kementerian keuangan direktorat jenderal ......pajak dan pnbp, dengan komposisi masing-masing 95,25...

33
Triwulan II Penyusun: Penanggung Jawab: Supendi I Ketua Tim: Budiman I Anggota: Wahyu Budiarso I Zuhdi Eka Nurokhman I Yumi Gantika I Tyas Ayu Prasanti I Suryati Provinsi Babel KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

Upload: others

Post on 29-Jan-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • Triwulan II

    Penyusun: Penanggung Jawab: Supendi I Ketua Tim: Budiman I Anggota: Wahyu Budiarso I Zuhdi Eka Nurokhman I Yumi Gantika I Tyas Ayu Prasanti I Suryati

    Provinsi Babel

    KEMENTERIAN KEUANGAN

    DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

  • ii

    Kanwil DJPb Provinsi Bangka Belitung

    Kajian Fiskal Regional Triwulan II-2019

    Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa

    karena rahmat dan karunia-Nya, Kajian Fiskal Regional

    (KFR) Triwulan II-2019 Provinsi Bangka Belitung

    dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu.

    KFR sebagai salah satu output pelaksanaan tugas

    dan fungsi Kanwil DJPb disusun untuk memotret dan

    menganalisis perkembangan ekonomi dan fiskal

    serta pengaruhnya terhadap pembangunan

    di Provinsi Bangka Belitung.

    KFR ini merupakan wujud terjalinnya sinergi antara

    Kementerian Keuangan, Pemerintah Daerah,

    Bank Indonesia, dan Badan Pusat Statistik di lingkup

    Provinsi Bangka Belitung dalam memberikan data

    dan bahan analisis sehingga diperoleh pemahaman

    yang menyeluruh terhadap perkembangan ekonomi dan fiskal

    di Provinsi Bangka Belitung. Untuk itu kami mengucapkan

    banyak terima kasih kepada para pihak tersebut,

    semoga sinergi yang telah terjalin dapat tetap berlanjut.

    Kami sadari KFR ini masih terdapat banyak kekurangan.

    Untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan

    bagi perbaikan kajian selanjutnya.

    Harapan kami semoga kajian ini dapat digunakan sebagai masukan

    dalam proses penyusunan kebijakan fiskal,

    baik pemerintah pusat maupun daerah sehingga dapat memberikan

    kemanfaatan optimal bagi masyarakat di Provinsi Bangka Belitung.

    Pangkalpinang, Agustus 2019

    Kepala Kantor Wilayah

    Supendi

  • iii

    Kajian Fiskal Regional Triwulan II-2019

    Kanwil DJPb Provinsi Bangka Belitung

    Daftar Isi

    PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL

    A. Produk Domestik Regional Bruto

    B. Inflasi

    C. Indikator Kesejahteraan

    1. Tingkat Pengangguran Terbuka

    2. Tingkat Kemiskinan

    1

    1

    2

    2

    3

    PERKEMBANGAN DAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBN

    A. Pendapatan Negara

    1. Penerimaan Perpajakan

    2. Penerimaan Negara Bukan Pajak

    B. Belanja Negara

    1. Belanja Pemerintah Pusat

    2. Transfer ke Daerah

    3. Pengelolaan BLU

    4. Manajemen Investasi Pusat

    C. Prognosis Realisasi APBN

    4

    5

    6

    6

    6

    7

    8

    9

    10

    PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBD

    A. Pendapatan Daerah

    1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

    2. Pendapatan Transfer

    B. Belanja Daerah

    1. Belanja Daerah Menurut Jenis Belanja

    2. Belanja Daerah Berdasarkan Klasifikasi Fungsi

    C. Prognosis Realisasi APBD

    11

    11

    14

    14

    14

    15

    16

    PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN ANGGARAN KONSOLIDASIAN

    A. Laporan Keuangan Pemerintah Konsolidasian

    B. Pendapatan Konsolidasian

    1. Analisis Proporsi dan Perbandingan

    2. Analisis Perubahan

    3. Analisis Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Kenaikan

    Realisasi Pendapatan Konsolidasian

    C. Belanja Konsolidasian

    1. Analisis Proporsi dan Perbandingan

    2. Analisis Perubahan

    D. Analisis Kontribusi Pemerintah Dalam PDRB

    16

    16

    17

    17

    18

    18

    18

    19

    19

    BERITA FISKAL REGIONAL TERPILIH

    A. Inflasi Daging Sapi dan Program 2S

    B. Integrated Farming Desa Sekar Biru

    C. Potensi Terpendam 2S

    D. Dukungan Fiskal untuk Ternak Sapi

    20

    21

    22

    23

  • - 1 -

    Kanwil DJPb Provinsi Bangka Belitung

    Kajian Fiskal Regional Triwulan II-2019

    I. Perkembangan dan Analisis Ekonomi Regional

    A. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

    PDRB Babel triwulan II-2019 (YoY) yang

    diukur atas dasar harga berlaku (ADHB)

    mencapai Rp19,02 triliun dan atas dasar

    harga konstan (ADHK) 2010 mencapai

    Rp13,52 triliun. PDRB Babel

    memberikan kontribusi

    sebesar 2,23 persen terhadap

    PDRB Pulau Sumatera.

    Perekonomian Babel tumbuh

    sebesar 3,49 persen (hanya

    lebih tinggi dari Riau), melambat dibanding

    triwulan II-2018 yang tercatat 4,5 persen.

    Jauh di bawah pertumbuhan ekonomi

    Sumatera yang mencapai 4,62 persen dan

    nasional yang mencapai 5,05 persen.

    Dari sisi produksi, penyumbang terbesar

    pertumbuhan adalah lapangan usaha

    pertanian 0,93 persen, konstruksi 0,62

    persen, administrasi pemerintahan dan

    perdagangan masing-masing

    0,55 persen. Sementara dari

    sisi pengeluaran,

    pertumbuhan bersumber dari

    Komponen Pengeluaran

    Konsumsi Rumah Tangga

    yang menyumbang 2,21 persen; diikuti

    komponen Pembentukan Modal Tetap

    Bruto sebesar 1,74 persen; sementara

    komponen-komponen lainnya sebesar

    minus 1,81 persen.

    Beberapa peristiwa nasional dan

    internasional yang ikut mempengaruhi

    pertumbuhan ekonomi triwulan II-2019

    antara lain, turunnya produksi smelter

    timah, pilpres 2019, puasa dan hari raya

    idul fitri, serta even olahraga kejuaraan

    nasional wushu, babel run dan Sungailiat

    triathlon.

    B. Inflasi

    Inflasi pada triwulan II-2019 (YoY) sebesar

    3,69 persen atau naik 1,14 poin persen

    dibandingkan triwulan II-2018 yang

    tercatat pada angka 2,55 persen dan naik

    0,98 poin persen dibandingkan triwulan I

    2019 yang mencapai 2,71 persen. Angka

    inflasi triwulan II-2019 (YoY) lebih tinggi

    dibandingkan inflasi nasional yang tercatat

    sebesar 3,28 persen.

    “Ekonomi Babel Tw II 2019 tumbuh

    3,49%, melambat dibandingkan Tw

    II 2018 yang tercatat 4,5%”

    Grafik 1.1 Pertumbuhan Ekonomi 2019 (YoY)

    Keterangan Gambar Aktivitas petani di kebun lada, Kec. Simpang Katis, Kab. Bateng

    0

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

    2017 2018 2019

    Babel Nasional

    Sumber : BPS Prov. Babel (diolah)

  • 2

    Kanwil DJPb Provinsi Bangka Belitung

    Kajian Fiskal Regional Triwulan II-2019

    Kelompok pengeluaran

    dengan inflasi tertinggi

    adalah kelompok bahan

    makanan (5,72 persen);

    kelompok makanan jadi

    (4,26 persen); serta kelompok pendidikan

    (3,94 persen). Beberapa event yang

    mendorong kenaikan harga pada triwulan

    II-2019 yaitu, pelaksanaan pilpres, puasa

    dan hari raya idul fitri, liburan sekolah, dan

    dimulainya tahun ajaran baru.

    Angkutan udara dan bahan makanan

    (terutama komoditas ikan serta sayur)

    adalah kelompok

    pengeluaran yang secara

    konsisten menjadi sumber

    pendorong inflasi selama

    semester I 2019. Pemerintah

    telah berusaha menurunkan tekanan

    inflasi melalui operasi pasar selama bulan

    puasa dan menetapkan kebijakan

    penurunan tarif batas atas (TBA) angkutan

    udara sebesar 12 s.d. 16 persen.

    Meskipun demikian, upaya yang kedua ini

    belum cukup efektif dalam mengendalikan

    inflasi yang berasal dari angkutan udara.

    “Daerah Kepulauan, Ikan Justru Picu Inflasi di Babel”

    Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Kep. Babel, Edhi Rahmanto Hidayat mengatakan, inflasi disumbangkan kelompok ikan

    segar seperti ikan kerisi, ikan tenggiri, ikan hapau, ikan bulat dan ikan singkur. "Keterbatasan stok ikan yang antara lain

    disebabkan faktor cuaca sehingga jumlah tangkapan yang masuk ke pasar terbatas,". Edhi berharap, strategi pengendalian

    inflasi kelompok ikan segar perlu diperkuat dan menjadi perhatian bersama karena mulai memberi tekanan inflasi dalam dua

    bulan terakhir.

    Sumber: kompas.com 5 Juli 2019

    C. Indikator Kesejahteraan

    1. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)

    Pada Februari 2019 tingkat pengangguran

    3,39 persen, turun 0,22 poin persen

    dibandingkan Februari 2018 juga turun

    0,26 poin persen dibandingkan Agustus

    2018. Tingkat pengangguran tersebut di

    bawah nasional yang tercatat 5,01 persen.

    Sektor primer (pertanian dan

    pertambangan) merupakan penyerap

    terbesar tenaga kerja dengan porsi 46

    persen (naik 4,65 poin persen

    dibandingkan Februari 2018 sejalan

    dengan pertumbuhan di sektor pertanian

    Grafik 1.2 Inflasi 2019 (YoY)

    Keterangan Gambar Aktivitas petugas dan penumpang di bandara Hanandjoeddin, Tj Pandan

    Sumber : BPS Prov. Babel (diolah)

    “angkutan udara dan bahan makanan

    menjadi sumber utama inflasi Babel“

    - 2 -

    Kajian Fiskal Regional Triwulan II-2019

  • - 3 -

    Kanwil DJPb Provinsi Bangka Belitung

    Kajian Fiskal Regional Triwulan II-2019

    dan pembenahan proses bisnis timah).

    Sedangkan sektor tersier (jasa) dan sektor

    sekunder (pengolahan,

    energi, dan bangunan)

    masing-masing menyerap

    42,68 persen dan 11,31

    persen tenaga kerja di Babel.

    TPT perkotaan Februari 2019 lebih tinggi

    dibandingkan pedesaan, yaitu masing-

    masing pada angka 3,64 dan 3,10 persen.

    Tingkat pengangguran tertinggi terjadi

    pada kelompok pendidikan Diploma ke

    atas, sebesar 7,21 persen, meningkat 0,52

    poin persen dibandingkan Februari 2018.

