viona pramayang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55646/3/skripsi tanpa bab pembahasan...

77
ANALISIS PENDAPATAN DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI TEMPE Skripsi FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2018 (Studi Kasus di Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah) Oleh Viona Pramayang

Upload: others

Post on 02-Nov-2020

41 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Viona Pramayang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55646/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN OK.pdf · Punggur Kabupaten Lampung Tengah menguntungkan dan layak karena R/C > 1 dan

ANALISIS PENDAPATAN DAN NILAI TAMBAH

AGROINDUSTRI TEMPE

Skripsi

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2018

(Studi Kasus di Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah)

OlehViona Pramayang

Page 2: Viona Pramayang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55646/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN OK.pdf · Punggur Kabupaten Lampung Tengah menguntungkan dan layak karena R/C > 1 dan

ABSTRAK

ANALISIS PENDAPATAN DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI

TEMPE DI KECAMATAN PUNGGUR KABUPATEN LAMPUNG

TENGAH

Oleh

Viona Pramayang

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat pendapatan dan nilai tambah

agroindustri tempe. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus. Lokasi

penelitian dipilih secara purposive di Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung

Tengah, dengan pertimbangan bahwa Kabupaten Punggur memiliki jumlah

produsen tempe terbanyak di Kabupaten Lampung Tengah. Sampel dipilih

dengan metode accidental sampling di tiga desa. Jumlah responden adalah 42

responden. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan

sekunder. Hasil penelitian menunjukkan bahwa agroindustri tempe di Kecamatan

Punggur Kabupaten Lampung Tengah menguntungkan dan layak karena R/C > 1

dan nilai tambah positif.

Keywords: agroindustri tempe, nilai tambah, pendapatan

Page 3: Viona Pramayang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55646/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN OK.pdf · Punggur Kabupaten Lampung Tengah menguntungkan dan layak karena R/C > 1 dan

ABSTRACT

ANALYSIS OF INCOME AND ADDED VALUE OF

TEMPE AGROINDUSTRY IN PUNGGUR DISTRICT CENTRAL

LAMPUNG REGENCY

By

Viona Pramayang

This study aims to analyze the level of income and added value of tempe

agroindustry. This study uses a case study method. The research location is

chosen purposively in Punggur Subdistrict, Central Lampung Regency, with the

consideration that Punggur District has the highest number of tempe producers in

Central Lampung Regency. The sample chosen by accidental sampling method in

three villages. The number of respondents is 42 respondents. The data used in this

study are primary and secondary data. The results show that the tempe

agroindustry in Punggur District, Central Lampung Regency profitable and

feasible because R / C> 1 and positive added value.

Keywords : added value, income, tempe agroindustry

Page 4: Viona Pramayang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55646/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN OK.pdf · Punggur Kabupaten Lampung Tengah menguntungkan dan layak karena R/C > 1 dan

ANALISIS PENDAPATAN DAN NILAI TAMBAH

AGROINDUSTRI TEMPE

(Studi Kasus di Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah)

Oleh

Viona Pramayang

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA PERTANIAN

Pada

Jurusan Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2018

Page 5: Viona Pramayang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55646/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN OK.pdf · Punggur Kabupaten Lampung Tengah menguntungkan dan layak karena R/C > 1 dan
Page 6: Viona Pramayang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55646/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN OK.pdf · Punggur Kabupaten Lampung Tengah menguntungkan dan layak karena R/C > 1 dan
Page 7: Viona Pramayang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55646/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN OK.pdf · Punggur Kabupaten Lampung Tengah menguntungkan dan layak karena R/C > 1 dan

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Palembang pada tanggal 18 Mei 1996 dari

pasangan Bapak Suprayogi, S.E. dan Ibu Rahmawati.

Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara.

Penulis menyelesaikan pendidikan taman kanak-kanak di

TK Cinta Manis di Palembang pada tahun 2002, tingkat

Sekolah Dasar di SDN 1 Sawah Brebes pada tahun 2008,

tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Yayasan Kartika II-2 Bandar

Lampung pada tahun 2011, dan tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMAN

12 Bandar Lampung pada tahun 2014. Penulis terdaftar sebagai mahasiswi di

Universitas Lampung, Fakultas Pertanian, Jurusan Agribisnis pada tahun 2014

melalui jalur mandiri.

Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Srimulyo Kecamatan

Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah selama 40 hari pada bulan Januari hingga

Februari 2017. Selanjutnya, pada bulan Juli 2017 penulis melaksanakan Praktik

Umum (PU) di PTPN VII Unit Usaha Pematang Kiwah Natar Lampung Selatan.

Penulis berperan aktif dalam organisasi kemahasiswaan yaitu menjadi anggota

Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian (Himaseperta) Universitas

Lampung di bidang IV yaitu bidang Kewirausahaan pada periode tahun 2014

hingga tahun 2018.

Page 8: Viona Pramayang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55646/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN OK.pdf · Punggur Kabupaten Lampung Tengah menguntungkan dan layak karena R/C > 1 dan

SANWACANA

Bismillahirahmannirrahim,

Alhamdullilahirabbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT atas segala berkat,

limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

yang berjudul “Analisis Pendapatan dan Nilai Tambah Agroindustri Tempe

(Studi Kasus di Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah)”. Penulis

menyadari bahwa dalam penyelesaian skripsi ini tidak akan terealisasi dengan

baik tanpa adanya dukungan, bantuan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh

karena itu pada kesempatan ini dengan segala ketulusan hati penulis

menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., sebagai Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Lampung.

2. Dr. Teguh Endaryanto, S.P, M.Si., selaku Ketua Jurusan Agribisnis, atas

arahan, bantuan, dan nasihat yang telah diberikan.

3. Dr. Ir. Dwi Haryono, M.S., sebagai Dosen Pembimbing Pertama atas

ketulusan hati, bimbingan, arahan, nasihat, perhatian, serta ilmu yang

bermanfaat yang telah diberikan kepada penulis dari awal hingga akhir

perkuliahan dan selama proses penyelesaian skripsi.

4. Dr. Ir. Ktut Murniati, M.T.A., sebagai Dosen Pembimbing kedua yang telah

memberikan ketulusan hati dan kesabaran, bimbingan, arahan, motivasi,

Page 9: Viona Pramayang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55646/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN OK.pdf · Punggur Kabupaten Lampung Tengah menguntungkan dan layak karena R/C > 1 dan

perhatian, nasihat, saran dan ilmu yang bermanfaat kepada penulis selama

proses penyelesaian skripsi.

5. Dr. Ir. Sudarma Widjaya, M.S., selaku Dosen Pembahas atas ketulusannya

memberikan masukan, arahan, motivasi, bimbingan, nasihat, saran dan ilmu

yang bermanfaat yang telah diberikan untuk penyempurnaan skripsi ini.

6. Dr. Ir. Wuryaningsih Dwi Sayekti, M.S., sebagai Dosen Pembimbing

Akademik atas arahan, bantuan, dan nasihat yang telah diberikan.

7. Ir. Indah Nurmayasari, M.Sc, selaku Sekertaris Jurusan Agribisnis, atas

arahan, bantuan, motivasi dan nasihat yang telah diberikan.

8. Teristimewa untuk kedua orangtuaku, Ayahanda tercinta Alm. Suprayogi,

S.E, dan Ibunda tersayang Rahmawati, yang selalu memberikan restu,

kasih sayang, perhatian, semangat, motivasi, nasihat, saran, serta doa yang

tak pernah terputus hingga tercapainya gelar Sarjana Pertanian ini.

9. Kedua kakakku tercinta Yudha Meihendra,S.T dan Leo Adhe Krisna,

S.TP. yang selalu memberikan semangat, dukungan, arahan dan motivasi

kepada penulis.

10. Kedua Kakak iparku Laras Anggita Wn, S.E. dan Kusnul Khotimah yang

selalu memberi dukungan, semangat, dan perhatian kepada penulis.

11. Seluruh Dosen dan Karyawan di Jurusan Agribisnis (Mba Ayi, Mba Iin,

Mas Boim, dan Mas Bukhari) atas semua bantuan yang telah diberikan

selama penulis menjadi mahasiswi di Universitas Lampung.

12. Sahabat-sahabatku dikampus yaitu Yudia Anggun Kirana, S.P, Shofia

Salsabilla, S.P, Rizky Marliani Putri, S.P, Tiara Shinta Anggraeni, S.P,

Ellenia Dafri, S.P, Rosi Jayanti, dan Vania Liandra, atas saran, nasihat,

Page 10: Viona Pramayang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55646/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN OK.pdf · Punggur Kabupaten Lampung Tengah menguntungkan dan layak karena R/C > 1 dan

bantuan, dukungan dan semangat berjuang untuk penulis, serta sahabat-

sahabat lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

13. Sahabat-sahabat terkasih Arci Tamara, Sendy Maulana, Md Hilman Dzikri

yang sudah memberi dukungan, bantuan, dan menemani penulis selama

menyelesaikan skripsi ini.

14. Sahabat-sahabat terbaik sejak dulu kala yaitu Muslimah, Aulia, Grecitha,

Irma, Vina, Kiting, Cahya, Ditha, dan Chichi terimakasih atas dukungan,

nasihat, hiburan, dan pertemanan yang selama ini selalu memberikan

kebahagian dikala kesedihan.

15. Teman seperjuangan KKN yaitu Uchi, Gita, Tyas, Enda, Rico, Bang anto,

Bang yodhi, dan Tommy terimakasih telah memberi kecerian selama ini.

16. Teman-teman seperjuangan Agribisnis 2014 Syendita , Selvi, Mamat,

Yudi, Yohana, Shelma, Kidal, Rosi, Vita, Sita, Septi, Yazid, Tegar, Sabel,

Vero, Kia, Rosita, Rohayani serta teman-teman lainnya yang tidak dapat

penulis sebutkan satu persatu. terimakasih atas nasihat, kebersamaan, dan

bantuan yang diberikan kepada penulis selama ini.

17. Atu dan Kiyai Agribisnis 2013 atas dukungan dan bantuan kepada

penulis.

18. Almamater tercinta dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

satu per satu yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, dengan

segala kekurangan yang ada, penulis berharap semoga skripsi ini tetap

bermanfaat bagi kita semua. Mohon maaf atas segala kesalahan dan kekhilafan

Page 11: Viona Pramayang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55646/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN OK.pdf · Punggur Kabupaten Lampung Tengah menguntungkan dan layak karena R/C > 1 dan

selama proses penulisan skripsi ini. Semoga ALLAH SWT memberikan balasan

terbaik atas segala bantuan yang telah diberikan. Aamiin ya Rabbalalaamiin.

Bandar Lampung, 18 November 2018

Penulis, Viona Pramayang

Page 12: Viona Pramayang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55646/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN OK.pdf · Punggur Kabupaten Lampung Tengah menguntungkan dan layak karena R/C > 1 dan

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ......................................................................................

DAFTAR GAMBAR .................................................................................

I. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. Latar Belakang ........................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah .................................................................................. 8

C. Tujuan Penelitian ................................................................................... 9

D. Manfaat Penelitian ................................................................................. 9

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN .................. 11

A. Tinjauan Pustaka .................................................................................... 11

1. Kedelai ............................................................................................ 11

2. Tempe .............................................................................................. 12

3. Ekonomi Tempe .............................................................................. 16

4. Konsep Agribisnis dan Agroindustri ............................................... 18

5. Teori Pendapatan ............................................................................. 21

6. Teori Nilai Tambah ......................................................................... 23

7. Kajian Penelitian Terdahulu ........................................................... 26

B. Kerangka Pemikiran .............................................................................. 28

III. METODE PENELITIAN ......................................................................... 37

A. Metode Penelitian .................................................................................. 37

B. Konsep Dasar dan Definisi Operasional ................................................ 37

C. Lokasi, Responden, dan Waktu Penelitian ............................................. 40

D. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data ........................................... 42

E. Metode Analisis ...................................................................................... 42

1. Analisis Pendapatan ........................................................................... 42

2. Analisis Nilai Tambah ...................................................................... 43

IV. GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN................. 46

A. Keadaan umum Kabupaten Lampung Tengah............................. 46

1. Keadaan geografis.................................................................. 46

2. Kondisi fisik........................................................................... 47

3. Kependudukan....................................................................... 48

4. Visi dan Misi Kabupaten Lampung Tengah.......................... 48

Page 13: Viona Pramayang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55646/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN OK.pdf · Punggur Kabupaten Lampung Tengah menguntungkan dan layak karena R/C > 1 dan

5. Deskripsi Kelembagaan Pemerintah...................................... 50

6. Sosial Budaya dan Agama..................................................... 51

7. Ekonomi dan Politik............................................................... 52

B. Kecamatan Punggur ........................................................................

53

83

LAMPIRAN.............................................................................................. 87

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.................................. 55

A. Karakteristik Responden Pengrajin Tempe.................................. 55

1. Umur responden.................................................................... 55

2. Tingkat pendidikan responden.............................................. 56

3. Jumlah tanggungan keluarga responden................................ 57

4. Jenis kelamin......................................................................... 58

B. Pengadaan Sarana Produksi pada Agroindustri Tempe.............. 58

1. Pengadaan bahan baku.......................................................... 58

2. Pengadaan bahan baku penunjang......................................... 59

3. Penggunaan peralatan............................................................ 61

4. Tenaga kerja.......................................................................... 64

C. Proses Pengolahan Pada Agroindustri Tempe............................. 65

1. Proses pembuatan tempe........................................................ 65

2. Produksi tempe....................................................................... 73

3. Analisis pendapatan............................................................... 75

4. Analisis nilai tambah.............................................................. 78 VI. KESIMPULAN DAN SARAN....................................................... 81

A. Kesimpulan ................................................................................ 81 B. Saran ............................................................................................ 81

Page 14: Viona Pramayang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55646/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN OK.pdf · Punggur Kabupaten Lampung Tengah menguntungkan dan layak karena R/C > 1 dan

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Perkembangan produksi kedelai di Provinsi Lampung

tahun 2014-2016 ..........................................................................................

2

2. Perkembangan harga kedelai di Provinsi Lampung ................................... 3

3. Komposisi zat gizi tempe per 100 gram ..................................................... 4

4. Jumlah agroindustri tempe di Provinsi Lampung

tahun 2017 ....................................................................................................

5

5. Jumlah agroindustri tempe di Kabupaten Lampung Tengah tahun

2017 .............................................................................................................

6

6. Kajian penelitian terdahulu .......................................................................... 31

7. Jumlah populasi agroindustri tempe di Kecamatan Punggur

Kabupaten Lampung Tengah .......................................................................

41

8. Prosedur perhitungan nilai tambah metode Hayami .................................... 44

9. Luas wilayah Kecamatan di Kabupaten Lampung Tengah............... 47

10. Jumlah Desa/Kelurahan menurut Kecamatan di Kabupaten

Lampung Tengah...............................................................................

51

11. Sebaran jumlah tanggungan keluarga responden pengrajin tempe

di Kecamaan Punggur Kabupaten Lampung Tengah........................

