Ic T 8760

(kg)

dimana :

M = Berat anoda korban paduan zink (kg)

Ic = Kebutuhan arus proteksi (Ampere)

T = Umur proteksi (tahun), T = 3 Tahun

(Peraturan BKI)

= Faktor guna anoda korban, = 0,85

ε = Electrochemical efficiency (Ah/kg),

ε = 700, Anoda zink

Kebutuhan arus proteksi :

Ic = Ac x fc x ic (Ampere)

dimana :

Ac = Luas plat lambung kapal yang diproteksi

dengan paduan zink (m2)

Ac = 2T x Lpp x ...(m² )

dimana :

T = Sarat air kapal = 2,28 m

B = Lebar kapal = 12,40 m

Lpp = Panjang kapal = 42,91 m

ρ = Faktor efisiensi jenis kapal, ρ = 0,85 (untuk

kapal pasenger)

Ac = {(2x2,28)+12,40} x 42,91 x 0,85

Ac = 612.755 m²

fc = faktor kerusakan lapisan (tabel)

fc = k1 +k2 . tf ….( Ampere )

dimana :

k1 = 0,02 (mengacu pada DNV RPB401)

k2 = 0,015 (mengacu pada DNV RPB401)

tf = Umur Proteksi = 3 tahun

fc k1+k2 . tf = 0,002 + 0,015 x 3 = 0,0525

( Ampere )

ic = Arus Densitas rata-rata (Ampere/m2),

ic = 0,100 Ampere/m2 (tabel)

Sehingga :

Ic Ac fc ic 612,755 x 0,0525 x

0,100 3,217 ....(Ampere)

Maka berat anoda korban yang dibutuhkan :

M Ic T 8760

3,217 3 8760

142,087 .(kg) 0,85 700

Sesuai hasil perhitungan kebutuhan

anoda yang dipasang di plat area bawah garis

air di kapal KMP. CITRA MANDALA SAKTI

sebanyak (18 buah) klu di bagi dalam @ 8 kg/

Page 174: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

buah. dan faktor tempat kritis 20% sehingga

jumlah menjadi (21 buah dalam satuan @ 8

kg/buah)

4.5. Penempatan Anoda Korban

Jumlah total adalah : 21 buah anoda

yang dipasang. dengan jarak penempatan anoda

korban adalah, panjang jarak kapal dibagi

jumlah anoda korban.

Gambar.4.5.1. Penempatan posisi anoda korban

KESIMPULAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil perhitungan

kebutuhan anoda korban sesuai dasar

pembahasan pada KMP. CITRA MANDALA

SAKTI, secara teknis dapat diketahui bahwa

untuk memperlambat laju korosi plat lambung

area bawah garis air kapal selama 3 tahun

berlayar, dibutuhkan anoda korban paduan

zink sebanyak @ 8 kg x 21 buah.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian di

lapangan anoda korban paduan zink memiliki

kinerja yang optimal, dalam arti dapat

memperlambat laju korosi plat baja

seminimal mungkin, dan anoda korban zink

sifatnya mudah larut dan menyebar untuk

memproteksi, sehingga benar-benar dapat

berfungsi sebagai anoda yang memang

dikorbankan.

DAFTAR PUSTAKAAnggono, 2000, Studi Perbandingan

Kinerja Anoda Korban Paduan

Aluminium dengan Paduan Seng

dalam Lingkungan Air Laut, Jurnal

Teknik Mesin, Fakultas Teknologi

Industri, Universitas Kristen

Petra, Surabaya, Volume 2

Benjamin D. Craig, 2006, Corrosion

Prevention and Control : A

Program Management Guide for

Selecting Materials by : Advanced

Materials, Manufacturing, and

Testing Information Analysis

Center (AMMTIAC).

DNV Recomended Practice RP.B401, 1993,

Cathodic Protection Design, Det

Norske Veritas Industry Norway

AS, Hovik.

Fontana, Mars G, 1986, Corrosion

Engineering, 3th Edition, Mc

Graw Hill Book Co., New York.

PT. Biro Klasifikasi Indonesia, 2004,

Regulator for the Corrosion and

Coating System, Edition 2004,

BKI, Jakarta .

PT. Biro Klasifikasi Indonesia, 2006,

Rules for The Classification

and Construction of Seagoing Stel

Ships, Volume II, Rules For Hull,

Edition 2006, BKI, Jakarta .

Trethewey, Kenneth, R, B.Sc, Ph.D, C.Chem,

MRSC, MCORR.ST, John

Chamberlain, 1991, Korosi Untuk

Mahasiswa Sains dan Rekayasa,

PT. Gramedia Pustaka Utama,

Jakarta.

Page 175: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

UJI KETAHANAN KOROSI MATERIAL

BAJA KARBON A 283 Gr C, SS 317L, SS 304, SS HG-30, SS Alloy-31

TERHADAP LIQUID SODIUM METABISULPHITE

Gh Rifqi Syaifullah

Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Gresik

ABSTRAK

Logam merupakan material yang sering dipakai dalam berbagai aplikasi bidang. Misalnya dalam bidang perindustrian penggunaan logam sangat diperlukan. Fenomena korosi pada sebuah tangki penampungan liquid sodium metabisulphite yang menggunakan material baja karbon jenis A 283 C yang sering terjadi kebocoran, penelitian ini bertujuan untuk mencari material dengan laju korosi yang rendah untuk mengatasi masalah kebocoran tangki yang terjadi di lapangan akibat korosi. Dalam penelitian ini untuk mencari nilai laju korosi pada setiap material uji menggunakan metode Kehilangan Berat (Weight Loss), material dipotong dalam bentuk kupon dan dicelup kedalam bejana berisi liquid sodium metabisulphite selama 2 bulan, material ditimbang sebelum dan sesudah pengujian untuk mengetahui berat awal dan akhir sebagai data menghitung nilai laju korosi. Dilihat dari hasil pengujian pada material memiliki nilai laju korosi yang berbeda-beda, nilai laju korosi yang paling tinggi adalah pada material baja karbon tipe A 283 C, sedangkan nilai laju korosi yang paling rendah adalah pada material Stainless Steel tipe 317 L, dari karakteristik masing-masing kupon material terlihat lubang (pitting) pada permukaan material secara merata. Dari hasil penelitian tersebut dapat didapatkan bahwa nilai laju korosi pada material baja karbon A 283 C sebesar 1,663397735 mm/y, Stainless Steel 317 L sebesar0,003144580 mm/y, Stainless Steel 304 sebesar 0,935858876 mm/y, Stainless Steel HG 30 sebesar 0,004859598 mm/y, Stainless Steel Alloy 31 sebesar 0,003177925 mm/y. dan pada semua material uji terjadi korosi jenis lubang (pitting corossion). pada tangki penyimpanan liquid Sodium Metabisulphite disarankan menggunakan material Stainless steel tipe 317 L karna memiliki tingat nilai laju korosi yang paling rendah.

Kata Kunci : Laju korosi, Sodium Metabisulphite, Stainless Steel.

I.PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sodium Metabisulphite adalah suatu garam industry yang terbuat dari bahan baku belerang/sulfur (S) dan soda ash (Na2CO3). Kegunaan Sodium Metabisulphite adalah sebagai pengawet

makanan food grade, pengkrispi makanan, anti jamur dan anti fermentasi, kegunaan lainnya seperti industry kertas, penetral sianida pada tambang emas, penetral chlorine dll.

460

Page 176: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

Fenomena korosi dalam istilah sehari hari kita kenal sebagai peristiwa pengkaratan, korosi ini sebenarnaya merupakan peristiwa oksidasi logam oleh gas oksigen yang ada di udara membentuk oksidanya. Proses korosi banyak menimbulkan masalah-masalah pada peralatan industri yang terbuat dari besi walaupun logam-logam lain (kecuali logam mulia) dapat juga mengalami korosi, jadi jelas korosi dikenal sangat merugikan.

Besi adalah salah satu dari banyak jenis logam jenis logam yang penggunaaanya sangat luas didalam kehidupan sehari-hari termasuk dalam dunia industri, namun kekurangan pada besi adalah sifatnya yang mudah terkorosi.

Begitu juga yang terjadi saat ini pada sebuah tangki penampungan fluida Sodium Metabisulphite denagan temperature sekitar 27°C sampai 30°C dengan menggunakan material Carbon Steel A 283 Grade C , pada tangki terjadi pengkorosian yang secara visual terlihat lubang-lubang kecil yang ada pada body tangki secara merata sehingga sering menimbulkan kebocoran, pada tangki tersebut.

1.2 Perumusan masalahDengan melihat latar belakang yang

telah dikemukakan maka beberapa masalah yang dapat penulis rumuskan yang akan dibahas dalam masalah ini adalah :

1. Material apa yang tahan atau mempunyai laju korosi yang rendah pada fluida Sodium Metabisulhite dengan temperatur sekitar 27°c sampai 30°c .

2. Tipe korosi apa yang terjadi.

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui jenis material apakah yang mempunyai laju korosi yang rendah ?

2. Untuk mengetahui jenis korosi apa yang terjadi pada berbagai material yang dipilih ?Hal ini harus dilakukan analisis untuk mengetahui bukti-bukti yang kongkrit.

1.4 Manfaat Penelitian bagi perusahaan

1. Untuk membantu perusahhan memberikan informasi tentang masalah yang terjadi

2. Memberikan pilihan-pilihan jalan keluar masalah tersebut dengan beberapa opsi dan pilihan terbaik kepada perusahaan.

3.1.5 Manfaat bagi Mahasiswa

1. Mempertajam kemampuan analisis dan berfikir secara sistimatis dengan logika yang tepat.

2. Menambah Pengalaman untuk memecahkan masalah yang sering terjadi dalam sebuah industri dan mencari jalan keluar dengan berbagai bukti-bukti dan alasan yang tepat.

1.6 Batasan Masalah. 1. Penelitian di lakukan pada

material tersebut yang di celupkan dalam bejana yang berisi liquid Sodium Metabisulphite.

2. Pengujian hanya di lakukan dengan metode uji kehilangan berat (weight loss) pada material tersebut.

3. Dalam penelitian ini tidak membahas struktur mikro pada material sebelum maupun sesudah pengujian.

II. METODE PENELITIAN2.1 Alir Penelitian

Penelitian dan karakterisasi sampel dilakukan di PT. METABISULPHITE NUSANTARA. Adapun metode alir penelitian dilakukan dengan tahapan-tahapan yang telah ditentukan sebagai berikut ;

1. Studi lapangan, untuk mencari data-data proses dari operasi manual dan data material manufaktur.

2. Studi pustaka, untuk mempelajari kasus korosi dengan literatur.

3. Melakukan pengujian korosi dengan pengukuran dimensi dan berat benda uji dengan material Baja karbon tipe A283 Grade C Stainless steel tipe 317L Stainless steel tipe 304 Stainless steel tipe HG-30 Stainless steel tipe Alloy-31

Page 177: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

4. Menimbang dan mengevaluasi kondisi benda uji setiap minggu dan rencana pengujian selama 2 bulan .

5. Mengevaluasi hasil pengujian untuk menentukan laju korosi tiap material dan tipe korosi yang terjadi.

6. Melakukan kesimpulan hasil pengujian7. Memberikan saran-saran sesuai hasil

pengujian terhadap perbaikan alat/tangki yang terkorosi.

2.2 Peralatan dan Bahan

22.1 Peralatan

Gelas ukur Bejana Timbangan digital pH meter Jangka sorong Tang penjepit Bejana Thermometer Alat pendukung lainnya : sarung

tangan, masker, kertas, spidol

2.2.2 Bahan

Baja karbon tipe A 238 Grade C Stainless steel tipe 317L Stainless steel tipe 304 Stainless steel tipe HG-30 Stainless steel tipe Alloy-31 Sodium Metabisulphite Air

2.3 ProseS Pengujian dengan uji celup.

pengujian korosi dengan metode ini dikenal dengan metode pengujian hilang massa (weight loss). Pada tahap pengujian ini Sampel dibersihkan dengan air dan dikeringkan dengan hair dryer, sampel di ukur untuk mengetahui dimensi dan luas dari permukaan, sampel ditimbang untuk mengetahui berat awal sebelum pengujian, kemudian menyiapkan peralatan uji yang nyaman dan mudah digunakan, alat yang di gunakan sebagai chamber adalah sebuah bejana yang telah di isi larutan Sodium Metabisulphite, dengan kondisi pH larutan 4,4 dan suhu sekitar 27°C – 30°C kemudian sampel di celupkan dengan rencana waktu pencelupan selama 2 bulan / 1440 jam, dengan interval pengamatan setiap minggu..

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada penelitian tugas akhir ini, dilakukan beberapa pengujian untuk memperoleh data-data real yang dapat diaanalisa dan dapat menghasilkan kesimpulan yang cukup akurat dan relevan terhadap penelitian Tugas Akhir yang dilakukan.

3.1 Metode dan Hasil Pengujian

Metode pengujian yang digunakan pada penelitian tugas akhir ini merupakan metode yang penulis anggap tepat dan dapat memenuhi kebutuhan data-data yang diperlukan dalam membangun system yang dibuat. Data-data hasil pengujian penulis sampaikan dalam bentuk table, diagram dan gambar agar lebih memudahkan untuk dianalisa dan dalam pengambilan kesimpulan terhadap hasil yang diperoleh. Pengukuran laju korosi pada material menggunakan metode kehilangan berat (Weight Loss), dengan menggunakan beberapa material diantaranya; baja karbon tipe A 283 C, stainless steel 304, stainless steel 317L, stainless steel HG30 dan stainless steel Alloy 31 . Pengujian dilakukan dalam waktu 2 bulan/1440 jam, mulai tanggal 25 maret 2015 - 25 mei 2015

3.1.2 Hasil pengujian.

Pengujian dengan metode kehilangan berat (Weight Loss) ini untuk mengetahui laju korosi pada kupon material uji pertahun, dan pada kupon material uji tersebut tidak dilakukan perlindungan apapun. Pengujian ini dilakukan selama 2 bulan / 1440 jam, berat kupon material uji sebelum dan sesudah dilakukan pengujian ditimbang, kemudian selisih beratnya dihitung untuk mencari laju korosi pada masing-masing material tersebut, liquid yang digunakan pada pengujian tersebut adalah liquid Sodium Metabisulphite yang berada pada suhu kamar.

Dari hasil pengukuran berat material sebelum dan sesudah pengujian dihasilkan selisih berat sebagai berikut :

Page 178: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

A x D x T

K x W

Gambar 3.1 Diagram batang hasil pengukuran kehilangan berat pada masing-masing material.

Dari gambar 3.1 dapat diketahui bahwa kehilangan berat pada masing-masing material memiliki kehilangan berat yang berbeda-beda, pada material jenis baja karbon A 283 C memiliki kehilangan berat yang paling signifikan dibanding material lainnya yaitu sebesar 3,2197 gram. Sedangkan pada keempat material lainnya jenis Stainless steel terlihat kehilangan berat yang paling signifikan terlihat pada tipe 304 yaitu sebesar 1,3094 gram. Dan pada Stainless steel yang kehilangan beratnya tidak berbeda jauh adalah pada material tipe HG30 sebesar 0,11 gram, Alloy31 sebesar 0,0073 gram, dan nilai kehilangan berat yang paling kecil adalah pada tipe 317L yaitu sebesar 0,0066 gram.

Data kehilangan berat tersebut akan digunakan untuk melakukan perhitungan Corrosion Penetration Rate (CPR) atau biasa disebut laju korosi. Laju korosi pada masing-masing material dilakukan perhitungan terhadap perubahan berat material, luas permukaan yang tercelup, densitas material pada waktu ekspose

Laju korosi dapat dihitung sesuai dengan ASTM Section III G1-90 vol 3.2 2002, yaitu sebagai berikut:

Dimana ;

CPR = Laju korosi (mm/year)D = Densitas (g/cm³)A = Luas permukaan (cm²)T = Waktu (jam)K = Konstanta laju korosi (mmpy)W = Massa yang hilang (g)

Dari hasil uraian perhitungan laju korosi berbagai macam material didapatkan hasil kehilangan berat didalam tabel dan diagramberikut :

Tabel 3.2 Data perhitungan laju korosi pada masing-masing kupon material uji .

Gambar 3.2 Diagram batang nilai laju korosi pada setiap material uji.

Dari hasil pengujian tersebut dapat terlihat bahwa nilai Laju Korosi (CPR) pada masing-masing material dengan perlakuan yang sama memiliki tingkat laju korosi yang berbeda. Untuk tingkat laju korosi yang paling tinggi dalam penelitian ini adalah pada material jenis baja karbon dengan tipe A 283 C dengan nilai Laju Korosi (CPR) nya 1,663397735 mm/y. Sedangkan untuk keempat material lainnya dengan jenis Stainless steel (SS) nilai Laju Korosi (CPR) yang paling tinggi adalah pada tipe SS 304 yaitu sebesar 0,935858876 mm/y, tetapi tidak lebih tinggi dari jenis baja karbon tipe A 283 C. Dilihat dari diagram pada (Gambar 4.2) kedua material tersebut selisih nilai tingkat Laju Korosi (CPR) nya terlampau tinggi di banding ketiga material lainnya. Pada ketiga material tersebut selisih nilai Laju Korosi (CPR) nya tidak terlalu signifikan yaitu pada material SS HG-30 sebesar 0,004859598 mm/y. Nilai Laju Korosi (CPR) material SS Alloy-31 sebesar 0,003177925 mm/y. Sedangkan pada material SS 317L memiliki nilai Laju Korosi (CPR) yang paling rendah dari semua material uji yaitu sebesar 0.003144580 mm/y.

3.1.3 Analisa korosi pada sampel kupon material

Laju korosi yang terjadi pada kupon sangat terkait dengan mekanisme korosi yang terjadi, dimana perbedaan jenis korosi akan mengakibatkan hasil laju korosi yang berbeda pula.

MaterialUji

Berat AwalW0

(Gram)

Berat Akhir

W1

(gram)

Selisih BeratΔW

(gram)

LuasCm2

Laju KorosiCR (mm/th)

SS 317 LA 283 CSS 304SS HG 30

SS Alloy 31

19,75688,239417,997123,704023,6845

19,75095,019716,092823,693023,6772

0,00663,21921,90430,0110,0073

1615

15,591717

0,0031445801,6633977350,9358588760,0048595980,003177925

(CPR) =

Page 179: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

Gambar3.3 Foto sampel kupon material sebelum pengujian

Gambar3.4 Foto sampel kupon material sesudah pengujian

Dilihat dari gambar permukaan dari masing-masing tipe material uji hampir pada semua jenis material timbul lubang (pitting) pada permukaan, akan tetapi pada setiap material uji memiliki tingkat kerusakan akibat korosi yang berbeda-beda, pada material baja karbon A 283 C dan SS 304 memiliki lubang (pitting) pada permukaan lebih lebar dan terlihat jelas dibandingkan material lainnya, sedangkan pada material SS 317 L, SS HG 30, dan SS Alloy 31 memiliki lubang (pitting) cenderung lebih kecil. Hal ini juga dipengaruhi oleh komposisi dari setiap material tersebut, Crhoum dan Nickel memiliki peranan penting dalam system perlindungan pada Stainless steel (SS).

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan analisa pengukuran laju korosi yang telah dilakukan pada material baja karbon A 283 C, SS 317 L, SS 304, SS HG 30, SS Alloy 31 dengan media liquid Sodium Metabisulphite, didapatkan hasil kesimpulan sebagai berikut:

1. Laju korosi (CPR) yang terjadi pada masing-masing kupon material adalah : Nilai CPR pada material A 283 C

adalah 1,663397735 mm/y. Nilai CPR pada material SS 317 L

adalah 0,003144580 mm/y. Nilai CPR pada material SS 304

adalah 0,935858876 mm/y. Nilai CPR pada material SS HG 30

adalah 0,004859598 mm/y. Nilai CPR pada material SS Alloy

31 adalah 0,003177925 mm/y.2. Nilai laju korosi (CPR) yang paling besar

adalah pada material baja karbon tipe A 283 C yaitu sebesar 1,663397735 mm/y.

Sedangkan nilai laju korosi (CPR) yang paling rendah adalah pada material SS 317 L yaitu sebesar 0,003144580 mm/y

3. Dilihat dari permukaan pada semua sampel uji, Karakteristik korosi yang terjadi pada masing-masing material uji adalah korosi jenis lubang (pitting corrosion).

4.2 SaranBerdasaarkan dari hasil penelitian

nilai laju korosi tersebut bahwa pada tangki penyimpanan liquid sodium metabisulphite yang menggunakan material baja karbon A 283 C disarankan untuk mengganti material yang nilai laju korosinya rendah, sehingga dapat mengurangi masalah yang terjadi di lapangan seperti kebocoran yang sangat merugikan. Dari beberapa material uji tersebut nilai laju korosi yang rendah adalah pada material Stainless steel 317 L, Stainless steel HG 30, Stainless Steel Alloy 31, ketiga material tersebut memiliki perbedaan nilai laju korosi yang tidak terlalu jauh. Sehingga pada tangki penyimpanan liquid Sodium Metabisulphite disarankan menggunakan material Stainless steel tipe 317 L, selain mempunyai nilai laju korosi paling rendah dilihat dari segi biaya lebih efisien karena harga Stainless steel 317 L lebih murah dibandingkan Stainless Steel HG 30 dan Stainlesss steel Alloy 31.

Daftar Pustaka

ASTM G1. Standard practice for preparing, cleaning, and evaluation corrosion test specimens.

ASTM international.1999.

ASTM Section III G1-90 vol 3.2 2002, Standart test Methods and Definition For Mechanical testing of steel product.

Washington: API published

ServiceFontana, Mars G., 1987. Corrosion Engineering (Third Edition).

Singapore: McGraw-Hill Book Company

Gadang Priyotomo,2008. Kamus saku korosi material Vol.1 edisi mahasiswa,

PUSPIPTEK. Serpong Tangerang.

Syohan Demega Perdhana. Studi Laju Korosi Pada Plat Stainless Steel 304 dan 316 Dengan Variasi Media

Page 180: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

Korosi.Tugas Akhir,Teknik Kelautan

ITS-surabaya

Trethewey, K. R.dan Chamberlain, J. 1991. Korosi untuk Mahasiswa dan Rekayasawan.

Jakarta: PT. Gramedia.

Page 181: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

OPTIMALISASI ANALISA VIBRASI UNTUK MENDETEKSI GEJALA MISALIGNMENT PADA MESIN BERPUTAR

HENDRA DWI NUR CAHYO

Program Strudi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Univeritas Gresik

ABSTRAK

Kerusakan pada mesin berputar yang disebabkan oleh misalignment dan perbedaan phase merupakan kerusakan yang mengakibatkan kegagalan dan keterlambatan yang mempengaruhi kapasitas serta pencapaian hasil produksi.

Pada penelitian ini dilakukan percobaan dengan menggunakan simulator mesin berputar dengan cara memberikan shims pada posisi fan dengan variasi ketebalan antara 0,5, 0,75, 1,00, dan 1,50, sehingga mesin simulator mengalami keadaan misalignment baik pada posisi angular maupum posisi parallel.

Disetiap item percobaan dilakukan pengukuran vibrasi dan perbedaan phase menggunakan peralatan CSI 2130 Machinery Health Analyzer dual channel.

Dari hasil analisa spectrum vibrasi dan perbedaan phase dapat disimpulkan bahwa angular misalignment ditandai dengan nilai tingginya vibrasi diarah axial terutama didekat kopling yang strukturnya lemah dan terjadi perbedaan phase diarah axial sebesar 180°, parallel misalignment ditandai dengan tingginya vibrasi diarah radial(horizontal dan vertical) dan perbedaan phase diarah radial(horizontal dan vertical) sebesar 180°, sehingga untuk mendeteksi gejala misalignment sebaiknya pengukuran perbedaan phase harus dilakukan sebagai tambahan untuk memperkuat diagnosa pengambilan kesimpulan gejala awal misalignment.

Kata kunci : Misalignment, Spectrum Vibrasi, dan Perbedaan Phase

466

Page 182: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

I. PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang

Misaligment adalah salah satu sumber getaran

yang dapat menyebabkan kerusakan pada mesin yang

sering terjadi pada mesin yang berputar.

Misalignment juga menimbulkan getaran yang

berlebihan sehingga dapat menimbulkan kerusakan dini

pada komponen mesin dan selanjutnya memperpendek

umur operasi pada pompa atau mesin berputar.

Diambil dari Vibration Diagnostic Chart yang

dibuat oleh Technical Associates of Charlotte memberikan

menganalisa karakteristik getaran misalignment pada

sistem pada mesin berputar dimana kopling rigid sebagai

elemen transmisi daya.

1.2 Rumusan Masalah1. Bagaimana cara mendeteksi gejala awal

misaligment.

2. Bagaimana pengaruh misalignment terhadap

perbedaan phase.

1.3 Tujuan Penelitian1. Untuk mengetahui cara mendeteksi gejala awal

misalignment.

2. Untuk mengetahui pengaruh misalignment terhadap

perbedaan phase pada mesin berputar.

1.4 Manfaat PenelitianManfaat analisa nantinya akan memberikan solusi

dan informasi pada industri agar dapat melakukan

pencegahan gejala awal kerusakan yang disebabkan oleh

misalignment pada mesin berputar.

1.5 Batasan Masalah1. Bahan yang dianalisa hanya komponen pada

simulator mesin berputar.

2. Analisa getaran misalignment.

(CSI 2130 Machinery Health Analyzer)

II. METODE PENELITIAN2.1. Lokasi dan Waktu penelitian

Penelitian di laksanakan di Ruang Lab.Fisika Teknik

Mesin Universitas Gresik

2.2. Jenis Penelitian Jenis penelitian yaitu tentang analisa vibrasi dan

misalignment.

2.3. Penggumpulan Dataa. Pengukuran Vibrasi.

b. Pengukuran Perbedaan Phase.

2.4 Proses Penelitian

Diagram alir proses penelitian dapat dilihat pada gambar

dibawah ini :

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian

III. ANALISA DAN PEMBAHASAN3.1 Analisa Spectrum Vibrasi dan Perbedaan Phase

Gambar 3.1 Simulasi Mesin Berputar

Gambar 3.2 CSI 2130 Machinery Health Analyzer

Point – point pengukuran spectrum vibrasi dan perbedaan

phase.

Gambar 3.3 Point pengukuran simulasi mesin berputar

1. M1H = Motor Outboard Horizontal

2. M1V = Motor Outboard Vertical

3. M1A = Motor Outboard Axial

4. M2H = Motor Inboard Horizontal

5. M2V = Motor Inboard Vertical

6. M2A = Motor Inboard Axial

7. F1H = Fan Outboard Horizontal

8. F1V = Fan Outboard Vertical

9. F1A = Fan Outboard Axial

10. F2H = Fan Inboard Horizontal

11. F2V = Fan Inboard Vertical

467

Page 183: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

12. F2A = Fan Inboard Axial

Keterangan diatas merupakan titik pengukuran yang

akan dilakukan pengukuran untuk mendapatkan data,

Pengukuran kami ambil dari 2 posisi yaitu angular dan

parallel pada titik vertical, horizontal, dan axial.

Gambar 3.4 point dari misalignment paralel yang akan

dilakukan pengukuran

Gambar 3.5 point dari misalignment angular yang akan

dilakukan pengukuran

3.2 Hasil Pengukuran Spectrum Vibrasi dan

Perbedaan Phase. Dibawah ini data dari hasil pengukuran Spectrum

Vibrasi dan Perbedaan Phase

Tabel 3.1 Hasil Pengukuran Spectrum Vibrasi dan Perbedaan Phase Angular misalignment

Tabel 3.2 Hasil Pengukuran Overall Spectrum Vibrasi

Angular Misalignment

Tabel 3.3 Hasil Pengukuran Perbedaan Phase Angular

Misalignment

3.3.1 Pengukuran Spectrum Vibrasi Angular Misalignment

Gambar 3.6 Spectrum Vibrasi Angular Misalignment

dengan shim 0,5 mm

468

Page 184: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

Gambar 3.7 Spectrum Vibrasi Angular Misalignment

dengan shim 0,75 mm

Gambar 3.8 Spectrum Vibrasi Angular Misalignment

dengan shim 1,00 mm

Gambar 3.9 Spectrum Vibrasi Angular Misalignment

dengan shim 1,5 mm

Tabel 3.4 Data Hasil Pengukuran Spectrum Vibrasi dan

Beda Phase Paralel Misalignment

Tabel 3.5 Hasil Pengukuran Overall Spectrum Vibarasi

Paralel Misalignment

Tabel 3.6 Hasil Pengukuran Perbedaan Phase Paralel

Misalignment

3.3.2 Pengukuran Spectrum Vibrasi Paralel

Misalignment

Gambar 3.10 Spectrum Vibrasi Paralel Misalignment

dengan shim 0,5 mm

469

Page 185: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

Gambar 3.11 Spectrum Vibrasi Paralel Misalignment

dengan shim 0,75 mm

Gambar 3.12 Spectrum Vibrasi Paralel Misalignment

dengan shim 1,00 mm

Gambar 3.13 Spectrum Vibrasi Paralel Misalignment

dengan shim 1,5 mm

Gambar 3.14 Spectrum Vibrasi Paralel Misalignment

dengan shim 0,5 mm

Gambar 3.15 Spectrum Vibrasi Paralel Misalignment

dengan shim 0,75 mm

Gambar 3.16 Spectrum Vibrasi Paralel Misalignment

dengan shim 1,00 mm

Gambar 3.17 Spectrum Vibrasi Paralel Misalignment

dengan shim 1,5 mm

3.3 Pembahasan Dari Hasil Analisa Spectrum Vibrasi dan

Perbedaan Phase.

Dari data yang ada diatas kita dapat mengetahui

pada posisi shim dengan ketebalan tertentu akan

menunjukkan perubahan point dengan nilai lebih tinggi

seperti yang terlampir pada tabel dan grafik dibawah ini :

3.3.1 Hasil Pengukuran Analisa Spectrum Vibrasi angular

Misalignment.

Tabel 3.7 Pengukuran Spectrum Vibrasi Angular

Misalignment Overall.

Gambar 3.18 Grafik Spectrum Vibrasi Angular

Misalignment

Dari tabel dan grafik diatas menunjukkan titik

pengukuran pada spectrum vibrasi yang dilakukan dengan

ketebalan shim tertentu, dari kenaikan nilai diatas

menunjukkan pada point F1A terlihat kenaikkan nilai

sangat signifikan sehingga terdeteksi oleh alat pengukur

vibrasi mesin simulator tersebut mengalami misalignment

pada point F1A (Fan Inboard Axial).

Sedangkan pada pengukuran beda phase didapat

nilai point pada tabel dan grafik dibawah ini

Tabel 3.8 Pengukuran Beda Phase Angular Misalignment.

470

Page 186: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

Gambar 3.19 Grafik Beda Phase Angular Misalignment

Pada tabel dan grafik diatas pada pengukuran

beda phase terlihat jelas pada posisi axial sudah terlihat

dari hasil pengukuran dengan shim 0,5 mm menunjukkan

nilai yang cukup tinggi dari horizontal maupun vertical,

3.3.2 Pengukuran Analisa Spectrum Vibrasi Paralel

Misalignment.

Tabel 3.9 Pengukuran Spectrum Vibrasi Paralel

Misalignment Overall

Gambar 3.20 Grafik Spectrum Vibrasi Paralel

Misalignment

Dari tabel dan grafik diatas menunjukkan titik

pengukuran pada spectrum vibrasi yang dilakukan dengan

ketebalan shim tertentu, dari kenaikan nilai diatas

menunjukkan point F1H & F1V terlihat kenaikkan nilai

sangat signifikan sehingga terdeteksi oleh alat pengukur

vibrasi bahwasanya mesin simulator mengalami

misalignment pada point F1H (Fan Inboard Horizontal)

dan point F1V (Fan Inboard Vertical).

Sedangkan pada pengukuran beda phase didapat

nilai point pada tabel dan grafik dibawah

Tabel 3.10 Pengukuran Beda Phase Paralel Misalignment.

Gambar 3.21 Grafik Beda Phase Paralel Misalignment

Pada tabel dan grafik diatas pada pengukuran

beda phase terlihat jelas pada posisi horizontal dan vertical

sudah terlihat dari hasil pengukuran dengan shim 0,5 mm

menunjukkan nilai yang cukup tinggi dari posisi axial,

IV. KESIMPULAN DANSARAN4.1 Kesimpulan1. Angular misalignment ditandai dengan nilai tingginya

vibrasi pada posisi axial terutama didekat kopling yang

strukturnya lemah, dan terjadi perbedaan phase pada

posisi axial sebesar180°.

2.Paralel misalignment ditandai dengan tingginya nilai

vibrasi pada posisi radial (horizontal dan vertical) dan

perbedaan phase pada posisi radial (Horizontal dan

Vertical) sebesar 180°.

3. Untuk mendeteksi misalignment yang paling cepat dan

akurat adalah dengan mengukur perbedaan phase (untuk

parallelbedaphase horizontal dan vertical sedangkan

untuk angularbedaphase axial).

4.2 SaranUntuk mendeteksi gejala misalignment pada mesin

berputar maka sebaiknya :

Pengukuran perbedaan phase, sebagai tambahan untuk

memperkuat diagnosa pengambilan kesimpulan gejala

awal misalignment.

DAFTAR PUSTAKAArthur R. Crawford, Computational System, Incoporated

(CSI).

Girdhar, Paresh, 2004, Maintenance, Newnes An imprint of

Elsevier

ISO 10816, 1995, Mechanical vibrations measurement on

non-rotating parts

ISO 10816 Vibration Severity Chart,August 2000

471

Page 187: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

http://www.usedvibration.com/

vibration_analysis_severity_charts.htm

http://www.reliabilitydirect.com/vibrationmeterproducts/ISO_10816.htm

tanggal 10 April 2011, pukul 22.04 wib).

Jackson, C. Shop testing, Orbit - Bently Publishing Co.,

Minden, NV, (June 1998)

Maedel, Jr, P. Vibration Standards and Test Codes, Shock

and Vibration Handbook 5th edition (Cyril Harris,

editor), McGraw Hill Publishing Co. (2001)

Maurice L. Adams, JR (2004), Rotating machinery

vibration from analysis to troubleshooting, Marcell

Dekker, Inc, New York.

Mobley, R. Keith, 2002, An Introduction of predictive

maintenance, secondedition, Plant engineering.

Supandi (1990).Manajemen Perawatan Industri. Statistika

Induktif edisi

472

Page 188: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

ANALISA KEBUTUHAN DEBIT PADA TANAMAN

PADI DAN TAMBAK DI INTAKE I

DAERAH IRIGASI WADUK LOWAYU

Wahyu Satriyo Tri WibowoFakultas Teknik Mesin, Universitas Gresik

ABSTRAK

Usaha yang dilakukan untuk meningkatkan produksi pangan adalahdengan melakukan pengembangan sumber daya air melalui pengelolaan alokasiair yang tepat dan efisien, yaitu dengan cara pengelolaan air irigasi. Dalampengelolaan irigasi terdapat permasalahan yang muncul salah satunya adalahkebutuhan air irigasi. Kebutuhan air irigasi yang diantaranya memperhitungkankebutuhan air tanaman dan kebutuhan efisiensi pada saluran. Untuk mengatasipermasalahan tersebut pada penelitian ini dianalisa bukaan pintu intake denganmemperhitungkan kebutuhan air irigasi sebagai upaya penentuan hasilproduktifitas tanaman dan guna memenuhi kebutuhan air secara efisien.

Bukaan pintu intake dengan memperhitungkan kebutuhan air irigasi adalahbukaan pintu intake yang memperhitungkan kebutuhan air tanaman dankebutuhan efisiensi pada saluran. Perhitungan bukaan pintu intake dengankebutuhan air irigasi dilakukan untuk mementukan berapa tinggi bukaan pintudalam memenuhi kebutuhan air.

Dari hasil perhitungan jumlah kebutuhan debit air adalah 1,3045 m3/det

didapat tinggi bukaan pintu sebesar 0,76 m dengan waktu bukaan selama 125 hari.Berdasarkan hasil analisa, untuk memenuhi kebutuhan debit air sebesar 1,3045

m3/det memerlukan tinggi bukaan pintu sebesar 0,76 m selama 125 hari.

Kata kunci : Kebutuhan Air, Pengaturan Bukaan Pintu

ABSTRACTThe efforts to increase food production is conduct water resource

development through appropriate management of water allocation precise andefficiently, in particular by irrigation management. Irrigation management hasemerging issues one of the issues is water supply. Including irrigation watersupply account the water for plants and for efficiency in the channel. To solvethese problems, in this study is analyzed the intake operation, by counting thewater supply for irrigation as a result of determining the productivity of the plantand to fill up the water needs efficiently.

Intake operation by counting the water supply for irrigation is Intakeoperation that counting the water supply for plants and for efficiency in the

473

Page 189: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

channel. Operation of intake openings needs for irrigation is done to determinehow high the door openings in fill up water needs.

From the calculation of the required amount of water is 1.3045 m3/ s

gained high intake door openings of 0.76 m with the exposure time for 125 days.

Based on analysis, to fulfill amount water is 1.3045 m3.

Keywords: Water Supply, Intake Operation.

PENDAHULUANLatar Belakang

Permasalahan tentang air seringdijumpai di Indonesia, misalnya pada musimhujan di berbagai daerah banyak terjadibanjir, bahkan di daerah tertentu ada yangsampai memakan korban jiwa. Sedangkan dimusim kemarau di berbagai daerahmengalami kekeringan, yang mengakibatkanmengeringnya mata air sungai sehinggasawah dan tambak mengering. Ditambahlagi tingkat kesadaran masyarakat yangrendah dalam pemanfaatan air yang ada.Untuk meminimalisir hal tersebut makasebaiknya harus bisa memanfaatkan air yangtersedia dengan sebaik mungkin, terutamayang ada di dalam waduk, karena air dalamwaduk itu sangat berguna untuk persediaanyang dapat digunakan pada musim kemarau,air dalam waduk dapat digunakan untukirigasi dan memenuhi kebutuhan airmasyarakat di sekitar waduk tersebut.Dengan adanya waduk, air di musim hujandapat ditampung dan digunakan di musimkemarau juga untuk kebutuhan setiap hari.Di dalam tugas akhir ini, saya mengambilpintu Intake I (Satu) pada waduk Lowayusebagai bahan penilitian untuk memenuhidalam tercapainya tujuan pembelajaran diProgram Sarjana Teknik Jurusan TeknikSipil Universitas Gresik.

