weatherekstrimsataidfull
TRANSCRIPT
![Page 1: WeatherEkstrimSATAIDfull](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022020803/5571fe3549795991699ade20/html5/thumbnails/1.jpg)
5/11/2018 WeatherEkstrimSATAIDfull - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/weatherekstrimsataidfull 1/19
1
ANALISA CUACA EKSTRIM STASIUN METEOROLOGI
SULTAN MAHMUD BADARUDDIN II PALEMBANG
15 NOVEMBER 2011 DENGAN SATAID
Disusun Oleh:
Bambang Beny Setiaji
NIP. 19780110 199803 1001
Diajukan Sebagai Persyaratan Memperoleh Angka Kredit Bagi Pejabat Fungsional BMKG
BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA
BALAI BESAR METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA WILAYAH IISTASIUN METEOROLOGI SMB II PALEMBANG
DESEMER 2011
BMKG
![Page 2: WeatherEkstrimSATAIDfull](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022020803/5571fe3549795991699ade20/html5/thumbnails/2.jpg)
5/11/2018 WeatherEkstrimSATAIDfull - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/weatherekstrimsataidfull 2/19
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Makalah : Analisa Cuaca Ekstrim Stasiun Meteorologi Sultan
Mahmud Badaruddin II Palembang 15 November 2011dengan SATAID
Nama / NIP : Bambang Beny Setiaji/ 19780110 199803 1001
Asal Stasiun : Stasiun Meteorologi Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang
KASI OBSERVASI DAN INFORMASI STASIUN
METEOROLOGI SULTAN MAHMUD BADARUDDIN II
PALEMBANG
A G U S S A N T O S ANIP. 19600920 198203 1001
Menyetujui :
Penilai 1 Penilai 2
(....................................) (......................................)
Catatan Tim Penilai :
2
![Page 3: WeatherEkstrimSATAIDfull](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022020803/5571fe3549795991699ade20/html5/thumbnails/3.jpg)
5/11/2018 WeatherEkstrimSATAIDfull - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/weatherekstrimsataidfull 3/19
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT yang memberi rahmat dan hidayah-Nya sehingga
dengan kehendak-Nya karya tulis ini dapat terselesaikan.
Karya tulis ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat dalam memperoleh
angka kredit bagi pejabat fungsional BMKG.
Penulis mengambil tema “Analisa Cuaca Ekstrim Stasiun Meteorologi Sultan
Mahmud Badaruddin II Palembang 15 November 2011 dengan SATAID” dengan
tujuan untuk memberikan informasi berupa hasil analisa apa yang menyebabkan
kejadian cuaca ekstrim tersebut dengan menggunakan citra satelit yang diolah dengan
SATAID. Dengan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kepala Stasiun Meteorologi SMB II Palembang, Arif Triono
2. Kepala Seksi Observasi dan Informasi Stasiun Meteorologi SMB II Palembang,
Agus Santosa.
3. Kepala Kelompok Analis Stasiun SMB Meteorologi II Palembang,
Jetmal Nababan
4. Seluruh pegawai Stasiun Meteorologi SMB II Palembang.
Palembang, 4 Januari 2011
Penulis
3
![Page 4: WeatherEkstrimSATAIDfull](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022020803/5571fe3549795991699ade20/html5/thumbnails/4.jpg)
5/11/2018 WeatherEkstrimSATAIDfull - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/weatherekstrimsataidfull 4/19
ANALISA CUACA EKSTRIM STASIUN METEOROLOGI
SULTAN MAHMUD BADARUDDIN II PALEMBANG
15 NOVEMBER 2011 DENGAN SATAID
ABSTRAK
Hujan lebat yang terjadi pada tanggal 15 November 2011, tercatat pada
pengukuran alat penakar hujan di Stasiun Meteorologi SMB II Palembang sebesar 55,4
mm sehingga masuk ke kriteria intensitas sangat lebat (lebih dari 50 mm/hari) dan
dalam kategori ekstrim.
Analisa data dilakukan dengan menggunakan citra satelit pada kanal IR (Infra
Red) yang diolah dengan SATAID (Satellite Animation and Interactive Diagnosis).
