thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t33052.doc · web viewmasalah keagenan timbul apabila...

21
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pasar Modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu pertama sebagai sarana bagi pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang diperoleh dari pasar modal dapat digunakan untuk pengembangan usaha, ekspansi, penambahan modal kerja dan lain-lain, kedua pasar modal menjadi sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi pada instrumen keuangan seperti saham, obligasi dan reksadana yang memiliki jangka waktu lebih dari satu tahun. Dengan demikian, masyarakat dapat menempatkan dana yang dimilikinya sesuai dengan karakteristik keuntungan dan risiko masing-masing instrumen. Undang-undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995 1

Upload: dodien

Post on 30-Mar-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t33052.doc · Web viewMasalah keagenan timbul apabila terjadi perbedaan kepentingan antara pihak manajer dan investor. Pada kriteria penilaian

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pasar Modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara

karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu pertama sebagai sarana bagi

pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana

dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang diperoleh dari pasar modal dapat

digunakan untuk pengembangan usaha, ekspansi, penambahan modal kerja dan

lain-lain, kedua pasar modal menjadi sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi

pada instrumen keuangan seperti saham, obligasi dan reksadana yang memiliki

jangka waktu lebih dari satu tahun. Dengan demikian, masyarakat dapat

menempatkan dana yang dimilikinya sesuai dengan karakteristik keuntungan dan

risiko masing-masing instrumen. Undang-undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995

tentang Pasar Modal mendefinisikan pasar modal sebagai “kegiatan yang

bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik

yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang

berkaitan dengan efek”.

Berdasarkan UU No.8 Tahun 1995 tentang pasar modal dan UU No.40 Tahun

2007 yang mengatur tentang perseroan terbatas wajib mempublikasikan laporan

keuangan sebagai wujud tanggung jawab manajemen terhadap pemilik perusahaan.

Manajemen (agent) sebagai pengelola perusahaan seringkali mengetahui lebih banyak

informasi dari pada para shareholder (principal). Namun informasi yang disampaikan

1

Page 2: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t33052.doc · Web viewMasalah keagenan timbul apabila terjadi perbedaan kepentingan antara pihak manajer dan investor. Pada kriteria penilaian

2

terkadang tidak menunjukan nilai perusahaan yang sebenarnya. Pihak manajemen

seringkali melakukan praktik akuntansi yang berorientasi pada laba untuk memenuhi

target laba yang harus dicapai pada akhir periode, hal itu dilakukan guna menarik

investor untuk menginvestasikan dananya pada saham yang dimiliki perusahaan

tersebut.

Terdapat berbagai cara dalam melakukan praktik akuntansi yang

berorientasi pada laba. Salah satu cara yang dilakukan manajemen dalam proses

penyusunan laporan keuangan yang dapat mempengaruhi tingkat laba yaitu

dengan manajemen laba (earning management) yang diharapkan dapat

meningkatkan kinerja perusahaan. Menurut Darwis (2012) manajemen laba adalah

tindakan yang dilakukan manajemen untuk meningkatkan atau menurunkan laba

perusahaan dalam laporan keuangan. Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi

Keuangan Nomor 1 tahun 2009 laporan keuangan adalah suatu penyajian

terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja perusahaan. Dengan adanya PSAK ini

maka perusahaan-perusahaan yang membuat laporan keuangan dituntut untuk

memberikan laporan keuangan sesuai dengan keadaan perusahaan yang

sebenarnya. Banyak perusahaan yang melakukan praktik manajemen laba,

biasanya praktik ini dilakukan untuk memberikan gambaran mengenai posisi

keuangan dalam periode tertentu bagi pihak berkepentingan tentunya dengan

manipulasi besarnya laba pada periode tersebut sehingga pihak yang

berkepentingan akan memandang baik posisi perusahaan tersebut. Tujuan

manajemen laba adalah untuk meningkatkan kesejahteraan pihak tertentu

walaupun dalam jangka panjang tidak terdapat perbedaan laba kumulatif

perusahaan dengan laba yang dapat di identifikasikan sebagai suatu keuntungan.

