fitnah sebagai penghalang waris

99
FITNAH SEBAGAI PENGHALANG WARIS (ANALISIS TERHADAP PASAL 173 B KOMPILASI HUKUM ISLAM) SKRIPSI Oleh Khotibul Umam NIM 99210730 FAKULTAS SYARI'AH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG 2006 Created with ReaSoft PDF Printer free trial. Purchase at http://www.reasoft.com/

Upload: dewa-putu-tagel

Post on 24-Apr-2015

229 views

Category:

Documents


30 download

DESCRIPTION

Hukum Waris

TRANSCRIPT

Page 1: Fitnah Sebagai Penghalang Waris

FITNAH SEBAGAI PENGHALANG WARIS(ANALISIS TERHADAP PASAL 173 B

KOMPILASI HUKUM ISLAM)

SKRIPSI

Oleh

Khotibul UmamNIM 99210730

FAKULTAS SYARI'AHUNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

MALANG 2006

Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/

Page 2: Fitnah Sebagai Penghalang Waris

FITNAH SEBAGAI PENGHALANG WARIS(ANALISIS TERHADAP PASAL 173 B

KOMPILASI HUKUM ISLAM)

SkripsiDiajukan untuk Memenuhi Persyaratan

Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)

Oleh

Khotibul UmamNIM 99210730

FAKULTAS SYARI'AHUNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

MALANG 2006

Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/

Page 3: Fitnah Sebagai Penghalang Waris

HALAMAN PERSETUJUAN

FITNAH SEBAGAI PENGHALANG WARIS, ANALISIS TERHADAP

PASAL 173 B KOMPILASI HUKUM ISLAM

Oleh:Khotibul Umam

99210730

Telah disetujui, dan diseminarkan Tanggal, 15 Desember 2003 di Ruang Laboratorium Peradilan Agama Fakultas Syari’ah

Universitas Islam Negeri Malang

Oleh:Dosen Pembimbing

H. Isroqun Najah, M.Ag.NIP. 150 278 262

Mengetahui Dekan Fakultas Syari’ah

Universitas Islam Negeri Malang

Drs. H. Dahlan Tamrin, M.Ag.NIP. 150 216 425

Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/

Page 4: Fitnah Sebagai Penghalang Waris

Pengesahan Skripsi

Dewan penguji skripsi saudara Khotibul Umam NIM: 99210730 mahasiswa

Fakultas Syari’ah angkatan 1999 dengan judul:

Fitnah Sebagai Penghalang Waris (Analisis Terhadap Pasal 173 B Kompilasi

Hukum Islam)

Telah dinyatakan lulus dan berhak menyandang gelar Sarjana Hukum Islam

(S.HI) pada tanggal 03 Januari 2007.

1. Penguji Utama : Dr. Saifullah, SH, M. Hum ( _______________ )Nip 150 303 048

2. Ketua Majlis Roibin, M. Hi ( _______________ ) Nip. 150 294 456

3. Sekretaris Penguji : H. Isroqun Najah, M. Ag ( _______________ ) Nip. 150 278 262

Malang, 03 januari 20007

Mengetahui

Dekan Fakultas Syari'ah

Drs. H. Dahlan Tamrin, M. Ag.NIP. 150 216 425

Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/

Page 5: Fitnah Sebagai Penghalang Waris

Persembahan

Saya persembahkan sebuah karya yang tiada berarti ini

kepada Ibu, Ayahanda, Adik Beserta Keluargaku Yang

kuhormati Dan Kucintai Dengan Segenap Jiwa Dan Raga

Terkhusus Buat Junjungan Saya Rasulullah Sallallahu

Alaihi Wasallam.

Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/

Page 6: Fitnah Sebagai Penghalang Waris

MOTTO

“ Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-

sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa.

Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah

menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu

yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka

tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada

Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha

Penyayang ”

(Al- Hujuraat : 12)

(Al- Qur’an Dan Terjemahannya Departemen

Agama RI)

Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/

Page 7: Fitnah Sebagai Penghalang Waris

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Demi Allah,

Dengan kesadaran dan rasa tanggung jawab terhadap perkembangan keilmuan,

penulis mengatakan bahwa skripsi dengan judul:

FITNAH SEBAGAI PENGHALANG WARIS (ANALISIS TERHADAP PASAL 173 B KOMPILASI HUKUM

ISLAM)

Benar-benar merupakan karya ilmiah yang disusun sendiri, bukan duplikat atau

memindah data milik orang lain. Jika di kemudian hari terbukti bahwa skripsi ini

ada kesamaan, baik isi, logika maupun datanya secara keseluruhan maupun

sebagian, maka skripsi dan gelar sarjana yang diperoleh secara otomatis batal

demi hukum.

Malang, 26 Desember 2006

Penulis,

Khotibul Umam

NIM 99210730

Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/

Page 8: Fitnah Sebagai Penghalang Waris

KATA PENGANTAR

Dengan Menyebut Nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang.

Dengan rahmat dan karunia Allah SWT, segala puji bagiNya yang

memerintah seluruh alam semesta. Shalawat serta salam semoga tetap

terlimpahkan kepada Rasulullah SAW, keluarga, para sahabatnya serta pada

ummat muslimin di seluruh dunia.

Adalah sebuah anugrah yang tiada terhingga dengan terselesaikannya

skripsi ini. Tidak terlupa ucapan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang

baik secara langsung maupun secara tidak langsung turut membantu lancarnya

penyelesaian tugas akhir ini.

Ucapan terima kasih yang tiada terhingga kepada:

1. Prof. Dr. H. Imam Suprayogo selaku Rektor Universitas Islam Negeri

Malang.

2. Drs. H. Dahlan Tamrin., M. Ag. Selaku Dekan Fakultas Syari’ah

Universitas Islam Negeri Malang.

3. H. Isroqun Najah, M. Ag. Selaku pembimbing, yang telah mencurahkan

segenap perhatian dan arahan sehingga karya ini terselesaikan.

4. Dosen dan para karyawan serta seluruh civitas akademika Universitas

Islam Negeri Malang yang mmberikan sesuatu yang tiada taranya yaitu

ilmu dan kesempatan dalam menuntutnya

Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/

Page 9: Fitnah Sebagai Penghalang Waris

5. Ayahanda (Ahmad Ma’shum), Ibu (Syari’ah), Adinda tercinta

(Maziyatun Ni’mah) serta keluarga yang tiada putus asa dan lelah

memberikan dukungan untuk menyelesaikan kewajiban dari agama ini.

6. Sahabat Fasihudin Arafat yang memberikan bantuan yang mungkin tak

terbalas.

7. Sahabat-sahabat PMII

8. Sahabat-sahabat baikku seluruhnya

Kesadaran yang penuh karya ini adalah jauh dari kata sempurna , untuk itu

dengan ketidaksempurnaan itu saran dan kritik yang membangun sangat

membantu dan ditunggu dalam rangka memperbaiki apa yang kurang dan tidak

semurna.

Demikian semoga Allah SWT memberikan rahmat dan ridlaNya kepada

seluruh ciptaanNya, dan semoga karya ini bermamfa’at bagio yang menulis dan

yang membacanya. Sekali lagi atas kurang atau lebihnya karya ini mohon maaf

yang sebesar-besarnya.

Maha Benar Allah Dengan Segala FirmanNya.

Malang, 23 Desember 2006

Penulis

Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/

Page 10: Fitnah Sebagai Penghalang Waris

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

+ ALAMAN&3 ERSETUJUAN. ...............................................................................i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING..................................................ii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI........................................iii

HALAMAN PENGESAHAN SKERIPSI............................................................iv

HALAMAN PERSEMBAHAN.............................................................................v

HALAMAN MOTTO .............................................................................................vi

KATA PENGANTAR.............................................................................................vii

DAFTAR ISI ............................................................................................................ix

ABTRAK ............................................................................................................xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................. 1

B. Identifikasi Masalah.......................................................................... 8

C. Rumusan Masalah............................................................................. 8

D. Tujuan Penelitian .............................................................................. 8

E. Kegunaan Penelitian......................................................................... 9

F. Studi Kepustakaan............................................................................. 9

G. Metode Penelitian ............................................................................. 10

H. Sistematika Pembahasan................................................................... 12

BAB II KAJIAN TEORI

1. Hukum Waris.....................................................................................14

A. Pengertian...................................................................................14

B. Hukum Waris dalam Al- Quran ................................................15

C. Sumber-sumber Hukum Waris..................................................17

D. Kedudukan Hukum Waris .........................................................17

E. Tujuan Mempelajari Hukum Waris ..........................................17

F. Sebab-sebab Mewaris ................................................................18

Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/

Page 11: Fitnah Sebagai Penghalang Waris

G. Rukun Mewaris ..........................................................................18

H. Syarat-syarat Kewarisan ............................................................19

I. Tingkatan ahli Waris..................................................................19

J. Penghalang Kewarisan...............................................................21

2. Fitnah..................................................................................................26

A. Pengertian...................................................................................26

B. Sebab-sebab Fitnah ....................................................................28

C. Berbagai Karakteristik Fitnah....................................................36

D. Macam-macam Fitnah................................................................38

E. Fitnah dalam Hadits Rasulullah SAW ......................................42

BAB III METODE PENELITIAN

1. Jenis Penelitian…………………………………………….......…..45

2. Sumber Data………………………………………….......………..46

3. Tehnik pengumpulan Data……………………….......……………46

4. Tehnik pengolahan Data …………………..........………………...46

2. Qiyas....................................................................................................47

A. Pengertian...................................................................................47

B. Rukun Qiyas ...............................................................................50

C. Kehujjahan Qiyas .......................................................................51

D. Syarat-syarat Qiyas ....................................................................53

E. Definisi Illat................................................................................53

F. Macam-macam Qiyas ................................................................53

BAB IV PEMBAHASAN

A. Landasan Hukum Pencantuman Fitnah sebagai Penghalang waris

pada Pasal 173b Kompilasi Hukum Islam......................................61

1. Kedudukan fitnah Dalam Hukum ...............................................61

a) Kedudukan fitnah Dalam Hukum Islam.............................61

b) Kedudukan fitnah Dalam Hukum Positif ………..............71

Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/

Page 12: Fitnah Sebagai Penghalang Waris

c) Kedudukan fitnah Dalam Hukum Kompilasi Hukum

Islam..................................................................................72

2. Kedudukan Pembunuhan dalam Hukum ....................................73

B. Signifikansi Pencantuman Fitnah sebagai Penghalang waris pada

Pasal 173 b Kompilasi Hukum Islam..............................................78

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan. ......................................................................................83

B. Saran-saran ........................................................................................85

DAFTAR PUSTAKA

BUKTI KONSULTASI

Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/

Page 13: Fitnah Sebagai Penghalang Waris

ABSTRAK

Umam, Khotibul, NIM 99210730. Fitnah Sebagai Penghalang Waris, AnalisisTerhadap Pasal 173 B Kompilasi Hukum Islam. Skirpsi, Jurusan Akhwal Al- Syahsyiyah Fakultas Syari’ah Universitas Islam Negeri Malang.

Pembimbing: H. Isroqun Najah, M. Ag.

Kata Kunci : Fitnah, Penghalang Waris.Salah satu maksud dan tujuan diturunkannya Syari’at Islam tidak lain

adalah untuk memberikan tuntunan bagi manusia dalam meraih kebahagiaan di dunia maupun di akhirat kelak. Untuk itu perlu pemahaman yang benar terhadap syari’at tersebut agar tidak terjadi kesalahan atau penyimpangan yang jauh dari kehendak Allah SWT.

Alqur’an adalah sumber dari hukum Islam begitu pula pada hukum waris, Alqur’an menyebutkan hukum waris dengan cukup jelas dan terperinci. Suatu yang istimewa dari hukum waris dibandingkan hukum yang lain yaitu, hukum waris disebutkan lebih terperinci dari pada hukum Islam yang lainnya.

Pada pasal 173 b Kompilasi Hukum Islam menyebutkan bahwa perbuatan fitnah terhadap yang mewarisi adalah termasuk hal yang menghalangi waris, sedangkan didalam Dalil-dalil Baik Al- Qur’an maupun Al- Hadits hanya menyebutkan tiga penghalang waris yaitu Pembunuhan, Perbudakan dan Lain agama. Tidak terdapat dalil yang menyatakan bahwa fitnah menghalangi hak waris seseorang.

Penelitian ini mencoba menelaah bagaimana para ulama’ penggagas kompilasi hukum Islam memunculkan pasal yang menyebutkan Fitnah sebagai penghalang waris. Rumusan masalah dalam penelitian adalah: 1) apa dasar hukum pencantuman fitnah sebagai penghalang waris dalam Kompilasi Hukum Islam pasal 173 b? 2) apa signifikansi pencantuman fitnah sebagai penghalang waris dalam Kompilasi Hukum Islam pasal 173 b?

Sedangkan tujuan penelitian ini adalah Mengetahui, memahami 1) dasar hukum pencantuman fitnah sebagai penghalang waris dalam Kompilasi Hukum Islam pasal 173 b 2) Signifikansi pencantuman fitnah sebagai penghalang waris dalam Kompilasi Hukum Islam pasal 173 b, yang di pakai oleh para Ulama’

Penggagas Kompilasi Hukum Islam terutama pada adalah sesuatu yang tidak bisa diabaikan, untuk itu dalam penelitian ini mencoba menelusuri kembali metode yang diterapkan para ulama’ tersebut. Dari situ kemudian dapat diketahui secara ringkas mengapa fitnah dimasukkan dalam bab penghalang waris.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kepustakaan yang didiarahkan pada usaha untuk menjelaskan tentang landasan pencantuman fitnahsebagai penghalang waris serta menjelaskan fitnah dari berbagai sudut pandang.

Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/

Page 14: Fitnah Sebagai Penghalang Waris

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hukum adalah refleksi sosiolegal masyarakat untuk menata kehidupan.

Dalam Islam, hukum adalah sebagai hasil pergumulan dialektis antara konteks,

teks dan subyek dalam bingkai yang sangat teologis. Dengan kata lain, hukum

sebagai pelembagaan nilai-nilai yang inheren dalam teks-teks suci, realitas, dan

kepribadian para ulama’. Dalam arti ini hukum selalu memiliki basis sosial-

kultural-idiologis.

Hukum Syari'ah Islam telah mengalami perkembangan yang terjadi dari

masa kemasa, sesuai dengan perkembangan yang terjadi dalam masyarakat Islam

itu sendiri. Sehingga Syari'ah dalam hal ini sanggup menjawab tantangan zaman

dalam berbagai aspek kehidupan, baik itu hubungan vertikal maupun hubungan

horizontal.

Syari'ah dalam hal kewarisan telah meletakkan dasar dan aturan hukum

yang jelas dan sistematis menngenai harta benda peninggalan. Dengan demikian

tidaklah ada sesuatu persoalan syara' yang tidak terselesaikan melalui Syari'ah.

Hukum Islam adalah salah satu bagian penting dari hukum positif di

Indomesia, disamping juga menjdi salah satu komponen dari hukum positif itu

sendiri. Salah satu komponen hukum Syari'ah yang menjadi bagian dari hukum

Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/

Page 15: Fitnah Sebagai Penghalang Waris

positif adalah hukum kewarisan.1 Warisan adalah merupakan sebab pokok dalam

memiliki harta, masalah waris merupakan perkara perdata yang mempunyai

kompleksitas permasalahan dalam masyarakat. Hal itu dikarenakan menyangkut

hukum personal dan berkaitan dengan harta benda seseorang. Dari itulah maka

dibentuk Peradilan Agama, yang bertujuan untuk menyelesaikan permasalahan-

permasalahan umat Islam dalam hal Perdata Islam (Nikah, Waris, Shadaqah,

Wakaf) secara adil dan diterima semua pihak.

Lembaga Peradilan Agama ini telah terbentuk lama sebelum bangsa

Indonesia merdeka, lembaga ini mulai muncul pada abad XIX masehi tepatnya

dengan diterbitkannya Undang-undang Ordonantie Staatsblad pada 29 Januari

1882 tentang Peradilan Agama di Jawa dan Madura.2 Bahkan sebelum diakui

dengan resmi adanya Peradilan Agama oleh pemerintah kolonial Belanda,

lembaga ini telah diakui secara riil dalam masyarakat Islam di seluruh persada

Nusantara, walaupun dalam sistem dan prasarana yang masih sederhana.

Setelah diundangkannya Undang-undang Peradilan Agama No 7 Th 1989,

barulah Peradilan Agama melaksanakan fungsinya sebagai pelaksana kekuasaan

kehakiman di ruang lingkup kompetensinya dengan sebenar-benarnya. Hal ini

bertolak belakang pada sebelum diundangkannya Undang-undang tersebut,

Peradilan Agama masih belum dapat melaksanakan fungsi yuridis formalnya

secara utuh, baik dalam hal susunan keorganisasian, kekuasaan, dan acara

perdatanya.

1A. Rahmad Budiono, Pembaharuan hukum Kewarisan Di Indonesia.(Citra Aditya Bhakti Bandung. 1999), V.2A Rasyid Roihan. Hukum Acara Peradilan Agama. (Jakarta: Rajawali Perss, 1991), 1.

Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/

Page 16: Fitnah Sebagai Penghalang Waris

Salah satu hasil dari ditetapkannya Undang-undang tersebut adalah tidak

adanya kesimpangsiuran yang menyelimuti Peradilan Agama menyangkut

kompetensi dengan lembaga peradilan lain. Dalam Undang-undang Peradilan

Agama disebutkan bahwa Peradilan Agama adalah sebagai sebuah lembaga

kekuasaan kehakiman bagi rakyat Indonesia pencari keadilan yang beragama

Islam mengenai perkara perdata Islam.

Kewarisan adalah salah satu perkara perdata Islam yang ditangani oleh

Peradilan Agama dengan berdasarkan hukum Islam yang murni. Hal ini berarti

hukum materil yang diterapkan di Peradilan Agama adalah hukum Islam.

Mungkin inilah hal yang dimaksud oleh Hakim Agung M. Yahya Harahap bahwa

salah satu asas dari Peradilan Agama adalah asas personalitas keislaman.3 Maksud

dari asas personalitas keislaman tersebut adalah, hanya pemeluk agama Islam

sajalah yang menjadi obyek dari pada kekuasaan kehakiman di lingkungan

Peradilan Agama.

Al- Qur'anil Karim sebagai sebuah dasar pengambilan utama hukum

kewarisan Islam, telah menjelaskan tentang hukum waris, baik itu mengenai siapa

yang berhak maupun jumlah harta warisan yang didapatkan untuk masing-masing

ahli waris. Sehingga tidak terjadi kerancuan yang menimbulkan perselisihan. Hal

ini menunjukkan bahwa Islam Rahmatan lil Alamin bukan semata-mata sebuah

slogan belaka.

Di samping itu kewarisan juga diterangkan dalam Hadits Rasulullah SAW

serta Ijma' para ulama', walaupun hanya sebagian kecil. Akan tetapi penjelasan-

3M Yahya Harahap. Kedudukan, Kewenangan dan Acara Peradilan Agama UU No 7 Th 1989. (Jakarta: Pustaka Kartini, 1990), 137.

Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/

Page 17: Fitnah Sebagai Penghalang Waris

penjelasan dalam Al- Qur’an, Al- Hadits serta Ijma' hanya menjelaskan secara

umum tidak secara mendetail. Oleh karena itu dalam hukum Islam diperbolehkan

untuk melakukan Ijtihad dalam mencari kejelasan mengenai sebuah permasalahan

hukum bagi yang memenuhi syarat dalam hal itu, sehingga permasalahan hukum

Islam tersebut didapatkan solusi pemecahannya.