57

12. Kebutuhan, harga beli, dan biaya bahan-bahan penunjang pada

bulan Maret di agroindustri tempe Kecamatan Punggur Kabupaten

Lampung Tengah...............................................................................

60

13. Penyusutan peralatan per bulan pada agroindustri tempe di

Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah...........................

62

Page 15: Viona Pramayang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55646/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN OK.pdf · Punggur Kabupaten Lampung Tengah menguntungkan dan layak karena R/C > 1 dan

14. Banyaknya penggunaan tenaga kerja dan upah tenaga kerja per

bulan pada agroindustri tempe di Kecamatan Punggur Kabupaten

Lampung Tengah...............................................................................

64

15. Produksi tempe per bulan di Agroindustri tempe Kecamatan

Punggur Kabupaten Lampung Tengah..............................................

74

16. Perhitungan pendapatan dan R/C rasio pada agroindustri tempe di

Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah selama satu

bulan..................................................................................................

77

17. Analisis nilai tambah pada agroindustri tempe di Kecamatan

Punggur Kabupaten Lampung Tengah selama satu bulan, tahun

2018...................................................................................................

79

18. Identitas responden agroindustri tempe Kecamatan Punggur

Kabupaten Lampung Tengah............................................................

87

19. Biaya penyusutan peralatan agroindustri tempe Kecamatan

Punggur Kabupaten Lampung Tengah..............................................

89

20. Tenaga kerja pada agroindustri tempe Kecamatan Punggur

Kabupaten Lampung Tengah per bulan............................................

117

21. Rata-rata penerimaan agroindustri tempe Kecamatan Punggur

Kabupaten Lampung Tengah per bulan............................................

137

22. Biaya saprodi pada agroindustri tempe Kecamatan Punggur

Kabupaten Lampung Tengah per bulan............................................

141

23. Sumbangan input lain pada agroindustri tempe Kecamatan

Punggur Kabupaten Lampung Tengah per kilogram bahan baku.....

143

Page 16: Viona Pramayang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55646/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN OK.pdf · Punggur Kabupaten Lampung Tengah menguntungkan dan layak karena R/C > 1 dan

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Tahap-tahap proses pembuatan tempe ......................................................... 16

2. Sistem agribisnis .......................................................................................... 18

3. Kerangka pemikiran Analisis Pendapatan dan Nilai Tambah

Agroindustri Tempe Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung

Tengah .........................................................................................................

30

4 Sebaran responden di Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung

Tengah menurut golongan umur.....................................................

55

5 Tingkat pendidikan formal responden di Kecamatan Punggur

Kabupaten Lampung Tengah............................................................

56

6 Peralatan yang digunakan dalam proses pengolahan tempe............. 63

7 Tahap-tahap proses pembuatan tempe pada Agroindustri tempe di

Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah...........................

66

8 Tahap perebusan kedelai di Agroindustri tempe Kecamatan

Punggur Kabupaten Lampung Tengah..............................................

68

9 Tahapan penirisan dan pendinginan di Agroindustri tempe

Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah...........................

69

10 Mesin pemecah biji kedelai yang dimiliki agroindustri tempe di

Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah...........................

70

11 Ragi yang digunakan pengrajin tempe di Kecamatan Punggur

Kabupaten Lampung Tengah............................................................

71

12 Proses pengemasan pada agroindustri tempe di Kabupaten

Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah...........................

72

13 Proses fermentasi pada agroindustri tempe di Kecamatan Punggur

Kabupaten Lampung Tengah............................................................

72

Page 17: Viona Pramayang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55646/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN OK.pdf · Punggur Kabupaten Lampung Tengah menguntungkan dan layak karena R/C > 1 dan

14 Penyusunan tempe di rak tempe........................................................ 73

Page 18: Viona Pramayang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55646/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN OK.pdf · Punggur Kabupaten Lampung Tengah menguntungkan dan layak karena R/C > 1 dan

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanaman pangan merupakan salah satu komoditas penting sebagai kebutuhan

dasar setiap manusia. Menurut Subekti, Effendi, dan Syfruddin (2007),

tanaman pangan merupakan berbagai jenis tumbuhan yang telah lama

dimanfaatkan dan dapat dimakan atau dikonsumsi oleh manusia. Salah satu

komoditas pertanian tanaman pangan yang mempunyai peluang pasar cukup

baik, dan produksi yang cukup besar adalah komoditas kedelai.

Kedelai merupakan sumber protein nabati paling populer bagi masyarakat

Indonesia pada umumnya. Rata-rata kebutuhan kedelai per tahun adalah 2,2

juta ton. Ironisnya pemenuhan kebutuhan kedelai sebanyak 67,99 persen

harus diimpor dari luar negeri. Hal ini terjadi karena produksi dalam negeri

tidak mampu mencukupi permintaan produsen tempe dan tahu. Indonesia

merupakan negara produsen tempe terbesar di dunia dan menjadi pasar

kedelai terbesar di Asia (Kementerian Pertanian, 2017).

Tanaman kedelai menyebar hampir secara merata di seluruh wilayah

Indonesia salah satunya yaitu Provinsi Lampung, meskipun Provinsi

Lampung bukan merupakan sentra penghasil kedelai di Indonesia. Hal ini

Page 19: Viona Pramayang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55646/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN OK.pdf · Punggur Kabupaten Lampung Tengah menguntungkan dan layak karena R/C > 1 dan

2

disebabkan oleh ketidaksesuaian lahan dan iklim dalam mengembangkan

tanaman kedelai. Perkembangan produksi kedelai di Provinsi Lampung tahun

2014-2016 dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Perkembangan produktivitas kedelai di Provinsi Lampung tahun

2014-2016

Kabupaten

2014 2015 2016

Produksi Produksi Produksi

(ton) (ton) (ton)

L. Barat 48 477 127

Tanggamus 3.095 1.258 1562

L. Selatan 2.582 1.205 307

L. Timur 1.085 1.693 3345

L. Tengah 2.479 1.331 431

L. Utara 1.754 462 335

Way Kanan 903 272 114

T. Bawang 1.307 803 405

Pesawaran 45 6 -

Pringsewu 120 405 181

Mesuji 218 1.635 906

T.B. Barat - 12 -

P. Barat 41 254 2.247

B. Lampung - - -

Metro 100 1 -

Lampung 13.777 9.815 9.960

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, 2017a

Tabel 1 menunjukkan bahwa Kabupaten Lampung Tengah mengalami

penurunan produksi sebesar 1,47 persen. Penurunan produksi tersebut

disebabkan oleh iklim yang tidak sesuai dengan tanaman kedelai serta lahan

kedelai yang semakin berkurang. Penurunan produksi kedelai di Kabupaten

Lampung Tengah menyebabkan para pengrajin tempe mengalami kesulitan

dalam mendapatkan kedelai sebagai bahan baku utama, sehingga dalam

mengatasi masalah tersebut para pengrajin tempe harus mengimpor dari

negara lain seperti China dan Amerika. Selain sulitnya mencari kedelai para

pengrajin tempe juga mengeluh mengenai harga kedelai yang selalu

Page 20: Viona Pramayang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55646/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN OK.pdf · Punggur Kabupaten Lampung Tengah menguntungkan dan layak karena R/C > 1 dan

3

berfluktuasi, walaupun harga yang berfluktuasi tersebut tidak terlalu besar

selisihnya namun akan mempengaruhi terhadap biaya total produksi yang

mereka keluarkan dalam proses pembuatan tempe. Rata perkembangan harga

kedelai selama lima tahun di Provinsi Lampung secara lengkap dapat dilihat

pada Tabel 2.

Tabel 2. Perkembangan harga kedelai di Provinsi Lampung tahun 2012-2016

Tahun Harga kedelai (Rp/kg)

2012 8.500

2013 8.800

2014 8.300

2015 7.200

2016 7.500

Rata-rata 8.060

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, 2017b

Tabel 2 menunjukkan bahwa rata-rata harga kedelai dari tahun 2012-2016

sebesar Rp8.060,00, sedangkan jika dilihat dari lima tahun terakhir harga

kedelai mengalami fluktuasi. Harga kedelai tertinggi terjadi pada tahun 2013

sedangkan harga kedelai terendah terjadi pada tahun 2015. Harga yang ada

tersebut juga merupakan harga kedelai impor yang ditetapkan oleh

Pemerintah.

Kedelai diperuntukkan bagi konsumsi manusia sebagai makanan atau

minuman, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan,

pengolahan, atau pembuatan makanan dan minuman. Kedelai banyak

dimanfaatkan oleh masyarakat untuk diolah menjadi tempe karena kedelai

memiliki kandungan zat gizi yang banyak apalagi jika diolah menjadi tempe.

Page 21: Viona Pramayang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55646/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN OK.pdf · Punggur Kabupaten Lampung Tengah menguntungkan dan layak karena R/C > 1 dan

4

Komposisi zat gizi tempe dari kedelai per 100 gram bahan yang dimakan

secara lengkap disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Komposisi zat gizi tempe per 100 gram

Zat gizi Jumlah

Air 64 gram

Energi 149 kkal

Protein 18,3 gram

Lemak 4,0 gram

Karbohidrat 12,7 gram

Abu 129 gram

Kalsium 129 mg

Fosfor 154 mg

Besi 10 mg

Sumber: Daftar Komposisi Bahan Makanan (2005)

Tabel 3 menunjukkan bahwa tempe hampir memiliki semua kandungan gizi

yang dibutuhkan oleh masyarakat yang setara dengan kandungan daging

ayam. Kandungan zat gizi tempe yang cukup besar yaitu energi sebesar 149

kkal. Tempe juga merupakan bahan pangan yang penting sebagai makanan

sehari-hari bagi masyarakat dan mempunyai permintaan yang tinggi, selain

itu harga tempe yang terjangkau yang membuat masyarakat tidak pernah

bosan untuk memakan tempe.

Proses pembuatan tempe yang sangat mudah menyebabkan masyarakat

banyak yang berprofesi sebagai pengarajin tempe dengan memanfaatkan

kedelai yang ada. Berikut dapat dilihat jumlah agroindustri tempe di Provinsi

Lampung tahun 2017 pada Tabel 4. Tabel 4 menunjukkan bahwa jumlah

agroindustri tempe di Provinsi Lampung sebanyak 3.463 orang dengan

kebutuhan kedelai sebanyak 4.604.046 kg per bulan yang tersebar di 12

kabupaten/kota di Provinsi Lampung.

Page 22: Viona Pramayang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55646/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN OK.pdf · Punggur Kabupaten Lampung Tengah menguntungkan dan layak karena R/C > 1 dan

5

Tabel 4. Jumlah agroindustri tempe di Provinsi Lampung tahun 2017

No. Kabupaten Jumlah Pengrajin

Tempe (orang)

Kebutuhan Kedelai

per Bulan (kg)

Jumlah

Kecamatan

1. Bandar Lampung 542,00 786.950,00 10

2. Lampung

Tengah

667,00 827.410,00 26

3. Lampung Utara 95,00 192.500,00 4

4. Lampung Selatan 472,00 585.050,00 16

5. Pesawaran 177,00 369.900,00 6

6. Lampung Timur 226,00 417.000,00 20

7. Lampung Barat 101,00 97.675,00 9

8. Way Kanan 321,00 396.315,00 13

9. Tanggamus 212,00 88.691,00 8

10. Tulang Bawang 207,00 378.920,00 12

11. Metro 138,00 179.050,00 5

12. Pringsewu 305,00 284.585,00 7

Jumlah 3.463,00 4.604.046,00 136

Sumber: Data Primkopti Provinsi Lampung, 2017a

Tabel 4 menunjukkan bahwa Kabupaten Lampung Utara memiliki jumlah

pengrajin tempe yang paling sedikit yaitu berjumlah 95 orang, sedangkan

Kabupaten Lampung Tengah merupakan kabupaten yang memiliki jumlah

pengrajin terbanyak yaitu 667 orang. Kebutuhan kedelai per bulan paling

sedikit terdapat di Kabupaten Tanggamus yaitu sebanyak 88.691 kg/bulan,

sedangkan kebutuhan kedelai per bulan paling banyak terdapat di Kabupaten

Lampung Tengah yaitu sebanyak 827.410 kg/bulan. Agroindustri tempe di

Kabupaten Lampung Tengah tersebut tersebar di berbagai kecamatan dan

desa. Jumlah agroindustri tempe di Kabupaten Lampung Tengah tahun 2017

dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 menunjukkan bahwa Kecamatan Punggur merupakan kecamatan

yang memiliki jumlah pengrajin terbanyak yaitu sebesar 69 orang yang

tersebar di sembilan desa.

Page 23: Viona Pramayang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55646/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN OK.pdf · Punggur Kabupaten Lampung Tengah menguntungkan dan layak karena R/C > 1 dan

6

Tabel 5. Jumlah agroindustri tempe di Kabupaten Lampung Tengah tahun

2017

No. Kecamatan Jumlah Pengrajin Tempe (orang) Jumlah Desa

1 Timurjo 57 7

2 Punggur 69 9

3 Kota Gajah 32 6

4 Seputih Banyak 49 6

5 B.Surabaya 17 4

6 Gunung Sugih 7 3

7 Putra Rumbia 2 1

8 Seputih Raman 37 7

9 S. Mataram 18 2

10 S. Surabaya 38 8

11 Seputih Agung 41 9

12 Way Seputih 22 2

13 TR. Nyunyai 18 3

14 Terbanggi Besar 23 1

15 Bangun Rejo 36 7

16 Bekri 19 1

17 Sendang 22 2

18 Pubian 35 4

19 Anak Ratu Aji 6 1

20 Padang Ratu 11 3

21 Kali Rejo 46 8

22 B.Mataram 13 1

23 Rumbia 16 3

24 Bumi Nabung 10 3

25 B.Ratu Nuban 20 2

26 Selagai Lingga 3 1

Sumber: Data Primkopti Provinsi Lampung, 2017b

Agroindustri tempe merupakan kegiatan pengolahan kedelai dalam upaya

meningkatkan nilai tambah produk, menghasilkan produk yang dapat

dipasarkan, dapat digunakan atau dapat dimakan, dan menambah pendapatan

dan keuntungan bagi produsen. Berdasarkan hasil survei, pengrajin tempe di

Kecamatan Punggur dalam proses produksinya tentu akan membutuhkan

jumlah kedelai yang berbeda-beda yaitu berkisaran 550-2.500 kg per bulan.

Para pengrajin tempe memanfaatkan kedelai impor yang ada disekitar lokasi

usaha untuk kegiatan pengolahan kedelai menjadi tempe. Hal tersebut

Page 24: Viona Pramayang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55646/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN OK.pdf · Punggur Kabupaten Lampung Tengah menguntungkan dan layak karena R/C > 1 dan

7

dikarenakan produksi kedelai lokal tidak mampu mencukupi kebutuhan para

pengrajin, serta kualitas kedelai impor lebih bagus dibandingkan kedelai

lokal. Pengolahan merupakan suatu proses transformasi atau perubahan suatu

bentuk komoditas menjadi suatu produk yang memiliki nilai tambah.