    Tingginya pengangguran terpelajar

    sejalan dengan struktur

    lapangan usaha utama yang

    tidak terlalu membutuhkan

    skilled labour. Pengangguran

    terpelajar di pedesaan

    meningkat signifikan selama Februari

    2018 s.d. Februari 2019 yang

    mengindikasikan bahwa para lulusan

    terpelajar tersebut belum tertarik untuk

    membangun ekonomi desanya.

    “Pemprov Buka 67 Paket Pelatihan, di Antaranya Kejuruan Pariwisata dan Otomotif”

    Pemprov Babel membuka 67 paket pelatihan di Balai Latihan Kerja Dinas Tenaga Kerja Babel. Kejuruan yang dibuka diantaranya

    teknologi informasi, elektronika, pariwisata, manufaktur, dan otomotif. Pelatihan yang didanai menggunakan APBD dan APBN

    tersebut adalah upaya mengurangi tingkat pengangguran melalui peningkatan keterampilan sumber daya manusia.

    Sumber: bangka.tribunnews.com 27 Maret 2019

    2. Tingkat Kemiskinan

    Tingkat kemiskinan Babel Maret 2019

    sebesar 4,62 persen, turun dibandingkan

    September 2018 (4,77 persen) dan Maret

    2018 (5,25 persen), sekaligus terendah

    sejak 2006. Tingkat

    kemiskinan ini di bawah

    nasional yang tercatat 9,41

    persen.

    Meskipun demikian, garis

    kemiskinan Babel adalah yang tertinggi di

    Indonesia. Pada Maret 2018, garis

    kemiskinan nasional sebesar Rp425.250

    per kapita per bulan dan garis kemiskinan

    Babel Rp677.716.

    Tingkat kemiskinan perkotaan naik 0,08

    poin persen sedangkan di

    pedesaan turun 0,37 poin

    persen dibandingkan

    September 2018. Salah satu

    penyebab turunnya

    kemiskinan di pedesaan adalah

    pertumbuhan positif pada sektor

    Grafik 1.3 TPT dan Jumlah Pengangguran

    Sumber : BPS Prov. Babel (diolah)

    Keterangan Gambar

    Aktivitas di kedai kopi khas

    Bangka. Ekonomi digital sebagai salah

    satu solusi pengembangan

    UMKM dan menekan

    pengangguran.

    “tingkat kemiskinan Babel merupakan

    yang terendah keempat nasional“

    “sektor primer menjadi penyerap

    utama tenaga kerja dengan porsi 46%“

  • - 4 -

    Kanwil DJPb Provinsi Bangka Belitung

    Kajian Fiskal Regional Triwulan II-2019

    pertanian, kehutanan, dan perikanan yang

    turut menekan pengangguran pedesaan.

    Pemda perlu memberikan perhatian yang

    cukup bagi masyarakat pedesaan karena

    penggerak utama ekonomi Babel (17,3

    persen) adalah masyakat pedesaan yang

    memiliki tingkat kemiskinan lebih tinggi

    dibandingkan perkotaan.

    Sedangkan di perkotaan, naiknya tingkat

    kemiskinan dikarenakan kenaikan garis

    kemiskinan akibat inflasi pada kelompok

    makanan. Kontribusi harga kelompok

    makanan terhadap garis kemiskinan pada

    Maret 2019 tercatat sebesar 72,70 persen,

    meningkat 0,11 poin persen dibandingkan

    September 2018. Disamping itu, tingkat

    kedalaman kemiskinan (Index-P1)

    perkotaan yang lebih rendah daripada

    pedesaan, mengakibatkan masyarakat

    perkotaan lebih rentan menjadi miskin

    dibandingkan masyarakat pedesaan.

    Turunnya tingkat pengangguran di

    perkotaan ternyata tidak selalu sejalan

    dengan tingkat kemiskinan. Hal ini

    menandakan bahwa meskipun sebagian

    besar penduduk di kota bekerja, namun

    mereka memperoleh penghasilan yang

    masih belum layak atau di bawah garis

    kemiskinan.

    “Inflasi Komoditi Ikan Penyebab Garis Kemiskinan di Babel Tertinggi Nasional”

    Kepala BPS Babel Darwis Sitorus mengatakan, tingkat kemiskinan Babel dari tahun ke tahun selalu menempati posisi 4 terendah nasional setelah DKI Jakarta, Bali, dan Kalsel. Disparitas kemiskinan perkotaan dan pedesaan semakin mengecil. Meskipun

    demikian, jika melihat garis kemiskinan sebagai ukuran jumlah penduduk miskin, Babel merupakan provinsi dengan garis kemiskinan tertinggi secara nasional.

    Sumber: bangka.tribunnews.com 15 juli 2019

    II. Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN

    Defisit APBN di Babel

    triwulan II-2019

    sebesar Rp2.886,70

    miliar, turun 18,71

    persen dibandingkan

    triwulan II-2018.

    Realisasi pendapatan

    meningkat 96,83

    persen yang

    bersumber dari

    kenaikan realisasi

    penerimaan pajak

    Grafik 1.4 Tingkat Kemiskinan

    Keterangan Gambar Pemukiman miskin di Kec. Kacang Pedang, Pangkalpinang

    Sumber : BPS Prov. Babel (diolah)

    “realisasi pendapatan dan belanja masing-

    masing sebesar Rp1,78T dan Rp4,66T, defisit APBN turun 18,71%

    dibandingkan Tw II 2018”

  • - 5 -

    Kanwil DJPb Provinsi Bangka Belitung

    Kajian Fiskal Regional Triwulan II-2019

    sebesar 103,44 persen dibandingkan

    triwulan II-2018. Sedangkan realisasi

    belanja meningkat sebesar 4,67 persen

    yang didorong oleh naiknya realisasi

    transfer ke daerah dan dana desa sebesar

    5,35 persen. Kinerja pendapatan yang

    lebih tinggi daripada belanja mampu

    menekan defisit APBN triwulan II-2019

    lebih rendah dibandingkan triwulan II-

    2018.

    A. Pendapatan Negara

    Realisasi pendapatan negara berasal dari penerimaan

    pajak dan PNBP, dengan komposisi masing-masing 95,25

    persen dan 4,75 persen. Meskipun tidak sebesar

    penerimaan pajak, realisasi PNBP secara nominal juga

    meningkat 19,16 persen dibandingkan capaian pada

    triwulan II-2018.

    1. Penerimaan Perpajakan

    Realisasi penerimaan pajak didominasi

    oleh penerimaan PPh dan PPN.

    Peningkatan penerimaan pajak ini

    bersumber

    dari realisasi PPN triwulan II-2019 yang

    mencapai 181,65 persen dari target.

    a) Pajak Penghasilan (PPh)

    Realisasi PPh mencapai Rp690,06 miliar

    atau 55,92 persen dari target, secara

    nominal meningkat 42,81 persen

    dibandingkan triwulan II-2018.

    Peningkatan tersebut bersumber dari

    kenaikan PPh 21 sebagai dampak

    pembayaran THR (Gaji ke-14) bagi PNS

    yang dibayar pada periode ini.

    b) PPN

    Realisasi PPN mencapai Rp

    980,85 miliar atau 181,65

    persen dari target. Pada

    kajian ini tidak dilakukan

    komparasi kinerja PPN pada

    triwulan II-2019 dengan

    triwulan II-2018 dikarenakan

    kenaikan kinerja PPN pada

    triwulan ini bersifat anomali.

    Pembenahan sektor timah

    yang dilakukan sejak Oktober

    2018 menjadikan PT Timah

    sebagai satu-satunya perusahaan yang

    dapat melakukan ekspor timah sehingga

    smelter swasta yang sebelumnya dapat

    langsung mengekspor, kini harus menjual

    timah kepada PT Timah. Atas transaksi

    tersebut dikenakan PPN yang mendorong

    peningkatan realisasi jenis pajak ini.

    Sumber : KPP Lingkup Babel (diolah) Sumber : KPP Lingkup Babel (diolah)

    Sumber : KPP Lingkup Babel (diolah)

    Grafik 2.1 Penerimaan

    Pajak Triwulan II-2019

    Sumber : GFS Triwulan II-2019 (diolah)

    PPh41%

    PPN58%

    Grafik 2.2 Realisasi PPh dan PPN Triwulan II-2019

    Sumber : GFS Triwulan II-2019 (diolah)

  • - 6 -

    Kanwil DJPb Provinsi Bangka Belitung

    Kajian Fiskal Regional Triwulan II-2019

    c) Penerimaan Bea Masuk dan Bea Keluar

    Realisasi bea masuk mencapai Rp1,99

    miliar, secara nominal mengalami

    penurunan sebesar 38,80 persen

    dibandingkan triwulan II-2018. Faktor

    penyebabnya yaitu banyak impor yang

    nilai bea masuknya nol.

    Adapun realisasi bea keluar mencapai

    47,50 persen dari target tahunan, secara

    nominal meningkat 35,71 persen

    dibandingkan triwulan II-2018. Kenaikan

    realisasi bea keluar pada triwulan ini

    dikarenakan meningkatnya volume ekspor

    Palm Kernel Expeller (PKE). Peningkatan

    ekspor PKE ini berkaitan dengan

    penyediaan dana untuk pembayaran THR

    terutama pada perusahaan sawit.

    2. Penerimaan Negara Bukan Pajak

    Sampai triwulan II-2019, secara nominal

    realisasi PNBP meningkat 250,11 persen

    dibandingkan triwulan II-2018.

    Peningkatan signifikan ini lebih

    dikarenakan tidak seluruh satker

    mencantumkan target penerimaan PNBP

    sehingga secara persentasi, capaian

    triwulan II-2019 terlihat

    tinggi.

    Sumber terbesar PNBP

    berasal dari pendapatan

    pendidikan dengan porsi

    36,37 persen serta

    pendapatan administrasi

    dan penegakan hukum

    sebesar 28,99 persen dari total PNBP

    (bersumber dari pengurusan BPKB dan

    penerbitan STNK).

    B. Belanja Negara

    Belanja negara terbagi atas dua kelompok besar yaitu Belanja Pemerintah Pusat dan

    Transfer ke Daerah dan Dana Desa.

    1. Belanja Pemerintah Pusat

    a. Klasifikasi per Jenis Belanja

    Realisasi belanja pemerintah

    pusat sampai triwulan II-2019

    mencapai 39,62 persen dari

    pagu tahun 2019, secara

    nominal meningkat 2,33 persen

    dibandingkan triwulan II-2018.

