repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../handle/123456789/395/skripsi.docx · web...

117
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dimensi perubahan masyarakat dapat dimaknai sebagai perubahan dalam hubungan antara desa dan kota. Desa senantiasa berfungsi sebagai sarana penyedia bahan primer untuk kepentingan kegiatan industri kota, sebaliknya kota menjadi kekuatan perubahan sebuah desa melalui penyediaan industri untuk mendorong pembangunan di desa. Menurut Chenery, peranan sektor pertanian secara presentase terhadap pembentukan produk nasional memang akan cenderung menurun (Nuhung, 2007). Fenomena tersebut muncul karena adanya serangkaian perubahan yang saling berkaitan dalam struktur perekonomian, sehingga menyebabkan terjadinya transformasi struktural dari ekonomi tradisional ke sistem ekonomi modern (Todaro, 2006). 1

Upload: others

Post on 16-Jan-2020

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../handle/123456789/395/skripsi.docx · Web viewMasalah kependudukan yang dihadapi oleh Negara sedang brkembang senantiasa diperhadapkan

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dimensi perubahan masyarakat dapat dimaknai sebagai perubahan dalam

hubungan antara desa dan kota. Desa senantiasa berfungsi sebagai sarana

penyedia bahan primer untuk kepentingan kegiatan industri kota, sebaliknya kota

menjadi kekuatan perubahan sebuah desa melalui penyediaan industri untuk

mendorong pembangunan di desa. Menurut Chenery, peranan sektor pertanian

secara presentase terhadap pembentukan produk nasional memang akan

cenderung menurun (Nuhung, 2007). Fenomena tersebut muncul karena adanya

serangkaian perubahan yang saling berkaitan dalam struktur perekonomian,

sehingga menyebabkan terjadinya transformasi struktural dari ekonomi tradisional

ke sistem ekonomi modern (Todaro, 2006).

Hubungan desa-kota secara fungsional menjadi dasar terciptanya penyediaan

lapangan kerja di desa dan kota secara seimbang. Hubungan desa-kota lebih lanjut

akan mengalami perubahan ketika kekuatan pertumbuhan industri di kota

mengalami peningkatan dan memberikan peluang lapangan kerja yang tinggi.

Proses tersebut ditandai dengan meningkatnya arus urbanisasi penduduk desa ke

kota untuk memenuhi permintaan tenaga kerja di kota tersebut. Akan tetapi

konsep hubungan tersebut tidak selamanya terjadi di beberapa negara berkembang

termasuk Indonesia atau pada beberapa kota di Indonesia.

1

Page 2: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../handle/123456789/395/skripsi.docx · Web viewMasalah kependudukan yang dihadapi oleh Negara sedang brkembang senantiasa diperhadapkan

Tekanan terhadap sektor primer (pertanian) di desa semakin lama semakin

terdegredasi, baik sebagai akibat semakin mengikisnya lahan-lahan pertanian

maupun akibat sarana dan prasarana desa-kota yang semakin meningkat akhirnya

terjadi dorongan mobilitas penduduk desa kota semakin meningkat pula.

Sebagaimana dikatakan Goldthorpe (1992) bahwa banyak tenaga buruh

berdatangan, seringkali karena terdesak dari tanah garapannya oleh kemajuan

pertanian sedangkan di tempat yang baru, mereka hidup dalam keadaan melarat

dan jorok, karena tidak memiliki modal maupun pengetahuan untuk mendapatkan

tempat tinggal yang layak dan sehat. Jadi bukannya karena faktor pertumbuhan

industri di kota yang menyebabkan dorongan penduduk desa ke kota.

Sehubungan dengan hal tersebut, Kate Young dalam satu penelitiannya di

Meksiko menunjukkan bahwa hancurnya pertanian tradisional sebagai akibat

komersialisasi menyebabkan kaum perepmuan, yang sebelumnya banyak bekerja

di pertanian, bermigrasi keluar ke kota Meksiko (Saptari dan Holzner. 1997:266).

Gejala perubahan demikian umumnya merupakan fenomena yang terjadi

hubungan antara desa-kota di Indonesia. Akibat lanjut dari fenomena tersebut

menimbulkan apa yang disebut gejala involusi perkotaan. Tekanan arus penduduk

dari desa ke kota setiap tahun semakin meningkat, dilain pihak kota tidak mampu

menyediakan tenaga kerja. Hal tersebut disebabkan pula karena umumnya orang-

orang yang masuk ke kota tidak dipersiapkan dengan pendidikan dan

keterampilan yang memadai, akibatnya pengangguran tidak terdidik dan tidak

terampil tidak bisa dihindari dan menjadi beban hidup pemerintah kota.

2

Page 3: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../handle/123456789/395/skripsi.docx · Web viewMasalah kependudukan yang dihadapi oleh Negara sedang brkembang senantiasa diperhadapkan

Di lain pihak hubungan desa-kota melalui arus urbanisasi terus mengalami

peningkatan, sementara itu sektor industri kota semakin terdesak dengan arus

perdagangan global. Banyak sektor industri tidak mampu bertahan dengan

persaingan sistem perdagangan global, akibatnya mendorong terjadinya

pemutusan hubungan kerja (PHK).

Kelompok masyarakat yang paling banyak mengalami kehilangan

pekerjaan adalah kelompok perempuan dengan tingkat pendidikan menengah ke

bawah dan keterampilan seadanya. Akan tetapi desakan yang dialami oleh sektor

industri tersebut di lain pihak terjadi peningkatan di sekor perdagangan dan jasa.

Hampir semua kota-kota di Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi melalui

peranan sektor ini. Tidak kalah pentingnya adalah semakin pentingnya peranan

sektor perdagangan dan jasa tersebut dalam menyediakan lapangan kerja level

pendidikan menengah ke bawah dan kemampuan keterampilan yang rendah.

Gejala umum yang terjadi dari aspek ketenagakerjaan adalah semakin besarnya

peluang bagi tenaga kerja perempuan.

Keterlibatan wanita dalam pasar tenaga kerja ditinjau dari perspektif Karl

Marx erat kaitannya dengan perkembangan sistem kapitalis. Pada dasarnya

perkembangan kapitalis sangat tergantung pada akumulasi modal dengan

demikian kedudukan buruh dalam sistem ini hanya merupakan komoditi yang

dinilai dengan nilai tukar di pasar bebas (Dalam Sudarwati, 2003)

Perkembangan sektor perdagangan dan jasa pada umunya membutuhkan

tenaga kerja keterampilan menengah akan tetapi membutuhkan ketelitian dan

kelincahan yang tinggi. Karakteristik tenaga kerja demikian yang dianggap sesuai

3

Page 4: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../handle/123456789/395/skripsi.docx · Web viewMasalah kependudukan yang dihadapi oleh Negara sedang brkembang senantiasa diperhadapkan

adalah tenaga kerja perempuan. Fenomena pekerja perempuan yang membanjiri

dunia perkotaan melalui berbagai lapangan pekerjaan khususnya sektor

perdagangan dan jasa dari aspek ketenagakerjaan menarik untuk diteliti.

Relevan dengan hal tersebut Kota Makassar sebagai salah satu kota besar di

Indonesia khususnya di kawasan Indonesia Timur telah memperlihatkan

perkembangannya dalam kurun waktu kurang lebih sepuluh tahun terakhir yaitu

sekitar tahun 2000. Perkembangan tersebut selain disebabkan oleh

berkembangnya arus mobilitas penduduk baik berasal dari daerah-daerah disekitar

Sulawesi Selatan maupun dari luar Sulawesi selatan, juga tidak lepas dari semakin

berperannya Kota Makassar sebagai pusat pertumbuhan perekonomian di kawasan

Indonesia Timur. Gejala perkembangan Kota Makassar turut mendorong

terjadinya pertumbuhan permintaan tenaga kerja termasuk tenaga kerja

perempuan.

Permintaan terhadap tenaga kerja perempuan terus bertambah seiring dengan

terjadinya pertumbuhan di sektor jasa perdagangan dan pusat-pusat perbelanjaan

berskala besar dan membutuhkan tenaga kerja massal seperti supermarket dan

mall, termasuk diantaranya mall Ramayana. Mall Ramayana termasuk salah satu

perusahaan yang berpusat di Jakarta dan mengembangkan usahanya di Kota

Makassar dan bahkan mampu menyaingi mall yang telah ada sebelumnya. Mall

Ramayana turut menghiasi beberapa pusat perbelanjaan di Kota Makassar seperti

kawasan perdagangan Panakkukang, dan kawasan perdagangan Tamalanrea. Mall

Ramayana kini telah dikenal oleh masyarakat Kota Makassar mulai lapisan

masyarakat bawah sampai lapisan masyarakat atas, hal tersebut disebabkan sistem

4

Page 5: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../handle/123456789/395/skripsi.docx · Web viewMasalah kependudukan yang dihadapi oleh Negara sedang brkembang senantiasa diperhadapkan

manajemen yang diterapkan yang mampu menjangkau seluruh lapisan

masyarakat.

B. RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang sebagaimana dikemukakan sebelumnya maka sebagai

permasalahan dalam penelitian ini dapat dikemukakan dalam bentuk pertanyaan

penelitian sebagai berikut : “Bagaimana struktur hubungan kerja yang terdapat

dalam perdagangan (Mall) Ramayana?”

C. SKEMA KERANGKA PIKIR

Salah satu sektor perdagangan yang memiliki prospek perkembangan yang

cukup pesat diperkotaan adalah apa yang disebut pasar modern (mall). Sektor ini

termasuk sektor perdagangan yang secara ekonomi memiliki nilai peredaran uang

dan barang yang cukup tinggi dalam skala harian. Karakteristik pekerjaan pada

sektor ini diantaranya dibangun berdasarkan pengerahan tenaga kerja secara

massal dengan tujuan memberikan pelayanan kepada konsumen secara efektif

atau dengan pelayanan prima. Dengan demikian keberhasilan sektor perdagangan

(mall) diantaranya ditentukan sejauhmana para pekerja tersebut memiliki

kemampuan berkomunikasi dalam memperkenalkan perusahaan yang mereka

perkenalkan. Faktor lain adalah para pekerja diharuskan memiliki keterampilan

dalam penguasaan tugas pekerjaan mereka serta menjaga kepercayaan baik

terhadap sesama pekerja serta terhadap majikan.

5

Page 6: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../handle/123456789/395/skripsi.docx · Web viewMasalah kependudukan yang dihadapi oleh Negara sedang brkembang senantiasa diperhadapkan

Dalam membangun saling kepercayaan antara tugas yang diberikan kepada

para pekerja dengan majikan menimbulkan tidak saja dapat dilihat sebagai sebuah

hubungan kerja secara ekonomi semata,akan tetapi memiliki dimensi-dimensi

hubungan sosial melalui mana terbangun seperangkat norma atau aturan-aturan

yang harus disepakati sehingga pada dasarnya terbentuk apa yang disebut stuktur

hubungan kerja.

Selanjutnya keberadaan para pekerja khususnya pekerja perempuan dengan

berbagai karakteristik sosial yang dimiliki senantiasa berupaya membangun

strategi-strategi tertentu dalam mempertahankan keberaadaan mereka sebagai

pekerja. Hal tersebut dikarenakan secara ekonomi, bahwa tingginya permintaah

terhadap tenaga kerjaa disektor perdagangan mall memungkinkan pihak

perusahaan sewaktu-waktu dapat memutuskan hubungan kerja terhadap mereka.

Sehingga dengan pihak pekerja senantiasa berupaya melakukan strategi-strategi

tertentu untuk bisa tetap eksis bekerja ditempatnya.

Dengan demikian, sektor perdagangan (mall) sebagai sebuah lembaga

ekonomi memiliki karakteristik sosial yang menarik untuk dikaji dari aspek

struktur dan dinamikanya. Bahwa hubungan-hubungan sosial yang terjadi di

dalamnya memiliki dimensi-dimensi hubungan yang bisa bersifat atau memiliki

pola ketergantungan yang seimbang ataukan tidak seimbang.

Atas dasar tersebut maka dalam kaitan dengan rumusan permasalahan yang

dikemukakan sebelumnya, peneliti mencoba membingkai dalam sebuah skema

kerangka pikir sebagai berikut:

6

Page 7: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../handle/123456789/395/skripsi.docx · Web viewMasalah kependudukan yang dihadapi oleh Negara sedang brkembang senantiasa diperhadapkan

Gambar Skema Kerangka Pikir

D. TUJUAN PENELITIAN

Sebagaimana dijelaskan pada latar belakang dan rumusan permasalahan serta

kerangka pikir di atas, maka sebagai tujuan dari penelitian ini ialah :

1. Mendeskripsikan struktur hubungan sosial formal pekerja perempuan yang

terjadi dalam sistem perdagangan (mall) di Kota Makassar.

2. Mendeskripsikan struktur hubungan sosial informal pekerja yang terjadi

dalam sistem perdagangan (mall) di Kota Makassar.

7

Struktur Sosial Hubungan Kerja

Perdagangan Mall

Pekerja Perempuan

Hubungan Sosial Formal:

- Hubungan kerja didasarkan UU No. 13/2003

- Hubungan dengan atasan/ bawahan

- Hubungan tidak seimbang/ketergantungan tinggi

Hubungan Sosial Informal:

- Sesama pekerja pada saat jam kerja dan diluar jam kerja

- Ketergantungan atasan/bawahan

- Serikat pekerja Indonesia

Page 8: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../handle/123456789/395/skripsi.docx · Web viewMasalah kependudukan yang dihadapi oleh Negara sedang brkembang senantiasa diperhadapkan

E. KEGUNAAN PENELITIAN

Adapun kegunaan dari penelitian yaitu :

1. Secara akademis hasil penelitian ini diharapkan dapat

memperluas/mengambangkan wawasan pemahaman konsep dalam bidang

ilmu-ilmu sosial terutama sosiologi, sehubungan dengan konsep struktur

hubungan sosial formal dan struktur hubungan sosial informal pekerjadalam

sistem perdagangan khususnya mall.

2. Secara praktis yaitu dari aspek kebijakan, maka hasil penelitian ini

diharapkan dapat menjadi pertimbangan rumusan kebijakan terkait dengaan

pengembangan sumber daya manusia ketenagakerjaan pada umumnya serta

khususnya pemibinaan pekerja perempuan pada sektor perdagangan mall.

F. METODOLOGI PENELITIAN

1. Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kota Makassar dengan mengambil lokasi pada

sektor perdagangan mall khususnya Mall Ramayana. Pemilihan perdagangan mall

dengan pertimbangan bahwa sektor ini cukup memiliki prospek kerja bagi kaum

perempuan dilihat dari aspek jenis pekerjaan atau kegiatan. Sedangkan pemilihan

lokasi penelitian berdasarkan pertimbangan bahwa salah satu sektor yang cukup

berkembang dalam penyerapan tenaga kerja perkotaan adalah sektor perdagangan

mall. Penyerapan tenaga kerja khususnya perempuan secara tidak langsung

8

Page 9: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../handle/123456789/395/skripsi.docx · Web viewMasalah kependudukan yang dihadapi oleh Negara sedang brkembang senantiasa diperhadapkan

diharapkan menjadi alternatif pemecahan masalah ketenagakerjaan khususnya

perempuan yang diasumsikan merupakan arus tenaga kerja dari pedesaan.

2. Tipe dan Dasar Penelitian

Penelitian ini adalah deskriptif-kualitatif, yaitu penelitian yang

menggambarkan karakteristik dari fenomena yang terdapat pada keberadaan

pekerja perempuan dalam konteks hubungan-hubungan kerja yang terjadi dalam

sektor perdagangan mall. Sedangkan dasar penelitian ialah studi kasus yaitu

mencoba menggambarkan secara utuh tentang keberadaan pekerja perempuan

dalam suatu jaringan hubungan sosial pada perusahaan perdagangan Mall

Ramayana.

3. Pemilihan Informan

Informan terdiri dari pekerja perempuan yang dipilih secara purposive, serta

informan yaitu unsur pimpinan yang memiliki hubungan langsung dengan

pekerjaan pekerja perempuan bersangkutan. Pemilihan informan di lakukan secara

purposive yaitu pemilihan secara sengaja dengan maksud menggali informasi

tentang hubungan sosial yang ada di Mall Ramayana khususnya yang dialami oleh

pekerja. Adapun kriteria dari informan adalah para pekerja perempuan yang telah

bekerja di sektor ini kurang lebih selama 2-3 tahun,mereka itu bekerja baik

sebagai pekerja tetap dan tidak tetap (kontrak) dan berasal dari daerah diluar

Makassar.

9

Page 10: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../handle/123456789/395/skripsi.docx · Web viewMasalah kependudukan yang dihadapi oleh Negara sedang brkembang senantiasa diperhadapkan

Para informan ini terdiri dari:

- Supervesor 2 (dua) orang. Tujuannya adalah terutama digunakan dalam

rangka klarifikasi dan konfirmasi informasi atau data dari responden

pekerja perempuan.

- Pekerja perempuan 3 (tiga) orang.

4. Sumber dan jenis data

Data yang akan dijaring dalam penelitian ini ialah data yang bersumber

langsung dari responden dan informan atau yang disebut data primer. Di samping

data sekunder yaitu data yang bersumber dari dokumen-dokumen yang terkait

dengan kebutuhan penelitian.