Di Kabupaten Gresik, Daerah

irigasi Waduk Lowayu merupakan DaerahIrigasi teknis terluas di Kabupaten Gresik.Sistem Irigasi Waduk Lowayu direncanakanuntuk mengairi areal pertanian seluas 1445Ha. Dalam waduk tersebut terdapat duapintu intake, yaitu intake I (satu) mengairiareal pertanian seluas 232 Ha dan intake II(dua) mengairi areal pertanian seluas 1213Ha, baku sawah Waduk Lowayu

inimencakup Lima belas desa yang berada diKecamatan Dukun yaitu Desa Bangeran,Desa Lowayu, Desa Petiyin Tunggal, DesaTirem, Desa Dukuh Kembar,

DesaTebuwung, Desa Mentaras, Desa MaduMulyorejo, Desa Mojopetung, Desa Ima’an,Desa Sekargadung, Desa Babak Bawo, Desa

474

Page 190: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

Babak Sari, Desa Kalirejo, dan DesaSambogunung. Luas total areal WadukLowayu sebesar 97 Ha, dalam kondisinormal waduk ini mampu menampung airsekitar 1.690.000 m3, yang di bangun padatahun 1936. Lokasi waduk Lowayu berada

di Desa Lowayu kecamatan Dukun yangberjarak ± 40 km dari pusat kota Gresik.

Permasalahan yang ada pada wadukLowayu adalah maraknya petani yangmemakai pompa air secara liar.Mengakibatkan sering kali petani yangmemiliki sawah dibagian bawah, tidakmenerima air secara utuh. Sering pula parapetani yang terlibat konflik, cekcok mulut,saling hantam hingga aduh senjata tajamyang dipicu pada pembagian kebutuhan airyang menurutnya tidak adil. Sejumlahsaluran irigasi yang tidak tersentuh airmeliputi ; Saluran Irigasi di Desa Ima’an,Desa Sekargadung, Desa Babak Bawo, DesaBabak Sari, Desa Kalirejo, dan DesaSambogunung. Akhirnya para petani yangmerasa tidak tersentuh air banyak yangmembuat sumur bor. Sehingga denganbanyaknya pembuatan sumur bor di titikareal waduk, belum juga di areal baku sawahwaduk tersebut, mengakibatkan permukaanair tanah semakin menurun. Masalah lainjuga timbul yaitu meningkatnya erosi tanahsehingga kandungan lumpur dalam airsungai meningkat, yang menyebabkanpendangkalan saluran irigasi makin cepat.Adapun sebagian desa dari kecamatanSidayu di saat kekurangan pasokan airbiasanya meminta layanan dari wadukLowayu. Karena sekarang kondisi wadukLowayu hanya bisa mengairi sampai desaMojopetung, dari kecamatan Sidayu bilamembutuhkan air_pun tidak dapat terlayanioleh Waduk Lowayu. Pada dasarnyaidentifikasi masalah yang ada pada lokasistudi adalah minimnya pengetahuan parapetani dalam kebutuhan air sehinggasewenang – wenang dalam penggunaan air.

Rumusan masalah1. Berapakah kebutuhan air untuk padi

dalam satu kali panen ?2. Berapakah kebutuhan air untuk tambak

dalam satu kali panen ?3. Berapakah tinggi bukaan pintu Intake I

untuk mengairi padi dan tambak ?

2. METODE PENELITIANMulai,Latar Belakang,Perumusan

475

Page 191: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

Masalah,Tujuan Penelitian,Pengelolaan Data: a. Observasi Lapangan, b. Kajian Pustaka,Analisis : a. Kebutuhan Air Padi 1 kali

Panen,b. Kebutuhan Air Tambak 1 kaliPanen,c. Tinggi Bukaan Pintu, Hasil,Kesimpulan.

476

Page 192: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

1. Tahap PersiapanTahapan ini terdiri atas latar

belakang, perumusan masalah dan tujuanpenelitian. Berdasarkan latar belakang,perumusan masalah dilakukan denganmelihat permasalahan yang terjadi, wilayahkajian studi dari permasalahan dan jugakaitannya dengan kebutuhan air untuksawah. Wilayah studi ini adalah kawasanWaduk Lowayu, di Desa Lowayu, kecDukun, kab Gresik.

2. Tahap Pengumpulan DataData Jaringan  irigasi  sekunder

dengan jenis Skema bangunan daerah irigasiLowayu yang bersumber dari DepartemenPekerjaan Umun wilayah propinsi JawaTimur tujuan data  ini  adalah  untukmenghitung Kebutuhan air.

Data jaringan tersier dengan jenisPeta  Skema  Eksploitasi  daerah  irigasiLowayu yang  bersumber  dari DinasPekerjaan Umun kab. Gresik wilayah utarapropinsi Jawa Timur tujuan data ini adalahuntuk menghitung Debit air yang mengairisawah.

Data Luas petak padi dan tambakdengan jenis Peta situasi rencana daerahirigasi  Lowayu yang  bersumber  dariDepartemen  Pekerjaan  Umun  wilayahpropinsi Jawa Timur tujuan data ini adalahuntuk menghitung Kebutuhan netto ataukebutuhan bersih air.

Data Panjang aliran irigasi intake Idengan jenis Skema jaringan irigasi rencanadaerah irigasi Lowayu yang bersumber dariDepartemen  Pekerjaan  Umun  wilayahpropinsi Jawa Timur tujuan data ini adalahuntuk mengetahui Selisih jumlah volume airguna menentukan faktor kehilangan air.

Data usaha tani padi dan tambakdengan  jenis Blanko  Tanaman yangbersumber  dari Departemen  PekerjaanUmun wilayah propinsi Jawa Timur tujuandata ini adalah untuk mengetahui jenis Polatanam.

3. Analisis DataData yang telah didapat perlu

diklarifikasi dulu menurut daya guna tiap

lahan dan lokasi desa yang dialiri saluranirigasi intake I, Memasukkan data dalamtabel guna memudahkan perhitungan.3. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

1. Deskripsi Wilayah StudyWaduk Lowayu merupakan salah satu

waduk terbesar di kecamatan Dukun danKabupaten Gresik dengan Luas baku sawah1445 Ha yang secara administrasi meliputi16 desa, termasuk Kecamatan Dukun.Jaringan irigasi Waduk Lowayu termasukdalam pengawasan cabang seksi pengairanDukun. Adapun batas – batas Daerah Irigasiini adalah sebelah utara Daerah IrigasiMentaras, sebelah timur Daerah IrigasiSiraman, sebelah selatan Kali BengawanSolo / DI Kali Solo, dan Sebelah baratDaerah Irigasi Joho. Daerah Irigasi WadukLowayu merupakan waduk lapangan yangmempunyai luas areal waduk 97 Ha danmempunyai kedalaman air 3,50 m sertamempunyai daya tampung air normal1.690.075 m3.

Sistim Jaringan Irigasi Waduk Lowayuadalah merupakan jaringan irigasi yangmendapatkan air dari Waduk Lowayu yangmempunyai bangunan pintu pengambilanatau Intake. Air Irigasi dari Intake inidialirkan melalui intake 1 yang kearah kanandan intake 2 yang kearah kiri, dengan ukuranpintu masing – masing 1,00 m x 4,25 dan0,80 m x 4,25 m. Disamping pintupengambilan juga terdapat pintu pelimpahbanjir dengan ukuran 7,50 m x 3,70 m dandigunakan pada saat elevasi air di dalamwaduk melebihi elevasi air waduk kuranglebih 3,70 m. Dan mengenai saluran irigasipada Daerah Irigasi Waduk Lowayu padadasarnya sebagai saluran pembawa murni,panjang saluran intake 1 ; 2.105 m ( saluransekunder 918 m, saluran muka 1.187 m ) danpanjang saluran intake 2 ; 9.198 m, fasilitasini ditunjang bangunan – bangunan pengaturlainnya yaitu bangunan sadap 14 buah danbangunan Box Tersier 1 buah. Tabel. 7Kehilangan Pada Saluran

Page 193: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

Jenis saluran Besar kehilangan ( % )Tersier

SekunderUtama

12,5 – 205 – 105 - 10

Page 194: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

1 1

1 1

b=2 m

Saluran sekunder

1 1

1 1

b=1 m

Saluran tersier

2. PembahasanKebutuhan air untuk lt/det/ha untuk

tanaman padi haruslah menyesuaikandengan kegiatan penanaman padi yangterdiri dari tiga kegiatan, yaitu Daripembibitan, penggarapan, dan tanam hinggapanen. Dikarenakan pada masing – masingkegiatan tersebut mempunyai besaran

kebutuhan air yang berbeda dan jangkawaktu pemberian air yang berbeda pula.Pada kegiatan pembibitan hanya mengairiareal 1/20 dari luas areal yang diairi dengandebit air yang bisa dikatakan sebesar 1lt/det/ha. Karena hanya mengairi 1/20 dariluas areal maka dianjurkan menggunakan

Page 195: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

Q/debit = (1/20).20 lt/det/ha dalamperhitungannya, yang mana 1 lt/det/ha =1/20 ha x 20 lt/det, untuk kegiatan ini

B=1m

memerlukan waktu selama 25 hari. Keduaadalah kegiatan penggarapan dengankebutuhan air / debit sebesar 6 lt/det/hayang dilaksanakan selama 10 hari. Danyang ketiga adalah kegiatan tanam hinggapanen dengan kebutuhan air / debit sebesar 4lt/det/ha yang dilakukan selama 90 hari.Kemudian untuk tambak sendiri diperlukandebit (Q) sebesar 1,5 lt/det/ha.

Pada perhitungan diatas bahwauntuk memenuhi kebutuhan air untuktanaman padi seluas 69 ha maka diperlukanbesaran debit diantaranya yaitu padakegiatan pembibitan memerlukan debitsebesar 69 lt/det/ha, pada kegiatanpenggarapan memerlukan debit sebesar 414lt/det/ha, dan pada kegiatan tanam hinggapanen memerlukan debit sebesar 276

Page 196: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

lt/det/ha. Dan untuk mengetahui kebutuhanair selama satu kali panen yaitu mengalikandebit air dengan menit dan jam yangkemudian dikalikan lagi dengan hari, hasiltotal kebutuhan air tanaman padi dalam satu

kali panen yaitu sebesar 44.215 m3.Kemudian untuk tambak dengan luas 163 hadiperlukan debit sebesar 244,5 lt/det/ha,untuk mengetahui penggunaan air tambakdalam satu kali panen maka 244,5 x 60 x 24

x 120 = 42.249,6 m3. Dan total kebutuhanair tanaman padi dan tambak selama satu

kali panen adalah 44.215 m3 + 42.249,6 m3 =86.465 m3. Kemudian setelah diketahuikebutuhan netto atau kebutuhan bersih airpada tanaman padi dan tambak, kita dapatmenentukan kebutuhan air irigasi atau debitrencanan yang mana kita harus mengetahuidata faktor kehilangan pada saluran terlebihdahulu. Pada data yang didapat darilapangan faktor kehilangan (FK) diketahui30 % jadi kebutuhan air total untuk tanamanpadi dan tambak dalam satu kali panen yaitu

86.465 m3 + 30 % = 112.404,5 m3.Setelah diketahui Q total,

pengaturan bukaan pintu dapat dilakukansesuai kebutuhan air yang dibutuhkan.Dalam menentukan pengaturan bukaan pintuharuslah diketahui data kecepatan aliran danjenis atau lebar pintu terlebih dahulu. Padadata yang didapat kecepatan aliran yaitu0,82 m/det dan lebar pintu 1 m. Sebelummasuk dalam perhitungan pengaturanbukaan pintu, jumlahkan debit air tanamanpadi dan tambak yang kemudianditambahkan faktor kehilangan,penjumlahannya yaitu 69 + 414 + 276 = 756lt/det + 244,5 lt/det = 1.003,5 lt/det + 30% =1.304,5 lt/det. Pada perhitungan ini lt/det

terlebih dahulu dijadikan ke m3/det, yangmana 1.304,5 lt/det = 1,3045 m3/det. Setelahsudah menjadi satuan meter maka 1,3045

m3/det : 0,82 m/det = 1,59 m. Karena

standart bukaan pintu pada lapangan yaitu 1m, maka perlu menghitung lama bukaanpintu. Jadi untuk menghitung lama waktubukaan pintu setinggi 1,59 m, perlu untukmeninjau kembali jumlah total kebutuhan airdalam satu kali panen yaitu 112.404,5

m3

kemudian dijadikan ke lt/det/hayaitu

112.404.500 selanjutnya 1.304,5 x 60 x 24 =1.878.480 maka 112.404.500 : 1.878.480 =59,835 diglobalkan menjadi 60 hari. Jadibukaan pintu sebesar 1,59 m

untukmemenuhi kebutuhan air memerlukan waktu

Page 197: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

selama 60 hari. Maka dari itu bukaan pintuuntuk waktu selama 125 hari yaitu 125 : 60= 2,083 kemudian 1,59 : 2,083 = 0,76. Jadiuntuk memenuhi kebutuhan air selama 125hari pada areal seluas 232 ha diperlukantinggi bukaan pintu sebesar 0,76 m.4. PENUTUP

1. KesimpulanDari penelitian sampai perhitungan

dapat diambil kesimpulan dan saran :1. Kebutuhan air untuk tanaman padi

dalam satu kali panen adalah

44.215 m3 dalam 759 lt/det/ha –nya. Hanya saja terbagi 3 langkahperhitungan yang mana jumlahdebit jika dikalikan menit, jam, danhari.

2. Kebutuhan air untuk tambak dalam

satu kali panen adalah 42.249,6 m3

dalam 244,5 lt/det/ha –nya.3. Kebutuhan air total ( Qt ) untuk

tambak dan padi dalam satu kali

panen adalah 112.4040,5 m3.4. Pada Q2 = 759 lt/det/ha + 244,5

lt/det/ha = 1.003,5 lt/det/ha x 60 x24 = 1.445.040 lt/hari/ha ≠ Q2

dalam 1 hari = 99.360 lt/hari/ha +596.160 lt/hari/ha + 397.440

lt/hari/ha + 352.080 lt/hari/ha =1.445.040 lt/hari/ha.

5. Untuk bukaan pintu dalam mengairi232 ha ada dua besaran bukaanyaitu 1,5 m selama 60 hari dan 0,76m selama 125 hari.

2. Saran1. Apabila ketersediaan air waduk

tidak mencukupi kebutuhan airbaku sawah dapat menyuplai dariDI. Bengawan solo.

2. Adapun warga yang tidakmemungkingkan menyuplai air dribengawan solo, warga dapatmengambil air dari sumur bor ( airTanah).

3. Dalam pemberian kebutuhan airstandart untuk tanaman padi ( 20l/det, 6 lt/det, 4 lt/det ) hanyauntuk gadu ijin, dan untuk gadu takijin kebutuhan air hanya sebesar 1lt/det/ha. Dan pemberian air untuktambak (1,5 lt/det/ha).

4. Untuk mengairi baku areal seluas232 ha dengan kebutuhan air

sebesar 112.404,5 m3, dalammengatur bukaan pintu lebih efisien

Page 198: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

menggunakan bukaan sebesar 0,76m selama 125 hari dibandingkandengan bukaan sebesar 1,5 mselama 60 hari, dikarenakanstandart bukaan pintu padalapangan adalah 1 m.

4. DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Irigasi dan Bangunan Air.Penerbit Gunadarma, Jakarta.Anonim. 1986. Standar Perencanaan

Irigasi-Kriteria Perencanaan 01.Jakarta: Direktorat JenderalPengairan Pekerjaan Umum.

Anonim. 1986. Standar PerencanaanIrigasi-Kriteria Perencanaan 03.Jakarta: Direktorat JenderalPengairan Pekerjaan Umum.

Chow, V.T. 1992. Hidrolika SaluranTerbuka. Jakarta, Penerbit Erlangga.Dinas Pekerjaan Umum. 1986. KP-01Perencanaan Jaringan Irigasi.Dinas Pekerjaan Umum. 1986. KP-02Bangunan Utama.Direktorat Jenderal Pengairan, 1986.

Standar Perencanaan Irigasi (KP.01 05). Departemen PekerjaanUmum, CV. Galang Persada,Bandung.

Departemen Pekerjaan Umum DirektoratJenderal Pengairan,1986, Standar

Perencanaan Irigasi KP-02, BadanPenerbit Pekerjaan Umum, Jakarta.

Garg, Satnosh kumar. 1981. IrrigationEngineering and hydraulicStructures. Khana Publisher. NaiSarak. Delhi.

Henderson, FM, 1966, Open ChannelFlow, New York. MacMillanPublishing Co.Inc

Martin Smith, 1991. CROPWAT (ver.5.7):Manual and Guidelines. FAO.Hadihardaja, Joetata. Dkk. 1997. Rekayasa

Pndasi I (konstruksi PenahanTanah). Gunadarma. Jakarta.

Ranga Raju, KG, 1986, Aliran melaluisaluran Tebuka, Jakarta. PenerbitErlangga

Soemarto CD, 1995. Hidrologi TeknikEdisi ke -2. Jakarta ErlanggaSubramanya, K, 1986, Flow in Open

Channels, New Delhi, TataMcGraw Hill PublishingCompany Limited.

Sudjarwadi. 1990. Teori dan PraktekIrigasi. PAU Ilmu TeknikUniversitas Gajahmada.Yogyakarta.

Sudjarwadi. 1979. Pengantar TeknikIrigasi. Universitas Gadjah Mada,Yogyakarta.

Page 199: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II
Page 200: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

REHABILITASI MEDIS DAN SOSIAL TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA. (STUDI

KASUS PUTUSAN NOMOR 22/PID.B/2014/PN.GSK)

Rizal Hariyadi

Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Gresik

ABSTRAK

Narkotika adalah obat/ bahan berbahaya, yang dapat mengakibatkan ketergantungan bagi jiwa pemakainya, serta dapat mengakibatkan kehancuran fisik maupun mental. Narkotika sebenarnya dipakai dalam dunia kesehatan dan digunakan untuk membius pasien, akan tetapi banyak orang yang salah mempergunakan narkotika.. penyalahgunaan narkotika akhir-akhir ini semakin meningkat tak hanya orang dewasa melainkan remaja dan anak-anak juga ikut menyalahgunakannya. Korban penyalahgunaan atau orang yang menyalahgunakan narkotika merupakan orang yang sakit yang wajib menjalani rehabilitasi. Tak hanya sekali memakai tetapi akan bergantung pada barang haram tersebut, meskipun dalam undang-undang secara tegas tidak boleh menyalahgunakan narkotika kecuali untuk penelitian. Cara yang ampuh untuk penyalahguna narkotika adalah mengrehabilitasi mereka yang kecanduan narkotika walaupun ada unsur pidananya, dengan cara rehabilitasi pengguna narkotika akan di didik dan dibina agar kelak tidak terjerumus ke dalam dunia gelap narkotika lagi.

Kata Kunci : Penyalahguna, Narkotika, Rehabilitasi.

A. PENDAHULUAAN

1.1 Latar Belakang

Narkotika adalah zat atau obat yang

berasal dari tanaman atau bukan tanaman,

baik sintetis maupun semisintetis yang dapat

menyebabkan penurunan kesadaran

hilangnya rasa, mengurangi dan

menghilangkan rasa nyeri serta dapat

menimbulkan ketergantungan. Jika dipakai

sesuai dengan takaran narkotika sebenarnya

obat yang sangat penting bagi dunia

kesehatan, pengembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi.

Penyalahgunaan dan peredaran gelap

narkotika di Indonesia telah menyebar

sampai wilayah Indonesia, bahwa

penyalahgunaan narkotika sudah kian

menggawat (Rohman Hermawan, 1986: 1),

bukan hanya di kota-besar saja narkotika

menyebar tetapi sudah masuk sampai desa-

desa maupun daerah terpencil.

Penyalahgunaan narkotika tidak hanya para

kaum dewasa tetapi juga sudah sampai

para remaja maupun anak-anak yang

memakainya. Kebanyakan penyalahguna

narkotika Golongan I mengkonsumsi sabu-

sabu atau metamfetamina.

Menurut Undang-Undang Nomor 35

tahun 2009 tentang Narkotika, narkotika

Golongan I ada 65 macam jenis yang

sering disalahgunakan yaitu ganja dan

kokain. Ganja dan kokain dilarang untuk

produksi dan digunakan dalam proses

produksi kecuali untuk kepentingan tertentu.

Narkotika hanya diperoleh secara impor dan

di produksi dalam negeri, materi hukumnya

hanya mengatur mengenai perdagangan dan

penggunaan narkotika (Siswanto Sunarso,

2011:2).

1

Page 201: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

Sebagaimana bunyi pasal 41 Undang-

Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika, sebagai berikut :

“Narkotika Golongan I hanya disalurkan

oleh pedagang besar farmasi tertentu

kepada lembaga ilmu pengetahuan

tertentu untuk kepentingan ilmu

pengetahuan dan teknologi”.

Karena Undang-Undang secara tegas

telah melarang jenis narkotika golongan I

yakni shabu-shabu digunakan untuk

kepentingan yang lain yang bukan berkaitan

dengan ilmu pengetahuan.

Hukuman harus dapat mempertakut

orang supaya agar tidak berbuat jahat

(Soesilo, 1995 : 3), seperti yang dilakukan

oleh MUSHOLIN BIN MUSTOFA telah

terbukti bersalah melakukan tindak pidana

“bersama-sama melakukan perbuatan

menyalahgunakan narkotika golongan I bagi

diri sendiri”. Yaitu kristal metamfetamina

yang terdaftar dengan Golongan I Nomor

Unit 61 Undang-Undang Nomor 35 tahun

2009 tentang Narkotika, yang pada

pokoknya menerangkan bahwa terdakwa

mengalami sindroma ketrgantungan

metamfetamina (shabu-shabu) dan

disarankan untuk menjalani rehabilitasi.

1.2 Perumusan Masalah

Rumusan masalah dimaksudkan sebagai

penegasan masalah yang akan diteliti

sehingga memudahkan dalam pekerjaan

serta pencapaian sasaran, dalam penelitian

ini penulis merumuskan masalah sebagai

berikut :

a. Apakah pecandu narkotika atau orang

yang menyalahgunakan narkotika

dikatagorikan pelaku kejahatan atau orang

yang sakit?

(Studi Kasus Putusan Nomor

22/Pid.B2014/PN.Gsk).

b. Apakah ketentuan pasal 54 Undang-

Undang Nomor 35 tahun 2009 yang

mewajibkan korban penyalahgunaan

narkotika menjalani rehabilitasi medis dan

sosial dapat disandingkan dengan pasal 103

Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009

tentang Narkotika?

(Studi Kasus Putusan Nomor

22/Pid.B/2014/PN/Gsk).

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui, mengkaji, dan

menganalisa Penyebab seseorang terlibat

dalam penyalahgunaan narkoba dan cara-

cara pencegahan agar tidak terlibat dalam

penyalahgunaan narkotika.

Untuk mengetahui, mengkaji, dan

menganalisa seperti apa pertanggung jawaban

pidana yang terlibat dalam penyalahgunaan

narkotika.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini bermanfaat untuk

memberikan sumbangan pemikiran atau

memperkaya konsep-konsep, dan dapat

bermanfaat bagi pengembangan ilmu hukum.

1.4.2 Manfaat Praktis

Memberikan sumbangan pemikiran

terhadap masyarakat, khususnya aparat

penegak hukum dalam melaksanakan tugas

secara profesional dan berkeadilan.

B. TINJAUAN PUSTAKA

Bahwa kejahatan adalah rechdelicten.

Yaitu perbuatan-perbuatan yang meskipun

tidak ditentukan dalam undang-undang,

sebagai perbuatan yang bertentengan dengan

tata hukum (Moeljatno, 2009: 3). Di dalam

2

Page 202: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana tidak

dicantumkan secara jelas tetapi kejahatan

diatur dalam pasal 104 sampai dengan pasal

488. Ada yang menyamakan antara

kejahatan dengan tindak pidana yaitu

perbuatan melawan hukum, perbuatan

melanggar hukum atau bertentangan dengan

Undang-Undang.

sebagaimana bunyi pasal 1 ayat 13

Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009

tentang Narkotika yaitu Pecandu narkotika

adalah orang yang menyalahgunakan

narkotika dan dalam keadaan ketergantungan

pada narkotika, baik secara fisik maupun

psikis, sedangkan ayat 14 yakni

ketergantungan pada narkotika adalah

kondisi yang ditandai oleh dorongan untuk

menggunakan narkotika secara terus

menerus dengan takaran yang meningkat

agar menghasilkan efek yang sama dan

apabila penggunaannya dikurangi dan/atau

dihentikan secara tiba-tiba, menimbulkan

gejala fisik dan psikis yang khas.

Dapat dilihat juga pasal 1 ayat 15

bahwa Penyalahguna narkotika adalah orang

yang menggunakan narkotka tanpa hak atau

melawan hukum. Pecandu atau korban

penyelahgunaan narkotika adalah orang yang

sakit wajib menjalani rehabilitasi, sebagian

besar pelaku narkotika di katagorikan

korban penyalahguna dan korban narkotika

yang secara tidak langsung merupakan

orang yang sakit.

Pengguna narkotika dapat dikatakan

penyakit kronis seperti gangguan fisik

akibat penggunaan secara berlebihan,

narkotika sanggup mengghasilkan khayal-

khayal yang menyenangkan ( Rahman

Hermawan 1986: 4). Jumlah narkotika

semakin besar meningkatnya waktu yang

digunakan untuk memperoleh narkotika.

Pengguna narkotika tidak dapat berhenti

begitu saja, jika berhenti pemakaiannya

akan terjadi kerusakan oleh tubuh dan kerja

otak, hilangnya kesadaran dan menjadi gila

sampai mengalami kematian.

C. METODE PENELITIAN

1. Type Penelitian

Dalam metode penelitian ini

menggunakan penelitian hukum normatif,

penelitian hukum kepustakaan yaitu

penelitian hukum yang dilakukan dengan

cara meneliti bahan-bahan pustaka atau

bahan-bahan sekunder.

2. Pendekatan Masalah

untuk membahas dalam penelitian ini,

digunakan pendekatan-pendekatan sebagai

berikut:

2.1 Pendekatan Perundang-Undangan

Pendekatan ini dilakukan secara

menelaah undang-undang yang berkenaan

dengan hukum yang ditangani. Dalam

metode ini peneliti perlu memahami hirarki,

asas-asas dalam peraturan perundang-

undangan (Marzuki, Peter Mahmud 2010:5).

2.2 Pendekatan Kasus

Dalam pendekatan ini perlu dilakukan

secara telaah terhadap kasus-kasus yang

berkaitan dengan isu yang akan dihadapi.

Yang perlu di pahami oleh peneliti adalah

retio decidendi yaitu alasan-alasan hukum

yang digunakan hakim untuk sampai kepada

putusannya.

2.3 Pendekatan konseptual

Pendekatan ini dapat diketemukan

dalam pandangan-pandangan sarjana dan

doktrin-doktrin hukum. Untuk memahaminya

pendekatan ini juga dapat diketemukan

dalam undang-undang.

3. Bahan Hukum

3

Page 203: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

3.1 Bahan Hukum Primer Bahan hukum primer terdiri dari

Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009

tentang Narkotika dan Undang-Undang

Nomor 5 tahun 1997 tentang Psikotropika,

catatan-catatan resmi atau risalah dalam

perbuatan perundang-undangan dan putusan-

putusan hakim. Bahan hukum berikutnya

yaitu Putusan Nomor 22/Pid.B/2014/PN.Gsk,

yang berkaitan dengan isu yang akan

dihadapi.

3.2 Bahan Hukum Sekunder

Bahan Hukum Sekunder adalah buku-

buku hukum meliputi skripsi, tesis, kamus-

kamus hukum, jurnal-jurnal hukum, dan

komentar-komentar atas keputusan

pengadilan.

3.3 Bahan Hukum Tersier

Bahan Hukum Tersier yaitu bahan

hukum yang memberikan petunjuk maupun

penjelelasan terhadap bahan primer dan

sekunder yang berasal dari kamus hukum,

surat keterangan dan sebagainya.

4. Prosedur Pengumpulan Bahan Hukum.

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan

pengumpulan data dengan membaca,

mempelajari dan mengidentifikasi seluruh

data baik peraturan perundang-undangan,

kepustakaan dan putusan pengadilan yang

berkaitan dengan kasus ini.

5. Pengolahan dan Analisis Bahan

Hukum.

Dalam penelitian ini, langkah

pengumpulan data adalah melalui studi

kepustakaan yaitu semua data yang terkait

dengan pokok permasalahan. .

D. HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

Rehabilitasi adalah Sebuah kegiatan

ataupun proses untuk membantu para

penderita narkotika yang memerlukan

pengobatan medis untuk mencapai

kemampuan fisik, tempat yang memberikan

pelatihan, keterampilan dan pengetahuan

untuk menghindarkan dari pengaruh

narkotika. Sebagaimana bunyi pasal 127

Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009

tentang Narkotika, sebagai berikut ;

1.“Setiap Penyalah Guna :

a. Narkotika Golongan I bagi diri

sendiri dipidana dengan pidana

penjara paling lama 4 (empat) tahun;

b. Narkotika Golongan II bagi diri

sendiri dipidana dengan pidana

penjara paling lama 2 (dua) tahun;

c. Narkotika Golongan III bagi diri

sendiri dipidana dengan pidana

penjara paling lama 1 (satu) tahun”.

2.“Dalam memutus perkara sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), hakim wajib

memperhatikan ketentuan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 54, Pasal 55,

dan Pasal 103”.

3.“Dalam hal Penyalah Guna

sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dapat dibuktikan atau terbukti sebagai

korban penyalahgunaan Narkotika,

penyalah guna tersebut wajib

menjalani rehabilitasi medis dan

rehabilitasi sosial”

Menurut Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2009 tentang Narkotika bahwa

rehabilitasi dapat digolongkan menjadi 2

macam yaitu Rehabilitasi Medis dan

Rehabilitasi Sosial. Rehabilitasi Medis yaitu

suatu proses kegiatan secara terpadu untuk

membebaskan pecandu dari ketergantungan

narkotika. Rehabilitasi medis pecandu

narkotika dapat dilakukan di Rumah

Sakit yang ditunjuk oleh Menteri

4

Page 204: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

Kesehatan yaitu rumah sakit yang

diselenggarakan baik pemerintah maupun

masyarakat. Selain itu pengobatan dan

rehabilitasi medis juga dapat dilakukan

melalui pendekatan keagamaan dan

tradisional, sesuai dengan norma yang

berlaku di masyarakat.

Sedangkan rehabilitasi Sosial yaitu suatu

proses pemulihan secara terpadu, baik fisik,

mental maupun sosial, agar bekas pecandu

narkotika. Lembaga rehabilitasi sosial yang

ditunjuk oleh Menteri Sosial yaitu lembaga

rehabilitasi sosial yang diselenggarakan baik

oleh pemerintah maupun sosial. Sebagaimana

bunyi pasal 54 Undang-Undang Nomor 35

tahun 2009 tentang Narkotika sebagai

berikut :

“Pecandu narkotika dan korban

penyalahgunaan narkotika wajib

menjalani rehabilitasi medis dan

rehabilitasi sosial”

Yang dimaksud dengan “korban

penyalahgunaan narkotika” adalah seseorang

yang tidak sengaja mengguunakan narkotika

karena dibujuk, diperdaya, ditipu, dipaksa,

dan diancam untuk menggunakan narkotika.

Upaya untuk mengurangi jumlah

pengguna narkotika akan mengalami

kegagalan, penanganan yang kurang baik

dan tidak tepat terhadap pengguna, salah

satunya melalui rehabilitasi. Justru akan

membuat mereka kembali menggunakan

barang haram tersebut dan jumlah penghuni

tahanan akan semakin bertambah, upaya

menurunkan jumlah pengguna yang cukup

efektif adalah rehabilitasi bukan

diperkarakan dan dipidana (Gatot

Supramono 2010:5).

Sebagimana bunyi pasal 103 Undang-

Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang

Narkotika sebagi berikut :

1. “Hakim yang memeriksa perkara pecandu

narkotika dapat :

a. “Memutuskan untuk memerintahkan

yang bersangkutan menjalani

pengobatan dan/atau perawatan melalui

rehabilitasi jika pecandu narkotika

tersebut terbukti bersalah melakukan

tindak pidana narkotika; atau

b. ”Menetapkan untuk memerintahkan

yang bersangkutan menjalani

pengobatan dan/atau perawatan melalui

rehabilitasi jika pecandu Narkotika

tersebut tidak terbukti bersalah

melakukan tindak pidana Narkotika”.

2. “Masa menjalani pengobatan dan/atau

perawatan bagi pecandu narkotika

sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf a diperhitungkan sebagai masa

menjalani hukuman”.

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor

35 tahun 2009 tentang Narkotika yang

termasuk pasal 54, 55, dan 103 yang

menyatakan bahwa setiap pecandu narkotika

dan korban penyalahgunaan narkotika wajib

menjalani pengobatan dan/atau perawatan,

namun dalam praktek dilapangan masih ada

aparat penegak hukum yang mempunyai

paradigma baik pecandu, penyalahgunaan

narkotika dan pengedar harus dihukum.

Walaupun memiliki dan menguasai

narkotika harus dipertimbangkan juga

maksud dan tujuan kepemilikan narkotika

tersebut, apakah dimaksudkan untuk

digunakan sendiri atau diperjualbelikan.

Padahal amanat Undang-Undang Nomor 35

tahun 2009 tentang Narkotika sangat jelas

menyatakan bahwa penting bagi

penyalahgunaan narkotika wajib menjalani

rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial.

5

Page 205: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

E. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Penyalah Guna adalah Orang yang

menggunakan Narkotika tanpa hak atau

melawan hukum, menggunakan narkotika

tanpa sepengetahuan dan pengewasan

dokter. Pecandu atau korban penyalahgunaan

narkotika adalah orang yang sakit Sebagian

besar pelaku kasus narkotika termasuk

dalam kategori korban penyalahgunaan

narkotika yang secara tidak langsung

merupakan orang sakit.

Ketentuan tentang rehabilitasi medis

dan rehabilitasi sosial terhadap

penyalahgunaan narkotika berdasarkan pasal

54 Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009

tentang Narkotika, bahwa setiap korban

penyalahgunaan narkotika wajib menjalani

rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial.

Jika disandingkan dengan pasal 103 ayat

(1) mengandung pengertian saling

bersimpangan. Maka dalam memberikan

putusan hakim terlebih dahulu menentukan

status terdakwa, apakah terdakwa tersebut

pecandu atau korban penyalahgunaan

narkotika.

5.2 Saran Rehabilitasi adalah cara yang tepat bagi

penyalahguna narkotika agar dapat dibina

dan mendapatkan perawatan atau

pengobatan agar kelak tidak terjerumus ke

dalam dunia gelap narkotika lagi.

Hakim yang dapat memutuskan pecandu

narkotika direhabilitasi apabila pecandu

narkotika terbukti benar-benar bersalah

melakukan tindak pidana narkotika dan

tempat rehabilitasi atau pengobatan bagi

penyalahgunaan narkotika seharusnya setiap

daerah itu ada.

DAFTAR PUSTAKA

Gatot Supramono. 2009. Hukum Narkoba

Indonesia, Jakarta : Djembatan.

Moeljatno. 2009. Asas-Asas Hukum Pidana.

Jakarta : Rineka Cipta.

Peter Mahmud Marzuki. 2010. Penelitian

Hukum. Jakarta : Kencana Prenada

Media Grub,

Rahman Hermawan. 1986. Penyalahgunaan

Narkotika Oleh Para Remaja.

Bandung. Eresco

Siswanto Sunarso. 2011. Penegakan Hukum

Psikotropika, Jakarta. Raja Grafindo

Persada,

Soesilo. 1995. Kitab Undang-Undang

Hukum Pidana, Bogor. Politeia,

Undang-Undang Nomor 5 tahun 1997

tentang Psikotropika.

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

tentang Narkotika.

6

Page 206: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

PEMBUKTIAN ANAK DENGAN BAPAK BIOLOGISNYA MENURUT PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NO :

46/PUU-8/2010

Diah Ayu Sulistiya NingrumProgram Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Gresik

ABSTRAKPasca terbitnya Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor: 46/PUU-8/2010, anak luar kawin tidak hanya mempunyai hubungan keperdataan dengan ibu dan keluarga ibunya saja, melainkan juga dengan bapak biologis yang telah dibuktikan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi atau alat bukti hukum lainnya. Dewasa ini kita mengenal teknologi tes Deoxyribo Nucleic Acid (DNA) yang dapat digunakan untuk mengetahui sifat genetis seseorang. Penggunaan tes DNA yang penyelesaiannya berkaitan dengan pelacakan asal-usul keturunan dapat dijadikan sebagai bukti primer, yang berarti dapat berdiri sendiri tanpa diperkuat dengan bukti lainnya. Ketika dapat dibuktikan bahwa anak luar kawin tersebut merupakan anak dari perkawinan tidak sah orang tuanya, maka dengan prosedur yang telah ditetapkan undang – undang, dapat diangkat derajatnya menjadi anak sah. Anak luar kawin yang telah diakui dan disahkan menurut hukum, dia berhak mendapatkan hak – haknya sebagai anak sah yang telah dibuktikan dengan akta otentik. Hak – hak tersebut bukan hanya hak keperdataan melainkan juga terkait hak – hak administrasi.

Kata kunci : Putusan, anak luar kawin, keperdataan, administrasi

a. PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Kasus perkawinan siri yang

berdampak pada anak luar kawin,

salah satunya adalah kasus Machica

Mochtar dan anaknya, Muhammad

Iqbal Ramadhan. Disini kedua orang

tersebut yang bertindak sebagai

Pemohon I dan Pemohon II mencari

keadilan terkait pengakuan seorang

anak agar nantinya dia mendapatkan

apa yang menjadi haknya. Hingga

lahirlah Putusan Mahkamah

Konstitusi Nomor: 46/PUU-8/2010

yang telah menetapkan perubahan

pada Pasal 43 ayat (1) Undang –

Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan. Banyak yang sudah

menganalisis putusan Mahkamah

Konstitusi tersebut. Namun dengan

latar belakang itu, penulis lebih

tertarik untuk menganalisis bagaimana

pembuktian anak di luar kawin dengan

bapak biologisnya menurut Putusan

Mahkamah Konstitusi Nomor:

46/PUU-8/2010 dan apa saja akibat

hukum baik secara perdata maupun

administrasi.

I.2. Rumusan Masalah

1. Bagamainakah pembuktian anak

diluar kawin dengan bapak

biologisnya menurut putusan

Mahkamah Konstitusi Nomor:

46/PUU-8/2010 ; dan

2. Apa akibat hukum keperdataan

dan administrasinya.

I.3. Tujuan Penelitian

7

Page 207: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

Tujuan dari penelitia ini adalah untuk

mengetahui bagaimana pembuktian

hubungan bapak biologis dengan anak

diluar kawin menurut Putusan

Mahkamah Konstitusi Nomor:

46/PUU-8/2010; dan mengetahui apa

saja akibat hukumnya.

I.4. Manfaat Penelitian

Secara teori, adalah agar tulisan ini

dapat menambah pengetahuan tentang

pembuktian hubungan bapak biologis

dengan anak diluar kawin menurut

Putusan Mahkamah Konstitusi

Nomor: 46/PUU-8/2010 dan apa

akibat hukum yang diperoleh anak

tersebut.

