-
Triwulan II
Penyusun: Penanggung Jawab: Supendi I Ketua Tim: Budiman I Anggota: Wahyu Budiarso I Zuhdi Eka Nurokhman I Yumi Gantika I Tyas Ayu Prasanti I Suryati
Provinsi Babel
KEMENTERIAN KEUANGAN
DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN
-
ii
Kanwil DJPb Provinsi Bangka Belitung
Kajian Fiskal Regional Triwulan II-2019
Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa
karena rahmat dan karunia-Nya, Kajian Fiskal Regional
(KFR) Triwulan II-2019 Provinsi Bangka Belitung
dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
KFR sebagai salah satu output pelaksanaan tugas
dan fungsi Kanwil DJPb disusun untuk memotret dan
menganalisis perkembangan ekonomi dan fiskal
serta pengaruhnya terhadap pembangunan
di Provinsi Bangka Belitung.
KFR ini merupakan wujud terjalinnya sinergi antara
Kementerian Keuangan, Pemerintah Daerah,
Bank Indonesia, dan Badan Pusat Statistik di lingkup
Provinsi Bangka Belitung dalam memberikan data
dan bahan analisis sehingga diperoleh pemahaman
yang menyeluruh terhadap perkembangan ekonomi dan fiskal
di Provinsi Bangka Belitung. Untuk itu kami mengucapkan
banyak terima kasih kepada para pihak tersebut,
semoga sinergi yang telah terjalin dapat tetap berlanjut.
Kami sadari KFR ini masih terdapat banyak kekurangan.
Untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan
bagi perbaikan kajian selanjutnya.
Harapan kami semoga kajian ini dapat digunakan sebagai masukan
dalam proses penyusunan kebijakan fiskal,
baik pemerintah pusat maupun daerah sehingga dapat memberikan
kemanfaatan optimal bagi masyarakat di Provinsi Bangka Belitung.
Pangkalpinang, Agustus 2019
Kepala Kantor Wilayah
Supendi
-
iii
Kajian Fiskal Regional Triwulan II-2019
Kanwil DJPb Provinsi Bangka Belitung
Daftar Isi
PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL
A. Produk Domestik Regional Bruto
B. Inflasi
C. Indikator Kesejahteraan
1. Tingkat Pengangguran Terbuka
2. Tingkat Kemiskinan
1
1
2
2
3
PERKEMBANGAN DAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBN
A. Pendapatan Negara
1. Penerimaan Perpajakan
2. Penerimaan Negara Bukan Pajak
B. Belanja Negara
1. Belanja Pemerintah Pusat
2. Transfer ke Daerah
3. Pengelolaan BLU
4. Manajemen Investasi Pusat
C. Prognosis Realisasi APBN
4
5
6
6
6
7
8
9
10
PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBD
A. Pendapatan Daerah
1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
2. Pendapatan Transfer
B. Belanja Daerah
1. Belanja Daerah Menurut Jenis Belanja
2. Belanja Daerah Berdasarkan Klasifikasi Fungsi
C. Prognosis Realisasi APBD
11
11
14
14
14
15
16
PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN ANGGARAN KONSOLIDASIAN
A. Laporan Keuangan Pemerintah Konsolidasian
B. Pendapatan Konsolidasian
1. Analisis Proporsi dan Perbandingan
2. Analisis Perubahan
3. Analisis Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Kenaikan
Realisasi Pendapatan Konsolidasian
C. Belanja Konsolidasian
1. Analisis Proporsi dan Perbandingan
2. Analisis Perubahan
D. Analisis Kontribusi Pemerintah Dalam PDRB
16
16
17
17
18
18
18
19
19
BERITA FISKAL REGIONAL TERPILIH
A. Inflasi Daging Sapi dan Program 2S
B. Integrated Farming Desa Sekar Biru
C. Potensi Terpendam 2S
D. Dukungan Fiskal untuk Ternak Sapi
20
21
22
23
-
- 1 -
Kanwil DJPb Provinsi Bangka Belitung
Kajian Fiskal Regional Triwulan II-2019
I. Perkembangan dan Analisis Ekonomi Regional
A. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
PDRB Babel triwulan II-2019 (YoY) yang
diukur atas dasar harga berlaku (ADHB)
mencapai Rp19,02 triliun dan atas dasar
harga konstan (ADHK) 2010 mencapai
Rp13,52 triliun. PDRB Babel
memberikan kontribusi
sebesar 2,23 persen terhadap
PDRB Pulau Sumatera.
Perekonomian Babel tumbuh
sebesar 3,49 persen (hanya
lebih tinggi dari Riau), melambat dibanding
triwulan II-2018 yang tercatat 4,5 persen.
Jauh di bawah pertumbuhan ekonomi
Sumatera yang mencapai 4,62 persen dan
nasional yang mencapai 5,05 persen.
Dari sisi produksi, penyumbang terbesar
pertumbuhan adalah lapangan usaha
pertanian 0,93 persen, konstruksi 0,62
persen, administrasi pemerintahan dan
perdagangan masing-masing
0,55 persen. Sementara dari
sisi pengeluaran,
pertumbuhan bersumber dari
Komponen Pengeluaran
Konsumsi Rumah Tangga
yang menyumbang 2,21 persen; diikuti
komponen Pembentukan Modal Tetap
Bruto sebesar 1,74 persen; sementara
komponen-komponen lainnya sebesar
minus 1,81 persen.
Beberapa peristiwa nasional dan
internasional yang ikut mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi triwulan II-2019
antara lain, turunnya produksi smelter
timah, pilpres 2019, puasa dan hari raya
idul fitri, serta even olahraga kejuaraan
nasional wushu, babel run dan Sungailiat
triathlon.
B. Inflasi
Inflasi pada triwulan II-2019 (YoY) sebesar
3,69 persen atau naik 1,14 poin persen
dibandingkan triwulan II-2018 yang
tercatat pada angka 2,55 persen dan naik
0,98 poin persen dibandingkan triwulan I
2019 yang mencapai 2,71 persen. Angka
inflasi triwulan II-2019 (YoY) lebih tinggi
dibandingkan inflasi nasional yang tercatat
sebesar 3,28 persen.
“Ekonomi Babel Tw II 2019 tumbuh
3,49%, melambat dibandingkan Tw
II 2018 yang tercatat 4,5%”
Grafik 1.1 Pertumbuhan Ekonomi 2019 (YoY)
Keterangan Gambar Aktivitas petani di kebun lada, Kec. Simpang Katis, Kab. Bateng
0
1
2
3
4
5
6
7
8
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2017 2018 2019
Babel Nasional
Sumber : BPS Prov. Babel (diolah)
-
2
Kanwil DJPb Provinsi Bangka Belitung
Kajian Fiskal Regional Triwulan II-2019
Kelompok pengeluaran
dengan inflasi tertinggi
adalah kelompok bahan
makanan (5,72 persen);
kelompok makanan jadi
(4,26 persen); serta kelompok pendidikan
(3,94 persen). Beberapa event yang
mendorong kenaikan harga pada triwulan
II-2019 yaitu, pelaksanaan pilpres, puasa
dan hari raya idul fitri, liburan sekolah, dan
dimulainya tahun ajaran baru.
Angkutan udara dan bahan makanan
(terutama komoditas ikan serta sayur)
adalah kelompok
pengeluaran yang secara
konsisten menjadi sumber
pendorong inflasi selama
semester I 2019. Pemerintah
telah berusaha menurunkan tekanan
inflasi melalui operasi pasar selama bulan
puasa dan menetapkan kebijakan
penurunan tarif batas atas (TBA) angkutan
udara sebesar 12 s.d. 16 persen.
Meskipun demikian, upaya yang kedua ini
belum cukup efektif dalam mengendalikan
inflasi yang berasal dari angkutan udara.
“Daerah Kepulauan, Ikan Justru Picu Inflasi di Babel”
Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Kep. Babel, Edhi Rahmanto Hidayat mengatakan, inflasi disumbangkan kelompok ikan
segar seperti ikan kerisi, ikan tenggiri, ikan hapau, ikan bulat dan ikan singkur. "Keterbatasan stok ikan yang antara lain
disebabkan faktor cuaca sehingga jumlah tangkapan yang masuk ke pasar terbatas,". Edhi berharap, strategi pengendalian
inflasi kelompok ikan segar perlu diperkuat dan menjadi perhatian bersama karena mulai memberi tekanan inflasi dalam dua
bulan terakhir.
Sumber: kompas.com 5 Juli 2019
C. Indikator Kesejahteraan
1. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
Pada Februari 2019 tingkat pengangguran
3,39 persen, turun 0,22 poin persen
dibandingkan Februari 2018 juga turun
0,26 poin persen dibandingkan Agustus
2018. Tingkat pengangguran tersebut di
bawah nasional yang tercatat 5,01 persen.
Sektor primer (pertanian dan
pertambangan) merupakan penyerap
terbesar tenaga kerja dengan porsi 46
persen (naik 4,65 poin persen
dibandingkan Februari 2018 sejalan
dengan pertumbuhan di sektor pertanian
Grafik 1.2 Inflasi 2019 (YoY)
Keterangan Gambar Aktivitas petugas dan penumpang di bandara Hanandjoeddin, Tj Pandan
Sumber : BPS Prov. Babel (diolah)
“angkutan udara dan bahan makanan
menjadi sumber utama inflasi Babel“
- 2 -
Kajian Fiskal Regional Triwulan II-2019
-
- 3 -
Kanwil DJPb Provinsi Bangka Belitung
Kajian Fiskal Regional Triwulan II-2019
dan pembenahan proses bisnis timah).
Sedangkan sektor tersier (jasa) dan sektor
sekunder (pengolahan,
energi, dan bangunan)
masing-masing menyerap
42,68 persen dan 11,31
persen tenaga kerja di Babel.
TPT perkotaan Februari 2019 lebih tinggi
dibandingkan pedesaan, yaitu masing-
masing pada angka 3,64 dan 3,10 persen.
Tingkat pengangguran tertinggi terjadi
pada kelompok pendidikan Diploma ke
atas, sebesar 7,21 persen, meningkat 0,52
poin persen dibandingkan Februari 2018.
Tingginya pengangguran terpelajar
sejalan dengan struktur
lapangan usaha utama yang
tidak terlalu membutuhkan
skilled labour. Pengangguran
terpelajar di pedesaan
meningkat signifikan selama Februari
2018 s.d. Februari 2019 yang
mengindikasikan bahwa para lulusan
terpelajar tersebut belum tertarik untuk
membangun ekonomi desanya.
