vulnus_scissum

47
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hewan merupakan salah satu makhluk hidup yang keberadaannya selalu berdampingan dengan manusia. Seiring perkembangan zaman hewan hewan ini banyak dimanfaatkan untuk tujuan komersial juga di pakai sebagai hewan kesayangan. Berbagai jenis hewan yang digunakan untuk tujuan komersial seperti : ayam, itik, kambing, sapi, kuda dan lain sebagainya. Di pihak lain hewan yang sering dipelihara sebagai hewan kesayangan adalah : burung, kucing dan anjing. Anjing sebagai salah satu hewan kesayangan bagi manusia. Hal ini di sebabkan anjing bersifat setia 1

Upload: vini-vidi-vici

Post on 17-Nov-2015

10 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

vulnus

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hewan merupakan salah satu makhluk hidup yang keberadaannya selalu berdampingan dengan manusia. Seiring perkembangan zaman hewan hewan ini banyak dimanfaatkan untuk tujuan komersial juga di pakai sebagai hewan kesayangan. Berbagai jenis hewan yang digunakan untuk tujuan komersial seperti : ayam, itik, kambing, sapi, kuda dan lain sebagainya. Di pihak lain hewan yang sering dipelihara sebagai hewan kesayangan adalah : burung, kucing dan anjing.

Anjing sebagai salah satu hewan kesayangan bagi manusia. Hal ini di sebabkan anjing bersifat setia terhadap tuannya. Banyak sekali manfaat dalam memelihara anjing sebagai hewan kesayangan, yaitu : sebagai teman bermain, dipekerjakan untuk tugas tertentu serta dapat memberikan kenyamanan fisik dan perlindungan bagi pemiliknya.

Bagi pemilik anjing, kesehatan hewan kesayangan harus benar benar diperhatikan. Pemberian makanan dan minuman yang bergizi akan membantu anjing kesayangan terhindar dari infeksi bibit penyakit. Vaksinasi secara berkala dan pembuatan kandang yang nyaman turut mempengaruhi kesehatan anjing. Setiap pemilik anjing memiliki cara yang berbeda dalam memelihara hewan kesayangan misalnya mengandangkannnya, menambatkan dengan tali, diliarkan dan dibiarkan bebas di lingkungan rumah. Biasanya pemilik anjing memiliki pertimbangan cara memelihara kesayangannya salah satunya dibiarkan bebas di lingkungan rumah. Hal ini bertujuan agar anjing tersebut dapat menjaga lingkungan rumah dari hewan lain maupun orang asing. Selain itu, pemilik juga biasanya tidak tega melihat anjing kesayangannya terikat sehingga memilih dibiarkan hidup bebas. Pola pemeliharaan seperti ini mengakibatkan terbukanya peluang anjing kesayangan berkelahi dengan anjing dan hewan lainnya. Keadaan ini dapat mengakibatkan terjadinya luka pada anjing akibat cakaran, gigitan maupun tergores oleh benda tajam seperti: kaca, paku, kawat dan lain sebagainya. Luka akibat sayatan benda tajam ini dinamakan dengan Vulnus Schissum atau luka sayat. Vulnus ini jika dibiarkan akan memberikan masalah serius bagi anjing. Untuk mengatasi hal tersebut maka dilakukan tindakan pembedahan. Tindakan pembedahan dibedakan menjadi dua, yaitu Emergency Surgery yang merupakan tindakan pembedahan yang pelaksanaannya tidak dapat ditunda dan Elective Surgery yang merupakan tindakan operasi yang pelaksanaannya dapat ditunda (Sudisma dkk, 2006).1.2. Tujuan

Untuk mengetahui cara penanganan dan tindakan pembedahan yang benar terhadap kasus vulnus schissum pada anjing kesayangan akibat sayatan benda tajam.