Dengan dikeluarkannya Inpres No 1 Th 1991 tentang Kompilasi Hukum

Islam (KHI) yang diperkuat kemudian oleh keputusan Menteri No 154 Th 1991

tentang Pelaksanaan Inpres tersebut, banyak terdapat perkembangan dan

penafsiran baru mengenai permasalahan peraturan hukum, khususnya pada buku

kedua Kompilasi Hukum Islam yang menyangkut hukum kewarisan.

Salah satu penafsiran baru yang menarik perhatian dari buku kedua

Kompilasi Hukum Islam tersebut ialah perihal beberapa penghalang kewarisan

yang tercantum dalam pasal 173 Kompilasi Hukum Islam.

Pasal tersebut menyebutkan bahwa seseorang terhalang menjadi ahli waris

apabila dengan putusan hakim yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap,

dihukum karena :

1. Dipersalahkan telah membunuh atau mencoba membunuh atau

menganiaya berat pada pewaris.

Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/

Page 18: Fitnah Sebagai Penghalang Waris

2. Dipersalahkan secara memfitnah telah mengajukan pengaduan bahwa

pewaris telah melakukan kejahatan yang diancam dengan hukuman lima

tahun penjara atau hukuman yang lebih berat.4

Dari pasal ini tampak adanya perubahan yang cukup mendasar yang

dibawa oleh pasal tersebut, jika dibandingkan dengan dasar hukum kewarisan

yang berasal dari Al- Qur’an atau As-Sunnah. Perubahan yang kiranya dapat

diperdebatkan dasarnya pengambilan hukumnya ialah terdapat pada poin ke dua

pasal 173 Kompilasi Hukum Islam yang mencantumkan perilaku fitnah sebagai

alasan terhalangnya hak waris seorang ahli waris. Padahal menurut peraturan

hukum waris dalam Islam yang mengambil dasar hukum dari Al- Qur’an dan Al-

Hadits, fitnah sebagai penghalang waris tidak terdapat dalam redaksi Al- Qur’an

maupun Al- Hadits atau kitab-kitab fiqh klasik manapun. Hal ini bertentangan

dengan kesepakatan para ulama yang menyepakati bahwa, hanya ada tiga hal yang

menghalangi seorang ahli waris dalam menerima harta warisan yaitu; Pertama,

Perbedaan Agama. Kedua, Pembunuhan. Ketiga, Perbudakan. 5

Di dalam hukum positif Indonesia, fitnah memang adalah salah satu tindak

pidana, hal ini tercantum pada pasal 311 ayat (1) KUHP yang isinya jika

seseorang melakukan tindak pidana fitnah (tuduhan/prasangka) namun fitnah

tersebut tidak dapat di buktikan kebenarannya di pengadilan, maka seseorang

yang melakukan tindak pidana fitnah tersebut dapat dikenai sanksi pidana yang

berupa penjara dan pencabutan hak-haknya atas beberapa hal yang ditentukan.

4 Abdul Ghani Abdullah. Pengantar Kompilasi Hukum Islam Dalam Tata Hukum Indonesia.(Jakarta: Gema Insani Press, 1994), 129. 5 Muhammad Jawad Mughniyah. Fiqh Lima Madzhab: Ja'fari, Hanafi, Maliki, Syafi'I, Hambali(Terj). (Jakarta: Lentera, 2001), 541.

Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/

Page 19: Fitnah Sebagai Penghalang Waris

Akan tetapi hal ini tidak bisa dikaitkan begitu saja, karena KUHP adalah hukum

positif yang berlaku sebagai dasar pengambilan hukum di Pengadilan Negeri,

apalagi seperti yang kita ketahui bahwa sebagian dari KUHP adalah produk

kolonial pada masa Indonesia belum mencapai kemerdekaannya. Sedangkan

Pengadilan Agama sebagai pengadilan dari umat Islam mempunyai rujukan

tersendiri yaitu KHI yang mengambil dasar hukum dari Al- Qur’an dan Al- Hadits

Hukum Islam telah mengatur waris dengan jelas dan terinci. Sedangkan

mengenai masalah penghalang waris juga telah di tetapkan dengan merujuk pada

dasar Nash yang kuat. Sebagaimana yang telah disebutkan dalam Al- Qur’an surat

An-Nahl ayat 75:

Artinya; Allah membuat perumpamaan dengan seorang hamba sahaya yang dimiliki yang tidak dapat bertindak terhadap sesuatupun dan seorang yang kami beri rezki yang baik dari kami, lalu dia menafkahkan sebagian dari rezki itu secara sembunyi dan secara terang-terangan, Adakah mereka itu sama? segala puji Hanya bagi Allah, tetapi kebanyakan mereka tiada mengetahui6

Kandungan ayat tersebut adalah sebuah penegasan bahwa antara seorang

hamba sahaya tidak dapat dibandingkan dengan tuannya kedudukannya, sehingga

6 Qs. An- Nahl, (16): 75.

Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/

Page 20: Fitnah Sebagai Penghalang Waris

dalam hal kewarisan antara keduanya tidak terdapat hubungan terutama dalam hal

waris.7 Sedangkan dalil dari As-Sunnah yang menyebutkan tentang penghalang

waris ada dua. Hadits yang pertama, diriwayatkan oleh An-Nasa'I dan Ahmad di

situ diterangkan bahwa seorang pembunuh terhalang hak kewarisannya. Hadits

yang kedua diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim menerangkan bahwa seorang

berlainan agama adalah hilang hak mewarisi dan diwarisi.

Jadi sesuai dari dalil-dalil yang telah tersebut di atas tentang penghalang

waris, fitnah tidak terdapat dalam dasar-dasar hukum kewarisan Islam. Namun

timbul sebuah persoalan, mengapa dalam Kompilasi Hukum Islam, fitnah

dicantumkan menjadi sebuah dasar hukum yang menjadikan seseorang terhalang

hak warisnya.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulisan ini mengambil tema,

"Fitnah Sebagai Penghalang Waris, Analisis terhadap Pasal 173 b Kompilasi

Hukum Islam".

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang diatas, maka dalam penulisan ini akan dibahas

landasan hukum apa yang menjadi dasar pencantuman alasan fitnah sebagai

penghalang dalam hal waris. Lebih spesifik lagi adalah terkait tentang implikasi

alasan fitnah sebagai penghalang terhadap sosial, ekonomi, budaya dan nilai-nilai

agama.

7 Qomaruddin Shaleh dkk. Asbabun Nuzul. (Bandun1g: CV Diponegoro, 1975), 283.

Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/

Page 21: Fitnah Sebagai Penghalang Waris

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, maka rumusan

masalah dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:

1. Apa dasar hukum pencantuman fitnah sebagai panghalang waris pada pasal

173 b Kompilasi Hukum Islam?

2. Apa signifikansi pencantuman fitnah sebagai panghalang waris pada pasal 173

b Kompilasi Hukum Islam ?

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui dasar hukum pencantuman fitnah sebagai panghalang waris

menurut Pasal 173 b Kompilasi Hukum Islam.

2. Untuk mengetahui signifikansi pencantuman fitnah sebagai panghalang waris

pada Pasal 173 b Kompilasi Hukum Islam

E. Kegunaan Penelitian

1. Penulisan ini diharapkan memberikan manfaat teoritis sehingga dapat berguna

sebagai bahan kajian bagi peneliti selanjutnya yang berminat dalam masalah

fitnah sebagai penghalang waris.

2. Penulisan ini juga diharapkan memberikan manfaat praktis bagi para legislator

dan para praktisi hukum yang menekuni bidang kewarisan. Serta memberikan

solusi bagi masalah fitnah sebagi penghalang waris.

F. Studi Kepustakaan

Sebagaimana telah diuraikan dalam rumusan masalah dan tujuan

penelitian dalam skripsi ini, tidak mengingkari kenyataan bahwa studi ini terpaut

dengan studi-studi yang terdahulu. Namun hal ini tidak menjadikan studi ini

Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/

Page 22: Fitnah Sebagai Penghalang Waris

hanya melakukan pengulangan-pengulangan. Studi ini diarahkan pada usaha

untuk menjelaskan tentang landasan pencantuman fitnah sebagai penghalang

waris serta menjelaskan fitnah dari berbagai sudut pandang.

Menurut pengamatan penulis, karya ilmiah yang berbentuk skripsi dengan

judul atau tema yang sama, khususnya di Fakultas Syari'ah Universitas Islam

Negeri Malang belum ditemui. Namun penulis mengakui sudah ada banyak karya-

karya ilmiah para peneliti terdahulu baik berbentuk buku-buku baik dalam bahasa

asli maupun terjemahan, jurnal atau makalah telah membahas atau menyinggung

hal ini.

Diantara karya-karya ilmiyah yang menjadi pijakan awal dan

mengarahkan inspirasi penulis adalah Pembaharuan Hukum kewarisan Islam

Islam karya Rahmad Budiono yang berisi permasalahan waris di Indonesia,

kemudian Pembaruan Hukum Islam (Analisis terhadap pamikiran Syahrur

mengenai Hukum Waris), skripsi karya Nur Fatah, kemudian Principles of Islamic

Jurisprudence (Prinsip dan Teori-teori Hukum Islam), karya Muhammad Hashim

Kamali yang berisi penjelasan tentang prinsip dan teori-teori hukum islam, serta

karya-karya lain, sehingga tersusun tulisan ini.

G. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penulisan skripsi ini dikategorikan dalam penelitian kepustakaan, yaitu

sebuah penelitian yang dititikberatkan pada usaha pengumpulan data dan

informasi dengan bantuan segala material yang terdapat di dalam ruang

Perpustakaan maupun di luar Perpustakaan, misalnya, buku-buku, majalah,

Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/

Page 23: Fitnah Sebagai Penghalang Waris

naskah-naskah, catatan-catatan, multimedia, dokumen-dokumen dan lain

sebagainya. 8

Dalam penelitian hukum, jenis penelitian ini termasuk dalam kategori

penelitian hukum kepustakaan dengan menggunakan pendekatan deskriptif-

eksploratif 9, yaitu melakukan penelitian terhadap pasal 173 b yang terdapat

dalam suatu peraturan, dalam hal ini Kompilasi Hukum Islam dengan mencari

landasan hukum dan signifikansinya pada ayat-ayat Al- Qur'an, Hadits serta

pendapat-pendapat fuqoha' melalui literatur-literatur yang ada.

2. Sumber Data

Sumber penelitian disini dapat di bagi menjadi dua sumber, yaitu sumber

primer dan sumber sekunder. Sumber hukum primer yaitu Al- Hadits, Kitab-

Kitab Fiqih dan kitab Tafsir yang berhubungan dengan masalah fitnah dan

waris serta Undang-undang (UU No 7 th 1989, Inpres No 1th 1991,

KepMenag No 154 th 1991).

Sedangkan sumber hukum sekunder yaitu, bahan pustaka yang berisikan

informasi tentang bahan primer untuk menunjang sumber hukum primer.

Sehingga dapat membantu menganalisis dan memahami serta memberikan

penjelasan mengenai sumber hukum primer. Dalam hal ini sumber hukum ini

berupa buku-buku maupun kitab-kitab yang berhubungan dengan

permasalahan yang ada seperti, Asbab An- Nuzul, Tafsir fi zhilalil Al- Qur’an,

Tafsir Al Misbah, Tafsir Ibnu Katsier dan Tafsir Jalalain.

8 Kartini Kartono. Pengantar Metodologi Riset (Bandung; Bandar Maju, 1990), 33. 9 Soeryono Soekanto. Pengantar Penelitian Hukum. ()

Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/

Page 24: Fitnah Sebagai Penghalang Waris

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah

studi kepustakaan, yaitu dengan mengumpulkan berbagai data dari sumber

hukum primer maupun sekunder yang berkaitan dengan permasalahan yang

ada.

4. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Teknik yang dipergunakan dalam menganalisis data adalah Content

Analysis, yaitu mengungkapkan isi sebuah pasal setelah itu dipaparkan secra

sistematik. Menurut Noeng Muihajir, Content analysis menampilkan tiga

syarat yaitu Obyektif, Pendekatan sistematis, dan Generalisasi. 10

Adapun fokus utama metode analisa dari penelitian ini adalah

mendeskripsikan, membahas pasal yang mencantumkan Fitnah sebagai sebuah

alasan terhalangnya hak seseorang mendapatkan warisan.

Adapun langkah-langkah yang penulis tempuh dalam metode analisis ini

adalah mendeskripsikan gagasan primer, menganalisa konsep pasal 173 B

tentang Fitnah sebagai penghalang seseorang mendapatkan hak waris dengan

memberikan penafsiran-penafsiran terhadap gagasan yang telah

dideskripsikan, memberikan kritik terhadap gagasan dan melakukan analisa

terhadap serangkaian gagasan primer serta diakhiri sebuah konklusi ada atau

tidaknya kelemahan dalam pencantuman sebab fitnah tersebut.

10 Noeng Muhajir. Metode Penelitian Kualitatif (Yogyakarta; Rake Samasin, 1998), 159.

Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/

Page 25: Fitnah Sebagai Penghalang Waris

H. Sistematika Pembahasan

Penelitian ini secara keseluruhan akan mencakup empat bab, yang masing

masing akan disusun secara sistematis sebagai berikut :

Bab Pertama, merupakan bab pendahuluan yang meliputi Latar Belakang

Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Studi

Kepustakaan, Metode Penelitian, Sistematika Pembahasan.

Bab Kedua, berisi tentang kajian teori yang menjadi kerangka teori dari

permasalahan yang ada seperti fitnah, waris. Sehingga dengan demikian

diharapkan pembahasannya dapat dibuat secara konseptual dan bisa dibuktikan

kaeilmiahannya.

Bab Ketiga, berisi tentang metode penelitian yang di gunakan dalam

menyusun penulisan skripsi ini serta di tambahkan penjelasan tentang Qiyas

karena Qiyas menjadi trolak ukur dalam menganalisa permasalahan dalam

penulisan skripsi ini.

Bab keempat, Berisi tentang pembahasan masalah landasan hukum

dicantumkannya fitnah sebagai penghalang waris dengan didasarkan pada data

yang telah diperoleh dari hasil penelitian, yang didukung oleh teori-teori hukum

dan peraturan perundang-undangan yang berlaku, sehingga dapat diperoleh

sebuah jawaban dari permasalahan tersebut. Bab ini juga membahas tentang

signifikansi kenapa fitnah diakomodir dalam pasal 173 b Kompilasi Hukum

Islam.

Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/

Page 26: Fitnah Sebagai Penghalang Waris

Bab kelima, berisi tentang penutup dari penulisan ini yang terdiri dari,

kesimpulan dan saran. Kesimpulan berisi tentang hasil akhir dari penelitian dan

saran berisi kritikan yang bersifat membangun dan berguna bagi kepentingan-

kepentingan pihak yang terkait.

Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/

Page 27: Fitnah Sebagai Penghalang Waris

BAB IIKAJIAN TEORI

1. HUKUM WARIS

A. Pengertian

Waris berasal dari kosakata bahasa arab Waratsa, Yaritsu, Wartsan, yang

mempunyai arti mempusakai harta11. Menurut istilah pengertian waris adalah,

aturan-aturan yang mengatur tentang siapa saja yang menjadi ahli waris yanag

berhak mewarisi harta pusaka si meninggal dunia, dan berapa bagian masing-

masing. Sedangkan pengertian menurut Kitab Undang-undang Hukum perdata

adalah, peraturan yang mengatur bagaimana hak dan kewajiban tentang kekayaan

seseorang pada waktu ia meninggal yang akan beralih pada ahli waris yang masih

hidup.12

Sedangkan para ulama' Fiqh memberikan pengertian tentang hukum waris:

ϊ АόЋεϼΪ αБϱБϸЊ ζ ϊ ΪЊ ϻϸ ϊ ΪχϵЀЊ ζ ϋАИ ЃЀЊ ζ ϋА ЃЀ Їή ϮϋϩА ϿϽϨ"

Artinya; suatu ilmu dengannya dapat kita ketahui orang-orang yang menerima pusaka, orang-orang yang tidak menerima pusaka, bagian yang diterima oleh tiap-tiap ahli waris dan cara membaginya.13

11Mahmud Yunus, Kamus Arab – Indonesia (Jakarta: Hidakarya Agung, 1990), 496.12M. Idris Ramulyo, Perbandingan Pelaksanaan Hukum Kewarisan Islam dengan Kitab Undang-

undang Hukum Perdata (Jakarta: Sinar Grafika, 2000), 104. 13Hasbi Ash Shiddieqy, Fiqhul Mawaris (Hukum Kewarisan dalam Syari'at Islam), (Jakarta: Bulan

bintang,1973), 18.

Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/

Page 28: Fitnah Sebagai Penghalang Waris

Ilmu yang mempelajari warisan disebut Ilmu Mawaris atau lebih sering

diistilahkan Ilmu Faraidl. Kata Faraidl merupakan bentuk jamak dari kata

Faridlah, yang mempunyai arti sama dengan kata mafrudlah, yang berarti bagian

yang telah ditentukan kadarnya. Kata fardlu sebagai suku kata dari kata faridlah,

yang menurut bahasa mempynyai beberapa arti yakni sebagai berikut

1. Taqdir, yakni suatu ketentuan

2. Qath'u, yakni ketetapan yang pasti

3. Inzal, yakni menurunkan

4. Tabyin, yakni penjelasan

5. Ihlal, yakni menghalalkan

6. Atha', yakni pemberian14

B. Hukum Waris dalam Alqur'an

Alqur'an telah menerangkan dengan jelas hukum-hukum kewarisan secara

lengkap, hanya sedikit saja bagian-bagian hukum waris yang dijelaskan oleh

Sunnah, Ijma', atau Ijtihad para sahabat

Salah satu keistimewaan hukum waris dibandingkan hukum lain yang ada

di dalam Al- Qur'an adalah, tidak ada hukum-hukum lain dalam Al-Qur'an yang

dijelaskan secara menyeluruh seperti hukum waris ini. Hikmah dari hal ini adalah

karena hukum waris adalah suatu pokok masalah yang besar pengaruhnya dalam

memiliki harta dan dalam memindahkannya dari seseorang kepada orang lain.

14 Dian Khairul Umam, Fiqih Mawaris, (Bandung: Pustaka Setia, 1999), 11-13.

Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/

Page 29: Fitnah Sebagai Penghalang Waris

Hukum waris juga bermamfaat untuk menghindari terjadinya perebutan dan

persengketaan dalam anggota keluarga mengenai harta warisan.

Beberapa bagian yang dijelaskan dalam hukum waris antara lain:

1. hal-hal yang terkait dengan harta warisan

2. syarat-syarat memberikan harta kepada para ahli waris

3. sebab-sebab waris dan mewarisi

4. Penghalang-penghalang waris

5. bagian-bagian waris

6. orang-orangh yang mendapat harta pusaka

7. orang-orang yang tidak mendapat harta pusaka

8. cara pembagian harta pusaka

9. hukum-hukum yang terkait dengan harta pusaka15

C. Sumber-sumber Hukum Waris

Hukum kewarisan memiliki beberapa sumber yaitu:

1. Al- Qur'an, sumber ini merupakan sumber utama dalam hukum kewarisan,

al- Qur'an telah terperinci menjelaskan ketentuan-ketentuan Fardl tiap-tiap

ahli waris, seperti tertulis dalam surat an- Nisa' ayat 7, 11, 12, 176 serta

surat-surat yang lain.