Manfaat secara praktis yang diperoleh

dari penelitian ini yaitu untuk dapat

memberikan masukan kepada

pemikiran sekaligus pengetahuan

tentang hal – hal yang berhubungan

dengan pembuktian hubungan bapak

biologis dengan anak diluar kawin

menurut Putusan Mahkamah

Konstitusi Nomor: 46/PUU-8/2010,

dan akibat hukum bagi anak setelah

lahirnya putusan tersebut.

b. Tinjauan Pustaka

Peraturan tentang alat – alat pembuktian,

termasuk dalam bagian yang pertama,

yang dapat juga dimasukkan dalam kitab

undang – undang tentang hukum perdata

materiil. Pendapat ini rupanya dianut oleh

pembuat undang – undang pada waktu

B.W. dilahirkan. Untuk bangsa Indonesia

peraturan perihal pembuktian ini telah

dimasukkan dalam H.I.R., yang memuat

hukum acara yang berlaku di Pengadilan

Negeri. (Subekti 2011:176)

Sebagai pedoman, diberikan oleh pasal

1865 BW bahwa barang siapa

mengajukan peristiwa-peristiwa atas

nama ia mendasarkan sesuatu hak,

diwajibkan membuktikan peristiwa-

peristiwa itu; sebaliknya barang siapa

mengajukan peristiwa – peristiwa guna

pembantahan hak orang lain, diwajibkan

juga membuktikan peristiwa – peristiwa

itu! (Kansil 2006:252).

Pasal 164 HIR menjelaskan yang disebut

alat-alat bukti, yaitu bukti dengan surat,

bukti dengan saksi, persangkaan-

persangkaan, pengakuan, sumpah, di

dalam segala hal dengan memperhatikan

aturan-aturan yang ditetapkan dalam

pasal-pasal yang berikut.

Pasal 181 RBg / 154 HIR menjelaskan

terkait saksi ahli, bahwa jika menurut

pendapat ketua pengadilan negeri,

perkara itu dapat dijelaskan oleh

pemeriksaan atau penetapan ahli – ahli,

maka karena jabatannya, atau atas

permintaan pihak – pihak, ia dapat

mengangkat ahli-ahli tersebut. Dalam hal

yang demikian, maka ditentukan hari

persidangan pada waktu mana hal itu

memberi laporannya baik dengan surat,

maupun dengan lisan dan menguatkan

keterangan itu dengan sumpah.

Pemeriksaan DNA merupakan proses

pemeriksaan yang dilakukan secara ilmu

kedokteran yang memperlihatkan sifat

genetika sebagai proses penurunan sifat –

sifat dari orang tua kepada anaknya yang

dilakukan melalui pemeriksaan golongan

darah. Hal ini dapat dijadikan bukti

8

Page 208: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

sebagai alat bukti yang membantu

memperkuat bukti – bukti lainnya

sehingga memberikan keyakinan terhadap

kebenaran. (Alimuddin 2014:99).

Akibat hukum yang ditimbulkan dari

perubahan pasal 43 ayat (1) Undang –

Undang no 1 tahun 1974 tentang

Perkawinan tersebut secara mutatis

mutandis telah menimbulkan banyak

perubahan. (Alimuddin 2013:88)

c. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian

dekriptif, yaitu penelitian yang

menggambarkan masalah dengan cara

menjabarkan fakta – fakta secara

sistematik sehingga lebih mudah

dipahami dan disimpulkan.

Pendekatan penelitian yang dilakukan

adalah secara normative yakni

berdasarkan pada tinjauan peraturan

perundang – undangan.

Sumber data yang dibutuhkan dalam

penulisan jurnal ini diperoleh dari

perpustakaan dan dokumen – dokumen

resmi. Data yang dipergunakan dalam

penelitian ini terdiri dari data primer,

sekunder, dan data tersier. Data tersebut

diperlukan untuk menjawab

permasalahan yang menjadi fokus

penelitian.

Prosedur pengumpulan bahan – bahan

yang digunakan dalam penulisan jurnal

ini adalah studi kepustakaan yang

merupakan langkah awal dari penelitian

hukum normative. Sedangkan teknik

pengumpulan data dilakukan dengan cara

membaca, mempelajari, mengidentifikasi

literatur – literatur, laporan penelitian,

dokumen – dokumen resmi serta sumber

bacaan lainnya dengan menyalin atau

memindahkan data yang relevan dengan

penulisan jurnal ini.

Dalam penelitian ini penulis

mengumpulkan data – data yang dapat

digunakan sebagai bahan penelitian. Data

– data tersebut diperoleh dari hasil

kepustakaan yang kemudian diolah secara

kualitatif. Dalam penelitian hukum

normative, pengolahan data adalah

kegiatan untuk mengadakan sistematisasi

terhadap bahan – bahan hukum tertulis.

Sistematisasi tersebut terkait dengan cara

membuat klasifikasi terhadap bahan –

bahan hukum tersebut agar memudahkan

penulis untuk menganalisa data yang ada.

Analisis data terhadap data yang sudah

diperoleh melalui data primer, data

sekunder, dan tersier selanjutnya

dilakukan pengolahan data, yakni

kegiatan untuk mengadakan sistematisasi

terhadap bahan – bahan hukum tertulis.

d. Pembahasan

Pembuktian merupakan langkah

menentukan kebenaran. Dalam Pasal 164

HIR menyebutkan 5 alat bukti yang dapat

digunakan dalam peradilan, diantaranya

bukti dengan surat, bukti dengan saksi,

persangkaan – persangkaan, pengakuan,

dan sumpah. Dewasa ini selain alat bukti

tersebut, juga terdapat alat bukti lain.

Diantaranya adalah keterangan para ahli.

Pasal 153 HIR, hakim diberi kesempatan

apabila diperlukan untuk memperoleh

pertolongan dari sebuah panitia untuk

memeriksa keadaan sesuatu tempat,

sedangkan dalam pasal ini apabila

dipandang berfaedah, kepada hakim diberi

9

Page 209: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

kemungkinan untuk minta pertolongan

atau pendapat seorang ahli. Pada

hakekatnya kedua hal tersebut adalah

merupakan alat atau sarana bagi hakim

untuk mencari kebenaran yang hakiki agar

dapat menjatuhkan keputusan yang adil.

Keterangan para ahli di dapat untuk

menjelaskan alat bukti yang sudah mulai

berkembang. Saat ini banyak sekali

teknologi yang terlahir dari pengetahuan

para ilmuan yang sudah digunakan dalam

peradilan, diantara lain adalah teknologi

tes kebohongan, perekam suara (audio

record) , perekam gambar (visual record),

pelacak sidi jari, dan tes DNA.

Pembuktian diperlukan apabila si anak

tidak mendapatkan pengakuan dari ayah

biologisnya. Menurut putusan Mahkamah

Konstitusi Nomor: 46/PUU-8/2010, yang

menjelaskan bahwa Anak yang dilahirkan

di luar perkawinan mempunyai hubungan

perdata dengan ibunya dan keluarga

ibunya serta dengan laki-laki sebagai

bapaknya yang dapat dibuktikan

berdasarkan ilmu pengetahuan dan

teknologi dan/atau alat bukti lain menurut

hukum mempunyai hubungan darah,

termasuk hubungan perdata dengan

keluarga bapaknya. Ilmu pengetahuan dan

teknologi yang dimaksud adalah teknologi

yang terlahir dari pengetahuan para ilmuan

yang dapat digunakan sebagai alat bukti

petunjuk dalam peradilan. Dan dalam

penjelasannya dapat disampaikan oleh para

ahli. Teknologi DNA merupakan teknologi

yang dilakukan secara ilmu kedokteran

yang memperlihatkan sifat genetika

sebagai proses penurunan sifat – sifat dari

orang tua kepada anaknya. Teknologi ini

digunakan karena setiap orang memiliki

DNA yang berbeda – beda. DNA dapat

diperoleh dalam darah, rambut, sel – sel

mukosa di bagian dalam pipi (dalam

mulut), dan jaringan – jaringan lainnya.

Setelah pengambilan sel – sel dari jaringan

tubuh, DNA kemudian dikeluarkan dari

dalam sel melalui proses ekstraksi DNA.

DNA yang diperoleh dari hasil ekstraksi

berjumlah relatif sangat sedikit sehingga

masih sulit untuk dianalisa. Oleh sebab itu

DNA perlu diperbanyak. Teknik

perbanyakan DNA disebut dengan

amplifikasi DNA. Proses memperbanyak

ini dilakukan melalui suatu rangkaian

reaksi yang disebut dengan Polymerase

Chain Reaction ( PCR ). Rangkaian reaksi

inilah yang membuat 1 (satu) DNA

menjadi berjuta – juta DNA dalam waktu

yang singkat yang kemudian akan mudah

untuk dianalisis. Setelah melalui proses

terakhir dalam analisis DNA, yaitu proses

sequencing, maka akan dapat diketahui

profil dari DNA seseorang. Profil inilah

yang kemudian dibandingkan dengan

kedua orang tua sehingga dapat diketahui

dengan pasti asal DNA

Setelah dapat dibuktikan bahwa anak

tersebut adalah anak dari bapak

biologisnya, maka kedudukannya dimata

hukum berubah. Jika seorang anak luar

kawin hanya memperoleh pengakuan saja

maka ia masih dianggap anak luar kawin

yang diakui. Statusnya dalam hukum

perdata adalah dia mendapatkan apa yang

menjadi haknya sebagai anak luar kawin

yang diakui. Seperti halnya waris, anak

yang lahir di luar perkawinan kemudian

telah mendapat pengakuan dari bapak

biologisnya maka anak tersebut berhak

mewaris dengan golongan sebagai berikut:

10

Page 210: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

1. Anak luar kawin mewaris dengan ahli

waris golongan I, bagiannya: 1/3 dari

bagiannya seandainya dia anak sah;

2. Anak luar kawin mewaris dengan ahli

waris golongan II dan III , bagiannya

½ dari seluruh warisan;

3. Anak luar kawin mewaris dengan ahli

waris golongan IV, bagiannya ¾ dari

seluruh warisan.

Jika seorang anak luar kawin telah

mendapatkan pengakuan juga pengesahan

berdasarkan peraturan perundang –

undangan maka dia akan memiliki derajat

yang lebih tinggi dibanding dengan

mereka yang hanya mendapat pengakuan

saja. Dalam hal perdata kedudukan anak

luar kawin yang telah mendapatkan

pengakuan juga pengesahan, maka hak –

haknya akan setara dengan anak sah

lainnya. Baik perihal pembiayaan hidup,

sampai pada urusan waris.

Dalam Putusan Mahkamah Konstitusi No.

46/PUU-VIII/2010 tidak menyebutkan

terkait akibat hukum secara administratif,

atau akta kelahiran anak luar kawin.

Implikasi putusan Mahkamah Konstitusi

ini berkaitan dengan status hukum dan

pembuktian asal usul anak luar kawin.

Hubungannya dengan akta kelahiran

adalah karena pembuktian asal – usul anak

hanya dapat dilakukan dengan akta

kelahiran otentik yang dikeluarkan oleh

pejabat berwenang sesuai dengan yang

diatur dalam Pasal 55 ayat (1) Undang –

Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang

Perkawinan.

Mengenai konsekuensi hukum dengan

dikeluarkannya suatu akta kelahiran

terhadap anak luar kawin ialah di dalam

akta kelahiran anak tersebut hanya

tercantum nama ibunya. Karena pada saat

pembuatan akta kelahiran, status anak

masih sebagai anak luar kawin.

Akta kelahiran dapat dilakukan perubahan

apabila dalam perjalanannya, bapak

biologis dari anak tersebut melakukan

pengesahan anak. Pengesahan anak dapat

dilakukan setelah pengakuan anak, atau

langsung tanpa melalui pengakuan anak.

e. Penutup

V.1.Kesimpulan

Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi

Nomor: 46/Puu-8/2010 , anak diluar

perkawinan yang dapat dibuktikan

asal – usulnnya dengan menggunakan

ilmu pengetahuan atau teknologi

lainnya sebagai alat bukti petunjuk,

diangkat derajatnya dari anak diluar

perkawinan menjadi anak sah dimata

hukum. Namun bukti yang dibutuhkan

bukan hanya sekedar DNA, kelima

bukti menurut pasal 1866 Kitab

Undang – Undang Hukum Perdata

juga sangat penting. Karena dalam

substansi dan kekuatan pembuktian

alat bukti tes DNA terletak pada alat

bukti tes DNA hanya bertindak

(bernilai) sebagai alat bukti petunjuk

karena bukan merupakan alat bukti

langsung atau indirect bewijs dan

kekuatan pembuktiannya bersifat

primer, yang berarti dapat berdiri

sendiri tanpa diperkuat dengan bukti

lainnya.

V.2.Saran

1. Bagi perempuan Indonesia,

hendaknya berpikir panjang jika

11

Page 211: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

akan melakukan sesuatu. Jika

ingin memperoleh perlindungan

hukum, maka sebaiknya lakukan

tindakan yang berlandaskan

hukum. Lakukan perkawinan

yang sesuai dengan Undang –

Undang no 1 tahun 1974 tentang

Perkawinan.

2. Kerjasama masyarakat sekitar

juga sangat dibutuhkan. Kita

hidup bersosial, jika salah satu

diantara kita akan melakukan

tindakan yang tidak sesuai atau

kurang sesuai dengan peraturan

yang ada, maka kewajiban kita

bersama untuk mengingatkan

terkait kemungkinan masalah –

masalah yang akan dihadapi.

3. Pemerintah hendaknya segera

membuat peraturan pemerintah

yang didalamnya membahas

tentang perlindungan perempuan

dan anak yang menjadi dampak

adanya perkawinan siri.

Daftar PustakaAbdussalam, 2014, Buku Pintar Forensik

(Pembuktian Ilmiah), Jakarta, Penerbit

PTIK Press.

Alimuddin, 2014, Pembuktian anak dalam

Hukum Acara Peradilan Agama,

Bandung, Penerbit Nuansa Aulia

Kansil, C.S.T, 1989, Pengantar Ilmu Hukum

dan Tata Hukum Indonesia, Jakarta,

Penerbit Balai Pustaka.

________, 2006, Modul Hukum Perdata,

Jakarta, Penerbit Pradnya Paramita.

Marzuki, Peter Mahmud, 2006, Penelitian

Hukum, Jakarta, Penerbit Kencana

Prenada Group.

Perangin, Effendi. Hukum Waris, Penerbit Raja

Grafindo Persada, Jakarta, Tahun 2014.

Prawirohamidjojo, R Soetojo. Hukum Orang

dan Keluarga, Penerbit Airlangga

University Press, Surabaya, Tahun

2008

Subekti, Pokok – Pokok Hukum Perdata,

Penerbit Intermasa, Jakarta, Tahun

2011.

Tafsir, Ahmad, Filsafat Ilmu, Penerbit PT

Remaja Bosda Karya, Bandung, Tahun

2004.

12

Page 212: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

TINDAK PIDANA PENIPUAN MENGGUNAKAN BILYET GIRO( Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Gresik

Putusan No: 246/Pid.B/2014/PN.Gsk. )

Lina Kamilah TsaniProgram Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Gresik

ABSTRAK

Tindak pidana penipuan (oplichthing) merupakan tindak kejahatan yang mempunyai obyek harta benda. Penipuan menggunakan bilyet giro kosong merupakan modus yang baru saat ini, untuk itu korban dari penipuan atau pemegang bilyet giro menjadi dirugikan dan membutuhkan suatu perlindungan hukum. Penelitian ini untuk mengetahui pertimbangan Hakim Pengadilan Negeri Gresik dalam menjatuhkan Putusan Nomor 246/Pid.B/2014/PN.Gsk. mengenai tindak pidana penipuan menggunakan Bilyet Giro, dan bagaimanakah perlindungan hukum terhadap pihak yang dirugikan dalam tindak pidana penipuan menggunakan bilyet giro. Penelitian ini merupakan penelitian yang deskriptif dan dilihat dari tujuannya termasuk penelitian hukum normatif. Dari hasil analisis didapatkan bahwa pertimbangan hukum Majelis Hakim Pengadilan Negeri Gresik dalam menjatuhkan putusan telah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Tidak ada peraturan perundang-undangan yang khusus mengatur tentang perlindungan hukum terhadap pemegang Bilyet Giro kosong.

Kata Kunci : Tindak Pidana Penipuan, Bilyet Giro, Perlindungan Hukum

I. PENDAHULUANI.1. Latar Belakang

Menurut Abdulkadir Muhammad (2013:223), Bilyet giro adalah jenis surat berharga yang tidak diatur dalam KUHD, yang tumbuh dan berkembang dalam praktek perbankan karena kebutuhan dalam lalu lintas pembayaran secara giral.

Bilyet Giro sendiri merupakan alat pembayaran, sedangkan kegagalan pembayaran utang dapat dikategorikan sebagai wanprestasi yang termasuk ke dalam ranah hukum perdata. Namun dapat juga kemungkinan kegagalan pembayaran tersebut dilakukan untuk melakukan tindak pidana, misalnya tindak pidana penipuan.

Adapun contoh kasus terkait dengan tindak pidana penipuan sebagaimana yang hendak penulis teliti adalah terjadinya tindak pidana penipuan menggunakan bilyet giro yang terjadi di lingkup pengadilan Negeri Gresik. Tindak pidana yang dilakukan oleh pelaku dalam kasus ini adalah tindak pidana penipuan menggunakan bilyet giro dengan modus pelaku yakni dengan memberikan keyakinan dan membujuk korban yang intinya untuk memberikan pinjaman kepada pelaku untuk modal usaha dan akan memberikan jaminan berupa BG (Bilyet Giro) terhitung mundur dan akan

dapat dicairkan pada saat tanggal jatuh tempo dst. Namun pada saat jatuh tempo, Bilyet Giro yang dicairkan kepada Bank tertarik ternyata tidak dapat dicairkan karena saldo tidak cukup, warkat stop bayar.

Kasus ini membuat penulis ingin menelusuri lebih dalam tentang penerapan hukum pidana terhadap penipuan menggunakan bilyet giro dan tentang perlindungan hukum bagi pihak yang dirugikan dalam penipuan pencairan Bilyet Giro kosong dengan judul “Tindak Pidana Penipuan Menggunakan Bilyet Giro (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Gresik Putusan No. 246/Pid.B/2014/PN.Gsk.)”.

I.2. Rumusan MasalahBerdasarkan uraian latar belakang yang ada, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:a. Bagaimanakah penerapan hukum

pidana pada perkara tindak pidana penipuan menggunakan bilyet giro dalam putusan pengadilan Negeri Gresik No. 246/Pid.B/2014/PN.Gsk.?

b. Bagaimanakah perlindungan hukum terhadap pihak yang dirugikan dalam penipuan pencairan bilyet giro kosong?

I.3. Tujuan Penelitian

13

Page 213: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

penelitian hukum ini mempunyai tujuan sebagai berikut:a. Tujuan obyektif

1. Mengetahui peraturan penerapan hukum pidana pada perkara tindak pidana penipuan menggunakan bilyet giro dalam putusan pengadilan Negeri Gresik No. 246/Pid.B/2014/PN.Gsk.

2. Untuk mengetahui apakah dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan terhadap tindak pidana penipuan menggunakan bilyet giro dalam putusan pengadilan Negeri Gresik No. 246/Pid.B/2014/PN.Gsk. sudah sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.

b. Tujuan Subyektif1. Untuk menambah pengetahuan di

bidang ilmu hukum khususnya Hukum Pidana;

2. Untuk menambah wawasan dan memperluas pengetahuan serta pemahaman penulis terhadap teori-teori mata kuliah yang telah diterima selama menempuh kuliah guna melatih kemampuan dalam menerapkan teori-teori tersebut dalam prakteknya di masyarakat;

3. Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam menyusun skripsi sebagai syarat yang harus dipenuhi untuk memperoleh gelar sarjana bidang ilmu hukum di Fakultas Hukum Universitas Gresik.

I.4. Manfaat Penelitianmanfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain :a. Manfaat Teoritis

1. Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan Ilmu Hukum pada umumnya dan Hukum Pidana pada khususnya;

2. Diharapkan dapat menambah bahan referensi dibidang karya ilmiah serta bahan masukan bagi penlitian sejenis di masa yang akan datang.

b. Manfaat Praktis1. Memberikan jawaban atas

permasalahan yang akan diteliti;2. Memberikan manfaat untuk lebih

mengembangkan penalaran, membentuk pola pikir yang

dinamis, sekaligus untuk mengetahui kemampuan penulis dalam menerapkan ilmu yang telah diperoleh;

3. Memberikan sumbangan pemikiran bagi aparat penegak hukum khususnya yang berkaitan dengan penanganan terhadap tindak pidana penipuan menggunakan bilyet giro kosong.

II. TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Tindak Pidana PenipuanIstilah tindak pidana berasal dari

istilah yang dikenal dalam hukum pidana Belanda yaitu strafbaar feit. Strafbaar feit terdiri dari tiga kata, yakni straf, baar dan feit. Straf diterjemahkan dengan pidana dan hukum. Baar diterjemahkan dengan dapat dan boleh. Sementara itu untuk kata feit diterjemahkan dengan dengan tindak, peristiwa, pelanggaran dan perbuatan.

Istilah penipuan barasal dari kata tipu. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa tipu berarti perbuatan atau perkataan yang tidak jujur (bohong, palsu, dan sebagainya) dengan maksud untuk menyesatkan, mengakali, atau mencari untung; kecoh. Sedangkan penipuan berarti proses, cara, perbuatan menipu; perkara menipu (mengecoh).

Tindak pidana penipuan (oplichthing) merupakan salah satu kejahatan yang mempunyai obyek harta benda. Tindak pidana ini diatur dalam Bab XXV Buku II Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Dalam pasal 378 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) mengatur mengatur tentang penipuan sebagai Berikut:

“Barangsiapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, dengan memakai nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu muslihat, ataupun rangkaian kebohongan menggerakkan orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu kepadanya, atau supaya memberikan hutang maupun menghapus piutang, diancam karena penipuan dengan pidana penjara paling lama empat tahun.”

II.2. Bilyet GiroSufirman Rahman (2013:109)

merumuskan bahwa secara etimologi Bilyet Giro berasal dari bahasa Belanda,

14

Page 214: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

kata bilyet berarti kertas atau surat. Giro atau giral berasal dari bahasa prancis yang berarti edar.

Ketentuan yang mengatur tentang bilyet giro terdapat dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia (SEBI) No. 28/32/KEP/DIR tanggal 4 Juli 1995 pasal 1 huruf d yang berbunyi:

“Bilyet Giro adalah surat perintah dari nasabah kepada bank penyimpan dana untuk memindahbukukan sejumlah dana dari rekening yang bersangkutan pada rekening pemegang yang disebutkan namanya.”

II.3. Perlindungan Hukum Perlindungan hukum adalah

tindakan atau upaya untuk melindungi masyarakat dari perbuatan sewenang-wenang oleh penguasa yang tidak sesuai dengan aturan hukum, untuk mewujudkan ketertiban dan ketentraman sehingga memungkinkan manusia untuk menikmati martabatnya sebagai manusia. (Setiono, 2004:3)

Menurut Muchsin (2003:14) perlindungan hukum merupakan kegiatan untuk melindungi individu dengan menyerasikan hubungan nilai-nilai atau kaidah-kaidah yang menjelma dalam sikap dan tindakan dalam menciptakan adanya ketertiban dalam pergaulan hidup antar sesama manusia.

Perlindungan hukum adalah suatu perlindungan yang diberikan kepada subyek hukum sesuai dengan aturan hukum, baik itu yang bersifat preventif (pencegahan) maupun yang bersifat represif (pemaksaan), baik yang secara tertulis maupun tidak tertulis dalam rangka menegakkan peraturan hukum.

III. METODE PENELITIAN

III.1. Type PenelitianJenis penelitian yang akan Penulis lakukan adalah penelitian hukum normatif atau kepustakaan

III.2. Pendekatan MasalahPendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kasus.

III.3. Bahan Hukuma. Bahan Hukum Primer

Menurut Mukti Fajar dan Yulianto Achmad (2010:157), Bahan hukum primer yang terdiri atas peraturan

perundang-undangan, yurisprudensi, atau keputusan pengadilan (lebih-lebih bagi penelitian yang berupa studi kasus), dan perjanjian internasional (traktat).

b. Bahan Hukum SekunderYakni bahan-bahan yang erat hubungannya dengan bahan hukum primer dan dapat membantu menganalisis serta memahami bahan hukum primer, yang terdiri dari buku-buku literatur, Makalah-makalah, hasil penelitian para pakar hukum, jurnal atau artikel, dan berita-berita dalam surat kabar atau majalah.

c. Bahan Hukum TersierYakni bahan hukum yang

memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer maupun bahan hukum sekunder, yang terdiri dari Kamus Hukum, Kamus Bahasa Indonesia, Ensiklopedia, indeks kumulatif dan sebagainya.

III.4. Prosedur Pengumpulan Bahan HukumUntuk memperoleh data yang

sesuai dan mencakup permasalahan dalam penelitian hukum ini, maka Penulis akan menggunakan prosedur pengumpulan bahan hukum melalui studi kepustakaan.

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

IV.1.Analisa Putusan Hakim Pengadilan Negeri Gresik

Terhadap pertimbangan Hukum Majelis Hakim dapat dilakukan analisis unsur-unsur sebagai berikut:a. Mengenai Unsur Barang Siapa

Berdasarkan fakta yang terungkap di persidangan bahwa atas keterangan terdakwa yang membenarkan identitas dari dirinya maka diketahui bahwa terdakwa yang dihadapkan di persidangan ini adalah terdakwa ACHMAD FAIRUZSYAH dengan identitas sebagai telah tersebut.

Berdasarkan keterangan Terdakwa sendiri yang menyatakan bahwa ia berada dalam kondisi yang sehat baik akal maupun jasmani dan mampu memberikan keterangan di depan persidangan.

Berdasarkan keterangan terdakwa dan keterangan saksi-saksi, yang mana dari keterangan-keterangan tersebut terungkap fakta-fakta bahwa

15

Page 215: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

terdakwa ACHMAD FAIRUZSYAH adalah subjek hukum yang keadaan dan kemampuan jiwanya menunjukkan kondisi yang mampu bertanggungjawab (toerekeningsvatbaar) ;

Dengan demikian maka unsur "Barang siapa" telah terbukti pada diri terdakwa.

b. Unsur hendak menguntungkan diri atau orang lain dengan melawan hukum.

Berdasarkan keterangan saksi MAS’UD (korban) pada pokoknya menerangkan bahwa benar pada hari dan tanggal tidak dapat diingat sekitar bulan Pebruari 2011 sampai sekitar tahun 2012, atau setidak-tidaknya pada suatu waktu dalam antara tahun 2011 sampai dengan tahun 2012 terdakwa datang meminjam uang kepada saksi untuk modal usaha. Sehingga jumlah uang saksi yang diserahkan kepada terdakwa sebesar Rp. 1.556.060.000,- (satu milyar lima ratus lima puluh enam juta enam puluh ribu rupiah) belum dikembalikan oleh terdakwa.

Berdasarkan fakta tersebut di atas maka unsur “dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum” telah terpenuhi;

c. Dengan memakai nama palsu, martabat palsu, dengan tipu muslihat atau rangkaian kebohongan

Berdasarkan keterangan saksi dan keterangan terdakwa yang terungkap dalam persidangan, bahwa terdakwa memberikan cek dan bilyet giro kosong yang tidak dapat dikliring oleh saksi di Bank Panin, BNI, BCA dan HSBC.

Dengan demikian maka unsur “Dengan memakai nama palsu, martabat palsu, dengan tipu muslihat atau rangkaian kebohongan” telah terpenuhi.

d. Menggerakkan orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu kepadanya, atau supaya memberi utang maupun menghapus piutang

Berdasarkan keterangan saksi MAS’UD, terdakwa meminjam uang kepada saksi untuk modal usaha dengan mengatakan akan memberikan jaminan BG (bilyet giro) maupun cek

yang dapat dicairkan dengan jatuh tempo pencairan selama 3-5 bulan.

Menimbang bahwa dengan demikian maka unsur “Menggerakkan orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu kepadanya, atau supaya memberi utang maupun menghapus piutang” telah terpenuhi.

Maka setelah menganalisa dan memperhatikan unsur-unsur dakwaan dan unsur-unsur tersebut terbukti maka penulis sependapat dengan Pertimbangan Hukum Majelis Hakim dan menyatakan bahwa terdakwa bersalah telah melakukan tindak pidana penipuan dan pantas untuk dihukum.

IV.2.Perlindungan Hukum Bagi Pemegang Bilyet Giro Kosonga. Perlindungan Hukum Bagi Pemegang

Bilyet Giro Menurut Undang-Undang Perbankan dan Peraturan Bank Indonesia

Undang-undang Perbankan tidak mengatur tentang perlindungan hukum bagi pemegang Bilyet Giro, di dalamnya hanya memberikan pengertian dari Bilyet Giro.

Bilyet giro secara khusus diatur dalam dalam Surat Edaran Bank Indonesia (SEBI) tanggal 24 Januari 1972 No. 4/670/UPPB/PbB tentang Bilyet Giro, yang disempurnakan dengan: Surat Keputusan Direksi No. 28/32KEP/DIR tanggal 4 Juli 1995 Tentang Bilyet Giro, Surat Edaran No. 28/32/UPG tanggal 4 Juli 1995, dan Surat Edaran No. 2/10/DASP/ tanggal 8 Juni 2000 Tentang Tata Usaha Penarikan Cek/Bilyet Giro Kosong yang di ubah dengan Surat Edaran Bank Indonesia No. 4/17/DASP tanggal 7 November 2002. Dengan adanya surat edaran dari Bank Indonesia tersebut maka mulailah diadakan penyeragaman dalam penggunaan dan persyaratan-persyaratan yang menyangkut bilyet giro, peraturan lama yang mengatur tentang bilyet giro yaitu SEBI No. 4/670/UPPB/PbB tanggal 24 Januari 1972 dinyatakan dicabut dan tidak berlaku lagi.

Namun dengan adanya surat edaran tersebut tidak pula mengatur tentang perlindungan hukum terhadap pemegang Bilyet Giro kosong. Dalam surat edaran tersebut tidak terdapat

16

Page 216: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

aturan yang melindungi pemegang, sehingga pemegang tidak dapat pemindahan uang ke rekening pemegang dan lebih sulit menerima pembayaran.

Mengenai alasan penolakan bilyet giro yang diatur dalam SEBI No. 4/17/DASP Tentang Tata Usaha Penarikan Cek/Bilyet Giro Kosong di harapkan di dalamnya berisi syarat perjanjian kedua belah pihak yang melindungi pemegang, tetapi dalam syarat tersebut hanya mengatur persyaratan secara formal. Dalam SEBI disebutkan bahwa tertarik wajib melakukan penolakan atas bilyet giro yang di tujukan kepada tertarik apabila bilyet giro tidak memenuhi syarat.

Di dalam SEBI No. 4/17/DASP hanya memberikan penjelasan jika seorang menarik bilyet giro kosong sebanyak tiga kali dalam waktu enam bulan, maka bank yang bersangkutan wajib menutup rekening nasabah tersebut. Dalam hal terjadi penerbitan bilyet giro kosong tiga kali dalam waktu enam bulan pada beberapa bank, maka Bank Indonesia menginstruksi kepada bank-bank pemelihara rekening untuk menutup rekening nasabah yang bersangkutan. Hal ini agar nasabah mengetahui dan menyadari kemungkinan dikenakan sanksi tersebut, maka setiap terjadinya penolakan bilyet giro kosong bank wajib memperingatkan nasabah yang bersangkutan dengan surat peringatan.

Surat peringatan ini diberikan bersamaan dengan surat keterangan penolakan dan warkat bilyet giro yang ditolak kepada pemegang, untuk kemudian menjadi urusan antara pemegang dengan penerbit. Surat peringatan ini hanya memberikan penjelasan kepada penerbit untuk tidak melakukan penerbitan bilyet giro kosong kembali, sedangkan mengenai perlindungan terhadap pemegang tidak diberikan penjelasan yang dapat melindungi setiap pemegang bilyet giro.

b. Perlindungan Hukum Bagi Pemegang Bilyet Giro Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Dalam lingkup hukum perdata terjadi hubungan hukum berupa perjanjian kedua belah pihak antara penerbit dan penerima bilyet giro, yang berkaitan dengan azas-azas

hukum adalah buku ketiga tentang perikatan. Buku ketiga memuat berbagai hubungan hukum. Seperti perikatan, baik yang terjadi berdasarkan perjanjian saja maupun yang lahir berdasarkan Undang-undang. Hubungan ini juga dapat kita lihat pada ketentuan Pasal 1313 sampai Pasal 1351 KUH Perdata. Hubungan hukum ini menimbulkan hak dan kewajiban pada masing-masing pihak.

Perikatan karena Undang-undang atau akibat sesuatu perbuatan menimbulkan hak dan kewajiban tertentu bagi masing-masing pihak (ketentuan Pasal 1352 KUH Perdata). Selanjutnya diantara perikatan yang lahir karena Undang-undang yang terpenting adalah ikatan yang terjadi karena akibat sesuatu perbuatan yang disebut juga dengan perbuatan melawan hukum (ketentuan Pasal 1365 KUH Perdata).

V. PENUTUP

V.1. Kesimpulan1. Putusan tersebut tepat dan telah sesuai

dengan unsur-unsur tindak pidana yang dilakukan terdakwa pada pasal 378 KUHP. Setelah dicabutnya Undang-Undang No. 17 Tahun 1964 tentang larangan penarikan bilyet giro kosong maka ketentuan yang tegas tidak diatur pasal mengenai penarikan bilyet giro kosong ini, hanya saja apabila terjadi penarikan bilyet giro kosong maka perbuatan ini dapat dikenakan Pasal 378 KUH Pidana (Pasal penipuan)

2. Tidak ada peraturan khusus yang mengatur tentang perlindungan hukum bagi pihak yang dirugikan dalam penipuan pencairan bilyet giro kosong. Tatapi dalam kasus pencairan bilyet giro tersebut terjadi hubungan hukum antara pemberi surat berharga dan penarik surat berharga dalam bentuk pencairan bilyet giro yang melahirkan hak dan tanggung jawab bagi masing-masing pihak dan apabila salah satu pihak tidak memenuhi kewajibannya akan menimbulkan permasalahan dalam hubungan hukumnya sehingga dapat diajukan ke bidang hukum pidana berupa tindak pidana penipuan. Berdasarkan hal tersebut maka timbul suatu perikatan yang terjadi karena

17

Page 217: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

akibat sesuatu perbuatan yang disebut juga dengan perbuatan melawan hukum (ketentuan Pasal 1365 KUHPerdata).

V.2. SaranAdapun saran yang dapat penulis

berikan sehubungan dengan penulisan skripsi ini adalah :1. Pemberian sanksi pidana harus

diberikan lebih maksimal sehingga seseorang yang melakukan tindak pidana menjadi jera akan sanksi yang diberikan oleh penegak hukum.

2. Perlu kiranya penetapan sanksi atau peraturan khusus oleh Bank Indonesia terhadap penerbit bilyet giro kosong yang tidak hanya bersifat Administratif, melainkan menjatuhkan sanksi lainya yang lebih berat atau bersifat pemidanaan. Dan kiranya Bank tidak memberikan rehabilitasi terhadap penerbit yang telah menerbitkan bilyet giro kosong agar perlindungan hukum terhadap penerima bilyet giro sesuai dengan Undang-undang yang berlaku dan sesuai dengan keinginan masyarakat.

3. Diperlukan peraturan khusus yang mengatur tentang perlindungan hukum bagi pihak yang dirugikan dalam penipuan pencairan bilyet giro kosong, misalnya pengaturan tentang hak regres seperti dalam surat wesel dan cek.

4. Diperlukan adanya himbauan kepada masyarakat untuk memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang bilyet giro atau surat berharga lainnya, dan agar masyarakat lebih berhati-hati dalam melakukan transaksi menggunakan bilyet giro

atau surat berharga lainnya, dikarenakan kejahatan dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja.

DAFTAR BACAAN

BUKUAbdulkadir Muhammad. 2013. Hukum Dagang

Tentang Surat Berharga. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti.

Muchsin. 2003. Perlindungan dan Kepastian Hukum bagi Investor di Indonesia. Surakarta : Universitas Sebelas Maret.

Mukti Fajar. 2013. Dualisme Penelitian Hukum. Normatif dan Empiris, Cetakan ke-2. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Setiono. 2004. Rule of Law (Supremasi Hukum). Surakarta : Magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret.

Sufirman Rahman. 2013. Hukum Surat Berharga Pasar Uang. Jakarta : Sinar Grafika.

UNDANG-UNDANGKitab Undang-Undang Hukum PerdataKitab Undang-Undang Hukum PidanaUndang-undang Nomor 10 Tahun 1998

Tentang PerbankanSurat Keputusan Direksi Bank Indonesia

Nomor : 28/32/KEP/DIR tanggal 4 Juli 1995 Tentang Bilyet Giro.

Surat Edaran Bank Indonesia No 2/10/DASP Tanggal 8 Juni Tahun 2000 Tentang Tata Usaha Penarikan Cek/Bilyet Giro Kosong

Surat Edaran Bank Indonesia 4/17/DASP Tentang Tata Usaha Cek/Bilyet Giro Kosong

18

Page 218: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

KONSTRUKSI HUKUM PERUBAHAN PERJANJIAN KERJA WAKTU TIDAK TERTENTU

MENJADI PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU

Nur HikmahProgram Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Gresik

ABSTRAKUndang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan telah mengatur mengenai perjanjian kerja yang menjadi dasar adanya suatu hubungan kerja. Perjanjian kerja sendiri terbentuk dalam dua macam: Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) dan Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu (PKWTT), yang keduanya memiliki keterhubungan secara yuridis. PKWT yang tidak memenuhi syarat Pasal 52 undang-undang tersebut, dapat demi hukum berubah menjadi PKWTT. Sebaliknya, perubahan PKWTT menjadi PKWT adalah suatu peristiwa hukum yang dapat terjadi, yang peristiwa hukum tersebut harus tetap diakomodasi undang-undang.

Kata kunci: PKWTT, PKWT, Konstruksi Hukum

I. PENDAHULU

AN1.1. Latar Belakang

Perjanjian kerja, memuat hak dan

kewajiban, yakni timbul kewajiban satu

pihak untuk bekerja dan pihak lain

mempekerjakan dengan membayar upah.

Shamad menyatakan perjanjian kerja adalah

suatu perjanjian di mana seseorang

mengikatkan diri untuk bekerja pada orang

lain dengan menerima imbalan berupa upah

yang sesuai dengan syarat-syarat yang

dijanjikan atau disetujui bersama. Hal ini

kemudian menjadi ciri bahwa perjanjian

kerja memuat isi yang merupakan

kesepakatan antara para pihak, yakni

pekerja dan pengusaha, untuk dapat

melangsungkan suatu pekerjaan dan pekerja

diberikan upah sesuai janji.