1.3 Manfaat

Manfaat penulisan laporan ini adalah untuk dapat memberikan pemahaman mengenai vulnus schissum dan penanganannya pada kasus vulnus schissum hewan kesayangan.BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 VulnusVulnus atau luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan oleh adanya cedera atau pembedahan ( Karakata dan Bob, 1992 ). Menurut Kozier (2004), vulnus merupakan suatu gangguan dari kondisi normal pada jaringan yaitu terjadi kerusakan kontinyuitas kulit, mukosa membran, tulang atau organ tubuh lain. Secara umum luka dapat dibagi menjadi 2, yaitu simplek dan komplikatum. Dikatakan simplek jika luka tersebut hanya melibatkan bagian epidermis kulit, sedangkan komplikatum selain epidermis kulit juga melibatkan jaringan kulit dibawahnya.

Luka disebabkan oleh beberapa faktor (Walton, 1940), yaitu :

1. Trauma mekanis yang disebakan karena tergesek, terpotong, terpukul, tertusuk, terbentur dan terjepit.

2. Trauma elektris yang disebabkan oleh listrik/gelombang elektromagnetik.

3. Trauma termis yang disebabkan oleh keadaann panas dan dingin.

4. Trauma kimia yang disebabkan oleh zat kimia yang bersifat asam, basa, serta zat iritatif dan korosif lainnya.5. Ledakan6. Gigitan hewanSecara garis besar luka yang terjadi dapat dibagi menjadi dua yaitu, luka terbuka seperti luka robek atau hilangnya jaringan dan luka tertutup seperti akibat tabrakan dan memar atau perdarahan dalam jaringan. Walaupun luka tertutup tidak mengalami kerusakan kulit, tetapi kulit dan jaringan dibawahnya bisa mengalami cedera berat akibat energi kinetik yang mengenai jaringan dan kerusakan pembuluh darah. Luka terbuka dapat diklasifikasikan berdasarkan durasi dan derajat kontaminasi serta penyebab dan kedalaman luka. Berdasarkan penyebabnya, luka terbuka dibagi menjadi beberapa jenis yaitu :

Vulnus Laceratum (Luka Robek) : Jenis luka ini disebabkan oleh karena benturan dengan benda tumpul, dengan ciri luka tepi luka tidak rata dan perdarahan sedikit serta meningkatkan resiko infeksi.

Vulnus Excoriasi (Luka Lecet) : Penyebab luka ini karena kecelakaan atau jatuh yang menyebabkan lecet pada permukaan kulit, dan yang mengalami cedera hanya daerah kulit.

Vulnus Punctum (Luka Tusuk) : Penyebabnya adalah benda runcing atau sesuatu yang masuk ke dalam kulit, dari luar tampak kecil tetapi jaringan dibawahnya dapat mengalami kerusakan berat. Jika yang mengenai abdomen/thorax disebut vulnus penetrosum(luka tembus).

Vulnus Schlopetorum (Luka Tembak) : Penyebabnya adalah tembakan. Pada pinggiran luka tampak kehitam-hitaman, bisa tidak teratur dan kadang ditemukan corpora alienum. Vulnus Morsum (Luka Gigitan) : Penyebabnya adalah gigitan hewan lain dan kemungkinan terjadinya infeksi sangat besar. Bentuk luka tergantung dari bentuk gigi. Vulnus Amputatum (Luka Terpotong) : Penyebabnya adalah benda tajam ukuran besar/berat, seperti gergaji. Luka membentuk lingkaran sesuai dengan organ yang dipotong. Terjadi perdarahan hebat dan resiko infeksi tinggi. Vulnus Combustion (Luka Bakar) : Penyebabnya adalah thermis, radiasi, elektrik ataupun zat kimia. Jaringan kulit rusak dengan berbagai derajat mulai dari lepuh (bula carbonisasi/hangus). Sedangkan luka tertutup, berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi dua yaitu : Vulnus Contussum (Luka Kontusio) : Penyebabnya adalah benturan benda yang keras. Akibat dari kerusakan pada jaringan lunak dan ruptur pada pembuluh darah menyebabkan nyeri dan perdarahan (hematoma). Bila hematoma yang terbentuk kecil, maka akan diserap oleh jaringan di sekitarnya. Apabila organ di dalamnya terbentur dapat menyebabkan cedera yang serius. Vulnus Traumaticum (Luka Traumatik) : Terjadi di dalam tubuh, tetapi tidak nampak dari luar.Berdasarkan tingkat kontaminasi, luka dibagi menjadi empat jenis (Kozier, 2004) yaitu :