Page 3: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t33052.doc · Web viewMasalah keagenan timbul apabila terjadi perbedaan kepentingan antara pihak manajer dan investor. Pada kriteria penilaian

3

Skandal besar perusahaan yang melakukan praktik manajemen laba

terkemuka di Amerika yaitu Enron, sepanjang tahun 2002 bermula dari

kecurangan berupa rekayasa laporan keuangan yang overstated, menyesatkan dan

membingungkan. Muaranya adalah pada angka rugi-laba yang disajikan yang

telah direkayasa, lalu secara otomatis mempengaruhi harga saham, selanjutnya

kemerosotan kepercayaan masyarakat dan berakhir pada kebangkrutan

perusahaan. Peristiwa tersebut telah menempatkan kepercayaan politik terhadap

laporan keuangan yang semakin memudar. Skandal Enron tersebut menimbulkan

kerugian bagi Enron sebesar US$ 50 miliar, ditambah dengan kerugian dari

investor sebesar US$ 32 miliar dan ribuan pegawai Enron harus kehilangan dana

pensiun mereka sebesar US$ 1 miliar.

Fenomena adanya kecurangan akuntansi juga terjadi di Bursa Efek

Indonesia, yaitu kasus PT. Kimia Farma Tbk, PT Indofarma Tbk, dan PT. Lippo

mengindikasikan adanya praktek manajemen laba yang berawal dari terdeteksi

adanya manipulasi laba. PT. Kimia Farma Tbk pada tahun 2002 mengindikasikan

adanya praktek manajemen laba dengan menaikkan laba hingga Rp 31,7 milyar.

Praktik manajemen laba tersebut diduga terkait dengan keinginan

manajemen lama untuk dipilih kembali oleh pemerintah guna mengelola

perusahaan farmasi tersebut. PT. Indofarma Tbk pada tahun 2004 melakukan

praktek manajemen laba dengan menyajikan laba dengan menaikkan overstated

laba bersih senilai Rp. 28,780 milyar, sehingga dampak dari penilaian persediaan

barang dalam proses yang lebih tinggi dari yang seharusnya, sehingga harga

Page 4: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t33052.doc · Web viewMasalah keagenan timbul apabila terjadi perbedaan kepentingan antara pihak manajer dan investor. Pada kriteria penilaian

4

pokok penjualan tahun tersebut understated. Target yang ingin dicapai dalam

praktik ini adalah menaikkan laba (Bapepam,2004 dalam Handayani,2009).

Tabel 1.1

Kasus Manajemen Laba di Indonesia

No Perusahaan Kasus

1 Sinar Mas Group Melakukan pelanggaran kegaggalan mengumumkan kepada publik informasi material berupa penandatanganan perjanjian penyelesaian dengan krediturnya, tidak mengumumkan laporan keuangan tahunan, dan tidak menginformasikan kepada Bapepam mengenai gugatan piutang dagang dalam jumlah yang cukup material.

2 Indomobil Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) memutuskan bahwa tender penawaran saham perusahaan ini mengandung praktik persaingan usaha tidak sehat yang dilakukan oleh pemegang tender bekerja sama dengan penjual, penasehat keuangan dan pendamping tender.

3 Kimia Farma Perusahaan diduga melakukan mark up laporan keuangan, yang menggelembungkan laba sebesar Rp 32.668 miliar.

Kasus ini menyeret KAP yang mengaudit perusahaan ini meskipun KAP ini yang berinisiatif melakukan adanya overstated itu.

4 Lippo Bank Menerbitkan 3 versi laporan keuangan sekaligus yang saling berbeda antara satu dengan yang lain, yaitu laporan keuangan yang dipublikasikan dalam media masssa, laporan keuangan yang dilaporkan kepada Bapepam, dan laporan keuangan yang disampaikan akuntan public kepada manajer perusahaan ini. Selain itu, perusahaan ini dinilai telah mencantumkan pendapatan audit secara tidak hati-hati.