Dikenal 2 (dua) macam perjanjian

kerja dalam UU No. 13 Tahun 2003, yakni

Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu dan

Perjanjian Kerja Waktu Tertentu. PKWT

adalah perjanjian kerja antara pekerja/buruh

dengan pengusaha untuk mengadakan

hubungan kerja dalam waktu tertentu atau

untuk pekerjaan tertentu. Sedangkan

PKWTT adalah perjanjian kerja antara

pekerja/buruh dengan pengusaha untuk

mengadakan hubungan kerja yang bersifat

tetap. Dua macam perjanjian kerja tersebut

menjadi titik tolak hubungan kerja

dibangun antara pekerja dengan pengusaha.

Perjanjian kerja waktu tertentu tidak dapat

diadakan untuk pekerjaan yang bersifat

tetap, yaitu pekerjaan yang sifatnya terus

menerus, tidak terputus-putus, tidak

dibatasi waktu dan merupakan bagian dari

suatu proses produksi dalam satu

perusahaan atau pekerjaan yang bukan

musiman.

19

Page 219: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

Pengaturan tentang perubahan

terhadap PKWT menjadi PKWTT di dalam

UU No. 13 Tahun 2003 telah sedemikian

rupa sehingga akibat hukum yang muncul,

juga telah diatur secara tegas di dalam Pasal

52 ayat (7). Permasalahan yang dapat dikaji

secara hukum adalah bagaimana undang-

undang memberikan akomodasi hukum

yang sama dan seimbang terhadap

perubahan status tersebut, yakni mengenai

perubahan status pekerja PKWTT menjadi

PKWT. Namun justifikasi yang dapat

disampaikan adalah bahwa status pekerja

PKWTT menjadi pekerja PKWT adalah

sama saja dengan mendegradasi status.

Akibat hukum atas perubahan status

tersebut juga harus dipahami secara hati-

hati dan dimaknai secara mendalam agar

perlindungan hak pekerja tetap

terakomodasi dengan tepat.

1.2. Perumusan Masalah

1. Apakah perubahan PKWTT

menjadi PKWT diatur di dalam

peraturan perundang-undangan

tentang ketenagakerjaan?

2. Apakah akibat hukum

perubahan PKWTT menjadi PKWT?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui

konstruksi hukum yang mengatur

tentang perubahan PKWTT menjadi

PKWT;

2. Untuk mengetahui tentang

akibat hukum yang muncul

dikarenakan perubahan PKWTT

menjadi PKWT.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan untuk

memberikan referensi baru mengenai

hukum ketenagakerjaan, terutama yang

menekankan pada konsep hukum mengenai

perjanjian kerja dan perlindungan terhadap

hak dan kewajiban para pihak di dalam

perjanjian kerja.

II. TINJAUAN

PUSTAKA

2.1. Perjanjian Kerja

Perjanjian kerja yang dalam bahasa

Belanda disebut arbeidsoverencom

mempunyai beberapa pengertian. Pasal

1601a KUH Perdata memberikan

pengertian perjanjian kerja sebagai suatu

perjanjian dimana pihak kesatu (buruh)

mengikatkan dirinya untuk di bawah

perintah yang lain yaitu majikan untuk

sewaktu-waktu tertentu melakukan suatu

pekerjaan dengan menerima upah. Iman

Soepomo berpendapat bahwa pada

dasarnya hubungan kerja yaitu hubungan

buruh dan majikan terjadi setelah diadakan

perjanjian oleh buruh dengan majikan

dimana buruh menyatakan kesanggupannya

untuk bekerja pada majikan dengan

menerima upah dan dimana majikan

menyatakan kesanggupannya untuk

mempekerjakan buruh dengan membayar

upah sehingga perjanjian yang demikian itu

disebut perjanjian kerja.

Istilah ‘perjanjian kerja’ menun-

jukkan bahwa perjanjian ini dibuat untuk

mengenai kerja, yakni dengan adanya

perjanjian kerja timbul salah satu pihak

untuk bekerja. Jadi berlainan dengan

perjanjian perburuhan yang tidak

menimbulkan hak atas dan kewajiban untuk

melakukan pekerjaan tetapi memuat syarat-

syarat tentang perburuhan. Oleh karena

perjanjian dibuat untuk suatu hal tertentu,

maka di dalam perjanjian kerja itu berkaitan

20

Page 220: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

dengan obyek yang diperjanjikan, yaitu

tentang pekerjaan. Sedangkan suatu sebab

yang halal berkaitan dengan kausa

perjanjian kerja, maka pekerjaan yang

diperjanjikan tersebut tidak boleh

merupakan kausa (atau pekerjaan) yang

dilarang oleh undang-undang, serta

bertentangan dengan kesusilaan dan

ketertiban umum.

2.2. Akibat Hukum Perjanjian Kerja

Perbuatan hukum adalah setiap

perbuatan manusia yang dilakukan dengan

sengaja untuk menimbulkan hak dan

kewajiban. Perbuatan hukum adalah

perbuatan yang memiliki akibat-akibat

hukum. Akibat hukum adalah akibat suatu

tindakan yang dilakukan untuk memperoleh

suatu akibat yang dikehendaki oleh pelaku

dan yang diatur oleh hukum. Tindakan yang

dilakukannya merupakan tindakan hukum

yakni tindakan yang dilakukan guna

memperoleh sesuatu akibat yang

dikehendaki hukum.

UU No. 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan mengatur secara rinci hal-

hal yang berkaitan dengan Pasal 1320 KUH

Perdata, yakni dengan mengadopsinya di

dalam Pasal 59 UU No. 13 Tahun 2003

tentang Ketenagakerjaan. Pasal ini

mengatur tentang segalanya untuk membuat

perjanjian kerja menjadi sah. Asas

konsesualisme berarti bahwa perjanjian

lahir pada saat tercapainya kata sepakat

antara para pihak mengenai hal-hal yang

pokok dan tidak memerlukan suatu

formalitas. Demikian pula dengan

perjanjian kerja, bahwa perjanjian kerja itu

memenuhi asas konsesualisme bilamana

pekerja dan pengusaha mencapai kata

sepakat tentang hal-hal yang berkaitan

dengan hubungan kerja. Sehingga, secara

bentuk, perjanjian kerja lisan maupun

tertulis bukanlah suatu permasalahan.

Hukum perjanjian juga menganut

sistem terbuka. Artinya hukum perjanjian

memberikan kebebasan yang seluas-luasnya

kepada masyarakat untuk mengadakan

perjanjian yang berisi dan bermacam apa

saja asal tidak melanggar ketertiban umum

dan kesusilaan. Hal ini berlaku pula untuk

perjanjian kerja sebagaimana diatur di

dalam UU No. 13 Tahun 2003. Pasal 1338

KUH Perdata menyatakan bahwa semua

perjanjian yang dibuat secara sah berlaku

sebagai undang-undang bagi mereka yang

membuatnya. Makna dari kata “semua”

menunjukkan bahwa para pihak dalam

perjanjian bebas membuat perjanjian yang

berupa dan berisi apa saja (atau tentang apa

saja) dan perjanjian itu akan mengikat

mereka yang membuatnya seperti suatu

undang-undang. Demikian artinya bahwa

pengusaha dan pekerja dalam membuat

suatu perjanjian kerja, dibebaskan untuk

memuat substansi apapun di dalamnya, dan

kemudian berlakulah sebagai undang-

undang bagi mereka.

III. METODE

PENELITIAN

3.1. Tipe Penelitian

Penelitian ini menempatkan kasus

hukum sebagai peristiwa hukum dan

produk hukum. Oleh karena itu, jenis

penelitian yang digunakan dalam penulisan

ini adalah penelitian hukum normatif

(normative law research) yang pokok

kajiannya adalah hukum yang dikonsepkan

sebagai norma atau kaidah yang berlaku

dalam masyarakat dan menjadi acuan

21

Page 221: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

perilaku setiap orang. Demikian sehingga

penelitian hukum normatif berfokus pada

inventarisasi hukum positif, asas-asas dan

doktrin hukum, penemuan hukum dalam

perkara in concreto, sistematik hukum, taraf

sinkronisasi hukum, dan sejarah hukum.

3.2. Pendekatan Masalah

Penulis mengajukan pendekatan

perundang-undangan (statute approach)

yaitu pendekatan dengan menggunakan

legislasi dan regulasi.

3.3. Bahan Hukum

Sumber-sumber penelitian yang

digunakan oleh penulis dalam penulisan ini

adalah: bahan hukum primer ( punya

kekuatan mengikat secara umum atau

mempunyai kekuatan mengikat bagi pihak-

pihak yang berkepentingan), Bahan Hukum

Sekunder (publikasi tentang hukum yang

yang memberi penjelasan terhadap bahan

hukum primer) dan bahan hukum tersier,

(memberikan penjelasan terhadap bahan

hukum primer dan bahan hukum sekunder).

3.4. Prosedur Pengumpulan Bahan

Hukum

Prosedur yang digunakan penulis

dalam penelitian ini adalah studi terhadap

dokumen atau bahan pustaka, yakni

pengumpulan bahan hukum sesuai tujuan

kajian penelitian. Dalam pelaksanaan studi

pustaka, langkah-langkah yang ditempuh

oleh penulis adalah: mengidentifikasi

sumber bahan hukum, menginventarisasi,

mencatat dan mengutip bahan hukum yang,

serta menganalisis bahan hukum yang

diperoleh itu sesuai dengan masalah dan

tujuan penelitian.

3.5. Pengolahan dan Analisis Bahan

Hukum

Data-data diolah dengan

menggunakan metode pengolahan data

secara kualitatif, yakni suatu tata cara

penelitian yang menghasilkan data

deskriptif analitis, yaitu apa yang

dinyatakan oleh responden secara lisan dan

tertulis dan juga perilakunya nyata, diteliti

dan dipelajari sebagai sesuatu yang bersifat

utuh. Tahap pengelolaan data dalam

penelitian ini meliputi kegiatan-kegiatan

identifikasi data, klasifikasi data, dan

penyusunan data.

IV. HASIL

PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Perubahan PKWTT Menjadi PKWT

Perubahan PKWTT menjadi PKWT

bermula dari pemahaman tentang cara

PKWTT diadakan oleh pekerja dan

pengusaha. Berdasarkan asas kebebasan

berkontrak, Pasal 1338 ayat (1) KUH

Perdata menyatakan bahwa semua

perjanjian yang dibuat secara sah dan

berlaku sebagai undang-undang bagi

mereka yang membuatnya. Dengan

demikian, dapat ditemukan bahwa

perubahan PKWTT menjadi PKWT dapat

dimungkinkan terjadi, berdasarkan kehen-

dak masing-masing. Kehendak tersebut bisa

saja ada dan tidak ada peraturan perundang-

undangan yang tidak melarang hal tersebut.

Kemudian, yang menjadi terpenting

adalah alasan atau sebab-sebab berubahnya

PKWTT menjadi PKWT. Semenjak awal

PKWTT diadakan, antara pekerja dengan

pengusaha sudah menyepakati (berdasarkan

kehendak) bahwa hubungan kerja tidak

dibatasi waktu atau terus menerus, namun

ada peristiwa atau situasi kondisi tertentu

yang dapat menyebabkan PKWTT dapat

22

Page 222: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

berubah menjadi PKWTT. Bahwa perlu

diingat PKWTT timbul karena 2 (dua) hal

mendasar, yakni: (1) kesepakatan

pekerja/buruh mengadakan PKWTT, dan

(2) akibat PKWT dilaksanakan tidak sesuai

ketentuan (perubahan PKWT menjadi

PKWT).

Jadi melihat dari cara timbulnya

saja, perubahan PKWTT menjadi PKWT

dapat dimungkinkan oleh karena

berhubungan dengan peristiwa-peristiwa

yang berkaitan dengan pelaksanaan jenis

pekerjaan di dalam suatu perusahaan. Hal

ini menunjukkan bahwa perubahan

PKWTT menjadi PKWT cenderung

dibarengi dengan adanya perubahan

pekerjaan sebagaimana jenis pekerjaan

yang terdapat pada UU No. 13 Tahun 2003.

Yang menjadi kunci bahwa PKWTT dapat

berubah menjadi PKWT adalah kehendak

yang sama antara pekerja dan pengusaha

dalam perjanjian.

4.2. Akibat Hukum

Perubahan PKWTT menjadi PKWT

membawa akibat hukumnya sendiri.

Peristiwa hukum ini terdiri dari dua

perbuatan hukum yang dilakukan, yakni

putusnya hubungan kerja PKWTT dan

pembuatan PKWT, yang keduanya

disepakati dan dilaksanakan kedua belah

pihak dalam perubahan tersebut. Adapun

akibat hukum dari perbuatan-perbuatan

hukum tersebut adalah:

Pertama, pemutusan hubungan kerja

PKWTT: mengakibatkan pengusaha wajib

membayar hak dan kewajiban kepada

pekerja yang didasarkan karena putusnya

hubungan kerja dengan alasan tanpa

kesalahan, yang merujuk pada ketentuan

perhitungan hak normatif pada Pasal 156

dan Pasal 167 UU No. 13 Tahun 2003. Hal

ini merupakan akibat hukum yang berupa

lenyapnya suatu keadaan hukum tertentu,

yaitu lenyapnya atau berakhirnya hubungan

kerja yang didasarkan pada PKWTT.

Kedua, pembuatan dan pelaksanaan

PKWT: yang mengacu pada Pasal 59 UU

No. 13 Tahun 2003 dan Kepmenakertrans

No. 100 Tahun 2004 tentang Pelaksanaan

PKWT. Situasi ini dapat disebut sebagai

lahirnya suatu hubungan hukum baru, yakni

hubungan kerja yang didasarkan pada

PKWT.

V. KESIMPULAN

DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Bahwa perubahan PKWTT menjadi

PKWT dimungkinkan ada oleh karena dua

kepentingan mendasar, yaitu: (a)

kesepakatan para pihak dalam perjanjian

kerja, yang secara sadar dan setuju bahwa

ikatan PKWTT dapat dirubah menjadi

PKWT; dan, (b) terdapat perubahan jenis

pekerjaan yang semula ditetapkan dan

diperjanjikan dalam PKWTT yang

kualifikasi jenis pekerjaan PKWT dalam

Pasal 59 UU No. 13 Tahun 2003 dan

peraturan pelaksanaannya. Tata cara

pelaksanaan perubahan PKWTT menjadi

PKWT dilakukan dengan beberapa

perbuatan hukum tertentu yang saling

berkaitan, yakni: pemutusan hubungan

kerja PKWTT, dan diadakannya hubungan

hukum baru, yakni hubungan kerja yang

didasarkan pada ketentuan mengenai

PKWT.

Akibat hukum perubahan yakni: (a)

muncul hak dan kewajiban sesuai Pasal 156

UU No. 13 Tahun 2003 tentang

23

Page 223: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

Ketenagakerjaan; dan (b) dilaksanakannya

hubungan kerja, yakni yang memenuhi

unsur perintah, pekerjaan dan upah, yang

didasarkan pada sesuai Pasal 59 UU No. 13

Tahun 2003.

5.2. Saran

1. Perlu dilakukannya

perubahan mendasar mengenai

ketentuan perjanjian kerja di dalam

peraturan perundang-undangan, terkait

dengan perubahan PKWTT menjadi

PKWT;

2. perlu aturan mengenai

perubahan PKWTT menjadi PKWT

yang tegas sehingga tidak mengurangi

syarat minimal perlindungan hukum

bagi pekerja maupun pengusaha;

3. bahwa pembinaan terhadap

pekerja dan pengusaha dalam hal

pembuatan perjanjian kerja yang tepat

dan tidak meninggalkan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

DAFTAR PUSTAKA:

Marzuki, Peter Mahmud. 2006. Penelitian

Hukum. Jakarta; Penerbit Kencana.

Muhammad, Abdulkadir. 2004. Hukum dan

Penelitian Hukum. Bandung; Citra

Aditya Bakti.

Rusli, Hardijan. 2004. Hukum

Ketenagakerjaan: Berdasarkan UU

No. 13/2003 tentang

Ketenagakerjaan dan Peraturan

Terkait Lainnya. Cet. Kedua.

Jakarta; Ghalia Indonesia.

Sumanto, 2014. Hubungan Industrial:

Memahami dan Mengatasi Potensi

Konflik-Kepentingan Pengusaha-

Pekerja Pada Era Modal Global.

Yogyakarta; CAPS.

Soepomo, Imam. 2003. Pengantar Hukum

Perburuhan. Edisi Revisi. Jakarta;

Djambatan.

Soekanto, Soerjono & Sri Mamudji, Penelitian

Hukum Normatif. Jakarta; Penerbit

Rajawali.

Soekanto, Soerjono. 2006. Pengantar

Penelitian Hukum. Jakarta; Penerbit

Universitas Indonesia (UI Press).

Soeroso, R. 1996. Pengantar Ilmu Hukum, Cet.

II. Jakarta; Sinar Grafika.

Sunyoto, Danang. 2013. Hak dan Kewajiban

Bagi Pekerja dan Pengusaha.

Yogyakarta; Penerbit Pustaka

Yustisia.

24

Page 224: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

KETERBUKAAN INFORMASI BADAN PUBLIK DAN PENERAPAN PASAL 13 UNDANG-UNDANG NOMOR 14

TAHUN 2008 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK DI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GRESIK

Ichyak UlumuddinProgram Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Gresik

ABSTRAK

Tata kelola pemerintahan yang baik mensyaratkan pemerintahan yang terbuka sebagai salah satu fondasinya, dan kebebasan memperoleh informasi merupakan salah satu prasyarat untuk menciptakan pemerintahan terbuka. Kesadaran atas kebutuhan informasi adalah upaya pemberantasan korupsi, penegakan hak asasi manusia, dan tata kelola pemerintahan yang baik. Dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (UU KIP), maka sesuai dengan prinsip keterbukaan dalam negara demokrasi yang mengharuskan penyelenggara negara membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif. Untuk mewujudkan pelayanan Informasi yang cepat, tepat, dan Sederhana, setiap Badan Publik menunjuk Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID). PPID adalah pejabat yang menduduki posisi jabatan tertentu pada badan publik dan bertindak sebagai penanggungjawab fungsi pelayanan informasi pada unit pelayanan informasi masing-masing badan publik. PPID juga bertanggungjawab atas pengklasifikasian jenis informasi yang dapat diakses oleh masyarakat.

Kata kunci : Keterbukaan Informasi Publik, Pelayanan Publik.

25

Page 225: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

a. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Keterbukaan informasi publik

merupakan salah satu ciri penting negara

demokratis untuk mewujudkan

penyelenggaraan Negara yang baik.

Keterbukaan informasi publik merupakan

sarana dalam mengoptimalkan pengawasan

publik terhadap penyelanggaraan Negara

dan Badan Publik lainnya.

Tiga isu besar yang mendorong

lahirnya kesadaran atas kebutuhan

informasi adalah upaya pemberantasan

korupsi, penegakan hak asasi manusia, dan

tata kelola pemerintahan yang baik (good

governance). (Dhoho A. Sastro

dkk,2010;1).

UU KIP telah disahkan pada tanggal

30 April 2008. Berbeda dengan undang-

undang lain yang umumnya langsung

efektif setelah disahkan, Undang-Undang

Keterbukaan Informasi Publik baru efektif

diberlakukan pada 1 Mei 2010. Waktu dua

tahun setelah diundangkan tersebut

diberikan untuk Badan-Badan Publik agar

mempersiapkan diri menyongsong

implementasi UU KIP pada intinya

memberikan kewajiban kepada setiap

Badan Publik untuk membuka akses bagi

setiap pemohon informasi publik untuk

mendapatkan informasi publik, kecuali

beberapa informasi tertentu.

Mengimplementasikan yang dimaksud

adalah mempersiapkan perangkat, sarana

dan pra sarana yang mendukung

terwujudnya informasi yang mudah diakses

oleh masyarakat.

Gagasan utama hak atas informasi

adalah bahwa informasi yang dikuasai oleh

Badan Publik tidaklah dimiliki oleh

mereka, akan tetapi dikuasai atas nama

rakyat, dan bahwa rakyat harus memiliki

akses terhadap inoformasi ini, dengan

pengecualian secara terbatas untuk

melindung kepentingan yang lebih tinggi.

(Dessy Eko Prayitno dkk.,2008;2).

Hak warganegara untuk memperoleh

informasi publik dijamin oleh Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945, yaitu tercantum dalam Pasal

28F yang berbunyi:

“Setiap orang berhak berkomunikasi

dan memperoleh informasi untuk

mengembangkan pribadi dan lingkungan

sosialnya, serta berhak untuk mencari,

memperoleh, memiliki, menyimpan,

mengolah, dan menyampaikan informasi

dengan menggunakan segala jenis saluran

yang tersedia”.

UU KIP sudah berlaku efektif selama

lebih dari empat tahun, namun daftar

panjang pekerjaan rumah itu masih berada

di depan mata, misalnya: belum semua

Badan Publik melaksanakan mandat hukum

UU KIP masih banyak masyarakat

indonesia yang belum tahu dan belum

memanfaatkan UU KIP dalam meminta

informasi, permasalahan kapasitas

komisioner Komisi Informasi,

permasalahan independensi Komisi

informasi.( Dessy Eko Prayitno, 2014;3).

1.2. Perumusan Masalah

a) Bagaimana tahapan atau mekanisme

penunjukan Pejabat Pengelola Informasi

dan Dokumentasi (PPID) menurut Pasal

13 UU Nomor 14 Tahun 2008 Tentang

Keterbukaan Informasi Publik?

26

Page 226: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

b) Apakah penerapan Pasal 13 UU Nomor

14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan

Informasi Publik di Pemerintah

Kabupaten Gresik sudah sesuai dengan

ketentuan Undang-Undang?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui Tahapan atau mekanisme

dalam penunjukan PPID di Pemerintah

Kabupaten Gresik serta bagaimana

penerapan Pasal 13 UU Nomor 14 tahun

2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik

di Kabupaten Gresik.

1.4. Manfaat Penelitian

Secara teori, adalah agar tulisan ini

dapat menambah pengetahuan bagi

masyarakat bahwa setiap warga Negara

berhak untuk mendapatkan informasi

tentang hal yang berkaitan dengan

penyelenggaraan Negara, dengan mudah

dan akurat.

Manfaat secara praktis yang diperoleh

dari penelitian ini yaitu untuk dapat

memberikan masukan kepada badan publik

untuk memberikan kemudahan akses

informasi kepada masyarakat baik diminta

maupun tidak.

b. TINJAUAN PUSTAKA

Sebagai undang-undang yang tidak

hanya sekedar mengatur hak atas

informasi, UU KIP mengandung beberapa

pokok pikiran berikut (Henri

Subagyo,2009;4):

1. Setiap Badan Publik wajib menjamin

keterbukaan informasi publik;

2. Setiap informasi publik bersifat terbuka

dan dapat diakses oleh publik;

3. Informasi publik yang dikecualikan

bersifat ketat, terbatas, dan tidak

mutlak/tidak permanen;

4. Setiap informasi publik harus dapat

diperoleh dengan cepat, tepat waktu,

biaya ringan, dan cara sederhana;

5. Informasi publik bersifat proaktif;

6. Informasi publik harus bersifat utuh,

akurat, dan dapat dipercaya;

7. Penyelesaian sengketa secara cepat,

murah, kompeten, dan independen; dan

8. Ancaman pidana bagi penghambat

informasi.

Pasal 13 UU KIP mengamanatkan

bahwa untuk mewujudkan pelayanan

informasi yang cepat, tepat, dan sederhana,

maka setiap badan publik menunjuk Pejabat

pengelola Informasi dan Dokumentasi

(PPID). PPID adalah pejabat yang

menduduki posisi jabatan tertentu pada

masing-masing badan publik dan bertindak

sebagai penanggungjawab fungsi pelayanan

informasi pada unit pelayanan informasi

masing-masing badan publik.

Hal-hal yang harus diperhatikan badan

Publik dalam menunjuk atau menempatkan

PPID adalah (Tanya Jawab Seputar UU

Nomor 14 tahun,2008:5):

(1) Penunjukan dan penetapan PPID

diserahkan kepada masing-masing

Badan Publik.

(2) Fungsi PPID dapat dilakukan oleh

pejabat yang telah ada, fungsi PPID

dapat dilekatkan pada tugas pokok dan

fungsi (tupoksi) pejabat yang telah ada.

(3) Penunjukan dan penetapan PPID

dilakukan berdasarkan analisa tugas,

tanggungjawab, dan kewenangan PPID

sebagaimana diatur dalam UU KIP dan

Parturan Komisi Informasi. Sehingga

27

Page 227: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

berdasarkan beban tugas,

tanggungjawab, dan kewenangan

tersebut, Badan Publik dapat menetukan

kualifikasi pejabat mana yang dapat

ditunjuk dan ditetapkan sebagai PPID.

(4) Penunjukan dan penetapan PPID harus

dilakukan dengan mempertimbangkan

rentang kendali/kewenangan yang

dimiliki pejabat tersebut untuk

melakukan koordinasi antar bidang/unit

atau divisi pada Badan Publik dalam

rangka pelaksanaan pelayanan

Informasi Publik.

(5) Pejabat yang ditunjuk dan ditetapkan

sebagai PPID harus memiliki

kompetensi tidak hanya terbatas pada

bidang informasi dan dokumentasi

tetapi juga substansi terkait dengan

informasi yang dikelola Badan Publik.

c. METODE PENELITIAN

3.1. Tipe penelitian

Untuk melengkapi agar tujuan

penulisan dapat lebih tercapai, terarah dan

dapat dipertanggungjawabkan, maka

metode penelitian yang digunakan adalah

sebagai berikut :

a. Penelitian Kepustakaan (Library

Research)

Penelitian kepustakaan ini dilakukan

dengan studi kepustakaan berdasarkan

sumber-sumber bacaan, seperti : buku-

buku, perundang-undangan yang

berhubungan dengan Keterbukaan

Informasi Publik yang dijadikan sebagai

landasan berpikir guna penyusunan

penelitian dalam penelitian ini.

b. Penelitian Lapangan (Field Research)

Penelitian lapangan ini dilakukan

dengan melakukan riset yaitu

melakukan wawancara dan mengambil

data dari tempat riset berupa dokumen

permohonan dan penyampaian

informasi, dan selanjutnya data tersebut

dianalisis guna penyusunan penelitian

ini.

3.2. Bahan hukum

Sumber data yang dibutuhkan dalam

penelitian ini diperoleh dari perpustakaan

dan dokumen-dokumen resmi. Data yang

dipergunakan dalam penelitian ini terdiri

dari data primer, sekunder, dan data tersier.

Data tersebut diperlukan untuk menjawab

permasalahan yang menjadi fokus

penelitian,

3.3. Prosedur pengumpulan bahan

hukum

Pengumpulan bahan hukum yang

digunakan dalam penelitian ini adalah studi

kepustakaan yang merupakan langkah awal

dari penelitian hukum normativ dan terdiri

dari bahan hukum primer, sekunder dan

tersier. Sedangkan teknik pengumpulan

data dilakukan dengan cara membaca,

mempelajari, mengidentifikasi literature-

literatur, laporan penelitian, dokumen-

dokumen resmi serta sumber bacaan

lainnya dengan menyalin atau

memindahkan data yang relevan denga

penelitian ini.

3.4. Pengolahan dan analisis bahan

hukum

Pengolahan dan analisis bahan hukum

terhadap data yang sudah diperoleh melalui

data primer, data sekunder, dan tersier

selanjutnya dilakukan pengolahan data,

yakni kegiatan untuk mengadakan

28

Page 228: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

sistematisasi terhadap bahan-bahan hukum

tertulis.

Selanjutnya data yang diperoleh akan

dianalisis secara kualitatif yaitu data yang

tidak berbentuk angka, melainkan lebih

banyak berupa narasi, cerita, dokumen

tertulis dan tidak tertulis.

d. HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

Berdasarkan Keputusan Bupati Gresik

Nomor : 019/441/HK/437.12/2011 tentang

Pejabat pengelola Informasi dan

Dokumentasi (PPID) di Lingkungan

Pemerintah Kabupaten Gresik, bahwa yang

ditunjuk sebagai PPID adalah Kepala

Bagian Humas Sekretariat Daerah

Kabupaten Gresik.

Dalam rangka memberikan pelayanan

informasi dan dokumentasi, PPID dibantu

oleh PPID Pembantu yang berada

dilingkungan Satuan Kerja Perangkat

Daerah (SKPD) dan/atau Pejabat

Fungsional berdasarkan peraturan

perundang-undangan.

PPID Pembantu di Lingkungan

Pemerintah Kabupaten Gresik sebagaimana

dimaksud adalah :

a. Kepala Bagian di lingkungan Sekretariat

daerah Kabupaten Gresik;

b. Kepala Kantor di Lingkungan

pemerintah Kabupaten Gresik;

c. Sekretaris Dinas, Badan, dan

Inspektorat di Kabupaten Gresik;

d. Kepala Bagian Humas dan Perundang-

Undangan pada Sekretariat Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten

Gresik; dan

e. Kepala Bagian Tata Usaha pada Rumah

Sakit Umum Daerah “Ibnu Sina”

Kabupaten Gresik; dan

f. Camat Kecamatan se-Kabupaten Gresik.

Dalam menjalankan tugas sebagai

PPID Kab. Gresik Sesuai Keputusan Bupati

Gresik Nomor : 019/441/HK/437.12/2011,

Kepala Bagian Hubungan Masyarakat

Sekretariat Daerah Kabupaten Gresik

(Kabag Humas Pemkab Gresik)

menyampaikan informasi secara berkala

dan serta merta melalui website

www.gresikkab.go.id, Majalah Warta Giri,

Baliho/Spanduk, dan iklan di media massa.

Untuk pengelolaan website, PPID

Kab. Gresik dibantu oleh Kepala Bagian

Pengelolaan Data dan Teknlogi Informasi

(PDTI) Sekretariat daerah kabupaten Gresik

yang juga termasuk dalam jajaran PPID

Pembantu dan juga dibantu oleh jajaran

SKPD yang sudah mempunyai link website

sendiri. Sedangkan untuk publikasi produk

hukum atau peraturan perundang-undangan,

PPID Kab. Gresik dibantu oleh Kepala

bagian Hukum Sekretariat daerah

kabupaten Gresik.

Pengumuman Informasi Publik yang

disampaikan oleh PPID Kabupaten Gresik

bersifat Informasi yang dalam ruang

lingkup Sekretariat daerah Pemerintah

kabupaten Gresik, sedangkan untuk

informasi yang lebih bersifat spesifik dalam

satu bidang dikelola oleh PPID Pembantu

yang terdapat di setiap SKPD. Hal ini

bertujuan untuk mempermudah pelayanan

informasi dan berdasarkan pada prinsip

cepat dan tepat.

PPID Kabupaten gresik belum

memiliki Standar Operasional Prosedur

(SOP) Pelayanan Informasi Publik, hal ini

29

Page 229: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

dikarenakan belum adanya Peraturan

daerah tentang konten tersebut. Rencana

Peraturan Daerah (Raperda) telah diajukan

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)

Kab. Gresik kepada Pemerintah Provinsi

Jawa Timur (Pemprov Jatim) pada tahun

2014. Namun sampai saat ini masih dalam

proses uji dan belum disahkan. Selain itu

minimnya Operasional serta Sumber Daya

Manusia (SDM) PPID juga menjadi salah

satu penghambat dalam pelayanan

Informasi di Kabupaten Gresik.

e. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah

dilakukan, penulis menyimpulkan bahwa:

1. Mekanisme penunjukan Pejabat

Pengelola Informasi dan Dokumentasi

(PPID) dilakukan dalam tiga tahapan

yaitu;

a) Tahap Persiapan

Persiapan pembentukan PPID

Pemda dapat diawali dengan

menetapkan Tim Pembentukan PPID

berdasarkan Surat Keputusan

Gubernur/Bupati/Walikota yang

mempunyai tugas membuat rencana

kerja PPID Pemda, merancang

struktur organisasi PPID Pemda

Provinsi dan Kabupaten/Kota,

menyiapkan infrastruktur dasar bagi

PPID Pemda Provinsi dan

Kabupaten/Kota, melakukan

pelatihan awal kepada semua calon

PPID dan PPID Pembantu serta

unsur-unsur didalamnya, membuat

pengaturan anggaran operasional

dan kegiatan PPID Pemda selama

satu tahun yang melekat pada unit

kerja dimana PPID menjabat dan

Satuan Kerja Pemerintah Daerah

(SKPD) terkait/PPID Pembantu.

b) Tahap Pembentukan.

Tim pembentukan PPID menyusun

rancangan pembentukan PPID yang

terdiri atas rencana kerja struktur

organisasi, rencana Standar

Operasional Prosedur, dan rencana

anggaran kegiatan PPID. Tim

Pembentukan PPID menyusun

rancangan tersebut dalam sebuah

dokumen yang diserahkan kepada

Kepala Daerah melalui Sekretaris

Daerah (Sekda).

c) Tahap Penetapan.

Setelah dokumen pembentukan

PPID disetujui oleh

Gubernur/Bupati/ Walikota,

selanjutnya Tim Pembentukan PPID

Pemda membuat rancangan

Peraturan Kepala Daerah

(Gubernur/Bupati/Walikota) yang

berisi pedoman umum PPID yang

memuat struktur dan mekanisme

pengelolaan dan pelayanan

informasi PPID Pemda.

2. Penerapan Pasal 13 Undang-Undang

Nomor 14 Tahun 2008 tentang

Keterbukaan Informasi Publik (UU

KIP) di Pemerintah Daerah Kabupaten

Gresik (Pemkab. Gresik) belum sesuai

dengan ketentuan Undang-Undang,

amanat UU KIP untuk mewujudkan

pelayanan informasi yang cepat, tepat,

dan sederhana, belum bisa dilaksanakan

oleh Pemerintah Kabupaten Gresik. Hal

ini disebabkan oleh beberapa hal, yaitu:

30

Page 230: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

a) PPID Pemkab. Gresik belum

melakukan pengklasifikasian

Informasi Publik dan menyusun

Daftar Informasi Publik;

b) PPID Pemkab. Gresik belum

melakukan uji konsekuensi

mengenai Informasi Publik yang

dikecualikan;

c) PPID Pemkab. Gresik belum

memiliki Standar Operasional

Prosedur (SOP) Pelayanan Informasi

Publik;

d) Operasional PPID Pemkab. Gresik

sangat minim, baik dalam hal sarana

dan prasarana maupun Sumber Daya

Manusia yang menjabat sebagai

PPID; dan

e) Kurang adanya kordinasi antara

PPID induk dengan PPID Pembantu.

5.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka

penulis menyampaikan saran-saran sebagai

berikut:

1. Dalam hal penunjukan dan penetapan

PPID agar lebih mengutamakan

kompetensi calon pejabat yang ditunjuk

sebagai PPID induk dan PPID

Pembantu.

2. Untuk mewujudkan pelayanan

informasi yang cepat, tepat, dan

sederhana, maka Pemerintah Kabupaten

Gresik agar melakukan

pengklasifikasian Informasi Publik dan

menyusun Daftar Informasi Publik,

melakukan uji konsekuensi mengenai

Informasi Publik yang dikecualikan,

membuat Standar Operasional Prosedur

(SOP) Pelayanan Informasi Publik,

memenuhi kebutuhan operasional PPID

baik dalam hal sarana dan prasarana

maupun peningkatan kompetensi

Sumber Daya Manusia yang bertugas

sebagai PPID dan PPID Pembantu, dan

untuk lebih meningkatkan kordinasi

antara PPID induk dengan PPID

Pembantu.

DAFTAR PUSTAKADessy Eko Prayitno, Melawan Korupsi dari

advokasi hingga pemantauan masyarakat,

Penerbit Transparency International

Indonesia, Jakarta, Tahun 2014.

Dessy Eko Prayitno, Modul bagi Badan Publik

melaksanakan Undang-Undang Nomor 14

Tahun 2008, Indonesian Center for

Environmental Law.

Dhoho A. Sastro, Mengenal Undang-Undang

Keterbukaan Informasi Publik, Penerbit

Lembaga Bantuan Hukum Masyarakat,

Jakarta, Tahun 2010.

31

Page 231: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

Henri Subagyo, Anotasi Undang-Undang

Keterbukaan Informasi Publik (Edisi

Pertama), Komisi Informasi Pusat

Republik Indonesia, Jakarta, Tahun 2009.

Tanya jawab Seputar UU Nomor 14 tahun

2008, Kementerian Komunikasi dan

Informatika RI, Jakarta, Tahun 2010.

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945.

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008

tentang Keterbukaan informasi publik.

Keputusan Bupati Gresik Nomor

019./441/HK/437.12/2011 tentang Pejabat

pengelola informasi dan dokumentasi di

lingkungan pemerintah kabupaten gresik.

32

Page 232: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

PELAKSANAAN PERJANJIAN FIDUSIA PADA FIF ASTRA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NO. 42 TAHUN 1999

TENTANG JAMINAN FIDUSIA

AgustinaProgram Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Gresik

ABSTRAK

Fidusia adalah lembaga jaminan bentuk baru atas benda bergerak disamping gadai dimana dasar hukumnya yurisprudensi. Walaupun lembaga Fiducia ini sudah melembaga dalam praktek perFIFan khususnya FIFAstra, tidak terlepas dari cacat. Dimana menjadi persoalan adalah ketentuan mana yang akan diterapkan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum normatif, penelitian kepustakaan yaitu meneliti bahan pustaka atau bahan sekunder. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberi jaminan fidusia ini merupakan perjanjian yang bersifat accessoir dari suatu perjanjian pokok sebagaimana disebutkan dalam penjelasan pasal 5 ayat 1 Undang-Undang Nomor 42 tahun 1999 dan harus dibuat dengan suatu akta notaris yang disebut sebagai Akta jaminan fidusia. Kesimpulannya adalah dalam Fiducia benda jaminan tidak diserahkan secara nyata oleh debitur kepada kreditur, yang diserahkan hanyalah hak milik secara kepercayaan. Benda jaminan masih tetap dikuasai oleh debitur dan debitur masih tetap bisa mempergunakan untuk keperluan sehari-hari.

Kata Kunci : Fidusia, Pengaturan Fidusia, FIFAstra, Debitur, Kreditur

33

Page 233: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

a. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Dalam kegiatan perekonomian pada dasarnya, pinjam-meminjam uang atau pemberian kredit oleh FIF atau non FIF diberikan kepada siapa saja yang memiliki kemampuan untuk membayar kembali dengan syarat melalui perjanjian utang piutang di antara kreditur dan debitur. Perjanjian kredit yang dibuat oleh FIF ataupun non FIF kepada debitur merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam pemberian kredit. Perjanjian kredit merupakan ikatan antara kreditur dan debitur yang isinya menentukan dan mengatur hak dan kewajiban kedua belah pihak sehubungan dengan pemberian kredit.