Clean Vulnus (Luka Bersih) : Clean Vulnus (Luka bersih) yaitu luka bedah tidak terinfeksi yang mana tidak terjadi proses peradangan (inflamasi) dan infeksi pada sistem pernafasan, pencernaan, genital dan urinari tidak terjadi. Luka bersih biasanya menghasilkan luka yang tertutup; jika diperlukan dimasukkan drainase tertutup (misal; Jackson Pratt). Kemungkinan terjadinya infeksi luka sekitar 1% 5%.

Clean - contamined Vulnus (Luka Bersih Terkontaminasi) : Clean-contamined Vulnus (Luka bersih terkontaminasi) merupakan luka pembedahan dimana saluran respirasi, pencernaan, genital atau perkemihan dalam kondisi terkontrol, kontaminasi tidak selalu terjadi, kemungkinan timbulnya infeksi luka adalah 3% 11%.

Contamined Vulnus (Luka Terkontaminasi) : Contamined Vulnus (Luka terkontaminasi) termasuk luka terbuka, luka akibat kecelakaan dan operasi dengan kerusakan besar dengan teknik aseptik atau kontaminasi dari saluran cerna; pada kategori ini juga termasuk insisi akut, inflamasi nonpurulen. Kemungkinan infeksi luka 10% 17%.

Dirty or Infected Vulnus (Luka kotor atau infeksi) : adalah terdapatnya mikroorganisme pada luka. Dan tentunya kemungkinan terjadinya infeksi pada luka jenis ini akan semakin besar dengan adanya mikroorganisme tersebut.

Berdasarkan kedalaman dan luasnya, luka dibagi menjadi (Kozier, 2004) :

Stadium I : Luka Superfisial (Non-Blanching Erithema), yang terjadi pada lapisan epidermis kulit.

Stadium II : Luka Partial Thickness, hilangnya lapisan kulit pada lapisan epidermis dan bagian atas dari dermis. Merupakan luka superficial dan adanya tanda klinis seperti abrasi, blister atau lubang yang dangkal.

Stadium III : Luka Full Thickness yaitu hilangnya kulit keseluruhan meliputi kerusakan atau nekrosis jaringan subkutan yang dapat meluas sampai bawah tetapi tidak melewati jaringan yang mendasarinya. Lukanya sampai pada lapisan epidermis, dermis dan fasia tetapi tidak mengenai otot. Luka timbul secara klinis sebagai suatu lubang yang dalam dengan atau tanpa merusak jaringan sekitarnya.

Stadium IV : Luka Full Thickness yang telah mencapai lapisan otot, tendon dan tulang dengan adanya destruksi/kerusakan yang luas.

Berdasarkan waktu penyembuhan, luka dibedakan menjadi dua yaitu luka akut dan luka kronis (Kozier,2004) :

Luka Akut : yaitu luka dengan masa penyembuhan sesuai dengan konsep penyembuhan yang telah disepakati.

Luka kronis : yaitu luka mengalami kegagalan dalam proses penyembuhan, dapat karena faktor estrogen dan endogen.2.2. EtiologiLuka dapat berasal dari berbagai macam faktor seperti yang telah dikemukakan oleh Walton (1940), yaitu : mekanis atau traumatis, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik, gigitan hewan.Berdasarkan penyebab terjadinya, luka dapat dibedakan menjadi delapan jenis (Kozier, 2004) yaitu :

1) Luka Insisi (Incised wound), terjadi karena teriris oleh instrument yang tajam. Misalnya yang terjadi akibat pembedahan. Luka bersih (aseptik) biasanya tertutup oleh sutura setelah seluruh pembuluh darah yang luka diikat.

2) Luka Memar (Contusion wound), terjadi akibat benturan oleh suatu tekanan dan dikarakteristikan oleh cedera pada jaringan lunak, perdarahan dan bengkak.