Pengolahan juga merupakan salah satu dari lima subsistem agribisnis. Proses

pengolahan kedelai menjadi tempe tersebut akan menghasilkan pendapatan

bagi para pengrajin.

Pendapatan merupakan selisih antara penerimaan total dengan biaya total.

Pendapatan dapat dicerminkan dalam bentuk imbalan untuk jasa pengelolaan

yang menggunakan lahan, tenaga kerja, dan modal yang dimiliki dalam

beragroindustri. Proses pengolahan kedelai juga akan menghasilkan nilai

tambah bagi produk utamanya yaitu kedelai. Menurut Hayami (1987) dalam

Anggraeni (2017) nilai tambah adalah penambahan nilai suatu komoditas

karena adanya input fungsional yang diberlakukan pada komoditas yang

bersangkutan, dengan nilai tambah juga dapat diketahui keuntungan bahan

baku per kilogramnya.

Pengolahan hasil yang baik dilakukan oleh produsen dapat meningkatkan

nilai tambah dari hasil pertanian yang diproses. Menurut Soekartawi (2010)

komponen pengolahan hasil pertanian menjadi penting karena pertimbangan

diantaranya: a) meningkatkan nilai tambah, b) meningkatkan kualitas hasil, c)

meningkatkan penyerapan tenaga kerja, d) meningkatkan keterampilan

produsen, e) meningkatkan pendapatan produsen.

Page 25: Viona Pramayang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55646/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN OK.pdf · Punggur Kabupaten Lampung Tengah menguntungkan dan layak karena R/C > 1 dan

8

B. Rumusan Masalah

Kabupaten Lampung Tengah merupakan kabupaten yang produksi kedelainya

mengalami penurunan sedangkan memiliki jumlah pengrajin terbanyak di

Provinsi Lampung. Penurunan produksi kedelai tersebut menyebabkan para

pengrajin tempe memanfaatkan kedelai impor yang ada disekitar lokasi

usaha. Hal tersebut dikarenakan produksi kedelai lokal tidak mampu

mencukupi kebutuhan para pengrajin, serta kualitas kedelai impor yang lebih

bagus dibandingkan kedelai lokal. Hasil penelitian Anggraeni (2017)

menunjukkan bahwa kualitas kedelai impor memiliki kelebihan yang lebih

baik daripada kedelai lokal, yaitu harga yang relatif murah dan memiliki

ukuran biji kedelai yang lebih besar sehingga saat direbus kedelai akan

mengembang dan tempe yang dihasilkan akan lebih padat.

Kedelai impor yang digunakan oleh agroindustri tempe di Kecamatan

Punggur tentu akan mempengaruhi kualitas tempe yang dihasilkan seperti

bentuk, ukuran, dan rasa. Penggunaan kedelai impor tentunya akan

mempengaruhi pendapatan dan nilai tambah dari agroindustri tempe di

Kecamatan Punggur apakah akan meningkatkan pendapatan dan nilai tambah

atau tidak.

Harga kedelai di Provinsi Lampung dari tahun 2012-2016 mengalami

fluktuasi. Harga yang berfluktuasi tersebut tidak akan mempengaruhi harga

jual tempe dipasaran, dimana harga tempe yang ditawarkan kepada konsumen

bermacam-macam mulai dari harga Rp500,00-Rp4.000,00.

Page 26: Viona Pramayang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55646/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN OK.pdf · Punggur Kabupaten Lampung Tengah menguntungkan dan layak karena R/C > 1 dan

9

Agroindustri tempe di Kecamatan Punggur dengan kondisi yang ada tersebut

tidak dapat meningkatkan harga jual tempe karena kondisi pasar dan

konsumen yang tidak memungkinkan untuk menaikkan harga jual meskipun

biaya produksi yang dikeluarkan terkadang cukup besar. Hal tersebut akan

mempengaruhi pendapatan dan nilai tambah dari agroindustri itu sendiri.

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat diidentifikasi permasalahan penelitian

sebagai berikut:

1) Berapakah besarnya pendapatan agroindustri tempe di Kecamatan

Punggur Kabupaten Lampung Tengah?

2) Berapakah besarnya nilai tambah agroindustri tempe di Kecamatan

Punggur Kabupaten Lampung Tengah?

C. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Menganalisis tingkat pendapatan agroindustri tempe di Kecamatan

Punggur Kabupaten Lampung Tengah.

2) Menganalisis nilai tambah agroindustri tempe di Kecamatan Punggur

Kabupaten Lampung Tengah.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk:

1) Bagi produsen tempe, agar lebih mengembangkan produknya dan

meningkatkan nilai tambah.

Page 27: Viona Pramayang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55646/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN OK.pdf · Punggur Kabupaten Lampung Tengah menguntungkan dan layak karena R/C > 1 dan

10

2) Pemerintah, sebagai bahan informasi dan pertimbangan bagi pemerintah

dalam mengambil keputusan kebijakan pertanian yang berhubungan

dengan pengembangan agroindustri tempe.

3) Peneliti lain, sebagai bahan pembanding atau pustaka untuk peneliti lain

yang berhubungan dengan masalah-masalah relevan dalam penelitian ini.

Page 28: Viona Pramayang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55646/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN OK.pdf · Punggur Kabupaten Lampung Tengah menguntungkan dan layak karena R/C > 1 dan

11

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PENELITIAN

A. Tinjauan Pustaka

1. Kedelai

Perkembangan kedelai pertama kali di Indonesia ditemukan pada

publikasi oleh Rumphius dalam Herbarium Amboinense yang

diselesaikan pada tahun 1673 dan menyebutkan bahwa kedelai ditanam

di Amboina (Ambon). Menurut Suprapto (2002), kedudukan tanaman

kedelai dalam sistematik tumbuhan (taksonomi) diklasifikasikan sebagai

berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Sub Divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Rosales

Famili : Leguminoceae

Sub Famili : Papilionoideae

Genus : Glycine

Species : Glycine max L. Merrill

Kedelai mempunyai nilai guna yang cukup tinggi karena bisa

dimanfaatkan sebagai bahan pangan, pakan, dan bahan baku industri,

Page 29: Viona Pramayang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55646/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN OK.pdf · Punggur Kabupaten Lampung Tengah menguntungkan dan layak karena R/C > 1 dan

12

baik skala kecil maupun besar. Kedelai mengandung kadar protein lebih

dari 40 persen dan lemak 10-15 persen. Produk pangan berbahan baku

kedelai ini dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu dalam bentuk hasil

nonfermentasi dan fermentasi (Adisarwanto, 2002).

2. Tempe

Pada awalnya tempe hanya terkenal di pulau Jawa dan merupakan

makanan yang biasa dimakan dan dihidangkan setiap hari. Seiring

dengan berjalannya waktu, tempe tidak hanya dikenal dipulau Jawa,

melainkan hampir seluruh pelosok Indonesia dan biasa disebut sebagai

makan Nasional (Wirakusuma dan Sari 2005). Hingga saat ini kedelai

masih merupakan bahan utama untuk pembuatan tempe (Sarwono, 2005).

Menurut Hidayat (2009) dalam Anggraeni (2017), proses pembuatan

tempe terdapat beberapa tahapan yaitu sebagai berikut :

a. Tahap sortasi

Menurut Supriono (2003), sebelum melakukan proses produksi

diperlukan sortasi bahan baku berdasarkan standarisasi kedelai,

membuang biji kedelai cacat dan muda, membuang kotoran, serangga

dan bahan leguminosa lainnya (beras dan jagung).

b. Tahap Pencucian

Pencucian bertujuan untuk menghilangkan kotoran yang melekat

maupun tercampur diantara biji kedelai. Diperlukan cukup banyak air

Page 30: Viona Pramayang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55646/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN OK.pdf · Punggur Kabupaten Lampung Tengah menguntungkan dan layak karena R/C > 1 dan

13

dalam proses produksi tempe baik untuk sanitasi, medium penghantar

panas, maupun pada proses pengolahan.

c. Tahap Perebusan I

Perebusan bertujuan untuk melunakkan biji kedelai dan memudahkan

dalam pengupasan kulit serta bertujuan untuk menonaktifkan tripsin

inhibitor yang ada dalam biji kedelai. Selain itu perebusan I ini

bertujuan untuk mengurangi bau langu dari kedelai dan dengan

perebusan akan membunuh bakteri yang kemungkinan tumbuh.

Perebusan dilakukan selama 30 menit atau ditandai dengan mudah

terkelupasnya kulit kedelai jika ditekan dengan jari tangan.

d. Tahap Perendaman

Perendaman bertujuan untuk melunakkan biji dan mencegah

pertumbuhan bakteri pembusuk selama fermentasi. Ketika

perendaman pada kulit biji kedelai telah berlangsung proses

fermentasi oleh bakteri yang terdapat di air terutama oleh bakteri asam

laktat. Perendaman juga betujuan untuk memberikan kesempatan

kepada keping-keping kedelai menyerap air sehingga menjamin

pertumbuhan kapang menjadi optimum. Menurut Cahyadi (2006),

perendaman dilakukan selama ± 24 jam agar air dapat berdifusi ke

dalam biji kedelai.

e. Tahap Pengupasan

Tahap pengupasan kulit dapat dilakukan dengan dua cara yaitu cara

kering dan cara basah. Pengupasan cara kering yaitu dengan

Page 31: Viona Pramayang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55646/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN OK.pdf · Punggur Kabupaten Lampung Tengah menguntungkan dan layak karena R/C > 1 dan

14

mengeringkan kedelai terlebih dahulu pada suhu 104oC selama 10

menit atau dengan pengeringan sinar matahari selama 1-2 jam.

Pengupasan secara basah dapat dilakukan setelah biji mengalami

hidrasi yaitu setelah perebusan atau perendaman. Biji yang telah

mengalami hidrasi lebih mudah dipisahkan dari bagian kulitnya,

biasanya dengan meremas-remas biji kedelai hingga kulitnya

terkelupas (Hidayat, 2009).

f. Tahap Perebusan II

Tahap perebusan II ini bertujuan untuk membunuh bakteri-bakteri

kontaminan, mengaktifkan senyawa tripsin inhibitor, dan membantu

membebaskan senyawa-senyawa dalam biji yang diperlukan untuk

pertumbuhan jamur. Menurut Dwinaningsih (2010), pada perebusan

II ini biji kedelai direbus pada suhu 100oC selama 20-30 menit supaya

menjadi lunak sehingga dapat ditembus oleh miselia kapang yang

menyatukan biji dan tempe menjadi kompak.

g. Tahap Penirisan dan Pendinginan

Tahapan ini bertujuan untuk mengurangi kandungan air dalam biji,

mengeringkan permukaan biji dan menurunkan suhu biji sampai

sesuai dengan kondisi pertumbuhan jamur, air yang berlebihan dalam

biji dapat menyebabkan penghambatan pertumbuhan jamur dan

menstimulasi pertumbuhan bakteri-bakteri kontaminan sehingga

menyebabkan pembusukan terhadap kedelai dan mempercepat proses

pembuatan tempe (Hidayat, 2009).

Page 32: Viona Pramayang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55646/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN OK.pdf · Punggur Kabupaten Lampung Tengah menguntungkan dan layak karena R/C > 1 dan

15

h. Tahap Inokulasi (Peragian)

Inokulasi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu (1) penebaran

inokulum pada permukaan kacang kedelai yang sudah dingin dan

dikeringkan lalu dicampur merata sebelum pembungkusan; atau (2)

inokulum dapat dicampurkan langsung pada saat perendaman,

dibiarkan beberapa lama, lalu dikeringkan. Menurut Astuti (2009),

inokulum yang ditambahkan sebanyak 0,5 persen dari berat bahan

baku.

i. Tahap Pengemasan

Pengemasan merupakan suatu cara dalam memberikan kondisi

sekeliling yang tepat bagi bahan pangan dan dengan demikian

membutuhkan perhatian yang lebih besar secara nyata. Pengemasan

akan berperan sangat penting dalam mempertahankan bahan tersebut

dalam keadaan bersih dan higienis. Berbagai bahan pembungkus atau

wadah dapat digunakan, seperti daun pisang, daun waru, daun jati, dan

plastik.

j. Tahap Inkubasi (Fermentasi)

Saat kacang kedelai dicampur ragi tempe atau Rhizopus sp, maka

langsung dimulailah proses fermentasi ini. Menurut Hidayat (2006),

inkubasi dilakukan pada suhu 25oC-37

oC selama 36-48 jam. Selama

inkubasi terjadi proses fermentasi yang menyebabkan perubahan

komponen-komponen dalam biji kedelai. Tahapan fermentasi

merupakan tahapan terakhir dalam proses pembuatan tempe.

Page 33: Viona Pramayang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55646/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN OK.pdf · Punggur Kabupaten Lampung Tengah menguntungkan dan layak karena R/C > 1 dan

16

Adapun tahap-tahap proses pembuatan tempe disajikan pada Gambar

1.

Gambar 1. Tahap-tahap proses pembuatan tempe

3. Ekonomi Tempe

Tempe merupakan makanan tradisional yang telah lama dikenal di

Indonesia, di dalam SNI No. 01-3144-1992 tempe didefiniskan sebagai

produk makanan hasil fermentasi biji kedelai oleh kapang tertentu,

berbentuk padatan kompak dan berbau khas serta berwarna putih atau

Sortasi

Pencucian

Perebusan I

Perendaman

Pengupasan

Perebusan II

Penirisan

Penginokulasi

Pengemasan

Fermentasi

Page 34: Viona Pramayang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55646/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN OK.pdf · Punggur Kabupaten Lampung Tengah menguntungkan dan layak karena R/C > 1 dan

17

sedikit keabu-abuan. Melalui proses fermentasi, komponen-komponen

nutrisi yang kompleks pada kedelai dicerna oleh kapang dengan reaksi

enzimatis dan dihasilkan senyawa-senyawa yang lebih sederhana

(Cahyadi, 2007).

Sudah sejak lama tempe merupakan salah satu makanan favorit rakyat

Indonesia karena harganya yang relatif murah, makanan berbahan dasar

kedelai ini akhirnya menjadi salah satu alternatif makanan untuk

memenuhi protein selain daging, ikan, dan telur. Harganya yang murah

menjadikan tempe melekat dengan julukan makanan rakyat.

Tidak jelas sejak kapan masyarakat Indonesia mulai mengkonsumsi

tempe. Namun, banyak literatur sejarah yang menyatakan bahwa

masyarakat Pulau Jawa sudah mengenal tempe sejak abad XVI. Dari

pulau Jawa, tempe kemudian menyebar ke seluruh penjuru Nusantara

hingga ke Eropa. Penyebaran tempe ke Eropa dipelopori oleh warga

negara Belanda. Walaupun penyebaran tempe pertama kali berasal dari

Indonesia, sayangnya saat ini Jepang sudah mendaftarkan paten untuk

tempe di tingkat Internasional. Sehingga jika salah satu produsen tempe

Indonesia akan mengekspor tempe keluar negeri harus membayar royalti

ke Jepang (Agromedia, 2007).