2. Al- Hadits, sumber dari Sunnah hanya terdapat dalam beberapa bagian

kecil.

15Hasbi Ash Shiddieqy, Loc. Cit.

Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/

Page 30: Fitnah Sebagai Penghalang Waris

3. Ijma', sumber ini juga hanya diambil sebagian kecil, hanya sebagai

pelengkap16

D. Kedudukan Hukum Waris

Hukum waris mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam syari'at

Islam, bahkan Ilmu waris disebutkan sebagai setengah dari pada ilmu. Hal ini

disebabkan karena, hukum waris mempunyai ketekaitan bagi diri manusia ketika

hidup dan ketika ia meninggal dunia. Sedangkan ilmu syari'at yang lain hanya

mempuyai keterkaitan bagi diri manusia ketika hayat masih dikandung badan.

E. Tujuan Mempelajari Hukum Waris

Tujuan mempelajari hukum waris adalah, untuk mengetahui cara

bagaimana kita menyampaikan atau meneruskan harta pusaka orang yang telah

meninggal dunia kepada orang yang berhak menerimanya sesuai dengan perintah

dari wahyu Allah SWT, sehingga tidak terjadi kemungkinan bagi para ahli waris

bersengketa mengenai harta pusaka dari yang meninggal dunia dengan begitu

berakibat terputusnya tali kekeluargaan dan silaturahmi antara ahli waris.

F. Sebab-sebab Mewaris

Menurut hukum kewarisan Islam ada tiga sebab mewaris yaitu:

1. Karena hubungan kekeluargaan, yang dimaksud adalah hubungan darah

atau hubungan famili.

16 Dian Khairul Umam, Op. Cit., 15

Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/

Page 31: Fitnah Sebagai Penghalang Waris

2. Hubungan perkawinan, yang dimaksud adalah hubungan antara suami

dengan istri, jika salah satu di antara keduanya meninggal maka yang

masih hidup berhak mewarisi harta peninggalan.

3. Wala' (hubungan hukmiah), yang dimaksud adalah hubungan yang

ditetapkan oleh hukum Islam, tegasnya jika seseorang tuan memerdekakan

budaknya maka terjadilah hubungan keluarga yang disebut wala'ul 'itqi.17

G. Rukun-rukun waris

Dalam hal harta pusaka, ada beberapa rukun yang wajib diperhatikan

antara lain:

Pertama, Muwwarits : orang yang meninggal dunia, harta yang

ditinggalkannya berhak di wariskan pada orang lain

Kedua, Warits : orang yang mempunyai hubungan dengan si meninggal

dunia dengan suatu sebab hubungan, seperti hubungan darah dan perkawinan.

Ketiga, Mauruts : Harta yang di wariskan

H. Syarat-syarat kewarisan

Syarat kewarisan ada tiga macam, yaitu

(1) Meninggal duniamya pewaris, yang dimaksud dengan meniggal dunia di sini

adalah meninggal dunia hakiki (sejati), meninggal dunia hukmi (putusan hakim)

dan meninggal dunia taqdiri (menurut dugaan)18

17Muhammad Ali Ash-Shabuni, Hukum Waris Dalam Syari'at Islam (Bandung: Diponegoro, 1974), 47.

18Fatchur Rahman. Ilmu Waris. (Bandung: Alma'arif, 1981), 79.

Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/

Page 32: Fitnah Sebagai Penghalang Waris

(2) Hidupnya ahli waris, yang dimaksud hidupnya ahli waris adalah, ahli waris

yang merupakan pengganti untuk menguasai warisan yang ditinggalkan oleh

pewaris yang meninggal dunia.19

(3) Mengetahui status kewarisan, yang dimaksud mengetahui status kewarisan

adalah kejelasan hubungan antara ahli waris dengan pewaris.20

I. Tingkatan Ahli Waris

Dalam hal Kewarisan seluruh ahli waris tidaklah dalam tingkat derajat

yang sama. Dengan demikian dasar siapa yang lebih didahulukan dalam

menerima harta warisan terlihat dari hal tersebut sesuai dengan derajat yang

tertinggi tingkatannya. Untuk mengetahui tingkatan ahli waris akan diuraikan

sebagai berikut

a. Golongan Ashabul Furud, golongan Ashabul furud adalah golongan ahli

waris yang mendapat bagian tertentu. Mereka adalah orang yang pertama

kali mendapatkan bagian harta peninggalan dari si meninggal dunia sesuai

dengan hukum yang telah ditetapkan

b. Golongan Ashabah Nasabiyah, golongan Ashabah Nasabiyah adalah

golongan yang mendapatkan bagian dari harta peninggalan berupa sisa

(Ashabah) dari harta yang diberikan kepada golongan yang menerima

bagian tetap (Dzawil Furud)

19A. Rahmad Budiono. Pembaruan Hukum Kewarisan Islam di Indonesia (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1999), 10

201bid.

Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/

Page 33: Fitnah Sebagai Penghalang Waris

c. Golongan Radd kepada Ashabul Furud menurut besar kecilnya hak

mereka, golongan Radd ini artinya membagi kembali kelebihan harta. Jika

ada kelebihan harta setelah dibagikan akan tetapi tidak ada ahli waris yang

berhak menerima kelebihan tersebut maka kelebihan itu dikembalikan

kepada Dzawil Furud dan dibagi kembali sesuai dengan bagian masing-

masing. Hal ini tidak berlaku bagi suami atau isteri, hal itu disebabkan

mereka menerima warisan bukan atas dasar keturunan atau kekerabatan

melainkan hubungan perkawinan.

d. Dzawil Arham, Golongan Dzawil Arham adalah golongan dari kerabat

yang meninggal dunia, tetapi tidak termasuk golongan Dzawil Furud

maupun Ashabah

e. Radd (mengembalikan) harta peninggalan pada suami atau isteri,

pengembalian harta peninggalan kepada suami atau isteri dilakukan jika

tidak terdapat ahli waris yang berhak seorangpun di golongan yang lebih

berhak

f. Ashabah Sababbiyah, Golongan Ashabah Sababiyah adalah golongan

yang mendapatkan harta peninggalan dikarenakan suatu sebab seperti

budak baik laki-lai maupun perempuan.

g. Orang yang mendapat Wasiat, Golongan ini mendapatkan sepertiga dari

harta peninggalan setelah semua kewajiban si meninggal dipenuhi

Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/

Page 34: Fitnah Sebagai Penghalang Waris

h. Baitul Mal (kas negara Islam), jika dari semua ahli waris diatas tidak ada

yang berarti si meninggal tidak mempunyai ahli waris seorangpun maka

harta si meninggal di serahkan ke Baitu Mal (kas negara Islam)21

J. Penghalang Kewarisan

Penghalang kewarisan dalam bahasa Arab disebut Mawani' Al-Irst, dalam

hal ini jika seorang ahli waris terhalang hak kewarisan, seorang ahli waris akan

kehilangan hak kewarisannya jika dia berbuat sesuatu atau mempunyai sifat yang

menjadikan dia kehilangan hak warisnya. Ada kalanya penghalang kewarisan juga

disebut Al-hujub dan Hujub terbagi dua yaitu:

1. Al-hujub bil washfi berarti orang yang terkena hujub tersebut terhalang

dari mendapatkan hak waris secara keseluruhan, misalnya orang yang

terbukti membunuh pewarisnya, perbedaan status (perbudakan) atau

perbedaan agama antara pewaris dengan yang diwarisi (murtad). Hak

waris mereka menjadi gugur atau terhalang.

2. Al-hujub bi asy-syakhshi yaitu gugurnya hak waris seseorang dikarenakan

adanya orang lain yang lebih berhak untuk menerimanya. Al-hujub bi asy-

syakhshi terbagi dua: hujub hirman dan hujub nuqshan. Hujub hirman

yaitu penghalang yang menggugurkan seluruh hak waris seseorang.

Misalnya, terhalangnya hak waris seorang kakek karena adanya ayah,

terhalangnya hak waris cucu karena adanya anak, terhalangnya hak waris

saudara seayah karena adanya saudara kandung, terhalangnya hak waris

seorang nenek karena adanya ibu, dan seterusnya.

21Dian Khairul Umam, Op. Cit., 47-49

Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/

Page 35: Fitnah Sebagai Penghalang Waris

Penghalang kewarisan menjadi suatu permasalahan yang sangat penting

karena hal ini terjadi banyak perbedaan mengenai apa dan bagaimana penghalang

kewarisan tersebut. Penghalang kewarisan yang dibicarakan disini adalah

penghalang yang berhubungan pada sifat khas yang ada pada seseorang, jadi

bukan berhubungan pada hubungan kekeluargaan.

Para ulama' fiqh ahli hukum kewarisan banyak bersilang pendapat

mengenai permasalahan penghalang kewarisan. Namun, pada umumnya mereka

sependapat mengenai apa itu penghalang kewarisan sehingga para ulama'

menyebutkan ada lima penghalang kewarisan, yaitu:

a. Perbudakan

Para ulama' ahli waris sepakat bahwa perbudakan menjadi penghalang

untuk mewaris, hal ini didasarkan bukan pada status kemanusiaan seorang budak

namun didasarkan pada status sosialnya. Seorang budak dipandang tidak cakap

atau tidak mempunyai kemampuan dalam menguasai harta benda dan juga

seorang budak status keluarganya terhadap kerabat-kerabat si budak sudah putus,

karena ia menjadi orang lain.22

Hal ini sesuai dengan firman Allah yang menyebutkan bahwa seorang

budak tidak dapat menjadi subjek hukum. Firman tersebut termaktub dalam surat

An-Nahl ayat 75:

22M. Idris Ramulyo, Op. Cit., 55.

Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/

Page 36: Fitnah Sebagai Penghalang Waris

Artinya: Allah telah membuat perumpamaan, (yakni) seorang budak yang tidak dapat bertindak terhadap sesuatupun.....23

Pada masa sekarang permasalahan perbudakan ini tidaklah menjadi

sesuatu yang penting untuk dibahas, karena masalah perbudakan sudah tidak ada

dan di larang di seluruh dunia praktiknya. Hal ini dicantumkan hanya sebagai

sebuah pelengkap dalam mengetahui hukum mengenai masalah penghalang

kewarisan.

b. Perbedaan Agama

Tentang perberbedaan agama yang dimaksud adalah antara pewaris dan

ahli waris terdapat perbedaan agama. Para ulama' sepakat bahwa seorang non

Muslim terhalang hak kewarisannya terhadap orang Islam, namun terjadi

perbedaan pendapat mengenai boleh tidaknya seorang Muslim mewarisi harta

seorang non Muslim.

Peraturan terhalangnya kewarisan sebab adanya perbedaan agama

didasarkan pada sabda Rasulullah SAW:

ϽϑЁϼΪ ϋϰΫϹϼИ ζ ϋА ИЊ ϋϰΫϹϼΪ ϿϽϑЁϼΪ ζ ϋА И

Artinya: Orang Islam tidak jadi waris bagi si kafir dan tidak pula si kafir jadi waris bagi orang Islam (HR. Bukhari dari Usamah bin Zaid).24

c. Anak Zina

Menurut sebagian ulama' ahli waris tepatnya Imam Hanafi, anak zina tidak

dapat mewarisi harta dari lelaki yang menghamili Ibunya, namun anak zina dapat

mewarisi harta dari Ibu yang melahirkannya.25

23 Qs. An- Nahl (16): 75.24Abdullah Siddik, Hukum Waris Islam dan Perkembangannya di Seluruh Dunia Islam (Jakarta:

CV. Widjaya, 1984), 59

Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/

Page 37: Fitnah Sebagai Penghalang Waris

d. Berlainan Negara

Yang dimaksud dengan berlainan Negara adalah, antara pewaris dan ahli

waris bertempat tinggal di dua Negara yang berbeda. Para ulama' ahli waris

sepakat bahwa berlainan Negara akan tetapi dua Negara tersebut sama-sama

Negara Islam tidak menjadi penghalang kewarisan.26

e. Pembunuhan

Pembunuhan adalah salah satu penghalang waris, pembunuhan yang

dimaksud disini adalah pembunuhan yang dilakukan kepada keluarga dengan

motif untuk memudahkan atau mempercepat bagi pihak yang membunuh untuk

mendapatkan warisan. Dalam hukum Islam pembunuhan adalah dosa yang

dikategorikan sangat besar hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat al-Isra'

ayat 33:

Artinya: Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan suatu (alasan) yang benar. Dan barangsiapa dibunuh secara dzalim maka sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepada ahli warisnya. Tetapi janganlah ahli waris itu melampaui batas dalam membunuh. Sesungguhnya ia adalah orang yng dapat pertolongan27

25Asaf Fyzee, Hukum Waris Islam dan Perkembangannya di Seluruh Dunia Islam (Jakarta: Wijaya, 1984), 62

26A.Rahmad Budiono, Pembaruan hukum Kewarisan Islam di Indonesia (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1999), 13

27 Qs.Al-Isra' (17): 33

Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/

Page 38: Fitnah Sebagai Penghalang Waris

Dan juga terbukti dengan hukuman yang diterapkan kepada para pembunuh

sangat berat seperti Diyat dan Qishash.

Para ulama' ahli waris sepakat bahwa pembunuhan adalah salah satu

penghalang waris hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah yang diriwayatkan oleh

Malik dan Ahmad dari Umar

Ϊ ϋБЀ ϻδΫϵϼ ϏБϼ

Artinya: Tiada pusaka bagi si pembunuh

Namun mereka tidak sependapat mengenai jenis-jenis pembunuhan yang

bisa menghalangi waris karena peraturan mengenai pembunuhan cukup banyak

dan rumit sehingga perlu pembahasan tersendiri mengenai hal ini. Dalam hal

pembunuhan yang disengaja para ulama' sepakat bahwa hal itu menghalangi

waris.28

Para ulama' Syafi'iyah berpendapat bahwa pembunuhan jenis apapun

adalah tetap menghalangi seorang pewaris baik pembunuhan sengaja, tidak

sengaja atau seperti sengaja maka yang melakukan perbuatan tersebut dalam

menerima waris. Sedangkan para ulama' Hanafiyah membagi pidana pembunuhan

dalam dua kategori yaitu pembunuhan langsung dan pembunuhan tidak langsung.

Pembunuhan langsung terbagi dalam empat bagian yaitu, pembunuhan dengan

sengaja, pembunuhan seperti sengaja, pembunuhan tidak sengaja dan

pembunuhan yang dipandang tidak sengaja oleh karena hal tersebut ulama'

hanafiyah menetapkan bahwa pembunuhan tidak langsung bukanlah penghalang

waris. 29

28A.Rahmad Budiono, Op Cit, 11.29Ibid., 12.

Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/

Page 39: Fitnah Sebagai Penghalang Waris

2. FITNAH

A. Pengertian

Fitnah berasal dari kosakata bahasa Arab Fitnatu, Fitan (jama') yang

berarti, Cobaan, bala', siksaan, gila, sesat dan kekacauan.30 Sedangkan menurut

istilah fitnah adalah, berita bohong atau tuduhan yang diada-adakan untuk

membinasakan seseorang yang tidak sesuai dengan kenyataan atau kebenaran31.

Sedangkan dalam kamus besar bahasa Indonesia fitnah diartikan sebagai

perkataan yang bermaksud menjelekkan orang seperti, menodai nama baik,

merugikan kehormatan orang dan lain sebagainya. Fitnah juga diartikan tuduhan

tanpa bukti yang sifatnya mengakibatkan suatu kerugian bagi orang lain. Dalam

al- Qur'an kata-kata fitnah disebut sebanyak 34 kali dan ada 78 hadits sahih yang

memuat tentang fitnah.

Fitnah yang dalam bahasa Arab juga disebut Namimah dimaksudkan

sebagai berita bohong atau tuduhan yang diada-adakan untuk membinasakan

seseorang yang tidak sesuai dengan kenyataan atau kebenaran. Dalam al- Qur'an

telah menerangkan secara jelas tentang Fitnah dalam surat al- Hujuraat ayat 12

30Mahmud Yunus, Kamus Arab – Indonesia (Jakarta: Hidakarya Agung1990),30731 Tim penulis IAIN Syarief Hidayatillah, Ensiklopedia Islam Indonesia (Jakarta: Djambatan, 1992), 184

Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/

Page 40: Fitnah Sebagai Penghalang Waris

Artinya: "Wahai orang yang beriman! Jauhilah kebanyakan dari sangkaan (supaya kamu tidak menyangka sangkaan yang dilarang) kerana sesungguhnya sebahagian dari sangkaan itu adalah dosa; dan janganlah kamu mengintip atau mencari-cari kesalahan dan keaiban orang; dan janganlah sesetengah kamu mengumpat sesetengahnya yang lain. Adakah seseorang dari kamu suka memakan daging saudaranya yang telah mati? (jika demikian keadaan mengumpat) maka sudah tentu kamu jijik kepadanya. (Oleh itu, patuhilah larangan-larangan yang tersebut) dan bertakwalah kamu kepada Allah; sesungguhnya Allah Penerima taubat lagi maha Pengasihani".32

Rasulullah SAW bersabda

ЁϙБϼ ЊΪ ΪϋБτ ϻϵБϽϰ"Artinya: Maka hendaklah dia mengucapkan perkataan yang baik dan kalau tidak, hendaklah diam." (Riwayat Mutafaq Allaih) 33

Rasululllah SAW memerintahkan untuk menjaga lidah dari hal-hal yang tidak

baik, jika tidak dapat melakukan hal tersebut maka lebih baik mendiamkan diri.

Imam Ja'far al-Sadiq AS berkata, "Orang yang mengada-adakan cerita palsu

tentang orang Mu'min dengan tujuan untuk menghinanya, Allah akan

menghinanya pada Hari Pengadilan". Setiap muslim diwajibkan untk memelihara

kehormatan saudara sesama muslim, bukan malah menelanjangi aib dan mebuka

rahasia ataupun memfitnah.34

Dalam beberapa literatur penting, kata fitnah oleh para ahli bahasa Arab

dijelaskan sebagai kata yang mempunyai makna Ikhtibar (upaya untuk

menyingkap hakekat sesuatu) dan Imtihaan (pengujian). Oleh karena itu, kata

Fitnah ini sebenarnya digunakan untuk pengujian kadar keaslian Emas. Dengan

demikian, kata Fitnah merupakan gambaran segala bentuk penyingkapan atau

pengujian terhadap nilai keaslian., kebenaran dan kemurnian sesuatu. Jika

32Qs. Al Hujurat (49): 12.33S. Ansory al- Mansor, 48 Macam Perbuatan dosa (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), 8234

Abdurrahman I Doi, "Syari'ah The Islamic Law", Diterjemakan Zainuddin dan Rusydi Sulaiman, Hudud dan Kewarisan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), 56

Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/

Page 41: Fitnah Sebagai Penghalang Waris

penyingkapan atas keaslian atau kemurnian Emas maka dilakukan dengan cara

membakar Emas tersebut sehingga dapat diketahui mana yang murni denngan

yang tidak, begitu pula pada orang mu’min maka fitnah adalah sebuah proses

pembakaran pribadi untuk membedakan mu’min yang teguh dengan mu’min yang

rapuh. Disamping itu fitnah juga merupakan pembersihan hati dari seorang

mu’min dari segala penyakit hati.