5. Teknik pengumpulan data

- Wawancara, yaitu dengan melakukan wawancara langsung kepada

responden dan informan dengan menggunakan depth interview (pedoman

yang berisi pokok-pokok wawancara).

- Observasi langsung, yaitu dengan melakukan pengamatan langsung

terhadap beberapa aktivitas yang berkaitan dengan karakteristik

pekerjaan. Setiap fenomena yang menjadi fokus perhatian dicatat pada

dokumen catatan yang telah dipersiapkan.

6. Analisis data

Seluruh data yang telah diperoleh dianalisis melalui beberapa tahapan yaitu

dimulai tahap pemeriksaan catatan-catatan/dokumen, kemudian tahapan

10

Page 11: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../handle/123456789/395/skripsi.docx · Web viewMasalah kependudukan yang dihadapi oleh Negara sedang brkembang senantiasa diperhadapkan

pengklasifikasian data, selanjutnya tahapan deskripsi yang berupaya

menggambarkan fenomena struktur dan dinamika hubungan kerja pada sektor

perdagangan mall.

11

Page 12: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../handle/123456789/395/skripsi.docx · Web viewMasalah kependudukan yang dihadapi oleh Negara sedang brkembang senantiasa diperhadapkan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DAN TEORI STRUKTUR SOSIAL

Istilah struktur sosial bermula diperkenalkan dalam studi antropologi sosial

yang seringkali dipergunakan sebagai sinonim dari organisasi sosial, dan terutama

dipergunakan dalam analisa terhadap masalah kekerabatan, lembaga politik dan

lembaga hukum dari masyarakat sederhana. Seperti dikemukakan Firth bahwa

struktur sosial mengacu pada hubungan-hubungan sosial yang lebih fundamental

yang memberikan bentuk dasar pada masyarakat, yang memberikan batas-batas

pada aksi-aksi yang mungkin dilakukan secara organisatoris seperti lembaga-

lembaga, kelompok, situasi, proses dan posisi sosial (Brown dalam Soekanto,

1983:108).

Sementara itu Redeliffe Brown mengartikan struktur sosial mencakup semua

hubungan sosial antara individu-individu pada saat tertentu. Suatu struktur sosial

merupakan aspek non-prosessual dari sistem sosial, isinya adalah keadaan statis

dari sistem sosial yang bersangkutan (Brown dalam Soekanto, 1983:109).

Dalam perkembangannya konsep struktur sosial lebih banyak dipergunakan

dalam sosiologi. Struktur sosial kadang dipergunakan untuk menggambarkan

keteraturan sosial, untuk menunjuk pada perilaku yang diulang-ulang dengan

bentuk atau cara yang sama. Sebagaiman D.C. Marsh dalam Soekanto,

menggunakan konsep struktur sosial untuk menggambarkan keteraturan elemen-

elemen atau unit-unit masyarakat, kadang-kadang dengan tekanan pada statistik,

12

Page 13: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../handle/123456789/395/skripsi.docx · Web viewMasalah kependudukan yang dihadapi oleh Negara sedang brkembang senantiasa diperhadapkan

kadang-kadang konsep tersebut diartikan sama dengan konsep psikologi tentang

struktur kelompok yang diterapkan terhadap kelompok-kelompok kecil yang

artifisial (Soekanto, 1983:111-112).

Lebih lanjut dikatakan bahwa dalam konsep struktur sosial dalam sosiologi

dianggap sebagai inti pendekatan struktural fungsional. Bahwa struktur sosial

diartikan sebagai hubungan timbal balik antara posisi-posisi sosial dan antara

peranan-peranan. Dengan kata lain dalam sistem sosial, konsep struktur sosial

secara terperinci menjabarkan manusia yang menempati posisi-posisi dan

melaksanakan peranannya (Soekanto, 1983:112).

Dari beberapa konsep tersebut di atas maka struktur sosial dapat

diklasifikasikan atas empat dimensi struktur sosial. Dimensi pertama, merupakan

kedudukan sosial (“social status”) yang didasarkan pada usia dalam keluarga,

kekayaan, derajat pengaruh atau tradisi. Dimensi kedua, yang mencakup lembaga-

lembaga (sosial), di mana tercakup pola perilaku yang terorganisasikan ke dalam

lembaga-lembaga politik, ekonomi, agama, pendidikan, keluarga dan juga

kelompok-kelompok formal dan informal. Dimensi ketiga, mencakup derajat

konformitas terhadap perilaku yang pantas atau yang dikehendaki oleh

masyarakat. Konformitas mencakup titik paling patut sampai pada penyimpangan

serta penyelewengan. Dimensi keempat, mencakup kelompok-kelompok sosial

(Soekanto, 1983:115).

13

Page 14: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../handle/123456789/395/skripsi.docx · Web viewMasalah kependudukan yang dihadapi oleh Negara sedang brkembang senantiasa diperhadapkan

B. KEDUDUKAN (STATUS), DAN PERAN

Konsep yang terkait dengan struktur sosial ialah kedudukan, status dan peran.

Konsep kedudukan dalam penelitian ini dibedakan dengan konsep kedudukan

sosial yang senantiasa diartikan sebagai tempat seseorang secara umum dalam

masyarakat sehubungan dengan orang lain, dalam arti lingkungan pergaulannya,

prestisenya, hak-hak, dan kewajiban.

Sedangkan kedudukan diartikan sebagai tempat atau posisi seseorang dalam

suatu kelompok sosial, sehubungan dengan orang lain dalam kelompok tersebut,

atau tempat suatu kelompok sehubungan dengan kelompok-kelompok lain di

dalam kelompok yang lebih besar lagi (Sutinah & Siti Norma dalam Narwoko dan

Suyanto,2010:156). Pengertian serupa sebagaimana dikemukakan oleh Horton

dan Hunt (1993:118), bahwa kedudukan (status) yaitu sebagai suatu peringkat

atau posisi seorang dalam suatu kelompok, atau posisi suatu kelompok dalam

hubungannya dengan kelompok lainnya.

Dalam konteks penelitian ini maka yang dimaksudkan kedudukan ialah posisi

kelompok pekerja perempuan sehubungan dengan orang lain seperti kelompok

pengawas pekerja(supervisor) dan kelompok majikan atau sehubungan dengan

perusahaan mall lebih luas.

Peran (role) merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan (status). Artinya,

seseorang telah menjalankan hak-hak dan kewajiban-kewajiban sesuai dengan

kedudukannya, maka orang tersebut telah melaksanakan sesuatu peran. Peran

mengatur perikelakuan seseorang (Sutinah & Siti Norma dalam Narwoko dan

Suyanto,2010:159).

14

Page 15: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../handle/123456789/395/skripsi.docx · Web viewMasalah kependudukan yang dihadapi oleh Negara sedang brkembang senantiasa diperhadapkan

Selanjutnya dikatakan bahwa, peran paling sedikit mencakup 3 (tiga) hal

yaitu: 1) peran meliputi norma-norma yang dihubungan dengan posisi atau tempat

seseorang dalam masyarakat, 2) peran adalah suatu konsep ikhwal apa yang dapat

dilakukan oleh individu dalam masyarakat, dan 3) peran dapat dikatakan sebagai

perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat (Sutinah & Siti

Norma dalam Narwoko dan Suyanto,2010:159). Sedangkan Horton dan Hunt

(1993:118) mengartikan peran sebagai perilaku yang diharapkan dari seseorang

yang mempunyai suatu status.

Bilamana dikaitkan dengan penelitian ini maka konsep peran yang

dimaksudkan disini adalah bagaimana peran pekerja perempuan telah

menjalankan hak-hak dan kewajiban-kewajiban sesuai dengan kedudukannya

sebagai pekerja dalam perusahaan/perdagangan mall meliputi aturan-aturan

perusahaan yang diterapkan kepadanya, apa yang harus dilakukan para pekerja

perempuan dalam perusahaan mall, serta perilaku pekerja perempuan sehubungan

dengan stuktur hubungan dalam perusahaan tersebut.

C. HUBUNGAN SOSIAL PEKERJA

Hubungan Sosial adalah suatu kegiatan yang menghubungkan kepentingan

antar individu, individu dengan kelompok atau antar kelompok yang secara

langsung ataupun tidak langsung dapat menciptakan rasa saling pengertian dan

kerja sama yang cukup tinggi, keakraban, keramahan, serta menunjang tinggi

persatuan dan kesatuan bangsa.

15

Page 16: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../handle/123456789/395/skripsi.docx · Web viewMasalah kependudukan yang dihadapi oleh Negara sedang brkembang senantiasa diperhadapkan

Bentuk-Bentuk Hubungan Sosial menurut Soekanto (1983:33) dapat berupa :

1. Bentuk hubungan sosial berdasarkan kelompok sosial : Paguyuban,

Patembayan.

2. Bentuk hubungan sosial berdasarkan klasifikasi Antar kelompok : Fisiologis

dan kebudayaan.

3. Bentuk hubungan sosial berdasarkan dimensi antar kelompok : demografi dan

sikap.

4. Bentuk hubungan sosial berdasarkan kelompok mayoritas dan minoritas.

5. Bentuk-bentuk hubungan sosial berdasarkan ras, rasisme, dan rasialisme : ras

& rasisme.

6. Bentuk hubungan sosial berdasarkan kelompok etnik.

7. Bentuk hubungan sosial berdasarkan kelompok dimensi sejarah :

Etnosentrisme & persaingan

8. Bentuk hubungan sosial berdasarkan pola hubungan sosial antar kelompok :

Akulturasi.

9. Bentuk hubungan sosial berdasarkan kelompok sosial : Prasangka & Institusi.

Dalam hal konsep hubungan sosial pekerja selama ini baru dikenal dalam

kajian-kajian tentang hubungan kerja di sektor industri sebagai bagian dari

analisis terkait dengan sosiologi industri, sedangkan dalam kajian-kajian di sektor

perusahaan perdagangan mall hampir belum ditemukan. Relevan dengan hal

tersebut maka dalam mengamati hubungan sosial pekerja pada perusahaan

perdagangan mall, akan diadopsi konsep yang terdapat dalam sosiologi industri.

16

Page 17: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../handle/123456789/395/skripsi.docx · Web viewMasalah kependudukan yang dihadapi oleh Negara sedang brkembang senantiasa diperhadapkan

Sebagaimana halnya pada sektor industri hubungan kerja diistilahkan dengan

hubungan buruh dengan majikan sehingga ditemukan dua jenis hubungan yaitu

hubungan sosial formal dan hubungan sosial informal (Schneider, 1986:217).

Hubungan sosial formal dimaksudkan sebagai hubungan sosial yang khusus

dengan majikan, buruh adalah suatu komoditi dalam proses produksi, ia

menyediakan satu unsur yang penting bagi produksi yaitu tenaga kerjanya, buruh

menerima sebagai imbalannya sejumlah uang, yang memungkinkannya untuk

mendapatkan kebutuhan hidup (hubungan sosial antara manajemen dan buruh

diikat dengan ikatan uang).

Hubungan sosial para buruh juga secara langsung dibentuk oleh sifat

birokrasi industri, di mana buruh diperintah atau dikelola oleh hierarki birokratis

artinya fungsinya ialah melaksanakan perintah (yang datang dari atas) dalam

lingkungan terbatas. Sebagai akibatnya secara sosial buruh itu berhubungan

dengan para atasan dan sesama rekannya dalam pola-pola tertentu, dengan kata

lain kontak dengan atasannya sangat dibatasi, yaitu melalui mandor atau

asietennya yang langsung membawahi buruh (Schneider, 1986:219).

Relevan dengan penelitian pada perusahaan perdagangan mall, maka

hubungan formal yang dimaksudkan ialah hubungan antara pekerja perempuan

terkait dengan birokratis yang terdapat dalam perusahaan tersebut. Secara umum

pada perusahaan perdagangan mall terdiri atas pimpinan perusahaan, supervisor,

dan pekerja. Dengan demikian hal yang penting dipahami adalah bagaimana pola

hubungan diantara unsur tersebut lalu kemudian menimbulkan hirarki kerja

dengan tanggung jawab serta pendapatan yang berbeda. Apakah yang menjadi

17

Page 18: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../handle/123456789/395/skripsi.docx · Web viewMasalah kependudukan yang dihadapi oleh Negara sedang brkembang senantiasa diperhadapkan

dasar atas perbedaan tersebut, berkaitan dengan kemampuan keterampilan ataukan

jenis pekerjaan, serta apakah memiliki dasar kontrak kerja yang jelas terkait

dengan masa kerja dan jaminan pendapatan.

Selanjutnya yang dimaksudkan hubungan sosial informal di tempat kerja

ialah merupakan sebuah penyimpangan dari situasi formal seperti berbicara

sewaktu bekerja, istirahat tradisional pada waktu-waktu tertentu, senda gurau,

berjudi, saling bertukarpekerjaan. Hubungan-hubungan informal ini bukan timbul

hanya dari ketidakaturan buruh, atau dari kecenderungan untuk tidak taat. Akan

tetapi hubungan sosial informal harus dijelaskan dari segi situasi peran dan

kepribadian dasar buruh. Ada dua situasi utama yang biasanya timbul dalam

hubungan sosial informal yaitu pertama, hubungan informal cenderung terbentuk

berdasarkan hubungan ideal misalnya, perasaa “informal” tertentu seperti tertarik,

antipati, rasa permusuhan, prasangka, identifikasi, proyeksi dan sebagainya bisa

timbul dalam jangwa waktu tertentu. Jika sikap mandor terhadap buruh misalnya

bersifat impersonal, dingin dan kasar, maka tidak mengherankan jika sikap buruh

terhadap mandor itu bersifat agresif sera bermusuhan (Schneider, 1986:232).

Hubungan sosial informal lainnya timbul dalam industri seluruhnya

merupakan hubungan baru yang mempunyai sedikit saja hubungan atau tidak

mempunyai hubungan sama sekali dengan struktur formal dalam industri.

Hubungan informal ini timbul, pertama-tama, bila hubungan formal sangat kurang

dan dibatasi misalnya, bila hubungan formal terlalu sedikit, atau para buruh saling

tidak cocok, atau pergantian tenaga kerja terlalu tinggi. Dalam suasana seperti ini

hubungan persahabatan, hubungan “berkelakar”, atau jenis interaksi sosial

18

Page 19: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../handle/123456789/395/skripsi.docx · Web viewMasalah kependudukan yang dihadapi oleh Negara sedang brkembang senantiasa diperhadapkan

lainnya, bisa timbul antara orang-orang yang tidak mempunyai hubungan

langsung dalam sistem sosial formal dalam industri.

Sebagaimana hubungannya dengan pekerjaan pada perusahaan perdagangan

mall, tedapat pola kegiatan atau sistem kerja yang mengatur tentang pembagian

waktu tugas dalam satuan waktu tertentu, terdapat pula jenis kegiatan yang

sifatnya monoton, serta terjadi hubungan pengawasan atau pengendalian secara

hierarki, di samping terjadi perbedaan tanggung jawab yang dapat menimbulkan

kecumburuan di antara sesama pekerja. Pemahaman seperti ini akan menjadi

pertimbangan dalam sebuah perusahaan untuk melakukan pembinaan-pembinaan

terhadap para pekerja.

D. HUBUNGAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

Perdebatan mengenai hubungan antara perdesaan dan perkotaan (pertanian

dan industri) menjadi hal yang mengemuka dalam teori ekonomi pembangunan.

Sebelum tahun 1960 teori ekonomi pembangunan pada umumnya memandang

inferior peranan sektor pertanian. Pandangan inferior terhadap sector ini membuat

sektor pertanian tidak berkembang sebagaimana mestinya, dan keadaan seperti ini

mengakibatkan adanya kekurangan produksi pangan domestik yang tiada

hentinya, yang diikuti dengan krisis neraca pembayaran dan instabilitas politik di

banyak negara berkembang.

Sejalan dengan debat peranan sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi,

model peranan perkotaan diawali dengan model pembangunan ekonomi Lewis

yang meyakini bahwa pertumbuhan ekonomi dan modernisasi bisa mentrasfer

19

Page 20: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../handle/123456789/395/skripsi.docx · Web viewMasalah kependudukan yang dihadapi oleh Negara sedang brkembang senantiasa diperhadapkan

surplus dari sector pertanian ke sektor industri perkotaan, yang sekaligus pula

akan terjadi transfer alokasi sumber-sumber perdesaan, tenaga kerja dan modal

perkotaan dalam pembangunan nasional jangka panjang.

Dalam perkembangannya pertentangan antar pro dan kontra perdesaan dan

perkotaan, maka berkembang pemikiran baru bahwa dalam hubungan antara

perdesaan dan perkotaan harus memperhatikan aspek fungsi dan peranan

perkotaan terhadap perdesaan yang akan menghasilkan hubungan saling

ketergantungan. Dengan kata lain hubungan antara perdesaan dan perkotaan harus

dilihat sebagai one-way urban-to-rural.