    Peningkatan tersebut sejalan

    dengan peningkatan realisasi

    belanja pegawai, barang dan

    bantuan sosial. Sebaliknya Sumber : Monev PA (diolah)

    Sumber : Monev PA (diolah)

    5,6 M

    0,4 M

    1,99 M

    0,19 M

    35,54%

    47,50%

    0,00%

    10,00%

    20,00%

    30,00%

    40,00%

    50,00%

    0

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    Bea Masuk Bea Keluar

    PAGU REALISASI PERSENTASE

    Grafik 2.3 Realisasi Bea Masuk dan

    Bea Keluar Triwulan II-2019

    Sumber : KPPBC Lingkup Babel (diolah)

    Penjualan, Pengelolaan BMN & Iuran Badan Usaha

    4%Administrasi &

    Penegakan

    Kesehatan, Perlindungan Sosial

    & Keagamaan3%

    Pendidikan, Budaya, Riset & Teknologi

    36%

    Jasa Transportasi, Komunikasi & Informatika

    Jasa Lainnya 1%

    Bunga, Pengelolaan Rekening & Keuangan

    Pendapatan Denda

    Pendapatan Lain-lain11%

    Other12%

    Grafik 2.4 Realisasi PNBP Triwulan II-2019

    Sumber : OMSPAN (diolah)

    “realisasi belanja mencapai 39,6%,

    seluruhnya meningkat

    kecuali belanja modal”

  • - 7 -

    Kanwil DJPb Provinsi Bangka Belitung

    Kajian Fiskal Regional Triwulan II-2019

    realisasi belanja modal yang diharapkan

    dapat memberikan multiplier effect pada

    perekonomian Babel justru mengalami

    penurunan.

    b. Klasifikasi berdasarkan Fungsi

    Terdapat sebelas fungsi belanja

    Pemerintah Pusat, dengan alokasi

    terbesar dimiliki oleh fungsi keamanan dan

    ketertiban yaitu Rp787,23 milyar atau

    30,30 persen dari total belanja. Besarnya

    alokasi tersebut terkait dengan persiapan

    dan pelaksanaan Pilpres pada bulan April

    2019. Sementara fungsi pariwisata dan

    budaya sebagai sektor unggulan justru

    mendapat alokasi terkecil yaitu hanya 0,06

    persen. Hal ini menunjukkan bahwa

    dukungan pemerintah terhadap

    pengembangan sektor unggulan Babel

    masih belum optimal. Dari sisi tingkat

    realisasi, hampir seluruh fungsi mengalami

    peningkatan kecuali fungsi perumahan

    dan fasilitas umum.

    2. Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD)

    Realisasi transfer triwulan II-2019

    mencapai Rp3,63 triliun atau 50,53 persen

    dari target, secara nominal turun

    sebesar 0,21 persen dibandingkan

    triwulan II-2018. Secara umum,

    realisasi dana transfer melebihi

    target belanja 40 persen kecuali

    DAK Fisik yang baru mencapai

    13,80 persen. Begitu juga dengan

    tren penyaluran, DAK Fisik tercatat

    paling lambat karena baru salur

    pada triwulan II sedangkan dana

    transfer lainnya sudah salur pada triwulan

    I-2019.

    Keterlambatan Pemda dalam

    mengantisipasi persyaratan baru dalam

    penyaluran berupa Laporan Hasil Reviu

    APIP terhadap DAK Fisik tahun

    sebelumnya serta lambatnya pemda

    Sumber : Monev PA (diolah)

    “DAK Fisik terealisasi 13,8% dan dipastikan

    gagal salur Rp.2,45 M, sementara dana desa

    terealisasi sesuai target”

    Grafik 2.5 Realisasi Belanja Triwulan II-2019 per Jenis dan Per Fungsi

    Sumber : OMSPAN (diolah)

    Grafik 2.6 Realisasi TKDD Triwulan II-2019

    Sumber : GFS Triwulan I-2019, SIMTRADA (diolah)

  • - 8 -

    Kanwil DJPb Provinsi Bangka Belitung

    Kajian Fiskal Regional Triwulan II-2019

    dalam memulai kontrak merupakan dua

    penyebab rendahnya realisasi DAK Fisik.

    Sampai batas akhir input kontrak pada

    aplikasi OMSPAN, terdapat Rp2,45 miliar

    dari 3 bidang di 2 Pemda yang dipastikan

    gagal salur, yaitu:

    - Bangka Barat: Bidang Lingk. Hidup dan

    Kehutanan (Rp667 juta) karena gagal

    lelang (tidak terdapat penyedia yang

    memenuhi persyaratan)

    - Belitung Timur: Bidang Perumahan

    dan Permukiman (Rp551 juta) karena

    perbedaan Rencana Kegiatan (RK)

    dengan Juknis, serta Bidang Pasar

    (Rp1,23 miliar) terkendala status lahan.

    Kegagalan tersebut seharusnya dapat

    diantisipasi melalui persiapan lelang lebih

    awal sehingga apabila terindikasi gagal

    lelang dapat segera dikoordinasikan

    dengan K/L terkait. Begitu pula dengan

    perbedaan antara RK dan Juknis, apabila

    dilakukan pemeriksaan Juknis sejak awal

    memungkinkan untuk segera

    dikoordinasikan dengan K/L untuk

    dilakukan berupa perubahan/revisi

    RK,DPA, atau Juknis itu sendiri sehingga

    kegiatan dapat dilaksanakan. Kejelasan

    status lahan seharusnya sudah dipastikan

    sejak pengusulan RK pada aplikasi

    KRISNA sehingga usulan kegiatan benar-

    benar sudah siap ketika ditetapkan.

    Adapun penyaluran Dana Desa di Babel

    terbilang lancar karena seluruh Pemda

    sudah salur tahap II. Meskipun demikian,

    tingkat serapan desa masih rendah yaitu

    9,02 persen karena Pemda tidak segera

    meng-input realisasi output Desa pada

    aplikasi OMSPAN. Pemda perlu didorong

    agar meng-input data realisasi output

    tersebut agar termonitor progres Dana

    Desa oleh Pemerintah Pusat.

    3. Pengelolaan Badan Layanan Umum (BLU)

    Pendapatan utama BLU Bandara H.A.S.

    Hanandjoeddin berupa penyediaan

    barang/jasa kepada masyarakat s.d.

    Triwulan II-2019 baru terealisasi 35,5

    persen dari target yang ditetapkan.

    Hal ini dikarenakan adanya penurunan

    signifikan jumlah penerbangan dan jumlah

    penumpang sebagai akibat kenaikan tiket

    pesawat yang signifikan sejak Oktober

    2018 lalu. Sampai dengan bulan Mei, rata-

    59,7 55,8 55,2

    49,4 46,6

    43,2

    35,8 33,5 32,8

    29,7 27,9 25,9

    60,0% 60,0%59,4%

    60,0% 60,0% 60,0%

    48,0%

    50,0%

    52,0%

    54,0%

    56,0%

    58,0%

    60,0%

    -

    10,0

    20,0

    30,0

    40,0

    50,0

    60,0

    70,0

    Kab.Bangka

    Kab.BangkaBarat

    Kab.BangkaTengah

    Kab. BaSel Kab.Belitung

    Kab.Belitung

    Timur

    Pagu Realisasi % Realisasi

    Grafik 2.7 Realisasi DAK Fisik Triwulan II-2019

    Sumber : GFS Triwulan I-2019, SIMTRADA (diolah)

  • - 9 -

    Kanwil DJPb Provinsi Bangka Belitung

    Kajian Fiskal Regional Triwulan II-2019

    rata penerbangan turun dari 24,5 menjadi

    20,3 penerbangan per hari serta rata-rata

    penumpang turun dari 2.708

    menjadi hanya 1.924 per hari.

    Tingkat pemanfaatan aset yang

    tercermin dari pendapatan dari

    pemanfaatan BMN periode

    semester I-2019 cenderung turun

    dibandingkan tahun 2018 (dari Rp2,3

    miliar menjadi Rp 1,8 miliar). Optimalisasi

    PNBP di bidang Non-Aeronautika

    dilakukan melalui persewaan tenant

    (sekaligus untuk mendukung

    peningkatan layanan bandara)

    dan periklanan (penyewaan TV

    Wall).

    Meskipun demikian, turunnya

    jumlah penerbangan dan penumpang turut

    mempengaruhi minat masyarakat dalam

    menyewa tenant dan tempat iklan.

    4. Manajemen Investasi Pusat

    Terdapat dua skema kredit program yang

    dilaksanakan di Babel, yaitu Kredit Usaha

    Rakyat (KUR) dan pembiayaan Ultra Mikro

    (UMi). Dari 150.813 UMKM, pada tahun

    2019 hanya 13.203 debitur (8,75 persen)

    yang menerima pembiayaan KUR.

    Babel menduduki urutan ke-8 atau satu

    tingkat lebih baik di atas Kepri dalam

    penyaluran KUR di regional Sumatera.

    Sebagaimana seperti tahun sebelumnya,

    sektor perdagangan dan pertanian masih

    mendominasi sebaran

    penyaluran KUR masing-

    masing sebesar Rp174,8 miliar

    dan Rp156,9 miliar. Total

    penyaluran bagi kedua sektor

    tersebut hampir 80 persen dari

    total KUR yang disalurkan. Tingkat

    keaktifan Pemda dalam mendukung SIKP

    juga tidak menunjukkan peningkatan dari

    tahun lalu (123 dari 150.813 UMKM)

    meskipun sudah dilakukan upaya

    pembinaan (bimtek) oleh Kanwil DJPb.

    Pada tahun 2018, UMi yang terealisasi

    sebesar Rp548,1 juta dengan total

    penerima 82 debitur. Jumlah ini sangat

    kecil jika dibandingkan dengan realisasi

    penyaluran secara nasional yang

    mencapai Rp56,5 miliar dengan total

    penerima 15.163 debitur.

    Sampai dengan triwulan II-2019

    belum terdapat realisasi UMi di

    Babel. Salah satunya

    dikarenakan PT Pegadaian

    sebagai satu-satunya penyalur

    di Babel belum dapat lagi

    menyalurkan Pembiayaan UMi karena

    sudah mencapai batas NPL 3 persen yang

    Grafik 2.8 Realisasi Pendapatan dan Belanja (juta)

    Sumber : GFS Triwulan I-2019, SIMTRADA (diolah)

    “naiknya tarif angkutan udara

    berpengaruh signifikan terhadap

    realisasi PNBP”

    “Penyaluran KUR mencapai

    Rp422 M dengan total

    penerima 13.203 debitur”

  • - 10 -

    Kanwil DJPb Provinsi Bangka Belitung

    Kajian Fiskal Regional Triwulan II-2019

    ditetapkan oleh Kantor Pusat PT

    Pegadaian.

    Meskipun demikian penyaluran

    pembiayaan UMi pada semester II-2019

    diperkirakan akan mengalami peningkatan

    signifikan dikarenakan:

    1. PT Permodalan Nasional Madani

    (PNM) sebagai penyalur UMi melalui

    produk Mekaar, pada pertengahan Juni

    2019 secara resmi membuka cabang di

    Pangkalpinang, Sungailiat, dan

    Tanjungpandan.

    2. Permasalahan NPL PT Pegadaian

    sedang dalam tahap penyelesaian, dan

    3. Komitmen Pemda dalam mendukung

    percepatan penyaluran KUR dan

    pembiayaan UMi, sebagai tindaklanjut

    hasil FGD yang diselenggarakan oleh

    Kanwil DJPb pada tanggal 1 Agustus

    2019 silam.