B. Sebab-sebab Fitnah

- Meninggalkan jihad

Allah SWT berfirman "Perangilah mereka sehingga tidak terjadi suatu

Fitnah dan seluruh agama menjadi milik Allah." Maksud (tafsir) dari ayat ini

menurut Sayyid Qutb adalah: Teks ini bersifat 'aam ad-dalalah (teks yang

mengandung pengertian umum) jihad yang tertera pada ayat tersebut tidak

semata-mata ditujukan ketika Asbabun Nuzul ayat ini, melainkan terus

berlangsung hingga akhir zaman. Setiap zaman muncul kekuatan Dzalim yang

jika tidak diperangi maka akan timbul Fitnah (mencegah manusia dari kebenaran

agama Allah).35

- Mengikuti hal-hal yang rancu

Dalam surat ali- Imran Alah SWT berfirman: Sedangkan orang yang

didalam hatinya condong pada kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian

ayat-ayat Mutasyabihat untuk menimbulkan Fitnah dan mencari-cari takwilnya.

Dalam hal ini fitnah yang mmuasalnya mengikuti kerancuan adalah Fitnah Ibnu

35'Alaudin at- Tihami & Abdul Halim Uwais, "al- Fitnah ats- Tsalitsah al- Kubra: Madza A' adda al- Muslimin Laha?", diterjemahkan Gazi Saloom, Mala Petaka Besar Ketiga Melanda Umat Islam (Jakarta: Cendekia Sentra Muslim, 2002), 221.

Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/

Page 42: Fitnah Sebagai Penghalang Waris

Saba' yang tidak mempercayai kebangkitan Isa al- Masih namun ia mempercayai

kebangkitan Rasulullah SAW.36

Sudah menjadi hal yang diketahui umum bahwa fitnah kaum Nashrani

tentang Isa al-Masih karena mereka mengikuti hal-hal yang rancu, sedangkan

Allah berfirman dalam surat an- Nisa ayat 157 yang berbunyi:

Artinya : Dan mereka tidak membunuhnya dan tidak pernah menyalibnya, tetapi ada yang diserupakan kepada mereka”.37

- Mengikuti hawa nafsu

Dalam surat al- Maidah ayat 70 Allah SWT berfirman:

Artinya: Sesungguhnya kami Telah mengambil perjanjian dari Bani Israil, dan Telah kami utus kepada mereka rasul-rasul. tetapi setiap datang seorang Rasul kepada mereka dengan membawa apa yang yang tidak diingini oleh hawa nafsu mereka, (maka) sebagian dari rasul-rasul itu mereka dustakan dan sebagian yang lain mereka bunuh.38

Imam Ali RA pernah mengatakan: "Awal terjadinya fitnah itu adalah

karena adanya berbagai keinginan nafsu yang diikuti dan berbagai hukum yang

dibid'ahkan serta didalamnya mengandung pelanggaran terhadap Kitabullah, dan

36 ibid., 22237 Qs. An- Nisa’(4): 157.38 Qs. Al- Maidah (5): 70.

Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/

Page 43: Fitnah Sebagai Penghalang Waris

beberapa orang yang memberi kewenangan kepada orang yang tidak mengikuti

agama Allah."39

- Harta dan anak

Dalam surat al- Anfal ayat 28 Allah berfirman:

Artinya: Dan Ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan Sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.40

Dalam as- Shahih disebutkan bahwa Rasulullah bersabda "demi jiwaku

yang berada ditangan-Nya, tidak akan beriman seseorang sehingga aku adalah

orang yang lebih dicintai dibanding dirinya,keluarganya, hartanya, dan semua

orang."hadits ini mengarahkan ummat manusia agar mencintai Allah serta Rasul-

Nya melebihi dari segala hal termasuk keluarga dan hartanya sehingga terhidar

dari Fitnah harta dan anak.41

- Hiasan kehidupan dunia

Dalam surat Thaha ayat 131 Allah berfirman:

Artinya: Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang Telah kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan

39'Alaudin at- Tihami & Abdul Halim Uwais, Op Cit, 223-224.40 Qs. Al Anfal (8): 28.41'Alaudin at- Tihami & Abdul Halim Uwais, Op Cit, 224-225.

Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/

Page 44: Fitnah Sebagai Penghalang Waris

dunia untuk kami cobai mereka dengannya. dan karunia Tuhan kamu adalah lebih baik dan lebih kekal.42

Imam Ali ra berkata: sesungguhnya saya mengingatkan kalian tentang

dunia. Sebab, sesungguhnya dunia itu sesuatu yang manis dannyata

menggodanya. Ia dikelilingi berbagai syahwat, dicintai untuk waktu yang singkat,

dijerikan dengan yang sedikit, dihiasi oleh harapan-harapan,dibungkus dengan

tipuan-tipuan. Keindahannya tidak akan abadikan kecelakaannya tidak akan

dipercaya. Ia menipu dan membahayakan. Berubah dan sirna. Tembus dan fana'.

Memakan dan merusak.43

- Melanggar perintah nabi

Dalam surat an- Nur ayat 63 Allah berfirman:

Artinya: Janganlah kamu jadikan panggilan Rasul diantara kamu seperti panggilan sebahagian kamu kepada sebahagian (yang lain). Sesungguhnya Allah Telah mengetahui orang-orang yang berangsur- angsur pergi di antara kamu dengan berlindung (kepada kawannya), Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah-Nya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih.44

Mengenai ayat ini Ibnu katsir berkomentar: maka, berhati-hatilah orang

yang senantiasa melanggar perintah nabi, yaitu jalan, metode, system, sunnah, dan

42 Qs. Thaha (20): 131.43'Alaudin at- Tihami & Abdul Halim Uwais,. Op Cit, 226-227.44 Qs. An- Nur (24): 63.

Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/

Page 45: Fitnah Sebagai Penghalang Waris

syari'atnya. Karena dengan melanggar perintah Rasul ada jalan baginya untuk

tertimpa Fitnah.45

- Minimnya Ilmu dan menyebarnya kebodohan

Imam Bukhari dalam kitabnya al- Fitan menebutkan sebuah hadits dari

Rasulullah SAW yang diriwayatkan dari Abu Musa: beberapa hari menjelamg

kiamat ilmu akan dicabut, kebodohan akan merajalela dan pembunuhan

merebak.46

- Meninggalkan hukum kitabullah

Imam Qurthubi dalam kitab At- Tadzkirah pada bab Asbab al fitan wa al-

Mihan wa al- Bala' menukil sebuah hadits yang dikeluarkan Ibnu Majah dalam

Sunannya bahwa Nabi pernah bersabda: "Belum akan muncul kekejian kepada

suatu kaum melainkan akan muncul kepada mereka penyakit Tha'un (penyakit

tidak berobat) dan penyakit-penyakit yang belum pernah ada pada pendahulu-

pendahulu mereka. Mereka mengurangi timbangan dan neraca selama bertahun-

tahun, mu'nah yang tinggi, dan kezaliman penguasa. Mereka melarang zakat

seperti mereka mencegah tetesan hujan dari langit. Kalau bukan karena hewan

ternak maka mereka tidak akan diturunkan hujan. Mereka tidak melanggar janji

Allah serta Rasul-Nya melainkan mereka akan dikuasai musuh-musuh mereka.

Kemudian musuh-musuh itu akan mengambil sebagian yang ada di tangan

mereka. Jika para pemimpin mereka tidak berhukum dengan kitabullah melainkan

Allah memunculkan siksaan diantara mereka."47

45'Alaudin at- Tihami & Abdul Halim Uwais,. Op Cit, 227.46 Ibid., 228.47Ibid., 229.

Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/

Page 46: Fitnah Sebagai Penghalang Waris

- Meninggalkan Amar Ma'ruf Nahi Munkar

Ibnu Majah meriwayatkan hadits dari Qais bin Abi Hazim: Abu Bakar

berdiri lalu memberikan pujian kepada Allah, kemudian berkata "Wahai manusia,

sesungguhnya kalian pernah membaca ayat al- Qur'an surat al- Maaidah ayat 105,

yang berbunyi,

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu; tiadalah orang yang sesat itu akan memberi mudharat kepadamu apabila kamu Telah mendapat petunjuk.48

Dan sesungguhnya kami pernah pula mendengar Rasulullah SAW

bersabda: "Sesungguhnya jika manusia melihat kemungkaran lalu mereka tidak

merubahnya maka bisa dipastikan Allah akan menimpakan azab kepada

mereka."49

- Dominasi norma-norma sosial atas norma-norma ketuhanan

Sesungguhnya Fitnah itu akan muncul jika orang-orang mengedepankan

norma-norma sosial yang mereka kenal atas norma-norma ketuhanan di dalam

interaksi sosial antar manusia. Dalam hadits Rasulullah disebutkan: "Jika kalian di

datangi orang yang agama dan akhlaknya kalian relakan, maka bergabunglah

48 Qs. Al- Maidah (5): 105. 49'Alaudin at- Tihami & Abdul Halim Uwais,. Op Cit, 229.

Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/

Page 47: Fitnah Sebagai Penghalang Waris

dengannya. Jika tidak kalian lakukan, maka akan terjadi sebuah Fitnah dan

kerusakan besar di muka bumi."50

- Perempuan

Dalam surat Ali 'Imran ayat 14 Allah berfirman:

Artinya: Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)."51

Dalam as- Shahihain disebutkan bahwa Nabi bersabda, "Tidak ada Fitnah

yang lebih berbahaya bagi para lelaki dibanding perempuan." Beliau juga

bersabda: "Sesungguhnya dunia itu nyata dan manis. Sesungguhnya Allah

memandatkan kalian semua sebagai wakilnya di dunia, lalu dia mengamanati

bagaimana kalian bertindak. Oleh karena itu, bertawakkallah kepada Allahdan

berhati-hatilah pada perempuan."52

- Sikap keras kepala dan kedzaliman dengan berbagai ragam

Abu Nu'aim mengeluarkan hadits dari Abu Idris al- Khaulani dari Abu

Ubaidah bin al- Jarah dari Umar bin Khaththab yang pernah berkata,"

50Ibid., 229. 51 Qs. Ali Imran (3): 14.52'Alaudin at- Tihami & Abdul Halim Uwais,. Op Cit, 229-230

Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/

Page 48: Fitnah Sebagai Penghalang Waris

Rasulullah SAW menarik jenggotku dan saya tahu ada kesedihan

diwajahnya. Kemudian beliau bersabda:

"Sesungguhnya kita milik Allah dan kepada Allah kita kembali. Aku tadi

didatangi Jibril dan kemudian berkata, sesungguhnya umatmu akan

mengalami Fitnah tidak berapa lama setelah kepergianmu. Kemudian

aku(Rasul) bertanya:"Fitnah kekufuran atau fitnah kesesatan?" Jibril

menjawab,"semua akan terjadi'' kemudian aku(Rasul) bertanya: "Dari

mana? Padahal aku meninggalkan kitabullah kepada mereka." Jibril

menjawab, "justru mereka akan mengalami fitnah karena Kitabullah, dan

itu dari pihak para penguasa dan para ahli baca (kaum intelektual, pent).

Para penguasa tidak mau memberikan hak-hak orang banyak, lalu para

penguasa itu menzalimi hak mereka dengan tidak mau memberikan

kepada mereka. Maka, mereka saling membunuh dan memfitnah. Para

ahli mengikuti keinginan para penguasa, lalu mereka membiarkan

mereka dalam kezaliman dan tidak mau mengurangi." Aku (Rasulullah)

bertanya," bagaimana cara mereka untuk bisa selamat?" Jibril

menjawab," dengan menahan diri dan bersabar. Jika mereka diberikan

apa yang menjadi milik mereka maka mereka mengambilnya, dan jika

mereka tidak diberikan yang menjadi milik mereka maka mereka

membiarkan."53

C. Berbagai Karakteristik Fitnah

- Fitnah tidak hanya menimpa orang-orang yang dzalim

Dalam surat al- Anfal ayat 25 Allah berfirman:

53Ibid., 230.

Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/

Page 49: Fitnah Sebagai Penghalang Waris

Artinya: Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. dan Ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya".54

Sayyid Qutb menafsirkan ayat ini sebagai berikut, "Fitnah itu bisa berupa

ujian atau bencana. Masyarakat yang membiarkan kepada satu kelompok untuk

melakukan kedzaliman dengan menggunakan salah satu cara diantara berbagai

cara dan masyarakat itu tidak mau menghadapi, menghalangi orang-orang yang

membuat kerusakan maka masyarakat tersebut bisa dimasukkan kedalam

kelompok kedzaliman. Islam merupakan sebuah sistem solidaritas yang positif

yang tidak membiarkan terjadinya kedzaliman, kemungkaran dan kerusakan

terjadi di lingkungannya.55

- disaat fitnah: lidah lebih tajam dibanding pedang

Dalam surat at- Taubah ayat 47 Allah berfirman:

Artinya: Jika mereka berangkat bersama-sama kamu, niscaya mereka tidak menambah kamu selain dari kerusakan belaka, dan tentu mereka akan bergegas

54 QS. Al- Anfal (8): 25.55'Alaudin at- Tihami & Abdul Halim Uwais,. Op Cit., 230.

Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/

Page 50: Fitnah Sebagai Penghalang Waris

maju ke muka di celah-celah barisanmu, untuk mengadakan kekacauan di antara kamu; sedang di antara kamu ada orang-orang yang amat suka mendengarkan perkataan mereka. dan Allah mengetahui orang-orang yang zalim."56

Ibnu Majah meriwayatkan dari Ibnu Umar yang pernah berkata,

Rasulullah bersabda, "jauhilah fitnah-fitnah itu, karena pada saat itu, lidah lebih

tajam dari pada pedang."57

- Fitnah itu ketika terjadi kekosongan kepemimpinan yang berlandaskan

keimanan

Dalam surat Thaha ayat 85 Allah berfirman:

Artinya: "Allah berfirman: "Maka Sesungguhnya kami Telah menguji kaummu sesudah kamu tinggalkan, dan mereka Telah disesatkan oleh Samiri."

Kisah Samiri telah memberikan sebuah gambaran bagaimana

berbahayanya sebuah kelompok yang tidak mempunyai seorang pemimpin

beriman dan kuat.58

- Fitnah selalu melampaui zaman

Artinya bahwa seorang ahli pada zaman disaat fitnah itu terjadi sulit untuk

mengenali dan memahaminya, namun seorang ahli pada zaman setelahnya baru

dapat mengerti Fitnah itu. Mengenai hal ini Imam Ali pernah mengatakan:

"Sesungguhnya fitnah itu jika didatangi maka ia menjadi samar-samar, dan jika

ditinggalkan maka ia menjadi jelas. Ketika ia dipungkiri ia akan datang sebaliknya

ketika ia dikenali maka ia telah pergi."59

56 Qs. Ar- Taubah (9): 47.57'Alaudin at- Tihami & Abdul Halim Uwais,. Op Cit., 231.58Ibid., 231.59Ibid., 232.

Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/

Page 51: Fitnah Sebagai Penghalang Waris

D. Macam-Macam Fitnah

Fitnah sebagai sebuah sifat dan sebuah tindakan dibagi menjadi tiga

bagian:

1. Berdasarkan bentuk

Fitnah menurut bentuknya dibagi menjadi dua macam yaitu Fitnah

kejahatan dan Fitnah kebaikan. Hal ini didasarkan pada firman Allah dalam surat

al- Anbiya' ayat 35 yaitu:

Artinya: Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). dan Hanya kepada kamilah kamu dikembalikan."60

Dengan kedua macam fitnah ini, Allah menguji para hamba-Nya dan

keduanya memiliki peran edukatif jika dalam menaggapinya menggunakan titik

tolak keimanan.61

2. Berdasarkan sumber fitnah

Fitnah menurut sumbernya dibagi menjadi empat macam, yaitu:

a. Setan, jika fitnah itu bersumber dari setan maka itulah yang disebut

fitnah penyesatan dan pengelabuan. Hal ini sesuai dengan firman

Allah surat al- A'raf ayat 27 yang artinya: "Hai anak Adam,

janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh syaitan sebagaimana

ia Telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, ia

menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan

60 QS. Al- Anbiya(21): 35.61'Alaudin at- Tihami & Abdul Halim Uwais,. Op Cit, 234.

Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/

Page 52: Fitnah Sebagai Penghalang Waris

kepada keduanya 'auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-

pengikutnya melihat kamu dan suatu tempat yang kamu tidak bisa

melihat mereka. Sesungguhnya kami Telah menjadikan syaitan-

syaitan itu pemimpin-pemimpim bagi orang-orang yang tidak

beriman."

b. Jika fitnah tersebut bersumber dari orang musyrik dan para Thagut

maka fitnah tersebut disebut fitnah penyiksaan, penindasan dan

pembakaran seperti ang tertuang dalam firman Allah SWT dalam

surat al- Buruj ayat 10 yang artinya: "Sesungguhnya orang-orang

yang mendatangkan cobaan kepada orang-orang yang mukmin

laki-laki dan perempuan Kemudian mereka tidak bertaubat, Maka

bagi mereka azab Jahannam dan bagi mereka azab (neraka) yang

membakar." Juga dalam surat Yunus ayat 83 yang artinya: "Maka

tidak ada yang beriman kepada Musa, melainkan pemuda-pemuda

dari kaumnya (Musa) dalam keadaan takut bahwa Fir'aun dan

pemuka-pemuka kaumnya akan menyiksa mereka. Sesungguhnya

Fir'aun itu berbuat sewenang-wenang di muka bumi. dan

Sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang melampaui batas.”

c. Jika sumber fitnah bersumber dari diri sendiri maka Fitnah tersebut

disebut Fitnah penyimpangan, hawa nafsu, kemunafikan dan

penipuan hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat al-

Hadid ayat 14 yang artinya: "Orang-orang munafik itu memanggil

mereka (orang-orang mukmin) seraya berkata: "Bukankah kami

Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/

Page 53: Fitnah Sebagai Penghalang Waris

dahulu bersama-sama dengan kamu?" mereka menjawab: "Benar,

tetapi kamu mencelakakan dirimu sendiri dan menunggu

(kehancuran kami) dan kamu ragu- ragu serta ditipu oleh angan-

angan kosong sehingga datanglah ketetapan Allah;dan kamu

Telah ditipu terhadap Allah oleh (syaitan) yang amat penipu."

d. Jika sumber fitnah tersebut adalah kaum munafik maka fitnah

tersebut disebut fitnah perpecahan, perselisihan, tipu daya dan

keterhinaan hal ini sesuan dengan firman Allah dalam surat at-

Taubah ayat 47 yang artinya: "Jika mereka berangkat bersama-

sama kamu, niscaya mereka tidak menambah kamu selain dari

kerusakan belaka, dan tentu mereka akan bergegas maju ke muka

di celah-celah barisanmu, untuk mengadakan kekacauan di antara

kamu; sedang di antara kamu ada orang-orang yang amat suka

mendengarkan perkataan mereka. dan Allah mengetahui orang-

orang yang zalim." 62

3. Berdasarkan luasnya Fitnah

Semakin luasnya pengaruh fitnah dalam masyarakat merupakan suatu

bukti kerusakan masyarakat tersebut diseluruh sendi kehidupan masyarakat itu.

Imam Muslim telah meriwayatkan dari Hudzaifah bin al- Yaman bahwa dia

pernah berkata: "Demi Allah bahwa saya benar-benar orang yang paling

mengetahui tentang fitnah yang ada dimasa hidupku dan hari kiamat. Saya adalah

orang yang diberi tahu rahasia yang tidak pernah disampaikan Rasulullah SAW

62Ibid., 235.

Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/

Page 54: Fitnah Sebagai Penghalang Waris

kepada orang selain diriku. Tetapi Rasulullah pernah berkata ketika berbicara

tentang berbagai fitnah disebuah majelis didalamnya aku turut serta. Rasulullah

SAW bersabda sambil menghitung-hitung berbagai fitnah itu: "di antaranya ada

tiga fitnah yang hampir tidak menyisakan apa-apa. di antaranya ada fitnah-fitnah

yang sama bagaikan angin musim panas yang sebagian kecil dan sebagian besar."

