repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/.../handle/123456789/214/skripsi.docx · web...
TRANSCRIPT
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dengan di keluarkannya Undang-undang Nomor 12 tahun 2008
pasal 1 butir n, kelurahan adalah wilayah kerja lurah sebagai
perangkat daerah kabupaten atau daerah kota di bawah kecamatan.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka kelurahan tidak bisa terlepas
dari kebijakan-kebijakan yang diambil oleh pemerintah kabupaten
(termasuk pembinaan dan pengawasan aparatnya).Begitu juga
dengan pelaksanaan otonomi daerah, kelurahan merupakan bagian
dari pelaksanaan otonomi daerah itu sendiri.
Konsekuensi dari hal tersebut pemerintah kelurahan dituntut
memiliki kemampuan yang semakin tinggi untuk menjawab tantangan
tugas yang semakin berat. Karena itu, diperlukan upaya untuk
meningkatkan kemampuan pemerintah kelurahan baik kemampuan
dalam mengambil inisiatif, prakarsa, perencanaan, pelaksanaan
maupun pengawasan, sehingga diperoleh kinerja pemerintah yang
baik.
Kelurahan adalah wilayah kerja lurah sebagai perangkat daerah
kabupaten di bawah kecamatan yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada camat.Kelurahan mempunyai tugas dan
fungsi melaksanakan kewenangan pemerintahan yang dilimpahkan
oleh Camat serta melaksanakan tugas pemerintahan lainnya sesuai
2
ketentuan perundangan yang berlaku. Hubungan kerja kecamatan
dengan kelurahan bersifat hierarki. Pembentukan kelurahan ditujukan
untuk meningkatkan kemampuan penyelenggaraan pemerintahan
kelurahan secara berdayaguna, berhasilguna dan pelayanan
terhadap masyarakat sesuai dengan tingkat perkembangan dan
kemajuan pembangunan.
Kalau pengertian desa merujuk pada suatu wilayah di
pedalaman/luar kota, maka pengertian kelurahan lebih pada wilayah
perkotaan. Dalam UU No. 34 Tahun 1999 tentang Pemerintah
Propinsi Daerah Ibukota Negara Republik Indonesia, Bab V, pasal 24
dan pasal 27 disebutkan bahwa pemerintah kelurahan terdiri dari
Pemerintahan Kelurahan dan Dewan Kelurahan. Pemerintahan
Kelurahan dipimpin oleh seorang lurah yang berstatus pegawai
negeri sebagai eksekutif pemerintahan. Dalam tugas sehariu-harinya,
lurah dibantu perangkat kelurahan yang juga berstatus pegawai
negeri. Lurah diangkat oleh pemerintah daerah yang dalam hal ini
Gubernur.Kedudukan lurah cukup kuat.Ia tak bertanggung-jawab
kepada Dewan Kelurahan, tapi kepada atasannya, yaitu camat,
bupati/walikota dan gubernur. Sementara itu, Dewan Kelurahan
merupakan badan legislatif. Keanggotaannya adalah wakil-wakil
masyarakat yang berada di tiap rukun warga.
Kedudukan Dewan Kelurahan dan Pemerintahan Kelurahan
yang demikian sangat berpotensi menimbulkan konflik kepentingan.
3
Sebab, lurah sebagai pegawai negeri, kedudukannya sangat kuat.
Lurah bisa saja mengabaikan begitu saja saran atau usul Dewan
Kelurahan terhadap suatu masalah yang kiranya akan merugikan
kepentingannya. Ia tidak takut untuk “dipecat” karena ia berpedoman
pada kepatuhan sebagai pegawai negeri yang harus tunduk kepada
atasannya. Selain itu juga, Dewan Kelurahan tidak mempunyai
kekuatan politik apa-apa seandainya saran atau usul kurang/ tidak
diperehatikan lurah. Dengan demikian, lurah sebetulnya
berkedudukan sebagai perpanjangan tangan pemerintah di atasnya,
ia tak harus tunduk pada dewan Kelurahan.
Sementara itu, tumbuh kesan. Dewan Kelurahan ada, namun
tak mempunyai kekuatan politik dalm ikut menentukan jalannya
pemerintahan kelurahan. Disisi lain, Dewan Kelurahan juga lemah
kedudukannya karena tidak bisa menentukan anggaran
pembangunan. Masalah anggaran sepenuhnya berada di tangan
lurah. Pengawasan terhadap lurah dalam maslah anggaran juga tak
bisa dilakukan. Sebab lurah hanya bisa bertanggung jawab kepada
atasannya, bukan kepada Dewan Kelurahan. Dengan demikian,
hadirnya Dewan Kelurahan yang dimaksudkan untuk kemandirian
dan partisipasi masyarakat di era otonomi ini belum tercapai secara
maksimal. Dalam penelitian selama ini, masih banyak ditemukan
keluhan warga masyarakat dalam hal pelayanan yang mereka
peroleh dari pemerintah baik secara langsung dari masyarakat
4
maupun melalui pemberitaan pada media massa lokal, tentang masih
rendahnya kualitas pelayanan (dalam hal ketepatan,
kecepatan,biaya,mutu dan keadilan) yang diberikan pemerintah
kelurahan sehingga mengecewakan masyarakat. Hal ini seperti
dikemukakan oleh Sukmaningsih (1997:5) bahwa “hampir segala
bentuk layanan yang disediakan oleh birokrasi pemerintah dalam
kehidupan sehari-hari, baik itu PAM, listrik, telepon, KTP, IMB, dan
lain-lain sering berakhir dengan kekecewaan”.
Kinerja secara umum dapat dipahami sebagai besarnya
kontribusi yang diberikan pegawai terhadap kemajuan dan
perkembangan di lembaga tempat dia bekerja. Dengan demikian
diperlukan kinerja yang lebih intensif dan optimal dari bagian
organisasi demi optimalisasi bidang tugas yang di embannya. Kinerja
suatu organisasi sangat penting, oleh karena dengan adanya kinerja
maka tingkat pencapaian hasil akan terlihat sehingga akan dapat
diketahui seberapa jauh pula tugas yang telah dipukul melalui tugas
dan wewenang yang diberikan dapat dilaksanakan secara nyata dan
maksimal. Kinerja organisasi yang telah dilaksanakan dengan tingkat
pencapaian tertentu tersebut seharusnya sesuai dengan misi yang
telah ditetapkan sebagai landasan untuk melakukan tugas yang
diemban. Dengan demikian kinerja (performance) merupakan tingkat
pencapaian hasil atau the degrees of accomplishment.
5
Dalam rangka membangun kualitas kinerja pemerintahan yang
efektif dan efisien, diperlukan waktu untuk memikirkan bagaimana
mencapai kesatuan kerjasama sehingga mampu meningkatkan
kepercayaan masyarakat. Untuk itu, diperlukan otonomi serta
kebebasan dalam mengambil keputusan mengalokasikan sumber
daya, membuat pedoman pelayanan, anggaran, tujuan, serta target
kinerja yang jelas dan terukur. Kelurahan sebagai organisasi
pemerintahan yang paling dekat dan berhubungan langsung dengan
masyarakat merupakan ujung tombak keberhasilan pembangunan
kota khususnya otonomi daerah, dimana kelurahan akan terlibat
langsung dalam perencanaan dan pengembalian pembangunan
serta pelayanan. Dikatakan sebagai ujung tombak karena kelurahan
berhadapan langsung dengan masyarakat, oleh karena itu kelurahan
harus mampu menjadi tempat bagi masyarakat untuk diselesaikan
atau meneruskan aspirasi dan keinginan tersebut kepada pihak yang
berkompeten untuk ditindak lanjuti. Disamping itu peran kelurahan di
atas menjembatani program-program pemerintah untuk di
sosialisasikan kepada masyarakat sehingga dapat dipahami dan
didukung oleh masyarakat. Adapun yang berpengaruh dengan
permasalahan tersebut adalah dalam hal pemberian kesempatan
meningkatkan kemampuan dan pemberian wewenang secara
proporsional sehingga dapat menentukan baik-buruknya kinerja
pemerintah kelurahan. Karena itu, kinerja aparat membutuhkan
6
kemampuan dan motivasi baik dalam pencapaian hasil pelaksanaan
tugas maupun dalam usaha pemberian layanan yang berkualitas
kepada masyarakat.
Pada era reformasi sekarang ini, kinerja pemerintah mendapat
sorotan tajam dari masyarakat. Dengan adanya kebebasan dalam
menyampaikan pendapat (aspirasinya), banyak ditemukan kritikan
yang pedas terhadap kinerja pemerintah, baik itu secara langsung
(melalui forum resmi atau bahkan demonstrasi) maupun secara tidak
langsung (melalui tulisan atau surat pembaca pada media massa).
Kritikan tersebut tanpa terkecuali mulai dari pemerintah pusat sampai
ke pemerintahan terendah yaitu pemerintah kelurahan. Dari
penelitian selama ini, pelayanan yang diberikan pemerintah
kelurahan Kappuna di Kecamatan Masamba Kabupaten Luwu Utara
terlihat masih adanya keluhan yang disampaikan masyarakat baik
secara langsung maupun tidak langsung. Hal ini terlihat dari masih
rendahnya produktifitas kerja dan disiplin dari pegawai tersebut, serta
masih kurangnya sarana kerja yang memadai. Pelayanan yang
berkualitas seringkali mengalami kesulitan untuk dapat dicapai
karena aparat tidak selalu memahami bagaimana cara memberikan
pelayanan yang baik, hal ini terjadi disebabkan oleh masih
rendahnya kemampuan profesional aparat dilihat dari latar belakang
pendidikan dan etos kerja sumber daya manusia (aparat kelurahan)
serta kewenangan yang dimiliki oleh aparat yang bersangkutan.
7
Semakin kritis masyarakat terhadap tuntutan kualitas layanan
menunjukkan karakter masyarakat kita dewasa ini yang telah
memiliki sikap mandiri, terbuka dan mampu berdemokrasi.
Hal ini berarti bahwa pelayanan publik oleh pemerintah semakin
hari semakin bertambah dan harus lebih ditingkatkan kualitasnya.
Apalagi kabupaten luwu utara adalah kota yang telah terbentuk
selama 11 tahun. Dan alasan mendasar yang menentukan wilayah
ini sebagai objek kajian adalah wilayah ini secara geografis
merupakan wilayah yang berada tepat di pusat kota masamba,
dimana semua aktifitas yang berlangsung baik aktifitas sosial,
ekonomi, dan politik di pusatkan di wilayah ini. Konsekuensi lebih
lanjut dari tuntutan ini mengharuskan pemerintah menyediakan
aparat yang memiliki dedikasi dan disiplin tinggi serta loyalitas
pengabdian yang penuh pada tugas yang menjadi tanggung
jawabnya dan berorientasi pada pelayanan masyarakatsebagai abdi
negara dan abdi masyarakat.
Dalam melaksanakan kinerja, pihak pemerintah kelurahan harus
terlebih dahulu melihat semua faktor kemungkinan yang ada, baik itu
kesempatan, peluang maupun tantangan serta hambatan apa yang
ada dalam era otonomi ini serta penyelenggaraan pemerintahan
haruslah pula menjawab serta memenuhi kehendak pelanggan yaitu
masyarakat di kelurahan yang memerlukan pelayanan secara
optimalagar tercipta suatu keadaan yang menggambarkan good
8
governance di Kelurahan Kappuna. Berdasarkan kondisi di atas
maka penulis tertarik melakukan sebuah penelitian dengan judul “
Analisis kinerja aparat kelurahan dalam penyelenggaraan
pemerintahan di Kelurahan Kappuna Kecamatan Masamba
Kabupaten Luwu Utara”
1.2. Rumusan Masalah
1) Bagaimana kinerja aparat Pemerintah Kelurahan( pada periode
2011) dalam penyelenggaraan pemerintahan di Kelurahan
Kappuna Kecamatan Masamba Kabupaten Luwu utara ?
2) Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi kinerja aparat
Pemerintah Kelurahan ?
1.3. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian :
Tujuan penelitian ini adalah di maksudkan untuk :
1) Untuk mengetahui sejauh mana kinerja aparat Pemerintah
Kelurahan Kappuna(pada periode 2011)
2) Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja
aparat Kelurahan Kappuna
Penelitian ini pada hakekatnya berguna untuk :
1) Dari Aspek Keilmuan, hasil penelitian ini diharapkan dapat
memperkaya khasanah kajian tentang kinerja Pemerintah
Kelurahan.
9
2) Dari Aspek Praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan kontribusi kepada Pemerintah Kabupaten Luwu
Utara dalam mewujudkan kinerja pemerintah kelurahan yang
baik, yang memenuhi aspirasi, tuntutan dan kebutuhan
masyarakat,
1.4. Kerangka konsep
Kinerja secara umum dapat dipahami besarnya kontribusi yang
diberikan pegawai terhadap kemajuan dan perkembangan di
lembaga tempat dia bekerja. Kinerja adalah keseluruhan unsur dan
proses terpadu dalam suatu organisasi, yang didalamnya
terkandung kekhasan masing-masing individu, perilaku pegawai
dalam organisasi secara keseluruhan dan proses tercapainya tujuan
tertentu. Kinerja instansi pemerintah adalah gambaran tingkat
pencapaian sasaran atau instansi pemerintah sebagai gambaran dari
visi, misi, dan strategi instansi pemerintah yang mengidentifikasikan
tingkat keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan-kegiatan
sesuai dengan program dan kebijakan yang ditetapkan.
Kinerja dalam penyelenggaraan pemerintah merupakan
tanggung jawab utama seorang pemimpin, dimana pimpinan
membantu karyawannya agar berprestasi lebih baik. Penilaian
kinerja dilakukan dengan memberi tahu pegawai apa yang
diharapkan untuk membangun pemahaman yang lebih baik satu
sama lain. Penilaian harus mengenali prestasi, serta membuat
10
rencana meningkatkan kinerja pegawai. Dengan demikian,
sebenarnya terdapat hubungan yang erat antara kinerja perorangan
dengan kinerja institusi.
Dengan kata lain, jika kinerja pegawai baik kemungkinan besar
kinerja institusi juga akan baik. Kinerja seseorang akan lebih baik jika
dia mempunyai harapan masa depan yang lebih baik. Gaji dan
harapan, merupakan aspek penting yang memotivasi pegawai
sehingga bersedia melaksanakan kegiatan kerja dengan kinerja yang
lebih baik. Jika sekelompok pegawai dan atasannya mempunyai
kinerja yang baik, maka akan berdampak pada kinerja pegawai yang
baik pula.
Dalam rangka membangun kualitas kinerja pemerintahan yang
efektif dan efisien diperlukan waktu untuk memikirkan bagaimana
mencapai kesatuan kerjasama sehingga mampu menigkatkan
kepercayaan masyarakat. Untuk itu, diperlukan otonomi serta
kebebasan dalam mengambil keputusan mengalokasikan sumber
daya, membuat pedoman pelayanan, anggaran, tujuan, serta target
kinerja yang jelas dan terukur.
Kenyataan menunjukkan bahwa dalam melaksanakan tugas
dan tanggung jawabnya pemerintah kelurahan menghadapi
beberapa kendala. Salah satu diantaranya adalah rendahnya
kemampuan profesional aparat, sehingga kinerja pemerintah
kelurahan belum dapat berjalan dengan baik. Tercapainya tujuan
11
yang menjadi tugas dan tanggung jawab pemerintah kelurahan
tersebut hanya dimungkinkan karena upaya para aparat yang ada
pada pemerintah kelurahan sejalan dengan pendapat
Prawirosentono (1999:3) bahwa ”tercapainya tujuan lembaga/
perusahaan hanya dimungkinkan karena upaya para pelaku yang
terdapat pada organisasi lembaga/perusahaan tersebut”.
12
Gambar kerangka konsep :
Kinerja Aparat Pemerintah
Kelurahan kappuna di antaranya
adalah :
Produktifitas kerja, indikatornya
yaitu sikap aparat, kemampuan
aparat dan semangat kerja
Ketaatan aparat, indikatornya
yaitu tarif pelayanan, ketepatan
waktu, dan tata cara pelayanan
Kedisiplinan, indikatornya yaitu
kehadiran aparat, transparansi
proses pelayanan, dan hasil
pelayanan
Jenis-jenis pelayanan publik
di kantor Kelurahan Kappuna
Kartu tanda Pendudk
(KTP)
Kartu keluarga (KK)
IMB
Faktor-faktor yang mempengaruhi
kinerja yaitu
Kemampuan Sumber Daya
Sarana dan prasarana
13
1.5. Metode Penelitian
1.5.1. Dasar Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif yaitu
kualitatif. Pada lazimnya suatu penulisan karya ilmiah, biasanya
dengan suatu penelitan, hal ini dipandang sangat panting karena
tanpa suatu penelitian, data yang dikemukakan akan sulit
dipertanggungjawabkan kebenarannya. Serta penelitian ini di dukung
oleh kuantitatif.
1.5.2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Kelurahan Kappuna Kecamatan
Masamba Kabupaten Luwu Utara.
1.5.3. Informan
Seluruh Pegawai Negeri Sipil Kelurahan Kappuna yaitu :
Kepala Kelurahan Kappuna = 1 orang
Staf Kelurahan Kappuna = 13 orang
Total = 14 orang
Responden dalam penelitian ini yaitu :
Masyarakat Kelurahan Kappuna ( termasuk tokoh masyarakat )
yang telah terlayani = 14 orang
1.5.4. Jenis dan Sumber Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi :
14
1) Data Primer, yakni data yang diperoleh langsung melalui
penelitian lapangan (wawancara) dan responden melalui
kuesioner
2) Data Sekunder, yakni data yang diperoleh dari teknik
dokumentasi dengan memanfaatkan sumber-sumber yang
berkaitan dan dapat mendukung obyek yang akan di teliti.
1.6. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan melalui
beberapa teknik sebagai berikut :
1) Studi Kepustakaan, yakni dengan mempelajari buku-buku
literatur, peraturan perundang-undangan dan dokumen-dokumen
lainnya yang ada hubungannya dengan penelitian ini.
2) Studi Lapangan, yaitu mengumpulkan data dan fakta empirik
secara langsung di lapangan guna mendapatkan data-data
primer, melalui :
o Wawancara, yaitu melakukan tanya jawab kepada sasaran
penelitian untuk memperoleh data yang lebih akurat dari
informan dan responden melalui kuesioner.
o Pengamatan langsung (observasi ), yaitu melakukan
pengamatan secara langsung kinerja aparat kelurahan serta
faktor-faktor yang mempengaruhi aparat kelurahan di
Kecamatan Masamba Kabupaten Luwu Utara.
15
1.7. Definisi Operasional
Untuk mengarahkan pengumpulan, pengolahan dan analisis data
dalam penelitian ini sejumlah definisi operasional berikut.