(Sumber : Sulistyo, 2008:147)

Page 5: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t33052.doc · Web viewMasalah keagenan timbul apabila terjadi perbedaan kepentingan antara pihak manajer dan investor. Pada kriteria penilaian

5

Kasus PT. Kimia Farma Tbk sesuai dengan penelitian Susilo (2007)

dimana pada tahun 2002 ditemukan pegelembungan (mark up) laba bersih pada

laporan keuangan dalam rangka meningkatkan profitabilitas perusahaan yang

diduga berhubungan dengan kepentingan pribadi manajemen. Hal inilah yang

menimbulkan praktik manajemen laba. Berdasarkan penyelidikan Bapepam

disebut bahwa KAP yang mengaudit laporan keuangan PT Kimia Farma (audit 31

Desember 2001) telah mengikuti standar audit yang berlaku, namun gagal

mendeteksi kecurangan tersebut. Selain itu, KAP tersebut juga tidak terbukti

membantu manajemen melakukan kecurangan tersebut.

Roychowdhury(2006) dalam Koyoumirsa (2011) dijelaskan bahwa

manajemen laba dapat dilakukan dengan laba akrual dan laba riil. Manajemen

akrual yaitu discretionary accrual yang tidak memiliki pengaruh terhadap arus

kas secara langsung yang disebut dengan manajemen laba akrual. Manajemen

laba akrual dilakukan pada akhir periode ketika manajer mengetahui laba sebelum

direkayasa sehingga dapat mengetahui berapa besar manipulasi yang diperlukan

agar target laba tercapai. Sedangkan manajemen laba riil dimulai dari praktik

operasional yang normal, yang dimotivasi oleh manajer yang berkeinginan untuk

menyesatkkan setidakknya beberapa stakeholder untuk percaya bahwa tujuan

pelaporan keuangan tertentu telah dipenuhi dalam operasi normal.

Manajemen laba dapat terjadi karena penyusunan laporan keuangan

menggunakan dasar akrual. Sistem akuntansi akrual sebagaimana yang ada pada

PABU (Prinsip Akuntansi Berterima Umum) memberikan kesempatan kepada

manajer untuk membuat pertimbangan akuntansi yang akan memberikan

Page 6: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t33052.doc · Web viewMasalah keagenan timbul apabila terjadi perbedaan kepentingan antara pihak manajer dan investor. Pada kriteria penilaian

6

pengaruh pada pendapatan yang dilaporkan. Dalam hal ini pendapatan

dimanipulasi melalui discretionary accrual.

Manajemen laba akrual kemungkinan besar akan menarik perhatian

auditor dibandingkan dengan keputusan-keputusan riil, seperti yang dihubungkan

dengan penetapan harga dan produksi. Selain itu, manajer yang mengandalkan

pada manajemen laba akrual saja akan beresiko jika realisasi akhir tahun defisit

antara laba yang tidak dimanipulasi dengan target laba yang diinginkan melebihi

jumlah yng dimungkinkan untuk memanipulasi akrual setelah akhir periode fiskal

Roychowdhury (2006) dalam Koyoumirsa (2011). Dalam studi Graham et al.

(2005) dalam Ujhiyantho (2007) memberikan bukti bahwa manajer menyukai

aktivitas manajemen laba riil dibandingkan laba akrual. Hal ini terjadi karena

manajemen riil bisa tidak dapat dibedakan dari keputusan bisnis optimal dan lebih

sulit untuk dideteksi, meskipun biaya-biaya yang digunakan dalam aktivitas

tersebut secara ekonomis signifikan bagi perusahaan.

