i . pendahuluan 1.1 latar belakang -...

47
1 I . PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jagung (Zea mays. L.) merupakan kebutuhan yang cukup penting bagi kehidupan manusia dan hewan. Jagung mempunyai kandungan gizi dan serat kasar yang cukup memadai sebagai bahan makanan pokok pengganti beras. Selain sebagai makanan pokok, jagung juga merupakan bahan baku makanan ternak. Kebutuhan akan konsumsi jagung di Indonesia terus meningkat. Hal ini didasarkan pada makin meningkatnya tingkat konsumsi perkapita per tahun dan semakin meningkatnya jumlah penduduk Indonesia (Anonim, 2012a). Masyarakat Indonesia mengkonsumsi beras sebagai bahan pangan utama setiap hari. Keadaan ini menjadikan negara Indonesia sangat bergantung pada komoditas tersebut. Ketergantungan masyarakat dalam mengkonsumsi beras akan berdampak pada peningkatan kebutuhan beras yang tinggi. Fenomena semacam ini pada akhirnya akan mempengaruhi harga beras dipasaran sehingga masyarakat kesulitan untuk memenuhi kebutuhan mereka akan beras. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengkajian secara mendalam untuk komoditas non-beras serta peluang pengembangan dan pemanfataannya bagi masyarakat serta Negara (Anonim, 2012b). Jagung merupakan salah satu komoditas unggulan di kabupaten Bantaeng memiliki nilai ekonomi penting dalam usaha pertanian. Permintaan jagung untuk kebutuhan bahan pakan ternak terus meningkat, sementara kemampuan produksi masih terbatas. Jagung merupakan salah satu tanaman yang banyakdikembangkan di kabupaten Bantaeng seperti dikecamatan Tompo bulu dan kecamatan Pa’jukukang. Varietas yang ditanam di kedua kecamatan tersebut umumnya lokal hibrida dan petani menanam untuk keperluan pemasaran seperti untuk sayur-sayuran dan kebutuhan pakan ternak. Varietas jagung hibrida dari tahun ketahun terus berkembang seiring dengan perkembangan teknologi. Di pasaran telah beredar berbagai varietas jagung hibrida seperti Bisi 2, Bisi 16, NK 22, NK 33, Pionir, Semar dan lain sebagainya. Namun demikian, petani di beberapa desa telah menggunakan varietas hibrida seperti Bisi 2, NK 22.

Upload: doanduong

Post on 25-Apr-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: I . PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3662/SKRIPSI... · pengembangan dan pemanfataannya bagi masyarakat serta

1

I . PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jagung (Zea mays. L.) merupakan kebutuhan yang cukup penting bagi

kehidupan manusia dan hewan. Jagung mempunyai kandungan gizi dan serat kasar

yang cukup memadai sebagai bahan makanan pokok pengganti beras. Selain sebagai

makanan pokok, jagung juga merupakan bahan baku makanan ternak. Kebutuhan

akan konsumsi jagung di Indonesia terus meningkat. Hal ini didasarkan pada makin

meningkatnya tingkat konsumsi perkapita per tahun dan semakin meningkatnya

jumlah penduduk Indonesia (Anonim, 2012a).

Masyarakat Indonesia mengkonsumsi beras sebagai bahan pangan utama

setiap hari. Keadaan ini menjadikan negara Indonesia sangat bergantung pada

komoditas tersebut. Ketergantungan masyarakat dalam mengkonsumsi beras akan

berdampak pada peningkatan kebutuhan beras yang tinggi. Fenomena semacam ini

pada akhirnya akan mempengaruhi harga beras dipasaran sehingga masyarakat

kesulitan untuk memenuhi kebutuhan mereka akan beras. Oleh karena itu, perlu

dilakukan pengkajian secara mendalam untuk komoditas non-beras serta peluang

pengembangan dan pemanfataannya bagi masyarakat serta Negara (Anonim, 2012b).

Jagung merupakan salah satu komoditas unggulan di kabupaten Bantaeng memiliki nilai

ekonomi penting dalam usaha pertanian. Permintaan jagung untuk kebutuhan bahan pakan ternak

terus meningkat, sementara kemampuan produksi masih terbatas. Jagung merupakan salah satu

tanaman yang banyak dikembangkan di kabupaten Bantaeng seperti dikecamatan Tompo

bulu dan kecamatan Pa’jukukang. Varietas yang ditanam di kedua kecamatan tersebut umumnya

lokal hibrida dan petani menanam untuk keperluan pemasaran seperti untuk sayur-sayuran dan

kebutuhan pakan ternak. Varietas jagung hibrida dari tahun ketahun terus berkembang seiring

dengan perkembangan teknologi.

Di pasaran telah beredar berbagai varietas jagung hibrida seperti Bisi 2, Bisi 16, NK 22, NK

33, Pionir, Semar dan lain sebagainya. Namun demikian, petani di beberapa desa telah

menggunakan varietas hibrida seperti Bisi 2, NK 22.

Page 2: I . PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3662/SKRIPSI... · pengembangan dan pemanfataannya bagi masyarakat serta

2

Di desa Lembang Gantarang Keke kecamatan Tompobulu, para petani selain menanam

varietas hibrida untuk dipanen dalam bentuk tongkol kering, banyak pula menanam jagung varietas

hibrida untuk dipetik dalam keadaan muda. Panen jagung muda dirasakan menguntungkan

petani, karena dapat dipanen mulai umur 60 hari setelah tanam. Panen jagung hibrida muda

sangat diminati di lapangan, karena umurnya pendek, pemasarannya cukup lancar. Permintaan

masyarakat terhadap jagung hibrida tongkol muda dan pipilan selalu meningkat, hal ini disebabkan

karena kandungan karbohidrat dalam biji jagung mengandung gula (glukosa dan fruktosa), sukrosa,

polisakarida dan pati yang menyebabkan rasa manis. Pengukuran kadar air dalam suatu

bahan sangat diperlukan dalam berbagai bidang. Salah satu bidang yang memerlukan

pengukuran kadar air adalah bidang pertanian. Salah satu Komoditi pertanian yang

cukup penting untuk diketahui kadar airnya diantaranya adalah jagung . Mutu jagung

terutama ditentukan oleh kadar airnya, semakin tinggi kadar air jagung, mutunya

semakin jelek. Tingginya kadar air jagung dapat berakibat tumbuhnya jamur-jamur

penghasil mikotoksin (racun) yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Kadar

air juga perlu diketahui untuk biji-bijian yang lain (Astuti, 2010).

Berdasarkan uraian diatas maka dilakukan penelitian untuk mengetahui kadar

air dalam suatu bahan makanan seperti jagung. Metode yang digunakan adalah

metode oven pengering. Prinsip dari metode oven pengering adalah bahwa air yang

terkandung dalam suatu bahan akan menguap bila bahan tersebut dipanaskan pada

suhu 105o C selama waktu tertentu.

Page 3: I . PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3662/SKRIPSI... · pengembangan dan pemanfataannya bagi masyarakat serta

3

1.2 Tujuan dan Kegunaan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan warna yang terjadi

pada jagung hibrida varietas BISI 2 dan NK22 mulai dari dua minggu sebelum panen

sampai dengan dua minggu setelah hari panen.

Kegunaan penelitian ini adalah diharapkan dapat memberikan pengetahuan

tentang prinsip penetapan kadar air dengan metode oven pengering. Serta

memberikan gambaran umum tentang kadar air yang terdapat di dalam jagung

Page 4: I . PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3662/SKRIPSI... · pengembangan dan pemanfataannya bagi masyarakat serta

4

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Tumbuhan Jagung

Jagung merupakan tanaman semusim (Annual Plants). Satu siklus hidupnya

diselesaikan dalam 80 – 150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap

pertumbuhan vegetatif, dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif. Tinggi

tanaman jagung sangat bervariasi. Meskipun tanaman jagung umumnya memiliki

ketinggian antara 1 meter sampai 3 meter, namun ada varietas yang dapat mencapai

tinggi 6 meter. Tinggi tanaman bisa diukur dari permukaan tanah hingga ruas teratas

sebelum bunga jantan (Suprapto,2011).

Jagung adalah termasuk tanaman monokotil (tumbuhan berbiji tunggal)

sehingga perakarannya pun tergolong akar serabut yang kedalamannya dapat

mencapai 8 meter, meskipun sebagian besar berada pada kisaran 2 meter. Batang

tanaman jagung tegak dan mudah terlihat, seperti sorgum dan tebu (Suprapto,1995).

2.2 Manfaat Jagung

Jagung merupakan tanaman sumber bahan pangan pokok bagi sebagian

masyarakat, selain gandum, padi atau beras. Jagung kaya akan karbohidrat.

Kandungan karbohidrat yang terkandung dalam jagung dapat mencapai 80% dari

seluruh bahan kering biji jagung. Karbohidrat itulah yang dapat menambah atau

memberikan asupan kalori pada tubuh manusia, yang merupakan sumber tenaga

sehingga jagung dijadikan sebagai bahan makanan pokok (Mubyarto, 2002).