1) Kinerja merupakan tingkat keberhasilan dalam pencapain tujuan
terutama dalam penyelenggaraan pemerintahan. Kinerja
Pegawai Kelurahan diukur dengan menggunakan dua kelompok
indikator yang terdiri dari :
Produktifitas kerja yang memiliki ukuran pokok di antaranya :
- Sikap aparat, dimana dalam melaksanakan tugas
pekerjaannya dapat dilihat melalui kesediaan para pegawai
untuk bekerja secara efektif dan efisien.
- Kemampuan aparat yang merupakan hasil yang diperoleh
dari pekerjaan yang dilaksanakan oleh pegawai dalam
melaksanakan tugas-tugasnya sebagai abdi masyarakat dan
abdi negara.
- Semangat kerja, yang dapat diartikan sebagai sikap mental
para pegawai dalam melaksanakan tugas-tugasnya, dimana
sikap mental ini di tunjukkan oleh adanya kegairahan dalam
melaksanakan tugas.
Ketaatan aparat secara garis besar terdapat beberapa ukuran
pokok yaitu tarif pelayanan, ketepatan waktu, dan tata cara
pelayanan
16
kedisiplinan memiliki ukuran pokok yang harus ada yaitu
kehadiran aparat, transparansi proses pelayanan, dan hasil
pelayanan.
2) Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja aparat Kelurahan
Kappuna yaitu :
Kemampuan sumber daya manusia ( aparat )
Sarana dan prasarana
1.8. Analisa Data
Teknik Analisa Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
yaitu metode Kualitatif untuk menganalisis data dengan cara
mendeskripsikan yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa
bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum. Serta
dalam penelitian ini diperoleh data kuantitatif seperti angka-angka,
semata-mata dimaksudkan untuk mengukur kontinuitas masalah.
Nilai = Frekwensi X Nilai bobot Rata-rata skor = Nilai
N
Rata-rata persen = Rata-rata skor X 100Klarifikasi
Atau
P = F X 100 N
17
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
Bernardin dan Russel (dalam Ruky, 2002:15) memberikan
pengertian atau kinerja sebagai berikut : “performance is defined as
the record of outcomes produced on a specified job function or
activity during time period. Prestasi atau kinerja adalah catatan
tentang hasil-hasil yang diperoleh dari fungsi-
fungsi pekerjaan tertentu atau kegiatan selama kurun waktu.
Menurut Gibson, dkk (2003: 355), job performance adalah hasil dari
pekerjaan yang terkait dengan tujuan organisasi, efisiensi dan kinerja
kefektifan kinerja lainnya. Sementara menurut Ilyas (1999: 99),
kinerja adalah penampilan hasil kerja personil maupun dalam suatu
organisasi. Penampilan hasil karya tidak terbatas kepada personil
yang memangku jabatan fungsional maupun struktural tetapi juga
kepada keseluruhan jajaran personil di dalam organisasi.
Pengertian kinerja lainnya dikemukakan oleh Payaman
Simanjuntak (2005:1) yang mengemukakan kinerja adalah tingkat
pencapaian hasil atas pelaksanaan tugas tertentu.Kinerja
perusahaan adalah tingkat pencapaian hasil dalam rangka
mewujudkan tujuan perusahaan. Manajemen kinerja adalah
keseluruhan kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan kinerja
18
perusahaan atau organisasi, termasuk kinerja masing-masing
individu dan kelompok kerja di perusahaan tersebut.
Menurut Irawan (2002:11), bahwa kinerja (performance) adalah
hasil kerja yang bersifat konkret, dapat diamati, dan dapat diukur.
Jika kita mengenal tiga macam tujuan, yaitu tujuan organisasi, tujuan
unit, dan tujuan pegawai, maka kita juga mengenal tiga macam
kinerja, yaitu kinerja organisasi, kinerja unit, dan kinerja
pegawai.Dessler (2000:87) berpendapat : Kinerja (prestasi kerja)
karyawan adalah prestasi aktual karyawan dibandingkan dengan
prestasi yang diharapkan dari karyawan. Prestasi kerja yang
diharapkan adalah prestasi standar yang disusun sebagai acuan
sehingga dapat melihat kinerja karyawan sesuai dengan posisinya
dibandingkan dengan standar yang dibuat. Selain itu dapat juga
dilihat kinerja dari karyawan tersebut terhadap karyawan lainnya.
Berdasarkan beberapa teori tentang kinerja dan prestasi kerja
dapat disimpulkan bahwa pengertian kinerja maupun prestasi kerja
mengandung substansi pencapaian hasil kerja oleh seseorang.
Dengan demikian bahwa kinerja maupun prestasi kerja merupakan
cerminan hasil yang dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang.
Kinerja adalah suatu hasil kerja yang dihasilkan oleh seorang
karyawan diartikan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Menurut Anwar Prabu Mangkunegara(2000:67) mengemukakan
pengertian kinerja sebagai berikut : Kinerja adalah hasil kerja
19
secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang
karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan
tanggung jawab yang diberikanya.
Kinerja dapat berupa penampilan individu maupun kelompok
kerja personel. Penampilan hasil karya tidak terbatas kepada
personel yang menduduki jabatan fungsional maupun struktural,
tetapi juga pada keseluruhan jajaran personel dalam organisasi.
Selanjutnya peneliti juga akan mengemukakan tentang definisi
kinerja pegawai menurut Bernandin & Russell (1993:135) yang
dikutip olehPerformansi adalah catatan yang dihasilkan dari fungsi
suatu pekerjaan tertentu atau kegiatan selama periode waktu
tertentu.
Sedangkan Veithzal Rivai (2006:309) mengatakan bahwa
kinerja merupakan perilaku nyata yang ditampilkan setiap orang
sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan
perannya dalam perusahaan. Berdasarkan uraian tersebut di atas
mengungkapkan bahwa dengan hasil kerja yang dicapai oleh
seorang pegawai dalam melakukan suatu pekerjaan dapat dievaluasi
tingkat kinerja pegawainya, maka kinerja karyawan harus dapat
ditentukan dengan pencapaian target selama periode waktu yang
dicapai organisasi. Deskripsi dari kinerja menyangkut dua komponen
yaitu tujuan dan ukuran, penentuan tujuan dari setiap unit organisasi
merupakan strategi untuk meningkatkan kinerja. Tujuan ini akan
20
memberikan arah dan mempengaruhi bagaimana seharusnya
perilaku kerja yang diharapkan organisasi terhadap setiap personel.
2.1.1. Ukuran Dan indikator
1) Dimensi Kinerja Pemerintah Kelurahan yaitu :
Produktifitas kerja yang memiliki ukuran pokok di antaranya :
- Sikap Aparat, dimana dalam melaksanakan tugas
pekerjaannya dapat dilihat melalui kesediaan para pegawai
untuk bekerja secara efektif dan efisien.
- Kemampuan, dimana aparatur memiliki skill dalam
melaksanakan tanggung jawab pekerjaannya.
- Semangat kerja, yang dapat diartikan sebagai sikap mental
para pegawai dalam melaksanakan tugas-tugasnya, dimana
sikap mental ini di tunjukkan oleh adanya kegairahan dalam
melaksanakan tugas.
Ketaatan aparat secara garis besar terdapat beberapa ukuran
pokok yaitu pengenaan biaya, ketepatan waktu, dan tata cara
pelayanan yang terintegrasi sehingga manfaatnya besar.
Kedisiplinan memiliki ukuran pokok yang harus ada yaitu
kehadiran aparat, transparansi proses pelayanan, dan hasil
pelayanan
2). Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja aparat memiliki ukuran
yaitu :
21
Kemampuan sumber daya manusia ( aparat )
Sarana dan prasarana
2.1.2. Kinerja Pegawai
Kinerja dapat diartikan sebagai gambaran mengenai tingkat
pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan atau program atau
kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi
organisasi yang tertuang dalam rencana strategi suatu organisasi.
Menurut Dessler (1997), kinerja merupakan prosedur yang meliputi
(1) penetapan standar kinerja; (2) penilaian kinerja aktual pegawai
dalam hubungan dengan standar-standar ini; (3) memberi umpan
balik kepada pegawai dengan tujuan memotivasi orang tersebut
untuk menghilangkan kemerosotan kinerja atau terus berkinerja lebih
tinggi lagi.
Otonomi Daerah yang sarat dengan isu strategi berupa
kelembagaan, sumber daya manusia berupa aparatur pelaksana,
jaringan kerja serta lingkungan kondusif yang terus berubah
merupakan sebuah tantangan bagi Kelurahan Kappuna untuk
menanggapi serta mensiasatinya dengan tanggap dan cepat agar
tidak ketinggalan dari kelurahan-kelurahan lainnya dalam memacu
gerak pembangunan. Dengan demikian diperlukan kinerja yang lebih
intensif dan optimal dari bagian organisasi demi optimalisasi bidang
tugas yang diembannya. Kinerja suatu organisasi sangat penting,
oleh karena dengan adanya kinerja maka tingkat pencapaian hasil
22
akan terlihat sehingga akan dapat diketahui seberapa jauh pula tugas
yang telah dipikul melalui tugas dan wewenang yang diberikan dapat
dilaksanakan secara nyata dan maksimal. Kinerja organisasi yang
telah dilaksanakan dengan tingkat pencapaian tertentu tersebut
seharusnya sesuai dengan misi yang telah ditetapkan sebagai
landasan untuk melakukan tugas yang diemban.
Menurut Siagian (1985:210) Pemikiran yang matang dalam
konteks kinerja aparat dalam hal kebijaksanaan yang mantap dan
kegiatan pengembangan yang berkelanjutan itu biasanya mencakup
hal-hal sebagai berikut :
Pertama, Perencanaan tenaga kerja (manpower planning)
dengan telah mengetahui misi, tugas pokok, fungsi dan kegiatan
organisasi, akan relatif lebih muda untuk mengetahui jumlah tenaga
kerja yang diperlukan, jenis pengetahuan dan keterampilan yang
dibutuhkan, jenjang kepangkatan dan jabatan yang harus tersedia
dan tergambar dalam pormasi jenis kelamin dan sebagainya. Tanpa
perencanaan tenaga kerja yang mantap, dua kondisi negatif yang
bisa timbul, yaitu : (1) tidak tersedianya tenaga yang dibutuhkan
untuk melaksanakan tugas fungsional organisasi, dan (2) tenaga
kerja yang ada meskipun jumlahnya cukup akan tetapi persyaratan
dan tuntutan kualitatif tidak terpenuhi. Kondisi negatif demikian sudah
barang tentu tidak akan mendukung usaha mewujudkan
23
Profesionalisme dan spesialisasi yangg didambakan demi
penyelenggaraan pemerintahan di daerah secara efektif dan efisien.
Kedua : Pengembangan sumber daya insani. Asumsi dasar
dalam mengembangkan Profesionalisme dan spesialisasi ialah
bahwa pada hakikatnya manusia secara normal mempunyai
kemauan dan untuk secara kualitatif terus tumbuh dan berkembang.
Dengan demikian maka berdasarkan suatu perencanaan tenaga
kerja yang mantap, tenaga kerja yang ada harus terus dikembangkan
dengan program pengembangan yang terarah, sistematik dan
programmatik sehingga kekurangan yang ada mulanya dirasakan
dan dapat diatasi. Jelaslah bahwa kebijakan yang menyangkut
pengembangan sumber daya insani merupakan bagian yang amat
penting dari usaha menumbuhkan dan memelihara Profesionalisme
dan Spesialisasi dikalangan aparatur pemerintah.
Ketiga : Cara pengetahuan dan keterampilan (skills profile),
perdefinisi spesialisasi berati keterampilan khusus yang tercermin
dalam pengetahuan yang sangat mendalam mengenai sesuatu.
Keterampilan khusus dan pengetahuan yang mendalam itu dapat
diperoleh dengan berbagai cara seperti perolehan pengalaman
operasional dilapangan dan jalur formal dalam bentuk latihan. Yang
paling tepat ditempuh adalah jalan menggabungkan kedua jalur
tersebut. Akan tetapi sebelum menempuh jalur pengembangan yang
24
demikian, gambaran yang jelas tentang citra keterampilan yang
dibutuhkan harus ada terlebih dahulu.
Keempat : Jabatan Struktural dan Jabatan Fungsional dalam
birokrasi yang modern, lumrah untuk menentukan dua jenis utama
jabatan.Lebih lanjut kinerja aparatur merupakan kriteria utama
terhadap penilaian keberhasilan suatu organisasi dalam menjalankan
segenap tugas dan kegiatan sesuai program atau misinya. Menurut
Baharuddin (1999:4) Kinerja adalah gambaran mengenai
sejauhmana suatu kegiatan/program/pelaksanaan tugas telah
dilaksanakan dalam mencapai sasaran, tujuan, misi, dan visi
organisasi. Adapun menurut Gordon B. Devis (1993:346) kinerja
adalah penampakan kemampuan seseorang dalam menghasilkan
sesuatu yang tercermin dari hasil pekerjaannya.
Pengertian kinerja sebagai hasil dan fungsi suatu pekerjaan
atau kegiatan tertentu selama suatu periode waktu tertentu. Sesuai
pengertian ini ada tiga aspek yang perlu dipahami setiap pegawai
dan atau pimpinan suatu organisasi/unit kerja yakni : (a) kejelasan
tugas atau pekerjaan yang menjadi tanggungjawabnya (b) kejelasan
hasil yang diharapkan dari suatu pekerjaan atau fungsi, dan (c) waktu
yang diperlukan menyelesaikan suatu pekerjaan agar hasil yang
diharapkan dapat terwujud.
Berdasarkan pengertian kinerja tersebut, dapat dikatakan
bahwa kinerja pada dasarnya adalah tingkat pencapaian hasil atas
25
pelaksanaan sesuatu tugas, tingkat keberhasilan seseorang dalam
menyelesaikan tugas atau mencapai tujuan, hasil (keluaran) dari
pekerjaan seseorang sesuai standar yang ditetapkan oleh organisasi,
hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok
orang dalam organisasi sesuai wewenang dan tanggungjawab
masing-masing dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi
bersangkutan. Dengan demikian, kinerja seseorang baru akan
diketahui apabila orang tersebut telah menghasilkan atau
menyelesaikan pekerjaannya sesuai standar yang telah ditetapkan
oleh organisasi dimana ia bekerja.
Instansi pemerintah yang berhasil dalam pengukuran kinerja,
pada umumnya menerapkan dua hal. Pertama, mengembangkan
pengukuran kinerja berdasarkan empat karateristik, yaitu: (a)
mengacu pada tujuan program dan menunjukkan tingkat pencapaian
hasil yang diinginkan,(b) terbatas kepada suatu pendapat yang
penting untuk menghasilkan data bagi pengambilan keputusan, (c)
respon terhadap berbagai prioritas, dan (d) pertanggung jawaban
dikaitkan dengan pembentukan akuntabilitas hasil. Kedua,
menyesuaikan sistem pengukuran kinerja yang ideal pertimbangan
dunia nyata.Kinerja sebagai hasil kerja atau kemampuan kerja yang
diperlihatkan seseorang, sekelompok orang (organisasi) atas suatu
pekerjaan, pada waktu tertentu dapat berupa produk akhir atau
berbentuk perilaku, kecakapan, kompetensi, sarana dan
26
keterampilan spesifik yang dapat mendukung pencapain tujuan,
sasaran organisasi.
2.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja aparat kelurahan
Tinggi rendahnya kinerja pegawai tergantung kepada faktor-
faktor yang mempengaruhinya. Dalam hal ini Jones (2002:92)
mengatakan bahwa “Banyak hal yang menyebabkan terjadinya
kinerja yang buruk, antara lain: (1) kemampuan pribadi, (2)
kemampuan manajer, (3) kesenjangan proses, (4) masalah
lingkungan, (5) situasi pribadi, (6) motivasi”. Kinerja merupakan
penampilan hasil kerja pegawai baik secara kuantitas maupun
kualitas. Kinerja dapat berupa penampilan kerja perorangan maupun
kelompok (Ilyas, 1993). Kinerja organisasi merupakan hasil interaksi
yang kompleks dan agregasi kinerja sejumlah individu dalam
organisasi.
Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi (determinan)
kinerja individu, perlu dilakukan pengkajian terhadap teori kinerja.
Secara umum faktor fisik dan non fisik sangat mempengaruhi.
Berbagai kondisi lingkungan fisik sangat mempengaruhi kondisi
pegawai dalam bekerja. Selain itu, kondisi lingkungan fisik juga akan
mempengaruhi berfungsinya faktor lingkungan non fisik. Pada
kesempatan ini pembahasan kita fokuskan pada lingkungan non-fisik,
yaitu kondisi-kondisi yang sebenarnya sangat melekat dengan sistem
manajerial instansi.
27
Menurut Prawirosentono (1999) kinerja seorang pegawai akan
baik, jika pegawai mempunyai keahlian yang tinggi, kesediaan untuk
bekerja, adanya imbalan/upah yang layak dan mempunyai harapan
masa depan. Secara teoritis ada tiga kelompok variabel yang
mempengaruhi perilaku kerja dan kinerja individu, yaitu: variabel
individu, variabel organisasi dan variabel psikologis. Kelompok
variabel individu terdiri dari variabel kemampuan dan ketrampilan,
latar belakang pribadi dan demografis. Menurut Gibson (1987),
variabel kemampuan dan ketrampilan merupakan faktor utama yang
mempengaruhi perilaku kerja dan kinerja individu. Sedangkan
variabel demografis mempunyai pengaruh yang tidak langsung.
Kelompok variabel psikologis terdiri dari variabel persepsi, sikap,
kepribadian, belajar dan motivasi. Variabel ini menurut
banyakdipengaruhi oleh keluarga, tingkat sosial, pengalaman kerja
sebelumnya dan variabel demografis.
Menurut Kopelman (1986), variabel imbalan akan berpengaruh
terhadap variabel motivasi, yang pada akhirnya secara langsung
mempengaruhi kinerja individu. Kelompok pegawai yang tidak diberi.
Menurut Mitchell dan Timpe (1999), motivasi bersifat individual,
dalam arti bahwa setiap orang termotivasi oleh berbagai pengaruh
hingga berbagai tingkat. Mengingat sifatnya ini, untuk peningkatan
kinerja individu dalam organisasi, menuntut para atasan untuk
mengambil pendekatan tidak langsung, menciptakan motivasi melalui
28
suasana organisasi yang mendorong para pegawai untuk lebih
propduktif. Suasana ini tercipta melalui pengelolaan faktor-faktor
organisasi dalam bentuk pengaturan sistem imbalan, struktur, desain
pekerjaan serta pemeliharaan komunikasi melalui praktek
kepemimpinan yang mendorong rasa saling percaya.
