penghalang dermal

57
SEDIAAN TRANSDERMAL Oleh : Dra. IIS WAHYUNINGSIH, Apt. Msi

Upload: artha-utamy

Post on 24-Jun-2015

877 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Penghalang Dermal

SEDIAAN TRANSDERMAL

Oleh :Dra. IIS WAHYUNINGSIH, Apt. Msi

Page 2: Penghalang Dermal

TRANSDERMAL

PENGGUNAAN OBAT SECARA TOPIKAL/KULIT UNTUK TUJUAN PENGOBATAN SISTEMIK

OBAT HARUS BERDIFUSI MENEMBUS KULIT DAN SAMPAI DALAM SIRKULASI DARAH

Page 3: Penghalang Dermal

Transdermal Drug Delivery Promises To Eliminate Needles

Page 4: Penghalang Dermal

Keuntungan sediaan transdermal

• Menghindarkan obat dari metabolisme lintas pertama

• Lebih nyaman karena dilakukan tanpa merusak jaringan (non invasif)

• Dapat menjadi alternatif obat yang mengiritasi GIT• Dapat menjadi alternatif obat yg dirusak enzim , flora, pH

GIT• Mudah bagi pasien untuk menggunakan sendiri• Sistem penghantaran ini dapat dirancang untuk frekuensi

penggunaan satu kali sehari atau lebih jarang lagi (pengulangan dosis minimal)–meningkatkan kepatuhan pasien

• Sistem penghantaran ini dapat menghantarkan obat dengan kinetika ordo ke nol sehingga fluktuasi kadar obat dalam darah dapat diminimalisir.

Page 5: Penghalang Dermal

Obat obat sediaan transdermal:

• Estradiol-konsen << efeknya setara dosis 20-40x p.o tanpa efek samping yg berarti(dipakai 1x-2X seminggu)

• Nitrogliserin-angina pektoris(t1/2 pendek-FPE tinggi)

• Skopolamin-motion sickness-efek samping <<• Metoprolol-B bloker- (FPE tinggi)• Timolol-B bloker• Fentanil-analgetik narkotik pasca bedah

Page 6: Penghalang Dermal

Karakteristik Obat yang Cocok untuk Diberikan Secara Transdermal

• kelarutan dalam air lebih dari 1 mg/ml• koefisien partisi lipid air antara 10 dan

1000• berat molekulnya kurang dari 500 dalton• titik leleh kurang dari 200• larutan jenuh dalam air memiliki pH 5 – 9• Secara farmakoterapi, obat tersebut

mempunyai dosis di bawah 10 mg per hari (Dhamecha dkk, 2009).

Page 7: Penghalang Dermal

SKEMA ABSORPSI PERKUTAN

Difusi obat melewati basis ke permukaan kulitDifusi obat melewati basis ke permukaan kulit

Disolusi obat dalam basisDisolusi obat dalam basis

Penetrasi dalam stratum korneumPenetrasi dalam stratum korneum Penetrasi dalam sebumPenetrasi dalam sebum

Difusi melintasi matriks protein-lipid dari stratum korneum

Difusi melintasi matriks protein-lipid dari stratum korneum

Difusi melintasi lipid dalam pori sebaseaDifusi melintasi lipid dalam pori sebasea

penetrasi dalam epidermispenetrasi dalam epidermis

Difusi melalui masa seluler epidermisDifusi melalui masa seluler epidermis

Difusi melintasi masa fibrous ke dermisDifusi melintasi masa fibrous ke dermis

Difusi ke dalam kapiler dan masuk sirkulasi sistemikDifusi ke dalam kapiler dan masuk sirkulasi sistemik

transepidermal transfolikuler

Page 8: Penghalang Dermal
Page 9: Penghalang Dermal
Page 10: Penghalang Dermal
Page 11: Penghalang Dermal

STRATUM KORNEUM :

Sel epidermis berkeratin, sebagian hilang airnya (dessicated), mati dan sangat rapat kedudukannya satu terhadap yang lain. Bentuk selnya flat dan banyak proteinnya; material kaya lipida pada daerah antar selnya