Menurut (Mubyarto, 2002) manfaat jagung sebagai berikut :

1. Buahnya merupakan sumber karbohidrat bagi manusia.

2. Sebagai salah satu sumber pangan pokok.

3. Daunnya dapat digunakan untuk pakan ternak kambing, sapi, maupun kerbau.

4. Batangnya yang sudah kering dapat digunakan untuk kayu bakar.

5. Tulang jagung (jenggel) dapat digunakan sebagai kayu bakar.

Page 5: I . PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3662/SKRIPSI... · pengembangan dan pemanfataannya bagi masyarakat serta

5

6. Kulit dari buah jagung dapat digunakan sebagai pengganti kertas sigaret pada

rokok, serta dapat digunakan sebagai bungkus makanan kecil seperti dodol

7. Buahnya dapat diolah menjadi berbagai macam makanan, seperti nasi jagung,

jagung bakar, berondong (popccorn), dan juga sebagai pakan ternak.

klasifikasi tanaman jagung adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)

Divisio : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)

Sub Divisio : Angiospermae (berbiji tertutup)

Classis : Monocotyledone (berkeping satu)

Ordo : Graminae (rumput-rumputan)

Familia : Graminaceae

Genus : Zea

Species : Zea mays L.

Gambar 1. Tanaman Jagung hibrida (Mubyarto, 2002).

2.3 Kadar Air

Kadar air merupakan presentasi kandungan air suatu bahan yang dapat

dinyatakan berdasarkan berat basah (web basis) atau berdasarkan berat kering (dry

basis). Kadar air berat basah mempunyai batas maksimum teoritis sebesar 100%,

sedangkan kadar air berdasarkan berat kering dapat lebih dari 100%. Kadar air

Page 6: I . PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3662/SKRIPSI... · pengembangan dan pemanfataannya bagi masyarakat serta

6

merupakan banyaknya air yang terkandung dalam bahan, yang dinyatakan dalam

persen (%). Kadar air juga salah satu karakteristik yang sangat penting pada bahan

pangan, karena air dapat mempengaruhi penampakan, tekstur dan citarasa pada bahan

pangan. Kadar air cenderung menurun dengan meningkatnya lama pengeringan,

proses pengeringan sangat dipengaruhi oleh lama pengeringan. Pengeringan dengan

menggunakan suhu yang tinggi dapat mengakibatkan pengeringan yang tidak merata,

yaitu bagian luar kering sedangkan bagian dalam masih banyak mengandung air

(Syarif dan Halid, 1993).

Tabrani (1997), menyatakan bahwa kadar air merupakan pemegang peranan

penting, kecuali “temperature”maka aktifitas air mempunyai tempat tersendiri dalam

proses pembusukan. Kadar air suatu bahan biasanya dinyatakan dalam presentasi

berat bahan basah, misalnya dalam gram air untuk setiap 100 g bahan disebut berat

kadar air basah. Kadar air ini basis basah dapat ditentukan dengan persamaan berikut:

m = 100%………………………………………………………………….(1)

Cara lain untuk menyatakan kadar air adalah kadar air basis kering yaitu : air

yang diuapkan dibagi berat bahan setelah pengeringan dikurangi berat bahan setelah

pengeringan dan dinyatakan dalam persamaan berikut:

M = 100%………………………………………………………………….. .(2)

Dimana:

M = kadar air basis kering (%)

m = kadar air basis basah (%)

Wm = berat air dalam bahan (g)

Wd = berat bahan kering mutlak (g)

Wt = berat total = Wm + Wd (g)

Berat bahan kering ialah berat bahan setelah mengalami pemanasan beberapa

waktu tertentu sehingga beratnya tetap (konstan). Pada proses pengeringan air yang

terkandung dalam bahan tidak dapat seluruhnya diuapkan (Kusumah, Herminianto

dan Andarwulan, 1989).

Page 7: I . PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3662/SKRIPSI... · pengembangan dan pemanfataannya bagi masyarakat serta

7

Kandungan air dalam pangan dapat ditentukan dengan beberapa metode

penetapan kadar air. Penentuan kadar air bahan perlu dilakukan untuk mengetahui

jumlah air yang terdapat dalam bahan sehingga dapat ditentukan proses

penanganan/pengolahan selanjutnya dan menentukan kualitas produk akhir serta

digunakan untuk menentukan daya awet suatu bahan karena jumlah air dalam bahan

pangan biasanya dapat menjadi tolak ukur bagi keberadaan mikroorganisme perusak

bahan pangan khususnya pada aktifitas air bahan (Buckle, 2008).

Penentuan kadar air melibatkan kondisi yang kompleks dan terdiri atas

beberapa macam metode yang sangat tepat, cepat, serta bervariasi. Pemilihan metode

penetapan kadar air yang tepat sangat perlu dilakukan karena ada beberapa metode

yang dapat digunakan untuk menentukan kadar air maksimal bahan, tetapi dapat

menyebabkan penguapan senyawa volatil bahan, terjadi dekomposisi zat-zat organik,

maupun jenis kerusakan lain akibat pemanasan. Oleh karena itu, perlu diperhatikan

sifat dan keadaan bahan yang akan dianalisis (Buckle, 2008).

Metode penentuan kadar air bahan dapat dilakukan dengan beberapa cara,

yaitu metode thermogravimetri, destilasi, khemis, dan fisis. Prinsip analisa penetapan

kadar air secara thermogravimetri adalah pemanasan bahan pada titik didih air

sehingga air akan menguap, lalu ditimbang berat sebelum dan sesudah pemanasan.

Selisih berat bahan sebelum dan sesudah dipanaskan adalah kadar air bahan.

Sedangkan prinsip analisa penetapan kadar air dengan metode thermovolumetri

adalah menguapkan air dengan cairan kimia yang mempunyai titik didih lebih tinggi

daripada air dan tidak dapat bercampur dengan air serta mempunyai berat jenis lebih

rendah daripada air sehingga air akan terpisah dan dapat diukur kadarnya. Kadar air

dry bulb (db) adalah kadar air yang ditentukan pada saat suhu yaitu pada saat suhu

diukur dengan pembacaan termometer biasa atau termometer yang bolanya dalam

kondisi kering. Kadar air %db dapat dicari dengan rumus Ka % db = (b-c)/(c-a) x

100%. Kadar air % db menghitung jumlah air yang ada di dalam bahan dibandingkan

terhadap berat bahan kering dan dikalikan 100% (mencari kadar air dalam kondisi

bahan kering) (Buckle, 2008).

Page 8: I . PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3662/SKRIPSI... · pengembangan dan pemanfataannya bagi masyarakat serta

8

Menurut (Syarif dan Halid, 1993), menyatakan bahwa Ada beberapa macam

metoda kadar air, yakni :

a. Metoda pemanasan langsung

b. Metoda pengering vakum

c. Metoda karl fischer

Dalam penetapan kadar air pada sampel dilakukan metoda pemanasan

langsung. Metoda pemanasan langsung digunakan untuk menetapkan kadar air dari

zat yang tidak mudah rusak atau menguap pada suhu pemanasan 100 oC – 105 oC.

Penetapan ini relatif sederhana dimana contoh yang telah ditimbang atau diketahui

bobotnya dipanaskan dalam suatu pengering listrik pada suhu 100o – 105oC sampai

bobot tetap. Selisih bobot contoh awal dengan bobot tetap yang telah dicapai setelah

pengeringan adalah air yag telah menguap (Syarif dan Halid, 1993).

Kadar air wet bulb (wb) adalah kadar air yang ditentukan pada saat suhu wet

bulb yaitu ketika suhu campuran uap air-udara sebagaimana yang dinyatakan oleh

pengukuran dengan termometer yang ”bulb-nya” diselimuti dengan lapisan tipis cair.

Kadar air %wb dapat dicari dengan rumus Ka %wb= (b-c)/(b-a) x 100%. Kadar air %

wb menghitung jumlah air yang ada di dalam bahan dibandingkan terhadap berat

bahan basah dan dikalikan 100% (mencari kadar air dalam kondisi bahan basah)

(Sudewo, 2009).

Kadar air panen rata-rata biji jagung adalah 20% namun bila daerah

penanaman adalah daerah kering biasanya kadar air panen biji bisa mencapai 17%.

Selanjutnya biji jagung dikeringkan untuk mengurangi kadar air bahan hingga

mencapai kadar air kesetimbangan (Susila, 2010). Pernyataan yang sama juga

dijelaskan oleh Mwithiga (2004) bahwa biji jagung biasanya dipanen pada kadar air

20% basis basah atau lebih rendah dan sebagian besar pengolahan akan berlangsung

antara kadar air ini dan menuju kadar air kesetimbangan dengan kadar air 12% basis

basah.

Page 9: I . PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3662/SKRIPSI... · pengembangan dan pemanfataannya bagi masyarakat serta

9

2.4 Warna Bahan Pangan

Warna merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi penerimaan produk

pangan (Holinesti, 2009). Penentuan mutu bahan makanan pada umumnya sangat

bergantung pada beberapa faktor di antaranya cita rasa, warna, tekstur, dan nilai

gizinya, disamping itu ada faktor lain, misalnya sifat mikrobiologis. Tetapi sebelum

faktor-faktor lain dipertimbangkan, secara visual faktor warna tampil lebih dahulu

dan kadang-kadang sangat menentukan. Suatu bahan yang dinilai bergizi, enak dan

teksturnya sangat baik tidak akan dimakan apabila memiliki warna yang tidak sedap

dipandang atau memberi kesan menyimpang dari warna seharusnya. Selain sebagai

faktor yang ikut menentukan mutu, warna juga dapat digunakan sebagai indikator

kesegaran atau kematangan. Warna bahan pangan secara alami disebabkan oleh

senyawa organik yang disebut pigmen. Di dalam buah dan sayuran terdapat empat

kelompok pigmen yaitu khlorophil, karotenoid, anthocyanin dan anthoxanthin.

(Gusti, 1996).

