waris testamen

5
Depok, (suara-publik.com) Pengadilan Negeri kota Depok gelar sidang kasus tanah wasiat (testament) Kamis (12/1/2012 di jalan Bol Depok. Sidang gugatan tanah wasiat dipimpin langsung oleh Dwiarso Budi Santiarto,SH, M,Hum selaku ketua majelis hakim, panitera pembantu Bambang, nampak hadir Penggugat Irwan Wijaya dan Tergugat I Christi Maria dan tergugat II Bambang Sidang acara kasus sengketa tanah wasiat itu menghadirkan saksi ahli Profesor Arie S. Hutagalung. SH,MI.I dari pakar hukum p guru besar di Universitas Indonesia . Mengenai kasus tanah seluas 2,5 hektar yang berlokasi di jalan Margo kelurahan Kemiri Muka Beji itu di gugat oleh Irwan Wijaya. Karena me memilik surat wasiat, sementara pihak tergugat Christina Mari justeru pemegang ahli waris dari wasiat merasa dirugikan ol Irwan Wijaya diduga gugatannya salah alamat. Menurut Asmin Kesoemadjaya SH penasehat hukum tergugat, yang digugat oleh tergugat adalah sertifikat nomor 190, padahal seharusny katanya kepada wartawan. Dulu pernah digugat sertifikat 177 tanah seluas 220 meter dan mereka menang, sekarang pihak Irwan masih mau menggugat lagi tanah seluas 670 meter. Gugatan tanah tersebut atas dasar surat wasiat, antara Irwan dengan pemegang wasiat Christina Maria. Dikatakan Christina Maria, tanah itu adalah tanah peninggalan orang kami, dan si Irwan tiba-datang mau masuk di lahan yang sudah lama ka kuasai, dan mengaku sebagai ahli waris tanah lau Tiang Boa, (irwan) ngaku anak dari salah satu seorang ibu pemegangwasiat pungkasnya. Mengenai tanah antara si penggugat dan tergugat atas dasar surat was menurut Profesor Arie S. Hutagalung. SH,MI.I, tanah tanah itu ada dasarnya semua, apa lagi tanah bekas partekelir atau tanah yang terl itu otomatis dikembalikan kepada Negara, tetap apa bila tana ada yang merawat dan mengurus hingga memiliki surat membayar itu sah katanya apa lagi saat ini banyak sertifikat sebagai alat bukti kep yang dikeluarkan oleh BPN banyak yang bermasakah, BPN itu harus hari hati mengeluarkan serifikat tanah, sebab, tanah yang banyak bermasal kemungkinan akan terbukti kepemilikannya dengan bukti dan saksi bata tanah terdaftar namanya dibuku tanah.

Upload: maria-yohana-kristyadewi

Post on 21-Jul-2015

157 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Depok, (suara-publik.com) Pengadilan Negeri kota Depok gelar sidang kasus tanah wasiat (testament) Kamis (12/1/2012 di jalan Bolevard kota Depok. Sidang gugatan tanah wasiat dipimpin langsung oleh Dwiarso Budi Santiarto,SH, M,Hum selaku ketua majelis hakim, panitera pembantu Bambang, nampak hadir Penggugat Irwan Wijaya dan Tergugat I Christina Maria dan tergugat II Bambang Sidang acara kasus sengketa tanah wasiat itu menghadirkan saksi ahli Profesor Arie S. Hutagalung. SH,MI.I dari pakar hukum pertanahan guru besar di Universitas Indonesia . Mengenai kasus tanah seluas 2,5 hektar yang berlokasi di jalan Margonda kelurahan Kemiri Muka Beji itu di gugat oleh Irwan Wijaya. Karena merasa memilik surat wasiat, sementara pihak tergugat Christina Maria yang justeru pemegang ahli waris dari wasiat merasa dirugikan oleh karena Irwan Wijaya diduga gugatannya salah alamat. Menurut Asmin Kesoemadjaya SH penasehat hukum tergugat, yang digugat oleh tergugat adalah sertifikat nomor 190, padahal seharusnya 168 katanya kepada wartawan. Dulu pernah digugat sertifikat 177 tanah seluas 220 meter dan mereka menang, sekarang pihak Irwan masih mau menggugat lagi tanah seluas 670 meter. Gugatan tanah tersebut atas dasar surat wasiat, antara Irwan Wijaya dengan pemegang wasiat Christina Maria. Dikatakan Christina Maria, tanah itu adalah tanah peninggalan orang tua kami, dan si Irwan tiba-datang mau masuk di lahan yang sudah lama kami kuasai, dan mengaku sebagai ahli waris tanah lau Tiang Boa, dan dia (irwan) ngaku anak dari salah satu seorang ibu pemegang wasiat pungkasnya. Mengenai tanah antara si penggugat dan tergugat atas dasar surat wasiat, menurut Profesor Arie S. Hutagalung. SH,MI.I, tanah tanah itu ada dasarnya semua, apa lagi tanah bekas partekelir atau tanah yang terlantar itu otomatis dikembalikan kepada Negara, tetap apa bila tanah tersebut ada yang merawat dan mengurus hingga memiliki surat membayar pajak itu sah katanya apa lagi saat ini banyak sertifikat sebagai alat bukti kepemilikan tanah yang dikeluarkan oleh BPN banyak yang bermasakah, BPN itu harus harihati mengeluarkan serifikat tanah, sebab, tanah yang banyak bermasalah kemungkinan akan terbukti kepemilikannya dengan bukti dan saksi batas tanah terdaftar namanya dibuku tanah.