Faktor-faktor penentu pencapaian prestasi kerja atau kinerja
individu dalam organisasi menurut A.A. Anwar Prabu Mangkunegara
(2005:16-17) adalah sebagai berikut:
a) Faktor Individu
Secara psikologis, individu yang normal adalah individu yang
memiliki integritas yang tinggi antara fungsi psikis (rohani) dan
fisiknya (jasmaniah). Dengan adanya integritas yang tinggi antara
fungsi psikis dan fisik, maka individu tersebut memiliki konsentrasi
diri yang baik. Konsentrasi yang baik ini merupakanmodal utama
individu manusia untu mampu mengelola dan mendayagunakan
potensi dirinya secara optimal dalam melaksanakan kegiatan atau
aktivitas kerja sehari-hari dalam mencapai tujuan organisasi.
b) Faktor Lingkungan Organisasi
Faktor lingkungan kerja organisasi sangat menunjang bagi
individu dalam mencapai prestasi kerja. Faktor lingkungan organisasi
yang dimaksud antara lain uraian jabatan yang jelas, autoritas yang
memadai, target kerja yang menantang, pola komunikasi kerja
efektif, hubungan kerja harmonis, iklim kerja respek dan dinamis,
29
peluang berkarier dan fasilitas kerja yang relatif memadai. Dari
pendapat di atas dapat dijelaskan, bahwa faktor individu dan faktor
lingkungan organisasi berpengaruh terhadap kinerja pegawai.
Kenyataan menunjukkan bahwa dalam melaksanakan tugas
dan tanggung jawabnya pemerintah kelurahan menghadapi
beberapa kendala. Salah satu diantaranya adalah rendahnya
kemampuan profesional dan etos kerja sumber daya manusia
(aparat) kelurahan. Sehingga kinerja pemerintah kelurahan belum
dapat berjalan dengan baik. Pemerintah kelurahan sebagai suatu
lembaga dalam mencapai tujuan yang menjadi tugas dan tanggung
jawabnya digerakkan oleh sekelompok orang (group of humanbeing)
dalam hal ini adalah aparat kelurahan yang berperan aktif sebagai
pelaku (actors). Tercapainya tujuan yang menjadi tugas dan
tanggung jawab pemerintah kelurahan tersebut hanya dimungkinkan
karena upaya para aparat yang ada pada pemerintah kelurahan
tersebut.
Untuk mengharapkan kinerja pemerintah kelurahan yang baik,
maka sebelumnya diperlukan kinerja aparat kelurahan yang baik
pula. Kinerja aparat akan baik apabila mempunyai kemampuan
berupa keahlian dan adanya sarana prasarana yang menggerakkan.
Menurut Mangkunegara (2000:67), bahwa faktor yang
mempengaruhi pencapaian kinerja adalah faktor kemampuan
(ability) dan faktor motivasi (motivation).
30
Kinerja aparatur pemerintah kelurahan dalam memberikan
pelayanan pada gilirannya akan semakin optimal. Semakin baik
kinerja aparatur pemerintah daerah semakin baik pula
penyelenggaraan pemerintahan tersebut. Karena itu kinerja aparatur
pemerintah kelurahan yang mencakup kemampuan dan sarana
prasarana merupakan salah satu aspek yang sangat penting untuk di
teliti.
Aparat kelurahan yang mengisi wadah sekaligus melaksanakan
rangkaian kegiatan pemerintah kelurahan adalah manusia, padahal
manusia adalah mahkluk hidup yang mempunyai perilaku (bihavior)
maka dengan sendirinya kinerja pemerintah kelurahan itu banyak
tergantung pada perilaku manusia (aparat) yang terdapat
didalamnya. Dari uraian tersebut diketahui bahwa faktor kemampuan
sumber daya manusia (aparat) yang berpengaruh terhadap kinerja
pemerintah kelurahan, dengan demikian dapat disimpulkan terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja suatu organisasi yaitu
sumber daya manusia sebagai aktor, motivasi ( gaji dan harapan
masa depan). Dari kedua faktor tersebut yang menarik perhatian
penulis untuk meneliti/ mengkaji yaitu faktor manusia (aparat) karena
berkaitan dengan kemampuan dalam menterjemahkan,
memanfaatkan, sumber daya dan melaksanakan tugas sesuai
dengan kewajiban dan tanggung jawabnya.
31
Faktor ini dipandang sebagai determinan utama dalam
keberhasilan kinerja pemerintah kelurahan sebab kemampuan
sumber daya aparat kelurahan sebagai pelaksana tugas dan
tanggung jawab pemerintah kelurahan menempati posisi strategis.
Kemampuan SDM sebagaimana dijelaskan di atas sangat
menentukan lancar tidaknya dan efektif tidaknya mekanisme
pelaksanaan tugas dan tanggung jawab pemerintah kelurahan yang
pada gilirannya sangat mempengaruhi kinerja organisasi pemerintah
kelurahan dalam mencapai tujuan dan sasarannya.
32
BAB 3
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
3.1. Kondisi Geografis
Masamba, dengan luas wilayah 1.068,85 Km2, berada di
tengah wilayah Kabupaten Luwu Utara. Posisi yang strategis ini
menjadikan Masamba sebagai kecamatan yang ideal untuk dijadikan
ibukota kabupaten.Kecamatan ini berbatasan dengan Kecamatan
Rampi di bagian Utara, Kecamatan Mappedeceng dan Kecamatan
Malangke merupakan batas di bagian Timur dan Selatan. Sedangkan
di bagian Barat berbatasan dengan Kecamatan Baebunta.
Pemerintah Kecamatan Masamba membawahi 4 kelurahan, 15
desa. Kecamatan ini berada pada wilayah dengan topografi yang
beragam. Sebagian desa berada pada wilayah dengan topografi
yang datar dan sebagian lainnya berada pada wilayah dengan
topografi berbukit-bukit. Keseluruhan wilayah Kecamatan Masamba
berada pada ketinggian antara 50 sampai 300 meter di atas
permukaan laut. Kelurahan Kappuna adalah salah satu kelurahan
yang ada di kecamatan masamba dengan luas wilayah 21,56 KM2.
Batas Desa/Kelurahan :
- Sebelah Utara : Desa Kamiri
- Sebelah Selatan : Desa Laba
- Sebelah Timur : Kelurahan Bone
33
- Sebelah Barat : Kecamatan Baebunta
Secara geografis desa/kelurahan ini merupakan kawasan
mayoritas penduduknya memiliki latar belakang sebagai petani.
Dalam perkembangannya sawah-sawah yang menjadi areal
pertanian mereka berubah menjadi hamparan bangunan dan tanah
yang sebagian sudah tidak terjamah. Alasannya beragam, misalnya,
di Desa Laba hampir semua lahan pertanian berupa sawah sudah
ditinggalkan oleh pemiliknya. Menurut sebagian petani yang sempat
diwawancara penulis bahwa keadaan sawah yang tergantung
terhadap kebutuhan air hujan. Kini kondisi ini semakin menyulitkan
mereka untuk mengolah sawah secara optimal. Selain karena
mahalnya biaya produksi, ketiadaan irigasi atau saluran pengairan
menjadi kendala utama. Para petani menjadi kesulitan untuk
mengembangkan tanaman persawahan mereka karena tidak ada
jaminan untuk keberhasilan tanaman pertanian mereka. Pilihan kerja
alternatif yang mereka bisa jangkau agar tetap bisa bertahan hidup
adalah menjadi tukang ojek.
Pekerjaan ini kemudian berkembang pesat, hampir separuh
pemuda dan masyarakat laba melakukan aktifitas ini untuk bisa
bertahan hidup. Sehubungan dengan upaya pemerintah Kab. Luwu
Utara untuk meningkatkan pembangunan khususnya diwilayah
Masamba sebagai ibu kota kabupaten, maka dibentuk 4 kelurahan
dan salah satu diantaranya adalah Kelurahan Kappuna. Kelurahan ini
34
dibentuk pada tahun 2005 dimana sebelumnya merupakan Desa
Kappuna.Jumlah penduduk Kelurahan Kappuna berjumlah 4.764 jiwa
dengan jumlah penduduk laki-laki 2.446 jiwa dan jumlah penduduk
perempuan 2.318 jiwa. Laju pertumbuhan penduduk dipengaruhi oleh
faktor kelahiran, kematian, dan migrasi yang masuk maupun keluar
dari wilayah kelurahan Kappuna.
Adapun kondisi pembangunan Kelurahan Kappuna pada tahun
2009 tidak jauh berbeda dengan kondisi saat ini, peningkatan
pembangunan yang terjadi di Kelurahan Kappuna hingga tahun 2010
sebagian besar adalah pembangunan fisik antara lain pembangunan
jalan masyarakat dan pembangunan sarana umum masyarakat, baik
sarana pelayanan masyarakat hingga sarana untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat terutama dalam pada sektor pertanian.
3.2. Struktur Organisasi Kelurahan Kappuna di Kabupaten Luwu
Utara
Berdasarkan Peraturan Daerah Kab. Luwu Utara Nomor 12
Tahun 2008 tentang Organisasi Tata Kerja Kelurahan di kabupaten
luwu Utara, struktur organisasi Kelurahan terdiri dari :
1. Pimpinan adalah Lurah
2. Pembantu Pimpinan adalah Sekertaris kelurahan
3. Pelaksana adalah seksi-seksi dengan struktur organisasi
LURAH KAPPUNAILFAN NASRUDDIN,S.STP
SEKLURHENGKY, S.STP
KASI PEMERINTAHANA.MUH.SAKTIAR,S.SI
KASI PEMB & KESRAERNA, S.IP
KASI PELY.UMUMNIRWANA, S.E
LINGKUNGAN
35
Struktur Organisasi Pemerintahan Kelurahan Kappuna Kecamatan Masamba Kabupaten Luwu Utara
36
Kelurahan merupakan perangkat kecamatan yang dipimpin
oleh kepala kelurahan disebut Lurah dan bertanggungjawab kepada
Camat. Lurah beserta para jajarannya mempunyai tugas melakukan
penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan
dalam rangka penyelenggaraan urusan pemerintahan umum.
3.2.1. Tugas Pokok dan Fungsi Lurah yaitu
Tugas Pokok Lurah adalah mengkoordinasikan dan
mempertanggung jawabkan penyelenggaraan, pemerintahan
pelaksanaan pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan
dalam rangka urusan pemerintahan umum atas
penyelenggaraan pemerintahan umum, dan urusan pemerintah
daerah diwilayah kerjanya.
Fungsi Lurah :
Menyusun rencana dan program kerja dibidang
pemerintahan, pembangunan dan pembinaan
kemasyarakatan sebagai pedoman kerja.
Membagi petunjuk dan arahan kepada sekertaris, Seksi
dan bawahan lainnya sesuai dengan bidangnya masing-
masing agar pelaksanaan tugas sesuai tujuan yang
hendak dipakai
Membagi tugas kepada sekertaris, Seksi dan bawahan
lainnya sesuai dengan bidangnya masing-masing agara
pelaksanaan tugas dapat berjalan lancar
37
Menilai hasul kerja Sekertaris Seksi dan Bawahan
lainnya dengan cara mengevaluasi pelaksanaan tugas
Melaksanakan koordinasi dengan instansi terkait dalam
rangka penyelenggaraan pe,merintahan, pembangunan
dan kemasyarakatan sesuai dengan ketentuan peraturan
Perundang-Undangan yang berlaku
Melaksanakan usaha dalam rangka menggerakkan dana
menumbuh kembangkan partisipasi masyarakat dan
usaha gotong royong masyarakat untuk mempererat rasa
kebersamaan, persatuan dan kesatuan sesuai denagn
ketentuan yang berlaku
Melaksanakan kegiatan dalam rangka melaksanakan
pembinaan ketentraman dan ketertiban wilayah sesuai
denga progaram yang ditetapkan guna meningkatkan
Melaksanakan pembinaan terhadap organisasi
kepemudaan dan organisasi kemasyarakatan lainnya
dalam wilayah Kelurahan
Melaksanakan koordinasi dengan instansi terkait dalam
ranglka penggalian potensi di Wilayah Kelurahan guna
meningkatkan pendapatan asli Daerah
Memelihara dan meningkatkan hasil-hasil pembangunan
di wilayah Kelurahan
38
Melakukan pemantauan dan evaluasi atas tugas umum
pemerintahan, pembangunan, dan pembinaan
masyarakat
Melaksanakan funsi-fungsi lain yang berkaitan dengan
pelaksanaan tugas yang telah ditetapkan untuk
menunjang tercapainya tujuan pemerintahan,
pembangunan dan kemasyarakatan
Melakukan pembinaan kesejahteraan sosial
kemasyarakatan yang ,meliputi pembinaan keagamaan,
pendidikan, keterampilan masyarakat, kesehatan
masyarakat, dan sarana sosial kemasyarakatan lainnya
Melakukan pembinaan kebersihan, keindahan dan
pelestarian lingkungan hidup bagi masyarakat
Melaksanakan pembinaan administrasi bidang umum
kepegawaian, keuangan dan perlengkapan untuk
menunjang pelaksanaan tugas pokok dan fungsi
Memberikan saran alternatif kepada Camat untuk
kelancaran pelaksanaan tugas
Membuat laporan pelaksanaan tugas sebagai bahan
evaluasi
Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diberikan
oleh atasan
39
3.2.2. Tugas Pokok dan Fungsi Sekertaris Lurah
Tugas pokok Sekertaris Lurah adalah menyusun rencana dan
program, melaksanakan tugas-tugas Kesekretariatan yang
meliputi Administrasi Kepegawaian, Keuangan, Umum dam
membuat laporan pelaksanaan tugas yang menjadi tanggung
jawab
Fungsi Sekertaris Lurah :
Membagi tugas kepada bawahan sesuai tugasnya
Memberi petunjuk kepada bawahan agar pelaksanaan
tugas dapat berjalan lancar
Menilai hasil kerja bawahan dengan cara mengevaluasi
hasil pelaksanaan tugas
Menilai prestasi kerja bawahan untuk pembinaan karier
Melaksanakan dan engolah manajemen kesekretariatan
Kelurahan untuk kelancaran tugas
Melaksanakan Administrasi kepegawaian, keuangan
daministrasi umum untuk menunjang tugas pokok dan
fungsi
Memberikan layanan Teknis Administrasi kepada Lurah,
Seksi-seksi dan seluruh staf untuk kelancaran tugas
Menginventarisasi, mengelola dan mengevaluasi data
baik pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan
40
serta informasi untuk pembinaan penyelenggaraan tugas
umum, penyelenggaraan pemerintahan Kelurahan
Memberikan saran alternatif kepada Lurah untuk
kelancaran pelaksanaan tugas
Membuat laporan sebagai bahan pertanggung jawaban
dan evaluasi pelaksanaan tugas
Mengkoordinasikan tugas-tugas seksi agar dalam
pelaksanaannya dapat berjalan lancar
Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diberikan
oleh atasannya
3.2.3. Tugas dan Fungsi Kasi Pemerintahan
Tugas pokok Kasi Pemerintahan adalah menyusun rencana dan
program atas penyelenggaraan pemerintahan umum,
pemerintahan Kelurahan, Pembinaan ketentraman dan
ketertiban serta mebuat laporan atas pelaksanaan tugas kepada
atasan.
Fungsi Kasi Pemerintahan
Menyusun rencana dan program sebagai pedoman kerja
Membagi tugas kepada bawahan sesuai tugasnya
Memberi petunjuk kepada bawahan agar pelaksanaan
tugas dapat berjalan lancar
Menilai hasil kerja bawahan dengan cara mengevaluasi
hasil pelaksanaan tugas
41
Menilai prestasi kerja bawahan untuk pembinaan karier
Mempersiapkan bahan dan data untuk penyelenggaraan
pemerintahan umum dan pemerintahan Kelurahan
Mengumpulkan, mengolah, mengevaluasi data bidang
pemerintahan, ketentraman, dan ketertiban
Memberikan pelayanan kepada masyarakat dibidang
pemerintahan, ketentraman dan ketertiban sesuai
ketentuan yang berlaku
Melaksanakan tugas-tugas bidang keagrariaan sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku
Membantu kelancaran pelaksanaan dan pengawasan
penyelenggraan pemilihan umum
Membantu penyelenggaraan kegiatan administrasi
pertahanan sipil
Membantu dan mengusahakan kegiatan yang berkaitan
dengan pembinaan kerukunan warga
Melaksanakan pembinaan idiologi Negara Kesatuan
bangsa dan peningkatan partisipasi politik masyarakat
Memberikan saran alternatif kepada Lurah untuk
kelancaran pelaksanaan tugas
Membuat laporan sebagai bahan pertanggung jawaban
pelaksanaan tugas
42
Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diberikan
atasan
3.2.4. Tugas dan Fungsi Kasi Pembangunan dan Kesejahteraan
Rakyat
Tugas Pokok Kasi Pembangunan dan Kesejahteraan Rakyat
adalah menyusun rencana dan program kerja dalam rangka
pembinaan pelaksanaan pembangunan fisik,
penataanlingkungan hidup, pembinaan perekonomian dan
peningkatan rakyat serta membuat laporan atas pelaksanaan
tugas kepada atasan.
Fungsi Kasi Pembangunan dan Kesejahteraan Rakyat :
Menyusun rencana dan program sebagai pedoman kerja
Membagi tugas kepada bawahan sesuai tugasnya
Memberi petunjuk kepada bawahan agar pelaksanaan
tugas dapat berjalan lancar
Menilai hasil kerja bawahan dengan cara mengevaluasi
hasil pelaksanaan tugas
Menilai prestasi kerja bawahan untuk pembinaan karier
Mengumpulkan, mengolah, mengevaluasi data bidang
pembangunan
Melakukan kegiatana pembinaan terhadapa
perkoperasian, pengusaha ekonomi lemah dan kegiatan
perekonomian lainnya
43
Melaksanakan kegiatan dalam rangka meningkatkan
swadaya dan partisipasi masyarakat dalam
meningkatkan perekonomian dan pelaksanaan
pembangunan
Membantu pembinaan koordinasi pelaksanaan
pelestarian lingkungan hidup dan pemeliharaan
kebersihan
Membantu membina dan penyiapan bahan-bahan dalam
rangka pelaksanaan Musbang di Kelurahan
Melakukan pelayanan kepada masyarakat dibidang
kesejahteraan rakyat yang sesuai ketentuan yang
berlaku
Melakukan pembinaan dalam bidang kesehatan,
keagamaan, pendidikan, Keluarga Berencana dan
pendidikan kemasyarakatan sesuia ketentuan yang
berlaku
Membantu pelaksanaan kegiatan pembinaan dan
kesejahteraan keluarga
Membantu pelaksanaan kegiatan karang taruna
Membuat laporan sebagai bahan pertanggung jawaban
pelaksanaan tugas
Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh
atasan
44
3.2.5. Tugas dan Fungsi Kasi Pelayanan Umum
Tugas Pokok Kasi Pelayanan Umum adalah menyusun rencana
dan program, dalam rangka pembinaan penyelenggaraan
pelayanan umum dan perizinan serta membuat laporan
pelaksanaan tugas.