“Pemprov Buka 67 Paket Pelatihan, di Antaranya Kejuruan Pariwisata dan Otomotif”
Pemprov Babel membuka 67 paket pelatihan di Balai Latihan Kerja Dinas Tenaga Kerja Babel. Kejuruan yang dibuka diantaranya
teknologi informasi, elektronika, pariwisata, manufaktur, dan otomotif. Pelatihan yang didanai menggunakan APBD dan APBN
tersebut adalah upaya mengurangi tingkat pengangguran melalui peningkatan keterampilan sumber daya manusia.
Sumber: bangka.tribunnews.com 27 Maret 2019
2. Tingkat Kemiskinan
Tingkat kemiskinan Babel Maret 2019
sebesar 4,62 persen, turun dibandingkan
September 2018 (4,77 persen) dan Maret
2018 (5,25 persen), sekaligus terendah
sejak 2006. Tingkat
kemiskinan ini di bawah
nasional yang tercatat 9,41
persen.
Meskipun demikian, garis
kemiskinan Babel adalah yang tertinggi di
Indonesia. Pada Maret 2018, garis
kemiskinan nasional sebesar Rp425.250
per kapita per bulan dan garis kemiskinan
Babel Rp677.716.
Tingkat kemiskinan perkotaan naik 0,08
poin persen sedangkan di
pedesaan turun 0,37 poin
persen dibandingkan
September 2018. Salah satu
penyebab turunnya
kemiskinan di pedesaan adalah
pertumbuhan positif pada sektor
Grafik 1.3 TPT dan Jumlah Pengangguran
Sumber : BPS Prov. Babel (diolah)
Keterangan Gambar
Aktivitas di kedai kopi khas
Bangka. Ekonomi digital sebagai salah
satu solusi pengembangan
UMKM dan menekan
pengangguran.
“tingkat kemiskinan Babel merupakan
yang terendah keempat nasional“
“sektor primer menjadi penyerap
utama tenaga kerja dengan porsi 46%“
-
- 4 -
Kanwil DJPb Provinsi Bangka Belitung
Kajian Fiskal Regional Triwulan II-2019
pertanian, kehutanan, dan perikanan yang
turut menekan pengangguran pedesaan.
Pemda perlu memberikan perhatian yang
cukup bagi masyarakat pedesaan karena
penggerak utama ekonomi Babel (17,3
persen) adalah masyakat pedesaan yang
memiliki tingkat kemiskinan lebih tinggi
dibandingkan perkotaan.
Sedangkan di perkotaan, naiknya tingkat
kemiskinan dikarenakan kenaikan garis
kemiskinan akibat inflasi pada kelompok
makanan. Kontribusi harga kelompok
makanan terhadap garis kemiskinan pada
Maret 2019 tercatat sebesar 72,70 persen,
meningkat 0,11 poin persen dibandingkan
September 2018. Disamping itu, tingkat
kedalaman kemiskinan (Index-P1)
perkotaan yang lebih rendah daripada
pedesaan, mengakibatkan masyarakat
perkotaan lebih rentan menjadi miskin
dibandingkan masyarakat pedesaan.
Turunnya tingkat pengangguran di
perkotaan ternyata tidak selalu sejalan
dengan tingkat kemiskinan. Hal ini
menandakan bahwa meskipun sebagian
besar penduduk di kota bekerja, namun
mereka memperoleh penghasilan yang
masih belum layak atau di bawah garis
kemiskinan.
“Inflasi Komoditi Ikan Penyebab Garis Kemiskinan di Babel Tertinggi Nasional”
Kepala BPS Babel Darwis Sitorus mengatakan, tingkat kemiskinan Babel dari tahun ke tahun selalu menempati posisi 4 terendah nasional setelah DKI Jakarta, Bali, dan Kalsel. Disparitas kemiskinan perkotaan dan pedesaan semakin mengecil. Meskipun
demikian, jika melihat garis kemiskinan sebagai ukuran jumlah penduduk miskin, Babel merupakan provinsi dengan garis kemiskinan tertinggi secara nasional.
Sumber: bangka.tribunnews.com 15 juli 2019
II. Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN
Defisit APBN di Babel
triwulan II-2019
sebesar Rp2.886,70
miliar, turun 18,71
persen dibandingkan
triwulan II-2018.
Realisasi pendapatan
meningkat 96,83
persen yang
bersumber dari
kenaikan realisasi
penerimaan pajak
Grafik 1.4 Tingkat Kemiskinan
Keterangan Gambar Pemukiman miskin di Kec. Kacang Pedang, Pangkalpinang
Sumber : BPS Prov. Babel (diolah)
“realisasi pendapatan dan belanja masing-
masing sebesar Rp1,78T dan Rp4,66T, defisit APBN turun 18,71%
dibandingkan Tw II 2018”
-
- 5 -
Kanwil DJPb Provinsi Bangka Belitung
Kajian Fiskal Regional Triwulan II-2019
sebesar 103,44 persen dibandingkan
triwulan II-2018. Sedangkan realisasi
belanja meningkat sebesar 4,67 persen
yang didorong oleh naiknya realisasi
transfer ke daerah dan dana desa sebesar
5,35 persen. Kinerja pendapatan yang
lebih tinggi daripada belanja mampu
menekan defisit APBN triwulan II-2019
lebih rendah dibandingkan triwulan II-
2018.
A. Pendapatan Negara
Realisasi pendapatan negara berasal dari penerimaan
pajak dan PNBP, dengan komposisi masing-masing 95,25
persen dan 4,75 persen. Meskipun tidak sebesar
penerimaan pajak, realisasi PNBP secara nominal juga
meningkat 19,16 persen dibandingkan capaian pada
triwulan II-2018.
1. Penerimaan Perpajakan
Realisasi penerimaan pajak didominasi
oleh penerimaan PPh dan PPN.
Peningkatan penerimaan pajak ini
bersumber
dari realisasi PPN triwulan II-2019 yang
mencapai 181,65 persen dari target.
a) Pajak Penghasilan (PPh)
Realisasi PPh mencapai Rp690,06 miliar
atau 55,92 persen dari target, secara
nominal meningkat 42,81 persen
dibandingkan triwulan II-2018.
Peningkatan tersebut bersumber dari
kenaikan PPh 21 sebagai dampak
pembayaran THR (Gaji ke-14) bagi PNS
yang dibayar pada periode ini.
b) PPN
Realisasi PPN mencapai Rp
980,85 miliar atau 181,65
persen dari target. Pada
kajian ini tidak dilakukan
komparasi kinerja PPN pada
triwulan II-2019 dengan
triwulan II-2018 dikarenakan
kenaikan kinerja PPN pada
triwulan ini bersifat anomali.
Pembenahan sektor timah
yang dilakukan sejak Oktober
2018 menjadikan PT Timah
sebagai satu-satunya perusahaan yang
dapat melakukan ekspor timah sehingga
smelter swasta yang sebelumnya dapat
langsung mengekspor, kini harus menjual
timah kepada PT Timah. Atas transaksi
tersebut dikenakan PPN yang mendorong
peningkatan realisasi jenis pajak ini.
Sumber : KPP Lingkup Babel (diolah) Sumber : KPP Lingkup Babel (diolah)
Sumber : KPP Lingkup Babel (diolah)
Grafik 2.1 Penerimaan
Pajak Triwulan II-2019
Sumber : GFS Triwulan II-2019 (diolah)
PPh41%
PPN58%
Grafik 2.2 Realisasi PPh dan PPN Triwulan II-2019
Sumber : GFS Triwulan II-2019 (diolah)
-
- 6 -
Kanwil DJPb Provinsi Bangka Belitung
Kajian Fiskal Regional Triwulan II-2019
c) Penerimaan Bea Masuk dan Bea Keluar
Realisasi bea masuk mencapai Rp1,99
miliar, secara nominal mengalami
penurunan sebesar 38,80 persen
dibandingkan triwulan II-2018. Faktor
penyebabnya yaitu banyak impor yang
nilai bea masuknya nol.
Adapun realisasi bea keluar mencapai
47,50 persen dari target tahunan, secara
nominal meningkat 35,71 persen
dibandingkan triwulan II-2018. Kenaikan
realisasi bea keluar pada triwulan ini
dikarenakan meningkatnya volume ekspor
Palm Kernel Expeller (PKE). Peningkatan
ekspor PKE ini berkaitan dengan
penyediaan dana untuk pembayaran THR
terutama pada perusahaan sawit.
2. Penerimaan Negara Bukan Pajak
Sampai triwulan II-2019, secara nominal
realisasi PNBP meningkat 250,11 persen
dibandingkan triwulan II-2018.
Peningkatan signifikan ini lebih
dikarenakan tidak seluruh satker
mencantumkan target penerimaan PNBP
sehingga secara persentasi, capaian
triwulan II-2019 terlihat
tinggi.
Sumber terbesar PNBP
berasal dari pendapatan
pendidikan dengan porsi
36,37 persen serta
pendapatan administrasi
dan penegakan hukum
sebesar 28,99 persen dari total PNBP
(bersumber dari pengurusan BPKB dan
penerbitan STNK).
B. Belanja Negara
Belanja negara terbagi atas dua kelompok besar yaitu Belanja Pemerintah Pusat dan
Transfer ke Daerah dan Dana Desa.
1. Belanja Pemerintah Pusat
a. Klasifikasi per Jenis Belanja
Realisasi belanja pemerintah
pusat sampai triwulan II-2019
mencapai 39,62 persen dari
pagu tahun 2019, secara
nominal meningkat 2,33 persen
dibandingkan triwulan II-2018.
