rdwitaa.files.wordpress.com · web viewekonomi amerika serikat, uni eropa, dan jepang tumbuh...
TRANSCRIPT
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI DI SINGAPURA TAHUN 1960 – 2011
RIZKI DWITA AMALIAH
Sekolah Tinggi Ilmu Statistik (STIS) - Jakarta
Email: [email protected]
ABSTRAK
Krisis keuangan global berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi berbagai Negara
termasuk Singapura. Dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonominya, perekonomian
Singapura bergantung pada Ekspor barang Impor dari Negara produsen (resell), Nilai Tukar
dengan dollar US, inflasi, dan intervensi pemerintah dalam bentuk pengeluaran pemerintah
untuk menyokong negaranya. Pada penelitian ini analisis yang digunakan analisis time series
berupa Error Correction Model (ECM) untuk melihat pengaruh faktor-faktor tersebut
terhadap pertumbuhan ekonomi Singapura periode 1960-2011. Data diperoleh dari program
International Financial Statistics (IFS) kemudian diolah dengan menggunakan program
Eviews. Dari penelitian ini diperoleh ekspor, kurs, dan pengeluaran pemerintah signifikan
berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Singapura, sedangkan inflasi
berpengaruh negative.
A. PENDAHULUANLatar Belakang
Krisis keuangan Amerika Serikat 2008 lalu tidak hanya melanda semua pasar keuangan
US tetapi juga berefek ke berbagai negara, termasuk hamper seluruh Negara-negara di dunia,
karena itu para pengamat menyebut krisis ini sebagai krisis financial dunia. Dalam sejarah
ekonomi, krisis sering melanda hampir semua negara yang menerapkan sistem kapitalisme,
sejak tahun 1923,1930, 1940, 1970, 1980, 1990, dan 1998 – 2001 bahkan sampai saat ini.
Roy Davies dan Glyn Davies, 1996 dalam buku The History of Money From Ancient time to
Present Day, menguraikan sejarah kronologi bahwa sepanjang abad 20 telah terjadi lebih 20
kali kriss besar yang melanda banyak negara. Fakta ini menunjukkan bahwa secara rata-rata,
setiap 5 tahun terjadi krisis keuangan hebat.
Krisis keuangan global berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi berbagai negara.
Dalam keseluruhan tahun 2008, ekonomi dunia tumbuh 3,1 persen, lebih lambat
dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 5,1 persen. Penurunan ekonomi dunia terus
berlangsung hingga triwulan I/2009 dan melebar ke belahan dunia lainnya. Ekonomi
Amerika Serikat, Uni Eropa, dan Jepang tumbuh negatif masing-masing 3,3 persen, 4,8
persen, dan 8,8 persen dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya.
Pertumbuhan ekonomi China dan India yang menjadi penggerak ekonomi Asia melambat
menjadi 6,1 persen dan 5,8 persen pada periode yang sama. Penurunan ekonomi juga terjadi
di negara industri baru yang meliputi Korea Selatan, Taiwan, Singapura, dan Hong Kong;
Amerika Latin seperti Brasil, Meksiko, dan kawasan Afrika.
Perekonomian Singapura sangat berkaitan dengan Amerika Serikat. Singapura banyak
mengekspor produknya ke Amerika. Penurunan ekonomi Amerika sampai dengan 2 persen,
akan menurunkan perekonomian Singapura hingga 2-3 persen juga. Laporan kuartal IV-
2007, ekonomi Singapura yang biasanya tumbuh sekitar 9 persen, anjlok ke 6 persen. Itu
menunjukkan kemerosotan ekonomi Amerika berdampak terhadap negara-negara Asia,
khususnya Singapura.
Dari dampak krisis tersebut, terlihat bahwa kegiatan perekonomian suatu negara
dipengaruhi oleh naik atau turunnya pertumbuhan ekonomi Negara lain. Pertumbuhan
ekonomi diartikan sebagai perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan
barang dan jasa yang diproduksi bertambah dan kemakmuran meningkat. Kemampuan suatu
negara dalam meningkatkan standar hidup penduduknya tercermin oleh laju pertumbuhan
ekonominya dalam jangka panjang. Singapura merupakan negara kecil yang ditinjau dari
ukuran geografi dengan sumber daya alam yang minim. Dalam rangka meningkatkan
pertumbuhan ekonominya, perekonomian Singapura bergantung pada Ekspor barang Impor
dari Negara produsen (resell), Nilai Tukar dengan dollar US, inflasi, dan intervensi
pemerintah dalam bentuk pengeluaran pemerintah untuk menyokong negaranya.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana gambaran pekembangan inflasi, kurs, ekspor, pengeluaran pemerintah, dan
pertumbuhan ekonomi Singapura dari tahun 1960-2011?