E. PEKERJA PEREMPUAN DALAM EKONOMI PERKOTAAN

Jalur usaha yang turut menentukan keberhasilan permbangunan ekonomi

pada umunya adalah pemanfaatan sumber daya manusia. Jumlah penduduk

Indonesia lebih kurang 200 juta dengan separoh diantaranya adalah kaum wanita,

merupakan salah satu modal dasar pembangunan yang harus didayagunakan

semaksimal mungkin. Pertumbuhan ekonomi yang sangat cepat ditandai dengan

tumbuhnya industri-industri baru yang menimbulkan peluang bagi angkatan kerja

pria maupun wanita. Sebagian besar lapangan kerja di perusahaan pada tingkat

organisasi yang rendah yang tidak membutuhkan ketrampilan yang khusus lebih

banyak memberi peluang bagi tenaga kerja wanita. Tuntutan ekonomi yang

mendesak, dan berkurangnya peluang serta penghasilan di bidang pertanian yang

tidak memberikan suatu hasil yang tepat dan rutin, dan adanya kesempatan untuk

bekerja di bidang industri telah memberikan daya tarik yang kuat bagi tenaga

20

Page 21: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../handle/123456789/395/skripsi.docx · Web viewMasalah kependudukan yang dihadapi oleh Negara sedang brkembang senantiasa diperhadapkan

kerja wanita. Tidak hanya pada tenaga kerja wanita yang sudah dewasa yang

sudah dapat di golongkan pada angkatan kerja. Tetapi sering juga wanita yang

belum dewasa yang selayaknya masih harus belajar di bangku sekolah. Bagi

tenaga kerja wanita yang belum berkeluarga masalah yang timbul berbeda dengan

yang sudah berkeluarga yang sifatnya lebih subyektif, meski secara umum dari

kondisi objektif tidak ada perbedaan-perbedaan.

Beberapa pertanyaan mendasar terkait dengan keberadaan perempuan

dalam kegiatan ekonomi perkotaan ialah faktor-faktor apa saja yang

mempengaruhi jenis dan kondisi kerja perempuan di perkotaan? Apakah faktor

tersebut lebih ditentukan oleh keadaan di tempat kerja, posisi rumah tangga

perempuan di daerah asalnya, atau posisi dalam rumahtangga? Apakah bekerjanya

perempuan di kota merupakan perbaikan hidup terhadap posisinya baik secara

ekonomis maupun politisnya? (Saptari dan Holzner. 1997:348). Bilamana

pertanyaan ini dikembangkan lagi maka dalam penelitian ini suatu kecenderungan

pekerja perempuan yang belum dipertanyakan selama ini dan belum terjawab

ialah bagaimana realitas hubungan sosial pekerja perempuan dalam sebuah

perusahaan perdagangan mall yang memiliki perkembangan pesat dalam arus

perekonomian perkotaan saat ini.

Dalam hubungan ini maka secara teori dikatakan bahwa ada dua

pebedaan dasar antara tenaga kerja laki-laki dan tenaga kerja perempuan berkaitan

dengan derajat keterlibatan di pasar tenaga kerja. Pertama bahwa untuk separuh

atau seluruh hidupnya, kum perempuan sering dikategorikan sebagai “pekerja

rumah tangga yang tidak aktif secara ekonomis”. Kedua ialah bahwa pada saat

21

Page 22: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../handle/123456789/395/skripsi.docx · Web viewMasalah kependudukan yang dihadapi oleh Negara sedang brkembang senantiasa diperhadapkan

memasuki pasar tenaga kerja, biasanya mereka terlibat dalam pekerjaan-pekerjaan

yang dianggap kurang terampil, kurang stabil (mudah mengalami penusutan

tenaga kerja), berupah relatif lebih rendah daripada kaum laki-laki, dan

kemungkinan naik jenjang kecil (Saptari dan Holzner. 1997:351-352).

Secara sosiologis bahwa salah satu untuk menjelaskan mengapa terjadi

segmentasi pasar tenaga kerja (labour market segmentation) sebagaimana

dikatakan Barron dan Norris dalam teorinya tentang Teori pasar tenaga kerja

dualistis. Bahwa pasar tenaga kerja pada dasarnya terbagi dalam dua segmen atau

sektor, yaitu sektor primer yang memberi penghasilan yang relatif besar, jaminan

sosial dan kondisi kerja cukup baik, kestabilan kerja yang lebih besar, dan

kemungkinan untuk naik pangkat. Sektor sekunder memberi penghasilan yang

relatif rendah, jaminan sosial dan kondisi kerja yang rendah, dan

ketidakmungkinan untuk naik dalam jenjaang hierarki yang ada. Menurut barron

dan Norris, dualisme ini terjadi karena pengusaha atau majikan membutuhkan

suatu kelompok pekerja inti yang stabil dan mempunyai keterampilan yang tinggi.

Mereka pun membutuhkan suatu kelompok pekerja yang sewaktu-waktu bisa

diberhentikan pada saat produksi atau pekerjaan sedang menyusut, dan diangkat

kembali pada saat produksi atau pekerjaan sedang meningkat (Holzner.

1997:352).

Dalam konteks ini maka menurut Barron dan Norris mengapa kaum

buruh perempuan dapat diposisikan pada sektor tenga kerja sekunder karena

menurutnya mereka memiliki lima atribut yaitu: a) mereka mudah di “lepas”-kan

dari pekerjaannya, b) mereka bisa dibedakan dari pekerja sektor primer atas dasar

22

Page 23: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../handle/123456789/395/skripsi.docx · Web viewMasalah kependudukan yang dihadapi oleh Negara sedang brkembang senantiasa diperhadapkan

ukuran-ukuran sosial yang konvensional, c) mereka tidak mempunyai kemauan

untuk memperoleh latihan dan pengalaman yang berharga, d) mereka tidak

menilai tinggi imbalan-imbalan ekonomi, e) mereka tidak akan mengembangkan

hubungan solidaritas dengan rekan kerja mereka (Saptari dan Holzner. 1997:352-

353).

Temuan Deni Friawan & Carlos manyongsong dalam Tindaon dan

Yusuf, bahwa kelompok pekerja perempuan dan kelompok pekerja di pedesaan

secara terus menerus mendapatakan pendapatan yang lebih kecil dibanding

pendapatan kelompok pekerja laki-laki dan pekerja di perkotaan. Perkerja

perempuan dan pekerja di pedesaan menerima pendapatan 70% lebih rendah

dibanding pekerja laki-laki dan pekerja di perkotaan, dan pekerja perempuan

terus-menerus mendapatkan tingkat pendapatan yang paling rendah pada periode

1982-2000. Meskipun demikian, ketiga, tingkat pendapatan riil pekerja

perempuan meningkat lebih besar dibandingkan pekerja laki-laki dan pekerja

dipedesaan menerima peningkatan pendapatan yang lebih tinggi dibanding

pekerja diperkotaan, sehingga menurunkan gap pendapatan pekerja laki-laki dan

perempuan dan gap pendapatan pekerja di perkotaan dan di pedesaan. Selama

periode 1990 dan 2000, tingkat pendapatan pekerja perempuan relative terhadap

pekerja laki-laki meningkat dari 51% menjadi 56% pada sektor pertanian dan dari

47% menjadi 63% pada sektor manufaktur.

23

Page 24: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../handle/123456789/395/skripsi.docx · Web viewMasalah kependudukan yang dihadapi oleh Negara sedang brkembang senantiasa diperhadapkan

F. PEKERJA PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA

Oleh karena dalam perusahaan mall seperti Ramayana umumnya

ditemukan para pekerja perempuan maka perlu dikemukakan sejauhmana pekerja

perempuan diatur dalam sebuah peraturan perundang-undangan terkait dengan

perlindungan selaku tenaga kerja di Indoensia.

Secara umum hak dan kewajiban bagi tenaga kerja laki – laki maupun

wanita adalah sama, seperti halnya:

a. pengaturan jam kerja / lembur

b. waktu kerja dan istirahat

c. peraturan tentang istirahat / cuti tahunan serta

d. jaminan sosial, pengupahan dan sebagainya.

1. Pengaturan Jam Kerja / Kerja Lembur

Didalam Undang – Undang nomor 1 tahun 1951 tentang pernyataan

berlakunya Undang – Undang Nomor 12 tahun 1948 pasal 10 ayat 1

mengatakan : “ Buruh tidak boleh menjalankan pekerjaan lebih dari 7 jam

sehari dan 40 jam seminggu “. Ini berarti bahwa waktu kerja dibatasi hanya

dalam jangka waktu 7 jam sehari dan 40 jam seminggu. Kenyataannya

banyak perusahaan yang memperkerjakan pekerjaannya melebihi ketentuan

tersebut diatas. Hal tersebut diperbolehkan asal ada izin dari Departemen

Tenaga Kerja sebagaimana diatur dalam pasal 12 ayat 1 peraturan pemerintah

No 4 tahun 1951 pasal II sub pasal 2 yang berbunyi sebagai berikut : Dengan

izin dari kepala jawatan perburuhan atau yang ditunjuk olehnya, bagi

24

Page 25: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../handle/123456789/395/skripsi.docx · Web viewMasalah kependudukan yang dihadapi oleh Negara sedang brkembang senantiasa diperhadapkan

perusahaan yang penting untuk penbangunan negara, majikan dapat

mengadukan aturan waktu kerja yang menyompang dari pasal 10 ayat 1,

kalimat pertama ayat dua dan tiga Undang – Undang kerja tahun 1948.

Didalam surat keputusan izin penyimpangan waktu kerja dan waktu

istirahat dicantumkan syarat – syarat yang harus dipenuhi oleh pihak

pengusaha. Pengaturan tentang kerja lembur tersebut diatur dalam keputusan

Menteri Tenaga Kerja No.KEP. 608/MEN/1989 tentang : “ Pemberian izin

penyimpangan waktu kerja dan waktu istirahat bagi perusahaan – perusahaan

yang memperkerjakan pekerjaan 9 jam sehatri dan 54 jam seminggu “.

2. Waktu Kerja dan Waktu Istirahat

Pengaturan jam kerja diatur dalam Undang - Undang No. 1 tahun 1951,

pasal 10 ayat dan ayat 3 :

- “Setelah buruh menjalankan pekerjaan selama 4 jam terus menerus diadakan waktu istirahat yang sedikit–dikitnya ½ jam lamanya diadakan waktu istirahat tidak termasuk waktu jam bekerja.”

- “Untuk tiap-tiap minggu harus diadakan sedikitnya satu hari istirahat.”

Hal ini dimaksudkan agar para pekerja setelah menjalankan pekerjaan

didalam batas waktu tertentu setelah mendapat istirahat agar dapat segera

menghadapi pekerjaan selanjutnya, dan diharapkan produktivitas kerja akan

naik dengan terjaminnya keselamatan dan kesehatan kerja.

25

Page 26: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../handle/123456789/395/skripsi.docx · Web viewMasalah kependudukan yang dihadapi oleh Negara sedang brkembang senantiasa diperhadapkan

3. Pengaturan Istirahat / Cuti Tahunan

Bagi tenaga kerja yang sudah memiliki masa kerja 12 bulan berturut–

turut berhak untuk mendapat istirahat / cuti tahunan. Hal ini diatur dalam

Undang–Undang No. 1 tahun 1951 pasal 14 peraturan pemerintah No. 21/54

dan diperluas dengan surat keputusan menteri tenaga kerja dan Tranmigrasi

No. 69/MEN/80 tentang perluasan lingkungan istirahat tahunan bagi buruh.

Dalam pasal 14 disebutkan bahwa:

- Setelah waktu istirahat seperti tersebut dalam pasal 10 dan 13 buruh

menjalankan pekerjaan untuk satu atau beberapa majikan dari suatu

organisasi harus diberi izin untuk beristirahat sedikit-dikitnya dua minggu

tiap-tiap tahun

- Pemberian waktu istirahat tersebut disesuakan dengan jumlah hari masuk

kerja selama 1 tahun.

4. Jaminan Sosial dan Pangupahan

Agar para pekerja dapat menjalankan pekerjaanya dengan semangat dan

bergairah, masalah jaminan sosial dan pengupahan perlu diperlukan oleh

perusahaan. Jaminan sosial yang dimaksud antara lain jaminan sakit ,hari tua,

jaminan kaesehatan, jaminan perumahan, jaminan kematian dan sebangainya.

Mengenai jaminan sosial ini sudah diatur secara normatip didalam

perundangan, sehingga bagi perusahaan yang belum atau tidak memenuhi

standard yang sudah ditetapkan dapat dikenakan sangsi. Perihal perlindungan

upah diatur dalam peraturan pemerintah No. 8 tahun 1981, antara lain

26

Page 27: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../handle/123456789/395/skripsi.docx · Web viewMasalah kependudukan yang dihadapi oleh Negara sedang brkembang senantiasa diperhadapkan

mengatur tentang upah yang diterima oleh para pekerja apabila pekerja sakit,

halangan atau kesusahan. Disamping itu diatur pula tentang larangan

diskriminasi antara tenaga kerja laki-laki dan tenaga kerja wanita didalam hal

menetapkan upah untuk pekerjaan yang sama nilainya.

Sedangkan perlindungan yang sifatnya khusus untuk tenaga kerja wanita:

1. Kerja malam

Kebutuhan dari beberapa sektor industri menuntut tegara kerja wanita

bekerja malam hari. Berdasarkan peraturan perundangan pada prinsipnya

tenaga kerja wanita dilarang untuk bekerja pada malam hari, akan tetapi

mengingat berbagai alasan, maka tenaga kerja wanita diizinkan untuk bekerja

pada malam hari antara lain : a. alasan sosial, b. alasan teknis, c. alasan

ekonomis.

Ketentuan yang mengatur kerja malam tenaga kerja wanita pada pasal 7

ayat 1 UU No. 12 tahun 1984 yang menetapkan : “ Orang wanita tidak boleh

menjalankan pekerjaan pada malam hari, kecuali jikalau pekerjaan itu

menurut sifat , tempat, dan keadaan seharusnya dijalanka oleh wanita”. Tata

cara mempekerjakan tenaga kerja wanita pada malam hari telah dikeluarkan

dengan peraturan Menteri Tenaga Kerja R.I./ No. Per.04/MEN/1989 yang

terdiri dari lima pasal, antara lain, harus ada izin dari Depnaker setempat

dengan dengan syarat yang harus dipenuhi, misalnya : mutu produksi harus

lebih baik bila memepekerjakan wanita, pengusaha harus menjaga

keselamatan, kesehatan dan kesusilaan (tidak boleh mempekerjakan wanita

dalam keadaan hamil, ada angkutan antar jemput dan sebagainya),

27

Page 28: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../handle/123456789/395/skripsi.docx · Web viewMasalah kependudukan yang dihadapi oleh Negara sedang brkembang senantiasa diperhadapkan

penyediaan makanan ringan, ada izin dari orang tua / suami dan lain–lain.

Namun Kenyataan masih banyak perusahaan yang belum melaksanakan

peraturan tersebut misalnya tenaga kerja wanita tidak disediakan angkutan

antar jemput malainkan datang sendiri ke tempat kerja.

2. Cuti hamil, melahirkan dan gugur kandungan

Bagi tenaga kerja wanita yang hamil, dilindungi oleh UU dalam pasal 13

ayat 2 dan ayat 3 yang menyatakan :

- Buruh wanita harus diberi istirahat selama saru setengah bulan sebelum

saatnya ia melahirkan menurut perhitungan dan satu setengah bulan

setelah melahirkan anak atau gugur kandungan. Ketentuan tersebut

dinyatakan berlaku dengan peraturan pemerintahan No. 4 tahun 1951 pasal

1 sub pasal 1 yang berbunyi : bagi tenaga kerja yang akan menggunakan

hak cutinya diwajibkan :

- Mengajukan permohonan yang dilampiri surat keterangna dokter, bidan

atau keduanya tidak ada, dapat dari pegawai pamong praja atau

sederajatnya camat.

- Permohonan diajukan selambatnya 10 hari sebelum waktu cuti mulai.

Cuti sebelum saatnya melahirkan dimungkinkan untuk diperpanjang

apabila ada keterangan dokter yang menerangkan bahwa yang

bersangkutan perlu mendapatkan istirahat untuk menjaga

kehamilannya.Perpanjangan waktu istirahat sebelum melahirkan

memungkinkan sampai selama – lamanya tiga bulan.

28

Page 29: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../handle/123456789/395/skripsi.docx · Web viewMasalah kependudukan yang dihadapi oleh Negara sedang brkembang senantiasa diperhadapkan

3. Kesempatan menyusukan anak

Bagi tenaga kerja wanita yang masih menyusukan anak.Harus diberi

kesempatan sepatutnya untuk menyusukan anak.Didalam penjelaskan pasal

13 ayat 4 tersebut ditentukan bahwa dipikirkan oleh pemerintah kemungkinan

mengadakan tempat penitipan anak.

4. Penghapusan perbedaan perlakuan terhadap tenaga kerja wanita

Peningkatan perlindungan bagi tenaga kerja wanita, dapat dilihat pula

dengan adanya beberapa ketentuan yang menghapuskan adanya pebedaan

perlakuan terhadap tenaga kerja wanita. Adapun ketentuan tersebut adalah :

UU No. 80 tahun 1957 tentang retifikasi konvensi ILO No. 100

tahun 1954 mengenai upah yang sama antara laki–laki dan wanita

untuk pekerjaan yang sama nilainya. Dalam prakteknya benyak

sekali keluhan dari para pekerja wanita tersebut, misalnya :

a. Tidak diberi kesempatan untuk mendapatkan pendidikan

tambahan atas beban perusahaan

b. Adanya distriminasi atas pengupahan yang sama untuk masa

kerja yang sama dan oekerjaan yang sama nilainya, dan

sebagainya.

Peraturan pemerintah No. 8 tahun 1981 tentang perlindungan upah

yang menyatakan adanya pemberian sanksi terhadap pelanggaran

ketentuan yang telah ditetapkan tersebut.