Pembuatan tempe membutuhkan bahan baku kedelai, dalam hal ini,

Indonesia masih memerlukan impor kedelai. Diperkirakan separuh lebih

produksi kedelai dan kedelai impor diolah menjadi tahu dan tempe

(Santoso,1993). Pemakaian kedelai impor untuk pembuatan tempe ini

selain mutunya yang bagus, juga persediaannya selalu ada di pasaran.

Page 35: Viona Pramayang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55646/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN OK.pdf · Punggur Kabupaten Lampung Tengah menguntungkan dan layak karena R/C > 1 dan

18

Hal ini berbeda dengan kedelai lokal yang persediaannya hanya

musiman, sehingga menyulitkan para pembuat tempe (Agromedia, 2007).

4. Konsep Agribisnis dan Agroindustri

Agribisnis merupakan suatu kegiatan yang utuh dan tidak dapat terpisah

antara satu kegiatan dan kegiatan lainnya, mulai dari proses produksi,

pengolahan hasil, pemasaran dan aktifitas lain yang berkaitan dengan

kegiatan pertanian (Soekartawi, 2001). Agribisnis adalah suatu kesatuan

sistem yang terdiri dari beberapa subsistem yang saling terkait erat, yaitu

subsistem pengadaan dan penyaluran sarana produksi (subsistem

agribisnis hulu), subsistem usahatani atau pertanian primer, subsistem

pengolahan, subsistem pemasaran, serta subsistem jasa dan penunjang.

Secara luas agribisnis adalah kegiatan usaha yang menunjang kegiatan

pertanian dan kegiatan usaha yang ditunjang oleh kegiatan pertanian.

Secara jelas sistem agribisnis dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Sistem Agribisnis (Soekartawi, 2001 dalam Anggraeni, 2017)

Subsistem

input dan

sarana

produksi

Subsistem

Pemasaran

Subsistem lembaga penunjang

Subsistem

Pengolahan

Subsistem

usahatani

Page 36: Viona Pramayang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55646/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN OK.pdf · Punggur Kabupaten Lampung Tengah menguntungkan dan layak karena R/C > 1 dan

19

Menurut Saragih (2000), agribisnis merupakan suatu cara lain untuk

melihat pertanian sebagai suatu sistem yang terkait antar satu dengan

yang lain. Keempat subsistem tersebut adalah:

1. Subsistem agribisnis hulu, mencakup semua kegiatan untuk

memproduksi dan menyalurkan input-input pertanian antara lain:

pupuk, bibit unggul, dan pestisida.

2. Subsistem agribisnis usahatani merupakan kegiatan di tingkat petani,

antara lain: lahan, tenaga kerja, modal, teknologi, dan lain-lain yang

menghasilkan produk pertanian.

3. Subsistem agribisnis hilir sering disebut sebagai kegiatan agroindustri

yang merupakan kegiatan industri yang menggunakan produk

pertanian sebagai bahan baku.

4. Subsistem lembaga penunjang yaitu kegiatan jasa yang melayani

pertanian seperti kebijakan pemerintah, perbankan, penyuluhan,

pembiayaan, dan lain-lain.

Strategi pembangunan yang berwawasan agribisnis pada dasarnya

menunjukan arah bahwa pengembangan agribisnis merupakan suatu

upaya yang sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu:

menarik dan mendorong munculnya industri baru di sektor pertanian,

menciptakan struktur pertanian yang tangguh, efesien dan fleksibel,

menciptakan nilai tambah, meningkatkan devisa, menciptakan lapangan

pekerjaan dan memperbaiki pembagian pendapatan (Soekartawi, 2001).

Agroindustri merupakan suatu kegiatan atau usaha yang mengolah bahan

baku yang berasal dari tanaman dan atau hewan melalui proses

Page 37: Viona Pramayang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55646/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN OK.pdf · Punggur Kabupaten Lampung Tengah menguntungkan dan layak karena R/C > 1 dan

20

tranformasi dengan menggunakan perlakuan fisik dan kimia,

penyimpanan, pengemasan, dan distribusi. Ciri penting dari agroindustri

adalah kegiatannya tidak tergantung musim, membutuhkan manajemen

usaha yang modern, pencapaian skala usaha yang optimal dan efisien,

serta mampu menciptakan nilai tambah yang tinggi (Hasyim dan Zakaria,

1995).

Beberapa tujuan dari agroindustri antara lain: 1) Memanfaatkan

komoditas pertanian semaksimal mungkin, 2) Memberikan nilai tambah

dan dapat meningkatkan nilai ekonomi pada suatu komoditas, 3)

Memperpanjang masa simpan hasil panen dan menciptakan bentuk

produk yang lebih awet, 4) Meningkatkan jangkauan pemasaran karena

bentuk dan sifatnya lebih praktis dan menarik serta 5) Mendukung

pengembangan budidaya bagi komoditas tersebut.

Saragih (2001) menyatakan, agroindustri adalah industri yang memiliki

keterkaitan ekonomi (baik langsung maupun tidak langsung) yang kuat

dengan komoditas pertanian. Keterkaitan langsung mencakup hubungan

komoditas pertanian sebagai bahan baku (input) bagi kegiatan

agroindustri maupun kegiatan pemasaran dan perdagangan yang

memasarkan produk akhir agroindustri. Keterkaitan tidak langsung

berupa keterkaitan ekonomi lain yang menyediakan bahan baku (input)

lain diluar komoditas pertanian, seperti bahan kimia, bahan kemasan, dan

lain-lain beserta kegiatan ekonomi yang memasarkan dan

memperdagangkannya.

Page 38: Viona Pramayang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55646/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN OK.pdf · Punggur Kabupaten Lampung Tengah menguntungkan dan layak karena R/C > 1 dan

21

Agroindustri adalah kegiatan yang memanfaatkan hasil pertanian sebagai

bahan baku, merancang dan menyediakan peralatan serta jasa untuk

kegiatan tersebut (Soekartawi, 2001). Secara eksplisit agroindustri

adalah perusahaan yang memproses bahan nabati (yang berasal dari

tanaman) atau hewani (yang dihasilkan oleh hewan). Proses yang

digunakan mencakup pengubahan dan pengawetan melalui perlakuan

fisik atau kimiawi, penyimpanan, pengemasan dan distribusi.

Produk agroindustri ini dapat merupakan produk akhir yang siap

dikonsumsi ataupun sebagai produk bahan baku industri lainnya.

Agroindustri merupakan bagian dari kompleks industri pertanian sejak

produksi bahan pertanian primer, industri pengolahan atau transformasi

sampai penggunaannya oleh konsumen. Agroindustri merupakan

kegiatan yang saling berhubungan (interlasi) produksi, pengolahan,

pengangkutan, penyimpanan, pendanaan, pemasaran dan distribusi

produk pertanian.

5. Teori Pendapatan

Salah satu indikator utama untuk mengukur kemampuan masyarakat

adalah dengan mengetahui tingkat pendapatan masyarakat. Pendapatan

menunjukkan seluruh uang atau hasil material lainnya yang dicapai dari

penggunaan kekayaan atau jasa yang diterima oleh seseorang atau rumah

tangga selama jangka waktu tertentu pada suatu kegiatan ekonomi

(Winardi, 1998). Setiap orang yang bekerja menginginkan pendapatan

atau keuntungan yang maksimal supaya dapat memenuhi kebutuhan

hidupnya. Menurut Arsyad (2004), pendapatan seringkali digunakan

Page 39: Viona Pramayang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55646/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN OK.pdf · Punggur Kabupaten Lampung Tengah menguntungkan dan layak karena R/C > 1 dan

22

sebagai indikator pembangunan suatu negara selain untuk membedakan

tingkat kemajuan ekonomi antara negara maju dengan negara

berkembang.

Pendapatan dapat dibedakan menjadi dua yaitu pendapatan usahatani dan

pendapatan rumah tangga. Pendapatan merupakan pengurangan dari

penerimaan dengan biaya total. Pendapatan rumah tangga yaitu

pendapatan yang diperoleh dari kegiatan usahatani ditambah dengan

pendapatan yang berasal dari kegiatan luar usahatani. Pendapatan

usahatani adalah selisih antara pendapatan kotor (output) dan biaya

produksi (input) yang dihitung per bulan, per tahun, dan per musim

tanam. Menurut Gustiyana (2004), pendapatan luar usahatani adalah

pendapatan yang diperoleh sebagai akibat melakukan kegiatan di luar

usahatani seperti berdagang, mengojek, dan lain-lain. Pendapatan dapat

dirumuskan sebagai berikut:

Y = TR – TC………..……………(1)

Keterangan:

Y = keuntungan/pendapatan (Rp)

TR = total penerimaan (Rp)

TC = total biaya (Rp)

Ada dua unsur yang digunakan dalam pendapatan usahatani yaitu unsur

penerimaan dan pengeluaran dari usahatani tersebut. Penerimaan

usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga

jual. Menurut Soekartawi (1995), penerimaan adalah perkalian antara

produksi yang diperoleh dengan harga jual. Pengeluaran total usahatani

Page 40: Viona Pramayang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55646/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN OK.pdf · Punggur Kabupaten Lampung Tengah menguntungkan dan layak karena R/C > 1 dan

23

adalah nilai semua masukan yang habis terpakai atau dikeluarkan di

dalam produksi tetapi tidak termasuk tenaga kerja keluarga petani.

Secara ekonomi usaha dikatakan menguntungkan atau tidak

menguntungkan dapat dianalisis dengan menggunakan perbandingan

antara penerimaan total dan biaya total yang disebut dengan Revenue

Cost Ratio (R/C).

R/C = (Py . Y) / (FC + VC)…………………...(2)

atau

R/C = PT / BT……………………...........….. (3)

Keterangan:

Py = harga produksi

Y = produksi

FC = biaya tetap

VC = biaya variabel

PT = produksi total

BT = biaya total

Ada tiga kriteria dalam perhitungan ini, yaitu:

1. Jika R/C < 1, maka usahatani yang dilakukan secara ekonomi belum

menguntungkan.

2. Jika R/C > 1, maka usahatani yang dilakukan secara ekonomi

menguntungkan.

3. Jika R/C = 1, maka usahatani berada pada titik impas (Break Event

Point).

6. Teori Nilai Tambah

Suatu agroindustri diharapkan mampu menciptakan nilai tambah yang

tinggi selain mampu untuk memperoleh keuntungan yang berlanjut.

Page 41: Viona Pramayang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55646/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN OK.pdf · Punggur Kabupaten Lampung Tengah menguntungkan dan layak karena R/C > 1 dan

24

Nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan merupakan selisih antara

nilai komoditas yang mendapat perlakuan pada suatu tahap dengan nilai

korbanan yang harus dikeluarkan selama proses produksi terjadi. Nilai

tambah yang diperoleh lebih dari 50 persen maka nilai tambah dikatakan

besar dan sebaliknya, nilai tambah yang diperoleh kurang dari 50 persen

maka nilai tambah dikatakan kecil (Sudiyono, 2004).

Menurut Soekartawi (2010) dalam Anggraeni (2017), komponen

pengolahan hasil pertanian menjadi penting karena pertimbangan

diantaranya: a) meningkatkan nilai tambah, b) meningkatkan kualitas

hasil, c) meningkatkan penyerapan tenaga kerja, d) meningkatkan

keterampilan produsen, e) meningkatkan pendapatan produsen.

Proses pengolahan hasil pertanian memberikan nilai tambah yang jauh

lebih besar dibandingkan dengan produk pertanian itu sendiri sehingga

mampu memberikan kontribusi nilai ekonomis yang tinggi.

Pada beberapa peranan pengolahan hasil baik pengolahan hasil pertanian

maupun penunjang dapat meningkatkan pendapatan pelaku agribisnis,

mampu menyerap banyaknya tenaga kerja, meningkatkan devisa negara,

dan mendorong tumbuhnya industri lain (Soekatawi, 1999). Nilai

tambah berbeda dengan keuntungan karena nilai tambah merupakan

produksi barang akhir dikurangi biaya bahan mentah sedangkan

keuntungan adalah nilai produksi barang akhir atau disebut juga hasil

penjualan barang akhir dikurangi biaya produksi, baik bahan mentah

maupun sewa, upah, bunga dan lain-lain (Zakaria, 2006).

Page 42: Viona Pramayang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55646/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN OK.pdf · Punggur Kabupaten Lampung Tengah menguntungkan dan layak karena R/C > 1 dan

25

Sudiyono (2004) menyatakan nilai tambah dapat dilihat dari dua sisi

yaitu nilai tambah untuk pengolahan dan nilai tambah untuk pemasaran.

Nilai tambah untuk pengolahan dipengaruhi oleh faktor teknis yang

meliputi kapasitas produksi, jumlah bahan baku, dan tenaga kerja, serta

faktor pasar yang meliputi harga output, harga bahan baku, upah tenaga

kerja dan harga bahan baku lain selain bahan bakar dan tenaga kerja.

Besarnya nilai tambah suatu hasil pertanian karena proses pengolahan

adalah merupakan pengurangan biaya bahan baku dan input lainnya

terhadap nilai produk yang dihasilkan, tidak termasuk tenaga kerja. Bisa

dikatakan bahwa nilai tambah merupakan gambaran imbalan bagi tenaga

kerja, modal dan manajemen (Sudiyono, 2004 dalam Budhisatyarini,

(2008). Nilai tambah suatu produk dapat dianalisis melalui Metode

Hayami. Metode analisis nilai tambah Hayami lebih cocok digunakan

untuk menghitung nilai tambah dalam subsistem pengolahan.

Menurut Tarigan (2004) dan Rahmawati (2009), Nilai tambah didapatkan

dari nilai produk akhir dikurangi biaya antara (intermediate cost) yang

terdiri dari biaya bahan baku dan bahan penolong dalam melakukan

proses produksi (besarnya nilai dari proses pengolahan). Besarnya nilai

tambah ini tidak seluruhnya menyatakan keuntungan yang diperoleh oleh

perusahaan, karena masih mengandung imbalan terhadap pemilik faktor

produksi lain dalam proses pengolahan yaitu sumbangan input lain.

Besarnya nilai output produk dipengaruhi oleh besarnya bahan baku,

sumbangan input lain, dan keuntungan.

Page 43: Viona Pramayang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55646/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN OK.pdf · Punggur Kabupaten Lampung Tengah menguntungkan dan layak karena R/C > 1 dan

26

Menurut Hayami (1987) tujuan dari analisis nilai tambah adalah untuk

menaksir balas jasa yang diterima oleh tenaga kerja langsung dan

pengelola. Analisis nilai tambah Hayami memperkirakan perubahan

bahan baku setelah mendapatkan perlakuan. Analisis nilai tambah

Hayami mempunyai kelebihan dan kekurangan.

Kelebihan dari metode Hayami yaitu:

1) Dapat diketahui besarnya nilai tambah dan output.

2) Dapat diketahui besarnya balas jasa terhadap pemilik faktor-faktor

produksi, seperti tenaga kerja, modal, sumbangan input lain dan

keuntungan.

3) Prinsip nilai tambah menurut Hayami dapat digunakan untuk

subsistem lain selain pengolahan, seperti analisis nilai tambah

pemasaran.