EPIDERMIS :Sel yang cepat mengadakan proliferasi

DERMIS :Hidrogel yang mengandung kolagen non seluler

Page 12: Penghalang Dermal

Lapisan kulit

• Epidermis : Stratum korneum-stratum granulosum- stratum spinosum-stratum germinativum • Dermis tempat pembuluh darah, syaraf, folikel rambut,

kelenjar minyak, kelenjar keringat• Lapisan lemak sub cutan penyerap panas, peredam tekanan

Page 13: Penghalang Dermal

KOMPOSISI STRATUM KORNEUM

Komponen Jaringan Komposisi Persentase

Membran sel Lipida, protein ~5

Interseluler Lipida, protein, ~10polisakarida

Intraseluler Lipida (~20%), ~85Protein Fibrous(~70%) Protein Nonfibrous(~10%)

Page 14: Penghalang Dermal

KOMPOSISI STRATUM KORNEUM (lanjutan)

Komponen Jaringan Komposisi Persentase

Lipida Total - 5 - 15

Protein Total Larut dalam air (~10%), 75 - 85Keratin (~65%) Dinding sel (~5%)

Lain-lain - 5 - 10

Air (keadaan normal) - 15 - 20

Air (Fully Hydrated) - 300 - 400

Page 15: Penghalang Dermal

Jalur absorpsi perkutan

• Melewati Stratum corneum

¤ interseluler- <<< ¤ transeluler->>>• Melewati sebum (transapendageal)-<<< ≈ pori kelenjar minyak pd folikel rambut ≈ pori keringat ≈ kelenjar minyak ecrine ≈ kelenjar minyak apocrine

Page 16: Penghalang Dermal

Anatomi kulit dan rute absorbsi penetrasi: melewati celah antar sel maupun rute transselluler (Benson, 2005)

Page 17: Penghalang Dermal

Kuantifikasi Transport (Martin dkk, 1993)

• rute utama transport transdermal adalah melewati celah antar sel stratum korneum yang komponen utamanya adalah lipid lamella

• Obat yang diberikan secara transdermal harus bisa melarut dalam celah ini dan berdifusi masuk ke epidermis, lalu ke dermis, dan darah.

Page 18: Penghalang Dermal

Lanjutan..

• Jumlah Obat, M (gram), yang tertransport menembus membran, tiap satu satuan luas S (cm2), tiap satu satuan waktu t (detik) disebut dengan fluks, J (gram cm-2 detik-1).

• Besarnya fluks berbanding lurus dengan gradien konsentrasi dC/dx

• D adalah koefisien difusi obat dalam membran (cm2 detik-1), x adalah jarak dalam membran yang mempunyai gradien konsentrasi dC (g cm-3). Tanda negatif karena difusi berjalan dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah, sehingga harga fluks selalu positif.

dxdc

DJ

SdtdM

J

Page 19: Penghalang Dermal

Lanjutan..

• Jika persamaan (1) digabung dengan persamaan (2) akan kita dapatkan: dM/Sdt =-D dc/dx

• transport obat menembus membran. Mula-mula obat hilang dari kompartemen donor tetapi belum muncul dalam kompartemen aseptor.

Pada kondisi ini perpedaan antara Cd dan Ca, belum mantap, perlu waktu untuk memantapkannya.

Waktu yang diperlukan ini disebut lag time,

kondisi yang telah mantap ini disebut kondisi tunak (steady state condition).

Page 20: Penghalang Dermal

Lanjutan..

Jika gradien konsentrasi adalah C2 – C1, maka dx adalah tebal membran, h (cm), shg :

Harga C1 dan C2 tidak bisa diukur,

tetapi dapat digantikan dengan Cd dikalikan koefisien partisi, K, untuk C2,

dan Ca dikalikan K untuk C1, sehingga :

Page 21: Penghalang Dermal

Lanjutan…

Pada kondisi sink, Cd > 0,1Ca, sehingga Ca diabaikan terhadap Cd,

dengan mengganti DK/h dengan permeabilitas,

P (cm/detik), maka

Page 22: Penghalang Dermal

Lanjutan..