Salah satu lembaga jaminan yang dikenal dalam sistem hukum jaminan di Indonesia adalah lembaga jaminan fidusia. Fidusia yang berarti penyerahan hak milik atas dasar kepercayaan memberikan kedudukan kepada debitur untuk tetap menguasai barang jaminan. Lembaga jaminan fidusia telah diakui eksistensinya dengan adanya Undang-Undang Republik Indonesia nomor 42 tahun 1999 tentang jaminan fidusia, yang telah diundangkan pada tanggal 30 September 1999. Sebagaimana diketahui bahwa jaminan fidusia adalah hak agunan/jaminan atas benda bergerak yang berwujud maupun tidak berwujud, atau yang tidak dapat dibebani hak tanggungan menurut Undang-Undang nomor 4 tahun 1996 tentang hak tanggungan yang dimiliki oleh penerima fidusia yang terdaftar di Kantor Pendaftaran Fidusia, yaitu sebagai agunan bagi pelunasan utang tertentu dan yang mempunyai hak untuk didahulukan dari pada kreditur lainnya.

Suatu perjanjian penjaminan, biasanya memang antara kreditur dan debitur disepakati janji tertentu, yang pada umumnya dimaksudkan memberikan suatu posisi yang kuat bagi kreditur dan nantinya sudah didaftarkan dengan maksud juga untuk mengikat pihak ketiga. Dengan demikian, ikatan jaminan dan janji-janji fidusia menjadi terdaftar dan yang demikian bisa menjadi milik penerima fidusia sedangkan terhadap penerima fidusia perlindungan hukum yang diberikan lewat

perjanjian jaminan fidusia sesuai mengikat pihak ketiga.

Bentuk kelemahan diperburuk dengan tindakan praktek penerapan perjanjian fidusia dilapangan, berupa tidak dilakukannya pendaftaran benda jaminan fidusia (hanya berhenti pada pembuatan akta otentik), dilakukannya negosiasi yang memberikan biaya tambahan bagi penerima fidusia pada saat mengeksekusi benda jaminan fidusia, sehingga sertifikat fidusia tidak memberikan pendidikan hukum dalam masyarakat.

Sehingga tidak mengherankan akibat praktek dilakukan secara damai dalam kasus-kasus lamban dan susahnya eksekusi jaminan fidusia menjadi persoalan, dalam pra survey yang peneliti lakukan, misalnya pada karyawan FIFAstra perjanjian fidusia tidak efektif karena susahnya pelaksanaan eksekusi.

1.2 Perumusan Masalah

Dari latar belakang masalah diatas, peneliti dapat menarik perumusan masalah sebagai berikut :1. Bagaimana pengaturan perjanjian kredit

jaminan fidusia berdasarkan Undang-Undang Nomor 42 tahun 1999 tentang jaminan fidusia?

2. Bagaimana pelaksanaan perjanjian kredit jaminan fidusia di FIFAstra?

b. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Perjanjian Kredit

2.1.1. Pengertian Perjanjian

Menurut pasal 1313 KUH Perdata menyebutkan bahwa : “suatu perjanjian adalah perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih”. Defenisi dalam pasal tersebut diatas sebenarnya belum memuaskan, sehingga banyak para sarjana yang menjelaskan defenisi perjanjian secara terperinci antara lain adalah R. Subekti yang memberikan defenisi bahwa perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada orang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk

34

Page 234: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

melaksanakan sesuatu hal, sehingga tiap perjanjian mengikat kedua belah pihak.

2.1.2. Pengertian Kredit

Sedangkan arti kredit dalam dunia perFIFan di Indonesia dirumuskan dalam Pasal 1 ayat (1) (11) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang PerFIFan yaitu :Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara FIF dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah suatu jangka waktu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan.

2.1.3. Pengertian Fidusia

Fiducia yang lengkapnya disebut Fiduciaire Eigendom Overdracht (FEO) adalah lembaga jaminan bentuk baru atas benda bergerak disamping gadai dimana dasar hukumnya yurisprudensi. Lembaga ini banyak disebut dengan bermacam-macam nama. Menurut Subekti pengertian "Fiducia" adalah penyerahan secara kepercayaan. Selanjutnya Subekti menyatakan bahwa perkataan "fiduciaire" yang berarti secara kepercayaan yang diberikan secara timbal balik oleh satu pihak kepada pihak lain bahwa apa yang keluar ditampakkan sebagai pemindahan milik, sebenarnya (ke dalam) hanya suatu jaminan saja untuk suatu hutang.

2.1.4. Sifat dan Bentuk Perjanjian Fidusia

Pendapat pertama mengemukakan bahwa perjanjian Fiducia itu bersifat zakelijk (kebendaan). Pendapat kedua mengatakan, bahwa perjanjian Fiducia merupakan perjanjian yang bersifat persoonlijk (perorangan). Bentuk perjanjian Fiducia dalam praktek disyaratkan tertulis, namun tidak perlu adanya penyerahan nyata.

2.1.5. Obyek Jaminan Fidusia

Menurut sejarah pada mulanya yang menjadi obyek Fiducia adalah benda-benda

bergerak, baik yang sudah ada maupun yang masih akan ada. Akan tetapi pada perkembangan selanjutnya tidak sedikit pula benda yang tidak bergerakpun juga menjadi obyek Fiducia. Obyek fidusia diantaranya adalah benda-benda bergerak/berwujud, benda bergerak tidak berwujud, benda tetap. Dalam hal ini para sarjana banyak yang sepakat bahwa obyek jaminan Fiducia tidak hanya terbatas pada benda bergerak saja, tetapi juga benda tidak bergerak bisa dijadikan obyek jaminan Fiducia (didasarkan Undang-Undang Nomor 16 pasal 1 angka 8 Tahun 1985).

c. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Dan Pendekatan Penelitian

Menggunakan metodologi berikut :

1. Type Penelitian Dalam metode penelitian ini menggunakan penelitian hukum normatif, penelitian kepustakaan yaitu meneliti bahan pustaka atau bahan sekunder.

2. Pendekatan MasalahUntuk membahas permasalahan dalam penelitian ini, digunakan pendekatan-pendekatan sebagai berikut :- Pendekatan perundang-undangan

(Statute Approach)- Pendekatan Konseptual (Conseptual

Approach)- Pendekatan kasus (Case Approach)

3.2. Metode Pengumpulan Data

Peneliti melakukan pengumpulan data dengan cara membaca, mempelajari dan mengidentifikasi seluruh data baik peraturan perundang-undangan, kepustakaan dan putusan pengadilan yang berkaitan dengan kasus-kasus yang ada, data bersifat umum kemudian ditarik atau disimpulkan menjadi khusus, sehingga data yang diperoleh berkaitan dengan masalah yang dibahas dalam penelitian ini.

35

Page 235: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

3.3. Metode Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian langkah pengumpulan data adalah melalui studi kepustakaan, yaitu semua data yang terkait dengan pokok permasalahan, data tersebut disusun secara sistematis untuk lebih mudah membaca dan mempelajarinya.

d. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Agar perusahaan makin berkembang maju dan kredit yang diberikan dipergunakan dengan semestinya oleh debitur, maka FIFAstra harus memberikan pembinaan dan pengarahan kepada debitur tersebut. Selama diadakan pengawasan dan pembinaan ini, FIFAstra tetap memantau terhadap penggunaan kredit yang dikelola oleh debitur. Apabila selama jangka panjang waktu meminjam kredit tersebut debitur tidak pernah lalai akan kewajibannya untuk membayar angsuran beserta bunganya, maka untuk periode berikutnya FIFAstra dapat memberikan tambahan kredit dan lebih banyak dari nilai kredit yang sebelumnya.

Dalam pengajuan permohonan kredit pada FIFAstra ini pada prinsipnya, mengandung asas-asas umum hukum perdata yaitu adanya asas kesepakatan di antara para pihak, yakni antara pihak debitur dan pihak FIFAstra sendiri.

Apabila seseorang hendak mengajukan permohonan kredit pada FIFAstra maka terlebih dahulu harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan oleh pihak FIFAstra. Ada 5 (lima) tahapan yang berkenaan dengan permohonan kredit yaitu :1. Pengajuan Kredit di FIFAstra

Calon peminjam/nasabah kredit datang ke FIFAstrauntuk mengutarakan maksudnya meminta kredit dengan mengajukan permohonan ke FIFAstra. Formulir permohonan tersebut telah disediakan oleh pihak FIFAstra. Formulir tersebut dicantumkan antara lain:- Nama nasabah- Alamat nasabah/tempat nasabah tersebut

menjalankan usahanya.

- Besarnya kredit yang diminta, jangka waktu kredit dan keterangan untuk apa kredit tersebut digunakan.

- Bentuk jaminan yang akan diserahkan.Setelah itu formulir permohonan kredit akan diteruskan ke bagian kredit untuk diperiksa.2. Penilaian Kredit di FIFAstra

Penilaian kredit akan dilakukan oleh pihak FIFAstra. Dalam tahap ini FIFAstratetap memeriksa apa yang disebut dengan the five C's of credit analisys, seperti yang telah dilakukan oleh FIF-FIF pada umumnya, yakni2:

a. Characterb. Capacityc. Capitald. Condition of economicse. Collecteral

3. Pengambilan Keputusan di FIFAstraDalam tahapan ini pimpinan FIFAstra mempertimbangkan hasil pemeriksaan oleh petugas FIFAstra pada tahap penilaian yang telah maju. Apabila pimpinan menyetujui, permohonan kreditnya dapat diterima.

4. RealisasiTahap realisasi merupakan tahap akhir antara debitur mengajukan permohonan kreditnya. Dalam tahap ini pihak FIFAstra dan debitur telah menyetujui perjanjian membuka kredit yang tertuang di dalam akta perjanjian membuka kredit.

Proses pendaftaran jaminan Fidusia dimulai dengan pembuatan Akta Jaminan Fidusia oleh Notaris, yang kemudian dilakukan pendaftaran di Kantor Pendaftaran Fidusia (KPF) sesuai dengan ketentuan pasal 13 ayat (1) Undang Undang Fidusia. Selanjutnya untuk melaksanakan secara teknis ketentuan pasal-pasal Peraturan Pemerintah nomor 86 tahun 2000, maka ditetapkanlah Keputusan Menteri Hukum dan Hak Azasi Manusia Nomor M.01.UM.01.06 tahun 2000 tentang Bentuk Formulir dan Tata Cara Pendaftaran Fidusia.

Permohonan pendaftaran jaminan Fidusia diajukan kepada Menteri Hukum dan HAM;

1. Secara tertulis dalam bahasa Indonesia;2. Melalui Kantor Pendaftaran Fidusia;

2 Rachmadi Usman, Hukum Jaminan Keperdataan, Sinar Grafika, Jakarta, 2008, Hal.71

36

Page 236: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

3. Oleh penerima Fidusia, kuasa atau wakilnya;

4. dengan melampirkan pernyataan pendaftaran jaminan Fidusia sesuai formulir yang bentuk dan isinya sudah ditetapkan M.01.UM.01.06 tahun 2000;

5. dilengkapi dengan:a) salinan akta notaris tentang

pembebanan jaminan Fidusia, yaitu salinan akta yang menguraikan obyek jaminan Fidusia, termasuk salinan lampiran jika akta tersebut disertai lampiran;

b) surat kuasa atau surat pendelegasian wewenang untuk melakukan pendaftaran jaminan Fidusia ; bukti pembayaran beaya pendaftaran jaminan Fidusia.

Hambatan bagi debitur/nasabah dalam pengembalian, banyak dipengaruhi faktor-faktor yang terdapat di dalam dan di luar pribadi debitur. Faktor yang terdapat dalam diri debitur tersebut disebabkan dari faktor yang bersifat internal, sedangkan yang terjadi di luar diri debitur disebut faktor eksternal. berdasarkan titel eksekutorial ini penerima Fiducia dapat lansung melaksanakan eksekusi melalui pelelangan umum atas objek jaminan Fiducia tanpa melalui pengadilan.

Undang-Undang jaminan Fiducia juga memberi kemudahan dalam melaksanakan eksekusi melalui lembaga parate eksekusi. Kemudahan dalam pelaksanaan eksekusi ini tidak semata-mata monopoli jaminan Fiducia, karena dalam hal gadai juga dikenal lembaga serupa. Pasal 29 Undang-Undang Jaminan Fiducia menyatakan bahwa apabila debitur atau pemberi Fiducia cedera janji, eksekusi terhadap benda yang menjadi obyek jaminan Fiducia dapat dilakukan. Jadi prinsipnya adalah bahwa penjualan benda yang menjadi objek jaminan Fiducia harus melalui pelelangan umum, karena dengan cara ini diharapkan dapat diperoleh harga yang paling tinggi. Namun demikian dalam hal penjualan melalui pelelangan umum diperkirakan tidak akan menghasilkan harga tertinggi yang menguntungkan baik pemberi fiducia dan penerima fiducia, maka dimungkinkan penjualan di bawah tangan asalkan hal tersebut disepakati oleh pemberi fiducia dan

penerima fiducia dan syarat jangka waktu pelaksanaan penjualan tersebut dipenuhi.

Pasal 30 Undang-Undang Jaminan Fiducia mewajibkan pemberi fiducia untuk menyerahkan benda yang menjadi obyek jaminan Fiducia dalam rangka pelaksanaan eksekusi jaminan fiducia. Dalam hal pemberi fiducia tidak menyerahkan benda yang menjadi objek jaminan fiducia pada waktu eksekusi dilaksanakan, penerima fiducia berhak mengambil benda yang menjadi objek jaminan fiducia dan apabila perlu dapat meminta bantuan pihak yang berwenang.

Khusus dalam benda yang menjadi objek jaminan fiducia terdiri atas benda perdagangan atau efek yang dapat dijual di pasar atau bursa, penjualannya dapat dilakukan ditempat-tempat tersebut sesuai dengan peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal akan otomatis berlaku. Pengaturan serupa dapat kita lihat juga dalam hal pranata gadai, sebagaimana diatur dalam pasal 1155 ayat (2) Kitab Undang-Undang Perdata. Ketentuan yang diatur dalam pasal 29 dan 31 Undang-Undang Jaminan Fiducia sifatnya mengikat dan tidak dapat dikesampingkan atas kemauan para pihak. Setiap janji untuk melaksanakan eksekusi terhadap benda yang menjadi objek jaminan fiducia dengan cara yang bertentangan dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 29 dan pasal 31, adalah batal demi hukum (pasal 32 Undang-Undang Jaminan Fiducia).

Untuk Hak Tanggungan dapat dilihat pada pasal 12 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 yang berbunyi: "Janji yang memberikan kewenangan kepada pemegang Hak Tanggungan untuk memiliki objek Hak Tanggungan apabila debitor cidera janji, batal demi hukum".

Berdasarkan keterangan di atas didalam praktek sering ditemukan perjanjian fidusia dimana didalamnya dicantumkan ketentuan, bahwa apabila debitor atau pemberi fidusia lalai atau tidak memenuhi kewajibannya dalam jangka waktu yang telah ditentukan untuk itu, kepada kreditor atau pemberi fidusia diberi kuasa/kewenangan mutlak. dalam arti tidak bisa ditarik kembali dan tidak akan berakhir atas dasar sebab-sebab yang ditentukan dalam Pasal 1813 KUH Perdata.

37

Page 237: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

Jaminan fidusia merupakan suatu perjanjian ikutan (accessoir) yang selalu mengikuti perjanjian pokoknya yang baru timbul setelah adanya perjanjian pokok yang mensyaratkan obyek jaminan fidusia sebagai jaminan pelunasan kreditnya. Yang dimaksud dengan perjanjian pokok (obligatoir) adalah perjanjian kredit antara pihak pemberi kredit, yaitu FIF dengan calon penerima kredit atau debitomya, yang merupakan perjanjian dasar. Bentuk dari perjanjian kredit ini bebas, artinya tidak disyaratkan dipergunakan bentuk-bentuk tertentu, baik dalam bentuk akta Notaris Waupun akta di bawah tangan.

Hal ini didasarkan pada ketentuan Pasal 1338 ayat (I) KUH Perdata. Jika debitor tidak dapat memenuhi prestasi secara sukarela, maka kreditor mempunyai hak untuk menuntut pemenuhan piutangnya terhadap harta kekayaan debitor yang dipakai sebagai jaminan. Hak pemenuhan dari kreditor itu dilakukan dengan cara penjualan dimuka umum karena adanya janji terlebih dahulu dengan cara eksekusi atau bisa juga dengan penyitaan terhadap benda-benda tersebut untuk pelunasan piutang kreditor. Sebagaimana ditentukan oleh Pasal 5 ayat (1) Undang-undang Jaminan Fidusia, bahwa pembebanan benda dengan jaminan fidusia dibuat dengan akta Notaris dalam bahasa Indonesia dan merupakan akta Jaminan fidusia. Dari ketentuan ini dapat dilihat bahwasanya setiap pembebanan benda dengan jaminan fidusia dibuat dengan akta Notaris. Apabila suatu pembebanan jaminan fidusia dibuat dengan akta dibawah tangan. Dengan nilai penjaminan yang besar maka, secara otomatis terhadap pembebanan tersebut tidak dapat didaftarkan pada Kantor Pendaftaran Fidusia yang berakibat tidak menjamin kepentingan pihak penerima fidusia. Sebelum lahirnya Undang-undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jarninan Fidusia, tidak ada kewajiban pendaftaran pembebanan jaminan fidusia, dan ketentuan yang menyangkut pembebanan jaminan fidusia tersebut. Sehingga tidak dapat terbit Sertifikat Jaminan Fidusia yang memiliki titel eksekutorial yang sama dengan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap. Lahimya Undang-undang Nomor 42 Tahun 1999 maka pembebanan jaminan fidusia wajib didaftarkan sesuai dengan kriteria dan nilai

penjaminan. FIFAstra selaku penerima fidusia hendaknya diberi hak atas dasar suatu kuasa yang tercantum pada akta jaminan fidusia, untuk setiap saat memasuki tempat dimana jaminan berada/disimpan, untuk memeriksa keadaannya dan melakukan atau menyuruh segala perbuatan yang seharusnya dilakukan untuk mempertahankan agar jaminan dalam keadaan yang sebaik-baiknya. Hal ini dimaksudkan agar terdapat kontrol terhadap obyek jaminan, sehingga setiap saat FIF dapat mengetahui keadaan dan keberadaan obyek jaminan, jangan sampai obyek jaminan fidusia hilang, mengalami kerusakan, atau hal-hal lain yang berakibat turunnya nilai jaminan. Untuk menjamin kepentingan semua pihak, baik kreditor maupun debitor maka hendaknya dalam akta pemberian jaminan fidusia dicantumkan klausula-klausula yang mengandung janji-janji sehingga mengikat para pihak yaitu debitor sebagai pemberi fidusia dan kreditor sebagai penerima fidusia. Klausula-Klausula yang mungkin dapat dicantumkan dalam akta pemberian jaminan fidusia.

Dari hasil penelitian yang penulis temui, dalam praktek terdapat beberapa macam kendala-kendala sehubungan dengan pembebanan jaminan fldusia, adalah sebagai berikut:1. Pembebanan fidusia secara di bawah tangan.

Sebelum lahirnya Undang-undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia praktek pembebanan jaminan fidusia dapat dilakukan dengan di bawah tangan, namun sejak diberlakukan Undang-undang tersebut maka hal yang demikian tidak diperkenankan lagi. Hal ini terdapat dalam Pasal 5 ayat (1) Undang-undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang jaminan fidusia, menentukan bahwa pembebanan benda dengan jaminan fidusia dibuat dengan akta Notaris dalam babasa Indonesia dan merupakan akta fidusia.

2. Obyek fidusia tidak diasuransikan.Dengan alasan mengurangi biaya atau beban yang harus ditanggung oleh debitor maka terhadap obyek jaminan fidusia tidak diasuransikan. Hal demikian ini sebenarnya memperlemah posisi kreditor (FIF), dimana setiap saat suatu obyek jaminan fidusia dapat mengalami masuk atau musnah, misalnya: kendaraan bermotor mengalami kecelakaan.

38

Page 238: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

Dengan tidak diasuransikan obyek jaminan fidusia maka tidak ada penggantian apabila nanti terjadi hal-hal yang tidak diinginkan terhadap obyek jaminan fidusia,

3. Akta jaminan fndusia tidak didaftarkan.Sebelum lahimya Undang Nomor 42 Tahun 1999, banyak terjadi di dalam praktek, bahwa akta jaminan fidusia tidak didattarkan. Namun sejak keluarnya Undang-undang Jaminan Fidusia ini, sesuai dengan Pasal 11. maka benda yang dibebani dengan jaminan fidusia ini wajib didaftarkan.

Dari permasalahan-permasalahan tersebut, akan penulis bahas alternative-alternatif penyelesaianya dari kendala-kendala di atas sebagai berikut ini :1. Pembebanan jaminan fidusia dibuat dengan Akta

Notaris. Sebagaimana ditentukan oleh Pasal 5 ayat (1) Undang-undang Jaminan Fidusia, bahwa pembebanan benda dengan jaminan fidusia dibuat dengan akta Notaris dalam bahasa Indonesia dan merupakan akta Jaminan fidusia. Apabila suatu pembebanan jaminan fidusia dibuat dengan akta dibawah tangan. Dengan nilai penjaminan yang besar, secara otomatis terhadap pembebanan tersebut tidak dapat didaftarkan pada Kantor Pendaftaran Fidusia yang berakibat tidak menjamin kepentingan pihak penerima fidusia.

2. Setiap pembebanan jaminan fidusia wajib didaftarkan.Sebelum lahirnya Undang-undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jarninan Fidusia, tidak ada kewajiban pendaftaran pembebanan jaminan fidusia, dan ketentuan-ketcntuan yang menyangkut pembebanan jaminan fidusia tersebut. Sehingga tidak dapat terbit Sertifikat Jaminan Fidusia yang memiliki titel eksekutorial yang sama dengan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap. Dengan lahimya Undang-undang Nomor 42 Tahun 1999 tersebut maka pembebanan jaminan fidusia maka wajib didaftarkan.

3. Pemeriksaan terhadap obyek fidusia oleh Penerima fidusia. Hal ini dimaksudkan agar terdapat kontrol atau pengawasan terhadap obyek jaminan, sehingga setiap saat FIF dapat mengetahui keadaan dan keberadaan obyek

jaminan, jangan sampai obyek jaminan fidusia hilang, mengalami kerusakan, atau hal-hal lain yang berakibat turunnya nilai jaminan.

4. Pencantuman klausula-klausula (janji-janji) yang mengatur kepentingan para pihak dalam akta pemberian jaminan fidusia. Untuk menjamin kepentingan semua pihak, baik kreditor maupun debitor maka dalam akta pemberian jaminan fidusia dicantumkan klausula yang mengandung janji sehingga mengikat para pihak yaitu debitor sebagai pemberi fidusia dan kreditor sebagai penerima fidusia. Klausula-Klausula yang mungkin dapat dicantumkan dalam akta pemberian jaminan fidusia

5. Mengansuransikan obyek jaminan fidusia.Musnahnya atau rusaknya benda yang menjadi jaminan fidusia tentu menyebabkan hapusnya/berakhimya jaminan fidusia. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, maka terhadap benda yang difudisiakan tersebut harus diasuransikan.

e. PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan sebelumnya, maka peneliti menarik kesimpulan dari hasil penelitian sebagai berikut:a. Pengaturan perjanjian kredit fidusia berdasarkan

undang-undang No. 42 Tahun 1999 Tentang jaminan fidusia adalah pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas kepercayaan berdasarkan perjanjian kredit dengan ketentuan bahwa benda tetap berada dalam kekuasaan pemilik benda atau debitur.

b. Pelaksanaan perjanjian kredit dengan jaminan fidusia pada umumnya dilakukan dengan menempuh prosedur pengajuan kredit oleh debitur kepada pihak kreditur FIFAstra yaitu :

1. Pengajuan kredit2. Penilaian terhadap kredit3. Pengambilan keputusan oleh FIFAstra

terhadap pemohon kredit4. Realisasi kredit5. Pengawasan-pengawasan terhadap

penggunaan kredit dan terhadap

39

Page 239: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

barang jaminan.Sesuai dengan sifat ikutan atau accesoir dari

jaminan fidusia, maka adanya jaminan fidusia tergantung pada piutang yang dijamin pelunasannya dan apabila piutang tersebut hapus karena lunasnya utang maka jaminan fidusia menjadi hapus.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka peneliti menyumbangkan saran demi kemajuan FIFAstra dan pihak lainnya yang membutuhkan. Berikut ini masukan dari peneliti:

a. Dalam pemberian kredit dengan jaminan Fiducia, hendaknya pihak FIFAstra sebagai kreditur perlu mengadakan pengawasan/pemeriksaan secara rutin, guna mencegah timbulnya penyalahgunaan terhadap kredit yang diberikan.

b. Untuk mencegah dan mengatur kemacetan pengambilan kredit, sudah selayaknya pemerintah menghidupkan kembali lembaga penyanderaan terhadap debitur.

DAFTAR PUSTAKA

Badrulzaman, Mariam Darus, Pembentukan Hukum Nasional dan Permasalahannya (Kumpulan Karangan), Penerbit Alumni, Bandung 1981.

Hartono, Sunaryati, Mencari Bentuk dan Sistem Hukum Perjanjian Nasional Kita. Penerbit Alumni, Bandung, 1974.

Muhammad, Abdul Kadir, Hukum Perjanjian, Penerbit Alumni, Bandung, 1980.

Prodjodikoro, Wirjono, Hukum Perdata tentangPersetujuan-persetujuan Tertentu. Penerbit Sumur, Bandung, 1985.

Soekanto, Soerjono, Pokok-pokok Sosiologi Hukum, Penerbit CV. Rajawalai, Jakarta, 1980.

Subekti, R., Hukum Perjanjian, Penerbit PT. Intermasa, Jakarta, Cetakan ke-10, 1985.

Syahroni, Ridwan, Masalah Tertumpuknya Beribu-ribu Perkara di Mahkamah Agung,

Penerbit Alumni, Bandung, 1980.Rachmadi Usman, Hukum Jaminan Kepadatan, Sinar

Grafika Cetakan I Tahun 2008.

40

Page 240: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

PENGANIAYAAN SECARA PSIKIS DALAM RUMAH TANGGA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG KEKERASAN DALAM

RUMAH TANGGA

Dwi Wachidiyah NingsihProgram Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Gresik

Abstrak

Salah satu bentuk kekerasan yang termasuk dalam kategori kejahatan yang berpengaruh besar bagi kehidupan berbangsa dan bernegara adalah kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). KDRT dapat dibedakaan atas (1) kekerasan fisik, (2) kekerasan psikis, (3) kekerasan seksual, dan (4) kekerasan finansial. Namun dari semua bentuk kekerasan tersebut, kekerasan psikis adalah kekerasan yang paling banyak dialami oleh anggota keluarga.

Kekerasan psikis tersebut memiliki dampak yang cukup serius. Kekerasan psikis ini memberikan dampak buruk kepada korban, pelaku sendiri maupun kepada masyarakat. dampak buruk kekerasan psikis bagi korban adalah timbulnya penderitan psikologis (rasa bersalah, kehilangan, kepercayaan, setres, depresi, trauma hingga menjadi gila dapat diderita oleh korban kekerasan). Sedangkan pada anak-anak akan memunculkan dampak yang sangat berarti bagi perilaku anak tersebut.

Bentuk pertanggung jawaban pidana bagi pihak yang terlibat dalam pelaku kekerasan dalam rumah tangga secara psikis dapat diuraikan sebagai berikut: pertama, pelimpahan rasa ketidakenakan terhadap pelaku. Kedua, pemberian hukum pidana objektif dan subjektif. Ketiga, pemberlakuan hukum pokok dan hukum tambahan berupa: (a) pembatasan gerak pelaku, dan (b) penetapan pelaku dalam program konseling dibawah pengawasan lembaga tertentu, antara lain: rumah sakit, klinik, dan biro konselor. Dan dalam UUPKDRT telah menegaskan sanksi yang tertuang pada pasal 45 ayat (1) dan ayat (2), yang mana sanksi tersebut berupa denda dan juga kurungan penjara. Selain itu pada Pasal 50 ditetapkan sanksi tambahan yang bentuknya tergantung pada putusan hakim.

PENDAHULUAN

Latar Belakang Kekerasan dalam rumah tangga

(KDRT) merupakan salah satu kejahatan yang sangat besar pengaruhnya atas kelangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara. KDRT dapat merusak tatanan keluarga sebagai tiang penyangga kehidupan bangsa dan negara. Sayangnya jumlah kasus KDRT yang terjadi seolah-olah tiap tahun selalu mengalami peningkatan. Kasus KDRT yang terjadi sesungguhnya dapat disebut sebagai fenomena gunung es, karena banyak korban kekerasan dalam rumah tangga yang tidak melaporkan apabila terjadi KDRT. Sebagian korban terutama dari pihak wanita menganggap kasus KDRT sebagai kasus yang biasa terjadi dan bukan

merupakan kasus KDRT yang perlu ditanggulangi dengan sanksi yang berupa pidana. Budaya daerah sering mengajarkan kepada masyarakat untuk tidak membawa kasus rumah tangga ke ranah publik. Hal ini dilakukan secara turun temurun sehingga menjadi budaya masyarakat untuk menutup-nutupi masalah rumah tangga yang dianggap aib untuk dikonsumsi publik.

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) mengungkapkan bahwa kasus kekerasan dalam rumah tangga dalam tiga tahun terakhir mengalami peningkatan. Dalam data yang ada, pada tahun 2009 kasus KDRT yang berhasil dicatat KPPPA berdasarkan pada data Kepolisian sebanyak 143.586 kasus. Pada tahun 2010 kasus KDRT yang tercatat berjumlah

Page 241: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

105.103 kasus. Memasuki 2011, kasus KDRT yang ada sebanyak 119.107. Dari data tersebut kekerasan yang terjadi adalah seputar kekerasan fisik, kekerasan psikis, dan kekerasan eksploitasi. Menurut Menteri pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, meningkatnya kasus KDRT yang ada masih disebabkan karena persoalan ekonomi, selain itu ada juga persoalan sosial budaya masyarakat yang mensubordinasikan perempuan dan anak. Tidak hanya itu permasalahan mengenai produk perundang-undangan yang masih banyak bias gender dan bersifat diskriminatif juga menjadi salah satu penyebab. Karena itu Menteri berharap agar para hakim dapat memutus setiap perkara KDRT dan anak dengan seadil-adilnya3.

Menurut Deputi Bidang Perlindungan Perempuan Kementerian Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia, sepanjang 2010 angka pengajuan perceraian karena KDRT mencapai 15.000 kasus4. Statistik Mitra Perempuan Women’s Crisis Centre tahun 2011 (hingga 10 Desember) mencatat jumlah layanan pengaduan dan bantuan diberikan kepada 209 orang perempuan dan anak-anak yang mengalami kasus kekerasan, terutama 90.43% merupakan kasus-kasus kekerasan dalam rumah tangga di wilayah Jakarta, Tangerang, Bekasi, Depok, Bogor dan wilayah lainnya5.

Kekerasan dalam rumah tangga yang paling banyak terjadi dalam beberapa jenis, antara lain kekerasan fisik, kekerasan psikis, kekerasan ekonomi, kekerasan seksual, dan lain sebagainya. Dari jenis-jenis kekerasan itu, kekerasan psikis merupakan kekerasan yang paling banyak terjadi sepanjang tahun. LBH APIK Jakarta mencatat bahwa KDRT secara psikis di Jakarta pada tahun 2002 sebagai KDRT terbanyak terjadi sebanyak 250

kasus, kekerasan ekonomi 165 kasus, dan kekerasan fisik 86 kasus6. Banyaknya kasus KDRT ini salah satu penyebabnya adalah budaya patriarki yang kuat, kesetaraan gender yang belum nampak, serta budaya masyarakat yang ingin hidup harmonis sehingga selalu cenderung menyalahkan suami atau istri.

Salah satu contoh kasus KDRT secara psikis adalah yang dilakukan oleh Andriyanto, seorang PNS pada KUA Prabumulih yang tidak memberikan nafkah kepada istrinya, baik berupa nafkah lahir maupun batin, sehingga menyebabkan istrinya mengalami penderitaan psikis yang cukup berat meliputi rasa malu, tertekan, terhina, sedih, kecewa, hingga stres. Kasus ini telah divonis oleh Pengadilan Negeri Prabumulih Melalui Putusan Nomor 17/Pid.B/AN/2010/PN.Pbm dengan vonis pidana penjara 6 bulan melalui masa percobaan selama 1 tahun. Putusan ini telah dikuatkan oleh Putusan Mahkamah Agung melalui Putusan Nomor. 575K/Pid.Sus/2011.

Beberapa kasus KDRT terutama kekerasan psikis masih belum banyak yang dilaporkan, karena sulitnya pembuktian yang harus dilakukan oleh pidak pelapor. Selain itu banyaknya kasus KDRT yang tidak ditangani, diselesaikan secara damai, atau vonis pidana yang kurang memuaskan pihak korban, menyebabkan masyarakat enggan melaporkan terjadinya kasus KDRT. Oleh karena itu dalam penulisan penelitian ini penulis membahas Tentang Penganiayaan Secara Psikis Dalam Rumah Tangga Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Kekerasan Dalam Rumah Tangga.

Rumusan Masalah1. Apa kriteria kekerasan secara psikis?

3 Diakses melalui http://www.republika.co.id/berita/nasional/hukum/12/04/27/m34tjt-kas, 18 Juni 2013, 15:524 Diakses melalui http://www.riaupos.co/berita.php?act=full&id=11656&kat=1, 18 Juni 2013, 15:555 Diakses melalui http://perempuan.or.id/statistik-catatan-tahunan/2012/01/03/tahun-2011, 19 Juni 2013, 09:006 Abdul Wahab, Kekerasan Dalam Rumah Tangga, diakses melalui http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Rochmat

%20Wahab,%20M.Pd.,MA.%20Dr.%20,%20Prof.%20/KEKERASAN%20DALAM%20RUMAH%20TANGGA%28Final%29.pdf, 19 Juni 2013, 10:00

520

Page 242: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

2. Bagaimana bentuk pertanggungjawaban pidana bagi pihak yang terlibat dalam pelaku kekerasan secara psikis dalam rumah tangga?

Tujuan Penelitian1. Mengetahui dan menganalisis kriteria

kekerasan secara psikis2. Mengetahui dan menganalisis bentuk

pertanggungjawaban pidana bagi pihak yang terlibat dalam pelaku kekerasan secara psikis dalam rumah tangga

Manfaat PenelitianManfaat Teoretis

Secara teoretis penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan untuk mengetahui kriteria kekerasan secara psikis dan sumbangan pemikiran dalam bidang tindak pidana KDRT terutama dalam perlindungan hukum bagi korban kekerasan psikis, pertanggungjawaban pelaku, dan upaya penanggulangannya.

Manfaat PraktisSecara praktis penelitian ini

diharapkan dapat memberikan informasi bagi masyarakat dan penegak hukum secara khusus yang menangi masalah KDRT, agar meningkatkan penegakan hukum terhadap KDRT secara psikis.

Tinjauan PustakaKekerasan Dalam Rumah Tangga

Kekerasan menurut para ahli diartikan sebagai kejahatan kekerasan (violent crime) yaitu suatu peristiwa seseorang dengan sengaja melukai fisik atau mengancam untuk melakukan tindakan kekerasan kepada orang lain, baik dalam bentuk penganiayaan, perampokan, perkosaan, pembunuhan, maupun intimidasi lainnya. Defini lain kejahatan kekerasan (violence) adalah sebagai istilah yang digunakan untuk membuat cedera mental atau fisik, yang merupakan bagian

dari proses kekerasan yang kadang-kadang diperbolehkan, sehingga jarang disebut sebagai kekerasan.7 Kekerasan juga didefinisikan sebagai tindakan/serangan terhadap seseorang yang memungkinkan dapat melukai secara fisik, psikis, dan mentalnya serta menyebabkan penderitaan dan kekerasan8. Masyarakat biasanya membuat kategori-kategori tertentu mengenai tingkah laku yang dianggap keras dan tidak. Termasuk sebagai kekerasan adalah kekerasan terhadap perempuan yaitu setiap kekerasan yang diarahkan kepada perempuan hanya karena mereka perempuan9.

Rumah tangga atau keluarga adalah yang berkenaan dengan urusan kehidupan dalam rumah (seperti hal belanja rumah) atau yang berkenaan dengan keluarga. Pihak-pihak yang termasuk dalam lingkup rumah tangga, adalah a.) Suami, isteri, dan anak, termasuk anak angkat dan anak tiri, b). Orang-orang yang mempunyai hubungan keluarga dengan suami atau isteri yang tinggal menetap dalam rumah tangga, seperti : mertua, menantu, ipar, dan besan; dan c.) Orang yang bekerja membantu di rumah tangga dan menetap tinggal dalam rumah tangga tersebut, seperti Pembantu Rumah Tangga.

Penganiayaan Secara PsikisKekerasan psikis, yaitu perbuatan

yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya dan penderitaan psikis berat pada seseorang. Kekerasan psikis dibedakan menjadi kekerasan psikis berat dan kekerasan psikis ringan.

Hukum PidanaPengertian dari hukum pidana hingga

saat ini belum dinyatakan secara tegas dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia. Definisi hukum pidana saat ini

7 Soerjono Soekanto dan Pudji Santoso, Kamus Kriminologi, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1985, hal 1048 Siti Musdar Mulia, Muslimat Reform, Perempuan Pembaru Keagamaan, Mizan, Bandung, 2001, hal 154-1559 Harkristuti Harkrisnowa, Wajah Tindak Kekerasan Terhadap Perempuan di Indonesia, Makalah pada Semiloka Nasional Mengenai

Kemitraan Pemerintah dan LSM dalam Pencegahan dan Penanggulangan Tindak Kekerasan terhadap Perempuan, diselenggarakan Menperta, beberapa LSM dan Organisasi Internasional di Jakata, 26-27 Januari 1999

521

Page 243: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

didasarkan pada pendapat para ahli hukum pidana, sehingga pengertian dari hukum pidana tersebut masih berbeda-beda menurut para ahli. Hukum pidana adalah bagian daripada keseluruhan hukum yang berlaku di suatu negara, yang mengadakan dasar-dasar dan aturan-aturan untuk: 1. Menentukan perbuatan-perbuatan mana

yang tidak boleh dilakukan, yang dilarang, dengan disertai ancaman atau sanksi yang berupa pidana tertentu bagi barang siapa melanggar larangan tersebut;

2. Menentukan kapan dan dalam hal-hal apa kepada mereka yang telah melanggar larangan-larangan itu dapat dikenakan atau dijatuhi pidana sebagaimana yang telah diancamkan;

3. Menentukan dengan cara bagaimana pengenaan pidana itu dapat dilaksanakan apabila ada orang yang disangka telah melanggar larangan tersebut.10

Hukum pidana itu itu terdiri dari norma-norma yang berisi keharusan-keharusan dan larangan-larangan yang (oleh pembentuk undang-undang) telah dikaitkan dengan suatu sanksi berupa hukuman, yakni suatu penderitaan yang bersifat khusus. Dengan demikian dapat juga dikatakan, bahwa hukum pidana itu merupakan suatu sistem norma-norma yang menentukan terhadap tindakan-tindakan yang mana (hal melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu dimana terdapat suatu keharusan untuk melakukan sesuatu) dan dalam keadaan-keadaan bagaimana hukum itu dapat dijatuhkan, serta hukuman yang bagaimana yang dapat dijatuhkan bagi tindakan-tindakan tersebut.11

Hukum pidana merupakan bagian dari hukum publik yang memiliki sifat-sifat sebagai berikut:

1. Suatu tindak pidana itu tetap ada, walaupun tindakannya itu telah mendapat persetujuan terlebih dahulu dari korbannya;

2. Penuntutan menurut hukum pidana itu tidak digantungkan kepada keinginan dari orang yang telah dirugikan oleh suatu tindak pidana yang telah dilakukan oleh orang lain.