2. Bagaimana pengaruh inflasi, kurs, ekspor, dan pengeluaran pemerintah terhadap
pertumbuhan ekonomi Singapura?
Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui gambaran pekembangan inflasi, kurs, ekspor, pengeluaran pemerintah,
dan pertumbuhan ekonomi Singapura dari tahun 1960-2011
2. Untuk menganalisis hubungan kointegrasi antar inflasi, kurs, eksoor, dan pengeluaran
pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi Singapura.
B. KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
Kajian Teori
Hubungan Ekspor dengan Pertumbuhan Ekonomi
Ekspor merupakan faktor penting dalam merangsang pertumbuhan ekonomi suatu negara.
Ekspor akan memperbesar kapasitas konsumsi suatu negara meningkatkan output dunia, serta
menyajikan akses ke sumber-sumber daya yang langka dan pasar-pasar internasional yang
potensial untuk berbagai produk ekspor yang mana tanpa produk-produk tersebut, maka
negara-negara miskin tidak akan mampu mengembangkan kegiatan dan kehidupan
perekonomian nasionalnya. Ekspor juga dapat membantu semua negara dalam menganbil
keuntungan dari skala ekonomi yang mereka miliki (Michael P. Todaro & Stephen C).
Ahli ekonomi Klasik telah lama telah lama menunjukkan bahwa ekspor dapat
memperluas pasar dan memungkinkan Negara yang mengekspor memperoleh dana untuk
mengimpor barang lain, termasuk barang modal yang akan mengembangkan perekonomian
tersebut lebih lanjut. Perkembangan perdagangan dunia dalam dua tiga decade belakangan ini
menunjukkan pula bahwa perkembangan ekspor yang pesat telah dapat menciptakan
percepatan dalam pertumbuhan ekonomi di berbagai Negara. Perkembangan ekspor yang
pesat tersebut menyebabkan pertambahan pesat dalam perbelanjaan agregat, yang pada
akhirnya akan menimbulkan pertumbuhan pendapatan nasional dan pertumbuhan ekonomi
yang pesat (Sukirno : 87).
Hubungan Pengeluaran Pemerintah dengan Pertumbuhan Ekonomi
Salah satu indikator untuk mengukur sejauh mana peran pemerintah lewat kebjakan
fiskalnya di dalam perekonomian Indonesia adalah tren perkembangan jangka panjang dari
rasio G-Y atau besarnya pengeluaran pemerintah sebagai persentase dari pendapatan nasional
atau PDB. Pentingnya pengeluaran pemerintah khususnyasemas krisis adalah untuk
menggairahkan kembali perekonomian nasional ( Tambunan : 167 ).
Hubungan Inflasi dengan Pertumbuhan Ekonomi
Peredaran uang yang terlalu banyak di masyarakat, mengakibatkan terlalu banyak
permintaan. Jika produksi atau penawaran di pasar terbatas, maka tingkat inflasi akan
meningkat dan inflasi yang terlalu tinggi akan berpengaruh negative terhadap pertumbuhan
ekonomi. Jadi kebijakan moneter dan fiskal sangat diperlukan dalam menjaga stabilitas
peredaran uang, jangan terlalu banyak atau terlalu sedikit, sehingga inflasi juga akan stabil.
Stabilitas uang beredar berarti stabilitas ekonomi (tambunan : 171).
Pada system Schumpeter, gerakan inflasi merupakan bagian integral dari proses
pembangunan, tetapi gerakan tersebut tidak mencakup inflasi jangka panjang. Tingkat harga
jangka panjang tetap stabil. Namun demikian, dalam ekonomi terbelakang bebas inflasi
sanagt kuat. Walaupun demikian, teori Schumpeter menggarisbawahi pentingnya
pembiayaan inflasioner dan inovasi sebagai faktor utama dalam pembangunan ekonomi
(M.L. Jhingan : 132).
Hubungan Kurs dengan Pertumbuhan Ekonomi
Menurut N.Gregory Mankiw (2006) kurs dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran
pasar yang di intervensi otoritas moneter singapura untuk menjaga kepercayaan masyarakat
dan kita ketahui singapura memiliki cadangan devisa yang besar untuk melakukan intervensi
dalam kurs sehingga pemerintah dapat menstabilkan nilai kurs yang berimbas pada nilai
harga barang di dalam negeri. Jika nilai kurs tinggi maka harga barang dan jasa yang
diproduksi dalam negeri relatif lebih mahal terhadap barang – barang luar negeri, sehingga
penduduk dalam negeri lebih memilih / membeli barang impor dan orang dari luar negeri
sedikit untuk membeli barang negara kita dan Jika nilai kurs rendah maka harga barang dan
jasa yang diproduksi dalam negeri relatif murah dari harga di luar negeri sehingga
mempengaruhi hasil pendapatan masyarakat yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi
singapura.