Keputusan manajer dalam melakukan aktivitas manajemen yang berkaitan

dengan laba semata-mata bertujuan untuk menarik investor untuk menanamkan

sahamnya pada perusahaan tersebut. Sehingga laba pada umumnya dipandang

sebagai suatu dasar pengambilan keputusan investasi, prediksi untuk meramalkan

pertumbuhan laba yang akan datang. Semakin besar suatu perusahaan, maka

ketepatan pertumbuhan laba yang diharapkan semakin tinggi. Perusahaan besar

mempunyai intensif yang cukup besar untuk melakukan manajemen laba, karena

salah satu alasan utamanya adalah perusahaan besar harus mampu memenuhi

ekspektasi dari investor atau pemegang sahamnya. Perusahaan berukuran besar

Page 7: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t33052.doc · Web viewMasalah keagenan timbul apabila terjadi perbedaan kepentingan antara pihak manajer dan investor. Pada kriteria penilaian

7

dan sedang lebih memiliki tekanan yang kuat dari para stakeholdernya, agar

kinerja perusahaan sesuai dengan harapan para investornya dibandingkan dengan

perusahaan kecil. Hal ini mendorong manajemen untuk memenuhi harapan

tersebut. Kim (2003) mengemukakan bukti empiris yang berbeda, bahwa semua

ukuran perusahaan terbukti senantiasa melaporkan positive earnings, untuk

menghindari earnings losses (pelaporan kerugian) atau earnings decrease

(penurunan laba). Perilaku manajer tersebut akan berdampak pada adanya praktik

manipulasi laba dan perataan laba. Jensen dan Meckline (1976) menyebutkan

bahwa manipulasi laba adalah tindakan manajer dalam memodifikasi laba

akuntansi untuk memperoleh tanggapan positif terhadap kinerja mereka serta

memperoleh tanggapan positif dari pasar atas informasi yang disajikannya.

Apabila perusahaan mempunyai discretionary accrual yang akan

menaikkan laba, maka investor akan bereaksi negatif karena informasi laba

tersebut mencerminkan kinerja perusahan yang buruk sehingga harga saham akan

turun. Oleh karena itu manajemen laba akrual mempunyai pengaruh negatif

terhadap kinerja saham (Koyoumirsa, 2011). Hal ini didukung oleh penelitian

sebelumnya yang menyatakan bahwa manajemen laba tidak berkontribusi

terhadap kinerja keuangan (Arief, 2007).

Dalam penelitian Koyoumirsa (2011) menyatakan bahwa apabila

perusahaan melakukan manajemen laba riil maka perusahaan akan meningkatkan

laba yang akan meningkatkan kinerja perusahaan. Berbeda dengan penelitian

sebelumnya yang dilakukan oleh Fitriyani (2012) menyatakan bahwa manajemen

laba riil tidak berkontribusi terhadap kinerja perusahaan.

Page 8: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t33052.doc · Web viewMasalah keagenan timbul apabila terjadi perbedaan kepentingan antara pihak manajer dan investor. Pada kriteria penilaian

8

Fenomena ketidak konsistenan hasil penelitian tersebut membuat variabel

manajemen laba dengan kinerja perusahaan menjadi semakin menarik untuk

diteliti. dengan memasukkan satu variabel pemoderasi dalam penelitian ini.

Menurut Govindrajan (1998) dan Lucyanda (2001) dalam Suhartono dan Solichin

(2007) diperlukan upaya untuk merekonsiliasi ketidakonsistenan dengan

mengidentifikasi faktor-faktor konsolidasi antar variabel dengan pendekatan

kontijensi. Penggunaan variabel kontinjensi memungkinan, adanya variabel-

variabel lain yang bertindak sebagai variabel intervening atau variabel

moderating. Pendekatan kontijensi dalam penelitian ini adalah variabel

moderating (ukuran perusahaan) yang dapat mempengaruhi hubungan antara

manajemen laba akrual dan manajemen laba riil dengan kinerja perusahaan.