29

Page 30: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../handle/123456789/395/skripsi.docx · Web viewMasalah kependudukan yang dihadapi oleh Negara sedang brkembang senantiasa diperhadapkan

Peraturan menteri tenaga kerja No. per. 04/MEN/1989 tentang

larangan PHK bagi tenaga kerja wanita karena hamil atau

melahirkan.

Peraturan menteri ini memuat bahwa pengusaha tidak boleh mengurangi

hak–hak tenaga kerja wanita yang karena hamil dan karena fisik dan jenis

pekerjaan tersebut tidak memungkin dikerjakan olehnya. Artinya walaupun

pekerja tersebut cuti dan tugasnya dialihkan kepada orang lain, namun haknya

untuk mendapatkan upah tetapa tiap bulan dan jika ia sudah dapat bekerja lagi

maka upah tersebut harus diterima kembali. Apabila perusahaan tidak

memungkinkan untuk melaksakan peraturan tersebut, pengusaha wajib

memberikan cuti diluar tanggungan perusahaan sampai timbul hak cuti hamil

seperti yang telah ditatapkan oleh pasal 13 UU No. 1 tahun 1951. Apabila

perusahaan melanggar ketentuan yang telah disebutkan diatas pengusaha

dapat diancam atua didenda setinggi-tingginya seratus ribu rupiah sesuai

dengan pasal 17 UU No. 14 tahun 1969 tentang ketentuan-ketentuan pokok

mengenai tenaga kerja pada pasal 6 peraturan mentei No. 03/MEN/1989.

F. MALL, KONSEP, SEJARAH DAN PERKEMBANGAN DI

INDONESIA

1. Evolusi Dari Konsep Bazaar Terbuka Hingga Konsep Indoor Mall

Konsep modern shopping mall’ atau banyak disingkat dengan ’mall’

yang mencirikan bangunan tertutup multilantai yang diisi oleh berbagai jenis unit

retail dalam satu struktur yang kompak, sehingga para pengunjung mudah

mengakses dari satu unit ke unit retail yang lain. Untuk alasan sustainability,

30

Page 31: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../handle/123456789/395/skripsi.docx · Web viewMasalah kependudukan yang dihadapi oleh Negara sedang brkembang senantiasa diperhadapkan

maka sebuah mall biasanya memiliki penghuni utama yang disebut anchor stores

yakni took serba-ada (department store) serta pusat jajanan/makanan (food court).

Singkatnya, konsep yang digunakan adalah ’one-stop shopping’.

Konsep penyatuan tempat berjualan di satu kompleks sendiri

sesungguhnya telah dipraktekkan jauh sebelumnya di Teheran, Iran (sejak abad

ke-10) dan Istanbul, Turki (abad ke-15) yang disebut dengan ‘grand bazaar’. Kala

itu, para pedagang membangun kios-kiosnya di plaza terbuka atau koridor jalan

yang saling berdekatan. Lalu pada abad ke-18 berkembang konsep ’shopping

center’ dan ’shopping arcade’ dengan bentuk kompleks retail yang terbuka (open-

air retailcomplex) yang mulai menawarkan kenyamanan bagi para pengunjung.

Konsep ini banyak digunakan di Australia dan Eropa (misal Galleria Vittorio

Emmanuelle di Milan yang dibangun pada 1860-an).

Berbeda dengan konsep sebelumnya, maka mall sebagai kompleks retail

dengan struktur tertutup pertama kali diperkenalkan di Amerika Utara pada tahun

1915-an di Minnesota. Konsep indoor mall semakin populer pasca perang dunia

ke-2 (1950-an), misalnya Northgate Mall di Seattle dan Southdale Center di

Minnesota.Dalam perkembangan selanjutnya konsep mall dengan struktur tertutup

ini lebih diterima di negara-negara tropis seperti Singapura, Malaysia dan

Indonesia.

Kota-kota Indonesia sendiri mulai mengadopsi konsep indoormall sejak

akhir tahun 1970-an, seperti Ratu Plaza dan Aldiron Plaza di Jakarta, Medan Plaza

di Medan, dan Tunjungan Plaza di Surabaya, dan terus berlanjut hingga kini. Pada

era otonomi daerah dewasa ini, multiplikasi pembangunan mall cukup

31

Page 32: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../handle/123456789/395/skripsi.docx · Web viewMasalah kependudukan yang dihadapi oleh Negara sedang brkembang senantiasa diperhadapkan

mencengangkan, dimana hampir setiap kota menengah dan besar di tanah air

memiliki plaza, mall, townsquare dan sejenisnya sebagai simbol modernisme

sebuah kota.

2. Mall di Indonesia : Antara Kebutuhan Nyata Masyarakat dan Kritik

Para Urbanis

Sejak awal era 1970-an, secara perlahan Indonesia mentransformasi

sistem perekonomiannya menjadi neo-liberalis sehingga sangat ramah terhadap

investasi asing. Upaya ini tampak semakin jelas setelah dikeluarkannya berbagai

kebijakan deregulasi ekonomi antara 1980 hingga pertengahan 1990-an dimana,

pada masa keemasan tersebut, investor diberikan keleluasaan besar untuk

menguasai lahan-lahan perkotaan dan mengalihkannya menjadi lahan-lahan

industri dan real estate (khususnya mall, apartemen, dan perkantoran di kawasan

Jabodetabek) (Santoso, 2007 ; Cowherd, 2005).

Krisis moneter 1997/1998 hanya menghentikan sementara laju

pertumbuhan real estate (short stagnation), termasuk didalamnya mall. Hingga

kini, jumlah mall telah bertambah pesat di kota-kota yang secara tradisional

merupakan tulang punggung perekonomian nasional, seperti Jakarta yang

memiliki 39 mall, Bandung (28), Surabaya (16), Medan (8), Semarang (6),

Manado (8), dan Denpasar (5). Namun pada era otonomi daerah, fenomena

menjamurnya pembangunan mall pun menjadi trend di berbagai kawasan

perkotaan ’baru’, seperti Depok (8 mall), Bekasi (9), Cimahi (2), bahkan di

Jatinangor – Kab. Bandung (1).

32

Page 33: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../handle/123456789/395/skripsi.docx · Web viewMasalah kependudukan yang dihadapi oleh Negara sedang brkembang senantiasa diperhadapkan

Bagi masyarakat perkotaan Indonesia, mall di satu sisi mencerminkan

adanya kebutuhan nyata masyarakat perkotaan atas ruang-ruang publik (public

space) untuk kegiatan rekreatif maupun kegiatan sosial, sebagai bagian dari gaya

hidup modern. Akibat semakin terbatasnya ruang-ruang publik, maka mall

menjadi pilihan yang logis untuk beberapa alasan seperti kenyamanan

(menghindari sengatan udara tropis dan guyuran hujan), kepraktisan dan efisiensi

(mengurangi pergerakan didalam kota), keamanan (memenuhi kebutuhan

psikologis untuk rasa aman) serta kepastian (menghindari praktek penipuan

produk sebagaimana lazim terjadi pada pasar tradisional). Tidak heran keberadaan

banyak mall merupakan ciri-ciri kota “sakit” ,karena sebagai ruang publicia tidak

memenuhi tujuansocial dan lingkungandan bupati berlombalomba untuk

membangun mall, menjadikannya sebagai landmark alias simbol dari kemajuan

wilayah dan keberhasilan dalam mandat elektoralnya.

Keberadaan mall sebagai kompleks retail yang mendorong konsumsi

masyarakat semenjak krisis ekonomi 1998 dianggap banyak membantu

pertumbuhan sektor ekonomi riil.Namun demikian, disisi lain, kritik kerap

dikemukakan olehpara urbanis kepada para pengambil keputusan mengenai

pembangunan mall tersebut. Pertama, mall merupakan ruang publik artifi sial

yang bersifat ekslusif.Keputusan  miskin yang hanya bisa menikmati mall dari

luar (outdoor) saja. Kedua, para pedagang kecil sulit untuk mampu

bersaingdengan pedagang menengah ke atas dalam membeli/ menyewa unit retail

di dalam mall (indoor unit) seperti kios/ toko dan lain lain. Kritik ketiga adalah

penyeragaman terhadap bentuk arsitektur kota-kota Indonesia, dimana mall di

33

Page 34: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../handle/123456789/395/skripsi.docx · Web viewMasalah kependudukan yang dihadapi oleh Negara sedang brkembang senantiasa diperhadapkan

beberapa saat ini telah menjelma menjadi landmark kota yang baru yang

benderang, sementara kawasan kota tua dibiarkan redup. Penyeragaman bentuk

arsitektur kota tentunya sangat bertolakbelakang dengan keragaman budaya yang

dimiliki Indonesia. Kritik terakhir berkaitan dengan pemborosan energi yang

dilepaskan dari pendingin udara, penerangan gedung dan seringkali kemacetan

yang ditimbulkan di sekitar mall. Keberadaan banyak mall merupakan ciri-ciri

kota ”sakit”, karena sebagai ruang publik ia tidak memenuhi tujuan sosial dan

lingkungan.

3. Dampak Keberadaan Mall

Mall memberikan peningkatan pendapatan negara dalam bentuk pajak,

karena adanya aktivitas ekonomi disitu. Aktivitas ekonomi yang terjadi juga

bukanlah main-main karena faktor penggerak transaksi kaum urban yang datang

ke mall sudah tentu didominasi kalangan menengah ke atas. Sejatinya mereka bisa

mengeluarkan lebih dari seratus ribu rupiah untuk setiap kedatangan mereka ke

pusat perbelanjaan (akumulasi dari parkir, belanja, makan dan minum, atau

kegiatan lain seperti nonton bioskop).Ini adalah hal yang sangat menggiurkan

terutama untuk pemerintah kita sebagai pendapatan negara.Meningkatnya jumlah

orang kaya di tahun 2010 ini dan memboomingnya industri kreatif dapat turut

mendongkrak psikologis manusia untuk berbelanja.Berbelanja hal-hal yang

mungkin tidak terlalu mereka butuhkan.

Setiap pendirian mall berarti penyerapan tenaga kerja baru. Setiap

pertumbuhan ekonomi sebesar 1% hanya mampu menyerap tenaga kerja sebanyak

34

Page 35: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../handle/123456789/395/skripsi.docx · Web viewMasalah kependudukan yang dihadapi oleh Negara sedang brkembang senantiasa diperhadapkan

250.000 - 300.000 orang tenaga kerja.Masih belum bisa menutupi angka jumlah

pengangguran sebanyak 10 juta orang lebih di Indonesia. Pertanyaannya adalah,

tenaga kerja manakah yang akan diserap oleh Mall? Tenaga kerja penduduk

dengan KTP DKI Jakarta? Ataukah tenaga kerja Bodetabek yang notabene akan

menambah jumlah komuter ke Ibukota?Mall adalah sebuah lambang

pengakuan.Pengakuan dari pihak-pihak; terutama tenant (terlebih jika tenant

berasal dari luar negeri) bahwa iklim investasi di Indonesia baik.Menurut indeks

investasi dunia, Indonesia masuk dalam peringkat 17 negara yang dapat dijadikan

tempat berinvestati.Menyusul kenaikan harga IHSG yang nyaris menembus angka

3000, adalah indikasi-indikasi lain yang menunjukkan bahwa secara makro,

negara ini memiliki fundamental ekonomi yang kuat.mall juga memberikan

fasilitas dan menampung seluruh kebutuhan masyarakat kota pada umumnya

sehingga mall menjadi bangunan wajib yang ada di hampir seluruh pusat kota di

Indonesia

Pembangunan mall akhir-akhir ini semakin meningkat, seiring

pertumbuhan pembangunan di kotaJakarta, ada dampak positif tapi lebih banyak

negatifnya dari pertumbuhan mall tersebut.Banyaknya mall akan juga melahirkan

jurang perbedaan yang tinggi antara si kaya dan si miskin. Sehingga si miskin

makin tidak akan merasa nyaman.

Selain itu dampak lain pembangunan mall adalah warga akan semakin

sulit mendapatkan ruang terbuka, seperti daerah resapan air atau taman sehingga

pada gilirannya akan menyebabkan banjir. Dampak sosial dari pembangunan mall

adalah warga akan terbius menjadi warga yang konsumtif dan menghabiskan

35

Page 36: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../handle/123456789/395/skripsi.docx · Web viewMasalah kependudukan yang dihadapi oleh Negara sedang brkembang senantiasa diperhadapkan

waktunya dimall, kalau sang warga punya kemampuan finansial yang baik untuk

belanja di mall mungkin tidak terlalu masalah, akan tetapi jika sang warga tak

punya uang yang cukup, maka yang akan terjadi adalah angka kriminalitas yang

akan semakin tinggi. Seperti pencopetan, penjambretan, perampokan dan lain-

lain.

Dalam konsep teori pembangunan perkotaan, yang seharusnya menjadi

tempat berkumpul warga kota adalah taman atau area terbuka, namun karena

keterbatasan dana dari pemerintah daerah untuk membangun taman baru dan

perawatan taman yang telah ada maka mereka sulit mendapatkan taman atau lahan

yang enak dikunjungi. Warga kota merasakan taman yang tidak terawat, kotor,

kumuh. Ada hal menarik di balik pertumbuhan mall yang meningkat yaitu karena

warga kota kehilangan tempat untuk sekedar berkumpul maka mal-mall jadi satu-

satunya tempat untuk ajang berkumpul dan interaksi antar warga kota.

Satu lagi dampak negatif dari pertumbuhan mall adalah tersingkirnya satu persatu

pasar tradisional yang pada gilirannya mematikan aktifitas pedagang tradisional

pribumi.Jumlah pedagang tradisional semakin hari semakin berkurang akibat

kalah bersaing dengan pasar modern yang memberi kenyamanan yang lebih.

Sebagai catatan dari 37 pasar tradisional yang ada di kota bandung hanya ada dua

pasar yang tingkat huniannya diatas 75%, sisanya hanya mempunyai tingkat

hunian dibawah 50%.

Menurut survei yang dilakukan di kota Bandung, saat ini jumlah

pedagang tradisional yang masih giat beraktifitas adalah sekitar 9800 pedagang,

jauh dibawah perkiraan tahun 2007 yang masih sekitar 13000 pedagang yang

36

Page 37: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../handle/123456789/395/skripsi.docx · Web viewMasalah kependudukan yang dihadapi oleh Negara sedang brkembang senantiasa diperhadapkan

masih aktif, berbanding terbalik dengan pertumbuhan mall. Sepanjang tahun 2009

berdasarkan survei, jumlah pertumbuhan mall di kota bandung sekitar 31,4% .

Perkembangan jumlah mall yang tak terkendali menyebabkan penurunan jumlah

pasar tradisional. Perbandingan setiap satu mall berdiri maka 100 pedagang dan

warung akan gulung tikar.

Hasil penelusuran pada beberapa wilayah pusat perdagangan di Kota

Makassar tidak berbeda dengan kota-kota lainnya di Indonesia.Perkembangan

pusat perdagangan retail seperti mall di dalam sepuluh tahun terakhir tumbuh

pesat dan hampir tidak ada ruang peruntukan yang jelas antara kawasan

perumahan, perkantoran dan perdagangan, semua bercampur baur dalam sebuah

kawasan.Mulai dari tingkatan jalan menengah (jalan daerah) sampai jalan besar

(jalan propinsi) telah ditumbuhi pusat perdagangan.

Di lain sisi pertumbuhan tersebut oleh pengamat perkotaan dianggap

sudah jauh menyimpang dari tata ruang perkotaan sehingga mengacaukan pola

interaksi antara berbagai kepentingan sosial ekonomi seperti kebutuhan

persekolahan, perkantoran dan perbelanjaan. Akan tetapi dari sisi lain

pertumbuhan pusat-pusat pedagangan atau perbelanjaan seperti mall memiliki

dampak positif terhadap kebutuhan warga kota akan lapangan pekerjaan terutama

bagi kaum berpendidikan rendah yang cenderung semakin meningkat selama

sepuluh terakhir tersebut.

37

Page 38: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../handle/123456789/395/skripsi.docx · Web viewMasalah kependudukan yang dihadapi oleh Negara sedang brkembang senantiasa diperhadapkan

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

A. GAMBARAN UMUM KOTA MAKASSAR

A. Geografis

Kota Makassar terletak di bagian selatan Sulawesi Selatan dengan posisi

119024’17’38” Bujur Timur dan 508’6’19” Lintang Selatan. Sebelah utara

berbatasan dengan Kabupaten Maros, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten

Maros, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Gowa dan sebelah barat

berbatasan dengan selat Makassar. Dalam perkembangannya, kota Makassar

bagian utara mengalami perluasan yang sebelumnya sebagian merupakan wilayah

Kabupaten Maros.

Sebagai pintu utama trans Sulawesi menjadikan Kota Makassar

mengalami pertumbuhan yang sangat pesat dan bahkan sebagian besar wilayah

kabupaten di Sulawesi Selatan berada pada sebelah utara sehingga menjadikan

arus perkembangan penduduk dan arus perdagangan cukup tinggi. Berbeda

dengan wilayah sebelah selatan yang relative sedikit menghubungkan dengan

kebupaten lain di Sulawesi Selatan sehingga pengaruh terhadap perkembangan

penduduk dan ekonomi juga relative rendah.