Kelemahan dari metode Hayami yaitu :

1) Pendekatan rata-rata tidak tepat jika diterapkan pada unit usaha yang

menghasilkan banyak produk dari satu jenis bahan baku.

2) Tidak dapat menjelaskan nilai output produk sampingan.

3) Sulit menentukan pembanding yang dapat digunakan untuk

menyatakan apakah balas jasa terhadap pemilik faktor produksi

sudah layak atau belum.

7. Kajian Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai agroindustri tempe sudah banyak dilakukan, namun

penelitian tentang pendapatan dan nilai tambah agroindustri tempe dapat

Page 44: Viona Pramayang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55646/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN OK.pdf · Punggur Kabupaten Lampung Tengah menguntungkan dan layak karena R/C > 1 dan

27

dikatakan jarang. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin

mengkaji analisis pendapatan dan nilai tambah agroindustri tempe di

Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah.

Persamaan penelitian Anggraeni (2017) dan dengan penelitian ini yaitu

sama-sama meneliti pendapatan dan nilai tambah serta komoditas yang

digunakan sama, sedangkan perbedaan terletak pada lokasi penelitian,

selain itu penelitian Anggraeni (2017) tidak hanya meneliti pendapatan

dan nilai tambah tetapi juga meneliti pengadaan bahan baku, saluran

pemasaran, dan marjin pemasaran, sedangkan penelitian ini hanya

meneliti pendapatan dan nilai tambah saja.

Penelitian Aldhariana (2016) sama-sama menghitung pendapatan dan

nilai tambah, hanya saja komoditas yang digunakan berbeda. Penelitian

Arum (2016) yaitu sama-sama meneliti nilai tambah serta komoditas

yang digunakan sama, namun penelitian Arum (2016) menghitung

kelayakan usaha pada agroindustri tempe sedangkan penelitian ini tidak.

Penelitian Wiyono (2015) dan Tunggadewi (2009) sama-sama

menghitung pendapatan dan nilai tambah, namun komoditas yang

digunakan berbeda dengan penelitian ini yaitu agroindustri tahu.

Penelitian Sinaga (2008) meneliti nilai tambah dan daya saing industri

tempe sedangkan pada penelitian ini meneliti pendapatan dan nilai

tambah agroindustri tempe.

Penelitian Zulfikar (2012), Asfia (2013), dan Praptiwi (2015) sama-sama

menghitung pendapatan dan nilai tambah, namun tempat penellitian dan

Page 45: Viona Pramayang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55646/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN OK.pdf · Punggur Kabupaten Lampung Tengah menguntungkan dan layak karena R/C > 1 dan

28

komoditas yang digunakan berbeda dengan penelitian ini. Untuk

mendukung penelitian ini penulis mengambil beberapa penelitian

terdahulu yang memiliki kesamaan dan perbedaan dalam hal tempat,

tujuan, komoditas maupun metode analisis yang digunakan seperti yang

sudah dijelaskan diatas. Kajian-kajian penelitian terdahulu tersebut dapat

dilihat pada Tabel 6.

B. Kerangka Pemikiran

Kabupaten Lampung Tengah mengalami penurunan produksi sebesar 1,47

persen. Penurunan produksi kedelai di Kabupaten Lampung Tengah

menyebabkan para pengrajin tempe mengalami kesulitan dalam mendapatkan

kedelai sebagai bahan baku utama, sehingga dalam mengatasi masalah

tersebut para pengrajin tempe harus mengimpor dari negara lain seperi China

dan Amerika.

Kedelai impor yang digunakan oleh agroindustri tempe di Kecamatan

Punggur tentu akan mempengaruhi kualitas tempe yang dihasilkan seperti

bentuk, ukuran, dan rasa. Penggunaan kedelai impor tentunya akan

mempengaruhi pendapatan dan nilai tambah dari agroindustri tempe di

Kecamatan Punggur apakah akan meningkatkan pendapatan dan nilai tambah

atau tidak. Salah satu industri dari pengolahan kedelai yang memiliki

peluang untuk dikembangkan adalah agroindustri tempe.

Kabupaten Lampung Tengah merupakan kabupaten yang memiliki jumlah

pengrajin terbanyak yaitu 667 orang. Kecamatan Punggur merupakan

kecamatan yang memiliki jumlah pengrajin terbanyak yaitu sebesar 69 orang

Page 46: Viona Pramayang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55646/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN OK.pdf · Punggur Kabupaten Lampung Tengah menguntungkan dan layak karena R/C > 1 dan

29

yang tersebar di sembilan desa. Agroindustri tempe merupakan kegiatan

pengolahan kedelai dalam upaya meningkatkan nilai tambah produk,

menghasilkan produk yang dapat dipasarkan, dapat digunakan atau dapat

dimakan, dan menambah pendapatan bagi produsen.

Agroindustri tempe di Kecamatan Punggur akan menghasilkan pendapatan

dan mampu memberikan nilai tambah terhadap komoditas kedelai. Harga

kedelai yang berfluktuasi tidak akan mempengaruhi harga jual tempe

dipasaran, dimana harga tempe yang ditawarkan kepada konsumen

bermacam-macam mulai dari harga Rp500,00-Rp4.000,00. Agroindustri

tempe di Kecamatan Punggur dengan kondisi yang ada tersebut tidak dapat

meningkatkan harga jual tempe karena kondisi pasar dan konsumen yang

tidak memungkinkan untuk menaikkan harga jual meskipun biaya produksi

yang dikeluarkan terkadang cukup besar. Hal tersebut akan mempengaruhi

pendapatan dan nilai tambah dari agroindustri itu sendiri. Secara rinci

kerangka berfikir penelitian ini disajikan pada Gambar 3.

Page 47: Viona Pramayang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55646/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN OK.pdf · Punggur Kabupaten Lampung Tengah menguntungkan dan layak karena R/C > 1 dan

30

Gambar 3. Kerangka pemikiran Analisis Pendapatan dan Nilai Tambah

Agroindustri Tempe di Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung

Tengah.

Kegiatan Pengolahan

Input:

1. Bahan baku

2. Bahan

tambahan

3. Mesin

4. Tenaga kerja

5. Peralatan

6. Bahan bakar

Kedelai

Nilai

tambah

Tempe

(Output)

Penerimaan

Pendapatan

Biaya produksi

Harga

input

Harga output

Agroindustri Tempe

Metode

Hayami

Π = TR – TC

55

Page 48: Viona Pramayang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55646/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN OK.pdf · Punggur Kabupaten Lampung Tengah menguntungkan dan layak karena R/C > 1 dan

30

Tabel 6. Kajian penelitian terdahulu

No. Judul Penelitian, Peneliti, Tahun Tujuan Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian

1. Analisis Keragaan Agroindustri

Tempe, Manfaat Ekonomi Koperasi,

dan Tingkat Partisipasinya sebagai

Anggota Primkopti (Primer Koperasi

Produsen Tahu Tempe Indonesia)

Kabupaten Pesawaran (Anggraeni,

2017)

1. Menganalisis

keragaan

agroindustri tempe

anggota Primkopti

Kabupaten

Pesawaran.

2. Menganalisis

manfaat ekonomi

yang diterima oleh

anggota Primkopti

Kabupaten

Pesawaran.

3. Menganalisis tingkat

partisipasi anggota

Primkopti

Kabupaten

Pesawaran.

1. Analisis data

pengadaan bahan

baku.

2. Analisis pendapatan

dan analisis nilai

tambah.

3. Analisis bauran

pemasaran, analisis

rantai pemasaran, dan

analisis marjin

pemasaran.

4. Analisis data jasa

layanan pendukung.

5. Analisis manfaat

ekonomi koperasi.

6. Analisis partisipasi

anggota koperasi.

1. a. Pengadaan bahan baku belum sesuai

dengan tepat waktu, tepat jenis, tepat

tempat, tepat kualitas, tepat kuantitas,

dan tepat harga karena komponen

tersebut tidak sesuai harapan.

b. Nilai R/C rasio atas biaya tunai dan atas

biaya total yang diperoleh lebih dari

satu dan memiliki nilai tambah yang

positif sehingga menguntungkan dan

layak diusahakan.

c. Strategi pemasaran sudah menggunakan

komponen marketing mix. Rantai

pemasaran terdiri dari dua yaitu

produsen langsung ke konsumen dan

produsen ke padagang lalu langsung ke

konsumen. Sistem pemasaran pada

agroindustri tempe ini belum efisien

karena nilai marjin pemasaran dan

Ratio Profit Margin yang tidak

menyebar merata.

d. Jasa layanan pendukung yang

menunjang agroindustri tempe yaitu

teknologi informasi dan komunikasi,

sarana transportasi, dan pasar.

2. Primkopti Kabupaten Pesawaran dalam

menjalankan unit usaha Penyaluran Kedelai

belum sepenuhnya memberikan manfaat

31

Page 49: Viona Pramayang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55646/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN OK.pdf · Punggur Kabupaten Lampung Tengah menguntungkan dan layak karena R/C > 1 dan

31

No. Judul Penelitian, Peneliti, Tahun Tujuan Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian

ekonomi kepada anggota.

3. Tingkat partisipasi anggota Primkopti

dalam menghadiri RAT dan membayar

simpanan wajib termasuk dalam kategori

sedang, sedangkan partisipasi anggota

Primkopti dalam memanfaatkan unit usaha

termasuk dalam kategori rendah.

2. Analisis Keragaan Agroindustri

Beras Siger Studi Kasus pada

Agroindustri Toga Sari (Kabupaten

Tulang Bawang) dan Agroindustri

Mekar Sari (Kota Metro)

(Aldhariana, 2016)

1. Mengetahui proses

pengadaan bahan

baku yang sesuai

dengan enam tepat

pada agroindustri

beras siger.

2. Menganalisis

kegiatan pengolahan

dalam menghasilkan

pendapatan dan nilai

tambah produk pada

agroindustri beras

siger.

3. Mengetahui bauran

pemasaran, rantai

pemasaran, dan

marjin pemasaran

dalam kegiatan

pemasaran produk

beras siger pada

agroindustri beras

siger.

4. Mengetahui peranan

1. Analisis data

pengadaan bahan baku

2. Analisis pendapatan

dan analisis nilai

tambah

3. Analisis bauran

pemasaran, analisis

rantai pemasaran, dan

analisis marjin

pemasaran

4. Analisis data jasa

layanan pendukung

1. Komponen 6T (tepat waktu, tepat tempat,

tepat harga, tepat jenis, tepat kualitas, dan

tepat kuantitas) pada Agroindustri Toga

Sari sudah tepat karena sudah sesuai

dengan harapan. Komponen harga pada

Agroindustri Mekar Sari belum tepat atau

tidak sesuai dengan harapan.

2. Pendapatan per bulan dan per jumlah

produksi yang diperoleh Agroindustri Toga

Sari lebih besar dibandingkan dengan

agroindustri mekar sari. Akan tetapi, ke dua

agroindustri ini dinilai sudah cukup

menguntungkan karena nilai R/C rasio atas

biaya tunai dan atas biaya total rata-rata

yang diperoleh lebih dari satu. Ke dua

agroindustri beras siger ini memiliki nilai

tambah yang positif.

3. Strategi pemasaranpada agroindustri toga

sari dan mekar sari menggunakan

komponen marketing mix. Rantai

pemasaran ke dua agroindustri terdiri dari

dua yaitu secara langsung kepada

konsumen dan dengan melibatkan

Tabel 6. (lanjutan) 32

Page 50: Viona Pramayang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55646/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN OK.pdf · Punggur Kabupaten Lampung Tengah menguntungkan dan layak karena R/C > 1 dan

32

No. Judul Penelitian, Peneliti, Tahun Tujuan Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian

jasa layanan

pendukung terhadap

agroindustri beras

siger.

pedagang pengecer. Sistem pemasaran

pada ke dua agroindustri beras siger ini

belum efisien karena nilai marjin

pemasaran dan ratio profit margin yang

tidak menyebar merata.

4. Jasa layanan pendukung yang menunjang

Agroindustri Toga Sari dan Agroindustri

Mekar Sari adalah lembaga penyuluhan,

sarana transportasi, kebijakan pemerintah,

serta teknologi dan komunikasi.

3. Evaluasi Kelayakan Usaha Dan Nilai

Tambah Agroindustri Tempe

(Studi Kasus pada Agroindustri

Tempe di Pekon Podomoro dan

Kelurahan Pringsewu Selatan,

Kecamatan Pringsewu, Kabupaten

Pringsewu) (Arum, 2016)

1. Mengevaluasi

kelayakan usaha

agroindustri tempe.

2. Menganalisis nilai

tambah agroindustri

tempe.

1. Analisis Evaluasi

Kelayakan

2. Analisis Nilai Tambah

1. Ketiga agroindustri tempe pada berbagai

skala produksi (besar, menengah, kecil)

secara keseluruhan menguntungkan dan

layak untuk dikembangkan.

2. Nilai tambah yang dihasilkan oleh ketiga

agroindustri tempe cukup besar walaupun

masih menggunakan teknologi yang

tergolong sederhana dan modal terbatas.

4. Analisis Pendapatan Dan Nilai

Tambah Agroindustri

Tape Singkong Di Kota Pekanbaru

(Praptiwi, 2015)

1. Mengetahui

besarnya biaya,

penerimaan,

keuntungan, dan

profitabilitas dari

agroindustri tape

singkong.

2. Mengetahui tingkat

efisiensi dari

agropindustri tape

singkong.

3. Mengetahui

1. Analisis Pendapatan

2. Analisis Nilai

Tambah

3. Anaisis Efisiensi

Usaha

1. Usaha agroindustri tape singkong sudah

efisien karena nilai R/C rasio lebih dari

satu yaitu sebesar 1,59 yang berarti

menguntungkan.

2. Nilai tambah yang diperoleh dari tape

singkong adalah sebesar Rp2.079,13/kg.

3. Dengan adanya agroindustri pengolahan

ubi kayu menjadi tape singkong

memberikann keuntungan tersendiri bagi

petani ubi kayu.

Tabel 6. (lanjutan) 33

Page 51: Viona Pramayang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55646/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN OK.pdf · Punggur Kabupaten Lampung Tengah menguntungkan dan layak karena R/C > 1 dan

33

No. Judul Penelitian, Peneliti, Tahun Tujuan Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian

besarnya nilai

tambah produk dari

agroindustri tape

singkong di Kota

Pekanbaru.

5. Analisis Pendapatan Dan Nilai

Tambah Usaha Tahu Pada Industri

Rumah Tangga “Wajianto” Di Desa

Ogurandu Kecamatan Bolano

Lambunu Kabupaten Parigi Moutong

(Wiyono, 2015)

Mengetahui besarnya

pendapatan dan nilai

tambah dari usaha tahu

“WAJIANTO” di Desa

Ogurandu Kecamatan

Bolano Lambunu

Kabupaten

Parigi Moutong.

1. Analisis Pendapatan

2. Anaisis Nilai Tambah

1. Industri tahu didapat pendapatan sebesar

Rp. 10.414.786,6. Hal ini berarti industri

tahu tersebut cukup baik untuk diusahakan.