    “ Disayangkan, Serapan KUR di Babel Minim”

    Kepala DJPb Babel, Supendi menyayangkan masih sedikitnya pelaku usaha di daerah itu yang memanfaatkan KUR untuk pengembangan usaha. “Secara nasional KUR tahun 2018 itu totalnya Rp123 triliun, Babel hanya memanfaatkan Rp605,5 miliar,”

    ujar Supendi. Sedangkan di tahun 2019, menurut Supendi, dana KUR baru dimanfaatkan 2.417 UMKM atau baru Rp 115 miliar, padahal anggaran yang dialokasikan Rp140 triliun secara nasional. Disinggung penyebab minimnya pelaku UMKM mengakses

    permodalan melalui KUR, Supendi menilai bisa saja dikarenakan banyak faktor, baik kurangnya pemahaman pelaku usaha

    maupun persyaratan yang ditetapkan perbankan terlalu sulit. Jika, apabila masyarakat mengalami kesulitan terkait agunan ada alternatif lain yakni bantuan Ultra Mikro (UMi) yang bisa diakses melalui lembaga keuangan nonbank, seperti pegadaian

    dengan maksimal pembiayaan Rp. 10 juta.

    Sumber: Rakyatpos.com, 9 April 2019. ber: bgka.t ibunnew s.com 15 juli 2019

    C. Prognosis Realisasi APBN

    Prognosis realisasi APBN 2019 untuk

    komponen penerimaan pajak dan PNBP

    dihitung dengan metode regresi

    menggunakan data realisasi triwulan II

    terhadap realisasi triwulan IV pada empat

    tahun terakhir. Sedangkan untuk

    komponen lainnya, prognosis dihitung

    dengan metode proporsi menggunakan

    data realisasi tahun sebelumnya.

    Pendapatan negara diperkirakan

    terealisasi 131,98 persen yang didukung

    dengan tingginya realisasi pajak terutama

    PPN yang mengalami peningkatan

    signifikan pada triwulan II yaitu mencapai

    181,65 persen dari target. Sementara itu,

    belanja negara diperkirakan terealisasi

    97,33 persen hingga akhir tahun 2019.

    Pola penyerapan belanja pegawai dan

    barang cenderung sama setiap tahun

    sehingga diperkirakan akan terserap

    optimal. Belanja modal diproyeksikan

    terealisasi hingga 94,68 persen, hal ini

    dikarenakan pembayaran atas

    penyelesaian pekerjaan pemerintah,

    mayoritas baru dilakukan pada triwulan III

    dan triwulan IV. Sedangkan DAK Fisik

    Grafik 2.9 Realisasi Penyaluran KUR

    Sumber : OMSPAN (diolah)

  • - 11 -

    Kanwil DJPb Provinsi Bangka Belitung

    Kajian Fiskal Regional Triwulan II-2019

    hingga akhir tahun diperkirakan hanya

    terealisasi pada kisaran 92,27 persen,

    mempertimbangkan nilai DAK Fisik yang

    dipastikan gagal salur.

    III. Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBD

    Sampai dengan triwulan II-2019, surplus

    APBD sebesar Rp885,35 miliar atau turun

    34,14 persen dibandingkan triwulan II-

    2018 yang tercatat sebesar Rp1.344,34

    miliar. Realisasi pendapatan baik secara

    nominal maupun persentasi, turun

    dibandingkan triwulan II-2018 masing-

    masing sebesar 3,74 persen dan 4,61 poin

    persen. Sebaliknya, realisasi belanja

    meningkat baik secara nominal maupun

    persentasi dibandingkan triwulan II-2018,

    masing-masing sebesar 10,81 persen dan

    2,3 poin persen. Dengan realisasi

    pendapatan lebih tinggi dari pada belanja,

    APBD masih tetap terjaga pada posisi

    surplus.

    A. Pendapatan Daerah

    Pendapatan daerah berasal dari pendapatan asli daerah, pendapatan transfer, dan

    pendapatan lainnya.

    1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

    Realisasi PAD pada triwulan II-2019

    mencapai Rp596,79 miliar, turun 14,66

    persen dibandingkan triwulan II-2018.

    Penurunan ini disebabkan turunnya

    Tabel 2.1 Prognosis APBN s.d. akhir 2019 (miliar)

    Tabel 3.1 Realisasi APBD s.d. Triwulan II-2018 dan 2019 (miliar)

    Sumber: Laporan GFS Tw II-2019 dan SIKD (diolah)

    Pagu Realisasi

    TW II % Pagu

    Realisasi

    TW II %

    PENDAPATAN

    PAD 1.543,27 699,32 45,31% 1.530,49 596,79 38,99%

    PENDAPATAN TRANSFER 7.069,80 3.441,16 48,67% 7.490,37 3.400,52 45,40%

    LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH 164,49 12,34 7,50% 339,37 0,04 0,01%

    JUMLAH PENDAPATAN 8.777,56 4.152,82 47,31% 9.360,22 3.997,35 42,71%

    BELANJA 8.422,14 2.491,36 29,58% 8.721,04 2.720,42 31,19%

    TRANSFER PEMERINTAH DAERAH 1.247,36 317,13 25,42% 1.209,11 391,58 32,39%

    JUMLAH BELANJA DAN TRANSFER 9.669,50 2.808,48 29,04% 9.930,15 3.112,00 31,34%

    SURPLUS/DEFISIT (891,94) 1.344,34 -150,72% (569,93) 885,35 -155,34%

    Uraian

    2018 2019

    Keterangan Gambar Museum Timah Muntok, Bangka Barat Merupakan salah satu destinasi penting sejarah perekonomian Babel

  • - 12 -

    Kanwil DJPb Provinsi Bangka Belitung

    Kajian Fiskal Regional Triwulan II-2019

    realisasi beberapa pos penerimaan utama

    pajak daerah seperti pajak bahan bakar

    kendaraan, bea balik nama kendaraan

    bermotor, penerimaan pajak kendaraan

    bermotor, dan penerimaan BPHTB.

    a) Penerimaan Pajak Daerah

    Penerimaan pajak daerah mencapai 39,86

    persen dari target, atau turun 13,85 persen

    dibandingkan triwulan II-2018.

    Berdasarkan porsinya, empat sumber

    utama pajak daerah adalah pajak bahan

    bakar kendaraan dengan

    porsi 19,06 persen, pajak

    kendaraan bermotor 15,73

    persen, bea balik nama

    kendaraan bermotor 14,23

    persen, dan pajak penerangan jalan 13,46

    persen. Turunnya penerimaan pajak

    daerah pada triwulan ini terjadi sebagai

    akibat penurunan pada penerimaan pajak

    bahan bakar kendaraan, bea balik nama

    kendaraan bermotor, penerimaan pajak

    kendaraan bermotor, dan

    BPHTB masing-masing

    sebesar 37 persen, 40

    persen, 30 persen, dan 28

    persen dibandingkan triwulan

    II-2018.

    Tingginya inflasi pada angkutan udara

    sejak Oktober 2018 berdampak pada

    penerimaan daerah.

    Turunnya jumlah

    wisatawan ke Babel

    menyebabkan

    turunnya tingkat

    hunian hotel dan

    penerimaan dari pajak

    hotel. Penerimaan

    pajak hotel triwulan II-

    2019 sebesar 9,03 miliar, atau turun 2,59

    persen dibandingkan 2018. Meskipun

    demikian, terdapat

    pos penerimaan

    yang meningkat

    dibandingkan

    triwulan II-2018,

    yaitu penerimaan

    pajak rokok, pajak

    restoran, dan pajak

    penerangan jalan.

    b) Penerimaan Retribusi Daerah

    Target penerimaan retribusi daerah

    ditetapkan 20,65 persen lebih rendah

    dibandingkan tahun 2018. Realisasi

    sampai dengan triwulan II-2019 sebesar

    Rp33,40 miliar atau naik sebesar 20,82

    persen dibandingkan triwulan II-2018.

    Grafik 3.1 Penerimaan Pajak Daerah (miliar)

    Sumber: Laporan GFS Tw II-2019 dan LRA Pemda (diolah)

    Prov.Babel

    Kab.Bangka

    Kab.BangkaBarat

    Kab.BangkaTengah

    Kab.BangkaSelatan

    KotaPangkalpi

    nang

    Kab.Belitung

    Kab.Belitung

    Timur

    2018 367,11 26,83 12,02 15,58 8,21 35,06 41,94 32,33

    2019 255,71 23,54 8,26 17,29 8,99 41,62 39,03 29,51

    - 100,00 200,00 300,00 400,00

    2018 2019

    “pajak daerah tw II 2019 turun 13,35%

    dibandingkan tw II 2018 “

    Tabel 3.2 Penerimaan Pajak Hotel (miliar)

    Sumber: SIKD (diolah)

    Kab/kotaTw II

    2018

    Tw II

    2019

    Naik

    (Turun)

    Kab. Bangka 0,49 0,48 -2,6%

    Kab. Bangka Barat 0,04 0,04 4,4%

    Kab. Bangka Tengah 2,10 2,18 3,9%

    Kab. Bangka Selatan 0,09 0,10 0,6%

    Kota Pangkalpinang 1,45 2,17 49,3%

    Kab. Belitung 5,03 4,03 -19,9%

    Kab. Belitung Timur 0,07 0,04 -35,4%

    Jumlah 9,27 9,03 -2,59%

  • - 13 -

    Kanwil DJPb Provinsi Bangka Belitung

    Kajian Fiskal Regional Triwulan II-2019

    Berdasarkan pemda, realisasi pendapatan

    retribusi daerah paling besar bersumber

    dari Kab. Bangka Selatan.

    Sedangkan berdasarkan

    jenisnya, retribusi pelayanan

    kesehatan memberikan

    sumbangan terbesar, yaitu

    27,27 persen dari total pendapatan

    retribusi, bahkan retribusi ini mengalami

    kenaikan sebesar 75,67 persen

    dibandingkan triwulan II-2018.

    Peningkatan tertinggi retribusi layanan

    kesehatan terjadi di Bangka Selatan

    sebesar 130 persen dan Bangka Tengah

    sebesar 127 persen sebagai dampak

    beroperasinya RS Pratama Payung dan

    peningkatan kapasitas beberapa

    Puskesmas yang dibiayai

    menggunakan DAK Fisik

    tahun 2018.

    Penerimaan retribusi

    pemakaian kekayaan daerah

    (yang memberikan sumbangan 14 persen)

    juga mengalami kenaikan sebesar 18,37

    persen dibandingkan triwulan II-2018.

    Sedangkan penerimaan retribusi IMB yang

    memiliki porsi 12 persen total dari

    pendapatan retribusi justru turun 7,99

    persen dibandingkan triwulan II-2018.

    c) Penerimaan Daerah Lainnya

    Total realisasi triwulan II-2019 sebesar Rp.

    139,44 miliar (34,68 persen dari target).