• kemudian mengintegrasikannya dari t=tlag hingga t=t dengan menganggp Cd konstan sepanjang percobaan, maka :

dM = PSCd dtM = PSCd t - PSCdtlag

Persamaan tersebut adalah linear dengan absis t, ordinat M, kemiringan PSCd, dan intersep PSCdtlag.

Maka : Fluks J yaitu kemiringan dibagi luas bidang absorbsi, dan mendapatkan P dari J/Cd, dan mendapatkan tlag yaitu titik potong garis dengan sumbu x.

Page 23: Penghalang Dermal

Kurva hubungan waktu dengan kadar obat yang tertransport (kumulatif). Fluks total, dapat diperoleh dari kemiringan.

Page 24: Penghalang Dermal

Lanjutan..

• tebal membran h :

• koefisien difusi D : t lag = h2/6D

• koefisien partisi : P = DK/h

Page 25: Penghalang Dermal

Faktor yg Berpengaruh pd transport transdermal

• faktor obatnya (sifat fisiko kimia zat aktif), • faktor fabrikasi (formulasi sediaan

transdermal), • dan faktor pasien (kondisi fisik dan fisiologis

kulit)

Page 26: Penghalang Dermal

Berat Molekul

• Di dalam persamaan Ficks I, koefisien difusi, D, adalah faktor utama yang dipengaruhi oleh sifat fisiko kimia obat yaitu jari-jari molekul, sesuai dengan persamaan Stoke-Einstein (Hoener dan Benet, 1996):

D= RT/ (6 л η rN)

• Pada persamaan di atas senyawa obat dianggaap

berbentuk sferis. Semakin besar Berat Molekul obat semakin kecil koefisien difusi sehingga kecepatan transport semakin kecil.

• kurang bermakna dibandingkan koefisien partisi pada rentang permean ideal untuk penghantaran transdermal, yaitu 100 – 500 Dalton. Tetapi untuk penghantaran protein atau peptida yang berukuran besar, pengaruh berat molekul terhadap permeabilitas sangat bermakna (William, 2003)

Page 27: Penghalang Dermal

Koefisien Partisi

• ada koefisien partisi optimum yang memberikan kecepatan transport maksimum. karena pada transport transdermal obat harus menembus bagian lipofil (stratum korneum dan epidermis) dan lapisan yang yang relatif hidrofil (dermis).

• Benson, 2005 : bahwa nilai log koefien partisi optimum tersebut adalah 1-3.

Ion mempunyai koefisien partisinya yang lebih rendah dari pada molekulnya.

Tingkat ionisasi tergantung dari sifat obat (asam-basa, dan pKa) dan sifat medium (pH dan polaritas).

Ion ini akan terabsorbsi melalui kulit lewat jalur transapendageal, yaitu melewati pori-pori keringat. (Guy dan Hadgraft, 1992).

Page 28: Penghalang Dermal

Titik Leleh

• Calpena dkk, 1994 : hubungan antara titik leleh dan log

permeabilitas satu seri antiemetik yang membentuk kurva linear dengan kemiringan, slope, sebesar - 0,004.

Harga negatif mengindikasikan bahwa semakin besar titik leleh akan menyebabkan penurunan permeabilitas.

