pfidya.files.wordpress.com€¦ · web viewmasalah etika merupakan masalah yang makin mendapat...
TRANSCRIPT
KABUT ASAP VS PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DALAM PRESPEKTIF
PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA
PAPER
UNTUK MEMENUHI TUGAS UJIAN AKHIR SEMESTER
Pendidikan Pancasila
yang dibina oleh Bapak Mohamad Anas, M. Phil
oleh
Nama : Putri Fidya Handayani
NIM : 155030100111034
Prodi/Kelas : Ilmu Administrasi Publik/ C
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIKJURUSAN ILMU ADMINISTRASI PUBLIK
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Oktober 2015
PENDAHULUAN
Puji Syukur kami tujukan kehadirat Allah SWT karena berkat Rahmat-Nya saya bisa
menyelesaikan Paper Pendidikan Pancasila dalam prespektif pancasila sebagai sistem etika
ini. Tugas ini juga dibuat guna menyelesaikan Ujian Tengah Semester 1 Universitas
Brawijaya.
Berkenaan Pancasila sebagai Sistem Etika, kita menyadari bahwa nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila merupakan satu kesatuan antara untaian sila dengan sila lainnya.
Setiap sila mengandung makna dan nilai tersendiri. Masalah etika merupakan masalah yang
makin mendapat perhatian di dunia, bahwa cita-cita Pancasila untuk membangun Indonesia
dari berbagai aspek. Selain sebagai sebuah ideologi. Pancasila juga memperhatikan nilai,
norma, etika, moral bangsa Indonesia.Etika tidak lah cukup didefinisikan atau digeneralisir
dari masalah keramahan dan kesantunan saja. Masih banyak lagi permasalahan yang
berkaitan dengan etika. Cakupan etika sangat lah luas. Pancasila sebagai sistem etika, maka
nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila diaplikasikan ke dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara sebagai wujud etika sesungguhnya.
Dengan demikian dapat dipahami, bahwa Pancasila memiliki peranan penting bagi
bangsa ini dalam pembangunan bangsa dan pembangunan jiwa bangsa ini. Demi Terciptanya
kehidupan berbangsa dan bernegara yang sesuai dengan implementasi Sila-sila dalam
pancasila dan agar pancasila digunakan sebagai pedoman hidup berbangsa dan bernegara.
Semoga paper berjudul “ Kabut asap Vs Pembangunan Berkelanjutan dalam prespektif
Pancasila sebagai sistem Etika“ bisa bermanfaat untuk memberikan informasi bagi
masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu
pengetahuan bagi kita semua.
Malang,24 Oktober 2015
Penyusun
PEMBAHASAN
Asap adalah suspensi partikel kecil di udara (aerosol) yang berasal dari pembakaran
tak sempurna dari suatu bahan bakar. Asap umumnya merupakan produk samping yang tak
diinginkan dari api (termasuk kompor dan lampu) serta pendiangan, tapi dapat juga
digunakan untuk pembasmian hama (fumigasi), komunikasi (sinyal asap), pertahanan (layar
asap, smoke-screen) atau penghirupan tembakau atau obat bius. Asap kadang digunakan
sebagai agen pemberi rasa (flavoring agent), pengawet untuk berbagai bahan makanan, dan
bahan baku asap cair.Keracunan asap adalah penyebab utama kematian korban kebakaran di
dalam ruangan. Asap ini membunuh dengan kombinasi kerusakan termal, keracunan, dan
iritasi paru-paru yang disebabkan oleh karbon monoksida, hidrogen sianida, dan produk
pembakaran lainnya.Partikel asap terutama terdiri dari aerosol (atau kabut) partikel padat atau
butiran cairan yang mendekati ukuran ideal untuk penyebaran Mie cahaya tampak. (Dari
Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas)
Kebakaran hutan dan lahan di Indonesia meningkat selama sepuluh tahun terakhir ini,
sebagian besar disebabkan oleh ulah manusia (yang disengaja atau karena lalai) juga karena
kondisi yang sangat kering sebagai pengaruh terjadinya perubahan iklim global/makro yang
melanda wilayah Indonesia. Yang sedang hangat diperbincangkan saat ini adalah kebakaran
hutan di Riau,yang belum juga padam, dan menjadi masalah nasional bahkan menjadi pusat
perhatian dunia. Dalam berbagai kasus kebakaran terjadi karenau ulah manusia.Dalam
banyak kasus, terutama kebakaran hutan di Riau juga berawal dari kesengajaan manusia
melakukan pembakaran hutan dan lahan yang akan dipergunakan untuk hutan tanaman
industri (HTI), perkebunan, Kebakaran biasanya dilakukan pada musim kemarau dan kurang
diawasi sehingga api mudah merambat kekawasan hutan dan lahan sekitar yang
menyebabkan kerugian baik ekologis maupun ekonomis.