    Penerimaan Hasil Pengelolaan Kekayaan

    Daerah yang Dipisahkan memberikan

    kontribusi sebesar Rp35,28 miliar atau

    97,51 persen dari target (naik 5,47 persen

    dari triwulan II-2018). Realisasi

    Penerimaan Lain-Lain Pendapatan Asli

    Daerah yang Sah sebesar Rp104,16 miliar

    (28,47 persen dari target, naik 5,06 persen

    dari triwulan II 2018).

    Prov.Babel

    Kab.Bangka

    Kab.BangkaBarat

    Kab.BangkaTengah

    Kab.BangkaSelatan

    KotaPangkalpi

    nang

    Kab.Belitung

    Kab.Belitung

    Timur

    2018 2,77 4,59 1,34 2,53 3,74 6,57 4,18 1,91

    2019 3,54 5,67 1,10 3,41 7,28 6,30 3,84 2,25

    -

    2,00

    4,00

    6,00

    8,00

    10,002018 2019

    Grafik 3.2 Penerimaan Retribusi Daerah (miliar)

    Sumber: SIKD (diolah)

    Grafik 3.3 Penerimaan Daerah Lainnya (miliar)

    Sumber: SIKD Pemda (diolah)

    Prov. BabelKab.

    Bangka

    Kab.BangkaBarat

    Kab.BangkaTengah

    Kab.BangkaSelatan

    KotaPangkalpin

    ang

    Kab.Belitung

    Kab.Belitung

    Timur

    2018 24,82 8,87 6,88 14,82 8,95 25,50 34,96 7,79

    2019 22,66 12,45 21,48 19,42 10,08 11,69 32,89 14,20

    -

    10,00

    20,00

    30,00

    40,002018 2019

    “retribusi daerah tw II 2019 naik 20,82% dibandingkan tw II

    2018 “

  • - 14 -

    Kanwil DJPb Provinsi Bangka Belitung

    Kajian Fiskal Regional Triwulan II-2019

    Turunnya penerimaan ini salah satunya

    akibat penurunan penerimaan dari

    Pengelolaan Kekayaan Daerah yang

    Dipisahkan dikarenakan pada triwulan II-

    2019 tidak terdapat pembagian dividen

    dari penyertaan modal BUMN

    sebagaimana pada triwulan sebelumnya.

    2. Pendapatan Transfer

    Pendapatan transfer memiliki porsi

    terbesar pada APBD 2019, yaitu sebesar

    80,02 persen, turun

    dibandingkan tahun 2018 yang

    tercatat sebesar 80,54 persen.

    Pada triwulan II-2019, realisasi

    pendapatan transfer sebesar

    45,40 persen, turun dibandingkan triwulan

    II-2018 (48,67 persen).

    Hal tersebut lebih dikarenakan

    terlambatnya penyerapan DAK Fisik tahap

    I sebagai dampak

    ketidaksiapan Pemda dalam

    memenuhi syarat tambahan

    penyaluran DAK Fisik berupa

    Laporan Hasil Reviu APIP atas

    penyerapan dan capaian output DAK Fisik

    tahun sebelumnya.

    B. Belanja Daerah

    1. Belanja Daerah menurut Klasifikasi Jenis Belanja

    Pada triwulan II-2019, persentasi realisasi

    belanja daerah sebesar 31,19 persen,

    atau naik 9,19 persen dibandingkan

    triwulan II-2018 (sebesar 29,58 persen).

    Capaian tersebut di bawah realisasi

    belanja APBN di Babel (39,62 persen) dan

    target penyerapan triwulan II (40 persen).

    Belanja hibah, belanja pegawai, dan

    belanja barang memiliki persentasi

    realisasi tertinggi, meningkat

    dibandingkan triwulan II-2018. Sedangkan

    realisasi belanja modal masih sangat

    rendah meskipun meningkat

    dibandingkan triwulan II-2018. Masih

    seperti tahun-tahun sebelumnya, rata-rata

    pemda baru memulai kegiatan pengadaan

    menjelang akhir triwulan II atau setelah

    perayaan idul fitri.

    68,3%

    91,9%

    94,9%91,8%

    94,8%

    84,0%81,9%

    89,2%

    71,7%

    92,7%

    92,6%91,1%

    94,1% 86,3% 84,2%

    89,0%

    50,0%

    60,0%

    70,0%

    80,0%

    90,0%

    100,0%

    Prov. Babel Kab. Bangka Kab. BangkaBarat

    Kab. BangkaTengah

    Kab. BangkaSelatan

    KotaPangkalpinang

    Kab. Belitung Kab. BelitungTimur

    TW II 2018 TW II 2019

    Grafik 3.4 Rasio Transfer terhadap Pendapatan Daerah

    Sumber: SIKD Pemda (diolah)

    Sumber: SIKD (diolah)

    “80,02% pendapatan

    daerah bersumber dari transfer “

  • - 15 -

    Kanwil DJPb Provinsi Bangka Belitung

    Kajian Fiskal Regional Triwulan II-2019

    2. Belanja Daerah Berdasarkan Klasifikasi Fungsi

    Tiga fungsi dengan realisasi belanja

    terbesar adalah fungsi pelayanan umum,

    fungsi pedidikan, dan fungsi kesehatan.

    Fungsi layanan umum yang terdiri dari

    urusan administrasi pemerintahan, urusan

    keuangan, dan urusan otonomi daerah

    masih merupakan komponen terbesar

    dalam penyerapan

    belanja APBD, yaitu

    sebesar Rp.1.190,28

    miliar (38,25 persen dari

    total realisasi belanja).

    Realisasi belanja fungsi

    pendidikan dan kesehatan masing-masing

    sebesar Rp.786,97 miliar (25,29 persen)

    dan Rp.451,49 miliar (14,51 persen).

    Jika dibandingkan dengan triwulan II-

    2018, seluruh belanja berdasarkan fungsi

    meningkat kecuali belanja fungsi

    pelayanan umum yang turun sebesar

    Rp.94,53 miliar. Realisasi belanja fungsi

    pariwisata sebagai unggulan daerah

    merupakan yang terendah kedua, yaitu

    sebesar Rp.42,93 miliar

    (1,38 persen dari total

    realisasi belanja daerah).

    Sedangkan belanja

    urusan pertanian baru

    terealisasi sebesar

    Rp.49,7 miliar (1,6 persen dari total

    realisasi belanja daerah atau 23 persen

    dari total realisasi belanja fungsi ekonomi).

    Jika dibandingkan dengan alokasi pagu

    setiap fungsi, fungsi keamanan dan

    ketertiban memiliki persentasi penyerapan

    tertinggi, yaitu sebesar 42,69 persen

    sedangkan fungsi perumahan dan fasum

    yang terendah, yaitu 19,44 persen.

    Grafik 3.5 Belanja Daerah Per Jenis Belanja (miliar)

    Sumber: Laporan GFS Tw II-2019 (diolah)

    37,08%34,07%

    28,16%

    38,81%

    29,69%

    13,78%

    0,01%

    0,00%

    5,00%

    10,00%

    15,00%

    20,00%

    25,00%

    30,00%

    35,00%

    40,00%

    45,00%

    -

    200

    400

    600

    800

    1.000

    1.200

    1.400

    1.600

    Pegawai Barang Subsidi Hibah Bansos Modal TakTerdugaRealisasi % Realisasi

    Keterangan Gambar Benteng Toboali, spot sejarah yang dikelola Pemda Basel

    Sumber: Laporan GFS TW II-2019 (diolah)

    Grafik 3.6 Belanja Daerah per Fungsi

    1.190

    67

    215

    39

    258

    451

    43

    787

    61

    - 200 400 600 800 1.000 1.200 1.400

    Pel. Umum

    Kamtib

    Ekonomi

    LH

    Perum dan Fasum

    Kesehatan

    Pariwisata

    Pendidikan

    Perl. Sosial

    Pel. Umum38%

    Kamtib2%

    Ekonomi7%

    LH LH1%

    Perum dan Fasum

    8%

    Kesehatan15%

    Pariwisata2%

    Pendidikan25%

    Perl. Sosial2%

    “alokasi dan realisasi sektor pariwisata

    dan pertanian sebagai ungulan

    daerah masih minim“

  • - 16 -

    Kanwil DJPb Provinsi Bangka Belitung

    Kajian Fiskal Regional Triwulan II-2019

    C. Prognosis Realisasi APBD

    Prognosis realisasi APBD hingga akhir

    tahun 2019 disusun dengan

    menggunakan regresi realisasi APBD

    sampai dengan triwulan II terhadap total

    tahun-tahun sebelumnya. Pendapatan asli

    daerah 2019 diperkirakan turun sebesar

    Rp49,37 miliar atau 3,55 persen dari 2018.

    Pendapatan pemda diperkirakan

    terealisasi 85,30 persen dan belanja

    diperkirakan terealisasi 78,83 persen

    sampai dengan akhir tahun 2019.

    Faktor koreksi dilakukan terhadap pos

    pendapatan transfer berdasarkan kinerja

    triwulan II-2019 berikut:

    a. Diperkirakan realisasi penerimaan DBH

    dan DAK Non Fisik hanya mencapai 97

    persen dan 92 persen dari pagu, hal ini

    mempertimbangkan realisasi 2018 dan

    s.d. triwulan II-2019 yang selalu berada

    di bawah target,

    b. Penerimaan DAK Fisik diproyeksikan

    tidak akan terserap lebih dari 90

    persen, hal ini mempertimbangkan nilai

    DAK Fisik yang teridentifikasi gagal

    salur tahap II dan III,

    c. Sedangkan penerimaan DAU, DID, dan

    Dana Desa dipastikan akan terserap

    seluruhnya hingga akhir 2019.

    IV. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN ANGGARAN KONSOLIDASIAN

    A. Laporan Keuangan Pemerintah Konsolidasian

    Jumlah pendapatan konsolidasian pada

    triwulan II-2019 mengalami kenaikan

    sebesar 42,27 persen dibandingkan

    triwulan II-2018 yang bersumber baik dari

    kenaikan pendapatan perpajakan maupun

    pendapatan bukan pajak. Meskipun

    belanja konsolidasian juga meningkat,

    namun kenaikan pendapatan lebih tinggi

    dibandingkan kenaikan belanja. Kinerja ini

    mendorong defisit konsolidasian turun

    sebesar 15,40 persen dibandingkan

    triwulan II-2018.

    B. Pendapatan Konsolidasian

    Pendapatan konsolidasian triwulan II-2019

    naik 42,27 persen dibandingkan triwulan

    II-2018, bersumber dari kenaikan

    pendapatan perpajakan sebesar 46,74

    persen. Pendapatan pusat menyumbang

    74,81 persen pendapatan konsolidasian.