Page 29: Penghalang Dermal

Fisiologis kulit

• Macam tempat• Umur• Species• Ada perlakuan pd kulit

Page 30: Penghalang Dermal

Regional Variation in Percutaneous Absorption of Hydrocortisone in Man

Site of application Absorption ratioForearm (ventral) 1,1xForearm (dorsal) 1,1xFoot arch (plontar) 0,24xAukle (lateral) 0,42xPalm 0,83xBack 1,7xScalp 3,5xAxilla 3,6xFore head 6,0xJaw angle 13xScrotum 42x

Page 31: Penghalang Dermal

PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP TRANSPOR OBAT

30oC → 60oC ; P↑= 10+4xFluiditas SK naik dengan nyata dengan naiknya temperatur → SK sebagai “liquid-like” (pada temperatur tinggi)

Pengaruh temperatur terhadap koef. Permeabilitas Hidrohatisan pada “Hainless Mouse Skin”

“Solid-like nature” SK → struktur lipid pada interseluler SK

Page 32: Penghalang Dermal

Rangking permeabilitas kulit beberapa species (in-vitro)

(list dibawab, semakin ke bawah semakin berkurang permeabilitasnya)

Tregear Marzulu Et Al. Mc GreeshRabbit Mouse RabbitRat Guinea pig RatGuinea pig Goat Guinea pigMan Horse Cat

Cat GoatDog MonkeyMonkey DogWeanling pig PigManChimpanzee

Page 33: Penghalang Dermal

Faktor Formulasi

• konsentrasi obat dalam pembawa. Maibach dan Fedmann, 1969, menunjukkan

bahwa peningkatan konsentrasi testosteron, hidrokortison, dan asam benzoat dari 4 µg/ml ke 2000 µg/ml akan meningkatkan kecepatan absorbsinya.

sesuai dengan hukum Fick’s I : gaya dorong transport difusi pasif adalah gradien konsentrasi.

Page 34: Penghalang Dermal

sifat pembawa (vehicle).

• Pemilihan sifat pembawa (hidrofilik atau hidrofobik) akan menentukan besarnya koefisien partisi

• Pembawa dalam formulasi yang baik harus bisa menjaga homogenitas formula, tetapi juga harus bisa melepaskan zat aktif untuk menembus membran.

• Puri dan Shanghavi, 1992 : piroksikan dan ibuprofen mengalami permeasi kulit yang lebih cepat jika diformulasi dalam bentuk gel dari pada cream maupun oinment.

Senyawa dengan kelarutan dalam air yang kecil (lipofilik), akan mengalami permeasi melewati kulit yang lebih cepat jika diformulasi dengan pembawa gel hidrofilik dari pada cream atau basis ointment.

Page 35: Penghalang Dermal

Sifat bahan

• Pemilihan bentuk bahan aktif (bentuk garam atau asam-basa bebas)

• Parikh dan Ghosh, 2005 : profil absorbsi transdermal fluoksetin dan fluoksetin HCl, hasilnya menunjukkan bahwa bentuk basa bebas memberikan permeabilitas yang lebih besar. Hal ini karena fluoksetin basa bebas lebih mudah larut dalam lipid lamella stratum korneum dari pada ion fluoksetin.

Page 36: Penghalang Dermal

Pengaturan pH sediaan

• pH menentukan ionisasi obat.• Penghantaran transdermal secara pasif

menginginkan ionisasi yang kecil untuk mendapatkan absorbsi yang lebih baik.

• Sebaliknya jika penghantaran transdermal menggunakan enhancer fisika misalnya iontoforesis. Agar obat bisa didorong oleh arus listrik (electrorepulsion) maka obat harus terion (menjadi anion atau kation).

• Buspiron HCl, suatu basa lemah yang digaramkan, akan mengalami permeasi yang lebih baik jika kompartemen donor diatur pada pH 4,2 dan 6, dari pada pH 8, dengan enhancer iontoforesis (Al Khalili dkk, 2002).

Page 37: Penghalang Dermal

Uji absorpsi transdermal

• Secara in vitro membran harus dipasang dalam suatu alat uji

yang disebut sel difusi hingga didptkan 2 kompartemen yaitu donor dan aseptor yang dipisahkan oleh membran.

• Secara in vivo parameter farmakokinetika dr analisis kadar obat

vs waktu pd hewan uji mengukur respon farmakologis yg dipengaruhi

oleh obat yang dihantarkan

Page 38: Penghalang Dermal

Macam Sel difusi :

• Medium reseptor statis kompartemen reseptor harus sangat encer-sink,

kompartemen donor bergerak

• Medium reseptor dinamis k. donor tdk diaduk, k. reseptor mengalir

• jenis side by side (horisontal) model Franz (vertikal), dan model Franz yang dilengkapi flow through

system.