2.5 Pengukuran Warna

Warna suatu bahan dapat diukur dengan menggunakan alat colorimeter,

spektrometer, atau alat-alat lain yang dirancang khusus untuk mengukur warna.

Tetapi alat-alat tersebut biasanya terbatas penggunaannya untuk bahan cair yang

tembus cahaya seperti sari buah, bir atau warna hasil ekstraksi. Untuk bahan cairan

yang tidak tembus cahaya atau padatan, warna bahan dapat diukur dengan

membandingkannya terhadap suatu warna standar yang dinyatakan dalam angka-

angka. Salah satu atribut utama dalam gambar adalah warna. Warna digunakan dalam

seni, fotografi dan visual-personalisasi untuk menyampaikan informasi atau untuk

menyampaikan kondisi tertentu dari suatu objek (Leon, 2005).

Peranan warna dalam mutu bahan pangan adalah sangat penting, karena

umumnya konsumen atau pembeli sebelum mempertimbangkan nilai gizi dan rasa,

pertama-tama akan tertarik oleh keadaan warna bahan. Bila warna bahan makanan

kurang cocok dengan selera atau menyimpang dari warna normal, bahan makanan

Page 10: I . PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3662/SKRIPSI... · pengembangan dan pemanfataannya bagi masyarakat serta

10

tersebut tidak akan dipilih oleh konsumen, walaupun rasa, nilai gizi dan faktor-faktor

lainnya normal. Bahkan sering konsumen mempergunakan warna dari bahan

makanan sebagai indikasi mutu yang ada pada bahan makanan. Hal yang sama juga

dijelaskan Leon (2005) bahwa penampilan fisik dan warna adalah parameter pertama

bagi konsumen untuk menentukan kualitas dari suatu produk secara subjektif.

Selama proses grading dan pengemasan produk-produk makanan, warna

seringkali menjadi indikator untuk menunjukkan tingkat kualitas produk. Oleh karena

itu, penentuan warna dalam industri makanan tidak hanya untuk alasan ekonomi,

tetapi juga untuk kualitas merek dan standarisasi. Ketika bahan mengalami

penyimpangan dalam proses pengolahannya, baik proses pemanasan, pengeringan

atau proses lainnya maka secara fisik selain terjadi perubahan tekstur, warna dari

bahan juga akan mengalami perubahan. Selama proses pengolahan, warna bahan akan

mengalami perubahan yang cepat terhadap waktu, suhu dan cahaya. Instrument yang

sangat berguna dalam mengukur warna adalah kamera digital. Kamera digital

memiliki tangkapan warna yang jelas dari setiap pixel dari gambar objeknya. Dengan

jenis kamera tertentu, cahaya yang dipantulkan oleh suatu benda dideteksi oleh tiga

sensor per pixel. Model warna yang paling sering digunakan adalah model RGB.

Setiap sensor menangkap intensitas cahaya dalam merah (R), hijau (G) atau biru (B)

spektrum masing-masing. Dalam menganalisis gambar digital dari suatu objek maka

terlebih dahulu dilakukan analisis titik, meliputi sekelompok kecil pixel dengan

tujuan mendeteksi karakteristik kecil dari objek dan selanjutnya dilakukan analisis

global dengan menggunakan histogram warna untuk menganalisis homogenitas dari

objek (Leon, 2005).

Page 11: I . PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3662/SKRIPSI... · pengembangan dan pemanfataannya bagi masyarakat serta

11

Gambar 2. CIE Color Space (Gokmen, 2006)

Cara pengukuran warna yang lebih teliti dilakukan dengan mengukur

komponen warna dalam besaran value, hue dan chroma. Nilai value menunjukkan

gelap terangnya warna, nilai hue mewakili panjang gelombang yang dominan yang

akan menentukan apakah warna tersebut merah, hijau atau kuning, sedangkan chroma

menunjukkan intensitas warna. Ketiga komponen itu diukur dengan menggunakan

alat khusus yang mengukur nilai kromatisitas suatu bahan. Angka-angka yang

diperoleh berbeda untuk setiap warna, kemudian angka-angka tersebut diplotkan ke

dalam diagram kromatisitas (Hardiyanti et al., 2009).

2.6 Model CIELAB

CIELAB merupakan model warna yang dirancang untuk menyerupai persepsi

penglihatan manusia dengan menggunakan tiga komponen yaitu L sebagai luminance

(pencahayaan) dan a dan b sebagai dimensi warna yang berlawanan. Perancangan

sistem aplikasi ini menggunakan model warna CIELAB pada proses segmentasi dan

proses color moments. Color moments merupakan metode yang cukup baik dalam

pengenalan ciri warna. Color moments menghasilkan tiga moments level rendah dari

sebuah objek dengan cukup baik. Model warna ini dipilih karena terbukti

memberikan hasil yang lebih baik daripada model warna RGB dalam mengukur nilai

kemiripan ciri warna terhadap objek. Model warna CIELAB juga dapat digunakan

Page 12: I . PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3662/SKRIPSI... · pengembangan dan pemanfataannya bagi masyarakat serta

untuk membuat koreksi kes

kontras pencahayaan yang sulit dan tidak mungkin dilakukan oleh model warna RGB

(Isa dan Yoga, 2008).

CIELAB juga merupakan ruang warna yang didefinisikan CIE pada tahun

1967. Dengan CIELAB kita mulai diberikan pandangan serta makna dari setiap

dimensi yang dibentuk, yaitu besaran CIE_L* untuk mendeskripsikan kecerahan

warna, 0 untuk hitam dan 100 untuk putih. Dimensi CIE_a* mendeskripsikan jenis

warna hijau-merah, dimana angka negati

sebaliknya CIE_a* positif mengindikasi

warna biru-kuning, dimana angka negatif b* mengindikasikan warna biru dan

sebaliknya CIE_b* positif mengindikasikan warna kuning (Hunterlab, 2008).

Gambar

Gambar

untuk membuat koreksi keseimbangan warna yang lebih akurat dan untuk mengatur

ntras pencahayaan yang sulit dan tidak mungkin dilakukan oleh model warna RGB

CIELAB juga merupakan ruang warna yang didefinisikan CIE pada tahun

1967. Dengan CIELAB kita mulai diberikan pandangan serta makna dari setiap

dibentuk, yaitu besaran CIE_L* untuk mendeskripsikan kecerahan

warna, 0 untuk hitam dan 100 untuk putih. Dimensi CIE_a* mendeskripsikan jenis

merah, dimana angka negatif a* mengindikasikan warna hijau dan

sebaliknya CIE_a* positif mengindikasi warna merah. Dimensi CIE_b* untuk jenis

kuning, dimana angka negatif b* mengindikasikan warna biru dan

sebaliknya CIE_b* positif mengindikasikan warna kuning (Hunterlab, 2008).

Gambar 3. CIELAB Color Model (Pratomo, 2011)

Gambar 4. Diagram Kromatisasi CIE (Pratomo, 2011)

12

imbangan warna yang lebih akurat dan untuk mengatur

ntras pencahayaan yang sulit dan tidak mungkin dilakukan oleh model warna RGB

CIELAB juga merupakan ruang warna yang didefinisikan CIE pada tahun

1967. Dengan CIELAB kita mulai diberikan pandangan serta makna dari setiap

dibentuk, yaitu besaran CIE_L* untuk mendeskripsikan kecerahan

warna, 0 untuk hitam dan 100 untuk putih. Dimensi CIE_a* mendeskripsikan jenis

a* mengindikasikan warna hijau dan

warna merah. Dimensi CIE_b* untuk jenis

kuning, dimana angka negatif b* mengindikasikan warna biru dan

sebaliknya CIE_b* positif mengindikasikan warna kuning (Hunterlab, 2008).

. CIELAB Color Model (Pratomo, 2011)

romatisasi CIE (Pratomo, 2011)

Page 13: I . PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3662/SKRIPSI... · pengembangan dan pemanfataannya bagi masyarakat serta

13

Nilai Lab* dapat mengalami perubahan. Perubahan nilai selama proses

pengeringan dapat terjadi jika warna bahan mengalami perubahan. Berdasarkan

Nasrah (2010) perubahan-perubahan nilai Lab* dapat dituliskan sebagai berikut:

a. Perubahan nilai L* (∆L)

Parameter yang digunakan untuk menilai sejauh mana perubahan nilai L*

yang dihasilkan. Dimana nilai positif menandakan sampel lebih terang dari

sebelumnya dan nilai negatif menandakan sampel lebih gelap dari sebelumnya.

∆L* L*0 – L* ............................……......................................................... (3)

Dimana :

∆L* = Perubahan nilai L* selama waktu tertentu

L*0 = Nilai L* untuk sampel pada kondisi awal

L* = Nilai L* untuk sampel selama waktu tertentu

b. Perubahan nilai a* (∆a)

Parameter yang digunakan untuk menilai sejauh mana perubahan nilai a*

yang dihasilkan. Dimana nilai positif menandakan sampel lebih merah dari

sebelumnya dan nilai negatif menandakan sampel lebih hijau dari sebelumnya.

∆a* a*0 – a* ............................................……................................................. (4)

Dimana :

∆a* = Perubahan nilai a* selama waktu tertentu

a*0 = Nilai a* untuk sampel pada kondisi awal

a* = Nilai a* untuk sampel selama waktu tertentu

c. Perubahan nilai b* (∆b)

Parameter yang digunakan untuk menilai sejauh mana perubahan nilai b*

yang dihasilkan. Dimana nilai positif menandakan sampel lebih kuning dari

sebelumnya dan nilai negatif menandakan sampel lebih biru dari sebelumnya.