Definisi Operasional
Beberapa definisi variabel yang ada dalam penelitian ini dijelaskan sebagai berikut:
a. Pertumbuhan ekonomi adalah laju peningkatan PDRB yang dihitung dari nilai barang dan
jasa yang dihasilkan dalam suatu negara pada satu tahun tertentu.
b. Inflasi adalah suatu kondisi naiknya harga-harga barang secara umum dari suatu periode
ke periode lainnya yang dilihat dari persentase kenaikan harga-harga pada suatu tahun
tertentu bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
c. Ekspor adalah kegiatan menjual komoditas domestik ke negara-negara lain atau
pembelian negara-negara lain terhadap komoditas domestik dalam proses perdagangan.
d. Nilai tukar rupiah/kurs adalah harga dari suatu mata uang yang diukur dalam mata uang
USD sehingga diperoleh perbandingan nilai kedua mata uang yang berbeda.
e. Pengeluaran konsumsi pemerintah adalah belanja sector pemerintah termasuk pembelian
barang dan jasa dan pembayaran subsidi, pengeluaran tersebut dibiayai baik dari pajak
maupun pinjaman.
Penelitian Terkait
Oktozuhri (2006), dalam “Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi di negara-negara ASEAN” memperlihatkan bahwa pengeluaran pemerintah,
investasi asing, dan ekspor di Negara-negara ASEAN memiliki pengaruh yang positif dan
signifikan untuk pertumbuhan ekonomi di masing-masing Negara ASEAN (Indonesia,
Malaysia, Philippines, Singapore, dan Thailand). Faktor dominan dalam pertumbuhan
ekonomi di negara-negara ASEAN adalah pengeluaran pemerintah, sementara itu ekspor dan
investasi asing memiliki pengaruh yang relatif kecil dalam pertumbuhan ekonomi sesuai dari
koefisien regresi masing-masing variabel.
Hasil penelitian Rahmad Sumanjaya (2005) yang menganalisi faktor-faktor pertumbuhan
ekonomi Indonesia, menunjukkan bahwa nilai tukar yang meningkat tajam, justru
mempunyai hubungan yang negative bahkan menurunkan pertumbuhan ekonomi. Fluktuasi
Inflasi
Ekspor
Pengeluaran Pemerintah
Nilai Tukar/Kurs
nilai tukar secara nyata kurang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. Sementara tingkat
inflasi tidak terlalu mempengaruhi pertumbuhan ekonomi inddonesia
Sitepu dkk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi
Singapura dengan menggunakan perangkat analisa kuantitatif, menyimpulkan bahwa kurs
berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Singapura. Hasil
analisis menunjukkan bahwa pengaruh kurs terhadap pertumbuhan ekonomi Singapura
adalah positif dan signifikan dengan koefisien sebesar 0,036. Hal ini berarti jika terjadi
kenaikan pada nilai tukar sebesar 1 % ceteris paribus maka akan menyebabkan kenaikan
pada pertumbuhan ekonomi sebesar 0,036%
Kerangka Pikir
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah variabel inflasi, suku bunga, ekspor, dan
pengeluaran pemerintah mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Singapura baik jangka
panjang maupun jangka pendek:
Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian yang
kebenarannya harus diuji secara empiris. Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka
hipotesisnya adalah sebagai berikut :
1. Jumlah ekspor, dan banyaknya pengeluaran pemerintah memiliki pengaruh positif dalam
jangka pendek terhadap pertumbuhan ekonomi Singapura.
Pertumbuhan Ekonomi
2. Tingkat inflasi dan kurs memiliki pengaruh yang negatif dalam jangka pendek terhadap
pertumbuhan ekonomi Singapura.
C. METODELOGI PENELITIAN
Ruang Lingkup Penelitian
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data sekunder
tahunan dalam bentuk time series (runtun waktu) periode 1960 sampai dengan 2011.
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari: pertumbuhan ekonomi, inflasi, nilai tukar/kurs,
ekspor, dan pengeluaran konsumsi pemerintah di Singapura.
Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari
publikasi International Financial Statistics (IFS) yang diperoleh dari IMF.
1. Produk Domestik Bruto (PDB) dalam juta dollar Singapura .
2. Indeks Harga Konsumen (IHK) tahun dasar 2005.
3. Index Kurs atau nilai tukar mata uang dollar Singapura terhadap US Dolar pada tahun
dasar 2005.
4. Nilai ekspor dalam juta dollar Singapura.
5. Pengeluaran konsumsi pemerintah dalam juta dollar Singapura.
Metode Analisis
Secara garis besar proses analisis dan pengujian statistik yang digunakan dalam
pembahasan dan analisis dalam studi ini seperti terlihat dalam Gambar 3.1 berikut:
Namun, karena telah ada teori yang jelas mengenai pengaruh ekspor, kurs, inflasi dan
pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi, maka uji kausalias untuk model
ECM tidak perlu digunakan.