Fungsi Kasi Pelayanan Umum adalah :
Menyusun rencana dan program sebagai pedoman kerja
Membagi tugas kepada bawahan sesuai tugasnya
Memberi petunjuk kepada bawahan agar pelaksanaan
tugas dapat berjalan lancar
Menilai hasil kerja bawahan dengan cara mengevaluasi
hasil pelaksanaan tugas
Menilai prestasi kerja bawahan untuk pembinaan karier
Melaksanakan pembinaan pelayanan administrasi
kependudukan dan catatan sipil
Melaksanakan kegiatan administrasi dn pelayanan
bidang perizinan dan rekomendasi kepada masyarakat
Memberikan informasi yang akurat kepada masyarakat
terhadap pelayanan yang diberikan
Melaksanakan sosialisasi setiap kebijakan pemerintah
yang berkaitan dengan pelayanan umum
45
Membantu tugas-tugas di bidang pajak bumi dan
bangunan dan retribusi Daerah
Membuat lapotan sebagai bahan pertanggung jawaban
pelaksanaan tugas
Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh
atasan
3.3. Kepegawaian
Reformasi di bidang kepegawaian yang merupakan
konsekuensi dari perubahan di bidang politik, ekonomi dan sosial
yang begitu cepat terjadi sejak paruh pertama tahun 1998 ditandai
dengan berlakunya Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang
Pokok-pokok kepegawaian. Peraturan perundang-undangan yang
merupakan perubahan dan penyempurnaan dari Undang-undang
Nomor 8 Tahun 1974 dengan pokok bahasan yang sama tersebut,
kemudian diikuti dengan berbagai peraturan pelaksanaannya, baik
yang berupa Peraturan Pemerintah (PP) maupun Keputusan
Presiden (Keppres), untuk menjamin terlaksananya Undang-undang
Nomor 43 Tahun 1999 ini secara baik dan terarah.
Pada dasarnya Pegawai Negeri Sipil (PNS) di negara manapun
mempunyai tiga peran yang serupa. Pertama, sebagai pelaksana
peraturan dan perundangan yang telah ditetapkan pemerintah.Untuk
mengemban tugas ini, netralitas PNS sangat diperlukan.Kedua,
melakukan fungsi manajemen pelayanan publik.Ukuran yang dipakai
46
untuk mengevaluasi peran ini adalah seberapa jauh masyarakat puas
atas pelayanan yang diberikan PNS. Apabila tujuan utama otonomi
daerah adalah mendekatkan pelayanan kepada masyarakat,
sehingga desentralisasi dan otonomi terpusat pada pemerintah
kabupaten dan pemerintah kota, maka PNS pada daerah-daerah
tersebut mengerti benar keinginan dan harapan masyarakat
setempat. Ketiga, PNS harus mampu mengelola pemerintahan.
Artinya pelayanan pada pemerintah merupakan fungsi utama PNS.
Setiap kebijakan yang diambil pemerintah harus dapat dimengerti
dan dipahami oleh setiap PNS sehingga dapat dilaksanakan dan
disosialisasikan sesuai dengan tujuan kebijakan tersebut. Dalam
hubungan ini maka manajemen dan administrasi PNS harus
dilakukan secara terpusat, meskipun fungsi-fungsi pemerintahan lain
telah diserahkan kepada pemerintah kota dan pemerintah kabupaten
dalam rangka otonomi daerah yang diberlakukan saat ini.
Otonomi daerah yang telah berlangsung selama lebih dari
delapan tahun ini tentunya memberikan implikasi tertentu pada
sistem kepegawaian di Indonesia. Pada mulanya, sebelum
dilaksanakannya era otonomi, sistem kepegawaian terpusat dalam
arti segala kebijakan kepegawaian ada pada pemerintah pusat,
daerah hanya menerima jatah dari pemerintah pusat sesuai dengan
permintaan dan ketersediaan pegawai yang ada di pusat. Dan
pegawai dari satu tempat dapat berpindah ke tempat lain sesuai
47
dengan keputusan atasan, dan hal ini tentunya sangat berbeda
dengan adanya kebijakan desentralisasi yaitu pegawai sulit
berpindah antar satu tempat dengan tempat yang lain. Kebijakan
kepegawaian yang demikian tentu saja memberikan implikasi yang
positif maupun negatif bagi sistem kepegawaian dan kinerja
organisasi pada khususnya.
Kinerja dan keberhasilan Pemerintahan Kabupaten/kota dalam
melaksanakan Visi, Misi dan berbagai fungsi Pembangunan,
peningkatan kemandirian pemerintahan daerah serta menggali
berbagai sumber daya alam maupun manusia dalam rangka
kesejahteraan masyarakat dan peningkatan pelayanan kepada
masyarakat, sangat dipengaruhi oleh arus informasi yang terjadi
secara lintas organisasi, internal organisasi maupun eksternal
organisasi pemerintahan. Informasi yang tersedia secara tepat
waktu, tepat tempat dan tepat guna merupakan hal yang mutlak
diperlukan dalam rangka penyusunan kebijaksanaan, pembuatan
keputusan dalam berbagai bidang yang merupakan tugas pokok
pemerintahan.
Kepegawaian dalam era otonomi daerah merekomendasikan
manajemen kepegawaian yang diarahkan untuk menjamin
penyelenggaraan tugas pemerintahan dan pembangunan secara
berdaya guna dan berhasil guna. Pada era otonomi daerah ini
ditegaskan sistem pembinaan karir tertutup dalam arti negara.
48
Dengan demikian Pegawai Negeri Sipil dilihat sebagai satu kesatuan,
yang hanya berbeda tempat pekerjaannya. Dalam sistem ini
dimungkinkan perpindahan dari suatu departemen/lembaga/provinsi/
kabupaten/ kota ke departemen/ lembaga /provins i/ kabupaten / kota
lainnya.
Berhasilnya suatu proses pencapaian tujuan organisasi yang
telah ditetapkan sangat bergantung pada unsur manusia yakni
pegawai yang memimpin dan yang melaksanakan tugas-tugas serta
kegiatan-kegiatan kebijakan dalam usaha yang bersangkutan.
Berkaitan dengan hal tersebut pegawai kelurahan saat ini terdiri dari
14 orang. Adapun jumlah pegawai yang bekerja pada Kantor Lurah
Kappuna dengan daftar nama sesuai pada table dibawah ini:
No. N A M A JABATANJenis
kelaminGolongan
1. ILFAN NASRUDDIN, S.STP Lurah L III/c
2. HENGKY, S.STP Seklur L III/a
3. A. MUH. SAKTIAR, S.SI Kasi Pemerintahan P III/a
4. ERNA, S.IP Kasi Pemb.& Kemsy P III/b
5. NIRWANA, SE Kasi Pelayanan Umum P III/a
6. ASMAWATI, SE Staf P II/b
7. UMI KALSUM, S.SOS Staf L II/b
8. SYAFRULLAH Staf L II/a
9. MALIANA Staf P II/a
10. EBIT Staf L II/a
11. NURTANG Staf P II/a
12. St. ALDIANA Staf P II/a
13. SUMARNI Staf P II/a
14. ZAINAL ABIDIN Staf L II/a
49
Dalam perkembangan keadaan saat ini, diperkirakan akan
timbul berbagai masalah yang menyangkut kepegawaian sebagai
dampak berlakunya otonomi daerah. Dari berbagai permasalahan
yang ada, akan menonjol berbagai persoalan utama yang meliputi:
a) Dengan adanya desentralisasi kewenangan yang diberikan
kepada daerah, ada kemungkinan jumlah dan struktur PNS di
daerah menjadi tidak terkendali. Apalagi bila dalam
pengangkatan pegawai baru dan promosi serta mutasi tidak
mengikuti prinsip “merit sistem” tetapi lebih pada “marriage
sistem (sistem kekeluargaan)” yang dianut oleh pemerintah
pusat selama ini. Karena sulit meninggalkan paradigma lama
yang telah berakar selama 33 tahun itu, kewenangan yang
besar kepada daerah tersebut dimungkinkan dengan terbitnya
Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun 2000 yang
memungkinkan Gubernur, Bupati dan Walikota mengangkat dan
memberhentikan PNS di daerahnya mulai dari pangkat I/a
sampai dengan golongan IV/e, Pembina Utama. Suatu
kewenangan yang sebelum terbit Peraturan Pemerintah ini,
hanya dimiliki oleh Presiden dan dilakukan secara terpusat.
b) Kualitas PNS daerah akan sangat bervariasi antara daerah
yang satu dengan daerah lainnya. Akibat dari kewenangan
dalam butir (a) tersebut. Apalagi kalau mobilitas PNS antar
daerah terhambat sebagai akibat dari “Daerah sentrisme”.
50
Tanpa kualitas memadai serta mobilitas yang tidak
dimungkinkan ini, maka pembinaan karier PNS yang selama ini
telah terjaga dan terjamin baik, kemungkinan besar akan
terkorbankan. Apalagi dengan pemerintahan koalisi yang multi
partai, pemimpin pemerintahan di daerah tidak akan terlepas
dari “sindrom” kepartaian.
c) Dalam waktu lima tahun kedepan, manajemen kepegawaian di
daerah masih perlu banyak pembenahan. Namun sebagai
akibat dari butir (b) tersebut kapasitas kelembagaan daerah
untuk menyelenggarakan manajemen kepegawaian ini masih
menjadi pertanyaan besar. Karena manajemen kepegawaian
yang baik harus dilaksanakan oleh suatu badan yang netral,
tidak terimbas pengaruh politik dan tunduk pada salah satu
kekuatan politik. Ditambah dengan daya serap daerah yang
masih sangat terbatas, kerancuan dan kekacauan manajemen
kepegawaian diperkirakan menimbulkan masalah sisi lain dari
otonomi dan desentralisasi, apabila manajemen dan
administrasi kepegawaian tidak dikembalikan terpusat. Paling
tidak untuk lima tahun kedepan.
Akar permasalahan buruknya kepegawaian negara di Indonesia
pada prinsipnya terdiri dari dua hal penting: (1) persoalan internal
sistem kepegawaian negara itu sendiri, (2) persoalan eksternal yang
mempengaruhi fungsi dan profesiolisme kepegawaian negara. Dan
51
situasi problematis terkait dengan persoalan internal sistem
kepegawaian dapat dianalisis dengan memperhatikan subsistem
yang membentuk kepegawaian negara.
Subsistem kepegawaian negara terdiri dari:
(1) rekrutmen,
(2) penggajian dan reward,
(3) pengukuran kinerja,
(4) promosi jabatan,
(5) pengawasan.
Kegagalan pemerintah untuk melakukan reformasi terkait
dengan subsistem-subsistem tersebut telah melahirkan birokrat-
birokrat yang dicirikan oleh kerusakan moral (moral hazard) dan juga
kesenjangan kemampuan untuk melakukan tugas dan
tanggungjawabnya (lack of competencies). Persoalan rekrutmen
merupakan persoalan utama bagi manajemen kepegawaian di
Indonesia. Rekrutmen yang tidak tepat akan berakibat pada
pemborosan anggaran dan menghambat kinerja organisasi untuk
waktu yang akan datang.
Sistem penggajian dan reward juga memegang peran yang
penting bagi sinergitas organisasi pada umumnya dan kinerja
instansi pada khususnya. Apalagi dengan adanya standar penilaian
kinerja yang harus di-up to date, dalam arti standar penilaian yang
sudah ada (DP3) sudah tidak relevan lagi digunakan untuk seluruh
52
satuan kerja instansi pemerintah dalam semua lingkup kerja. Standar
penilaian kerja perlu diperbaharui agar sesuai dengan tuntutan dan
kemajuan dunia kerja.
Promosi jabatan dengan netralitas kepegawaian sehingga
berakibat rasa keadilan bagi seluruh PNS merupakan salah satu
upaya yang dapat mewujudkan kinerja kepegawaian yang maksimal.
Dan persoalan yang tidak kalah penting adalah persoalan
pengawasan. Dalam manajemen kepegawaian pengawasan
dimaksudkan untuk menjamin berlangsungnya iklim kerja yang
kondusif dan responsif terhadap segala jenis perubahan baik
perubahan dari lingkungan internal maupun lingkungan eksternal
organisasi.
3.4. Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran
3.4.1. Visi
Visi adalah pandangan ideal masa depan yang ingin
diwujudkan, dan secara potensi untuk terwujud menuju kemana dan
apa yang diwujudkan suatu organisasi dimasa depan, visi haruslah
visi bersama yang mampu menarik dan menggerakkan anggota
organisasinya untuk komitmen terhadap visi tersebut, dan harus
konsisten, tetap eksis, antisipatif, inovatif serta produktif. Karena itu,
perumusan pernyataan visi perlu secara intensif dikomunikasikan
kepada segenap anggota organisasi sehingga semuanya merasa
memiliki visi tersebut.
53
Dalam perumusan visi, hendaknya :
Bukan fakta tetapi gambaran pandangan ideal masa depan
yang ingin dicapai;
Dapat memberikan arahan dan mendorong anggota organisasi
menunjukkan kinerja yang baik;
Dapat menimbulkan inspirasi dan siap menghadapi tantangan;
Menjembatani masa kini dan masa mendatang;
Ganbaran yang realisitis dan kridibel, dengan masa depan yang
menarik;
Sifatnya tidak statis dan tidak selamanya.
Dalam upaya mewujudkan harapan dan aspirasi stakeholders
serta melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, maka penyataan
Visi Kelurahan Kappuna adalah “ mewujudkan pelayanan yang
prima serta tertib administrasi dalam rangka menjadikan
masyarakat yang partisipatif terhadap pembangunan “
Visi tersebut mengandung makna adanya keinginan untuk
mewujudkan pelayanan yang cepat, murah, profesional dan
bertanggung jawab dengan maksud agar tercipta penghargaan dari
masyarakat kepada pemerintah Kelurahan sehingga dapat
menumbuhkan partisipasi masyarakta dalam pembangunan daerah.
3.4.2. Misi
Misi merupakan pernyataan yang menetapkan tujuan instansi
pemerintah dan sasaran yang ingin dicapai. Pernyataan misi
54
membawa organisasi kepada suatu fokus. Misi menjelaskan
mengapa organisasi itu ada, apa yang dilakukannya, dan bagaimana
melakukannya. Misi adalah sesuatu yang dilaksanakan/ diemban
oleh instansi pemerintah, sebagi penjabaran dari visi yang telah
ditetapkan.
Dengan pernyataan misi diharapkan seluruh pegawai pihak
yang berkepentingan dapat mengenal instansi pemerintah dan
mengetahui peran dan programnya serta hasil yang diperoleh dimasa
mendatang. Pernyataan misi yang jelas, akan memberikan arahan
jangka panjang dan stabilitas dalam manajemen dan kepemimpinan
Kelurahan Kappuna.
Adapun misi Kelurahan Kappuna adalah sebagai berikut :
a. Memberikan pelayanan yang murah, cepat, tepat, efektif dan
efisien kepada masyarakat;
b. Meningkatkan pembangunan khususnya pada sektor pertanian;
c. Meningkatkan partisipasi masyarakat terhadap pembangunan.
3.4.3. Tujuan dan Sasaran
Tujuan merupakan penjabaran atau implementasi dari
pernyataan misi. Tujuan adalah hasil akhir yang akan dicapai atau
dihasilkan dalam jangka waktu 1 (satu) tahun sampai dengan 5
(lima) tahun.
55
Tujuan yang telah ditetapkan oleh Kelurahan Kappuna
adalah :
1. Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat;
2. Meningkatkan pembangunan di Kelurahan Kappuna;
3. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat Kelurahan Kappuna
Sasaran yang telah ditetapkan oleh Kelurahan Kappuna
adalah :
1. Terciptanya pelayanan prima bagi masyarakat untuk
pencapaian tertib administrasi kependudukan serta adanya
ketentraman bagi masyarkat di Kelurahan Kappuna.
2. Meningkatnya pembangunan diberbagai sector serta sarana
dan prasarana umum masyarakat di Kelurahan Kappuna;
3. Meningkatnya partisipasi masyarakat serta organisasi
kemasyarakatan dikelurahan Kappuna.
56
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Kinerja Pegawai Negeri Sipil
Kelurahan Kappuna sebagai salah satu instansi pemerintah
daerah sesuai dengan bidang tugasnya melaksanakan urusan
pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan, berkewajiban
juga menyusun rencana strategis. Dengan demikian diharapkan agar
dapat menentukan arah perkembangan dalam meningkatkan
kinerjanya, yang mampu menjawab tuntutan perkembangan
lingkungan strategis baik lokal, nasional, maupun global.
Sejalan dengan tuntutan tersebut diatas, perlu segera
diupayakan beberapa langkah strategis dan tindakan-tindakan
operasional untuk merealisasikannya. Salah satu langkah yang perlu
dan harus dikembangkan saat ini adalah mewujudkan suatu
pemerintahan yang baikn (good governance) yang memiliki elemen
dasar transparansi, partisipasi dan akuntabilitas. Sebagai aplikasi
dari uraian diatas, maka perlu dibuat Rencana Kinerja yang memuat
rencana kerja dan kegiatan tahunan, lima tahunan yang akan
dituangkan dalam rencana strategis yang dikenal dengan
(RENSTRA) Kelurahan Kappuna Tahun 2010-2015.
Rencana strategis tersebut harus mempunyai kebijakan, strategi
dan program pembangunan yang dapat mensinergikan sumber daya
dan potensi dengan peluang pengembangan wilayah yang
57
dimiliki.Sumber daya tersebut bersifat spesifik lokal yang meliputi
sumber daya alam, sumber daya manusia, serta sumber-sumber
pendapatan daerah yang potensial. Di era otonomi daerah ini,
kemampuan Pemerintah Kabupaten Luwu Utara didalam mengelola
seluruh potensi yang ada akan sangat menentukan perkembangan
Kabupaten Luwu Utara ke arah yang diinginkan.
Rencana strategis tersebut kemudian wajib dikomunikasikan ke
seluruh elemen yang terlibat untuk membantu mengarahkan semua
kegiatan yang dilakukan oleh elemen tersebut untuk memajukan
kegiatan pengelolaan sumber daya di wilayah kelurahan Kappuna.
Selanjutnya, sangat pula dibutuhkan adanya iklim dan lingkungan
yang kondusif yang didukung oleh penegakan hukum dan
diterapkannya prinsip-prinsip good governance di lingkungan
masyarakat maupun lingkungan pemerintahan untuk meningkatkan
partisipasi masyarakat.