Peningkatan tersebut sejalan
dengan peningkatan realisasi
belanja pegawai, barang dan
bantuan sosial. Sebaliknya Sumber : Monev PA (diolah)
Sumber : Monev PA (diolah)
5,6 M
0,4 M
1,99 M
0,19 M
35,54%
47,50%
0,00%
10,00%
20,00%
30,00%
40,00%
50,00%
0
1
2
3
4
5
6
Bea Masuk Bea Keluar
PAGU REALISASI PERSENTASE
Grafik 2.3 Realisasi Bea Masuk dan
Bea Keluar Triwulan II-2019
Sumber : KPPBC Lingkup Babel (diolah)
Penjualan, Pengelolaan BMN & Iuran Badan Usaha
4%Administrasi &
Penegakan
Kesehatan, Perlindungan Sosial
& Keagamaan3%
Pendidikan, Budaya, Riset & Teknologi
36%
Jasa Transportasi, Komunikasi & Informatika
Jasa Lainnya 1%
Bunga, Pengelolaan Rekening & Keuangan
Pendapatan Denda
Pendapatan Lain-lain11%
Other12%
Grafik 2.4 Realisasi PNBP Triwulan II-2019
Sumber : OMSPAN (diolah)
“realisasi belanja mencapai 39,6%,
seluruhnya meningkat
kecuali belanja modal”
-
- 7 -
Kanwil DJPb Provinsi Bangka Belitung
Kajian Fiskal Regional Triwulan II-2019
realisasi belanja modal yang diharapkan
dapat memberikan multiplier effect pada
perekonomian Babel justru mengalami
penurunan.
b. Klasifikasi berdasarkan Fungsi
Terdapat sebelas fungsi belanja
Pemerintah Pusat, dengan alokasi
terbesar dimiliki oleh fungsi keamanan dan
ketertiban yaitu Rp787,23 milyar atau
30,30 persen dari total belanja. Besarnya
alokasi tersebut terkait dengan persiapan
dan pelaksanaan Pilpres pada bulan April
2019. Sementara fungsi pariwisata dan
budaya sebagai sektor unggulan justru
mendapat alokasi terkecil yaitu hanya 0,06
persen. Hal ini menunjukkan bahwa
dukungan pemerintah terhadap
pengembangan sektor unggulan Babel
masih belum optimal. Dari sisi tingkat
realisasi, hampir seluruh fungsi mengalami
peningkatan kecuali fungsi perumahan
dan fasilitas umum.
2. Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD)
Realisasi transfer triwulan II-2019
mencapai Rp3,63 triliun atau 50,53 persen
dari target, secara nominal turun
sebesar 0,21 persen dibandingkan
triwulan II-2018. Secara umum,
realisasi dana transfer melebihi
target belanja 40 persen kecuali
DAK Fisik yang baru mencapai
13,80 persen. Begitu juga dengan
tren penyaluran, DAK Fisik tercatat
paling lambat karena baru salur
pada triwulan II sedangkan dana
transfer lainnya sudah salur pada triwulan
I-2019.
Keterlambatan Pemda dalam
mengantisipasi persyaratan baru dalam
penyaluran berupa Laporan Hasil Reviu
APIP terhadap DAK Fisik tahun
sebelumnya serta lambatnya pemda
Sumber : Monev PA (diolah)
“DAK Fisik terealisasi 13,8% dan dipastikan
gagal salur Rp.2,45 M, sementara dana desa
terealisasi sesuai target”
Grafik 2.5 Realisasi Belanja Triwulan II-2019 per Jenis dan Per Fungsi
Sumber : OMSPAN (diolah)
Grafik 2.6 Realisasi TKDD Triwulan II-2019
Sumber : GFS Triwulan I-2019, SIMTRADA (diolah)
-
- 8 -
Kanwil DJPb Provinsi Bangka Belitung
Kajian Fiskal Regional Triwulan II-2019
dalam memulai kontrak merupakan dua
penyebab rendahnya realisasi DAK Fisik.
Sampai batas akhir input kontrak pada
aplikasi OMSPAN, terdapat Rp2,45 miliar
dari 3 bidang di 2 Pemda yang dipastikan
gagal salur, yaitu:
- Bangka Barat: Bidang Lingk. Hidup dan
Kehutanan (Rp667 juta) karena gagal
lelang (tidak terdapat penyedia yang
memenuhi persyaratan)
- Belitung Timur: Bidang Perumahan
dan Permukiman (Rp551 juta) karena
perbedaan Rencana Kegiatan (RK)
dengan Juknis, serta Bidang Pasar
(Rp1,23 miliar) terkendala status lahan.
Kegagalan tersebut seharusnya dapat
diantisipasi melalui persiapan lelang lebih
awal sehingga apabila terindikasi gagal
lelang dapat segera dikoordinasikan
dengan K/L terkait. Begitu pula dengan
perbedaan antara RK dan Juknis, apabila
dilakukan pemeriksaan Juknis sejak awal
memungkinkan untuk segera
dikoordinasikan dengan K/L untuk
dilakukan berupa perubahan/revisi
RK,DPA, atau Juknis itu sendiri sehingga
kegiatan dapat dilaksanakan. Kejelasan
status lahan seharusnya sudah dipastikan
sejak pengusulan RK pada aplikasi
KRISNA sehingga usulan kegiatan benar-
benar sudah siap ketika ditetapkan.
Adapun penyaluran Dana Desa di Babel
terbilang lancar karena seluruh Pemda
sudah salur tahap II. Meskipun demikian,
tingkat serapan desa masih rendah yaitu
9,02 persen karena Pemda tidak segera
meng-input realisasi output Desa pada
aplikasi OMSPAN. Pemda perlu didorong
agar meng-input data realisasi output
tersebut agar termonitor progres Dana
Desa oleh Pemerintah Pusat.
3. Pengelolaan Badan Layanan Umum (BLU)
Pendapatan utama BLU Bandara H.A.S.
Hanandjoeddin berupa penyediaan
barang/jasa kepada masyarakat s.d.
Triwulan II-2019 baru terealisasi 35,5
persen dari target yang ditetapkan.
Hal ini dikarenakan adanya penurunan
signifikan jumlah penerbangan dan jumlah
penumpang sebagai akibat kenaikan tiket
pesawat yang signifikan sejak Oktober
2018 lalu. Sampai dengan bulan Mei, rata-
59,7 55,8 55,2
49,4 46,6
43,2
35,8 33,5 32,8
29,7 27,9 25,9
60,0% 60,0%59,4%
60,0% 60,0% 60,0%
48,0%
50,0%
52,0%
54,0%
56,0%
58,0%
60,0%
-
10,0
20,0
30,0
40,0
50,0
60,0
70,0
Kab.Bangka
Kab.BangkaBarat
Kab.BangkaTengah
Kab. BaSel Kab.Belitung
Kab.Belitung
Timur
Pagu Realisasi % Realisasi
Grafik 2.7 Realisasi DAK Fisik Triwulan II-2019
Sumber : GFS Triwulan I-2019, SIMTRADA (diolah)
-
- 9 -
Kanwil DJPb Provinsi Bangka Belitung
Kajian Fiskal Regional Triwulan II-2019
rata penerbangan turun dari 24,5 menjadi
20,3 penerbangan per hari serta rata-rata
penumpang turun dari 2.708
menjadi hanya 1.924 per hari.
Tingkat pemanfaatan aset yang
tercermin dari pendapatan dari
pemanfaatan BMN periode
semester I-2019 cenderung turun
dibandingkan tahun 2018 (dari Rp2,3
miliar menjadi Rp 1,8 miliar). Optimalisasi
PNBP di bidang Non-Aeronautika
dilakukan melalui persewaan tenant
(sekaligus untuk mendukung
peningkatan layanan bandara)
dan periklanan (penyewaan TV
Wall).
Meskipun demikian, turunnya
jumlah penerbangan dan penumpang turut
mempengaruhi minat masyarakat dalam
menyewa tenant dan tempat iklan.
4. Manajemen Investasi Pusat
Terdapat dua skema kredit program yang
dilaksanakan di Babel, yaitu Kredit Usaha
Rakyat (KUR) dan pembiayaan Ultra Mikro
(UMi). Dari 150.813 UMKM, pada tahun
2019 hanya 13.203 debitur (8,75 persen)
yang menerima pembiayaan KUR.
Babel menduduki urutan ke-8 atau satu
tingkat lebih baik di atas Kepri dalam
penyaluran KUR di regional Sumatera.
Sebagaimana seperti tahun sebelumnya,
sektor perdagangan dan pertanian masih
mendominasi sebaran
penyaluran KUR masing-
masing sebesar Rp174,8 miliar
dan Rp156,9 miliar. Total
penyaluran bagi kedua sektor
tersebut hampir 80 persen dari
total KUR yang disalurkan. Tingkat
keaktifan Pemda dalam mendukung SIKP
juga tidak menunjukkan peningkatan dari
tahun lalu (123 dari 150.813 UMKM)
meskipun sudah dilakukan upaya
pembinaan (bimtek) oleh Kanwil DJPb.
Pada tahun 2018, UMi yang terealisasi
sebesar Rp548,1 juta dengan total
penerima 82 debitur. Jumlah ini sangat
kecil jika dibandingkan dengan realisasi
penyaluran secara nasional yang
mencapai Rp56,5 miliar dengan total
penerima 15.163 debitur.
Sampai dengan triwulan II-2019
belum terdapat realisasi UMi di
Babel. Salah satunya
dikarenakan PT Pegadaian
sebagai satu-satunya penyalur
di Babel belum dapat lagi
menyalurkan Pembiayaan UMi karena
sudah mencapai batas NPL 3 persen yang
Grafik 2.8 Realisasi Pendapatan dan Belanja (juta)
Sumber : GFS Triwulan I-2019, SIMTRADA (diolah)
“naiknya tarif angkutan udara
berpengaruh signifikan terhadap
realisasi PNBP”
“Penyaluran KUR mencapai
Rp422 M dengan total
penerima 13.203 debitur”
-
- 10 -
Kanwil DJPb Provinsi Bangka Belitung
Kajian Fiskal Regional Triwulan II-2019
ditetapkan oleh Kantor Pusat PT
Pegadaian.
Meskipun demikian penyaluran
pembiayaan UMi pada semester II-2019
diperkirakan akan mengalami peningkatan
signifikan dikarenakan:
1. PT Permodalan Nasional Madani
(PNM) sebagai penyalur UMi melalui
produk Mekaar, pada pertengahan Juni
2019 secara resmi membuka cabang di
Pangkalpinang, Sungailiat, dan
Tanjungpandan.
2. Permasalahan NPL PT Pegadaian
sedang dalam tahap penyelesaian, dan
3. Komitmen Pemda dalam mendukung
percepatan penyaluran KUR dan
pembiayaan UMi, sebagai tindaklanjut
hasil FGD yang diselenggarakan oleh
Kanwil DJPb pada tanggal 1 Agustus
2019 silam.