    Tabel 3.3 Prognosis Realisasi APBD s.d. akhir 2019 (miliar)

    Rp% Realisasi

    Terhadap PaguRp

    % Perkiraan

    Realisasi

    Terhadap Pagu

    Pendapatan 9.360,22 3.997,35 42,71% 7.983,85 85,30%

    PAD 1.530,49 596,79 38,99% 1.341,22 87,63%

    Transfer 7.490,37 3.400,52 45,40% 6.518,69 87,03%

    LLPD 339,37 0,04 0,01% 123,94 36,52%

    Belanja 9.930,15 3.112,00 31,34% 7.827,46 78,83%

    Belanja Pegawai 3.930,98 1.457,65 37,08% 2.851,74 72,55%

    Belanja Barang 2.502,69 852,59 34,07% 2.238,87 89,46%

    Belanja Modal 1.873,39 258,11 13,78% 1.626,10 86,80%

    Belanja Lainnya 1.623,09 543,65 33,49% 1.110,74 68,43%

    Uraian Pagu

    Realisasi s.d. Triwulan II 2019 Perkiraan Realisasi s.d. Triwulan IV

  • - 17 -

    Kanwil DJPb Provinsi Bangka Belitung

    Kajian Fiskal Regional Triwulan II-2019

    1. Analisis Proporsi dan Perbandingan

    Pada triwulan II-2019 pendapatan

    konsolidasian didominasi pendapatan

    perpajakan sebesar Rp2.112,54 miliar,

    terdiri dari pendapatan perpajakan

    pemerintah pusat sebesar 79,93 persen

    dan pendapatan perpajakan pemerintah

    daerah sebesar 20,07 persen. PNBP

    pemerintah pusat dan pemerintah daerah

    masing-masing menyumbang 32,74

    persen dan 67,26 persen dari total PNBP

    konsolidasian.

    2. Analisis Perubahan

    Penerimaan perpajakan konsolidasian

    triwulan II-2019 sebesar Rp2.112,54

    miliar, naik 46,74 persen dibandingkan

    triwulan II-2018. Penerimaan perpajakan

    masih didominasi oleh pajak pusat dengan

    porsi sebesar 79,93 persen.

    Dalam rangka menurunkan tingkat

    ketergantungan terhadap pendapatan

    transfer. Beberapa alternatif yang dapat

    dilakukan untuk meningkatkan PAD antara

    lain:

    1. Fokus pada pembangunan bidang

    pariwisata, dimana bidang tersebut

    sangat terkait dengan banyak sektor

    usaha sumber pajak dan retribusi

    daerah (hotel, restoran, tiket masuk),

    2. Pemutakhiran data wajib pajak (WP)

    PBB serta NJOP tanah dan bangunan

    guna optimalisasi penerimaan PBB dan

    BPHTB,

    3. Percepatan Perda Zonasi guna

    optimalisasi PAD dari wilayah pesisir,

    Tabel 4.1 Pagu dan Realisasi Konsolidasian s.d. Triwulan II-2019 (miliar)

    2018

    Pusat Daerah Konsolidasi Kenaikan Konsolidasi

    Pendapatan Negara 1.772,75 596,86 2.369,62 42,27% 1.665,52

    Pendapatan Perpajakan 1.688,59 423,95 2.112,54 46,74% 1.439,62

    Pendapatan Bukan Pajak 84,16 172,88 257,04 13,79% 225,89

    Hibah - 0,04 0,04 124,27% 0,02

    Transfer - - - - -

    Belanja Negara 1.258,93 3.112,00 4.370,93 8,43% 4.031,19

    Belanja Pemerintah 1.029,63 2.720,42 3.750,06 0,97% 3.714,07

    Transfer 229,29 391,58 620,87 95,78% 317,13

    Surplus/(Defisit) 513,83 (2.515,14) (2.001,31) -15,40% (2.365,67)

    Pembiayaan - 320,18 320,18 -38,32% 519,08

    Penerimaan Pembiayaan Daerah 315,51 315,51 -39,77% 523,83

    Pengeluaran Pembiayaan Daerah 4,67 4,67 -1,66% 4,75

    Sisa Lebih (Kurang) Pembiayaan

    Anggaran 513,83 (2.194,96) (1.681,13) -8,96% (1.846,59)

    Uraian2019

    *) Pengeluaran Transfer Pemerintah Pusat dieliminasi dengan Penerimaan Transfer Pemda

    Sumber: RPA & GFS triwulan II-2019 (diolah)

    Grafik 4.1 Proporsi dan Perbandingan Pendapatan Konsolidasian (miliar)

    Sumber: GFS triwulan II-2019 (diolah)

  • - 18 -

    Kanwil DJPb Provinsi Bangka Belitung

    Kajian Fiskal Regional Triwulan II-2019

    4. Modernisasi pajak daerah melalui

    pemanfaatan teknologi untuk

    memperluas akses, pembayaran online

    (billing system), dan mengurangi

    kebocoran.

    3. Analisis Pertumbuhan Ekonomi terhadap kenaikan realisasi pendapatan konsolidasian

    Pada triwulan II-2019, PDRB Babel

    sebesar Rp19,02 triliun dengan

    pertumbuhan ekonomi 3,49 persen.

    Sedangkan pendapatan konsolidasian

    sebesar Rp2.369,62 miliar atau naik

    sebesar 42,27 persen dibandingkan

    triwulan II-2018. Pertumbuhan ekonomi

    mampu mendorong kenaikan pendapatan

    konsolidasian.

    Meskipun demikian, tingginya inflasi telah

    mendistorsi angka pertumbuhan ekonomi.

    Inflasi telah berdampak bagi turunnya

    penerimaan daerah khususnya dari sektor

    pariwisata. Oleh karena itu, pemerintah

    daerah harus lebih serius dalam

    menciptakan sumber-sumber penerimaan

    baru berbasis teknologi dan ekonomi

    unggulan daerah dengan tetap

    menjadikan langkah

    pengendalian inflasi sebagai

    perhatian utama karena sangat

    terkait erat dengan indikator

    perekonomian lainnya.

    C. Belanja Konsolidasian

    1. Analisis Proporsi dan Perbandingan

    Belanja konsolidasian pada

    triwulan II-2019 sebesar

    Rp4.370,93 miliar, terdiri

    dari 28,80 persen belanja

    pemerintah pusat dan 71,20

    persen belanja pemda.

    Beberapa kegiatan DAK

    Fisik yang dipastikan gagal

    salur tahap II dan III

    merupakan salah satu

    penyebab rendahnya realisasi belanja

    pemerintah daerah pada triwulan II-2019.

    Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan

    alokasi belanja transfer belum mampu

    diimbangi dengan peningkatan kinerja

    penyerapan dana tersebut oleh pemda.

    Grafik 4.2 Perbandingan Penerimaan

    Pajak Konsolidasian (miliar)

    Sumber: GFS Tw II-2019 (diolah)

    Uraian 2018 2019 Kenaikan

    Penerimaan Perpajakan 1.439,62 2.112,54 46,7%

    PNBP 225,89 257,04 13,8%

    Total 1.665,51 2.369,58 42,3%

    PDRB/Pert.Ekonomi 4,50 3,49

    Tabel 4.2 Realisasi Pendapatan Konsolidasian (miliar)

    Sumber: GFS Tw II-2019 (diolah)

    Grafik 4.3 Proporsi dan Perbandingan Belanja Konsolidasian (miliar)

    Sumber: GFS triwulan II-2019 (diolah)

    BelanjaPegawai

    BelanjaBarang

    BelanjaSubsidi

    BelanjaHibah

    BelanjaBantuan

    Sosial

    BelanjaModal

    BelanjaTidak

    TerdugaTransfer

    Pusat 458,06 501,34 - - 2,05 68,18 - 229,29

    Daerah 1.457,6 852,59 0,57 149,64 1,86 258,11 0,00 391,58

    0,00200,00400,00600,00800,00

    1.000,001.200,001.400,001.600,00

  • - 19 -

    Kanwil DJPb Provinsi Bangka Belitung

    Kajian Fiskal Regional Triwulan II-2019

    2. Analisis Perubahan

    Belanja pegawai merupakan komponen

    terbesar meskipun porsinya turun

    dibandingkan triwulan II-2018, begitu juga

    pada porsi belanja modal. Ke depan,

    pemerintah daerah perlu meningkatkan

    porsi belanja bagi investasi produktif yang

    diarahkan bagi pembentukan sumber-

    sumber pertumbuhan ekonomi baru,

    pengendalian inflasi, dan sumber

    penerimaan daerah sesuai dengan potensi

    yang dimiliki, antara lain di sektor

    perikanan dan kelautan, pariwisata, dan

    perkebunan.

    D. Analisis Kontribusi Pemerintah terhadap PDRB

    Berikut adalah ringkasan Laporan

    Operasional sebagai salah satu komponen

    Laporan Statistik Keuangan Pemerintah

    Lingkup Babel triwulan II-2019. Kontribusi

    Pemerintah terhadap PDRB dari Belanja

    Pemerintah dihitung dengan cara

    membandingkan nilai Pengeluaran

    Konsumsi Pemerintah dengan PDRB.

    Sedangkan kontribusi Pemerintah

    terhadap PDRB dari Investasi dihitung dari

    perbandingan nilai PMTB dibagi dengan

    PDRB.

    Dari tabel laporan operasional dan data

    BPS dapat diketahui bahwa:

    1. Pengeluaran konsumsi pemerintah

    sebesar Rp4.253,77 miliar

    2. Pembentukan Modal Tetap Bruto

    (PMTB) sebesar Rp326,30 miliar

    3. PDRB Triwulan II-2019 sebesar

    Rp19,02 triliun.

    Berdasarkan data tersebut, dapat

    diketahui kontribusi pengeluaran

    pemerintah terhadap PDRB sebesar 22,34

    persen. Sedangkan nilai investasi

    pemerintah yang dicerminkan dari PMTB

    terhadap PDRB sebesar 1,72 persen.

    Peranan konsumsi pemerintah relatif

    memiliki efek jangka waktu yang lebih

    pendek dalam perekonomian

    dibandingkan dengan investasi terutama

    pengadaan aset tetap. Pada triwulan II-

    2019, kondisi perekonomian tumbuh

    sebesar 3,49 persen dibandingkan

    triwulan II-2018 yang sebesar 4,50 persen.

    Hal ini didukung oleh tumbuhnya hampir

    semua komponen pengeluaran. Maka dari

    itu, dengan perekonomian yang cukup

    Grafik 4.4 Komposisi Belanja Konsolidasian Triwulan II-2018 dan 2019 (miliar)

    Sumber: GFS triwulan II-2019 (diolah)

    Belanja Pegawai; 1.671,80

    Belanja Barang; 1.156,33

    Belanja Subsidi; 0,08

    Belanja Hibah; 292,22

    Belanja Bansos; 3,57

    Belanja Modal; 587,48

    Belanja Tidak Terduga;

    2,57 Transfer;

    317,13

    Triwulan II-2018

    Belanja Pegawai; 1.915,70

    Belanja Barang; 1.353,93

    Belanja Subsidi; 0,57

    Belanja Hibah; 149,64

    Belanja Bansos;

    3,92

    Belanja Modal; 326,30

    Belanja Tidak Terduga;

    0,00 Transfer;

    620,87

    Triwulan II-2019

    Sumber: Kemenkeu dan Pemda (diolah)

  • - 20 -

    Kanwil DJPb Provinsi Bangka Belitung

    Kajian Fiskal Regional Triwulan II-2019

    baik, kontribusi Pemerintah dari investasi

    sebesar 1,72 persen diharapkan dapat

    meningkatkan pertumbuhan ekonomi

    pada masa yang akan datang.