Dalam usaha meningkatkan kinerja aparaturnya, pemerintah
menetapkan program manajemen kepegawaian berbasis kinerja.
Salah satu peraturan yang dikeluarkan pemerintah untuk tujuan
tersebut adalah Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
Nomor: PER/09/M.PAN/5/2007 tentang Pedoman Umum Penetapan
Indikator Kinerja Utama di Lingkungan Instansi Pemerintah.
Yang dimaksud dengan kinerja instansi pemerintah adalah
gambaran mengenai tingkat pencapaian sasaran ataupun tujuan
58
instansi pemerintah sebagai penjabaran dari visi, misi dan rencana
strategi instansi pemerintah yang mengindikasikan tingkat
keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan-kegiatan sesuai
dengan program dan kebijakan yang ditetapkan. Untuk mengukur
kinerja aparat kelurahan terdapat 3 aspek yang menjadi pedoman
yaitu Produktifitas Kerja, Ketaatan Aparat, dan Kedisiplinan.
4.1.1 Produktifitas kerja
Produktifitas kerja pegawai merupakan hubungan antara
kualitas yg dilakukan untuk mencapai hasil dimana produktifitas
adalah kekuatan atau kemampuan menghasilkan sesuatu yang
bersifat materil maupun non materil yang menggambarkan
kemampuan aparatur dalam bekerja. Untuk mewujudkan dan
melaksanakan segala tugas yang dimaksud di perlukan aparatur
pemerintah Kelurahan yang profesional dalam bidangnya.
Produktivitas kinerja diharapkan pekerjaan akan terlaksana secara
efisien dan efektif, sehingga pada akhirnya sangat diperlukan dalam
pencapaian tujuan yang sudah ditetapkan.
Produktivitas pada dasarnya mencakup sikap mental/perilaku
dan kemampuan yang berorientasi pada perbaikan berkelanjutan
(continuous improvement), dan mempunyai pandangan bahwa
kinerja hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan kinerja hari esok
harus lebih baik dari prestasi hari ini. Pola perilaku yang demikian
59
akan mendorong bawahan untuk senantiasa terus berusaha
meningkatkan kerja, sebagai stimulus untuk selalu berbuat yang baik.
Dari hasil penelitian di lapangan terungkap bahwa pegawai
Kelurahan Kappuna cukup memiliki skill dalam menjalankan tugas-
tugasnya. Data yang di peroleh menunjukkan bahwa untuk menjadi
pegawai cukup menjadi jaminan untuk mampu bekerja secara
profesional. Meningkatkan produktivitas kinerja yang tinggi serta
meningkatkan profesionalisme dalam bekerja, akan selalu terkait
dengan ukuran-ukuran atau standar kinerja.
Untuk mengukur Produktifitas Kerja aparat Kelurahan,
menggunakan beberapa indikator yaitu : Sikap mental/perilaku aparat
Kelurahan, Kemampuan, serta semangat kerja.
a. Sikap mental aparat kelurahan
Sikap tersebut berasal dari persepsi mereka mengenai
pekerjaannya dan hal ini tergantung pada tingkat outcomes intrinsik
maupun ekstrinsik dan bagaimana pekerja/pegawai memandang
outcome tersebut dan mencerminkan perasaaan mereka terhadap
pekerjaanya. Sikap mental merupakan kondisi mental yang
mendorong seseorang untuk berusaha mencapai potensi kerja
secara maksimal. Pada tabel akan di ketahui tanggapan responden
tentang sikap aparat kelurahan dalam memberikan pelayanan
kepada masyarakat.
60
Tabel 1
Tanggapan responden tentang sikap aparat Kelurahan
Kappuna dalam memberikan pelayanan
No. Tanggapan responden Frekwensi Persentase
1.
2.
3.
Ramah
Cukup ramah
Kurang ramah
8
2
4
57,1
14,2
28,5
Jumlah 14 99,8
Sumber : hasil olahan data primer 2011
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa 8 orang atau 57,1%
mengatakan bahwa dalam memberikan pelayanan sangat ramah
karena menurut mereka aparat kelurahan dalam memberikan
pelayanan selalu bersikap ramah yang disertai tutur kata yang baik
dalam melayani setiap masyarakat yang menginginkan pelayanan,
sedangkan 2 orang atau 14,2% Mengatakan sikap aparat cukup
ramah karena menurut mereka pelayanan yang mereka dapatkan
belum maksimal sesuai yang diinginkan dan yang mengatakan
kurang ramah sebanyak 4 orang atau 28,5% karena menurut mereka
pada saat membutuhkan pelayanan sering ada aparat terkesan
berbelit-belit sehingga memunculkan sikap yang kurang ramah
kepada masyarakat.
Rustam, salah satu tokoh masyarakat mengungkapkan bahwa
“ umumnya para pegawai di Kelurahan Kappuna memiliki rasa malu apabila pelayanan yang diberikan kurang optimal namun
61
berbeda dengan sikap yang ditunjukkan. Kadangkala arogan yang di tampakkan kepada warga masyarakat, ini disebabkan ada saja oknum aparat yang pilih kasih dalam tata cara melayani sehingga muncul kesan “tak kenal maka tak sayang”. ( hasil wawancara 5 April 2011 )
Hal senada juga di ungkapkan Nurmiaty, salah seorang warga mengatakan bahwa :
“ Saya merasa sikap aparat kelurahan sudah menunjukkan keramahan pada warga ini terbukti dari pelayanan yang di berikan, walaupun kadang kala ada perbedaan yang nampak namun pada dasarnya semua diberlakukan sama, itu tidak menjadi masalah selama masih bisa di tolerir”. ( hasil wawancara 5 April 2011)
Hal ini mendapat respon dari pihak kelurahan mengenai
tanggapan masyarakat mengenai pelayanan yang diterima, seperti
yang di ungkapkan oleh salah satu pegawai di Kelurahan Kappuna
Ebit, salah seorang staf kelurahan mengungkapkan bahwa :
“ Tidak benar kalau aparat disini banyak yang pilih kasih atau pandang bulu sebagaimana yang di maksudkan. Kami semua disini selalu memperlakukan mereka dengan sama tanpa ada perbedaan selama persyaratan yang diperlukan telah terpenuhi”. (hasil wawancara 5 April 2011)
Tanggapan warga yang beragam tentang sikap aparat dalam
pelayanan menunjukkan kepedulian dan keperhatinan, sebab akan
memunculkan berbagai pandangan. Tentunya hal itu sulit untuk di
hindari. Kenyataan menunjukkan bahwa warga cukup puas dengan
hasil yang mereka terima akan tetapi masih ada di dalam benak
mereka masing-masing tentang pelayanan yang tentunya tidak
semua dari warga merasa puas. Hal ini tentunya tidak bisa di hindari,
sebab publik lah yang menilai.
62
Hasil wawancara dengan Kepala Kelurahan Kappuna mengungkapkan bahwa :
“ Saya sebagai pemimpin di Kelurahan ini merasa bertanggung jawab terhadap segala sesuatunya yang terjadi pada masyarakat saya. Tetapi tidak terlepas dari kenyataan yang ada bahwa saya beserta para staf telah memberikan pelayanan yang secara optimal kepada masyarakat. Namun saya akui sikap para pegawai tidak dapat secara keseluruhan dapat di kontrol, hanya kepercayaan dan kesadaran diri dari para pegawai yang biasa di atasi sendiri oleh masing-masing”. ( hasil wawancara 5 April 2011).
Tanggapan dari kepala kelurahan tersebut memberikan
gambaran bahwa sikap dan perilaku para staf dalam menjalankan
tugas dan tanggung jawabnya membutuhkan kesadaran dari masing-
masing pihak yang bersangkutan agar tercipta suasana yang
kondusif demi kelancaran kinerja dalam melayani masyarakat.
Hal yang senada juga di ungkapkan oleh Umi Kalsum, S.SOS
bahwa :
“ memang terasa sekali bagaimana seorang pemimpin selalu mengarahkan dan membimbing kami para bawahannya untuk memiliki dedikasi dan melaksanakan tugas secara all out. Hal ini memang di butuhkan untuk memperbaiki citra kantor ini”. ( hasil wawancara 5 April 2011 )
Aparat birokrasi dalam memberikan pelayanan publik seringkali
masih menerapkan standar nilai atau norma pelayanan secara
sepihak, seperti pemberian pelayanan yang hanya berdasarkan pada
juklak (petunjuk dan pelaksanaan) sehingga kecenderungan yang
terjadi adalah lemahnya komitmen aparat birokrasi untuk akuntabel
terhadap masyarakat yang dilayaninya. Selama ini aparat birokrasi
telah terbiasa lebih mementingkan kepentingan pimpinan daripada
63
kepentingan masyarakat pengguna jasa. Birokrasi tidak pernah
merasa bertanggung jawab kepada publik, melainkan bertanggung
jawab kepada pimpinan atau atasannya.
b. Kemampuan Aparat
Suatu organisasi pemerintah daerah menuntut adanya aparatur
atau perangkat daerah yang memiliki kemampuan dalam hubungan
dengan pekerjaan sehingga menghasilkan sesuatu yang optimal.
Adanya berbagai keluhan dan rasa ketidakpuasan masyarakat
terhadap pelayanan yang diterima atau yang diberikan oleh
pemerintah merupakan salah satu cerminan ketidakmampuan atau
merupakan indikasi kurang baiknya kinerja pemerintah. Semakin
banyak keluhan masyarakat semakin buruk ukuran kemampuan
kinerja dari pemerintah yang melayani masyarakat tersebut.
Di bawah ini tanggapan responden terhadap kemampuan
aparat dalam memberikan informasi pelayanan kepada masyarakat
Tabel 2
Kemampuan Pegawai dalam memberikan pelayanan
No Pendapat responden Frekwensi Persentase
1.
2.
3.
Cepat
Cukup cepat
Kurang cepat
8
4
2
57,1
28,5
14,2
Jumlah 14 99,8
Sumber: hasil olahan data primer 2011
64
Dari tabel 2 menunjukkan bahwa 8 orang atau 57,1%
menyatakan bahwa kemampuan aparat kelurahan dalam
menyampaikan informasi pelayanan kepada masyarakat sangat
cepat hal ini dikarenakan informasi yang disampaikan kepada
masyarakat semuanya cepat direspon oleh masyarakat, 4 orang atau
28,5% menyatakan cukup cepat karena menurut mereka tidak semua
informasi yang disampaikan oleh pihak kelurahan dalam hal ini
aparat kepada masyarakat setempat dapat dipahami secara cepat
sedangkan 2 orang atau 14,2% menyatakan kurang cepat atau
informasi yang diberikan kepada masyarakat tidak dimengerti sama
sekali.
Tangsiang, salah satu warga mengungkapkan bahwa :
“ saya melihat kemampuan aparat dalam melaksanakan kinerja pelayanan publik pada umumnya sama, akan tetapi dalam mengarahkan atau menjelaskan tentang prosedur kepada warga kurang, ini disebabkan kemampuan aparat berbeda-beda”. ( hasil wawancara 7 April 2011).
Hal senada juga di sampaikan oleh Reni, salah seorang warga yang mengungkapkan bahwa :
“ saya melihat para pegawai di kelurahan kappuna ini tentunya memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam menangani kami selaku pengguna pelayanan publik, kayaknya sih dari latar belakang pendidikan. Sebab ada yang terampil dan cukup cepat tetapi ada juga yang lamban”.
Dewasa ini masyarakat sudah paham mengenai kinerja
pemerintah, baik itu berupa sikap dan perilaku aparat sendiri maupun
kemampuan dalam melakukan pelayanan. Penelitian di lapangan
membuktikan bahwa pada kinerja aparat telah mendapat respon
65
yang beragam, baik itu melalui media massa maupun secara
langsung.
Beberapa warga masyarakat lainnya mengungkapkan bahwa
mereka sering salah menafsirkan penjelasan dari aparat kelurahan
padahal menurut mereka dalam memberikan pelayanan publik butuh
kesabaran dan kemampuan aparat agar tercipta suasana yang
kondusif dan pelayanan publik dapat secara efektif dan efisien
terlaksana. Hal ini mendapat respon dari aparat kelurahan seperti
yang di ungkapkan oleh
Sumarni, salah satu staf kelurahan menyatakan bahwa:
“Informasi yang diberikan oleh aparat kelurahan kepada masyarakat betul-betul informasi yang dapat diterima secara cepat oleh masyarakat adapun masyarakat yang masih tidak mengerti tentang informasi yang diberikan lebih didasarkan pada tingkatan pendidikan yang berbeda-beda oleh setiap anggota masyarakat”. ( hasil wawancara 7 April 2011).
Hal senada juga di sampaikan oleh Ebit, salah seorang staf
Kelurahan Kappuna yang mengungkapkan bahwa :
“ saya melihat dari waktu ke waktu masyarakat yang telah kami layani cukup puas. Hal ini tentunya membuat kami termotivasi agar kedepannya kemampuan dalam memberikan pelayanan seperti menjelaskan prosedur dapat secara optimal berjalan dengan baik dan adapun masyarakat yang masih belum mengerti itu bukan sepenuhnya salah kami selaku aparat pemerintah, karena tugas dan tanggung jawab telah di jalankan sesuai dengan standar yang berlaku. ( hasil wawancara 7 April 2011 )
Dari penelitian selama ini yang di dapat dari kelurahan Kappuna
dapat disimpulkan bahwa kemampuan pegawai akan menentukan
kinerja organisasi. Dengan kata lain semakin tinggi kemampuan
66
pegawai dalam melaksanakan pekerjaannya maka semakin tinggi
kinerja pegawai. Karena keterbatasan pengetahuan, waktu, dan
tenaga yang dimilki, pimpinan dapat memberikan wewenang kepada
bawahan. Pemberian wewenang kepada bawahan sangat penting
dalam rangka efesiensi dan efektifitas kerja organisasi, dengan
adanya pelimpahan sebagian wewenang dari pimpinan kepada
pegawai diharapkan tugas pekerjaan dalam penyelesaiannya dapat
tercapai dengan baik.
c. Semangat kerja
Tabel 3 semangat kerja
karakteristik responden menurut umur
Umur Frekwensi Presentase
< 29 8 57,1
30-39 2 14,2
40-49 3 21,4
>50 1 7,14
Jumlah 14 99,84
Pada tabel 3 dapat dilihat bahwa responden menurut umur
yang paling dominan adalah < 29 tahun berjumlah 8 orang 57,1%,
kemudian responden dengan umur 30-39 berjumlah 2 orang atau
14,2% dan responden dengan umur 40-49 tahun berjumlah 3 orang
atau 21,4% sedangkan >50 tahun 1 orang atau 7,14 % merupakan
67
responden dengan jumlah terkecil pada semua interval umur. Jumlah
responden yang berusia < 29 tahun lebih besar, ini menunjukkan
bahwa aparatur pemerintah yang ada pada kantor Kelurahan
Kappuna sebagian besar tergolong muda.
Dengan umur yang muda tentunya masih memiliki semangat kerja
yang tinggi, inovasi, dan kreatifitas dalam mentransfer keahlian
dalam bidang kerjanya. Selain umurnya yang dimaksud bukan
berarti tidak memiliki semangat kerja yang tinggi, inovasi dan
kreatifitas dalam mentransfer keahlian dalam bidang kerjanya, akan
tetapi usia muda identik dengan hal tersebut dan diperkuat lagi
dengan tingkat presentase yang lebih besar dibandingkan dengan
interval umur yang lainnya.
4.1.2 Ketaatan terhadap peraturan
Sebagai Abdi Negara dan Abdi Masyarakat aparat pemerintah
dituntut untuk dapat menaati segala peraturan yang berlaku.
Ketaatan aparat terhadap aturan akan membantu terlaksananya
suatu pelayanan yang maksimal kepada masyarakat. Dalam rangka
penegakan kode etik dibentuk komisi kehormatan Pegawai Negeri
Sipil yang mempunyai fungsi untuk menjabarkan lebih lanjut kode
etik pegawai negeri sipil, didalam implementasi penugasannya
melakukan pemantauan dan pengendalian perilaku pegawai negeri
sipil yang melanggar kode etik serta merekomendasikan pada
68
pejabat pembina kepegawaian dalam rangka pembinaan pegawai
negeri sipil yang bersangkutan selanjutnya.
Untuk itu pada saat ini sedang disusun Rencana Peraturan
Pemerintah tentang Penilaian Pegawai Berbasis Kinerja dengan
tujuan untuk :
1. Memperoleh gambaran langsung tentang kinerja seorang Pegawai
Negeri Sipil dalam melaksanakan tugas pokoknya;
2. Mengidentifikasi faktor-faktor penghambat kinerja, baik yang
berasal dari individu maupun unit kerja lain atau instansinya, yang
dapat digunakan sebagai input bagi perbaikan atau peningkatan
kinerja pegawai negeri sipil yang bersangkutan sekaligus bagi
penyerpurnaan aspek manajemen dan organisasi dari unit kerja
atau instansi dimana pegawai negeri sipil itu bekerja.
3. Memberikan gambaran tentang kinerja unit kerja dan instansi
dimana Pegawai Negeri Sipil tersebut bekerja, dan mencari jalan
keluar untuk memperbaiki atau meningkatkan kinerja unit kerja
dan instansinya.
Jenis-jenis pelayanan yang terdapat di Kelurahan Kappuna
berdasarkan tugas pokok dan fungsi antara lain :
1. Mengumpulkan, menyusun evaluasi data dan perumusan
program serta petunjuk teknis pembinaan penyelenggraan
pemerintahan kelurahan, pembangunan dan pemberdayaan
masyarakat;
69
2. Melaksanakan urusan tata usaha, kepegawaian, keuangan,
kearsipan, urusan dalam, perlengkapan, inventaris dan
penyusunan laporan serta pelayanan teknis dan administratif
kepada seluruh perangkat kelurahan;
3. Membantu melakukan pembinaan dibidang kesehatan meliputi
penyakit menular, infeksi, kesehatan mental dan perilaku hidup
sehat;
4. Membantu melakukan pembinaan dan pengawasan dalam upaya
preventif timbulnya epidemi penyakit (manusia dan hewan)
terutama didaerah endemis;
5. Pembinaan Posyandu, Imunisasi, UKS dan PMI serta mendorong
terwujudnya kelurahan Siaga;
6. Membantu melakukan pembinaan pelaksanaan Dokter dan Bidan
praktek, dukun Bayi dan lembag terapi/ penyembuhan alternatif
yang ada dimasyarakat;
7. Pembinaan terhadap perkoperasian, pengusaha ekonomi lemah
dan kegiatan perekonomian lainnya dalam rangka meningkatkan
kehidupan perekonomian rakyat;
8. Memberikan pelayanan masyarakat dibidang perekonomian dan
pembangunan;
9. Memberikan pelayanan administrasi perekonomian dan
pembangunan;
70
10.Membantu mengumpulkan dan menyalurkan dan/bantuan
terhadap korban bencana alam dan bencana lainnya;
11.Membantu melaksanakan pemebrdayaan lembaga
kemasyaraktan PKK dan Organisasi kemasyarakatan lainnya;
12.Membina kegiatan pengumpulan Zakat, Infaq dan Shodaqoh;
13.Membantu memberikan pelayanan administrasi dan koordinasi
dengan instansi terkait dalam urusan pernikahan dan perceraian;
14.Membantu pengawasan dan penyaluran beras miskin;
15.Pembinaan lembaga RT dan Rw;
Untuk mengukur ketaatan aparat Kelurahan Kappuna terhadap
peraturan di gunakan beberapa indikator : pengenaan biaya/tarif
pelayanan, ketepatan waktu pelayanan dan prosedur atau tata cara
pelayanan.
