kasus penetapan ahli waris pengganti di...

95
KASUS PENETAPAN AHLI WARIS PENGGANTI DI PENGADILAN AGAMA JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memproleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy) Disusun Oleh : Dodi Darwin NIM : 207044100471 K O N S E N T R A S I P E R A D I L A N A G A M A PROGRAM STUDI AHWAL SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H / 2011

Upload: hoanghanh

Post on 18-Mar-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KASUS PENETAPAN AHLI WARIS PENGGANTI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21886/1/DODI... · Ahli waris pengganti adalah ahli waris yang menggantikan kedudukan

KASUS PENETAPAN AHLI WARIS PENGGANTI

DI PENGADILAN AGAMA JAKARTA TIMUR

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memproleh

Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

Disusun Oleh :

Dodi Darwin

NIM : 207044100471

K O N S E N T R A S I P E R A D I L A N A G A M A

PROGRAM STUDI AHWAL SYAKHSIYAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H / 2011

Page 2: KASUS PENETAPAN AHLI WARIS PENGGANTI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21886/1/DODI... · Ahli waris pengganti adalah ahli waris yang menggantikan kedudukan

LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Hukum Islam di Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 17 Januari 2011 M

14 Safar 1432 H

Dodi Darwin

Page 3: KASUS PENETAPAN AHLI WARIS PENGGANTI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21886/1/DODI... · Ahli waris pengganti adalah ahli waris yang menggantikan kedudukan

KATA PENGANTAR

بسم اهللا الرحمن الرحیم

Segala puji dan syukur, penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat

dan inayah-Nya sehingga karya ilmiah berjudul Kasus Penetapan Ahli Waris

Pengganti di Pengadilan Agama Jakarta Timur ini dapat di selesaikan. Salawat serta

salam semoga Allah SWT curahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, Nabi

dan Rasul yang terakhir yang telah membimbing umatnya ke jalan yang benar dan

sekaligus menyempurnakan akhlak melalui

petunjuk wahyu Ilahi. Begitu juga salam kesejahteraan semoga senantiasa

dicurahkan kepada keluarganya, para sahabat dan tabi’in serta seluruh umatnya yang

selalu istiqomah hingga akhir zaman.

Skripsi ini merupakan tugas akhir dalam menyelesaikaan studi di Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dengan segala kemampuan penulis dan berkat dukungan dari berbagai pihak

alhamdulillah tugas ini dapat terselesaikan. Salam ta’dzim dan ungkapan terima kasih

yang tak terhingga penulis sampaikan kepada kedua orang tua tercinta yang

senantiasa mendo’akan dan memberikan dukungan kepada anaknya agar menjadi

manusia yang berakhlak mulia dan sukses dalam mengarungi kehidupan yang sesuai

dengan ajaran agama Islam.

Page 4: KASUS PENETAPAN AHLI WARIS PENGGANTI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21886/1/DODI... · Ahli waris pengganti adalah ahli waris yang menggantikan kedudukan

Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada:

1. Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM, Dekan Fakultas Syariah

dan Hukum sekaligus sebagai pembimbing yang telah memberikan arahan dan

masukan yang bermanfaat kepada penulis.

2. Ketua Jurusan Ahwal Al-Syakhsiyah Bapak Drs. H. A. Basiq Djalil, SH, MA

dan Sekretaris Jurusan Ahwal Al-Syakhsiyah Bapak Kamarusdiana.

3. Semua Dosen Fakultas Syariah dan Hukum beserta karyawan akademik

Fakultas Syariah dan Hukum.

4. Pimpinan dan karyawan perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum maupun

perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan

fasilitas untuk mengadakan studi perpustakaan.

5. Rasa ta’dzim dan terima kasih yang mendalam kepada Ayahanda dan Ibunda

serta Kakak dan adik yang selalu memberikan dukungan moril, dan materil,

kesabaran, keikhlasan, perhatian, serta cinta dan kasih sayang yang tidak

habis-habisnya bahkan do’a-do’a munajatnya yang tak henti-hentinya siang

dan malam kepada Allah SWT.

6. Teman-teman mahasiswa program studi Ahwal Syakhsiyah Konsentrasi

Peradilan Agama Angkatan Tahun 2006 dan 2007, teman-teman kosan

Dika,Oim, Pitik, dan Bams yang namanya tidak bisa saya sebutkan satu

persatu, serta Eka Wahyuni yang telah memberikan motifasi sehingga dapat

membangkitkan semangat penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

Page 5: KASUS PENETAPAN AHLI WARIS PENGGANTI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21886/1/DODI... · Ahli waris pengganti adalah ahli waris yang menggantikan kedudukan

Akhirnya, besar harapan penulis semoga Allah SWT melimpahkan taufik,

hidayah serta inayah-Nya sehingga menjadikan skripsi ini bermanfaat dan dapat

memberikan masukan yang positif kepada pembaca sekalian.

-Amin Ya Rabbal ‘Alamin-

Jakarta, 17 Januari 2011 M

14 Safar 1432 H

Dodi Darwin

Page 6: KASUS PENETAPAN AHLI WARIS PENGGANTI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21886/1/DODI... · Ahli waris pengganti adalah ahli waris yang menggantikan kedudukan

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …......……………………………………………… iii

DAFTAR ISI ......................,,,,,.................................................................. vi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ……………………………………… 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ……………………..….. 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ……………………………….. 6

D. Tinjauan Pustaka ……………………………………………… 7

E. Metode Penelitian …………………………………………….. 8

F. Sistematika Penulisan ………………………………………… 11

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WARIS

A. Pengertian Waris...................................................................... 12

B. Dasar Hukum Kewarisan Islam……………………………… 13

C. Rukun, Syarat, dan Sebab Saling Mewarisi ………………….. 18

D. Penghalang Menerima Warisan ……………………………… 30

E. Asas-asas Kewarisan Islam ………………………………… 38

BAB III AHLI WARIS PENGGANTI

A. Pengetian Ahli Waris Pengganti …………………………....... 40

B. Penggantian Ahli Waris dalam Kompilasi Hukum islam ......... 50

C. Kronologi Penetapan……....................................................... 62

Page 7: KASUS PENETAPAN AHLI WARIS PENGGANTI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21886/1/DODI... · Ahli waris pengganti adalah ahli waris yang menggantikan kedudukan

BAB IV PEMBAGIAN WARISAN DALAM AHLI WARIS PENGGANTI

A. Pembagian Warisan Menurut Fikih Islam ……………………...70

B. Pembagian Warisan Menurut Kompilasi Hukum Islam ……….75

C. Analisis Perbandingan ……………………………………… 78

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ………………………………………………....... 81

B. Saran ..........…………………………………………………… 82

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………… 84

LAMPIRAN ..................................................................................................... .... 87

Page 8: KASUS PENETAPAN AHLI WARIS PENGGANTI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21886/1/DODI... · Ahli waris pengganti adalah ahli waris yang menggantikan kedudukan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kehidupan, ada hukum yang mengatur segala hal yang

dilakukan setiap individu baik secara vertikal maupun horizontal. Dari realitas

sosial dan budaya serta dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia, pengaruh

Islam sangat dominan dalam peta dan perkembangan hukum dalam masyarakat

Islam itu sendiri.

Hal ini dapat ditemukan pada masalah kewarisan keluarga. Pada

prinsipnya persoalan kewarisan adalah langkah-lankah perumusan harta

peninggalan dari seorang pewaris kepada ahli warisnya. Akan tetapi dalam

realitanya proses atau langkah-langkah pengalihan sering terbentur dengan

adanya kendala, baik yang bersifat intern ataupun ekstern.

Suatu peristiwa hukum kewarisan, yaitu ketika meninggalnya

seseorang berdampak kepada harta yang ditinggalkannya, dengan menyelesaikan

bagaimana cara pengurusan dan penyelesaian hak-hak dan kewajiban-kewajiban

seseorang yang telah meninggal itu. Penyelesaian hak-hak dan kewajiban sebagai

akibat adanya peristiwa hukum tersebut diatur dalam hukum kewarisan, yaitu

Page 9: KASUS PENETAPAN AHLI WARIS PENGGANTI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21886/1/DODI... · Ahli waris pengganti adalah ahli waris yang menggantikan kedudukan

himpunan peraturan yang mengatur hak-hak dan kewajiban seseorang yang

meninggal dunia oleh ahli waris.1

Hukum kewarisan yang merupakan bagian dari hukum kekeluargaan,

dewasa ini mempunyai peranan yang sangat penting bahkan menentukan dan

mencerminkan sistem kekeluargaan yang berlaku dalam masyarakat. Hazairin

menyatakan bahwa, “Dari seluruh hukum, maka hukum perkawinan dan

kewarisanlah yang menentukan dan mencerminkan sistem kekeluargaan yang

berlaku dalam masyarakat”.2

Hukum kewarisan Islam pada dasarnya berlaku untuk umat Islam di

mana saja di dunia ini, sungguhpun demikian, corak suatu Negara Islam dan

kehidupan masyarakat di Negara atau daerah tersebut memberi pengaruh atas

hukum kewarisan tersebut. Pengaruh itu adalah pengaruh terbatas yang tidak

dapat melampaui garis pokok dari ketentuan hukum kewarisan Islam. Namun

pengaruh tadi dapat terjadi pada bagian-bagian yang berasal dari ijtihad/pendapat

ahli-ahli hukum dan bahkan individual itu sendiri.3

Dalam ilmu fikih mawaris ada ashhabul furudl ialah “ orang yang

mempunyai bagian harta peninggalan yang sudah ditentukan dengan nash Al-

1

M. Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan, Hukum Kewarisan, Hukum Acara Peradilan Agama dan Zakat Menurut Hukum Islam, (Jakarta: sinar grafika, 1995), h. 93

2 Hazairin, Hukum Kewarisan Bilateral Menurut Al quran dan Hadist, (Jakarta: tina mas,

1981), cet. Ke-5, hal. 1 3 Abta Asyiari, Djunaidi Abd Syukur, Ilmu Waris Al- Faraidl, (Surabaya : Pustaka Hikmah

Perdana, 2005)

Page 10: KASUS PENETAPAN AHLI WARIS PENGGANTI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21886/1/DODI... · Ahli waris pengganti adalah ahli waris yang menggantikan kedudukan

Qur’an, As Sunnah dan Al Ijma’’. Selain mereka tidak ada yang berhak atas harta

peninggalan. Jumlah mereka ada dua belas. Mereeka adalah empat orang laki-

laki, yaitu : suami, ayah, kakek, walaupun betapa tinggi dan saudara lelaki seibu.

Delapan orang dari para wanita, yaitu: istri, ibu, anak perempuan, cucu

perempuan ari anak laki-laki walaupun betapa rendah derajat ayahnya, saudara

perempuan sekandung, saudara perempuan seibu,dan nenek walaupun betapa

tingginya. Dan merekalah yang harus di dahulukan dalam pembagian harta

warisan.4

Furudl, (jama’ dari fardlu) yakni : bagian-bagian yang sudah di

tetapkan dalam kitabullah ada enam, yaitu : setengah (nisf), seperempat (rubu’),

seperdelapan (tsumun), dua pertiga (tsulutsani), sepertiga (tsulus) dan seperenam

(sudus).

Ahli waris pengganti adalah ahli waris yang menggantikan kedudukan

ahli waris yang sesungguhnya karena ahli waris sesungguhnya meninggal

terlebih dahulu dari pewaris.

Pembagian harta warisan kepada yang berhak menerimanya atau

dalam istilah Hazairin menurut garis pokok keutamaan, telah jelas diatur dalam

Al-Qur’an, surat al-nisa, ayat 7, 11, 12, 33, dan 176 serta hadist yang

4

Teungku Muhammad Hasbi ash Shiddieqy, Fiqh Mawaris, (semarang: pustaka rizki putra, 1997). h.52

Page 11: KASUS PENETAPAN AHLI WARIS PENGGANTI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21886/1/DODI... · Ahli waris pengganti adalah ahli waris yang menggantikan kedudukan

diriwayatkan oleh para sahabat Rasulullah. Sementara itu Al-qur’an tidak secara

menjelaskan pembagian harta warisan kepada ahli waris pengganti.5

Sebagai contoh, jika seorang A meninggal dunia, memiliki harta,

memiliki tiga orang anak B, C, dan seorang cucu E sebagai anak dari D yang

telah meninggal mendahului A.

Penyelesaian menurut fikih Islam bahwa cucu E baik laki-laki maupun

perempuan, tidak berhak menerima warisan selama masih ada anak laki-laki B

dan C, atau dengan kata lain, cucu E terhalang oleh anak B dan C.6

Menurut Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, cucu E menerima

warisan dengan menggantikan kedudukan D sebagai ayahnya. Dalam Kompilasi

Hukum Islam di Indonesia Instuksi Presiden No. 1 tahun 1991 pasal 185 ayat (1)

dinyatakan:

“Ahli waris yang meninggal lebih dahulu dari si pewaris, maka

kedudukannya dapat digantikan oleh anaknya, kecuali mereka yang tersebut

dalam pasal 173”

Namun di Kompilasi Hukum Islam di Indonesia Intruksi Presidan No.

2 tahum1991 pasal 185 ayat (2) dinyatakan: “bagian dari ahli waris pengganti

tidak boleh melebihi dari bagian ahli waris yang sederajat dengan yang diganti”.

5 Syarifuddi Amir, Hukum Kewarisan Islam, (Jakarta : prenada media, 2004)

6 Rofiq Ahmad, Fiqih Mawaris, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2001)

Page 12: KASUS PENETAPAN AHLI WARIS PENGGANTI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21886/1/DODI... · Ahli waris pengganti adalah ahli waris yang menggantikan kedudukan

Namun dalam prakteknya ada yang tidak sesuai dengan teorinya. Seperti dalam

putusan Pengadilan Agama Jakarta timur Nomor 0004/pdt.P/2008/PA JT di

putusan ini seseorng di nyatakan sebagai ahli waris pengganti tidak sesuai

dengan definisi yang ada dalam Kompilasi Hukum Islam. Dalam putusan ini

seseorang dinyatakan sebagai ahli waris pengganti namun ahli waris

sesungguhnya tidak meninggal terlebih dahulu dari si pewaris. Dari banyak kasus

penetapan penulis mengambil satu penetapan karena ada ketidak sesuaian teori

dengan praktek dalam penetapan ahli warisnya.

Oleh karena itu, dari latar belakang diatas dan dengan adanya kasus

dalam pembagian warisan yang terjadi ditengah-tengah masyarakat membuat

penulis terdorong mengangkat permasalahan ini yang kemudian di beri judul

“KASUS PENETAPAN AHLI WARIS PENGGANTI DI

PENGADILAN AGAMA JAKARTA TIMUR “.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Penelitian dibatasi hanya pada seputar masalah hak ahli waris

pengganti dalam pembagian warisan menurut hukum Islam dan kompilasi hukum

Islam. Yang di maksud dengan ahli waris pengganti adalah sekumpulan orang

atau individu anak, ayah atau ibu ahli menggantikan kedudukan ayah, ibu atau

anaknya yang meninggal terlebih dahulu untuk menerima harta peninggaalan

yang di tinggal mati oleh seseorang (pewaris). Hukum Islam yang dimaksudkan

ialah hukum yang mengatur tentang pembagian warisan dalam Islam sedangkan

Page 13: KASUS PENETAPAN AHLI WARIS PENGGANTI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21886/1/DODI... · Ahli waris pengganti adalah ahli waris yang menggantikan kedudukan

kompilasi hukum Islam ialah yang mengatur pembagian warisan umat muslim di

Indonesia.

Kemudian agar pembahasan skripsi ini lebih terarah, penulis

merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana hakim Pengadilan Agama Jakarta Timur menetapkan ahli waris

pengganti dalam kasus Nomor 0004/Pdt.P/2008/PA JT ?

2. Bagaimana tinjauan KHI tentang penetapan hakim dalam hal ahli waris dalam

kasus Nomor 0004/Pdt.P/2008/PA JT ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penyusunan skripsi ini adalah

sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana hakim pengadilan agama Jakarta timur

menetapkan ahli waris.

2. Untuk mengetahui tinjauan KHI tentang penetapan hakim dalam hal ahli

waris pengganti.

3. Untuk mengetahui ukuran yang harus diterima oleh ahli wari pengganti.

Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Untuk memberikan gambaran yang jelas tentang hak ahli waris pengganti

dalam pembagian warisan.

2. Menambah khazanah keilmuan, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi

pembaca.

Page 14: KASUS PENETAPAN AHLI WARIS PENGGANTI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21886/1/DODI... · Ahli waris pengganti adalah ahli waris yang menggantikan kedudukan

3. Pengembangan kwalitas pengetahuan hukum khususnya perkara-perkara yang

menyangkut permasalahan hak ahli waris pengganti dalam pembagian warisan

agar tidak terjadi perselisihan dalam hubungan keluarga.

D. Tinjauan Pustaka

Muhammad Jamil (eksistensi hukum kewarisan Islam/ilmu faraid

setelah lahir lahirnya inpres No 1 tahun1991 tentang Kompilasi Hukum Islam).

dalam skripsinya dia membahas tentang inpres No 1 tahun1991 tentang

Kompilasi Hukum Islam. dalam kenyataannya di masyarakat, secara ide

masyarakat muslim menerima konsep kewarisan menurut hukum kewarisan

Islam. Tetapi didalam prakteknya masyarakat justru telah melepaskan ketentuan-

ketentuan hukum kewarisan Islam dan mencari penyelesain-penyelesaian

mengenai masalah kewarisannya ke pengadilan negeri. Dalam Kompilasi Hukum

Islam tedapat beberapa pasal agak berbeda dengan ketentuan-ketentuan yang

dirumuskan dalam hukum kewarisan atau ilmu faraid pada umumnya seperti

pasal 185 tentang ahli waris pengganti dan pasal 209 tentang wasiat wajibah. Hal

itu terjadi karena adanya penyelarasan hukum kewarisan Islam dengan kaidah

dan budaya masyarakat lokal.

Samsi ( ahli waris pengganti,wasiat wajibah, dan munaskhah dalam

fiqh Islam). Dalam skripsinya membahas tentang ahli waris pengganti, wasiat

wajibah, dan munasakhah dalam fikih Islam. dan ia membedakan antara ke

tiganya. Saudara samsi dalam skripsinya menyimpulkan bahwa ahli waris

Page 15: KASUS PENETAPAN AHLI WARIS PENGGANTI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21886/1/DODI... · Ahli waris pengganti adalah ahli waris yang menggantikan kedudukan

pengganti, wasiat wajibah, dan munusakhah sama yang mana ketiga konsep

tersebut merupakan proses sistem penggantian dalam kewarisan Islam, namun

ketiga konsep diatas mempunyai karakteristik dan tata aturan yang berbeda-beda

yang berkonsekwensi dengan tampilnya beberapa ahli waris pengganti yang

berbeda pula.

Sedangkan, dalam skripsi ini saya membahas tentang bagaimana

hakim menetapan ahli waris pengganti di Pengadilan Agama Jakarta Timur.

E. Metode Penelitian

Untuk memperoleh data dan penjelasan segala sesuatu yang

berhubungan dengan pokok permasalahan diperlukan suatu pedoman penelitian

yang disebut metodologi penelitian. Yang dimaksud dengan metodologi

penelitian adalah cara meluluskan suatu dengan menggunakan pikiran secara

seksama untuk mencapai suatu tujuan7. Sedangkan penelitian adalah suatu

kegiatan untuk mencari, mencatat, merumuskan, dan menganalisis pada

penyusunan laporan8.

Suatu metode merupakan cara kerja atau tata kerja untuk dapat

memahami objek yang menjadi sasaran dari ilmu pengetahuan yang

7

Cholid Narboko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Pustaka, 1997), h. 1.

8 Cholid Narboko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, h. 1.

Page 16: KASUS PENETAPAN AHLI WARIS PENGGANTI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21886/1/DODI... · Ahli waris pengganti adalah ahli waris yang menggantikan kedudukan

bersangkutan. Metode adalah pedoman cara seseorang ilmuan mempelajari dan

memahami langkah-langkah yang dihadapi9.