Hudzaifah kemudian berkata: "kemudian orang-orang yang hadir di makelis itu

pergi kecuali saya sendiri."

Berdasar dari haditsyang dikemukakan diatas maka Fitnah dibagi menjadi

tiga macam, yaitu: Pertama, fitnah yang hamper tidak menyisakan apa-apa. Kedua

fitnah besar. Ketiga fitnah kecil. Dari uraian macam-macam fitnah tersebut maka

dapat dipahami bahwa fitnah itu menjadi sebuah fenomena yang tidak dapat

dipisahakan dari esistensi kehidupan manusia.63

E. Fitnah Dalam Hadits Rasulullah SAW

Dalam banyak sabdanya Rasulullah SAW telah banyak mengungkapkan

tentang ancaman fitnah yang akan melanda umat Islam. Menurut beliau

kemunculan fitnah merupakan kiamat kecil, dan bentuknya adalah sebuah fitnah

besar yang menyebabkan tercampurnya antara kebenaran dengan kejahatan.

Dalam sebuah hadits digambarkan, akibat dari fitnah tersebut seorang yang

mu’min di pagi hari akan menjadi seorang kafir pada sore hari.

Berikut adalah beberapa hadits Rasulullah SAW mengenai fitnah:

1) Rasulullah bersabda. Sebagaiman diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a:

63Ibid., 236.

Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/

Page 55: Fitnah Sebagai Penghalang Waris

“tidak akan terjadi kiamat hingga zaman akan semakin berdekatan, Ilmu

akan diangkat, fitnah akan nampak, kebakhilan akan dicurahkan, dan

pembunuhan akan semakin banyak” (HR Bukhari dan Muslim)

Dalam hadits ini ada lima hal yang yang disebut Rasulullah SAW sebagai

tanda-tanda kiamat. Pertama, “….zaman akan semakin berdekatan…” maksud

dari kalimat diatas menurut Seih Abdul Aziz ibn Baz adalah semakin sempitnya

dunia oleh karena semakin dekatnya jarak antar suatu tempat, hal ini diakibatkan

oleh penemuan-penemuan modern yang semakin marak pada akhir zaman nanti.

Kedua,”…Ilmu akan diangkat…” yang dimaksudkan ilmu di sini adalah bukan

ilmu dalam arti kebanyakan, yaitu ilmu lahiriah atau ilmu-ilmu dunia, melainkan

ilmu di sini adalah ilmu-ilmu Allah. Hilangnya ilmu tersebut bukan serta merta

hilang seperti hal praktis yang terbayangkan. Malah banyak kitab atau literatur

tentang Ilmu Allah pada waktu tersebut. Hilangnya ilmu di sini dikaitkan dengan

meniggalnya para ulama’-ulama’ shalih. Memang masih banyak ulama’-ulama’

pada saat itu namun nilainya tidak lebih hanya sekumpulan orang yang

berkemampuan agama ala kadarnya yang dipoles sedemikian rupa sehingga

dianggap sebagai seorang ulama mumpuni padahal tidak.

Ketiga, “…Fitnah akan nampak…” para ulama menjelaskan bahwa

maksud dari hadits ini adalah semakin banyaknya fitnah sehingga tidak lagi dapat

ditutup-tutupi. Dan penampakannya berbagai macam sehingga banyak menyeret

ummat Islam masuk kedalamnya. Keempat,”…Kebakhilan akan dicurahkan…”

dalam hal ini di saat ini sudah banyak terjadi, hal ini ditampakkan pada kehidupan

di kota-kota , individualisme yang menjamur dan yang kaya semakin kaya dan

yang miskin semakin sengsara. Kelima, “…pembunuhan akan semakin

Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/

Page 56: Fitnah Sebagai Penghalang Waris

banyak…” mengenai hal ini ada penjelasan bahwa akan ada peperangan yang

dahsyat pada akhir zaman nanti.

2) Rasulullah bersabda. Sebagaiman diriwayatkan oleh Usamah bin Zaid

r.a:“ sesungguhnya aku melihat fitnah akan menimpa rumah-rumah kalian

seperti tetes-tetes air hujan” (HR Bukhari dan Muslim)

Digambarkan oleh Rasulullah SAW bahwa fitnah di akhir zaman akan

terjadi sangat banyaknya sehingga diibaratkan seperti tetesan-tetesan air hujan

yang menimpa atap-atap rumah kaum muslim dan tidak bisa dihindari.

3) Rasulullah bersabda. Sebagaiman diriwayatkan oleh Abdullah ibnu

‘Amr ibn Al- ‘Ash r.a:

“…dan akan datang fitnah sehingga orang mu’min akan berkata:’ inilah

saat kebinasaanku’lalu fitnah itu tersingkap. Kemudian datang lagi fitnah

yang lain, hingga akan mengatakan: inilah (kebinasaanku)! inilah

(kebinasaanku)!...(HR Muslim)

4) Rasulullah SAW bersabda. Sebagaiman diriwayatkan oleh Abu

Hurairah r.a:

“segerakanlah amal-amal shaleh (sebelum terjadi) berbagi fitnah yang

bagaikan bagian malam gelap gulita. (dimana) seorang beriman dipagi

hari lalu menjadi kafir disore hari. Dan beriman di sore hari lalu menjadi

kafir di pagi hari. Ia menjual agamanya dengan harta duinia yang sangat

sedikit” (HR Muslim)

Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/

Page 57: Fitnah Sebagai Penghalang Waris

BAB III

METODE PENELITIAN

1. Jenis Penelitian

Penulisan skripsi ini dikategorikan dalam penelitian kepustakaan, yaitu

sebuah penelitian yang dititikberatkan pada usaha pengumpulan data dan

informasi dengan bantuan segala material yang terdapat di dalam ruang

Perpustakaan maupun di luar Perpustakaan, misalnya, buku-buku, majalah,

naskah-naskah, catatan-catatan, multimedia, dokumen-dokumen dan lain

sebagainya. 64

Dalam penelitian hukum, jenis penelitian ini termasuk dalam kategori

penelitian hukum kepustakaan dengan menggunakan pendekatan deskriptif-

eksploratif 65, yaitu melakukan penelitian terhadap pasal 173 b yang terdapat

dalam suatu peraturan, dalam hal ini Kompilasi Hukum Islam dengan mencari

landasan hukum dan signifikansinya pada ayat-ayat Al- Qur'an, Hadits serta

pendapat-pendapat fuqoha' melalui literatur-literatur yang ada.

2. Sumber Data

Sumber penelitian disini dapat di bagi menjadi dua sumber, yaitu sumber

primer dan sumber sekunder. Sumber hukum primer yaitu Al- Hadits, Kitab-Kitab

Fiqih dan kitab Tafsir yang berhubungan dengan masalah fitnah dan waris serta

Undang-undang (UU No 7 th 1989, Inpres No 1th 1991, KepMenag No 154 th

1991).

64 Kartini Kartono. Pengantar Metodologi Riset (Bandung; Bandar Maju, 1990), 33. 65 Soeryono Soekanto. Pengantar Penelitian Hukum. ()

Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/

Page 58: Fitnah Sebagai Penghalang Waris

Sedangkan sumber hukum sekunder yaitu, bahan pustaka yang berisikan

informasi tentang bahan primer untuk menunjang sumber hukum primer.

Sehingga dapat membantu menganalisis dan memahami serta memberikan

penjelasan mengenai sumber hukum primer. Dalam hal ini sumber hukum ini

berupa buku-buku maupun kitab-kitab yang berhubungan dengan permasalahan

yang ada seperti, Asbab An- Nuzul, Tafsir fi zhilalil Al- Qur’an, Tafsir Al Misbah,

Tafsir Ibnu Katsier dan Tafsir Jalalain.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah

studi kepustakaan, yaitu dengan mengumpulkan berbagai data dari sumber hukum

primer maupun sekunder yang berkaitan dengan permasalahan yang ada.

4. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Teknik yang dipergunakan dalam menganalisis data adalah Content

Analysis, yaitu mengungkapkan isi sebuah pasal setelah itu dipaparkan secra

sistematik. Menurut Noeng Muihajir, Content analysis menampilkan tiga syarat

yaitu Obyektif, Pendekatan sistematis, dan Generalisasi. 66

Adapun fokus utama metode analisa dari penelitian ini adalah

mendeskripsikan, membahas pasal yang mencantumkan Fitnah sebagai sebuah

alasan terhalangnya hak seseorang mendapatkan warisan.

Adapun langkah-langkah yang penulis tempuh dalam metode analisis ini

adalah mendeskripsikan gagasan primer, menganalisa konsep pasal 173 B tentang

Fitnah sebagai penghalang seseorang mendapatkan hak waris dengan memberikan

66 Noeng Muhajir. Metode Penelitian Kualitatif (Yogyakarta; Rake Samasin, 1998), 159.

Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/

Page 59: Fitnah Sebagai Penghalang Waris

penafsiran-penafsiran terhadap gagasan yang telah dideskripsikan, memberikan

kritik terhadap gagasan dan melakukan analisa terhadap serangkaian gagasan

primer serta diakhiri sebuah konklusi ada atau tidaknya kelemahan dalam

pencantuman sebab fitnah tersebut.

5. Qiyas

A. Pengertian

Qiyas berasal dari kosa kata bahasa arab Qiyasun jama' dari Qaasun yang

berarti ukuran67, mengukur atau memastikan panjang, berat atau kualitas

sesuatu.68 Sedangkan pengertian Qiyas menurut ulama' ushul adalah:

menerangkan hukum suatu masalah yang tidak terdapat Nashnya baik dalam al-Qur'an maupun Al- Hadits dengan cara membandingkan dengan suatu masalah yang ditetapkan hukumnya berdasarkan Nash.69

Pengertian lain dari qiyas adalah menghubungkan atau menyamakan hukum suatu

masalah yang tidak ada kejelasan hukum (Nash) baik dalam al- Qur'an maupun al-

Hadits, dengan hukum suatu masalah yang telah ditegaskan hukumnya dalam

sumber hukum tersebut, karena adanya persamaan motif hukum antara kedua

peristiwa tersebut. Qiyas juga dipahami dengan arti menggabungkan atau

menyamakan atau menetapkan suatu hukum suatu perkara yang baru yang belum

ada pada masa sebelumnya namun memiliki kesamaan dalalah sebab, manfaat,

bahaya dan berbagai aspek dengan perkara terdahulu sehingga dihukumi sama.

67Mahmud Yunus, Op. Cit., 36368Muhammad Hashim Kamali, Principles Of Islamic Jurisprudence (The Islamic Text Society)

Diterjemahkan Noorhaidi, Prinsip dan Teori-teori Hukum Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996), 255

69Muhammad Abu Zahrah, Ushul Fiqh (Jakartat: Pustaka Firdaus, 1999), 336.

Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/

Page 60: Fitnah Sebagai Penghalang Waris

Melalui pengertian diatas kiranya dapat dipahami bahwa Qiyas adalah

salah satu metode untuk menemukan sebuah hukum suatu permasalahan yang

darinya tidak ditemukan dasar-dasar hukum dari sumber hukum utama. Dengan

metode Qiyas ini para mujtahid telah mengembalikan ketentuan hukum suatu

masalah kepada sumber utamanya yaitu al- Qur'an dan al- Hadits.

Hal ini berkaitan seperti yang telah dipahami bersama bahwa Al- Qur'an

atau Al- Hadits kadang tersurat jelas namun kadang juga bersifat Implisit-

Analogik70 yang memerlukan penjelasan lebih mendetail dan mendalam.

Dari segi teknis, Qiyas merupakan perluasan nilai Syari'ah yang terdapat

dalam kasus Asal, pada kasus baru karena dinyatakan bahwa kasus baru tersebut

mempunyai Illat (kausa) yang sama dengan kasus Asal. Kasus Asal ditentukan

oleh Nash yang ada dan Qiyas ditujukan untuk memperluas ketentuan tekstual

tersebut kepada kasus yang baru. Dengan adanya kesamaan Illat (kausa) antara

kasus Asal dan kasus baru, maka penerapan Qiyas mendapat justifikasi.

Dengan adanya metode Qiyas ini menunjukkan bahwa Islam tidak

mengesampingkan pendekatan rasional dalam memecahkan suatu masalah

hukum. Qiyas sebagai sebuah metode hukum diterapkan dan dipergunakan oleh

sebagian ulama' ushul sedang sebagian yang lain tidak menggunakannya. Dalil-

dalil yang digunakan oleh ulama' yang memakai qiyas adalah firman Allah SWT

dalam surat an- Nisa ayat 56 yang berbunyi:

70Ibid., 336.

Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/

Page 61: Fitnah Sebagai Penghalang Waris

Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, kelak akan Kami masukkan mereka ke dalam neraka. Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti kulit mereka dengan kulit yang lain, supaya mereka merasakan azab. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.71

Metode Qiyas ini merupakan aktifitas pengambilan hukum menggunakan

akal atau analogi yang hanya di benarkan apabila penentuan masalah hukum baru

tidak ditemukan dalam al- Qur'an, al-Hadits atau Ijma' oleh karena itu ada

beberapa ulama' ushul yang tidak sependapat dalam menggunakan Qiyas sebagai

sebuah metode pangambilan hukum. Diantara yang tidak sependapat mengenai

penggunaan qiyas adalah Madzhab Zhahiriyah dan Syi'ah Imamiyah.72

Deduksi analogis berbeda dari interpretasi, dimana yang dimaksud deduksi

analogis adalah berkaitan dengan perluasan makna suatu Nash kepada masalah-

masalah yang tidak disinggung dalam makna lughawi suatu Nash. Oleh karena

itu, Qiyas merupakan metode yang berada di luar lingkup interpretasi. Qiyas

secara jelas ditekankan pada penentuan Illat yang sama antara dua buah masalah.

Pengidentifikasian Illat sering melibatkan penggunaan daya nalar para ahli

hukum, tidak hanya dengan menggunakan semantik Nash tetapi juga dengan

memahami tujuan-tujuan umum hukum.73

71 Qs. An- Nisa (4): 56.72Muhammad Abu Zahrah. Op. Cit, 340.73 Muhammad Hasyim Kamali, Op. Cit., 256.

Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/

Page 62: Fitnah Sebagai Penghalang Waris

Oleh karena pada dasarnya Qiyas merupakan perluasan dari hukum yang

ada, maka para ahli hukum tidak mengakui Qiyas sebagai proses pembentukan

hukum yang baru. Qiyas adalah upaya untuk menemukan, dan barang kali juga

mengembangkan hukum yang telah ada. Sekalipun Qiyas memberikan potensi

kreatifitas dan pengayaan, akan tetapi ada dasanya Qiyas dimaksudkan untuk

menentukan kesamaan suatu masalah yang tidak ber-Nash dengan Nash.

Berdasarkan pengertian ini, agaknya belum bisa dibenarkan menyebut Qiyas

sebagai salah satu sumber syari'ah. Qiyas lebih merupakan sebuah Hujjah (bukti

atau dalil) yang bertujuan mengembangkan syari'ah untuk menjawab tantangan

jaman.

B. Rukun Qiyas

a. Asal, yaitu dasar, titik tolak dimana suatu masalah itu dapat disamakan

(masalah yang terdapat Nashnya)

b. Furu', masalah yang diqiyaskan (masalah yang tidak ada Nashnya)

c. Illat, suatu sebab yang menjadi adanya hukum sesuatu dan kemudian sifat-sifat

persamaan diantara kedua masalah yang diqiyaskan

d. Hukum, yaitu ketentuan yang ditetapkan pada Furu' bila sudah ada ketetapan

hukumnya pada Asal74

C. Kehujahan Qiyas

Jumhur ulama' berpendapat bahwa qiyas adalah hujjah syar'iyyah terhadap

hukum-hukum syara' mengenai tindakan manusia artinya Jumhur ulama'

74Abdul Karim Amrullah, Pengantar Ushul Fiqh (Jakarta: PT Pustaka Panji Mas, 1984), 102

Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/

Page 63: Fitnah Sebagai Penghalang Waris

berpendirian bahwa qiyas bisa dijadikan sebagai metode atau sarana untuk

menginstimbatkan hukum syara'.75 Qiyas dalam hujjah syar'iyyah menempati

urutan keempat, jadi jika suatu masalah tidak ditemui dalilnya dalam hujjah

syar'iyyah yang lain seperti al-Qur'an, al-Hadist serta Ijma' baru kemudian Qiyas

melaksanakan fungsinya sebagai salah satu metode pengambilan hukum.

Alasan-alasan Jumhur ulama' yang menetapkan bahwa qiyas dapat

dijadikan sebagai metode dalam pengambilan hukum suatu masalah adalah firman

Allah SWT:

a.

ϻΪ ЍϼЊΪ ΫА ΪЊϋίεϨ ΫϰΫϙή

Artinya: maka menjadi pandangan bagi orang-orang yang berfikir (Q.S. al-Hasyr: 2)76

Kalimat yang menunjukkan tentang Qiyas dalam ayat ini adalah "menjadi

pandangan", pandangan disini berarti membandingkan antara hukum yang tidak

disebutkan Nashnya dengan hukum yang telah ada Nashnya.77

b.

ΫϑπИΪЊ ϺχϩϼΫή ϋЀΡА ΜΪ ЂΪ&

Artinya: sesungguhnya Allah menyuruh dengan cara yang adil dan cara yang baik (Q.S. an-Nahl: 9)78

Kalimat yang menunjukkan tentang Qiyas dalam ayat ini adalah kalimat

"al adli" yang berarti membandingkan suatu hukum dengan yang lain, karena

adamya persamaan antara keduanya.79

75 Abdul Wahhab Khallaf, 'Ilmu Ushuli' l-fiqh Diterjemahkan M. Tolchah Mansur dkk, Kaidah-kaidah Hukum Islam, (Bandung: Risalah, 1972),Hal 76; Nasrun Haroen, Ushul Fiqh I (Ciputat: PT. Logos, 1996), 6576QS. Al Hasyr (59): 72.77Nazar Bakri, Fiqh dan Ushul Fiqh (Jakartaz: PT. Rajawali Press, 1993), 46.78Qs. An- Nahl(16): 9.

Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/

Page 64: Fitnah Sebagai Penghalang Waris

Disamping dasar melalui ayat terdapat juga hadist yang menjadi dasar

Jumhur ulama' dalam menetapkan Qiyas sebagai hujjah syar'iyyah. Hadist

tersebut berbunyi "Sabda Rasulullah waktu Muaz bin Jabal diutus Nabi ke negeri

Yaman untuk memungut zakat, kata Nabi kepada Muaz: bagaimana cara engkau

menghukum kalau engkau hendak menghukum sesuatu? Muaz menjawab;

berdasarkan kitabullah, Nabi bertanya lagi; ika tidak terdapat dalam kitabullah?