3) Luka Lecet (Abraded wound), terjadi akibat kulit bergesekan dengan benda lain yang biasanya dengan benda yang tidak tajam.

4) Luka Tusuk (Punctured wound), terjadi akibat adanya benda, seperti peluru atau pisau yang masuk kedalam kulit dengan diameter yang kecil.

5) Luka Lacerasi (Lacerated wound), luka karena benturan yang luas sehingga menyebabkan terjadinya memar.

6) Luka Tembus (Penetrating wound), yaitu luka yang menembus organ tubuh biasanya pada bagian awal luka masuk diameternya kecil tetapi pada bagian ujung biasanya luka akan melebar.

7) Luka Bakar (Combustio) adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam.

8) Dekubitus (Luka akibat penekanan, ulkus kulit) adalah kerusakan kulit yang terjadi akibat kekurangan aliran darah dan iritasi pada kulit yang menutupi tulang yang menonjol, dimana kulit tersebut mendapatkan tekanan dari tempat tidur, kursi roda, gips, atau benda keras lainnya dalam jangka panjang. Penyebab berkurangnya aliran darah ke kulit adalah tekanan. Jika tekanan menyebabkan terputusnya aliran darah, maka kulit yang mengalami kekurangan oksigen pada mulanya akan tampak merah dan meradang lalu membentuk luka terbuka (ulkus).

BAB IIIREKAM MEDIK3.1 Signalement

Hewan kasus yang dipakai adalah anjing lokal dengan berat badan 14,7 kg, warna hitam, mengalami luka pada bagian lateral kaki depan bagian kanan.

3.2 Anamnesis

Berdasarkan informasi dari pemilik, anjing tersebut mengalami luka pada kaki depan bagian kanan sejak dua hari sebelum dioperasi. Anjing tersebut tidak mengalami perubahan nafsu makan, tetapi merasa kesakitan saat dipegang di daerah sekitar luka, dan belum diberikan pengobatan sebelumnya.

3.3 Etiologi

Vulnus schissum pada kaki depan bagian kanan anjing kasus ini dikarenakan akibat teriris oleh pecahan kaca didekat rumah pemilik saat anjing kasus mengejar kucing yang memasuki rumah pemiliknya.

3.4 Tanda / Gejala Klinis

Tanda klinis dari anjing pada kasus ini adalah robeknya kulit pada bagian lateral kaki depan bagian kanan sampai bagian subkutan kulit, dengan sedikit perdarahan diikuti adanya kebengkakan, tepi luka rata dan anjing mengalami kesakitan apabila dipalpasi pada daerah tersebut. Jika luka ini mengenai pembuluh darah maka akan menyebabkan pendarahan pada hewan (Brown, 2011).3.5 Uji Laboratorium

Perlu dilakukan uji laboratorium lebih lanjut untuk mengetahui ada tidaknya anemia. Namun pada pemeriksaan klinis anjing masih terlihat sehat, maka uji laboratorium tidak dilakukan.3.6 Diagnosis

Diagnosis dari kejadian vulnus schissum pada anjing dapat dilakukan dengan pemeriksaan fisik dan tanda klinis yang terlihat.

3.7 Prognosis

Prognosis dari penanganan vulnus schissum ini adalah fausta. Luka masih dapat ditangani karena jenis luka yang terbuka, sederhana, dan tidak membahayakan organ lainnya sehingga kemungkinan kesembuhan lebih besar.

3.8 Terapi

Tindakan yang dapat dilakukan pada kasus ini adalah menutup kembali kulit pada kaki depan bagian kanan anjing akibat luka irisan tersebut dengan cara dijahit. Tindakan yang perlu dilakukan pertama kali adalah persiapan alat dan bahan operasi.

Alat OperasiScalpel, pinset, catgut, silk, needle holder, allis forcep, 1 set infus, intravena cateter, jarum jahit operasi dengan ujung bulat dan segitiga.