Adapun metode yang dipakai penulis dalam penelitian ini adalah:

1. Pendekatan

Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah memakai

pendekatan kualitatif, berlandaskan pada prosedur penelitian yang menghasilkan

data deskriptif, yang berupa kata-kata tertulis.

2. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian yang bersifat analisis pustaka yaitu

jenis penelitian yang menggambarkan dan memberikan analisa terhadap

dukementasi penetapan Pengadilan Agama Jakarta Timur Timur Nomor

0004/pdt.P/2008/ PA JT..

3. Sumber Data

Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penulisan ini, maka

sumber data yang penulis gunakan, yaitu data primer dan data sekunder.

a. Data Primer, penetapan Pengadilan Agama Jakarta Timur Nomor

0004/pdt.P/2008/ PA JT.

b. Data Sekunder, merupakan semua bahan yang memberikan penjelasan

mengenai sumber data primer, seperti Peraturan Perundang-Undangan,

9

Soejono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Universitas Indonesia Press, 1986), h. 6.

Page 17: KASUS PENETAPAN AHLI WARIS PENGGANTI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21886/1/DODI... · Ahli waris pengganti adalah ahli waris yang menggantikan kedudukan

buku-buku, karya dari kalangan hukum, dan literatur lain yang ada

hubungannya dengan skripsi ini.

4. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

a. Observasi

Mengadakan pengamatan secara sistematis dan mencatat segala

kejadian-kejadian yang terjadi terhadap obyek penelitian baik secara langsung

maupun tidak langsung.

b. Interview

Yaitu metode pengumpulan data dengan cara Tanya jawab dengan

pihak yang bersangkutan di Kantor Pengadilan Agama Jakarta Timur, yang

kesemuanya berhubungan erat dengan persoalan yang dibahas.

c. Studi Dokumentasi

Metode pengumpulan data dengan cara mengambil informasi dari

arsip-arsip yang berasal dari Kantor Pengadilan Agama Jakarta Timur, yang

kesemuanya berhubungan erat dengan persoalan yang dibahas.

5. Analisis Data

Proses analisa data dimulai dengan menelaah seluruh data yang

tersedia dari berbagai sumber, baik primer maupun sekunder. Setelah dipelajari

dan ditelaah, maka langkah penulis berikutnya adalah mereduksi data,dengan

jalan merangkum masalah yang penulis teliti. Dalam menganalisa data penulis

menggunakan pendekatan deskriptis analisis. Dianalisis secara kualitatif dan

Page 18: KASUS PENETAPAN AHLI WARIS PENGGANTI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21886/1/DODI... · Ahli waris pengganti adalah ahli waris yang menggantikan kedudukan

dicari pemecahannya, kemudian disimpulkan dan digunakan untuk menjawab

permasalahn yang ada.

F. Sistematika Penulisan

Sitematika penulisan ini disusun dalam lima bab, dimana dalam setiap

bab terdiri dari beberapa sub bab yaitu :

BAB I : meliputi: latar balakang masalah, pembatasan dan

perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, dan

sistematika penelitian.

BAB II : meliputi : pengertian kewarisan, dasar hukum

kewarisan Islam, rukun, syarat, dan sebab kewarisan, penghalang menerima

warisan, asas-asas keawarisan Islam.

BAB III : meliputi : pengertian ahli waris pengganti, ahli waris

pengganti dalam Islam, ahli waris penggnti dalam kompilasi hukum Islam,

kronologi penetapan

BAB VI : meliputi : tinjauan KHI terhadap penetapan, tinjauan

hukum Islam, analis penulis.

BAB V : meliputi : kesipulan dan saran-saran.

Page 19: KASUS PENETAPAN AHLI WARIS PENGGANTI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21886/1/DODI... · Ahli waris pengganti adalah ahli waris yang menggantikan kedudukan

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG WARIS

A. Pengertian Waris.

Hukum waris merupakan bagian dari hukum perdata dimana, dari

dahulu sampai sekarang ini, hukum waris Indonesia sangat beraneka ragam

sekali. Adapun garis besarnya terbagi menjadi tiga bagian :

1. Hukum waris yang terdapat dalam undang-undang perdata (KUH

per/BW)

2. Hukum waris yang terdapat dalam Kompilasi Hukum Islam.

3. Hukum waris yang terdapat dalam hukum Islam, yang tersusun

dalam fikih mawaris/faraidh.

Adapun pengertian hukum waris dalam KUH perdata, menurut

Hartono Suryopratiknyo hukum waris adalah keseluruhan peraturan dengan

nama undang undang mengatur akibat hukum dari meninggalnya seseorang

terhadap harta kekayaan, perpindahan kepada ahli waris dan hubungannya

dengan pihak ketiga.10 Hukum kewarisan dalam Islam di kenal dengan “ fikih

mawaris”. Mawaris dalam pengertian etimologi adalah bentuk jamak dari kata

tunggal “ miras”, artinya harta pusaka atau harta warisan.11

10

Suparman Usman, Ikhtisar Hukum Waris Menurut Kitab Undang-Undang Hukum perdata(BW), (Serang: Darul Ulum Press, 1993), Cet. 2 hal 50

11 Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: Yayasan Penyelenggara

Penterjemah/Pentafsir Al-quran, 1973), cet. Ke-1, h. 496

Page 20: KASUS PENETAPAN AHLI WARIS PENGGANTI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21886/1/DODI... · Ahli waris pengganti adalah ahli waris yang menggantikan kedudukan

Menurut etimologi, warisan ialah pindahnya sesuatu dari orang lain

atau dari suatu kaum kepada kaum yang lain. Sedangkan menurut terminologi,

warisan adalah pindahnya hak milik orang lain yang meninggal, baik yang

ditinggalkannya itu benda bergerak atau tidak bergerak atau berupa hak-hak

syara’.12

Fikih mawaris dimaksudkan ilmu yang mempelajari siapa-siapa ahli

waris yang berhak menerima, serta bagian-bagian tertentu yang diterimanya.13

Hukum kewarisan dikenal juga dengan istilah ilmu faraid. Dalam

bahasa arab perkataan faraid menunjukan bentuk jamak, sedangkan bentuk

tunggalnya faraidah yang beraarti suatu ketentuan atau bagian-bagian tertentu.

Firman allah ȴǪȑȀȥ Ǡȵ ȤȎȺȥ artinya separuh dari apa yang kamu tentukan.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ilmu faraid adalah ketentuan-

ketentuan bagian ahli waris yang di atur secara rinci di dalam Al-quran.

B. Dasar Hukum Kewarisan Islam.

Bangunan hukum kewarisan Islam memiliki dasar yang sangat kuat,

yaitu ayat-ayat Al-quran yang selain kedudukannya qath’i al-wurud, juga qath’i

al-dalalah meskipun pada dataran tanfid (aplikasi), sering mengalami perubahan

pada hitungan nominalnya, misalnya pada kasus raad dan aul dan sebagainya.

12

Muhammad Ali as-Sabuni, Hukum Warisan Dalam Syariat Islam (terjemah), (Bandung:CV. Diponegoro,1988), h. 40

13 Ahmad Rofiq, Fiqh Mawaris, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 1995), cet. Ke-2, h. 1

Page 21: KASUS PENETAPAN AHLI WARIS PENGGANTI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21886/1/DODI... · Ahli waris pengganti adalah ahli waris yang menggantikan kedudukan

Menurut Al-Syaibiti, terdapat ketentuan-ketentuan Al-quran yang

kandungannya ibadah atau bukan ibadah mahdah yang telah dirinci didalam Al-

Quran, seprti hukum kewarisan, perlu diterima secara ta’abudy atau di terima

secara take for granted. Karena itu realisasinya apa yang ditegaskan didalam Al-

Quran diterima dengan senang hati, sebagai bukti kepatuhan pada ketentuan-

ketentuan Allah. Selain Al-Quran, hukum kewarisan juga disandarkan pada

sunnah Rosulullah SAW, pendapat sahabat, baik yang disepakati maupun yang

mukhtalaf fih.14

Ayat-ayat al-quran dan sunnah cukup banyak yang menunjuk tentang

hukum kewarisan.

1. Al-quran

QS. An-nissa,4 : 11-12

14

Ibid, hal 374

Page 22: KASUS PENETAPAN AHLI WARIS PENGGANTI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21886/1/DODI... · Ahli waris pengganti adalah ahli waris yang menggantikan kedudukan

“ maka bagi mereka dua per tiga dari harta yang di tinggalkan.

Jika anak perempuan seorang saja, maka memperoleh separuh harta. Dan

untuk dua orang ibu bapak,masing-masing seperenam dari harta yang

ditinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyai anak. Jika orang yang

meninggal tidak mempunyai anak dan ia di warisi oleh ibu bapak (saja)

maka ibunya mendapat sepertiga. Jika yang meninggal itu mempunyai

beberapa saudara, maka ibunya mendapat seperenam. (pembagian tersebut

diatas) sesudah di penuhi wasiat yang ia buat dan sesudah dibayar

hutangnya. (tentang orang tua dan anak-anak mu, kamu tidak mengetahui

siapa diantara mereka yang lebih dekat (banyak)manfaat bagimu. Ini adalah

ketetapan dari allah. Sesungguhnya allah maha mengetahui lagi maha

bijaksana (QS. An-nissa; 4 : 11)

2. Al-Sunnah

Imam Bukhori menghimpun hadist tentang kewarisan tidak kurang

dari 46 hadist. Imam Muslim menyebut hadist tentang kewarisan kurang dari 20

hadist. Berikut dikutip beberapa hadist yang di anggap pokok.

a) Hadist riwayat mutafaq alaih atau yang di riwayatkan oleh Bukhori

Muslim:

ǟɀȪƩǟ ȐǝǟȀȦȱǟ ǠȾȲȽǠǣ Ǡȶȥ ɄȪǣ ƂȿɎȥ ȰDZǿ Ȁȭǽ )ɃǿǠǺǤȱǟ(

Page 23: KASUS PENETAPAN AHLI WARIS PENGGANTI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21886/1/DODI... · Ahli waris pengganti adalah ahli waris yang menggantikan kedudukan

Nabi SAW bersabda :” berikanlah bagian-bagian tertentu kepada

orang-orang yang berhak. Dan sisanya untuk orang laki-laki yang lebih utama

(dekat kekerbatannya) (Al Bukhori)15

b) Hadist lain yang isinya menegaskan kembali tentang bagian-bagian

warisan yang telah ditegaskan didalam al-quran. Misalnya riwayat dari huzail

ibnu syurabil mengatakan :

ɄȒȩ ƑȺȱǟ ȋ.ȳ ǨȺǤȲȱ ȤȎȺȱǟ ȿ ǦȺǣɍ ȸǣɍǟ ȃǼȆȱǟ ǦȲȶȮǩ ƙǮȲǮȱǟ Ǡȵȿ ɄȪǣ ǨǹɎȲȥ

)Ȼǟȿǿ ɃǿǠǺǤȱǟ(

Nabi SAW memutuskan bagian anak perempuan separuh cucu

perempuan garis laki-laki seperenam sebagai penyempurna dua pertiga, dan

sisanya untuk saudara perempuan (riwayat Al-Bukhori)16

3. Hukum Islam yang sudah diundangkan

Dalam UU No. 7 tahun 1989 tentang peradilan agama pasal 49

didalamnya ditegaskan bahwa kewarisan bagi umat Islam di seluruh Indonesia,

penyelesaiannya menjadi wewenang peradilan agama. Tentang yang digunakan

dalam penyelesaian warisan itu adalah hukum Islam tentang kewarisan atau yang

disebut hukum kewarisan Islam atau faraid. Dengan demikian kewarisan Islam

yang bersumber pada KHI merupakan positif di Indonesia, khususnya bagi umat

Islam di Indonesia. Pengertian positif disini adalah yang berlaku dan

15

Imam Abi Abdillah, Shahih Bukhari, (Semarang: PT. Toha Putra, 1997) juz 8 16

Ibid, hal. 11

Page 24: KASUS PENETAPAN AHLI WARIS PENGGANTI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21886/1/DODI... · Ahli waris pengganti adalah ahli waris yang menggantikan kedudukan

dilaksanakan oleh peradilan yang dibentuk oleh negara. Hukum kewarian Islam

bukan nasional di Indonesia dalam arti “tertulis yang ditetapkan oleh badan yang

berlaku dan mengikat untuk seluruh warga.”17

4. Yurisprudensi

Dalam kamus fockema sebagaimana yang dikutip oleh Lilik Mulyadi

dikemukan yang dimaksud dengan yurisprudensi adalah pengumpulan yang

sistematis dari keputusan mahkamah agung dan keputusan pengadilan tinggi

yang diikuti oleh hakim lain dalam memberikn keputusaan permasalahan yang

sama. Hakim tidak boleh terikat pada putusan yurisprudensi tersebut, sebab

Indonesia tidak menganut “the binding force of precedent”, jadi bebas memilih

antara meninggalkan yurisprudensi dengan memakai dalam perkara yang sejenis

dan telah mendapat putusan sebelumnya. Hakim harus berani meninggalkan

yurisprudensi kalau kiranya yurisprudensi itu telah usang dan tidak sesuai lagi

dengan tuntutan zaman dan keadaan masyarakat, tetapi tidak salahnya untuk

tetap dipakai kalau yurisprudensi masih sesuai dengan kedaan zaman dan sesuai

dengan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat.18

17

Amir Syarifudin, Hukum Kewarisan Islam, hal 326 18

Ibid

Page 25: KASUS PENETAPAN AHLI WARIS PENGGANTI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21886/1/DODI... · Ahli waris pengganti adalah ahli waris yang menggantikan kedudukan

C. Rukun, Syarat, dan Sebab Saling Mewarisi

1. Rukun Waris

Menurut istilah rukun adalah keberadaan sesuatu yang menjadi bagian

atas keberadaan sesuatu yang lain. Contohnya adalah sujud dalam shalat, sujud

dianggap sebagai rukun, karena sujud bagian dari shalat. Karena itu tidak di

katakan shalat jika tidak ada sujud. Dengan kata lain rukun adalah sesuatu yang

keberadaannya mampu menggambarkan sesuatu yang lain, baik sesuatu hanya

bagian dari sesuatu yng lain maupun mengkhususkan sesuatu yang lain.19

Dengan demikian rukun waris adalah sesuatu yang harus ada untuk

mewujudkan bagian harta waris dimana harta waris tidak akan ditemukan bila

tidak ada rukun-rukunnya. Rukun-rukun waris ada tiga :20

1. Al-mawaris yaitu orang yang meninggaldunia atau mati, baik a hakiki

maupun hukmy yaitu suatu kematian yang dinyatakan oleh keputusan

hakim atas dasar beberapa sebab, kendati sebenarnya ia belum mati yang

meninggaalkan harta atau hak.

2. Al-waris, yaitu orang yang hidup atau anak dalam kandungan yang

mempunyai hak mewarisi, meskipun dalam kasus tertentu akan terhalang.

3. Al-maurust, yaitu harta benda yang menjadi warisan. Sebagian ulama

faraid menyebutnya dengan mirast atau irst. Termasuk dalam katagori

19

Komite fakultas Syariah Universitas Al Azhar Mesir, Hukum Waris Islam. Penerjemah H. Addys Al dizar dan H. Fakhturahman (Jakarta: Senayan Abadi Publising, 2004), hal. 41

20 Ibid, Hal. 28

Page 26: KASUS PENETAPAN AHLI WARIS PENGGANTI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21886/1/DODI... · Ahli waris pengganti adalah ahli waris yang menggantikan kedudukan

warisan adalah harta-harta atau hak-hak yang mungkin dapat diwariskan,

seprti hak qishas (perdata) hak menahan barang yang belum dilunasi

pembayarannya, dan hak menahan barang gadaian.

Itulah tiga rukun waris, jika salah satu dari rukun tersebut tidak ada,

waris mewarispun tidak dilakukan. Barang siapa yang meninggal dunia dan tidak

mempunyai ahli waris atau mempunyai ahli waris tetapi tidak mempunyai harta

waris maka waris mewarispun tidak dilalukan karena tidak terpenuhinya rukun-

rukun waris.21

2. Syarat waris

Lafal syuruth (syarat-syarat)adalah bentuk jamak dari syarth. Menurut

bahasa syarat adalah tanda seperti syarth as-saah (tanda-tanda kiamat). Allah

SWT berfirman “tidaklah yang mereka tunggu, melainkan hari kiamat

kedatangannya kepada mereka yang tiba-tiba, karena sesungguhnya telah datang

tanda-tandanya. Apakah faedahnya bagi mereka kesadaran mereka itu apabila

kiamat sudah datang ? (muhammad 47 : 18).22

Sedangkan menurut istilah adalah sesuatu yang ada atau tidak adanya

_isba tergantung pada ada dan tidak adanya sesuatu itu. Yang di maksud dengan

adanya sesuatu yang menurut syara’ dapat menimbulkan pengaruh ada dan tidak

adanya _isba.

21

Ibid . 22

Ibid.

Page 27: KASUS PENETAPAN AHLI WARIS PENGGANTI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21886/1/DODI... · Ahli waris pengganti adalah ahli waris yang menggantikan kedudukan

Jadi syarat adalah sesuatu yang keluar dari hakikat yang disyarati

(masyruth) yang mengakibatkan adanya masyrut karena tidak adanya syarat,

namun adanya masyrut tidak mewajibkan adanya syarat. Misalnya hubungan

suami istri menetapkan adanya talak. Thaharah (bersuci) adalah syarat sah shalat.

Jika tidak bersuci sebelum melakukan shalat niscaya shalatnya tidak sah, akan

tetapi melakukan tharah berarti ketika hendak melakukan shalat saja.23

Dengan demikian, apa bila tidak ada syarat-syarat waris, berarti tidak

ada pembagian harta waris. Meskipun syarat-syarat waris terpenuhi, tidak serta

merta harta waris dapat langsung dibagikan. Contoh kasus ini adalah keberadaan

ahli waris yang masih hidup merupakan syarat untuk mewarisi harta si mayit.

Jika syarat hidupnya ahli waris tidak terpenuhi, tentunya pembagian harta waris

juga tidak_isba dilakukan. Meskipun syarat-syarat itu telah terpenuhi, tidak serta

merta ahli waris mendapatkan ahli waris, kepada ahli waris dapat terhalang oleh

ahli waris yang lain untuk mendapatkan bagian dari harta waris kendati syarat

mendapatkan harta warisan telah terpenuhi. Oleh karena itu persoalan warisan

memerlukan syarar-syarat sebagai berikut:24

Pertama, matinya orang yang mewariskan. Kematian orang yang

mewariskan menurut ulama dibedakan menjadi tiga: 1) mati hakiki (sejati), 2)

mati hukmy (menurut putusan hakim), dan 3) mati taqdiry (menurut pikiran).

23

Abdul Wahab Khalaf, Ilmu Ushul Fiqih. Penerjemah Masdar Helmy (Bandung: Geme Rislah Press, 1997), hal. 200

24 Komite Fakultas Syariah Universitas Al Azhar Mesir, Hukum Waris Islam, hal 29

Page 28: KASUS PENETAPAN AHLI WARIS PENGGANTI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21886/1/DODI... · Ahli waris pengganti adalah ahli waris yang menggantikan kedudukan

Mati hakiki adalah hilangnya nyawa seseorang (yang semula nyawa itu berwujud

padanya) baik kematian itu disaksikan dengan pengujian, seperti tatkala

seseorang disaksikan meninggal atau dengan pendeteksi dan pembuktian, yakni

kesaksian dua orang yang adil atas kematian seseorang. Mati hukmy adalah suatu

kematian yang disebabkankarena putusan hakim, seperti seorang hakim

memvonis kematian si mafqud (orang yang tidak diketahui kabar beritanya, tidak

dikenal domisilinya dan tidak pula diketahui hidup dan matinya). Status orang

hilang, jika melawati batas waktu yang ditentukan untuk pencariannya, si mafqud

karena berasarkan atas sangkaan yang kuat bisa dikategorikan sebagai seorang

yang telah mati. Mati taqdiry adalah suatu kematian yang semata-mata

berdasarkan dugaan yang sangat kuat. Contohnya, seorang bayi yang dilahirkan

dalam keadaan mati, sedang ibunya masih hidup atau bayi itu meninggal setelah

kematian ibunya yang melahirkan akibat pendarahan, yang mewajibkan

pembayaran sanksi dengan al-ghurah (hamba sahaya atau budak perempuan yang

disamakan dengan lima tahun unta yang diberikan kepada ahli si bayi). Dengan

demikian, si bayi meninggal akibat kejahatan tersebut, dimana ibunya mewarisi

budak dari si bayi.25

Kedua, ahli waris yang hidup, baik hidup secara hakiki maupun hukmy

setelah kematian mayit sekalipun hanya sebentar, memiliki hak atas harta waris.