Luas wilayah Kota Makassar adalah sekitar 175.77 km2 yang terdiri dari

14 kecamatan dengan 143 desa/kelurahan, 943 RW dan 4.544 RT (BPS, 2009).

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel 1 sebagai berikut :

38

Page 39: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../handle/123456789/395/skripsi.docx · Web viewMasalah kependudukan yang dihadapi oleh Negara sedang brkembang senantiasa diperhadapkan

Tabel 1 Luas Wilayah Kota Makassar Menurut Kecamatan

KecamatanLuas Area

(Km2)Persentase Terhadap Luas Kota Makassar

Mariso 1,82 1,04Mamajang 2,25 1,28Tamalate 20,21 12,07Rappocini 9,23 5,25Makassar 2,52 1,43Ujung Pandang 2,63 1,50Wajo 1,99 1,13Bontoala 2,10 1,19Ujung Tanah 5,94 3,38Tallo 5,83 3,32Panakkukang 17,05 9,70Manggala 24,14 13,73Biringkanaya 48,22 27,43Tamalanrea 31,84 18,11

Sumber BPS: Makassar Dalam Angka, Tahun 2009

Dari tabel 1 tersebut dapat dikemukakan bahwa terdapat lima wilayah kecamatan

terluas, yaitu masing-masing kecamatan Biringkanaya, Tamalanrea, Panakkukang,

Manggala dan Tamalate. Secara historis ke lima kecamatan tersebut merupakan

wilayah-wilayah hinterland bagi Kota Makassar untuk bagian utara seperti

Biringkanaya, Tamalanrea dan Manggala, sedangkan kecamatan Tamalate

merupakan wilayah hinterland bagi Kota Makassar terutama bagian selatan. Ke

lima wilayah kecamatan tersebut selama sepuluh tahun taerakhir menunjukkan

perkembangan yang semakin pesat baik sebagai wilayah perubahan serta wilayah

perdagangan dan bahkan perkantoran.

39

Page 40: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../handle/123456789/395/skripsi.docx · Web viewMasalah kependudukan yang dihadapi oleh Negara sedang brkembang senantiasa diperhadapkan

Sedangkan wilayah kecamatan lainnya merupakan wilayah perkotaan

lama dari Kota Makassar.

B. Penduduk dan Tenaga Kerja

Masalah kependudukan yang dihadapi oleh Negara sedang brkembang

senantiasa diperhadapkan pada pertumbuhan penduduk yang terlalu tinggi

sehingga secara langsung bermasalah terhadap upaya peningkatan

kesejahteraannya.Tingkat pertumbuhan penduduk yang semakin cepat

menyebabkan proporsi penduduk yang belum dewasa menjadi bertambah tinggi

dan jumlah anggota keluarga bertambah besar. Sementara itu, bilamana

pertumbuhan penduduk tersebut disertai pula pertambahan penduduk struktur usia

muda akan merupakan beban tanggungan penduduk yang bekerja. Di samping itu

besarnya golongan umur anak-anak merupakan factor penghambat pembangunan

ekonomi, karena sebagian pendapatan yang diperoleh yang sebenarnya harus

ditabung yang kemudian diinvestasikan untuk pembangunan ekonomi, terpaksa

harus dikeluarkan untuk keperluan sandang dan pangan bagi mereka yang

merupakan beban tanggungan penduduk ini.

Masalah kependudukan yang mempengaruhi pelaksanaan dan pencapaian

tujuan pembangunan seperti di Indoensia adalah pola penyebaran penduduk dan

mobilitas tenaga kerja yang kurang seimbang, baik dilihat dari sisi antar daerah,

maupun antara daerah perdesaan dan daerah perkotaan, serta antar sektor.

Dalam hubungan ini, kaitannya dengan Kota Makassar, maka penduduk

Kota Makassar tahun 2008 tercatat sebanyak 1.253.656 jiwa yang terdiri dari

601.304 laki-laki dan 652.352 perempuan. Sementara itu jumlah penduduk Kota

40

Page 41: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../handle/123456789/395/skripsi.docx · Web viewMasalah kependudukan yang dihadapi oleh Negara sedang brkembang senantiasa diperhadapkan

Makassar tahun 2007 tercatat sebanyak 1.235.239 jiwa. Dengan demikian dari

aspek kependudukan menggambarkan, bahwa Kota Makassar dilihat dari

komposisi penduduk menurut jenis kelamin memiliki rasio jenis kelamin

penduduk yaitu sekitar 92,17 persen, yang berarti setiap 100 penduduk wanita

terdapat 92 penduduk laki-laki. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel 2 sebagai

berikut :

Tabel 2

Penduduk Kota Makassar Tahun 2008

Tahun Laki-laki Perempuan Total

2008 601.304 652.352 1.253.656 Sumber BPS: Makassar Dalam Angka, Tahun 2008

Sedangkan dari aspek penyebaran penduduk dirinci menurut kecamatan,

menunjukkan bahwa penduduk masih terkonsentrasi diwilayah kecamatan

Tamalate, yaitu sebanyak 152.197 atau sekitar 12,14 persen dari total penduduk,

disusul kecamatan Rappocini sebanyak 142.958 jiwa (11,40persen). Kecamatan

Panakkukang sebanyak 134.548 jiwa (10,72 persen), dan yang terendah adalah

kecamatan Ujungpandang sebanyak 28.637 jiwa (2,28 persen). Kondisi tersebut

sebagai akibat wilayah ketiga kecamatan ini merupakan wilayah pemekaran

pertama Kota Makassar sejak tahun 1970-an disamping pengaruh dari

terkonsentrasinya beberapa perguruan tinggi utama. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat tabel 3 sebagai berikut.

41

Page 42: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../handle/123456789/395/skripsi.docx · Web viewMasalah kependudukan yang dihadapi oleh Negara sedang brkembang senantiasa diperhadapkan

Tabel 3

Distribusi Penduduk Kota Makassar Menurut Kecamatan

Kecamatan Jumlah %

Mariso 54.616 0.45Mamajang 60.394 4.82Tamalate 152.197 12.14Rappocini 142.958 11.40Makassar 82.907 6.61Ujung Pandang 28.637 2.28Wajo 35.011 2.79Bontoala 61.809 4.93Ujung Tanah 48.382 3.86Tallo 135.315 10.79Panakkukang 134.548 10.73Manggala 99.008 7.90Biringkanaya 128.731 10.27Tamalanrea 89.143 7.11T o t a l 1.253.656 100

Sumber BPS: Makassar Dalam Angka, Tahun 2009

Ditinjau dari kepadatan penduduk ternyata bahwa, kecamatan Makassar

adalah terpadat yaitu 32.900 jiwa per km persegi, disusul kecamatan Mariso

(30.009 jiwa per km persegi), kecamatan Bontoala (29.433 jiwa per km persegi).

Sedang kecamatan Biringkanaya merupakan kecamatan dengan kepadatan

penduduk terendah yaitu sekitar 2.670 jiwa per km persegi, kemudian kecamatan

Tamalanrea 2.800 jiwa per km persegi, Manggala (4.101 jiwa per km persegi),

kecamatan Ujung Tanah (8.145 jiwa per km persegi), kecamatan Panakkukang

7.891 jiwa per km persegi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel 4 sebagai

berikut :

42

Page 43: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../handle/123456789/395/skripsi.docx · Web viewMasalah kependudukan yang dihadapi oleh Negara sedang brkembang senantiasa diperhadapkan

Tabel 4

Distribusi Penduduk Kota Makassar Menurut Tingkat Kepadatan

Kecamatan Penduduk/km2

Makassar 32.900Mariso 30.009Bontoala 29.433Biringkanaya 2.670Tamalanrea 2.800Manggala 4.101Ujung Tanah 8.145Panakkukang 7.891

Sumber BPS: Makassar Dalam Angka, Tahun 2009

Wilayah-wilayah yang kepadatan penduduknya masih rendah tersebut

masih memungkinkan untuk pengembangan daerah pemukiman terutama di 3

(tiga) kecamatan yaitu Biringkanaya, Tamalanrea, Manggala. Namun demikian

dalam perkembangannya sekitar tahun 1980-an kecamatan ini menjadi pusat

pertumbuhan industri dengan berdirinya Kawasan Industri Makassar (KIMA).

Dampak lanjut dari perkembangan ini mendorong terjadinya arah pergerakan

pemukiman penduduk terutama bagi golongan penduduk pekerja menengah ke

bawah.Memasuki tahun 1990-an, kedua kecamatan yaitu Kecamatan Biringjanaya

dan Tamalanrea semakin mengarah ke perkembangan perdagangan dan pusat-

pusat perkantoran dan jasa.

43

Page 44: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../handle/123456789/395/skripsi.docx · Web viewMasalah kependudukan yang dihadapi oleh Negara sedang brkembang senantiasa diperhadapkan

Tabel 5Distribusi Penduduk Menurut Kecamatan Di Kota Makassar Tahun

2007 dan 2008

KecamatanPenduduk Laju

Pertumbuhan Penduduk2007 2008

Mariso 53.825 54.616 0,86Mamajang 59.533 60.394 0,32Tamalate 150.014 152.197 2,16Rappocini 140.822 142.958 1,64Makassar 81.645 82.907 0,43Ujung Pandang 28.206 28.637 0,39Wajo 34.504 35.011 0,32Bontoala 60.850 61.809 1,05Ujung Tanah 47.723 48.382 1,18Tallo 133.426 135.315 2,00Panakkukang 132.479 134.548 1,21Manggala 97.556 99.008 2,91Biringkanaya 126.839 128.731 3,45Tamalanrea 87.817 89.143 1,55T o t a l 1.235.239 1.253.656 1,65

Sumber BPS: Makassar Dalam Angka, Tahun 2009

Menarik pula dilihat adalah tentang pencari kerja di Kota Makassar.Pada

tahun 2008 pencari kerja yang tercatat sebanyak 10.999 orang yang terdiri dari

laki-laki sebanyak 5.726 orang dan perempuan 5.273 orang. Dari jumlah tersebut

dapat dilihat bahwa pencari kerja menurut tingkat pendidikan SMA yang

menempati peringkat pertama yaitu sekitar 50.87 persen disusul tingkat

pendidikan Sarjana sekitar 30,51 persen. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel

6.

44

Page 45: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../handle/123456789/395/skripsi.docx · Web viewMasalah kependudukan yang dihadapi oleh Negara sedang brkembang senantiasa diperhadapkan

Tabel 6Distribusi Jumlah Pencari Kerja Yang Terdaftar Menurut Tingkat

Pendidikan Dan Jenis Kelamin Di Kota Makassar

Tingkat Pendidikan Laki-laki Perempuan Jumlah Persentase

SD 31 1 32 0,29SLTP 137 29 166 1,51SLTA 3.514 2.081 5.595 50,87D1, D2 86 144 230 2,09Sarjana Muda 432 1.188 1.620 14,73Sarjana 1.526 1.830 3.356 30,51Jumlah 2008 5.726 5.273 10.999 100,00 2007 31.079 36.211 67.290 100,00 2006 25.674 30.535 56.209 100,00 2005 10.824 15.495 26.319 100,00

Sumber BPS: Makassar Dalam Angka, Tahun 2009

C. Sekilas Sejarah Singkat Mall Ramayana

PT. Ramayana Lestari Sentosa, berdiri pada tahun 1978 yang di dirikan

oleh Bapak Paulus dan Paulus Tumewu. Toko pertama yang didirikan adalah “ R

01” Jl. H. Agus Salim (SABANG) “Ramayana Fasion Store”. PT. Ramayana

Lestari Sentosa melakukan penawaran saham perdana pada tahun 1996 untuk

menjadikan sebagai peritel terbesar untuk kelas bawah dan menengah bawah dan

menyediakan beragam produk fasion,mainan,accessories dan barang-barang

kebutuhan sehari-hari. Di akhir tahun 2006 PT. Ramayana Lestari Sentosa telah

memiliki 92 gerai yang terbesar di 41 kota di Indonesia.

PT. Ramayana Lestari Sentosa mempunyai visi untuk menetapkan

posisinya sebagai perusahaan ritel terbesar dan paling menguntungkan di sektor

45

Page 46: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../handle/123456789/395/skripsi.docx · Web viewMasalah kependudukan yang dihadapi oleh Negara sedang brkembang senantiasa diperhadapkan

ritel dengan mengandalkan biaya,meningkatkan pelayanan

konsumen,mengembangkan sumber daya manusia, serta memelihara hubungan

yang saling menguntungkan dengan para pemasok dan rekan bisnis. Tujuan akhir

kami adalah untuk memaksimalkan nilai saham perseroan bagi para pemegang

saham sedangkan misi PT. Ramayana Lestari Sentosa adalah sebagai perusahaan

ritel yang memiliki komitmen untuk melayani kebutuhan kelompok menengah ke

bawah dengan menyediakan serangkaian barang-barang berkualitas dan bernilai,

di sertai layanan konsumen yang baik.

PT. Ramayana Lestari Sentosa mempunyai 3 prinsip dasar, yaitu sebagai

berikut:

1. Kita selalu menyediakan produk berkualitas tinggi dengan harga

terjangkau.

2. Kita selalu mengutamakan pelayanan yang terbaik kepada

pelanggan dan membina baik dengan mitra usaha.

3. Kita bersama-sama meningkatkan kualitas sumber daya manusia,

sehingga Ramayana berpartisipasi dalam membangun Negara kita

dan menciptakan kesejahteraan seluruh karyawan.

Strategi-strategi yang di lakukan PT. Ramayana Lestari Sentosa adalah

sebagai berikut:

Mencari alternatif produk-produk yang berkualitas dengan

harga yang murah.

46

Page 47: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../handle/123456789/395/skripsi.docx · Web viewMasalah kependudukan yang dihadapi oleh Negara sedang brkembang senantiasa diperhadapkan

Menekan biaya operasional sehingga tidak melebihi 16% dari

penjualan

Mengadakan evaluasi kinerja gerai secara berkala.

Menutup took yang kurang menguntungkan untuk mengurangi

kerugikan.

Pengembangan untuk ekspansi toko di masa mendatang.

Prospek usaha PT. Ramayana Lestari Sentosa adalah utuk mencapai target

pasar yang luas lebih kurang 70% dari populasi adalah kelas bawah dan menengah

bawah. Selain itu juga melakukan ekspansi ke daerah-daerah berpotensi di luar

jawa, seperti: Sumatra,Kalimantan dan Sulawesi.

BAB IV

47

Page 48: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../handle/123456789/395/skripsi.docx · Web viewMasalah kependudukan yang dihadapi oleh Negara sedang brkembang senantiasa diperhadapkan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pembahasan bab ini di dasarkan pada seluruh data yang berhasil dihimpun

pada saat penulis melakukan penelitian di perdagangan Mall Ramayana. Data

yang di maksud dalam hal ini merupakan data primer yang bersumber dari

jawaban para responden dengan menggunakan pedoman wawancara atau

wawancara secara langsung sebagai media pengumpulan data atau instrumen yang

dipakai untuk keperluan tersebut.

Dari data ini diperoleh beberapa jawaban menyangkut kehidupan para

pekerja di Mall Ramayana, termasuk struktur hubungan sosial pekerja di

perdagangan Mall Ramayana serta kendala-kendala yang mereka hadapi selama

berkerja di Mall Ramayana tersebut. Adapun profil informan, sebagai berikut:

A. Profil Informan

1. FRH (22 tahun)

FRH seorang gadis yang berasal dari Maros dengan status belum

menikah merupakan anak pertama dari lima bersaudara. Sejak sekolah di bangku

SLTA sudah memiliki cita-cita untuk menjadi wanita karier sebagaimana teman-

teman yang dikenalnya, walaupun ia merasa ketinggalan mata pelajaran dibanding

teman sekelasnya tetapi keinginan orang tua adalah agar bisa meraih pendidikan

setinggi-tingginya. Tetapi harapan itu sirna karena keterbatasan biaya, setamatnya

dia dari SLTA, ia meninggalkan kampung halaman dan orangtuanya. Di

Makassar ia pun menggeluti wiraswasta kecil-kecilan.

48

Page 49: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../handle/123456789/395/skripsi.docx · Web viewMasalah kependudukan yang dihadapi oleh Negara sedang brkembang senantiasa diperhadapkan

Tertarik untuk bekerja setelah menamatkan bangku sekolah, diapun

mendapat tawaran dari temannya untuk bekerja di sebuah Mall (Ramayana)

Makassar. Keputusan yang diambilnya sendiri ternyata tidak mendapat halangan

dari orangtuanya. Bekerja di Mall dianggap sebagai pekerjaan yang tidak terlalu

membutuhkan keterampilan sebagaimana informasi awal yang diperoleh dari

teman-temannya, kecuali keuletan dan kejujuran. Bidang pekerjaan yang ditekuni

sekarang adalah pelayanan kasir. Pekerjaan ini cukup bergengsi dibanding bekerja

sebagai penjaga stan pakaian, serta memiliki pendapatan sedikit lebih dari

pekerjaan lainnya, karena mengandung resiko yang lebih tinggi.

Keterampilan menghitung uang dan kepercayaan yang dapat

diperlihatkan, membuat dia dapat bertahan selama dua tahun di tempat ia bekerja.

