edita231363048.files.wordpress.com · web viewdan kepada teman-teman yang telah memberikan ide-ide...

22
MAKALAH TEKNOLOGI INFORMASI PENYULUHAN PERTANIAN EDITA NIRM : 01.4.3.16.0388 JURUSAN PENYULUHAN PERKEBUNAN PRESISI POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN MEDAN (POLBANGTAN) TAHUN AJARAN

Upload: others

Post on 17-Nov-2020

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

MAKALAH

TEKNOLOGI INFORMASI PENYULUHAN PERTANIAN

EDITA

NIRM : 01.4.3.16.0388

JURUSAN PENYULUHAN PERKEBUNAN PRESISI

POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN MEDAN (POLBANGTAN)

TAHUN AJARAN

2019

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunianya penulis dapat menyelesaikan makalah Teknologi Informasi Penyuluhan Pertanian tentang tanaman teh yang diambil dari 3 jurnal.

Tidak lupa penulis ucapkan terimaksih kepada Bapak dan Ibu Dosen yang telah banyak membantu dalam penyusunan makalah ini. Dan kepada teman-teman yang telah memberikan ide-ide dalam penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak.

Demikian, penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Maret 2019

Penyusun

Edita

DAFTAR ISI

KATA PENGANTARi

DAFTAR ISIii

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang1

B. Tujuan 5

C. Manfaat5

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Latar Belakang Teh6

B. Taksonomi6

C. Morfologi7

D. Efek Biologis Teh Hijau8

III. HASIL DAN PEMBAHASAN9

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan11

B. Saran11

Daftar Pustaka 12

1. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Teh sebagai bahan rninurnan penyegar dan rnenyehatkan merupakan salah satu kourcditi unggulan perkebunan Indonesi sebagaimana pengertian Teh adalah sejenis minuman yang di hasilkan dari pengolahan daun tanaman teh (Camellia sinensis). Daun yang di gunakan biasanya adalah daun pucuk di tambah 2-3 helai daun muda di bawahnya. Daun tersebut kemudian di olah dengan cara ‘fermentasi’ sebelum dapat di konsumsi. Meskipun pengolahan daun teh dilakukan dengan cara ‘fermentasi’ namun sebenarnya proses pengolahannya tidak menggunakan ragi (mikroorganisme) dan juga tidak menghasilkan alkohol seperti proses fermentasi pada umumnya. Fermentasi daun teh lebih tepat jika di sebut proses oksidasi karena pemecahan komponen-komponen yang terkandung dalam teh di bantu oleh oksigen yang ada di udara.

Pengembangan inovasi teknologi dalam budidaya tanaman teh sangat dibutuhkan untuk meningkatkan produktivitas tanaman teh Indonesia. Mengingat banyaknya alih fungsi lahan yang terjadi di Indonesia, maka upaya peningkatan produktivitas diarahkan dengan cara intensifikasi pada area yang ada. Tujuan intensifikasi kebun teh adalah meningkatkan produktivitas lahan dengan penerapan teknologi dan optimalisasi lahan pertanaman teh yang dapat dilakukan dari mulai periode tanaman belum menghasilkan hingga periode tanaman menghasilkan. Produktivitas tanaman adalah salah satu sifat kuantitatif dari tanaman yang merupakan interaksi genetik x lingkungan (Roy, 2000).

Pengetahuan tentang genetik perlu dipahami untuk dapat memanipulasi tanaman menjadi lebih baik. Faktor lingkungan juga perlu menjadi perhatian agar dapat dimanipulasi sehingga tanaman dapat tumbuh seoptimal mungkin (Baihaki, 2000). Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap tanaman dapat berupa faktor biotik dan abiotik.

Menurut Dalimonthe (2013), besarnya faktor-faktor yang berperan dalam peningkatan produktivitas tanaman teh adalah faktor genetik dari klon yang digunakan (25%), faktor lingkungan seperti iklim (15%), teknik budidaya (35%) serta manajerial (25%). Pada aplikasinya, manajerial juga dapat dikategorikan sebagai kesatuan paket teknik budidaya yang tidak dapat dipisahkan, sehingga faktor aplikasi budidaya dapat menyumbang persentase peningkatan produktivitas tanaman sebesar 60%. Faktor–faktor tersebut merupakan paket pendukung kultur teknis yang dapat diupayakan teknologinya di lahan perkebunan agar tanaman mampu berproduksi secara optimum.