Sebab Allah SWT didalam ayat kewarisan hak mendapatkan harta waris dengan

25

Ibid, hal. 30

Page 29: KASUS PENETAPAN AHLI WARIS PENGGANTI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21886/1/DODI... · Ahli waris pengganti adalah ahli waris yang menggantikan kedudukan

huruf lam menunjukan kepemilikan dimana tidak berwujud. Kecuali hanya bagi

orang yang hidup.26

Ketiga, mengetahui sebab-sebab yang mengikat ahli waris dengan si

mayit, seperti garis kekerabatan, perkawinan, dan perwalian. Maksudnya ahli

waris harus mengetahui dirinya adalah termasuk dari ahli waris dari garis kerabat

nasab(kerabat yang tidak memperoleh bagian tertentu tetapi mendapatkan dari

Ash-habul furudh atau mendapatkan seluruh harta peninggalan bila tidak ada

seorangpun Ash-habul furudh) atau garis perkawinan atau garis wala. Hal seperti

ini di berlakukan karena setiap garis keturunan memiliki _isba yang berbeda-

beda.27

3. Sebab-Sebab Mewariskan

Sebab adalah sesuatu yang oleh syar’i (pembuat hukum) di jadikan

indikasi adanya suatu yang lain yang menjadi akibatnya, sekaligus

menghubungkan adanya akibat karena adanya sebab, dan ketiadaannya karena

ketiadaan sebab. Contoh api merupakan sebab terjadinya kebakaran, artinya api

merupakan sebab terjadinya kebakaran.28

Definisi ulama yang mengatakan keberadaan sesuatu mengharuskan

adanya sesuatu yang lain, dengan sendirinya mengecualikan makna syarat,

karena syarat tidak mengharuskan adanya sesuatu. Sedangkan ucapan mereka

26 Ibid.

27 Ibid.

28 Ibid.

Page 30: KASUS PENETAPAN AHLI WARIS PENGGANTI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21886/1/DODI... · Ahli waris pengganti adalah ahli waris yang menggantikan kedudukan

yang lain, bahwa tidak adanya sesuatu akan mengakibatkan sesuatu yang lain,

juga menjadi tidak ada dan mengecualikan makna “mani” (penghalang), karena

mani mengecualikan adanya sesuatu yang tidak mengharuskan adanya sesuatu

yang lain.29 Dengan demikian sebab-sebab pewarisan adalah sesuatu yang

mewajibkan adanya hak mewarisi, jika sebabnya terpenuhi. Demikian juga hak

mewarisi tidak ada jika jika sebab-sebabnya tidak terpenuhi. Sabab-sebab

mewarisi terbagi menjadi dua: pertama, yang disepakati, kedua, yang tidak

disepakati oleh para ulama faraid.

1. Sebab-Sebab Mewarisi yang disepakati

a. Kekerabatan (Al-qarabah)

Kekerabatan adalah hubungan nasab antara orang yang mewariskan

dengan orang yang mewarisi, yang disebabkan oleh kelahiran, baik dekat

maupun jauh. Dalil-dalil kewarisan karena sebab kekerabatan, antara lain

terdapat dalam firman Allah surat An-nissa ayat 11. Ahli waris yang dapat

mewarisi dari aris kekerabatan adalah Ushul (leluhur) si mayit, furu’ (keturunan)

si mayit, dan hawasyi si mayit (keluarga si mayit dari jalur horizontal). Golonan

ushul adalah 1) ayah, kakek, dan jalur keatasnya, 2) ibu, nenek (ibu suami dan

ibunya istri) dan julur keatasnya. Golongan furu’ adalah 1)anak laki-laki, cucu,

cicit, dn jalur kebawahnya. Sedangkan golongan Hawasyi adalah 1) saudara laki-

laki dan saudara perempuan secara mutlak, baik saudara sekandung maupun

29

Ibid, hal 32

Page 31: KASUS PENETAPAN AHLI WARIS PENGGANTI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21886/1/DODI... · Ahli waris pengganti adalah ahli waris yang menggantikan kedudukan

seayah atau seibu, 2) anak-anak saudara sekandung seayah dan seibu, 3) paman

sekandung seayah dan anak laki-laki paman sekandung.30

b. Pernikahan

Disamping hak kewarisan berlaku atas hubungan kekerabatan, hak

waris juga berlaku atas dasar perkawinan ; dengn arti bahwa suami ahli waris

bagi istrinya yang meninggal dan istri ahli waris bagi suaminya yang meninggal.

Bagian pertama dari ayat 12 surat An-nissa menyatakan hak kewarisan suami

istri. Dalm ayat itu digunakan kata: azwaj, penggunaan kata azwaj yang secara

leksikal berarti pasangan (suami istri) menunjukan dengan gamblang hubungan

kewarisan suami dan istri. Bila hubungan kewarisan berlaku antara yang

mempunyai hubungan kekerabatan karena hubungan alamiah diantara keduanya,

maka hubungan kewarisan antara suami istri disebabkan adanya hubungan

hukum antara suami istri.31

Berlakunya hubungan kewarisan antara suami dengan istri didasarkan

pada dua ketentuan :

Pertama: antara keduannya telah berlangsung akad nikah yang sah.

Tentang akad nikah yang sah di tetapkan dalam UU No. 1 tahun 1974 tentang

perkawinan pasal 2 ayat 1: perkawinan sah bila dilakukan menurut ketentuan

hukum masing-masing agamanya. Ketentuan diatas berarti bahwa perkawinan

30

Ibid, hal. 33 31

Amir Syarifudin, Hukum Kewarisan Islam, hal 88

Page 32: KASUS PENETAPAN AHLI WARIS PENGGANTI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21886/1/DODI... · Ahli waris pengganti adalah ahli waris yang menggantikan kedudukan

orang-orang yang beragama islam adalah sah apabila menurut hukum Islam.

pengetian sah menurut Islam ialah sesuatu yang dilakukan sesuai dengan rukun

dan syarat dan telah terhindar dari segala penghalangnya. Dengan demikian

nikah yang sah adalah nikah yang telah dilaksanakan dan telah memenuhi rukun

syarat pernikahan dan telah terlepas dari segala halangan pernikahan. Ketentuan

yang kedua: berkenaan dengan hubungan kewarisan yang disebabkan oleh

hubungan perkawinan ialah bahwa suami istri masih terikat dalam tali

perkawinan saat salah satu pihak meninggal. Termasuk dalm ketentuan ini

adalah bila salah satu pihak meninggal dunia sedangkan ikatan perkawinan telah

putus dalam bentuk talak raj’i dan perempuan masih dalam keadaam masa iddah.

Seorang perempuan yang sedang menjalani masa iddah talak raj’i berstatus

sebagai istri dengan segala akibat hukumnya, kecuali hubungan kelamin

(menurut jumhur ulama) karena halnya hubungan kelamin telah berakhir dengan

adanya perceraian.32

c. Wala

Wala berarti tetapnya hukum syara’ karena membebaskan budak.

Dalam konteks ini yang dimaksud dengan wala al-ataqaah yakni yang

disebabkan adanya pembebasan budak dan bukan dimaksudkan dengan wala al-

maulah dan mukhalafah membebaskan budak denan karena kepemimpinan dank

arena ikatan sumpah. Karena keduanya mempunyai muatan yang berbeda-beda

32

Ibid, hal. 192

Page 33: KASUS PENETAPAN AHLI WARIS PENGGANTI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21886/1/DODI... · Ahli waris pengganti adalah ahli waris yang menggantikan kedudukan

dalam sebab-sebab perwarisan.33 Adapun yang dimaksud dengan wala al-ataqah

adalah ushubah. Penyebabnya adalah kenikmatan pemilik budak melalui

pencabutan hak mewakili dan mengurusi harta bendanya baik secara sempurna

maupun tidak. Tujuannya adalah tathawwu yakni melaksanakan perintah syari’at

atau kewajiban, sekalipun dengan imbalan. Dalam hal ini bentuk pembebasan

mengakibatkan pada penetapan wala. Adapun yang dimaksud dengan kalimat

penyebabnya adalah kenikmatan pemilik budak yang dihadiahkan kepada

dengan membebaskan budak adalah masa sebelum budak itu dibebaskan. Namun

setelah seorang tuan membebaskan budaknya, budak itu telah berubah status dari

orang yang tidak cakap menjadi orang yang cakap dalam bertindak secara

sempurna. Dalil orang yang mempunyai hak wala memiliki hak waris atas harta

peninggalan si budak adalah sabda Rosulullah SAW dalam perkara Barirah r.a, “

hak wala itu hanya bagi orang yang telah membebaskan budaknya” (HR mutafaq

alaih).34 Adapun yang dapat mewarisi sebab wala adalah pemilik budak laki-laki

dan perempuan yang telah melangsungkan pembebasan budak. Lalu keduanya

menjadi ashabah yaitu ashabah bi nafs. Sebab, wala dapat mewarisi bukan

diwarisi. Tanpa budak yang dibebaskan niscaya wala tidak mewarisi dari

pembebasan budak atau tuannya. Dengan demikian wala dapat mewarisi dari satu

sisi saja yakni sisi dari orang yang membebaskan budak.

33

Komite Fakultas Syariah Universitas Al Azhar Mesir, Hukum Waris Islam, hal. 40 34

Ibid.

Page 34: KASUS PENETAPAN AHLI WARIS PENGGANTI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21886/1/DODI... · Ahli waris pengganti adalah ahli waris yang menggantikan kedudukan

2. Sebab-sebab waris yang diperselisihkan

a. Baitul mal

Para ulama fiqh berselisih diantaranya syafi’i, Maliki dan Hanafi dan

hanabila tentang baitul mal yang menjadi salah satu sebab boleh tidak mewarisi.

Dalam hal ini terdapat tiga pendapat:35

Pertama, baitul mal sebagai penyebab mewarisi secara mutlak, baik

baitul mal yang terorganisir maupun tidak. Jika seorang muslim meninggal dan

tidak mempunyai seorangpun ahli waris yang mewarisi harta peninggalannya,

dengan salah satu sebab-sebab saling mewarisi yang telah disepakati, maka baitul

mal berhak mewarisi harta peninggalan tersebut serta menggunakannya untuk

kemaslahatan kaum muslimin. Sebab kaum muslimin pun dibebani membyar

diyah (denda) untuk saudara sesame muslim yang tidak berkerabat. Dengan

demikian kedudukan mereka bagaikan ashabah (golongan yang mewarisi dalam

lingkungan kerabat). Pendapat ini dikemukakan oleh kalangan malikiyah dan

imam syafi’i dalam qoul qodim (pendapat lamanya ketika berada di Baghdad).36

Kedua, baitul mal menjadi ahli waris ketika terorganisasi, dengan

demikian andai seorang muslim meninggal dunia tidak memiliki ahli waris satu

orangpun, maka harta peninggalannya diserahkan kepada baitul mal bukan atas

dasar kemaslahatan atau kepentingan sosial, tetapi untuk diwarisi oleh kaum

35

Ibid, hal. 41 36

Ibid, hal. 42

Page 35: KASUS PENETAPAN AHLI WARIS PENGGANTI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21886/1/DODI... · Ahli waris pengganti adalah ahli waris yang menggantikan kedudukan

muslimin secara ushubah. Pendapat ini dikemukakan oleh As-syafi’i dalam qoul

jadid.37

Ketiga, baitul mal bukan menjadi penyebab mewarisi secara mutlak,

baik ia terorganisasi maupun tidak, ini adalah pendapat kalangan Hanafiyyah dan

Hanabilah.38

b. Al-hilf wa Al-Mu’aqadash atau janji setia

Janji setia ditempuh dengan melakukan perjanjian antara dua orang

atau lebih. Seseorang menyatakan dengan sungguh-sungguh kepada orang lain

untuk saling mewarisi apabila salah satu pihak meninggal. Tujuannya adalah

untuk kerjasama saling menasehati dan yang terpenting adalah memperoleh rasa

aman. Rumusan kalimat perjanjiannya adalah sebagai berikut:

Darahku darahmu, pertumpahan darahku pertumpahan darahmu,

perjuanganmu perjuanganku, perangku adalah perangmu, damaiku damaimu,

kamu mewarisi hartaku aku mewarisi hartamu, kamu dituntut darahku karena aku

dan aku dituntut darahku karena kamu, dan diwajibkan membayar denda sebagai

pengganti nyawaku, akupun diwajibkan membayar denda sebagai pengganti

nyawamu.39

Apabila salah satu pihak yang melakukan janji setia itu meninggal

dunia maka pihak lain mewarisi harta yang ditinggalkannya dengan ketentuan

37 Ibid.

38 Ibid.

39 Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, hal. 364

Page 36: KASUS PENETAPAN AHLI WARIS PENGGANTI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21886/1/DODI... · Ahli waris pengganti adalah ahli waris yang menggantikan kedudukan

1/6 bagian, itupun didahulukan penerimanya baru setelah itu dibagikan kepada

ahli waris lainnya.40

Perjanjian seperti ini tampaknya merupakan cara yang ditempuh dalam

waktu yang lama, sampai-sampai Al-Quran merekamnya sebagai salah satu

sebab mewaris yang di benarkan. Firman Allah surah An-Nissa ayat 33:

“bagi tiap-tiap peninggalan dari harta yang di tinggalkan ibu bapak

karib dan kerabat, kami jadikan pewaris-pewarisnya. Dan (jika ada) orang kamu

telah bersumpah setia dengan mereka, maka berikanlah kepada mereka

bagiannya, sesungguhnya allah menyaksikan segala sesuatu (Q.S. An-Nissa Ayat

33). Terhadap ayat tersebut dalam penerapannya, mayorittas para ulama

tidak melaksanakannya. Hanya sebagian ulama hanafiyyah saja yang tetap

memberlakukan isi ayat tersebut. Mereka mengatakan bahwa tidak ada riwayat

atau keterangan atau keterangan yang menasakh ketentuan itu. Apabila dikaitkan

dengan kehidupan sekarang ini, telebih di dasari oleh nash-nash Al-Quran

maupun hadist yang mengatur soal kewarisan, kelihatanya perjanjian itu telah

kehilangan atau setidaknya kurang relevansi.41

40

Ibid. 41

Ibid.

Page 37: KASUS PENETAPAN AHLI WARIS PENGGANTI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21886/1/DODI... · Ahli waris pengganti adalah ahli waris yang menggantikan kedudukan

D. Penghalang Menerima Warisan

Kata Al-Mawani adalah bentuk jamak dari mani. Menurut bahasa mani

berarti penghalang. Sedangkan menurut istilah adalah sesuatu yang timbul ketika

sebab itu telah jelas dan syarat telah terpenuhi dan menghalangi timbulnya akibat

atas sebab. Jadi ketiadaan syarat menurut mereka tidak disebut mani meskipun

menghalangi timbulnya akibat atas sebab. Jadi yang dimaksud dengan beberapa

penghalang mewarisi adalah keberadaan penghalang yang menggugurkan hak

seseorang untuk mewarisi harta peninggalan. Namun, ketiadaan penghalang

bukan berarti memberikan warisan kepada seseorang. Denga kata lain, yang

dimaksud dengan penghalang-penghalang mewarisi adalah tindakan atau hal-hal

yang dapat menggugurkan hak seseorang untuk mewarisi harta peninggalan

setelah adanya sebab-sebab mewarisi.42 Jadi yang dilarang mendapatkan hak

waris adalah seseorang (ahli waris) yang mempunyai sebab mewarisi tetapi ia

melakukan tindakan yang dapat menggugurkan kelayakan mewarisi. Orang

semacam ini yang diharamkan mendapatkan warisan, keberadaannya bagaikan

tidak ada dan dia dapat menhalangi ahli waris lainnya baik secara hirman (tidak

dapat warisan) maupun secara nuqshan (pengurangan).43

Dengan demikian definisi diatas berarti meniadakan hukum dan

seseorang dapat terhalang karena keberadaan ahli waris lainnya. Namun, ahli

42

Komite Fakultas Syariah Universitas Al Azhar Mesir, Hukum Waris Islam, hal. 46 43

Ibid.

Page 38: KASUS PENETAPAN AHLI WARIS PENGGANTI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21886/1/DODI... · Ahli waris pengganti adalah ahli waris yang menggantikan kedudukan

waris lainnya menghalangi ahli waris yang terhalang dengan cara nuqshan

(pengurangan). Demikian halnya, definisi tersebut meniadakan hukum waris-

mewarisi karena ketiadaan sebab-sebabnya seperti orang asing (orang yang tidak

mempuunyai hubungan kerabat dari manapun).44

1) Penghalang-penghalang yang disepakati

a. Berlainan agama

Para ulama ahli fikih diantaranya Maliki, Syafi’i, Hanafi dan Hambali

sepakat bahwasanya, berlainan agama antara orang yang mewarisi dengan orang

yang mewariskan merupakan salah satu penghalang mewaris. Berlainan agama

terjadi antara Islam dengan agama yang lainnya terjadi antara satu agama dengan

satu syariat yang berbeda.45

Agama ahli waris yang berlainan merupakan penghalang untuk

mewarisi dalam _isba waris. Dengan demikian orang kafir tidak bisa mewarisi

harta orang islam dan seorang muslim tidak mewarisi harta orang kafir,

sebagaimana sabda Rosulullah SAW berikut:

ǫȀɅɍ ȴȲȆƫǟ ȀȥǠȮȱǟ ȿ ɍ ȀȥǠȮȱǟ ȴȲȆƫǟ )ȨȦǪȵ ȼɆȲȝ(

Orang-orang islam tidak dapat mewarisi harta orang kafir dan orang

kafir pun tidak dapat mewarisi harta orang islam (HR Muttafaq alaih)

44

Ibid. 45

Ibid. Hal 47

Page 39: KASUS PENETAPAN AHLI WARIS PENGGANTI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21886/1/DODI... · Ahli waris pengganti adalah ahli waris yang menggantikan kedudukan

Hukum ini merupakan ketetapan banyak ulama ahli fikih sebagai

pengalaman dari keumuman hadist diatas. Bila seorang mati meninggalkan anak-

anak laki-laki yang kafir dan paman nya muslim, niscaya harta peninggalan si

mayit di berikan semua kepada paman, sehingga anak laki-laki itu tidak

mendapatkan harta warisan apa-apa dari ayahnya. 46

Namun sebagian ulama ahli fikih berpendapat bahwa orang islam

dapat mewarisi harta peninggalan orang kafir dan tidak sebaliknya. Berdasarkan

pendapat tersebut jika seorang istri kitabiyyah (ahli kitab) mati meninggalkan

suami muslim muslim maka sang suami dapat mewarisi dari harta sang istri tapi

tidak sebaliknya. Beberapa alasan yang dijadikan argumen pada kasus diatas

adalah:47

a) Berdasarkan hadist Nabi SAW, “islam itu terus bertambah dan tidak

berkurang”.

b) Dalam melihat hadist ini mereka berpendapat hak mewarisi seorang

muslim dari seorang kafir merupakan suatu tambahan, sedangkan tidak adanya

hak mewarisi bagi muslim terhadap orang kafir adalah suatu kekurangan. Mereka

juga berargumen dengan hadist “ islam itu tinggi dan ketinggiannya tidak dapat

diungguli”. Dengan hadist ini mereka berpendapat makna ketinggian adalah

46

Ibid, hal. 48 47

Ibid.