3. Biaya penjatuhan pidana dipikul oleh negara sedangkan pidana denda dan perampasan barang menjadi menjadi penghasilan negara.12

Kriminalitas Dalam KDRTFaktor-faktor Penyebab Tindak

Pidana Kekerasan Dalam Rumah Tangga meliputi faktor budaya, faktor agama, faktor lingkungan dalam keluarga, faktor korban, faktor balas dendam, faktor kemiskinan, dan sebagainya13. Dalam budaya masyarakat Indonesia, anak-anak dan perempuan masih belum mendapat tempat atau masih belum dianggap sebagai individu yang berdiri sendiri. Meningkatnya kasus kekerasan terhadap anak dan perempuan di Indonesia dapat dikatakan sebagai akibat dari sistem dan budaya yang berlaku dalam masyarakat Indonesia. Indonesia merupakan suatu bangsa yang memiliki banyak sekali ragam kebudayaan, karena dari sisi historis Indonesia adalah kumpulan dari berbagai kerajaan dan suku bangsa yang disatukan oleh Pemerintah kolonial Belanda pada waktu itu. Di Indonesia kata “melindungi”, ”mendidik” mempunyai banyak persepsi yang berbeda-beda. Kata-kata “melindungi”,”mendidik”, sering disalahartikan dengan mengekang kebebasan, mengurung, memukuli, dan perlakuan buruk lainnya dengan alasan melindungi dari pengaruh buruk lingkungan.

10 Moeljatno, Azas-azas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta, 1984, hal. 1

11 P.A.F. Lamintang, Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia, Sinar Baru, Bandung, 1984, hal. 1-2.12 Andi Hamzah, Asas-Asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta, 1991, hal. 1013 Liliana dan Krismiyarsi, Kebiajakan penanggulangan kejahatan melalui mediasi penal sebagai alternatif penyelesaian tindak

pidana KDRT, Jurnal Kriminologi Indonesia, Vol. 8 No. 1, Mei 2012, hal. 57

522

Page 244: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

Teori KeadilanKeadilan pada hakikatnya adalah

memperlakukan seseorang atau pihak lain sesuai dengan haknya. Yang menjadi hak setiap orang adalah diakui dan diperlakukan sesuai dengan harkat dan martabatnya, sama derajatnya, dan sama hak dan kewajibannya, tanpa membedakan suku, keturunan, dan agamanya. Plato membagi keadilan menjadi keadilan individual dan keadilan bernegara. Menurutnya keadilan individual adalah kemampuan seseorang menguasai diri dengan cara menggunakan rasio14.

Keadilan harus dipahami sebagai fairness, dalam arti bahwa tidak hanya mereka yang memiliki bakat dan kemampuan yang lebih baik saja yang berhak menikmati berbagai manfaat sosial lebih banyak, tetapi keuntungan tersebut juga harus membuka peluang bagi mereka yang kurang beruntung untuk meningkatkan prospek hidupnya. Dalam kaitannya dengan hal tersebut, pertanggungjawaban moralitas kelebihan dari mereka yang beruntung harus ditempatkan pada bingkai kepentingan kelompok mereka yang kurang beruntung15.

Keadilan sebagai bagian dari nilai sosial memiliki makna yang amat luas, bahkan pada suatu titik bisa bertentangan dedengan hukum sebagai salah satu tata nilai sosial. Suatu kejahatan yang dilakukan adalah suatu kesalahan. Namun apabila hal tersebut bukan merupakan keserakahan tidak bisa disebut menimbulkan ketidakadilan. Sebaliknya suatu tindakan yang bukan merupakan kejahatan dapat menimbulkan ketidakadilan. Dengan demikian memiliki makna yang cukup luas, sebagian merupakan keadilan yang telah ditentukan oleh alam, sebagian merupakan hasil ketetapan manusia (keadilan hukum). Keadilan alam berlaku universal,

sedangkan keadilan yang ditetapkan manusia tidak sama di setiap tempat. Keadilan yang ditetapkan oleh manusia inilah yang disebut dengan nilai16.

Manfaat Teori Keadilan Dalam KDRTPrinsip keadilan yang paling banyak

dianut oleh para ahli hukum adalah prinsip keadilan John Rawls. Pertama, the greatest equal principle, bahwa setiap orang harus memiliki hak yang sama atas kebebasan dasar yang paling luas, seluas kebebasan yang sama bagi semua orang. Ini merupakan hal yang paling mendasar (hak azasi) yang harus dimiliki semua orang. Dengan kata lain, hanya dengan adanya jaminan kebebasan yang sama bagi semua orang maka keadilan akan terwujud (prinsip kesamaan hak). Prinsip tersebut tidak lain adalah prinsip kesamaan hak, merupakan prinsip yang memberikan kesetaraan hak dan tentunya berbanding terbalik dengan beban kewajiban yang dimiliki setiap orang17. Dalam kaitannya dengan kehidupan rumah tangga, prinsip keadilan ini jelas menegaskan adanya persamaan hak bagi siapapun yang menjadi bagian suatu keluarga, sehingga seharusnya KDRT tidak terjaadi pada suatu keluarga.

Kedua, ketidaksamaan sosial dan ekonomi harus diatur sedemikian rupa sehingga perlu diperhatikan azas atau dua prinsip berikut, yaitu The different priciple dan the principle of fairy equality of opportunity. Keduanya diharapkan memberikan keuntungan terbesar bagi orang-orang yang kurang beruntung, serta memberikan penegasan bahwa dengan kondisi dan kesempatan yang sama, semua posisi dan jabatan harus terbuka bagi semua orang (Prinsip Perbedaan Objektif)18. Kedua prinsip tersebut merupakan prinsip perbedaan objektif, artinya prinsip kedua tersebut menjamin terwujudnya proporsionalitas pertukaran

14 Jan Hendrik Raper, Filsafat Politik Plato, Rajawali, Jakarta, 1991, hal. 81.15 Ibid16 Hari Chand, Modern Jurisprudence, Kuala Lumpur International Law Book Review, 1994, hal. 27817 Carl Joachim Friedrich, Filsafat Hukum Perspektif Historis, Nuansa Dan Nusa Media, Bandung, 2004, hal. 239.18 Ibid

523

Page 245: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

hak dan kewajiban para pihak, yang dalam hal ini adalah seluruh anggota keluarga, sehingga secara wajar (objektif) diterima adanya perbedaan tanpa harus menimbulkan KDRT.

Dengan demikian, prinsip pertama dan prinsip kedua tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya. Sesuai dengan azas proporsionalitas, keadilan akan terwujud apabila kedua syarat tersebut diterapkan secara komprehensi, termasuk untuk mencegah timbulnya KDRT.

Metode PenelitianPenelitian ini menggunakan metode

melalui kajian yuridis normatif. Penelitian hukum yuridis normatif merupakan studi dokumen yakni menggunakan sumber data sekunder saja yang berupa peraturan perundang-undangan, keputusan pengadilan, teori hukum, dan pendapt para ahli hukum19. Maka dari itu digunakan analisis secara kualitatif (normatif-kualitatif) karena data yang dikumpulkan bersifat kualitatif.

Pendekatan masalahPendekatan masalah digunakan untuk

menganalisis dan memperoleh informasi mengenai isu yang dibahas dalam penelitian. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan perundang-undangan (statue approach) dan pendekatan konseptual (conceptual approach)20. Pertama, pendekatan perundang-undangan dilakukan dengan menelaah perundang-undangan yang berkaitan dengan kekerasan dalam rumah tangga. Kedua, pendekatan konseptual sebagai pendekatan yang berangkat dari perkembangan pandangan hukum dalam Ilmu Hukum dengan menguraikan gagasan atas permasalahan kekerasan dalam rumah tangga yang berkaitan dengan kekerasan psikis serta bentuk pertanggaungjawaban pidana yang menjadi sanksi bagi pelaku21.

Sumber Bahan hukuma. Bahan hukum primer, yang merupakan

bahan hukum yang sifatnya mengikat, berupa peraturan perundang-undangan, dalam hal ini terdiri dari KUHP, KUHAP, UU. No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, UU. No. 23 Tahun 2004 Tentang PKDRT, UU. No. 7 Tahun 1984 Tentang Pengesahan Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Kekerasan Terhadap Wanita, dan UU. No. 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia.

b. Bahan hukum sekunder, yang erat kaitannya dengan bahan hukum primer karena bersifat menjelaskan, yang dapat membantu menganalisis dan memahami bahan hukum primer, antara lain literatur, asas-asas, konsep, doktrin dan ilmu hukum (jurisprudence) terutama dalam bidang kriminologi.

Prosedur Pengumpulan dan Pengelolahan Bahan Hukum

Penelitian dimulai dengan mengumpulkan bahan-bahan hukum (inventarisasi) melalui dilakukan melalui dokumentasi yang berkaitan dengan KDRT secara psikis.

Pengumpulan bahan ini dilanjutkan dengan klasifikasi, dalam arti memilah-milah bahan hukum yang terkait dengan rumusan masalah. Kemudian bahan-bahan tersebut disusun secara sistematis untuk mempermudah dalam memahami substansi bahan hukum tersebut.

Analisis Bahan HukumSebagai tipe penelitian dengan jenis

deskriptif analitik, maka metode yang digunakan adalah metode deduktif yaitu dimulai dari ketentuan atau hal-hal yang bersifat umum dalam hal ini adalah fenomena-fenomena yang muncul dan berkembang dalam masyarakat yang diterapkan pada rumusan masalah untuk

19 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana, Jakarta, 2006, hal. 93-9520 Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Cet. Keempat, Bayumedia, Jakarta, 2008, hal.31021 Peter Mahmud Marzuki, Op. Cit, hal. 95

524

Page 246: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

menghasilkan jawaban yang bersifat khusus.

BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BAGI PIHAK YANG TERLIBAT DALAM PELAKU KEKERASAN SECARA PSIKIS DALAM RUMAH TANGGA

Pertanggungjawaban Tindak PidanaDalam kehidupan sehari-hari manusia

sering dihadapkan kepada suatu kebutuhan yang mendesak, kebutuhan pemuas diri dan bahkan kadang-kadang karena keinginan atau desakan untuk mempertahankan status diri. Secara umum kebutuhan setiap manusia itu akan dapat dipenuhi, walaupun tidak seluruhnya, dalam keadaan yang tidak memerlukan desakan dari dalam atau dari orang lain. Terhadap kebutuhan yang mendesak pemenuhannya dan harus dipenuhi dengan segera biasanya sering dilaksanakan tanpa pemikiran matang yang dapat merugikan lingkungannya atau manusia lain. Hal seperti itu akan menimbulkan suatu akibat negatif yang tidak seimbang dengan suasana dan kehidupan yang bernilai baik. Untuk mengembalikan pada suana dan kehidupan yang bernilai baik itu diperlukan suatu pertanggungjawaban dari pelaku yang berbuat sampai ada ketidakseimbangan dan pertanggungjawaban yang wajib dilaksanakan oleh pelakunya berupa pelimpahan rasa ketidakenakan masyarakat supaya dapat dirasakan juga penderitaan atau kerugian yang dialami22.

Pemberi pelimpahan dilakukan oleh individu atau sekelompok orang yang berwenang, sedangkan penerima limpahan dalam mempertanggungjawabkan perbuatannya, limpahan itu berupa hukuman yang disebut “dipidanakan”. Jadi seseorang yang dipidanakan berarti dirinya menjalankan suatu hukuman untuk

mempertanggungjawabkan perbuatannya yang dinilai kurang baik dan membahayakan kepentingan umum23.

Pembagian Hukum PidanaMenurut Simons hukum pidana itu

dapat dibagi menjadi hukum pidana dalam arti obyektif (strafrecht in objectieve zin) dan hukum pidana dalam arti subyektif atau (strafrecht in subjectieve zin). Hukum pidana dalam arti obyektif adalah hukum pidana yang berlaku, atau yang juga disebut sebagai hukum positif atau ius contitutum/ius poenale24. Simons merumuskan hukum pidana dalam arti obyektif sebagai:1. Keseluruhan larangan dan perintah

yang oleh negara diancam dengan nestapa yaitu suatu pidana apabila tidak ditaati;

2. Keseluruhan peraturan yang menetapkan syarat-syarat untuk penjatuhan pidana, dan;

3. Keseluruhan ketentuan yang memberikan dasar untuk penjatuhan dan penerapan pidana.25

Hukum pidana dalam arti subyektif atau ius contituendum/ius puniendi bisa diartikan secara luas dan sempit. Dalam arti luas hukum pidana subyektif berarti hak dari negara atau alat-alat perlengkapan negara untuk memberikan atau mengancam pidana terhadap perbuatan tertentu. Dalam arti sempit hukum pidana subyektif merupakan hak untuk menuntut perkara-perkara pidana, menjatuhkan dan melaksanakan pidana terhadap orang yang melakukan perbuatan yang dilarang.

Hak untuk menuntut perkara-perkara pidana ini dilakukan oleh para penegak hukum termasuk badan-badan peradilan. Jadi ius puniendi adalah hak pemberian sanksi pidana. Hukum pidana dalam arti subjektif (ius puniendi) yang merupakan peraturan yang mengatur hak negara dan alat perlengkapan negara untuk

22 R. Abdoel Djamali, Pengantar Hukum Indonesia, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2000, hal.15523 Ibid, hal. 155-15624 Ibid25 Sudarto, Hukum Pidana I, Yayasan Sudarto, Semarang, 1990, hal. 9.

525

Page 247: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

mengancam, menjatuhkan dan melaksanakan hukuman terhadap seseorang yang melanggar larangan dan perintah yang telah diatur di dalam hukum pidana itu diperoleh negara dari peraturan-peraturan yang telah ditentukan oleh hukum pidana dalam arti obyektif (ius poenale). Dengan kata lain ius puniendi harus berdasarkan kepada ius poenale.

Hukum pidana juga dibagi dalam hukum pidana materiil dan hukum pidana formil. Hukum pidana materiil yaitu semua ketentuan dan peraturan yang menunjukkan tentang tindakan-tindakan yang mana adalah merupakan tindakan-tindakan yang dilarang dan dapat dihukum, siapakah orangnya yang dapat dipertanggungjawabkan terhadap tindakan-tindakan tersebut dan hukuman yang bagaimana yang dapat dijatuhkan terhadap orang tersebut. Hukum pidana materiil disebut juga dengan hukum pidana yang abstrak. Hukum pidana formil merupakan hukum pidana yang memuat peraturan-peraturan yang mengatur tentang bagaimana caranya hukum pidana yang bersifat abstrak itu harus diberlakukan secara konkrit. Biasanya orang menyebut jenis hukum pidana ini sebagai hukum acara pidana.26 Hukum pidana formil ini merupakan instrumen yang digunakan untuk melakukan penegakan terhadap hukum pidana materiil.

Tujuan Pertanggungjawaban PidanaTujuan dari hukum pidana dalam

kajian kriminologi dapat dikelompokkan berdasarkan pada pendapat ahli hukum, baik menurut ahli hukum klasik maupun ahli hukum modern. Menurut aliran klasik (de klassieke school/de klassieke richting) tujuan dibentuknya hukum pidana adalah untuk melindungi individu dari kekuasaan penguasa (Negara) atau dari adanya tindakan pihak lain yang melanggar hak-hak mereka. Peletak dasar aliran adalah Markies van Beccaria yang menulis tentang Dei delitte edelle pene tahun 1764.

Tulisan itu menuntut agar hukum pidana harus diatur dengan undang-undang yang tertulis, agar dapat memberikan kepastian hukum kepada setiap orang.

Pada zaman sebelum pengaruh tulisan Beccaria itu, hukum pidana yang ada sebagian besar tidak tertulis dan di samping itu kekuasaan Raja Absolute dapat menyelenggarakan pengadilan yang sewenang-wenang dengan menetapkan hukum menurut perasaan dari hakim sendiri. Penduduk tidak tahu pasti perbuatan mana yang dilarang dan beratnya pidana yang diancamkan karena hukumnya tidak tertulis. Proses pengadilan pada masa itu berjalan tidak baik, sampai terjadi peristiwa yang menggemparkan rakyat seperti di Perancis dengan kasus Jean Calas te Toulouse (1762) yang dituduh membunuh anaknya sendiri bernama Mauriac Antoine Calas, karena anaknya itu ditemukan mati di rumah ayahnya. Di dalam pemeriksaan Calas tetap tidak mengaku namun oleh hakim yang memeriksa tetap dinyatakan bersalah dan dijatuhi pidana mati dengan pelaksanaan menggunakan pisau guillotine. Atas kejadian tersebut, masyarakat merasa tidak puas, dan menganggap Jean Calas tidak bersalah membunuh anaknya, sehingga Voltaire mengecam putusan pengadilan itu. Tuntutan untuk memeriksa kembali perkara Calas itu dikabulkan. Hasil pemeriksaan ulang menyatakan Mauriac mati dengan bunuh diri. Masyarakat menjadi gempar karena putusan itu, dan selanjutnya pemuka-pemuka masyarakat seperti J.J.Rousseau dan Montesquieu turut menuntut agar kekuasaan Raja dan penguasa-penguasanya dibatasi oleh hukum tertulis atau undang-undang. Semua peristiwa yang diabadikan itu adalah usaha untuk melindungi individu guna kepentingan hukum perseorangan27.

Oleh karenanya mereka menghendaki agar diadakan suatu peraturan tertulis supaya setiap orang mengetahui tindakan-

26 P. A. F. Lamintang, Op. Cit., hal. 1027 Bambang Pornomo, Asas-asas Hukum Pidana, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1985, hal. 24

526

Page 248: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

tindakan mana yang terlarang atau tidak, apa ancaman hukumannya dan lain sebagainya. Dengan demikian diharapkanakan terjamin hak-hak manusia dan kepentingan hukum perseorangan. Peraturan tertulis itu akan menjadi pedoman bagi rakyat, akan melahirkan kepastian hukum serta dapat menghindarkan masyarakat dari kesewenang-wenangan. Pengikut-pengikut ajaran ini menganggap bahwa tujuan hukum pidana adalah untuk menjamin kepentingan hukum individu. Setiap perbuatan yang dilakukan oleh seseorang (individu) yang oleh undang-undang hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana harus dijatuhkan pidana. Menurut aliran klasik, penjatuhan pidana dikenakan tanpa memperhatikan keadaan pribadi pembuat pelanggaran hukum, mengenai sebab-sebab yang mendorong dilakukan kejahatan (etiologi kriminil) serta pidana yang bermanfaat, baik bagi orang yang melakukan kejahatan maupun bagi masyarakat sendiri (politik kriminil).

Aliran modern (de moderneschool/de moderne richting) mengajarkan bahwa tujuan susunan hukum pidana itu adalah untuk melindungi masyarakat terhadap kejahatan. Sejalan dengan tujuan tersebut, perkembangan hukum pidana harus memperhatikan kejahatan serta keadaan penjahat28. Kriminologi yang objek penelitiannya antara lain adalah tingkah laku orang perseorangan dan atau masyarakat adalah salah satu ilmu yang memperkaya ilmu pengetahuan hukum pidana. Pengaruh kriminologi sebagai bagian dari social science menimbulkan suatu aliran baru yang menganggap bahwa tujuan hukum pidana adalah untuk memberantas kejahatan agar terlindungi kepentingan hukum masyarakat.29

Dari kedua aliran tersebut, pada akhirnya dibentuklah teori tentang pemidanaan atau alasan pemberian sanksi

pidana kepada seseorang yang melakukan tindak pidana. Teori pemidanaan pada umumnya terdiri dari teori absolut dan teori relatif. Teori absolut berpendapat bahwa sanksi pidana dijatuhkan karena seseorang telah melakukan suatu kejahatan (quia peccatum est). Jadi menurut Johannes Andenaes yang didukung oleh Immanuel Kant, tujuan utama penjatuhan pidana adalah untuk memuaskan tuntutan keadilan (to satisfy the claims of justice), sedangkan pengaruh-pengaruh dari penjatuhan sanksi pidana yang menguntungkan merupakan tujuan sekunder dari pemberian sanksi pidana. Teori relatif berpendapat bahwa tujuan dari pemberian sanksi pidana adalah untuk melindungi kepentingan masyarakat yang oleh Johannes Andenaes disebut sebagai teori perlindungan masyarakat (the theory of social defense) dan oleh Nigel Walker dikategorikan sebagai teori reduktif (the reductive point of view). Kedua teori pemidanaan ini merupakan ide dasar dilaksanakannya pemberian sanksi pidana dan sanksi tindakan (Double track system), yang seharusnya diimplementasikan dalam kebijakan legislasi.30

Sampai pertengahan abad 20, penjahat merupakan perhatian utama di bidang kriminologi. Baru pada tahun 1977, Michalowski dalam Meier mengemukakan bahwa hubungan hukum dengan masyarakat ada yang melalui consensus, pluralis dan conflict. Sebab-sebab seseorang melakukan kejahatan dimulai dari faktor biologis dan faktor lingkungan. Hal yang sangat penting dalam mengkaji kekerasan dalam rumah tangga adalah hidden criminality. Hidden criminality diartikan sebagai kejahatan yang sungguh-sungguh dilakukan tapi tidak diketahui jumlah sebenarnya (dark number). Di Indonesia, kajian tentang korban tindak pidana belum banyak mendapat perhatian, hal ini dibuktikan dengan minimnya

28 Ibid.29 E.Y. Kanter dan S.R. Sianturi, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya, Alumni, Jakarta, 1982, hal. 56

30 Sri Wahyuningsih, Et. All., Persepsi dan Sikap Penegakan Hukum Terhadap Penanganan Kasus-kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) Sesuai Dengan Undang-undang Penghapusan KDRT Nomor 23 Tahun 2004 di Jawa Timur, Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial, Vol. 18, Agustus 2006, hal. 153-155

527

Page 249: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

tulisan-tulisan ilmiah, produk perundang-undangan bahkan berbagai putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap yang membahas dan memberikan perlindungan terhadap permasalahan korban tindak pidana. Padahal tidak ada pengalaman dalam kehidupannya yang dapat disetarakan seramnya apabila berada didalam suatu fase ancaman kekerasan. Sistem peradilan pidana yang seharusnya menjadi wadah penyelamat dan pemulihan penderitaan korban, tetapi yang terjadi seringkali sistem peradilan pidana justru menambah penderitaan korban dengan post crime victimization.

Unsur-Unsur Pertanggungjawaban Pidana

Agar dapat dituntut untuk mempertanggungjawabkan tindak pidana yang telah dilakukan, seseorang harus memenuhi unsur-unsur tindak pidana yang meliputi kemampuan bertanggungjawab, adanya kesalahan, dan tidak adanya alasan penghapus pidana.

Pertanggungjawaban pidana dalam bahasa asing di sebut sebagai “toereken-baarheid,” “criminal reponsibilty,” “criminal liability,” pertanggungjawaban pidana disini di maksudkan untuk menentukan apakah seseorang tersebut dapat di pertanggungjawabkan atasnya pidana atau tidak terhadap tindakan yang di lakukanya itu.31 Kemampuan bertanggungjawab ini telah diatur dalam Pasal 44 KUHP, bahwa orang yang mempu bertanggungjawab adalah orang yang sempurna akalnya, sedangkan orang kurang sempurna akalnya atau sakit berubah akalnya, dianggap tidak mampu bertanggungjawab. Menurut pendapat para ahli, orang yang mampu bertanggungjawab harus memenuhi setidaknya 3 (tiga) syarat, yaitu : (1) dapat menginsafi (mengerti) makna perbuatannya dalam alam kejahatan, (2) dapat menginsafi bahwa perbuatanya di pandang tidak patut dalam

pergaulan masyarakat, (3) mampu untuk menentukan niat atau kehendaknya terhadap perbuatan tadi.32

Unsur pertanggungjawaban pidana yang lain adalah adanya kesalahan yang diperbuat. Untuk dapat dikatakan adanya kesalahan dalam perbuatan seseorang, maka harus memenuhiunsur: (1) Adanya kemampuan bertanggungjawab pada si pembuat (Schuldfahigkeit atau Zurechnungsfahigkeit): artinya keadaan jiwa si pembuat harus normal. (2) Hubungan batin antara si pembuat dengan perbuatanya berupa kesengajaan ( dolus) atau keapaan (culpa) : ini di sebut bentuk-bentuk kesalahan. (3) Tidak adanya alasan yang menghapus kesalahan atau tidak ada alasan pemaaf.

Alasan penghapus pidana merupakan alasan pemaaf dan alasan pembenar. Alasan pemaaf sebagaimana yang diatur dalam Pasal 44, Pasal 48 sampai Pasal 51 KUHP, meliputi pelaku tindak pidana yang sakit jiwanya, tindak pidana yang dilakukan dalam keadaan terpaksa, perbuatan yang dilakukan untuk membela diri, tindak pidana yang dilakukan karena melaksanakan undang-undang, dan dalam rangka melaksanakan tugas jabatan yang sah. Alasan pembenar telah diatur dalam Pasal 166, 186 ayat (1), 314 ayat (1), dan 352 ayat (2).

Sistem Pertanggungjawaban Dan Penegakan Hukum Pidana

Kajian tentang sistem hukum terdiri dari struktur, substansi dan kultur dalam proses berjalannya sistem hukum. Struktur merupakan suatu kerangka kerja tentang bagaimana institusi aparat penegak hukum, dalam hal ini kepolisian, kejaksaan atau pengadilan diorganisasikan. Substansi hukum adalah hukum positif (UU Penghapusan KDRT) yang digunakan oleh institusi tersebut yang merupakan patron atau “kerangka batas” dari setiap individu atau aktor-aktor yang ada di dalam institusi tersebut. Kultur atau budaya hukum yang

31 S.R Sianturi, .Asas-asas Hukum Pidana Indonesia dan Penerapanya, Cet IV, Alumni, Jakarta, 1996, hal .245 32 Andi Hamzah, Bunga Rampai Hukum Pidana Indonesia, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1986, hal. 79

528

Page 250: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

lebih lanjut diartikan sebagai ideologi, harapan dan opini tentang hukum, merupakan kunci dari berjalannya sistem hukum. Kepatuhan dan perlawanan memberikan pengaruh dalam penegakan hukum terhadap kekerasan psikis dalam KDRT sebagai berikut: (1) adanya otoritas moral sebagai basis hubungan-hubungan dan stabilitas sosial; (2) keharusan struktural yang menentukan tindakan-tindakan dan perilaku-perilaku individual, termasuk kepatuhan atau perlawanannya terhadap kekuasaan; (3) adanya proses dialektik dari struktur dan agen serta kesadaran sebagai pendekatan untuk memahami proses kepatuhan sosial dan perlawanan.

Setiap orang yang akan menjalankan Undang-undang Hukum Pidana, hendaknya wajib memperhatikan asas hukumnya yang dicantumkan dalam pasal 1 KUHP. Ketentuan pasal ini memuat tiang penyanggah dari hukum pidana. Pasal 1 ayat 1 KUHP menyatakan: “Tiada suatu perbuatan yang boleh dihukum melainkan atas kekuatan aturan pidana dalam Undang-undang yang terdahulu dari perbuatan itu”33.

Ketentuan ayat di atas memuat asas yang tercakup dalam rumusan “Nullum delictum, nulla poena sine praevia lege punali” yang artinya tiada delik, tiada hukuman tanpa suatu peraturan yang terlebih dahulu menyebut perbuatan yang bersangkutan, sebagai suatu delik dan yang memuat suatu hukuman yang dapat dijatuhkan atas delik itu. Asas nullum delictum ini memuat pengertian bahwa suatu perbuatan yang dilakukan tanpa ada Undang-undang yang sebelumnya telah mengatur tentang perbuatan itu tidak dapat dipidanakan.34

Penegakan hukum pidana termasuk dalam melaksanakan penegakan hukum pidana KDRT perlu memiliki rasa dan perhatian terhadap pihak yang menjadi korban dari tindak pidana tersebut termasuk terhadap korban kekerasan psikis

dalam rumah tangga. UUPKDRT merupakan lex specialis terhadap KUHP sehingga penerapannya harus sesuai dengan azas lex specialis derogat lex generalis. Dalam hukum pidana, terhadap kedua jenis aturan yang berlaku asas Lex specialis derogat lex generalis, ketentuan pidana yang khusus (lex specialis) menghapus (Men-derogat) ketentuan pidana yang umum (lex generalis). Ketentuan ini memiliki arti bahwa apabila suatu persoalan hukum pidana sudah diatur dalam ketentuan yang lebih khusus dalam berbagai undang-undang di luar KUHP, maka ketentuan dalam KUHP dapat dikesampingkan.

Pembaruan hukum pidana yang berorientasi kepada korban (victim oriented) sudah seharusnya dilakasanakan sebagai implementasi dari penyelenggaraan negara hukum Indonesia, yang memberikan jaminan bahwa semua orang memperoleh akses keadilan yang seimbang (bukan hanya pelanggar) dan sebagai kebijakan yang seimbang (balance) dalam pembaruan hukum pidana. Pembaruan hukum pidana tidak boleh hanya mengutamakan perlindungan kepentingan pelaku tindak pidana saja dan mengabaikan kepentingan korban, atau mengutamakan perlindungan kepentingan korban dan mengabaikan kepentingan pelaku tindak pidana saja. kebijakan terhadap korban tersebut bukan sebagai prioritas kepada korban saja tetapi sebagai keseimbangan kepentingan pelaku tindak pidana dan korban.

Perkembangan orientasi hukum pidana, dalam sistem pertanggungjawaban pidana perlu memberikan perhatian dan penegakan hukum terhadap korban tindak pidana. Jika semula hukum pidana berorientasi kepada perbuatan (crime) sasarannya adalah pencegahan kejahatan (prevention of crime), maka selanjutnya hukum pidana harus berorientasi kepada orang (offender) dengan sasarannya adalah penegakan untuk memperbaiki pelaku

33 R. Abdoel Djamali, 2000, Op.Cit, hal. 163.34 Ibid

529

Page 251: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

(treatment of offender). Orientasi pertanggungjawaban hukum pidana selanjutnya juga perlu dikembangkan kearah pemenuhan rasa keadilan kepada korban (victims), dengan sasarannya adalah memperbaiki kondisi korban (treatment of victims). Adanya perhatian terhadap korban, sesuai dengan perkembangan dewasa ini agar hukum pidana menghapuskan kesan seolah-olah hanya memanjakan pelaku ketimbang korban. Hal ini merupakan kebutuhan mengingat penderitaan korban kejahatan sering tidak dihiraukan oleh sistem peradilan pidana. Sisi lain dalam kebijakan terhadap penanggulangan kejahatan melalui sistem peradilan pidana di Indonesia saat ini adalah terlalu memfokuskan kepada penegakan hukum terhadap pelaku kejahatan (offender centered) dan tidak dipikirkannya akibat kejahatan pada diri korban dalam setiap pengambilan keputusan. Kondisi korban kejahatan sendiri sangat memerlukan penanganan dalam penegakan hukum karena korban mengalami viktimisasi sekunder yang disebabkan oleh reaksi formal terhadap kejahatan oleh otoritas sistem peradilan pidana.

Upaya-upaya sebagai perumusan yang lebih konkret tentang perlindungan korban dapat dilakukan melalui proses-proses penegakan hukum. Apabila terdakwa dijatuhi pidana dan terdapat korban yang menderita kerugian materiel akibat tindak pidana yang dilakukan oleh pelaku, Hakim dapat mengharuskan terpidana membayar ganti kerugian kepada korban yang besarnya ditentukan dalam putusannya. Apabila terpidana tidak membayar ganti kerugian tersebut, harta benda terpidana disita dan dilelang untuk membayar ganti kerugian kepada korban. Apabila terpidana berupaya menghindar untuk membayar kompensasi kepada korban, maka terpidana tidak berhak mendapatkan pengurangan masa pidana dan tidak mendapatkan pembebasan bersyarat. Penjatuhan pidana bersyarat kepada

terdakwa dapat ditentukan syarat khusus berupa kewajiban terpidana untuk membayar ganti kerugian kepada korban. Dengan demikian hukum pidana dapat memberikan keadilan kepada korban tindak pidana yang selama ini banyak merasa tidak dapat memperoleh ganti kerugian atas kerugian yang timbal akibat tindakan orang lain, kecuali apabila korban menggugat pelaku tindak pidana melalui gugatan perdata.35

Bentuk Pertanggungjawaban Pidana Kekerasan Psikis Dalam Rumah Tangga Berdasarkan UUPKDRT

Masalah kekerasan dalam rumah tangga telah mendapatkan perlindungan hukum dalam UUPKDRT yang antara lain menegaskan bahwa:a. Bahwa setiap warga negara berhak

mendapatkan rasa aman dan bebes dari segala bentuk  kekerasan sesuai dengan falsafah Pancasila dan Undang-undang Republik Indonesia tahun 1945.

b. Bahwa segala bentuk kekerasan, terutama Kekerasan dalam rumah tangga merupakan pelanggaran hak asasi manusia, dan kejahatan terhadap martabat kemanusiaan serta bentuk deskriminasi yang harus dihapus.

c. Bahwa korban kekerasan dalam rumah tangga yang kebanyakan adalah perempuan, hal itu harus mendapatkan perlindungan dari Negara dan/atau masyarakat agar terhindar dan terbebas dari kekerasan atau ancaman kekerasan, penyiksaan, atau perlakuan yang merendahkan derajat dan martabat kemanusiaan.

d. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagai dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d perlu dibentuk Undang-undang tentang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga.

Sebagaimana pemaparan di muka, kekerasan merupakan bentuk pelanggaran terhadap hak asasi manusia, termasuk kekerasan dalam rumah tangga. Atas dasr

35 Hamidah Abdurrachman, Op. Cit., hal. 488

530

Page 252: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

UUD 1945 serta Pasal 8 UUHAM “Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia terutama menjadi tanggung jawab Pemerintah” maka perlakuan tindak kekerasan dalam rumah tangga haruslah diatur oleh Pemerintah dalam sebuah kebijakan yang tegas.

Tindak kekerasan yang dilakukan dalam suatu keluarga merupakan unsur berat dalam tindak pidana. KUHPidana pasal 356 yang secara garis besar menyatakan “Barang siapa yang melakukan penganiayaan terhadap ayah, ibu, isteri atau anak diancam hukuman pidana”.

Ketentuan mengenai sanksi pidana juga tertera pada UUPKDRT, yaitu Pasal 45, Pasal 50, dan Pasal 52. Pasal 45 ayat (1) UUPKDRT menegaskan bahwa “Setiap orang yang melakukan perbuatan kekerasan psikis dalam lingkup rumah tangga sebagaimana dimaksud pada Pasal 5 huruf b dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau denda paling banyak Rp 9.000.000,00 (sembilan juta rupiah)”.

Pasal ini memuat unsur-unsur pidana meliputi unsur ke-1 setiap orang, unsur ke-2 melakukan kekerasan psikis, dan unsur ke-3 dalam lingkup rumah tangga. Pengertian “setiap orang” merupakan penunjukan kata ganti orang sebagai subyek/pelaku tindak pidana, yaitu setiap Warga Negara Republik Indonesia yang tunduk kepada Undang Undang dan Hukum Negara RI atau yang tercakup dalam ketentuan Pasal 2, 3, 4, 5, 7 dan 8 KUHP dan orang tersebut mampu bertanggung jawab secara hukum.

Melakukan kekerasan psikis yang dimaksud adalah setiap perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya, dan/atau penderitaan psikis berat pada seseorang, sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 7 UUPKDRT. Sedangkan yang dimaksud dalam lingkup rumah tangga adalah kekerasan tersebut dilakukan terhadap

suami, istri, anak, orang-orang yang mempunyai hubungan keluarga karena hubungan darah, perkawinan, persusuan, pengasuhan atau perwalian yang menetap dalam rumah tangga dan/atau orang yang bekerja membantu rumah tangga dan menetap dalam rumah tangga tersebut.

Pasal 45 ayat (2) UUPKDRT menyatakan sebagai berikut:

“Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh suami terhadap isteri atau sebaliknya yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau mata pencaharian atau kegiatan sehari-hari, dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) bulan atau denda paling banyak Rp 3.000.000,00 (tiga juta rupiah)”.

Sebagaimana pemaparan di muka bahwa kekerasan psikis dalam rumah tangga dibedakan atas kekerasan psikis berat dan kekerasan psikis ringan, tanggungjawab pelaku kekerasan psikis berat dihadapkan pada pasal 45 ayat (1), sedangkan kekerasan psikis ringan harus mempertanggungjawabkan perbuatannya sebagaimana pasal 45 ayat (2).

Pembuktian kekerasan psikis harus didasarkan pada dua aspek secara terintegrasi yaitu: tindakan yang diambil pelaku, implikasi psikologis yang dialami korban. diperlukan keterangan psikologis atau psikiatris yang tidak menyatakan kondisi psikologis korban tetapi juga uraian penyebabnya.

Berkaitan dengan pelaksanaan pasal 45 ayat (2) tersebut, tindak pidana yang dijatuhkan adalah delik aduan, sebagaimana pasal 52 yang menegaskan bahwa “Tindak pidana kekerasan psikis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (2) merupakan delik aduan”.

Delik adalah terjemahan dari kata Strafbaar feit. Terjemahan lain untuk kata strafbaar feit adalah peristiwa pidana, perbuatan pidana, tindak pidana, perbuatan yang dapat dihukum dan pelanggaran pidana. Sementar delik aduan (klacht delict) pada hakekatnya juga mengandung

531

Page 253: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

elemen-elemen yang lazim dimiliki oleh setiap delik. Delik aduan memiliki ciri khusus dan kekhususan itu terletak pada “penuntutannya”.