Dengan metode bird’s eye, time series, suhu/contour dan cross section dapat ditarik
kesimpulan adanya konvergensi menyebabkan tumbuhnya awan-awan konvektif
(cumulonimbus) memanjang dari sepanjang pantai barat Sumatera bagian selatan
hingga Kepulauan Bangka dengan indikasi suhu berkisar kurang dari -50 oC.
DAFTAR ISI
Halaman
4
![Page 5: WeatherEkstrimSATAIDfull](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022020803/5571fe3549795991699ade20/html5/thumbnails/5.jpg)
5/11/2018 WeatherEkstrimSATAIDfull - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/weatherekstrimsataidfull 5/19
LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………………...…ii
KATA PENGANTAR……………………………………………………………..... iii
ABSTRAK…………………………………………………………………….……..iv
DAFTAR ISI………………………………………………………………………v-vi
BAB I. PENDAHULUAN…………….…………………………………………..….1
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA…………..…………………………………………2
BAB III. DATA DAN METODE……………………………………………….……6
3.1. DATA………………………………………….................................……6
3.2. METODE…………………………….…………...…………….….……..6
BAB IV. ANALISA DAN PEMBAHASAN………………………………….....…...7
4.1. Hasil Analisa Bird’s Eye.............................................................................7
4.2. Hasil Analisa Time Series...........................................................................8
4.3. Hasil Analisa Suhu dan Contour................................................................9
4.2. Hasil Analisa Cross Section......................................................................11
BAB V. PENUTUP…..…….………………………………………………………..13
5.1. KESIMPULAN…………………………………………………………13
5.2. SARAN……………………………………………………….…………13
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………..14
5
![Page 6: WeatherEkstrimSATAIDfull](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022020803/5571fe3549795991699ade20/html5/thumbnails/6.jpg)
5/11/2018 WeatherEkstrimSATAIDfull - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/weatherekstrimsataidfull 6/19
BAB I
PENDAHULUAN
Letak geografis Indonesia berada pada posisi 11 lintang utara sampai dengan 6
lintang selatan dan posisi bujur 95 bujur timur sampai 141 bujur timur. Wilayah
Indonesia berada di antara benua Asia dan Benua Australia.Wilayah ini juga berada di
antara Samudra Hindia dan Samudra Pasifik. Sebagai wilayah kepulauan terdiri atas
lebih dari 17.500 pulau. Sekitar 70 % wilayah Indonesia oleh permukaan laut. Pulau-
pulau di Indonesia pada umumnya permukaan daratan yang bergunung-gunung.
Terdapat dua barisan pegunungan yang melintasi wilayah Indonesia yang merupakan
bagian dari barisan pegunungan di dunia. Barisan pegunungan tersebut adalah Sirkum
Pasifik yang melintasi Pulau Irian dan Sirkum Mediterania yang melintasi Pulau
Sumatera, Jawa Nusa Tenggara, dan Sulawesi. Kedua barisan pegunungan tersebut
bertemu di Kepulauan Maluku. Di Indonesia terdapat 180 gunung yang memiliki
ketinggian diatas 1500 meter secara umum Indonesia memiliki dua musim, yakni
musim hujan dan musim kemarau. Keadaan ini berkaitan dengan system Monsun.
Musim hujan biasanya terjadi selama bulan Oktober – Maret setiap tahunnya
(Swarinoto & Basuki, 2003).
Hujan lebat yang terjadi pada tanggal 15 November 2011, tercatat pada
pengukuran alat penakar hujan di Stasiun Meteorologi SMB II Palembang sebesar 55,4
mm sehingga masuk ke kriteria intensitas sangat lebat (lebih dari 50 mm/hari) dan dalam
kategori ekstrim.
6
![Page 7: WeatherEkstrimSATAIDfull](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022020803/5571fe3549795991699ade20/html5/thumbnails/7.jpg)
5/11/2018 WeatherEkstrimSATAIDfull - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/weatherekstrimsataidfull 7/19
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Endapan (Presipitasi) didefinisikan sebagai bentuk air cair dan padat (es) yang
jatuh ke permukaan bumi. Meskipun kabut, embun, dan embun beku (frost) dapat
berperan dalam alih kebasahan (moisture) dari atmosfer ke permukaan bumi, unsur
tersebut tidak ditinjau sebagai endapan. Bentuk endapan adalah hujan, gerimis, salju,
dan batu es hujan(hail). Hujan adalah bentuk endapan yang sering dijumpai, dan di
Indonesia yang dimaksud endapan adalah curah hujan (Tjasyono, 2004).