Page 39: Penghalang Dermal
Page 40: Penghalang Dermal

ILUSTRASI EKSPERIMEN SEL DUA-RUANG

(TWO-CHAMBER CELL)

Stratum Korneum

epidermisdermis

CD Donor CR Reseptor

Page 41: Penghalang Dermal

Membran

• Fase heterogen yang bertindak sebagai barier untuk lewatnya ion/molekul pada cairan pada dua permukaan yang berhubungan

• Macam membran : * Membran alami : kulit tikus, kelinci (permeabilitas lbh tinggi) manusia―terbaik, sukar diperoleh, terbatas waktu penyimpanannya * Membran buatan/sintetik/artifisial • Efisiensi : selektivitas dan aliran menembus membran

Page 42: Penghalang Dermal

Macam Membran Artifisial

• Tanpa lapisan : ◊ Padat : parafin ◊ Cair : benzene/minyak silikon• Dengan lapisan : ◊ Lapisan Tetap : ≈ Porous : ¤ Organik : asam polimetakrilic ¤ Anorganik : loosely compacted mineral

≈ Nonporous : ¤ Organik : impregnasi minyak pd membran p.

¤ Anorganik ◊ Lapisan bergerak

Page 43: Penghalang Dermal

Hairless mouse skin

• Dianggap terbaik pd penghantaran obat• Kelemahan : tidak tahan thd efek hidrasi(air merusak sawar) tidak tahan thd aceton sangat terpengaruh oleh enhancer

Kulit manusia :• Permeabilitas berbeda pd tempat yg berbeda• Mempunyai sistem enzim yg aktif• Sistem barier stratum k tetap bertahan, meskipun

disimpan lama

Page 44: Penghalang Dermal

Enhancer

• Zat yang dpt meningkatkan permeabilitas obat menembus kulit tanpa menyebabkan iritasi /kerusakan permanen struktur permukaan kulit

• Syarat : tidak toksis, tidak menyebabkan alergi tidak mengiritasi kulit, memberikan onset yang cepat, dan dapat

bercampur (kompatibel) dengan komponen sediaan yang lain (Remon, 2007).

Page 45: Penghalang Dermal

Enhancers in Transdermal Delivery

• solventsDimethyl sulfoxide (DMSO)Dimethyl formamide2-Pyrrolidone

• Surface active agentsSodium lauryl sulfateDodecyl methyl sulfoxide

• ETC

Page 46: Penghalang Dermal

Mekanisme kerja enhancer

• Meningkatkan permeabilitas obat melalui jalur polar maupun lipid

cth : 2 pirilidon, N-metil pirilidon, N-metil forfamid

• Meningkatkan permeabilitas mll jalur polar cth : propilen glikol –desil metil sulfoksida• Mempengaruhi jalur lipid cth : propilen glikol-asam oleat • dpt mempengaruhi koefisien partisi obat dengan

mengubah polaritas membran, menurunkan viscositas membran dengan cara merusak ataupun berinterkalasi dengan membran (Remon, 2007).

Page 47: Penghalang Dermal

Solven

• Air sebagai enhancer bekerja melalui proses hidrasi • alkohol rantai pendek mampu meningkatkan

permeabilitas kulit: metanol dan etanol. Mekanisme yang terjadi adalah karena pengembangan (swelling) dan ekstraksi stratum korneum. Tetapi senyawa ini terabsorbsi melalui kulit.

• Propilen glikol dan gliserol adalah yang sering dipakai. Polialkohol bekerja sebagai enhancer karena kemampuannya sebagai kosolven, sehingga kita dapat meningkatkan konsentrasi obat yang akan dihantarkan. Tetapi perlu hati-hati, karena beberapa obat menurun permeabilitasnya karena propilen glikol, hal ini terjadi karena peningkatan kelarutan dalam medium donor akan berakibat penurunan koefisien partisi obat antara membran dan medium donor (Patani dan Chien, 1988).