Page 40: KASUS PENETAPAN AHLI WARIS PENGGANTI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21886/1/DODI... · Ahli waris pengganti adalah ahli waris yang menggantikan kedudukan

seorang muslim bisa mewarisi harta peninggalan orang kafir sedangkan orang

kafir tidak bisa mewarisi harta orang muslim.48

c) Mereka berdalih dengan menganalogikan nikah dan memperoleh harta

rampasan perang yakni kita sebagai orang muslim dapat mewarisi harta orang

kafir sebagaimana kita menikahi wanita-wanita mereka, namun mereka tidak bisa

menikahi wanita-wanita muslimah. Kita bisa memperoleh harta rampasan perang

yang dilakukan bersama mereka, namun tidak sebaliknya.49

b. Pembunuhan

Apabila seorang ahli waris membunuh ahli warisnya, maka ia tidak

berhak mewarisi harta pewarisnya, karena pembunuhan menghalanginya

menerima harta warisan atau harta peninggalan. Orang yang dibunuh bisa

menerima warisan dari pembunuhnya. Apabila si pembunuh lantaran suatu sebab

meninggal sebelum korbannya meninggal. Apabila seorang melukai saudaranya

dengan luka sangat parah yang bisa menyebabkan kematian, kemudian dia lebih

dahulu meninggal dengan suatu sebab niscaya si korban (orang yang dilukai)

menerima pusaka dari orang yang melukainya apabila tidak ada ahli waris yang

lebih kuat, asal saja orang yang dilukai atau korban ketika meninggalnya pelaku

masih dalam keadaan hidup (hayat mustaqirah).50 Tegasnya si pembunuh tidak

48

Ibid. 49

Ibid. 50

Ibid, hal. 52

Page 41: KASUS PENETAPAN AHLI WARIS PENGGANTI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21886/1/DODI... · Ahli waris pengganti adalah ahli waris yang menggantikan kedudukan

boleh menerima harta warisan dari orang yang dibunuh. Dalam hal ini Nabi

SAW bersabda:

ɍ ǫȀɅ ǟȰǩǠȪȱ ǠǞɆȉ )Ȼǟȿǿ ǻȿǟǻ(

Tidak ada pusaka bagi pembunuh51

Kaidah fiqhiyah menetapkan:

ȸȵ ȰDzȞǪȅǟ ǠǞɆȉ ȰǤȩ ȿǐǟ ȼȹǟ Ǣȩɀȝ ȼȹǠȵȀƜ

“orang yang menyegerakan sesuatu sebelum waktunya, niscaya

disiksa dengan tidak diberikan kepadanya apa yang ia segera menerimanya”52

Apabila si pembunuh tidak dihalangi menerima warisan, tentunya

banyak waris (orang yang menerima waris) akan membunuh muwarisnya

(pewaris). Dan berkembanglah pembunuhan diantara kerabat-kerabat dekat dan

kerabat yang jauh. Selain dari pada itu pembunuhan adalah suatu jarimah (tindak

pidana) yang harus dijatuhi hukuman yang sangat berat dan suatu maksiat yang

dibalas dengan azab yang paling berat. Maka tidak layak baik menurut akal

maupun menurut syara’ mengerjakan jarimah dan maksiat menjadi jalan untuk

mencapai kenikmatan dan memperoleh keuntungan.

Setelah ulama fikih sepakat antara lain Maliki, Syafi’i, dan Hambali

tentang pembunuhan menjadi sebab penghalang menerima warisan kemudian

51

Muhammad bin Muhammad As-Syaukani, Nailul Al-Athar Syarah Muntaqal Akhbar, (kairo: Al-Akhirah) jus 6 hal. 84

52 Muhammad Azzam Abdul Aziz, Qawaaidul Al-Fighiyyah, (kairo: Darr Al-Hadits, 2005)

Page 42: KASUS PENETAPAN AHLI WARIS PENGGANTI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21886/1/DODI... · Ahli waris pengganti adalah ahli waris yang menggantikan kedudukan

mereka berselisih tentang hakikat pembunuhan yang benar-benar menjadikan

seseorang menerima warisan apakah bentuk pembunuhan mutlak atau khusus.

Dalam hal ini terdapat empat pendapat ulama adalah sebagai berikut:

1. Mazhab Syafi’iyah berpendapat bahwa seluruh bentuk pembunuhan

dapat menghalangi seseorang mendapat harta warisan. Dengan

demikian seorang pembunuh tidak bisa mewaris harta orang yang

dibunuhnya, baik karena sengaja, mirip sengaja, khilaf (baik dengan

hak atau tidak) atau di hukum setelah membunuhnya atau tindakan

yang menyebabkan pembunuhan disaksikan oleh orang lain atau tidak

ada yang menyaksikan tindakan tersebut sekalipun pembunuhan itu

tidak sengaja, seperti pelakunya orang yang sedang tidur, orang gila

atau anak kecil atau tindakan tersebut demi kemaslahatan seperti

pukulan ayah terhadap anaknya dalam rangka mendidik.53

2. Mazhab Hanafiyah berpendapat bahwa pembunuhan yang menjadi

penghalang mewaris adalah pembunuhan yang hukumnya adalah

qishash atau kafarah yaitu pembunuhan dengan sengaja, mirip sengaja,

dan pembunuhan yang di anggap khilaf misalnya seseorang yang sedang

nyenyak tidur diatas tempat tinggi kemudian tempatnya runtuh dan

53

Komite Fakultas Syariah Universitas Al azhar Mesir, Hukum Waris Islam, Hal. 57

Page 43: KASUS PENETAPAN AHLI WARIS PENGGANTI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21886/1/DODI... · Ahli waris pengganti adalah ahli waris yang menggantikan kedudukan

menjatuhi orang yang dibawahnya, sehingga membawa kepada

kematian kepada orang yang dijatuhinya.54

Adapun pembunuhan yang dianggap tidak menghalangi untuk

mendapatkan warisan menurut kalangan Hanafiyah ada tiga macam 1)

pembunuhan tidak langsung seperti seseorang menggali lubang bukan miliknya

dan belum mendapat izin dari pemiliknya dan kemudian salah satu anggota

keluarganya terperosok hingga jatuh dan meninggal, 2) pembunuhan karena hak,

3) pembunuhan yang dilkukan oleh anak kecil atau orang yang belum cakap

untuk bertindak hukum.55

3. Mazhab Malikiyah berpendapat bahwa pembunuhan yang menjadi

penghalang untuk menerima warisan adalah pembunuhan sengaja

karena permusuhan, sedangkan yang lainnya menurut mereka tidak

menghalangi seseorang mendapat warisan.56

4. Mazhab Hanabila berpendapat pembunuhan yang menjadi penghalang

menerima warisan adalah pembunuhan yang dilakukan tanpa alasan

yang hak, yakni pembunuhan yang dibebani dengan sanksi qishas,

kafarat, diyat dan rugi, pembunuhan tersebut seperti:57

54

Ibid, hal. 57 55

Ibid, hal. 58 56

Ibid. 57

Ibid, hal. 59

Page 44: KASUS PENETAPAN AHLI WARIS PENGGANTI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21886/1/DODI... · Ahli waris pengganti adalah ahli waris yang menggantikan kedudukan

a. Pembunuhan dengan sengaja dan terencana adalah suatu cara

pembunuhan yang dalam pelaksanaannya terdapat unsur kesengajaan ini eksis

dengan adanya tiga hal: pertama, sengaja dalam berbuat, kedua, sengaja arah dan

sasaran, ketiga, sengaja dengan menggunakan alat yakni menggunakan alat yang

lazimnya mematikan.

b. Pembunuhan mirip dengan sengaja adalah pembunuhan dengan

sesuatu dengan alat yang tidak lazimnya tidak mematikan.

c. Pembunuhan karena khilaf atau tidak sengaja pembunuhan yang

didalamnya tidak terdapat unsur kesengajaan, baik alat maupun arahny seperti

menembak burung tetapi mengenai orang dan mati.

d. Pembunuhan yang dianggap khilaf yaitu pembunuhan yang tidak

memiliki unsur kesengajaan berbuat tetapi membawa kematian terhadap

seseorang.

Adapun pembunuhan yang menurut mereka tidak menghalangi

menerima warisan adalah pembunuhan yang tidak dibebani sanksi tersebut diatas

seperti pembunuhan karena melakukan had, qishas (pidana) untuk membela diri,

untuk melawan pemberontak, atau untuk berbuat demi kemaslahatan.

Dalam Kompilasipun dirumuskan tentang pembunuhan dapat

menghalangi dari mendapat warisan. Kompilasi merumuskannya dalam pasal

173 yang berbunyi:58

58

Departemen Agama RI, Kompilasi Hukum Islam, hal 3

Page 45: KASUS PENETAPAN AHLI WARIS PENGGANTI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21886/1/DODI... · Ahli waris pengganti adalah ahli waris yang menggantikan kedudukan

Sesesorang terhalang menjadi ahli waris apabila dengan putusan yang

telah mempunyai ketentuan hukum yang tetap, dihukum karena:

a. Dipersalahkan telah membunuh atau mencoba membunuh atau

menganiaya berat pada pewaris.

b. Dipersalahkan secara memfitnah telah mengajukan pengaduan bahwa

pewaris telah melakukan suatu kejahatan yang diancam dengan hukuman 5 tahun

penjara atau hukuman yang lebih berat.

E. Asas-asas Kewarisan Islam

Dari pengamatan terhadap sumber hukum kewarisan Islam, dapat

ditarik beberapa asas yang melandasi pembentukannya, antara lain adalah:59

1. Ijbari

Secara bahasa, ijbari mengandung pengertian paksaan. Kaitanya

dengan kewarisan mengandung arti bahwa pemindahan harta peninggalan dari

muwarris kepada ahli warisnya bukan kehendak dari muwarris, tapi akan terjadi

dengan sendirinyasetelah yang bersangkutan meninggal dunia.

2. Bilateral

Pengertian bilateral dalam kewarisan adalah seseorang dapat menerima

warsian dari dua belah pihak, pihak ayah dan pihak ibu. Hal ini juga berlaku

untuk anak perempuan.

59

Muhammad Daud Ali, Asas-Asas Hukum Islam, (Hukum Islam I: Pengantar Hukum dan Tata Hukum Islam di Indonesia), Jakarta: Rajawali Press, 1990, hal. 128

Page 46: KASUS PENETAPAN AHLI WARIS PENGGANTI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21886/1/DODI... · Ahli waris pengganti adalah ahli waris yang menggantikan kedudukan

3. Individual

Kewarisan islam menentukan bahwa setiap ahli waris berhak

mendapatkan sebagian dari harta peninggalan muwarris dan tidak mengenal harta

pusaka yang tidak dibagi-bagi yang penguasaannya dilakukan secara kolektif

oleh para ahli waris.

4. Keadilan berimbang

Yang dimaksud keadilan berimbang disini adalah adanya

keseimbangan antara hak-hak yang akan diterima dan kewajiban-kewajiban yang

mesti dipenuhi. Dalam arti bahwa harta peninggalan yang diterima oleh ahli

waris dari pewaris pada hakikatnya merupakan kelanjutan dari tanggung jawab

pewaris terhadap keluarganya. Oleh sebab itu bagian yang diterimanya seimbang

dengan kewajiban yang akan dipikul.

5. Akibat kematian semata

Hukum Islam menetapkan bahwa peralihan harta pusaka dari muwarris

kepada ahli waris dapat dilakukan hanya apabila muwarris meninggal dunia.

Dengan demikian, selama pemilik hartaa tersebut masih hidaup, tidak akan ada

peralihan harta pusaka kepada ahli waris. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam

syarat-syarat kewarisan dalam Islam.

Page 47: KASUS PENETAPAN AHLI WARIS PENGGANTI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21886/1/DODI... · Ahli waris pengganti adalah ahli waris yang menggantikan kedudukan

BAB III

AHLI WARIS PENGGANTI

A. Pengertian Ahli Waris Pengganti

Penggantian kedudukan (ahli waris pengganti) dalam kewarisan Islam

merupakan suatu hal yang baru, mengingat terminologi ahli waris pengganti

tersebut tidak secara lugas disebutkan dalam fikih Islam.

Menurut Sajuti Thalib, dalam bukunya “Hukum Kewarisan Islam di

Indonesia”, ahli waris pengganti adalah ahli waris yang menggantikan seorang

ahli waris langsung, karena dalam kasus bersangkutan ia meninggal lebih dahulu

dari pewaris, maka kedudukannya di gantikan oleh anaknya, anak saudaranya

atau anak tolan seperjanjiannya.60

Dalam kaitannya dengan ahli waris, hukum kewarisan Islam

mengelompokkan mereka dalam tiga golongan yaitu ; ahli waris zawil faraid,

ashabah, dan zawil arham. Sedangkan Haizairin mengelompokkan ke dalam ; zu

al-faraid,zu al-qarabat, dan mawali.

Dari penggolongan ahli waris sebagaimana disebutkan di atas,

dipahami bahwa ada diantara ahli waris dengan kedudukan tertentu mendapat

bagian yang sudah jelas terdapat dalam Al-quran, yaitu : anak, ayah, ibu, suami,

istri dan saudara. Mereka mewaris karena hubungan sendiri dengan pewaris dan

60

Thalib Sajuti, Hukum Kewarisan Islam di Indonesia, (Jakarta : sinar grafika 2000)

Page 48: KASUS PENETAPAN AHLI WARIS PENGGANTI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21886/1/DODI... · Ahli waris pengganti adalah ahli waris yang menggantikan kedudukan

tidak karena menempati kedudukan ahli waris yang lain, karena itu, disebut

sebagai ahli waris langsung.

Di samping itu ada juga mereka yang menjadi ahli waris dikarenakan

menempati penghubung yang sudah meninggal lebih dahulu dari pewaris.

Mereka adalah ; cucu menempati kedudukan anak, kakek menempati kedudukan

ayah, nenek menempati kedudukan ibu, anak saudara menempati kedudukan

saudara, dan begitu seterusnya. Ahli waris kelompok ini, kedudukan dan bagian

mereka memang tidak dijelaskan dalam Al-quran, akan tetapi kedudukan mereka

dan bagiannya ini dapat diketahui melalui perluasan pengertian ahli waris

langsung yang dijelaskan dalam Al-quran. Pengertian anak diperluas kepada

cucu, pengertian ayah dan ibu kepada kakek dan nenek, pengertian saudara

diperluas kepada anak saudara dan seterusnya. Dari dasar hukum dan cara

mereka menjadi ahli waris, dapat disebut sebagai ahli waris pengganti.61 Untuk

pembahasan yang lebih luas, Allah menyerahkan kepada akal manusia untuk

menentukan pelaksanaannya.

Ulama Sunni, mengatakan bahwa secara garis besar ahli waris yang

berhak mendapat warisan sebanyak tujuh belas orang yang terdiri dari sepuluh

orang ahli waris laki-laki dan tujuh orang ahli waris perempuan. Ahli waris laki-

laki terdiri dari anak laki-laki (ibn), cucu laki-laki dari anak laki-laki (ibn al-ibn),

61

Amir Syarifuddin, Pelaksanaan Hukum Kewarisan Islam dalam Lingkungan Adat Minangkabau, (Jakarta : PT Gunung Agung, 1994), cet I, hal 86.

Page 49: KASUS PENETAPAN AHLI WARIS PENGGANTI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21886/1/DODI... · Ahli waris pengganti adalah ahli waris yang menggantikan kedudukan

ayah, suami, saudara laki-laki, anak laki-laki dari saudara sekandung, anak laki-

laki dari saudara seayah, kakek, paman, dan orang yang memerdekakan budak.

Sedangkan ahli waris perempuan terdiri dari istri, anak perempuan, cucu

perempuan dari anak laki-laki (bint al-ibn), ibu, nenek, saudara perempuan, dan

orang yang memerdekakan budak.62

Dari sepuluh ahli waris laki-laki dan tujuh ahli waris perempuan

tersebut ulama menjelaskan secara lebih detil sehingga ahli waris laki-laki

berjumlah lima belas orang ditambah dengan saudara laki-laki sekandung,

saudara laki-laki seayah, dan saudara laki-laki seibu dan anak paman, dan ahli

waris perempuan menjadi sepuluh orang ditambah dengan perincian saudara

perrempuan sekandung, seayah,seibu, serta nenek dari pihak ayah dan ibu.

Penjelasan tersebut merupakan perluasan dari ahli waris yang semula

tidak disebutkan secara rinci seperti saudara laki-laki paman yang semula tidak

dibedakan antara saudara laki-laki sekandung, seayah, seibu serta paman yang

semula tidak disebutkan anaknya (ibn al-‘am) dalam daftar orang-orang yang

berhak menjadi ahli waris.63

Mengenai siapa-siapa saja yang berhak memperoleh warisan dari

pewaris berdasarkan cara penerimaan bi al-ashabah, bi al-fard dan bi al-rahm

tersebut, ulama tidak berbeda pendapat dalam hal ini, dalam arti mereka

62

Ibn Ruysd, Bidayat al- Mujtahid, (beirut : Dar al-fikr) Juz II, h. 254. 63

Muhyi Muhammad al- Din Abd Al Hamid, Ahkam al –Miras fi al-syari’ah al-Islamiyah ‘ala al- Mazahib al-Arba’ah, (Dar al-kitab al-arabi)h. 91-92

Page 50: KASUS PENETAPAN AHLI WARIS PENGGANTI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21886/1/DODI... · Ahli waris pengganti adalah ahli waris yang menggantikan kedudukan

bersepakat dalam menentukan orang-orang yang tergolong dalam ahli waris.

Dengan demikian, meskipun ulama sunni berbeda pendapat dalam beberapa hal ;

namun dalam penentuan para ahli waris ini mereka secara consensus (ijma)

sependapat satu sama lain.

Lebih lanjut ulama mengatakan bahwa manakala semua ahli waris

tersebut ada, maka ada empat ahli waris yang dipastikan akan selalu

mendapatkan warisan. Mereka itu adalah, suami atau istri, anak, ayah, dan ibu.64

Keempat ahli waris ini tidak akan pernah terhijab oleh ahli waris siapapun.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa merekalah ahli waris utama atau ahli

waris langsung yang akan selalu diperioritaskan dalam memperoleh warisan. Hal

ini bisa terjadi mengingat para ahli waris selain yang empat tersebut akan

memperoleh warisan manakala diantara mereka seperti ayah dan anak laki-laki

tidak ada, karena ayah dalam dokterin kewarisan yang ada bisa menutup saudara,

kakek, paman, dan seterusnya, sedangkan anak laki-laki bisa menutup semua ahli

waris selain ayah, ibu, suami atau istri, dan saudaranya baik laki-laki maupun

perempuan. Dari adanya ahli waris utama dan langsung tersebut ditarik suatu

ajaran dalm kewarisan yang dikenal dengan hajb (hajib dan mahjub) yang secara

a contrario dapat diartikan sebagai sistem penggantian ahli waris dalam hukum

64

Said Muhammad al-Jalidi, Ahkam al- Miras wa al-Washiyyah fi al-syari’ah al-Islamiyyah, (Mansurat kulliyah al- Dakwah), h. 86

Page 51: KASUS PENETAPAN AHLI WARIS PENGGANTI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21886/1/DODI... · Ahli waris pengganti adalah ahli waris yang menggantikan kedudukan

waris Islam65. Dari ajaran hajb (hajib dan mahjub) tersebut dapat ditentukan

mana ahli waris yang lebih dekat hubungan kekerabatannya dengan pewaris,

sehingga dengan status kedekatannya tersebut dapat menutupi ahli waris yang

lebih jauh. Ahli waris yang dihijab oleh ahli waris yang utama tersebut adalah

mereka yang diantaranya dipertalikan dengan pewaris melalui orang-orang yang

yang dapat menghijabnya. Anak laki-laki dapat menghijab semua ahli waris

selain saudaranya dan keturunannya, ayah, ibu, dan suami atau istri. Ini berarti

bahwa ahli waris lain anak laki-laki dari anak laki-laki, anak perempuan dari

anak laki-laki, dan semua ahli waris selain yang empat tersebut merupakan

pengganti dirinya, karena mereka hanya bisa memperoleh harta pusaka apabila ia

tidak ada. Hal serupa juga dapat dilihat dari otoritas ayah untuk menghijab

saudara, kakek dan seterusnya yang juga dapat diartikan bahwa yang terhijab

olehnya tersebut merupakan pengganti dari ayah. Disamping kedua ahli waris

yang dapat menghijab ahli waris lainnya tersebut terdapat ahli waris lain yang

juga mempunyai otoritas yang sama seperti ayah dan anak. Mereka adalah :

1. Anak laki-laki dari anak laki-laki sekandung dapat menghijab ahli waris

yang berada dilevel bawahnya seperti ibn ibn al-ibn dan bint ibn al –ibn,

saudara dan paman.