Uji Akar-Akar Unit (Unit Root Tests)
Pada penelitian ini, uji stasioneritas dilakukan dengan menggunakan metode Augmented
Dickey-Fuller Test (ADF). Uji stasioneritas ini didasarkan atas hipotesis nol variabel
stokastik memiliki unit root. Nilai t yang dihasilkan pada uji ini dibandingkan dengan nilai
kritis statistik pada t tabel ADF untuk mengetahui ada atau tidaknya akar-akar unit. Jika
hipotesa diterima berarti variabel tersebut tidak stasioner, maka perlu dilakukan uji derajat
integrasi. Uji derajat integrasi dimaksudkan untuk melihat pada derajat atau order diferensi
ke berapa data yang diamati akan stasioner.
Formulasinya ADF adalah sebagai berikut:
∆ Yt = β1 + β2 t + δ Yt-1 + α1 ∆ Yt-1 + α2 ∆ Yt-2 +...........+ αm ∆ Yt-m + εt
Atau dapat ditulis dengan:
Dimana m adalah panjangnya lag yang digunakan. Berdasarkan model tersebut kita dapat
memilih tiga model yang akan digunakan untuk melakukan Uji ADF, yaitu:
1. Model dengan intersep (β1) dan trend (β2), sebagaimana model diatas.
2. Model yang hanya intersep saja (β1), yaitu:
3. Model tanpa intersep dan trend (slop), yaitu:
Uji Kointegrasi dan Pembentukkan Model
Kointegrasi merupakan kombinasi hubungan linear dari variabel-variabel yang
nonstasioner dan semua variabel tersebut harus bergerak pada arah pergerakan yang sama
dalam jangka panjang dan diferensiasi diantara kedua seri tersebut akan konstan. Uji
kointegrasi digunakan untuk mengetahui ada tidaknya keseimbangan dalam jangka panjang
antar variabel dalam model. Dengan kata lain, apabila variabel dalam model tersebut
terkointegrasi, maka terdapat hubungan dalam jangka panjang. Terdapat berbagai cara untuk
melakukan uji kointegrasi, yaitu uji kointegrasi Eangle-Granger, uji Cointegrating
Regression Durbin Watson (CDRW), serta uji Johansen. Dalam penelitian ini, uji kointegrasi
yang dilakukan adalah dengan menggunakan uji kointegrasi Eangle Granger oleh karena
analisis akan dilanjutkan dengan menggunakan ECM. Uji kointegrasi ini dilakukan dengan
memanfaatkan uji stasioneritas atas residual dari persamaan kointegrasi. Persamaan
kointegrasi yang terbentuk sama halnya dengan persamaan regresi yang merupakan
ΔY t=β1+β2 t+δY t−1+αi∑i=1
m
ΔY t−1+ε t
ΔY t=β1+δY t−1+α i∑i=1
m
ΔY t−1+εt
ΔY t=δY t−1+α i∑i=1
m
ΔY t−1+εt
persamaan dasar. Langkah awalnya adalah melakukan regresi dengan metode kuadrat
terkecil atas model tersebut, kemudian melakukan uji unit root atas dari model. Apabila hasil
uji unit root menunjukan bahwa series residual tersebut stasioner, maka model tersebut
memiliki terkointegrasi dimana terdapat keseimbangan dalam jangka panjang.
Model analisis yang digunakan dalam analisis data adalah model timeseries yaitu
error correction model dimana model ini secara luas dalam analisis ekonometrika untuk data
runtun waktu (time series) sejak tahun 1960an. Hal ini disebabkan karena kemampuan yang
dimiliki oleh ECM dalam meliput lebih banyak variabel untuk menganalisis fenomena
ekonomi jangka pendek dan jangka panjang dan mengkaji konsisten tidaknya model empirik
dengan teori ekonomika, serta dalam usaha mencari pemecahan terhadap persoalan variabel
runtun waktu yang tidak stasioner (non stationary) dan regresi lancung (spuriousregression)
atau korelasi lancung (spurious correlation) dalam analisis ekonometrika (Insukindro, 1999).