Hal itu merupakan modal yang tinggi untuk tetap dipercaya di perusahaan. Oleh

karena itu, FRH dengan jabatan sebagai kasir mendapatkan gaji sekaligus

tunjangan kurang lebih Rp. 1.200.000 perbulan. Akan tetapi selama dua tahun

bekerja sebagai penjaga kasir serta pendapatan yang relatif cukup menghidupi

kebutuhan peribadinya, tetap masih memiliki cita-cita untuk mendapatkan

pekerjaan yang lebih baik dari pekerjaannya sekarang.

2. IM (24 tahun)

Pekerja IM berasal dari Gowa telah berkeluarga dan dikaruniai dua orang

anak. Dilihat dari latar belakang orangtua IM berasal dari keluarga mampu karena

memiliki latar belakang pendidikan sarjana dan bekerja sebagai guru. Akan tetapi

keinginan untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi tidak dapat

diwujudkan karena panggilan untuk berkeluarga tidak dapat dielakkan. Memiliki

49

Page 50: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../handle/123456789/395/skripsi.docx · Web viewMasalah kependudukan yang dihadapi oleh Negara sedang brkembang senantiasa diperhadapkan

suami yang juga hanya tamat SMA dan bekerja sebagai wiraswasta, rupanya

dianggap kurang mampu menopang ekonomi rumah tangga.

Setelah beberapa tahun mengarungi kehidupan rumah tangga dan telah

dikaruniai dua orang anak, IM merasa terpanggil untuk bekerja. Berbekal ijazah

SLTA dan tidak dibekali keterampilan khusus, memaksanya hanya bisa melamar

pekerjaan sebagai pekerja Mall Ramayana. Informasi yang diperolehnya melalui

koran dimanfaatkan untuk mengajukan lamaran pekerjaan. IM telah menggeluti

pekerjaan ini selama 4 tahun dengan penghasilan Rp. 1.400.000 perbulan.

Pengalaman IM selama bekerja mampu memberikan kepercayaan kepada

pimpinan sehingga saat ini IM menempati posisi sebagai pengawas kasir. Dia

termasuk agak beruntung dibanding lainnya karena telah memiliki status sebagai

karyawan tetap, yaitu sebagai pengawas kasir.

3. TN (25 tahun)

Karyawan TN berasal dari Kabupaten Sidrap. Pendidikan TN hanya

sampai tingkat SLTA dan dia terpaksa tidak mampu melanjutkan ke jenjang

perguruan tinggi karena keterbatasan biaya orang tua yang hanya sebagai

wiraswasta (jual-jualan). Sebenarnya cita-cita TN adalah menjadi pegawai Bank,

akan tetapi semua sirna oleh karena tidak dibekali dengan latar belakang

pendidikan dan keterampilan teknis pembukuan sehingga TN mengurungkan

niatnya untuk mengajukan lamaran pekerjaan.

Setelah menyelesaikan pendidikannya di SLTA, ia dipersunting oleh

seorang lelaki sebaya sesama tamatan SLTA. Walaupun belum memiliki anak,

akan tetapi status pekerjaan suami sebagai wiraswasta, menantangnya untuk

mencari pekerjaan tambahan untuk menambah penghasilan ekonomi keluarga dan

50

Page 51: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../handle/123456789/395/skripsi.docx · Web viewMasalah kependudukan yang dihadapi oleh Negara sedang brkembang senantiasa diperhadapkan

TN mendapat dukungan dari suami. Informasi pekerjaan ini diperoleh dari teman-

teman TN yang telah bekerja sebelumnya. Selain itu informasi diperoleh dari

berbagai media yang selalu memberitakan seputar lowongan pekerjaan dan TN

pun melamar sebagai karyawan Mall Ramayana dengan posisi sebagai SPG.

Hingga saat ini TN telah bekerja selama 2 tahun dengan penghasilan kurang lebih

Rp.1.000.000 perbulan.

4. AL (25 tahun)

Karyawan AL dengan latar belakang pendidikan sarjana berasal dari

Barru. Keinginannya sejak dibangku kuliah ialah menjadi seorang wiraswasta

yang sukses. Walaupun latar belakang ayah AL adalah seorang pegawai negeri

sipil ia tidak pernah bercita-cita mengikuti jejak profesi ayahnya. Akan tetapi,

merintis usaha yang dicita-citakan tidaklah mudah baginya karena memerlukan

biaya dan koneksi yang luas. Melalui informasi yang diperoleh dari teman-teman

yang telah bekerja sebelumnya serta melalui berbagai media yang didapatkan,

akhirnya AL bekerja sebagai karyawan Mall Ramayana. Oleh karena kejujuran

dan keuletan dalam bekerja AL mendapat tunjangan sebagai jabatan pengawas

kasir sehingga mendapat gaji kurang lebih Rp. 1.400.000 perbulan. Selama tiga

tahun bekerja sebagai pengawas kasir dengan pendapatan yang relatif, sudah

cukup menghidupi kebutuhannya. Tetapi AL masih memiliki cita-cita untuk

mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dari pekerjaannya sekarang.

5. LY (20 tahun)

51

Page 52: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../handle/123456789/395/skripsi.docx · Web viewMasalah kependudukan yang dihadapi oleh Negara sedang brkembang senantiasa diperhadapkan

Karyawan LY dengan latar belakang pendidikan SLTA berasal dari

Sungguminasa. Jenjang pendidikan lebih tinggi tidak bisa diperoleh akibat

ketidakmampuan orangtua LY yang hanya sebagai wiraswasta (jual-jualan)

dengan tanggungan enam orang anak. Ketidak mampuan melanjutkan ke

perguruan tinggi, mendorong LY untuk mencari pekerjaan dengan harapan dapat

meringankan beban orangtua.

Dalam pandangan LY, hanya pekerjaan sebagai Sales Promotion Girl

(selanjutnya disingkat SPG) yang sesuai dengan pendidikan yang ia punya.

Dengan bantuan teman-teman yang sudah lebih awal bekerja di Mall Ramayana,

maka LY mencoba melamar dan akhirnya diterima. Sampai sekarang LY telah

bekerja selama kurang lebih satu tahun, dengan honor Rp. 900.000 per bulan serta

sistem kontrak bulanan.

B. Hubungan Sosial Perempuan Pekerja di Ramayana Departement Store

1. Hubungan Sosial Formal

Hubungan sosial sebagaimana di Bab II dikemukakan sebelumnya adalah

suatu kegiatan yang menghubungkan kepentingan antar individu, individu dengan

kelompok atau antarkelompok yang secara langsung ataupun tidak langsung dapat

menciptakan rasa saling pengertian dan kerja sama yang cukup tinggi, keakraban,

keramahan, serta menunjang tinggi persatuan dan kesatuan bangsa.

Relevan dengan hal tersebut, maka yang dimaksudkan dengan hubungan

sosial formal dalam penelitian ini dimaksudkan sebagai hubungan yang dibangun

berdasarkan struktur hubungan yang ada dalam perusahaan Ramayana. Struktur

52

Page 53: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../handle/123456789/395/skripsi.docx · Web viewMasalah kependudukan yang dihadapi oleh Negara sedang brkembang senantiasa diperhadapkan

menggambarkan adanya seperangkat aturan yang mengatur tatanan hubungan

antara karyawan dengan pemilik perusahaan dan antarkaryawan sesama pekerja di

Ramayana. Sebagaimana dikatakan oleh seorang supervisor IM (24 tahun)

mangatakan bahwa,

“…Mall Ramayana merupakan sebuah perusahaan multinasional yang terdapat di beberapa kota besar di Indonesia termasuk salah satunya di Kota Makassar. Perusahaan ini memiliki manajemen dengan pengendalian utama di pusat manajemen Jakarta dan memiliki prinsip aturan yang berlaku secara umum, baik berhubungan dengan bidang penjualan serta aturan-aturan berkaitan dengan ketenagakerjaan (karyawan)…” (Wawancara 21 maret 2011).

Dari penuturan informan IM dapat disimpulkan bahwa Ramayana sangat

memperhatikan struktur dalam mengembangkan perusahaan untuk tetap eksis di

masa yang akan datang. Dilihat dari aturan-aturan ketenagakerjaan yang selalu

diperhatikan dan diikuti oleh pihak Ramayana sebagaimana dikatakan oleh

informan, yaitu berupa jam kerja, rotasi kerja, honor, tunjangan, cuti, serta sanksi

kerja yang tertuang dalam bentuk kontrak kerja. Sebagaimana yang dituangkan

dalam UU No. 13 Tahun 2003.

Hubungan formal yang digambarkan dalam Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, khususnya Pasal 1

(14) mengatakan bahwa, perjanjian kerja bersama adalah perjanjian yang

merupakan hasil perundingan antara serikat pekerja/serikat buruh atau beberapa

serikat pekerja/serikat buruh yang tercatat pada instansi yang bertanggung jawab

di bidang ketenagakerjaan dengan pengusaha atau beberapa pengusaha atau

perkumpulan pengusaha yang memuat syarat-syarat kerja.

53

Page 54: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../handle/123456789/395/skripsi.docx · Web viewMasalah kependudukan yang dihadapi oleh Negara sedang brkembang senantiasa diperhadapkan

Dalam hubungan dengan hubungan ketenagakerjaan, salah satu perjanjian

yang mungkin ada adalah perjanjian kerja. Perjanjian kerja tersebut umumnya

memuat kesepakatan antara pekerja dengan perusahaan. Perjanjian kerja harus

dipenuhi 3 unsur, yaitu 1) ada orang diperintah orang lain, 2) Penuaian kerja, dan

3) adanya upah.

Perjanjian kerja yang dibuat antara pekerja dengan pemilik modal

Ramayana, pemberi kerja yang memuat syarat-syarat kerja hak dan kewajiban

para pihak. Sebagai suatu UU yang tujuannya antara lain untuk memberikan

perlindungan kepada pekerja dalam mewujudkan kesejahteraan pekerja dan

keluarga, Undang-undang No. 13 Tahun 2003 memberikan panduan mengenai

perjanjian kerja tentang hak dan kewajiban kedua belah pihak.

Seorang penjaga kasir Mall Ramayana yang keberadaannya juga diatur

sesuai dengan struktur organisasi yang berlaku. Sebagai penjaga kasir yang

bertanggung jawab melayani customer dalam bertransaksi dia harus dibawa

kendali ofiice cassa dalam hal ini kepala kasir. Pertama kali masuk ditempat kerja

harus melapor ke office cassa untuk mengambil uang, selanjutnya ke tempat

melayani costumer. Setelah masa tugas selesai, diapun kembali ke office cassa

melaporkan dan menghitung jumlah uang yang diperolehnya hari itu, selesai. FRH

(21 tahun) adalah seorang kasir yang berasal dari Gowa, ia menuturkan bahwa:

“…Kalau ada kasir yang salah kasih kembali uang, diganti dengan gajinya yang dipotong. Jumlahnya sama dengan yang dia hilangkan…”(Wawancara 20 Maret 2011)

Sesuai dengan penuturan informan di atas bahwa jika terjadi kesalahan seperti

ketidaksesuaian nilai uang dan jumlah barang maka sanksi yang diperolehnya

54

Page 55: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../handle/123456789/395/skripsi.docx · Web viewMasalah kependudukan yang dihadapi oleh Negara sedang brkembang senantiasa diperhadapkan

adalah pemotongan gaji, bilamana nilai uang sangat jauh perbedaan nilainya akan

dinilai kelalaian besar sehingga seseorang bisa dikeluarkan atau dipecat.

Semuanya ini telah diketahuinya dengan baik karena telah dicntumkan dalam

kontrak kerja. Sehingga pemberian sanksi tetap sesuai dengan ketentuan kerja.

Dengan kemampuan yang dimiliki maka FRH (21 tahun) berusaha

mencari pengalaman di bidang bisnis. Berbagai informasi yang dilacak untuk

menemukan tempat kerja yang bisa mendukung keinginannya nanti, maka suatu

waktu ditemukannya sebuah perusahaan Mall membutuhkan karyawan yaitu Mall

Ramayana. Dengan bekerja di mall, maka akan menjadi pengalaman pertama

baginya untuk menemukan kiat-kiat menjadi pengusaha. Perhatian terhadap

berapa gaji yang diperolehnya tidak terlalu menjadi masalah baginya, karena

masih menumpang bersama orangtuanya serta belum mempunyai tanggung jawab

istri, sehingga pengeluaran tidak terlalu besar. Seperti yang diungkapkan oleh

informan FRH (21 tahun) yang mengatakan bahwa:

“…Saya termasuk cukup lamami bekerja sebagai kasir sudah dua tahun. Sebelum bertugas sebagai penjaga kasir saya di uji keterampilan menghitung uang dengan cepat dan tepat, cuma itu keterampilanku yang dinilai, disamping saya berusaha memperlihatkan kejujuran…” (Wawancara tgl 20 maret 2011).

Dari pernyataan informan di atas, ia sudah bekerja cukup lama. Kecepatan dalam

menghitung uang sudah tidak diragukan lagi sehingga di tempatkan di kasir untuk

memberikan pelayanan yang lebih maksimal agar costumer mendapatkan

pelayanan yang prima. Kejujuran selalu di tanamkan kepada para kasir sehingga

semua costumer mendapatkan pelayanan yang baik.

55

Page 56: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../handle/123456789/395/skripsi.docx · Web viewMasalah kependudukan yang dihadapi oleh Negara sedang brkembang senantiasa diperhadapkan

Seorang informan yang bekerja sebagai supervisor berinisial IM (24

tahun) juga menjelaskan tentang pekerjaannya yang ia lakoni setiap hari, berikut

penuturannya:

“… Saya berusaha menjaga kepercayaan dan tangungjawab yang di bebankan pada saya dapat di lakukan dengan baik. Saya selalu membina pegawai kassa, melakukan kontrol secara berkala dan harus cepat bila terjadi kesalahan di kassa. Kesalahan yang terjadi pada petugas kasir di bawahku, dia juga harus bertangung jawab dan harus mendapat sanksi yang biasa di terima seperti pemotongan gaji…” (Wawancara 21 Maret 2011).

Dari penuturan informan bisa dilihat bahwa kepercayaan dan tanggungjawab

dalam membina pegawai kasir harus terjalin dengan baik, sehingga tidak terjadi

adanya kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh staf pegawai yang ada

dibawahnya. Hal ini demi kelancaran dan pemberian pelayanan yang lebih

maksimal. Apabila terjadi kesalahan yang dilakukan oleh penjaga kassa, maka

individu tersebut yang mendapatkan sanksi seperti dalam hal pemotongan gaji.

Pemberian pelayanan dalam hal ini interaksi serta kerjasama antara supervisor

dengan pelayanan kasir terjalin sangat baik sehingga para pelayanan dibagian

kassa menjalankan fungsi dan kewajibannya sebagaimana yang diharapkan para

costumer.

Sebagai pegawai kontrak, TN (25 tahun) memperoleh pendapatan kurang

lebih Rp.1.500.000 perbulan ditambah dengan tunjangan jabatan dengan

pekerjaan sebagai SPG. Dari pendapatan yang diperolehnya sebenarnya dianggap

turut membantu ekonomi rumahtangga, akan tetapi keinginan untuk beralih ke

pekerjaan lain senantiasa terpikirkan juga, sebagaimana dikatakan TN bahwa :

“…Saya selama bekerja kurang lebih dua tahunmi di Mall Ramayana ini sebenarnya cukup membantu kebutuhan keluargaku apalagi belum

56

Page 57: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../handle/123456789/395/skripsi.docx · Web viewMasalah kependudukan yang dihadapi oleh Negara sedang brkembang senantiasa diperhadapkan

punya anak, tetapi itukan suatu waktu kebutuhan kita juga bertambah, barang-barang naik harganya apalagi kenaikan gaji disini sangat susah. Jadi kalau ada pekerjaan lain yang lebih baik apalagi sebagai pegawai negeri tentunya masih lebih lagi…” (Wawancara 20 Maret 2011).

Informan TN mengutarakan bahwa pekerjaan yang Ia jalankan selama dua tahun

sebagai karyawan di mall Ramayana sangat mendukung terutama dalam hal untuk

memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Tetapi pekerjaan yang informan jalankan

tidak menutupi kemungkinan akan menjadi jaminan di akhir hidupnya, lain halnya

pegawai negeri yang mempunyai kedudukan tetap dan penghasilan yang lebih

memadai untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Sebagaimana pekerjaan yang menjadi tanggungjawab TN ialah melayani

pertanyaan-pertanyaan costumer tentang produk-produk yang dijual dengan penuh

kesabaran dan ketelatenan. Setiap hari secara rutin masuk ke office dengan sistem

shift dua kali sehari (pagi dan malam). Tidak ada latihan khusus kecuali bahwa

sebelum menempati pekerjaan didahului dengan penyampaian teknis dan cara

memberikan pelayanan kepada costumer dengan ramah dan sabar, hal itu

disampaikan oleh bagian Sumber Daya Manusia (selanjutnya disebut SDM).

Setiap kelalaian yang dilakukan oleh karyawan senantiasa diberikan sanksi dalam

bentuk pemotongan gaji sampai diberhentikan.

Senada dengan yang dikatakan oleh informan TN (25 tahun), informan

LY (20 tahun) sesama SPG juga mengeluhkan tentang gaji yang didapat.