2. Saudara laki-laki sekandung dapat menghijab anaknya, anak saudaranya,

saudara laki-laki seayah, dan paman.

65

Wasit Aulawi, system Penggantian dan Pengelompokan Ahli Waris, Hukum Kewarisan dalam Kompilasi Hukum Islam, Makalah Seminar, UI Depok 12 Desember 1992, h. 11.

Page 52: KASUS PENETAPAN AHLI WARIS PENGGANTI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21886/1/DODI... · Ahli waris pengganti adalah ahli waris yang menggantikan kedudukan

3. Saudara laki-laki seayah dapat menghijab anaknya, anak saudaranya, dan

paman.

4. Kakek bisa menghijab paman. Sedangkan anak kakek bersama-sama

dengan saudara, ulama berbeda pendapat mengenai kewarisannya, ada

yang mengatakan bahwa ia bisa menghijab saudara dan ada yang

mengatakan tidak, tetapi ia bersama-sama dengan saudara menjadi ahli

waris dari pewaris. Perbedaan tersebut terjadi karena Al-quran dan sunnah

tidak menjelaskan prihal itu. Ulama yang mengatakan bahwa kakek

menempati ayah sepenuhnya, dalam arti bisa menghijab saudara, karena

kakek menurut mereka termasuk dalam kandungan kata ayah yang bisa

diterjemahkan sebagai ayah dari ayah. Sedangkan yang tidak sependapat

mengatakan bahwa antara kakek dan saudara sama-sama berada dalam satu

garis, karena hubungan mereka masing-masing sama-sama melalui ayah,ini

menunjukan bahwa kakek dan saudara mempunyai kekuatan yang sama

dalam memperoleh hak waris.

5. Paman menghijab anak paman dan seterusnya.

6. Dua anak perempuan bisa menghijab cucu perempuan dari anak laki-laki,

kecuali ia didampingi saudaranya yang laki-laki (akh mubarak).

7. Dua saudara perempuan sekandug bisa menghijab saudara perempuan

seayah, kecuali ia didampingi saudaranya yang laki-laki (akh mubarak)

8. Seorang saudara perempuan atau lebih apabila bersama-sama dengan anak

perempuan menghijab saudara ayah baik laki-laki maupun perempuan,

Page 53: KASUS PENETAPAN AHLI WARIS PENGGANTI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21886/1/DODI... · Ahli waris pengganti adalah ahli waris yang menggantikan kedudukan

karena dalam hal ini ia memperoleh kewarisan melalui asabah maa’ al-

ghair, sehingga dengan penerimaan asabah tersebut ia menghabiskan

seluruh tirkah.

Menurut Syafi’iyah dan ulama mujtahid terdahulu, hak yang diterima

oleh ahli waris pengganti bukanlah yang seharusnya diterima oleh ahli waris

yang digantikannya, dalam arti mereka tidak sepenuhnya menggantikan ahli

waris yang menghubungkannya kepada pewaris, hal ini dapat dilihat dari contoh

berikut:

a. Cucu laki-laki melalui anak laki-laki menerima warisan sebagaimana yang

diterima oleh anak laki-laki; cucu perempuan melalui anak laki-laki

menerima warisan sebagaimana yang diterima anak perempuan, tidak

sebagaimana yang diterima anak laki-laki yang menghubungkan kepada

pewaris.

b. Anak saudara menerima warisan sebagaimana anak saudara. Begitu juga

paman, dan anak paman, ia menerima warisan sebagaimana hak dan

kedudukannya sebagai ahli waris sendiri.

Mengenai cucu, dalam keadaan apapun, para ulama terdahulu

menempatkannya sebagi cucu, bukan sebagai pengganti ayahnya, dan cucu yang

dimaksud disini adalah khusus cucu laki-laki dan perempuan melalui pancar laki-

laki, hak kewarisan cucu melalui pancar laki-laki ini termasuk kedalam far’u

waris yaitu anak turun pewaris. Hak kewarisan far’u waris adakalanya dengan

jalan fard, ataupun asabah. Dasar hukum kewarisan mereka adalah adanya

Page 54: KASUS PENETAPAN AHLI WARIS PENGGANTI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21886/1/DODI... · Ahli waris pengganti adalah ahli waris yang menggantikan kedudukan

interpretasi kata walad dalam ayat waris diartikan secara mutlak yang dapat

diterapkan untuk anak turun pewaris betapapun jauh menurunnya, juga dalil yang

dikemukakan oleh sahabat rosulullah Zaid ibn Sabit:

ǼɅȁ ȯǠȩ :ƕƞ ǒǠȺǣɉǟ ǼȱȿǒǠȺǣǕ ȴŒȿǻ ȸȮɅ Ɓ ǟǽǟ Ǧȱ . ȴȽǠǮȹǖȭ ȴȽǠǮȹǕ ȿ ȴȽȀȭǾȭ ȴȽȀȭǽ

ǦȺǣǟ ȫȀǩ ȷǠȥ Ȁȭǽ ȸǣǟ Ȝȵ ȸǣ Ǽȱȿ ǫȀɅ ɍȿ ȷɀǤDzƷ ȿ ȷɀǭȀɅ ȤȎȺȱǟ ǨȺǤȲȲȥ Ȁȭǽ ȸǣǟ ȸǣǟ ȿ

ɄȪǣ Ǡȵ ȸǣɍǟ ȸǣɍȿ .

Artinya: “ Zaid berkata: cucu-cucu pancar laki-laki menduduki derajat

anak laki-laki bila si mati tidak meninggalkan anak, kelaki-lakian mereka (cucu-

cucu) seperti kelaki-lakian anak-anak, dan keperempuan mereka seperti

keperempuan anak-anak yakni mereka dapat mewarisi sebagaimana halnya

anak-anak menghijab, dan cucu pancar laki-laki tidak dapat mewarisi bersama

dengan anak laki-laki, oleh karena itu bila seseorang meninggalkan seorang

anak perempuan dan cucu laki-laki dari pancar laki-laki, maka untuk anak

perempuan mendapat setengah dan cucu laki-laki mendapat sisanya”.66

Bagian cucu laki-laki adalah seluruh sisa tirkah setelah ashab al-furud,

tetapi jika bersama dengan beberapa saudaranya, ia bersama-sama saudarnya

yang lain menerima tirkah dengan perbandingan 2:1. Cucu perempuan menerima

½ apabila seorang diri, 2/3 apabila dua orang atau lebih, dan 1/6 fard sebagai

takmilah 2/3 jika bersama dengan seorang anak perempuan, ataupun tidak

mendapat sama sekali. Sebagai contoh: si A meninggal dengan ahli waris B

66

Fatchurrahman, Ilmu Waris, (Bandung : PT. Al-Ma’arif), h. 195

Page 55: KASUS PENETAPAN AHLI WARIS PENGGANTI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21886/1/DODI... · Ahli waris pengganti adalah ahli waris yang menggantikan kedudukan

(istri), C (ayah), dan dua cucu laki-laki dari pancar laki-laki D dan E (yang orang

tuanya telah meninggal mendahului A), maka penyelesaiannya sebagai berikut:

Asal masalah : 24

B : 1/8 x 24 = 3

C : 1/6 x 24 = 4

D dan E : asabah binafsihi : 24 – (3+4) = 17

Dari uraian di atas dapat kita cermati bahwa cucu-cucu melalui pancar

laki-laki dapat mewarisi sebagaimana halnya anak laki-laki dan perempuan

mewarisi dengan syarat tidak bersamaan dengan anak laki-laki, karena ia dapat

menggugurkan hk waris cucu-cucu pancar laki-laki ini.

Adapun cucu perempuan dan laki-laki dari pancar perempuan

termasuk kedalam kelompok zawil arham. Mereka terdiri dari garis lurus ke

bawah, ke atas, ke samping pertama dan kedua yang dalam hubungannya dengan

pewaris melalui perempuan, dan kerabat ketiga yaitu saudara kakek dan nenek.

Tentang zawil arham ini para ulama berbeda pendapat, Hanafiyyah dan

Hanabilah berpendapat bahwa zawil arham berhak atas tirkah jika tidak ada lagi

zawil furud dan asabah.67 Syafi’iyyah dan Malikiyah berpendapat berpendapat

bahwa zawil arham tidak dapat menerima tirkah, sisa tirkah diserahkan kepada

bait al-mal.68

67

Al-Syyid Sabiq, Fiqh Sunnah, (Beirut, dar al-Fikr, 1983), juz III, h. 446 68

Ibn Qudamah, Al- Mughni, ( Riyad : Pustaka Riyad), Juz VI h.229.

Page 56: KASUS PENETAPAN AHLI WARIS PENGGANTI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21886/1/DODI... · Ahli waris pengganti adalah ahli waris yang menggantikan kedudukan

Dengan demikian cucu perempuan dan laki-laki dari pancar

perempuan berhak mewarisi tirkah dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Jika tidak ada lagi ashab al-furud dan asabah.

b. Jika bersama salah seorang suami/istri, maka sisa harta yang tidak dapat

diselesaikan dengan radditerimakan kepada mereka.

Hal ini diberikan kejelasan bagi kita bahwa zawil arham berhak tampil

menjadi ahli waris jika tidak ada lagi zawil furud dan asabah. Karena itu, dalam

kewarisan zawil arham ini juga kita menemukan proses penggantian ahli waris.

Menurut sebagian ulama, ahli waris pengganti mendapat tirkah karena

ada orang yang menghubungkannya dengan pewaris. Dasar hukum yang

dipegang oleh sebagian ulama ini adalah suatu riwayat yang dinukilkan dari Ali

RA dan Abdullah RA:

ǟ ǨȺǣ ɍȂȹ ǠȶŒǕ ǠȶȾȺȝ ǃǟ ǼǤȝ ȿ ɄȲȝ ȸȝ ȿ Ƿɉǟ Ǧȱƕȵ Ƿɉǟ ǨȺǣ ȿ ǨȺǤȱǟ Ǧȱƕȵ ǨȺǤȱ

ȳɉǟ Ǧȱƕȵ ǦȱǠƪǟ ȿ ǡɉǟ Ǧȱƕȵ ǦȶȞȱǟ ȿ Ǩǹɉǟ Ǧȱƕȵ Ǩǹɉǟ ǨȺǣ )Ǽƥǟ Ȼǟȿǿ(

Artinya : “ dari Ali RA dan Abdullah RA, bahwa mereka menempatkan

cucu-cucu perempuan pancar perempuan ketempat anak perempuan, anak

perempuan saudara laki-laki ketempat saudara laki-laki, anak perempuan

saudara perempuan ketempat sudara perempuan. Saudari bapak ketempat bapak

dan saudari ibu ketempat ibu”. (H.R. Ahmad)

Menetapkan adanya hak kewarisan zawil arhham menurut sebagian

ulama ini, yaitu dengan mencari dan menetapkan orang yang telah meninggal

Page 57: KASUS PENETAPAN AHLI WARIS PENGGANTI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21886/1/DODI... · Ahli waris pengganti adalah ahli waris yang menggantikan kedudukan

lebih dahulu yang menghubungkan dengan pewaris untuk ditempati

kedudukannya.

Misalnya A meninggal, meninggalkan tirkah sejumlah 21 juta rupiah.

Ahli warisnya (B) cucu perempuan dari pancar perempuan, dan (C) cucu laki-

laki dari pancar perempuan. Maka penyelesaiannya adalah: B asabah bil al-ghair

mendapat 1/3 dari 21 juta rupiah yaitu 7 juta rupiah, dan C asabah bi Al-ghair

mendapat 2//3 dari 21 juta yaitu 14 juta rupiah, karena derajat keduanya sama

yaitu menggantikan kedudukan orang tuanya yang meninggal mendahului A

sebagai kakek mereka.

Amir Syarifuddin menyebut cara yang dilakukan sebagian ulama ini

ini hampir sama dengan cara pewarisan sistem penggantian menurut BW, yang

disebut dengan kewarisan secara biijplaatsvervulling.69 Menurut Hazairin, hal

ini disebut mewaris dengan cara mawali atau penggantian tempat. Dalam hal ini,

ia mendasarkan argumentasinya kepada Al-Quran surat Al-Nissa; ayat 33.

B. Penggantian Ahli Waris dalam Kompilasi Hukum Islam

Mengingat persoalan yang menjadi kajian penulis adalah mencari

landasan yurisprudensi bagi bentuk penggantian ahli waris dalam Kompilasi

Hukum Islam, penulis secara legal formal dalam memberikan batasan ahli waris

69

Amir Syarifuddin, Pelaksanaan Hukum Kewarisan Islam dalam Lingkungan Adat minangkabau, (Jakarta : PT Gunung Agung, 1994), cet I, hal 84

Page 58: KASUS PENETAPAN AHLI WARIS PENGGANTI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21886/1/DODI... · Ahli waris pengganti adalah ahli waris yang menggantikan kedudukan

pengganti akan merujuk kepada maksud yang dikandung oleh Kompilasi Hukum

Islam tersebut.

Pasal 185 Kompilasi Hukum Islam menyatakan:

1. Ahli waris yang meninggal lebih dahulu dari si pewaris, maka kedudukannya

dapat digantikan oleh anaknya, kecuali mereka yang tersebut dalam pasal

173.70

2. Bagian ahli waris pengganti tidak boleh melebihi bagian ahli waris yang

sederajat dengan yang digantikan.

Berdasarkan diktum pasal 185 ayat 1 tersebut dapat dipahami bahwa

Kompilasi Hukum Islam secara tegas mendeklarasikan pengakuannya terhadap

keberadaan ahli waris pengganti secara formal dan kuat, sehingga dengan

penegasan tersebut, kedudukan ahli waris pengganti mendapat legalisasi secara

penuh di mana ketentuan seperti itu tidak dijumpai dalam wacana hukum

kewarisan Islam klasik. Hal ini terjadi mengingat konsepsi kewarisan Islam yang

ada selama ini yang tertuang dalam kitb-kitab fikih tidak pernah menybutkan

adanya ahli waris pengganti tersebut secara tersurat (explisit). Buku-buku

tersebut selama ini hanya merupakan kelanjutan dari doktrin kewarisan yang

mulai berlaku sejak awal Islam, yaitu sejak zaman Nabi, sahabat, tabi’in dan

sesudahnya tanpa adanya perubahan terhadapnya. Hal tersebut beralasan

70

Didalam pasal 173 disebutkan ada dua hal yang bisa menjadi penghalang bagi ahli waris untuk mendapatkan warisan, yaitu ; a. dipersalahkan telah membunuh atau mencoba membunuh atau menganiaya berat pewaris, b. Dipersalahkan karena menganiaya berat pewaris.

Page 59: KASUS PENETAPAN AHLI WARIS PENGGANTI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21886/1/DODI... · Ahli waris pengganti adalah ahli waris yang menggantikan kedudukan

mengingat nas-nas yang berhubungan dengan persoalan waris telah memberikan

penjelasan yang sangat rinci dan jelas, sehingga tidak diperlukan lagi penafsiran-

panafsiran lain dari yang sudah ditentukan. Dengan kata lain dapat dikatakan,

mengingat nas-nas tersebut telah memberikan penjelasan yang rinci, maka hal-

hal yang tidak termasuk dalam penjelasan tersebut, tidaklah termasuk dalam

golongan ahli waris.71

Prof. Wasit Aulawi dalam suatu seminar mengatakan bahwa tindakan

penentuan ahli waris pengganti, merupakan suatu terobosan dalam rangka

mengatasi ketimpangan dan ketidak adilan 72 di antara orang-orang yang satu

sama lain mempunyai pertalian darah. Orang yang menjadi ahli waris pengganti

tersebut juga mempunyai pertaliandarah dengan pewaris sebagaimana orang

yang digantikannya (KHI. 171; c)

KHI dalam menentukan bagian yang bisa diterima oleh seorang ahli

waris pengganti tidak membeda-bedakan keturunan orang yang digantikan baik

ia laki-laki maupun perempuan, dalam arti bahwa keturunan anak perempuan

yang meninggal lebih dahulu mempunyai hak yang sama dengan keturunan anak

laki-laki yang meninggal lebih dahulu untuk menjadi ahli waris pengganti dalam

mewarisa tirkah dari pewaris.

71

Said Muhammad al-Jalidi, Ahkam al- Miras wa al-Washiyyah fi al-syari’ah al-Islamiyyah, (Mansurat kulliyah al- Dakwah), h. 166-167

72 Wasit Aulawi, System Penggantian dan Pengelompokan Ahli Waris, Hukum Kewarisan

dalam Kompilasi Hukum Islam, Makalah Seminar, UI Depok 12 Desember 1992, h. 10.

Page 60: KASUS PENETAPAN AHLI WARIS PENGGANTI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21886/1/DODI... · Ahli waris pengganti adalah ahli waris yang menggantikan kedudukan

Maka dengan ungkapan, “ ahli waris yang meninggal lebih dahulu dari

pewaris...” dapat dipahami orang yang meninggal terlebih dahulu itu laki-laki

bisa juga perempuan. Dalam ungkapan lain dapat dikemukakan bahwa keturunan

anak perempuan mempunyai hak yang sama dengan keturunan anak laki-laki

untuk menjadi ahli waris pengganti dari orang tuanya yang telah meninggaal

terlebih dahulu.

Hal yang sama juga diberlakukan kepada ahli waris pengganti dari

anak laki-laki dan ahli waris dari anak perempuan, dalam arti keturunan anak

perempuan yang menggantikan ibunya meskipun ia laki-laki tidak akan menjadi

asabah, karena kelaki-lakiannya, tetapi ia tetap sebagai penerima fard jika ibunya

andaikata masih hidup ia menerima warisan dengan fard dan penerima asabah

jika ibunya andaikat masih hidup asabah bi al-ghair, karena bersama-sama

dengan saudara. Begitu juga anak perempuan dan anak laki-laki dari anak laki-

laki yang orang tuannya meninggal lebih dahulu, ia akan menerima asabah.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa, ketentuan fard bagi ahli waris

perempuan dan asabah bagi ahli waris laki-laki (selain saudara laki-laki seibu)

hanya berlaku secara konsisten pada level kedua yangg menjadi pengganti

dirinya, ketentuan fard dan asabah tersebut tidak demikian halnya, karena nasib

(bagian) yang akan diterimanya tergantung status kewarisan pada level pertama.

Sebagaiman penulis jelaskan bahwa hal ini berlaku bagi ahli waris pengganti

laki-laki dan ahli waris pengganti perempuan.

Page 61: KASUS PENETAPAN AHLI WARIS PENGGANTI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21886/1/DODI... · Ahli waris pengganti adalah ahli waris yang menggantikan kedudukan

Mengingat adanya kemungkinan ahli waris pengganti bisa melebihi

bagian ahli waris pada level pertama (orang yang digantikan), KHI memberikan

batasan agar ahli waris pengganti tersebut dalam memperoleh warisan tidak

melebihi bagian orang yang sederajat dengan yang digantikannya (KHI, 185 :2).