Model Jangka Panjang :
LNGDP t=α1+β11 LNCPI t+ β12 LNEXRATEt+β13 LNEXPORT t+β14 LNGOVEX t+ε1 t
Model Jangka Pendek :
DLNGDPt=α 2+ β21 D LNCPI t+β22 D LNEXRATEt+β23 D LNEXPORT t+β24 DLNGOVEX t+γ ECM t−1+ε2 t
Uji Asumsi Klasik
Uji Normalitas
Konsekuensi apabila jika model tidak mempunyai residual yang berdistribusi normal
maka uji t dalam melihat signifikansi variabel independent terhadap variabel dependent tidak
bisa diaplikasikan jika residual tidak mempunyai distribusi normal (Widarjono, Agus, 2010,
111). Terdapat beberapa test yang digunakan, diantaranya adalah: (1) chi-square goodness of
fit test, dan (2) jarque-bera test. Keduanya menguji residual m dan dengan distribusi
probalibitas chi-square
S : skewness, K : kurtosis, k : jumlah koefisien yang diestimasi.
Uji Autokorelasi
Dalam penelitian ini, metode yang digunakan untuk mendeteksi masalah autokorelasi
adalah metode Bruesch-Godfrey yang mengembangkan uji autokorelasi yang dikenal dengan
uji Lagrange Multiplier (LM). Kriteria untuk mendeteksi ada tidakn-ya masalah autokorelasi
(Winarno, 2007: 5.29) adalah :
Bila nilai probability Obs*R-squared > α = 5% , berarti tidak ada autokorelasi
Bila nilai probability Obs*R-squared ≤ α = 5% , berarti ada autokorelasi
Uji Homoskedastisitas
Salah satu uji formal untuk menguji apakah terjadi pelanggaran asumsi Klasik
homokedastisitas, digunakan uji White. Misal persamaan yang akan kita uji adalah sebagai
berikut:
Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1. Estimasi persamaan diatas dengan OLS dan hitung nilai
2. Regresikan model di bawah:
3. Hitung nilai nR2, dimana n adalah besarnya contoh dan R2 adalah unadjusted R-square
dari persamaan regresi auxiliary pada langkah 2.
4. Tolak hipotesis nol jika nR2 > (tidak terdapat heterokedastisitas)
Uji Multikolinieritas
Multikolinier ialah kondisi dimana adanya hubungan antara variabel-variabel bebas.
Jika multikolinier itu sempurna maka setiap koefisien regresi dari variabelvariabe bebasnya
tidak dapat menentukan dan standar errornya tidak terbatas. Jika multikolinier kurang dari
sempurna maka koefisien regresi walaupun bisa menentukan, tetapi memiliki standar error
yang besar (dalam hubungan dengan koefisien mereka itu sendiri), yang berarti koefisien-
koefisiennya tidak bisa diestimasi dengan akurasi yang tepat. Cara umum untuk mendeteksi
adanya multikolinear dalam model ialah dengan melihat bahwa adanya R2 yang tinggi dalam
model tetapi tingkat signifikansi tstatistiknya sangat kecil dari hasil regresi tersebut dan
cenderung banyak yang tidak signifikan. Selain itu untuk menguji multikolinear, bisa dilihat
matrik korelasinya. Jika masing-masing variabel bebas berkorelasi lebih besar dari 80 %
maka termasuk yang memiliki hubungan yang tinggi atau ada indikasi multikolinearitas
(Gujarati,2003).
D. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Perkembangan Ekspor, Inflasi, Kurs, Pengeluaran Pemerintah, dan Pertumbuhan
Ekonomi Singapura Tahun 1960-2011
Berdasarkan grafik di atas terlihat bahwa pada tahun 1960 sampai dengan 2011
kelima variable cenderung mengalami peningkatan. Pada tahun 1980-an, Singapura mulai
mengalami peningkatan pertumbuhan ekonomi yang cukup tajam hingga akhir tahun 2011,
sama halnya dengan pengeluaran pemerintah dan jumlah ekspor Singapura. Pada tahun 1971-
1972, Terjadi peningkatan inflasi dan kurs yang tajam hingga akhir tahun 2011 di banding
sebelum tahun 1970-an. Pada tahun 2008, saat terjadi krisis ekonomi Dunia, terjadi
penurunan tingkat ekspor, pengeluaran pemerintah, kurs dan pertumbuhan ekonomi
Singapura dari tahun sebelumnya, tetapipada tahun ini tingkat inflasi Singapura terus
meningkat.
Uji Stationer
Sebelum melakukan tahapan analisis, kelima variabel-variabel ditransformasi ke dalam
bentuk logaritma natural sehingga menjadi LnGDP, LnExport dan LnGovex, LnCPI dan
LnEXRATE. Tujuan transformasi ini untuk menghilangkan satuan GDP, export, pengeluaran
pemerintah CPI dan kurs sehingga menjadi satuan yang sama.
Metode yang digunakan untuk melakukan unit root test dalam penelitian ini adalah
Augmented Dickey-Fuller Test (ADF Test). Sebelum melakukan pengujian perlu untuk
melihat apakah data tersebut memiliki trend, intercept atau kombinasi keduanya dengan cara
melakukan plot terhadap variabel LnCPI, LnExrate, LnGDP, LnExport, dan LnGovex. Dari
grafik di bawah ini dapat terlihat bahwa kelima variabel memiliki trend dan intercept.Gambar 5.1.