∆b* b*0 – b* ......................................................................................................(5)

Page 14: I . PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3662/SKRIPSI... · pengembangan dan pemanfataannya bagi masyarakat serta

14

Dimana :

∆b* = Perubahan nilai b* selama waktu tertentu

b*0 = Nilai b* untuk sampel pada kondisi awal

b* = Nilai b* untuk sampel selama waktu tertentu

d. Total perubahan nilai Lab* (∆E*)

Parameter yang digunakan untuk menilai sejauh mana perubahan/perbedaan

nilai Lab* yang dihasilkan. Dimana semakin besar nilai ∆E* maka semakin besar

pula perubahan/perbedaan nilai Lab* yang terjadi. Dan begitu pula sebaliknya,

semakin kecil nilai ∆E* maka semakin kecil pula perubahan/perbedaan nilai Lab*

yang terjadi.

∆E* √DL + Da + Db …...........…......................................................... (6)

Dimana :

∆E* = Perubahan nilai Lab* selama waktu tertentu

∆L* = Perubahan nilai L* selama waktu tertentu

∆a* = Perubahan nilai a* selama waktu tertentu

∆b* = Perubahan nilai b* selama waktu tertentu

e. Total perubahan tingkat saturasi warna (C* dan ∆C*)

Parameter yang digunakan untuk menilai sejauh mana tingkat saturasi warna

yang dihasilkan. Dimana semakin tinggi nilai C*, maka semakin tinggi pula

saturasi warna yang dihasilkan. Dan begitu pula sebaliknya, semakin rendah nilai

C*, semakin rendah pula nilai saturasi yang dihasilkan.

Peningkatan atau penurunan saturasi warna. Hal ini disebabkan karena tinggi

rendahnya nilai saturasi untuk tiap-tiap warna berbanding lurus “(linier)” dengan

terang gelapnya suatu gambar (Anonim, 2012c).

C* √ + .……........................................................................... (7)

∆C* C*0 – C* .............................…..………………………………. (8)

Page 15: I . PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3662/SKRIPSI... · pengembangan dan pemanfataannya bagi masyarakat serta

15

Dimana :

C* = Nilai saturasi sampel selama waktu tertentu

a* = Nilai a* untuk sampel selama waktu tertentu

b* = Nilai b* untuk sampel selama waktu tertentu

∆C* = Perubahan nilai C* selama waktu tertentu

C*0 = Nilai saturasi sampel pada kondisi awal

f. Perubahan warna/hue (∆H*)

Parameter yang digunakan untuk melihat perubahan warna yang dihasilkan.

Dimana semakin besar nilai ∆H* maka semakin besar pula perubahan warna yang

terjadi. Dan begitu pula sebaliknya, semakin kecil nilai ∆H* maka semakin kecil

pula perubahan warna yang terjadi.

∆H*√DE − DL − DC ….........................…………………………. (9)

Dimana :

∆H* = Perubahan warna selama waktu tertentu

∆E* = Perubahan nilai Lab* selama waktu tertentu

∆L* = Perubahan nilai L* selama waktu tertentu

∆C* = Perubahan nilai C* selama waktu tertentu

Page 16: I . PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3662/SKRIPSI... · pengembangan dan pemanfataannya bagi masyarakat serta

16

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan bulan

November 2012, bertempat di Laboratorium Prosesing dan Pengolahan pangan,

Program Studi Keteknikan Pertanian, Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas

Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar.

3.2 Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan pada penelitian ini adalah Timbagan digital

(ketelitian 0.001 g), lampu Philips 11 watt warna cahaya putih, desikator, oven,

kamera digital Samsung PL100, plastik kedap udara, aluminium foil, laptop untuk

penggunaan software Adobe Photoshop CS3.

Bahan yang digunakan adalah jagung jenis varietas BISI2 dan NK 22 yang

diperoleh dari dusun Lembang Gantarang Keke kecamatan Tompobulu kabupaten

Bantaeng. Bahan lainnya yaitu plastik bening, kertas label, dan kawat kasa.

3.3 Parameter perlakuan

a. Kadar Air meliputi kadar air basis basah (%bb) dan kadar air basis kering (%bk).

Kadar air ditentukan dengan menghitung berat bahan.

b. Perubahan warna yang diamati dengan menggunakan kamera digital. Selanjutnya

diolah menggunakan software Adobe Photoshop CS3 dengan model CIELAB.

c. Perubahan warna jagung meliputi persamaan 3 sampai 9

3.4 Prosedur Penelitian

3.4.1 Waktu dan Tempat Penanaman Benih Jagung

Waktu penanaman benih jagung ini dilaksanakan tepat pada bulan

Agustus 2012 oleh bapak abd. Nurdin dan bapak Tiar dari desa Lembang

Gantarang Keke di Kecamatan Tompobulu Kab. Bantaeng. Adapun benih yang

Page 17: I . PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3662/SKRIPSI... · pengembangan dan pemanfataannya bagi masyarakat serta

17

ditanam yaitu varietas BISI2 dan NK22. Pupuk yang dipakai pada tanaman

jagung tersebut adalah urea dan pupuk ZA.

3.4.2 Persiapan Bahan

1. Memperkirakan masa waktu panen jagung varietas BISI2 dan NK22

2. Menyiapkan biji jagung varietas varietas BISI2 dan NK22

3. Memilih sampel varietas jagung BISI2 dan NK22 dengan kondisi jagung yang

baik

4. Mengambil masing-masing 3 tongkol setiap jenis varietas jagung BISI2 dan

NK22, 16 hari, 12 hari, 8 hari, 4 hari, sebalum panen dan hari panen, serta 4 hari, 8

hari, 12 hari, 16 hari setelah panen

5. Mengambil gambar awal dengan alat pencahayaan objek dengan sudut

pencahayaan 450

6. Setelah itu pipil jagung kemudian ambil sekitar 100 g dari masing-masing tongkol

7. Menimbang wadah terlebih dahulu sebelum diisi dengan biji jagung. Cara ini akan

lebih efisien saat penimbangan berat biji jagung selama dalam proses oven

pengeringan. Penimbangan dilakukan dengan menggunakan timbangan digital

(ketelitian 0.001 g).

8. Menghamparkan bahan ke dalam wadah dengan teratur. Hal tersebut bertujuan

agar bahan selama dalam wadah tidak berantakan.

9. Menimbang kembali wadah yang kini telah terisi biji jagung. Penimbangan ini

dimaksudkan untuk mengetahui berat total sehingga berat biji dapat lebih mudah

dihitung dengan cara berat total dikurang dengan berat wadah.

10. Menempatkan bahan beserta wadahnya pada alat pencahayaan objek dengan

sudut pencahayaan sebesar 45o untuk dilakukan pengambilan gambar awal

dengan menggunakan kamera digital sebelum bahan dimasukkan ke dalam ruang

pengering (oven)

11. Bahan dimasukkan dalam oven selama 72 jam pada suhu 105 0C untuk

menentukan berat akhir bahan.

Page 18: I . PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3662/SKRIPSI... · pengembangan dan pemanfataannya bagi masyarakat serta

18

3.4.3 Pengolahan Data

Penelitian yang dilakukan ini menggunakan 2 varietas yaitu BISI2 dan

NK22 selanjutnya dilakukan pengolahan data sebagai berikut:

1. Kadar Air

Setelah berat kering bahan yaitu berat bahan setelah dimasukkan ke dalam

oven diukur, selanjutnya dilakukan perhitungan persentasi kadar air basis basah

dan kadar air basis kering (Kabb dan Kabk). Perhitungan dilakukan dengan

menggunakan Persamaan 1 untuk Kabb dan Persamaan 2 untuk Kabk selanjutnya

hasil perhitungan tersebut ditabelkan.

Untuk memudahkan proses perhitungan data dan pengujiannya, kedua

persamaan ini (persamaan 1 sampai dengan persamaan 2) ditransformasikan ke

dalam bentuk linear. Selanjutnya dilakukan langkah berikut:

a. Menginput seluruh data termasuk data kadar basis basah dan basis kering ke

dalam program Microsoft Excel.

b. Membuat grafik dari data yang telah dimasukkan dan menambahkan trendline

dengan mengklik kanan pada grafik tersebut. Trendline akan menunjukkan

bentuk persamaan linear, hubungan antara kadar air basis basah terhadap

waktu, kadar air basis kering terhadap waktu sera hubungan proporsi berat

kering terhadap waktu. Nilai R2 untuk masing-masing model.

2. Analisis Perubahan Warna

Hasil foto bahan dengan menggunakan kamera digital selanjutnya diolah

dengan menggunakan software Adobe Photoshop CS3. Selanjutnya dilakukan

langkah berikut:

a. Menentukan sebanyak 30 titik setiap tongkol jagung. Titik-titik tersebut

berada di sepanjang barisan biji dari pangkal ke ujung tongkol jagung.

Pengambilan ke-30 titik bertujuan untuk meminimalisir nilai error selama

pengolahan data. Perhatikan Gambar 3 berikut ini.

Page 19: I . PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3662/SKRIPSI... · pengembangan dan pemanfataannya bagi masyarakat serta

19

Gambar 5. Pengambilan Titik Pada Gambar

b. Mengidentifikasi nilai L*, a* dan b* pada setiap titik nilai L*, a*, b*, ∆E*

∆C*, dan ∆H* selanjutnya diolah dalam persamaan 3 sampai dengan

persamaan 9 dalam Microsoft Excel untuk mengetahui perubahan warna secara

numerik yang terjadi pada biji jagung

c. Selanjutnya, hasil perhitungan warna secara numerik (nilai L*, a* dan b*)

diinput pada Color Picker dalam Adobe Photoshop CS3. Kemudian pilih menu

Color Libraries. Menu ini akan menampilkan secara otomatis warna yang

sesuai atau mendekati dengan data numerik yang telah diinput sebelumnya.