Upaya peningkatan produktivitas tanaman teh yaitu dengan cara peningkatan dan penerapan teknologi yang berperan dalam peningkatan produktivitas. upaya inovasi dari faktor genetik yang dapat diupayakan adalah penggunaan klon unggul. Sementara teknologi yang dapat diterapkan untuk faktor lingkungan karena adanya pemanasan global yaitu dengan upaya rekayasa iklim mikro di sekitar perkebunan teh dengan memanfaatkan pohon pelindung dan pengairan. Teknologi aplikasi budidaya tanaman yang baik dan benar dapat dilakukan dengan pemupukan yang tepat, pengendalian OPT secara terpadu, perawatan daun pemeliharaan, pemetikan dan pemangkasan yang tepat agar kesehatan dapat terjaga sehingga produktivitas meningkat (Dalimonthe, 2013).

Produksi yang tinggi dari suatu tanaman adalah salah satu karakteristik genetik tetua yang dapat wariskan pada keturunannya. Tingginya produksi tanaman dapat dicapai dengan menanam klon-klon unggul yang diikuti dengan tindakan kultur teknis yang tepat (Astika 1994 dalam Sriyadi dkk., 1999). Selain pemilihan klon yang mempunyai potensi tinggi penggunaan bibit yang pertumbuhannya baik dan sehat dari gangguan organisme pengganggu tanaman akan sangat menunjang keberhasilan dalam peningkatan produksi. Mengingat teh merupakan tanaman tahunan yang hasilnya dapat diperoleh dalam kurun waktu yang lama maka pemilihan bahan tanaman yang sesuai dengan kondisi wilayah perlu diperhatikan (Barbora, 1977 dalam Sriyadi 1994).

Tanaman teh berasal dari daerah subtropis yang dapat tumbuh optimum pada suhu 13-250 C, kelembaban (Rh) 70%, pH 4,5-5,6 dan curah hujan yang tidak kurang dari 2000 mm (PPTK, 2006). Tanaman teh tidak tahan terhadap kekeringan dan pertumbuhan pucuk tanaman teh sangat dipengaruhi oleh curah hujan serta penyinaran matahari (Kartawijaya, 1995).

Pemanasan global yang kini terjadi di seluruh belahan dunia menyebabkan kenaikan suhu udara 0.74– 0.180C (IPCC, 2007 ) sehingga untuk tanaman teh yang di golongkan tanaman C3 diperlukan upaya teknologi agar tanaman teh mendapatkan iklim yang sesuai bagi pertumbuhannya. Penanaman pohon pelindung adalah salah satu cara untuk mengatasi kekeringan dan mempertahankan kelembaban tanah. Pohon pelindung dapat mengurangi kecepatan angin sehingga dapat mengurangi penguapan air di dalam tanah maupun tanaman. Selain itu, pohon pelindung juga dapat mengurangi suhu udara di lingkungan (Kartawijaya, 1995).

Pohon pelindung yang dapat digunakan diantaranya silver oak (Grevillea robusta), albasia (Albizzia falcataria), kaliandra (Calliandra calothrysus), dadap (Erythrina lithosperma), lamtorogung (Lecaeana leucocephala) dan akasia (Acacia pruinosa). Tanaman teh yang mendapat pohon pelindung (A. chinensis atau A. odoratisma) dan dikelola dengan baik pada musim kering dilaporkan dapat tetap tumbuh segar karena kadar air tanah (kelembapan) di bawah naungan pohon pelindung masih cukup tinggi dibandingkan yang tidak dinaungi (Gogoi, 1976 dalam Sukasman 1997).

Jarak tanam yang digunakan dapat disesuaikan dengan intensitas cahaya matahari yang dibutuhkan oleh tanaman (Tea Research Institute of Sri Lanka, 2003) namun jarak tanam yang terlalu rapat juga dapat berdampak negatif bagi tanaman teh (Sukasman, 1992). Pohon pelindung yang dapat ditanam di dataran tinggi misalnya pohon silver oak (G. robusta) sebagai pohon pelindung tetap.