Penyebab kebakaran dan kabut asap di Riau adalah adanya suatu perusahaan yang
berencana ingin membuat lahan perkebunan sawit, lalu mereka membakar hutan. Karena
hembusan angin, akhirnya api tersebut semakin meluas sehingga menghasilkan kabut asap
yang pekat dan bisa menyebabkan penyakit, dan kecelakaan lalu lintas karena jarak pandang
yang tidak sempurna.
Mantan Presiden ke enam RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengatakan,
terjadinya kebakaran lahan dan hutan yang berada di wilayah Sumatera, bersumber dari dua
hal. Pertama, suhu yang terlalu panas dan kedua, adanya pembakaran lahan oleh pihak yang
tidak bertanggungjawab.
"Saya pernah melakukan analisis dan saya meyakini bahwa 70 persen penyebab terjadinya
asap di Riau dibakar. Jangan ada dusta di antara kita," ujarnya saat memberikan president
lecture di Lemhanas, Jakarta, Selasa (8/9/2015).Menurut SBY, pembakaran hutan dilakukan
oleh perusahaan-perusahaan yang menginginkan perubahan alih fungsi hutan untuk
kepentingan lain. Mereka biasanya menyuruh orang lain untuk efisiensi.
Lalu, siapakah pihak yang bersalah atas kabut asap ini? Pertama adalah pihak
perusahaan yang ingin mendirikan perusahaan dengan cara pembukaan lahan yang salah,
kedua adalah pemerintah yang kurang tegas menegakkan keadilan untuk perizinan
perusahaan.Kepolisian Daerah Provinsi Riau sebagai Satuan Tugas (Satgas) Penindakan
Kabut Asap telah menetapkan 66 orang sebagai tersangka pembakar lahan dari 44 perkara
yang tengah ditangani. Satu tersangka di antaranya adalah pihak korporasi.
Kabut asap yang menyerang Riau dan Sumatera Barat telah menyebabkan hampir 50.000
warga di dua provinsi itu menderita sakit.Sebanyak 49.591 jiwa menderita penyakit akibat
asap seperti ISPA, pneumonia, asma, iritasi mata, dan kulit.
Asap yang begitu tebal berasal dari tindakan pembakaran lahan dan hutan di Riau yang
semakin meluas. Hampir keseluruhan wilayah di Riau dan Sumatera Barat tertutup kabut
asap.Asap kebakaran lahan dan hutan di Malaysia juga menyebar ke arah Selat Malaka dan
wilayah Riau. Bahkan asap yang berasal dari riau sudah menyebar ke Singapura dan
Malaysia. Hal ini menjadi sorotan Internasional. Tampaknya pemerintah Indonesia tidakbisa
mengatasi hal ini, sampai-sampai Singapura menawarkan diri untuk membantu memadamkan
asap. Selain itu, Kebakaran hutan dan lahan berdampak luas terhadap kerusakan plasma
nutfah, bio-fisik, lingkungan dan dampak sosial ekonomi.Kerusakan plasma nutfah, yaitu
hancurnya pepohonan, tanaman, vegetasi lain dan satwa liar yang ada sebagai akibat
kebakaran yang dapat menyebabkan hilangnya plasma nutfah (sumber daya genetik pembawa
sifat keturunan) dari pepohonan, tanaman, vegetasi dan satwa liar tersebut. Bio-fisik, adalah
rusaknya sifat fisik tanah akibat hilangnya humus dan bahan-bahan organik tanah yang
menyebabkan tanah menjadi terbuka terhadap panas matahari dan aliran air permukaan.