Muaz menjawab; dengan Sunnah Rasulullah, Nabi bertanya lagi; jika tidak

engkau temui di dalam keduanya (al-Qur'an dan al-Hadist) Muaz menjawab; saya

akan berijtihad dengan pendapat saya, kata Rasul; bagus, kemudian Nabi

menepuk dada Muaz sambil bersabda:

ΜИЋϐϊ ЍϜϋА ΫЁϼ ΜΪ ϺЋϐϊ ϳϰЊ ЌωϼΪ Μ χЁρϼΪΪЁπΠ ІΪЊϊ

Kalimat yang menunjukkan tentang Qiyas adalah kalimat "berijtihad dengan

pendapatku."80

D. Syarat-syarat Qiyas

a. Terdiri dari hukum syara' Amali

b. Hukum Asal tersebut dapat di jangkau Illatmya oleh akal

c. Terdiri dari hukum Asal yang bukan kekhususannya81

E. Definisi Illat

Illat adalah sifat dalam hukum Asal yang dijadikan dasar hukum dan

dengan itu diketahui hukum tersebut dalam cabangnya. Seperti "memabukkan",

79Nazar Bakri. Op. cit80Ibid., 47.81Abdul Wahab Khalaf. Op. cit., 88-92.

Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/

Page 65: Fitnah Sebagai Penghalang Waris

adalah sifat atau Illat yang terdapat pada khamar sebagai dasar keharamannya.

Dengan demikian dapat diambil kesimpulan Qiyasnya bahwa setiap yang

memabukkan itu haram.82

F. Macam-macam Qiyas

Qiyas secara umum dibagi menjadi tiga bagian yaitu:

a. Qiyas Illat

b. Qiyas Dilalah

c. Qiyas Syabah

Sedangkan Qiyas dipandang dari kuat atau lemahnya Illat menurut fuqoha-

fuqoha Syafi'i terbagi menjadi tiga jenis, yaitu:

a. Qiyas al-Awla (Analogi yang lebih kuat)

b. Qiyas al-Musawi (Analogi yang sebanding)

c. Qiyas al-Adna (Analogi yang lebih rendah)

Sedangkan Qiyas dipandang dari sifatnya terbagi menjadi dua jenis yaitu:

a. Qiyas Jali (Qiyas yang nyata), tidak berbeda antara Furu' dengan Asal,

contohnya adalah pengqiyasan budak perempuan dengan laki-laki

b. Qiyas Khafi (Qiyas yang tidak nyata), terjadi dugaan bahwa ada perbedaan

antara Furu' dengan Asal, contohnya pengqiyasan narkotika pada

minuman keras

82Ibid., 94.

Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/

Page 66: Fitnah Sebagai Penghalang Waris

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis mencoba menganalisis data-data yang telah

terkumpul tentang landasan hukum pencantuman fitnah sebagai penghalang waris

pada pasal 173 b Kompilasi Hukum Islam. Sebagaimana dijelaskan pada bab

sebelumnya bahwa metode Qiyas merupakan aktifitas pengambilan hukum

dengan menggunakan akal atau analogi yang hanya di benarkan apabila penentuan

masalah hukum baru tidak ditemukan dalam al- Qur'an, al-Hadits atau Ijma'.

Sedangkan kerangka Qiyas adalah; asal, furu’, illat dan hukum.83

Walaupun Qiyas sebagai sebuah teori pengambilan hukum dalam Islam tidak

diterima penggunaannya oleh seluruh umat Islam, akan tetapi di dalam penelitian

ini tetap menggunakan Qiyas dengan pertimbangan bahwa umat Islam di

Indonesia sebagian besar mengikuti faham Madzhab Syafi’i. Dan yang tidak kalah

penting bahwa dalam penelitian ini lebih tepat menggunakan metode Qiyas

tersebut.

Sebagai salah satu cara dalam melihat layak tidaknya fitnah dimasukkan

sebagai penghalang waris adalah dengan memakai metode pengambilan hukum

yang ada dalam metode-metode pengambilan hukum Islam yang telah mempunyai

legitimasi, sehingga hasil atau out put hukum dapat dipertanggung jawabkan dan

yang metode yang kiranya sesuai dengan permasalahan ini adalah Qiyas.

Sebagaimana kita ketahui Qiyas adalah salah satu Adillah al- Ahkam yang

83 Abdul Karim Amrullah., Loc. Cit, 102.

Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/

Page 67: Fitnah Sebagai Penghalang Waris

difungsikan sebagai Thuruq istimbath al- ahkam (metode dalam menetapkan

hukum).84

Memperhatikan permasalahan ini, fitnah yang secara dasar tidak termasuk

dalam penghalang kewarisan kemudian dicantumkan dalam penghalang

kewarisan, tentunya (fitnah) mempunyai sesuatu yang dianggap dapat dan cukup

untuk dijadikan sebagai alasan bahwa fitnah itu bisa menghalangi waris, dari sini

pembahasan dimulai.

Dalam Qiyas sebagaimana yang telah dijelaskan dalam bab terdahulu,

mempunyai rukun yaitu Ashl, Far’u, Illat dan Hukm Ashl. 85 Dalam permasalahan

fitnah ini yang dijadikan Ashl adalah pembunuhan, sedangkan Illat pembunuhan

dalam hal waris adalah upaya mempercepat mendapatkan harta warisan dengan

cara membunuh orang yang telah menentukan wasiat baginya (pembunuh). 86

sedangkan Far’u dari permasalahan ini adalah fitnah, dan fitnah dalam penjelasan

yang dikemukakan dalam poin-poin terdahulu menunjukan Illat yang sama

dengan pembunuhan, yaitu upaya untuk mepercepat seorang mendapatkan harta

waris dengan memfitnah orang yang telah menentukan wasiat baginya agar orang

tersebut masuk dalam penjara dan otomatis dia menguasai harta yang ditinggalkan

oleh si terfitnah karena si terfitnah tidak dapat merawat harta yang diwasiatkan

tersebut.

Dalam hal ini Illat fitnah terdapat pada ayat 101 surat An- Nisa’ pada

redaksi yang artinya: ...jika kamu takut dibunuh orang-orang kafir… kata fitnah di

84Nasrun Haroen, Op Cit, 17.85Abdul Karim Amrullah, Loc Cit, 102.86Nasrun Haroen, Op Cit, 64.

Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/

Page 68: Fitnah Sebagai Penghalang Waris

dalam redaksi ayat ini dimaknai menyakiti, membunuh87 dan oleh sebagian tafsir

diartikan pembunuhan dan kebinasaan.88 Namun tidak serta merta dapat diambil

sebuah pemahaman yang pendek mengenai tafsir kata fitnah di atas, bisa jadi

pengambilan tafsir di atas hanya bersifat tafsir kata-kata, bukan tafsir dari

keseluruhan konteks ayat tersebut. Dari tafsir inilah fitnah kemudian di Qiyaskan

dengan pembunuhan.89

Kata fitnah dalam konteks ayat surat An- Nisa’ ayat 101 dimaknai

membunuh oleh sebagian ulama’ tafsir, sedangkan kaitannya dengan masalah

fitnah dalam permasalahan waris adalah dikarenakan fitnah dalam masa sekarang

ini sebagian besar diarahkan untuk membunuh karakter seseorang dan jika fitnah

seseorang itu mengena maka karakter yang ada dalam jiwa seseorang menjadi

tidak stabil bahkan jika lebih parah maka karakter tersebut bisa hilang, dengan

kata lain mati.

Hal yang tidak boleh dilupakan ialah bahwa, fitnah yang dimaksud di sini

adalah fitnah yang melibatkan antara seorang yang di warisi dengan orang yang

mewarisi. Semisal jika seorang yang memfitnah itu adalah seorang anak kepada

orang tuanya maka seorang anak tersebut bisa di masukkan dalam jajaran anak

durhaka, hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Al- Isra’ ayat 23

yang berbunyi:

87Ahmad Musthafa Al- Maraghi, Tafsir Al- Maraghi, diter jemahkan oleh Bahrun Abu bakar dan hery noer aly, (Semarang: Toha Putra, 1986)

88Abul Miqdad Al- Madani, Saat Fitnah Menghadang Panduan Praktis Menghadapi fitnah Bagi Seorang Muslim (Bandung: Mujahid, 2003), 17.

89Nasrun Haroen, Op Cit, 96.

Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/

Page 69: Fitnah Sebagai Penghalang Waris

Artinya: Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia.90

Dari firman Allah SWT di atas sebuah anjuran malahan bisa dikatakan sebuah

peringatan kepada seorang anak agar jangan memperlakukan kedua orang tuanya

dengan tidak baik walaupun itu hanya dengan kata-kata “ah”, dari sini dapat

diambil sebuah kesimpulan bahwa jangankan memfitnah hanya berkata “ah” saja

dilarang apalagi dengan memfitnah, Sungguh hal itu adalah sebuah dosa yang

sangat besar dan nyata siksanya di akhirat kelak.

Bagaimana kemudian jika seorang orang tua yang memfitnah anaknya

dengan tujuan yang sama seperti yang telah disampaikan diatas, apakah hal itu

sama saja dengan perbuatan seorang anak tadi? Jawabnya tentu saja! Walaupun

dengan kadar yang hanya Allah yang tahu. Hal ini sesuai dengan firman Allah

SWT pada surat An- Nisa’ ayat 11 yang berbunyi:

90 Qs. Al- Isra (17): 23

Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/

Page 70: Fitnah Sebagai Penghalang Waris

Artinya: Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu. Yaitu : bahagian seorang anak lelaki sama dengan bagahian dua orang anak perempuan; dan jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua], Maka bagi mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan; jika anak perempuan itu seorang saja, Maka ia memperoleh separo harta. dan untuk dua orang ibu-bapa, bagi masing-masingnya seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyai anak; jika orang yang meninggal tidak mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibu-bapanya (saja), Maka ibunya mendapat sepertiga; jika yang meninggal itu mempunyai beberapa saudara, Maka ibunya mendapat seperenam. (Pembagian-pembagian tersebut di atas) sesudah dipenuhi wasiat yang ia buat atau (dan) sesudah dibayar hutangnya. (Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih dekat (banyak) manfaatnya bagimu. ini adalah ketetapan dari Allah. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.91

Dari ayat tersebut, sudah menjadi sesuatu yang digariskan bahwa seorang

anak mendapatkan bagian waris yang ketentuannya ditentukan oleh Allah SWT

91Qs. An- Nisa’ (4): 11

Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/

Page 71: Fitnah Sebagai Penghalang Waris

dalam firman yang tersebut di atas. Jadi merupakan dosa yang hanya Allah yang

tahu jika seorang orang tua memfitnah anaknya agar dia mendapatkan secepatnya

harta waris yang diwasiatkan.

Untuk lebih menjelaskan kesamaan Illat antara pembunuhan dan fitnah

berikut akan disebutkan akibat-akibat dari kedua perbuatan tersebut:

1. Akibat pembunuhan

Menghilangkan kesempatan hidup (nyawa)

Keluarga yang ditinggal kehilangan kasih sayang korban

Rusaknya hubungan sosial antara kedua pihak dengan pembunuhan

tersebut

2. Akibat Fitnah

Menghilangkan kebebasan si terfitnah (sesuai dalam pasal Kompilasi

Hukum Islam) karena terfitnah bisa dipenjara.

Keluarga yang ditinggal karena terfitnah dipenjara juga kehilangan

kasih sayang terfitnah.

Rusaknya hubungan sosial diantara keduanya karena fitnah yang

terjadi.

Memperhatikan dari akibat-akibat yang ditimbulkan oleh kedua tindakan

tersebut dapatlah diambil gambaran yang menunjukan bahwa antara pembunuhan

dan fitnah mempunyai kadar yang dirasa sama dan oleh sebab itu fitnah

dikategorikan dapat menghalangi hak waris seseorang sebagaimana pembunuhan

karena kesamaan Illat.

Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/

Page 72: Fitnah Sebagai Penghalang Waris

Dan dari sini dapat diambil Hukm Ashl bahwa fitnah bisa dijadikan

sebagai alasan penghalang waris yaitu fitnah dapat menghalangi waris seseorang

“jika poin-poin dalam pasal 173 b Kompilasi Hukum Islam terpenuhi”. Dan yang

tidak kalah penting pembunuhan dan fitnah di dalam hukum Islam adalah

diharamkan, namun demikian sesuai tidaknya penjelasan di atas hanya Allah-lah

yang tahu Wallahu A’lam.

A. Landasan Hukum Pencantuman Fitnah Sebagai Penghalang Waris dalam

Pasal 173 b Kompilasi Hukum Islam

1. Kedudukan Fitnah Dalam Hukum

a. Kedudukan Fitnah dalam Hukum Islam

Didalam agama Islam kehormatan atau harga diri adalah ditempatkan di

tempat yang sangat tinggi, apalagi jika menyangkut keberadaan kehormatan

sesama muslim. Telah ditegaskan didalam sebuah hadis Rasulullah SAW:

Seorang muslim adalah saudara muslim lainnya; tidal boleh menganiayanya, tidak boleh enggan menolongnya dan tidak boleh menghinakannya. (HR: Muslim)92

Tidaklah sempurna iman seseorang diantara kamu, sehingga mencintai saudaranya (muslim) seperti mencintai diri sendiri. (HR: Bukhari)93

Barang siapa yang membela kehormatan saudaranya, maka Allah akan melindungi wajahnya dari api neraka pada hari kiamat. (HR: At-tirmidzi)94

Fitnah dalam hukum Islam adalah termasuk perbuatan pidana yang

mengakibatkan pelaku Fitnah dijatuhi sanksi. Dan fitnah adalah salah satu

92 Abu Bakar Jabir Al- Jaza’iry, Minhajul Muslim, diterjemahkan oleh Mustofa ‘Aini, Amir Hamzah, Kholif Muttaqin dkk, Panduan hidup seorang muslim (PT Megatama Sofwa Pressindo 1419H), 166.

93 Ibid., 165. 94 Ibid.,166.

Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/

Page 73: Fitnah Sebagai Penghalang Waris

perbuatan yang hina di mana seseorang yang berbuat demikian mempunyai

maksud menghinakan saudaranya sesama Islam. Jika ada seseorang yang

menuduhkan suatu perbuatan kepada orang lain dan dengan tuduhan tersebut

orang yang dituduh mendapatkan hukuman (seperti pembunuhan atau perzinahan)

namun seseorang yang menuduh tidak dapat membuktikan kebenarannya dengan

mendatangkan empat orang saksi laki-laki yang menyaksikan perbuatan si

tertuduh, maka si penuduh akan dikenakan hukuman dera sebanyak delapan puluh

kali serta pencabutan hak mengajukan persaksian selama hidupnya hal ini sesuai

dengan firman Allah dalam surat An- Nur ayat 4

Artinya: Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik (berbuat zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, Maka deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali dera, dan janganlah kamu terima kesaksian mereka buat selama-lamanya. dan mereka Itulah orang-orang yang fasik.95

Ghibah (menyebut keburukan orang lain walaupun benar) amat buruk,

apalagi buhtan (memfitnah dan mengada-adakan keburukan seseorang). Orang

yang mendengar ucapan ghibah juga turut memikul dosa ghibah tersebut. Bila ada

kesempatan maka lebih utama baginya mengalihkan ghibah tersebut dengan

pembicaraan lain yang lebih bermanfaat dan tidak menyinggung perasaan orang

lain. Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud:

95 Qs. An- Nur (24): 4

Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/

Page 74: Fitnah Sebagai Penghalang Waris

"Seseorang hamba yang membicarakan sesuatu yang belum jelas baginya (hakikat dan akibatnya), akan dilempar ke neraka sejauh antara timur dan barat." (HR: Muslim)

Rasulullah menjelaskan, tatkala ditanya oleh seorang sahabat, "Wahai Rasulullah, apakah itu ghibah?" Lalu jawab Baginda, "Menyebut sesuatu yang tidak disukai oleh saudaramu di belakangnya!" Kemudian Baginda ditanya lagi, "Bagaimana sekiranya apa yang disebutkan ltu benar?" jawab Baginda, "Kalau sekiranya apa yang disebutkan itu benar, maka itulah ghibah, tetapi jika sekiranya perkara itu tidak benar, maka engkau telah melakukan buhtan (pembohongan besar)." (HR: Muslim, Abu Daud dan At-Tarmizi).96

Dari Ubadah bin Al- Shamit, katanya:” aku telah berbai’at kepada Nabi SAW. Bersama kaumku, lalu beliau SAW bersabda: “ aku menerima bai’at kamu sekalian tidak akan meperserikatkan Allah dengan sesuatu pun, tidak mencuri, tidak membunuh anak-anak kalian, tidak memfitnah dengan tuduhan palsu dan menyebarluaskannya dan tidak membangkang terhadapku dalam hal-hal yang ma’ruf; maka barang siapa yang bersalah (melakukan salah satu dari larangan tersebut) maka ia harus menerima hukumannya didunia ini yang merupakan kaffarah dan penyucian baginya, dan barang siapa dilindungi Allah (dosanya itu), maka berpulang pada Allah-lah (urusannya), jika Allah menghendaki. Ia akan menghukumnya; dan bila Allah menghendakinya, Dia akan mengampuninya.””.(HR: Bukhari)97

Jauhilah oleh kalian berprasangka, karena sesungguhnya prasangka itu adalah perkataan yang paling dusta. (HR: Bukhari)98

Janganlah kalian saling mendengki, janganlah kalian salig berbantah-bantahan, janganlah saling memarahi, jangan saling membelakangi dan janganlah sebagian menjual pada penjualan yang lainnya, akan tetapi jadilah kalian hamba-hamba allah yang saling bersaudara (HR. Muslim).99

Mengenai kata-kata fitnah di dalam Al- Qur’an, tidak serta merta bisa

diartikan seperti yang disangka sebelumnya, bahwa fitnah berarti hujatan atau

persangkaan yang tidak benar terhadap orang lain. Dalam Al- Qur'an kata-kata

fitnah disebut sebanyak 34 kali, ayat-ayat fitnah tersebut bila merujuk pada

penjelasan para Mufassir maka akan ditemukan beragam makna mengenai fitnah.

96 Abu Bakar Jabir Al- Jaza’iry. Op. Cit, 168.97Abdurrahman I Doi, Op. Cit., 57-58.98Abu Bakar Jabir Al- Jaza’iry. Op. Cit, 170. 99Ibid., 170.

Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/

Page 75: Fitnah Sebagai Penghalang Waris

Diantara Mufassir, bahkan ada yang sampai menyebutkan 15 makna untuk kata

fitnah dalam Al- Qur’an – sebuah jumlah yang tidak sedikit untuk sebuah kata

fitnah diantara makna-makna itu adalah:

1. Fitnah yang berarti kesyirikan

Sebagaimana firman Allah dalam surat Al- Baqarah ayat 217

2. Fitnah yang berarti kekufuran

Sebagaimana firman Allah dalam surat Ali Imran ayat 7

3. Fitnah yang berarti ujian dan cobaan

Sebagaimana firman Allah dalam surat Al- Ankaabut ayat 2

4. Fitnah yang berarti adzab (siksaan)

Sebagaimana firman Allah dalam surat An- Nahl 110

5. Fitnah yang berarti dosa

Sebagaimana firman Allah dalam surat At- Taubah ayat 49

6. Fitnah yang berarti pembakaran dengan api

Sebagaimana firman Allah dalam surat Al- Buruj ayat 10

7. Fitnah yang berarti pembunuhan dan kebinasaan

Sebagaimana firman Allah dalam surat An- Nisaa’ ayat 101

8. Fitnah yang berarti keberpalingan dari jalan yang lurus

Sebagaimana firman Allah dalam surat Al Maaidah ayat 49100

Dalam tafsir Al- Misbah karangan Prof. Dr. M. Quraish Shihab,

menyebutkan bahwa kadang terjadi salah tafsir atau salah mengerti terhadap

100Abul Miqdad Al- Madani, Saat Fitnah Menghadang Panduan Praktis Menghadapi fitnah Bagi Seorang Muslim, (Bandung: Mujahid, 2003), .

Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/

Page 76: Fitnah Sebagai Penghalang Waris

kosakata fitnah yang terdapat dalam redaksi ayat-ayat Al- Qur’an, seperti

misalnya dalam surat Al- Baqarah ayat 217:101

Artinya: Mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan Haram. Katakanlah: "Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar; tetapi menghalangi (manusia) dari jalan Allah, kafir kepada Allah, (menghalangi masuk) MasjidilHaram dan mengusir penduduknya dari sekitarnya, lebih besar (dosanya) di sisi Allah. dan berbuat Fitnah lebih besar (dosanya) daripada membunuh. mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup. Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu Dia mati dalam kekafiran, Maka mereka Itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka Itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.102

101M. Quraish Shihab, Tafsir Al- Misbah (Jakarta, Lentera hati: 2000), 432.102 Qs. Al- Baqarah (2): 217.

Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/

Page 77: Fitnah Sebagai Penghalang Waris

dan ayat 191 surat Al- Baqarah:

Artinya: Dan bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kamu (Mekah); dan Fitnah itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan, dan janganlah kamu memerangi mereka di Masjidil haram, kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat itu. jika mereka memerangi kamu (di tempat itu), Maka bunuhlah mereka. Demikanlah Balasan bagi orang-orang kafir.103

Sebagian besar masyarakat mempunyai persepsi yang keliru dari kalimat yang

berbunyi ”Dan berbuat Fitnah lebih besar (dosanya) dari pada membunuh”,

dengan sebuah pengertian ketika seseorang melakukan fitnah, maka dosa yang

diakibatkan oleh perbuatan fitnah tersebut lebih besar dari pada dosa membunuh

jiwa seseorang.

Sedangkan Asbabun Nuzul dari potongan ayat yang artinya “berbuat

fitnah lebih kejam, lebih besa, lebih bahaya dosanya dari pada membunuh” pada

ayat 191 dan 217 surat Al- Baqarah adalah sebuah peristiwa terjadinya penyiksaan

kaum muslim oleh kaum musyrik Mekah pada masa sebelum fathu Mekah

(penaklukan Mekah) dan perbuatan ini lebih besar dosanya daripada pembunuhan

yang dilakukan oleh pasukan Abdullah ibn Jahesy,104 hal tersebut juga diperparah

103 Qs. Al- Baqarah (2): 191104M. Quraish Shihab., Ibid.

Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/

Page 78: Fitnah Sebagai Penghalang Waris

bahwa terjadinya peristiwa tersebut pada malam pertama bulan Rajab dimana

peperangan diharamkan dilakukan pada bulan tersebut. Dengan demikian banyak

kekeliruan yang harus diluruskan, hal itu muncul di dalam memahami ayat ini dan

hal itu disebabkan oleh diabaikannya konteks turunnya ayat ini.105

Namun dalam kaitannya dengan penelitian ini, fitnah adalah sebagai salah

satu tindakan yang sangat tercela, surat Al- Baqarah ayat 191 dan 217

menyebutkan bahwa fitnah akibat dosanya lebih besar dari pembunuhan, hal

inilah yang diperlukan jawaban mengapa separti itu. Tafsir-tafsir Al- Qur’an

menjelaskan bahwa, kata fitnah yang berada dalam ayat-ayat Al- Qur’an

mempunyai arti yang sangat luas, jadi tidak semata-mata arti tersurat melainkan

arti tersirat juga perlu dikaji lebih dalam dan mendetail.

Islam mengharamkan ghibah (menggunjing, fitnah dan Qadzaf), karena

akibatnya sungguh sangat besar seperti dalam pepatah Setajam-tajam pisau, masih

lebih tajam lidah yang artinya ucapan komentar (fitnah) seseorang bisa lebih

menyakitkan daripada sebuah benda yang tajam sekalipun (Hal ini apakah

pembunuhan juga?). juga sabda Rasulullah, "jauhilah fitnah-fitnah itu, karena

pada saat itu, lidah lebih tajam dari pada pedang Ibaratnya, sebuah luka masih

bisa sembuh, tetapi luka di hati sangat sulit sembuh.106 Islam juga mengharamkan

seseorang mengucapkan kata-kata yang buruk tentang seseorang secara terus

terang karena hal itu sama dengan memakan bangkai saudara sesama muslim.107

105M. Quraish Shihab, Op Cit, 431106Http://Id. Wikipedia.Org./ wiki/ (diakses Tgl 6 Desember 2006)107Sayyid Quthb, Fi Zhilalil Alqur’an, diterjemahkan As’ad Yasin, Abdul Aziz Salim Basyarahil

Mukhotob Chamzah (Jakarta: Gema Insani Press, 2000), 269.

Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/

Page 79: Fitnah Sebagai Penghalang Waris

Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat Al- Hujuraat ayat 12 yang

berbunyi:

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.108

Dalam Tafsir Al- Misbah ayat ini menjelaskan posisi dari fitnah (dugaan,

prasangka tanpa kebenaran) didalam Al- Qur’an, dalam redaksi yang berbunyi

…jauhilah dari banyak dugaan…dimaksudkan bahwa umat Islam diperintahkan

menjauhi berbagai dugaan. fitnah apapun bentuknya adalah diharamkan dan

melakukannya bisa mengakibatkan si pelaku mendapatkan sangsi baik di dunia

maupun di akhirat yang sangat berat dan menyakitkan.

Rasulullah SAW dalam sabdanya yang berbunyi:

Diriwayatkan oleh Abu Hurairah bahwa Nabi SAW telah bersabda: jauhkanlah olehmu tujuh perbuatan yang dapat dibenci. Beliau nabi SAW. Ditanya: wahai Rasulullah apakah yang tujuh itu ? Nabi SAW menjawab,” mempersekutukan Allah, sihir, membunuh orang yang diharamkan Allah kecuali dengan alasan yang dibenarkan, memakan riba, memakan harta anak yatim, melarikan diri (disersi) dari jihad di

108Qs. Al- Hujurat (49): 12.

Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/

Page 80: Fitnah Sebagai Penghalang Waris

jalan Allah, dan memFitnah wanita baik-baik namun alfa (HR: Bukhari)109

Hadis tersebut juga menjelaskan posisi fitnah, dan jelas bahwa fitnah (dugaan) di

posisikan dalam salah satu dosa besar . Hal ini seiring dengan firman Allah dalam

surat Al- Ahzab ayat 58 yang berbunyi:

.Artinya: Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang yang mukmin dan mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, Maka Sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata.110

Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang Amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat. dan Allah mengetahui, sedang, kamu tidak mengetahui.111

Dan dalam hadisnya Rasulullah SAW juga memberikan gambaran jelas

akibat fitnah dalam beberapa hadis yang berikut:

“Maukah kalian aku beri tahukan tentang dosa besar yang paling besar?”para sahabat menjawab:”tentu wahai Rasulullah”. Beliau bersabda:”mempersekutukan Allah, menyakiti kedua orang tua,” saat itu beliau bersandar, lalu beliau duduk, kemudian melanjutkan, “ingatlah, dan perkataan dusta serta persaksian palsu. ingatlah dan perkataan dusta

109Abdurrahman I Doi, Loc. Cit., 56.110Qs. Al- Ahzab (33): 58.111 Qs. An- Nur (24): 19.

Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/

Page 81: Fitnah Sebagai Penghalang Waris

serta persaksian palsu.” Beliau terus mengulang- ulang sampai Abu Bakrah bergumam, “mudah-mudahan beliau diam.”(Mutafaq Alaihi)112

Mencerca muslim adalah suatu kefasikan dan membunuhnya adalah kekufuran (HR: Bukhari, Muslim).113

Cukuplah seseorang dianggap berbuat jahat bila ia menghina saudaranya sesama muslim (HR: Mutafaq Alaih, Muslim).114

Tanda-tanda orang munafiq ada tiga: bila berbicara ia dusta, bila berjanji mengingkari dan bila di percaya dia berhianat. (HR: Bukhari, Muslim).115

Barang siapa mendengar berita suatu kaum, sedangkan mereka tidak menyukainya, niscaya disiramkan timah cair kedalam telinganya pada hari kiamat. (HR: Bukhari)116

Dari beberapa penjelasan tersebut dapatlah dipahami kedudukan dan

akibat fitnah didalam hukum Islam, apalagi dalam hadits yang pertama Rasulullah

SAW menyebutkan bahwa perkataan dusta dan persaksian palsu itu termasuk dosa

yang sangat besar dan Rasulullah SAW menyebutkannya dengan berulang-ulang.

Sedangkan hadits terakhir menyebutkan bahwa mendengarkan perkataan buruk

akan mendapat sangsi di akhirat kelak, apalagi memperkatakan hal-hal yang

buruk.

Aturan-aturan mengenai fitnah telah jelas diatur dan tertulis dalam karya-

karya ulama’-ulama’ Fiqh. Menurut Imam Malik117 dan Imam Hambali, fitnah

termasuk dalam kajian Fiqh Jinayat (hukum pidana Islam) dan orang yang

112Abu Bakar Jabir Al- Jaza’iry, Minhajul Muslim, diter jemahkan oleh Mustofa ‘Aini, Amir Hamzah, Kholif Muttaqin dkk, Panduan hidup seorang muslim (PT Megatama Sofwa Pressindo 1419H

113Ibid., 169.114Ibid.115Ibid., 259.116Ibid., 173. 117Imam Malik Ibnu Anas. Al- Muwatta of Imam Malik Ibnu Anas the First Formulation of Islamic Law, terjemahan Inggris oleh Aisha Abdurrahman Bewley, diterjemahkan Indonesia oleh Dwi Surya Atmaja Al- Muwatta Imam Malik Ibnu Anas (Kumpulan Hadits dan Hukum Islam Pertama), (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1999), 480.

Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/

Page 82: Fitnah Sebagai Penghalang Waris

melakukan perbuatan itu dihukum Dera delapan puluh kali dan dicabut

kesaksiannya seumur hidup118 (An- Nur ayat 4). Namun menurut Imam Hanafi

dan Syafi'i si tertuduh harus mengenai tujuan si penuduh dengan tuduhan yang

dibuatnya sebelum menghukum si penuduh. Jika si penuduh tidak bermaksud

memfitnah maka ia hanya dikenakan hukuman Ta'dzir saja.119

b. Kedudukan Fitnah Dalam Positif

Didalam hukum positif di Indonesia, fitnah dikategorikan kedalam sebuah

tindak pidana dan hal ini diatur dalam pasal 838 Kitab Undang-undang Hukum

Perdata yaitu:

Pasal 838. yang dianggap ntidak patut menjadi ahli waris dan

karenanya pun dikecualikan dari pewarisan adalah

1) Mereka yang telah dihukum karena dipersalahkan telah

membunuh atau mencoba membunuh si yang meninggal.

2) Mereka yang dengan putusan hakim pernah dipersalahkan

karena secara fitnah telah mengajukan pengaduan terhadap si

yang meninggal, ialah suatu pengaduan telah melakukan suatu

kejahatan yang terancam dengan hukuman penjara lima tahun

lamanya atau lebih.

3) Mereka yang telah menggelapkan merusak atau memalsukan

surat wasiat si yang meniggal.

4) Mereka hyang telah menggelapkan atau perbuatan telah

mencegah si yang meniggal untuk membuat atau mencabut

surat wasiatnya.

118 Ahmad Azhar Basyir. Ikhtisar Fiqh Jinayat (Hukum Pidana Islam),(Jogjakarta: UII Press, 2001), 48.119 Abdurrahman I Doi., Loc. Cit, 56.

Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/

Page 83: Fitnah Sebagai Penghalang Waris

Perlu disebutkan bahwa yang dimaksud ketika hukuman dijatuhkan

pencabutan hak dalam pasal 35 adalah seorang yang terkena hukuman pada pasal

diatas dicabut haknya dalam:

1. Hak memegang jabatan tertentu

2. Hak memasuki angkatan bersenjata

3. Hak memilih dan dipilih dalam pemilihan yang diadakan

berdasarkan aturan-aturan umum.120

Jadi dalam hukum positif di Indonesia fitnah adalah merupakan perbuatan yang

dilarang dan yang jelas yaitu sebagai sebuah tindakan pidana maka yang

melakukannya akan menerima hukuman atau sanksi bagi para pelaku tindak

pidana fitnah tesebut.

c. Kedudukan Fitnah Kompilasi Hukum Islam

Dalam Kompilasi Hukum Islam fitnah dimasukkan dalam salah satu

penghalang kewarisan dalam pasal 173 b yaitu:

3. Dipersalahkan telah membunuh atau mencoba membunuh atau

menganiaya berat pada pewaris;

4. Dipersalahkan secara memFitnah telah mengajukan pengaduan bahwa

pewaris telah melakukan kejahatan yang diancam dengan hukuman lima

tahun penjara atau hukuman yang lebih berat.121

Namun kajian fitnah dibatasi jika seorang ahli waris memfitnah

pewarisnya, itupun jika yang difitnahkan memenuhi kualifikasi bahwa si tertuduh

(yang difitnah) melakukan tindak pidana yang bisa mendapatkan hukuman lima

120Ibid., 20. 121Abdul Ghani Abdullah. Pengantar Kompilasi Hukum Islam Dalam Tata Hukum Indonesia.

(Jakarta: Gema Insani Press, 1994), 129.

Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/

Page 84: Fitnah Sebagai Penghalang Waris

tahun atau lebih penjara. Dengan demikian jika hal tersebut sebelumnya tidak ada

atau tidak termasuk maka pasal 173 b Kompilasi Hukum Islam tidak berfungsi.

2. Kedudukan Pembunuhan dalam Hukum Islam

Pembunuhan adalah menghilangkan, melepaskan jiwa seseorang dari

raganya, sehingga menyebabkan orang tersebut meninggal atau kehilangan

nyawa.122 Pembunuhan juga berarti kejahatan atas jiwa yaitu dengan sengaja

membunuh atau menghilangkan nyawa yang tiada hak atau kebenaran atas

tindakan tersebut. Membunuh seseorang tanpa alasan yang dibenarkan oleh

syari’at adalah haram, dan tiada dosa yang lebih besar setelah kekafiran kecuali

membunuh seorang mukmin dengan tanpa alasan yang dibenarkan oleh

syari’at.123 Ibnu Abbas RA berkata “ sesungguhnya orang yang membunuh

dengan sengaja tidak ada tobat baginya “,124 dan Sufyan Ats- Tsaury berkata: “

seorang ahli ilmu jika ditanya tentang orang yang membunuh dengan sengaja,

mereka pasti berkata, ‘tidak ada tobat baginya’, “,125 hal ini sesuai dengan firman

Allah dalam surat Al- Isra’ ayat 33

Artinya: Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan) yang benar. dan Barangsiapa dibunuh secara zalim, Maka Sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan

122Ansory al mansor, 48 macam perbuatan dosa (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), 23123Abu Bakar Jabir Al- Jaza’iry, Op. Cit, 773. 124Ahmad Asy- Syarbashi, Yas’alunaka Fi Ad- Din wa al- Hayah, diterjemahkan oleh Ahmad

subandi, Tanya Jawab Lengkap Tentang Agama, (Jakarta: Lentera Basritama, 1999), 320.125Ibid, 321.

Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/

Page 85: Fitnah Sebagai Penghalang Waris

kepada ahli warisnya, tetapi janganlah ahli waris itu melampaui batas dalam membunuh. Sesungguhnya ia adalah orang yang mendapat pertolongan.126

Larangan dalam membunuh dan juga akibatnya di sampaikan oleh

Rasulullah SAW dalam hadits yang artinya:

Dari Aisah r.a, dari Rasulullah beliau bersabda: tidak halal membunuh orang Islam tanpa disebakan tiga perkara: pezina yang sudah berkeluarga, lalu dirajam. Dan orang yang sengaja lalu dibunuh, serta orang yang keluar dari agama Islam yang menentang Allah dan Rasulnya lalu dihukum mati/di salib dibuang. (HR Abu Dawud, Imam Nasa’i)127

Perkara pertama yang diadili pada hari kiamat adalah pembunuhan. (HR: Muslim)128

Dari dalil-dalil tersebut diatas menjadi jelasa bahwa bagi ummat Islam

disyari’atkan untuk menjauhi perbuatan pembunuhan, hal ini dikarenakan

hukumannya sangat berat yaitu Qisash, Seikh Muhammad Abduh berpendapat

mengenai pembunuhan sengaja bahwa hal itu hampir mendekati dari

kemurtadan,129 walaupun tidak semua pembunuhan dijatuhi Qisash, namun

dibanding dengan kejahatan lain pembunuhan dalam Islam di berikan sangsi yang

paling berat. Seriusnya Islam dalam hal ini dikarenakan Islam sangat memandang

hidup manusia sangat suci dan mulia. Sampai pada sebuah kesimpuan bahwa

membunuh satu jiwa sama dengan membunuh semua jiwa dan menyelamatkan

satu jiwa sama dengan menyelamatkan semua jiwa hal ini sesuai dengan firman

Allah dalam surat Al- Maidah ayat 32:

126Qs. Al- Israa’(17): 33.127Ansory al mansor, Loc. Cit, 24128 Abu Bakar Jabir Al- Jaza’iry, Op. Cit., 733. 129Ahmad Asy- Syarbashi, Loc. Cit, 321.

Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/

Page 86: Fitnah Sebagai Penghalang Waris

Artinya: Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, Maka seakan-akan Dia telah membunuh manusia seluruhnya. dan Barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, Maka seolah-olah Dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. dan Sesungguhnya telah datang kepada mereka Rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak diantara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi.130

Mengapa pembunuhan dilarang dalam Islam? Pembunuhan kaitannya

dengan kejahatan adalah mensegerakan sesuatu yang belum saatnya, dengan kata

lain mendahului kehendak. Sedangkan dalam Islam mensegerakan sesuatu yang

belum saatnya adalah dilarang. Mensegerakan sesuatu yang belum saatnya adalah

dilarang dalam Islam, Rasulullah SAWbersabda dalam hadits yang diriwayatkan

oleh Turmudzi berbunyi:

Terburu-buru adalah dari Syaithan dan Hati-hati adalah dari Allah (HR. Turmudzi)131

Allah SWT berfirman dalam surat Al- Anbiya

130Qs. Al- Maidah (5): 32. 131Said Muhammad Daib Hawwa, Al- Mustakhlash Fi Tazkiyatil Anfus, diterjemahkan oleh Aunur

Rafiq Shaleh Tahmid, Mensucikan jiwa : konsep tazkiyatun nafs terpadu, (Jakarta: Robbani pers 2004) hal 157

Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/

Page 87: Fitnah Sebagai Penghalang Waris

Artinya: Manusia telah dijadikan (bertabiat) tergesa-gesa. kelak akan aku perIihatkan kepadamu tanda-tanda azab-Ku. Maka janganlah kamu minta kepada-Ku mendatangkannya dengan segera.132

Dan Allah juga berfirman dalam surat Al- Israa ayat

Artinya: Dan manusia mendoa untuk kejahatan sebagaimana ia mendoa untuk kebaikan. dan adalah manusia bersifat tergesa-gesa.133

Dari beberapa dalil diatas menunjukkan bahwa segala amal perbuatan

harus dilaksanakan setelah difahami dan dimengerti sedangkan untuk kedua hal

tersebut diperlukan perenungan dan sebuah proses yang membutuhkan waktu.