Kartu Tanda Penduduk (KTP)
Pelayanan publik oleh aparatur pemerintah dewasa ini masih
banyak dijumpai kelemahan sehingga belum dapat memenuhi
kualitas yang diharapkan masyarakat. Hal ini ditandai dengan masih
adanya berbagai keluhan masyarakat yang disampaikan melalui
media massa, sehingga dapat menimbulkan citra yang kurang baik
terhadap aparatur pemerintah. Mengingat fungsi utama pemerintah
adalah melayani masyarakat maka pemerintah perlu terus berupaya
meningkatkan kualitas pelayanan. Salah satunya adalah pelayanan
kartu tanda penduduk atau KTP di kelurahan.
71
Kartu Tanda Penduduk (KTP) adalah nama resmi kartu identitas
seseorang di Indonesia yang diperoleh setelah seseorang berusia di
atas 17 tahun. KTP berlaku selama lima tahun dan tanggal
berakhirnya disesuaikan dengan tanggal dan bulan kelahiran yang
bersangkutan. Khusus warga yang telah berusia 60 tahun dan ke
atas, mendapat KTP seumur hidup yang tidak perlu diperpanjang
setiap lima tahun sekali. KTP berisi informasi mengenai sang pemilik
kartu, termasuk: nama lengkap, Nomor Induk Kependudukan (N.I.K.),
alamat, tempat dan tanggal lahir, agama, golongan darah,
kewarganegaraan, foto, tanda tangan atau cap jempol.
Untuk mengetahui tanggapan masyarakat mengenai besarnya
biaya pembayaran yang ditentukan oleh aparat dalam pengurusan
KTP dapat kita lihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4
Tanggapan responden terhadap biaya pengurusan KTP
No
.
Biaya Frekwensi Persentase
1.
2.
3.
Rp. 35.000
Rp. 40.000
Rp. 15.000
3
1
10
21,4
7,14
71,4
Jumlah 14 99,94
Sumber : hasil olahan data primer 2011
72
Berdasarkan tabel di atas yang menyatakan biaya pengurusan
KTP Rp.35.000 sebanyak 3 orang atau 21,4% yang menyatakan
bahwa biaya pengurusan KTP Rp. 40.000 sebanyak 1 orang atau
7,14% yang menyatakan bahwa biaya pengurusan KTP Rp.15.000
sebanyak 10 orang atau 71,4%. Beragamnya biaya yang harus
dikeluarkan oleh masyarakat di sebabkan karena tidak sedikit
masyarakat untuk mendapatkan pengantar dari RT ataupun dari RW,
tetapi ada pula masyarakat yang tidak membayar untuk mendapat
pengantar RT ataupun RW karena ada hubungan pertemanan atau
hubungan keluarga.
Tanggapan Masyarakat secara umum terhadap pelayanan
pembuatan KTP yaitu Tidak adanya kesesuaian waktu selesainya
pembuatan KTP sesuai dengan yang di janjikan. Padahal diperlukan
waktu yang tidak lama, namun yang terjadi tidak sesuai dengan yang
diharapkan apalagi ada dana yang harus dikeluarkan yang tidak
sesuai dengan ketentuan pembuatan KTP sebenarnya.
Hasil wawancara dengan Kepala Kelurahan mengungkapkan
bahwa :
“ Saya menilai kinerja para pegawai saya sudah memenuhi standar yang diinginkan oleh masyarakat, namun pelayanan yang diberikan apabila tidak sesuai dengan keinginan masyarakat merupakan tanggung jawab saya sebagai atasan di Kelurahan Kappuna, bukan sepenuhnya kesalahan para pegawai. ( hasil wawancara 8 April 2011).
Upaya yang perlu dilakukan manusia untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya adalah berusaha, baik melalui aktifitas sendiri
73
maupun secara tidak langsung melalui aktifitas orang lain. Kecepatan
dalam pelayanan birokrasi adalah hal yang sangat penting karena
merupakan suatu kepuasan. Kecepatan pelayanan juga ditentukan
oleh prosedural yang berlaku, jika prosedur tidak berbelit maka
pengurusan suatu kepentingan menjadi cepat.
Sehubungan dengan efektifitas pelayanan dan efesiensi kerja
maka dapat disimpulkan bahwa prosedur yang biasanya ditempuh
secara berliku-liku dengan biaya yang tinggi yang umumnya
melesuhkan kegairahan dan kadang-kadang mematikan kreatifitas
tersebut perlu ditinjau dan ditata menjadi prosedur yang tidak bertele-
tele sehingga memberikan kemudahan.
Adapun waktu yang dibutuhkan dalam pengurusan KTP yang
sangat penting untuk diketahui, waktu pelayanan yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah tenggang waktu yang dihabiskan oleh
masyarakat untuk mengurus KTP di Kelurahan untuk mengetahui
lamanya waktu yang dibutuhkan dalam pengurusan KTP dapat kita
lihat pada tabel di berikut
Tabel 5
Tanggapan responden terhadap waktu pengurusan KTP
No. Waktu Frekwensi Persentase
1.
2.
1-2 hari
3-4 hari
9
5
64,2
35,7
Jumlah 14 99,9
74
Sumber : hasil olahan data primer 2011
Tabel di atas menunjukkan responden yang menunggu 1-2 hari
sebanyak 9 orang atau 64,2% sedangkan 3-4 hari sebanyak 5 orang
atau 35,7%. Kalaupun menunggu sampai 4 hari itu disebabkan
karena terjadinya antri oleh masyarakat atau di sebabkan juga
karena tidak adanya lurah di kantor.
Sesuai dengan hasil penelitian di lapangan, di wilayah
Kelurahan Kappuna Beberapa keluhan tersebut menyangkut
masalah layanan dalam kepengurusan kependudukan. Adapun
prosedur pelayanan yang harus di lalui oleh masyarakat pengguna
jasa layanan pemerintah dirasakan masih berbelit-belit dan
memakan waktu yang lama bahkan tidak jarang masyarakat harus
datang berulang kali ke kelurahan sehingga menyulitkan masyarakat
karena tidak efisien dan pada akhirnya masyarakat menjadi enggan
untuk mengikuti prosedur yang seharusnya.
Hal ini sesuai dengan penuturan, Kasim salah seorang warga
yang mengatakan bahwa :
“ kita sering kecewa sewaktu melakukan pengurusan KTP. Waktu yang diperlukan oleh aparat kelurahan terkadang tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Misalnya dalam pengurusan perpanjangan KTP, idealnya prosesnya dapat selesai dalam waktu 3 hari. Namun pada kenyataannya di lapangan, perpanjangan KTP bisa selesai melebihi waktu yang seharusnya. Dilema yang terjadi, masyarakat ingin agar waktu penyelesaiannya sesegera mungkin, sedangkan aparat tidak dapat memenuhinya”. ( hasil wawancara 7 April 2011 )
75
Dalam hal ini pihak kelurahan tidak memungkiri kondisi tersebut
dan juga tidak membenarkannya secara keseluruhan. Dalam proses
pengurusan kependudukan yang dilaksanakan di tingkat kelurahan
pada dasarnya membutuhkan waktu terutama yang berhubungan
pelayanan yang berkaitan dengan kecamatan. Untuk masalah ini
pihak kelurahan melalui bapak lurah Kappuna memberikan
penjelasan bahwa :
“ banyak hal yang tidak dapat dimengerti atau tidak diketahui masyarakat tentang proses pengurusan KTP yang sebenarnya, sehingga atas dasar tersebut sering melahirkan preseden buruk terhadap aparat kelurahan yang memberikan pelayanan. Proses pelaksanaan pengurusan KTP dalam pelayanan administrasi kependudukan di kecamatan masamba dimulai dari kebutuhan masyarakat yang membutuhkan pelayanan administrasi kependudukan. Masyarakat datang ke kantor kelurahan di lingkungan tempatnya tinggal dengan membawa persyaratan sesuai dengan kebutuhan administrasi yang di butuhkan. Selanjutnya aparat kelurahan membawa berkas-berkas tersebut ke kantor camat untuk selanjutnya data tersebut dientri dan dikirimkan ke dinas kependudukan. Jika tidak ada masalah ( misalnya terjadinya biodata ganda, dimana yang bersangkutan telah terdaftar di kecamatan lain ) maka berkas yang telah dientri tersebut dapat dicetak untuk selanjutnya ditandatangani oleh camat. Berkas yang telah selesai di proses tersebut selanjutnya diambil oleh aparat kelurahan untuk kemudian dapat diambil oleh yang masyarakat bersangkutan. Kondisi tersebut tentunya membutuhkan waktu dan hal inilah yang sering kurang di pahami masyarakat. ( hasil wawancara 7 April 2011 )
Dalam hal proses penyelenggaraan pelayanan kepengurusan
KTP sering terjadi suatu hal kondisional dan diluar perhitungan
sehingga masyarakat sering terlambat menerima pelayanan dari
pihak kelurahan. Kondisi ini sangat sensitif dan mampu menimbulkan
76
persepsi buruk masyarakat dengan beranggapan kinerja aparat
kelurahan sangat lamban dan terkadang mempersulit pelayanan.
Kartu Keluarga (KK)
Kartu keluarga adalah kartu yang memuat nama-nama anggota
keluarga yang secara kemasyarakatan menjadi tanggung jawab
kepala keluarga diberikan atau di keluarkan oleh lurah. Menurut
informasi dari salah seorang aparat Kelurahan, diketahui bahwa
persyaratan pengurusan Kartu keluarga (KK) yaitu:
a. Mengambil surat pengantar dari kepala lingkungan
b. Membawa kartu keluarga lama
c. Membawa kartu akta perkawinan/perceraian
d. Membawa akta kelahiran
Untuk mengetahui tanggapan masyarakat mengenai besarnya
biaya pembayaran yang ditentukan oleh aparat dalam pengurusan
kartu keluarga (KK) dapat kita lihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 6
Tanggapan responden terhadap biaya pengurusan KK
No. Biaya Frekwensi Persentase
1.
2.
3.
4.
Rp. 5.000
Rp. 10.000
Rp. 15.000
Rp. 30.000
8
4
2
-
57,1
28,5
14,2
-
77
Jumlah 14 99,8
Sumber : hasil olahan data primer 2011
Data pada tabel 6 menyatakan biaya pengurusan KK Rp.5.000
sebanyak 8 orang atau 57,1%, yang menyatakan bahwa biaya
pengurusan KK Rp.10.000 sebanyak 4 orang atau 28,5%, yang
menyatakan bahwa biaya pengurusan KK Rp.15.000 sebanyak 2
orang atau 14,2%.
Muh. Amin salah seorang tokoh masyarakat mengungkapkan
bahwa :
“Beragamnya biaya yang harus dikeluarkan dalam pengurusan KK, disebabkan karena tidak sedikit masyarakat untuk mendapatkan pengantar dari RT/RW. Serta adanya tindakan pilih kasih dalam pengurusan di kantor lurah tersebut. ( hasil wawancara 8 April 2011)
Beberapa warga lainnya menyatakan pengurusan KK telah
berjalan secara efektif dan efesien, adapun biaya yang harus di
keluarkan merupakan konsekuensi dari masyarakat asalkan tidak
memberatkan. Ini salah satu tanggung jawab masyarakat kepada
aparat agar pelayanan publik berjalan dengan lancar tanpa ada satu
kendala.
Hal ini juga disampaikan oleh Nirwana, SE. salah satu pegawai
Kelurahan Kappuna menyatakan bahwa :
Dalam pengurusan pelayanan publik yang dilakukan oleh para aparat kelurahan terhadap warga di kenakan biaya namun tidak sampai memberatkan, semuanya masih sebatas normal. (hasil wawancara 8 April 2011).
78
Disamping masalah ketepatan dan kecepatan waktu layanan,
masyarakat juga sering mengeluhkan mengenai standarisasi
pembayaran biaya kepengurusan. Sistem yang ada selama ini tidak
member kepastian bagi masyarakat yang sedang melakukan
pengurusan. Keadaan ini memaksa masyarakat harus mengeluarkan
biaya tertentu di luar aturan resmi pemerintahan agar pelayanan dari
aparatur dapat terlaksana dengan cepat. Hal ini tentunya akan
membentuk opini negatif dari masyarakat terhadap citra aparatur
pelayanan dimana birokrasi pemerintah tidak pernah lepas dari
pungutan liar.
Hal ini sesuai dengan penuturan salah seorang anggota
masyarakat yaitu Suriany yang mengatakan bahwa :
“ kebiasaan yang terjadi kalau kita mengikuti prosedur dalam pengurusan biasanya akan makan waktu lama padahal dalam hal tertentu kita membutuhkan layanan yang cepat sehingga mau tidak mau kita harus memberikan dana lebih untuk untuk pengurusan, baru urusan kita cepat kelarnya”. ( hasil wawancara 8 April 2011 )
Dari pernyataan tersebut dapat menunjukkan potret buram
system pelayanan yang ada di negeri ini. Dalam menanggapi
keluhan tersebut diatas, pihak kelurahan kappuna telah berkomitmen
kuat untuk melakukan perubahan kearah perbaikan mutu pelayanan
dengan komitmen memberikan pelayanan prima kepada masyarakat.
Pelayanan prima tersebut mengandung unsur kecepatan,
kesederhanaan, dan kemudahan.
79
Adapun waktu yang dibutuhkan dalam pengurusan KK yang
sangat penting untuk diketahui dan untuk lebih jelasnya dapat kita
lihat pada tabel 7
Tabel 7
Tanggapan responden terhadap waktu pengurusan KK
No. Waktu Frekwensi Persentase
1.
2.
3.
1 hari
2 hari
3 hari
6
8
-
42,8
57,1
-
Jumlah 14 99,9
Sumber : hasil olahan data primer
Tabel 6 menunjukkan responden yang mengurus KK 1 hari
sebanyak 6 orang atau 42,8%, yang mengurus KK 2 hari sebanyak 8
orang atau 57,1%.
Hasil wawancara dengan Kepala Kelurahan Kappuna
menyatakan bahwa :
Pengurusan KK dapat berjalan dengan lancar apabila data-data yang diinginkan oleh aparat kelurahan lengkap, apabila dalam pengurusannya lebih dari sehari maka masyarakat berhak kecewa ataupun berkecil hati namun kami sebagai aparat kelurahan telah memberikan pelayanan yang baik, kepuasan dan kekecewaan yang dirasakan oleh masyarakat tidak dapat dihindarkan. (hasil wawancara 8 April 2011)
Hal yang sama juga di ungkapkan oleh Nirwana, SE sebagai
kasi pelayanan umum mengungkapkan bahwa adapun biaya yang
80
dikenakan kepada masyarakat semata-mata demi kelancaran
pelayanan publik itu sendiri. “ kita punya daftar kebutuhan biaya
untuk pelaksanaan tugas dan tanggung jawab kami selaku
pemerintah kelurahan akan tetapi itu sebatas konsep yang masih
umum. ( hasil wawancara 8 April 2011)
Biaya merupakan faktor terpenting dalam kehidupan manusia,
dalam pemenuhan setiap kebutuhan kita tidak bsa lepas dari yang
namanya uang atau biaya. Begitu juga dalam sektor pemerintahan
biaya merupakan faktor penentu dalam setiap rencana
pembangunan yang akan direalisasikan, sehingga sangat wajar
sekali bila suatu rencana program kerja juga disertakan rencana
pembiayaan yang diperlukan dalam rangka suksesi program
tersebut.
Tabel 8
Tanggapan responden tentang prosedur atau tata cara
pelayanan
No. Pendapat responden Frekwensi Persentase
1.
2.
3.
Cepat
Cukup cepat
Kurang cepat
4
9
1
28,5
64,2
7,14
Jumlah 14 99,84
Sumber : hasil data primer 2011
81
Dari tabel 8 di lihat bahwa responden yang menjawab tentang
prosedur pelayanan di Kelurahan Kappuna sebanyak 4 orang atau
28,5% berjalan cepat, karena menurut mereka aparat Kelurahan
sudah profesional menjalankan tugasnya sesuai dengan aturan yang
berlaku. 9 orang atau 64,2% menyatakan bahwa prosedur pelayanan
di kantor Kelurahan Kappuna berjalan cukup cepat, hal ini menurut
mereka prosedur pelayanan yang dilakukan oleh aparat Kelurahan
tidak terlalu memberatkan masyarakat. Sedangkan responden yang
menjawab kurang cepat sebanyak 1 orang atau 7,14% karena
menurut mereka pelayanan yang mereka terima tidak memuaskan
dan cenderung berbelit-belit karena aparat Kelurahan melaksanakan
prosedur pelayanan tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Muh.Amin, salah satu tokoh masyarakat mengungkapkan
bahwa:
“ saya melihat aparat Kelurahan Kappuna sudah menjalankan tugasnya sudah sesuai dengan aturan yang berlaku, adapun warga yang mendapat perlakuan kurang memuaskan dari aparat itu sudah menjadi konsekuensi mereka sebagai aparat pemerintah”. (hasil wawancara 11 April 2011)”.
Hasil senada juga di ungkapkan oleh Kepala Kelurahan bahwa :
Jujur saya akui bahwa prosedur atau tata cara pelayanan yang ada di kantor saya telah mendapat respon yang beragam dari warga walaupun masih ada kekurangan yang dimiliki pada kantor saya namun kami selalu mengutamakan pelayanan yang baik agar wargapun merasa senang dan puas. ( hasil wawancara 11 April 2011).