Pada saat awal penanaman pohon silver oak ditanam dengan jarak 6 x 6 m dan 8-10 tahun setelah penanaman, dilakukan penjarangan hingga jarak tanam 12 x 6 m. Penjarangan dilakukan kembali setelah 12-15 tahun setelah penanaman hingga pohon silver oak memiliki jarak tanam 12 x 12 m. Pada musim hujan, dilakukan perantingan (topping) pada tanaman pelindung agar ranting pohon pelindung tidak menghalangi air hujan untuk memenuhi kebutuhan air tanaman teh (Arunachalam, 1995).

Aplikasi pemupukan yang tepat berperan untuk meningkatkan produksi sebesar 20%. Pupuk merupakan salah satu input faktor yang mampu memenuhi kebutuhan hara tanaman untuk pertumbuhan. Pemupukan yang tepat dosis, waktu, cara dan jenis dapat mendukung peningkatan produksi tanaman. Usaha pencapaian target produksi tanpa dukungan potensi lahan dan kesehatan hara akan menghasilkan produktivitas yang labil (Raharjo dkk., 2010).

Pada saat aplikasi pemupukan waktu dan dosis harus diperhatikan agar tepat dan efisien. Waktu pemberian pupuk yang tepat dapat dilihat pada tabel 2. Pembagian pemberian pupuk disesuaikan waktu flush di lahan perkebunan. Persentase pemberian yang lebih tinggi diberikan 3 bulan sebelum waktu flush untuk mempersiapkan cadangan pati yang cukup untuk produksi pucuk. Waktu pemupukan dilakukan apabila jumlah curah hujan satu minggu terakhir sebelumnya 60-120 mm. Curah hujan yang kurang dari 60 mm/minggu menyebabkan unsur hara belum dapat diurai dengan sempurna. Sebaliknya curah hujan lebih dari 200 mm/minggu dikhawatirkan terjadi pelarutan yang besar dan hara dapat larut bersama aliran air. Dosis pemupukan optimal untuk setiap blok kebun dihitung atas dasar dosis baku (hasil analisi tanah), status kesehatan tanaman (hasil analisi daun), target produksi setiap blok kebun dan dosis optimal setiap hara serta kadar bahan organik pada tanah (Rachmiati dkk, 2013).

Aplikasi pemupukan juga harus tepat jenis sesuai dengan kebutuhan tanaman. Dalam memberikan jenis pupuk yang tepat terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu tidak meninggalkan residu akibat pupuk tidak dapat larut dengan sempurna. Tidak menggunakan pupuk dengan kandungan Ca tinggi seperti dolomit, fosfat alam dan sulfomag karena sulit larut. Selain itu pupuk yang digunakan perlu mempertimbangkan kesesuaiannya dengan sifat tanah tersebut. Pupuk perlu mengandung cukup sulfur untuk memberi suasana rhizosphere tanaman teh tetap asam karena tanaman teh memerlukan tanah dengan suasana asam (pH tanah 4,5-5,5). Dilaporkan bahwa pupuk sulfur selain memperbaiki suasana rhizosphere juga mendorong pertumbuhan pucuk berupa tunas baru dan persentase peko.

Aplikasi pemupukan juga harus tepat jenis sesuai dengan kebutuhan tanaman. Dalam memberikan jenis pupuk yang tepat terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu tidak meninggalkan residu akibat pupuk tidak dapat larut dengan sempurna. Tidak menggunakan pupuk dengan kandungan Ca tinggi seperti dolomit, fosfat alam dan sulfomag karena sulit larut. Selain itu pupuk yang digunakan perlu mempertimbangkan kesesuaiannya dengan sifat tanah tersebut. Pupuk perlu mengandung cukup sulfur untuk memberi suasana rhizosphere tanaman teh tetap asam karena tanaman teh memerlukan tanah dengan suasana asam (pH tanah 4,5-5,5). Dilaporkan bahwa pupuk sulfur selain memperbaiki suasana rhizosphere juga mendorong pertumbuhan pucuk berupa tunas baru dan persentase peko