Terburu-buru disamping menghalangi tercapainya kematangan berfikir juga

menjadikan celah bagi setan memasukkan kejahatan kepada manusia secara tidak

disadari134

Selain dari itu sebagian kecil akibat dari pembunuhan adalah sangat

merugikan bagi korban, korban kehilangan hak untuk hidup dan yang ditinggal

merasakan kehilangan dan kasih sayang yang sangat. Sedangkan akibat bagi

masyarakat adalah kerusakan hubungan dan tatanan sosial baik antara dua

keluarga (si pembunuh dan korban) maupun masyarakat disekitarnya. Dengan

demikian pembunuhan dalam hukum Islam mempunyai kedudukan yang jelas dan

akibatnyapun sungguh jelas dipaparkan dalam dalil-dalil di atas.

132Qs. Al- Anbiya (): 133Qs. Al- Isra’ (): 134Said Muhammad Daib Hawwa., Loc. Cit.

Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/

Page 88: Fitnah Sebagai Penghalang Waris

B. Signifikansi Pencantuman Fitnah dalam Pasal 173 b Kompilasi Hukum

Islam

Kompilasi Hukum Islam didalam kedudukannya dalam system hukum di

Indonesia adalah sebagai buku panduan bagi para hakim dari Pengadilan Agama

dan sebagai landasan hukum pelaksanaanya adalah Instruksi Presiden No. 1

Tahun 1991 tanggal 10 juni 1991. Jadi bagi rakyat Indonesia yang memeluk

agama Islam, adalah Kompilasi Hukum Islam yang berlaku dalam permasalahan

hukum keluarga.135

Namun dalam masyarakat tidak terdapat keseragaman dalam hal

kewajiban mematuhi isi dari Kompilasi Hukum Islam, hal ini dikarenakan masih

terdapatnya celah dimana pencari keadilan dapat melakukan hak opsi yang intinya

dia dapat memilih perkara hukum keluarganya diselesaikan di Peradilan Agama

atau di Peradilan Negeri.

Dalam hal ini apa sebenarnya yang menjadi latar belakang penyusunan

Kompilasi Hukum Islam, jawabannya gampang-gampang susah. Bila dengan

seksama diteliti maka pembentukan Kompilasi Hukum Islam erat kaitannya

dengan kondisi hukum Islam di Indonesia.136 Pada saat itu belum ada suatu aturan

yang mengakomodir dari hukum Islam secara garis besar didalam tata hukum di

Indonesia, karena pada saat itu Indonesia baru mengalami kemerdekaan dan masih

mengalami ketidakstabilan baik dari segi hukum, ekonomi maupun budaya.

Dewasa ini Kompilasi Hukum Islam dituntut segera menjawab apa yang

menjadi kebutuhan umat Islam, yaitu kebutuhan akan sebuah tatanan hukum bagi

135 Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: Akademika Pressindo, 1992),53.136 Ibid., 16.

Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/

Page 89: Fitnah Sebagai Penghalang Waris

mereka yang mampu menjawab permasalahan masa kini serta memperhatikan

sisi-sisi keadilan dalam konteks era modern. Dan Kompilasi Hukum Islam juga di

buat dengan model dan redaksi yang dapat mudah di pahami masyarakat

Seperti dalam permasalahan penghalang waris yang menyebutkan fitnah

sebagai penghalang waris, seharusnya juga dijelaskan yang menjadi dasarnya

kepada khalayak, agar dapat dimengerti dan tidak ada kesalahpahaman, sehingga

muncul permasalahan yang baru yang makin memperumit keadaan.

Fitnah dipandang sebagai sebuah tindakan pidana, adalah sangat tidak

manusiawi, karena sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Al- Hujuraat

yang menjelaskan salah bahwa menuduhkan hal yang belum tentu benar kepada

sesama muslim adalah sama nilainya memakan bangkai saudara seiman sendiri.

Kiasan tersebut bila diresapi maknanya adalah sangat kejam karena memakan

bangkai manusia adalah sama halnya dengan kanibal dan perbuatan ini sangatlah

kejam dan menjijikkan, apalagi ayat tersebut ditujukan umum bagi kaum

muslimin bukan dikhususkan bagi salah satu pihak, baik itu mempunyai hubungan

darah atau tidak yang penting sama-sama Islamnya jika ia memfitnahnya maka ia

sama halnya memakan daging saudara seimannya yang sudah mati.

Perbuatan fitnah menuntun seseorang kearah kejahatan, Allah SWT dalam

firmanNya mengancam bahwa setiap perbuatan jahat akan mendapatkan balasan

yang setimpal seperti yang termaktub dalam ayat ini:

Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/

Page 90: Fitnah Sebagai Penghalang Waris

Artinya: Karena kesombongan (mereka) di muka bumi dan karena rencana (mereka) yang jahat. rencana yang jahat itu tidak akan menimpa selain orang yang merencanakannya sendiri. Tiadalah yang mereka nanti-nantikan melainkan (berlakunya) sunnah (Allah yang telah berlaku) kepada orang-orang yang terdahulu. Maka sekali-kali kamu tidak akan mendapat penggantian bagi sunnah Allah, dan sekali-kali tidak (pula) akan menemui penyimpangan bagi sunnah Allah itu.137

Artinya: Dan Barangsiapa yang mengerjakan kesalahan atau dosa, kemudian dituduhkannya kepada orang yang tidak bersalah, Maka Sesungguhnya ia telah berbuat suatu kebohongan dan dosa yang nyata.138

Jika memfitnah tersebut dikaitkan dengan keluarga, apalagi antara seorang

yang diwarisi dengan orang yang mewarisi biasanya mempunyai hubungan darah

yang sangat dekat, semisal ayah dengan anak, cucu dengan kakek, paman dengan

keponakan dan lain sebagainya. Maka sungguh sangat tidak masuk akal dan bisa

dikatakan sangat kejam serta tidak mempunyai pri kemanusiaan bila seseorang

memfitnah pewarisnya dengan tuduhan yang mengakibatkan si tertuduh (yang

mewarisi) dihukum pidana hanya demi mempercepat diri si yang diwarisi

(pemitnah) mendapatkan hak warisnya.

137 Qs. Al- Faathir (35): 43. 138 Qs. An- Nisa (4): 122.

Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/

Page 91: Fitnah Sebagai Penghalang Waris

Dari uraian diatas sangatlah masuk akal dan sesuai dengan dalil-dalil yang

mengarahkan kepada hal itu jika fitnah dimasukkan dalam salah satu poin dimana

fitnah bisa menghalangi seseorang menerima hak waris. Karena menimbang apa

itu fitnah dan akibatnya yang sungguh sangat besar baik di dunia maupun di

akhirat bagi pemitnah maupun terfitnah.

Melihat dalil-dalil yang menyebutkan bahwa perbuatan fitnah adalah

sangat tercela seperti yang telah dicontohkan dalam firman Allah di dalam surat

Al- Hujurat yang menegaskan jika seorang megunjingkan saudara sesama

muslimnya maka ia sama saja memakan daging bangkai saudaranya sendiri, dan

juga hadits Rasulullah SAW yang menyebutkan bahwa fitnah adalah salah satu

dosa besar yang paling besar, tiada bantahan lagi bahwa perbuatan ini diharamkan

oleh agama Islam maka memasukkan unsur fitnah dalam panghalang kewarisan

adalah cukup adil kiranya.

Dari uraian diatas dapat diambil sebuah kesimpulan tentang signifikansi

pancantuman fitnah sebagai penghalang waris dalam pasal 173 b Kompilasi

Hukum Islam yaitu:

1. Mengurangi perbuatan fitnah melihat dampak dan bahayanya.

2. Mengurangi konflik keluarga karena terlibatnya anggota keluarga tersebut

dalam permasalahan fitnah dalam waris

3. Menyadari bahaya dan akibat fitnah baik dalam lingkungan keluarga,

masyarakat dan bangsa.

Dengan demikian pasal 173 b Kompilasi Hukum Islam sudah tepat kiranya

menjadi perhatian bagi masyarakat Islam Indonesia, mengapa demikian Karena

Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/

Page 92: Fitnah Sebagai Penghalang Waris

waris merupakan permasalahan yang rumit dan sangat rentan terhadap hal-hal

yang diantisipasi oleh pasal tersebut. Bukan hal yang tiada manfaat kiranya Fitnah

dimasukan dalam pasal tersebut jika hal tersebut tidak sering terjadi di dalam

masyarakat.

Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/

Page 93: Fitnah Sebagai Penghalang Waris

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Islam mengajarkan agar lima hal yang amat esensial bagi ketentraman hidup

manusia, baik perorangan maupun kelompok, dijamin atau dijaga. Kelima hal

itu disebut Al- Maqashid Asy- Syari’ah Al- Khams yang diantaranya adalah,

memelihara keselamatan agama, jiwa, akal, harta dan keturunan. Namun

disamping itu ada yang berpendapat bahwa kelima Al- Maqashid Asy-

Syari’ah Al- Khams perlu ditambah dengan dijaminnya terhadap harga diri

(‘Irdh) seseorang muslim dari ancaman fitnah (Qadzaf). Dengan demikian Al-

Maqashid Asy- Syari’ah Al- Khams menjadi enam.139 Dalam hal ini mengenai

penghalang waris, yang terdapat dalam wahyu adalah hanya ada tiga masalah

yaitu pembunuhan, perbudakan dan lain agama, namun dari situ para ulama’

menyimpulkan bahwa Fitnah juga dapat menghalangi waris dengan catatan

bahwa poin-poin yang telah disyaratkan sudah dipenuhi seperti hubungan

waris, tuduhan Fitnah mengakibatkan pidana penjara minimal lima tahun dan

hal tersebut sudah diputuskan dalam tatanan hukum yang sah.

2. Fitnah sebagai sebuah tindakan yang amoral patut di beri perhatian yang lebih,

sebab sudah menjadi sebuah kebiasaan dalam masyarakat dalam menanggapi

masalah ini hanya dengan sebelah mata alias dipandang sepele. Dengan

dimasukkannya Fitnah sebagai poin yang bisa menghalangi seseorang dalam

139 Ahmad Azhar Basyir., Op. Cit, 61.

Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/

Page 94: Fitnah Sebagai Penghalang Waris

menerima waris maka masyarakat akan perlu lebih berhati-hati dalam

menyikapi masalah ini. Maksud yang mungkin ingin disampaikan oleh para

pembuat Kompilasi Hukum Islam dengan mencantumkan Fitnah sebagai

penghalang waris adalah sebagai upaya mendidik umat Islam agar lebih

menghargai proses dimana hukum akan berjalan alamiah tanpa intervensi-

intervensi yang bisa menyebabkan hal-hal yang dilarang digunakan demi

lancarnya maksud yang di inginkan oleh sebahagian masyarakat. Dan oleh

sebab itu bagi para ulama’ pembuat Kompilasi Hukum Islam penting untuk

memasukkan hal-hal yang sesuai dengan hukum Islam walaupun itu tidak

terdapat dalam Nash dengan maksud lebih memperbaiki tatanan masyarakat

Islam yang lebih adil dan bijaksana bagi semua lapisan, sehingga tercipta

sebuah tatanan konsep keadilan bagi seluruh umat Islam yang selalu menjadi

polemik di dalam dunia dimanapun tempatnya.

B. Saran-Saran

Pencantuman Fitnah adalah salah satu elemen penting yang menunjukkan

hukum Islam itu tidak kuno malah cenderung dinamis dalam tanda kutip. Untuk

itu dalam mempelajari hukum Islam harusnya dipelajari seluk beluknya jangan

hanya kulit luarnya saja.

Kompilasi Hukum Islam sebagai panduan dalam memahami sebagian

hukum Islam hendaknya di sosialisasikan secara bertahap dan sistematis kepada

seluruh lapisan masyarakat, kalau perlu juga dimasukan dalam kurikulum

Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/

Page 95: Fitnah Sebagai Penghalang Waris

pendidikan keagamaan Islam, agar sejak dini generasi muda dapat memahami

seperti apa hukum Islam yang diterapkan di Indonesia.

Hal ini menjadi perhatian karena pada saat ini sebahagian masyarakat

terutama generasi muda kurang berminat mempelajari hukum-hukum Islam

konvensional, yang mungkin disebabkan karena hukum Islam tidak berlaku dalam

sistem hukum Indonesia. Sebagimana diketahui masyarakat kadang sedikit trauma

atau ketakutan jika membicarakan hukum Islam. Yang ada di bayangan mereka

adalah hukum potong tangan, rajam, gantung dan lain sebagainya.

Akan tetapi jika Kompilasi Hukum Islam yang notabene hukum Islam

baku dan berlaku di Indonesia diajarkan sejak dini di bangku sekolah mungkin hal

itu bisa menjadikan perangsang dalam mempelajari aspek-aspek hukum Islam

yang lain. Padahal masih banyak aspek-aspek hukum Islam yang menarik

dipelajari tanpa ketakutan-ketakutan yang tidak berdasar tersebut. Dengan catatan

penyampaian hukum tersebut melalui cara-cara yang berbeda disetiap strata sosial

masyarakat.

Seharusnya pihak yang berkepentingan dalam hal ini malu terhadap apa

yang telah digariskan oleh Allah rasulnya, kenapa bisa demikian? Islam

sebagaimana yang telah diketahui turun tidak serta merta memberikan aturan-

aturan yang mendetail melainkan mencari simpati dengan mengakomodir semua

kepentingan lalu dengan lambat laun di selipi dengan ajaran-ajaran yang

menyusul diwahyukan.

Dari sini sebuah gambaran utopis muncul, yang mana terjadi keserasian

dan kesinambungan antara umat Islam sebagai individu dan sebagai bangsa yang

Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/

Page 96: Fitnah Sebagai Penghalang Waris

bernegara serta beragama. Dan hal yang di impikan oleh setiap manusia yang

cinta akan agamanya akan terwujud, Amin Yaa Rabbal ‘Alamin.

Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/

Page 97: Fitnah Sebagai Penghalang Waris

Daftar Pustaka

Budiono, A. Rahmad. 1999. Pembaharuan hukum Kewarisan Di Indonesia. Citra

Aditya Bhakti Bandung

Roihan, A Rasyid. 1991. Hukum Acara Peradilan Agama. Jakarta: Rajawali Perss

Abdullah, Abdul Ghani. 1994 Pengantar Kompilasi Hukum Islam Dalam Tata

Hukum Indonesia. Jakarta: Gema Insani Press

Muhajir, Noeng. 1998. Metode Penelitian Kualitatif . Yogyakarta; Rake Samasin

Kartono, Kartini. 1990. Pengantar Metodologi Riset. Bandung; Bandar Maju

Harahap, M Yahya. 1990. Kedudukan, Kewenangan dan Acara Peradilan Agama

UU No 7 Th 1989. Jakarta: Pustaka Kartini

Mughniyah, Muhammad Jawad. 2001 Fiqh Lima Madzhab: Ja'fari, Hanafi,

Maliki, Syafi'I, Hambali (Terjemahan). Jakarta: Lentera

Shaleh, Qomaruddin dkk. 1975. Asbabun Nuzul. Bandung: CV Diponegoro

Mahmud Yunus, Kamus Arab – Indonesia Jakarta: Hidakarya Agung, 1990

M. Idris Ramulyo, Perbandingan Pelaksanaan Hukum Kewarisan Islam dengan

Kitab Undang-undang Hukum Perdata Jakarta: Sinar Grafika, 2000

Hasbi Ash Shiddieqy, Fiqhul Mawaris (Hukum Kewarisan dalam Syari'at Islam),

Jakarta: Bulan bintang,1973

Dian Khairul Umam, Fiqih Mawaris, Bandung: Pustaka Setia, 1999

Muhammad Ali Ash-Shabuni, Hukum Waris Dalam Syari'at Islam Bandung:

Diponegoro, 1974

Fatchur Rahman. Ilmu Waris. Bandung: Alma'arif, 1981

Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/

Page 98: Fitnah Sebagai Penghalang Waris

Abdullah Siddik, Hukum Waris Islam dan Perkembangannya di Seluruh Dunia

Islam Jakarta: CV. Widjaya, 1984

Asaf Fyzee, Hukum Waris Islam dan Perkembangannya di Seluruh Dunia Islam

Jakarta: Wijaya, 1984

Tim penulis IAIN Syarief Hidayatillah, Ensiklopedia Islam Indonesia Jakarta:

Djambatan, 1992

S. Ansory al- Mansor, 48 Macam Perbuatan dosa Jakarta: Raja Grafindo Persada,

2001

Abdurrahman I Doi, "Syari'ah The Islamic Law", Diterjemakan Zainuddin dan

Rusydi Sulaiman, Hudud dan Kewarisan Jakarta: Raja Grafindo Persada,

1996

'Alaudin at- Tihami & Abdul Halim Uwais, "al- Fitnah ats- Tsalitsah al- Kubra:

Madza A' adda al- Muslimin Laha?", diterjemahkan Gazi Saloom, Mala

Petaka Besar Ketiga Melanda Umat Islam Jakarta: Cendekia Sentra

Muslim, 2002

Muhammad Hashim Kamali, Principles Of Islamic Jurisprudence (The Islamic

Text Society) Diterjemahkan Noorhaidi, Prinsip dan Teori-teori Hukum

Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996

Muhammad Abu Zahrah, Ushul Fiqh Jakartat: Pustaka Firdaus, 1999

Abdul Karim Amrullah, Pengantar Ushul Fiqh Jakarta: PT Pustaka Panji Mas,

1984

Abdul Wahhab Khallaf, 'Ilmu Ushuli' l-fiqh Diterjemahkan M. Tolchah Mansur

dkk, Kaidah-kaidah Hukum Islam, Bandung: Risalah, 1972

Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/

Page 99: Fitnah Sebagai Penghalang Waris

Nasrun Haroen, Ushul Fiqh I Ciputat: PT. Logos, 1996

1Nazar Bakri, Fiqh dan Ushul Fiqh Jakartaz: PT. Rajawali Press, 1993

M. Quraish Shihab, Tafsir Al- Misbah Jakarta, Lentera hati: 2000

Http://Id. Wikipedia.Org./ wiki/

Sayyid Quthb, Fi Zhilalil Alqur’an , diterjemahkan As’ad Yasin, Abdul Aziz

Salim Basyarahil Mukhotob Chamzah Jakarta: Gema Insani Press, 2000

Abu Bakar Jabir Al- Jaza’iry, Minhajul Muslim, diterjemahkan oleh Mustofa

‘Aini, Amir Hamzah, Kholif Muttaqin dkk, Panduan hidup seorang

muslim, PT Megatama Sofwa Pressindo 1419H

Moeljanto, KUHP Kitab Undang-undang Hukum Pidana Jakarta: Bumi Aksara,

1992

Ahmad Asy- Syarbashi, Yas’alunaka Fi Ad- Din wa al- Hayah, diterjemahkan

oleh Ahmad subandi, Tanya Jawab Lengkap Tenang Agama, Jakarta:

Lentera Basritama, 1999.

Abul Miqdad Al- Madani, Saat Fitnah Menghadang Panduan Praktis

Menghadapi fitnah Bagi Seorang Muslim, Bandung: Mujahid, 2003.

Ahmad Musthafa Al- Maraghi, Tafsir Al- Maraghi, diterjemahkan oleh Bahrun

Abu bakar dan hery noer aly, Semarang: Toha Putra, 1986.

Imam Malik Ibnu Anas. Al- Muwatta of Imam Malik Ibnu Anas the First

Formulation of Islamic Law, terjemahan Inggris oleh Aisha Abdurrahman

Bewley, diterjemahkan Indonesia oleh Dwi Surya Atmaja Al- Muwatta

Imam Malik Ibnu Anas (Kumpulan Hadits dan Hukum Islam Pertama),

Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1999.

Created with ReaSoft PDF Printer free trial.Purchase at http://www.reasoft.com/