Page 48: Penghalang Dermal

Lanjutan..

• Dimetil Sulfoksida (DMSO) banyak digunakan sebagai nhancer.

• Keuntungan dari DMSO sebagai enhancer adalah bisa bercampur dengan air dan cairan organik.

• Mekanisme sebagai enhancer diperantarai karena kemampuannya melarutkan beberapa komponen dari kulit, delaminasi lapisan tdanuk, dan denaturasi protein.

• Mekanisme lain yang diusulkan adalah perubahan ikatan air dan hilangnya struktur polimer dalam korneosit.

• Keterbatasan DMSO sebagai enhancer adalah karene delaminasi lapisan tanduk yang bersifat irreversibel. Selain itu karena kadar yang dikehendaki sebagai enhancer sangat tinggi (lebih dari 60 %) sehingga efek toksik dan irritannya lebih banyak (Patani dan Chien, 1988).

Page 49: Penghalang Dermal

Surfaktan

• Surfaktan dapat menurunkan tegangan permukaan dari kulit sehingga mudah untuk ditembus senyawa obat.

• Kemampuan surfaktan sebagai enhancer tergantung dari tipe surfaktannya.

• Secara umum surfaktan kationik (misalnya setil trimetil ammonium bromid) lebih merusak dan menyebabkan peningkatan fluks transport yang lebih besar daripada surfaktan anionik (seperti natrium lauril sulfat).

• Surfaktan anionik menimbulkan kerusakan dan peningkatan fluks yang lebih besar dibandingkan surfaktan non ionic seperti Brij 36T. (Saraf dkk, 2006).

Page 50: Penghalang Dermal

Lain-lain

• Asam amino bekerja sebagai enhancer dengan mengendurkan lapisan keratin (Patani dan Chien, 1988).

• Minyak atsiri dipercaya dapat merusak struktur lipid dari stratum korneum sehingga meningkatkan permeabilitasnya(Fang dkk, 2007).

• Urea 10 % dalam sediaan krim dapat menghidrasi stratum korneum dan memperbaiki permeabilitasnya. (Patani dan Chien, 1988).

Page 51: Penghalang Dermal

Sistem Penghantaran Transdermal

• Formulasi yg mengandung bahan yg membantu penetrasi obat melewati kulit

• Di pasaran, macam : 1. Membran lunak terpisah 2. Matriks berupa plester 3. Salep dg basis yang sesuai, misal nitro

ointmen, nitogliserin 2% dan laktosa dlm lanolin-vaselin putih, menggunakan aplikator-mengukur jumlah salep & menebarkan di kulit, ditutup dg plastik & perekat

Page 52: Penghalang Dermal

Membran lunak

• Reservoar obat disalut membran impermeabel pd tiga sisi dan satu sisi membran polimer permeabel

• Perekat utk menghubungkan sediaan dg kulit

Page 53: Penghalang Dermal
Page 54: Penghalang Dermal

Matriks• Obat didispersikan dlm matriks polimer-

pengontrol pelepasan obat• Perekat/cincin utk melekatkan pada kulit• Plester : ◊ lapisan terluar : melindungi dr pengaruh luar mencegah kontaminasi luar ex : polipropilen pd kertas mikroporus ◊ lapisan reservoar : matriks hidrofobik atau hidrofilik hidrofobik – efek oklusif-iritasi ◊ lapisan perekat : pemilihan polimer lapisan kaku-perlu plastisizer ex : propilenglikol, gliserol, siklodekstrin

Page 55: Penghalang Dermal

Nitrodur-matriks Transderm-nitro-membran lunak

Page 56: Penghalang Dermal
Page 57: Penghalang Dermal

• Preniosom• sistem misel yang membawa obat yang dapat

mengurangi reversibilitas fungsi pertahanan dari stratum korneum.