Suhu yang terlalu tinggi dapat rnenyebabkan terjadinya kerusakan struktur enzim. Akibatnya enzim menjadi inaktivasi dan proses oksidasi katekin menjadi terhambat. Akan tetapi, kenaikan temperatur lebih lanjut akan menyebabkan uap panas menembus dinding membran tonoplas, akibatnya katekin yang berada dalarn vakuola akan berpenefi'asi dengan uap panas, sehingga rnenyebabkan degradasi termal katekin membentuk senyawa theofl ovi n dan thearubigi n.

B. Tujuan

1. Agar petani dapat mengetahui upaya peningkatan produksi teh (Camelia Sinensis (L.) O.Kuntze) Melalui Penerapan Kultur Teknis.

2. Agar petani mampu meningkatkan katekin teh indonesia prospek dan manfaatnya.

3. Agar petani dapat memahami kandungan senyawa yang ada pada daun the.

4. Agar petani dapat memahami cara penggunaan teknologi yang digunakan dalam budidaya teh

C. Manfaat

1. Agar lebih mengertahui jenis the dan manfaatnya.

2. Agar dapat memahami kandungan yang terdapat pada tanaman teh.

3. Agar dapat mengetahui aplikasi pemupukan yang tepat berperan untuk meningkatkan produksi sebesar 20%.

4. Agar dapat mengetahui pengembangan inovasi teknologi dalam budidaya tanaman teh sangat dibutuhkan untuk meningkatkan produktivitas tanaman teh Indonesia.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Latar Belakang Teh

Teh merupakan salah satu minuman populer di dunia yang dibuat dari pucuk daun muda tanaman teh (Camelia sinentis L. Kuntze). Tanaman teh yang tumbuh di Indonesia sebagian besar merupakan varietas Asamica yang berasal dari India. Teh varietas Asamica memiliki kelebihan dalam hal kandungan katekinnya (zat bioaktif utama dalam teh) yang besar, sehingga teh varietas ini sangat potensial untuk dikembangkan menjadi produk olahan pangan/minuman dan farmasi yang sangat bermanfaat bagi kesehatan (Hartoyo, 2003).

Tanaman teh memiliki manfaat diantaranya sebagai anti kanker, antioksidan, antimikroba, antibakteria, pencegah aterosklerosis, menjaga kesehatan jantung, antidiabetes, menstimulasi sistem imun, mencegah parkinson, menurunkan kolesterol, mencegah karies gigi, mencegah bau mulut, melancarkan urine, menghindari stroke dan menurunkan tekanan darah (Syah, 2006).

Jenis tanaman teh saat ini berkembang menjadi beraneka ragam. Keanekaragaman tersebut merupakan hasil penyilangan berbagai jenis teh serta pengaruh tanah dan iklim yang menghasilkan hasil panen yang berbeda. Jenis teh di dunia hingga saat ini kurang lebih berjumlah 1.500 jenis dari 25 negara yang berbeda, meskipun pada dasarnya jenis teh hanya terdiri dari tiga kelompok utama.

B. Taksonomi

Pada zaman dahulu, genus Camellia dibedakan menjadi beberapa spesies teh yaitu sinensis, assamica, dan irrawadiensis. Namun, pada tahun 1958, semua jenis teh secara universal dikenal sebagai suatu spesies tunggal yaitu Camellia sinensis dengan nama varietas yang berbeda. Taksonomi teh adalah sebagai berikut (Tuminah, 2004 dan Mahmood et al., 2010) : Superdivisi : Spermatophyta (tumbuhan biji) Divisi : Magnoliophyta (tumbuhan berbunga) Kelas : Dicotyledoneae (tumbuhan biji belah) Sub Kelas : Dilleniidae Ordo (bangsa) : Theales Familia (suku) : Theaceae Genus (marga) : Camellia

C. Morfologi

Tanaman Camellia sinensis, suatu tanaman yang berasal dari famili theaceae, merupakan pohon berdaun hijau yang memiliki tinggi 10 - 15 meter di alam bebas dan tinggi 0,6 - 1,5 meter jika dibudayakan sendiri. Daun dari tanaman ini berwarna hijau muda dengan panjang 5 - 30 cm dan lebar sekitar 4 cm. Tanaman ini memiliki bunga yang berwarna putih dengan diameter 2,5 - 4 cm dan biasanya berdiri sendiri atau saling berpasangan dua-dua (Ross, 2005). Buahnya berbentuk pipih, bulat, dan terdapat satu biji dalam masing-masing buah dengan ukuran sebesar kacang (Biswas, 2006).