82
Hal ini juga di kemukakan oleh Zainal abidin, salah satu staf
kelurahan bahwa prosedur pelayanan yang kami terapkan telah
secara optimal mendapat sambutan yang baik dari warga
masyarakat walaupun ada juga yang masih belum dengan layanan
yang telah kami berikan itu bukan menjadikan batu sandungan
namun motivasi agar kedepannya pelayanan publik mendapatkan
respon yang menggembirakan dari semua kalangan. ( hasil
wawancara 11 April 2011)
Dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya sesuai dengan
struktur pemerintah kelurahan setiap pelaksanaan program yang
telah di jalankan oleh aparat kelurahan telah mendapat sambutan
yang positif maupun negatif dari semua kalangan masyarakat. Taat
memiliki arti selalu melaksanakan segala peraturan yang ditetapkan.
Ketaatan terhadap peraturan yang dilaksanakan dengan sungguh
sungguh akan mewujudkan ketertiban dan ketentraman dalam
kehidupan bermasyarakat.Peraturan yang dibuat harus dilaksanakan
secara bersama-sama sebab peraturan tersebut merupakan hasil
kesepakatan bersama. Ketaatan juga merupakan modal yang utama
bagi setiap orang untuk mewujudkan keadilan masyarakat secara
keseluruhan.
4.1.3 Kedisiplinan
Kedisiplinan merupakan salah satu tolak ukur untuk melihat
kinerja aparat pemerintah dalam menjalankan tugas-tugasnya
83
khususnya dalam melayani masyarakat. Seorang aparat yang
memiliki kedisiplinan yang tinggi secara otomatis akan memiliki rasa
tanggung jawab yang besar terhadap pekerjaan yang di embangnya
sehingga mereka mampu menempatkan dirinya sebagai seorang
pelayan yang baik yang senantiasa memberikan teladan terhadap
masyarakat yang dilayaninya.
Kedisiplinan merupakan salah satu tolak ukur untuk menilai
kinerja aparat kelurahan dalam menjalankan tugas-tugasnya
khususnya dalam melayani masyarakat. Seorang aparat yang
memiliki kedisiplinan yang tinggi secara otomatis akan memiliki rasa
tanggung jawab yang besar terhadap pekerjaan yang di embannya
sehingga mereka mampu menempatkan dirinya sebagai seorang
pelayan yang baik yang senantiasa memberikan teladan terhadap
masyarakat yang di layaninya. Dalam rangka usaha untuk mencapai
tujuan Nasional, diperlukan adanya Pegawai Negeri Sipil
sebagaiunsur Aparatur Negara, Abdi Negara, dan Abdi masyarakat
yang penuh kesetiaan dan ketaatan kepadaPancasila, Undang-
Undang Dasar 1945, Negara, dan Pemerintah serta yang bersatu
padu, bermentalbaik, berwibawa, berdaya guna, berhasil guna,
bersih, bermutu tinggi, dan sadar akan tanggungjawabnya untuk
menyelenggarakan tugas pemerintahan dan pembangunan.Untuk
membina Pegawai Negeri Sipil yang demikian itu, antara lain
diperlukan adanya PeraturanDisiplin yang memuat pokok-pokok
84
kewajiban, larangan, dan sanksi apabila kewajiban tidak ditaati, atau
larangan dilanggar. Tanggapan penulis mengenai hasil penelitian di
lapangan yaitu Permasalahan kinerja pegawai dapat dilihat dari
masih adanya pegawai yang keluar kantor di waktu jam kerja dengan
kepentingan pribadinya. Rendahnya disiplin pegawai dari hasil
pengamatan di lapangan menunjukkan rendahnya tingkat
kedisiplinan aparat terlihat dari ada saja oknum pegawai yang masuk
kerja siang ( jam 08.30 WIB ) dan pulangnya awal ( sebelum jam
14.15 WIB ) dari ketentuan masuk kerja jam 08.00 WIB dan jam
pulang 14.15 WIB. Disamping hal tersebut juga menurunnya disiplin
pegawai yang ditandai dengan absensi kehadiran apel pagi dan
siang. Pelaksanaan tugas rutin seperti apel pagi dan siang yang
mengikuti hanya sedikit. Seperti terlihat dalam tabel berikut tentang
rata-rata kegiatan apel pagi dan siang sebagai berikut :
Tabel 9
Rata-rata kegiatan apel pagi dan siang pegawai kelurahan
kappuna
No
.
Kategori Jml pegawai Yg
mengiktui
Yg tidak
mengikuti
persentase
hadir tidak hadir
1. Apel pagi 14 orang 6 8 42,8 57,1
2. Apel siang 14 orang 7 7 50 50
Sumber : Kelurahan kappuna
85
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa tingkat
kehadiran pegawai pada pelaksanaan apel pagi dan apel siang yang
merupakan salah satu indikator yang dijadikan rujukan dalam
pengukuran disiplin hanya mencapai 42,8 % untuk apel pagi dan 50
untuk apel siang. Artinya angka tersebut menunjukkan bukti tidak
disiplinnya pegawai dalam mematuhi salah satu aturan yang
semestinya ditaati sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Untuk mengukur Kedisiplinan aparat Kelurahan Kappuna maka
penulis menggunakan 3 sub indikator : Kehadiran aparat kelurahan,
Transparansi proses pelayanan, Hasil pelayanan yang sesuai
dengan keinginan masyarakat. Di bawah ini tanggapan responden
mengenai tingkat kehadiran aparat kelurahan
Tabel 10
Kehadiran aparat kelurahan
No Pendapat responden Frekwensi Persentase
1 Tepat waktu 7 50 %
2 Kurang tepat waktu 3 21,4%
3 Tidak tepat waktu 4 28,5%
Jumlah 14 99,9%
Sumber : hasil data primer 2011
Dari tabel 10 maka dapa dilihat bahwa responden yang
menjawab aparat hadir tepat waktu sebanyak 7 orang atau 50%, hal
ini menurut mereka karena setiap mereka membutuhkan pelayanan
86
aparat kelurahan selalu ada di tempat. Responden yang menjawab
kurang tepat waktu sebanyak 3 orang atau 21,4%, karena menurut
mereka dalam membutuhkan pelayanan di kantor kelurahan kappuna
kadangkala aparatnya ada, kadangpula tidak ada. Sedangkan yang
menjawab tidak tepat waktu sebanyak 4 orang atau 28,5 %, menurut
mereka pada saat membutuhkan pelayanan aparat yang dibutuhkan
tidak ada ditempat.
Alimin, salah seorang warga mengatakan bahwa :
“ kedisiplinan aparat kelurahan menjadi modal utama dalam kinerja agar pelayanan publik dapat berjalan dengan lancar. (hasil wawancara 12 April 2011)
Hal senada juga di ungkapkan oleh Rustam, salah satu tokoh
masyarakat mengungkapkan bahwa :
“ kedisiplinan bukan hanya dimiliki oleh aparat pemerintah namun harus ada pada diri setiap manusia. Hanya saja aparat pemerintah sebagai abdi masyarakat dan abdi Negara dapat dijadikan contoh bahwa kedisiplinan itu perlu di tegakkan agar kinerja dapat berjalan secara efektif dan efesien”. (hasil wawancara 12 April 2011)
Hasil wawancara dengan Hengky sebagai Seklur Kappuna
mengungkapkan bahwa :
Rasa tanggung jawab dan kedisiplinan yang ada pada diri aparat berbeda-beda, ini disebabkan oleh ketidakmampuan dalam mengendalikan diri sehingga ada saja oknum yang tidak patut untuk di contoh ( hasil wawancara 12 April 2011)
Pernyataan dari Seklur Kappuna di dukung oleh, Zainal abidin
selaku staf yang mengungkapkan bahwa :
“ kedisiplinan yang tinggi harus ditingkatkan oleh masing-masing personil aparat pemerintah pusat maupun pemerintah
87
daerah agar dapat terciptanya suasana yang kondisif”. ( hasil wawancara 12 April 2011)
Kedisiplinan memegang peranan yang amat penting dalam
pelaksanaan kerja pegawai. Seorang pegawai yang mempunyai
tingkat kedisiplinan yang tinggi akan tetap bekerja dengan baik
walaupun tanpa diatasi oleh atasan. Seorang pegawai yang disiplin
tidak akan mencuri waktu kerja untuk melakukan hal-hal yang tidak
ada kaitannya dengan pekerjaan. Di bawah ini tanggapan responden
mengenai transparansi dalam proses pelayanan
Tabel 11
Transparansi proses pelayanan
No Pendapat responden Frekwensi Persentase
1 Transparan 8 57,1%
2 Kurang transparan 4 28,5%
3 Tidak transparan 2 14,2%
Jumlah 14 99,8%
Dari tabel 11 maka dapat dilihat bahwa responden yang
menjawab proses pelayanan masyarakat di kantor kelurahan
kappuna bersifat transparan sebanyak 8 orang atau 57,1%, hal ini
menurut mereka karena dalam memberikan pelayanan aparat selalu
melayani dengan baik secara terbuka serta memberikan penjelasan
yang mendetail kepada masyarakat tentang produk layanan yang
akan diberikan. Responden yang menjawab kurang transparan
88
sebanyak 4 orang atau 28,5%, karena menurut mereka tidak semua
produk layanan yang diberikan oleh aparat kelurahan kappuna di
sampaikan secara transparan, khususnya lagi yang berhubungan
dengan prosedur layanan itu sendiri. Sedangkan responden yang
menjawab tidak transparan sebanyak 2 orang atau 14,2 %, menurut
mereka aparat kelurahan kappuna tidak menyampaikan secara
langsung prosedur pelayanan yang akan diberikan sehingga mereka
hanya mendapatkan pelayanan tanpa mengetahui bagaimana
sebenarnya prosedur layanan itu diperoleh.
Muslimin, salah seorang warga mengatakan bahwa :
Setidaknya ada penjelasan yang akurat dari aparat kelurahan dan tidak berbeli-belit dalam menyampaikan kepada kami selaku pengguna layanan publik. ( hasil wawancara 13 April 2011).
Beberapa warga masyarakat lainnya mengungkapkan bahwa
perlu adanya transparansi data dari aparat kelurahan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku dan kejelasan yang mudah dipahami. Sebab
tidak sedikit dari warga memiliki latar belakang pendidikan yang
beragam sehingga seringkali keterbukaan aparat dalam hal
transparansi di salah artikan.
Hasil wawancara dengan Asmawati salah seorang staf
Kelurahan Kappuna mengatakan bahwa :
Prosedur pelayanan yang terjadi di Kelurahan tidak menyimpang dari apa yang ditetapkan namun masyarakat sendiri yang kurang peka dengan penjelasan dari aparat. ( hasil wawancara 13 April 2011)
89
Dari pernyataan tersebut kemudian dapat dipahami bahwa
transparansi merupakan hal yang penting, di butuhkan kejujuran dan
penjelasan yang akurat agar tidak di salah artikan. Tanggung jawab
oleh semua kalangan aparat agar bekerja sama dengan masyarakat
dalam hal pelayanan publik.
Tabel 12
Hasil pelayanan yang sesuai dengan masyarakat
No Pendapat responden Frekwensi Persentase
1 Sesuai 9 64,2%
2 Cukup sesuai 4 28,5%
3 Tidak sesuai 1 7,14%
Jumlah 14 99,84%
Sumber : hasil data primer 2011
Dari tabel 12 maka dapat dilihat bahwa responden yang
mengatakan bahwa pelayanan yang diberikan dengan harapan
mereka sebanyak 9 orang atau 64,2% hal ini menurut mereka karena
layanan yang diberikan sesuai dengan prosedur, tidak berbelit-belit
serta sesuai dengan waktu yang ditentukan. Responden yang
menjawab cukup sesuai sebanyak 4 orang atau 28,5%, hal ini
menurut mereka karena tidak selamanya hasil layanan yang
diberikan itu sesuai dengan prosedur karena seringnya atau
kadangkala juga berbelit-belit serta tidak sesuai dengan waktu yang
ditentukan dalam artian bersifat relatif. Sedangkan responden yang
90
menjawab tidak sesuai sebanyak 1 orang atau sebesar 7,14%,
karena menurut mereka hasil layanan sering tidak tepat waktu,
sehingga menghambat tugas-tugas atau urusan yang akan mereka
kerjakan.
Rustam, salah seorang warga mengatakan bahwa :
“Saya cukup puas dengan hasil pelayanan dari aparat Kelurahan Kappuna karena prosedur yang dapat dimengerti dan keramahan yang nampak serta tidak berbelit-belitnya dalam pengurusan”. ( hasil wawancara 14 April 2011 )
Demi kelancarannya pelayanan publik aparat pemerintah harus
mengupayakan sikap dan kemampuan mereka dalam melayani
masyarakat, dengan cara meningkatkan kedisiplinan terhadap
prosedur yang telah ditetapkan sesuai dengan standar yang berlaku.
Hasil wawancara dengan Kepala Kelurahan Kappuna
mengungkapkan bahwa :
“ Saya sebagai pemimpin di Kelurahan ini merasa senang dengan kinerja aparat dalam melayani masyarakat, sebab tidak sedikit yang menyampaikan kepada saya secara langsung hasil dari pelayanan yang di lakukan oleh aparat telah sesuai dengan apa yang mereka inginkan. Tapi saya juga tetap berbesar hati menerima kenyataan-kenyataan seperti adanya keluhan langsung dari warga terhadap hasil pelayanan dari para staf saya, ini menjadikan saya termotivasi agar kedepannya dapat menciptakan suasana yang lebih kondusif lagi. ( hasil wawancara 14 April 2011).
Hal senada juga di ungkapkan oleh A.Saktiar, salah satu aparat
Kelurahan Kappuna bahwa :
Hasil pelayanan yang sesuai dengan keinginan masyarakat telah dijalankan dengan baik oleh semua aparat tanpa terkecuali,
91
keinginan masyarakat dapat dipenuhi tepat waktu menjadikan kami lebih berusaha lagi meningkatkan efektifitas kinerja.
Terkait dengan hal tersebut diatas, maka sudah menjadi tugas
dan tanggung jawab seluruh aparat Kelurahan tanpa terkecuali agar
lebih meningkatkan kinerjanya dalam pelayanan kepada masyarakat.
Berdasarkan pendapat-pendapat responden terhadap
kedisiplinan aparat kelurahan di atas maka untuk mengetahui
seberapa besar hasil persentasenya dan termasuk kategori yang
mana dapat di lihat dari skor berikut ini :
Di bawah ini Rekapitulasi hasil perhitungan skor indikator
No.
pertanyaa
n
Frekwensi Fx skor Jumlah Nilai
%A B C A B C
1 7 3 4 21 6 4 31
2 8 4 2 32 8 2 42
3 9 4 1 27 8 1 36
Jumlah nilai total 109
Total Nilai 36,3
Skor nilai rata-rata 2,59
Dari tabel rekapitulasi terlihat bahwa kedisiplinan aparat
kelurahan kappuna berada pada kategori cukup baik dengan skor
rata-rata = 2,59
Kolom 1,2, dan 3 menunjukkan jumlah pertanyaan atau
tanggapan dari responden. Pada kolom A,B, dan C pada kolom
92
frekwensi jawaban menunjukkan dari pada jumlah tanggapan yang
diberikan oleh responden. Sedangkan pada kolom FX skor A,B, dan
C adalah hasil dari perkalian dari kolom frekwensi jawaban. Dengan
kolom FX skor A,B, dan C akan menghasilkan jumlah nilai
keseluruhan (nilai total) yang dihasilkan dari jumlah kolom FX skor
A,B, dan C
Sehingga dengan perhitungan tersebut diperoleh batas
intervalnya sebagai berikut :
Sangat baik = 3,26-4,00
Baik = 2,76-3,25
Cukup = 2,26-2,75
Kurang = 1,75-2,25
Berdasarkan hasil perhitungan skor kinerja aparat pemerintah
kelurahan, maka dapat disimpulkan bahwa kinerja aparat kelurahan
kappuna dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat berada
pada kategori cukup baik. Namun penulis sendiri menambahkan
bahwa kategori baik ini masih bersifat relatif karena berdasarkan
pengamatan penulis masih ada kekurangan yang dimiliki oleh aparat
kelurahan kappuna dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat, baik itu kemampuan personil aparat maupun teknis
pelaksanaan dan hal itu sendiri juga disampaikan oleh beberapa
responden.
93
Apabila di tinjau dari segi kualitas maka secara umum dapat
dikategorikan cukup baik, karena kalau kita lihat tingkat pendidikan
aparat kelurahan kappuna ini sebagian besar adalah lulusan SMA
yaitu sebanyak 7 orang, sedangkan sisanya yaitu 7 orang adalah
lulusan sarjana. Namun berdasarkan hasil wawancara penulis
dengan aparat kelurahan kappuna sebagian besar mengatakan
bahwa tingkat pendidikan yang tinggi bukan merupakan jaminan
bahwa seseorang dapat melayani masyarakat dengan baik.
Hal ini menurut mereka karena teori-teori yang didapat pada
saat mengikuti pendidikan formal tersebut tidak berhubungan dengan
bidang tugas yang dipukul, selain itu pendidikan dan pelatihan yang
berhubungan dengan pelaksanaan tugas pemerintah jarang atau
tidak sama sekali mereka ikuti . Sehingga dalam pelaksanaan tugas
pelayanan mereka hanya mengacu pada kebiasaan atau rutinitas
yang mereka lakukan, padahal rutinitas itu mungkin sudah tidak
relevan lagi dengan keadaan dilapangan.
4.2 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA PEGAWAI
4.2.1. Kemampuan Sumber Daya Manusia ( aparat )
Dalam konteks pemerintahan daerah, di era otonomi luas di
tuntut adanya keterbukaan, akuntabilitas, ketanggapan, dan
kreatifitas dari segenap jajaran aparatur pemerintah daerah. Dalam
dunia yang penuh dengan kompetitif, sangat diperlukan kemampuan
94
birokrasi dan sumber daya aparatur untuk memberikan tanggapan
atau responsive terhadap berbagai tantangan secara akurat,
bijaksana, adil dan efektif.
Sehubungan dengan aparatur pemerintah daerah, dalam hal ini
adalah kelurahan, St Aldiana mengungkapkan bahwa :
“ salah satu atribut penting yang memadai suatu daerah otonom adalah memiliki apartur tersendiri yang terpisah dari aparatur pemerintah pusat yang mampu menyelenggarakan urusan rumah tangganya. Sebagai unsur pelaksana, aparatur pemerintah daerah menduduki posisi vital dalam keseluruhan proses penyelenggaraan Otonomi daerah. Oleh karena itu tidak berlebihan bila dikatakan bahwa keberhasilan penyelenggaraan otonomi daerah sangat tergantung pada kemampuan aparatnya. (hasil wawancara 18 April 2011)
Ini mengarah pada suatu konsepsi bahwa kemampuan yang
dipunyai seorang aparat ditunjukkan dengan kesanggupannya
sesuai dengan tingkat pengetahuannya dan keterampilan yang
diperolehnya melalui pendidikan dan pengalamannya. Tersedianya
modal pengetahuan dan keterampilan inilah yang merupakan salah
satu faktor untuk mempertimbangkan penempatan seorang calon
pegawai, modal ini biasanya dimiliki oleh mereka yang
berpendidikan.