2. Besarnya nilai tambah tahu yang diperoleh

sebesar Rp10.337,72/kg.

6. Analisis Pendapatan, Nilai Tambah,

Dan Prospek

Pengembangan Industri Kecil

Tapioka Di Jawa Barat (Asfia, 2013)

1. Menganalisis tingkat

pendapatan usaha

dan titik impas

industri kecil

tapioka.

2. Menganalisis

besarnya nilai

tambah yang

diperoleh industri

kecil tapioka beserta

kontribusinya

terhadap pendapatan

usaha.

3. Menganalisis

prospek

pengembangan

usaha industri kecil

1. Analisis pendapatan

2. Analisis Nilai Tambah

1. Pendapatan per tahun per orang yaitu Rp7

283 470dengan R/C ratio ratarata yaitu

sebesar 1.06.

2. Nilai tambah yang diperoleh dari adanya

kegiatan industri kecil tapioka yaitu Rp21

913/kuintal bahan baku dengan rasio nilai

tambah dari pengolahan yaitu 17.09%.

3. Potensi dan prospek pasar tepung tapioka

bagi industri kecil di masa depan akan

sangat cerah, mengingat semakin

berkembangnya industri-industri olahan

makanan di daerah Jawa Barat dan di

Indonesia.

Tabel 6. (lanjutan) 34

Page 52: Viona Pramayang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55646/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN OK.pdf · Punggur Kabupaten Lampung Tengah menguntungkan dan layak karena R/C > 1 dan

34

No. Judul Penelitian, Peneliti, Tahun Tujuan Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian

tapioka di Jawa

Barat dilihat dari sisi

input dan peluang

pasar yang ada

7. Analisis Pendapatan Dan Nilai

Tambah Pada Agroindustri Keripik

Ubi Di Kecamatan Tanah Luas

Kabupaten Aceh Utara (Zulkifli,

2012)

1. Mengetahui

besarnya

pendapatan dari

usaha pengolahan

ubikayu menjadi

keripik ubikayu.

2. Mengetahui

besarnya nilai

tambah dari usaha

pengolahan ubikayu

menjadi keripik

ubikayu.

1. Analisis pendapatan

2. Analisis Nilai Tambah

1. Agroindustri pengolahan keripik ubikayu

memberikan keuntungan sebesar

Rp4.340.625 per lima kali proses produksi

selama satu bulan.

2. Nilai tambah agroindustri sebesar

Rp5.495,00 per kilogram bahan baku yang

dimanfaatkan.

8. Analisis Profitabilitas Serta Nilai

Tambah Usaha Tahu dan Tempe

(Studi Kasus di Kecamatan Tegal

Gundil dan Cilendek Timur Kota

Bogor) (Tunggadewi, 2009)

1. Menganalisis

keragaan usaha tahu

dan tempe.

2. Menjelaskan

langkah-langkah

penyesuaian yang

dilakukan usaha

tahun dan tempe.

3. Menganalisis

profitabilitas usaha

tahu dan tempe.

4. Menganalisis nilai

tambah usaha tahu

dan tempe.

1. Analisis Biaya

Produksi

2. Analisis Titik Impas

3. Profitabilitas Usaha

4. Analisis Nilai Tambah

Usaha tahu dan tempe menghasilkan output

per periode produksi sebanyak 810 kilogram

untuk tahu dan 868,45 kilogram untuk tempe.

Solusi menangani kenaikan harga kedelai yaitu

menetapkan harga jual yang berbeda pada

beberapa konsumen, menggunakan bahan

bakar alternatif, menghasilkan sendiri sebagian

bahan baku penunjang untuk produksi, dan

membuat sendiri sebagian peralatan produksi.

Usaha tahu mampu menghasilkan laba atau

profit lebih besar sebesar 37 persen, dibanding

usaha tempe sebesar 26 persen. Usaha tahu

memiliki nilai tambah lebih besar Rp6.881,00

dibanding usaha tempe Rp4.947,00.

Tabel 6. (lanjutan)

35

Page 53: Viona Pramayang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55646/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN OK.pdf · Punggur Kabupaten Lampung Tengah menguntungkan dan layak karena R/C > 1 dan

35

No. Judul Penelitian, Peneliti, Tahun Tujuan Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian

9. Analisis Nilai Tambah Dan Daya

Saing Serta Dampak Kebijakan

Pemerintah Terhadap Industri Tempe

Di Kabupaten Bogor (Sinaga, 2008)

1. Menghitung besaran

nilai tambah yang

dihasilkan industri

tempe..

2. Menganalisis

keunggulan

komparatif dan

kompetitif industri

tempe.

3. Menganalisis

dampak kebijakan

pemerintah pada

industri tempe.

1. Analisis Nilai Tambah

2. Policy Analysis Matrix

3. Analisis Sensitivitas

1. Analisis nilai tambah pada industri

pengolahan kedelai menjadi tempe sebesar

Rp 2.198,91 per kilogram input kedelai.

3. Industri tempe di desa Citeureup layak

untuk dijalankan baik berdasarkan

perhitungan pada analisis finansial

maupun analisis ekonomi.

4. Kenaikan harga input kedelai sebesar 60

persen diimbangi pula dengan kenaikan

harga output sebesar 46 persen, industri

tempe di Desa Citeureup ternyata layak

untuk diteruskan baik secara finansial

maupun ekonomi.

Tabel 6. (lanjutan)

36

Page 54: Viona Pramayang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55646/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN OK.pdf · Punggur Kabupaten Lampung Tengah menguntungkan dan layak karena R/C > 1 dan

37

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Dasar Penelitian

Metode dasar penelitian yang digunakan pada penelitian Analisis Pendapatan dan

Nilai Tambah Agroindustri Tempe Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung

Tengah adalah metode studi kasus. Menurut Arikunto (2004) metode studi kasus

merupakan salah satu metode penelitian yang dilakukan secara intensif, terperinci

dan mendalam terhadap suatu organisme (individu), lembaga atau gejala tertentu

dengan daerah atau subjek yang sempit selama kurun waktu tertentu. Metode studi

kasus digunakan untuk memperoleh data secara lengkap dan rinci pada agroindustri

tempe di Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah mengenai pendapatan

dan nilai tambah.

B. Konsep Dasar dan Definisi Operasional

Konsep ini mencakup pengertian yang digunakan untuk menunjang dan

menciptakan data akurat yang akan dianalisis sehubungan dengan tujuan penelitian.

Kedelai adalah salah satu jenis tanaman pangan yang banyak dimanfaatkan dalam

proses pengolahan, seperti tempe, tahu, kecap, dan tauco.

Page 55: Viona Pramayang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55646/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN OK.pdf · Punggur Kabupaten Lampung Tengah menguntungkan dan layak karena R/C > 1 dan

38

Agroindustri adalah suatu kegiatan untuk mengolah dan memanfaatkan hasil

pertanian sebagai bahan baku dalam proses pengolahan untuk mendapatkan

penghasilan dan nilai tambah.

Agroindustri tempe adalah suatu industri yang mengolah bahan baku berupa

kedelai menjadi produk tempe.

Pengrajin tempe adalah seseorang atau keluarga yang melakukan pengolahan

bahan baku kedelai menjadi tempe.

Tempe adalah makanan tradisional yang dapat dijadikan lauk makan sehari-hari,

terbuat dari kedelai dan diolah dengan melewati proses fermentasi

Proses produksi adalah proses interaksi antara berbagai faktor produksi untuk

menghasilkan tempe dalam jumlah tertentu yang diukur dalam satuan minggu.

Bahan baku adalah bahan utama yang digunakan dalam proses pengolahan dalam

hal ini yaitu kedelai yang diukur dalam satuan rupiah per kilogram (Rp/kg).

Harga bahan baku adalah nilai yang dikeluarkan untuk memperoleh kedelai sebagai

bahan baku utama diukur dalam satuan rupiah per kilogram (Rp/kg).

Bahan tambahan adalah bahan-bahan yang digunakan dalam proses pengolahan

tempe, dapat berupa ragi dan plastik pembungkus yang dapat diukur dalam satuan

rupiah per kilogram (Rp/kg).

Page 56: Viona Pramayang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55646/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN OK.pdf · Punggur Kabupaten Lampung Tengah menguntungkan dan layak karena R/C > 1 dan

39

Ragi adalah bahan tambahan utama dalam pembuatan tempe diukur dalam satuan

rupiah per bungkus (Rp/bungkus).

Mesin pengupas kedelai adalah alat yang digunakan untuk mengupas kulit kedelai

agar mempermudah proses pengolahan.

Tenaga kerja adalah sejumlah orang yang membantu memperlancar proses produksi

tempe. Tenaga terdiri dari tenaga kerja dalam keluarga (TKDK) dan tenaga kerja

luar keluarga (TKLK) diukur dalam satuan harian orang kerja (HOK).

Peralatan adalah alat-alat yang digunakan untuk memperlancar proses pembuatan

tempe.

Bahan bakar adalah bahan-bahan yang digunakan untuk merebus kedelai dan

kegiatan pengemasan tempe. Bahan bakar tersebut terdiri dari bahan bakar kayu

diukur dalam satuan rupiah per kubik (Rp/kubik) dan bahan bakar minyak tanah

diukur dalam satuan rupiah per liter (Rp/liter).

Input adalah faktor-faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan tempe

berupa kedelai, tenaga kerja, bahan bakar, peralatan, dan biaya-biaya.

Output adalah hasil yang diperoleh dari suatu kegiatan seperti kegiatan pengolahan

kedelai yang menghasilka tempe.

Harga input adalah nilai dari faktor-faktor produksi yang digunakan untuk

menghasilkan tempe berupa harga kedelai, tenaga kerja, bahan bakar, peralatan, dan

biaya-biaya. Harga input diukur dalam satuan rupiah (Rp).

Page 57: Viona Pramayang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55646/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN OK.pdf · Punggur Kabupaten Lampung Tengah menguntungkan dan layak karena R/C > 1 dan

40

Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan dalam agroindustri tempe dimana besar

kecilnya biaya tersebut tidak akan tergantung pada volume produksi. Biaya tetap

diukur dalam satuan rupiah (Rp).

Biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan dalam agroindustri tempe dimana

besar kecilnya biaya tersebut akan mempengaruhi pada volume produksi. Biaya

variabel diukur dalam satuan rupiah (Rp).

Biaya total adalah biaya yang diperoleh dari penjumlahan biaya tetap dan biaya

variabel. Biaya total diukur dalam satuan rupiah (Rp).

Pengolahan adalah suatu kegiatan atau transformasi dari bahan baku mentah

menjadi produk atau makanan lain yang dapat dikonsumsi oleh manusia.

Penerimaan adalah nilai yang diperoleh dari produksi dikalikan dengan harga.

Penerimaan diukur dalam satuan rupiah (Rp).

Pendapatan adalah penerimaan dikurangi dengan biaya-biaya yag dikeluarkan oleh

agroindustri. Pendapatan diukur dalam satuan rupiah (Rp).

R/C adalah nilai yang menunjukkan suatu usaha untung atau tidaknya, dimana nilai

tersebut diperoleh dari penerimaan dibagi dengan biaya.

C. Lokasi Penelitian, Responden, dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di agroindustri tempe yang berada di Kecamatan Punggur

Kabupaten Lampung Tengah. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara

Page 58: Viona Pramayang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55646/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN OK.pdf · Punggur Kabupaten Lampung Tengah menguntungkan dan layak karena R/C > 1 dan

41

sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Punggur memiliki

jumlah pengrajin tempe terbanyak di Kabupaten Lampung Tengah. Populasi

sasaran penelitian ini sebanyak 69 orang pengrajin tempe yang tersebar disembilan

desa di Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah. Jumlah populasi sasaran

pengrajin tempe di Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah dapat dilihat

pada Tabel 7.

Tabel 7. Jumlah populasi agroindustri tempe di Kecamatan Punggur Kabupaten

Lampung Tengah

Desa Jumlah Populasi (orang)

Sidomulyo 26

T.Angin 4

Nunggal Rejo 5

Punggur 9

Astomulyo 6

Badran Sari 3

Mulya Katon 4

Sidorahayu 7

Sidokerto 5

Total jumlah 69

Sumber: Data primer, 2017a (diolah)

Tabel 7 menunjukkan jumlah populasi dari sembilan desa di Kecamatan Punggur

yaitu sebanyak 69 Orang. Pengambilan sampel menggunakan accidental sampling

ditiga desa yang memiliki jumlah pengrajin terbanyak di Kecamatan Punggur.

Jumlah pengrajin terbanyak terdapat di Desa Sidomulyo, Punggur, dan Sidorahayu.

Waktu pengambilan data dilakukan pada bulan Maret 2018.

Page 59: Viona Pramayang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55646/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN OK.pdf · Punggur Kabupaten Lampung Tengah menguntungkan dan layak karena R/C > 1 dan

42

D. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data

primer diperoleh dari hasil wawancara secara langsung kepada responden melalui

pengamatan secara langsung dengan menggunakan daftar pertanyaan yaitu berupa

kuisioner untuk mengetahui gambaran umum agroindustri tempe dan pendapatan.

Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari literatur seperti Badan

Pusat Statistik (BPS), lembaga/instansi terkait, laporan-laporan, dan pustaka

lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.

E. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah metode analisis

deskriptif kuantitatif. Berikut merupakan metode analisis data yang digunakan

pada setiap tujuan dalam penelitian.

1. Analisis Pendapatan

Analisis pendapatan agroindustri tempe digunakan untuk menjawab tujuan

pertama yang dilakukan dengan cara menghitung pendapatan di agroindustri

tempe dalam hitungan per bulan yaitu pada bulan Maret 2018. Cara yang

digunakan untuk menghitung pendapatan sama seperti yang dilakukan Sari,

Haryono, dan Rosanti (2014).

π = TR – TC.....................................................(1)

π = Y. PY – ∑ Xi.PXi – BTT............................(2)

Page 60: Viona Pramayang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55646/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN OK.pdf · Punggur Kabupaten Lampung Tengah menguntungkan dan layak karena R/C > 1 dan

43

Keterangan:

π = Pendapatan (Rp)

Y = Produksi tempe (kg)

Py = Harga tempe (Rp)

Xi = Faktor produksi (i = 1,2,3,.....,n)

Pxi = Harga faktor produksi ke-i (Rp)

BTT = Biaya tetap total (Rp)

Analisis data berikutnya adalah R/C rasio untuk mengetahui kelayakan usaha

pada agroindustri tempe yang dapat dirumuskan sebagai berikut.

R/C = TR / TC....................................................(3)

Keterangan:

R/C = Nisbah penerimaan dan biaya

TR = Total revenue atau penerimaan total (Rp)

TC = Total cost atau biaya total (Rp)

Kriteria pengambilan keputusan adalah:

1) Jika R/C > 1, maka suatu usaha mengalami keuntungan.

2) Jika R/C < 1, maka suatu usaha mengalami kerugian.

3) Jika R/C = 1, maka suatu usaha mengalami impas.