Berdasarkan ketentuan pasal 185 ayat 2 tersebut dapat di pahami bahwa hak

untuk menggantikan orang yang lebih dahulu meninggal dunia, ahli waris

pengganti tidaklah mempunyai hak yang mutlak, dalam arti bisa saja ia tidak

sepenuhnya memperoleh hak yang semestinya akan diterima oleh yang ia

gantikan. Penetapan ketentuan tersebut menurut M. Yahya Harahap dilandasi

asas kepatutan dan kontribusi. Dari segi kepatutan, tidaklah layak seorang ahli

waris pengganti untuk mendapatkan bagian yang melebihi bagian ahli waris

langsung dan dari segi kontribusi, ahli waris langsung banyak memberikan

kontribusi kepada pewaris dimana kontribusi tersebut banyak yang melekat pada

harta warisan73. Sehubungan dengan itu, Prof. Wasit Aulawi mengatakan bahwa

pembatasan bagi ahli waris pengganti agar tidak boleh melebihi ahli waris

langsung merupakan implementasi dari nilai yang terkandung dalam ketentuan

1/6 takmilah. Berdasarkan ketentuan tersebut, ditarik suatu kesimpulan bahwa

73

M. Yahya Harahap, Pokok-Pokok Materi Kewarisan dalam KHI, Hukum Kewarisan Islam dalam Kompilasi Hukum Islam, Makalah seminar, UI Depok 12 Desember 1992, h, 38.

Page 62: KASUS PENETAPAN AHLI WARIS PENGGANTI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21886/1/DODI... · Ahli waris pengganti adalah ahli waris yang menggantikan kedudukan

ahli waris pengganti tidak diperkenankan menerima bagian melampaui bagian

ahli waris langsung.74

Dengan demikian, berdasarkan ketentuan pasal 185 ayat 2 tersebut,

ahli waris pengganti hanya bisa mendapatkan bagian warisan maksimal sama

dengan bagian orang-orang sederajat dengan yang digantikannya.

Selanjutnya penulis gambarkan perihal ahli waris pengganti dan

kemungkinan hak yang bisa ia terima lewat beberapa contoh kasus sebagai

berikut:

1. Seorang meninggal dunia dengan meninggalkan ahli waris dua orang anak

perempuan A dan B. B meninggal terlebih dahulu dari pewaris. Ia

mempunyai seorang anak laki-laki C.

2. Seseorang meninggal dunia dengan meninggalkan ahli wris dua orang anak

perempuan A dan B. B meninggal terlebih dahulu dari pewaris. Ia

mempunyai seorang anak perempuan C.

3. Seorang meninggal dunia dengan meninggalkan ahli waris seorang anak

laki-laki A, anak perempuan B dan C, A meninggal lebih dahulu dari

pewaris. Ia mempunyai seorang anak perempuan D.

4. Seorang meninggal dunia dengan meninggalkan ahli waris seorng anak laki-

laki A, dan anak perempuan B dan C, A meninggal dunia lebih dahulu dari

pewaris. Ia mempunyai seorang anak laki-laki D.

74

Wasit Aulawi, System Penggantian dan Pengelompokan Ahli Waris, Hukum Kewarisan dalam Kompilasi Hukum Islam, Makalah Seminar, UI Depok 12 Desember 1992, h. 14.

Page 63: KASUS PENETAPAN AHLI WARIS PENGGANTI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21886/1/DODI... · Ahli waris pengganti adalah ahli waris yang menggantikan kedudukan

5. Seorang meninggal dunia dengan meninggalkan ahli waris, seorang anak

laki-laki A dan anak perempuan B dan C. A meninggal lebih dahulu dari

pewaris. Ia mempunyai dua orang anak perempuan D, E dan seorang anak

laki-laki F.

Jika kita merujuk pada literartur fikih Islam, penyelesaian beberapa

kasus diatas, adalah sebagai berikut:

Pada kasus pertama dan kedua, seorang cucu (C) baik laki-laki

maupun perempuan, akan terhijab oleh pamannya atau saudara ayahnya yang

masih hidup.

Pada kasus ketiga, seorang cucu perempuan (D) akan terhijab oleh

keberadaan dua orang anak perempuan, dalam hal ini B dan C sebagai bibinya.

Kasus keempat, seorang cucu laki-laki (D) tidak terhijab walaupun

oleh dua orang anak perempuan, ia akan menerima tirkah dengan jalan ashabah,

sedangkan pada kasus kelima, cucu D, ashabah.

Berdasarkan ketentuan pasal 185 ayat 1 dan 2 dapat dikemukakan

penyelesaian kasus tersebut sebagai berikut:

Pada kasus pertama dan kedua terdapat ahli waris pengganti C.

Perbedaannya adalah C yang ada pada kasus pertama adalah lak-laki, sedangkan

pada kasus kedua perempuan. Mereka sama-sama menjadi pengganti dari anak

perempuan B yang meninggal lebih dahulu dari pewaris. Karena kedua ahli waris

pengganti tersebut menggantikan ibunya (bint), mereka secara bersama-sama

Page 64: KASUS PENETAPAN AHLI WARIS PENGGANTI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21886/1/DODI... · Ahli waris pengganti adalah ahli waris yang menggantikan kedudukan

dengan bibinya yaitu A menerima 2/3 (dua pertiga). A dan C dalam hal ini

mendapat bagian sama besar, masing-masing 1/2 x 2/3.

Kasus ketiga dan keempat terdapat ahli waris pengganti D. Perbedaan

antara keduannya adalah pada kasus ketiga D berjenis kelamin perempuan,

sedangkan pada kasus keempat berjenis kelamin laki-laki. Namun diantara

keduanya ada kesamaan, yaitu sama-sam menjadi ahli waris pengganti melalui

anak laki-laki (ibn) yaitu A.

Dalam kasus ini ahli waris pengganti dari anak laki-laki A tersebut

haruslah didudukkan sebagaimana kedudukan anak perempuan B dan C dengan

bersama-sama menerima fard 2/3 (dua pertiga). Tindakan ini ditempuh agar

penggantian tersebut diterapkan secara mutlak, tentulah D akan menerima dua

bagian dari ashabah yang diterimanya, sedangkan kedua bibinya masing-masing

akan menerima satu bagian. Namun apabila D dan E (perempuan) bersama

dengan saudara laki-lakinya F seperti pada kasus kelima, maka bagian ahli waris

dari A tersebut tidak perlu dimodifikasi karena bagian 2/3 dari ashabah tersebut

harus di bagi lagi diantara D, E, dan F. Sehingga dengan banyaknya ahli waris

pengganti tersebut, meskipun secara komulatif melebihi bagian B dan C (masing-

masing 1/2), namun secara riilbagian tiap-tiap individu ahli waris pengganti tidak

melebihi bagian B dan C. Untuk itu, dalam kasus ini D, E, dan F secara komulatif

menerima penuh bagian orang yang digantikannya.75 Persoalan lebih lanjut ialah

75

Ibid

Page 65: KASUS PENETAPAN AHLI WARIS PENGGANTI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21886/1/DODI... · Ahli waris pengganti adalah ahli waris yang menggantikan kedudukan

bagaimana pembagian warisan yang diterima secara komulatif oleh ahli waris

pengganti tersebut apabila diantara mereka ada yang laki-laki dan perempuan.

Pasal 176 menyebutkan bahwa apabila anak perempuan bersama-sama dengan

anak laki-laki, maka bagian anak laki-laki adalah dua bagian sedangkan anak

perempuan satu bagian. Prinsip ini bisa dimasukan ke dalam ahli waris

pengganti, mengingat penyebutan anak tersebut masih global, yang mengandung

kemungkinan anak atau anaknya. Tidak ada penjelasan lain selain kalimat

“cukup jelas” terhadap maksud pasal tesebut, maka bagian 2/3 di bagi

berdasarkan ketentuan itu. Bagian D (perempuan) 1/4 x2/3, E (perempuan) 1/4 x

2/3, dan F (laki-laki) 2/4 x 2/3. Hal serupa juga terdapat dalam pasal 182 tentang

bagian saudara perempuan apabila bersama dengan saudara laki-laki. Ketentuan

tersebut berlaku juga bagi ahli aris pengganti dari anak perempuan (bint) apabila

diantara penggantinya ada yang laki-laki dan perempuan.76

Persoalan lain yang bisa menimbulkan interpretasi beragam adalah

apabila sesorang meninggal dunia dengan meninggalkan ahli waris anak laki-laki

A dan B serta anak perempuan C dan D. B meninggal dunia lebih dahulu dari

pewaris, tapi ia mempunyai anak perempuan E yang akan menggantikan

kewarisannya. Dalam kasus ini E akan memeperoleh 2/6 (dua perenam) dari

ashabah sebagaimana A yang akan memperoleh bagian yang sama dengannya,

karena ia menempati posisi B (anak laki-laki). Sedangkan C dan D masing-

76

Ibid

Page 66: KASUS PENETAPAN AHLI WARIS PENGGANTI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21886/1/DODI... · Ahli waris pengganti adalah ahli waris yang menggantikan kedudukan

masing mendapatkan 1/6 (seperenam) sesuai dengan prinsip bagian anak laki-laki

dua kali bagian anak perempuan. Di satu sisi E bisa menerima bagian seperti

orang yang berada di level atasnya yaitu A, namun jika ia dihadapkan pada C dan

D ia akan terlihat bahwa E mendapatkan bagian lebih besar dari keduanya.

Masalah yang harus dipecahkan ialah apakah ia akan dibiarkan dengan bagian

2/6 karena tidak melampaui bagian A atau dikonversi dengan bagian yang

semestinya diterima C dan D. Mengingat tidak adanya penjelasan rinci mengenai

hal semacam itu, penulis berpendapat bahwa bagian E yang semestinya 2/6

dikonversi dengan bagian yang diterima C dan D. Maka bagian A, C, D, dan E

adalah A=2/5, C=1/5, D=1/5, dan E=1/5. Pengkonversian ini didasari asumsi

bahwa ; pertama, karena status kewarisan E bukan ahli waris langsung dimana

dalam menerima warisan hrus disesuaikan dengan asas kepatutan dan

kontribusi,77 kedua, karena diktum pasal 285 ayat 2 bersifat global yang bisa

berarti tidak boleh melebihi semua ahli waris yang berada sederajat dengan ahli

waris yang digantikannya dan bisa juga tidak boleh melebihi salah satu dari ahli

waris yang sederajat dengan yang digantikannya. Jika dibawa kepada pengertian

yang pertama, bagian E tidak perlu direkontruksi, mengingat bagian 2/6 tersebut

tidak melebihi bagian semua ahli waris langsung diatasnya, karena selain dia ada

ahli waris yaitu A yang mendapatkan bagian yang sama dengannya. Maka

bagiannya harus dikonversi dengan bagian yang semestinya diterima C dan D.

77

Ibid

Page 67: KASUS PENETAPAN AHLI WARIS PENGGANTI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21886/1/DODI... · Ahli waris pengganti adalah ahli waris yang menggantikan kedudukan

KHI, merekontruksi kewarisan ahli waris pengganti dapat dilihat dari

penghilangan beberapa doktrin yang selama ini telah dianggap mapan dikalangan

umat Islam. Hal itu terlihat dari penghapusan status fard 1/6 (seperenam) sebagai

takmilah li al-sulusain (seperenam pelengkap) bagi cucu perempuan dari anak

laki-laki (bint al ibn) apabila ia mewarisi tirkah bersama seorang anak

perempuan kandung pewaris dimana hal itu juga berlaku untuk kewarisan

saudara perempuan seayah (ukht li al-ab) apabila bersama-sama dengan seorang

saudara perempuan sekandung (ukht syaqiqah)78 mengenai perkataan Zaid,

barangkali tim perumus tidak menganggap sebagai sumber signifikan, mengingat

dalam penyampaian hukum tersebut ia tidak menyebutkan bahwa hal tersebut

dari sabda Nabi (sunnah atau hadist).

Sedangkan mengenai pendapat kedua tentang kewarisan cucu

perempuan dari anak laki-laki, meskipun yang bersangkutan mengklaim bahwa

perempuan 1/6 tersebut sesuai dengan sunnah Nabi, namun pernyataan itu

merupakan sesuatu yang masih dipertentangkan dikalangaan sahabat endiri.

Sebagai bukti dari hal itu adalah adanya silang pendapat yang mengatakan bahwa

cucu tersebut gugur karena dihijab oleh anak perempuan itu sendiri. Melihat

adanya pertentangan itu disertai adanya kemungkinan pendapat tersebut

merupakan hasil ijtihad sahabat, perumus KHI rupanya lebih memilih kepada

ungkapan umum dalam Al-quran yang hanya mencukupkan diri dengan

78

Ali Muhammad al-Sobuni, Al-Mawaris fi al_Syri’ah al-Islamiyah, (Beirut: Alam al Kutub, 1985), cet ke-3, hal 460.

Page 68: KASUS PENETAPAN AHLI WARIS PENGGANTI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21886/1/DODI... · Ahli waris pengganti adalah ahli waris yang menggantikan kedudukan

menyebutkan anak saja. Sudah barang tentu kata anak tersebut mencakup

didalamnya anak laki-laki dan anak perempuan. Dari ungkapan itu bisa ditarik

pengertian lain yang meliputi keturunannya masing-masing. Tindakan tersebut

dinilai lebih tepat agar diantara orang-orang yang masih dipertalikan dengan

hubungan darah tidak tersisih dengan dalih ajaran Islam yang sebenarnya masih

bisa direaktualisasikan guna menghadapi problematika sosial yang semakin

kompleks. M. Yahya Harahap memandang pemasukan secara positif ahli waris

pengganti merupakan tindakan kompromi, karena sejak dahulu umat Islam

mengenal ahli waris pengganti.79 Disamping itu terdapat kompromi terhadap

perkembangan peradaban, kemanusiaan, dan keadilan sehingga penyingkiran

sebagian ahli waris dan pengukuhan sebagian ahli waris yang lain tidak akan

terjadi, karena hal itu dianggap tidak sesuai dengan prinsip-prinsip tersebut.

Pasal 171 huruf c menyebutkan bahwa ahli waris adalah orang yang

mempunyai hubungan darah dengan hubungan perkawinan dengan muwarris

pada saat ia meninggal dunia. Dengan ketentuan tersebut, terbuka lebar bagi ahli

waris pengganti untuk menerima hak sebagaimana ahli waris langsung, dengan

penyebutan hubungan darah tersebut dengan sendirinya sudah tercakup

didalamnya anak laki-laki dan perempuan berikut keturunannya masing-masing.

Hal ini berbeda dengan pendapat jumhur mengenai konsep munasakhah-nya

79

M. Yahya Harahap, Pokok-Pokok Materi Kewarisan dalam KHI, Hukum Kewarisan Islam dalam Kompilasi Hukum Islam, Makalah seminar, UI Depok 12 Desember 1992, h, 33.

Page 69: KASUS PENETAPAN AHLI WARIS PENGGANTI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21886/1/DODI... · Ahli waris pengganti adalah ahli waris yang menggantikan kedudukan

yang menyebutkan bahwa keturunan seseorang bisa menggantikan

kedudukannya manakala orng yang digantikannya sempat hidup meskipun

sebentar pada saat muwaris meninggal dunia.

C. Kronologi Penetapan

Dalam penetapan Nomor 0004/Pdt. P/2008/PA JT hakim pengadilan

agama Jakarta Timur menimbang, bahwa para pemohon berdasarkan surat

permohonannya tertanggal 16 Januari 2008 yang didaftarkan di kepaniteraan

pengadilan agama Jakarta Timur telah mengemukakan hal-hal sebagai berikut :

1. Djemblem binti Dung, pada tahun 1925 meninggal dunia, selanjutnya

Djemblem binti Dung, disebut sebagai pewaris.

2. Bahwa disaat meninggal dunia Djemblem binti Dung, meninggalkan 2 (dua)

orang saudara laki-laki kandung, yaitu :

2.1. Ebong bin Dung (meninggal dunia pada tahun 1930)

2.2. Digul bin Dung ( meninggal dunia pada tahun 1935)

2.1. Ebong bin Dung meninggal kan 5 (lima) orang anak yang bernama:

2.1.1. Pilin bin Ebong bin Dung (meninggal dunia pada tahun 1935)

2.1.2. Konok binti Ebong bin Dung (meninggal dunia pada tahun 1943)

2.1.3. Saimah binti Ebong bin Dung (meninggal dunia pada tahun 1952)

2.1.4. Sailah binti Ebong bin Dung (meninggal dunia pada tahun 1976)

2.1.5. Sainah binti Ebong bin Dung (meninggal dunia pada tahun 1987)

2.1.1. Pilin bin Ebong bin Dung meninggal dunia dan meninggalkan 1 orang

anak yang bernama:

Page 70: KASUS PENETAPAN AHLI WARIS PENGGANTI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21886/1/DODI... · Ahli waris pengganti adalah ahli waris yang menggantikan kedudukan

2.1.1.1. Rohadi bin Pilin bin ebong Ebong (umur 69 tahun)

2.1.2. Konok bin Ebong bin dung meninggalkan seorang anak Dalo yang

meninggal dunia tahun 1970 dan tidak meninggalkan ahli waris.

2.1.3. Saimah binti Ebong bin Dung tidak meninggalkan ahli waris. Belum

pernah menikah sehingga tidak meninggalkan ahli waris.

2.1.4. Sailah binti Ebong bin Dung meninggal dunia dan meninggalkan 2

orang anak yang bernama:

2.1.4.1. Muhanah pr. Sailah binti Ebong bin Dung (umur 58 tahun)

2.1.4.2. Muhipah Pr. Sailah binti Ebong bin Dung (meningal dunia tahun

1996) dan meninggalkan seorang anak yang bernama:

2.1.4.2.1. Ratna Pr. Muhipah Pr. Sailah (umur 45 tahun)

2.1.5. Sainah binti Ebong bin Dung meninggal dunia dan meninggalkan dua

orang anak yang bernama :

2.1.5.1. Kojo Pr. Sainah binti Ebongbin Dung (meninggl dunia pada tahun

1975) dan tidak meninggalkan ahli waris.

2.1.5.2. Sainin alias Banin Pr Sainah binti Ebong bin Dung (meninggal dunia

pada tahun 1981) dan meninggalkan seorang anak yang bernama:

2.1.5.2.1. Dimroh binti sainin alias Banin Pr sainah binti Ebong bin

Dung (umur 44 tahun).

2.2. Digul bin Dung meninggalkan 2 orang anak yang bernama:

2.2.1. Saonah binti Digul bin dung (meninggal dunia pada tahun 1938)

2.2.2. Bohan bin Digul bin dung (meninggal dunia pada tahun 1958)

Page 71: KASUS PENETAPAN AHLI WARIS PENGGANTI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21886/1/DODI... · Ahli waris pengganti adalah ahli waris yang menggantikan kedudukan

2.2.1. Saonah binti Digul bin Dung meninggal dunia dan tidak meninggalkan

ahli waris.