Handayani (2009) melakukan penelitian ukuran perusahaan memegang

peranan yang berbeda-beda dalam manajemen laba, perusahaan berukuran kecil

lebih banyak melakukan manajemen laba untuk menghindari penurunan earning

daripada perusahaan besar. Ukuran perusahaan merupakan hal yang penting

dalam proses pelaporan keuangan. Ukuran perusahaan dalam penelitian ini diukur

dengan melihat seberapa besar asset yang dimiliki oleh sebuah perusahaan. Aset

yang dimiliki perusahaan ini menggambarkan hak dan kewajiban serta

permodalan perusahaan. Dharmawati (2004) menyatakan bahwa perusahaan besar

pada dasarnya memiliki kekuatan finansial yang lebih besar dalam menunjang

kinerja, tetapi disisi lain, perusahaan dihadapkan pada masalah keagenan yang

lebih besar.

Page 9: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t33052.doc · Web viewMasalah keagenan timbul apabila terjadi perbedaan kepentingan antara pihak manajer dan investor. Pada kriteria penilaian

9

Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa hubungan keagenan

adalah sebuah kontrak antara manajer (agent) dengan investor (principal).

Masalah keagenan timbul apabila terjadi perbedaan kepentingan antara pihak

manajer dan investor. Pada kriteria penilaian kinerja perusahaan yang baik

berbagai aspek harus dipertimbangkan antara lain yaitu harapan dari pihak

manajer dan investor. Investor tentunya akan mengharapkan tingkat pengembalian

yang besar untuk investasi yang ditanamnya, sedangkan pihak manajer

menginginkan kinerja perusahaan agar kelangsungan hidup dari perusahaan dapat

terjamin. Pada saat ini terdapat berbagai alat ukur kinerja yang kadang berbeda

dari industri satu dengan industri yang lain. Tetapi sulit untuk mengatakan bahwa

alat ukur tersebut benar-benar merupakan alat ukur yang dapat menilai

keberhasilan perusahaan yang sebenarnya. Dalam penilaian kinerja keuangan

perusahaan, analisis rasio keuangan merupakan metode analisis keuangan yang

paling banyak digunakan di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari penggunaan

Indonesian Capital Market Directory, yang semakin luas sebagai dasar untuk

melihat kinerja keuangan perusahaan-perusahaan yang tercatat di Pasar Modal

Indonesia.

Dari uraian di atas peneliti dapat menarik beberapa masalah yang dapat

lebih di teliti sebagai berikut:

1. Semua perusahaan manufaktur berorientasi pada laba (profit oriented),

untuk meningkatkan pertumbuhan laba sehingga mampu memenuhi

ekspektasi dari investor maka berbagai cara dilakukan, termasuk

melakukan tindakan memanipulasi laba atau disebut juga manajemen

Page 10: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t33052.doc · Web viewMasalah keagenan timbul apabila terjadi perbedaan kepentingan antara pihak manajer dan investor. Pada kriteria penilaian

10

laba. Sehingga, laporan keuangan setelah dilakukan manajemen laba

akan memberikan gambaran keuangan perusahaan yang tidak

sebenarnya. Padahal menurut PSAK No 1 tahun 2009 yang

menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan yang membuat laporan

keuangan dituntut untuk memberikan laporan keuangan sesuai dengan

keadaan yang sebenarnya.

2. Dalam PABU penyusunan laporan keuangan melalui dasar akrual

diperbolehkan. Namun dasar akrual tersebut memungkinkan manajer

melakukan tindakan manajemen laba. Walaupun dalam jangka

panjang tidak terdapat perbedaaan laba kumulatif dengan laba yang

diidentifikasi sebagai suatu keuntungan.

3. Dalam penelitian yang dilakukan Handayani (2009) menyatakan

bahwa perusahaan berukuran kecil lebih banyak melakukan

manajemen laba untuk menghindari penurunan earning daripada

perusahaan berukuran besar. Oleh karena perusahaan berukuran kecil,

maka dengan adanya manajemen laba tersebut, auditor dapat dengan

mudah mendeteksi tindakan manipulasi laba tersebut. Akibatnya,

apabila investor mengetahui hal tersebut maka ekspektasi para

investor akan menurun dan menimbulkan siklus pendanaan yang

menurun.