2. Analisis Nilai Tambah

Besarnya nilai tambah yang dihasilkan dari pengolahan kedelai menjadi tempe

pada agroindustri tempe di Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah

Page 61: Viona Pramayang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55646/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN OK.pdf · Punggur Kabupaten Lampung Tengah menguntungkan dan layak karena R/C > 1 dan

44

dapat dihitung dengan menggunakan metode analisis nilai tambah Hayami.

Metode analisis nilai tambah Hayami disajikan pada Tabel 8.

Kriteria nilai tambah:

1. Jika NT > 0, berarti pengembangan agroindustri pengolahan tempe

memberikan nilai tambah (positif).

2. Jika NT < 0, berarti pengembangan agroindustri pengolahan tempe

memberikan nilai tambah (negatif).

Tabel 8. Prosedur perhitungan nilai tambah metode Hayami

No. Variabel Formula

Output, Input, Harga

1 Hasil produksi (kg/bulan) A

2 Bahan baku (kg/bulan) B

3 Tenaga kerja (HOK) C

4 Faktor konversi D = A/B

5 Koefisien tenaga kerja E = C/B

6 Harga produk F

7 Upah rata-rata Tenaga Kerja G

Pendapatan dan Keuntungan (Rp/kg) 8 Harga bahan baku H

9 Sumbangan input lain I

10 Nilai Output J = D x F

11 a. Nilai tambah K = J-1-H

b. Rasio nilai tambah L% = (K/J) x 100%

12 a. Imbalan tenaga kerja M = E x G

b. Bagian tenaga kerja N% = (M/K) x 100%

13 a. Keuntungan O = K – M

b. Tingkat keuntungan P% = (O/K) x 100%

Balas Jasa untuk Faktor Produksi

14 Margin Keuntungan Q = J – H

a. Keuntungan R = O/Q x 100%

b. Tenaga Kerja S = M/Q x 100%

c. Pendapatan T = I/Q x 100%

Sumber: Hayami (1987)

Page 62: Viona Pramayang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55646/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN OK.pdf · Punggur Kabupaten Lampung Tengah menguntungkan dan layak karena R/C > 1 dan

45

Keterangan:

A = Ouput/total produksi tempe yang dihasilkan oleh agroindustri.

B = Input/bahan baku berupa kedelai yang digunakan dalam proses produksi.

C = Tenaga kerja yang digunakan dalam memproduksi tempe dihitung dalam

bentuk HOK (Hari Orang Kerja) dalam satu periode analisis.

F = Harga produk yang berlaku pada satu periode analisis.

G = Jumlah upah rata-rata yang diterima oleh pekerja dalam setiap satu

periode produksi yang dihitung berdasarkan per HOK (Hari Orang Kerja).

H = Harga input bahan baku utama per kilogram (kg) pada suatu periode

analisis.

I = Sumbangan/biaya input lainnya yang terdiri dari biaya bahan baku

penolong, biaya penyusutan, dan biaya packing.

Page 63: Viona Pramayang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55646/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN OK.pdf · Punggur Kabupaten Lampung Tengah menguntungkan dan layak karena R/C > 1 dan

46

IV. GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN

A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah

1. Keadaan Geografis

Kabupaten Lampung Tengah meliputi areal seluas 4.789,62 km2 terletak

pada bagian tengah Propinsi Lampung dengan Ibukota di Gunung Sugih.

Secara geografis terletak pada kedudukan 104°35' sampai dengan 105°50'

Bujur Timur dan 4°30' sampai dengan 4°15' Lintang Selatan, dan berbatasan

dengan :

a. Sebelah Utara : berbatasan dengan Kabupaten Tulang Bawang dan

Kabupaten Lampung Utara

b. Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kabupaten Pesawaran

c. Sebelah Timur : berbatasan dengan Kabupaten Lampung Timur dan

Kota Metro

d. Sebelah Barat : berbatasan dengan Kabupaten Tanggamus dan

LampungBarat

Wilayah administrasi Kabupaten Lampung Tengah terdiri dari 28 wilayah

kecamatan. Berdasarkan data dari Badan Perencanaan dan Pembangunan

Daerah Kabupaten Lampung Tengah dapat dilihat luas wilayah pada Tabel

9.

Page 64: Viona Pramayang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55646/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN OK.pdf · Punggur Kabupaten Lampung Tengah menguntungkan dan layak karena R/C > 1 dan

47

Tabel 9. Luas wilayah Kecamatan di Kabupaten Lampung Tengah

No. Kecamatan Luas (km²) Persentase (%)

1 Padang Ratu 204.44.00 04.27

2 Selagai Lingga 308.52.00 06.44

3 Pubian 173.88 0,16875

4 Anak Tuha 161.64 03.37

5 Anak Ratu Aji 68.39.00 01.43

6 Kali Rejo 101.31.00 02.12

7 Sendang Agung 108.89 02.27

8 Bangun Rejo 132.63 0,1368056

9 Gunung Sugih 130.12.00 0,1333333

10 Bekri 93.51.00 0,1076389

11 Bumi Ratu Nuban 65.14.00 01.36

12 Trimurjo 68.43.00 01.43

13 Punggur 118.45.00 02.47

14 Kota Gajah 68.05.00 01.42

15 Seputih Raman 146.65 03.06

16 Terbanggi Besar 208.65 04.36

17 Seputih Agung 122.27.00 02.55

18 Way Pengubuan 210.72 04.40

19 Terusan Nunyai 302.05.00 06.31

20 Seputih Mataram 120.01.00 02.51

21 Bandar Mataram 1 055.28 22.03

22 Seputih Banyak 145.92 03.05

23 Way Seputih 77.84 0,0854167

24 Rumbia 106.09.00 02.21

25 Bumi Nabung 108.94 02.27

26 Putra Rumbia 95.02.00 0,1097222

27 Seputih Surabaya 144.60 03.02

28 Bandar Surabaya 142.39.00 0,1506944

Sumber: BAPPEDA Kabupaten Lampung Tengah

2. Kondisi Fisik

Kabupaten Lampung Tengah dapat dibagi dalam 4 unit topografi, yaitu :

a. Daerah berbukit sampai bergunung.

b. Daerah dataran aluvial.

c. Daerah rawa pasang surut

d. Daerah river basin, yaitu daerah aliran sungai (DAS) Way Seputih

danWay Sekampung.

Page 65: Viona Pramayang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55646/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN OK.pdf · Punggur Kabupaten Lampung Tengah menguntungkan dan layak karena R/C > 1 dan

48

Secara umum Lampung Tengah beriklim Tropis Humid dengan angin laut

bertiup dari samudra Indonesia dengan kecepatan angin rata-rata 5,83

Km/Jam, memiliki temperatur rata-rata berkisar antara 26° C - 28° C pada

daerah dataran dengan ketinggian 30-60 meter. Temperatur maksimum yang

sangat jarang dialami adalah 33° C dan juga temperatur minimum 22° C.

Sebagian besar wilayahnya berada pada ketinggian 15-65 meter dpl dan

memiliki kemiringan lereng antara 0-2% (92,29%). Jenis tanah didominasi

oleh jenis latosol dan podsolik merah-kuning.

3. Kependudukan

Penduduk Kabupaten Lampung Tengah terdiri dari penduduk etnis

Lampung dan Pendatang yang berbaur serasi dan harmonis. Penduduk asli

yang bermukim di Kabupaten Lampung Tengah terdiri dari masyarakat

Kebuaian Abung Siwo Migo dan masyarakat Pubian. Sedangkan penduduk

pendatang tediri dari kelompok masyarakat Semendo, Banten, Jawa Tengah,

Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Barat/ Sunda, Bali, Batak dan berbagai suku

yang ada di Indonesia. Jumlah penduduk pada tahun 2007 dengan komposisi

593.746 jiwa penduduk laki-laki dan 566.475 jiwa penduduk perempuan.

Kepadatan penduduk rata-rata sebesar 242 jiwa per Km2. Rata-rata

pertumbuhan penduduk sebesar 4,86 % per tahun. Komposisi penduduk

berdasarkan kelompok umur 0-14 tahun = 30 %,15-64 tahun = 65 % dan 65

tahun ke atas 5%.

4. Visi dan Misi Kabupaten Lampung Tengah

Visi dan misi Pemerintah Kabupaten Lampung Tengah adalah terwujudnya

Lampung Tengah sebagai kawasan Agribisnis yang berwawasan lingkungan

Page 66: Viona Pramayang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55646/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN OK.pdf · Punggur Kabupaten Lampung Tengah menguntungkan dan layak karena R/C > 1 dan

49

religius dan keragaman Budaya. Visi pembangunan yang dirumuskan itu

mengandung pemahaman bahwa seluruh masyarakat menginginkan

Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Tengah sebagai daerah yang

mampu memanfaatkan segenap potensinya, membentuk keunggulan yang

berdaya saing hingga mampu mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh

warganya. Dalam proses tersebut seluruh masyarakat tetap memegang teguh

nilai-nilai luhur budaya warisan nenek moyang dan memiliki landasan

spiritual yang kokoh, sehingga pembangunan yang dicapai itu dapat

dipertanggungjawabkan.

Sejalan dengan misi masa depannya, Pemerintah Kabupaten Lampung

Tengah berbenah diri dengan pemanfaatan segala potensi sumber daya yang

ada berusaha mewujudkan sejumlah misi perubahan yang menyeluruh, luhur

dan berorientasi mutu, yaitu:

a. Mengembangkan sistem pertanian berbasis agribisnis dan perekonomian

kerakyatan yang didukung dunia usaha.

b. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang unggul dan berdaya

saing.

c. Meningkatkan kesadaran beragama, politik, ketertiban dan keamanan

dalam rangka persatuan dan kesatuan secara demokratis dan berkeadilan .

d. Mengembangkan dan melestarikan nilai-nilai luhur seni dan budaya

daerah

e. Meningkatkan pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian lingkungan.

f. Meningkatkan pembangunan infrasutruktur wilayah terutama pada

wilayah perkampungan, sentra produksi dan pusat pertumbuhan baru

secara seimbang, selaras dan serasi .

g. Mewujudkan pemerintahan daerah yang baik dan bertanggung jawab

serta mampu memberikan pelayanan prima kepada masyarakat sesuai

standar pelayanan minimal.

Page 67: Viona Pramayang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55646/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN OK.pdf · Punggur Kabupaten Lampung Tengah menguntungkan dan layak karena R/C > 1 dan

50

5. Deskripsi Kelembagaan Pemerintah

Untuk mewujudkan misi dan sejumlah tugas sebagaimana dikemukakan di

atas, serta meningkatkan pelayanan pemerintah kepada masyarakat yang

lebih baik, maka dilakukan penataan pemerintahan secara bertahap sesuai

dengan skala prioritas kebutuhan pemerintah dan pembangunan

Pemerintaah Kabupaten Lampung Tengah. Berdasarkan Undang-undang

Nomor 12. tahun 1999. Pemerintah Kabupaten Lampung Tengah ditetapkan

sebagai daerah otonom yang memiliki seluruh kewenangan wajib serta

kewenangan lainnya.

Sebagaimana Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Tengah Nomor 12

Tahun 2007 tentang Pembentukan Organisasi Perangkat Pemerintah

Kabupaten Lampung Tengah dengan menggunakan organisasi pola

maksimal, susunan organisasi perngkat daerah Pemerintah Kabupaten

Lampung Tengah yang ditetapkan adalah: (a) Sekretariat Daerah. Terdiri

dari; 1 Sekretaris Daerah; 4 Asisten Bidang; dan 12 Bagian; (b) Lembaga

Teknik Daerah, terdiri dari 6 badan dan 3 Kantor; (c) Dinas Daerah

sebanyak 17 buah; dan (d) 28 Kecamatan; 16 Kelurahan; dan 298 Kampung

(desa). Sesuai dengan struktur organisasi dan tata kerja yang sudah

ditetapkan untuk pelaksanaan pemerintah, pembangunan dan pelayanan

kepada masyarakat, pegawai yang ada adalah 13.621 orang dengan rincian

(a) pegawai Laki-laki 8.105 orang perempuan 5.515 orang termasuk guru.

Jumlah Desa/Kelurahan Menurut Kecamatan di Kabupaten Lampung

Tengah dapat dilihat pada Tabel 10.

Page 68: Viona Pramayang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55646/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN OK.pdf · Punggur Kabupaten Lampung Tengah menguntungkan dan layak karena R/C > 1 dan

51

Tabel 10. Jumlah Desa/Kelurahan Menurut Kecamatan di Kabupaten

Lampung Tengah

No. Kecamatan Desa Kelurahan Jumlah

1 Padang Ratu 15 - 15

2 Selagai Lingga 14 - 14

3 Pubian 20 - 20

4 Anak Tuha 12 - 12

5 Anak Ratu Aji 6 - 6

6 Kalirejo 16 1 17

7 Sendang Agung 9 - 9

8 Bangun Rejo 16 1 17

9 Gunung Sugih 13 2 15

10 Bekri 8 - 8

11 Bumi Ratu Nuban 10 - 10

12 Trimurjo 14 - 14

13 Punggur 7 2 9

14 Kota Gajah 4 3 7

15 Seputih Raman 14 - 14

16 Terbanggi Besar 6 4 10

17 Seputih Agung 10 - 10

18 Way Pengubuan 7 1 8

19 Terusan Nunyai 5 2 7

20 Seputih Mataram 12 - 12

21 Bandar Mataram 12 - 12

22 Seputih Banyak 13 - 13

23 Way Seputih 6 - 6

24 Rumbia 9 - 9

25 Bumi Nabung 7 - 7

26 Putra Rumbia 10 - 10

27 Seputih Surabaya 13 - 13

28 Bandar Surabaya 10 - 10

Sumber: BPS Kabupaten Lampung Tengah

6. Sosial Budaya dan Agama

Kabupaten Lampung Tengah memunculkan interaksi adat dan kebudayaan

yang dibawa pendatang maupun penduduk asli, sehingga mendorong

terjadinya asimilasi dan akulturasi kebudayaan sekaligus merupakan potensi

untuk perubahan dan kemajuan pembangunan tanpa harus meninggalkan

nilai-nilai luhur budaya bangsa yang telah dimiliki.

Page 69: Viona Pramayang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55646/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN OK.pdf · Punggur Kabupaten Lampung Tengah menguntungkan dan layak karena R/C > 1 dan

52

Jumlah penduduk yang cukup besar dengan kepadatan yang relatif tinggi

menyebabkan Kabupaten Lampung Tengah mengalami keterbatasan daya

tampung, penduduk yang setiap tahunnya semakin bertambah, sehingga

pertumbuhan penduduk yang menuntut selain tersedianya sarana dan

prasarana dasar seperti perumahan, juga diperlukan fasilitas umum dan

fasilitas sosial lainnya. Karena Kabupaten Lampung Tengah sebagian

wilayahya digunakan untuk kawasan industri, maka daerah ini menarik

kaum migran untuk datang dan menjadi pekerja di daerah kabupaten ini.