2.2.2. Bohan bin Digul bin Dung meninggal dunia dan meninggalkan 7 orang

anak yang bernama:

2.2.2.1. Hj. Siti binti Bohan bin Digul bin Dung (umur 74 tahun)

2.2.2.2. Hj. Asiah binti Bohan bin Digul bin Dung (umur 72 tahun)

2.2.2.3. Murgani bin Bohan bin Digul bin Dung (meninggal dunia pada tahun

1972) dan meninggalkan 3 orang anak yang bernama:

2.2.2.3.1. Mahari bin Murgni bin Bohan (umur 59 tahun)

2.2.2.3.2. Rosidah binti Murgani bin Bohan (umur 54 tahun)

2.2.2.3.3. Waris bin Murgani bin Bohan (umur 43 tahun)

2.2.2.4. Maimunah binti Bohan bin Digul bin Dung (meninggal dunia pada

tahun 1989) dan meninggalkan 2 orang anak yang bernama:

2.2.2.4.1. Salamah Pr Maimunah binti Bohan (umur 52 tahun)

2.2.2.4.2. Mansur Pr Maimunah binti Bohan (umur 50 tahun)

2.2.2.5. H. Arsyad bin Bohan bin Digul bin Dung (meninggal dunia pada

tahun 1993) dan meninggalkan 9 orang anak yang bernama:

2.2.2.5.1. M. Oleh bin H. Arsyad bin Bohan (umur 74 tahun).

2.2.2.5.2. Arni bin H. Arsyad bin Bohan (umur 69 tahun).

2.2.2.5.3. Saud bin H. Arsyad bin Bohan (umur 66 tahun).

2.2.2.5.4. Jaini bin H. Arsyad bin Bohan (umur 59 tahun).

2.2.2.5.5. Zakaria bin H. Arsyad bin Bohan (umur 58 tahun).

Page 72: KASUS PENETAPAN AHLI WARIS PENGGANTI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21886/1/DODI... · Ahli waris pengganti adalah ahli waris yang menggantikan kedudukan

2.2.2.5.6. Aspas bin H. Arsyad bin Bohan (umur 57 tahun).

2.2.2.5.7. Marwan bin H. Arsyad bin Bohan (umur 52 tahun).

2.2.2.5.8. Masnun bin H. Arsyad bin Bohan (umur 52 tahun).

2.2.2.5.9. Rosip bin H. Arsyad bin Bohan ( umur 49 tahun).

2.2.2.6. Bukhori bin Bohan bin Digul bin Dung (meninggal dunia pada tahun

1994) dan meninggalkan seorang anak yang bernama:

2.2.2.6.1. Sabariyah binti Bukhori bin Bohan (umur 43 tahun).

2.2.2.7. Mutinah binti Bohan bin Digul bin Dung (meninggal pada tahun

1998) dan meninggalkan seorang anak yang bernama:

2.2.2.7.1. Haryanto Pr Mutinah binti Bohan (umur 41 tahun).

Setelah menimbang menimbang dari bukti-bukti yang ada hakim pengadilan

agama Jakarta Timur menetapkan:

1. Mengabulkan permohonan pemohon.

2. Menyatakan almarhumah Djemblem binti Dung meninggal dunia pada tahun

1925.

3. Menetapkan ahli waris sah almarhumah Djemblem binti Dung adalah 2

(dua) orang saudara laki-laki kandung yaitu:

3.1 Ebong bin Dung.

3.2 Digul bin Dung.

4. Menyatakan almarhum Ebong bin Dung telah meninggal dunia pada tahun

1930.

Page 73: KASUS PENETAPAN AHLI WARIS PENGGANTI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21886/1/DODI... · Ahli waris pengganti adalah ahli waris yang menggantikan kedudukan

5. Menetapkan ahli waris sah almarhum Ebong bin Dung adalah:

4.1. Pilin bin Ebong, : anak laki-laki.

4.2. Konok bin Ebong, : anak laki-laki.

4.3. Saimah binti Ebong, : anak perempuan.

4.4. Sailah binti Ebong, : anak perempuan.

4.5. Sainah binti Ebong, : anak perempuan.

6. Menyatakan almarhum Pilin telah meninggal dunia pada tahun 1935.

7. Menetapkan ahli waris sah almarhum Pilin bin Ebong adalah :

7.1. Rohadi bin Pilin, : anak laki-laki

8. Menyatakan almarhumah Konok binti Ebong telah meninggal dunia pada

tahun 1943 dan tidak meninggalkan ahli waris.

9. Menyatakan almarhumah Saimah binti Ebong telah meninggal dunia pada

tahun 1952 dan tidak meninggalkan ahli waris.

10. Menyatakan almarhumah Sailah binti Ebong telah meninggal dunia pada

tahun 1976.

11. Menetapkan ahli waris sah almarhumah Sailah binti Ebong adalah:

11.1. Muhanah, : anak perempuan

11.2. Muhipah, : anak perempuan

12. menyatakan almarhumah Muhipah telah meninggal dunia pada tahun 1996.

13. Menetapkan ahli waris sah almarhumah Muhipah adalah :

13.1. Ratna, : anak perempuan

Page 74: KASUS PENETAPAN AHLI WARIS PENGGANTI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21886/1/DODI... · Ahli waris pengganti adalah ahli waris yang menggantikan kedudukan

14. Menyatakan almarhumah Sainah binti Ebong telah meninggal pada tahun

1987.

15. Menetapkan ahli waris sah almarhumah Sainah binti Ebong adalah:

15.1. Kojo, : anak laki-laki

15.2. Sainin alias Banin, : anak laki-laki

16. Menyatakan almarhum Kojo Pr. Sainah binti Ebong telah meninggal dunia

pada tahun 1975 dan almarhum tidak meninggalkan ahli waris.

17. Menyatakan almarhum Sainin alias Banin Pr. Sainah binti Ebong telah

meninggal dunia pada tahun 1981.

18. Menetapkan ahli waris sah almarhum Sainin alias Banin adalah :

18.1 Dimroh, : anak perempuan

19. Menyatakan almarhum Digul bin Dung telah meninggal dunia pada tahun

1935.

20. Menetapkan ahli waris sah almarhumah Digul adalah :

20.1. Saonah binti Digul, : anak perempuan

20.1. Bohan bin Digul, : anak laki-laki

21. Menyatakan almarhumah Saonah binti Digul telah meninggal dunia pada

tahun 1928 dan tidak meninggalkan ahli waris.

22. Menyatakan almarhum Bohan bin Digul telah meninggal dunia pada tahun

1958.

23. Menetapkan ahli waris sah almarhum Bohan bin digul adalah 7 orang anak

yaitu :

Page 75: KASUS PENETAPAN AHLI WARIS PENGGANTI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21886/1/DODI... · Ahli waris pengganti adalah ahli waris yang menggantikan kedudukan

23.1. Hj. Siti binti Bohan, : anak perempuan.

23.2. Hj. Asiah binti Bohan, : anak perempuan.

23.3. Murgani bin Bohan, : anak laki-laki.

23.4. Maemunah binti Bohan, : anak perempuan.

23.5. H. Arsyad bin Bohan, : anak laki-laki.

23.6. Bukhari bin Bohan, : anak laki-laki.

23.7. Mutinah binti Bohan, : anak perempuan.

24. Menyatakan almarhum Murgani bin Bohan telah meninggal dunia pada

tahun 1972.

25. Menetapkan ahli waris sah almarhum murgani bin Bohan adalah 3 orang

anak yaitu :

25.1. Mahari, : anak laki-laki.

25.2. Roidah, : anak perempuan.

25.3.Waris, : anak laki-laki.

26. Menyatakan almarhumah Maemunah binti Bohan telah meninggal dunia

pada tahun 1989.

27. Menetapkan ahli waris sah almarhumah Maemunah binti Bohan adalah 2

orang anak yaitu :

27.1. Salmah, : anak perempuan.

27.2. Mansur, : anak laki-laki.

28. Menyatakan almarhum H. Arsyad bin Bohan telah meninggal dunia pada

tahun 1993.

Page 76: KASUS PENETAPAN AHLI WARIS PENGGANTI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21886/1/DODI... · Ahli waris pengganti adalah ahli waris yang menggantikan kedudukan

29. Menetapkan ahli waris sah almarhum H. Arsyad bin Bohan adalah 9 orang

anak yaitu:

29.1. M. Soleh bin H. Arsyad, : anak laki-laki.

29.2. Arni binti H. Arsyad, : anak perempuan.

29.3. Sa’ud bin H. Arsyad, : anak laki-laki.

29.4. Jaini bin H. Arsyad, : anak laki-laki.

29.5. Zakaria bin H.Arsyad, : anak laki-laki.

29.6. Aspas bin H. Arsyad, : anak laki-laki.

29.7. Marwan binH. Arsyad, :anak laki-laki.

29.8. Masnun bin H. Arsyad, : anak perempuan.

29.9. Rosip bin H. Arsyad, : anak laki-laki.

30. Menyatakan almarhum Bukhari bin Bohan telah meninggal dunia pada tahun

1994.

31. Menetapkan ahli waris sah almarhum Bukhari bin Bohan adalah seorang

anak yaitu :

31.1. Sabariyah, : anak perempuan.

32. Menyatakan almarhum Mutinah binti Bohan meninggal pada tahun 1998.

33. Menetapkan ahli waris sah almarhumah Mutinah binti Bohan adalah seorang

anak yaitu :

33.1. Haryanto, : anak laki-laki.

Page 77: KASUS PENETAPAN AHLI WARIS PENGGANTI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21886/1/DODI... · Ahli waris pengganti adalah ahli waris yang menggantikan kedudukan

BAB IV

PEMBAGIAN WARISAN DALAM AHLI WARIS PENGGANTI

A. Pembagian Warisan Menurut Fikih Islam

Di dalam fikih mazhab dikenakan adanya istilh al-hajb dan ‘ashabah.

Al-Hajb adalah :

ȀǹǕ ȌǺȉ ǻɀDZɀȱ ȼȒȞǣ ȿǕ ǫǿɍǟ Ȱȭ ȸȵ ƙȞȵ ǫǿǟȿ ȜȺȵ.

Artinya : “terhalangnya ahli waris tertentu untuk mendapatkan harta

warisan, baik secara keseluruhan maupun sebagian saja disebabkan adanya ahli

waris yang lain.

Al-Hajb terbagi menjadi dua yaitu: hajb al-muqshan dan hajb al-

hirman. Hajb al-nuqshan adalah

ȌȪȺɅ ȷǕ ɀȽȀǹǕ ȌǺȉ ǻɀDZɀȱ ƆǻǕ ƃǟ ɄȲȝǕ ȴȾȅ ȸȵ ǫǿǟȿ ȏȀȥ.

Artinya: “Terkuranginya bagian ahli waris dari mendapatkan bagian

yang tersebar menjadi mendapatkan bagian yang terkecil disebabkan adanya

ahli waris yang lain.”

Seperti, suami yang terkurngi hak nya dari mendapatkan seyengh

menjadi seperepat karen adanya ahli waris keturunan si istri. Atau istri yang

terkurangi haknya dari mendapatkan seperempat menjadi seperdelpan karen

adanya ahli waris keturunan si suami. Sebagaimana terdapat dalam QS. Al-

Nissa’ ayat 12:

Page 78: KASUS PENETAPAN AHLI WARIS PENGGANTI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21886/1/DODI... · Ahli waris pengganti adalah ahli waris yang menggantikan kedudukan

Artinya: “Dan bagimu (suami istri) seperdua dari harta yang

ditinggal oleh istri-istrimu, jika mereka tidak mempunyi anak. Jika istri-isrtimu

itu mempunyai anak, maka kamu mendapat seperempat dari harta yang di

tnggalkannya ssudah dipenuhi wasiat yang mereka buat atau (dan) sesudah

dibayar hutangnya. Para istri memperoleh seperempat harta yang kamu

tinggalkan jika kamu tidak mempunyai anak. Jika kamu mempunyai anak, maka

istri memperoleh seperdelapan dari harta yang kamu tinggalkan”.

Sedangkan hajb al-hirman adalah

ȽɎȍǕ ǫǿɍǟ ȸȵ ǫǿǟȿ ȜȺƹ ȷǕ ɀ.

Artinya: “Terhalangnya ahli waris untuk mendapatkan harta warisan

sedikitpun.” Seperti, cucu laki-laki dan cucu perempuan dari anak laki-laki

terhalang mendapatkan harta warisan dengan adanya anak laki-laki”.

Sebagaimana perkataan Zaid bin Tsabit:

ǼɅȁ ȯǠȩ :ǒǠȺǣǕ ȴŒȿǻ ȸȮɅ Ɓ ǟǽǟ ǒǠȺǣɉǟ Ǧȱƕƞ ǒǠȺǣɉǟ Ǽȱȿ . ȴȽǠǮȹǕ ȿ ȴȽȀȭǾȭ ȴȽȀȭǽ

Ȁȭǽ ȸǣǟ Ȝȵ ȸǣ Ǽȱȿ ǫȀɅ ɍȿ ȷɀǤDzƷ ȿ ȷɀǭȀɅ ȴȽǠǮȹǖȭ.

Artinya: “Telah berkata Zaid bin Tsabit: Cucu (baik laki-laki

maupunperempuan) dari anak laki-laki sederajat dengan anak, jika tidak ada

anak laki-laki dan cucu perempuan seperti anak perempuan, mereka mewarisi

Page 79: KASUS PENETAPAN AHLI WARIS PENGGANTI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21886/1/DODI... · Ahli waris pengganti adalah ahli waris yang menggantikan kedudukan

dan menghijab seperti anak, dan cucu tidak dapat mewarisi bersama dengan

anak laki-laki.

Dari perkataan Zaid tersebut dapat dipahami bahwa cucu tidak dapat

menerima harta warisan apabila adaanak laki-laki pewaris yang masih hidup.

Dan perkataan tersebuta dapat dijadikan hujjah/dasar hukum karen Zaid bin

Tsabit adalah sahabat Nabi yang paling mengetahui tentang perkara waris,

sebagaimana Nabi S.W.T. bersabda:

ȯǠȩ ȄȹǕ ȸȝȿ : ȴȲȅȿ ȼɆȲȝ ǃǟ ɄȲȍ ǃǟ ɀȅǿ ȯǠȩ :ȀȮǣ ɀǣǕ Ɣȵǖǣ ƔȵǕ ȴǵǿǕ ,

Ȁȶȝ ǃǟ ȸɅǻ Ž ǠȽǼȉǕȿ ,ȷǠȶǮȝ ǒǠɆǵ ǠȾȩǼȍǕȿ ,ȰǤDZ ȸǣ ǽǠȞȵ ȳǟȀƩǟ ȿ ȯɎƩǠǣ ǠȾȶȲȝǕ ȿ , ȿ

ŸǕ ȰDZȿ Ȃȝ ǃǟ ǡǠǪȮȱ ǠȽǗȀȩǕ ,ǨǣǠǭ ȸǣ ǼɅȁ ȐǝǟȀȦȱǠǣ ǠȾȶȲȝǕȿ ,ƙȵǕ ǦȵǕ ȰȮȱȿ ,ȻǾȽ ƙȵǕ ȿ

dzǟȀƨǟ ȸǣǟ ǥǼɆǤȝ ɀǣǕ Ǧȵɉǟ)ɄǝǠȆȺȱǟ ȿ ɃǾɆȵ ȀǪȱǟ ȿ ȼDZǠȵ ȸǣǟȿ ǼƥǕ Ȼǟȿǿ(

Artinya: “Diriwayatkan dari Anas bahwa Rasulullah SWT. Pernah

besabda: Orang paling santun diantara umatku dengan umatku adalah Abu

Bakar, yang paling teguh menjalankan agama Allah adalah Umar, yang paling

benar selama hidupnya adalah Utsman, yang paling mengetahui tentang yang

halal dan yang haram adalah Mu’adz bin jabal, yang membaca al-Qur’an

adalah Ubay, yang paling mengetahui tentang perkara kewarisan adalah Zaid

bin Tsabit, dan setiap umat memunyai amanah (kepercayaan) dan orang-orang

yang paling amanah diantara umat adalah Abu ‘Ubaidah bin Jarrah. (HR.

Ahmad, Ibnu Majah, Tirmidji dan Nasai’)

Adapun ‘ashabah adalah ahli waris yang tidak mempunyai bagian

tertentu, tetapi mereka mengambil sisa harta setelah pembagian kepada bagian

yang tetap, bahkan jika tidak ada ahli waris dengan bagian yang tetap, mereka

Page 80: KASUS PENETAPAN AHLI WARIS PENGGANTI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21886/1/DODI... · Ahli waris pengganti adalah ahli waris yang menggantikan kedudukan

mengambil seleruh harta. Ashabah terbagi menjadi tiga macam, yaitu: ‘ashabah

bi al-nafsi, ‘ashabah bi al-ghairi, dan ‘ashabah ma’a al-ghair

‘Ashabah bi al-nafsi adalah setiap ahli waris laki-laki yang sangat

dekat hubungan kekerabatanya dengan si mayit, yang tidak diselingi oleh seorang

perempuan (kecuali suami dan saudara seibu). Sebagian dari mereka yaitu anak

laki-laki, cucu laki-laki dari anak laki-laki dan generasi dibawahnya, bapak,

kakek dan generesi diatasnya, saudara sekandung, saudara bapak,dan paman.

‘Ashabah bi al-ghairi adalah setiap perempuan yang mempunyai

bagian tertentu, yang ada bersama laki-laki yang sederajat dengannya, dalam hal

sepeti ini dia menjadi ‘ashabah dengan laki-laki itu. Mereka yang ternasuk

‘ashabha bi al-ghair yaitu anak perempuan bersama dengan anak laki-laki, cucu

perempuan dari anak laki-laki bersama cucu dari anak laki-laki, saudara

perempuan sekandung bersama dengan saudara laki-laki sekandung, dan saudara

perempuan sekandung seayah bersama dengan saudara laki-laki seayah.

‘Ashabah ma’a al-ghair adalah setiap ahli waris perempuan yang

menjadi ‘ashabah bersama dengan ahli waris perempuan yang lain. ‘Ashabah

ma’a al-ghair ini hanya ada dua, yaitu saudara perempuan sekandung bersama

dengan anak perempuan atau cucu perempuan dari anak laki-laki atau bersama

dengan mereka berdua, dan saudara perempuan seayah bersama dengan hak

perempuan atau cucu perempuan dari anak laki-laki atau besama dengan mereka

berdua.

Page 81: KASUS PENETAPAN AHLI WARIS PENGGANTI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21886/1/DODI... · Ahli waris pengganti adalah ahli waris yang menggantikan kedudukan

Adapun penyelesaian kasus-kasus diatas menurut fikih Islam adalah

sebagai berikut:

Dalam hal ini yang berhak menerima warisan adalah Rohadi bin Pilin,

Siti binti Bohan, dan Aisah binti Bohan. Mereka bersekutu dalam mewarisi

seluruh harta warisan. Kedudukn Rohadi bin Pilin adalah ashabah bi al-nafsi

sekaligus menghijab seluruh cicit laki-laki maupun perempuan ( melalui cucu

laki-laki maupun perempuan yang telah meninggal) untuk mendapatkan harta

warisan, sedangkan Siti binti Bohan dan Aisah binti Bohan ashabah ma’a al-

ghair. Si Rohadi mendapatkan dua bagian dan Siti binti Bohan dan Aisah binti

bohan masing-masing mendapatkan satu bagian. kedudukan Muhanah p.r. Sailah

adalah sebagai dzawil arhamyang tidak mempunyai hak untuk mewarisi harta

warisan.

Ahli Waris Kadar Bagiannya Asal masalah : 4

Rohadi bin Pilin Ashabah : 2/4 2

Siti binti Bohan Ashabah : ¼ 1

Aisah binti Bohan Ashabah : ¼ 1

Muhanah p.r Sailah Dzawil al-arham X

Ratna p.r Muhipah Mahjub X

Dimroh binti Sainin Mahjub X

Mahari bin Murgani Mahjub X

Rosidah binti Murgani Mahjub X

Page 82: KASUS PENETAPAN AHLI WARIS PENGGANTI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21886/1/DODI... · Ahli waris pengganti adalah ahli waris yang menggantikan kedudukan

Waris bin Murgani Mahjub X

Saimah p.r Maimunah Mahjub X

Mansur p.r Maimunah Mahjub X

M soleh bin Arsad Mahjub X

Arni binti Arsad Mahjub X

Saud bin Arsad Mahjub X

Jaini bin Arsad Mahjub X

Zakaria bin Arsad Mahjub X

Aspas bin Arsad Mahjub X

Marwan bin Arsad Mahjub X

Masnun bin Arsad Mahjub X

Rosip bin Arsad Mahjub X

Sabariyah binti Bukhori Mahjub X

Harianto p.r Mutinah Mahjub X

B. Pembagian Warisan Menurut Kompilasi Hukum Islam

Untuk menyelesaikan kasus diatas ada tiga pasal yang menjadi rujukan

utama yaitu ; mengenai ahli waris pengganti, hal terssebut diatur dalam pasal 185

yang berbunyi:

Page 83: KASUS PENETAPAN AHLI WARIS PENGGANTI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21886/1/DODI... · Ahli waris pengganti adalah ahli waris yang menggantikan kedudukan

1. Ahli waris yang meninggal lebih dahulu dari pada si pewaris maka

kedudukannya dapat digantikan oleh anaknya, kecuali mereka yang tersebut

dalam pasal 173.