Color Libraries dilengkapi dengan beberapa panduan buku warna untuk

menciptakan kesesuaian warna yang tinggi.

Page 20: I . PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3662/SKRIPSI... · pengembangan dan pemanfataannya bagi masyarakat serta

20

Gambar 6. Input Nilai L*, a* dan b* Pada Color Picker

Gambar 7. Pengidentifikasian Warna Pada Color Libraries

Page 21: I . PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3662/SKRIPSI... · pengembangan dan pemanfataannya bagi masyarakat serta

21

Gambar 8. Bagan Alir Prosedur Penelitian

Pengambilan Gambar Tongkol utuh dan Penentuan Titik

Pemipilan Biji Jagung

Penimbangan Wadah Sampel

Pengisian biji jagung ke dalam wadah secara teratur

Penimbangan wadah yang telah berisi sampel jagung

Bahan dimasukkan dalam oven selama 72 jam pada suhu 105 oC untuk menentukan berat akhir bahan

Menghitung kadar air biji jagung

Penyiapan Sampel Biji Jagung Varietas BISI2 dan NK22

Selesai

Mulai

Page 22: I . PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3662/SKRIPSI... · pengembangan dan pemanfataannya bagi masyarakat serta

4.1 Kadar Air

Kadar air merupakan presentasi kandungan air suatu bahan yang dapat

dinyatakan berdasarkan berat basah

basis). Kadar air berat basah mempunyai batas maksimum teoritis sebesar 100%,

sedangkan kadar air berdasarkan berat kering dapat lebih dari 100%

4.1.1 Kadar Air KA (%bb)

Hasil pengamatan perilaku KA

varietas BISI2 maupun NK22 disjaikan pada Gambar

Gambar 9. Grafik Hubungan Kadar Air Basis Basah Varietas

-16 -12 -

Sebaran KA Bb menurut waktu panen

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

Kadar air merupakan presentasi kandungan air suatu bahan yang dapat

dinyatakan berdasarkan berat basah (web basis) atau berdasarkan berat kering

Kadar air berat basah mempunyai batas maksimum teoritis sebesar 100%,

sedangkan kadar air berdasarkan berat kering dapat lebih dari 100%.

KA (%bb)

Hasil pengamatan perilaku KA (%bb) untuk seluruh periode pengamatan baik

pun NK22 disjaikan pada Gambar 9.

. Grafik Hubungan Kadar Air Basis Basah KA (%bb)Varietas BISI2 dan NK22 Terhadap Waktu

y = -1E-05x3 + 0.000x2 - 0.009x + 0.288R² = 0.963

y = -5E-05x3 + 0.000x2 + 0.002x + 0.240R² = 0.994

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

-8 -4 0 4 8 12 16

Hari Panen

Sebaran KA Bb menurut waktu panen

KA Bb Bisi2

KA Bb NK22

22

Kadar air merupakan presentasi kandungan air suatu bahan yang dapat

atau berdasarkan berat kering (dry

Kadar air berat basah mempunyai batas maksimum teoritis sebesar 100%,

untuk seluruh periode pengamatan baik

KA (%bb) Jagung

0.009x + 0.288

+ 0.002x + 0.240

KA Bb Bisi2

KA Bb NK22

Page 23: I . PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3662/SKRIPSI... · pengembangan dan pemanfataannya bagi masyarakat serta

23

Gambar 9 menunjukkan adanya penurunan kadar air mulai pengamatan 16

hari sebelum panen sampai dengan 87 hari pada waktu panen pada kedua varietas,

BISI2 dan NK22. Penurunan seperti ini juga terjadi pada saat dilakukan penundaan

panen selama 16 hari. Namun demikian, penurunan pada saat penundaan panen tidak

sedrastis dengan penurunan yang terjadi sebelum hari panen. Dari gambar ini pula

diketahui bahwa laju penurunan kadar air varietas NK22 lebih cepat dibandingkan

dengan kadar air varietas BISI2 selama periode sebelum panen. Kecepatan

penurunan ini kemudian menjadi relatif sama mulai dari umur 87 hari saat panen

hingga 16 hari setelah panen. Gambar 9 juga menunjukkan bahwa pola penurunan

kadar air kedua varietas relatif mengikuti pola polynomial dengan R2 sebesar 0.9632

dan 0.9946 masing-masing untuk varietas BISI2 dan NK22.

Hal lainnya yang dijumpai dari pengamatan ini adalah adanya peningkatan

kadar air pada varietas NK22 sesaat setelah hari panen. Fenomena ini kemungkinan

disebabkan oleh hujan yang terjadi malam sebelum panen dilakukan. Namun

demikian, fenomena ini tidak terjadi pada varietas BISI2. Kemungkinan lainnya

adalah minimnya jumlah sampel yang digunakan sehingga keragaman data masih

tinggi.

4.1.1 Kadar air Basis Kering KA (bk%)

Hasil pengamatan perilaku KA (%bk) untuk seluruh periode pengamatan baik

varietas BISI2 maupun NK22 disjaikan pada Gambar 10.

Page 24: I . PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3662/SKRIPSI... · pengembangan dan pemanfataannya bagi masyarakat serta

Gambar 10. Grafik Hubungan Kadar Air Basis Kering Jagung Varietas

Gambar 10 menunjukkan adanya penurunan kadar air

mulai pengamatan 16 hari sebelum panen sampai dengan

panen untuk kedua varietas

(%bk) sama dengan kadar air basis basah (%

kedua varietas dengan R

BISI2 dan NK22.

4.1.3 Proporsi Berat Kering

Hasil pengamatan perilaku Proporsi berat kering untuk seluruh periode

pengambilan sampel setiap pengamatan baik varietas BISI2 maupun NK22 disajikan

pada Gambar 11.

-16 -12

Sebaran KA Bk Menurut Waktu Panen

. Grafik Hubungan Kadar Air Basis Kering Jagung Varietas BISI2 dan NK22 Terhadap Waktu

menunjukkan adanya penurunan kadar air basis kering

mulai pengamatan 16 hari sebelum panen sampai dengan 87 hari pada saat hari

varietas, BISI2 dan NK22. Penurunan kadar air basis kering KA

sama dengan kadar air basis basah (%bb). Pola persamaan polynomial pada

R2 sebesar 0.9670 dan 0.9440 masing-masing untuk varietas

Hasil pengamatan perilaku Proporsi berat kering untuk seluruh periode

pengambilan sampel setiap pengamatan baik varietas BISI2 maupun NK22 disajikan

y = -2E-05x3 + 0.000x2 - 0.021x + 0.403R² = 0.967

y = -6E-05x3 + 0.000x2 - 0.011x + 0.354R² = 0.944

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

-8 -4 0 4 8 12 16

Hari Panen

Sebaran KA Bk Menurut Waktu Panen

24

. Grafik Hubungan Kadar Air Basis Kering KA (%bb) 2 dan NK22 Terhadap Waktu

ring KA (%bk)

pada saat hari

Penurunan kadar air basis kering KA

Pola persamaan polynomial pada

masing untuk varietas

Hasil pengamatan perilaku Proporsi berat kering untuk seluruh periode

pengambilan sampel setiap pengamatan baik varietas BISI2 maupun NK22 disajikan

0.021x + 0.403

0.011x + 0.354

KA Bk BISI 2

KA Bk NK22

Page 25: I . PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3662/SKRIPSI... · pengembangan dan pemanfataannya bagi masyarakat serta

Gambar 11. Grafik Hubungan Proporsi Berat Kering (%) Jagung Varietas BISI2

Gambar 11 menunjukkan adanya

pengamatan 16 hari sebelum panen sampai

varietas, BISI2 dan NK22.

pada saat hari panen untuk kedua

penundaan panen selama 16 hari.

dengan kadar air basis basah (%

peningkatan proporsi berat kering

proporsi varietas BISI2 selama periode sebelum panen.

kering ini kemudian menjadi relatif sama mulai dari

16 hari setelah panen.

-16 -12 -8

. Grafik Hubungan Proporsi Berat Kering (%) Jagung Varietas BISI2 dan NK22 Terhadap Waktu

menunjukkan adanya peningkatan proporsi berat kering

pengamatan 16 hari sebelum panen sampai umur panen yaitu 87 hari

dan NK22. Peningkatan proporsi berat kering seperti ini juga terjadi

hari panen untuk kedua varietas BISI2 dan NK22 setelah

penundaan panen selama 16 hari. Proporsi berat kering ini berbanding terbalik

dengan kadar air basis basah (%bb). Dari gambar ini pula diketahui bahwa laju

peningkatan proporsi berat kering varietas NK22 lebih cepat dibandingkan dengan

varietas BISI2 selama periode sebelum panen. Peningkatan proporsi berat

ini kemudian menjadi relatif sama mulai dari umur 80 hari saat panen hingga

elah panen.

y = 1E-05x3 - 0.000x2 + 0.009x + 0.711R² = 0.965

y = 3E-05x3 - 0.000x2 + 0.005x + 0.733R² = 0.939

0%

20%

40%

60%

80%

100%

8 -4 0 4 8 12 16Hari Panen

Proporsi Berat Kering

P- BISI 2

P- NK 22

Poly. (P- BISI 2)

Poly. (P- NK 22)

25

. Grafik Hubungan Proporsi Berat Kering (%) Jagung Varietas

peningkatan proporsi berat kering mulai dari

hari untuk kedua

seperti ini juga terjadi

setelah dilakukan

Proporsi berat kering ini berbanding terbalik

Dari gambar ini pula diketahui bahwa laju

varietas NK22 lebih cepat dibandingkan dengan

Peningkatan proporsi berat

saat panen hingga

+ 0.009x + 0.711

+ 0.005x + 0.733

BISI 2)

NK 22)

Page 26: I . PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3662/SKRIPSI... · pengembangan dan pemanfataannya bagi masyarakat serta

26

Gambar 11 juga menunjukkan bahwa pola peningkatan proporsi berat kering

kedua varietas relatifmengikuti pola polynomial dengan R2 sebesar 0.939 dan 0.965

masing-masing untuk varietas BISI2 dan NK22.