Prosentase mata pencarian penduduk terbesar tedapat pada tahun 2009 di

sektor industri (13%) diikuti oleh sektor perdagangan 24,5%, sedangkan

penduduk yang bergerak di sektor primer sekitar 61,7 %. Untuk

mengantisipasi tuntutan pertumbuhan penduduk sebagai penganut agama

tertentu dan terhindar dari gejolak masalah sosial yang mungkin muncul di

masa mendatang.

7. Ekonomi dan Politik

Sebagai Pemerintah Daerah Kabupaten yang terhitung baru, Kabupaten

Lampung Tengah belum menunjukkan struktur perekonomian yang kokoh

dalam kurun waktu 5 tahun (2005-2008). Product Domestic Regional Bruto

(PDRB) Kabupaten Lampung Tengah berdasarkan harga berlaku mengalami

peningkatan sebesar 18,64% per tahun, sedangkan PDRB perkapitanya

meningkat sebesar 16,85% per tahun. Jika dilihat dari harga konstan maka

pertumbuhan ekonomi cenderung meningkat yaitu sebesar 5,66 % per tahun,

bahkan PDRB perkapitanya mengalami pertumbuhan negatif sebesar -4,86

% per tahun. Hal ini terkait dengan krisis ekonomi yang menimpa semua

Page 70: Viona Pramayang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55646/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN OK.pdf · Punggur Kabupaten Lampung Tengah menguntungkan dan layak karena R/C > 1 dan

53

sektor perekonomian secara nasional yang berimbas kepada sektor ekonomi

yang ada di Kabupaten Lampung Tengah.

B. Kecamatan Punggur

Kecamatan Punggur merupakan Kecamatan yang terletak di Kabupaten Lampung

Tengah Provinsi Lampung. Kecamatan ini terletak pada 114.350 BB sampai

dengan 114.400 BT dan 5.000 LU sampai dengan 5.050 LS dengan ketinggian dari

permukaan laut antara 25 sampai 50 m. Suhu udara rata-rata di Kecamatan

Punggur sendiri berkisar antara 20° C sampai 32° C dengan curah hujan setiap

tahunnya berkisar 870 mm. Jarak dari Ibukota Kabupaten Lampung Tengah

kurang lebih 14 km, dari Ibukota Provinsi Lampung kurang lebih 70 km, dan

hanya berjarak kurang lebih 10 km dari Ibukota Metro.

Kecamatan Punggur memiliki luas wilayah sebesar 118,45 km2 dengan jumlah

penduduk 35.920 jiwa dengan kepadatan 303 jiwa/km2. Secara geografis

Kecamatan Punggur :

Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Gunung Sugih

Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Trimurjo dan Kota Metro

Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Gunung Sugih

Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Kota Gajah

Kecamatan Pungur merupakan salah satu dari 28 Kecamatan yang ada di

Kabupaten Lampung Tengah Provinsi Lampung. Kecamatan ini mulai dibuka pada

tahun 1954, kemudian berdasarkan Undang-undang Nomor 14 Tahun 1964, maka

Page 71: Viona Pramayang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55646/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN OK.pdf · Punggur Kabupaten Lampung Tengah menguntungkan dan layak karena R/C > 1 dan

54

dibentuklah pemerintahan Kecamatan Punggur dengan ibukota Tanggulangin dan

secara administratif Kecamatan ini membawahi 15 desa, yaitu sebagai berikut:

1. Mojopahit 9. Sritejo Kencono

2. Ngestirahayu 10. Saptomulyo

3. Astomulyo 11. Nambahrejo

4. Tanggulangin 12. Sidomulyo

5. Tanggul Rejo 13. Sumberjo

6. Totokaton 14. Purworejo

7. Badransari 15. Kota Gajah

8. Srisawahan

Pada awalnya Kecamatan Punggur terdiri dari 15 desa, namun dengan beberapa

pertimbangan, saat ini Kecamatan Punggur hanya terdiri dari 9 desa, yaitu:

1. Punggur 6. Badran Sari

2. Sidomulyo 7. Mulya Katon

3. T.Angin 8. Sidorahayu

4. Nunggal Rejo 9. Sidokerto

5. Astomulyo

Page 72: Viona Pramayang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55646/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN OK.pdf · Punggur Kabupaten Lampung Tengah menguntungkan dan layak karena R/C > 1 dan

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai

berikut:

1. Tingkat pendapatan agroindustri tempe di Kecamatan Punggur Kabupaten

Lampung Tengah sudah menguntungkan dalam kategori SRT, dilihat

berdasarkan UMP yang telah ditetapkan.

2. Agroindustri tempe di Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah

menguntungkan dan memiliki nilai tambah yang positif sehingga layak

untuk diusahakan.

B. Saran

Saran yang dapat diberikan pada penelitian ini adalah:

1. Produsen tempe sebaiknya menyediakan cadangan peralatan agar proses

produksi dapat terus berjalan. Selain itu para pengrajin sebaiknya

melakukan pencatatan pendapatan dari setiap proses produksi, sehingga

akan memudahkan para pengrajin dalam melihat keuntungan yang

diperoleh.

Page 73: Viona Pramayang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55646/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN OK.pdf · Punggur Kabupaten Lampung Tengah menguntungkan dan layak karena R/C > 1 dan

82

2. Bagi pemeritah dan dinas-dinas terkait hendaknya mewujudkan

swasembada kedelai, agar kedelai impor dapat digantikan dengan kedelai

lokal.

3. Bagi peneliti lain, sebaiknya melakukan penelitian mengenai analisis

finansial dan kesejahteraan pada agroindustri tempe di Kecamatan

Punggur Kabupaten Lampung Tengah .

Page 74: Viona Pramayang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55646/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN OK.pdf · Punggur Kabupaten Lampung Tengah menguntungkan dan layak karena R/C > 1 dan

83

DAFTAR PUSTAKA

Adisarwanto, T. 2002. Budidaya Kedelai Tropika. Penebar Swadaya. Jakarta.

Agromedia, R. 2007. Membuat Tahu dan Tempe. Jakarta.

Anggraeni, T.S. 2017. Analisis Keragaan Agroindustri Tempe, Manfaat

Ekonomi Koperasi, dan Tingkat Partisipasinya sebagai Anggota Primkopti

(Primer Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia) Kabupaten Pesawaran.

Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Aldhariana, S.F, D.A.H Lestari, dan R.Hismono. 2016. Analisis keragaan

agroindustri beras siger studi kasus pada Agroindustri Toga Sari

(Kabupaten Tulang Bawang) dan Agroindustri Mekar Sari (Kota Metro).

JIIA: 4 (3). Universitas Lampung. Bandar Lampung.

http://jurnal.fp.unila.ac.id/index.php/JIA/article/view/1507/1361. Diakses

pada 08 November 2017 pukul 10:00 WIB.

Arikunto, S. 2004. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka

Cipta. Bandung.

Arum, W.P, S.Widjaya, dan L.Marlina. 2017. Kelayakan Usaha Dan Nilai

Tambah Agroindustri Tempe. Jurnal Imu-Ilmu Agribisnis, Volume 5

Nomor 2.

http://jurnal.fp.unila.ac.id/index.php/JIA/article/view/1649/1475. Diakses

pada 08 November 2017 pukul 10:25 WIB.

Arsyad, L. 2004. Ekonomi Pembangunan. Edisi Keempat. STIE YKPN.

Yogyakarta.

Asfia, N. dan R.Pambudy. 2013. Analisis Pendapatan, Nilai Tambah, Dan

Prospek Pengembangan Industri Kecil Tapioka Di Jawa Barat.Skripsi.

Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Astuti, N. P. 2009. Sifat Organoleptik Tempe Kedelai Yang Dibungkus Plastik,

Daun Pisang Dan Daun Jati. Karya Tulis Ilmiah Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah. Surakarta.

Page 75: Viona Pramayang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55646/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN OK.pdf · Punggur Kabupaten Lampung Tengah menguntungkan dan layak karena R/C > 1 dan

84

Badan Pusat Statistik. 2017a. Perkembangan produktivitas kedelai di Provinsi

Lampung tahun 2014-2016. Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung.

Lampung.

. 2017b. Perkembangan harga kedelai di Provinsi Lampung

tahun 2012-2016. Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. Lampung.

Budhisatyarini, T. 2008. Seminar Nasional Dinamika Pembangunan Pertanian

Dan Pedesaan: Tantangan dan Peluang Bagi Peningkatan Kesejahteraan

Petani; Nilai Tambah Diversifikasi Hasil Usahatani Bawang Merah

Menjadi Bawang Goreng. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan

Pertanian Departemen Pertanian. Bogor.

Cahyadi, W. 2006. Kedelai Khasiat dan Teknologi. Bumi Aksara. Bandung.

Cahyadi, W. 2007. Kedelai : Khasiat dan Teknologi. Bumi Aksara. Jakarta.

Agromedia, R. 2007. Membuat Tahu dan Tempe. Jakarta.

DKBM. 2005. Daftar Komposisi Bahan Makanan. Persatuan Ahli Gizi

Indonesia. Jakarta.

Dwinaningsih, E.A. 2010. Karakteristik Kimia dan Sensori Tempe dengan

Variasi Bahan Baku Kedelai/Beras dan Penambahan Angkak serta Variasi

Lama Fermentasi. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret.

Surakarta. http://eprints.uns.ac.id/210/1/170422411201010311.pdf. Diakses

pada 05 November 2017 pukul 23.09 WIB.

Gustiyana, H. 2004. Analisis Pendapatan Usahatani untuk Produk Pertanian.

Salemba Empat. Jakarta.

Hayami, Y. 1987. Agricultural Marketing and Processing in Upland Java, a

Perspective From Sunda Village. CGPRT Center. Bogor.

Hasyim, H dan W.A.Zakaria. 1995. Pengembangan Agribisnis di Provinsi

Lampung dalam Era Pasca GATT. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas

Lampung. Bandar Lampung. Digilib.unila.ac.id. Diakses pada 05

November 2017 pukul 23.09 WIB.

Hidayat, N. 2006. Mikrobiologi Industri. Penerbit Andi. Yogyakarta.

Hidayat, N. 2009. Tahapan Proses Pembuatan Tempe. Universitas Brawijaya.

Malang.

Kementerian Pertanian. 2017. Outlook Komoditas Pertanian Subsektor Tanaman

Pangan Komoditas Kedelai. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian.

Jakarta.

Mantra, I. B. 2004. Demografi Umum. Penerbit Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Page 76: Viona Pramayang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55646/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN OK.pdf · Punggur Kabupaten Lampung Tengah menguntungkan dan layak karena R/C > 1 dan

85

Organisasi Primkopti Provinsi Lampung. 2017a. Perkembangan agroindustri

tempe di Provinsi Lampung tahun 2017. Bandar Lampung. Lampung.

. 2017b. Perkembangan agroindustri

tempe di Kabupaten Lampung Tengah tahun 2017. Bandar Lampung.

Lampung.

Praptiwi, A.N, E.Tety, dan J.Yusri. 2015. Analisis Pendapatan Dan Nilai

Tambah Agroindustri Tape Singkong Di Kota Pekanbaru. Jurnal Jom

Faperta, Volume 2 Nomor 1.

https://jom.unri.ac.id/index.php/JOMFAPERTA/article/view/5472/535.

Diakses pada 08 November 2017 pukul 09:17 WIB.

Rahmawati, E. 2009. Kajian Nilai Tambah Produk Agribisnis. Fakultas

Pertanian UNLAM. Banjarbaru.

Santoso, H. B. 1993. Pembuatan Tempe dan Tahu Kedelai Bahan Makanan

Bergizi. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Saragih, B. 2000. Agribisnis Berbasis Peternakan Pustaka Wirausaha Muda.

PT. Loji Grafika Griya Sarana. Bogor.

. 2001. Agribisnis Paradigma Baru Pembangunan Ekonomi Berbasis

Pertanian Pustaka Wirausaha Muda. PT. Loji Grafika Griya Sarana. Bogor.

Sari DK, D.Haryono, dan N.Rosanti. 2014. Analisis pendapatan dan tingkat

kesejahteraan rumah tangga petani jagung di Kecamatan Natar Kabupaten

Lampung Selatan. Jurnal Imu-Ilmu Agribisnis, Volume 2 Nomor 1.

http://jurnal.fp.unila.ac.id/index.php/JIA/article/view/562/524. Diakses pada

06 November 2017 pukul 00:54 WIB.

Sarwono. 2005. Membuat Tempe dan Oncom Cetakan 29. Penebar Swadaya.

Jakarta.

Sinaga, M.S, dan Y.K.Wagiono. 2008. Analisis Nilai Tambah dan Daya Saing

Serta Dampak Kebijakan Pemerintah Terhadap Industri Tempe di

Kabupaten Bogor. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Soekartawi. 1995. Analisis Usahatani. Universitas Indonesia Press. Jakarta.

. 1999. Agribisnis: Teori dan Aplikasinya. Raja Grafindo Persada.

Jakarta.

. 2001. Pengantar Agroindustri. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

. 2010. Agribisnis Teori dan Aplikasinya. PT Raja Grafindo Persada.

Jakarta.

Page 77: Viona Pramayang - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/55646/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN OK.pdf · Punggur Kabupaten Lampung Tengah menguntungkan dan layak karena R/C > 1 dan

86

Subekti, N.A, R.Effendi, dan Syfruddin. 2007. Morfologi Tanaman dan Fase

Pertumbuhan Jagung. Balai Penelittian Tanaman Serealia. Maros.

http://pustaka.litbang.deptan.go.id/bbpi/lengkap/bpp10232.pdf. Diakses

pada 2 November 2017 pukul 09:17 WIB.

Sudiyono, A. 2004. Pemasaran Pertanian. UMM Press. Malang.

Sugiarto, dkk. 2003. Teknik Sampling. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Suprapto. 2001. Bertanam Kedelai. Penebar Swadaya. Jakarta.

Supriono. 2003. Pembuatan Tempe. Kanisius. Yogyakarta.

Tunggadewi, A.T. 2009. Analisis Profitabilitas Serta Nilai Tambah Usaha Tahu

Dan Tempe (Studi Kasus di Kecamatan Tegal Gundil dan Cilendek Timur

Kota Bogor). Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Winardi, 1998. Pengantar Ilmu Ekonomi. Tarsito. Bandung.

Wirakusuma dan E.Sari. 2005. Tempe Makanan “Segar” Asli Indonesia.

Penebar Swadaya. Jakarta.

Wiyono, T, dan R Baksh. 2015. Analisis Pendapatan Dan Nilai Tambah Usaha

Tahu Pada Industri Rumah Tangga “Wajianto” Di Desa Ogurandu

Kecamatan Bolano Lambunu Kabupaten Parigi Moutong.E-Journal

Agrotekbis, Volume 3 Nomor 3. Jurnal.untad.ac.id. Diakses pada 08

November 2017 pukul 09:14 WIB.

Zakaria, W. A. 2006. Ekonomi Makro Buku Ajar. Universitas lampung. Bandar

Lampung.

Zulkifli. 2012. Analisis Pendapatan Dan Nilai Tambah Pada Agroindustri

Keripik Ubi Di Kecamatan Tanah Luas Kabupaten Aceh Utara. Skripsi.

Universitas Malikussaleh. Aceh.