Bahan dan Obat ObatanTampon, alkohol 70%, antiseptik, masker, sarung tangan, plester, kain drape, NaCl fisiologis 0,9%, atropine sulfat, xylazine, ketamin HCL, antibiotik (ampicillin), perban, dan iodium tincture.

Metode operasi dibagi kedalam 3 tahapan yaitu,

Pre OperasiSebelum operasi, dilakukan pemeriksaan fisik menyeluruh, persiapan perangkat alat bedah steril, bahan serta obat obatan. Sebelum dilakukan anestesi yang menggunakan kombinasi xylazin dan ketamin (dosis terlampir) diberikan premedikasi dengan menggunakan atropine sulfat (dosis terlampir).

Anjing diinjeksikan dengan obat premedikasi yaitu atropine sulfat secara subkutan sebanyak 1,7 ml. Pencukuran daerah sekitar luka dilakukan selagi menunggu pemberian obat anesthesia. Daerah luka dan sekitarnya yang akan dilakukan operasi dibersihkan menggunakan antiseptik iodium. Selanjutnya dilakukan pemasangan infus untuk menghindari terjadinya shock dan untuk mempermudah memasukan tambahan obat anestesi. Setelah 15 menit dilanjutkan dengan injeksi xylazin yang dikombinasikan dengan ketamin masing masing sebanyak 1,2 ml xylazin dan 1,5 ml ketamin.

Operasi

Tindakan operasi diawali dengan penyemprotan antibiotik ampicillin injek pada luka dan didiamkan sebentar hingga terserap. Kemudian dilakukan penjahitan subkutan dengan pola terputus sederhana menggunakan benang chromic catgut dilanjutkan menjahit kulit dengan pola terputus sederhana (simple interrupted) dengan benang non-absorbable yaitu silk. Setelah operasi selesai dilakukan, bekas luka diolesi dengan antiseptik iodium dan dibalut untuk mencegah kontaminasi.

Pasca Operasi

Perawatan pasca operasi pada kasus vulnus schissum pada kaki depan bagian kanan anjing ini digunakan antibiotika ampicillin dengan jumlah pemberian sebesar 1,8 ml. Pemberian antibiotika dilakukan dengan cara diinjeksikan secara intramuskuler. Selain pemberian antibiotika, pemberian obat seperti tetracycline salep pada luka bekas jahitan rutin diberikan tiga kali sehari selama masa perawatan untuk mempercepat kesembuhan.

BAB IVEVALUASI DAN PEMBAHASAN4.1 HasilTabel 4.1. Kondisi Hewan Pasca Operasi Hingga Hari ke-5Pasca OperasiKeterangan Kondisi Hewan

Hari INafsu makan dan minum menurun, dan luka sedikit kemerahan.

Hari IINafsu makan dan minum tetap (normal), luka kemerahan, sedikit bengkak.

Hari IIINafsu makan dan minum meningkat, hewan mulai aktif dan kemerahan serta bengkak pada luka mulai menurun.

Hari IVNafsu makan dan minum meningkat, hewan aktif, kemerahan dan bengkak pada luka mulai menghilang dan luka mulai mengering,

Hari VNafsu makan dan minum meningkat, hewan aktif, luka tidak lagi kemerahan serta bengkak dan luka sedikit basah.

Hari VINafsu makan dan minum meningkat, hewan aktif, luka tidak lagi kemerahan serta bengkak dan luka sedikit basah.

Hari VIINafsu makan dan minum meningkat, hewan aktif, luka tidak lagi kemerahan serta bengkak dan luka basah berkurang

Hari VIIINafsu makan dan minum meningkat, hewan aktif, luka tidak lagi kemerahan serta bengkak dan luka sudah kering.