4.2 Perubahan Warna Biji jagung

Warna biji jagung diperoleh dengan mengolah data warna berupa perhitungan

rata-rata nilai L*, a* dan b* serta perhitungan ΔL*, Δa*, Δb*, ΔE*, ΔC* dan ΔH*.

Nilai L* merupakan parameter untuk menilai terang gelap gambar. Perubahan terang

gelapnya gambar selama pengeringan dihitung dengan nilai ΔL*. Sedangkan nilai a*

merupakan parameter untuk menilai warna dari merah ke hijau. Perubahan warna

merah ke hijau atau sebaliknya selama pengeringan dihitung dengan nilai Δa*.

Kemudian, nilai b* untuk menilai warna dari kuning ke biru. Perubahan nilai b*

selama pengeringan dihitung dengan nilai Δb*. Perhitungan nilai ΔE* dilakukan

untuk melihat tingkat perubahan nilai L*, a* dan b* selama pengeringan. Sedangkan

nilai ΔC* digunakan untuk melihat perubahan saturasi warna. Untuk menentukan

tingkat perubahan warna yang terjadi.

4.2.1 Nilai L*

Hasil pengamatan perilaku pengukuran nilai L* untuk seluruh periode

pengambilan sampel setiap pengamatan baik varietas BISI2 maupun NK22 disajikan

pada Gambar 12.

Page 27: I . PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3662/SKRIPSI... · pengembangan dan pemanfataannya bagi masyarakat serta

27

Gambar 12. Grafik Hubungan Nilai L* Jagung Varietas BISI2 dan NK22

Terhadap Waktu

Gambar 12 menunjukkan adanya penurunan nilai L* sepanjang hari panen

pada kedua varietas, BISI2 dan NK22. Penurunan seperti ini terjadi pada saat 16 hari

sebelum panen sampai 16 hari setelah panen. Namun demikian, penurunan pada saat

penundaan panen mulai 4 hari setelah panen sampai dengan 16 hari setelah panen

tidak signifikan dibandingkan dengan 16 hari sebelum panen sampai hari panen yaitu

pada saat umur 87 hari. Berdasarkan. Gambar 12 di atas, perubahan nilai rata-rata L*

pada BISI 2 menunjukkan adanya penurunan. Varietas NK22 lebih cepat

dibandingkan dengan varietas BISI2 selama periode sebelum panen. Penurunan ini

kemudian menjadi relatif sama mulai dari saat panen hingga 16 hari setelah panen.

Penurunan nilai L* yang besar terjadi pada hari ke 16 sebelum panen sampai

umur 87 hari pada saat panen. Gambar 12 juga menunjukkan bahwa pola penurunan

nilai L* kedua varietas relative mengikuti pola polynomial dengan R2 sebesar 0.929

dan 0.976 masing-masing untuk varietas BISI2 dan NK22.

Perubahan nilai L* yang cenderung menurun menunjukkan perubahan warna

biji menjadi lebih gelap dari sebelumnya. Dalam hal ini, warna awal biji yang

cenderung kuning muda mengalami perubahan menjadi kuning tua.

y = -0.001x3 + 0.015x2 - 0.294x + 49.22R² = 0.929

y = -0.001x3 + 0.038x2 - 0.353x + 35.39R² = 0.976

0

10

20

30

40

50

60

70

-16 -12 -8 -4 0 4 8 12 16

Waktu

Nilai L*

L*-BISI2 L*-NK22

Page 28: I . PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3662/SKRIPSI... · pengembangan dan pemanfataannya bagi masyarakat serta

4.2.2 Nilai a*

Hasil pengukuran nilai a* (

varietas BISI2 dan NK22

gambar di bawah ini.

Gambar 13. Grafik Hubungan Nilai Terhadap Waktu

Pada Gambar 13

penurunan dari 16 hari

grafik ini juga kelihatan bahwa nilai a*

nilai a* BISI 2 sepanjang waktu pengamatan.

Penurunan nilai

hari panen. Sebaliknya penurunan pada 4 hari sesudah panen sampai dengan 16 hari

setelah panen tidak setajam dengan penurunan yang terjadi sebelum hari panen. P

penurunan nilai a* kedua varietas relati

sebesar 0.814 dan 0.943

-16 -12 -8

Hasil pengukuran nilai a* (Gambar 13) menunjukkan bahwa nilai a* untuk

varietas BISI2 dan NK22 menunjukkan adanya perubahan nilai a* ditunjukkan pada

. Grafik Hubungan Nilai a* Jagung Varietas BISI2 dan NK22 Terhadap Waktu

3 nampak bahwa nilai a* untuk kedua varietas

dari 16 hari sebelum panen nilai hingga 16 hari setelah hari panen

grafik ini juga kelihatan bahwa nilai a* varietas NK22 secara umum lebih kecil dari

nilai a* BISI 2 sepanjang waktu pengamatan.

Penurunan nilai a* yang besar terjadi dari hari ke 16 sebelum panen sampai

penurunan pada 4 hari sesudah panen sampai dengan 16 hari

setelah panen tidak setajam dengan penurunan yang terjadi sebelum hari panen. P

* kedua varietas relatif mengikuti pola polynomial dengan R

0.943 masing-masing untuk varietas BISI2 dan NK22

y = 0.001x3 + 0.000x2 - 0.805x + 18.09R² = 0.814

y = 0.000x3 - 0.003x2 - 0.644x + 16.48R² = 0.943

0

5

10

15

20

25

30

-4 0 4 8 12 16

Waktu

Nilai a*

a*-BISI2

28

) menunjukkan bahwa nilai a* untuk

ditunjukkan pada

dan NK22

varietas mengalami

setelah hari panen. Dari

secara umum lebih kecil dari

hari ke 16 sebelum panen sampai

penurunan pada 4 hari sesudah panen sampai dengan 16 hari

setelah panen tidak setajam dengan penurunan yang terjadi sebelum hari panen. Pola

mengikuti pola polynomial dengan R2

untuk varietas BISI2 dan NK22.

0.805x + 18.09

0.644x + 16.48

a*-NK22

Page 29: I . PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3662/SKRIPSI... · pengembangan dan pemanfataannya bagi masyarakat serta

4.2.3 Nilai b*

Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan, perubahan rata

b* untuk warna pada biji

grafik berikut:

Gambar 14. Grafik Hubungan Nilai b* Jagung Varietas Terhadap Waktu

Perubahan nilai rata

b* terhadap 2 varietas yaitu BISI2 dan NK22

hari sebelum panen sampai

diketahui bahwa laju penurunan nilai

menunjukkan adanya penurunan

dibandingkan dengan varietas BISI2 selama periode

Gambar 14 juga menunjukkan bahwa pola penurunan nilai

relative mengikuti pola polynomial dengan R

masing untuk varietas BISI2 dan NK22.

-16 -12 -8

Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan, perubahan rata

b* untuk warna pada biji jagung pada varietas BISI2 dan NK22 ditunjukkan pada

Grafik Hubungan Nilai b* Jagung Varietas BISI2 Terhadap Waktu

nilai rata-rata b* pada Gambar 14 memperlihatkan penurunan

b* terhadap 2 varietas yaitu BISI2 dan NK22 selama periode waktu panen

sampai 16 hari setelah panen. Dari (Gambar

diketahui bahwa laju penurunan nilai b* pada biji jagung untuk varietas BISI 2

menunjukkan adanya penurunan, ini terlihat jelas untuk varietas NK22 lebih cepat

dibandingkan dengan varietas BISI2 selama periode sebelum panen.

juga menunjukkan bahwa pola penurunan nilai b* kedua varietas

relative mengikuti pola polynomial dengan R2 sebesar 0.9669 dan 0.966

masing untuk varietas BISI2 dan NK22.

y = -0.000x3 + 0.007x2 - 0.393x + 22.76R² = 0.966

y = -0.000x3 + 0.009x2 - 0.249x + 20.00R² = 0.966

0

5

10

15

20

25

30

35

-4 0 4 8 12 16

Waktu

Nilai b*

b*- BISI2

29

Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan, perubahan rata-rata nilai

ditunjukkan pada

BISI2 dan NK22

memperlihatkan penurunan nilai

selama periode waktu panen yaitu 16

14) ini pula

varietas BISI 2

varietas NK22 lebih cepat

kedua varietas

0.966 masing-

0.393x + 22.76

0.249x + 20.00

b*-NK22

Page 30: I . PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3662/SKRIPSI... · pengembangan dan pemanfataannya bagi masyarakat serta

4.2.4 Perubahan Nilai E* (ΔE

Perubahan nilai

Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan, perubahan rata

untuk varietas BISI2 dan NK22

Gambar 15. Grafik Hubungan NilaiTerhadap Waktu

Gambar 15 menunjukkan

sebelum panen panen hingga 16 hari setelah hari panen untuk varietas

NK22 mengalami penurunan

menunjukkan pola polynomial dengan R

untuk varietas BISI2 dan NK22.