“ Disayangkan, Serapan KUR di Babel Minim”
Kepala DJPb Babel, Supendi menyayangkan masih sedikitnya pelaku usaha di daerah itu yang memanfaatkan KUR untuk pengembangan usaha. “Secara nasional KUR tahun 2018 itu totalnya Rp123 triliun, Babel hanya memanfaatkan Rp605,5 miliar,”
ujar Supendi. Sedangkan di tahun 2019, menurut Supendi, dana KUR baru dimanfaatkan 2.417 UMKM atau baru Rp 115 miliar, padahal anggaran yang dialokasikan Rp140 triliun secara nasional. Disinggung penyebab minimnya pelaku UMKM mengakses
permodalan melalui KUR, Supendi menilai bisa saja dikarenakan banyak faktor, baik kurangnya pemahaman pelaku usaha
maupun persyaratan yang ditetapkan perbankan terlalu sulit. Jika, apabila masyarakat mengalami kesulitan terkait agunan ada alternatif lain yakni bantuan Ultra Mikro (UMi) yang bisa diakses melalui lembaga keuangan nonbank, seperti pegadaian
dengan maksimal pembiayaan Rp. 10 juta.
Sumber: Rakyatpos.com, 9 April 2019. ber: bgka.t ibunnew s.com 15 juli 2019
C. Prognosis Realisasi APBN
Prognosis realisasi APBN 2019 untuk
komponen penerimaan pajak dan PNBP
dihitung dengan metode regresi
menggunakan data realisasi triwulan II
terhadap realisasi triwulan IV pada empat
tahun terakhir. Sedangkan untuk
komponen lainnya, prognosis dihitung
dengan metode proporsi menggunakan
data realisasi tahun sebelumnya.
Pendapatan negara diperkirakan
terealisasi 131,98 persen yang didukung
dengan tingginya realisasi pajak terutama
PPN yang mengalami peningkatan
signifikan pada triwulan II yaitu mencapai
181,65 persen dari target. Sementara itu,
belanja negara diperkirakan terealisasi
97,33 persen hingga akhir tahun 2019.
Pola penyerapan belanja pegawai dan
barang cenderung sama setiap tahun
sehingga diperkirakan akan terserap
optimal. Belanja modal diproyeksikan
terealisasi hingga 94,68 persen, hal ini
dikarenakan pembayaran atas
penyelesaian pekerjaan pemerintah,
mayoritas baru dilakukan pada triwulan III
dan triwulan IV. Sedangkan DAK Fisik
Grafik 2.9 Realisasi Penyaluran KUR
Sumber : OMSPAN (diolah)
-
- 11 -
Kanwil DJPb Provinsi Bangka Belitung
Kajian Fiskal Regional Triwulan II-2019
hingga akhir tahun diperkirakan hanya
terealisasi pada kisaran 92,27 persen,
mempertimbangkan nilai DAK Fisik yang
dipastikan gagal salur.
III. Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBD
Sampai dengan triwulan II-2019, surplus
APBD sebesar Rp885,35 miliar atau turun
34,14 persen dibandingkan triwulan II-
2018 yang tercatat sebesar Rp1.344,34
miliar. Realisasi pendapatan baik secara
nominal maupun persentasi, turun
dibandingkan triwulan II-2018 masing-
masing sebesar 3,74 persen dan 4,61 poin
persen. Sebaliknya, realisasi belanja
meningkat baik secara nominal maupun
persentasi dibandingkan triwulan II-2018,
masing-masing sebesar 10,81 persen dan
2,3 poin persen. Dengan realisasi
pendapatan lebih tinggi dari pada belanja,
APBD masih tetap terjaga pada posisi
surplus.
A. Pendapatan Daerah
Pendapatan daerah berasal dari pendapatan asli daerah, pendapatan transfer, dan
pendapatan lainnya.
1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Realisasi PAD pada triwulan II-2019
mencapai Rp596,79 miliar, turun 14,66
persen dibandingkan triwulan II-2018.
Penurunan ini disebabkan turunnya
Tabel 2.1 Prognosis APBN s.d. akhir 2019 (miliar)
Tabel 3.1 Realisasi APBD s.d. Triwulan II-2018 dan 2019 (miliar)
Sumber: Laporan GFS Tw II-2019 dan SIKD (diolah)
Pagu Realisasi
TW II % Pagu
Realisasi
TW II %
PENDAPATAN
PAD 1.543,27 699,32 45,31% 1.530,49 596,79 38,99%
PENDAPATAN TRANSFER 7.069,80 3.441,16 48,67% 7.490,37 3.400,52 45,40%
LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH 164,49 12,34 7,50% 339,37 0,04 0,01%
JUMLAH PENDAPATAN 8.777,56 4.152,82 47,31% 9.360,22 3.997,35 42,71%
BELANJA 8.422,14 2.491,36 29,58% 8.721,04 2.720,42 31,19%
TRANSFER PEMERINTAH DAERAH 1.247,36 317,13 25,42% 1.209,11 391,58 32,39%
JUMLAH BELANJA DAN TRANSFER 9.669,50 2.808,48 29,04% 9.930,15 3.112,00 31,34%
SURPLUS/DEFISIT (891,94) 1.344,34 -150,72% (569,93) 885,35 -155,34%
Uraian
2018 2019
Keterangan Gambar Museum Timah Muntok, Bangka Barat Merupakan salah satu destinasi penting sejarah perekonomian Babel
-
- 12 -
Kanwil DJPb Provinsi Bangka Belitung
Kajian Fiskal Regional Triwulan II-2019
realisasi beberapa pos penerimaan utama
pajak daerah seperti pajak bahan bakar
kendaraan, bea balik nama kendaraan
bermotor, penerimaan pajak kendaraan
bermotor, dan penerimaan BPHTB.
a) Penerimaan Pajak Daerah
Penerimaan pajak daerah mencapai 39,86
persen dari target, atau turun 13,85 persen
dibandingkan triwulan II-2018.
Berdasarkan porsinya, empat sumber
utama pajak daerah adalah pajak bahan
bakar kendaraan dengan
porsi 19,06 persen, pajak
kendaraan bermotor 15,73
persen, bea balik nama
kendaraan bermotor 14,23
persen, dan pajak penerangan jalan 13,46
persen. Turunnya penerimaan pajak
daerah pada triwulan ini terjadi sebagai
akibat penurunan pada penerimaan pajak
bahan bakar kendaraan, bea balik nama
kendaraan bermotor, penerimaan pajak
kendaraan bermotor, dan
BPHTB masing-masing
sebesar 37 persen, 40
persen, 30 persen, dan 28
persen dibandingkan triwulan
II-2018.
Tingginya inflasi pada angkutan udara
sejak Oktober 2018 berdampak pada
penerimaan daerah.
Turunnya jumlah
wisatawan ke Babel
menyebabkan
turunnya tingkat
hunian hotel dan
penerimaan dari pajak
hotel. Penerimaan
pajak hotel triwulan II-
2019 sebesar 9,03 miliar, atau turun 2,59
persen dibandingkan 2018. Meskipun
demikian, terdapat
pos penerimaan
yang meningkat
dibandingkan
triwulan II-2018,
yaitu penerimaan
pajak rokok, pajak
restoran, dan pajak
penerangan jalan.
b) Penerimaan Retribusi Daerah
Target penerimaan retribusi daerah
ditetapkan 20,65 persen lebih rendah
dibandingkan tahun 2018. Realisasi
sampai dengan triwulan II-2019 sebesar
Rp33,40 miliar atau naik sebesar 20,82
persen dibandingkan triwulan II-2018.
Grafik 3.1 Penerimaan Pajak Daerah (miliar)
Sumber: Laporan GFS Tw II-2019 dan LRA Pemda (diolah)
Prov.Babel
Kab.Bangka
Kab.BangkaBarat
Kab.BangkaTengah
Kab.BangkaSelatan
KotaPangkalpi
nang
Kab.Belitung
Kab.Belitung
Timur
2018 367,11 26,83 12,02 15,58 8,21 35,06 41,94 32,33
2019 255,71 23,54 8,26 17,29 8,99 41,62 39,03 29,51
- 100,00 200,00 300,00 400,00
2018 2019
“pajak daerah tw II 2019 turun 13,35%
dibandingkan tw II 2018 “
Tabel 3.2 Penerimaan Pajak Hotel (miliar)
Sumber: SIKD (diolah)
Kab/kotaTw II
2018
Tw II
2019
Naik
(Turun)
Kab. Bangka 0,49 0,48 -2,6%
Kab. Bangka Barat 0,04 0,04 4,4%
Kab. Bangka Tengah 2,10 2,18 3,9%
Kab. Bangka Selatan 0,09 0,10 0,6%
Kota Pangkalpinang 1,45 2,17 49,3%
Kab. Belitung 5,03 4,03 -19,9%
Kab. Belitung Timur 0,07 0,04 -35,4%
Jumlah 9,27 9,03 -2,59%
-
- 13 -
Kanwil DJPb Provinsi Bangka Belitung
Kajian Fiskal Regional Triwulan II-2019
Berdasarkan pemda, realisasi pendapatan
retribusi daerah paling besar bersumber
dari Kab. Bangka Selatan.
Sedangkan berdasarkan
jenisnya, retribusi pelayanan
kesehatan memberikan
sumbangan terbesar, yaitu
27,27 persen dari total pendapatan
retribusi, bahkan retribusi ini mengalami
kenaikan sebesar 75,67 persen
dibandingkan triwulan II-2018.
Peningkatan tertinggi retribusi layanan
kesehatan terjadi di Bangka Selatan
sebesar 130 persen dan Bangka Tengah
sebesar 127 persen sebagai dampak
beroperasinya RS Pratama Payung dan
peningkatan kapasitas beberapa
Puskesmas yang dibiayai
menggunakan DAK Fisik
tahun 2018.
Penerimaan retribusi
pemakaian kekayaan daerah
(yang memberikan sumbangan 14 persen)
juga mengalami kenaikan sebesar 18,37
persen dibandingkan triwulan II-2018.
Sedangkan penerimaan retribusi IMB yang
memiliki porsi 12 persen total dari
pendapatan retribusi justru turun 7,99
persen dibandingkan triwulan II-2018.
c) Penerimaan Daerah Lainnya
Total realisasi triwulan II-2019 sebesar Rp.
139,44 miliar (34,68 persen dari target).
Penerimaan Hasil Pengelolaan Kekayaan
Daerah yang Dipisahkan memberikan
kontribusi sebesar Rp35,28 miliar atau
97,51 persen dari target (naik 5,47 persen
dari triwulan II-2018). Realisasi
Penerimaan Lain-Lain Pendapatan Asli
Daerah yang Sah sebesar Rp104,16 miliar
(28,47 persen dari target, naik 5,06 persen
dari triwulan II 2018).