Grafik Level data series CPI, Nilai Tukar, Export, GDP, dan Pengeluaran Pemerintah.
Selanjutnya adalah mengukur Unit Root Test (URT) dengan menggunakan ADF.
Hipotesa yang diuji adalah Ho : β1 = 0 (menunjukkan adanya URT atau stasioner) dan H1 :
β1 ≠ 0. Jika nilai absolute ADF (β1) lebih besar dari nilai critical value maka hipotesa Ho
ditolak berarti data time series adalah stasioner, demikian juga sebaliknya. Selain itu, dapat
juga dilakukan dengan membandingkan nilai probability setiap variabel. Jika, nilai
probability setiap variabel lebih besar dari nilai p-value (5%), maka hipotesa Ho ditolak dan
sebaliknya. Hasil pengujian variabel adalah sebagai berikut:Tabel 4.1. Hasil Uji Unit Root pada Level
Method Statistic Prob.**
ADF - Fisher Chi-square 8.73967 0.5570
ADF - Choi Z-stat 0.36689 0.6431
** Probabilities for Fisher tests are computed using an asymptotic Chi
-square distribution. All other tests assume asymptotic normality.
Intermediate ADF test results UNTITLED
Series Prob. Lag Max Lag Obs
LNCPI 0.5194 4 10 47
LNEXPORT 0.9013 0 10 51
LNEXRATE 0.9087 1 10 50
LNGDP 0.2561 0 10 51
LNGOVEX 0.1162 0 10 51
Berdasarkan hasil uji unit root sebagaimana terlihat pada tabel 5.1 di atas ditemukan
bahwa masing-masing kelima variabel memiliki nilai probability yang lebih besar dari nilai
p-value (0,05) pada level datanya, yang berarti data time series tidak stasioner. Maka pada
tahap berikutnya dilakukan pengujian unit root pada data first difference.Tabel 4.2. Hasil Uji Unit Root pada First Difference
Method Statistic Prob.**
ADF - Fisher Chi-square 97.3048 0.0000
ADF - Choi Z-stat -8.50478 0.0000
** Probabilities for Fisher tests are computed using an asymptotic Chi
-square distribution. All other tests assume asymptotic normality.
Intermediate ADF test results D(UNTITLED)
Series Prob. Lag Max Lag Obs
D(LNCPI) 0.0001 1 10 49
D(LNEXPORT) 0.0000 0 10 50
D(LNEXRATE) 0.0015 0 10 50
D(LNGDP) 0.0006 0 10 50
D(LNGOVEX) 0.0000 0 10 50
Hasil uji dengan menggunakan ADF test seperti terlihat pada tabel 4.2 di atas
menunjukkan bahwa nilai probability setiap variabel kurang dari p-value-nya (0,05), artinya
seluruh variabel ekonomi tersebut di atas stasioner pada difference pertama.
Pembentukkan Model
Hasil Estimasi Persamaan Jangka Panjang
Dalam mengestimasi model jangka panjang pertumbuhan ekonomi di Singapura dengan
mengimplikasikan Error Correction Models (ECM), model yang dihasilkan sama halnya
dengan regresi biasa. Melalui model tersebut, dapat diketahui besarnya pengaruh setiap
variabel bebas, yaitu, inflasi, kurs, ekspor, pengeluaran konsumsi pemerintah dan terhadap
pertumbuhan ekonomi.Tabel 4.3. Hasil Estimasi Persamaan Jangka Panjang
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -0.245137 0.270774 -0.905320 0.3699
LNCPI -0.167661 0.097118 -1.726368 0.0909
LNEXPORT 0.207107 0.036262 5.711458 0.0000
LNEXRATE 0.820561 0.095942 8.552701 0.0000
LNGOVEX 0.681217 0.031355 21.72594 0.0000
R-squared 0.999236 Mean dependent var 10.44040
Adjusted R-squared 0.999171 S.D. dependent var 1.583970
S.E. of regression 0.045608 Akaike info criterion -3.246252
Sum squared resid 0.097765 Schwarz criterion -3.058632
Log likelihood 89.40254 Hannan-Quinn criter. -3.174323
F-statistic 15366.97 Durbin-Watson stat 1.139222
Prob(F-statistic) 0.000000
Pada Tabel 4.3 diatas dapat dilihat hasil estimasi persamaan jangka pendek:
ln GDPt=−0,245137−0,167661 LNCPI t❑+0,820561 LNEXRATEt
¿+0,207107 LNEXPORT t¿+0,681217 LNGOVEX t
¿
Pada model jangka panjang ini merupakan bentuk spurious regression. Regresi ini
merupakan kumpulan dari data yang tidak stasioner sehingga mengahasilkan regresi lancung
atau spurious regression.