Besarnya gaji dan sistem kontrak demikian menurutnya sebenarnya tidak terlalu

memuaskan, akan tetapi dicoba dipertahankan, sebagaimana dituturkan LY (20

tahun) bahwa:

57

Page 58: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../handle/123456789/395/skripsi.docx · Web viewMasalah kependudukan yang dihadapi oleh Negara sedang brkembang senantiasa diperhadapkan

“…Saya ini sudah satu tahunmi bekerja di Ramayana, tapi sampai sekarang saya hanya dikontrak setiap bulan, lagi pula gajiku termasuk sedikit hanya Rp. 900.000. Maklum karena hanya menjaga stan pakaian, tapi ada juga yang digaji lebih tinggi dari saya dan kontraknya setiap tahun. Saya juga diam-diami ji saja daripada protes tapi nantinya dikeluarkan…” (Wawancara 20 Maret 2011).

Informan LY sudah satu tahun bekerja di Ramayana tapi sampai sekarang dia

hanya dikontrak perbulan dan setiap bulannya memperpanjang kontrak. Gaji yang

LY peroleh hanya Rp. 900.000 perbulan, lebih sedikit dibanding gaji informan TN

karena yang LY kerjakan hanya menjaga stan pakaian. Lingkungan kerja yang

dihadapi LY sebagaimana dituturkan membuatnya kelak berkeinginan untuk

memperoleh pekerjaan yang lebih baik.

Kemampuan merubah nasib melalui Mall Ramayana tidak pernah

terpikirkan akan terjadi, kecuali bahwa mereka terus menjaga kepercayaan serta

menjalin hubungan yang baik sesama karyawan dan kepada pengawas, hanya

dengan harapan masih bisa bekerja selama belum memperoleh pekerjaan lain. LY

tidak pernah memperhatikan bagaimana struktur dan hubungan-hubungan yang

ada di Mall Ramayana kecuali sebatas kepada bidang supervisor dan pimpinan

SDM itupun sebatas hubungan pekerjaan.

Dalam perusahan Mall seperti Ramayana sebagaimana dialami oleh para

karyawan, walaupun diantara mereka senantiasa merasakan terjadi ketidakpuasan

dari upah yang diperolehnya, akan tetapi pengakuan mereka bahwa tidak pernah

terorganisir untuk melakukan protes terhadap pihak perusahaan, informan LY (20

tahun) juga menambahkan:

“… Biarpun upah yang saya dapatkan tidak sesuai dengan harapan, tapi tetap saya lakukan karena tugas dan tanggung jawab saya sebagai

58

Page 59: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../handle/123456789/395/skripsi.docx · Web viewMasalah kependudukan yang dihadapi oleh Negara sedang brkembang senantiasa diperhadapkan

karyawan di Mall tersebut, tapi teman-teman kami tidak pernah menuntut terlalu banyak kepada atasan…”(Wawancara 21 Maret 2011)

Dari pernyataan diatas LY harapan dan keinginannya sebagai karyawan swasta

tetap dia jalankan semaksimal mungkin karena merupakan tanggung jawab dan

tugas untuk menjalankan semuanya sebagai karyawan di Mall Ramayana.

Nilai yang menjadi patokan bersama dalam perusahaan Mall Ramayana

ialah memberikan rasa kepuasan, kenyamanan dan keamanan terhadap konsumen.

Dalam menjaga nilai semacam itu, maka pihak perusahaan memberikan

penekanan kepada setiap karyawan untuk bekerja secara profesional melalui

aturan-aturan tentang mekanisme waktu kerja, batasan tanggung jawab sesuai

posisi tertentu, serta mekanisme sanksi terhadap pelanggaran yang terjadi.

Pihak perusahaan menerapkan batasan hubungan langsung dengan

pimpinan perusahaan kecuali hanya terbatas pada pimpinan unit masing-masing.

Hubungan ini mengindikasikan bahwa pihak perusahaan tidak memberikan

kemungkinan terjadinya tuntutan langsung kepada pimpinan utama dalam hal

terjadinya permasalahan atau keluhan-keluhan pada karyawan. Pembatasan

terhadap kemungkinan terjadinya tuntutan yang kuat dari pihak karyawan, maka

pihak perusahaan Ramayana melakukan kontrak kerja kepada setiap karyawan

dalam bentuk jangka pendek, yaitu antara enam bulan sampai satu tahun.

Mekanisme kontrak seperti yang dijalankan oleh pihak Ramayana akan

memberi keuntungan pihak perusahaan dalam tuntutan pesangon bila karena

sesuatu hal terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap karyawan.

Sebagaimana yang diatur dalam mekanisme perusahaan bahwa tuntutan pesangon

59

Page 60: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../handle/123456789/395/skripsi.docx · Web viewMasalah kependudukan yang dihadapi oleh Negara sedang brkembang senantiasa diperhadapkan

dan sejenisnya akan diperoleh pihak karyawan bagi karyawan yang telah bekerja

sekurang-kurangnya dua tahun.

Dalam hal mekanisme kontrak dan struktur kerja yang ada pada mall

Ramayana, umumnya tidak terlalu dimengerti oleh para karyawan. Seperti yang

dikemukakan oleh TN (25 tahun) bahwa:

“…Saya juga kurang mengerti bagaimana, tapi daripada dipecat karena terlalu banyak ka bertanya lebih baik diam-diam saja. Yang penting jawab saja pertanyaannya costumer terus dapat gaji akhir bulan buat makan dan lain-lain, sudahmi. Teman-temanku juga begituji semua karena sering ka juga cerita-cerita sama mereka…”(Wawancara, 20 Maret 2011)

TN tidak terlalu mengerti mekanisme secara luas, kecuali bahwa dia hanya

senantiasa harus berhubungan dengan pimpinan bagian SDM. Sebagai SPG, dia

hanya senantiasa berhubungan sesama SPG baik hal-hal yang bersifat teknis dan

pengalaman lapangan serta keluh-kesah yang tidak terlalu prinsipil.

Hubungan atasan dan bawahan

Hubungan atasan dan bawahan pada dasarnya harmonis jika mereka

mampu menjaga hubungan tersebut tetapi tidak bisa di pungkiri bahwa konflik

akan datang sewaktu-waktu. Konflik tersebut dipicu oleh dominasi-dominasi yang

ada antara atasan dan bawahan. Seperti yang pernah Marx kemukakan bahwa

keterasingan yang dialami oleh para pekerja dalam masyarakat yang di dominasi

oleh hak pilih pribadi. Keterasingan dapat dijelaskan sebagai suatu kondisi dimana

manusia didominasi oleh kekuatan yang dia ciptakan sendiri, yang

menghadirkannya sebagai sesuatu yang asing bagi dirinya. Singkatnya manusia

terasing dan objek yang dia hasilkan, dari proses-proses produksi dan dirinya

sendiri dan komunitasnya. Dalam A Contribution to the Critique of Political

60

Page 61: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../handle/123456789/395/skripsi.docx · Web viewMasalah kependudukan yang dihadapi oleh Negara sedang brkembang senantiasa diperhadapkan

Economy (Dalam Damsar, 2009:21). Seorang Sosiolog Jerman, Emile Durkheim

berpandangan bahwa pembagian kerja mempunyai fungsi yang lebih luas.

Pembagian kerja merupakan sarana utama bagi penciptaan kohesi dan solidaritas

dalam masyarakat modern. Tingginya tingkat pembagian kerja dan peranan yang

berbeda pada setiap orang menyebabkan orang menggantikan basis ikatan

(penyatuan) atas dasar kesamaan (solidaritas mekanis) dengan dasar

ketidaksamaan (solidaritas organis). Mereka tergantung satu sama lain karena

mereka mempunyai tugas yang berbeda, dan oleh sebab itu mereka saling

membutuhkan untuk kesejahteraan mereka sendiri.

Dalam masyarakat modern, hak dan kewajiban berkembang di sekitar

saling ketergantungan yang di hasilkan oleh pembagian kerja. Hak dan kewajiban

inilah, bukan pertukaran atau juga bukan struktur pasar yang mengikat

masyarakat. Dalam masyarakat modern, saling ketergantungan direfleksikan pada

moralitas dan mentalitas kemanusiaan serta dalam kenyataan solidaritas organis

itu sendiri. Masyarakat yang berlandaskan solidaritas organis menjunjung tinggi

nilai-nilai kesamaan, kebebasan, dan hukum. Kontrak dalam masyarakat seperti

ini menjadi lebih penting.

Berdasarkan hubungan antara karyawan dengan pemilik perusahaan,

berbeda dengan karakteristik yang terdapat dalam sebuah perusahaan. Perusahan

industri memiliki ketergantungan terhadap sumber bahan baku dan sistem pasar

bebas sehingga hubungan antara karyawan dan pemilik perusahaan sangat

tergantung pada efektifitas dan efisiensi nilai produksi dan upah karyawan.

Bilamana nilai produksi mengalami peningkatan maka akan berpengaruh

61

Page 62: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../handle/123456789/395/skripsi.docx · Web viewMasalah kependudukan yang dihadapi oleh Negara sedang brkembang senantiasa diperhadapkan

terhadap upah karyawan sehingga rentan mengalami penurunan upah karyawan

bahkan biasa terjadi pemutusan hubungan kerja. Dalam kondisi demikian maka

bisa mengganggu hubungan antara karyawan dengan pemilik produksi dalam

bentuk protes sampai mogok kerja.

Dalam perusahaan perdagangan (mall) seperti Ramayana, efektivitas dan

efisiensi perusahaan tidak terlalu dipengaruhi oleh sumber bahan baku dan nilai

produksi karena tidak dalam posisi mengolah bahan baku menjadi barang jadi.

Dengan kata lain maju mundurnya sebuah perusahaan seperti Mall Ramayana

adalah merupakan tanggung jawab bersama antara pemilik perusahaan dan

karyawan. Dengan demikian tingkat kohesivitas atau kestabilan dalam perusahaan

(Mall) seperti Ramayana lebih dapat terjamin, hal tersebut tercermin ketika

karyawan Ramayana selama ini dapat dikatakan tidak pernah terjadi aktivitas

yang mengarah kepada bentuk-bentuk protes atau pemogokan kerja. Secara

sosiologis dikatakan bahwa tingkat kohesivitas dalam sebuah masyarakat

ditentukan sejauh mana anggota tersebut memiliki komitmen bersama untuk

senantiasa taat dan patuh terhadap aturan yang dibangun bersama.

Selanjutnya di lain pihak keberadaan Mall Ramayana dapat

memanfaatkan hukum permintaan dalam sistem ketenagakerjaan. Standar

penerimaan karyawan tidak mengharuskan level keterampilan tertentu

sebagaimana umumnya terjadi pada perusahaan. Seorang informan TN (25 tahun)

mengatakan bahwa:

“…saya dapat informasi tentang pekerjaan ini di Koran, kebetulan waktu itu mau ka cari kerja juga jadi kasih masuk lamaran ma’ juga di Ramayana. Alhamdulillah saya diterima disini dan sampe saat ini masih

62

Page 63: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../handle/123456789/395/skripsi.docx · Web viewMasalah kependudukan yang dihadapi oleh Negara sedang brkembang senantiasa diperhadapkan

kerja disini. Mungkin gajinya kecil tapi saya syukuri saja…” (Wawancara 23 Maret 2011)

Dari keterangan TN, dapat disimpulkan bahwa Ramayana menjaring

pekerja melalui berbagai media cetak. Seperti yang biasa dilihat dalam beberapa

Koran terdapat beberapa persyaratan yang senantiasa ditemukan dalam

pengumuman penerimaan karyawan mall seperti :

- “Dibutuhkan untuk tenaga Chieft Engineering dengan kualifikasi laki-

laki, pendidikan minimal D3 / S1 Segala jurusan Mampu berkomunikasi,

bernegoisasi dengan daik, berjwa dinamis dan menyukai tantangan,

berpengalaman lebih diutamakan”.

- Segera!! dicari spg / sales assistant untuk produk baju2 wanita di mall2

terkemuka syarat: pendidikan minimal sma / sederajat, wanita usia

maximal 25 tahun, berpenampilan menarik, bertanggung jawab, mampu

bekerja sebagai tim dan bekerja keras, fasilitas: gaji, tunjangan harian dan

komisi penjualan.

- Membutuhkan banyak tenaga muda yang penuh dengan semangat dan

agresif untuk mencapai kesuksesan bersama: pria dan wanita, usia

maximum 30 tahun, pendidikan min SMA / SMK, menyukai bidang

marketing dan sales, memiliki komunikasi yang baik, berpenampilan

menarik, rapih dan bersih, memiliki sikap disiplin yang tinggi, rajin, jujur

dan mau bekerja keras, mampu bekerja secara individu maupun tim

- Kami membutuhkan Supervisor Counter untuk ditempatkan di Mall

dengan syarat: pria atau wanita, pendidikan DIII-S1, bisa memimpin

63

Page 64: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../handle/123456789/395/skripsi.docx · Web viewMasalah kependudukan yang dihadapi oleh Negara sedang brkembang senantiasa diperhadapkan

kelompok kecil (3-4 orang), bisa memberi semangat kerja bagi

kelompoknya, bisa, mengarahkan kelompoknya untuk bekerja dengan

benar, target oriented, rajin dan jujur, usia 18 - 24 tahun , tinggi minimal

159 dan 160 ke atas tidak. Berkacamata.

Kecenderungan semakin meningkatnya ketersediaan tenaga kerja yang

membanjiri daerah perkotaan menjadi keuntungan bagi sebuah perusahaan yang

tidak terlalu membutuhkan keterampilan khusus. Sebaliknya para pencari kerja

yang kurang terampil dapat memanfaatkan peluang kerja tersebut, sebagaimana

dikemukakan oleh para karyawan, yaitu bahwa mereka tertarik bekerja karena

tidak terlalu dibutuhkan keterampilan khusus disamping karena alasan-alasan

seperti sekedar membantu ekonomi rumah tangga.

Informan AL adalah seorang pengawas kasir di Ramayana yang berlatar

pendidikan sarjana. Walaupun sudah menjadi seorang pengawas kasir, AL masih

mengharapkan mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dari pekerjaannya saat ini.

Seperti petikan wawancara dengan AL (25 tahun) di bawah ini:

“…Saya sebenarnya punya cita-cita jadi wirausahawan tetapi karena tidak punya modal dan diterima di Ramayana, ahirnya saya kerja dsinimi. Tapi masih mau lagi cari pekerjaan yang lebih baik, apalagi saya pernahji kuliah…” (Wawancara 22 Maret 2011).

Sambil menunggu pekerjaan yang baik dan pekerjaan tetap AL tetap bertahan

untuk bekerja di Mall Ramayana untuk terhindar dari tuntutan-tuntutan ekonomi

yang semakin lama semakin banyak. Dalam hal ini maka dapat dikatakan bahwa

hubungan yang terjadi dalam Mall Ramayana tidak semata ditentukaan oleh

64

Page 65: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../handle/123456789/395/skripsi.docx · Web viewMasalah kependudukan yang dihadapi oleh Negara sedang brkembang senantiasa diperhadapkan

kepatuhan atau ketaatan bersama terhadap aturan akan tetapi juga adanya

ketergantungan yang cukup tinggi antara karyawan terhadap perusahaan.

Fenomena hubungan pemilik modal dan karyawan sebagaimana

digambarkan, diatas tidak menutup kemungkinan akan terjadi ketergantungan

yang tinggi buruh terhadap pemilik perusahaan seringkali berada pada posisi yang

lebih lemah daripada sang buruh. Buruh dianggap bukanlah mitra yang sejajar

bagi majikan. Buruh hanyalah sebuah obyek bagi majikan untuk melaksanakan

kepentingan mereka. Buruh sering diperas majikan dengan upah yang relatif kecil

karena, hal tersebut disebabkan bahwa untuk konteks Indonesia, banyaknya

tenaga kerja yang tersedia tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang

tersedia. Secara sosiologis buruh itu tidak bebas sebagai orang yang tidak

mempunyai bekal hidup yang lain kecuali tenaganya dan kadang-kadang terpaksa

untuk menerima hubungan kerja dengan majikan meskipun memberatkan bagi

buruh itu sendiri.

Hubungan fungsional yang terjadi sebagaimana digambarkan dari kelima

kasus tersebut menunjukkan pula bahwa, pengendalian ke bawah dilakukan

berdasarkan bidang teknis dengan tanggungjawab utama terdapat pada bidang

SDM. Bidang SDM memiliki kekuatan sebagai penggerak utama perusahaan

terutama berkaitan perekrutan karyawan, pembinaan karyawan, dan penetapan

sanksi karyawan.

Dengan demikian karyawan yang memiliki posisi sebagai bawahan

memiliki ketergantungan cukup tinggi terhadap pengendalian yang dijalankan

oleh bidang SDM. Hubungan semacam ini dikatakaan pula sebagai hubungan

65

Page 66: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../handle/123456789/395/skripsi.docx · Web viewMasalah kependudukan yang dihadapi oleh Negara sedang brkembang senantiasa diperhadapkan

yang bersifat organik, yaitu sebuah hubungan yang didasarkan atas perbedaan

posisi seseorang dalam sebuah masyarakat maju akan tetapi memiliki tujuan

bersama. Dalam hal ini Lawang (1985:68-69) mengatakan bahwa solidaritas yang

muncul dalam soilidaritas organik adalah karena adanya taanggungjawab bersama

dan kepentingan bersama di antara para anggotanya, bukan karena mereka sama,

melainkan karena mereka berbeda, yaitu perbedaan dalam bidang tanggungjawab

atas bagiannya sendiri, dalam suatu hubungan dengan keseluruhan, sehingga hasil

akhir bukan dilihat dalam bagian itu sendiri saja, tetapi keseluruhan.