Prov.Babel
Kab.Bangka
Kab.BangkaBarat
Kab.BangkaTengah
Kab.BangkaSelatan
KotaPangkalpi
nang
Kab.Belitung
Kab.Belitung
Timur
2018 2,77 4,59 1,34 2,53 3,74 6,57 4,18 1,91
2019 3,54 5,67 1,10 3,41 7,28 6,30 3,84 2,25
-
2,00
4,00
6,00
8,00
10,002018 2019
Grafik 3.2 Penerimaan Retribusi Daerah (miliar)
Sumber: SIKD (diolah)
Grafik 3.3 Penerimaan Daerah Lainnya (miliar)
Sumber: SIKD Pemda (diolah)
Prov. BabelKab.
Bangka
Kab.BangkaBarat
Kab.BangkaTengah
Kab.BangkaSelatan
KotaPangkalpin
ang
Kab.Belitung
Kab.Belitung
Timur
2018 24,82 8,87 6,88 14,82 8,95 25,50 34,96 7,79
2019 22,66 12,45 21,48 19,42 10,08 11,69 32,89 14,20
-
10,00
20,00
30,00
40,002018 2019
“retribusi daerah tw II 2019 naik 20,82% dibandingkan tw II
2018 “
-
- 14 -
Kanwil DJPb Provinsi Bangka Belitung
Kajian Fiskal Regional Triwulan II-2019
Turunnya penerimaan ini salah satunya
akibat penurunan penerimaan dari
Pengelolaan Kekayaan Daerah yang
Dipisahkan dikarenakan pada triwulan II-
2019 tidak terdapat pembagian dividen
dari penyertaan modal BUMN
sebagaimana pada triwulan sebelumnya.
2. Pendapatan Transfer
Pendapatan transfer memiliki porsi
terbesar pada APBD 2019, yaitu sebesar
80,02 persen, turun
dibandingkan tahun 2018 yang
tercatat sebesar 80,54 persen.
Pada triwulan II-2019, realisasi
pendapatan transfer sebesar
45,40 persen, turun dibandingkan triwulan
II-2018 (48,67 persen).
Hal tersebut lebih dikarenakan
terlambatnya penyerapan DAK Fisik tahap
I sebagai dampak
ketidaksiapan Pemda dalam
memenuhi syarat tambahan
penyaluran DAK Fisik berupa
Laporan Hasil Reviu APIP atas
penyerapan dan capaian output DAK Fisik
tahun sebelumnya.
B. Belanja Daerah
1. Belanja Daerah menurut Klasifikasi Jenis Belanja
Pada triwulan II-2019, persentasi realisasi
belanja daerah sebesar 31,19 persen,
atau naik 9,19 persen dibandingkan
triwulan II-2018 (sebesar 29,58 persen).
Capaian tersebut di bawah realisasi
belanja APBN di Babel (39,62 persen) dan
target penyerapan triwulan II (40 persen).
Belanja hibah, belanja pegawai, dan
belanja barang memiliki persentasi
realisasi tertinggi, meningkat
dibandingkan triwulan II-2018. Sedangkan
realisasi belanja modal masih sangat
rendah meskipun meningkat
dibandingkan triwulan II-2018. Masih
seperti tahun-tahun sebelumnya, rata-rata
pemda baru memulai kegiatan pengadaan
menjelang akhir triwulan II atau setelah
perayaan idul fitri.
68,3%
91,9%
94,9%91,8%
94,8%
84,0%81,9%
89,2%
71,7%
92,7%
92,6%91,1%
94,1% 86,3% 84,2%
89,0%
50,0%
60,0%
70,0%
80,0%
90,0%
100,0%
Prov. Babel Kab. Bangka Kab. BangkaBarat
Kab. BangkaTengah
Kab. BangkaSelatan
KotaPangkalpinang
Kab. Belitung Kab. BelitungTimur
TW II 2018 TW II 2019
Grafik 3.4 Rasio Transfer terhadap Pendapatan Daerah
Sumber: SIKD Pemda (diolah)
Sumber: SIKD (diolah)
“80,02% pendapatan
daerah bersumber dari transfer “
-
- 15 -
Kanwil DJPb Provinsi Bangka Belitung
Kajian Fiskal Regional Triwulan II-2019
2. Belanja Daerah Berdasarkan Klasifikasi Fungsi
Tiga fungsi dengan realisasi belanja
terbesar adalah fungsi pelayanan umum,
fungsi pedidikan, dan fungsi kesehatan.
Fungsi layanan umum yang terdiri dari
urusan administrasi pemerintahan, urusan
keuangan, dan urusan otonomi daerah
masih merupakan komponen terbesar
dalam penyerapan
belanja APBD, yaitu
sebesar Rp.1.190,28
miliar (38,25 persen dari
total realisasi belanja).
Realisasi belanja fungsi
pendidikan dan kesehatan masing-masing
sebesar Rp.786,97 miliar (25,29 persen)
dan Rp.451,49 miliar (14,51 persen).
Jika dibandingkan dengan triwulan II-
2018, seluruh belanja berdasarkan fungsi
meningkat kecuali belanja fungsi
pelayanan umum yang turun sebesar
Rp.94,53 miliar. Realisasi belanja fungsi
pariwisata sebagai unggulan daerah
merupakan yang terendah kedua, yaitu
sebesar Rp.42,93 miliar
(1,38 persen dari total
realisasi belanja daerah).
Sedangkan belanja
urusan pertanian baru
terealisasi sebesar
Rp.49,7 miliar (1,6 persen dari total
realisasi belanja daerah atau 23 persen
dari total realisasi belanja fungsi ekonomi).
Jika dibandingkan dengan alokasi pagu
setiap fungsi, fungsi keamanan dan
ketertiban memiliki persentasi penyerapan
tertinggi, yaitu sebesar 42,69 persen
sedangkan fungsi perumahan dan fasum
yang terendah, yaitu 19,44 persen.
Grafik 3.5 Belanja Daerah Per Jenis Belanja (miliar)
Sumber: Laporan GFS Tw II-2019 (diolah)
37,08%34,07%
28,16%
38,81%
29,69%
13,78%
0,01%
0,00%
5,00%
10,00%
15,00%
20,00%
25,00%
30,00%
35,00%
40,00%
45,00%
-
200
400
600
800
1.000
1.200
1.400
1.600
Pegawai Barang Subsidi Hibah Bansos Modal TakTerdugaRealisasi % Realisasi
Keterangan Gambar Benteng Toboali, spot sejarah yang dikelola Pemda Basel
Sumber: Laporan GFS TW II-2019 (diolah)
Grafik 3.6 Belanja Daerah per Fungsi
1.190
67
215
39
258
451
43
787
61
- 200 400 600 800 1.000 1.200 1.400
Pel. Umum
Kamtib
Ekonomi
LH
Perum dan Fasum
Kesehatan
Pariwisata
Pendidikan
Perl. Sosial
Pel. Umum38%
Kamtib2%
Ekonomi7%
LH LH1%
Perum dan Fasum
8%
Kesehatan15%
Pariwisata2%
Pendidikan25%
Perl. Sosial2%
“alokasi dan realisasi sektor pariwisata
dan pertanian sebagai ungulan
daerah masih minim“
-
- 16 -
Kanwil DJPb Provinsi Bangka Belitung
Kajian Fiskal Regional Triwulan II-2019
C. Prognosis Realisasi APBD
Prognosis realisasi APBD hingga akhir
tahun 2019 disusun dengan
menggunakan regresi realisasi APBD
sampai dengan triwulan II terhadap total
tahun-tahun sebelumnya. Pendapatan asli
daerah 2019 diperkirakan turun sebesar
Rp49,37 miliar atau 3,55 persen dari 2018.
Pendapatan pemda diperkirakan
terealisasi 85,30 persen dan belanja
diperkirakan terealisasi 78,83 persen
sampai dengan akhir tahun 2019.
Faktor koreksi dilakukan terhadap pos
pendapatan transfer berdasarkan kinerja
triwulan II-2019 berikut:
a. Diperkirakan realisasi penerimaan DBH
dan DAK Non Fisik hanya mencapai 97
persen dan 92 persen dari pagu, hal ini
mempertimbangkan realisasi 2018 dan
s.d. triwulan II-2019 yang selalu berada
di bawah target,
b. Penerimaan DAK Fisik diproyeksikan
tidak akan terserap lebih dari 90
persen, hal ini mempertimbangkan nilai
DAK Fisik yang teridentifikasi gagal
salur tahap II dan III,
c. Sedangkan penerimaan DAU, DID, dan
Dana Desa dipastikan akan terserap
seluruhnya hingga akhir 2019.
IV. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN ANGGARAN KONSOLIDASIAN
A. Laporan Keuangan Pemerintah Konsolidasian
Jumlah pendapatan konsolidasian pada
triwulan II-2019 mengalami kenaikan
sebesar 42,27 persen dibandingkan
triwulan II-2018 yang bersumber baik dari
kenaikan pendapatan perpajakan maupun
pendapatan bukan pajak. Meskipun
belanja konsolidasian juga meningkat,
namun kenaikan pendapatan lebih tinggi
dibandingkan kenaikan belanja. Kinerja ini
mendorong defisit konsolidasian turun
sebesar 15,40 persen dibandingkan
triwulan II-2018.
B. Pendapatan Konsolidasian
Pendapatan konsolidasian triwulan II-2019
naik 42,27 persen dibandingkan triwulan
II-2018, bersumber dari kenaikan
pendapatan perpajakan sebesar 46,74
persen. Pendapatan pusat menyumbang
74,81 persen pendapatan konsolidasian.