Lazimnya, setiap delik timbul, menghendaki adanya penuntutan dari penuntut umum, tanpa ada permintaan yang tegas dari orang yang menjadi korban atau mereka yang dirugikan. Dalam delik aduan, pengaduan dari si korban atau pihak yang dirugikan adalah syarat utama untuk dilakukannya hak menuntut oleh Penuntut Umum. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), secara tegas tidak ada memberikan pengertian tentang apa yang dimaksud dengan delik aduan36.

Ultercht mengemukakan bahwa delik itu adalah suatu kelakuan manusia (menselijke gedraging) yang oleh peraturan perundang-undangan diberi hukuman. Jadi suatu kelakuan manusia yang pada umumnya dilarang dan diancam dengan hukuman37.

Sistem hukuman yang dicantumkan dalam pasal 10 KUHP menyatakan bahwa Hukuman yang dapat dikenakan kepada seseorang pelaku tindak pidana terdiri dari38:a. Hukuman Pokok (Hoofd straffen)

Hukuman pokok disini dapat berupa (1) hukuman mati, (2) hukuman penjara, (3) hukuman kurungan, dan (4) hukuman denda.

b. Hukuman Tambahan (Bijkomende straffen)

Hukuman tambahan yang dimaksud dapat berupa (1) pencabutan beberapa hak tertentu, (2) perampasan barang-barang tertentu, dan (3) pengumuman putusan hakim

Sifat hukuman tambahan merupakan penambah hukuman pokok apabila dalam putusan hakim ditetapkan hukuman tambahannya. Pada UUPKDRT, hukuman tambahan ini diatur pada Pasal 50, yang menegaskan:

Selain pidana sebagaimana dimaksud dalam Bab ini hakim dapat menjatuhkan pidana tambahan berupa: a. pembatasan gerak pelaku baik yang

bertujuan untuk menjauhkan pelaku dari korban dalam jarak dan waktu tertentu, maupun pembatasan hak-hak tertentu dari pelaku;

b. penetapan pelaku mengikuti program konseling di bawah pengawasan lembaga tertentu.Yang dimaksud dengan “lembaga

tertentu” adalah lembaga yang sudah terakreditasi menyediakan konseling layanan bagi pelaku. Misalnya rumah sakit, klinik, kelompok konselor, atau yang mempunyai keahlian memberikan konseling bagi pelaku selama jangka waktu tertentu. Ketentuan ini dimaksudkan untuk memberikan kebebasan kepada hakim menjatuhkan pidana percobaan dengan maksud untuk melakukan pembinaan terhadap pelaku dan menjaga keutuhan rumah tangga.

UU PKDRT secara selektif membedakan fungsi perlindungan dengan fungsi pelayanan. Artinya tidak semua institusi dan lembaga itu dapat memberikan perlindungan apalagi melakukan tindakan hukum dalam rangka pemberian sanksi  kepada pelaku. Perlindungan oleh institusi dan lembaga non-penegak hukum lebih bersifat pemberian pelayanan konsultasi, mediasi, pendampingan dan rehabilitasi. Artinya tidak sampai kepada litigasi. Tetapi walaupun demikian, peran masing-masing institusi dan lembaga itu sangatlah penting dalam upaya mencegah dan menghapus tindak KDRT. Selain itu, UU PKDRT juga membagi perlindungan itu menjadi perlindungan yang bersifat sementara dan perlindungan dengan penetapan pengadilan serta pelayanan. Perlindungan dan pelayanan diberikan oleh institusi dan lembaga sesuai tugas dan fungsinya masing-masing39:

36 P.A.F. Lamintang, Op.Cit, hal. 21737 E. Ultrecht, Hukum Pidana I, Pustaka Tinta Mas, Surabaya, 2000, hal. 25238 R.Abdoel Djamali, Op.Cit, hal. 170

39 C.F.G. Sunaryati Hartono, Politik Hukum Menuju Satu Sistem Hukum Nasional, Alumni, Bandung, 1991, hal.89

532

Page 254: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

a) Perlindungan oleh kepolisian berupa perlindungan sementara yang diberikan paling lama 7 (tujuh) hari, dan dalam waktu 1 X 24 jam sejak memberikan perlindungan, kepolisian wajib meminta surat penetapan perintah perlindungan dari pengadilan.

Perlindungan sementara oleh kepolisian ini dapat dilakukan bekerja sama dengan tenaga kesehatan, sosial, relawan pendamping dan pembimbing rohani untuk mendampingi korban. Pelayanan terhadap korban KDRT ini harus menggunakan ruang pelayanan khusus di kantor kepolisian dengan sistem dan mekanisme kerja sama program pelayanan yang mudah diakses oleh korban.

Pemerintah dan masyarakat perlu segera membangun rumah aman (shelter) untuk menampung, melayani dan mengisolasi korban dari pelaku KDRT. Sejalan dengan itu, kepolisian sesuai tugas dan kewenangannya dapat melakukan penyelidikan, penangkapan dan penahanan dengan bukti permulaan yang cukup dan disertai dengan perintah penahanan terhadap pelaku KDRT. Bahkan kepolisian dapat melakukan penangkapan dan penahanan tanpa surat perintah terhadap pelanggaran perintah perlindungan, artinya surat penangkapan dan penahanan itu dapat diberikan setelah 1 X 24 jam.

b) Perlindungan oleh advokat diberikan dalam bentuk konsultasi hukum, melakukan mediasi dan negosiasi di antara pihak termasuk keluarga korban dan keluarga pelaku (mediasi), dan mendampingi korban di tingkat penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan dalam sidang pengadilan (litigasi), melakukan koordinasi dengan sesama penegak hukum, relawan pendamping, dan pekerja sosial (kerja sama dan kemitraan).

c) Perlindungan dengan penetapan pengadilan dikeluarkan dalam bentuk perintah perlindungan yang diberikan

selama 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang.

Pengadilan dapat melakukan penahanan dengan surat perintah penahanan terhadap pelaku KDRT selama 30 (tiga puluh) hari apabila pelaku tersebut melakukan pelanggaran atas pernyataan yang ditandatanganinya mengenai kesanggupan untuk memenuhi perintah perlindungan dari pengadilan. Pengadilan juga dapat memberikan perlindungan tambahan atas pertimbangan bahaya yang mungkin timbul terhadap korban.

d) Pelayanan tenaga kesehatan penting sekali artinya terutama dalam upaya pemberian sanksi terhadap pelaku KDRT.

Tenaga kesehatan sesuai profesinya wajib memberikan laporan tertulis hasil pemeriksaan medis dan membuat visum et repertum atas permintaan penyidik kepolisian atau membuat surat keterangan medis lainnya yang mempunyai kekuatan hukum sebagai alat bukti.

e) Pelayanan pekerja sosial diberikan dalam bentuk konseling untuk menguatkan dan memberi rasa aman bagi korban, memberikan informasi mengenai hak-hak korban untuk mendapatkan perlindungan, serta mengantarkan koordinasi dengan institusi dan lembaga terkait.

f) Pelayanan relawan pendamping diberikan kepada korban mengenai hak-hak korban untuk mendapatkan seorang atau beberapa relawan pendamping, mendampingi korban memaparkan secara objektif tindak KDRT yang dialaminya pada tingkat penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan pengadilan, mendengarkan dan memberikan penguatan secara psikologis dan fisik kepada korban.

g) Pelayanan oleh pembimbing rohani diberikan untuk memberikan penjelasan mengenai hak, kewajiban

533

Page 255: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

dan memberikan penguatan iman dan takwa kepada korbanBentuk perlindungan dan pelayanan

tersebut masih besifat normatif, belum implementatif dan teknis oparasional yang mudah dipahami, mampu dijalankan dan diakses oleh korban KDRT. Adalah tugas pemerintah untuk merumuskan kembali pola dan strategi pelaksanaan perlindungan dan pelayanan dan mensosialisasikan kebijakan itu di lapangan40.

Selain benar-benar menegakkan keadilan bagi kkorban kekerasan KDRT berdasarkan UU PKDRT, Pemerintah juga harus mengingat bahwa berdasarkan UUHAM, setiap manusia berhak untuk mendapatkan keadilan. Pasal 17 UUHAM menyebutkan bahwa:

“Setiap orang. tanpa diskiriminasi, berhak untuk memperoleh keadilan dengan mengajukan permohonan. pengaduan, dan gugatan, baik dalam perkara pidana, perdata, maupun administrasi serta diadili melalui proses peradilan yang bebas dan tidak memihak, sesuai dengan hukum acara yang menjamin pemeriksaan yang objektif oleh hakim yang jujur dan adil untuk memperoleh putusan yang adil dan benar”.

Tanpa upaya sungguh-sungguh dari pemerintah dan semua pihak, maka akan sangat sulit dan mustahil untuk mencegah dan juga menghapus tindak KDRT di Indonesia.

Kendala Penegakan Hukum Terhadap Kekerasan Psikis Dalam Rumah Tangga

Kekerasan psikis yang terjadi dalam rumah tangga hingga saat ini belum dapat ditangani secara maksimal. Sulitnya melaksanakan penghapusan tindak pidana KDRT terutama yang berupa kekerasan psikis merupakan permasalahan yang sangat kompleks, yang terjadi hampir di setiap daerah di Indonesia. Sulitnya melaksanakan penghapusan kekerasan

psikis dalam KDRT diakibatkan oleh beberapa kendala, meliputi:41

Pertama, kasus kekerasan psikis KDRT sangat sulit dilaporkan oleh pihak korban, sebab alat bukti yang menunjang kekerasan psikis sangat minim. Selain itu faktor budaya dalam masyarakat juga mempengaruhi keberanian seseorang untuk melaporkan adanya tindak kekerasan psikis yang dialaminya, apalagi bila yang menjadi korban adalah orang awam dan tidak didampingi oleh pihak lain.

Kedua, kasus kekerasan psikis yang dilaporkan oleh korban, ternyata seringkali tidak ditindaklanjuti oleh pihak penyidik. Faktor dari tidak adanya tindak lanjut atas laporan ini cukup beragam, seperti karena korban ragu-ragu untuk melanjutkan laporannya atau korban tidak mengerti bahwa hal yang dilaporkan itu adalah tindak pidana. Kasus yang telah diproses pihak Kepolisian, juga seringkali tidak dapat dilanjutkan proses pidananya karena ditarik kembali oleh pelapor dengan berbagai macam alasan, misalnya karena korban merasa sudah memaafkan pelaku, adanya ketergantungan ekonomi korban terhadap pelaku, kekerasan psikis dalam KDRT masih dianggap sebagai aib keluarga, dan sebagainya. Dengan kondisi seperti ini, sangat perlu adanya terobosan hukum agar KDRT tidak lagi ditetapkan sebagai delik aduan, namun haruis ditetapkan sebagai delik biasa agar penghapusan KDRT dapat terwujud.

Ketiga, terdapat beda pemahaman antar penegak hukum terhadap beberapa hal dalam KDRT, seperti adanya perbedaan pemahaman dalam bentuk KDRT, tentang mekanisme pemberian perlindungan dan belum semua pihak mendukung upaya perlindungan terhadap korban KDRT, pentingnya penghapusan terhadap KDRT, dan sebagainya. Perbedaan pemahaman tentang KDRT diantara para penegak hukum ini menyebabkan penghapusan KDRT tidak

40Ibid, hal.89.41 Mudjiati, Implementasi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga Suatu

Tantangan Menuju Sistem Hukum Yang Responsif Gender, Jurnal Legislasi Indonesia Vol. 5, No. 3, September 2008, hal. 65

534

Page 256: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

dapat dilaksanakan secara menyeluruh, tetapi masih tergantung dari sikap dan pemahaman para aparat penagak hukum.

Keempat, masalah penganggaran untuk sosialisasi penghapusan KDRT ke daerah-daerah yang sulit dijangkau masih sangat besar, sehingga frekuensi sosialisasi penghapusan KDRT yang telah dilakukan tidak memadai. Kondisi ini diperparah dengan adanya pendanaan shelter baik untuk bangunan maupun operasionalnya yang kurang baik, sehingga belum mampu menunjang pelaksanaan penghapusan KDRT.

Kelima, penanganan kasus KDRT belum dianggap sebagai prioritas dalam penegakan hukum pidana, sehingga pembentukan Pos Pelayanan Terpadu masih tersendat. Keenam, substansi pemidanaan sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Pasal 44 dan Pasal 49 UU PKDRT belum mengandung efek jera, bahkan sanksi yang ditetapkan dalam UUPKDRT, sanksi atas kekerasan psikis masih cukup rendah apabila dibandingkan dengan sanksi kekerasan fisik. Dalam beberapa kasus (khusunya KDRT psikis) hakim menjatuhkan pidana cukup ringan karena hanya melihat kondisi luar korban tanpa mencoba menggali penderitaan korban. Dalam putusan hakim yang diteliti, tidak ditemukan adanya pemberian hak-hak korban baik berupa ganti rugi atau kompensasi dalam bentuk materi kepada korban atas harm yang mereka alami.

Berkaitan dengan masalah kompensasi ini, Victimologi melihat salah satu tujuan pengaturan ganti kerugian adalah mengembangkan keadilan kesejahteraan mereka yang menjadi korban, menderita mental, fisik, sosial. Pelaksanaan peraturan ganti kerugian yang baik itu memberikan kemungkinan kepada pihak korban untuk secara leluasa ikut serta menyatakan pendapatnya. Hal ini adalah sangat penting karena menyangkut nasib korban dari tindak kekerasan.

PENUTUP

Kesimpulan1. Kriteria kekerasan dalam rumah tangga

secara psikis terartikulasi sesuai dengan subjek pelaku tindak kekerasan, sebagai berikut:a. Kriteria kekerasan suami terhadap

istri, antara lain: penonjolan sikap patriarkhi, pemberian perlakuan seksualitas diluar kelaziman, dan perlakuan yang tidak memberikan rasa aman pada istri.

b. Kriteria kekerasan istri terhadap suami antara lain: eksploitasi dan atau demonstrasi kekayaan istri, eksploitasi dan demonstrasi penghasilan istri, ketidakbersediaan pemberian pelayanan seksualitas.

c. Kriteria kekerasan orang tua terhadap anak: pemberian kata-kata kotor, demonstrasi perilaku menyimpang di depan anak, pembiaran anak pada situasi kesengsaraan, kemelaratan, dan keterbelakangan.

2. Bentuk pertanggungjawaban pidana bagi pihak yang terlibat dalam pelaku kekerasan dalam rumah tangga secara psikis dijalankan, sebagai berikut: pertama, pelimpahan rasa ketidakenakan terhadap pelaku. Kedua, pemberian hukum pidana objektif dan subjektif. Ketiga, pemberlakuan hukum pokok dan hukum tambahan berupa: (a) pembatasan gerak pelaku, dan (b) penetapan pelaku dalam program konseling dibawah pengawasan lembaga tertentu, antara lain: rumah sakit, klinik, dan biro konselor.

Saran1. Kekerasan dalam rumah tangga berpola

pada perlakuan yang lebih memihak kepada ketidaknyamanan secara psikis. Hal itu bagi masyarakat kebanyakan tampak kurang atau bahkan tidak didasari. Masyarakat umumnya, menganggap bahwa kekerasan hanya terjadi pada perlakuan fisik. Oleh karenanya, sosialisasi yang berujung pada pemahaman publik atas perlakuan yang bermuatan kekerasan psikis

535

Page 257: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

mendesak untuk segera dilakukan oleh berbagai pihak, utamanya pengambil kebijakan.

2. Bentuk pidana bagi pelaku tindak kekerasan dalam rumah tangga, sebenarnya telah terumuskan dalam bentuk undang-undang. Akan tetapi, pernyataan verbal dalam undang-undang tersebut terasa terabaikan oleh berbagai kalangan sehingga belum menjadi kesadaran. Oleh karenanya, upaya kongkritisasi pemberlakuan undang-undang tersebut khususnya menyangkut pidana tindak kekerasan dalam rumah tangga mendesak untuk segera dilaksanakan, utamanya bagi pengambil kebijakan hukum di negeri ini.

3. Karena belum adanya rumusan dalam undang-undang mengenai kriteria cidera psikis, diharapkan pihak pembuat kebijakan agar merumuskan dan mencantumkan dalam pasal terkait kriteria cidera psikis dengan sanksi yang seberat-beratnya sehingga dapat memberikan efek jera terhadap para pelaku yang melanggarnya.

DAFTAR PUSTAKA

BUKUDjamali, R. Abdoel, Pengantar Hukum

Indonesia, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2000

Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet. I, Balai Pustaka, 1988

Efendi, Ferry dan Makhfudi, Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori Dan Praktik Dalam Keperawatan, Salemba Medika, 2009

Faishol, Adib dan Farid Muttaqin, Panduan untuk Pendamping Perempuan Korban Kekerasan Berbasis Pesantren, Puan Amal Hayati, Jakarta, 2005

Hamzah, Andi, Asas-Asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta, 1991

Harkrisnowa, Harkristuti, Wajah Tindak Kekerasan Terhadap Perempuan di

Indonesia, Makalah pada Semiloka Nasional Mengenai Kemitraan Pemerintah dan LSM dalam Pencegahan dan Penanggulangan Tindak Kekerasan terhadap Perempuan, diselenggarakan Menperta, beberapa LSM dan Organisasi Internasional di Jakata, 26-27 Januari 1999

Hartono, C.F.G. Sunaryati,  Politik Hukum Menuju Satu Sistem Hukum Nasional , Bandung: Alumni, 1991

Ibrahim, Johnny, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Cet. Keempat, Bayumedia, Jakarta, 2008

Irfan, A., dan Wahid, Perlindungan Terhadap Korban kekerasan Seksual, Advokasi Atas Hak Asasi Perempuan, Refika Aditama, Bandung, 2001

Jaffe, P., Wolfe, D., and Wilson, S.K., Children of Battered Women, Sage Publications, California, 1990

Kanter, E.Y., dan S.R. Sianturi, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya, Alumni, Jakarta, 1982

Lamintang, P.A.F. Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia, Sinar Baru, Bandung, 1984

Marzuki, Peter Mahmud, Penelitian Hukum, Prenada Media Grup, Jakarta, 2005

Mudjiati, Implementasi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga Suatu Tantangan Menuju Sistem Hukum Yang Responsif Gender, Jurnal Legislasi Indonesia Vol. 5, No. 3, September 2008

Mulia, Siti Musdar, Muslimat Reform, Perempuan Pembaru Keagamaan, Mizan, Bandung, 2001

Moeljatno, Azas-azas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta, 1984

Pornomo, Bambang, Asas-asas Hukum Pidana, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1985

Solahuddin, Odi, Di bawah bayang-bayang ancaman, yayasan Setara, Semarang, 2004

536

Page 258: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

Soekanto, Soerjono, dan Santoso, Puji, Kamus Kriminologi, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1985

Sudarto, Hukum Pidana I, Yayasan Sudarto, Semarang, 1990

Ultrecht, E, Hukum Pidana I, Pustaka Tinta Mas, Surabaya, 2000

Wahab, Rochmat, Kekerasan Dalam Rumah Tangga: Perspektif Psikologi dan Edukatif, UNY, Yogyakarta, 2012

JURNALAbdurrachman, Hamidah, Perlindungan

Hukum Terhadap Korban KDRT Dalam Putusan Pengadilan Negeri Sebagai Implementasi Hak-Hak Korban, Jurnal Hukum, No. 3 Vol. 17 Juli 2010

Egger H.L And A. Angold. Refusal And Psychiatric Disorder: A Community Study. PSYCH. Journal of The American Academy of Child & Adolescent Psychiatry. 42, 797-807

Hidayat, Sherly, Hubungan Perilaku Kekerasan Fisik Ibu Pada Anaknya Terhadap Munculnya Perilaku Agresif Pada Anak SMP, Jurnal Provitae No. 1, Desember Tahun 2004

Kango, Umin, Bentuk-Bentuk Kekerasan Yang Dialami Perempuan, Jurnal Legalitas, Vol. 2 No. 1, Februari 2009

Liliana dan Krismiyarsi, Kebiajakan penanggulangan kejahatan melalui mediasi penal sebagai alternatif penyelesaian tindak pidana KDRT, Jurnal Kriminologi Indonesia, Vol. 8 No. 1, Mei 2012

Munti, Ratna Batara, Advokasi Legislatif Untuk Perempuan, Solidaritas Masalah dan Draf RUU KDRT, LBH Apik, seri I, Jakarta, 2000

Tamrin, Abu, Undang Undang kekerasan Dalam Rumah Tangga Bukan Monopoli Kaum Perempuan, Majalah Amanah No. 58 bulan Januari 2005.

Wahyuningsih, Sri, Et. All., Persepsi dan Sikap Penegakan Hukum Terhadap Penanganan Kasus-kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) Sesuai Dengan Undang-undang

Penghapusan KDRT Nomor 23 Tahun 2004 di Jawa Timur, Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial, Vol. 18, Agustus 2006

PERATURAN/UNDANG-UNDANGKUHPUndang-Undang Nomor 8 Tahun 1981

Tentang Hukum Acara Pidana, Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3269

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3019

UU. No. 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 95, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4419

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 Tentang Pengesahan Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Kekerasan Terhadap Wanita Lembaran Negara Tahun 1984 Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3277

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3886

WEBSITE Abdul Wahab, Kekerasan Dalam Rumah

Tangga, diakses melalui http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Rochmat%20Wahab,%20M.Pd.,MA.%20Dr.%20,%20Prof.%20/KEKERASAN%20DALAM%20RUMAH%20TANGGA%28Final%29.pdf, 19 Juni 2013, 10:00http://www.republika.co.id/berita/nasional/hukum/12/04/27/m34tjt-kas, 18 Juni 2013, 15:52\

http://www.riaupos.co/berita.php?act=full&id=11656&kat=1, 18 Juni 2013, 15 55

537

Page 259: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

http://perempuan.or.id/statistik-catatan-tahunan/2012/01/03/tahun-2011, 19 Juni

2013, 09:00

Takariawan, Cahyadi, Kekerasan Dalam Rumah Tangga, diakses melalui http://wonderful-family.web.id/?p=320 , Pada 28 Juni 2013 pukul

16.00 WIB Saragih, Sustri, Hentikan Kekerasan Terhadap Pembantu Rumah Tangga, diakses melalui http://hukum.kompasiana.com/2012/10/20/hentikan-kekerasan-terhadap-pembantu-rumah-tangga-502996.html , Pada 28 Juni 2013 pukul 15.00 WIB

538

Page 260: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

ASPEK HUKUM ASURANSI ANTARA PIHAK TERTANGGUNGDENGAN PIHAK PENANGGUNG BERDASARKAN PRINSIP

UTMOST GOOD FAITH SESUAI UNDANG-UNDANG NOMOR 40TAHUN 2014 TENTANG PERASURANSIAN

MOHAMAD SAHRUL ALIMProgram Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Gresik

ABSTRAK

Kebutuhan akan jasa perasuransian makin dirasakan baik oleh perorangan maupun dunia usaha di

Indonesia. Dalam dunia usaha asuransi terdapat prinsip utmost good faith, yaitu setiap tertanggung

berkewajiban memberitahukan secara jelas dan teliti mengenai segala fakta penting yang berkaitan dengan

obyek yang diasuransikan serta tidak mengambil untung dari asuransi. Salah satu bentuk pelanggaran

terhadap prinsip utmost good faith, adalah menyembunyikan fakta tentang kesehatan diri atau kondisi

pelaksanaan aktivitas usaha pariwisata yang dilakukan tertanggung dengan cara menyampaikan informasi

secara tidak jujur. Sehingga Mengapa asuransi di bidang pariwisata sering meninggalkan prinsip Utmost

Good Faith dan Bagaimana perlindungan hukum pihak tertanggung pada asuransi pariwisata dalam

perjanjian asuransi yang diwakilkan biro parwisata. Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan

pendekatan undang-undang (statute approach), pendekatan kasus (case approach), dan pendekatan

konseptual (conceptual approach). Bahan hukum primer, yaitu Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014

tentang Perasuransian. Hasil dalam penelitian ini adalah Perjanjian asuransi didasari adanya prinsip utmost

good faith, Keberadaan asuransi di bidang pariwisata diketahui sering meninggalkan prinsip Utmost Good

Faith, hal ini dikarenakan para wisatawan dalam menyampaikan informasi dan fakta kondisi kesehatan

pribadi seringkali keliru, disembunyikan atau disengaja pada saat pengisian formulir aplikasi permintaan

asuransi jiwa, hal ini termasuk sebagai bentuk perbuatan itikad tidak baik tertanggung. Serta Perlindungan

hukum bagi pihak tertanggung dalam asuransi pariwisata yang dalam perjanjian di wakilkan kepada biro

parwisata berdasarkan Pasal 31 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian, yang

mana pihak tertanggung yakni wisatawan telah sepakat untuk diikutsertakan dalam program asuransi

selama mengikuti kegiatan program pariwisata dengan perusahaan pelaksana sebagai agen perjalanan,

sehingga wisatawan mendapat perlindungan atau asuransi oleh penanggung atau perusahaan asuransi yang

bekerjasama dengan perusahaan pelaksana sebagai agen perjalanan.

Kata Kunci: Hukum, Asuransi, Utmost Good Faith Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 Tentang

Parasuransian.

A. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada saat ini, terdapat suatu kecenderungan

untuk melihat pariwisata sebagai suatu aktifitas

yang wajar dan merupakan suatu permintaan

yang wajar untuk dipenuhi. Pariwisata tidak

hanya dilihat sebagai suatu segi dari gejala di

mana sejak zaman purbakala manusia

mempunyai keinginan untuk mengadakan

perjalanan , tetapi justru menyatukan pengertia

n

pariwisata dengan gejala tersebut.Pariwisat

a

bukan saja ditujukan untuk memberik

an

kesenangan kepada wisatawan, akan teta

pi

Page 261: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

pariwisata itu dapat memberikan pengaruh yang

luas dan membawa perubahan yang luas pula

terhadap segi sosial, budaya, lingkungan hidup

terutama dari segi ekonomi masyarakat itu

sendiri.Pengertian dari aspek waktu dari

pariwisata yang lebih menekankan pada aspek

waktu perjalanan dikemukakan oleh Yoeti

(2008) bahwa pariwisata/tour adalah perjalanan

yang dilakukan dari suatu tempat ke tempat

yang lainnya dengan suatu maksud tertentu,

tetapi selalu mengaitkan perjalanan nya itu

dengan tujuan untuk bersenang-senang (for

plesure) dan perjalanan nya itu dilakukan lebih

dari 24 jam.Di lain segi keberadaan sektor

pariwisata juga terdapat risiko dalam

Page 262: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

pelaksanaannya dimana dalam pelaksanaannya

banyak terdapat risiko yang akan ditanggung

oleh pihak perusahaan pengelola / pelaksana

pariwisata dalam hal ini adalah agen atau biro

perjalanan wisata. Guna memperkecil risiko

yang terjadi dalam menjalankan aktivitas

usahanya maka sebuah perusahaan biro wisata

juga mengantisipasi dengan bekerjasama dengan

perusahaan asuransi, diharapkan perusahaan

asuransi mampu melakukan seleksi risiko

(underwriting) terhadap obyek yang ditawarkan

oleh calon tertanggung. Keberhasilan

underwriting dalam sebuah lembaga asuransi

jiwa ditentukan oleh banyak hal, baik dari calon

tertanggung atau dari pihak asuransi sendiri.

1.2 Rumusan Masalah

a, Mengapa asuransi di bidang pariwisata sering

meninggalkan prinsip Utmost Good Faith ?

b, Bagaimana perlindungan hukum pihak

tertanggung pada asuransi pariwisata dalam

perjanjian asuransi yang diwakilkan biro

parwisata berdasarkan Pasal 31 Undang-Undang

Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian ?

1.3 Tujuhan Penelitian

a, Untuk mengetahui pelaksanaan prinsip

asuransi Utmost Good Faith dalam dunia

pariwisata.

b, Untuk mengetahui perlindungan hukum pihak

tertanggung pada asuransi pariwisata dalam

perjanjian asuransi yang diwakilkan biro

parwisata berdasarkan Pasal 31 Undang-Undang

Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian.

1.4 Manfaat Penelitian

a, Secara Akademis, hasil penelitian ini

diharapkan dapat berguna sebagai salah satu

temuan yang dapat menunjang baik untuk

pengembangan ilmu pengetahuan pada bidang

hukum. Memberikan sumbangan dan

menambah wawasan dan pengetahuan penulis

di bidang asuransi dalam dunia kepariwisataan

sehingga dapat mengembangkan inovasi dan

kreativitas dalam usaha-usaha pengembangan

kepariwisataan khususnya, dan menjadi baha

n

informasi yang dapat memberikan gambara

n

tentang asuransi di dunia pariwisata di

Indonesia yang berguna bagi masyarakat pad

a

umumnya. Serta diharapkan dapat menja

di

sebuah masukan khususnya

terhadap

Page 263: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

perkembangan Ilmu hukum maupun untuk

mendukung penelitian-penelitian selanjutnya.

b, Secara Praktis, hasil penelitian ini

diharapkan sebagai kontribusi yang dapat

berguna sebagai bahan pertimbangan, masukan

dan rumusan pemikiran bagi pelaku pemerintah

dan pelaku ekonomi di dunia pariwisata

khususnya dari segi hukum asuransi dalam

menentukan strategi serta arah kebijakan dalam

melaksanakan pengembangan usaha sektor

pariwisata.

B. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Asuransi

Hukum Asuransi mengenal bermacam-macam

istilah. Ada yang mempergunakan istilah hukum

Pertanggungan, hukum Asuransi. Dalam bahasa

Belanda disebut Verzekering Recht, dan dalam

istilah bahasa Inggris disebut Insurance Law.

Sedangkan dalam praktek sejak zaman hindia

belanda sampai sekarang banyak dipakai orang

istilah Asuransi.

Perasuransian adalah istilah hukum (legal term)

yang dipakai dalam perundang-undangan dan

perusahaan perasuransian. Istilah perasuransian

berasal dari kata “asuransi” yang berarti

pertanggungan atau perlindungan atas suatu

objek dari ancaman bahaya yang menimbulkan

kerugian. Apabila kata “asuransi” diberi

imbuhan per-an, maka muncullah istilah hukum

“perasuransian”, yang berarti segala usaha yang

berkenaan dengan asuransi.

Usaha yang berkenaan dengan asuransi ada 2

(dua) jenis, yaitu : a. Usaha di bidang

kegiatan asuransi disebut usaha asuransi

(insurance business). Perusahaan yang

menjalankan usaha asuransi disebut perusahaan

asuransi (insurance company). b. Usaha di

bidang kegiatan penunjang usaha asuransi

disebut usaha penunjang usaha asuransi disebut

perusahaan penunjang asuransi (complementary

insurance).

Terdapat beberapa batasan dan perbedaan dari

pengertian asuransi dari para ahli. hal ini

disebabkan dari sudut pandang mana para ahli

yang mendefenisikan asuransi itu. Dari sudut

pandang yuridis, Prof. Dr. Wirjono Prodjodikoro

mendefenisikan asuransi atau verzekering

sebagai suatu pertanggungan yang melibatkan

dua pihak, satu pihak sanggup menanggung atau

menjamin, dan pihak lain akan mendapat

Page 264: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

penggantian dari suatu kerugian, yang mungkin

akan dideritanya sebagai akibat dari suatu

peristiwa, yang semula belum tentu akan terjadi

atau semula belum dapat ditentukan saat akan

terjadinya. Menurut Muhammad Muslehuddin

dalam bukunya Insurance and Islamic Law

mengadopsi pengertian asuransi dari

Encyclopedia Britanica sebagai suatu persediaan

yang disiapkan oleh sekelompok orang, yang

tertimpa kerugian, guna menghadapi kejadian

yang tidak jelas diramalkan, sehingga bila

kerugian tersebut menimpa salah seorang di

antara mereka, maka beban kerugian tersebut

akan disebarkan ke seluruh kelompok.

Dalam pandangan Abbas Salim, asuransi

dipahami sebagai suatu kemauan untuk

menetapkan kerugian-kerugian kecil (sedikit)

yang sudah pasti sebagai (substansi) kerugian-

kerugian yang belum pasti.

Berdasarkan pengertian tersebut dapat dipahami

bahwa dalam asuransi terdapat 4 (empat) unsur

yang harus ada, yaitu : a) Perjanjian yang

mendasari terbentuknya perikatan antara dua

pihak (tertanggung dan penanggung) yang

sekaligus terjadinya hubungan keperdataan; b)

Premi berupa sejumlah uang yang sanggup

dibayarkan oleh tertanggung kepada

penanggung; c) Adanya ganti kerugian dari

penaggung kepada tertanggung jika terjadi klain

atau masa perjanjian selesai; d) Adanya suatu

peristiwa (envenemen/accident) yang belum

tentu terjadi, yang disebabkan karena adanya

suatu risiko yang mungkin dating atau tidak

dialami.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun

2014 Tentang Perasuransian, mengemukakan

Asuransi adalah perjanjian antara dua pihak,

yaitu perusahaan asuransi dan pemegang polis,

yang menjadi dasar bagi penerimaan premi oleh

perusahaan asuransi sebagai imbalan untuk; “a)

Memberikan penggantian kepada tertanggung

atau pemegang polis karena kerugian,

kerusakan, biaya yang timbul,

kehilangan

keuntungan, atau tanggung jawab hukum kepad

a

pihak ketiga yang mungkin diderita tertanggun

g

atau pemegang polis karena terjadinya suat

u

peristiwa yang tidak pasti; atau b) Memberika

n

pembayaran yang didasarkan

pada

meninggalnya tertanggung atau pembayara

n

yang didasarkan pada hidupnya tertanggun

g

dengan manfaat yang besarnya telah ditetapka

n

dan/atau didasarkan pada hasil pengelolaa

n

dana. “

Page 265: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

Dari pengertian asuransi di atas, dapat

disimpulkan bahwa Pengertian Asuransi adalah

suatu alat untuk mengurangi risiko yang melekat

pada sistem perekonomian, dengan cara

menggabungkan sejumlah unit-unit yang terkena

risiko yang sama atau terkena risiko yang

hampir sama, dalam jumlah yang cukup besar

agar probabilitas kerugiannya dapat diprediksi

dan bila kerugian yang diprediksikan terjadi,

maka akan dibagi secara proposional kepada

semua pihak dalam gabungan itu.

Menurut Purwosutjipto, yang dimaksud

pertanggungan jiwa adalah : Perjanjian timbal

balik antara penutup (pengambil) asuransi

dengan penanggung dimana penutup asuransi

mengikatkan diri selama jalannya

pertanggungan memberi uang premi kepada

penanggung, sedangkan penanggung sebagai

akibat langsung dari meninggalnya orang yang

jiwanya dipertanggungkan atau telah lampaunya

suatu jangka waktu yang diperjanjikan

mengikatkan diri untuk membayar sejumlah

uang tertentu kepada orang yang ditunjuk oleh

penutup asuransi sebagai penikmatnya.

Berdasarkan Pasal 1 angka (1) Undang-Undang

Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha

Perasuransian menyatakan bahwa : “Asuransi

atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua

pihak atau lebih, dengan mana pihak

penanggung mengikatkan diri kepada

tertanggung, dengan menerima premi asuransi,

untuk memberikan penggantian kepada

tertanggung karena kerugian, kerusakan atau

kehilangan keuntungan yang diharapkan atau

tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga

yang mungkin akan diderita tertanggung, yang

timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau

untuk pembayaran yang didasarkan atas

meninggal atau hidupnya seseorang yang

dipertanggungkan.”

Dari definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa

asuransi adalah suatu perjanjian dimana

penanggung menerima premi dan mengikatkan

dirinya terhadap tertanggung untuk menanggung

kerugian karena kehilangan atau ketiadaan

keuntungan yang mungkin timbul karena

peristiwa yang tidak pasti.

Menurut ketentuan Pasal 31 Undang-Undang

Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian,

mengemukakan bahwa:“(1) Agen Asuransi,

Pialang asuransi, Pialang Reasuransi, dan

Perusahaan Perasuransian wajib menerapkan

segenap keahlian, perhatian, dan kecermatan

Page 266: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

dalam melayani atau bertransaksi dengan

Pemegang Polis, Tertanggung, atau Peserta.”

Sebuah perjanjian harus dilandasi oleh itikad

baik para pihak yang mengadakan perjanjian,

khususnya di dalam dunia bisnis asuransi.

Keberadaan Undang-Undang Nomor 40 Tahun

2014 Tentang Perasuransian yang diterbitkan

pada sekitar bulan Oktober 2014, dibandingkan

dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992

tentang Usaha Perasuransian terdapat sejumlah

perbedaan antara Undang-Undang Perasuransian

dengan Undang-Undang Usaha Perasuransian

yang lahir 22 tahun silam. Perbedaan tersebut

meliputi : Pertama, berkaitan dengan konsultan

aktuaria. Pada Undang-Undang yang lama,

usaha konsultan aktuaria merupakan salah satu

bidang usaha perasuransian yang izin usahanya

diberikan oleh menteri, sedangkan di Undang-

Undang yang baru, konsultan aktuaria tidak lagi

merupakan usaha perasuransian, tetapi

merupakan salah satu profesi penyedia jasa bagi

perusahaan perasuransian. Konsultan aktuaria

harus terdaftar di otoritas jasa keuangan (OJK).

Perbedaan lainnya berkaitan dengan bentuk

badan hukum.

Ke dua pada Undang-Undang yang lama, bentuk

badan hukum usaha perasuransian adalah

perusahaan perseroan (Persero), koperasi,

Perseroan Terbatas (PT) dan usaha bersama

(mutual). Sedangkan di Undang-Undang yang

baru, bentuk badan hukum usaha perasuransian

adalah perseroan terbatas, koperasi dan usaha

bersama. Menurut Firdaus, bagi pihak yang

ingin membentuk usaha bersama baru akan

didorong untuk menjadi koperasi.

Ketiga, terkait kepemilikan perusahaan

perasuransian. Pada Undang-Undang yang lama,

untuk perusahaan perasuransian yang didirikan

oleh Warga Negara Indonesia (WNI) dan/ atau

badan hukum Indonesia, tidak diatur

kepemilikan dari badan hukum Indonesia yang

menjadi pendiri perusahaan perasuransian.

Untuk perusahaan perasuransian patungan, jug

a

tidak diatur kriteria perusahaan asing yan

g

menjadi induk dari perusahaan perasuransia

n

patungan tersebut. Selain itu juga tidak diat

ur

kepemilikan warga negara asing yang menja

di

pemilik dari perusahaan asuransi patunga

n

tersebut. Sedangkan pada Undang-Undang yan

g

baru, perusahaan perasuransian yang didirika

n

oleh Warga Negara Indonesia (WNI) dan/

atau

badan hukum Indonesia, badan hukum Indonesi

a

yang menjadi pendiri peruaahaan perasuransia

n

tersebut harus dimiliki secara langsung ata

u

Page 267: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

tidak langsung oleh Warga Negara Indonesia

(WNI). Untuk perusahaan perasuransian

patungan, pihak asing harus merupakan

perusahaan induk yang salah satu anak

perusahaannya bergerak di bidang usaha

perasuransian yang sejenis. "Selain itu diatur

juga bahwa Warga Negara Asing (WNA) dapat

menjadi pemilik dari perusahaan perasuransian

patungan melalui transaksi di bursa efek".