Hasil Uji Kointegrasi
Kointegrasi suatu persamaan regersi dapat dilihat dari residualnya. Apabila suatu residual
hasil estimasi persamaan jangka panjang stasioner, maka terdapat kointegrasi.
Tabel 4.4 Hasil Uji Stationer Residual
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -4.479216 0.0007
Test critical values: 1% level -3.565430
5% level -2.919952
10% level -2.597905
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation
Dependent Variable: D(RES)
Method: Least Squares
Date: 07/13/14 Time: 14:59
Sample (adjusted): 1961 2011
Included observations: 51 after adjustments
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
RES(-1) -0.601772 0.134348 -4.479216 0.0000
C 0.000605 0.005628 0.107491 0.9148
R-squared 0.290507 Mean dependent var -0.000468
Adjusted R-squared 0.276027 S.D. dependent var 0.047194
S.E. of regression 0.040156 Akaike info criterion -3.553669
Sum squared resid 0.079012 Schwarz criterion -3.477911
Log likelihood 92.61856 Hannan-Quinn criter. -3.524720
F-statistic 20.06337 Durbin-Watson stat 1.822993
Prob(F-statistic) 0.000045
Output di atas memberikan informasi bahwa variabel res stasioner pada level, dan secara
tersirat menyatakan bahwa GDP, CPI, export, kurs, dan pengeluaran pemerintah saling
berkointegrasi.
Hasil Uji Persamaan Jangka Pendek
Estimasi persamaan jangka pendek dihasilkan dengan menggunakan variabel-
variabel GDP, CPI, pengeluaran pemerintah, kurs, dan ekspor yang sudah
distasionerkan (first difference) ditambah variabel residual tahun sebelumnya. Tabel 4.5 Hasil Estimasi Persamaan Jangka Pendek
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 0.023690 0.010887 2.176086 0.0348
D(LNCPI) -0.038158 0.170397 -0.223938 0.8238
D(LNEXPORT) 0.261537 0.048682 5.372324 0.0000
D(LNEXRATE) 0.433403 0.143805 3.013818 0.0042
D(LNGOVEX) 0.429126 0.095507 4.493142 0.0000
RES(-1) -0.410841 0.151574 -2.710491 0.0095
R-squared 0.682428 Mean dependent var 0.098397
Adjusted R-squared 0.647142 S.D. dependent var 0.062404
S.E. of regression 0.037069 Akaike info criterion -3.641928
Sum squared resid 0.061836 Schwarz criterion -3.414655
Log likelihood 98.86917 Hannan-Quinn criter. -3.555080
F-statistic 19.34001 Durbin-Watson stat 1.688518
Prob(F-statistic) 0.000000
Dari hasil output Eviews diatas terlihat bahwa nilai probabilitas F-statistic berada di
bawah alpha (0.05), artinya secara keseluruhan persamaan yang dihasilkan signifikan. Selain
itu, speed of adjustment-nya atau koefisien dari residual tahun sebelumya bernilai negatif dan
signifikan (probabilitasnya berada di bawah 0.05). Hal ini menunjukkan bahwa kita dapat
membuat persamaan ECM dari hasil output di atas.
dLnGDPt=0,02369−0,038158dLNCPI t❑+0,433403 dEXRATE t
¿+0,261537 dLNEXPORT t¿+0,429126 dLNGOVEX t
¿−0,410841 RES(−1)
Pada model jangka pendek atau error correction mode variabel kurs, ekspor, dan
pengeluaran pemerintah signifikan mempengaruhi GDP Singapura. Pengaruh ketiga variabel
ini bersifat positif atau beriringan. Elastisitas dari perubahan pertumbuhan kurs, ekspor, dan
pengeluaran pemerintah sebesar 1%, masing-masing secara berurutan akan mengakibatkan
kenaikan GDP sebesar 0,433403%, 0,261537%, dan 0,4291%. Koefisien speed of adjustment
bernilai −0,410841 artinya kecepatan error correction untuk mengoreksi perilaku tiap
variabel dalam jangka pendek untuk menuju keseimbangan yaitu sebesar 0,410841.
Uji Asumsi Klasik
Uji Normalitas
Dengan menggunakan uji Jarque-Bera, dimana bila signifikansi di bawah 0,05 berarti
data tersebut tidak normal dan bila di atas 0,05 berarti data tersebut normal, maka data pada
penelitian ini belum memenuhi asumsi normalitas. Namun, saat kita uji residual dari
persamaan jangka pendek (diberi nama res2), residual tersebut stationer di level, sehingga
dapat disimpulkan data pada persamaan ECM ini telah memenuhi asumsi normalitas.