4.2 PembahasanLuka adalah gangguan kontinuitas suatu jaringan sehingga terjadi pemisahan jaringan yang semula normal. Dalam kasus ini luka atau vulnus pada kaki anjing disebut vulnus schissum. Vulnus schissum merupakan luka sayat atau iris yang ditandai dengan tepi luka berupa garis lurus dan beraturan. Akibat dari suatu luka adalah munculnya rasa sakit dan perdarahan. Sebesar 1/3 darah yang hilang akan mengakibatkan terjadinya shock, anemia sekunder, demam, dehidrasi, dan infeksi. Luka terbuka seperti pada kasus ini harus segera ditangani karena dapat menyebabkan rasa sakit, infeksi akibat luka yang terbuka serta perdarahan yang bisa menyebabkan shock dan jika berlangsung lama bisa menyebabkan anemia sekunder. Selain itu luka yang terbuka akan meningkatkan kerentanan terhadap adanya kemungkinan infeksi oleh mikroorganisme baik bakteri, parasit, maupun organisme lainnya. Adanya kontaminasi ini akan memperlambat kesembuhan luka sehingga perlu segera dilakukan penutupan luka.Pada kasus vulnus schissum anjing tersebut, luka yang terjadi masih tergolong bersih dan terjadi peradangan. Kedalaman luka mencapai lapisan epidermis, dermis dan fascia, tetapi tidak mengenai otot. Oleh karena itu tindakan operasi yang dilakukan cukup dengan penjahitan subkutan dengan pola terputus sederhana menggunakan benang chromic catgut dilanjutkan menjahit kulit dengan pola terputus sederhana (simple interrupted) dengan benang non-absorbable yaitu silk.. Pasca operasi pada hari pertama sampai hari kedelapan terlihat luka mengalami kemerahan dan bengkak akibat proses peradangan. Pada fase ini terjadi respon vaskuler dan seluler terhadap luka yang terjadi secara alamiah. Inflamasi terjadi secara sistematis dimulai dari vasodilatasi pembuluh darah yang normal terjadi dalam tahap respon awal tubuh terhadap benda asing atau luka, peningkatan volume darah dalam pembuluh darah menyebabkan peningkatan suhu dan daerah peradangan menjadi merah. Vasodilatasi ini menyebabkan pembengkakan yang menekan sistem saraf perifer di sekitarnya, sehingga adanya respon sakit dan gangguan fungsi pada daerah tersebut (Kozier, 2004).Proses kesembuhan luka pada anjing ini mulai terlihat pada hari kedelapan dimana kemerahan dan bengkak pada luka mulai menghilang, serta luka mulai mengering dan hewan sudah aktif bergerak. Penanganan selama lima hari pasca operasi diberikan antibiotika tetracycline salep untuk mencegah infeksi sekunder. Selain itu juga diberikan iodium pada luka bekas operasi dengan tujuan sebagai antiseptik dan juga agar luka cepat mengering. Setelah luka mengering dan sudah terlihat kembali kontinyuitas kulit, benang pada jahitan luka dibuka pada hari ke-10.BAB VPENUTUP5.1 Simpulan1) Proses kesembuhan anjing pasca operasi vulnus schissum mulai terlihat pada hari ke 8 dan benang pada jahitan luka dibuka pada hari ke 10.

2) Vulnus schissum pada anjing kasus ini merupakan luka terbuka, terkontaminasi, dan berdasarkan luas kedalaman luka merupakan luka stadium III.

5.2 Saran1) Penanganan vulnus schissum sebaiknya dilakukan secepat mungkin untuk mencegah perdarahan dan terjadinya infeksi.

2) Perawatan pasca operasi pada kasus ini tetap harus diperhatikan meskipun merupakan kejadian kasus yang mudah ditangani, usahakan untuk membatasi pergerakan hewan untuk memaksimalkan proses kesembuhan.

DAFTAR PUSTAKABrown. J. 2011. Emergency Care for Equine and Laceration. Http://www.vetmed.vt.edu/emc/docs/woundcare.pdf. Tanggal akses 20 februari 2015Karakata dan bob. 1992. Bedah Minor. Jakarta : Hipokrates.