2. Bagian ahli waris pengganti tidak boleh melebihi dari bagian ahli waris yang

sederajat dengan yang digantikan.

Dari pasal tersebut cucu dari anak yang telah meninggal dunia lebih

dahulu dari pewaris masih mempunyai hak untuk mendapatkan harta warisan

meskipun dibatasi dengan ayat (2).

Adapun latar belakang perumusan pasal 185 yaitu adanya rasa iba hati

para perumus KHI ketika cucu dari anak yang telah meninggal dunia lebih

dahulu dari pewaris dan cucu dari anak perempuan tidak mendapatkan warisan.

Logikanya, jikalau cucu tersebut masih kecil dan ia seorng diri, apakah tega

naluri manusia melihat keadaan cucu tersebut tidak mendapatkan warisan. Dari

alasan inilah dirumuskannya pasal 185 seperti demikian, hal inipun setelah

melakukan pengkajian kitab-kitab dan melakukan studi perbandingan ke Negara

Mesir, Turki, dan Maroko yang sudah terlebih dahulu menerapkan ahli waris

pengganti dalam produk hukum kewarisan.

Adapun penyelesaian mengenai kasus diatas menurut Kompilasi

Hukum Islam yang merujuk pada pasal diatas adalah sebagai berikut;

Dalam kasus ini pewaris meninggalkan 2 orang saudara yang bernama

Ebong bin Dung dan Digul bin Dung. sehingga masing masing mendapat 1/2 dari

harta warisan.karena keduanya pun telah meninggal ehingga di gantikan oleh

Page 84: KASUS PENETAPAN AHLI WARIS PENGGANTI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21886/1/DODI... · Ahli waris pengganti adalah ahli waris yang menggantikan kedudukan

anak mereka berdua, bagian Ebong bin Dung di bagikan kepada anaknya

sehingga :

Pilin bin Ebong :2/4

Sailah binti Ebong :1/4

Sainah binti Ebong :1/4

Ketiga anaknya pun telah meninggal dan di gantikan oleh anaknya:

Bagian Pilin bin Ebong 2/4 digantikan oleh Rohadi bin Pilin

Bagian Sailah binti Ebong 1/4 digantikan anaknya Muhanah p.r Sailah

dan Muhipah p.r Sailah yang masing-masing 1/2 dari bagian Sailah binti Ebong.

Dan bagian Muhipah digantikan oleh Ratna p.r Muhipah.

Bagian Sainah binti Ebong digantikan Sainin p.r Sainah dan digantikan

Dimroh binti Sainin.

Sehingga pewaris dari bagian Ebong bin Dung adalah ;

Rohadi bin Pilin bin Ebong :2/4 dari bagian Ebong bin Dung

Muhanah pr Sailah : 1/2 dari bagian Sailah binti Ebong

Ratna p.r Muhipah p.r Sailah :1/2 dari bagian Silah binti Ebong

Dimroh binti Sainin p.r Sainah: 1/4 dari bagian Ebong bin Dung.

Bagaian Digul bin Dung di gantikan oleh anaknya Bohan bin Digul yang di

gantikan oleh :

Siti binti Bohan : 1/10

Aisah binti Bohan : 1/10

Page 85: KASUS PENETAPAN AHLI WARIS PENGGANTI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21886/1/DODI... · Ahli waris pengganti adalah ahli waris yang menggantikan kedudukan

Murgani bin Bohan : 2/10 yang digantikan anaknya Mahari bin Murgani

dengan bagian 2/5, Rosidah binti Murgani dengan bagian 1/5 dan Waris bin

Murgani 2/5.

Maimunah binti Bohan : 1/10 yang digantikan anaknya Saimah p.r Maimunah

dengan bagian 1/3 dan Mansur p.r Maimunah dengan bagian 2/3.

Arsad bin Bohan : 2/10 yang di gantikan anaknya M Soleh bin Arsad dengan

bagian 2/16, Arni binti Arsad dengan bagian 1/16, Saud bin Arsad dengan bagian

2/16, Jaini bin Arsad dengan bagian 2/16, Zakaria bin Arsad dengan bagian 2/16,

Aspas bin Arsad dnegan bagian 2/16, Marwan bin Arsad dengan bagian 2//16,

Masnun bin Arsad dengan bagian 1/16, dan Rosip bin Arsad dnegan bagian 2/16.

Bukhori bin Bohan : 2/10 yang digantikan anaknya Sabariyah binti

Bukhori.

Mutinah bin Bohan : 1/10 yang digantikan anaknya Harianto p.r Mutinah.

C. Analisa Perbandingan

Setelah membahas penetapan Nomor 0004/Pdt. P/2008/PA JT hakim

pengadilan agama Jakarta Timur, dalam kasus ahli waris pengganti ini penulis

menemukan ketidak sesuaian dengan pengertian ahli waris pengganti sesuai

dengan yang disebutkan dalam pasal 185 ayat (1) yang mengatakan ;

“Ahli waris yang meninggal lebih dahulu dari si pewaris, maka

kedudukannya dapat digantikan oleh anaknya, kecuali mereka yang

tersebut dalam pasal 173”.

Page 86: KASUS PENETAPAN AHLI WARIS PENGGANTI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21886/1/DODI... · Ahli waris pengganti adalah ahli waris yang menggantikan kedudukan

Dalam penetapan ini ahli waris ditetapkan sebagai ahli waris pengganti

tetapi ahli waris sesungguhnya tidak meninggal lebih dahulu dari pewaris.

Namun penetapan ini dikenal dengan munasakhah dalam fikih Islam,

secara etimologi mengandung makna memindahkan dan penghapusan.

Sedangkan munasakhah mmenurut terminologi adalah meninggalnya seseorang

dintara ahli waris sebelum harta waris dibagikan, sehingga pindah kepad ahli

waris yang lain.

Dalam pembagian waris menurut fikih Islam yng mndapat warisan

adalah Rohadi bin Pilin, Sitin binti Bohan dan Aisah binti Bohan, sedangkan

yang derajatnya dibawah mereka semuanya terhalang oleh Rohadi bin pilin.

Sedang kan Muhanah p.r Sailah sederajat dengan mereka tidak

mendapatkan warisan karena dia Dzawil arham.

Berdasarkan hasil musyawarah penulis dengan hakim Pengadilan Agama Jakarta

Timur bapak H. Hafani Baihaqi, SH. MH.

1. Ahli waris pengganti adalah ahli waris yang menempati kedudukan

(menggantikan ahli waris langsung) dan penggantian hanya terjadi karena

adanya kemattian yang menimpa pewaris langsung.

2. Dalam penetapan Pengadilan Agama Nomor 0004/Pdt.P/2008/PA JT lebih

cendrung menggunakan konsep fikih mawaris karena dalam KHI tidak

menjelaskan tentang penggantian kedudukaan terhadap ahli waris yang

meninggal sesudah pewaris.

Page 87: KASUS PENETAPAN AHLI WARIS PENGGANTI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21886/1/DODI... · Ahli waris pengganti adalah ahli waris yang menggantikan kedudukan

3. Penggantian kedudukan dalam KHI dan munaskhah mempunyai tujuan yang

sama yaitu untuk memberikan keadilan bagi anak yang ditinggal ahli waris

langsung. Sehingga hakim menganggap munaskhah juga penggantian

kedudukan yang diinginkan dalam KHI pasal 185 ayat (1).

4. Harta warisan sebaiknya dibagikan setelah meninggalnya pewaris dan

pewaris langsung masih hidup. Sehingga tidak mengalami kesulitan dalam

menentukan ahli warisnya karena sudah terlalu lama dan banyak keturunan

yang telah lahir. Jika di tunda-tunda maka akan menyulitkan lembaga untuk

menentukan ahli waris dari harta warisan.

Page 88: KASUS PENETAPAN AHLI WARIS PENGGANTI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21886/1/DODI... · Ahli waris pengganti adalah ahli waris yang menggantikan kedudukan

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang telah penulis bahas dalam bab-bab yang

terdahulu, penulis mengambil kesimpulan dari skripsi ini sebagai berikut :

1. Dalam penetapan Pengadilan Agama Nomor 0004/Pdt.P/2008/PA JT

lebih cendrung menggunakan konsep fikih mawaris karena dalam KHI

tidak menjelaskan tentang penggantian kedudukaan terhadap ahli waris

yang meninggal sesudah pewaris.

2. Menurut hukum Islam cucu laki-laki dan cucu perempuan dari anak laki-

laki yang meninggal dunia lebih dahulu akan mendapatkan harta warisan

apabila tidak ada anak laki-laki si pewaris, karena anak laki-laki tersebut

menghijab cucu laki-laki dan cucu perempuan untuk mendapatkan harta

warisan. Apabila hanya ada anak perempuan atau tidak ada anak dari

pewaris sama sekali, maka kedudukan cucu laki-laki dan cucu perempuan

tersebut sebagai ashabah yang mendapatkan sisa harta setelah diambil oleh

ashabul furudh. Adapun besarnya bagian untuk cucu laki-laki dan cucu

perempuan dari anak perempuan yang telah meninggal lebih dahulu dari

pewaris dalam segala keadaan tidak dapat mewarisi harta warisan karena

kedudukan mereka sebagai dzawil arham.

3. Menurut Kompilasi Hukum Islam, cucu laki-laki dan cucu perempuan

(baik dari anak laki-laki maupun dari anak perempuan yang telah

Page 89: KASUS PENETAPAN AHLI WARIS PENGGANTI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21886/1/DODI... · Ahli waris pengganti adalah ahli waris yang menggantikan kedudukan

meninggal dunia lebih dahulu dari pewaris) mendapatkan harta warisan

menggantikan kedudukan orang tuanya sebagai ahli waris, akan tetapi

besarnya bagian yang mereka dapat tiak boleh melebihi besarnya bagian

anak pewaris yang masih hidup.

4. Dalam penetapan Nomor 0004/Pdt. P/2008/PA JT hakim pengadilan

agama Jakarta Timur,tentang ahli waris menurut Kompilasi Hukum

seluruh ahli waris menerima harta warisan karena sebagai ahli waris

pengganti karena orang tua mereka telah meninggal. Menurut penulis

penetapan ini bukan ahli waris pengganti karena ahli waris sesungguhnya

tidak meninggal terlebih dahulu dari pewaris. Kasus seperti ini disebut

dalam Islam disebut munaskhah.

B. Saran

1. Demi kemaslahatan ahli waris hendaknya umat islam di Indonesia

menyelesaikan perkara kewarisannya di Pengadilan Agama agar terhindar

dari penguasaan sepihak terhadap harta warisan sekaligus untuk

mendapatkan kepastian hukum.

2. Bagi lembaga-lembaga hukum di Indonesia khususnya Lembaga Hukum

Islam untuk lebih memasyarakatkan produk hukum Islam, karena masih

banyak umat Islam yang tidak mengetahui Kompilasi Hukum Islam

sebagai produk hukum Islam.

Page 90: KASUS PENETAPAN AHLI WARIS PENGGANTI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21886/1/DODI... · Ahli waris pengganti adalah ahli waris yang menggantikan kedudukan

3. Pembagian warisan sebaiknya jangan di tunda-tunda agar tidak terjadi

kesimpang siuran dalam pembagian warisan dan tidak dan tidak

menyulitkan lembaga untuk menentukan ahli waris dari harta warisan.

Page 91: KASUS PENETAPAN AHLI WARIS PENGGANTI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21886/1/DODI... · Ahli waris pengganti adalah ahli waris yang menggantikan kedudukan

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an dan terjemhannya.

Abta Asyiari, Djunaidi Abd Syukur, Ilmu waris Al- Faraidl, (Surabaya : Pustaka

Hikmah Perdana, 2005)

Cholid Narboko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, h. 1.

Hazairin, Hukum Kewarisan Bilateral menurut Al qur’an dan Hadist, (Jakarta: tina

mas, 1981), cet. Ke-5, hal. 1

Komite Fakultas Syariah Universitas Al-azhar Mesir, Hukum Waris, senayan abadi

publishing 2000

Kompilasi Hukum Islam, Citra umbara, Bandung

M. Hasan Ali, Hukum Waris Dalam Islam, ( Jakarta : bulan Bintang 1996)

M. idris ramulyo, Hukum Perkawinan, Hukum Kewarisan, Hukum Acara Peradilan

Agama dan Zakat menurut Hukum Islam, (Jakarta: sinar grafika, 1995).

Rofiq Ahmad, Fiqih Mawaris, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2001)

Soejono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Universitas Indonesia

Press, 1986).

Syarifuddi Amir, Hukum Kewarisan Islam, (Jakarta : prenada media, 2004)

Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Fiqh Mawaris, (semarang: pustaka rizki

putra, 1997).

Thalib Sajuti, Hukum Kewarisan Islam di Indonesia, (Jakarta : sinar grafika 2000)

Page 92: KASUS PENETAPAN AHLI WARIS PENGGANTI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21886/1/DODI... · Ahli waris pengganti adalah ahli waris yang menggantikan kedudukan

Suparman Usman, Ikhtisar Hukum Waris Menurut Kitab Undang-Undang Hukum

perdata(BW), (Serang: Darul Ulum Press, 1993).

Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: Yayasan Penyelenggara

Penterjemah/Pentafsir Al-quran, 1973).

Muhammad Ali as-Sabuni, Hukum Warisan Dalam Syariat Islam (terjemah),

(Bandung:CV. Diponegoro,1988).

Imam Abi Abdillah, Shahih Bukhari, (Semarang: PT. Toha Putra, 1997) juz 8

Komite fakultas Syariah Universitas Al Azhar Mesir, Hukum Waris Islam.

Penerjemah H. Addys Al dizar dan H. Fakhturahman (Jakarta: Senayan Abadi

Publising, 2004).

Abdul Wahab Khalaf, Ilmu Ushul fiqih. Penerjemah Masdar Helmy (Bandung: Geme

Rislah Press, 1997).

Muhammad bin Muhammad As-Syaukani, Nailul Al-Athar Syarah Muntaqal Akhbar,

(kairo: Al-Akhirah).

Muhammad Azzam Abdul Aziz, Qawaaidul Al-Fighiyyah, (kairo: Darr Al-Hadits,

2005)

Departemen Agama RI, Kompilasi Hukum Islam.

Muhammad Daud Ali, Asas-Asas Hukum Islam, (Hukum Islam I: Pengantar Hukum

dan Tata Hukum Islam di Indonesia), Jakarta: Rajawali Press, 1990.

Ibn Ruysd, Bidayat al- Mujtahid, (beirut : Dar al-fikr).

Muhyi Muhammad al- Din Abd Al Hamid, Ahkam al –Miras fi al-syari’ah al-

Islamiyah ‘ala al- Mazahib al-Arba’ah, (Dar al-kitab al-arabi).

Page 93: KASUS PENETAPAN AHLI WARIS PENGGANTI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21886/1/DODI... · Ahli waris pengganti adalah ahli waris yang menggantikan kedudukan

Said Muhammad al-Jalidi, Ahkam al- Miras wa al-Washiyyah fi al-syari’ah al-

Islamiyyah, (Mansurat kulliyah al- Dakwah).

Wasit Aulawi, system Penggantian dan Pengelompokan Ahli Waris, Hukum

Kewarisan dalam Kompilasi Hukum Islam, Makalah Seminar, UI Depok 12

Desember 1992.

Fatchurrahman, Ilmu Waris, (Bandung : PT. Al-Ma’arif).

Al-Syyid Sabiq, Fiqh Sunnah, (Beirut, dar al-Fikr, 1983), juz III.

M. Yahya Harahap, Pokok-Pokok Materi Kewarisan dalam KHI, Hukum Kewarisan

Islam dalam Kompilasi Hukum Islam, Makalah seminar, UI Depok 12

Desember 1992.

Wawancara Pribadi dengan Ibu Sri Hidayati, M.ag. Jakarta 29 Desember 2010.

Page 94: KASUS PENETAPAN AHLI WARIS PENGGANTI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21886/1/DODI... · Ahli waris pengganti adalah ahli waris yang menggantikan kedudukan

LAMPIRAN

Hasil wawancara

Dengan

Ibu Sri Hidayati,M.Ag Dosen ilmu faraid di Fakultas Syariah dan Hukum mengenai

pembagian menurut Kompilasi Hukum Islam.

Dalam kasus ini pewaris meninggalkan 2 orang saudara yang bernama

Ebong bin Dung dan Digul bin Dung. sehingga masing masing mendapat 1/2 dari

harta warisan.karena keduanya pun telah meninggal ehingga di gantikan oleh anak

mereka berdua, bagian Ebong bin Dung di bagikan kepada anaknya sehingga :

Pilin bin Ebong :2/4

Sailah binti Ebong :1/4

Sainah binti Ebong :1/4

Ketiga anaknya pun telah meninggal dan di gantikan oleh anaknya:

Bagian Pilin bin Ebong 2/4 digantikan oleh Rohadi bin Pilin

Bagian Sailah binti Ebong 1/4 digantikan anaknya Muhanah p.r Sailah dan Muhipah

p.r Sailah yang masing-masing 1/2 dari bagian Sailah binti Ebong. Dan bagian

Muhipah digantikan oleh Ratna p.r Muhipah.

Bagian Sainah binti Ebong digantikan Sainin p.r Sainah dan digantikan Dimroh binti

Sainin.

Sehingga pewaris dari bagian Ebong bin Dung adalah ;

Rohadi bin Pilin bin Ebong :2/4 dari bagian Ebong bin Dung

Page 95: KASUS PENETAPAN AHLI WARIS PENGGANTI DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21886/1/DODI... · Ahli waris pengganti adalah ahli waris yang menggantikan kedudukan

Muhanah pr Sailah : 1/2 dari bagian Sailah binti Ebong

Ratna p.r Muhipah p.r Sailah :1/2 dari bagian Silah binti Ebong

Dimroh binti Sainin p.r Sainah: 1/4 dari bagian Ebong bin Dung.

Bagaian Digul bin Dung di gantikan oleh anaknya Bohan bin Digul yang di gantikan

oleh :

Siti binti Bohan : 1/10

Aisah binti Bohan : 1/10

Murgani bin Bohan : 2/10 yang digantikan anaknya Mahari bin Murgani dengan

bagian 2/5, Rosidah binti Murgani dengan bagian 1/5 dan Waris bin Murgani 2/5.

Maimunah binti Bohan : 1/10 yang digantikan anaknya Saimah p.r Maimunah dengan

bagian 1/3 dan Mansur p.r Maimunah dengan bagian 2/3.

Arsad bin Bohan : 2/10 yang di gantikan anaknya M Soleh bin Arsad dengan

bagian 2/16, Arni binti Arsad dengan bagian 1/16, Saud bin Arsad dengan bagian

2/16, Jaini bin Arsad dengan bagian 2/16, Zakaria bin Arsad dengan bagian 2/16,

Aspas bin Arsad dnegan bagian 2/16, Marwan bin Arsad dengan bagian 2//16,

Masnun bin Arsad dengan bagian 1/16, dan Rosip bin Arsad dnegan bagian 2/16.

Bukhori bin Bohan : 2/10 yang digantikan anaknya Sabariyah binti Bukhori.

Mutinah bin Bohan : 1/10 yang digantikan anaknya Harianto p.r Mutinah.