Kandungan Teh Hijau Komposisi senyawa-senyawa dalam teh hijau sangatlah kompleks yaitu protein (15-20%); asam amino seperti teanine, asam aspartat, tirosin, triptofan, glisin, serin, valin, leusin, arginin (1-4%); karohidrat seperti selulosa, pectin, glukosa, fruktosa, sukrosa (5-7%); lemak dalam bentuk asam linoleat dan asam linolenat; sterol dalam bentuk stigmasterol; vitamin B,C,dan E; kafein dan teofilin; pigmen seperti karotenoid dan klorofil; senyawa volatile seperti aldehida, alkohol, lakton, ester, dan hidrokarbon; mineral dan elemen-elemen lain seperti Ca, Mg, Mn, Fe, Cu, Zn, Mo, Se, Na, P, Co, Sr, Ni, K, F, dan Al (5%) (Cabrera et al., 2006).

Teh telah dilaporkan memiliki lebih dari 4000 campuran bioaktif dimana sepertiganya merupakan senyawa-senyawa polifenol. Polifenol merupakan cincin benzene yang terikat pada gugus-gugus hidroksil. Polifenol dapat berupa senyawa flavonoid ataupun non-flavonoid. Namun, polifenol yang ditemukan dalam teh hampir semuanya merupakan senyawa flavonoid (Sumpio, 2006). Senyawa flavonoid tersebut merupakan hasil metabolisme sekunder dari tanaman yang berasal dari reaksi kondensasi cinnamic acid bersama tiga gugus malonyl-CoA. Banyak jenis-jenis flavonoid yang ada di dalam teh, tetapi yang memiliki nilai gizi biasanya dibagi menjadi enam kelompok besar (Mahmood et al., 2010).

D. Efek Biologis Teh Hijau

Semua makhluk hidup baik manusia, hewan, dan tumbuhan setiap harinya rentan terpapar dengan kerusakan yang bersifat oksidatif di lingkungan. Salah satu efek biologis teh hijau adalah bekerja sebagai antioksidan. Kerusakan oleh karena proses oksidasi berasal dari peningkatan radikal bebas baik yang secara endogen (proses inflamasi), maupun secara eksogen (radiasi, polusi, dan asap rokok).

1. Black Tea (Teh Hitam), teh yang pengolahannya melalui proses fermentasi secara penuh.

2. Oolong Tea (Teh Oolong), teh yang dalam pengolahannya hanya melalui setengah proses fermentasi.

3. Green Tea (Teh Hijau), teh yang dalam pengolahannya tidak melalui proses fermentasi (Danamurti, 2009).

Teh hijau merupakan teh yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Asia terutama China dan Jepang, sedangkan teh hitam lebih populer di negara-negara Barat dan teh oolong hanya diproduksi di negeri China (Hartoyo, 2003). Teh dikemas dalam berbagai bentuk, diantaranya berupa teh celup, teh seduh, teh dipres, teh stik dan teh instan. Teh celup adalah teh yang dikemas dalam kantong kecil yang biasa dibuat dari kertas. Teh celup sangat populer karena praktis untuk membuat teh, tetapi pencinta teh berat biasanya tidak menyukasi rasa teh celup (Danamurti, 2009).