Tabel 3.3 Prognosis Realisasi APBD s.d. akhir 2019 (miliar)
Rp% Realisasi
Terhadap PaguRp
% Perkiraan
Realisasi
Terhadap Pagu
Pendapatan 9.360,22 3.997,35 42,71% 7.983,85 85,30%
PAD 1.530,49 596,79 38,99% 1.341,22 87,63%
Transfer 7.490,37 3.400,52 45,40% 6.518,69 87,03%
LLPD 339,37 0,04 0,01% 123,94 36,52%
Belanja 9.930,15 3.112,00 31,34% 7.827,46 78,83%
Belanja Pegawai 3.930,98 1.457,65 37,08% 2.851,74 72,55%
Belanja Barang 2.502,69 852,59 34,07% 2.238,87 89,46%
Belanja Modal 1.873,39 258,11 13,78% 1.626,10 86,80%
Belanja Lainnya 1.623,09 543,65 33,49% 1.110,74 68,43%
Uraian Pagu
Realisasi s.d. Triwulan II 2019 Perkiraan Realisasi s.d. Triwulan IV
-
- 17 -
Kanwil DJPb Provinsi Bangka Belitung
Kajian Fiskal Regional Triwulan II-2019
1. Analisis Proporsi dan Perbandingan
Pada triwulan II-2019 pendapatan
konsolidasian didominasi pendapatan
perpajakan sebesar Rp2.112,54 miliar,
terdiri dari pendapatan perpajakan
pemerintah pusat sebesar 79,93 persen
dan pendapatan perpajakan pemerintah
daerah sebesar 20,07 persen. PNBP
pemerintah pusat dan pemerintah daerah
masing-masing menyumbang 32,74
persen dan 67,26 persen dari total PNBP
konsolidasian.
2. Analisis Perubahan
Penerimaan perpajakan konsolidasian
triwulan II-2019 sebesar Rp2.112,54
miliar, naik 46,74 persen dibandingkan
triwulan II-2018. Penerimaan perpajakan
masih didominasi oleh pajak pusat dengan
porsi sebesar 79,93 persen.
Dalam rangka menurunkan tingkat
ketergantungan terhadap pendapatan
transfer. Beberapa alternatif yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan PAD antara
lain:
1. Fokus pada pembangunan bidang
pariwisata, dimana bidang tersebut
sangat terkait dengan banyak sektor
usaha sumber pajak dan retribusi
daerah (hotel, restoran, tiket masuk),
2. Pemutakhiran data wajib pajak (WP)
PBB serta NJOP tanah dan bangunan
guna optimalisasi penerimaan PBB dan
BPHTB,
3. Percepatan Perda Zonasi guna
optimalisasi PAD dari wilayah pesisir,
Tabel 4.1 Pagu dan Realisasi Konsolidasian s.d. Triwulan II-2019 (miliar)
2018
Pusat Daerah Konsolidasi Kenaikan Konsolidasi
Pendapatan Negara 1.772,75 596,86 2.369,62 42,27% 1.665,52
Pendapatan Perpajakan 1.688,59 423,95 2.112,54 46,74% 1.439,62
Pendapatan Bukan Pajak 84,16 172,88 257,04 13,79% 225,89
Hibah - 0,04 0,04 124,27% 0,02
Transfer - - - - -
Belanja Negara 1.258,93 3.112,00 4.370,93 8,43% 4.031,19
Belanja Pemerintah 1.029,63 2.720,42 3.750,06 0,97% 3.714,07
Transfer 229,29 391,58 620,87 95,78% 317,13
Surplus/(Defisit) 513,83 (2.515,14) (2.001,31) -15,40% (2.365,67)
Pembiayaan - 320,18 320,18 -38,32% 519,08
Penerimaan Pembiayaan Daerah 315,51 315,51 -39,77% 523,83
Pengeluaran Pembiayaan Daerah 4,67 4,67 -1,66% 4,75
Sisa Lebih (Kurang) Pembiayaan
Anggaran 513,83 (2.194,96) (1.681,13) -8,96% (1.846,59)
Uraian2019
*) Pengeluaran Transfer Pemerintah Pusat dieliminasi dengan Penerimaan Transfer Pemda
Sumber: RPA & GFS triwulan II-2019 (diolah)
Grafik 4.1 Proporsi dan Perbandingan Pendapatan Konsolidasian (miliar)
Sumber: GFS triwulan II-2019 (diolah)
-
- 18 -
Kanwil DJPb Provinsi Bangka Belitung
Kajian Fiskal Regional Triwulan II-2019
4. Modernisasi pajak daerah melalui
pemanfaatan teknologi untuk
memperluas akses, pembayaran online
(billing system), dan mengurangi
kebocoran.
3. Analisis Pertumbuhan Ekonomi terhadap kenaikan realisasi pendapatan konsolidasian
Pada triwulan II-2019, PDRB Babel
sebesar Rp19,02 triliun dengan
pertumbuhan ekonomi 3,49 persen.
Sedangkan pendapatan konsolidasian
sebesar Rp2.369,62 miliar atau naik
sebesar 42,27 persen dibandingkan
triwulan II-2018. Pertumbuhan ekonomi
mampu mendorong kenaikan pendapatan
konsolidasian.
Meskipun demikian, tingginya inflasi telah
mendistorsi angka pertumbuhan ekonomi.
Inflasi telah berdampak bagi turunnya
penerimaan daerah khususnya dari sektor
pariwisata. Oleh karena itu, pemerintah
daerah harus lebih serius dalam
menciptakan sumber-sumber penerimaan
baru berbasis teknologi dan ekonomi
unggulan daerah dengan tetap
menjadikan langkah
pengendalian inflasi sebagai
perhatian utama karena sangat
terkait erat dengan indikator
perekonomian lainnya.
C. Belanja Konsolidasian
1. Analisis Proporsi dan Perbandingan
Belanja konsolidasian pada
triwulan II-2019 sebesar
Rp4.370,93 miliar, terdiri
dari 28,80 persen belanja
pemerintah pusat dan 71,20
persen belanja pemda.
Beberapa kegiatan DAK
Fisik yang dipastikan gagal
salur tahap II dan III
merupakan salah satu
penyebab rendahnya realisasi belanja
pemerintah daerah pada triwulan II-2019.
Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan
alokasi belanja transfer belum mampu
diimbangi dengan peningkatan kinerja
penyerapan dana tersebut oleh pemda.
Grafik 4.2 Perbandingan Penerimaan
Pajak Konsolidasian (miliar)
Sumber: GFS Tw II-2019 (diolah)
Uraian 2018 2019 Kenaikan
Penerimaan Perpajakan 1.439,62 2.112,54 46,7%
PNBP 225,89 257,04 13,8%
Total 1.665,51 2.369,58 42,3%
PDRB/Pert.Ekonomi 4,50 3,49
Tabel 4.2 Realisasi Pendapatan Konsolidasian (miliar)
Sumber: GFS Tw II-2019 (diolah)
Grafik 4.3 Proporsi dan Perbandingan Belanja Konsolidasian (miliar)
Sumber: GFS triwulan II-2019 (diolah)
BelanjaPegawai
BelanjaBarang
BelanjaSubsidi
BelanjaHibah
BelanjaBantuan
Sosial
BelanjaModal
BelanjaTidak
TerdugaTransfer
Pusat 458,06 501,34 - - 2,05 68,18 - 229,29
Daerah 1.457,6 852,59 0,57 149,64 1,86 258,11 0,00 391,58
0,00200,00400,00600,00800,00
1.000,001.200,001.400,001.600,00
-
- 19 -
Kanwil DJPb Provinsi Bangka Belitung
Kajian Fiskal Regional Triwulan II-2019
2. Analisis Perubahan
Belanja pegawai merupakan komponen
terbesar meskipun porsinya turun
dibandingkan triwulan II-2018, begitu juga
pada porsi belanja modal. Ke depan,
pemerintah daerah perlu meningkatkan
porsi belanja bagi investasi produktif yang
diarahkan bagi pembentukan sumber-
sumber pertumbuhan ekonomi baru,
pengendalian inflasi, dan sumber
penerimaan daerah sesuai dengan potensi
yang dimiliki, antara lain di sektor
perikanan dan kelautan, pariwisata, dan
perkebunan.
D. Analisis Kontribusi Pemerintah terhadap PDRB
Berikut adalah ringkasan Laporan
Operasional sebagai salah satu komponen
Laporan Statistik Keuangan Pemerintah
Lingkup Babel triwulan II-2019. Kontribusi
Pemerintah terhadap PDRB dari Belanja
Pemerintah dihitung dengan cara
membandingkan nilai Pengeluaran
Konsumsi Pemerintah dengan PDRB.
Sedangkan kontribusi Pemerintah
terhadap PDRB dari Investasi dihitung dari
perbandingan nilai PMTB dibagi dengan
PDRB.
Dari tabel laporan operasional dan data
BPS dapat diketahui bahwa:
1. Pengeluaran konsumsi pemerintah
sebesar Rp4.253,77 miliar
2. Pembentukan Modal Tetap Bruto
(PMTB) sebesar Rp326,30 miliar
3. PDRB Triwulan II-2019 sebesar
Rp19,02 triliun.
Berdasarkan data tersebut, dapat
diketahui kontribusi pengeluaran
pemerintah terhadap PDRB sebesar 22,34
persen. Sedangkan nilai investasi
pemerintah yang dicerminkan dari PMTB
terhadap PDRB sebesar 1,72 persen.
Peranan konsumsi pemerintah relatif
memiliki efek jangka waktu yang lebih
pendek dalam perekonomian
dibandingkan dengan investasi terutama
pengadaan aset tetap. Pada triwulan II-
2019, kondisi perekonomian tumbuh
sebesar 3,49 persen dibandingkan
triwulan II-2018 yang sebesar 4,50 persen.
Hal ini didukung oleh tumbuhnya hampir
semua komponen pengeluaran. Maka dari
itu, dengan perekonomian yang cukup
Grafik 4.4 Komposisi Belanja Konsolidasian Triwulan II-2018 dan 2019 (miliar)
Sumber: GFS triwulan II-2019 (diolah)
Belanja Pegawai; 1.671,80
Belanja Barang; 1.156,33
Belanja Subsidi; 0,08
Belanja Hibah; 292,22
Belanja Bansos; 3,57
Belanja Modal; 587,48
Belanja Tidak Terduga;
2,57 Transfer;
317,13
Triwulan II-2018
Belanja Pegawai; 1.915,70
Belanja Barang; 1.353,93
Belanja Subsidi; 0,57
Belanja Hibah; 149,64
Belanja Bansos;
3,92
Belanja Modal; 326,30
Belanja Tidak Terduga;
0,00 Transfer;
620,87
Triwulan II-2019
Sumber: Kemenkeu dan Pemda (diolah)
-
- 20 -
Kanwil DJPb Provinsi Bangka Belitung
Kajian Fiskal Regional Triwulan II-2019
baik, kontribusi Pemerintah dari investasi
sebesar 1,72 persen diharapkan dapat
meningkatkan pertumbuhan ekonomi
pada masa yang akan datang.