Sementara hakim majelis menanyakan soal kepemilikan tanah, boleh tidak apabila si pemilik tanah alamat rumahnya berpindah-pindah oleh karena isteri dua. Dikatakan Arie, tidak boleh, sebab karena ada aturannya yakni kepemilikan tanah tidak boleh dari alamat yang berbeda (abstensi). Dan soal tanah persil dan tanah adat banyak yang berubah, kata majelis hakim, yang bias membuktikan atas kepemilikan tanah adat sesuai UU No : 5 tahun 1960, itu tergantung siapa yang membayar pajak. Soal sertifikat, pengadilan negeri tidak bisa membatalkan sertifikat, yang membatalkan sertifikat tanah adalah PTUN atau BPN karena sertifikat bahagian produk administrasi Negara. Tapi kami bisa membatalkan sertifikat tanah, apa bila ada masalah hukum berdasarkan azas yuden prudensial ujar hakim majelis. Tanah barat sudah dihapuskan semenjak 28 September 1960, karena sudah di konversi bekas tanah eks eigendom verponding, jadi harus membuat permohonan baru, dan tanah tersebut juga tidak boleh untuk kepentingan umum, berlakunya membayar pajak sejak 24 September 1960 atas dasar PP No : 61 tahun 1960, dan PP No : 24 katanya Arie. Acara persidangan di Pengadilan Negeri Depok itu belum bisa menyimpulkan hasil perkara tanah wasiat antara penggugat dengan tergugat, kemudian hakim majelis menutup sidang sambil menerima kenang-kenangan buku berjudul Tebaran Pemikiran Seputar Masalah Hukum Tanah, dari Profesor Ny Arie S, Hutagalung, SH,MI,I, sidang ditunda hingga 19 janurai 2012. ( Benny Gerungan )http://suara-publik.com/berita-598-pn-depok-sidangkan-kasus-tanah-wasiat.html

Kasus Posisi: Bintang film Suzzanna wafat Rabu 15 Oktober 2008 sehari setelah merayakan ulang tahun ke -66. Prosesi pemakaman yang serba tertutup untuk publik itu adalah permintaan mendiang sesuai dengan surat wasiat yang ditulis tahun 2006. Surat wasiat tersebut masih disimpan notaris Kunsri Hastuti. Notaris yang tinggal di Jalan Pahlawan, Magelang, itu mendapatkan mandat dari Suzanna agar tak menggungkapkan isi surat wasiatnya kepada siapa pun. Dia hanya diizinkan untuk menyampaikan sebagian kecil isi surat wasiat itu. Isi surat wasiatnya, jika Suzanna wafat, yang boleh mengurus hanya suaminya, Clift Andro Nathalia (Clift Sangra), suaminya. Untuk keperluan visum, Clift harus menghubungi dokter, polisi, RT, dan RW. Keluarga tidak perlu dilibatkan. Permintaan tersebut disampaikan dalam surat bertuliskan tangan, lengkap dengan tanda tangan Suzanna, tertanggal 4 Juli 2006. Clift yang mendampingi Suzanna hingga tutup usia di rumah tinggalnya, Kampung Kebondalem, Kelurahan Potrobangsan, Magelang, melaksanakan dengan