Kebakaran yang terjadi secara berulang dikawasan yang sama dapat menghabiskan lapisan
organik dan serasah serta mematikan mikroorganisme/ jasad renik yang sangat berguna bagi
kesuburan tanah. Dampak lain dari kebakaran adalah rusaknya lingkungan, yaitu
menyebabkan adanya gangguan cuaca sebagai akibat asap kebakaran yang mengganggu
lapisan atmosfir di wilayah Indonesia dan negara tetangga yang menyebabkan penurunan
daya tembus pandang (visibilitas) sehingga mengganggu kelancaran transportasi baik darat,
laut maupun udara. Kebakaran hutan dan lahan juga berdampak pada masalah sosial ekonomi
masyarakat, yaitu dengan adanya perubahan bio-fisik terhadap sumberdaya alam dan
lingkungan yang disebabkan peristiwa kebakaran berakibat pada penurunan daya dukung dan
produktivitas hutan dan lahan sehingga menurunkan pendapatan masyarakat dan negara dari
sektor kehutanan, pertanian, perindustrian, perdagangan, pariwisata dan lainnya yang terkait
dengan pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungannya. Pencemaran udara yang
disebabkan asap kebakaran mengakibatkan penyakit saluran pernapasan (ISPA).
Sementara itu, Presiden Susillo Bambang Yudhoyono (SBY) geram dengan permasalah kabut
asap di Riau yang tak kunjung tuntas. Melalui twitter, SBY menyatakan akan mengambil alih
penyelesaian masalah asap jika dalam 2 hari pemda dan menteri tak bisa
mengatasinya."Kalau dalam waktu 1-2 hari ini Pemda Riau dan para menteri tidak bisa
mengatasi, kepemimpinan dan pengendalian akan saya ambil alih," kata Presiden SBY
melalui akun Twitter miliknya, Kamis (13/3/2014) malam.
SBY mengaku memahami keresahan dan kemarahan sebagian rakyat akibat asap dan
kebakaran ladang yang masih melanda Provinsi Riau. Kebakaran ladang dan hutan ini
disebabkan oleh sejumlah oknum untuk pembukaan lahan.
"Sebenarnya pemerintah pusat dan daerah, BNPB, serta TNI dan Polri telah berusaha untuk
mengatasi, tetapi hasilnya masih belum memuaskan," ujar SBY.
Menurut SBY, perlu kerjasama, tanggung jawab dan kesadaran bersama untuk berhenti
membakar ladang secara serampangan. Meskipun saat ini Polri telah menetapkan 37
tersangka dan akan diadili, tetapi kalau setiap tahun masih membakar, bencana akan terjadi
lagi. "Malam ini saya telah instruksikan lagi agar para menteri terkait segera lakukan operasi
tanggap darurat, dengan menggunakan semua cara dan alat," tutur SBY.
"Saya juga ingin para pejabat daerah di Riau berdiri paling depan untuk cegah dan tangani
asap ini. Mengapa terus terjadi? Rakyat jadi korban," imbuh SBY. Hingga saat ini upaya
pemadaman masih dilakukan bersama BNPB, TNI, dan pihak terkait lainnya. Penindakan
hukum terhadap para pelaku yang diduga sengaja membakar lahan atau hutan juga
digalakkan.Sejauh ini pemerintah nampak terpaku pada penindakan dan penanggulangan
setelah ada kejadian sehingga kurang efektif. Pemerintah nampak lemah dalam pengawasan
pada perusahaan yang telah memiliki HGU untuk mekanisme pembukaan lahan.
Jika pemerintah memiliki sistem pengawasan untuk pemilik HGU, maka kemungkinan
pelanggaran dalam pembukaan lahan dapat teridentifikasi dengan cepat dan kebakaran bisa
dicegah. Sistem ini juga bisa dimanfaatkan untuk mengerti akar permasalahan dari praktek
membuka lahan dengan membakar khususnya oleh pengusaha kecil maupun petani, misalnya
kurangnya akses pendanaan atau kapasitas pengelolaan lahan yang baik.
Contohnya, UU No 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Penglolaan Lingkungan
Hidup. Dalam UU tersebut pasal 69 ayat (1) setiap orang dilarang; (h) melakukan pembukaan
lahan secara dibakar. Ayat (2) dalam pasal yang sama menyebutkan bahwa ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf h memperlihatkan dengan sungguh-sungguh
kearifan lokal di daerah masing- masing.
Sementara di bagian penjelasan (UU RI No 32/2009) menjelaskan bahwa yang dimaksud
dengan kearifan lokal pada pasal 69 ayat 2 adalah melakukan pembakaran lahan dengan luas
lahan maksimal 2 hektar per-kepala keluarga untuk ditanami jenis varietas lokal dan
dikelilingi oleh sekat bakar sebagai pencegah penjalaran api ke wilayah sekelilingnya.