    V. BERITA/ISU FISKAL REGIONAL TERPILIH

    “PENGENDALIAN STABILITAS INFLASI DAGING SAPI MELALUI INTEGRASI SAPI-

    SAWIT (2S)”

    A. Inflasi Daging Sapi dan Program 2S

    Data BI tahun 2016 menunjukkan bahwa

    daging sapi menjadi salah satu

    penyumbang inflasi kelompok bahan

    makanan di Babel, yaitu sebesar 0,54

    persen. Kurangnya kemampuan

    menyediakan daging sapi lokal

    menyebabkan kelangkaan yang

    mendorong terjadinya inflasi daging sapi.

    Dinas Pertanian Provinsi Babel mencatat

    hingga tahun 2018 populasi sapi di Babel

    sebanyak 13.760 ekor dengan komposisi

    sapi potong sekitar 11 ribu dan sisanya

    adalah betina tidak untuk dipotong.

    Sementara kebutuhan daging sapi

    mencapai 1.341 ton per tahun setara

    dengan 15.556 ekor sapi. Oleh karena itu

    untuk memenuhi kebutuhan sapi tersebut,

    sebanyak 95 persen sapi didatangkan dari

    luar daerah seperti Lampung, Jawa Timur

    dan NTB.

    Melalui Perda Nomor 19 Tahun 2017

    tentang Penataan Usaha Perkebunan

    Kelapa Sawit, Gubernur menginstruksikan

    program integrasi Sawit-Sapi, yaitu

    penyatuan usaha budidaya sapi pedaging

    pada lahan perkebunan kelapa sawit.

    Implementasinya dilakukan dengan

    memelihara sapi paling sedikit 1 ekor per

    10 hektar dan paling banyak 2 ekor per 1

    hektar. Integrasi ini untuk memanfaatkan

    limbah sawit (pelepah sawit dan

    rumput/gulma di area perkebunan)

    sebagai pakan sapi dan memanfatkan

    kotoran sapi sebagai pupuk, bio urine, dan

    biogas. Namun pada tataran pelaksanaan,

    saat ini integrasi sawit sapi seakan jalan di

    tempat, belum menunjukkan progress

    yang berarti.

    Pendapatan: 7.290,44

    a. Pajak 2.164,74

    b. Kontribusi sosial -

    c. Hibah 202,92

    d. Pendapatan lain 4.922,77

    Beban: 4.253,77

    a. Kompensasi pegawai 1.915,82

    b. Penggunaan barang dan jasa 1.320,60

    c. Konsumsi aset tetap -

    d. Bunga -

    e. Subsidi 0,57

    f. Hibah 878,53

    g. Manfaat sosial 3,92

    h. Beban Lainnya 134,33

    Keseimbangan operasi bruto/neto 3.036,66

    Transaksi Aset Non Keuangan Neto 326,30

    a. Aset tetap 322,08

    b. Persediaan -

    c. Barang berharga -

    d. Aset non produksi 4,22

    Net Lending/Borrowing 2.710,36

    Transaksi yang mempengaruhi kekayaan neto

    Tabel 4.3 Transaksi yang Mempengaruhi Kekayaan Netto (miliar)

    Keterangan Gambar Wisma Ranggam, tempat pengasingan para menteri Kabinet Soekarno

  • - 21 -

    Kanwil DJPb Provinsi Bangka Belitung

    Kajian Fiskal Regional Triwulan II-2019

    B. Integrated Farming Desa Sekar Biru

    Kelompok Tani (Poktan) Makmur, Desa

    Sekar Biru, Kecamatan Parittiga, Kab.

    Bangka Barat, sebagai salah satu Poktan

    binaan Bank Indonesia saat ini telah

    mampu mengembangkan budidaya sapi.

    Mulai dari formulasi pakan, penggemukan

    sapi, percepatan masa sapih sapi,

    optimalisasi limbah sapi menjadi pupuk

    untuk pertanian dan perikanan (pertanian

    terintegrasi –integrated farming). Poktan

    Makmur telah memiliki bangsal kompos,

    demplot pertanian dan Minilab Microbacter

    Alfaafa 11 (MA11) yang terbukti lebih

    cepat proses fermentasi bahan kompos

    padat (fases ternak) hanya 1x24 jam dan

    bahan lainnya untuk kebutuhan pertanian

    secara organik.

    Desa Sekar Biru dapat dikatakan

    prototype pertanian terintegrasi. Saat ini

    limbah sawit (pelepah sawit) digunakan

    sebagai pakan sapi, sebaliknya limbah

    sapi (kotoran) diolah menjadi pupuk yang

    dibutuhkan perkebunan (sawit, lada,

    durian dsb) dan pertanian (cabai, bawang,

    sayur). Desa ini mampu menyulap lahan

    eks tambang timah menjadi lahan tanam

    sayuran dan pakan sapi yang subur.

    Inflasi Bahan makanan

    Pertumbuhan ekonomi (PDRB)

    Kemiskinan Pengangguran

    Sawit Sapi

    Produktivitas Sahang/Sayuran/

    Sawah

    Produktivitas lahan eks tambang timah

    Sahang/Sayuran/ Sawah

    Limbah sawit

    Pakan

    Kotoran Sapi/Pupuk

    Penyiangan

    Lingkungan

    Efisiensi Pakan dan Pupuk

    Produktivitas sawit

    Kebutuhan daging sapi

    Gambar 5.1 Skema Integrasi Sapi-Sawit

  • - 22 -

    Kanwil DJPb Provinsi Bangka Belitung

    Kajian Fiskal Regional Triwulan II-2019

    C. Potensi Terpendam 2S

    Berkaca dari suksesnya Desa Sekar Biru,

    apabila dikembangkan di seluruh Babel

    tentunya ketersediaan daging sapi

    bukanlah sebuah mimpi. Produktivitas

    sawit dan perkebunan

    lainnya seperti lada dan

    sayuran akan meningkat

    dengan biaya yang dapat

    ditekan melalui

    penghematan biaya

    pupuk.

    Kebijakan Pemda telah

    ditetapkan melalui Perda

    menjadi dasar untuk

    mendorong pemilik

    perkebunan guna

    merealisasikan integrasi

    sapi- sawit.

    Desa Sekar Biru sebagai

    benchmark telah nyata

    ada dan berhasil di

    Babel. Biaya pelatihan

    maupun studi banding

    menjadi lebih terjangkau

    karena tidak perlu ke luar

    Babel. Dengan kehadiran

    minilab MA 11

    diharapkan dapat

    mendukung

    pengembangan sektor pertanian di Babel

    baik itu hortikultura (cabai, bawang, sayur)

    perkebunan (lada, sawit durian dsb)

    perikanan (lele, patin dsb), dan peternak

    (sapi, ayam dsb).

    Meskipun skala produksi Minilab masih

    terbatas namun dengan dukungan

    berbagai pihak terutama pemerintah

    diharapkan mampu menaikkan

    produktivitas. Sosialisasi program dan

    penegakan peraturan dari Pemda masih

    kurang terbukti dari belum berjalannya

    Perda yang telah

    ditetapkan sejak 2017.

    Data Ditjen Perkebunan

    menyebutkan bahwa luas

    lahan sawit di Babel

    211.082 Hektar. Artinya

    jika Perda dijalankan

    minimal 21.100 sapi

    dapat dibudidayakan

    untuk satu periode

    bersamaan.

    Kebutuhan daging dapat

    dicukupi dari Babel tanpa

    harus mendatangkan dari

    luar Babel bahkan

    melebihi kebutuhan yang

    diperlukan. Adanya

    pengolahan pakan dari

    limbah sawit akan

    memangkas biaya

    produksi. Pengolahan

    limbah sapi dengan lebih

    cepat akan menjamin

    kecukupan kebutuhan

    pupuk di sektor

    perkebunan dan pertanian. Hal ini tentu

    menekan biaya yang dikeluarkan untuk

    pupuk karena telah tersedia di Babel.

    Secara lebih luas lagi, akan menghemat

    pengeluaran pemerintah berupa subsidi

    pupuk.

    Melihat kekuatan dan peluang di atas,

    harapan untuk menjadikan Babel

  • - 23 -

    Kanwil DJPb Provinsi Bangka Belitung

    Kajian Fiskal Regional Triwulan II-2019

    swasembada daging sapi terbuka. Adapun

    kelemahan atau tantangan dapat

    diupayakan penyelesaiannya dengan

    sinerginya Pemda dan stakeholder terkait.

    D. Dukungan Fiskal untuk Ternak Sapi

    Dukungan pemerintah terhadap

    peningkatan produktivitas ternak sapi di

    Babel masih sangat minim, hal ini terlihat

    dari pagu Dinas Pertanian Provinsi Babel

    tahun 2019, proporsi anggaran yang

    diperuntukkan sektor peternakan masih

    cukup kecil yaitu Rp1,91 miliar. Meningkat

    63,84 persen dari pagu sektor peternakan

    tahun 2018. Nilai pagu yang dialokasikan

    ke sektor peternakan masih sangat kecil

    jika dibandingkan dengan sektor pertanian

    dan perkebunan. Hal ini dikarenakan

    sektor peternakan dianggap bukan

    komoditas prioritas seperti lada yang

    memang sudah mendunia, tetapi hanya

    untuk memenuhi kebutuhan daging lokal.

    Selain dengan alokasi anggaran untuk

    Dinas Pertanian, fungsi fiskal duna

    mendukung integrasi sapi sawit dapat

    dilakukan melalui:

    a. Kebijakan alokasi DAK Fisik yang lebih

    besar untuk kegiatan yang mendukung

    pengembangan integrasi sawit sapi

    seperti untuk pembangunan jalan guna

    memperlancar distribusi pakan, pupuk

    dan pemasaran hasil farming,

    pembangunan kandang ternak,

    pembangunan laboratorium baru.

    b. Dana Desa dapat dioptimalkan untuk

    usaha ekonomi produktif difokuskan

    pada pembentukan dan

    pengembangan produk unggulan

    seperti sawit dan sapi.

    c. Penyaluran KUR dan Pembiayaan UMi

    lebih diprioritaskan untuk UMKM sektor

    ternak sapi sehingga mendukung

    peningkatan populasi sapi di Babel.