V. BERITA/ISU FISKAL REGIONAL TERPILIH
“PENGENDALIAN STABILITAS INFLASI DAGING SAPI MELALUI INTEGRASI SAPI-
SAWIT (2S)”
A. Inflasi Daging Sapi dan Program 2S
Data BI tahun 2016 menunjukkan bahwa
daging sapi menjadi salah satu
penyumbang inflasi kelompok bahan
makanan di Babel, yaitu sebesar 0,54
persen. Kurangnya kemampuan
menyediakan daging sapi lokal
menyebabkan kelangkaan yang
mendorong terjadinya inflasi daging sapi.
Dinas Pertanian Provinsi Babel mencatat
hingga tahun 2018 populasi sapi di Babel
sebanyak 13.760 ekor dengan komposisi
sapi potong sekitar 11 ribu dan sisanya
adalah betina tidak untuk dipotong.
Sementara kebutuhan daging sapi
mencapai 1.341 ton per tahun setara
dengan 15.556 ekor sapi. Oleh karena itu
untuk memenuhi kebutuhan sapi tersebut,
sebanyak 95 persen sapi didatangkan dari
luar daerah seperti Lampung, Jawa Timur
dan NTB.
Melalui Perda Nomor 19 Tahun 2017
tentang Penataan Usaha Perkebunan
Kelapa Sawit, Gubernur menginstruksikan
program integrasi Sawit-Sapi, yaitu
penyatuan usaha budidaya sapi pedaging
pada lahan perkebunan kelapa sawit.
Implementasinya dilakukan dengan
memelihara sapi paling sedikit 1 ekor per
10 hektar dan paling banyak 2 ekor per 1
hektar. Integrasi ini untuk memanfaatkan
limbah sawit (pelepah sawit dan
rumput/gulma di area perkebunan)
sebagai pakan sapi dan memanfatkan
kotoran sapi sebagai pupuk, bio urine, dan
biogas. Namun pada tataran pelaksanaan,
saat ini integrasi sawit sapi seakan jalan di
tempat, belum menunjukkan progress
yang berarti.
Pendapatan: 7.290,44
a. Pajak 2.164,74
b. Kontribusi sosial -
c. Hibah 202,92
d. Pendapatan lain 4.922,77
Beban: 4.253,77
a. Kompensasi pegawai 1.915,82
b. Penggunaan barang dan jasa 1.320,60
c. Konsumsi aset tetap -
d. Bunga -
e. Subsidi 0,57
f. Hibah 878,53
g. Manfaat sosial 3,92
h. Beban Lainnya 134,33
Keseimbangan operasi bruto/neto 3.036,66
Transaksi Aset Non Keuangan Neto 326,30
a. Aset tetap 322,08
b. Persediaan -
c. Barang berharga -
d. Aset non produksi 4,22
Net Lending/Borrowing 2.710,36
Transaksi yang mempengaruhi kekayaan neto
Tabel 4.3 Transaksi yang Mempengaruhi Kekayaan Netto (miliar)
Keterangan Gambar Wisma Ranggam, tempat pengasingan para menteri Kabinet Soekarno
-
- 21 -
Kanwil DJPb Provinsi Bangka Belitung
Kajian Fiskal Regional Triwulan II-2019
B. Integrated Farming Desa Sekar Biru
Kelompok Tani (Poktan) Makmur, Desa
Sekar Biru, Kecamatan Parittiga, Kab.
Bangka Barat, sebagai salah satu Poktan
binaan Bank Indonesia saat ini telah
mampu mengembangkan budidaya sapi.
Mulai dari formulasi pakan, penggemukan
sapi, percepatan masa sapih sapi,
optimalisasi limbah sapi menjadi pupuk
untuk pertanian dan perikanan (pertanian
terintegrasi –integrated farming). Poktan
Makmur telah memiliki bangsal kompos,
demplot pertanian dan Minilab Microbacter
Alfaafa 11 (MA11) yang terbukti lebih
cepat proses fermentasi bahan kompos
padat (fases ternak) hanya 1x24 jam dan
bahan lainnya untuk kebutuhan pertanian
secara organik.
Desa Sekar Biru dapat dikatakan
prototype pertanian terintegrasi. Saat ini
limbah sawit (pelepah sawit) digunakan
sebagai pakan sapi, sebaliknya limbah
sapi (kotoran) diolah menjadi pupuk yang
dibutuhkan perkebunan (sawit, lada,
durian dsb) dan pertanian (cabai, bawang,
sayur). Desa ini mampu menyulap lahan
eks tambang timah menjadi lahan tanam
sayuran dan pakan sapi yang subur.
Inflasi Bahan makanan
Pertumbuhan ekonomi (PDRB)
Kemiskinan Pengangguran
Sawit Sapi
Produktivitas Sahang/Sayuran/
Sawah
Produktivitas lahan eks tambang timah
Sahang/Sayuran/ Sawah
Limbah sawit
Pakan
Kotoran Sapi/Pupuk
Penyiangan
Lingkungan
Efisiensi Pakan dan Pupuk
Produktivitas sawit
Kebutuhan daging sapi
Gambar 5.1 Skema Integrasi Sapi-Sawit
-
- 22 -
Kanwil DJPb Provinsi Bangka Belitung
Kajian Fiskal Regional Triwulan II-2019
C. Potensi Terpendam 2S
Berkaca dari suksesnya Desa Sekar Biru,
apabila dikembangkan di seluruh Babel
tentunya ketersediaan daging sapi
bukanlah sebuah mimpi. Produktivitas
sawit dan perkebunan
lainnya seperti lada dan
sayuran akan meningkat
dengan biaya yang dapat
ditekan melalui
penghematan biaya
pupuk.
Kebijakan Pemda telah
ditetapkan melalui Perda
menjadi dasar untuk
mendorong pemilik
perkebunan guna
merealisasikan integrasi
sapi- sawit.
Desa Sekar Biru sebagai
benchmark telah nyata
ada dan berhasil di
Babel. Biaya pelatihan
maupun studi banding
menjadi lebih terjangkau
karena tidak perlu ke luar
Babel. Dengan kehadiran
minilab MA 11
diharapkan dapat
mendukung
pengembangan sektor pertanian di Babel
baik itu hortikultura (cabai, bawang, sayur)
perkebunan (lada, sawit durian dsb)
perikanan (lele, patin dsb), dan peternak
(sapi, ayam dsb).
Meskipun skala produksi Minilab masih
terbatas namun dengan dukungan
berbagai pihak terutama pemerintah
diharapkan mampu menaikkan
produktivitas. Sosialisasi program dan
penegakan peraturan dari Pemda masih
kurang terbukti dari belum berjalannya
Perda yang telah
ditetapkan sejak 2017.
Data Ditjen Perkebunan
menyebutkan bahwa luas
lahan sawit di Babel
211.082 Hektar. Artinya
jika Perda dijalankan
minimal 21.100 sapi
dapat dibudidayakan
untuk satu periode
bersamaan.
Kebutuhan daging dapat
dicukupi dari Babel tanpa
harus mendatangkan dari
luar Babel bahkan
melebihi kebutuhan yang
diperlukan. Adanya
pengolahan pakan dari
limbah sawit akan
memangkas biaya
produksi. Pengolahan
limbah sapi dengan lebih
cepat akan menjamin
kecukupan kebutuhan
pupuk di sektor
perkebunan dan pertanian. Hal ini tentu
menekan biaya yang dikeluarkan untuk
pupuk karena telah tersedia di Babel.
Secara lebih luas lagi, akan menghemat
pengeluaran pemerintah berupa subsidi
pupuk.
Melihat kekuatan dan peluang di atas,
harapan untuk menjadikan Babel
-
- 23 -
Kanwil DJPb Provinsi Bangka Belitung
Kajian Fiskal Regional Triwulan II-2019
swasembada daging sapi terbuka. Adapun
kelemahan atau tantangan dapat
diupayakan penyelesaiannya dengan
sinerginya Pemda dan stakeholder terkait.
D. Dukungan Fiskal untuk Ternak Sapi
Dukungan pemerintah terhadap
peningkatan produktivitas ternak sapi di
Babel masih sangat minim, hal ini terlihat
dari pagu Dinas Pertanian Provinsi Babel
tahun 2019, proporsi anggaran yang
diperuntukkan sektor peternakan masih
cukup kecil yaitu Rp1,91 miliar. Meningkat
63,84 persen dari pagu sektor peternakan
tahun 2018. Nilai pagu yang dialokasikan
ke sektor peternakan masih sangat kecil
jika dibandingkan dengan sektor pertanian
dan perkebunan. Hal ini dikarenakan
sektor peternakan dianggap bukan
komoditas prioritas seperti lada yang
memang sudah mendunia, tetapi hanya
untuk memenuhi kebutuhan daging lokal.
Selain dengan alokasi anggaran untuk
Dinas Pertanian, fungsi fiskal duna
mendukung integrasi sapi sawit dapat
dilakukan melalui:
a. Kebijakan alokasi DAK Fisik yang lebih
besar untuk kegiatan yang mendukung
pengembangan integrasi sawit sapi
seperti untuk pembangunan jalan guna
memperlancar distribusi pakan, pupuk
dan pemasaran hasil farming,
pembangunan kandang ternak,
pembangunan laboratorium baru.
b. Dana Desa dapat dioptimalkan untuk
usaha ekonomi produktif difokuskan
pada pembentukan dan
pengembangan produk unggulan
seperti sawit dan sapi.
c. Penyaluran KUR dan Pembiayaan UMi
lebih diprioritaskan untuk UMKM sektor
ternak sapi sehingga mendukung
peningkatan populasi sapi di Babel.