Curah hujan dan suhu merupakan unsur iklim yang sangat penting bagi
kehidupan di bumi. Jumlah curah hujan dicatat dalam inci atau milimeter (1 inci = 2,54
mm). Jumlah curah hujan 1 mm, menunjukkan tinggi air hujan yang menutupi
permukaan 1 mm, jika air tersebut tidak meresap ke dalam tanah atau menguap ke
atmosfer (Tjasyono, 2004).
Terjadinya hujan dari awan diperlukan beberapa mekanisme yang berfungsi
mendinginkan udara sehingga menjadikannya jenuh dan selanjutnya jatuh menjadi
hujan. Secara umum pendinginan yang diperlukan ini diperoleh dari proses
pengangkatan massa udara vertikal keatas sampai mencapai ketinggian yang memenuhi
syarat. Adapun mekanisme pengangkatan ini terjadi melalui suatu sistem konvektif.
Dalam proses ini pengangkatan panas tidak hanya kearah vertical, tetapi juga kearah
horizontal. Proses gerakan udara vertical dan horizontal yang berkesinambungan
kemudian dikenal sebagai sel konvektif. Pada kondisi tersebut terdapat adanya aliran
7
![Page 8: WeatherEkstrimSATAIDfull](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022020803/5571fe3549795991699ade20/html5/thumbnails/8.jpg)
5/11/2018 WeatherEkstrimSATAIDfull - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/weatherekstrimsataidfull 8/19
udara vertical di bagian tengah. Aerosol yang bertindak sebagai inti kondensasi
menyebabkan perubahan kelembaban relative yang kemudian akan membentuk tetes air
dan pada akhirnya jatuh sebagai hujan (Tjasyono, 2004).
Berdasarkan proses pembentukannya hujan dapat diklasifikasikan menjadi
beberapa jenis, yakni :
1. Hujan konvektif, terjadi bila udara basah naik keatas pada ketinggian
tertentu menyebabkan udara terkondensasi. Hujan yang jatuh biasanya
berupa shower yang berasal dari jenis awan konveksi yaitu cumulus dan
cumulonimbus.
2. Hujan orografis, bila masa udara melalui pegunungan naik terkondesasi.
Hujan yang jatuh berupa Drizzle (gerimis) pada sisi pegunungan sepanjang
arah datangnya angin. Sedangkan pada sisi sebaliknya terdapat langit cerah
atau sedikit berawan.
3. Hujan siklon, disebabkan oleh kondensasi gerakan udara pada daerah
konvergensi. Massa udara basah yang terjadi ketika kurva isobar berbentuk
siklon akan terbentuk campuran awan cumulus dan menghasilkan hujan
lebat. Jika pergerakan sistem siklon lambat maka hujan akan terjadi selama
beberapa jam hingga hari.
4. Hujan Frontal yang diakibatkan oleh bertemunya dua massa udara yang
konvergen horizontal yang mempunyai temperature dan densitas yang
berbeda.
8
![Page 9: WeatherEkstrimSATAIDfull](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022020803/5571fe3549795991699ade20/html5/thumbnails/9.jpg)
5/11/2018 WeatherEkstrimSATAIDfull - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/weatherekstrimsataidfull 9/19
Dalam usaha pencegahan bencana alam yang berkaitan dengan meteorologi,
seperti typhoon dan hujan lebat, peran satelit meteorologi dalam memprakirakan cuaca
tidak dapat diragukan lagi. Namun, untuk lebih mengefektifkan penggunaan satelit
meteorologi, adalah penting untuk menganalisa citra dan mengambil informasi darinya.
Saat ini tidak ada cara lain selain menganalisa citra satelit secara subyektif melalui mata
penglihatan manusia, sedangkan analisis yang berkualitas membutuhkan penguasaan
interpretasi citra secara baik. Saat ini, perkembangan komputer dapat mempermudah
tampilan citra satelit ke layar komputer. Meteorological Satellite Center JMA telah
mengembangkan suatu sistem Computer Aided Learning (MSC-CAL) untuk
menampilkan citra satelit sebagai sarana pembelajaran dan pelatihan dalam rangka
meningkatkan kemampuan analisa citra. Sistem inilah yang kemudian disebut
“SATAID” (Satellite Animation and Interactive Diagnosis). Sistem ini meliputi
berbagai fungsi analisa citra satelit, dan dengan menggunakan fungsi ini diharapkan
seorang prakirawan mampu membuat analisa yang kualitasnya mendekati analisa yang
dibuat di Meteorological Satellite Center. Sistem ini juga dapat digunakan untuk
memonitor kondisi aktual yang terjadi. Tampilan SATAID seperti pada Gambar. 1.