Keempat, berkaitan dengan likuidasi. Dalam

Undang-Undang yang lama, tidak diatur tindak

lanjut dari pencabutan izin usaha perusahaan

asuransi dan reasuransi. Sedangkan di Undang-

Undang yang baru diatur, bahwa paling lama 30

hari sejak tanggal dicabutnya izin usaha,

perusahaan asuransi dan reasuransi yang dicabut

izinnya wajib menyelenggarakan Rapat Umum

Pemegang Saham (RUPS) untuk memutuskan

pembubaran badan hukum perusahaan yang

bersangkutan dan membentuk tim likuidasi.

1. METODE PENELITIAN

Dalam metode penelitian ini penulis

menggunakan pendekatan undang-undang

(statute approach), pendekatan kasus (case

approach), dan pendekatan konseptual

(conceptual approach). Pendekatan undang-

undang (statute approach) dilakukan dengan

menelaah semua undang-undang dan peraturan

yang berkaitan dengan masalah dalam skripsi ini

serta isu hukum yang sedang ditangani.

Pendekatan kasus (case approach) pendekatan

ini dilakukan dengan melakukan telaah pada

kasus-kasus yang berkaitan dengan isu hukum

yang dihadapi serta memperoleh putusan

pengadilan yang berkekuatan hukum tetap.

Pendekatan konseptual (conceptual approach)

pendekatan ini berawal dari pandangan-

pandangan dan doktrin yang berkembang di

dalam ilmu hukum, pandangan/doktrin akan

memperjelas ide-ide dengan memberikan

pengertian-pengertian hukum, konsep hukum,

maupun asan hukum yang relavan dengan

permasalahan.

2. HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

Menurut Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009

tentang Kepariwisataan Bab I Pasal 1 ;

dinyatakan bahwa wisata adalah kegiatan

perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau

sekelompok orang dengan mengunjungi tertentu

Page 268: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi,

atau mempelajari keunikan daya tarik wisata

yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara.

Dan pariwisata adalah berbagai macam kegiatan

wisata dan didukung berbagai fasilitas serta

layanan yang disediakan oleh masyarakat,

pengusaha pemerintah dan pemerintah daerah.

Bahar dalam Yoeti menjelaskan definisi

pariwisata sebagai berikut : Pariwisata adalah

suatu perjalanan yang dilakukan orang untuk

sementara waktu, yang diselenggarakan dari

suatu tempat ke tempat lain meninggalkan

tempatnya semula, dengan suatu perencanaan

dan dengan maksud bukan untuk berusaha atau

mencari nafkah di tempat yang dikunjungi,

tetapi semata-mata untuk menikmati kegiatan

pertamsyaan dan rekreasi atau untuk memenuhi

keinginan yang beraneka ragam.

Di lain segi keberadaan sektor pariwisata juga

terdapat risiko dalam pelaksanaannya dimana

dalam pelaksanaannya banyak terdapat risiko

yang akan ditanggung oleh pihak perusahaan

pengelola atau pelaksana pariwisata dalam hal

ini adalah agen atau biro perjalanan wisata.

Guna memperkecil risiko yang terjadi dalam

menjalankan aktivitas usahanya maka sebuah

perusahaan biro wisata juga mengantisipasi

dengan bekerjasama dengan perusahaan

asuransi, diharapkan perusahaan asuransi

mampu melakukan seleksi risiko  (underwriting)

terhadap keberadaan obyek yang ditawarkan

oleh calon tertanggung.

Keberhasilan underwriting dalam sebuah

lembaga asuransi jiwa ditentukan oleh banyak

hal, baik dari calon tertanggung atau dari pihak

asuransi sendiri. Dimana secara umum dalam

dunia pariwisata fokus utama yang menjadi

pertanggungan asuransi adalah pelaksanaan

perjalanan yang dilakukan oleh tertanggung

dengan perusahaan biro pariwisata sebagai

pelaksana pariwisata yang disepakati dan

bilamana terjadi risiko kecelakaan maka biaya-

biaya yang ditimbulkan akibat dari kecelakaa

n

dalam perjalan pariwisata tersebut

akan

ditanggung oleh perusahaan asuransi dalam h

al

ini adalah PT. Jasindo Cabang Surabaya.

Perusahaan biro pariwisata yang dikaji adala

h

PT. Swabina Gatra Travel dalam hal ini aka

n

bergerak sebagai sebuah badan usaha yan

g

melaksanakan aktivitas pariwisata

dengan

pelanggan yakni wisatawan yang

akan

berkunjung ke obyek-obyek wisata, sehingg

a

untuk meminimalisir risiko akan dilakuka

n

kerjasama dengan PT. Jasindo Cabang Surabay

a

Page 269: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

sebagai perusahaan penangung para wisatawan

yang berpihak sebagai tertanggung.

menyangkut hak dan kewajiban tertanggung

serta penanggung di lain pihak. Pada prinsip

utmost good faith tertanggung pada saat

melakukan mengajukan form aplikasi penutupan

asuransi berkewajiban memberitahukan secara

jelas dan teliti mengenai segala fakta penting

yang berkaitan dengan dirinya atau obyek yang

diasuransikan serta tidak berusaha dengan

sengaja untuk mengambil untung dari

penanggung. Dengan kata lain tertanggung tidak

menyembunyikan sesuatu yang dapat

dikategorikan sebagai cacat tersembunyi atau

menutup-nutupi kelemahan dan kekurangan atas

diri atau obyek yang dipertanggungkan,

mengingat hal ini berkaitan erat dengan risiko,

penetapan pembayaran premi serta kewajiban

penanggung jika terjadi kerugian yang diderita

oleh tertanggung.

Prinsip ini jika dicermati juga sesuai dengan

implementasi Pasal 1 ayat 22 yaitu Pemegang

Polis adalah Pihak yang mengikatkan diri

berdasarkan perjanjian dengan Perusahaan

Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah,

perusahaan reasuransi, atau perusahaan

reasuransi syariah untuk mendapatkan

pelindungan atau pengelolaan atas risiko bagi

dirinya, tertanggung, atau peserta lain, serta ayat

23 Tertanggung adalah Pihak yang menghadapi

risiko sebagaimana diatur dalam perjanjian

Asuransi atau perjanjian reasuransi.

Undang-undang tersebut juga sudah dijelaskan

dalam Pasal 4 butir c Undang-Undang

Perlindungan Konsumen ditegaskan bahwa hak

konsumen itu meliputi hak atas informasi yang

benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan

jaminan barang dan atau jasa. Jelaslah kiranya

bahwa lembaga asuransi sebagai penanggung

juga terikat dengan prinsip ini, yaitu kewajiban

menjelaskan risiko yang dijamin maupun yang

dikecualikan secara jelas dan teliti.

Pelanggaran Prinsip Utmost Good Faith

Terhadap Perjanjian Asuransi di Dunia

Pariwisata Dalam praktik bisnis asuransi risiko

perjalan pariwisata ini, ketika tertanggung

membeli kupon asuransi dengan harga premi

tertentu, yang mengetahui bahwa tertanggung

ikut dalam pertanggungan asuransi ini hanya

pihak asuransi dan pihak tertanggung sendiri.

Polis/bukti keikutsertaan dalam asuransi tersebut

juga dibawa oleh penumpang/tertanggung dalam

program wisata. Pihak asuransi hanya

menyarankan agar tertanggung mengirimkan

Page 270: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

sms pemberitahuan nomor polis kepada pihak

keluarga sehingga nantinya keluarga bisa

mengajukan klaim jika terjadi kecelakaan yang

menyebabkan tertanggung meninggal atau luka-

luka.

Di sini kemudian akan muncul kemungkinan

pihak asuransi dapat saja menyalahgunakan

keadaan dengan tidak melaksanakan tanggung

jawabnya jika terjadi kecelakaan dengan tidak

membayarkan santunan/ganti kerugian atau

mungkin saja membayarkan tapi tidak sesuai

dengan harga pertanggungan yang diperjanjikan,

karena berdasarkan ketentuan pasal 255 Ayat (1)

KUH Dagang dapat diketahui bahwa polis

mempunyai arti yang besar bagi tertanggung,

Tanpa polis, pembuktian oleh pihak ahli waris

tertanggung akan menjadi sulit dan terbatas.

3. KESIMPULAN DAN SARAN

Keberadaan asuransi di bidang pariwisata

diketahui sering meninggalkan prinsip Utmost

Good Faith, hal ini dikarenakan para wisatawan

dalam menyampaikan informasi dan fakta

kondisi kesehatan pribadi seringkali keliru,

disembunyikan atau disengaja pada saat

pengisian formulir aplikasi permintaan asuransi

jiwa, hal ini termasuk sebagai bentuk perbuatan

itikad tidak baik tertanggung. Apabila dapat

dibuktikan oleh penanggung, bahwa terjadinya

klaim asuransi jiwa tersebut timbul sebagai

akibat adanya kesalahan secara sengaja dari

tertanggung atau wisatawan dalam memberikan

informasi mengenai kesehatan tertanggung

kepada penanggung atau kemudian disebut

dengan cacat (kesehatan) yang disembunyikan,

maka hal tersebut dapat dikategorikan sebagai

pelanggaran prinsip utmost good faith dalam

perjanjian asuransi, yang relevan dengan Pasal

31 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014

Tentang Perasuransian.

Perlindungan hukum bagi pihak tertanggung

dalam asuransi pariwisata yang dalam perjanjian

di wakilkan kepada biro parwisata berdasarka

n

Pasal 31 Undang-Undang Nomor 40 Tah

un

2014 Tentang Perasuransian, yang mana piha

k

tertanggung yakni wisatawan telah sepak

at

untuk diikutsertakan dalam program asuran

si

selama mengikuti kegiatan program pariwisat

a

dengan perusahaan pelaksana sebagai age

n

perjalanan, sehingga wisatawan

mendapat

perlindungan atau asuransi oleh penanggun

g

atau perusahaan asuransi yang bekerjasa

ma

Page 271: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

dengan perusahaan pelaksana sebagai agen

perjalanan .

Mengupayakan adanya Memorandum of

Understanding (MoU) yang lebih legal antara

para pihak dan perusahaan pelaksana dan selalu

diinformasikan kepada para wisatawan atau

koordinator wisatawan yang akan melakukan

kerjasama pariwisata dengan pihak PT. Swabina

Gatra Travel sejak awal disepakati kontrak

program pariwisata yang disetujui pihak PT.

Swabina Gatra Travel dengan customer.

Guna memperjelas dan menekankan pada

prinsip utmost good faith maka perlu dilakukan

sosialisasi oleh penanggung dalam hal ini pihak

PT. Jasindo Cabang Surabaya melalui staff PT.

Swabina Gatra Travel kepada calon tertanggung

peserta pariwisata (wisatawan) secara informatif

dan komunikatif, mengenai pentingnya

penyampaian fakta atau informasi penting yang

dilakukan secara jujur terutama menyangkut

kesehatan calon tertanggung yang diberikan

kepada penanggung. Penjelasan tersebut

terutama dikaitkan dengan adanya program

asuransi yang dapat menjadi klaim asuransi

akibat peristiwa yang dipertanggungkan terjadi,

sebelum perjanjian asuransi dibuat dan seblum

peserta wisata mengikuti program pariwisata

yang dikelola oleh PT. Swabina Gatra Travel.

Untuk menghindari timbulnya sengketa akibat

klaim asuransi, pengisian formulir aplikasi

permintaan asuransi jiwa sedapat mungkin

dilakukan sendiri oleh calon tertanggung.

Penanggung (melalui agen) dalam hal ini secara

hukum berkewajiban untuk menyampaikan

mengenai risiko yang ditanggung dan fakta lain

yang harus diketahui oleh calon tertanggung

serta memandu pengisian formulir aplikasi

tersebut dengan jelas dan benar.

Page 272: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

DAFTAR PUSTAKA

Abdulkadir Muhammad, 1999, Hukum

Asuransi Indonesia, Bandung, PT. Citra

Aditya Bakti.

Abbas Salim, 2000, Asuransi dan Manajemen

Risiko. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

A.Djazuli dan Yadi Janwari, 2002, Lembaga-

Lembaga Perekonomian Umat (Sebuah

Pengenalan). Cetakan ke- 1. September

Bab IV. PT Raja Grafindo Persada.

Jakarta. h.119-120.

Abdul Muis, 2005, Hukum Asuransi dan

Bentuk-bentuk Perasuransian. Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara.

Medan.Emmet J. Vaughan dan Therese

Vaughan, 2003,Fundamentals of Risk

and Insurance.

John Wiley & Sons. Inc. 9th Edition.Herman

Darmawi, 2009, Manajemen Asuransi,

Bumi Aksara, Jakarta.H.M.N Purwosutjipt

o, 1996, Pengertian Pokok

Hukum Dagang Indonesia, jilid 6, cet.

4., Jakarta: Djambatan.

Imam Musjab. 2010. Prinsip-

Prinsip Asuransi.

Penerbit Ghalia. Jakarta

John M. Echols dan Hassan Shadily,

1995,

Kamus Inggris Indonesia. Cornell

University/Gramedia. Edisi XXI.

Januari.

Man Suparman Sastrawidjaja, 2003, A

spek-

Aspek Hukum Asuransi dan Surat

Berharga. PT. Alumni. Bandung.

Mukti Fajar Nurdewata, et.al., 2010, Pene

litian

Hukum Normatif dan Empiris, Pustaka

Pelajar, Yogyakarta.

Muhammad Muslehuddin. Insurance Law

and

Islamic Law.(Terjemahan oleh Burhan

Wirasubrata).1999.

Menggugat

Asuransi Modern: Mengajukan suatu

Alternatif Baru dalam

Prespektif

Hukum Islam. Cetakan ke-I. Lentera.

Jakarta.

R. Subekti, 1994, Hukum Perjanjian, Ja

karta:

PT. Intermasa.

Scott E. Harrington. Gregory R. Niehaus.

2003,

Risk Management and

insurance.

McGrawHill. 2nd Edition.

Soetojo Prawirohamidjojo, Marthalena P

ohan,

Hukum Perikatan, PT.Bina

Ilmu,Surabaya

Sastrawidjaja, Suparman, 2003, Aspek-

Aspek

Hukum Asuransi Dan Surat Berharga,

Alumni, Bandung.

Yoeti, Oka A., 2008, Ekonomi Pariw

isata.

Penerbit Gema Pertama, Jakarta.

Perundang-undangan:Kitab Undang-Undang Hukum Dagang

(KUHD)

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

(KUHP)

Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 Te

ntang

Kepariwisataan.

Undang Undang Nomor 10 Tahun 2009 Te

ntang

Kepariwisataan.

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014

Tentang

Perasuransian

551

Page 273: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

PELAKSANAAN TUGAS KURATOR DALAM MENGURUS HARTA PAILIT BERDASARKAN PASAL 72 UNDANG – UNDANG NO. 37

TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG

Nur HasanProgram Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Gresik

ABSTRAKSetelah dijatuhkannya putusan pailit, PT Surabaya Agung Industri Pulp dan Kertas .Tbk oleh Hakim Niaga di Pengadilan Niaga Surabaya, pada tanggal 16 April 2013 ,maka sesuai dengan Amar Putusan tersebut segera ditunjuk seorang Hakim Pengawas dan seorang Kurator. Sesuai dengan Pasal 16 Undang – Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Kurator berwenang melaksanakan tugas pengurusan dan/ pemberesan atas harta pailit sejak tanggal putusan pailit meskipun terhadap putusan tersebut diajukan kasasi atau peninjauan kembali. Dengan demikian, kewenangan penuh terhadap seluruh harta kekayaan yang dimiliki oleh debitur berada ditangan kurator.. Namun dalam pelaksanaannya, kurator banyak mendapati berbagai kendala yang menghambatnya untuk kelancaran pelaksanaan mengurus harta pailit tersebut.. Kendala – kendala tersebut diantaranya debitur yang tidak kooperatif, sulitnya kurator untuk menembus informasi karena tidak memiliki instrumen pendukung serta minimnya pengetahuan pihak – pihak tertentu yang berkaitan dengan kepailitan.

Kata kunci : Pelaksanaan ,Tugas Kurator, Mengurus Harta Pailit

A. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setelah dijatuhkannya putusan pailit, PT Surabaya Agung Industri Pulp dan Kertas .Tbk oleh Hakim Niaga di Pengadilan Niaga Surabaya yaitu pada tanggal 16 April 2013, maka sesuai dengan Amar Putusan tersebut ditunjuk seorang Hakim Pengawas dan seorang Kurator.Sesuai dengan Pasal 16 Undang – Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Kurator berwenang melaksanakan tugas pengurusan dan/ pemberesan atas harta pailit sejak tanggal putusan pailit meskipun terhadap putusan tersebut diajukan kasasi atau peninjauan kembali. Dengan demikian, kewenangan penuh terhadap seluruh harta kekayaan yang dimiliki oleh debitur pailit adalah berada

ditangan kurator.Hukum Kepailitan bertujuan untuk mengajukan permohonan pailit baik yang diajukan manusia dan badan hukum khususnya Perseroan terbatas. Kepailitan adalah sita umum atas semua kekayaan debitor pailit yang diawasi oleh pengawas. Undang – Undang Kepailitan mendefinisikan kepailitan sebagai sita umum atas semua kekayaan yang dinyatakan pailit yang pengurusanya dilakukan oleh kurator dibawah pengawasan hakim pengawas. Menurut pasal 1 angka1Undang – Undang Kepailitan menyebutkan bahwa kurator terdiri dari 2 (dua) yaitu kurator Pemerintah yaitu Balai Harta Peninggalan dan Kurator perorangan yang diangkat oleh Pengadilan atau Kurator swasta. Kurator merupakan pihak yang memegang peranan penting dalam suatu proses perkara kepailitan, karena kurator bertugas melaksanakan pengurusan dan pemberesan harta pailit. Sebagai kurator baik

552

Page 274: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

pemerintah maupun swasta dituntut tidak boleh ada benturan kepentingan didalam melakukan tugas – tugasnya. Kurator harus bertindak independent. Sehubungan dengan hal tersebut diatas, maka timbul permasalahan Bagaimana tugas kurator dalam mengurus harta pailit dan Bagaimana pelaksanaan tugas kurator dalam mengurus harta pailit tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

a, Bagaimana kurator dalam melaksanakan tugas dan wewenang mengurus harta pailit berdasarkan pasal 72 Undang – Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang dan.

b. Bagaimana pelaksanaan kurator dalam mengurus harta pailit tersebut.

1.3 Tujuan Penelitian

a, Berdasarkan permasalahan diatas, maka dapat dirumuskan beberapa tujuan dari penelitian ini yaitu :1. Untuk mengetahui tugas dan wewenang kurator dalam mengurus harta pailit berdasarka pasal 72 Undang – Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang .

b, Untuk mengetahui pelaksaan kurator dalam mengurus harta pailit dan kendala – kendala yang ada

1.4 Manfaat Penelitian

a, Secara teori diharapkan dapat memberikan manfaat dalam bentuk sumbang saran untuk perkembangan ilmu hukum pada umumnya dan pada bidang hukum perdata pada khususnya yang berhubungan dengan kewenangan kurator dalam mengurus harta pailit debitor

b, Secara praktek sangat bermanfaat dan membantu bagi semua pihak baik itu kurator pemerintah, kurator swasta dan masyarakat serta penulis sendiri apabila menjadi advokat sehingga dapat

melakukan pengurusan dan pemberesan harta pailit dengan cepat, tepat dan benar

B, TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian Kepailitan

Pengertian kepailitan menurut UU Kepailitan Nomor 37 Tahun 2004 adalah sita umum atas semua kekayaan debitor Pailit yang pengurusan dan pemberesannya dilakukan oleh Kurator dibawah pengawasan Hakim Pengawas sebagaimana diatur dalam Undang – Undang ini Kepailitan merupakan lembaga hukum yang mempunyai fungsi sebagai realisasi dari tanggung jawab debitor terhadap dan atas perikatan – perikatan yang dilakukan 42 sebagaimana diatur dan dimaksud dalam pasal 1131 dan pasal 1132 Kitab Undang – undang Hukum Perdata. Kepailitan itu sendiri dapat mencakup :1.Seluruh kekayaan si pailit pada saat dia dinyatakan pailit ( dengan beberapa pengecualian untuk si pailit perorangan ) beserta assetnya.2. Hilangnya wewenang si pailit untuk mengurus dan mengalihkan hak atas kekayaannya yang termasuk harta kekayaan.

Dalam rangka menghindari adanya tindakan secara individu, dirasakan perlu ada campur tangan lembaga peradilan. Dengan cara ini dapat diharapkan semua kreditur mendapat hak yang seimbang 43. Pengertian mengenai utang sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 1 ayat 1 UU Kepailitan harus dikaitkan dengan dasar pemikiran yang menjadi latar belakang dindangkannya UU No 4 Thun 1998 44. Undang – undang kepailitan tidak hanya mencakup utang dalam suatu perjanjian pinjam – meminjam uang, melainkan juga kewajiaban yang timbul dari perjajian lain atau dari transaksi yang mensyaratkan untuk dilakukan pembayaran 45. Azas tanggungjawab debitor terhadap kreditornya tersebut diatas dalamnya

42

43 44

45

553

Page 275: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

terkandung asas jaminan hutang dan asas paripassu ( membagi secara proporsional harta kekayaan debitur kepada para kreditor konkuren berdasarkan perimbangan besarnya tagihan masing – masing kreditor ) atau asas corcurus creditorium ( para kreditor harus bertindak bersama – sama ). Dengan demikian asa tanggung jawab debitor terhadap kreditornya KUH Perata tersebut, maupun dalam UU Kepailitan sebagai realisasi dan merupakan pengaturan lebih lanjut atas dan dari asas tanggung jawab debitor terhadap kreditornya tersebut, secara umum dapat dikatakan pada dasarnya tidak membedakan subyek termohon atau pemohon pailit, apakah subyek hukum indonesia atau subyrk hukum asing. Hal ini adalah merupakan suatu konsekuensi logis dari berlakunya asas kebebasan berkontrak dalam hukum perdata Indonesia, dimana dibolehkannya subyek atau pihak – piahak memilih dengan pihak mana akan melangsungkan suatu perikatan. Kartini Mulyajadi juga menyatakan bahwa, kalau diteliti sebetulnya peraturan kepailitan dalam UUKepailitan itu adalah penjabaran pasal 1131 dan pasal 1132 KUH Perdata, karena : a.Kepailitan hanya meliputi harta pailit dan bukan harta pribadi debitor, b.Debitor tetap memiliki kekayaannya dan merupakan pihak yang berhak atasnya, tetapi tidak lagi berhak menguasai atau menggunakanya atau memindahkannya haknya atau mengagunkannya, c.Sitaan konversator secara umum meliputi seluruh harta pailit 46. Istilan utang dalam pasal 1 dan pasal 212 UU Kepailitan merujuk pada hukum perikatan dalam hukum perdata. Menurut Kartin Muljadi dalam hal seseorang debitor hanya mempunyai satu kreditor dan debitor tidak membayar utangnya secara sukarela, maka kreditor akan menggugat debitor secara perdta ke pengadilan negeri yang berwenang dan seluruh harta debitor secara perdata ke pengadilan negeri menjadi sumber pelunasan utangnya kepada kreditor tersebut.hasil bersih eksekusi harta debitior dipakai untuk melunasi atau membayar kreditor tersebut. Dalam hal

46

debitor mempunyai banyak kreditor dan harta kekayaannya tersebut tidak cukup untuk membayar lunas semua utang kreditur, dalam perjanjian diatur tentang kelalaian atau wanprestasi pihak dalam perjanjajian yang dapat mempercepat jatuh tempo utangnya. Maka para kreditor akan berlomba dengan segala cara, baik yang halal maupun yang tidak halal, guna untuk mendapatkan pelunasan tagihanya terlebih dahulu. Kreditor yang datang belakanggan sudah tidak dapat lagi pembayaran karena harta debitor sudah habis. Hal ini yang sangat tidak adil dan merugikan. Bedasarkan alasan tersebut,timbullah lembaga kepailitan yang mengatur tata cara yang adil mengenahi pembayaran tagihan – tagihan para kreditur, dengan berpedoman pada KUH Perdata pasal 1131 sampai dengan pasal 1149 maupun pada ketentuan dalam UU Kepailitan sendiri.

2. Azas – Azas Hukum Kepailitan Diantaranya : a) Azas Keseimbangan,

b) Azas Kelangsungan Usaha, c) Azas Keadilan, d) Azas Integrasi. Jadi pada dasarnya, azas – azas yang terkandung dalam pasal 1131 dan pasal 1132 KUH Perdata adalah bahwa Undang – Undang mengatur tentang hak menagih bagi kreditor terhadap transaksinya dengan debitor.Dapat dilakukan penyitaan terhadap kekayaan atau harta benda debitor pailit, dasar hukumnya terdapat juga dalam pasal 21 UU No 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (UUK& PKPU ) yang berbunyi : “kepailitan meliputi seluruh kekayaan debitor pada saat putusan pernyataan pailit diucapkan serta segala sesuatu yang diperoleh selama kepailitan “ Ketentuan pada pasal 21 UUK & PKPU hampir senada dengan ketentuan pada pasal 1131 KUH Perdata, hanya ketentuan pasal 1131 KUH Perdata lebih luas karena mencakup harta yang ada dan yang akan ada dikemudian hari, sedangkan dalam pasal 21 UUK & PKPU hanya kekayaan pada saat putusan pernyataan pailit saja.

3. Syarat – Syarat Kepailitan.

554

Page 276: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

Pernyataan pailit dijatuhkan oleh yang berwenang terhadap debitor yang memenuhi persyaratan pailit seperti yang ditentukan dalam pasal 2 ayat 1 Undang – Undang No. 37 Tahun 2004 yaitu : “ debitor yang mempunyai dua atau lebih kreditor dan tidak membayar lunas sedikitnya utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan putusan pengadilan baik atas permohonan sendiri maupun ataspermohonan satu atau lebih kreditor. “ Pada saat proses pemeriksaan berlangsung, atau selama putusan atas permohonan pailit belum ditetapkan, maka setiap kreditor atau kejaksaan dapat mengajukan permohonan kepada pengadilan untuk : 1). Meletakkan sita jaminan terhadap sebagian atau seluruh kekayaan debitor atau , 2). Menunjuk curator sementara dengan tujuan untuk mengawasi pengelolaan usaha debitor dan mengawasi pembayaran kepada kreditor, pengalihan atau pengagungan kekayaan debitor yang dalam rangka kepailitann memerlukan persetujuan curator. Permohonan kepailitan dapat diajukan apabila terpenuhi syaratnya yaitu : 1. Debitor tersebut mempunyai dua atau lebih kreditor, 2. Adanya Utang. Unsur – unsur utang : utang tersebut telah jatuh tempo, utang tersebut dapat ditagih, utang tersebut tidak dibayar.

4. Pihak – pihak yang telibat dalam proses kepailitan

Dari definisi kepailitan yang dirumuskan dalam pasal 1 angka 1 UU Kepailitan Tahun 2004, yang terkait dalam kepailitan adalah :a). Debitor adalah orang yang mempunyai utang karena perjanjian atau undang – undang yang pelunasannya dapat ditagih dimuka pengadilan ( pasal 1 angka 37 UU 37 Tahun 2004). b). Debitor Pailit adalah debitor yang sudah dinyatakan pailit dengan putusan pengadilan ( pasal 1 angka 4 UU 37 Tahun 2004), c). Kreditor adalah orang yang mempunyai piutang karena perjanjian atau undang – undang yang dapat ditagih dimuka pengadilan ( pasal 1 angka 2 UU 37 Tahun 2004), d). Kurator adalah balai harta peninggalan atau orang perorangan yang diangkat oleh pengadilan untuk mengurus dan

membereskan harta debitor pailit dibawah pengawasan hakim pengawas sesuai dengan undang – undang ini ( pasal 1 angka 5 UU 37 Tahun 2004), e). Hakim pengawas adalah hakim yang ditunjuk oleh pengadilan dalam putusan pailit atau putusan penundaan kewajiban pembayaran utang ( pasal 1 angka 8 UU 37 Tahun 2004, f). Pengadilan adalah pengadilan Niaga dalam lingkungan peradilan umum (pasal 1 angka 7 UU 37 Tahun 2004). Keadaan pailit itu juga meliputi segala harta bendanya yang berada di luar negeri. Lembaga kepailitan merupakan lembaga hukum yang mempunyai fungsi penting dalam KUH Perdata yakni pasal 1131 dan pasal 1132 KUH Perdata mengenahi tanggung jawab debitor terhadap hutang – hutangnya.

5. Tugas dan Wewenang Kurator Secara garis besar tugas Kurator

dibagi atas dua tahap yaitu tahap pengurusan diantaranya adalah : mendata , melakukan verifikasi atas kewajiban debitor pailit, mendata , melakukan penelitian asset debitor pailit termasuk tagihan – tagihan yang dimiliki debitor pailit. dan tahap selanjutnya adalah tahap pemberesan yaitu melakukan pembagian. Deskripsi tugas seorang kurator dan pengurus dalam kepailitan tersebut terdapat didalam pasal – pasal Undang – undang kepailitan. Namun tugas kurator dan pengurus yang paling fundamental sebagaimana diatur dalam pasal 69 Undang – Undang No. 37 Tahun 2004 adalah untuk melakukan pengurusan dan pemberesan harta pailit.

Dalam melakukan tugas ini curator maupun pengurus memiliki satu visi utama yaitu mengambil keputusan yang terbaik untuk memaksimalisasikan nilai harta pailit. Lebih jauh lagi tugas curator atau pengurus dapat dilihat pada job depcription dari curator atau pengurus, karenasetidaknya ada 3 ( tiga ) jenis penugasan yang dapat diberikan kepada curator atau pengurus dalam hal proses kepailitan, yaitu :1). Sebagai Kurator Sementara. Kurator Sementara ditunjuk dengan tujuan untuk mencegah kemungkinan debitor melakukan tindakan yang mungkin

555

Page 277: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

dapat merugikan hartanya, selama jalannya proses beracara pada pengadilan sebelum sebelum debitor dinyataka pailit. Tugas utama Kurator Sementara adalah : a) mengawasi pengelolaan usaha debitor dan b). Mengawasi pembayaran kepada kreditor, pengalihan atau mengagungkan kekayaan debitor yang dalam rangka kepailitan memerlukan curator. Secara umum tugas curator sementara tidak banyak berbeda dengan pengurus, namun karena pertimbangan keterbatan kewenanga dan evektifitas yang ada pada kurator sementara, maka sampain saat ini sedikit sekali terjadi penunjukan curator sementara. 2).

Sebagai Pengurus. Pengurus ditunjuk dalam rangka adanya Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU). Tugas Pengurus hanya sebatas menyelenggarakan pengadminitrasian proses PKPU, seperti misalnya , melakukan pengumuman, mengundang rapat – rapat kreditor, ditambah dengan pengawasan terhadap kegiatan pengelolaan usaha yang dilakukan oleh debitor dengan tujuan agar debitor tidak melakukan hal – hal yang mungkin merugikan hartanya. Perlu diketahui bahwa dalam PKPU debitor masih memiliki kewenangan untuk mengurus sebatas hanya mengawasi belaka. 3).

Sebagai Kurator, Kurator ditunjuk pada saat debitur dinyatakan pailit, sebagai akibat dari keadaan pailit, maka debitur kehilangan hak untuk mengurus harta kekayaannya, dan oleh karena itu kewenangan pengelolaan harta pailit jatuh ke tangan kurator.

Dari berbagai jenis tugas bagi Kurator dalam melakukan pengurusan dan pemberesan, maka dapat disarikan bahwa kurator memiliki beberapa tugas utama, yaitu:

1. Tugas AdministratifDalam kapasitas administratif nya

Kurator bertugas untuk mengadministrasikan proses-proses yang terjadi dalam kepailitan, misalnya melakukan pengumuman (ps. 13 (4) UUK); mengundang rapat-rapat kreditur ; mengamankan harta kekayaan debitur pailit; melakukan inventarisasi harta pailit (ps. 91

UUK); serta membuat laporan rutin kepada hakim pengawas (ps. 70 B (1) UUK). Dalam menjalankan kapasitas administratifnya Kurator memiliki kewenangan antara lain a) kewenangan untuk melakukan upaya paksa seperti paksa badan (ps. 84 (1) UUK), b) melakukan penyegelan (bila perlu) (ps. 90 (1) UUK).

2. Tugas Mengurus/mengelola harta pailitSelama proses kepailitan belum

sampai pada keadaan insolvensi (pailit), maka kurator dapat melanjutkan pengelolaan usaha-usaha debitur pailit sebagaimana layaknya organ perseroan (direksi) atas ijin rapat kreditur (ps. 95 (1) UUK).

Pengelolaan hanya dapat dilakukan apabila debitur pailit masih memiliki suatu usaha yang masih berjalan Kewenangan yang diberikan dalam menjalankan pengelolaan ini termasuk diantaranya a) kewenangan untuk membuka seluruh korespondensi yang ditujukan kepada debitur pailit (ps. 14 jo ps.96 UUK) b) kewenangan untuk meminjam dana pihak ketiga dengan dijamin dengan harta pailit yang belum dibebani demi kelangsungan usaha (ps. 67 (3)-(4) UUK) c) kewenangan khusus untuk mengakhiri sewa, memutuskan hubungan kerja, dan perjanjian lainnya.

3. Tugas Melakukan penjualan-pemberesanTugas yang paling utama bagi Kurator

adalah untuk melakukan pemberesan. Maksudnya pemberesan di sini adalah suatu keadaan dimana kurator melakukan pembayaran kepada para kreditor kongkuren dari hasil penjualan harta pailit.

1. METODE PENELITIAN

Metode Penelitian ini dilakukan adalah bersifat hukum normatif yang berdasarkan peraturan perundang – undangan .Sebagaimana yang ditulis Peter Mahmud Marjuki, karena bahwa pendekatan hukum adalah suatu proses untuk menemukan aturan hukum, prinsip – prinsip hukum, maupun doktrin – doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang dihadapi.

556

Page 278: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

Pendekatan yang pergunakan dalam penelitian ini adalah 1. Pendekatan perundang – undangan , 2. Pendekatan kasus dan 3. Pendekatan konseptual

2. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Kurator berwenang melaksanakan tugas pengurusan dan/ pemberesan atas harta pailit sejak tanggal putusan pailit meskipun terhadap putusan tersebut diajukan kasasi atau peninjauan kembali. Dengan demikian, kewenangan penuh terhadap seluruh harta kekayaan yang dimiliki oleh debitur pailit adalah berada ditangan kurator. Boedel pailit yang telah dikumpulkan oleh kurator inilah yang akan digunakan untuk melunasi utang – utang yang dimiliki debitur pailit terhadap kreditur – krediturnya.

Namun dalam pelaksanaannya, kurator mendapati berbagai kendala yang menghambatnya kelancaran pelaksanaan tugasnya sebagai kurator tersebut. Dalam menjalankan tugasnya kurator tidak sekadar bagaimana menyelamatkan harta pailit yang berhasil dikumpulkan untuk kemudian dibagikan kepada para kreditor tapi sedapat mungkin bisa meningkatkan nilai harta pailit tersebut Dengan demikian, kurator dituntut untuk memiliki integritas yang berpedoman pada kebenaran dan keadilan serta keharusan untuk menaati standar profesi dan etika. Hal ini untuk menghindari adanya benturan kepentingan dengan debitur maupun kreditur.

Namun pada prakteknya kinerja kurator menjadi terhambat oleh permasalahan seperti debitur pailit tidak mengacuhkan putusan pengadilan atau bahkan menolak untuk dieksekusi Hampir sebagian besar kurator memiliki permasalahan dengan debitur (tidak kooperatif) dalam hal debitur tersebut menolak memberikan informasi dan dokumen, menolak menemui, bahkan menghalangi kurator memeriksa tempat usaha debitur.Sehinga sampai dengan judul skripsi ini diajukan pelaksanaan tugas kurator dalam mengurus harta pailit pada debitor PT Surabaya Agung Industri Pulp dan Kertas .

Tbk juga belum sesuai dengan yang diharapkan ,karena di dalam Undang – Undang sendiri belum ada atau tidak adanya batasan waktu yang jelas dalam mengurus harta pailit tersebut. 3. KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa meski pelaksanaan pengurusan dan pemberesan harta pailit dilakukan sesuai dengan ketentuan perundang – undangannya, namun masih menimbulkan ketidakpastian hukum sebagai akibat dari tidak adanya batas waktu yang tegas dan jelas mengenai proses pelaksanaan pengurusan dan pemberesan harta debitur pailit tersebut.

Dari hasil penelitian juga diperoleh adanya kendala – kendala yang menghambat kelancaran tugas kurator diantaranya debitur yang tidak kooperatif, sulitnya kurator untuk menembus informasi karena tidak memiliki instrumen pendukung serta minimnya pengetahuan pihak – pihak tertentu yang berkaitan dengan kepailitan. Penelitian ini menyarankan agar pembahasan ulang mengenai Undang – Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang ini sendiri, karena didalamnya masih menimbulkan tidak adanya kepastian hukum mengenai batas waktu pelaksanaan pengurusan dan pemberesan harta debitur pailit ini. Selain itu, sebaiknya kurator diberikan instrumen pendukung lain yang dapat memudahkannya dalam mendapatkan dan mengumpulkan informasi – informasi yang diperlukan.  

557

Page 279: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Web viewProgram Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Gresik. ABSTRACT. ... Manajemen Stres Cemas dan Depresi (Edisi II

DAFTAR PUSTAKA

Kartini Muljadi, Actio Paulina dan Pokok –Pokok tentang Pengadilan Niagadalan penyelesaian Utang Piutangmelaui Pailit, Bandung 2001 hal 300.

Rahayu Hartini, Hukum Kepailitan, UMM Press Malang, cetakan kedua, Januar2007 Hal 5

Sri Rejeki Hartono, hokum perdata sebagaiDasar hukum kepailitan modernartikel pada jurnal hokum bisnistahun 1999 Jakarta

SentosaSembiring, hukum kepailitan danperaturan perundan –undangan yangterkait kepailitan, cv nuansaauli, 2006 hal 19

Sutan Renny Syahdeini, pengertian utangdalam kepailitan, jurnal hukum bisnis 2002

Timur Sukirno dalam kuliah umum” selukBeluk dalam pengadilan niaga dankaitannya dengan permasalahankepailitan di Indonesia, depok 5Nopember 2002

7

558