Untuk mengukur indikator sumber daya aparat kelurahan,
menggunakan 2 sub indikator yaitu Tingkat Pendidikan, dan
pengalaman kerja
Tingkat pendidikan
95
Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai
aparatur Kelurahan khususnya dalam memberikan pelayanan umum
kepada masyarakat. Kelurahan Kappuna sangat ditentukan oleh
tingkat pendidikan yang dimiliki oleh aparat itu sendiri, olehnya itu
semakin berat atau meluasnya tanggung jawab aparat kelurahan
yang harus dilaksanakan maka dibutuhkan aparat yang memiliki
sumber manusia yang berkualitas pula.
Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada tabel berikut ini
mengenai tingkat pendidikan aparat Kelurahan Kappuna
Tabel 13
Tingkat pendidikan aparat Kelurahan Kappuna
Tingkat pendidkan
SLTP SLTA SARJANA
Aparat Kelurahan - 7 7
Jumlah - 7 7
Sumber : hasil data primer 2011
Dari tabel 13 maka dapat dijelasakan bahwa aparat Kelurahan
yang memiliki pendidikan yang paling tinggi adalah sarjana yaitu
sebanyak 7 orang atau 50%, sedangkan yang tamatan SLTA
sebanyak 7 orang atau 50% serta tamatan SLTP yang mengabdi di
Kelurahan Kappuna tidak ada.
Asmawati, SE. salah seorang aparat Kelurahan Kappuna
menyatakan bahwa
96
latar belakang tingkat pendidikan yang berbeda-beda tidak menjadikan sebuah hambatan dalam melayani masyarakat sebab dengan pengalaman kerja dapat dijadikan pegangan untuk bekerja sesuai dengan tugas masing-masing. (hasil wawancara 18 April 2011)
Hasil wawancara dengan Kepala Kelurahan Kappuna
mengungkapkan bahwa :
Dapat kita katakan bahwa tingkat pendidikan aparat kelurahan kappuna telah ada peningkatan karena pada umumnya adalah sarjana. Dengan melihat tingkat pendidikan aparat Kelurahan, maka jelas dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sebagai aparat kelurahan khususnya dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat secara umum dapat terlaksana dengan baik secara efektif dan efisien. Sebab dalam memberikan pelayanan umum kepada masyarakat, aparat kelurahan bisa saling mengisi dan saling membantu. Dalam artian bisa kita percaya untuk memberikan pelayanan umum kepada masyarakat apabila kebetulan aparat kelurahan yang bertanggung jawab tersebut kebetulangan berhalangan. ( hasil wawancara 18 April 2011).
Hal senada juga disampaikan Muh.Amin, salah satu tokoh
masyarakat bahwa:
“saya melihat latar pendidikan yang ada di Kelurahan Kappuna bukan menjadi kendala utama, namun untuk mendapatkan posisi di instansi para aparat pada umumnya berlomba
Dari penjelasan tersebut sebetulnya hal itu bukan sebagai
kendala yang memberatkan, sebab yang terjadi pada kenyataannya
latar belakang pendidikan bukan modal utama dalam bekerja.
Namun dari pengalaman kerja seseorang dapat mengetahui kualitas
dari apa yang dia kerjakan meskipun perbedaab tetap ada tapi itu
bukan kendala utama.
97
Pada tabel berikut tanggapan responden mengenai mengenai
peluang aparat dalam mengikuti pendidikan formal
Tabel 14
Tanggapan responden mengenai peluang aparat dalam
mengikuti pendidikan formal
No. Tanggapan responden Frekwensi Persentase
1.
2.
3.
Sangat berpeluang
Berpeluang
Kurang berpeluang
4
8
2
28,5
57,1
14,2
Jumlah 14 99,8
Sumber : hasil olahan data primer 2011
Responden yang menjawab berpeluang berjumlah 4 orang atau
28,5% dengan alasan bahwa di Kelurahan Kappuna atau aparat di
berikan kebebasan dalam melanjutkan pendidkan formal dan
responden yang menjawab sangat berpeluang berjumlah 8 orang
atau 57,1% dengan alasan bahwa peluang yang diberikan kepada
aparat dalam melanjutkan pendidikan sangat lebar, dimana hasil
yang diperoleh sudah banyak aparat yang ada di Kantor Kelurahan
Kappuna telah berhasil meraih gelar Strata 1 (S1). Sedangkan
98
responden yang menjawab kurang berpeluang berjumlah 2 orang
atau 14,2% dengan alasan bahwa peluang dalam melanjutkan
pendidikan bagi aparat sama sekali tidak diberikan, nyatanya banyak
aparat hanya berkutat pada titel itu saja dan tidak ada
perkembangannya, dan tidak meratanya peluang yang diberikan
kepada aparat dalam melanjutkan pendidikan.
Mengenai tingkat pendidikan Kepala Kelurahan mengatakan
bahwa masalah pendidikan di Kelurahan Kappuna merupakan hal
yang paling urgen untuk dipikirkan dan ditindak lanjuti secara kontinu,
salah satu usaha yang dilakukan dalam rangka penigkatan
kemampuan aparat dalam mengembangkan pengetahuan yang
dimilkinya melalui pendidikan adalah pendanaan atau biaya studi
dimana pemerintah daerah kurang peka terhadap hal tersebut. ( hasil
wawancara 19 April 2011)
Pengalaman kerja
Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab sebagai abdi
masyarakat, maka kemampuan aparat juga sangat dipengaruhi oleh
lamanya bekerja atau dalam hal pengalaman kerja. Tetapi persoalan
lamanya bekerja tidak dapat dijadikan tolak ukur bahwa keberhasilan
aparat Kelurahan dalam melaksanakan tugas dan tanggung
jawabnya termasuk memberikan pelayanan umum kepada
masyarakat Kelurahan Kappuna yang memuaskan tetapi setidaknya
dapat kita liha jadikan pembanding apakah dengan lamanya bekerja
99
di Kelurahan Kappuna akan berpengaruh terhadap kemampuan yang
dimiliki aparat Kelurahan.
Dengan demikian sebagai aparat Kelurahan yang merasa
sudah lama mengabdi atau sudah lama bekerja harus berusaha
untuk mengembangkan apa yang memberikan pelayanan yang
memuaskan kepada masyarakat.
Kepala Kelurahan tidaklah cukup hanya menyandang status
sebagai pemimpin melainkan sangat perlu memainkan peranannya
yang dibutuhkan, karena Kepala Kelurahan memiliki cukup pengaruh
terhadap kehidupan sosial politik masyarakat. Meskipun pengalaman
kerja yang dimilikinya belum dikatakan maksimal namun latar
belakang pendidikannya yang membuat di segani oleh masyarakat.
Tabel 15
Lamanya bekerja sebagai Aparat Kelurahan Kappuna
No. Aparat Kelurahan Jabatan Golongan Lamanya bekerja
1.2.3.4.5.6.7.8.9.
10.11.12.13.14.
ILFAN NASRUDDIN, S.STPHENGKY, S.STPA.MUH.SAKTIAR, S.SIERNA, S.IPNIRWANA, SEASMAWATI, SEUMI KALSUM, S.SOSSYAFRULLAHMALIANAEBITNURTANGSt. ALDIANASUMARNIZAINAL ABIDIN
LURAHSEKLUR
KASI PEMKASI PEMB & KEMASY
KASI PEL UMUMSTAFSTAFSTAFSTAFSTAFSTAFSTAFSTAFSTAF
III/cIII/aIII/aIII/bIII/aII/bII/bII/aII/aII/aII/aII/aII/aII/a
2 thn2 thn4 thn4 thn4 thn4 thn6 thn6 thn8 thn7 thn7 thn7 thn8 thn
100
Dengan demikian, maka untuk menilai sejauh mana
kemampuan yang dimiliki aparat Kelurahan Kappuna masih
diperlukan waktu sebab untuk menilai sejauh mana kemampuan
yang dimiliki aparat pemerintah kelurahan terletak pada kepala
kelurahan. Maka sebagai kepala kelurahan diperlukan waktu untuk
menilai apakah waktu yang cukup dalam memberikan pelayanan
umum kepada masyarakat kelurahan kappuna dapat di manfaatkan
dengan sebaik-baiknya sehingga kemampuan aparat kelurahan
dapat berpengaruhi terhadap lamanya bekerja di Kelurahan Kappuna
Masamba.
4.2.2. Sarana dan Prasarana
Sarana pelayanan adalah segala jenis peralatan, perlengkapan
kerja, dan fasilitas lain yang berfungsi sebagai alat utama/pembantu
dalam pelaksanaan pekerjaan. Peranan sarana pelayanan sangat
penting disamping peran unsur manusianya sendiri. Salah satu yang
juga sangat berpengaruh terhadap peningkatan kualitas pelayanan
publik adalah faktor sarana pelayanan karena dengan adanya sarana
pelayanan beraneka ragam jenis dan fungsinya bisa membuat
pelayanan pada masyarakat dapat lebih efisien dan efektif. Sarana
pelayanan yang memadai di tandai dengan jumlahnya yang
mencukupi dan kondisinya yang memadai. Sedangkan sarana
pelayanan yang buruk ditandai dengan jumlahnya yang tidak
mencukupi dan kondisinya yang tidak memadai.
101
Berikut tanggapan responden tentang sarana pelayanan yang
ada di Kelurahan Kappuna.
Tabel 16
Tanggapan responden tentang sarana pelayanan
No. Pendapat responden Frekwensi Persentase
1.
2.
3.
Memadai
Kurang memadai
Tidak memadai
3
9
2
21,4
64,2
14,2
Jumlah 14 99,8
Sumber : hasil data primer 2011
Dari tabel di atas terlihat bahwa 3 orang atau 21,4% yang
menyatakan bahwa sarana pelayanan di kantor Kelurahan sangat
memadai, yang menyatakan kurang memadai sebanyak 9 orang atau
64,2% disebabkan karena misalnya rusaknya komputer atau mesin
ketik dalam pelayanan Administrasi membuat urusan masyarakat
tertunda karena alat tersebut dan masyarakat melihat aparat kurang
memperhatikan perawatannya. Oleh karena itu sarana pelayanan
yang ada hendaknya diperhatikan perawatannya, sehingga proses
102
pelayanan menjadi lebih lancar lagi. Dan 2 orang atau 14,2% yang
menyatakan sarana pelayanan di kantor Kelurahan Kappuna tidak
memadai.
Fasilitas tidak sekedar peralatan kerja yang menjadi tanggung
jawab pimpinan untuk pengadaannya.Fasilitas yang menjadi
tanggung jawab pimipinan yang terpenting diantaranya adalah usaha
dalam memperkecil hambatan-hambatan yang mengganggu
kelancaran pekerjaan. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara
diketahui bahwa Kepala Kelurahan Kappuna selalu berusaha
memenuhi fasilitas pekerjaan bawahannya, namun dengan
ketersediaannya anggaran yang masih terbatas, maka belum
semuanya fasilitas kantor dapat dipenuhi. Kondisi ini dipertegas dari
hasil wawancara di ketahui banyak keluhan dari masyarakat maupun
staf mengenai kurangnya sarana dan prasarana seperti meja dan
kursi yang sudah reot, mesin tik yang masih saling pinjam, serta
kondisi kantor yang kurang memadai. Hal ini apabila berlarut akan
berdampak pada kinerja dan kewibawaan aparatur pemerintah
kelurahan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
4.3. Pembahasan
Dalam Undang-undang ini pemberian kewenangan Otonomi
kepada Daerah Kabupaten/ Kota didasarkan kepada azas
desentralisasi saja dalam wujud otonomi yang luas, nyata dan
bertanggung jawab. Dalam kewenangan otonomi yang luas ini
103
tercakup keleluasaan daerah untuk menyelenggarakan
pemerintahan yang meliputi kewenangan bidang pemerintahan
kecuali kewenangan di bidang polilik luar negeri, pertahanan
keamanan, peradilan, moneter data fiskal, serta kewenangan bidang
lainnya yang akan ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
Disamping itu keleluasaan otonomi mencakup pula kewenangan
yang utuh dan bulat dalam penyelenggaraan mulai dari
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pengendalian dan
evaluasi. Pemberian kewenangan pemerintahan yang luas kepada
daerah membawa konsekuensi langsung berkurangnya kewenangan
Pemerintah Pusat terhadap daerah dan penambahan tanggung
jawab kepada daerah.
Keluhan masyarakat terhadap attitude dan pelayanan
pemerintah Kelurahan Kappuna terhadap masyarakat merupakan hal
yang sudah dimaklumi. ”Gerakan Disiplin Nasional” akhirnya
diplesetkan menjadi ”Gerakan Diselipin Nasional” agar urusan segera
beres dengan staf kelurahan. Pelayanan publik oleh aparatur
pemerintah dewasa ini masih banyak dijumpai kelemahan sehingga
belum dapat memenuhi kualitas yang diharapkan masyarakat. Hal ini
ditandai dengan masih adanya berbagai keluhan masyarakat yang
disampaikan melalui media massa, sehingga dapat menimbulkan
citra yang kurang baik terhadap aparatur pemerintah. Mengingat
fungsi utama pemerintah adalah melayani masyarakat maka
104
pemerintah perlu terus berupaya meningkatkan kualitas pelayanan.
Salah satunya adalah pelayanan kartu tanda penduduk atau KTP.
Padahal dalam menunjukkan kinerja pelayanan pada masyarakat
seharusnya disesuaikan dengan prosedur dan janji Pegawai Negeri,
sehingga tidak ada lagi embel-embel uang pelican. Hal ini
menunjukkan tidak adanya komitmen moral aparat dan kurangnya
profesionalisme aparat dalam menjalankan kinerjanya dalam
melayani masyarakat. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa,
pada prinsipnya setiap pelayanan umum ini senantiasa harus selalu
di tingkatkan kinerjanya sesuai dengan keinginan masyarakat
pengguna jasa.
105
BAB 5
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
1) Dari hasil penelitian dan pembahasan tentang Analisis Kinerja Aparat
Kelurahan dalam Penyelenggaraan Pemerintahan di Kelurahan
Kappuna Kecamatan Masamba Kabupaten Luwu Utara, penulis
dapat menyimpulkan bahwa aparatur pemerintah kelurahan telah
siap untuk menghadapi Otonomi Daerah, hal ini terlihat pada
tercapainya secara optimal dari tiga aspek substansi sebagai
indikator kesiapan kinerja aparat. Produktifitas aparat kelurahan
sudah cukup baik dimana hal ini ditunjukkan dengan adanya
komitmen dan kesungguhan aparat dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya dalam penyelenggaraan pemerintah di kelurahan kappuna.
Serta responsibilitas aparat kelurahan sudah cukup baik dimana hal
ini dapat dilihat dari kemampuan aparat, sikap, dan kedisiplinan yang
di tunjukkan kepada masyarakat.
106
2) Kemampuan SDM ( aparat ) adalah faktor yang mempengaruhi
kinerja aparat. Masalah kualitas SDM pemerintah kelurahan
merupakan masalah penting dalam pelaksanaan Otoda. Oleh karena
itu, peningkatan SDM pemerintah kelurahan merupakan hal
mendesak harus dilakukan, agar pelaksanaan Otoda dapat berjalan
sesuai diharapkan. Umumnya prilaku staf pemerintah Kelurahan
Kappuna kepada masyarakat lebih banyak mempersulit, ketimbang
melayani. Dari hasil penelitian di lapangan terhadap staf-staf
pemerintah kelurahan menunjukan masih rendahnya kualitas. Serta
sarana dan prasarana di kantor Kelurahan yang belum memadai
yang menjadi aspek penting dalam mempengaruhi kinerja aparat.
5.2. Saran
1) Agar kedepannya pihak kelurahan lebih meningkatkan kinerja dalam
melaksanakan tugas.
2) Dibutuhkan adanya pembinaan yang intens bagi aparat pemerintah
kelurahan untuk mendukung terciptanya aparat yang professional
dan bertanggung jawab serta memiliki kepekaan sosial dan mampu
memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat.
3) Pihak kelurahan diharapkan lebih proaktif dalam mengupayakan
peningkatan pelayanan publik.
4) Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya hendaknya pihak
pemerintah secara umum dan pihak pemerintah kelurahan secara
107
khusus untuk lebih menanamkan nilai-nilai professional,
akuntabilitas, responsivitas, responsibilitas pada pelayanan yang
diberikan kepada masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Agus Dharma, 2003. Manajemen Supervisi, Rajawali Pers, Jakarta.
A.A. Anwar Prabu Mangkunegara, 2005. Manajemen dan Motivasi, Balai Pustaka, Jakarta
Edy Soepriady, 2001. Pemberdayaan Aparat Kelurahan, Program Pasca Sarjana. Unpad, Bandung
Gibson, 2003. Perilaku Manajemen Organisasi, erlangga
Irawan, 2001. Manajemen Konflik. Salemba
John M.Ivancevich. Perilaku dan Manajemen Organisasi, Erlangga
Prawirosentono, 1999. Bahasa Komphrehensif Strategi Pengambilan Keputusan, Bumi Aksara
Prof.Drs.Haw.Widjaja. Penyelenggaraan Otonomi di Indonesia
Prof.Dr.Wibowo,S.E.,M.Phil. Manajemen Kinerja, Rajawali Pers
Prof.Dr.J.Winardi,S.E. Manajemen Perilaku Organisasi
Rahardjo Adisasmita, Manajemen Pemerintahan Daerah, Graha Ilmu
Siagian S.P. 1997. Manajemen Sumber Daya Manusia, Bumi Aksara, Jakarta
108
Sinungan, M., Produktivitas: Apa dan Bagaimana, Edisi Ke-2, Cetakan Ke-3, Bumi Aksara, Jakarta, 1997.
Suradinata, E., Manajemen Sumber Daya Manusia: Suatu Tinjauan Wawasan Masa Depan, Cetakan Pertama, Ramadan, Bandung, 1996.
Thoha, Miftah. Perilaku Organisasi : Konsep Dasar Aplikasinya
Veithzal Rivai, 2006. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, Rajawali pers
Sumber Lainnya :
Undang-undang RI Nomor : 32 tahun 2004 tentang Otonomi Daerahsebagaimana telahdirubah Undang-Undang RI Nomor 12 tahun 2008.
Bungin Burhan, Metode Penelitian Kualitatif, Rajawali Pers, Jakarta.
Buku Pedoman Penelitian Usulan Penulisan dan Skripsi.Universitas Hasanuddin Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Jur. Ilmu Pemerintahan