9
![Page 10: WeatherEkstrimSATAIDfull](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022020803/5571fe3549795991699ade20/html5/thumbnails/10.jpg)
5/11/2018 WeatherEkstrimSATAIDfull - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/weatherekstrimsataidfull 10/19
Gambar. 1
10
![Page 11: WeatherEkstrimSATAIDfull](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022020803/5571fe3549795991699ade20/html5/thumbnails/11.jpg)
5/11/2018 WeatherEkstrimSATAIDfull - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/weatherekstrimsataidfull 11/19
BAB III
DATA DAN METODE
3.1.Data
Data yang dipergunakan adalah data curah hujan pada Tanggal 15 November
2011 yang diperoleh dari Stasiun Meteorologi SMB II Palembang dan data citra satelit
yang diperoleh dari BOM dengan menggunakan LRITAPI pada Tanggal 15 November
2011 dari Jam 00.00 – 23.00 UTC seperti pada Gambar. 2.
Gambar. 2
3.2. Metode
Metode yang dilakukan dalam kajian ini adalah dengan menganalisa citra satelit
yang diolah dengan menggunakan SATAID
11
![Page 12: WeatherEkstrimSATAIDfull](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022020803/5571fe3549795991699ade20/html5/thumbnails/12.jpg)
5/11/2018 WeatherEkstrimSATAIDfull - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/weatherekstrimsataidfull 12/19
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Analisa Bird’s Eye
Pada analisa Bird’s Eye tampilan citra satelit dibuat seperti tiga dimensi seperti
halnya penglihatan visual seekor burung pada ketinggian tertentu, seperti pada Gambar.3
Gambar.3 Bird’s Eye 17.00 UTC
Pada Gambar. 3 terlihat dengan jelas posisi ketinggian awan dan kumpulan
awan-awan konvektif (cumulonimbus) yang berada di atas Sumatera Selatan yang
menyebabkan kejadian hujan tanggal 15 November 2011 17.00 UTC.
12
![Page 13: WeatherEkstrimSATAIDfull](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022020803/5571fe3549795991699ade20/html5/thumbnails/13.jpg)
5/11/2018 WeatherEkstrimSATAIDfull - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/weatherekstrimsataidfull 13/19
4.2. Analisa Time Series
Salah satu keunggulan SATAID adalah menampilkan secara time series atau
berurutan sesuai waktu data citra satelit yang diolah, seperti pada Gambar.4 dan
Gambar. 5
Gambar. 4
Pada citra IR secara time series terlihat bagaimana adanya konvergensi yang
menyebabkan tumbuhnya awan-awan konvektif (cumulonimbus) sepanjang pantai barat
Sumatera bagian selatan hingga Kepulauan Bangka yang menyebabkan terjadinya hujan
pada Tanggal 15 November 2011.
13
![Page 14: WeatherEkstrimSATAIDfull](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022020803/5571fe3549795991699ade20/html5/thumbnails/14.jpg)
5/11/2018 WeatherEkstrimSATAIDfull - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/weatherekstrimsataidfull 14/19
Gambar.5
Gambar.5 menunjukkan analisa suhu secara time series pada koordinat yang
ditentukan dan bisa menunjukkan pertumbuhan awan pada koordinat tersebut. Pada
analisa time series akan terlihat perbedaan antara awan Cumulonimbus dan Cirrus
dikarenakan secara visual per citra memiliki warna yang sama tetapi pada saat time
series awan cirrus lebih cenderung memiliki pergerakan lebih lambat di banding
cumulonimbus yang cepat dan selalu berubah.