baik surat wasiat sang istri. Tak heran, kematian bintang yang moncer dalam film Beranak dalam Kubur itu tak banyak diketahui publik, termasuk keluarga dan tetangga sekitar. Hanya orang-orang tertentu yang diberitahu dan diizinkan untuk melihat jasad Suzanna sebelum dimakamkan di Pemakaman Umum Giriloyo, Magelang, Kamis 16 Oktober 2008. Disinggung soal isi surat wasiat Suzanna secara detail, suami kedua Suzanna tersebut enggan menanggapinya. Namun, dia menyatakan akan memenuhi permintaan Suzanna sebagaimana tertulis dalam surat wasiat itu. Sejak Kamis malam, kami menugasi tiga orang untuk menjaga makam Mbak Suzi (panggilan akrab Suzanna, Red). Setiap waktu saya juga menengok makam. Waktunya tidak bisa ditentukan terang Clift. Kematian artis yang mempunyai nama lengkap Suzanna Martha Frederika Van Osch itu masih menyisakan kesedihan. Meski kerabat dan penggemar tak secara langsung mengikuti upacara pemakaman, cukup banyak yang berdoa di makam Suzanna. Mendiang Suzanna dikubur dalam satu liang lahad dengan Irene Beatrix Van Osch serta Ari Andrianus Suprapto, kakak kandung serta putra kandungnya dari suami pertama, Dicky Suprapto . Kematian Suzanna rupanya masih menimbulkan ganjalan bagi anaknya, Kiki Maria. Meski Clift Sangra, suami Suzanna, sudah menyatakan bintang film horor itu meninggal akibat penyakit diabetes yang diderita sejak 30 tahun lalu, namun, Kiki tetap meragukan keterangan tersebut. Untuk memenuhi hasrat keingintahuannya, termasuk langkah hukum yang mungkin akan dilakukan, Kiki terus mengumpulkan fakta mengenai penyebab kematian ibundanya tersebut. Alasannya, Kiki melihat ada keanehan saat menjelang kematian Suzanna. Semua datang setelah mama meninggal, hanya Clift, anaknya, dan pembantu yang menggurus hingga ke pemakaman demikian ujar Kiki. Meski demikian, Kiki mengaku mengetahui ibunya menderita sakit diabetes dan gagal ginjal sudah cukup lama. Tapi, Kiki tetap kukuh mencurigai ada keanehan yang harus dijelaskan secara terbuka, tandasnya. Selain minta penjelasan seputar kejadian sebelum wafatnya Suzanna, baik Kiki Maria maupun Abriharso (suami Kiki) juga minta Clift segera membacakan surat wasiat Suzanna, Surat wasiat itu, menurut pengakuan Abri, akan dibacakan Clift Sangra, tujuh hari setelah kematian mendiang Suzanna. Kami akan menunggu isi wasiat itu. Clift sudah bilang akan dibacakan setelah tujuh hari setelah kematian mama beber Abriharso kepada Kompas Entertainment Minggu 19 Oktober 2008). Pria yang ditembak perutnya oleh Clift Sangra ini, mengaku tak tahu menahu apa isi surat wasiat tersebut. Saya juga nggak tahu. Makanya kita semua tinggal menunggu. Tapi saya harap, semuanya bisa menjadi lebih jelas setelah wasiat itu dibacakan. Seperti misalnya, apakah benar mama tak ingin penguburannya tanpa dihadiri keluarga besar, termasuk anak kandung satu-satunya Kiki Maria? cetus Abri Abriharso. Dia, seperti halnya Kiki Maria, membantah jika konflik yang terjadi antara dirinya dengan mertua disebabkan harta warisan ( Jawa Pos 18 Oktober 2008 dan Surya 20 Oktober 2008) Isu Hukum:

Dapatkah hak ahli waris dihapus dengan surat wasiat? Analisis: Permasalahan hukum akibat terjadinya kematian seseorang tidak lain dan tidak bukan adalah soal warisan. Hal ini lumrah, bahkan biasa dan tidak perlu ditolak pendapat yang menuduh bahwa permasalahan yang dilansir media massa tentang kematian Suzanna sesungguhnya adalah soal warisan. Seandainya benar warisan Suzanna nantinya tertera dalam surat wasiatnya diserahkan kepada Clift, dan tidak menyisakan sedikitpun untuk ahli waris Suzanna yang lain, maka apakah hal ini dapat dibenarkan menurut hukum? Berdasarkan pasal 834, 874, 877, 881, 902 KUH Perdata menjelaskan tentang hak-hak ahli waris menurut Undang-undang. Suatu ketetapan wasiat untuk para keluarga sedarah yang terdekat dari si meninggal, harus dianggap telah diambil untuk keuntungan para ahli waris menurut Undang-undang pasal 874 KUH Perdata. Pasal 902 juga melarang surat wasiat yang menghibahkan hak milik atas sejumlah barang yang lebih dari apa yang seharusnya diterima oleh pasangan suami/istri dari perkawinan kedua, apabila dari perkawinan pertama si mati ada anak kandung. Berdasarkan beberapa pasal tersebut, dapat dikesimpulan bahwa tidak dibenarkan menurut hukum yang berlaku apabila ada penghapusan hak ahli waris yang sah menurut undang-undang (yang dalam kasus ini adalah ahli waris sedarah) yang hal tersebut tertulis dalam surat wasiat sekalipun. Apabila ada surat wasiat seperti ini, maka surat wasiat tersebut harus dinyatakan batal demi hukum oleh Pengadilan.

Wasiat Suzanna: Enggan Ada InfotainmentKamis, 16 Oktober 2008 | 14:20 WIB Dibaca: 1 Komentar: 0

|

Share:

KOMPAS ENTERTAINMENT/Ist

MAGELANG, KAMIS - Suzanna telah berpulang. "Ratu Film Horor" itu meninggal dunia di kediamannya di Jalan Kebondalem II No.1 Magelang, Rabu (15/10) sekitar pukul 23.15 WIB, setelah lima tahun berjuang melawan penyakit diabetes yang dideritanya. Tak banyak yang tahu terkait kabar kepergiannya. Bahkan, pemakaman yang dilakukan di pemakaman Giriloyo Magelang, Kamis (16/10), pukul 09.15 pagi tadi hanya dihadiri keluarga dekat. Tak ada wartawan, apalagi kalangan infotainment. Menurut kuasa hukum mendiang Suzanna, Bambang Catur SH yang dihubungi usai pemakaman mengatakan pihak keluarga, memang sengaja merahasiakan wafat dan proses pemakaman kepada pihak luar terutama infotainment.

Menurut Bambang, hal tersebut adalah salah satu wasiat yang disampaikan Suzanna sebelum wafat. "Beliau juga minta agar pemakaman dilakukan secara sederhana," ujarnya. Proses pemakaman sendiri hanya dihadiri kerabat dekat, tetangga suaminya, Clift Sangra dan Rahma (15), anak Suzanna buah pernikahannya dengan Clift. Diceritakan Bambang, pemilik nama Suzanna Martha Frederika itu, meninggal tiba-tiba setelah sebelumnya mengalami sesak nafas. "Tekan darahnya tiba-tiba tiba drop, wajahnya pucat dan nafasnya tersengal-sengal," terang Bambang. Melihat kondisi tersebut, pihak keluarga langsung memanggil dokter pribadi. Sayangnya, ajal lebih cepat menghampiri Suzanna. "Kita belum sempat membawanya ke rumah sakit, karena almarhum sudah keburu tak tertolong, " ujar Bambang. Disinggung soal kehadiran Kiki Maria, anak Suzanna yang sempat terlibat perseteruan dengan Clift beberapa waktu lalu, Bambang mengaku tak melihatnya saat proses pemakaman. Menurut Bamban, Kiki tak pernah melakukan kontak lagi dengan Suzanna maupun Clift, setelah peristiwa tersebut. Malahan, pihak keluarga mengaku hingga saat ini mereka tak mengetahui persis keberadaan Kiki. "Tapi saya tak tahu kalau Clift masih menyimpan (nomor-red) kontaknya. Hanya saja saya tak melihat selama pemakaman, " ujar Bambang. Terhadap persoalan hukum yang sedang berjalan di pengadilan, Bambang menegaskan bahwa kasus yang melibatkan Kiki dan Clift Sangra akan tetap berjalan. "Bagi kami tak ada pengaruhnya dengan meninggalnya almarhum," tegas Bambang. (Sulistyawan/EH)