4. Tindakan manajemen laba sehingga mampu meningkatkan kinerja

perusahaan, namun mampu menurunkan tingkat kepercayaan

Page 11: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t33052.doc · Web viewMasalah keagenan timbul apabila terjadi perbedaan kepentingan antara pihak manajer dan investor. Pada kriteria penilaian

11

shareholer apabila perusahaan mempunyai tingkat discretionary

accrual yang tinggi.

Penelitian ini merupakan penelitian pendukung yang dilakukan oleh

Koyoumirsa (2011). Perbedaan penelitian ini terletak pada variabel dan sampel

yaitu menambah variabel pemoderasi ukuran perusahaan serta sampel yang

digunakan adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

pada tahun 2008-2011.

Berdasarkan latar belakang dan penelitian terdahulu, maka peneliti tertarik

untuk meneliti kembali penulis mengambil judul : “KONTRIBUSI

MANAJEMEN LABA TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN MELALUI

UKURAN PERUSAHAAN SEBAGAI VARIABEL MODERATING”.

B. Pembatasan Masalah

Batasan masalah yang dilakukan penulis agar pembahasan dalam penelitian tidak

meluas adalah terbatas pada permasalahan:

1. Meneliti Perusahaan di Bursa Efek Indonesia periode yang ditentukan yaitu

2008-2011

2. Meneliti Kinerja Perusahaan sehingga pembatasan pada ruang lingkup

Annual Report dan ICMD (Indonesian Capital Market Directory).

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

Page 12: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t33052.doc · Web viewMasalah keagenan timbul apabila terjadi perbedaan kepentingan antara pihak manajer dan investor. Pada kriteria penilaian

12

1. Apakah manajemen laba akrual berkontribusi positif terhadap kinerja

perusahaan?

2. Apakah manajemen laba riil berkontribusi positif terhadap kinerja

perusahaan?

3. Apakah ukuran perusahaan berkontribusi positif terhadap hubungan antara

manajemen laba akrual dengan kinerja perusahaan?

4. Apakah ukuran perusahaan berkontribusi positif terhadap hubungan antara

manajemen laba riil dengan kinerja perusahaan?

5. Apakah ukuran perusahaan berkontribusi positif terhadap kinerja perusahaan?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang ada dalam penelitian ini, maka tujuan

penelitian adalah :

1. Untuk mendapatkan bukti secara empiris apakah manajemen laba akrual

berkontribusi negatif terhadap kinerja perusahaan.

2. Untuk mendapatkan bukti secara empiris apakah manajemen laba riil

berkontribusi positif terhadap kinerja perusahaan.

3. Untuk mendapatkan bukti secara empiris apakah ukuran perusahaan

berkontribusi positif terhadap hubungan anatara manajemen laba akrual dengan

kinerja perusahaan.

4. Untuk mendapatkan bukti secara empiris apakah ukuran perusahaan

berkontribusi terhadap hubungan anatara manajemen laba riil dengan kinerja

perusahaan.

Page 13: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t33052.doc · Web viewMasalah keagenan timbul apabila terjadi perbedaan kepentingan antara pihak manajer dan investor. Pada kriteria penilaian

13

5. Untuk mendapatkan bukti secara empiris apakah ukuran perusahaan

berkontribusi positif terhadap kinerja perusahaan.

E. Manfaat Penelitian

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada

pengembangan teori, terutama kajian akuntansi keuangan mengenai

manajemen laba dan ukuran perusahaan terhadap kinerja perusahaan.

2. Bagi ilmu pengetahuan dapat memberikan petunjuk dalam penelitian

berikutnya mengenai hal-hal yang mempengaruhi kinerja perusahaan.

3. Bagi peneliti lain penelitian ini diharapkan berguna untuk menambah

pengetahuan tentang informasi sekaligus sebagai bahan acuan untuk

perbandingan dalam penelitian yang serupa.

4. Bagi penulis, penelitian ini sangat berguna menambah pengetahuan mengenai

kesulitan-kesulitan yang dihadapi perusahaan dan dunia usaha, juga

merupakan penerapan teori-teori yang diperoleh dengan praktik yang terjadi di

lapangan.