Berdasarkan penjelasan diatas, pekerja di Mall Ramayana yang diikat

oleh aturan perusahaan terbagi atas 2, yaitu karyawan tetap dan karyawan kontrak.

Informan TN (25 tahun) adalah seorang SPG yang berasal dari Gowa menuturkan

bahwa:

“…gaji saya cuma Rp 1.000.000 dan tiap bulannya di perpanjang kontrakku, untung suami saya kerja juga walaupun tidak pasti pendapatan perbulannya, yang jelas bisa meringankan beban dalam rumah. Belumpi juga punya anak jadi kebutuhan masih sedikit. Tapi hidup di kota kayak Makassar uang Rp 1.000.000 apaji artinya. Tidak cukup setengah bulan habismi. Pintar-pintar saja atur uang…” (Wawancara 21 Maret 2011)

Dari penjelasan informan TN dapat disimpulkan bahwa kehidupan sebagai SPG

dengan gaji Rp 1.000.000 sangat memprihatinkan. Jika tidak mampu mengelola

keuangan dengan cerdas dapat jatuh dalam lubang hutang sana-sini. Setiap

bulannya, kontrak kerja TN di perpanjang dengan begitu dapat sewaktu-waktu di

putuskan. Hal ini sangat membuat risau TN tapi ia yakin bahwa rejeki tidak akan

kemana jika masih berusaha.

66

Page 67: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../handle/123456789/395/skripsi.docx · Web viewMasalah kependudukan yang dihadapi oleh Negara sedang brkembang senantiasa diperhadapkan

Kehidupan karyawan tetap setidaknya lebih baik dibanding karyawan

kontrak seperti TN. Informan AL (25 tahun) adalah seorang pengawas kasir yang

telah bekerja di Ramayana selama 3 tahun mengemukakan bahwa:

“…bekerja sebagai pengawas kasir ada enaknya ada tidak enaknya. Enaknya kalo biasanya dapat tunjangan lebih jadi bisa beli barang yang disuka. Tidak enaknya karena tanggung jawab dari beberapa kasir yang saya awasi juga berat. Tapi di bawa enjoy saja karena maumi di apa, tanggung jawab pekerjaan yah beginimi…” (Wawancara 22 Maret 2011)

Dari penjelasan informan TN (25 tahun) dan AL (25 tahun) dapatlah disimpulkan

bahwa kehidupan karyawan kontrak dan karyawan tetap sangat jauh berbeda.

Bukan hanya dilihat dari segi pendapatan saja tetapi dari kekhawatiran akan

hubungan kerja dengan pihak Ramayana dimana karyawan kontrak sewaktu-

waktu bisa diputuskan hubungan kerjanya.

2. Hubungan Sosial Informal

Hubungan sosial informal ialah hubungan yang terjadi di luar struktur

organisasi atau tidak resmi. Dalam masyarakat pedesaan atau masyarakat

tradisional diidentikkan sebagai sebuah hubungan yang bersifat mekanik, yaitu

suatu hubungan yang diikat melalui prinsip-prinsip kebersamaan dan berlangsung

secara sukarela yang didasarkan pada nilai-nilai moral tradisional. Dalam hal ini

Durkheim mengatakan sebagai sebuah solidaritas karena adanya saling percaya,

kesatuan, atau hubungan persahabatan yang ada antara para anggota masyarakat

muncul karena adanya persamaan dalam semua hal yang berhubungan pikiran,

perasaan, tindakan dalam (dalam Lawang, 1985: 65).

67

Page 68: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../handle/123456789/395/skripsi.docx · Web viewMasalah kependudukan yang dihadapi oleh Negara sedang brkembang senantiasa diperhadapkan

Hubungan yang bersifat mekanik tersebut, bilamana diantara anggota

masyarakat muncul perasaan ketidaknyamanan dan merasa akan mengganggu

kelangsungan hidup maka akan mudah muncul permufakatan diantara para

anggota untuk melakukan bentuk-bentuk perlawanan.

Dalam organisasi industri, sebuah hubungan yang bersifat tidak formal

ialah hubungan yang berlangsung dalam sebuah ikatan organisasi karyawan

(perburuhan). Pada awalnya diantara karyawan sering melakukan pertukaran

informasi terkait pengalaman-pengalaman kerja, keluhan-keluhan yang diperoleh

sebagai akibat adanya rasa ketidakpuasan antara pekerjaan yang dihadapi dengan

upah yang diperoleh seperti jam kerja yang berlebihan, perlindungan/jaminan

kerja. Ketika kondisi seperti ini berlangsung lama, akhirnya diantara karyawan

membentuk persekutuan dan diorganisir oleh seseorang diantara mereka.

Persekutuan tersebut kemudian berkembang menjadi sebuah perkumpulan yang

lebih terorganisir yaitu yang disebut organisasi buruh.

Mencermati mekanisme kerja pada perusahaan Ramayana tersebut maka

keberadaan pihak karyawan berada pada posisi yang lemah dan ketergantungan

yang cukup tinggi. Hal tersebut karena adanya ketakutan untuk melakukan

tuntutan yang berlebihan terhadap pihak perusahaan karena resiko pemecatan

(PHK) sewaktu-waktu dapat terjadi.

Aktifitas Sebelum Dan Sesudah Bekerja

Ketentuan yang menjadi perhatian IM (24 tahun) sebagai pengawas kasir

di tempat kerja ialah menjaga shift yaitu, 8 jam kerja dan 1 jam istirahat, dengan

sistem shift per minggu pagi dan malam. Hampir dikatakan tidak terjadi konflik

68

Page 69: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../handle/123456789/395/skripsi.docx · Web viewMasalah kependudukan yang dihadapi oleh Negara sedang brkembang senantiasa diperhadapkan

dengan sesama teman sekerja di tempat kasir karena masing-masing memiliki

tanggung jawab, demikian terhadap pegawai kasir. Seperti penuturan IM yang

mengatakan bahwa :

“… Saya bekerja kurang lebih 4 tahun dan barusan diangkat jadi pengawas kasir. Mereka baik dan selama saya kerja disini, Alhamdulillah tidak ada konflik yang terjadi. Kalo ada juga masih bisa diselesaikan karena para karyawan masih mauji berdamai. (Wawancara 20 Maret 2011).

Ungkapan informan diatas menunjukkan bahwa hubungan IM dengan teman-

teman karyawan Ramayana sangat baik sehingga hal ini membuat IM nyaman

bekerja di sana. Belum ada konflik yang berarti selama IM bekerja di Ramayana.

Konflik merupakan hal yang tidak bisa dihilangkan dari struktur yang ada,

demikian pula pada pekerja perempuan di Mall Ramayana. Sesuai dengan

penuturan TN (24 tahun) :

“…Tidak pernahji ada yang bertengkar karena semuanya sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Kalaupun ada yang tidak disuka masalah pekerjaan akan langsung dibicarakan dengan supervisor dan selama saya bekerja tidak adaji yang dibawa masalahnya keluar…” (Wawancara 21 Maret 2011)

Pada dasarnya, TN lebih banyak menghabiskan waktunya untuk melayani para

costumer dan mengambil barang yang diinginkan oleh para costumernya. Hampir

dikatakan tidak terjadi konflik dengan teman sesama SPG maupun kasir karena

masing-masing memiliki tanggung jawab untuk menjaga stan-stan yang

dipercayakan kepada mereka. Sedangkan terhadap penanggung jawab Mall

Ramayana tidak memiliki hubungan tanggung jawab langsung sehingga kendali

diberikan kepada supervisor masing-masing.

69

Page 70: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../handle/123456789/395/skripsi.docx · Web viewMasalah kependudukan yang dihadapi oleh Negara sedang brkembang senantiasa diperhadapkan

Ini membuktikan bahwa peran karyawan dalam menjalankan fungsi dan

perannya didalam hubungan kerja antarkaryawan sangat intensif dalam hal

pembagian kerja yang terorganisir dan tertata, telaten dan bisa dipertanggung

jawabkan bila terjadi kesalahan yang tanpa disengaja oleh karyawan.

Umumnya tempat tinggal para karyawan perempuan Ramayana di tempat

yang sama. Misalnya saja FRH (22 tahun) dan AL (25 tahun) yang menempati

tempat tinggal yang sama, tidak hanya mereka berdua saja tetapi seperti halnya

dengan teman-teman mereka yang lain. Berdasarkan penuturan informan FRH (22

tahun) bahwa:

“…saya tinggal sama teman-temanku yang kerja juga di Ramayana. Karena satu tempat tinggal makanya kita kayak keluargami. Suka duka ditanggung sama-sama. Apalagi kalo tidak punya uang, pinjam sama temanku saja…”(Wawancara 22 Maret 2011).

Pada saat jam istirahat, para karyawan biasanya makan siang di warung dekat

Ramayana. Moment makan siang ini dimanfaatkan oleh para karyawan untuk

bertukar informasi atau sekedar bersenda gurau. Hal ini biasanya terjadi dan

akhirnya membuat para karyawan semakin akrab. Seperti yang dikemukakan oleh

informan LY (20 tahun) :

“…selalu ka makan siang sama yang lain di warung belakang karena murah dan lumayan enak. Tapi kalo mau lebih hemat biasanya juga saya bawa makan siang dari rumah. Kalo ada gaji lebih, sekali-sekali juga saya makan di foodcourt, masa hanya bisa liat orang makan di sana tapi kita yang kerja tidak pernah rasa masakan disana…”(Wawancara 23 Maret 2011).

Nilai-nilai kekeluargaan juga tercermin dari hubungan antarkaryawan perempuan

Ramayana. Pada saat adanya acara-acara seperti syukuran, rekreasi, pernikahan,

ulang tahun, aqikah dari salah satu karyawan, maka disini terlihat solidaritas

70

Page 71: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../handle/123456789/395/skripsi.docx · Web viewMasalah kependudukan yang dihadapi oleh Negara sedang brkembang senantiasa diperhadapkan

mereka dengan menghadiri acara tersebut. Misalnya, pada saat informan IM (24

tahun) melahirkan anak keduanya, para karyawan Ramayana juga menghadiri

acara tersebut. Sesuai penuturan IM berikut ini:

“…Waktu aqikahnya anak keduaku, datangji teman-teman dari Ramayana. Semua itu karena kita semua kayak keluargami. Kalo ada juga acaranya yang lain pasti saya usahakan datang, yahhh…namanya juga balas budi…”(Wawancara 23 Maret 2011).

Hubungan mereka bukan hanya di tempat bekerja tetapi di luar pekerjaan mereka

tetap memelihara tali silaturahmi yang telah terjalin di tempat bekerja. Hubungan

formal dan informal telah terjadi antara pekerja wanita di Ramayana Department

Store.

71

Page 72: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../handle/123456789/395/skripsi.docx · Web viewMasalah kependudukan yang dihadapi oleh Negara sedang brkembang senantiasa diperhadapkan

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan berupa hasil pembahasan dari

data dan informasi yang diperoleh dliokasi penelitian, maka disimpulkan hal-hal

sebagai berikut:

1. Pekerja perempuan di Mall Ramayana dalam menjalankan tugasnya memiliki

struktur hubungan oleh UU ketenagakerjaan peraturan kerja di Mall.

Hubungan-hubungan yang bersifat formal cenderung karyawan diorganisir

terbatas dalam hubungan berdasarkan spesifikasi sebagai upaya efektifitas

mengontrol karyawan melalui supervisor. Hubungan sosial demikian secara

sosiologis bahwa: hubungan karyawan dengan karyawan, serta karyawan

dengan supervisor dibatasi berdasarkan fungsi dan peranan masing-masing

melalui aturan kedisiplinan dan sanksi. Individu (karyawan) dalam hal ini

tidak memiliki kekuatan dalam melakukan protes langsung terhadap

perusahaan.

2. Seperti halnya dalam hubungan yang bersifat tidak formal, di mana karyawan

dalam melakukan hubungan dengan sesama karyawan, cenderung tidak

pernah mempermasalahkan persoalan-persoalan terkait dengan posisi sebagai

karyawan. Hal tersebut secara sosiologis dapat dikatakan bahwa

72

Page 73: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../handle/123456789/395/skripsi.docx · Web viewMasalah kependudukan yang dihadapi oleh Negara sedang brkembang senantiasa diperhadapkan

kemungkinan terjadinya kegiatan-kegiatan terorganisir dalam melakukan

tuntutan terhadap perusahaan Ramayana relatif tidak akan terjadi.

Oleh karena itu mengapa hubungan karyawan dengan perusahaan Mall

Ramayana selama ini dapat dikatakan tidak pernah terlihat suatu gerakan

yang mengarah pada upaya protes atau mogok kerja dan sejenisnya,

sebagaimana umumnya terjadi pada sektor industri. Walaupun demikian

bahwa kemungkinan terjadinya bentuk eksploitasi pada mall Ramayana dapat

saja terjadi, seperti jaminan kesehatan, hari libur/cuti, cuti hamil dan cuti

nikah yang belum diabaikan. Kontrak jangka pendek yang mungkin bentuk

eksploitatif yang tidak disadari oleh karyawan.

3. Struktur hubungan pekerja perempuan dalam hubungan formal telah diatur

UU No.13 Tahun 2003 yang diterapkan dalam peraturan-peraturan di Mall

Ramayana. Peraturan-peraturan tersebut mengatur tentang hubungan antara

atasan dan bawahan, mengatur tentang struktur kerja karyawan Ramayana,

serta sanksi-sanksi jika melanggar peraturan tersebut. Sedangkan hubungan

pekerja perempuan dalam hubungan informal berasaskan kekeluargaan yang

sangat akrab dan dekat.

B. SARAN-SARAN

Sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian maka dibawah ini penulis memberikan

saran pada semua pekerja ialah sebagai berikut:

1. Pertumbuhan perdagangan seperti berbagai mall termasuk Ramayana, perlu

diikuti kontrol kelembagaan yang berfungsi mengontrol struktur hubungan

73

Page 74: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../handle/123456789/395/skripsi.docx · Web viewMasalah kependudukan yang dihadapi oleh Negara sedang brkembang senantiasa diperhadapkan

kerja seperti kontrak kerja yang kemungkinan merugikan secara sepihak para

karyawan.

2. Hubungan antar karyawan dalam hubungan informal harus diperkuat, hal ini

untuk memaksimalkan manfaat dan meminimalisir konflik. Bila hubungan

informal sudah bagus maka bisa dijamin hubungan formal juga akan terjaga

dengan baik selain itu hubungan tersebut akan menciptakan lingkungan kerja

yang sehat.

74

Page 75: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../handle/123456789/395/skripsi.docx · Web viewMasalah kependudukan yang dihadapi oleh Negara sedang brkembang senantiasa diperhadapkan

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsini. 1992. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik.

Cetakan kedelapan. Jakarta: Rineka Cipta.

Damsar. 2009. Pengantar Sosiologi Ekonomi. Jakarta : Kencana Prenada Media

Group.

Faisal, Sanapiah. 1989. Format-format Penelitian Sosial, Dasar-dasar dan

Aplikasi. Cetakan pertama. Jakarta: CV Rajawali.

Goldthorpe, J.E. 1992. Sosiologi Dunia Ketiga, Kesenjangan Dan Pembangunan.

Edisi Kedua. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Horton, Paul B; Hunt, Cherter L. 1993.Sosiologi.Jilid 1.Edisi keenam.Cetakan

ketiga. Jakarta: Erlangga.

Lawang, Robert M.Z. 1985. Sistem Sosial Indonesia. Modul 1 – 5. Jakarta:

Karunika Universitas Terbuka.

Saptari, Ratna dan Holzner, Brigitte.1997. Perempuan Kerja Dan Perubahan

Sosial.Cetakan pertama. Jakarta: Grafiti.

Schneider, Eugene V. 1986. Sosiologi Industri. Cetakan pertama. Jakarta: Aksara

Persada.

Soekanto, Soerjono, Dr, SH, MA.1983. Beberapa Teori Sosiologi tentang

Struktur Masyarakat. Edisi Pertama. Jakarta: CV Rajawali.

Sutinah & Norma, Siti. 2010. “Stratifikasi Sosial: Unsur, Sifat, & Perspektif”.

Dalam Narwoko, J Dwi; Suyanto, Bagong. (editor). 2010. Sosiologi Teks

Pengantar Dan Terapan. Edisi Ketiga. Jakarta: Kencana Prenada Media

Group.

75

Page 76: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../handle/123456789/395/skripsi.docx · Web viewMasalah kependudukan yang dihadapi oleh Negara sedang brkembang senantiasa diperhadapkan

Sumber dari internet

Anonim, Teori Hubungan Industrial.Diakses tanggal 12 Maret 2011.

http://elearning.gunadarma.ac.id/.

Tindaon, Ostinasia dan Yusuf, H.Edy AG. Tanpa Tahun. Analisis Penyerapan

Tenaga Kerja Sektoral Di Jawa Tengah (Pendekatan Demometrik).

Diakses tanggal 25 April 2011. http//epriants.undip.ac.id/26351/2/jurnal

ostinasia tindaon c2b006048

Anonim, Sejarah Mall Indonesia. Diakses tanggal 18 April 2011.

http//id.wikipedia.org

Anonim, Undang-undang Nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan. Diakses

tanggal15Juli2011 http://www.hukor.depkes.go.id/up_prod_uu/UU%20No

13 Ketenagakerjaan.pdf

76