Kozier. 2004. Fundamental of Nursing; Concept, Process, and Practice. (Fourth Edition) California: Addison-Wesley Publishing CO.Sudisma, I.G.N, I.G.A.G.P Pemayun, A.A.G Jayawardhita, I.W Gorda. 1997. Ilmu Bedah Veteriner dan Teknik Operasi. Fakultas Kedokteran Hewan Udayana. DenpasarWalton, R. L. 1990. Perawatan Luka dan Penderita Perlukaan Ganda, Alih Bahasa. Sonny Samsudin, Cetakan I. Jakarta : EGC.LAMPIRANLampiran 1. (Dosis Obat dan Anestesi)Atropine sulphateSediaan

: 0,25 mg/mlDosis Anjuran: 0,02 0,04 mg/kg berat badanBerat Badan

: 14,7 kgDosis

: Dosis x Berat Badan Sediaan

: (0,02-0,04) mg/kg x 14,7 kg 0,25 mg/ml

: 1,176 2,352Jumlah yang diberikan: 1,7 mlXylazineSediaan

: 20 mg/mlDosis Anjuran: 1 3 mg/kg berat badanBerat Badan

: 14,7 kgDosis

: Dosis x Berat Badan Sediaan

: (1-3) mg /kg x 14,7 kg 20 mg/ml

: 0,735 2,205 mlJumlah yang diberikan: 1,2 mlKetaminSediaan

: 100 mg/mlDosis Anjuran: 11 33 mg/kg berat badanBerat Badan

: 14,7 kgDosis

: Dosis x Berat Badan Sediaan

: (10-15) mg/kg x 14,7 kg

100 mg/ml

: 1,47 - 2,205Jumlah yang diberikan: 1,5 mlAmpicillin injeksSediaan

: 10 mlDosis

: (0,1-0,2) ml/kg berat badanBerat Badan

: 14,7 kgDosis

: Dosis x Berat Badan : (0,1 - 0,2) ml/kg x 14,7 kg

: 1,47 2,94 mlJumlah yang diberikan: 1,8 ml diinject setelah operasiTetracycline salep 3%

s. u. eDAFTAR ISIHALAMAN JUDULi

KATA PENGANTARii

DAFTAR ISIiii

BAB I PENDAHULUAN1

1.1 Latar Belakang1

1.2 Tujuan21.3 Manfaat2BAB II TINJAUAN PUSTAKA 32.1 Vulnus32.2 Etiologi6

BAB III REKAM MEDIK 83.1 signalement83.2 Anamnesis83.3 Etiologi8

3.4 Tanda/Gejala Klinis83.5 Uji Laboratorium8

3.6 Diagnosis8

3.7 Prognosis9

3.8 Terapi9

BAB IV EVALUASI DAN PEMBAHASAN 124.1 Hasil124.2 Pembahasan13BAB V PENUTUP 155.1 Simpulan 155.2 Saran 15DAFTAR PUSTAKA 16LAMPIRAN

17

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena hanya oleh berkat dan penyertaan-Nya sehingga penulisan laporan Bedah Kasus Mandiri yang berjudul Vulnus Schissum Pada Anjing Lokal ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Laporan ini disusun untuk melaporkan hasil kegiatan Bedah Kasus di Laboratorium Bedah Veteriner RSH Sesetan.

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan laporan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah memberikan dukungan baik moril maupun material. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. drh. I Nyoman Adi Suratma, MS., selaku Dekan Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana.

2. Bapak drh. Wayan Gorda, M.Kes., selaku koordinator dan pembimbing bedah kasus mandiri laboratorium Bedah Veteriner.

3. Seluruh dosen laboratorium Bedah Veteriner yang telah memberi banyak pengetahuan, pengalaman, bantuan, dan dukungan selama koasistensi berlangsung.Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dan semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Denpasar, Februari 2015LAPORAN BEDAH KASUS MANDIRI

VULNUS SCHISSUM PADA ANJING LOKAL

Oleh :Ahmad Nuzuludin Kadri

0409005001

PENDIDIKAN PROFESI DOKTER HEWAN

LABORATORIUM BEDAH VETERINER

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2015Gambar 1. Persiapan Operasi

Gambar 2. Tindakan Operasi

Gambar 3. Penutupan Luka Pasca Operasi

iii

ii

21