4.2.5 Perubahan Nilai C* (ΔC*)

Untuk mengetahui sejauh mana saturasi warna yang terjadi pada 2 varietas

yaitu BISI2 dan NK22, maka perlu dihitung

lab*. Nilai ΔC* yang semakin tinggi memperlihatkan saturasi warna yang semakin

-16 -12 -8

E*)

erubahan nilai ΔE* menunjukkan tingkat saturasi warna biji

Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan, perubahan rata

dan NK22 ditunjukkan oleh gambar di bawah ini:

. Grafik Hubungan Nilai ΔE* Jagung Varietas BISITerhadap Waktu

menunjukkan nilai saturasi warna pada periode awal

hingga 16 hari setelah hari panen untuk varietas

penurunan yang relatif konstan. Pola Perubahan nilai

menunjukkan pola polynomial dengan R2 sebesar 0.9567 dan 0.9734 masing

untuk varietas BISI2 dan NK22.

Perubahan Nilai C* (ΔC*)

Untuk mengetahui sejauh mana saturasi warna yang terjadi pada 2 varietas

yaitu BISI2 dan NK22, maka perlu dihitung metric chrome difference (ΔC*)

ilai ΔC* yang semakin tinggi memperlihatkan saturasi warna yang semakin

y = -0.002x3 + 0.029x2 - 0.541x + 56.82R² = 0.956

y = -0.001x3 + 0.035x2 - 0.619x + 43.92R² = 0.973

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

8 -4 0 4 8 12 16Waktu

Nilai ΔE*

E*- BISI2

30

* menunjukkan tingkat saturasi warna biji jagung.

Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan, perubahan rata-rata nilai E*

BISI2 dan NK22

ilai saturasi warna pada periode awal 16 hari

hingga 16 hari setelah hari panen untuk varietas BISI2 dan

Pola Perubahan nilai ΔE*

masing-masing

Untuk mengetahui sejauh mana saturasi warna yang terjadi pada 2 varietas

(ΔC*) dari nilai

ilai ΔC* yang semakin tinggi memperlihatkan saturasi warna yang semakin

0.541x + 56.82

0.619x + 43.92

E*- NK22

Page 31: I . PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3662/SKRIPSI... · pengembangan dan pemanfataannya bagi masyarakat serta

31

pula. Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan, perubahan rata-rata nilai C*

untuk tiga level suhu pengeringan ditunjukkan oleh gambar di bawah ini:

Gambar 16. Grafik Hubungan Nilai ΔC* Jagung Varietas BISI2 dan NK22 Terhadap Waktu

Gambar 16 menunjukkan perubahan saturasi warna yang terjadi pada varietas

BISI2 dan NK22. Hal ini terjadi pada varietas NK22 jauh lebih signifikan

dibandingkan pada varietas BISI2. Dari grafik di atas terlihat jelas bahwa penurunan

nilai ΔC* untuk varietas NK22 lebih rendah dibandingkan dengan varietas BISI2.

Jadi nilai saturasi warna pada periode awal panen hingga periode akhir panen pada

varietas BISI 2 dan NK22 mengalami penurunan.

Dari hasil pengamatan perubahan warna nilai ΔC* dalam hal ini chrome atau

saturasi warna yang dihasilkan, terlihat bahwa penurunan saturasi untuk ke 2 varietas

yaitu BISI2 dan NK22 dipengaruhi oleh tingkat kecerahan warna yang dilihat pada

nilai a* dan b* yang ,menyebabkan peningkatan atau penurunan saturasi warna. Hal

ini disebabkan karena tinggi rendahnya nilai saturasi untuk tiap-tiap warna

berbanding lurus (linier) dengan terang gelapnya suatu gambar (Anonim, 2012c).

Pola Perubahan nilai ΔC* menunjukkan pola polynomial dengan R2 sebesar 0.912

dan 0. 785 masing-masing untuk varietas BISI2 dan NK22.

y = 0.000x3 + 0.010x2 - 0.798x + 28.44R² = 0.912

y = -0.001x2 - 0.610x + 27.59R² = 0.785

05

1015202530354045

-16 -12 -8 -4 0 4 8 12 16

Nila

i

Waktu

Nilai ΔC*

ΔC*BISI2 ΔC*NK22

Page 32: I . PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3662/SKRIPSI... · pengembangan dan pemanfataannya bagi masyarakat serta

32

4.2.6 Perubahan Nilai ΔH*

Nilai ΔH* merupakan nilai yang digunakan untuk melihat secara keseluruhan

perubahan warna yang dihasilkan oleh ke 2 varietas biji jagung yaitu BISI2 dan

NK22 dapat dilihat pada gambar 16 dibawah ini :

Gambar 17. Grafik Hubungan Nilai ΔH* Jagung Varietas BISI 2 dan NK22 Terhadap Waktu

Berdasarkan Gambar 17, perubahan nilai ΔH* (tingkat perubahan warna)

menunjukkan penurunan untuk masing-masing varietas BISI2 dan NK22. Penurunan

yang terjadi pada periode awal yaitu 16 hari sebelum panen sampai 16 hari setelah

penundaan hari panen. Perubahan ini terjadi relatif konstan hingga akhir periode

panen yaitu pada umur 87 hari. Nilai ΔE* berbanding lurus dengan perubahan nilai

ΔH*, dimana semakin besar perubahan nilai ΔE* maka perubahan nilai ΔH* juga

cenderung meningkat. menunjukkan pola polynomial dengan R2 sebesar 0.968 dan

0.957masing-masing untuk varietas BISI2 dan NK22.

y = -0.001x3 + 0.034x2 - 0.85x + 80.49R² = 0.968

y = -0.002x3 + 0.046x2 - 0.791x + 62.86R² = 0.957

0

20

40

60

80

100

120

-16 -12 -8 -4 0 4 8 12 16

waktu

Nilai ΔH*

ΔH*BISI 2

ΔH* NK22

Page 33: I . PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3662/SKRIPSI... · pengembangan dan pemanfataannya bagi masyarakat serta

33

V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian jagung varietas BISI 2 dan NK22 diperoleh kesimpulan

sebagai berikut:

1. Penurunan kadar air pada varietas BISI 2 terjadi penurunan dari 48.77%bb hingga

10.88%bb. Sedangkan perubahan penurunan kadar air pada NK22 terjadi

penurunan dari 46.37% bb hingga 9.10%bb.

2. Perubahan warna relatif mengikuti pola polynomial dengan R2sebesar 0.929 dan

0.976 (ΔH* ), 0.912 dan 0. 785 (ΔC*), .9567 dan 0.9734 ((ΔE*), 0.9669 dan

0.966 (b*) 0.814 dan 0.943(a*), 0.929 dan 0.976 (L*) masing-masing untuk

varietas BISI2 dan NK22.

5.2 Saran

Dalam melakukan sebuah penelitian tentang perubahan warna untuk bahan

pangan dengan ukuran kecil, disarankan untuk memperhatikan pergeseran atau

perubahan posisi sekecil apapun. Hal ini sangat penting agar hasil pengamatan warna

lebih akurat.

Page 34: I . PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3662/SKRIPSI... · pengembangan dan pemanfataannya bagi masyarakat serta

34

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2012a. http://restuws.wordpress.com/2010/06/13/teknologi-pengolahan-tanaman-jagung/. Akses tanggal 20 Oktober 2012.

Anonim, 2012b. http://blogs.unpad.ac.id/aidaghaissani/budidaya-jagung/.Akses

tanggal 18 Oktober 2012.

Anonim, 2012c. http://blogs.unpad.ac.id/aidaghaissani/Color Model/Color Space/.Akses tanggal 18 Oktober 2012.

Buckle, K. A.,Edward,R.A., Fleet, G.H., dan Wootton,M .2008.Food Science.Penerjemah Hari Purnomo dan Adiono dalam Ilmu Pangan.Universitas Indonesia. Jakarta.

Gökmen, V., H. Z., Berkan Dülek and Enis Cetin. 2006. Computer Vision Based Analysis of Potato Chips A tool For Rapid Detection of Acrylamide Level. Science Direct Food Chemistry Vol. 101, Page 791-798.

Hardiyanti, N., E. J. Kining, Fauziah Ahmad dan N. M. Ningsih. 2009. Warna Alami. Jurusan Geografi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Negeri Makassar.

Holinesti, Rahmi. 2009. Studi Pemanfaatan Pigmen Brazilein Kayu Secang (Caesalpinia sappan L.) Sebagai Pewarna Alami Serta Stabilitasnya pada Model Pangan. Jurnal Pendidikan dan Keluarga UNP, Vol. I, No. 2, Page 11-21.

Hunterlab, Catherine A. and R. E. Wrolstad. 2008. Color Quality of Fresh and Processed Foods. ACS Symposium Series 983. ACS Division of Agricultural and Food Chemistry, Inc. Oxford University Press. American Chemical Society, Washington, DC.

Isa, M. S. dan Y. Pradana. 2008. Flower Image Retrieval Berdasarkan Color Moments, Centroid-Contour Distance dan Angle Code HistogramKonferensi Nasional Sistem dan Informatika Bali, Vol. 108, No. 57, Page 321-326.

Kusumaha, Hermianto M.Andarwulan A. 1989. Pengolahan pangan .Journal of Food Engineering Vol. 78, Page 98-108.