Grafik 5.1 Dukungan Fiskal Pemerintah
Sumber: GFS triwulan II-2019
-
Lampiran I
Pagu Realisasi % Pagu Realisasi %
PENDAPATAN
PAD 1.543,27 699,32 45,31% 1.530,49 596,79 38,99%
Pajak Daerah 1.003,73 539,08 53,71% 1.063,72 423,95 39,86%
Retribusi Daerah 81,55 27,64 33,90% 64,71 33,40 51,61%
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan 38,70 33,45 86,45% 36,18 35,28 97,51%
Lain-Lain PAD yang Sah 419,29 99,14 23,65% 365,87 104,16 28,47%
PENDAPATAN TRANSFER 7.069,80 3.441,16 48,67% 7.490,37 3.400,52 45,40%
Transfer - Dana Perimbangan 6.467,00 3.258,55 50,39% 6.792,93 3.162,06 46,55%
Dana Bagi Hasil Pajak / Bukan Pajak 719,62 248,79 34,57% 883,10 358,83 40,63%
Dana Alokasi Umum 4.263,15 2.486,06 58,32% 4.447,67 2.504,74 56,32%
Dana Alokasi Khusus 1.484,24 523,70 35,28% 1.462,16 298,49 20,41%
Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya 275,34 182,61 66,32% 319,57 238,46 74,62%
Dana Otonomi Khusus - - - - - -
Dana Penyesuaian 109,39 4,00 - 109,22 5,14 4,71%
Lainnya 165,95 178,61 107,63% 210,35 233,32 110,92%
Transfer Pemerintah Provinsi 274,83 - 0,00% 279,80 - 0,00%
Pendapatan Bagi Hasil Pajak 274,83 0,00% 279,80 - -
Pendapatan Bagi Hasil Lainnya - - - - -
Transfer Bantuan Keuangan 52,63 - 0,00% 98,07 - 0,00%
Bantuan Keuangan dari Pemerintah Prov./Kabupaten/Kota Lainnya 52,63 0,00% 98,07 -
LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH 164,49 12,34 7,50% 339,37 0,04 0,01%
Pendapatan Hibah 95,65 0,02 0,02% 243,33 0,04 0,02%
Pendapatan Dana Darurat - - - - - -
Pendapatan Lainnya 68,85 12,32 17,90% 96,04 - 0,00%
JUMLAH PENDAPATAN 8.777,56 4.152,82 47,31% 9.360,22 3.997,35 42,71%
BELANJA 8.422,14 2.491,36 29,58% 8.721,04 2.720,42 31,19%
Belanja Pegawai 3.681,49 1.260,35 34,23% 3.930,98 1.457,65 37,08%
Belanja Barang 2.454,53 707,13 28,81% 2.502,69 852,59 34,07%
Belanja Bunga - - - - - -
Belanja Subsidi 1,36 0,08 6,03% 2,03 0,57 28,16%
Belanja Hibah 537,74 292,22 54,34% 385,60 149,64 38,81%
Belanja Bantuan Sosial 7,66 2,09 27,36% 6,27 1,86 29,69%
Belanja Bantuan Keuangan - - - - - -
Belanja Modal 1.712,19 226,91 13,25% 1.873,39 258,11 13,78%
Belanja Tidak Terduga 27,17 2,57 9,47% 20,08 0,00 0,01%
TRANSFER PEMERINTAH DAERAH 1.247,36 317,13 25,42% 1.209,11 391,58 32,39%
Transfer/Bagi Hasil ke Desa 350,96 1,82 0,52% 409,80 48,68 11,88%
Transfer Bagi Hasil Pajak Daerah 350,96 1,55 0,44% 409,80 48,47 11,83%
Transfer Bagi Hasil Pendapatan Lainnya - 0,28 - - 0,21 -
Transfer Bantuan Keuangan 896,40 315,31 35,17% 799,31 342,90 42,90%
Transfer Bantuan Keuangan - - - - - -
Transfer Bantuan Keuangan Lainnya 896,40 315,31 35,17% 799,31 342,90 42,90%
JUMLAH BELANJA DAN TRANSFER 9.669,50 2.808,48 29,04% 9.930,15 3.112,00 31,34%
SURPLUS/DEFISIT (891,94) 1.344,34 -150,72% (569,93) 885,35 -155,34%
Uraian TW II 2018 TW II 2019
Realisasi APBD Lingkup Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
s.d. Triwulan II Tahun 2018 dan Tahun 2019 (dalam Miliar Rupiah)
-
Lampiran II
Output Minitab Prognosis APBN : Regression Analysis: Pajak versus Q2
The regression equation is
Pajak = 1461 + 0,598 Q2
Predictor Coef SE Coef T
P
Constant 1461,02 65,42 22,33
0,002
Q2 0,59797 0,08795 6,80
0,021
S = 40,4695 R-Sq = 95,9% R-Sq(adj)
= 93,8%
Analysis of Variance
Source DF SS MS F
P
Regression 1 75714 75714 46,23
0,021
Residual Error 2 3276 1638
Total 3 78989
Regression Analysis: PNBP versus Q2 The regression equation is
PNBP = 48,7 + 1,51 Q2
Predictor Coef SE Coef T P
Constant 48,67 15,28 3,19 0,086
Q2 1,5099 0,2705 5,58 0,031
S = 9,02220 R-Sq = 94,0% R-Sq(adj)
= 91,0%
Analysis of Variance
Source DF SS MS
F P
Regression 1 2536,5 2536,5
31,16 0,031
Residual Error 2 162,8 81,4
Total 3 2699,3
Regression Analysis: Belanja Barang versus Q2 The regression equation is
Belanja Barang = 660 + 1,04 Q2
Predictor Coef SE Coef T P
Constant 659,8 210,2 3,14 0,088
Q2 1,0394 0,6373 1,63 0,244
S = 100,539 R-Sq = 57,1% R-Sq(adj)
= 35,6%
Analysis of Variance
Source DF SS MS F
P
Regression 1 26885 26885 2,66
0,244
Residual Error 2 20216 10108
Total 3 47101
Regression Analysis: Belanja Modal versus Q2 The regression equation is
Belanja Modal = 1353 - 3,61 Q2
Predictor Coef SE Coef T
P
Constant 1353,0 230,4 5,87
0,028
Q2 -3,606 1,246 -2,89
0,102
S = 78,9366 R-Sq = 80,7% R-Sq(adj)
= 71,1%
Analysis of Variance
Source DF SS MS F
P
Regression 1 52196 52196 8,38
0,102
Residual Error 2 12462 6231
Total 3 64658
-
Output Minitab Prognosis APBD :
Regression Analysis: Pendapatan versus C1 The regression equation is
Pendapatan = 8571 - 0,156 C1
Predictor Coef SE Coef T
P
Constant 8571 1811 4,73
0,133
C1 -0,1563 0,4679 -0,33
0,795
S = 244,574 R-Sq = 10,0% R-Sq(adj)
= 0,0%
Analysis of Variance
Source DF SS MS F
P
Regression 1 6676 6676 0,11
0,795
Residual Error 1 59816 59816
Total 2 66492
Regression Analysis: PAD versus C3 The regression equation is
PAD = 1420 - 0,132 C3
Predictor Coef SE Coef T
P
Constant 1419,9 409,3 3,47
0,179
C3 -0,1325 0,6869 -0,19
0,879
S = 122,286 R-Sq = 3,6% R-Sq(adj) =
0,0%
Analysis of Variance
Source DF SS MS F
P
Regression 1 556 556 0,04
0,879
Residual Error 1 14954 14954
Total 2 15510
Regression Analysis: Transfer versus C5 The regression equation is
Transfer = 7226 - 0,208 C5
Predictor Coef SE Coef T
P
Constant 7226 1401 5,16
0,122
C5 -0,2077 0,4308 -0,48
0,714
S = 214,274 R-Sq = 18,9% R-Sq(adj)
= 0,0%
Analysis of Variance
Source DF SS MS F
P
Regression 1 10674 10674 0,23
0,714
Residual Error 1 45913 45913
Total 2 56588
Regression Analysis: LLPD versus C7 The regression equation is
LLPD = 124 - 1,59 C7
Predictor Coef SE Coef T
P
Constant 124,28 92,58 1,34
0,408
C7 -1,592 1,874 -0,85
0,552
S = 121,149 R-Sq = 41,9% R-Sq(adj)
= 0,0%
Analysis of Variance
Source DF SS MS F
P
Regression 1 10591 10591 0,72
0,552
Residual Error 1 14677 14677
Total 2 25268
Regression Analysis: Belanja versus C9 The regression equation is
Belanja = 4071 + 1,31 C9
Predictor Coef SE Coef T P
Constant 4071 2106 1,93 0,304
C9 1,3058 0,7758 1,68 0,341
S = 388,435 R-Sq = 73,9% R-Sq(adj)
= 47,8%
Analysis of Variance
Source DF SS MS
F P
Regression 1 427400 427400
2,83 0,341
Residual Error 1 150882 150882
-
Total 2 578281
Regression Analysis: Belanja Pegawai versus C11 The regression equation is
Belanja Pegawai = 1948 + 0,62 C11
Predictor Coef SE Coef T P
Constant 1948 1446 1,35 0,406
C11 0,624 1,044 0,60 0,657
S = 183,847 R-Sq = 26,3% R-Sq(adj)
= 0,0%
Analysis of Variance
Source DF SS MS F
P
Regression 1 12090 12090 0,36
0,657
Residual Error 1 33800 33800
Total 2 45889
Regression Analysis: Belanja Barang versus C13 The regression equation is
Belanja Barang = 2857 - 0,725 C13
Predictor Coef SE Coef T
P
Constant 2857,3 432,6 6,60
0,096
C13 -0,7252 0,5736 -1,26
0,426
S = 174,177 R-Sq = 61,5% R-Sq(adj)
= 23,0%
Analysis of Variance
Source DF SS MS F
P
Regression 1 48504 48504 1,60
0,426
Residual Error 1 30338 30338
Total 2 78841
Regression Analysis: Belanja Modal versus C15 The regression equation is
Belanja Modal = 1257 + 1,43 C15
Predictor Coef SE Coef T P
Constant 1256,9 828,8 1,52 0,371
C15 1,426 2,675 0,53 0,688
S = 256,135 R-Sq = 22,1% R-Sq(adj)
= 0,0%
Analysis of Variance
Source DF SS MS F
P
Regression 1 18645 18645 0,28
0,688
Residual Error 1 65605 65605
Total 2 84250
Regression Analysis: Belanja Lainnya versus C17 The regression equation is
Belanja Lainnya = 404 + 1,30 C17
Predictor Coef SE Coef T P
Constant 404,3 131,9 3,06 0,201
C17 1,3020 0,3564 3,65 0,170
S = 149,847 R-Sq = 93,0% R-Sq(adj)
= 86,1%
Analysis of Variance
Source DF SS MS
F P
Regression 1 299603 299603
13,34 0,170
Residual Error 1 22454 22454
Total 2 322057
-
- 24 -
Kanwil DJPb Babel
Kajian Fiskal Regional Triwulan II-2019
Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Babel Jalan Sungai Selan No. 91,
Telp. 0717-433405, 435106 Faksimili 0717-435802 Pangkalpinang 33135