Dilain Pihak, Hal ini menyebabkan konflik sosial antara masyarakat, pemilik industri
dan pemerintah.Penyebabnya, umumnya berawal dari suatu konflik antara para pemilik
modal industri perkayuan maupun pertambangan, dengan penduduk asli yang merasa
kepemilikan tradisional (adat) mereka atas lahan, hutan dan tanah dikuasai oleh para investor
yang diberi pengesahan melalui hukum positif negara. Akibatnya kekesalan masyarakat
dilampiaskan dengan melakukan pembakaran demi mempertahankan lahan yang telah
mereka miliki secara turun temurun. Pada situasi seperti ini, masalah kemiskinan dan ketidak
adilan menjadi pemicu kebakaran hutan dan masyarakat tidak akan mau berpartisipasi untuk
memadamkannya. Masyarakat merasa tidak adanya keadilan yang diberikan pemerintah
untuk mengayomi mereka, tidak ada yang melindungi mereka. Hukum pun dirasa tajam
kebawah dan tumpul keatas. Sebenarnya mereka hanya meminta agar lahan itu tetap menjadi
lahan yang bisa dijadikan paru-paru bagi mereka demi terciptanya keharmonisan antara
manusia dan alam, agar alam itu tetap lestari, subur, makmur dan tidak adnya bencana seperti
yang mereka rasakan saat ini. Kabut asap yang terjadi di Riau ini adalah ulah sebagian
oknum, namun, siapa yang merasakan imbasnya? Seluruh masyarakat Riau bahkan meluas
sampai Singapura dan Malaysia. Jika sudah seperti ini? Pihak yang bersalah tidak mau
bertanggung jawab. Pemerintah juga belum bisa memadamkan api yang terus berkobar dan
semakin menjadi. Manakah Yang disebut dengan keadilan? Keadilan inikah yang diajarkan
pancasila kepada kita? Tentu Tidak. Hal ini sama sekali tidak mencerminkan sila-sila dalam
pancasila terutama sila ke-2 dan sila ke-5. Yaitu “Kemanusiaan yang adil dan beradap” dan
“Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia”
Pertama yaitu sila ke-2 yang berbunyi “Kemanusiaan yang adil dan beradap”. Dalam
sila ini terdapat beberapa nilai yang terkandung diantaranya :
1. Pengakuan adanya harkat dan martabat manusia dengan sehala hak dan kewajiban asasinya
2.Perlakuan yang adil terhdap sesama manusia, terhadap diri sendiri, dan alam sekitar.
3.Manusia sebagai makhluk beradab atau berbudaya yang memiliki daya cipta, rasa, karsa
dan keyakinan.
Manusia sebagai makhluk yang beradap harus memikirkan dahulu apa yang akan
mereka kerjakan, jangan mengambil tindakan yang gegabah. Sebagai contoh dalam
permasalahan yang kita ulas tadi adalah bahawa masyarakat terutama para pihak investor
yang memiliki modal sengaja membakar hutan sebagai plasma nuthfah segingga
menimbulkan banyak kerugian terutama kabut asap yang terjadi di Riau sampai saat ini.
Seharusnya para pemilik modal yang inin mendirikan PT seharusnya meminta izin kepada
pemerintah bagaimana prosedur untuk pembangunan, Sehingga pemerintah dapat
melaksanakan pembangunan berkelanjutan tanpa merusak alam dan tetap menjaga kelestarian
lingkungan yang ada di Riau. Ini adalah implementasi dari sikap adil, bukan hanya kepada
manusia tetapi juga adil kepada alam sekitar yang nantinya akan berdampak baik dan positif
dalam kehidupan kita juga.
Kedua yaitu sila ke-5 yang berbunyi “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia”.
Dalam Sila ini mengandung beberapa nilai diantaranya :
1.Perlakuan yang adil di segala bidang kehidupan terutama di bidang politik, ekonomi dan
sosial budaya;
2.Perwujudan keadilan sosial itu meliputi seluruh rakyat Indonesia;
3.Keseimbangan antara hak dan kewajiban, menghormati hak milik orang lain;
4.Cita-cita masyarakat yang adil dan makmur yang merata material spiritual bagi seluruh
rakyat Indonesia;
5.Cinta akan kemajuan dan pembangunan.