Page 35: I . PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3662/SKRIPSI... · pengembangan dan pemanfataannya bagi masyarakat serta

35

Leon, K., D. Mery and F. Pedreschi. 2005. Color Measurement in L*a*b* Units From RGB Digital Images . Publication in Journal of Food Engineering Vol. I, Page 1-23.

Mubyarto, 2012. Penanganan Pasca Panen Hasil Pertanian. Workshop Pemandu Lapangan 1 (PL-1) Sekolah Lapangan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian (SL-PPHP). Departemen Pertanian

Mwithiga Gikuru and Mark Masika Sifuna, 2004. Jagung: Teknik Produksi dan Pengembangan. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pasca Panen.Bogor.

Nasrah, 2010. Color Measurement in L*a*b* Units From RGB Digital Images . Publication in Journal of Food Engineering Jurnal Teknologi Pertanian Vol.9, No. 3, Page 173-180.

Pascale, Danny. 2011. BabelColor, Color Translator and Analyzer Version 3.1. Help Manual Publisher. Montreal, Quebec, Canada.

Pratomo, Murat, Özdemir. 2011. Mathematical Analysis of Color Changes and Chemucal Parameters of Rosted Hazelnut, jurnal of engineering science and technology vol.3 no 1 (2008) 1-10.

Susila ,Syam, M., Hermanto dan A. Musaddad. 1996. Kinerja Penelitian Tanaman Pangan, Prosiding Simposium Penelitian Tanaman Pangan III, Buku 4. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor.

Sudewo, B. A. 2009. Keunggulan Mutu Gizi dan Sifat Fungsional jagung Prosiding Seminar Nasional Teknologi Inovatif Pascapanen untuk Pengembangan Industri Berbasis Pertanian. Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian Bogor.

Suprapto. 2001 .Mengenal Jagung (Zea mays caritina). Buletin Teknik Pertanian Vol.13 No.2.

Syarif dan Halid, 1993.Teknologi Pengolahan Pangan. Arcan: Denpasar.

Tabrani. 1997. Emping Jagung:Teknologi dan Kendalanya. Institut Teknologi. Bandung.

Page 36: I . PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3662/SKRIPSI... · pengembangan dan pemanfataannya bagi masyarakat serta

36

LAMPIRAN

Lampiran 1

Hasil Pengamatan Perubahan Warna (L*) Selama Periode Waktu Panen

Hari Panen L*BISI 2 L*NK22

-16 63.89259 59.3037-12 54.14815 47.26667-8 53.46667 40.63333-4 50.96667 37.466670 51.96296 37.129634 47.05185 35.722228 46.25556 33.15556

12 45.88148 31.4333316 44.58148 33.34074

Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2013.

Lampiran 2

Hasil Pengamatan Perubahan Warna (a*) Selama Periode Waktu

Hari Panena* BISI2 a* NK22

-16 27.02593 25.73704-12 25.97407 22.1963-8 24.44074 21.37778-4 24.08519 18.39630 11.24889 16.714034 20.36667 17.144448 10.67037 8.596296

12 10.21111 7.75555616 9.148148 6.959259

Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2013.

Page 37: I . PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3662/SKRIPSI... · pengembangan dan pemanfataannya bagi masyarakat serta

37

Lampiran 3

Hasil Pengamatan Perubahan Warna (b*) Selama Periode Waktu

Hari Panen B* BISI2 B*NK22

-16 32.8667 28.9889-12 28.1889 24.7889-8 25.9333 23.0222-4 25.2 20.43330 24.3926 20.68524 20.0444 20.3638 19.0481 17.1926

12 19.0481 16.796316 17.2182 16.4

Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2013.

Lampiran 4

Hasil Pengamatan Perubahan Warna (ΔC*) Selama Periode Waktu

Hari Panen ΔC* BISI2 ΔC* NK22

-16 42.5514 38.7653-12 38.331 33.2741-8 35.6355 31.4171-4 34.8588 27.49450 22.9979 26.59394 28.5759 33.51478 22.1084 19.2219

12 21.6125 18.500416 19.4976 17.8155

Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2013.

Page 38: I . PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3662/SKRIPSI... · pengembangan dan pemanfataannya bagi masyarakat serta

38

Lampiran 5

Hasil Pengamatan Perubahan Warna (ΔE*) Selama Periode Waktu

Hari Panen ΔE * BISI2 ΔE *NK22

-16 83.5051 70.8497-12 66.3422 57.804-8 64.254 51.3624-4 61.7474 46.47250 58.4952 45.67114 55.0496 44.54958 51.2675 38.3246

12 50.717 36.473516 48.6587 37.8021

Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2013.

Lampiran 6

Hasil Pengamatan Perubahan Warna (ΔE*) Selama Periode Waktu

Hari Panen ΔC* BISI2 ΔC* NK22

-16 42.5514 38.7653-12 38.331 33.2741-8 35.6355 31.4171-4 34.8588 27.49450 22.9979 26.59394 28.5759 33.51478 22.1084 19.2219

12 21.6125 18.500416 19.4976 17.8155

Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2013

Page 39: I . PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3662/SKRIPSI... · pengembangan dan pemanfataannya bagi masyarakat serta

39

Lampiran 7

Hasil Pengamatan Hubungan Kadar Air Basis Basah (%bb) Terhadap Waktu

Hari Panen BISI2 (%bb) NK22 (%bb)

-16 48.77% 46.37%-12 45.88% 34.04%-8 40.66% 26.12%-4 30.09% 23.08%0 25.18% 23.08%4 26.29% 26.15%8 22.84% 23.71%

12 18.72% 19.67%16 10.88% 9.10%

Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2013

Lampiran 8

Hasil Pengamatan Hubungan Kadar Air Basis Kering (%bk) Terhadap Waktu

Hari Panen BISI2 (%bk) NK22 (%bk)

-16 95.22% 94.05%-12 84.78% 86.46%-8 68.53% 51.61%-4 43.05% 35.35%0 33.65% 30.01%4 35.66% 35.40%8 29.61% 31.09%

12 23.03% 24.48%16 12.21% 10.01%

Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2013

Page 40: I . PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3662/SKRIPSI... · pengembangan dan pemanfataannya bagi masyarakat serta

40

Lampiran 9

Hasil Pengamatan Hubungan Proporsi Berat Kering (%) Terhadap Waktu

Hari Panen BISI2 (%) NK22 (%)

-16 50.72% 51.53%-12 53.99% 53.63%-8 59.32% 65.96%-4 69.92% 73.88%0 74.70% 76.92%4 73.71% 73.85%8 77.16% 76.29%

12 81. 28% 80.33%16 89.1e% 90.90%

Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2013

Page 41: I . PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3662/SKRIPSI... · pengembangan dan pemanfataannya bagi masyarakat serta

41

Lampiran 10. Varietas jagung BISI2 dan NK22

SBP

(hari)

BISI 2 Gambar NK 22 Gambar

16 hari

BISI 2 (1) NK 22 (1)

BISI 2 (2) NK 22 (2)

BISI 2 (3) NK 22 (3)

12 hari

BISI 2 (1) NK 22 (1)

BISI 2 (2) NK 22 (2)

Page 42: I . PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3662/SKRIPSI... · pengembangan dan pemanfataannya bagi masyarakat serta

42

BISI 2 (3) NK 22 (3)

8 hari

BISI 2 (1) NK 22 (1)

BISI 2 (2) NK 22 (2)

BISI 2 (3) NK 22 (3)

4 hari

BISI 2 (1) NK 22 (1)

BISI 2 (2) NK 22 (2)

Page 43: I . PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3662/SKRIPSI... · pengembangan dan pemanfataannya bagi masyarakat serta

43

BISI 2 (3) NK 22 (3)

Hari

Panen

BISI 2 (1) NK 22 (1)

BISI 2 (2) NK 22 (2)

BISI 2 (3) NK 22 (3)

4 hari

SDP

BISI 2 (1) NK 22 (1)

BISI 2 (2) NK 22 (2)

Page 44: I . PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3662/SKRIPSI... · pengembangan dan pemanfataannya bagi masyarakat serta

44

BISI 2 (3) NK 22 (3)

8 hari

SDP

BISI 2 (1) NK 22 (1)

BISI 2 (2) NK 22 (2)

BISI 2 (3) NK 22 (3)

12 Hari

SDP

BISI 2 (1) NK 22 (1)

BISI 2 (2) NK 22 (2)

Page 45: I . PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3662/SKRIPSI... · pengembangan dan pemanfataannya bagi masyarakat serta

45

BISI 2 (3) NK 22 (3)

16 Hari

SDP

BISI 2 (1) NK 22 (1)

BISI 2 (2) NK 22 (2)

BISI 2 (3) NK 22 (3)

Hari Sampel Sebelum di Oven Sampel Sesudah di Oven

16 hari BISI 2 BISI 2

12 hari BISI 2 BISI 2

Page 46: I . PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3662/SKRIPSI... · pengembangan dan pemanfataannya bagi masyarakat serta

46

8 hari BISI 2 BISI 2

4 hari BISI 2

BISI 2

1 hari BISI 2 BISI 2

Hari Sampel Sebelum di Oven Sampel Sesudah di Oven

16 hari NK22 NK22

12 hari NK22 NK22

8 hari NK22 NK22

Page 47: I . PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3662/SKRIPSI... · pengembangan dan pemanfataannya bagi masyarakat serta

47

4 hari NK22 NK22

Panen NK22 NK22

Hari SDP Sampel Setelah di Oven Setelah di Oven

4 hari BISI 2 NK 22

8 hari BISI 2 NK 22

12 hari BISI 2 NK 22