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Produksi yang tinggi dari suatu tanaman adalah salah satu karakteristik genetik tetua yang dapat wariskan pada keturunannya. Mulai tahun 1998, Pusat Penelitian Teh dan Kina telah mengeluarkan klon-klon unggul dengan produksi yang tinggi serta mutu hasil olahan yang baik. Klon- klon unggul varietas assamika terdiri dari GMB 1-11

Aplikasi pemupukan yang tepat berperan untuk meningkatkan produksi sebesar 20%. Pupuk merupakan salah satu input faktor yang mampu memenuhi kebutuhan hara tanaman untuk pertumbuhan Aplikasi pemupukan juga harus tepat jenis sesuai dengan kebutuhan tanaman. Dalam memberikan jenis pupuk yang tepat terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu tidak meninggalkan residu akibat pupuk tidak dapat larut dengan sempurna.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Teh merupakan salah satu tanaman industriyang sangat penting. Dari tanaman ini diambil daunnya yang masih muda. Kemudian diolah dan digunakan untuk bahan minuman yang lezat. Disamping itu, teh juga diekspor dan menghasilkan devisa untuk negara. Kebutuhan akan teh di dalam dan di luar negeri terus meningkat. Karena itu, diusahakan penanaman the diperluas dan diperbaiki. Tanaman teh karena berasal dari sub tropis, maka cocok ditanam di daerah pegunungan. Garis besar syarat tumbuh untuk tanaman teh adalah kecocokan iklim dan tanah.

Tanaman teh umumnya mulai dapat dipetik daunnya secara menerus setelah umur 5 tahun. Dengan pemeliharaan yang baik tanaman teh dapat memberi hasil daun teh yang cukup besar selama 40 tahun. Kebun-kebun teh karenanya perlu senantiasa memperoleh pemupukan secara teratur, bebas serangan hama penyakit tanaman, memperoleh pemangkasan secara baik, memperoleh curah hujan yang cukup. Kebun-kebun teh perlu diremajakan setelah tanaman tehnya berumur 40 tahun ke atas. Sesudah abad ke-18, teh  dikenal di seluruh dunia. Mula-mula hanya di daratan China dan India. Pada abad ke-9 teh mulai ditanam di Jepang. Orang Eropa mengenal teh di abad ke-16. Teh mempunyai 2 varietas, yakni: varietas Sinensis dan varietas Assamica. Teh assamica-lah yang paling banyak ditanam di Indonesia

B. Saran

Dalam penyelesaian makalah ini penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan maka penulis mengharapkan kirik dan saran dari pembaca guna perbaikan untuk kali yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, T. 2013. Manajemen Pemetikan Teh. Pelatihan Kompetensi Teknis dan Pembangunan Usaha Komoditi Teh PTPN IX. Power point. Pusat Penelitian Teh dan Kina. Tidak dipublikasikan.

Arifin, I. S., Sastraprawira, U., Natasasmita, S dan Karyono. 1994. Tanggap tanaman Teh Klon TRI 2024 dan PS 324 yang Dipupuk Kalium terhadap Serangan Cacar Teh dan produksi pucuk. Buletin Penelitian Teh dan Kina vol. 8 (1/2) : 69-75.

Ghani, Mohammad A. 2002. Dasar-Dasar Budi Daya Teh. Penebar Swadaya; Jakarta. 134 hal.

M.Sultoni Arifin, Dr. dkk. 1992. Petunjuk Kultur Teknis Tanaman Teh. Pusat Penelitian Perkebunan Gambung. Bandung.

Rasjid Sukarja, Ir. 1983. Petunjuk Singkat Pengelolaan Kebun Teh. Badan Pelaksana Protek Perkebunan Teh Rakyat dan Swasta Nasional. Bandung.

Setyamidjaja, Djoehana. 2000. Teh Budi Daya dan Pengolahan Pascapanen. Kanisius; Yogyakarta. 154 hal.

Keterangan sumber jurnal

1. https://www.gamboeng.com/application/modules/arsip/files/3404e923cc554ce225a626134511842e.pdf

Judul : Upaya Peningkatan Produksi Teh (Camelia Sinensis (L.) O.Kuntze) Melalui Penerapan Kultur Teknis

2. http://journal.unpad.ac.id/kultivasi/article/viewFile/11871/5585

Judul : Katekin teh Indonesia prospek dan manfaatnya

3. http://perkebunan.litbang.pertanian.go.id/dbasebun/asset_dbasebun/Penerbitan-20160920075248.pdf

Judul : Kandungan senyawa pada daun teh