4.2. Analisa Suhu dan Contour
Untuk mengetahui jenis awan pada citra satelit adalah dengan melihat tingkat
degradasi warna di mana semakin putih awan maka semakin dingin suhunya maka
semakin tinggi awan tersebut dan bisa mengindikasikan awan tersebut cumulonimbus
seperti pada Gambar.6
14
![Page 15: WeatherEkstrimSATAIDfull](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022020803/5571fe3549795991699ade20/html5/thumbnails/15.jpg)
5/11/2018 WeatherEkstrimSATAIDfull - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/weatherekstrimsataidfull 15/19
Gambar.6
Gambar.7
Gambar.7 adalah citra satelit channel IR yang akan kita cek kontur suhunya
dengan tool contour pada SATAID seperti pada Gambar.8
15
![Page 16: WeatherEkstrimSATAIDfull](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022020803/5571fe3549795991699ade20/html5/thumbnails/16.jpg)
5/11/2018 WeatherEkstrimSATAIDfull - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/weatherekstrimsataidfull 16/19
Gambar.8
Pada Kontur suhu terlihat kelompok awan CB yang bersuhu kurang dari -50 oC
memanjang dari sepanjang pantai barat Sumatera bagian selatan hingga Kepulauan
Bangka yang menyebabkan terjadinya hujan pada Tanggal 15 November 2011.
4.2. Analisa Cross Section
Untuk melengkapi pembuktian suhu awan pada analisa contour dilakukan
analisa cross section dengan menarik garis lurus pada konvergensi sehingga terlihat pada
grafik suhu awan yang dianalisa, seperti Gambar.8
16
![Page 17: WeatherEkstrimSATAIDfull](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022020803/5571fe3549795991699ade20/html5/thumbnails/17.jpg)
5/11/2018 WeatherEkstrimSATAIDfull - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/weatherekstrimsataidfull 17/19
Gambar.9
Pada Gambar.9 terlihat suhu awan pada citra IR didapat berkisar -20 s/d -80 oC,
kumpulan awan cb terlihat yang dilalui gari cross section pada suhu berkisar -60 oC ke
bawah.
17
![Page 18: WeatherEkstrimSATAIDfull](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022020803/5571fe3549795991699ade20/html5/thumbnails/18.jpg)
5/11/2018 WeatherEkstrimSATAIDfull - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/weatherekstrimsataidfull 18/19
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Bardasarkan pada uraian tersebut di atas dapat diperoleh kesimpulan bahwa
Cuaca ekstrim yang terjadi di wilayah Palembang dan sekitarnya tanggal 15 November
2011 dimana tercatat tercatat pada pengukuran alat penakar hujan di Stasiun
Meteorologi SMB II Palembang sebesar 55.4 mm sehingga masuk ke kriteria intensitas
sangat lebat (lebih dari 50 mm/hari) dan dalam kategori ekstrim sebagai berikut
1. Adanya Konvergensi yang teramati pada analisa citra IR yang menyebabkan
tumbuhnya awan-awan konvektif (cumulonimbus) memanjang dari sepanjang pantai
barat Sumatera bagian selatan hingga Kepulauan Bangka .
2. Analisa suhu menunjukkan terjadinya pertumbuhan awan konvektif
(cumulonimbus) yang terjadi di Palembang Sumatera Selatan dengan indikasi suhu
berkisar kurang dari -50 oC
5.2 Saran
1. Menggunakan NWP pada SATAID
2. Menggunaka jenis citra image yang lain seperti IR2, S2, SP, WV dsb.
3. Menggunakan data analisa streamline.
4. Menggunakan data dan metode analisa yang lain.
5. Menggunakan data radar cuaca.
18
![Page 19: WeatherEkstrimSATAIDfull](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022020803/5571fe3549795991699ade20/html5/thumbnails/19.jpg)
5/11/2018 WeatherEkstrimSATAIDfull - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/weatherekstrimsataidfull 19/19
DAFTAR PUSTAKA
Drs. SURYATNA RAFII. Meteorologi dan Klimatologi , Jakarta 1995.
BAYONG TJASYONO .HK. Klimatologi , Bandung 2004.
YUNUS S.SWARINOTO & BASUKI, Evaluasi Curah Hujan dalam 20 Tahun
Terakhir di Surabaya, Jakarta 2003.
BMKG, Manual SATAID, Jakarta 2007
ACHMAD ZAKIR. Analisa Kasus Cuaca Ekstrim, Jakarta 2009
http://www.bom.gov.au
19