Uji Heteroskedastisitas
Uji ini dapat kita liat dengan menggunakan uji white
H 0 :σ t2=c
H 1: σ t2 ≠ c
α=5 %
Statistic uji : Heteroskedastik White
Tolak H 0 jika pvalue<αAtau tolak H 0 jika pvalue<5 %
Uji Statistik
Heteroskedasticity Test: White
F-statistic 1.099574 Prob. F(20,30) 0.3981Obs*R-squared 21.57210 Prob. Chi-Square(20) 0.3642Scaled explained SS 30.72628 Prob. Chi-Square(20) 0.0589
Keputusan : Terima Ho, karena 0.3981 > 0.05
Kesimpulan : Model memiliki asumsi Homoskedatisitas
Dari pengujian di atas maka error correction model telah memenuhi asumsi
homoskedastisitas
Dari pengujian di atas maka error correction model telah memenuhi asumsi
homoskedastisitas
Uji Autokorelasi
Pengujian terhadap gejala autokorelasi dengan Breusch-Godfrey Serial Correlation LM
Test. Hasil perhitungan EVIEWS versi 6.0 dapat dilihat pada pengujian berikut ini :
H 0 : E(e¿¿ i ,e j)=0¿
H 1: E (e¿¿ i , e j)≠ 0¿
α=5 %
Statistic uji : Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
TerimaH 0 jika p value<αAtau tolak H 0 jika ada pvalue<5 %
Uji Statistik
Heteroskedasticity Test: Breusch-Pagan-Godfrey
F-statistic 1.200415 Prob. F(5,45) 0.3244Obs*R-squared 6.001832 Prob. Chi-Square(5) 0.3060Scaled explained SS 8.548728 Prob. Chi-Square(5) 0.1285
Keputusan : Terima H 0, karena 0,3244 > 0,05
Kesimpulan : Model memiliki asumsi nonautokorelasi (asumsi terpenuhi)
Uji Multikoliniritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model ecm ditemukan
adanya korelasi diantara variabel bebas. Hasil :pengujian multikolinieritas dapat dilihat pada
tebel sebagai berikut :
D(LNCPI) D(LNEXPORT) D(LNEXRATE) D(LNGOVEX)D(LNCPI) 1.000000 0.520925 0.415253 0.197163
D(LNEXPORT) 0.520925 1.000000 0.371288 0.156235D(LNEXRATE) 0.415253 0.371288 1.000000 -0.075707D(LNGOVEX) 0.197163 0.156235 -0.075707 1.000000
Dari tabel di atas terlihat bahwa tidak ada variabel yang mengalami multikolinieritas.
Semua nilai korelasi memiliki korelasi kurang dari 0,8 atau lebih dari -0,8, sehingga error
correction model atau model jangka pendek tidak mengalami multikolinieritas.
Berdasarkan hasil uji asumsi klasik di atas, persamaat EMC memnuhi semua uji asumsi,
maka dapat disimpulkan bahwa persamaan ECM dapat digunakan unutk melihat hubungan
antara variable eksogen dan variable endogen
E. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari penelitian ini yaitu:
1. Pada tahun 1960 sampai dengan 2011 baik ekspor, kurs, inflasi, pengeluaran pemerintah,
dan pertumbuhan ekonomi cenderung mengalami peningkatan. Pada tahun 2008, saat
terjadi krisis ekonomi Dunia, terjadi penurunan tingkat ekspor, pengeluaran pemerintah,
kurs dan pertumbuhan ekonomi, sedangkan tingkat inflasi tetap meningkat.
2. Ekspor, kurs, dan pengeluaran pemerintah signifikan berpengaruh positif terhadap
pertumbuhan ekonomi di Singapura, sedangkan inflasi berpengaruh negative tetapi tidak
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Singapura
Saran
Untuk penelitian selanjutnya, dapat meneliti dengan variable-variabel lain atau lebih
spesik meneliti faktor-faktor yang menyebabkan pergerakan ekspor, pertumbuhan ekonomi,
dan pengeluaran pemerintah yang tajam di Singapura pada tahun 1980 hingga terus sampai
ini.
F. DAFTAR PUSTAKA
Agustianto. “ Akar Krisis Keuangan Global”. http://www.pesantrenvirtual.com (diakses 14
Juli 2014)
Sitopu, Wajibman. “Error Correction Model.” http://statistikceria.blogspot.com (diakses 14
Juli 2014)
Sitepu, Wilsa dkk. “ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PERTUMBUHAN EKONOMI SINGAPURA”. Repostory USU. (diakses 23 Juni 2014)
Diksa, I Gusti Bagus Ngurah. 2013. “ANALISIS KONSUMSI MASYARAKAT DI
INDONESIA TAHUN 1998 – 2012”. STIS: DKI Jakarta