Hubungannya dengan masalah kabut asap di Riau adalah, bahwa masyarakat Riau
menginginkan perlakuan yang adil, tidak ada pembedaan, hukum harus berlaku untuk semua
pihak, baik itu kalangan elit ataupun rakyat jelata. Keadilan harus ditegakkan dengan
menangkap semua oknum penyebab kebakaran hutan dan mengusut tuntas mengenai masalah
perizinan PT yang akan didirikan tersebut. Perlakuan adil terhadap sesama manusia dan
menghormati alam sekitar yang wajib kita jaga, bukan kita rusak sebagai makhluk yang
sama-sama diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa.
KESIMPULAN
Masalah yang terjadi di Riau tentang kabut asap yang sampai saat ini belum padam
masih diusut pelakunya. Namun, kemungkinan terbesar penyebab kebakaran adalah para
oknum yang berusaha mendirikan PT di Riau. Para oknum tersebut dengan sengaja
membakar lahan disana dan kemudian akan mendirikan perusaaan diatasnya. Hal tersebut
semakin ironis karena tanah yang ada disana adalah tanah gambut yang menyebabkan
kebakaran semakin meluas dan tak kunjung padam sampai saat ini.
Kebakaran hutan yang semakin meluas tersebut menimbulkan banyak sekali dampak
yang berimbas kepada masyarakat luas seperti munculnya kabut asap yang semankin pekat
hingga oksigen hanya tersisa 5%. Kabut asap tersebut menyelimuti riau bahkan meluas ke
negara tetangga seperti malaysia dan singapura. Hal ini menjadi sorotan Internasional dan
banyak negara yang menawarkan diri untuk membantu mengatasi kabut asap ini. Selain itu
dampak dari pembakaran adalah hilangnya plasma nuthfah dan ekosistem hutan. Hal ini
menyebabkan hilangnya paru paru kota karena tidak adanya sumber oksigen.
Kasus-kasus ini telah ditangani pemerintah namun belum mendapatkan hasil yang
maksimal. Pemerintah harus mengusut tuntas perizinan perusahaan dan menangkap oknum-
oknum yang terlibat didalamnya. Namun hal ini juga bisa terjadi karena kurangnya kebijakan
pemerintah dan kurangnya ketegasan dari aparat yang bertugas.
Seharusnya pembangunan perusahaan semacam ini harus dikoordinasikan dengan
pemerintah terlebih dahulu dan pemerintah memberikan sosusi yang terbaik, sehingga
pembangunan perusahaan tidak mengganggu pembangunan berkelanjutan yang sudah
menjadi progaram pemerintah. Alam pun akan tetap lestari walaupun didalamnya ada
pembangaunan. Karena pembangunan berkelanjutan pasti sudah memikirkan baik buruknya
dan memikirkan kondisi alam agar tidak terganggu. Hal semacam ini aakan dirasakan
manfaatnya oleh masyarakat luas,pemerintah, dan para pemilik perusahaan serta alam
sebagai ekosistem. Sebagaimana yang tercermin dalam pancasila yaitu sila ke-2 dan ke-5.
Jadi pancasila harus menjadi dasar-dasar pemikiran kita dan harus kita
implementasikan dalam kehidupan agar hubungan berbangsa dan bernegara serta hubungan
apa yang ada di dalam bangsa itu bisa selaras dan harmonis.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2014. Asap. (online). https://id.wikipedia.org/wiki/Asap (diakses pada 24 Oktober 2015 pukul 19.15)
Anonim. 2015. Penyebab dan Dampak Kebakaran Hutan. (online). http://cybex.pertanian.go.id/materipenyuluhan/detail/7665 (diakses pada 24 Oktober 2015 pukul 20.28)
Pekanbaru,Tribun. 2015. SBY :70% Penyebab Asap di Riau Karena Dibakar. (online). http://pekanbaru.tribunnews.com/2015/09/09/sby-70-persen-penyebab-asap-diriau-karena-dibakar (diakses pada 24 Oktober 2015 pukul 20.03)
Yulisty,Laras. 2015. Kabut Asap Riau. (online). http://larasyulisty.blogspot.co.id/2014/04/bab-i-pendahuluan-1.html (diakses pada 24 Oktober 2015 pukul 19.28)