    Grafik 5.1 Dukungan Fiskal Pemerintah

    Sumber: GFS triwulan II-2019

  • Lampiran I

    Pagu Realisasi % Pagu Realisasi %

    PENDAPATAN

    PAD 1.543,27 699,32 45,31% 1.530,49 596,79 38,99%

    Pajak Daerah 1.003,73 539,08 53,71% 1.063,72 423,95 39,86%

    Retribusi Daerah 81,55 27,64 33,90% 64,71 33,40 51,61%

    Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan 38,70 33,45 86,45% 36,18 35,28 97,51%

    Lain-Lain PAD yang Sah 419,29 99,14 23,65% 365,87 104,16 28,47%

    PENDAPATAN TRANSFER 7.069,80 3.441,16 48,67% 7.490,37 3.400,52 45,40%

    Transfer - Dana Perimbangan 6.467,00 3.258,55 50,39% 6.792,93 3.162,06 46,55%

    Dana Bagi Hasil Pajak / Bukan Pajak 719,62 248,79 34,57% 883,10 358,83 40,63%

    Dana Alokasi Umum 4.263,15 2.486,06 58,32% 4.447,67 2.504,74 56,32%

    Dana Alokasi Khusus 1.484,24 523,70 35,28% 1.462,16 298,49 20,41%

    Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya 275,34 182,61 66,32% 319,57 238,46 74,62%

    Dana Otonomi Khusus - - - - - -

    Dana Penyesuaian 109,39 4,00 - 109,22 5,14 4,71%

    Lainnya 165,95 178,61 107,63% 210,35 233,32 110,92%

    Transfer Pemerintah Provinsi 274,83 - 0,00% 279,80 - 0,00%

    Pendapatan Bagi Hasil Pajak 274,83 0,00% 279,80 - -

    Pendapatan Bagi Hasil Lainnya - - - - -

    Transfer Bantuan Keuangan 52,63 - 0,00% 98,07 - 0,00%

    Bantuan Keuangan dari Pemerintah Prov./Kabupaten/Kota Lainnya 52,63 0,00% 98,07 -

    LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH 164,49 12,34 7,50% 339,37 0,04 0,01%

    Pendapatan Hibah 95,65 0,02 0,02% 243,33 0,04 0,02%

    Pendapatan Dana Darurat - - - - - -

    Pendapatan Lainnya 68,85 12,32 17,90% 96,04 - 0,00%

    JUMLAH PENDAPATAN 8.777,56 4.152,82 47,31% 9.360,22 3.997,35 42,71%

    BELANJA 8.422,14 2.491,36 29,58% 8.721,04 2.720,42 31,19%

    Belanja Pegawai 3.681,49 1.260,35 34,23% 3.930,98 1.457,65 37,08%

    Belanja Barang 2.454,53 707,13 28,81% 2.502,69 852,59 34,07%

    Belanja Bunga - - - - - -

    Belanja Subsidi 1,36 0,08 6,03% 2,03 0,57 28,16%

    Belanja Hibah 537,74 292,22 54,34% 385,60 149,64 38,81%

    Belanja Bantuan Sosial 7,66 2,09 27,36% 6,27 1,86 29,69%

    Belanja Bantuan Keuangan - - - - - -

    Belanja Modal 1.712,19 226,91 13,25% 1.873,39 258,11 13,78%

    Belanja Tidak Terduga 27,17 2,57 9,47% 20,08 0,00 0,01%

    TRANSFER PEMERINTAH DAERAH 1.247,36 317,13 25,42% 1.209,11 391,58 32,39%

    Transfer/Bagi Hasil ke Desa 350,96 1,82 0,52% 409,80 48,68 11,88%

    Transfer Bagi Hasil Pajak Daerah 350,96 1,55 0,44% 409,80 48,47 11,83%

    Transfer Bagi Hasil Pendapatan Lainnya - 0,28 - - 0,21 -

    Transfer Bantuan Keuangan 896,40 315,31 35,17% 799,31 342,90 42,90%

    Transfer Bantuan Keuangan - - - - - -

    Transfer Bantuan Keuangan Lainnya 896,40 315,31 35,17% 799,31 342,90 42,90%

    JUMLAH BELANJA DAN TRANSFER 9.669,50 2.808,48 29,04% 9.930,15 3.112,00 31,34%

    SURPLUS/DEFISIT (891,94) 1.344,34 -150,72% (569,93) 885,35 -155,34%

    Uraian TW II 2018 TW II 2019

    Realisasi APBD Lingkup Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

    s.d. Triwulan II Tahun 2018 dan Tahun 2019 (dalam Miliar Rupiah)

  • Lampiran II

    Output Minitab Prognosis APBN : Regression Analysis: Pajak versus Q2

    The regression equation is

    Pajak = 1461 + 0,598 Q2

    Predictor Coef SE Coef T

    P

    Constant 1461,02 65,42 22,33

    0,002

    Q2 0,59797 0,08795 6,80

    0,021

    S = 40,4695 R-Sq = 95,9% R-Sq(adj)

    = 93,8%

    Analysis of Variance

    Source DF SS MS F

    P

    Regression 1 75714 75714 46,23

    0,021

    Residual Error 2 3276 1638

    Total 3 78989

    Regression Analysis: PNBP versus Q2 The regression equation is

    PNBP = 48,7 + 1,51 Q2

    Predictor Coef SE Coef T P

    Constant 48,67 15,28 3,19 0,086

    Q2 1,5099 0,2705 5,58 0,031

    S = 9,02220 R-Sq = 94,0% R-Sq(adj)

    = 91,0%

    Analysis of Variance

    Source DF SS MS

    F P

    Regression 1 2536,5 2536,5

    31,16 0,031

    Residual Error 2 162,8 81,4

    Total 3 2699,3

    Regression Analysis: Belanja Barang versus Q2 The regression equation is

    Belanja Barang = 660 + 1,04 Q2

    Predictor Coef SE Coef T P

    Constant 659,8 210,2 3,14 0,088

    Q2 1,0394 0,6373 1,63 0,244

    S = 100,539 R-Sq = 57,1% R-Sq(adj)

    = 35,6%

    Analysis of Variance

    Source DF SS MS F

    P

    Regression 1 26885 26885 2,66

    0,244

    Residual Error 2 20216 10108

    Total 3 47101

    Regression Analysis: Belanja Modal versus Q2 The regression equation is

    Belanja Modal = 1353 - 3,61 Q2

    Predictor Coef SE Coef T

    P

    Constant 1353,0 230,4 5,87

    0,028

    Q2 -3,606 1,246 -2,89

    0,102

    S = 78,9366 R-Sq = 80,7% R-Sq(adj)

    = 71,1%

    Analysis of Variance

    Source DF SS MS F

    P

    Regression 1 52196 52196 8,38

    0,102

    Residual Error 2 12462 6231

    Total 3 64658

  • Output Minitab Prognosis APBD :

    Regression Analysis: Pendapatan versus C1 The regression equation is

    Pendapatan = 8571 - 0,156 C1

    Predictor Coef SE Coef T

    P

    Constant 8571 1811 4,73

    0,133

    C1 -0,1563 0,4679 -0,33

    0,795

    S = 244,574 R-Sq = 10,0% R-Sq(adj)

    = 0,0%

    Analysis of Variance

    Source DF SS MS F

    P

    Regression 1 6676 6676 0,11

    0,795

    Residual Error 1 59816 59816

    Total 2 66492

    Regression Analysis: PAD versus C3 The regression equation is

    PAD = 1420 - 0,132 C3

    Predictor Coef SE Coef T

    P

    Constant 1419,9 409,3 3,47

    0,179

    C3 -0,1325 0,6869 -0,19

    0,879

    S = 122,286 R-Sq = 3,6% R-Sq(adj) =

    0,0%

    Analysis of Variance

    Source DF SS MS F

    P

    Regression 1 556 556 0,04

    0,879

    Residual Error 1 14954 14954

    Total 2 15510

    Regression Analysis: Transfer versus C5 The regression equation is

    Transfer = 7226 - 0,208 C5

    Predictor Coef SE Coef T

    P

    Constant 7226 1401 5,16

    0,122

    C5 -0,2077 0,4308 -0,48

    0,714

    S = 214,274 R-Sq = 18,9% R-Sq(adj)

    = 0,0%

    Analysis of Variance

    Source DF SS MS F

    P

    Regression 1 10674 10674 0,23

    0,714

    Residual Error 1 45913 45913

    Total 2 56588

    Regression Analysis: LLPD versus C7 The regression equation is

    LLPD = 124 - 1,59 C7

    Predictor Coef SE Coef T

    P

    Constant 124,28 92,58 1,34

    0,408

    C7 -1,592 1,874 -0,85

    0,552

    S = 121,149 R-Sq = 41,9% R-Sq(adj)

    = 0,0%

    Analysis of Variance

    Source DF SS MS F

    P

    Regression 1 10591 10591 0,72

    0,552

    Residual Error 1 14677 14677

    Total 2 25268

    Regression Analysis: Belanja versus C9 The regression equation is

    Belanja = 4071 + 1,31 C9

    Predictor Coef SE Coef T P

    Constant 4071 2106 1,93 0,304

    C9 1,3058 0,7758 1,68 0,341

    S = 388,435 R-Sq = 73,9% R-Sq(adj)

    = 47,8%

    Analysis of Variance

    Source DF SS MS

    F P

    Regression 1 427400 427400

    2,83 0,341

    Residual Error 1 150882 150882

  • Total 2 578281

    Regression Analysis: Belanja Pegawai versus C11 The regression equation is

    Belanja Pegawai = 1948 + 0,62 C11

    Predictor Coef SE Coef T P

    Constant 1948 1446 1,35 0,406

    C11 0,624 1,044 0,60 0,657

    S = 183,847 R-Sq = 26,3% R-Sq(adj)

    = 0,0%

    Analysis of Variance

    Source DF SS MS F

    P

    Regression 1 12090 12090 0,36

    0,657

    Residual Error 1 33800 33800

    Total 2 45889

    Regression Analysis: Belanja Barang versus C13 The regression equation is

    Belanja Barang = 2857 - 0,725 C13

    Predictor Coef SE Coef T

    P

    Constant 2857,3 432,6 6,60

    0,096

    C13 -0,7252 0,5736 -1,26

    0,426

    S = 174,177 R-Sq = 61,5% R-Sq(adj)

    = 23,0%

    Analysis of Variance

    Source DF SS MS F

    P

    Regression 1 48504 48504 1,60

    0,426

    Residual Error 1 30338 30338

    Total 2 78841

    Regression Analysis: Belanja Modal versus C15 The regression equation is

    Belanja Modal = 1257 + 1,43 C15

    Predictor Coef SE Coef T P

    Constant 1256,9 828,8 1,52 0,371

    C15 1,426 2,675 0,53 0,688

    S = 256,135 R-Sq = 22,1% R-Sq(adj)

    = 0,0%

    Analysis of Variance

    Source DF SS MS F

    P

    Regression 1 18645 18645 0,28

    0,688

    Residual Error 1 65605 65605

    Total 2 84250

    Regression Analysis: Belanja Lainnya versus C17 The regression equation is

    Belanja Lainnya = 404 + 1,30 C17

    Predictor Coef SE Coef T P

    Constant 404,3 131,9 3,06 0,201

    C17 1,3020 0,3564 3,65 0,170

    S = 149,847 R-Sq = 93,0% R-Sq(adj)

    = 86,1%

    Analysis of Variance

    Source DF SS MS

    F P

    Regression 1 299603 299603

    13,34 0,170

    Residual Error 1 22454 22454

    Total 2 322057

  • - 24 -

    Kanwil DJPb Babel

    Kajian Fiskal Regional Triwulan II-2019

    Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Babel Jalan Sungai Selan No. 91,

    Telp. 0717-433405, 435106 Faksimili 0717-435802 Pangkalpinang 33135